Pelecehan seKsual di temPat KeRJa bentuK “PelestaRian budaya?”
TTopCareer opCareer VOL. 6 • APRIL 2012
www.topcareermagz.com
Advertising dAn Public relAtions sebagai stRategi KomuniKasi
ArmidA AlisjAhbAnA
menteRi PPn/KePala baPPenas
sosoK PeRemPuan tangguh di baliK Pembangunan indonesia
Rp 35.000 Pulau Jawa Rp 39.000 di luar P Jawa
Hadir kali pertama pada 2011 dalam bentuk majalah, Top Career mewarnai dunia karier profesional di Indonesia. Sebagai pionir media karier di Indonesia, Top Career menyajikan ragam informasi dan inspirasi untuk pengembangan karier profesional di Tanah Air. Demi memperluas jangkauan pembaca, bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, mulai pertengahan 2013, majalah Top Career memperkuat versi digitalnya dalam bentuk www.topcareermagazine.com. Hadir sekali dalam setiap bulan, majalah digital Top Career menghadirkan sajian khas yang berbobot seperti Company of Choice, Top Career Issue, Profile serta sajian menarik lainnya. Semua bisa dinikmati dengan mendownload setiap edisi di www.topcareermagazine.com. Tak ingin tertinggal ragam perkembangan informasi khususnya terkait dunia karier profesional, Top Career menghadirkan www.topcareer.id sejak 2016. Disajikan dengan konten-konten yang lebih beragam dengan pembahasan yang ringan serta diupdate setiap hari, www. topcareer.id sangat layak dijadikan referensi update seputar dunia karier profesional. Dengan kelebihan keduanya, www.topcareermagazine.com dan www.topcareer.id siap menjadi bacaan kompas karier profesional. ALAMAT REDAKSI: Address : Jl. Cidodol Raya No.40 , Kebayoran Lama - Jakarta Selatan , Indonesia Telepon : 021 293 06720 Email :
[email protected]
topcareerid
UP CLOSE & PERSONAL
Armida Alisjahbana Menteri PPN/Kepala Bappenas
Sosok Perempuan Tangguh di Balik Pembangunan Indonesia Oleh: Arie Ishami dan Yuda Prihantoro | Foto: Leonardo Lesmana
Tegas dan lugas, itulah yang kami tangkap dari diri Menteri PPN (Perencanaan Pembangunan Nasional)/Kepala Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) Armida Alisjahbana saat menerima kami di gedung Bappenas.
8 | April 2012 | TopCareer
UP CLOSE & PERSONAL
TopCareer | April 2012 | 9
UP CLOSE & PERSONAL
H
iruk pikuk lalu-lintas Jakarta kian meramai, berbanding terbalik dengan suasana lengang kompleks Gedung Bappenas saat kami tiba. Sayup-sayup azan Magrib pun terdengar menyambut kedatangan senja yang beranjak ke peraduannya. Tampak beberapa pegawai yang keluar satu per satu pulang. Kami bersandar nyaman di sofa khusus tamu Menteri sambil menunggu kedatangan Menteri PPN yang saat itu rapat kerja dengan DPR. Belum puas menelanjangi lobi Kementerian PPN, kami pun dipersilakan masuk ke ruangan orang nomor satu di kantor tersebut. Raut kelelahan sedikit terpancar dari wajah sang Menteri. Kendati demikian, dengan hangat ia menyambut kedatangan kami. Tak lama, kami pun terlibat dalam pembicaraan tentang pribadi, pandangan dan mimpi Armida pada kaum perempuan, kaum muda dan kondisi perekonomian Indonesia sekarang dan nanti. Sejarah berbicara, dominasi kepemimpinan laki-laki di Kementerian yang sempat beberapa kali berganti nama hingga akhirnya berlabel Kementerian PPN ini begitu terasa. Tengok saja, hingga saat ini baru dua sosok perempuan yang memegang tampuk tertinggi di Kementerian tersebut dan kini Armida terpilih untuk menggawangi Kementerian yang perannya terbilang sangat krusial dalam pembangunan Tanah Air. Segudang pengalaman serta kemampuan terkait yang dimiliki menjadi bekalnya. Jika menilik curriculum vitae-nya, Armida memang mempunyai rentetan catatan panjang dalam latar pendidikan dan pengalaman, terutama dalam ekonomi pembangunan. Urusan pengembangan masyarakat pun bukan hal kemarin
10 | April 2012 | TopCareer
sore baginya. Namun bekal itu saja tak cukup untuk menangani Kementerian PPN. Butuh sikap kepemimpinan yang tidak standar untuknya. Perbekalan semacam itulah yang diakui Armida banyak didapat berkat gemblengan orang tuanya, terutama dari sosok si Ibu. “Sosok Ibulah yang mengarahkan saya dalam hal kedisiplinan. Sedangkan Bapak lebih pada penguasaan substansi, ide dan pemikiran. Sehingga pada akhirnya, saya dapat memegang kekuatan integritas pribadi dan integritas profesional. Hal itu yang saya junjung hingga sekarang,” ungkap Armida dengan ramah. Kesan serius yang kami tangkap dari Armida selama ini seolah luntur, lantaran dirinya sering melemparkan senyum dan tawa. Alhasil, suasana perbincangan kian mencair. Kami pun dibuat semakin penasaran kepada
Armida. Tak segan Armida lantas menceritakan bahwa secara kodrati sebagaimanusia, dirinya menjalani banyak pengalaman manis pahit. Momentum keterpurukan pun disikapi pemilik kelahiran 16 Agustus ini dengan mendekatkan diri kepada Sang Khalik. “Sebagai orang beragama, kita harus menguatkan sisi relijius. Hal ini saja dapat membuat hati dan pikiran menjadi bersih dan jernih. Jika sudah begitu, Insya Allah hidup berjalan baik dan benar,” tuturnya dengan tenang. Beragam kejadian diakui turut mematangkannya menjadi pribadi gigih dan tangguh. Tak sebatas dari lingkungan terdekat, ibu dari dua anak ini mengaku selalu membuka pintu terhadap segala masukan. Bagi Doktor Ilmu Ekonomi lulusan University of Washington, Amerika Serikat ini, referensi panutannya bukanlah merujuk ke individu atau tokoh tertentu namun lebih bagaimana referensi sikap
UP CLOSE & PERSONAL
Kita pun bisa lebih maju lagi jika peran dan kontribusi kaum muda lebih diberdayakan. Jangan menganggap remeh peran perempuan dan kaum muda seseorang dapat memimpin dengan baik. Dirinya mencontohkan untuk kepemimpinan ekonomi, referensinya adalah orang yangmenguasai substansi pembangunan dari banyak sisi. Mulai dari pemahaman secara mendalam terkait ekonomi makro, industri, pertanian, sektor jasa, kemiskinan, kesempatan kerja, aspek pemerintahan pemberantasan korupsi, hukum, pertahanan keamanan, kesehatan, serta pembangunan daerah. Dengan tersenyum simpul, Armida mengelak secara halus ketika kami penasaran dengan nama-nama yang menjadi referensinya. Ketika disinggung mengenai kepemimpinan perempuan, Armida dengan lugas menjawab perempuan Indonesia harusnya bisa lebih aktif berperan dalam segala aspek. Kendati tak menampik masih ada diskriminasi gender, Armida optimistis kualitas kepemimpinan
perempuan Indonesia tidak perlu lagi dipertanyakan. Dengan suasana Tanah Air yang cukup kondusif bagi perempuan, dia berharap perempuan Indonesia bisa memaksimalkannya. “Sebab secara umum, di Indonesia tidak terlalu diskriminatif terhadap perempuan. Inilah yang perlu ditingkatkan, bagaimana memberdayakanperempuan tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang istri dan seorang ibu.” Terkait dengan perannya sebagai seorang ibu, kami kembali dibuat penasaran bagaimana dirinya mengolah waktu antara kehidupan keluarga dan menjalankan tugas sebagai seorang Menteri. Terbayang memang, segudang jadwal padat mengisi keseharian sang Menteri, mulai dari rapat kabinet, rapat dengan dewan, belum lagi perintilan kegiatan sana-sini yang berkaitan dengan tugasnya. Armida mengutarakan,
rata-rata dirinya memiliki rutinitas kerja mulai dari pukul 08.00 WIB—22.00 WIB. Mengeluh? Diklaimnya, kata itu dibuang jauh-jauh dari kamusnya. “Menjadi pemimpin sekaligus seorang ibu bukanlah tugas yang mudah. Sebagai seorang ibu, saya berkeinginan agar keluarga saya berhasil. Saya bersyukur ketika harus menjadi Menteri, anak-anak sudah besar dan sudah berkuliah sehingga relatif mereka sudah mandiri. Walaupun demikian, tugas sebagai ibu sangatlah panjang, sepanjang masa. Tidak bisa dibilang setelah anakanak sudah selesai kuliah, kemudian menikah, lalu tugas seorang ibu selesai.” Sederetan jadwal padat itu jugalah yang memangkas hobinya untuk berkebun dan berolahraga. Dengan wajah senang, dirinya berbagi kisah mengenai kegiatan di kediaman pribadinya di Bandung, Jawa Barat.
