Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
OPERASIONALISASI “POTENSI DAMPAK RADIOLOGI TINGGI” DENGAN SISTEM KATEGORISASI IAEA Oleh: Aris Sanyoto*
ABSTRAK Pemanfaat sumber radiasi dalam bentuk material radioaktif telah digunakan di seluruh dunia untuk berbagai tujuan positif. Risiko yang terkait dengan sumbersumber tersebut sangat bervariasi tergantung pada jenis, bentuk, aktivitas radionuklida, dll. Dengan pertimbangan ini, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah mengembangkan suatu metode untuk mengelompokkan sumbersumber tersebut. Sistem kategorisasi tersebut akan digunakan untuk menguji dan mengelompokkan kalimat “potensi radiology tinggi” seperti yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000.
ABSTRACT Radiation sources, utilizing radioactive materials, are used throughout the world for a wide variety of peaceful purposes. The risks posed by these sources vary widely, depending on the radionuclides, the forms, the activities, etc. Because of these considerations, the IAEA had developed a method to categorize some sources. The categorization system will be used to examine as well as classify the statement “high radiology potential”/ “potensi radiology tinggi” as stated in Government Regulation No. 64 Year 2000.
676
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
PENDAHULUAN I.1.
LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan teknologi nuklir di Indonesia semakin meningkat, baik ditinjau dari segi kuantitas, bidang aplikasi maupun potensi dampak radiologinya. Perkembangan ini harus diimbangi dengan sistem pengawasan yang memadai, mengingat aplikasi teknologi ini selain mendatangkan manfaat juga menyimpan potensi bahaya (hazard), baik bagi pekerja, masyarakat maupun lingkungan. Dalam rangka memberikan jaminan keselamatan, keamanan, ketentraman dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan maka UU No. 10 Tahun 1997 memberikan amanat kepada Badan Pengawas (BAPETEN) untuk menyelenggarkan pengawasan terhadap pemanfaatan teknologi ini melalui peraturan, perizinan dan inspeksi (pasal 4). Sebagai dasar pelaksanaan ketentuan perundangan tersebut maka telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Dalam bab II mengenai Tata Cara dan Persyaratan Memperoleh Izin, diatur bahwa pemberian izin dilakukan setelah pemohon memenuhi persyaratan umum (Pasal 3), antara lain mempunyai izin usaha, fasilitas yang memenuhi persyaratan keselamatan, petugas ahli yang memenuhi kualifikasi, peralatan teknik dan peralatan keselamatan radiasi dan prosedur kerja yang aman. Selain persyaratan umum, bagi instalasi yang memiliki potensi dampak radiologi tinggi, juga diberlakukan persyaratan khusus (Pasal 4), yang meliputi Laporan Analisis Keselamatan (LAK) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Definisi “potensi dampak radiologi tinggi” ini perlu diberikan batasan operasionalnya (kategorisasi) sehingga tidak menimbulkan interpretasi ganda. Dengan kategorisasi yang jelas diharapkan ada kepastian hukum, baik bagi pemohon izin maupun bagi BAPETEN, khususnya bagi personil evaluator, dalam mengevaluasi otorisasi permohonan izin. Disamping itu, tergantung pada potensi hazard, evaluator dapat membedakan tingkat kedalaman dalam melakukan evaluasi sehingga proses evaluasi pemberian izin dapat dilakukan secara cepat namun akurat. Kecepatan dan keakuratan pemberian izin berimplikasi terhadap image profesionalisme personil BAPETEN yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap Badan Pengawas Tenaga Nuklir dalam menjalankan tugasnya.
I.2.
TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini untuk menelaah pengertian “potensi dampak radiologi tinggi” dalam Pasal 4 ayat 1 (b) PP No. 64 Tahun 2000 dan untuk mendapatkan batasan operasionalnya melalui pengkajian sistem kategorisasi sumber radiasi yang
677
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
dikembangkan IAEA, khususnya dalam publikasi TECDOC 1191 dan Safety Guide No. RSG1.9. I.3.
MASALAH
Istilah “potensi dampak radiologi tinggi” yang terdapat pada Pasal 4 ayat 1 (b) Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 dapat menimbulkan interpretasi ganda, baik dari pihak pemohon izin maupun personil BAPETEN yang melaksanakan evaluasi permohonan izin. Supaya ada kepastian hukum mengenai persyaratan yang harus dilengkapi, yaitu persyaratan umum saja (pasal 3) atau ditambah persyaratan khusus (pasal 4), maka diperlukan pengkategorian sumber yang jelas yang memiliki kekuatan hukum. I.4.
