PAKET BERGAMBAR UNTUK MELATIH KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Suparli Mahasiswa Magiter Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak:Realitas yang bahwa ketrampilan menulis narasi siswa SMP masih jauh dari harapan.Penelitian ini akan mengembangkan paket bergambar yang dap digunakan untuk melatih ketrampilan menulis narasi siswa. Pegembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk paket pelatihan keterampilan menulis narasi bergambar yang dapat digunakan oleh guru-guru SMP sebagai salah satu media dalam melaksanakan kegiatan ketrrampilan menulis pada siswa di kelasnya.Penelitian ini menggunakan desain hasil adaptasi dari strategi penelitian dan pengembangan yang disinkronisasikan dengan Pendekatan Belajar Terstruktur (SLA). Produk Akhir dari pengembangan ini berupa Model Paket Bergambar Pelatihan. Ketrampilan Menulis Narasi Begambar dan Buku Panduan untuk Guru..Kedua produk tersebut telah diuji dan Ternate dapat melatih ketrampilan siswa dalam menulis narasi. Kata kunci: pengembangan, paket bergambar,melatih ketrampilan, menulis narasi. PENDAHULUAN Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan dalam berkomunikasi di jaman seperti ini. Keterampilan menulis ini merupakan keterampilan berbahasa produktif. Menulis narasi menuntut kemampuan khusus yang harus diinternalisasi oleh siswa. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah penguasaan kosa kata, kalimat, terminologis, pengembangan paragraf, dan konsepkonsep imajenatif. Menulis pada hakikatnya adalah kegiatan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas, sehingga buah pikiran itu dapat dikomunikasikan kepada para pembaca dengan baik. Menulis bukanlah sekedar melukiskan simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan
kata-kata dirangkai menjadi kalimat, menurut kaidah tertentu. Keterampilan menulis menurut Tarigan (1989) mencakup tata bahasa, kosa kata, pungtuasi yang bermakna, perwajahan, ejaan yang akurat, penggunaan berbagai struktur untuk menampilkan gaya, menghubungkan ide, informasi antar kalimat, antar lintas kalimat untuk mengembangkan topik dan mengembangkan atau pengorganisasian isi secara jelas dan tepat. Keterampilan menulis ini tentunya harus diajarkan dan dilatihkan kepada siswa dengan sungguh- sungguh agar siswa memahami dan terlatih menulis dengan baik. Pembelajaran harus disesuaikan tujuan penulisan dan tahapan-tahapan penulisan. Tujuan tersebut antara lain informati, persuasive, ekspresif, dan letere. Sedangkan Tahapan-tahapan menulis meliputi (1) pengolahan ide, (2) penataan kalimat, (3) pengembangan
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 253
paragraph, (4) pengembangan karangan dalam jenis tertentu (Sutejo dan Kusnadi, 2009). Pelatihan yang disesuaikan tahap perkembangan anak maka akan menghasilkan karya-karya bagus dan ketrampilan siswa akan berkembang dengan optimal. Tahap perkembangan anak usia SMP merupakan suatu masa di mana mereka sedang mempersiapkan diri untuk kelangsungan perkembangan hidup kelak. Dalam masa perkembangan itu anak sering menemui hambatanhambatan dan permasalahan. Oleh sebab itu anak usia SMP memerlukan perhatian khusus dari para guru. Secara umum Nur (2004) mengklasifikasi masalah tersebut menjadi 6, yaitu (1) masalah yang berkaitan dengan fisik dan kesehatan, (2) masalah yang berhubungan dengan belajar, (3) masalah emosional, (4) masalah moral, (5) masalah penyesuaian diri,dan (6) masalah social. Syah (1997) mengatakan bahwa beberapa ahli dalam satu tim akan menghasilkan solusi pemecahan masalah yang lebih optimal. Dengan kerjasama siswa dapat lebih memahami ketrampilan menulis narasidan dapat memanfaatkan sekolah sebagai