OPTIMASI DOSIS NITROGEN DAN KALIUM PADA BIBIT KELAPA SAWIT ( Elaeis guinensis Jacq ) DI PEMBIBITAN UTAMA
HALIM
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium pada Bibit Kelapa sawit di Pembibitan Utama adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2012 Halim NIM A252100141
ABSTRACT HALIM . Optimizing of Nitrogen and Potassium Fertilizer Rate for Oil Palm Seedling (Elaeis guinensis Jacq) on Main Nursery. Supervised by Sudradjat and Hariyadi. The need of oil palm seedlings increase with the growing demand from farmers and plantation companies. The use of high quality seedlings is one of the requirements to obtain a high productivity. Thus the proper fertilization of seedlings planted at the main nursery should be done. This research aimed to determine the growth response of oil palm seedlings to various doses and to determine the optimum dose of nitrogen and potassium fertilizer on oil palm seedlings. The experiment was carried out at Cikabayan Experimental Station at IPB Darmaga Campus, Bogor, West Java. The experimental design used was factorial randomized block design with three replications. The treatment consisted of two factors, the first factor was N fertilizer and the second factor was K fertilizer. N fertilizer consists of four levels ( N1 = 0 g, N2 = 8.35 g, N3 = 16.7 and N4 = 33.4 g/seedling) and K fertilizer consists of four levels ( K1 = 0 g, K2 = 10.9 g , K3 = 21.8 g, and K4 = 43.6 g/seedling). The result of the experiment shows that N and K fertilizer increase the plant height, number of frond and stem diameter. Base on the plant height, the optimum dose of N fertilizer is 22.27 g and K fertilizer is 35.13 g during six months in the main nursery. Key word: oil palm seedling, optimizing fertilizer rate, main nursery, nitrogen, potassium.
RINGKASAN HALIM Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium pada Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis Jacq ) di Main Nursery. Dibimbing oleh SUDRADJAT dan HARIYADI Kebutuhan bibit kelapa sawit yang berkualitas terus meningkat seiring dengan permintaan petani dan pengusaha perkebunan dalam skala besar. Kualitas bibit sangat dipengaruhi oleh pemeliharaan di pembibitan dan yang paling utama adalah aplikasi pemupukan. Aplikasi pemupukan harus memenuhi kriteria, yaitu tepat dosis, jenis, waktu, dan tempat. Tanaman menghendaki jumlah pupuk yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat tumbuh dengan baik dan dapat dipindahkan ke lapangan pada waktu yang tepat. Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan tahap awal dalam mempersiapkan bahan tanaman untuk kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang sangat mempengaruhi produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap berbagai dosis pupuk dan menentukan dosis optimum pupuk nitrogen dan kalium pada pembibitan kelapa sawit. Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan Kampus Darmaga IPB, Bogor Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial dalam Acak Kelompok (RAK), perlakuan terdiri dari dua faktor, faktor pertama pemupukan N dan faktor kedua pemupukan K. Pemupukan N terdiri dari 4 taraf yaitu N1 = 0 g, N2 =8.35 g ,N3 = 16.7 g dan N4 =33.4 g/bibit. Pemupukan K terdiri atas 4 taraf yaitu K1 =0 g , K2=10.9 g, K3=21.8 g, dan K4 =43.6 g/bibit. Tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan dan setiap satuan percobaan terdiri dari 5 tanaman. Parameter yang diamatai adalah pertumbuhan morfologi tanaman, kandungan khlorofil, bobot kering tanaman, kadar N dan K di dalam tanah. Analisa tanah dan daun dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk N dan K meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit. Kandungan khlirofil di dalam daun tidak dipengaruhi oleh pemberian nitrogen dan kalium. Berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang , dosis optimum pupuk N adalah 22,27 g dan pupuk K adalah 35.13 g selama enam bulan di pembibitan utama. Kata kunci: kelapa sawit, dosis optimum, nitrogen, kalium, pembibitan.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
OTIMASI DOSIS NITROGEN DAN KALIUM PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq) DI PEMBIBITAN UTAMA
HALIM
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Supijatno, Msi
Judul
: Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium Pada Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guenensis Jacq) di Pembibitan Utama
Nama
: Halim
NIM
: A252100141
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sudradjat, M.S. Ketua
Dr. Ir. Hariyadi, M.S. Anggota
Diketahui
Ketua Mayor Agronomi dan Hortikultura
Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S.
Tanggal Ujian :
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatakan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam yang telah membawa umatnya ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Judul
penelitian ini adalah “Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guenensis Jacq) di Pembibitan Utama”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Sudradjat, MS dan Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat dalam penulisan Tesis ini. 2. Ayahanda Sikuru dan Ibunda Masiraa, yang senantiasa memberika semangat dan dorongan doa yang tiada putusnya, sehingga penulis tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan. 3. PEMDA Propinsi Riau dan Dinas Pendidikan Indragiri Hilir yang telah memberi izin untuk mengikuti tugas belajar di Institut Pertanian Bogor. 4. Keluarga terutama, istri tercinta Julianty, anak-anak dan kakanda abang Hadis Wagola atas keikhlasan, motivasi dan doanya. 5. Kepada rekan-rekan FORSCA AGH-IPB dan seluruh mahasiswa Pascasarjana IPB, terima kasih atas motivasi dan dukungannya. Akhirnya penulis berharap semoga informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2012
Halim
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Wagola, Kecamatan Piru, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku pada tanggal 01 Januari 1966 dari ayah bernama Sikuru dan Ibu Masiraa. Penulis merupakan anak yang bungsu dari empat bersaudara. Tahun 1986 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Pattimura, Ambon, melalui jalur PMDK pada Program Studi Agonomi, Fakultas Pertanian. Tahun 1991 penulis berhasil menyelesaikan studi S-1, selanjutnya pada tahun 1993 penulis bekerja di SAMBU GROUP
PT RSUP sebuah perusahaan
perkebunan kelapa hibirida dan nenas sebagai asisten manager sampai dengan tahun 1998. Penulis mulai meniti karir mengajar pada tahun 1999 sebagai guru di SMPN 1 Gaung dan pada tanggal 1 April 2005 penulis diangkat menjadi PNS dan mengajar di SMKN 1 I Kempas INHIL - RIAU sampai sekarang. Pada bulan september tahun 2010 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan strata-2 pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, diterima sebagai mahasiswa di Program Mayor Agronomi dan Hortikultura dengan biaya dari PEMDA RIAU. Selama menjadi mahasiswa di Sekolah Pascasarjana IPB penulis aktif di FORSCA AGH-IPB periode 2011-2012 sebagai Sekretaris Bidang Sosial dan Keagamaan.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL……………………………………………………………..
xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….
xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..
xiv
PENDAHULUAN............................................................................................. Latar Belakang………………………………………………………….. Tujuan…………………………………………………………………... Hipotesis…………………………………………………………………
1 1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… Botani Kelapa Sawit ................................................................................. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit.................................................................... Pembibitan Pendahuluan ( Pre Nursery) …………………...................... Pembibitan Utama ( Main Nursery )………………………..................... Peranan Pupuk Nitrogen …………………………….............................. Peranan Pupuk Kalium ………………………………............................ Optimasi Dosis Pupuk...............................................................................
5 5 6 8 9 10 12 13
METODOLOGI………………………………………………………………. Tempat dan Waktu……………………………………………………… Bahan dan Alat…………………………………………………………. Metode Penelitian………………………………………………………. Pelaksanaan Penelitin…………………………………………………. Parameter Pengamatan ………................................................................ Analisa Data………………………………………………………….....
15 15 15 15 17 19 20
HASIL DAN PEMABAHASAN ……………………………………………. Kondisi Umum………………………………………………………….. Respon Morfologi Tanaman...................................................................... Tinggi bibit……………………………………………………….. Jumlah pelepah daun……………………………………………... Diameter batang…………………………………………….......... Luas daun…………………………………………….................... Respon Fisiologi Tanaman…………………………………………….... Kehijauan Daun…………………................................................... Bobot kering bibit…………………………………………........... Pergerakan dan Neraca hara dalam Tanah……………………................ Pergerakan hara............................................................................... Neraca hara...................................................................................... Optimasi pupuk Nitrogen dan Kalium.......................................................
21 21 22 22 25 28 31 34 34 35 36 36 36 38
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….. Kesimpulan……………………………………………………………… Saran……………………………………………………………………..
43 43 43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
45
LAMPIRAN……………………………………………………………………
49
DAFTAR TABEL Halaman 1
Dosis Pemupukan N dan K perbulan pertaraf pemupukan ..................
17
2
Respon Tinggi Bibit terhadap Dosis Pupuk N dan K............................
23
3
Respon Jumlah Daun terhadap Dosis Pupuk N dan K .........................
26
4
Respon Diameter Batang terhadap Dosis N dan K …………..............
29
5
Respon Dosis Pupuk N dan K terhadap Luas Daun..............................
32
6
Respon Dosis Pupuk N dan K terhadap Kehijauan daun......................
34
7
Bobot kering akar, pelepah dan daun pada N2K3) dan kontrol............
35
8
Neraca hara N dan K pada perlakuan N2K3 di akhir penelitian...........
37
9
Optimasi dosis Nitrogen terhadap tinggi bibit selama 6 bulan.............. 38
10
Dosis Kalium terhadap tinggi bibit selama 6 bulan.............................. 39
11
Optimasi dosis Nitrogen terhadap jumlah daun selama 6 bulan..........
39
12
Dosis Kalium terhadap jumlah daun selama 6 bulan.............
40
13
Optimasi dosis Nitrogen terhadap diameter batang selama 6 bulan....
40
14
Dosis Kalium terhadap diameter batang selama 6 bulan.......
41
15
Perbandingan dosis optimum N berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang .................................................................
41
16
Perbandingan dosis optimum K berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang ………........................................................ 42
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Respon tinggi bibit terhadap pupuk nitrogen .........................................
24
2
Respon tinggi bibit terhadap pupuk kalium.............................................
25
3
Respon jumlah daun terhadap pupuk nitrogen..........................................
27
4
Respon jumlah daun terhadap pupuk kalium.....…...................................
28
5
Respon diameter batang terhadap pupuk nitrogen .................................
30
6
Respon diameter batang terhadap pupuk kalium......................................
31
7
Respon luas daun terhadap pupuk pupuk nitrogen....................................
32
8
Respon klorfil daun terhadap pupuk nitrogen 16 MST dan 20 MST.............
34
9
Respon klorofil daun terhadap nitrogen pada 24 MST..............................
35
10
Konsentrasi N total (%) dalam tanah.......................................................
36
11
Konsentrasi K (ppm) dalam tanah.............................................................
36
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Hasil Analisis Tanah Awal …………………………………..............
51
2
Data Curah Hujan Dramaga Bogor ………………………………….
51
3
Laju pertumbuhan tinggi bibit …………….......................................
51
4
Laju pertumbuhan Jumlah daun ……..................................................
52
5
Laju pertumbuhan Diameter Batang ………………...........................
52
6
Periode seleksi dan standar bibit kelapa sawit PPKS ………………..
52
7
Pengaruh N dan K terhadap tinggi bibit ………………………..........
53
8
Pengaruh N dan K terhada Jumlah daun.............................................
53
9
54
10
Pengaruh N dan K terhadap Diameter Batang.................................... . Pengaruh N dan K terhadap luas daun................................................
11
Hasil Uji Komposisi Kandungan Pupuk..............................................
55
12
Hasil Analisa tanah dalam polybag/layer..............................................
55
13
Hara Dalam Jaringan Tanaman.............................................................
55
14
Standar Pertumbuhan Bibit Dami Mas...................................................
56
15
Kondisi bibit sawit pada saat pindah dari pre nursery............................
56
16
Perlakuan bibit sawit terbaik dan kontrol................................................
57
.
54
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq)
merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang memegang peranan penting dan strategis dalam mendukung perkembangan kondisi sosial ekonomi karena sebagai sumber penghasil devisa negara dan mampu menciptakan lapangan kerja di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2001 luas perkebunan kelapa sawit Indonesia sebesar 4.158.079 ha dan pada tahun 2009 luasannya menjadi 7,9 juta ha dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 11.8%. Komposisi pengelolaan terdiri atas 43% perkebunan rakyat, 8,5% perkebunan besar negara dan sisanya 48,5% perkebunan besar swasta. Produksi CPO Indonesia sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sekitar 12% setiap tahunnya. Pada tahun 2000 produksi CPO di Indonesia mencapai 7.000.000 ton dan pada tahun 2010 telah meningkat menjadi 20.800.000
ton
(Kementerian
Perindustrian
Republik
Indonesia
2011).
Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) mengemukakan bahwa potensi konsumsi dunia terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi global. Pembibitan adalah suatu proses menumbuh dan mengembangkan benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Pembibitan juga merupakan tahap awal dalam mempersiapkan bahan tanaman untuk kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang sangat berpengaruh terhadap produksi. Tujuannya pembibitan adalah untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi dan tersedia saat lahan telah siap tanam (PPKS 2007 dan Sinuraya 2007). Varietas
bahan
tanaman
yang
digunakan
dapat
mempengaruhi
produktifitas kelapa (Francisca 2008). Kualitas bibit tidak hanya ditentukan oleh sifat genetik
tetapi juga ditentukan oleh pengelolaan
pembibitan. Untuk
mendapatkan bibit yang berkualitas perlu dilakukan pemupukan
selama di
pembibitan . Pemupukan merupakan salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang harus diperhatikan dengan baik karena biayanya mahal (Lubis 2008). Rochayati et al. (1991) menyatakan bahwa
dosis pupuk anjuran untuk suatu tanaman
2
sebagian besar masih bersifat umum, padahal kebutuhan pupuk berbeda untuk setiap jenis tanaman, tanah, dan lokasi maupun teknik budidaya yang digunakan. Menurut Sukana (2006) pengertian pemupukan secara luas adalah pemberian bahan kepada tanah dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah, sedangkan pengertian pemupukan secara khusus adalah pemberian bahan untuk penambahan hara tanaman pada tanah. Efisiensi penggunaan pupuk dapat didefinisikan sebagai serapan unsur hara yang diberikan sesuai kebutuhan tanaman, metabolisme dan kualitas tanaman. Efisiensi tidak berarti mengurangi jumlah pupuk untuk memperoleh hasil yang terbaik tetapi juga melakukan optimasi pemberian hara pada tanaman guna mendapatkan efisiensi dalam pembiayaan (Hauck 1985). Pemeliharaan bibit yang baik di pembibitan awal dan pembibitan utama dengan pemberian dosis pupuk yang tepat merupakan salah satu upaya untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan budidaya kelapa sawit. Aplikasi pupuk dengan efisiensi yang tinggi dapat diperoleh melalui peningkatan daya dukung tanah dan efisiensi pelepasan hara pupuk. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pemupukan yang optimal sesuai kebutuhan bibit. Kekurangan Nitrogen
pada tanaman kelapa sawit di pembibitan
menyebabkan daun menjadi berwarna hijau pucat, diikuti dengan warna kekuningan, jaringan daun menunjukkan gejala nekrosis, pelepah daun akan menghasilkan anak daun yang berwarna kuning serta helaian anak daun mengecil bergulung ke dalam (Lubis 2008 ). Kalium merupakan nutrisi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak oleh kelapa sawit, kemudian
didistribusikan ke berbagai sel seluruh organ tanaman (Banuelos et al.2002). Kalium juga diperlukan untuk akumulasi dan translokasi karbonat yang baru dibentuk dari hasil proses fotosintesis. Selain itu ion K+ menfasilitasi beberapa respon fisiologi pada tanaman, termasuk pembukaan dan penutupan stomata, gerakan daun dan regulasi polarisasi membran (Elumalai et al.2002). . Pemberian pupuk Nitrogen dan Kalium pada pembibitan kelapa sawit sangat penting untuk memacu pertumbuhan vegetatif serta merupakan unsur hara makro esensial bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah yang tepat sehingga
3
ketika dipindahkan ke lapangan bibit cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pemupukan yang rasional adalah pemupukan yang diberikan berdasarkan pada potensi atau status dan kebutuhan tanaman (Poerwanto 2002).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk : 1. Mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap berbagai dosis pupuk nitrogen dan kalium. 2. Menentukan dosis optimum pupuk nitrogen dan kalium pada pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama. 3. Menentukan kombinasi optimum dosis nitrogen dan kalium untuk mendapatkan pertumbuhan maksimum.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Pertumbuhan maksimun bibit kelapa sawit dicapai pada perlakuan dosis optimum nitrogen dan kalium. 2. Terdapat kombinasi perlakuan dosis nitrogen dan kalium yang memberikan respon pertumbuhan maksimum.
5
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat atau Amerika selatan, namun demikian tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit Kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848 berasal dari Mauritus dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatra Utara ( Lubis 2008 ) Kecambah kelapa sawit berakar tunggang dan pada tanaman dewasa berakar serabut yang membentuk anyaman yang rapat dan tebal. Pada tanaman dewasa akar primer tumbuh dari dasar batang, yang sebagian besar tumbuh mendatar. Pada akar primer ini tumbuh akar sekunder yang sebagian besar tumbuh mengarah ke permukaan tanah, kemudian dari akar sekunder tumbuh lagi akar tersier yang kebanyakan tumbuh horizontal, dan dari akar tersier tumbuh akar kuarter. Akar tersier dan kuarter inilah yang membentuk anyaman tebal dekat permukaan (Yahya 1990). Menurut Lubis (2008) akar tersier dan kuarter merupakan akar yang paling aktif mengambil air dan hara dari dalam tanah Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, dengan demikian bunga jantan dan bunga betina terpisah tetapi masih berada dalam satu pohon. Tanaman ini tergolong monokotil, akarnya terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akarnya merupakan akar serabut yang sebagian besar berada dipermukaan tanah dengan kedalaman 15-30 cm. Batangnya tegak dan tidak bercabang, berdiameter 40-75 cm,tinggi batang dalam pembudidayaan sekitar 1518 m. Kelapa sawit berdaun majemuk dengan pelepah daun tersusun melingkari batang berbentuk spiral. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9m, panjang helaian daun mencapai 1,2 m dan jumlahnya berkisar antara 100-160 pasang. Tanaman kelapa sawit yang dikelola dengan baik di perkebunan, jumlah pelepah daun yang dipertahankan antara 30-50 pelepah ( Anonim, 1986 ). Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan ( tepung sari ) dan bunga betina ( putik ) , umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah, namun ada kalanya bungan jantan dan bunga betina terdapat pada tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih
6
dahulu dari pada bunga betina sehingga penyerbukan sendiri dalam satu tandan jarang terjadi. Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 18 bulan setelah tanam, kadarnya minyaknya masih sedikit sehingga bunga yang tumbuh pada tanaman muda di buang ( kastrasi ) agar tidak menjadi buah. Buah kelapa sawit menempel di karangan yang disebut tandan buah, dalam satu tandan terdiri dari puluhan sampai ribuan buah ( Lubis 2008 ). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit berkisar antara 2000-2500 mm/tahun. Tanaman kelapa sawit sangat peka terhadap kekeringan, jika hujan tidak turun selama 3 bulan akan mengakibatkan pertumbuhan daun muda terhambat (anak daun tidak dapat pecah). Pengaruh kekeringan lebih lanjut adalah menurunkan produksi karena terganggunya proses pembentukan dan pematangan buah. Curah hujan yang terlalu banyak (melebihi 5000 mm/tahun) tidak berpengaruh buruk k terhadap produksi buah kelapa sawit dengan syarat drainase tanah dan penyinaran cukup baik (Lubis 2008) Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil yaitu tanaman yang menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit.Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit mengakibatkan pertumbuhan terhambat karena proses asimilasinya terganggu. Penyinaran matahari yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar antara 5-7 jam/hari (Lubis 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah seperti tanah podsolik, latosol, regosol, andosol, organosol dan alluvial dengan kisaran pH antara 4-6. Hal yang penting bagi tanaman kelapa sawit adalah tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Kelapa sawit tidak tahan terhadap genangan air, pada lahan dengan permukaan air tanahnya dangkal akan menyebabkan akar membusuk. Latosol merupakan tanah mineral yang berada pada daerah tropika basah dengan curah hujan antara 2500 mm – 5000 mm. Tanah ini mengalami hancuran iklim lanjut (ultimate) dan pencucian intensif dengan batas-batas horison baru, serta memiliki kandungan mineral dan unsur hara yang rendah. Tanah ini
7
umumnya dijumpai dengan
bahan induk volkanik baik berupa tufa maupun
batuan beku (Hardjowigeno 1993). Proses penting dalam pembentukan latosol adalah lateralisasi (ferralisasi) dan latosolisasi dimana terjadi proses pelapukan yang intensif secara terus menerus yang mengakibatkan sebagian besar basa-basa hidrolisis silika tercuci dan penumpukan pada horison penciri B, dan pembentukan mineral liat kelompok kaolinit (Buringh 1979). Latosol di Indonesia merupakan tanah mineral yang berbahan induk tufa volkan, bahan volkan intermedier dan basa, mempunyai kedalaman solum setebal 1.5 – 10.0 m, menyebar pada ketinggian 10 – 1000 m diatas permukaan laut dengan permukaan topografi bergelombang, berbukit atau bergunung, mempunyai horizon terselubung, warna merah sampai kuning, bertekstur liat, struktur remah sampai gumpal, dan berkonsistensi gembur (Soepraptohardjo 1975). Batas untuk membedakan latosol adalah berdasar warna horizon B seperti Latosol merah, latosol merah kekuningan, latosol coklat kemerahan, dan latosol coklat. Latosol coklat kemerahan darmaga termasuk ke dalam order inceptisol menurut USDA 1990 yang terletak pada zone fisigrafi Bogor bagian barat dengan bahan induk vulkanik kuartener yang berasal dari Gunung Salak (Sobagio dan Buurman 1980). Latosol memiliki kapasitas tukar kation yang rendah. Hal ini sebagian disebabkan oleh kadar bahan organik yang rendah dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida. Latosol juga miskin akan basa-basa yang dapat dipertukarkan dan demikian pula dengan hara tersedia lainnya. namun demikian dibandingkan dengan tanah lain di Indonesia, latosol tergolong jenis tanah yang subur (Soepardi 1983). Arsyad (1989) menambahkan bahwa latosol bersifat tidak mengembang sehingga kompleks jerapan tanah menjadi terbatas. Kandungan Al dan Fe yang relatif tinggi pada latosol menyebabkan fosfat mudah terikat dan membentuk Al-P dan Fe-P yang kurang tersedia bagi tanaman (Buckman dan Brady 1972). Tanah aluvial merupakan tanah yang sering ditanam kelapa sawit meskipun kesuburannya disetiap tempat berbeda – beda. Tanah ini sering dijumapai di tepi pantai dan sungai, di Asia dan Amerika umumnya di tanam sawit. Alluvial yang
8
berada dipinggir pantai ( clay marine ) didominasi oleh montmorinik dan merupakan sebagian jenis tanah yang produktif ( Anonim 1986 ). Pembibitan pendahuluan (Pre-Nursery) Masa pembibitan pendahuluan adalah sejak penanaman kecambah sampai bibit berumur tiga bulan. Pada tahap pertumbuhan awal, keperluan unsur hara masih dapat disediakan dari cadangan makanan yang ada di dalam endosperm, selanjutnya secara berangsur-angsur tanaman mulai mengambil unsur hara dari dalam tanah (Turner & Gillbanks 1974). Oleh karena itu pada masa pembibitan awal tidak perlu diberikan pupuk kecuali bila ada kekurangan hara misalnya daun memucat. Pada pembibitan awal bila diberikan pupuk maka kemungkinan besar terjadi kontak langsung antara pupuk dengan daun sehingga dapat menyebabkan daun terbakar, disamping itu kebutuhan hara pada fase ini masih dapat disediakan oleh biji itu sendiri (Lubis 2008) Pembibitan pendahuluan (pre-nursery) bertujuan untuk memperoleh bibit yang seragam pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery). Syarat lokasi untuk pembibitan pendahuluan adalah dekat sumber air dan jalan, areal rata dengan drainase baik, terhindar dari gangguan ternak, dan terletak di dalam areal yang akan ditanami (Yahya 1992). Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara satu tahap atau dua tahap. Untuk pembibitan satu tahap, penanaman kecambah langsung dilakukan pada pembibitan utama, sedangkan sistem pembibitan dua tahap terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) selama tiga bulan dalam polybag berukuran kecil dan pembibitan utama (main nursery) dilakukan dari bibit berumur empat sampai 12 bulan dalam polybag besar (PPKS 2007). Pembibitan pendahuluan yang lazim digunakan adalah polibag. Media tanah
dengan menggunakan
yang digunakan harus bersih dari kotoran sebelum
