TUGAS AKHIR
Optimalisasi infrastruktur jaringan Tegangan Menengah 20 KV untuk media Komunikasi data AMR di Kawasan Pelayanan Prima (KPP) Pondok Indah Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh : Nama
: Rudi Mulyadi Natakusuma
NIM
: 41405110027
Jurusan
: Teknik Elektro
Peminatan
: Elektronika
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
LEMBAR PENGESAHAN Optimalisasi infrastruktur jaringan Tegangan Menengah 20 KV untuk media Komunikasi data AMR di Kawasan Pelayanan Prima (KPP) Pondok Indah
Disusun Oleh : Nama
: Rudi Mulyadi Natakusuma
NIM
: 41405110027
Program Studi : Teknik Elektro Peminatan
: Elektronika
Disetujui dan Disahkan oleh : Ketua Program Studi
Pembimbing
Ir. Yudhi Gunardi. MT
Ir. Eko Ihsanto M.Eng
i
LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Rudi Mulyadi Natakusuma
N.I.M
: 41405110027
Jurusan
: Teknik Elektro
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi
: Optimalisasi infrastruktur jaringan Tegangan Menengah 20 KV untuk media Komunikasi data AMR di Kawasan Pelayanan Prima (KPP) Pondok Indah.
Dengan ini saya mengajukan proposal Tugas Akhir guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana strata satu (S1) dan saya menyatakan bahwa hasil penulisan Tugas Akhir ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sangsi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana. Demikian, pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Jakarta, September 2009
Materai Rp.6000
Rudi Mulyadi Natakusuma
ii
ABSTRAKSI Infrastruktur teknologi komunikasi data merupakan tulang-punggung pada sistem Automatic Meter Reading (AMR), media komunikasi data yang umum digunakan sistem AMR adalah jaringan Global System for Mobile Communication (GSM) dan Public Service Telecommunication Network (PSTN). Saat ini media komunikasi yang menggunakan GSM pada saat/titik tertentu komunikasinya masih sering terganggu sehingga sistem kontrol AMR tidak berfungsi secara maksimal serta dengan adanya persaingan harga pemakaian pulsa beberapa provider telah menyatakan membatasi media untuk komunikasi data, sehingga diperlukan adanya alternatif pengganti media komunikasi data yang lebih baik dan handal. Perancangan ini menggabungkan dari teknologi yang ada yaitu komunikasi data melalui Jaringan Listrik Tegangan Rendah ( TR ) dengan Jalur Listrik Tegangan Menegah (TM) atau Distribution Power Line Carrier (DPLC). PLN (Persero) khususnya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yang mempunyai infrastruktur jaringan listrik Tegangan Menengah (TM) dan Tegangan Rendah (TR) dengan sistem jaringan spindle sangat memungkinkan untuk menggunakan teknologi ini, selain keandalannya sesuai dengan jaringan listrik yang dipasok juga tidak perlu mengeluarkan biaya pulsa bulanan. Area Pelayanan (APL) Bulungan sebagai salah satu unit di PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, memanfaatkan sistem AMR DPLC ini untuk proses pengawasan dan pengontrolan pemakaian Energi Listrik oleh para pelanggannya. Hal ini dilakukan mengingat banyak pelanggan Bisnis dan VIP (pelanggan rumah tangga daya besar) yang perlu penggunaan energi listriknya dipantau secara kontinyu dan akurat juga privacy pelanggan tidak terganggu dengan adanya para petugas pencatat meter. Kata kunci : Media Komunikasi data DPLC TM/TR
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan segala kerendahan hati, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas perkenan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan Tugas Akhir berjudul “Optimalisasi infrastruktur jaringan Tegangan Menengah 20 KV untuk media Komunikasi data AMR di Kawasan Pelayanan Prima (KPP) Pondok Indah” ini dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini saya dibantu oleh berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas dukungan dan bantuannya perkenankanlah saya mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Istri dan anak – anakku yang tercinta Dr. Revilda, Rezaldy, Rezkiva dan Vicky MFAD,S.sos atas do’a dan dukungannya serta waktu yang tersita untuk berkumpul bersama. 2. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro Universitas Mercubuana 3. Bapak Ir. Eko Ihsanto M.Eng selaku Dosen pembimbing Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. 4. Bapak DR. Ir. Andi Adriansyah, Msc salah satu Dosen Penguji sidang Tugas Akhir Universitas Mercubuana 5. Drs. Heddy Heryadi MM Selaku Manajer APL Bulungan yang telah memberi semangat sehingga selesainya Tugas Akhir ini. 6. Bapak Ali Baraja, Bapak Sumaryono, Marsudi, Wisnu, Rasidi dan teman-teman dari PT Abakus yang telah men-support rancangan Tugas Akhir ini sehingga terlaksana.. 7. Sahabat-sahabatku Rudi Rahayu, Lenny Martin, Taufik, Diyan dan Hendry dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Kami menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, oleh karenanya himbauan dan saran dari pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan nya. Akhir kata penyusun berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, Universitas Mercubuana dan PT PLN(Persero) pada umumnya.
Jakarta, September 2009 PENYUSUN
iv
DAFTAR ISI Hal. LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................
ii
ABSTRAKSI............................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ………………………………………….....……...............
iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
I.1.
Latar Belakang ..................................................................
1
I.2.
Tujuan dan Ruang Lingkup .............................................
3
I.3.
Pokok Permasalahan ........................................................
3
I.4.
Batasan Masalah ..............................................................
4
I.4.
Metodologi Pembahasan .................................................
4
LANDASAN TEORI ...................................................... .............
5
2.1.
Prinsip Kerja Komunikasi data DPLC ............................
5
2.2.
Prinsip dasar OFDM
....................................................
5
2.3.
Apa yang dimaksud ORTHOGONAL .............................
7
2.4.
Efisien OFDM dalam pemakaian Frekuensi ....................
8
2.5.
Karakter utama OFDM ....................................................
8
2.5.1.
Kesensitifan Sistem ............................................
9
2.5.2.
Kelemahan Sistem ..............................................
10
2.5.2.1. Frequensi Offset ..................................
10
2.5.2.2. Distorsi Linier......................................
10
2.5.2.3. Sikronisasi Sinyal ...............................
10
Guard Interval ....................................................
10
Circuit Dasar Filter .........................................................
12
2.6.1.
Filter Lolos Rendah ( Low Pass Filter ) ..............
12
2.6.2.
Filter Lolos Tinggi ( High Pass Filter ) ..............
12
2.6.3.
Filter Lolos Pita ( Band Pass Filter ) ..................
13
Pengertian dB ( Decibel ) .................................................
13
BAB II
2.5.3. 2.6.
2.7.
v
2.8.
Protokol Komunikasi Data ...............................................
14
2.8.1.
Definisi ................................................................
14
2.8.2.
Standarisasi Protocol ( ISO 7498 ) ......................
14
2.9.
Coupling Unit ( Kapasitor Kopling ) ................................
15
2.10.
AMR PLC .........................................................................
17
PERANCANGAN .........................................................................
20
3.1.
komunikasi DPLC TM .....................................................
20
3.2.
Urutan Pelaksanaan Percobaan .........................................
20
3.2.1.
Material yang digunakan .....................................
20
3.2.2.
Konfigurasi komunikasi CU dan GSM ................
21
3.2.3.
Konfigurasi Komunikasi CU dan Com Bus..........
22
3.2.3.
Uji coba di Gardu T128 dan T 88 ........................
22
IMPLEMENTASI ..........................................................................
26
4.1.
Implementasi di wilayah Perumahan Pondok Indah .........
26
4.2.
Pengembangan Kedepan ..................................................
27
4.3.
Manfaat dan Analisa Resiko .............................................
29
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
30
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
31
BAB III
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1.1.
Peta Wilayah Perumahan Pondok Indah .......................................
