lsBN 978-S02-gg2$5$-l
EffiIgI GAS ilETAf{ DA].I I'IITROUS OK$IDA SERTA HASILPADI YANG DTTAIIAM DET.IGAN METODE SYSTEI' OF R'CE ( s.R.r) DAN KONVEN$nflAL Dr RUmAH KACA 'TITEi'$'fiICAT//ON
Zulkarnain Husnyl!, Go-fier, lrl,2) $abaruddins), ltarsi) dan l. Anass 1) Dosen pat<. pertanian UniversitasTridlnanti Palembang 2' 3' 4) Dosen Program Doktor PPs Unsri Palembang "'Dosen Program Doldor PPs IPB Bogor ABSTRAK
padi
sistem konvensional melakukan penggenangan lahan. Budidaya Penggenangan inimenyebabkan proses reduktif yang melepaekan gas€as nrmah kaca antara lain metian dan NaO sebesar 70,9 persen. Salah satu upaya yang dapat mengurangi atau menurunkan gas metran dan nitrous oksida dari lahan sawah adalah dengan menerapkan budidaya padi $ystern of Rice lntensffacation (S.R.l), Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui pengaruh budidaya padi dengan metode S.R.l dan konlensional terhadap emisi gas metian dan NzO serta mengkaji hasil tanaman padi pada tanah asal sawah pasang surut, lebak dan irigasi. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitras Tridinan$ Palembang. Fenelitian pada Juni 2A10 sampai Oktober 2010. Percobaan Rumah t€ca menggunakan benih padi Varletas Ciherang yang ditanam pada 3 jenis tanah yang dimasukkan di dalam bak ukuran 50 x 50 x 30 cm. Tanah di pupuk dengan Urea (45 % N), TSP(45 % PzOd, KCt (50 7q &O), dengan dosis berturut-turut 90 kg N ha-r, 72 kg P ha-1 dan 50 kg K ha-l. Gas metran dan NzO diambil menggunakan sungkup tiber glas ukuran 100 x 40 x 40 cm. Per@baan disusun dengan {RAL) pola faktorial dua fahor. Faktor pertama adalah Sistern pertanian (S) yang terdiri dari dua tanaf perlakuan yaitu Metode konvensional (Sr) dan Metode S.R.l (&) dan faktor kedua adalah jenis sawah (T) dengan tiga taraf perlakuan yaitu sawah pasang surut (TrL sawah ravlra lebak (fz), sav'rah irigasi (T3). $etiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga ada 24 unit percobaan, Pzubah yang diamati.dalam penelitian ini adalah : Karekteristlk tanah awal, emisi gas rnetan (CHr) dan N2O minggu ke 4, 8 dan 12 MST, pH tanah minggu ke 4, S dan 12 MSTdan komponen hasil tranaman padi. Hasil penelitian rnenyirnpulkan. Budidaya S.R.l dapat menurunkan dan rnengurangi gas metan dan nitrous oksida pada lahan pasang surut, lebak dan irigasi. Sietem S.R.l dapat meningkatkan hasil dan pertumbuhan dibandingkan dengan sistem konvensional pada 3 jenis tanah rata-rata 28.33 persen. Kemudian Fluks emisi gas metian dan nifous oksida pada setiap fase perturnbuhan menunjukkan penurunan menjelang panen Kata kunci : Emtsi Metan, Nffrrous oksda. S.R.r, Konvensional Sawafi lebak Pasang Suruf, ngasi, hasil padi.
