TESIS
OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI NIM 0891662034
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI NIM 0891662034
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS TELAH DISETUJUI TANGGAL 11 JANUARI 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si NIP. 19590510 199003 1 001 NIP. 19641225 199303 1 003
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak. NIP 19591202 198702 1 001
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.s (K) NIP 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 11 Januari 2011 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No.: 0050/H14.4/HK/2011 Tanggal 10 Januari 2011
Ketua:
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA
Anggota: 1. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si. 2. I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak. 3. Drs. I Gede Suparta Wisadha, M.Si, Ak. 4. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.
Denpasar, Januari 2011 Penulis
A.A.Ayu Putri Widyantari
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Idâ Sang Hyang Widhi Waçâ, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: ”Opini Audit Going Concern dan FaktorFaktor yang Memengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.” Tesis ini merupakan hasil penelitian sebagai persyaratan akhir studi jenjang Strata-2, di bidang Akuntansi, Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Berbagai pihak telah berkontribusi besar dalam penyelesaian tesis ini sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA, sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., sebagai pembimbing II, yang dengan tulus dan penuh kesabaran membimbing, memberi nasihat, dan semangat kepada penulis selama mengikuti seluruh rangkaian penulisan proposal sampai dengan tahap penyelesaian tesis. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak., Bapak Drs. I Gede Suparta
Wisadha, M.Si, Ak., dan Ibu Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak., sebagai tim penilai yang telah berkenan memberi masukan konstruktif guna penyempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister di Universitas Udayana. Terima kasih pula kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen pengajar atas bimbingan, motivasi, dan arahannya selama penulis menjalankan proses perkuliahan. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ketut Budiartha, SE.,
vi
M.Si., Ak., Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ibu Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak., dan Ibu Ni Luh Supadmi, SE., M.Si., Ak., selaku pengelola Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana yang telah memberi perhatian dan bantuan yang tulus selama penulis mengikuti pendidikan di Program ini. Terima kasih pula kepada segenap rekan-rekan MAKSI angkatan II dan III atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyediaan data guna penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak A.A. Gde Adnyana Wijaya dan Ibu I Gusti Ayu Tantri atas doa restu dan dukungannya selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga kepada adikku A.A. Gede Widya Mahantara, atas dukungan moral maupun material selama penulis mengikuti pendidikan hingga penyelesaian tesis ini. Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak jika ada kekurangan yang pastinya tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat.
Denpasar, Januari 2011
Penulis
vii
ABSTRAK OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit going concern dapat digunakan sebagai peringatan awal bagi para pengguna laporan keuangan guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan. Beberapa penelitian mengenai faktorfaktor yang berpengaruh pada opini audit going concern telah dilakukan. Namun, hasil penelitian tersebut masih menunjukkan ketidakkonsistenan. Penelitian ini bertujuan menguji kembali faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going concern. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009 sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil purposive sampling diperoleh 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabel profitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern.
Kata kunci: opini audit going concern, likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure
viii
ABSTRACT GOING CONCERN AUDIT OPINION AND FACTORS THAT INFLUENCE IT: STUDY AT MANUFACTURING COMPANIES ON INDONESIAN STOCK EXCHANGE Going concern opinion accepted by a company represents the condition and events which arises auditor’s hesitation of the company’s going concern. Going concern audit opinion can be used as early warning to the user of financial statements in order to prevent mistakes on decision making. A number of research has been conducted concerning factors that influence to going concern audit opinion. Yet, its result keeps showing inconsistency. This study objective is to reinvestigate factors that influence going concern audit opinion. The factors used on this research are liquidity, leverage, profitability, cash flow, company’s size, company’s growth, audit quality, audit lag, prior year audit opinion, and auditor client tenure. This research using sample of manucaturing companies listed on Indonesia Stock Exchange during 2000-2009. Based on purposive sampling, there are 30 manufacturing companies which fulfilled the sample requirements. Hypotesis testing on this research was done by the logistic regression analysis. The hypotesis testing showed that leverage and prior year audit opinion have positive relationship to going concern audit opinion. Variables of profitability, cash flow, and company’s size have negative relationship to going concern audit opinion. Variables of liquidity, company’s growth, audit quality, audit lag, and auditor client tenure have no relationship to going concern audit opinion.
Keywords: going concern audit opinion, liquidity, leverage, profitability, cash flow, company’s size, company’s growth, audit quality, audit lag, prior year audit opinion, and auditor client tenure.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................... i PERSYARATAN GELAR ................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vi ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................10 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................11 1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori............................................................................13 2.1.1 Teori keagenan (Agency theory).......................................13 2.1.2 Auditing ..........................................................................15 2.1.3 Opini audit .......................................................................19 2.1.4 Kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup (going concern)................................21 2.1.4.1 Tanggung jawab auditor .......................................22 2.1.4.2 Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa ..............24 2.1.4.3 Pertimbangan dampak informasi kelangsungan hidup entitas terhadap laporan auditor ..................25 2.1.5 Likuiditas.........................................................................27 2.1.6 Leverage ..........................................................................27 2.1.7 Profitabilitas ....................................................................28 2.1.8 Arus kas...........................................................................28 2.1.9 Ukuran perusahaan ..........................................................29 2.1.10 Pertumbuhan perusahaan .................................................30 2.1.11 Kualitas audit ...................................................................30 2.1.12 Audit lag ..........................................................................33 2.1.13 Opini audit tahun sebelumnya ..........................................34 2.1.14 Auditor client tenure ........................................................35 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................36
x
BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Rerangka Berpikir .......................................................................46 3.2 Konsep Penelitian .......................................................................51 3.3 Hipotesis Penelitian .....................................................................52 3.3.1 Pengaruh likuiditas pada opini audit going concern..........52 3.3.2 Pengaruh leverage pada opini audit going concern ...........53 3.3.3 Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern ....53 3.3.4 Pengaruh arus kas pada opini audit going concern ...........54 3.3.5 Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit going concern ............................................................................55 3.3.6 Pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini audit going concern ..................................................................55 3.3.7 Pengaruh kualitas audit pada opini audit going concern ...56 3.3.8 Pengaruh audit lag pada opini audit going concern ..........57 3.3.9 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going concern ..................................................................57 3.3.10 Pengaruh auditor client tenure pada opini audit going concern ............................................................................58 BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................60 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................62 4.3 Data Penelitian ............................................................................62 4.3.1 Jenis data.........................................................................62 4.3.2 Sumber data ....................................................................63 4.3.3 Metoda penentuan sampel ...............................................63 4.4 Variabel Penelitian ......................................................................66 4.4.1 Identifikasi variabel .........................................................66 4.4.2 Definisi operasional variabel ...........................................66 4.4.2.1 Likuiditas ...........................................................66 4.4.2.2 Leverage ............................................................67 4.4.2.3 Profitabilitas .......................................................67 4.4.2.4 Arus kas .............................................................68 4.4.2.5 Ukuran perusahaan .............................................68 4.4.2.6 Pertumbuhan perusahaan ....................................68 4.4.2.7 Kualitas audit .....................................................68 4.4.2.8 Audit lag ............................................................69 4.4.2.9 Opini audit tahun sebelumnya ............................69 4.4.2.10 Auditor client tenure ..........................................69 4.4.2.11 Opini audit going concern ..................................69 4.5 Analisis Data ...............................................................................70 BAB V
HASIL PENELITIAN 5.1 Statistik Deskriptif ......................................................................74 5.2 Analisis Regresi Logistik ............................................................78
xi
5.2.1 5.2.2 5.2.3 5.2.4 5.2.5 5.2.6
Menilai kelayakan model regresi .....................................79 Menilai keseluruhan model (overall model fit) .................79 Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) ..................80 Tabel klasifikasi ..............................................................80 Uji multikolinearitas ........................................................81 Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis ..........................................................................82
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Likuiditas pada Opini Audit going concern ..................87 6.2 Pengaruh Leverage pada Opini Audit going concern ...................88 6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit going concern .............89 6.4 Pengaruh Arus Kas pada Opini Audit going concern ...................89 6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit going concern ...90 6.6 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit going concern .......................................................................................91 6.7 Pengaruh Kualitas Audit pada Opini Audit going concern ...........92 6.8 Pengaruh Audit Lag pada Opini Audit going concern ..................93 6.9 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Opini Audit going concern .............................................................................94 6.10Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit going concern .......................................................................................95 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan .....................................................................................97 7.2 Saran ........................................................................................ 100 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102 LAMPIRAN ................................................................................................... 109
xii
DAFTAR TABEL No.
Judul
Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya .............................................41 Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel ...................................................................64 Tabel 4.2 Distribusi Perusahaan Sampel per Kelompok Industri ........................65 Tabel 4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit .................................65 Tabel 5.1 Statistik Deskriptif .............................................................................74 Tabel 5.2 Tabel Klasifikasi ................................................................................80 Tabel 5.3 Matriks Korelasi ................................................................................81 Tabel 5.4 Variables in The Equation ..................................................................82
xiii
DAFTAR GAMBAR No.
Judul
Halaman
Gambar 3.1 Rerangka Berpikir ..........................................................................50 Gambar 3.2 Konsep Penelitian ...........................................................................51 Gambar 3.3 Model Teoretis Penelitian ...............................................................59 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................61
xiv
DAFTAR LAMPIRAN No.
Judul
Halaman
Lampiran 1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern........................... 109 Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel .......................................................... 110 Lampiran 3 Nilai Setiap Variabel .................................................................. 111 Lampiran 4 Statistik Deskriptif...................................................................... 121 Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Logistik................................................... 122
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Laporan
keuangan
merupakan
salah
satu
sarana
penting
untuk
mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 dijelaskan bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi. Agar dapat memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan harus berkualitas. Menyediakan informasi yang berkualitas tinggi adalah penting karena hal tersebut akan secara positif memengaruhi penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan. Pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menurut teori keagenan berpotensi mengakibatkan konflik antara pihak-pihak yang terkait yaitu agen dan prinsipal. Konflik ini terjadi karena prinsipal dan agen mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Jika agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Pihak manajemen yang
mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Perilaku manajemen ini tentu saja dapat memengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang
1
2
disajikan. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Dengan demikian, diharapkan penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dapat membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang lebih tepat berdasarkan informasi yang telah diaudit oleh pihak independen. Standar Auditing (SA) seksi 341 menyebutkan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam perioda waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001). Selain itu, Statement on Auditing Standards (SAS) No. 59 juga menyatakan bahwa auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Auditing Standard Boards (ASB), 1988). Oleh karena itu, selain memperoleh informasi mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, laporan auditor independen juga memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (going concern). Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan (Mutchler, 1984).
3
Clarkson dan Simunic (1994) melakukan studi yang mengidentifikasi reaksi investor terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pengungkapan hasil analisis laporan keuangan. Studi tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor akan melakukan investasi maka mereka perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan melihat laporan auditor, terutama yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investor sangat mengandalkan opini audit yang diberikan auditor untuk melakukan keputusan investasi (Levitt, 1998 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern (Mayangsari, 2003). Beberapa penyebabnya antara lain (1) masalah self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya (Venuti, 2007), dan (2) tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Ho, 1994) karena hampir tidak ada suatu panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih (LaSalle dan Anandarajan, 1996) karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Kebangkrutan perusahaan Enron terjadi
4
karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang lewat business partnership. Weiss (2002) menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al, 2003). Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam memberikan opini going concern adalah meramalkan apakah auditee akan mengalami kebangkrutan atau tidak. Ross et al. (2002) menyatakan indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Financial distress akan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk, dan kegagalan untuk membayar kewajiban. Pada akhirnya, financial distress ini akan mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga
kelangsungan usaha
perusahaan diragukan. Selain itu, beberapa peneliti di antaranya Mutchler et al. (1997), Louwers (1998), Geiger dan Raghunandan (2002), Geiger dan Rama (2006), Januarti (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure juga
5
memengaruhi penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu, kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Beberapa peneliti (Mutchler, 1985; Chen dan Church, 1992; LaSalle dan Anandarajan, 1996; Mutchler et al., 1997; Behn et al., 2001; Bruynseels dan Willekens, 2006) telah menggunakan current ratio dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa current ratio berpengaruh signifikan pada keputusan opini audit going concern. Namun penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan pada penerbitan opini audit going concern. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva
6
menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2008) menyatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Profitabilitas dapat diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi penjualan bersih (NIBTS). Semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan dapat memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern. Penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), dan Behn et al. (2001) menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern. Namun penelitian Hani dkk. (2003) dan Rahayu (2007) menemukan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan pada penerbitan opini audit going concern. Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.
7
Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Penelitian yang dilakukan Mutchler (1985) menemukan bahwa cash flow to total debt ratio mampu memprediksi opini audit going concern yang diberikan auditor. Namun penelitian yang dilakukan oleh Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan bahwa cash flow to total debt ratio tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Untuk kondisi dengan risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di Asia Tenggara pada umumnya, Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan besar
memiliki
kemampuan
yang
lebih
baik
dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Hasil penelitian McKeown et al. (1991) dan Mutchler et al. (1997) membuktikan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif signifikan pada opini audit going concern. Namun penelitian Ramadhany (2005) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan
usahanya.
Perusahaan
yang
mengalami
pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth
8
mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman, 1968). Penelitian Fanny dan Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. Namun penelitian Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007) menemukan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox (2002), dan Putra (2010) menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit going concern. McKeown et al. (1991) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak melakukan pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat
9
ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa perusahaan dapat mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit going concern (Lennox, 2002). Namun penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), serta Putra (2010) yang menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern. Auditor client tenure atau audit firm tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan dengan auditee yang sama (Espahbodi, 1991 dalam Januarti, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa auditor client tenure berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun
10
penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) menemukan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti termotivasi melakukan penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going concern yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) yang meneliti pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, dan kepemilikan perusahaan pada penerimaan opini audit going concern. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Januarti (2009) adalah kondisi keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, dan rasio arus kas sedangkan dalam penelitian Januarti (2009) dinilai dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman. Selain itu, penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009 sebagai sampel penelitian, sedangkan penelitian Januarti (2009) menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 1997-2006.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure
11
berpengaruh pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009.
1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut ini. (1) Kegunaan teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi penelitian pasar modal mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengonfirmasi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai opini audit going concern yang masih belum konsisten.
12
(2) Kegunaan praktis Bagi praktisi kantor akuntan publik terutama bagi auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan penilaian mengenai keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (agency theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu sebagai berikut ini. (1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri. (2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.
