OPTIMALISASI KARDUS BEKAS SEBAGAI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP
Naskah Publikasi Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika
Disusun Oleh : KHUSNIYATI WAHYUNI A 410 090 052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
OPTIMALISASI KARDUS BEKAS SEBAGAI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Oleh Khusniyati Wahyuni1 dan Sutama2 1
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,
[email protected]
2
Staf Pengajar Pendidikan Matematika UMS Surakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian, ditujukan untuk mendeskripsikan peningkatan komunikasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun 2012/2013 setelah dilakukan pembelajaran melalui optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga. Penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian, siswa kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 5 Surakarta sebanyak 31 siswa. Obyek penelitian, komunikasi dan hasil belajar matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, metode tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian, ada peningkatan komunikasi dan hasil belajar matematika yang dapat dilihat dari meningkatnya indikator komunikasi dan hasil belajar matematika yang meliputi : 1) berani menyampaikan pendapat sebelum tindakan 16,13% dan putaran II 70,96%, 2) menulis soal atau jawaban sebelum tindakan 29,03% dan putaran II 83,87%, 3) menggambar untuk memperjelas soal sebelum tindakan 19,35% dan putaran II 74,19%, 4) menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan dengan pemecahan masalah sebelum tindakan 9,67% dan putaran II 54,83%, dan 5) siswa yang nilainya mencapai KKM sebelum tindakan 48,38% dan putaran II 93,54%. Simpulan penelitian, optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika. Kata kunci : komunikasi, hasil belajar, alat peraga Pendahuluan Komunikasi dan hasil belajar matematika itu penting. Komunikasi matematika mencakup komunikasi tertulis maupun lisan atau verbal. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika (Ali Mahmudi, 2009 : 3).
Komunikasi matematika berdampak pada hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika penting. Hal ini karena dengan matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif serta sebagai alat penyelesaian permasalahan dalam kehidupan nyata. Belajar matematika sebagai suatu wahana yang memfasilitasi kemampuan bernalar, berkomunikasi dan peningkatan kepercayaan diri dalam bermatematika. Hasil observasi awal kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Muhammadiyah 5 Surakarta kelas VIIIA yang terdiri dari 31 siswa ( laki-laki sebanyak 17 siswa dan perempuan sebanyak 14 siswa ) belum sesuai harapan. Siswa yang berani menyampaikan pendapat sebanyak lima siswa (16,13%), siswa yang sering menulis soal atau jawaban sebanyak sembilan siswa (29,03%), siswa yang mampu menggambar untuk memperjelas soal sebanyak enam siswa (19,35%), siswa yang mampu menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan dengan pemecahan masalah sebanyak tiga siswa (9,67%) dan siswa yang tuntas dengan nilai mencapai KKM sebanyak 15 siswa (48,38%). Dari data tersebut dapat disimpulkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII A masih rendah. Akar penyebab permasalahan komunikasi dan hasil belajar matematika diatas dapat bersumber dari banyak faktor. Salah satu diantaranya yaitu bersumber dari guru, siswa, media pembelajaran ataupun lingkungan belajar. Faktor dominan berasal dari media pembelajaran. Kurangnya media pembelajaran yang menarik dikelas seperti komputer, LCD, maupun alat peraga matematika berpengaruh pada komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika. Proses pembelajaran akan menarik dan tidak membosankan jika dapat memanfaatkan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Salah satu alternatif yang digunakan adalah media pembelajaran dengan menggunakan alat peraga matematika. Pada saat menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga dapat mencapai hasil yang baik (Nana Sudjana, 2000 : 104). Dalam hal ini, alat peraga yang akan digunakan terbuat dari kardus bekas.