Pros idtng Serrnflr ttlasfonal, I g-l 4 Desernb er 2ffi A
548
tsBN 978{02'98295-$-t
PEfTIDAHULUAN
Budidaya padi sawah saat ini secara umum masih mtsnggunakan sistem konvensional. Budidaya padi konvensional umumnya menggunakan jarak tanam
yang rapat sehingga membutuhkan benih dalam jumlah banyak (40 kg per hektar), dengan umur bibit tua (30 hari) pada saat dipindahkan. Pada waktu pemindahan ke lahan, bibit dicabut dan bagian atas dipotong dengan menanam
6 bibit /lubang tranam. Penggunaan bibit yang agak tua dan sudah mempunyai banyak akar akan mengakibatkan bibit mengelami stress dan kerugakan akar. Jarak tanam yang rapat akan menyebabkan jumlah anakan produktif yang rendah yang mengakibatkan produksi rendah dengan rata-rata nasional 4 - 5 ton.( Uphoff et a1.,2008).
Budidaya padi sistrem konvensional melakukan penggenangan lahan. Penggenangan ini menyebabkan prose$ reduktif yang melepaskan gas-gas rumah
kaca antara lain metan dan nibous oksida sebesar 70,9 persen (ADB-
GEF-UNDP, 1998). Emisi metian dari pertanian tanah sawah diperkirakan lebih dari 170 Tg/tahun. Lebih dari 90% metan terlepas dari tanah sawah ke afnosfer lewat tianaman padi, karena tanaman padi merngrnyai ruang arenkhima dan intersel sebagai media pengangkutan metan dari tanah tereduksi kmtmosfer (Wihardiaka, 20M). Aplikasi pupuk terutrama tJrea pada kondisi tergenang menyebabkan trerbentuknya gns NzO salah satu gas rumah kaca.
Pelepasan NzO
terjadi akibat proses deniffikasi. Tingkat emisi
ini
meningkat apabila tanah pertanian tersebut dipupuk dengan pupuk nitrogen seperti Urea. Nitrogen yang terdapat di pupuk Urea dan amonium sulfat (AS) mengalami denitrifikasi menjadi NzO dan NOz dengan tingkat emisi 1,0 dan 1,57a/o
(IPCC, 1994).
Emisi gas metan pada lahan sawah irigasi teknis 1435 Gg/tahun, irigasi semi tehnis 354 Gg/tahun, irfgasi sederhana 524 Gg/tahun, tadah
hujan 136
Gg/tahun, pasang surut 93 Ggftahun dan lahan kering nol Ggltahun sedangkan
pada tranah digenangi
kontinyr 1424 Ggftahun dan altemasi basah-kering
et
al., 2008). Salah satu cara budidaya yang dapat mengurangi atau menurunkan gae Metan dan 4?TGgltahun (Pawitan. ef a1,1997 Calan,$embiring
Pros tding $emlnar fila$ ional, I
3-7 4
Dese mber 201 0
549
lsBN 978-602-S8295-0-{
Nitous Oksida dari lahan sawah adalah dengan menerapkan budidaya padi dengan System of Rice lntensification (S.R.l). Seperti metode lainnya, $.R.1. juga memiliki keunggulan antard lain ( Uphoffi dan Femandes, 2003 ): (1). Semua varietas benih dapat digunakan, (2) dapat meningkatkan produksi padi, (3) pengurangan dalam pemakaian benih sampai 80
-
g0 7o dan kebutuhan air 25-50
o/o,
(4\ biaya produksi turun 10-25 %, (5)
pendapatan petani meningkat,
Hasil penelitian Ardi (2009), budidaya System of Rice Intensification (S.R.l) dan konvensional di Desa Nagrak Sukabumi mernperlihatkan S.R.l nyata lebih rendah rnengemisikan gas metran selama satu musim tanam sebesar 123.31 % dibandingkan dengan konvensional, yang berarti $.R.1 bukan hanya dapat mengurangi emisi gas melan saja bahkan dapat menyerap (sink) CHa sebesar
: konvensional 3.2 Ugm-z Jarn' dan S.R.l anorganik 2.24 Ug m-2 jam't , $.R.1 lebih rendah 23.31 o/o. Totalemisi NzO selama masa tanam adalah
mengemisikan N2O, tetapi pengurangannya
tidak
berbeda nyiata dibanding
dengan konvensional. S.R.l temyata meningkatkan hasil produksi. Perlakuan
S,R.l anorganik dapat
meningkatkan ptoduksi padi
sebesr
27.44o/o dibanding
dengan perlakuan konvensional.
