Kode / Nama Rumpun Ilmu : 562 / AKUNTANSI
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN FUNDAMENTAL
OPTIMALISASI MONETARY CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY VALUE ADDED DALAM MEREDUKSI FINANCIAL DISTRESS TIM PENGUSUL: DR. NILA TRISTIARINI, M.Si.
(NIDN : 0617067802)
YULITA SETIAWANTA, M.Si.
(NIDN : 0608077001)
RIRIH DIAN PRATIWI, M.Si.
(NIDN : 0626038501)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO 2016
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ..............................................................................................
i
Halaman Pengesahan .......................................................................................
ii
Daftar Isi...........................................................................................................
iii
Ringkasan Penelitian ......................................................................................
iv
BAB I Pendahuluan ......................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
3
1.3 Tujuan Khusus ......................................................................................
3
1.4 Urgensi Penelitian ................................................................................
4
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................
4
2.1 State of The Art .....................................................................................
4
2.2 Literature Review ..................................................................................
6
BAB III Metode Penelitian ..............................................................................
7
3.1 Alur Penelitian .....................................................................................
7
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................
8
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................
8
3.4 Variabel Penelitian dan Dimensionalisasi Teoritis ...............................
8
3.5 Metode Analisis ..................................................................................... 10 3.6 Robustness Testing ................................................................................ 11 BAB IV Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 12 4.1 Anggaran Biaya ................................................................................... 12 4.2 Jadwal Penelitian ................................................................................. 12 Daftar Pustaka .................................................................................................. 13 Lampiran
iii
RINGKASAN PENELITIAN CSR tidak lagi hanya dipandang sebagai tanggung jawab moral perusahaan, namun bagaimana CSR memiliki dampak yang lebih luas yaitu menciptakan pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development) baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat. Hal ini berarti telah terjadi pergeseran paradigma, dimana perusahaan yang semula memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity dan philanthropy, kini memposisikan eksternal perusahaan sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan sebuah perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan CSR tidak lagi sebagai kegiatan tanggung jawab moral saja, tapi bagaimana kegiatan CSR dapat memberikan implikasi positif pada perusahaan yaitu pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian ini menguji optimalisasi model pengukuran monetary CSR value added sehingga dapat diketahui manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari aktivitas CSR dan pengaruhnya dalam mereduksi kemungkinan terjadinya kesulitan finansial perusahaan (financial distress) sehingga mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Diharapkan dengan adanya model pengukuran monetary CSR value added ini maka perusahaan tidak akan melakukan overinvestment pada aktivitas CSR sehingga dapat mereduksi financial distress dan dapat memberikan implikasi positif pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Kemampuan monetary CSR value added dalam mereduksi financial distress juga diperkuat dengan kemampuan perusahaan untuk mengelola resiko finansial. Populasi penelitian ini adalah seluruh Perusahaan yang masuk pada Indeks SRIKEHATI pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan program WarpPLS versi 2.00 digunakan untuk menguji hipotesis. Luaran penelitian yang diharapkan adalah perusahaan dapat mengetahui optimalisasi pelaksanaan CSR ditinjau dari manfaat dan biayanya sehingga dapat dijadikan sebagai strategi penentuan kebijakan dalam melaksanakan aktivitas CSR yang dapat berimplikasi positif pada keberlanjutan perusahaan. Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, Financial Distress Reduction, Financial Performance, Financial Risk Management
iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Corporte Social Responsibility (CSR) saat ini menjadi tuntutan yang tak terelakkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Perusahaan sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuannya bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal saja melainkan juga faktor eksternal yang berada di sekelilingnya. Telah terjadi pergeseran paradigma yaitu perusahaan yang semula memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity dan philanthropy, kini memposisikan eksternal perusahaan sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan sebuah perusahaan. CSR sebagai salah satu aktivitas perusahaan dilihat dari perspektif bisnis dianggap dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan dapat meningkatkan kinerja keuangan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Carmen (2011), Weshah et al. (2012), Flammer (2013) dan Iqbal et al. (2014) yang menyatakan bahwa CSR secara positif memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan ketidakkonsistenan hasil bahwa yaitu bahwa CSR tidak memberikan implikasi positif pada kinerja keuangan perusahaan seperti penelitian yang dilakukan oleh Brine et al (2009), Mwangi & Jerotich (2013) dan Rahmawati et al. (2014). Hasil penelitian yang beragam tersebut menunjukkan adanya research gap sehingga penelitian ini masih layak untuk dikembangkan. Hasil penelitian yang beragam tersebut juga menunjukkan bahwa CSR dapat memberikan implikasi positif pada peningkatan kinerja keuangan tergantung pada strategi perusahaan dalam menerapkan CSR. Penelitian-penelitian sebelumnya menfokuskan pada analisis bagaimana pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan. Pengukuran CSR lebih banyak menggunakan pengukuran indeks CSR yang didasarkan pada Global Reporting Intitiative (GRI) atau berdasarkan ISO 26000 tentang penerapan CSR. Pengukuran dengan metode tersebut memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mengukur kontribusi CSR berdasarkan manfaat 1
dan biaya dari aktivitas CSR tersebut. Oleh karena itu penelitian-penelitian tersebut tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk membantu manajer secara rasional dalam pengambilan keputusan dan dalam mengevaluasi keberhasilan penerapan CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan. Penelitian-penelitian sebelumnya tidak membantu manajer dalam mengevaluasi keterlibatan CSR mereka pada tingkat perusahaan atau bahkan proyek spesifik yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi kesenjangan penelitian dengan tidak hanya menganalisis indeks pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan namun dengan menganalisis bagaimana mengukur nilai kegiatan CSR perusahaan (monetary CSR value added). Model pengukuran nilai CSR tersebut berfokus pada pengukuran manfaat CSR (CSR benefits) dan biaya CSR (CSR cost) yang dikembangkan oleh Weber (2008). Monetary CSR value added merupakan perhitungan secara moneter untuk mengukur dampak kuantitatif dari aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat diketahui besarnya kontribusi nilai utama dari CSR apakah overvalue atau undervalue, kemudian dari dasar tersebut dapat digunakan oleh perusahaan sebagai strategi penentuan kebijakan dalam melaksanakan aktivitas CSR agar aktivitas CSR berdampak positif pada daya saing dan peningkatan nilai perusahaan. Karena ketidakkonsistenan hasil penelitian bahwa CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan, maka dalam penelitian ini dengan menggunakan pengukuran monetary CSR value added maka dapat dijadikan strategi perusahan dalam mengurangi kesulitan keuangan perusahaan (financial distress).
