OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Oleh: Tutik Hidayati 02210003
FAKULTAS SYARI’AH JURUSAN AHWAL AS-SYAKHSIYYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007
OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh Tutik Hidayati 02210003
FAKULTAS SYARI’AH JURUSAN AHWAL AS-SYAKHSIYYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007
OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Oleh: Tutik Hidayati 02210003
Telah Disetujui Oleh, Dosen Pembimbing
Drs Badruddin, M.Hi NIP. 150302562
Mengetahui, Dekan Fakultas Syari'ah
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150216425
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demi Allah, Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya otomatis batal demi hukum.
Malang, 6 Juli 2007 Penulis
Tutik Hidayati NIM 02210003
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudara Tutik Hidayati, NIM 02210003, mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul:
OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada majelis dewan penguji.
Malang, 6 Juli 2007 Pembimbing,
Drs. Badruddin, M.Hi NIP 150302562
PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan penguji skripsi saudara Tutik Hidayati, NIM 02210003, mahasiswa Fakultas Syari’ah angkatan 2002, dengan judul :
OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
Telah dinyatakan LULUS Dewan Penguji:
1. Dra. Hj. Mufidah CH, M.Ag
(
NIP. 150240393
2. Zaenul Mahmudi, MA
(Penguji Utama)
(
NIP. 150302562
) (Ketua)
NIP. 150295155
3. Drs. Badruddin, M.Hi
)
)
( (Sekretaris)
Malang, 5 November 2007 Dekan
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150216425
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap dicurahkan kepada nabi Muhammad SAW., karena dengan perantaraan beliaulah kita semua dapat mengetahui yang hak dan yang bathil. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu (S-I) Sarjana Hukum Islam (S.H.I) pada Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 2. Bapak Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag, selaku dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 3. Bapak Drs. Badruddin, M.Hi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 4. Ayahanda dan ibunda tercinta, yang selalu mendoakan ananda dan selalu memberikan kasih sayangnya kepada ananda. 5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Syari’ah yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama mengikuti studi di UIN Malang.
6. DR. Hardadi, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 7. M. Lutfi Nugroho, yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi dan koreksi dalam merampungkan penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis menyadari karena keterbatasan potensi keilmuan yang penulis miliki, walaupun sudah berusaha memperbaiki untuk menyempurnakannya, namun isi skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itulah dengan kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah-lah penulis berserah diri dan mohon perlindungan-Nya di dunia dan akhirat. Semoga langkah kita selalu mendapatkan ridla-Nya. Amiin.
Malang, 6 Juli 2007
Penulis
PERSEMBAHAN Karya ini Kupersembahkan kepada: ABAH “H. M. Achsin Masykour” & UMMI “Hj. Dewi Masyithoh”, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan cinta & kasih sayang tanpa batas, terimakasih atas semua yang abah dan ummi berikan untukku. Adik-adikku M. Zainal Arifin (AFIN AFIN), IFA) OPEX), AFIN Fauziyah Puspita Sari (IFA IFA & A. Rofiq (OPEX OPEX senyum kalian adalah semangat terbesar bagiku, kasih sayang kalian adalah dermaga keindahan & do'a kalian adalah semangat keberhasilanku. Seseorang yang selalu mengisi hari2ku "LOET.FIE LOET.FIE" LOET.FIE yang slalu memberiku semangat, motivasi, koreksi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala perhatian dan dukungan yang telah kamu berikan selama ini. Sahabat2ku "Sitsol" & "Error CS", A'yN, Mell, Han, MaQ, Iloenx, Pastur n sluruh kawan2 CKC,, CKC,, bukankah perbedaan tetap akan menyatukan Qta. Kawan2 Fakultas Syari’ah senasib seperjuangan, Evie, Yanti, Ihda, Juned, mel, usri, tixzul, afi2, zaQ, n sluruh kawan2 syari'ah yang tak dapat aku sebutkan 1 by 1, khususnya Ang. 2002, do’a & motivasi kalian adalah semangatku. Sodara2ku "RELAWAN" RELAWAN" KSR – PMI UIN Malang, Mpienx, 1mam, Syur, Chienk, Bush, Kri, Ais, Xgranx, Kentux, Chik, Arwah, Hus dll, relawan Ang. 13, 14, 15, Kotex, Bodonx, Suloyo, Le'ah, Maul, Monel, Nin, P00, Prex, Chuz, Rif, Ria, Vin, Cimenx, Suwenx, Mer, Khusair, Ron, dll yang tak dapat aku sebutkan 1 by 1 kebersamaan Qta membuat hari2ku penuh warna, kadang sedih, bahagia, menangis, tertawa, marah... tapi....aku tak pernah menyesal pernah menjadi bagian dari kalian. khususnya Ang. XII, Cupez, Tombro, Burpet, Enthunx, Mukri, Astro, Cidhux, Mambo, Tomat, Uchenx, Nfiez dll yang slalu memberiku semangat & inspirasi hidup. Dont forget “ ” اس أ س Su-Eco, Su-Sir0, Su Cupez, Su Anam, Su Sapr0l kalian telah banyak memberikan pengalaman yang berharga bagiku. Kawan2 "Wisma Sekar", Rat, 1cha, Phiet, Lia-Cil, Lia-Sar, Ca2, Mier, Sras, Ana, 1da, Nyonx, Is, Dphie, Kun2, Wier...tanpa kalian wisma sekar akan terasa sepi. Arek2 Donald Cost, paklek, beni, emre, bal, dier, zenal, bunyan...n All thanks to bantuannya.
MOTTO
βr& È≅ö6s% ÏiΒ Νà6În/§‘ ÏiΒ Νä3ø‹s9Î) tΑÌ“Ρé& !$tΒ z|¡ômr& (#þθãèÎ7¨?$#uρ ∩∈∈∪ šχρããèô±n@ Ÿω óΟçFΡr&uρ ZπtGøót/ Ü>#x‹yèø9$# ãΝà6u‹Ï?ù'tƒ "Dan ikutilah sebaik-baik apa yang Telah diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya" (Q.S Az-Zumar (39) : 55)
و ا ز أ أن ا ر$%ر و$%: ل# " رل ا ! ا و "Menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Amr Ibn Yahya Al-
Mazinyy dari ayahku sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda : Tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan"
"Kesempurnaan manusia yang sejati bukan pada apa yang dimilikinya melainkan bagaimana dirinya"
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................... ii Pernyataan Keaslian Skripsi................................................................................iii Persetujuan Pembimbing..................................................................................... iv Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................. v Kata Pengantar.................................................................................................... vi Lembar Persembahan........................................................................................ viii Motto.................................................................................................................. ix Daftar Isi.............................................................................................................. x Halaman Abstrak ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8 C. Batasan penelitian .................................................................................... 8 D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9 E. Kegunaan Penelitian................................................................................. 9 F. Metode Penelitian .................................................................................. 10 1. Jenis Penelitian................................................................................. 10 2. Sumber Data..................................................................................... 11 3. Metode Pengumpulan Data............................................................... 12 4. Metode Analisa Data ........................................................................ 12 G. Sistematika Penulisan dan Pembahasan .................................................. 13
BAB II OPERASI DAN SELAPUT DARA DALAM TINJAUAN MEDIS .. 15 A. Operasi Medis ........................................................................................ 15 B. Klasifikasi Operasi Medis ...................................................................... 16 C. Selaput Dara Ditinjau Dari Sudut Medis................................................. 19 1. Pengertian ........................................................................................ 19 2. Tipe-Tipe Selaput Dara..................................................................... 20 3. Sebab Kerusakan Selaput Dara ......................................................... 22
D. Operasi Selaput Dara.............................................................................. 24 1. Pengertian ........................................................................................ 24 2. Motif dan Tujuan Dilakukannya Operasi Selaput Dara ..................... 24 3. Praktik Operasi Selaput Dara............................................................ 26
BAB III OPERASI MEDIS DAN KEPERAWANAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM ............................................................................................. 30 A. Hukum Islam.......................................................................................... 30 1. Konsep Dasar Hukum Islam ............................................................. 30 2. Tujuan Disyari'atkannya Hukum Islam ............................................. 34 3. Kaidah Fiqhiyyah Sebagai Salah Satu Istinbat Hukum Islam ............ 36 B. Operasi Medis Dalam Tinjauan Hukum Islam ........................................ 38 1. Dalil Kebolehan Operasi Medis ........................................................ 38 2. Syarat-Syarat Operasi Medis ............................................................ 40 3. Hukum Melihat Aurat Dalam Pengobatan Medis .............................. 44 4. Praktik Operasi Medis Dalam Tinjauan Hukum Islam ...................... 47 C. Makna Keperawanan Dalam Tinjauan Hukum Islam .............................. 51
BAB IV OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM 59 A. Dampak Operasi Selaput Dara Terhadap Status Keperawanan Seseorang59 B. Operasi Selaput Dara Ditinjau Dari Hukum Islam .................................. 63
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 80 A. Kesimpulan ............................................................................................ 80 B. Saran...................................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83 Lampiran-Lampiran
ABSTRAK Hidayati, Tutik. Operasi Selaput Dara Ditinjau Dari Hukum Islam. Skripsi, Jurusan Akhwal Asy-Syakhsiyah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. Badruddin, M.Hi. Kata kunci : Selaput Dara, Keperawanan, Operasi Selaput Dara Keberadaan selaput dara yang tampak secara fisik, sering digunakan sebagai bukti keperawanan. Pemahaman masyarakat di beberapa daerah yang memiliki pengetahuan dan persepsi yang rendah tentang seksualitas, keperawanan dibuktikan dengan adanya darah ketika wanita tersebut berhubungan seksual pertama kali. Jika tidak ada darah yang keluar maka wanita tersebut dikatakan sudah tidak perawan. Hal ini tidak jarang menyebabkan perselisihan dalam keluarga bahkan sampai bercerai. Tuntutan inilah yang akhirnya menyebabkan wanita mengambil keputusan untuk mengelabui laki-laki dengan melakukan operasi selaput dara. Operasi ini bertujuan untuk mengembalikan keutuhan selaput dara agar saat berhubungan ada darah yang keluar. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah operasi selaput dara berdampak terhadap status keperawanan seseorang dan bagaimana tinjauan hukum islam terhadap praktik operasi selaput dara. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan meliputi : (1) pengumpulan data (2) mencatat hal-hal yang akan dijadikan data (3) klasifikasi data (4) interpretasi data (5) menyimpulkan catatan-catatan yang dijadikan data. Penelitian ini difokuskan pada operasi selaput dara yang bertujuan untuk mengembalikan keperawanan seseorang dengan menggunakan alat analisis kaidah fiqhiyah yakni ( ﺩﺭﺀ ﺍﻝﻤﻔﺎﺴﺩ ﻤﻘﺩﻡ ﻋﻠﻰ ﺠﻠﺏ ﺍﻝﻤﺼﺎﻝﺢmenolak mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang informasi selaput dara, karenanya keberadaan darah perawan masih dianggap bukti apakah wanita itu masih perawan atau tidak. Padahal bentuk dan sifat selaput dara berbeda-beda pada tiap wanita. Operasi selaput dara dilakukan hanya untuk merubah bentuk biologis selaput dara saja dan hal ini tetap tidak dapat merubah status keperawanan seseorang. Jika dia sudah pernah melakukan hubungan seksual walaupun terpaksa, maka ia tetap dikatakan tidak perawan. (2) Operasi selaput dara menimbulkan beberapa kemudharatan yakni penipuan, kebohongan, membuka jalan pada perbuatan keji (zina yang berulang) dan membuka aurat tanpa ada alasan medis yang mendesak. Operasi ini juga tidak memenuhi persyaratan operasi medis diantaranya tidak ada kebutuhan operasi yang mendesak dan masih ada alternatif lain selain operasi. Berdasarkan kaidah "Menolak kemudharatan lebih utama daripada meraih kemaslahatan" maka operasi ini dihukumi haram, karena operasi ini lebih banyak menimbulkan kemudharatan. Sesungguhnya kemaslahatan dalam permasalahan hilangnya keperawanan ini dapat dicapai dengan solusi yang lain yang tidak ada mudharatnya atau yang lebih kecil mudharatnya misalnya dengan mengupayakan pernyataan medis yang terpercaya dari pihak medis yang valid yang membuktikan hilangnya selaput dara karena sebab sebenarnya, mengupayakan jaminan pembuktian ketidakbersalahannya di hadapan
masyarakat dan memberitahu suami akan masalah yang sebenarnya untuk menghilangkan prasangka buruk.
ا )( ها &23 4.( ,ء ا ". / .0ا,-م, "8#أ7ال ا ,/562ا /092ا ./9 2ا < /9ا /.ا.;% /,- ا 2ف :دآ&راوس را ا .&8B ات ا :ء ا ,ا !" ,ء ا. إن وBد 23ء ا / .0ا Fهة ا 9و. /Eن Dار ا .0ا ا أة. L9ا س ا Kى / # "Iا " 9ا <ع ,ا B IF .0د ا ام ا أة E اول .IMBه.( PKن ا Oاق Eا%ة & ا ,Qق PKI ."Iا /ORدى ا أة ا ا K.ب ا Bل &23 4.ء ا ./ .0هKا ا &- 4.رBء (م ا . .0 7وج ا ام ا <ع. 3ض هKا ا W0ه /E9ه23 4.( Vء ا U / .0دى ا ا /BO ا أة و آ Yا ".ا,-م 23 4.( Eء ا ./ .0 ع هKا ا W0ه ا W<0ا 9&Z /0&.ل ا /D QاD&-ا/D ) ./M اB-ع ا دة .۱ :IإBع ا دة .۲ .آ& [ 9& /دة .۳ .أ8#م ا دة. .۴إ&ج ا دة /!,7 .۵ .ا /&.ا & (.ن ا دة 4#( .هKا ا W0ا ا &4. 23ء ا - / .0رBء .ا أة MDة ا " /IDOدرء ا D Oم ] B ا ."^ 5 ا ! VهKا ا W0ه .۱ :اآ` ا س " 9ف ا 2_ [ 9ء ا ,/ .0و Kا وBد ا ام ا E.0اول .( Iن Dار .I& .وBد (4. 23ء ا 3 % / .0إ _( %ا ت 23ء ا 23 4.( .۲ ./ .0ء ا I / .0 ا <bرات Iا K.ب و ^&Eا 4ا &8و ^&Eا 9رات دون ا /E9و ا 9م ا /0Qا bور MD ./ة ا " /IDOدرء ا D Oم ] B ا "^ 5و Kا ".ا &23 4.ء ا / .0ام ا,-مc ,ن هKا ا &4. Vا ا bرات dQ&8( .ا أة أن ( .آ Iا ر VBاو زو IBوd# 2_ [ 9& Iء ا / .0و I& . /DDدون ا &.4.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu tanda kekuasaan Allah SWT adalah terciptanya keperawanan atau selaput dara pada setiap wanita. Betapa tidak, nilai keperawanan teramat agung dan dijadikan simbol perbedaan wanita shalihah dan tidak shalihah. Keperawanan itu juga bisa dijadikan tolak ukur untuk wanita itu sendiri dalam menilai diri sendiri. Keperawanan bisa berarti kejujuran, kesucian dan keutuhan moral seorang wanita. Dalam Islam, kesucian wanita itu sangat penting. Bagi mereka yang menjunjung tinggi pentingnya kesucian, bukan saja memiliki kepedulian pada moralitas tapi juga menyelamatkan jiwa dari perbudakan. Berbagai macam upaya syar'i untuk memelihara, dan menjaga kesucian seorang wanita. Firman Allah yang memerintahkan agar wanita menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, adalah berikut ini :
šÏ‰ö7ムŸωuρ £ßγy_ρãèù zôàxøts†uρ £ÏδÌ≈|Áö/r& ôÏΒ zôÒàÒøótƒ ÏM≈uΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ≅è%uρ .$yγ÷ΨÏΒ tyγsß $tΒ āωÎ) £ßγtFt⊥ƒÎ— Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman : hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya……”1
Saat ini, banyak wanita muslim yang terlalu membuka auratnya, sehingga kesucian yang selama ini dijunjung tinggi Islam tidak dihiraukan lagi. Keperawanan banyak yang hilang sebelum mereka menuju ke jenjang pernikahan. Kesucian telah tercampakkan, dan menjadi komoditas yang layak dipasarkan. Pergaulan bebas sudah dijalani oleh para generasi muda di beberapa kotakota besar seperti Jakarta, Bandung dan kota-kota besar lainnya yang notabene sebagai kota mahasiswa, mereka yang biasanya jauh dari orang tua sehingga berperilaku bebas. Hasil polling dari Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) menyimpulkan bahwa 44,8 persen mahasiswa dan remaja Bandung telah melakukan hubungan seksual. Di Malang, penelitian yang dilakukan oleh dr Andi terhadap 202 remaja mendapati bahwa hampir 15 persennya telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Di Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu, jumlah remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen. Sementara di Jakarta, pada tahun 1999 saja, hasil penelitian Dr. Boyke Dian Nugraha terhadap remaja yang datang ke Klinik Pasutri miliknya
1
QS.An-Nuur (24) :31
menunjukkan bahwa 18 persen diantara mereka pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Besar kemungkinan, saat ini prosentasenya sudah bertambah2. Penelitian tersebut merupakan hasil yang mengejutkan bagi suatu komunitas yang sangat erat dengan nilai moral dan agama. Melalui pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa keperawanan saat ini sudah tidak ada artinya lagi. Padahal Islam hanya membolehkan kesucian itu dirasakan pertama kali oleh suami. Salah satu hadis Nabi SAW yang menegaskan tentang menikahi gadis perawan adalah :
ﻴﺎ ﺭﺴﻭل ﺍﷲ ﺃﺭﺃﻴﺕ ﻝﻭ ﺘﺯﻝﺕ: ﻗﻠﺕ:ﻗﺎﻝﺕ،ﻋﻥ ﻋﺎﺌﺸﺔ ﺭﻀﻰ ﺍﻝﻠﺔ ﻋﻨﻬﺎ ﻓﻲ ﺃﻴﻬﺎ، ﻭﻭﺠﺩﺕ ﺸﺠﺭﺓ ﻝﻡ ﻴﺅﻜل ﻤﻨﻬﺎ,ﻭﺍﺩﻴﺎ ﻭﻓﻴﻪ ﺸﺠﺭﺓ ﻗﺩ ﺃﻜل ﻤﻨﻬﺎ }ﻓﻲ ﺍﻝﺘﻲ ﻝﻡ ﻴﺭﺘﻊ ﻤﻨﻬﺎ{ ﺘﻌﻨﻲ ﺃﻥ ﺭﺴﻭل ﺍﷲ:ﻜﻨﺕ ﺘﺭﺘﻊ ﺒﻌﻴﺭﻙ ؟ ﻗﺎل .ﺼل ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻡ ﻝﻡ ﻴﺘﺯﻭﺝ ﺒﻜﺭﺍ ﻏﻴﺭﻫﺎ Artinya : diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : aku berkata : ya Rosulullah, seandainya engkau turun dari sebuah lembah tempat pohon-pohon yang buahnya telah dipetik kemudian engkau manemukan pohon yang buahnya belum dipetik, maka pada pohon manakah engkau biarkan untamu menyentuhnya? Nabi SAW bersabda : pohon yang buahnya belum dipetik. (perawi lain hadis ini menambahkan bahwa yang dimaksudkan dalam hadis yang diriwayatkan ‘Aisyah) adalah bahwa nabi SAW. Tidak menikahi gadis perawan selain ‘Aisyah.3 Dalam hadis diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW menikahi Khadijah r.a yang sudah tidak perawan. Istri-istri beliau SAW yang lain juga bukan perawan. Satu-satunya istri Rasulullah yang perawan adalah ‘Aisyah. Tapi beliau tetap menganjurkan pada pengikutnya agar menikahi yang perawan. Mungkin ada banyak manfaat dibalik itu. Keperjakaan dan keperawanan, yang penting adalah keimanan. 2
Neni Utami Adiningsih, “Virgin, Remaja Putri dan Ancaman Aids,” Suara Pembaruan (edisi 1 Desember 2004), http://www.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=239, (diakses 19 November 2006 ) 3 Imam Az-Zabidi, “Ringkasan Shahih Bukhari”, (Penerbit Mizan, 2002), 784.