METODE
Metode yang digunakan dalam membuat kajian ini adalah dengan studi literatur.
TEORI DAN BAHAN II.1.
ALASAN KATEGORISASI SUMBER
Dewasa ini penggunaan sumber radiasi, baik dalam bentuk material radioaktif maupun mesin penghasil radiasi, untuk maksud damai cenderung meningkat di Indonesia. Pemanfaatan sumber radiasi, biasa disebut aplikasi teknik nuklir (ATN), meliputi berbagai bidang, seperti: industri, kesehatan, penelitian, pendidikan, dll. Banyak ATN yang menggunakan sumber terbungkus (material radioaktif secara permanen dimasukkan dalam suatu wadah) dan sebagian juga melibatkan pemakaian sumber terbuka. Potensi bahaya (hazard) yang dimiliki sumbersumber ini sangat bervariasi, tergantung pada jenis radionuklida, aktivitas, bentuk, dll. Untuk sumber terbungkus, jika tidak mengalami pecah atau kebocoran, risiko yang ada hanyalah risiko paparan radiasi eksternal. Akantetapi, pada penggunaan sumber terbuka dan juga sumber terbungkus yang mengalami kebocoran atau pecah, risiko yang paling dominan adalah terjadinya kontaminasi pada lingkungan dan juga dapat menyebabkan masuknya (intake) material radioaktif ke dalam tubuh manusia. II.2.
DESKRIPSI SUMBER DAN PENGGUNAANNYA
UNIT TELETERAPI: Unit ini biasa ditemukan dalam institusi medis, seperti rumah sakit atau klinikklinik. Dimensi fisik dari sumber tersebut relatif kecil (umumnya berbentuk silinder dengan diameter beberapa sentimeter). Sumber tersebut dimasukkan dalam suatu peralatan (device) shielding yang besar. Karena aktivitas sumber yang besar, unit
678
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
ini biasanya ditempatkan dalam suatu fasilitas yang didesain secara khusus dengan dinding yang tebal dan dilengkapi dengan peralatan proteksi lainnya. IRRADIATOR: Keberadaan fasilitas irradiator biasanya sangat jarang, tetapi mengandung sumber radiasi dengan aktivitas yang sangat besar. Sumber radiasi yang ada dalam fasilitas ini dipergunakan untuk mensterilkan peralatan medis, mengawetkan makanan dan produk pertanian, dll. Sumber radiasi yang digunakan dalam fasilitas iradiator bervariasi ukurannya, ada yang besar dan ada juga yang berukuran sebesar pensil namun dalam jumlah yang banyak. Setiap fasilitas didesain secara khusus, seperti shielding/ dinding yang tebal, interlock dan peralatan proteksi lainnya.
RADIOGRAFI: Sumber radiasi yang dipergunakan dalam industri radiografi (portabel) biasanya memiliki ukuran fisik kecil, walaupun peralatan tersebut biasanya sangat berat akibat shielding yang digunakan sangat kompak. Sumbernya sendiri sangat kecil, dengan diameter kurang dari 1 cm dan panjang beberapa cm, dan ditempelkan/ dikaitkan pada suatu kabel yang didesain khusus untuk prosedur pengoperasiannya. Penggunaan sumber radiografi sudah sangat umum (dalam jumlah yang banyak) dan peralatan ini sangat mungkin dicuri atau hilang. Ukuran sumber yang kecil memungkinkan seseorang (yang tidak berwenang) mengambil sumber tersebut dan memasukkannya dalam kantong/ saku baju atau celana. Radiografi industri juga dapat dilakukan dalam suatu instalasi yang tetap (fixed installations), baik menggunakan peralatan portabel yang kecil maupun pesawat sinarX yang besar mirip dengan unit teletarapi. BRAKITHERAPI: Aplikasi sumber radiasi untuk tujuan brakitherapi memiliki dua jenis yang agak berbeda, yaitu brakitherapi laju dosis rendah (low dose rateLDR) dan brakitherapi laju dosis tinggi (high dose rateHDR). Kedua jenis aplikasi brakitherapi ini menggunakan sumber radiasi yang secara fisik berukuran kecil (diameter kurang dari 1 cm dan panjangnyanya hanya beberapa cm), sehingga sangat mungkin hilang atau salah penempatan. Sumbersumber HDR, dan beberapa sumber LDR, mungkin dalam bentuk kawat panjang (a long wire) yang ditempelkan dengan suatu peralatan (a remote afterloading device). Supaya peralatan ini tetap aman sewaktu tidak dipergunakan maka alat ini biasanya dilengkapi dengan shielding yang tebal sehingga berat. Selain itu, untuk jenis peralatan remote afterloading, juga berisi (terdapat) komponenkomponen elektronik dan elektrik untuk pengoperasian. Sumbersumber brakitherapi dapat ditemukan dalam rumah sakit, klinik atau institusi sejenis dan fasilitas tersebut bisa jadi memiliki sumber radiasi dalam jumlah yang banyak.