Aplikasi metode $.R.1 pada saat ini untuk lahan lebak, pasang surut. dan irigasi.masih sedikit dan terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian apakah penerapan metode S.R.l pada lahan lebak, pasang surut dan irigasi juga mampu menurunkan emisi gas rurnah kaca dibandingkan metode konvensional
tanpa menurunkan prpduksipadi. TuJuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budidaya padi dengan
mebde S.R.l dan konvensionalterhadap emisigas metan dan NzO serta mengkaji hasil tanaman padi pada tanah asal eawah pasang surut, lebak dan irigasi"
IfrETODE
Penelitian dilaksanakan
di
rumah kaca Fakultas Pertanian Univercitas
Tridinanti Palembang. Analisis sifat kimia tanah dan fisik tanah sertia emisi gas Pros tdtng $eminar was ional, I 3-l 4 Desem$er 2A, 0
550
l$BN 978-6{}2-98,295{}.1
rumah kaca dilakukan di Laboratorium BiologiTanah , Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor. Tanah diambil dari tiga lokasi yaifi.r di lahan sawah rawa lebak,
pasang surut, dan sawah irigasi yang masing-masing berlokasi di Desa Sako Kecamatan Rarnbutan Kabupaten Banyuasin, Desa Teluk Betung Kecarnatan
Pulau Rimau Kabupaten Barlyuasin dan Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas. Penelitian dimulai bulan Juni 2010 sampai
Oktober 2010. Fercobaan Rumah Kaca menggunakan benih padi Varietas Ciherang yang
ditanam pada 3 jenis tanah yang dimasukkan di dalam bak ukuran 50 x 50 x 30 cm. Tanah di pupuk dengan Urea (45 Vo N), TSP(45 % PeOs), KCI (50 % KzO),dengan dosis berturut-turut 90 kg N
hdl, 72kg
P ha-1
dan 50 kg K ha'1.
Gas metan dan NaO diambil menggunakan sungkup fiber glas ukuran 100 x 40 x 40 crn.
Percobaan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor. Faltor pertama adalah $istem pertanian ($) yang terdiri dad dua taraf perlakuan yaitu Metode Konvensional ($r) dan Metode S.R.l ($z) dan faktor kedua adalah jenis sawah (T) dengan tiga taraf perlakuan yaitu sawah pasang surut (T1),, sawah rawa lebak (Tz), sawah irigasi (T3). $etiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga ada 24 unitpercobaan. Fada sistem konvensional : Benih disemai selarna 30 hari, kemudian dilakukan Penanaman dengan
menanam
6
bibit dalam satu bak. Penggenangan
secara kontinu dengan ketinggian air 5 cm, selanjutnya dilakukan pengeringan dilakukan 2 minggu menjelang panen.
Pada sistem 9.R.1: Benih disemai hingga berumur 10 hari, lalu ditanam
1
bibit dalam satu bak, posisi akar membentuk huruf L (horizontal ). Pengairan diatur dalam kondisi macak-macak selama waktu pertumbuhannya. Dua minggu menjelang panen pengairan dihentilen.
Peubah yang diamatidalam penelitian iniadalah : Karekteristik tanah awal, emisi gas metan (Cru) dan N20 minggu ke 4,
I
dan 12 MST, pH tanah minggu ke 4,
I
dan 12 MST dan komponen hasil tanaman padi.
Pros lding $enrfnar frla$ lonal, I 8,1 4 Desenti er
201
0
551
t$Bt{ s7g€02-g$?95{-1
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis ragarfi untuk rnengetahui pengaruh perlakuan, dan dilanjutkan dengan ufi BNJ (Beda Nyata Jujur) untuk mengetahui pengaruh perlakuan.
