OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN.
OLEH : MIADAH F14102075
2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Miadah. F14102075. Optimasi Pemanfaatan Air Baku dengan Menggunakan Linear Programming (LP) di Daerah Aliran Sungai Cidanau, Banten. Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T. 2006. RINGAKASAN Air merupakan sumberdaya alam terbaharui, tetapi ketersediaannya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya dalam artian lokasi, jumlah, waktu dan mutu. Jumlah kebutuhan akan air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri dan pertanian selalu meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan juga karena peningkatan taraf hidup akibat pembangunan. Sebaliknya, potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan waktu. Keadaan ini sering mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan pada tempat dan waktu tertentu. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air yang terbatas sedangkan kebutuhan masyarakat akan air semakin meningkat adalah pengelolaan DAS dengan metode linear programming/LP yang dapat mendistribusikan air secara optimum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan model matematik dalam mengoptimalkan sumberdaya air untuk keperluan domestik, industri dan pertanian agar diperoleh keuntungan yang maksimum. Tujuan khusus penelitian ini adalah menentukan alokasi optimum sumberdaya air dengan menggunakan Linear Programming (LP) di DAS Cidanau, Banten untuk keperluan domestik, industri dan pertanian. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : data jumlah penduduk DAS Cidanau, data jumlah industri, data iklim yang meliputi : curah hujan, kelembaban udara, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dan suhu udara rata-rata. Optimasi yang dilakukan meliputi dua tahap, tahap pertama adalah optimasi alokasi air DAS Cidanau. Data yang dibutuhkan dalam optimasi ini adalah jumlah penduduk, jumlah industri dan debit sungai Cidanau. Hasil optimasi yang diharapkan berupa luas lahan optimum yang dapat diairi oleh sungai Cidanau setelah debit airnya dikurangi kebutuhan untuk domestik dan industri. Industri yang dimasukkan dalam optimasi ini adalah industri kecil dengan kebutuhan air 0.58 l/det (Purwanto, 1995). Debit yang dimasukkan dalam optimasi ini adalah debit sungai Cidanau setelah dikurangi dengan kebutuhan air untuk PT. KTI sebesar 1500 l/det. PT. KTI menjadi prioritas utama karena perusahaan ini mengambil air baku dari sungai Cidanau untuk bahan bakunya dan ikut membayar jasa lingkungan. Kebutuhan untuk domestik dalam penelitian ini adalah 0.0003 l/det, dan kebutuhan pertanian rata-rata adalah 0.26 l/det. Berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan ternyata luas lahan (sawah) yang dapat diairi hanya 90.3 % dari luas sawah irigasi, yaitu 4689.29 ha. Sehingga sisa lahan yang tidak dapat diairi hanya bisa mengandalkan air hujan untuk pertumbuhannya. Hasil akhir dari optimasi ini adalah debit optimum untuk masing-masing kebutuhan. Debit optimum untuk domestik sebesar 16.50 l/det untuk mensuplai kebutuhan penduduk yang berjumlah 47519 jiwa. Debit optimum untuk industri sebesar 27 l/det dengan jumlah industri 46 buah (industri kecil).
Bila ditambah dengan debit untuk PT. KTI maka total debit industri sebesar 1527 l/det, dan debit optimum pertanian dengan luas lahan 4689.29 ha adalah 1219 l/det. Debit untuk domestik dan industri merupakan debit optimum yang dapat dimanfaatkan secara langsung, sedangkan debit untuk pertanian harus disesuaikan dengan pola tanam yang diterapkan walaupun luas lahan merupakan luas optimum hasil optimasi. Tahap kedua adalah optimasi luas areal sesuai dengan pola tanam. Alternatif pola tanam yang disarankan adalah pola tanam dengan tiga kali tanam dalam setahun dan dua kali tanam dengan bera. Permulaan musim tanam diusahakan pada waktu musim hujan yaitu bulan Oktober, November dan Desember. Data yang dibutuhkan dalam optimasi ini adalah kebutuhan air tanaman dan debit optimum yang dihasilkan dari optimasi sebelumnya sebagai faktor pembatas dan luas lahan hasil optimasi sebelumnya. Hasil optimasi diperoleh tiga alternatif pola tanam yang sesuai di DAS Cidanau dan luas arealnya sebagai berikut : Pi – Pi – Pa yang ditanam pada bulan Oktober dengan luas 1562.82 ha, Pi – Pi – Pa yang ditanam pada bulan November seluas 683.73 ha, dan Pi – Pi – Be yang ditanam pada bulan Desember seluas 848.34 ha. Total luas yang dihasilkan 3094.89 ha. Luas areal optimum relatif kecil jika dibandingkan luas areal yang ada (hasil optimasi sebelumnya), hal ini disebabkan oleh sedikitnya debit air pada musim kemarau, sehingga menjadikan pembatas yang berpengaruh dalam optimasi ini. Dari luas pola tanam optimum yang terpilih dapat dihitung kebutuhan air secara keseluruhan, sehingga akan terlihat bahwa debit air yang tersedia akan lebih banyak dari debit air yang dibutuhkan. Debit untuk luas lahan 3094.89 ha adalah sebesar 805 liter/detik, sedangkan debit yang tersedia sesuai dengan optimasi pertama untuk luas lahan 4689. 29 ha adalah sebesar 1219 liter/detik. Berdasarkan grafik keseimbangan air irigasi terdapat sebagian kurva ketersediaan air dibawah kurva kebutuhan air. Untuk menanggulangi hal ini, air irigasi tidak dapat dialirkan secara terus menerus, sehingga diperlukan sistem giliran untuk dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. Pelaksanaan pola tanam diperlukan ketepatan pembagian air irigasi dan waktu tanamnya, agar air irigasi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Pada musim kemarau diperlukan tambahan suplai air untuk memenuhi kebutuhan baik domestik, industri dan pertanian. Salah satu alternatif adalah memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur bor, khususnya untuk kebutuhan air pertanian.
Kata kunci : Optimasi, DAS.
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN.
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : MIADAH F14102075
2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN
Oleh : MIADAH F14102075
Dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1983 Di Temanggung, Jawa Tengah Tanggal lulus : 7 Agustus 2006 Menyetujui Bogor, Agustus 2006
Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T. Pembimbing Akademik Mengetahui
Dr.Ir. Wawan Hermawan, MS. Ketua Departemen Teknik Pertanian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 27 Oktober 1983 dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan orang tua dengan nama ayah H. Ichsan (Alm) dan ibu bernama Sutarti. Pada tahun 1996, penulis
menyelesaikan pendidikannya di MI
Muhammaddiyah Bejen, Temanggung. Kemudiaan melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Candiroto, Temanggung dan lulus tahun 1999. Tahun 1999 penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Parakan, Temanggung dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan studi sarjananya pada tahun 2006. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi Pengurus Himateta periodde 2004-2005. Penulis melakukan kegiatan Praktek Lapangan di Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Serang Lusi Juana, Kudus-Jawa Tengah dengan topik “ Mempelajari Pengelolaan Sumberdaya Air di Waduk Gembong Pati, Jawa Tengah” Selanjutnya penulis melakukan penelitian di Institut Pertanian Bogor dengan topik “Optimasi Pemanfaatan Air Baku dengan Menggunakan Linear Programming (LP) di DAS Cidanau, Banten” di bawah bimbingan Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dan laporan skripsi ini dengan baik. Laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan penelitian yang dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau, Banten. Mulai Februari sampai dengan Maret 2006. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan kepada penulis selama ini. 2. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si. dan Dr. Ir Sukandi Sukartaatmadja, MS. selaku dosen penguji atas segala masukannya untuk kelengkapan skripsi. 3. Ibu dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan secara moril dalam penyusunan skripsi. 4. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Ai, Dudung dan Lucky, terima kasih atas kerjasamanya selama ini. 5. Teman-teman senasib seperjuangan Teknik Sipil ’39 dan Teknik Pertanian ’39, terima kasih atas bantuan dan semangatnya selama penulis melaksanakan studi, penelitian dan penyusunan skripsi. 6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu terlaksananya penelitian hingga tersusunnya laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan sebagai bahan perbaikan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi maupun semua pihak yang memerlukannya.
Bogor,
Agustus 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vi I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 A. Siklus Hidrologi .............................................................................. 3 1. Curah Hujan ............................................................................... 4 2. Evapotranspirasi ......................................................................... 7 3. Limpasan ................................................................................... 8 B. Daerah Aliran Sungai ...................................................................... 13 1. Pengertian DAS ......................................................................... 13 2. Komponen Fisik DAS ............................................................... 15 C. Kebutuhan Sumberdaya Air ............................................................ 18 1. Kebutuhan Air Penduduk.......................................................... 19 2. Kebutuhan Air Industri.............................................................. 19 3. Kebutuhan Air Pertanian ......... ................................................ 20 D. Ketersediaan Sumberdaya Air .......................................................... 24 E. Linear Programming ........................................................................ 25 1. Bentuk Umum Model Linear Programming (LP) ..................... 26 2. Asumsi Model Linear Programming (LP) ................................ 27 3. Penyelesaian Grafik Model LP ................................................. 28 4. Penyelesaian LP dengan Metode Simplek ................................ 28 III. METODE PENELITIAN .................................................................... 29 A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 29
B. Bahan dan Alat................................................................................. 29 C. Metode Penelitian ............................................................................ 29 1. Kebutuhan Air Penduduk........... ............................................... 30 2. Kebutuhan Air Industri............................................................... 31 3. Kebutuhan Air Pertanian............................................................ 31 4. Analisis Sistem dan Teknik Optimasi ....................................... 33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 40 A. Keadaan Umum Daerah .................................................................. 40 1. Lokasi Penelitian ....................................................................... 40 2. Kondisi Hodrologi ..................................................................... 41 3. Tanah ......................................................................................... 43 4. Topografi dan Bentuk Wilayah .................................................. 45 5. Penggunaan Lahan ...................................................................... 46 6. Kependudukan ........................................................................... 47 7. Industri ....................................................................................... 47 8. Pertaniain ................................................................................... 48 B. Ketersediaan Air DAS Cidanau ....................................................... 49 1. Debit DAS Cidanau ................................................................... 50 2. Manfaat Debit Cidanau .............................................................. 51 C. Satuan Kebutuhan Air ..................................................................... 52 1. Penduduk ................................................................................... 52 2. Industri ....................................................................................... 53 3. Pertanian .................................................................................... 53 D. Alokasi Debit Cidanau .................................................................... 58 1. Optimasi Kebutuhan Air ........................................................... 58 2. Optimasi Pola Tanam ................................................................ 61 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 65 A. Kesimpulan ...................................................................................... 65 B. Saran ................................................................................................. 66 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67 LAMPIRAN ................................................................................................ 70
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Nilai koefisien tanaman sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman menurut Hargreaves ...................................................... 8 Tabel 2. Kebutuhan air rumah tangga ........................................................ 19 Tabel 3. Kebutuhan air pengolahan tanah pada berbagai tekstur tanah...... 23 Tabel 4. Laju perkolasi sesuai dengan tekstur tanah .................................. 32 Tabel 5. Satuan data penelitian .................................................................. 39 Tabel 6. Data iklim Stasiun Klimatologi Serang ........................................ 43 Tabel 7. Jenis tanah dan penyebarannya di DAS Cidanau ........................ 44 Tabel 8. Kelas kelerengan DAS Cidanau ................................................... 45 Tabel 9. Penggunaan lahan DAS Cidanau ................................................. 46 Tabel 10. Evapotranspirasi potensial bulanan DAS Cidanau ..................... 55 Tabel 11. Nilai koefisien tanaman (Kc) padi untuk berbagai tahap pertumbuhan................................................................................ 55 Tabel 12. Curah hujan efektif ...................................................................
56
Tabel 13. Debit irigasi yang tersedia ......................................................... 57 Tabel 14. Debit rata-rata bulanan DAS Cidanau ........................................ 59 Tabel 15. Pola tanam hasil optimasi dengan menggunkan ABQM ............ 63
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Sikllus hidrologi ........................................................................ 3 Gambar 2. Diagram alir tahap penelitian ................................................... 38 Gambar 3. Grafik ketersediaan air di DAS Cidanau ................................... 51 Gambar 4. Grafik keseimbangan air irigasi ................................................. 63
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Peta penggunaan lahan DAS CIdanau................................... 70 Lampiran 2. Peta penggunaan lahan DAS CIdanau dan hasil optimasi .... 71 Lampiran 3. Peta administrasi DAS CIdanau............................................ 72 Lampiran 4. Temperature rata-rata daerah penelitian (° C) ..................... 73 Lampiran 5. Kelembaban udara rata-rata (%) ........................................... 74 Lampiran 6. Kecepatan angin (m/s) .......................................................... 75 Lampiran 7. Lama penyinaran matahari (%) ............................................. 74 Lampiran 8. Curah hujan rata-rata bulanan (mm/bulan) .......................... 77 Lampiran 9. Perhitungan ETo Penman-Monteith dengan menggunakan Cropwat ................................................................................. 78 Lampiran 10. Perhitungan curah hujan efektif dengan menggunakan Cropwat ................................................................................. 79 Lampiran 11. Debit rata-rata bulanan DAS Cidanau sepuluh tahun terakhir .................................................................................. 80 Lampiran 12. Kebutuhan air tanaman pada tiap pola tanam (liter/detik/ha) ........................................................................ 81 Lampiran 13. Kebutuhan air tanaman rata-rata bulanan untuk masing-masing pola tanam (liter/detik/ha) ........................... 83 Lampiran 14. Debit Cidanau yang digunakan untuk optimasi (liter/detik)... 84 Lampiran 15. Jumlah penduduk yang memanfaatkan sungai Cidanau secara langsung ...................................................................... 85 Lampiran 16. Perhitungan kebutuhan air tanaman dengan menggunakan Cropwat ................................................................................. 86 Lampiran 17. Optimasi penentuan luas lahan ............................................. 103 Lampiran 18. Optimasi pola tanam ...........................................................
107
Lampiran 19. Pola tanam terpilih ................................................................ 114
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia dimuka bumi. Tingkat pemanfaatan sumberdaya air dari waktu ke waktu semakin meningkat, baik oleh manusia maupun oleh makhluk hidup lain, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup. Tantangan dalam penyediaan air adalah bagaimana mencapai ketersediaan air baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keberadaan sumber air yang bersih dan sehat merupakan salah satu permasalahan terbesar dewasa ini. Air merupakan sumberdaya alam terbaharui, tetapi ketersediaannya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya dalam artian lokasi, jumlah, waktu dan mutu. Jumlah kebutuhan akan air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri dan pertanian selalu meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan juga karena peningkatan taraf hidup akibat pembangunan. Sebaliknya, potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan waktu. Keadaan ini sering mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan pada tempat dan waktu tertentu. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu sistem ekologis atau ekosistem, dimana didalamnya terjadi hubungan timbal balik antara makhluk hidup, khususnya manusia dengan segala aktivitasnya dan dengan lingkungannya yang lebih bersifat alami. Di sekitar wilayah Sungai Cidanau, perkembangan industri dan penduduk seperti wilayah Cilegon, Anyer, Merak, dan Bojonegara membawa dampak semakin diperlukannya sarana dan prasarana untuk mendukung perkembangannya. Kebutuhan air bersih menjadi hal yang mutlak diperlukan sehingga secara langsung akan memanfaatkan sumberdaya air yang tersedia pada kawasan tersebut. Sungai Cidanau sebagai sumber terdekat menjadi alternatif potensial untuk memenuhi kebutuhan penyediaan air bersih domestik, pertanian dan keperluan industri.
Untuk Indonesia kebutuhan dasar air menurut Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, 1990 adalah sebagai berikut untuk minum 2.5 – 5.0 liter/jiwa/hari, masak 7.5 – 10.0 liter/jiwa/hari dan untuk mencuci (bahan makanan dan lain-lain) 10.0 – 15.0 liter/jiwa/hari, sehingga total kebutuhan sehari sekitar 20.0 – 30.0 liter/jiwa/hari. Untuk menentukan kebutuhan air bersih industri, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan banyaknya pemakaian masing-masing, untuk industri besar berkisar 151 – 350 m3/hari, industri sedang berkisar 51 – 150 m3/hari, dan industri kecil berkisar 5 – 50 m3/hari (Purwanto, 1995), dan untuk pertanian ditentukan berdasarkan faktorfaktor penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air, curah hujan efektif serta efisiensi irigasi (Departemen PU, KP-01, 1986). Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air yang terbatas sedangkan kebutuhan masyarakat akan air semakin meningkat adalah pengelolaan DAS dengan metode linear programming/LP yang dapat mendistribusikan
air secara optimum. Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh optimasi pendistribusian sumberdaya air pada DAS Cidanau sehingga kebutuhan akan air dapat terpenuhi secara efektif dan efisien. B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan model matematik dalam mengoptimalkan sumberdaya air untuk keperluan domestik, industri dan pertanian agar diperoleh hasil yang optimum. Tujuan khusus penelitian ini adalah menentukan alokasi optimum sumberdaya air dengan menggunakan Linear Programming (LP) di DAS Cidanau, Banten untuk keperluan domestik, industri dan pertanian agar diperoleh keuntungan yang maksimum.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. SIKLUS HIDROLOGI Siklus hidrologi didefinisikan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1990). Sumber tenaga dari siklus ini adalah matahari. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya.
Sumber : Sosrodarsono dan Takeda 2003. Keterangan : 1. Awan dan uap air di udara 2. Hujan 3. Hujan es 4. Salju 5. Limpasan permukaan 6. Perkolasi 7. Alat ukur salju 8. Alat ukur hujan 9. Sumur pengamatan 10. Air tanah 11. Presipitasi 12. Salju yang mencair 13. Lain-lain 14. Intersepsi 15. Evaporasi hujan yang sedang jatuh
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Evapotranspirasi Transpirasi Awan dan uap air Evaporasi Evaporasi dari tanah Evaporasi dari sungaisungai dan danau-danau Evaporasi dari laut Pengamatan debit Pengamatan kualitas air pengamatan evaporasi
Gambar 1. Sikllus hidrologi. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan. Hujan yang jatuh ke bumi menyebar dengan cara dan arah yang berbedabeda. Sebagian besar dari hujan untuk sementara tertahan pada tajuk tanaman yang pada akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan yang merupakan intersepsi selama dan sesudah berlangsungnya hujan. Sebagian lagi mengalir melalui permukaan dan tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus tanah (infiltrasi dan perkolasi) menjadi air tanah (ground water). Di bawah pengaruh gravitasi, baik aliran permukaan maupun air tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah dan akhirnya mengalir ke laut. Namun, selama pengaliran sebagian besar air permukaan dan bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan transpirasi sebelum ke laut (Linsley, et al., 1990). Komponen siklus hidrologi dalam DAS berdasarkan siklus diatas terdiri dari hujan, evaporasi, intersepsi, transpirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan dan aliran bawah permukaan serta total aliran yang terjadi di sungai (outlet). 1. Curah Hujan Curah hujan adalah faktor utama yang mengendalikan daur hidrologi disuatu DAS. Terbentuknya ekologi, geografi dan tataguna lahan disuatu daerah sebagian besar ditentukan atau tergantung pada fungsi daur hidrologi, dengan demikian curah hujan merupakan kendala sekaligus kesempatan dalam usaha pengelolaan sumberdaya tanah dan air. Oleh karenanya, para perencana pengelolaan DAS diharapkan memahami bagaimana caranya melakukan analisis dan menentukan karakteristik curah hujan, melakukan pengukuran dan perhitungan-perhitungan besarnya curah hujan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Distribusi Curah Hujan Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Adapun cara-cara perhitungan curah hujan daerah dibeberapa titik adalah sebagai berikut (Sosrodarsono dan Takeda, 2003) : 1) Metode Rata-rata Aritmatik Metode ini merupakan metode yang paling sederhana, dan cocok diterapkan bila jumlah stasiun banyak dan tersebar merata. Metode ini memberikan bobot yang sama untuk tiap stasiun, yaitu dengan menjumlahkan angka pengukuran di tiap stasiun dan membaginya
dengan jumlah stasiun
penakar, seperti rumus
berikut :
P = Dimana :
∑
Pi ........................................................(1) n
P = curah hujan daerah (mm) Pi = curah hujan pada stasiun ke-i n = jumlah stasiun penakar
2) Metode Poligon Thiessen Metode ini merupakan metode yang didasarkan pada pemberian bobot bagi tiap stasiun terhadap luas daerah yang diwakili. Luas daerah tersebut ditentukan dengan menarik garisgaris yang menghubungkan stasiun yang satu dengan yang lain, sehingga terbentuk poligon yang merupakan perpotongan garisgaris bagi tersebut, dimana di dalam setiap poligon tersebut terdapat sebuah stasiun yang mewakili daerah tersebut.
Perhitungan curah hujan dengan metode ini menggunakan rumus sebagai berikut :
P = Dimana :
∑ (Pi ) Ai ∑ Ai
=
∑Wi Ai ...........................(2)
P = curah hujan daerah (mm) Pi = curah hujan pada stasiun ke-i (mm) Ai = luas poligon ke-i n = jumlah stasiun
Penerapan metode ini memberikan hasil yang konsisten, tetapi apabila letak stasiun berubah maka bobot stasiun juga ikut berubah. 3) Metode Isohyet Metode ini merupakan metode penentu curah hujan daerah dengan menggunakan peta isohyet, yaitu peta yang mempunyai garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama. Peta ini dibuat dengan memperhatikan efek topografi dan asal datangnya hujan. Penentuan curah hujan daerah dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P = Dimana :
∑ (Pi
−1
+ Pi ) Ai / 2
∑
Ai
.............................(3)
P = curah hujan daerah (mm) Pi = curah hujan pada stasiun ke-i (mm) Ai = luas poligon ke-i n = jumlah stasiun
Penerapan metode ini biasanya untuk daerah yang luas dengan jaringan stasiun yang tidak terlalu padat. Hasilnya bersifat subyektif dan banyak ditentukan oleh ketelitian pembuat peta. b. Frekuensi Curah Hujan
Cara perkiraan untuk mendapatkan frekuensi kejadian curah hujan dengan intensitas tertentu yang digunakan dalam perhitungan pengendalian banjir, rancangan drainase dan lain-lain adalah dengan menggunakan data pengamatan yang lalu. Perhitungan frekuensi sama
seperti cara yang digunakan di Amerika serikat, yakni cara tahunstasiun yang menjumlahkan banyaknya titik-titik pengamatan. Cara ini memperkirakan frekuensi dengan menjumlahkan banyaknya tahun pengamatan pada titik-titik pengamatan. Cara ini adalah cara yang paling sederhana, tanpa penyelesaian secara statistik. Penerapan cara ini dapat diadakan untuk daerah yang mempunyai kondisi meteorologi yang sama, bukan seperti daerah pegunungan. 2. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi) dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan transpirasi adalah bahwa pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi. Unsur iklim yang mempengaruhi laju evaporasi adalah radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin. Pada permukaan air yang tenang tidak bergelombang, laju penguapan akan tergantung pada suhu dan tekanan uap air diatas permukaan air. Suhu air menentukan tekanan uap air pada permukaan air, dan laju evaporasi sebanding dengan perbedaan tekanan uap air antara permukaan air dan udara diatasnya. Gabungan evaporasi dan transpirasi dengan persediaan air yang tidak terbatas disebut evaporasi potensial (PE). Menurut
Doorenbos
dan
Pruitt
(1977)
untuk
mengetahui
evapotranspirasi tanaman dapat diduga dari evapotranspirasi acuan yang berasal dari data klimatologi setempat. Perhitungan evapotranspirasi tanaman melalui tiga tahapan, yaitu :
1. Menentukan evapotranspirasi acuan (ETo) dengan menggunakan metode Blaney-Criddle, Radiasi, Penman atau Panci evaporasi. 2. Menentukan koefisien tanaman (Kc), dari hasil penelitian Hargreaves dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Nilai koefisien tanaman sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman menurut Hargreaves (dalam Hariyanto, 1987) Persen Pertumbuhan Tanaman
0
20
40
60
80
100
Padi
0.80
1.05
1.20
1.30
1.10
0.50
Kedelai
0.15
0.25
0.45
0.70
0.70
0.50
Jagung
0.20
0.50
0.80
0.90
0.75
0.50
Kacang tanah
0.15
0.35
0.55
0.65
0.60
0.30
3. Menghitung
evapotranspirasi
tanaman.
Hubungan
antara
evapotranspirasi tanaman dan evapotranspirasi acuan adalah : ETc = ETo x Kc .................................................(4) dimana :
ETc
= Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
ETo
= Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Kc
= Koefisien
tanaman
(tergantung
pada
jenis
tanaman, tahap pertumbuhan). 3. Limpasan
Limpasan dapat diartikan sebagai bagian curah hujan yang membuat aliran ke saluran-saluran, sungai, danau, atau laut sebagai aliran permukaan (Schwab. et al, 1968). Menurut Arsyad (1983) Limpasan atau run-off adalah bagian dari curah hujan yang mengalir keluar dari suatu daerah pengaliran diatas dan dibawah permukaan tanah. Air yang mengalir dipermukaan tanah disebut limpasan permukaan sedangkan air yang mengalir dibawah permukaan tanah disebut limpasan dalam. Sosrodarsono dan Takeda (2003) menyatakan air limpasan permukaan adalah air yang mencapai sungai sebelum mencapai
permukaan air tanah, yakni curah hujan yang dikurangi oleh infiltrasi, air yang tertahan, dan besarnya genangan. Limpasan air permukaan ini merupakan bagian yang penting dari puncak banjir. 1. Komponen-komponen limpasan
Sumber-sumber air sungai adalah curah hujan atau salju yang mencair. Menurut Sosorodarsono dan Takeda (2003), air untuk mencapai sungai melalui tiga jalan sebagai berikut : a. Curah hujan di saluran (Channel Precipitation), yaitu curah hujan yang jatuh langsung pada permukaan air di sungai utama dan anakanak sungainya yang umumnya termasuk dalam limpasan air permukaan dan tidak dipisahkan sebagai komponen dari hidrograf. Curah hujan yang langsung jatuh ke sungai merupakan bagian yang sangat kecil dari curah hujan itu sendiri. b. Limpasan permukaan, yaitu air yang mencapai sungai tanpa mencapai permukaan air tanah. Limpasan permukaan merupakan curah hujan yang dikurangi oleh besarnya infiltrasi, besarnya air yang tertahan dan besarnya genangan. c. Aliran air tanah, yaitu air yang terinfiltrasi kedalam tanah, air ini akan mencapai permukaan air tanah dan bergerak menuju sungai dalam beberapa hari, beberapa minggu atau lebih. Aliran ini disebut juga debit aliran dasar yang hanya berubah sedikit selama musim kering dan basah sepanjang tahun. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan
Aliran sungai tergantung dari beberapa faktor secara bersamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu elemen-elemen meteorologi yang diwakili oleh curah hujan dan elemen-elemen daerah pengaliran yang menyatakan sifatsifat fisik daerah pengaliran. a. Elemen-elemen meteorologi
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam kelompok elemenelemen meteorologi adalah sebagai berikut : 1) Jenis presipitasi Pengaruh terhadap limpasan sangat berbeda, tergantung pada jenis presipitasi (hujan atau salju). Jika hujan maka pengaruhnya
adalah
langsung
dan
hidrografnya
hanya
dipengaruhi oleh intensitas curah hujan dan besarnya curah hujan. 2) Intensitas curah hujan Pengaruh intensitas curah hujan pada limpasan permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi. Jika intensitas curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas curah hujan. Akan tetapi, besarnya peningkatan limpasan itu tidak sebanding dengan peningkatan curah hujan lebih, yang disebabkan oleh efek penggenangan dipermukaan tanah. 3) Lama curah hujan Setiap hujan yang terjadi akan mempunyai waktu terjadinya hujan biasanya disebut lama hujan. Jika lama curah hujan kurang dari lama curah hujan kritis, maka lama limpasan akan sama dan tidak tergantung dari intensitas curah hujan. Jika lama curah hujan lebih panjang, maka lama limpasan air permukaan juga lebih panjang. Lama curah hujan dapat menurunkan kapasitas infiltrasi, untuk curah hujan yang jangka waktunya panjang, limpasan air permukaannya akan lebih besar meskipun intensitasnya relatif rendah. 4) Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran Curah hujan yang distribusi hujannya merata akan menyebabkan debit puncak yang minimum. Banjir didaerah pengaliran terjadi karena dua hal, yaitu karena curah hujan
lebat yang distribusinya merata dan karena curah hujan biasa yang mencakup daerah yang luas meskipun intensitasnya kecil. Sebaliknya di daerah pengaliran yang debit puncak maksimum dapat terjadi oleh curah hujan lebat dengan daerah hujan yang sempit. Limpasan yang diakibatkan oleh curah hujan sangat dipengaruhi oleh distribusi curah hujan, maka sebagai skala penunjuk
faktor
ini
digunakan
koefisien
distribusinya.
