Sudianto, Optimalisasi Pembelajaran Muatan Lokal…..
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL DAN RELEVANSINYA DENGAN KEBUTUHAN LAPANGAN KERJA PADA PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN Mungit Sudianto* Abstrak: Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji relevansi pembelajaran muatan local dengan dunia industri di Sidoarjo. Data dikumpulkan melalui angket, wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa muatan local di SD dan SLTP senantiasa ditingkatkan sesuai kebutuhan, namun demikian materi muatan local masih belum memadai dan belum relevan dengan kebutuhan tenaga kerja di dunia industri. Abstract: The study aims to investigate if the learning skills of local content at Primary and Junior High Schools are relevant to the need of work force for industries in Sidoarjo. The data were collected using questionnaire, interview, observation and documentation. The result indicates that although the materials of local contents are always updated they are still insufficient and irrelevant to the need of labors in industry. Kata kunci: relevanci, muatan lokal dan kebutuhan lapangan kerja. Relevansi pendidikan dengan lapangan kerja di dunia industri merupakan citacita sekaligus permasalahan dalam pendidikan kita. Permasalahan besar yang belum terpecahkan dalam pendidikan dasar adalah relevansi pendidikan dengan lapangan kerja. Murid setelah lulus tidak melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi mau kemana, kalau hasil pendidikan tidak relevan dengan kebutuhan tenaga kerja di dunia industri. Pemenuhan kebutuhan tenaga terampil tingkat dasar saat ini dianggap sebagian besar masyarakat pendidikan belum berhasil/gagal. Kebutuhan kerja di lingkungan sekolah dengan industri tidak sesuai dengan hasil lulusan pendidikan dasar 9 tahun. Namun demikian relevansi pendidikan dengan dunia kerja merupakan permasalahan yang terus diupayakan penyempurnaannya. Karena itu perlu adanya pengembangan model pembelajaran keterampilan muatan local yang relevan antara pendidikan formal (dalam hal ini pembelajaran keterampilan muatan local) dengan kebutuhan tenaga kerja di dunia industri di lingkungan sekitar sekolah. Mengingat sampai saat ini mutu pendidikan dan relevansi belum memenuhi keinginan masyarakat di tanah air atau masih kurang menggembirakan sebagaimana yang diharapkan. Hal demikian disebabkan karena kurangnya penelitian dan pengembangan pendidikan muatan lokal. Upaya peningkatan relevansi pengajaran keterampilan muatan local di SD dan SLTP dengan kebutuhan tenaga kerja industri di lingkungan sekolah. Kondisi ini lebih diperburuk lagi dengan kurangnya fasilitas khususnya dalam bidang keterampilan bagi peserta didik tingkat dasar yang baru mencapai 20% (Samani;1999:21). Masalah-masalah tersebut sebenarnya telah menjadi masalah yang kronis-menahun bagi perkembangan pendidikan di tanah air ini, namun belum ditemukan solusinya. * Dosen Program PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya
109
JURNAL PENDIDIKAN DASAR VOL.7, NO.2, 2006: 109-113
Meskipun dari pemerintah dan swasta telah dilakukan beberapa upaya dalam memecahkan maasalah tersebut. Upaya yang dilakukan misalnya penataran, pelatihan keterampilan guru SD dan SLTP, pengadaan peralatan, pembangunan balai latihan keterampilan terlindung (shentered workshop) bahkan peningkatan kualitas guru SLTP dari diploma dua menjadi sarjana (S1). Hal ini dimaksudkan untuk peningkatan kualitas SDM lulusan pendidikan dasar 9 tahun dalam memasuki dunia kerja dan industrialisasi. Sebagaimana tertulis dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan namun belum memberikan hasil seperti yang diharapkan, sehingga perlu lebih dipikirkan lagi upaya memecahkan masalah pengajaran yang mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja. Untuk itu penelitian ini perlu terus dibantu dan dikembangkan serta diupayakan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa untuk mempersiapkan diri memasuki era dunia industrialiasasi dan globalisasi. Sesuai dengan Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN), yang sebelumnya telah ada dengan PP. No. 70 tahun 1991 tentang Pendidikan Muatan Lokal, berarti sudah jelas bahwa pengembangan muatan local perlu terus dikembangkan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan dasar (Dikdas) dan pengembangan IPTEKS (Sutjipto; 1998). Adapun kondisi SD sampai saat ini belum sesuai dengan yang diharapkan (dassein). Ini berarti penyelenggaraan layanan pendidikan belum memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dalam rangka menyiapkan tenaga terampil lulusan Dikdas, dalam menunjang dunia industri pada era industrialisasi dan persaingan yang semakin ketat, maka pemerintah dalam hal ini Depdiknas, memberikan peluang kepada sekolah untuk mengembangkan bidang pengajaran muatan local, di seluruh Kantor Wilayah Depdikbud. Pengembangan muatan local ditekankan kepada kebutuhan tenaga kerja pada dunia usaha/industri di lingkungan sekolah. Sebagai upaya menyiapkan tenaga terampil memasuki dunia kerja setelah lulusan sekolah (Das Sollen). Kendalanya adalah kurangnya tenaga terampil di masyarakat tingkat pendidikan dasar. Muatan local berfungsi memberikan peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh suatu daerah tertentu. Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan cirri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional (Mendikbud,1993). Kurikulum muatan local Propinsi Jawa Timur lebih menekankan kemampuan bahasa daerah, pemahaman atau penghayatan tentang kesenian daerah, kerajinan daerah, cirri khas lingkungan alam sekitarnya, pendidikan kesejahteraan keluarga, keterampilan serta hal-hal lain yang dianggap perlu, yang ada dan berkembang di lingkungannya, yang menunjang pembangunan daerah, agar mampu membantu orang tua dan diri sendiri dalam menghadapi kehidupannya (Soetjipto,1998). Secara umum kurikulum muatan local disajikan bertujuan agar peserta didik memiliki wawasan, sikap dan perilaku yang mantap tentang lingkungannya serta bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, social budaya dan social ekonomi yang ada di sekitarnya, sebagai asset nasional guna menunjang pembangunan daerah maupun nasional. Sedangkan secara khusus tujuan pengajaran muatan local adalah sebagai berikut: (1) siswa memahami dan akrab dengan lingkungannya (lingkungan alam, social budaya dan social ekonomi) sehingga terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan sendiri, (2) siswa mampu memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya 110
Sudianto, Optimalisasi Pembelajaran Muatan Lokal…..
untuk memecahkan masalah yang dihadapi umumnya yang ada di sekitarnya, (3) siswa mampu menolong orang tuanya dan menolong diri sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam Propenas 2000, berbagai isu berkaaitan pendidikan telah dirangkum menjadi tema utama yaitu (1) pemerataan pendidikan, (2) kualitas dan relevansi pendidi kan dengan dunia kerja dan, (3) manajemen system Pendidikan. Peningkatan efektivitas-relevansi antara diknas dengan dunia industri dapat melalui “link and match”. Adapun pelaksanaan program tersebut bagi pendidikan dasar masih dalam taraf perintisan dan pengembangan. Tujuannya adalah agar pelaksanaan pengajaran muatan local dapat sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Sehingga lulusan SD dan SLTP dapat segera memasuki lapangan kerja, tatkala tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tiggi lagi. Meningkatnya kualitas pembelajaran muatan local pada pendidikan dasar 9 tahun, peran dunia usaha semakin dibutuhkan kehadirannya. Untuk itu kerja sama dengan dunia usaha selalu dikembangkan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan tahap evaluasi maupun layanan pasca sekolah. Dunia usaha yang banyak terlibat dalam layanan usaha adalah: (1) PT. Maspion, (2) PT Kedaung Setia, (3) PT Bir Bintang, (4) Hotel, (5) Micke Donal, dan beberapa bengkel dan salon perorangan (Masitoh,dkk.1997). Melalui kerjasama yang kooperatif tersebut berarti dunia usaha/industri terkait ikut merasa memiliki dan berperan serta dalam penempatan lulusan yang dihasilkan pendidikan dasar 9 tahun. Dengan demikian berarti dunia usaha/industri terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam relevansi pendidikan dengan kebutuhan industri yang membutuhkan tenaga kerja (Suyono,1994). Implikasi muatan local dalam kegiatan sekolah adalah lembaga pendidikan hendaklah mampu mengakomodasikan potensi-potensi local untuk keperluan pembangunan baik local maupun nasional (Wardani,1995). Dalam kaitannya bagaimana sekolah mendekatkan programnya dengan dunia kerja, dikatakan oleh Samani (1996) perlu adanya upaya relevansi dalam 5 hal, yaitu (1) pre vocational guidance education, (2) employ ability preparation education, (3) accupational preparation education, (4) occupational spesific education dan, (5) job spesific education. Semakin besar nomor urutannya semakin tinggi nilai relevansinya dan keterkaitannya. Atas dasar kondisi riil tersebut dalam penelitian ini difokuskan pada “ Bagaimana cara meningkatkan relevansi muatan local dengan kebutuhan tenaga kerja di lingkungan sekolah?”. Adapun tujuan penulisan ini secara umum adalah mengkaji relevnsi pembelajaran muatan local dengan dunia industrialisasi di Sidoarjo. Sedangkan secara khusus tujuannya adalah untuk mencari cara meningkatkan relevansi muatan local dengan kebutuhan tenaga kerja industri di lingkungan sekolah. Manfaat yang didapat dari kajian ini adalah memberikan kontribusi pada pengembangan IPTEKS yang terkait dengan muatan local dan dunia industri. Dapat juga digunakan oleh pengambil kebijakan (Depdiknas) untuk penyempurnaan pelaksanaan pembelajaran muatan local yang relevan dengan industrialisasi dan kebutuhan dunia kerja di lingkungannya. Secara praktis dapat digunakan acuan sekolah untuk mengembangkan muatan local sesuai dengan potensinya masing-masing.
