STUDI ANALISIS PEMIKIRAN SYEKH ZAINUDDIN BIN ALI AL MALIBARI TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB HIDAYATUL ADZKIYA’ DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Bidang Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : SAEFUDIN NIM : 131310001225
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA 2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp
: 4 (empat) eks
Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. Saefudin
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan sebelumnya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: Saefudin
NIM
: 131310001225
Progdi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: STUDI ANALISIS PEMIKIRAN SYEKH ZAINUDDIN BIN ALI AL MALIBARI TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB HIDAYATUL ADZKIYA’ DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’ alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Jepara,
September 2015
Dosen Pembimbing
Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag.
ii
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNSINU) JEPARA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Akreditasi BAN-PT : Peringkat B Nomor : 192/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/IX/2013
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Ijin Penyelenggaraan SK Mendikbud RI Nomor : 149/E/O/2013
PENGESAHAN Nama : Saefudin NIM
: 131310001225
Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN SYEKH ZAINUDDIN BIN ALI AL MALIBARI TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB HIDAYATUL ADZKIYA’ DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude/ baik / cukup, pada tanggal :
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I Tahun akademik 2014/2015. Jepara,
2015
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Penguji I
Penguji II
Dosen Pembimbing
iii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi bahan rujukan.
Kudus, September 2015 Deklarator
Saefudin NIM 131310001225
iv
HALAMAN MOTTO
“Jadikanlah setiap langkah dalam kehidupan menjadi bernilai ibadah dan penuh dengan berkah”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada : 1.
Ayahku ( Muchayin bin H. Mukhtar Alm. ) dan Ummyku ( Sholichati Binti Ky. Ali Ahmadi
) yang tercinta terima kasih yang tak terhingga
karena selama ini telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang. 2.
Istriku tercinta Laily Maftuhah, S.E.I yang tanpa henti-hentinya memberikan motivasi dan selalu menanti dalam perjuangan dan citacita.
3.
Anakku tersayang Muhammad Azhar Faidhul Asror dan anakku yang masih dalam kandungan, yang menjadikan hidup ini sangat sempurna.
4.
Adik-adikku tersayang Isna Rosida Kusuma dan Aning Kholifah yang juga selalu memberikan dorongan dalam setiap langkah perjuangaku.
5.
Para Masyayikh/Kyai/Asatidz/Dosen UNISNU Jepara yang menjadi media waktu penulis menimba dan menggali ilmu yang penulis dapatkan di kampus hijau tercinta, semoga ilmu yang penulis dapatkan dapat bermanfaat dan barokah, Fiddini Wad Dunya Hattal Akhiroh.
6.
Kawan-kawan seperjuangan kelompok satu (Yi Halim, Gus Azam, Pak Ridho, Mas Zudin serta Mas Burhan) di Kampus tercinta UNISNU Jepara.
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Hamdan wa Syukron Lillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., Illahi Rabbi yang selalu bersemayam di hati kita, yang senantiasa mengizinkan kita menjadi sebagai orang mukmin mukminah lahir dan batin. Shalawat serta salam selalu penulis curahkan keharibaan insan termulia, habibina wasyafi’una Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Rasul yang senantiasa kita rindukan kehadirannya, utusan Allah yang membawa kabar gembira untuk umat Islam sedunia. Berkat karunia dan ridla-Nya penulis telah menyelesaikan penyusunan Skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara dengan judul “Studi Analisis
Pemikiran Syekh
Zainuddin Bin Ali Al Malibari
Tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab Hidayatul Adzkiya’ Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam” Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak,
sehingga penyusunan skripsi ini dapat
selesai dengan baik dan sukses. Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, saran, dan arahan dari berbagai pihak, yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan material maupun spiritual. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom H.M., selaku Rektor UNISNU Jepara.
2.
Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara.
3.
Bapak H. Mufid, M.Ag. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).
4.
Bapak Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
vii
5.
Para dosen/staf pengajar dan segenap civitas akademika di lingkungan UNISNU Jepara yang membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan sksripsi ini.
6.
Keluargaku yang menyulutkan api semangat dalam mengarungi kehidupan ini.
7. Teman-temanku UNISNU Jepara Kelas Reguler 2-E angkatan 2011 yang telah banyak memberikan support dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 8. Seseorang yang selama ini mendampingi dalam pembuatan skripsi dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, yang telah membantu dan menghantarkan pada penyusunan skripsi ini. Atas segala bantuan yang mereka curahkan, penulis hanya dapat mendo’akan semoga amal baik mereka diterima di sisi Allah SWT sebagai amal shaleh, Amin. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya. karena itu, kritik konstruktif dari siapapun diharapkan menjadi semacam suara yang dapat menyapa tulisan ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses kreatif berikutnya. Namun demikian, sekecil apapun makna yang terjelma dalam tulisan inipun juga diharapkan ada manfaatnya.
