|
225
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 225 | JANUARI 2015
“Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.” [Mazmur 62:8]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 225: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Tedjokusumo Bambang Alim, Frengky Yohanes A., Haryono Wong, Hendry Heryanto Ie David, Liem Sien Liong, Musa Akbar HIM, Liona Margareth Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Gema Alkitab
S
yalom para pembaca renungan harian PERSPEKTIF, selamat memasuki tahun yang baru. Kita bersyukur, bahwa Tuhan telah menolong kita menyelesaikan GEMA (Gerakan Membaca) Alkitab untuk Perjanjian Baru (PB) di tahun 2014. Maka pada tahun ini, kita akan kembali mengulang pembacaan kita dari Perjanjian Lama (PL), yang disertai dengan artikel renungan yang dirancang sesuai dengan GEMA ALKITAB tahun ini. Kiranya kita dapat bertumbuh dalam iman dan kerohanian kita melalui pembacaan Alkitab, yang adalah firman Tuhan, seperti pesan Paulus terhadap Timotius: “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:15-17)
Selamat Memasuki Tahun yang Baru 2015 dan Bertumbuh melalui GEMA ALKITAB
01 KAMIS
JANUARI 2015
“… pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:5)
Bacaan hari ini: Kejadian 3:1-24 Bacaan setahun: Kejadian 1-3
KEJATUHAN MANUSIA
B
agian firman Tuhan ini menyatakan peristiwa kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Apakah dosa itu? Dosa bukanlah sekadar mencuri, membunuh, memfitnah, atau makan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Itu adalah wujud nyata dari dosa. Pada dasarnya, dosa adalah pemberontakan dan perlawanan terhadap Tuhan. Akibatnya ialah, rusaknya relasi manusia dan Tuhan. Manusia ingin menjadi tuhan yang berkuasa atas hidupnya sendiri. Ini terlihat dari hasutan si ular pada Hawa. Ular ingin sekali merusak relasi itu ketika menghasut Hawa untuk melawan firman Tuhan dengan memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Pertama, ular menghasut Hawa dengan menjadikan Tuhan adalah Tuhan yang terlalu membatasi kehidupan manusia. Demikian kata ular, “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Ular menampakkan Tuhan sebagai Tuhan yang membatas-batasi. Padahal kenyataannya adalah, Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk makan semua buah dari pohon dalam taman Eden, kecuali buah pengetahuan baik dan jahat itu. Kedua, ular menghasut Hawa dengan menjadikan Tuhan adalah Tuhan yang mempunyai niat buruk dengan melarang mereka untuk makan buah pengetahuan tersebut. Ular mengatakan, sebenarnya larangan Tuhan itu bukan supaya mereka jangan mati, tapi supaya mereka jangan menyamai Tuhan. Akhirnya Hawa melihat, memikirkan, dan memutuskan sendiri untuk memakan, dan Adampun demikian. Dosa adalah perlawanan kepada Tuhan. Manusia menolak untuk tunduk kepada Tuhan dan firman-Nya, dengan menjadikan dirinya sendiri adalah tuhan. Melihat hasutan ular kepada Hawa, hendaknya hal ini menjadi peringatan dalam kehidupan kita yang sudah percaya di dalam Kristus. Terkadang kita bisa jatuh dalam pemikiran bahwa Tuhan terlalu membatasi kehidupan kita dengan larangan-larangan-Nya. Padahal, sebenarnya Tuhan tidak ingin jika kita melampaui batas dan menghancurkan hidup kita sendiri sebagai manusia. STUDI PRIBADI: (1) Apa tujuan sebenarnya ketika ular menghasut Hawa? (2) Bagaimana kita dapat mengerti bahwa suatu ajaran itu dari Tuhan atau bukan? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar diberikan kekuatan iman dan pengharapan ketika dalam pergumulan kehidupan dan tidak menjauh dari-Nya. Kiranya janji Tuhan senantiasa menguatkan kita untuk setia hanya kepada-Nya.
02 JUMAT
“Tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.” JANUARI 2015 (Kejadian 4:5)
Bacaan hari ini: Kejadian 4:1-12 Bacaan setahun: Kejadian 4-6
TUHAN MENGHAPUS AIR MATA
K
ejadian 3 menyatakan kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Pada bagian firman Tuhan ini langsung terlihat dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa. Dampak dosa ternyata luar biasa dalam kehidupan manusia ciptaan Tuhan. Ini seperti yang dikatakan banyak ahli Alkitab, yaitu dosa telah merusak semua aspek dan segi kehidupan manusia. Pertama, dosa menembusi aspek religius (agama) dalam kehidupan manusia. Bagian ini menceritakan tentang Kain dan Habel yang memberi persembahan kepada Tuhan. Tetapi dari sinilah, muncul rasa iri hati dan terjadi pembunuhan. Aspek agama tidak luput dari dosa. Padahal banyak orang berpikir, untuk mencegah berbuat dosa maka beragamalah dan perbanyaklah ibadah. Tetapi dalam beragama dan beribadah pun, kita bisa berbuat dosa. Kedua, dosa menembusi aspek keluarga. Pembunuhan ini dilakukan kakak terhadap adik kandungnya sendiri. Satu hal yang di luar pemikiran manusia pada umumnya. Bagaimana bisa kakak membunuh adik kandungnya sendiri? Tetapi itu juga yang terlihat dalam hidup kita sekarang, bukan? Ayah yang membunuh anaknya, Ibu yang membunuh anaknya, anak yang menjahati orang tuanya sendiri, dsb. Ini menunjukkan hal yang ketiga, yaitu dosa bersifat universal. Setelah kejatuhan Adam dan Hawa, tidak ada satupun manusia yang lahir di muka bumi ini yang tidak berdosa. Kain dan Habel tidak pernah diajarkan untuk berbuat jahat, tetapi herannya tanpa diajarpun Kain bisa berpikir dan melakukan hal yang jahat itu. Keempat adalah manusia diperhamba oleh dosa. Manusia tidak bisa tidak berbuat dosa dan sulit menaklukkan dosa dalam hidupnya. Tuhan mengingatkan Kain bahwa “dosa mulai mengintip di muka pintu” (ay. 6-7). Tetapi Kain gagal untuk mengatasinya dan membiarkan dosa menguasai dirinya, sehingga terjadilah pembunuhan itu. Di atas semuanya, manusia berdosa tidak menyadari bahwa dirinya berdosa di hadapan Tuhan. Manusia hanya menyadari dosa sebatas perbuatan yang jahat, bukannya pemberontakan terhadap Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa sajakah dampak dosa dalam kehidupan manusia? (2) Adakah hubungan antara dosa dengan kehidupan orang masa kini? Sebutkan contohnya! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar senantiasa memelihara relasi pribadinya dengan Tuhan dan bersandar hanya pada kuasa Tuhan ketika menghadapi godaan dosa dalam hidupnya.
03 SABTU
JANUARI 2015
“Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya.” (Kejadian 7:5)
Bacaan hari ini: Kejadian 7:1-10 Bacaan setahun: Kejadian 7-9
KETAATAN NUH
K
isah Nuh adalah kisah yang sangat terkenal dan sudah beberapa kali dibuatkan film, walaupun tidak semuanya sesuai dengan yang dinyatakan dalam Alkitab. Yang “wah” dari Nuh adalah ketaatannya yang luar biasa kepada perintah Tuhan. Kejadian 7:5 menyatakan hal ini, yang juga dinyatakan sebelumnya dalam ps. 6:22, Nuh melakukan dengan tepat semua yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Itu berarti, Nuh tanpa alasan dan tanpa protes taat melakukan perintah Tuhan untuk menyiapkan sebuah bahtera dan isinya. Termasuk, Nuh percaya akan apa yang Tuhan katakan, yaitu Tuhan akan menurunkan air bah dan hanya Nuh beserta keluarganya dan yang ada di dalam bahtera, yang akan selamat. Padahal, jika kita melihat, tantangan Nuh untuk percaya dan taat tidaklah mudah. Pertama, perintah Tuhan hampir di luar pemikiran manusia karena Nuh harus membuat bahtera yang sangat besar, karena air bah akan datang. Kedua, tidak ada yang percaya akan berita yang diterima Nuh dari Tuhan, selain dari keluarga dekatnya sendiri. Sehingga Nuh merasa sendirian (lonely) menjalani ketaatannya. Tetapi semuanya dilalui dengan ketaatan dan percaya kepada Tuhan, dan terbukti Tuhan tidak sedang berbohong dan tidak mengecewakannya. Di dalam dunia ini, kita terkadang menghadapi tantangan seperti Nuh. Kita ditantang untuk taat kepada Tuhan, tetapi nampaknya ketaatan itu begitu sulit dan masuk akal dalam hitung-hitungan dan pemikiran kita. Seakan-akan, ketaatan itu hanya menghasilkan kerugian semata. Apalagi jika kita melihat sekeliling kita yang tidak mendukung hal tersebut. Kita merasa sendirian dan mulai ragu untuk taat dan percaya kepada Tuhan. Tetapi, teladan Nuh ini menjadi contoh bagi diri kita. Tuhan bukanlah ingin mencelakakan kita dengan meminta kita untuk taat kepada-Nya. Kadang, memang ketaatan bisa mendatangkan sesuatu yang menurut pandangan manusia adalah kerugian. Tetapi pada akhirnya, Tuhan menunjukkan bahwa perintah-Nya tidaklah mendatangkan celaka tetapi kebaikan, bagi kehidupan orang percaya. STUDI PRIBADI: (1) Apa tantangan yang dihadapi Nuh ketika dia taat kepada Tuhan? (2) Bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi tantang hidup pada masa kini? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar senantiasa dikuatkan untuk percaya dan taat kepada Tuhan di tengah kehidupannya dalam dunia yang penuh dosa ini. Apapun yang terjadi, Tuhan memiliki rencana yang indah.
04 MINGGU
JANUARI 2015
“Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.” (Kejadian 11:8)
Bacaan hari ini: Kejadian 11:1-9 Bacaan setahun: Kejadian 10-12
MENARA BABEL
M
enara Babel mengingatkan kita kepada dua menara kembar World Trade Center (WTC) di New York, USA, yang mengalami musibah pengeboman pada 11 September 2001. Peristiwa pengeboman tersebut diduga karena adanya pihak lain yang mengganggap kekuasaan dan sikap keangkuhan pihak Amerika terhadap negara lain. Pembacaan Firman Tuhan hari ini menunjukkan bahwa menara Babel merupakan sebuah fenomena yang menjadi sejarah yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Sangat berharga karena melalui peristiwa itu, umat manusia lainnya dapat melihat bahwa menara Babel adalah lambang pemberontakan manusia melawan Allah, supaya mereka bebas berbuat menurut keinginan hatinya yang sombong itu. Mereka memiliki keinginan untuk bersatu supaya mendapatkan nama. Tujuan ini berlandaskan kesombongan dan pemberontakan manusia terhadap Allah. Oleh karena kesombongan itulah, Allah turun tangan dan mengacaukan bahasa mereka, sehingga mereka terserak ke seluruh pelosok muka bumi. Menara Babel juga menunjukkan kecenderungan hati manusia untuk menjadi sama seperti Allah (Kej. 3:4,5). Pemberontakan inilah yang ternyata juga sangat dominan dalam hati setiap umat manusia. Namun di sisi yang lain, menara Babel mengingatkan umat manusia bahwa Allah yang telah menciptakan alam semesta dan berinkarnasi dalam diri Kristus Yesus, adalah Allah yang hidup dan Allah yang patut disembah dan ditinggikan. Hal tersebut menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang berkarya dengan perbuatan tangan-Nya yang luar biasa dalam setiap aspek kehidupan manusia. Allah yang memelihara karya ciptaan-Nya dengan baik, benar dan cermat. Sudah sepantasnya bila hanya Dia yang patut dimuliakan serta ditinggikan dalam kehidupan umat manusia. Hari ini, melalui beberapa hal yang berkaitan dengan menara Babel, maka hendaklah kita selalu bertanya: Apakah yang sedang kita bangun dalam setiap aspek kehidupan ini? Menara kesombongan, atau menara Pujian bagi Allah yang hidup dan patut dimuliakan? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah mengacaukan manusia ketika mereka sedang membangun menara Babel? (2) Pelajaran apa yang dapat kita terapkan dalam hidup kita? Berdoalah bagi pertumbuhan iman jemaat Tuhan agar mereka semakin mengasihi Tuhan dan juga menjadi berkat bagi sesama, sehingga nama Tuhan dimuliakan.