2
Gambar 1.2.
Konfigurasi komunikasi AMR melalui jaringan TR dan GSM .....
2
Gambar 2.1
Bagan Dasar OFDM ............................................………….........
6
Gambar 2.2.
Sinyal-sinyal Orthogonal .............................. ...............................
7
Gambar 2.3.
Perbandingan SCM dan FDM ...........................................…........
8
Gambar 2.4.
Ilustrasi Frequency selective fading ..............................................
9
Gambar 2.5.
Cara penyisipan Interval penghalang ...........................................
11
Gambar 2.6.
Efek Penyisipan Interval penghalang ............................................
11
Gambar 2.7.
Rangkaian dan Kurva Filter Lolos Rendah ..................................
12
Gambar 2.8.
Rangkaian dan Kurva Filter Lolos Tinggi .................... ...............
12
Gambar 2.9.
Rangkaian dan Kurva Filter Lolos Pita .........................................
13
Gambar 2.10.
Coupling Unit ................................................................................
16
Gambar 2.11.
Blok diagram kWh meter Elektronik 3 Phasa 4 kawat .................
17
Gambar 2.12.
Blok diagram kWh meter Elektronik PLC ...................................
18
Gambar 2.13.
Blok diagram Router ....................................................................
19
Gambar 2.14.
Port koneksi meter elektronik ke Coupling Unit .........................
19
Gambar 3.1.
Percobaan komunikasi melalui Coupling Unit dan GSM .............
21
Gambar 3.2.
Percobaan komunikasi melalui Coupling Unit dan Com bus .......
22
Gambar 3.3.
Pemasangan kabel CU pada output Cubicle PB ..........................
23
Gambar 3.4.
Terminasi kabel CU pada Phasa S ...............................................
23
Gambar 3.5.
Pemasangan Coupling Unit ..........................................................
24
Gambar 3.6.
Percobaan komunikasi gabungan PLC TR/TM di gardu T128 dan T88 ..................................................................................................
vii
24
Gambar 4.1.
Konfigurasi komunikasi AMR PLC sebelum dipasang Coupling Unit .................................................................................................
Gambar 4.2.
26
Konfigurasi komunikasi AMR PLC setelah dipasang Coupling Unit .................................................................................................
27
Gambar 4.3.
Konfigurasi komunikasi AMR PLC melalui FO dan JWOT .........
27
Gambar 4.4.
Komunikasi interkoneksi AMR PLC melalui WAN FO ......................
28
viii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Meter Elektronik berbasis SCADA atau biasa disebut dengan Automatic Meter Reading (AMR) merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi yang dapat mengawasi, mengontrol, dan melakukan pengambilan data penggunaan energi listrik di pelanggan secara jarak jauh dan akurat. Sistem AMR terdiri dari berbagai komponen, yaitu komputer (server) baik hardware maupun software yang ditempatkan di Pusat Kontrol (Control Center), media komunikasi yang memenuhi standar tertentu, Meter Elektronik sebagai pengukur energi listrik dan bila diperlukan Router (concentrator) sebagai pengumpul data dari meter elektronik. Pondok Indah adalah wilayah pelanggan VIP yang pertama dipasang Meter Elektronik dengan menggunakan teknologi sistem AMR PLC yang media komunikasinya menggunakan jaringan tegangan rendah 220V. Data kWh meter elektronik di pelanggan dikirim melalui jaringan TR ke Router ( Concentrator ) yang berada di Gardu Distribusi kemudian, kumpulan data kWh Meter tersebut oleh router dikirim ke Pusat Kontrol melalui media GSM. Penggunaan media komunikasi GSM yang digunakan saat ini selain mengeluarkan biaya rutin bulanan yang tinggi dan pada titik/saat tertentu masih sering terganggu sehingga pemantauan penggunaan energi di pelanggan tidak dapat dimonitor secara maksimal dan tentu mengganggu proses pembuatan rekening bulanan. Kegagalan komunikasi tersebut sangat merepotkan bidang pencatatan meter, dikarenakan keterbatasan jumlah petugas yang ada dan terbatasnya waktu pembuatan billing, untuk itu pada Tugas Akhir ini penulis mengangkat sebuah judul “Optimalisasi infrastruktur jaringan Tegangan Menengah 20 KV untuk media Komunikasi data AMR di Kawasan Pelayanan Prima (KPP) Pondok Indah” yang merupakan salah satu alternatif pengembangan dari sistem komunikasi yang ada dimana penulis bekerja. Sistem komunikasi data ini lebih dapat diandalkan walaupun untuk saat ini masih terdapat unsur GSM.
1
2
Gambar 1.1. Kawasan Pelayanan Prima Pondok Indah
CONTROL CENTER ROUTER
SALURAN KOMUNIKASI Support: GSM,
GSM MODEM
FEP
METER di Pelanggan Meter dengan Modem PLC TR
PLC
GarduDistribusi
Di Jaringan (TR-220V atau TM-20 kV)
Gambar 1.2. Konfigurasi komunikasi AMR melalui jaringan TR dan GSM
3
1.2. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Tujuan perancangan sistem dan ruang lingkup dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah: 1. Merancang sistem alternatif komunikasi data sebagai media kontrol dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan tegangan menengah 20 KV . 2. Menjamin kontinyuitas komunikasi dan keakuratan data untuk menuju pendapatan kWh yang maksimal serta kepuasan bagi pelanggan ( costumer satisfaction ). 3. Menekan biaya rutin bulanan sewa jaringan komunikasi.
1.3. POKOK PERMASALAHAN Didalam suatu kegiatan industri atau lainnya, sistem kontrol memberikan suatu kemudahan, kenyamanan, keandalan dan keamanan menjadi tumpuan untuk menunjang produktivitas bisnis hingga faktor ekonomis dapat tercapai secara effisien. Dari tuntutan ini, kiranya perlu mengkaji ulang atau mempelajari kembali dari sistem dan fasilitas yang tersedia untuk ditingkatkan keandalannya tanpa mengurangi fungsi yang ada. Dari hal tersebut diatas, kiranya perlu ditetapkan pokok permasalahan sebagai berikut :
Dalam komunikasi data sistem AMR harus dihindari terputusnya hubungan komunikasi antara Meter Elektronik dipelanggan dengan Pusat Kontrol, karena akan mempengaruhi pada pemantauan dan pengambilan data penggunaan energi listrik pelanggan.
Proses pembuatan rekening /billing terlambat.
Sistem komunikasi data yang digunakan masih ketergantungan kepada provider penyedia komunikasi jaringan GSM, yang pada saat tertentu masih sering terganggu bahkan beberapa provider sudah menyatakan mengurangi fasilitas untuk media komunikasi data.
Biaya operasional yang ditanggung oleh PLN tinggi. Dari pokok permasalahan ini, harus ada alternatif-alternatif perancangan atau
modifikasi sistem yang mampu mengurangi masalah yang ada, sehingga menghasilkan suatu keandalan sistem.
4
1.4. BATASAN MASALAH Pada pembahasan sistem AMR berbasis SCADA, batasan masalah lebih menekankan pada perancangan alternative sistem komunikasi data melalui Jaringan listrik Distribusi TM 20 KV sebagai media komunikasi AMR dengan memanfaatkan sistem dan infrastruktur jaringan tegangan listrik yang ada untuk menjamin keandalan dan.kontinyuitas komunikasi data.