dimasukkan ke dalam polibag. Benih yang telah berkecambah dan berakar ditanam sedalam 2 – 5 cm di tengah-tengah polybag dan dijaga agar akarnya tidak patah. Bibit yang telah dipindahkan ditempatkan di bawah naungan dan sedikit demi sedikit intensitas cahaya yang masuk ditingkatkan. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore. Setelah tiga bulan di pembibitan pendahuluan kemudian
9
dilakukan seleksi bibit. Bibit yang tumbuh kerdil dan abnormal diafkir, sedangkan bibit yang baik dipindahkan ke pembibitan utama (Main Nursery) setelah mempunyai 3 – 4 helai daun (Lubis 2008). Pembibitan utama (Main Nursery) Pembibitan utama (main nursery) bertujuan agar bibit sudah cukup kuat dan besar sebelum ditanam di lapang dan agar pertumbuhan bibit seragam. Pembibitan utama ini menggunakan polybag besar, dengan ukuran 40 x 50 cm dan tebal 0.02 cm (Yahya 1992). Media tanaman yang digunakan sebaiknya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10 – 20 cm. Tanah yang digunanakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah, 3 : 1 (kadar pasir tidak melibihi 60 %). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar diameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya (Bintoro 1988). Pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh intensitas matahari karena sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman kelihatan pucat dan warna kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan (Waluyaningsih 2008). Begitu pula kesalahan penanaman (terlalu dalam atau terlalu dangkal), akan mempengaruhi lambatnya pertumbuhan karena kurangnya oksigen yang dibutuhkan tanaman dalam tanah (Sinuraya 2007). Selain itu pemberian media tanam seharusnya menggunakan tanah yang berkualitas baik dan gembur. Pemberian tanah yang kurang baik dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena
tanah yang tidak gembur atau padat dapat mengakibatkan akar sulit
berkembang dan menembus tanah untuk menyerap unsur hara dan air. Penyiraman harus dilakukan sesuai dengan aturan yang ada di perusahaan. Penyiraman yang berlebihan menyakibatkan daun bibit menguning sedangkan
10
apabila kekurangan dapat terjadi kekeringan dan juga bibit kerdil. Selanjutnya pemupukan mutlak dilakukan pada pembibitan kelapa sawit untuk mencukupi kekurangan hara dalam media tanaman. Menurut Lubis (2008) pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, namun jika pemberian pupuk yang berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan dan juga bisa berakibat kematian. Pahan 2006 menyatakan bahwa ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sepanjang hidupnya yaitu : Faktor Innate merupakan faktor yang terkait dengan genetik tanaman. Faktor ini bersifat mutlak dan sudah ada sejak mulai tebentuknya embrio. Faktor Induce yaitu faktor yang mempengaruhi ekspresi sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan yang terkait dengan keadaan buatan manusia. Faktor Enforce yaitu faktor lingkungan yang bersifat merangsang dan menghambat pertumbuhan produksi tanaman. Peranan Nitrogen Nitrogen merupakan hara penting bagi pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif . Pada fase tersebut terjadi pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi sel yang berhubungan dengan perkembangan akar, daun dan batang (Harjadi 1996). Fungsi nitrogen dalam tanaman adalah sebagai komponen klorofil, protein, asam amino, enzim dan berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan merangsang penyerapan hara yang lain (Tisdale et al.1985). Sumber pupuk nitrogen antara lain adalah Urea dengan rumus kimia CO(NH2)2 yang mengandung kadar N sekitar 45-46 %. Nitrogen dimanfaatkan oleh tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat setelah melalui amonifikasi dan nitrifikasi. Pupuk Urea diberikan ke dalam tanah terjadi proses hidrolisis sehingga menguap sebagai amoniak. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1988) efektifitas urea dipengaruhi oleh pH, KTK tanah, kapasitas buffer, suhu dan kelembaban tanah. Warna daun tanaman dengan nitrogen yang cukup akan berwarna hijau tua dan tumbuh segar, sebaliknya jika kekurangan nitrogen daun akan berwarna kuning dan kerdil (Glendinning 1986). Pemberian nitrogen yang terlalu tinggi
11
akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif lebih dominan ( daun berwarna hijau tua, memperlambat kematangan buah dan tanaman menjadi lebih sukulen sehingga tanaman lebih rentan terhadap penyakit.Kekurangan Nitrogen akan membatasi pertumbuhan tanaman (Tisdale et al. 1985). Selanjutnya Sutejdo (2002) mengatakan bahwa kekurangan unsur hara Nitrogen akan mengakibatkan tiap daun tua yang menderita kekurangan Nitrogen seluruhnya berubah warna menjadi hijau muda, selanjutnya menguning, jaringan mati, kering berwarna coklat tanaman menjadi kerdil. Kekurangan unsur hara Kalium akan menyebabkan pada daun tua secara spot mula- mula daun mengkerut dan mengkilat kemudian pada ujung daun bagian tepinya kelihatan bergerigi Proses pengambilan N oleh tanaman memerlukan pergerakan bentukbentuk ion N ke permukaan akar untuk penyerapan. Sebahagian besar pergerakan N terjadi, misalnya NO3-, dalam aliran konveksi air tanah menuju akar-akar. Proses pergerakan tersebut dipengaruhi oleh transpirasi tanaman. Daya tarik antara NO3- dan koloid tanah dapat diabaikan, Ion NO3- bersifat mobil sehingga dengan mudah masuk ke dalam akar tanaman melalui aliran massa. NH4+ berbeda dengan NO3-, daya tarik antara NH4+ dan koloid tanah lebih kuat sehingga lebih banyak yang hilang. Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lain. Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi yang penting dalam tanaman. Sekitar 40 – 50 % protoplasma yang merupakan sel hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Secara umum NO3- merupakan sumber utama nitrogen bagi pertumbuhan tanaman, namun hal ini tergantung pada jenis tanaman dan faktor lingkungan (Mengel dan Kirkby 1982). Tanaman yang kekurangan N menunjukkan rendahnya kandungan klorofil dan protein sedangkan apabila terjadi kelebihan N akan menunjukkan perkembangan daun pesat (Albrigo 1996 ) Menurut Suandi & Chan ( 1982 ) N merupakan unsur yang dibutuhkan oleh kelapa sawit dalam jumlah banyak, bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan akan unsur P, Mg dan unsur lainnya. Nitrogen merupakan komponen pokok di dalam tubuh tanaman yakni sebagai unsur utama pada sel protoplasma, protein dan asam amino. Selanjutnya Hakim et al. (1986) menjelaskan bahwa unsur N adalah penyusun utama berat kering tanaman muda.
12
Peranan Kalium Tanaman menyerap Kalium dalam bentuk ion K+ . Pergerakan kalium di dalam tanah ke akar tanaman adalah melalui proses difusi dan aliran massa (Tisdale et al. 1985) . Kalium yang diperlukan tanaman yang diserap melalui kontak langsung antara akar dan partikel tanah hanya sebagian kecil, berkisar antara 6 sampai 10 % dari total. Jumlah K+ tersedia tinggi dalam larutan tanah atau kompleks permukaan liar yang menyebabkan tanaman dapat menyerap kalium dalam jumlah yang berlebihan atau terjadi konsumsi mewah. Kalium sebagian besar berada dalam larutan sel yang berfungsi mengatur keseimbangan garam, air, tekanan osmotik sel tanaman serta membantu proses pembentukan dan translokasi karbohidrat. Disamping itu Kalium juga berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap penyakit, merangsang perkembangan akar, dan mengatur serapan hara lainnya. Kalium merupakan satu-satunya kation momnovalen yang essensial bagi tanaman. Kalium berperan sebagai aktivator enzim, translokasi hasil asimilasi dan pembentukan protein serta tepung (karbohidrat). Kalium dalam jumlah yang cukup akan menjamin ketegaran tanaman dan merangsang pertumbuhan akar. Menurut Thombo & Souza (1977) menyatakan bahwa total kalium yang diserap kelapa sawit sebagian besar digunakan untuk membentuk bagian vegetatif dan pelepah daun. Soepardi (1983) menyatakan bahwa absorbsi unsur kalium oleh tanaman dipengaruhi oleh jumlah K+ tersedia bagi tanaman. Ketersediaan kalium dalam tanah digolongkan menjadi tiga bentuk, yaitu kalium tidak tersedia, mudah tersedia dan lambat tersedia. Semakin besar jumlah kalium tersedia maka akan semakin besar pula kalium yang diserap oleh tanaman. Kecendurungan ini disebut dengan konsumsi berlebihan (luxury consumption) karena serapan yang besar pada tanaman tidak diiukuti peningkatan tersedia (Black 1973; Buckman & Brady 1982; Glendinning1986). Menurut Leiwakabessy (1988) kalium diabsosrbsi oleh tanaman dalam bentuk K+ secara difusi dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah. Penambahan K dalam tanah biasanya dalam tabur atau cair seperti KCl, K2O dan KNO3.
13
Gejala kekurangan Kalium tanaman akan memperlihatkan pinggiran, ujung dan permukaan daun berwarna kuning dan gejala klorotik yang tidak merata, laju pertukaran CO2 menurun, translokasi hasil asimilasi, pengambilan Nitrogen dan pembentuk protein juga menurun ( Soepardi
1983 ). Gardner et al.(1991),
menambahkan K juga berperan dalam proses fotosintesis, karena secara langsung meningkatkan pertumbuhan dan laju asimilasi CO2 serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis ke organ pengguna (sink).
Optimasi Dosis Pupuk Pengujian tingkat pemupukan
yang
sering digunakan adalah secara
faktorial, teknik ini untuk menentukan jumlah setiap hara pupuk yang diperlukan oleh tanaman untuk mencapai hasil yang maksimum baik secara ekonomi maupun secara agronomis, demikian juga untuk menentukan adanya interaksi kekurangan beberapa hara yang dibutuhkan tanaman (Corley dan Tinker 2003). Uji tersebut memberikan informasi yang diperlukan untuk menentukan tingkat hara daun yang digunakan dalam menduga status hara sawit. Selain itu data yang digunakan dapat diekstrapolasikan secara komersial. Adanya perbedaan cuaca,
jenis tanah, bahan tanam, dan umur sawit dalam
pertumbuhan tanaman bukan merupakan batasan untuk mendiagnosa daun dalam menentukan status hara sawit, dan bahkan dapat membuat rekomendasi pupuk (Smith dan Loneragan 1997) Selanjutnya (Foster 2003) menjelaskan
pada tanaman
kelapa sawit
terdapat perbedaan hara yang mendasar dan signifikan pada tingkat daun dari bulan ke bulan dan variasi ini tidak tetap dari tahun ke tahun. Kraip dan Webb (2005) mengatakan bahwa standar tehnik menguji tingkat pemupukan adalah untuk menentukan CLNL( critical leaf nutrient levels ) dalam mepertahanakan status hara.Tehnik ini sering juga dipergunakan pada perkebunan besar dan lebih cocok pada penanaman komersial. Respon untuk aplikasi hara dapat diperkirakan dengan fungsi
data
percobaan. Secara sederhana satu faktor percobaan, misalnya nitrogen (N), percobaan akan menilai model sebagai linier atau kuadratik (Anderson, Nelson 1975; Melling et al. 2006) dan kenaikan eksponensial juga dikenal sebagai
14
'Mitscherlich' (Campbell 1998;Corley, Tinker 2003), secara grafis dapat dilihat pada Gambar dibawah ini
Gambar 1. Bentuk geometri sebagai representasi dari data optimalisasi tanaman Prosedur yang dijelaskan di atas mengisyaratkan suatu respon model yang dilengkapi dengan data eksperimen untuk menentukan hasil optimal. Pemilihan model akan mempengaruhi keputusan yang dibuat dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan (Corley dan Tinker 2003). Secara umum model yang digunakan adalah dua fakator sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan respon hasil terhadap pupuk dengan fungsi Mitscherlich (Campbell 1998;. Corley dan Tinker 2003).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Kampus Darmaga IPB, Bogor Jawa Barat, terletak pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut. Penelitian berlangsung 6 (enam) bulan, dimulai dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Mei 2012. Alat Dan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan adalah polybag berukuran 12 cm x 15 cm dan 40 cm x 50 cm. Benih kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit yang berasal dari salah satu perusahaan swasta, dengan nomor persilangan 44 X 19.1 0. Media tumbuh digunakan campuran top soil jenis latosol. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dengan kandungan N 45 % dan KCl dengan kadar K2O 60% sedangkan pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida
decis 25 EC ( Deltametrin )
dan Dithane M 45
(moncozeb 80% ) untuk serangan penyakit, pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu. Alat yang digunakan terdiri atas ayakan tanah, timbangan besar, timbangan analitik, spektrofotometer, meteran, gelas ukur, oven, termometer, jangka sorong, pisau, hand sprayer dan mixer.