Keunggulan dari media pembelajaran dengan mengoptimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga yaitu 1) dapat dibuat oleh guru maupun siswa, 2) relatif mudah pengerjaannya, 3) biaya pembuatan yang cukup murah, dan 4) mendaur ulang kardus bekas. Selain itu, alat peraga ini merupakan alat visual tiga dimensi sehingga siswa dapat mengamati dan memegangnya serta mampu mencegah kebosanan siswa dalam belajar. Berdasarkan
keunggulan
dari
media
pembelajaran
dengan
mengoptimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga diduga 1) dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi
matematika
bagi
siswa
kelas
VIIIA
SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta, dan 2) dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komunikasi dan hasil belajar matematika. Secara khusus terdapat dua tujuan dalam penelitian ini. (1) Mendiskripsikan peningkatan komunikasi matematika bagi siswa kelas VIIIA semester 2 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 melalui optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga. (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VIIIA semester 2 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 melalui optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga.
Metode Penelitian Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Wijaya K. dan Dedi D., 2011 : 9). Proses PTK yaitu dialog awal, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan penyimpulan. Menurut Sutama (2010 : 18) bahwa karakteristik PTK secara garis besar, yaitu (a) mengkaji permasalahan situasional dan kontekstual, (b) adanya tindakan, (c) adanya evaluasi terhadap tindakan, (d) pengkajian terhadap tindakan, (e) adanya kerjasama, dan (f) adanya refleksi. Penelitian ini dilakukan
dua putaran selama 6 bulan, yaitu Oktober 2012 hingga Maret 2013. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 5 Surakarta sebanyak 31 siswa. Sedangkan obyek penelitian adalah komunikasi dan hasil belajar matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, metode tes, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Menurut Arikunto (2010 : 272) dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen yang berisi tentang kejadian atau tingkah laku yang akan dilakukan. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur. Menurut Kusnandar (2011 : 128), data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktifitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Menurut Sukmadinata (2005 : 104) keabsahan data dapat dilakukan melalui obsevasi secara terus menerus, triangulasi sumber, metode, dan penelitian lain, pengecekan anggot, diskusi teman sejawat, dan pengecekan referensi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Proses pembelajaran dengan optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga dilakukan dalam lima tahap. 1) orientasi siswa pada situasi masalah, 2) mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Menurut Juprani (2012), langkah-langkah pembelajaran dengan bantuan alat peraga ada tujuh tahap. 1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dikelas, 2) melaksanakan pembelajaran menggunakan metode bervariasi, 3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, 4) setiap kelompok bertanya jawab tentang kegunaan rangka manusia berdasarkan LKS yang dibagikan guru, 5) membimbing
siswa dalam menentukan fungsi dari setiap rangka manusia di dalam kelompoknya, 6) diskusi tentang rangka manusia dan kegunaannya, 7) evaluasi dan tindak lanjut. Proses pembelajaran pada tindakan putaran I, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Pembagian kelompok dipilih sendiri oleh siswa. Setiap anggota kelompok diberi modul materi dan alat peraga matematika. Pada tindakan putaran II, proses pembelajaran sama dengan putaran I dengan menggunakan alat peraga dan bekerja secara berkelompok. Namun, pembagian kelompok ditentukan oleh guru berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada putaran I. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi tentang materi dengan bantuan alat peraga. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Guru memberikan penguatan dan bersama-sama siswa membuat kesimpulan. Pembelajaran matematika dengan optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga dapat meningkatkan komunikasi belajar siswa. Data peningkatan komunikasi belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1 Data Komunikasi Matematika Komunikasi Belajar Matematika Berani menyampaikan pendapat Menulis soal atau jawaban
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
5 siswa (16,13%) 9 siswa (29,03%)
11 siswa (35,48%) 16 siswa (51,61%)
22 siswa (70,96%) 26 siswa (83,87%)
Menggambar untuk memperjelas soal
6 siswa (19,35%)
13 siswa (41,93%)
23 siswa (74,19%)
Menjelaskan konsepkonsep yang berkaitan dengan pemecahan masalah