1.5. METODOLOGI PEMBAHASAN Metodologi penulisan makalah Tugas Akhir ini berdasarkan pada : 1. Studi Kepustakaan. Studi Kepustakaan melalui referensi – referensi penunjang yang didapatkan dari buku referensi, internet, brosur dan artikel lainnya yang menyangkut komunikasi data melalui jaringan lisrik Distribusi. 2. Percobaan dan implementasi Percobaan dilakukan mulai dari merancang, merangkai sampai menguji dan mengimplementasikan di lapangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
5
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1. Prinsip Kerja Komunikasi Data DPLC Pada prinsipnya saluran listrik memiliki frekuensi yang nilainya berada dalam range 50/60 Hz. Apabila frekuensi tersebut dapat dinaikkan ke frekuensi ultra tinggi dalam range 500/600 MHz, maka secara teori data dapat ditumpangkan ke atas kabel utama listrik tanpa terjadi kondisi saling melemahkan. Mengacu ke dasar tersebut maka tegangan listrik tersebut pada prinsipnya dapat ditumpangi data, karena tersedianya Jaringan Daya Terkondisi Frekuensi Tinggi (High Frequency Conditioned Power Network, HFCPN), yaitu dengan cara menginjeksikan sinyalsinyal data ke dalam daya listrik dengan percepatan sampai 10 juta kali sehingga frekuensi ultra tinggi dapat terjadi. Untuk maksud tersebut dibutuhkan suatu unit pengkondisi (Coupling Unit, CU), berupa kopel terminal untuk bagian high and low pass filter. Adapun transmisi data yang digunakan pada kanal jaringan listrik tegangan rendah ini adalah OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), yaitu teknik transmisi dengan banyak frekuensi (multicarrier) Menggunakan Discrete Fourier Transfor (DFT) dengan beberapa buah frekuensi yang saling tegak lurus (orthogonal). Dibandingkan dengan sinyal FDM (Frequency Division Multiplexer), sinyal OFDM memungkinkan terjadinya modulasi pada tiap-tiap sub-carrier, sehingga sinyal yang telah termodulasi tersebut diaplikasikan ke dalam Inverse Discrete Fourier Transform (IDFT), untuk pembuatan simbol OFDM. Penggunaan IDFT ini memungkinkan pengalokasian frekuensi yang saling tegak lurus (orthogonal).
2.2. Prinsip dasar OFDM OFDM adalah sebuah teknik transmisi dengan banyak frekuensi (multicarrier), menggunakan Discrete Fourier Transfor (DFT). Bagan dasar dari OFDM ditampilkan pada gambar.2.1.
6
Gambar 2.1. Bagan Dasar OFDM Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Deretan data informasi yang akan dikirim dikonversikan kedalam bentuk parallel, sehingga bila bit rate semula adalah R , maka bit rate di tiap-tiap jalur parallel adalah R/M dimana M adalah jumlah jalur parallel (sama dengan jumlah sub-carrier). Setelah itu, modulasi dilakukan pada tiap-tiap sub-carrier. Modulasi ini bisa berupa BPSK, QPSK, QAM atau yang lain, tapi ketiga teknik tersebut sering digunakan pada OFDM. Kemudian sinyal yang telah termodulasi tersebut diaplikasikan ke dalam Inverse Discrete Fourier Transform (IDFT), untuk pembuatan simbol OFDM. Penggunaan IDFT ini memungkinkan pengalokasian frekuensi yang saling tegak lurus (orthogonal), mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut. Setelah itu simbol-simbol OFDM dikonversikan lagi kedalam bentuk serial, dan kemudian sinyal dikirim.
Sinyal yang
terkirim tersebut, dalam persamaan matematik bisa diekspresikan sebagai berikut,
(2.1)
Dimana Re(.) adalah bagian real dari persamaan, f(t) adalah respons implus dari filter transmisi, T adalah periode simbol, v o adalah frekuensi pembawa (carrier frequency) dalam bentuk radian, j adalah fase pembawa (carrier phase), dan bn adalah data informasi yang telah termodulasi yang menjadi input dari IDFT. Untuk mempermudah, maka pembahasan mengenai keadaan sinyal ketika melewai jalur komunikasi (channel) akan dibahas pada bagian lain.
7
Sedangkan pada stasiun penerima, dilakukan operasi yang berkebalikan dengan apa yang dilakukan di stasiun pengirim. Mulai dari konversi dari serial ke parallel, kemudian konversi sinyal parallel dengan Fast Fourier Transform (FFT), setelah itu demodulasi, konversi parallel ke serial, dan akhirnya kembali menjadi bentuk data informasi. 2.3. Apa yang dimaksud dengan Orthogonal ? Istilah orthogonal dalam
Orthogonal
Frequency
Division
Multiplexing
(OFDM)
mengandung makna hubungan matematis antara frekuensi-frekuensi yang digunakan. Dengan persamaan matematika bisa diekspresikan sebagai berikut, dua buah kumpulan sinyal dikatakan orthogonal bila,
(2.2)
Pemakaian frekuensi yang saling orthogonal pada OFDM memungkinkan overlap antar frekuensi tanpa menimbulkan interferensi satu sama lain. Ada beberapa kumpulan sinyal yang orthogonal, salah satunya yang cukup sering kita gunakan adalah sinyal sinus, sebagaimana diperlihatkan pada gambar.2.2.
2Δf
3Δf
1Δf
0Δf
Gambar 2.2. Sinyal-sinyal orthogonal
8
2.4. Efisien OFDM dalam pemakaian frekuensi Untuk memperjelas perbedaan OFDM, baik dalam operasi dasarnya maupun dalam segi efisiensi spektrumnya, dengan sistem single carrier, dan juga dengan sistem multicarrier konvensional, bisa dilihat pada Gambar.3. Dari gambar tersebut bisa dilihat, bahwa OFDM adalah salah satu jenis dari multicarrier (FDM), tetapi memiliki efisensi pemakaian frekuensi yang jauh lebih baik. Pada OFDM overlap antar frekuensi yang bersebelahan diperbolehkan, karena masing-masing sudah saling orthogonal, sedangkan pada sistem multicarrier konvensional untuk mencegah interferensi antar frekuensi yang bersebelahan perlu diselipkan frekuensi penghalang (guard band), dimana hal ini memiliki efek samping berupa menurunnya kecepatan transmisi bila dibandingkan dengan sistem single carrier dengan lebar spektrum yang sama. Sehingga salah satu karakteristik dari OFDM adalah tingginya tingkat efisiensi dalam pemakaian frekuensi. Selain itu pada multicarrier konvensional juga diperlukan band pass filter sebanyak frekuensi yang digunakan, sedangkan pada OFDM cukup menggunakan FFT saja.
Wideband Modelator
fo
Narrowband Modulator
f1
Narrowband Modulator
f2
Narrowband Modulator
fn
fo Single Carrier
f
S
f1
f2
fn
f
Frequency Division Multiplex
Paralel to Serial
Inverse DFT
f1 f2
fn
f
OFDM
Gambar 2.3. Perbandingan dengan SCM dan FDM 2.5. Karakter utama OFDM Karakter utama yang lain dari OFDM adalah kuat menghadapi frequency selective fading. Dengan menggunakan teknologi OFDM, meskipun jalur komunikasi yang digunakan memiliki karakteristik frequencyselective fading (dimana bandwidth dari channel lebih sempit daripada bandwidth dari transmisi sehingga mengakibatkan pelemahan daya terima secara tidak seragam pada beberapa frekuensi tertentu), tetapi tiap sub carrier dari sistem
9
OFDM hanya mengalami flat fading (pelemahan daya terima secara seragam). Pelemahan yang disebabkan oleh flat fading ini lebih mudah dikendalikan, sehingga performansi dari sistem mudah untuk ditingkatkan. Teknologi OFDM bisa mengubah frequency selective fading menjadi flat fading, karena meskipun sistem secara keseluruhan memiliki kecepatan transmisi yang sangat tinggi sehingga mempunyai bandwidth yang lebar, karena transmisi menggunakan subcarrier (frekuensi pembawa) dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga kecepatan transmisi di tiap subcarrier sangat rendah dan bandwidth dari tiap subcarrier sangat sempit, lebih sempit daripada coherence bandwidth (lebar daripada bandwidth yang memiliki karakteristik yang relatif sama). Perubahan dari frequency selective fading menjadi flat fading bisa diilustrasikan seperti gambar 2.4.