HASIL DAII PEIIBAHASAN Karaktedstlk Tanah Awal Hasil analisis tanah awal pada tiga lokasipenelitian (Tabel bahwa : tanah
1)
menunjukkan
asal sawah lebak mernpunyai pH sangat masam, C-Organik
sedang, N-Total sedang,
P-
tersedia sangat rendah,Kdd sedang, Na sedang, Ga
sangat rendah, Mg sangat rendah,Aldd sangat rendah dan KTK sedang, dengan tekstur tanah liat pasir berdebu. Tanah asal sawah pasang surut mempunyai pH
sangat masam ,C-organik sangat tinggi, N-total sedang, P tersedia sangat rendah, Ca. Sangat rendah,Na sedang, Mg sangat rendah,Al-dd sangat rendah dan KTK rendah dengan
tekstr
pasir liat berdebu, sedangkan tianah asal sawah
irigasi rnempunyai pH masam, C-organik sedang, N-total sedang, rcndah,
K{d
P-tersedia
sedang, Na sedang, Ca rendah, Mg sangat rendah, KTK rendah,
dengan tekstur pasir debu berliat (Pusat Penelitian Tanah Bogor,1983)
Tabel.l Sifat kimia tanah. Tanah sawah
Sifat kimia
kriteria lebak kriteria ps.surut kqiteria 5,83 agak rnasam 4,23 s. ma$arn 3,SB sangat 2,43 sedang 5,08 sangat 2,80 sedang
lrioasi pH (HzO) 1:1 masam
C-Org (Yol
tinggi N total 0,27 sedang P-Bray 1(ppm) 13,95 Lrendah Rendah tGdd (me11009) 0,32 Na (me/1009) 0,65 Ca rendah Mgtmell0og) rendah rendah 12,23 rendah KTK(me/l Al-dd (mel1 ttu
(%)
A,22 sedang 0,34 sedang 5,25 s. rcndah 5,70 $angat.
sedang 0,32 sedang 0,26 sedang sedang 0,65 sedang 0,76 sedang (me/1009) 2,38 rendah 1,80 s.rendah 0,68 sangat 0,37 0,23 $. rendah 0,15 $angat 17,41 rendah 15,58 rendah 00g) 2,98 $. rendah 6,48 s. rendah 00g)
Kriteria penilaian (Fusat Penelitian Tanah Bogor, 1983)
Fluks iltetan Prosidtng $eminar Nasfonal, 13-14 Desember 2010
5s2
l$BH 978.602-982S5-0-1
Hasil analisis ragarn menunjukkan bahwa tidak teriadi interaksi yang nyata
antara sistem budidaya dengan jenis tanah. Secara tabulasi (Tabel 2), rata-rata
gas metan tertinggi terbentuk pada sawah pasang surut dengan
sistetn
Konvensional. Sedangkan pada sawah lebak dan irigasi dengan budidaya se€ra S.R.l. tedadi pen)/erapan (sink) gas metan
2.
Pengaruh sistem pertanian dan beberapa ienis sawah terhadap fluks metan (mg /m'lmenit) Fluhs qas CHs pgda minggu ke (MST) Rata-rata 4 Jenis $istem
Tabel
Pert.
Konvensional Pasang $urut
$.R,1
12
8
$awah
Lebak lrigasi
0,63 0,08 0,37
0,34 0,02 0,00
0,03 0,24 0,02
0,33 0,10 0,13
Pasang surut Lebak lrigasi
0,05 *0'Q2 -0,07
-0,01
0,1
0,15
-0,16 '0,21
0,05 0,02
1
-0,01 *0r07
Dari tabel 2 terlihat bahwa sistem S.R.l pada lahan pasang surut, lebak dan
irigasi menurunkan fluks metan ber turut-turut sebesar
il
Yo, 90 % dan 57 %
dibandingkan dengan budidaya Eecara konvensional. $ejalan dengan peneFltian Jin Yue dan Wei Liang, et al., (2001) ntenyatakan bahwa emisi gas metan pada sistem S.R.l. menurunkan emisi metian sebesar 32,5
Vo
dibanding dengan sistem
Konvensional. Husin et al. (1995) melaporkan hhwa perlakuan pengelolaan air nyata berpengaruh terhadap variasi fluks
CHr harian maupun musiman. Perlakuan pengelolaan air dengan cara intenniten mampu menekan eekitar 50 o/o fluks CH+ dan pngairan kondisi macalt-rnacak
mampu menurunkan fluks CH+ hingga
70
Ya dibandinghkan perlakuan
penggenangan seerra kontinu.
