PANDUAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
2014
KATA PENGANTAR
Sejak tahun 1960-an perangkat upaya pendidikan di tanah air mendapat semacam unsur pembaharuan, yaitu dengan mulai dikembangkannya pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan (nama pada waktu itu disingkat BP, dan sekarang menjadi Bimbingan dan Konseling, disingkat BK). Setelah dilakukannya persiapan awal yang cukup memadai, yaitu diselenggarakannya program pendidikan Sarjana BP/BK di sejumlah IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) di Indonesia yang tamatannya mulai bekerja di satuan-satuan pendidikan (terutama SMP dan SMA), Kurikulum 1975 secara resmi mengintegrasikan pelayanan BP dalam upaya pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Integrasi berlanjut dan berkembang terus mengikuti dinamika perubahan kurikulum, yaitu Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2006, sampai Kurkulum 2013 yang diberlakukan sejak tahun 2013. Seiring dengan kemajuan pengembangan teori dan praktik pelayanan BP/ BK, peraturan perundangan dan pelaksanaannya secara legal mewadahi substansi bidang BP/BK yang semakin memperkuat integrasi bidang BK ke dalam upaya pendidikan. Tonggak utama yang menandai integrasi bidang BP/ BK ke dalam pendidikan adalah ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), Pasal 1 Butir 6 yang menyatakan konselor termasuk ke dalam kualifikasi pendidik. Artinya, bahwa pengampu utama pelayanan BP/BK adalah guru Bimbingan dan Konseling/Konselor. Ketentuan pokok ini setiap kali semakin jelas menjadi isi dan mewarnai berbagai peraturan legal, baik berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, maupun Peraturan lainnya yang terkait dengan upaya pendidikan dan pembinaan pribadi individu. Aturan legal yang baru yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud) Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, yang selanjutnya disempurnakan dengan Permendikbud Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Peraturan tersebut menetapkan dengan jelas substansi pokok pelayanan BK dalam kaitannya dengan implementasi Kurikulum 2013. i
Memperhatikan pelayanan BK sebagai bagian integral dari upaya pendidikan, maka pelayanan BK seharusnya menjadikan semua komponen pokok sebagai isi dan arah pelayanan BK terhadap peserta didik. Dengan demikian, segenap materi dan strategi pelayanan BK memenuhi kaidah-kaidah belajar dan proses pembelajaran, disadari dan direncanakan untuk mengaktifkan peserta didik dalam mencapai hasil pendidikan yang sesuai dengan pengertian pendidikan yang termaktub dalam UUSPN. Perlu pula disadari bahwa bimbingan dan konseling bukanlah mata pelajaran. Oleh karena itu, Guru BK atau Konselor harus benar-benar mampu mewujudkan dan menegaskan perbedaan antara materi dan strategi pelayanan BK dengan materi dan strategi pengajaran mata pelajaran, meskipun keduanya terintegrasikan memperkaya upaya pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Dengan terbit dan diberlakukannya Panduan ini, kami berharap peran semua pihak di dalam maupun di luar satuan pendidikan dapat dioptimalkan; baik yang terkait langsung dengan penyelenggaraan pelayanan BK, maupun lembaga pendidikan yang menyiapkan Guru BK atau Konselor untuk sebesar-besarnya melaksanakan pelayanan BK dalam rangka keberhasilan optimal satuan pendidikan dan upaya pendidikan secara menyeluruh.
Jakarta,…………. 2014 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
Didik Suhardi, Ph.D. NIP. 19631203 198303 1004.
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar.................................................................................................. Daftar Isi............................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN........................................................................ A Latar Belakang..................................................................... B Tujuan.................................................................................. C Pengguna.............................................................................. D Landasan Hukum................................................................. BAB II
KONSEP DAN KOMPONEN DASAR PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING.............................................. A
B
C
D E
BAB III
I iii 1 1 3 4 5
6 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik......................... 6 1. Arah Transisi Perkembangan........................................... 6 2. Dampak Transisi Perkembangan...................................... 8 3. Tugas Perkembangan....................................................... 9 Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling............................ 10 1. Pengertian......................................................................... 2. Paradigma ........................................................................ 3. Visi dan Misi.................................................................... 4. Fungsi dan Tujuan............................................................ 5. Azas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling................... Komponen Bimbingan dan Konseling................................ 1. Komponen Program......................................................... 2. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling..................... 3. Struktur Program Layanan............................................... 4. Kegiatan dan Alokasi Waktu Layanan............................. 5. Mekanisme Pengelolaan Layanan.................................... 6. Mekanisme Penyelesaian Masalah ................................. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling........................ Sarana, Prasarana, Pembiayaan............................................ 1. Ruang Bimbingan dan Konseling.................................... 2. Fasilitas Penunjang........................................................... 3. Pembiayaan......................................................................
MANAJEMEN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP................................................................. A Mekanisme Pengelolaan ………………………………….. iii
11 12 12 13 15 18 18 26 31 31 42 45 46 47 50 51 52 54 54
1
Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling..........................
54
a. Wilayah Kerja dan Tugas Pokok UPBK.................. b. Tugas Pokok Koordinator BK................................... Peranan Pimpinan Satuan Pendidikan................................. a. Pembentukan UPBK................................................. b. Implementasi Kebijakan............................................ c. Pengembangan Kelembagaan....................................
55 58 59 59 59 60
Akuntabilitas Kelembagaan................................................. a. Kemampuan Guru BK atau Konselor....................... b. Kinerja Guru BK atau Konselor................................ Penyelenggara Layanan Bimbingan dan Konseling dan Pihak yang Dilibatkan..........................................................
60 61 61
Mekanisme Penyelesaian Masalah ......................................
63
BAB IV PENUTUP.................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. LAMPIRAN.................................................................................................
65 66 67
2
3
4
62 a. Penyelenggara Layanan Bimbingan dan Konseling... 62 b. Pihak Lain yang Dilibatkan....................................... 63
B
iv
DAFTAR MATRIKS Matriks 1.
Contoh pemetaan Kompetensi, Tema/ Subtema, Materi/ Subtansi pada bidang, jenis dan kegiatan pendukung.............................................................
89
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2.
Alokasi Waktu Layanan Bimbingan dan Konseling................................................................ Contoh Perhitungan Alokasi Waktu Layanan Bimbingan dan Konseling.......................................
41 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4.
Contoh Minimal Ruang Bimbingan dan Konseling................................................................ Alternatif Contoh Penataan Ruang Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling...................................... Alternatif Contoh Penataan Ruang Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling...................................... Saling Hubungan Komponen Dalam Struktur UPBK.......................................................................
v
49 50 50 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. 3a. 3b. 3c. 3d. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.
Perhitungan Ekuivalensi Kegiatan Layanan BK di Luar Kelas dengan Jam Kerja.................................. Tema, Subtema, Materi layanan/ Subtansi layanan dan kegiatan pendukung............................................ Contoh RPLBK Format Klasikal dan Non Klasikal...................................................................... Format RPLBK Klasikal Terjadwal.................................................................... Format RPLBK Kelompok (Bimbingan Kelompok).................................................................. Format RPLBK Kelompok (Konseling Kelompok).................................................................. Format RPLBK Konseling Individual.................................................................... Rencana Operasional (Action Plan) / Program Kerja Pelayanan BK............................................................. Laporan Pelaksanaan Program (Lapelprog)................................................................. Alat Penelusuran Minat Peserta Didik SMP............................................................................ Contoh Lembar Rekomendasi Peminatan....................................................................
vi
57 62 122 122 125 128 131 133 135 139 146
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan yang
kompleks,
penuh
dengan tekanan, paradoks dan ketidakmenentuan. Pada konteks kehidupan seperti itu, setiap peserta didik memerlukan berbagai kompetensi hidup untuk berkembang secara efektif, produktif dan bermartabat serta bermaslahat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Dengan kata lain, sebagai individu yang sedang berkembang, peserta didik diharapkan dapat menjalani kehidupan efektif sehari-hari dan terhindar dari kehidupan yang tidak efektif dan terganggu. Pernyataan di atas sejalan dengan makna pendidikan yang termaktub dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), Bab I, Pasal 1, bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi menjadi kompetensi hidup memerlukan sistem pelayanan pendidikan di sekolah yang tidak hanya mengandalkan pelayanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen saja, tetapi juga pelayanan khusus yang lebih bersifat psiko-edukasi melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling (disingkat BK). Setiap peserta didik satu dengan lainnya berbeda kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik dan latar belakang keluarga serta pengalaman belajarnya, yang menggambarkan adanya perbedaan masalah yang dihadapi peserta didik sehingga memerlukan layanan BK. Berbagai aktivitas BK dapat diupayakan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi hidup peserta didik
yang efektif serta memfasilitasinya secara sistematik, terprogram, dan
kolaboratif
agar
setiap
peserta
didik
betul-betul
mencapai
perkembangan atau pola perilaku dalam kondisi yang diharapkan.
1
kompetensi
Kurikulum 2013 memuat program peminatan peserta didik yang merupakan suatu proses pemilihan dan pengambilan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada pada satuan pendidikan. Muatan peminatan peserta didik
meliputi peminatan kelompok
matapelajaran, matapelajaran, lintas minat, pendalaman peminatan dan ekstra kurikuler. Dalam konteks tersebut, layanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan keputusan dirinya secara bertanggungjawab sehingga mencapai kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Di samping itu, bimbingan dan konseling membantu peserta didik dalam memilih, meraih dan mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera. Sesuai dengan arah dan spirit Kurikulum 2013, paradigma bimbingan dan konseling memandang setiap peserta didik/konseli memiliki potensi untuk berkembang secara optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minatnya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggungjawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Setiap peserta didik/konseli satu dengan lainnya berbeda dalam hal kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik dan latar belakang keluarga serta pengalaman belajarnya. Perbedaan yang dimaksud menggambarkan adanya variasi kebutuhan pengembangan secara utuh dan optimal melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling mencakup kegiatan yang bersifat pencegahan, perbaikan dan penyembuhan, pemeliharaan dan pengembangan. Layanan bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling sesuai dengan tugas pokoknya dalam upaya membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional, dan khususnya membantu peserta didik/konseli mencapai perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kolaborasi dan sinergisitas kerja antara konselor atau guru bimbingan dan konseling, guru matapelajaran, pimpinan 2
sekolah/madrasah, staf administrasi, orang tua, dan pihak lain yang dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta didik/konseli secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Buku Panduan ini memberikan arah berkenaan dengan konsep dasar dan kegiatan serta manajemen operasional pelayanan BK terkait dengan kinerja Guru BK atau Konselor di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan satuan pendidikan yang sederajat. Secara lebih terfokus, materi buku Panduan ini merupakan arahan untuk dapat diimplementasikannya ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan
Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum, khususnya Lampiran IV Bagian VIII, berkenaan dengan Pelayanan Bimbingan dan Konseling, dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. B. TUJUAN Panduan ini dimaksudkan untuk memberi arah penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013. Secara khusus bertujuan untuk: 1. Memandu Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam memfasilitasi satuan pendidikan untuk mewujudkan proses pendidikan yang memperhatikan dan menjawab ragam kemampuan, kebutuhan, dan minat sesuai dengan karakteristik peserta didik, melalui pelayanan bimbingan dan konseling; 2. Memfasilitasi Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor dalam
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling; 3. Memberi acuan dalam mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling secara utuh dan optimal dengan memperhatikan hasil evaluasi dan daya dukung sarana dan prasarana yang dimiliki; 4. Memandu
Guru
Bimbingan
dan
Konseling
atau
Konselor
dalam
menyelenggarakan bimbingan dan konseling agar peserta didik dapat mencapai perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya. 3
5. Memfasilitasi peserta didik aktif mengembangkan potensi secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan arah karir. 6. Memberi acuan dalam monitoring, evaluasi dan supervisi penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
C. PENGGUNA Pengguna panduan ini mencakup pihak-pihak sebagai berikut. 1. Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling; 2. Pimpinan satuan pendidikan; 3. Dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya; 4. Pengawas sekolah dan pengawas bimbingan dan konseling; 5. Lembaga pendidikan calon guru bimbingan dan konseling atau konselor; 6. Organisasi profesi bimbingan dan konseling; dan 7. Komite sekolah/madrasah.
D. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
Nomor
19
Tahun
2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun Pemerintah
Nomor
2013 19
tentang Tahun
Perubahan 2005
tentang
Atas
Peraturan
Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
4
4. Peraturan
Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor ; 6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun Sekolah
2013
tentang
Menengah
Kerangka
Dasar
dan
Struktur Kurikulum
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, Lampiran IV Bagian VIII; 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
5
BAB II KONSEP DAN KOMPONEN DASAR PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 1. Arah Transisi Perkembangan Sesuai dengan usia perkembangannya, peserta didik Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada umumnya, termasuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa remaja awal. Remaja adalah individu yang berada pada suatu periode dalam rentang hidup ketika individu mengalami transisi pada sebagian besar aspek penting perkembangan/ kehidupan anak-anak menuju perkembangan/kehidupan remaja dan selanjutnya orang dewasa. Transisi/perubahan-perubahan mendasar yang dialami remaja menurut Steinberg (1993 : 6-8) meliputi transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial. a. Transisi Biologis Sebagai remaja, peserta didik usia SMP mengalami perubahan yang sangat mencolok pada aspek biologisnya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Besarnya tubuh, proporsi dan bentuk tubuh secara cepat berubah menyerupai orang dewasa. Pada masa ini muncul ciri-ciri seks sekunder sebagai akibat pematangan organ-organ seksual dan kelenjar-kelenjar tertentu. Kematangan organ-organ seksual antara lain menyebabkan remaja perempuan mengalami menarche (menstruasi yang pertama) dan remaja pria mengalami nocturnal emission (mimpi basah), yang sekaligus menandai remaja mampu mereproduksi keturunan. Munculnya menstruasi dan mimpi basah, bagi sebagian remaja membawa persoalan tersendiri, terlebih bagi yang kurang dapat menerima keadaan fisik akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi itu. Kematangan fisik dan seksual akan berpengaruh terhadap cara pandang remaja terhadap diri mereka sendiri, dan juga pada bagaimana remaja 6
dipandang dan diperlakukan oleh orang lain. Hal ini menyebabkan remaja sangat peka terhadap penilaian orang lain terutama teman sebayanya. Selain itu, kematangan biologis remaja memunculkan ketertarikan remaja terhadap lawan jenisnya. Ketertarikan tersebut menimbulkan dinamika perilaku yang khas pada remaja, yang membutuhkan pendampingan dari orang dewasa termasuk Guru BK atau Konselor di sekolah. b. Transisi Kognitif Ditinjau dari aspek perkembangan kognitifnya, peserta didik SMP berada pada tahap formal operational, yaitu individu telah mampu berfikir secara abstrak dan hipotetis. Pada masa sebelumnya (masa anak), individu berada pada tahap concrete operational,
artinya individu baru
mampu berfikir
kongkrit. Perkembangan kognitif pada masa remaja dapat menjadikan segala hal sebagai obyek pikiran, bahkan pikiran-pikiran mereka sendiri. Hal ini menjadikan remaja bersifat egosentris. Pada diri remaja terbentuk personal fabl, yaitu keyakinan bahwa dirinya adalah unik sehingga berhak memiliki pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang berbeda dengan orang lain. Tingkah laku yang mudah diamati sebagai akibat dari transisi kognitif antara lain munculnya rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal, suka membangkang (terutama untuk hal-hal yang menurut pemikiran mereka sulit dimengerti), susah diatur, ingin dipahami dan ingin serba dimaklumi, dan lainlain. Pada pandangan orang tua, keadaan yang demikian menyebabkan remaja mendapatkan cap sebagai remaja nakal. Sebaliknya, remaja merasa bahwa orang tua dan orang dewasa lain (termasuk di dalamnya guru) tidak dapat dan tidak mau memahami problema remaja. Keadaan yang demikian menuntut Guru BK atau Konselor khususnya, memahami perkembangan kognitif peserta didik (remaja). Pemahaman harus diwujudkan dalam bentuk penciptaan kondisi yang bersifat menerima, memahami, bersahabat, memberikan semangat dan memperkembangkan. c. Transisi Sosial Perubahan keadaan fisik dan kognitif remaja (sudah bukan anak-anak lagi), menjadikan lingkungan sosial menuntut remaja memainkan peran yang 7
berbeda daripada ketika mereka masih kanak-kanak dan anak-anak. Namun sayang, orang dewasa sering tidak konsisten memperlakukan remaja. Kadangkadang remaja masih diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi pada saat yang berbeda orang dewasa menuntut remaja bertindak seperti orang dewasa. Remaja menjadi bingung karena ketidak-konsistenan orang dewasa. Remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Keadaan ini sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang eksklusif karena hanya dengan sesama mereka lah dapat saling memahami. Keadaan demikian menyebabkan ikatan remaja terhadap teman sebaya menjadi sangat kuat. Keadaan ini pula yang menyebabkan konformitas remaja terhadap kelompok sebaya
meningkat.
menyebabkan
warna
Konformitas
remaja
kegiatan
kelompok
terhadap yang
kelompok
diikuti
oleh
sebaya remaja
akan mewarnai dirinya. 2. Dampak Transisi Perkembangan Ketiga transisi fundamental di atas, akan membawa banyak konsekuensi pada transisi di berbagai aspek perkembangan lain seperti emosionalitas, keberagaman, hubungan keluarga, dan moralitas. a. Transisi emosionalitas. Pada transisi ini, remaja menjadi sangat peka dan relatif emosional, mudah tersinggung, perasaan meledak-ledak. Di sisi lain, emosi remaja juga mudah terharu, mudah berempati, dan mudah terpengaruh terutama ketika mereka terdorong oleh pikiran dan perasaan senasib. b. Transisi keberagamaan. Pada masa remaja, keragu-raguan terhadap agama yang awal telah dianutnya muncul sebagai akibat dari perkembangan kognitif mulai memasuki tahap berfikir kritis hipotetis. Tidak jarang remaja mengajukan pertanyaan yang menunjukkan kesangsian mereka terhadap konsep-konsep
agama yang
sebelumnya
sudah
tertanam
dalam
keyakinan mereka. c. Transisi hubungan keluarga. Hubungan harmonis yang telah tercipta dalam suatu keluarga, tiba-tiba sedikit berubah/goyah ketika anak-anak menginjak remaja. Hal ini terjadi karena biasanya remaja banyak menentang dan emosional. Di lain pihak, orang tua (terutama yang kurang memahami 8
perkembangan remaja), terlalu cepat menilai, terlalu kritis dan menghukum serta banyak menuntut karena melihat fisik remaja sudah bukan anakanak lagi. d. Transisi moralitas. Transisi moralitas merupakan peralihan dari moralitas anak (preconventional reasoning) yang berorientasi menghindari hukuman dan berorientasi mengejar ganjaran, ke arah moralitas yang lebih dewasa (post conventional reasoning). Sering kali, dalam transisi moralitas ini terjadi
pelanggaran terhadap
standar norma lingkungan sosial, baik
pelanggaran aturan di rumah, sekolah, maupun pelanggaran hukum. Transisi atau perubahan-perubahan yang sangat cepat yang terjadi selama masa remaja sering menimbulkan kegoncangan dan ketidak-pastian.
Banyak
remaja yang berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara wajar dalam menghadapi badai perkembangan ("storm and stress"), tetapi terdapat pula remaja
yang gagal dan
kandas terhempas ke dalam berbagai perilaku
menyimpang, yang tidak sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangannya. Oleh karena itu, pelayanan BK hadir untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat mempelajari dan mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal. 3. Tugas Perkembangan Tugas-tugas
perkembangan
adalah
diselesaikan oleh individu pada
serangkaian
tugas
yang
harus
masa perkembangan tertentu. Tugas
perkembangan muncul dan disusun sebagai kombinasi antara konsekuensi pertumbuhan fisik, kematangan kognitif, dan tuntutan-tuntutan sosial terhadap individu yang berada suatu masa perkembangan tertentu. Keberhasilan individu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada suatu masa perkembangan akan menjadi modal dan mempermudah pencapaian tugas-tugas perkembangan pada masa berikutnya. Sebaliknya, kegagalan individu dalam menyelesaikan tugastugas perkembangan pada suatu masa, akan menghambat pencapaian tugas-tugas perkembangan pada masa berikutnya. Tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu pada masa remaja (adaptasi dari Havighurst) yaitu sebagai berikut: (a) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita; (b) 9
Mencapai peran sosial pria, dan wanita; (c) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif; (d) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab; (e) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya; (f) Mempersiapkan karier ekonomi; (g) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan keluarga; (h) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku – mengembangkan ideologi.
B. KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING Bimbingan dan konseling sebagai layanan profesional pada satuan pendidikan dilakukan oleh tenaga pendidik profesional yaitu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling. Konselor adalah seseorang yang berkualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor. Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling yang dihasilkan Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan (LPTK) dapat ditugasi sebagai Guru Bimbingan dan Konseling untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Guru Bimbingan dan Konseling yang bertugas pada satuan pendidikan tetapi belum memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang ditentukan,
secara
bertahap ditingkatkan kualifikasi akademik dan kompetensinya sehingga mencapai standar yang ditentukan sebagaimana yang diatur dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yaitu Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor. Program Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor (PPGBK/K) menghasilkan tenaga pendidik profesional dalam bidang bimbingan dan konseling/Konselor. Kurikulum pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling sama dengan kurikulum pendidikan profesi konselor, dengan demikian lulusan program PPGBK/K menghasilkan pendidik profesional dalam bidang bimbingan
10
dan konseling yang disebut konselor atau guru bimbingan dan konseling yang dianugerahi gelar Gr.Kons. 1. Pengertian a. Bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk
memfasilitasi perkembangan peserta
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya (Permendikbud No. 111 tahun 2014, pasal 1 ayat 1). b. Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dari pendidikan adalah upaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka tercapainya perkembangan yang utuh dan optimal. c. Layanan Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk
memfasilitasi perkembangan peserta
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri
secara
bertanggung
jawab
sehingga
mencapai
kebahagiaan
dan
kesejahteraan dalam kehidupannya. d. Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan secara langsung (tatap muka) antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan konseli dan tidak langsung (menggunakan media tertentu), dan diberikan secara individual (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani satu orang), kelompok (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satu orang), klasikal (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satuan kelompok), dan kelas besar atau lintas kelas (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satuan klasikal). e. Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor. f. Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling. 11
g. Konseli adalah penerima layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan dalam rangka realisasi tugas-tugas perkembangan secara utuh dan optimalserta mencapai kemandirian dalam kehidupannya. h. Konselor atau Guru Bimbingan dan Konselingdi satuan pendidikan bertugas merencanakan, melaksanakan, mengevaluasidan melakukan tindak lanjut layanan bimbingan 2. Paradigma P elayanan BK merupakan
bantuan
psiko – sosial - pendidikan dalam
bingkai budaya dan karakter bangsa. Artinya, pelayanan BK memperhatikan perkembangan psikologis, aspek sosial dan aspek pendidikan
peserta didik
dalam nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Pelayanan Bimbingan dan Konseling didasarkan pada kaidah-kaidah k e s e j a t ia n
m a nu s ia
dan
keilmuan serta teknologi d a l a m b i d a ng pendidikan, yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan BK yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik/sasaran pelayanan dan mengacu kepada pengembangan karakter bangsa, sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia beradasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. 3. Visi dan Misi a. Visi Visi pelayanan BK adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis, serta bertanggung jawab. b. Misi Misi pelayanan BK meliputi misi pendidikan, pengembangan, pencegahan dan pengentasan masalah.
12
1) Misi pendidikan, memfasilitasi pengembangan kemampuan dan kompetensi sesuai dengan tahapan perkembangan melalui pengalaman pendidikan. 2) Misi pengembangan, memfasilitasi pengembangan kemampuan peserta didik dalam membuat dan mengimplementasikan rencana pribadi, pendidikan, dan karir. 3) Misi pencegahan dan pengentasan masalah, memfasilitasi peserta didik belajar, memonitor dan memahami perkembangannya serta mengambil tindakan secara pro aktif berdasarkan informasi diri yang bersifat pencegahan dan pengentasan masalah. 4. Fungsi dan Tujuan a. Fungsi layanan bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut. 1) Pemahaman yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, budaya, dan norma agama). 2) Fasilitasi yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
optimal,
serasi,
selaras
danseimbang seluruh aspek pribadinya. 3) Penyesuaian yaitu membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 4) Penyaluran yaitu membantu konseli merencanakan pendidikan, pekerjaan dan karir masa depan, termasuk juga memilih program peminatan, yang sesuai dengan kemampuan,
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadiannya. 5) Adaptasi yaitu membantu para pelaksana pendidikan termasuk kepala satuan pendidikan, staf administrasi, dan guru mata pelajaran atau guru kelas untuk menyesuaikan program dan aktivitas pendidikan dengan latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik/konseli. 6) Pencegahan yaitu membantu peserta didik/konseli dalam mengantisipasi berbagai
kemungkinan
timbulnya
masalah
dan
berupaya
untuk
mencegahnya, supayapeserta didik/konseli tidak mengalami masalah 13
dalam kehidupannya. 7) Perbaikan dan Penyembuhan yaitu membantu peserta didik/konseli yang bermasalah agar dapat memperbaiki kekeliruan
berfikir, berperasaan,
berkehendak, dan bertindak. Konselor atau guru bimbingan dan konseling melakukan memberikan perlakuan terhadap konseli supaya memiliki pola fikir yang rasional dan memiliki perasaan yang tepat, sehingga konseli berkehendak merencanakan dan melaksanakan tindakan yang produktif dan normatif. 8) Pemeliharaan yaitu membantu pesertadidik/konseli supaya dapat menjaga kondisi pribadi yang sehat-normal dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. 9) Pengembangan yaitu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli melalui pembangunan jejaring yang bersifat kolaboratif. 10) Advokasi yaitu membantu peserta didik/konseli berupa pembelaan terhadap hak-hak konseli yang mengalami perlakuan diskriminatif.
b. Tujuan layanan bimbingan dan konseling Layanan bimbingan dan konseling diarahkan untuk mengembangkan peserta didik agar memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik/konseli agar dapat mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya, serta menjalankan tugastugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh dan optimal. Tujuan khusus layanan bimbingan dan konseling adalah membantu konseli agar mampu: 1) memahami dan menerima diri dan lingkungannya; 2) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, kehidupannya di masa yang akan datang; 14
perkembangan karir dan
3) mengembangkan potensinya seoptimal mungkin; 4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya; 5) mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya; dan 6) mengaktualiasikan dirinya secara bertanggung jawab. 5. Asas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling a. Asas layanan bimbingan dan konseling 1) Kerahasiaan yaitu asas layanan yang menuntut konselor atau guru bimbingan dan konseling merahasiakan segenap data dan keterangan tentang peserta didik/konseli, sebagaimana diatur dalam kode etik bimbingan dan konseling. 2) Kesukarelaan, yaitu asas kesukaan dan kerelaan peserta didik/konseli mengikuti layananyang diperlukannya. 3) Keterbukaan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan dan menerima informasi. 4) Keaktifan yaitu asas layanankonselor atau guru bimbingan dan konselingkepada
peserta
didik/konseli memerlukan keaktifan dari
keduabelah pihak. 5) Kemandirian yaitu asas layanankonselor atau guru bimbingan dan konseling yang merujuk pada tujuan agar peserta didik/konseli mampu mengambil keputusan pribadi, sosial, belajar, dan karir secara mandiri. 6) Kekinian yaitu asas layanankonselor atau guru bimbingan dan konseling yang berorientasi pada perubahan situasi dan kondisi masyarakat
di
tingkat lokal, nasional dan global yang berpengaruh kuat terhadap kehidupan peserta didik/konseli. 7) Kedinamisan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang berkembang dan berkelanjutan dalam memandang tentang hakikat manusia, kondisi-kondisi perubahan perilaku, serta proses dan teknik bimbingan dan konseling sejalan perkembangan ilmu bimbingan dan konseling. 15
8) Keterpaduan yaitu asas layanan konseloratau guru bimbingan dan konseling yang terpadu antara tunjuan bimbingan dan konseling dengan tujuan pendidikan dan nilai – nilai luhur yang dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh masyarakat. 9) Keharmonisan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang selaras dengan visi dan misi sekolah, nilai dan norma kehidupan yang berlaku di masyarakat. 10) Keahlian yaitu asas layanankonseloratau guru bimbingan dan konseling berdasarkan atas kaidah-kaidah akademik dan etika profesional, dimana layanan bimbingan dan konseling hanya dapat diampu oleh tenaga ahli bimbingan dan konseling. 11) Tut wuri handayani yaitu suatu asas pendidikan yang mengandung makna bahwa konseloratau guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik harus memfasilitasi setiap peserta didik/konseli untuk mencapai tingkat perkembangan yang utuh dan optimal. b. Prinsip bimbingan dan konseling 1) Bimbingan
dan
konseling
diperuntukkan
bagi
semua
peserta
didik/konseli dan tidak diskriminatif. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik/konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa tanpa diskriminatif. 2)
Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) dan dinamis, dan melalui bimbingan peserta didik/konseli dibantu untuk menjadi dirinya sendiri secara utuh.
3)
Bimbingan dan konseling menekankan nilai-nilai positif. Bimbingan dan konseling merupakan upaya memberikan bantuan kepada konseli untuk membangun pandangan positif dan mengembangkan nilai-nilai positif yang ada pada dirinya dan lingkungannya.
4)
Bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab bersama. Bimbingan dan konseling bukan hanya tanggung jawab konselor atau 16
guru bimbingan dan konseling, tetapi tanggungjawab guru-guru dan pimpinan satuan pendidikan sesuai dengan tugas dan kewenangan serta peran masing-masing. 5)
Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu peserta didik/konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan serta merealisasikan keputusannya secara bertanggungjawab.
6)
Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya berlangsung pada satuan pendidikan, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga
pemerintah/swasta,
dan
masyarakat pada umumnya. 7)
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling tidak terlepas dari upaya mewujudkan tujuanpendidikan nasional.
8)
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia. Interaksi antar guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik harus senantiasa selaras dan serasi dengan nilainilai yang dijunjung tinggi oleh kebudayaan dimana layanan itu dilaksanakan.
9)
Bimbingan dan konseling bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan.
Layanan
bimbingan
dan
konseling
harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi serta daya dukung sarana dan prasarana yang tersedia. 10) Bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh tenaga profesional dan kompeten.Layanan bimbingan dan konseling dilakukan oleh tenaga pendidik profesionalyaitu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling
yang berkualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1)
dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor dari Lembaga 17
Pendidikan Tinggi Kependidikan yang terakreditasi. 11) Program
bimbingan
analisiskebutuhan
dan
konseling
peserta
disusun
didik/konseli
dalam
berdasarkan
hasil
berbagai
aspek
perkembangan. 12) Program bimbingan dan
konselingdievaluasi untuk mengetahui
keberhasilan layanan dan pengembangan program lebih lanjut.
C. KOMPONEN BIMBINGAN DAN KONSELING Layanan
bimbingan
dan
konseling
sebagai
layanan
profesional
yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan mencakup komponen program, bidang layanan, struktur dan program layanan, kegiatan dan alokasi waktu layanan. Komponen program meliputi layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem, sedangkan bidang layanan terdiri atas bidang layanan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Komponen program dan bidang layanan dituangkan kedalamprogram tahunan dan semesteran dengan mempertimbangkan komposisi, proporsi dan alokasi waktu layanan, baik di dalam maupun di luar kelas. Program kerja layanan bimbingan dan konseling disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik/konseli dan struktur program dengan menggunakan sistematika minimal meliputi:
rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan,
komponen program, bidang layanan, rencana operasional, pengembangan tema/topik, pengembangan RPLBK, evaluasi-pelaporan-tindak lanjut,
dan
anggaran biaya. 1.
Komponen Program Layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan secara keseluruhan dikemas dalam empat komponen layanan, yaitu komponen: (a) layanan dasar, (b) layanan peminatan dan perencanaan individual, (c) layanan responsif, dan(d) dukungan sistem.
18
a. Layanan Dasar 1)
Pengertian Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian).
2)
Tujuan Layanan
dasar
bertujuan
membantu
semua konseli
agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan hidup, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu peserta didik agar mampu: a) menyadari (memahami) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), b) mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, c) memenuhi
kebutuhan
dirinya
dan
mampu
mengatasi
masalahnya sendiri, dan d) mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dalam komponen layanan dasar antara lain: (1) asesmen kebutuhan, (2) bimbingan klasikal (misalnya: 19
layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten), (3) bimbingan kelompok, (4) pengelolaan media informasi. 3)
Fokus Pengembangan Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus pengembangan kegiatan yang dilakukan diarahkan padaperkembangan
aspek-aspek
pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu peserta didik/konseli dalam upaya mencapai tugas-tugas perkembangandan tercapainya kemandirian dalam kehidupannya. b. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual 1) Pengertian Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik/konseli dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan.Peminatan peserta didik dalam Kurikulum 2013 mengandung makna: (a) suatu
pembelajaran
berbasis minat peserta didik sesuai
kesempatan belajar yang ada dalam satuan pendidikan; (b) suatu proses pemilihan dan penetapan peminatan belajar yang ditawarkan oleh satuan pendidikan; (c) merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik tentang peminatan belajar yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan pilihan yang tersedia pada satuan pendidikan serta prospek peminatannya; (d) merupakan proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar serta perkembangan optimal dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional; dan
20
(e) layanan peminatan peserta didik merupakan wilayah garapan profesi bimbingan dan konseling, yang tercakup pada layanan perencanaan individual. Layanan Perencanaan individual adalah bantuan kepada peserta didik/konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitasaktivitas sistematik yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman tentang kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan sehingga peserta didik/konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik/konseli. 2) Tujuan Peminatan dan perencanaan individual secara umum bertujuan untuk membantu peserta didik/konseli agar: a) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, b) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan c) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya. Tujuan peminatan dan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi peserta didik/konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan pribadi- sosial oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan individual meliputi memahami secara khusus tentang potensi dan keunikan perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun peminatan dan perencanaan individual 21
ditujukan untuk seluruh peserta didik/konseli, layanan yang diberikan lebih bersifat
individual karena
didasarkan atas
perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masingmasing peserta didik/konseli. Layanan peminatan peserta didik secara khusus ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan kompetensi
sikap,kompetensi
pengetahuan,
dan
kompetensi
keterampilanpeserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajarankeilmuan, maupun kemampuan dalam bidang keahlian, program keahlian, dan paket keahlian. 3) Fokus Pengembangan Fokus pengembangan layanan peminatan peserta didik diarahkan pada kegiatan meliputi: a) pemberian informasi program peminatan; b) penelusuran minat; c) melakukan pemetaan dan pemantapan peminatan peserta didik (pengumpulan data, analisis data, interpretasi hasil analisis data dan pemantapan peminatan peserta didik); d) pendampingan pemantapan peminatan dilakukan melalui: (1) bimbingan klasikal (layanan informasi, layanan penempatan penyaluran,
layanan penguasaan konten), (2) bimbingan
kelompok, (3) konseling individual, (4) konseling kelompok, dan (5) konsultasi; e) pengembangan dan penyaluran; f) evaluasi dan tindak lanjut. Konselor atau guru bimbingan dan konseling berperan penting dalam layanan peminatan peserta didik dalam implementasi kurikulum 2013 dengan cara merealisasikan 6 (enam) kegiatan 22
tersebut. Penelusuran dan pemantapan peminatan SMP/MTs atau yang sederajat, memperhatikan prestasi akademik, prestasi non akademik, bakat, kecerdasan, dan kecenderungan minat peserta didik/konseli. Fokus perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek : a) pribadi yaitu tercapainya pemahaman diri dan pengembangan konsep diri yang positif, b) sosial
yaitu
tercapainya
pemahaman
lingkungan
dan
pengembangan keterampilan sosial yang efektif, c) belajar yaitu tercapainya efisiensi dan efektivitas belajar, keterampilan belajar, dan peminatan peserta didik/konseli secara tepat, dan d) karir yaitu tercapainya kemampuan mengeksplorasi peluangpeluang karir, mengeksplorasi latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif. c. Layanan Responsif 1)
Pengertian Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli yang menghadapi masalah dan
memerlukan
pertolongan dengan segera, agar peserta didik/konseli tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Strategi layanan responsif meliputi konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus (referral). 2)
Tujuan Layanan
responsif
didik/konseli
yang
bertujuan sedang
untuk
mengalami
membantu
peserta
masalah
tertentu
menyangkut perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. 23
Bantuan yang diberikan bersifat segera, karena dikhawatirkan dapat menghambat perkembangan dirinya dan berlanjut ke tingkat yang lebih serius. Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya membantu peserta didik/konseli untuk memahami hakikat dan ruang lingkup
masalah,
mengeksplorasi dan
menentukan alternatif pemecahan masalah yang terbaik melalui proses interaksi yang unik. Hasil dari layanan ini, peserta didik/konseli diharapkan dapat mengalami perubahan pikiran, perasaa,
kehendak,
atau
perilaku
yang
terkait
dengan
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. 3)
Fokus Pengembangan Fokus layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli yang secara nyata
mengalami masalah yang
mengganggu perkembangan diri dan secara potensial menghadapi masalah tertentu namun dia tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah. Masalah yang dihadapi dapat menyangkut ranah pribadi, sosial, belajar, atau karir. Jika tidak mendapatkan layanan segera dari Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling maka dapat menyebabkan peserta didik/konseli mengalami penderitaan, kegagalan, bahkan mengalami gangguan yang lebih serius atau lebih kompleks.Masalah peserta didik/konseli dapat berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Untuk memahami kebutuhan dan masalah peserta didik/konseli dapatdiperoleh
melalui
perkembangan
peserta
berbagai
instrumen,
asesmen
kebutuhan
didik/konseli, misalnya
dengan
angket
dan
analisis
menggunakan
konseli,
pedoman
wawancara, pedoman observasi, angket sosiometri, daftar hadir
24
peserta didik/konseli, leger, inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), psikotes dan alat ungkap masalah (AUM). d. Dukungan Sistem 1)
Pengertian Ketiga komponen program (layanan dasar, layanan peminatan dan perencanan individual, dan responsif)
sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informasi dan komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor atau guru bimbingan dan konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik/konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik/konseli dan mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. 2)
Tujuan Komponen program dukungan sistem bertujuan mendukung: a) konselor
atau
memperlancar
guru
bimbingan
dan
penyelenggaraan
konseling
dalam
komponen-komponen
layanan sebelumnya dan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling; b) personel
pendidik
lainnya
dalam
memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan pada satuan pendidikan. Dukungan sistem meliputi kegiatan pengembangan jejaring, kegiatan
manajemen,
berkelanjutan.
25
pengembangan
keprofesian
secara
3)
Fokus Pengembangan Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang meliputi: (a) konsultasi dengan pihak terkait, (b) penyelenggaraan program kerjasama, (c) partisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan satuan pendidikan, dan (d) penelitian dan pengembangan. Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan tujuannya tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
yang bermutu, dalam arti dilakukan
secara jelas, sistematis, dan terarah. Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara utuh diarahkan untuk memberikan kesempatan kepada konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk
meningkatkan
kapasitas
dan
kompetensi
melalui
serangkaian pendidikan dan pelatihan dalam jabatan maupun kegiatan-kegiatan
pengembangan
dalam
organisasi
profesi
Bimbingan dan Konseling, baik di tingkat pusat, daerah, dan kelompok musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling. Melalui kegiatan tersebut, peningkatan kapasitas dan kompetensi Konselor atau
Guru
Bimbingan
dan
Konseling
dapat
mendorong
meningkatnya kualitas layanan bimbingan dan konseling.
2.
Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup empat bidang layanan, yaitu bidang layanan yang memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pada hakikatnya perkembangan tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap diri individu peserta didik/konseli. a. Bimbingan dan konseling pribadi
26
1) Pengertian Suatu proses pemberian bantuan dari konselor atau guru bimbingan dan konseling
kepada peserta didik/konseli untuk memahami,
menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab tentang perkembangan aspek pribadinya, sehingga dapat mencapai perkembangan pribadinya secara optimal dan mencapai kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan dalam kehidupannya. 2) Tujuan Bimbingan dan konseling pribadi dimaksudkan untuk membantu peserta didik/konseli agar mampu: a) memahami
potensi diri dan memahami kelebihan dan
kelemahannya, baik kondisi fisik maupun psikis, b) mengembangkan potensi untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya, c) menerima kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik, d) mencapai keselarasan perkembangan antara cipta-rasa-karsa, e) mencapai kematangan/kedewasaan cipta-rasa-karsa secara tepat dalam kehidupanya sesuai nilai-nilai luhur, dan f) mengakualisasikan dirinya sesuai dengan potensi diri secara optimal berdasarkan nilai-nilai luhur budaya dan agama. 3) Ruang Lingkup Secara garis besar, lingkup materi bimbingan dan konseling pribadi meliputi pemahaman diri, pengembangan kelebihan diri, pengentasan kelemahan diri, keselarasan perkembangan cipta-rasakarsa, kematangan/kedewasaan cipta-rasa-karsa,
dan aktualiasi
diri secara bertanggung jawab. Materi bimbingan dan konseling pribadi tersebut dapat dirumuskan berdasarkan analisis kebutuhan 27
pengembangan diri peserta didik, kebijakan pendidikan yang diberlakukan, dan kajian pustaka. b. Bimbingan dan konseling sosial 1) Pengertian Suatu proses pemberian bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi
masalah-masalah
sosial
yang
dialaminya,
mampu
menyesuaikan diri dan memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan
sosialnya
sehingga
mencapai
kebahagiaan
dan
kebermaknaan dalam kehidupannya. 2) Tujuan Bimbingan dan konseling sosial bertujuan untuk membantu peserta didik/konseli agar mampu: a) berempati terhadap kondisi orang lain, b) memahami keragaman latar sosial budaya, c) menghormati dan menghargai orang lain, d) menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku, e) berinteraksi sosial yang efektif, f) bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung jawab, dan g) mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan. 3) Ruang Lingkup Secara umum, lingkup materi bimbingan dan konseling sosial meliputi pemahaman keragaman budaya, nilai-nilai dan norma sosial, sikap sosial positif (empati, altruistis, toleran, peduli, dan kerjasama), keterampilan penyelesaian konflik secara produktif, dan keterampilan hubungan sosial yang efektif. 28
c. Bimbingan dan konseling belajar 1) Pengertian Proses pemberian bantuan konselor atau guru bimbingan dan konseling kepada peserta didik/ konseli dalam mengenali potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan
belajar, terampil
merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal sehingga dapat mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam kehidupannya. 2) Tujuan Bimbingan dan konseling belajar bertujuan membantu peserta didik untuk: a) menyadari potensi diri dalam aspek belajar dan memahami berbagai hambatan belajar; b) memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif; c) memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat; d) memiliki keterampilan belajar yang efektif; e) memiliki keterampilan perencanaan dan penetapan pendidikan selanjutnya; dan f) memiliki kesiapan menghadapi ujian. 3) Ruang Lingkup Lingkup bimbingan dan konseling belajar terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang menunjang efisiensi dan keefektivan
belajar
pada
satuan
pendidikan
dan
sepanjang
kehidupannya; menyelesaikan studi pada satuan pendidikan, memilih studi lanjut, dan makna prestasi akademik dan non akademik dalam pendidikan, dunia kerja dan kehidupan masyarakat. d. Bimbingan dan konseling karir
29
1) Pengertian Proses pemberian bantuan konselor atau guru bimbingan dan konseling
kepada
peserta
didik/
konseli
untuk
mengalami
pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir sepanjang rentang hidupnya secara rasional dan realistis berdasar informasi potensi diri dan kesempatan yang tersedia di lingkungan hidupnya sehingga mencapai kesuksesan dalam kehidupannya. 2) Tujuan Bimbingan
dan
konseling
karir
bertujuan
menfasilitasi
perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir sepanjang rentang hidup peserta didik/konseli. Dengan demikian, peserta didik akan: a) memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan; b) memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir; c) memiliki sikap positif terhadap dunia kerja; d) memahami relevansi kemampuan menguasai pelajaran dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan; e) memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan kemampuan yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja; memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi; membentuk pola-pola karir; mengenal keterampilan, kemampuan dan minat; memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir. 30
3) Ruang Lingkup Ruang lingkup bimbingan karir terdiri atas pengembangan sikap positif terhadap pekerjaan, pengembangan keterampilan menempuh masa transisi secara positif dari masa bersekolah ke masa bekerja, pengembangan kesadaran terhadap berbagai pilihan karir, informasi pekerjaan, ketentuan sekolah dan pelatihan kerja, kesadaran akan hubungan beragam tujuan hidup dengan nilai, bakat, minat, kecakapan, dan kepribadian masing-masing. Untuk itu secara berurutan dan berkesinambungan, kompetensi karir peserta didik difasilitasi bimbingan dan konseling dalam setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah.
3.
Struktur Program Layanan a. Sistematika Program layanan. Program layanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan disusun sekurang-kurangnya dengan menggunakan sistematika sebagai berikut. 1) Rasional Perlu dirumuskan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program satuan pendidikan. Rumusan konsep dasar kaitan antara bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/implementasi kurikulum, dampak perkembangan iptek dan konteks sosial budaya hidup masyarakat (termasuk
peserta
didik), dan hal-hal lain yang dianggap relevan. 2) Visi dan Misi Sajian visi dan misi bimbingan dan konseling harus sesuai dengan visi dan misi sekolah/madrasah, oleh karena itu sajikan visi dan misi sekolah/madrasah kemudian
rumuskan visi dan
layanan bimbingan dan konseling.
31
misi program
3) Deskripsi Kebutuhan Rumusan deskripsi kebutuhan didasarkan atas hasil asesmen kebutuhan
(need
assessment)
peserta
didik/konseli
dan
lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta didik/konseli yang terkait dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. 4) Tujuan Rumusan tujuan yang akan dicapai disusun dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai peserta didik/ konseli
setelah memperoleh
layanan bimbingan dan konseling. Perilaku yang dimaksud terkait dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir untuk mencapai kehidupan keseharian yang efektif, kemandirian, dan perkembangan optimal. 5) Komponen Program. Komponen program bimbingan dan konseling di satuan pendidikan meliputi: (1) Layanan Dasar, (2) Layanan Peminatan peserta didik dan Perencanaan Individual (3) Layanan Responsif, dan (4) Dukungan sistem. 6) Bidang layanan Bidang layanan bimbingan dan konseling meliputi pribadi, sosial, belajar dan karir. Materi layanan bimbingan dan konseling disajikan secara proporsional sesuai dengan hasil asesmen kebutuhan terhadap 4 (empat) bidang layanan. 7) Rencana Operasional (Action Plan) Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Rencana kegiatan adalah uraian detil dari program yang menggambarkan struktur isi program untuk memfasilitasi peserta didik/konseli mencapai kemandirian dalam kehidupannya. 32
8) Pengembangan Tema/Topik Tema/topik ini merupakan rincian lebih lanjut dari identifikasi deskripsi kebutuhan peserta didik dalam aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (RPLBK). RPLBK dikembangkan sesuai dengan tema/topik dan sistematika yang diatur dalam panduan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Materi pelayanan BK dapat dirumuskan berupa tema/topik yang akan dibahas di dalam praktik pelayanan. Tema adalah rumusan yang mengandung sejumlah aspek materi yang saling berkaitan yang selanjutnya menjadi muatan kegiatan pelayanan yang dimaksudkan. Tema-tema disusun dan dapat dijabarkan menjadi berbagai subtema yang
merupakan materi pelayanan BK mengacu kepada tugas
perkembangan peserta didik SMP (delapan tugas perkembangan remaja sebagaimana tersebut terdahulu), kondisi lingkungan, dan kebutuhan
dalam arti seluas-luasnya. Materi yang menjadi isi
tema/subtema harus memenuhi kompetensi pada bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir, yang dilaksanakan melalui berbagai strategi dan teknik layanan bimbingan dan konseling yang diadministrasikan pada format layanan tertentu. Sebagai contoh telah disusun 17 tema, baik tema maupun subtema yang dapat menjadi muatan jenis layanan dan/ atau kegiatan pendukung BK. Contoh tema-tema dan subtema dapat dibaca pada Lampiran 2. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (RPLBK) disesuaikan dengan tema/topik dan sistematika sebagai berikut: (1) identitas, (2) waktu dan tempat, (3) kompetensi (4) fungsi layanan, (5) tujuan layanan, (6) bidang bimbingan, (7) jenis 33
layanan, (8) materi/tema layanan, (9) sarana, (10) langkah kegiatan (disesuaikan dengan jenis layanan yang digunakan), (11) penilaian proses dan penilaian hasil, (12) tindak lanjut, dan (13) sumber bahan (jika diperlukan/relevan). 9) Evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut Rencana evaluasi perkembangan peserta didik/konseli
didasarkan
pada rumusan tujuan yang ingin dicapai dari layanan yang dilakukan.Di samping itu, perlu dilakukan evaluasi keterlaksanaan program,
dan hasilnya sebagai bentuk akuntabilitas layanan
bimbingan dan konseling. Hasil evaluasi harus dianalisis, dilaporkan dan
diakhiri
dengan
rekomendasi
tentang
tindak
lanjut
pengembangan program selanjutnya. 10) Anggaran biaya. Rencana anggaran biaya untuk mendukung implementasi program layanan bimbingan dan konseling disusun secara realistik dan dapat dipertanggungjawabkan secara transparan. Rancangan biaya dapat memuat kebutuhan biaya operasional layanan bimbingan dan konseling dan pengembangan profesi bimbingan dan konseling. b. Program Layanan Program layanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan sebagai berikut. 1) Program Tahunan, yaitu program layanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan mencakup komponen, strategi dan bidang layanan selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan pendidikan. 2) Program Semesteran yaitu program layanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester merupakan jabaran kegiatan lebih rinci dari program tahunan.
34
4. Kegiatan dan Alokasi Waktu Layanan a) Kegiatan Layanan Layanan
bimbingan
dan
konseling
pada
satuan
pendidikan
diselenggarakan oleh tenaga pendidik profesional yaitu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling. Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan di dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan bimbingan dan konseling di dalam kelas dan di luar kelas merupakan satu kesatuan dalam layanan profesional bidang bimbingan dan konseling. Layanan dirancang dan
dilaksanakan
dengan
memperhatikan
keseimbangan
dan
kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, serta mensinkronkan dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler. Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara terprogram berdasarkan asesmen kebutuhan (need assessment) yang dianggap penting (skala prioritas) dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta didik harus
mendapatkan layanan bimbingan dan
konseling secara terencana, teratur dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling dialokasikan
jam masuk kelas selama 2 (dua) jam pembelajaran per
minggu setiap kelas secara rutin terjadwal. Layanan bimbingan dan konseling di dalam kelas bukan merupakan matapelajaran bidang studi, namun terjadwal secara rutin di kelas dimaksudkan untuk melakukan asesmen kebutuhan layanan bagi peserta didik/konseli dan memberikan layanan yang bersifat pencegahan, perbaikan dan penyembuhan, pemeliharaan, dan atau pengembangan. 1) Layanan bimbingan dan konseling di dalam kelas a) Layanan bimbingan dan konseling di dalam kelas (bimbingan klasikal) merupakan layanan yang dilaksanakan dalam seting kelas, diberikan kepada semua peserta didik, dalam bentuk tatap muka terjadwal dan rutin setiap kelas/perminggu.
35
b) Volume kegiatan tatap muka secara klasikal (bimbingan klasikal) adalah 2 (dua) jam per kelas (rombongan belajar) perminggu dan dilaksanakan secara terjadwal di kelas. c) Materi layanan bimbingan klasikal meliputi empat bidang layanan bimbingan dan konseling diberikan secara proporsional, sesuai kebutuhan peserta didik/konseli yang meliputi aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir dalam kerangka pencapaian perkembangan optimal peserta didik dan tujuan pendidikan nasional. d) Materi layanan bimbingan klasikal disusun dalam bentuk rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal (RPLBK). e) Bimbingan klasikal diberikan secara runtut dan terjadwal di kelas dan dilakukan oleh konselor yaitu pendidik profesional
yang
minimal berkualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan lulus pendidikan profesi guru bimbingan
dan konseling/konselor, atau guru Bimbingan dan
konseling yang berkualifikasi minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan bersertifikat pendidik.
2) Layanan bimbingan dan konseling di luar kelas a) Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di luar kelas, meliputi : (1) Konseling individual,
merupakan kegiatan terapeutik yang
dilakukan secara perseorangan untuk membantu peserta didik/konseli yang sedang mengalami masalah atau kepedulian tertentu yang bersifat pribadi. Dalam pelaksanaannya, peserta didik/konseli dibantu oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling untuk mengidentifikasimasalah,penyebab masalah, menemukan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan terbaik untuk mewujudkan keputusannya dengan penuh tanggung jawab dalam kehidupannya.
36
(2) Konseling kelompok, merupakan kegiatan terapeutik yang dilakukan
dalam
situasi
kelompok
untuk
membantu
menyelesaikan masalah individu yang bersifat rahasia. Dalam pelaksanaannya, peserta didik/konseli dibantu oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dan anggota kelompok untuk
mengidentifikasi
masalah,
penyebab
masalah,
menemukan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan terbaik dan mewujudkan keputusannya dengan penuh tanggung jawab. (3) Bimbingan kelompok, merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli melalui kelompok-kelompok kecil terdiri atas dua sampai sepuluh orang untuk maksud pencegahan masalah,
pemeliharaan
nilai-nilai
atau
pengembangan
keterampilan-keterampilan hidup yang dibutuhkan. Bimbingan kelompok harus dirancang sebelumnya dan harus sesuai dengan kebutuhan nyata anggota kelompok. Topik bahasan dapat ditetapkan berdasarkan kesepakatan angggota kelompok atau dirumuskan sebelumnya oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling
berdasarkan pemahaman atas data tertentu.
Topiknya bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, pergaulan sosial, persahabatan, penanganan konflik, mengelola stress. (4) Bimbingan kelas besar atau lintas kelas. Bimbingan lintas kelas
merupakan
kegiatan
yang
bersifat
pencegahan,
pengembangan yang bertujuan memberikan pengalaman, wawasan, serta pemahaman yang menjadi kebutuhan peserta didik, baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, serta karir. Salah satu contoh kegiatan bimbingan lintas kelas adalah career day.
37
(5) Konsultasi merupakan kegiatan berbagi pemahaman dan kepedulian antara konselor atau guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran, orang tua,
pimpinan satuan
pendidikan, atau pihak lain yang relevan dalam upaya membangun kesamaan persepsi dan memperoleh dukungan yang diharapkan dalam memperlancar pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling. (6) Konferensi kasus (case conference) merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh konselor atau guru pembimbing dengan maksud membahas permasalahan peserta didik/konseli. Dalam pelaksanaannya,
melibatkan
pihak-pihak
yang
dapat
memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi penyelesaian masalah peserta didik/konseli. (7) Kunjungan
rumah
(home
visit)
merupakan
kegiatan
mengunjungi tempat tinggal orangtua/wali peserta didik/konseli dalam rangka klarifikasi, pengumpulan data, konsultasi dan kolaborasi untuk penyelesaian masalah peserta didik/konseli. (8) Alih tangan kasus (referral) adalah pelimpahan penanganan masalah peserta didik/konseli yang membutuhkan keahlian di luar kewenangan konselor atau guru bimbingan dan konseling. Alih tangan kasus dilakukan dengan menuliskan masalah konseli dan intervensi yang telah dilakukan, serta dugaan masalah yang relevan dengan keahlian profesional yang melakukan alih tangan kasus. (9) Advokasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang dimaksudkan
untuk
memberi
pendampingan
peserta
didik/konseli yang mengalami perlakuan tidak mendidik, diskriminatif, malpraktik, kekerasan, pelecehan, dan tindak kriminal. (10) Kolaborasi adalah kegiatan fundamental layanan BK dimana Konselor atau guru bimbingan dan konseling bekerja sama 38
dengan berbagai pihak atas dasar prinsip kesetaraan, saling pengertian, saling menghargai dan saling mendukung. Semua upaya kolaborasi diarahkan pada suatu kepentingan bersama, yaitu bagaimana agar setiap peserta didik/konseli mencapai perkembangan yang optimal dalam aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karirnya. Kolaborasi dilakukan antara konselor atau guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua, atau pihak lain yang relevan untuk membangun pemahaman dan atau upaya bersama
dalam
membantu
memecahkan
masalah
dan
mengembangkan potensi peserta didik/konseli. (11) Pengelolaan
Media
informasi
merupakan
kegiatan
penyampaian informasi yang ditujukan untuk membuka dan memperluas wawasan peserta didik/konseli tentang berbagai hal yang bermanfaat dalam pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir, yang diberikan secara tidak langsung melalui media cetak atau elektronik (seperti web site, buku, brosur, leaflet, papan bimbingan) (12) Pengelolaan kotak masalah merupakan kegiatan penjaringan masalah dan pemberian umpan balik terhadap peserta didik yang memasukan surat masalah kedalam sebuah kotak yang menampung masalah-masalah peserta didik. (13) Manajemen Program berbasis komptensi. Dalam hal pengelolaan bimbingan dan konseling secara operasional, kepala
sekolah
mendelegasikan
kewenangan
kepada
koordinator bimbingan dan konseling sebagai tugas tambahan yang ditugaskan kepada konselor atau guru bimbingan dan konseling
yang berlatar belakang Sarjana Pendidikan (S-1)
bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/konselor, atau minimal
39
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling. (14) Penelitian
dan
Pengembangan.
Konselor
atau
Guru
bimbingan dan konseling dituntut menggunakan temuantemuan baru atau mengembangkan cara-cara baru dalam melaksanakan tugas-tugas keprofesiannya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain melakukan penelitian mandiri, penelitian kelompok bersama teman sejawat, penelitian berkolaboratif dengan pakar di perguruan tinggi. Proses dan hasil penelitian dan pengembangan disebarluaskan kepada berbagai pihak melalui jurnal, forum konvensi dan forum ilmiah lainnya, rubrik media cetak maupun elektronik. (15) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Dalam upaya memberikan layanan profesi dan pengabdian terbaik serta merespons dinamika
tuntutan dan tantangan
profesi,
konselor atau guru bimbingan dan konseling berusaha secara terus-menerus mengembangkan
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan melalui pendidikan dan latihandalam jabatan, studi lanjut dan aktif dalam organisasi profesi pada tataran lokal, regional, nasional, dan internasional. b) Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di luar kelas dapat dihitung jam kerjanya dengan menggunakan tabel perhitungan ekuivalensi (Lampiran1). b. Alokasi Waktu Layanan Pengaturan proporsi prakiraan waktu layanan setiap
komponen program
Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dalam Kurikulum 2013 diatur dalam Tabel 2. Besaran persentase dalam setiap layanan dan setiap jenjang satuan pendidikan didasarkan data hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli dan satuan pendidikan. Dengan demikian besaran persentase dapat berbeda-beda antara satuan pendidikan yang satu dengan yang lainnya, karena sangat tergantung hasil asesmen kebutuhan. 40
Tabel 1.Alokasi Waktu Layanan Bimbingan dan Konseling
Program
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA/SMK/MAK
Layanan Dasar Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Layanan Responsif Dukungan Sistem
45 – 55% 5 – 10%
35 – 45% 15 – 25%
25 – 35% 25 – 35%
20 – 30% 10 – 15%
25 – 35% 10 – 15%
15 – 25% 10 – 15%
Pengaturan waktu bekerja bagi konselor atau guru Bimbingan dan Konseling di dalam melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan mengacu pada ketentuan sebagaimana diatur pada Tabel 2. Alokasi jam kerja pada setiap
layanan Bimbingan dan Konseling bergantung pada besaran
persentase dari setiap layanan. Tabel 2. Contoh Perhitungan Alokasi Waktu Layanan Bimbingan dan Konseling
Program
Pembagian waktu Layanan (24 – 40 Jam Kerja)
Layanan Dasar Layanan Responsif Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Dukungan sistem
35 % x (24 - 40 jam kerja) = 8 – 14 jam kerja 25 % x (24 – 40 jam kerja) = 6 – 10 jam kerja 30 % x (24- 40 jam kerja) = 7 – 12 jam kerja 10 % x (24 -40 jam kerja)
= 3 – 4 jam kerja
Penetapan persentase pada setiap satuan pendidikan didasarkan pada hasil analisis kebutuhan pada setiap satuan pendidikan, sehingga angka persentase dapat berbeda antara satuan pendidikan satu dengan satuan lainnya. Pengakuan jam kerja konselor atau guru Bimbingan dan Konseling diperhitungkan dengan rasio 1: (150 - 160) ekuivalen dengan jam kerja 24 jam. Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling yang rasionya dengan konseli kurang dari 1:150 maka jam kerjanya dapat dihitung dengan menggunakan satuan jam kinerja profesi bimbingan dan konseling, yaitu melaksanakan berbagai kegiatan profesi bimbingan dan konseling dengan bukti aktivitasnya terdokumentasikan. Penghargaan jam kerja diekuivalenkan dengan jumlah peserta didik/konseli yang kurang adalah jumlah peserta didik/konseli yang 41
dilayani dibagi 160 dikalikan 24 jam. Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling yang rasionya melebihi 1 : 160 maka kelebihan jam kerjanya dihitung dengan menambahkan setiap satu rombongan belajar dalam satuan pendidikan dan setiap satuan rombongan belajar dihargai dua jam pembelajaran.Contoh : jumlah peserta didik/konseli yang dilayani sejumlah 191, ukuran jumlah kelas adalah 32, maka kelebihan 31 tidak dihitung kelebihan beban tugas, namun bila jumlahnya 192, maka dapat dihitung sebagai tambahan jam kerja sejumlah 2 jam pelajaran/perminggu. Perhitungan jumlah peserta didik/konseli
dalam setiap rombongan belajar
sesuai dengan ketentuan standar nasional yang berlaku. Secara bertahap, kinerja profesi bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan dapat menggunakan perhitungan kinerja profesional bimbingan dan konseling bukan dihitung berdasarkan jumlah peserta didik/ konseli yang menjadi tanggung jawabnya. Bukti kinerja profesional konselor atau guru bimbingan dan konseling yang memadai sesuai ketentuan dapat dipergunakan sebagai pemenuhan syarat memperoleh pengakuan dan penghargaan sesuai peraturan. 5. Mekanisme Pengelolaan Layanan Secara berurutan, mekanisme pengelolaan bimbingan dan konseling ditata dan mencakup tahapan analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program. a. Analisis kebutuhan Program bimbingan dan konseling dirancang berdasar data kebutuhan peserta didik, sekolah, dan orangtua. Data kebutuhan dikumpulkan dan ditelaah untuk memperbaharui
tujuan
konseling.Bimbingan
dan
dan
rencana
konseling
program
direncanakan,
bimbingan
dan
dilaksanakan,
dan
dievaluasi serta ditindaklanjuti berbasis prioritas data kebutuhan yang difasilitasi pemenuhanya dalam bidang dan komponen bimbingan dan konseling.