679
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
WELL LOGGING: Sumbersumber dan peralatan well logging umumnya ditemukan di area dimana dilakukan eksplorasi bahanbahan mineral, seperti batubara, minyak, gas alam, dll. Sumber radiasi biasanya ditempatkan dalam wadah dengan panjang (biasanya) 12 meter, tetapi sangat tipis (dengan diameter <10 cm) yang juga berisi detektor dan berbagai komponen elektronik. Ukuran sumber radiasi sesungguhnya yang ada dalam peralatan tersebut biasanya kecil. Peralatan ini biasanya berat, mengingat shielding yang dibutuhkan supaya dapat bertahan terhadap lingkungan yang sangat kasar (berat) ketika digunakan. GAUGING: Peralatan gauging yang digunakan dalam industri sangat bervariasi ukuran dan bentuknya, baik yang bersifat fixed maupun portabel. Peralatan ini biasanya didesain untuk pengoperasian yang dapat berlangsung selama bertahuntahun dengan sedikit atau bahkan tanpa perawatan khusus. Peralatan ini dapat digunakan untuk mengendalikan jalannya suatu proses, untuk pengukuran aliran, volume, densitas, keberadaan material, dan dapat ditempatkan pada suatu lokasi yang tidak cocok untuk manusia berada secara terus menerus di tempat tersebut. Akibatnya, peralatan tersebut dapat mengalami akumulasi lapisan debu, minyak, bahanbahan lain, yang dapat menutupi label/ tanda peringatan yang sudah ditempelkan. Tergantung pada jenis penggunaan, peralatan industri gauging ini mungkin mengandung material radioaktif dalam jumlah yang relatif kecil, atau mungkin mengandung sumber radiasi dengan aktivitas mendekati 1 TBq. Peralatan ini, secara fisik, biasanya tidak besar dan bisa jadi suatu fasilitas memiliki beberapa peralatan ini. PENGUKUR KELEMBABAN DAN DENSITAS: Peralatan gauging yang dipergunakan untuk mengukur kelembaban (moisture) atau densitas biasanya berbentuk kecil dan bersifat portabel. Peralatan ini berisi sumber radiasi, detektor dan komponen elektronik. Sumber radiasinya secara fisik berukuran kecil, biasanya memiliki panjang beberapa cm dan dengan diameter beberapa cm. Ukurannya yang kecil ini juga sangat memungkin untuk dicuri atau hilang dalam penggunaan. II.3.
REVIEW KECELAKAAN
Potensi terjadinya kecelakaan sebagai akibat hilangnya kendali terhadap sumber radioaktif tergantung pada kemungkinan hilangnya kontrol terhadap sumber, paparan radiasi yang mungkin diakibatkan dan kemampuan untuk mendeteksi sumber tersebut setelah hilangnya kontrol tetapi sebelum hal tersebut menyebabkan kerusakan/ kerugian/ damage lebih lanjut.
680
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Pengujian terhadap kecelakaan seperti yang terekam dalam berbagai database, mengilustrasikan bahwa berbagai situasi dapat terjadi. Dua jenis situasi telah menunjukkan konsekuesni yang serius. Pertama, situasi yang mengakibatkan penerimaan dosis yang cukup (dapat) menyebabkan timbulnya efek deterministik pada satu orang atau lebih1. Situasi kedua adalah situasi dimana dosis yang diterima oleh seseorang tidak signifikan menyebabkan efek deterministik, tetapi diperlukan tindakan yang signifikan untuk mengendalikan situasi akibat terjadinya kontaminasi terhadap barangbarang, properti dan individu. Analisa terhadap data ini, dengan berpedoman pada informasi mengenai keadaan, penyebab, paparan yang dihasilkan dan kerusakan yang diakibatkan oleh setiap kecelakaan, menghasilkan data observasi sebagaiberikut: (a)
Kecelakaan yang paling umum terjadi dan menyebabkan efek deterministik adalah melibatkan sumber 192 Ir, diikuti sumber 60Co dan urutan ketiga adalah sumber 137 Cs.