Fluks CHa lebih tinggi pada sistem konvensional daripada S.R.l karena adanya pengaruh penggenangan. Pengaruh penggenangan pada sistem konvensional rnenghasilkan fluks CH+ lebih
lembab pada sistem S.R.l,pada ketiga jenis
tinggi
dibandingkan dengan tanah
sawah Baik pada sistem $.R.1.
penurunan emisi gas metran dengan bertrambahn)ra umur tanaman Fluks CH+ dari 4 MST hingga 12M$T teriadi penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh fase pertumbuhan cepat , tanarnan padi maupun Konvensional
terjadi
membebaskan b-anyak eksudat akar yang mengandung senyawa karbon mudah tding $eminarfrlasional, 13-14 Oesemher 2010
553
lsBN 9rg-s02-gg2g5+-,|
larut seperti gula, asam amino serta asarn organik yang sangat
cepat
terdekomposisioleh mikroba menjadi Hz,COz, metranol dan asetat. Bahan&ahan ini bertindak sebagai substrat bagi metanogen yang menkonversikannya menjadi
CH+.. Drainase akan menekan aktivitas metanogen dan meningkatkan oksidagi CH+. Stadia pembungaan terjadi pada 8 MST sebagai puncak fase perturnbuhan
vegetatif. Fenurunan fluks CH+ pada 12 MST disebabkan drainase total selarna fase pematangan. Drainase total diikuti dengnn peningkatan Eh dan oksidasi CH+ dan menekan produksi CHr (Hou ef al., 2000).
Fluks Gas NzO
Hasil analisis ragam gas NzO menuniukkan bahwa tidak teriadi
interaksi
yang nyata antara sistem budidaya dengan jenis sawah. Secara tabulasi ratarata gas NzO tertinggi terbentuk pada sawah irigasi dengan sistem konvensional sedangkan pada sawah lebak dan irigasi dengan budidaya S.R.l. teriadi penyerapan (sink ) gas N2O
(Tabel 3) Tabel
.
3.
. ,.. ,,,
Sistem
Pengaruh sistem pertanian dan beberapa jenis sawah terhadap .. .-, ., .,,.,.., ,4t/kf gag, l!29(ug,{m'lrngnit) Fluhs ,qaq NaQ qqds Finqgu ke (M.ST) Jenis Rata-rata r--q-- uglmz/rngnit
Pert.
sawah
surut Lebak lrigasi Pasang surut Lebak lrigasi
Konvensional Paeang
$.R.1,
4
, .,, ,. 12 I
- A,14 - 6,30 1,64
-0,08 2,81 -0,44 5,04 -0,59 5,61
6,40 Q,12
-1,14
Terlihat bahwa NzO dengan sistem
-0,69 -0,g1 -1
,27 -1 ,91
*3,40 -2,87
,
0,86 -0,56 2,22 1,63 *0,99 -2,47
S.R.l pada lahan pasang surut, lebak
dan irigasi meningkatkan emisi NzO berturut-turut sebanyak 89 7o, 76,70a/s dan 25Vo dibandingkan dengan budidaya secara konvensional. Menurut (Yin Yue,Wei
Liang et al., 2001) pada sistem S.R.l peningkatan fluks NzO dibandingkan dengan sistem konvensional sawah irigasi hanya meningkatkan emisi 28,5
o/o.
