PERSEDIAAN (Prosedur Taksiran) Materi 5 METODE LABA KOTOR Merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk menentukan taksiran nilai persediaan tanpa dilakukannya perhitungan fisik persediaan (stock opname) dan untuk menguji ketelitian data akuntansi apabila sistem permanen digunakan. Metode ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa dalam jangka pendek tingkat laba kotor dari penjualan akan relatif sama. Metode Laba Kotor Digunakan untuk menaksir besarnya jumlah atau nilai persediaan akhir periode dalam hal-hal sbb : 1. Sebagai Salah satu cara menguji ketelitian catatan akuntansi Contoh : Dari catatan pembukuan yang diperiksa, diperoleh informasi yang berhubungan dengan persediaan sbb : Persediaan awal (1 Januari) Rp 75.000,Pembelian 705.000,Penjualan 930.000,Atas dasar tingkat laba kotor sebesar 25 % dari hasil penjualan, seperti kebijaksanaan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir ini, maka besarnya nilai persediaan akhir (31 Desember) dapat ditentukan sbb : Persediaan Awal Rp 75.000,Pembelian 705.000,Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 780.000,Hasil Penjualan Laba Kotor Taksiran Harga Pokok Penjualan Persediaan Akhir (Taksiran)
Rp 930.000,232.500,Rp 697.500,Rp 82.500,-
2. Menaksir besarnya kerugian atas persediaan sebagai akibat terjadinya musibah (kebakaran, bencana alam, pencurian) Contoh : Pada tanggal 10/11/2000 Gudang sebuah perusahaan terbakar. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan persediaan yang berhasil dikumpulkan dari awal bulan s.d kebakaran terjadi : Persediaan 1 November 2000 Rp 1.000.000,Pembelian Bersih 7.500.000,Penjualan Bersih 8.000.000,Perusahaan menetapkan Laba Kotor sebesar 25 % dari Penjualan . Barang yang masih ada setelah kebakaran diperkirakan dapat dijual dengan harga Rp 500.000,Berdasarkan informasi di atas maka dapat dihitung (ditaksir) nilai persediaan yang terbakar sbb : Persediaan 1 November 2000 Rp 1.000.000,Pembelian Bersih 7.500.000,Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 8.500.000,Harga Pokok Penjualan 6.000.000,Persediaan Akhir Rp 2.500.000,Akuntansi Keuangan 1 B – Materi 5 Halaman 1
Persediaan yang masih ada Persediaan yang terbakar Rp Apabila perusahaan menetapkan laba kotor persediaan yang terbakar dihitung sbb : Persediaan 1 November 2000 Rp Pembelian Bersih Barang Tersedia Untuk Dijual Rp Harga Pokok Penjualan Persediaan Akhir Rp Persediaan yang masih ada Persediaan yang terbakar Rp
375.000,2.125.000,sebesar 25 % dari Harga Pokok Penjualan, maka nilai 1.000.000,7.500.000,8.500.000,6.400.000,2.100.000,400.000,1.700.000,-
METODE HARGA JUAL ECERAN Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan retail dan department store, yang memperjualbelikan banyak jenis barang dengan frekuensi perputaran barang yang relatif tinggi. Alasan digunakannya metode harga jual eceran : 1. Banyaknya jenis barang dengan tingkat perputainggi menyebabkan tidak dimungkinkannya penggunaan sistem permanen (perpetual) maupun sistem fisik (lazimnya stock opname dilakukan sekali, yaitu pada setiap akhir tahun) 2. Penggunaan harga jual sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen. Tujuan penggunaan Metode Harga Jual Eceran : 1. Untuk menentukan nilai persediaan dalam rangka penyusunan laporan keuangan jangka pendek, di mana tidak dimungkinkan untuk melakukan stock opname. 