13
14
Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan umumnya memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan prinsipal sebagai pemilik perusahaan sehingga menimbulkan terjadinya asimetri informasi. Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori keagenan, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer akan cenderung bertindak oportunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi dan hal ini memicu terjadinya konflik keagenan sehingga diperlukan peran pihak ketiga yaitu auditor independen untuk mengevaluasi pertanggungjawaban keuangan manajemen dan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Auditor sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan. Prinsipal mengharapkan auditor memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor (Komalasari, 2007). Auditor bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan, dan mengungkapkan permasalahan going concern
15
yang dihadapi perusahaan apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2.1.2 Auditing ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2008:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Menurut Mulyadi (2002:9), secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut Jusup (2001:11) auditing atau pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan Agoes (2000:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
16
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi sehingga dapat ditentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran pernyataan tersebut. Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan (Jusup, 2001:169) berikut ini. (1) Penerimaan penugasan audit Tahap awal suatu audit adalah mengambil keputusan untuk menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Mulyadi (2002:122) menyebutkan bahwa perikatan adalah kesempatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditor menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah-langkah yang ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit dari calon kliennya adalah sebagai berikut: (a) mengevaluasi integritas manajemen, (b) mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa,
17
(c) menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit, (d) menilai independensi, (e) menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesional, (f) membuat surat perikatan audit. Tahap ini hanya melibatkan standar umum dari standar auditing yang perlu diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa (Jusup, 2001:169). (2) Perencanaan Audit Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Tahapan yang ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya adalah sebagai berikut: (a) memahami bisnis dan industri klien, (b) melaksanakan prosedur audit, (c) mempertimbangkan tingkat materialitas awal, (d) mempertimbangkan risiko bawaan, (e) mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama, (f) mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan,
18
(g) memahami pengendalian intern klien. (3) Pelaksanaan pengujian audit Tahap ketiga dalam audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Pengujian ini dilakukan tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah akhir tahun buku klien. (4) Pelaporan Temuan Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu hingga tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan. Ada dua langkah yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini (Mulyadi, 2002:122), yaitu: (a) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan, (b)menerbitkan laporan audit.
19
2.1.3 Opini audit Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001). Pemberian opini audit dapat mengurangi asimetri informasi
antara
manajemen
dengan
stakeholders
perusahaan
karena
memungkinkan pihak di luar perusahaan untuk memverifikasi validitas laporan keuangan. Menurut Halim (2008:75), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini. (1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
20
(2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: (a) pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, (b)adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI, (c) laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material, (d)auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, (e) auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi. (3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila: (a) tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, (b)auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan
21
tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat. (4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan. (5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila: (a) ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu, (b)
auditor tidak independen terhadap klien.
2.1.4 Kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitasaktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan
menuju
arah
likuidasi.
Suatu
operasi
yang
berlanjut
dan
berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa
22
laporan keuangan yang terbit pada suatu perioda mempunyai sifat sementara, sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan. Rahayu
(2007)
menyatakan
bahwa
istilah
going
concern
dapat
diinterpretasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai konsep dan yang kedua adalah going concern sebagai opini audit. Sebagai konsep, istilah going concern dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka panjang. Sebagai opini audit, istilah opini going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang. Dalam SA Seksi 341 paragraf 01 dinyatakan bahwa kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
entitas
dalam
memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001). Kelangsungan hidup suatu entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen untuk membawa entitas tersebut untuk bertahan selama mungkin.
2.1.4.1 Tanggung jawab auditor Dalam SA Seksi 341 paragraf 03 dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan
23
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit dengan cara berikut ini (IAI, 2001). (1) Auditor
mempertimbangkan
dilaksanakannya
menunjukkan
apakah adanya
seluruh
hasil
kesangsian
prosedur besar
yang
mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor. (2) Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: (a) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, (b) mengevaluasi apakah rencana tersebut efektif dilaksanakan. (3) Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil kesimpulan apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. SA Seksi 341 paragraf 04 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya
24
menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2001).
2.1.4.2 Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa SA Seksi 341 paragraf 06 menyatakan bahwa auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian
besar
tentang
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit). Contoh kondisi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut ini (IAI, 2001). (1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. (2) Petunjuk lain tentang kemungkinan financial distress, sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. (3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek tertentu,
25
komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. (4) Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan
membahayakan
kemampuan
entitas
untuk
beroperasi,
kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai. Arens
dan
Lobbecke
(1996:52)
menyatakan beberapa
faktor
yang
menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan adalah (1) kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, (2) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek, (3) kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa, serta (4) perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sering terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
2.1.4.3 Pertimbangan dampak informasi terhadap laporan auditor
kelangsungan
hidup
entitas
SA Seksi 341 paragraf 10-14 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak informasi kelangsungan hidup entitas terhadap laporan auditor sebagai berikut ini (IAI, 2001).
26
(1) Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa yang terjadi, auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. (2) Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa yang terjadi,
auditor
menyangsikan
kemampuan
satuan
usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. (3) Apabila auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan mengenai kelangsungan hidup satuan usaha, mitigating factor, dan rencana manajemen. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut memadai maka ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. (4) Jika auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut tidak memadai maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
27
Secara ringkas panduan untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapi masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.1.5 Likuiditas Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006), aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan berubah menjadi kas dalam jangka waktu yang singkat (biasanya kurang dari satu tahun), sedangkan kewajiban lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat (biasanya juga kurang dari satu tahun). Rasio ini dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi indikator terbaik sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat (Brigham & Houston, 2009:95).
2.1.6 Leverage Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki
28
atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Semakin besar debt ratio maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern.
2.1.7 Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi penjualan bersih (NIBTS). Rasio ini merupakan variabel penting dalam pengukuran kinerja operasi yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan efisiensi pengelolaan biaya guna mempertahankan kelangsungan usahanya.
2.1.8 Arus kas Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.
29
Auditor perlu untuk memahami bagaimana menggunakan rasio arus kas dalam melaksanakan audit karena ukuran tersebut akan semakin diperhatikan oleh investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya. Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara arus kas operasi dengan total kewajiban.
2.1.9 Ukuran perusahaan Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize), dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Selain itu, hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Oleh karena itu, perusahaan besar diharapkan akan lebih mampu untuk menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi dan mempertahankan kelangsungan usahanya.
30
2.1.10 Pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Penjualan perusahaan yang meningkat dari tahun ke tahun memberi peluang perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Setyarno dkk., 2006).
2.1.11 Kualitas audit Pengukuran kualitas audit masih tetap merupakan sesuatu yang tidak jelas, tetapi pemakai laporan keuangan biasa mengaitkannya dengan reputasi auditor (Teoh dan Wong, 1993). Craswell et al. (1995) menyatakan klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki
31
afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen ini menunjukkan bahwa KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah kelangsungan usaha kliennya. Palmrose (1988) membuktikan di dalam penelitiannya bahwa kelompok auditor Big 8 memiliki tingkat litigasi yang rendah dibandingkan non-Big 8, hal tersebut menunjukkan bahwa auditor Big 8 memberikan kualitas yang lebih tinggi karena memiliki motivasi untuk menjaga reputasinya. Sebelum tahun 2003, terdapat lima KAP besar di dunia yang disebut The Big Five Auditors yaitu Arthur Andersen, Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Lima KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Five Auditors yaitu: (1) KAP Prasetio Utomo & Co berafiliasi dengan Arthur Andersen, (2) KAP Hanadi, Sarwoko, dan Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
32
(3) KAP Hans Tuanakotta & Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, (4) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG, (5) KAP
Drs.
Hadi
Susanto
dan
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers. Namun sejak tahun 2003 hingga sekarang, The Big Five Auditors tersebut menjadi The Big Four Auditors. Keempat KAP tersebut adalah Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2003-2004 empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors tersebut, adalah: (1) KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, (2) KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, (3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG, (4) KAP
Drs.
Hadi
Susanto
dan
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2005, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors adalah sebagai berikut: (1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, (2) KAP Osman Ramli Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, (3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,
33
(4) KAP
Drs.
Hadi
Susanto
dan
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2006-2008, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big four Auditors adalah sebagai berikut: (1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, (2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, (3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG, (4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2009, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors yaitu: (1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, (2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, (3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG, (4) KAP
Tanudireja
Wibisana
&
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers.
2.1.12 Audit lag Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit delay didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tanggal tahun tutup buku, yaitu per 31 Desember sampai tanggal
34
yang tertera di laporan auditor independen (Rachmawati, 2008). Subyekti dan Widiyanti (2004) juga menyatakan audit lag sebagai perbedaan antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang mengindikasikan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Oleh karena itu, semakin panjang audit lag semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox (2002), serta Januarti dan Fitrianasari (2008), menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit going concern. McKeown et al. (1991) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak melakukan pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa perusahaan dapat mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit going concern (Lennox, 2002).
2.1.13 Opini audit tahun sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler
35
(1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model analisis diskriminan yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibandingkan model yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), serta Januarti (2009) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern.
2.1.14 Auditor client tenure Auditor client tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Bagian Praktek Securities of Exchange Commission (SEC) Komite Eksekutif (American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), 1992 dalam Sinason et al., 2001) dinyatakan beberapa argumen yang dibuat tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan menyebabkan masalah sebagai berikut ini.
36
(1) Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen klien
yang
menyebabkan auditor
untuk
mengidentifikasi masalah
manajemen dan kehilangan skeptisisme profesional. (2) Auditor
mungkin
menganggap
pengujian
yang dilakukan
sebagai
pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa sudah mengetahui lebih dulu hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang mampu untuk mengevaluasi perubahan penting dalam kondisi klien.
(3) Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan klien dalam rangka mempertahankan hubungannya dengan klien. Memenuhi keinginan
manajemen
klien
mungkin
menjadi
prioritas
auditor,
dibandingkan mengikuti standar profesional.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian empiris mengenai opini audit going concern sebelumnya pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Fanny dan Saputra (2005), Setyarno dkk. (2006), Januarti (2009), dan Putra (2010). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten. Mutchler (1985) melakukan analisis diskriminan dengan memasukkan enam rasio keuangan (Cash Flow/Total Liabilities, Current Assets/Current Liabilities, Net Worth/Total Liabilities, Total Long-term Liabilities/Total assets, dan Net Income Before Tax/Net Sales), item contrary information, mitigating factors, tren dan tipe opini tahun sebelumnya. Hasil temuannya menunjukkan bahwa model dengan variabel rasio-rasio keuangan dan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai
37
akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model yang lain. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai rasio keuangan dan tipe opini audit tahun sebelumnya sangat berguna dalam memprediksi keputusan opini going concern. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Mutchler (1985) adalah sama-sama meneliti current ratio, dan cash flow/total liabilities. Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik untuk menguji faktorfaktor yang memengaruhi opini audit going concern. Selain rasio keuangan dan opini audit tahun sebelumnya, penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Chen dan Church (1992) menguji kegunaan status default dan variabel keuangan dalam mengidentifikasi opini going concern yang diterima perusahaan. Variabel keuangan yang digunakan adalah cash flows from current operations divided by total liabilities (CFTL), current assets divided by current liabilities (CACL), longterm debt divided by total assets (LDTA), net income before taxes divided by net sales (NIBTS), perubahan current ratio (CCR), terjadinya rugi operasi 2 tahun berturut-turut (LOS2), dan ukuran perusahaan (LTA). Hasil penelitiannya menemukan hubungan
yang kuat antara status default dan penerbitan opini audit going concern. Pengujian tambahan yang dilakukan menemukan bahwa kekuatan penjelas dan kemampuan prediktif tambahan dapat dicapai dengan mempertimbangkan status default dalam menentukan penerbitan opini audit going concern. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Chen dan Church (1992) adalah sama-sama meneliti pengaruh rasio keuangan, dan ukuran perusahaan pada opini
38
audit going concern. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan variabel pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure. Penelitian Fanny dan Saputra (2005) menguji pengaruh model prediksi kebangkrutan (yang diukur dengan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan Revised Altman Model, dan The Springate Model), pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan pertumbuhan aset) dan reputasi Kantor Akuntan Publik (yang diukur berdasarkan penggolongan KAP Big 4 dan non-Big 4) pada opini audit going concern. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman memengaruhi ketepatan pemberian opini audit going concern, pertumbuhan perusahaan dan reputasi Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fanny dan Saputra (2005) adalah sama-sama meneliti pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kualitas audit pada opini audit going concern. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Setyarno dkk. (2006) meneliti pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern. Sampel penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta perioda 2000-2004. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going
39
concern, penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman berpengaruh terhadap opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern, dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Setyarno dkk. (2006) adalah samasama meneliti pengaruh pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going concern dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, audit lag, dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Selain itu, sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Penelitian Januarti (2009) menganalisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 1997-2006. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, variabel debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern, opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, kualitas auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, auditor client tenure berpengaruh negatif terhadap
40
penerimaan opini audit going concern, audit lag tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Januarti (2009) adalah sama-sama meneliti pengaruh ukuran perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini penelitian ini menambahkan variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. Selain itu, sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Putra (2010) meneliti pengaruh model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag pada opini audit going concern. Sampel penelitian terdiri dari 154 perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di Bursa Efek Indonesia perioda 2002-2008. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif pada opini audit going concern, reputasi auditor tidak berpengaruh pada opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya dan audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern.
41
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra (2010) adalah sama-sama meneliti pengaruh kualitas audit, audit lag, dan opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going concern dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini penelitian ini menambahkan variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Selain itu, sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Berdasarkan pembahasan di atas dapat diringkas hasil-hasil penelitian sebelumnya dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul (1) (2) (3) 1. Jane F. A Multivariate Mutchler (1985) analysis of the auditor’s going concern opinion decision
Variabel Penelitian (4) Enam rasio keuangan yaitu CashCash Flow/Total Liabilities, Current Assets/Current Liabilities, Net Worth/Total Liabilities, Total Long-term Liabilities/Total assets, dan Net Income Before Tax/Net Sales), item contrary information, mitigating factors, tren dan tipe opini tahun sebelumnya
Hasil Penelitian (5) Model dengan variabel rasio-rasio keuangan dan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model yang lain
42
(1) (2) 2. Kevin C. W. Chen and Bryan K. Church (1992)
(3) (4) Default on Variabel Debt dependen: opini Obligations audit going and the concern. Issuance of Variabel Going-Concern independen: cash Opinions flows from current operations divided by total liabilities (CFTL), current assets divided by current liabilities (CACL), longterm debt divided by total assets (LDTA), net income before taxes divided by net sales (NIBTS), perubahan current ratio (CCR), terjadinya rugi operasi 2 tahun berturut-turut (LOS2), ukuran perusahaan (LTA), dan status default
3.
Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra (2005)
(5) Enam variabel yaitu CFTL, CACL, LDTA, NIBTS, LTA, CCR berguna dalam menjelaskan penerbitan opini audit going concern. Status default lebih berguna dalam menjelaskan penerbitan opini audit going concern dibandingkan variabel keuangan.
Opini Audit Variabel Penggunaan model Going concern: dependen: opini prediksi Kajian audit going kebangkrutan yang Berdasarkan concern. dikembangkan Model Prediksi Variabel oleh Altman Kebangkrutan, independen: model memengaruhi Pertumbuhan ketepatan prediksi Perusahaan, pemberian opini kebangkrutan, dan Reputasi audit going pertumbuhan Kantor concern, perusahaan, dan Akuntan reputasi Kantor pertumbuhan Publik (Studi Akuntan Publik. perusahaan dan Pada Emiten reputasi Kantor Bursa Efek Akuntan Publik Jakarta) tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
43
(1) (2) 4. Eko Budi Setyarno, Indira Januarti, dan Faisal (2006)
(3) (4) Pengaruh Variabel Kualitas Audit, dependen: opini Kondisi audit going Keuangan concern. Perusahaan, Variabel Opini Audit independen: Tahun kualitas audit, Sebelumnya, kondisi keuangan Pertumbuhan perusahaan, opini Perusahaan audit tahun Terhadap sebelumnya, dan Opini Audit pertumbuhan Going concern perusahaan
5.
Analisis Variabel Variabel kondisi Pengaruh dependen: opini keuangan tidak Faktor audit going berpengaruh Perusahaan, concern. terhadap Kualitas penerimaan opini Variabel Auditor, audit going independen: Kepemilikan kondisi keuangan, concern, Perusahaan debt default, variabel debt Terhadap Opini ukuran default Audit Going perusahaan, berpengaruh concern opini audit tahun positif terhadap (Perusahaan sebelumnya, penerimaan opini Manufaktur audit lag, auditor audit going yang Terdaftar client tenure, concern, di Bursa Efek kualitas audit, ukuran perusahaan Indonesia) opinion shopping, berpengaruh kepemilikan negatif terhadap manajerial dan
Indira Januarti (2009)
(5) Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern, penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit going concern, dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
44
(1)
(2)
(3)
(4) institusional.
(5) penerimaan opini audit going concern, opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, auditor client tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern, audit lag tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
45
(1) (2) 6. I Gede Cahyadi Putra (2010)
(3) Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen
(4) (5) Variabel dependen: Model prediksi opini audit going kebangkrutan concern. berpengaruh negatif pada opini Variabel independen: model audit going concern, prediksi kebangkrutan, reputasi auditor reputasi auditor, tidak berpengaruh opini audit tahun pada opini audit sebelumnya, dan going concern, audit lag opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern, audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern.
BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Rerangka Berpikir Dalam teori keagenan disebutkan bahwa prinsipal sebagai pemilik perusahaan memberikan kewenangan kepada agen untuk melaksanakan pekerjaan atas nama prinsipal. Ada dua asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam hubungan keagenan agar menghasilkan suatu kontrak yang efisien yaitu simetri informasi dan agen menerima imbalan yang pasti. Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan umumnya memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan prinsipal sebagai pemilik perusahaan sehingga menimbulkan terjadinya asimetri informasi. Oleh karena itu sebagai pengelola perusahaan, manajer berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan melalui pengungkapan akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak-pihak internal dan eksternal perusahaan yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi secara langsung dari perusahaan. Namun pihak manajemen umumnya memiliki kepentingan yang berbeda dengan prinsipal sehingga akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang disajikan
46
47
oleh pihak manajemen. Dengan demikian, diharapkan penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dapat membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang lebih tepat berdasarkan informasi yang telah diaudit oleh pihak independen. Dalam SA Seksi 341 disebutkan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk menilai mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (IAI, 2001). Oleh karena itu berdasarkan laporan auditor independen, pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya juga dapat memperoleh informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan (Mutchler, 1984). Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Beberapa peneliti telah menganalisis faktor yang memengaruhi opini audit going concern di antaranya Mutchler (1985), Chen dan Church (2000), Fanny dan Saputra (2005), Setyarno dkk. (2006), dan Januarti (2009). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk meneliti kembali pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern.
48
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan. Carcello dan Neal (2000) menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern. Penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, dan arus kas. Makin rendah tingkat likuiditas perusahaan yang diukur dengan current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Penelitian Mutchler (1985) menemukan bahwa current ratio berpengaruh signifikan pada keputusan opini audit going concern. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil dibandingkan kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992). Oleh karena itu, semakin besar nilai rasio total kewajiban dibagi dengan total aktiva menunjukkan kinerja keuangan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai
kelangsungan
hidup
perusahaan.
Perusahaan
dengan
tingkat
profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dengan baik sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor juga harus memperhitungkan rasio dari data laporan arus kas klien. McKeown et al. (1991) dan Mutchler et al. (1997) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern.
49
Perusahaan besar umumnya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan Putra (2010). Auditor client tenure atau audit firm tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa auditor client tenure berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern.
50
Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan teknik analisis regresi logistik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Adapun rerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 3.1 berikut. Teori Keagenan
Manajemen
SA Seksi 341
Laporan Keuangan
Pemilik Perusahaan
Auditor Independen Kelangsungan Usaha
Diragukan
Opini Audit Going concern
(1) Likuiditas (2) Leverage (3) Profitabilitas (4) Arus Kas (5) Ukuran Perusahaan (6) Pertumbuhan Perusahaan (7) Kualitas Audit (8) Audit lag (9) Opini Audit Tahun Sebelumnya (10) Auditor client tenure Gambar 3.1 Rerangka Berpikir
51
3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan rerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antarvariabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep tersebut dapat disajikan dalam Gambar 3.2 berikut. Kajian Empiris (1) Mutchler (1985), (2) Chen dan Church (1992), (3) Fanny dan Saputra (2005), (4) Setyarno dkk. (2006), dan (5) Januarti (2009)
Kajian Teoritis Teori Keagenan
Likuiditas
H1
Leverage
H2
Profitabilitas
H3
Arus Kas
H4
Ukuran Perusahaan
H5
Pertumbuhan Perusahaan
H6
Kualitas Audit
H7
Audit lag
H8
Opini Audit Tahun Sebelumnya
H9
Auditor client tenure
H10 Gambar 3.2 Konsep Penelitian
Opini Audit Going concern
52
3.3 Hipotesis Penelitian 3.3.1 Pengaruh likuiditas pada opini audit going concern Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio. Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985) dengan analisis diskriminan menunjukkan bahwa current ratio sebagai salah satu dari enam rasio keuangan yang hasilnya signifikan dalam membuat keputusan opini going concern. Chen dan Church (1992;1996) melakukan penelitian dengan menggunakan empat rasio keuangan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa current ratio signifikan dalam menjelaskan keputusan opini going concern. Konsisten dengan penelitian sebelumnya Behn et al. (2001) membuktikan bahwa current ratio menunjukkan hasil negatif signifikan untuk memprediksi dikeluarkannya opini going concern. Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H1 :
Likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
53
3.3.2 Pengaruh leverage pada opini audit going concern Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Makin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Chen dan Church (1992) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H2 :
Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern.
3.3.3 Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari rasio laba bersih sebelum pajak dibagi penjualan bersih. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak
54
menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et al. (2001) menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H3 :
Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
3.3.4 Pengaruh arus kas pada opini audit going concern Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien. Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Ross, Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani (2010) menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H4 :
Arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
55
3.3.5 Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit going concern Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Ballesta dan Garcia (2005) dalam Junaidi dan Hartono (2010) berpendapat bahwa perusahaan besar mempunyai manajemen yang lebih baik dalam mengelola perusahaan dan berkemampuan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas jika dibandingkan perusahaan kecil. Untuk kondisi dengan risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di Asia Tenggara pada umumnya, Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H5 :
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
3.3.6 Pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini audit going concern Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan digunakan untuk
mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
mempertahankan
posisi
56
ekonominya, baik dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan
semestinya
sehingga
perusahaan
dapat
mempertahankan
posisi
ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman, 1968). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H6 :
Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
3.3.7 Pengaruh kualitas audit pada opini audit going concern Auditor bertanggung jawab untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dan menilai mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu yang pantas. Auditor yang berkualitas tinggi cenderung akan menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan. DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan KAP kecil. KAP skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah yang dialami klien karena mereka lebih kuat untuk menghadapi proses pengadilan. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big
57
6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H7 :
Kualitas audit berpengaruh positif pada opini audit going concern.
3.3.8 Pengaruh audit lag pada opini audit going concern Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai dengan tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al. (1987) menyatakan
bahwa
perusahaan
yang
menerima
opini
going
concern
membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox (2002), dan Putra (2010) menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit going concern. McKeown et al. (1991) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H8 :
Audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern.
3.3.9 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going concern Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan Putra (2010) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya
58
perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H9 :
Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern.
3.3.10 Pengaruh auditor client tenure pada opini audit going concern Auditor client tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama. Ketika hubungan klien suatu KAP telah berlangsung bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan yang berlangsung terus, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP. Terdapat ancaman terhadap obyektivitas auditor dari familiaritasnya terhadap klien, yang mengarahkan pada kritik yang menyatakan bahwa tidaklah mungkin untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian yang bersifat obyektif dan tidak bias (Bazerman et al., 2002). Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya sehingga lebih sulit untuk memberikan opini going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H10:
Auditor client tenure berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
59
Berdasarkan pengembangan hipotesis di atas, kesepuluh hipotesis tersebut dapat diringkas dalam model teoretis penelitian seperti yang disajikan dalam Gambar 3.3 berikut ini.
Likuiditas Leverage Profitabilitas + Arus Kas
-
Ukuran Perusahaan -
Pertumbuhan Perusahaan
+
Kualitas Audit
+
Opini Audit Going concern
+ Audit lag
-
Opini Audit Tahun Sebelumnya Auditor client tenure
Gambar 3.3 Model Teoretis Penelitian
BAB IV METODA PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mempersiapkan data penelitian dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hasil yang diperoleh, masalah, dan hipotesis penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh dengan mengakses website www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini: variabel independen yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, dan variabel dependen yaitu opini audit going concern. Pengujian mengenai pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure pada opini audit going concern dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil pengujian regresi logistik kemudian dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan. Kesimpulan juga disusun sesuai dengan masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan. Tahapan-tahapan
60
61
tersebut dapat disajikan dalam bentuk rancangan penelitian seperti pada Gambar 4.1 berikut ini. LATAR BELAKANG
MASALAH PENELITIAN
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT PENELITIAN Kuantitatif
KAJIAN PUSTAKA
Data Penelitian
Data Sekunder ICMD & BEI Purposive Sampling
HIPOTESIS PENELITIAN
Independen Likuiditas Leverage Profitabilitas Arus Kas Ukuran Perusahaan 6. Pertumbuhan Perusahaan 7. Kualitas audit 8. Audit lag 9. Opini Audit Tahun Sebelumnya 10.Auditor Client Tenure 1. 2. 3. 4. 5.
Rancangan Penelitian
Variabel Penelitian
Dependen Opini Audit Going Concern Kesimpulan Penelitian
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Regresi Logistik
Saran dan Implikasi
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
62
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data laporan keuangan auditan dengan mengakses dan mengunduh situs resmi Bursa Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Perusahaan manufaktur tersebut dipilih dari daftar perusahaan yang terbuka (go public) dan ada dalam ICMD. Beberapa alasan sampel penelitian diambil dari ICMD adalah (1) daftar perusahaan telah dikelompokkan dalam beberapa industri dan sub-sub kelompok industri, dan (2) perusahaan yang bersifat terbuka akan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan reputasinya melalui berbagai informasi (Badera, 2008). Perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena (1) perusahaan manufaktur merupakan jenis perusahaan yang paling banyak terdaftar di BEI, sehingga variasi data untuk sampel yang ada akan semakin banyak; dan (2) untuk menghindari adanya industrial effect, yaitu risiko industri yang berbeda antara sektor industri yang satu dengan yang lain (Behn et al, 2001; Blay dan Geiger, 2001).
4.3 Data Penelitian 4.3.1 Jenis data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif dalam penelitian ini
63
adalah laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2000-2009. (2) Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar (Sugiyono, 2007:13). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah laporan auditor independen.
4.3.2 Sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder eksternal, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2007:129). Data sekunder eksternal dalam penelitian ini adalah data laporan auditor independen, dan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan ICMD.
4.3.3 Metoda penentuan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:73). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metoda purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2007:78). Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut.
64
(1) Perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut selama perioda pengamatan yaitu 2000-2009. (2) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah untuk perioda yang berakhir pada 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2000-2009. (3) Perusahaan yang mengalami laba bersih negatif sekurangnya dua perioda laporan keuangan berturut-turut selama perioda pengamatan tahun 20002009. Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel No 1
Kriteria
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009 2 Perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-turut selama perioda 2000-2009 3 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah 4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 5 Perusahaan yang data laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama perioda 2000-2009 tidak tersedia 6 Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih negatif sekurangnya dua perioda laporan keuangan berturutturut selama perioda pengamatan tahun 2000-2009 Jumlah Sampel Akhir Tahun Pengamatan Jumlah Pengamatan Sumber: BEI, data diolah
Jumlah Perusahaan 174 (46) (5) (1) (66)
(26) 30 10 300
65
Secara rinci distribusi data perusahaan yang terpilih sebagai sampel berdasarkan kelompok industri dapat disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Perusahaan Sampel per Kelompok Industri No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelompok Industri Food and Beverages Textile Mill Products Apparel and Other Textile Products Lumber and Wood Products Paper and Allied Products Chemical and Allied Products Plastics and Glass Products Cement Metal and Allied Products Fabricated Metal Products Stone, Clay, Glass, and Concrete Products Cables Electronic and Office Equipment Automotive and Allied Products Photographic Equipment Pharmaceuticals Jumlah Sumber: ICMD
Jumlah 5 1 5 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 30
Sampel dikategorikan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis opini audit yang diterimanya, yaitu kelompok perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern (GC) dan yang mendapatkan opini audit non going concern (NGC). Distribusi perusahaan tersebut disajikan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit Opini
2000 2001 GC 14 14 NGC 16 16 30 30 Total Sumber: data diolah
Perusahaan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 14 14 15 13 9 9 11 10 16 16 15 17 21 21 19 20 30 30 30 30 30 30 30 30 (Lampiran 3)
Total 123 177 300
66
4.4
Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi variabel Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:33). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. (2) Variabel bebas atau independen adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2007:33). Variabel independen dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure.