42
Kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan orangtua diidentifikasi dengan berbagai instrumen non tes dan tes atau dengan pengumpulan fakta, laporan diri, observasi, dan tes, yang diselenggakan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling sendiri atau fihak lain yang lebih berkewenangan. Hasil identifikasi dianalisis dan diinterpretasi untuk menentukan skala prioritas layanan bimbingan dan konseling. b. Perencanaan Perencanaan (action plan) sebagai alat yang berguna untuk merespon kebutuhan yang telah teridentifikasi, mengimplementasikan tahap-tahap khusus untuk memenuhi kebutuhan, dan mengidentifikasi fihak yang bertanggungjawab terhadap setiap tahap, serta mengatur jadwal dalam program tahunan dan semesteran serta pengimplementasiannya. Dengan demikian, sejak awal telah dirancang efisiensi dan keefektivan program dan rencana pengukuran akuntabilitasnya.Program bimbingan dan konseling direncanakan sebagai program tahunan dan program semesteran. c. Pelaksanaan Pelaksanaan
bimbingan
dan
konseling
harus
memperhatikan
aspek
penggunaan data dan penggunaan waktu yang tersebar ke dalam kalender akademik. Aspek pertama adalah penggunaan data.Kumpulan data akan memberikan informasi penting dalam pelaksanaan program dan akan diperlukan untuk mengevaluasi program dalam kaitannya dengan kemajuan yang diraih peserta didik/konseli. Data dikumpulkan sepanjang proses pelaksanaan bimbingan dan konseling sehubungan dengan perencanaan apa yang dikerjakan, apa yang tidak dikerjakan, apa yang berubah atau ditingkatkan. Data yang dikumpulkan dipilah menjadi data tiga: (1) data jangka pendek yaitu data setiap akhir aktivitas, (2) data jangka menengah merupakan data kumpulan dari periode waktu tertentu, misalnya program semesteran maka data yang dimaksud adalah data selama satu semester untuk mengukur indikator kemajuan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, dan (3) data jangka panjang merupakan data akhri serangkaian program misalnya program tahunan yang 43
merupakan data hasil seluruh aktivitas dan dampaknya pada perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik. Aspek kedua adalah penggunaan waktu yang tersebar dalam kalender akademik. Proporsi waktu perencanaan dan pelaksanaan setiap komponen dan bidang bimbingan dan konseling harus memperhatikan tingkat satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, jumlah konselor atau guru bimbingan dan konseling, jumlah peserta didik yang dilayani. Perhatian utama ditujukan kepada kebutuhan peserta didik sebagai hasil analisis kebutuhan. Persentase dalam distribusi waktu konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam setiap
komponen
program
bimbingan
dan
konseling
juga
harus
memperhatikan tingkatan kelas dalam satuan pendidikan. Sebagian besar waktu konselor atau guru bimbingan dan konseling (80%-85%) untuk pelayanan langsung kepada peserta didik, sisanya (15%-20%) untuk aktivitas manajemen dan administrasi.Kalender aktivitas bimbingan dan konseling sebagai perencanaan program semua komponen dan bidang bimbingan dan konseling diatur sejalan dengan kalender akademik satuan pendidikan. d. Evaluasi Evaluasi dalam bimbingan dan konseling merupakan proses pembuatan pertimbangan secara sistematis mengenai keefektivan dalam mencapai tujuan program bimbingan dan konseling berdasar pada ukuran (standar) tertentu. Dengan demikian evaluasi merupakan prosessistematis dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang efisiensi, keefektivan, dan dampak dariprogram dan layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan pribadi, sosial belajar, dan karir peserra didik/konseli. Evaluasi berkaitan dengan akuntabilitas yaitu sebagai ukuran seberapa besar tujuan bimbingan dan konseling telah dicapai. e. Pelaporan Pelaporan proses dan hasil dari pelaksanaan program dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana peserta didik berkembang sebagai hasil dari layanan bimbingan dan konseling. Laporan akan digunakan sebagaipendukung program lanjutan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan program 44
selanjutnya. Laporan jangka pendek akan menfasilitasi evaluasi aktivitas program jangka pendek. Laporan jangka menengah dan jangka panjang akan merefleksikan kemajuan ke arah perubahan dalam diri semua peserta didik. Isi dan format laporan sejalan dengan kebutuhan untuk menyampaikan informasi secara efektif krpada seluruh pemangku kepentingan. Laporan juga akan menjadi informasi penting bagi pengembangan profesionalitas
yang
diperlukan bagi konselor atau guru bimbingan dan konseling. f. Tindak lanjut Tindak lanjut atas laporan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan menjadi alat penting dalam tindak lanjut untuk mendukung program sejalan dengan yang direncanakan, mendukung setiap peserta didik yang dilayani, mendukung digunakannya materi yang tepat, mendokumentasi proses, persepsi, dan hasil program secara rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek, menengah dan jangka panjang, atas analisis keefektivan program digunakan untuk mengambil keputusan apakah program dilanjutkan, direvisi, atau dihentikan, meningkatkan program, seta dihgunakan untuk mendukung perubahan-perubahan dalam sistem sekolah. 6. Mekanisme Penyelesaian Masalah Secara berurutan mekanisme penyelesaian masalah mencakup tahapan identifikasi, pengumpulan data, analisa, diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut. a.
Identifikasi, merupakan upaya pengumpulan data fenomena/indikator masalah dan pengumpulan data identitas peserta didik yang menunjukkan perilaku indikator masalah
b.
Pengumpulan data, upaya menumpulkan data pendukungterhadap fenomena/indikator masalah dan data potensi yang dimiliki peserta didik yang mengalami masalah
c.
Analisa, memetakan hubungan antarindikator masalah dan potensi yag dimiliki untuk menetapkan latar belakang masalah berdasarkan kerangka teoritik Bimbingan dan Konseling. 45
d.
Diagnosis, menetapkan inti masalah dengan menggunakan analisis SWOT dalam kerangka teoritis dan praksis BK.
e.
Prognosis, menetapkan berbagai kemungkinan bantuan, menyeleksi bantuan
yang
paling
memungkinkan
dilakukan
berdasarkan
pertimbangan potensi peserta didik serta kapasitas kemampuan konselor dan kewenangan profesional, menyusun tindakan operasional dengan menggunakan strategi dan teknik BK secara terinci. f.
Perlakuan,
melaksanakan
bantuan
layanan
bimbingan
konseling
berdasarkan rancangan yang disusun g.
Evaluasi, upaya menilai keberhasilan bantuan dengan menggunakan instrumen dan menetapkan indikator keberhasilan.
h.
Tindak lanjut, memberikan layanan lanjutan berdasarkan hasil evaluasi baik berupa tindakan maupun referal.
D. STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Strategi layanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi peserta didik/konseli mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Strategi layanan bimbingan dan konseling dibedakan berdasarkan atas: 1.
jumlah individu yang dilayani dilaksanakan melalui layanan individual, layanan kelompok, layanan klasikal, atau layanan kelas besar atau lintas kelas.
2.
jenis dan intensitas masalah yang dihadapi peserta didik/konseli dilaksanakan melalui bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, bimbingan individual, konseling individual, konseling kelompok, atau advokasi.
3.
cara komunikasi layanan dilaksanakan melalui tatap muka antara konselor atau guru bimbingan dan konseling dengan peserta didik/konseli atau menggunakan media tertentu, baik media cetak maupun elektronik. Media bimbingan dan konseling yang dimaksudkan misalnya : papan bimbingan, kotak masalah, leaflet, website, email, buku, telepon, dan lainnya. 46
E. SARANA, PRASARANA, PEMBIAYAAN Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan layanan dan membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional memerlukan sarana, prasarana, dan pembiayanan yang memadai. 1. Ruang Bimbingan dan Konseling Ruang kerja bimbingan dan konseling memiliki kontribusi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Ruang kerja bimbingan dan konseling disiapkan dengan ukuran yang memadai, dilengkapi dengan perabot/perlatannya, diletakan pada lokasi yang mudah untuk akses layanan dan kondisi lingkungan yang sehat. Di samping ruangan, dapat dibangun taman sekolah yang berfungsi ganda yaitu untuk kepentingan taman satuan pendidikan, dapat juga ada disain untuk layanan bimbingan dan konseling di taman. Ukuran ruang bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan jenis dan jumlah ruangan. Ruang kerja konselor atau guru bimbingan dan konselor disiapkan secara terpisah dan antar ruangan tidak tembus pandang dan suara. Jenis ruangan yang diperlukan antara antara lain: a. ruang kerja sekaligus ruang konseling individual, b. ruang tamu, c. ruang bimbingan dan konseling kelompok, d. ruang data, e. ruang konseling pustaka (bibliocounseling) dan f. ruang lainnya sesuai dengan perkembangan profesi bimbingan dan konseling. Jumlah ruang disesuaikan dengan jumlah peserta didik/konseli dan jumlah konselor atau guru bimbingan dan konseling yang ada pada satuan pendidikan. Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para peserta didik/konseli yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa nyaman, dan segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan pelayanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Khusus ruangan konseling individual harus merupakan ruangan yang memberi rasa aman, nyaman dan menjamin kerahasiaan konseli. 47
Di dalam ruangan hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data peserta didik, dan berbagai data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan dan jabatan. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan program layanan bimbingan dan konseling yang disediakan. Adapun contoh minimal ruang bimbingan dan konseling seperti tertera pada gambar berikut;
Gambar 1. Contoh Mininal Ruang Bimbingan dan Konseling
48
Gambar 2. Alternatif contoh penataan ruang kerja profesi bimbingan dan konseling
Gambar 3. Alternatif contoh penataan ruang kerja profesi bimbingan dan konseling
49
2. Fasilitas Penunjang Selain ruangan, fasilitas lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling antara lain: a. Dokumen program bimbingan dan konseling yang disiman dalam almari. b. Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi seperti: 1) Alat pengumpul data berupa tes. 2) Alat pengumpul data teknik non-tes yaitu: biodata peserta didik/konseli, pedoman wawancara, pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, angket (angket peserta didik dan orang tua), biografi dan autobiografi, angket sosiometri, AUM, ITP, format RPLBK, formatformat surat (panggilan, referal, kunjungan rumah), format pelaksanaan pelayanan, dan format evaluasi. 3) Alat penyimpan data, dapat berbentuk kartu, buku pribadi, map dan file dalam komputer. Bentuk kartu ini dibuat dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam almari/ filing cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data untuk masing-masing peserta didik, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data peserta didik yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi. 4) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat, buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi pelayanan bimbingan, buku hasil wawancara, laporan kegiatan pelayanan, data kehadiran peserta didik, leger Bimbingan dan Konseling, buku realisasi kegiatan Bimbingan dan Konseling, bahanbahan informasi pengembangan keterampilan pribadi, sosial, belajar maupun karir, dan buku/ bahan informasi pengembangan keterampilan hidup, perangkat elektronik (seperti komputer, tape recorder, film, dan CD interaktif, CD pembelajaran, OHP, LCD, TV); filing cabinet/ lemari data (tempat penyimpanan dokumentasi dan data peserta didik/konseli), dan papan informasi Bimbingan dan Konseling. Dalam kerangka pikir dan kerangka kerja Bimbingan dan Konseling terkini, para konselor atau guru bimbingan dan konselingpada satuan pendidikan perlu terampil menggunakan perangkat komputer, perangkat komunikasi dan 50
berbagai software untuk membantu mengumpulkan data, mengolah data, menampilkan data maupun memaknai data sehingga dapat diakases secara cepat dan secara interaktif. Perangkat tersebut memiliki peranan yang sangat strategis dalam pelayananBimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Dalam konteks ini, para konselor atau guru bimbingan dan konseling dituntut untuk menguasai sewajarnya penggunaan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras komputer. Banyak sekali perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam upaya memberikan pepelayanan terbaik, efisien, dan daya jangkau pelayanan yang lebih luas kepada para peserta didik/konseli. Sebagai contoh perangkat lunak itu antara lain, program database peserta didik, perangkat ungkap masalah, analisis tugas dan tingkat perkembangan peserta didik, dan beberapa perangkat tes tertentu. Komputer yang disediakan di ruang bimbingan dan konseling hendaknya memiliki memori yang cukup besar karena akan menyimpan semua data peserta didik, memiliki kelengkapan audio agar dapat dimanfaatkan setiap peserta didik untuk menggunakan berbagai CD interaktif informasi maupun pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah, serta kelengkapan akses internet agar dapat mengakses informasi penting yang diperlukan peserta didik maupun dimanfaatkan peserta didik untuk melakukan e-counseling. Salah satu perangkat lunak yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling adalah Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Pengolahan data secara komputerisasi memungkinkan kebutuhan peserta didik terdeteksi secara rinci sehingga dapat diturunkan manjadi program umum satuan pendidikan, program untuk tingkatan kelas maupun program individual setiap peserta didik/konseli. Kondisi ini memungkinkan karena data setiap peserta didik, data peserta didik/konseli dalam kelompok kelas, data peserta didik/konseli sebagai bagian dari tingkatan kelas maupun data seluruh satuan pendidikan dapat tertampilkan. Berbagai film dan CD interaktif sebagai bahan penunjang pengembangan keterampilan pribadi, sosial, belajar dan karir juga harus tersedia, sehingga para peserta didik tidak hanya memperoleh informasi melalui buku atau papan informasi. Media bimbingan merupakan pendukung optimalisasi layanan bimbingan dan konseling. 3. Pembiayaan Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari pengelolaan bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk 51
ke dalam Anggaran dan Belanja Satuan Pendidikan.Memilih strategi pengelolaan yang tepat dalam usaha mencapai tujuan program layanan bimbingan dan konseling memerlukan analisis terhadap anggaran yang dimiliki. Strategi pengelolaan program yang dipilih harus disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki. Kebijakan satuan pendidikan setiap satan pendidikan harus memberikan dukunganterhadap penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus diperlakukan sebagai kegiatan yang utuh dari seluruh program pendidikan. Adapun komponen anggaran meliputi: a. Anggaran untuk semua aktivitas yang tercantum pada program Bimbingan dan Konseling. b. Anggaran untuk aktivitas pendukung (seperti untuk asesmen kebutuhan, kunjungan rumah, pengadaan pustaka terapi/buku pendukung, mengikuti diklat/seminar/workshop atau kegiatan profesi bimbingan dan konseling, studi lanjut, kegiatan musyawarah guru bimbingan dan konseling, pengadaan instrumen bimbingan dan konseling, dan lainnya yang relevan untuk operasional layanan bimbingan dan konselinh. c. Anggaran untuk pengembangan dan peningkatan kenyamanan ruang atau pemberian layanan bimbingan dan konseling (seperti pembenahan ruangan, pengadaan buku-buku untuk konseling pustaka, penyiapan perangkat konseling kelompok). Sumber biaya selain dari RKAS (rencana kegiatan dan anggaran Sekolah/Madrasah), dengan dukungan kebijakan Kepala Sekolah/Madrasah jika memungkinkan dapat mengakses dana dari sumber-sumber lain melalui kesepakatan lembaga dengan pihak lain, atau menggunakan sumber yang dialokasikan oleh komite Sekolah/Madrasah.
52
BAB III MANAJEMEN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP A. MEKANISME PENGELOLAAN 1. Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling Manajemen pelayanan BK pada satuan-satuan pendidikan merupakan bagian integral dari manajemen pendidikan pada satuan pendidikan yang dimaksud. Dalam hal ini manajemen pelayanan BK terwadahi dalam Unit Pelayanan BK (UPBK). Secara khusus manajemen BK pada satuan pendidikan adalah sebagaimana tergambar sebagai berikut berikut.
BK
BK
P
Layanan BK P R O G R A M
P3MT
P R O G B R A M BK
BK
Gambar 4. Saling Hubungan Komponen dalam Struktur UPBK 53
Keterangan Gambar 4 :
Unsur-unsur yang terlibat dalam manajemen BK meliputi : A. Koordinator BK/Guru BK atau Konselor B. Siswa/OSIS C. Wali Kelas D. Guru Mata Pelajaran E. Kepala/Wakil Kepala Satuan Pendidikan F. Tata Usaha G. Disnas Pendidikan/Pengawas BK H. Orang tua I. Tenaga Ahli J. Organisasi Profesi Garis kewenangan dan garis koordinasi : 1. Otoritas pelayanan BK 2. Implementasi Pelayanan BK 3. Otoritas kepempimpinan satuan pendidikan 4. Otoritas Guru Mata Pelajaran/wali kelas 5. Koordinasi Guru BK/Konselor dengan Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran 6. Materi Koordinasi Guru BK/Konselor dengan Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran 7. Otoritas pelayanan orang tua/ahli 8. Koordinasi antara pihak satuan pendidikan dengan Komite Satuan Pendidikan/orang tua dan organisasi profesi/ tenaga ahli 9. Koordinasi antara Guru BK atau Konselor dengan Komite Satuan Pendidikan/Orang tua dan organisasi profesi/ tenaga ahli 10. Otoritas pembinaan/kedinasan Dengan memperhatikan unsur-unsur dan kewenangan sebagaimana tergambar dalam diagram di atas, kinerja manajemen pelayanan BK yang diselenggarakan oleh Unit Pelayanan BK (UPBK) terkait dengan hal-hal pokok berikut. a. Wilayah Kerja dan Tugas Pokok UPBK 1) Spektrum Kinerja Guru BK atau Konselor Dalam kelembagaan UPBK bertugas sejumlah Guru BK atau Konselor yang semuanya bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan dikoordinasikan oleh seorang Koordinator BK. Dalam hal ini wilayah kerja UPBK adalah penyelenggaraan pelayanan BK untuk semua peserta didik pada satuan pendidikan, yang secara keseluruhan diselenggarakan oleh Guru BK atau Konselor sebagai pelaksana utama. Wilayah kerja yang dimaksud meliputi pokok-pokok sebagai berikut: 54
a) Spektrum pelayanan BK yang menjadi ruang lingkup kinerja seluruh Guru BK dan Konselor adalah program BK yang meliputi komponen pelayanan, bidang pelayanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta aspek-aspek terkait lainnya sebagaimana diuraikan pada bab-bab terdahulu pada buku Panduan ini. b) Masing-masing Guru BK atau Konselor wajib bekerja dalam keseluruhan program BK untuk semua peserta didik yang menjadi tugas ampuannya. c) Kegiatan Guru BK atau Konselor dalam spektrum program pelayanan BK tersebut dilaksanakan dengan mengikuti tahap-tahap kegiatan: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut sebagaimana dijelaskan pada bab II. 2) Kerjasama a) Umum Dalam melaksanakan tugas pelayanan BK Guru BK atau Konselor bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar satuan pendidikan untuk suksesnya pelayanan yang dimaksud. Kerjasama ini dalam rangka manajemen BK yang menjadi bagian integral dari manajemen satuan pendidikan secara menyeluruh. b) Kerjasama Interen (1) Kerjasama dengan Guru Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran merupakan mitra kerja utama bagi GURU BK atau Konselor untuk suksesnya pengembangan peserta didik secara menyeluruh dan optimal. Kerjasama ini dilaksanakan dalam hal : (a) Pengumpulan dan penghimpunan data akademik dan data lainnya tentang peserta didik yang menjadi tanggungjawab Guru BK atau Konselor dengan tetap menjaga asas kerahasiaan peserta didik (b) Alih tangan kasus dari Guru Mata Pelajaran kepada Guru BK atau Konselor dan dari Guru BK atau Konselor kepada Guru Mata Pelajaran agar peserta didik mendapat penanganan yang tepat, luas dan mendalam sesuai dengan kebutuhan dan permasalahannya. 55
(c) Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Bab V), yaitu : hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment) atau pelayanan konseling. Terkait dengan hal tersebut tindak lanjut hasil penilaian dapat menjadi bahan kerjasama antara Guru BK atau Konselor dan Guru Mata Pelajaran. (d) Kegiatan bersama yang dilakukan dan/atau dihadiri bersama oleh Guru BK atau Konselor dan Guru Mata Pelajaran, misalnya dalam layanan informasi, monitoring dan pembinaan peserta didik dalam rangka pelayanan arah peminatan dan kegiatan ekstrakurikuler. (2) Kerjasama dengan Wali Kelas sesuai dengan perannya dalam pengelolaan rombongan belajar (kelas) peserta didik. (3) Kerjasama dengan personalia administrasi dan unsur kelembagaan lainnya pada satuan pendidikan demi kelancaran dan berlangsungnya programprogram pelayanan BK dan kegiatan satuan pendidikan pada umumnya. (4) Kerjasama dengan organisasi siswa (OSIS) baik dalam kaitannya dengan pelayanan BK maupun kegiatan pembinaan siswa pada umumnya. c) Kerjasama Eksteren (1) Kerja Sama dengan Orang Tua Kerja sama dengan orang tua peserta didik penting, karena orang tua dan kondisi keluarga berpengaruh terhadap kehidupan peserta didik.