Kudus, September 2015 Deklarator
Saefudin NIM 131310001225
viii
ABSTRAK Saefudin (NIM 131310001225) Studi Analisis Pemikiran Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari Tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab Hidayatul Adzkiya’ Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam: Program Strata 1 Prodi Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) Konsep pendidikan Karakter Menurut Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari; (2) Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab Hidayatul Adzkiya’; (3) Relevansi pendidikan karakter tersebut dengan pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan metode Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan yang objek penelitiannya dicari lewat beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dokumen) dan lain sebagainya. Penelitian ini dalam konsep Pemikiran Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari Tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab Hidayatul Adkiya’ Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam. Hasil penelitian: (1) Konsep pendidikan karakter Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits dalam rangka pembinaan kepribadian generasi penerus; (2) Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat didalam Kitab Hidayatul Adzkiya’ adalah Nilai taqwa/religius,Nilai ikhlas dan jujur, Nilai Disiplin, Nilai rasa ingin tahu, Nilai komunikatif dan bersahabat, Nilai Rajin membaca; (3) Relevansi Pendidikan karakter dalam pandangan Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari dalam kitab Hidayatul Adzkiya’ mengacu pada moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting (tindakan moral) dengan pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang mencakup tiga aspek jasmani, rohani dan akal, yang mana tujuan dimensi pendidikan tersebut, fisik, ruh dan akal ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar yang berakar pada fitrah manusia mesti mendapatkan perhatian penuh. Oleh karena itu dalam teori pendidikan benar bahwasannya tidak boleh mengabaikan salah satu dari ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang memang menghasilkan pendidikan ketiga dimensi. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para civitas akademika, untuk menambah khazanah keilmuan tarbiyah dan meningkatkan ketajaman analisis tentang Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari dalam kitab Hidayatul Adzkiya Mendorong, sehingga dapat mendalami konsep pendidikan karakter dalam pendidikan Islam. Kata Kunci: Pendidikan Karakter dan Pendidikan Islam
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4 E. Telaah Pustaka ................................................................................ 5 F. Metodologi Penelitian .................................................................... 6 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 11 A. Pendidikan Karakter ....................................................................... 11 1.
Pengertian Pendidikan Karakter............................................... 11
2.
Dimensi dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter .......................... 16
3.
Tujuan Pendidikan Karakter .................................................... 28
B. Pendidikan Islam ............................................................................ 31 1.
Pengertian Pendidikan Islam ................................................... 31
2.
Tujuan Pendidikan Islam.......................................................... 33
x
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN .................................................... 40 A. Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari ............................................ 40 1.
Biografi Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari ...................... 40
2.
Karya-karya Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari................. 42
B. Kitab Hidayatul Adzkiya’ .............................................................. 43 1.
Definisi kitab kuning ............................................................... 43
2.
Cara memahami kitab kuning .................................................. 43
3.
Metode pembelajaran kitab kuning .......................................... 45
4.
Gambaran umum kitab Hidayatul Adzkiya’ ............................ 46
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ................................................... 49 A. Konsep Pendidikan Karakter Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari ......................................................................................................... 49 B. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab Hidayatul Adzkiya’ .......................................................................................... 53 C. Relevansi pendidikan karakter dengan pendidikan Islam ............... 59 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ..................................... 61 A. Kesimpulan ..................................................................................... 61 B. Saran ............................................................................................... 62 C. Penutup ........................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran 1 Sertifikat OSPEK
2.
Lampiran 2 Sertifikat KKL
3.
Lampiran 3 Sertifikat PPL
4.
Lampiran 4 Sertifikat KKN
5.
Lampiran 5 Daftar Riwayat Pendidikan
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk yang tidak bisa berlepas diri dari pendidikan, yaitu sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Inilah yang menjadi titik beda antara pemberian akal dari Allah kepada manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang lainnya.
1
Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Struktur antropologisnya yang terbuka pada lingkungan memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang berasal dari luar dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan berpengetahuan. 2 Islam sebagai agama yang universal mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu dianatara ajaran islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan. Pendidikan menurut ajaran islam 1
Ukim, Sukardjo dan Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada., 2009), hlm. 1. 2 Koesoema, A. Doni, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 109.