3 siswa (9,67%)
8 siswa (25,8%)
17 siswa (54,83%)
Prosentase (%)
Berani Menyampaikan Pendapat
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Menulis Soal atau Jawaban Menggambar untuk Memperjelas Soal Menjelaskan Konsep yang Berkaitan dengan Pemecahan Masalah
Kondisi Awal
Putaran I
Putaran II
Tindakan Gambar 1 Peningkatan Komunikasi Matematika Hasil analisis data kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 5 Surakarta sebanyak 31 siswa, pada kondisi awal terlihat bahwa siswa yang berani menyampaikan pendapat sebanyak 5 siswa (16,13%). Pada tindakan putaran I menjadi 11 siswa (35,48%) dan pada tindakan putaran II menjadi 22 siswa (70,69%). Siswa yang mampu dan sering menulis soal atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru pada kondisi awal sebanyak 9 siswa (29,03%). Pada tindakan putaran I menjadi 16 siswa (51,61%). Pada tindakan putaran II meningkat menjadi 26 siswa (83,87%). Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan komunikasi dan hasil belajar matematika. Budhi Citra Wati (2012) yang menyimpulkan bahwa penerapan strategi guided teaching dengan metode generative learning dalam pembelajaran matematika telah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Hasil yang diperoleh dari tindakan kelas, siswa yang mampu menggambar untuk memperjelas soal mengalami peningkatan. Sebelum tindakan siswa yang mampu menggambar untuk memperjelas soal tercatat sebanyak 6 siswa (19,35%), pada putaran I sebanyak 13 siswa (41,93%), dan pada putaran II sebanyak 23 siswa (74,19%). Ristanto (2012), menyatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif College Ball dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kedisiplinan
dan komunikasi matematika. Kroll dan Halaby (dalam Kosko) mengidentifikasi manipulasi sebagai hal yang penting dalam mengembangkan keterampilan menulis dalam matematika. Mereka mengidentifikasi menulis dalam matematika sebagai proses perkembangan yang panjang. Jadi manipulasi digunakan untuk memperkenalkan siswa pada gagasan penulisan dan diskusi dalam matematika. Hasil yang diperoleh dari tindakan kelas, siswa yang mampu menjelaskan konsep matematika yang berkaitan dengan pemecahan masalah mengalami peningkatan. Sebelum tindakan siswa yang mampu menjelaskan konsep yang berkaitan dengan pemecahan masalah tercatat sebanyak 3 siswa (9,67%), pada putaran I sebanyak 8 siswa (25,8%), dan pada putaran II sebanyak 17 siswa (54,83%). Komunikasi matematika mencakup komunikasi tertulis maupun lisan atau verbal. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika (Ali Mahmudi, 2009 : 3). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematika mengalami peningkatan yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ria Rustikaningrum Murti Astuti (2013) menyimpulkan bahwa komunikasi berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika. Artinya semakin tinggi komunikasi siswa, maka semakin tinggi kecenderungan siswa untuk mencapai prestasi belajar matematika yang tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan dukungan hasil penelitian oleh Lipeikiene (2009) yang menyimpulkan bahwa komunikasi matematika digunakan dalam berbagai aspek dan level. Hasil belajar matematika dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas dengan nilai mencapai lebih dari sama dengan KKM 70. Peningkatan diuraikan singkat dibawah.
Tabel 2 Data Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Nilai ≥ KKM 70
15 siswa (48,38%)
25 siswa (80%)
29 siswa (93,54%)
Prosentase (%)
Hasil Belajar Matematika
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Nilai ≥ KKM 70
Kondisi Awal
Putaran I
Putaran II
Tindakan
Gambar 2 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pelajaran. Hasil belajar digunakan guru untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran melalui sistem skoring hingga mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hasil penelitian Dony Farizandy (2010) mendukung penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar matematika setelah menggunakan strategi Group Investigation yang berbantu alat peraga. Sebelum tindakan penelitian siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 15 siswa (48,38%). Pada putaran I siswa memperoleh nilai ≥ 70 menjadi sebanyak 25 siswa (80%), sedangkan pada putaran II siswa memperoleh nilai ≥ 70 meningkat sebanyak 29 siswa (93,54%). Hasil penelitian oleh Tella (2007) yang menyimpulkan bahwa prestasi akademik peserta didik sekolah menengah berbeda secara signifikan berdasarkan tingginya motivasi belajar mereka. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Fajar Sarjuningsih. Fajar Sarjuningsih (2012) menyimpulkan bahwa penggunaan strategi Quick on the
Draw dengan memanfaatkan alat peraga dapat meningkatkan komunikasi matematika dalam pembelajaran matematika.