TopCareer | April 2012 | 11
UP CLOSE & PERSONAL Armida memiliki lahan yang dimanfaatkan khusus untuk menanam dan merawat bunga. Pilihan bunganya pun beragam, seperti Mawar, Lavender dan Dahlia. Selain kecintaan terhadap flora, Armida ternyata juga memiliki kucing sebagai hewan peliharaannya di Kota Kembang. Sadar akan pentingnya keseimbangan hidup, Armida berupaya menjaga kesehatan dengan menjalani gaya hidup sehat. Olahraga di gym dan yoga menjadi pilihan utamanya, selain menjaga pola makan sehat. Menu apa yang menjadi pilihan Armida? Dia menyebutkan di pagi hari, dirinya biasa menyantap oatmeal dan roti gandum. Siang hari diisi menu nasi merah dengan lauk ikan, disertai sayur dan buah. Buah-buahan rupanya menu yang tidak boleh ketinggalan dalam urusan santap menyantap. “Dulu juga saya teratur berolahraga ke gym dan yoga. Sekarang tidak teratur waktunya. Saya usahakan minimal seminggu sekali. Padahal biasanya minimal seminggu tiga kali. Ini penting buat daya tahan tubuh saya. Banyak yang waktu saya tersita untuk pekerjaan. Kadang di akhir pekan pun sering ada jadwal kunjungan kerja. Untuk itu, saya harus menjaga kesehatan dan ketahanan daya tubuh.” Sebelum terlibat aktif di jajaran pemerintahan, Armida muda sudah banyak aktif di berbagai kegiatan dan penelitian, mulai dari tingkat lokal, nasional, hingga internasional. Sebut saja nama-nama seperti ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), AEA (Indonesia-American Economic Association), IIPF(International Institute of Public Finance), EAEA (East Asian Economic Association), serta Bank Dunia pernah ia jalani. Beragam keorganisasian itu jugalah yang mematangkan Armida dalam urusan pengelolaan organisasi. Nama Armida nyatanya memang tak bisa dilepaskan dari bidang pendidikan. Selain aktif menelurkan beberapa penelitian, hingga saat ini Armida masih tercatat sebagai dosen dan guru besar di Fakultas Ekonomi Universitas
12 | April 2012 | TopCareer
Sosok Ibulah yang mengarahkan saya dalam hal kedisiplinan. Sedangkan Bapak lebih pada penguasaan substansi, ide dan pemikiran Padjadjaran. “Di awal-awal menjadi Menteri, saya masih sering mengajar di akhir pekan untuk mahasiswa S2 dan S3. Sekarang-sekarang ini sudah tidak sempat, paling hanya melakukan bimbingan untuk mahasiswa S3.” Dirinya menyoroti bahwa pembangunan perekonomian Indonesia bisa lebih maksimal jika peran perempuan dan kaum muda dilibatkan. Menurutnya, dengan jumlah perempuan yang hampir 50% dari jumlah penduduk di Indonesia dan ditambah dengan pemberdayaan kaum muda, bisa menjadi amunisi percepatan pembangunan bangsa. “Kita pun bisa lebih maju lagi jika peran dan kontribusi kaum muda lebih diberdayakan. Jangan menganggap remeh peran perempuan dan kaum muda!” serunya.
Khusus pemberdayaan kaum muda, Armida berharap kualitas dan kuantitas pendidikan bisa ditingkat. “Saat ini sedang dirintis program pendidikan 12 tahun di tingkat SD-SMA, yang disebut dengan Coverage Universal Education di level menengah. Kaitannya dengan kesempatan kerja, yakni untuk kaum muda berumur 25 tahun ke bawah, diusahakan jumlah youth unemployment-nya tidak boleh tinggi.” Dirinya pun mengapresiasi penurunan pengangguran kaum muda dalam beberapa tahun terakhir. Secara umum, BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat jumlah pengangguran di Tanah Air pada bulan Februari 2011 sebanyak 8,12 juta orang, lebih rendah 470.000 orang jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 8,59 juta orang. Sayangnya,
UP CLOSE & PERSONAL jumlah pekerja di Indonesia masih didominasi oleh lulusan pendidikan rendah, yakni pada jenjang pendidikan SD ke bawah sebesar 55,1 juta orang (49,53% dari total pekerja). Sedangkan pekerja dengan pendidikan Diploma hanya sebesar 3,3 juta orang (2,98%) dan pekerja dengan pendidikan sarjana sebanyak 5,5 juta orang (4,98%). Menurutnya, salah satu kunci penting dari keberhasilan suatu pembangunan dan negara makmur terletak pada kualitas sumber daya manusianya. Indonesia sendiri sangat beruntung dikaruniai sumber daya alam yang melimpah, serta sumber daya manusia dalam usia produktif yang besar. Jika kualitas sumber daya manusia bisa ditingkatkan, dirinya optimistis Indonesia bisa berperan lebih besar dalam peta kekuatan dunia. “Tapi untuk menuju ke sana, saya berpendapat hal ini bukan merupakan proses ad hoc yang dapat berjalan dengan sendirinya secara alamiah atau kalau secara ekonomi merupakan murni mekanisme pasar. Dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, perlu upaya yang sistematis. Di sinilah fungsi dari perencanaan.” Diakuinya, Indonesia masih harus mengejar banyak ketertinggalan. Laporan Human Development Report 2011 dari UNDP (United Nations Development Program) menunjukkan Indonesia tergolong dalam negara berkembang dengan tingkat IPM (Indeks Pembangunan Manusia) medium karena menempati peringkat 124 dengan skor 0,617. Indonesia harus mengakui keunggulan kualitas sumber daya manusia negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand, yang masingmasing berada di peringkat 61 dan 103. Jika dibandingkan dengan Singapura, Indonesia malah terpaksa gigit jari lantaran Negeri Singa tersebut IPM-nya berada pada peringkat 26. Atas ketertinggalan yang ada, menurut Armida, sumber daya manusia Indonesia harus mengubah diri dan harus memiliki daya tahan, gigih, serta kreatif mencari jalan keluar.
Dia mencontohkan tren kenaikan harga minyak dunia yang terus terjadi seharusnya disikapi dengan tepat, seperti mencari terobosan serta jalan keluar, bukannya malah debat kusir tanpa penyelesaian. “Jika ada masalah diselesaikan. Jangan terlalu lama dibicarakan dan diekspos, tapi harus segera dicari jalan keluar untuk menyelesaikannya. Bukan hanya pemerintah namun juga masyarakatnya harus gigih. Kalau ketiganya sudah dimiliki, kita bisa lebih cepat menjadi bangsa yang maju. Kesemuanya memang memiliki tahapan. Demokratisasi itu selalu noisy, tapi itulah proses yang harus dilalui. Tidak apa-apa, yang penting kita bisa gigih, tangguh dan memiliki daya tahan yang kuat,” ujarnya. Baginya, pembangunan Indonesia tak hanya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Peran serta aktif dari segala lapisan bangsa dalam hal ini sangat diharapkan. “Prioritas masalah yang harus diselesaikan banyak. Tantangan bukan hanya di tingkat pusat saja namun di daerah juga. Pembangunan tidak bisa hanya
mengandalkan pemerintah. Peran swasta juga harus aktif dilibatkan.” Ke depan, Armida berharap cetak biru pemerintah untuk pembangunan, yang salah satunya dituangkan dalam MP3EI (Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025 bisa terwujud lebih cepat. Pemerintah menargetkan pada tahun 2014, pendapatan per kapita Indonesia bisa meningkat hingga ke level US$4.800-US$5.000. Pada tahun 2025, PDB (produk domestic bruto) Indonesia diharapkan sekitar US$3,8US$4,5 triliun dengan pendapatan per kapita sebesar US$13.000-US$16.000 dan masuk dalam 12 besar kekuatan ekonomi dunia. Sementara pada tahun 2045, PDB diproyeksikan pemerintah bisa menembus US$16,6 triliun dengan tingkat pendapatan per kapita sebesar US$46.900 dan masuk dalam daftar 7 besar kekuatan ekonomi dunia. “Makanya harus fokus, jangan membuang-buang waktu dan energi untuk hal-hal yang tidak substantif. Jika ada masalah, cari solusinya!” tuntasnya dengan penuh semangat.***
Tantangan bukan hanya di tingkat pusat saja namun di daerah juga. Pembangunan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Peran swasta juga harus aktif dilibatkan.
TopCareer | April 2012 | 13
TOP CAREER ISSUE
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja: Bentuk dari “Pelestarian Budaya”? Oleh: Arie Ishami, Norbert Dhika Aditama, Yuda Prihantoro | Ilustrasi: Daryadi Suteja
Diskriminasi terhadap perempuan, terutama dalam bentuk kekerasan seksual di tempat kerja, tak ubahnya seperti fenomena gunung es. Minimnya kesadaran akan hal tersebut memancing suatu pemikiran kritis, benarkah itu hal merupakan bentuk dari “pelestarian budaya” maupun sistem hukum di Indonesia?