Distribusi koefisien adalah harga curah hujan maksimum dibagi harga curah hujan rata-rata di daerah pengaliran, jadi curah hujan yang yang jumlahnya tetap mempunyai debit puncak yang lebih besar dan sesuai dengan koefisien distribusinya yang bertambah besar. 5) Arah pergerakan curah hujan Umumnya pusat curah hujan bergerak, suatu curah hujan lebat bergerak sepanjang sistem aliran sungai akan sangat mempengaruhi debit puncak dan lama limpasan air permukaan. 6) Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah Jika kadar kelembaban lapisan tanah teratas tinggi, maka mudah terjadi banjir karena kapasitas infiltrasi kecil. Hal tersebut berlaku juga jika kelembaban tanah meningkat dan mencapai kapasitas lapang, maka infiltrasi akan mencapai permukaan air tanah dan memperbesar aliran air tanah. Selama periode pengurangan kelembaban tanah oleh evapotranspirasi dan lain-lain, curah hujan yang lebat tidak akan mengakibatkan kenaikan permukaan air, karena air hujan yang terinfiltrasi tertahan
sebagai
kelembaban
tanah.
Sebaliknya
jika
kelembaban tanah sudah meningkat karena curah hujan terdahulu, maka kadang-kadang curah hujan dengan intensitas yang kecil dapat mengakibatkan kenaikan permukaan air yang besar dan kadang-kadang dapat menyebabkan banjir.
7) Kondisi-kondisi meteorologi yang lain Berdasarkan elemen-elemen meteorologi diatas, curah hujan mempunyai pengaruh yang besar pada limpasan. Secara tidak langsung suhu, kecepatan angin, kelembaban relatif, tekanan udara relatif, curah hujan tahunan dan seterusnya yang masih berhubungan satu sama lain juga akan mempengaruhi iklim didaerah tersebut dan akan mempengaruhi limpasan. b. Elemen-elemen daerah pengaliran
1) Kondisi pengguna lahan (land use) Hidrograf suatu sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan tanah dalam daerah pengaliran itu. Daerah hutan yang ditutupi tumbuh-tumbuhan yang lebat sulit terjadi limpasan permukaan karena kapasitas infiltrasinya yang besar. Jika daerah hutan ini dijadikan daerah pembangunan dan dikosongkan, maka kapasitas infiltrasi akan turun karena pemampatan permukaan tanah. Air hujan akan mudah berkumpul ke sungai-sungai dengan kecepatan yang tinggi yang akibatnya akan terjadi banjir besar. 2) Daerah pengaliran Jika semua faktor-faktor termasuk besarnya curah hujan, intensitas curah hujan dan lain-lain itu tetap, maka limpasan akan selalu sama, dan tidak tergantung dari luas daerah pengaliran. Berdasarkan asumsi ini, mengingat aliran per satuan tetap, maka hidrograf sebanding dengan luas daerah pengaliran. Salah satu penyebab berkurangnya debit puncak adalah hubungan antara intensitas curah hujan maksimum yang berbanding terbalik dengan luas daerah hujan, dengan asumsi curah hujan dianggap merata. 3) Kondisi topografi dalam daerah pengaliran Corak, elevasi, gradien, arah, dan komponen lain dari daerah pengaliran mempunyai pengaruh terhadap sungai dan
hidrologi daerah pengaliran yang bersangkutan. Corak daerah pengaliran adalah faktor bentuk, yakni perbandingan panjang sungai utama, terhadap lebar rata-rata daerah pengaliran. Jika faktor bentuk menjadi lebih kecil dengan kondisi skala daerah pengaliran yang sama, maka hujan lebat yang merata akan berkurang dengan perbandingan yang sama sehingga sulit akan terjadi banjir. Elevasi daerah pengaliran dan elevasi rata-rata mempunyai hubungan yang penting terhadap suhu dan curah hujan. 4) Jenis tanah Struktur dan tekstur tanah merupakan faktor-faktor yang menentukan kapasitas infiltrasi, maka karakteristik limpasan sangat dipengaruhi oleh jenis tanah daerah pengaliran. Bahanbahan
koloidal
juga
merupakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kapasitas infiltrasi karena bahan-bahan ini mengembang dan menyusut sesuai dengan variasi kadar kelembaban tanah. 5) Faktor-faktor lain yang memberikan pengaruh Faktor-faktor lain yang mempengaruhi limpasan adalah karakteristik jaringan sungai-sungai, adanya daerah pengaliran yang tidak langsung, drainase buatan dan lain-lain. Untuk mempelajari puncak banjir, debit air rendah, debit rata-rata dan lain sebagainya diperlukan penyelidikan yang cukup dan perkiraan faktor-faktor yang mempengaruhinya. B. DAERAH ALIRAN SUNGAI 1. Pengertian
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air hujan jatuh dan terkumpul kemudian mengalir dalam suatu sistem sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) juga didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh di dalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar
melalui suatu outlet pada sungai tersebut atau merupakan suatu hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan fisik biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk pengelolaan sumberdaya alam. Chow (1964) menyebutkan DAS merupakan tempat terjadinya prosesproses yang berangkaian dan menjadi bagian dari siklus hidrologi. Proses tersebut dapat ditinjau mulai dari terjadinya hujan, yang merupakan produk langsung dari awan yang berbentuk air maupun salju. Hujan yang jatuh sebagian tertahan di tajuk tanaman dan atap bangunan, kemudian jatuh ke tanah (intersepsi), sebagian lainnya jatuh ke tanah. Saat air jatuh ke tanah maka tejadi proses infiltrasi yaitu perjalanan air melalui permukaan tanah dan menembus masuk kedalamnya. Secara topografik, wilayah suatu DAS dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Dengan demikian, luas DAS yang terbentuk secara alami akan sangat bervariasi antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya, tergantung dari kondisi topografi wilayah tersebut. Wilayah dengan topografi berbukit dan bergunung-gunung pada umumnya memiliki DAS dengan luas yang lebih sempit dibandingkan dengan wilayah yang cenderung datar dan landai. DAS dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%. Daerah ini bukan merupakan daerah banjir dan merupakan daerah yang pengaturan pemakaian airnya ditentukan oleh pola drainase. Daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lebih kecil dari 8 %, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir atau genangan. Daerah ini merupakan daerah yang pengaturan pemakaian airnya ditentukan oleh bangunan irigasi. Sedangkan daerah tengah DAS merupakan daerah transisi antara daerah hulu dan daerah hilir (Asdak, 2002). DAS berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) untuk suatu sistem sungai, dan merupakan suatu sistem ekologi (ekosistem) dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) serta
sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam. Batas alamiah (ekologis) suatu DAS biasanya tidak sesuai dengan batas administrasi (politis) yang ada. Ketidaksesuaian batas ini seringkali menjadi kendala dan tantangan tersendiri bagi tercapainya usaha pengelolaan DAS yang komprehensif. DAS dapat memberikan respon hidrologis berupa erosi, sedimentasi, aliran permukaan dan pengangkutan nutrient yang berbeda-beda terhadap hujan yang jatuh diatasnya. Proses-proses hidrologi yang terjadi tergantung dari kondisi tanah, air dan tanaman yang bergabung membentuk parameterparameter pendukung di dalam DAS. Parameter-parameter tersebut adalah penutupan tanaman, jenis pengelolaan lahan, kekasaran permukaan tanah, kemiringan lahan, panjang lereng, tekstur tanah, kadar air tanah, porositas tanah, kapasitas lapang, erodibilitas tanah, dan kondisi saluran. 2. Komponen Fisik DAS
Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jenis tanah, tata guna lahan, topografi, kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespon curah hujan yang jatuh didalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besarkecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai. DAS terinci atas komponen-komponen fisiknya, yang terdiri dari vegetasi, tanah, sungai, neraca air dan profil sungai. Komponen-komponen ini sangat khas disetiap tempat, dicerminkan oleh tata airnya, yang meliputi kuantitas, kualitas, dan dimensi waktu penyebarannya. Interaksi antara komponen-komponen inilah yang akan menentukan tata air di DAS tersebut. a. Vegetasi
Vegetasi suatu DAS meliputi hutan, perkebunan, sawah, dan vegetasi di daerah pemukiman atau industri. Tiap tipe vegetasi mempunyai bentuk tajuk, sistem perakaran, dan penutup tanah yang berbeda. Perbedaan itu akan menentukan konsumsi air dan laju evapotranspirasi.
Pengaruh ini dapat dilihat pada perubahan kelembaban tanah pada zona perakaran, dimana drainase dapat diabaikan. Dalam kegiatan pengawetan tanah dan air, pemilihan jenis vegetasi harus diperhatikan, karena vegetasi mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi. Kecepatan limpasan air permukaan mencapai saluran, banyak ditentukan oleh permeabilitas tanah yang dalam hal ini erat hubungannya dengan peranan serasah vegetasi tersebut. Tanah yang permeabel dengan kapasitas infiltrasi tinggi akan mempunyai cadangan air tanah tinggi, sehingga akan mengurangi limpasan air permukaan. Pada siklus hidrologi, vegetasi mempunyai peranan dalam proses intersepsi, curahan tajuk, aliran batang, transpirasi dan fotosintesa. b. Tanah
Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana diatasnya dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, pendirian bangunan dan lain-lain. Menurut Hardjowigeno (2003), dalam bidang pertanian, tanah diartikan khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang tertahan oleh tanah. Disamping pencampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Oleh karena itu dalam definisi ilmiahnya tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan
udara,
dan
merupakan
media
untuk
tumbuhnya
tanaman
(Hardjowigeno, 2003). c. Sungai
Fungsi sungai adalah untuk mengumpulkan curah hujan yang jatuh dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Menurut Arsyad (1983), aliran air sungai dapat bersifat
tetap atau tersendat dan dapat pula menyebabkan erosi, walaupun pengaruhnya sangat terbatas. Perubahan kondisi permukaan air sungai dalam jangka waktu yang lama dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan permukaan air sungai itu dalam jangka waktu yang lama pula. Sedangkan
debit
sungai
dapat
diketahui
berdasarkan
ketinggian
permukaan air sungai tersebut. Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003), dalam soal pengendalian sungai, tinggi permukaan air sungai yang telah dikorelasikan dengan curah hujan dapat membantu penyelidikan data untuk pengelakan banjir, peramalan banjir, dan pengendalian banjir dengan waduk atau bendungan. Dalam usaha pemanfaatan air, permukaan air sungai dapat dipergunakan untuk mengetahui secara umum banyaknya air sungai yang tersedia dan penentuan kapasitas bendungan. d. Neraca Air
Sosrodarsono dan Takeda (2003) mendefinisikan neraca air sebagai hubungan antara aliran kedalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu. Air hujan
yang jatuh di suatu permukaan bervegetasi, setelah
dievapotranspirasikan, sisanya akan menjenuhkan tanah dan mengalir ke sungai sebagai limpasan. Bagi suatu DAS, hal ini merupakan indikasi produksi air, dan kelestariannya merupakan cermin daur hidrologi. e. Profil Sungai
Debit merupakan suatu paramater utama pada daerah aliran sungai. Debit adalah volume air yang terjadi disuatu sungai pada periode waktu tertentu. Periode waktu tersebut biasanya dinyatakan sebagai suatu kejadian sesaat dimana aliran terjadi. Debit maksimum diartikan sebagai aliran terbesar yang terjadi pada periode tertentu sedangkan debit minimum diartikan sebagai aliran terkecil yang terjadi pada suatu aliran sungai dalam periode tertentu. Berdasarkan
kontinuitas
alirannya
maka
dikelompokkan dalam tiga golongan (ward, 1967) yaitu :
sungai
dapat
a. Aliran yang bersifat sementara (ephemeral streams), yaitu aliran yang hanya berlangsung sementara dan bersumber dari limpasan permukaan yang cepat. Aliran tak tahan lama dan biasanya hanya terjadi selama hujan atau sesaat setelah turunnya hujan, karena permukaan air bawah tanahnya berada di bawah dasar sungai. b. Aliran yang terputus-putus (intermittent streams), adalah jenis aliran yang terjadi hanya pada musim hujan, bersumber dari aliran permukaan pada musim kemarau tidak terlihat aliran, karena muka air bawah tanahnya berada di bawah dasar sungai. c. Aliran abadi (perennial streams), yaitu aliran yang terjadi sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Aliran ini mempunyai ketinggian permukaan air bawah tanahnya berada dia atas permukaan dasar sungai. Besarnya aliran atau debit adalah volume air yang mengalir melalui penampang sungai dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam satuan l/detik atau m3/detik. C. KEBUTUHAN SUMBERDAYA AIR
Air digunakan manusia untuk kebutuhan rumah tangga, petanian, industri, pembangkit energi (tenaga listrik), transportasi, dan untuk keperluan lainnya. Ditinjau dari fungsi air/wilayah perairan, dapat dibagi menjadi 3 golongan : 1.
Air sebagai faktor produksi
2.
Air sebagai komponen ekosistem, dan
3.
Air sebagai sumber kenyamanan (amenity resource) (Nasoetion, 1991 dalam Ananda, R. D.,2003) Di Indonesia, khususnya sebagai negara agraris, sektor pertanian adalah
sektor yang banyak menggunakan air, penggunaannya meliputi untuk tanaman,
perikanan
dan
peternakan.
Penggunaan
untuk
rumah
tangga/domestik terdiri atas penggunaan untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain sebagainya. Penggunaan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya
dalam proses industri. Sedangkan infrastruktur menggunakan air untuk pembangkit tenaga listrik, rekreasi, transportasi, dan lain sebagainya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air untuk rumah tangga akan meningkat. Disisi lain dengan meningkatnya taraf hidup manusia yang berarti memacu industrialisasi maka berarti juga perlu sumberdaya air dalam proses produksinya, dengan demikian kebutuhan sumberdaya air makin hari semakin meningkat sejalan dengan tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat kenaikan taraf hidup serta peningkatan proses industrialisasi. 1. Kebutuhan Air Penduduk
Besarnya kebutuhan air bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya tingkat sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, mencuci dan lain-lain. Menurut Winrock (1992), Ditjen Cipta Karya menetapkan kebutuhan air domestik/municipal untuk masyarakat pedesaan adalah 45 lcd (liter/capita/day) dan untuk masyarakat kota sebesar 60 lcd. Untuk Indonesia besar kebutuhan dasar tersebut adalah (Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, 1990) : Tabel 2. Kebutuhan air rumah tangga Jenis Kegiatan
Kebutuhan Air
Minum
2.5 – 5.0
liter/jiwa/hari
Masak
7.5 - 10.0
liter/jiwa/hari
Cuci (bahan makanan dan lain-lain)
10.0 - 15.0 liter/jiwa/hari
Jumlah
20.0 - 30.0 liter/jiwa/hari
Sumber : Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, (1990) 2. Kebutuhan Air Industri
Untuk menentukan kebutuhan air bersih industri dapat dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan banyaknya pemakaian, masing-masing
untuk industri besar berkisar 151 – 350 m3/hari, industri sedang berkisar 51 – 150 m3/hari, dan industri kecil berkisar 5 – 50 m3/hari (Purwanto, 1995). 3. Kebutuhan Air Pertanian a. Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air per satuan waktu yang dibutuhkan untuk mencukupi evapotranspirasi, biasanya dinyatakan dalam mm/hari. Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi. Doorenbos dan Pruitt (1977) menjelaskan bahwa kebutuhan air tanaman merupakan perkalian antara evapotranspirasi potensial tanaman acuan (ETo) dengan koefisien tanaman (Kc) yang nilainya tergantung pada jenis dan umur tanaman. Sedangkan yang dimaksud dengan evapotranspirasi potensial tanaman acuan (ETo) menurut Suranto (1989) adalah transpirasi dari tanaman rumput yang tumbuh seragam dan sepenuhnya menutup tanah, tumbuh subur dan tidak kekurangan air serta dipangkas setinggi 8 – 15 cm. Besarnya kebutuhan air suatu tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas tanaman, umur tanaman, keadaan tanah, iklim
serta
cara
pemberian
air.
Sedangkan
evapotranspirasi
dipengaruhi temperatur, pelaksanaan pemberian air, panjangnya musim tanam dan presipitasi. Jumlah air yang diuapkan oleh tanaman tergantung pada temperatur, kelembaban udara, gerakan angin, intensitas dan lamanya penyinaran, tahap perkembangan tanaman serta jenis tanaman. b. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi atau pertanian adalah jumlah selain air hujan yang ditambahkan untuk tanaman. Kebutuhan air untuk padi sawah meliputi kebutuhan air untuk pengolahan tanah, pembibitan, pertumbuhan sampai saat panen. Jumlah kebutuhan air untuk irigasi dan pertanian pada umumnya dipengaruhi oleh jenis dan sifat tanah,
jenis tanaman, keadaan iklim setempat, keadaan topografi dan luas areal persawahan. Dalam mengelola sumberdaya air untuk kepentingan irigasi, curah hujan diperhitungkan sebagai tambahan air irigasi yang dapat dimanfaatkan. Jumlah curah hujan yang jatuh selama periode pertumbuhan tanaman dan curah hujan itu dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman disebut dengan curah hujan efektif. Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air, curah hujan efektif serta efisiensi irigasi (Departemen PU, KP-01, 1986). 1) Penyiapan Lahan
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah (Departemen PU, KP-01, 1986) : a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. c. kebutuhan air selama penyiapan lahan. Kebutuhan air penyiapan lahan tanaman padi diambil 200 sampai 250 mm untuk jangka waktu penyiapan lahan 30 atau 45 hari yang kemudian ditambah 50 mm setelah pemindahan bibit sedangkan kebutuhan air penyiapan lahan tanaman palawija ditentukan sebesar 50 sampai 100 mm. 2) Penggunaan Konsumtif
Besarnya penggunaan konsumtif bagi tanaman sebanding dengan besarnya nilai evapotranspirasi (Linsley, et al., 1990). Nilai evapotranspirasi untuk suatu daerah dipengaruhi iklim setempat seperti temperatur, kecepatan angin, radiasi matahari dan kelembaban udara. 3) Perkolasi
Perkolasi merupakan gerakan air didalam tanah sebagai kelanjutan dari proses infiltrasi. Dengan demikian air yang
mengalamui infiltrasi pada suatu saat akan melampaui batas tanah untuk menahan air, dimana pori-pori tanah telah terisi oleh air sehingga air kelebihannya akan terus bergerak kebawah berupa perkolasi. Perkolasi sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah antara lain permeabilitas
dan
tekstur
tanah,
pengendapan-pengendapan
lumpur, kedalaman muka air tanah (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1991 dalam Pribadi, A. 2001). Laju perkolasi pada tanah bertekstur lempung berat dengan pengolahan yang baik mencapai 1 – 3 mm, sedangkan pada tanah-tanah lebih ringan laju perkolasinya lebih tinggi (Departemen PU, KP-01, 1986). 4) Penggantian Lapisan Air
Penggantian air dilakukan sesuai jadwal dan kebutuhan. Bila tidak ada penjadwalan, penggantian air dilakukan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm (3.3 mm/hari selama setengah bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah pemindahan bibit (Departemen PU, KP-01, 1986). 5) Curah Hujan Efektif
Curah hujan yang jatuh di suatu areal tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena sebagian akan
hilang
disebabkan intersepsi, infiltrasi, penguapan dan tampungan cekungan (Sri Harto, 1993). Bagian dari air hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman dinyatakan sebagai hujan efektif. Curah hujan efektif dapat dicari dengan menggunakan rumus : 1. Persentase pasti P eff = A x Pmean ...........................................................(7) 2. Perkiraan curah hujan andalan P eff = 0.6 x Pmean - 10, untuk Pmean < 60 mm/bln.......(8) P eff = 0.8 x Pmean - 25, untuk Pmean > 60 mm/bln .....(9) Rumus ini berlaku untuk daerah arid dan daerah lembah 3. Rumus empirik Peff = A x Pmean + B, untuk Pmean < x mm/bln ..........(10)
Peff = C x Pmean - D, untuk Pmean > x mm/bln .........(11) Parameter-parameter yang memenuhi berbeda untuk tiap daerah. 4. USBR P eff = Pmean x (125– 0.2 Pmean /125), untuk P<250 mm.(12) P eff = 125 + 0.1 x Pmean, untuk P > 250 mm...............(13). c. Kebutuhan Air Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah suatu usaha menciptakan kondisi tanah yang sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik. Kegiatan pengolahan tanah ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma, memberantas hama dan penyakit dalam tanah. Kebutuhan air pengolahan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Tanah pasir umumnya memerlukan banyak air untuk pengolahannya, karena tidak lekas jenuh dengan air. Kebutuhan pengolahan tanah untuk berbagai teksur tanah disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Kebutuhan air pengolahan tanah pada berbagai tekstur tanah Tekstur tanah
Kebutuhan air (mm/hari) Pasir 27 Lempung berpasir 23 Lempung 17 Lrmpung liat 14 Liat 10 Sumber : Rice irrigation in Japan. OTCA, 1973 didalam Soedodo H,
1999. Penentuan saat pengolahan tanah padi lahan kering tergantung dari datangnya musim hujan, sehingga perencanaan pola tanam yang sesuai akan membantu dalam tingkat keberhasilan sistem pola usaha tani di daerah lahan kering.
d. Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu lahan dalam kurun waktu tertentu, tujuannya supaya air irigasi yang tersedia sangat terbatas masih dapat dimanfaatkan secara adil dan merata untuk seluruh daerah irigasi. Pengertian mengenai jenis tanaman dan kesesuaiannya dengan lahan sangat penting untuk menentukan jenis atau urutan pertanaman yang dapat dikembangkan, sehingga dengan pengaturan pola tanam dapat diperoleh manfaat yang maksimal, efisien serta dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Penentuan jenis tanaman terpilih haruslah mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya :
Tanaman tersebut dapat tumbuh dan menghasilkan produksi.
Tanaman tersebut merupakan tanaman yang disukai petani.
Tanaman tersebut mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mudah untuk dipasarkan.
D. KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR
Pengertian ketersediaan sumberdaya air adalah air yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup dalam suatu wilayah dan waktu tertentu. Ketersediaan sumberdaya air dapat berupa air hujan, air sungai, mata air dan air tanah, baik air tanah dangkal (unconfined aquifer), maupun air tanah dalam (confined aquifer). Air hujan diasumsikan sebagai masukan tunggal dalam sistem hidrologi DAS, sedangkan air sungai, mata air dan air tanah adalah bentuk lain dari air hujan. Air merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable) dan keberadaannya mengikuti suatu kaidah atau sistem yang disebut daur hidrologi (Linsley, et al. 1990). Dalam mempelajari sistem hidrologi, Manan (1979) mengemukakan bahwa model Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan model yang baik untuk menelusuri sumberdaya air, karena dalam suatu DAS akan terjadi proses masukan-keluaran air yang merupakan bagian dari sistem hodrologi. Dengan demikian pengelolaan DAS secara umum dapat didefinisikan sebagai pengelolaan sumberdaya alam pulih (seperti air, tanah dan vegetasi) dalam
sebuah DAS dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS agar secara kontinyu meningkatkan kuantitas air (water yeild) untuk keperluan air minum, industri, pertanian, tenaga listrik dan lain sebagainya. Tinjauan umum sistem hidrologi DAS umumnya lebih menekankan pada aliran air permukaan, sedangkan untuk air tanah mempunyai pendekatan agak berbeda, sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah suatau DAS tidak selalu identik dengan wilayah cekungan air tanah sehingga pendekatan yang komprehensif diharapkan akan lebiih memadai tetapi juga akan lebih kompleks. E. LINEAR PROGRAMMING
Linear Programming sering disingkat LP merupakan salah satu teknik operational research yang digunakan paling luas dan diketahui dengan baik. Linear Programming digunakan untuk merubah suatu masalah kedalam model matematik dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Masalah keputusan yang sering dihadapi analis adalah alokasi optimum sumberdaya yang langka. Sumberdaya sering berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan, teknologi, air dan masih banyak lagi yang lain. Linear Programming digunakan untuk mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumberdaya, hasil yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimisasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau minimasi seperti biaya, waktu dan jarak. Setelah mengidentifikasi masalah maka dapat ditentukan tujuan yang akan dicapai dan dapat dibuat suatu formula matematik yang meliputi tiga tahap sebagai berikut : 1. Tentukan variabel yang tak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan dalam simbol matematik. 2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan.
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah. Suatu permasalahan yang akan dipecahkan dengan Linear Programming untuk menghasilkan suatu alokasi sumberdaya yang optimal, terlebih dahulu harus menentukan variabel keputusan. Fungsi tujuan yang memuat tujuan yang akan dicapai dan fungsi kendala dimana fungsi kendala ini merupakan masalah keterbatasan sumberdaya yang harus dipecahkan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Setelah variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala ditentukan maka suatu permasalahan tersebut dapat diringkas menjadi suatu persamaan matematik. Solusi dari model matematik yang dihasilkan akan
memberikan
berapa
jumlah
sumberdaya
yang
optimal
untuk
memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya produksi. 1. Bentuk Umum Model Linear Programming (LP)
Pada setiap masalah, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan sistem kendala, yang bersama-sama membentuk suatu model matematik dari dunia nyata. Bentuk umum model LP itu adalah : Maksimumkan atau minimumkan : a. Fungsi tujuan
: Z = c1 + x1 + c2 x2 +.......+ cn xn .....................(14)
b. Fungsi kendala : a11 x11 + a12 x12 + ... + an1 xn1 ≤ b1 (= ; ≥)
a21 x21 + a22 x22 + ... + an1 xn1 ≤ b2 (= ; ≥) ........... + .......... + ...... + ........... ≤ ....... an1 xn1 + an2 xn2 + ... + anm xnm ≤ bm (= ; ≥) .......(15) c. Asumsi
: x1 , x2 , .... , xn ≥ 0 ...........................................(16)
Keterangan : Xn
= banyaknya kegaitan n, dimana n = 1,2,........, m. Berarti disini terdapat m variabel keputusan.
z
= nilai fungsi tujuan.
cn
= sumbangan perunit kegiatan n, Untuk masalah maksimisasi cn menunjukkan keuntungan atau penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimisasi ini menunjukkan biaya per unit.
bm
= jumlah sumberdaya ke i (i= 1,2,.....m,), berarti terdapat m jenis sumberdaya
anm = banyaknya sumberdaya n yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit barang ke m. 2. Asumsi Model Linear Programming (LP)
Model LP mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi absah. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut : a. Linearity dan Additivity Syarat utama dari LP adalah bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus linear. Dengan kata lain, jika suatu kendala melibatkan dua variabel keputusan, dalam diagram dimensi dua ia akan berupa suatu garis lurus. Begitu juga, suatu kendala yang melibatkan dua variabel akan menghasilkan suatu bidang datar dan kendala yang melibatkan n variabel akan menghasilkan bentuk geometri yang rata dalam ruang berdimensi n. LP juga mensyaratkan bahwa jumlah variabel kriteria dan jumlah penggunaan sumberdaya harus bersifat additif. Contohnya, keuntungan total Z, yang merupakan variabel kriteria, sama dengan jumlah keuntungan yang diperoleh dimasing-masing kegiatan. Additif dapat diartikan sebagai tak adanya penyesuaian pada perhitungan variabel kriteria karena terjadinya interaksi. b. Divisibility Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh tidak harus berupa bilangan bulat. Ini berarti nilai solusi bisa terjadi pada nilai pecahan manapun, karena itu variabel keputusan merupakan variabel kontinyu sebagai lawan dari variabel diskrit atau bilangan bulat. c. Deterministic LP secara tak langsung mengasumsikan suatu masalah keputusan dalam suatu kerangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian. Ada beberapa cara untuk mengatasi ketidakpastian parameter dalam model LP. Analisis sensitivitas adalah suatu teknik
yang
dikembangkan
untuk
menguji
nilai
solusi,
bagaimana
kepekaannya terhadap perubahan-perubahan parameter. 3. Penyelesaian Grafik Model LP
Masalah LP dapat diilustrasikan dan dipecahkan secara grafik jika ia hanya memiliki dua variabel keputusan. Suatu cara sederhana untuk menggambarkan
masing-masing
persamaan
garis
adalah
dengan
menetapkan salah satu variabel dalam suatu persamaan sama dengan nol dan kemudian mencari nilai variabel yang lain. 4. Penyelasaian LP dengan Metode Simplek
Penyelesaian model LP dengan menggunakan metode simplek harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk umum yang dinamakan “ bentuk baku ” (standard form). Ciri-ciri dari bentuk baku model LP adalah : semua kendala berupa persamaan dengan sisi kanan non negatif, semua variabel non negatif dan fungsi tujuan dapat maksimum maupun minimum.