wadah yang tepat memasukkan program keterampilan menulis narasi. Dengan ketrampilan menulis narasi yang dimiliki, diharapkan siswa dapat meningkatkan kualitas penyesuaian dirinya tanpa mengalami hambatan dalam pergaulan. Oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya yang dapat membantu guru dalam mengembangkan ketrampilan menulis narasi siswa. Salah satunya melalui pelatihan. Yang sangat jarang ditemukan. Untuk itulah penelitian tentang pengembangan paket pelatihan keterampilan menulis narasi bagi siswa SMP sangat diperlukan. Paket pelatihan keterampilan menulis narasi ini disusun dalam bentuk gambar-gambar. Gambar-gambar ini diperlukan agar siswa SMP lebih tertarik
dan lebih mudah dalam menuliskan pesan ingin disampaikan mela;ui tulisan. Menurut Suyatno (2000) gambar dapat meningkatkan minat dan motivasi untuk membaca, menulis, merangkum pesanpesan pembelajaran, memusatkan perhatian siswa terhadap pesan-pesan utama serta menyederhanakan pesan pembelajaran yang terlampau kompleks. Pertanyaannya adalah “(1) bagaimana model paket bergambar yang dapat melatihkan ketrampilan menulis narasi?, dan (2) bagaimana ketepatan paket bergambar tersebut untuk melatihkan ketrampilan menulis narasi “?. Pertanyaan itulah yang harus dijawab.Menurut Sprafkin (dalam Azwar, 1994) keterampilan menulis narasi yang perlu dikembangkan pada siswa SMP meliputi (1) menuliskan memulai percakapan , (2) menuliskangambar yang dilihat, (3) menuliskan hal-hal dalam mengakhiri percakapan, (4) menuliskan dalam hal meminta bantuan, (5) menuliskan dalam mengikuti instruksi/petunjuk, (6) menuliskan ucapan terima kasih dan meminta maaf. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui survey awal dan kajian literatur, maka keterampilanketerampilan menulis narasi yang perlu dilatihkan dalam paket ini terdiri dari 4 (empat) topik utama yaitu (1) topik memberi salam, (2) topik meminta bantuan, (3) topik mengikuti instruksi/petunjuk dan (4) topik meminta maaf. Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan model paket bergambar untuk melatihkan ketrampilan menulis narasi anak SMP dan buku panduan untuk guru dapat mengiplementasikan model ini dengan bain dan hasil optimal. Pengembangan ini menggunakan desain hasil adaptasi dari strategi penelitian dan pengembangan (Research and Development) oleh Borg and Gall (1983).Sedangkan langkah-langkah pengembangannya menggunakan
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 254
Pendekatan Belajar yang Terstruktur (SLA) dengan lima teknik intervensi. Karena model ini memiliki kriteria yang menurut Munch dan Postlith Waite (dalam Handarini, 2000) sebagai berikut: (1) ada hubungan struktural antara komponen-komponen teknik yang digunakan; (2) dapat digunakan untuk memprediksi konsekuensi-konsekuensi yang dapat diverifikasi melalui observasi; (3) dapat digunakan untuk memperjelas peristiwa belajar, dan (4) dapat digunakan untuk mengembangkan konsep-konsep baru. SLA juga memiliki 5 (lima) teknik intervensi yang sangat membantu berkembangnya keterampilan menulis narasi bagi individu yang memerlukannya. Teknik-teknik tersebut adalah (1) petunjuk (instruksi), (2) pemberian model (modelling), (3) bermain peran (role playing), (4) umpan balik (feedback) dan (5) transfer pelatihan (transfer of training). Teknikteknik inilah yang dielaborasi pada saat pelatihan dengan gambar sebagai modelnya. METODE Secara umum pangebangan ini terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) tahap analisis kebutuhan, (2) tahap pengembangan, dan (3) tahap uji Ciba keterterimaan. Pada tahap analisis kebutuhan yang dilakukan adalah review literatur, observasi, wawancara, dan konsultasi pembimbaning. Tahap berikutnya adalah meumuskan tujuan umum dan khusus, mengembangkan alat evaluasi, menyusun strategi pelatihan, dan menyusun bahan pelatihan. Sedangkan tahap ketiga adalah melakukan uji coba produk, baik isi,rancangan, maupun uji pengguna. Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Sedangkan teknik analisis data menggunakan data yang berasal dari angket maupun pedoman osevasi ditabulasi dan dipersentase lalu