Kerja
sama dengan orang tua dalam bentuk fasilitasi perencanaan karir siswa, parenting skill, dukungan sarana, pembinaan kegiatan belajar di rumah dan memotivasi belajar sepanjang hayat. (2) Kerjasama dengan Pihak Lain Guru BK atau Konselor yang tergabung dalam UPBK, dalam keseluruhan kinerjanya bekerjasama dengan unsur-unsur eksternal SMP, yaitu :
56
(a)Komite Satuan Pendidikan (Komite Sekolah/ Madrasah) dalam rangka memberdayakan
lembaga
tersebut
untuk
suksesnya
kegiatan
pembelajaran peserta didik dan kegiatan satuan pendidikan pada umumnya. (b) Tenaga ahli, baik dari kalangan profesi BK (ABKIN: Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), akademisi dari perguruan tinggi, maupun profesi terkait lainnya, dalam rangka kegiatan instrumentasi terhadap kemampuan dasar siswa, layanan informasi dan orientasi, konfrensi kasus, Career Day dan Alih Tangan Kasus. (c) Badan atau lembaga pembina di luar satuan pendidikan, dengan izin dari/ atau penugasan dari Kepala Satuan Pendidikan, dalam rangka pengembangan dan pembinaan kompetensi dan profesionalisme pelayanan BK, seperti: penataran, seminar, penelitian, studi lanjut. (d) Lembaga kedinasan negeri ataupun swasta, seperti lembaga pendidikan pada berbagai jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, lembaga kerja/bisnis,
organisasi
sosial/kemasyarakatan
yang
dapat
berpartisipasi dalam pelayanan BK. b. Tugas Pokok Koordinator BK Koordinator BK diangkat oleh Kepala Sekolah dari Guru BK atau Konselor yang ada di UPBK. Tugas pokok Koordinator BK adalah: 1) Mengkoordinasikan penugasan dalam rangka pengasuhan peserta didik kepada masing-masing Guru BK atau Konselor sesuai peraturan yang berlaku. 2) Mengkoordinasikan penyusunan dan penyelenggaraan seluruh program BK pada satuan pendidikan yang dimaksud. 3) Menjadi penghubung antara Kepala Sekolah dan UPBK dalam arti : a) Menerima instruksi dari Kepala Sekolah dan b) Mengkomunikasikan dan mengurus segala sesuatu kepada Kepala Sekolah dalam rangka kinerja UPBK.
57
4) Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelayanan BK dari semua Guru BK atau Konselor untuk keperluan pengawasan, dan pembinaan, baik yang bersifat interen maupun eksteren. 5) Mewakili UPBK untuk melakukan kegiatan di luar satuan pendidikan dengan penugasan dari Kepala Sekolah. 2. Peran Pimpinan Satuan Pendidikan Peran utama Pimpinan SMP, yang terdiri dari Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah adalah membawahi UPBK dalam kerangka manajemen pendidikan SMP secara menyeluruh, terkait dengan hal-hal pokok berikut. a. Pembentukan UPBK Keberadaan dan aktivitas UPBK berada dalam kewenangan Pimpinan SMP: 1) Secara resmi membentuk lembaga yang bernama Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling (disingkat UPBK) di SMP yang dipimpinnya. 2) Menyetujui dan/atau menerima pengangkatan Guru BK atau Konselor untuk bertugas di UPBK pada satuan pendidikan yang dimaksud sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3) Menetapkan koordinator Guru BK atau Konselor yang ada di UPBK sebagai Koordinator BK mengacu kepada kualitas kualifikasi pendidikan dan kinerja Guru BK atau Konselor yang ada itu. b. Implementasi Kebijakan Untuk suksesnya UPBK pada umumnya dan kinerja Guru BK atau Konselor yang ada di dalam UPBK Pimpinan SMP perlu : 1) Memberikan instruksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku, kepada Koordinator BK dan para Guru BK atau Konselor yang ada di UPBK berkenaan pelayanan BK yang menjadi tugas pokok dan fungsi, kewajiban dan kewenangan UPBK dan para Guru BK atau Konselor yang ada di dalamnya. 2) Meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas/ kewajiban kinerja dari Koordinator BK dan para Guru BK atau Konselor atas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka dengan bukti fisik yang diperlukan. 58
3) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap
kinerja
pelayanan
Bimbingan dan Konseling oleh Guru BK atau Konselor, serta peran penunjang yang relevan, baik secara internal maupun eksternal, sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku. c. Pengembangan Kelembagaan Untuk lebih berfungsinya UPBK secara optimal Pimpinan SMP diharapkan melaksanakan hal-hal sebagai berikut : 1) Memanfaatkan berbagai sumber yang ada di dalam satuan pendidikan sendiri maupun di luarnya, untuk mencapai kondisi kelembagaan UPBK secara optimal. 2) Memberi kesempatan kepada Guru BK atau Konselor untuk sebesar-besarnya memanfaatkan fasilitas yang ada pada satuan pendidikan untuk pelaksana pelayanan BK demi pengembangan diri siswa secara optimal dan kemajuan satuan pendidikan pada umumnya. 3) Memberikan kesempatan kepada Guru BK atau Konselor untuk mengikuti pengembangan keprofesionalan dalam bidang BK, termasuk arahan untuk peningkatan kualitas Penilaian Kinerja Guru (PKG) bagi Guru BK atau Konselor, antara lain melalui : a) Partisipasi aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru BK atau Konselor (MGBK) dan kegiatan organisasi profesi seperti Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dalam bentuk seminar, lokakarya, penataran dan kegiatan lainnya. b) Mendorong Guru BK atau Konselor berkreasi dalam bentuk penulisan karya ilmiah dalam bidang BK. c) Memberikan kesempatan dan fasilitas kepada Guru BK atau Konselor untuk melanjutkan studi dalam bidang BK.
3. Akuntabilitas Kelembagaan Akuntabilitas kelembagaan UPBK secara khusus sangat ditentukan oleh mutu pelayanan BK yang terselenggara terhadap sasaran pelayanan yaitu semua peserta didik 59
yang menjadi tanggung jawab asuhan/ ampuan Guru BK atau Konselor, dalam rangka implementasi segenap program pelayanan sepanjang tahun ajaran. Tercapainya mutu pelayanan yang tinggi sebagaimana diharapkan itu ditntukan oleh hal-hal pokok berikut. a. Kemampuan Guru BK atau Konselor Sebagai pelaksana utama kegiatan pelayanan BK di satuan pendidikan Guru BK atau Konselor wajib menguasai spektrum pelayanan BK, antara lain: 1) Penguasaan konsep dasar BK (Pengertian, tujuan, prinsip, asas-asas, paradigma, visi dan misi pelayanan BK profesional). 2) Bidang dan materi pelayanan BK, termasuk di dalamnya materi pendidikan karakter dan arah peminatan siswa. 3) Jenis layanan, kegiatan pendukung dan format pelayanan BK. 4) Pendekatan, metode, teknik dan media pelayanan BK, termasuk di dalamnya pengubahan tingkah laku, penanaman nilai-nilai karakter dan peminatan peserta didik. 5) Penilaian hasil dan proses layanan BK. 6) Penyusunan program pelayanan BK. 7) Pengelolaan pelaksanaan program pelayanan BK. 8) Penyusunan laporan pelayanan BK. 9) Kode etik profesional BK. 10)
Peran organisasi profesi BK.
11)
Pengembangan jejaring kerja.
12)
Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan.
b. Kinerja Guru BK atau Konselor Guru BK atau Konselor merumuskan dan menjelaskan kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, Guru Mata Pelajaran, dan orang tua, sebagai berikut: 1) Sejak awal bertugas di satuan pendidikan, Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor merumuskan secara konkrit dan jelas tugas dan kewajiban profesionalnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, meliputi: 60
a) Struktur pelayanan BK. b) Program pelayanan BK. c) Pengelolaan program pelayanan BK. d) Evaluasi hasil dan proses pelayanan BK. e) Tugas dan kewajiban pokok Guru BK atau Konselor. 2) Hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a di atas dijelaskan kepada siswa, pimpinan, dan sejawat pendidik (Guru Mata pelajaran dan Wali Kelas) pada satuan pendidikan, dan orang tua secara profesional dan proporsional. 3) Kerjasama a) Dalam melaksanakan tugas pelayanan bimbingan dan konseling Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar satuan pendidikan untuk suksesnya pelayanan yang dimaksud. b) Kerjasama tersebut di atas dalam rangka manajemen bimbingan dan konseling yang menjadi bagian integral dari manajemen satuan pendidikan secara menyeluruh.
Mutu pelayanan BK yang mencerminkan tingginya akuntabilitas UPBK akan secara langsung menjadi bagian dari mutu sekolah secara keseluruhan, yang semuanya itu diperhitungkan dalam penentuan akreditasi sekolah. Akuntabilitas tinggi kinerja UPBK secara langsung terkait dengan peran Guru BK atau Konselor sebagai motor utamanya, menjadi bagian dari penjaminan mutu sekolah untuk mendapat akreditasi tertinggi sekolah, yaitu akreditasi A. 4. Penyelenggara Layanan Bimbingan dan Konseling dan Pihak yang Dilibatkan a. Penyelenggara Layanan Bimbingan dan Konseling: 1) Penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di SMP/MTs/SMPLB adalah konselor atau guru bimbingan dan konseling. 2) Setiapsatuan pendidikan di SMP/MTs/SMPLB diangkat sejumlah konselor atauguru bimbingan dan konseling dengan rasio 1 : (150 - 160) (satu 61
konselor atau guru bimbingan dan konseling melayani 150 - 160 orang peserta didik/konseli). 3) Setiap SMP/MTs/SMPLB diangkat koordinatorbimbingan dan konseling yangberlatar belakang Sarjana Pendidikan(S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/konselor. b. Pihak lain yang dilibatkan 1) Dalam melaksanakan tugas layanan bimbingan dan konseling konselor atau guru bimbingan dan konseling dapat bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru matapelajaran, staf administrasi sekolah) dan di luar satuan pendidikan (pengawas pendidikan, komite sekolah, orang tua, organisasi profesi bimbingan dan konseling, dan profesi lain yang relevan). 2) Keterlibatan berbagai pihak dalam mendukung pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama seperti: mitra layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui strategi layanan kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun referal.
B. MEKANISME PENYELESAIAN MASALAH Mekanisme penyelesaian masalah merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh konselor dalam layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli untuk mengentaskan masalah yang dialami. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Guru BK/Konselor kepada konseli atau peserta didik yang meliputi langkah: identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan. Berkenaan dengan penanganan peserta didik Guru BK atau Konselor perlu memperhatikan : 1. Permasalahan peserta didik tidak harus seketika dan serta merta disampaikan kepada orang tua ataupun pihak lain sebelum jelas permasalahannya, menyadari 62
batas kemampuan pribadi dan kewenangan profesi dan berpegang pada kode etik. 2. Apabila masalah yang dimaksud perlu diketahui oleh orang tua maupun orang lain hanya apabila seijin dari konseli, kecuali permasalahan dianggap membahayakan keselamatan dan kelangsungan hidup konseli, dan orang tua serta pihak lain dapat merespon dan/atau bertindak yang memberikan dampak positif terhadap penanganan masalah tersebut. 3. Keikutsertaan orang tua atau pihak lain dalam menangani masalah peserta didik/konseli dapat diawali dan/atau diiringi dengan layanan konsultasi terhadap orang tua untuk menggali potensi yang dimiliki siswa sebagai dasar pertimbangan layanan bantuan yang akan diberikan. 4. Keikutsertaan pihak lain dan orang tua terhadap penanganan masalah peserta didik/konseli sedapat-dapatnya didasarkan pada kemauan dan kemampuan peserta didik/konseli sendiri dalam berkontribusi secara positif dengan pihak lain dan orang tua.
63
BAB IV PENUTUP
Buku Panduan ini disusun dengan harapan terwujudkannya pelayanan profesional BK. Semua itu dilaksanakan dengan semangat dan dedikasi kinerja yang tinggi mencapai mutu keberhasilan satuan pendidikan (dalam hal ini SMP) secara menyeluruh. Harapan ideal yang dimaksudkan agar dapat dicapai akuntabilitas kelembagaan yang tinggi, dengan akreditasi A. Untuk itu, kesuksesan pelayanan BK merupakan bagian dari penjaminan mutu akuntabilitas dengan acuan: (1) Kemampuan Guru BK atau Konselor yang bermutu tinggi; (2) Totalitas kinerja Guru BK atau Konselor dan jalinan kerja sama dengan berbagai pihak terkait; dan (3) Terpenuhinya prasarana dan sarana pelayanan BK. Harapan tersebut terwujud dalam pelaksanaan manajemen sekolah secara menyeluruh, termasuk pelayanan BK menjadi bagian esensial dan integral di dalam rangka
keseluruhan
implementasi
kurikulum
satuan
pendidikan.
Tanpa
terselenggarakannya pelayanan BK sesuai dengan amanat Permendikbud, maka implementasi kurikukulum satuan pendidikan ditengarai sebagai kurang lengkap.
64
DAFTAR PUSTAKA ABKIN, 2013. Panduan Khusus Pelayanan Peminatan Peserta Didik. ABKIN, 2013. Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2013. Pedoman Peminatan Peserta Didik. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2013. Pedoman Penelusuran Minat Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Prayitno, 2013. Konseling Integritas. Padang: UNP Press.
65
Prayitno, Mungin Eddy Wibowo, Marjohan, Heru Mugiarso, dan Ifdil, 2014. (Edisi Kedua) Pembelajaran Melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Satuan Pendidikan. Padang: UNP Press. Steinberg, L. 1993. Adolescence. New York: Mc. Graw-Hill. Inc Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Pendidikan Nasional.
66
20
Tahun
2003 tentang Sistem
LAMPIRAN
67
Lampiran 1 :
Perhitungan Ekuivalensi Kegiatan Layanan bimbingan dan konseling di luar kelas dengan jam kerja
No. 1.
2.
3.
KEGIATAN Konseling individual,
Konseling kelompok,
Bimbingan kelompok,
4.
Bimbingan klasikal
5.
Bimbingan besar atau kelas.
kelas lintas
URAIAN
PELAPORAN
Melaksanakan layanan konseling baik peserta didik datang sendiri maupun dipanggil
Disusun laporan dan status konseling
Melaksana kan layanan konseling kelompok baik peserta didik datanng sendiri maupun dipanggil
Disusun laporan, dan tersedia RPLBK serta status konseling
Melaksanakan layanan bimbingan kelompok baik peserta didik datanng sendiri maupun dipanggil Melaksana kan layanan tatap di kelas secara terstruktur dan terprogram secara berkelanjutan berupa asesmen kebutuhan atau materi bidang layanan pribadi, belajar, sosial atau karir
Disusun laporan, dan tersedia RPLBK serta status bimbingan
Melaksana kan layanan tatap muka dengan peserta didik 100 – 160 peserta didik/ konseli
DURASI
JUMLAH PERTEMUAN
EKUIVALEN
40 menit untuk SMTP, dan 45 menit untuk SMTA
1 pertemuan
setara dengan 2 jam pelajaran
20-39 menit
2 pertemuan atau 2 konseli
setara dengan 2 jam pelajaran
40 menit untuk SMTP, dan 45 menit untuk SMTA 20-39 menit
1 pertemuan
setara dengan 2 jam pelajaran
40 menit untuk SMTP, dan 45 menit untuk SMTA
1 pertemuan
20-39 menit
2 pertemuan atau 2 Kelompok
Disusun laporan, dan tersedia RPLBK serta perkembangan peserta didik
2 x 40 menit untuk SMTP, dan 2 x 45 menit untuk SMTA
1 pertemuan
setara dengan 2 jam pelajaran
Disusun laporan dan dilengkapi surat/foto yang relevan
100–120 menit
1 pertemuan
setara dengan 3 jam pelajaran
68
2 pertemuan atau 2 Kelompok setara dengan 2 jam pelajaran
6.
Konsultasi,
Memberi kan layanan konsultasi kepada peserta didik, orang tua, dan pendidik/tenaga kependidi kan dalam upaya perkembangan peserta didik/konseli.
Tersedia catatan Konsultasi
+/- 20 menit
2 pertemuan atau 2 konseli
setara dengan 1 jam pelajaran
7.
Kolaborasi dengan Guru
Melaksanakan kolaborasi kerja dalam melaksanakan tugas profesi bimbingan dan konseling
Tersedia catatan Komunikasi
Menye suaikan
1 bidang studi 1 pertemuan
setara 1 pelajaran
jam
8.
Kolaborasi dengan Orang Tua
Melaksana kan kolaborasi dengan orang tua untuk kepentingan kesuksesan peserta didik dan tercapainya layanan bimbingan dan konseling
Tersedia catatan komunikasi
Menye suaikan
1 pertemuan untuk orang tua dari 1 peserta didik
setara 1 peajaran
jam
9.
Kolaborasi dengan ahli lain
Disusun laporan dan tersedia naskah kerjasama atau surat penugasan dari kepala satuan pendidikan
Menye suaikan
1 ahli 1 pertemuan
setara 1 pelajaran
jam
10.
Kolaborasi dengan Lembaga Lain
Melaksana kan kolaborasi dengan ahli lain untuk kepentingan kesuksesan peserta didik dan tercapainya tujuan layanan bimbingan dan konseling Melaksana kan kolaborasi dengan lembaga untuk kepentingan kesuksesan peserta didik dan tercapainya layanan bimbingan dan konseling
Disusun laporan dan tersedia naskah kerja sama atau surat penugasan dari kepala satuan pendidikan
Menye suaikan
1 lembaga pertemuan
setara 2 pelajaran
jam
11.
Konferensi kasus,
Melaksana kan pertemuan kasus dalam upaya penyelesai an masalah yang dihadapi konselidengan
Tersedia catatan /notulen Konferensi Kasus dan status penyelesaian kasus
Menye suaikan
1 kali
Setara 2 pelajaran
jam
69
1
melibatkan pihak lain yang relevan 12.
Kunjungan rumah (home visit),
Melaksana kan kunjungan ke tempat tinggal orangtua/wali peserta didik/konseli dalam rangka klarifikasi, pengumpulan data, konsultasi dankolaborasi untuk pengembangan diri peserta didik/ konseli.
Disusun laporan kunjungan rumah dan surat penugasan dari kepala satuan pendidikan
Menye suaikan (40 – 60 menit efektif pertemuan langsung dengan orang tua/ wali peserta didik).
1 kali
Setara 1 pelajaran
13.
Layanan advokasi,
Melaksana kan kegiatan pendampingan peserta didik
Disusun Laporan advokasi
Menye suaikan
1 kali
Setara dengan 1 jam pelajaran
14.
Pengelolaan papan Bimbingan
Memberi kan layanan bimbingan dan konseling melalui media papan bimbingan dalam bidang perkembangan pribadi, sosial, belajar atau karir
Tersedia dokumen dan bukti pernah dipasang dalam papan bimbingan
1 karya
1 kali (10 – 15 hari sekali)
Setara 2 pelajaran
jam
15.
Pengelolaan kotak masalah,
Memberi kan layanan bimbingan dan konseling berdasarkan surat dari peserta didik /koseli
Tersedia bukti surat dari peserta didik/konseli dan layanan yang telah diberikan
1 mas alah
1 kali pertemuan
Setara 1 pelajaran
jam
16.
Pengelolaan leaflet,
Tersedia leaflet dan bukti dibagikan kepada pserta didik
1 karya
1 kali cetak
Setara 2 pelajaran
jam
17.
Pengembangan media BK,
Memberi kan layanan bimbingan dan konseling melalui media leaflet bimbingan dalam bidang perkembangan pribadi, sosial, belajar atau karir Pembuatan atau pengembangan hasil kreatifitas guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah berupa alat peraga, cetak, elektronik , film dan komputer
Hasil rekayasa/kreatifitas berupa: softcopy (power poin, pengembangan excel), pengembangan film dan flash, elektronik dan non elektronik
1 karya
1 kali
setara 2 pelajaran
jam
70
jam
18.
Kegiatan tambahan
Melaksanakan tugas sebagai pembina ekstra kurikuler dan instruktur, dll.
Disusun laporan dan tersedia bukti fisik.
Menye suaikan
Menyesuai kan
Melaksanakan tugas sebagai koordinator bimbingan dan konseling,
Tersedia bukti surat penugasan dari kepala satuan pendidikan
Menye suaikan
satu minggu
tidak dihitung untuk beban tugas kerja, tetapi dapat dihitung untuk kepentingan kenaikan pangkat/jabatan setara 4 jam pembelajaran
19.
Melaksanakan dan menindaklanjuti asesment kebutuhan
Melaksanakan asesmen kebutuhan layanan dan mengumpulkan data peminatan
Disusun laporan dan ada dokumennya
Menye suaikan
Terprogram
setara 2 pelajaran
20.