14 | April 2012 | TopCareer
TOP CAREER ISSUE
TopCareer | April 2012 | 15
TOP CAREER ISSUE
M
asih segar di ingatan kita atas pemberitaan yang mencuat terkait tiga perempuan staf BPN (Badan Pertanahan Nasional) yang diduga mendapatkan kekerasan seksual dari salah satu pejabat tingginya dari tahun 2010 hingga Juli 2011. Korban akhirnya melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya, Komnas HAM, dan Komnas Perempuan. Apa yang Anda ketahui tentang pelecehan seksual di tempat kerja? Pengabaian terhadap hal tersebut bisa jadi menjerumuskan Anda ke dalam tiga kemungkinan: pelaku aktif yang arogan, korban yang pasif dan traumatis dan pelaku pasif yang tidak sadar membiarkan pelecehan seksual terjadi. Ketiganya tentu bukan pilihan yang menyenangkan. Lantas apakah pelaku mendapatkan ganjaran yang setimpal? Apakah kehidupan korban bisa kembali normal pascakekerasan tersebut? Bagaimana upaya pencegahannya agar tidak terjadi kembali hal yang serupa? Sederetan pertanyaan terkait kasus itu mungkin masih mengganjal di kepala Anda yang bisa menjadi perenungan bahwa penanganan pelecehan seksual terhadap perempuan di lingkungan kerja di Tanah Air masih berada dalam area abu-abu. Sri Nurherwati, Komisioner dan Ketua Subkomisi Pengembangan Sistem Pemulihan Komnas Perempuan, mengatakan berdasarkan dokumentasi, pihaknya selama periode tahun 1998-2010 telah terjadi 400.939 kasus kekerasan terhadap perempuan. Dari angka itu, 1.049 kasus masuk dalam kategori pelecehan seksual yang terjadi di keluarga, publik dan tempat kerja. Kendati tidak memerinci angka pasti berapa jumlah pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja, Nurher, sapaan akrab perempuan ini, meyakini praktiknya di lapangan bisa jauh lebih besar. Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, di mana tenaga
16 | April 2012 | TopCareer
Istimewa
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha. Di luar itu, tempat kerja sendiri dapat diartikan secara luas, baik lembaga pemerintah, perusahaan swasta, organisasi atau lembaga lain serta situasi di mana aktivitas perempuan berlangsung untuk memperoleh nafkah. Gambaran umum kekerasan terhadap perempuan di tempat kerja berkisar pada perlakuan diskriminatif, yang di antaranya dalam bentuk pelecehan seksual. Menurut Nurher, banyak penyebab yang menjadi tirai penutup akan kekerasan seksual, terutama pelecehan seksual terhadap perempuan di tempat kerja sehingga jarang terekspos ke publik. Salah satunya adalah ketakutan korban akan “keamanan” posisi di tempat kerjanya atau pemutarbalikkan fakta karena belum adanya perlindungan hukum secara tegas, baik dari perusahaan maupun negara, terhadap penanganan dan sanksi terkait pelecehan seksual di tempat kerja. “Di tingkat institusi atau tempat kerja masih hanya melihat pekerjanya
bekerja dengan baik atau tidak. Ketika perempuan mengajukan pengaduan akan diskriminasi, kekerasan, pelecehan seksual dalam relasi hubungan kerja, perlindungan terhadap perempuan tidak menjadi satu mekanisme perlindungan. Yang dilindungi hanya perlindungan ketika perempuan menjalankan pekerjaannya. Kekerasan terhadap perempuan tidak menjadi bagian perlindungan tenaga kerja,” tuturnya. Selain itu, kata Nurher, beberapa faktor normatif dan sosiokultural yang ada ternyata juga memberikan peluang terus berlangsungnya pelecehan seksual terhadap perempuan di tempat kerja dan masyarakat. Mitos bahwa perempuan adalah “penggoda” yang sering menyudutkan perempuan, telah berdampak pada cara pandang masyarakat kebanyakan. Kondisi ini dilestarikan dengan ditanamkannya norma sosial dalam beberapa kehidupan keluarga bahwa menceritakan pelecehan seksual kepada orang lain adalah hal yang bisa membawa aib bagi keluarga karena dinilai gagal menjaga kehormatan diri. Tak heran jika banyak kasus pelecehan yang pada akhirnya terpendam.
TOP CAREER ISSUE Bias Definisi dan Pemahaman Secara umum Komnas Perempuan menilai pemahaman akan praktikpraktik diskriminasi terhadap perempuan di lingkungan kerja belum dipahami banyak kalangan di Tanah Air. Nurher menyebutkan contoh yang termasuk diskriminasi tapi sering dipraktikkan, antara lain larangan menikah antara pekerja satu kantor yang biasanya diputuskan pihak perempuan yang mundur dari kantor. Contoh lain adalah ketika perusahaan angkat tangan ketika pekerja perempuannya meminta perlindungan ketika mendapatkan kekerasan dalam rumah tangganya. Hal itu pula yang terjadi pada pemahaman definisi pelecehan seksual, yang hingga saat ini masih belum dipahami secara sama mulai dari tingkat individu, perusahaan, hingga negara. Dari sisi substansi perundangan ataupun beberapa peraturan hukum juga belum sepaham terkait definisi itu. Akibatnya, penanganannya bisa menjadi rancu bahkan salah kaprah. Cakupan pelecehan seksual itu sendiri terbilang luas, mulai dari sentuhan yang tidak dikehendaki, ucapan-ucapan sengaja yang difokuskan pada minat atau tindakan seksual, hingga pada pemaksaan atau serangan untuk melakukan hubungan seksual. Istilah pelecehan seksual pada dasarnya mengacu pada keseluruhan sikap dan perilaku yang merendahkan dan mengobjekkan perempuan karena jenis kelaminnya. Kendati demikian, katanya, istilah pelecehan seksual sering dikonotasikan “ringan”, tidak seperti kekerasan seksual sehingga berkorelasi pada penyikapan penanganan yang “ringan” pula. “Aparat penegak hukum kita masih sangat konvensional. Idealnya, pembuktian untuk kasus kekerasan seksual bisa lewat psikolog, apakah ada trauma pada korban atau tidak. Tapi tidak semua hakim menyadarinya. Ini yang membuat kasus kekerasan seksual banyak yang mandek. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
kita hanya mengakui kekerasan secara fisik, psikis tidak diakui. KUHP tidak mengenal pelecehan seksual, melainkan yang dikenal hanya perkosaan dan pencabulan. Harus ada UU yang mencakup kekerasan seksual,” tutur Nurher. Sementara Kriminolog Erlangga Masdiana menilai kurangnya pemahaman terhadap tindakan yang masuk ke kategori pelecehan seksual terhadap perempuan, khususnya di lingkungan kerja, dikarenakan beragam faktor. Salah satunya adalah sosiolkultural. Karena anggapan bahwa tindakan ini bersifat situasional maka ada beberapa masyarakat yang menilai tindakan pelecehan melalui godaan ucapan serta tatapan menelanjangi sebagai hal yang wajar. “Seringkali pelaku yang melakukan pelecehan tidak menyadari kalau tindakan mereka masuk dalam pelecehan. Kurangnya pemahaman itulah yang menyebabkan terjadinya pelecehan. Definisi yang ada di masyarakat masih tidak seragam,” ujar Erlangga. Berkaca dari beberapa kasus yang pernah ditangani pihaknya, Resty Priharyanti, Kordinator Divisi Kasus Mitra Perempuan, mengakui penanganan pelecehan seksual
terhadap perempuan di lingkungan kerja merupakan pekerjaan sulit. Terlebih karena adanya perbedaan pemahaman dari pihak-pihak terkait mengenai pelecehan seksual tersebut. Dia mencontohkan pada satu kasus, pihaknya kesulitan membantu perempuan korban yang mendapat pelecehan seksual dari atasannya di tempat kerja untuk mendapatkan keadilan dari sisi hukum. “Kami mau tidak mau harus mencari bukti sekuatkuatnya saat itu karena tidak banyak bukti pada kasus pelecehan tersebut. Saat melakukan tuntutan hukum kan perlu memerlukan bukti-bukti yang kuat, di mana pada kasus pelecehan bukti yang diminta sulit dipenuhi, padahal pelecehan terjadi,” kata Resty. Akibat lemahnya pembuktian dari sisi hukum pada kasus tersebut, perempuan yang menjadi korban pelecehan akhirnya terpaksa gigit jari. Menurut penjelasan Resty, si korban itu malah mendapat “pembalasan” dari pelaku pascapengaduannya. Tindak pembalasan yang dimaksudkan seperti pengucilan dan pemotongan gaji karena alasan-alasan yang tidak adil dari si pelaku, yang pada akhirnya membuat si korban mengundurkan diri dari pekerjaannya akibat tidak tahan atas perlakuan yang diterimanya.