Begitu pentingnya menjaga sebuah keperawanan seorang wanita, yang jadi masalah keperawanan merupakan lambang kesucian seorang wanita itu diidentikkan dengan selaput dara. Selaput dara atau disebut juga hymen adalah lipatan selaput lendir yang menutupi pintu liang senggama untuk sebagian4. Jika keperawanan sudah diidentikkan dengan selaput dara maka keperawanan itu juga sama dengan anggota tubuh lainnya, bisa tertimpa kerusakan, baik secara keseluruhan atau sebagian, dikarenakan oleh kecelakaan yang disengaja atau yang tidak disengaja, karena perbuatan manusia yang memang itu perbuatan maksiat atau yang bukan maksiat. Biasanya, selaput dara itu robek begitu zakar laki-laki masuk ke dalam vagina untuk pertama kali. terobeknya selaput dara ini disebut deflorasi5. Karena selaput daralah, wanita sering dikucilkan, dengan alasan tidak mampu menjaga diri dan kehormatannya. Hingga di suatu kebudayaan tertentu ada kebiasaan untuk memeriksa tempat tidur sepasang pengantin sehari setelah pernikahan, untuk mencari bercak darah di seprai. Bercak darah inilah yang diyakini oleh masyarakat tertentu sebagai satu-satunya bukti bahwa pengantin perempuan belum pernah berhubungan seksual sebelum hari pernikahannya itu6. Keperawanan bagi seorang laki-laki memang teramat penting, karena wanita yang tidak perawan lagi biasanya dinilai sebelumnya ada yang mendahului dan hal ini akan menjadi obsesi yang berkepanjangan serta akan menjadi pondasi keretakan rumah tangga. Bagi laki-laki sendiri, ia memiliki alasan kuat untuk menceraikan 4
Ahmad, Ramali, "Kamus Kedokteran", disempurnakan oleh Hendra T. Laksman, Cet : 26, (Jakarta : PT Djambatan, 2005),159. 5 Nina, Surtiretna, "Remaja dan Problema Seks : Tinjauan Islam dan Medis", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006), 18. 6 Guntoro Utamadi dan Tito, "Mitos Dan Fakta Seputar Selaput Dara", Http://Forum, Myspace.Com/Index.Cfm?Fuseaction=Message Board, (diakses 7 Mei 2006)
istrinya. Banyak kisah perkawinan yang hanya bertahan sehari, permasalahan utamanya adalah keperawanan7. Beberapa adat istiadat dan kebiasaan sosial telah memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keperawanan ini dan menjadikannya tanda atas kehormatan seorang wanita dan sobeknya selaput dara sebelum menikah menjadi tanda atas rusaknya wanita tersebut. Hal itu mengakibatkan terjadinya reaksi dari para suami, keluarga si gadis dan masyarakat. Ada yang hanya berupa sangkaan dan keraguan, dan ada pula yang sampai menyebabkan hancurnya rumah tangga dan bencana atas gadis yang dituduh tersebut8. Di Negara-negara bagian timur (termasuk Indonesia), selaput dara memang menjadi simbol kesucian seorang wanita. Pada umumnya laki-laki hanya mau menikahi wanita yang masih utuh selaput daranya. Tandanya adalah adanya darah yang keluar ketika berhubungan seksual pertama kali. Darah itu berasal dari robekan selaput dara9. Begitu juga di barat, tidak semua masyarakat di barat beranggapan bahwa selaput dara itu tidak penting bagi nilai moral perempuan. Di Inggris, khususnya para penganut katolik ortodoks, masih menjunjung tinggi nilai selaput dara sebagai simbol kesucian seorang gadis. Para orang tua di negara tersebut berusaha dengan ketat menjaga anak gadisnya untuk tetap perawan sampai hari pernikahannya10. Karena pentingnya kedudukan selaput dara, maka segala cara untuk mempertahankan kondisi selaput dara agar selalu terlihat utuh kini telah menuai
7
Abu, Al Ghifari, "Kesucian Wanita " ( Bandung : Penerbit Mujahid Press, 2003), 10. Muhammad Nu'aim Yasin, " Abhatsu Fiqhiyah Fi Qishoya Thibbiyah Mu'ashiroh " Penerjemah Munirul Abidin, Fiqh Kedokteran, (Jakarta: Penerbit Pustaka Al Kautsar,2001), 237. 9 Naning ,Pranoto, " Virgin ? Sex N Teens", Ed I, (Jakarta : Pustaka Popular Obor. 2005),90. 10 Ibid., 98. 8
jalan. Saat ini dengan perkembangan dunia kedokteran, dokter bedah plastik di barat telah menemukan sistem operasi selaput dara yang berkualitas, yaitu mampu mereparasi selaput dara yang telah robek menjadi baik kembali dengan penampilan yang seperti aslinya atau dengan bentuk lain sesuai dengan permintaan11. Selama ini sejumlah klinik di Jakarta, dan beberapa kota-kota besar lainnya memang ada yang melayani operasi tersebut. klinik bedah plastik ini melayani reparasi selaput keperawanan. Apapun penyebab kerusakannya, tak pulih seperti sedia kala memang, tapi hasilnya nyaris sempurna12. Memang pada umumnya mereka yang melakukan operasi selaput dara itu adalah korban perkosaan yang jiwanya tertekan, bahkan banyak yang ingin bunuh diri. Setelah menjalani operasi tersebut, mereka seperti menemukan kembali semangat hidupnya dan kembali percaya diri. Di sisi lain ada beberapa masyarakat, terutama para tokoh agama yang merasa khawatir karena jika operasi tersebut dimasyarakatkan, maka pola dan gaya pergaulan anak-anak remaja kita diperkirakan semakin lebih nekat dan berani. Sehingga bagi mereka menjadi tidak gadis akibat pergaulan bebas bukan lagi dilihat sebagai resiko yang perlu selalu mereka waspadai. Menurut dokter ahli kebidanan dan kandungan, memang terkadang yang melakukan operasi selaput dara itu adalah para wanita korban tindakan kekerasan seksual, misalnya perkosaan atau alasan lain, wanita yang akan melangsungkan pernikahannya, tetapi dia sudah tidak perawan lagi, dan kemudian minta dokter
11
Ibid., 99. Sunudyantoro dan Mahbub, " Selaput Dara Di Mata Kiai", Majalah Tempo, Edisi. 17/XXXIV/ 20-26 Juni 2005, http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg22815.html. (diakses pada 7 Mei 2006)
12
kandungan untuk mereparasi selaput dara seperti sedia kala tanpa sepengetahuan calon suaminya13. Tidak disangka dengan adanya operasi selaput dara itu, seseorang dapat menutupi perilaku buruk yang pernah dilakukannya. Jika dipandang dari segi moral dan agama, tentunya hal itu sangat bertentangan, karena perbuatan itu sama saja dengan memanipulasi untuk mengelabui seseorang. Dari sini timbul pertanyaan apakah dengan mereparasi selaput dara semua permasalahan tersebut dapat terselesaikan. Tak ada yang bisa menjamin hal itu bahkan dokterpun tak bisa menjamin apakah operasi selaput dara itu solusi bagi mereka yang kehilangan keperawanannya. Maka tidaklah heran adanya operasi selaput dara ini mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat, tetapi hanya segelintir orang yang memperdulikannya. Tidak diragukan lagi bahwa masalah operasi selaput dara tersebut merupakan hal yang baru yang penuh dengan kontraversi, selain dikaji secara medis permasalahan ini juga perlu dikaji secara Islami. Secara umum dalam metode pengambilan hukum perbuatan manusia, yang pertama dilakukan adalah dengan meneliti nash-nash al-Qur’an dan hadis. Jika tidak ditemukan, maka dilihat dari hal-hal yang menyerupai apa yang dijelaskan oleh nash-nash tersebut, kemudian diqiyaskan kepadanya. Jika tidak memungkinkan, maka dilakukan sebuah ijtihad untuk menyimpulkan hukumnya dengan dilihat dari azas syari’at, roh, tujuan dan kaidahnya secara umum, serta dilihat dari manfaat dan mudharat yang dihasilkan dari perbuatan tersebut, dengan mentarjih sebagian atas sebagian yang lain. 13
http://www.minggupagi.com/article.php?sid=946400. (diakses pada 19 November 2006)
Masalah operasi selaput dara atau pengembalian keperawanan ini memang hukumya tidak disebutkan di dalam nash syari’at, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan belum ada fuqoha yang menjelaskan hukumnya, karena hal tersebut belum pernah terbayangkan di masa mereka, dan tidak ada yang menyerupainya di masa pensyari’atan sehingga memungkinkan qiyas atasnya. Maka yang bisa dilakukan hanyalah melihat pada maksud syari’at, tujuan dan kaidahnya secara umum, manfaat dan mudharatnya yang mungkin dihasilkan dari operasi tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, terutama dengan adanya hal-hal terbaru yang dimunculkan oleh bidang kedokteran maka hal itu juga sangat berpengaruh pula terhadap perkembangan hukum terutama dalam kajian hukum Islam, karenanya dalam hal ini penulis akan mencoba untuk membahas secara detail tentang "Operasi Selaput Dara Ditinjau dari Hukum Islam ".
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dirumuskan penulis adalah : 1. Apakah operasi selaput dara berdampak terhadap status keperawanan seseorang? 2. Bagaimana operasi selaput dara ditinjau dari Hukum Islam?
C. Batasan Masalah Agar penelitian ini mencapai tujuan yang maksimal, maka penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian pada dampak operasi selaput dara terhadap status keperawanan seseorang dan bagaimana tinjauan hukum islam terhadap operasi
selaput dara dengan menyandarkannya pada kaidah-kaidah fiqhiyah. Dalam penelitian ini pembahasan akan lebih diarahkan pada operasi selaput dara yang bertujuan untuk mengembalikan selaput dara yang robek dikarenakan suatu sebab. Hubungan judul yang diambil dengan bidang Ahwal Asy-Syakhsiyah, yakni terkait dengan permasalahan keluarga atau rumah tangga yang akan dibentuk selanjutnya. Dalam hal ini operasi selaput dara dianggap sebagai salah satu cara untuk menutupi hilangnya keperawanan seorang wanita sebelum menikah. Permasalahan ketidakperawanan ini terkadang memicu kehancuran rumah tangga bahkan sampai ke perceraian. Secara psikologis, masih banyak orang yang terjebak pada pemahaman yang salah tentang keberadaan selaput dara, sehingga wanita kerap kali disalahkan dengan tuduhan sudah tidak perawan. Masalah keperawanan tidak terlepas dari standar ganda yang berkaitan dengan gender atau peran jenis kelamin.
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dampak operasi selaput dara terhadap status keperawanan seseorang. 2. Untuk mengetahui hukum operasi selaput dara dalam tinjauan Hukum Islam.
E. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan kajian Islam, dan penemuan hukum baru sehingga tercipta
perundang-undangan yang membahas mengenai permasalahan kedokteran khususnya di bidang pengobatan wanita. b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, pembaca, begitu juga penulis agar dapat lebih memahami hukum operasi selaput dara, dan tidak terjebak pada pemahaman yang salah tentang adanya selaput dara.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kepustakaan, karena penelitian ini berkaitan dengan pikiran para ahli tentang suatu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang diangkat sebagai suatu pembahasan dalam buku-buku atau media cetak. Penelitian kepustakaan atau bibliographic research adalah penelitian yang datanya berupa teori, konsep dan ide14. Dikarenakan dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan praktek operasi selaput dara, maka pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini berupa telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya
14
Saad, Ibrahim, " Metodologi Penelitian Hukum Islam", (Malang : UIN Malang, 2002), 10.
dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber data yang kemudian disajikan dengan cara baru dan untuk keperluan baru15. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yang berasal dari jurnal, artikel, majalah dan lain sebagainya yang memuat tentang operasi selaput dara dan hal-hal yang ada relevansinya. Dikarenakan buku yang khusus menjelaskan tentang operasi selaput dara sangat jarang, maka beberapa data diambil dari browsing internet dengan mempertimbangkan website dan penulisnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Buku yang berjudul “Pengobatan Wanita Dalam Pandangan Fiqh Islam” judul asli “Al Ahkam Ath-Thibbiyah Al-Muta'aliqah Bi An-Nisa' Fi Fiqhi Al-Islam”, oleh Muhammad Khalid Mansur, diterjemahkan Team Azzam, Penerbit Cendekia Sentra Muslim, Jakarta, 2004. b. Buku yang berjudul ”Fiqh Kedokteran”, judul asli "Abhatsu Fiqhiyah Fi Qishoya Thibbiyah Mu'ashiroh" oleh Muhammad Nu'aim Yasin, diterjemahkan Munirul Abidin, Penerbit Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2001. c. Data yang menjelaskan tentang deskripsi operasi selaput dara secara medis, adalah "Hymenoplasty" oleh Dr. Muhammad El-Hennawy, Mesir, yang diakses dari website kedokteran bidang obsetri dan gynecology. http://www.obgyn.net/displayppt.asp?page=/english/pubs/features/present ations/hennawy13/hennawy13-ss.
15
Soejono,dkk, " Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan", (Jakarta : Rineka Cipta, 1999),2.
3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan Operasi Selaput Dara adalah : a. Pengumpulan data dari berbagai sumber data yang ada kaitannya dengan operasi selaput dara, yakni dengan mencari, menemukan, membaca, memahami buku, dokumen, jurnal, majalah, rubrik konsultasi, data dari internet dan lain sebagainya b. Mencatat hal-hal yang akan dijadikan data berdasarkan kerangka teoritis yang telah dibuat. c. Klasifikasi data d. Interpretasi data e. Menyimpulkan catatan-catatan yang dijadikan data. Dengan menggunakan metode tersebut peneliti memegang chek list untuk mencari variable yang sudah ditentukan. Apabila muncul variable yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check di tempat yang sesuai. 4. Metode Analisa Data Analisa data hakikatnya adalah kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi16. Data yang telah terkumpul nantinya akan dianalisis dengan menggunakan prinsip sebagaimana sebuah penelitian berdasarkan pada :
16
Soerjono, Soekanto " Pengantar Penelitian Hukum ", (Jakarta : UI Press, 1986), 251-252.
•
Pemahaman secara mendalam terhadap wacana operasi selaput dara.
•
Menganalisis data secara interaktif dialektif/bolak balik data sesuai dengan keperluan. Selanjutnya prosedur analisis data dalam penelitian ini dilakukan baik selama
proses pengumpulan data maupun setelah pengumpulan selesai. Prosedur analisis data dilakukan dengan beberapa tahap yakni : •
Editing, yaitu pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari kelengkapannya, keselarasan makna, kesesuaian, serta relevansinya dengan kelompok data yang lain. Adapun penerapannya adalah dengan memeriksa kembali semua data tentang operasi selaput dara yang telah diperoleh dari berbagai sumber terutama dari sisi kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya dengan data.
•
Organizing, yaitu menyusun, mengatur dan mensistematika data yang diperoleh dalam kerangka yang sudah ditentukan sehingga menghasilkan bahan-bahan untuk merumuskan masalah.
•
Analyzing, yaitu menganalisis atau mengumpulkan secara rinci hasil analisis data uji coba.
G. Sistematika Penulisan dan Pembahasan Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh tentang penelitian ini, maka sistematika penulisan dan pembahasannya disusun menjadi 5 bab. Bab I sebagai pendahuluan akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan dan pembahasan. Hal ini digunakan sebagai langkah awal dalam memulai penelitian. Sedangkan pada bab II akan mengkaji tentang operasi dan selaput dara dalam tinjauan medis, yang meliputi : pengertian operasi medis, klasifikasi operasi medis, pengertian selaput dara, tipe-tipe selaput dara, sebab kerusakan selaput dara, dan kajian tentang operasi selaput dara yakni pengertian, motif dan tujuan operasi selaput dara dan praktek operasi selaput dara. Bab III mengkaji tentang Operasi Medis dan Keperawanan Dalam Tinjauan Hukum Islam, yang meliputi : kajian Hukum Islam, yakni tentang konsep dasar hukum islam, tujuan disyari'atkannya hukum islam dan metode istinbath hukum islam; kajian tentang operasi medis dalam tinjauan hokum islam, yakni dalil kebolehan operasi medis, syarat-syarat operasi medis, hukum melihat aurat dalam pengobatan medis, praktik operasi medis dalam tinjauan hukum islam; dan kajian tentang makna keperawanan dalam tinjauan hukum islam. Bab IV merupakan pembahasan yang berisikan tentang analisis dan diskusi terhadap data yang sudah disajikan pada bab sebelumnya. Bab ini meliputi : dampak operasi selaput dara terhadap status keperawanan seseorang dan operasi selaput dara ditinjau dari hukum Islam. Bab V merupakan bab yang terakhir dari penelitian ini, dan merupakan bab penutup sebagai hasil akhir dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II OPERASI DAN SELAPUT DARA DALAM TINJAUAN MEDIS
A. Operasi Medis Operasi berarti bedah atau bedel untuk mengobati penyakit. Operasi atau pembedahan adalah suatu prosedur kedokteran yang dilakukan dengan membuat sayatan pada kulit atau selaput lendir penderita, umumnya operasi ini dilakukan oleh dokter ahli yang mendapat pendidikan khusus, yaitu dokter bedah17. Tujuan suatu operasi adalah untuk membuang seluruh atau sebagian organ yang sakit (misalnya usus buntu), memperbaiki fungsi suatu organ, memulihkan fungsi suatu organ dengan mengganti sebagian atau seluruh organ dari orang lain atau dari bahan sintesis, membuang pertumbuhan yang mengganggu keindahan misalnya tumor, dan menyembuhkan cacat bawaan atau cacat akibat kecelakaan, selain itu, operasi juga sering dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosis penyakit18.
17 18
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 11, Cet. I, (Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1990), 284. Ibid.
Secara luasnya, operasi dapat digolongkan menjadi 19:
Operasi kecil, misalnya operasi khitan, operasi kutil atau tumor kecil pada kulit. umumnya operasi kecil dapat dilakukan tanpa pembiusan total, cukup daerah yang akan dioperasi saja yang mendapat penyuntikan mati rasa.
Operasi besar, misalnya operasi dengan membuka perut, operasi kelenjar gondok, dan operasi jantung. Pada operasi besar penderita mendapat pembiusan total.
B. Klasifikasi Operasi Medis Salah satu cabang dari operasi medis adalah bedah plastik. Salah satu ciri bedah plastik yang khas adalah, bahwa bentuk atau penampakan menjadi pertimbangan penting disamping fungsi dalam merencanakan pembedahannya20. Kata “plastik” berasal dari bahasa yunani “plasso” yang berarti membentuk atau memberi bentuk21. Bedah plastik ini bertujuan untuk merekonstruksi atau memperbaiki cacat kongenital atau untuk memperbaiki fungsi organ dan penampilan. Ahli bedah plastik di minta bantuannya untuk mengobati berbagai macam deformitas (cacat), tidak hanya yang terdapat pada jaringan di permukaan tubuh, tetapi juga pada struktur-struktur lebih dalam dari semua bagian tubuh22.