III. METODE PENELITIAN A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau, Banten. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian pendahuluan dan pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Februari 2006 sampai dengan bulan Maret 2006, meliputi survey lapangan dan pengambilan data di kabupaten Serang, Banten. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian dilakukan bulan April-Juli 2006. B. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit komputer dengan perangkat lunak Linear programming (program linier) ABQM, Cropwat, alat tulis dan kalkulator. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Peta tataguna lahan DAS Cidanau. 2. Data jumlah penduduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau yang diperoleh dari literatur. 3. Data jumlah industri di DAS Cidanau 4. Data iklim yang meliputi : data curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kecepatan angin, kelembaban udara, suhu udara rata-rata dan radiasi matahari. 5. Nilai koefisien tanaman (Kc) yang diperoleh dari literatur. 6. Debit DAS Cidanau sepuluh tahun terakhir. 7. Harga air untuk berbagai kebutuhan dengan menggunakan standar PDAM, untuk kebutuhan domestik dan industri sedangkan untuk kebutuhan pertanian diperoleh dari dinas pengairan karena masih mendapat subsidi. C. METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Adapun data primer yang digunakan adalah data debit dari
sungai Cidanau, laju perkolasi dan data sifat fisik tanah. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah besarnya curah hujan, hari hujan selama beberapa tahun. Disamping itu juga data iklim seperti temperatur udara, kelembaban udara, radiasi matahari dan kecepatan angin. Data-data tersebut diperoleh dari Stasiun Meteorologi setempat dan Stasiun Klimatologi Darmaga, serta berbagai instansi terkait dengan penelitian ini. Data-data tersebut diatas digunakan untuk menghitung kebutuhan air tanaman. Sedangkan data untuk menghitung kebutuhan air penduduk dan industri adalah data jumlah penduduk dan data jumlah industri dan kebutuhan air tiap penduduk atau industri yang diperoleh dari literatur. Dalam melaksanakan penelitian dilakukan tahap-tahap kegiatan sebagai berikut : 1. Kebutuhan air penduduk
Kebutuhan utama dan sangat mendesak bagi masyarakat adalah kebutuhan air minum yang bersih dan sehat. Tidak kalah pentingnya adalah tersedianya sumber air yang cukup untuk mencuci dan memasak. Besarnya debit air yang dibutuhkan penduduk/domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan perkiraan besarnya kebutuhan air penduduk perhari. Kebutuhan air minimal manusia untuk bertahan hidup perhari diperlihatkan sebagai berikut : a. Untuk dapat bertahan hidup, kebutuhan minimal yang harus diterima tubuh (dapat melalui makanan atau minuman) 2.5 – 3 liter per hari. b. Kebutuhan untuk kepentingan kesehatan minimal 2 – 6 liter pr hari. c. Kebutuhan untuk memasak minimal 3 – 6 liter per hari. Jumlah kebutuhan air minimal 7.5 – 15 liter/hari (variasi kebutuhan tergantung dari berat badan dan iklim). Sedangkan untuk Indonesia besar kebutuhan dasar manusia akan air diperlihatkan seperti pada tabel 2. Dalam penelitian ini diambil nilai rata-rata untuk kebutuhan air 30 liter/jiwa/hari.
2. Kebutuhan air industri
Debit air yang dibutuhkan untuk keperluan industri dihitung berdasarkan kebutuhan air untuk industri. Kebutuhan air untuk industri diperlihatkan sebagai berikut : untuk industri besar berkisar 151 – 350 m3/hari, industri sedang berkisar 51 – 150 m3/hari, dan industri kecil berkisar 5 – 50 m3/hari (Purwanto, 1995). Dalam penelitian ini besarnya debit untuk industri hanya dihitung berdasarkan kebutuhan industri kecil saja. Kebutuhan industri yang digunakan adalah 50 m3/hari. Industri terbesar yang mengambil air baku dari DAS Cidanau adalah PT. Krakatau Tirta Industri, besarnya debit yang diambil adalah 1500 liter/detik (5400000 liter/hari). Debit ini harus selalu tersedia untuk PT. KTI karena mereka ikut membayar jasa lingkungan dan menjaga kelestarian DAS Cidanau. Industri lain yang tersebar di DAS Cidanau adalah industri-industri kecil sampai menengah yang memanfaatkan air dari sungai maupun sub-sun sungai Cidanau. 3. Kebutuhan air pertanian a. Penentuan Evapotranspirasi Tanaman
Untuk menentukan evapotranspirasi tanaman terlebih dahulu menentukan evapotranspirasi acuan atau potensial (ETo) menggunakan data-data iklim setempat. Data ETo yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika adalah data evapotranspirasi dengan metode radiasi, dalam penelitian ini digunakan evapotranspirasi dengan metode Penman-Monteith yang diperoleh dengan perhitungan dengan menggunakan program komputer Cropwat. Data-data iklim yang dibutuhkan untuk menghitung ETo Penman-Monteith dengan menggunakan Cropwat adalah suhu udara rata-rata, kelembaban udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari. Persamaan yang digunakan untuk menghiung ETo Penman-Monteith adalah : ETp = c [ W x Rn + (1 - W) x f(u) x (ea – ed)................(17) Dimana : ETp = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
W
= suhu (° C)
Rn = Radiasi netto (mm/hari) f(u) = Kecepatan angin (m/s) ea – ed = Defisit tekanan jenuh udara (mbar) c
= Faktor koreksi untuk mengimbangi kondisi cuaca siang dan malam.
b. Penentuan curah hujan efektif
Curah hujan efektif dalam perhitungannya dengan menggunakan metode US Bereau of Reclamation (USBR) dengan menggunakan bantuan program komputer Cropwat. Persamaan yang digunakan adalah : P eff = Pmean x (125 – 0.2 Pmean / 125 ) untuk P < 250 mm .....(18). P eff
= 125
+
0.1
x
Pmean ......................untuk P > 250
mm.....(19). c. Penentuan perkolasi
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran perkolasi secara langsung di lapangan tetapi untuk mendapatkan nilai perkolasi digunakan pendekatan nilai perkolasi pada jenis tanah yang ada di lokasi penelitian. Untuk daerah Jawa laju perkolasi berkisar antara 2.0 -3.0 mm/hari. Adapun nilai perkolasi berdasarkan jenis tanah seperti pada tabel berikut : Tabel 4. Laju perkolasi sesuai dengan tekstur tanah Tekstur tanah
Perkolasi (mm/hari)
Lempung berpasir Lempung Liat berlempung Sumber : Rice irrigation in Japan.
3-6 2-3 1-2 OTCA, 1973 didalam Soedodo H,
1999. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap jenis tanah dilokasi penelitian makan dapt diketahui laju perkolasi sekitar 1.5 mm/hari, dengan jenis tanah liat berlempung.
d. Penentuan kebutuhan air irigasi
Kebutuhan air irigasi untuk padi sawah meliputi kebutuhan air untuk pengolahan lahan, pembibitan, pertumbuhan tanaman hingga panen. Selain itu faktor penggenangan berupa perkolasi ikut diperhitungkan. Untuk tanaman palawija, nilai perkolasi tidak diperhitungkan karena tidak membutuhan penggenangan. Persamaan kebutuhan air irigasi padi dan palawiaj adalah sebagai berikut (Soedodo H, 1999) : I padi
= (ETcrop + P – Re) / Eff ................................(20)
I palawija = (Etcrop – Re) / Eff ................................ .......(21) Dimana : ETc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) Eff
= Efisiensi penyaluran air irigasi (%)
Re
= Curah hujan efektif (mm/hari)
P
= Perkolasi (mm/hari)
I
= Kebutuhan air irigasi (mm/hari)
Perhitungan selengkapnya disajikan pada lampiran 16. e. Optimasi alokasi air irigasi
Untuk menentukan debit yang optimal maka dilakukan optimasi alokasi air untuk masing-masing kegunaan yaitu untuk irigasi, domestik dan industri dengan menggunakan pendekatan program linier dengan pengolahan metode simpleks. 4. Analisis Sistem dan Teknik Optimasi
Menurut Hiller Lieberman (1974) menyebutkan bahwa teknik program matematik yang banyak dipakai dalam program optimasi pengelolaan suatu sumberdaya terbatas adalah Linear Programming. Linear Programming menggambarkan interaksi komponen-komponen sebuah sistem yang harus memenuhi asumsi-asumsi tertentu yaitu proposionalitas, additivitas, dan non-negativitas agar terbentuk suatu Linear Programming (program linier).
Linear Programming (program linier) adalah teknik optimasi dari suatu masalah. Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan program linier apabila memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Mempunyai tujuan yang dioptimumkan atau diminimumkan dan dapat dinyatakan dalam fungsi linier, 2. Mempunyai keterbatasan dalam jumlah sumberdaya tertentu dan dapat dinyatakan dalam persamaan ( = ) atau pertidaksamaan ( ≤ ) atau ( ≥ ). Untuk mendapatkan optimasi pemanfaatan sumberdaya air yang tersedia, maka harus disusun pola penggunaan air untuk keperluan pertanian (irigasi), domestik (penduduk) dan industri. Untuk domestik dan industri optimasi penggunaan air dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah penduduk dan industri yang dapat disuplai dari sumber air yang tersedia. Teknik optimasi yang digunakan adalah keuntungan maksimum yang diperoleh dengan menggunakan rumus : Fungsi tujuan : Z=
n
∑
Pi . Xi .........................................................................(22)
i =1
Dimana : Pi = Harga air unruk masing-masing kebutuhan (Rp) Xi = Jumlah penduduk optimum, jumlah industri optimum atau luas lahn optimum yang dihasilkan. Faktor pembatasnya adalah terbatasnya sumberdaya air yang tersedia. optimasi yang dilakukan dengan menggunakan pembatas sebagai berikut : 3
∑ Ci . Xi
≤ Qj .....................................................................(23)
i =1
Dimana : Ci = Kebutuhan air masing-masing (penduduk, industri dan pertanian liter/detik/hari) Xi = Jumlah penduduk optimum, jumlah industri optimum atau luas lahan optimum yang dihasilkan. Qj = Ketersediaan debit sungai Cidanau. Setelah diperoleh jumlah penduduk optimum, jumlah industri optimum dan luas lahan optimum maka dapat diketahui besarnya debit optimum untuk masing-masing kebutuhan. Untuk irigasi, debit optimum
yang diperoleh tidak langsung digunakan sesuai dengan luas optimum, tetapi harus disesuaikan dengan pola tanam yang diterapkan. Optimasi luas areal untuk masing-masing pola tanam dapat dilakukan dengan metode program linier yakni dengan menyusun formulasi permasalahan sebagai berikut : apabila aij merupakan luas areal tanaman j di daerah sub seksi i, dan qijt merupakan besar kebutuhan air irigasi setiap satuan luas dari tanaman j pada waktu t didaerah sub seksi i, maka qijt aij merupakan besar kebutuhan air daerah sub seksi i seluas a dengan jenis tanaman j pada waktu t. Total keperluan air tanaman di daerah tersebut adalah jumlah kebutuhan air tanaman dengan rumus : n
∑ i =1
qit =
n
∑
i =1
qijt . aij .........................................................(24)
dimana : qit = keperluan irigasi daerah sub seksi i pada waktu t, aij = luas areal, n
= jumlah jenis tanaman.
Jumlah keperluan air pada seksi adalah jumlah keperluan air semua sub seksi. Jumlah keperluan ini akan dibatasi oleh jumlah air irigasi yang tersedia pada seksi, dinyatakan dalam rumus pertidaksamaan sebagai berikut : n
∑q i =1
it
≤ Qt ...........................................................................(25)
dimana Qt merupakan air irigasi tersedia pada seksi pada waktu t, n adalah jumlah seksi. Agar air irigasi yang tersedia dapat berguna secara optimal maka luasan yang diairi harus maksimal. Luasan tersebut akan dibatasi oleh luas areal yang ada, dinyatakan dengan pertidaksamaan sebagai berikut : n
∑
j =1
aij ≤ ai ..........................................................................(26)
diman ai adalah luas areal daerah sub seksi i. Menurut Hall (1970), apabila tanah didaerah tersebut lebih dari satu jenis, misalnya sejumlah k, maka pemecahan dapat dilakukan dengan memasukkan faktor jenis tanah tersebut kedalam persamaan atau pertidaksamaan, sehingga di dapat aijk, qijkt, dan aik masing-masing aij, qijt,
dan ai dengan jenis tanah k. Selanjutnya agar pola tanam yang didapat secara ekonomis menguntungkan, maka formulasi permasalahan tersebut menjadi : Fungsi tujuan :
Maksimumkan Z =
n
n
i =1
j =1
∑ ∑
c j . aij ............................................(27)
Fungsi kendala : 1. 2.
m
n
i =1
j =1
∑ ∑ n
∑
j =1
3.
qijt . aij ≤ Qt ..............................................................(28)
a ij ≤ ai ...........................................................................(29)
aij ≥ 0 , qijt ≥ 0 ........................................................,........(30)
dimana cj merupakan koefisien keuntungan dari pola tanam dari tanaman j. Pada formulasi permasalahan pola tanam diatas dibedakan atas pola tanam padi dan pola tanam non padi. Hal ini mengingat adanya lahan kering dan lahan sawah di daerah DAS Cidanau, Berdasarkan luasan lahan telah ditentukan luas lahan minimum untuk padi untuk menjamin produksi padi guna memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah tersebut. Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam program linier tersebut diatas adalah : 1. Besar kehilangan air selama penyaluran dan efisiensi pengaliran air setiap bagian daerah dianggap sama. 2. Besar debit air tersedia (Qt) tetap. 3. Laju perkolasi dan efisiensi pemberian air sama untuk berbagai daerah dalam satu daerah irigasi. 4. Curah hujan menyebar rata di seluruh daerah irigasi.
DIAGRAM ALIR TAHAP PENELITIAN
Start
-
Input : Kebutuhan air penduduk Kebutuhan air industri Kebutuhan air pertanian Jumlah penduduk Jumlah industri Debit air tersedia Penyaluran & distribusi air
Kebutuhan air tiap objek
tidak
Apakah air tercukupi untuk tiap objek ya -
Debit optimum penduduk
Output : Jumlah Penduduk Jumlah Industri Luas lahan pertanian
Debit optimum industri
Debit optimum Pertanian A
A Kebutuhan air tanaman & curah hujan efektif
Luas lahan tersedia
Debit air optimum
Alternatif pola tanam
Kebutuhan air tiap pola tanam
Apakah air mencukupi untuk pola tanam terpilih ya Luas optimum sesuai pola tanam terpilih
Selesai
Gambar 2. Diagram alir tahap penelitian.
tidak
Tabel 5. Satuan data penelitian No.
1.
Data
Data klimat (1995 – 2005) a. Curah hujan (mm/bln)
Tempat Memperoleh
1. Stasiun Klimatologi Serang dan Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor.
b. Temperatur rata-rata (° C) c. Kelembabab udara (%) d. Kecepatan angin (m/s) e. Penyinaran matahari (%) 2.
Debit Sungai Cidanau
2. BP DAS Ciujung – Ciliman.
3.
Jumlah Penduduk DAS
3. Serang dalam Angka dan FKDC.
Cidanau 4.
Jumlah Industri
4. Serang dalam Angka
5.
Koefisien Tanaman
5. Doorenbos, J. And W.O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water Requirement. Food and Agricultural Organization. Rome.
6.
Luas Penggunaan Lahan
6. Peta Penggunaan Lahan DAS Cidanau dan FKDC.
7.
Peta Penggunaan Lahan DAS 7. FKDC. Cidanau
8.
Peta Topografi
8. Bakosurtanal.
9.
Harga air domestik rumah
9. PDAM Serang.
tangga dan industri 10.
Harga air pertanian
10. Dinas Pengairan Serang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM DAERAH 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau, DAS ini merupakan salah satu DAS penting di wilayah Propinsi Banten, secara geografis DAS Cidanau terletak di antara 06o 07’ 30” – 06o 18’ 00” LS dan 105o 49’ 00” – 105o 04’ 00” BT. DAS Cidanau mencakup kawasan seluas 22620 Ha (catchment area), (Sumber: RTL DAS Cidanau), yang mencakup wilayah kabupaten Pandeglang (999.29 Ha) dan kabupaten Serang (21620.71 Ha). DAS Cidanau merupakan suatu kawasan dengan topografi yang didominasi oleh pegunungan disebelah utara-barat dan dataran rendah disebelah selatan dan timur, mencakup 34 desa pada 5 wilayah kecamatan di kabupaten Serang (kecamatan Cinangka, Mancak, Pabuaran, Ciomas, Padarincang) dan 4 desa di kecamatan Mandalawangi kabupaten Pandeglang. Selain memiliki sumberdaya air yang sangat potensial, DAS Cidanau memiliki situs konservasi yang endemik, yaitu Rawa Danau, kawasan rawa seluas 2500 hektare dan ditetapkan sebagai cagar alam oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 16 November 1921. Kemudian Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 1996 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Perda Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pola Dasar Kabupaten Serang yang menetapkan Rawa Danau sebagai kawasan cagar alam. Selama ini pengelolaan DAS Cidanau dilakukan secara parsial dan individual baik dalam perencanaan maupun tataran implementasinya. Kemudian sejak Banten dijadikan propinsi pemerintah mulai membuka mata terhadap nilainilai strategis yang dimiliki DAS Cidanau, setelah muncul konflik kepentingan antara daerah wilayah tangkapan dengan daerah wilayah pemanfaat. Pengelolaan yang maksimal terhadap DAS Cidanau dianggap penting oleh Pemerintah Propinsi Banten untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Untuk mendukung cita-cita ini, Pemprop Banten menilai pengelolaan DAS Cidanau akan berhasil kalau dilakukan secara terintegrasi dengan mengacu pada konsep one river basin, one plan and one management. Singkatnya pengelolaan DAS Cidanau didasarkan pada prinsip
satu
kesatuan
ekosistem,
prinsip
ekonomi,
dan
prinsip
keseimbangan antara ekonomi dan ekologi. Selain itu strategi pengelolaan kawasan konservasi ini antara lain, mengamankan perairan DAS Cidanau termasuk keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, memantau ekosistem DAS Cidanau yang meliputi kondisi dan dinamika fisik, kimia, biologi perairan dan pemanfaatan potensinya bagi masyarakat, serta memanfaatkan ekosistem DAS Cidanau secara lestari dan seimbang bagi kepentingan masyarakat. Air dari Rawa Dano itu mengalir ke laut melalui satu-satunya sungai yang disebut Sungai Cidanau. Selain dari Rawa Dano, Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau juga menampung air dari sejumlah sungai dan anak sungai, seperti Sungai Cisalak, Cikalumpang, Cisumur, Cikarasak, Cibuntu, Cisaar, Ciapus, Cisumur, Cilahum, Cisaat, Ciomas, Cibarugbug, Cigalusun, dan Sungai Cirakah Gede. Fungsi DAS Cidanau itu sangat vital dalam penyediaan air bagi warga Serang dan Cilegon serta industri di Cilegon. Air di kawasan tersebut disedot oleh PT Krakatau Tirta Industri (KTI), salah satu anak grup PT Krakatau Steel, dan ditampung di Waduk Krenceng, Desa Kebonsari, Kecamatan Citangkil, Cilegon, untuk menyuplai air bagi industri dan warga. 2. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi bertujuan untuk mengetahui siklus air (daur hidrologi)
di
suatu
daerah,
serta
meliputi
proses–proses
yang
mempengaruhinya, penekanan dalam hal ini diutamakan pada siklus air yang dijumpai di daratan. Parameter–parameter dalam hidrologi ini meliputi curah hujan sebagai komponen masukan, karakteristik sungai dan debitnya, serta besarnya evapotranspirasi. Semua komponen itu sebagai komponen utama yang akan dipergunakan dalam menghitung besaran neraca air.
a) Iklim
Keadaan iklim dilokasi penelitian, beriklim tropis seperti halnya di Indonesia pada umumnya, iklim tropis ini terdiri dari musim hujan dan musim kemarau. Akibatnya di daerah ini terjadi variasi dari keadaan suhu, kelembaban nisbi udara, keadaan air permukaan, besarnya curah hujan maupun evapotranspirasi. b) Suhu
Suhu udara rata–rata bulanan dilokasi penelitian berdasarkan rekaman data dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Serang berkisar antara 26.4 oC – 27.0 oC. Suhu rata–rata yang relatif rendah terjadi pada bulan Februari dan relatif tinggi pada bulan November. c) Kelembaban Nisbi Udara
Kelembaban nisbi udara rata–rata ini juga sangat bervariasi, karena sangat bergantung dari musimnya, dimusim penghujan kelembaban akan
lebih
tinggi
bila
dibandingkan
pada
musim
kemarau. Kelembaban di lokasi penelitian berkisar antara 77.5 % hingga 83.5 %, kelembaban terendah terjadi pada bulan Oktober dan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Februari. d) Lama Penyinaran Matahari
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kelembaban nisbi udara, yang merupakan fungsi terbalik, artinya apabila lama penyinaran matahari presentasinya kecil, maka kelembaban nisbi udara akan tinggi. Lama penyinaran matahari rata–rata bervariasi antara 35.0 % sampai 70.0 %, untuk lama penyinaran matahari yang terendah terjadi pada bulan Januari dan lama penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Juli. e) Curah Hujan
Di DAS Cidanau terdapat 4 (empat) stasiun pengamatan curah hujan, yaitu stasiun Mancak, Padarincang, Ciomas dan stasiun Pabuaran. Hasil rekaman curah hujan rata–rata tahunan di stasiun mancak berkisar 2592 mm/tahun, Padarincang 3341 mm/tahun,
Ciomas 2448 mm/tahun dan stasiun Pabuaran 1802 mm/tahun. Curah hujan dari empat stasiun yang ada di DAS Cidanau dihitung rataratanya dengan menggunakan metode aritmatik. Tabel 6. Data Iklim Stasiun Klimatologi Serang Lama Suhu Kecepatan Penyinaran Bulan Udara Angin Matahari o ( C) (m/s) (%) Januari 337 82.2 44 26.5 3 Februari 333 83.7 35 26.4 4 Maret 226 83.2 54 26.7 3 April 247 83.5 61 26.7 3 Mei 207 83.1 67 27.0 2 Juni 200 81.5 68 26.8 2 Juli 193 80.5 70 26.3 2 Agustus 115 78.0 76 26.3 3 September 117 77.5 71 26.8 3 Oktober 208 78.5 61 27.0 3 November 220 80.0 46 26.9 3 Desember 247 81.9 43 26.6 4 Sumber : Badan Meteorologi Serang, 2003 dan Badan Meteorologi Darmaga, Bogor 2005 Curah Hujan (mm)
Kelembaban Nisbi Udara (%)
3. Tanah
Setiap jenis tanah mempunyai ketahanan terhadap erodibilitas yang berbeda-beda, sedangkan jenis tanah ditentukan oleh batuan induk, pembentukannya dan proses pembentukan tanah tersebut. Jenis tanah yang terdapat di wilayah DAS Cidanau adalah Alluvial, Regosol, Latosol dan Glei. Setiap jenis tanah tersebut diatas, masing-masing mempunyai kriteria sebagai berikut : 1) Tanah alluvial Tanah alluvial adalah tanah-tanah yang dihasilkan oleh pengendapan karena air. Tanah ini menempati daerah aliran yang berlereng, datar sampai berombak (0 - 8 %). Bahan induknya tergantung dari bahan asalnya, biasanya mempunyai kedalaman efektif tanah (solum) yang
dalam. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pertanian (sawah) dan perikanan apabila tersedia air irigasi sepanjang tahun. 2) Tanah regosol Tanah ini terdapat didaerah pantai atau daerah lembah. bertekstur kasar, bahan induknya berskala dari batuan vulkanik atau reduksial, karena teksturnya kasar maka daya menyimpan air kecil. 3) Tanah latosol Tanah ini mempunyai solum dangkal sampai dalam, warna tanah kuning sampai coklat. Induk vulkan atau plutonik, bersifat intermidier sampai biasa. kesuburan tanahnya pada umumnya rendah sampai sedang sehingga tidak mudah tererosi dan tidak mudah longsor. Tabel 7. Jenis Tanah dan Penyebarannya di DAS Cidanau No
1 2 3 4 5 6
Jenis Tanah
Penyebaran
Alluvial Regosol Kelabu Regosol Kelabu kekuningan Latosol Coklat Latosol Coklat Kemerahan Latosol Merah Kekuningan
Kecamatan Cinangka Kecamatan Cinangka Kecamatan Pabuaran dan Padarincang Kecamatan Ciomas Kecamatan Ciomas dan Padarincang Kecamatan Cinangka, Mandalawangi dan Padarincang 7 Assosiasi Latosol Coklat dan Kecamatan Padarindang dan Latosol Coklat Kekuningan Mandalawangi 8 Assosiasi Latosol Coklat Kecamatan Mancak, Pabuaran dan Kemerahan dan Latosol Coklat Cinangka 9 Assosiasi Glei Humus dan Kecamatan Padarincang, Pabuaran, Aluvial Kelabu Mancak dan Cinangka Sumber : Peta Tanah Tinjau DAS Cidanau. 4) Tanah glei Tanah glei (aqueptsi) meliputi tanah alluvial yang berupa sub recent deposit yang telah mengalami perkembangan profil yang lanjut dibandingkan dengan tanah alluvial biasa yang di klasifikasikan sebagai Glei Humik Rendah, Hidromorfik Kelabu dan Planosol. Pada daerah-daerah yang mempunyai irigasi yang cukup maka tanah glei cocok digunakan untuk padi sawah.
Biasanya jenis tanah ini bertekstur ringan dibagian atas dan berat dibagian bawah, juga mempunyai kandungan besi dan mangan yang menyertai warna glei. Pada lahan sawah, lapisan permukaan berkonsentrasi kuat dengan kadar air pada bagian bawah lapisan bajak membentuk profil, sedangkan prosentase kuarsa lebih tinggi pada lapisan bajak. 4. Topografi dan Bentuk Wilayah
Derajat kemiringan dan panjang lereng merupakan dua sifat yang utama dari topografi yang dapat mempengaruhi erosi, dengan makin curam dan makin panjang lereng maka makin besar kecepatan run-off dan bahaya erosi. Data dari kelerengan di wilayah DAS Cidanau terbagi menjadi 5 kelas kelerengan yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Kelas Kelerengan DAS Cidanau Kelas
Kelerengan
Kemiringan Prosentasi Luas Lereng Kemiringan Lereng (%) 1 Datar 0–8% 39.36 2 Landai 8 – 15 % 15.16 3 Agak Curam 15 – 25 % 19.19 4 Curam 25 – 40 % 14.63 5 Sangat Curam > 40 % 11.66 Sumber : RTI. DAS Cidanau-Bapeda Kabupaten Serang dan BRI. KT DAS Citarum-Ciliwung.