05 SENIN
JANUARI 2015
“Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota lembah Yordan …” (Kejadian 13:12)
Bacaan hari ini: Kejadian 13:1-13 Bacaan setahun: Kejadian 13-15
MEZBAH BAGI ALLAH
P
eristiwa pertengkaran antara gembala Abram dan Lot menunjukkan bahwa pada waktu itu mereka mengalami kesulitan tempat untuk memberi makan ternak-ternak mereka yang banyak dan yang harus mereka gembalakan. Dari peristiwa itu, Abram dan Lot sepakat untuk berpisah satu dengan lainnya. Namun yang menjadi perhatian adalah sikap Abram ketika menghadapi persoalan di antara dirinya dengan Lot. Pada umumnya, persoalan yang terjadi dalam kehidupan ini, bukan karena persoalan tersebut, tetapi karena respon kita dalam menghadapi persoalan yang terjadi dalam hidup kita. Karena itu, perlu kita belajar akan sikap Abram ketika menghadapi persoalan dengan Lot. (1) Abram tidak menjadikan masalah antara dirinya dengan Lot makin meruncing dan tajam. Sikap Abram yang mengalah dan mengutamakan kepentingan orang lain merupakan sikap yang patut kita contoh saat kita menghadapi konflik dalam kehidupan kita. Meskipun Abram memiliki posisi sebagai Paman, ia tentu bisa memilih terlebih dahulu, dibandingkan Lot sebagai keponakan, namun Abram tidak memakai kesempatan itu untuk kepentingan dirinya sendiri. Abram memberikan kesempatan bagi Lot untuk memilih ke mana dirinya akan pergi dan memilih tempat yang terbaik menurut penilainnya. Memang Lot memilih tempat yang terbaik pada waktu itu, meskipun dekat dengan kota Sodom dan Gomora. (2) Abram selalu mendirikan Mezbah bagi Allah, di manapun dirinya tinggal dan berdiam. Mezbah bagi Allah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupannya. Mezbah menjadi lambang yang mengingatkan kembali akan pengalaman pertemuan dengan Allah. Mezbah merupakan gambaran tentang adanya persekutuan yang akrab antara Allah dengan umat-Nya. Itu berarti bahwa Abram menempatkan Allah pada tempat yang semestinya. Cara hidup seperti ini membawa Abram dapat melihat segala persoalan di dalam perspektif (cara pandang) Allah, jadi bukan melihat karena hawa nafsu, ketamakan dan keinginan manusia semata. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Abram ketika menghadapi pertentangan dengan keponakannya? (2) Apa yang dapat kita aplikasikan ketika kita menghadapi kesulitan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki respons yang benar dan tepat dalam setiap persoalan hidup yang mereka hadapi, terutama dalam relasi mereka dengan sesama.
06 SELASA
JANUARI 2015
“Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.” (Kejadian 17:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 17:1-8 Bacaan setahun: Kejadian 16-17
JANJI ALLAH
B
anyak sekali dalam Kitab Suci, kita menemukan janji Allah kepada umat-Nya, termasuk pada bagian ini, di mana Allah mengadakan perjanjian, yaitu antara Allah dengan Abram. TUHAN Allah secara pribadi menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “Akulah Allah Yang Maha Kuasa...” (ay. 1). Mengapa Allah mengatakan Firman ini terlebih dahulu sebelum mengadakan perjanjian dengan Abram? Karena janji yang Allah berikan kepada Abram adalah suatu janji yang sepertinya mustahil bagi manusia, tetapi di sini Allah ingin menunjukkan, bahwa Dia adalah Allah yang Mahakuasa dan tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, segalanya sanggup Allah kerjakan, sekalipun yang ada di luar akal pikiran manusia sekalipun. Janji Allah kepada Abram, yaitu tentang keturunan (ay. 6), tanah Kanaan (ay. 8), dan berkat (Kej.12:3; 22:18; 26:3-5). Semua itu Allah berikan bukan hanya pada Abram, tetapi sampai kepada keturunannya, karena Allah mengikat perjanjian kekal (ay. 7). Tujuan dari pemberian janji Allah kepada umat-Nya adalah agar Dia tetap menjadi Allah yang disembah oleh Abram sampai pada keturunannya. Janji Allah tidak berhenti pada zaman Perjanjian Lama saja, tetapi janji Allah ini kita nikmati sampai saat ini, karena iman kita yang sama seperti bapa Abram. Abram dan keturunannya dapat menikmati semua janji berkat Tuhan, ketika mereka hidup di hadapan Allah dengan tidak bercela (ay. 1). Bagaimana dengan sikap hidup kita pada masa kini sebagai “keturunan Abraham” dalam Kristus karena iman? Marilah kita juga menjaga hidup ini dengan benar, dan menjadikan Dia sebagai Allah yang kita sembah, yang berkuasa atas umat-Nya. Marilah kita meneladani sikap Abraham dengan cara berlaku setia dan taat kepada perintah Tuhan dalam hidup kita; jangan kita menyimpang dari perintah-Nya. Dengan berbuat demikian, kita akan menikmati semua janji-janji Allah, sesuai kasih karunia dan berkat kehidupan yang dijanji-Nya sesuai kebenaran dalam firman-Nya (Alkitab). STUDI PRIBADI: (1) Untuk apakah Allah mengikat perjanjian dengan Abraham? Apakah isi perjanjian itu? (2) Apa yang membuat Abraham setia kepada janji Tuhan? Bagaimana dengan hidup kita? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup setia dan taat kepada perintah Tuhan seperti yang telah difirmankan-Nya di dalam Alkitab, dengan cara membaca dan merenungkan firman-Nya setiap saat.
07 RABU
JANUARI 2015
“Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan pada waktu yang telah ditetapkan itu, … pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki.” (Kejadian 18:14)
Bacaan hari ini: Kejadian 18:1-15 Bacaan setahun: Kejadian 18-19
MISSION POSSIBLE
T
uhan tidak sedang bermain dadu. Ia tahu apa yang terjadi di dalam kehidupan kita, baik di masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Alkitab memberitahukan bahwa rancangan-Nya indah bagi setiap kita yang mengasihi-Nya. Masalahnya adalah, ketika kita menjalani kehidupan ini seringkali yang kita jalankan adalah rencana kita sendiri, dan bukan rencana Tuhan. Di dalam perikop yang kita baca ini, dikatakan bahwa Tuhan bersama dengan dua orang malaikat-Nya mendatangi Abraham (ay. 1, 13). Abraham dekat dengan Tuhan sehingga ia mengenal-Nya. Segera ia menyembah mereka dan menyediakan jamuan untuk mereka. Mereka datang menemui Abraham untuk meyakinkan Abraham akan janji dan rencana Tuhan mengenai keturunannya yang akan memenuhi bumi. Namun ketika mereka mengutarakan janji dan rencana-Nya itu, Sara tertawa. Alkitab memberikan petunjuk bahwa Abraham sudah tua dan lanjut umurnya, dan Sara telah mati haid (ay. 11). Segera saja Sara menganggap, melahirkan anak adalah sebuah kemustahilan. Ia tidak percaya ia akan mengandung, itu adalah sebuah kemustahilan dan ketidakmungkinan. Namun yang mustahil bagi manusia, mungkin bagi Tuhan. Rencana Tuhan melalui keturunan Abraham akan digenapi. Kendati Sara tertawa akan rencana-Nya, Ishak, anak Abraham, akan dilahirkan tahun depan. Ketidakmungkinan bagi manusia menjadi mungkin bagi Tuhan dan itulah yang Tuhan kerjakan. Di dalam rencana-Nya, Sara mengandung dan melahirkan seorang anak pada usia mati haid! Belajar dari karya Tuhan melalui Abraham, seharusnya membuat kita lebih yakin akan rencana Tuhan di dalam kehidupan kita. Kadang yang menurut kita mustahil, itulah yang dikerjakan Allah pada kita. Menjadi tugas kita lah untuk percaya dan berserah kepada Tuhan, menyerahkan setiap segi kehidupan kita kepada-Nya dan meminta rencana-Nya tergenapi atas kehidupan kita. Bukan rencana kita, tetapi rencana-Nya yang terlaksana, dengan demikian kita akan merasakan yang impossible menjadi possible. STUDI PRIBADI: (1) Apa kita meyakini dan percaya bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan? (2) Mengapa Tuhan dan malaikat-Nya perlu mendatangi Abraham kembali? Berdoa agar rencana Tuhan tergenapi dalam kehidupan pribadi, bergereja, dan bernegara. Biarlah yang terjadi bukan rencana manusia tetapi rencana Tuhan Yesus yang agung itu.
