BURNOUT PADA RELAWAN PMI DKI JAKARTA YANG BERUSIA DEWASA MADYA Dessy Dwi Anggita Puspita Fakultas Psikologi Gunadarma (
[email protected])
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya. Subjek dalam penelitian ini adalah satu orang dewasa pria yang memiliki pekerjaan sebagai relawan PMI, dan sudah menjadi relawan PMI selama 15 tahun. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Metode yang digunakan adalah observasi tidak langsung dan pendekatan wawancara menggunakan petunjuk umum wawancara. Berdasarkan hasil analisis dari gambaran burnout pada subjek dapat diketahui bahwa subjek mengalami pola makan yang tidak teratur, istirahat yang kurang, pekerjaan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan fisik dan emosi sehingga subjek menarik diri dari lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil analisis dari faktor-faktor yang menyebabkan burnout pada subjek dapat diketahui bahwa subjek merasa jenuh dengan pekerjaannya, subjek merasa jenuh di tempat bencana dengan kondisi korban yang melimpah dan situasi yang tidak kondusif. Subjek berusaha tidak menjadikan pekerjaannya suatu beban dan berusaha mencari hiburan di luar pekerjaannya.
Kata Kunci: Burnout, Relawan PMI, Dewasa Madya
PENDAHULUAN
pelayanan sosial di New York yang
Istilah burnout pertama kali
menangani
remaja
diutarakan dan diperkenalkan pada
Setelah
masyarakat
perilaku para sukarelawan setelah
oleh
Herbert
mengamati
bermasalah. perubahan
Freudenberger pada tahun 1973.
bertahun-tahun
bekerja.
Freudenberger adalah seorang ahli
pengamatannya,
dilaporkan dalam
psikologis
sebuah jurnal psikologi profesional
klinis
pada
lembaga
Hasil
pada
tahun
1973
yang
disebut
dan efisien, telah banyak usaha yang
sebagai sindrom burnout (Farber,
dilakukan
1991). Sedangkan menurut Gehmeyr,
peralatan yang standar, dan sumber
2000
daya manusia atau relawan yang
burnout
masalah
merupakan
yang
suatu
kemunculannya
seperti
berkualitas
untuk
menyediakan
menanggulangi
memperoleh tanggapan yang baik,
bencana. Relawan Palang Merah
sebab hal itu terjadi ketika seseorang
Indonesia yang menjadi tonggak
mencoba mencapai suatu tujuan yang
tulang punggung dari gerakan Palang
tidak realistis dan pada akhirnya
Merah
mereka
dan
kemanusiaan yang dilaksanakan oleh
kehilangan perasaan tentang dirinya
PMI, hal ini menjadi tantangan besar
dan terhadap orang-orang lain.
bagi
kehabisan
energi
Dalam penanganan
menghadapi bencana
alam,
PMI
(Palang Merah Indonesia) sebagai satu-satunya perhimpunan nasional di
Indonesia
yang
atas
relawan
setiap
PMI
kegiatan
untuk
bisa
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan
tanpa
didasari
imbalan
apapun.
didirikan
Relawan dalam lingkungan
berdasarkan kebersamaan merupakan
organisasi PMI adalah seseorang
kekuatan dalam semangat berkarya
yang
dalam
kemanusiaan.
kepalangmerahan baik secara tetap
Kebersamaan untuk mendorong dan
maupun tidak tetap sesuai dengan
memberdayakan masyarakat rentan
prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang
agar
Merah serta diorganisasikan oleh
kegiatan
lebih
mampu
dalam
melaksanakan
penyelamatan hidup dan peningkatan
Palang
kesejahteraannya (Widodo, 2010).
Relawan adalah sebuah istilah yang
PMI
mampu
mengacu pada pengertian rela atau
kepada
ikhlas. Jadi seorang relawan adalah
masyarakat korban bencana secara
sosok yang melakukan tugasnya
efektif dan efisien. Untuk mencapai
dengan ikhlas. Dalam pengertian ini
penyediaan pelayanan yang efektif
relawan tidak mengharapkan sesuatu
dituntut
menyediakan
harus pelayanan
Merah
Indonesia
kegiatan
(PMI).
apa pun dari pekerjaannya kecuali
baik adalah simptom yang umum dari
demi
kelelahan
syaraf.
pertama
kali
kelancaran,
keselamatan, pekerjaan
kesuksesan,
kenyamanan,
yang
dari
diembannya
itu
(Susilo, 2008).
mengetahui
lebih
dalam
mengenai burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya.