19
Ibid. Dharma PTR Maluegha, Beauty By Design, Tehnik Bedah Plastik, Rekonstruksi dan Estetika, (Penerbit : Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM), 2007), xix. 21 Leila Handerson,“Cosmetic Surgery : Your Questions Answered”, diterjemahkan Liliana Widjaja, Bedah Plastik : Apa Yang Perlu Diketahui (Jakarta : Penerbit Arcan, 1997),1. 22 Theodore R Schrock,”Hand Book Of Surgery”, penerjemah Med Adji Dharma dkk, Ilmu Bedah, (CV. EGC.Penerbit Buku Kedokteran),357. 20
Bedah plastik ini meliputi bedah rekonstruksi dan bedah kosmetik atau kecantikan. Pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki cacat disebut bedah rekonstruksi. Cacat tersebut dapat dikarenakan pembawaan sejak lahir, trauma, penyakit infeksi atau keganasan. Pembedahan yang memperbaiki sesuatu yang pada hakekatnya sudah normal menjadikan ke sesuatu keadaan yang lebih dari pada itu disebut bedah estetik atau bedah kosmetik23. Bedah plastik rekonstruksi sudah dilakukan sejak dulu kala. Tulisan Mesir kuno pada gulungan daun lontar mencatat bahwa 5000 tahun yang lalu dokter-dokter Mesir telah mencoba memperbaiki bentuk hidung melalui operasi. Dokter-dokter Indian bahkan telah melakukan rekonstruksi hidung dan cuping telinga 700 tahun SM. Para ahli bedah Eropa abad pertengahan telah memperbaiki bibir sumbing. Bedah plastik dilakukan di Itali pada tahun 1400 dan 1500-an. Pada abad ke 19, dokter-dokter Indian telah mahir merekonstruksi hidung memakai cara flap atau tutup-memakai kulit hidup, biasanya dari dahi24. Diantara macam-macam cacat fisik sejak lahir, karena kecelakaan atau penyakit yang dapat dirubah dengan operasi plastik diantaranya : •
Bibir sumbing
•
Munculnya benjolan pada telinga yang besar dari dinding telinga sehingga mengakibatkan lubang luar telinga tertutup.
•
Bibir kelinci, yaitu cacat pada bibir atas, dan keretakan berasal dari satu atau dua sisi, dan bagian tengah dari dua bibir itu seperti segumpal tulang lunak yang tebal.
23 24
Dharma PTR Maluegha, Op.Cit, xix. Leila Handerson, Op.Cit, 1.
•
Kerusakan sebagian atau keseluruhan hidung akibat insiden atau benturan, atau karena ada bagian tumor yang diangkat.
•
Berbagai bentuk kebakaran yang merubah bentuk kulit.
•
Kehilangan sebagian bibir akibat insiden
•
Hilangnya rambut kepala akibat satu insiden atau penyakit Sedangkan operasi yang dilakukan untuk merubah bentuk dari tubuh agar
terlihat lebih sempurna dan menarik atau dalam hal ini disebut dengan bedah estetika, diantaranya25 : •
Membuat lipatan mata (blepharoplasty superior)
•
Menghilangkan kantung mata (blepharoplasty inferior)
•
Menambah tonjolan dagu (genioplasty)
•
Memancungkan hidung (rhinoplasty)
•
Membesarkan/mengecilkan payudara (mammoplasty)
•
Membentuk tubuh (body countering, liposuction, abdominoplasty)
•
Meratakan permukaan kulit (resurfacing)
•
Menghilangkan kerut (facelit, browlift, botox)
•
Mengencangkan vagina (Vaginoplasty)
•
Merekonstruksi selaput dara (Hymenoplasty) Dalam mempertimbangkan indikasi pembedahan, terutama pada bedah
estetik maka perlu diperhatikan26 : o Keluhan penderita terutama yang terkait dengan perasaan o Latar belakang sosio-budaya 25 26
Dharma PTR Maluegha, Op.Cit, 166-167. Ibid, 157.
o Motivasi o Apa yang menjadi harapannya, pengetahuan ahli bedah plastik tentang batas kemampuan serta kemungkinan yang dapat diberikan harus dijelaskan, agar tidak menimbulkan harapan yang berlebihan. Suatu perkembangan yang revolusioner baru-baru ini adalah bedah kosmetik dengan laser, dengan memakai laser sayatan akan lebih cepat sembuh dan bekas luka jauh berkurang. Tetapi, bedah laser dianggap masih dalam taraf berkembang dan tidak dapat dipakai untuk semua operasi atau keadaan27.
C. Selaput Dara Ditinjau Dari Sudut Medis 1. Pengertian Selaput dara atau dalam bahasa inggrisnya lebih dikenal dengan sebutan “hymen” adalah suatu lipatan membranosa (selaput) tipis, yang menutupi seluruh atau sebagian ofisium eksterna vagina28. Bentuknya biasanya bulat sebagaimana bentuk liang vagina, tetapi juga mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Konsistensi selaput dara juga berbeda-beda, ada yang kaku sampai yang lunak, letaknya hanya sekitar 1-2 cm dari bibir vagina29. Selaput dara inilah yang sering diidentikkan dengan keperawanan seorang wanita. dengan kata lain, keperawanan merupakan petunjuk anatomis yang memperlihatkan keutuhan selaput dara ini.
27
Leila Handerson, Op.Cit, 3. Yakni di pembukaan bagian luar vagina. Dorland W A .Newman, Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa Huriawati Hartanto, dkk, (Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedoktean, 2002), 1038. 29 “Selaput Dara Suatu Kesimpangsiuran Informasi”, http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews. (diakses pada 7 Mei 2006) 28
Fungsi selaput dara secara biologis sampai sekarang masih belum ada kepastian, dan hanya terdapat pada manusia. Para ilmuwan mengadakan penelitian bahwa selaput dara itu dapat melindungi bayi dalam rahim dari infeksi. Melalui selaput dara ini pula, darah haid keluar saat perempuan itu menstruasi. Sedangkan secara sosial berfungsi sebagai lambang keperawanan seorang wanita30. 2. Tipe-Tipe Selaput Dara Ternyata tidak hanya tubuh yang bisa dilihat bentuknya, selaput dara pun mempunyai bentuk dengan derajat kelembutan dan fleksibilitas yang berbeda-beda. Berikut bentuk variasi selaput dara31 :
Annular atau circular, adalah jenis yang berbentuk gelang, di mana selaput dara membentuk suatu cincin
Denticular, selaput dara dengan lubang yang ditepinya bergerigi
Lunar hymen, selaput dara yang berbentuk seperti bulan
Bifenestratus, selaput dara dengan dua lubang yang saling berdampingan dengan sebuah septum lebar diantara keduanya
Septate, selaput dara dengan lubang yang terbagi oleh septum yang sempit
30
Cribriform, selaput dara yang ditembus oleh lubang-lubang kecil
Tidak memiliki selaput dara
Microperforate, hampir sepenuhnya menutup tetapi ada lubang kecil
Imperforate, selaput dara yang menutup seluruh ofisium vagina
Muhammad El-Hennawy, Hymenoplasty, http://www.obgyn.net/displayppt.asp?page=/english/pubs/features/presentations/hennawy13, ( diakses pada 10 Desember 2006) 31 Ibid.
Umumnya selaput dara robek ditandai dengan keluarnya darah. Tapi sebagian kecil wanita justru tidak mengeluarkan darah, ini disebabkan karena sesungguhnya selaput dara itu sangat sedikit mengandung pembuluh darah. Biasanya semakin tipis selaput dara seseorang maka darah yang keluar juga sedikit sehingga tidak kelihatan32. Selaput dara juga mempunyai sifat-sifat yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Umumnya selaput dara itu tipis, sekalipun demikian ada sebagian wanita yang memiliki selaput dara tebal sehingga sekalipun pernah berhubungan intim, selaput daranya tidak robek. Secara medis, robeknya selaput dara tidak harus diikuti dengan keluarnya bercak darah. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, karena tiap-tiap selaput dara memiliki sifat-sifat yang berbeda diantaranya33 : a.
Terlalu rapuh Bisa jadi selaput dara itu sudah robek sebelumnya karena terlalu rapuh. Biasanya beberapa jenis olah raga seperti berkuda, beladiri, bersepeda dan sebagainya bisa menjadi penyebab robeknya selaput dara. Apalagi kalau selaput daranya termasuk jenis yang rapuh.
b. Kelewat elastis Tidak adanya bercak darah pada malam pertama mungkin saja disebabkan belum robeknya selaput dara karena sifatnya sangat elastis. Harap diketahui, membran ini sangat fleksibel. Pada beberapa kasus ditemukan bahwa elastisitas selaput dara memungkinkannya tidak robek
32
“Selaput Dara Suatu Kesimpangsiuran Informasi”, http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews, (diakses pada 7 Mei 2006) 33 Ibid.
pada waktu pertama kali berhubungan seksual, atau hanya merobek sebagian kecil dari selaput dara. c. Darahnya tidak banyak Karena terlalu tipisnya selaput dara, maka darah yang keluar juga sangat sedikit sehingga tidak kelihatan oleh mata, karena sesungguhnya selaput dara itu sangat sedikit mengandung pembuluh darah. Banyak orang yang mengira kalau selaput dara robek akan keluar banyak darah. Padahal karena sedemikian tipisnya, selaput dara yang robek tidak selalu menyebabkan keluar darah dalam jumlah banyak. d. Tidak punya selaput dara Perkembangan teknologi memungkinkan dilakukannya penelitian tentang selaput dara secara mendalam. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan karena dalam penelitian yang dilakukan para seksolog, ditemukan beberapa wanita yang sejak lahir memang tidak memiliki membrane ini. Dokter harus memeriksa vulva dari bayi perempuan segera setelah kelahiran untuk memastikan bahwa selaput daranya tidak tertutup. 3. Sebab Kerusakan Selaput Dara Biasanya selaput dara itu robek begitu zakar laki-laki masuk ke dalam vagina untuk pertama kalinya (deflorasi)34, tetapi selaput dara yang tidak utuh bukan merupakan indikasi pasti pernah melakukan hubungan seksual. Untuk mengetahui beberapa penyebab robeknya selaput dara, maka disini akan dibagi ke dalam 2 jenis, yakni :
34
Nina, Surtiretna, "Remaja dan Problema Seks : Tinjauan Islam dan Medis", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006), 18-19.
a. Sebab selain hubungan seksual35 Yaitu rusaknya selaput dara karena kecelakaan yang tidak disengaja, misalnya karena jatuh, mengeluarkan darah haid terlalu banyak, kesalahan dalam sebagian operasi di tempat selaput dara. Hal lain misalnya, terjadi karena kecelakaan yang menimbulkan trauma atas selaput dara seperti olah raga lari, loncat tinggi, naik sepeda, naik kuda dan penggunaan tampon (pembalut) juga dapat merusak selaput dara. b. Sebab hubungan seksual36 Yaitu rusaknya selaput dara disebabkan karena hubungan seksual baik itu dalam ikatan perkawinan, atau di luar nikah, berupa paksaan atau tidak, sesekali atau berulang kali. Dalam hal ini juga termasuk perkosaan. Termasuk juga hubungan seksual yang dilakukan dengan masturbasi. Secara medis, ada perbedaan mencolok pada bentuk selaput dara akibat kecelakaan dengan rusaknya selaput dara akibat persetubuhan. Selaput dara yang rusak akibat kecelakaan atau perkosaan jumlah robekannya banyak dan bentuknya tidak teratur. Sedangkan yang rusak akibat hubungan intim jumlah robekannya tunggal37. Keperawanan hanya dapat diperiksa oleh dokter, khususnya dokter ahli kandungan melalui pembuatan visum. Pada pemeriksaan melalui dubur, dokter akan melihat selaput dara lalu menentukan jenis robekannya, apakah sebab hubungan seksual atau sebab yang lain. 35
Muhammad El-Hennawy, Op.Cit. Ibid. 37 Maria Dwikarya, Menjaga Organ Intim (Penyakit Dan Penanggulangnnya), (Jakarta : PT Kawan Pustaka, 2005),15. 36
D. Operasi Selaput Dara 1. Pengertian Operasi selaput dara atau dalam bahasa inggrisnya lebih dikenal dengan “ hymenoplasty” atau rekonstruksi selaput dara, merupakan suatu prosedur medis yang baru-baru ini banyak menimbulkan kontraversi. Operasi tersebut merupakan sejenis re-virginisasi (perbaikan selaput dara)38. Operasi selaput dara adalah suatu perawatan untuk memperbaiki selaput dara yang telah robek karena suatu sebab, agar dapat membuatnya kembali seperti semula sebelum robek39. Operasi selaput dara memang dirancang untuk memperbaiki, merekonstruksi atau mengembalikan keutuhan selaput dara. Biasanya operasi ini dilakukan bersamaan dengan operasi plastik pada vagina (vaginoplasty). Walaupun tidak ada data yang pasti, ahli bedah plastik Amerika mengatakan perawatan vagina mencakup hymenoplasty adalah salah satu industri yang berkembang dengan cepat. Dokter ahli kandungan di luar negeri sedang mempromosikan operasi selaput dara ini di surat kabar, surat kabar lokal dan online40. 2. Motif dan Tujuan Dilakukannya Operasi Selaput Dara Umumnya dokter ahli bedah hanya melakukan operasi selaput dara atas permohonan seseorang yang membutuhkan perawatan itu karena tuntutan dari suku, adat istiadat, dan untuk pertimbangan agama41.
38
http://www.onlinesurgery.com/plasticsurgery/hymenoplasty.asp, (diakses pada 10 Desember 2006). http://www.welcomenight.com/html/hymenoplastyr-E-1.htm, (diakses pada 10 Desember 2006). 40 Amy Chozick,“U.S. Women seek a second first time hymen surgery”,The Wall Street Journal, 2005. 41 “Hymenoplasty-Hymen Repair And Hymen Restoration Surgery”, http://www.lasertreatments.com/hymenoplasty.html, (diakses pada 10 Desember 2006). 39
Hal ini dilakukannya dengan berdasarkan berbagai motif. Ada yang ingin memberi kesan kepada suaminya bahwa dirinya masih perawan, sehingga tujuannya ingin menyelamatkan hidup bersama suaminya, padahal dia pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan pria lain. Ada juga wanita yang minta bedah plastik selaput dara dengan tujuan komersialisasi keperawanan, dengan mengharapkan imbalan yang besar. Operasi selaput dara ini menurut sejarah telah dilakukan pada wanitawanita di Negara-negara di Timur Tengah dan Amerika Latin. Dimana wanita akan malu jika telah ditemukan bahwa dirinya sudah tidak perawan lagi saat perkawinan berlangsung. Operasi ini dilakukan untuk menghapus bukti fisik bahwa ia pernah melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan berlangsung42. Pada masyarakat barat operasi rekonstruksi selaput dara ini sah berdasarkan undang-undang, dan etika rekonstruksi selaput dara dapat disamakan dengan etika perawatan kosmetik, yakni suatu cabang dari operasi plastik yang perawatannya untuk membuat orang jadi makin percaya diri43. Rekonstruksi selaput dara dikecualikan pada hal tertentu, ketika seorang wanita akan mendapat aib, karena selaput daranya robek disebabkan aktifitas seperti olahraga dan penggunaan tampon. Dalam hal ini tujuan yang sebenarnya ingin dicapai adalah hanya agar ada darah perawan yang keluar saat berhubungan dengan pasangan, sehingga pasangan mengira bahwa wanita ini masih perawan. 42 Usta I “ Hymenorrhappy : What Happens Behid The Gynaecologit’s Closed Door?”, Journal Of Medical Ethics, (England : 2000), 217-218. 43 Paterson Browns, “ Education About The Hymen Is Needed”, Journal BMJ (clinical research ED), (England : 1998), 461.
Dokter ahli bedah tidak akan melakukan operasi selaput dara ini pada wanita yang sudah melahirkan44. 3. Praktik Operasi Selaput Dara Operasi selaput dara ini sudah dikenal di Negara-negara Timur Tengah dan Amerika. Bahkan dikatakan juga bahwa pada tahun 1960, praktik operasi selaput dara atau lebih dikenal dengan hymenoplasty ini berkembang di jepang pada banyak gadis yang sudah sering melakukan hubungan seksual45. Tokoh feminis dan tokoh agama mengatakan bahwa hal ini adalah suatu penipuan dan perusakan pada genital wanita, operasi ini merupakan suatu prosedur yang tidak mempunyai basis apapun dalam perbaikan fisik46. Sebagai tambahan, perbaikan selaput dara, tidak sama dengan perawatan mengembalikan kepercayaan diri yang lain, yang diajarkan oleh medis. Beberapa asosiasi medis ragu-ragu bahwa ahli bedah yang melakukan operasi ini tidak terlatih47. Bedah selaput dara atau hymenoplasty tak serumit operasi tumor atau operasi besar lainnya. Tidaklah heran, jika tarifnya pun dikatakan lebih murah. Proses pembedahannyapun sangat mudah, karena operasi perbaikan selaput dara merupakan operasi ringan saja. Operasi selaput dara hanya memerlukan anestesi local (setempat) dan tidak perlu di opname48. Anestesi atau pembiusan merupakan pembantu
44
http://www.onlinesurgery.com/plasticsurgery/hymenoplasty.asp., Op.Cit Senior Gaya Hidup Sehat (No 371/25-31 Agustus 2006), 11. 46 Op.Cit. 47 Amy Chozick, Op.Cit. 48 Op.Cit. 45
operasi yang sangat penting karena tanpa anestesi tidaklah mungkin dilakukan pembedahan49. Jadi Anestesi yang dilakukan hanya pada bagian vagina saja. Karenanya selama operasi, pasien masih sadar. Setelah dibius, dokter akan mencari selaput dara yang menempel di dinding vagina. Kemudian dijahit tanpa penambahan silikon seperti pada operasi pembesaran payudara. Dokter akan menggunakan stik silang yang dapat larut untuk menyambung kembali selaput / membrane yang mencakup liang vagina. Resiko infeksi dan demam sangat minim. Butuh waktu yang lama untuk kembali melakukan hubungan seksual, untuk pemulihannya sekitar 6 minggu, jika dalam waktu itu melakukan hubungan seksual maka dapat menyebabkan sakit pendarahan pada selaput50. Ada dua jenis pembedahan operasi selaput dara, yakni dengan menggunakan tehnik sederhana dan alloplant. Tehnik operasi yang sederhana (perbaikan dengan pembedahan) dilakukan dengan melakukan pembiusan 1 jam sebelum operasi. Operasi dilakukan di bawah suatu obat bius lokal atau umum dengan otot relaxants. Kemudian selaput dara direkonstruksi, membuat ulang selaput dara dengan menyatukan sisa-sisanya jika tidak terlalu rusak, mengembalikan penampilan aslinya sebagai selaput yang melingkar dengan sebuah pusat yang terbuka. Perawatan juga dapat dilakukan dengan memasukkan/menyisipkan kapsul gelatin yang diisi dengan sebuah unsur seperti darah yang meretak ketika
49 50
E Oswari, Bedah Dan Perawatannya, (Jakarta : Penerbit PT Gramedia, 1989), 34. http://www.onlinesurgery.com/plasticsurgery/hymenoplasty.asp.,Op.Cit.
berhubungan, sebagai peniruan pendarahan. Tehnik sederhana ini harus dilakukan tiga sampai tujuh hari sebelum perkawinan, sebab selaput nantinya akan bekerja sama dan prosedur ini bukan prosedur yang terakhir, tali dari jahitan digunakan untuk mendekatkan sisa-sisa selaput dara. Kesembuhannya sangat jarang, sebab selaput dara secara relatif avascular51. Sedangkan tehnik yang kedua yakni dengan tehnik alloplant yakni dengan cara memasukkan bahan lain kedalam tubuh yang bisa diterima oleh tubuh. Bahan ini sudah dalam bentuk jadi. Jika selaput dara tidak bisa diperbaiki kembali, maka bahan itu akan disisipkan sebagai selaput dara. Menanamkan selaput dara adalah suatu prosedur lebih mudah dibandingkan dengan yang dilakukan anestesi local sebagai perawatannya. Prosedur itu dilakukan kurang dari dua jam dan pasien dapat kembali bekerja pada hari berikutnya. Dan tentunya selaput dara itu bukan selaput dara riil52. Keuntungan dari tehnik-tehnik tersebut adalah53 : a. Membuat pondasi pokok agar selaput dara awet, bahkan bisa melakukan hubungan seksual dalam waktu yang lama setelah operasi. b. Menyempurnakan pendarahan ketika akan berhubungan seksual pertama kali tetapi sebelumnya perlu periksa kembali. c. Operasi dapat dilakukan pada setiap waktu, meskipun pasien tidak mempunyai rencana untuk menikah atau berhubungan seksual. Proses operasi biasanya dilakukan selama 20 menit. Waktu itu ditambah 10 menit lagi untuk istirahat. Setelah itu, pasien sudah bisa kembali
51
Muhammad El-Hennawy, Op.Cit. http://www.lasertreatments.com/hymenoplasty.html., Op.Cit. 53 http://www.welcomenight.com/html/hymenoplastyr-E-1.htm., Op.Cit. 52
pulang dan menyandang gelar perawan lagi. Setelah operasi, pasien sudah bisa berjalan dan melakukan aktivitas seperti biasa, kecuali berhubungan intim dan olahraga berat. Sebab, dikhawatirkan, bekas operasi jadi luka dan infeksi. Pasien juga biasanya diberikan obat agar tidak infeksi dan obat penghilang rasa sakit. Jadi, tak ada perawatan khusus. Namun, umumnya, pasien hymenoplasty hanya minta operasi satu kali. Operasi selaput dara sulit untuk operasi lebih dari satu kali karena sangat tipis.