Simpulan Proses pembelajaran dengan optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga dilakukan dalam lima tahap. 1) orientasi siswa pada situasi masalah, 2) mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Proses pembelajaran matematika dengan optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika. Peningkatan komunikasi dan hasil belajar matematika diuraikan dibawah ini. Peningkatan komunikasi belajar matematika yaitu (1) siswa yang berani menyampaikan
pendapat dari sebelum tindakan hingga putaran II meningkat
sebesar 54,83%, (2) siswa yang sering dan mampu menulis soal atau jawaban meningkat sebesar 54,84%, (3) siswa yang mampu menggambar untuk memperjelas soal meningkat 54,84%, dan (4) siswa yang mampu menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan dengan pemecahan masalah dari sebelum tindakan hingga putaran II meningkat 45,16%. Peningkatan komunikasi belajar matematika mengakibatkan peningkatan hasil belajar matematika. Peningkatan hasil belajar matematika yaitu yang tuntas mencapai KKM dari sebelum tindakan sebanyak 15 siswa (48,38%), putaran I 25 siswa (80%), dan pada putaran II sebanyak 29 siswa (93,54%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan sejumlah saran terhadap kepala sekolah, guru matematika, dan peneliti selanjutnya. Saran terhadap kepala sekolah, hendaknya
menindaklanjuti
optimalisasi kardus bekas sebagai alat peraga dalam proses pembelajaran. Guru matematika hendaknya menerapkan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan siswa tidak bosan selama pembelajaran. Saran kepada peneliti selanjutnya hendaknya
melakukan penelitian pada hal-hal yang belum dicapai secara maksimal dalam meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika. Selama pembuatan skripsi tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada 1) Drs. Sofyan Anif, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 2) Dra. Sri Sutarni, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
yang
telah
memberikan
kesempatan
untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3) Prof. Dr. Sutama, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan, dan dorongan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4) Sudarno, S.Pd dan Sri Lestari, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMP Muhammadiyah 5 Surakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan serta membantu dalam pelaksanaan penelitian. 5) Siswa siswi kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 5 Surakarta yang dengan keikhlasan bersedia menjadi subyek penelitian, terima kasih atas kerjasamanya. 6) Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Astuti, Ria Rustikaningrum Murti. 2013. Pengaruh Komunikasi, Fasilitas Belajar, Dan Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar Matematika Bilingual Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukoharjo. Skripsi. Surakarta : UMS (Tidak dipublikasikan) Farizandy, Dony. 2011. “Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa dengan Metode Cooperative Script dengan menggunakan Alat Peraga”. Skripsi. Surakarta : UMS (Tidak Dipublikasikan) Juprani. 2012. “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Terhadap Nilai Siswa Pada Mata Pelajaran Sains Kelas V”. http://www.blogjuprani.blogspot.com
Kosko, Karl W & Jesse L.M.Wilkins. “Mathematical Communication and Its Relation to the Frequency of Manipulative Use”. Vol. 5 No.2, http://www.iejme.com/index.html Kusnandar, 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks Lipeikiene, Joana. 2009. “A Wide Concept Of Mathematical Communication”. [Jurnal] Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta [Makalah Jurnal] Ristanto. 2012. “Peningkatan Kedisiplinan dan Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika melalui Strategi Aktif College Ball”. Skripsi. Surakarta : UMS (Tidak Dipublikasikan) Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Sutama. 2010. Penelitian Pendidikan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang : CV. Citra Mandiri Utama Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Bandung:Remaja Rosdakarya
Metode
Penelitian
Pendidikan.
Tella, Adedeji. 2007. “The Impact of Motivation on Student’s Academic Achievement and Learning Outcomes in Mathematics among Secondary School Students in Nigeria”. 3(2). 149-156 Wati, Budhi Citra. 2012. “Penerapan Strategi Guided Teaching dengan Metode Generative Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika”. Skripsi : UMS (Tidak Dipublikasikan)