08 KAMIS
JANUARI 2015
“Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. …karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan …orang-orang mati.” (Ibrani 11:17 & 19a)
Bacaan hari ini: Kejadian 22:1-16 Bacaan setahun: Kejadian 20-22
UAS (UJIAN AKHIR SEBENARNYA)
U
jian! Kata ini menjadi momok bagi sebagian orang, juga menjadi lompatan bagi sebagian orang lainnya. Betapa tidak, ujian seringkali dibayangi dengan kerja keras yang harus dibayar dan kemungkinan kegagalan, jika tidak mampu melaluinya. Namun sebenarnya, ujian adalah sesuatu yang indah, karena dengan ujianlah seseorang dikatakan mampu mencapai level tertentu dan memasuki babak baru dalam kemampuannya yang semakin bertambah sebab diasah di dalam ujian. Abraham sebenarnya tidak asing dengan ujian. Mulai keluar dari tanah Ur-Kasdim menuju tanah Kanaan, yang berarti meninggalkan zona nyamannya (ps. 12:1), melepaskan Lot yang sebenarnya sudah dianggap anaknya sendiri, karena waktu itu ia tidak mempunyai anak (ps. 13:12), serta mengusir Hagar dan Ismael, yang anaknya sendiri (ps. 21:14). Ia melakukan dengan sangat baik tes-tes/ulangan ujian yang Tuhan izinkan terjadi. Namun kali ini, Tuhan memberikan sebuah UAS kepada Abraham untuk menguji sampai di mana imannya. Ia diminta mempersembahkan anaknya sendiri, yang tunggal itu! Bagaimana mungkin Tuhan berjanji demikian, dan sekarang keturunannya yang akan menjadi bangsa yang besar itu harus dikorbankan (baca: dibunuh) untuk dibakar dan dipersembahkan kepada Tuhan? John Calvin memberi penjelasan demikian: pastilah Abraham bergumul, berdoa sepanjang perjalanan ke gunung Moria, agar perintah itu bisa ditarik atau dibatalkan. Nyatanya, tidak ada penarikan perintah sepanjang perjalanan. Namun, Abraham tetap menjalankan UAS itu dengan baik karena ia taat dan beriman kepada Allah (Ibr. 11:17-19). Dalam prosesnya, Tuhan menggantikan korban anaknya dengan seekor domba jantan, dan Tuhan mendapati iman Abraham pada UAS yang terakhir ini. Inilah iman yang harus kita teladani. Iman yang tetap bertahan, teguh ketika UAS datang. UAS itu diizinkan Tuhan untuk membuat kita lebih kuat, lebih beriman lagi di hadapan Tuhan. Mari menjalani UAS dengan penuh ketaatan dan sukacita! STUDI PRIBADI: (1) Ujian-ujian apakah yang sekarang sedang kita hadapi? (2) Mari kita menjalani ujian kehidupan yang Tuhan izinkan agar memasuki babak baru dalam iman kita. Berdoa untuk anak-anak Tuhan yang sekarang sedang teraniaya maupun yang sedang dalam kesulitan akibat mewartakan imannya di dalam dunia ini, sehingga memuliakan nama Tuhan.
09 JUMAT
JANUARI 2015
“Lalu berkatalah ia: “TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai ujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham.” (Kejadian 24:12)
Bacaan hari ini: Kejadian 24:1-67 Bacaan setahun: Kejadian 23-24
DOA KUNCI KEBERHASILAN
M
asih ingatkah kita akan sosok tokoh-tokoh besar seperti Abraham Lincoln, Thomas Alfa Edison, Albert Enstein, ataupun tokoh-tokoh besar lainnya? Apa rahasia keberhasilan mereka sehingga sampai pada saat ini dunia mengenang mereka sebagai tokoh-tokoh dunia paling berpengaruh? Rahasia mereka tidak lain adalah: (1) belajar dari kegagalan. Seribu kali gagal, tapi masih tetap terus mencoba dan tidak pernah menyerah, adalah kunci dari keberhasilan. (2) fokus pada tujuan. Ibarat kaca cembung yang difokuskan pada cahaya sinar matahari akan dapat membakar obyek atau benda di sekelilingnya. Demikian juga dengan seorang yang berfokus pada tujuannya. (3) Berdoa pada Tuhan. Lebih dari itu, kunci keberhasilan yang tidak boleh dilupakan adalah berdoa kepada Tuhan. Jika seseorang sudah fokus, belajar dari kegagalan ataupun kerja keras tetapi masih tidak berhasil, maka satu hal yang belum dilakukan adalah berdoa. Mari kita belajar dari hamba Abraham. Ia mendapatkan tugas dari Abraham untuk mengambil seorang istri bagi anaknya, Ishak. Tugas ini bukanlah suatu hal yang mudah, namun sangat sukar. Di tengah kesulitan yang dihadapinya, ia tidak menggunakan kekuatan atau pikirannya sendiri, di tengah kesulitan yang ia hadapi, ia berdoa memohon petunjuk Tuhan (ay. 12). Tuhan memberikan petunjuk baginya; gadis itu tidak lain adalah Ribka, seorang gadis yang masih perawan, berparas elok dan memiliki kebaikan hati melayaninya. Hamba Abraham ialah salah satu contoh dari sekian banyak tokoh PL yang menjadi teladan yang baik, bahwa rahasia keberhasilan seseorang bukan terletak pada kekuatannya ataupun cara berpikirnya, namun pada kekuatan doa. Jika seseorang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri tanpa bergantung pada penyertaan Tuhan, maka usaha apapun yang ia lakukan akan gagal/sia-sia. Namun tatkala seseorang meminta petunjuk kepada Tuhan, karena ia tahu bahwa dirinya lemah dan Tuhan kuat, maka di dalam kelemahan itulah, kuasa Tuhan menjadi sempurna. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa hamba Abraham meminta petunjuk Tuhan dalam melakukan tugasnya? (2) Apakah dalam setiap tugas, kita perlu meminta petunjuk Tuhan? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka selalu mengandalkan Tuhan dalam tiap hal yang mereka kerjakan, agar Tuhan memberikan hikmat dan pertolongan kepada mereka, tepat pada waktu-Nya.
10 SABTU
JANUARI 2015
“Sahut Esau: Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?” (Kejadian 25:32)
Bacaan hari ini: Kejadian 25:29-34 Bacaan setahun: Kejadian 25-26
HAK KESULUNGAN
H
ak kesulungan adalah hak yang dimiliki oleh seorang anak sulung. Sebagai anak sulung, Esau mempunyai hak untuk memimpin. Ia berhak menjadi pemimpin dalam ibadah dan juga dalam keluarga. Selain itu, ia juga berhak untuk mendapatkan bagian ganda dalam harta warisan orangtuanya. Sesungguhnya, betapa mulia dan agungnya menjadi anak sulung itu. Namun sayang, Esau tidak mempunyai kebanggaan dan menghargai hak yang ia miliki. Alkitab menceritakan bahwa ia menjual hak kesulungannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa Esau tidak menghormati Allah yang telah menganugerahkan hak kesulungan kepadanya. Ia memandang rendah berkat-berkat Allah dan janji-janji yang telah Allah nyatakan kepada nenek moyangnya, Abraham. Betapa bodoh Esau, ketika memilih kesenangankesenangan sesaat sebagai pengganti berkat-berkat jangka panjang yang telah Allah siapkan baginya (Kej. 25:34). Esau hanya memikirkan keinginannya sendiri saja. Ia menjual hak kesulungannya kepada adiknya hanya untuk makanan. Ia telah mengabaikan hal yang rohani, hanya demi makanan yang memuaskan jasmaninya. Bahkan setelah kenyangpun, ia tidak menyesal bahwa ia sudah menjual hak kesulungannya itu (ay. 34). Karena itu, tidak heran Kitab Suci mengecam Esau sebagai seorang yang bernafsu rendah (Ibr 12:16). Demikian juga kita, sebagai orang Kristen, sesungguhnya kita juga mempunyai “hak” sebagai anak Allah dan ahli waris Kerajaan-Nya (Yak. 2:5, Rm. 8:17, Yoh. 1:12). Ini merupakan suatu kehormatan, sekaligus kepercayaan yang telah Allah berikan kepada setiap orang percaya yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat. Namun, hidup sebagai orang Kristen tidaklah selalu mudah dan lancar. Bahkan, tidak sedikit orang Kristen yang karena imannya, mengalami diskriminasi, penganiayaan dan tekanan hidup lainnya. Janganlah menjadi seperti Esau yang telah menjual hak kesulungannya. Janganlah ada anak Allah yang menjual hak sebagai pewaris Kerajaan Allah dengan hal-hal yang bersifat sementara. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang sering membuat orang Kristen memandang rendah “haknya” sebagai ahli waris kerajaan-Nya? (2) Bagaimana kita mengatasi persoalan ini? Berdoalah agar Tuhan menolong kita semua sebagai anak-anak-Nya agar benar-benar dapat menghargai dan menggunakan “hak” sebagai ahli warisNya dengan baik, sesuai perintah-Nya.
11
MINGGU
JANUARI 2015
“Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, ...” (Kejadian 28:15)
Bacaan hari ini: Kejadian 28:10-22 Bacaan setahun: Kejadian 27-28
KEHADIRAN-NYA MENGUATKAN & MENGHIBURKAN
A
kibat serangkaian tipuan yang Yakub lakukan terhadap Esau, Esau menjadi sakit hati dan menaruh dendam kepadanya. Ia berniat untuk membunuh Yakub (Kej. 27:36, 41). Ketika Ishak dan Ribka mengetahui perkataan Esau yang hendak membunuh Yakub, maka Ribka meminta agar Yakub segera lari ke Haran dan tingggal di sana untuk beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman dan kemarahan Esau, kakaknya, surut dan lupa terhadap apa yang Yakub perbuat kepadanya (Kej. 27:42-45). Dalam suasana hati yang sedih, Yakub harus melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan tempat tinggal dan kedua orangtua yang ia kasihi untuk menuju rumah pamannya, Laban, di Haran. Dalam perjalanannya ke Haran, Yakub merasa sendirian, karena harus berpisah dengan orangtuanya. Perasaan kesepian dan ketakutan melingkupi hatinya. Ia takut kalau-kalau Esau mengejar dan membunuhnya. Di saat seperti itulah Allah menyatakan diri-Nya kepada Yakub melalui mimpi. Dalam mimpinya, TUHAN berdiri di sampingnya, bukan hanya memperkenalkan diri-Nya sebagai TUHAN, Allah Abraham, neneknya, dan Allah Ishak, ayahnya kepada Yakub, tetapi juga berjanji akan menyertai dan memberkati Yakub sesuai dengan janji-Nya (Kej. 2813-15). Penyataan Allah ini membuat Yakub menyadari bahwa dia tidak sendirian (ay. 16). Sesungguhnya Allah tahu dan sangat peduli dengan apa yang sedang dia alami. Allah tidak membiarkannya terus berada dalam kesedihan dan ketakutan. Sebagai anak-anak Tuhan, ketika kita sedang menghadapi situasi dan kondisi sedih, takut ataupun sendirian karena berbagai persoalan dan pergumulan hidup ini, ingatlah bahwa ada Tuhan di dalam hidup kita. Janganlah biarkan kesedihan dan ketakutan menguasai kita. Sadarlah bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan, apalagi meninggalkan kita sendirian. Ia peduli dan selalu beserta dengan kita. Karena itu, marilah kita datang kepada-Nya dan bersyukur kepada-Nya. Karena kehadiran-Nya memberikan kekuatan dan penghiburan bagi kita yang sedang galau. STUDI PRIBADI: (1) Ketika Anda mengalami situasi dan kondisi hati yang sedih, takut dan sendirian, kemanakah Anda pergi? (2) Mengapa demikian? Berdoalah agar Tuhan menolong kita semua sebagai anak-anak-Nya agar rindu untuk selalu datang kepada Tuhan ketika situasi dan kondisi hati kita sedang sedih, takut dan sendirian.