Jumlah Penduduk Bekerja tahun 2010 sebesar 104,9 juta jiwa
38,1 juta jiwa
Bekerja Perempuan
48,9 juta jiwa
Bekerja Perkotaan
56,0 juta jiwa
Bekerja Pedesaan
66,8 juta jiwa
Bekerja Laki-laki Sumber: Badan Pusat Statistik
TopCareer | April 2012 | 17
TOP CAREER ISSUE
Bentuk Pelecehan Seksual di Tempat Bekerja Pelecehan Fisik (Physical Harassment): • Mencium • Meraba/menyentuh Organ Seks Perempuan
Pelecehan Seksual
• Pemaksaan Seksual • Pemerkosaan • Pembunuhan oleh Majikan atau Bos
Pelecehan Emosi
Pelecehan Ucapan
• Mempekerjakan Perempuan di Ruang Terisolasi • Diskriminasi Perempuan • Ancaman dan Intimidasi
• Mengungkapkan Penampilan Perempuan • Mengungkapkan Bagian Tubuh Perempuan • Menggoda
(Emotional Harassment):
Pelecehan Grafis (Graphic Harassment):
• Gambar-gambar Porno • Pelecehan Seksual Lewat Surat dan Email • Pemberian Masket/Patung Porno
(Verbal Harassment):
Pelecehan Dengan Bahasa Tubuh (Gestural Harassment):
• Kedipan Mata, Anggukan Mengajak Perbuatan Seks • Godaan dengan Gerakan Tangan, Lengan, Jari • Godaan dengan Bibir Sumber: Reinhart, 1999; disajikan dalam ILO, 2001; dimofikasi
Lemahnya Perlindungan dan Sosialisasi Pemerintah Pada dasarnya di Indonesia, perlindungan instrumen hukum akan pelecehan seksual terhadap perempuan sudah dituangkan dalam Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau biasa disebut CEDAW (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) yang diadopsi oleh Perserikatan BangsaBangsa mulai tahun 1979. Sebagai salah satu negara peserta konvensi, Indonesia mempunyai kewajiban melaksanakan penghapusan segala bentuk diskriminasi perempuan, tak terkecuali di lingkungan kerja. Namun menurut Nurher, perkembangan
18 | April 2012 | TopCareer
pengimplementasian dari CEDAW berjalan lambat. Tengok saja sejak CEDAW diberlakukan, pemerintah Indonesia baru membuat turunan perundangan terkait hal itu pada tahun 1984, yang dituangkan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. Nurher menilai UU tersebut belum secara jelas mengatur terkait penghapusan diskriminasi terhadap perempuan di Tanah Air. Di dalamnya, antara lain hanya disebutkan bahwa perempuan tidak boleh didiskriminasikan dari dunia kerja karena keperempuanannya, status perkawinan, serta pendidikannya.
“UU ini sendiri sudah dilahirkan sejak 1984, tapi sosialisasinya lemah, baru menguat pada 10 tahun terakhir. Sosialisasi sangat lemah ketika bicara CEDAW dan UU No.7 tahun 1984. Kalau boleh dipersalahkan, ini kewajiban pemerintah untuk menyosialisasikan, tapi tidak tersosialisasi dengan baik. Negara mengakui adanya tindak diskriminasi. Tapi praktik untuk menghapuskan diskriminasi, salah satunya pelecehan seksual, belum menguat. Jadi selalu ada upaya pelanggengan sistem yang patriarki,” ucapnya. Adanya UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) diapresiasi Nurher sebagai langkah positif dalam
TOP CAREER ISSUE
112
In se timid sekrangaansi sua l
Kontrol seksual
Pelecehan Seksual
6
aan aksinan w Pem a k r pe
17
Penyiksaan Seksual
672
kita hanya mengakui kekerasan secara fisik, psikis tidak diakui. KUHP tidak mengenal pelecehan seksual, melainkan yang dikenal hanya perkosaan dan pencabulan.
Pem aksa aboran si
itasi Eksplo l Seksua
109
P t e d id ng se an ak mhuk ks be a um ua rn nu a l ua sia n sa w i
342
15
n aka bud Perksual Se
Secara psikologis, Resty yang sering mendampingi perempuan korban pelecehan seksual mengungkapkan bahwa dampak pelecehan seksual tidak bisa dipandang remeh, apalagi
an ng ga an rda pu Peerem P
1.049
Efeknya Tak Bisa dianggap Remeh
jika itu terjadi secara berulang-ulang. Efeknya, antara lain mulai dari turunnya kepercayaan diri yang mempengaruhi pada kinerja dan produktivitas kerja, trauma ringan, hingga pada depresi parah yang bisa mendorong si korban untuk bunuh diri. Itu semua tergantung pada ketahanan individu yang bersangkutan. Secara umum, penanganan serta pemulihan korban pelecehan di lingkungan kerja tidak memakan waktu sebentar. Berdasarkan beberapa pendampingan yang dilakukannya, Retsy menyebutkan rata-rata masa pemulihan trauma korban pelecehan seksual berkisar antara 2-3 tahun. Cepat atau tidaknya pemulihan korban juga tergantung pada dukungan pihak-pihak terkait, seperti rekan kerja, perusahaan, masyarakat dan keluarga, serta orang dekat dari si korban. “Selain keluarga, perusahaan
258
4.8 45
pelecehan tertulis atau gambar, serta pelecehan psikologis atau emosional. Ketua Bidang Organisasi dan Pemberdayaan Daerah Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Djimanto, menilai adanya pedoman tersebut membantu semua unsur di lingkungan kerja pada pemahaman akan bentuk-bentuk pelecehan seksual secara sepaham. Namun lantaran pedomannya tidak bersifat mengikat, melainkan lebih kepada imbauan maka kewenangan pemberian sanksi terhadap pelaku pelecehan seksual tidak diatur. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa korban perbuatan asusila berhak mengajukan tuntutan pidana dan atau perdata terhadap pelakunya. Perusahaan juga diimbau mengembangkan mekanisme penanganan keluhan yang sesuai dengan kondisi ketersediaan sumber daya di perusahaannya.
59 1.3
upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Akan tetapi, adanya UU itu masih belum efektif untuk menekan angka diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Lagi-lagi penyebabnya adalah masih minimnya sosialisasi UU tersebut, serta kurang tegas dan jelasnya pemberian sanksi pada pelaku. Dia menyarankan seharusnya pemerintah segera merevisi dan membuat kebijakan-kebijakan atau peraturan turunan terkait penghapusan diskriminasi terhadap perempuan secara mendalam, termasuk pemberian sanksi tegas kepada pelaku, selain menyinkronisasikan peraturan dan peran antarpenyelenggara negara. Hal senada juga diutarakan Erlangga yang menilai perlu ada perubahan dan pembuatan peraturan baru yang khusus menangani pelecehan terhadap perempuan di tempat kerja. Adapun peraturan yang ada saat ini masih dianggapnya tidak cukup melindungi keamanan perempuan akan tindak pelecehan yang Pe terjadi rko sa an dalam relasi hubungan kerja, baik dengan atasan maupun sesama rekan kerjanya. Pada April 2011, Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan Surat Edaran Menakertrans No. SE.03/MEN/1V/2011 tentang Pedoman Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja yang bertujuan sebagai panduan dan acuan pengusaha, pekerja, maupun instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Dalam pedoman itu disebutkan ada lima bentuk pelecehan seksual, yakni pelecehan fisik, pelecehan lisan, pelecehan isyarat,
Jumlah kasus kekerasan seksual berdasarkan jenis Periode 1998-2010 Sumber: Komnas Perempuan
TopCareer | April 2012 | 19
TOP CAREER ISSUE seharusnya juga banyak pegang peranan dalam pemulihan si korban. Kebanyakan perusahaan tidak peduli dengan pemulihan psikis korban. Perusahaan hanya peduli karyawannya itu bekerja dengan baik atau tidak,” tutur Resty. Tak hanya dari sisi pelaku, Resty dan Nurher juga sependapat bahwa upaya pemulihan terhadap pelaku pelecehan seksual sebagai langkah penting yang harus dilakukan. Keduanya menilai jika hal tersebut tidak dilakukan maka si pelaku kemungkinan besar akan mengulangi pelecehan yang dilakukan bahkan pada beberapa kasus kemungkinan besar si pelaku bisa bertindak lebih jauh. “Si pelaku juga memerlukan pendampingan khusus agar menyadari tindakan pelecehan sebagai hal yang salah. Ini yang masih banyak luput dari perhatian kita,” ujar Nurher.
Pembenahan Segala Lapisan Komnas Perempuan menilai pencegahan dan penghapusan akan pelecehan seksual tidak hanya cukup pada pembenahan mekanisme di tingkat perusahaan serta perundangan yang berlaku, melainkan juga “pelurusan” pandangan beberapa masyarakat bahwa pelecehan seksual bukanlah merupakan aib yang harus ditutupi. Pandangan kekerasan seksual adalah persoalan moralitas sebagai kejahatan kesusilaan, kata Nurher, tidak lepas dari ketimpangan relasi yang menempatkan perempuan sebagai penanda kesucian dan moralitas dari masyarakat. Akibatnya banyak perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual merasa malu menceritakan pengalaman pelecehannya karena malu dianggap “tidak suci” atau “tidak bermoral”. Yang memprihatinkan lagi, sikap korban yang bungkam justru didorong oleh keluarga, orang-orang terdekat dan masyarakat sekitar. “Selama masyarakat masih memandang dengan kacamata konstruksi lama yang
20 | April 2012 | TopCareer
Istilah pelecehan seksual pada dasarnya mengacu pada keseluruhan sikap dan perilaku yang merendahkan dan mengobjekkan perempuan karena jenis kelaminnya.
mendiskriminasikan perempuan sebagai sesuatu hal yang benar, itu yang jadi masalah,” tutur Nurher. Penanaman pemahaman bahwa pelecehan seksual sebagai pelanggaran HAM yang tidak mainmain, kata Nurher, juga bisa dilakukan lewat jalur kurikulum pendidikan pada usia dini. Selain itu, faktor penyaringan tayangan program televisi yang banyak menampilkan pelecehan terhadap perempuan juga harus dimaksimal. “Tanpa penjelasan pada tayangan berbau pelecehan seksual merupakan pelanggaran HAM sehingga anakanak dan masyarakat seolah-olah menganggap itu sebagai sesuatu yang wajar dan biasa saja.” Terkait upaya pencegahan dan penanganan pelecehan di tingkat perusahaan, Komnas Perempuan pun mendesak pemerintah agar mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap perusahaan membentuk departemen khusus serta dewan etika yang menangani kasus-kasus diskriminasi terhadap perempuan. Sejalan dengan Komnas Perempuan, Djimanto mengklaim bahwa Apindo juga setuju perlunya setiap perusahaan untuk memiliki sebuah departemen khusus untuk menangani masalah diskriminasi terhadap perempuan.
