Makalah Seminar Kerja Praktek
PERLUASAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH TIGA PHASA DI PT. SANIHARTO 1
Andang Purnomo Putro1, Karnoto, ST. MT.2 Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email :
[email protected] 2
Abstrak - Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Tersediannya tenaga listrik ini tentunya darus didukung oleh para pelaku usaha penunjang tenaga listrik di bidang pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik yang aman, andal, dan ramah lingkungan. Mengingat sebagai komoditi utama, maka ketersediaan listrik harus dijaga baik produksi maupun pasokannya. Sehingga jaminan inilah sebagai bagian dari ketahanan ekonomi kita harus selalu kita perhatikan. Gangguan listrik sekecil apapun, akan berdampak buruk pada tatanan sosial ekonomi masyarakat. Listrik merupakan urat nadi kehidupan masyarakat kita. Penarikan jaringan JTM 3 phasa PT Saniharto, sejauh 532 meter dilakukan agar pada pemasangan baru ini terpisah dengan sistem yang lama, sebagai akibat dari perbedaan manajemen pada PT. Saniharto. Drop tegangan pada ujung jaringan (532 m) sebesar 0,01 % sehingga masih memenuhi persayaratan drop tegangan yang dianjurkan SPLN nomor 72 tahun 1987 pasal 27 ayat 19 sebesar 5 %. Kata kunci: JTM 3 Phasa 20 kV, Perencanaan JTM 3 Phasa, Material JTM 3 Phasa
I. 1.1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan sektor ketenagalistrikan memberikan andil yang besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, demikian pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan memacu peningkatan kebutuhan tenaga listrik, sehingga diperlukan peningkatan infrastriktur penyediaan tenaga listrik dari waktu ke waktu. Undangundang No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan mengamanatkan kepada pemerintah untuk menyediakan tenaga listrk dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut dapat tercapai adanya dukungan dari seluruh stakeholders di sektor ketenagalistrikan baik badan usaha penyedia listrik maupun badan usaha jasa penunjang tenaga listrik. Sebagai salah satu lembaga yang mewadahi badan usaha jasa penunjang tenaga listrik bidang pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik di Indonesia, CV. Tiga Putra Jaya yang merupakan anggota dari Asosiasi Kontraktor Elektrikal Indonesia (AKEI) diharapkan dapat berperan aktif dalam mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut. Oleh karenanya diharap selalu terjalin kerjasama yang harmonis antara AKEI dengan para stakeholders seperti PT. PLN (Persero) dan perusahaan-perusahaan listrik swasta sebagai penyedia tenaga listrik.
1.2
Maksud dan Tujuan Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah :
1. Untuk mempelajari jenis-jenis konstruksi JTM 3Φ ( tiga phasa) serta proses pengerjaan perluasan JTM 3Φ guna penambahan daya oleh pelanggan. 2. Mengetahui lingkup kerja jasa kontraktor listrik terhadap PT. PLN (Persero) 3. Membandingkan ilmu yang didapat di bangku kuliah terhadap keadaan sebenarnya di lapangan. 1.3
Pembatasan Masalah Materi kerja praktek ini dibatasi pada proses pemasangan dan perluasan jaringan JTM 3Φ serta jenis-jenis kontruksi guna penambahan suplay daya. Prinsip kerja dari masing-masing material yang ada pada pemasangan dan perluasan jaringan JTM 3Φ ini tidak dibahas. II. 2.1
KAJIAN PUSTAKA Jaringan Tegangan Menengah Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan
Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen. Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (incoming) transformator distribusi 20 kV 231/400V. 2.2 Saluran Udara Tegangan Menengah Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.
Gambar 2 Penghantar Telanjang A3C
2.3.2 Penghantar Berisolasi Setengah Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE (croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995. Jenis konduktor A3CS yang ada dilapangan yaiu A3CS 70 mm2, dan A3CS 240 mm2.