Secara umum keadaan topografi DAS Cidanau berbentuk seperti cawan terbuka, dimana bagian tengahnya terhampar dataran yang dikelilingi oleh bukit-bukit curam dibagian timur dan utara, sedangkan bagian selatan relatif datar. Kecepatan pengaliran air pada tanah yang datar akan lebih kecil apabila dibandingkan dengan tanah yang miring. Pada topografi yang datar air hujan meresap kedalam tanah, sehingga laju erosinya kecil sedangkan pada topografi yang miring, akan mempercepat terjadinya berbagai erosi air, sehingga dapat membatasi dalamnya solum karena erosi akan membawa tanah lapisan top soil ke permukaan yang lebih rendah sebagai sedimen.
5. Penggunaan Lahan
Sebaran penggunaan lahan yang berada di dalam DAS Cidanau yang diolah dari hasil interpretasi dan informasi sumber data peta penggunaan lahan BPN, peta topografi dan data photo udara serta hasil uji pemeriksaan di lapangan terhadap hasil interpretasi dengan pengolahan database, menunjukkan sebaran hutan belukar seluas 2814.41 ha, hutan rawa seluas 1433.47 ha, rawa atau danau rawa seluas 306.8 ha, kebun campuran seluas 8174.88 ha, perkebunana karet seluas 16.32 ha, sawah seluas 6708.95 ha, tegalan seluas 67.45 ha dan pemukiman seluas 386.95 ha. Penggunaan lahan DAS Cidanau berdasarkan persentase dari luas wilayah ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 9. Penggunaan Lahan DAS Cidanau No.
Penggunaan Lahan 1 Sawah 2 Semak 3 Kebun campuran 4 Rawa 5 Ladang 6 Hutan 7 Pemukiman Jumlah Sumber : RUBRD, IPB.
Luas (Ha)
Prosentase
6786 6107 3619 2035 2035 1583 455 22620
30 % 27 % 16 % 9% 9% 7% 2% 100 %
Dengan mengetahui rata-rata pemilikan lahan pada suatu wilayah maka
dapat
diketahui
sejauh
mana
kesejahteraan
petani
yang
bersangkutan. Masyarakat DAS Cidanau, secara umum bermata pencaharian sebagai petani (36 %) dengan luas lahan pertanian mencapai 75 % dan pemilikan lahan untuk pertanian adalah bervariasi yaitu rata-rata di bawah 1 ha dan terbanyak rata-rata antara 0.2 -0.5 ha. Pemanfaatan lahannya lebih banyak berupa lahan sawah dan lahan irigasi baik teknis maupun non-teknis seluas 5193.35 ha, tanah tegalan yang ditanami sawah tadah hujan seluas 1235 ha, dan berupa kebun rakyat juga hutan rakyat seluas 3309 ha, sedangkan luas penggunaan sawah adalah 4359 .15 ha.
6. Kependudukan
Perkembangan fisik, perekonomian serta sosial budaya daerah sangat ditentukan oleh perubahan keadaan dan kondisi penduduk setempat. Jumlah penduduk di DAS Cidanau sekitar 358211 jiwa, jumlah ini merupakan penduduk yang tinggal di Kabupaten Serang, dan jumlah penduduk yang tinggal di Mandalawangi, Pandeglang. Tingkat laju pertumbuhan penduduk di DAS Cidanau mencapai 3 % per tahun. Sehubungan dengan jumlah penduduk yang menempati setiap ruang, maka aktivitas masyarakat banyak menggantungkan pada lahan. Untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan penduduk terhadap lahan tersebut, maka dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas lahan, yang dibedakan berdasarkan kepadatan geografis dan kepadatan agraris. Kepadatan geografis diartikan sebagai perbandingan jumlah penduduk yang berdomisili di wilayah tersebut dengan luas wilayah dalam satuan jiwa/ha. Sedangkan kepadatan agraris diartikan sebagai perbandingan jumlah penduduk sebagai petani dengan luas lahan yang dipergunakan untuk pertanian dalam satuan jiwa/ha. Menurut perhitungan, kepadatan penduduk di wilayah DAS Cidanau berdasarkan kepadatan agraris lebih padat bila dibandingkan perhitungan berdasarkan
kepadatan
penduduk
geografis.
Kepadatan
penduduk
geografis tertinggi terdapat di desa Kramat Laban kecamatan Padarincang sekitar 23 jiwa/ha dan kepadatan agraris sebesar 26 jiwa/ha yaitu desa Luwuk kecamatan Pabuaran. Pola kegiatan penduduk di DAS Cidanau didominai oleh sektor pertanian, selain itu mata pencaharian penduduk adalah sebagai pedagang, pegawai negeri, pertukangan dan lain-lain. 7. Industri
Tersebar di lima kecamatan yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang, Mancak, dan Pabuaran. Berupa usaha batu, kue, meubelair, elektronik, tahu-tampe, gula merah dan industri anyaman. Industri-industri tersebut termasuk dalam kategori industri kecil sampai dengan sedang. Industri
terbesar yang mengambil air dari sungai Cidanau adalah PT. KTI yang terletak di Cilegon. 8. Pertanian
Tanaman pertanian yang biasa ditanam di DAS Cidanau diantaranya padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan sayuran. Desa Cikumben, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang adalah penghasil terbesar ubi jalar, ubi kayu dan jagung. Sistem pola tanam yang biasa digunakan dalam lahan sawah irigasi adalah padi-padi–padi atau padi-padi-palawija/sayuran. Sedangkan sistem pola tanam pada daerah tadah hujan adalah padi-palawija-sayuran atau padi-palawija/sayuran-bera. Dengan banyaknya pola tanam yang ada dan masa tanam yang tidak teratur maka sering dirasakan kekurangan air pada musim kemarau antara bualan April sampai dengan bulan September. Untuk pola tanam padi sepanjang tahun umumnya dilakukan oleh petani pada daerah-daerah yang lahannya dekat dengan saluran irigasi di daerah hulu, karena dianggap lahannya tidak kekurangan air. Padi tanam pertama umumnya ditanam antara bulan Oktober sampai Desember, sedangkan padi kedua atau padi gadu ditanam pada bulan Februari sampai bulan April. Tanaman palawija umumnya ditanam pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli. Masa pengolahan tanah, masa tanam dan masa pertumbuhan dari setiap pola tanam memberikan gambaran jumlah dan waktu keperluan air irigasi. Dengan tidak mengabaikan kebiasaaan petani dalam pola pertanaman yang telah dilakukan, maka untuk merancang pola tanam yang sesuai dengan ketersediaan air irigasi yang ada dilakukan optimasi berbagai alternatif pola tanam yaitu : 1. Padi – padi – palawija (Oktober) 2. Padi – padi – palawija (November) 3. Padi – padi – palawija (Desember) 4. Padi – padi – bera (Oktober) 5. Padi – padi – bera (November) 6. Padi – padi – bera (Desember)
7. Padi – padi – padi (Oktober) 8. Padi – padi – padi (November) 9. Padi – padi – padi (Desember) Untuk setiap tanam padi dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu kemudian dilakukan penggenangan sampai umur tiga bulan. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah adalah 5 mm/hari, sedangkan untuk penggenangan sebesar 1 mm/hari. Pola tanam alternatif yang tersebut diatas, terdapat tiga golongan pola tanam dimana masing-masing pola tanam ditanam pada bulan yang berbeda yaitu Oktober, November dan Desember. Hasil optimasi diharapkan dapat menentukan jenis pola tanam yang sesuai dengan ketersediaan air dan luas lahan. Berdasarkan pola tanam yang dihasilkan dari optimasi diharapkan tanaman tidak kekurangan air dan dapat meningkatkan pendapatan petani. B. KETERSEDIAAN AIR DAS CIDANAU
Air merupakan sumberdaya alam terbaharukan, dan memegang peranan penting sebagai sumber pasokan kebutuhan untuk berbagai keperluan. Pemanfaatan sumberdaya air dan pengolahannya merupakan faktor penting dan mempunyai peranan yang menentukan dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada umumnya. Dalam hubungan ini disamping pengembangan sumberdaya air perlu peningkatan pengelolaan dan efisiensi penggunaannya untuk berbagai keperluan diantaranya domestik, industri dan pertanian. Pertanian beririgasi merupakan pengguna air terbesar. Pada umumnya lebih 80% dari air yang ada dicurahkan khusus untuk pertanian. Tetapi karena biasanya air disalurkan dengan gratis atau dengan tarif yang banyak disubsidi, maka kecil sekali dorongan niat untuk menggunakan air secara efisien, dan retribusinya, jika ada, tidak akan mencukupi untuk pemeliharaan yang layak. Maka hasilnya ialah penggunaan yang sangat tidak efisien, efisiensinya kirakira hanya di bawah 40 % untuk seluruh dunia dan kemerosotan mutu yang semakin melaju pada sistem yang semakin besar.
DAS Cidanau merupakan salah satu sumber air yang dimiliki Propinsi Banten yang memiliki manfaat serta nilai ekonomis yang sangat strategis. Sumber air ini akan sangat berguna bagi kebutuhan masyarakat dan industri di Kota Cilegon serta kebutuhan air di kabupaten/kota lainnya. 1. Debit DAS Cidanau
Cidanau dengan luas 22620 hektare merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas pembangunan di Propinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan kota Cilegon, dengan potensi debit rata-rata 2000 liter/detik. Pengelolaan DAS Cidanau terhambat karena sistem birokrasi, berkaitan dengan otonomi daerah yang diberlakukan pada tingkat kabupaten/kota. Untuk itu, perlu dibuat kebijakan bersama antar pemerintah daerah dan berusaha untuk membangun kesepahaman antara pemerintah kabupaten Pandeglang, Serang dan kota Cilegon yang difasilitasi oleh pemerintah propinsi Banten. Selain kendala dari sistem birokrasi, sebagian besar daerah tangkapan DAS Cidanau merupakan milik warga yang sangat sulit untuk mengawasinya. Pola pemanfaatan lahan inilah yang menyebabkan menurunnya fungsi resapan air dan mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan dengan koefisien 15.85 m/detik, yang kemudian menyebabkan tingginya erosi aktual, yaitu 140 ton/ha/tahun dan sedimentasi 480 ton/ha/tahun, serta menurunnya debit air Sungai Cidanau dari rata-rata per bulan 11.29 m3/detik pada tahun 1922-1936 menjadi 7.35 m3/detik pada 1980-1992. Kondisi ini masih jauh di atas proyeksi kebutuhan air kawasan industri Cilegon sampai dengan tahun 2010. Menurut studi yang dilakukan Japan International Corporation Agency (JICA) tahun 1992, kebutuhan air domestik pada 2005 di Banten sebesar 0.97 m3/detik/tahun dan air industri 2.70 m3/detik/tahun. Jadi jumlah kebutuhan air secara keseluruhan 3.67 m3/detik/tahun. Sementara itu, proyeksi untuk kebutuhan air bersih tahun 2010, hasil studi JICA menyatakan, kebutuhan air domestik 1.33 m3/detik/tahun dan untuk air industri 3.61 m3/detik/tahun, jumlahnya 4.94 m3/detik/tahun.
Kalau kita mengacu pada hasil studi JICA ini, penyediaan air baku sampai 2010 dikaitkan dengan potensi DAS Cidanau, tampaknya belum terlalu mengkhawatirkan. Namun, kecenderungan penurunan debit air DAS Cidanau tetap harus diwaspadai. Saat ini luas lahan kritis DAS Cidanau 720.08 hektare dengan perincian kecamatan Cinangka, kabupaten Serang seluas 314.60 hektare, kecamatan Mancak, Serang, 13.50 hektare, kecamatan Pabuaran, Serang, seluas 242.78 hektare, kecamatan Ciomas, Serang, 22.00 hektare, kecamatan Padarincang Serang, 125.20 hektare dan kecamatan Mandalawangi, Pandeglang, 2 ha. Namun, bagaimanapun validitas data ini masih harus dikaji lebih lanjut karena belum ada penelitian baru untuk menguji kembali kebenaran hasil studi yang yang dilakukan JICA 14 tahun yang lalu. Besarnya debit rata-rata sepuluh tahun terakhir disajikan dalam Lampiran 10. Kecenderungan dari debit Cidanau Disajikan dalam grafik berikut :
D e b it (lite r/d e tik )
14000.00 12000.00 10000.00 8000.00 6000.00 4000.00
Ju l Ag st Se p Ok t No v De s
n
ar Ap r M ei Ju n
M
Fe
Ja
b
2000.00
Bulan
Debit Sungai Cidanau
Gambar 3. Grafik ketersediaan air di DAS Cidanau. 2. Manfaat Debit Cidanau
Seperti dijelaskan diatas, bahwa DAS Cidanau merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas pembangunan di Propinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan kota Cilegon. Masyarakat didaerah ini memanfaatkan DAS Cidanau sebagai sumber air utama untuk kelangsungan hidup mereka.
Air digunakan manusia untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri, pembangkit energi (tenaga listrik), transportasi, dan untuk keperluan lainnya. PT Krakatau Tirta Industri (KTI), anak perusahaan pabrik baja PT Krakatau Steel Cilegon yang berlokasi di kampung Krenceng, Cilegon, dan bergerak di bidang industri air besih, khususnya sebagai produsen sekaligus pemasok air bersih untuk Kawasan Industri Krakatau dan sekitarnya. PT Krakatau Tirta Industri (KTI), mengambil air baku dari sungai Cidanau dan diolah manjadi air bersih melalui Water Treatment Plant yang terdiri dari beberapa pentahapan proses antara lain flokulasi, sedimentasi,
filtrasi
yang
diikuti
dengan
disinfektan.
Kapasitas
3
pengambilan air dari DAS Cidanau 2 m /detik sesuai dengan kapasitas pipa yang terpasang, namun saat ini yang beroperasi hanya 60 % dari kapasitas yang tepasang. C. SATUAN KEBUTUHAN AIR 1. Penduduk
Kebutuhan air penduduk meliputi kebutuhan air minum yang bersih dan sehat, memasak dan mencuci. Besarnya debit air yang dibutuhkan penduduk/domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan perkiraan besarnya kebutuhan air penduduk perhari. Kebutuhan dasar air untuk setiap orang dalam penelitian ini diambil 30 liter/hari, dan dianggap sama untuk tiap-tiap orang tanpa melihat status sosial maupun umur. Dalam penelitian ini kebutuhan domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang mengambil air langsung dari DAS Cidanau. Penentuan jumlah penduduk ini dianalisis berdasarkan pada daerah yang mempunyai peluang besar untuk mengambil air secara langsung di Sungai Cidanau maupun sub-sub DASnya. Daerah tersebut yaitu desa-desa yang letaknya dekat dengan sungai maupun sub-sub sungai Cidanau. Data yang diperoleh antara lain : a. Kecamatan Cinangka, desa Cikolet dan desa Kubang Baros dengan jumlah penduduk yang mengambil air langsung sekitar 8962 jiwa.
b. Kecamatan Mancak, desa Cikedung dengan jumlah penduduk yang mengambil air langsung sekitar 1235 jiwa. c. Kecamatan Ciomas, desa Cisitu, Lebak, Pondok Kaharu dan Sukadana dengan jumlah penduduk yang mengambil air langsung sekitar 12122 jiwa. d. Kecamatan Padarincang, desa Batukuwung, Bogel, Cisaat, Kramat Laban dan Padarincang dengan jumlah penduduk yang mengambil air langsung sekitar 22372 jiwa. e. Kecamatan Mandalawangi, desa Ramea dengan jumlah penduduk yang mengambil air langsung sekitar 2828 jiwa. Berdasarkan data-data diatas total jumlah penduduk yang mengambil air lansung ke sungai maupun sub-sub sungsi DAS Cidanau sebesar 47519 jiwa. 2. Industri
Industri terbesar yang menyedot air Cidanau adalah PT. KTI yaitu sebesar ± 1500 liter/detik. Hasil penjernihan air yang dilakukan PT. KTI digunakan untuk memenuhi kebutuhan air untuk industri dan domestik dikawasan Serang dan Cilegon. Terdapat 120 industri yang dilayani oleh PT. KTI diantaranya PT. Krakatau Steel, PLTU Suralaya, industri-industri di kawasan
industri Krakatau Steel, industri kimia di Ciwandan dan
Merak. Debit keluaran untuk industri yang berasal dari PT. KTI sebesar 1100 liter/detik. Selain PT. KTI industri yang mengambil air dari DAS Cidanau hanya berupa industri-industri kecil yang tersebar di lima kecamatan yaitu kecamatan Cinangka, Padarincang, Mancak, dan Pabuaran. Besarnya kebutuhan air untuk industri kecil berdasarkan pada kriteria yang dijabarkan oleh Poerwanto, 1995 yaitu untuk industri besar berkisar 151 – 350 m3/hari, industri sedang berkisar 51 – 150 m3/hari, dan industri kecil berkisar 5 – 50 m3/hari. Berdasarkan data tersebut besarnya debit untuk industri dalam penelitian ini adalah 50000 m3/hari.
3. Pertanian
Pertanian merupakan mata pencaharian utama warga disekitar DAS Cidanau, 30 % dari luas catchment area adalah lahan sawah yaitu sekitar 6786 ha dan 5193.35 ha merupakan lahan sawah beririgasi baik teknis maupun non teknis. Mengingat luasnya lahan sawah beririgasi didaerah ini maka perlu adanya pola tanam yang tepat agar kebutuhan akan air bagi tanaman tercukupi dengan baik, sehingga akan memaksimumkan hasil produksinya. Selain pola tanam, waktu penanamannyapun harus sesuai dengan ketersediaan air. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu cara untuk mengetahui pola tanam yang baik dan waktu penanaman yang tepat. Salah satunya
adalah
dengan
optimasi
dengan
menggunakan
Linear
Programming (LP). a. Kebutuhan air tanaman (ET Crop)
Penentuan
evapotranspirasi
tanaman
dilakukan
dengan
pendugaan dari evapotranspirasi acuan atau potensial yang ditentukan dari data iklim DAS Cidanau. Selanjutnya ditentukan pula koefisien tanaman yang sesuai dengan alternatif pola tanam yang dipilih, dengan demikian dapat ditentukan evapotranspirasi tanamannya. Penentuan evapotranspirasi potensial (ETo) dilakukan dengan menggunakan metode Penman-Monteith. Penentuan evapotranspirasi potensial ini dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer Cropwat.
Data-data
yang
dibutuhkan
untuk
menghitung
evapotranspirasi potensial dengan menggunakan bantuan Cropwat antara lain: •
Temperatur rata-rata,
•
Kelembaban udara,
•
Kecepatan angin, dan
•
Lama penyinaran matahari.
Data-data tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi setempat. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode PenmanMonteith, besar evapotranspirasi potensial tiap bulan didaerah penelitian disajikan pada tabel 10.
Tabel 10. Evapotranspirasi Potensial Bulanan DAS CIdanau Bulan
ETo (mm/hari)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Untuk
menentukan
4.0 3.8 4.2 4.1 3.9 3.8 3.9 4.1 4.8 4.7 4.2 4.6 evapotranspirasi
tanaman
(ETc)
dipergunakan nilai koefisien tanaman (Kc) yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Nilai koefisien tanaman padi disajikan dalam tabel 10. Menurut Doorenbos dan Pruit (1977), nilai koefisien tanaman untuk palawija rata-rata setiap setengah bulannya adalah 0.5; 0.7; 0.95; 1.0; 0.95 dan 0.9. Tabel 11. Nilai koefisien tanaman (Kc) Padi untuk berbagai tahap pertumbuhan Jenis tanaman
Tahap pertumbuhan
1 2 Padi Rendeng 1.1 1.05 Padi gadu 1.1 1.25 Sumber : Doorenbos dan Pruit, 1977.
3 0.95 1.0
Berdasarkan ETo setiap bulan dan nilai Kc masing-masing tanaman dan sesuai dengan tahap pertumbuhannya, maka besarnya ETc sesuai dengan pola tanam alternatif disajikan dalam lampiran 15. b. Penentuan Perkolasi
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran perkolasi secara langsung di lapangan tetapi untuk mendapatkan nilai perkolasi digunakan pendekatan nilai perkolasi pada jenis tanah yang ada di lokasi penelitian. Nilai perkolasi yang dipakai adalah 1.5 mm/hari.
c. Penentuan Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif dalam perhitungannya menggunakan metode US Bereau of Reclamation (USBR) yang dihitung dengan bantuan program komputer Cropwat. Dengan menggunakan rumus (18) dan (19). Data yang digunakan adalah data curah hujan DAS Cidanau selama 10 tahun terakhir tahun 1995 - 2005, data selengkapnya pada lampiran 8. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode USBR, besar curah hujan efektif tiap bulan didaerah penelitian disajikan pada tabel 12. Tabel 12. Curah hujan efektif Bulan
Curah Hujan Efektif (mm/bulan)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
153.3 153.5 117.6 122.4 91.9 61.4 64.5 33.9 41.8 93.2 103.5 129.4
d. Penentuan Kebutuhan Air irigasi
Berdasarkan
hasil
perhitungan
terdahulu
dapat
disusun
kebutuhan air irigsai tiap hektar sawah yang perlu dialirkan dengan menggunakan program Cropwat. Total kebutuhan bersih air disawah untuk tanaman padi dihitung berdasarkan penggunaan air untuk penyiapan lahan, evapotranspirasi tanaman, perkolasi, penggantian lapisan air dan curah hujan efektif, sedangkan total kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman palawija dihitung hanya berdasarkan pada evapotranspirasi tanaman dan curah
hujan efektif dan biasanya tanaman padi membutuhkan air yang relatif lebih banyak dari pada tanaman palawija. Perhitungan
kebutuhan
air
irigasi
dilakukan
dengan
menggunakan bantuan program Cropwat, namun pada prinsipnya cara kerjanya sama dengan perhitungan kebutuhan air menurut Doorenbos dan Pruitt (1977). Hasil perhitungan terhadap kebutuhan air irigasi untuk
tanaman
padi
secara
keseluruhan
dilakukan
dengan
menambahkan besar kebutuhan air untuk pengolahan tanah pada setiap awal bulan musim tanam, selain itu juga dilakukan dengan menambahkan kebutuhan air untuk penggantian lapisan air yang ditambahkan pada awal bulan kedua dan ketiga dari setiap musim tanam. Sedangkan untuk tanaman palawija tidak memperhitungkan kebutuhan air untuk pengolahan tanah dan penggantian lapisan air. Hasil perhitungan selengkapnya pada lampiran 16. e. Ketersediaan air irigasi
Air irigasi diperoleh dari Sungai Cidanau setelah dikurangi dengan kebutuhan air untuk industri dan domestik. adapun besarnya debit untuk irigasi disajikan pada tabel 13. Tabel 13. Debit irigasi yang tersedia Bulan
Debit irigasi (Liter/detik)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
10657 11911 6741 5472 4935 4019 1780 1629 1233 3198 6657 12254
D. ALOKASI DEBIT CIDANAU
Debit sungai yang tersedia berubah-ubah tergantung dari iklim dan daerah tangkapan (Catchment area). Oleh karena itu, pemanfaatan air harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi. Keterbatasan sumberdaya air mengharuskan kita sebagai konsumen air untuk melakukan
pembagian secara tepat dan seefisien mungkin agar air tidak
terbuang sia-sia untuk satu pihak atau terjadi kekurangan air di pihak lain. Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kebutuhan air untuk penduduk, industri dan pertanian. Perhitungan kebutuhan ini akhirnya akan memberikan hasil jumlah penduduk, jumlah industri dan luas lahan yang dapat yang dapat di suplai dari DAS Cidanau. 1. Optimasi Kebutuhan Air
Persamaan atau fungsi tujuan dalam linear programming atau program linier ini adalah untuk memaksimumkan keuntungan dari sumberdaya air yang terbatas apabila air tersebut dinilai dengan uang. Asumsi yang digunakan untuk menentukan harga jual air untuk masing-masing keperluan adalah dengan menggunakan standar harga PDAM. Harga air untuk keperluan domestik seharga Rp 400/m3 atau sama dengan Rp 0.4/liter, harga air untuk keperluan industri seharga Rp 2500/m3 untuk industri yang memakai air diatas 30 m3/hari, harga air untuk irigasi ± Rp 100/m3 (tergantung kebijaksaan daerah setempat). Dari data diatas dibuat suatu persamaan atau fungsi tujuan sebagai berikut : Maksimisasi :
Z =
3
∑ Pi
. Xi
i =1
Z = 0.4 X1 + 2.5 X2 + 0.1 X3 ; 0.4 X1 + 2.5 X2 + 0.1 X3 ≤ 0 Dimana : Pi = Harga air (Rp/liter) X1 = Jumlah penduduk
atau
X2 = Jumlah industri X3 = Luas lahan (sawah) Persamaan atau fungsi pembatas dalam program linier ini adalah masalah ketersediaan debit DAS Cidanau untuk keperluan domestik, industri dan pertanian. Dalam hal ini debit yang digunakan adalah debit Sungai Cidanau setelah dikurangi dengan kebutuhan air untuk PT. KTI sebesar 1500 liter/detik. Debit yang dipakai adalah debit rata-rata bulanan, seperti pada tabel 14. Tabel 14. Debit rata-rata bulanan DAS Cidanau Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Debit awal
Debit setelah dikurangi
(liter/detik)
PT. KTI (liter/detik)
12183.88 13437.58 8268.32 6999.02 6461.60 5546.33 3306.72 3155.69 2760.15 4724.72 8183.73 13780.88
10683.88 11937.58 6768.32 5499.02 4961.60 4046.33 1806.72 1655.69 1260.15 3224.72 6683.73 12280.88
Koefisien persamaan berasal dari kebutuhan air masing-masing keperluan. Kebutuhan domestik 30 liter/hari atau sama dengan 0.0003 liter/detik, kebutuhan industri 50 m3/hari atau sekitar 0.58 liter/detik, kebutuhan ini berdasarkan pada kriteria Purwanto, 1995 untuk industri kecil-menengah. Sedangkan kebutuhan air irigasi diperoleh dari kebutuhan rata-rata dari pola tanam yang diterapkan sekitar 0.26 liter/detik/ha. Dari data diatas dibuat persamaan atau fungsi kendala sebagai berikut : 3
Kendala :
∑ Ci . Xi i =1
≤ Qj
Dimana : Ci = Kebutuhan air masing-masing (penduduk, industri dan pertanian liter/detik/hari) Xi = Jumlah penduduk optimum, jumlah industri optimum atau luas lahn optimum yang dihasilkan. Atau persamaan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut : A1 X1 + B1 X2 + C1 X3 ≤ Q1 A2 X1 + B2 X2 + C2 X3 ≤ Q2 A3 X1 + B3 X2 + C3 X3 ≤ Q3 A4 X1 + B4 X2 + C4 X3 ≤ Q4 A5 X1 + B5 X2 + C5 X3 ≤ Q5 A6 X1 + B6 X2 + C6 X3 ≤ Q6 A7 X1 + B7 X2 + C7 X3 ≤ Q7 A8 X1 + B8 X2 + C8 X3 ≤ Q8 A9 X1 + B9 X2 + C9 X3 ≤ Q9 A10 X1 + B10 X2 + C10 X3 ≤ Q10 A11 X1 + B11 X2 + C11 X3 ≤ Q11 A12 X1 + B12 X2 + C12 X3 ≤ Q12 X1 ≤ 47 519 X1 ≤ 46 Dimana : A1...............12
= Kebutuhan air penduduk (liter/detik)
B1...............12
= Kebutuhan air industri (liter/detik)
C1...............12
= Kebutuhan air irigasi (pertanian, liter/detik)
Q1..............12
= Debit rata-rata bulanan (liter/detik)
Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam program linier tersebut diatas adalah : 5. Besar kebutuhan air penduduk, industri dan irigasi dianggap sama. 6. Besar debit air tersedia (Qt) tetap. 7. Harga air dianggap sama. 8. Nilai input dan output berharga positif. Hasil optimasi terhadap debit DAS Cidanau dengan menggunakan program ABQM didapatkan : jumlah penduduk 47519 jiwa, 46
perusahaan, 4689.29 ha sawah. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 19591. Optimasi yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan air diperoleh kebutuhan domestik sebesar 16.50 liter/detik dengan jumlah penduduk 47519 jiwa, dengan kebutuhan 0.0003 liter/detik kebutuhan industri 27 liter/detik untuk 46 perusahaan dengan kebutuhan akan air 0.58 liter/detik, sedangkan untuk pertanian sebesar 1219 liter/detik dengan luas lahan 4689.29 ha dan kebutuhan rata-rata tananaman 0.26 liter/detik/ha. Jumlah penduduk dan jumlah perusahaan sudah diketahui sebelumnya, hasil yang diharapkan adalah untuk mengetahui luas lahan optimum yang bisa diairi oleh sungai Cidanau setelah debitnya dikurangi untuk keperluan domestik dan industri. Berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan ternyata luas lahan (sawah) yang dapat diairi hanya 4689.29 dari 5193.35 ha sawah irigasi, sehingga sisa lahan yang tidak dapat diairi hanya bisa mengandalkan air hujan untuk pertumbuhannya. 2. Optimasi Pola Tanam.
