PENGEMBANGAN VIDEO PROMOTIF HIV DAN AIDS UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NUSANTARA PLUS CIPUTAT TAHUN 2016
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh: Sugiarto NIM: 1111101000136
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN Skripsi, November 2016 Sugiarto, NIM: 1111101000136 Pengembangan Video Promotif Penyakit HIV dan AIDS untuk Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nusantara Plus Ciputat Tahun 2016 (117 halaman, 3 tabel, 12 gambar, 2 bagan, 9 lampiran) Abstrak Rendahnya pengetahuan remaja mengenai seksual dan dampak dari seks bebas dapat berisiko terhadap penyakit menular seksual khususnya penyakit HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fardillah, N. dkk (2012) di SMK Nusantara menyatakan bahwa remaja cenderung memahami seksualitas itu suatu hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan bahkan diantara merka sudah ada yang melakukan perilakuberisiko. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja perlu dilakukan upaya preventif dengan memberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode dan media promosi agar lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media promotif HIV/AIDS yangdikembangkan dengan menyesuaikan karakteristik dari sasaran media. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang ahli media, 1 orang guru SMP Nusantara dan 20 orang siswa dan siswi SMP Nusantara. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam dan FGD (Focus Group Discussion). Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Agustus 2016 di SMP Nusantara Ciputat Tangerang, Banten. Hasil penelitian menunjukan bahwa media video adalah salah satu media yang sangat efektif digunakan pada saat promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat. Hasil FGD siswa menyatakan bahwa mereka menyukai media yang lebih canggih, menarik, kreatif, dan berbentuk animasi dengan tulisan yang mudah dibaca, menggunakan bahasa yang tidak formal, pesan langsung ditujukan kepada sasaran, serta diiringi dengan backsound suara dan musik agar lebih menarik. Setelah dilakukan percobaan kepada siswa dan siswi didapat hasil bahwa mereka menyukai media video tersebut serta pesan yang ada pada media direspon positif dan sudah bisa dipahami oleh mereka khususnya pesan tentang HIV/AIDS. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain agar pesan yang disampaikan dapat diterima secara efektif. Kata Kunci: Media, Elektronik, Pesan, HIV/AIDS, Pelajar
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH HEALTH PROMOTION SPECIALISATION Mini Thesis, November 2016 Sugiarto, NIM: 1111101000136 Development of Promotive Video HIV Disease and AIDS Prevention for Students in Junior High School (SMP) Nusantara Plus Ciputat 2016 (117 pages, 3 tables, 12 pictures, 2 charts, 9 attachments) ABSTRACT Adolescent lacking of knowledge about sexuality and the effect of premarital sex may be at risk for sexually transmitted diseases, especially HIV / AIDS. Based on the research that has been done by Fardillah, N. et al (2012) at SMK Nusantara states that teens tend to understand sexuality was a sexual relationship between men and women even among them already did premarital sex. To increase knowledge and awareness of youth needs to be done the preventive acts by providing health education methods and media campaign to make it more effective. This study aims to generate media promotion of HIV / AIDS by adjusting the characteristics of the target media. This research was qualitative by approachment grounded theory. Informants in this study was 2 media experts, 1 junior high school teacher archipelago and twenty Junior High School students archipelago. The data collected by in-depth interviews and FGD (Focus Group Discussion). This research was conducted from January to August 2016 in the Junior archipelago Ciputat Tangerang, Banten. The results showed that the video media was one of very effective medium to use when health promotion to improve the knowledge of students and junior high school students Nusantara Ciputat. FGD students stated that they liked the media more sophisticated, interesting, creative, and animated form with legible handwriting, easy to understand language, direct message aimed to the target, and accompanied by back sound and music to make it more attractive. After the trial to male and female students got the result that they liked the video media as well as the messages of the media responded positively and it can be understood by those particular messages about HIV / AIDS. Other researchers are advised to conduct further research using other methods so that the message can be received effectively. Keywords: Media, Electronics, Messages, HIV / AIDS, Student
iii
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta,
November 2016
Penguji I,
Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D NIP. 19790427 200501 2 005
Penguji II,
Ratri Ciptaningtyas, MHS NIP. 19840404 200912 2 007
Penguji III,
Julie Rostina, MKM
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama
: Sugiarto
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir
: Sekayu, 13 Oktober 1993
Status Menikah
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Sekayu-Lubuk Linggau. Desa Napal, Kecamatan Lawang Wetan, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Nomor HP
: 081273301835
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2011-2016
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2008-2011
: MA Sabilul Hasanah
2005-2008
: Mts Sabilul Hasanah
1999-2005
: SDN Napal
vi
KATA PENGANTAR
ُالسالَ ُُم َعلَ ْي ُك ُْم َو َر ْح َم ُُة للاُِ َو َب َر َكا ُت ُه َّ Segala puji serta syukur hanya ditunjukan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Basar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiah yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Alhamdulillah,
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
“Rancangan Pengembangan Media Video Penyakit HIV/AIDS Untuk Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nusantara Plus Ciputat Tahun 2016” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM). Dengan segala kekurangan sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan sebaik-baiknya tanpa bantuan, dukungan, serta motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu dan bapak serta kakak dan ayukku tercinta yang tak pernah berhenti untuk
mendoakan,
memberi
dukungan,
memberi
semangat,
serta
memberikan kasih sayang yang tak terhingga sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini. 2. Dr. Arif Soemantri, MKM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. 4. Ibu Fase Badriah, SKM, M.KES, Ph.D sebagai pembimbing pertama saya yang selalu sabar dalam memberikan arahan, nasehat serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi 5. Ibu Della Aristi, M.KES sebagai pembimbing kedua saya yang selalu memberikan masukan dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi 6. keluarga Asshof MUBA 2011 yang selalu mendukung dan menyemangati dalam menyelesaikan skripsi saya 7. Sahabat kosan Zona Futsal terima kasih telah menjadi keluarga selama di tanah rantau semoga kita bisa selamanya menjadi keluarga 8. Sahabat KESMAS khususnya Proms 2011 terima kasih telah menjadi kawan seperjuangan selama perkuliahan semoga kita bisa sukses bersama 9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang senantiasa membimbing, memberikan informasi dan juga memberikan motivasi sehingga terselesaikannya laporan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan Maka dari itu, penulis meminta saran dan masukannya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin. Wassalamu’alaikum warohmatullohi Wabarokatu.
Jakarta,
November 2016 Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................
i
ABSTRAK..........................................................................................................
ii
ABSTRACT........................................................................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................
vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................
vii
DAFTAR ISI......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN............................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
7
C. Pertanyaan penelitian ...........................................................................
8
D. Tujuan Penelitian ..................................................................................
8
1.
Tujuan Umum.............................................................................
8
2.
Tujuan Khusus ............................................................................
8
ix
E. Manfaat Penelitian................................................................................. .
F.
9
1.
Bagi Sekolah...................................................................................
9
2.
Bagi Peneliti....................................................................................
9
3.
Bagi Peminatan Promosi Kesehatan...............................................
9
Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
11
A. Promosi Kesehatan ...............................................................................
11
B. Pendidikan Kesehatan ..........................................................................
12
1.
Definisi Pendidikan Kesehatan ..................................................
12
2.
Tujuan Pendidikan Kesehatan ....................................................
13
3.
Metode Pendidikan Kesehatan ...................................................
13
4.
Macam-macam Alat Peraga dalam Pendidikan Kesehatan .......
16
C. Media Pendidikan Kesehatan.............................................................
17
1.
Definisi Media ............................................................................
17
2.
Jenis-Jenis Media Pendidikan Kesehatan ...................................
19
3.
Kriteria Memilih Media..............................................................
20
4.
Himbauan Dalam Pesan Media...................................................
23
D. Media Video ......................................................................................
25
1.
Definisi Media Video ..................................................................
25
2.
Tujuan Media Video....................................................................
26
3.
Karakteristik Media Video ..........................................................
26
4.
Kriteria Multimedia Interaktif......................................................
30
5.
Keuntungan Media Video............................................................
32
x
E. Langkah-langkah Pengembangan Media Kesehatan .............................
33
1.
Pengembangan Media Menurut Kemenkes....................................
33
2.
Pengembangan Media Menurut Lhuther.........................................
41
Kerangka Teori ......................................................................................
44
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ...................
45
A. Kerangka Pemikiran ..............................................................................
45
B. Definisi Istilah .......................................................................................
46
BAB IV METODELOGI PENELITIAN ........................................................
48
A. Desain Studi ...........................................................................................
48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................
48
C. Informan Penelitian ...............................................................................
48
D. Instrumen Pengumpulan Data ...............................................................
49
E. Validasi Data ........................................................................................
50
F. Pengolahan dan analisis data..................................................................
50
F.
BAB V HASIL PENELITIAN........................................................................ A.
B.
52
Gambaran Umum Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nusantara Ciputat................................................................................................
52
1.
Visi SMP Nusantara Plus............................................................
53
2.
Misi SMP Nusantara Plus...........................................................
54
3.
Tujuan, Strategi dan Sasaran SMP Nusantara Plus.....................
55
Karakteristik Informan........................................................................
59
Informan Utama...........................................................................
59
1.
xi
2.
Informan Pendukung....................................................................
61
Hasil Penelitian....................................................................................
61
1.
Konsep (Concept).........................................................................
61
2.
Desain (Design)............................................................................
66
3.
Pengumpulan Bahan-bahan (Material Collecting)......................
73
4.
Pembuatan (Assembly)..................................................................
75
5.
Uji Coba (Testing)........................................................................
81
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................
88
C.
A.
Keterbatasan Penelitian........................................................................
88
B.
Konsep (Concept).................................................................................
88
C.
Desain (Design)....................................................................................
92
D.
Pengumpulan Bahan-bahan (Material Collecting)..............................
100
E.
Pembuatan (Assembly)..........................................................................
101
F.
Uji Coba (Testing).................................................................................
102
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN...............................................................
113
A.
Simpulan...............................................................................................
113
B.
Saran .....................................................................................................
119
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Istilah................................................................................
46
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama.........................................................
59
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung..................................................
61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale...................................................
20
Gambar 2.2 Tahapan Pengembangan Media Pengajaran Luther dalam Sutopo..
41
Gambar 5.1 Tahapan pembuatan log-in VideoScribe...........................................
75
Gambar 5.2 Tahapan pembuatan new scribe.........................................................
76
Gambar 5.3 Tahapan pembuatan add an image ...................................................
76
Gambar 5.4 Tahapan pembuatan add taxt.............................................................. 77 Gambar 5.5 Tahapan pembuatan save project.......................................................
77
Gambar 5.6 Tahapan pembuatan log-in Ulead Studio...........................................
78
Gambar 5.7 Tahapan pembuatan add image, audio, atau video...........................
78
Gambar 5.8 Tahapan pembuatan chapter point ...................................................
79
Gambar 5.9 Tahapan pembuatan create video file................................................
80
Gambar 5.10 Tahapan pembuatan format video....................................................
80
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .............................................................................
44
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran....................................................................
45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Panduan Wawancara Mendalam
Lampiran 2
Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada ahli
Lampiran 3
Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada guru
Lampiran 4
Persetujuan informan penelitian
Lampiran 5
Panduan Focus Group Discussion (FGD)
Lampiran 6
Daftar pertanyaan 1 kepada siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat
Lampiran 7
Daftar pertanyaan 2 kepada siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat
Lampiran 8
Persetujuan informan penelitian FGD
Lampiran 9
Matriks Hasil Wawancara dan FGD
xvi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dan anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi perempuan dewasa. Rentang usia remaja berkisar antara 12 sampai 18 tahun. Adapun batasan usia remaja antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin (Pusat Informasi dan Layanan Remaja, 2010) Survei kepada 33.949 remaja pada 24 negara yang salah satunya Eropa Barat yang menunjukkan 13,2 persen remaja telah melakukan hubungan seksual sejak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, sementara 82 persen lainnya menggunakan alat kontrasepsi. Siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di Jawa Barat sebesar 42,3 persen telah melakukan hubungan seksual pertama kali saat di bangku sekolah. Studi lain menunjukkan 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, telah melakukan hubungan seks pranikah. Namun, sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang kurang, sehingga mereka meyakini berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan (Notoatmodjo, 2003)
1
2
Pengetahuan remaja mengenai seksual dan dampak dari seks bebas masih sangat rendah. Sumber informasi utama remaja diperoleh dari teman sebaya (65%), film porno (35%), sekolah (19%) dan orang tua (5%). Selain itu, remaja tersebut mengakui lebih nyaman berbicara mengenai seksualitas dengan teman (Irianto, 2010). Remaja yang mempunyai pengetahuan dan informasi yang rendah tentang kesehatan reproduksi mempunyai peluang masalah seperti melakukan hubungan seksual sebelum menikah, terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjangkitnya penyakit menular seksual (PMS) sampai HIV/AIDS (Efendi, 2009). Sementara itu, jumlah penderita AIDS di dunia sebanyak 33,3 juta kasus dan di Asia sebanyak 4,9 juta kasus. Data lainnya menyebutkan bahwa 20 sampai 25 persen dari seluruh infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja dan perempuan lebih rentan untuk tertular virus HIV 2,5 kali dibandingkan dengan laki-laki. Di indonesia, penderita HIV/AIDS pada tahun 2002 sebanyak 110 ribu, pada tahun 2006 sebanyak 193 ribu, dan pada tahun 2007 hingga 2008 jumlah kasus terus bertambah menjadi 270 ribu kasus. Kasus AIDS
dilaporkan sejak 1987 sampai september 2014
terbanyak pada kelompok usia 20-29. Sedangkan, kasus AIDS di kalangan remaja pada tahun 2014 dilihat dari golongan umur 15-19 tahun cukup tinggi sebesar 1,717 kasus (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2014). Selain kasus AIDS dikalangan remaja cukup tinggi, pengetahuan remaja
3
mengenai cara menghindari infeksi HIV juga masih terbatas yaitu hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja pria menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% remaja wanita dan 25% remaja pria menyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja wanita dan 8% remaja pria menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari penyakit HIV/AIDS (BKKBN, 2012) Salah satu program pemerintah terkait promosi kesehatan adalah Kementrian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS. Peraturan ini mengatur upaya-upaya promotif dan preventif sebagai landasan untuk meningkatkan upaya-upaya di dalam penanggulangan HIV/AIDS melihat peningkatan epidemi HIV/AIDS pada populasi berisiko dan adanya gejala perluasan ke populasi tertentu (Kemenkes, 2013). Dalam upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS diperlukan sebuah proses pendidikan kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan adalah metode dalam penyampaian pesan dan alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu hasil yang maksimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis (Notoatmodjo, 2010).
4
Pada dasarnya alat bantu atau media promosi kesehatan disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada diri setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian dan pengetahuan yang diperoleh. Menurut penelitian para ahli, indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lain (Notoatmodjo, 2007) Ada beberapa jenis alat bantu atau media yang dapat dimanfaatkan serta digunakan dalam menyampaikan materi kesehatan diantaranya adalah media cetak (booklet, leaflet, flyer, flip chart, surat kabar, majalah, tabloid, jurnal, poster dan foto), media elektronik (televisi, radio, video, slide, film strip dan ICT) dan media papan (billboard). Akan tetapi, pemilihan media yang tidak tepat sebagai alat promosi kesehatan dapat mempengaruhi pesan yang akan disampaikan sehingga promosi yang dilakukan menjadi tidak efektif (FIP-UPI, 2007). Agar strategi komunikasi dan penyampaian pesan pada media lebih efektif
diperlukan
rancangan
pengembangan
media
dengan
memperhatikan tingkah laku budaya dan perilaku dari masyarakat yang mejadi sasaran, namun dalam hal penyampaian pesan justru sering mengabaikan komponen-komponen tersebut. Selain itu, pengembangan
5
media promosi juga harus memperhatikan keadaan serta karakteristik dari sasaran agar penyampain informasi lebih efektif (FIP-UPI, 2007). Pengembangan media sebaiknya tidak terlepas dari konteksnya bahkan media merupakan komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan. Oleh karena itu, meskipun tujuannya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, alokasi waktu dan sumber serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan media (Arief S. S. Eds, 2012) Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh Fardillah, N, Syafei, A, Alkaff, RN & Palupi, P (2012) di SMK Nusantara Ciputat pada partisipan yang berusia 17 tahun dan 18 tahun, diperoleh hasil bahwa mereka telah terpapar dengan tindakan pacaran pada saat masih di bangku sekolah dasar. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fardillah, N, Syafei, A, Alkaff, RN & Palupi, P (2012) menyatakan bahwa remaja cenderung memahami seksualitas itu merupakan suatu hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Aktifitas seksual yang pernah mereka lakukan diantaranya berpegangan tangan, merangkul, berciuman pipi dan bibir bahkan sudah berani menyentuh alat vital dari pasangannya. Sedangkan sumber dan jenis informasi yang didapat dan sering dicari oleh remaja adalah dari media internet, televisi, majalah dan handphone. Dari paparan yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah media kesehatan sebagai upaya preventif untuk
6
remaja agar dapat menyadari bahaya dari penyakit menular seksual (PMS) khususnya virus HIV melihat pergaulan remaja saat ini berisiko terhadap penyakit menular seksual dengan memperhatikan karakteristik sasaran agar media yang dikembangkan lebih efektif. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di sekolah SMP Nusantara Ciputat pada partisipan seorang guru dan beberapa siswa SMP Nusantara menyatakan bahwa menurut guru SMP Nusantara media yang cocok dan disukai oleh remaja adalah media elektronik seperti film, video, gambar bergerak dan lain sebagainya. Penyuluhan dengan pemutaran video dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di klinik sekolah
dengan memanfaatkan fasilitas ada seperti proyektor,
sound sistem dan lain sebagainya. Sedangkan menurut siswa menyukai media dengan bentuk elektronik karena sangat menarik, berpariasi dan lebih canggih. Video merupakan tayangan gambar yang bergerak yang disertai dengan suara. Selain sangat efektif, video juga memiliki kelebihan lain yaitu sudah dikenal oleh masyarakat, mengikutsertakan semua panca indra, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan relatif lebih besar, sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang (Notoatmodjo, 2005). Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah media elektronik berupa video sebagai alat preventif untuk meningkatkan
7
pengetahuan dan kesadaran HIV/AIDS pada siswa SMP
Nusantara
Ciputat tahun 2016 melalui pendekatan grounded theory dengan studi kualitatif. B. Rumusan Masalah Rendahnya pengetahuan remaja mengenai seksual dan dampak dari seks bebas dapat berisiko terhadap penyakit menular seksual khususnya penyakit HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fardillah, N, Syafei, A, Alkaff, RN & Palupi, P (2012) di SMK Nusantara menyatakan bahwa remaja cenderung memahami seksualitas itu suatu hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Aktifitas seksual yang pernah mereka lakukan diantaranya berpegangan tangan, merangkul, berciuman pipi dan bibir bahkan sudah berani menyentuh alat vital dari pasangannya. Sedangkan sumber dan jenis informasi yang didapat dan sering dicari oleh remaja adalah dari media internet, televisi, majalah dan handphone. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja mengenai dampak dari seks bebas sebagai upaya preventif mengurangi kasus penyakit menular seksual maka peneliti merasa perlu untuk mengembangkan sebuah media kesehatan dengan mengutamakan kefektifan saat digunakan sebagai alat promosi kesehatan yang menyesuaikan media dengan karakteristik dari sasaran, strategi belajar-mengajar, alokasi waktu dan sumber serta prosedur penilaian terlebih dahulu sehingga upaya promotif yang dilakukan lebih maksimal. Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan pengembangan media promotif HIV/AIDS untuk siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat.
8
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana konsep pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat? 2. Bagaimana desain pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat? 3. Bagaimana
pengumpulan
bahan-bahan
pengembangan
video
HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat? 4. Bagaimana pembuatan pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat? 5. Bagaimana testing pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan video penyakit HIV dan AIDS untuk siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui konsep pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat b. Mengetahui desain pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat c. Mengetahui pengumpulan bahan-bahan pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat d. Mengetahui pembuatan pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat
9
e. Mengetahui testing pengembangan video HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat E. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Sekolah Hasil rancangan media ini diharapkan dapat digunakan oleh sekolah dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan perilaku siwa dan siswi untuk menghindari terpaparnya penyakit HIV dan AIDS.
2.
Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk melakukan
perancangan
media
kesehatan
reproduksi
penyakit
HIV/AIDS 3.