(b)
Sumber yang paling sering menyebabkan kecelakaan adalah sumbersumber radiografi dan teletherapi. Jumlah kecelakaan yang terjadi akibat penggunaan sumbersumber radiografi lebih banyak dibanding sumbersumber teletherapi. Walaupun kecelakaan dengan sumber radiografi lebih sering, namun sumber sumber teletherapi menyebabkan jumlah kematian yang lebih besar, mengingat teletherapi mengandung sumber radiasi dengan aktivitas besar dan melibatkan orang yang terpapar dalam jumlah banyak.
(c)
Kontributor utama terhadap terjadinya kecelakaan (sumber radiografi) adalah 75% kesalahan atau kegagalan operator mengikuti prosedur dan 25% kesalahan peralatan.
(d)
Sumbersumber yang dipergunakan oleh militer juga dapat menyebabkan injuri2 atau kematian, tetapi jumlah kejadiannya tidak sebanyak kejadian pada area komersial.
(e)
Di beberapa negara, sumber radium226 masih digunakan dalam aplikasi medis maupun non medis. Terjadinya kecelakaan menyangkut sumber ini sangat sedikit. Dalam aplikasi medis, hilangnya sumber ini sangat mendominasi terjadinya kecelakaan (90%), dan sisanya akibat pencurian. Dalam aplikasi non medis (tercatat 10% kecelakaan sumber radium) kecelakaan yang terjadi akibat pencurian dan hilang, masingmasing 50%.
(f)
Beberapa kecelakaan lain mengakibatkan penerimaan dosis yang lebih rendah tetapi mengakibatkan kerusakan properti yang signifikan akibat kontaminasi pada peralatan atau barangbarang. Ini merupakan permasalahan serius ketika suatu sumber tanpa sengaja meleleh dalam proses peleburan scrap. Tergantung pada
681
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
jenis sumber radiasi, ini dapat mengakibatkan kontaminasi pada produk metal maupun byproductnya atau terjadinya kontaminasi lingkungan. Dari masingmasing contoh kasus di atas terlihat bahwa, initiating event yang utama adalah hilangnya kontrol terhadap sumber radiasi, dan perpindahannya ke domain publik dimana sumber tersebut tidak dikenali sebagai suatu sumber radiasi. II.4.
SKENARIO PAPARAN
Dari review terhadap kecelakaan yang disajikan di atas, terlihat jelas bahwa ada sejumlah situasi yang berbeda yang dapat mengakibatkan hilangnya kontrol terhadap sumber radiasi dan sejumlah skenario kejadian yang berbeda yang mengakibatkan terjadinya paparan radiasi. Berikut ini adalah tiga skenario paparan umum. 1.
Paparan eksternal terhadap seseorang dari suatu sumber dalam jarak yang sangat dekat.
2.
Paparan eksternal dari sumber terbuka (melibatkan beberapa orang).
3.
Paparan radiasi setelah memecah bungkusan (casing) sumber.
Ketiga skenario paparan umum ini dikembangkan dari kejadian kecelakaan yang sesungguhnya. Sebagai contoh, paparan eksternal yang dialami oleh satu orang akibat sumber terbuka yang terjadi di Georgia pada tahun 1997, dan di Peru pada tahun 1999. Paparan radiasi yang dialami beberapa orang akibat sumber terbuka di Estonia pada tahun 1994, di Algeria pada tahun 1978, dll. Sumber radiasi secara tidak sengaja dapat ikut dilebur, jika peralatan yang mengandung sumber radiasi tersebut, tercampur dengan scrap metal yang akan direcycling, setelah dicuri atau hilang. Implikasi dari skenario melelehnya sumber radioaktif dalam fasilitas daur ulang limbah besi ini mungkin ditinjau dari dosis yang diakibatkan terhadap individu lebih kecil dari ketiga skenario yang telah didiskusikan di atas, tetapi implikasi dari segi finansial sangat besar, sebagai akibat terkontaminasinya berbagai produk dan peralatan dan byproducnya. Setelah diketahui terjadinya kejadian ini, maka juga diperlukan tindakan dekontaminasi terhadap fasilitas dan juga manajemen limbah radioaktif. Selain itu bisa jadi timbul implikasi ditinjau dari segi sosial, politik maupun ekonomi, disamping menjadi perhatian pihak pers. II.5.