dikonversi ke dalam interval yang oleh Crombach (1990) tersusun 1 = 0 – 64%, 2 = 65 - 79%, 3 = 0% - 89%, 4 = 90 – 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Model paket yang dihasilkan berupa paket bergambar untuk melatih ketrampilan menulis narasi dan buku panduan guru diuji oleh ahli. Hasil uji ahli terhadap buku panduan sebagai tolok ukur apakah buku panutan tersebut sudah memenuhi syarat kegunaan, kelayakan, dan ketepatan, dan kemenarikan.. Akhirnya buku panduan ini mengalami revisi kecil, misalnya tentang pnulisan kata, konsistensi penulisan, tanda baca yang hampir semua terkait dengan kebahasaan. Namun dari aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan, dan kemenarikan hampir 100% ahli mengatakan bahwa buku panduan ini sangat berguna, sangat penting, sangat layak untuk digunakan, dan sangat tepat. Sedangkan hasil uji ahli terhadap materi pelatihan ketrampilan menulis narasi dengan menggunakan gambar, baik dari aspek kegunaan, kelayakan, dan ketepatan diperoleh hasil rata-rata 96% . Jika hasil tersebut dikonversi berada pada skala 4 yang berarti materi pelattihan ini sangat berguna, sangat layak, dan sangat tepat dapat melatihkan kketrampilan menulis narasi.Setelah itu hasil pengembangan diujicobakan kepada pengguna baik kelompok kecil ( 5 orang guru) maupun kelompok besar (15 siswa), baik dari aspek kegunaan, kelayakan, dan ketepatan. Hasil uji pengguna kelompok kecil diperoleh hasil, aspek kegunaan 100%, aspek kelayakan 88%, dan aspek ketepatan 96%. Jika hasil tersebut dikonversi dengan skala diatas maka dapat dikatakan bahwa paket pelatihan ketrampilan menulis narasi bergambar untuk siswa SMP sangat diterima. Untuk uji pengguna kelompok besar ini dilakukan dengan pre test dan post test.
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 255
Pre Test untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang pelatihan ketrampilan menulis narasi. Hasil dari pre Test ini diperoleh hasil bahwa 76% topik yang ada adalah materi dapat dapat dijawab dan terdapat 24% pertanyyan yang tidak dapat dijawab. Hal ini berarti siswa sudah memahami ketrampilan menulis narasi sekaligus dapat menerapkan pada kehidupan nyata. Sedangkan hasil Post Test menunjukkan hal bahwa 88% siswa menunjukkan perilaku yang diharapkan muncul dari pelatihan. Jika dikonversikan dengan skala di atas maka nilai ini berrada pada skala 4 yyang berarti bahwa paket yang dilaksanakan sangat sesuai sangat tepat dan sangat cocok untuk melatihkan empat keterampilan menulis narasi siswa. Bardasarkan hal tersebut, maka paket pelatihan ini digunakan untuk melatih keterampilan menulis narasi dalam 4 topik, yaitu topik memberi salam, meminta bantuan, memahami petunjuk dan meminta maaf. Dari empat pelatihan ini akan dapat melati keterampilan yang lain seperti yang dikemukakan Sprafkin (1994) ataupun Hurlock (1980), yang menyatakan bahwa pelatihan satu keterampilan pada siswa akan berpengaruh pada pelatihan keterampilan yang lain secara langsung maupun tidak langsung. Seperti yang dikemukakan oleh Sprafkin, Gershaw dan Goldstein (1993) bahwa pelatihan keterampilan menulis narasi dapat dilakukan melalui latihan-latihan atau belajar secara terstruktur. Adapun pelatihan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan mondelling, role playing, feed beck dan transfer latihan dan pemeliharaan. Ini berarti siswa Seklah Dasar memerlukan pelatihan keterampilan menulis narasi. Karena siswa yang memiliki keterampilan menulis narasi yang baik akan lebih mudah diterima dalam lingkungan pergaulannya, lebih mudah untuk menyesuaikan diri dan lebih ceria dalam