Yang
telah
diketahui
sebelumnya bahwa relawan rentan terhadap burnout. Oleh sebab itu, dalam
penelitian,
mengkaji
lebih
burnout
diutarakan
dan
diperkenalkan pada masyarakat oleh Herbert Freudenberger pada tahun
Untuk itulah, peneliti disini ingin
Istilah
peneliti dalam
1973. Freudenberger (dalam Farber, 1991) mendefinisikan bahwa burnout adalah suatu bentuk kelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens atau melebihi jam kerja yang
biasanya,
berdedikasi
dan
berkomitmen.
ingin
mengenai
burnout tersebut, agar setidaknya para relawan dapat mengetahui gambaran mengenai burnout pada relawan PMI DKI Jakarta yang berusia dewasa madya.
Gejala-Gejala Burnout a. Selera humor yang sedikit b. Tidak ada waktunya istirahat dan pola makan yang tidak teratur c. Jam kerja melebihi waktu kerja yang biasanya d. Keluhan-keluhan
TINJAUAN PUSTAKA
yang
menyangkut fisik e. Penarikan diri f. Sistem pekerjaan tidak sesuai
Burnout
dengan jadwal yang sudah Burnout
pada
pekerja
pelayanan kemanusiaan lebih sering
ditetapkan g. Penggunaan
dikaitkan dengan perasaan lelah secara
mengkonsumsi
fisik dan psikis. Bagi yang lain,
penenang dan alkohol
gelisah dan tidak mampu tidur dengan
dan obat
h. Perubahan dalam diri sendiri
penurunan Faktor-Faktor
Penyebab
Terjadinya Burnout
kekebalan
tubuh
individu. b. Dampak burnout pada orang
1. Faktor demografi
lain disarankan oleh penerima
2. Faktor perfeksionis
pelayanan dan keluarga.
3. Lingkungan kerja
c. Dampak
4. Keterlibatan emosional 5. Faktor
burnout
menurut
Cherniss
situasional
atau
karakteristik pekerjaan
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
6. Faktor organisasional
(1980)
orang
mengalami burnout. d. Muldary
Dimensi Burnout
Farber,
(1983)
mengemukakan
Menurut
yang
bahwa
Maslach
(dalam
dampak dari burnout antara
bahwa
burnout
lain angka kehadiran kerja
1991)
merupakan suatu pengertian yang multidimensional.
yang rendah.
Burnout
merupakan sindrom psikologis yang terdiri
atas
tiga
dimensi,
yaitu
Cara Mencegah Burnout
kelelahan emosional, depersonalisasi,
Menurut Mangoenprasodjo
dan low personal accomplishment
(2005) terdapat cara-cara untuk
(prestasi individu).
mencegah terjadinya burnout:
a. Kelelahan Emosional
a. Perhatikan setiap tanda-tanda
b. Depersonalisasi
yang diterima oleh tubuh
c. Low Personal Accomplishment
anda
(penurunan
hasrat
pencapai
prestasi diri)
b. Tanyakan pada diri sendiri
apa
anda yang
sesungguhnya ingin dicapai Dampak-Dampak Burnout
dalam hidup, karier pribadi.
a. Dampak burnout pada individu tampak
secara
fisik,
seperti
c. Langkah khususnya sangat berguna jika suatu saat mendapati
diri menggambarkan pekerjaan
penyelamatan
sebagai suatu yang “melelahkan”.
peningkatan
d. Buatlah jarak secara mental
(Widodo, 2010).
antara anda dengan pekerjaan. e. Harga diri anda dengan suatu
hidup
kesejahteraannya
Menurut PMI
dan
Sapta
adalah
(2009)
perhimpunan
yang istimewa dari waktu ke
lembaga
waktu.
yang netral dan mandiri yang
f. Meditasi atau lakukan teknik-
sosial
didirikan
kemanusiaan
dengan
tujuan
teknik relaksasi lainnya untuk
meringankan penderitaan sesama
membantu
manusia,
melewati
masa-
masa stres.
dengan
g. Lakukan
beberapa
aktifitas
olahraga.