111
JURNAL PENDIDIKAN DASAR VOL.7, NO.2, 2006: 109-113
Metode Penelitian ini dirancang dengan deskriptif kualitatif yaitu untuk mengungkap data empiris tentang relevansi pendidikan muatan local dengan dunia kebutuhan tenaga kerja industri di lingkungan sekolah dan selanjutnya dicarikan solusi dan pengembangannya. Populasinya adalah siswa SDN percobaan dan siswa SLTP Darmawanita di Kabupaten Sidoarjo. Informannya adalah guru SD dan SLTP serta siswa. Sampel diambil dengan teknik Purposive sampling masing-masing sekolah 10 guru dan 10 siswa. Dengan teknik pengambilan data (1) wawancara untuk mengidentifikasi kebutuhan dasar dalam pembelajaran muatan local dan relevansinya dengan dunia industri di lingkungan sekolah, (2) angket untuk menjaring data pelengkaap kebutuhan pembelajaran muatan local keadaan di tempat kerja pada dunia industri, (3) observasi untuk mengamati kondisi dan potensi siswa yang dapat digunakan sebagai sarana implementasi dalam pembelajaran muatan local dan dokumentasi untuk menjaring data yang berhubungan dengan data dokumentasi di lapangan yang mendukung proses penelitian. Analisis dilaksanakan secara terus menerus terhadap setiap data yang diperoleh, sedangkan akurasi data dengan triangulasi multi respon, multi waktu dan multi metode. Untuk menyempurnakan analisis kualitatif dilengkapi juga analisis data kuantitatif dengan formulasi “standar kesalahan persentase” (SD %).
Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini dapat diinventarisasikan sebagai berikut: (1) hasil proses wawancara dihasilkan sebagai berikut (a) alokasi waktu pengajaran bidang keterampilan /muatan local 40% mengatakan 2 jam, 20% mengatakan 2 jam; 20 % mengatakan 4 jam dan 20% tidak menyebutkan, (b) kesesuaian materi keterampilan/muatan local dengan kurikulum 100% dan mengacu (relevansi) dengan industrialisasi lingkungan sekolah 0%, (c) yang diajarkan dalam bidang pengajaran keterampilan muatan local; tata busana, membuat taplak, sulak, keset dari kain, bunga dari pita, sapu lidi, sablon, elektronika, pertanian, laying-layang, membuat tempat pensil, membuat lampion, aplikasi dari biji kacang hijau, miniatur lokomotif, bordir, menjahit, membuat telor asin, memasak (jenis makanan yang ringan/mudah), membuat topi, membuat sandal, membuat bunga dari kertas, menyulam, hiasan dinding dari spon, pigura dan menempel, (d) keteraampilan yang diperoleh guru melalui diklat/penataran/kursus adalah menjahit, bordir, sablon, komputer Braille, sablon, pertukangan, bengkel dan anyaman kertas, (e) penerapannya untuk peserta didik, keterampilan yang telah diperoleh melalui diklat/penataran diterapkan oleh guru kepada siswa masih perlu dioptimalkan, (f) industri di lingkungan yang terbatas menerima tenaga kerja; Maspion dan PT Kedaaung Group, (g) relevansi pendidikan keterampilan/muatan local dengan industri lingkungan, keterampilan/muatan local beleum relevan dengan industri lingkungan sekolah. (2) Hasil angket dari para guru SD dan SLTP hasilnya sebagai berikut; (a) Pemahaman terhadap UU No. 4 tahun 1997 tentang tenaga kerja 90 % belum mengerti dan 10% mengerti, (b) kesesuaian alokasi waktu (jam pengajaran) keterampilan/muatan local dengan kebutuhan tenaga terampil di industri lingkungan, responden menyatakan tidak sesuai/sangat kurang (50%) dan cukup (50%), (c) kesesuaian (relevansi) materi keterampilan/muatan local untuk mempersiapkan SDM pendidikan dasar memasuki dunia kerja di industrialisasi lingkungan, sebagian besar responden menyatakan tidak sesuai (60%) dan (40%) sesuai, (d) guru-guru SD dan SLTP pernah ditatar keterampilan/muatan local: sebagian besar guru menyatakan pernah ditatar (60%), sisanya 40 % belum pernah, (e) persentase guru112
Sudianto, Optimalisasi Pembelajaran Muatan Lokal…..