Alternatif pola tanam yang disarankan adalah pola tanam dengan tiga kali tanam dalam setahun dan dua kali tanam dengan bera. Permulaan musim tanam diusahakan pada waktu musim hujan yaitu bulan Oktober, November dan Desember. Dalam pembahasan ini alternatif pola tanam yang disarankan ada sembilan alternatif dengan enam alternatif tanpa bera dan tiga alternatif dengan bera. Hal ini dilakukan agar air yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimum. Berdasarkan sembilan alternatif pola tanam yang disarankan dan mempertimbangkan ketersediaan air untuk irigasi, maka permasalahan yang ada di formulasikan ke dalam bentuk program linier sehingga dapat ditentukan pola tanam yang optimum. Dalam permasalahn program linier disertakan batasan-batasan yang meliputi luas areal lahan yang harus diairi dan ketersediaan air.
Adapun penyusunan model matematik yang dapat disusun berdasarkan program linier adalah : Maksimisasi :
Z =
9
∑
Li
i =1
Kendala
:
9
∑ Cij
. Li ≤ Qj
i =1
j = 1, 2, 3 ...........12 9
∑
Li ≤ 4689.29
i =1
Li ≤ 0 ; Cij ≤ 0 Dimana : Cij
= Kebutuhan air irigasi untuk pola tanam ke i pada bulan ke j (l/det/ha).
Li
= Luas areal pola tanam (ha).
4689.29 = Luas total lahan (ha). Qj
= 1219 l/det (hasil optimasi pertama). Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam program linier tersebut
diatas adalah : 1. Besar kehilangan air selama penyaluran dan efisiensi pengaliran air setiap bagian daerah dianggap sama. 2. Besar debit air tersedia (Qt) tetap. 3. Laju perkolasi dan efisiensi pemberian air sama untuk berbagai daerah dalam satu daerah irigasi. 4. Curah hujan menyebar rata di seluruh daerah irigasi. Setelah mengetahui parameter-parameter yang diperlukan dalam model linier, maka dengan bantuan perangkat lunak komputer ABQM dapat diperoleh hasil luas pola tanam yang paling optimum yang sesuai dengan jumlah air tersedia.Dari hasil perhitungan didapat lima pola tanam optimal yang sesuai untuk daerah penelitian yaitu :
Tabel 15. Pola tanam hasil optimasi dengan menggunakan ABQM Pola tanam
Masa tanam
Pi –Pi - Pa Oktober Pi –Pi - Pa November Pi –Pi - Pa Desember Pi – Pi – Be Oktober Pi – Pi – Be November Pi – Pi – Be Desember Pi – Pi – Pi Oktober Pi – Pi – Pi November Pi – Pi – Pi Desember Jumlah * Hasil selengkapnya pada Lampiran 18.
Luas (ha)
1562.82 683.73 848.34 3094.89
Hasil yang diperoleh tampak pada tabel 14. terlihat bahwa luasan areal yang optimum relatif kecil jika dibandingkan luas areal yang ada (hasil optimasi sebelumnya). Hal ini disebabkan oleh sedikitnya debit air pada musim kemarau, sehingga menjadikan pembatas yang berpengaruh dalam optimasi ini. Dari luas pola tanam optimum yang terpilih dapat dihitung kebutuhan air secara keseluruhan, sehingga akan terlihat bahwa debit air yang tersedia akan lebih banyak dari debit air yang dibutuhkan. Debit untuk luas lahan 3094.89 ha adalah sebesar 805 liter/detik, sedangkan debit yang tersedia sesuai dengan optimasi pertama untuk luas
Debit (liter/detik)
lahan 4 689. 29 ha adalah sebesar 1219 liter/detik.
12000 11000 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 -1000 0
debit irigasi tersedia debit irigasi yg dibutuhkan debit sisa
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
Bulan
Gambar 4. Grafik keseimbangan air irigasi.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada musim kemarau kebutuhan air irigasi masih dapat dipenuhi, hanya pada bulan september terjadi sedikit kekurangan. Oleh karena itu, hasil optimasi dengan menggunakan program linier diperoleh luas lahan lebih kecil dari luas areal yang ada, karena untuk menghindari kekurangan air.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarakan seluruh serangkaian penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kebutuhan air untuk domestik, industri dan pertanian di Daearah Aliran Sungai (DAS) Cidanau dapat terpenuhi dengan baik pada musim penghujan, namun pada musim kemarau debit sungai berkurang sehingga kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dengan baik. 2. Optimasi yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan air diperoleh kebutuhan domestik sebesar 16.50 liter/detik dengan jumlah penduduk 47519 jiwa, dengan kebutuhan 0.0003 liter/detik kebutuhan industri 27 liter/detik untuk 46 perusahaan dengan kebutuhan akan air 0.58 liter/detik sedangkan untuk pertanian sebesar 1219 liter/detik dengan luas lahan 4689.29 ha dan kebutuhan rata-rata tananaman 0.26 liter/detik/ha. 3. Optimasi pola tanam yang dilakukan dengan 9 alternatif pola tanam. Pola tanam ini adalah Pi – Pi – Pa, Pi – Pi – Be dan Pi – Pi – Pi yang masing-masing pola tanam ditanam pada bulan Oktober, November dan Desember. 4. Faktor pembatas optimasi pola tanam adalah luas areal hasil optimasi sebelumnya dan debit irigasi yang tersedia dari optimasi sebelumnya juga. 5. Hasil optimasi pola tanam adalah Pi – Pi – Pa yang ditanam bulan Oktober seluas 1562.82 ha, Pi – Pi – Pa (November) seluas 683.73 ha, dan Pi – Pi – Be (Desember) seluas 848.34 ha. 6. Luas pola tanam optimum relatif lebih kecil jika dibandingkan luas tanam yang ada yaitu 4689.29 ha, hal ini disebabkan oleh sedikitnya debit air pada musim kemarau, sehingga menjadi pembatas yang berpengaruh terhadap hasil optimasi. Luas areal hasil optimasi sebesar 3094.89 ha sekitar 66 % dari luas lahan yang ada.
7. Berdasarkan grafik keseimbangan air irigasi terdapat sebagian kurva ketersediaan air dibawah kurva kebutuhan air. Untuk menanggulangi hal ini air irigasi tidak dapat dialirkan secara terus menerus, sehingga diperlukan sistem giliran untuk dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mendapatkan hasil yang yang lebih akurat diperlukan data-data jumlah penduduk dan jenis industri yang lebih detail agar kebutuhan air dapat dihitung berdasarkan jenis perusahaan dan klas sosial masyarakat. 2. Pola tanam yang direncanakan masih bersifat global, maka untuk dapat diterapkan di lapangan perlu diuraikan dalam pola tanam yang detail. Hal ini diperlukan data debit setiap bangunan sadap dan bangunan bagi selama beberapa tahun. 3. Pelaksanaan pola tanam diperlukan ketepatan pembagian air irigasi dan waktu tanamnya agar air irigasi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. 4. Pada musim kemarau diperlukan tambahan suplai air untuk memenuhi kebutuhan baik domestik, industri dan pertanian. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur bor, khususnya untuk kebutuhan air pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, R. D. 2003. Model Pendugaan Kebutuhan Air Kawasan Pemukiman dan Industri Di Cilegon, Banten. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Apriliawati, N.S. 2005. Model pendugaan Kebutuhan Air Penduduk, Industri Pedesaan, Pertanian di Sub DAS Ciriung, Banten. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB, Bogor. Arsyad. 1983. Pengawetan Tanah dan Air. IPB Press, Bogor. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Biro Pusat Statistik. 2003. Serang Dalam Angka 2003. Jakarta. Chow, V.T. 1964. Handbook of Applied Hydrology. Mc Graw Hill. New York. Departemen PU. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP-01). Directorat Jendral pengairan Departemen PU. CV Galang Persada, Jakarta. Doorenbos, J. And W.O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water Requirement. Food ang Agricultural Organization. Rome. Hall, W.A. dan J.A. Dracup. 1970. Water Resources System Engineering. Mc Graw Hill Book Co. New York. Hariyanto. 1987. Penerapan Program Linier pada Air Irigasi Didaerah Irigasi Logung, Kab. Kudus Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian, IPB, Bogor. Hardjoamodjojo, S. 1999. Crop Water Requirement of Indonesia Agriculture Third Country Training Program Agricultural Engineering And Technology In The Developing Countries. August 2-30, 1999, Bogor. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. CV. Akademika Presindo. Jakarta. Harto, S. 1993. Analisis hidrologi. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Herdyansyah, A. 2001. Aplikasi Model Tangki pada Aliran Limpasan dan Kualitas air untuk Manajemen Tata Guna Lahan di DAS Cidananu. Tesis. Ilmu Keteknikan Pertanian, IPB, Bogor. Hiller, F. and Gerald J. L. 1974. Opratoin Research.2nd. Ed. Holden-Day, San Fransisco. John, G., Kemeny, J. Laurie., Snell and Gerald L. Thompson. 1978. Introductoin To Finite Mathematics. 3rd ed. Prentice-Hall, New Delhi. Linsley, R.K., M.A Kohler and J.L.H Paulus. 1990. Hidrologi untuk insinyur (terjemahan). Erlangga, Jakarta. Manan, S. 1979. Pengaruh Hutan dan Manajemen DAS. Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor. Mulyono, S. 1991. Operational Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Purwanto, M.Y.J. 1995. Water Demand for Industry, Village and City. Seminar on Water Demand in Developing Country. Tokyo, Japan. Pribadi, A. 2001. Aturan Operasi Waduk Untuk Kasus Waduk Malahayu, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Puslitbang Fisika Terapan-LIPI. 1990. Manajemen Air. Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitnbang Fisika Terapan-LIPI Subang. Sari, N.Y. 2004. Optimasi Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi Didaerah Irigasi Sitibala Kab. Bogor-Jabar. Skripsi. Departeman Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Schwab, G.O., R.K. Frevert and T. Barnes. 1968. Soil And Water Conservation Engineering. Thitd Edition. John Wiley & Sons Inc, New York. Seyhan, E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Terjemahan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Singh, V.P. 1992. Elementary Hidrology. Prentice Hall Inc, USA. Sosrodarsono, T. Dan K. Takeda. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.
Suprayogi, S. 2003. Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Tank Model dan Pendekakatan Artificial Neural Network (Studi Kasus Sub DAS Ciriung Kab. Serang). Disertasi. Ilmu Keteknikan Pertanian, IPB,Bogor. Sutoyo. 1999. Pendugaan Debit Sungai Berdasarkan Hujan Dengan Menggunakan Model Tangki di DAS Cidanau, Serang. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB, Bogor. Thompson, G.L. 1976. Finite Matematics With Applications. Wadsworth, Belmont. Ward, R.C. 1967. Applied Hydrology. McGraw Hill Inc. New York. Winrock International. 1992. Strategy Options for Water Resources Development in Indonesia I. Main Report II. Annaxes Preparet For Bappenas and USAID, Jakarta Wirianto, N.T. 1987. Perencanaan Distribusi Produk Rokok P.T. Gudang Garam ke Pusat-Pusat Distribusi di Pulau Jawa. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB, Bogor.
Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Cidanau.
PETA PENGGUNAAN LAHAN DAS CIDANAU
N W
E S
Keterangan : B a ta s d a s _ r e g io n .s h p P e m u k im a n _ re g io n .s h p S u n g a i_ u ta m a _ p o ly lin e .s h p S e m a k _ re g io n .s h p L a d a n g _ re g io n .s h p K e b u n _ c a m p u ra n _ re g io n .s h p S a w a h _ re g io n .s h p H u ta n _ re g io n .s h p R a w a _ d a n o _ re g io n .s h p
4
0
4
8 M ile s
Lampiran 2. Peta Penggunaan Lahan DAS Cidanau dan Hasil Optimasi.
PETA PENGGUNAAN LAHAN DAS CIDANAU DAN HASIL OPTIMASI N W
E S
Keterangan : : Saw ah _hasil_optim asi_region.shp Batasdas_region.shp Pemukim an_region.shp Sungai_utama_polyline.shp Semak_region.shp Ladang_region.shp Kebun_cam puran_region.shp Saw ah_region.shp Hutan_region.shp Raw a_dano_region.shp
4
0
4
8 M ile s
Lampiran 3. Peta Administrasi DAS Cidanau.
PETA ADMINISTRASI DAS CIDANAU
N W
E S
Keterangan : Sub das_p olyline.sh p Sun gai_u tama_polyline.shp Batas_kecam atan_po lyline.sh p Batas_kabup aten_polyline.shp Kecamatan _pad arincang_region.shp Kecamatan _pab uaran _region.shp Kecamatan _mancak_region.shp Kecamatan _ciom as_region.shp Kecamatan _cinang ka_r egion.sh p Kec_mandalaw angi_pandeglang_reg ion.shp Kab upaten_pan deglang_region .shp Kab upaten_serang_reg ion.shp 4
0
4
8 Mile s
Lampiran 4. Temperature rata-rata Daerah Penelitian (° C) Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
26.5 25.7 26.0 27.7 26.2 26.1 26.9 26.5 27.3 26.5 26.5 26.5
26.3 26.0 26.3 27.0 26.1 26.2 26.0 26.8 26.6 26.8 26.8 26.4
26.2 26.5 26.6 27.3 26.6 26.5 26.4 26.9 27.0 26.9 26.9 26.7
26.8 26.6 26.5 27.4 26.9 26.8 26.5 26.8 27.4 26.0 26.0 26.7
27.0 26.8 26.9 27.8 26.6 26.8 27.0 26.9 27.5 26.9 26.9 27.0
26.6 26.8 26.8 26.9 26.4 26.1 26.2 26.6 29.4 26.6 26.6 26.8
26.1 26.7 26.0 26.4 25.8 26.2 26.1 26.4 26.6 26.4 26.4 26.3
26.1 26.2 25.8 26.8 25.9 25.9 * 26.5 26.8 26.5 26.5 26.3
26.2 26.7 26.3 27.1 26.7 27.2 26.5 26.9 27.2 26.9 26.9 26.8
26.5 26.4 27.3 26.4 26.4 26.7 * 28.1 27.2 26.5 28.1 27.0
26.2 26.1 27.6 26.6 26.4 26.7 26.4 27.7 26.4 27.7 27.7 26.9
26.0 25.7 27.2 26.6 26.2 26.9 26.3 27.0 26.3 27.0 27.0 26.6
Lampiran 5. Kelembaban udara rata-rata (%) Bulan Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
Jan
Feb 83.0 84.0 83.0 76.0 85.0 83.0 84.0 85.0 77.0 79.0 85.0 82.2
Mar 82.0 84.0 80.0 85.0 82.0 83.0 84.0 85.0 86.0 85.0 85.0 83.7
Apr 84.0 84.0 82.0 85.0 82.0 80.0 85.0 83.0 84.0 83.0 83.0 83.2
Mei 83.0 83.0 85.0 86.0 78.0 81.0 87.0 86.0 82.0 81.0 87.0 83.5
Jun 83.0 81.0 83.0 83.0 83.0 84.0 85.0 84.0 82.0 82.0 84.0 83.1
Jul 83.0 82.0 79.0 84.0 81.0 84.0 83.0 82.0 79.0 78.0 82.0 81.5
Agt 82.0 78.0 78.0 83.0 80.0 81.0 81.0 82.0 77.0 82.0 82.0 80.5
Sep 78.0 80.0 74.0 80.0 77.0 79.0 81.0 77.0 77.0 78.0 77.0 78.0
80.0 78.0 75.0 79.0 74.0 77.0 81.0 75.0 79.0 80.0 74.0 77.5
Okt
Nov 82.0 82.0 72.0 84.0 82.0 80.0 83.0 73.0 79.0 76.0 71.0 78.5
Des 82.0 81.0 74.0 81.0 81.0 83.0 84.0 77.0 78.0 82.0 77.0 80.0
82.0 82.0 79.0 82.0 83.0 79.0 81.0 82.0 85.0 84.0 82.0 81.9
Lampiran 6. Kecepatan angin (m/s) Bulan Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
Jan 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 3.0 3.6 2.6 4.1 * 2.6 3
Feb 4.0 3.0 5.0 5.0 4.0 4.0 5.3 2.8 2.9 2.0 2.8 4
Mar 3.0 3.0 4.0 4.0 4.6 4.5 3.0 2.0 2.4 3.0 2.0 3
Apr 4.0 3.0 4.0 4.0 5.0 3.6 1.5 2.1 1.9 * 2.1 3
Mei 3.0 3.0 4.0 4.0 2.0 2.0 1.4 1.9 2.0 2.0 1.9 2
Jun 3.0 2.0 4.0 4.0 2.0 2.0 1.3 1.5 2.0 2.0 1.5 2
Jul 3.0 2.0 4.0 4.0 2.0 * 1.5 1.9 1.4 2.0 1.9 2
Agt 4.0 2.0 4.0 3.0 2.0 2.0 * 2.3 * 2.0 2.3 3
Sep 4.0 3.0 4.0 4.0 2.0 2.0 2.0 2.3 * 3.0 2.3 3
Okt 3.0 3.0 5.0 5.0 2.5 3.0 * 2.6 * 2.0 2.6 3
Nov 4.0 4.0 4.0 6.0 3.0 3.0 3.0 2.7 * 2.0 2.7 3
Des 4.0 6.0 6.0 6.0 4.0 4.0 3.0 2.5 * 3.0 3.0 4
Lampiran 7. Lama penyinaran matahari (%) Bulan Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Jan 34.0 29.0 36.0 57.0 34.0 39.0 36.0 48.0 57.0 71.0 48.0 44
Feb 31.0 34.0 38.0 46.0 40.0 42.0 29.0 35.0 32.0 26.0 35.0 35
Mar 49.0 52.0 69.0 57.0 45.0 46.0 40.0 64.0 56.0 54.0 64.0 54
Apr 59.0 55.0 51.0 61.0 71.0 59.0 65.0 62.0 66.0 * 62.0 61
Mei 75.0 62.0 78.0 65.0 64.0 69.0 54.0 63.0 72.0 68.0 63.0 67
Jun 62.0 66.0 90.0 53.0 69.0 51.0 66.0 65.0 79.0 79.0 72.0 68
Jul 70.0 69.0 79.0 55.0 68.0 * 69.0 66.0 86.0 75.0 66.0 70
Agt 74.0 61.0 78.0 63.0 82.0 71.0 * 84.0 85.0 75.0 84.0 76
Sep 61.0 59.0 87.0 62.0 86.0 88.0 67.0 63.0 70.0 75.0 63.0 71
Okt 53.0 38.0 83.0 37.0 55.0 54.0 * 79.0 55.0 75.0 79.0 61
Nov 33.0 52.0 66.0 36.0 46.0 32.0 36.0 54.0 53.0 50.0 53.0 46
Des 36.0 31.0 57.0 41.0 32.0 59.0 53.0 47.0 37.0 33.3 47.0 43
Lampiran 8. Curah hujan Rata-rata bulanan (mm/bulan). Bulan Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 rata-rata
Jan 393 292 375 170 329 383 222 292 83 283 292 283
Feb 248 340 171 209 238 300 330 348 253 348 348 285
Mar 265 193 150 243 96 95 143 118 128 176 118 157
Apr 221 261 199 114 100 127 85 260 47 * 260 167
Mei 102 112 134 222 40 136 62 88 78 174 88 112
Jun 92 91 33 113 53 29 164 86 11 4 86 69
Jul 166 9 2 62 55 * 87 125 50 51 125 73
Agts 22 133 0 113 15 22 * 3 9 * 3 36
Sep 59 78 0 46 20 97 96 5 32 58 5 45
Okt 90 233 0 237 151 117 335 8 44 33 8 114
Nov 248 230 33 143 76 134 190 97 117 81 95 131
Des 206 305 89 197 248 72 74 135 320 235 135 183
Lampiran 9. Perhitungan ETo Penman-Monteith dengan menggunakan Cropwat ┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Reference Evapotranspiration ETo according Penman-Monteith │ ├==========================================================================┤ │ Country : Indonesia Meteo Station : Serang │ │ Altitude : 25 meter Coordinates : 6.00 S.L. 106.00 W.L │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month AvgTemp Humidity Windspeed Sunshine Sol.Radiat. ETo-PenMon │ │ °C % km/day hours MJ/m²/day mm/day │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ January 26.5 82 259 5.4 18.0 4.0 │ │ February 26.4 84 346 4.3 16.4 3.8 │ │ March 26.7 83 259 6.5 19.7 4.2 │ │ April 26.7 84 259 7.2 19.7 4.1 │ │ May 27.0 83 173 7.9 19.0 3.9 │ │ June 26.8 82 173 7.9 18.2 3.8 │ │ July 26.3 81 173 8.2 18.9 3.9 │ │ August 26.3 78 259 9.0 21.5 4.6 │ │ September 26.8 78 259 8.5 22.3 4.8 │ │ October 27.0 79 259 7.4 21.2 4.7 │ │ November 26.9 80 259 5.7 18.3 4.2 │ │ December 26.6 82 346 5.3 17.7 4.1 │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ YEAR 26.7 81 252 6.9 19.2 1524 │ └──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 10. Perhitungan Curah hujan efektif dengan menggunakan Cropwat ┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate file : eff-rain Climate Station : Serang │ ├==========================================================================┤ │ ETo Rainfall Eff. Rain │ │ (mm/day) (mm/month) (mm/month) │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ January 4.0 283.0 153.3 │ │ February 3.8 285.0 153.5 │ │ March 4.2 157.0 117.6 │ │ April 4.1 167.0 122.4 │ │ May 3.9 112.0 91.9 │ │ June 3.8 69.0 61.4 │ │ July 3.9 73.0 64.5 │ │ August 4.6 36.0 33.9 │ │ September 4.8 45.0 41.8 │ │ October 4.7 114.0 93.2 │ │ November 4.2 131.0 103.5 │ │ December 4.1 183.0 129.4 │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ YEAR Total 1524.8 1655.0 1166.4 mm │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Effective Rainfall with USBR method │ └──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 11. Debit rata-rata bulanan DAS Cidanau sepuluh tahun terakhir (liter/detik) Tahun Bulan
1996
1997
1998 4560.00
1999
2000
2001
2002
Jan
19210.00 18200.00
8740.00 21970.00 13480.00 5055.17
Feb
12700.00 19190.00 12320.00 11100.00 18680.00 36280.00 6724.00
2003
2004
2005
Rata-Rata
5418.24 18373.20 6832.20
12183.88
5234.50
5358.30 6788.95
13437.58
3616.35
4689.30 4222.95
8268.32
8540.00 4747.77
4125.25
4295.50 4591.70
6999.02
Mar
9270.00
8260.00
9020.00 19980.00
Apr
8660.00
6610.00
7480.00
8390.00 12550.00
Mei
5570.00
6680.00
8030.00
7510.00
8610.00 12270.00 5134.08
4023.00
2744.00 4044.95
6461.60
Jun
6270.00
6300.00
7790.00
7130.00
3830.00
5880.00 4368.36
4222.95
4125.66 *
5546.33
Jul
2700.00
2390.00
4350.00
4380.00
2850.00
3370.00 5088.42
1918.20
2713.85 *
3306.72
Agst
6310.00
1880.00
4250.00
2770.00
2970.00
2890.00 4650.50
1588.13
1092.54 *
3155.69
Sep
4920.00
1910.00
3630.00
2140.00
2300.00
5740.00 1968.80
1722.95
509.60 *
2760.15
Okt
6370.00
1620.00
6180.00
7250.00
3820.00 10880.00 2597.40
1887.30
1917.80 *
4724.72
Nov
19340.00
2360.00 13110.00 10780.00
6290.00 10390.00 5651.10
2918.33
2814.10 *
8183.73
Des
28240.00
5540.00
6230.00
8650.00 5971.00 21262.30 20374.64 *
13780.88
8710.00 19050.00
5970.00 13390.00 4264.65
Lampiran 12. Kebutuhan air tanaman pada tiap pola tanam (liter/detik/ha) Februari
Januari
Desember
November
Oktober
September Pola tanam pi - pi - pa (okt) pi - pi - pa (Nov) pi - pi - pa (Des) pi - pi - be (okt) pi - pi - be (Nov) pi - pi - be (Des) pi - pi - pi (okt) pi - pi - pi (Nov) pi - pi - pi (Des)
I 0.18 * * * * * 0.18 * *
II 0.86 * * 0.22 * * 0.86 * *
III 1.31 * * 1.02 * * 1.31 * *
I 0.73 0.13 * 1.30 0.07 * 0.73 0.13 *
Maret
II 0.40 0.65 * 0.49 0.40 * 0.40 0.65 *
III 0.37 1.16 * 0.37 1.11 * 0.37 1.16 *
I 0.33 0.78 0.18 0.34 1.04 0.09 0.33 0.78 0.18
April
II 0.29 0.31 0.87 0.30 0.31 0.47 0.29 0.31 0.87
III 0.25 0.27 1.14 0.25 0.27 1.08 0.25 0.27 1.14
I 0.21 0.23 0.41 0.21 0.23 0.86 0.21 0.23 0.41
Mei
II 0.17 0.18 0.20 0.17 0.18 0.20 0.17 0.18 0.20
III 0.14 0.14 0.16 0.14 0.14 0.16 0.14 0.14 0.16
I 0.07 0.10 0.12 0.10 0.10 0.12 0.07 0.10 0.12
Juni
II 0.00 0.07 0.07 0.03 0.07 0.08 0.00 0.07 0.07
III 0.00 0.06 0.06 0.00 0.06 0.06 0.00 0.06 0.06
I 0.32 0.02 0.04 0.00 0.03 0.04 0.32 0.02 0.04
Juli
II 0.66 0.00 0.03 0.45 0.00 0.03 0.66 0.00 0.03
III 1.02 0.00 0.10 0.83 0.00 0.10 1.02 0.00 0.10
Agustus
Pola tanam
*
pi - pi - pa (okt) pi - pi - pa (Nov) pi - pi - pa (Des) pi - pi - be (okt) pi - pi - be (Nov) pi - pi - be (Des) pi - pi - pi (okt) pi - pi - pi (Nov) pi - pi - pi (Des)
Bera
I 0.56 0.25 0.13 1.08 0.03 0.16 0.56 0.25 0.13
II 0.27 0.54 0.13 0.44 0.24 0.17 0.27 0.54 0.13
III 0.25 1.08 0.02 0.25 1.03 0.07 0.25 1.08 0.02
I 0.22 0.77 0.44 0.23 1.13 0.10 0.22 0.77 0.44
II 0.20 0.21 0.77 0.20 0.21 0.23 0.20 0.21 0.77
III 0.22 0.25 1.11 0.23 0.25 1.03 0.22 0.25 1.11
I 0.26 0.27 0.55 0.26 0.28 1.16 0.26 0.27 0.55
II 0.29 0.30 0.32 0.29 0.30 0.32 0.29 0.30 0.32
III 0.33 0.33 0.35 0.33 0.33 0.35 0.33 0.33 0.35
I 0.34 0.37 0.38 0.37 0.37 0.39 0.34 0.37 0.38
II 0.31 0.41 0.42 0.37 0.41 0.42 0.31 0.41 0.42
III 0.23 0.41 0.41 0.30 0.41 0.41 0.23 0.41 0.41
I 0.27 0.38 0.39 0.20 0.39 0.39 0.40 0.38 0.39
II 0.00 0.31 0.39 0.31 0.34 0.39 0.65 0.31 0.39
III 0.05 0.29 0.46 * 0.33 0.46 1.22 0.29 0.46
I 0.11 0.34 0.50 * 0.31 0.54 0.97 0.43 0.50
II 0.19 0.00 0.50 * * 0.56 0.64 0.51 0.50
III 0.24 0.16 0.40 * * 0.47 0.63 1.24 0.40
Lampiran 12. (Lanjutan) Januari
Desember
November
Oktober
September Pola tanam
*
pi - pi - pa (okt) pi - pi - pa (Nov) pi - pi - pa (Des) pi - pi - be (okt) pi - pi - be (Nov) pi - pi - be (Des) pi - pi - pi (okt) pi - pi - pi (Nov) pi - pi - pi (Des)
Bera
I 0.34 0.16 0.40 * * 0.37 0.63 1.20 0.56
II 0.43 0.16 0.16 * * * 0.62 0.64 0.77
III 0.39 0.13 0.08 * * * 0.54 0.56 1.29
I 0.31 0.14 0.00 * * * 0.45 0.47 0.82
II 0.23 0.17 0.00 * * * 0.37 0.38 0.40
III 0.20 0.19 0.04 * * * 0.34 0.35 0.37
I 0.14 0.17 0.11 * * * 0.29 0.31 0.33
II 0.05 0.14 0.13 * * * 0.19 0.28 0.29
III 0.00 0.10 0.10 * * * 0.07 0.25 0.25
I 0.00 0.05 0.06 * * * 0.17 0.20 0.21
II * 0.00 0.02 * * * * 0.10 0.17
III * 0.00 0.00 * * * * 0.00 0.14
I * 0.00 0.00 * * * * 0.02 0.07
II * * 0.00 * * * * * 0.00
III * * 0.00 * * * * * 0.00
Februari I * * * * * * * * 0.13
Lampiran 13. Kebutuhan air tanaman rata-rata bulanan untuk masing-masing pola tanam (liter/detik/ha)
Pola tanam
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
pi - pi - pa (okt)
0.78
0.50
0.29
0.17
0.02
0.67
0.36
0.21
0.29
0.29
0.11
0.18
0.39
0.24
0.06
0.00
0.00
0.00
pi - pi - pa (Nov)
0.00
0.64
0.45
0.18
0.08
0.01
0.63
0.41
0.30
0.40
0.32
0.17
0.15
0.17
0.13
0.02
0.00
0.00
pi - pi - pa (Des)
0.00
0.00
0.73
0.26
0.08
0.06
0.09
0.77
0.40
0.40
0.41
0.47
0.21
0.02
0.11
0.03
0.00
0.00
pi - pi - be (okt)
0.62
0.72
0.30
0.17
0.04
0.43
0.59
0.22
0.29
0.35
0.25
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
pi - pi - be (Nov)
0.00
0.53
0.54
0.18
0.08
0.01
0.43
0.53
0.30
0.40
0.35
0.31
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
pi - pi - be (Des)
0.00
0.00
0.54
0.41
0.09
0.06
0.13
0.45
0.61
0.41
0.41
0.52
0.37
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
pi - pi - pi (okt)
0.78
0.50
0.29
0.17
0.02
0.67
0.36
0.21
0.29
0.29
0.75
0.75
0.59
0.39
0.18
0.17
0.00
0.00
pi - pi - pi (Nov)
0.00
0.64
0.45
0.18
0.08
0.01
0.63
0.41
0.30
0.40
0.32
0.73
0.80
0.40
0.28
0.10
0.02
0.00
pi - pi - pi (Des)
0.00
0.00
0.73
0.26
0.08
0.06
0.09
0.77
0.40
0.40
0.41
0.47
0.87
0.53
0.29.