Sementara itu, Erlangga menegaskan selain pembenahan sistem hukum yang tepat, perlu dilakukan pembenahan paradigma di masyarakat terkait pelecehan seksual. Menurut Rektor Sekolah Tinggi Multimedia Yogyakarta ini, norma sosial dari masyarakat seharusnya bisa lebih berperan terkait itu. “Kalau norma hukum tidak mempan, norma sosial harusnya lebih berat. Karena pelaku akan dicap negatif di masyarakat. Tapi kondisi yang ada saat ini, banyak orang yang tidak peduli malu dan kebanyakan masyarakat akan dengan cepat melupakan cap negatif tersebut.” Paparan masalah, baik dari kurangnya perlindungan hukum, dampak dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pelecehan seksual bisa jadi permasalahan lama yang tak kunjung terselesaikan. Butuh keseriusan dan waktu untuk menyelesaikannya, minimal mengurangi munculnya kembali kasuskasus pelecehan seksual di Tanah Air kita. Di mana posisi Anda dalam masalah ini?***
Selama 13 tahun, Komnas Perempuan berdasarkan pendokumentasiannya mengenali 14 bentuk kekerasan seksual 1. Perkosaan 2. Pelecehan seksual 3. Eksploitasi seksual 4. Penyiksaan seksual 5. Perbudakan seksual 6. Intimidasi/serangan bernuansa seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan 7. Prostitusi paksa 8. Pemaksaan kehamilan 9. Pemaksaan aborsi 10. Pemaksaan perkawinan 11. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
12. Kontrol seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama 13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual 14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan
TESTIMONI
Cerita tentang pelecehan seksual bukanlah cerita yang mengada-ada. Cerita ini bahkan mungkin sangat dekat dengan lingkungan kerja kita masing-masing. Berikut ini kami tampilkan cerita pelecehan seksual yang terjadi di Jakarta, yang kami tuliskan berdasarkan pengalaman pribadi dari korban tindakan pelecehan seksual. Salah seorang pekerja kantoran yang bekerja di daerah Kuningan, Jakarta, sebut saja Miss X, pernah mengalami pelecehan dalam bentuk kata-kata. Pelecehan itu bahkan dilakukan oleh atasannya sendiri yang berasal dari salah satu negara di Asia. Kejadian ini terjadi tidak hanya sekali atau dua kali, tetapi kalau ada peluang, pasti sang bos selalu mendekati dia dan mengajak berbicara yang menyerempet ke masalah seksual. Salah satu contoh, ketika suatu hari sang atasan bertanya kepada Miss X bagaimana ukuran alat kelamin orang Indonesia. Mendapatkan pertanyaan ini, Miss X berusaha sopan dan menjawab tidak tahu apa yang dimaksud, lalu segera pergi. Setiap kali diajak bicara ke arah masalah seksual, Miss X biasanya akan berpura-pura tidak mengerti apa yang dibicarakan bos atau terkadang menjawab tidak tahu. Miss X menganggap apa yang dibicarakan sang atasan seputar masalah seksual hanya sebagai angin lalu saja karena dia tidak ingin terjebak lebih jauh dengan pembicaraan tersebut. Miss X pun berpesan kepada para perempuan yang bekerja di kantor untuk selalu menjaga dirinya, dalam arti ketika di kantor tidak memakai pakaian kerja yang terlalu minim atau terbuka yang dapat mengundang tindakan-tindakan negatif. “Selain dari segi pakaian, dari segi tutur kata juga perlu dijaga sopan santun dalam berbahasa,” tambah Miss X. Ia merasa bahwa perlindungan terhadap perempuan yang bekerja di kantor sangat minim sekali. Menurutnya, hukum untuk pelecehan
seksual di kantor masih belum jelas. Miss X pun berharap agar hukum di Indonesia dapat lebih melindungi kaum perempuan, khususnya terhadap kasus pelecehan seksual yang akhir-akhir ini marak terjadi.***
Satu lagi kasus yang dialami oleh Miss Y yang bekerja di daerah Pancoran. Ia juga pernah mengalami pelecehan seksual di kantornya. Tetapi sang pelaku tidak dikenal olehnya karena kejadiannya begitu cepat dan ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan tersebut. Kejadiannya terjadi pada akhir tahun 2011, ketika Miss Y sedang berada di lift menuju ke kantornya di lantai 10. Saat itu, lift yang dinaiki kondisinya agak penuh. Ia baru sadar kalau di dalam lift itu hanya dia perempuan dan yang lainnya laki-laki. Ketika sampai di lantai 2, tiba-tiba lampu lift mati dan secara bersamaan lift pun terhenti. Spontan Miss Y pun panik dan salah seorang laki-laki di sampingnya langsung memegang tangannya dan berkata, “Tenang saja Mbak, ada kita-kita, kok.” Setelah itu, mulailah aksi menjamah dan meraba terjadi, dilakukan oleh yang lainnya.
Miss Y pun spontan mengelak dan berkata, “Tolong ya jangan kurang ajar.” Ucapan tersebut malah ditimpali dengan kata-kata melecehkan. Miss Y pun langsung merespons dengan mendorong laki-laki itu dan tak lama lift pun terbuka. Ia langsung turun di lantai itu juga. Setelah kejadian itu, Miss Y melaporkan pengalaman yang menimpanya ke pihak keamanan. Tak berapa lama kemudian, lift di kantornya dilengkapi oleh kamera CCTV sebagai tindakan pencegahan terulangnya kembali kejadian tersebut. Miss Y mengaku trauma atas pelecehan yang dialaminya. Ia takut karena sang pelaku lebih dari satu orang. Efeknya, Miss Y trauma jika harus berada di dekat laki-laki yang tidak dikenalnya dan selalu berpikiran negatif. Miss Y berpesan kepada para perempuan yang bekerja untuk tidak takut dengan apapun yang terjadi. “Setiap perempuan harus bisa menjaga dirinya sendiri. Jangan memancing para pelaku dengan memakai pakaian yang seksi,” katanya. Dia juga menginginkan agar pihak semua pengelola gedung memperhatikan keamanan bagi para pegawai yang bekerja di gedung tersebut. Ia pun berharap agar pemerintah tidak lebih banyak mengurusi hal-hal korupsi saja sehingga kasus kecil seperti pelecehan seksual terkesan tidak diperhatikan. “Hukum di Indonesia harus melihat secara nyata kejahatan seksual yang semakin ramai terjadi dan mohon agar diterapkan sanksi bagi pelaku pelecehan seksual sehingga membuat si pelaku jera,” tegasnya.***
Hukum di Indonesia harus melihat secara nyata kejahatan seksual yang semakin ramai terjadi dan mohon agar diterapkan sanksi bagi pelaku pelecehan seksual...
TopCareer | April 2012 | 21
COMPANY OF CHOICE
Advertising dan Public Relations sebagai Strategi Komunikasi Dunia advertising dan public relations terus berkembang di Tanah Air. Kini, banyak perusahaanperusahaan yang menyadari betul penerapan iklan dan humas sebagai strategi komunikasi mereka. Seperti apakah tantangan yang mereka hadapi sehingga dapat bertahan di dalam pasang surutnya iklim bisnis di Indonesia?
22 | April 2012 | TopCareer
COMPANY OF CHOICE
Matari Advertising
the Indonesian Ad Agency
Pasang Surut Matari Advertising di Bisnis Periklanan Oleh: Yuda Prihantoro | Foto: Leonardo Lesmana
Besarnya potensi peningkatan belanja iklan di Indonesia ke depan menjadi sinyalemen kian suburnya bisnis periklanan di Indonesia. Sebagai pemain kawakan di periklanan Tanah Air, Matari Advertising menerapkan kesiagaan ekstra dalam mengarungi persaingan tersebut.
TopCareer | April 2012 | 23
COMPANY OF CHOICE
D
aya tahan perekonomian nasional dalam beberapa tahun terakhir cukup layak dibanggakan. Seolah tak banyak terpengaruh akan ketidakpastian ekonomi global, konsumsi masyarakat Negeri Khatulistiwa ini masih meninggi. Serta merta hal itu mengerek tren peningkatan belanja iklan di Tanah Air. Tengok saja data yang dirilis lembaga informasi global Nielsen bahwa pada kuartal ketiga tahun lalu, belanja iklan Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Selama periode itu, belanja iklannya naik 24% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Presiden Direktur Matari Advertising Aswan Soendojo memperkirakan
Sadar betul akan kondisi tersebut, Matari Advertising mengklaim sangat peduli terhadap pemilihan dan pengembangan Matarian, sebutan untuk orang yang bekerja di sana. Human Resources Manager Matari Advertising Pia Ravaie menganggap Matarian sebagai aset serta kunci utama dalam menjalani eksistensi pertarungan iklan di Indonesia. “Penekanan pada SDM jadi perhatian utama kami untuk pengelolaan dan pengembangan, khususnya di bidang kreatif. Kami tidak mau salah melakukan rekrutmen. Dari situ kami mulai cari bibitnya untuk dikembangkan. Kami merekrut tidak sesaat tapi pengabdian jangka panjang. Kalau tidak hati-hati bisa kecolongan.”
industri ini tidak akan mati dan akan terus muncul kader-kader yang akan jadi penerus kami di industri ini bisnis periklanan di Indonesia ke depan akan sangat menjanjikan dan ancaman krisis global juga tidak banyak berdampak langsung pada periklanan Tanah Air, apalagi jika dikaitkan dengan tingkat konsumsi domestik yang makin meningkat. “Kondisi tersebut kemudian memicu banyak produkproduk baru yang terus bermunculan dan pada akhirnya perusahaan pun memerlukan cara untuk berkomunikasi dengan target pasarnya,” ujarnya. Manisnya potensi pasar Tanah Air dipadu dengan cepatnya perkembangan sarana media iklan memicu kemunculan sejumlah nama biro iklan baik berskala internasional maupun nasional, meramaikan daftar persaingan dunia periklanan di Indonesia. Tak berhenti sampai di situ, seperti hukum ekonomi “di mana ada permintaan, di situ juga ada penawaran“, sejumlah institusi pendidikan pun berlomba menyediakan lulusan-lulusan untuk bekerja di periklanan.