1
2
merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi tercapainya kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat. 3 Islam menyebutkan orang yang baik dan berperilaku positif itu mereka orang-orang yang bertakwa yang tidak meragukan Al-Qur’an. Allah juga menyebutkan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa yang pada dasarnya adalah mereka yang mempunyai karakter dan bertujuan untuk menjadikan manusia yang seutuhnya (insan kamil). Dalam Islam penggagas pendidikan karakter yang sudah ada sejak zaman dahulu adalah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan bagi umat manusia seluruh alam. Di dunia ini tidak ada satu makhluk pun yang lebih berkarakter daripada Nabi Muhammad. Sebagai umat beliau kita wajib mencontoh keteladanan beliau dalam menanamkan karakter kepada umatnya. Tulisan-tulisan yang membahas tentang adanya pendidikan karakter sudah banyak, yang meliputi beberapa aspek dari pendidikan karakter yang sudah disebutkan di atas. Dalam pendidikan Islam semua aspek kebaikan bersumber dari Allah SWT. yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadits Nabi). Al-Qur’an merupakan sumber utama referensi agama Islam dalam menentukan berbagai hukum. Dalam surat Al-Baqaroh ayat 2: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” 4 Menurut Mustafa al-Ghulayani, Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa anak serta menyiraminya dengan petunjuk 3
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2015), hlm. 24 Al_Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama, 2008.
4
3
dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air. 5 Ketertarikan penulis dalam mengkaji dan memahami ajaran Islam secara mendalam menginspirasi penulis untuk menuangkan ide dan memberikan sedikit sumbangsih ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan yang sedang mengalami kemrosotan, karena tidak adanya tindakan nyata dari Pemerintah. Pendidikan karakterlah yang sangat diperlukan ketika seseorang sudah tidak ada lagi kepedulian akan tindakan nyata. Melihat latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi “Studi
Analisis
Pemikiran
Syekh
Zainuddin Bin Ali Al Malibari
Tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab Hidayatul Adkiya’ Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam.” B.
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana konsep pendidikan karakter menurut Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari?
2.
Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Kitab Hidayatul Adkiya’?
3.
Bagaimana relevansi pendidikan karakter tersebut dengan pendidikan Islam?
5
hlm. 189.
Musthafa al-Ghulayini, Idhah al-Nasyi’iin, (Pekalongan : Rajamurah, 1953),
4
C.
Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter menurut Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari.
2.
Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Kitab Hidayatul Adkiya’.
3.
Untuk mengetahui relevansi pendidikan karakter tersebut dengan pendidikan Islam.
D.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah: 1.
Manfaat teoritis: Menambah pengetahuan tentang konsep Pemikiran Syekh Bin Ali Al Malibari
Zainuddin
Tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab
Hidayatul Adkiya’ Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam. 2.
Manfaat Praktis: a.
Memberikan sumbangsih pemikiran terhadap dunia pendidikan Islam terutama yang berkaitan dengan pendidikan karakter.
b.
Sebagai salah satu rujukan untuk melakukan transformasi atau perubahan pendidikan, supaya pendidikan menjadi seimbang antara kecerdasaan inteleketual dan kecerdasan hati.
c.
Konsep mendidik anak dengan nilai-nilai spiritual pembinaan pembiasaan dan peneladanan.
5
d.
Mendorong kepada pembaca, terutama tenaga pendidik dan pemerintah untuk lebih mandalami konsep pendidikan karakter dalam pendidikan Islam.
E.
Telaah Pustaka Adapun telaah pustaka dalam penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: Skripsi Ida Kurniawati dengan judul: “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam”. Fokus penelitian ini membahas teori tentang Pendidikan arakter dalam pendidikan Islam di Indonesia dan Hasil penelitian anatara lain: Konsep pendidikan karakter di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda yang mencakup 3 aspek yaitu pengetahuan moral (moral knonwing), sikap moral (moral feelling),dan perilaku moral (moral acting). Dalam buku Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran Sri Nawarti menjelaskan Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada manusia yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. 6
6
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011), hlm. 14.
6
Dalam buku Ilmu Pendidikan Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits serta akal. Jika demikian, maka ilmu pendidikan agama Islam ilmu yang berdasarkan AlQur’an, hadits dan akal. 7 F.
Metodologi Penelitian 1.
Jenis dan Pendekatan Penelitian Skripsi ini menggunakan metode Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan yang objek penelitiannya dicari lewat beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dokumen) dan lain sebagainya. 8 Penulis fokuskan penelitian ini dalam konsep Pemikiran Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari Tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab Hidayatul Adkiya’ Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam.
2.
Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan
yakni
pengumpulan
data-data
dengan
cara
mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori dan konsep-konsep
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. X, hlm. 12. 8 Suharsimi Arikunto, Produser Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), hlm. 214.
7
dari sejumlah literature baik buku, jurnal, majalah, Koran ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian. 9 Dalam mencari data-data pemikiran Syekh Zainuddin bin Ali AlMalibari tentang pendidikan karakter ini menggunakan data primer dan data skunder. a.