BAB III OPERASI MEDIS DAN KEPERAWANAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM
A. Hukum Islam 1. Konsep Dasar Hukum Islam Hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Sebagai sistem hukum ia mempuyai beberapa istilah kunci, diantaranya ialah : a. Syari'at Secara harfiah syari'at adalah jalan sumber (mata air) yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim. Syari'at memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rosul-Nya, baik berupa larangan maupun suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Menurut istilah, syari'at adalah segala khitab Allah yang berhubungan dengan tindak tanduk manusia di luar yang mengenai akhlak yang diatur tersendiri. Dengan demikian, syari'at itu adalah nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah. Menurut Hasby Ash-Shiddieqy yang dikutip oleh Abdul Mannan, memberi arti bahwa syari'at adalah hukum-hukum dan aturan-aturan yag ditetapkan Allah untuk hamba-Nya agar diikuti dalam hubungannya dengan Allah dan hubungan sesama manusia54. Menurut Muhammmad Farouq Nabhan, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Mannan, bahwa dalam pengertian para fuqoha syari'ah adalah menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya. Sejalan dengan hal ini, maka syari'at itu mencakup aspek-aspek akidah, akhlak dan amaliah55. Namun demikian, istilah syari'ah terkadang berkonotasi dengan fiqih, yaitu norma-norma amaliah beserta implikasi kajiannya. Syari'at terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadist Nabi yang masih bersifat umum dan memerlukan interpretasi yang lebih lanjut dan terperinci. b. Fiqh Selama ini fiqih dipahami sebagai upaya pemahaman yang mendalam seorang mujtahid mengenai hukum setelah dia melakukan istinbat hukum. Karena fiqih merupakan sebuah pemahaman, maka besar kemungkinan fiqih hanya bisa diterapkan pada kasus tertentu dalam keadaan konkrit, mungkin
54
Abdul, Mannan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), 40. 55 Ibid, 41.
berubah dari masa ke masa dan mungkin pula berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Menurut Abu Hasan Ahmad Faris, yang dikutip oleh Abdul Mannan, secara sistematis kata "fiqih" bermakna mengetahui sesuatu dan memahaminya secara baik dan mendalam. Sedangkan menurut pengertian istilah, Muhammad abu zahrah, yang dikutip oleh Abdul Mannan, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan fikih adalah megetahui hukum-hukum syara' yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-dalilnya yang terinci56. Dari definisi di atas, ada dua obyek kajian fiqih, yaitu hukum-hukum syara' yang bersifat amaliah dan dalil-dalil terperinci dari Al-Qur'an dan Sunnah yang menunjukkan suatu kejadian tertentu, atau menjadi rujukan bagi kejadiankejadian tertentu. Bahwa pengetahuan tentang hukum syara' itu didasarkan kepada dalil tafsili, dan fiqih itu digali dan ditemukan melalui penalaran mujtahid57. Secara garis besar fiqih dibagi menjadi dua yaitu fiqih klasik dalam hal ini terdiri 4 madzhab yang termasyhur yaitu madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. Sedangkan yang kedua yaitu fiqih kontemporer yang berisi tentang keputusan-keputusan para ulama kontemporer, yang sebagian besar berisi tentang penafsiran ulang ayat-ayat maupun keputusan hukum ulama-ulama klasik. c. Hukum Islam Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, para pakar hukum Islam tidak menggunakan kata "hukum Islam" dalam literatur yang ditulisnya. Yang biasa
56 57
Ibid, 44. Ibid.
dipergunakan adalah istilah syari'at Islam, hukum syara', fiqih, syari'at dan syara'. Kata hukum Islam baru muncul ketika para orientalis Barat mulai mengadakan penelitian terhadap ketentuan syari'at Islam dengan term Islamic Law yang secara harfiah dapat disebut dengan Hukum Islam. Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata hukum dan kata Islam secar terpisah merupakan kata yang dipergunakan dalam bahasa Arab dan juga berlaku dalam bahasa Indonesia yang hidup dan terpakai, meskipun tidak ditemukan artinya secara definitif58. Para pakar hukum Islam dalam banyak literatur yang ditulisnya telah membuktikan bahwa hukum Islam adalah hukum yang dapat dijadikan tatanan dalam kehidupan modern. Para pakar Hukum Islam mendefinisikan Hukum Islam dalam dua ssi, yaitu hukum Islam sebagai ilmu, dan hukum Islam sebagai produk ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran pemikiran melalui ijtihad. Hukum Islam sebagai hukum dibuktikan dengan karakteristik keilmuan, yakni pertama, bahwa hukum Islam tersusun melalui asas-asas tertentu, kedua, pengetahuan itu terjaring dalam suatu kesatuan sistem dan kerja, ketiga, mempunyai metode-metode tertentu dalam operasionalnya. Dari karakteristik ini menunjukkan bahwa apapun yang dihasilkan hukum Islam adalah produk pemikiran dan penalaran yang berarti pula menerima konsekuensi-konsekuensi sebagai ilmu, yaitu skeptis, bersedia diuji dan dikaji ulang, sudah tentu sebagai ilmu tidak kebal dari kritik59.
58 59
Ibid, 57. Ibid, 59.
2. Tujuan Disyari'atkannya Hukum Islam Sering dirumuskan bahwa tujuan disyari'atkannya hukum Islam untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, dengan jalan mengambil yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudharat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak. Dalam kaidah ushuliyyah disebutkan, bahwa tujuan umum syar'I dalam mensyari'atkan hukum, ialah untuk merealisir kemaslahatan manusia dalam kehidupan ini, menarik keuntungan untuk mereka, dan melenyapkan bahaya dari mereka. Kemaslahatan manusia dalam kehidupan ini terdiri dari tiga hal penting, yaitu dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat60. Kebutuhan dharuriyat (primer), adalah kebutuhan utama yang harus dilindungi dan dipelihara sebaik-baiknya oleh hukum Islam agar kemaslahatan hidup manusia benar-benar terwujud. Yang kedua yaitu kebutuhan hajiyat (sekunder) adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan primer, seperti misalnya kemerdekaan, persamaan, dan sebagainya yang bersifat menunjang eksistensi kebutuhan primer. Yang ketiga adalah tahsiniyat (tersier) adalah kebutuhan hidup manusia dari yang sifatnya primer dan sekunder yang perlu diadakan dan dipelihara untuk kebaikan hidup manusia dalam masyarakat misalnya
60
Abdul Wahab Khallaf, "Ilmu Ushul Fiqh", diterjemahkan Noer Iskandar Al-Barsany, Moh. Tolchah Mansoer, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), 331.
sandang, pangan, papan dan lain-lain. Maka jika dharuriyah, hajiyyah, dan tahsiniyah mereka telah terpenuhi, berarti telah nyata kemaslahatan mereka. Seorang ahli hukum yang muslim, tentunya mensyari'atkan hukum dalam berbagai sektor kegiatan manusia untuk merealisir pokok-pokok dharuriyah, hajiyyah, dan tahsiniyah bagi perorangan dan masyarakat. Seorang ahli hukum juga tidak mensyari'atkan hukum kecuali untuk mewujudkan dan memelihara tiga hal tersebut, dia tidak mensyari'atkan hukum kecuali untuk merealisir kemaslahatan manusia dan tidak membiarkan kemaslahatan yang dikehendaki oleh kondisi manusia dengan tidak mensyari'atkan hukum demi kemaslahatan itu sendiri. Demikianlah tujuan syara' secara global seperti yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi apabila diperinci, maka tujuan syara' dalam menetapkan hukumhukumnya, setidaknya ada lima tujuan penting yang kemudian disebut dengan AlMaqasidul Al-Khamsah, yaitu memelihara kemaslahatan agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta dan kehormatan61. Adapun penjelasannya adalah : a. Memelihara Kemaslahatan Agama Agama merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya ialah karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan mempunyai komponenkomponen akidah yang merupakan pegangan hidup setiap manusia serta akhlak yang merupakan sikap hidup manusia. Karena itulah maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan menjamin kemerdekaan setiap orang yang beribadah menurut kepercayaannya.
61
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam (cet II, Jakarta : Bumi Aksara, 1992), 67.
b. Memelihara Jiwa Yaitu melindungi dan memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Untuk tujuan ini Islam melarang pembunuhan, dan pelaku pembunuhan itu diancam dengan hukuman qishas (pembalasan yang seimbang). c. Memelihara Akal Eksistensi akal sangat diperlukan manusia sebagai pelaku dan pelaksanan hukum Islam. Oleh karena itu memelihara akal menjadi salah satu tujuan hukum Islam, sehingga hukum Islam melarang perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu akal manusia. d. Memelihara Keturunan Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan manusia dapat mempertahankan hidup dan melangsungkan kehidupannya. Untuk merealisasikan tujuan ini Islam mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan dan mengharamkan zina dan hal-hal yang membawa pada zina. e. Memelihara Harta dan Kehormatan Hukum Islam menjamin dan melindungi hak milik pribadi. Dalam hal ini Islam mengatur dan mensyari'atkan peraturan-peraturan mengenai muamalat seperti jual beli, sewa menyewa dan sebagainya, serta melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang lain untuk membayarnya. 3. Kaidah Fiqhiyyah Sebagai Salah Satu Istinbat Hukum Islam Salah satu fakta yang harus diakui, bahwa Hukum Islam telah menjangkau seluruh alam Islami dengan sebuah aspeknya, keragaman bangsa dan peradabannya.
Hukum Islam ini dengan sumber, kaidah dan nash-nashnya tidak pernah berhenti dalam menghadapi berbagai kejadian dan peristiwa yang senantiasa berubh sesuai dengan berubahnya situasi dan waktu sejak 14 abad yang lalu hingga saat ini. Hukum Islam mampu mendiagnosa berbagai penyakit dan problem di setiap masalah dengan menyelesaikan secara adil dan benar. Hal ini disebabkan karena hukum Islam memiliki keluruhan fitrah, tawazun antara hak dan kewajiban, antara jasmani dan rohani, antara dunia dan akhirat, tgaknya di atas prinsip keadilan, dan selalu memperhatikan kemaslahatan manusia. Hukum Islam mempunyai sifat murunah (elastis) yang menakjubkan sehingga menjadikannya fleksibel dan lentur, mampu mencakup setiap masalah baru dan sanggup mengatasi berbagai dilema yang terjadi pada zaman modern ini62. Dalam kaitannya dengan perkembangan hokum islam, secara metodologis sudah tersedia sarana untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan baru dalam hokum islam yaitu salah satunya dengan Qowaidul Fiqhiyyah. Qowaidul fiqhiyyah memaparkan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik dan dirumuskan dari sumber-sumber hokum islam, misalnya kemadharatan itu harus dihilangkan. Dengan berpegang kepada kaidah-kaidah fiqhiyyah, para mujtahid merasa lebih mudah dalam mengistinbathkan hokum suatu masalah, yakni dengan menggolongkan masalah yang serupa di bawah lingkup satu kaidah.
62
Abdul Mannan, Op.Cit, 65.
B. Operasi Medis Dalam Tinjauan Hukum Islam 1. Dalil Kebolehan Operasi Medis Operasi dalam bahasa arabnya adalah Jirâhah, diambil dari kata jarh yang berarti membekasi dengan senjata tajam. Bentuk jama'nya adalah jarâ'ah, tetapi jarh bisa juga jamaknya adalah jirâhat. Makna kebahasaan Jirâhah Ath-Thibbiyah (operasi medis) ini jelas, karena ia mencakup pembedahan kulit, mencari sumber penyakit, memotong anggota tubuh dengan alat operasi dan pisau operasi yang hukumnya seperti senjata dan bekasnya seperti bekas senjata63. Karena syari’at islam berpijak pada prinsip jalb al mashâlih (mengusahakan kemaslahatan), dar’ al mafâsid wal madhar (menjauhkan kerusakan dan mudharat), dan dar’ al haraj wal masyaqqah (menolak kesulitan dan beban berat) di dalam berbagai tugas yang diperintahkan Allah, maka syari’at islam memperhatikan kebutuhan manusia terhadap pengobatan dan terapi medis. Karena itu syari’at islam membolehkan mempelajari ilmu pengobatan dan penggunaannya untuk mewujudkan pemeliharaan jiwa manusia, yang mana pemeliharaan jiwa menjadi salah satu tujuan syari’at islam. Operasi medis merupakan salah satu cabang dari pengobatan dan terapi medis karenanya operasi medis juga disyari'atkan. Adapun dalil yang menunjukkan kebolehan operasi medis adalah : a. Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ (4) : 29 yakni :
...4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4
63
Muhammad Khalid Mansur, Al Ahkam Ath-Thibbiyah Al-Muta'aliqah Bi An-Nisa' Fi Fiqhi Al-Islam, penerjemah Team Azzam, Pengobatan Wanita Dalam Pandangan Fiqh Islam, Cet I, (Jakarta : Penerbit Cendekia Sentra Muslim, 2001), 137.
Artinya : ……dan janganlah kamu membunuh dirimu........64
b. Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) : 195 yakni :
.tÏΖÅ¡ósßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) ¡ (#þθãΖÅ¡ômr&uρ ¡ Ïπs3è=öκ−J9$# ’n<Î) ö/ä3ƒÏ‰÷ƒr'Î/ (#θà)ù=è? Ÿωuρ Artinya : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.65 Poin yang dapat diambil dari ayat ini adalah bahwa Allah melarang menjerumuskan diri sendiri kepada kebinasaan, tidak melakukan pengobatan dan terapi yang mengakibatkan kematian yang dilarang Allah SWT. Melakukan tindakan pengobatan termasuk upaya menjaga diri dari kebinasaan, sehingga kebolehannya diketahui. c. Hadis yang menunjukkan kebolehan operasi adalah :
ﻋﻥ ﺠﺎﺒﺭ ﺭﻀﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻥ ﺭﺴﻭل ﺍﷲ ﺼﻠﻲ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻡ ﺃﻨﻪ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﺼﻴﺏ ﺩﻭﺍﺀ ﺍﻝﺩﺍﺀ ﺒﺭﺃ ﺒﺈﺫﻥ ﺍﷲ ﻋﺯ ﻭﺠل, ﻝﻜل ﺩﺍﺀ ﺩﻭﺍﺀ: ﻗﺎل Artinya : " Diriwayatkan dari jabir r.a., dari rosulullah SAW : beliau bersabda : Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat suatu penyakit telah tepat, maka sembuhlah dia dengan izin Allah"66 Hadis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada suatu penyakit yang oleh Allah tidak diberikan obatnya. karenanya, disyariatkan bagi manusia untuk menggunakan obat yang telah diketahui pengaruhnya terhadap penyakit melalui percobaan dan kebiasaan. hal itu menunjukkan kebolehan pengobatan dan operasi berdasarkan aspek keumuman hadis tersebut.
64
Q.S. An Nisa' (4): 29 Q.S Al Baqarah (2) : 195 66 Muhammad Ali Ash Shabuni, 2002, Ringkasan Shahih Muslim, penerjemah Djamaluddin dan H.M Mochtar Joerni, Cet I, (Bandung : Mizan),819. 65
d. Hadis tentang kebolehan operasi pembuluh darah dan kayy :
ﺒﻌﺙ ﺭﺴﻭل ﺍﷲ ﺼﻠﻲ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ: ﻋﻥ ﺠﺎﺒﺭ ﺭﻀﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل .ﺜﻡ ﻜﻭﺍﻩ ﻋﻠﻴﻪ, ﻓﻘﻁﻊ ﻤﻨﻪ ﻋﺭﻗﺎ, ﻭﺴﻠﻡ ﺇﻝﻰ ﺍﺒﻲ ﺒﻥ ﻜﻌﺏ ﻁﺒﻴﺒﺎ Artinya : Diriwayatkan dari Jabir r.a., Rosulullah SAW pernah menyuruh seorang thabib untuk mengobati Ubay Bin Ka’ab, kemudian Ubay Bin Ka’ab dioperasi pembuluh darahnya, kemudian lukanya itu dibakar dengan besi panas (kayy).67 Hal penting yang dapat diambil dari hadis di atas adalah tindakan nabi SAW mengutus thabib untuk memotong satu anggota badan dan melakukan kayy menunjukkan kebolehan pengobatan operasi yang dianggap sebagai salah satu dari cabang pengobatan. 2. Syarat-Syarat Operasi Medis Mengingat operasi medis banyak mengandung resiko bagi pasien, karenanya syari'at islam memelihara syarat-syarat yang menjamin realisasi kesembuhan, yaitu tujuan yang diharapkan dari tindakan medis. Syarat-syarat yang harus dipenuhi demi kebolehan operasi medis adalah : 1. Pasien harus benar-benar membutuhkan operasi medis68. Agar operasi medis dibolehkan, pasien harus membutuhkannya, baik itu kebutuhan dharuri (asasi) dimana pasien dikhawatirkan meninggal atau kehilangan salah satu organ tubuh, atau kebutuhan lain yang mencapai derajat hajjiyat (kebutuhan) yang diikuti bahaya yang cukup sebab derita dan beratnya penyakit, atau berupa perkara-perkara tahsiniyah (tertier) yang diperintahkan syar'i.
67 68
Ibid, 827. Muhammad Khalid Mansur, Op.Cit, 138-139.