24 | April 2012 | TopCareer
Lantaran posisi Matarian yang dipandang istimewa, dalam memilih kandidat pekerja, perusahaan yang kini bermarkas Jalan Kelapa Dua Jakarta Barat ini selektif baik untuk fresh graduate maupun yang berpengalaman. Khusus fresh graduate, Matari biasanya berburu calon Matarian di beberapa universitas yang menyediakan lulusan di bidang terkait. Menanggapi kian membanjirnya lulusan periklanan di Tanah Air, Pia berujar, “Over supply di periklanan diperumpamakan seperti rumput. Rumput yang lebih tinggi akan ditebas duluan.” Aswan menyambut baik dengan kian banyaknya universitas maupun akademi yang membuka jurusan komunikasi dan desain komunikasi visual. “Artinya industri ini tidak akan mati dan akan terus muncul kaderkader yang akan jadi penerus kami di industri ini. Standar yang ditetapkan oleh universitas dan akademi sudah memenuhi standar kompetensi yang ada. Apalagi dengan banyaknya
Aswan Soendojo Presiden Direktur
Matari Advertising
pengajar dari praktisi periklanan, paling tidak bukan hanya teori yang diajarkan, tetapi juga ada keseimbangan antara teori dan praktik di dunia kerja,” ucapnya. Selain berburu langsung ke lapangan, Matari juga membuka info lowongan yang disebarkan lewat milis yang berhubungan dengan orang kreatif. Cara ini diakui Pia jauh lebih efektif untuk menjaring calon-calon Matarian yang dibutuhkan, ketimbang membuka info lowongan di media umum. Nantinya, beberapa tahapan seleksi mulai dari administrasi hingga tes kemampuan harus ditempuh si calon Matarian. Secara garis besar kreatif di Matari punya dua background utama, yakni untuk art base dan copy base. Pia menyebutkan untuk art base penekanannya latar pendidikan dan kemampuan lebih kepada background yang sama, sementara untuk copy base
COMPANY OF CHOICE tidak begitu ketat dalam urusan latar pendidikan asal memiliki kompetensi yang dibutuhkan. “Beberapa tahun terakhir kami lebih cari yang berbakat dan pernah punya prestasi, misalnya memenangkan penghargaan tertentu. Untuk copy base kadang memang tidak bisa terlalu kaku. Banyak kandidat datang dari background berbeda dan setelah seleksi cukup baik jadi bisa kami terima. Minat juga kami pentingkan di sini.” Bicara tentang kian sengitnya persaingan di dunia periklanan Indonesia, mau tak mau ikut menyangkut perihal “bajak membajak” orang yang dinilai memiliki kemampuan mumpuni di bidang bersangkutan. Hal itu pun diwaspadai Matari. Karenanya, Matari mengklaim
semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk Matarian. Dan jika terpaksa melakukan “pembajakan” orang dilakukan dengan cara yang elegan agar tidak merugikan pihak lain. “Di Matari kekeluargaan sangat terasa, suasana kerja yang enak dan kesempatan untuk mengembangkan karier sangat terbuka. Itu daya tarik kami. Kami tidak menutup mata terhadap pengembangan. Kami lakukan pelatihan dengan pembicara dari dalam dan luar negeri atau kita kirim juga untuk pelatihan sampai keluar negeri juga. Selain itu, kami juga memberikan banyak keuntungan fasilitas untuk karyawan dalam bentuk tunjangan dan asuransi serta makan siang,” tutur perempuan yang bergabung di Matari selama 14 tahun.
Lebih lanjut, Pia mengungkapkan kalau Matari tak menutup pintu opsi rotasi posisi untuk Matarian. Namun demikian, rotasi tersebut tergantung kepada kebutuhan serta kompetensi dari si Matarian yang bersangkutan. Salah satu pertimbangan untuk rotasi serta kenaikan posisi adalah hasil performance appraisal yang dilakukan dua kali dalam satu tahun. Kini Matari diperkuat oleh 154 Matarian tetap, serta beberapa tenaga outsourcing. Di Tanah Air, nama Matari dikenal sebagai salah satu dedengkot nasional periklanan di Indonesia. Lebih dari empat dekade, Matari yang lahir pada 16 Maret 1971 dari pemikiran Ken Sudarto, sudah membuktikan eksistensinya. Aswan mengungkapkan bahwa pelaksanaan Blue Ocean Strategy
Kisah Pelopor Biro Iklan Tanah Air
“Advertising only involves people and communications. We believe that no one can understand and communicate with Indonesians like other Indonesians.” -Ken Sudarto-
Pernyataan yang keluar dari Ken Sudarto pada dasawarsa 1980-an itu dikenang sebagai salah satu advokasinya terhadap perusahaan periklanan nasional. Pernyataan tersebut bukan bentuk anti-asing, melainkan bentuk perjuangan agar dalam kemitraan periklanan dengan pihak asing saat itu, Indonesia berada dalam posisi setara. Dari tangan pemilik nama lengkap Kenneth Tjahjady Sudarto inilah lahir Matari Advertising yang menjadi pelopor biro iklan nasional di masa itu. Sulit memisahkan Ken Sudarto dari Matari Advertising. Sama sulitnya dengan memisahkannya dengan sejarah periklanan Indonesia. Lewat aksi dan pemikiran Ken, sejarah perjalanan periklanan Indonesia terbentuk.
Berdirinya Matari pada 1971 bertepatan dengan booming yang terjadi di periklanan Indonesia. Perjuangan Ken dalam dunia periklanan dimulai dari garasi di kawasan Cideng Jakarta dengan dua orang pegawai. Sebelum mendirikan Matari, pria kelahiran 16 Maret 1942 bekerja sebagai perwakilan Marklin Advertising di Jakarta. Marklin adalah perusahaan periklanan yang berpusat di Hongkong. Dalam perkembangannya, Ken mendirikan perusahaan periklanan yang diberi label Matari Advertising. Perusahaan ini kemudian berkembang pesat menjadi biro iklan paling lengkap di Indonesia. Perjalanan Matari Advertising sesungguhnya mencerminkan perjalanan industri periklanan Indonesia. Banyak terobosan penting di
industri periklanan muncul dari kiprah Matari, khususnya lagi dari tangan Ken Sudarto. Ken mempelopori berdirinya IAA (International Advertising Association) Chapter Indonesia dan menjadi delegasi dari Indonesia pada 1973 dalam ajang International IAA World Congress di Teheran, Iran. Sejumlah prestasi bergengsi juga pernah disabet Matari di bawah tangan dingin Ken, seperti pemenang Clio Award pada tahun 1978 yang merupakan anugerah paling bergengsi di periklanan. Dunia periklanan Indonesia pun berduka pada 5 November 2005 lalu, saat Ken menghembuskan nafas terakhir, setelah setahun lebih berjuang melawan penyakit kanker kelenjar getah bening.***
TopCareer | April 2012 | 25
COMPANY OF CHOICE
TESTIMONI
seiring dengan pertumbuhan teknologi maka kami akan mulai merambah dalam pelayanan digital media sebagai medium untuk berkomunikasi yang tidak terjebak dalam perang fee dalam industri ini, melainkan dengan penerapan ide-ide kreatif yang berbeda menjadi salah satu kunci Matari dalam bertahan di tengah persaingan yang kian sengit. “Ke depannya, kami tetap akan konsisten dengan strategi yang sudah berhasil kami terapkan. Hanya perlu ditambahkan sejalan dengan pertumbuhan industri periklanan yang semakin cepat, seiring dengan pertumbuhan teknologi maka kami akan mulai merambah dalam pelayanan digital media sebagai medium untuk berkomunikasi,” tutur Aswan. Lebih lanjut, Aswan pun membagi masukan bagi mereka yang ingin terjun di periklanan agar terus mengembangkan kompetensinya. “Semua industri tentu memiliki persaingan yang pastinya kian ketat. Saran saya adalah terus tumbuhkan ide-ide yang kreatif, jangan berhenti belajar, update dan upgrade skill dan knowledge yang dimiliki, pasti akan mampu berkarier di dunia periklanan.”***
26 | April 2012 | TopCareer
Andriani Lumankun Soetoto | Creative Director Matari Advertising
Ini Masalah Komitmen “Bajak membajak” dalam dunia pekerjaan, tak terkecuali di periklanan, sudah jadi hal yang lumrah. Terlebih jika orang yang bersangkutan memiliki kapasitas mumpuni di bidangnya. Bagaikan peribahasa “ada gula, ada semut”, di situ pula tawaran pekerjaan dengan sejumlah “mahar” yang menarik akan menggoda. Rayuan demi rayuan itulah yang dialami dan dirasakan oleh Creative Director Matari Advertising Andriani Lumankun Soetoto. Tak hanya dari sesama biro iklan, beberapa klien yang sempat ditangani sempat pula melancarkan rayuan demi “meminang” Andri, sapaan akrab perempuan ini. Akan tetapi, besarnya komitmen pada Matari membuat dirinya sulit berpaling. “Selama di Matari, aku sempat beberapa kali mendapat tawaran kerja, tapi tak aku gubris karena ini adalah masalah komitmen. Di Matari, aku diberi kesempatan untuk maju berkembang dan aku mesti beri yang terbaik dan caranya berkomitmen di sini. Bagaimana menangani klien sebaik mungkin dan manajemen sangat mendukung untuk itu,” kata Andri.