4.4.2 Definisi operasional variabel Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada variabel dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan pengukuran kriteria (Ikhsan, 2008:62). Terminologi definisi operasional harus mempunyai acuan empiris untuk mengukur variabel dengan cara mendapatkan informasi yang dapat dimengerti.
4.4.2.1 Likuiditas Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat
67
waktu. Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985). Rasio ini mengukur sejauh mana perusahaan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Current Ratio
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
.................................................................(1)
4.4.2.2 Leverage Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva (Sartono, 2001:121). Rasio ini mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibelanjai dengan kewajiban yang berasal dari kreditor dan modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Debt Ratio
Total Kewajiban Total Aktiva
........................................................................(2)
4.4.2.3 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dari aktivitas utama yang dilakukan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi dengan penjualan bersih (Mutchler, 1985). NIBTS
Laba bersih sebelum pajak Penjualan bersih
..............................................................(3)
68
4.4.2.4 Arus kas Arus kas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow to total debt ratio (Mills dan Yamamura, 1998). Cash Flow to Total Debt Ratio
Arus kas operasi Total kewajiban
......................................(4)
4.4.2.5 Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar, menengah dan kecil. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui logaritma total aktiva. Total aktiva dipilih sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmaji dan Sularto, 2007).
4.4.2.6 Pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan (Setyarno dkk., 2006). Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam pertumbuhan tingkat penjualan dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan Penjualan
Penjualant Penjualant 1 ......................................(5) Penjualant 1
4.4.2.7 Kualitas audit Kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu diberikan kode 1 jika KAP berafiliasi dengan KAP Big 4, dan diberikan kode 0 jika KAP tidak berafiliasi dengan KAP Big 4 (Setyarno dkk., 2006).
69
4.4.2.8 Audit lag Audit lag merupakan jumlah hari antara tanggal tutup buku laporan keuangan sampai dengan tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Audit lag mengindikasikan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor (Subyekti dan Widiyanti, 2004).
4.4.2.9 Opini audit tahun sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya, yang diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu diberikan kode 1 apabila auditee menerima opini audit going concern, sedangkan apabila auditee menerima opini audit non going concern diberikan kode 0 (Ramadhany, 2004).
4.4.2.10 Auditor client tenure Auditor client tenure diukur dengan menghitung tahun dimana KAP yang sama telah melakukan perikatan dengan auditee (Januarti, 2009).
4.4.2.11 Opini audit going concern Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya di masa mendatang. Termasuk dalam opini going concern ini adalah opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar dan tidak memberikan pendapat (Mutchler,1986; Ramadhany, 2004; Rahayu, 2006). Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel
70
dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, opini audit non going concern diberi kode 0.
4.5
Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi
logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2007:334) dan variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variabel metrik dan non-metrik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data
pada
variabel
bebasnya
(Ghozali,
2006:225),
dan
mengabaikan
heteroskedastisitas (Gujarati, 2003:597). Analisis regresi logistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 15.0 for Windows. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam persamaan berikut. GC 1CACL 2 TDTA 3 NIBTS 4 CFOTD 5 SIZE 6 SG 1 GC 7 KA 8 AL 9 OTS 10 ACT ... ...........................................(6) Keterangan: GC = probabilitas mendapatkan opini audit going concern ln 1 GC α= konstanta βi= koefisien regresi CACL= likuiditas TDTA= leverage NIBTS= profitabilitas CFOTD= arus kas ln
71
SIZE= SG= KA= AL= OTS= ACT= ε=
ukuran perusahaan pertumbuhan perusahaan kualitas audit audit lag opini audit tahun sebelumnya auditor client tenure variabel pengganggu
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Menilai kelayakan model regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2006:233). (2) Menilai keseluruhan model (overall model fit) Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara 2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model
72
hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1, hal ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006: 233). (3) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Nilai Nagelkerke R square menunjukkan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian (Ghozali, 2006:233). (4) Tabel klasifikasi Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalan persen. (5) Uji multikolinearitas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam regresi logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antarvariabel bebas. Apabila nilai koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil dari 0,8 berarti tidak terdapat gejala
73
multikolinearitas yang serius antar variabel bebas tersebut (Kuncoro, 2004:240). (6) Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis Estimasi parameter dari model dapat dilihat pada output Variable in the Equation. Output Variable in the Equation menunjukkan nilai koefisien regresi dan tingkat signifikansinya. Koefisien regresi dari tiap variabelvariabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antarvariabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini merupakan uji satu sisi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan () = 5%. Apabila sig < maka dapat dikatakan variabel bebas berpengaruh signifikan pada variabel terikat.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel dan prosedur penyampelan yang telah dilakukan diperoleh 30 perusahaan dengan 300 sampel dalam tahun pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan. Hasil tabulasi data untuk variabel dependen dan independen disajikan pada Lampiran 3. Statistik deskriptif masing-masing variabel disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Statistik Deskriptif N GC CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT
300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Minimum .00 .03594 .05084 -14.25360 -.58389 24.66128 -.90770 .00 9.00 .00 1.00
Maximum 1.00 557.46821 5.07253 1.77035 1.61405 30.47847 53.39483 1.00 235.00 1.00 10.00
Mean .4100 8.7170966 .8603010 -.1132515 .0817395 27.15191 .2957215 .5600 76.3433 .4267 3.0633
Std. Deviation .49266 54.94166710 .65648105 .91009104 .22822862 1.44449126 3.12541141 .49722 26.63061 .49542 2.22617
Sumber: data diolah (Lampiran 4) Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut ini. (1) Nilai rata-rata opini audit (GC) sebesar 0,41 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 300 perusahaan sampel yang diteliti. Dari 300 perusahaan sampel, 123 perusahaan sampel menerima opini audit going
74
75
concern, dan 177 perusahaan sampel menerima opini audit non going concern. (2) Nilai rata-rata current ratio (CACL) sampel yang diteliti sebesar 8,7170966. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan sampel secara rata-rata baik. Hasil tersebut sesuai dengan ukuran yang digunakan oleh Hampton (1980) dalam Setyowati (2009) bahwa ukuran likuiditas secara normal 2 : 1. Angka rata-rata current ratio tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki aktiva lancar di atas kewajiban lancar sehingga sampel diharapkan akan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Dilihat dari besarnya standar deviasi menunjukkan terdapat perusahaan sampel yang likuiditasnya sangat rendah tetapi ada yang sangat tinggi. Hal ini berarti likuiditas dari perusahaan sampel memiliki variasi yang tinggi. (3) Nilai rata-rata debt ratio (TDTA) sampel yang diteliti sebesar 0,8603010 dengan minimum 0,05084 dan maksimum 5,07253. Rasio tersebut memberikan gambaran ada perusahaan sampel yang memiliki jumlah kewajiban yang kecil sehingga angka rasio menunjukkan 0,05084. Namun, ada pula perusahaan sampel yang memiliki rasio melebihi 1, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki ekuitas negatif atau terdapat indikasi adanya risiko yang cukup besar bagi kreditor. Secara keseluruhan, rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai rasio yang kurang dari 1, itu berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki ekuitas yang
76
positif dan diharapkan mampu untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat jatuh tempo. (4) Profitabilitas diukur menggunakan rasio NIBTS yang menggambarkan efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan guna menjamin kontinuitas usahanya (Setyowati, 2009). Nilai rata-rata rasio NIBTS perusahaan sampel adalah sebesar -0,1132515 dengan nilai minimum -14,25360 dan maksimum 1,77035. Nilai rata-rata rasio NIBTS menunjukkan nilai negatif, hal ini menggambarkan bahwa banyak perusahaan sampel yang mengalami rugi bersih sebelum pajak. (5) Nilai rata-rata cash flow to total debt ratio (CFOTD) sampel yang diteliti sebesar 0,0817395 dengan nilai minimum -0,58389 dan maksimum 1,61405. Nilai rata-rata cash flow to total debt ratio menunjukkan nilai yang kurang dari 1, hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki arus kas operasi yang lebih kecil dari total kewajibannya sehingga kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi mereka mungkin tidak mencukupi untuk digunakan membayar seluruh kewajiban. (6) Nilai rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 27,15191 dengan nilai minimum 24,66128 dan maksimum 30,47847. Nilai rata-rata sebesar 27,15191 lebih cenderung pada nilai minimum 24,66128, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak perusahaan sampel yang ukurannya tergolong berskala kecil. (7) Nilai
rata-rata
pertumbuhan
perusahaan
yang
diproksikan
dengan
pertumbuhan penjualan (SG) menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar
77
0,2957215 dengan nilai minimum -0,90770 dan maksimum 53,39483. Nilai rata-rata yang positif menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan sampel mengalami pertumbuhan yang positif yang ditandai dengan peningkatan penjualan bersihnya. Nilai minimum sebesar -0,90770 menunjukkan ada perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan negatif, namun ada pula perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan positif yang cukup besar yang ditunjukkan dengan nilai maksimum 53,39483. (8) Variabel kualitas audit (KA) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,5600 yang lebih besar dari 0,50 menunjukkan bahwa kualitas audit dengan kode 1, yakni KAP yang berafiliasi dengan Big 4 lebih banyak muncul dari 300 perusahaan sampel. Dari 300 perusahaan sampel, 168 perusahaan sampel diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big 4, dan 132 perusahaan sampel diaudit oleh KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. (9) Nilai rata-rata audit lag (AL) adalah sebesar 76,3433 dengan nilai minimum 9 dan nilai maksimum 235. Nilai rata-rata audit lag sebesar 76,3433 hari menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan selama 76,3433 hari dimana nilainya masih di bawah 90 hari kalender yang merupakan batas yang ditetapkan oleh Bapepam dalam penyampaian laporan keuangan seperti yang tertuang dalam Kep-36/PM/2003 Peraturan Nomor X.K.2. Namun ada pula perusahaan sampel yang memiliki audit lag 235 hari, hal ini menunjukkan sampel tersebut melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam atau perusahaan sampel tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan.
78
(10) Variabel opini audit tahun sebelumnya (OTS) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4267 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya dengan kode 1, yakni menerima opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 300 perusahaan sampel. Dari 300 perusahaan sampel, 128 perusahaan sampel menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, dan 172 perusahaan sampel yang tidak menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya. (11) Nilai rata-rata auditor client tenure (ACT) adalah sebesar 3,0633 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 10. Nilai rata-rata sebesar 3,0633 menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata perikatan dengan KAP selama 3,0633 tahun. Nilai maksimum sebesar 10 menunjukkan bahwa ada perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP yang sama selama 10 tahun. Hal ini tentu saja melanggar Peraturan Menteri Keuangan 17/PMK.01/2008 yang mengharuskan perusahaan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan audit enam tahun berturut-turut.
5.2
Analisis Regresi Logistik Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi
logistik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006:225), dan mengabaikan heteroskedastisitas (Gujarati, 2003:597).
79
5.2.1 Menilai kelayakan model regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah 4.398 dengan probabilitas signifikansi 0,820 yang nilainya jauh di atas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Hasil Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.2.2 Menilai keseluruhan model (overall model fit) Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Nilai -2LL awal adalah sebesar 406,115 dan setelah dimasukkan kesepuluh variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 81,956. Penurunan nilai -2LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hasil penilaian keseluruhan model dapat dilihat pada Lampiran 5.
80
5.2.3 Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Lampiran 5, nilai Nagelkerke R square adalah sebesar 0,891 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 89,1 persen, sedangkan sisanya sebesar 10,9 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
5.2.4 Tabel klasifikasi Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi probabilitas penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalan persen. Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2 Tabel Klasifikasi Predicted GC Observed Step 1 GC
0 1
Overall Percentage Sumber: data diolah (Lampiran 5)
0 169 7
1
Percentage Correct 8 95,5 116 94,3 95,0
Tampilan dalam Tabel 5.2 tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern adalah sebesar 94,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 116 perusahaan (94,3%) yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 123
81
perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit non going concern adalah 95,5 persen. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 169 perusahaan (95,5%) yang diprediksi menerima opini audit non going concern dari total 177 perusahaan yang menerima opini audit non going concern.
5.2.5 Uji multikolinearitas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam regresi logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antarvariabel bebas. Hasil pengujian ditampilkan dalam Tabel 5.3. Tabel 5.3 Matriks Korelasi Constant Step 1
TDTA
NIBTS
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
1.000
.006
-.032
.023
-.012
-.959
.069
.015
.158
.340
-.335
CACL
.006
1.000
.443
.098
-.040
-.143
-.027
-.108
.085
.010
-.101
TDTA
-.032
.443
1.000
-.124
-.192
-.159
.014
-.245
-.056
.299
.060
NIBTS
.023
.098
-.124
1.000
.154
.025
.043
-.010
-.093
-.342
-.013
CFOTD
-.012
-.040
-.192
.154
1.000
.064
.018
.180
-.067
-.335
-.034
SIZE
-.959
-.143
-.159
.025
.064
1.000
-.072
-.046
-.310
-.427
.251
SG
.069
-.027
.014
.043
.018
-.072
1.000
-.019
.025
-.009
.010
KA
.015
-.108
-.245
-.010
.180
-.046
-.019
1.000
.117
-.182
.000
AL
.158
.085
-.056
-.093
-.067
-.310
.025
.117
1.000
.127
.025
OTS
.340
.010
.299
-.342
-.335
-.427
-.009
-.182
.127
1.000
-.236
ACT
-.335
-.101
.060
-.013
-.034
.251
.010
.000
.025
-.236
1.000
Constant
CACL
CFOTD
Sumber: data diolah (Lampiran 5) Hasil pengujian menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi antarvariabel yang lebih besar dari 0,8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas yang serius antarvariabel bebas tersebut.