Gambar 2.4. Ilustrasi frequency selective fading pada sinyal OFDM
2.5.1. Kesensitifan sistem Keuntungan yang lainnya adalah, dengan rendahnya kecepatan transmisi di tiap subcarrier berarti periode simbolnya menjadi lebih panjang sehinnga kesensitifan sistem terhadap delay spread (penyebaran sinyal-sinyal yang datang terlambat) menjadi relatif berkurang.
10
2.5.2. Kelemahan Sebagai sebuah sistem buatan menusia, tentunya teknologi OFDM pun tak luput dari kekurangan-kekurangan. Diantaranya, yang sangat menonjol dan sudah lama menjadi topik penelitian adalah frequency offset dan nonlinear distortion (distorsi nonlinear).
2.5.2.1.Frequency Offset Sistem ini sangat sensitif terhadap carrier frequency offset yang disebabkan oleh jitter pada gelombang pembawa (carrier wave) dan juga terhadap Efek Doppler yang disebabkan oleh pergerakan baik oleh stasiun pengirim maupun stasiun penerima. 2.5.2.2. Distorsi Nonlinear Teknologi OFDM adalah sebuah sistem modulasi yang menggunakan multifrekuensi dan multi-amplitudo, sehingga sistem ini mudah terkontaminasi oleh distorsi nonlinear yang terjadi pada amplifier dari daya transmisi. 2.5.2.3. Sinkronisasi Sinyal Pada stasiun penerima, menentukan start point untuk memulai operasi Fast Fourier Transform (FFT) ketika sinyal OFDM tiba di stasiun penerima adalah hal yang relatif sulit. Atau dengan kata lain, sinkronisasi daripada sinyal OFDM adalah hal yang sulit. 2.5.3. Guard interval Pada OFDM, sinyal didesain sedemikian rupa agar orthogonal, sehingga bila tidak ada distorsi pada jalur komunikasi yang menyebabkan ISI(intersymbol interference) dan ICI(intercarrier interference), maka setiap subchannel akan bisa dipisahkan stasiun penerima dengan menggunakan DFT. Tetapi pada kenyataannya tidak semudah itu. Karena pembatasan spektrum dari sinyal OFDM tidak strict, sehingga terjadi distorsi linear yang mengakibatkan energi pada tiap-tiap subchannel menyebar ke subchannel di sekitarnya, dan pada akhirnya ini akan menyebabkan interferensi antar simbol (ISI). Solusi yang termudah adalah dengan menambah jumlah subchannel sehingga periode simbol menjadi lebih panjang, dan distorsi bisa diabaikan bila dipandingkan dengan periode simbol. Tetapi cara diatas tidak aplikatif, karena sulit mempertahankan stabilitas carrier dan juga menghadapi Doppler Shift. Selain itu, kemampuan FFT juga ada batasnya.
11
Gambar 2.5. Cara Penyisipan Interval Penghalang Pendekatan yang relatif sering digunakan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menyisipkan guard interval (interval penghalang) secara periodik pada tiap simbol OFDM. Sehingga total dari periode simbol menjadi T total = T guard + T symbol
(2.3)
Cara penyisipan diilustrasikan pada gambar 5, sedangkan efek dari penyisipan interval penghalang ini bisa diilustrasikan pada gambar.6.
Gambar 2.6. Efek Penyisipan Interval Penghalang
12
2.6. Circuit Dasar Filter Beberapa circuit dasar lowpass, high pass dan bandpass filter terlihat pada gambar berikut ini. 2.6.1.
Filter Lolos Rendah (Low Pass Filter)
Gambar 2.7. Rangkaian dan Kurva Filter Lolos Rendah Keterangan :
= amplitude response (tanggap amplitudo), satuannya deci Bell fo
= cutoff frequency
Berdasar definisi :
(2.4) Jika Vo > Vi; terjadi penguatan, nilai dB merupakan nilai positif ! Jika Vo < Vi; terjadi pelemahan (atenuasi), karena dB-nya menjadi negatif !
2.6.2. Filter Lolos Tinggi (High Pass Filter)
Gambar 2.8. Rangkaian dan Kurva Filter Lolos Tinggi
13
2.6.3 Filter Lolos Pita (Band Pass Filter) Filter lolos-pita akan meneruskan sinyal-sinyal dengan frekuensi antara (median frequency) dan menahan frekuensi di bawah dan di atas median tersebut.
Gambar 2.9. Rangkaian dan Kurva Filter Lolos Pita
2.7. Pengertian dB (decibel) Untuk menyatakan perbandingan dua power, misalnya P1 dan P2 dalam elektronika digunakan decibel.
Untuk menyatakan Gain suatu amplifier / penguat, bila impedansi input dan outputnya sama, digunakan.
atau
14
2.8. Protokol Komunikasi Data 2.8.1. Definisi Kumpulan aturan/prosedur yang mengedalikan pengoperasian unit-unit fungsional untuk melakukan hubungan komunikasi. Komponen Protokol 1. Aturan atau prosedur o
Mengatur pembentukan/pemutusan hubungan
o
Mengatur proses transfer data
2. Format atau bentuk o
representasi pesan
3. Kosakata (vocabulary) o
Jenis pesan dan makna masing-masing pesan
Dalam bahasa pemrograman: (1) syntax, (2)grammar, (3)semantik. 2.8.2. Standarisasi Protokol (ISO 7498) ISO (International Standard Organization) mengajukan struktur dan fungsi protocol komunikasi data. Model tersebut dikenal sebagai OSI (Open System Interconnection) Reference Model (FAQ:comp.protocols.iso). Terdiri atas 7 layer (lapisan) yang mendefinisikan fungsi. Untuk tiap layernya dapat terdiri atas sejumlah protocol yang berbeda, masing-masing menyediakan pelayanan yang sesuai dengan fungsi layer tersebut. 1. Application Layer: interface antara aplikasi yang dihadapi user and resource jaringan yang diakses. Kelompok aplikasi dengan jaringan: o
File transfer dan metode akses
o
Pertukaran job dan manipulasi
o
Pertukaran pesan
2. Presentation Layer: rutin standard me-presentasi-kan data. o
Negosiasi sintaksis untuk transfer
o
Transformasi representasi data
15
3. Session Layer: membagi presentasi data ke dalam babak-babak (sesi) o
Kontrol dialog dan sinkronisasi
o
Hubungan antara aplikasi yang berkomunikasi
4. Transport Layer: o
Transfer pesan (message) ujung-ke-ujung
o
Manajemen koneksi
o
Kontrol kesalahan
o
Fragmentasi
o
Kontrol aliran
5. Network Layer: Pengalamatan dan pengiriman paket data. o
Routing
o
Pengalamatan secara lojik
o
setup dan clearing (pembentukan dan pemutusan)
6. Data-link Layer: pengiriman data melintasi jaringan fisik. o
Penyusunan frame
o
Transparansi data
o
Kontrol kesalahan (error-detection)
o
Kontrol aliran (flow)
7. Physical Layer: karakteristik perangkat keras yang mentransmisikan sinyal data. Setiap data yang lewat ke layer lebih rendah ditambah header kontrol yang sesuai dengan layernya. Sebaliknya data ke layer lebih tinggi setelah dikurangi dengan header kontrol.
2.9. Coupling Unit ( Kapasitor Kopling ) Coupling Unit adalah sebuah divais transducer atau alat penghubung antara peralatan sinyal pembawa yang berfrekuensi tinggi dengan konduktor kawat phasa yang bertegangan tinggi, secara fisik alat ini terdiri dari susunan elemen kapasitor yang dicelupkan kedalam minyak atau dipress pada udara hampa, sebagai tempat kedudukannya dibuat dari bahan dielektrik porselen atau resin.