Sebagian fuqoha klasik rahimahullah mengisyaratkan pemberlakuan syarat ini, dan keberadaannya dianggap sebagai izin syar’I untuk dilakukannya operasi medis. Menurut Al Kasani, “ Mencabut kuku, hujamah (bekam)69 dan fashd70 adalah pengerusakan salah satu anggota badan dan mengandung bahaya, kecuali bila ia melakukannya karena maslahat yang diharapkan lebih besar dibandingkan mudharatnya. Apabila ia tahu dengan jelas bahwa tindakan ini tidak membawa maslahat, maka tindakan ini menjadi mudharat dengan membatalkannya, karena manusia tidak boleh dipaksa untuk membahayakan dirinya sendiri. Dengan demikian, apabila ada hajat, maka boleh melakukan operasi medis. Apabila tidak ada hajat, maka operasi medis tidak boleh dilakukan, karena sesungguhnya yang boleh karena ada udzur, maka kebolehannya tidak berlaku sebab hilangnya udzur, dan apabila faktor penghalang itu hilang, maka yang terhalang akan kembali. 2. Pasien atau walinya memberi izin operasi71. Persyaratan adanya izin dari pasien, apabila kelayakan memberi izin ada padanya. Bila ia bukan orang yang layak memberi izin, maka diberlakukan izin walinya, seperti ayahnya atau saudaranya. Sebagian fuqoha mengisyaratkan pemberlakuan izin pasien atau walinya di dalam proses operasi medis.
69
Hujamah adalah mengeluarkan sedikit darah melalui permukaan kulit dengan menggunakan gelas kaca khusus (gelas udara), Muhammad Khalid Mansur, Op.Cit, 139. 70 Fasdh adalah menyobek jalan darah kemudian mengeluarkannya sedikit untuk tujuan pengobatan. Muhammad Khalid Mansur, Op.Cit, 139. 71 Ibid, 140.
3. Adanya kompetensi dokter bedah dan para asistennya. Dokter bedah dan para asistennya disyaratkan kompeten untuk melakukan operasi medis dan melakukannya sesuai standar yang dituntut. Hal ini disyaratkan agar dapat menjamin keselamatan pada praktik medis dan dapat menghantarkan kepada tujuan yang dimaksud. Sementara jika mengabaikannya maka dapat mengakibatkan bahaya bagi pasien. Kompetensi dokter bedah mencakup 2 perkara72 : Pertama, Memiliki pengetahuan dan memahami tugas bedah yang dituntut. Kedua, Mampu mengaplikasikannya sesuatu standar yang bisa memberi kesembuhan. 4. Dokter bedah memiliki perkiraan kuat akan keberhasilan operasi73. Operasi medis boleh dilakukan jika dokter memiliki perkiraan kuat akan keberhasilan operasi dan tercapainya tujuan. Apabila dokter mengira operasi tidak berhasil, atau akan mengakibatkan kematian atau kerusakan anggota badan, maka ia tidak boleh melakukan operasi medis. Dalil-dalil syar'iyyah yang menunjukkan validitas syarat ini, diantaranya firman Allah74 :
.......4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 Artinya : ……dan janganlah kamu membunuh dirimu…..
......¡ Ïπs3è=öκ−J9$# ’n<Î) ö/ä3ƒÏ‰÷ƒr'Î/ (#θà)ù=è? Ÿωuρ
72
Ibid, 140-141. Ibid, 141. 74 QS. An Nisa' (4): 29; Al Baqarah (2): 195; Al A'raaf (7): 56. 73
Artinya : …dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…..
.......$yγÅs≈n=ô¹Î) y‰÷èt/ ÇÚö‘F{$# †Îû (#ρ߉šøè? Ÿωuρ Artinya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya… Ayat-ayat tersebut menetapkan larangan membunuh diri sendiri, menjatuhkan diri sendiri pada kebinasaan, dan berbuat kerusakan di bumi tanpa dasar kebenaran. Semua makna ayat-ayat tersebut tercakup di dalam sikap aktif dokter bedah untuk melakukan operasi yang menuntut perkiraannya akan mengakibatkan kematian si penderita atau bahaya baginya sebab kehilangan salah satu anggota tubuhnya. 5. Tidak ada alternatif yang lebih ringan bahayanya dibanding operasi. Menurut Ibnu Qayyim, yang dikutip Khalid Mansur, “ Sekiranya seorang dokter bisa melalukan usaha yang lebih ringan, maka ia tidak beralih kepada usaha yang lebih rumit…” hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa dokter tidak boleh berpindah kepada terapi yang kuat bila dimungkinkan penggunaan terapi yang lemah. Karena apabila kesembuhan bisa dicapai dengan terapi yang lebih mudah, maka itu lebih bermanfaat bagi pasien75. Menggunakan terapi yang lebih mudah akan lebih ringan bahayanya daripada dengan operasi dimana operasi sarat dengan resiko dan bahaya yang terkadang mengakibatkan kematian.
75
Muhammad Khalid Mansur, Op.Cit, 142.
Jika operasi dapat dihindari dengan terapi yang lebih ringan, tetapi operasi
tetap
dilakukan,
maka
itu
berarti
menipu
pasien
dan
menjerumuskannya kepada kebinasaan tanpa alasan syar’i. 6. Operasi medis tidak mengakibatkan bahaya yang lebih besar daripada bahaya penyakit76. Diantara syarat kebolehan operasi medis adalah tidak mengakibatkan bahaya yang lebih besar dari pada bahaya penyakit, hal ini berdasarkan pada kaidah :
رb ا ل4 %ارb ا " Mudharat tidak bisa dihilangkan dengan mudharat semisalnya " Tetapi apabila penggunaan operasi menyebabkan tercapainya tujuan dengan menghilangkan penyakit, serta terjamin dari terjadinya bahaya yang lebih besar maka operasi disyariatkan, karena berdasar pada kaidah " Apabila dua kerusakan bertentangan, maka diperhatikan mana yang lebih besar madhorotnya, dengan dikerjakan yang lebih ringan madhorotnya ". 3. Hukum Melihat Aurat Dalam Pengobatan Medis Al-qur’an menunjukkan kewajiban menutup aurat perempuan. Allah berfirman dalam surat An-Nur (31): āωÎ) £ßγtFt⊥ƒÎ— šÏ‰ö7ムŸωuρ £ßγy_ρãèù zôàxøts†uρ £ÏδÌ≈|Áö/r& ôÏΒ zôÒàÒøótƒ ÏM≈uΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ≅è%uρ ∅ÎγÏFs9θãèç7Ï9 āωÎ) £ßγtFt⊥ƒÎ— šÏ‰ö7ムŸωuρ ( £ÍκÍ5θãŠã_ 4’n?tã £ÏδÌßϑ胿2 tø⌠ÎôØu‹ø9uρ ( $yγ÷ΨÏΒ tyγsß $tΒ .........∅ÎγÍ←!$t/#u ÷ρr& Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka 76
Ibid, 143.
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka….77 Terkadang seorang dokter yang melakukan pemeriksaan harus membuka aurat pasien di dalam sebagian tugas pemeriksaan medis. Terkadang pula perlu membuka aurat di suatu tempat penyakit kelamin atau saluran kencing, payudara, atau saat melakukan tindakan yang berkaitan dengan persalinan. Al-Qurthubi menyatakan bahwa, ”kaum muslimin sepakat bahwa alat kelamin adalah aurat laki-laki dan perempuan, dan bahwa bagian tubuh perempuan seluruhnya adalah aurat kecuali wajah dan kedua tangannya. Umat islam berbeda pendapat mengenai wajah dan kedua tangan. Sementara mayoritas ulama berpendapat bahwa aurat laki-laki adalah lutut sampai pusar yang tidak boleh dilihat”78. Kewajiban menutup aurat merupakan pokok ajaran yang positif dalam syari’at islam, tetapi pokok ajaran ini memiliki beberapa pengecualian. Antara lain dibolehkan bagi dokter yang melakukan pemeriksaan untuk membuka aurat pasien ketika ada dharurah (kebutuhan yang sangat urgen untuk dipenuhi yang tanpanya kehidupan manusia akan musnah)79. Jadi, dalam pemeriksaan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya tidak ada masalah selama syarat-syarat itu terpenuhi, seperti : terjaga dari fitnah, pihak perempuan disertai muhrim, dan ada hajat yang menuntut80.
77
Q.S An Nuur (24) : 31. Muhammad Khalid Mansur, Op.Cit, 34. 79 Ibid,. 36. 80 Ibid,. 40. 78
Membuka aurat adalah hukum yang dikecualikan dari hukum asal yang melarangnya, sebab pengecualian ini adalah adanya hajat-hajat manusia, menjauhkan kerusakan dari mereka, mendatangkan kemashlahatan bagi mereka, mempermudah mereka. Hal itu karena “kesulitan itu mendatangkan kemudahan”, juga karena, “ bahaya harus dihilangkan”81. Kaidah-kaidah fiqhiyah di atas menunjukkan bahwa masyaqqah (kesulitan) yang menimpa mukalaf telah dijaga, dan bahwa bahaya yang mengikutinya pun telah hilang. Hal ini terealisir ketika laki-laki menganalisa dan mengobati perempuan atau sebaliknya. Jadi, hajat pengobatan di saat tidak untuk satu jenis kelamin, menuntut penghilangan bahaya dari pasien dan memberi kemudahan baginya. Yaitu, pasien diperiksa oleh dokter yang berbeda jenis kelamin lalu mengobatinya dengan melakukan larangan yang lebih ringan, dengan membatasi pada kadar melihat yang dibolehkan dan diperlukan82. Nadwatul injab fi dhau’il islam (seminar tentang reproduksi dalam pandangan islam) menetapkan bolehnya seseorang melihat aurat lawan jenis karena ada faktor-faktor pemeriksaan medis dan terapi, dengan terbatas pada aurat yang nampak sesuai kebutuhan83. Kesimpulannya, laki-laki boleh memeriksa dan mengobati perempuan atau sebaliknya, kebolehan ini berada pada kondisi adanya kebutuhan yang menuntut, dengan syarat melihat dalam kadar tertentu yang dikecualikan dari hukum asal yang diharamkan, dan dengan syarat terjaga dari fitnah, dihadiri muhrim, dan tidak terjadi khalwat antara laki-laki dan perempuan. 81
Ibid. Ibid. 83 Ibid,. 42. 82
4. Praktik Operasi Medis Dalam Tinjauan Hukum Islam Saat ini dengan perkembangan dunia kedokteran, berbagai macam bentuk operasi medis terutama yang berkaitan dengan wanita dan reproduksi manusia bermunculan. Masalah-masalah medis yang berhubungan dengan wanita dan reproduksi manusia merupakan masalah yang sangat khusus dan paling rumit ditinjau dari segi etik, agama, hukum dan sosial. Masalah-masalah kontrasepsi, aborsi, teknologi reproduksi buatan, berbagai macam operasi bedah plastik (kecantikan) untuk merubah bagian-bagian tertentu dari tubuh dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi kedokteran, tokoh agama dan masyarakat. Salah satu cabang operasi medis adalah operasi kecantikan (operasi plastik). Operasi ini bertujuan untuk memperindah penampilan salah satu bagian luar tubuh atau memfungsikannya apabila terjadi kekurangan padanya, kerusakan atau kelainan bentuk. Operasi jenis ini, ditinjau dari hukum islam terbagi atas dua bagian84 : 1. Operasi kecantikan yang disyari’atkan 2. Operasi kecantikan yang diharamkan (tidak disyari’atkan) Diantara operasi yang disyari’atkan adalah dengan tujuan pengobatan dan terapi medis, hal ini dibagi menjadi dua sebab 85: Pertama, sebab dharuri, yaitu sejumlah sebab dan alasan yang dimaksudkan untuk menghilangkan cacat pada fisik, kelainan bentuk, kerusakan atau kekurangan, karena terpenuhinya dharurah untuk menjaga jiwa dari kebinasaan.
84 85
Ibid, 161. Ibid,. 161-162.
Kedua, sebab eksternal, yaitu sejumlah sebab dan alasan yang dimaksudkan untuk menghilangkan cacat dan kelainan bentuk. Hal itu karena terpenuhinya hajat yang mengakibatkan bahaya pada seseorang, baik material atau spiritual, namun tidak sampai kepada batasan dharurah syar’iyyah. Kalangan dokter menilai praktik-praktik ini sebagai dharurat. Mereka tidak membedakan antara dharurah dan hajat yang tidak mencapai derajat dharurah. Hal itu dikarenakan mereka melihat operasi ini lebih kepada motivasi kebutuhan dilakukannya operasi, sebagaimana penilaian terhadap operasi ini sebagai dharuri atau
hajjiyah
dalam
kolerasinya
dengan
faktor-faktor
yang
menuntut
diberlakukannya operasi, dan penilaiannya sebagai operasi kecantikan dalam hubungannya dengan dampak dan hasilnya86. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa operasi kecantikan ini dimaksudkan untuk menghilangkan cacat-cacat fisik, kelainan bentuk dan kekurangan yang ada pada perempuan di dalam tubuhnya, dan mengembalikannya kepada bentuk asalnya yang telah diciptakan oleh Allah. Cacat fisik yang dialami biasanya cacat bawaan (sejak lahir) atau cacat yang ditimbulkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit. Dalam hal ini boleh melakukan operasi medis apabila ada sebab yang membolehkannya. Operasi medis dengan maksud pengobatan tercakup di dalamnya, dengan faktor kesamaan yaitu adanya kebutuhan pada masing-masing kasus. Cacat-cacat ini mengandung bahaya fisik dan moral, yang mengharuskan keringanan untuk melakukan operasi, karena “ bahaya harus dihilangkan”.
86
Ibid,. 162.
Kebutuhan ini sama dengan dharurah berdasarkan kaidah fiqhiyah yang mengatakan “ hajat sama kedudukannya dengan dharurah, baik umum atau khusus”. Karena meninggalkan pengobatan di dalam kasus-kasus semisal ini mengakibatkan beban berat dan ketidakberdayaan, sedangkan syari’at islam berpijak pada kemudahan dan menjauhkan beban berat dari mukallaf. Hal itu berdasarkan kaidah fiqhiyah yang menetapkan “ beban berat mendatangkan kemudahan”. Karena interfensi operasi dalam kasus-kasus semisal ini dianggapa merubah ciptaan ilahi yang diharamkan oleh nash-nash syar’iyyah. Hal ini didasarkan pada alasan-alasan berikut87 :
Di dalam operasi jenis ini terdapat hajat yang mengharuskan perubahan, sehingga
mengakibatkan
pengecualiannya
dari
nash-nash
yang
menunjukkan tahrim.
Operasi ini tidak dimaksudkan untk merubah ciptaan Allah dengan sengaja,
melainkan
dimaksudkan
untuk
pengobatan,
sedangkan
kecantikan hanya bersifat mengikuti setelah operasi tersebut berhasil. Sedangkan pada operasi kecantikan yang dilarang oleh syari’at, yaitu operasi yang dilakukan dengan tujuan berhias yakni, mempercantik penampilan dan peremajaan (agar terlihat lebih muda)88. Yang dimaksud dengan mempercantik penampilan adalah menciptakan performa yang paling baik dan bentuk yang paling cantik, tanpa ada sebab-sebab yang dharurat dan kebutuhan yang mengharuskan dilakukannya operasi.
87 88
Ibid,. 165-166. Ibid,. 171.
Operasi semacam ini diharamkan oleh syara’, karena tidak mencakup sebabsebab terapi darurat atau hajat, sebaliknya bertujuan demi kecantikan semata dan menyia-nyiakan ciptaan Ilahi dan memalsukannya, mengikuti hawa nafsu. Firman Allah surat An-nisa’ (4) : 119 : āχçÉitóãŠn=sù öΝåκ¨Ξz÷ß∆Uψuρ ÉΟ≈yè÷ΡF{$# šχ#sŒ#u £à6ÏnGu;ã‹n=sù öΝßγ‾ΡtãΒUψuρ öΝßγ¨ΨtÏiΨtΒ_{uρ öΝßγ¨Ψ‾=ÅÊ_{uρ
.$YΨÎ6•Β $ZΡ#tó¡äz tÅ¡yz ô‰s)sù «!$# Âχρߊ ÏiΒ $wŠÏ9uρ z≈sÜø‹¤±9$# É‹Ï‚−Ftƒ tΒuρ 4 «!$# šYù=yz Artinya : Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. menurut kepercayaan Arab jahiliyah, binatangbinatang yang akan dipersembahkan kepada patung-patung berhala, haruslah dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang seperti Ini tidak boleh dikendarai dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja. Merubah ciptaan Allah dapat berarti, mengubah yang diciptakan Allah seperti mengebiri binatang. ada yang mengartikannya dengan merubah agama Allah89. Operasi kecantikan ini banyak disalahgunakan, apalagi dengan tujuan berhias yang terlalu berlebihan, seperti merubah bentuk hidung, dagu dan lainnya. Dalam operasi semacam ini terdapat pemalsuan hakikat dan pengelabuan, sehingga karenanya diharamkan. Operasi ini mengakibatkan pelanggaran sebagai larangan, antara lain 90:
Penggunaan psikotropika di dalam operasi, baik total maupun parsial. Kita tahu bahwa psikotropika diharamkan kecuali ada dharurah atau hajat yang mu’tabar secara syara’. Sedangkan operasi semacam ini tidak
89 90
Q.S An-Nisa' (4) : 119 Muhammad Khalid Mansur, Op.Cit, 175.
sampai kepada derajat darurat atau hajat yang membolehkan konsumsi psikotropika.
Operasi jenis ini mengakibatkan terbuka dan tersentuhnya aurat tanpa ada dharurah, bagi dokter laki-laki yang melakukan terapi terhadap perempuan atau sebaliknya tanpa ada darurat medis. Semua itu fasid menurut syara’
Operasi ini tidak terlepas dari efek dan komplikasi negatif. Operasi ini tidak menghasilkan apapun, dan sebaiknya tidak gegabah melakukannya atau berlebihan memprediksi hasil-hasilnya.