Gambar 3 Penghantar Berisolasi Setengah A3CS
Gambar 1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2.3. Komponen Utama Penghantar SUTM
2.4 Isolator 2.4.1 Isolator Tumpu Isolator Pin Post 20 KV "Long Shank" adalah isolator untuk tegangan menengah 20 KV, type standard yang kebanyakan di gunakan di jaringan distribusi Indonesia. tipe ini memiliki stud bolt (Baut) yang panjang sekitar 15 cm (Kurang Lebih). tipe isolator ini di gunakan untuk traves yang berbentuk "U.
2.3.1 Penghantar Telanjang Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC atau A3C. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik. Jenis konduktor A3C yang ada dilapangan yaitu A3C 70 mm2, A3C 150 mm2, dan A3C 240 mm2. Gambar 4 Isolator Tumpu
2.4.2 Isolator Tarik Sebuah isolator tarik (suspension) terdiri dari sebuah pirigan porselin atau gelas yang bagian bawahnya berlekuk-lekuk untuk memperbesar jarak rayap. Pada bagian atas piringan disemenkan sebuah tutup (cap) yang terbuat dari besi cor yang telah digalvanisasikan, sedangkan pada rongga bagian bawah disemenkan sebuah pasak baja yang telah digalvanisasikan.
2.5.2 Tiang Beton Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya.
Gambar 7 Tiang Beton Gambar 5 Isolator Tarik
2.5 Tiang 2.5.1 Tiang Besi Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.
Gambar 6 Tiang Besi
2.6 Peralatan Switching dan Pengaman sisi Tegangan Menengah 2.6.1 Fused Cut Out (FCO) Pengaman lebur untuk gardu distribusi pasangan luar dipasang pada Fused Cut Out (FCO) dalam bentuk Fuse Link. Terdapat 3 jenis karakteristik Fuse Link, tipe-K (cepat), tipe–T (lambat) dan tipe–H yang tahan terhadap arus surja. Jika sadapan Lighning Arrester (LA) sesudah Fused Cut Out, dipilih Fuse Link tipe–H. jika sebelum Fused Cut Out (FCO) dipilih Fuse Link tipe–K. Sesuai Publikasi IEC 282-2 (1970)/NEMA) di sisi primer berupa pelebur jenis pembatas arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan (expulsion) tipe-H (tahan surja kilat) tipe-T (lambat) dan tipe-K (cepat) menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974) – NEMA untuk pengaman berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa koordinasi dengan pengamanan sisi sekunder.
Menengah isolator keramik atau menggunakan isolator plug-in premoulded.
Gambar 8 Fused Cut Out (FCO)
2.6.2 Lightning Arester (LA) Untuk melindungi Transformator distribusi, khususnya pada pasangan luar dari tegangan lebih akibat surja petir. Dengan pertimbangan masalah gangguan pada SUTM, Pemasangan Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO.
Gambar 11 Transformator 3Φ
III.
Analisa dan Pembahasan
3.1 Prosedur Pemasangan Baru 3.1.1 Proses Pemasangan Baru Proses pemasangan baru dilakukan secara bertahap sebagaimana ditunjukan pada bagan berikut:
Gambar 9 Lightning arester
2.7 Konektor Konektor adalah komponen yang dipergunakan untuk menyadap atau mencabangkan kawat penghantar SUTM ke gardu. Jenis konektor yang digunakan untuk instalasi gardu ini ditetapkan menggunakan Live Line Connector (sambungan yang bisa dibukapasang) untuk memudahkan membuka/memasang pada keadaan bertegangan.