Penelitian Goss
(2007) menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap resiko financial distress. Hal tersebut menegaskan bahwa investasi CSR sebagai instrumen yang sah untuk mempengaruhi persepsi para pemangku kepentingan. Perusahaan menghadapi beberapa jenis situasi kesulitan keuangan (financial distress) memberikan risiko bagi investor, yang tentunya akan berdampak dalam pengambilan keputusan investor pada saat mereka memberikan kontribusi dana kepada perusahaan. Menurut Levine (2008) dan Wang (2011) tindakan CSR bisa membantu mengurangi risiko keuangan yang dirasakan dengan memodifikasi 2
harapan masa depan dan citra perusahaan dengan bertindak pada apa yang dapat kita sebut risiko kerugian (liability risk) dan risiko ekonomis-kerentanan (risk of economical-vulnerability). Oleh karena itu dengan optimalisasi aktivitas CSR maka dapat memberikan signal positif pada investor sehingga dapat mengurangi financial distress. Optimalisasi aktivitas CSR berdasarkan manfaat dan biaya yang memiliki kemampuan dalam mereduksi financial distress beserta pengukurannya merupakan originalitas penelitian ini. Diharapkan dengan pengukuran monetary CSR value added dapat memberikan model baru bagi pengembangan teori khususnya mengenai corporate social responsibility yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas aktivitas CSR yang memiliki kemampuan dalam mereduksi kesulitan keuangan perusahaan yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana optimalisasi aktivitas CSR dengan menggunakan model pengukuran monetary CSR value added sehingga dapat diketahui manfaat dan biaya yang ditimbulkan dan pengaruhnya pada kemampuan mereduksi financial distress sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
1.3. Tujuan Khusus Penelitian ini mencoba untuk menginvestigasi mengenai suatu bentuk model penyelesaian dan bukti empiris baru tidak hanya berkaitan dengan bagaimana pengaruh penerapan CSR terhadap peningkatan kinerja keuangan namun juga pengukuran manfaat dan biaya dari aktivitas CSR sebagai strategi perusahaan yang memungkinkan untuk mereduksi financial distress sehingga dapat meningkatan kinerja keuangan perusahaan. Diharapkan dengan adanya model pengukuran monetary CSR value added ini maka perusahaan tidak akan melakukan overinvestment pada aktivitas CSR
3
sehingga dapat memberikan implikasi positif pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
1.4. Urgensi Penelitian Penelitian ini perlu dilakukan karena pelaksanaan CSR merupakan tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Pengukuran monetary CSR value added merupakan kebutuhan yang mendesak bagi perusahaan karena tuntutan dari pelaksanaan UU No. 40 Tahun 2007 yang diperkuat dengan PP No. 47 Tahun 2012 bahwa perusahaan perseroan terbatas memiliki kewajiban untuk melakukan CSR sebagai salah satu aktivitas usahanya. Pelaksanaan CSR bagi perusahaan tentunya perlu dilakukan sebagai salah satu strategi perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran tentang manfaat dan biaya CSR sehingga dapat diukur seberapa besar nilai moneter dari pelaksanaan CSR dan bagaimana implikasinya terhadap kinerja keuangan. Pengukuran monetary CSR value added dapat dijadikan dasar oleh manajer untuk pengambilan keputusan khususnya pengembangan strategi pelaksanaan CSR. Pengukuran CSR dalam penelitian ini tidak hanya melihat manfaat dan biaya dari aktivitas CSR namun juga mengukur bagaimana optimalisasi manfaat dan biaya CSR dapat memiliki kapabilitas dalam mereduksi kesulitan keuangan (financial distress) yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State of The Art Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, akan dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Tujuan sebuah perusahaan tetap didasarkan pada strategi pembangunan 4
yang tidak hanya memberikan manfaat hanya pada pemegang saham, tetapi juga menanggapi semua stakeholder yang terlibat baik secara langsung atau tidak langsung dalam proses produksi (Poddi, 2009). Freeman et al. (2004), menjelaskan stakeholdes sebagai individu-individu dan kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan pada gilirannya dapat mempengaruhi tercapainya tujuantujuan tersebut. Salah satu bentuk pemberian manfaat perusahaan terhadap stakeholder adalah dengan adanya corporate social responsibility. Menurut Brine (2009), perusahaan yang menerapkan konsep tanggung jawab sosial menyadari bahwa kepentingan jangka panjang keuangan perusahaan dapat tercapai dengan bertindak adil dalam kepentingan stakeholders (selain pemegang saham). Hal ini sesuai dengan stakeholder theory dimana nilai ekonomi (economic value) diciptakan secara sukarela untuk dapat meningkatkan kesejahtaraan masyarakat dan berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development), (Freeman et al., 2004). Sehingga beberapa bentuk perilaku sosial yang bertanggung jawab benar-benar dapat meningkatkan nilai sekarang dari arus masa depan perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian, hal ini berarti konsisten dengan usaha untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan (McWilliams & Siegel, 2001). Teori lain yang mendasari pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan adalah teori signal (signaling theory). Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pada pihak di luar perusahaan. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan pertanggungjawaban sosial. Menurut Spicer (1978), pengumuman informasi pertanggungjawaban sosial memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai pengelolaan dan prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham, yang tentunya hal ini akan menigkatkan nilai perusahaan. 5
2.2. Literature Review Carmen et al. (2011) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan strategi CSR, tingkat perkembangan ekonomi negara dan ukuran perusahaan menentukan kinerja keuangan perusahaan. Weshah et al. (2012) menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara CSR, ukuran Bank, tingkat risiko di bank terhadap kinerja keuangan perusahaan di perbankan Yordania. Studi tersebut menyatakan pentingnya mengadopsi CSR di sektor perbankan karena selain memberi dampak pada peningkatan kinerja keuangan juga dapat memperkecil resiko perbankan. Flammer (2013) menemukan bahwa mengadopsi CSR terkait pada peningkatan kinerja keuangan yang superior. Iqbal et al. (2014) meneliti perusahaan sektor perbankan di Pakistan, menemukan ada hubungan positif antara pengungkapan perusahaan dari tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja perusahaan pada Net Profit Margin dan Earning per Share. Ketika perusahaan menghabiskan uang pada masyarakat (Donasi), masyarakat mendapatkan manfaat dari itu, tapi itu tidak berarti bahwa masyarakat tidak akan membayar untuk perusahaan. Masyarakat juga membayar untuk perusahaan dalam arti Goodwill atau Reputasi atau citra baik perusahaan di benak pelanggan maupun investor. Namun beberapa penelitian menunjukkan ketidakkonsistenan hasil. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mwangi & Jerotich (2013) pada perusahaan manufaktur sektor konstruksi yang listed di bursa efek Nairobi hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik tanggung jawab sosial perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Rahmawati et al. (2014) meneliti dampak dari manipulasi nyata pada hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan di masa depan. 27 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2008 terpilih sebagai sampel untuk penelitian ini. Studi ini memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang bergerak dalam praktik manipulasi nyata tidak mempengaruhi kegiatan CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat tinggi manipulasi nyata pada arus kas operasi menyebabkan efek negatif pada hubungan antara CSR dan kinerja keuangan.
