ORGANISASI DAN SISTEM INFORMASI PADA TIM MANAJEMEN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh : Fahrizal Halomoan, S.Sos. Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERPUSTAKAAN DAN SISTEM INFORMASI 2008 Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan YME, penulis
telah
selesai menyusun makalah yang berjudul “MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF
DAN
BERETIKA
PUSTAKAWAN
UNTUK
MEMBERDAYAKAN
PERPUSTAKAAN”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis dalam bidang ilmu komunikasi, dan diharapkan juga dapat mengaplikasikannya dalam praktek tugas pelayanan sehari-hari di Perpustakaan tempat bekerja penulis. Bagaimanapun usaha yang telah penulis lakukan tentu saja yang menentukan sempurna, baik tidaknya, kualitas makalah ini adalah para pembaca yang budiman. Untuk itu dengan hati yang tulus, kami siap menerima kritik dan saran dari pembaca,
sebagai pedoman penulis
untuk memperbaiki tingkat keterampilan dan wawasan penulis dalam tugas penulisan makalah lainnya. Terima kasih. Medan, Oktober 2008 Penyusun,
Fahrizal Halomoan, S.Sos.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Komunikasi
3
B. Etika Berkomunikasi
4
C. Kemampuan Berkomunikasi dan Keterampilan
10
Profesi Pustakawan D. Pentingnya Keterampilan bahasa asing
11
Dalam berkomunikasi E. Kode Etik Pustakawan Indonesia
13
BAB III PENUTUP
17
RUJUKAN
18
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF DAN BERETIKA PUSTAKAWAN UNTUK MEMBERDAYAKAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Oleh : Fahrizal Halomoan, S.Sos. Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan USU BAB I
PENDAHULUAN Dalam dunia Perpustakaan pada intinya ada dua pihak yang senantiasa
terlibat
dalam
melakukan
komunikasi.
Pihak
I
adalah
pustakawan sebagai pengelola sumberdaya informasi, termasuk tugas pelayanan.
Pihak
II
adalah
kelompok
pengguna
(users)
yang
membutuhkan isi kandungan informasi yang dimiliki Perpustakaan guna menunjang tugas keilmiahannya. Hubungan yang saling terkait
ini akan
dapat mencapai tujuannya dengan baik jika masing-masing pihak merasa mendapatkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupannya melalui proses komunikasi antara pustakawan dengan pengguna. Di satu sisi pustakawan merasa berhasil dalam tugas keprofesiannya karena dari keterlibatan komunikasinya menghasilkan sesuatu yang dapat memuaskan orang lain. Pada sisi lainnya pihak pengguna merasa terpenuhi kebutuhannya karena dari proses kominikasi dengan pustakawan dia memperoleh apa yang dibutuhkannya dalam menunjang pengetahuannya. Perlu digaris bawahi bahwa pengetahuan itu adalah merupakan kebutuhan yang hakiki setiap manusia. Manusia yang akan ditonjolkan dalam tulisan
ini terutama
kelompok pengguna Perpustakaan.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Perpustakaan
Nasional
Republik
Indonesia
sebagai
lembaga
penyedia informasi perlu diberdayakan untuk dapat memberikan kepuasan bagi
setiap
orang
yang
menggunakannya.