12 SENIN
JANUARI 2015
“Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu ...” (Kejadian 30:1)
Bacaan hari ini: Kejadian 30:1-24 Bacaan setahun: Kejadian 29-30
ALLAH TELAH MENGHAPUS AIB RAHEL
D
i daerah Timur Dekat, seorang wanita yang tidak mempunyai anak dipandang hina (bdk. Kej. 16:2; 30:2). Karena itu dengan perasaan putus asa, Rahel mengeluh kepada suaminya, dengan berkata: “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati” (Kej. 30:1). Perkataan Rahel tersebut sangat mengesalkan hati Yakub, suaminya. Karena seolah-olah yang membuat Rahel belum juga mempunyai anak, adalah dirinya. Itulah sebabnya bangkitlah amarah Yakub kepadanya dan berkata: “Akulah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?” (ay. 2). Bila kita melihat ayat-ayat selanjutnya, kita mendapatkan bahwa Rahel berusaha dengan berbagai cara agar ia bisa mendapatkan anak. Kejadian 30:3-4 menyatakan, ia rela memberikan budaknya, Bilha, agar melaluinya Rahel dapat memberikan anak bagi Yakub. Apa yang dilakukan Rahel itu sesungguhnya dikuasai oleh kekalapan dirinya karena Lea yang selalu mendapatkan anak, dan keberadaan dirinya yang mandul. Namun demikian, ayat 22-23 memberikan petunjuk kepada kita bahwa sesungguhnya Rahel juga pernah datang menyampaikan pergumulannya tersebut kepada Allah. Dan puji Tuhan, Allah tidak membiarkan Rahel terus berada dalam kesedihan dan keputusasaan karena keberadaannya yang mandul. Demikianlah ayat 22-23 menyatakan bahwa Allah mengingat akan Rahel dan Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Demikianlah Allah telah menghapus aib Rahel yang mandul ini. Bagimana dengan kita? Mungkin dalam keberadaan kita yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, kita merasa cemburu melihat keberadaan orang lain yang lebih berhasil dan diberkati dibandingkan dengan diri kita. Dalam situasi dan kondisi demikian, marilah kita datang kepada Tuhan. Kita serahkan segala pergumulan kita dan mohonlah pertolongan dari-Nya. Percayalah bahwa Tuhan pasti akan menolong dan memberkati kita. STUDI PRIBADI: (1) Dari pengalaman Rahel, apakah Allah sunguh tidak memperhatikan pergumulan umat-Nya? Jelaskan! (2) Pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari sini? Berdoa bagi jemaat Tuhan, yang mungkin Anda kenal, yang saat ini sedang menghadapi situasi yang sulit agar mereka tidak mencari jalan pintas yang membawa mereka jauh dari Tuhan.
13 SELASA
JANUARI 2015
“Engkau ini harus berbalik kepada Allahmu, peliharalah kasih setia dan hukum, dan nantikanlah Allahmu senantiasa.” (Hosea 12:7)
Bacaan hari ini: Kejadian 31:1-20 Bacaan setahun: Kejadian 31-32
KESETIAAN TUHAN
D
ari namanya, Yakub berarti “penipu,” segala perilakunya juga menunjukkan namanya (Kej. 27:36). Di dalam pelariannya, TUHAN menyatakan diri kepada-Nya melalui sebuah mimpi, di Betel; dan di situlah Yakub mengucapkan janjinya kepada TUHAN, bahwa TUHAN akan menjadi Allahnya (Kej. 28:20-21). Selama bekerja di rumah Laban, Yakub ditipu Laban. Setelah empat belas tahun dia bekerja sungguh-sungguh dan mendapatkan 2 istri, juga anak-anak serta harta benda yang banyak, berupa ternak kambing-domba, meski cara dia mendapatkan ternak-ternak itu tidak jujur (bdk. Kej. 30:25-43). Yakub dengan jujur menjelaskan kepada kedua istrinya mengenai apa yang terjadi antara dirinya dan Laban. Terjadi kecemburuan yang tidak enak di antara Yakub dan Laban, mengenai kekayaan yang dimiliki Yakub, khususnya berkaitan dengan ternak kambing domba yang dimilikinya. Hal ini disadari dan dimengerti oleh kedua istrinya. Mereka bersedia mengikuti Yakub menunju tanah perjanjian, yaitu: Kanaan. Di dalam cerita ini kita bisa melihat, di tengah-tengah situasi seperti demikian, TUHAN memerintahkan Yakub untuk kembali ke tanah nenek moyangnya, disertai dengan janji untuk menyertainya (Kej. 31:3, 11-14). Ini merupakan sifat TUHAN yang tidak berubah, meskipun manusia seringkali berubah setia kepada TUHAN. Perjanjian di Betel yang diucapkan Yakub diulang kembali oleh TUHAN di dalam Kejadian 31:13, yaitu untuk menunjukkan bahwa TUHAN setia dan mengingat akan perjanjian yang dinazarkan oleh Yakub. Apakah yang dapat kita pelajari dari bagian ini? Kisah Yakub ini menunjukkan akan kesetiaan TUHAN, meski kita akan sulit memahami, bagaimana TUHAN dapat menyertai seorang seperti Yakub. Sebenarnya, bukan Yakub yang menjadi fokus dari cerita ini, melainkan melalui Yakub TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia adalah TUHAN yang setia dengan perjanjian-Nya; Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya, melainkan senantiasa menyertai mereka. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Allah menyatakan sifat-Nya kepada Yakub, agar ia dapat mengenal-Nya? (2) Bagaimana pengalaman Anda tentang kasih setia Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar melalui kehidupan mereka yang sulit dan juga lancar, mereka bisa semakin mengenal kebesaran Tuhan dan rencana-Nya yang mulia dalam hidup mereka.
14 RABU
JANUARI 2015
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah,...” (Roma 12:19)
Bacaan hari ini: Kejadian 34:1-30 Bacaan setahun: Kejadian 33-35
JANGAN MENUNTUT PEMBALASAN
S
eringkali berita di media, baik koran/majalah/televisi menunjukkan kepada kita bahwa seringkali kejahatan yang dilakukan seseorang, dibalas dengan kejahatan terhadap orang tersebut. Prinsip ini telah menjadi prinsip yang umum diterima sejak zaman dulu. Alkitab memberikan gambaran tentang kejahatan yang dilakukan anak-anak Yakub terhadap Sikhem dan Hemor, serta penduduk di mana mereka tinggal. Apa yang dilakukan oleh Sikhem, anak Hemor yang memperkosa Dina, adik dari Simeon dan Lewi, yang merupakan anak Yakub dari Lea, memang tidak dapat dibenarkan. Karena pemerkosaan itu membawa aib bagi keluarga Yakub. Meski Yakub berusaha untuk menyembunyikan berita itu terhadap anak-anaknya (Kej. 34:5), namun berita itu akhirnya diketahui anak-anak Yakub, karena Sikhem meminta ijin untuk menikahi Dina di depan Yakub dan anak-anaknya. Selanjutnya, anak-anak Yakub memberi syarat, bahwa orang yang mengawini adik mereka, harus disunat. Hemor dan Sikhem menyetujui usul itu. Setelah disunat, pada hari ketiga mereka menderita kesakitan, maka datanglah Simeon dan Lewi, dan membunuh seluruh laki-laki yang tinggal di kota itu. Kemudian baru mereka membawa Dina keluar dari rumah Hemor dan Sikhem. Peristiwa ini tentu saja tidak bisa dibenarkan perbuatan jahat dibalas dengan kelicikan dan perbuatan jahat. Perjanjian baru menegaskan tentang kasih; di mana setiap orang Kristen dituntut untuk melakukan kasih tersebut. Lebih lagi, firman Tuhan melarang setiap orang Kristen untuk melakukan pembalasan. Paulus mengingatkan dalam Roma 12:19, bahwa “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” TUHAN menghendaki agar setiap orang Kristen yang mengalami perlakukan yang tidak baik, tetap berharap dan bersandar kepada TUHAN. Mengapa demikian? Karena TUHAN lebih tahu apa yang harus dilakukan. STUDI PRIBADI: (1) Menurut Anda apakah sikap anak-anak Yakub dapat dibenarkan? (2) Mengapa dalam PB, kita diajar untuk tidak se-mena2 kepada mereka yang menyakiti kita? Berdoalah bagi jemaat yang dirugikan oleh orang lain, agar mereka tidak bertindak semena-mena, tetapi bertindak sesuai hukum yang berlaku dan berserah pada Tuhan.
15 KAMIS
JANUARI 2015
“... dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya ...” (Kejadian 37:2b)
Bacaan hari ini: Kejadian 37:1-22 Bacaan setahun: Kejadian 36-38
KETIDAKPUASAN MENGAKIBATKAN DOSA
A
dalah suatu hal yang wajar jika, di antara satu keluarga terdapat ikatan kasih yang kuat satu dengan yang lainnya. Tentu keluarga seperti ini akan menjadi menjadi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat sekitarnya. Namun sebaliknya, bagaimana jika tidak demikian, anak-anak di dalam satu keluarga tersebut, ada rasa iri hati, saling dengki dan memusuhi satu dengan lainnya dan akhirnya terjadi pertikaian di mana salah satunya menjadi korban. Tentu ini akan menjadi hal yang tidak baik. Apalagi motif yang mendorong terjadinya sebuah tindakan dosa dan kejahatan itu adalah karena ketidakpuasan. Hal ini nampak terjadi di antara anak-anak Yakub. Anak-anak Yakub yang lain, sangat tidak menyukai Yusuf. Mereka sangat membencinya. Setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan saudara-saudara Yusuf sangat tidak menyukainya. (1) karena Yusuf tidak kompromi dengan kejahatan saudara-saudaranya (Kej. 37:2b). (2) Yusuf lebih dikasihi oleh ayahnya, Yakub (Kej. 37:4). (3) karena mimpi Yusuf (Kej. 37:8b). Ketiga hal inilah yang membuat saudara-saudara Yusuf merencanakan kejahatan untuk menghancurkan Yusuf. Mereka kemudian membuang Yusuf ke dalam sumur kosong, dan selanjutnya saudara-saudaranya itu menjual Yusuf kepada kafilah-kafilah orang Ismail. Selanjutnya, kafilah-kafilah tersebut menjual Yusuf sebagai budak di Mesir. Dari kisah kini, kita dapat belajar 1 hal penting tentang ketidakpuasan. Ternyata, ketidakpuasan seseorang dapat menjerumuskan orang tersebut ke dalam dosa. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan prinsip kehidupan Kristen, yaitu: mensyukuri segala apa yang ada dan apa yang terjadi di dalam hidup kita (bnd. 1 Tes. 5:18). Dengan bersyukur, kita menyatakan kepuasan hidup kita. Tentu bukan dengan kekuatan dan kemampuan kita, tetapi selalu mengharapkan akan pertolongan dari TUHAN, sebagaimana Mazmur 42:6 menulis: Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa ketidakpuasan yang egoisitis dapat menyebabkan masalah besar bagi seseorang dalam relasi dengan orang lain? (2) Bagaimana pengalaman Anda? Berdoa dan mintalah hikmat dari Tuhan agar Ia memberikan kepada Anda kekuatan dan jalan keluar tatkala Anda sedang menghadapi ketidakpuasan, agar Anda tetap pada jalan-Nya.