Menyusun dan melaporkan program kerja
Membuat persiapan sampai menjadi program setiap semester diikuti pembuatan pelaporan kegiatan
Hasil need assessment dan program tahunan dan semesteran,
Menye suaikan
setiap bulan
Tidak dihitung tetapi harus dilakukan
21.
Membuat evaluasi
Melaksanakan dan melaporkan evaluasi pelaksanaan program
Form evaluasi
Laporan
Menye suaikan
menyesuaikan
Tidak dihitung tetapi harus dilakukan
22.
Melaksanakan administrasi dan manajemen Bimbingan dan Konseling
Mengelola buku masalah, buku kasus, menginventarisir dan input data harian, data pendampingan peminatan, merekap dan mengana lisis kehadiran; absensi, keterlambatan, bolos dan dispensasi yang ditindak lanjuti
tersedia administrasi layanan bimbingan dan konseling (misalnya :buku masalah, buku kasus, buku komunikasi, data siswa di computer, lembar kerja/ porto folio, rekap absensi, surat panggilan orang tua, dll.)
Menye suaikan
setiap minggu
setara 1 pelajaran
Keterangan 1.
Beban kerja seorang konselor atau guru Bimbingan dan Konseling adalah 150 – 160 peserta didik ekuivalen 24 jam pembelajaran.
2.
Peserta didik/konseli yang diampu80, berarti untuk memenuhi persyaratan jumlah minimal adalah 70, dan 150 – 160 adalah ekuivalen 24 jam pembelajaran. Bila diekuivalenkan dengan jam pembelajaran, maka masih kekurangan 11 jam pembelajaran ( 70 dibagi 160 dikalikan 24=10,5 dibulatkan menjadi 11 jam pembelajaran). 71
jam
jam
3.
Berdasarkan tabel kegiatan bimbingan dan konseling terebut diatas dapat digunakan untuk memenuhi jumlah jam kerja minimal bagi konselor atau guru bimbingan dan konseling.
72
Lampiran 2 : CONTOH TEMA, SUBTEMA, MATERI/ SUBSTANSI LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG BK
A. CONTOH TEMA, SUBTEMA, DAN MATERI LAYANAN Berikut 17 contoh tema yang dikembangkan atas dasar tugas perkembangan peserta didik SMP, kebutuhan layanan/permasalahan yang dihadapi serta tuntutan kompetensi.
Masing-masing tema dikembangkan menjadi sejumlah subtema yang
dapat dikembangkan menjadi materi untuk layanan dasar, fokus bantuan pada layanan responsif, fokus pengembangan kompetensi pada layanan peminatan dan perencanaan individual serta menjadi dasar penetapan dukungan sistem yang dibutuhkan untuk terselenggaranya layanan. Masing-masing layanan disusun dalam bentuk RPLBK sesuai dengan jenis layanan dan kegiatan pendukung serta dilengkapi format atau instrumentasi yang sesuai
Tema 1 : Orientasi Satuan Pendidikan (Sekolah/Madrasah) Baru Berbagai hal yang perlu disampaikan kepada peserta didik baru pada awal tahun ajaran untuk kesuksesan studi peserta didik. Contoh sub tema : Orientasi Sekolah Baru SMP
Tema 2 : Orientasi Kelas/Semester Baru Tema ini berkenaan dengan pengenalan dan antisipasi tuntutan peningkatan aktivitas lanjutan studi pada semester baru, dibanding semester/kelas sebelumnya, dalam rangka penyelesaian kelanjutan kegiatan studi secara sukses. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5.
Orientasi Kelas VII/ Semester II SMP Orientasi Kelas VIII/ Semester I SMP Orientasi Kelas VIII/ Semester II SMP Orientasi Kelas IX/ Semester I SMP Orientasi Kelas IX/ Semester II SMP
73
Tema 3 : Orientasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling Implementasi pelayanan BK dimulai dengan sosialisasi pelayanan BK tersebut kepada sasaran pelayanan dan pihak-pihak terkait. Di sekolah/madrasah pengenalan, pendalaman, pengarahan dan motivasi peserta didik perlu dikembangkan dalam rangka pemanfaatan pelayanan BK secara efektif untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Pelayanan yang dimaksud didasarkan pada kondisi pribadi peserta didik, dengan fokus kemandirian dan kemampuan pengendalian diri. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Orientasi awal BK di SMP Pengalamanku dengan BK Pengalaman BK di Kelas Sebelumnya BK dan Masalah-Masalahku BK dan Kesuksesanku BK dan Masa Depanku
Tema 4 : Kondisi Diri Tema ini membahas pengenalan kondisi diri masing-masing peserta didik yang sedang atau sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan diri pribadi terkait dengan kekuatan/ ketahanan dan/ atau kekurangan/ kelemahan, kesehatan, keterkaitan diri dengan kondisi dan tuntutan kehidupan pada umumnya yang perlu mendapat perhatian segera. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Diriku Sekarang Ini (SMP) Apa yang Aku Ingin Bisa (SMP/MTs) Aku dan Lingkungan Diriku (SMP/MTs) Siapa Aku ini? (SMP/MTs) Say No to Drug Apa yang Terjadi pada Diriku
Tema 5 : Kondisi Lingkungan (Fisik dan Sosio-Emosional) Kondisi pribadi setiap orang tidak pernah terlepas dari kondisi lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-emosional sehingga secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan individu. Kemampuan kemandirian dan pengendalian diri merupakan hal yang esensial dalam kaitannya dengan pengaruh lingkungan fisik dan sosio-emosional tersebut. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5.
Rumahku dan Kegiatanku Sehari-hari Ketenangan dan Kenyamanan Hidup Sekelilingku Aku dan Keadaan Sekelilingku Hidupku dan Tantangan dari Sekelilingku Contoh Perilaku Nabi dalam Menghadapi Lingkungannya: 5.1. Terimalah yang Sedikit dengan Kesyukuran yang Tinggi
74
5.2. 5.3. 5.4. 5.5.
Maafkan yang Menyulitkan Jangan Membebani Jangan Meremehkan Jangan Marah
Tema 6 : Peminatan di SLTP : Akademik, Vokasional, dan Ekstrakurikuler Peminatan berasal dari kata minat, yaitu kecenderungan atau keinginan yang cukup kuat berkembang pada diri individu yang terarah dan terfokus pada terwujudkannya suatu kondisi dengan memepertimbangkan kemampauan dasar, bakat, minat, dan kecenderungan pribadi. Layanan peminatan dan perencanaan individual dimulai dengan pengenalan potensi diri masing-masing peserta didik yang dapat diungkapkan melalui teknik tes dan/atau non-tes untuk mengembangkan potensi diri secara optimal, baik melalui program kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstra–kurikuler. Pada jenjang SLTP peminatan peserta didik dikembangkan secara spesifik ke arah aktivitas kehidupan, belajar dan karir yang dicita-citakan sehingga tamatan SLTP diharapkan telah memiliki spesifikasi arah peminatan berdasarkan rekomendasi dari Guru BK atau Konselor. Contoh sub tema : 1. Apa itu Minat dan Peminatan 2. Apa Minat Belajarku: Bagaimana di SD/ MI dan sekarang? 3. Apa itu Belajar? 4. Apa Itu Bekerja? 5. Nilaiku dan Cita-citaku 6. Mengapa Manusia Perlu Belajar dan Bekerja? 7. Kaitan Kegiatan Belajarku dan Perlunya Aku Bekerja 8. Bagaimana Aku Melihat Pekerjaan-pekerjaan yang Ada 9. Bekerja itu Mulia: Halal dan Berguna 10.Bakat dan Minat Pekerjaan 11.Informasi Pekerjaan 12.Cita-cita Pekerjaanku 13.Dukungan Keluarga Terhadap Cita-cita Pekerjaanku. 14.Kiat Sukses dalam Bekerja 15.Kaitan antara Jenis Kelamin dan Pekerjaan 16.Informasi SLTA 17.Prestasi Belajar dan Cita-cita Pekerjaanku 18.Penyajian Informasi tentang SMA/MA dan SMK/MAK dari Guru SMA/MA dan SMK/MAK sebagai Narasumber 19.Pilihanku memasuki SLTA : Ke Mana Aku Melanjutkan Studi? 20.Dukungan Keluarga terhadap Pilihanku Memasuki SLTA 21.Hobi dan Kesukaanku 22.Idolaku : Aku Ingin Seperti Dia
75
Tema 7 : Kegiatan Belajar Identifikasi, analisis kegiatan dan prestasi belajar peserta didik perlu dilakukan secara intensif melalui kegiatan belajar mandiri, dan belajar kelompok dalam proses pembelajaran sehari-hari. Contoh sub tema : 1. Apa itu Belajar? 2. Hasil Belajar: Sesuatu yang Baru dalam Sikap (sikap sosial dan keagamaan), Pengetahuan dan Keterampilan 3. Keterampilan Bertanya 4. Keterampilan Mengemukakan Pendapat 5. Keterampilan Membaca 6. Keterampilan Membuat Catatan Ketika Guru Mengajar 7. Keterampilan Meringkas Bahan Bacaan 8. Keterampilan Membuat dan Menyampaikan Laporan 9. Keterampilan Menyusun Makalah 10.Belajar di Perpustakaan 11.Kiat Sukses Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) 12.Belajar Mandiri 13.Belajar Berkelompok 14. Aktivitas BMB3 dalam Belajar: Berpikir, Merasa, Bersikap, Bertindak, dan Bertanggungjawab 15.Antara Belajar dan Bekerja (untuk mendapatkan penghasilan) 16.Belajar di luar Kelas/Sekolah atau di Rumah 17.Sikap Jujur: Anti Menyontek --- Say no to Nyontek
Tema 8 : Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan studi yang akan menjadi pertimbangan berkaitan dengan studi yang dijalaninya. Kegiatan diagnosis, remediasi, pengayaan, dan kebutuhan akan konseling didasarkan pada kondisi hasil belajar yang dimaksudkan. Demikian pula kondisi hasil belajar dapat sangat berpengaruh kepada kondisi mental peserta didik dan respon pihak lain (terutama orangtua) yang justru akan berdampak luas terhadap hasil belajar selanjutnya. Contoh sub tema : 1. Apa itu Prestasi Belajar? (Yaitu kemampuan yang diperoleh melalui kegiatan belajar dalam bersikap, berpengetahuan, dan berketerampilan yang dapat dilambangkan dalam bentuk angka dan huruf atau label dalam kriteria tertentu) 2. Prestasi Belajarku di SD/MI dan Bagaimana Meningkatkannya Sekarang? 3. Antara Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran dan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler 4. Naik Turunnya Prestasi Belajar 5. Kiat Mencapai Prestasi Belajar Tinggi/ Motivasi Berprestasi 6. Bonus Prestasi Belajar Tinggi 7. Tanggapan Keluarga terhadap Prestasi Belajarku
76
Tema 9 : Aplikasi Instrumentasi Kondisi diri peserta didik perlu diungkap melalui sejumlah teknik atau aplikasi instrumentasi tertentu. Contoh instrumen yang dapat digunakan oleh Guru BK/Konselor antara lain alat ungkap masalah (AUM) baik AUM Umum, yaitu instrumen untuk mengungkap masalah umum maupun AUM PTSDL1) untuk masalahmasalah terkait dengan kegiatan dan hasil belajar. Contoh sub tema : 1. Pengadministrasian AUM Umum Versi SLTP (Kelas I) 2. Pembahasan Data AUM Umum Versi SLTP (Kelas I) 3. Pengadministrasian AUM PTSDL Versi SLTP (Kelas I) 4. Pembahasan Data AUM PTSL SLTP (Kelas I) 5. Pengadministrasian AUM Umum Versi SLTP (Kelas II) 6. Pembahasan Data AUM Umum Versi SLTP (Kelas II) 7. Pengadministrasian AUM PTSDL Versi SLTP (Kelas II) 8. Perubahan Data AUM PTSL SLTP (Kelas II) 9. Sosiometri 10. Pengungkapan Kecerdasan Umum, Bakat, Minat dan Kecenderungan Khusus 11. Berbagai Permasalahan Umum yang Ada pada Diriku (Kelas III) (Bandingkan permasalahan yang ada di kelas I, II, dan III) 12. Berbagai Permasalahan Belajar yang Ada pada Diriku (Kelas III) (Bandingkan permasalahan yang ada di kelas I, II, dan III)
Tema 10 : Kehidupan Beragama Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa terintegrasi dalam kehidupan beragama dalam kehidupan sehari-hari. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kehidupan sebagai Rahmat Tuhan Kehidupan yang Dimuliakan Kehidupan Keagamaanku Sehari-hari Kehidupan Keberagamaan Keluarga Kehidupan Keberagamaan dan Masa Depan Antara Pahala dan Dosa
Tema 11 : Kehidupan Keluarga Kondisi keluarga memiliki kecenderungan berpotensi membangun kehidupan anak yang mengembangkan kehidupan yang sejahtera atau mengalami gangguan. Kondisi tersebut perlu diidentifikasi, didiagnosis, dan ditangani untuk mengembangkan
1
)
PTSDL adalah singkatan dari : P = prasyarat penguasaan materi pelajaran, T = ketrampilan belajar, S = sarana belajar, D = kondisi diri pribadi , L = lingkungan fisik dan sosio-emosioanal.
77
kekuatan psikologis dan potensi peserta didik dengan berorientasi pada kemandirian dan pengendalian diri. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kecintaan dan Hormat Anak kepada Orang Tua Suasana Kehidupan Keluarga Sopan Santun dalam Keluarga Keluarga dan Sukses Anak Peranku dalam Keluargaku Berbakti kepada Orang Tua Keluargaku dan Diriku
Tema 12 : Kehidupan Sosial-Budaya Peserta didik dipersiapkan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosialbudaya di lingkungan sekitar dan masyarakat pada umumnya, agar mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan harus dipersiapkan pada masa remaja. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Manusia adalah Makhluk Sosial Manusia adalah Makhluk Berbudaya Nilai-nilai Sosial Budaya dalam Kehidupan Tetanggaku Kearifan Lokal dalam Kehidupan Sosial Budaya Adat Istiadat dalam Kehidupan Sosial Budaya Perilaku Pribadi Sosial Beretika Kerjasama/Gotong Royong Apa itu Nilai-Nilai Moral?
Tema 13 : Hubungan Muda-Mudi Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja yaitu adanya ketercapaian hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita dan mencapai peran sosial pria dan wanita.Hubungan muda-mudi dibina secara konsisten, melalui pendekatan protektif yang tetap berfokus pada kemandirian dan pengendalian diri. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Karakteristik Gender Kesamaan Hak dan Kewajiban dalam Kaitan Gender Ketentuan Nilai dan Moral dalam Hubungan Muda-Mudi Kiat Berteman Aku dan Teman-Temanku Hubungan Muda-Mudi : Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Aku dan Dia di Masa Remaja Apa Kata Orang Tua tentang Hubungan Muda-mudi?
78
Tema 14 : Kejadian / Peristiwa Aktual Banyak kejadian atau peristiwa aktual yang menjadi perhatian dan pemikiran peserta didik dan perlu dibahas baik dari sisi positif maupun sisi negatifnya. Contoh sub tema : 1. Peristiwa Alam (seperti banjir, gempa, gunung meletus, tsunami) 2. Penyimpangan Hubungan Muda-Mudi 3. Peristiwa Politik (seperti Pemilu, Pilkada) 4. Peristiwa Budaya 5. Prestasi Istimewa 6. Penyimpangan Nilai dan Moral 7. Pemecatan Karyawan/Pegawai/Pengangguran 8. Tawuran 9. Gangguan Keamanan 10. Pengalamanku yang Luar Biasa 11. Kecelakaan Fatal/Tragis
Tema 15 : Kondisi Dinamis Sekolah Kegiatan belajar, proses pembelajaran, dan dinamika yang dialami oleh peserta didik dengan berbagai keterkaitannya perlu dibahas, dianalisis, dibandingkan, dan selanjutnya dikembangkan dengan mengacu pada kondisi dinamis sekolah. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Peraturan Sekolah Tanggapanku terhadap Kondisi Sekolah Aku dan Sekolahku Sekolahku dan Sekolah Lain Apa yang Aku Ingin tentang Sekolahku Sekolahku : Dahulu dan Sekarang Apa Kata Orangtua tentang Sekolahku
Tema 16 : Kenaikan Kelas / Kelanjutan Studi Kenaikan kelas dan kelanjutan studi merupakan tahap terminasi dalam rangkaian studi peserta didik di satuan pendidikan dan arah kelanjutannya sehingga diperlukan pelayanan ke arah persiapan, antisipasi, dan semangat yang tinggi untuk melalui semua jenjang yang harus ditempuh sehingga mampu melanjutkan studi secara sukses. Contoh sub tema : 1. 2. 3. 4. 5.
Persyaratan Naik Kelas Dapatkah Aku Naik Kelas dan Melanjutkan Studi ? Tantangan Naik Kelas dan Resiko tidak Naik Kelas Keterkaitan Kenaikan Kelas dan Kelanjutan Studi Bisakah aku melanjutkan studi ?
79
Tema 17: Ujian Nasional Studi di SLTP dan SLTA diakhiri dengan diselenggarakannya ujian nasional (UN). Dalam hal ini peserta didik perlu dipersiapkan secara matang. Kriteria utama kesiapan pesera didik mengikuti UN itu tidak lain adalah penguasaan materi pelajaran dan ujian. Jika penguasaan memadai, maka peserta didik akan merasa siap dan optimis untuk mengikuti ujian. Jika sebaliknya, peserta didik yang tidak menguasai materi pelajaran/ujian akan merasa canggung atau takut, khawatir dan tidak siap menghadapi ujian. Agar peserta didik siap menghadapi Ujian maka diperlukan materi yang menunjang keberhasilan peserta didik. Contoh sub tema : 1. Syarat-syarat Mengikuti UN 2. Aspek Teknis-Administratif UN 3. Kesiapan Penguasaan Materi UN (Identifikasi KPMU: Kesiapan Penguasaan Materi Ujian, dan kegiatan remedial) 4. Kesiapan Psikologis UN 5. Kesiapan Kesehatan dan Kesegaran Jasmani untuk UN 6. Kesiapan Kelengkapan Mengikuti Ujian Nasional 7. Tidak Lulus UN : Mengapa dan Bagaimana ? 8. Nyontek : Haram, Bodoh, dan Terhina
B. KEGIATAN PENDUKUNG BK A. Layanan Orientasi a. Layanan Orientasi: materi bimbingan pribadi antara lain: 1) Fasilitas olah raga; latihan bina raga; bela diri. 2) Sanggar seni dan budaya 3) Tempat peribadatan 4) Rehabilitasi penderita narkoba b. Layanan Orientasi: materi bimbingan sosial antara lain: 1) Kegiatan gotong royong 2) Perjamuan 3) Seminar, lokakarya, diskusi, dan kegiatan kelompok lainnya 4) Rapat besar di kampus pendidikan, desa, kecamatan, dll. c. Layanan Orientasi: materi bimbingan belajar antara lain: 1) Fasilitas belajar di satuan pendidikan 2) Perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah 3) Satuan-satuan pendidikan dengan pola belajar tertentu 4) Pesantren 5) Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK) 6) Perguruan tinggi Catatan : Pada layanan orientasi, layanan peminatan dan perencanaan individual serta bimbingan
80
belajar perlu ditekankan nilai-nilai karakter seperti disiplin, ulet dan kerja keras. d. Layanan Orientasi: materi pengembangan wawasan, arah dan implementasi karir antara lain : 1) Nama, bentuk dan kondisi berbagai lembaga Pendidikan Lanjutan (jalur, jenjang, dan jenisnya), khususnya pendidikan kejuruan. 2) Kursus-kursus keterampilan 3) Bengkel 4) Perusahaan/pabrik, industri 5) Kantor 6) Perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan Catatan : Dalam layanan orientasi layanan peminatan dan perencanaan individual serta wawasan, arah dan implementasi karir perlu ditekankan nilai-nilai karakter dalam bekerja seperti disiplin, ulet dan kerja keras, jujur, produktif, nilai tambah, manfaat untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
B. Layanan Informasi a. Layanan Informasi: Informasi tentang pengembangan potensi, kemampuan dan kondisi pribadi, seperti: 1) Kecerdasan 2) Bakat 3) Minat 4) Keinginan/ kecenderungan pribadi 5) Karakteristik pribadi; pemahaman diri 6) Tugas perkembangan, tahap perkembangan 7) Gejala perkembangan tertentu 8) Perbedaan individual 9) Keunikan diri b. Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial, seperti : 1) Pemahaman terhadap orang lain 2) Kiat berteman 3) Hubungan antarremaja 4) Hubungan dalam keluarga 5) Hubungan dengan guru, orangtua, pimpinan masyarakat 6) Data sosiogram c. Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti: 1) Peminatan dalam belajar : peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan 2) Sistem Kredit Semester (SKS) 3) Kiat belajar 4) Kegiatan belajar di dalam kelas
81
5) Belajar kelompok 6) Belajar mandiri 7) Hasil belajar mata pelajaran 8) Persiapan ulangan, ujian UAS dan UN Catatan : Dalam layanan informasi dengan materi pengembangan kemampuan belajar dan peminatan perlu ditekankan nilai-nilai karakter dalam belajar seperti disiplin, ulet dan kerja keras, kewajiban pengembangan potensi diri secara optimal. d. Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir, seperti: 1) Hubungan antara bakat, minat, pekerjaan, dan pendidikan 2) Persyaratan karir 3) Pendidikan umum dan pendidikan kejuruan 4) Informasi karir/pekerjaan/pendidikan Catatan : Dalam layanan informasi dengan materi pengembangan wawasan, arah dan implementasi peminatan karir perlu ditekankan kedisiplinan, keuletan dan kerja keras, jujur, produktif, nilai tambah, manfaat untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
C. Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan Penempatan/Penyaluran: Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi dan sosial, belajar, peminatan dan perencanaan individual dan karir dapat dilakukan melalui penempatan di dalam kelas, yaitu berkenaan dengan tempat duduk, pada kelompok belajar; diskusi, magang; krida; latihankeberbakatan/prestasi, kegiatan lapangan, kepanitiaan, serta kegiatan layanan bimbingan/BK kelompok.Masingmasing penempatan/penyaluran bertujuan untuk mengembangkan satu atau lebih kemampuan peserta didik: kemampuan pribadi, sosial, belajar, karir, dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan.