6
Goss (2009) menemukan bahwa penerapan CSR di perusahaan berpengaruh negatif terhadap financial distress. Penelitian ini dimotivasi oleh pergeseran dalam konteks CSR terhadap keyakinan bahwa lingkungan, kinerja sosial dan tata kelola berfungsi sebagai proxy dan indikator utama kualitas manajemen secara keseluruhan. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Mecaj & Bravo (2014) juga menemukan pengaruh yang negatif CSR terhadap financial distress.
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Penelitian ini melalui beberapa tahapan sampai pada hasil penelitian, yaitu sebagai berikut : Gambar 2. Alur Penelitian Penelusuran Literature
Identifikasi Data Sekunder
Penentuan Sampel sesuai Kriteria Perhitungan Variabel Penelitian
1. 2. 3. 4. 5.
Metode Analisis (Warp PLS) : Konseptualisasi Model Menentukan metode analisis algorithm Menentukan metode resampling Path Analysis Evaluasi Model : Direct & Indirect Effect Output Penelitian : Robust Test
Analisa Hasil
Kesimpulan
Implikasi Teoritis dan Kebijakan
- Model Pengukuran Monetary CSR Value Added - Model Pengukuran Financial Distress Reduction - Optimalisasi CSR dalam mereduksi Financial distress dan peningkatan Financial Performance 7
3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak ketiga, melalui media perantara. Data sekunder tersebut meliputi buku referensi, literatur dan data yang diambil dari data yang dipublikasikan oleh www.bei.go.id, selain itu data juga diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data yang diambil adalah data laporan tahunan perusahaan dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai tahun 2014.
3.3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh Perusahaan yang masuk pada Indeks SRIKEHATI pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Indeks SRI KEHATI dibentuk oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) bekerjasama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengacu pada tata cara Sustainable and Responsible Investment (SRI), sehingga diberi nama Indeks SRI-KEHATI. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian. Peneliti menetapkan kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah: a. Perusahaan-perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan selama periode penelitian. b. Perusahaan yang dalam laporan keuangan dan laporan tahunan menyediakan data lengkap sesuai dengan variabel penelitian. c. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan selama periode penelitian.
3.4. Variabel Penelitian dan Dimensionalisasi Teoritis 3.4.1. Variabel Bebas ( Independent variabel ) Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini adalah Monetary CSR Value added. Monetary CSR Value added adalah pengukuran nilai moneter dari 8
aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan ditinjau dari besarnya manfaat yang diperoleh dari CSR dan biaya yang dikeluarkan CSR. Weber (2008) mengembangkan pengukuran Monetary CSR Value added adalah sebagai berikut : CSR
Monetary CSR Value added = ∑ (B n - C
CSR n
)*
1 (1+i)n
n=1
Dimana : n = period ; BCSR = CSR benefits ; CCSR = CSR costs ; i = discount rate CSR benefits = Peningkatan penjualan + Penghematan biaya internal + Pengurangan pajak. CSR costs = biaya donasi + biaya personil + biaya CSR berkelanjutan + biaya Investasi
3.4.2. Variabel Terikat (dependent variabel) Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan adalah kemampuan manajer perusahaan dalam mengelola aset dan modal perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran kienerja keuangan menggunakan Economic Value Added (EVA) yaitu laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba.
3.4.3. Variabel Mediasi (Mediating Variabel) Variabel yang memediasi dalam penelitian ini adalah reduksi financial distress. Financial Distress merupakan tahap dimana kondisi keuangan menurun sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Goss, 2009). Gordon L.V Springate telah melakukan penelitian dan menghasilkan model prediksi kebangkrutan. Model Springate menggunakan 4 rasio keuangan untuk memprediksi adanya potensi kesulitan keuangan dalam suatu perusahaan.
Model Springate ini dapat digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan dengan nilai keakurat 92,5 %. Model ini memiliki rumus sebagai berikut : 9
S = 1,03 A + 3,07 B+ 0,66 C + 0,4 D Dimana : A = Working capital / Total asset; B = Net profit before interest and taxes / Total asset; C = Net profit before taxes / Current liabilities; D = Sales / Total asset Jika skor yang didapat S > 0,862 maka perusahaan diklasifikasikan sehat dan jika skor S < 0,862 maka perusahaan diklasifikasikan berpotensi bangkrut.