16 JUMAT
JANUARI 2015
”... Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kejadian 39:9b)
Bacaan hari ini: Kejadian 39-40 Bacaan setahun: Kejadian 39-40
MENJAGA INTEGRITAS DIRI
S
ungguh tidak mudah mempertahankan kehidupan yang bersih di tengah tawaran dosa yang begitu menarik. Namun demikian, Yusuf berhasil melakukannya. Dari pasal yang kita baca ini menceritakan bagaimana Yusuf tetap mampu mempertahankan integritas dirinya, sekalipun pencobaan yang ia alami sangat berat. Bagaimana tidak? Firman Tuhan dengan gamblang melukiskan kepada kita bagaimana Yusuf dari hari ke hari terus digoda oleh istri Potifar untuk berbuat dosa. Bahkan dalam ayat 11 dikatakan, bahwa pada suatu hari Yusuf digoda oleh istri Potifar, pada saat tidak ada seorangpun di rumah. Tetapi luar biasa, dalam kondisi demikian Yusuf mampu menolak godaan dosa itu dengan tegas. Apa rahasianya? Rahasianya dapat kita lihat di ayat 9b, yakni Yusuf sadar bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan itu melihat. Ia sadar bahwa hidupnya adalah milik Tuhan dan ia tidak mau berbuat dosa kepada Tuhan. Itulah sebabnya ketika godaan dosa itu datang, Yusuf memilih untuk tetap hidup memperkenankan hati Tuhan. Bagaimana dengan kita? Dalam hidup ini, kita juga mengalami yang namanya pencobaan dan godaan untuk berbuat dosa. Ketika tidak ada seorangpun yang melihat, akankah kita tetap mempertahankan kehidupan yang bersih di hadapan Tuhan, atau kita akan berkompromi dengan dosa demi kesenangan sesaat? Yusuf melawan godaan dosa yang ditawarkan kepadanya dengan cara melarikan diri, menjauh dari dosa. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada seorangpun di antara kita, kebal akan dosa. Oleh sebab itu, ketika godaan dosa datang, kita harus memilih untuk tetap memperkenankan hati Tuhan dan dengan segera menjauh dari godaan dosa tersebut. Jangan merasa diri hebat sehingga bermain-main dengan dosa. Jangan biarkan sedikitpun kita menyerahkan diri atau memberikan kesempatan kepada dosa untuk menguasai kita. Marilah kita mengikuti teladan Yusuf, karena dengan demikian hidup kita bisa menyenangkan hati Tuhan dan tidak jatuh dalam dosa. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kita bisa memiliki hati yang takut akan Tuhan? (2) Langkah apa yang harus kita lakukan untuk tidak jatuh dalam godaan dosa? Doakan agar jemaat diberikan hati yang rindu untuk hidup memperkenankan hati Tuhan. Juga bagi jemaat yang sedang bergumul dengan pencobaan dan godaan dosa, dapat menang melawan dosa.
17 SABTU
JANUARI 2015
”Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu.” (Kejadian 41:40)
Bacaan hari ini: Kejadian 41-42 Bacaan setahun: Kejadian 41-42
TUHAN TIDAK MELUPAKAN UMAT-NYA “Habis manis sepah dibuang,” mungkin itulah pepatah yang dapat dengan tepat menggambarkan kondisi yang dialami oleh Yusuf. Setelah berhasil mengartikan mimpi Juru minuman raja, ia pun dilupakan begitu saja selama lebih kurang dua tahun. Harapan bahwa Juru minuman raja ini akan melepaskannya dari penjara, pupus sudah. Inilah yang sering terjadi ketika kita mengharapkan pertolongan dari manusia. Tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Sekalipun Juru minuman raja telah melupakan Yusuf, tapi Tuhan tidak. Dengan cara-Nya yang ajaib, Tuhan bekerja. Diceritakan, ketika Firaun bermimpi dan mimpi itu sangat menggelisahkan hatinya, Firaun menyuruh memanggil semua orang berilmu di Mesir; tetapi tidak satupun dari mereka bisa mengartikan mimpi Firaun. Dalam situasi seperti itu, maka teringatlah juru minuman itu akan Yusuf. Maka Yusuf pun dipanggil dan menghadap raja. Dengan hikmat dari Tuhan, Yusuf mampu mengartikan mimpi Firaun, dan akhirnya ia pun diangkat menjadi penguasa di Mesir. Sungguh suatu kisah yang sangat luar biasa, yang menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya penyertaan Tuhan begitu nyata dalam kehidupan Yusuf. Sekalipun manusia bisa saja melupakan kebaikan yang kita lakukan, tetapi Tuhan tidak akan! Kesungguhan Yusuf untuk terus mempertahankan kehidupan yang bersih di hadapan Tuhan, diingat oleh Tuhan. Dan Tuhan tidak membiarkan ia terus berada dalam penderitaan dan kesulitan. Dalam kehidupan ini, ketika kita berusaha hidup melakukan apa yang baik dan yang diperkenan Tuhan, kadang-kadang kita harus menerima konsekuensi yang buruk. Namun di tengah keadaan yang demikian, apakah kita akan memilih untuk terus mengikut Tuhan dengan setia ataukah berpaling daripadaNya? Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah melupakan kita, sekalipun untuk saat ini mungkin kita harus menderita, tetapi jangan menyerah, karena Tuhan kita setia. Dan pada waktu-Nya, Ia akan memberikan yang terbaik bagi kita, orang-orang yang berharap dan percaya kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yusuf mampu mengartikan mimpi Firaun? (2) Bagaimana sikap Yusuf dalam menantikan pertolongan Tuhan? Doakanlah agar jemaat yang sedang bergumul dengan penderitaan dan kesulitan tetap bersandar kepada Tuhan. Apapun yang menjadi persoalan hidup kita, kita memiliki hidup yang kudus.
18
MINGGU “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh JANUARI 2015 aku mendahului kamu.” (Kejadian 45:5)
Bacaan hari ini: Kejadian 45:1-28 Bacaan setahun: Kejadian 43-45
ALLAH PENGATUR SEMPURNA
P
erselisihan antar keluarga dapat terjadi dalam keluarga manapun. Namun, bacaan Alkitab kita hari ini memberikan suatu perspektif pemikiran yang berbeda dari seorang yang bernama Yusuf dalam menyikapi tindakan buruk yang dilakukan oleh saudara-saudaranya. Respons Yusuf adalah, tidak membalas tindakan jahat mereka, bahkan menjamin kehidupan seluruh keluarganya. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana Yusuf bisa berespons dengan baik. Pertama, Yusuf memiliki keyakinan bahwa Allah mengatur kehidupan setiap orang. Pernyataan Yusuf ini dinyatakan beberapa kali dalam ayat 5, 7,dan 8. Pengulangan ini memberikan penekanan atas keyakinan Yusuf terhadap rencana Allah, melalui kehadirannya sebagai seorang Israel di tanah Mesir, yang pada saat itu adalah sebuah negara besar dan sangat maju. Kedua, Yusuf tidak membalas dendam mereka yang berbuat jahat kepadanya. Bahkan dikatakan dalam ayat 10 bahwa Yusuf memperhatikan bukan hanya kakak-kakaknya, tapi juga termasuk keturunan mereka. Yusuf menempatkan saudaranya di tanah Gosyen, sebuah tempat yang cukup subur. Tanah Gosyen terletak + 65 kilometer dari kota Kairo yang sekarang; Gosyen terletak di delta sungai Nil dan terpisah dari pusat-pusat utama kehidupan di Mesir. Di tempat itulah bangsa Israel akan hidup dalam keterasingan dari orang Mesir dan berkembang menjadi suatu bangsa. Allah bekerja melalui Yusuf untuk memelihara umat perjanjian. Perlu diperhatikan bahwa, sekalipun Kristus akan datang melalui keturunan Yehuda dan bukan keturunan Yusuf, Allah telah memakai Yusuf untuk memelihara kelangsungan hidup garis keturunan Kristus. Kehidupan Yusuf memberikan kepada kita sebuah kesaksian hidup bahwa Allah adalah pengatur yang sempurna, dan bagian kita adalah meyakini bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam mengatur sesuatu. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk menjalani hari ini dengan keyakinan akan pemeliharaan Tuhan dan menebarkan damai sejahtera bagi setiap orang yang kita jumpai. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Yusuf dalam menghadapi situasi yang harus ia hadapi? (2) Teladan apakah yang dapat kita peroleh darinya? Berdoa bagi jemaat yang saat ini sedang kuatir akan masa depannya, agar mereka tetap percaya pada kedaulatan Tuhan dan setia pada perintah-Nya, sehingga mereka tetap dalam rancangan kemuliaan-Nya.
19 SENIN
JANUARI 2015
“Lalu mereka membawa ternaknya kepada Yusuf dan Yusuf memberi makanan kepada mereka ganti kuda…” (Kejadian 47:17)
Bacaan hari ini: Kejadian 47:1-31 Bacaan setahun: Kejadian 46-48
MENJADI ALAT DI TANGAN TUHAN
M
endengar istilah korupsi, tidaklah asing di telinga kita. Akhir-akhir ini, masyarakat indonesia akrab dengan yang namanya kasus suap, pencucian uang maupun penggelapan uang. Kasus korupsi terjadi karena ada kesempatan dan keinginan orang yang melakukannya. Berbicara mengenai kesempatan, Kejadian 47 ini menceritakan mengenai kesempatan yang dimiliki Yusuf ketika ia mengatur pemerintahan di Mesir. Pada masa kelaparan, dia memiliki bahan makanan yang menjadikannya sebagai orang yang terkuat. Yusuf melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik dan tidak menyalah-gunakan kekuasaan yang dimilikinya. Yusuf memiliki kesempatan untuk berbuat curang. Dia bisa juga memberikan makanan bagi hanya bagi orang-orang yang berpengaruh dalam hidupnya, atau mengambil keuntungan untuk keluarganya. Namun, Yusuf memilih untuk tidak melakukannya, dia memiliki sesuatu yang disebut integritas. Integritas adalah sebuah sifat yang menunjukkan konsistensi untuk melakukan kebenaran, sekalipun di tengah godaan kenyamanan ataupun kesulitan. Semakin seseorang mencapai kesuksesan, semakin susah bagi dia untuk memiliki integritas. Di tengah himpitan kesulitan pun, seseorang seringkali tergoda untuk berbuat curang dan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Ketika seseorang tidak bisa mengendalikan dirinya, maka dia akan memanfaatkan apa yang ada untuk memuaskan keinginannya. Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya dapat menjadi alat di tangan Tuhan sehingga orang lain dapat mengenal Tuhan, melalui kehidupan orang percaya. Namun tantangannya adalah ketika kita berhadapan dengan orang yang tidak kita sukai, apakah prinsip ini tetapi ada dalam pikiran kita? Kadangkala Tuhan menempatkan kita dalam situasi sulit justru karena Tuhan menghendaki kita berkarya dengan benar di sana, sehingga kita sungguh-sungguh menjadi alat di tangan Tuhan, dan memuliakan Tuhan melalui kehidupan kita. STUDI PRIBADI: (1) Di tengah kesempatan untuk dapat mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, sikap apa yang Yusuf justru lakukan? (2) Bagaimana dengan pengalaman Anda? Berdoalah bagi para karyawan Kristen agar mereka tetap mengerjakan yang terbaik dalam setiap pekerjaan mereka, sehingga nama Tuhan dimuliakan dan menjadi berkat bagi orang lain.