0.17
0.02
0.13
Lampiran 14. Debit Cidanau yang digunakan untuk optimasi (liter/detik) Keterangan Debit rata-rata Cidanau Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
12183.88 13437.58 8268.32 6999.02 6461.60 5546.33 3306.72 3155.69 2760.15 4724.72 8183.73 13780.88
Debit setelah dikurangi KTI 10683.88 11937.58 6768.32 5499.02 4961.60 4046.33 1806.72 1655.69 1260.15 3224.72 6683.73 12280.88
Debit untuk pertanian
Kebutuhan debit pertanian
Debit sisa
10532.88 11786.58 6616.32 5347.02 4810.60 3894.33 1655.72 1504.69 1108.15 3073.72 6532.88 12129.88
1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00 1219.00
9312.88 10566.58 5397.32 4128.02 3590.60 2675.33 435.72 284.69 - 110.85 1853.72 5312.73 10909.88
Lampiran 15. Jumlah Penduduk yang memanfaatkan sungai cidanau secara langsung. 1. Kecamatan Cinangka a b
Cikolet Kubang Baros
a a b
Luas (Ha) 60.95
Jumlah Penduduk 4135
63.14
4827
Cikedung
47.50
1235
Cisitu Lebak Pondok Kaharu Sukadana
17.00 60.90
2175 2896
60.00 85.50
3117 3934
14.00 22.10 36.71
5827 4117 2455
d e
Batukuwung Bogel Cisaat Kramat Laban Padarincang
12.52 198.40
3532 6441
a
Ramea
49.00
2828
727.72
47519
2. Kecamatan Mancak 3. Kecamatan Ciomas
c d 4. Kecamatan Padarincang a b c
5. Kematan Mandalawangi
Jumlah
Sumber : FKDC ( Forum Komunikasi DAS Cidanau)
Lampiran 16. Perhitungan kebutuhan air tanaman dengan menggunakan Cropwat 1. Padi-padi-palawija (Oktober) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ rice data input │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ Crop : PADDY Growth periode Length Stage Cropcoefficient ----------------------------------------------------------Nursery 30 days 1.20 Landpreparation 20 days --Initial Stage (A) 20 days 1.10 Developm.Stage (B) 30 days --Mid-season (C) 40 days 1.05 Late Season (D) 30 days 0.80 ----------------------------------------------------------Total 150 days Nursery Area Land cultivation Percolation rate
10 180 1.5
% mm mm/day
╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
:
October 3
Date of Nursery preparation
:
3 September
Date of Harvest
:
3 February
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 3 October │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Sep 1 NUR 0.05 1.20 0.30 0.0 1.3 1.6 0.5 1.52 10.7 │ │ Sep 2 N/L 0.21 1.18 1.20 0.3 6.2 7.7 2.7 7.45 74.5 │ │ Sep 3 LP 0.64 1.14 3.48 1.0 8.1 12.5 12.1 11.32 113.2 │ │ Oct 1 L/A 0.93 1.11 4.89 1.4 2.4 8.7 24.0 6.32 63.2 │ │ Oct 2 A 1.00 1.10 5.17 1.5 0.0 6.7 32.1 3.46 34.6 │ │ Oct 3 A/B 1.00 1.09 4.96 1.5 0.0 6.5 32.9 3.17 31.7 │ │ Nov 1 B 1.00 1.08 4.72 1.5 0.0 6.2 33.7 2.85 28.5 │ │ Nov 2 B 1.00 1.06 4.47 1.5 0.0 6.0 34.5 2.51 25.1 │ │ Nov 3 B/C 1.00 1.05 4.39 1.5 0.0 5.9 37.4 2.15 21.5 │ │ Dec 1 C 1.00 1.05 4.34 1.5 0.0 5.8 40.3 1.81 18.1 │ │ Dec 2 C 1.00 1.05 4.31 1.5 0.0 5.8 43.1 1.49 14.9 │ │ Dec 3 C 1.00 1.05 4.27 1.5 0.0 5.8 45.8 1.19 11.9 │ │ Jan 1 C/D 1.00 1.02 4.12 1.3 0.0 5.4 48.4 0.60 6.0 │ │ Jan 2 D 1.00 0.95 3.80 1.0 0.0 4.8 51.1 0.00 0.0 │ │ Jan 3 D 1.00 0.87 3.41 0.6 0.0 4.0 51.1 0.00 0.0 │ │ Feb 1 D 1.00 0.78 3.03 0.1 0.0 3.1 15.5 1.58 4.8 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 586 176 180 964 505 459 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
March
(1 - 31) :
Date of Nursery preparation
:
4
:
4 February
Date of Harvest : 4 July ┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 4 March │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Feb 1 NUR 0.05 1.20 0.25 0.0 1.1 1.3 1.6 1.17 7.0 │ │ Feb 2 N/L 0.19 1.19 0.85 0.3 5.6 6.7 9.8 5.73 57.3 │ │ Feb 3 LP 0.60 1.15 2.68 0.9 8.1 11.7 28.5 8.83 88.3 │ │ Mar 1 L/A 0.91 1.11 4.11 1.4 3.2 8.7 39.0 4.81 48.1 │ │ Mar 2 A 1.00 1.10 4.62 1.5 0.0 6.1 38.2 2.30 23.0 │ │ Mar 3 A/B 1.00 1.10 4.56 1.5 0.0 6.1 39.1 2.16 21.6 │ │ Apr 1 B 1.00 1.08 4.47 1.5 0.0 6.0 40.6 1.91 19.1 │ │ Apr 2 B 1.00 1.07 4.37 1.5 0.0 5.9 41.8 1.69 16.9 │ │ Apr 3 B/C 1.00 1.05 4.25 1.5 0.0 5.7 38.1 1.94 19.4 │ │ May 1 C 1.00 1.05 4.17 1.5 0.0 5.7 34.4 2.23 22.3 │ │ May 2 C 1.00 1.05 4.09 1.5 0.0 5.6 30.6 2.53 25.3 │ │ May 3 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 27.2 2.84 28.4 │ │ Jun 1 C/D 1.00 1.03 3.93 1.3 0.0 5.3 23.2 2.96 29.6 │ │ Jun 2 D 1.00 0.96 3.64 1.0 0.0 4.7 19.5 2.72 27.2 │ │ Jun 3 D 1.00 0.88 3.35 0.6 0.0 4.0 20.1 1.95 19.5 │ │ Jul 1 D 1.00 0.79 3.06 0.2 0.0 3.2 8.6 2.36 9.4 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 545 176 180 903 440 462 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘ ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ CROP DATA │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Crop data : SWEET POTATO Crop file : sweet potato │ ├==========================================================================┤ │ Growth Stage Init Devel Mid Late Total │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Length stage [days ] 25 30 45 30 130 │ │ Crop Coefficient [coeff.] 0.55 -> 1.10 0.70 │ │ │ │ Rooting Depth [meter ] 0.30 -> 0.60 0.60 │ │ Depletion level [fract.] 0.25 -> 0.30 0.50 │ │ Yield-response F.[coeff.] 0.45 0.80 0.80 0.30 1.10 │ └──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘ ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : sweet potato Crop name : SWEET POTATO│ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ETcrop calculations give PLANTING DATE Planting Month (1 - 12) :
July
Planting Day
22
Harvest on
(1 - 31) : :
2 December
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├==========================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : SWEET POTATO Planting date : 22 July │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Dec Stage Coeff ETcrop ETcrop Eff.Rain IRReq. IRReq. │ │ Kc mm/day mm/dec mm/dec mm/day mm/dec │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Jul 3 init 0.55 2.27 18.2 15.0 0.40 3.2 │ │ Aug 1 init 0.55 2.40 24.0 14.4 0.96 9.6 │ │ Aug 2 in/de 0.58 2.66 26.6 10.3 1.63 16.3 │ │ Aug 3 deve 0.70 3.25 32.5 11.5 2.10 21.0 │ │ Sep 1 deve 0.88 4.17 41.7 12.0 2.96 29.6 │ │ Sep 2 de/mi 1.04 4.97 49.7 12.9 3.68 36.8 │ │ Sep 3 mid 1.10 5.24 52.4 19.0 3.35 33.5 │ │ Oct 1 mid 1.10 5.21 52.1 25.7 2.64 26.4 │ │ Oct 2 mid 1.10 5.17 51.7 32.1 1.96 19.6 │ │ Oct 3 mid 1.10 4.99 49.9 32.9 1.70 17.0 │ │ Nov 1 mi/lt 1.05 4.57 45.7 33.7 1.20 12.0 │ │ Nov 2 late 0.93 3.89 38.9 34.5 0.44 4.4 │ │ Nov 3 late 0.79 3.31 33.1 37.4 0.00 0.0 │ │ Dec 1 late 0.66 2.73 5.5 8.1 0.00 0.0 │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ TOTAL 521.9 299.4 229.4 │ └──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
2. padi-padi-palawija (November) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 30) :
:
November 5
Date of Nursery preparation
:
5 October
Date of Harvest
:
5 March
┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────---────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 5 November │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Oct 1 NUR 0.05 1.20 0.30 0.0 0.9 1.2 0.7 1.13 5.7 │ │ Oct 2 N/L 0.16 1.19 0.92 0.2 5.0 6.1 5.3 5.59 55.9 │ │ Oct 3 LP 0.55 1.15 2.87 0.8 8.1 11.8 18.1 9.98 99.8 │ │ Nov 1 L/A 0.89 1.11 4.31 1.3 4.1 9.7 29.9 6.70 67.0 │ │ Nov 2 A 1.00 1.10 4.62 1.5 0.0 6.1 34.5 2.67 26.7 │ │ Nov 3 A/B 1.00 1.10 4.57 1.5 0.0 6.1 37.4 2.33 23.3 │ │ Dec 1 B 1.00 1.08 4.48 1.5 0.0 6.0 40.3 1.95 19.5 │ B 1.00 1.07 4.37 1.5 0.0 5.9 43.1 1.56 15.6 │ │ Dec 2 │ Dec 3 B/C 1.00 1.05 4.29 1.5 0.0 5.8 45.8 1.21 12.1 │ │ Jan 1 C 1.00 1.05 4.23 1.5 0.0 5.7 48.4 0.89 8.9 │ │ Jan 2 C 1.00 1.05 4.20 1.5 0.0 5.7 51.1 0.59 5.9 │ │ Jan 3 C 1.00 1.05 4.13 1.5 0.0 5.6 51.1 0.52 5.2 │ │ Feb 1 C/D 1.00 1.03 3.98 1.4 0.0 5.4 51.8 0.17 1.7 │ │ Feb 2 D 1.00 0.97 3.67 1.1 0.0 4.7 52.2 0.00 0.0 │ │ Feb 3 D 1.00 0.88 3.47 0.7 0.0 4.1 47.8 0.00 0.0 │ │ Mar 1 D 1.00 0.80 3.25 0.2 0.0 3.5 21.4 1.31 6.6 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 559 176 180 933 579 354 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
:
April
(1 - 30) :
6
Date of Nursery preparation
:
6 March
Date of Harvest
:
6 August
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 6 April │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Mar 1 NUR 0.05 1.20 0.25 0.0 0.7 1.0 0.9 0.89 3.6 │ │ Mar 2 N/L 0.14 1.19 0.71 0.2 4.3 5.2 5.4 4.70 47.0 │ │ Mar 3 LP 0.51 1.16 2.43 0.8 8.1 11.3 19.7 9.32 93.2 │ │ Apr 1 L/A 0.87 1.12 3.99 1.3 4.9 10.1 35.1 6.63 66.3 │ │ Apr 2 A 1.00 1.10 4.51 1.5 0.0 6.0 41.8 1.83 18.3 │ │ Apr 3 A/B 1.00 1.10 4.42 1.5 0.0 5.9 38.1 2.12 21.2 │ │ May 1 B 1.00 1.09 4.30 1.5 0.0 5.8 34.4 2.37 23.7 │ B 1.00 1.07 4.17 1.5 0.0 5.7 30.6 2.60 26.0 │ │ May 2 │ May 3 B/C 1.00 1.06 4.08 1.5 0.0 5.6 27.2 2.85 28.5 │ │ Jun 1 C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 23.2 3.21 32.1 │ │ Jun 2 C 1.00 1.05 3.99 1.5 0.0 5.5 19.5 3.54 35.4 │ │ Jun 3 C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 20.1 3.51 35.1 │ │ Jul 1 C/D 1.00 1.03 4.00 1.4 0.0 5.4 21.5 3.25 32.5 │ │ Jul 2 D 1.00 0.98 3.80 1.1 0.0 4.9 22.5 2.65 26.5 │ │ Jul 3 D 1.00 0.89 3.69 0.7 0.0 4.4 18.8 2.51 25.1 │ │ Aug 1 D 1.00 0.81 3.53 0.3 0.0 3.8 8.6 2.92 17.5 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 544 176 180 899 367 532 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘ ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : sweet potato Crop name : SWEET POTATO │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ETcrop calculations give PLANTING DATE Planting Month (1 - 12) :
August
Planting Day
26
Harvest on
(1 - 31) : :
6 January
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├==========================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : SWEET POTATO Planting date : 26 August │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Dec Stage Coeff ETcrop ETcrop Eff.Rain IRReq. IRReq. │ │ Kc mm/day mm/dec mm/dec mm/day mm/dec │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Aug 3 init 0.55 2.57 10.3 4.6 1.42 5.7 │ │ Sep 1 init 0.55 2.60 26.0 12.0 1.40 14.0 │ │ Sep 2 init 0.55 2.64 26.4 12.9 1.35 13.5 │ │ Sep 3 in/de 0.63 3.01 30.1 19.0 1.12 11.2 │ │ Oct 1 deve 0.81 3.82 38.2 25.7 1.25 12.5 │ │ Oct 2 deve 0.99 4.65 46.5 32.1 1.45 14.5 │ │ Oct 3 de/mi 1.09 4.95 49.5 32.9 1.66 16.6 │ │ Nov 1 mid 1.10 4.80 48.0 33.7 1.43 14.3 │ │ Nov 2 mid 1.10 4.62 46.2 34.5 1.17 11.7 │ │ Nov 3 mid 1.10 4.58 45.8 37.4 0.84 8.4 │ │ Dec 1 mi/lt 1.07 4.44 44.4 40.3 0.41 4.1 │ │ Dec 2 late 0.98 4.02 40.2 43.1 0.00 0.0 │ │ Dec 3 late 0.85 3.44 34.4 45.8 0.00 0.0 │ │ Jan 1 late 0.71 2.88 17.3 29.1 0.00 0.0 │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ TOTAL 503.3 403.0 126.4 │ └──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
3. Padi-padi-palawija (Desember) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
:
December 2
Date of Nursery preparation
:
2 November
Date of Harvest
:
2 April
┌───────────────────────────────────────────────────────---───────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : paddy Planting date : 2 December │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Nov 1 NUR 0.05 1.20 0.28 0.0 1.4 1.7 1.5 1.58 12.7 │ │ Nov 2 N/L 0.23 1.18 1.16 0.4 6.8 8.4 8.1 7.54 75.4 │ │ Nov 3 LP 0.68 1.14 3.24 1.0 8.1 12.4 25.6 9.81 98.1 │ │ Dec 1 L/A 0.96 1.11 4.36 1.4 1.6 7.4 38.5 3.57 35.7 │ │ Dec 2 A 1.00 1.10 4.51 1.5 0.0 6.0 43.1 1.70 17.0 │ │ Dec 3 A/B 1.00 1.09 4.45 1.5 0.0 5.9 45.8 1.37 13.7 │ │ Jan 1 B 1.00 1.08 4.35 1.5 0.0 5.8 48.4 1.00 10.0 │ │ Jan 2 B 1.00 1.06 4.25 1.5 0.0 5.7 51.1 0.64 6.4 │ │ Jan 3 B/C 1.00 1.05 4.14 1.5 0.0 5.6 51.1 0.52 5.2 │ │ Feb 1 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 51.8 0.38 3.8 │ │ Feb 2 C 1.00 1.05 3.99 1.5 0.0 5.5 52.2 0.27 2.7 │ │ Feb 3 C 1.00 1.05 4.13 1.5 0.0 5.6 47.8 0.85 8.5 │ │ Mar 1 C/D 1.00 1.02 4.13 1.3 0.0 5.4 42.8 1.15 11.5 │ │ Mar 2 D 1.00 0.94 3.95 0.9 0.0 4.9 38.2 1.09 10.9 │ │ Mar 3 D 1.00 0.86 3.58 0.5 0.0 4.1 39.1 0.20 2.0 │ │ Apr 1 D 1.00 0.78 3.20 0.1 0.0 3.3 8.1 2.45 4.9 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 552 176 180 912 593 318 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
May
(1 - 31) :
3
Date of Nursery preparation
:
3 April
Date of Harvest
:
3 September
:
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 3 May │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Apr 1 NUR 0.05 1.20 0.27 0.0 1.3 1.5 1.5 1.38 9.7 │ │ Apr 2 N/L 0.21 1.18 1.02 0.3 6.2 7.5 8.8 6.67 66.7 │ │ Apr 3 LP 0.64 1.14 2.94 1.0 8.1 12.0 24.4 9.57 95.7 │ │ May 1 L/A 0.93 1.11 4.10 1.4 2.4 7.9 32.0 4.72 47.2 │ │ May 2 A 1.00 1.10 4.29 1.5 0.0 5.8 30.6 2.73 27.3 │ │ May 3 A/B 1.00 1.09 4.23 1.5 0.0 5.7 27.2 3.01 30.1 │ │ Jun 1 B 1.00 1.08 4.14 1.5 0.0 5.6 23.2 3.32 33.2 │ │ Jun 2 B 1.00 1.06 4.04 1.5 0.0 5.5 19.5 3.59 35.9 │ │ Jun 3 B/C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 20.1 3.52 35.2 │ │ Jul 1 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 21.5 3.41 34.1 │ │ Jul 2 C 1.00 1.05 4.09 1.5 0.0 5.6 22.5 3.35 33.5 │ │ Jul 3 C 1.00 1.05 4.34 1.5 0.0 5.8 18.8 3.96 39.6 │ │ Aug 1 C/D 1.00 1.02 4.46 1.3 0.0 5.8 14.4 4.35 43.5 │ │ Aug 2 D 1.00 0.95 4.37 1.0 0.0 5.4 10.3 4.33 43.3 │ │ Aug 3 D 1.00 0.87 4.04 0.6 0.0 4.6 11.5 3.46 34.6 │ │ Sep 1 D 1.00 0.78 3.71 0.1 0.0 3.8 3.6 3.46 10.4 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 555 176 180 910 290 620 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : sweet potato Crop name : SWEET POTATO │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ETcrop calculations give PLANTING DATE Planting Month (1 - 12) :
September
Planting Day
16
Harvest on
(1 - 30) : :
26 January
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├==========================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : SWEET POTATO Planting date : 16 September │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Dec Stage Coeff ETcrop ETcrop Eff.Rain IRReq. IRReq. │ │ Kc mm/day mm/dec mm/dec mm/day mm/dec │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Sep 2 init 0.55 2.64 10.6 5.2 1.35 5.4 │ │ Sep 3 init 0.55 2.62 26.2 19.0 0.72 7.2 │ │ Oct 1 init 0.55 2.60 26.0 25.7 0.03 0.3 │ │ Oct 2 in/de 0.63 2.97 29.7 32.1 0.00 0.0 │ │ Oct 3 deve 0.81 3.66 36.6 32.9 0.37 3.7 │ │ Nov 1 deve 0.99 4.32 43.2 33.7 0.95 9.5 │ │ Nov 2 de/mi 1.09 4.58 45.8 34.5 1.13 11.3 │ │ Nov 3 mid 1.10 4.58 45.8 37.4 0.84 8.4 │ │ Dec 1 mid 1.10 4.55 45.5 40.3 0.52 5.2 │ │ Dec 2 mid 1.10 4.51 45.1 43.1 0.20 2.0 │ │ Dec 3 mi/lt 1.07 4.36 43.6 45.8 0.00 0.0 │ │ Jan 1 late 0.98 3.95 39.5 48.4 0.00 0.0 │ │ Jan 2 late 0.85 3.39 33.9 51.1 0.00 0.0 │ │ Jan 3 late 0.71 2.81 16.8 30.7 0.00 0.0 │ ├──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ TOTAL 488.4 479.8 53.1 │ └──────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
4. Padi-padi-bera (Oktober) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
October
(1 - 31) :
11
Date of Nursery preparation
:
11 September
Date of Harvest
:
11 February
:
┌───────────────────────────────────────────────────────---───────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : paddy Planting date : 11 October │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Sep 2 NUR 0.05 1.20 0.31 0.0 1.6 1.9 0.6 1.88 16.9 │ │ Sep 3 N/L 0.26 1.18 1.44 0.4 7.5 9.3 4.9 8.81 88.1 │ │ Oct 1 LP 0.73 1.13 3.90 1.1 8.1 13.1 18.8 11.22 112.2 │ │ Oct 2 L/A 0.98 1.10 5.07 1.5 0.8 7.3 31.3 4.21 42.1 │ │ Oct 3 A 1.00 1.10 4.99 1.5 0.0 6.5 32.9 3.20 32.0 │ │ Nov 1 A/B 1.00 1.09 4.77 1.5 0.0 6.3 33.7 2.90 29.0 │ │ Nov 2 B 1.00 1.08 4.52 1.5 0.0 6.0 34.5 2.57 25.7 │ │ Nov 3 B 1.00 1.06 4.42 1.5 0.0 5.9 37.4 2.18 21.8 │ │ Dec 1 B/C 1.00 1.05 4.34 1.5 0.0 5.8 40.3 1.82 18.2 │ │ Dec 2 C 1.00 1.05 4.31 1.5 0.0 5.8 43.1 1.49 14.9 │ │ Dec 3 C 1.00 1.05 4.27 1.5 0.0 5.8 45.8 1.19 11.9 │ │ Jan 1 C 1.00 1.05 4.23 1.5 0.0 5.7 48.4 0.89 8.9 │ │ Jan 2 C/D 1.00 1.01 4.05 1.3 0.0 5.3 51.1 0.22 2.2 │ │ Jan 3 D 1.00 0.93 3.67 0.9 0.0 4.6 51.1 0.00 0.0 │ │ Feb 1 D 1.00 0.85 3.29 0.5 0.0 3.8 51.8 0.00 0.0 │ │ Feb 2 D 1.00 0.77 2.91 0.0 0.0 2.9 5.2 2.41 2.4 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 578 176 180 957 531 426 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
March
(1 - 31) :
12
Date of Nursery preparation
:
12 February
Date of Harvest
:
12 July
:
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 12 March │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Feb 2 NUR 0.05 1.20 0.25 0.0 1.4 1.7 2.3 1.47 11.7 │ │ Feb 3 N/L 0.23 1.18 1.09 0.4 6.8 8.3 11.2 7.16 71.6 │ │ Mar 1 LP 0.68 1.14 3.16 1.0 8.1 12.3 29.4 9.35 93.5 │ │ Mar 2 L/A 0.96 1.11 4.43 1.4 1.6 7.5 36.5 3.84 38.4 │ │ Mar 3 A 1.00 1.10 4.58 1.5 0.0 6.1 39.1 2.18 21.8 │ │ Apr 1 A/B 1.00 1.09 4.52 1.5 0.0 6.0 40.6 1.96 19.6 │ │ Apr 2 B 1.00 1.08 4.42 1.5 0.0 5.9 41.8 1.74 17.4 │ │ Apr 3 B 1.00 1.06 4.28 1.5 0.0 5.8 38.1 1.97 19.7 │ │ May 1 B/C 1.00 1.05 4.17 1.5 0.0 5.7 34.4 2.24 22.4 │ │ May 2 C 1.00 1.05 4.09 1.5 0.0 5.6 30.6 2.53 25.3 │ │ May 3 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 27.2 2.84 28.4 │ │ Jun 1 C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 23.2 3.21 32.1 │ │ Jun 2 C/D 1.00 1.02 3.86 1.3 0.0 5.2 19.5 3.22 32.2 │ │ Jun 3 D 1.00 0.94 3.61 0.9 0.0 4.6 20.1 2.55 25.5 │ │ Jul 1 D 1.00 0.86 3.32 0.5 0.0 3.8 21.5 1.70 17.0 │ │ Jul 2 D 1.00 0.78 3.02 0.1 0.0 3.1 4.5 2.64 5.3 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 544 176 180 902 420 482 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
5. Padi-padi-bera (November) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 30) :
November 8
Date of Nursery preparation
:
8 October
Date of Harvest
:
8 March
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌───────────────────────────────────────────────────────---───────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : paddy Planting date : 8 November │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Oct 1 NUR 0.05 1.20 0.29 0.0 0.4 0.7 0.3 0.63 1.3 │ │ Oct 2 N/L 0.10 1.20 0.54 0.1 3.1 3.7 3.1 3.44 34.4 │ │ Oct 3 LP 0.42 1.17 2.19 0.6 8.1 10.9 13.6 9.55 95.5 │ │ Nov 1 L/A 0.82 1.12 4.01 1.2 6.5 11.7 27.6 8.96 89.6 │ │ Nov 2 A 1.00 1.10 4.62 1.5 0.0 6.1 34.5 2.67 26.7 │ │ Nov 3 A/B 1.00 1.10 4.58 1.5 0.0 6.1 37.4 2.34 23.4 │ │ Dec 1 B 1.00 1.09 4.50 1.5 0.0 6.0 40.3 1.97 19.7 │ │ Dec 2 B 1.00 1.07 4.39 1.5 0.0 5.9 43.1 1.58 15.8 │ │ Dec 3 B/C 1.00 1.06 4.30 1.5 0.0 5.8 45.8 1.22 12.2 │ │ Jan 1 C 1.00 1.05 4.23 1.5 0.0 5.7 48.4 0.89 8.9 │ │ Jan 2 C 1.00 1.05 4.20 1.5 0.0 5.7 51.1 0.59 5.9 │ │ Jan 3 C 1.00 1.05 4.13 1.5 0.0 5.6 51.1 0.52 5.2 │ │ Feb 1 C/D 1.00 1.04 4.03 1.5 0.0 5.5 51.8 0.30 3.0 │ │ Feb 2 D 1.00 0.99 3.77 1.2 0.0 4.9 52.2 0.00 0.0 │ │ Feb 3 D 1.00 0.91 3.57 0.8 0.0 4.4 47.8 0.00 0.0 │ │ Mar 1 D 1.00 0.83 3.36 0.3 0.0 3.7 34.3 0.27 2.2 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 558 177 180 926 582 344 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘ ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
April
(1 - 30) :
10
Date of Nursery preparation
:
10 March
Date of Harvest
:
10 August
:
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 10 april │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Mar 2 NUR 0.10 1.20 0.50 0.2 1.8 2.5 3.8 2.07 20.7 │ │ Mar 3 LP 0.33 1.18 1.59 0.5 8.1 10.2 12.7 8.91 89.1 │ │ Apr 1 LP 0.78 1.13 3.60 1.2 8.1 12.9 31.5 9.72 97.2 │ │ Apr 2 A 1.00 1.10 4.51 1.5 0.0 6.0 41.8 1.83 18.3 │ │ Apr 3 A 1.00 1.10 4.44 1.5 0.0 5.9 38.1 2.13 21.3 │ │ May 1 B 1.00 1.09 4.33 1.5 0.0 5.8 34.4 2.39 23.9 │ │ May 2 B 1.00 1.07 4.19 1.5 0.0 5.7 30.6 2.63 26.3 │ │ May 3 B 1.00 1.06 4.09 1.5 0.0 5.6 27.2 2.87 28.7 │ │ Jun 1 C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 23.2 3.21 32.1 │ │ Jun 2 C 1.00 1.05 3.99 1.5 0.0 5.5 19.5 3.54 35.4 │ │ Jun 3 C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 20.1 3.51 35.1 │ │ Jul 1 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 21.5 3.41 34.1 │ │ Jul 2 D 1.00 1.01 3.93 1.3 0.0 5.2 22.5 2.93 29.3 │ │ Jul 3 D 1.00 0.92 3.82 0.9 0.0 4.7 18.8 2.82 28.2 │ │ Aug 1 D 1.00 0.84 3.68 0.4 0.0 4.1 14.4 2.68 26.8 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 548 179 180 907 360 547 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) 6. Padi-padi-bera (Desember) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
:
December 7
Date of Nursery preparation
:
7 November
Date of Harvest
:
7 April
┌───────────────────────────────────────────────────────---───────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : paddy Planting date : 7 December │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Nov 1 NUR 0.05 1.20 0.27 0.0 0.5 0.8 0.5 0.76 2.3 │ │ Nov 2 N/L 0.12 1.19 0.60 0.2 3.7 4.5 4.1 4.05 40.5 │ │ Nov 3 LP 0.46 1.16 2.22 0.7 8.1 11.0 17.2 9.29 92.9 │ │ Dec 1 L/A 0.84 1.12 3.89 1.3 5.7 10.8 33.9 7.43 74.3 │ │ Dec 2 A 1.00 1.10 4.51 1.5 0.0 6.0 43.1 1.70 17.0 │ │ Dec 3 A/B 1.00 1.10 4.46 1.5 0.0 6.0 45.8 1.38 13.8 │ │ Jan 1 B 1.00 1.09 4.38 1.5 0.0 5.9 48.4 1.04 10.4 │ │ Jan 2 B 1.00 1.07 4.28 1.5 0.0 5.8 51.1 0.67 6.7 │ │ Jan 3 B/C 1.00 1.06 4.15 1.5 0.0 5.7 51.1 0.54 5.4 │ │ Feb 1 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 51.8 0.38 3.8 │ │ Feb 2 C 1.00 1.05 3.99 1.5 0.0 5.5 52.2 0.27 2.7 │ │ Feb 3 C 1.00 1.05 4.13 1.5 0.0 5.6 47.8 0.85 8.5 │ │ Mar 1 C/D 1.00 1.04 4.22 1.4 0.0 5.6 42.8 1.36 13.6 │ │ Mar 2 D 1.00 0.98 4.13 1.1 0.0 5.3 38.2 1.45 14.5 │ │ Mar 3 D 1.00 0.90 3.75 0.7 0.0 4.5 39.1 0.59 5.9 │ │ Apr 1 D 1.00 0.82 3.38 0.3 0.0 3.7 28.4 0.83 5.8 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 552 176 180 914 596 318 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
May
(1 - 31) :
10
Date of Nursery preparation
:
10 April
Date of Harvest
:
10 September
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 10 May │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Apr 2 NUR 0.10 1.20 0.49 0.2 1.8 2.4 4.2 2.02 20.2 │ │ Apr 3 LP 0.33 1.18 1.54 0.5 8.1 10.1 12.4 8.89 88.9 │ │ May 1 LP 0.78 1.13 3.46 1.2 8.1 12.7 26.6 10.06 100.6 │ │ May 2 A 1.00 1.10 4.29 1.5 0.0 5.8 30.6 2.73 27.3 │ │ May 3 A 1.00 1.10 4.25 1.5 0.0 5.8 27.2 3.03 30.3 │ │ Jun 1 B 1.00 1.09 4.18 1.5 0.0 5.7 23.2 3.37 33.7 │ │ Jun 2 B 1.00 1.07 4.08 1.5 0.0 5.6 19.5 3.64 36.4 │ │ Jun 3 B 1.00 1.06 4.06 1.5 0.0 5.6 20.1 3.54 35.4 │ │ Jul 1 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 21.5 3.41 34.1 │ │ Jul 2 C 1.00 1.05 4.09 1.5 0.0 5.6 22.5 3.35 33.5 │ │ Jul 3 C 1.00 1.05 4.34 1.5 0.0 5.8 18.8 3.96 39.6 │ │ Aug 1 C 1.00 1.05 4.59 1.5 0.0 6.1 14.4 4.65 46.5 │ │ Aug 2 D 1.00 1.01 4.64 1.3 0.0 5.9 10.3 4.86 48.6 │ │ Aug 3 D 1.00 0.92 4.32 0.9 0.0 5.2 11.5 4.04 40.4 │ │ Sep 1 D 1.00 0.84 3.98 0.4 0.0 4.4 12.0 3.22 32.2 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 564 179 180 922 275 648 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
7. Padi-padi-padi (Oktober) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ rice data input │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ Crop : PADDY Growth periode Length Stage Cropcoefficient ----------------------------------------------------------Nursery 30 days 1.20 Landpreparation 20 days --Initial Stage (A) 20 days 1.10 Developm.Stage (B) 30 days --Mid-season (C) 40 days 1.05 Late Season (D) 30 days 0.80 ----------------------------------------------------------Total 150 days Nursery Area Land cultivation Percolation rate