D. Layanan Konseling Individual Layanan Konseling Individual: Permasalahan pada layanan konseling individual diungkapkan oleh klien ketika layanan berlangsung. Konselor dapat memanggil peserta didik/konseli yang menjadi tanggung jawab asuhannya dan/atau peserta didik/konseli datang memerlukan layanan konseling individual dengan permasalahan pribadi, sosial, belajar, atau karir, termasuk di dalamnya masalah peminatan.
E. Layanan Bimbingan Kelompok a. Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan dan kondisi pribadi yang pembahasannya berorientasi pada pemahaman dan pengembangan nilai-nilai karakter, seperti:
82
1) Potensi diri 2) Kiat menyalurkan bakat, minat, kegemaran, hobi 3) Kebiasaan sehari-hari di rumah; kegiatan rutin, membantu orang tua, belajar 4) Sikap terhadap narkoba; KKN; pembunuhan; perkosaan; perang 5) Sikap terhadap bencana alam; kecelakaan; HAM; kemiskinan; anak terlantar 6) Perbedaan individu b.
Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang Kemampuan dan kondisi hubungan sosial yang pembahasannya diorientasikan pada pemahaman dan pengamalan nilainilai karakter, seperti: 1) Hubungan muda-mudi 2) Suasana hubungan di sekolah: antarsiswa, guru-siswa, antarpersonil sekolah lainnya 3) Peristiwa sosial di masyarakat: demo brutal, bentrok antarwarga 4) Peranan RT/RW 5) Toleransi, solidaritas
c.
Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti: 1) Kiat-kiat belajar; belajar sendiri; belajar kelompok 2) Sikap terhadap mata pelajaran; tugas/PR; suasana belajar di sekolah, perpustakaan, laboratorium 3) Sikap terhadap hasil ulangan, ujian 4) Masalah menyontek dalam ulangan/ujian 5) Pemanfaatan buku pelajaran Catatan : Dalam layanan bimbingan kelompok dengan materi pengembangan kemampuan belajar perlu ditekankan nilai-nilai karakter dalam belajar seperti disiplin, ulet dan kerja keras, kewajiban pengembangan potensi diri secara optimal, dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan.
d.
Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang pengembangan karir, seperti: 1) Hidup adalah untuk bekerja 2) Masa depan kita; masalah pengangguran; lowongan pekerjaan; PHK 3) Memilih pekerjaan; memilih pendidikan lanjutan 4) Masalah TKI/TKW Catatan : Dalam layanan bimbingan kelompok dengan materi pengembangan wawasan, arah dan implementasi karir perlu ditekankan nilai-nilai karakter dalam bekerja seperti disiplin, ulet dan kerja keras, jujur, produktif, nilai tambah, manfaat untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan.
F. Layanan Konseling Kelompok Layanan Konseling Kelompok: Materi yang dibahas dalam konseling kelompok tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan
83
oleh masing-masing anggota kelompok. Permasalahan yang dibahas melalui layanan konseling kelompok yaitu masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir. Konselor mengikutsertakan seorang atau lebih siswa yang diasuhnya untuk menjadi anggota kelompok dan/atau memberikan layanan konseling kelompok secara suka rela menjalani layanan konseling kelompok dengan permasalahan pribadi, sosial, belajar, atau karir, termasuk di dalamnya masalah peminatan. G. Layanan Konsultasi Layanan Konsultasi: Pada layanan konsultasi materi tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan oleh konsulti ketika layanan berlangsung. Permasalahan yang dibahas pada layanan konsultasi adalah masalah pribadi, sosial, belajar, atau karir dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan.
H. Layanan Advokasi Layanan Advokasi: Masalah yang dibahas dalam layanan advokasi
terkait dengan sejumlah pihak. Secara khusus layanan advokais menekankan pada upaya pembelaan terhadap hak-hak pribadi yang kurang diperhatikan oleh pihak lain dan atau mendapat perlakuan yang salah. Permasalahan yang dibahas pada layanan konsultasi adalah masalah pribadi, sosial, belajar, atau karir dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan. I. Kegiatan Pendukung Aplikasi Instrumentasi Aplikasi Instrumentasi: Instrumen tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi
dan masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir (termasuk masalah peminatan) yang bentuk dan isinya bermacam-macam, seperti: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Tes Inteligensi Tes Bakat Inventori Minat Karir Inventori Kreativitas Inventori Kepribadian: Self-Esteem; Locus of Control Inventori Hubungan Sosial Inventori Tahap Perkembangan Sosiometri Alat Ungkap Masalah: Masalah Belajar, dan Masalah-masalah lainnya Tes Hasil Belajar Tes Diagnostik
Catatan : Masing-masing instrumen di atas ada yang mengukur atau mengungkapkan satu atau lebih kondisi diri peserta didik/sasaran layanan: kondisi diri pribadi, hubungan sosial, kemampuan belajar, dan atau arah/kemampuan karir.
84
J. Kegiatan Pendukung Himpunan Data a.
Himpunan Data: Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi, seperti: 1) Identitas diri 2) Potensi dasar: inteligensi, bakat, minat 3) Identitas keluarga 4) Riwayat kesehatan 5) Catatan anekdot (kejadian khusus) 6) Masalah diri pribadi
b.
Himpunan Data: Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial, seperti: 1) Sosiogram 2) Teman dekat 3) Data hubungan sosial 4) Masalah sosial
c.
Himpunan Data: Data kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti: 1) Nilai hasil belajar 2) Data kegiatan belajar 3) Riwayat pendidikan 4) Masalah belajar
d.
Himpunan Data: Data kemampuan, arah dan persiapan karir,seperti: 1) Pekerjaan orang tua/keluarga 2) Bakat-minat karir; jurusan yang diambil 3) Masalah karir Catatan untuk himpunan data : Dalam penyelenggaraan himpunan data perlu ditekankan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan, dengan menerapkanasas kerahasiaan dan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, objektivitas, penghargaanterhadap perbedaan individu.
K. Kegiatan Pendukung Konferensi Kasus a. Konferensi Kasus: Masalah pribadi, seperti: 1) Sering absen; membolos 2) Tingkah laku menyimpang; nakal b.
Konferensi Kasus: Masalah sosial, seperti: 1) Suka menyendiri 2) Menganggu teman
c.
Konferensi Kasus: Kasus masalah belajar, seperti: 1) Menganggu suasana kelas ketika sedang belajar 2) Lalai mengerjakan PR
85
3) Nilai pelajaran rendah 4) Sulit mengikuti pelajaran d.
Konferensi Kasus: Masalah karir, seperti: 1) Masalah penjurusan 2) Pilihan karir 3) Kegiatan praktik;magang
Catatan untuk konferensi kasus : Dalam penyelenggaraan konferensi kasus perlu ditekankan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan dengan menerapkan asas kerahasiaan dan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, objektivitas, penghargaan terhadap perbedaan individu.
L. Kegiatan Pendukung Kunjungan Rumah Kunjungan Rumah: Kegiatan kunjungan rumah dapat membawa/membahas satu atau lebih masalah pribadi, sosial, belajar, dan/atau karir siswa dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan untuk dibicarakan dengan orang tua dan atau keluarga. Kunjungan rumah dilaksanakan seizin sasaran layanan yang bersangkutan dan orang tua.
M. Kegiatan Pendukung Tampilan Kepustakaan a. Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman video dan audio tentang perkembangan dan kehidupan pribadi, seperti: 1) Tahap-tahap perkembangan 2) Tugas-tugas perkembangan 3) Penampilan dan pengembangan bakat, minat, kegemaran 4) Sistem penjurusan, peminatan, SKS 5) Kehidupan keagamaan 6) Bahan relaksasi 7) Motivasi berprestasi 8) Otobiografi: Kisah orang-orang sukses 9) Studi lanjutan b. Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman video dan audio tentang kemampuan hubungan sosial, seperti: 1) Suasana hubungan “Saya Oke, Kamu juga Oke” 2) Kiat bergaul 3) Kepemimpinan 4) Mengatasi konflik dengan win-win solution c. Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman video dan audio tentang kemampuan dan kegiatan belajar, seperti: 1) Kiat belajar di sekolah 2) Panduan menulis makalah 3) Bagaimana menyiapkan dari untuk ulangan/ujian 4) Belajar secara mandiri
86
5) Belajar kelompok 6) Arah peminatan melanjutkan studi
Catatan : Dalam kegiatan pendukung tampilan kepustakaan dengan materi pengembangan kemampuan belajar seperti disiplin, ulet dan kerja keras, kewajiban pengembangan potensi diri secara optimal, dan arah peminatan melanjutkan studi. d. Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman video dan audio tentang arah dan kehidupan karir,misalnya: 1) Apa bakat dan karir Anda? 2) Informasi karir 3) Panduan penjurusan 4) Panduan memilih sekolah lanjutan 5) Lowongan pekerjaan 6) Keselamatan kerja 7) Kiat sukses dalam karir 8) Arah peminatan karir Catatan : Dalam kegiatan pendukung tampilan kepustakaan dengan materi pengembangan wawasan, arah dan implementasi karir seperti disiplin, ulet dan kerja keras, jujur, produktif, nilai tambah, manfaat untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan.
N. Kegiatan Pendukung Alih Tangan Kasus Alih Tangan Kasus:Materialih tangan kasus merupakan pendalaman terhadap masalah pribadi, sosial, belajar, dan atau karir siswa yang semula ditangani oleh Guru BK atau Konselor, dalam kaitannya dengan peminatan akademik, vokasional dan studi lanjutan yang selanjutnya memerlukan penanganan oleh pihak lain yang berkeahlian/berkewenangan. Dalam alih tangan kasus perlu ditekankan kesediaan klien yang bersangkutan dan keprofesionalan pelayanan.
87
No.
1.
Orientasi Sekolah Baru
Materi Tema
Materi Pada Layanan Orientasi : Fasilitas belajar di sekolahku
Sub Tema : Orientasi Sekolah Baru SMP
Pribadi
:
Sosial
Sub Tema sekarang ini
Materi pada Layanan Bimbingan Kelompok : Perbedaan Individu
Diriku
Belajar
Bidang Bimbingan dan Konseling *)
Berikut contoh pemetaan kompetensi, tema, dan sub tema pada bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung.
Tugas Perkembangan/Kompetensi Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
2.
Orientasi Kelas/Semester Baru
Kondisi Lingkungan (Fisik
Kondisi Diri
3.
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuh secara efektif
Orientasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
4.
5.
88
Karir
No.
Tugas Perkembangan/Kompetensi Materi Tema dan Sosioemosional)
7.
Prestasi Belajar
Kegiatan Belajar
Arah Peminatan
8.
Aplikasi Instrumentasi
karier
9.
Kehidupan Beragama
Mempersiapkan ekonomi
10.
Kehidupan Keluarga
6.
11.
Kehidupan Budaya
Sosial
12.
89
Pribadi
Belajar
Bidang Bimbingan dan Konseling *) Sosial
Sub Tema : Prestasi Belajar dan Cita-cita Pekerjaanku
Materi pada Kegiatan Pendukung Aplikasi Instrumen : Tes Hasil Belajar
Karir
No.
Tugas Perkembangan/Kompetensi Materi Tema
Muda
Kejadian Peristiwa Aktual
13.
14.
Kondisi Dinamis Sekolah
Hubungan Mudi
15.
Kenaikkan Kelas / Kelanjutan Studi
Mencapai peran sosial pria dan wanita
16.
Ujian Nasional
/
17.
90
Pribadi
Belajar
Bidang Bimbingan dan Konseling *) Sosial
Karir
Sub tema Karakteristik Gender
:
Materi pada Kegiatan Layanan Konsultasi : Pilihan-pilihan Pekerjaan dalam peran Gender
Lampiran 3 : CONTOH RPLBK FORMAT KLASIKAL DAN NONKLASIKAL Lampiran 3a Rincian Format RPLBK
RPLBK RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING FORMAT KLASIKAL TERJADWAL
I.
II.
IDENTITAS A.
Satuan Pendidikan
: .....................(misal: SMP Cahaya Purnama)
B.
Tahun Ajaran
: ..................(misal: 2013 – 2014, Semester I)
C.
Sasaran Pelayanan
: ............................(misal: Semua Kelas VIII)
D.
Pelaksana
: .......................................................................
E.
Pihak Terkait
: .......................................................................
WAKTU DAN TEMPAT A.
Tanggal
: ................................(misal: 17 Januari 2014)
B.
Jam Pelayanan
: ...................................(misal: Sesuai Jadwal)
C.
Volume Waktu (JP)
: ............................................................
(misal:Masing-masing kelas 2 (dua) JP (2 x 40 Menit) D.
III.
Spesifikasi Tempat Layanan : ............. (misal: Ruang kelas masing-masing)
FUNGSI LAYANAN
: .......................................................................
KOMPETENSI ....................................................................... IV.
TUJUAN A.
Tujuan Umum
:........................................................................
B.
Tujuan Khusus
:......................................................................... ..........................................................................
91
V.
BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING
: ......................................................
VI.
JENIS LAYANAN
: ..........................................................
VII. MATERI LAYANAN
:
A.
Tema/Pokok Materi
: ............................................................
B.
Subtema/Sub Materi
: ............................................................
VIII. SARANA
IX.
A.
Media
: ............................................................
B.
Perlengkapan
: ...........................................................
LANGKAH KEGIATAN A.
B.
LANGKAH PENDAHULUAN 1.
Membina hubungan baik dengan peserta didik.
2.
Menyampaikan tujuan layanan.
3.
Mengajak peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan layanan
LANGKAH INTI
1.
Peserta didik mengamati media pengantar terhadap materi layanan.
2.
Peserta didik mengeksplorasi pengalaman yang berhubungan dengan materi.
3.
Konselor
mengajak
peserta
didik
mengumpulkan/mengakses
informasi untuk menguatkan kesadaran perilaku sesuai materi 4.
Peserta didik menarik generalisasi.
5.
Guru BK/Konselor memberikan penguatan pemahaman materi secara utuh.
6.
Peserta didik dengan bimbingan konselor mengembangkan rencana perilaku atas dasar pengetahuan dan keterampilan baru yang dimiliki..
C.
LANGKAH PENUTUP/PENGAKHIRAN 1.
Merefleksi proses dan hasil layanan
2.
Mengevaluasi proses dan hasil
3.
Menguatkan komitmen peserta didik terhadap hasil layanan
4.
Merencanakan tindak lanjut
92
X.
XI.
PENILAIAN PROSES DAN HASIL
A.
Penilaian Proses
: .....................................................................
B.
Penilaian Hasil
: ....................................................................
TINDAK LANJUT
: ....................................................................
XII. SUMBER BAHAN
: .................................................................... Guru BK atau Konselor
.......................................
93
Lampiran 3b Rincian Format RPLBK
RPLBK RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING FORMAT KELOMPOK
I. IDENTITAS A. Satuan Pendidikan
: ......................................................................
B. Tahun Ajaran
: ......................................................................
C. Sasaran Pelayanan
: .......................................................................
D. Pelaksana
: .......................................................................
E. Pihak Terkait
: .......................................................................
II. WAKTU DAN TEMPAT A. Tanggal
: ......................................................................
B. Jam Pelayanan
: ......................................................................
C. Volume Waktu (JP)
: .....................................................................
D. Spesifikasi Tempat Layanan
: .....................................................................
III. FUNGSI LAYANAN KOMPETENSI
: ....................................................................... : .......................................................................
IV. TUJUAN
A. Tujuan Umum
:........................................................................
B. Tujuan Khusus
:......................................................................... .......................................................................... .........................................................................
V. BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING : .......................................................... VI. JENIS LAYANAN
: Bimbingan Kelompok
94
VII. MATERI LAYANAN
:
A. Tema/Pokok Materi
: ............................................................
B. Subtema/Sub Materi
: ............................................................
VIII.
METODE DAN TEKNIK
: ............................................................ ............................................................
IX. SARANA A. Media
: ............................................................
B. Perlengkapan
: ...........................................................
X. LANGKAH KEGIATAN
A. TAHAP AWAL 1. Membina hubungan baik. 2. Menyampaikan tujuan layanan. 3. Menyampaikan/mendiskusikan topik layanan 4. Mendiskusikan tugas dan peranan masing-masing anggota kelompok 5. Menyepakati norma kelompok 6. Mengajak setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam kegiatan layanan
B. TAHAP PERALIHAN 1. Mengarahkan perhatian peserta/anggota kelompok ke suasana kegiatan kelompok
C. TAHAP KERJA Pelaksanaan tahap kerja disesuaikan dengan teknik yang digunakan. Alternatif 1: Teknik Diskusi 1. Guru BK atau Konselor mengemukakan topik untuk dibahas di dalam kelompok 2. Anggota kelompok menanggapi topik yang dikemukakan melalui diskusi 3. Anggota kelompok menyimpulkan/menemukan jalan keluar topik yang didiskusikan dan mengembangkan keterampilan baru yang dimiliki. 4. Anggota kelompok menyampaikan pengalaman yang diperoleh selama proses diskusi Alternatif 2: Teknik Sosio Drama 1. Guru BK atau Konselor menjelaskan tema drama yang akan dimainkan dalam sosio drama 2. Guru BK atau Konselor meminta anggota kelompok untuk merancang skenario dan pembagian peran dalam sosio drama 3. Guru BK atau Konselor meminta anggota kelompok untuk memerankan secara spontan sesuai dengan skenario yang telah dirancang.
95
4. Guru BK atau Konselor meminta anggota kelompok yang tidak bermain peran untuk bertindak sebagai pengamat 5.
Guru BK atau Konselor meminta anggota kelompok untuk merefleksikan terhadap apa yang telah diperankan
6. Guru BK atau Konselor meminta pengamat untuk merefleksikan hasil pengamatannya 7. Guru BK atau Konselor meminta permainan ulang yang dilakukan oleh anggota kelompok yang memerankan atau yang berperan sebagai pengamat 8. dst...(disesuaikan dengan pencapaian tujuan) Alternatif 3: dst......
D. TAHAP PENGAKHIRAN 1. Guru BK atau Konselor mengajak anggota kelompok untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan 2. Guru BK atau Konselor bersama anggota kelompok membahas rencana tindak lanjut untuk masing-masing anggota kelompok mengembangkan keterampilan baru. 3. Guru BK atau Konselor bersama anggota kelompok mengakhiri kegiatan
XI. PENILAIAN PROSES DAN HASIL A. Penilaian Proses
: .....................................................................
B. Penilaian Hasil
: ....................................................................
XII. TINDAK LANJUT
: ....................................................................
XIII.
: ....................................................................
SUMBERBAHAN (jika ada)
Guru BK atau Konselor
.......................................
96
Lampiran 3c Rincian Format RPLBK
RPLBK RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING FORMAT KELOMPOK
I. IDENTITAS A. Satuan Pendidikan
: ......................................................................
B. Tahun Ajaran
: ......................................................................
C. Sasaran Pelayanan
: .......................................................................
D. Pelaksana
: .......................................................................
E. Pihak Terkait
: .......................................................................
II. WAKTU DAN TEMPAT A. Tanggal
: ......................................................................
B. Jam Pelayanan
: ......................................................................
C. Volume Waktu (JP)
: .....................................................................
D. Spesifikasi Tempat Layanan
: .....................................................................
III. FUNGSI LAYANAN KOMPETENSI
: ....................................................................... : .......................................................................
IV. TUJUAN
A. Tujuan Umum
:........................................................................
B. Tujuan Khusus
:......................................................................... .......................................................................... .........................................................................
V. BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING : ..........................................................
97
VI. JENIS LAYANAN
: Konseling Kelompok
VII. METODE DAN TEKNIK
: ............................................................ ............................................................
VIII. SARANA
IX.
A. Media
: ............................................................
B. Perlengkapan
: ...........................................................