Bagi Peminatan Promosi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi institusi akademik kesehatan sebagai rancangan media promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit HIV dan AIDS
10
F. Ruang Lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Oktober 2016. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Nusantara Ciputat. Pengembangan video mengenai penyakit HIV dan AIDS pada siswa dan siswi SMP dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Adapun tujuan dari pengembangan media adalah agar dapat melakukan upaya pencegahan dini sehingga mengurangi prevalensi HIV/AIDS. Setelah peneliti mendapatkan data-data tersebut, peneliti akan mulai mengembangkan media dengan hasil akhir berbentuk sebuah video promosi kesehatan tentang HIV/AIDS.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Promosi Kesehatan Pada tahun 1990 muncul pendekatan yang lebih luas tidak hanya mencakup pendidikan kesehatan, tetapi juga membahas kebutuhan terhadap aksi politik dan sosial. Pendekatan ini disebut dengan promosi kesehatan yang lebih menfokuskan pada keterlibatan masyarakat dalam menetapkan tujuan kesehatan masyarakat dengan menunjukkan antara promosi kesehatan dan status kesehatan masyarakat berada dalam suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi (Maulana, 2009). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986 dalam Maulana 2009). Promosi kesehatan meliputi dan merangkum pengertian dari istilah pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), dan istilah lainnya. Dalam promosi kesehatan juga mencakup pendidikan kesehatan karena makna penting promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat, sedangkan pemberdayaan adalah upaya untuk membangkitkan daya sehingga mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri. Oleh karena itu, tenti
diperlukan upaya
untuk
mengubah, menumbuhkan,
atau
mengembangkan perilaku positif. Hal ini merupakan bidang garapan utama pendidikan kesehatan (Maulana, 2009).
11
12
B. Pendidikan Kesehatan 1. Definisi Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan dirinya dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit dan sebagainya (Notoatmodjo 2007). Wood (1926) dalam Maulana (2009), pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan terkait dengan kesehatan individu, masyarakat, dan bangsa. Sementara menurut Maulana (2009) pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi dan kegiatankegiatan intelektual, psikologi, dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan masyrakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu upaya membantu individu, kelompok atau masyarakat untuk belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya (life skills) demi kepentingan kesehatannya.
13
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007) tujuan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit. b. Mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada. c. Memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit. d. Membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. 3. Metode Pendidikan Kesehatan Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai (Depkes, 2009). Ada beberapa metode dalam memberikan pendidikan kesehatan, yaitu : a. Metode Ceramah Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang pembicara didepan sekelompok pengunjung. Ada beberapa keunggulan metode ceramah : 1) Dapat digunakan pada orang dewasa. 2) Penggunaan waktu yang efisien. 3) Dapat dipakai pada kelompok yang besar. 4) Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran. 5) Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu
14
b. Metode Diskusi Kelompok Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seseorang pemimpin. Ada beberapa keunggulan metode kelompok : 1) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat. 2) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan 3) Dapat memperluas pandangan atau wawasan. 4) Problem kesehatan yang dihadapi akan lebih menarik untuk dibahas karena proses diskusi melibatkan semua anggota termasuk orang-orang yang tidak suka berbicara. c. Metode panel Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Beberapa keunggulan metode panel: 1) Dapat membangkitkan pemikiran. 2) Dapat mengemukakan pandangan yang berbeda-beda. 3) Mendorong para anggota untuk melakukan analisis. 4) Memberdayakan orang yang berpotensi.
15
d. Metode Forum Panel Forum
panel
adalah
panel
yang
didalamnya
individu
ikut
berpartisipasi dalam diskusi. Ada beberapa keunggulan metode forum panel : 1) Memungkinkan setiap anggota berpartisipasi. 2) Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya terhadap materi yang sedang didiskusikan. 3) Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian. 4) Memungkinkan tanggapan terhadap pendapat panelis. 5) Metode permainan Peran 6) Permainan peran adalah pemeran sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok. Ada beberapa keunggulan dari metode permainan peran : a) Membantu anggota untuk menganalisa situasi/masalah. b) Dapat dipakai pada kelompok besar dan kecil c) Menambah rasa percaya diri peserta. d) Membantu anggota mendapat pengalaman yang ada pada pikiran orang lain. e) Membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah. 7) Metode symposium Symposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Pidato-pidato tersebut
16
mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari topik tertentu. Ada beberapa Keunggulan metode ini yaitu : a) Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil b) Dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu singkat c) Pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan lebih menarik. 8) Metode demonstrasi Metode
demonstrasi
adalah
metode
pembelajaran
yang
menyajikan suara prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan media, seperti radio dan film. Keunggulan metode demonstrasi adalah : a) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret. b) Lebih mudah memahami sesuatu karena proses pembelajaran menggunakan prosedur atau tugas dengan dibantu dengan alat peraga. c) Peserta didik dirangsang untuk mengamati. d) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri (rekomendasi). 4. Macam-macam Alat Peraga Dalam Pendidikan Kesehatan Alat peraga merupakan alat bantu dalam melakukan pendidikan kesehatan yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
17
pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Ada beberapa alat peraga yang dapat digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan, yaitu : a. Alat bantu lihat (visual) Membantu dalam menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Misalnya slide, film, gambar peta, bola dunia dan sebagainya. b. Alat bantu dengar (audio) Yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar
pada
waktu
proses
penyampaian
bahan
pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. c. Alat bantu lihat-dengar (audio-visual) Yaitu alat yang dapat membantu menstimulasikan indera penglihatan dan pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan. Misalnya : televisi dan video cassete. C. Media Pendidikan Kesehatan 1.
Definisi Media Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra (Maulana, 2007). Semakin banyak pancaindra yang digunakan,
18
semakin banyak dan pengetahuan
semakin
yang diperoleh.
jelas pula Hal
pengertian atau
ini menunjukkan bahwa
keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13%- 25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Maulana, 2007). Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam media atau alat bantu pendidikan di dalam proses pendidikannya. intensitas
Masing-masing
yang berbeda-beda
media dalam
tersebut
mempunyai
mempersepsikan bahan
pendidikan atau pengajaran. Edgar Dale membagi alat bantu atau media promosi kesehatan menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap alat-alat tersebut dalam sebuah kerucut (Nototmodjo, 2007).
Gambar 2.1 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale
19
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah katakata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan benda asli
mempunyai
intensitas
yang
paling
tinggi
untuk
mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran, sedangkan penyampaian bahan-bahan hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. 2.
Jenis-Jenis Media Pendidikan Kesehatan Media pendidikan kesehatan merupakan alat bantu pendidikan yang disampaikan dengan tujuan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Media kesehatan tersebut antara lain : a. Media cetak 1) Booklet, adalah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. 2) Leaflet, adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. 3) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet tetapi tidak berlipat. 4) Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
20
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 6) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan, yang biasanya ditempel ditemboktembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum. b. Media elektronik 1) Televisi adalah informasi yang disampaikan bisa dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV spot dan sebagainya. 2) Radio adalah informasi yang disampaiakan dalam bentuk obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot dan sebagainya. 3) Video adalah bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesanpesan/materi pelajaran c. Media papan (Billboard) Media papan (Billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. 3.
Kriteria Memilih Media Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada isi pesan, cara
21
menjelaskan pesan dan karateristik penerima pesan. Dengan demikian
dalam
memilih
dan
menggunakan
media,
perlu
diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada audience yang tepat pula. Menurut (Kholid, 2014) pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain: a. Access Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh audience. Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya. Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah audience diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet, jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet tetapi juga penyaji atau karyawan dan audience. Bahkan audience lebih penting untuk memperoleh akses.
22
b. Cost Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun. c. Technology Mungkin saja kita tertarik kepada suatu media tertentu, tetapi kita perlu memerhatikan apakah teknisnya tersedia dan mudah menggunakanya. Contohnya jika ingin menggunakan media visual promosi, perlu kita pertimbangkan apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoprasikanya. d. Interactivity Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktiktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh penyaji tentunya saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. e. Organization Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan
23
mendukung. Bagaimana pengorganisasiannya, apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar. f. Novelty Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi audience. Dari beberapa pertimbangan diatas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap penyaji agar mau memanfaatkan dan mengembankan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh: bila tujuan atau kompetensi audience bersifat menghafalkan kata-kata, tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan, maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. 4.
Himbauan dalam Pesan Media Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, atau pesan itu untuk menghimbau khalayak sasaran agar
24
mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita, yang perlu diperhatikan adalah (Kholid, 2014): a. Himbauan Rasional Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional. Contohnya pesan “datanglah ke posyandu untuk iminusasi anak anda. Imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya” para ibu mengerti pesan itu, namun kadang tidak bertindak karena keraguan. b. Himbauan Emosional Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih didasarkan pada emosi daripada hasil pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukkan bahwa pesan dengan menggunakan himbauan emosional sering lebih berhasil dibanding dengan imbuan dengan bahasa rasional. Contoh “Diare penyakit berbahaya, merupa penyebab kematian bayi. Cegahlah dengan stop BAB (buang air besar) sembarang”. Kombinasikan dalam poster hubungan gagasan dengan unsur visual dan nonverbal, misalnya dengan gambar anak balita sakit, kemudia tertera pesan “Lindungi Anak Anda” c. Himbauan Ketakutan Penggunaan
himbauan
dengan
pesan
yang
menimbulkan
ketakutan harus digunakan secara betrhati-hati. Ada sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut dengan
25
himbauan semacam ini, tetapi sebaliknya kelompok orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, pesan semacam ini akan lebih efektif. d. Himbauan Ganjaran Pesan dengan himbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini dirasa cukup masuk akal, karena pada kenyataannya orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi) yang cukup. e. Himbauan Motivasional Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbuan motif yang menyentuh kondisi internal diri si penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagaman, prestasi dan lain-lain. D. Media Video 1. Definisi media video Menurut Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena unsur
26
dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak. Menurut Soetomo (2003) video yaitu bahan pembelajaran yang
dikemas
melalaui
pita
video dan dapat dilihat melalui
video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi. Media video pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis media audio visual
aids (AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar.
Biasanya media ini disimpan dalam bentuk piringan atau pita. Media VCD adalah media dengan sistem penyimpanan dan perekam video dimana signal audio visual direkam pada disk plastic bukan pada pita magnetic (Arsyad, 2004). 2. Tujuan Media Video Menurut Riyana (2007) media video pembelajaran sebagai bahan ajar bertujuan untuk : a. Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu verbalistis b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik maupun instruktur c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. 3. Karakteristik Media Video Menurut Riyana (2007) untuk menghasilkan video pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya
27
maka pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video pembelajaran yaitu: a. Clarity of Massage (kejalasan pesan) Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi. b. Stand Alone (berdiri sendiri). Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. c. User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya) Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. d. Representasi Isi Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat menjadi media video. e. Visualisasi dengan media Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi
28
yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinngi. f. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech sistem komputer. g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program. Sedangkan karakteristik media video pembelajaran lainnya menurut Riyana (2007) adalah sebagai berikut: a) Televisi/video mampu membesarkan objek yang kecil terlalu kecil bahkan tidak dapat dilihat secara kasat mata/mata telanjang. b) Dengan
teknik
editting
objek
yang
dihasilkan
dengan
pengambilan gambar oleh kamera dapat diperbanyak (cloning). c) Televisi/video juga mampu memanupulasi tampilan gambar, sesekali objek perlu diberikan manipulasi tertentu sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin disampaikan sebagai contoh objek-
29
objek yang terjadi pada masa lampau dapat dimanipulasi digabungkan dengan masa sekarang. d) Televisi/video mampu membuat objek menjadi still picture artinya gambar/objek yang ditampilkan dapat disimpan dalam durasi tertentu dalam keadaan diam. e) Daya tarik yang luar biasa televisi/video mampu mempertahankan perhatian siswa/audience yang melihat televisi/video dengan baik dibandingkan dengan mendengarkan saja yang hanya mampu bertahan dalam waktu 25-30 menit saja. f) Televisi/video mampu menampilkan objek gambar dan informasi yang paling baru, hangat dan actual (immediacy) atau kekinian. Sedangkan karakteristik media video pembelajaran menurut Azhar Arsya (2004) adalah sebagai berikut: a) Dapat disimpan dan digunakan berulang kali. b) Harus memiliki teknik khusus, untuk pengaturan urutan baik dalam hal penyajian maupun penyimpanan. c) Pengoperasiannya relatif mudah d) Dapat menyajikan peristiwa masa lalu atau peristiwa di tempat lain.
30
4. Kriteria Multimedia Interaktif Menurut Riyana (2007) pengembangan dan pembuatan video pembelajaran harus mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: a.
Tipe Materi Media video cocok untuk materi pelajaran yang bersifat menggambarkan suatu proses tertentu, sebuah alur demonstrasi, sebuah konsep
atau
mendeskripsikan sesuatu.
Misalnya
bagaimana membuat cake yang benar, bagaimana membuat pola pakaian, proses metabolisme tubuh, dan lain-lain. b.
Durasi Waktu Media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit, berbeda dengan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3,5 jam. Mengingat kemampuan daya ingat dan kemampuan berkonstentrasi manusia yang cukup terbatas antara
15-20
menit,
menjadikan
media
video
mampu
memberikan keunggulan dibandingkan dengan film. c.
Format Sajian Video Film pada umumnya disajikan dengan format dialog dengan unsur dramatiknya yang lebih banyak. Film lepas banyak bersifat imaginatif dan kurang ilmiah. Hal ini berbeda dengan kebutuhan sajian untuk video pembelajaran yang mengutamakan kejelasan dan penguasaan materi. Format video yang cocok
31
untuk pembelajaran diantaranya: naratif (narator), wawancara, presenter, format gabungan. d.
Ketentuan Teknis Menurut Riyana (2007) media video tidak terlepas dari aspek teknis yaitu kamera, teknik pengambilan gambar, pencahayaan,
editting,
dan
suara.
Pembelajaran
teknik lebih
menekankan pada kejelasan pesan, dengan demikian, sajiansajian yang komunikatif perlu dukungan teknis. Misalnya: 1) Gunakan pengambilan
dengan teknik zoom atau extrem
close up untuk menunjukan objek secara detail. 2) Gunakan teknik out of focus atau in focus dengan pengaturan def of file untuk membentuk image focus of interest atau mefokuskan objek yang dikehendaki dengan membuat sama (blur) objek yang lainnya. 3) Pengaturan proverty yang sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini perlu menghilangkan objek-objek yang tidak berkaitan dengan pesan yang disampaikan. Jika terlalu banyak objek akan mengganggu dan mengkaburkan objek. 4) Penggunaan tulisan (text) dibuat dengan ukuran yang proporsional. Jika memungkinkan dibuat dengan ukuran yang lebih besar, semakin besar maka akan semakin jelas. Jika text dibuat animasi, atur agar animasi text tersebut
32
dengan speed yang tepat dan tidak terlampau diulangulang secara berlebihan. e.
Penggunaan Musik dan Sound Effect Beberapa ketentuan tentang music dan sound effect menurut Cheppy Riyana (2007): 1) Musik untuk pengiring suara sebaiknya dengan intensitas volume yang lemah (soft) sehingga tidak mengganggu sajian visual dan narator. 2) Musik yang digunakan sebagai background sebaiknya musik instrumen. 3) Gunakan musik dengan lagu yang populer atau sudah akrab ditelinga siswa. 4) Menggunakan sound effect untuk menambah suasana dan melengkapi sajian visual dan menambah kesan lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan musik dalam media video akan mampu menarik perhatian siswa untuk memyimak pelajaan yang diberikan.
5. Keuntungan Media Video Keuntungan menggunakan media video menurut Daryanto (2010) antara lain: a.
Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai kebutuhan
33
b.
Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung
c.
Video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran
E. Langkah-Langkah Pengembangan Media 1. Pengembangan Media menurut Kemenkes Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) pengembangan media dapat dilakukan berdasarkan enam tahapan lima tahapan, yaitu : a. Tahapan analisis masalah dan sasaran Pada tahap ini kita melakukan penelaahan alisis yang meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2008): 1) Masalah kesehatan termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah, epidimiologi masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat
sehubungan
dengan
masalah
kesehatan
yang
ditimbulkan. 2) Kelompok sasaran, demografi, sosial ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan atau buta
aksara,
budaya,
adat
istiadat,
pendapatan
serta
pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan masalah kesehatan. 3) Kebijakan-kebijakan, peraturan dan program penanggulangan yang telah ada dan berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman yang lalu harapan dimasa yang akan datang. Disini dapat dipelajari arahan-arahan dalam membuat suatu program
34
atau kegiatan KIE masing-masing sektor. Apakah masalah kesehatan yang ada lebih dilihat sebagai masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau bahkan politik. Serta melihat program serta pendukung- pendukung apa saja yang telah tersedia. 4) Memilih institusi, organisasi atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
yang
mampu
mendukung
program.
Dilihat
kemampuan intemal dan ekstemal dari organisasi tersebut. 5) Sasaran komunikasi yang tersedia untuk menetapkan media dan sarana yang telah tersedia dan yang telah dilaksanakan. b. Tahapan rancangan pengembangan media Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi yang menjelaskan 8 (delapan) komponen utama, yaitu (Departemen Kesehatan RI, 2008): 1) Menentukan Tujuan Sebelum menentukan media hal yang harus diingat adalah tujuan dari perancangan media. Tujuan yang di rancang harus spesifik, realistik, dapat diterapkan dan diukur dalam batas waktu. 2) Identifikasi Kelompok Sasaran Dilakukan dengan melihat segmentasi sasaran berdasarkan demografi, geografi, budaya, psikologis atau karateristik lainya yang spesifik.
35
3) Mengembangkan Pesan-pesan Pesan yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengetahuan serta tingkat kewaspadaan dari sasaran yang dituju. Harus mengandung informasi yang akurat dan terfokus pada pesan kunci dan jangan terlalu banyak pesan. 4) Menetapkan Media Yang Akan Digunakan Sebelum mengembangkan pesan hal dasar yang perlu dilakukan adalah menentukan jenis media yang akan digunakan yaitu jenis media interpersonal atau media massa. Penggunaan media sebaiknya bermacam-macam namun terkoordinasi dengan baik. Menetapkan media juga harus memperhatikan jangka waktu dan dampak dari penggunaan media tersebut. 5) Penguatan Interpersonal Mencari orang-orang atau kelompok yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi orang tersebut, seperti pembimbing masyarakat, para ahli, tokoh agama dan yang lainlain dalam mengambilan keputusan atau perubahan perilaku yang positif. 6) Menulis Rancangan Kegiatan Merancang rencana kegiatan dalam bulanan, tri wulanan atau tahunan. Juga sertakan indikator-indikator untuk memonitoring output.
36
7) Perencanaan Anggaran Perencanaan anggaran termasuk personalia maupun percetakan a) Media, pre test, revisi, pelatihan tugas lapangan, logistik biaya. b) Perjalanan evaluasi dan lain-lain. 8) Bagan
organisasi
atau
perencanaan
manajemen
dengan
pembagian tugas dan tanggung jawab. c. Tahapan pengembangan pesan, uji coba dan produksi media Dalam tahap 1 dan 2 diatas pesan yang disampaikan harus sederhana, jelas, spesifik, konsisten, positif, menarikperhatian, berorientasi pada tindakan dan k e c o c o k a n dengan budaya dan kebijakan nasional. Peranan pihak lain seperti ahli design diperlukan untuk mendapatkan kreatifitas pesan-pesan. Perlu dilakukan pengujian dari setiap pesan kepada sasaran sebelum bahan KIE itu d i produksi. Pandangan dari ahli asing, pejabat-pejabat tinggi pemerintah atau teman-teman tidaklah cukup sebagai pegangan, lebih penting adalah melakukan pre test kepada sasaran potensial, dan bila diperlukan melakukan revisi material. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1) Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan, kata-kata ungkapan, tema atau slogan merefleksikan strategi secara ke seluruhan.
yang
37
2) Membuat konsep dari metode baru. Pada tahap ini dilakukan kegiatan antara lain : perancangan konsep baru yang akan dikembangkan dan penentuan jenis serta bahan-bahan meliputi pengembangkan pesan (pesan dan bahasa), desain gambar (tampilan bentuk, ukuran, warna dan letak dari gambar). 3) Pre test konsep pesan yang dibuat kepada sekelompok sasaran atau wakil-wakil dari perorangan yang dianggap mewakili, dari pre test tersebut diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu dan memberikan perhatian khusus untuk pesan yang berbentuk gambar dan ilustrasi (yang tidak tertulis) untuk menghindari salah paham. 4) Ciptakan dan kembangan pesan-pesan yang lengkap beserta dengan sarana pendukungnya (contoh memberi pengumuman melalui radio, booklet, poster). 5) Pre test pesan yang lengkap dan bahan-bahan yang digunakan untuk
memudahkan
pemahaman
keseluruhan,
kemampuan
mengingat titik lemah dan kuat pesan media, relevansi dan memperbaiki hasil yang masih diperdebatkan sebelum diproduksi. 6) Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum dilakukannya produksi ulang untuk menyakinkan apakah media dan pesan masih efektif dan efesien. Semua pelaksana pengembangan media di semua tingkatan harus siap mengikuti keadaan dan memuat ulang perubahan sebagai hasil dari uji coba.