Berdayagunanya
Perpustakaan Nasional RI dapat juga ditentukan oleh tingkat kemampuan sumberdaya manusianya. Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki para pustakawannya adalah cara berkomunikasi yang baik dan beretika, yang tujuannya untuk memberi kepuasan bagi pengguna perpustakan. Tulisan ini mencoba sedikit menawarkan gagasan bagi para pustakawan untuk memperbaiki prilaku berkomunikasi dengan penggunanya yang selama ini sering dicap sebagai orang yang bertempramen kasar, bengis, sombong, cuek, dan lain-lain.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Komunikasi Setiap orang tidak ada yang tidak pernah terlibat dalam melakukan komunikasi. Orang yang cacat sekalipun tetap membutuhkan komunikasi sebagai
cara
menyampaikan
dan menerima pesan
kendati
dengan
menggunakan metode bahasa isyarat sekalipun. Yang terpenting dari sistem komunikasi dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna atau komukasi yang sama-sama dapat dimengerti oleh pihak komunikator dan komunikan. Effendy, Onong Uchjana (2005) mengatakan, istilah komunikasi atau dalam
bahasa
Inggiris
commnunication
berasal
dari
kata
Latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Dari sisi lain Hendra (2001-2006) mengatakan, komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan. Dalam lingkungan Perpustakaan sering terlihat ada kesenjangan antara pustakawan dengan pengguna berkaitan dengan istilah kesamaan makna ini.
Seorang pengguna misalnya, dengan bahasa atau kosa kata
ilmiahnya datang minta bantu pustakawan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya, bisa jadi tidak terpenuhi karena ketidak mampuan pustakawan melakukan strategi komunikasi sebagai langkah awal untuk menganalisis subjek yang dipertanyakan/diminta pengguna tersebut. Artinya kegagalan itu terletak
pada ketidak mampuan seorang
pustakawan dalam menangkap makna dari istilah yang dipercakapkan seorang
pengguna.
Hal
ini
makin
dipersulit
dengan
tingkah
laku
pustakawan tersebut yang terkesan sombong dalam melayani pertanyaan tersebut.
B. Etika Berkomunikasi Banyak
fungsi
dan
tujuan
yang
ingin
dicapai
dalam
rangka
peyelenggaraan Perpustakaan, yang pada akhirnya agar perpustakaan dapat berdaya guna dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Untuk menuju ke arah tersebut seperti
pustakawan
keprofesionalannya. dibidangnya
perlu Selain
pustakawan
sumberdaya yang dimiliki perpustakaan
memiliki
beberapa
memiliki juga
hal
wawasan
dituntut
yang dan
memiliki
menunjang ketrampilan keterampilan
berkomunikasi yang baik dan beretika. Soal etika ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam melaksanakan komunikasi terutama dalam komunikasi lisan.
Pengaruh
etika
ini
merupakan
salah
satu
strategi
dalam
memberhasilkan tujuan komunikasi. Ada beberapa kebiasaan dalam Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
praktek sehari-hari produk-produk komunikasi yang cenderung kurang atau tidak beretika dikalangan pustakawan. Umumnya ketika menjawab permintaan bantuan pengguna untuk mencari bahan pustaka yang dibutuhkannya kepada pustakawan, Contohnya seperti kalimat-kalimat berikut ini : 1. “Ngapain kamu modar-mandir di situ” 2. “Tidak ada” 3. “Silakan kamu cari sendiri di rak” 4. “Jangan suka-sukamu saja membongkar buku itu, saya udah capek menyusunnya” 5. “Saya tidak tahu” 6. “Tanya aja kesana” dan barangkali banyak kalimat-kalimat lain yang dapat
mempengaruhi
ketidak
simpatian
pengguna
kepada