82
5.2.6 Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi paramater dalam Variables in The Equation. Model regresi yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter dalam Variables in The Equation adalah sebagai berikut ini. ln
GC 7 ,827 0,318CACL 3,537TDTA 2,042 NIBTS 4,866 CFOTD 0,487 SIZE 1 GC
0,060 SG 0, 231 KA 0,006 AL 5,897 OTS 0,202 ACT
Estimasi parameter dari model dan tingkat signifikansinya dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Variables in The Equation B S.E. Wald CACL -.318 .302 1.112 TDTA 3.537 1.300 7.406 NIBTS -2.042 1.012 4.071 CFOTD -4.866 2.286 4.532 SIZE -.487 .226 4.622 SG .060 .138 .189 KA -.231 .676 .117 AL .006 .012 .297 OTS 5.897 .803 53.889 ACT -.202 .172 1.375 Constant 7.827 5.753 1.851 Sumber: data diolah (Lampiran 5)
Step 1(a)
Df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. .292 .006 .044 .033 .032 .664 .732 .586 .000 .241 .174
Exp(B) .727 34.352 .130 .008 .615 1.062 .793 1.006 363.843 .817 2507.998
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan () = 5%. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut ini. (1) Pengujian hipotesis pertama (H1) Hipotesis pertama menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel likuiditas
83
yang diproksikan dengan current ratio memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,318 dengan tingkat signifikansi 0,292 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H1 ditolak. (2) Pengujian hipotesis kedua (H2) Hipotesis kedua menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel leverage yang diproksikan dengan debt ratio memiliki koefisien regresi positif sebesar 3,537 dengan tingkat signifikansi 0,006 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern atau dengan kata lain H2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar debt ratio perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concern. (3) Pengujian hipotesis ketiga (H3) Hipotesis ketiga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel profitabilitas yang diproksikan dengan NIBTS memiliki koefisien regresi negatif sebesar -2,042 dengan tingkat signifikansi 0,044 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau dengan kata lain H3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio
84
NIBTS perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concern. (4) Pengujian hipotesis keempat (H4) Hipotesis keempat menyatakan bahwa arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel arus kas yang diproksikan dengan cash flow to total debt ratio memiliki koefisien regresi negatif sebesar -4,866 dengan tingkat signifikansi 0,033 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau dengan kata lain H4 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin besar cash flow to total debt ratio perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. (5) Pengujian hipotesis kelima (H5) Hipotesis kelima menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,487 dengan tingkat signifikansi 0,032 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau dengan kata lain H5 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concern.
85
(6) Pengujian hipotesis keenam (H6) Hipotesis keenam menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,060 dengan tingkat signifikansi 0,664 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H6 ditolak. (7) Pengujian hipotesis ketujuh (H7) Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel kualitas audit yang diukur dari berafiliasi atau tidak dengan KAP Big 4 memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,231 dengan tingkat signifikansi 0,732 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H7 ditolak. (8) Pengujian hipotesis kedelapan (H8) Hipotesis kedelapan menyatakan bahwa audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel audit lag memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,586 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel audit lag tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H8 ditolak.
86
(9) Pengujian hipotesis kesembilan (H9) Hipotesis kesembilan menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki koefisien regresi positif sebesar 5,897 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern atau dengan kata lain H9 diterima. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya memiliki kemungkinan yang semakin besar untuk menerima opini audit going concern pada tahun berjalan. (10) Pengujian hipotesis kesepuluh (H10) Hipotesis kesepuluh menyatakan bahwa auditor client tenure berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel auditor client tenure memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,202 dengan tingkat signifikansi 0,241 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H10 ditolak.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Pengaruh Likuiditas pada Opini Audit Going Concern Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan current ratio.
Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya. Namun hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Selain itu, standar deviasi untuk variabel likuiditas menunjukkan nilai 54, 9416 yang jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-ratanya 8,7170. Supomo dan Indriantoro (2002) dalam Lestari dan Chariri (2007) menegaskan apabila nilai standar deviasi lebih besar daripada nilai rata-rata maka terjadi outlier (penyimpangan data). Hal ini mungkin saja memengaruhi hasil penelitian sehingga menyebabkan variabel likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis pertama dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan
87
88
Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada pemberian opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung temuan penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992;1996), serta Behn et al. (2001).
6.2
Pengaruh Leverage pada Opini Audit Going Concern Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu
membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Rasio leverage yang tinggi akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan penggunaan modalnya untuk membayar kewajiban daripada untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan berkurang sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Rasio leverage yang tinggi juga menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh pemilik sehingga risiko perusahaan juga semakin besar. Hal ini dapat menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.
89
6.3
Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit Going Concern Perusahaan yang beroperasi secara normal akan mendapatkan keuntungan
yang nantinya akan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan penjualannya merupakan salah satu ukuran profitabilitas (Hanafi, 2004:42). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et al. (2001) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada pemberian opini audit going concern.
6.4
Pengaruh Arus Kas pada Opini Audit Going Concern Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 dinyatakan
bahwa informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar yang memadai untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan
90
keputusan ekonomi, para pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya (IAI, 2007). Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien. Ross, Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani (2010) menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis keempat dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa rasio arus kas tidak berpengaruh pada penerbitan opini audit going concern.
6.5
Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit Going Concern Penelitian ini menggunakan logaritma total aktiva sebagai proksi dari ukuran
perusahaan. Penggunaan logaritma total aktiva dipandang dapat mewakili ukuran perusahaan karena dapat menggambarkan
kemampuan perusahaan baik
kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya maupun kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki. Dengan demikian perusahaan besar yang mengalami financial distress akan lebih mudah mengatasi kesulitannya karena memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan
91
perusahaan kecil (Setyowati, 2009). Perusahaan dengan total aktiva yang besar juga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis kelima dalam penelitian ini. Kevin et al. (2006) yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Carcello dan Neal (2000) juga menemukan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan pemberian opini audit going concern. Penelitian McKeown et al. (1991) juga menemukan bahwa perusahaan besar memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk gagal dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.
6.6
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit Going Concern Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis keenam dalam penelitian ini. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan tidak selalu mengindikasikan bahwa laba yang diperoleh perusahaan juga meningkat. Peningkatan beban operasional yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan penjualan akan mengakibatkan laba bersih yang negatif dan berdampak pada saldo laba ditahan perusahaan.
92
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going concern karena peningkatan penjualan tersebut belum tentu diikuti dengan peningkatan laba. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan temuan penelitian Fanny dan Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern.
6.7
Pengaruh Kualitas Audit pada Opini Audit Going Concern Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit tidak
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis ketujuh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007) menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Mutchler et al. (1997) yang menunjukkan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kualitas audit tidak dapat dijadikan sebagai faktor yang dapat memengaruhi opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going concern. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Barnes dan Huan (1993), Barnes dan Huan
93
(1993) menyatakan bahwa ketika sebuah KAP sudah memiliki reputasi yang baik maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya itu dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya tersebut sehingga mereka akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Selain itu, KAP dan akuntan yang akan melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Kep-34/PM/2003 Peraturan Nomor VIII.A.1. Oleh karena itu, apabila memang perusahaan tersebut diragukan kelangsungan hidupnya maka opini yang akan diterimanya adalah opini audit going concern, tanpa memandang apakah auditornya terafiliasi dengan Big 4 atau tidak.
6.8
Pengaruh Audit lag pada Opini Audit Going Concern Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai dengan
tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al. (1987) menyatakan
bahwa
perusahaan
yang
menerima
opini
going
concern
membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Namun, hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit lag yang panjang belum tentu mengindikasikan adanya masalah going concern pada auditee dan tidak menjamin bahwa perusahaan yang memiliki audit lag yang panjang akan memperoleh opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis kedelapan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Januarti (2009) yang
94
menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Louwers (1998), Lennox (2002), dan Putra (2010) yang menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit going concern.
6.9
Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Opini Audit Going Concern Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis kesembilan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan Putra (2010) yang menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Walaupun penerbitan kembali opini audit going concern tidak semata-mata didasarkan pada opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun penerimaan
opini
audit
going
concern
pada
tahun sebelumnya
akan
mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan semakin mempersulit perusahaan untuk bangkit dari kesulitan yang dialami. Jones (1996) menyebutkan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern dapat
95
mengalami penurunan harga saham. Selain itu, penerimaan opini audit going concern dapat berdampak pada kesulitan perusahaan untuk mencari pinjaman (Firth, 1980 dalam Setyowati, 2009). Nogler (1995) juga menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini going concern maka perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak maka opini going concern dapat diberikan kembali.
6.10 Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit Going concern Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis kesepuluh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa auditor client tenure berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menemukan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Penelitian Lennox (2002) juga menemukan bukti bahwa auditor client tenure kurang dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit going concern. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa independensi auditor tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya. Auditor akan tetap mengeluarkan opini audit going concern kepada perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usaha tanpa memedulikan kehilangan fee audit yang akan diterima di masa
96
mendatang karena kehilangan klien. Selain itu, Kep-20/PM/2002 Peraturan Nomor VIII.A.2 juga menjelaskan tentang indepedensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal sehingga akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal akan berusaha untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh Bapepam tersebut.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, dan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini. (1) Likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada pemberian opini audit going concern. (2) Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern. Rasio leverage yang tinggi menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh pemilik sehingga risiko perusahaan semakin besar. Hal ini dapat menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. (3) Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan
97
98
maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et al. (2001) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern. (4) Arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Ross, Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani (2010) menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima opini audit going concern. (5) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi sehingga auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian McKeown et al. (1991)
yang
juga
menemukan
bahwa
perusahaan
besar
memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk gagal dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. (6) Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan
99
pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going concern karena peningkatan penjualan tersebut belum tentu diikuti dengan peningkatan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fanny dan Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. (7) Kualitas audit tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Mirna dan Praptitorini (2007) dan Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. (8) Audit lag tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil ini menunjukkan audit lag yang panjang belum tentu mengindikasikan adanya masalah going concern pada auditee. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan penelitian Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. (9) Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada
100
tahun sebelumnya harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak maka opini going concern dapat diberikan kembali (Nogler, 1995). (10) Auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa independensi auditor tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya sehingga auditor akan selalu bersikap independen dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang disajikan manajemen. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menunjukkan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.
7.2 Saran Beberapa keterbatasan memengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) adalah sebesar 0,891 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 89,1 persen, sedangkan sisanya sebesar 10,9 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk menjelaskan penerimaan opini audit going concern. Variabel lain yang secara teoritis mungkin dapat memengaruhi opini audit going concern yaitu debt default,
101
mekanisme Corporate Governance, opinion shopping, dan penerapan strategi manajemen. Oleh karena itu, penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan variabel lain tersebut dan variabel tersebut dapat diuji dengan teknik analisis yang berbeda. (2) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian. (3) Variabel kualitas audit yang diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu terafiliasi atau tidak dengan KAP Big 4 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan pada opini audit going concern. Penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan proksi lain yang dapat mengukur kualitas audit dengan lebih tepat sehingga dapat menemukan pengaruh kualitas audit pada opini audit going concern seperti spesialiasi industri auditor yang digunakan dalam penelitian Craswell et al. (1995).
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance. September: 589609. Arens, Alvin A., dan James K. Lobbecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu (Auditing An Integrated Approach), Jilid 1. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat. Ashton, Robert H., John J. Willingham, and Robert K. Elliott. 1987. An Empirical Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol. 25, No. 2: 275-292. Auditing Standards Board. 1988. Statement on Auditing Standards No.59: The Auditors’ Consideration of an Entity’s Ability to Continue as a Going Concern. New York: AICPA. Badera, I Dewa Nyoman. 2008. Pengaruh Kesesuaian Hubungan Corporate Governance dengan Budaya Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan. Disertasi: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bazerman, Max H., George Loewenstein, and Don A. Moore. 2002. Why Good Accountants Do Bad Audits. Available at: http://sds.hss.cmu.edu/media/pdfs/loewestein/WhyGoodAccountants.pdf. (accessed 03 November 2010). Behn, Bruce K., Steven E. Kaplan, and Kip R. Krumwiede. 2001. Further Evidence on the Auditor’s Going-Concern Report: The Influence of Management Plans. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 20, No.1: 13-18. Belkaoui, Ahmed R. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat. Blay, Allen D., and Marshall A. Geiger. 2001. Market Expectation for First Time Going-Concern Recipients. Journal of Accounting, Auditing & Finance. Vol. 16, No. 3: 209-226. Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management (Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
102
103
Bruynseels, Liesbeth and M. Willekens. 2006. Strategic Viability and GoingConcern Audit Opinion. Available at: http://www.placement.abs.aston.ac.uk/newweb/AcademicGroups/fal/ASIG/ Bruynseels_Willekens_BAA.pdf. Carcello, Joseph V., and Terry L. Neal. 2000. Audit Committee Composition and Auditor Reporting. Available at http://papers.ssrn.com/paper.taf?abstract_id=229835. (accessed 5 November 2010). Chen, Kevin C. W., and Bryan K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and the Issuance of Opini Going-Concern Opinions. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 11, No. 2: 30-49. Clarkson, Peter M., and Dan A. Simunic. 1994. The Association between Audit Quality, Retained Ownership, and Firm-Specific Risk in U.S. vs. Canadian IPO Markets. Journal of Accounting and Economics. Vol. 17: 207-228. Craswell, Allen T., Jere R. Francis, and Stephen L. Taylor. 1995. Auditor Brand Name Reputations and Industry Specialization. Journal of Accounting and Economics. Vol. 20: 297-322. DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics. Vol. 3: 183-199. Eisenhardt, K. M. 1998. Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of Management Review. Vol. 14, No. 1: 57-74. Espahbodi, Reza. 1991. Second Opinion, Opinion Shopping and Independence. The CPA Journal Online. Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo: 1516 September. Financial Accounting Standard Board “Statement of Financial Accounting Concept No.1: Objective of Financial Reporting by Business Enterprises”. (Stamford Conn, 1978). Geiger, Marshall A., and K. Raghunandan. 2002. Going-Concern Opinions in the “New” Legal Environment. Accounting Horizons. Vol. 16, No. 1: 17-26. Geiger, Marshall A., and Dasaratha V. Rama. 2006. Audit Firm Size and GoingConcern Reporting Accuracy. Accounting Horizons. Vol. 20, No.1: 1-17.
104
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. 4th Ed. New York: McGraw-Hill, Inc. Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan) Jilid 1. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hani, Clearly, dan Mukhlasin, 2003. Going-Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober. Ho, Joanna L. 1994. The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern Judgments. Behavioral Research in Accounting. Vol. 6: 160-172. Husnan, Suad, dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Iksan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Graha Ilmu. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-6 November. Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Nonkeuangan yang Memengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ 2000-2005). Jurnal MAKSI. Vol. 8, No. 1: 43-58. Jensen, M.C., and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4: 305-360.
105
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Nonkeuangan pada Opini Going concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober. Jusup, Al Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-20/PM/2002 Peraturan Nomor VIII.A.2 Tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-34/PM/2003 Peraturan Nomor VIII.A.1 Tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-36/PM/2003 Peraturan Nomor X.K.2 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Available at: www.bapepam.go.id. Kevin, C.K. Lam, and Yaw M. Mensah. 2006. Auditor’s Decision Making Under Going-Concern Uncertainties in Low Litigation-Risk Environments: Evidence from Hong Kong. Available at: http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=899323. (accessed 03 November 2010). Koh, Hian Chye, and Sen Suan Tan. 1999. A Neural Network Approach to Prediction of Going concern Status. Accounting and Business Research. Vol. 29, No. 3: 211-216. Komalasari, Agrianti. 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxy Going Concern terhadap Opini Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 9, No. 2: 1-15. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. LaSalle, Randal E., and Asokan Anandarajan. 1996. Auditor View on the Type of Audit Report Issued to Entities with Going concern Uncertainties. Accounting Horizons. Vol. 10, No. 2: 51-72. Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor Independence and Opinion Shopping. Available at: http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=240468. (accessed 18 Oktober 2010).