16
Gambar 2.10. Coupling Unit Rumus Attenuasi : (2.5) Dimana : UA (ƒ,D)= attenuasi c = antara jarak redaman dan frekuensi d = frekuensi redaman e = jarak frekuensi redaman g = penguatan redaman Hubungan Signal ke Noise ( SNR )
(2.6) Dimana : Ptx = Power signal transmisi A
= Attenuasi
Nrx = Receive Noise Prx = Power signal Receive .
_______________ (2.5)(2.6) O. Abarrategui, I. Zamora, DM. .Larruskain, M. Gomez “DLC Communications for Islanding Detection in Systems with DG” XCLEE Funchal, Madeira, Portugal, Spain, July 2007
17
2.10. AMR PLC AMR PLC adalah kWh meter elektronik suatu alat ukur pemakaian energi listrik, selain sebagai alat ukur energi yang akurat jenis ini mempunyai relay on/off yang dapat diremote berfungsi yang untuk mematikan / menghidupkan tegangan ke pelanggan, meter ini dilengkapi dengan
modem PLC TR untuk komunikasi melalui tegangan rendah (TR)
sebagai pembawa data ke Router. kWH Meter Elektronik
Gambar 2.11. Blok diagram kWh meter Elektronik 3 Phasa 4 kawat
Prinsip kerja kWh : Arus I1, I2, I3 dari CT dan Tegangan U1, U2, U3 dari PT masuk ke measuring system yang berupa current sensors dan voltage deviders,kemudian arus dan tegangan akan dikonversikan ke sinyal digital lewat A/D converter. Sinyal digital diproses sebagai data hasil pengukuran dan hasil pemrosesannya akan ditampilkan ke display, maupun disimpan oleh Electrical Erasable programable
18
(EEPROM) untuk dikirim lewat media komunikasi ke Pusat Kontrol agar dapat dilihat dari jarak jauh. Tegangan U1, U2, U3, dan N memberikan masukan pada power supply dan voltage monitor. Prinsip Ringkasan Kerja ME
Gambar 2.12. Blok diagram kWh Meter Elektronik PLC
19
Gambar 2.13. Blok diagram Router Prinsip Kerja Router Data dari kWh Meter Elektronik akan masuk melalui Feeder 0 dan akan disimpan di Memory, sedangkan data dari kWh meter Pembanding masuk ke M0 dan M1, Microprosesor akan mengolah dan mengirimkan sinyal data ke Pusat Kontrol. Jalur media Komunikasi :
COM Bus
: Media komunikasi PSTN.
LAN
: Media jaringan kabel Ethernet.
GSM
: Media komunikasi seluler.
PLC
: Media Komunikasi Power Line Carrier.
Gambar 2.14. Port koneksi Meter Elektronik ke Coupling Unit
20
BAB III
PERANCANGAN
3.1. komunikasi DPLC TM Desain pertama sistem AMR PLC yang terpasang adalah Meter Elektronik dipelanggan yang dikumpulkan oleh Router di gardu Distribusi melalui media komunikasi tegangan rendah (TR ), data dari router dikirim ke Pusat Kontrol
melalui media
komunikasinya GSM. Tersirat bahwa komunikasi data AMR PLC bisa melalui tegangan rendah (TR) PLN, timbul ide kenapa tidak memanfaatkan jaringan komunikasi melalui jaringan Distribusi Tegangan Menengah (TM) 20 KV ?. Dari sini awalnya, mulailah mencari literatur/artikel dari buku, hasil seminar dan internet. Berhubung yang diinginkan tidak umum dan sulit didapat di Indonesia, maka saya meminta bantuan ke salah satu vendor Meter Elektronik mencarikan ke luar negri material yang dibutuhkan dengan memberikan brosur dan spesifikasi yang diinginkan, tahapan kegiatan yang dilakukan adalah :
TABEL 3.1. PERCOBAAN DAN PENGUJIAN NO
JADWAL
KEGIATAN
KETERANGAN Dari buku, Internet, artikel literatur-literatur, hasil seminar
1
Bulan Pebruari 2006
Mencari Literatur yang berhubungan dengan PLC TM/TR
2
Bulan April 2006
Setelah material tersedia Dilakukan di APL Menteng dan dilakukan percobaan dan berhasil komunikasi AMR melalui Coupling Unit
3
Bulan 2006
Desember Percobaan di lapangan Percobaan berhasil, AMR pada gardu T128 dan T88 PLC berkomunikasi dengan Pusat Kontrol GI Kebon Sirih
3.2. URUTAN PELAKSANAAN PERCOBAAN :
3.2.1. Material yang digunakan : 1. AMR PLC merk Smart IMS buatan Negara Muldova 2. Router Master dan Slave merk Smart IMS
21
3. Radio GSM merk Siemens German 4. Coupling Unit merk ADD buatan Negara Muldova 5. Modem DPLC Merk Mulogic Buatan Belanda (spesifikasi terlampir)
3.2.2.
Percobaan komunikasi konfigurasi Coupling Unit dan GSM : a. Meter PLC TR 220V -> Router Slave-> Coupling Unit (simulasi TM 20KV tanpa tegangan)->kabel 1,5 mm panjang 2meter -> Coupling Unit -> Router Master -> GSM -> PC. b. Software yang diinstall di Note Book adalah Data Meter Reading (DMR) dan Penelitian dilakukan di kantor Area Pelayaan, hasilnya meter PLC TR 220V dan PC dapat berkomunikasi dengan data sempurna. c. Analisa dilakukan selama 5 hari untuk melihat kinerja percobaan.
ROUTER MASTER ROUTER SLAVE
KABEL 20 KV
AMR PLC
COUPLING UNIT TEG 220 V
ANTENE
Gambar 3.1.Percobaan komunikasi melalui Coupling Unit dan GSM
22
3.2.3.
Percobaan komunikasi konfigurasi Coupling Unit dan Com Bus :
a. Meter PLC TR 220V -> Router Slave-> Coupling Unit (simulasi TM 20KV tanpa tegangan)->kabel 1,5 mm panjang 2meter -> Coupling Unit -> Router Master -> Com Bus -> PC. b. Software yang diinstall di Note Book adalah Data Meter Reading (DMR) dan Penelitian dilakukan di kantor Area Pelayaan, hasilnya meter PLC TR 220V dan PC dapat berkomunikasi dengan data sempurna. c. Analisa dilakukan selama 5 hari untuk melihat kinerja percobaan.
ROUTER MASTER ROUTER SLAVE
KABEL 20
AMR PLC
COM BUS/ RS COUPLING UNIT TEG 220
Gambar 3.2.Percobaan komunikasi melalui Coupling Unit dan ComBus
3.2.4.
Uji Coba lapangan di Gardu T128 dan T88 Setelah berhasil dilakukan uji coba di ruangan APL kemudian dilanjutkan
uji coba lapangan Coupling Unit dipasang di 2 gardu yang berbeda penyulang, yaitu di gardu T88 dan T128 GI Kebon sirih (Gardu T88 sebagai Router slave , di gardu T128 dijadikan router master). Dari Router master ke Pusat Kontrol melalui GSM.
23
Gambar 3.3. Pemasangan kabel CU pada Output Cubicle PB
Koneksi Kabel Coupling diparalel dengan phasa S Jaringan TM 20 KV pada Cubicle (cell) pemutus beban (PB). Untuk tidak mengganggu suplai tegangan ke pelanggan terminasi kabel coupling dipasang pada output PB.