Perpustakaan yang dikunjunginya. Jika dianalisis dari contoh-contoh kalimat di atas, pustakawan akan menjadi seorang komunikator yang berhasil jika kalimat-kalimat tersebut diperhalus menjadi : 1. “Ma’af …… apa ada yang perlu saya Bantu?” 2. “Maaf ….. bukunya barangkali pas lagi dibaca orang lain, mungkin untuk sementara buku ini bisa dibaca, karena judulnya sama biarpun pengarangnya lain” 3. “Terima kasih, saya bisa Bantu Anda cari buku itu di rak, namun sebelumnya sebaiknya kita telusur dulu di OPAC, nanti di temukan call numbernya untuk mengetahui posisi buku itu di rak, sehingga Anda mudah menemukannya”
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
4. Ma’af ….. kalau Anda bersedia saya mau bantu Anda cara mencari datanya di OPAC, nanti Anda lebih mudah menemukannya di rak ini, dan tidak perlu seluruhnya di bongkar, OK?’ 5. “OK, silakan sabar menunggu saya mau coba akses melalui 6. internet” 7. “Ma’af ….. barangkali Anda dapat menanyakannya ke sana karena mereka lebih menguasai cara untuk mencari informasi yang Anda butuhkan itu”
Bagaimana seorang pustakawan berkomunikasi dengan efektif sehingga pesan yang disampaikan bisa menggambarkan sikap dan etika keprofesian pustakawan selanjutnya bisa diterima dengan baik oleh si penerima pesan. Agar komunikasi bisa menjadi efektif selanjutnya Effendy, Onong Uchjana (2005) yang mengutip Wilbur Schramm menjelaskan unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman seperti gambar berikut :
Gambar komunikator
tersebut harus
menjelaskan bertautan
bahwa
dengan
proses
proses
komunikan. Bagi seorang pustakawan pengalaman
(Field
mengkomunikasikan
Experience) kemampuannya
penyandian
oleh
pengawasandian
oleh
mestinya punya bidang
yang dalam
luas,
sebagai
membantu
cara
pengguna
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Perpustakaan yang merupakan kelompok intelektual yang diduga memiliki bidang pengalaman yang luas juga, tetapi harapan untuk memperoleh nilai kepuasan dari informasi yang dibutuhkannya melalui bantuan pustakawan merupakan tujuan dari proses komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Selain efektif, proses komunikasi antara pustakawan dan pengguna Perpustakaan mestinya diwarnai dengan nilai-nilai moral (beretika) dan religi, baik dari teknik berbicara maupun perilaku raga. Murniaty (2006) mengatakan, Perpustakaan dan komunikasi jika tidak kondusif bagaikan makan sayur tanpa garam tentu rasanya hambar. Untuk menunjang keberhasilan suatu perpustakaan maka pustakawannya membutuhkan
teknik
berkomunikasi
yang
baik
dan
mengikuti
perkembangan zaman. Selanjutnya Murniaty mengatakan, pustakawan yang professional dituntut untuk dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
baik,
ramah,
sopan
santun
dan
menguasai
cakupan
ilmu
pengetahuan dan dapat memahami kebutuhan pengguna Untuk dapat memahami kebutuhan pengguna ini dalam sistem kelola perpustakaan ada unit kegiatan tertentu yang disebut bagian Refrens
yang
bisa
difungsikan
untuk
menciptakan
jalur
dialogis
(komunikasi) dengan pengguna untuk menemukan pemahaman langkah apa yang harus ditempuh pustakawan dalam menuhi kebutuhan pengguna
Pendit, Putu Laxman kelahirannya,
(2006), mengungkapkan, Sejak awal
kepustakawanan
tidak
hanya
menekankan
sisi
“mencatat dan menyimpan”, sebab sisi ini hanya membuat sebuah perpustakaan mudah diakses. Sejak awal, perpustakaan sudah mengembangkan fungsi rujukan (reference) yang pada dasarnya Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
merupakan informasi
upaya dan
menyiptakan
penyedia
jalur
informasi.
dialogis
Bahkan
antara
sejak
pencari
awal
pula
perpustakaan sudah menyediakan ruang untuk publik secara bebas bertemu, baik bertemu dengan buku maupun bertemu dengan sesama anggota publik. Berikut
ini
ditawarkan
beberapa
hal
mengenai
Bagaimana
berkomunikasi dengan efektif, yaitu : 1.
Sebelum
Anda
menyampaikan
pesan,
Berpikirlah!