106
Lestari dan Chariri. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Perusahaan. Available at: http://eprints.undip.ac.id/2398/. (accessed 30 Desember 2010). Louwers, Timothy J. 1998. The Relation between Going-Concern Opinions and the Auditor’s Loss Function. Journal of Accounting Research. Vol. 36, No.1: 143-156. Masyitoh, Oni Currie and Desi Adhariani. 2010. The Analysis of Determinants of Going concern Audit Report. Journal of Modern Accounting and Auditing. Vol. 6, No.4: 26-37. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Kualitas Audit dan Independensi terhadap Integritas Laporan Keuangan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober. McKeown, J.R., Jane F.Mutchler, and W. Hopwood. 1991. Toward an Explanation of Auditor Failure to Modify the Audit Reports of Bankrupt Companies. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Supplement: 1-13. Mills, John R., and Jeanne H. Yamamura. 1998. The Power of Cash Flow Ratio. Journal of Accountancy. October: 53-61. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Mutchler, Jane F. 1984. Auditors’ Perception of the Going-Concern Opinion Decision. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 3, No.2: 17-30. Mutchler, Jane F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor’s Going concern Decision. Journal of Accounting Research. Vol. 23, No.2: 668-682. Mutchler, Jane F. 1986. Empirical Evidence Regarding the Auditor’s GoingConcern. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol.8, No.1: 148-164. Mutchler, Jane F., W. Hopwood, and James M. McKeown. 1997. The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Opinion Decisions on Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. Vol. 35, No. 2: 295310. Nogler, G.E. 1995. The Resolution of Auditor Going Concern Opinions. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol.14, No.2: 54-73. Palmrose, Zoe-Vonna. 1988. An Analysis of Auditor Litigation and Audit Service Quality. The Accounting Review. Vol. 63, No. 1: 55-73.
107
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik. Available at: http://www.google.co.id. Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli. Putra, I Gede Cahyadi. 2010. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen. Tesis. (Tidak Dipublikasikan). Universitas Udayana, Bali. Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.10, No. 1: 1-10. Rahayu, Puji. 2007. Assessing Going concern Opinion: A Study Based on Financial and Non-Financial Information. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Ross, Stephen, R. W. Westerfield, and J. Jaffe. 2002. Corporate Finance. McGraw-Hill: New York. Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. 2008. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Available at: http://www.google.co.id. Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26 Agustus.
108
Setyowati, Widhy. 2009. Strategi Manajemen sebagai Faktor Mitigasi Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Disertasi. Universitas Diponegoro, Semarang. Schipper, K., and L. Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting Horizons. Vol.70. Supplement: 97-110. Sinason, David H., Jefferson P. Jones, and Sandra Waller Shelton. 2001. An Investigation of Auditors and Client Tenure. Available at: http://www.bsu.edu/mcobwin/majb/?p=235. (accessed 15 November 2010). Subekti, Imam, dan N.W. Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar: 2-3 Desember. Sudarmadji, Ardi Murdoko, dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Procedding PESAT. Vol. 2: 21-22 Agustus 2007. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung:Alfabeta. Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Ekonometrika Pengantar. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakterisrik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo: 15-16 September. Teoh, Siew Hong and T. J. Wong. 1993. Perceived Auditor Quality and the Earnings Response Coefficient. The Accounting Review. Vol. 68, No. 2: 346-366. Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan K. R. Subramanyam. 2003. Going Concern Judgements: An Experimental Test of The Self-fulfilling Prophecy and Forecast Accuracy. Available at: http://www.ssrn.com. (accessed 1 Desember 2010). Venuti, Elizabeth K. 2004. The Going concern Assumption Revisited: Assesing a Company’s Future Viability. The CPA Journal Online.
Lampiran 1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
Apakah ada kondisi dan/atau peristiwa yang berdampak terhadap kelangsungan hidup entitas?
Tidak
SA Seksi 508 [PSA No.29)
Ya
Apakah auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas?
Apakah ada rencana manajemen?
Ya
Ya
Apakah rencana manajemen dapat dilaksanakan?
Tidak
Ya
Apakah cukup pengungkapan?
Tidak
Tidak Memberikan Pendapat
Tidak
Tidak Memberikan Pendapat Tidak
Ya
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan dengan Kelangsungan Hidup Entitas atau Penekanan atas Suatu Hal (Emphasis of a Matter)
Sumber: IAI, 2001
109
Pendapat Wajar dengan Pengecualian atau Pendapat Tidak Wajar
Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kode DAVO PTSP PSDN SMAR PAFI ESTI KARW BIMA SRSN SIMM BRPT SULI SPMA SAIP BUDI LMPI INTP JKSW KICI KDSI MLIA IKBI MTDL GJTL LPIN KONI DVLA INAF SCPI CEKA
Nama Perusahaan Davomas Abadi Pioneerindo Gourmet International Prasidha Aneka Niaga SMART Panasia Filament Inti Ever Shine Textile Industry Karwell Indonesia Primarindo Asia Infrastructure Indo Acidatama Surya Intrindo Makmur Barito Pacific Sumalindo Lestari Jaya Suparma Surabaya Agung Industry Pulp Budi Acid Jaya Langgeng Makmur Plastik Industry Indocement Tunggal Prakarsa Jakarta Kyoei Steel Works Kedaung Indah Can Kedawung Setia Industrial Mulia Industrindo Sumi Indo Kabel Metrodata Electronics Gajah Tunggal Multi Prima Sejahtera Perdana Bangun Pusaka Darya-Varia Laboratoria Indofarma Schering Plough Indonesia Cahaya Kalbar
110
Lampiran 3 Nilai Setiap Variabel Tahun 2000 No OA CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0 476.012 1.11050 -0.32540 0.07207 27.11926 -0.08734
0 235
1
1
2
0 0.29787 1.00145 -0.07746 0.11599 25.71588 0.19749
0 108
0
1
3
1 0.14069 2.50945 -0.53506 -0.00420 27.00435 -0.08454
1
75
1
1
4
1 0.37624 0.99657 -0.22354 0.02183 28.99708 -0.18305
1 151
0
1
5
0 0.74952 0.90648 -0.20975 -0.01224 27.57945 0.03710
0
99
0
1
6
0 2.60615 0.54941
0.00561 0.28892 27.41151 0.07818
1
88
1
1
7
1 0.91209 0.76294 -0.03538 0.11692 27.31030 0.16992
1
67
1
1
8
0
1 113
0
1
9
0 3.73708 0.54444
0.00014 0.88507 25.89168 0.34747
1
66
0
1
10
0 1.93144 0.35315
0.16503 0.07975 26.03255 0.12224
1
89
0
1
11
1 0.11945 0.94209 -0.71402 -0.00748 29.53145 -0.11560
1 116
1
1
12
1 0.25551 0.88108
1
79
1
1
13
0 0.23791 0.66314 -0.51109 0.27853 27.60709 0.12404
0 107
0
1
14
1
1.77035 0.00554 28.68326 0.01890
1 110
1
1
15
0 3.00674 0.81403 -0.17942 0.00590 27.61638 -0.06024
1 107
0
1
16
1 1.61913 0.93290 -0.26242 0.02993 26.94668 0.39268
1 110
1
1
17
1 3.43145 0.90366 -0.51199 0.09103 30.08624 0.39171
1
82
1
1
18
1 0.13038 2.25518 -14.25360 -0.00045 26.46044 -0.65848
0 122
1
1
19
0 2.67961 0.41205
1 106
0
1
20
1 1.85034 0.65706 -0.04018 0.03921 26.76992 0.80125
1
71
1
1
21
1 0.36306 0.97498 -1.35369 0.07317 28.61949 -0.63519
1 135
1
1
22
0 2.37606 0.20320
0.00698 -0.02747 26.69493 0.81646
1
87
0
1
23
0 2.78643 0.42157
0.06258 0.16447 26.71266 0.28212
1
71
0
1
24
1 0.66073 1.05924 -0.59021 0.04232 30.33192 0.27925
1 163
1
1
25
1 0.73673 0.64809 -0.09677 -0.16957 25.05891 -0.58045
1 102
1
1
26
1 0.78362 0.50996 -0.07400 0.08696 24.92235 0.12582
1
95
1
1
27
0 1.22057 0.54774 -0.02772 0.15522 26.65359 0.21200
1
19
0
1
28
0 1.76213 0.45637
1 109
0
1
29
0 0.98528 0.72958 -0.05663 -0.03045 24.66128 0.08911
1
50
0
1
30
0 1.78843 0.25324 -0.04690 -0.12186 26.35159 -0.25076
0 118
0
1
0.5843 1.07361 -0.10307 0.04707 26.04518 0.20911
0.038 1.23192
0.52431 0.03234 28.24283 0.06347
0.19203 0.23853 26.07603 0.05053
0.33661 0.11012 27.01145 0.25852
111
Tahun 2001 No OA
CACL
TDTA
1
0 112.91461 0.39165
2
0
3
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
0.00746 0.37103 27.36265 0.10254
KA AL OTS ACT 91
0
2
0.65702 0.85227 -0.02552 0.14365 25.62699 0.12415
0 105
0
2
1
0.11270 3.21690 -0.79722 0.01706 26.88551 -0.69326
1
85
1
2
4
1
0.31471 1.14450 -0.25215 0.02197 28.99119 -0.04935
1
91
1
2
5
0
1.09254 0.89611 -0.07044 0.08469 27.54403 0.03412
0 102
0
2
6
0
2.77520 0.47168
0.07602 0.19892 27.33148 -0.01116
1
86
0
2
7
1
0.60404 0.84421 -0.08760 0.20719 26.93829 -0.07225
1
78
1
2
8
1
0.42478 1.25789 -0.09211 0.02787 25.92612 -0.21489
1 116
0
2
9
0
4.55687 0.84288
0.07163 0.19509 25.92342 -0.05553
1 102
0
2
10
0
1.87817 0.40689
0.03003 0.12849 26.27953 0.40495
1
87
0
2
11
1
0.10874 1.17087 -0.78215 -0.00795 29.50594 0.13474
1 105
1
2
12
1
0.19647 1.08331
0.43320 0.02920 28.10574 0.05904
1
81
1
2
13
0
0.25386 0.74151 -0.19010 0.20741 27.66705 -0.00774
0
71
0
2
14
1
0.04656 1.50730
0.91329 -0.00184 28.62037 0.00019
1 107
1
2
15
0
1.25157 0.84457 -0.03662 0.06035 27.63401 0.19360
1 119
0
2
16
1
0.23853 0.86523 -0.19685 0.01379 26.98841 0.14728
1
92
1
2
17
0
2.12123 0.76839 -0.03071 0.06746 30.11008 0.41072
1
49
1
2
18
1
0.19114 2.22501 -2.63427 0.00015 26.67173 0.74761
0 119
1
1
19
0
2.57896 0.37943
1 107
0
2
20
1
0.73143 0.69012 -0.05128 0.03060 26.74101 0.00998
1
87
1
2
21
1
3.29719 1.32394 -0.19275 0.00954 29.14893 3.25067
1
99
1
2
22
0
2.87021 0.16837
0.01937 0.29520 26.69718 0.26439
1
67
0
2
23
0
2.38610 0.37931
0.00411 -0.00994 27.01023 0.31291
1
73
0
2
24
1
0.32030 1.26566 -0.27931 0.04669 30.34776 0.13069
1 186
1
2
25
1
0.70411 0.79978 -0.34630 -0.07872 24.91821 0.05288
1 102
1
2
26
1
0.84556 0.51331
0.01757 0.09667 24.93229 -0.06242
1
98
1
2
27
0
0.96334 0.57009
0.02140 0.18160 26.66459 0.18323
0
25
0
2
28
0
2.37771 0.36247
0.28576 -0.27433 27.42230 0.24739
1
98
0
2
29
0
0.69959 0.93200 -0.09559 -0.21960 24.85491 0.14105
1
18
0
2
30
0
1.44838 0.27470 -0.02863 0.15653 26.44125 -0.12184
0 148
0
2
0.11753 0.13335 26.10290 -0.07925
112
0
Tahun 2002 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0 334.24060 0.37025
0.07570 0.53599 27.39757 0.18250
0
78
0
3
2
0
1.38273 0.74994
0.12322 0.21357 25.55143 0.04262
0
59
0
3
3
1
0.10394 5.07253 -0.95264 -0.01711 26.59131 0.15801
1
77
1
1
4
1
0.61087 1.08690
0.10146 0.04524 28.90361 0.34200
1
46
1
1
5
0
1.64642 0.83823
0.05924 0.06509 27.38342 -0.15098
0
79
0
3
6
0
1.49594 0.41524
0.00370 0.22921 27.22296 -0.21124
1
71
0
1
7
1