Tetapi
jangan
memilih
olahraga
memperkuat
perasaan
apapun tidak
sebabnya membedakan
agama, bangsa, suku bangsa, bahasa,
warna
kulit,
jenis
yang
kelamin, golongan, dan pandangan
putus
politik.
asa.
Relawan PMI Relawan PMI Relawan adalah sebuah
PMI (Palang Merah istilah
Indonesia) PMI sebagai satu-satunya perhimpunan Indonesia berdasarkan
nasional yang
di
didirikan kebersamaan
merupakan
kekuatan
dalam
semangat
berkarya
dalam
kegiatan
kemanusiaan.
Kebersamaan untuk mendorong dan memberdayakan masyarakat rentan agar lebih mampu dalam
yang
mengacu
pada
pengertian rela atau ikhlas. Jadi seorang relawan adalah sosok yang melakukan tugasnya dengan ikhlas. Dalam pengertian ini relawan
tidak
sesuatu
apa
pekerjaannya kelancaran,
mengharapkan pun
dari
kecuali
demi
kesuksesan,
keselamatan, kenyamanan, dari
pekerjaan yang diembannya e.itu
Peduli pada kasus tertentu
(Susilo, 2008).
f. Mengetahui seseorang yang
Menurut Mulyadi (2008) Relawan
adalah
atau
bekerja
sejumlah orang, baik terorganisir
relawan
maupun
tidak,
mendedikasikan dimilikinya
orang
terlibat di lembaga tempatnya
yang
potensi
untuk
ingin
menjadi
g. Karena panggilan spiritual
yang
membantu
mengatasi permasalahan orang lain tanpa mengharapkan pamrih,
Manfaat
Menjadi
Relawan
PMI Menurut Susilo (2008)
relawan adalah mata pisau dari
manfaat
yang
diperoleh
dari
kepedulian.
program relawan ini, antara lain: a. Bisa lebih banyak memberi
Faktor-Faktor
Seseorang
Menjadi Relawan PMI Menurut Ahyudin (1999) memahami latar belakang orang menjadi relawan, bisa memberi wawasan mengetahui
tersendiri
dalam
program
ini.
Beberapa faktor orang menjadi relawan, berdasarkan penelitian kerelawanan yang pernah ada, adalah: a. Adanya membantu keinginan sesama b. Tertarik dengan aktivitas atau pekerjaan yang ditawarkan c. Keinginan
belajar
memperoleh pengalaman d. Mempunyai waktu luang
dan
layanan sosial dengan biaya yang lebih kecil b. Mempunyai
tambahan
keahlian baru c. Kontak lebih baik dan lebih luas dengan masyarakat d. Asistensi yang lebih baik kepada donor community
Karakteristik Relawan PMI Menurut karakteristik
Ansyari relawan
memiliki sifat antara lain: a. Kemanusiaan b. Kesamaan c. Kenetralan d. Kemandirian
(2008), PMI,
e. Kesukarelaan f. Kesatuan g. Kesemestaan
Tugas Relawan PMI
Dewasa Madya
Sapta (2009) relawan PMI
Menurut
Atwater,
(1983)
selalu siap secara sukarela untuk
dewasa madya adalah individu
menjalankan tugas, antara lain:
yang
a. Kesiapsiagaan bencana atau
pertengahan tiga puluh tahun,
konflik (preparedness)
karena pada dasarnya usia ini
b. Penanganan
bencana
atau
konflik (response) c. Pelayanan
memasuki
usia
adalah usia pertengahan dalam masa kehidupan seseorang.
sosial
dan
kesehatan masyarakat d. Mengikuti
telah
Hurlock, madya
pelatihan
yang
(2000)
dewasa
merupakan
fase
kehidupan yang dimulai dari usia
diselenggarakan oleh PMI
40 tahun sampai dengan usia 60
e. Ikut
tahun.