Mengapa harus berpikir? Karena kecepatan manusia berbicara lebih cepat lima kali dari kecepatannya berpikir. Sehingga sering perkataan manusia membuat orang tersinggung, kecewa, depresi dan berbagai bentuk perasaan lainnya. Oleh karena itu kita harus berpikir terlebih dahulu, sebelum berbicara. 2. Tahu apa yang dikatakan Anda harus mengetahui apa yang akan dikatakan dan mengapa mengatakannya, sebelum benar-benar mengatakannya. 3. Situasi Sesuaikanlah apa yang kita akan katakan dengan situasi yang kita hadapi. Oleh karena itu sebelum kita berkomunikasi, sebaiknya kita mengetahui siapa yang akan di hadapi, bagaimana situasinya. Berkomunikasi dalam suatu seminar, stasiun radio, ruang terbuka, restoran, ruang tamu atau ruang kerja tidak sama. Setiap suasana akan memberikan kesan berbeda. Kita harus mempersiapkannya dengan baik. Kadang-kadang kita diminta memberi kata sambutan secara mendadak. Ini pun perlu strategi tersendiri. Hukum utama dalam komunikasi adalah
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
”Noworthwhile communication can take place until you gain the complete attention of your audience”. 4. Perhatikan Nada suara dan pilihan kata Ingatlah bahwa cara kita mengatakan sesuatu melalui nada suara dan pemilihan kata, benar-benar mempunyai makna yang sama seperti hal yang ingin kita sampaikan. Jangan ada maksud tersembunyi di baliknya. Nada yang lembut untuk keakraban atau nada yang keras untuk memberi perintah dan ketegasan perlu dipikirkan sebelumnya. Pilihan kata yang runtut dan komunikatif sangat penting, agar dapat diterima dengan baik oleh si penerima. 5. Bukan kata-kata saja, tetapi gerak tubuh dan tangan juga Kita perlu menyadari bahwa komunikasi bukan menyangkut suara yang keluar dari mulut saja, namun tubuh kita dengan berbagai ekspresi dan gerak tangan juga melakukan komunikasi. Kebanyakan gerakan yang tidak diperlukan akan mengganggu proses komunikasi. Menatap mata dengan lawan bicara adalah syarat mutlak dalam berkomunikasi. 6. Kebutuhan pendengar Kalau kita berkomunkasi kita perlu menyadari akan kebutuhan pendengar,sehingga pesan kita lebih mudah diingat oleh mereka. 7. Dapatkanlah umpan balik Kita perlu mendapatkan umpan balik dari pendengar untuk meyakini diri kita bahwa pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan diterima. Umpan balik ini penting untuk melakukan penegasan dalam komunikasi. Kita perlu memancing pendengar atau lawan bicara kita untuk memberikan umpan balik. Umpan balik yang negatif sekalipun, akan berguna untuk kita memperbaiki diri kita.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
8. Berpengaruh Jangka panjang Dalam berkomunikasi haruslah mempunyai pengaruh jangka panjang. Mungkin kita telah berhasil memberi suatu penyelesaian yang cemerlang, tetapikita perlu mengimplementasikannya. 9. Kata dan perbuatan harus sejalan Janganlah mengatakan sesuatu apabila kita tidak memaksudkannya. Kita harus mendukung kata-kata kita dengan tindakan kita, kalau tidak pesan komunikasi tidak akan sampai. 10. Menjadi pendengar yang baik Belajarlah menjadi seorang pendengar yang baik.
C. Kemampuan Berkomunikasi dan Keterampilan Profesi Pustakawan Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pengguna. Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan penggunannya. Agar dalam berkomunikasi dapat lebih impresif dengan dasar win-win solution maka perlu people skills yang handal. Menurut Ahmad (2001) yang mengutip Abernathy dkk.(1999) : …perkembangan teknologi akan lebih pervasive tetapi kemampuan tentang komputer
saja
tidaklah
cukup
untuk
mencapai
sukses.