Sebegitu cintanya, perempuan yang punya keinginan menjadi wartawan ini mengklaim tidak pernah membayangkan meninggalkan Matari. Selain merasakan suasana kekeluarga yang kental di Matari, Andri merasa perusahaannya sangat mendukung pengembangan kualitas dan jenjang karier yang terbuka bagi setiap karyawannya. Tahun 1997 adalah tahun pertama Andri bergabung dengan Matari sebagai Senior Copywriter. Seiring prestasi yang ditunjukkan, karier Andri terus merangkak ke Associate Creative Director hingga menjadi Creative Director. Selama perjalanan itu pula, proses kematangan Andri terbentuk dengan beragam pelatihan serta seminar yang diberikan dan didukung perusahaannya. Selain itu, tidak adanya kekangan dari Matari pada kecintaannya akan berbagi yang dituangkan dalam bentuk mengajar sebagai dosen membuat Andri nyaman. Menurutnya, asalkan tidak mengganggu kewajiban kerja, Matari rela memberinya kesempatan untuk mengajar. Hingga saat ini, Andri tercatat sebagai dosen tidak tetap di Institut Bisnis Indonesia. ***
COMPANY OF CHOICE
Kawah Candradimuka PR Oleh: Eddy Sukmana | Foto: Eddy Sukmana
Tembok bercatkan merah mewarnai kedatangan kami, saat hendak melakukan wawancara dengan Hana Budiono, pemilik PR (Public Relations) Agency AgrakomPR. Warna merah yang menjadi warna dominan dari dinding ruangan kantor yang berlokasi di Jakarta Selatan itu memberikan aura semangat dan kehangatan di sana. Serupa dengan sapa dan senyum dari salah satu staf yang menyambut kami dengan hangat. Dari sapaan itulah terasa bahwa para karyawan di AgrakomPR sangat terbiasa berhadapan dengan tamu atau pun klien dan tahu bagaimana cara menanganinya.
28 | April 2012 | TopCareer
P
erkembangan dunia industri saat ini menggiring perkembangan kebutuhan PR di perusahaan. Peran PR tentu tidak sekedar menjadi pemanis namun sejatinya menghantarkan perusahaan agar lebih dekat dengan konsumen dan media massa melalui strategi yang telah disiapkan. Selain itu, kehadiran PR di tubuh perusahaan membantu pencitraan perusahaan di mata masyarakat. Semakin baik PR bekerja dan memberikan performa terbaiknya maka semakin baik pula perusahaan dalam menjalin relasi dengan konsumen, rekan bisnis dan juga media. AgrakomPR adalah salah satu perusahaan PR Agency yang berada di Jakarta. Selain AgrakomPR, masih banyak PR Agency yang berkiprah di pelayanan jasa ini. Namun yang menarik adalah AgrakomPR bukan hanya sebagai tempat bekerja, tetapi juga tempat “belajar” menjadi seorang PR. AgrakomPR menjadi sebuah tempat untuk “belajar” bukan hanya karena sudah berkembang selama 15 tahun saja, tetapi lebih daripada itu
adalah peran aktif dari Hana Budiono yang secara langsung “mendampingi” staf yang bekerja di AgrakomPR. Ilmu yang dibagikan oleh perempuan asal Surabaya ini, bukan serta merta didapatkan lewat studi resmi saja namun juga pengalamannya sebagai jurnalis dan konsultan PR. “Karir saya selama 30 tahun bekerja berfokus pada bidang komunikasi, yaitu jurnalistik dan PR. Diawali sebagai koresponden harian Suara Indonesia Malang tahun 1982 hingga 1984. Lalu menjadi jurnalis hingga Asisten Redaktur di Surabaya Post Surabaya dari tahun 1984 sampai 1988. Di antara masa itu, saya berkesempatan kuliah journalism di Winooski,Vermont, AS, atas beasiswa dari Rotary Foundation. Sepulang dari sana, saya kembali bekerja di Surabaya Post dan tahun 1988 mengundurkan diri untuk bergabung dengan majalah Femina sebagai Redaktur hingga tahun 1992.” Dengan pengalaman bertahuntahun bekerja sebagai jurnalis, Hana merasa tertarik untuk migrasi ke bidang PR. Dia terima tawaran untuk bergabung dengan Indo-Ad
COMPANY OF CHOICE
Hana Budiono Managing Director
AgrakomPR
PR (berasosiasi dengan Ogilvy & Mather), kemudian dikenal sebagai Ogilvy PR, yang merupakan salah satu firma PR terkemuka di dunia. “Setelah lima tahun sebagai Senior Consultant di sana, saya mengundurkan diri dan mendirikan PR Agency sendiri,” tuturnya sambil mengenang pengalaman selama 15 tahun silam. Dalam mengembangkan AgrakomPR, Hana dan para senior konsultan berusaha untuk terus menjaga kualitas dan kompetensi timnya dalam menangani berbagai klien multinasional yang mempercayakan kegiatan marcomm dan PR-nya ke AgrakomPR. Tak jarang ibu dua anak ini dengan “ketat” mendampingi karyawan, khususnya yang baru bergabung. “Setiap orang memiliki kapabilitas yang berbeda maka tugas sayalah menyempurnakannya dengan memberikan pendampingan yang intens di tahap awal mereka bekerja. Bahkan untuk hal yang mungkin paling mudah dan standar seperti membuat undangan ke media atau menulis siaran pers. Yang begini, pada awalnya
bisa bolak-balik dikerjakan baru OK, siap diserahkan ke klien. Tapi setelah itu, mereka akan lancar jaya bekerja,” ucapnya dengan dialek Suroboyoan yang kental. Kedisiplinan dan gaya kepemimpinan Hana sebagai seorang ibu dan juga pemimpin perusahaan memberikan nuansa dan ciri khas yang juga menjadi cerminan dari AgrakomPR. Hal baik selalu diwariskan pada anakanaknya di kantor sehingga ketika mereka membantu para klien, hal itulah yang menjadi daya tarik dan kepercayaan saat memilih AgrakomPR sebagai bagian dalam pengembangan perusahaan mereka.
Semangat Melayani Hal penting yang ditularkan Hana ke timnya adalah keharusan memiliki antusiasme dan passion di bidang PR ini. Jika tidak maka mereka akan sekadar kerja dan terasa sebagai beban. “Kalau ditanya, Mbak Hana tidak bosan 20 tahun menjadi PR consultant? Saya jawab tidak karena saya enjoy dan sudah menjadi hidupku. Hal tersebut terjadi di AgrakomPR.
Peran PR tentu tidak sekedar menjadi pemanis namun sejatinya menghantarkan perusahaan agar lebih dekat dengan konsumen dan media massa melalui strategi yang telah disiapkan. Karenanya, jika ada tim yang sudah merasa tidak enjoy lagi, biasanya akan bilang ke saya agar bisa dipindahkan menangani klien yang lain,“ jelas istri Budiono Darsono, pendiri detikcom itu. . Selain itu, seperti PR agency yang lain, AgrakomPR juga menanamkan jiwa melayani. “Seorang PR harus punya sifat ikhlas melayani. Kepada tim saya tekankan bahwa kita adalah asisten yang bekerja di balik layar, membantu klien membuat strategi, memberikan ide, mengeksekusi program, memantau dan menjaga pemberitaan positif para klien. Ya... bisa dibilang kita itu “hand & leg” atau pembantu saja,” katanya berkelakar. Dengan semangat itu, AgrakomPR pun terbuka untuk siapapun yang ingin menjadi PR, sekalipun memiliki keterbatasan fisik atau difabel. “Mereka yang memiliki keterbatasan tetap bisa berfungsi mengerjakan tugas PR sesuai kemampuannya. Misalnya, penulis konten atau memonitor pemberitaan, kenapa, tidak? Intinya PR di sini bukan PR Lady yang untuk “dipajang”. Yang tampil di media dan publik adalah para klien. Di balik itu, seluruh persiapan
TopCareer | April 2012 | 29
COMPANY OF CHOICE dan tracking pemberitaan adalah tugas PR agency. Jadi yang difabel pun bisa ikut berperan.” jelas Hana. Menjadi seorang PR, khususnya di AgrakomPR, penampilan fisik bukanlah hal utama. “Konsultan PR itu tidak harus cantik, tidak harus ganteng. Tapi roman mukanya enak dipandang atau menyenangkan dan yang penting dia cerdas. Karena dalam bekerja, dia akan mencerna informasi dari berbagai industri, ikut menyusun strategi dan menyampaikan ide-idenya pada klien,” ungkapnya. “Seorang PR consultant juga harus memiliki kemampuan menulis. Kemampuan menulis yang baik sangat dibutuhkan, baik untuk pembuatan press release, briefing document, report, analisis pemberitaan bahkan berkomunikasi via email. Kalau ada yang masih dalam masa percobaan, reply email saja harus ditunjukkan ke supervisor untuk diteliti sebelum dikirim,” ucap Hana. Menurutnya, meskipun kepandaian menulis menjadi unsur penting, seorang PR tidak harus dari jurusan Komunikasi. Staf di AgrakomPR berasal dari beragam latar belakang pendidikan, ada yang dari jurusan Hukum, Teknik Nuklir, Pertanian, Komputer dan Sastra.