kehidupannya sehari-hari. Seperti yang dinyatakan oleh Conger (1991) bahwa individu yang memiliki keterampilan menulis narasi yang tinggi cenderung diterima oleh lingkungan, merasa puas dalam hidupnya, ceria, memiliki rasa humor, penuh percaya diri, memiliki harga diri, bebas mengekspresikan pikiran dan perasaannya, optimis akan masa depannya, antusias, berinisiatif dan semangat dalam hidup. Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah Paket Pelatihan Keterampilan Menulis Narasi Bergambar untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama dan Buku Panduan Guru. Paket bergambar ini berisi rangkaian gambar yang memberi petunjuk praktis kepada siswa tentang perilaku-perilaku menulis narasi, yang diharapkan dan perilaku-perilaku yang tidak diharapkan sesuai dengan tujuan pelatihan. Sedangkan Buku Panduan guru berisi tujuan setiap pelatihan, petunjuk praktis dan langkah-langkah penggunaan Paket Pelatihan Keterampilan Menulis Narasi yang telah disusun. Hal ini sejalan dengan pendapat Dick dan Carey (1991) yang menyatakan bahwa garis-garis besar atau petunjuk merupakan arah mengenai cara-carapelaksanaan semua komponen yang ada dalam paket pembelajaran. Sementara penyajian tujuan umum dan tujuan khusus pelatihan dimaksudkan untuk memberi kejelasan kepada pengguna produk pengembangan mengenai apa dan bagaimana keterampilan menulis narasi tersebut dapat dicapai setelah pelatihan. Pengguna gambar yang realistis dengan topik-topik kegiatan sehari-hari dianggap oleh pengguna sangat menarik dan sesuai dengan perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama. Hal ini sejalan dengan pendapat Baine (1986) yang menyatakan bahwa gambar dapat meningkatkan minat dan motivasi untuk menulis, meragkum pesan-pesan pembelajaran, memusatkan perhatian
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 256
siswa terhadap pesan-pesan utama serta menyederhanakan pesan pembelajaran yang terlampau kompleks. Bagi siswa Sekolah Menengah Pertama yang tahap berpikirnya menurut Piaget (1973) berada pada tahap operasional kongrit, peranan gambar juga dapat merangsang siswa untuk melatih kemampuan berfikir reversibility dan konservasi. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa gambar yang realistis dan menarik dapat meningkatkan kemampuan konservasi dan reversibility siswa Sekolah Menengah Pertama. Keterampilan menulis narasi pada dasarnya dapat dielajari dan dilatihkan kepada setiap orang melalui pelatihan yang intensif, khususnya melalui program pelatihan di sekolah (Hallahan & Kaufman, 1991). Oleh sebab itu pelatihan keterampilan menulis narasi juga dapat dilatihkan secara intensif di luar jam pelajaran sebagai pengembangan bakat dan minat siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan menulis narasi dengan menggunakan model Structure Learning Approach (SLA) terbukti dapat mengembangkan keterampilan menulis narasi siswa Sekolah Menengah Pertama dalam melatih keterampilan menulis narasi siswa khususnya topik memberi salam, topik meminta bantuan, memahami petunjuk dan topik meminta maaf. Semua teknik intervensi yang digunakan dalam model Structure Learning Approach (SLA) dapat dikembangkan untuk melatih keterampilan menulis narasi siswa. Dari kelima teknik tersebut teknik bermain peran (role play) merupakan teknik yang disenangi siswa, namun membutuhkan waktu dan persiapan yang cukup banyak. Hal ini terjadi karena siswa SMP pada umumnya berperilaku seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Samsu (2001) di atas. Hasil uji ahli menunjukkan bahwa pada aspek kelayakan paket, perlu dipertimbangkan efisien waktu