Karena
itu
membutuhkan people skills yang kuat yaitu : a. pemecahan masalah (kreatifitas, pencair konflik) b. Etika (diplomasi, jujur, profesional) c. Terbuka (fleksibel, terbuka untuk wawasan bisnis, berpikir positif) d. “Perayu” (ketrampilan komunikasi dan mendengarkan atentif) e. Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai
kemampuan
memotivasi) Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
f. berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan). Hal ini didukung oleh Feret dan Marcinek (1999), yang mengatakan bahwa pustakawan masa depan harus sudah siap untuk mengikuti pembelajaran seumur hidup. Hal ini penting agar pustakawan mudah beradaptasi. People
skills
ini
dapat
dikembangkan
dengan
membaca,
mendengarkan kaset-kaset positif, berkenalan dengan orang positif, bergabung dengan organisasi positif lain dan kemudian diaplikasikan dalam aktivitasnya sehari-hari.
D. Pentingnya keterampilan bahasa asing dalam berkomunikasi Pustakawan sebagai pihak penyedia informasi selain beretika juga perlu meningkatkan kemampuan cara berkomunikasinya dengan memiliki pengetahuan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Dari
hasil
pengamatan
Hernandono
(2005),
terungkap
bahwa
Sebagian Pustakawan Indonesia masih lemah di dalam penguasaan bahasa asing dan teknologi informasi (TI). Salah satu syarat yang harus dimiliki Pustakawan Indonesia pada saat ini adalah kemampuan komunikasi yang ditandai kemampuan berbahasa asing dan tidak gagap teknologi,
terutama
teknologi
informasi.
Bagaimana
Pustakawan
Indonesia dapat diperhitungkan di forum regional dan internasional bila tidak menguasai bahasa asing sebagai syarat berkomunikasi ? Mereka lebih banyak menjadi pendengar yang baik dan duduk manis di pertemuan regional dan internasional. Pengalaman sejauh ini juga memperlihatkan, bahwa berbagai situs jaringan informasi sebagai salah satu wadah komunikasi maya atau virtual, belum dimanfaatkan secara optimal
oleh
Pustakawan
Indonesia.
Tanpa
ada
kemampuan
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
berkomunikasi secara profesional, baik secara langsung berupa
dialog
tatap-muka maupun melalui sarana maya (virtual), terjadi kebuntuan kepustakawanan
Indonesia
dengan
rekan-rekan
seprofesi
mancanegara. Kemampuan berbahasa asing ini minimal bersifat fassif, sebab minimal pustakawan mampu menunjukkan sumber-sumber literature yang dibutuhkan pengguna pada saat mencarinya di perpustakaan, karena
sumber-sumber
litertur
yang
dimiliki
Perpustakaan
pada
terutama Perpustakaan perguruan tinggi lebih banyak berbasis bahasa asing, terutama bahasa Inggiris. Ketrampilan ini juga bisa dijadikan sebagai wadah terutama bagi pustakawan refrens sebagai pendamping pengetahuan
dalam
teknik
berkomunikasi
dengan
pengguna
perpustakaan. Teknik berkomunikasi dalam prakteknya ada yang dikenal dengan istilah “Sense Making”. Hasugian,
Jonner
(2006),
mengatakan,
sense-making
telah
digunakan sebagai landasan inovasi praktis dalam bidang Pusdokinfo dengan
Neutral
Questioning
Infosheet,
dan
Good
Newspaper.
Selanjutnya hasugian mengatakan, Neutral Questioning merupakan teknik berkomunikasi bagi pustakawan rujukan (referens) atau pemberi layanan jasa informasi. Teknik ini berdasarkan pada premis dasar Sense-Making, yaitu bahwa Sense-Making (pengguna dan penciptaan informasi) adalah situasional, bahwa individu berjalan melintasi ruang dan waktu serta usaha individu untuk menjembatani kesenjangan dan Making-Sense merupakan suatu pola universal. Pertanyaan-pertanyaan dalam neutral questioning terlepas dari isi, tetapi kontekstual dengan perjalanan informasi melintasi ruang dan waktu.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
E. Kode Etik Pustakawan Indonesia Pada bagian akhir tulisan ini penulis sengaja mencantumkan secara utuh tentang Kode Etik Pustakawan Indonesia, yang merupakan pedoman bagi pustakawan untuk mengikuti langkah-langkah aturan yang beretika dalam menjalankan profesinya, yang diharapkan juga berdampak pada upaya memberdayakan fungsi dan tugas Perpustakaan di Indonesia. Berikut adalah isi dari kode etik tersebut : Pustakawan adalah seorang yang berkarya
secara
profesional
dibidang perpustakaan dan dokumentasi, yang sadar pentingnya sosialisasi profesi Pustakawan kepada masyarakat luas, dan perlu menyusun
etika
sebagai
pedoman
kerja.