20
SELASA
“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah-merekakannya untuk kebaikan ...” (Kejadian 50:20) JANUARI 2015 Bacaan hari ini: Kejadian 50:20-21 Bacaan setahun: Kejadian 49-50
MENGALAHKANNYA DENGAN KEBAIKAN
M
anusia lebih memilih untuk diberlakukan dengan baik. Tidak ada satu pun saudara yang mau disakiti. Lebih lagi yang usianya lebih muda dari saudara-saudaranya; dia rindu merasakan kasih dan kebaikan dirinya. Namun apa yang ia harapkan, tidak seperti kenyataan yang terjadi. Ia berharap dikasihi, namun disakiti; ia berharap dilindungi, namun dibuang dan bahkan dijual kepada orang yang tidak ia kenal. Itulah yang dialami oleh Yusuf. Singkat cerita, meski diperlakukan dengan tidak adil oleh saudarasaudaranya, pada akhirnya ia menjadi orang yang berkuasa atas seluruh tanah Mesir. Ia mempunyai kekuasaan dan kekayaan yang besar. Pastinya ia tetap mengingat tragedi yang menimpa hidupnya. Namun, ada sesuatu yang ajaib terjadi dalam diri Yusuf. Apakah itu? Yusuf tidak membalas kejahatan saudara-saduaranya dengan kejahatan. Ia mengalahkan kejahatan saudara-saudaranya dengan kebaikan. Pertama, Yusuf mengampuni dan menerima saudarasaudaranya. Kedua, Yusuf menghibur saudara-saudaranya. Ketiga, Yusuf menanggung seluruh kebutuhan hidup saudara-saudaranya dan anakanak meraka. Bagaimana mungkin Yusuf melakukan hal itu? Membalas yang jahat dengan kebaikan? (1) karena Yusuf telah mengecap kebaikan Tuhan dalam hidupnya. (2) Yusuf mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya, yaitu menjadi berkat dengan memelihara hidup satu bangsa yang besar (ay. 20). Yusuf mengerti betul bahwa tujuan Tuhan memberkati hidupnya adalah bukan untuk membalas kejahatan dengan kejatahan, tetapi untuk menjadi berkat. Bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi seluruh bangsa. Bagaimana dengan kita? Paulus pernah mengingatkan jemaat di Roma: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rm. 12:21). Mungkin kita berharap diperlakukan dengan baik oleh saudarasaudara kita, namun kenyataannya, justru kita disakiti. Namun kita harus mengampuni dan mengalahkanlah kejahatan dengan kebaikan. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Yusuf lakukan terhadap saudara-saudaranya, sekalipun ia pernah dibenci oleh mereka? (2) Bagaimana pengalaman Anda? Berdoalah kepada Tuhan agar Ia memberikan kepada Anda kesabaran dan keberanian untuk mengalakan kejahatan dengan kebaikan. Sakit hati tidak membuat kita panas hati dan membalasnya dengan kejahatan.
21
RABU
JANUARI 2015
“Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.” (Keluaran 2:24)
Bacaan hari ini: Keluaran 2:23-3:22 Bacaan setahun: Keluaran 1-3
TUHAN MENEPATI JANJI-NYA
J
anji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan untuk berbuat sesuatu; seperti hendak memberi, menolong, datang dan bertemu. Mungkin Anda pernah berjanji kepada sesama, atau mungkin sesama Anda pernah menjanjikan sesuatu pada Anda. Apakah janji-janji itu sudah ditepati? Ataukah sebaliknya, janji-janji itu belum ditepati? Atau bahkan, bukan lagi ditepati, tapi dilupakan? Anda mungkin pernah mendengar lirik lagu: “Kau yang berjanji, kau yang mengingkari. Kau yang memulai, kau yang mengakhiri.” Itulah manusia. Manusia mudah berjanji, tapi sulit untuk menepatinya. Manusia mudah untuk berjanji, tetapi cepat sekali untuk melupakannya. Tetapi TUHAN tidak. Ia berjanji dan menepati janji-Nya. Ketika Allah mendengar umat-Nya mengerang dalam perbudakan di Mesir, Ia ingat dengan janji-Nya. Janji-Nya kepada siapa? Tentu bukan kepada bangsa Israel, melainkan kepada nenek moyang mereka yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Janji yang sejak kapan? Apakah sepuluh tahun yang lalu? Apakah lima puluh tahun yang lalu? Apakah seratus tahun yang lalu? Apakah dua ratus tahun yang lalu? Ternyata bukan. Empat ratus tahun yang lalu, TUHAN pernah berjanji kepada Abraham untuk menghukum bangsa yang menghukum umat-Nya dan membawa mereka keluar dari tanah perbudakan itu (Kej. 15:13-14). Dan tepat pada waktu TUHAN, Ia menepati janji-Nya. Ada dua pelajaran penting mengenai Janji TUHAN yang perlu untuk kita perhatikan. (1) TUHAN tidak melupakan janji-Nya. Dia ingat dengan janji-Nya kepada Abraham, empat ratus tahun yang lalu (Kel. 2:24). (2) TUHAN menepati janji-Nya dengan memperhatikan umat-Nya (Kel. 2:25). (3) TUHAN memakai orang pilihan-Nya untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (Kel. 3:1-22). Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta (Bil. 23:19). Jika TUHAN telah berjanji, maka Ia akan ingat dan menepati janji-Nya. Karena itu, janganlah meragukan kesetiaan janji-Nya yang ada tertulis dalam Alkitab. Percayalah kepada-Nya dan firman-Nya! STUDI PRIBADI: Apakah “pembiaran” bangsa Israel diperbudak di Mesir selama 400 tahun adalah tanda bahwa Tuhan melupakan Janji-Nya? Jelaskan alasannya!” Berdoalah bagi jemaat agar mereka mengalami pertumbuhan iman di dalam Tuhan dan tidak ragu akan janji-Nya, sekalipun mereka menghadapi kondisi yang tidak baik/sulit.
22
KAMIS
JANUARI 2015
“Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat.” (Keluaran 4:17)
Bacaan hari ini: Keluaran 4-6 Bacaan setahun: Keluaran 4-6
PANGGILAN MUSA
S
aat Allah memanggil hambanya Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Allah memperlengkapi hamba-Nya, Musa, sesuai dengan tugas yang diberikan-Nya. Panggilan Musa ini didasarkan pada perjanjian Allah kepada diri Abraham, Ishak dan Yakub. Bukan saja Allah telah mengadakan perjanjian-Nya dengan mereka, tetapi untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing. Yang Allah lakukan dalam panggilan-Nya kepada Musa dalam membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, adalah: (1) Memberi bukti bahwa Tuhan Allah sendiri lah yang mengutus Musa, yaitu tongkat menjadi ular dan penyakit kusta pada tangan Musa setelah dimasukkan ke dalam bajunya; air sungai Nil menjadi darah di tanah yang kering dan Allah menyertai lidah Musa dan Harun. (2) Pernyataan diri Allah, “AKU telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-KU, TUHAN, Aku belum menyatakan diri” (ps. 6:2). Pernyataan diri Allah ini ingin membuktikan bahwa Allah sendiri yang memanggil Musa, hamba-Nya, kepada orang Israel agar mereka dibebaskan dari kerja paksa orang Mesir, dan yang terutama Allah memilih orang Israel untuk menjadi umat-Nya dan membawa mereka beribadah kepada-Nya. Inilah kemahakuasaan dan kedaulatan Allah yang dinyatakan baik kepada orang Israel, maupun orang Mesir. (3) Allah mengeraskan hati Firaun, sehingga kerja paksa yang diberikan kepada orang Israel ditambah dengan tidak diberinya jerami untuk membuat batu bata, namun hasilnya tidak boleh dikurangi. Bagaimana dengan panggilan tiap kita? Allah telah memanggil anakanak-Nya dengan berbagai macam tantangan, yang membuat kita seperti Musa, ada ketakutan dan tidak percaya diri dalam merespon panggilanNya. Tapi kita diingatkan kembali, bahwa bila Tuhan Allah yang memanggil, maka Dia sendiri akan memperlengkapi hamba-Nya untuk menyelesaikan tugas panggilan-Nya itu. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Jika Allah memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel, apa yang Allah lakukan bagi persiapan kepemimpinan Musa? (2) Bagaimana dengan Anda? Berdoa bagi para pemimpin gereja agar mereka dapat melaksanakan tugas dan tangung jawab mereka dengan baik dan membawa jemaat bertumbuh dalam imannya kepada Kristus.
23
JUMAT
JANUARI 2015
“… Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.” (Keluaran 7:3)
Bacaan hari ini: Keluaran 7-8 Bacaan setahun: Keluaran 7-8
TULAH
T
UHAN mengutus Musa dan Harun untuk menghadap Firaun supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari negerinya. Tetapi Firaun menolaknya; dan sikap keras kepala ini membuahkan banyak tulah, “tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.” (Kel. 7: 3). Mengapa demikian? Tulah yang diberikan Allah kepada Firaun sebagai bentuk hukuman yang berat bagi Firaun yang tidak mau mendengarkan perintah TUHAN. Tulah ini untuk menunjukkan bahwa: (1) “AKULAH TUHAN,” hal ini merupakan suatu pernyataan atau pendeklarasian nama ALLAH kepada orang Mesir di Mesir kuno; banyak dewa disembah dan dipercaya dapat mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Raja Mesir sendiri dipandang sebagai seorang dewa. Imam-iman ditunjuk untuk melayani para dewa itu atau untuk mendapat pesan dari mereka. Orang-orang berilmu mungkin adalah para imam yang kadang-kadang mencoba untuk meramalkan masa depan dengan mengamati cahaya yang terpantul dari cairan dalam piala (Kej. 44: 5,15); ahli sihir mungkin pesulap dan mengklaim sulapnya sebagai mujizat dari dewa. (2) Allah orang Ibrani itu berkuasa atau berdaulat atas alam semesta ini dan dipercaya dapat mengendalikan kekuatan yang ada di dalam alam ini. Allah berkarya untuk melindungi dan menolong umat-Nya untuk terus hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tulah-tulah tersebut tidak dimaksudkan sebagai pameran atau pertunjukan, tapi ingin menunjukkan kuasa Allah atas manusia, dan terlebih lagi adalah sebagai tanda bahwa Allah sedang bekerja di tengah-tengah umat-Nya. Bagaimana dengan kita sebagai umat-Nya? Apakah permasalahan yang sering menghimpit dan menekan kehidupan kita, menyadarkan kita akan Kuasa Allah atas seluruh alam semesta; dan meyakinkan kita bahwa hukuman Allah itu menunjukkan bahwa Ia sedang bekerja di tengah-tengah umat-Nya, agar kita dapat mempercayai kebaikan-Nya? Marilah kita tidak ragu akan kuasa dan kasih Tuhan dalam hidup kita! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah memberikan tulah kepada bangsa Mesir? Untuk tujuan apa? (2) Pada masa kini, masihkah kita mempercayai kuasa dan kasih Allah? Mengapa? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak kehilangan keyakinan iman mereka bahwa kuasa dan kasih Allah tidak pernah berubah, dahulu, sekarang dan selamanya.