0.63667 0.85891 -0.02133 -0.03082 26.92139 -0.36269
0
73
1
1
8
1
0.23434 2.28090 -0.40638 -0.38208 25.31093 -0.60308
1 113
1
3
9
1
2.77010 0.52791 -0.06340 -0.21678 25.83368 -0.15945
0
48
0
1
10
0
1.24549 0.47557 -0.08179 0.08981 26.16687 -0.36524
1
65
0
3
11
1
0.33773 0.77685 -0.22893 0.03456 29.43423 0.14965
1
90
1
1
12
1
0.20480 1.19231
0.18276 0.01591 27.99700 -0.09533
1
84
1
1
13
0
0.27096 0.79818 -0.19254 0.15637 27.67337 -0.09989
0
49
0
3
14
1
0.04731 1.53979
0.42897 0.00372 28.53976 -0.21322
1
64
1
1
15
0
2.93119 0.82392
0.02350 0.07110 27.56049 -0.06273
1 139
0
1
16
1
0.30458 0.89523 -0.14041 0.01705 26.94646 0.05105
1
59
1
1
17
0
2.82321 0.66782
0.36498 0.16424 30.07030 0.14330
1
23
0
1
18
1
0.29800 1.68534
0.16068 -0.01095 27.00556 5.21508
0
48
1
1
19
0
2.53381 0.36645 -0.01071 -0.34724 26.03625 -0.10107
1
84
0
3
20
1
0.79132 0.69814 -0.00203 0.07916 26.74131 0.17558
1
77
1
1
21
1
2.10379 1.24683
0.24137 0.01025 29.08667 0.01284
1
86
1
3
22
0
2.32057 0.21136
0.00047 0.25939 26.72606 -0.20076
1
71
0
1
23
0
2.47904 0.45351 -0.02671 -0.58389 26.83801 -0.12670
1
71
0
1
24
0
0.60674 0.98147
0.32630 0.04579 30.15227 -0.03156
1 148
1
3
25
1
0.92136 0.37070
0.58972 -0.16380 25.54645 -0.09023
1 100
1
1
26
1
0.77956 0.58170 -0.08731 -0.15222 24.87333 0.07208
1
66
1
1
27
0
2.20141 0.29678
1
31
0
1
28
0
1.73397 0.50867 -0.10441 -0.09556 27.42033 0.11790
1 160
0
3
29
0
0.61863 0.94797 -0.00418 0.06825 24.83833 0.08239
1
15
0
1
30
0
1.92406 0.23377
0
87
0
3
0.18113 0.64170 26.50068 0.07732
0.07856 0.21164 26.42852 0.16002
113
Tahun 2003 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0 497.87213 0.33938
0.12522 0.43768 27.51905 0.42376
0
79
0
4
2
0
1.40754 0.77040
0.02612 0.20272 25.43568 -0.04699
0
58
0
4
3
1
0.59690 1.49670 -0.53485 -0.21651 25.88788 -0.76593
1
98
1
2
4
1
0.56131 1.06792
0.01698 0.04756 28.92025 0.08230
1
49
1
2
5
0
1.20683 0.88324 -0.14525 -0.02660 27.29933 -0.33622
0
63
0
1
6
0
2.82768 0.37341 -0.10984 0.20113 27.07606 -0.09857
1
72
0
2
7
1
0.56281 0.89615 -0.05642 -0.03925 26.74628 -0.02891
0
85
1
2
8
1
0.14797 2.98952 -2.59680 -0.08490 25.14315 -0.86879
0
78
1
1
9
1
2.14274 0.57907 -0.17094 0.08569 25.65676 -0.17808
0
47
1
2
10
0
1.11883 0.51518 -0.35594 -0.11921 25.88525 -0.21026
1
84
0
4
11
1
0.38791 1.12862
0.05601 -0.01751 28.83031 0.01683
1
83
1
2
12
1
0.15939 1.33553 -0.23579 0.00561 27.88641 -0.14120
1
91
1
2
13
0
3.38657 0.78506
0.04886 0.19176 27.66235 0.14864
0
64
0
4
14
1
0.03594 1.59951 -0.12697 0.01020 28.47438 -0.28755
0
90
1
1
15
0
3.14021 0.81950 -0.00277 0.07428 27.55549 -0.17859
0
77
0
1
16
1
0.31530 0.97470 -0.14141 0.04060 26.94044 0.09253
1
68
1
2
17
0
1.86903 0.55314
0.19705 0.24724 29.94801 0.05304
1
20
0
2
18
1
0.17137 1.86250
0.01087 -0.00465 26.65465 -0.44094
0
51
1
2
19
0
1.95346 0.36756 -0.12554 -0.08142 25.90199 -0.20334
1
80
0
4
20
1
0.87208 0.71823 -0.06875 -0.00390 26.64236 -0.02834
1
72
1
2
21
1
0.37483 1.29862 -0.07787 0.04086 29.05607 -0.01166
1
57
1
4
22
0
2.72671 0.16345 -0.02238 0.12160 26.63623 0.03913
1
44
0
2
23
0
2.29604 0.44073
0.02237 0.26254 26.83663 -0.05077
1
75
0
1
24
0
1.56199 0.89702
0.10723 0.05161 30.13026 0.03032
1 118
0
4
25
1
1.02765 0.37004 -0.02393 0.03547 25.53777 -0.16831
0
77
1
1
26
1
0.78993 0.57978 -0.00802 -0.06985 24.83062 0.07206
1
78
1
2
27
0
3.01595 0.26791
1
47
0
2
28
0
1.29285 0.57868 -0.33662 0.11060 27.17840 -0.27585
0 106
0
1
29
0
0.66988 0.90337
0.04516 0.16448 24.77944 0.06832
1
9
0
2
30
0
2.47304 0.21560
0.02564 0.26460 26.41108 0.04353
0
91
0
4
0.18178 0.67873 26.64634 -0.28901
114
Tahun 2004 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0 557.46821 0.56297
0.13882 0.27293 28.08715 0.20727
0
69
0
5
2
0
1.30291 0.95863
0.02822 0.24103 25.16372 0.04370
0
85
0
5
3
1
0.91046 1.45806 -0.00597 0.06915 25.91424 1.99820
1 130
1
3
4
1
1.36439 1.08775 -0.01517 0.06531 29.01046 0.28276
1
49
1
3
5
0
1.36548 0.72408 -0.16417 0.08772 27.28822 0.08532
0
61
0
1
6
0
2.72222 0.36496 -0.03864 0.18873 27.02142 0.29449
1
76
0
3
7
1
0.64614 0.92361
0.00291 0.09298 26.96743 0.11111
0
81
1
3
8
1
0.37960 3.41572 -1.66472 -0.03209 25.11575 0.34145
0
89
1
2
9
1
0.42955 0.99776 -0.18596 -0.05253 25.22022 -0.18019
0
88
1
3
10
1
1.13732 0.45397 -0.11808 0.13239 25.62958 -0.13628
0
49
0
1
11
1
0.29038 1.17426 -0.12610 0.02236 28.83950 -0.31699
1
73
1
3
12
1
1.31640 0.96218 -0.00820 0.07325 27.78233 0.12174
1
87
1
3
13
0
5.54325 0.84346 -0.15264 -0.00194 27.71303 0.16228
0
66
0
1
14
1
0.03678 1.79851 -1.63201 0.00393 28.43099 -0.17538
0
82
1
2
15
0
1.12114 0.75540 -0.01426 0.05382 27.57007 0.46589
0
82
0
2
16
1
0.33921 0.99158 -0.25018 -0.00355 26.95592 -0.02920
1
82
1
3
17
0
1.41542 0.52351
0.03968 0.25492 29.91044 0.11877
1
28
0
3
18
1
0.17847 2.18478 -0.22296 0.00535 26.45721 -0.17528
0
74
1
3
19
0
1.58298 0.45815 -0.21763 -0.16778 25.85858 0.04327
1
69
0
5
20
1
1.08660 0.78328 -0.06588 -0.00204 26.66089 0.08866
0
60
1
1
21
1
0.34922 1.42767 -0.28100 0.07136 29.11532 0.19266
1
80
1
5
22
0
2.01254 0.28833
0.01314 0.10441 26.82167 0.67639
1
56
0
3
23
0
1.65547 0.54346
0.02768 0.00463 27.13843 0.33514
1
77
0
2
24
0
1.42496 0.73435
0.03874 0.12692 29.47808 0.18816
1
90
0
5
25
1
0.90455 0.42369 -0.06198 0.04916 25.58442 0.34289
0
90
1
2
26
1
0.91406 0.66030 -0.03722 -0.10185 24.92571 0.02532
1
67
1
3
27
0
3.86118 0.26010
0.17751 0.49639 26.78978 0.09338
1
53
0
3
28
0
1.53467 0.51205
0.03707 0.59363 26.98461 0.38401
0
89
0
2
29
0
0.67808 0.96748
0.01429 -0.03739 24.79236 -0.04624
1
27
0
1
30
0
1.47089 0.28616 -0.09261 0.34814 26.39431 -0.07139
0
54
0
5
115
Tahun 2005 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0 24.40279 0.55368
0.10607 0.33347 28.18886 0.08595
0
87
0
1
2
0
2.03963 0.90883
0.04340 0.14265 25.05941 -0.05844
0
82
0
6
3
1
6.22132 0.64583
0.00634 0.04678 26.37342 0.43646
1
60
1
4
4
0
1.44606 0.58039
0.05104 0.05556 29.15647 0.08939
0
48
1
1
5
0
1.01481 0.76692 -0.09806 0.00064 27.26518 0.08788
0
86
0
2
6
0
2.39237 0.42717 -0.02525 -0.07575 27.10320 -0.01747
1
76
0
4
7
1
0.61029 0.92497 -0.00742 -0.04406 26.92187 0.23444
0
96
1
1
8
1
0.43550 3.39846 -0.48009 -0.01663 25.18546 0.48339
0
86
1
3
9
0
0.80256 0.59459
0.08965 0.02674 26.54733 0.60023
0
69
1
4
10
1
0.96774 0.55415 -0.20884 0.00882 25.59716 -0.18196
0
55
1
2
11
1
1.17507 0.53928
0.43417 -0.25002 28.45970 -0.35994
1
81
1
4
12
1
1.36195 0.83242
0.02970 0.03952 27.83828 0.07180
1
59
1
4
13
0
0.78515 0.69280
0.02057 0.01252 27.90882 0.06005
0
74
0
2
14
1
0.03782 2.12094 -0.97294 0.00111 28.38321 0.40731
0
80
1
3
15
0
1.11172 0.76166 -0.00214 0.08595 27.60939 0.10228
0
86
0
3
16
1
2.05938 0.25842
0.07214 0.00036 26.94817 0.10584
1
51
1
4
17
0
2.51887 0.46572
0.19273 0.27732 29.98586 0.20227
1
20
0
4
18
1
0.17564 2.24087 -0.01295 0.03208 26.39124 0.26167
0
74
1
4
19
0
1.41997 0.52087 -0.10991 0.01477 25.80748 0.05941
1
54
0
6
20
1
0.90233 0.79398 -0.01096 0.05979 26.67632 0.16273
0
83
1
2
21
1
0.27202 1.65107 -0.21868 0.02668 29.04590 0.05709
1
86
1
6
22
0
1.76735 0.38275
0.02599 0.07195 27.02999 0.45884
1
61
0
4
23
0
1.72428 0.53951
0.02834 0.20929 27.20897 0.19285
1
80
0
3
24
0
2.31075 0.72860
0.04010 0.04539 29.64317 -0.28991
1
79
0
6
25
1
0.78992 0.46705 -0.24599 -0.13297 25.48594 0.11782
0
90
1
3
26
1
0.89805 0.66814 -0.01385 0.09998 24.91642 0.04790
1
27
1
4
27
0
3.50227 0.29062
0.19623 0.46371 27.03433 0.26626
1
48
0
4
28
0
1.62275 0.48876
0.02345 -0.21639 26.97483 -0.00795
0
83
0
3
29
0
0.69490 0.98598
0.00680 -0.15948 25.02764 0.18503
1
55
0
2
30
0
1.65558 0.45619 -0.04764 0.00181 26.53383 0.43614
0
48
0
1
116
Tahun 2006 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0
5.98468 0.63958
0.15086 0.03440 28.62716 0.47791
0
59
0
2
2
0
1.96513 0.93985 -0.01244 0.08248 25.05082 -0.04819
0
82
0
7
3
0
2.17341 0.59422
0.04530 0.02998 26.38652 0.34041
1
64
1
5
4
0
1.52126 0.51420
0.13397 0.13751 29.30098 0.01108
0
51
0
1
5
0
1.08120 0.73199 -0.13668 0.00750 27.22156 -0.19056
0
88
0
1
6
0
1.98796 0.46026 -0.14646 -0.00981 26.99736 -0.00224
1
73
0
5
7
1
0.49669 1.04461 -0.27222 0.08668 26.49532 -0.62071
0
87
1
1
8
1
0.56362 2.95211
0.05397 0.01106 25.36730 2.59321
0
87
1
1
9
0
1.33766 0.51414
0.13474 0.21311 26.52371 -0.07111
0
64
0
5
10
1
0.87875 0.68540 -0.10983 0.01940 25.70634 0.80636
0
74
1
1
11
1
1.05220 0.38944
0.03662 -0.36029 28.18441 -0.44864
0
59
1
1
12
0
1.19866 0.71001
0.00233 -0.06435 28.05013 -0.15090
1
82
1
5
13
0
3.77427 0.67517
0.05614 0.01063 27.95414 0.18836
0
87
0
3
14
1
0.04151 1.98193
0.12214 -0.00104 28.42053 0.06219
0
86
1
1
15
0
1.25290 0.71291
0.03887 0.25082 27.56018 0.04713
0
85
0
4
16
0
4.11363 0.25729
0.02194 0.04664 26.95545 0.03152
1
61
1
5
17
0
2.14448 0.37147
0.13631 0.33525 29.89261 0.13107
1
22
0
5
18
1
7.95835 2.34198
0.20018 0.02393 26.29729 0.14220
0
80
1
1
19
0
1.29400 0.58217 -0.24081 -0.04435 25.66644 -0.19381
1
61
0
7
20
0
0.98263 0.64542
0.01698 0.10142 26.80944 -0.72444
0
88
1
3
21
1
0.18714 1.84379 -0.20463 0.01649 28.96078 -0.09341
1
87
1
7
22
0
2.01679 0.36762
0.03452 0.23057 27.10389 0.34441
1
73
0
5
23
0
1.51709 0.61388
0.02705 0.02594 27.33100 0.08802
1
79
0
4
24
0
1.94293 0.70654
0.04264 0.05801 29.61561 0.13172
1
79
0
7
25
1
0.79687 0.43495 -0.01306 -0.05479 25.41228 -0.32530
0
88
1
4
26
1
0.93346 0.68115 -0.01398 -0.07244 24.91639 -0.05171
1
85
1
5
27
0
4.69284 0.26021
0.14458 0.40747 27.04644 0.06704
1
53
0
5
28
0
1.48460 0.59169
0.03902 0.17998 27.25551 0.50090
0
87
0
4
29
0
0.65855 1.01471 -0.00556 -0.13536 25.31711 -0.06759
1
68
0
3
30
0
3.47072 0.29997
0
24
0
1
0.04968 0.63322 26.36093 0.62460
117
Tahun 2007 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0
9.26507 0.69384
0.10674 0.13125 28.98390 0.69028
0
24
0
1
2
0
1.45511 0.93427
0.00853 0.32737 25.02745 0.12476
0
84
0
8
3
0
2.22399 0.60700
0.01549 0.04937 26.39907 0.15430
1
66
0
6
4
0
1.72032 0.56242
0.18718 0.04048 29.71833 0.71608
0
37
0
2
5
0
1.14664 0.79898 -0.20656 -0.09498 27.13055 0.09406
0
86
0
2
6
0
1.39393 0.49863 -0.04170 0.02369 27.01617 0.06171
1
72
0
6
7
1
0.76873 1.07022
0.02868 -0.06590 26.43540 0.24505
0
78
1
2
8
1
0.62669 2.98232
0.06311 -0.01296 25.29980 0.77615
0
88
1
2
9
0
1.32908 0.44258
0.14218 0.31235 26.53479 -0.00483
0
85
0
6
10
1
0.96440 0.65508 -0.04414 -0.02400 25.49123 -0.03993
0
60
1
1
11
1
2.02303 0.31620
0.14265 -0.01025 30.45905 -0.25315
1
79
1
1
12
0
1.14922 0.67360
0.02949 -0.05227 28.27069 0.52543
1
77
0
6
13
0
4.03958 0.54981
0.04825 0.03902 28.03775 0.18444
0
67
0
4
14
1
0.37608 1.26741 -0.32499 0.15611 28.61003 0.53462