10 180 1.5
% mm mm/day
╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
October 3
Date of Nursery preparation
:
3 September
Date of Harvest
:
3 February
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 3 October │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Sep 1 NUR 0.05 1.20 0.30 0.0 1.3 1.6 0.5 1.52 10.7 │ │ Sep 2 N/L 0.21 1.18 1.20 0.3 6.2 7.7 2.7 7.45 74.5 │ │ Sep 3 LP 0.64 1.14 3.48 1.0 8.1 12.5 12.1 11.32 113.2 │ │ Oct 1 L/A 0.93 1.11 4.89 1.4 2.4 8.7 24.0 6.32 63.2 │ │ Oct 2 A 1.00 1.10 5.17 1.5 0.0 6.7 32.1 3.46 34.6 │ │ Oct 3 A/B 1.00 1.09 4.96 1.5 0.0 6.5 32.9 3.17 31.7 │ │ Nov 1 B 1.00 1.08 4.72 1.5 0.0 6.2 33.7 2.85 28.5 │ │ Nov 2 B 1.00 1.06 4.47 1.5 0.0 6.0 34.5 2.51 25.1 │ │ Nov 3 B/C 1.00 1.05 4.39 1.5 0.0 5.9 37.4 2.15 21.5 │ │ Dec 1 C 1.00 1.05 4.34 1.5 0.0 5.8 40.3 1.81 18.1 │ │ Dec 2 C 1.00 1.05 4.31 1.5 0.0 5.8 43.1 1.49 14.9 │ │ Dec 3 C 1.00 1.05 4.27 1.5 0.0 5.8 45.8 1.19 11.9 │ │ Jan 1 C/D 1.00 1.02 4.12 1.3 0.0 5.4 48.4 0.60 6.0 │ │ Jan 2 D 1.00 0.95 3.80 1.0 0.0 4.8 51.1 0.00 0.0 │ │ Jan 3 D 1.00 0.87 3.41 0.6 0.0 4.0 51.1 0.00 0.0 │ │ Feb 1 D 1.00 0.78 3.03 0.1 0.0 3.1 15.5 1.58 4.8 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 586 176 180 964 505 459 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘ ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
:
March 4
Date of Nursery preparation
:
4 February
Date of Harvest
:
4 July
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 4 March │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Feb 1 NUR 0.05 1.20 0.25 0.0 1.1 1.3 1.6 1.17 7.0 │ │ Feb 2 N/L 0.19 1.19 0.85 0.3 5.6 6.7 9.8 5.73 57.3 │ │ Feb 3 LP 0.60 1.15 2.68 0.9 8.1 11.7 28.5 8.83 88.3 │ │ Mar 1 L/A 0.91 1.11 4.11 1.4 3.2 8.7 39.0 4.81 48.1 │ │ Mar 2 A 1.00 1.10 4.62 1.5 0.0 6.1 38.2 2.30 23.0 │ │ Mar 3 A/B 1.00 1.10 4.56 1.5 0.0 6.1 39.1 2.16 21.6 │ │ Apr 1 B 1.00 1.08 4.47 1.5 0.0 6.0 40.6 1.91 19.1 │ │ Apr 2 B 1.00 1.07 4.37 1.5 0.0 5.9 41.8 1.69 16.9 │ │ Apr 3 B/C 1.00 1.05 4.25 1.5 0.0 5.7 38.1 1.94 19.4 │ │ May 1 C 1.00 1.05 4.17 1.5 0.0 5.7 34.4 2.23 22.3 │ │ May 2 C 1.00 1.05 4.09 1.5 0.0 5.6 30.6 2.53 25.3 │ │ May 3 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 27.2 2.84 28.4 │ │ Jun 1 C/D 1.00 1.03 3.93 1.3 0.0 5.3 23.2 2.96 29.6 │ │ Jun 2 D 1.00 0.96 3.64 1.0 0.0 4.7 19.5 2.72 27.2 │ │ Jun 3 D 1.00 0.88 3.35 0.6 0.0 4.0 20.1 1.95 19.5 │ │ Jul 1 D 1.00 0.79 3.06 0.2 0.0 3.2 8.6 2.36 9.4 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 545 176 180 903 440 462 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : EFF-RAIN Cl. Station : Serang │ │ Crop File : PADDY Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
Date of Nursery preparation
:
:
August 5 5 July
Date of Harvest : 5 December ┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 5 August │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Jul 1 NUR 0.05 1.20 0.24 0.0 0.9 1.1 0.6 1.09 5.5 │ │ Jul 2 N/L 0.16 1.19 0.76 0.2 5.0 6.0 3.7 5.59 55.9 │ │ Jul 3 LP 0.55 1.15 2.61 0.8 8.1 11.5 10.3 10.51 105.1 │ │ Aug 1 L/A 0.89 1.11 4.31 1.3 4.1 9.7 12.8 8.42 84.2 │ │ Aug 2 A 1.00 1.10 5.06 1.5 0.0 6.6 10.3 5.53 55.3 │ │ Aug 3 A/B 1.00 1.10 5.11 1.5 0.0 6.6 11.5 5.46 54.6 │ │ Sep 1 B 1.00 1.08 5.13 1.5 0.0 6.6 12.0 5.42 54.2 │ │ Sep 2 B 1.00 1.07 5.12 1.5 0.0 6.6 12.9 5.33 53.3 │ │ Sep 3 B/C 1.00 1.05 5.02 1.5 0.0 6.5 19.0 4.63 46.3 │ │ Oct 1 C 1.00 1.05 4.97 1.5 0.0 6.5 25.7 3.90 39.0 │ │ Oct 2 C 1.00 1.05 4.93 1.5 0.0 6.4 32.1 3.23 32.3 │ │ Oct 3 C 1.00 1.05 4.76 1.5 0.0 6.3 32.9 2.97 29.7 │ │ Nov 1 C/D 1.00 1.03 4.49 1.4 0.0 5.9 33.7 2.50 25.0 │ │ Nov 2 D 1.00 0.97 4.06 1.1 0.0 5.1 34.5 1.67 16.7 │ │ Nov 3 D 1.00 0.88 3.68 0.7 0.0 4.3 37.4 0.60 6.0 │ │ Dec 1 D 1.00 0.80 3.31 0.2 0.0 3.5 20.1 1.50 7.5 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 618 176 180 980 309 670 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
8. Padi-padi-padi (November) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 30) :
November 5
Date of Nursery preparation
:
5 October
Date of Harvest
:
5 March
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌──────────────────────────────────────────────────────────────────────---────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 5 November │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Oct 1 NUR 0.05 1.20 0.30 0.0 0.9 1.2 0.7 1.13 5.7 │ │ Oct 2 N/L 0.16 1.19 0.92 0.2 5.0 6.1 5.3 5.59 55.9 │ │ Oct 3 LP 0.55 1.15 2.87 0.8 8.1 11.8 18.1 9.98 99.8 │ │ Nov 1 L/A 0.89 1.11 4.31 1.3 4.1 9.7 29.9 6.70 67.0 │ │ Nov 2 A 1.00 1.10 4.62 1.5 0.0 6.1 34.5 2.67 26.7 │ │ Nov 3 A/B 1.00 1.10 4.57 1.5 0.0 6.1 37.4 2.33 23.3 │ │ Dec 1 B 1.00 1.08 4.48 1.5 0.0 6.0 40.3 1.95 19.5 │ │ Dec 2 B 1.00 1.07 4.37 1.5 0.0 5.9 43.1 1.56 15.6 │ │ Dec 3 B/C 1.00 1.05 4.29 1.5 0.0 5.8 45.8 1.21 12.1 │ │ Jan 1 C 1.00 1.05 4.23 1.5 0.0 5.7 48.4 0.89 8.9 │ │ Jan 2 C 1.00 1.05 4.20 1.5 0.0 5.7 51.1 0.59 5.9 │ │ Jan 3 C 1.00 1.05 4.13 1.5 0.0 5.6 51.1 0.52 5.2 │ │ Feb 1 C/D 1.00 1.03 3.98 1.4 0.0 5.4 51.8 0.17 1.7 │ │ Feb 2 D 1.00 0.97 3.67 1.1 0.0 4.7 52.2 0.00 0.0 │ │ Feb 3 D 1.00 0.88 3.47 0.7 0.0 4.1 47.8 0.00 0.0 │ │ Mar 1 D 1.00 0.80 3.25 0.2 0.0 3.5 21.4 1.31 6.6 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 559 176 180 933 579 354 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘ ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 30) :
:
April 6
Date of Nursery preparation
:
6 March
Date of Harvest
:
6 August
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 6 April │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Mar 1 NUR 0.05 1.20 0.25 0.0 0.7 1.0 0.9 0.89 3.6 │ │ Mar 2 N/L 0.14 1.19 0.71 0.2 4.3 5.2 5.4 4.70 47.0 │ │ Mar 3 LP 0.51 1.16 2.43 0.8 8.1 11.3 19.7 9.32 93.2 │ │ Apr 1 L/A 0.87 1.12 3.99 1.3 4.9 10.1 35.1 6.63 66.3 │ │ Apr 2 A 1.00 1.10 4.51 1.5 0.0 6.0 41.8 1.83 18.3 │ A/B 1.00 1.10 4.42 1.5 0.0 5.9 38.1 2.12 21.2 │ │ Apr 3 │ May 1 B 1.00 1.09 4.30 1.5 0.0 5.8 34.4 2.37 23.7 │ │ May 2 B 1.00 1.07 4.17 1.5 0.0 5.7 30.6 2.60 26.0 │ │ May 3 B/C 1.00 1.06 4.08 1.5 0.0 5.6 27.2 2.85 28.5 │ │ Jun 1 C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 23.2 3.21 32.1 │ │ Jun 2 C 1.00 1.05 3.99 1.5 0.0 5.5 19.5 3.54 35.4 │ │ Jun 3 C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 20.1 3.51 35.1 │ │ Jul 1 C/D 1.00 1.03 4.00 1.4 0.0 5.4 21.5 3.25 32.5 │ │ Jul 2 D 1.00 0.98 3.80 1.1 0.0 4.9 22.5 2.65 26.5 │ │ Jul 3 D 1.00 0.89 3.69 0.7 0.0 4.4 18.8 2.51 25.1 │ │ Aug 1 D 1.00 0.81 3.53 0.3 0.0 3.8 8.6 2.92 17.5 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 544 176 180 899 367 532 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : EFF-RAIN Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 30) :
:
September 7
Date of Nursery preparation
:
7 August
Date of Harvest
:
7 January
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 7 September │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Aug 1 NUR 0.05 1.20 0.27 0.0 0.5 0.8 0.2 0.79 2.4 │ │ Aug 2 N/L 0.12 1.19 0.65 0.2 3.7 4.5 1.2 4.40 44.0 │ │ Aug 3 LP 0.46 1.16 2.49 0.7 8.1 11.3 5.3 10.75 107.5 │ │ Sep 1 L/A 0.84 1.12 4.46 1.3 5.7 11.4 10.2 10.37 103.7 │ │ Sep 2 A 1.00 1.10 5.28 1.5 0.0 6.8 12.9 5.49 54.9 │ │ Sep 3 A/B 1.00 1.10 5.23 1.5 0.0 6.7 19.0 4.83 48.3 │ │ Oct 1 B 1.00 1.09 5.14 1.5 0.0 6.6 25.7 4.07 40.7 │ │ Oct 2 B 1.00 1.07 5.03 1.5 0.0 6.5 32.1 3.32 33.2 │ │ Oct 3 B/C 1.00 1.06 4.79 1.5 0.0 6.3 32.9 3.00 30.0 │ │ Nov 1 C 1.00 1.05 4.59 1.5 0.0 6.1 33.7 2.72 27.2 │ │ Nov 2 C 1.00 1.05 4.41 1.5 0.0 5.9 34.5 2.46 24.6 │ │ Nov 3 C 1.00 1.05 4.37 1.5 0.0 5.9 37.4 2.14 21.4 │ │ Dec 1 C/D 1.00 1.04 4.29 1.4 0.0 5.7 40.3 1.69 16.9 │ │ Dec 2 D 1.00 0.98 4.03 1.1 0.0 5.2 43.1 0.86 8.6 │ │ Dec 3 D 1.00 0.90 3.66 0.7 0.0 4.4 45.8 0.00 0.0 │ │ Jan 1 D 1.00 0.82 3.29 0.3 0.0 3.6 33.9 0.20 1.4 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 608 176 180 973 408 565 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
9. Padi-padi-padi (Desember) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
December 2
Date of Nursery preparation
:
2 November
Date of Harvest
:
2 April
:
Lampiran 16. (Lanjutan) ┌───────────────────────────────────────────────────────---───────────────────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : paddy Planting date : 2 December │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Nov 1 NUR 0.05 1.20 0.28 0.0 1.4 1.7 1.5 1.58 12.7 │ │ Nov 2 N/L 0.23 1.18 1.16 0.4 6.8 8.4 8.1 7.54 75.4 │ │ Nov 3 LP 0.68 1.14 3.24 1.0 8.1 12.4 25.6 9.81 98.1 │ │ Dec 1 L/A 0.96 1.11 4.36 1.4 1.6 7.4 38.5 3.57 35.7 │ │ Dec 2 A 1.00 1.10 4.51 1.5 0.0 6.0 43.1 1.70 17.0 │ │ Dec 3 A/B 1.00 1.09 4.45 1.5 0.0 5.9 45.8 1.37 13.7 │ │ Jan 1 B 1.00 1.08 4.35 1.5 0.0 5.8 48.4 1.00 10.0 │ │ Jan 2 B 1.00 1.06 4.25 1.5 0.0 5.7 51.1 0.64 6.4 │ │ Jan 3 B/C 1.00 1.05 4.14 1.5 0.0 5.6 51.1 0.52 5.2 │ │ Feb 1 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 51.8 0.38 3.8 │ │ Feb 2 C 1.00 1.05 3.99 1.5 0.0 5.5 52.2 0.27 2.7 │ │ Feb 3 C 1.00 1.05 4.13 1.5 0.0 5.6 47.8 0.85 8.5 │ │ Mar 1 C/D 1.00 1.02 4.13 1.3 0.0 5.4 42.8 1.15 11.5 │ │ Mar 2 D 1.00 0.94 3.95 0.9 0.0 4.9 38.2 1.09 10.9 │ │ Mar 3 D 1.00 0.86 3.58 0.5 0.0 4.1 39.1 0.20 2.0 │ │ Apr 1 D 1.00 0.78 3.20 0.1 0.0 3.3 8.1 2.45 4.9 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 552 176 180 912 593 318 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : eff-rain Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) :
May
(1 - 31) :
3
Date of Nursery preparation
:
3 April
Date of Harvest
:
3 September
:
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 3 May │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Apr 1 NUR 0.05 1.20 0.27 0.0 1.3 1.5 1.5 1.38 9.7 │ │ Apr 2 N/L 0.21 1.18 1.02 0.3 6.2 7.5 8.8 6.67 66.7 │ │ Apr 3 LP 0.64 1.14 2.94 1.0 8.1 12.0 24.4 9.57 95.7 │ │ May 1 L/A 0.93 1.11 4.10 1.4 2.4 7.9 32.0 4.72 47.2 │ │ May 2 A 1.00 1.10 4.29 1.5 0.0 5.8 30.6 2.73 27.3 │ │ May 3 A/B 1.00 1.09 4.23 1.5 0.0 5.7 27.2 3.01 30.1 │ │ Jun 1 B 1.00 1.08 4.14 1.5 0.0 5.6 23.2 3.32 33.2 │ │ Jun 2 B 1.00 1.06 4.04 1.5 0.0 5.5 19.5 3.59 35.9 │ │ Jun 3 B/C 1.00 1.05 4.03 1.5 0.0 5.5 20.1 3.52 35.2 │ │ Jul 1 C 1.00 1.05 4.06 1.5 0.0 5.6 21.5 3.41 34.1 │ │ Jul 2 C 1.00 1.05 4.09 1.5 0.0 5.6 22.5 3.35 33.5 │ │ Jul 3 C 1.00 1.05 4.34 1.5 0.0 5.8 18.8 3.96 39.6 │ │ Aug 1 C/D 1.00 1.02 4.46 1.3 0.0 5.8 14.4 4.35 43.5 │ │ Aug 2 D 1.00 0.95 4.37 1.0 0.0 5.4 10.3 4.33 43.3 │ │ Aug 3 D 1.00 0.87 4.04 0.6 0.0 4.6 11.5 3.46 34.6 │ │ Sep 1 D 1.00 0.78 3.71 0.1 0.0 3.8 3.6 3.46 10.4 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 555 176 180 910 290 620 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 16. (Lanjutan) ╒══════════════════════════════════════════════════════════╕ │ TRANS PLANTING DATE │ ╘══════════════════════════════════════════════════════════╛ ┌──────────────────────────────────────────────────────────┐ │ Climate File : EFF-RAIN Cl. Station : Serang │ │ Crop File : paddy Crop name : PADDY │ └──────────────────────────────────────────────────────────┘ For ET-Rice calculations give DATE of TRANSplanting Month
of TRANS-Plant
Day of TRANS-Plant
(1 - 12) : (1 - 31) :
:
October 4
Date of Nursery preparation
:
4 September
Date of Harvest
:
4 February
┌─────────────────────────────────────────────────────────────────────---─────┐ │ Crop Evapotranspiration and Irrigation Requirements │ ├=============================================================================┤ │ Climate file : eff-rain Climate Station: Serang │ │ Crop : Paddy Planting date : 4 October │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Month Stage Area Coeff ETCrop Perc. LPrep RiceRq EffRain IRReq. IRReq │ │ Decade % mm/day mm/dy mm/dy mm/day mm/dec mm/dy mm/dec │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Sep 1 NUR 0.05 1.20 0.30 0.0 1.1 1.4 0.4 1.35 8.1 │ │ Sep 2 N/L 0.19 1.19 1.07 0.3 5.6 6.9 2.4 6.69 66.9 │ │ Sep 3 LP 0.60 1.15 3.25 0.9 8.1 12.2 11.3 11.11 111.1 │ │ Oct 1 L/A 0.91 1.11 4.78 1.4 3.2 9.4 23.4 7.05 70.5 │ │ Oct 2 A 1.00 1.10 5.17 1.5 0.0 6.7 32.1 3.46 34.6 │ │ Oct 3 A/B 1.00 1.10 4.96 1.5 0.0 6.5 32.9 3.18 31.8 │ │ Nov 1 B 1.00 1.08 4.72 1.5 0.0 6.2 33.7 2.85 28.5 │ │ Nov 2 B 1.00 1.07 4.47 1.5 0.0 6.0 34.5 2.52 25.2 │ │ Nov 3 B/C 1.00 1.05 4.39 1.5 0.0 5.9 37.4 2.15 21.5 │ │ Dec 1 C 1.00 1.05 4.34 1.5 0.0 5.8 40.3 1.81 18.1 │ │ Dec 2 C 1.00 1.05 4.31 1.5 0.0 5.8 43.1 1.49 14.9 │ │ Dec 3 C 1.00 1.05 4.27 1.5 0.0 5.8 45.8 1.19 11.9 │ │ Jan 1 C/D 1.00 1.03 4.13 1.3 0.0 5.5 48.4 0.64 6.4 │ │ Jan 2 D 1.00 0.96 3.83 1.0 0.0 4.9 51.1 0.00 0.0 │ │ Jan 3 D 1.00 0.88 3.44 0.6 0.0 4.1 51.1 0.00 0.0 │ │ Feb 1 D 1.00 0.79 3.06 0.2 0.0 3.2 20.7 1.14 4.6 │ ├─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┤ │ Totals 585 176 180 963 509 454 │ └─────────────────────────────────────────────────────────────────────────────┘
Lampiran 17. Optimasi penentuan luas lahan. Linear Programming ╔═════════════════════════════════════════════════════════════════════════════╗ ║***** Input Data ***** ║ ║ ║ ║Max. Z = 0.4X1 + 2.5X2 + 0.1X3 ║ ║ ║ ║Subject to ║ ║ ║ ║C1 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 10683.88 ║ ║C2 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 11937.58 ║ ║C3 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 6768.32 ║ ║C4 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 5499.02 ║ ║C5 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 4961.60 ║ ║C6 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 4046.33 ║ ║C7 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 1806.72 ║ ║C8 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 1655.69 ║ ║C9 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 1260.15 ║ ║C10 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 3224.72 ║ ║C11 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 6683.73 ║ ║C12 0.0003X1 + 0.58X2 + 0.26X3 <= 12280.88 ║ ║C13 1X1 <= 47519 ║ ║C14 1X2 <= 46 ║ ║ ║ ║***** Program Output ***** ║ ║ ║ ║Simplex Tableau : 0 ║ ║ ║ ║ \Cj 0.400 2.500 0.100 0.000 ║ ║ Cb \ Basis Bi X1 X2 X3 s 1 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ 0.000 s 1 10683.88 0.000 0.580 0.260 1.000 ║ ║ 0.000 s 2 11937.58 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 3 6768.32 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 4 5499.02 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 5 4961.60 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 6 4046.33 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 7 1806.72 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 8 1655.69 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 9 1260.15 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 10 3224.72 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 11 6683.73 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 12 12280.88 0.000 0.580 0.260 0.000 ║ ║ 0.000 s 13 47519.00 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 14 46.00 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ Cj-Zj 0.400 2.500 0.100 0.000 ║ ║ ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ Cb \ Basis Bi s 2 s 3 s 4 s 5 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ 0.000 s 1 10683.88 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 2 11937.58 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 3 6768.32 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 4 5499.02 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 5 4961.60 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ ║ 0.000 s 6 4046.33 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 7 1806.72 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 8 1655.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 9 1260.15 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 10 3224.72 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 11 6683.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 12 12280.88 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 13 47519.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 14 46.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ Cb \ Basis Bi s 6 s 7 s 8 s 9 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ 0.000 s 1 10683.88 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 2 11937.58 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 3 6768.32 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 4 5499.02 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 5 4961.60 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 6 4046.33 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 7 1806.72 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 8 1655.69 0.000 0.000 1.000 0.000 ║
Lampiran 17. (Lanjutan) ║ 0.000 s 9 1260.15 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 10 3224.72 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 6683.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 12280.88 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 47519.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 46.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 10 s 11 s 12 s 13 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 10683.88 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 11937.58 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 6768.32 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 5499.02 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 4961.60 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 4046.33 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 1806.72 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 1655.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 1260.15 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 3224.72 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 6683.73 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 12280.88 0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 s 13 47519.00 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ ║ 0.000 s 14 46.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 14 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 10683.88 0.000 ║ 0.000 s 2 11937.58 0.000 ║ 0.000 s 3 6768.32 0.000 ║ 0.000 s 4 5499.02 0.000 ║ 0.000 s 5 4961.60 0.000 ║ 0.000 s 6 4046.33 0.000 ║ 0.000 s 7 1806.72 0.000 ║ 0.000 s 8 1655.69 0.000 ║ 0.000 s 9 1260.15 0.000 ║ 0.000 s 10 3224.72 0.000 ║ 0.000 s 11 6683.73 0.000 ║ 0.000 s 12 12280.88 0.000 ║ 0.000 s 13 47519.00 0.000 ║ 0.000 s 14 46.00 1.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 ║ ║ ║Simplex Tableau : 3 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 1 s 2 s 3 s 4 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 9423.73 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 10677.43 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 5508.17 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 4 4238.87 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 5 3701.45 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 2786.18 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 546.57 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 395.54 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.100 X3 4689.29 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1964.57 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 5423.58 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 11020.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.400 X1 47519.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 2.500 X2 46.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 19591.529 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 5 s 6 s 7 s 8 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 9423.73 0.000 0.000 0.000 0.000
║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║
Lampiran 17. (Lanjutan) ║ 0.000 s 2 10677.43 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 5508.17 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 4238.87 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 3701.45 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 2786.18 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 546.57 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 8 395.54 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.100 X3 4689.29 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1964.57 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 5423.58 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 11020.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.400 X1 47519.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 2.500 X2 46.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 19591.529 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 9 s 10 s 11 s 12 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 9423.73 -1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 10677.43 -1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 5508.17 -1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 4238.87 -1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 3701.45 -1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 s 6 2786.18 -1.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 7 546.57 -1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 395.54 -1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.100 X3 4689.29 3.846 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1964.57 -1.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 5423.58 -1.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 12 11020.73 -1.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.400 X1 47519.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 2.500 X2 46.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 19591.529 0.385 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj -0.385 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.400 2.500 ║ Cb \ Basis Bi s 13 s 14 X1 X2 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 9423.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 10677.43 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 5508.17 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 4238.87 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 3701.45 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 2786.18 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 546.57 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 395.54 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.100 X3 4689.29 -0.001 -2.231 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1964.57 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 5423.58 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 11020.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.400 X1 47519.00 1.000 0.000 1.000 0.000 ║ 2.500 X2 46.00 0.000 1.000 0.000 1.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 19591.529 0.400 2.277 0.400 2.500 ║ Cj-Zj -0.400 -2.277 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.100 ║ Cb \ Basis Bi X3 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 9423.73 0.000 ║ 0.000 s 2 10677.43 0.000 ║ 0.000 s 3 5508.17 0.000 ║ 0.000 s 4 4238.87 0.000 ║ 0.000 s 5 3701.45 0.000 ║ 0.000 s 6 2786.18 0.000 ║ 0.000 s 7 546.57 0.000 ║ 0.000 s 8 395.54 0.000 ║ 0.100 X3 4689.29 1.000 ║ 0.000 s 10 1964.57 0.000 ║ 0.000 s 11 5423.58 0.000 ║ 0.000 s 12 11020.73 0.000 ║ 0.400 X1 47519.00 0.000 ║ 2.500 X2 46.00 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 19591.529 0.100 ║ Cj-Zj 0.000 ║