24
SABTU
JANUARI 2015
“Tetapi Tuhan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan mereka …” (Keluaran 9:12)
Bacaan hari ini: Keluaran 9-11 Bacaan setahun: Keluaran 9-11
SIFAT YANG DIUBAHKAN
D
alam kehidupan sehari-hari, apa yang membedakan antara individu satu dengan individu lainnya? Atau, apakah yang membuat kita bisa cocok dengan si A dan C, tapi tidak bisa cocok dengan si B? Salah satu faktornya adalah karena sifat atau temperamen individu tersebut. Setiap manusia dilahirkan dengan sifat yang berbeda, yang sebagian besar bersifat genetik atau keturunan. Apakah sifat ini bisa berubah atau hilang? Banyak orang yang berpendapat bahwa sifat ini sifat menetap di dalam diri seseorang dan tidaklah bisa diubah, hingga ada perkataan “lebih mudah memindahkan gunung ketimbang mengubah sifat seseorang.” Namun bagi kita yang punya Tuhan yang Maha Kuasa, kita dapat yakin dan percaya bahwa sifat manusia bisa diubah, bahkan yang paling keras sekalipun. Salah satu buktinya adalah Raja Firaun. Ia adalah seorang raja Mesir yang diktator dan juga otoriter, serta keras kepala. Ketika nabi Musa memberikan tulah-tulah atas Mesir (karena instruksi dari Allah), raja Firaun tidak bergeming, meskipun rakyat dan negaranya menjadi korbannya. Dari tulah pertama hingga ke-lima, raja Firaun tetap mengeraskan hatinya untuk tidak mengizinkan bangsa Israel keluar dari Mesir (Kel. 9:12). Pada tulah yang ke-enam, hati raja Firaun mulai goyah, dia sepertinya melunak dan hendak mengizinkan bangsa Israel pergi, namun TUHAN mengeraskan hati raja Firaun (Kel. 9:35). TUHAN memang sengaja melakukan hal tersebut agar kuasa Allah nyata di mata bangsa Israel dan bangsa Mesir. Apabila kita telusuri dengan teliti kitab Keluaran pasal 9 hingga 11 ini, bisa ditemukan beberapa kali penyataan, “tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun” (Kel. 9:12, 35; 10:20, 27; 11:10). Ini seakan-akan memberitahukan pada kita bahwa Firaun sebagai manusia hendak berubah pikiran, namun Tuhan yang memegang kendali atas Firaun. Meskipun Firaun tidak percaya kepada TUHAN Allah yang hidup, tetapi Tuhan mampu mengendalikan Firaun. Ini menunjukkan bahwa Tuhan kita mampu mengubah sifat manusia, siapapun manusia itu, baik anak Tuhan maupun bukan anak Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan tetap mengeraskan hati raja Firaun, ketika Firaun sepertinya hendak berubah pikiran? (2) Aplikasi praktis apakah yang Anda dapatkan? Mari kita berdoa bagi setiap jemaat di gereja kita agak memiliki keyakinan bahwa Allah kita mampu mengubahkan sifat, bahkan sifat yang paling keras sekalipun.
25
MINGGU
JANUARI 2015
“Makanlah roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya dan pada hari yang ketujuh akan diadakan hari raya Tuhan” (Keluaran 13:6)
Bacaan hari ini: Keluaran 12-13 Bacaan setahun: Keluaran 12-13
PASKAH DAN RAGI
P
askah adalah peristiwa dimana TUHAN membawa umat Israel keluar dari tanah perbudakan, yaitu Mesir. Inilah awal mula Paskah. Namun tidak salah juga jika kita memperingati hari Paskah sebagai hari kebangkitan Tuhan Yesus karena dengan kebangkitan Yesus maka kita menjadi anak Allah yang pemenang, sama seperti umat Israel yang dimenangkan dengan keluar dari tanah Mesir. Hal penting yang diulangulang untuk memperingati Paskah adalah tidak diperbolehkan adanya ragi, baik roti beragi maupun ragi itu sendiri. Dalam kehidupan kita saat ini, ragi dikenal sebagai pengembang adonan roti. Namun dalam bangsa Ibrani dulu, ragi tidak hanya untuk roti, tapi juga digunakan dalam bidang hukum, upacara dan agama. Ragi terbuat dari dedak halus putih yang diremas dengan bibit ragi, dari tepung tumbuhan seperti kacang polong, atau dari jelai yang dicampur air yang didiamkan, hingga menjadi asam. Ada beberapa alasan mengapa ragi dilarang selama memperingati Paskah. Alasan pertama adalah karena untuk mengingatkan bangsa Israel tentang keberangkatan buru-buru dari Mesir, ketika tidak tersedianya waktu untuk memanggang roti beragi. Karenanya mereka membawa adonan dan tempat meremas serta memanggang roti sambil berkelana (Kel. 12:34; Ul. 16:3). Kedua adalah untuk mengingatkan bangsa Israel akan keadaan tertindas ketika masih dalam perbudakan bangsa Mesir dan raja Firaun, khususnya ketika mereka harus dengan sangat buru-buru pergi setelah terjadinya sepuluh tulah atas bangsa Mesir. Ketiga adalah dalam peragian itu melibatkan penghancuran dan pembusukan sehingga kesannya najis. Penjelasan di atas mungkin terkesan kontekstual untuk zaman bangsa Israel dulu, tapi kita bisa mengambil tiap pelajaran darinya. Roti yang tanpa ragi akan menjadi keras dan kurang enak untuk dimakan, maksudnya supaya kita menghayati makna Paskah yang jauh dari kemewahan; dan hidup yang bersahaja, tidak harus berkompetisi untuk menunjukkan saya lebih hebat dari orang lain, tetapi hidup untuk mengutamakan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa TUHAN melarang bangsa Israel menggunakan ragi selama Paskah dan perayaan roti tidak beragi? Pelajaran apa yang kita peroleh darinya? Mari kita berdoa untuk umat Tuhan di dunia ini agar menjadi manusia yang low profile, tidak sok ataupun menonjolkan diri. Kiranya umat Kristen menjadi teladan yang baik bagi sesamanya, seperti Yesus.
26
SENIN
JANUARI 2015
“TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” (Keluaran 14:14)
Bacaan hari ini: Keluaran 14:1-31 Bacaan setahun: Keluaran 14-15
TUHAN AKAN BERPERANG UNTUK KAMU
T
UHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja. Ini merupakan sebuah perkataan yang sangat menguatkan bagi orangorang Israel. Ayat ini menunjukkan bahwa mereka tidak berperang sendiri. Ada Allah yang menyertai mereka, bahkan berperang bagi mereka. Selama dalam perbudakan Mesir, tentu Israel sudah terus berjuang untuk keluar dari perbudakan. Mereka membuat rencana, mereka berusaha untuk melarikan diri, tetapi tidak pernah berhasil. Kegagalan ini disebabkan karena orang-orang Mesir lebih pandai, lebih kuat, dan memiliki kemampuan untuk menundukkan orang Israel di bawah kendali mereka. Dengan semua pengalaman kegagalan mereka, tentulah orang-orang Israel tidak akan berpikir untuk keluar dari perbudakan Mesir. Mereka mungkin berkata, “Kita akan selamanya menjadi budak di Mesir.” Namun sekarang mereka memiliki pengharapan. Mereka mempunyai kesempatan untuk tidak lagi menjadi budak di Mesir. Dari mana datangnya pengharapan itu? Allah yang memberikan pengharapan itu. Allah berjanji akan berperang bagi Israel, dan Israel akan terdiam melihat bagaimana Allah menghancurkan orang-orang Mesir. Dalam pasal 14, kita melihat Israel sudah keluar dari tanah Mesir, namun mereka kembali kehilangan pengharapan karena Firaun kembali mengejar bangsa Israel di padang gurun. Di tengah-tengah situasi seperti inilah, Allah kembali menguatkan orang Israel bahwa mereka tidak perlu kuatir, Allah yang akan berperang bagi mereka. Dan kita lihat dalam pasal 14, dikatakan Allah membelah laut Merah, sehingga bangsa Israel bisa menyeberang di tanah yang kering. Ketika bangsa Mesir melewati laut Merah yang kering tersebut, tiba-tiba Allah kembali menutup tanah yang kering tersebut dengan air. Akhirnya, semua tentara Firaun mati tenggelam. Di sini kita melihat perkataan Tuhan digenapi, orang Israel tidak perlu berperang. Allah lah yang berperang bagi mereka. Allah lah yang menghancurkan musuh-musuh Israel dan mereka hanya melihat saja. Bagaimana dengan Anda? Percayakah Anda akan kedaulatan Allah kita? STUDI PRIBADI: Jika Allah tidak menolong orang Israel, mungkinkah mereka melepaskan diri dari kekuasaan Firaun? (2) Bagaimana pengalaman Anda tentang pertolongan Tuhan? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup dalam kesetiaan akan Tuhan dan berjalan bersama-Nya dalam setiap aspek hidup mereka. Tidak ada yang terlalu besar atau mustahil bagi-Nya.
27
SELASA
JANUARI 2015
“Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun.” (Keluaran 16:2)
Bacaan hari ini: Keluaran 16:1-36 Bacaan setahun: Keluaran 16-18
BERSUNGUT-SUNGUT
S
eringkali kita menjadi seperti orang Israel, cepat lupa akan kasih Tuhan. Bagian firman Tuhan yang baru kita baca menggambarkan hal yang sangat ironis. Mereka baru saja keluar dari perbudakan Mesir. Mereka melihat Tuhan mengadakan 10 tulah untuk menghukum orang Mesir. Mereka melihat bagaimana Tuhan membelah laut merah, dan bagaimana Tuhan menenggelamkan orang-orang Mesir yang melewati laut Merah. Namun demikian, baru saja mereka memuji Tuhan, bergembira dan bersukacita atas perbuatan Tuhan, sekarang mereka sudah lupa akan Tuhan yang Mahakuasa. Di padang gurun Sin, mereka mulai merasakan lapar, dan mereka melihat kiri-kanan tidak ada makanan. Dalam situasi itu, mereka mengeluh, mengomel dan menyesali mengapa mereka harus keluar dari perbudakan Mesir. Bagi mereka, lebih baik mati di Mesir sebagai budak, tetapi duduk di depan kuali berisi makanan, daripada mati sebagai orang bebas tapi kelaparan. Tuhan mendengar sungut-sungut orang Israel, lalu memberikan mereka manna yang turun dari langit, serta burung puyuh untuk bahan makanan mereka selama di padang gurun Sin. Namun hal yang sangat menyedihkan, setelah mereka keluar dari padang gurun Sin, mereka kembali mengeluh. Saat tiba di Rafidim, mereka tidak menemukan air. Lalu mereka bertengkar dengan Musa, mereka menganggap bahwa Musa membawa mereka untuk mati di padang Gurun. Dari Keluaran 16 dan 17, kita melihat orang Israel adalah orang yang sangat cepat lupa akan kuasa Tuhan. Sebagai orang yang benar-benar mengalami keajaiban kuasa Tuhan, seharusnya mereka berdoa, bukan mengeluh. Allah sudah berjanji akan menyertai mereka. Laut Merah saja dibelah Tuhan agar bangsa Israel dapat berjalan di tanah kering; masakan saat Israel kehausan, Allah tidak menurunkan air bagi mereka? Bagaimana dengan kita? Dalam kehidupan inipun, kita banyak mengalami situasi yang naik-turun, terkadang kita kenyang, tapi ada kalanya kita kelaparan. Mari kita tidak meniru sikap mereka yang cepat lupa akan kasih Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel mudah lupa kasih dan kuasa Tuhan yang telah mereka alami? (2) Bagaimana dengan orang Kristen, apakah mereka sama dengan bangsa Israel? Berdoalah bagi jemaat yang sedang mengalami kesulitan agar mereka tidak lupa akan kasih Tuhan yang pernah mereka alami sebelumnya dan tetap percaya kepada-Nya.