mengembangkan
organisasi
PMI,
misalnya
sebagai:
definisi
disimpulkan
1) Fasilitator
dalam
pembinaan PMR 2) Relawan
penggalangan
dalam
madya
diatas bahwa
dapat dewasa
adalah
tahap
perkembangan yang merupakan
dana untuk PMI cabang 3) Pelatih
Dari
pelatihan
(sesuai kompetensi yang
usia pertengahan dalam masa kehidupan
seseorang
yang
dimulai dari usia 41 tahun dan berakhir pada usia 65 tahun.
dimiliki) 4) Diseminator kepalangmerahan 5) Peserta forum atau rapat penyusunan rencana kerja atau program
Karakteristik Dewasa Madya Hurlock,(2000)
membagi
dewasa madya kedalam beberapa karakteristik:
a. Periode yang ditakuti oleh individu
karena
untuk waktu yang lama dan
adanya
mulai merasa bosan.
perasaan sudah tua. b. Merupakan masa transisi dari dewasa muda menuju dewasa akhir. c. Merupakan masa stress yang disebabkan perubahan fisik,
Perubahan yang terjadi pada masa Dewasa Madya
psikis maupun sosial dan peranan
dalam
kehidupan
sehari-hari. d. Merupakan
Menurut Sigelman, (1999) individu yang memasuki masa dewasa
usia
yang
madya
mengalami
beberapa perubahan antara lain:
„berbahaya” karena banyak
1. Perubahan fisik
individu
2. Perubahan gaya hidup
yang
merubah
haluan kehidupannya pada
3. Perubahan seksual
periode ini.
4. Perubahan pada perkembangan
e. Usia
canggung
dimana
kognisi
individu harus menyesuaikan
5. Karir
diri yang sudah tidak lagi
6. Agama dan pemaknaan hidup
mudah tapi belum tua. f. Merupakan masa berprestasi karena
individu
mencapai
puncak karier pada periode ini.
Burnout Pada Relawan PMI DKI Jakarta yang Berusia Dewasa Madya Burnout
pada
pekerja
g. Periode evaluasi.
pelayanan kemanusiaan lebih sering
h. Masa sepi dimana kehidupan
dikaitkan dengan
perasaan
lelah
tidak lagi bergejolak namun
secara fisik dan psikis. Bagi yang
mulai stabil dan monoton.
lain, gelisah dan tidak mampu tidur
i. Periode jenuh karena individu
dengan baik adalah simptom yang
sudah melakukan rutinitasnya
umum dari kelelahan syaraf. Istilah burnout pertama kali diutarakan dan
diperkenalkan pada masyarakat oleh
sejauh penglihatan peneliti tanpa ikut
Herbert Freudenberger pada tahun
didalam setiap kegiatan yang
1973. Freudenberger (dalam Farber,
dilakukan
1991) mendefinisikan bahwa burnout
subjek (Basuki, 2006).
adalah suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens atau melebihi jam kerja yang
biasanya,
berdedikasi
dan
berkomitmen.
HASIL DAN ANALISIS Gejala burnout jika dikaitkan dengan
keluhan-keluhan
yang
menyangkut fisik. Dalam hal ini subjek merasakan otot kaku, fisik
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode
penelitian
yang lemas dan pegal-pegal. Subjek mengatasinya pelemasan
dengan
otot
dan
melakukan periksa ke
kualitatif jenis studi kasus. Subjek
dokter. Gejala burnout pada subjek
adalah seorang relawan PMI DKI
jika dikaitkan dengan penarikan diri,
Jakarta.
bahwa subjek menarik diri dari
Dalam
penelitian
menggunakan
ini,
tehnik
penelitian wawancara
lingkungan kerja dan lingkungan keluarga.