untuk pelatihan keterampilan menulis narasi siswa. Para ahli menyarankan agar pelatihan juga dapat dilaksanakan di luar jam pelajaran, sehingga lebih leluasa dalam mengembangkan strategi pelatihannya. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa dalam paket yang menurut uji ahli hendaknya menggunakan bahasa untuk siswa Sekolah Menengah Pertama bukan bahasa ilmiah. Mengingat pelatihan ini adalah model pelatihan,karena model menurut Frosh (dalam Handarini, 2000) dinyatakan sebagai teknik yang sangat berpengaruh terhadap hasil pelatihan keterampilan menulis narasi. Sehingga gambar dan dialog yang ditampilkan harus sesuai dengan “dunia” siswa Sekolah Menengah Pertama. Walaupun perkembangan paket ini dinilai pengguna dan uji ahli sangat bermanfaat dan tepat untuk melatih keterampilan menulis narasi siswa SMP, namun ini baru merupakan sebagian langkah kecil dari awal pengembangan. Paket ini masih dianggap sebagian kecil dari proses belajar sebagai upaya perubahan keterampilan menulis, karena perubahan dan pengembangan keterampilan menulis narasi siswa seperti yang diharapkan untuk dapat mempertahankan setelah pelatihan, memerlukan beberapa faktor penunjang. Berdasarkan pembahasan di atas maka paket yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini telah melewati tahap uji ahli, uji pengguna kelompok kecil dan uji pengguna kelompok besar. Hasil penilaian para ahli dan calon pengguna dapat disimpulkan sebagai berikut: Secara umum produk pengembangan yang dinilai dalam uji ahli dan calon pengguna ini akseptabel atau dapat diterima, ditinjau dari aspek kegunaan, kelayakan dan ketepatan. Oleh sebab itu produk yang dihasilkan dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam pelatihan keterampilan menulis
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 257
narasi siswa di Sekolah Menengah Pertama. Agar paket pelatihan keterampilan sosail ini dapat digunakan oleh guru secara mandiri, maka perlu dirinci langkah-langkah pelatihan yang digunakan untuk mengimplementasikan paket pelatihan keterampilan menulis narasi yang telah disusun. Penggunaan gambar dan bahasa dalam penelitian pengembangan telah disesuaikan dengan bahasa dan gambar dari calon pengguna. Penyesuaian gambar dengan kebutuhan pelatihan dan keinginan calon pengguna memerlukan pertimbangan yang matang yang berhubungan dengan efisien waktu dan biaya. Untuk itu gambar disusun berdasarkan skenario pelatihan yang telah didiskusikan dengan calon pengguna. Berdasarkan perhitungan tes awal dan tes akhir Structure Learning Approach (SLA) dengan teknik intervensi instruksi, pemberian model (modelling), bermain peran (role playing), umpan balik (feedback), dan transfer pelatihan (transfer of training) efektif untuk melatih keterampilan menulis narasi siswa Sekolah Menengah Pertama khususnya pada topik keterampilan memberi salam, keterampilan meminta bantuan, keterampilan memahami petunjuk dan keterampilan meminta maaf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambar sangat membantu siswa SMP dalam melatih keterampilan menulis narasi, namun hanya pada keterampilan memberi slam, keterampilan meminta bantuan, keterampilan memahami petunjuk dan keterampilan meminta maaf. (b) Waktu yang disediaan untuk pelatihan terbatas, maka pelatihan keterampilan menulis narasi dengan Structure Training Approach (SLA) diharapkan untuk dilatihkan pada kegiatan ekstra kurikuler, bukan kegiatan intra kulikuer.