Metode Penelitian Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial dalam Acak Kelompok (RAK), perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama pemupukan N, terdiri dari 4 taraf yaitu: N1 = 0 g/bibit N2 = 8.35 g/bibit N3 = 16.7 g/bibit N4 = 33.4 g/bibit
16
Faktor kedua pemupukan K terdiri atas 4 taraf yaitu : K1 =0 g/bibit K2=10.9 g/bibit K3=21.8 g/bibit K4 =43.6 g/bibit. Tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 48 satuan dengan 5 tanaman sampel. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αn + βk + (αβ)nk + εijk Keterangan :
N
: Dosis nitrogen ke 1,2,3,4 ; k = Dosis kalium ke 1, 2 ,3,4
Yijk
:
µ
: Rataan umum
αn
: Pengaruh perlakuan Nitrogen ke-n
βk
: Pengaruh perlakuan Kalium ke-k
Nilai pengamatan dosis Nitrogen ke-i, Dosis Kalium ke-j
(αβ)nk : Interaksi perakuan Nitrogen ke-n dengan Kalium ke-k
үik
: Galat perlakuan Kalium ke-j
εijk
: Galat interaksi Nitrogen ke-i dengan Kalium ke-j
17
Pada Tabel 1 di bawah ini disajikan dosis perlakuan pupuk yang diaplikasikan dalam penelitian. Tabel 1. Dosis Pemupukan N dan K perbulan pertaraf pemupukan Bulan ke
Dosis Nitrogen ( N )/g
Dosis Kalium (K2O)/g
N0
N1
N2
N3
K0
K1
K2
K3
1
0
0.68
1.36
2.72
0
0.89
1.78
3.56
2
0
0.68
1.36
2.72
0
0.89
1.78
3.56
3
0
1.03
2.06
4.12
0
1.35
2.7
5.4
4
0
1.38
2.76
5.52
0
1.79
3.58
7.16
5
0
2.29
4.58
9.16
0
2.99
5.98
11.96
6
0
2.29
4.58
9.16
0
2.99
5.98
11.96
Total
0
8.35
16.7
33.4
0
10.9
21.8
43.6
Keterangan : Kandungan N dalam Urea 45,95 % dan K2O dalam KCl 59.97%
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Areal Penelitian Areal yang digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar atau batang kayu yang dapat menjadi sumber organisme pengganggu tanaman. Pengendalian gulma dilakukan dengan mencangkul sekaligus meratakan permukaan tanah. Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag adalah tanah top soil jenis latosol yang diambil pada kedalaman 0 - 20 cm. Pengisian tanah dilakukan secara bertahap lalu dipadatkan agar tidak terdapat rongga atau kantong-kantong air. Tanah top soil yang digunakan dalam penelitian dicampur dengan kompos dengan perbandingan 1 : 7 Penanaman Bibit Bibit yang digunakan adalah bibit varietas tenera dan Dami Mas dengan nomor persilangan 44 X 19.10 yang berumur 3 bulan. Bibit tersebut sebelumnya disemaikan di pre nursery dan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit yang memiliki pertumbuhan yang seragam. Bibit ditanam pada polibag yang
18
berukuran 40 cm x 50 cm dengan hati-hati agar perakaran bibit yang masih baru tidak terganggu atau putus, kemudian polybag disusun secara kelompok. Aplikasi Perlakuan Pupuk yang digunakan ditimbang sesuai dosis perlakuan, penetuan dosis pupuk didasarkan pada rekomendasi pemupukan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan kelapa sawit. Aplikasi perlakuan dilakukan setiap bulan selamak 6 aplikasi, dimulai 2 minggu setelah penanaman bibit di main nursery. Aplikasi selanjutnya dilakukan
setiap bulan sampai bibit berumur 6 bulan di Main
Nuresry. Aplikasi perlakuan dilakukan dengan membenamkan pupuk disekitar batang tanaman secara melingkar. Pemeliharaan Bibit Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak 2 1 atau sampai tanah dalam keadaan lembab. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lingkungan, apabila turun hujan atau media tanam dalam keadaan lembab maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiangan. Gulma yang tumbuh di polybag dicabut secara manual. Pekerjaan ini sekaligus untuk menggemburkan tanah jika terjadi pengerasan tanah pada permukaan polybag. Interval penyiangan bergantung pada pertumbuhan gulma yang tumbuh pada polybag dan di luar polibag. Pengendalian Hama dan Penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila bibit kelapa sawit terserang hama dan penyakit, penyemprotan menggunakan insektisida decis 25 EC( Deltametrin ) dengan konsentrasi 25 g/liter air dan dithane M 45 (moncozeb 80% ) untuk serangan penyakit dengan konsentrasi 2g/liter air, penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit berumur 6 bulan.
19
Pengamatan Pengamatan pertama sebelum aplikasi perlakuan pemupukan, dilakukan dua minggu setelah bibit ditaman di Main nursery. Pengamatan dilakukan setiap empat minggu sampai bibit berumur enam bulan. Pengamatan yang dilamati teridiri dari peubah pertumbuhan (morfologi), peubah fisiologi. Dan kandungan N dan K di dalam tanah. Peubah Morfologi Tanaman. Peubah morfologi tanaman yang diamati terdiri dari : A. Tinggi Bibit (cm). Diukur dari pangkal batang (batas leher akar) sampai keujung dan yang tertinggi. Untuk mempermudah pengukuran ditanam ajir bambu sebagai standar pengukuran. B. Luas Daun (cm2). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pengukur luas daun (leaf area meter) dan dilakukan pada akhir penelitian C. Jumlah Daun (helai). Penghitungan jumlah daun dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. D. Diameter Batang (cm). Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka sorong Caliper (jangka sorong), diukur 2 cm dari dasar bongkol. E. Bobot Kering Tajuk (g). Tanaman dipotong hingga batas leher akar, kemudian dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu 80oC, kemudian ditimbang bobot kering tajuknya. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian dan sampel yang diambil dari perlakuan yang berpengaruh nyata atau yang terbaik. F. Bobot kering akar (g). Akar dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu 800 C lalu ditimbang, Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian dan sampel yang diambil dari perlakuan yang berpengaruh nyata atau yang terbaik Peubah Fisiologi Tanaman A. Kandungan khlorofil daun. Kandungan khlorofil daun diukur dengan menggunakan alat SPAD, dan daun yang diukur adalah pelepah daun nomor lima.
20
B. Analisis jaringan pada daun (N dan K). Pengambilan sampel untuk analisis kandungan hara N dan K pada jaringan daun akar dan batang pada tanaman yang paling terbaik (perlakuan terbaik ) yang dilakukan pada akhir penelitian. Pengambilan jaringan tanaman dilakukan pada pagi hari dan segera dimasukkan kedalam cool box. Setelah sampai di laboratorium, sampel dimasukkan kedalam freezer dengan suhu -10oC dan pada hari berikutnya dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60oC selama 24 jam sampel yang sudah kering disimpan kembali ke dalam freezer untuk dianalisis kadar unsur haranya. Kandungan Hara dalam Tanah. Sampel tanah diambil dari perlakuan yang terbaik, pengambilan sampel terdiri dari 4 (empat) kedalaman yaitu : 0 - 6.5 cm, 6.5 – 13.0 cm, 13.0 – 19.5 cm dan 19.5 – 26.0 cm, sampel tanah dikeluarkan secara hati-hati dan bertahap. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat dinamika unsur N dan K dalam tanah. Pengamatan ini tidak diuji secara statistik atau
membandingkan antara satu
perlakuan dengan perlakuan yang lain. Analisis Data Data dianalisa dengan analisis sidik ragam, apabila dalam sidik ragam pada taraf α 0.05 terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Kontras Polynomial Ortogonal untuk menentukan pola respon dari suatu faktor yang diteliti bertaraf kuantitatif (Mattjik & Sumartajaya 2000). Perhitungan data dilakukan dengan menggunakan SAS (Statistical Analysis Sistem).
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Media tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah latosol yang telah dicampur dengan pupuk
kandang sapi dengan perbandingan 7 : 1.
Berdasarkan hasil analisa, tanah yang digunakan mempunyai pH antara 4.7 – 5.00, N total antara 0.05% – 0.29% dan K tersedia antara 1.05 - 1.28 me/100g. Data hasil analisis tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Hama yang di temukan di pembibitan utama kelapa sawit adalah belalang (Valanga nigricornis) sedangkan penyakit diantaranya adalah
Phytophthora
palmivora. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual
dan cara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan
penyemprotan pestisida sesuai dengan intensitas serangannya. Insektisida yang digunakan berbahan aktif Deltamatrin 25 gl-1 dengan konsentrasi 1 l-1 air, sedangkan fungisidanya adalah
fungisida yang mengandung bahan aktif
Mancozeb 80%. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan interval sesuai intensitas pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma dilakukan di dalam petak pembibitan dan di dalam polibag. Gulma dominan yang dietemukan adalah alangalang (Imperata cylindrica). Berdasarkan data Badan Meteorolgi dan Geofisika, curah hujan di sekitar lokasi penelitian selama penelitian dari Nopember 2011 sampai Aril 2012 adalah 2148.7 mm, rata-rata 358.12 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 25 per bulan. Suhu rata-rata adalah 25.90C, sedangkan
intensitas cahaya adalah 325.15
Cal/Cm2. Wilayah Bogor menurut Schmit dan Ferguson termasuk beriklim basah ( Wisnubroto et al. 1983 ).
22
Respon Morfologi Tanaman Pertumbuhan Morfologi. Persentase pertumbuhan morfologi bibit yang terdiri dari tinggi, jumlah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit disajikan pada Tabel Lampiran 3, 4 dan 5. Pemberian nitrogen dan kalium meningkatkan tinggi, jumlah daun dan diameter batang secara nyata. Pertumbuhan tinggi pada awal (4 MST sampai 12 MST)
relatif cepat dengan laju
pertumbuhannya rata-rata 19.17
persen,
selanjutnya tinggi tanaman menunjukkan respon yang lambat dengan laju pertumbuhan rata-rata rata 19.10 persen pada 16 MST sampai dengan 24 MST. Laju pertumbuhan jumlah daun pada 4 MST sampai dengan 24 MST 20.48 persen, berbeda dengan laju pertumbuhan tinggi tanaman, pertumbuhan laju jumlah daun relatif tetap. Sejalan dengan laju pertumbuhan jumlah daun, laju pertumbuhan diameter batang juga relatif stabil dari 4 MST sampai dngan 24 MST. Laju pertumbuhan diameter batang adalah 27.68 persen selama 24 MST.
Tinggi Bibit. Tanggap tinggi bibit terhadap perlakuan N dan K disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa N dan K berpengaruh secara independen, tidak terdapat kombinasi antara perlakuan N dan K. Perlakuan N dan K berpengaruh mulai 8 MST, tinggi tanaman menunjukkan tanggap kuadratik secara sangat nyata
dengan perlakuan N pada 8, 12, 16, 20 dan 24 MST.
Perlakuan K berpengaruh sangat nyata secara linier pada 16, 20, dan 24 MST.
23
Tabel 2 . Respon Tinggi Bibit terhadap Dosis Pupuk N dan K Perlakuan
Tinggi tanaman (cm) 4 MST
8 MST
12 MST
16 MST
20 MST
24MST
N0
34.45
39.05
50.53
60.40
73.07
85.15
N1
35.43
41.75
54.17
64.60
77.75
92.00
N2
35.80
43.93
56.07
65.92
80.07
95.11
N3
36.37
42.45
55.58
65.33
78.88
93.20
Pr
0.18
0.0007
Notasi
0.0007
0.0004
0.008
<.0001
**
**
**
**
**
Q
Q
Q
Q
Q
Uji kontras
tn
K0
34.45
40.42
51.37
61.15
74.17
87.37
K1
35.26
42.10
54.32
64.812
78.40
91.79
K2
35.75
42.22
55.10
64.57
77.90
92.62
K3
36.58
42.45
55.56
65.72
79.35
93.68
Pr
0.11
0.22
0.01
0.0046
0.01
Notasi
tn
tn
**
**
**
**
L
L
L
L
tn
tn
tn
tn
Uji kontras
Interaksi
tn
tn
0.0037
Ket. * = nyata pada taraf 5% ** =sangat nyata pada taraf 1%, Pr=Probability
Persamaan regresi kuadratik untuk tinggi tanaman berdasarkan perlakuan N dan K disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Penentuan dosis optimun didasarkan pada persamaan regresi kuadratik yang diperoleh setiap bulan (4 minggu).