Pros iding Semfnar l\lasro nal, I 3-l 4 Dese mber
201 Q
5s4
l$BH g?ss02.98295-ll.t
Bertentangan dengan emisigas metan, emisiNeO pada sistem
S.R.l
lebih
tinggidibandingkan dengan sistem konvensional pada pasang surut. Sedangkan pada Lebak dan irigasi , terjadi penyerapan NeO jika diusahakan dengan S.R.l dan terjadi pelepasan NaO jika diusakan dengan sistem konvensional. Suratno ef at (1998) mendapatkan data bahwa penggenangan rnarnpu menekan fluks NzO
dibandinghkan dengan perlakuan terputus (intermiten).
Dinamika pH Hasil analisis ragam menuniukkan bahwa tidak terjadi interakei yang nyata antara sistem budidaya dengan jenis tanah. Apabila dilihat secara trabulasi, pH 4 MST tertinggi di lokasi konvensional irigasi 6,25 pada 8 MST tertinggi di lokasi
$.R.1 irigasi 7,00 dan pada 12 MST tertinggi di lokasi S.R.l irigasi
5,93.
Perlakuan Sistem konvensional dan sistem S.R.l tidak berbeda nyata pada pH
tanah, baik pada lahan Pasang $urut, Lebak maupun lrigasi. Pada akhir pengamatan rata-rata pH semua lokasi menunjukkan penurunan (grafik, 1, 2 dan 3) Perlakuan sistem konvensionaldan sistem S.R.l tidak rnenyebabkan pH
yang berbeda nyata baik pada lahan Pasang surut, Lebak maupun lrigasi. Terjadinya dinamika pH akibat bertambahnya
waktu. Nilai pH meningkat pada 8 M$T dan menurun
lagi pada 12 MST. Pada tanah asalsawah lrigasi dan Lebak, dengan waHu. Peningkatan pH lebih tinggidengan metode S.R.l dibandingkan dengan konvensbnal, dan
sebaliknya pada metode
S.R.l. Hal iniada hubungsn dengan proses
penggenangan. Penggenangan menyebabkan pH tanah sedikit lebih tinngi dibandingkan dengan perlakuan macak-macak walau tidak bebeda nyata. Pada
I MST pH meningkat dan 12 MST rnenielang panen terjadi penurunan.
Suprihati {20g7l menyatakan bahwa pH tanah untuk semua perlakuan penggenangan kontinu, macak-ma@k, terputus mulaiminggu ke 4,6, rnengalami peningkatan
, selaniutnya pada
I
MST
8, 10 dan !2 MST pH tanah
mengalami penurunan. Gb grafik
1. pH tanah sawah 4 MST
Gb gnafik
Prus iding $emfnar fllasl'onal, I 3.-l 4 Deseflrber
2.
201
0
pH tanah sawah
I
M$T
555
t$BN 979{02-992$5{}-.l
a4
7
6'3'
6,S
E
a*
5n8
6,I
t-I
I aS .r.*., r . .-l at
S'n
I ettonu
sr4
I
sg
I
6'4
5
613
It8
S'3 F'S $UrUt lbt(
Gb grafik
3.
F,S
SUr$t lbfu
irilgrsi
pH tanah sawah 12 MST
Peubah Agronomi Peubah Agronomi fiumlah anakan produktif, berat gabah rumpun-1, jumlah bulir malai-1, jumlah malai rumpun-l dan bobot 1000 butir) menunjukkan bahwa
sistem pertanian dan jenis tanah masing-masing berpengaruh nyata terhqdap semua komponen hasil namun keduanya lidak berinteraksi (Tabel 4).