Peluang Karier dan Pengembangan Diri Dalam sistem perekrutan, AgrakomPR menempuh berbagai jalur. Ada yang melalui situs pencari pekerjaan, rekomendasi antarteman bahkan ada yang langsung mengirimkan email. Sekalipun jalurnya berbedabeda namun AgrakomPR tidak pilih-pilih dalam menerima calon karyawannya. Semua diperlakukan sama. “Calon karyawan harus mengikuti tes tertulis dan wawancara. Pertama, kita lihat dari hasil tes tertulis dalam bahasa Inggris. Jika lolos, baru saya wawancara atau cukup dengan supervisor-nya saja. Dalam rekrutmen, AgrakomPR menganut asas kesetaraan, tidak ada diskriminasi.” tuturnya.
30 | April 2012 | TopCareer
Kesempatan untuk belajar dan berkembang dinikmati bagi karyawan di sini. Hal itu terlihat dari jenjang karier yang ditawarkan dan beragam fasilitas penunjang karier yang diberikan di AgrakomPR. Ada empat tahapan karier di dunia PR, yaitu Associate, Junior Consultant, Consultant dan Senior Consultant. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan mobilitas kerja, staf AgrakomPR bekerja dengan laptop ber-modem untuk mengakses internet di mana saja, fasilitas penunjang seperti kendaraan kantor, dana taksi, asuransi, Jamsostek dan pulsa telepon. Jadi, tidak masalah jika ada yang bekerja di rumah atau di cafe. Jam kerja pun fleksibel. Diberikan keleluasaan bagi karyawan dalam hal memperdalam ilmu PR. Karyawan yang baru pun bebas mau membeli buku apa saja yang nantinya diganti biayanya. Atau jika ingin ikut pelatihan atau seminar lokal, itu juga diperbolehkan asal tidak mengganggu pekerjaan. Jika masa kerjanya sudah memasuki tahun ke-2 atau ke-3, bisa ikut pelatihan atau seminar di luar negeri. “Perusahaan menganggarkan dana 3.000 US Dollar per orang untuk mengikuti workshop 2-3 hari di kawasan ASEAN,” kata Hana. Pernah terjadi, staf memanfaatkan dana tersebut untuk tambahan biaya program S2. Suasana kekeluargaan dan menyenangkan di kantor bersama tim dipertahankan dari tahun ke tahun, sejak AgrakomPR berdiri. Acara karaoke bersama, family gathering, outing per divisi secara reguler dilakukan. Saat mensyukuri usia perusahaan ke-10, seluruh karyawan berlibur ke Bali dan saat merayakan 15 tahun AgrakomPR bulan Februari lalu, satu kantor pun piknik ke Singapura. “Sesekali kami ada happy shopping juga. Perusahaan memberikan dana untuk berbelanja dan bukti pembelian diserahkan ke bagian keuangan. Harus ada masa-masa break, tidak kerja thok,” tuturnya dengan logat Surabaya yang kental.
Sejauh punya Kawah Candradimuka kompentensi, Dalam usianya yang ke-15 tahun, fleksibilitas, AgrakomPR memberi kesempatan karyawannya untuk belajar dan ide, berkembang. Selama itu pula kreativitas, AgrakomPR memperbaiki diri dan PR Agency terus berkembang. Dengan budaya akan selalu perusahaannya yang mengedepankan mendapatkan kebersamaan, menjadikan AgrakomPR klien. memiliki kedekatan dengan setiap karyawannya, baik yang masih bekerja atau yang sudah “lulus”. Dalam perjalanan 15 tahun itu, sudah banyak staf AgrakomPR yang mengundurkan diri karena “dipinang” oleh perusahaan atau klien. Kemampuan PR-PR yang bekerja di AgrakomPR menjadi daya tarik bagi perusahaan lain untuk merekrutnya. “ Saat perusahaan baru beberapa tahun berjalan, saya panik dan khawatir ketika ada yang mengundurkan diri. Tapi segera saya ubah mindset menjadi menerima situasi, melepas dengan legawa dan menempatkan agency ini sebagai ajang untuk anak-anak berkembang. Lamalama nyaman juga karena sudah tahu
COMPANY OF CHOICE celahnya. Jadi selalu siap, jika ada yang berpamitan. Di sini kalau ada yang pamit, malah diadakan spesial farewell party. Mereka bisa memilih tempatnya di mana. Dulu sewaktu saya di Ogilvy juga begitu. Saya mengamati hal itu baik, melepas tim kita dengan ikhlas. Jadinya nyamannyaman saja, baik yang pergi maupun yang ditinggal,” tutur Hana yang diberi kenang-kenangan dari timnya sertifikat “kelulusan” saat pamit dari Ogilvy. Tidak hanya kepergian karyawan yang ditanggapi dengan santai oleh Hana. Pertumbuhan PR Agency baru pun ditanggapinya dengan positif. “PR Agency itu tidak boleh menangani dua produk yang sama. Sebanyak industri yang ada, akan sebanyak itu juga PR Agency. Maskapai saya cuma satu, dan berarti memberi peluang
PR konsultan itu tidak harus cantik, tidak harus ganteng. Tapi roman mukanya enak dipandang atau menyenangkan dan yang penting dia cerdas. agency lain. Saya tidak merasakan itu sebagai persaingan antar PR Agency. Yang bersaing adalah produkproduknya. Sejauh punya kompentensi, fleksibilitas, ide, kreativitas, PR Agency akan selalu mendapatkan klien. Untuk AgrakomPR, yang paling penting adalah memberikan hasil sebaik mungkin. AgrakomPR tidak hanya menjadi perusahaan yang mampu bertahan dengan kualitas namun dapat melahirkan PR-PR yang berkualitas. “Setelah 15 tahun,
AgrakomPR menjadi tempat belajar atau latihan. Menjadi sekolah kedua. Ini adalah tempat latihan sebelum masuk ke dunia kerja lain karena banyak bisnis dan orang yang kita tangani. Selain itu, budaya setiap perusahaan berbeda-beda, jadi bisa belajar langsung di sini. Seperti agency lainnya, perusahaan ini adalah kawah candradimuka,”ucap Hana dengan mantap.***
TESTIMONI Wiwin M. Yunus | Head of Marketing
Tidak Menganggap Pekerjaan sebagai Beban Bagi Wiwin M. Yunus, Head of Marketing PT Agrakom Para Relatika, bekerja di AgrakomPR sudah seperti rumah keduanya. Sistem kerja yang fleksibel membuat ibu dua anak ini betah bekerja begitu lama di AgrakomPR. “Saya sudah 12 tahun bekerja di sini dan AgrakomPR sudah seperti keluarga kedua bagi saya. Saya sangat menikmati bekerja di tempat ini,” tambahnya. Wiwin sendiri sebelum bergabung di AgrakomPR adalah seorang sekretaris di surat kabar harian Republika. Ketika melamar di AgrakomPR, dia langsung ditawari di bagian marketing dan setelah mengalami proses yang begitu panjang, akhirnya kini ini ia menempati posisi Head of Marketing AgrakomPR. Sepanjang kariernya bersama AgrakomPR, Wiwin tidak menganggap setiap pekerjaannya sebagai sebuah beban. Menurutnya, kalau pekerjaan itu dianggap sebagai beban yang
setiap harus ke kantor terus pulang lagi maka kita tidak bisa menikmati pekerjaan itu. Wiwin pun menganggap pekerjaannya ini sebagai hobi yang sedang dijalaninya. “Pekerjaan saya anggap seperti sedang bermain, tapi sekaligus mendapat banyak ilmu dari situ. Makanya saya bisa betah lama bekerja di sini,” tutur perempuan murah senyum ini. Selain itu, lingkungan yang nyaman juga membuat karyawan di AgrakomPR merasa betah dan nyaman. “Kerja di AgrakomPR lingkungannya enak. Suasana kekeluargaannya sangat terasa di sini. Apalagi di sini banyak yang seumuran, jadi terasa semakin nyaman dalam bekerja,” ungkap Wiwin. Sepanjang kariernya bersama AgrakomPR, Wiwin merasakan banyak pelatihan baik secara teori maupun praktik. “Enaknya di sini, kita mendapat anggaran untuk ikut
pelatihan atau seminar yang ingin kita mau. Kita hanya tinggal minta saja ke HRD,” tambahnya lagi. Wiwin pun menilai apresiasi AgrakomPR terhadap karyawannya sangat baik. Berbagai fasilitas diberikan bagi karyawannya, seperti laptop, tunjangan pulsa, antar jemput bagi karyawan bahkan bonus tahunan yang rutin diberikan. “Karyawan sangat dimanjakan di sini bahkan tahun lalu semua karyawan baru saja diberangkatkan outing ke Singapura dengan penerbangan kelas satu,” ucap Wiwin. ***
TopCareer | April 2012 | 31