24
45 44 43 42 41 40 39 38
12 MST
y = -1,534x2 + 5,464x + 38,96 R² = 0,992 0
0,68
1,36
2,04
8MST
Tinggi Bibit (cm)
Tinggi Bibit (cm)
8MST 57 56 55 54 53 52 51 50
y = -0,718x2 + 4,178x + 50,55 R² = 0,999 12 MST
0
2,72
Dosis Nitrogen (g)
Dosis Nitrogen (g)
16 MST
20 MST
64 62
82 y = -0,432x2 + 3,247x + 60,54 R² = 0,985 16 MST 0 1,38 2,76 4,14 5,52
24 MST Tinggi Bibit (cm)
78
y = -0,197x2 + 2,442x + 73,10 R² = 0,999 20 MST
76 74 0
Dosis Nitrogen (g)
95
80
72
60
100
Tinggi Bibit (cm)
Tinggi Bibit (cm)
68 66
1,03 2,06 3,09 4,12
2,29 4,58 6,87 9,16 Dosis Nitrogen (g)
y = -0,289x2 + 3,519x + 85,23 R² = 0,998
90 85
24 MST
80 0 2,29 4,58 6,87 9,16 Dosis Nitrogen (g)
Gambar 1. Respon tinggi bibit terhadap pemupukan nitrogen 8MST, 12MST, 16 MST, 20 MST dan 24 MST
25
Tinggi Bibit ( cm )
16 MST
y = 0,906x + 52,45 R² = 0,715
56 55 54 53
12 MST
52
Tinggi Bibit (cm)
12 MST
57
67 66 65 64 63 62 61 60
51
0 1,79 3,58 5,37 7,16 0
1,35
2,7
4,05
5,4
Dosis Kalium (g)
Dosis Kalium (g)
20 MST
24 MST 96
81 80 79 78 77 76 75 74 73
y = 0,474x + 75,54 R² = 0,652 20 MST
Tinggi Bibit (cm)
Tinggi Bibit (cm)
y = 0,693x + 62,38 R² = 0,666 16 MST
94
y = 0,609x + 88,92 R² = 0,736
92 90 24 MST
88 86
0
2,99 5,98 8,97 11,96 Dosis Kalium (g)
0 2,99 5,98 8,9711,96 Dosis Kalium (g)
Gambar 2.Respon tinggi bibit terhadap pemupukan kalium pada 12MST, 16MST, 20 MST dan 24 MST.
Jumlah Pelepah Daun Perlakuan N menunjukkan pengaruh sangat nyata secara kuadratik pada 8 MST, 16 MST dan
24 MST, secara kuadratik nyata pada 20 MST, namun
memberikan pengaruh sangat nyata secara linier pada 12 MST terhadap jumlah pelepah daun. Kalium memberikan pengaruh nyata secara kuadratik pada 12 MST, dan 20 MST dan menunjukkan pengaruh sangat nyata linier pada 16 MST dan 24 MST (Tabel 3). Persamaan regresi jumlah pelepah daun berdasarkan perlakuan N dan K disajikan pada Gambar 3
26
Tabel 3. Respon jumlah pelepah daun terhadap berbagai dosis Pupuk N dan K Jumlah pelepah daun Perlakuan 4 MST 8 MST 12 MST 16 MST 20 MST 24 MST N0
6.22
7.75
9.20
10.62
12.43
13.92
N1
6.23
8.12
9.37
10.92
12.85
14.25
N2
6.53
8.50
9.60
10.98
12.78
14.60
N3
6.57
8.30
9.77
11.00
12.72
14.18
Pr
0.06
0.0007
0.002
0.01
0.05
0.01
tn
**
**
**
*
**
Q
L
Q
Q
Q
Notasi Uji Kontras K0
6.32
7.97
9.28
10.55
12.38
13.94
K1
6.50
8.20
9.37
10.95
12.80
14.27
K2
6.47
8.28
9.65
11.02
12.80
14.20
K3
6.27
8.22
9.63
11.00
12.80
14.50
Pr
0.42
0.26
0.03
0.001
0.02
0.01
tn
tn
*
**
*
**
Q
L
Q
L
tn
tn
tn
tn
Notasi Uji Kontras
Interaksi
tn
Ket. * = nyata pada taraf 5%
tn
** =sangat nyata pada taraf
Pr = Probability
Aplikasi N mulai menunjukkan pengaruh nyata dan sangat nyata linier terhadap jumlah daun pada 12 MST, dan nyata kuadratik pada 8 MST, 20 MST, 24 MST dan sangat nyata kuadratik pada 16 MST sedangkan aplikasi K memberikan pengeruh nyata linier pada 24 MST dan sangat nyata pada 16 MST, kuadratik nyata pada 8 MST, 12 MST dan 20 MST. Persamaan regresi untuk fungsi jumlah daun dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
27
1,8 1,75 1,7 1,65 1,6 1,55 1,5
12 MST
y = -0,089x2 + 0,282x + 1,520 R² = 0,939 0
Jumlah helai daun
Jumlah helai daun
8 MST
8 MST
2 1,95 1,9 1,85 1,8 1,75 1,7
0,68 1,36 2,04 2,72
1,03 2,06 3,09 4,12 Dosis Nitrogen (g)
16 MST 13 Jumlah helai daun
Jumlah helai daun
12 MST 0
Dosis Nitrogen (g)
2,8 2,75 2,7 2,65 2,6 2,55 2,5 2,45 2,4 2,35
y = 0,056x + 1,726 R² = 0,923
y = -0,019x2 + 0,167x + 2,404 R² = 0,999 16 MST
12,9 12,8
20 MST y = -0,013x2 + 0,146x + 12,47 R² = 0,792
12,7 12,6
20 MST
12,5 12,4
0 2,29 4,58 6,87 9,16 0
1,38 2,76 4,14 Dosis Nitrogen (g)
5,52
Dosis Nitrogen (g)
Jumlah helai daun
24 MST 14,8
y = -0,023x2 + 0,250x + 13,88 R² = 0,947
14,6 14,4 14,2
24 MST
14 13,8 0 2,29 4,58 6,87 9,16 Dosis itrogen (g)
Gambar 3. Respon jumlah daun terhadap nitrogen pada 8 MST, 12 MST, 16 MST, 20 MST dan 24 MST.
28
2,8
12 MST y = 0,045x + 2,505 R² = 0,887
2,7 2,6
16 MST
2,5 2,4 0
Jumlah helai daun
Jumlah helai daun
16 MST
y = -0,020x2 + 0,099x + 1,760 R² = 0,729
1,9 1,85 1,8 1,75
12 MST
1,7 0 1,35 2,7 4,05 5,4
1,79 3,58 5,37 7,16
Dosis Kalium (g)
Dosis Kalium (g)
20 MST
14,6 14,5 14,4 14,3 14,2 14,1 14 13,9
y = 0,050x + 14,03 R² = 0,848 24 MST
0 2,99 5,98 8,9711,96
Dosis Kalium (g)
Jumlah helai daun
Jumlah helai daun
24 MST
y = -0,012x2 + 0,156x + 12,41 R² = 0,890
13 12,9 12,8 12,7 12,6 12,5 12,4 12,3
20 MST
0
2,29 4,58 6,87 9,16
Dosis Kalium (g)
Gambar 4. Respon jumlah daun terhadap kalium pada 8 MST, 12 MST, 16 MST, 20 MST dan 24 MST.
Diameter Batang Perlakuan terhadap diameter batang mulai menunjukkan pengaruh sangat nyata secara kuadratik terhadap perlakuan N pada 16 MST, 20 MST dan 24 MST, nyata kuadratik pada 8 MST dan berpengaruh sangat nyata secara linier pada 4 MST dan 12 MST. Kalium menunjukkan pengaruh sangat nyata secara kuadratik 4 MST dan 20 MST, nyata kuadratik pada 24 MST sedangkan pengaruh nyata secara linier pada 16 MST. Perlakuan N dan K tidak menunjukkan adanya interaksi (Tabel 4). Persamaan regresi untuk diameter batang dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
29
Tabel 4. Respon Diameter Batang terhadap Dosis N dan K Perlakuan
Diameter batang (cm) 4 MST
8 MST
12 MST
16 MST
20 MST
N0
1.27
1.53
1.73
2.40
3.14
4.17
N1
1.32
1.64
1.75
2.60
3.36
4.37
N2
1.38
1.76
1.88
2.72
3.51
4.77
N3
1.41
1.62
1.95
2.74
3.43
4.39
Pr
0.002
0.03
0.005
0.001
0.003
0.001
Notasi
**
*
**
**
**
**
Kontras
L
Q
L
Q
Q
Q
K0
1.26
1.55
1.75
2.45
3.15
4.17
K1
1.35
1.67
1.88
2.62
3.39
4.46
K2
1.39
1.67
1.85
2.62
3.46
4.49
K3
1.37
1.66
1.84
2.75
3.44
4.58
Pr
0.003
0.3
0.19
0.02
0.01
0.02
Notasi
**
tn
tn
*
**
*
Kontras
Q
-
L
Q
L
Interaksi
tn
tn
tn
tn
tn
Ket. * = nyata pada taraf 5%
tn
** =sangat nyata pada taraf 1 %
24 MST
Pr = Prabability
4 MST
y = 0,048x + 1,286 R² = 0,910
1,45 1,4 1,35
4 MST
1,3 1,25 0
0,68 1,36 2,04 2,72
8 MST Diameter batag (cm)
Diameter batang (cm)
30
1,8 1,75 1,7 1,65 1,6 1,55 1,5
y = 0,056x + 1,726 R² = 0,923
12 MST
Diameter batang (cm)
Diameter batang (cm)
16 MST
2 1,95 1,9 1,85 1,8 1,75 1,7
2,8 2,7 2,5 2,3 0 1,382,764,145,52 Dosis Nitrogen (g)
24 MST y = -0,010x2 + 0,128x + 3,136 R² = 0,997
3,4 20 MST
3,1 0
Diameter batang (cm)
Diameter batang (cm)
20 MST
3,2
16 MST
2,4
Dosis Nitrogen (g)
3,3
y = -0,019x2 + 0,167x + 2,404 R² = 0,999
2,6
0 1,03 2,06 3,09 4,12
3,5
0,68 1,36 2,04 2,72
Dosis Nitrogen (g)
12 MST
3,6
8 MST 0
Dosis Nitrogen (g)
y = -0,089x2 + 0,282x + 1,520 R² = 0,939
4,7 4,6
y = -0,012x2 + 0,121x + 4,269 R² = 0,656
4,5 4,4
24 MST
4,3 4,2
2,29 4,58 6,87 9,16
0 2,29 4,58 6,87 9,16
Dosis Nitrogen (g)
Dosis Nitrogen (g)
Gambar 5. Respon diameter batang terhadap nitrogen pada 8 MST, 12 MST, 16 MST, 20 MST dan 24 MST.
31
1,45 1,4
y = -0,040x2 + 0,15x + 1,263 R² = 0.99
1,35 1,3
4 MST
1,25 0 0,891,782,673,56
16 MST Diameter batang (cm)
Diameter batang (cm)
4 MST
2,8 2,7 2,6
2,4 0 1,79 3,58 5,37 7,16
Dosis Kalium (g)
24 MST y = -0,008x2 + 0,106x + 3,162 R² = 0,982
3,4 3,3
24 MST
3,2 3,1
Diamter batang (cm)
Diameter batang (cm)
20 MST 3,5
16 MST
2,5
Dosis Kalium (g)
3,6
y = 0,045x + 2,505 R² = 0,887
4,7 4,6 4,5 4,4 4,3 4,2 4,1
y = 0,039x + 4,265 R² = 0,749 24 MST
0 2,99 5,98 8,9711,96
0 2,99 5,98 8,9711,96
Dosis Kalium (g)
Dosis Kalium (g)
Gambar 6. Respon diameter batang terhadap kalium pada 8 MST, 12 MST, 16 MST, 20 MST dan 24 MST. Luas Daun Pemberian pupuk N hanya menunjukan pengaruh kuadratik sangat nyata pada 12 MST (Tabel 5), sedangkan pupuk K tidak meningkatkan luas daun bibit kelapa sawit. Pupuk N dan K tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap peubah luas daun. Persamaan fungsi dan regresi dapat di lihat pada Gambar 7.