Financial distress reduction adalah terjadinya penurunan kondisi financial distress. Dikatakan terjadi reduction (penurunan) pada financial distress jika nilai financial distress pada tahun saat ini lebih kecil dibandingkan nilai financial distress pada tahun sebelumnya (T < T-1), hal ini karena dalam menghitung nilai financial distress menggunakan model Springate, dimana semakin besar nilai financial distress berarti kondisi keuangan perusahaan turun dan kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Sehingga rumus untuk menghitung nilai financial distress reduction adalah sebagai berikut (dikembangkan untuk penelitian ini): Financial Distress = FT t-1 – FT t Dimana : ACR adalah agency cost reduction; FTt-1 adalah Financial Distress pada periode sebelumnya (t-1) dan FTt adalah Financial Distress pada periode saat ini (t)
3.4.4. Variabel Moderasi (Moderating Variabel) Variabel yang memoderasi dalam penelitian ini adalah pengelolaan resiko finansial (financial risk management). Pengelolaan resiko finansial adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pengukuran pengelolaan resiko finansial menggunakan net profit margin.
3.5. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan program WarpPLS versi 2.00 digunakan untuk menguji hipotesis (Latan & 10
Ghozali, 2012). Tahapan analisis menggunakan PLS-SEM setidaknya harus melewati lima proses tahapan yaitu yaitu konseptualisasi model, menentukan metode analisis algorithm, menentukan metode resampling, Menggambar diagram jalur. Selanjutnya adalah evaluasi model yang dilakukan dengan menilai hasil pengukuran model (measurement model). Evaluasi model mediasi dan Moderasi didasarkan menurut Baron & Kenny (1986) dan Kock (2011). Diagram jalur dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. Path Analysis Financial Performance
Monetary CSR Value Added Financial Risk Mng
Financial Distress Reduction Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini
3.6. Robustness Testing Robustness testing merupakan pengukuran tingkat sensivitas dari data yang digunakan dengan menggunakan pengukuran yang berbeda dari sebelumnya sehingga dapat diketahui apakah data yang digunakan konsisten hasilnya. Dalam penelitian ini dilakukan robustness testing karena pengukuran CSR dengan menggunakan monetary CSR value added merupakan alat ukur yang masih sangat jarang digunakan sebelumnya. Sehingga untuk melihat apakah pengukuran yang digunakan ini akurat atau tidak maka harus diuji dengan pengukuran lain yang sudah biasa digunakan untuk mengukur aktivitas CSR, dan diharapkan hasilnya konsisten. Untuk melakukan robustness testing dalam penelitian ini adalah dengan mengganti pengukuran monetary 11
CSR value added dengan pengukuran indeks pengungkapan CSR yang didasarkan pada ISO 26000.
4. Analisa Data dan Pembahasan 4.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai karateristikkarateristik variabel penelitian yang digunakan. Oleh karena itu penjelasan mengenai statistik deskriptif variabel penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Statistik Deskritif Variabel Penelitian
MCSRVA FDR FRM FP
N
Minimum
105 105 105 105
0,432432 56,38 -0,272953 0,518184
Maximum 0,945946 91,91 0,326724 3,817747
Mean 0,716953 76,14082 0,006854 1,271115
Std. Deviation 0,08577 7,430671 0,070836 0,600685
Sumber : data olahan digunakan dalam penelitian ini MCSRVA: Corporate Social Responsibility FDR : Financial distress reduction FRM : Financial Risk Management FP : financial performance
Dari tabel 4.1 mengenai statistik deskriptif variabel penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility (Indeks CSR) periode 2005-2011 memiliki rata-rata sebesar 0,716953 atau 72%, artinya perusahaan yang masuk dalam sampel rata-rata telah melakukan pengungkapan CSR sebanyak 72% atau 27 item dari total 37 item yang disyaratkan sesuai dengan ISO 26000.
12
Berdasarkan tabel 4.1, rata-rata skor corporate governance perception indeks (CGPI) adalah sebesar 76,14082 yang menunjukkan bahwa perusahaan dikategorikan dalam perusahaan yang terpercaya dalam tata kelola perusahaan (corporate governance) menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Rata-rata dari agency cost reduction dilihat dari tabel 4.1 yang dalam penelitian ini diproksikan dengan operating expenses ratio menunjukkan nilai sebesar 0,006854, hal ini menunjukkan penurunan agency cost dilihat dari ketidakefisienan dalam mengontrol biaya operasi oleh pihak manajer relatif rendah. Selanjutnya Tabel 4.1 juga menunjukkan nilai perusahaan (firm value) yang dalam hal ini diproksikan oleh tobins’Q. Nilai rata-rata tobins’Q adalah sebesar 1,271115. Perusahaan sampel memiliki rata-rata nilai tobins’Q di atas satu (>1) yang menunjukkan investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi.
4.2. Pengujian Hipotesis 4.2.1. Pengujian Pengaruh Corporate social responsibility terhadap Nilai Perusahaan 4.2.1.1. Pengujian Model Penelitian (direct effect) Untuk dapat menjawab hipotesis penelitian maka harus dilakukan pembuatan path analysis yang menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel eksogen yaitu CSR dan variabel endogen yaitu nilai perusahaan. Maka setelah melakukan run-test diperoleh path analysis sebagai berikut : 13
Gambar 4.1. Path Analysis Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan β = 0.28 (P <.01)
CSR
FP
Sumber : data olahan digunakan dalam penelitian ini
Dari gambar 4.1 di atas, menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel, corporate social responsibility (CSR) merupakan variabel independen yang mempengaruhi nilai perusahaan (FV) sebagai variabel dependen yang memiliki nilai path koefisien sebesar 0,28 dengan p-value <0,01, nilai perusahaan (FV) memiliki nilai R square sebesar 0,20.