38
d. Tahapan pelaksanaan dan pemantauan Pelaksanaan
adalah
tahap
dimana
perencanaan
mulai
dilaksanakan. Pelaksanaan biasanya merupakan bagian yang paling membutuhkan biaya jangan dimulai sampai tahapan pre tes dan revisi selesai dilakukan. Langkah–langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2008) : Menghasilkan pesan dan bahan berdasarkan pretest, penyebaran pesan-pesan dan bahan-bahan secara terintegrasi dan sesuai jadual melalui saluran media yang tepat sehingga mendapat pengaruh yang nyata. Latih mereka yang akan menggunakan bahan-bahan tersebut. Sebarkan secara luas jadual pelaksanaan dan laporan sehingga seorangpun ”key person” atau kelompok yang tidak mengetahuinya. Tidak ada monitoring atau pemantauan melihat keluaran dari program dibandingkan dengan rencana kerja dan rencana anggaran. Hal ini membantu manajer
mengidentifikasi
dan
memperbaiki
masalah-masalah
sebelum menjadi hambatan. Langkah-langkah sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2008): 1) Memonitor jumlah atau volume bahan atau materi yang diproduksi 2) Monitor distribusi media massa atau media interpesonal 3) Monitor struktur intemal
39
4) Monitor dan muatkan hubungan kerja sama dengan organisasi lain termasuk juga dengan organisasi yang tidak bersahabat dengan kita 5) Membuat perubahan dari rancangan proyek bila diperlukan e. Tahapan evaluasi dan rancangan ulang Evaluasi menyediakan informai bagi manajer program terhadap hasil output dan dampak dari kegiatan untuk membuat perubahanperubahan yang diperlukan. Belajar
dari pengalaman yang kita
perlukan bukan kritik tapi harus cara atau pendekatannya Evalausi mengukur dampak kegiatan dari segi sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menetap dari sasaran potensial, provider, staf KIE dan
kelompok-kelompok
berpengaruh
lainnya
(Departemen
Kesehatan RI, 2008). Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1) Ukur dan telusuri kepedulian umum,daya ingat atau praktik perilaku
khalayak
sasaran
dengan
menggunakan
teknik
peneliitian yang dapat diterima,untuk menghasilkan umpan balik yang tepat. 2) Analisis hasil sesuai dengan tujuans pesifik 3) Buat perubahan pada rancangan proyek, bila diperlukan Evaluasi dapat dilihat sebagai tolok ukur keberhasilan bukan menguji penampilan pekerja.
Organisasi pelaksana harus diberi
penghargaan karena telah mengidentifikasi masalah-masalah dan
40
membuat koreksi yang diperlukan. Perhatian seharusnya tertuju pada peninakatan hasil yang lebih spesifik misalnya, penempatan poster diberbagai kelompok penting atau menyerahkan sebagian tugas dan tanggung jawab kepada organisasi lain. Pejabat pemerintah yang menaruh minat harus diberi tahu setiap perubahan perbaikan sebagai hasil evaluasi. Review dan perancangan ulang ditunjukan pada kesinambungan kebutuhan KIE dan pada kemampuan serta sumber data telah tersedia atau di dapat dari proyek agar menjadi sesuatu KIE yang efektif dan kontinyu. Langkah-langkah review dan perencanaan ulang adalah: 1) Telaah ulang dan analisis informasi yang di dapat dari setiap tahap proses pengembangan media 2) Analisis dampak dari proyek atas nama sasaran, organisasi pemberian dana dan lain-lain yang berkepentingan 3) Identifikasi perubahan yang berarti secara nasional. 4) Identifikasi kekuatan dan kelemahan 5) Evaluasi keahlian yang dihasilkan oleh orang-orang setempat. 6) Perkirakan sumber yang dapat mendukung di masa yang akan datang 7) Rancangan ulang kegiatan komunikasi secara kontinu 8) Daur ulang data hasil penilaian ke dalam yang baru Proses KIE haruslah merupakan proses kontinyu. Perubahan sikap dan perilaku yang bermakna dari seseorang membutuhkan
41
waktu dan usaha yang berulang-ulang. Proses ini seperti siklus, menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dari masyarakat sasaran potensial dan berdasarkan pengalaman yang baru. 2. Pengembangan Media Menurut Lhuther Menurut Luther dalam Sutopo (2003) mengembangkan media pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan enam tahapan, yaitu concept, design, material collecting, assembly, testing dan distribution.
Gambar 2.2 Tahapan Pengembangan Media Pengajaran Luther dalam Sutopo (2003)
42
Luther
menyampaikan
penjelasan
enam
tahapan
dalam
pengembangan media tersebut adalah : a.
Konsep (Concept) Tahap konsep yaitu menentukan tujuan produksi suatu media yang
telah ditentukan, dalam tahapan ini hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) Menentukan tujuan, tahap ini mulai ditentukan tujuan dari pengembangan media yang telah ditentukan, serta orang yang menggunakanya media. Tujuan dan orang yang menggunakan media berpengaruh pada konsep yang akan dirancang, sebagai pencerminan identitas dari sasaran yang menginginkan informasi sampai kepada pesan yang ingin disampaikan. 2) Memahami karakteristik sasaran, karena tingkat kemampuan seseorang sangat mempengaruhi pembuatan desain, sehingga media dapat lebih komunikatif dalam penyampaian pesan. Berdasarkan pemahaman pada tahapan konsep, peneliti melakukan analisis hal yang menjadi masalah kebutuhan yang akan dijawab melalui media yang akan dikembangkan. b. Desain (Design) Dalam tahapan desain media pembelajaran hal yang perlu dilakukan adalah membuat spesifikasi secara rinci mengenai konten-konten yang dibutuhkan untuk merancang suatu pengembangan media, pembuatan konten harus dibuat secara rinci sehingga pada tahap berikutnya hanya tinggal menggunakan apa yang sudah ditentukan pada tahap design.
43
c. Pengumpulan Bahan-bahan (Material Collecting) Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan media pembelajaran berupa materi dan aspek pendukung dapat berupa gambar, foto, clip art, diagram dan lain sebagainya. Tahap ini dapat dikerjakan bersama-sama dengan tahapan berikutnya yaitu assembly. d. Pembuatan (Assembly) Tahap pembuatan merupakan tahap dimana seluruh objek atau desain dan bahan dibuat menggunakan suatu aplikasi, yaitu dilakukan dengan memasukkan data yang digunakan untuk berbagai tampilan, serta mengurutkan materi dan gambar yang akan digunakan. e. (Testing) Tahap testing merupakan tahapan dimana media pembelajaran yang disusun diuji cobakan kepada sasaran, hal itu bertujuan apakah hasil dan tujuan sesuai dengan apa yang diinginkan. f. (Distribution) Dalam tahap akhir dari pengembangan media adalah tahap distribution atau pendistribusian, pada tahapan ini media yang telah melewati tahapan testing didistribusikan kepada sasaran yang dituju dan siap untuk digunakan.
2.7 Kerangka Teori Berdasarkan teori Luther dalam Sutopo (2003) menyampaikan enam tahapan dalam pengembangan media pengajaran yaitu konsep tahapan konsep media, desain media, pengumpulan bahan media, pembuatan media, testing media dan distribusi media. Penjelasan yang lebih jelas dapat dilihat kerangka teori di bawah ini:
Konsep Media Video
Desain Media Video
Pengumpulan Bahan Media Video
Pembuatan media Video
Testing Media Video
Media Video
Bagan 2.1 Kerangka Teori Tahapan Pengembangan Multi Media (Luther dalam Sutopo 2003)
44
Distribusi Media Video
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH A.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk
ke dalam kerangka pemikiran. hal ini dikarenakan kurangnya waktu dalam melakukan penelitian ini sehingga penelitian yang dilakukan hanya sampai padatahap pembuatan media. Pada tahap pengembangan desain media, peneliti memerlukan pakar media dan pakar HIV/AIDS serta kelompok siswa SMP Nusantara Ciputat. Fungsi dari pakar media/pakar HIV/AIDS adalah untuk menggali informasi terkait media video dengan wawancara mendalam. Sedangkan pada tahap testing dilakukan FGD bersama sekelompok siswa dan siswi SMP Nusantara untuk mendapatkan respon dan tanggapan mereka terhadap desain dan pesan pada media video. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran yang digunakan dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini :
Konsep Video
Desain Video
Video
Testing Video
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
45
Pengumpulan Bahan Video
Pembuatan Video
46
B. Definisi Istilah Tabel 3.1 Tabel Definisi Istilah No
1
Istilah
Definisi Istilah
Cara Ukur
Konsep media Pengkajian atau analisa terhadap tujuan Wawancara
Informasi terkait
video
produksi dari media video tentang mendalam
media
HIV/AIDS, Penggunaan media video
akan dirancang
sebagai alat pendidikan dan promosi
sesuai
kesehatan,
kebutuhan,
sebelum
karakteristik
sasaran
melakukan
rancangan
tujuan
pengembangan media video.
2
Hasil Ukur
Desain media Mengkaji video
dan
yang
dan
sasaran menyusun Wawancara
pengembangan pesan (bentuk pesan, Mendalam pesan langsung ditunjukkan kepada dan
Draf
konten
terkait
Focus pengembangan
sasaran atau orang lain, pesan yang Group
pesan
dan
terkandung di dalam video dapat Discussion
desain
media
meningkatkan
video
pengetahuan
dan
meyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku yang lebih baik berdasarkan pesan pada video) dan menetapkan bentuk kemasan, kesesuaian pilihan background,
kesesuaian
proporsi
warna, kesesuaan pemilihan jenis huruf, kesesuaian pemilihan ukuran huruf, keterbacaan teks, kejelasan musik atau suara, durasi dan kesesuaian animasi dengan materi)
3
Pengumpulan bahan video
Mengkaji dan menyusun materi-materi Studi
media yang akan dimasukkan ke dalam video, Referensi
Konten
isi
materi
yang
seperti pengertian HIV/AIDS, media
sesuai
dengan
penularan HIV/AIDS, faktor resiko
tujuan
dan
penyakit
sasaran media
HIV/AIDS,
pencegahan
HIV/AID, serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. Selain bahan materi, juga mengkaji bahan-bahan
47
untuk
pembuatan
media
seperti
sofwere, gambar animasi, musik dan sebagainya.
4
Pembuatan
Mengimplementasikan desain media Studi
Dihasilkan
media video
video ke dalam sofwere pembuatan Referensi
Media Video
media video yang hasil akhirnya berupa dan Analisa media video HIV/AIDS
Hasil Wawancara Mendalam
5
Testing
Melakukan uji coba pengembangan Focus
Respon
pesan (bentuk pesan, pesan langsung Group
sasaran terhadap
ditunjukkan kepada sasaran atau orang Discussion
pesan
dan
lain, pesan yang terkandung di dalam (FGD)
desain
media
video dapat meningkatkan pengetahuan
video
apakah
dan
untuk
diterima
melakukan perilaku yang lebih baik
ditolak,
berdasarkan pesan pada video) dan
dipahami
atau
menetapkan
tidak,
serta
menarik
atau
meyakinkan
sasaran
bentuk
kesesuaian
pilihan
kemasan, background,
kesesuaian proporsi warna, kesesuaan pemilihan
jenis
huruf,
kesesuaian
pemilihan ukuran huruf, keterbacaan teks, kejelasan musik atau suara dan kesesuaian animasi dengan materi serta durasi media)
tidak
dari
atau
BAB IV METODE PENELITIAN A.
Desain Studi Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan grounded theory. Pendekatan grounded theory dipilih dengan maksud untuk mengetahui lebih lanjut dan mendalam terkait pengembangan pesan dan desain pada media yang cocok dengan remaja, dengan metode
kualitatif
diharapkan
peneliti
mendapatkan
informasi
sehingga
menghasilkan rancangan media yang cocok dan sesuai dengan remaja yang akhirnya media dapat diterima serta pesan yang terkandung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta peneliti ingin mendesripsikan dengan kata-kata terkait hasil peneliatian. B.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 – Maret 2016. Untuk
pengambilan data dengan pakar ahli media dan pakar penyakit HIV/AIDS, tempatnya akan disesuaikan dengan informan. Sedangkan FGD bersama siswa dan siswi dilaksanakan di SMP Nusantara Ciputat. C.
Informan Penelitian Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive dengan
tujuan
dapat
mengetahui
hal-hal
yang
melatar
belakangi
rancangan
pengembangan media dan pengembangan pesan pada video. Pemilihan informan berdasarkan kriteria tertentu dari peneliti yaitu informan penelitian dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengelaman yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. Orang yang dipilih sebagai informan kunci ialah seseorang
48
49
yang dianggap ahli dan dapat memberikan informasi terkait dengan media kesehatan khususnya media video dan pakar penyakit HIV/AIDS. Untuk menentukan informan kunci, peneliti menentukan beberapa kriteria sebagai berikut : 1.
Ahli atau seorang tenaga pendidik yang mempunyai fokus di bidang komunikasi atau media pembelajaran
2.
Ahli atau seorang tenaga pendidik yang mempunyai fokus di bidang kesehatan reproduksi atau penyakit HIV/AIDS.
3.
Memiliki banyak informasi yang berguna terkait dengan tujuan penelitian. Untuk menentukan informan pendukung, peneliti menentukan kriteria
sebagai berikut : 1. Siswa dan siswi kelas 8 dan 9 di SMP Nusantara Ciputat 2. Bersedia menjadi informan. Berdasarkan kriteria tersebut maka, peneliti menetapkan jumlah informan sebanyak 23 orang, yaitu 3 orang informan kunci dan 20 orang informan pendukung. D.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data pada saat penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar panduan wawancara mendalam, lembar panduan FGD, alat perekam, camera, buku, pulpen dan rancangan media.
50
E.
Validasi Data Penilaian validitas informasi pada penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan cross check informasi dan fakta dari sumber lainnya untuk menggali topik yang sama. F.
Pengolahan dan Analisis Data Menurut Miles dan Huberman (1984) analisis data pada penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahapan, tiga tahapan tersebut dalam penelitian ini diantaranya adalah : a. Tahap reduksi data Data yang sudah terkumpulkan akan dibuat dalam bentuk transkrip, Kemudian data yang tidak berguna dibuang. Data diharuskan dapat menggambarkan bagaimana gambaran pengembangan video untuk remaja siswa dan siswi SMP dengan pendekatan grounded theory. b. Tahap Penyajian Data Pada tahap ini, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Tujuan penyajian data ini adalah untuk memudahkan, memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari informan dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari informan.
51
c. Tahap Penarikan Kesimpulan Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas. Penarikan kesimpulan dari gambaran pengembangan video HIV/AIDS untuk remaja dengan pendekatan grounded theory di SMP Nusantara Plus Ciputat.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nusantara Ciputat SMP Nusantara Plus yang lokasinya beralamat di jalan Tarumanegara Dalam No. 1 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Berdiri pada tahun 2006 dengan surat keputusan kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tangerang dengan Nomor: 421.31/ 120/ Dis P dan K/ 2006. Tentang pemberian izin kepada Yayasan Aldiana Nusantara (YAN) untuk mendirikan SMP Nusantara Plus tertanggal 15 Mei 2006 dan aktte notaris Ny. Noniah Munjahid, SH. No. 10 tanggal 22 Oktober 1999. Pada awal tahun 2010 sudah terakreditasi “A” sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Akreditasi Provinsi Banten Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) dengan No: 13/ BAPS/M-SK/ I/ 2010, tentang Penetapan Hasil Akreditasi Hasil Sekolah /Madrasah Provinsi Banten. Dalam kegiatan belajar mengajar SMP Nusantara Plus menggunakan kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di sekolah/madrasah. Sekolah/madrasah sebagai unit penyelenggara pendidikanm juga harus memperhatikan perkembangan dan tatantangan masa depan. Perkembangan dan tantangan itu misalnya menyangkut : 1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 2) Globalisasi yang memungkinkan sangat cepatnya arus perubahan dan mobilitas antar dan lintas sektor serta tempat, 3) Era
52
53
informasi, 4) pengaruh Globalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral manusia, 5) Berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan, dan 6) Era perdagangan bebas. Tantangan sekaligus peluang itu harus direspon oleh sekolah kami, sehingga visi sekolah diharapkan sesuai dengan arah perkembangan tersebut. Visi tidak lain merupakan citra moral yang menggambarkan Profil sekolah yang akan diinginkan di masa depan. Namun demikian, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional. Visi juga harus memperhatikan dan mempertimbangan (1) potensi yang dimiliki sekolah/madrasah, (2) harapan masyarakat yang dilayani sekolah/madrasah. Dalam
merumuskan
visi,
pihak-pihak
yang
terkait
(stakeholders)
bermusyawarah, sehingga misi sekolah mewakili aspirasi berbagai kelompok yang terkait, sehingga seluruh kelompok yank terkait (guru, karyawan, siswa, orang tua, masyarakat dan pemerintah) bersama-sama berperan aktif untuk mewujudkannya. 1. Visi SMP Nusantara Plus Menciptakan lulusan yang santun dalam berbahasa, ramah dalam bergaul, maju dalam IPTEK dan berakhlak mulia. Kami memilih visi ini untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai warga sekolah kami untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah. Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yang : a. Berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian
54
b. Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat c. Ingin mencapai keunggulan d. Mewujudkan lulusan yang berkualitas/bermutu e. Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga sekolah/madrasah f. Mendorong adanya perubahan yang lebih baik g. Mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) sekolah/madrah Untuk mencapai misi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas. 1. Misi SMP Nusantara Plus a. Mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama yang bermoral dan religius b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis dan praktis dalam rangka profesional c. Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan lulusan yang berakhlak mulia d. Mendidik lulusan yang berpengalaman dan dapat dipertanggung jawabkan guna kepentingan universal e. Setiap alumni dibekali sikap mental dan mampu bersaing dalam memasuki dunia pendidikan yang unggul. Penjabaran misi di atas meliputi : a. Menyelenggarakan penyelenggaraan ilmu exact dan ilmu agama secara intensif
55
b. Menumbuhkan kesadara tentang ilmu exact dan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga terbangun siswa yang berkompeten dan berahklak mulia c. Menghasilkan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan ke depan d. Menyelenggarakan metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan e. Menghasilkan dan mendorong lulusan yang cerdas, terampil, berprestasi, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki keunggulan kompetitif f. Menyelenggarakan lingkungan belajar yang kondusif g. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal dan siap bersaing dalam memasuki dunia pendidikan yang berkualitas. Misi merupakan kegiatan jangka panjang yang masih perlu diuraikan menjadi beberapa kegiatan yang memiliki tujuan lebih detail dan lebi jelas. 2. Tujuan, Strategi dan Sasaran SMP Nusantara Plus a. Tujuan SMP Nusantara Plus Untuk mewujudkan cita-cita dan mengembangkan sekolah ke depan maka SMP Nusantara Plus memiliki tujuan antara lain : 1) Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik 2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik
56
3) Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik 4) Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang mandiri dan berguna 5) Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut Tujuan sekolah kami tersebut secara bertahap akan dimonitoring, dievaluasi, dan dikendalikan setiap kurun waktu tertentu untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMP yang dibakukan secara nasional, secara berikut : 1) Berfikir secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui berbagai media 2) Meyakini, memahami dan menjalankan ajaran agama yang diyakini dalam kehidupan 3) Menjalankan pola hidup, bugar dan sehat 4) Memahami dan menjalankan hak –hak dan kewajiban untuk berkarya dan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab 5) Menyenangi dan menghargai seni 6) Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air. Atas kepututusan bersama antara guru dan siswa, SKL tersebut lebih kami rincikan sebagai profil siswa SMP Nusantara Plus sebagai berikut : 1) Mampu menampilkan kebiasaan sopan santun dan berbudi pekerti sebagai cerminan akhlak mulia dan iman taqwa
57
2) Dalam mendalami ilmu agama 3) Mampu menguasai dan mendalami cabang pengetahuan yang dipilih 4) Mampu berbahasa Inggris secara aktif 5) Mampu bersaing dalam mengikuti berbagai kompetisi akademik maupun non-akademik 6) Mampu mengaktualisasikan diri dalam bidang seni dan bidang olahraga 7) Mampu melanjutkan ke SMA/SMK terbaik sesuai pilihannya melalui pencapaian target yang ditentukan sendiri 8) Mampu mengoperasikan komputer untuk semua program 9) Memiliki kecakapan dalam hidup bermasyarakat b. Strategi SMP Nusantara Plus 1)
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
2)
Menumbuhkan kesadaran penuntasan wajib belajar 9 (sembilan) tahun
3)
Meningkatkan disiplin guru, pegawai, dan peserta didik
4)
Pengembangan
isi
kurikulum
dengan
diselenggarakannya
Workshop- Workshop untuk guru-guru SMP Nusantara Plus 5)
Pengembangan dan peningkatan SDM pendidik dan tenaga kependidikan dengan dilaksanakannya monitoring dan evaluasi
6)
Pengembangan metode pengajaran, bahan, sumber dan penilaian untuk semua mata pelajaran
58
7)
Pengembangan
sarana
dan
prasarana
pendidikan
sehingga
terciptanya lingkungan belajar yang kondusif 8)
Mengembangkan standar pencapaian ketuntasan kompetensi dan kelulusan tiap tahunnya
9)
Mengembangkan intrumen atau perangkat soal-soal untuk berbagai model evaluasi
10)
Menempatkan
pendidik
dan
tenaga
kependidikan
yang
berkompeten pada bidangnya 11)
Mengembangkan kejuaraan lomba-lomba akademik dan nonakademik
12)
Peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen dengan membuat jaringan kerja secara vertikal dan horizontal
13)
Memberdayakan potensi sekolah dan lingkungan
14)
Optimalisasi layanan pada masyarakat
c. Sasaran SMP Nusantara Plus 1)
Sekolah meningkatkan isi kurikulum kelas VII, VIII dan IX
2)
Sekolah meningkatkan SDM pendidik dan tenaga pendidikan
3)
Sekolah meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang IPTEK
4)
Sekolah meningkatkan standar proses
5)
Sekolah meningkatkan standar penilaian
6)
Sekolah meningkatkan standar kelulusan
59
7)
Sekolah meningkatkan mutu lulusan peserta didik di bidang akademik dengan rata-rata nilai 7,50
8)
Sekolah meningkatkan fasilitas pendidikan
9)
Sekolah meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang nonakademik baik olahraga, kesenian dan keterampilan
10)
Sekolah meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen
B. Karakteristik Informan Informan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu informan utama dan informan pendukung. Informan utama merupakan 1 orang guru dari sekolah yang menjadi tempat penelitian serta 2 orang ahli di bidang media dan HIV/AIDS.