Penggunaan
serta
dengan pedoman umum. Alasannya
mengkonsumsi obat penenang dan
peneliti
untuk
alkohol jika dikaitkan dengan gejala
penelitian-
burnout yang subjek alami hanya
aspek-aspek
untuk menenangkan diri sejenak
dapat
dengan
bertujuan
meningkatkan
penelitian
mengenai
yang harus digali secara mendalam
walaupun
dan
mengkonsumsi alkohol bukan obat
juga
pengecek
dapat dalam
sebagai
bahan
urutan-urutan
penenang.
subjek
Selain
itu,
pertanyaan. Dalam hal ini peneliti
menenangkan
menggunakan metode observasi non
istirahat dan beribadah.
partisipasif,
alasanya
karena peneliti hanya
dilakukan
diri
hanya
subjek
dengan
cara
Gejala burnout jika dikaitkan dengan perubahan dalam diri subjek, bahwa
saat
mengalami
burnout
subjek
menjadi
serta
karena sebagai relawan PMI harus
mengalami emosi yang tinggi, dan
dapat memahami kondisi korban
terkadang menyendiri.
yang di bantu dalam keadaan panik,
Sama
halnya
pendiam
dengan
yang
ketakutan, dan kesakitan.
dikatakan oleh Santrock (2002), bahwa
burnout
sebagai
Faktor
yang
menyebabkan
suatu
burnout adalah faktor situasional
perasaan putus asa dan tidak berdaya
atau karakteristik pekerjaan. Hal ini
yang diakibatkan oleh stres berlarut-
dapat di lihat dari subjek mengatasi
larut yang berkaitan dengan kerja.
beban kerja yang berlebihan dengan
Sedangkan faktor-faktor yang
cara menikmati pekerjaannya dan
menyebabkan burnout pada relawan
berusaha tidak menjadikannya beban
PMI DKI Jakarta yang berusia
dan subjek terkadang hilang kontrol
dewasa madya jika dikaitkan dengan
saat
faktor lingkungan kerja, lingkungan
karena
kerja subjek ketika subjek berada di
kondusif dan menghadapi korban
tempat bencana yang tidak kondusif
yang panik.
menyebabkan subjek lelah dan jenuh.
menangani
korban
situasinya
bencana
yang
Kemudian
tidak
faktor
Karena di lokasi bencana subjek
organisasional. Faktor organisasional
memiliki tanggung jawab yang besar
juga merupakan salah satu faktor
atas tugas-tugasnya sebagai relawan
yang menyebabkan burnout. Dalam
PMI, banyaknya korban yang tidak
hal ini kurang menyebakan subjek
sabar bisa membuat subjek lelah
untuk rentan terhadap burnout.
terhadap fisiknya, serta teman satu
Freudenberger (dalam Farber,
profesi yang tidak mau membantu
1991), burnout merupakan suatu
sehingga subjek melakukan tugas
bentuk kelelahan yang disebabkan
dan pekerjaannya sendiri.
karena seseorang bekerja terlalu
Kemudian faktor keterlibatan
intens atau melebihi jam kerja yang
emosional, keterlibatan antara subjek
biasanya,
dengan korban yang di bantu cukup
berkomitmen.
baik. Tetapi, subjek merasa stres jika korban yang di bantu tidak sabar,
berdedikasi
dan
bencana,
subjek
juga
memiliki
KESIMPULAN DAN SARAN
komunikasi yang cukup baik antara
Simpulan
pekerja dan pemimpin, organisasi
Subjek
menunjukkan
yang subjek jalani cukup demokratis,
kehilangan selera humor, pola makan
dan tugas-tugas subjek mempunyai
subjek tidak teratur, istirahat yang
tujuan yang jelas.
kurang, subjek juga sering lembur dan bekerja dalam keadaan yang darurat, subjek merasakan kelelahan
Saran Bagi
fisik seperti badan pegal-pegal dan
subjek,
lemas, subjek juga menarik diri dari
menyarankan
lingkungan sekitar, terkadang subjek
mengatasi burnout yang dirasakan
mengkonsumsi
ketika
alkohol
atau
agar
peneliti
bekerja
selalu
dengan
bisa
cara
mengatasi
mendekatkan diri dengan Tuhan,
kejenuhan yang subjek alami. Selain
sharing dengan teman-teman dan
itu, subjek mengalami perubahan
keluarga
mental menjadi lebih emosional, dan
mengkonsumsi alkohol dan tidak
subjek mengatasinya dengan cara
dapat
beribadah.