32
Luas daun (cm2)
12 MST 120 100 80 60 40 20 0
y = -1,571x2 + 12,36x + 86,49 R² = 0,947
0
1,38
2,76
4,14
5,52
Dosis Nitrogen (g)
Gambar 7. Respon luas daun terhadap pupuk nitrogen pada 12 MST
Tabel 5. Respon Luas Daun Dosis Pupuk N dan K terhadap Perlakuan
Luas daun ( cm2) 4 MST
8 MST
12 MST
16 MST
N0
55.65
62.39
87.68
628.09
N1
57.67
65.09
97.44
784.66
N2
55.99
72.48
110.99
749.37
N3
53.75
68.32
106.47
793.42
0.67
0.22
0.001
0.14
tn
tn
**
tn
Pola Respon Pr Kontras Interaksi
Q tn
tn
tn
tn
K0
56.12
62.18b
92.26
666.37
K1
54.87
66.43
101.95
693.77
K2
53.44
66.32
104.88
782.55
K3
58.63
73.45
103.48
812.86
Pr
0.67
0.17
0.133
0.20
Notasi
tn
tn
tn
tn
Kontras
tn
tn
tn
tn
Interaksi
tn
tn
tn
tn
Ket. * = nyata pada taraf 5%
** =sangat nyata pada taraf
Pr = Prabability
Pemberian N sampai batas tertentu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang, hal ini ditunjukkan dengan adanya tanggap linier dan
33
kuadratik. Pemberian N yang berlebihan menyebabkan penurunan peubah yang diamati. Ketersediaan air dan hara yang cukup akan menyebabkan fotosintesa efektif dalam pembentukan karbohidrat, sehingga laju pertumbuhan tanaman semakin meningkat (Soepardi 1983). Menurut Lubis (2008) pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, namun jika pemberian pupuk yang berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan dan dapat berakibat mematikan tanaman. Pemberian N yang terlalu banyak mengakibatkan tanaman akan berwarna hijau gelap, daun menjadi sukulen, melemahkan tanaman terhadap serangan hama penyakit dan mudah terkena stress kekeringan (Jones at al 1991). Bibit Kelapa sawit sangat peka terhadap perubahan perimbangan antara unsurunsur hara ( Lubis 2008). Brady (1974) menyatakan bahwa serapan hara tidak tergantung pada kesediaan unsur hara dalam tanah, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan tanaman menyerap unsur hara dan kecepatan serapan hara oleh permukaan akar tanaman. Setyamidjaja (1986) menjelaskan bahwa unsur N berperan di dalam merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu meningkatkan tinggi tanaman. Pemberian K sampai dosis tertinggi (K3) meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Pemberian K pada dosis tertinggi (K3) belum menyebabkan penurunan peubah yang diamati. Menurut Thombo & Souza (1977) menyatakan bahwa total kalium yang diserap kelapa sawit sebagian besar digunakan untuk membentuk bagian vegetatif dan pelepah daun. Soepardi (1983) menyatakan bahwa absorbsi unsur kalium oleh tanaman dipengaruhi oleh jumlah K+ tersedia bagi tanaman. Menurut Suwandi dan Chan (1982) unsur K merupakan unsur hara terpenting bagi kelapa sawit
dan
dapat meningkatkan bobot berat kering
tanaman. Lubis (2008) mengemukakan bahwa unsur K berfungsi menguatkan vigor tanaman dan dapat meningkatkan ukuran diameter batang. K memelihara keseimbangan kation-anion dan pH sitoplasma yang menjadi prasyarat untuk aktifitas normal sebagian besar enzim yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman (Krishna 2002).
34
Respons Fisiologi Tanaman Kehijauan Daun Pemberian pupuk N menunjukan pengaruh nyata secara linier pada 16 MST dan 20 MST terhadap kehijauan daun, serta berpengaruh nyata secara kuadratik pada 24MST ( Tabel 6). Sedangkan pemberian
kalium tidak
menunjukkan pengaruh nyata. Persamaan regresi untuk fungsi luas daun disajikan pada Gambar 8 dan 9. Tabel 6. Respon Dosis Pupuk N dan K terhadap Klorofil daun Perlakuan 16 MST 61.95 62.84 63.52 68.25 0.03
N0 N1 N2 N3 Pr Notasi Uji Kontras
* L tn
Interaksi
Kehijauan daun (mg/cm2) 20 MST 56.35 61.49 60.50 58.08 0.02 * Q
24 MST 59.44 64.78 62.62 64.27 0.0006 ** Q
tn
tn
K0 K1 K2 K3
61.01 65.71 65.19 64.65
58.91 57.75 59.36 60.40
63.34 61.99 63.09 62.69
Pr Notasi Uji Kontras Interaksi
0.14 tn tn tn
0.49 tn tn tn
0.70 tn tn tn
Ket. * = nyata pada taraf 5%
** =sangat nyata pada taraf
20 MST
70 68 66 64
y = 1,149x + 61,36 R² = 0,929 16 MST
62 60 0 1,382,764,145,52 Dosis Nitrogen (g)
Klorofil daun (mg/cm2)
Klorofil daun (mg/cm2)
16 MST
Pr = Prabability
62 61 60 59 58 57 56
y = -0,195x2 + 1,909x + 56,83 R² = 0,820
20 MST 0 2,29 4,58 6,87 9,16 Dosis Nitrogen (g)
Gambar 8. Respon klorofil daun terhadap nitrogen pada 16 MST dan 20 MST
35
Klorofil daun (mg/cm2)
24 MST 65 64 63 62 61 60 59
y = -0,082x2 + 1,161x + 60,27 R² = 0,518 24 MST 0 2,29 4,58 6,87 9,16 Dosis Nitrogen (g)
Gambar 9. Respon klorofil daun terhadap nitrogen pada 24 MST
Bobot Kering Bibit. Pengukuran bobot kering bibit dilakukan pada akhir penelitian pada perlakuan kontrol (N0K0) dan perlakuan terbaik (N2K3). Pengukuran tersebut tidak dilakukan uji stastik, namun hanya untuk mengetahui secara umum tingkat perbedaan antara perlakuan terbaik dengan kontrol. Pemberian pupuk N dan K cenderung meningkatkan bobot kering pepepah (194 persen) dan bobot kering daun (33.6 persen), namun bobot kering akar pada perlakuan kontrol dan perlakuan terbaik relatif sama. Hasil pengukuran bobot kering akar, pelepah dan daun disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot kering akar, pelepah dan daun pada kontrol (N0K0) dan perlakuan terbaik (N2K3). N2K3 N0K0 Perbedaan (%)
Akar (g) 60 54.7 9.7
Pelepah(g) 147 50 194
Daun (g) 81.5 61 33.6
Brady (1974) menyatakan bahwa K mempunyai fungsi untuk merangasang pertumbuhan akar. Peningkatan bobot kering akar 9.7 persen dapat meningkatkan bobot kering pelepah dan daun. Peningkatan bobot akar berimplikasi terhadap peningkatan luas permukaan akar, sehingga hara yang diserap menjadi lebih besar.
36
Pergerakan dan Neraca Hara dalamTanah Pergerakan Hara Pengamatan pergerakan hara tanah diamati dengan melakukan pengukuran kadar N dan K pada perlakuan terbaik (N2 dan K3) . Pengamatan pergerakan hara ini untuk mengetahui secara umum sampai kedalaman berapa sentimeter unsur N total dan yang ada dalam polybag. Pengukuran dilakukan ada kedalaman 6.5, 13.0, 19.5 dan 26.0 cm yang disesuaikan dengan tinggi polybag. Kadar N pada kedalam tersebut berkisar antara 0.26 sampai 0.33%, terdapat kecendurungan meningkat sesuai dengan kedalaman tanah dalam polybag. Peukuran kadar kalium dalam polybag menunjukkan adanya variasi berdasarkan kedalaman dengan nilai antara 267.76 sampai 314.60 ppm. Adanya variasi tersebut karena kalium bersifat mobile di dalam tanah, hal ini bergantung pada pergerakan air (saat penyiraman). Pola pergerakan statik kadar N total dan K total secara skematik disajikan pada Gambar 10
Konsentrasi N total (%) dalam tanah a
0
-6,5
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Konsentrasi K (ppm) dalam tanah b
0
-6,5 0
-13
-13
-19,5
-19,5
-26
100
200
300
400
-26
Gambar 10. Pergerakan hara dalam tanah. (a) Konsentrasi N total (%) dalam tanah dan (b) Konsentrasi K (ppm) dalam tanah Neraca Hara Perhitungan neraca hara didasarkan pada hara awal yang ada dalam tanah dan penambahan hara dari pupuk. Pada akhir penelitian dilakukan pengukuran hara yang ada di dalam tanah (polybag) dan kandungan hara yang terdapat pada bagian tanaman (akar, batang dan daun). Perhitungan neraca hara tersebut dilakuakan pada perlakuan terbaik
yaitun pada perlakuan N2 dan K3. Hasil
perhitungan neraca hara disajikan pada Tabel 5.
37
Tabel 8. Neraca hara N dan K pada perlakuan N2K3 di akhir penelitian Nitrogen Total Kalium Total I. Awal Penelitian Tanah (g)
26.74
5.60
Pupuk (g)
16.70
43.6
43.44
49.2
Tanah (g)
27.04
3.23
Tanaman (g)
2.87
4.22
Total(g)
29.91
7.45
Efisiensi pupuk (%)
17.0
9.7
Kehilangan pupuk (%)
83.0
90.3
Total(g) II.Akhir Penelitian
Status kandungan hara pada awal penelitian adalah sedang 0.24 % atau setara dengan 26.74 g N total di dalam polybag. Pupuk yang diberikan pada perlakuan N2 selama penelitian adalah 16.70 g sehingga N total di dalam tanah adalah 43.44 %. Pada akhir penelitian N total di dalam tanah (polybag) adalah 27.04 g sedangkan N total dalam bagian tanaman ( akar, batang dan daun) adalah 2.87 g. Jika diasumsikan bahwa tanaman hanya mengambil N yang berasal dari pupuk, maka efisiensi pemupukan adalah 17 %, sisanya dijerap oleh partikel tanah (terdapat peningkatan N dalam tanah), menguap, hilang karena pencucian dan dimobilisasi oleh mikroorganisme tanah (Tisdale et al.1985. Dengan demikian kehilangan N dari pupuk sebesar 83 %. Status kandungan K total dalam tanah pada awal penelitian adalah sangat tinggi (1.29 me/100 g) atau setara dengan 5.60 g K di dalam polybag. Pupuk yang diberikan 43.6 g sehingga K total di dalam tanah adalah 49.2 g. Pada akhir penelitian K total di dalam tanah (polybag) adalah 7.45 g, sedangkan K total dalam bagian tanaman (akar, batang, daun) adalah 4.22 g. Jika diasumsikan bahwa tanaman hanya mengambil K yang berasal dari pupuk, maka efisiensi pemupukan K adalah 9.7 % dengan demikian kehilangan dari pupuk sebesar 90.3%.