LANGKAH KEGIATAN a. TAHAP AWAL 1. Membina hubungan baik dan menumbuhkan kohesifitas kelompok. 2. Menumbuhkan saling percaya, saling menerima, saling menghargai antara anggota kelompok 3. Memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai 4. Menyepakati norma kelompok 5. Menjelaskan peran dan tanggungjawab masing-masing anggota kelompok 6. Mengajak anggota kelompok untuk terlibat aktif dalam kegiatan layanan
b. TAHAP PERALIHAN 1. Guru BK atau Konselor memfasilitasi kelompok untuk bersedia mengambil resiko psikologis di dalam kegiatan kelompok 2. Guru BK atau Konselor mengamati pola perilaku dan suasana emosi anggota kelompok 3. Guru BK atau Konselor berupaya untuk mengatasi kecemasan, resistensi, defensif, konflik, konfrontasi, transferen, keraguan (jika ada) dengan cara menstruktur ulang, mengarahkan, mengontrol hubungan antar pribadi 4. Guru BK atau Konselor mengarahkan perhatian peserta/anggota kelompok ke dalam suasana kegiatan kelompok
c. TAHAP KERJA 1.
Guru BK atau Konselor mengarahkan anggota kelompok untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh salah satu anggota kelompok
2. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok anggota kelompok mengeksplore masalah yang dikeluhkan oleh salah satu anggota kelompok
98
3. Anggota kelompok memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan masing-masing, mempelajari perilaku baru, melakukan kegiatan teurapuetik, berlatih perilaku baru, mengubah perilaku, dan mengembangkan ide-ide baru. 4. Konselor sebagai pengamat dan fasilitator melibatkan diri dalam proses dan isi kegiatan kelompok
d. TAHAP PENGAKHIRAN 1.
Guru BK atau Konselor mengajak anggota kelompok untuk melakukan refleksi pengalaman terhadap kegiatan yang telah dilakukan
2.
Guru BK atau Konselor bersama anggota kelompok membahas kemanfaatan dan kemajuan yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok
3. Guru BK atau Konselor bersama anggota kelompok merencanakan tindak lanjut kegiatan kelompok 4.
Guru BK atau Konselor bersama anggota kelompok mengakhiri kegiatan
X. PENILAIAN PROSES DAN HASIL A. Penilaian Proses
: .....................................................................
B. Penilaian Hasil
: ....................................................................
XI. TINDAK LANJUT
: ....................................................................
XII. SUMBER BAHAN (jika ada)
: ....................................................................
Guru BK atau Konselor
.......................................
99
Lampiran 3d Rincian Format RPLBK
RPLBK RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING FORMAT KONSELING INDIVIDUAL I. IDENTITAS A. Satuan Pendidikan
: ......................................................................
B. Tahun Ajaran
: ......................................................................
C. Sasaran Pelayanan
: .......................................................................
D. Pelaksana
: .......................................................................
E. Pihak Terkait
: .......................................................................
II. WAKTU DAN TEMPAT A. Tanggal
: ......................................................................
B. Jam Pelayanan
: ......................................................................
C. Volume Waktu (JP)
: .....................................................................
D. Spesifikasi Tempat Layanan
: .....................................................................
III. FUNGSI LAYANAN KOMPETENSI
: ....................................................................... : .......................................................................
IV. TUJUAN A. Tujuan Umum
:........................................................................
B.
:.........................................................................
Tujuan Khusus
.........................................................................
V. BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING : ..........................................................
VI. JENIS LAYANAN
: Konseling Individual
100
VII. GEJALA MASALAH YANG TERAMATI : 1........................................................... 2.......................................................... 3.......................................................... 4.......................................................... 5. dst...................................................
VIII. METODE DAN TEKNIK
: ............................................................
IX. SARANA A. Media
: ............................................................
B. Perlengkapan
: ...........................................................
X. LANGKAH KEGIATAN 1. Pembukaan a. Membina hubungan baik b. Strukturing 2. Penjelasan Masalah a. Memfasilitasi konseli untuk mengungkapkan masalahnya secara tuntas b. Memfasilitasi konseli melihat inti masalah dengan lebih jelas c. Memfasilitasi konseli menyadari semua reaksi perasaannya secara lebih utuh d. Memfasilitasi konseli menghadapi masalah dengan pikiran yang lebih jernih dan rasional 3. Penggalian Latar Belakang Masalah a. Analisis masalah/analisis kasus b. Diagnosis c. Prognosis 4. Penyelesaian Masalah (treatment) a. Mengambil tanggung jawab mempribadikan b. Merancang tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah 5. Penutup a. Merangkum b. Menekankan komitmen c. Membahas rencana tindak lanjut d. Mengakhiri konseling
101
XI. PENILAIAN PROSES DAN HASIL A. Penilaian Proses
: ....................................................................
B. Penilaian Hasil
: ....................................................................
XII. TINDAK LANJUT
: ....................................................................
XIII. SUMBER BAHAN(jika ada)
: ....................................................................
Guru BK atau Konselor
.......................................
102
Lampiran 4: (Contoh)
Rencana Operasional (Action Plan) ((Program Kerja Pelayanan BK))
103
No.
A.
Bidang dan Kegiatan Pelayanan Dasar 1. Bidag Pribadi a.Peningkatan kesadaran siswa memelihara kondisi jasmaniah yang sehat
JUMLAH
Tujuan
Rencana Operasional (Action Plan) SMP ............................................................
Strategi Layanan
TAHUN ..................................................
Tolok Ukur Keberhasilan
1. Layanan bimbingan klasikal Layanan Informasi,tentang : a. Bahaya merokok
2.
a.Menurunnya jumlah siswa yang merokok b.Meningkatnya pemahaman siswa tentang bahaya penyalahgunaan napza
b. Bahaya miras dan narkoba
Sasaran
Agustus
Waktu
Guru BK
Guru BK
Pelaksana
VII
Juli-Agust
-
Sumber dana
-
-
Dana
-
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’
Guru BK
......................................,..........................................
VIII
((PROGRAM KERJA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING))
Membantu siswa memilki pemahaman pentingnya memelihara kondisi jasmaniah yang sehat
Mengetahui : Kepala Sekolah ...........................................................
104
Jam Pemb.
Sasaran Kegiatan
Kelas IX 1
Lampiran 5: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM (LAPELPROG)
REKAPITULASI
Pengungkapan masalah umum
Pengungkapan masalah umum
Materi Kegiatan
: : :
Proses
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; seorang siswa tidak hadir; lembar jawaban diolah dan hasilnya akan disampaikan seminggu kemudian kepada siswa.
Pengadministrasikan AUM Berjalan lancar; lembar jawaban diolahdan hasilnya Akan disampaikan kepada siswa seminggu kemudian
Evaluasi
• Laiseg : Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasilhasilnya
Laiseg : Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Hasil
Bulan Minggu Guru BK/Konselor
LAPELPROG HARIAN BK SATU MINGGU
Kegiatan Layanan/ Pendukung
Aplikasi Instrumentasi (41,42,43,44)
2 10.00-11.20
Kelas IX 2
Aplikasi Instrumentasi 2
(41,42,43,44)
24 Juli …….
24 Juli ……
Tanggal Kegiatan
SEKOLAH/MADRASAH : KELAS :
No.
1
2 11.40-13.00
105
No.
3
4
5
6
7
8
9
Tanggal Kegiatan
25 Juli …….
Jam Pemb.
2
Sasaran Kegiatan
Kelas IX 3
Kegiatan Layanan/ Pendukung
Aplikasi Instrumentasi (41,42,43,44))
Materi Kegiatan
Pengungkapan masalah umum
Pengungkapan masalah umum
Arah Peminatan bagi siswa SMP (6), (7), (8)
Hasil
Proses
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; seorang siswa terlambat sehingga diberi waktu tersendiri; lembar jawaban diolah dan hasilnya disampaikan kepadasiswa seminggu kemudian.
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; siswa banyak bertanya; lembar jawaban diolah dan hasilnya disampaikan kepada siswa seminggu kemudian
Evaluasi • Laiseg : Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasilhasilnya • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian • Laiseg : Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasilhasilnya • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
• Laiseg : Anggota kelompok memahami tuntutan kelas baru • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Siswa gembira mengikutinya; kekurangan waktu karena hari semakin sore; kesempatan berikutnya membahas topik lain.
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; seorang siswa tidak hadir; lembar jawaban diolah dan hasilnya akan disampaikan seminggu kemudian kepada siswa. Siswa gembira mengikutinya; keku-rangan waktu karena hari semakin sore; kesempatan berikutnya mem-bahas topik lain. Agak terganggu oleh suasana di luar ruangan konseling; kesem-patan berikutnya membahas masa-lah siswa lain.
• Laiseg : Siswa memahami arah Penyajian disertai diskusi dengan peminatan partisipasi aktifsiswa • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Memasuki Tahun Ajaran Baru
• Laiseg : Siswa memahami tujuan pengungkapan masa-lah dan sangat mengharapkan hasilhasilnya
Layanan Bimbingan Kelompok
(17), (18), (19), (20).
• Laiseg : Siswa dengan senang hati memahami dan berupaya memenuhi tuntutan menjalani kelas IX di SMP • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Pengungkapan masalah umum
Layanan Konseling Perorangan*)
• Laiseg : Anggota kelompok memahami tuntutan kelasbaru • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Layanan Bimbingan Kelompok
Memasuki Tahun Ajaran Baru
(41,42,43,44)
Aplikasi Instrumentasi
Layanan informasi
(41,42,43,44)
10.00-11.20
Kelas XI 4
Klp. 1/ Kelas IX 1 (12 orang)
Fazri
Klp. 1/ Kelas IX 2 (9 orang)
Kelas IX 5
Kelas IX 1
Aplikasi Instrumentasi
2
2
2
2
2
2
25 Juli ……. 11.40-13.00
26 Juli ……. 10.00-11.20 26 Juli ……. 11.40-13.00
26 Juli ……. 16. - ……… 26 Juli ……. 16.00- …….
27 Juli ……. 16. - ……….
106
No.
10
11
12
Tanggal Kegiatan
28 …………
Juli
16.00 - ………..
29 Juli ………..
29 Juli ………. 16.00 - ……….
Sasaran Kegiatan
Layanan Konseling Kelompok
Kegiatan Layanan/ Pendukung
Jam Pemb.
2
Klp.1/ Kelas IX 3 (5 orang)
Bimbingan
Konseling
Yazid
Layanan Kelompok
Layanan Perorangan
2
2
Klp. II/ Kelas IX 4 (9 orang)
Materi Kegiatan
Bakat Untuk Peminatan Siswa*)
*)
Arah
Memasuki Tahun Ajaran Baru
107
Hasil
Proses
Kesempatan berikutnya membahas topik lain.
Siswa antusias; mereka banyak menampilkan pengalaman pribadi.
Agak terganggu oleh suasana di luar ruangan konseling; perlu bicara dengan orang tua.
Anggota kelompok secara aktif memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi siswa yang masalahnya dibahas. Kesempatan berikutnya membahas masalah siswa lain.
Evaluasi • Laiseg : Siswa tidak perlu ragu tentang kecocokan dirinyauntuk jurusan IPA • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
• Laiseg : Siswa menunda kepindahannya serta memahami dan berupaya memenuhi tuntutan menjalani kelas IX di SMP • Laiseg : Siswa tidak perlu ragu tentang kecocokan dirinya untuk jurusan • Laijapen : akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
.......................,....……..
Guru BK atau Konselor
Lampiran 6 : ALAT PENELUSURAN MINAT PESERTA DIDIK SMP
Nama
: ..........................................................................
NIS
: ..........................................................................
Kelas
: ..........................................................................
Sekolah
: ..........................................................................
Alamat
: ..........................................................................
Kab/Kota
: ..........................................................................
Provinsi
: ..........................................................................
108
ALAT PENELUSURAN MINAT PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
A. Petunjuk umum 1. Bacalah seluruh pernyataan secara teliti ! 2. Isilah kolom berikut sesuai dengan minat Anda! 3. Pilihan jawaban tidak berpengaruh terhadap nilai hasil belajar Anda! 4. Jawaban Anda sangat bermanfaat untuk membantu pemahaman minat Anda yang sesungguhnya.
B. Petunjuk khusus Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang minat yang harus Anda pilih. Bubuhkan tanda cek (√ ) pada kolom YA apabila Anda menyukai pernyataan tersebut; atau bubuhkan tanda cek (√ ) pada kolom TIDAK apabila Anda tidak menyukai pernyataan tersebut.
SELAMAT MENGERJAKAN !
109
NO.
PILIHAN JAWABAN
PERNYATAAN
Ya A1.
Suka mempelajari kisah teladan tokoh agama
A2.
Suka mendengarkan lagu-lagu religi
A3.
Suka mempelajari kitab suci
A4.
Suka mengisi waktu luang dengan membaca buku keagamaan
A5.
Tertarik untuk menyimak ceramah agama
A6.
Suka mempelajari doa-doa
A7.
Suka mendalami makna ibadah
A8.
Suka mengikuti kegiatan di tempat ibadah
A9.
Suka menyampaikan pesan-pesan keagamaan
B1.
Suka melakukan kegiatan yang menggunakan alat ukur
B2.
Suka merancangkan kegiatan berdasarkan ketepatan waktu
B3.
Suka menggunakan memprediksi sesuatu
B4.
Menyukai grafik
B5.
Menyukai penjelasan dalam bentuk angka
B6.
Suka menyelesaikan soal hitungan menggunakan logika
B7.
Suka membaca angka secara benar
B8.
Suka membaca secara teliti terhadap soal hitungan
C1.
Suka mengamati kejadian alam
C2.
Suka dengan kegiatan ilmiah
hitungan,
110
dalam
dengan
Tidak
NO.
PILIHAN JAWABAN
PERNYATAAN
Ya C3.
Suka melakukan percobaan ilmiah
C4.
Suka mendalami tentang proses kimiawi suatu zat
C5.
Suka mengamati pertumbuhan tanaman
C6.
Suka mengamati kandungan zat sebuah produk
C7.
Suka mencoba merakit alat percobaan ilmiah
C8.
Suka diskusi tentang kejadian alam
C9.
Suka mengumpulkan berita tentang kejadian alam
D1.
Suka mempelajari peta
D2.
Suka membaca buku-buku sejarah
D3.
Suka mempelajari benda-benda peninggalan sejarah
D4.
Suka mempelajari budaya
D5.
Suka mempelajari kehidupan sosial
D6.
Suka mempelajari tentang kegiatan ekonomi
E1.
Suka menyimak cerita
E2.
Suka bercerita
E3.
Suka berdiskusi tentang kebahasaan
E4.
Suka bermain peran
E5.
Suka membaca buku cerita
E6.
Suka menulis karya sastra
E7.
Suka menulis buku harian
E8.
Suka berpidato
F1.
Suka menggambar bangunan
F2.
Suka merakit alat elektronik
F3.
Suka menuangkan ide ke dalam hasil teknologi 111
Tidak
NO.
PILIHAN JAWABAN
PERNYATAAN
Ya F4.
Suka memecahkan masalah yang berkaitan dengan teknik
F5.
Suka mencermati cara kerja alat-alat teknologi
F6.
Suka mendaur ulang barang yang tidak terpakai
F7.
Suka membongkar pasang mesin dan alat elektronik
F8.
Suka memprediksi bahan bangunan
F9.
Suka melakukan kegiatan memperbaiki alatalat teknologi
G1.
Suka menyusun diagram alur
G2.
Suka mempelajari program komputer
G3.
Suka menggunakan komputer
G4.
Suka menggunakan media komunikasi untuk belajar
G5.
Suka menulis di sosial media atau blog
G6.
Suka mengikuti perkembangan TIK
H1.
Menyukai kegiatan P3K
H2.
Suka membaca kegunaan obat
H3.
Suka mengenali jenis mengandung khasiat obat
H4.
Suka mengenali zat-zat yang membahayakan kesehatan
H5.
menyukai pola hidup sehat
H6.
Suka mempelajari tentang makanan yang bergizi
H7.
Suka membaca penemuan di bidang kesehatan
I1.
Suka mempelajari teknik bercocok tanam
program
aplikasi
tumbuhan
112
yang
Tidak
NO.
PILIHAN JAWABAN
PERNYATAAN
Ya I2.
Suka mempelajari cara-cara pemasaran hasil pertanian
I3.
Suka kegiatan bercocok tanam
I4.
Suka mempelajari alat-alat pertanian
I5.
Suka mempelajari ciri-ciri tanah
I6.
Suka mempelajari tentang pupuk tanaman
I7.
Suka merancang kegiatan wisata pertanian
I8.
Suka mempelajari tentang hama tanaman
I9.
Suka mempelajari zat untuk meningkatkan kualitas tanaman
I10.
Suka mengenali jenis tanaman unggul
J1.
Suka mempelajari cara-cara pemasaran hasil perikanan dan kelautan
J2.
Suka mempelajari teknik penangkapan ikan
J3.
Suka membudidayakan ikan
J4.
Suka mempelajari tentang alat-alat perikanan
J5.
Suka mempelajari tentang penyakit ikan
J6.
Suka mempelajari tentang cara memelihara ikan
J7.
Suka mengenali jenis ikan laut dan ikan air tawar
J8.
Suka mempelajari cara pengawetan ikan
J9.
Suka kegiatan membudidayakan hasil laut
K1.
Suka menyusun rencana kegiatan
K2.
Suka mempelajari surat menyurat
K3.
Suka membuat laporan kegiatan
K4.
Suka membuat catatan pengeluaran uang
K5.
Suka mempelajari pembukuan
pemasukan
113
dan
Tidak
NO.
PILIHAN JAWABAN
PERNYATAAN
Ya K6.
Suka mempelajari tentang perbankan
K7.
Suka mengenal perpajakan
K8.
Suka mempelajari kegiatan pemasaran
K9.
Suka kegiatan berwirausaha
L1.
Suka membuat rencana kunjungan wisata
L2.
Suka menceritakan pengalaman berwisata
L3.
Suka mendokumentasikan berwisata
L4.
Suka berperan sebagai pemandu wisata
L5.
Menyukai kegiatan tata boga
L6.
Menyukai kegiatan tata kecantikan
L7.
Menyukai kegiatan perhotelan
L8.
Menyukai kegiatan tata busana
M1.
Suka menggambar
M2.
Suka bermusik
M3.
Suka menari
M4.
Suka seni drama
M5.
Suka seni fotografi
M6.
Menyukai kegiatan seni perfilman
M7.
Suka membuat karya kerajinan
N1.
Suka olahraga yang bersifat pertandingan
N2.
Menyukai olahraga rekreasi
N3.
Suka mempelajari manfaat olahraga
N4.
Suka memperhatikan perkembangan olahraga
N5.
Suka mempelajari teknik olahraga
pengalaman
114
Tidak
Lampiran 7 : CONTOH LEMBAR REKOMENDASI PEMINATAN
LEMBAR REKOMENDASI Nama Siswa
: .................................................
Jenis kelamin
: .................................................
NIS
: .................................................
Sekolah
: .................................................
Alamat
: .................................................
A. Prestasi Akademik Yang Menonjol Kelas VII
Mata Pelajaran dengan Nilai Terbaik
Nilai
1. 2.
VIII
1. 2.
IX
1. 2.
B. Prestasi Non-Akademik yang Menonjol Bidang
Kategori Prestasi/Jenis
Keolahragaan Kesenian Keorganisasian Kesehatan Keilmuan Keagamaan 115
Kualifikasi
C. Bakat yang Menonjol No.
Arah Kecenderungan Bakat
Kualifikasi
1. 2. 3.
D. Bidang yang Diminati Peserta Didik (Minat) KUALIFIKASI NO.
BIDANG PEMINATAN
% T
S
R
1. 2, 3,
E. Nilai Ujian Nasional (UN): …………………………………………………………..
F. Harapan Orangtua ………………………………………………………….. ………………………………………………………….. G. Kesimpulan Arah Peminatan Berdasarkan data di atas, yang bersangkutan cenderung meminati: 1. ………………………………………. 2. ………………………………………. 3. ………………………………………
116
H. Rekomendasi: Siswa yang bersangkutan dapat direkomendasikan untuk memasuki jalur peminatan sebagai berikut. NO. JENIS SLTA
JALUR PEMINATAN YA
1.
SMA
PILIHAN TIDAK
Matematika dan IPA Ilmu Pengetahuan Sosial Bahasa dan Budaya
2.
MA
Matematika dan IPA Ilmu Pengetahuan Sosial Bahasa dan Budaya Agama
3.
SMK
Teknologi Rekayasa, dengan Progam Studi .................................... Teknologi Informasi dan Komunikasi, dengan Progam Studi .............. Kesehatan, dengan Progam Studi ........................................................... Agribisnis, dengan Progam Studi ........................................................... Perikanan dan Kelautan, dengan Progam Studi ..................................... Bisnis Manajemen, dengan Progam Studi ................................................. Pariwisata, dengan Progam Studi .......................................................... Seni dan Kerajinan, dengan Progam Studi ....................................
Mengetahui Kepala Sekolah,
Tertanda, Guru BK atau Konselor,
(---------------------)
(-----------------------) 117