28
RABU
JANUARI 2015
“Lalu Allah mengucapkan segala firman ini.” (Keluaran 20:1)
Bacaan hari ini: Keluaran 20:1-17 Bacaan setahun: Keluaran 19-20
LARANGAN TUHAN
O
rang tua mana yang tidak mengasihi anak-anaknya? Sudah pasti semua orang tua mengasihi anak-anaknya, sehingga ada banyak peraturan dan larangan demi untuk melindungi mereka. Meskipun kata “larangan” kedengaran bernada negatif, sesungguhnya tidak selalu demikian. Jika orang tua melarang anak-anaknya mengonsumsi narkoba, itu demi kebaikan bagi mereka. Seperti Tuhan melarang umat Israel yang tersirat dalam sepuluh hukum, supaya mereka diberkati dan tidak dihukum. Jangan menomerduakan Tuhan Allah dan menomersatukan berhala. Sikap perlakuan iman yang tidak terpuji dan merupakan kekejian bagi Allah. Tuhan telah tegaskan, tujuan membawa umat Israel keluar dari tanah Mesir adalah untuk menomersatukan Allah dan satu-satunya objek yang harus disembah. Tuhan melarang keras hal ini, apalagi menyembah allah buatan tangan, ini adalah penghinaan bagi Tuhan. Larangan Tuhan begitu jelas, “Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu dengan sembarangan.” Tuhan menghendaki agar umat-Nya menjaga kemurnian iman. Sudahkah kita menomersatukan Tuhan? Jangan menghina ayah dan ibumu. Hormatilah orang tua, ayah dan ibu yang menjadi wakil Allah selama kita hidup. Mereka dipercayakan untuk memelihara, mendidik dan menghidupi kita. Selain Allah, orang tua harus mendapat tempat yang layak dihormati dan dikasihi anak-anaknya. Tuhan berjanji dalam hukum-Nya, bahwa Ia akan memberkati dan memberi panjang umur kepada anak-anak yang menghormati ayah dan ibunya. Mari kita belajar menghormati dan mengasihi orang tua kita apa adanya, baik pada waktu miskin atau kaya, sehat atau sakit, muda atau tua. Jangan berbuat dosa di hadapan Tuhan. Hal sekecil apa pun, kelihatan atau tidak, kita dituntut untuk hidup benar di hadapan-Nya. Ingat larangan Tuhan: Jangan membunuh, berzinah, mencuri, mengucapkan saksi dusta, menginginkan milik orang lain, baik barang maupun orangnya. STUDI PRIBADI: (1). Apa yang Allah kehendaki dari bangsa Israel, ketika mereka berelasi dengan Allah dan sesama mereka? (2). Bagaimana kita mempraktikkannya saat ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka mencintai kebenaran firman Tuhan yang dapat menuntun mereka kepada jalan yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan, sehingga jemaat Tuhan menyukakan hati-Nya.
29
KAMIS
JANUARI 2015
“Janganlah kau tindas atau kau tekan seorang orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.” (Keluaran 22:21)
Bacaan hari ini: Keluaran 22:21-27 Bacaan setahun: Keluaran 21-22
MANUSIAWI
S
emua orang ingin diperlakukan dengan baik dan manusiawi. Nilai hidup manusia lebih tinggi derajatnya dibanding dengan binatang. Jika kita tidak memperlakukan dengan baik hewan piaraan kita, tidak ada yang menghakimi kita. Namun jika kita tidak memperlakukan dengan baik sesama kita, kita akan dituntut hukum yang berlaku. Memperlakukan orang asing dengan baik. Tentu ini adalah pengajaran yang sangat baik dan manusiawi. Sebab orang asing di sini artinya adalah, orang yang tidak ada relasi dengan kita, orang yang tidak kita kenal, orang yang tidak mempunyai hak apa-apa. Akan tetapi, kita tidak boleh menindas mereka dengan semena-mena, mentang-mentang mereka adalah orang asing. Jika mereka ditindas, Tuhanlah yang akan memihak kepada mereka, membela dan melindungi mereka. Bukan orang asing yang kita tindas atau lawan, melainkan Tuhan sendiri. Menaruh belas kasihan kepada janda miskin. Tuhan sangat memperhatikan janda-janda misikin. Ia menghendaki umat-Nya memiliki sikap belas kasihan terhadap janda miskin. Jika umat Tuhan menindas janda miskin, maka Tuhan akan murka dan tidak segan-segan membunuh orang yang tidak manusiawi itu, dan membuat istrinya menjadi janda dan anaknya menjadi yatim. Tuhan menghendaki umat-Nya belajar toleransi dan berbelas kasihan kepada janda-janda miskin. Adakah janda-janda miskin di sekitar Anda? Nyatakan belas kasihan kepada mereka. Meringankan beban orang susah. Bila kita meminjamkan uang atau barang kepada seseorang, janganlah berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia, apalagi membebani hutang bunga pada orang miskin. Itu artinya kita mendatangkan kesusahan, ditambah dengan kesusahan bagi orang lain. Tuhan itu pengasih; Ia telah melepaskan beban kesusahan, perbudakan di Mesir yang terjadi telah beratus-ratus tahun. Ia mendengar seruan umat-Nya dan melepaskan mereka dari penderitaan dan menjadi orang merdeka. Tuhan sudah meringankan beban hidup kita, hendaknya kita belajar meringankan kesusahan orang lain. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana wujud Allah memperhatikan mereka yang lemah dalam masyarakat bangsa Israel? (2) Bagaimana aplikasinya dalam kehidupan kita hari ini? Berdoa bagi tiap anak Tuhan agar dapat melakukan perintah Tuhan dengan benar dan dengan hati sukacita sehingga damai sejahtera Kristus menaungi hidup dan merekapun memiliki hati yang mengucap syukur.
30
JUMAT
JANUARI 2015
“Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong…” (Keluaran 23:1)
Bacaan hari ini: Keluaran 23:1-13 Bacaan setahun: Keluaran 23-24
TENTANG RELASI DENGAN SESAMA
P
embebasan bangsa Israel dari Mesir membawa mereka ke dalam satu panggilan hidup yang baru; menjadi kerajaan imam (Kel.19:6). Artinya, memimpin bangsa-bangsa datang beribadah pada TUHAN, Allah Israel. Sasaran itu dicapai lewat cara hidup mereka sesehari, yang menyaksikan karya besar TUHAN di tengah mereka, sehingga kesaksian hidup mereka menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain. Untuk panggilan hidup sebesar dan semulia itu, sudah tentu mereka harus menata kembali, bukan saja hubungan mereka dengan Allah secara vertikal, tetapi juga masalah relasi dengan sesama dalam kehidupan sesehari. Berbohong, memutar-balikkan fakta, bersaksi dusta karena membela teman, mencuri kesempatan dalam kesempitan, tidak peduli dengan masalah apalagi penderitaan orang lain, menekan pihak yang lemah, memfitnah, mencelakakan orang benar karena tidak suka atau alasan lain, menjual harkat diri demi menerima pemberian orang lain, semua itu adalah hal-hal yang biasa yang terjadi dalam interaksi sesama manusia. Di setiap bangsa, kelompok suku di dalam setiap masyarakat, kita bisa menemukan segala macam sikap atau perilaku manusia yang salah, dan karena hal itu dilakukan oleh begitu banyak orang, maka itu dianggap sebagai kelemahan manusia yang umum terjadi. “Ahh...maklum saja, namanya juga manusia.” Orang menganggap bahwa itu adalah “penyakit” manusia secara umum, dan memakluminya. Tapi Allah tidak mengizinkan umat-Nya berkompromi dengan situasi dan kondisi lingkungan. Pencemaran dosa memang sudah terjadi dan mewarnai relasi antar sesama, tapi itu tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak hidup secara benar. Lingkungan dan pola tingkah dalam masyarakat yang buruk justru harus dilihat sebagai kesempatan untuk melakukan yang baik dan menjadi contoh nyata bagi orang yang lainnya. Prinsip inilah yang seharusnya kita tangkap hari ini; bahwa sebagai Gereja kita dibekali dengan berbagai pengajaran, supaya kita dapat menjadi contoh bagi dunia; bagaimana seharusnya berelasi dengan sesama secara benar. STUDI PRIBADI: 1. Untuk tujuan apa Allah memberikan aturan-aturan moral bagi bangsa Israel? 2. Bagaimana seharusnya sikap kita di tengah masyarakat bukan non-Kristen? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama. Doakan agar mereka dapat menjadi kesaksian dalam kehidupan mereka.
31 SABTU
JANUARI 2015
“Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.” (Keluaran 25:8)
Bacaan hari ini: Keluaran 25:1-9 Bacaan setahun: Keluaran 25-26
TENTANG PERSEMBAHAN UNTUK KEMAH SUCI
K
ehadiran sebuah kemah yang dibuat secara khusus di antara kemah-kemah orang Israel, bukan cuma sekadar membuat sebuah kemah yang lebih besar yang berbentuk khusus, tapi menyiratkan makna teologis yang sangat penting, yaitu bahwa TUHAN hadir di tengah umat-Nya, menyertai mereka. Setiap bangsa dan suku, mempunyai tempat ibadah yang dibangun secara khusus di tempat tertentu dan pada waktuwaktu tertentu; orang datang ke tempat itu untuk beribadah kepada ilah yang mereka sembah. Bangsa Israel sedang dalam perjalanan menuju masa depan yang baru di negeri perjanjian, mereka harus terus bergerak maju. TUHAN menyatakan bahwa Dia akan hadir di tengah mereka, diam di tengah-tengah mereka. Ini merupakan suatu konsep ibadah yang sejati; bahwa kini mereka hidup dekat dengan Allah dalam interaksi yang dinamis. Untuk membuat kemah seperti itu, TUHAN menetapkan peraturan pembuatan bagi tempat kediaman-Nya, sampai bagian yang paling detail. Untuk mengerjakan semua itu, umat dipungut persembahan khusus; persembahan yang dikhususkan untuk Dia. Tidak dituntut kepada semua orang bahwa mereka harus memberikan jumlah tertentu, tapi mereka yang terdorong hatinya harus memberikan apa yang terbaik, yang ada pada diri mereka. Mereka merasa sudah diberkati lebih, dan mengerti apa makna dari persembahan untuk membuat sebuah tempat di mana Allah akan hadir menyertai kehidupan mereka. Makna ini terlalu besar. Allah tidak langsung membawa mereka ke suatu tempat yang permanen, tapi menyertai mereka berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, agar mereka menangkap arti pernyertaan Allah ini. Ini merupakan pengalaman baru dalam relasi manusia dengan Allah. Belum pernah ada di dalam kehidupan bangsabangsa, konsep relasi yang sedekat itu. Inilah contoh bagi mereka. Karena itu, TUHAN menuntut persembahan yang terbaik dari mereka, supaya mereka membuat sebuah kemah yang lain dari pada yang biasa. Sebuah kemah yang besar dan megah, yang terbuat dari bahan-bahan yang terbaik menurut ketetapan-Nya. STUDI PRIBADI: 1. Apa tujuan Allah memerintahkan bangsa Israel membuat kemah bagi diri-Nya? 2. Bagaimana wujud kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan kita? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan berjalan di dalam kebenaran firman-Nya, sehingga kehidupan mereka menyatakan kebaikan Tuhan.
Catatan...
“Engkau ini harus berbalik kepada Allahmu, peliharalah kasih setia dan hukum, dan nantikanlah Allahmu senantiasa.” (Hosea 12:7)
© Dan Anderson