C. Keperawanan Dalam Tinjauan Hukum Islam Dalam memilih pasangan, Islam lebih menyarankan agar memilih gadis dari pada janda. Dalam sebuah hadis Rosulullah SAW yang menegaskan pentingnya makna keperawanan bagi seorang perempuan hingga Nabi Muhammad SAW menganjurkan laki-laki untuk lebih condong memilih perawan. Hadis Nabi SAW :
ﺤﺩﺜﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺍﺤﺒﺭﻨﺎ ﺤﻤﺎﺩ ﺒﻥ ﺯﻴﺩ ﻋﻥ ﻋﻤﺭ ﻭﺒﻥ ﺩﻴﻨﺎﺭ ﻋﻥ ﺠﺎﺒﺭ ﺒﻥ ﻋﺒﺩ ﺍﷲ ﺍﺘﺯﻭﺠﺕ ﻴﺎ ﺠﺎﺒﺭ، ﻓﺄﺘﻴﺕ ﺍﻝﻨﺒﻰ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻡ، ﺘﺯﻭﺠﺕ ﺍﻤﺭﺃﺓ: ﻗﺎل ﻫل ﺠﺎﺭﻴﺔ ﺘﻼﻋﺒﻬﺎ،ﻓﻘﺎل. ﺒل ﺜﻴﺒﺎ. ﻻ: ﻓﻘﻠﺕ، ﺒﻜﺭﺍ ﺍﻡ ﺜﻴﺒﺎ،ﻓﻘﺎل. ﻨﻌﻡ: ﻓﻘﻠﺕ .... ﻭﺘﻼﻋﺒﻙ Artinya : “Qutaibah menceritakan kepada kami, Hammad Bin Zaid memberitahukan kepada kami dari Amr Bin Dinar Bin Jabir Bin Abdillah berkata : saya telah memperistri seorang perempuan, saya datang kepada rosul dan beliau bersabda : apakah kamu telah kawin hai Jabir ? saya menjawab : ya. Rosul bersabda : gadis apa janda ? saya menjawab : tidak, bahkan janda, Rosul bersabda : alangkah baiknya apabila yang
kamu peristri itu perawan yang kamu bisa bercumbu rayu dengannya dan ia bisa bercumbu rayu denganmu” 91. Anjuran Nabi Muhammad untuk lebih condong menikahi perawan meski tidak melarang untuk menikahi janda, bisa diartikan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan wanita dan hal ini merupakan upaya ajaran Islam lebih melindungi kaum wanita dari perbuatan zina. Selain itu, dengan menikahi gadis yang masih perawan juga dapat menghilangkan prasangka negatif terhadap perempuan yang dinikahinya. Tetapi jika ingin menikahi janda, juga tidak dilarang apalagi dengan tujuan untuk menolong. Nabi SAW pernah mengisyaratkan beberapa hikmah beristrikan perawan. Beliau bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Majah, yakni :
ﺤﺩﺜﻨﺎ ﺇﺒﺭﻫﻴﻡ ﺒﻥ ﺍﻝﻤﻨﺫﺭ ﺍﻝﺤﺯﺍﻤﻰ ﺤﺩﺜﻨﺎ ﻤﺤﻤﺩ ﺒﻥ ﻁﻠﺤﺔ ﺍﻝﺘﻴﻤﻰ ﺤﺩﺜﻨﻲ ﻋﺒﺩ ﺍﻝﺭﺤﻤﻥ ﺒﻥ ﺴﺎﻝﻡ ﺒﻥ ﻋﺘﺒﺔ ﺒﻥ ﻋﻭﻴﻡ ﺒﻥ ﺴﺎﻋﺩﺓ ﺍﻷﻨﺼﺎﺭﻱ ﻋﻥ ﺃﺒﻴﻪ ﻗﺎل ﺭﺴﻭل ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻡ ﻋﻠﻴﻜﻡ ﺒﺎﻷﺒﻜﺎﺭ ﻓﺈﻨﻬﻥ: ﻋﻥ ﺠﺩﻩ ﻗﺎل .ﺃﻋﺫﺏ ﺃﻓﻭﺍﻫﺎ ﻭﺃﻨﻔﻕ ﺃﺭﺤﺎﻤﺎ ﻭﺃﺭﺽ ﺒﺎﻝﻴﺴﻴﺭ Artinya : Menceritakan Ibrahim Ibnul Mundzir Al-Hizamiyy menceritakan Muhammad Bin Tholhah At-Taimiyy menceritakan Abdur Rahman Ibn Salim Ibn ‘Utbah Ibn ‘Uwaim Ibn Sa’idah Al-Anshoriyy dari ayahku dari pamanku berkata : bersabda Rosulullah SAW kepada mereka : “pilihlah para perawan, karena mereka lebih tawar mulutnya, lebih bersih rahimnya, dan lebih mudah ridha”92. Istilah “perawan” adalah wanita yang belum pecah selaput daranya karena hubungan seksual dan belum pernah disentuh laki-laki.93 Dalam fikih dinyatakan bahwa perawan adalah wanita yang belum pernah kehilangan keperawanannya 91
Dalam bab ini, Hadis yang diriwayatkan dari Ubayy Bin Ka’ab dan Ka’ab Bin Ujrah, hadis Jabir adalah hadis hasan shahih. (Moh, Zuhri, " Tarjamah Sunan At-Tirmidzi Juz 2",(Semarang : CV. Asy Syifa', 1992),422.) 92 Yang dimaksud dengan lebih tawar mulutnya adalah manis tutur katanya, lebih bersih rahimnya adalah banyak keturunan. (Hadis Ibnu Majah, diambil dari CD hadis digital). 93 Muhammad Nu'aim Yasin, " Abhatsu Fiqhiyah Fi Qishoya Thibbiyah Mu'ashiroh " Penerjemah Munirul Abidin, Fiqh Kedokteran, (Jakarta: Penerbit Pustaka Al Kautsar,2001), 237.
melalui hubungan seksual baik itu dalam ikatan yang halal, haram ataupun yang syubhat94. Dikatakan bahwa jika seorang wanita kehilangan keperawanannya sebab jatuh, keluarnya darah haid yang berlebihan, memasukkan jari dan semisalnya, seperti berhubungan seksual pada dubur, maka wanita tersebut masih dikatakan perawan, karena dia tidak melakukan hubungan seksual di tempat keperawanan.95 Dari pengertian kata "perawan" di atas, dapat disimpulkan bahwa status keperawanan seseorang itu dapat dilihat dari dua segi, yakni secara biologis (anatomi) dan secara sosiologis. Secara biologis status keperawanan itu dapat dilihat dari pecah atau tidaknya selaput dara. Sedangkan secara sosiologis, wanita dikatakan masih perawan jika ia belum pernah melakukan hubungan sekaual dengan lawan jenisnya. Keperawanan seringkali dipahami secara dangkal oleh sebagian masyarakat. Dan kehilangan keperawanan (dalam pengertian anatomis) telah dipandang sebagai hal yang paling menakutkan, bahkan lebih menakutkan dari kehilangan nilai-nilai moral itu sendiri. Selembar selaput dara seakan-akan identik dengan sebuah kehormatan96. Anatomi selaput dara ternyata tidak hanya sekadar sebuah komponen dengan fungsi biologis tersendiri dalam tubuh manusia, tetapi lebih dari itu, ia telah memainkan peran yang mempunyai resiko tinggi bagi nasib kaum wanita dalam banyak kebudayaan. Namun, sampai masa-masa terakhir, sedikit perhatian yang 94
Muhammad Ibn Qosim Al-Ghoziyy, ”Syarh Fathul Qorib Al-Mujîb”, t.t, (Beirut : Dar Al-Kitab AlIslamyy), 42; Syaikh Muhammad Bin Muhammad dalam “ Majmu’ Fi Ahkamin Nikah”, 125. 95 Abi Yahya Zakaria, ”Fathul Wahhâb, Bisyarh Minhajut Thullâb”, t,t, (Surabaya : Al Hidayah), 36; Syaikh Muhammad Bin Muhammad dalam “ Majmu’ Fi Ahkamin Nikah”, 125. 96 Zulkarnaini Abdullah, “ Mengapa Harus Perempuan”, (Jogjakarta : Penerbit Ar-Ruzz Media, 2003),85.
diberikan pada kenyataan bahwa selaput dara bukan ukuran mutlak sebuah keperawanan97. Keberadaan selaput dara yang tampak secara anatomis, seringkali dipakai sebagai bukti adanya keperawanan, karena itu di banyak wilayah, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang dengan pengetahuan dan persepsi tentang seksualitas yang masih rendah, terkoyaknya selaput dara dengan keluarnya darah ini diyakini akan terjadi saat seorang wanita baru pertama kali berhubungan seksual. Darah inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai darah perawan98. Islam tidak mengenal paradigma moral yang penuh pelecehan seperti di atas. Aturan tentang perilaku seksual seorang muslim tidak bergantung pada biologi selaput dara. Artinya, batasan-batasan moral dalam perilaku seksual seorang muslim, tidak dimulai dan didahului dengan selembar kain yang ternoda dara dari selaput dara seorang perawan99. Tidak ada spesifikasi gender dalam tatanan moral islam. Laki-laki dan perempuan dituntun oleh islam untuk sama-sama menjaga diri dan memelihara kehormatan. Pentingnya menjaga kehormatan dan menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat menodai kesucian lebih ditekankan secara detail dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah : ©!$# ¨βÎ) 3 öΝçλm; 4’s1ø—r& y7Ï9≡sŒ 4 óΟßγy_ρãèù (#θÝàxøts†uρ ôΜÏδÌ≈|Áö/r& ôÏΒ (#θ‘Òäótƒ šÏΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ≅è% Ÿωuρ £ßγy_ρãèù zôàxøts†uρ £ÏδÌ≈|Áö/r& ôÏΒ zôÒàÒøótƒ ÏM≈uΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ≅è%uρ .tβθãèoΨóÁtƒ $yϑÎ/ 7Î7yz
97
Ibid, 91. Senior: Gaya Hidup Sehat”, No 371, (25-31 Agustus 2006),11 99 Zulkarnaini Abdullah, Op.Cit, 87. 98
šÏ‰ö7ムŸωuρ ( £ÍκÍ5θãŠã_ 4’n?tã £ÏδÌßϑ胿2 tø⌠ÎôØu‹ø9uρ ( $yγ÷ΨÏΒ tyγsß $tΒ āωÎ) £ßγtFt⊥ƒÎ— šÏ‰ö7ム.......... ∅ÎγÍ←!$t/#u ÷ρr& ∅ÎγÏFs9θãèç7Ï9 āωÎ) £ßγtFt⊥ƒÎ— Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka… .100
Dalam firman Allah di atas, Allah memerintahkan kepada laki-laki maupun perempuan untuk selalu menjaga kehormatan (kesucian), khususnya pada wanita, Allah memperingatkan secara panjang lebar kepada mereka tentang pentingnya kehormatan dan hal-hal yang harus dihindari agar kehormatannya tetap terjaga. Ini dapat dipahami, karena wanita adalah pihak yang paling rawan kehormatannya. Timbulnya ancaman terhadap kesucian wanita jauh lebih besar dibandingkan lakilaki. Islam mengharuskan pemeluknya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk senantiasa menjaga kehormatannya dan tidak menyerahkan kesuciannya, kecuali pada pasangan hidup yang sah menurut ajaran agama. Jadi setiap wanita wajib menjaga keperawanannya dan hanya boleh menyerahkannya pada suami. Sementara setiap laki-laki wajib menjaga keperjakaannya dan hanya boleh menyerahkannya pada istri. Sama sekali tidak ada ketentuan dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa laki-laki mempunyai hak istimewa untuk meminta dari wanita bukti kesucian moral. 100
Q.S An-Nuur (24) : 30-31.
Juga tidak perlu seorang wanita menuntut dari laki-laki bukti yang sama. Al Qur’an sedikitpun tidak menyebutkan bahwa seorang laki-laki harus meminta bukti anatomis dari keperawanan seorang wanita dan kemudian memamerkannya di muka umum101. Moral islam lebih bertumpu pada nilai-nilai spiritual yang tercermin dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari. Tuduhan yang dapat merusak kehormatan atau nama baik seorang perempuan atas dasar seperti itu sama sekali tidak dapat diterima oleh islam102. Saat ini banyak terjadi hubungan seksual pranikah. Mereka melakukan hubungan seksual tanpa takut akan dampak-dampak yang akan dialaminya. Keperawanan sudah dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertahankan lagi sampai ke jenjang pernikahan. Perilaku seksual di luar nikah ini dikategorikan sebagai penyimpangan seksual. Sedangkan hubungan seksual pranikah dalam islam adalah zina dan merupakan dosa besar, akan tetapi bukan berarti seseorang boleh dengan mudah menuduh wanita yang baik-baik melakukan zina. Islam sangat menjaga kehormatan seorang wanita, karena itulah islam melarang menuduh zina tanpa kesaksian dari empat orang yang melihat sendiri kejadian itu. Sebagaimana termuat dalam Firman Allah SWT dalam surat An-Nuur : Ÿωuρ Zοt$ù#y_ tÏΖ≈uΚrO óΟèδρ߉Î=ô_$$sù u!#y‰pκà− Ïπyèt/ö‘r'Î/ (#θè?ù'tƒ óΟs9 §ΝèO ÏM≈oΨ|Áósßϑø9$# tβθãΒötƒ tÏ%©!$#uρ y7Ï9≡sŒ ω÷èt/ .ÏΒ (#θç/$s? tÏ%©!$# āωÎ) .tβθà)Å¡≈xø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé&uρ 4 #Y‰t/r& ¸οy‰≈pκy− öΝçλm; (#θè=t7ø)s? .ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ©!$# ¨βÎ*sù (#θßsn=ô¹r&uρ
101 102
Zulkarnaini Abdullah, Op.Cit, 88. Ibid,. 92.
Artinya : Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang103. Ayat di atas menunjukkan bahwa begitu pentingnya kehormatan wanita dan kehormatan tersebut tidak hanya diukur secara anatomis, kehormatan wanita diukur dari kepribadian, kejujuran, ketaqwaan dan amanah yang tercermin pada tingkah laku sehari-hari. Dengan perintah menghadirkan empat orang saksi, maka seseorang tidak bisa dengan mudah menuduh wanita melakukan zina apalagi membebankan kesalahan padanya. Akan tetapi seorang muslim atau muslimah yang menjaga kehormatannya, diharamkan untuk menikah dengan pelacur baik laki-laki maupun perempuan, para hidung belang, maupun para pezina yang tidak mau bertobat dan terus tenggelam dalam perzinahannya bahkan membanggakan perbuatannya itu. Firman Allah SWT : tΠÌhãmuρ 4 Ô8Îô³ãΒ ÷ρr& Aβ#y— āωÎ) !$yγßsÅ3Ζtƒ Ÿω èπu‹ÏΡ#¨“9$#uρ Zπx.Îô³ãΒ ÷ρr& ºπuŠÏΡ#y— āωÎ) ßxÅ3Ζtƒ Ÿω ’ÎΤ#¨“9$# tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tã y7Ï9≡sŒ Artinya: “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan wanita yang berzina atau perempuan yang musyrik , dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau lakilaki musyrik dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mukmin”.104
103 104
Q.S An- Nuur (24): 4-5) QS. An-Nuur (24) : 3
Menjaga kesucian diri berdasarkan ajaran agama adalah wajib. Selain itu, menjadi pribadi yang suci amatlah membanggakan, karena suatu pertanda bahwa yang bersangkutan mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan baik. Dari semua uraian di atas, jelaslah bahwa keperawanan seorang wanita sangatlah penting dan menjadi lambang kesucian wanita. Namun yang jadi permasalahan yang sedikit keliru adalah keperawanan tersebut selalu diidentikkan dengan selaput dara, yang sangat merugikan kaum wanita. Padahal keperawanan bukanlah jaminan bahagianya atau langgengnya rumah tangga.
BAB IV OPERASI SELAPUT DARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
A. Dampak Operasi Selaput Dara Terhadap Status Keperawanan Seseorang Keperawanan merupakan simbol kesucian seorang wanita, yang harus selalu dijaga hingga ia dengan rela memberikannya kepada orang yang dipercayainya lewat tatanan sosial dan agama dalam bentuk sebuah pernikahan. Secara fisik (anatomi), keperawanan ini ditandai dengan utuhnya selaput dara. Selama ini pemahaman masyarakat kita adalah ketika melakukan hubungan seksual jika keluar darah berarti masih perawan dan jika tidak, berarti sudah bukan perawan. Menurut penulis disinilah salah satu letak persoalan yang mendasar. Padahal secara medis, kondisi selaput dara seorang wanita berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, bahwa ada wanita yang memiliki selaput dara yang tipis sehingga
apabila melakukan hubungan seksual akan lebih mudah pecah, tetapi ada pula wanita yang memiliki selaput dara yang tebal sehingga tidak mudah pecah. Umumnya, selaput dara robek ketika pertama kali berhubungan suami istritetapi juga bisa robek karena sebab selain hubungan suami istri, misalnya kecelakaan, olahraga, loncat tinggi, naik sepeda, naik kuda dan sebagainya. Tentang hilangnya keperawanan, secara fisik ditandai dengan robeknya selaput dara dan robekan ini hanya dapat dilihat melalui visum dokter. Kehilangan keperawanan sebelum menikah bagi seorang wanita dapat menjadi beban bagi wanita tersebut. Dia akan merasa tidak dihargai oleh orang lain sehingga dianggap aib oleh masyarakat. Perempuan yang sudah tidak perawan dianggap sebagai perempuan yang tidak bisa menjaga diri dan akan sulit mendapatkan pasangan hidup dan biasanya sulit diterima oleh para lelaki karena sudah ternodai. Sesungguhnya hal ini bisa dijadikan motivasi kuat agar wanita mempertahankan keutuhan selaput daranya, dan tidak mengumbar keperawanannya sejak jauh hari sebelum hari perkawinannya. Tindakan defensif yang terkadang dilakukan adalah dengan menutupinya sebagai rahasia, agar wanita yang tidak perawan tetap disetarakan kedudukannya dengan wanita yang masih perawan. Sesungguhnya
masalah
keperawanan
itu
lebih
merupakan
masalah
kemurnian, yaitu sejauh mana seseorang menjaga kemurnian dirinya dan memandang aktivitas seksual sebagai aktivitas yang sakral yang hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan. Mereka yang telah melakukan hubungan seksual meskipun tidak sampai merobek selaput dara ataupun tidak melalui selaput dara, itu sudah dikatakan tidak perawan lagi. Sekalipun dalam kitab fikih seperti yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, bahwa jika hanya berhubungan seksual melalui
dubur tetap dianggap perawan. Sedangkan jika hilangnya selaput dara disebabkan jatuh, olah raga, penggunaan tampon (pembalut), dan sebab lain selain hubungan seksual maka ia dianggap masih perawan. Walaupun saat ini sudah ada tehnik kedokteran yang mampu mengembalikan selaput dara yang telah robek seperti semula, tapi hal itu tidak akan mengubah status seseorang sebagai seorang wanita yang sudah tidak perawan. Maksud dari pengembalian keperawanan dalam operasi selaput dara ini secara medis adalah mengembalikan keutuhan dari selaput dara, dengan cara menyambung sisa robekan selaput dara dan kemudian diberi pembuluh darah tiruan, sehingga ketika melakukan hubungan suami istri ada darah yang keluar dari vagina. Dengan cara tersebut, bukan hanya suami yang dapat dikelabui tapi juga semua orang. Namun, satu yang terlupakan, bahwa dibalik upaya pengelabuan selaput dara agar di mata suami terkesan masih perawan, tersimpan cacat moral yang tidak terhapuskan. Bagi mereka yang dengan sengaja mengorbankan keutuhan selaput daranya secara tidak legal dan tidak sah secara agama harus dipandang berbeda dengan hilangnya keperawanan akibat kasus perkosaan dan kasus selain hubungan seksual, misalnya akibat kecelakaan, olahraga, loncat tinggi, naik sepeda, dan sebagainya. Upaya pengembalian keperawanan yang dilakukan terhadap para korban perkosaan atau kecelakaan olah raga, memang bisa mengubah nasib buruk seorang wanita. Tetapi sesungguhnya nasib wanita seperti itu berada di tangan calon suami atau suaminya sendiri. Bisa jadi mengaku sudah tidak gadis salah, tidak mengaku juga salah. Dengan berdasarkan anggapan yang keliru, suami bisa dengan tegas memutuskan hubungan perkawinannya.