Gambar 12 Bagan Alur Proses Pemasangan Baru Gambar 10 Live Line Connector
2.8 Transformator Distribusi Fase 3 Transformator gardu pasangan luar dilengkapi bushing Tegangan Menengah isolator keramik. Sedangkan Transformator gardu pasangan dalam dilengkapi bushing Tegangan
3.2 Rinciaan Pemasangan Baru 3.2.1. Pendaftaran Proses pertama kali dalam pemasangan baru yaitu pihak pelanggan mendaftarkan diri ke pihak PLN untuk permintaan pemasangan baru. Pelanggan memberikan data rinci tentang tempat dan pemasangan daya yang diinginkan.
menengah 20 KV hingga ke trafo 200 KVA yang 3.2.2. Survey Lapangan Setelah pelanggan mendaftarkan diri, nantinya akan dipasang untuk menurunkan baru PLN meninjau tempat pelanggan. Survey tegangan dari 20 KV menjadi 400 V tiga fasa. perlu dilakukan untuk meninjau tempat Selain itu pelanggan juga berkehendak memilih pelanggan, apakah nanti pemasangan diperlukan berlangganan tegangan rendah sehingga kotak perluasan jaringan atau tidak serta hal-hal lain APP pelanggan diletakan setelah trafo 200 KVA yang menyangkut teknis pelaksaan. tadi. 3.2.3. Pembayaran 3.3.3. Perencanaan Tahap terakhir yang masih ditangani oleh PLN yaitu pembayaran dari pelanggan. Pada Setelah kontrak kerja disepakati barulah tahap ini PLN sudah menyanggupi pekerjaan dilakukan survey ke lapangan. Survey ini penting pemasangan baru. Setelah dilakukan dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan pembayaran, baru pekerjaan ini diserahkan ke serta untuk menentukan tindakan selanjutnya. pihak pelaksana lapangan. Dalam pekerjaan ini tim perencana mencatat 3.2.4. Penentuan Material keadaan jaringan yang ada sampai pada kotak Pihak pelaksana lapangan memulai APP pelanggan. Setelah diketahui segala bentuk pekerjaan mulai dari tahap ini. Mula-mula kondisinya, barulah tim perencana menentukan dilakukan perencaaan penambahan baru yaitu tindakan perencanaan pada jaringan yang akan dengan menggambar lokasi. Pada tahap ini baru dibentuk nantinya. diapatkan meterial-material yang diperlukan 3.3.4. 3.3.4 Pemasangan dalam pekerjaan. Setelah dilakukan perencanaan terhadap 3.2.5. Pemasangan jaringan tegangan menengah dan didapatkan Langkah selanjutnya yaitu pemasangan gambar perencanaan, langkah selanjutnya yaitu material ke tempat pelanggan. Pemasangan ini pemasangan. Pemasangan dilakukan sesuai harus sesuai dengan gambar perencaan yang dengan perintah pada gambar perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. telah dibuat oleh tim perencana. 3.2.6. Penyalaan Setelah pemasangan usai dan instalasi 3.3.4.1. JTM di Atas Fedder yang Ada dalam bangunan pelanggan sudah siap untuk Untuk perluasan jaringan tegangan dialiri listrik maka penyalaan bisa dilakukan. menengah tiga fasa diatas fedder yang ada digunakan konstruksi tiang P12C2. Pada 3.3. Perluasan Jaringan JTM 3Φ Guna konstruksi P12C2 ini, konstruksi tiang yang ada Suplay Pasang Baru Daya 197.000 VA di ditinggikan setinggi tiga meter lalu jaringan PT. Saniharto tegangan menengah tiga fasa yang baru 3.3.1. Penawaran Pekerjaan ditempatkan diatas jaringan tegangan menengah Pada pekerjaan di PT. Saniharto kali ini, tiga fasa yang lama sehingga akan menjadi pekerjaan dilimpahkan ke CV. Tiga Putra Jaya konstruksi double sirkuit. sebagai kontraktor listrik sehingga material yang akan dipakai ditanggung semua oleh CV. Tiga Putra Jaya. 3.3.2. Permintaan Penambahan Daya 197.000 VA Pada pekerjaan di PT. Saniharto pelanggan meminta penambahan daya sebesar 197.000 VA guna supply gedung pabrik yang baru dengan ketentuan bahwa kontraktor hanya mengurusi pekerjaan dari jaringan tegangan
1.