Sedangkan informan pendukung merupakan
siswa dan siswi SMP Nusantara Plus Ciputat yang terdiri dari 20 orang. 1.
Informan Utama Karakteristik informan utama yang didapat yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan. Umur tertinggi informan adalah 42 tahun, sedangkan umur terendah informan yaitu 28 tahun. Latar belakang pendidikan informan berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Sedangkan pekerjaan informan terdiri dari guru di sekolah dan dosen di universitas. Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama
No
Nama Informan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Inisial
1
K
28
Sarjana Pendidikan
Guru
Informan BK
2
LH
42
Master Kespro
Dosen
Informan BL
3
DP
39
Master Komunikasi Dosen
Informan PD
60
2.
Informan Pendukung Informan pendukung dalam penelitian ini terdiri dari siswa dan siswi kelas VIII dan kelas IX. Adapun karakteristik yang didapat yaitu terdiri dari usia, kelas dan jenis kelamin. Berikut tabel mengenai karakteristik informan pendukung: Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung No
Nama Informan
Kelas
Jenis Kelamin
Inisial
1
SR
9
Laki-laki
Informan P1
2
NA
9
Perempuan
Informan P2
3
PM
9
Perempuan
Informan P3
4
SZ
8
Perempuan
Informan P4
5
AH
8
Laki-laki
Informan P5
6
AB
9
Laki-laki
Informan P6
7
ADM
8
Perempuan
Informan P7
8
A
8
Perempuan
Informan P8
9
NH
9
Perempuan
Informan P9
10
MM
9
Perempuan
Informan P10
11
RH
8
Laki-laki
Informan P11
12
ISM
8
Perempuan
Informan P12
13
SDA
8
Perempuan
Informan P13
14
YA
8
Laki-laki
Informan P14
15
TS
8
Perempuan
Informan P15
16
RN
9
Perempuan
Informan P16
17
DA
9
Laki-laki
Informan P17
18
AS
9
Perempuan
Informan P18
19
IR
9
Laki-laki
Informan P19
20
S
8
Perempuan
Informan P20
61
C. Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka diperoleh hasil bahwa dalam melakukan rancangan pengembangan media video terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan yaitu tahapan dalam menentukan konsep media, desain media, pengumpulan alat dan bahan, pembuatan media dan testing. 1. Konsep (Concept) a. Tujuan Pengembangan Media Pengembangan media terkait HIV dan AIDS dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap meningkatnya kasus AIDS dengan cara meningkatkan pengetahuan serta kesadaran remaja terhadap bahaya dari penyakit menular seksual HIV dan AIDS. Media ini diperuntukan untuk remaja yang mempunyai kisaran umur antara12 sampai 18 tahun yang dilakukan di sekolah SMP Nusantara Plus Ciputat. b. Karakteristik Sasaran SMP
Nusantara
Plus
yang
lokasinya
beralamat
di
jalan
Tarumanegara Dalam No. 1 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Berdiri pada tahun 2006 dengan surat keputusan kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tangerang dengan Nomor: 421.31/ 120/ Dis P dan K/ 2006. Tentang pemberian izin kepada Yayasan Aldiana Nusantara (YAN) untuk mendirikan SMP Nusantara Plus tertanggal 15 Mei 2006 dan aktte notaris Ny. Noniah Munjahid, SH. No. 10 tanggal 22 Oktober 1999.
62
Yayasan Aldiana Nusantara (YAN) tidak hanya terdapat SMP Nusantara Plus namun juga memiliki sekolah menengah akhir (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat memiliki banyak siswa dengan sosial dan ekonomi yang beragam. Tetapi mayoritas dari siswa dan siswi SMP Nusantara memiliki kelas ekonomi menengah ke bawah dengan gaya hidup yang berbedah-bedah antara siswa dan siswi satu dengn yang lainnya, mulai dari cara berpakaian, gadget yang dipakai sampai pergaulan yang mereka ikuti. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada salah satu guru konseling SMP Nusantara mengatakan bahwa pergaulan serta perilaku yang biasa dilakukan oleh mayoritas siswadan siswi masih dikategorikan bagus. Akan tetapi, tidak memungkiri ada sebagian siswa dan siswi yang memiliki pergaulan atau perilaku yang sulit untuk ditangani. hal tersebut disebabkan karena pergaulan yang mereka bukan hanya dari lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan luas yang ada di rumah atau di sekitar mereka. Pernyataan tersebut di dukung oleh hasil wawancara sebagai berikut : “Untuk mayoritasnya itu alhamdulilah pergaulannya masih bisa dilihat baguslah. gak munafik adalah beberapa anak yang terkadang sulit harus bagaimana menanganinya”. (informan BK) Sedangkan menurut hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh Fardillah, N. dkk (2012) di SMK Nusantara Ciputat pada partisipan yang berusia 17 tahun dan 18 tahun, diperoleh hasil bahwa
63
mereka telah terpapar dengan tindakan pacaran pada saat masih di bangku sekolah dasar. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fardillah, N. dkk (2012) menyatakan bahwa remaja cenderung memahami seksualitas itu merupakan suatu hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Aktifitas seksual yang pernah mereka lakukan diantaranya berpegangan tangan, merangkul, berciuman pipi dan bibir bahkan sudah berani menyentuh alat vital dari pasangannya. Sedangkan sumber dan jenis informasi yang didapat dan sering dicari oleh remaja adalah dari media internet, televisi, majalah dan handphone. Di SMP Nusantara terdapat sebuah gesiti atau klinik yang biasa digunakan oleh siswa dan siswi untuk berobat pada saat senang sakit. Akan tetapi, menurut salah satu guru konseling klinik tersebut jarang sekali mengadakan penyuluhan kesehatan di sekolah khususnya masalah kesehatan reproduksi. Menurut guru tersebut pengetahuan tentang kesehatan reproduksi hanya di dapat oleh siswa dan siswi dari pelajaran biologi saja. Pernyatan tersebut didukung hasil wawancara dengan salah satu guru di SMP Nusantara sebagai berikut:
“Kalau untuk kespro itu biasanya yang lebih berperan guru biologi, tapi guru biologi pun menjelaskannya seperti itu yang ada di buku”. (Informan BK) Berdasarkan pernyataan di atas maka peneliti ingin mengembangkan sebuah media kesehatan terkait masalah penyakit menular seksual HIV
64
dan
AIDS
untuk
siswa
dan
siswi
SMP
Nusantara
Ciputat.
Pengembangan media dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja siswa dan siswi SMP Nusantara Plus Ciputat terhadap penyakit menular seksual khususnya HIV dan AIDS. Media video tersebut diperuntukkan untuk remaja kisaran umur 12 hingga 18 tahun. Artinya penggunaan media ini bisa digunakan mulai dari remaja SMP hingga remaja SMA. Pemilihan media promosi kesehatan berupa video animasi dilakukan berdasarkan hasil wawancara kepada guru sekolah serta hasil dari FGD bersama siswa dan siswi sekolah SMP Nusantara Plus Ciputat. Pernyataan tersebut didukung hasil wawancara yang dilakukan dengan seorang guru dan 20 orang siswa SMP Nusantara Plus Ciputat. Adapun pernyataan hasil wawancara yang diperoleh dari guru SMP Nusantara adalah sebagai berikut: “Mereka itu lebih suka elektronik. kalau cetak itu mereka sudah cukup jenuh dengan buku2. Elektronik, berdiskusi, dialog itu mereka suka. Melalui media elektronik misalnya mereka malalui film disuruh memperhatikan, melalui video atau mereka bisa lebih tertarik lagi”. (Informan BK)
Berdasarkan pernyataan hasil wawancara dari kedua guru SMP Nusantara tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka lebih setuju dengan media elektronik seperti video atau gambar hidup sebagai alat media pendidikan atau promosi kesehatan. Sedangkan pernyataan yang
65
diperoleh dari FGD bersama siswa dan siswi SMP Nusantara adalah sebagai berikut: “Elektronik, karena Lebih canggih”.(Informan P1) “Elektronik, karena sering dipakai”. (Informan P2) “Elektronik”. (Informan P3, P5, P6, P7, P8 P10, P15, P16, P17, P19, P20 “Elektronik, karena Lebih mudah dipahami”. (Informan P4) “Elektronik, emmm alasannya kenapa ya.. karena lebih canggih kak”. (Informan P9) “Elektronik, mungkin lebih simple”. (Informan P11) “Elektronik, karena selain menarik lebih berpariasi juga kak”. (Informan P12) “Elektronik, lengkap”. (Informan P13) “Elektronik, karena lebih mudah di cernak”. (Informan P14) “Elektronik, lebih menarik”. (Informan P18) Kesimpulan dari hasil FGD yang dilakukan bersama siswa dan siswi SMP Nuantara. mereka berpendapat bahwa lebih menyukai media elektronik dibandingkan media lain. Alasan mereka adalah media elektronik terlihat lebih menarik, lebih canggih, lebih mudah dipahami dan berpariasi. Sedangkan untuk jenis media elektronik mereka lebih memilih media elektronik berupa video animasi dengan alasan video animasi lebih menarik, lucu, mudah dipahami serta sesuai dengan karakter mereka. Pernyataan tersebut didukung dari hasil FGD bersama siswa dan siswi SMP Nusantara adalah sebagai berikut: “Animasi”.( Informan P1, P2, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13, P14, P15, P16,, P17, P18, P20) “Lebih suka animasi karena kalo sinetron itu kan kayak kebanyakan drama hehe”.( Informan P3)
66
“Animasi, karena kalo animasi itu kan bisa langsung masuk, lebih menarik, bisa enak diliat”.( Informan P4) “animasi alasannya kerana biar menarik orang kayak e...oh wow videonya lucu gitu kayak apa sih dibilang...pokoknya menariklah”.( Informan P19)
2. Desain (Design) Pada tahap pengembangan desain media peneliti akan memaparkan berdasarkan informasi dari informan utama terlebih dahulu, selanjutnya peneliti baru memaparkan informasi yang didapat dari informan pendukung. Pada tahap pengembangan desain media terdapat dua aspek yang akan dikembangkan yaitu berdasarkan aspek pengembangan pesan dan aspek pengembangan kemasan. Pada aspek pengembangan pesan terdapat 3 point yaitu bentuk bahasa yang akan digunakan pada media video, kepada siapa pesan tersebut akan dituju dan pesan apa yang terkandung di dalam media tersebut. Sedangkan pada aspek pengembangan kemasan terdiri dari penetapan background, tulisan, gambar, durasi dan jenis musik atau backsound pada media video. a. Pengembangan Pesan 1) Bentuk bahasa yang akan digunakan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ahli media. Mereka menyatakan bahwa bentuk bahasa yang baik digunakan untuk remaja adalah bahasa semi formal atau non formal seperti bahasa yang biasa digunakan oleh remaja itu sendiri. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara yaitu:
67
“Bahasa yang baik untuk remaja adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa mereka ... Bahasa yang baik untuk remaja adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa mereka”.(Informan BL) “Pesannya tidak terlalu rumit ya, mudah dipahami, dan mereka suka dengan kreatifitas”. ...Bahasa yang semi formal sampai non formal, jangan pakai bahasa formal itu mereka gak suka. Komunikasiitu kan comunicare ya kesamaan bahasa kesamaan persepsi gitu ya. (Informan PD) “Formal. Cuman formalnya... soalnya gini mas kalo anak SMP kalo kita menggunakan bahasa non formal mereka itu kurang bisa membatasi, maksudnya gini kalo kira menggunakan bahasa non formal merekapun akan membalas yang non formal juga (Informan BK) Sedangkan hasil FGD kepada siswa SMP Nusantara Ciputat peneliti menyimpulkan bahwa semua siswa juga menyukai bentuk bahasa yang tidak formal atau bahasa sehari-hari yang biasa mereka gunakan dengan tujuan agar lebih mudah memahami isi pesan yang ada pada media promosi kesehatan. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD: “Kalo saya sih buat anak remaja itu bahasa yang baik, karena kalo bahasa yang benar kan bahasa bahasa yang baku. Kalo bahasa yang baik kan gimana ya emmm lebih mudah dipahami kayak aku kamu gitu kalo baku kan kayak terkesannya saya anda gitu jadi kayak gimana tp kalo bahasa yang baik itu kita nyambung lebih nyambung”.(Informan P6) “Saya sih lebih suka non formal, karena anak anak sekarang gak begitu suka yang folmal banget kak...”.(Informan P12) “Saya lebih memilih bahasa non formal, karena lebih mudah diucapkan gitu, karena lebih biasa digunakan bahasa sehari-hari gitu aja sih”.(Informan P19)
68
2) Kepada siapa pesan akan dituju Berdasarkan hasil informasi yang didapat dari ahli media. Mereka menyatakan bahwa sebaiknya pesan harus langsung dituju kepada siswa dan siswi atau video tersebut harus langsung kepada sasaran dari media. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara: “langsung ya...Kalo gak langsung misal ke guru dulu nanti ada disorsi informasi ya, nah itu bedah lagi nanti perlu TOT lagi. Kalo mau langsung ke siswanya dan gurunya ikut boleh. Nah nanti biar guru jadi katalisator juga mungkin ada sisiwanya kuramg memahami gitu ya”.(Informan PD) Sedangkan hasil FGD kepada siswa SMP Nusantara Ciputat peneliti menyimpulkan bahwa hampir semua siswa mengatakan bahwa mereka lebih memilih pesan tersebut langsung dituju ke mereka dengan alasan supaya langsung bisa memahami sendiri. Sedangkan sebagian siswa lebih memilih tidak langsung denga alasan takutnya media tersebut terdapat konten yang tidak pantas untuk dilihat oleh remaja seperti mereka. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD: “Langsung karena lebih enak bisa langsung nangkep buat diri sendiri”.( Informan P3) “Langsung, karena kan bisa buat diri sendiri”.( Informan P4) “Kayaknya gak langsung deh mesti ke guru dulu, karena siapa taukan di video itu kan ada yg gak berkenan trus terjadi mksudnya bisa aja terjadi jadi kan gak enak juga buat kedepannya. Mungkin nanti diolah dulu ama guru diliat dulu trus kalo misalkan emang gak ada yang e.....gak ada yg negatif ya gak papa langsung ke diri sendiri”.( Informan P6) “Langsung”.( Informan P7, P8, P13, P20)
69
“Saya lebih milih langsung karena buat diri sendiri aja”.(Informan P12) “Saya lebih milih langsung kak karena lebih bisa dipahamin sendiri lebih bisa mahamin sendiri”.( Informan P15) “Langsung kak karena bisa....bisa memudahkan diri kita sendiri dan langsung dipahamin oleh diri kita sendiri”.( Informan P16) 3) Pesan yang terkandung di dalam media terkait materi HIV/AIDS Pada point 3, peneliti hanya menggalih informasi yang didapat dari informan utama saja karena peneliti merasa untuk pengembangan pesan yang terkandung pada media informan pendukung tidak memahami nya. Berdasarkan hasil informasi yang didapat dari informan utama. Peneliti menyimpulkan bahwa pesan yang yang terkandung di dalam media harus jelas dalam penyampain materinya sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran pada sasaran karena adanya informasi yang tidak jelas. Apabila ada informasi yang kurang jelas ditakutkan mereka mencari informasi sendiri seperti internet tanda adanya pengawasan . Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara: “Isi materi HIV/AIDS pada video bisa dimulai dengan pengertian HIV/AIDS termasuk infeksi oportunitis yang menyebabkan kematian dan kanker, karena HIV bukan penyebab kematian pada pengidap HIV tapi menghancurkan kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap infeksi bakteri dan kanker. ...Selain itu jelaskan juga cara penularan dan pencegahan serta mitos yang salah mengenai penularan HIV misalnya HIV bisa menular melalui keringat, air liur, dll”.(Informan BL) “Sebenernya materi itu gak ada masalah cumankan yang menjadi permasalahan bagaimana cara penyampaiannya, menjelaskan ke mereka. Kalo kita menjelaskan hanya setengah-setengah mereka
70
penasaran akhirnya mencari informasi tersendiri. Tapi kita mau mejelaskan apa sepenuhnya secara fulgarpun kita harus bisa mengolah kata biar mereka tidak berpikir sesuatu yang lebih gitu...”.(Informan BK) b. Penetapan Kemasan Pada Media 1) Penetapan Warna background, tulisan dan gambar Berdasarkan hasil FGD bersama siswa dan siswi Nusantara. Peneliti menyimpulkan bahwa untuk warna yang akan digunakan pada background atau latar belakang sebagian besar siswa lebih menyukai warnah putih dan sebagian lainnya lebih menyukai warna biru atau warnah terang. Untuk tulisan semua siswa lebih memilih tulisan yang simple dan mudah dibaca. Sedangkan gambar mereka lebih menyukai gambar-gambar animasi berbentuk kartun. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD sebagai berikut: “Biru - bentuk font yang biasa”.( Informan P1) “Putih - bentuk font yang biasa”.( Informan P2) “Lebih suka warnah biru - bentuk font yang biasa ”.( Informan P3) “Lebih suka warnah putih - bentuk font yang biasa”.(Informan P4) “Lebih suka warnah biru - bentuk font yang biasa”.( Informan P5) “Lebih suka warnah abu2 - bentuk font yang biasa”.(Informan P6) “Lebih suka warnah biru - bentuk font yang biasa”.( Informan P7) “Lebih suka warnah hijau - bentuk font yang biasa”.(Informan P8) “Lebih suka warnah putih - bentuk font yang biasa”.(Informan P9) “Lebih suka warnah putih - bentuk font yang biasa soalnya lebih jelas, mudah dibaca trus juga...simple”.( Informan P10) “Lebih suka warnah hitam atau putih - bentuk font yang biasa”.(Informan P11) “Lebih suka warnah biru - bentuk font yang biasa karena lebih simple dan mudah ditulis hehe”.( Informan P12) “Lebih suka warnah biru - bentuk font yang biasa”.(Informan P13) “Lebih suka warnah putih-bentuk font yang biasa”.(Informan P14) “Lebih suka warnah abu2-bentuk font yang biasa”.(Informan P15)
71
“Lebih suka warnah putih-bentuk font yang biasa”.(Informan P16) “Lebih suka warnah putih-bentuk font yang biasa”.(Informan P17) “Lebih suka warnah putih - bentuk font yang biasa karena lebih muda dibaca”.( Informan P18) “Lebih suka warnah putih-bentuk font yang biasa”.(Informan P19) “Lebih suka warnah putih- bentuk font yang biasa”.(Informan P20) 2) Durasi media Berdasarkan hasil informasi yang didapat dari ahli media. Peneliti menyimpulkan bahwa sebaiknya durasi pada media video sekitar 5 menit saja dengan batas waktu maksimal kurang lebih 10 menit. Alasannya adalah apabila media penyuluhan terlalu lama maka takut tidak efektif karena sasaran merasa bosan. Kesimpulan tersebut didukung dengan pernyataan hasil wawancara dengan ahli sebagai berikut: “Durasi 5 menit agar mereka tidak bosen, diiringi musik yang sedang trend dikalangan remaja, bisa full music atau hanya instrumen dari lagu tersebut”.(Informan BL) “Durasi tergantung ya kalo iklan satu menit, kalo video ya 5an dah cukup. Karena diatas 5 menit tu orang dah mulai ah jenuh 10 menit itu udah maksimal . 5 menit cukup dengan pesannya padat, singkat”.(Informan PD) Sedangkan hasil FGD kepada siswa SMP Nusantara Ciputat peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada batas waktu yang diminta oleh siswa untuk durasi media video. menurut mereka selama video itu menarik maka mereka tidak akan bosen.