0
77
1
1
15
0
1.49196 0.55286
0.05374 0.00702 28.02687 0.25854
0
87
0
5
16
0
2.90017 0.26595
0.00845 0.10402 26.99945 0.12001
1
71
0
6
17
0
2.96018 0.30637
0.19358 0.45738 29.93521 0.15783
1
42
0
6
18
1
2.24513 2.11504 -0.24534 0.11225 26.39363 0.04316
0
74
1
2
19
0
6.27060 0.21708 -0.08139 -0.37460 25.10856 -0.14686
0
75
0
1
20
0
1.24038 0.58967
0.02364 0.05133 27.01864 4.30510
0
63
0
4
21
1
0.18270 2.09949 -0.37177 0.02075 28.97204 0.12631
1
77
1
8
22
0
3.10470 0.25330
0.06989 0.58138 27.10224 -0.16919
1
78
0
6
23
0
1.28009 0.70500
0.03670 -0.11394 27.78138 0.65802
1
73
0
5
24
0
2.20853 0.71781
0.02107 0.07407 29.76574 0.21736
1
72
0
8
25
1
1.70103 0.44102
0.42895 0.15663 25.65956 0.68136
0
60
1
5
26
1
0.93761 0.68836 -0.01691 0.31480 24.86520 -0.08428
1
25
1
6
27
0
5.36257 0.17596
0.15173 0.94722 27.05286 -0.11648
1
60
0
6
28
0
1.31038 0.71116
0.01734 0.11620 27.64041 0.24008
0
88
0
5
29
0
0.76816 0.98601
0.03699 -0.03882 25.57970 0.37649
1
59
0
4
30
0
1.35902 0.64308
0.04447 -0.23736 27.14274 1.07802
1
37
0
1
118
Tahun 2008 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0 27.49628 0.81388 -0.13682 0.08999 28.91752 0.21169
0 114
0
1
2
0
1.08742 0.89913
0.03380 0.43106 25.12700 0.27471
0
75
0
9
3
0
2.78294 0.52552
0.05897 0.54930 26.38263 0.18840
1
65
0
7
4
0
1.72235 0.52339
0.09189 0.41594 29.93619 0.99195
0
40
0
3
5
1
0.87685 1.04125 -0.44494 0.00386 27.08946 -0.15632
0
89
0
1
6
0
1.29537 0.53026 -0.05214 0.15475 26.99661 0.12139
1
77
0
7
7
1
0.30065 1.53554 -0.19821 -0.17138 25.75000 -0.18332
0
89
1
1
8
1
0.53120 2.99471 -0.10865 -0.00923 25.40047 0.20165
0
84
1
3
9
0
1.37075 0.50872
0.04004 0.12034 26.69692 0.17100
0
73
0
7
10
1
0.14814 1.22658 -1.82359 -0.12107 25.11324 -0.65409
0
79
1
2
11
1
2.20615 0.48187 -0.24670 -0.10223 30.47847 53.39483
1
79
1
2
12
1
0.51585 0.82763 -0.29840 -0.00022 28.40572 0.02159
1
47
0
7
13
0
2.98379 0.57708 -0.00884 0.02511 28.07884 0.27242
0
33
0
5
14
1
0.95631 1.45434 -0.93241 0.00331 28.55664 -0.02982
0
69
1
1
15
0
1.04747 0.61814
0.02292 0.07618 28.16091 0.14937
0
84
0
6
16
0
2.35185 0.29847
0.01255 -0.05736 27.05134 0.07592
0
33
0
1
17
0
1.78574 0.24498
0.23851 0.58561 30.05465 0.33547
1
63
0
7
18
1
2.24052 2.39346 -0.22112 0.03609 26.42820 0.44766
0
85
1
1
19
0
6.45649 0.23571
0.07211 -0.04160 25.18015 0.45472
0
62
0
2
20
0
1.19569 0.53031
0.01197 -0.07106 26.90890 0.16852
0
76
0
5
21
1
0.19749 2.32923 -0.17351 0.03081 28.94824 0.20564
1
75
1
9
22
0
4.10260 0.20313
0.08618 0.52769 27.17911 0.03450
1
51
0
7
23
0
1.33565 0.67430
0.03863 -0.07888 27.88473 0.26141
1
84
0
6
24
0
1.47001 0.81071 -0.09722 0.08084 29.79590 0.19574
1
86
0
9
25
1
1.30124 0.54820
0.13456 -0.26234 25.93242 0.20538
0
89
1
6
26
1
0.89721 0.68689 -0.04260 0.09364 24.70403 -0.05427
1
89
1
7
27
0
4.13402 0.20357
0.18906 1.08617 27.18107 0.13366
1
49
0
7
28
0
1.33157 0.69291
0.00782 -0.27989 27.59623 0.16135
0
79
0
6
29
0
0.89085 0.95816
0.06511 -0.11212 26.01921 0.19760
1
59
0
5
30
0
7.35068 0.59165
0.02145 -0.11631 27.12790 1.41638
1
30
0
2
119
Tahun 2009 No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
1
0 113.70787 0.84072 -2.27696 0.01243 28.66279 -0.88032
0
64
0
1
2
0
1.16887 0.76543
0.07675 0.27258 25.23046 0.09332
0
76
0
10
3
0
1.56268 0.05084
0.09888 -0.24654 28.89448 -0.16934
1
64
0
8
4
0
1.57974 0.51517
0.06990 0.02385 29.95445 -0.11763
0
40
0
4
5
1
0.66551 1.08123 -0.05527 -0.08690 26.86223 -0.24638
0
83
1
1
6
0
1.38375 0.50507
0.02779 0.18835 26.97489 -0.05150
1
76
0
8
7
1
0.18016 1.87017 -0.10075 -0.04608 25.34759 -0.74596
0
84
1
2
8
1
0.58453 3.12932
0.12937 0.02754 25.27589 -0.14716
0
85
1
1
9
0
1.70664 0.47212
0.10356 -0.13607 26.74859 0.12304
0
67
0
8
10
1
4.39735 1.45015 -1.10327 -0.31953 24.81825 -0.90770
0
78
1
3
11
0
2.16167 0.46253
0.07872 0.13655 30.42679 -0.21448
1
81
1
3
12
1
0.50609 0.86361 -0.12362 -0.03269 28.32893 -0.39175
1
69
1
8
13
0
1.38650 0.51923
0.07170 0.10665 27.99054 -0.01717
0
89
0
1
14
1
0.90586 1.33597
0.99784 0.00115 28.51218 -0.30692
0
71
1
2
15
0
1.04352 0.51014
0.10011 0.29354 28.10029 0.14829
0
82
0
7
16
0
2.78428 0.26200
0.02068 0.09116 27.01579 0.16849
0
46
0
2
17
0
3.00555 0.19373
0.35894 1.23807 30.21700 0.08138
1
62
0
8
18
1
5.55290 2.51974
0.00731 0.05970 26.32526 0.08207
0
90
1
2
19
0
5.53211 0.27998 -0.04742 0.04195 25.15737 -0.10927
0
62
0
3
20
0
1.19709 0.56664
0.01722 0.02417 27.03444 -0.10963
0
71
0
1
21
1
0.21663 2.08689
0.45387 0.08114 28.80616 -0.05439
1
74
1
10
22
0
7.18329 0.12429
0.04722 1.61405 27.05468 -0.47602
1
53
0
8
23
0
1.49325 0.61732
0.02643 0.42798 27.68840 -0.00739
1
85
0
7
24
0
2.53176 0.69915
0.16048 0.18326 29.81450 -0.00340
1
76
0
10
25
1
2.27008 0.32699
0.22705 0.02833 25.64986 -0.01959
0
89
1
7
26
1
1.05875 0.76137
0.13419 -0.48186 25.25712 0.02158
1
77
1
8
27
0
3.05023 0.29184
0.13127 0.02488 27.38718 0.50480
1
48
0
8
28
0
1.54206 0.58969
0.01126 0.09447 27.31361 -0.23910
0
84
0
1
29
0
0.93750 0.90464
0.06403 -0.00623 26.05239 0.39649
1
90
0
1
30
0
4.89447 0.46952
0.05867 0.39228 27.06603 -0.39167
1
64
0
3
120
Lampiran 4 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N GC CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT Valid N (listwise)
300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Minimum Maximum Mean .00 1.00 .4100 .03594 557.46821 8.7170966 .05084 5.07253 .8603010 -14.25360 1.77035 -.1132515 -.58389 1.61405 .0817395 24.66128 30.47847 27.15191 -.90770 53.39483 .2957215 .00 1.00 .5600 9.00 235.00 76.3433 .00 1.00 .4267 1.00 10.00 3.0633
121
Std. Deviation .49266 54.94166710 .65648105 .91009104 .22822862 1.44449126 3.12541141 .49722 26.63061 .49542 2.22617
Lampiran 5 Hasil analisis regresi logistik
Logistic Regression
Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
300 0 300 0 300
Unselected Cases Total
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value .00 1.00
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration Step 1 0 2 3
-2 Log likelihood 406.116 406.115 406.115
Coefficients Constant -.360 -.364 -.364
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 406.115 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
122
Classification Tablea,b Predicted
Step 0
Observed Opini Audit
Opini Audit .00 1.00 177 0 123 0
.00 1.00
Overall Percentage
Percentage Correct 100.0 .0 59.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
Step 0
Constant
B -.364
S.E. .117
Wald 9.613
df 1
Sig. .002
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
Sig. .040 .000 .005 .000 .245 .289 .791 .001 .000 .000 .000
Variables not in the Equation Step 0
Variables
Score 4.212 86.219 7.789 31.591 1.353 1.123 .070 10.184 234.496 14.782 239.773
CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT
Overall Statistics
123
df
Exp(B) .695
Block 1: Method = Enter Iteration Historya,b,c,d
Iteration Step 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-2 Log likelihood 145.418 109.201 93.065 85.151 83.297 82.960 82.768 82.547 81.995 81.956 81.956 81.956
Constant -.219 1.509 4.746 7.165 8.046 8.039 7.825 7.807 7.780 7.826 7.827 7.827
CACL -.002 -.006 -.012 -.018 -.024 -.035 -.054 -.089 -.261 -.317 -.318 -.318
TDTA .320 .928 2.009 3.092 3.869 4.115 4.111 4.027 3.624 3.536 3.537 3.537
NIBTS -.019 -.052 -.231 -1.199 -1.668 -1.917 -2.042 -2.036 -2.018 -2.040 -2.042 -2.042
CFOTD -.245 -.749 -1.899 -3.456 -4.571 -4.930 -4.968 -4.951 -4.877 -4.867 -4.866 -4.866
Coefficients SIZE -.060 -.164 -.328 -.457 -.520 -.528 -.518 -.512 -.489 -.487 -.487 -.487
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 406.115 d. Estimation terminated at iteration number 12 because parameter estimates changed by less than .001.
124
SG .012 .029 .049 .058 .060 .058 .056 .057 .059 .060 .060 .060
KA .048 .122 .135 -.040 -.208 -.274 -.288 -.284 -.256 -.232 -.231 -.231
AL -.001 .000 .004 .006 .008 .008 .007 .007 .007 .006 .006 .006
OTS 3.227 4.251 4.669 5.221 5.767 5.956 5.967 5.948 5.872 5.894 5.897 5.897
ACT -.026 -.075 -.152 -.196 -.214 -.216 -.216 -.214 -.206 -.202 -.202 -.202
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 324.159 324.159 324.159
df
Sig. .000 .000 .000
10 10 10
Model Summary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square 81.956a .661
Nagelkerke R Square .891
a. Estimation terminated at iteration number 12 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 4.398
df
Sig. .820
8
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Opini Audit = .00 Observed Expected 30 29.996 30 29.950 30 29.849 29 29.605 29 28.891 22 22.779 7 4.492 0 1.126 0 .302 0 .008
Opini Audit = 1.00 Observed Expected 0 .004 0 .050 0 .151 1 .395 1 1.109 8 7.221 23 25.508 30 28.874 30 29.698 30 29.992
Total 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Classification Tablea Predicted
Step 1
Observed Opini Audit
Opini Audit .00 1.00 169 8 7 116
.00 1.00
Overall Percentage a. The cut value is .500
125
Percentage Correct 95.5 94.3 95.0
Variables in the Equation
Step a 1
CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT Constant
B -.318 3.537 -2.042 -4.866 -.487 .060 -.231 .006 5.897 -.202 7.827
S.E. .302 1.300 1.012 2.286 .226 .138 .676 .012 .803 .172 5.753
Wald 1.112 7.406 4.071 4.532 4.622 .189 .117 .297 53.889 1.375 1.851
df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. .292 .006 .044 .033 .032 .664 .732 .586 .000 .241 .174
Exp(B) .727 34.352 .130 .008 .615 1.062 .793 1.006 363.843 .817 2507.998
a. Variable(s) entered on step 1: CACL, TDTA, NIBTS, CFOTD, SIZE, SG, KA, AL, OTS, ACT.
126
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper .403 1.314 2.690 438.647 .018 .943 .000 .680 .394 .958 .811 1.391 .211 2.987 .983 1.030 75.365 1756.547 .583 1.145
Correlation Matrix Step 1
Constant CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT
Constant 1.000 .006 -.032 .023 -.012 -.959 .069 .015 .158 .340 -.335
CACL .006 1.000 .443 .098 -.040 -.143 -.027 -.108 .085 .010 -.101
TDTA -.032 .443 1.000 -.124 -.192 -.159 .014 -.245 -.056 .299 .060
NIBTS .023 .098 -.124 1.000 .154 .025 .043 -.010 -.093 -.342 -.013
CFOTD -.012 -.040 -.192 .154 1.000 .064 .018 .180 -.067 -.335 -.034
127
SIZE -.959 -.143 -.159 .025 .064 1.000 -.072 -.046 -.310 -.427 .251
SG .069 -.027 .014 .043 .018 -.072 1.000 -.019 .025 -.009 .010
KA .015 -.108 -.245 -.010 .180 -.046 -.019 1.000 .117 -.182 .000
AL .158 .085 -.056 -.093 -.067 -.310 .025 .117 1.000 .127 .025
OTS .340 .010 .299 -.342 -.335 -.427 -.009 -.182 .127 1.000 -.236
ACT -.335 -.101 .060 -.013 -.034 .251 .010 .000 .025 -.236 1.000