R
S
T
Gambar 3.4. Terminasi kabel CU pada Phasa S Agar tidak terjadi kesalahan jalur komunikasi, maka disepakati seluruh komunikasi DPLC melalui Phasa S
24
Gambar 3.5. Pemasangan Coupling Unit
GI. KB SIRIH PUSAT KONTROL COUPLING UNIT
20 COUPLING UNIT
ROUTER MASTER 220
ROUTER SLAVE MV/LV
T. 128
220
T. 88
PELANGGAN AMR PLC TR
PELANGGAN AMR PLC TR
Gambar 3.6. Percobaan komunikasi gabungan PLC TR/TM digardu T128 dan T88
25
Dari Percobaan komunikasi Router Slave di Gardu T88 dan Router Master di Gardu T.88 melalui jaringan TM 20 KV menggunakan Coupling Unit data pelanggan di gardu T88 dapat dibaca oleh Pusat Kontrol tanpa satupun data yang hilang.
26
BAB IV IMPLEMENTASI
4.1. Implementasi di wilayah Perumahan Pondok Indah Dari hasil percobaan pada bab III diimplementasikan di 25 Gardu
Kawasan
Pelayanan Prima (KPP) Pondok Indah dan wilayah APL Bulungan dengan jumlah pelanggan tahap pertama sebanyak 1808 pelanggan Coupling Unit terpasang 11 buah di 11 gardu distribusi, dan tahap kedua sebanyak 1554 pelanggan dengan 14 CU dengan jumlah keseluruhan 3346 pelanggan (data terlampir). TABEL IMPLEMENTASI NO
JADWAL
KEGIATAN
KETERANGAN
4
Bulan Mei 2007
5
Bulan Oktober ‘07 Pemasangan pada : s/d Mei 2008 11 gardu, 1808 plg dan CU 11 bh
Komunikasi berhasil
6
Bulan Maret ’08 Pemasangan pada : s/d Agustus ‘08 14 gardu, 1554 plg dan 14 CU Sampai saat ini Penambahan bertahap
Komunikasi berhasil
7
Perencanaan konfigurasi di Wilayah Pondok Indah
In progress
1. Data
Pemakaian
Energi Listrik
dari
AMR PLC pelanggan dikirim
ke
Slave,
melalui
Router jala-
jala listrik 220Volt. 2. Router
mengirimkan
data melalui jaringan komunikasi GSM ke Pusat Kontrol
Gambar 4.1. Konfigurasi komunikasi AMR PLC sebelum dipasang Coupling Unit
27
GARDU INDUK
1. = Aliran transmisi data PLC via JTR
ROUTER TM – Yang Dilengkapi Modem GSM & Modem PLC TM
Energi
dari AMR PLC
dikirim ke Router Slave, COUPLING UNIT
melalui jala- jala listrik
ROUTER TM/TR (SLAVE)
220Volt.
220 V Gardu Dist.
CONTROL CENTER
Pemakaian
Listrik
= Aliran transmisi data PLC via
20 kV
Data
2.
Meter Plg TR
Data dari Router Slave dikirim ke Router Master
220 V
melalui ROUTER TM/TR (SLAVE)
Meter Pelanggan TR
Meter Pelanggan TR
Komunikasi
Meter Plg TR
Tegangan 20KV. 3.
GARDU HUBUNG
Router
saluran Jaringan Master
mengirimkan data melalui jaringan komunikasi GSM
Gambar 4.2. Konfigurasi komunikasi AMR PLC setelah dipasang Coupling Unit
4.2. PENGEMBANGAN KEDEPAN
TAHAP 1 Komunikasi GSM digantikan dengan jalur komunikasi Fiber Optic ( FO ) yang ada di Gardu Induk dan dari GI ke Master Kontrol di APL Bulungan melalui infrastruktur jaringan komunikasi Java West Optical Telecommunications (JWOT).
Gambar 4.3. Konfigurasi komunikasi AMR PLC melalui JWOT
28
TAHAP 2 Hasil diskusi dengan PT ICON ( anak perusahaan PLN ) diketahui bahwa Wide Area Network Fibre Optic (WAN FO) sudah interkoneksi diseluruh Gardu Induk di Jakarta, sehingga kami membuat desain untuk jaringan komunikasi inter koneksi dari mulai AMR TM, TR dan PLC. Dari sistem ini, Manajemen yang mempunyai koneksi jaringan JWOT dan Aplikasi Software Information Meter Reading (IMR) dapat memantau kondisi penggunaan energi listrik setiap pelanggannya.
Gambar 4.4. Komunikasi interkoneksi AMR PLC melalui WAN FO
29
4.3. MANFAAT DAN ANALISA RESIKO
MANFAAT Komunikasi data AMR melalui PLC MV selain dapat menghemat biaya komunikasi juga antara lain : 1. Pembacaan kWh meter realtime. 2. Dapat digunakan sebagai deteksi gangguan jaringan. 3. Komunikasi tidak tergantung kepada adanya tegangan listrik. 4. Dapat menjangkau komunikasi yang tidak dapat dilakukan GSM dan Radio Frek. 5. Media komunikasi data MV/LV tidak hanya dapat dimanfaat untuk sistem AMR tetapi juga untuk seluruh sistem kontrol (SCADA). 6. Peluang bisnis ( kolaborasi dengan perusahan lain yang membutuhkan jasa komunikasi data )
Keberhasilan komunikasi AMR menggunakan Coupling Unit:
Rata-rata 95% dari jumlah pelanggan pergardu ( data terlampir )
Perhitungan penghematan biaya komunikasi GSM setelah dipasang Coupling Unit. Biaya sebelum menggunakan Coupling Unit Rp. 171.409.920,-/tahun Biaya sesudah menggunakan Coupling Unit Rp. 41.138.381,-/tahun
Gain yang didapat sebesar Rp. 130.271.539,- /tahun ( 76 %) ( perhitungan data terlampir)
ANALISA RESIKO
Resiko tinggi saat pemasangan ( diperlukan keberanian dan ketelitian).
Komunikasi data akan terputus apabila terjadi manuver jaringan atau potong sambung jaringan pindah jalur.
Bila pelanggan tidak berkelompok atau jarak antara 500 m diperlukan penguat sinyal.
Analisa Manajemen Resiko (terlampir)
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Membuktikan bahwa jaringan listrik TM dan TR dapat digunakan sebagai komunikasi data. 2. Sistem komunikasi data TM/TR ini pertama dipasang di PLN. 3. Tidak ketergantungan kepada penyedia sarana komunikasi dan keandalannya dapat dipertanggung jawabkan sesuai keandalan jaringan listrik. 4. Dari indikasi kegagalan komunikasi menggunakan PLC MV dapat terdeteksi kemungkinan ada masalah di jaringan.
Saran.
Untuk keandalan jaringan komunikasi data AMR PLN Distribusi diseluruh Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini.
Untuk
kontinyuitas
komunikasi
data
AMR,
apabila
terjadi
gangguan
yang
mengakibatkan potong sambung pindah jalur atau manuver jaringan agar di koordinasikan.
31
DAFTAR REFERENSI / PUSTAKA 1. Panjaitan, Bonar. 1990, Pengendalian Jaringan Listrik sistem Distribusi. Balai Pustaka. 2. IEEE Guide for Power-Line Carrier Applications. An American National Standard. ANSI/IEEE Std 643-1980. IEEE, 1980. 3. ADD group, ‘Technical Description and Operation Manual’ Three-phase meters for electrical energy of NP5 , Smart IMS , 2005. 4. O. Abarrategui, I. Zamora, DM. .Larruskain, M. Gomez “DLC Communications for Islanding Detection in Systems with DG” XCLEE Funchal, Madeira, Portugal, Spain, July 2007. 5. Elisa Garcia, Miguel A. Chileno, Luis Legorburu “The experience of the Iberdrola Group in Power Line Communications”, 9 CHLIE Marbella, Spain, July 2005. 6. D Cooper, T Jeans, Narrowband, Low Data Rate Communications on the Low-Voltage Mains in the CENELEC Frequencies- Part I: Noise and Attenuation, IEEE Trans on Power Delivery, vol 17 no 3 July 2002 pp 718-723
LAMPIRAN TABEL. PERHITUNGAN PENGHEMATAN BIAYA SETELAH DIPASANG COUPLING UNIT Biaya sebelum menggunakan Coupling Jumlah Gardu : 25 Gardu Biaya Beban : Rp. 25,000 / bulan Biaya Pemakaian : Rp. 9 /detik Durasi Up Load data
:
25 GSM
15.26 Jam / bulan
54,936 detik/bulan
Tagihan Penggunaan GSM per Bulan Biaya Beban : 25 x Rp. 25.000,25 x 54.936 x Rp. Biaya Pemakaian : 9,Total PPN 10%
= Rp.