72
3) Jenis musik/backsound Berdasarkan hasil informasi yang didapat dari ahli media. Peneliti menyimpulkan bahwa untuk latar musik atau backsound lagu yang bisa digunakan adalah jenis musik yang lagi trend di kalangan mereka. Selain itu, jenis musik yang bisa digunakan adalah jenis musik yang sifatnya ngebit, temponya agak cepat, dan bisa disesuaikan dengan aspek atau suasana pada video. kesimpulan tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan ahli sebagai berikut: “Musik yang sedang trend dikalangan remaja, bisa full music atau hanya instrumen dari lagu tersebut. Akan tetapi musik tersebut tidak boleh overpowering dari materi atau prolog pembaca teks. ...Musik bisa juga disesuaikan dengan pesan yang ditampilkan, misalnya untuk aspek tertentu bisa yang terkesan agak seram”.(Informan BL) “Untuk musik ah...remaja itu lebih ke ngebit ya...temponya agak cepat gitu ya bedah dengan orang tua yang temponya agak lambat dewasa ya midle gitu ya. Mereka jiwanya masih muda masih semangat”.(Informan PD) Sedangkan hasil FGD kepada siswa SMP Nusantara Ciputat peneliti menyimpulkan bahwa untuk jenis lagu yang digunakan pada media sebagai backsound, semua siswa memilih lagu dengan jenis POP sebagai musik latar pada video.
73
3. Pengumpulan Bahan-bahan (Material Collecting) Pada tahapan ini, peneliti membagi menjadi 2 macam kebutuhan yang akan diperlukan dalam pembuatan media video animasi yaitu: a.
Pengumpulan materi Pengumpulan materi dilakukan untuk memilih materi apa saja yang akan disampaikan di dalam media video animasi. Materi tersebut mengacu pada pokok-pokok tentang penyakit menular seksual HIV/AIDS
di antaranya adalah pengertian HIV/AIDS, alasan
pentingnya mengetahui bahaya dari HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. b. Pengumpulan alat Pengumpulan alat dilakukan agar peneliti dapat memilih alat-alat apa saja yang akan diperlukan dan digunakan dalam pembuatan media video animasi baik itu alat berupa benda atau softwere. Alat-alat yang akan digunakan peneliti dalam pembuatan media video animasi diantaranya adalah : 1) Laptop 2) Alat tulis 3) Kamera 4) Alat perekam 5) Gambar-gambar berupa animasi
74
6) Software Video-Scribe VideoScribe adalah software yang gunakan dalam membuat video berbentuk design animasi dengan latar belakang bermacam-macam warna. Software ini dikembangkan pada tahun 2012 oleh sparkol (Salah satu perusahaan yang ada di Inggris). 7) Software Ulead Video Studio Ulead Video Studio adalah program aplikasi komputer yang digunakan untuk keperluan editing video. Ulead Video Studio dapat mengedit video-video yang hasilkan dari divicam, kamera digital, handphone, atau perangkat lainnya. Software ini memiliki fasilitas pengeditan yang cukup lengkap seperti adanya efek transisi, title, memotong video, menggabungkan video dengan gambar dan musik, dan sebagainya. 8) Software FormatFactory FormatFactory adalah salah satu software yang digunakan untuk mengkonversi semua jenis video, audio dan gambar ke format yang diinginkan, memperbaiki kerusakan pada video dan file audio serta dapat mengurangi ukuran file Multimedia. 9) Software Photoshop Adobe Photoshop merupakan perangkat lunak editor citra yang dibuat oleh Adobe Systems yang di khususkan sebagai perangkat editor untuk pengeditan gambar atau foto dan pembuatan efek,
75
sehingga foto yang diedit jadi lebih bagus dari pada foto yang sebelum diedit. 4. Pembuatan (Assembly) Pada tahapan pembuatan peneliti mulai pengimplementasian desain media yang sudah dikumpulkan ke dalam aplikasi yang diperlukan untuk membuat suatu alat media promosi kesehatan berupa media elektronik berbentuk video animasi yang dilakukan secara bertahap. Berikut adalah tahapan pembuatan media video animasi: a.
Langkah pertama adalah
peneliti menyiapkan beberapa gambar
animasi dengan cara menggambar sendiri atau mencari di internet sesua dengan gambar yang diinginkan, merekam suara terkait penjelasan dari materi HIV/AIDS dan lagu atau backsound. Apabila sudah disiapkan maka peneliti menyimpan gambar, rekaman dan lagu di satu file agar mudah dicari. b.
Selanjutnya log-in ke dalam aplikasi VideoScribe yang sudah terinstal di laptor dengan cara klik VideoScribe lalu log-in sesuai email yang sudah terdaftar.
Gambar 5.1 Tahapan pembuatan log-in VideoScribe
76
c.
Setelah masuk ke dalam aplikasi VideoScribe maka klik “create a new scribe” untuk memulai project.
Gambar 5.2 Tahapan pembuatan new scribe d.
Apabila sudah mulai maka selanjutnya peneliti memasukkan beberapa gambar yang sudah disiapkan dengan cara klik “add an image to the canvas” lalu klik “import file” lalu cari gambar yang sudah disiapkan kemudian klik “open”.
Gambar 5.3 Tahapan pembuatan add an image
e.
Apabila gambar sudah dimasukkan semua ke dalam aplikasi VideoScribe. Maka langkah selanjutnya adalah
peneliti meletakkan
77
gambar yang sudah ada dengan menyesuaikan urutan, tempat, serta durasi yang diinginkan dengan menambahkan tulisan dengan cara klik “add taxt” lalu memasukkan kalimat yang diinginkan kemudian klik oke.
Gambar 5.4 Tahapan pembuatan add taxt
f. Langkah d dan e di atas dilakukan hingga akhir. Apabila sudah selesai maka save project dengan cara klik “publish” lalu klik “create a video file”. Berikut merupakan contoh hasil akhir project yang dilakukan aplikasi VideoScribe.
. Gambar 5.5 Tahapan pembuatan save project
78
g.
Tahap selanjutnya adalah tahapan finishing yaitu peneliti menyatukan project video dari aplikasi VideoSkcribe, hasil rekaman suara untuk dubbing penjelasan HIV/AIDS dan lagu sebagai backsound suara supaya lebih menarik dengan aplikasi Ulead Studio.
h.
Buka aplikasi Ulead Studio yang sudah ada terinstal di laptop kemudian pilih Ulead Studio Editor
i.
Gambar 5.6 Tahapan pembuatan log-in Ulead Studio Setelah masuk ke dalam aplikasi Ulead Studio, maka peneliti memasukkan semua file yang dibutuhkan seperti hasil project video dari aplikasi VideoSkcribe, hasil rekaman suara untuk dubbing penjelasan HIV/AIDS dan lagu sebagai backsound suara dengan cara klik “edit” lalu pilih image, audio, atau video
Gambar 5.7 Tahapan pembuatan add image, audio, atau video
79
j.
Apabila file yang diperlukan dalam pembuatan video animasi sudah dimasukkan semua ke dalam aplikasi maka langkah selanjutnya adalah menyatukan file tersebut dengan cara memindahkan semua file pada chapter point .
Gambar 5.8 Tahapan pembuatan chapter point k.
Letakkan file berbentuk video pada video track, file berbentuk audio pada voice track atau music track dan tulisan pada title track
l.
Apabila semua file sudah dipindahkan maka langkah selanjutnya adalah menyesuaikan durasi video, backsound lagu dengan video, tulisan pada video, dll
m. Apabila sudah selesai maka tahap selanjutnya adalah menyimpan hasil video yang sudah dibuat dengan cara klik “share” lalu pilih “create video file” selanjutnya pilih format video yang diinginkan. Peneliti sendiri memilih format video HDV => HDV 1080i-60i (for HDV) jenis MPEG
80
Gambar 5.9 Tahapan pembuatan create video file n. Setelah pembuatan media sudah jadi dan berbentuk video. maka langkah selanjutnya adalah mengubah format video menjadi format yang mudah untuk dibaca oleh semua jenis perangkat elektronik. Adapun format yang akan digunakan pada video ini adalah menggunakan format AVI.
Gambar 5.10 Tahapan pembuatan format video
o. Tahap akhir dalam pembuatan video adalah proses penyimpanan hasil video dalam bentuk VCD.
81
5. Uji Coba (Testing) Pada tahap uji coba media, peneliti menggali informasi yang didapat dari hasil FGD bersama siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat berdasarkan respon mereka terhadap pengembangan media. Respon siswa dan siswi dalam uji coba media dinilai berdasarkan tanggapan mereka terhadap media video yang terdiri dari tiga aspek yaitu maksud dan inti dari media vidio, berdasarkan aspek pengembangan pesan dan aspek pengembangan kemasan. Pada aspek pengembangan pesan terdapat 3 point yaitu bentuk bahasa yang digunakan pada media video, kepada siapa pesan tersebut dituju dan apakah pesan yang terkandung di dalam media tersebut bisa meyakinkan mereka untuk waspada terhadap HIV/AIDS. Sedangkan pada aspek pengembangan kemasan terdiri dari tanggapan mereka terhadap bentuk media, penetapan background, tulisan, gambar, durasi dan jenis musik atau backsound pada media video. a.
Media Video Animasi Pada uji coba bagian ini, peneliti ingin menggalih informasi berdasarkan hasil FGD berupa tanggapan mereka terhadap maksud dari video. Berdasarkan hasil FGD yang sudah dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa semua remaja sudah bisa memahami dan mengerti maksud dari isi video animasi. Pernyataan tersebut didukung denga hasil FGD yaitu sebagai berikut:
82
“Ngerti”.( Informan P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P10, P11, P12, P13, P14, P16, P17, P18, P20) “Ngerti ...buat mencegah...buat mencegah HIV/AIDS... emm buat...buat biar gak kena penyakitnya”.( Informan P9) “Ngerti.. eh....belajar tentang jadi HIV itu gak ada obatnya. Jadi kita bisa liat video itu dan e.....untuk menghindarinya”.(Informan P15) “Ngerti. Emmm tadi diajarin biar gak memakai jarum suntik...trus penceahannya juga”.( Informan P19) Berdasarkan hasil pernyataan di atas dapat dilihat bahwa tanggapan mereka terhadap media video secara umum sudah bisa dipahami dan dimengerti. Artinya media video animasi tersebut sudah bisa diterapkan pada remaja sebagai alat bantu dalam penyuluhan terkait HIV/AIDS. b. Pengembangan Pesan 1) Bentuk bahasa Berdasarkan hasil dari FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba bentuk bahasa yang digunakan pada video peneliti menyimpulkan bahwa bentuk bahasa yang digunakan pada media video sudah sesuai keinginan mereka. Menurut mereka bahasa yang digunakan pada media video animasi tersebut sudah sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan seharihari sehingga mereka lebih mudah memahami isi video tersebut. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “Sudah bisa dipahamin, sudah termasuk ke bahasa sehari2”.(Informan P1) “Sudah bisa dipahamin”.( Informan P2, P3, P4, P7 sampai P20)
83
“Sudah bisa dipahamin kak”.( Informan P5) “Sudah bisa dipahamin, udah masuk ke bahasa kita kak”.(Informan P6) 2) Sasaran Pesan Yang Dituju Berdasarkan hasil dari FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba pada penilaian sasaran pesan yang dituju pada media video animasi. Peneliti menyimpulkan bahwa menurut siswa dan siswi SMP Nusantara pesan yang dituju pada media ditujukan kepada mereka dan semua orang yang nonton video animasi tersebut. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “Untuk kita semua”.( Informan P1) “Untuk semua orang”.( Informan P2, P7) “Untuk semua”.( Informan P3, P4, P18, P19) “Langsung dituju ke kita kak”.( Informan P5) “Langsung dituju ke kita kak”.( Informan P9) “Untuk kita semua kak”.( Informan P13) “Langsung untuk kita”.( Informan P14) “Untuk semua orang”.( Informan P15) 3) Dampak Media Terhadap Kesadaran Remaja Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba dari media video animasi dinilai dari dampak media terhadap kesadaran remaja. Peneliti menyimpulkan bahwa respon siswa dan siswi SMP Nusantara setelah menonton media video animasi menyatakan bahwa media tersebut dapat meyakini mereka untuk waspada terhadap penyakit HIV/AIDS karena mereka sudah mengetahui dampak dari virus HIV.
84
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “Iya kak karena kita udah tau cara mencegahnya cara menghindarinya”.( Informan P4) “Karena kita udah tau bahaya dari penyakit itu”.(Informan P5) “Iya kak soalnya di video itu udah nerangin semuanya...rinci...gejala2nya trus cara mengatasinnya gitu.. ”.( Informan P14) “Udah tau bahayanya kayak make barang2 yang dilarang.... kayak jarum suntik gitu”.( Informan P19) “Soalnya udah tau penyebabnya trus juga udah tau cara menceganya trus udah tau bahanya”.( Informan P20) D. Pengembangan Kemasan 1) Bentuk Media Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba dari media video animasi berdasarkan penilaian siswa terhadap bentuk media video animasi. Peneliti menyimpulkan bahwa siswa dan siswi sekolah SMP Nusantara suka terhadap video animasi karena menurut mereka video tersebut bagus, menarik, kreatif dan lebih berpariasi. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “suka kak udah bagus”.( Informan P1) “Lebih menarik”.( Informan P7) “Menurut saya lebih menarik aja gitu lebih berpariasi...lebih gampang...pokoknya ya gitu aja lebih kreatif”.( Informan P12) “Suka karena ada animasinya... lebih menarik aja gitu”.( Informan P16)
85
2) Perpaduan Antara Warna (Background, Tulisan dan Gambar) Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba dari media video animasi dinilai berdasarkan perpaduan
antara
background,
tulisan
dan
gambar.
Peneliti
menyimpulkan bahwa menurut mereka perpaduan antara background, tulisan dan gambar sudah menarik, sudah pas, background juga mereka sukadengan latar putih. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “suka ... gambarnya2 udah menarik kak”.( Informan P1) “Pas kak”.( Informan P2) “Latarnya udah pas kak warna putih”.( Informan P3) “Udah menarik”.( Informan P4) “Menarik”.( Informan P5) “Udah pas”.( Informan P6, P8, P10, P11, P12, P14,P17, P18, P20) “Iya udah pas kak”.( Informan P13) “Udah pas cocok”.( Informan P16) “Udah pas kak”.( Informan P19) 3) Bentuk dan Ukuran Tulisan Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba dari media video animasi dinilai dari bentuk dan ukuran tulisan. Peneliti menyimpulkan bahwa menurut mereka bentuk dan tulisan pada media animasi video sudah pas dan sesuai dengan mereka. Akan tetapi ada sebagian kalimat yang tidak terbaca oleh mereka karena tulisan terlalu banyak dan kecil dalam satu slide. Sehingga mereka hanya mendengarkan dabbing saja dari penjelasan yang ada pada media video animasi. Pernyataan tersebut didukung
86
dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “Udah pas kak tapi ada bagian yang gak kebaca jadi kan ada banyak tulisannya jadi kecil2 banget tp denger pake suara sih”.( Informan P2) “Udah pas”.( Informan P6) “Udah pas”.( Informan P7) “Bentuknya udah pas kak”.( Informan P9) “Udah pas, gitu aja tulisannya kak”.( Informan P11) “Pas”.( Informan P15) “Udah pas kak tulisannya juga kebaca”.( Informan P17) 4) Durasi Video Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba dari media video animasi berdasarkan durasi media video animasi. Peneliti menyimpulkan bahwa menurut remaja durasi pada video animasi sudah cukup dan tidak membosankan. Akan tetapi ada sebagian siswa dan siswi berkomentar kalau sebagian video ada yang terlalu cepat sehingga mereka harus terburu-buru dalam menjaca membaca atau hanya fokus pada suara saja. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “Pas”.( Informan, P1) “Udah cukup”.( Informan, P3) “Cukup”.( Informan, P4) “Kecepatan kak gak kebaca, sedang-sedang aja”.( Informan, P7) “Terlalu cepat kak jadi bacanya buru-buru”.( Informan, P8) “Udah kak gak bosen nontonnya”.( Informan, P11) “Gak bosen kak.. ”.( Informan, P13) “Gak bosen karena ada gambarnya”.( Informan, P16)
87
5) Dabbing dan Backsound Lagu Pada Video Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba dari media video animasi berdasarkan backsound suara pada video animasi. Peneliti menyimpulkan bahwa remaja menyukai dabbing jenis suara orang dewasa dengan diiringi latar instrumen lagu Bruno Mars - Just the Way You Are. Menurut mereka suara orang dewasa lebih membuat mereka ingin mewasdai, lebih tegas dibandingkan jika menggunakan suara anak-anak. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD yang dilakukan dengan siswa dan siswi sebagai berikut: “Suaranya udah pas”.( Informan, P2) “Udah pas kak”.( Informan, P4) “Suaranya bagusan kayak tadi kak dewasa”.( Informan, P6) “Lagunya udah enak kak”.( Informan, P9) “Udah pas”.( Informan, P11) “Udah pas kak”.( Informan, P1)
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD (Focus Group Discussion). Adapun keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan tentang rancangan pengembangan media video pada siswa dan siswi SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang, Banten tahun 2016 adalah : 1.
Pada saat proses FGD, peserta yang mengikuti FGD sudah saling mengenal satu sama lainnya. Sehingg hasil jawaban yang didapat menjadi kurang berpariasi.
2.
Tempat yang digunakan pada saat FGD adalah ruangan terbuka sehingga ada beberapa kali suasana FGD menjadi terganggu karena suara siswa lain diluar dan suara bel sekolah.