Di alam keterbukaan informasi, perlu ada kebebasan intelektual dan memperluas akses informasi bagi kepentingan masyarakat luas. Pustakawan ikut melaksanakan kelancaran arus informasi dan pemikiran sekarang
yang dan
bertanggung
yang
akan
jawab
datang.
bagi
keperluan
Pustakawan
generasi
berperan
aktif
melakukan tugas sebagai pembawa perubahan dan meningkatkan kecerdasan masyarakat untuk mengantisipasi perkembangan dan perubahan
di
masa
depan.
Prinsip yang tertuang dalam Kode Etik ini merupakan kaidah umum Pustakawan Indonesia.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB I KEWAJIBAN PUSTAKAWAN 1. Kewajiban
Kepada
Bangsa
dan
Negara
Pustakawan menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian dan
tanggung jawab kepada
instansi tempat
bekerja, Bangsa dan Negara
2.
Kewajiban Kepada Masyarakat a. Pustakawan melaksanakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada
setiap pengguna secara cepat, tepat, dan
akurat sesuai dengan prosedur
pelayanan perpustakaan,
santun, dan tulus. b. Pustakawan melindungi kerahasian dan privasi menyangkut informasi yang
ditemui atau dicari dan bahan pustaka yang
diperiksa atau dipinjam pengguna
perpustakaan.
c. Pustakawan ikut ambil bagian dalam kegiatan yang diselenggarakan
masyarakat dan lingkungan tempat bekerja,
terutama yang berkaitan dengan
pendidikan, usaha sosial
dan kebudayaan. d. Pustakawan berusaha menciptakan citra perpustakaan yang baik di mata
masyarakat.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
3. Kewajiban Kepada Profesi a. Pustakawan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Ikatan Pustakawan Indonesia dan Kode Etik Pustakawan
Indonesia. b. Pustakawan memegang prinsip kebebasan intelektual dan menjauhkan diri dari
usaha sensor sumber bahan perpustakaan
dan informasi. c. Pustakawan menyadari dan menghormati hak milik intelektual yang berkaitan
dengan bahan perpustakaan dan informasi.
4. Kewajiban Kepada Rekan Sejawat Pustakawan memperlakukan rekan sekerja berdasarkan sikap saling menghormati, dan bersikap adil kepada rekan sejawat serta
berusaha
meningkatkan kesejahteraan mereka.
5. Kewajiban Kepada Pribadi a. Pustakawan menghindarkan diri dari menyalahgunakan fasilitas Perpustakaan
untuk kepentingan pribadi, rekan sekerja dan
pengguna tertentu. b. Pustakawan dapat memisahkan antara kepentingan pribadi dan kegiatan
profesional kepustakawanan.