625,000
= Rp. = Rp. = Rp.
12,360,600 12,985,600 1,298,560
Biaya Tagihan
= Rp.
14,284,160
Dalam 1 tahun biaya penggunaan GSM
= Rp.
Biaya dengan menggunakan Couppling Jumlah Gardu : 25 Gardu Biaya Beban : Rp. 25,000 / bulan Biaya Pemakaian : Rp. 9 /detik Durasi Up Load data
:
171,409,920
6 GSM
15.26 Jam/bulan
54,936 detik/bulan
Tagihan Penggunaan GSM per Bulan Biaya Beban : 6 x Rp. 25.000,Biaya Pemakaian : 6 x 54.936 x Rp. 9,Total PPN 10% Biaya Tagihan
= Rp. = Rp. = Rp. = Rp. = Rp.
150,000 2,966,544 3,116,544 311,654 3,428,198
Dalam 1 tahun biaya penggunaan GSM
= Rp.
41,138,381
Gain yang didapat dalam 1 tahun
= Rp.
MATERIAL Biaya Investasi Pengadaan . COUPLING UNIT KABEL 1 x 150/240 mm2 MATERIAL PELENGKAP
Rp 2.500.000,- / Unit Rp 1.500.000,- / Meter Rp 1.000.000,- / Set
130,271,539
-->
76%
Jumlah
Rp 5.000.000,- / Set
PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAYA DAN TANGERANG AREA PELAYANAN BULUNGAN HASIL BACA METER PLC PERIODE BULAN MEI 2009 NO
GARDU
JUMLAH
SUKSES
PELANGGAN
BACA
PERSENTASE SUKSES BACA
GAGAL
METER
BACA
MEKANIK
1 PP03
108
89
90%
10
9
2 PP04
54
53
100%
0
1
3 PP05
71
62
94%
4
5
4 PP07
106
95
99%
1
10
5 PP09
130
113
99%
1
16
6 PP16
367
308
93%
22
37
7 PP18
94
86
100%
0
8
8 PP19
102
94
98%
2
6
9 PP20
80
72
94%
5
3
10 PP24
459
396
95%
21
42
11 PP24A
270
235
97%
8
27
12 PP25
69
54
100%
0
15
13 PP26
112
105
96%
4
3
14 PP32
13
7
100%
0
6
15 PP33
17
5
100%
0
12
16 PP34
36
21
100%
0
15
17 PP36
366
338
99%
3
25
18 PP38
292
253
94%
16
23
19 PP40
204
180
93%
14
10
20 PP42
236
210
96%
9
17
21 PP49
96
88
99%
1
7
22 PP52
55
51
100%
0
4
23 PP59
196
184
96%
7
5
24 PP99
88
79
92%
7
2
25 TD29
68
48
98%
1
19
3689
3226
2422%
136
327
JUMLAH PERSENTASE RATA - RATA KEBERHASILAN BACA METER
2422% 25 Gardu
97 %
ANALISIS MANAJEMEN RESIKO LANGKAH 1 : PENETAPAN TARGET Unit Kerja
:
Kegiatan / Proyek
:
Sasaran / Target
PT PLN (Persero) APL BULUNGAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR PADA PELANGGAN DI KAWASAN PELAYANAN PRIMA PONDOK INDAH DAN MENEKAN BIAYA GSM
:
STRATEGIC TARGET MEMANFAATKAN INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR FINANCIAL TARGET SAVING COST OPERASIONAL TARGET MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR
LANGKAH 2 : UJI TARGET Unit Kerja
:
Kegiatan / Proyek
:
Sasaran / Target
:
PT PLN (Persero) APL BULUNGAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR PADA PELANGGAN DI KAWASAN PELAYANAN PRIMA PONDOK INDAH DAN MENEKAN BIAYA GSM
S
Spesific
Meminimalisasi Kegagalan Baca Meter AMR dan Menekan Biaya GSM
M
Measurable
Menurunkan kegagalan baca AMR dari 10 % menjadi 3 % dan menekan biaya GSM dari Rp. 14.284.160 menjadi Rp. 3.428.198
A
Agreed
Komitmen untuk mengurangi kegagalan baca meter di Kawasan Pelayanan Prima Pondok Indah dan menekan biaya GSM
R
Realistic
Menurunkan kegagalan baca pada meter AMR dan menekan biaya GSM dengan memanfaatkan JTM 20 kV sebagai media komunikasi data AMR
T
Timebound
12 bulan
LANGKAH 3 : TABEL IDENTIFIKASI RISIKO Unit Kerja
PT PLN (Persero) APL BULUNGAN
Kegiatan / Proyek OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR
Sasaran / Target
MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR PADA PELANGGAN DI KAWASAN PELAYANAN PRIMA PONDOK INDAH DAN MENEKAN BIAYA GSM
No.
Risiko
Level Risiko
a. Pelaksanaan tidak lancar.
M
Sasaran EKSTERNAL
1
Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Coupling Unit
b. Pelaksana kurang mampu
T
c. Kesalahan pemasangan
T
d. Terjadi kecelakaan kerja
T
e. Sarana kerja tidak memadai
M
f. Jadual pemadaman
M
INTERNAL 1
Perencanaan pekerjaan
a. Kondisi lapangan tidak sesuai dengan rencana
M
b. Manajemen kurang mendukung
R
2
Keuangan
a. Tidak ada alokasi anggaran
3
SDM
a. Jumlah SDM terbatas
M
b. Kompetensi SDM tidak memenuhi
M
R
Langkah 4 : Matrix MATRIKS ANALISIS UNTUK MENENTUKAN LEVEL RESIKO A K I B A T KEMUNGKINAN
TIDAK PENTING
MINOR
MEDIUM
MAYOR
MALAPETAKA
1
2
3
4
5
I
SANGAT BESAR
T
T
E
E
E
II
BESAR
M
T
T
E
E
III
SEDANG
R
M
T
E
E
IV
KECIL
R
R
M
T
E
V
SANGAT KECIL
R
R
M
T
T
Keterangan : E = Resiko Ekstrim, T = Resiko Tinggi, M = Resiko Moderat, R = Resiko Rendah
LANGKAH 4 : MATRIKS ANALISIS UNTUK MENENTUKAN LEVEL RESIKO( KRITERIA AKIBAT DAN KEMUNGKINAN )
RATING AKIBAT
KUANTITATIF ( % DEVIASI ATAS TARGET )
1
TIDAK SIGNIFIKAN
20%
2
MINOR
30%
3
MEDIUM
50%
4
MAYOR
70%
5
MALAPETAKA
90%
Keterangan : E = Resiko Ekstrim, T = Resiko Tinggi, M = Resiko Moderat, R = Resiko Rendah LANGKAH 5 : DAFTAR RISIKO Unit Kerja Kegiatan / Proyek Sasaran / Target
N O
Risiko Peristiwa
: PT PLN (Persero) APL BULUNGAN : OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR PADA PELANGGAN DI KAWASAN : PELAYANAN PRIMA PONDOK INDAH DAN MENEKAN BIAYA GSM Faktor Rating Level Prioritas Positif Yang Rating Kemungkina Ada Risiko Risiko Akibat n Sekarang Akibat Kemungkinan
EKSTERNAL 1
a. Pelaksanaan tidak lancar.
Penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat
sering terjadi
Peralatan lengkap dan memadai
Minor
Kecil
M
3
b. Pelaksana kurang mampu
Penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat
Kemungkinan kecil terjadi
c. Kesalahan pemasangan
Penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat
Kemungkinan kecil terjadi
Penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat Penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat Penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat
d. Terjadi kecelakaan kerja e. Sarana kerja tidak memadai f. Jadual pemadaman
Penggantian pelaksana pekerjaan / training Ada spesifikasi peralatan dan cara pemasangan
Minor
Kecil
R
3
Mayor
Kecil
T
3
Kemungkinan kecil terjadi
Memiliki peralatan K2
Tinggi
Kecil
T
1
Kemungkinan kecil terjadi
Peralatan kerja lengkap
Mayor
Kecil
T
5
Kemungkinan kecil terjadi
Usulan pemadaman dikirim sejak lama
Medium
Kecil
M
3
INTERNAL Unit Kerja Kegiatan / Proyek Sasaran / Target
: :
: N O
MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR PADA PELANGGAN DI KAWASAN PELAYANAN PRIMA PONDOK INDAH DAN MENEKAN BIAYA GSM Faktor Positif Yang Ada Sekarang
Rating Akibat
Rating Kemungkina n
Level Risiko
Prioritas Risiko
Kemungkinan kecil terjadi
Memiliki Tim perencanaan
Mayor
Kecil
M
3
Kemungkinan kecil terjadi
Pembentukan Tim KM
Medium
Sedang
T
3
Risiko Peristiwa
1
PT PLN (Persero) APL BULUNGAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR
Akibat Kegiatan pekerjaan tertunda atau penyelesaian terlambat Kegiatan pekerjaan tertunda atau penyelesaian terlambat
a. Kondisi lapangan tidak sesuai dengan rencana b. Manajemen kurang mendukung
Kemungkinan
Unit Kerja Kegiatan / Proyek
: :
PT PLN (Persero) APL BULUNGAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR
Sasaran / Target
:
Keuangan
N O
2
Risiko Peristiwa
Akibat
Kemungkinan
a. Tidak ada alokasi anggaran
Kegiatan pekerjaan tertunda atau dibatalkan
sering terjadi
Faktor Positif Yang Ada Sekarang
Rating Akibat
Rating Kemungkin an
Level Risiko
Prioritas Risiko
Mengusulkan lebih awal ke Distribusi
Medium
Sedang
T
3
Unit Kerja Kegiatan / Proyek Sasaran / Target N O
: : :
Faktor Positif Yang Ada Sekarang
Rating Akibat
Rating Kemungkinan
Level Risiko
Prioritas Risiko
sering terjadi
Mengoptima l kan SDM
Medium
Besar
T
2
sering terjadi
Sertifikasi dan Diklat
Medium
Sedang
T
2
Risiko
Peristiwa
a. Jumlah SDM terbatas
3
PT PLN (Persero) APL BULUNGAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR SDM
b. Kompetensi SDM tidak memenuhi
Kemungkina n
Akibat Kegiatan pekerjaan tertunda atau penyelesaian terlambat Kegiatan pekerjaan tertunda atau penyelesaian terlambat
A K I B A T KEMUNGKINAN
TIDAK PENTING
MINOR
MEDIUM
MAYOR
MALAPETAKA
1
2
3
4
5
I
SANGAT BESAR
T
T
E
E
E
II
BESAR
M
T
T
E
E
III
SEDANG
R
M
T
E
E
IV
KECIL
R
R
M
T
E
V
SANGAT KECIL
R
R
M
T
T
LANGKAH 6 : ANALISIS MANAJEMEN RISIKO Unit Kerja Kegiatan / Proyek
PT PLN (Persero) APL BULUNGAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR PADA PELANGGAN DI KAWASAN PELAYANAN PRIMA PONDOK INDAH DAN MENEKAN BIAYA GSM
Sasaran / Target
RISIKO
SASARAN EKSTERNAL 1
a. Pelaksanaan tidak lancar.
M
b. Pelaksana kurang mampu
T
c. Kesalahan pemasangan
T
d. Terjadi kecelakaan kerja
T
e. Sarana kerja tidak memadai
M
f. Jadual pemadaman
M
INTERNAL Perencanaan Pekerjaan :
1
2
a. Kondisi lapangan tidak sesuai dengan rencana
M
b. Manajemen kurang mendukung
R
Keuangan : a. Tidak ada alokasi anggaran
3
R
SDM : a. Jumlah SDM terbatas
M
b. Kompetensi SDM tidak memenuhi
M
LANGKAH 7 : RENCANA TINDAKAN (Tanggapan & Perlakuan) PT PLN (Persero) APL Unit Kerja : BULUNGAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR JTM 20 KV Kegiatan / Proyek : UNTUK MEDIA KOMUNIKASI DATA AMR MEMINIMALISASI KEGAGALAN BACA METER AMR PADA PELANGGAN DI KAWASAN PELAYANAN PRIMA PONDOK INDAH DAN MENEKAN BIAYA GSM
Sasaran / Target
:
No
Opsi Tanggapan & Perlakuan yang Memungkinkan
Risiko
Opsi yang Dipilih
Biaya
Penanggu ng Jawab
Batas Waktu
Cara Memonit or
EKSTERNAL 1
a. Pelaksanaan tidak lancar.
2
b. Pelaksana kurang mampu
1
Ditunda
2
Dilanjutkan
dilanjutkan
Asman Cater
1 Bulan
Check Kondisi Lapangan
1
Diberi pelatihan Mengganti petugas yang mampu
Mengganti petugas yang mampu
Asman Cater
1 Minggu
Laporan lapangan
Mengganti peralatan
Pengawas lapangan
1 Minggu
Laporan lapangan
Perbaikan pemasangan
Pengawas lapangan
1Mingg u
Laporan lapangan
Pekerjaan ditunda
Pengawas lapangan
1 Bulan
Laporan lapangan
Pemberitahuan ke pelanggan
Sar PP
1 Bulan
Laporan lapangan
Melakukan survai ulang
Pengawas lapangan
1 Minggu
Laporan Asman Cater
Pekerjaan ditunda
Menunggu persetujuan
Asman Cater
1 Bulan
Manajer Area Pelayanan
Mengusulkan anggaran khusus ke PLN Distribusi Mengusulkan anggaran untuk tahun depan
Mengusulkan anggaran khusus ke PLN Distribusi
Asman Keu
3 Bulan
Laporan Asman Keuangan
Pengadaan SDM Mengoptimalkan SDM
Mengoptimalk an SDM
Asman Cater
1Mingg u
Manajer Area Pelayanan
Pelatihan untuk memenuhi kompetensi dan Sertifikasi Pengoptimalan SDM
Pelatihan untuk memenuhi kompetensi dan Sertifikasi
Asman Cater
1 Bulan
Manajer Area Pelayanan
2
1 3
c. Kesalahan pemasangan
4
d. Terjadi kecelakaan kerja
5
e. Sarana kerja tidak memadai
2
1 2 1 2 1
6
f. Jadual pemadaman
2
Memperbaiki peralatan Mengganti peralatan Perbaikan pemasangan Pemasangan ulang Pekerjaan ditunda Pekerjaan dilanjutkan Pemberitahuan ke pelanggan Pembelian sarana kerja
INTERNAL a. Kondisi lapangan tidak sesuai 7 dengan rencana
1 2
1 8
b. Manajemen kurang mendukung
2
1 9
c. Tidak ada alokasi anggaran
2
1 10
d. Jumlah SDM terbatas
e. Kompetensi SDM tidak
2
1
11 memenuhi
2
Melakukan survai ulang Pekerjaan dilanjutkan Menunggu persetujuan