FAKTOR BERPENGARUH
682
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Membuat urutan (ranking) atas sumber radiasi berdasarkan tingkat ancaman atau potensi bahaya (hazard) tidak hanya cukup didasarkan pada kandungan aktivitas yang dimiliki sumber tersebut. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah konstruksi dan penggunaan sumber radiasi tersebut. Berikut ini adalah berbagai faktor yang berperan dalam pengkategorian sumber radiasi. SIFAT RADIOLOGI: Faktor yang berkaitan dengan sifat radiologi yang perlu diperhatikan adalah jenis radiasi yang dipancarkan, waktu paro radionuklida, aktivitas sumber dan energi radiasi. Untuk sifat radiologi, aktivitas sumber radiasi dan waktu paro radionuklida merupakan sifat yang paling penting. BENTUK MATERIAL: Faktor yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan bentuk material adalah bentuk fisika dan kimia dari sumber radiasi, apakah sumber radiasi dalam bentuk sumber terbungkus atau terbuka, toksisitas dari material dan risiko kontaminasi ketika terjadi kecelakaan. Dari semua itu yang paling utama untuk diperhatikan adalah bentuk material radioaktif. PRAKTIK DAN KONDISI PEMAKAIAN: Faktor yang dipertimbangkan dalam kondisi penggunaan adalah karakteristik penggunaan sumber, seperti dalam fasilitas fixed atau bersifat mobile, jenis aplikasi (misalnya industri, medis, penelitian atau militer), desain dan konstruksi sumber, ukuran sumber, keberadaan peralatan lain seperti shielding dan interlock serta faktor operasional yang berkaitan dengan penggunaan sumber. Dalam kelompok ini faktor manusia memegang peranan penting. SKENARIO PAPARAN: Faktor yang berkaitan dengan skenario paparan adalah jenis skenario paparan yang mungkin terjadi dalam pengoperasian dan jika kehilangan kontrol, efek stokastik dan deterministik yang diakibatkan, kemampuan untuk mendeteksi sumber apabila hilang, dan rekaman kecelakaan lengkap dengan jenis sumber dan praktiknya. AKHIR PEMAKAIAN: Faktor yang termasuk dalam sub bab ini adalah pilihan disposisi yang tersedia untuk sumber radiasinya, biaya dan ketersediaan pilihanpilihan tersebut, traceability sumber, frekuensi penggunaan sumbersumber disused, sumbersumber bekas dan kemungkinan tidak dilakukan pengawasan oleh Badan Pengawas. Dalam kelompok ini, pilihan untuk mengembalikan sumber ke pihak pembuat memegang peran kunci terhadap hazard yang ada. Ketersediaan dan biaya pengembalian sumber memiliki pengaruh bagi kemauan pengguna dan kemampuan untuk mendispose sumber secara benar dan tepat setelah akhir penggunaannya.
683
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
HASIL DAN PEMBAHASAN III.1.
HASIL KATEGORISASI
Tabel II (Lampiran) menyajikan berbagai contoh sumber radiasi yang biasa digunakan pada berbagai jenis aplikasi sampai tahun 2004 (kolom I). Sedangkan kolom II mengidentifikasikan jenis radionuklida yang biasa digunakan. Kolom III – V memberikan contoh aktivitas maksimum dan minimum yang biasa dipergunakan. Selanjutnya harga aktivitas spesifik radionuklida (D) diberikan dalam kolom VI, sedangkan rasio aktivitas A/D disajikan dalam kolom VII. Hasil kategorisasi disajikan dalam kolom VIII dan IX. Kolom VIII merupakan hasil kategorisasi awal, sedangkan kolom IX hasil kategorisasi setelah mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait. III.2.