4.2.1.2. Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Hasil pengujian Path coefficients dan P value untuk melihat besarnya koefisien dan tingkat signifikansi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Hasil Path coefficients dan P value Jalur CSR Nilai Perusahaan
Dirrect Effect Koefisien P-Value 0,281 0,007***
Sumber : data olahan digunakan dalam penelitian ini 14
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel CSR (CSR) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan sebesar 0,281 dan signifikan terhadap nilai perusahaan sebesar 0,007 (p < 0,01). Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model pertama menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis pertama (H1 diterima) yaitu CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
4.2.2. Pengujian Pengaruh Mediasi dan Moderasi 4.2.2.1. Pengujian Model Penelitian Untuk dapat menjawab hipotesis penelitian maka harus dilakukan pembuatan path analysis yang menggambarkan hubungan kausalitas baik hubungan mediasi maupun hubungan moderasi antar variabel. Maka setelah melakukan run-test diperoleh path analysis sebagai berikut : Gambar 4.2. Path Analysis Mediasi dan Moderasi CGPI
CSR
β = 0.27 (P<.01)
β = 0.12 (P=0.06)
β = 0.14 (P=0.03) β = -0.09 (P=0.10)
ACR
FV R2 = 0.20 β = 0.11 (P=0.04)
R2 = 0.04
15
Dari gambar 4.2 di atas, menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel, yaitu bahwa corporate social responsibility (CSR) merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi nilai perusahaan (firm value-FV) sebagai variabel endogen dengan nilai path koefisien sebesar 0,27 dan p-value sebesar <0,01 dan nilai perusahaan (FV) memiliki nilai R-Square 0,20. Hubungan CSR dengan FV yang dimediasi oleh agency cost reduction (ACR) ditunjukkan dengan path koefisien sebesar 0,14 dan p-value sebesar 0,03. Corporate governance perception indeks (CGPI) memoderasi hubungan antara corporate social responsibility (CSR) dengan agency cost reduction (ACR) ditunjukkan dengan path koefisien sebesar -0,09 dan p-value sebesar 0,10. Corporate governance perception indeks (CGPI) juga memoderasi hubungan antara corporate social responsibility (CSR) dengan nilai perusahaan (FV) dengan path koefisien sebesar 0,12 dan p-value sebesar 0,06.
4.2.2.2. Pengujian Pengaruh Mediasi Agency Cost Reduction dalam hubungan Corporate social responsibility dengan Nilai Perusahaan Untuk dapat menjawab hipotesis pengaruh mediasi pada hipotesis keempat yaitu pengaruh mediasi agency cost reduction dalam hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan maka harus melalui tahapan menguji hipotesis kedua dan ketiga terlebih dahulu. Hasil pengujian Path coefficients dan P value untuk melihat besarnya koefisien dan tingkat signifikansi adalah sebagai berikut :
16
Tabel 4.6. Hasil Path coefficients dan P value Jalur
Dirrect Effect Koefisien P-Value
CSR Agency cost Reduction Agency Cost Reduction Firm value CSR Firm Value 0,281 0,007*** Sumber : data olahan digunakan dalam penelitian ini
Indirrect Effect Koefisien P-Value 0,145 0,030** 0,114 0,036** 0,272
0,006***
Dari Tabel 4.6 menunjukkan hasil pengujian bahwa koefisien direct effect CSR (CSR) terhadap nilai perusahaan (firm value-FV) pada model (1) adalah sebesar 0,281 dan signifikan pada 0.007 (p < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa syarat pertama untuk menjadi variabel mediasi terpenuhi yaitu koefisien CSR FV (jalur c) signifikan. Hasil pengujian indirect effect menunjukkan bahwa koefisien jalur CSR (CSR) terhadap agency cost reduction (ACR) adalah sebesar 0,145 dan signifikan pada 0.030 (p < 0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) diterima yaitu bahwa CSR berpengaruh signifikan positif terhadap agency cost reduction. Hasil ini menunjukkan bahwa syarat untuk menjadi variabel mediasi terpenuhi yaitu koefisien CSR ACR (jalur a) adalah signifikan. Selanjutnya koefisien jalur penerapan agency cost reduction (ACR) terhadap nilai perusahaan (FV) adalah sebesar 0,114 dan signifikan pada 0.036 (p < 0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H3) diterima yaitu bahwa agency cost reduction berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa
17
syarat untuk menjadi variabel mediasi terpenuhi yaitu koefisien ACR FV (jalur b) adalah signifikan. Hasil pengujian CSR (CSR) terhadap nilai perusahaan (FV) menunjukkan bahwa koefisien indirect effect adalah sebesar 0,272 dan signifikan pada 0.006 (p < 0.05). Hasil menunjukkan bahwa koefisien indirect effect CSR FV (jalur c”) turun menjadi 0,272 dari 0,281 (jalur c” < c) namun tetap signifikan. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa agency cost reduction memediasi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat (H4) diterima yaitu bahwa agency cost reduction memediasi hubungan antara corporate social responsibility dengan nilai perusahaan.
4.2.2.3. Pengujian Pengaruh Moderasi Kualitas Tata Kelola Perusahaan terhadap Corporate social responsibility dengan Agency Cost Reduction Pengujian hipotesis kelima (H5) yaitu untuk menguji pengaruh moderasi kualitas tata kelola perusahaan (CGPI) terhadap corporate social responsibility (CSR) dengan agency cost reduction (ACR). Untuk menjawab pengaruh moderasi pada hipotesis kelima (H5) maka akan dilakukan analisis hasil Path coefficients dan P value untuk melihat besarnya koefisien dan tingkat signifikansi, yaitu dinyatakan sebagai variabel pemoderasi jika hasil pengujian setelah interaksi variabel pemoderasi signifikan (Kock, 2011). Hasil pengujian adalah sebagai berikut:
18
Tabel 4.7. Hasil Path coefficients dan P value
Konstruk
Koefisien
CSR ACR CGPI*CSR ACR
P-Value
0,145
0,030**
-0,093
0,097*
Sumber : data olahan digunakan dalam penelitian ini Hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.7 tersebut menunjukkan bahwa koefisien interaksi antara kualitas tata kelola perusahaan dan corporate social responsibility (CGPI*CSR) adalah signifikan dengan p-value 0,097 (sig <0,10) namun memiliki koefisien jalur sebesar -0,093. Hasil tersebut menunjukkan nilai p-value signifikan, namun memiliki arah path koefisien yang negatif yang artinya moderasinya bersifat memperlemah atau dapat dikatakan moderasi negatif, hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu kualitas tata kelola perusahaan memoderasi positif hubungan antara CSR dengan agency cost reduction, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis kelima (H5) ditolak yaitu bahwa kualitas tata kelola perusahaan tidak memoderasi positif hubungan corporate social responsibility dengan agency cost reduction.