guru SD dan SLTP yang pernah ditatar bidang keterampilan/muatan local sebagian besar guru menjawab kurang sebanyak dua puluh persen (20 %) dan sisanya 80% belum pernah, (f) keterampilan yang telah diperoleh guru melalui diklat/penataran/kursus dapat diaplikasikan di SD dan SLTP menyatakan sebagian besar dapat diterapkan (90 %), sisanya 10 % tidak dapat diterapkan, (g) relevansi pendidikan keterampilan/muatan local belum relevan dengan industri lingkungan sekolah, sebagian besar menyatakan tidak sesuai (90 %) dan 10 % tidak tahu, (h) kesesuaian materi keterampilan/muatan local dengan kurikulum, sebagian menyatakan sesuai (20 %), jawaban tidak sesuai (20 %0 dan jawaban sangat sesuai 60 %. Hasil penelitian ini selaras dengan kurikulum pendidikan dasar disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional maupun daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
Simpulan dan Saran Simpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini adalah (1) pemberian materi keterampilan/muatan local pada SD dan SLTP di kabupaten Sidoarjo tidak relevan dengan kebutuhan tenaga kerja di industri lingkungan sekolah, akan tetapi telah mengacu pada kurikulum 1994, (2) Undang-undang no. 4 tahun 1997 tentang ketenaga kerjaan, sebagian besar belum diketahui oleh guru dan tua siswa, (3) Alokai waktu pendidikan keterampilan untuk penyiapan tenaga kerja terampil lulusan dikdas di industri lingkungan sebagian sudah berpendapat sesuai dan sebaagian belum sesuai, (4) Strategi pendidikan keterampilan agar dapat membantu siswa memasuki dunia kerja, dinyatakan berdasarkan kreativitas guru. Atas dasar simpulan tersebut dapat disarankan; (1) institusi SD dan SLTP di kabupaten Sidoarjo dapat mengembangkan materi keterampilan yang relevan dengan kebutuhan tenaga kerja lingkungan sehingga dapat mempersiapkan SDM yang siap memasuki lapangan kerja, (2) ada penelitian lebih lanjut dengan sasaran yang lebih luas guna peningkatan kualitas pengajaran bidang keterampilan/muatan local di SD dan SLTP yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
Daftar Acuan Masitoh,Siti, dkk. 1997. Peningkatan Kemampuan Kerja Penyandang Cacat di Industri Maspion. Surabaya: Lemlit IKIP Surabaya. Mendikbud.1993. Peningkatan Relevansi Pendidikan dengan Kesempatan Kerja. Jakarta: Depdikbud. PP No. 71. 1999. Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jakarta: Depdikbud RI. Samani,M.1996. Relevansi–Efektivitas Muatan Lokal di SMK. Surabaya: Lemlit IKIP Surabaya. Soetjipto.1998. Pengembangan penanganan Terapeutik Siswa Berkesulitan Belajar di SD. Surabaya: Lemlit IKIP Surabaya. Suyono. 1994. Pembinaan Tenaga Kerja Cacat. Jakarta: Depsos RI. UU No. 20 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud RI. Wardani,IGK. 1995. Pengembangan Perencaanaan Pendidikan PLB. Jakarta : Depdikbud RI.
113