PEMBAHASAN
Sistem kategorisasi yang direkomendasikan IAEA (TECDOC 1191 dan Safety Guide RS G1.9.) terutama didasarkan pada potensi sumber radioaktif dalam menyebabkan efek deterministik. Dengan kata lain, sistem ini berdasarkan konsep “dangerous sources”yang dihitung dalam bentuk “nilai D”. Nilai D adalah aktivitas spesifik radionuklida dari suatu sumber yang, apabila tidak dikendalikan, dapat menyebabkan efek deterministik, baik melalui paparan eksternal maupun internal. Harga A/D yang merupakan rasio antara aktivitas (A, dalam TBq) dan aktivitas spesifik (D) dipergunakan untuk membuat “rangking awal” risiko relatif suatu sumber. Setelah diperoleh “rangking awal”, dengan mempertimbangkan faktorfaktor seperti bentuk fisik dan kimia, jenis shielding atau wadah, kondisi dan jenis praktik, serta rekaman kecelakaan, maka dilakukan kategorisasi sumber radiasi. Sistem kategorisasi sumber radiasi yang dikembangkan IAEA mengelompokkan sumber menjadi 5 kategori. Kategori 1 adalah kelompok sumber yang memiliki potensi dampak radiologi sangat tinggi, dimana nilai A/D ≥1000. Kategori ini mencakup sumbersumber seperti Radioisotope thermoelectric generators (RTGs), Irradiator, Teletherapi dan multi beam teletherapi (gamma knife). Selanjutnya sumber dengan kategori 2, antara lain sumber radiografi industri, dengan A/D bernilai antara 101000, sedangkan peralatan gauging masuk dalam kategori 3 dimana harga A/D 110, dst. Kategori terakhir adalah 5, dimana harga A/D <0,01 dan sumber yang masuk dalam kategori ini antara lain peralatan Xray fluorescene (XRF).
684
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Sistem kategorisasi di atas mengisyaratkan bahwa sumber dalam kategori 1 adalah kelompok sumber dengan potensi dampak radiologi sangat tinggi, sehingga dalam otorisasi perlu penilaian dan persyaratan sistem keselamatan secara mendalam, seperti LAK dan AMDAL misalnya. Dengan demikian kalimat “potensi dampak radiologi tinggi” dalam PP No. 64 Tahun 2000 dapat diartikan sumber radiasi yang masuk dalam kategori 1 dalam sistem kategorisasi yang direkomendasikan IAEA. Dengan kata lain sumber sumber yang masuk dalam kelompok ini, disamping persyaratan umum, juga perlu melengkapi persyaratan khusus. Sedangkan sumber radiografi perlu diberlakukan persyaratan umum dalam proses otorisasi (perizinan), sedangkan persyaratan otorisasi untuk peralatan XRF dan gauging tidak perlu seketat sumber radiografi.
KESIMPULAN DAN SARAN IV.1. 1.
KESIMPULAN Banyaknya variasi sumber radiasi dan jenis praktik perlu dikategorikan secara jelas, sesuai potensi dampak radiologinya yang juga berbedabeda.
2. Sistem kategorisasi rekomendasi IAEA mengisyaratkan, kalimat ‘potensi dampak radiologi tinggi’ dalam PP No. 64 Tahun 2000 adalah sumber radiasi dengan kategori 1. 3. Kategorisasi sumber radiasi akan memberikan kepastian (hukum) kepada pemohon izin dan juga personil BAPETEN, terkait dengan persyaratan yang harus dipenuhi. 4. Kategorisasi sumber radiasi akan membantu personil BAPETEN dalam mengevaluasi tingkat kedalaman dalam proses otorisasi, sehingga proses dapat dilakukan secara cepat namun akurat. IV.2.
SARAN
Kategorisasi sumber radiasi perlu dimasukkan dalam peraturan yang memiliki kekuatan hukum, Peraturan Kepala misalnya.
685
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1.
UU NO. 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran
2.
Peraturan Pemerintah RI No. 64 Tahun 2000 Tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
3.
International Atomic Energy Agency, Categorization of Radiation Sources, IAEATECDOC1191, IAEA, Vienna (2001)
4.
International Atomic Energy Agency, Categorization of Radioactive Sources, IAEASafety Guide No. RSG1.9, IAEA, Vienna (2005)
686
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
LAMPIRAN I TABEL 1 KATEGORISASI SUMBER RADIASI
687
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
LAMPIRAN II
688
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
689
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
690
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Syahrir Pertanyaan: a.Apakah termasuk bahan bakar bekas? Jawaban: a.Tidak termasuk. Penanya: Ir. Bagiono, M.Sc. Pertanyaan:
a.Apakah sistem kategorisasi termasuk sumber radiasi sinar X ( Akselerator ) Jawaban: a.Tidak termasuk, hanya sumber radiasi yang berupa zat radioaktif.
691