4.2.2.4. Pengujian Pengaruh Moderasi Kualitas Tata Kelola Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility dengan Nilai Perusahaan
19
Pengujian hipotesis keenam (H6) yaitu untuk menguji pengaruh moderasi kualitas tata kelola perusahaan terhadap corporate social responsibility (CSR) dengan nilai perusahaan (firm value -FV). Hasil pengujian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Hasil Path coefficients dan P value Konstruk
Koefisien
P-Value
CSR firm value
0,272
0,006***
CGPI*CSR firm value
0,124
0,063**
Sumber : data olahan digunakan dalam penelitian ini
Hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.8 tersebut menunjukkan bahwa koefisien interaksi antara kualitas tata kelola perusahaan dan corporate social responsibility (CGPI*CSR) adalah signifikan dengan p-value 0,063 (sig <0,10) dan koefisien jalur sebesar 0,124. Karena nilai p-value signifikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis keenam (H6) diterima yaitu bahwa kualitas tata kelola perusahaan memoderasi hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan.
5. Pembahasan Dan Temuan Penelitian 5.2. Pengujian Pengaruh Corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan
20
Pengujian hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa corporate social responsibility berpengaruh positif dan signifkan dengan nilai perusahaan berhasil dibuktikan dalam penelitian ini atau dengan kata lain hipotesis penelitian pertama berhasil diterima. Dengan perusahaan menerapkan CSR maka perusahaan telah meminimalisasi biaya yang mungkin timbul dikarenakan perusahaan harus bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berdampak pada stakeholder yang dapat melanggar ketentuan hukum dan pada akhirnya akan menyebabkan keluarnya biaya yang lebih besar karena adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa corporate social responsibility merupakan salah satu penyebab yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pengungkapan aktivitas perusahaan berkaitan dengan CSR merupakan aktivitas perusahaan yang dapat memberikan sinyal positif pada pasar bahwa perusahaan yang telah melakukan aktivitas CSR menandakan bahwa secara internal pengelolaan perusahaan telah dilakukan dengan baik. Sinyal positif inilah yang diharapkan akan direspon positif oleh pasar sehingga dapat mempengaruhi keputusan investor yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga bisa dijelaskan dengan menggunakan impression management theory yaitu CSR merupakan strategi perusahaan yang digunakan sebagai pembentuk citra dan reputasi perusahaan. Dengan melakukan impression management maka citra perusahaan akan terbentuk dan dapat meningkatkan reputasi perusahaan,
21
sehingga dapat direspon positif oleh investor sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Orlitzky et al [4], Brine et al [9], Hamman et al [5] dan Brine et al [9] yang menemukan bahwa corporate social performance memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
5.3. Pengujian Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agency Cost Reduction Hasil penelitian ini sesuai dengan agency theory dari sudut pandang the conflictresolution hypothesis yang menyatakan bahwa perusahaan menggunakan CSR sebagai kegiatan untuk mengurangi potensi konflik (agency problem) antara manajemen puncak dan berbagai pihak termasuk shareholder, Harjoto [13]. CSR dapat mereduksi agency cost karena keterlibatan stakeholder ditingkatkan melalui CSR dan asimetri informasi berkurang, karena peningkatan transparansi melalui pelaporan nonkeuangan. Perilaku oportunistik manajer akan dibatasi dengan aktivitas CSR melalui keterlibatan stakeholder, sehingga dapat mengurangi perilaku pemaksimalan kepentingan oleh manajer yang tentunya akan dapat mengurangi potensi konflik antara manajer dan prinsipal. Penelitian ini mendukung dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Webb [22] dan Cheng [20], yang menyatakan bahwa corporate social responsibility sebagai aktivitas yang dapat mereduksi agency cost.
22
5.4. Pengujian Pengaruh Agency Cost Reduction terhadap Nilai Perusahaan Hasil penelitian untuk hipotesis ketiga menujukkan bahwa agency cost reduction secara positif dan signifikan meningkatkan nilai perusahaan. Berarti semakin besar nilai pengurangan pada agency cost (agency cost reduction) maka akan berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi (agency theory) yang didasari dari adanya agency problem. Agency problem muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen, masing-masing pihak ingin memaksimalkan kepentingannya yang menyebabkan manajer berperilaku oportunistik yang bertentangan dengan tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai pemegang saham, sehingga kebijakan perusahaan yang diambil oleh manajer dapat menyebabkan pada pengambilan keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham yang menginginkan maksimalisasi nilai perusahaan yang berarti pada maksimalisasi kesejahteraan pemegang saham. Kondisi tersebut yang mendasari timbulnya agency cost yang dapat menurunkan nilai perusahaan. Jika konflik ini mampu diselesaikan yang ditandai dengan adanya penurunan agency cost itu sendiri tentunya akan mengurangi beban perusahaan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat memaksimalkan kepentingan dari pemegang saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang antara lain telah dilakukan oleh Wang [11], hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya agen memiliki hubungan terbalik dalam mempengaruhi arus operasi kas jangka pendek, sehingga melemahkan nilai jangka panjang perusahaan. Penelitian ini juga didukung oleh 23
Wright et al. [27], Fachrudin [28], Xiao [26], yang menyatakan adanya pengaruh agency cost pada peningkatan kinerja dan nilai perusahaan.
5.5. Pengujian Peran Agency Cost Reduction sebagai Mediator Hubungan antara Corporate Social Responsibility dengan Nilai Perusahaan Pengaruh mediasi agency cost reduction terhadap corporate social responsibility dengan firm value di atas sesuai dengan agency theory dari sudut pandang the conflictresolution hypothesis yang menyatakan bahwa perusahaan menggunakan CSR sebagai kegiatan untuk mengurangi potensi konflik (agency problem) antara manajemen puncak dan berbagai pihak termasuk shareholder, yang akhirnya bisa meningkatkan nilai perusahaan, Harjoto [13]. Menurut Cheng et al. [20], keterlibatan stakeholder yang ditingkatkan melalui CSR akan mengurangi asimetri informasi karena transparansi ditingkatkan melalui pelaporan non keuangan. Asimetri informasi dapat terjadi dalam hubungan antara principal dan agent, karena dalam teori agensi, agent dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap dibandingkan dengan principal, sehingga asimetri informasi merupakan salah satu agency problem, yang dapat diatasi melalui CSR.