║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║
Lampiran 17. (Lanjutan) ║ ║ ║Final Optimal Solution ║ ║ ║ ║Z = 19591.529 ║ ║ ║ ║---------------------------------------║ ║Variable Value Reduced Cost ║ ║---------------------------------------║ ║X1 47519.000 0.000 ║ ║X2 46.000 0.000 ║ ║X3 4689.286 0.000 ║ ║---------------------------------------║ ║Constraint Slack/Surplus Shadow Price ║ ║---------------------------------------║ ║C1 9423.730 0.000 ║ ║C2 10677.430 0.000 ║ ║C3 5508.170 0.000 ║ ║C4 4238.870 0.000 ║ ║C5 3701.450 0.000 ║ ║C6 2786.180 0.000 ║ ║C7 546.570 0.000 ║ ║C8 395.540 0.000 ║ ║C9 0.000 0.385 ║ ║C10 1964.570 0.000 ║ ║C11 5423.580 0.000 ║ 11020.730 0.000 ║ ║C12 ║C13 0.000 0.400 ║ ║C14 0.000 2.277 ║ ║---------------------------------------║ ║ ║ ║Objective Coefficient Ranges ║ ║----------------------------------------------------------------------║ ║ Lower Current Upper Allowable Allowable ║ ║Variables Limit Values Limit Increase Decrease ║ ║----------------------------------------------------------------------║ ║X1 0.000 0.400 No limit No limit 0.400 ║ ║X2 0.223 2.500 No limit No limit 2.277 ║ ║X3 -0.000 0.100 1.121 1.021 0.100 ║ ║ ║ ║Right Hand Side Ranges ║ ║----------------------------------------------------------------------║ ║ Lower Current Upper Allowable Allowable ║ ║Constraints Limit Values Limit Increase Decrease ║ ║----------------------------------------------------------------------║ ║C1 1260.150 10683.880 No limit No limit 9423.730 ║ ║C2 1260.150 11937.580 No limit No limit 10677.430 ║ ║C3 1260.150 6768.320 No limit No limit 5508.170 ║ ║C4 1260.150 5499.020 No limit No limit 4238.870 ║ ║C5 1260.150 4961.600 No limit No limit 3701.450 ║ ║C6 1260.150 4046.330 No limit No limit 2786.180 ║ ║ ║C7 1260.150 1806.720 No limit No limit 546.570 ║C8 1260.150 1655.690 No limit No limit 395.540 ║ ║C9 40.936 1260.150 1655.690 395.540 1219.214 ║ ║C10 1260.150 3224.720 No limit No limit 1964.570 ║ ║C11 1260.150 6683.730 No limit No limit 5423.580 ║ ║C12 1260.150 12280.880 No limit No limit 11020.730 ║ ║C13 0.000 47519.000 4111566.667 4064047.667 47519.000 ║ ║C14 0.000 46.000 2148.094 2102.094 46.000 ║ ║ ║ ║***** End of Output ***** ║ ╚═════════════════════════════════════════════════════════════════════════════╝
Lampiran 18. Optimasi Pola Tanam Linear Programming ╔═════════════════════════════════════════════════════════════════════════════╗ ║***** Input Data ***** ║ ║ ║ ║Max. Z = 1X1 + 1X2 + 1X3 + 1X4 + 1X5 + 1X6 + 1X7 + 1X8 + 1X9 ║ ║ ║ ║Subject to ║ ║ ║ ║C1 1X1 + 1X2 + 1X3 + 1X4 + 1X5 + 1X6 + 1X7 + 1X8 + 1X9 <= ║ ║ 4689.29 ║ ║C2 0.78X1 + 0.62X4 + 0.78X7 <= 1219 ║ ║C3 0.50X1 + 0.64X2 + 0.72X4 + 0.53X5 + 0.50X7 + 0.64X8 <= ║ ║ 1219 ║ ║C4 0.29X1 + 0.45X2 + 0.73X3 + 0.30X4 + 0.54X5 + 0.54X6 + 0.29X7 ║ ║ + 0.45X8 + 0.73X9 <= 1219 ║ ║C5 0.17X1 + 0.18X2 + 0.26X3 + 0.17X4 + 0.18X5 + 0.41X6 + 0.17X7 ║ ║ + 0.18X8 + 0.26X9 <= 1219 ║ ║C6 0.02X1 + 0.08X2 + 0.08X3 + 0.04X4 + 0.08X5 + 0.09X6 + 0.02X7 ║ ║ + 0.08X8 + 0.08X9 <= 1219 ║ ║C7 0.67X1 + 0.01X2 + 0.06X3 + 0.43X4 + 0.01X5 + 0.06X6 + 0.67X7 ║ ║ + 0.01X8 + 0.06X9 <= 1219 ║ ║C8 0.36X1 + 0.63X2 + 0.09X3 + 0.59X4 + 0.43X5 + 0.13X6 + 0.36X7 ║ ║ + 0.63X8 + 0.09X9 <= 1219 ║ ║C9 0.21X1 + 0.41X2 + 0.77X3 + 0.22X4 + 0.53X5 + 0.45X6 + 0.21X7 ║ ║ + 0.41X8 + 0.77X9 <= 1219 ║ ║C10 0.29X1 + 0.30X2 + 0.40X3 + 0.29X4 + 0.30X5 + 0.61X6 + 0.29X7 ║ + 0.30X8 + 0.40X9 <= 1219 ║ ║ ║C11 0.29X1 + 0.40X2 + 0.40X3 + 0.35X4 + 0.40X5 + 0.41X6 + 0.29X7 ║ ║ + 0.40X8 + 0.40X9 <= 1219 ║ ║C12 0.11X1 + 0.32X2 + 0.41X3 + 0.25X4 + 0.35X5 + 0.41X6 + 0.75X7 ║ ║ + 0.32X8 + 0.41X9 <= 1219 ║ ║C13 0.18X1 + 0.17X2 + 0.47X3 + 0.31X5 + 0.52X6 + 0.75X7 + 0.73X8 ║ ║ + 0.47X9 <= 1219 ║ ║C14 0.39X1 + 0.15X2 + 0.21X3 + 0.37X6 + 0.59X7 + 0.80X8 + 0.87X9 ║ ║ <= 1219 ║ ║C15 0.24X1 + 0.17X2 + 0.02X3 + 0.39X7 + 0.40X8 + 0.53X9 <= ║ ║ 1219 ║ ║C16 0.06X1 + 0.13X2 + 0.11X3 + 0.18X7 + 0.28X8 + 0.29X9 <= ║ ║ 1219 ║ ║C17 0.02X2 + 0.03X3 + 0.17X7 + 0.10X8 + 0.17X9 <= 1219 ║ ║C18 0.02X8 + 0.02X9 <= 1219 ║ ║C19 0.13X9 <= 1219 ║ ║ ║ ║***** Program Output ***** ║ ║ ║ ║Simplex Tableau : 0 ║ ║ ║ ║ \Cj 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ ║ Cb \ Basis Bi X1 X2 X3 X4 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ 0.000 s 1 4689.29 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ ║ 0.000 s 2 1219.00 0.780 0.000 0.000 0.620 ║ ║ 0.000 s 3 1219.00 0.500 0.640 0.000 0.720 ║ ║ 0.000 s 4 1219.00 0.290 0.450 0.730 0.300 ║ ║ 0.000 s 5 1219.00 0.170 0.180 0.260 0.170 ║ ║ 0.000 s 6 1219.00 0.020 0.080 0.080 0.040 ║ ║ 0.000 s 7 1219.00 0.670 0.010 0.060 0.430 ║ ║ 0.000 s 8 1219.00 0.360 0.630 0.090 0.590 ║ ║ 0.000 s 9 1219.00 0.210 0.410 0.770 0.220 ║ ║ 0.000 s 10 1219.00 0.290 0.300 0.400 0.290 ║ ║ 0.000 s 11 1219.00 0.290 0.400 0.400 0.350 ║ ║ 0.000 s 12 1219.00 0.110 0.320 0.410 0.250 ║ ║ 0.000 s 13 1219.00 0.180 0.170 0.470 0.000 ║ ║ 0.000 s 14 1219.00 0.390 0.150 0.210 0.000 ║ ║ 0.000 s 15 1219.00 0.240 0.170 0.020 0.000 ║ ║ 0.000 s 16 1219.00 0.060 0.130 0.110 0.000 ║ ║ 0.000 s 17 1219.00 0.000 0.020 0.030 0.000 ║ ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ Cj-Zj 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ ║ ║ ║ \Cj 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ ║ Cb \ Basis Bi X5 X6 X7 X8 ║ ║---------------------------------------------------------------------------- ║ ║ 0.000 s 1 4689.29 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ ║ 0.000 s 2 1219.00 0.000 0.000 0.780 0.000 ║ ║ 0.000 s 3 1219.00 0.530 0.000 0.500 0.640 ║ ║ 0.000 s 4 1219.00 0.540 0.540 0.290 0.450 ║ ║ 0.000 s 5 1219.00 0.180 0.410 0.170 0.180 ║
Lampiran 18. (Lanjutan) ║ 0.000 s 6 1219.00 0.080 0.090 0.020 0.080 ║ 0.000 s 7 1219.00 0.010 0.060 0.670 0.010 ║ 0.000 s 8 1219.00 0.430 0.130 0.360 0.630 ║ 0.000 s 9 1219.00 0.530 0.450 0.210 0.410 ║ 0.000 s 10 1219.00 0.300 0.610 0.290 0.300 ║ 0.000 s 11 1219.00 0.400 0.410 0.290 0.400 ║ 0.000 s 12 1219.00 0.350 0.410 0.750 0.320 ║ 0.000 s 13 1219.00 0.310 0.520 0.750 0.730 ║ 0.000 s 14 1219.00 0.000 0.370 0.590 0.800 ║ 0.000 s 15 1219.00 0.000 0.000 0.390 0.400 ║ 0.000 s 16 1219.00 0.000 0.000 0.180 0.280 ║ 0.000 s 17 1219.00 0.000 0.000 0.170 0.100 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.020 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ ║ \Cj 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi X9 s 1 s 2 s 3 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 4689.29 1.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 1219.00 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 3 1219.00 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 4 1219.00 0.730 0.000 0.000 0.000 0.000 s 5 1219.00 0.260 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 6 1219.00 0.080 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 1219.00 0.060 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 1219.00 0.090 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 1219.00 0.770 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1219.00 0.400 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 1219.00 0.400 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 1219.00 0.410 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 1219.00 0.470 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 1219.00 0.870 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 15 1219.00 0.530 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 16 1219.00 0.290 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1219.00 0.170 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.020 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.130 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 4 s 5 s 6 s 7 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 4689.29 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 1219.00 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 1219.00 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1219.00 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 7 1219.00 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 8 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 15 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 16 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 8 s 9 s 10 s 11 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 4689.29 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000
║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║
Lampiran 18. (Lanjutan) ║ 0.000 s 8 1219.00 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 1219.00 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1219.00 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 11 1219.00 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 12 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 15 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 16 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 12 s 13 s 14 s 15 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 4689.29 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 s 7 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 8 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 1219.00 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 1219.00 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 1219.00 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 15 1219.00 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 16 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 16 s 17 s 18 s 19 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 4689.29 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 2 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 3 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 4 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 15 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 16 1219.00 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1219.00 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 1.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ ║Simplex Tableau : 4 ║ ║ \Cj 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ Cb \ Basis Bi X1 X2 X3 X4 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 1594.40 0.000 0.000 -0.352 -0.008 ║ 1.000 X1 1562.82 1.000 0.000 0.000 0.795 ║ 1.000 X2 683.73 0.000 1.000 0.000 0.504 ║ 1.000 X6 848.34 0.000 0.000 1.352 -0.291 ║ 0.000 s 5 482.43 0.000 0.000 -0.294 0.064 ║ 0.000 s 6 1056.69 0.000 0.000 -0.042 0.010
║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║
Lampiran 18. (Lanjutan) ║ 0.000 s 7 114.17 0.000 0.000 -0.021 -0.090 ║ 0.000 s 8 115.35 0.000 0.000 -0.086 0.024 ║ 0.000 s 9 228.73 0.000 0.000 0.162 -0.022 ║ 0.000 s 10 43.18 0.000 0.000 -0.425 0.086 ║ 0.000 s 11 144.47 0.000 0.000 -0.154 0.037 ║ 0.000 s 12 480.48 0.000 0.000 -0.144 0.121 ║ 0.000 s 13 380.32 0.000 0.000 -0.233 -0.077 ║ 0.000 s 14 193.06 0.000 0.000 -0.290 -0.278 ║ 0.000 s 15 727.69 0.000 0.000 0.020 -0.276 ║ 0.000 s 16 1036.35 0.000 0.000 0.110 -0.113 ║ 0.000 s 17 1205.33 0.000 0.000 0.030 -0.010 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 3094.891 1.000 1.000 1.352 1.008 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 -0.352 -0.008 ║ ║ \Cj 1.000 1.000 1.000 1.000 ║ Cb \ Basis Bi X5 X6 X7 X8 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 1594.40 -0.138 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X1 1562.82 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 1.000 X2 683.73 0.828 0.000 0.000 1.000 ║ 1.000 X6 848.34 0.310 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 482.43 -0.096 0.000 0.000 0.000 0.000 s 6 1056.69 -0.014 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 7 114.17 -0.017 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 115.35 -0.132 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 228.73 0.051 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 43.18 -0.137 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 144.47 -0.058 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 480.48 -0.042 0.000 0.640 0.000 ║ 0.000 s 13 380.32 0.008 0.000 0.570 0.560 ║ 0.000 s 14 193.06 -0.239 0.000 0.200 0.650 ║ 0.000 s 15 727.69 -0.141 0.000 0.150 0.230 ║ 0.000 s 16 1036.35 -0.108 0.000 0.120 0.150 ║ 0.000 s 17 1205.33 -0.017 0.000 0.170 0.080 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.020 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 3094.891 1.138 1.000 1.000 1.000 ║ Cj-Zj -0.138 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi X9 s 1 s 2 s 3 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 1594.40 -0.352 1.000 -0.427 -0.260 ║ 1.000 X1 1562.82 0.000 0.000 1.282 0.000 ║ 1.000 X2 683.73 0.000 0.000 -1.002 1.563 ║ 1.000 X6 848.34 1.352 0.000 0.146 -1.302 ║ 0.000 s 5 482.43 -0.294 0.000 -0.098 0.253 ║ 0.000 s 6 1056.69 -0.042 0.000 0.041 -0.008 ║ 0.000 s 7 114.17 -0.021 0.000 -0.858 0.062 ║ 0.000 s 8 115.35 -0.086 0.000 0.150 -0.815 ║ 0.000 s 9 228.73 0.162 0.000 0.076 -0.055 ║ 0.000 s 10 43.18 -0.425 0.000 -0.160 0.326 ║ 0.000 s 11 144.47 -0.154 0.000 -0.031 -0.091 ║ 0.000 s 12 480.48 -0.144 0.000 0.120 0.034 ║ 0.000 s 13 380.32 -0.233 0.000 -0.136 0.411 ║ 0.000 s 14 193.06 0.370 0.000 -0.404 0.247 ║ 0.000 s 15 727.69 0.530 0.000 -0.137 -0.266 ║ 0.000 s 16 1036.35 0.290 0.000 0.053 -0.203 ║ 0.000 s 17 1205.33 0.170 0.000 0.020 -0.031 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.020 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.130 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 3094.891 1.352 0.000 0.427 0.260 ║ Cj-Zj -0.352 0.000 -0.427 -0.260 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 4 s 5 s 6 s 7 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 1594.40 -1.852 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X1 1562.82 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X2 683.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X6 848.34 1.852 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 482.43 -0.759 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1056.69 -0.167 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 7 114.17 -0.111 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 8 115.35 -0.241 0.000 0.000 0.000
║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║
Lampiran 18. (Lanjutan) ║ 0.000 s 9 228.73 -0.833 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 43.18 -1.130 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 144.47 -0.759 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 480.48 -0.759 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 380.32 -0.963 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 193.06 -0.685 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 15 727.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 16 1036.35 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1205.33 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 3094.891 1.852 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj -1.852 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 8 s 9 s 10 s 11 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 1594.40 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X1 1562.82 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X2 683.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X6 848.34 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 482.43 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1056.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 114.17 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 s 8 115.35 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ 0.000 s 9 228.73 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 43.18 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 11 144.47 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 12 480.48 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 380.32 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 193.06 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 15 727.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 16 1036.35 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1205.33 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 3094.891 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 12 s 13 s 14 s 15 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 1594.40 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X1 1562.82 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X2 683.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X6 848.34 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 482.43 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1056.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 114.17 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 115.35 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 228.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 43.18 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 11 144.47 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 480.48 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 380.32 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 193.06 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 15 727.69 0.000 0.000 0.000 1.000 ║ 0.000 s 16 1036.35 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1205.33 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 0.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 3094.891 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ ║ \Cj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cb \ Basis Bi s 16 s 17 s 18 s 19 ║---------------------------------------------------------------------------║ 0.000 s 1 1594.40 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X1 1562.82 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X2 683.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 1.000 X6 848.34 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 5 482.43 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 6 1056.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 7 114.17 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 8 115.35 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 9 228.73 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 10 43.18 0.000 0.000 0.000 0.000
║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║
Lampiran 18. (Lanjutan) ║ 0.000 s 11 144.47 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 12 480.48 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 13 380.32 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 14 193.06 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 15 727.69 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 16 1036.35 1.000 0.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 17 1205.33 0.000 1.000 0.000 0.000 ║ 0.000 s 18 1219.00 0.000 0.000 1.000 0.000 ║ 0.000 s 19 1219.00 0.000 0.000 0.000 1.000 ║---------------------------------------------------------------------------║ Zj 3094.891 0.000 0.000 0.000 0.000 ║ Cj-Zj 0.000 0.000 0.000 0.000 ║Final Optimal Solution ║ ║Z = 3094.891 ║ ║---------------------------------------║Variable Value Reduced Cost ║---------------------------------------║X1 1562.821 0.000 ║X2 683.734 0.000 ║X3 0.000 0.352 ║X4 0.000 0.008 ║X5 0.000 0.138 ║X6 848.337 0.000 0.000 0.000 ║X7 ║X8 0.000 0.000 ║X9 0.000 0.352 ║---------------------------------------║Constraint Slack/Surplus Shadow Price ║---------------------------------------║C1 1594.399 0.000 ║C2 0.000 0.427 ║C3 0.000 0.260 ║C4 0.000 1.852 ║C5 482.430 0.000 ║C6 1056.695 0.000 ║C7 114.173 0.000 ║C8 115.348 0.000 ║C9 228.725 0.000 ║C10 43.177 0.000 ║C11 144.470 0.000 ║C12 480.477 0.000 ║C13 380.323 0.000 ║C14 193.055 0.000 ║C15 727.688 0.000 ║C16 1036.345 0.000 ║C17 1205.325 0.000 ║C18 1219.000 0.000 ║C19 1219.000 0.000 ║---------------------------------------║ ║Objective Coefficient Ranges ║----------------------------------------------------------------------║ Lower Current Upper Allowable Allowable ║Variables Limit Values Limit Increase Decrease ║----------------------------------------------------------------------║X1 1.000 1.000 No limit No limit 0.000 ║X2 1.000 1.000 1.426 0.426 0.000 ║X3 No limit 1.000 1.352 0.352 No limit ║X4 No limit 1.000 1.008 0.008 No limit ║X5 No limit 1.000 1.138 0.138 No limit ║X6 0.740 1.000 1.026 0.026 0.260 ║X7 No limit 1.000 1.000 0.000 No limit ║X8 No limit 1.000 1.000 0.000 No limit ║X9 No limit 1.000 1.352 0.352 No limit ║ ║Right Hand Side Ranges ║----------------------------------------------------------------------║ Lower Current Upper Allowable Allowable ║Constraints Limit Values Limit Increase Decrease ║----------------------------------------------------------------------║C1 3094.891 4689.290 No limit No limit 1594.399 ║C2 452.414 1219.000 1352.111 133.111 766.586 ║C3 1086.362 1219.000 1360.514 141.514 132.638 ║C4 760.898 1219.000 1257.222 38.222 458.102 ║C5 736.570 1219.000 No limit No limit 482.430 ║C6 162.305 1219.000 No limit No limit 1056.695 ║C7 1104.827 1219.000 No limit No limit 114.173 ║C8 1103.652 1219.000 No limit No limit 115.348
║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║ ║
║C9 990.275 1219.000 No limit No limit 228.725 ║ ║C10 1175.823 1219.000 No limit No limit 43.177 ║ ║C11 1074.530 1219.000 No limit No limit 144.470 ║ ║C12 738.523 1219.000 No limit No limit 480.477 ║ ║C13 838.677 1219.000 No limit No limit 380.323 ║ ║C14 1025.945 1219.000 No limit No limit 193.055 ║ ║C15 491.312 1219.000 No limit No limit 727.688 ║ ║C16 182.655 1219.000 No limit No limit 1036.345 ║ ║C17 13.675 1219.000 No limit No limit 1205.325 ║ ║C18 0.000 1219.000 No limit No limit 1219.000 ║ ║C19 0.000 1219.000 No limit No limit 1219.000 ║ ║ ║ ║***** End of Output ***** ║ ╚═════════════════════════════════════════════════════════════════════════════╝
Lampiran 19. Pola tanam terpilih No. Pola Tanam 1.
Bulan Okt Nov
Des
Jan
**
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
**
Padi
Palawija
Padi – Padi – Palawija (November) Plwj
3.
Mar
Padi - Padi – Palawija (Oktober) Padi
2.
Feb
Padi – padi – Bera (Desember) Pengolahan Lahan Bera
Padi
** Padi
Padi **
Palawija Padi
114