Tuntutan seorang suami yang mengharapkan adanya darah perawan inilah yang membuat kaum laki-laki terpaksa dikelabui, antara lain dengan operasi selaput dara, apalagi ketika angka pemerkosaan merambat naik dalam arus pergaulan sosial yang mengglobal. Jika tujuan dari operasi selaput dara salah satunya untuk mengembalikan kepercayaan diri seseorang, maka sebenarnya masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan diri terutama untuk para korban pemerkosaan. Meskipun operasi selaput dara telah dilakukan terhadap para korban perkosaan tentunya masih ada trauma secara psikologis yang dialaminya. Sedangkan dengan melakukan operasi selaput dara juga dapat menambah beban psikologis karena menyimpan perasaan bersalah terus-menerus dan melakukan kebohongan berkali-kali. Dari sini dapat diketahui bahwa operasi selaput dara sebenarnya tidak akan berdampak terhadap status keperawanan seseorang. Status keperawanan seorang wanita tidak akan bisa kembali karena telah terjadi hubungan seksual di luar nikah atau di dalam ikatan pernikahan. Akan tetapi, selaput dara masih dapat disambung kembali dengan operasi selaput dara tersebut. Selaput dara yang sudah pecah tidak mungkin dapat dikembalikan secara utuh seperti sediakala. Sekali pecah tetap pecah, kalaupun dapat diperbaiki melalui jalan operasi dengan selaput dara palsu dan pembuluh darah tiruan, namun tetaplah tidak akan pernah seutuh seperti sedia kala dan yang lebih tahu tentang keperawanan seorang wanita adalah wanita yang bersangkutan itu sendiri. Sedangkan pemahaman masyarakat khususnya kaum pria yang hanya menilai keperawanan seorang wanita melalui ciri – ciri fisiknya adalah suatu asumsi semata.
B. Operasi Selaput Dara Ditinjau Dari Hukum Islam 1. Pandangan Ulama Kontemporer Operasi selaput dara saat ini menjadi barang bisnis yang menjanjikan. Banyak iklan yang disebarkan terutama melalui media maya (internet) dengan harapan yang menjanjikan. Operasi ini memang dilarang untuk dilakukan, akan tetapi masih ada orang yang belum mengerti sehingga hal ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum tertentu sebagai ajang bisnis. Maka tidaklah heran adanya operasi selaput dara ini mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat, tetapi hanya segelintir orang yang memperdulikannya. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa permasalahan operasi selaput dara atau pengembalian keperawanan hukumnya tidak disebutkan di dalam nash syari’at, baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun permasalahan operasi selaput dara ini tidak disebutkan dalam nash syari’at, tetapi para ulama kontemporer memberikan pendapat tentang hukumnya. Ulama kontemporer memiliki 4 pendapat mengenai masalah operasi selaput dara, yakni105 : a. Tidak boleh merapatkan selaput dara secara mutlak. Ini pendapat Syaikh Al ‘Izz Bin Abdussalam dan Muhammad Mukhtar As-Salami. b. Boleh merapatkan selaput dara ketika robek di usia muda dengan sebab selain persetubuhan. Dibolehkan juga bila suami hadir dan menginginkannya. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad Mukhtar As-Salami. c. Boleh merapatkan selaput dara pada kasus-kasus berikut : 105
Muhammad Khalid Mansur, Al Ahkam Ath-Thibbiyah Al-Muta'aliqah Bi An-Nisa' Fi Fiqhi AlIslam, penerjemah Team Azzam, Pengobatan Wanita Dalam Pandangan Fiqh Islam, Cet I, (Jakarta : Penerbit Cendekia Sentra Muslim, 2001), 184-185.
1) Apabila robeknya selaput dara karena cacat fisik, baik di usia muda atau di usia tua. 2) Apabila robeknya karena paksaan atau karena cacat yang memalukan, seperti pendarahan atau pengangkatan tumor. Atau karena sesuatu yang mengakibatkan robeknya selaput dara, seperti akibat melompat, olah raga atau yang semisalnya. 3) Apabila robeknya karena pemerkosaan, dan ini telah dibuktikan. Haram apabila robeknya karena zina tanpa paksaan. Ini adalah pendapat Dr. Taufiq Al Wa’i. d. Boleh merapatkan selaput dara dalam kondisi-kondisi berikut : 1) Apabila sebab robeknya selaput dara karena insidental yang tidak dianggap maksiat secara syara’, dan bukan karena persetubuhan dalam ikatan nikah, yaitu : apabila disangka kuat bahwa seorang perempuan muda akan menerima kekejaman dan kezhaliman berdasarkan kebiasaan dan tradisi, maka wajib merapatkan selaput dara. Sedangkan apabila tidak disangka kuat demikian, maka memperbaiki selaput dara hukumnya mandub. 2) Apabila sebab robeknya adalah zina yang tidak tersebar beritanya di tengah masyarakat, maka dokter memiliki pilihan antara melakukan operasi atau tidak, namun melakukan operasi lebih kuat. Ulama kontemporer memberikan pendapat yang berbeda-beda. Ada yang mengharamkan secara mutlak apapun alasannya dan ada pula yang memperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu. Perbedaan pendapat para ulama dalam permasalahan operasi selaput dara ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
− Jika pecahnya selaput dara disebabkan karena hubungan seksual dalam pernikahan atau perbuatan zina yang sudah diketahui orang banyak, maka ulama sepakat mengharamkan. − Sedangkan jika pecahnya selaput dara disebabkan karena zina yang belum diketahui orang lain, perkosaan, atau akibat selain hubungan seksual maka disinilah ulama berbeda pendapat, ada yang memperbolehkan dengan syarat. 2. Manfaat dan Mudharat dari Operasi Selaput Dara Hal-hal yang diperselisihkan di atas sebenarnya berada diantara manfaat dan mudharat dari operasi selaput dara tersebut. Jika operasi ini dilihat dari segi pengaruhnya, dengan mempertimbangkan adat dan tradisi yang memberikan reaksi jika diketahui sobeknya selaput dara, maka akan didapati beberapa manfaat, yakni : a. Menutupi aib Aib menjadi kata yang begitu menakutkan banyak perempuan. Untuk menutupinya, banyak perempuan harus rela bertahan dalam kehidupan yang serba menyesakkan. Menutup aib bukan hanya dengan tidak menyebarluaskan aib itu terhadap orang lain, tetapi saat ini dengan melakukan operasi selaput dara maka aib yang disebabkan karena hilangnya keperawanan dapat disembunyikan. Karena jika tidak, akan terjadi bencana pada dirinya, wanita tersebut akan mendapat kedzaliman berdasarkan kebiasaan dan tradisi. Tentunya hal ini dikaitkan dengan adat istiadat daerah tertentu yang amat sangat menjunjung tinggi keperawanan dengan ditandai adanya darah perawan pada malam pertama.
Menutupi
aib
sendiri
telah
ditekankan
dalam
beberapa
hadis.
Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis nabi SAW106 :
ﻻ ﻴﺴﺘﺭ ﻋﺒﺩ ﻋﺒﺩﺍ: ﻭﺴﻠﻡ ﻗﺎل
ﻋﻥ ﺍﺒﻲ ﻫﺭﻴﺭﺓ ﻋﻥ ﺍﻝﻨﺒﻲ ﺼﻠﻲ ﺍﷲ .ﻓﻲ ﺍﻝﺩﻨﻴﺎ ﺇﻻ ﺴﺘﺭﻩ ﺍﷲ ﻴﻭﻡ ﺍﻝﻘﻴﺎﻤﺔ
Artinya : Diriwayatkan dari Abu Huroiroh r.a., dari Nabi SAW beliau bersabda : Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, kecuali Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.
b. Melindungi keluarga yang akan dibentuk Operasi selaput dara dianggap dapat melindungi keluarga yang akan dibentuk di kemudian hari dari hal-hal yang menyebabkan hancurnya rumah tangga. Hal ini dilakukan karena jika suami mengetahui bahwa istri sudah tidak perawan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan prasangka yang berujung pada kehancuran rumah tangga. Dengan melakukan operasi tersebut diharapkan agar tidak ada prasangka di antara keduanya. c. Menambah kepercayaan diri Salah satu tujuan seorang wanita melakukan operasi ini adalah untuk menambah kepercayaan diri dan agar tampak dirinya masih perawan. Memang ada sekelompok orang yang kehilangan kepercayaan terhadap dirinya sendiri. Sebagian dari mereka menginginkan bentuk lebih di luar apa yang telah mereka peroleh. Mereka tidak peduli, membayar sekian besar untuk mengembalikan kepercayaan itu. Biasanya wanita yang mempunyai motif ini disebabkan karena ia telah kehilangan keperawanannya karena perkosaan, dan juga wanita yang pecah 106
Muhammad Ali Ash Shabuni, Op.Cit, 1031.
selaput daranya karena olah raga, naik sepeda, dan sebab lainnya selain hubungan seksual. Banyak para korban perkosaan yang tidak percaya diri dan tidak mempunyai semangat hidup lagi, karenanya dengan operasi ini mereka berharap dapat percaya diri kembali. d. Memberi kesan lebih terhadap suami Dalam bab sebelumnya dikatakan bahwa operasi selaput dara terkadang dilakukan bersamaan dengan operasi vagina (vaginoplasty) yang bertujuan untuk mengencangkan genital wanita. Hal ini dilakukan untuk menutupi bahwa wanita tersebut pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya, sekaligus ingin memberi kesan terhadap suami. Bahkan ada suami yang menyarankan agar istrinya melakukan operasi ini agar rumah tangganya tetap langgeng. Di sisi lain, operasi ini juga menimbulkan mudharat, diantaranya : a. Penipuan Secara fisik, memang dengan operasi ini keburukan yang pernah dilakukan seseorang bisa ditutupi, tetapi hal ini akan menimbulkan penipuan bagi suami yang menikahinya jika tidak dijelaskan. Apalagi jika dikemudian hari suami mengetahuinya. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu kelangsungan rumah tangganya. Sedangkan penipuan itu sendiri dalam Islam tidak disyari’atkan, sesuai dengan hadis Nabi SAW :
ﺃﻥ ﺭﺴﻭل ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ: ﻭﻋﻥ ﺃﺒﻲ ﻫﺭﻴﺭﺓ ﺭﻀﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ . ﻭﻤﻥ ﻏﺸﻨﺎ ﻓﻠﻴﺱ ﻤﻨﺎ, ﻤﻥ ﺤﻤل ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺍﻝﺴﻼﺡ ﻓﻠﻴﺱ ﻤﻨﺎ: ﻭﺴﻠﻡ ﻗﺎل
Artinya : Dari Abi Huroiroh r.a. berkata : Rosulullah SAW bersabda : Barang siapa yang mengangkat senjata pada kita, maka dia bukan dari umatku, dan barang siapa yang menipu kita, maka dia bukan dari golongan kita.107
b. Mendorong perbuatan keji Operasi
pengembalian
keperawanan
memungkinkan
untuk
berkembangnya perbuatan keji di masyarakat dan perbuatan yang keji itu akan terus tertutupi. Hal ini tentunya akan mendorong seseorang untuk melakukan kemaksiatan secara berulang, sebelum atau sesudah dilakukannya operasi atau bahkan mendorong kepada pelaku yang lain, karena saat ini sudah ada teknologi kedokteran yang dapat mengembalikan keutuhan selaput dara. Padahal, ajaran Islam dengan tegas memerintahkan agar jangan mendekati zina. Dalam firman Allah SWT surat Al-Isra’ : .Wξ‹Î6y™ u!$y™uρ Zπt±Ås≈sù tβ%x. …çµ‾ΡÎ) ( #’oΤÌh“9$# (#θç/tø)s? Ÿωuρ Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.108 Makna dari ayat tersebut bukan hanya sebatas melakukan hubungan di luar nikah, melainkan juga berdekatan antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya. Dengan demikian ajaran Islam lebih banyak mencegah terjadinya sebuah perbuatan atau preventif. Mendekati zina saja tidak boleh, apalagi melakukannya. Karenanya, operasi ini ditakutkan dapat membuka pintu menuju pada kemaksiatan.
107 108
An-Nawawi, “Tarjamah Riadhus Shalihin”, 1987, (Bandung : PT Al-Ma’arif), 452. Q.S Al-Isra’ (17) : 32.
c. Membuka aurat Kemaluan wanita dan sekitarnya merupakan aurat yang paling vital. Tidak dibolehkan bagi selain suami untuk melihatnya dan menyentuhnya, baik laki-laki ataupun wanita. Sedangkan dalam operasi pengembalian keperawanan ini mengharuskan seorang dokter untuk melihat dan menyentuhnya. Pada bab sebelumnya disebutkan bahwa, membuka aurat dalam pemeriksaan medis, khususnya pada bagian yang paling vital, boleh dilakukan jika memang benar-benar dibutuhkan dan terpaksa, sedangkan ilmu kedokteran tidak menemukan manfaat keperawanan untuk kesehatan, maka alasan yang mendesak yang menghalalkan tindakan tersebut tidak ada, kecuali jika terjadi luka akibat dari kecelakaan medis. Karena permasalahan operasi selaput dara ini berkisar antara maslahat dan mudharat, maka permasalahan ini dikembalikan pada dalil kaidah fiqhiyah yaitu:
ﺩﺭﺀ ﺍﻝﻤﻔﺎﺴﺩ ﻤﻘﺩﻡ ﻋﻠﻰ ﺠﻠﺏﺍﻝﻤﺼﺎﻝﺢ " Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada menarik kemaslahatan" Seluruh yang maslahat diperintahkan oleh syari’ah dan seluruh yang mafsadah dilarang oleh syari’ah. Setiap maslahat memiliki tingkat-tingkat tertentu tentang kebaikan dan manfaat serta pahalanya, dan setiap kemafsadatan juga memiliki tingkat-tingkatannya dalam keburukan dan kemudharatannya. Kemaslahatan dilihat dari sisi syari’ah bisa dibagi tiga, ada yang wajib melaksanakannya, ada yang sunnah melaksanakannya, dan ada pula yang mubah
melaksanakannya. Demikian pula kemafsadatan, ada yang haram melaksanakan dan ada yang makruh melaksanakannya109. Dengan melihat beberapa manfaat dan mudharat yang ditimbulkan dari operasi selaput dara ini, maka sisi mudharatnyalah yang lebih besar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa poin, yakni : a. Operasi selaput dara dapat menutup aib seseorang, menghindarkan diri dari kekejaman tradisi dan juga dapat melindungi keluarga dari prasangka, tetapi kemudian timbul kemudharatan yakni adanya penipuan terhadap calon suami dan keluarganya, hal ini juga dapat membawa pada kemudharatan lain yakni jika suatu saat suami mengetahuinya maka hal ini dapat menimbulkan prasangka buruk bahkan perceraian. b. Operasi selaput dara dianggap dapat menumbuhkan kepercayaan diri yang hilang karena suatu sebab, misalnya karena trauma perkosaan atau akibat olahraga dan sebagainya. Padahal masih banyak cara lain yang lebih mudah yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. c. Operasi ini dapat memudahkan perempuan-perempuan muda melakukan zina berulang-ulang, karena mereka tahu bahwa selaput dara bisa dirapatkan kembali setelah persetubuhan. d. Operasi ini juga dapat membuka jalan pada perbuatan keji lainnya. Misalnya membuka aurat tanpa kepentingan yang sifatnya dharurat, membuka pintu kebohongan yang akan dilakukan terus-menerus dan tindakan aborsi dengan alasan menutup adanya pengelabuan selaput dara.
109
H A Djazuli, “ Kaidah-Kaidah Fikih : Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan MasalahMasalah Yang Praktis”, (Jakarta : Kencana, 2006), 28
e. Operasi ini dianggap suatu pengerusakan terhadap genital wanita, apalagi dokter tidak bisa memperkirakan keberhasilan operasi ini. Dari beberapa poin tersebut, dapat disimpulkan bahwa operasi selaput dara sebenarnya lebih banyak menimbulkan kemudharatan. Sebagaimana kaidah yang menyatakan bahwa ”apabila berkumpul antara maslahat dan mafsadah, maka yang harus dipilih yang maslahatnya lebih banyak, dan apabila sama banyaknya atau sama kuatnya maka menolak mafsadah lebih utama dari meraih maslahat, sebab menolak mafsadah itu sudah merupakan kemaslahatan”. Kemaslahatan dan kemafsadatan di dunia dapat diketahui dengan akal sehat, dengan pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan manusia. Tentang ukuran yang lebih konkrit dari kemaslahatan ini adalah 110: a. Kemaslahatan itu harus sesuai dengan maqashid al syari’ah b. Kemaslahatan itu harus meyakinkan, artinya kemaslahatan itu berdasarkan penelitian cermat dan akurat sehingga tidak meragukan bahwa itu bisa mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat. c. Kemaslahatan itu membawa kemudahan dan bukan mendatangkan kesulitan yang di luar batas, dalam arti kemaslahatan itu bisa dilaksanakan. d. Kemaslahatan itu memberi manfaat kepada sebagian besar masyarakat bukan kepada sebagian kecil masyarakat. Dalam permasalahan ini, kemaslahatan yang ada dapat pula mendatangkan kemudharatan yang lebih besar dan manfaat yang diperoleh hanya untuk sebagian kecil orang saja. Karenanya menghindari kemudharatan itu yang lebih utama. Jika
110
H A Djazuli, Op.Cit. 29-30.
kita lihat operasi ini dan beberapa mudharat yang ditimbulkannya, maka operasi ini dihukumi tidak boleh karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya. Hukum yang menghendaki seorang mukallaf untuk tidak melakukan atau melarang mengerjakan suatu pekerjaan ada dua bagian, yaitu haram dan makruh. Haram adalah yang dilarang. Secara istilah haram adalah tuntutan yang tegas dari syari’ untuk tidak dikerjakan, dengan perintah yang pasti. Artinya bentuk larangan itu sendiri menunjukkan bahwa larangan itu pasti atau perintah menjauhi suatu hal yang diikuti dengan dalil yang menunjukkan bahwa larangan itu adalah pasti. Pembagian haram dari segi kualitasnya : a. Haram karena dzatnya ((K )ام Haram karena dzatnya adalah sesuatu yang diharamkan karena adanya madharat pada dzatnya, seperti makan bangkai, minum khamr, zina dan lain sebagainya yang menyangkut kepada maqashid al-syari’ah, yaitu memelihara agama, memelihara diri, memelihara akal, memelihara keturunan, memelihara harta. b. Haram karena yang lainnya (P_ )ام Haram lighairih adalah sesuatu yang dilarang bukan karena dzatnya akan tetapi bisa mengakibatkan jatuh kepada haram lidzatih seperti haramnya melihat aurat wanita. Perbedaan haram lidzatihi dan lighairihi antara lain : Apabila haram lidzatihi ini terdapat dalam akad, maka batallah akad tadi, seperti obyek akad adalah bangkai atau khamr atau lainnya yang hukumnya haram lidzatihi.