5.6. Pengujian Peran Moderasi Kualitas Tata Kelola Persusahaan terhadap Corporate Social Responsibility dengan Agency Cost Reduction Hasil penelitian pada perhitungan hipotesis kelima ditolak, yaitu bahwa kualitas tata kelola perusahaan tidak memoderasi positif hubungan corporate social 24
responsibility terhadap agency cost reduction. Nilai koefisien jalur menunjukkan bahwa hasilnya adalah bahwa kualitas corporate governance memoderasi namun sifatnya memperlemah hubungan antara corporate social responsibility terhadap agency cost reduction, hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien jalur yang negatif dan signifikan. Pengaruh moderasi kualitas tata kelola perusahaan yang memperlemah hubungan corporate social responsibility terhadap agency cost reduction dapat dijelaskan dengan fungsi tata kelola perusahaan (corporate governance) sebagai mekanisme monitoring. Tata kelola perusahaan sebagai mekanisme monitoring adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pengaruh moderasi kualitas tata kelola perusahaan yang memperlemah hubungan corporate social responsibility terhadap agency cost reduction dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory dari sudut pandang berdasarkan the over-investment hypothesis, yang menyatakan bahwa bagi sebagian perusahaan CSR dilakukan dengan melakukan investasi yang berlebihan (over investment), Harjoto [13]. Pada saat CSR digunakan sebagai strategi perusahaan untuk menekan perilaku oportunistik manager sehingga dapat menekan agency cost, pada saat yang sama diasumsikan biaya yang diinvestasikan untuk biaya CSR semakin besar dan hal inilah yang dihindari oleh perusahaan yang memiliki kualitas corporate governance yang baik. Perusahaan mengasumsikan dengan adanya CSR yang semakin tinggi berarti menandakan biaya yang lebih besar yang dapat menurunkan kekayaan pemegang saham dan akan berdampak pada menurunnya nilai perusahaan.
25
Kualitas corporate governance tercipta untuk dapat memonitoring perilaku oportunistik manajer sehingga dapat mereduksi agency cost, sehingga pada saat CSR digunakan strategi perusahaan yang dapat mereduksi agency cost, maka CSR dianggap sebagai tambahan biaya yang dianggap dapat mengurangi kekayaan pemegang saham. Sehingga semakin baik kualitas corporate goveranance maka akan memperlemah pengaruh CSR terhadap agency cost reduction.
5.7. Pengujian Peran Moderasi Kualitas
Tata Kelola Perusahaan terhadap
Corporate Social Responsibility dengan Nilai Perusahaan Hasil pengujian hipotesis keenam menujukkan bahwa kualitas corporate governance memperkuat hubungan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan menggunakan monitoring effect theory. Monitoring effect theory menjelaskan bahwa dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) salah satunya adalah dengan adanya struktur kepemilikan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai perusahaan. Karena dengan adanya good corporate governance maka akan menghasilkan fungsi pengawasan (monitoring) yang baik terhadap kinerja manajerial sehingga perusahaan akan mencegah manajer untuk melakukan investasi negatif yang dapat menurunkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa corporate social responsibility memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga dengan semakin baiknya corporate governance maka akan
26
didukung aktivitas corporate social responsibility yang memberikan dampak pada investasi positif terhadap peningkatan nilai perusahaan (Sarens, 2011 dan Lin, 2007). Corporate governance yang efektif memaksa manajer untuk bertindak demi kepentingan terbaik pemegang saham. Di bawah tata kelola yang efektif, manajer memanfaatkan keterlibatan CSR untuk menyelesaikan konflik antara para pemangku kepentingan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Oleh karena itu, keterlibatan CSR akan berhubungan positif dengan adanya mekanisme corporate governance yang efektif karena dapat mengurangi konflik kepentingan antara berbagai pihak, yang pada akhirnya akan menyebabkan kinerja perusahaan lebih baik (Jo dan Kim, 2008). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rustiarini [46] menguji pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai variabel moderating. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlela et al. [47].
6.