B. Konsep (Concept) Siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat memiliki banyak siswa dengan sosial dan ekonomi yang beragam. Tetapi mayoritas dari siswa dan siswi SMP Nusantara memiliki kelas ekonomi menengah ke bawah dengan gaya hidup yang berbedah-bedah antara siswa dan siswi satu dengn yang lainnya, mulai dari cara berpakaian, gadget yang dipakai sampai pergaulan yang mereka ikuti. Menurut satu guru konseling SMP Nusantara pergaulan serta perilaku yang biasa dilakukan oleh mayoritas siswa dan siswi masih dikategorikan bagus. Akan tetapi, tidak memungkiri ada sebagian siswa dan siswi yang memiliki pergaulan
88
89
atau perilaku yang sulit untuk ditangani. hal tersebut disebabkan karena pergaulan yang mereka bukan hanya dari lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan luas yang ada di rumah atau di sekitar mereka. Sedangkan menurut hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh Fardillah, N. dkk (2012) di SMK Nusantara Ciputat pada partisipan yang berusia 17 tahun dan 18 tahun, diperoleh hasil bahwa mereka telah terpapar dengan tindakan pacaran pada saat masih di bangku sekolah dasar. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fardillah, N. dkk (2012) menyatakan bahwa remaja cenderung memahami seksualitas itu merupakan suatu hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Aktifitas seksual yang pernah remaja lakukan diantaranya berpegangan tangan, merangkul, berciuman pipi dan bibir bahkan sudah berani menyentuh alat vital dari pasangannya. Sedangkan sumber dan jenis informasi yang didapat dan sering dicari oleh remaja adalah dari media internet, televisi, majalah dan handphone. Rancangan pengembangan media video animasi dilakukan untuk menghasilkan sebuah media kesehatan yang efektif digunakan pada saat melakukan promosi agar meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja siswa dan siswi SMP Nusantara Plus Ciputat. Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan,
pengetahuan
diperlukan
sebagai
dorongan
psikis
dalam
menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Salah satu faktor
90
yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan adalah dengan metode penyampaian informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan sasaran dengan menggunakan media promosi kesehatan yang tepat (Edberg, 2002) SMP Nusantara Plus Ciputat memiliki sebuah klinik yang biasa digunakan oleh siswa dan siswi pada saat mengalami sakit. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti diketahui bahwa klinik tersebut hanya dijadikan tempat berobat saja jika ada siswa dan siswi ada yang sakit dan sangat jarang sekali dari pihak klinik memberikan penyuluhan terkait promosi kesehatan khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja termasuk HIV/AIDS. Menurut informan, pada saat dilakukan penyuluhan kesehatan penyuluh hanya menggunakan metode cerama saja sehingga kurang efektif serta siswa dan siswi merasa bosan dengan metode tersebut. Seperti yang di paparkan oleh Notoatmodjo (2010) agar sebuah proses pendidikan dapat dihasil secara maksimal maka harus mempengaruhi beberapa faktor. Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan itu diantaranya adalah pemilihan metode serta pemilihan alat bantu atau media yang digunakan pada saat menyampaikan pesan promosi kesehatan. Pemilihan media dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian dari hasil wawancara kepada guru SMP Nusantara dan hasil FGD yang dilakukan kepada siswa SMP Nusantara. Hal tersebut dilakukan mengacu pada pendapat Professor Ely dalam Sadiman Arief dkk (2012) yang mengatakan bahwa pengembangan media sebaiknya tidak terlepas dari konteksnya saja. Akan tetapi, faktor-faktor lainpun perlu diperhatikan seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar,
91
alokasi
waktu
dan
sumber
serta
prosedur
penilaiannya
juga
perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan media. Berdasarkan teori, hasil wawancara dan hasil FGD yang dilakukan diketahui bahwa media yang sangat cocok dan efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan kepada remaja adalah media elektronik berbentuk video. Menurut guru SMP Nusantara, apabila penyuluhan dilakukan menggunakan media cetak dan sejenisnya remaja cepat merasa bosan dan jenuh karena di kelas mereka sudah banyak belajar dengan menggunakan buku. Sedangkan menurut siswa dan siswi sendiri mereka lebih menyukai media elektronik berbentuk video karena lebih menarik, lebih canggih, lebih kreatif serta lebih lebih mudah dipahami. Hasil penelitian dan pemilihan media video sebagai alat promosi kesehatan juga sesuai dengan pendapat para ahli dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lain. Dengan demikian, media video sangat efektif digunakan karena lebih banyak melibatkan indera pada sasaran maka semakin efektif juga dalam menyampaikan pesan yang diberikan ketika melakukan promosi kesehatan.
92
C. Desain (Design) 1.
Mengembangkan Pesan a. Bentuk Pesan Hasil wawancara dengan ahli media dan guru SMP menyimpulkan bahwa remaja menyukai bentuk pesan dengan bahasa yang tidak formal, disesuaikan dengan bahasa yang biasa digunakan oleh remaja, lebih menggunakan bahasa yang gaul dengan tujuan agar remaja lebih mudah memahami isi pesan dari media. Menurut Chaer (1998) bahasa itu bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki oleh manusia yang berfungsi sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di
dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Dengan menggunakan
bahasa maka komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna. Bahasa sebagai milik masyarakat tersimpan dalam masingmasing individu. Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual ini dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa yang lain (Sumarsono, 2008). Berdasarkan pengertian menurut para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya komunikasi dengan penggunaan bahasa yang sama dengan sasaran akan mempermudah dalam menyampaikan pesan sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih baik. Hasil wawancara dengan ahli juga menyimpulkan bahwa bahasa yang baik digunakan adalah bahasa yang sama dengan sasaran. Dalam
93
rancangan pengembangan media ini yang menjadi sasaran adalah remaja.
Dengan
demikian,
bahasa
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan kepada remaja adalah menggunakan bahasa remaja itu sendiri guna mempermudah komunikasi dan penerimaan informasi. Sedangkan dari hasil FGD kepada remaja mereka setuju jika bahasa yang digunakan pada media menggunakan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan. Hasil wawancara dan hasil FGD menunjukan adanya kesamaan dengan teori yang menyatakan bahwa istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris Communication yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah latin Communis dalam bahasa Indonesia berarti sama dan menurut Sir Gerald Barry yaitu Communicare yang berarti bercakap-cakap. Jika kita berkomunikasi berarti kita
mengadakan
kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian atau makna (Effendy, 2003). Berdasarkan hasil kesamaan teori dan hasil penelitian maka bentuk bahasa yang akan digunakan dalam pengembangan media video adalah bahasa non formal dan tidak baku agar lebih menarik, mudah dipahami dan mudah diterima oleh remaja. b. Kepada Siapa Pesan Akan Dituju Menurut Effendy (2003) komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara instan maupun tidak
94
langsung melalui media. Dalam penelitian ini jenis komunikasi yang digunakan adalah bersifat tidak langsung yaitu menyampaikan pesan menggunakan media video. akan tetapi, pesan yang ada di dalam media video harus jelas ditujukan kepada siapa sehingga dapat menimbulkan efek. Hasil FGD yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa remaja lebih menyukai bentuk media dengan pesan langsung ditujukan kepada mereka. Menurut remaja apabila pesan yang terkandung di dalam media langsung ditujukan kepada sasaran maka mereka akan lebih mudah memahami dan memang media tersebut diperuntukan untuk mereka sehingga tidak perlu melalui orang lain lagi. Pernyataan hasil FGD dengan siswa dan siswi di atas didukung oleh hasil wawancara kepada ahli yang menyatakan bahwa pesan harus bersifat langsung ditujukan kepada sasaran. Apabila pesan pada media tidak langsung harus melalui guru terlebih dahulu maka ditakutkan pesan yang terdapat pada media akan berbedah ketika pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada siswa dan siswi. c. Pesan Terkardung di dalam Media terkait Materi HIV/AIDS Hasil wawancara dengan ahli menyimpulkan bahwa pesan yang yang terkandung di dalam media harus jelas dalam penyampain materinya sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran pada sasaran karena adanya informasi yang tidak jelas. Apabila pesan yang disampaikan kepada sasaran kurang jelas maka dapat menimbulkan
95
pertanyaan sehingga sasaran bisa mencari sendiri jawaban yang belum tentu benar. Selain kejelasan materi pada media sebagai bentuk dukungan agar sasaran lebih mengerti dan mau merubah perilaku menjadi lebih baik juga perlu adanya himbauan pesan yang dapat lebih meyakinkan sasaran terhadap isi materi tersebut. menurut Kholid (2014) suatu pesan akan mampu menimbulkan respon jika media yang dibuat mencantumkan beberapa himbauan dalam pesan, contohnya adalah himbauan rasional, himbauan emosional, himbauan ketakutan, himbauan ganjaran dan himbauan motivasi. Penggunaan himbauan tersebut bermacam-macam tergantung sasaran dan dari sisi mana yang mau dirubah. Dari hasil penelitian dan mengacu kepada teori yang sudah dijabarkan di atas maka untuk menghasilkan pesan untuk meningkatkan pengetahuan serta dapat merubah perilaku sasaran menjadi lebih baik adalah dengan kejelasan materi pada media dengan disertakan beberapa himbauan bahwa materi tersebut benar-benar penting untuk dipelajari. 2.
Penetapan Kemasan Pada Media a.
Penetapan Warna (Background, Bentuk Tulisan dan Gambar) Semua yang kita lihat memiliki warna, oleh karena itu warna menjadi bagian penting dalam keseharian manusia dan telah memberi banyak pengaruh . memiliki warna pakaian yang akan dipakai, mengubah cat dinding ruang tamu pada hari raya, juga memilih warna tertentu untuk barang yang akan dibeli di toko, meskipun tanpa sadar,
96
beberapa contoh ini menunjukkan warna memang memegang peranan tertentu bagi kehidupan manusia. Pendalaman mengenai warna pun banyak dilakukan dan telah menjadi bagian dari banyak cabang ilmu seperti fisika, biologi, folosofi, seni dan psikologi, meskipun pendekatan warna dari sisi seni sangat erat dengan psikologi. Menurut Holtzschue (2011) warna mempunyai dampak tersendiri bagi psikologis, sugesti dan suasana hati bagi sasaran yang melihatnya. Warna merupakan unsur yang ekspresif karena kualitasnya mempengaruhi emosi atau merespon secara langsung dan segera. Berdasarkan hasil FGD menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa memilih warna putih sebagai latar atau background walaupun sebagian kecil ada beberapa siswa yang memilih warna biru, merah dan abu-abu. Menurut mereka alasan memilih warna putih karena lebih netral dan cocok bila dipadukan dengan warna lain. Bentuk tulisan yang digunakan dalam pengembangan media video adalah bentuk tulisan Comic Sans NS. Bentuk tulisan dipilih dari peneliti dengan mempertimbangkan keterlihatan dan kejelasan tulisan pesan. Bentuk tulisan yang dipilih oleh peneliti juga mengacuh kepada hasil FGD yang dilakukan dengan remajayaitu mereka lebih memilih tulisan dengan bentuk yang biasa serta mudah terbaca oleh mereka. Sedangkan warna yang dipilih untuk tulisan pada media adalah warna merah karena menyesuaikan dengan warna icon pada HIV/AIDS. Menurut Asrori (2007) warna merah mempunyai arti membangkitkan
97
gairah, darah, hidup, bahaya, musuh dan perang sehingga menurut peneliti warna merah sangat cocok apabila dijadikan sebagai warna tulisan pada media video. Pada pengembangan media video ukuran tulisan yang digunakan menyesuaikan desain yang dikembangkan. Menurut Riyana (2007) penggunaan tulisan (text) dibuat dengan ukuran yang proporsional. Jika memungkinkan dibuat dengan ukuran yang lebih besar, semakin besar maka akan semakin jelas. Jika text dibuat animasi, atur agar animasi text tersebut dengan speed yang tepat dan tidak terlampau diulangulang secara berlebihan. Teori Holtzschue dan hasil FGD dengan siswa dan siswi memiliki kesamaan dengan Riyana (2007) menyatakan bahwa pengaturan proverty yang sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini perlu menghilangkan objek-objek yang tidak berkaitan dengan pesan yang disampaikan. Jika terlalu
banyak objek akan mengganggu dan
mengkaburkan objek. Gambar yang digunakan dalam media adalah berbentuk kartun. Hasil FGD bersama siswa dan siswi menyimpulkan bahwa remaja lebih menyukai gambar atau video yang berbentuk kartun animasi dibandingkan dengan gambar yang nyata. Menurut siswa dan siswi gambar kartun atau animasi lebih cocok digunakan untuk mereka mereka karena lebih menarik dan lebih sesuai dengan umur mereka.
98
b. Durasi Media Menurut Riyana (2007) media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit, berbeda dengan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3,5 jam. Mengingat kemampuan daya ingat dan kemampuan berkonstentrasi manusia yang cukup terbatas antara 15-20 menit, menjadikan media video mampu memberikan keunggulan dibandingkan dengan film. Hasil wawancara dengan ahli menyimpulkan bahwa durasi media video sebagai alat promosi kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan sebaiknya sebaiknya tidak lebih dari 10 sampai 15 menit. Menurut ahli hal ini dilakukan untuk menghindari adanya rasa bosan dari sasaran apabila durasi video terlalu lama ditakutkan sasaran sudah tidak konsentrasi lagi dalam memperhatikan media promosi sehingga hasilnya tidak efektif. Hasil penelitian yang didapat dari ahli memiliki kesamaan terhadap teori yaitu media video sebaiknya tidak terlalu lama mengingat kemampuan daya ingat dan kemampuan berkonstentrasi manusia yang cukup terbatas. Apabila video memiliki durasi yang panjang ditakutkan media video sebagai alat promosi kesehatan menjadi tidak efektif. Akan tetapi, hasil FGD bersama siswa dan siswi SMP Nusantara menyimpulkan bahwa mereka mengatakan tidak ada masalah terhadap durasi video asalkan media video itu seru dan tidak membosankan mereka akan suka.
99
c.
Jenis Backsound Musik Dalam pengembangan media video musik sangat diperlukan sebagai backsound suara agar video menjadi lebih menarik. Menurut Jhon M. Ortiz (2002) selain menarik musik mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah dapat membantu meningkatkan konsentrasi, dapat menenangkan
pikiran,
dapat
meningkatkan
kewaspadaan
dan
mengurangi suara-suara eksternal yang bisa mengalihkan perhatian. Sedangkan dalam video pembelajaran, musik sangat berperan karena pesan pembelajaran didominasi oleh visual dan suara sehingga suara cukup berpengaruh terhadap kualitas video (Riyana, 2007). Hasil
wawancara
yang
dilakukan
peneliti
bersama
ahli
menyimpulkan bahwa pemilihan musik harus menyesuaikan karakter dari sasaran media. Ahli menyarankan dalam pemilihan musik sebagai latar suara video untuk remaja adalah jenis musik yang memiliki tempo yang agak cepat, bersemangat dan sedang tren dikalangan mereka. Menurut
Riyana
(2007)
ada
beberapa
ketentuan
tentang
penggunaan music dan sound effect untuk media video yaitu musik untuk pengiring suara sebaiknya dengan intensitas volume yang lemah (soft) sehingga tidak mengganggu sajian visual dan narator, musik yang digunakan sebagai backsound sebaiknya musik instrumen serta gunakan musik dengan lagu yang populer atau sudah akrab ditelinga siswa. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa dengan menambahkan musik
100
sebagai latar atau backsound maka akan membuat video pembelajaran lebih menarik. Adapun musik yang akan dijadikan sebagai latar pada pengembangan media video adalah berjudul “Bruno Mars - Just the Way You Are Official Instrumental”. D. Pengumpulan Bahan-bahan (Material Collecting) Dalam pengembangan media tidak lepas dari bahan-bahan yang akan diperlukan dalam pembuatan media baik berupa materi yang akan disampaikan maupun berupa alat yang akan digunakan. Berdasarkan hasil wawancara kepada ahli menyimpulkan bahwa dalam pengembangan media materi yang akan dijelaskan harus jelas dan mudah dipahami oleh sasaran. Materi yang akan disampaikan di dalam media video berisikan tentang penyakit menular seksual HIV/AIDS yaitu pengertian HIV/AIDS, alasan pentingnya mengetahui bahaya dari HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. Menurut Daryanto (2010) ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah yaitu penggunaan gaya bahasa percakapan sehari-hari bukan gaya bahasa sastra, kalimat harus jelas, singkat dan informatif dan pergunakan perbendaharaan kata yang sesuai dengan latar belakang sasaran. Video adalah salah satu jenis media informasi penyuluhan dalam bentuk elektronik yang disajikan dalam bentuk kaset atau flasdish yang diaplikasikan menggunkan komputer, DVD player dan lain-lain. Menurut peneliti karena video adalah salah satu media penyuluhan jenis elektronik yang sangat menarik
101
dan canggih maka tidak heran apabila banyak sekali alat-alat yang dibutuhkan dan digunakan dalam pembuatan media video. E. Pembuatan (Assembly) Sebelum melakukan pengembangan dan pembuatan media video peneliti harus mempetimbangkan beberapa kriteria terlebih dahulu yaitu menentukan tipe materi (menggambarkan suatu proses, sebuah alur, sebuah konsep atau mendeskripsikan sesuatu), menentukan durasi waktu, menentukan format sajian video, ketentuan teknis dan pemilihan musik dan sound effect sebagai sebagai backsound suara pada video. Pembuatan sendiri merupakan sebuah proses pemikiran dan perasaan yang menciptakan suatu hasil dengan menggabungkan fakta dan kontruksi dari fungsi dan estetika untuk memenuhi suatu kebutuhan. Menurut Hong Zhu (2005) menjelaskan bahwa proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau di desain, elemen yang digunakan diantaranya menggunakan waktu, ruang, keahlian sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil yang nantinya hasil tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Proses pengembangan dan pembuatan video ini tentu tidak terlepas dari program-program aplikasi yang mampu mendukung berjalannya media. Pada tahap ini komponen-komponen yang dimaksud oleh peneliti adalah program aplikasi
atau
Software
seperti
Video-Scribe,
Ulead
Video
Studio,
FormatFactory, Photoshop. Dalam pembuatan media video peneliti membagi menjadi 2 tahapan dengan masing-masing tahapan menggunakan satu aplikasi utama yaitu Video-Scribe dan Ulead Video Studio. Pada tahap pertama
102
pembuatan
media
peneliti
mengembangkan
isi
materi
video
dengan
menggunakan aplikasi Video-Scribe dengan hasil akhir berupa video dengan materi saja. Apabila tahap pertama sudah selesai dan membentuk video awal dengan gambar dan materi maka tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah
mengaplikasikan video awal ke dalam aplikasi Ulead Video Studio
dengan menggabungkan semua menjadi satu seperti backsound lagu dan suara narator. Setelah pengembangan dan pembuatan media sudah jadi dan berbentuk video. maka langkah selanjutnya adalah mengubah format video menjadi format yang mudah untuk dibaca oleh semua jenis perangkat elektronikyang nantinya akan dipakai untuk menampilkan video ini. Terlebih dahulu format video disesuaikan dengan perangkat pendukung yang ada agar lebih mudah digunakan oleh siapa saja. Adapun format yang akan digunakan pada video ini adalah menggunakan format AVI. Tahap akhir dalam pembuatan video adalah proses penyimpanan hasil video dalam bentuk VCD. F. Uji Coba (Testing) 1.
Media Video Animasi Setelah melakukan rancangan dan pengembangan media berdasarkan masukan para ahli dan hasil FGD bersama siswa dan siswi SMP Nusantara maka terbentuklah sebuah media video tentang pengetahuan dasar HIV/AIDS dan selanjutnya akan ditayangkan kepada siswa untuk melakukan uji kelayakan pada media video. berdasarkan hasil dari kegiatan FGD yang telah dilakukan peneliti bersama siswa dan siswi SMP Nusantara
103
mengenai tayangan media video animasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS disimpulkan bahwa mereka sudah bisa memahami dan mengerti maksud dari isi video animasi tersebut. Menurut Sunaryo (2004) tingkatan pengetahuan mencakup 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Menurut peneliti tingkat pengetahuan remaja setelah menonton video animasi tentang HIV/AIDS sudah mencapai tingkat kedua yaitu memahami. Memahami adalah kemampuan untuk mejelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan. Kesimpulan yang diambil oleh peneliti bahwa remaja sudah bisa memahami dan mengerti maksud dari isi pesan pada media video dinilai berdasarkan pernyataan siswa dan siswi mengatakan sudah mengerti dan paham maksud dan isi pesan pada video yang telah disampaikan. Menurut remaja setelah menonton video animasi tersebut mereka akan lebih antisipasi dalam menghindari virus HIV. 2.