Lain halnya dengan haram lighairihi, akadnya tetap sah, meskipun yang sedang mengadakan akadnya yang berdosa, ini pendapat jumhur, sedangkan pendapat ulama-ulama hanabilah, malikiyah, mu’tazilah, akad semacam itupun tetap batal. Haram lidzatihi tidak bisa dilakukan kecuali ketika ada dharurat, ini logis, karena haram lidzatihi adalah haram yang menyinggung hal-hal yang dharury, maka tetap haram, kecuali apabila ada kemadharatan yang lebih besar, seperti boleh makan babi apabila tidak ada makanan lain dan kalau tidak memakannya menyebabkan kematian. Sedangkan haram lighairihi dibolehkan karena hajat yang menghilangkan kesempitan, seperti dokter melihat aurat wanita ketika mengobatinya, apabila melihat itu suatu keharusan di dalam pengobatan. Kemudharatan yang ada pada operasi selaput dara ini karena operasi ini dapat membuka pintu kemaksiatan seperti zina dan perbuatan yang dilarang lainnya seperti penipuan dan kebohongan. Karenanya operasi ini dihukumi haram lighairihi, karena perbuatannya jika dilakukan dapat membuka kepada haram lidzatihi. Apalagi operasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat-syarat kebolehan operasi medis yang telah disebutkan sebelumnya, yakni tidak adanya kepentingan darurat medis di dalamnya, operasi ini dikatakan dapat merusak genital wanita dan masih ada alternatif lain/terapi yang dapat dapat menyelesaikan permasalahan kehilangan keperawanan ini. Operasi ini memang dijadikan salah satu solusi bagi seorang wanita yang keperawanannya telah hilang sebelum menuju ke jenjang pernikahan, baik itu dilakukannya karena kesengajaan atau tidak. Dengan adanya operasi ini, selaput dara
yang pecah memang dapat dirapatkan kembali, dan dengan begitu seseorang dapat menutup perbuatan buruknya. Disinilah terjadi unsur penipuan. Seorang calon suami, keluarga dan masyarakat dapat dikelabui. Mereka menganggap bahwa wanita ini masih perawan, tentunya dengan bukti adanya darah perawan saat malam pertama, karena dalam operasi ini telah diselipkan pembuluh darah tiruan. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa maslahat terkumpul dengan kerusakan. Apabila kerusakan lebih besar dari maslahat, maka kita harus menghindari kerusakan dan tidak memperdulikan hilangnya maslahat. Diantara kaidah syar’iyyah yang asasi adalah ال4 رb اyakni “ kemudharatan harus dihilangkan”. Kaidah tersebut kembali kepada tujuan untuk merealisasikan Maqashid Al-Syari’ah dengan menolak yang mafsadah, dengan cara menghilangkan kemudharatan atau setidaknya meringankannya. Menyulitkan diri sendiri yang mengakibatkan menyulitkan orang lain merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki dalam kaidah ini, sehingga yang lebih penting dalam hal ini adalah tidak hanya memberikan dispensasi hukum tetapi mengajarkan supaya selalu membuang atau menghilangkan sesuatu yang menjadi dharurat bagi kehidupan manusia. Arti dari kaidah di atas menunjukkan bahwa kemudharatan itu telah terjadi dan akan terjadi. Apabila demikian wajib untuk dihilangkan. Dasar dari kaidah ini adalah Firman Allah dan Hadis Nabi, diantaranya : Å¡ômr&uρ ( $u‹÷Ρ‘‰9$# š∅ÏΒ y7t7ŠÅÁtΡ š[Ψs? Ÿωuρ ( nοtÅzFψ$# u‘#¤$!$# ª!$# š9t?#u !$yϑ‹Ïù Æ?tGö/$#uρ .tωšøßϑø9$# =Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ) ( ÇÚö‘F{$# ’Îû yŠ$|¡xø9$# Æ?ö7s? Ÿωuρ ( šø‹s9Î) ª!$# z|¡ômr& !$yϑŸ2
Artinya : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.111 Sedangkan dasar kaidah tersebut dari hadis Nabi SAW adalah :
ﺤﺩﺜﻨﻰ ﻴﺤﻲ ﻋﻥ ﻤﺎﻝﻙ ﻋﻥ ﻋﻤﺭﻭ ﺒﻥ ﻴﺤﻲ ﺍﻝﻤﺎﺯﻨﻰ ﻋﻥ ﺃﺒﻴﻪ ﺃﻥ ﺭﺴﻭل ﻻﻀﺭﺭ ﻭﻻﻀﺭﺍ ﺭ: ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻡ ﻗﺎل Artinya : Menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Amr Ibn Yahya Al-Mazinyy dari ayahku sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda : " Tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan".112 Di antara cabang kaidah ال4 رb اadalah
رb ال4 %رb ا
”kemadhorotan itu tidak boleh dihilangkan dengan kemadhorotan lain”, seperti halnya “ tidak boleh bagi seseorang menghindari penggenangan pada tanahnya dengan melakukan penggenangan pada tanah orang lain”. Dalam permasalahan operasi selaput dara ini jika dihubungkan dengan kaidah tersebut maka tidak boleh bagi perempuan muda, atau ibunya, menghilangkan mudharat dengan menutup aibnya dan menimpakan mudharat kepada calon suaminya dengan cara mengelabuinya. Mereparasi selaput dara dan menggantinya dengan yang baru merupakan penipuan,
padahal
laki-laki
yang
akan
menikahinya
meyakini
bahwa
keperawanannya sehat dan normal. Kita juga tahu bahwa selaput dara tidak dapat menjadi sebab bagi fasakh (membatalkan) akad nikah, kecuali bila suami mensyaratkan keperawanan.
111 112
QS. Al Qasash (28):77. Muwattho’ Imam Malik, diambil dari CD hadis digital.
3. Hukum Operasi Selaput Dara Dilihat dari Sebab Hilangnya Keperawanan Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa operasi selaput dara lebih banyak menimbulkan kemudharatan daripada kemaslahatan. Sehingga operasi selaput dara dihukumi haram. Untuk lebih jelas, maka penulis akan membagi hukum operasi selaput dara pada beberapa sebab hilangnya keperawanan, yakni : a. Sebab hubungan suami istri, yakni sebab pernikahan. Ada beberapa orang yang melakukan operasi selaput dara karena ingin memberi kesan lebih terhadap suami, hal ini dilakukan bersamaan dengan melakukan operasi pada vagina sekaligus. Akan tetapi jika tujuan itu yang ingin dicapainya maka masih banyak alternatif lain yang dapat dilakukan, misalnya dengan terapi tradisional, senam dan lain-lain. Terapi tersebut juga bertujuan untuk memberi kesan lebih terhadap suami. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa syarat-syarat dari kebolehan operasi medis adalah apabila sudah tidak ada alternatif lain yang lebih ringan yang dapat dilakukan. Selain itu mudharatnya lebih besar disbanding mashlahahnya, yakni membuka aurat dengan tanpa kebutuhan yang mendesak sekalipun dengan izin suami. Maka dalam hal ini, operasi selaput dara diharamkan. b. Sebab hubungan seksual, yakni perilaku seks menyimpang atau zina. Operasi ini dilakukannya agar lepas dari kenyataan bahwa dirinya sudah tidak perawan dan agar dianggap masih perawan. Padahal jika suami suatu saat mengetahui masalah yang sebenarnya, atau ada orang lain yang memberitahunya, maka akan terjadi mudharat yang lebih besar dengan hancurnya keluarga, tuduhan berbuat zina dan menjadikan keluarganya tertekan. Mudharat yang ditimbulkan diantaranya penipuan, membuka aurat
tanpa kebutuhan yang mendesak dan membuka jalan kemaksiatan yakni ada dorongan untuk melakukan zina berulang-ulang karena sudah tahu bahwa saat ini keperawanan dapat dikelabui. Dalam hal ini, operasi diharamkan karena takut menimbulkan kemudharatan yang lebih besar. c. Sebab perkosaan Operasi ini juga dianggap sebagai solusi bagi seseorang yang selaput daranya robek karena suatu paksaan seperti perkosaan. Bahkan ada ulama yang berpendapat bahwa operasi selaput dara yang dilakukan akibat perkosaan itu dibolehkan dengan harapan dapat mengembalikan kepercayaan dirinya. Padahal belum tentu trauma yang dialami saat diperkosa akan hilang dengan dilakukannya operasi. Jadi operasi selaput dara bukanlah solusi bagi permasalahan hilangnya keperawanan akibat perkosaan. Dalam hal ini, operasi selaput dara tetap diharamkan. d. Sebab
selain
hubungan
seksual,
seperti
karena
jatuh,
kecelakaan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa seorang wanita itu dikatakan tidak perawan jika ia sudah pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan jika sebab dari hilangnya keperawanan disebabkan karena kecelakaan, maka tentunya seorang perempuan tidak perlu khawatir akan status keperawanannya. Dalam hal ini sesungguhnya wanita tersebut masih perawan karena belum pernah berhubungan dengan laki-laki, karenanya operasi selaput dara diharamkan atasnya. Dari beberapa hal di atas, dikecualikan pada operasi selaput dara yang disebabkan karena luka di daerah selaput dara atau akibat kesalahan medis, hal itu dianggap dharurat. Termasuk juga operasi yang dilakukan pada wanita yang tidak
memiliki lubang selaput dara, karena jika tidak segera dioperasi akan menimbulkan kemudharatan yang lebih besar bagi wanita tersebut. Dalam hal ini operasi diperbolehkan. Ini harus dibedakan dengan operasi selaput dara yang bertujuan untuk mengembalikan keperawanan. Operasi ini diharuskan karena dianggap emmergency (darurat secara medis). Dikarenakan di antara syarat-syarat operasi medis adalah harus ada unsur darurat atau hajat, maka dalam hal operasi selaput dara karena tidak ada unsur darurat disana maka hukumnya tidak diperbolehkan dan diharamkan. Sekalipun operasi ini disetujui oleh suami, akan tetapi karena tidak ada kebutuhan yang mendesak, maka operasi ini tetap tidak diperbolehkan. Selain itu keutuhan rumah tangga tidak hanya berdasar pada utuh atau tidaknya selaput dara. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat dari hilangnya keperawanan. Di sini juga akan diuraikan beberapa solusi dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat dari hilangnya keperawanan, yakni : a. Menghilangkan kemelut psikologis, terutama pada korban perkosaan dapat dilakukan dengan penyadaran dan nasehat, mengupayakan jaminan pembuktian ketidakbersalahannya di hadapan masyarakat, di samping indikasi hilangnya selaput dara tidak menjadi dalil syar'i untuk membuktikan perbuatan dosa. b. Berkenaan dengan prasangka buruk di masa sekarang dan mendatang, tidak diperkenankan pihak keluarga mengumumkan kepada masyarakat akan hilangnya selaput dara anak perempuannya, melainkan masalahnya tetap menjadi rahasia. Apabila pada suatu waktu ada kebutuhan untuk
menyampaikan dalil kesuciannya, maka suamilah yang memberitahu masalah sebenarnya, disertai pernyataan medis yang menetapkan sebab hilangnya selaput dara. c. Bagi perempuan yang dituduh melakukan maksiat, maka tuduhan itu dapat dihilangkan dengan kesaksian medis setelah kejadian yang membuktikan ketidakbersalahan perempuan itu. d. Memberitahu suami akan masalah yang sebenarnya merupakan solusi efektif untuk menghilangkan prasangka buruk, karena jika suami mengetahuinya setelah pernikahan maka dapat menimbulkan prasangka buruk terhadap istri. e. Sebaiknya tradisi dan kebiasaan yang bertentangan dengan syari'at tidak dijadikan hokum yang harus dipegang saat menghadapi kerusakan besar dengan melakukan operasi selaput dara dengan dalih takut mendapatkan kekejaman tradisi. f. Solusi terbaik adalah mengupayakan pernyataan medis yang terpercaya dari pihak medis yang valid, yang membuktikan hilangnya selaput dara karena sebab sebenarnya. Pembuktian ini menumbuhkan kepercayaan dan kejujuran lebih besar.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan beberapa uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang informasi selaput dara, karenanya keberadaan darah keperawanan dianggap bukti bahwa wanita itu masih perawan atau tidak. Padahal bentuk dan sifat selaput dara berbeda-beda pada tiap wanita. Karena tuntutan adanya darah itulah maka banyak masyarakat yang mengira dengan operasi selaput dara maka permasalahan hilangnya keperawanan dapat terselesaikan. Padahal operasi selaput dara tidak berdampak terhadap status keperawanan seseorang. Operasi selaput dara hanya merubah bentuk selaput dara saja.
2. Operasi selaput dara yang bertujuan untuk mengembalikan keperawanan, haram dilakukan dengan sebab apapun, karena operasi tersebut banyak menimbulkan kemudharatan, diantaranya adanya unsur penipuan, kebohongan, membuka jalan pada perbuatan keji, apalagi tidak ada unsur darurat dan hajat yang menyertainya. Sedangkan syarat kebolehan operasi medis adalah harus ada hajat yang menyertainya. Dapat dikatakan bahwa operasi ini hanyalah kesia-siaan. Hal ini berdasarkan dalil kaidah menolak kemudharatan lebih utama daripada meraih kemaslahatan. Karena kemaslahatan dalam permasalahan hilangnya keperawanan ini sesungguhnya dapat dicapai dengan solusi yang lain yang tidak ada mudharatnya atau yang lebih kecil mudharatnya.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi wanita, lebih baik jujur akan keadaan yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari ketika sudah berkeluarga. Dalam permasalahan ini, hanya kepercayaan, keterbukaan dan pengertianlah yang harus dijadikan sebagai tolak ukur dalam menghargai keperawanan di dalam menciptakan dan membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. 2. Bagi laki-laki, hendaknya tidak memandang sebuah perkawinan itu dari pecah/tidaknya selaput dara, karena perkawinan lebih banyak hikmahnya dari sekedar mempermasalahkan pecah/tidaknya selaput dara.
3. Kepada masyarakat, diharapkan lebih bisa memahami makna dari sebuah keperawanan yang tidak hanya dilihat dari pecahnya selaput dara. 4. Kepada pihak akademik, diharapkan dapat lebih memberikan informasi terhadap masyarakat tentang operasi selaput dara. Terutama para dokter, agar selalu memberikan pemahaman dan penjelasan kepada masyarakat awam tentang keperawanan dan selaput dara, agar tidak terjebak pada hal yang menimbulkan kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Abdullah, Zulkarnaini (2003) Mengapa Harus Perempuan. Jogjakarta : Penerbit ArRuzz Media. Al Ghifari, Abu (2003)Kesucian Wanita. Bandung : Penerbit Mujahid Press. Al-Ghoziyy, Muhammad Ibn Qosim (t.th) Syarh Fathul Qorib Al-Mujîb. Beirut : Dar Al-Kitab Al-Islamyy. An-Nawawi (1987) Tarjamah Riadhus Shalihin. Bandung : PT Al-Ma’arif. Ash Shabuni, Muhammad Ali (2002) Ringkasan Shahih Muslim, penerjemah Djamaluddin dan H.M Mochtar Joerni, Cet I, Bandung : Mizan Az-Zabidi, Imam (2002) Ringkasan Shahih Bukhari. Bandung : Penerbit Mizan. Djazuli, H.A (2006) Kaidah-Kaidah Fikih : Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis. Jakarta : Kencana. Dwikarya, Maria (2005) Menjaga Organ Intim (Penyakit Dan Penanggulangnnya). Jakarta : PT Kawan Pustaka. Handerson, Leila (1997) ”Cosmetic Surgery : Your Questions Answered”, diterjemahkan Liliana Widjaja, Bedah Plastik : Apa Yang Perlu Diketahui. Jakarta : Penerbit Arcan. Ibrahim, Saad (2002)Metodologi Penelitian Hukum Islam, Malang : UIN Malang. Khallaf, Abdul Wahab (1994)"Ilmu Ushul Fiqh", diterjemahkan Noer Iskandar AlBarsany, Moh. Tolchah Mansoer, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Khalid Mansur, Muhammad (2001) “Al Ahkam Ath-Thibbiyah Al-Muta'aliqah Bi An-Nisa' Fi Fiqhi Al-Islam”, diterjemahkan Team Azzam, Pengobatan Wanita Dalam Pandangan Fiqh Islam. Cet I, Jakarta : Penerbit Cendekia Sentra Muslim . Maluegha, Dharma PTR (2007) Beauty By Design, Tehnik Bedah Plastik, Rekonstruksi dan Estetika. Penerbit Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM).
Mannan, Abdul (2006) Reformasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Mudjib, Abdul (1990) Al Qawaidul Fiqhiyyah (Kaidah-Kaidah Fiqh). Cet V, Yogyakarta : Nur Cahaya. Muhammad Syah, Ismail (1992) Filsafat Hukum Islam. cet II, Jakarta : Bumi Aksara. Nu'aim Yasin, Muhammad (2001)"Abhatsu Fiqhiyah Fi Qishoya Thibbiyah Mu'ashiroh " diterjemahkan Munirul Abidin, Fiqh Kedokteran. Jakarta: Penerbit Pustaka Al Kautsar. Oswari, E (1989) Bedah Dan Perawatannya. Jakarta : Penerbit PT Gramedia. Pranoto, Naning (2005) Virgin ? Sex N Teens. Ed I, Jakarta : Pustaka Popular Obor. Ramali, Ahmad (2005) “Kamus Kedokteran”, disempurnakan oleh Hendra T. Laksman. Cet : 26, Jakarta : PT Djambatan. Schrock, Theodore R (t.th) ”Hand Book Of Surgery”, diterjemahkan Med Adji Dharma dkk, Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.Penerbit Buku Kedokteran Soejono,dkk (1999) Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta : Rineka Cipta. Soerjono, Soekanto (1986) Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. Surtiretna, Nina, (2006)Remaja dan Problema Seks : Tinjauan Islam dan Medis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Yahya Zakaria, Abi (t.th) Fathul Wahhâb, Bisyarh Minhajut Thullâb. Surabaya : Al Hidayah Zuhri, Moh (1992) Tarjamah Sunan At-Tirmidzi Juz 2. Semarang : CV. Asy Syifa'.
Majalah, Jurnal dan Kamus: Amy
Chozick (2005) “U.S. Women seek a second first time hymen surgery”. The Wall Street Journal.
Browns, Paterson (1998) “Education About The Hymen Is Needed”, England :Journal BMJ (clinical research ED). Dorland W A.Newman (2002) Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa Huriawati Hartanto, dkk. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedoktean.
Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990) Jilid 11, Cet. I, Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka. Senior: Gaya Hidup Sehat”, No 371, (25-31 Agustus 2006) Usta I (2000) “ Hymenorrhappy : What Happens Behid The Gynaecologit’s Closed Door?”, England : Journal Of Medical Ethics. Web site : Guntoro Utamadi dan Tito, "Mitos Dan Fakta Seputar Selaput Dara", Http://Forum, Myspace.Com/Index.Cfm?Fuseaction=Message Board, (diakses 7 Mei 2006) “Hymenoplasty-Hymen Repair And Hymen Restoration Surgery”, http://www.lasertreatments.com/hymenoplasty.html, (diakses pada 10 Desember 2006). http://www.minggupagi.com/article.php?sid=946400. (diakses pada 19 November 2006) http://www.onlinesurgery.com/plasticsurgery/hymenoplasty.asp,(diakses pada 10 Desember 2006). http://www.welcomenight.com/html/hymenoplastyr-E-1.htm, (diakses pada 10 Desember 2006). Muhammad El-Hennawy, Hymenoplasty, http://www.obgyn.net/displayppt.asp?page=/english/pubs/features/presentations/henn awy13, ( diakses pada 10 Desember 2006) Neni Utami Adiningsih, “Virgin, Remaja Putri dan Ancaman Aids,” http://www.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=239, (diakses 19 November 2006 ) Selaput Dara Suatu Kesimpangsiuran Informasi”, http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews. (diakses pada 7 Mei 2006) Sunudyantoro dan Mahbub,"Selaput Dara Di Mata Kiai", Majalah Tempo, Edisi. 17/XXXIV/20-26 Juni 2005, http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg22815.html. (diakses pada 7 Mei 2006)
BUKTI KONSULTASI
Nama
: Tutik Hidayati
NIM
: 02210003
Jurusan
: Syari’ah Ahwal Asy-Syakhsiyah
Dosen Pembimbing
: Drs. Badruddin M.Hi
Judul Skripsi
: Operasi Selaput Dara Ditinjau Dari Hukum Islam
No
Tanggal
Hal yang Dikonsultasikan
1.
21 September 2006
Acc Proposal
2.
9 November 2006
Konsultasi Bab I,II,III
3.
19 Januari 2007
Acc Bab I,II,III
4.
29 Maret 2007
Konsultasi Bab IV,V
5.
5 Juli 2007
Acc Bab IV,V
6.
Juli 2007
Tanda Tangan
Acc Semua Bab
Malang, 16 Juli 2007 Mengetahui, Dekan
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150 216 425