P12C2 CC1 Untuk jaringan tegangan menengah tiga fasa yang lurus tanpa netral digunakan konstruksi CC1. Pada konstruksi CC1 ini membutuhkan tiga isolator tumpu sebagai tumpuan penghantar pada tiang. Isolator tumpu dipasang diatas cross arm yang terpisah sama jauh kemudian baru penghantar diletakan diatas isolator kemudian diikat dengan kuat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut.
Sehingga pada konstruksi CC8 ini sangat cocok untuk kondisi jaringan yang mempunyai tekukan yang tajam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 12 Preming P12C2 CC1 Gambar 4.4 Preming P12C2 CC8
2.
P12C2 CC2 Pada konstruksi CC2 membutuhkan enam buah isolator tumpu sebagai tumpuan penghantar 4. pada tiang. Isolator ditempatkan di tiga titik pada cross arm yang terpisah sama jauh dari titik . Sehingga pada konstruksi CC2 ini jaringan dapat ditekuk antara 50-300. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
4. P12C2 CC7 Konstruksi tiang CC7 adalah konstruksi single dead end tanpa netral yang mana membutuhkan tiga buah isolator tarik dimana setiap isolator tarik berisi dua renteng isolator. Tiga buah isolator tarik ditempatkan sejajar dan terpisah sama jauh dari titik tengan di depan penghantar. Konstruksi CC7 selain digunakan pada bagian akhir dari suatu jaringan juga bisa digunakan pada awal suatu jaringan seperti pada jaringan di PT Saniharto ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 13 Preming P12C2 CC2
3.
P12C2 CC8 Untuk jaringan tegangan menengah tiga fasa yang belok lebih dari 300 tanpa netral maka digunakan konstruksi tiang double dead end CC8. Pada kontruksi CC8 ini membutuhkan enam buah isolator tarik dimana setiap isolator tarik berisi dua buah renteng isolator. Tiga buah isolator tarik dipasang di depan dan tiga buah isolator yang lain dipasang di belakang kemudian masing-masing dijumper agar terhubung antara jaringan di depan dan di belakang tiang.
Gambar 4.5 Preming P12C2 CC7
3.3.4.2. JTM Baru Pada pemasangan jaringan tegangan menengah yang baru dibutuhkan tiga tiang C12200E yaitu tiang beton dengan tinggi 12 meter berdiameter 200 mm. untuk pemasangan tiang ini dibutuhkan penggalian lubang pada tanah selebar 200 mm dengan kedalaman lubang dua meter.
Namun apabila terjadi kendala pada saat penggalian lubang sehingga kedalaman lubang tidak mencapai dua meter, maka diperlukan pengecoran setelah tiang menancap pada lubang. Hal ini dilakukan agar tiang tetap kokoh dan mampu memikul beban yang ada. 1.
1.
CC1-A Spesifikasi 1 CC 1-A berarti konstruksi tiang jaringan tegangan menengah tiga fasa lurus berpenghantar netral berjumlah satu buah. Hal ini menandakan tiang digunakan pada kondisi jaringan lurus.
Gambar 4.8 kontruksi CG 313/200 KVA
Spesifikasi 2 CM2-12 berarti pada tiang ini dilengkapi dua buah grounding jaringan. Satu grounding jaringan ini didapat dari penghantar netral jaringan dan grounding trafo kemudian disalurkan ke tanah dan yang satu dari grounding arrester.
Gambar 4.6 kontruksi tiang CC 1-A
2.
CC7 dan Pemasangan Srandang Spesifikasi CC 7 berarti konstruksi tiang jaringan tegangan menengah tiga fasa dead end berjumlah satu buah. Hal ini menandakan tiang digunakan pada akhir jaringan.
Gambar 4.9 kontruksi tiang CM2-11M
Spesifikasi 1 CM2-12A berarti pada salah satu tiang terdapat tarikan guywire dan anchore. Tarikan ini digunakan pada tiang belok yang tajam atau pada tiang dead end.