38
Optimasi Pupuk Nitrogen dan Kalium Optimasi bertujuan untuk menentukan jumlah pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman agar pemberian pupuk efisien. Ditjenbun (2009) menjelaskan bahwa dalam hal pemupukan, rekomendasi pemupukan N, K untuk bibit kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi umum daerah dan tidak didasarkan pada status hara tanah. Persamaan regresi dan perhitungan dosis optimum N dan K berdasarkan peubah tinggi tanaman Tabel 9 dan 10. Tinggi tanaman merupakan peubah yang lebih resnponsif terhadap pemupukan dibandingkan dengan peubah jumlah daun dan diameter batang. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh pada setiap 4 MST, dosis optimum N selama di pembibitan adalah 22.12 g per bibit, sedangkan dosis optimum untuk K 32.88 g per bibit sampai dengan 24 MST. Tabel 9. Dosis optimum pupuk N berdasarkan peubah tinggi bibit selama 6 bulan Umur (MST) Persamaan Regresi R2 Dosis Optimum (g) 4
Rekomendasi 2
1.37
8
Y=-1.534x +5.464x+38.96
0.98
1.78
12
Y=-0.718x2+4.178x+4.178
0.99
2.91
16
Y= -0.432x2+3.247x+60.54
0.98
3.76
20
Y=-0.197x2+2.422x+77.10
0.99
6.20
24
Y=-0.289x2+3.519x+85.23
0.99
6.10
Total
22.12
39
Tabel 10. Dosis pupuk K berdasarkan peubah tinggi bibit selama 6 bulan Umur (MST)
Persamaan Regresi
R2
Dosis Kalium (g)
4
Rekomendasi
1.78
8
Rekomendasi
1.78
12
Y=0.906x+52.45
0.71
5.40
16
Y=0.693x+62.38
0.67
7.16
20
Y=0.474x+75.54
0.65
11.96
24
Y=-0.609x+88.92
0.74
11.96
Total
32.88
Ket: Pada persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis K optimum sehingga dipilih perlakuan dosis tertinggi
Perhitungan dosis pupuk N dan K berdasarkan peubah jumlah daun disajikan pada Tabel 11 dan 12. Dosis optimum berdasarkan peubah jumlah daun sampai bibit berumur 24 MST adalah 20.44 g/bibit, sedangkan untuk K adalah 31.66 g/bibit. Tabel 11. Dosis Optimum Nitrogen bedasarkan jumlah daun selama 6 bulan Umur (MST)
4 8 12 16 20 24 Total
Persamaan Regresi
Rekomendasi Y= -0.089x2+0.282x+1.520 Y= 0.056x+1.726 Y= -0.019x2+0.167x+2.404 Y= -0.013x2+0.146x+12.47 Y= -0.023x2+0.250x+13.88
R2
0.94 0.92 0.99 0.79 0.95
Dosis Optimum (gram)
1.36 1.58 2.06 4.39 5.62 5.43 20.44
40
Tabel 12. Dosis Kalium bedasarkan jumlah daun selama 6 bulan Umur (MST) 4 8 12 16 20 24 Total
Persamaan Regresi Rekomendasi Rekomendasi Y= -0.002x2+0.099x+1.760 Y= 0.045x+2.505 Y= -0.012x2+0.156x+12.41 Y= 0.050x+14.03
R2
0.73 0.88 0.89 0.85
Dosis Kalium (gram) 1.78 1.78 2.48 7.16 6.5 11.96 31.66
Ket: Pada persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis K optimum sehingga dipilih perlakuan dosis tertinggi.
Ukuran diameter batang adalah salah satu kriteria bibit yang baik, sehingga diameter batang merupakan peubah yang penting untuk menentukan dosis optimum. Persamaan regresi dan hasil perhitungan dosis optimum berdasarkan diameter batang disajikan pada Tabel 13 dan 14.
Tabel 13. Dosis optimasi Nitrogen berdasarkan diameter batang selama 6 bulan Umur (MST) 4 8 12 16 20 24 Total
Persamaan Regresi Y= 0.048x+1.286 Y= -0.089x2+0.282x+1.520 Y= 0.056x+1.726 Y= -0.019x2+0.176x+2.404 Y= -0.010x2+0.128x+3.136 Y= -0.012x2+0.121x+4.269
R2 0.91 0.94 0.92 0.99 0.99 0.84
Dosis Optimum (gram) 2.72 1.58 4.12 4.39 6.40 5.04 24.25
Ket: Pada persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis K optimum sehingga dipilih perlakuan dosis tertinggi.
41
Tabel 14. Dosis Kalium berdasarkan diameter batang selama 6 bulan Persamaan Regresi
R2
Y= -0.040x2+0.15x+1.263 Rekomendasi Rekomendasi Y= 0.045x+2.505 Y= -0.008x2+0.106x+3.162 Y=0.039x +4.265
0.99
Umur (MST) 4 8 12 16 20 24 Total
Dosis Kalium (gram) 1.88 1.78 2.70 7.16 6.63 11.96 32.11
0.88 0.98 0.75
Ket: Pada persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis K optimum sehingga dipilih perlakuan dosis tertinggi.
Rekapitulasi dosis optimum berdasarkan peubah tinggi tanaman, jumlah daun dan diamemer batang untuk N dan K masing-masing disajikan pada Tabel 15 dan 16. Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa penentuan dosis optimum N berdasarkan ketiga peubah yang diamati menunjukkan variasi yang sangat kecil, yaitu rata-rata 22.27g/bibit dengan standar deviasi 1.91. Hal ini menunnjukkan bahwa ketiga peubah tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan dosis optimum. Tabel 15. Perbandingan dosis optimum N berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Dosis Optimum (g/bibit) T.Tanaman J.daun D. batang
Rata-rata
Standar Deviasi
1.37
1.36
1.88
1.82
0.78
8
1.78
1.58
1.78
1.65
0.12
12
2.91
2.06
2.70
3.03
1.04
16
3.76
4.39
7.16
4.18
0.36
20
6.20
5.62
6.63
6.07
0.41
24
6.10
5.43
11.96
5.52
0.54
Total
22.12
20.44
32.11
22.27
1.91
Umur MST 4
Pada Tabel 16 dapat dilihat adanya variasi dosis optimum untuk K berdasarkan peubah yang diamati (tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang). Dosis optimum berdasarkan tinggi tanaman menunjukkan variasi yang
42
lebih kecil dibandingkan dengan dosis K berdasarkan peubah jumlah daun dan diameter batang, sehingga penentuan dosis optimum berdasarkan tinggi tanaman memberikan hasil yang lebih baik. Tabel 16. Perbandingan dosis optimum K berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Umur MST 4 8 12 16 20 24 Total
Dosis Optimum (g/bibit) T.Tanaman J.Daun D. Batang 1.78 1.78 2.55 1.78 1.78 1.78 5.4 2.48 2.7 7.16 7.16 7.16 11.96 6.5 14.69 11.96 11.96 11.96 32.88 31.66 40.84
Rata-rata 2.04 1.78 3.53 7.16 11.05 11.96 35.13
Standar Deviasi 0.44 0 1.63 0 4.17 0 4.99
Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan pemupukan yang meliputi jenis pupuk, dosis pupuk, cara pemupukan dan waktu pemupukan untuk suatu tanaman tertentu (Safuan 2007; Sutandi 1996). Pemberian suatu hara ke dalam tanah akan merubah keseimbangan hara lainnya sehingga walaupun dosis pupuk yang dihasilkan dari percobaan pemupukan, bila diterapkan pada tanah yang sama, peluang terjadinya penyimpangan akan tetap ada. Adanya perbedaan cuaca, jenis tanah, bahan tanam, dan umur tanaman menjadi
batasan untuk
mendiagnosa hara daun dalam menentukan status hara sawit, dan bahkan perlu dibuat rekomendasi pupuk yang spesifik lokasi (Smith & Loneragan 1997). Dosis rekomendasi untuk N adalah 16.8 g dan untuk K adalah 21.6 g. Perbandingan dosis optimum hasil penelitian dengan dosis rekomendasi lebih tinggi 33 % untuk N dan K 61 %. Adanya perbedaan tersebut karena aplikasi pemupukan pada rekomendasi dilakukan setiap 2 minggu sekali, sedangkan pada penelitian ini aplikasi pupuk dilakukan setiap bulan. Jika diperhitungkan dengan dengan biaya tenaga kerja maka aplikasi setiap bulan lebih murah dari pada rekomendasi. Disamping itu tinggi tanaman hasil penelitian rata-rata (91.36 cm) relatif lebih rendah dibandingkan dengan tinggi tanaman di Dami Mas (102.5 cm). Menurut Lubis (2008) standar bibit sawit umur jumlah daun 13.3 helai dan diameter 4.5 cm.
9 bulan tingginya 88.3 cm,
43
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian N dan K meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Laju pertumbuhan ketiga peubah tersebut masing-masing adalah 19.14, 20.48 dan 27.68 persen/bulan 2. Dosis Optimum N pada bibit kelapa sawit di pembibitan utama adalah 22.27 g per bibit selama 6 bulan dengan aplikasi dosis per bulan adalah 1.82, 1.65, 3.03, 4.18, 6.07. dan 5.52. g. 3. Dosis optimum K pada bibit kelapa sawit di pembibitan utama adalah 35.13 g per bibit selama 6 bulan dengan aplikasi dosis per bulan 2.04, 1.78, 3.53, 7.16, 11.05 dan 11.96 g. 4. Tidak terdapat kombinasi dosis optimum antara nitrogen dan kalium. 5. Tingkat efisiensi pemupukan bibit kelapa sawit untuk nitrogen adalah 17 pesen dan tingkat pemupukan kalium adalah 19 persen.
Saran Perlu penelitian lanjutan untuk
menentukan
dosis K optimum dengan
penambahan dosis yang lebih tinggi lagi dari penelitian sekarang. Peubah yang perlu diamati dalam penelitian lanjutan adalah kadar unsur hara dalam daun.
44
45
DAFTAR PUSTAKA Anderson RL, Nelson LA.1975. A family of models involving intersecting straight lines and concomitant experimental designs useful in evaluating response to fertilizer nutrients. Biometrics 31:303–318. Anonim.1986. Kursus Penyegar Produksi dan Manajemen Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan dan Perkebunan Medan. Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press.Bogor. 201 hal. Banuelos MA, Graciadeblas B, Cubero B, Navarro AR. 2002. Inventory and Functional characterization of the Pottasium Transporters of Rice. Plant Physiology hal 784 – 795 Bintoro MH. 1988. Pedoman Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 hal Black, Buckman HO, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan. Soegiman. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. hlm 242. Brady NC. 1974. The Nature and Properties of Soils. Macmillan Publishing Company. New york Buringh P. 1979. Pengantar Pengujian Tanah-Tanah Wilayah Tropika dan Subtropika. Diterjemahkan oleh Tejoyuwono Natohadiprawiro. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 221 hal Campbell LC .1998. Managing soil fertility decline. In: Rengel Z (ed) Nutrient use in crop production. Hawthorn Press Inc., New York, pp 29–52. Corley RHV, Tinker PB. Oxford.
2003. The oil palm, 4th edn. Blackwell Science,
[DITJENBUN] Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. Perlunya Pemupukan Berimbang. Jakarta. Indonesia. Elumalai RP, Nagpal P, Reed JW. 2002. Amutation in the Arabidopsis Kt2 potassium transporter gene effects shoot cell expansion. Plant Cell hal 14 : 119 – 131 Francisca A. 2008. Proses Produksi Benih Tanaman Kelapa Sawit. htpp://direktorat pembenihan dan sarana produksi.go.id. ( Diunduh 27 Maret 2009 ). Foster HL .2003. Assessment of oil palm fertiliser requirements. In: Fairhurst T, Ha¨rdter R (eds) Oil palm: management for large and sustainable yields. Potash & Phosphate Institute/Potash & Phosphate Institute of Canada/ International Potash Institute, Singapore, pp 231–25
46
Glendinning JS. 1986. Fertilizer Handbook. Australian Fertilizers Ltd. North Sydney,Australia. hlm 514l. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penterjemah; Jakarta : UI Pr. Terjemahan dari : Phisiology of Crop Plant. Hakim N, MY. Nyakpa, AM. Lubis, Sutopo GN, M. Rusdi, GD. Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung 488 hal. Hardjowigeno 1993. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. 203 hal. Harjadi S.S. 1993. Pengantar Agronomi. PT Gramedia.Jakarta.hal 197. Hauck RD. 1985. Slow-release and Inhibitor. Amended Nitrogen Fertilizer in Fertilizer Technology and use.o.p. Engelstrad (Ed), Soil sci.Am., Madinson, p:293-322 Jones JB, B Wolf, HA Mils. 1991. Plant Analysis Hand Book. Micro-Macro Publishing, Inc . USA. 213 p. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2011. Industri Hilir Kelapa Sawit Indonesia. PT. Mitra Media Nusantara. Indonesia. Krishna KR. 2002. Soil fertility and Crop Production.Sscience Publisher, Inc. United Stated of America Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq ) di Indonesia. Edisi Pusat Perkebunan Marihat . Pematang Siantar. hlm 362. Leiwakabessy FM, Sutandi A. 1988. Bahan Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah,Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. hlm 216. Mangoensoekarjo SH, Semangun. 2008. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yokyakarta: UGM Press. hlm 605. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. IPB Press. Mengel K, Kirkby EA. 1982. Principal of Plant Nutrion. 3rd . International Potash Institut. Bern,Switzerland. Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta. Indonesia Poerwanto R. 2002. Peningkatan Produksi dan Mutu untuk mendukung ekspor Manggis. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanian.