Penurunan fluks CH+ pada sistem S.R.l temyata meningkatkan semua komponen hasil, terlihat pada tanah irigasi dengan sistem $.R.1 yang sinknya
paling tinggi dan semua komponen hasil juga paling tlnggi, rata-rata peningkatannya sebesar 28,33 % dibanding dengan sistem konvensional (Tabel
4). Hasil penelitian Ardi (2009), peningkatah komponen hasil pada sistem S.R.l dibandingkan dengan sistem Konvensional adalah 22,46 %. Tanah
asal
sawah
irigasi menghasilkan anakan produktif, berat gabah per rurnpun, jumlah bulir per malai" jumlah malai per rumpun dan bobot 1000 bijiyang lebih baik dan berbeda
nyata dibandingkan pada tanah asal sawah lebak dan pasang
surut. Hal ini
disebabkan pH tanah lebih mengarah ke netral (5,6 -7) dengan sif-at fisik, tekstur Pros iding $eminar ttla$ ional, I 3-t 4 Oesenrb er 2Al 0
556
ISBN 978-602-S82S54-1
dan struktur tanah yang lebih baik, sehingga pertumbuhan tianaman lebih baikJumtrah anakan
produktif yang banyak akan menyebabkan emisi rnetan melewati
ruang arenohima dan intersel lebih tinggi dan akan melepaekan metan lebih banyak ke Atmosfir. Wihardjaka (2004) menyatakan tanaman padi mempunyai
ruang arenctrima dan intersel sebagai media pengangkut metian dari tanah teruduksi ke Atmosfir. Hasil penelitian ($embiring, 6f al., 2008) pada lahan irigasi dengan kondisi macak-macak menghasilkan gabah per hektar lebih tinggi dibandingkan dengan penggpnangan terputus dan kontinu, sedangkan
penelitian (Shanty Kusurnawardhany, 2009) menyatakan bahua S,R'l menghasilkan gabah total per malai, Jumlah gabah isi per malai dan perspntase batbng produktif
ffiih
tinggi di bandingkan dengan konvensional.
Tabel 4. Pengaruh Utama sistem pertanian dan jenis tanah terhadap Kornoonen hasil na$ll oan dan produksi padi Pedakuan Anakan Berat gabah jlh bulir jlh 1000
'
malai
bobot
Produktif rumpun'l(g) malai-1 rumpun't biii (g)
{gniS,TAFah
rataan
_
Surut
Ps. 23,09 a
Lebak
29,87
a
43,96
a
95,25
a
26,63 b
21,62
a
28,61
a
113,75
a
18,00
49,0
b
122,83
b
a
8,32
a
lrigasi
183,18
b
41,63
c
V!6,10
b
BNJ
0,05= 25,87 16,56
Sistgn
25,87 8,47
1,24
Pgt:.t
Konvensional 28,92 a
5S,47 a
117,50a '25,17a
$.R-l
73,90 b
143,92b
% peningkatan 28.33
39,09 b
31,67 30.69
22,48
-
32,33 b
28.45
rataan:
Keterangan: angka rataan yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Taraf 0,05 tii BNJ
Prosiding $enrinar Naslonal,
ltl4
Desernber 2010
557
l$BN g7g-G0?-s8295{}-l
KESMPUTTII DAl{ SARAN Kesimpulan l..Budidaya $.R.1 dapat rnenurunkan dan mengurangi gas metan dan nitrous oksida pada lahan pasang $urut, lebak dan irigasi. 2. $istem S.R.l dapat meningkatkan hasil dan perturnbuhan dibandingkan dengan sistem konvensional pada 3 jenis tanah ratra-rata 28.33 peren. 3. Fluks ernisi gas metan dan nitrous oksida pada setiap fase pertumbuhan menunjuklcan penurunan menjelang panen Saran Perlu penelitian lebih lanjut skala lapang.
,
DAFTAR PUSTAKA ADB-GEF-UNDP. 1 998.Asean Least"cost Greenhouse Gas Abatement $hategy (ALGAS) lndonesia,Manila.
Adi, F. 2009. padi
$ystem
Emlsi gas metan (CH+) dan Nitro oksida (NzO) pada Budidaya
Of Rice lntensification.(S.R.l) di Desa Nagrak $ukabumi.