Gambar 4.7 kontruksi tiang CC7
Spesifikasi CG 313/200 KVA berarti terdapat srandangan trafo 200 KVA dimana srandangan ini membutuhkan dua buah tiang sebagai tumpuan. Srandang ini dipakai jika trafo yang digunakan adalah trafo 160 KVA sampai 400 KVA.
Gambar 4.10 kontruksi CM2-12A
Spesifikasi 1 E1-2 menandakan tiang ini mempunyai anchore satu buah. Spesifikasi 1 F12 menandakan tiang ini mempunyai guy wire satu buah.
Gambar 4.11 Anchore yang akan ditanam
3.3.5. Evaluasi Setelah pemasangan dilakukan maka langkah terakhir yang harus dilakukan yaitu evaluasi keseluruhan hasil kerja. Evaluasi dilakukan mulai dari perencanaan sampai pemasangan terutama yang dievaluasi adalah rincian anggran. Pada perencanaan sendiri sudah ada rincian anggaran perencanaan (RAP) karena pada perencanaan sendiri tim perencana sudah bisa melihat jaringan akhir dan material-material yang ada. Sedangkan pada evaluasi ini akan dicocokan kembali apakah perencanaan sesuai dengan kondisi lapangan atau tidak. Semakin baik tim perencana maka hasil dari evaluasi ini hanya berbeda sedikit dari kondisi di lapangan nantinya. IV Penutup 4.1 Kesimpulan Selama melaksanakan kerja praktek di CV. Tiga Putra Jaya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
2.
3.
CV. Tiga Putra Jaya merupakan salah satu kontraktor listrik yang melayani pemasangan tambah daya dari konsumen tegangan menengah ke tegangan rendah, perawatan jaringan, dan instalasi yang berkerja sama dengan PLN. Pemasangan dilakukan berdasarkan gambar yang telah dibuat tim perencana dan harus memenuhi standard pemasangan yang telah ditetapkan oleh PLN. Penarikan penghantar sejauh 532 meter dilakukan agar pada pemasangan baru ini
4.
terpisah dengan sistem yang lama. Hal ini dikarenakan perbedaan manajemen pada PT. Saniharto. Penarikan penghantar 523 meter ini menghasilkan besar drop tegangan sebesar 0,02 % sehingga masih berada kisaran drop tegangan yang dianjurkan PLN.
4.2 Saran Setelah pelaksanaan Kerja Praktek di CV. Tiga Putra Jaya, penulis banyak mendapatkan pelajaran dan ilmu yang berharga, serta pengalaman baru di dunia kerja yang bermanfaat di hari kemudian. Penulis juga mengharapkan adanya kerja sama antara pihak CV. Tiga Putra Jaya dan pihak kampus baik dalam hal akademis maupun non akademis. DAFTAR PUSTAKA [1] Turan Gonen, 2007, Electric Power Distribution System Engineering – second edition, CRC Press, California [2] Tim Penyusunan Buku Standar Konstruksi, 2008, Pedoman Standar Konstruksi 2008, PT. PLN (PERSERO) [3] Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia, 2010, Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu Hubung Tenaga Listrik, PT. PLN (PERSERO), Jakarta Selatan. [4] Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia, 2010, Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu Hubung Tenaga Listrik, PT. PLN (PERSERO), Jakarta Selatan. [5] http://akeijateng.blogspot.com
BIODATA PENULIS Andang Purnomo Putro (21060110130082) Penulis lahir di Pati, 25 Agustus 1992. Menempuh jalur pendidikan dasar di TK Pangudi Luhur, SD Negeri Tayu Wetan 01, dan SMA Negeri 4 Semarang dan saat ini sedang menjalani pendidikan S1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang Konsentrasi Teknik Energi Listrik. Semarang, 27 Desember 2013 Mengetahui Dosen Pembimbing
Karnoto, ST. MT. NIP 19690709 199702 1 001