Subjek
berdampak tidak baik bagi diri
dengan
subjek. Bagi lingkungan subjek,
pekerjaannya, subjek merasa jenuh
peneliti mengharapkan agar keluarga
ditempat bencana dengan kondisi
dan teman-teman subjek memberi
korban yang melimpah dan situasi
dukungan
yang tidak kondusif, subjek juga
membantu menghibur subjek ketika
merasa jenuh dan stres saat melayani
subjek merasa tertekan dan jenuh
para korban yang tidak merasa sabar
pada pekerjaannya. Usahakan selalu
untuk dilayani. Subjek berusaha
ada saat subjek membutuhkan untuk
tidak menjadikan pekerjaannya suatu
sharing. Bagi peneliti selanjutnya,
beban dan berusaha mencari hiburan
penulis
diluar pekerjaannya, subjek merasa
mengadakan
puas
mengenai burnout dengan beragam
refreshing
terkadang
untuk
Kemudian, merasa
setelah
jenuh
membantu
korban
dari
mengkontrol
secara
pada
emosi
moril
subjek
yang
dan
menyarankan
untuk
penelitian
serupa
penelitian
seperti
subjek
yang
bekerja diorganisasi lain atau dari segi usia yang berbeda. Dengan keragaman ini diharapkan hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan penelitian
lain
sehingga
peneliti
mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan komprehensif mengenai Burnout Pada Relawan PMI DKI Jakarta yang Berusia Dewasa Madya.
DAFTAR PUSTAKA Ansyari, H. (2008).Pelatihan kbbm pertama untuk sibat.Jakarta: PMI Basuki, A.M.H. (2006).Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusian dan budaya.Jakarta: Penerbit Gunadarma Caputo, J.S. (1991).Stress and burnout in library service.Canada: The Oryx Press Cherniss, C. (1980).Staff burnout: job stress in the human service.Baverly Hills: Sage Publication Cherniss, C. (1987).Staff burnout: job stress in the human service.Beverly Hills: Sage Publication
Farber, B.A. (1991).Chrisis in education: Stress and burnout in the america teacher.San Fransisco, Oxford: Jossey-Bass Publishers Greenberg, J.S. (2002).Comprehensive: Stress management (7th. ed).New York: America Goliszek, A. (2005).: 60 Second manajemen stress: cara cepat untuk rileks dan menghilangkan rasa cemas.Alih Bahasa: Rusdin, D.Jakarta: BIP Kelompok Gramedia Hurlock,E,B. (1990).Psikologi perkembangan (dewasa awal).Jakarta: http://www.psychologymania. wordpress.com/2011/07/12/psi kologi-perkembangan-dewasaawal/ diakses 18/01/2012 02.18 Hurlock,E,B. (2000).Psikologi perkembangan.Jakarta:erlangga Mangoenprasodjo, A.S. (2005).Pengembangan diri menghadapi stress.Jakarta: Think Fresh Marshall, C & Rossman, G. (1995).Designing qualitative research.California :Stage Publications, inc. Maslach, C. & Jackson, S. (1981).The measurement of experienced burnout. Journal
of Occupational Behaviour, II, 99-113 Maslach, C. (1998).A Multidimensional theory of burnout: in Theories of Organizational Stress.(Editor: C.L. Couper).Oxford: Oxford University Press Moeleong, L.J. (2005).Metodologi penelitian kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya Muldary, T.W.(1983).Burnout and health professional: Manifestations and Management.California : Capistrano Publication Mulyadi, A. (2008).Pedoman manajemen relawan.Edisi I.Jakarta: Penerbit Palang Merah Indonesia Pines, A. Aronson, E. (1989).Career burnout: causes and cures.New York: The Free
Press, A Division Macmillan, inc
of
Poerwandari, E.K. (1998).Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi UI Sapta, A.S. (2009).Kenali pmi edisi I.Jakarta:PMI Susilo, J. & Ahyudin. (2008).Buku pintar pekerja sosial.Jilid I.Edisi I.Jakarta: Penerbit PT. BPK Gunung Mulia Utami, W. (1990). Kenali pmi edisi I.Jakarta:PM Widodo. (2010).Kebersamaan merupakan kekuatan:Gema Insani.Jakarta:PMI DKI Jakarta