2. Sebagai alat untuk menentukan harga pokok (taksiran) dari kuantitas barang yang ada di gudang (harga pokok persediaan akhir) 3. Sebagai pengawasan terhadap aktivitas pembelian, penjualan, dan mendeteksi adanya kemungkinan terjadinya manipulasi persediaan. Prosedur Penentuan Nilai Persediaan Pada Metode Harga Jual Eceran, pembukuan yang berhubungan dengan barang dagangan diselenggarakan dan dinyatakan dalam dua macam harga, yaitu Harga Pokok dan Harga Jual Eceran. Tahap-tahap penentuan persediaan dengan metode harga jual eceran : 1. Penentuan besarnya barang tersedia untuk dijual dengan harga pokok dan harga jual eceran 2. Penentuan Cost Ratio 3. Penentuan besarnya Penjualan bersih 4. Penentuan nilai persediaan akhir menurut harga jual eceran 5. Penentuan taksiran harga pokok persediaan akhir Contoh : Persediaan Awal Pembelian Penjualan
HARGA POKOK 500.000,11.250.000,-
HARGA JUAL ECERAN 625.000,14.062.500,13.750.000,-
Sesuai dengan prosedur penentuan persediaan dengan metode harga jual eceran, maka besarnya persediaan akhir ditentukan sebagai berikut : Akuntansi Keuangan 1 B – Materi 5 Halaman 2
Tahap
(1) (2) (3) (4) (5)
Keterangan Persediaan awal Pembelian Barang Tersedia Untuk Dijual Cost Ratio (11.750.000 / 14.687.500) x 100% = 80 % Penjualan Persediaan Akhir menurut Harga Jual Eceran Persediaan Akhir menurut Harga Pokok 80 % x Rp 937.500,Harga Pokok Penjualan (Taksiran)
Harga Jual Eceran Rp 625.000,14.062.500,Rp 14.687.500,-
Harga Pokok Rp 500.000,11.250.000,Rp 11.750.000,-
13.750.000,Rp 937.500,-
750.000,Rp 11.000.000,-
Akuntansi Terhadap Metode Harga Jual Eceran Pada dasarnya pencatatan data persediaan pada metode harga jual eceran menggunakan sistem fisik. Pencatatan persediaan yang diselenggarakan harus mampu menyediakan informasi sbb : 1. Persediaan awal (jika ada) baik menurut harga pokok maupun harga jual eceran. 2. Pembelian untuk periode ybs, masing-masing berdasar harga pokok dan harga jual eceran. 3. Penyesuaian atau perubahan harga jual yang terjadi dalam periode yang bersangkutan. a. Harga Jual Mula-mula (Original Sales Price), yaitu harga jual per satuan barang yang ditentukan untuk pertama kalinya. b. Mark-up, yaitu selisih antara harga jual semula dengan harga pokoknya. c. Additional Mark-up, yaitu kenaikan harga jual di atas harga jual mula-mula. d. Pembatalan Mark-up, yaitu penurunan harga jual dari harga jual yang telah naik sampai dengan harga jual semula. e. Mark-down, yaitu penurunan harga jual dari harga jual semula. f. Pembatalan Mark-down, yaitu kenaikan harga jual dari harga yang telah turun sampai dengan harga jual semula. 4. Informasi hasil penjualan Contoh : Berikut ini adalah data pembelian, penjualan, dan perubahan harga jual eceran yang terjadi pada suatu department store untuk periode bulan agustus 2001. AGUSTUS 1 2-5 6 7 – 10 11 11- 15 16 17 – 20 21 22 - 27
KETERANGAN Dibeli 1.000 unit barang dengan harga @ RP 800,- HJE Rp 1.000,- per unit Penjualan 300 unit HJE dinaikkan menjadi Rp 1.100,- per unit Penjualan 250 unit Dibeli 250 unit barang @ Rp 725,- HJE diturunkan menjadi Rp 950,- per unit Penjualan 400 unit Dibeli 250 unit barang @ Rp 700,- HJE diturunkan menjadi Rp 925,- per unit Penjualan 275 unit Dibeli 250 unit barang @ Rp 775,- HJE dinaikkan menjadi Rp 1.025,- per unit Penjualan 225 unit