Skripsi Mahasiswa Jurusan
Tanah. Deparbmen llmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan
Fakultas Fertanian lnstitut Pertanian Bogor, (tidak di publikasikan) Hou, A.
X., G. X. Chen, Z. P. Wang, O. Van Gleemput, and W. H. Patrick, Jr. 2000. Methane and Nitrous Oxide Emissions from a Rice Field in Relation to soil rcdox and Microbiological Plocesess. Soil Sci" Soc. Am J. 64: 2180 * 2186..
Husin, Y.A., D. Murdiyarso, M.A.K. Khalil, R.A. Rasmus$n, M.J. $hearer, S. Sabiham,
rie:
A.
Sunar, H. Adiiuwana.
1995. Methane flux .from lndonesian Wetland
The effects of water management and rice variety Chemosphere
31(4):31533180 lntergovermental Panel on Climate Change (IPCC), Greenhouse Gas lnventory Workbook: IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas lnrmntories Volume 2, UNEP-WMO, 1994. Jin Jue, Liang,W, \NuJ, Yi Shie dan Huang, G. 2001. Methane and Nitrous Oxide emissions from rice field soil in Phaeozem and mitigntive mea$ure. Chinese Academic of Scien, Senyang, China. p 29- 38.
Pros iding $emfnar ilaslonal,
l3-t4 Desernber ZAfi
s58
lsBN 978{02€8295-S-{
Schutz H, Seiler W, and Rennenberg W. 1990. $oil and land use related $ources and sinks of methane (CH+) in the context of the global methane budget. ln Bouwman, AF (Ed.), Soils and the Greenhouse Effect:s. John Wiley & Sons, Chichester, New York, Brisbane, Toronto, $ingepore. pp. 269-285. Schutz, SeilerW dan Conrad R. 1990. lnfluence of soiltemperature on methane emmision from rice paddyfields. Biogeochemistry 11;77-95 Sembiring, H., Sarlan A., Didiek Setiobudi dan Triny S.Kadir. 2008. Penelitian Budidaya Padi sawah hemat air menuniang pertanian organik dan non organik. Balai besar penelitian tianarnan padi , Sukamandi, Jawa Barat.
Shanty Kusumawardhany,
$.
2009. Pertumbuhan dan Prcduksi Padi (Oryza
Eativa L)
dengan Budidaya Sptem of rice intensification di Kecamatan Kebon
Pedes,
Kabupaten Sukabuml. Departemen llmu Tanah lPB. Skripsi.(Tidak dipublilcasikan).
Suprihati, 2A07. Populasi mikroba dan fluks metana (CH+) serta Nitrous Oksida (Nzo) pada tranah sawah : pengaruh pengelolaan air, bahan organik dan pupuk nitrogen
Disertasi.Sekolah Pasca Sariana. lnstitut Pertanian Bogor.
Suratno, W., D. Murdiyarso, F. G, Suratmo,
L
Anas, M. S Saeni. A. Rambe.
1e98.
Nitrous oxide flux from inigated rice fidds in West Java. Environ Pollut '102 S1: 159-166
N
and E. Femandes. 2003. Sistem lntensifikasi PaditersebarCqat. teriemahanSalam. Htt:/Anmrw, leisa /index. phpzurl=getblok. php&o. id=67237&aid =2117a $eqag t23n0n0fil
Uphoof,
Uphoff. N., Sato,S dan Anas,l 2008. The System of Rice lntensification (S.R.llSeminar Direktorat Jendral Tanaman Pangan Departemen Perianian. dan lna-SRl,lPB., 13 Juni 2008. di Jakarta. Wihariaka. A. 2004. Manaspadai Emisi Gas Nitro oksida dari lahan percawahan. Pusat Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian Jakenan. Pati.
Pros idtng $emlnar l\las ional, I g-I 4 Dese mber
20', O
559