Mengembangkan Pesan a. Bentuk bahasa yang digunakan Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan peneliti bersama siswa dan siswi SMP Nusantara terkait pengembangan pesan pada media video yang sudah dirancang didapat bahwa bentuk bahasa yang digunakan pada media video sudah sesuai dengan karakteristik mereka. Dari hasil FGD yang didapat bahasa yang digunakan pada media video animasi
104
tersebut sudah sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan oleh remaja sehari-hari sehingga pesan pada media video animasi tersebut lebih mudah dipahami oleh sasaran. Menurut peneliti bahasa yang digunakan pada media video ini mencocokkan kepada sasaran dari media video yaitu remaja SMP sehingga bahasa yang digunakan tidak bersifat formal atau tidak baku agar mudah diterima, dipahami dan dimengerti oleh sasaran. Menurut Rihardi (2006) bahwa bentuk bahasa dan tulisan di majalah remaja, tabloid olahraga, penerbitan khusus dan lain sebagainya bisa saja melanggar kaidah penulisan kalimat baku, hal ini dimaksudkan agar pesan yang disampaikan lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh target pembacanya. Dari hasil penelitian dan kesamaan arti dari teori yang telah dijabarkan di atas menyimpulkan bahwa dari segi bahasa yang digunakan pada media video HIV/AIDS yang dirancang sudah layak dan cocok digunakan untuk remaja. Akan tetapi, menurut Hidayat (2012) dalam memahami suatu materi pembahasan kecenderungan remaja lebih menyukai media yang dilengkapi dengan fasilitas gambar dibandingkan dengan media yang memuat banyak teks, mengingat pada media video yang sudah dirancang masih banyak menggunakan teks. b. Kepada Siapa Pesan Akan Dituju Bentuk pesan yang terkandung di dalam media
dapat
mempengaruhi proses komunikasi dalam penerimaan pesan oleh sasaran
105
untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Effendy (2003) komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara instan maupun tidak langsung melalui media. Hasil FGD yang dilakukan peneliti bersama siswa dan siswi SMP Nusantara terkait sasaran dari media video yang sudah dirancang diketahui bahwa pesan pada media video animasi sudah langsung ditujukan kepada remaja dan sasaran yang menonton video tersebut. Menurut siswa dan siswi pesan pada media video yang mereka tonton langsung ditujukan kepada mereka bukan ditujukan kepada orang lain. c. Dampak Media Terhadap Kesadaran Remaja Dari hasil wawancara dengan ahli peneliti menyimpulkan bahwa pesan yang yang terkandung di dalam media harus jelas dalam penyampain materinya sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran pada sasaran karena adanya informasi yang tidak jelas. Selain kejelasan materi pada media sebagai bentuk dukungan agar sasaran lebih mengerti dan mau merubah perilaku menjadi lebih baik
juga perlu adanya
himbauan pesan yang dapat lebih meyakinkan sasaran terhadap isi materi tersebut. menurut Kholid (2014) suatu pesan akan mampu menimbulkan respon jika media yang dibuat mencantumkan beberapa himbauan dalam pesan, contohnya adalah himbauan rasional, himbauan emosional,
106
himbauan ketakutan, himbauan ganjaran dan himbauan motivasi. Penggunaan himbauan tersebut bermacam-macam tergantung sasaran dan dari sisi mana yang mau dirubah. Hasil FGD bersama siswa dan siswi setelah penayangan video, peneliti menyimpulkan bahwa respon siswa dan siswi SMP Nusantara setelah menonton media video animasi menyatakan bahwa media tersebut dapat meyakini mereka untuk waspada terhadap penyakit HIV/AIDS karena mereka sudah mengetahui dampak dari virus HIV. Artinya dalam rancangan pengembangan media video pesan yang disampaikan sudah cukup jelas sehingga sasaran dapat memahami makna dan isi dari media video tersebut. Berdasarkan hasil FGD bersama siswa dan siswi, peneliti menyimpulkan bahwa pengembangan pesan pada media video sudah cukup efektif apabila media tersebut digunakan sebagai alat promosi kesehatan. 3.
Penetapan Kemasan Pada Media a.
Bentuk Media Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi mengenai uji coba dari media video animasi berdasarkan penilaian siswa terhadap bentuk media video animasi. Peneliti menyimpulkan bahwa siswa dan siswi sekolah SMP Nusantara suka terhadap video animasi karena menurut mereka video tersebut bagus, menarik, kreatif dan lebih berpariasi.
107
b. Penetapan Warna Background, Bentuk Tulisan dan Gambar Menurut Darmaprawira (2002) warna sangat banyak manfaatnya dalam kehidupan manusia. Para psikolog telah melakukan beberapa eksperimenyang membuktikan bahwa penggunaan warna yang tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar untuk siswa maupu gurunya. Di samping itu, kesukaan seseorang terhadap warna menurut penelitian ilmu jiwa dapat diasosiasikan dengan sifat bawaan. Holtzschue (2011) mengatakan bahwa warna mempunyai dampak tersendiri bagi psikologis, sugesti dan suasana hati bagi sasaran yang melihatnya. Warna merupakan unsur yang ekspresif karena kualitasnya mempengaruhi emosi atau merespon secara langsung dan segera. Hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi setelah penayangan video selesai disimpulkan bahwa siswa menyukai background video dengan warna putih seperti yang telah mereka saksikan. Menurut siswa dan siswi SMP background berwarna putih yang digunakan pada video tersebut sudah menarik, cocok dan pas dengan warna tulisan dan gambar yang digunakan. Selain itu, warna putih adalah warna yang murni tidak ada campuran apapun sehingga sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih. Apabila kita ingin membuat desain yang simple dan minimalis, menggunakan warna putih adalah langkah yang tepat. Bentuk tulisan yang digunakan pada media video adalah jenis tulisan Comic Sans NS karena mempertimbangkan keterlihatan dan
108
kejelasan tulisan pesan. Menurut Rustan (2010) bentuk tulisan atau huruf menjadi suatu yang memiliki makna ganda, huruf juga dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk atau rupa) dan dapat dibaca. Selain itu juga huruf memiliki makna yang tersurat dan makna yang tersirat. Hasil FGD bersama siswa menyimpulkan bahwa mereka tertarik dengan bentuk tulisan yang digunakan pada media video. Namun, ada beberapa kalimat yang terlalu banyak dalam satu slide yang dapat membuat sasaran merasa bosen karna terlalu banyak tulisan karena sudah ada narator sebagai pengganti teks. Sedangkan warna tulisan pada media adalah warna merah karena menyesuaikan dengan warna icon pada HIV/AIDS. Menurut Isroi (2007) warna merah mempunyai arti membangkitkan gairah, darah, hidup, bahaya, musuh dan perang sehingga menurut peneliti warna merah sangat cocok apabila dijadikan sebagai warna tulisan pada media video. Pada pengembangan media video ukuran tulisan yang digunakan menyesuaikan desain yang dikembangkan. Akan tetapi, pada saat FGD bersama siswa dan siswi setelah penayangan media video ada beberapa kalimat yang tidak terbaca oleh mereka karena ukuran tulisan pada media video terlalu kecil. Menurut Riyana (2007) penggunaan tulisan (text) dibuat dengan ukuran yang proporsional. Jika memungkinkan dibuat dengan ukuran yang lebih besar, semakin besar maka akan semakin jelas. Jika text dibuat animasi, atur agar animasi text tersebut
109
dengan speed yang tepat dan tidak terlampau diulang-ulang secara berlebihan. Teori Holtzschue dan hasil FGD dengan siswa dan siswi memiliki kesamaan dengan Riyana (2007) menyatakan bahwa pengaturan proverty yang sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini perlu menghilangkan objek-objek yang tidak berkaitan dengan pesan yang disampaikan. Jika terlalu
banyak objek akan mengganggu dan
mengkaburkan objek. Gambar yang digunakan dalam media adalah berbentuk kartun. Hasil FGD bersama siswa dan siswi menyimpulkan bahwa remaja lebih menyukai gambar atau video yang berbentuk kartun animasi dibandingkan dengan gambar yang nyata. Menurut siswa dan siswi gambar kartun atau animasi lebih cocok digunakan untuk mereka mereka karena lebih menarik dan lebih sesuai dengan umur mereka. c.
Durasi Media Menurut Riyana (2007) media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit, berbeda dengan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3,5 jam. Mengingat kemampuan daya ingat dan kemampuan berkonstentrasi manusia yang cukup terbatas antara 15-20 menit, menjadikan media video mampu memberikan keunggulan dibandingkan dengan film. Hasil wawancara dengan ahli menyimpulkan bahwa durasi media video sebagai alat promosi kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan
110
sebaiknya sebaiknya tidak lebih dari 10 sampai 15 menit. Menurut ahli hal ini dilakukan untuk menghindari adanya rasa bosan dari sasaran apabila durasi video terlalu lama ditakutkan sasaran sudah tidak konsentrasi lagi dalam memperhatikan media promosi sehingga hasilnya tidak efektif. Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan bersama siswa dan siswi setelah penayangan media video mereka mengatakan bahwa lamanya durasi media video selama 6 menit 58 detik tersebut sudah cukup dan tidak membosankan terlebih karena ada gambar sehingga menjadi video tersebut lebih menarik. Akan tetapi, dari beberapa siswa mengatakan bahwa ada beberapa bagian pada media video yang memiliki durasi terlalu cepat sehingga mereka terburu-buru dalam membacanya. Berdasarkan beberapa masukan dari ahli media dan teori menyatakan bahwa durasi pada media video untuk promosi kesehatan sebaiknya tidak terlalu lama untuk menghindari rasa bosan sasaran. Akan tetapi, untuk kecepatan pemutaran video sebaiknya perlu dipertimbangkan lagi karena dapat menjadi tidak omtimal apabila pada saat penayangan media promosi tersebut terlalu cepat sehingga membuat sasaran tidak mengerti maksud dari pesan yang disampaikan pada media. d. Jenis Backsound Musik Dalam pengembangan media video musik sangat diperlukan sebagai backsound suara agar video menjadi lebih menarik. Menurut
111
Jhon M. Ortiz (2002), selain menarik musik mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah dapat membantu meningkatkan konsentrasi, dapat menenangkan pikiran, dapat meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi suara-suara eksternal yang bisa mengalihkan perhatian. Sedangkan dalam video pembelajaran, musik sangat berperan karena pesan pembelajaran didominasi oleh visual dan suara sehingga suara cukup berpengaruh terhadap kualitas video (Riyana, 2007). Hasil FGD yang telah dilakukan bersama siswa dan siswi setelah pemutaran media video berpendapat bahwa mereka suka dengan lagunya. Menurut mereka backsound suara atau instrumen yang digunakan pada media video sudah pas dan menarik. Pada saat peneliti menanyakan mengenai suara narator pada media video mereka menyatakan suka terhadap suara narator atau pengisi suara pada video. menurut mereka suara narator yang ada pada media video adala suara orang dewasa sehingga dapat membuat mereka yakin akan isi pesan pada media video tersebut. Menurut
Riyana
(2007)
ada
beberapa
ketentuan
tentang
penggunaan music dan sound effect untuk media video yaitu musik untuk pengiring suara sebaiknya dengan intensitas volume yang lemah (soft) sehingga tidak mengganggu sajian visual dan narator, musik yang digunakan sebagai backsound sebaiknya musik instrumen serta gunakan musik dengan lagu yang populer atau sudah akrab ditelinga siswa. Berdasarkan hasil FGD dan beberapa teori peneliti menyimpulkan
112
bahwa dengan adanya backsound suara dan narator pada media video maka akan membuat media tersebut lebih menarik. Selain itu, pemilihan lagu atau instrumen dan jenis suara pengisi sebagai narator pada media video bisa menentukan manarik tidaknya media video yang akan digunakan sebagai alat promosi kesehatan.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan wawancara mendalam kepada ahli media sebanyak 2 orang, guru SMP Nusantara Plus sebanyak 2 orang dan FGD dengan 20 orang siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat, simpulan sebagai berikut: 1. Konsep (Concept) a. Berdasarkan hasil wawancara kepada ahli, guru sekolah dan hasil FGD bersama siswa dan siswi sekolah SMP Nusantara Plus Ciputat bahwa media elektronik video adalah salah satu media yang cocok dan efektif digunakan sebagai alat promosi kesehatan untuk remaja SMP. b. Media video dirancang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan siswi SMP tentang penyakit HIV dan AIDS. 2. Desain (Design) a. Pengembangan Pesan 1) Bentuk bahasa yang digunakan Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli media dan hasil FGD bersama siswa dan siswi. Peneliti menyimpulkan bahwa bentuk bahasa yang digunakan pada media video adalah bahasa semi formal atau non formal seperti bahasa yang biasa digunakan oleh remaja sehari-hari.
113
114
2) Kepada siapa pesan yang dituju Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli media dan hasil FGD bersama siswa dan siswi. Peneliti menyimpulkan bahwa sebaiknya pesan pada media video harus langsung dituju kepada siswa dan siswi atau langsung kepada sasaran dari media sehingga sasaran dapat lebih mudah memahami isi pesan pada media video. 3) Pesan yang terkandung di dalam media Peneliti menyimpulkan dari hasil wawancara bersama ahli bahwa pesan yang yang terkandung di dalam media harus jelas dalam penyampain materinya sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran pada sasaran karena adanya informasi yang tidak jelas. Apabila ada informasi yang kurang jelas ditakutkan mereka mencari informasi sendiri seperti internet tanda adanya pengawasan. b. Penetapan kemasan pada media 1) Penetapan Warna background, tulisan dan gambar Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli media dan hasil FGD bersama siswa dan siswi. Peneliti menyimpulkan bahwa: a) Warna yang akan digunakan pada background atau latar belakang sebagian besar siswa lebih menyukai warnah putih dan sebagian lainnya lebih menyukai warna biru atau warnah terang. b) Bentuk tulisan atau huruf semua siswa dan lebih memilih tulisan yang simple dan mudah dibaca. c) Sedangkan bentuk gambar mereka lebih menyukai gambar-
115
gambar animasi berbentuk kartun. 2) Durasi media Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli media dan hasil FGD bersama siswa dan siswi. Peneliti menyimpulkan bahwa sebaiknya durasi pada media video sekitar 5 menit saja dengan batas waktu maksimal kurang lebih 10 menit. Sedangkan siswa dan siswi sendiri menyatakan bahwa selama media video tersebut tidak membosankan mereka suka. 3) Jenis musik atau backsound Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli media dan hasil FGD bersama siswa dan siswi. Peneliti menyimpulkan bahwa untuk latar musik atau backsound lagu yang bisa digunakan adalah jenis musik yang lagi trend di kalangan mereka. Selain itu, jenis musik yang bisa digunakan adalah jenis musik yang sifatnya ngebit, temponya agak cepat, dan bisa disesuaikan dengan aspek atau suasana pada video. 3. Pengumpulan Bahan-bahan (Material Collecting) Pengumpulan bahan yang di perlukan dalam pembuatan video dibagi menjadi 2 macam yaitu pengumpulan bahan berupa materi dan pengumpulan alat bahan berupa alat. 4. Pembuatan (Assembly) Proses pembuatan media video dilakukan secara bertahap dimulai dari pengimplementasian desain media yang sudah dikumpulkan ke dalam aplikasi Software Video-Scribe. Apabila proses pembuatan media pada tahap
116
pertama sudah selesai dilanjutkan ke tahap selanjutnya menggunakan Software Ulead Video Studio hingga selesai. 5. (Testing) a. Media video animasi Berdasarkan hasil FGD bersama siswa dan siswi, peneliti menyimpulkan bahwa semua siswa dan siswi sudah bisa memahami dan mengerti maksud dari isi video animasi setelah peneliti menayangkan media video yang sudah dirancang. b. Pengembangan pesan pada media 1) Bentuk bahasa Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
menyimpulkan bahwa bentuk bahasa yang digunakan pada media video sudah sesuai keinginan mereka. Menurut mereka bahasa yang digunakan pada media video animasi tersebut sudah sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan sehari-hari sehingga mereka lebih mudah memahami isi video tersebut. 2) Sasaran pesan yang dituju Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
menyimpulkan bahwa menurut siswa dan siswi SMP Nusantara pesan yang dituju pada media ditujukan kepada mereka dan semua orang yang nonton video animasi tersebut. 3) Dampak media terhadap sasaran Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
117
menyimpulkan bahwa respon siswa dan siswi SMP Nusantara setelah menonton media video animasi menyatakan bahwa media tersebut dapat meyakini mereka untuk waspada terhadap penyakit HIV/AIDS karena mereka sudah mengetahui dampak dari virus HIV. c. Penetapan kemasan pada media 1) Bentuk media video Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
menyimpulkan bahwa siswa dan siswi sekolah SMP Nusantara suka terhadap video animasi karena menurut mereka video tersebut bagus, menarik, kreatif dan lebih berpariasi. 2) Perpaduan Antara Warna (Background, Tulisan dan Gambar) Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
menyimpulkan bahwa menurut mereka perpaduan antara background, tulisan dan gambar sudah menarik, sudah pas, background juga mereka sukadengan latar putih. 3) Bentuk dan ukuran tulisan Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
menyimpulkan bahwa menurut mereka bentuk dan tulisan pada media animasi video sudah pas dan sesuai dengan mereka. Akan tetapi ada sebagian kalimat yang tidak terbaca oleh mereka karena tulisan terlalu banyak dan kecil dalam satu slide. Sehingga mereka hanya mendengarkan dabbing saja dari penjelasan yang ada pada media video animasi.
118
4) Durasi video Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
menyimpulkan bahwa menurut remaja durasi pada video animasi sudah cukup dan tidak membosankan. Akan tetapi ada sebagian siswa dan siswi berkomentar kalau sebagian video ada yang terlalu cepat sehingga mereka harus terburu-buru dalam menjaca membaca atau hanya fokus pada suara saja. 5) Dabbing dan Backsound Lagu Pada Video Berdasarkan
hasil
FGD
bersama
siswa
dan
siswi,
peneliti
menyimpulkan bahwa remaja menyukai dabbing jenis suara orang dewasa dngan diiringi latar instrumen lagu Bruno Mars - Just the Way You Are. Menurut mereka suara orang dewasa lebih membuat mereka ingin mewasdai, lebih tegas dibandingkan jika menggunakan suara anak-anak.
119
B. Saran Adapun saran yang diberikan peneliti terkait rancangan pengembangan media video terkait HIV/AIDS di SMP Nusantara Ciputat tahun 2016, sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Dokter atau guru yang bertugas di kelinik sekolah sebaiknya perlu mengadakan penyuluhan kesehatan terutama masalah kesehatan reproduksi remaja dengan menggunakan media video tentang penyakit HIV dan AIDS. 2. Bagi Peneliti Lain a.
Dalam mengembangkan media promosi kesehatan sebaiknya penelitian lain menggunakan lebih banyak narasumber seperti kepala sekolah, orang tua, teman sebaya dan lain sebagainya agar informasi yang di dapat lebih berpariasi
b.
Agar media yang dikembangkan lebih optimal maka diperlukan kerja sama dengan ahli pembuat media seperti pengaplikasian softwere dan lain sebagainya.
120
Daftar Pustaka:
Ansori, M. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Arief S. S. (eds). 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Edisi I Cetakan 16, Depok: Rajawali Pers Astuti, I.A.M.A. 2008. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMP Negri 85 Jakarta. Skripsi: FIK UPNJ. Azhar, A. 2009. Media Pembelajaran .Jakarta: Raja Grafindo Persada Rineka Cipta Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Bina Ketahanan Remaja. 2012. Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi Dan Konseling Remaja Dan Mahasiswa (Pik Remaja/Mahasiswa). Jakarta: BKKBN. Chare, A. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Darmaprawira, S. 2002. Warna: Teori dan Kreatifitas penggunaannya. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit ITB Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Departemen Kesehatan RI, 2004. Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia tahun 1987-2006. Diakses
dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-
lain/situasi-hiv-aids-2006.pdf Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2014. Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Diakses dari http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf Edberg, M. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat, Teori Sosial dan Teori Perilaku. Jakarta : EGC. 2009
121
Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Effendi, O & Uchajana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan ke-19. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Fardillah, N, Syafei, A, Alkaff, RN & Palupi, P . 2012. Perilaku Seksual Remaja Putri di SMK Nusantara Ciputat. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Hal:151-160 Hidayat, R. (eds). 2012. Perancangan Buku Visual Safety Riding untuk Remaja Usia 16-18 Tahun Sebagai Panduan Keselamatan Oleh Honda. Jurnal Teknik Pomits Vol.1, No.1, (2012) 1-6. Jurnal: Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Holtzschue, L. 2011. Understanding Color An Introduction For Designer. New Jersey: Jhon Wiley & Sons, Inc HongZhu. 2005. Softwere Design Methodology: From Principles to Architectural Style. UK: Butterworth-Heinemann;1 edition Irianto, K. 2010. Memahami seksologi. Bandung: Sinar Baru Algensindo Jhon M. O. 2002. Nurturing Your Child with Music: Menumbuhkan Anak-anak yang Bahagia, Cerdas dan Percaya Diri dengan Musik. Jakarta: Gramedia Kementrian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Kholid, A. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Maulana, H. D. J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Maulana. H. D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Cetakan I Miles, M & Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis:A Sourcebook of new Methods. London:Sage Publication, Inc.