c. Pustakawan berusaha meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan diri dan profesionalisme. Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II SANKSI Pustakawan yang melanggar AD/ART IPI dan Kode Etik Pustakawan Indonesia, dikenai sanksi sesuai pelanggarannya, dan dapat diajukan ke Dewan Kehormatan Ikatan Pustakawan Indonesia untuk keputusan lebih lanjut. Kode Etik ini berlaku 3 bulan setelah ditetapkan. Jakarta, September 2002 Tim B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Hernandono, Ketua Sudarto, Sekretaris Sukarman K, anggota Zultanawar, Anggota Otty Retnamiati S, Anggota Sulistyo Basuki, Anggota Idris Kamah, Anggota
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III PENUTUP
Komunikasi yang efektif dan beretika pustakawan termasuk aspek kajian perlu diperdalam secara terus menerus, oleh kalangan ilmuan dan praktisi bidang perpustakan. Hal ini merupakan salah satu langkah dan kebijakan yang dapat dilakukan untuk lebih memperkuat posisi tawar pustakawan di masa depan untuk lebih dapat dikenal keprofesionalannya sejajar dengan posisi wartawan yang sama-sama berkecimpung di bidang informasi. Posisi kepustakawanan akan lebih mudah dikenali jika dengan keprofesionalannya
mampu
secara
maksimal
memenuhi
kebutuhan
masyarakat yang dilayaninya. Keterampilan berkomunikasi yang efektif dan beretika termasuklah yang
bisa
dijadikan
sebagai
wahana
memaksimalkan
pelayanannya
kepada pencari informasi. Tentu, semakin banyak kelompok masyarakat yang merasa terpuasi dengan layanan Perpustakaan hal ini sudah merupakan tanda bahwa masyarakat.
Semakin
perpustakaan semakin berdayaguna bagi berdayagunanya
perpustakaan
semakin
menunjukkan peran perpustakaan dalam upaya mencerdaskan bangsa melalui lembaga pendidikan.
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
RUJUKAN
Achmad. 2001. PROFESIONALISME PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL. Makalah disampaikan pada : Rapat Kerja Pusat XI Ikatan Pustakawan Indonesia XI
dan Seminar Ilmiah Jakarta, 5 –7
November 2001 Effendy, Onong Uchjana, 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung Hasugian, Jonner. 2006. Kajian Pemakai (User Study). Bahan Kuliah untuk Mata Kuliah Kajian Informasi. Hendra. 2000-2006. Komunikasi. http://www.siutao.com Hernandono, 2005. Meretas Kebuntuan Kepustakawanan Indonesia Dilihat Dari Sisi Sumber Daya Tenaga Perpustakaan. Orasi Ilmiah dan Pengukuhan Pustakawan Utama Tahun 2005 Ikatan Pustakawan Indonesia. 2006. Kode Etik • Organisasi & Anggota. design web:Priyo Sularso Gunakan Resolusi: A ( Indonesian Librarian). ipi.pnri.go.id/ Keterampilan: Cara berkomunikasi (tatap muka) secara efektif. Internet
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Murniaty. 2006. Membangun Image Pustakawan melalui Keterampilan berkomunikasi. http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Dow nloads&file=index&req=viewsdownload&sid=57&min=10&orde rby=titleA&show=10 Pendit, Putu Luxman. 2006. Kepustakawanan dan kebebasan memperoleh informasi – dari informing menuju involving. http://www.petra.ac.id/library/foi/paper/Kepustakawanan%20 dan%20kebebasan%20memperoleh%20informasi.doc Seni Berkomunikasi yang Baik. 2001. NOVA TERBARU No. 967 Thn. XVIII. http://www.petra.ac.id/library/foi/paper/Kepustakawanan%20 dan%20kebebasan%20memperoleh%20informasi.doc
Setiarso, Bambang, 2003. PERPUSTAKAAN KHUSUS dan HAK MEMPEROLEH INFORMASI. Makalah yang disampaikan pada Seminar Sehari : “Kewenangan Perpustakaan Khusus dalam Menjamin Hak Memperoleh Informasi”, di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jakarta 9 Juli 2003: 10 hal. Sudana, I Wayan , 2 0 0 5 . Lemahnya etika pelayanan publik. KKN-WATCH
Fahrizal Halomoan : Organisasi Dan Sistem Informasi Pada Tim Manajemen Koleksi Perpustakaan dan Sistem Informasi…, 2008 USU e-Repository © 2008