Kesimpulan dan Rekomendasi
6.1. Kesimpulan Kontribusi utama dalam penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa CSR bukan hanya sebagai bentuk tanggung jawab moral perusahaan terhadap stakeholder saja namun lebih dari itu, CSR merupakan strategi perusahaan yang dapat menjadi resolution conflict yang mampu mengurangi agency problem, sehingga dapat mengurangi agency cost dan meningkatkan nilai perusahaan. CSR juga merupakan strategi impression management bagi perusahaan dalam membentuk reputasi dan citra 27
perusahaan sehingga dapat menjadi penciptaan nilai (value creation) yang dapat menjadi signal positif bagi investor dan pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan model penelitian empiris yang telah dikembangan dalam penelitian ini, maka masalah penelitian (research problem) yang telah diajukan dapat dijustifikasi dengan penjelasan hasil pengujian yaitu bahwa corporate social responsibility dapat meningkatkan nilai perusahaan secara langsung (direct effect). Peran agency cost reduction sebagai variabel mediasi menujukkan bahwa CSR dapat mereduski agency cost, hal ini menunjukkan CSR dapat digunakan sebagai strategi perusahaan yaitu perusahaan telah melibatkan kepentingan stakeholder dalam strategi perusahaan, maka akan mengekang perilaku oportunistik dari manajer sehingga manajer akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak akan merugikan perusahaan. Dengan mengfungsikan CSR sebagai resolution conflict yang dapat mereduksi agency cost dapat memberikan implikasi yang lebih baik pada peningkatan nilai perusahaan. Hasil ini dapat menjadi penyelesaian permasalahan ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya pada pengaruh langsung (direct effect) CSR terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya mekanisme monitoring dengan kualitas tata kelola yang baik akan memperlemah pengaruh CSR terhadap agency cost reduction. Hal tersebut diatas dapat terjadi karena tata kelola perusahaan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menjalankan mekanisme monitoring. Oleh karena itu semakin baik kualitas tata kelola perusahaan maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan. Hasil tersebut berbeda dengan pada saat memposisikan peran kualitas tata kelola perusahaan dalam 28
memoderasi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan yang memberikan hasil bahwa peran kualitas tata kelola perusahaan akan memperkuat CSR pada saat CSR secara langsung dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perbedaan peran kualitas tata kelola perusahaan tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin baik peran kualitas tata kelola perusahaan maka akan meningkatkan hubungan CSR dalam peningkatan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa corporate social responsibility sebagai strategi perusahaan dan corporate governance sebagai konsep monitoring mempunyai fungsi substitusi terhadap penurunan agency cost. Temuan ini akan memperkuat penyataan bahwa corporate social responsibility memiliki dampak yang positif bagi perkembangan perusahaan. Hasil penelitian ini dapat memberikan bukti kepada perusahaan-perusahaan yang masih menentang pelaksanaan corporate social responsibility karena menganggap CSR sebagai biaya yang dapat mengurangi laba perusahaan sehingga dapat merugikan kepentingan shareholder. Pernyataan tersebut didukung dari perspektif teori efficient market hyphothesis dan nilai perusahaan (value of the firm), bahwa kepedulian perusahaan dalam pelaksanaan CSR secara berkelanjutan akan mendapat respon positif dari para investor pasar modal terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan. Pelaku pasar menilai bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki kepedulian sosial secara berkelanjutan memiliki reputasi yang baik dan peluang bertumbuh atau invesment opportunity set yang lebih baik dibanding perusahaan yang tidak memilikinya [48].
29
6.2. Agenda Penelitian Mendatang Karena masih adanya keterbatasan dalam penelitian ini maka untuk mengatasinya agenda penelitian mendatang (future research) dapat diajukan variasi model empiris penelitian yang lain karena dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa corporate social responsibility merupakan substitusi dari corporate governance sebagai mekanisme monitoring, dimungkinkan pada penelitian mendatang corporate social responsibility dan corporate governance digunakan sebagai variabel independen yang dapat mereduksi agency cost dan meningkatkan firm value, sehingga dengan memposisikan keduanya sebagai variabel independen dapat diperoleh hasil mana dari corporate social responsibility dan corporate governance yang lebih dapat menjadi pengekang perilaku oportunistik manajer.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. & kenny, D. (1986). The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic and Statistical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology, 51(6): 1173-1182. Brine, M., Brown & Hackett G. (2009). Corporate social responsibility and financial performance in the Australian context. Corporations and Financial Services Division, the Australian Treasury. Carmen, P., M. Rosa & Lisa G.J. (2011). Do the Best European Socially Responsible Companies Perform Better Financially? Center for Studies and Research in Humanities, Business Economic Departement. Flammer, Caroline. (2013). Does Corporate Social Responsibility Lead to Superior Financial Performance? A Regression Discontinuity Approach. Financial Support from MIT Sloan School of Management, Cambridge. 30
Freeman, et al. (2004). Stakeholder Theory and The Corporate Objective Revisited. Organization Science 15(3), pp. 364–369. Goss, A. (2009) Corporate Social Responsibility and Financial Distress. ASAC, Niagara Falls. Iqbal, Nadeem, Naveed Ahmad & Naqvi Hamad. (2014). Corporate Social Responsibility and Its Possible Impact On Firm’s Financial Performance In Banking Sector Of Pakistan. Arabian Journal of Business and Management Review (OMAN Chapter), Vol. 3, No.12. Kock, N. (2011). Using WarpPLS in e-Collaboration Studies: Mediating Effects, Control and Second Order Variables, and Algorithm Choices. International Journal of e-Collaboration, 7(3), 1-13, July-September. Latan, H & Ghozali, I. (2012). Partial Least Squares : Konsep, Metode dan Aplikasi Menggunakan Program WarpPLS2.0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Levine, M.A. (2008) The Benefits of Corporate Social Responsibility. New York Law Journal, August 13. Mecaj, Arjola & María Isabel González Bravo. 2014. CSR Actions and Financial Distress: Do Firms Change Their CSR Behavior When Signals of Financial Distress Are Identified? Modern Economy Scientific Research Vol. 5, pp. 259271 Mwangi, Cyrus Iraya & Oyenje Jane J. (2012). The Relationship between Corporate Social Responsibility Practices and Financial Performance of Firms in the Manufacturing, Construction and Allied Sector of the Nairobi Securities Exchange. International Journal of Business, Humanities and Technology, Vol. 3 No. 2, 81-90. Poddi, L., & Vergalli, S. (2009). Does Corporate Social Responsibility Affect the Performance of Firms? Institution and Markets Series, Perugia. Rahmawati, Setyaningtyas Honggowati & Edy Supriyono. (2014). The Effect of Corporate Social Responsibility on Financial Performance with Real Manipulation as a Moderating Variable. International Journal of Management, Economics and Social Sciences 2014, Vol. 3(2), pp.59 –78. Spicer, B. H. (1978). Investors, Corporate Social Performance and Information Disclosure: An Empirical Study. Accounting Review, 53: 94–110. 31
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.http://bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%2 0Perseroan%20Terbatas.pdf Wang, Y.G. (2011). Corporate Social Responsibility and Stock Performance Evidence from Taiwan. Modern Economy, 2, 788-799. Weber, Manuela. (2008). The Business Case for Corporate Social Responsibility: A Company – Level Measurement Approach for CSR. European Management Journal, No. 26, pp. 247-261. Weshah, Sulaiman R., Ahmad A. D. & Mohammed R. & Emma S. (2012). The Impact of Adopting Corporate Social Responsibility on Corporate Financial Performance: Evidence from Jordanian Banks. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 4 No. 5, pp. 34-44, September.
32
33