122
Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT. ASDI Mahasatya Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi 2010, Jakarta: Rineka Cipta. Pusat Informasi dan Layanan Remaja. 2010. Lembaga yang peduli terhadap masalah remaja. Jawa Tengah: PKBI Rihardi, F. 2006. Panduan Lengkap Menulis Artikel. Depok: Kawan Pustaka Riyana, C. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI. Rustan, S. 2010. Huruf Font Tifografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia Soetomo. 2003. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional Sumarsono. 2008. Sosioluingistik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Cetakan I. Sutopo, A. H. 2003. Multimedia interaktif dengan flash. Yogyakarta: Graha Ilmu. Usman, B & Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT. Imperial Bhakti Utama WHO HIC Treatment. 2013. Core Epidemiological Slide HIV/AIDS Estimates 2013. United Stated: WHO.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Panduan Wawancara Mendalam Wawancara mendalam merupakan suatu teknik pengumpulan data, dimana wawancara dilakukan antara seorang informan dengan pewawancara terampil, yang ditandai dengan penggalian mendalam dan menggunakan pertanyaan terbuka. Langkah-langkah pelaksanaan wawancara mendalam : 1. Menentukan tempat wawancara 2. Menjelaskan tujuan wawancara 3. Menjelaskan tentang topik wawancara 4. Melakukan pendekatan terhadap informasi sehingga mereka terdorong untuk mengeluarkan pendapatnya 5. Mencatat data informan, tanggal,waktu mulai dan waktu selesai wawancara 6. Mengajukan pertanyaan dan bersikap netral terhadap jawaban informan 7. Mendengarkan dan mencermati jawaban informan 8. Mencatat jawaban informan 9. Mendorong informan untuk berpartisifasi aktif 10. Menciptakan hubungan baik dengan informan sehingga dapat menggali jawaban dan komentar yang lebih dalam 11. Fleksibel dan terbuka terhadap saran dan perubahan-perubahan 12. Menjelaskan bahwa wawancara sudah selesai, tanyakan apakah masih ada komentar lagi 13. Mengucapkan terima kasih atas partisifasi informan dan nyatakan bahwa pendapat mereka sangat bermanfaat untuk merancang pengembangan media 14. Menyusun catatan (transkip) hasil wawancara, yaitu membuat intisari dari jawaban informan
Lampiran 2 Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada ahli PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN/AHLI MEDIA TAHUN 2016 Identitas Informan Nama
: ..................................................................
Pekerjaan
: ..................................................................
Ahli
: ..................................................................
No HP
: ..................................................................
Pertanyaan a. Pengembangan pesan-pesan 1) Bagaimana bentuk pesan yang baik untuk remaja SMP tentang penyakit HIV dan AIDS ? 2) Bagaimana bentuk bahasa yang baik untuk remaja SMP tentang materi penyakit HIV dan AIDS ? 3) Apa saja isi materi HIV/AIDS yang perlu dimasukkan ke dalam isi materi pada media video? b. Pengembangan desain media yang akan digunakan (Audio Visual) 1) Bagaimana cara menyeimbangkan komponen-kompoen yang ada di dalam media video? 2) Berapa lama durasi yang pas untuk media video dengan sasaran remaja remaja SMP? 3) Dengan latar musik seperti apa yang baik dan cocok untik media video sebagai media pembelajaran? 4) Bagaimana desain media yang baik pada media video berdasarkan a) kesesuaian pilihan background b) kesesuaian proporsi warna, kesesuaan pemilihan jenis huruf c) kesesuaian pemilihan ukuran huruf d) keterbacaan teks (ukuran teks) e) kesesuaian animasi dengan materi
Lampiran 3 Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada guru PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN/AHLI MEDIA TAHUN 2016 Identitas Informan Nama Pekerjaan Ahli No HP Pertanyaan :
: .................................................................. : .................................................................. : .................................................................. : ..................................................................
1. Apakah disekolah pernah dilakukan penyuluhan kesehatan? Terkait apa saja? 2. Apa saja media penyuluhan yang pernah digunakan? 3. Apakah diwaktu belajar pernah menggunakan media pembelajaran? 4. Apakah media yang digunakan cocok untuk siswa (siswa cepat mengerti)? Jelaskan keluhannya apabila ada! 5. Bagaimana penilaian ibu terhadap siswa dalam menanggapi media pembelajaran pada saat belajar? 6. Menurut ibu apakah siswa lebih menyukai media cetak atau elektronik? Apa alasannya! 7. Apakah media pembelajaran berbentuk elektronik seperti video lebih mudah dipahami oleh siswa? Alasannya!
Lampiran 4 Persetujuan informan penelitian PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN WAWANCARA MENDALAM Kegiatan ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto Mahasiswa Peminatan promosi Kesehatan program Studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya prototipe media video untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada siswa SMP Nusantara Ciputat. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan paduan wawancara
kepada
informan
mengenai
identiktifikasi
kelompok
sasaran,
mengembangkan pesan, penetapan media yang digunakan. Oleh karena itu, peneliti berharap bapak/ibu bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
Pernyataan persertujuan keikut sertaan menjadi informan penelitian. Nama Informan
: ...............................................................
Pekerjaan
: ...............................................................
Ahli
: ...............................................................
Waktu/tempat
: ...............................................................
TTD INFORMAN
...........................................
Lampiran 5 Panduan Focus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) merupakan suatu teknik pengumpulan data, dimana sekelompokorang berdiskusi dengan pengarahan dari fasilitator mengenai suatu topik. Prinsip-prinsip FGD: 1. Jumlah peserta 10-20 orang 2. Tujuannyaadalah mengumpulkan data 3. Proses diskusi terfokus 4. Lama FGD 60-120 menit 5. Tempat FGD nyaman Langkah-langkah pelaksanaan FGD 1.
Persiapan a. Menentukan jumlah kelompok laki-laki dan perempuan b. Menentukan tempat diskusi c. Mengatur tempat duduk d. Menyiapkan fasilitator -
Menjelaskan tentang topik diskusi
-
Melakukan pendekatan terhadap peserta FGD sehingga mereka terdorong untuk mengeluarkan pendapat
-
Mengarahkan kelompok
-
Mengajukan pertanyaan dan bersikap netral terhadap jawaban peserta
-
Mengamati peserta dan tanggapan terhadap reaksi peserta
-
Mendorong peserta untuk berpartisifasi aktif
-
Menciptakan hubungan baik dengan peserta sehingga dapatmenggali jawaban dan komentar yang lebih mendalam dari peserta
e. Menyiapkan pencacatan yang bertugas mencatat hasil diskusi, meliputi: -
Tangga, waktu mulai dan waktu selesai FGD
-
Tempat FGD
-
Jumlah peserta (jenis kelamin, umur, kelas)
2.
Pelaksanaan a. Pembukaan -
Menjelaskan tujuan FGD dan memperkenalkan fasilitator
-
Meminta peserta untuk memperkenalkan diri
-
Menjelaskan bahwa tujuan FGD adalah mengumpulkan pendapat peserta
-
Menekankan bahwa pendapat peserta sangat penting sehingga peserta bebas untuk mengeluarkan pendapat
b. Memulai FGD dengan mengajukan pertanyaan c. Penutup -
Membuat ringkasan dan mengemukakan di kelompok pada tiaptahap pembahasan agar tiap kelompok mengetahui posisi mereka
-
Menjelaskan bahwa FGD sudah selesai, tanyakan apakah masihada komentar lagi
-
Mengucapkan terima kasih atas partisifasi peserta dan nyatakan bahwa pendapat mereka sangat bermanfaat untuk perancangan media
3.
Menyusun catatan (transkip) FGD, yaitu membuat intisari dari jawaban peserta
Lampiran 6 Daftar pertanyaan 1 kepada siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DENGAN SISWA DAN SISWI SMP NUSANTAR TAHUN 2016 Identitas Informan Nama Kelas No HP Pertanyaan :
: ............................................................... : ............................................................... : ...............................................................
a. Apa jenis media promosi yang lebih kalian sukai? Cetak, elektronik? Kenapa? b. pengembangan pesan 1) bagaimana pendapat kalian mengenai bentuk bahasa yang baik diigunakan untuk remaja seperti kalian? (bahasa formal, semiformal, nonformal) 2) Menurut kalian, apakah bentuk pesan tersebut langsung ditujukan kepada anda atau ditujukan kepada orang lain? Alasannya 3) Bagaimana pendapat kalian mengenai pesan yang terkandung di dalam media? (seperti himbauan, mengajak, memerintah, tegas, dll) c. penetapan konsep 1) bagaimana bentuk media video yang kalian suka? (animasi atau yang lain) 2) bagaimana pendapat kalian mengenai background, tulisan, serta gambar pada media video yang kalian suka? 3) Bagaimana menurut kalian terkait layout/tata letak tulisan dan gambar 4) Bagaimana pendapat kalian mengenai tipografi (bentuk tulisan dan ukuran)? 5) Berapa lama durasi media yang kalian inginkan? 6) Jenis musik apa yang kalian suka untuk back sound pada video?
Lampiran 7 Daftar pertanyaan 2 kepada siswa dan siswi SMP Nusantara Ciputat PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DENGAN SISWA DAN SISWI SMP NUSANTAR TAHUN 2016 Identitas Informan Nama Kelas No HP Pertanyaan :
: ............................................................... : ............................................................... : ...............................................................
a. Apa kalian mengerti maksud dari media video tersebut b. Bentuk pesan 1) Bagaimana pendapat kalian mengenai bentuk bahasa yang digunakan pada video tersebut? Mudah dipahami, mudah diserap, dan sudah pas dengan bahasa pemahaman kalian 2) Menurut kalian, untuk siapa pesan pada media tersebut dituju? Jika ditujukan kepada anda jelaskan dan jika kepada orang lain coba jelaskan? 3) Apakah pesan yang terkandung pada video tersebut dapat meyakinkan anda untuk menghindari virus HIV? c. penetapan konsep 1) Bagaimana pendapat kalian mengenai bentuk media video tersebut? 2) bagaimana pendapat kalian mengenai perpaduan antara background, tulisan, serta gambar pada media video? 3) Bagaimana pendapat kalian mengenai tipografi (bentuk tulisan dan ukuran)? 4) Apakah durasi pada video tersebut sudah pas untuk kalian? 5) Bagaimana pendapat kalian terhadap back sound pada video tersebut
Lampiran 8 Persetujuan informan penelitian FGD PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN FGD Kegiatan ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto Mahasiswa Peminatan promosi Kesehatan program Studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya prototipe media video untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada siswa SMP Nusantara Ciputat. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan paduan waancara kepada informan mengenai identiktifikasi kelompok sasaran, mengembangkan pesan, penetapan media yang digunakan. Oleh karena itu, peneliti berharap adik-adik bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
Pernyataan persertujuan keikut sertaan menjadi informan penelitian. Nama Informan
: ...............................................................
Jenis kelamin
: ...............................................................
Kelas
: ...............................................................
Waktu/tempat
: ...............................................................
TTD INFORMAN
...........................................
Lampiran 9 Matriks Hasil Wawancara dan FGD 1. Matriks Informasi Hasil Wawancara Informan Utama No
Informan Utama
Teknik Pengumpulan Data
Informasi
Pernyataan
Informasi Sekolah SMP Nusantara 1
Informan BK
Wawancara Mendalam
Perilaku/pergaulan pada siswa dan siswi Pendidikan/penyuluhan kesehatan (kespro) di sekolah Jenis media yang cocok untuk siswa
“Masih bisa terkontrol tp ada beberapa anak yang terkadang sulit harus bagaimana menanganinya “ “Kespro biasanya yang berperan guru biologi, tapi guru biologi pun menjelaskannya seperti itu yang ada di buku” “Siswa lebih suka elektronik”
SMP dalam memberikan edukasi Bentuk pesan materi yang pas untuk siswa SMP Bentuk bahasa yang cocok digunakan untuk siswa SMP
“Sebenernya materi itu gak ada masalah cumankan yang menjadi permasalahan bagaimana cara penyampaiannya” “bahasanya tetap formal tapi suasananya tidak terlalu formal”
No
Informan Utama
Teknik Pengumpulan Data
Informasi
Pernyataan
Pengembangan Pesan Pada Media 2
Informan PD
Wawancara Mendalam
Informan BL 3
Informan PD
Wawancara Mendalam
Informan PD
“Tidak terlalu rumit dan mudah dipahami”
SMP
“Singkat, padat, dan fokus pada beberapa isu penting dari HIV/AIDS” “Bahasa yang semi formal sampai non formal”
Bentuk bahasa yang baik untuk remaja SMP
Informan BL 4
Bentuk pesan yang baik untuk remaja
Wawancara Mendalam
Pesan yang dituju pada media
“Bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa mereka” “Langsung kepada sasaran media”
Informan BL Pengembangan Kemasan Pada Media 5
Informan PD
Wawancara Mendalam
Penyeimbangan komponen-kompoen pada media
Informan BL 6
Informan PD
Wawancara Mendalam
Rurasi
“Durasi 5 menit”
Informan BL 7
Informan PD Informan BL
“Menyesuaikan layout pada media sehingga lebih seimbang” “Dengan mengatur komponen secara proporsional” “5 menit. 10 menit itu udah maksimal”
Wawancara Mendalam
Latar musik/Backsound
“Lebih ke ngebit dan temponya agak cepat” “Musik yang sedang trend dikalangan remaja, bisa full music atau hanya instrumen dari lagu”
No 8
Informan Utama Informan PD
Informan BL
Teknik Pengumpulan Data Wawancara Mendalam
Informasi Bentuk desain media yang baik
Pernyataan “Pengambilan gambar bagus, animatik, background lebih ke cerah, bentuk font bukan font-font yang tegas, keterbacaan disesuaikan dengan luminasinya, idealnya 4-5 kali dari layar” “Menarik, proporsional, sesuai dengan emosi yang ingin ditimbulkan, kontras, eye catching, tidak terlalu besar/kecil tapi pas, dapat dibaca dari jarak 5 meter (semakin jauh semakin baik)”
2. Matriks FGD rancangan pengembangan media video No
Informan Pendukung
Teknik Pengumpulan Data
Informasi
Pernyataan
Pemilihan jenis media, pesan, dan kemasan 1
Informan P1
Focus group Discussion
Jenis media yang lebih sukai
“Elektronik, karena Lebih canggih”
Informan P1
(FGD)
remaja
“Elektronik, karena sering dipakai”
Informan P3, P5, P6, P7, P8 P10, P15, P16, P17, P19, P20 Informan P4
“Elektronik”
Informan P9
“Elektronik, emmm alasannya kenapa ya.. karena lebih canggih kak” “Elektronik, mungkin lebih simple”
Informan P11
“Elektronik, karena Lebih mudah dipahami”
Informan P13
“Elektronik, karena selain menarik lebih berpariasi juga kak” “Elektronik, lengkap”
Informan P14
“Elektronik, karena lebih mudah di cernak”
Informan P18
“Elektronik, lebih menarik”
Informan P12
No 2
Informan Pendukung
Teknik Pengumpulan Data
Informan P1,P2, P5,P6, P7, Focus group Discussion P8, P9, P10, P11, P12, P13,
(FGD)
Informasi Bentuk media yang disukai
Pernyataan “Animasi”
remaja
P14,P15,P16,P17, P18, P20 Informan P3 Informan P4 Informan P19 3
Informan P6
Focus group Discussion
Informan P12
(FGD)
Bentuk bahasa
“Saya sih lebih suka non formal” “bahasa sehari-hari”
Informan P19 4
“Lebih suka animasi karena kalo sinetron itu kan kayak kebanyakan drama hehe” “Animasi, karena kalo animasi itu kan bisa langsung masuk, lebih menarik, bisa enak diliat” “animasi alasannya kerana biar menarik orang kayak “ “buat anak remaja itu bahasa yang baik”
Informan P4
“Langsung karena lebih enak bisa langsung nangkep” “Langsung, karena kan bisa buat diri sendiri”
Informan P6
“Kayaknya gak langsung deh mesti ke guru dulu”
Informan P7, P8, P13, P20
“Langsung”
Informan P12
“Saya lebih milih langsung karena buat diri sendiri” Langsung kak karena bisa memudahkan diri kita sendiri”
Informan P3
Focus group Discussion (FGD)
Informan P15, P16
Pesan yang dituju
No 5
Informan Pendukung
Teknik Pengumpulan Data
Informasi
Informan P1,P3, P5, P7,
Focus group Discussion
Warna background dan
P12, P13
(FGD)
tulisan
Informan P2, P4,P9, P10,
Pernyataan Lebih suka warnah biru - bentuk font yang biasa
Lebih suka warnah putih-bentuk font yang biasa
P14, P16, P17, P18, P19, P20
6
Informan P6, P15
Suka warnah abu2 - bentuk font yang biasa
Informan P8
Suka warnah hijau - bentuk font yang biasa
Informan P11 Durasi
Suka warnah hitam atau putih - bentuk font yang biasa Asal tidak membosankan
Backsound
Musik POP
Informan P1-P20
Focus group Discussion (FGD)
7
Informan P1-P20
Focus group Discussion (FGD)
3. Matriks FGD Uji Kelayakan/Respon No
Informan Pendukung
Teknik Pengumpulan Data
Informasi
Pernyataan
Pemahaman 1
Informan P1, P2, P3, P4, P5,
Focus group Discussion
Pemahaman remaja setelah
P6, P7, P8, P10, P11, P12,
(FGD)
menonton video
“Ngerti”
P13, P14, P16, P17, P18, P20 “Ngerti. buat mencegah HIV/AIDS. buat biar gak kena penyakitnya” “Ngerti. Jadi HIV itu gak ada obatnya. Jadi kita bisa liat video itu untuk menghindarinya”
Informan P9 Informan P15
“Ngerti. tadi diajarin biar gak memakai jarum suntik.tr us pencegahannya juga”
Informan P19 Pengembangan Pesan Pada Media 2 Informan P1
Focus group Discussion
Bentuk bahasa
(FGD) Informan P2, P3, P4, P5, P7
“Sudah bisa dipahamin, sudah termasuk ke bahasa sehari-hari” “Sudah bisa dipahamin”
sampai P20 Informan P6 3
Informan P1, P3, P4, P18,P19 Focus group Discussion Informan P5, P9, P13, P14 Informan P2, P7, P15
(FGD)
Pesan yang dituju
“Sudah bisa dipahamin, udah masuk ke bahasa kita kak” “Untuk kita semua” “Langsung dituju ke kita kak” “Untuk semua orang”
No 4
Informan Pendukung Informan P4
Teknik Pengumpulan Data Focus group Discussion
Informasi Dampak media
“Iya kak karena kita udah tau cara mencegahnya cara menghindarinya” “Karena kita udah tau bahaya dari penyakit itu” “Iya kak soalnya di video itu udah nerangin semuanya...rinci...gejala2nya trus cara mengatasinnya gitu” “Udah tau bahayanya kayak make barangbarang yang dilarang. kayak jarum suntik gitu” “Soalnya udah tau penyebabnya trus juga udah tau cara menceganya trus udah tau bahanya”
Bentuk Media
“suka kak udah bagus”
(FGD) Informan P5 Informan P14
Informan P19
Informan P20
Pengembangan Pesan Pada Media 5 Informan P1 Informan P7
Focus group Discussion (FGD)
“Lebih menarik”
Teknik Pengumpulan Data
“Menurut saya lebih menarik aja gitu lebih berpariasi, lebih gampang, pokoknya ya gitu aja lebih kreatif” “Suka karena ada animasinya, lebih menarik aja gitu” Pernyataan
Informan P12
Informan P16 No
Informan Pendukung
Pernyataan
Informasi
6
Informan P1
Focus group Discussion
Perpaduan warna background,
“suka, gambarnya2 udah menarik
Informan P4, P5
(FGD)
tulisan
Udah menarik”
Informan P3
“Latarnya udah pas kak warna putih”
Informan P2, P6, P8, P10,
“Udah pas”
P11, P12, P14,P17, P18, P20 7
Informan P6, P7, P15
“Udah pas, tapi ada bagian yang gak kebaca krna banyak tulisannya jadi kecil2 banget tp denger pake suara sih” “Udah pas”
Informan P9
“Bentuknya udah pas kak”
Informan P11
“Udah pas, gitu aja tulisannya kak”
Informan P17
“Udah pas kak tulisannya juga kebaca”
Informan P2
Focus group Discussion
Bentuk dan ukuran tulisan
(FGD)
8
Informan, P3, P4
“Kecepatan kak gak kebaca, sedang-sedang aja” “Udah cukup”
Informan, P1
“Pas”
Informan, P8
“Terlalu cepat kak jadi bacanya buru-buru”
Informan, P11
“Udah kak gak bosen nontonnya”
Informan, P13
“Gak bosen kak”
Informan, P16
“Gak bosen karena ada gambarnya”
Informan, P7
Focus group Discussion (FGD)
Durasi
No 9
Informan Pendukung
Teknik Pengumpulan Data
Informan, P6
Focus group Discussion
Informan, P1, P2, P4, P11
(FGD)
Informan, P9
Informasi Dabbing dan backsound
Pernyataan “Suaranya bagusan kayak tadi kak dewasa” “Lagunya udah enak kak” “Suaranya udah pas”