47
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit, Kultur Teknis Kelapa Sawit. Medan, Sumatra Utara, Indonesia Rochayati S, Mulyadi, J. Sri-Adiningsih. 1999. Penelitian efisiensi penggunaan pupuk di lahan sawah. Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Suandi, F. Chan. 1982. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit yang telah menghasilkan dalam Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) oleh Lubis, A. U, A. Jamin, S. Wahyuni dan IR. Harahap. Pusat Penelitian Marihat Pematang Siantar. Medan. Hal 191 – 210.s Safuan L. 2007. Penyusunan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Tanaman Nenas (Ananas comosus (L) Merr) Berdasarkan Status Hara. Sinuraya R. 2007. Pembibitan Kelapa Sawit. Politeknik Citra Widya Edukasi. Jakarta. Smith FW, Loneragan JF 1997. Interpretation of plant analysis: concepts and principles. In: Reuter DJ, Robinson JB (eds) Plant analysis: an interpretation manual. CSIRO Publishing, Collingwood, pp 3–33 Sobagio, Buurman P. 1980. Soil catenas on the west and north-east slope of Lawu volcano, East java in Red Soil in Indonesia (edited by P.Buurman). Center for Agriculture Publishing and Documentation, Wageningen.PP.4968. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.Bogor. hlm 591. Soepraptohardjo M. 1975. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor. Sukana E. 2006. Pengolahan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Ilmu Tanah Universitas Gajah Madah. Jogjakarta Sutandi A. 1996. Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan DRIS (The Diagnosis and Recomendation Integrated System). Disajikan dalam : Pelatihan Pembinaan Uji Tanah dan Analisis Tanaman, Kerjasama antara Fakultas Pertanian, IPB dengan Agriculture Reseach and Management Project (ARMP), Bogor,25 Nopember – 7 Dedsember 1996. Thombo SNSK, Souza D. 1977. Kajian Unsur Kalium pada Tanaman Kelapa Sawit. Kongres Nasional IV.Himpunan Ilmu Tanah Indonesia Bogor. Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 3rd Ed. The MacMillan Pub.Co.New York. hlm 754. Turner PD, RA Gillbanks. 1988. Oil Palm Cultivation and Management. The Inc. Soc. Planters, Kuala Lumpur.
48
Waluyaningsih C. 2008. Bidang Studi IPA Biologi. Pengelompokan Makluk Hidup. Diposkan Oleh Majalah redaksi, Jakarta, Indonesia Wisnubroto S, Aminah SL, Nitisapto M. 1983. Asas-asas Meteorologi Pertanian.Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal 171. Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.
49
LAMPIRAN
50
51
Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Awal untuk Media Pembibitan Satuan Nilai Uji Tanah Metode/ Ekstraktan Sifat Tanah pH H2O 5.6 Agak Masam pH meter pH KCl 5.63 pH meter C- Organik (%) 2.72 Sedang Walkley & Black N- Total (%) 0.24 Sedang Kjeldhal C/N Ratio P-tersedia (ppm) 25 Tinggi Bray – I Ca (me/100 g) 4.42 Rendah 1 N NH4OAc pH 7.0 Mg (me/100 g) 1.97 Sedang 2 N NH4OAc pH 7.0 K (me/100 g) 1.29 Sangat Tinggi 3 N NH4OAc pH 7.0 Na (me/100 g) 1.51 Sangat Tinggi 4 N NH4OAc pH 7.0 Al (me/100 g) 0 5 N NH4OAc pH 7.0 KTK (me/100 g) 17.92 Sedang 6 N NH4 OAc pH 7.0 KB (%) 51.46 tinggi Tekstur Pasir (%) 8.16 Pipet Debu (%) 20.6 Pipet Liat (%) 71.23 Pipet Data dianalisia d Laboratorium Departemen Ilmu tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB
Lampiran 2. Data Curah Hujan dan Lama Penyinaran Matahari Dramaga Bogor Penyinaran Matahari Temperatur Curah Bulan Rata - rata Hujan Lama Intentitas o ( C) (mm) (%) (Cal/Cm2) November 26.2 457.7 56 457.7 Desember 26.1 344.6 44 344.6 Januari 25.1 272.0 28 224.0 Februari 25.6 548.9 57 318.3 Maret 26.2 136.0 55 310.3 April 26.2 389.5 61 296.0 Sumber : Badan meteorologi dan Geofisika Bogor Lampiran 3. Laju pertumbuhan tinggi bibit berdasarkan aplikasi N dan K (%) MST Perlakuan 0 4 8 12 16 20 N 32.15 35.51 41.79 54.08 64.06 77.44 (10.45) (17.68) (29.4) (18.45) (20.87) K 32.15 35.51 41.79 54.08 62.51 77.45 Ket: Angka dalam kurung menunjukkan persentase laju pertumbuhan
24 91.3 (17.97) 91.36
52
Lampiran 4. Laju pertumbuhan Jumlah daun berdasarkan aplikasi N dan K (%) MST 0 4 8 12 16 20 N 4.65 6.38 8.17 9.48 10.88 12.69 (37.20) (28.05) (16.03) (12.76) (16.63) K 4.64 6.39 8.17 9.48 10.88 12.69 Ket: Angka dalam kurung menunjukkan persentase laju pertumbuhan
24 14.24 (12.21) 14.23
Lampiran 5. Laju pertumbuhan diameter batang berdasarkan aplikasi N dan K (%) MST 0 4 8 12 16 20 N 1.04 1.35 1.64 1.83 2.62 3.36 (29.80) (21.48) (11.58) (43.17) (28.24) K 1.04 1.34 1.64 1.83 2.61 3.36 Ket: Angka dalam kurung menunjukkan persentase laju pertumbuhan
Lampiran 6
Periode seleksi dan standar bibit kelapa sawit berdasarkan PPKS
Tinggi (cm) 4 26.00 6 39.90 7 52.20 8 64.30 9 88.30 10 108.40 11 114.10 12 126.90 Sumber : PPKS (2007) Umur (bulan)
24 4.43 (31.84) 4.43
Diameter batang (cm) 1.30 1.84 2.70 3.56 4.50 5.96 5.84 6.02
Jumlah Daun Warna Daun 5 8 10 11 13 15 15 15
hijau - hijau tua hijau - hijau tua hijau - hijau tua hijau - hijau tua hijau - hijau tua hijau - hijau tua hijau - hijau tua hijau - hijau tua
53
Lampiran 7. Pengaruh N dan K terhadap tinggi (cm) bibit Nitrogen Kalium N0 N0 N0 N0 N1 N1 N1 N1 N2 N2 N2 N2 N3 N3 N3 N3
K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3
4 MST 33.80 36.40 34.53 33.07 35.00 33.27 36.47 37.00 32.53 36.13 37.13 37.40 36.47 35.27 34.87 38.87
8 MST 38.07 42.00 34.53 36.73 41.80 40.00 43.67 41.53 38.67 45.53 45.00 46.53 43.13 40.87 40.80 45.00
12 MST
16 MST
46.53 54.07 39.40 50.67 54.20 50.73 57.93 53.80 50.40 58.07 56.87 58.93 54.33 54.40 54.73 58.87
57.20 62.80 61.07 60.53 63.87 61.73 66.73 66.07 60.33 69.33 66.33 67.67 63.20 65.40 64.13 68.60
20MST 68.73 75.07 75.20 73.27 77.00 74.60 79.80 79.60 73.40 83.13 81.80 67.67 77.33 80.80 64.13 82.60
24 MST 80.00 89.00 86.93 84.67 94.00 87.07 94.07 92.87 85.93 97.17 98.20 99.13 89.53 93.93 91.27 98.07
Lampiran 8. Pengaruh N dan K terhadap jumlah daun Nitrogen Kalium
4MST
8 MST
12 MST
16 MST
20 MST
24MST
N0
K0
6.33
7.47
9.07
10.33
12.27
13.73
N0 N0 N0 N1 N1 N1 N1 N2 N2 N2 N2 N3 N3 N3 N3
K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3
6.40 6.20 5.93 6.33 5.87 6.53 6.20 6.20 7.00 6.53 6.40 6.40 6.73 6.60 6.53
8.07 7.93 7.53 8.13 7.67 8.53 8.13 8.07 8.73 8.40 8.80 8.20 8.33 8.27 8.40
8.93 9.47 9.33 9.47 8.93 10.00 9.40 9.53 9.60 9.93 9.80 9.53 10.00 9.53 10.00
11.07 10.73 10.33 10.47 10.53 11.20 11.47 10.40 11.07 11.33 11.13 11.00 11.13 10.80 11.07
12.60 12.47 12.40 12.80 12.53 13.00 13.07 12.07 13.20 12.87 13.00 12.40 12.87 12.87 12.73
13.87 14.00 14.07 14.33 13.67 14.33 14.67 14.07 15.00 14.40 14.93 13.80 14.53 14.07 14.33
54
Lampiran 9. Pengaruh N dan K terhadap diameter batang (cm) Nitrogen
Kalium
N0 N0 N0 N0 N1 N1 N1 N1 N2 N2 N2 N2 N3 N3 N3 N3
K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3
4MST 1.23 1.30 1.20 1.27 1.30 1.27 1.33 1.33 1.27 1.33 1.57 1.37 1.23 1.47 1.43 1.43
8MST 1.33 1.63 1.60 1.50 1.67 1.53 1.73 1.57 1.55 1.87 1.87 1.77 1.67 1.60 1.40 1.70
12MST
16MST
1.64 1.93 1.77 1.62 1.75 1.75 1.77 1.75 1.69 1.91 1.94 1.98 1.89 1.94 1.96 1.99
2.13 2.47 2.46 2.55 2.66 2.54 2.57 2.62 2.30 2.89 2.78 2.88 2.79 2.57 2.66 2.93
20MST
24MST
3.13 3.20 3.20 3.03 3.20 3.31 3.43 3.52 3.16 3.53 3.80 3.55 3.12 3.51 3.39 3.67
Lampiran 10. Pengaruh N dan K terhadap luas daun Nirogen
Kalium
4 MST
8 MST
12 MST
N0 N0 N0 N0 N1 N1 N1 N1 N2 N2 N2 N2 N3 N3 N3 N3
K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3 K0 K1 K2 K3
57.47 59.86 52.78 52.48 54.38 54.95 53.83 67.51 58.49 52.87 54.25 58.37 54.13 51.79 52.92 56.15
58.43 65.31 62.89 62.95 65.62 58.57 68.38 67.77 59.59 78.10 70.06 82.16 65.07 63.72 63.58 80.91
76.97 107.56 90.45 75.78 101.25 84.14 107.27 97.08 91.75 111.92 121.95 118.36 99.05 104.27 99.86 122.69
3.91 4.31 4.17 4.31 4.35 4.00 4.48 4.64 4.41 4.95 4.98 4.72 4.00 4.59 4.31 4.67
55
Lampiran 11. Hasil Uji Komposisi Kandungan Pupuk No
Jenis Contoh
Pupuk
N (%) P (%) K (%)
Jenis Pengujian/Pemeriksaan
Hasil Pengujian /Pemeriksaan B B C 45.95 15.5 59.97
Metode Pengujian
Kjeldahl Spektrophotometri ASS
Hasil Uji Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Lampiran 12. Kadar N (%) dan K (ppm) tanah pada setiap lapisan Kedalaman Layer Tanah
Kjeldhal N-Total (%)
HCL 25% K (ppm)
0.0 - 6.5 6.5 – 13.0 13.0 -19.5 19.5-26.0
0.26 0.29 0.32 0.33
267.76 285.56 314.6 290.4
Lampiran 13.Kadar N dan K dalam jaringan tanaman perlakuan N2 dan K3 Parameter Akar Daun Pelepah
N (%) 0.89 1.33 0.89
K (%) 1.76 1.89 1.17
56
Lampiran 14. Standar Pertumbuhan Bibit Dami Mas Umur Tinggi Tanaman (Bulan) (cm) 1 8.4 2 17.7 3 27.8 4 33.0 5 40.0 6 57.6 7 75.9 8 87.9 9 102.5 10 104.2 11 142.2 12 159.6 Sumber : Hairin (Dami Mas, Riau)
Jumlah Daun (helai) 2.0 3.0 4.0 6.5 8.5 11.1 13.3 15.2 17.1 18.8 20.4 22.5
Diameter Batang (cm2) 0.4 0.5 0.9 1.3 1.6 2.2 4.1 5.5 6.1 7.6 7.6 8.0
Gambar lampiran 1 Kondisi bibit setelah umur 2 bulan di Pembibitan utama.
57
Gambar lampiran 2. Perbandingan tinggi bibit pada perlakuan kontrol (B) dan perlakuan N2K3 (A)