Structure Learning Approach (SLA) efektif untuk melatih keterampilan menulis narasi siswa SMP khususnya pada empat keterampilan tersebut diatas. Namun perlu diakukan penelitian lanjutan apakah keterampilan sosial yang telah dilatihkan tersebut dapat dipertahankan atau tidak. Structure Learning Approach (SLA) dengan teknik intervensinya dapat digunakan dengan mudah pada siswa SMP. Oleh sebab itu Structure Learning Approach (SLA) perlu dikembangkan untuk pelatihan yang bebeda. Penelitian ini hanya pada tahap revisi produk belum pada tahap implementasi, sehingga belum dapat digunakan di luar penelitian ini. Sehingga penelitian ini perlu ditindaklanjuti sampai pada tahap diseminasi dam diimplikasikan dilapangan. Paket Pelatihan Keterampilan Menulis Narasi Bergambar untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama (PPKMBSMP) dengan model SLA ini dapat dijadikan referensi bagi guru untuk melakukan penelitian lain, misalnya Penelitia Tindakan Kelas (PTK). DAFTAR RUJUKAN Azwar. 1994. Analisis Stimulus dan Fungsi Gambar Buku Teks IPS dan IPA SD di Sintang. Disertai Program Pasca Sarjana: (tidak diterbitkan) Universitas Negeri Malang. Borg, Walter & D. Gall, Meredith. 2003. Education Research; An Introduction. Fourth Edition. New York: Longman. Borg, Walter. 1981. Applaying Educational Research. A Pratical Guide for Teachers. New York: Longman. Darmini. 2003. Pengembangan Paket Keterampilan Menulis Untuk Siswa SMA. Tesis tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Bahasa
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 258
Indonesia. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher Djaelani, Anwar. 2012. Warnai Dunia dengan Menulis. Surabaya: Inpast Gagne, Robert M. 1977. The Conditions Of Learning. New York USA: Holt, Reinhart and Wiston. Handarini, Danny. 2000. Pengembangan Paket Keterampilan Sosial. Disertai tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Jalal, Fasli & Supriadi, Dedi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa Keraf, Gorys. 2006. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah Nur, Muhammad. 2004. Teori-teori Perkembangan Kognitif. Edisi 2. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Piaget, Jean. 1973. To Understand is To Invent (The Future of Education). New York: Crossman Publisher. Pranata, M. 1999. Pengantar Wawasan Seni. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Rahmat, Jalaluddin (Ed). 1986. Teoriteori Komunikasi. Bandung: Remaja Karya Rifa`i Mien Ahmad. 2002. Pegangan: Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan. Yogjakarta: University Gajah Mada Press Rani, Abdul dan Aries Purwanto. 2005. Bahasa Indonesia Terapan. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Press Roger. 1986. Linguistic Criticism. Oxford, New York: Oxford University Press Rosyidi, Ikhwan, dkk. 2010. Analisis Teks Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloominton and London: Indiana University Press. Santoso, Anang. 2006. Bahasa, Masyarakat, dan Kuasa: TopikTopik Kritis Dalam Kajian Ilmu Bahasa. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Soedjito. 1984. Menulis Bahasa Indonesia. FPBS IKIP Malang Sprafkian, R. Jane Gershaw. 1997. Social Skill For Mental Health. A Stuctured Learning Approach.USA: Allyn and Bacon Sutejo dan Kusnadi, 2009. Menulis Kreatif: Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Felicha Tarigan, Djago. 2002. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa Tarigan, Henry Guntur. 1989. Menulis Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarigan, Henry Guntur. 2009. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa Triandis, Harry C. 1994. Culture and Social Behavior. USA: McGrawHills Wiedarti, Pangesti. 2005. Menuju Budaya Menulis: Suatu Bunga Rampai. Jogjakarta: Tiara Kencana
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 259