Akuntansi Keuangan 1 B – Materi 5 Halaman 3
Penilaian Berdasar Harga Pokok 1. Metode Harga Pokok FIFO / MPKP Cost Ratio dihitung tanpa Persediaan Awal BTUD (HP) – Persediaan Awal (HP) Cost Ratio = ---------------------------------------------- x 100 % BTUD (HJE) – Persediaan Awal (HJE) 2. Metode Harga Pokok Rata-rata Cost Ratio dihitung dengan mengikut sertakan Persediaan Awal BTUD (HP) Cost Ratio = ------------------ x 100 % BTUD (HJE) Penilaian Berdasar LOCOM 1. FIFO / MPKP Cost Ratio dihitung tanpa mengikut sertakan Persediaan Awal dan penurunan harga jual netto. BTUD (HP) – Persediaan Awal (HP) Cost Ratio = ------------------------------------------------------------------------------- x 100 % BTUD (HJE) – Penurunan Harga Jual Netto – Persediaan Awal (HJE) 2. Rata-rata Cost Ratio dihitung dengan mengikut sertakan Persediaan Awal dan tanpa penurunan Harga Jual netto. BTUD (HP) Cost Ratio = --------------------------------------------------- x 100 % BTUD (HJE) – Penurunan Harga Jual netto
SOAL LATIHAN
Gudang sebuah perusahaan berikut sebagian besar barang dagangan yang ada di dalamnya terbakar. Dari catatan pembukuan yang ada dapat dikumpulkan informasi yang berhubungan dengan persediaan itu sebagai berikut : Persediaan (berdasar stock opname sebelum kebakaran) Rp 250.000, Pembelian (dari stock opname sampai kebakaran terjadi) 1.287.500, Retur Pembelian 37.500, Hasil Penjualan (dari stock opname sampai kebakaran terjadi) 1.575.000, Retur Penjualan 75.000,Dari perhitungan phisik yang dilakukan setelah terjadinya kebakaran dapat diketahui adanya sejumlah kecil barang-barang yang terdiri dari : Barang-barang yang tidak rusak sebesar harga jual Rp 25.000, Barang-barang yang cacat akibat kebakaran sebesar harga jual Rp 15.000,- tetapi diperkirakan akan laku dijual dengan harga Rp 5.000,Dari data tersebut di atas, diminta untuk menghitung taksiran kerugian akibat kebakaran apabila : a. Laba Kotor ditetapkan sebesar 20 % dari harga jual (Penjualan). b. Laba Kotor ditetapkan sebesar 20 % dari Harga Pokok Penjualan.
Akuntansi Keuangan 1 B – Materi 5 Halaman 4
Berikut ini adalah data Pembelian, Persediaan, dan Penjualan barang di suatu perusahaan pada bulan September 2001. TANGGAL KETERANGAN 1 Pembelian 1.000 unit @ Rp 1.000,- HJE Rp 1.300 per unit. 2 Penjualan 400 unit 5 Harga Jual Eceran dinaikkan menjadi Rp 1.350,- per unit 6-8 Penjualan 200 unit 9 Pembelian 800 unit @ Rp 950,- HJE diturunkan menjadi Rp 1.200,- per unit 10 - 14 Penjualan 500 unit 20 Pembelian 600 unit @ Rp 950,- HJE dinaikkan menjadi Rp 1.250,- per unit 21 - 25 Penjualan 500 unit 26 Pembelian 600 unit @ Rp 1.100,- HJE dinaikkan menjadi Rp 1.400,- per unit 27 - 30 Penjualan 500 unit Dari informasi tersebut di atas, diminta untuk menghitung : a. Jumlah Pembelian b. Jumlah Penjualan c. Kenaikan harga jual d. Pembatalan kenaikan harga jual e. Penurunan harga jual f. Pembatalan penurunan harga jual g. Harga Pokok Penjualan dan Nilai Persediaan Akhir apabila digunakan : - Harga Pokok FIFO / MPKP - Harga Pokok Rata-rata - LOCOM – FIFO - LOCOM Rata-rata
=======================ooo301001ooo=====================
Akuntansi Keuangan 1 B – Materi 5 Halaman 5