Data primer Mencari data-data tentang pendidikan karakter menurut Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kitab Hidayatul Adkiya’,
b.
Data Skunder Adapun data skunder dalam penelitian adalah buku-buku atau karya ilmiah lain yang isinya dapat melengkapi data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini. Yaitu yang sudah penulis cantumkan dalam daftar pustaka.
3.
Teknik Analisis Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. 10 Teknik analisis data berguna untuk mereduksi kumpulan data menjadi perwujudan yang dapat dipahami
9
Suharsimi Arikunto, Op. cit, hlm. 230. Ibid, hlm. 236
10
melalui
pendeskripsian
8
secara logis dan sistematis sehingga fokus studi dapat ditelaah, diuji, dan dijawab secara cermat dan teliti. Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan beberapa metode, antara lain: a.
Metode Deduktif Digunakan untuk menganalisis bab II tentang landasan teori, yaitu analisis suatu permasalahan yang berasal dari generalisasi yang bersifat umum kemudian ditarik pada fakta yang bersifat khusus atau yang kongkrit terjadi. Pada bab II penulis membahas tentang pendidikan karakter yang secara umum dari pemikiran Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari dan dari kitab Hidayatul Adkiya’ kemudian penulis khususkan lagi relevansinya pendidikan karakter dengan pendidikan Islam.
b. Metode Induktif Digunakan untuk menganalisis pada bab III tentang permasalahan yang akan diteliti yaitu analisis masalah yang bersifat khusus, kemudian diarahkan pada penarikan kesimpulan yang bersifat umum. Pada bab III penulis membahas tentang pendidikan karakter khususnya pemikiran Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari dan dari kitab Hidayatul Adkiya’, kemudian penulis menyimpulkannya dengan analisis dan relevansi pendidikan karakter dalam kitab Hidayatul Adkiya’ dengan pendidikan Islam.
9
c. Metode Komparatif Yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan beberapa pendapat para ahli, mengulas, kemudian menarik kesimpulan dari pendapat-pendapat yang dikutip tersebut. Dalam hal ini pendapat pakar pendidikan karakter yaitu Syekh Zainuddin bin Ali AlMalibari. G.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi sangat diperlukan guna memudahkan arah dan tujuan pembahasan sehingga mudah untuk dipahamami, untuk itu penulis menyusun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut : 1.
Bagian Muka Pada bagian muka berisi tentang halamsaan judul, halaman nota persetujuan pembimbingan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, dan halaman daftar isi
2.
Bagian isi Pada bagian isi, penulisan di bagi menjadi lima bab yang saling berkaitan, kelima bab tersebut sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan, Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian (meliputi :
10
Pendekatan Penelitian, Metode Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data), dan Sistematika Penulisan Skripsi Bab II Landasan Teori Membahas tentang Pendidikan Karakter ( meliputi : Pengertian Pendidikan Karakter, Tujuan Pendidikan Karakter, dan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ) dan Pendidikan Islam ( meliputi : Pengertian Pendidikan Islam dan Tujuan Pendidikan Islam ) Bab III
Kajian Objek Penelitian
Mengupas tentang Biografi Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibary, Gambaran Umum Tentang Kitab Hidayatul Adkiya’. Bab IV Analisis Hasil Penelitian Berisi Analisis Pendidikan Karakter Dalam Kitab Hidayatul Adkiya’ dan Relevansi Pendidikan Karakter dalam Kitab Hidayatul Adkiya’ dengan Pendidikan Islam Bab V Penutup Berisi tentang Kesimpulan, Saran-Saran dan penutup 3. Bagian akhir Pada bagian akhir berisi Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran dan Daftar Riwayat Hidup Penulis
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Teori Pendidikan Karakter 1.
Pengertian Pendidikan Karakter Sebagai makhluk yang diberikan akal dengan sempurna manusia senantiasa menjadi objek sekaligus subjek pendidikan. Pelaku dalam segala proses pendidikan untuk memberdayakan sumber daya manusia serta potensi yang dimiliki dengan maksimal. Banyak hal yang dibahas ketika mendefinisikan pengertian pendidikan. Dalam UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Filsafat
pendidikan
mengkaji
tentang
pendidikan
dengan
membedakan dua istilah yang berbeda tetapi hampir sama bentuknya, Paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie berarti “pendidikan”dan Paedagogiek artinya “ilmu pendidikan”. Perkataan Paedagogos yang pada mulanya berarti pelayan kemudian berubah menjadi pekerjaan 1
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2004
11
12
mulia. Karena pengertian paedagoog (dari paedagogos) berarti seorang yang tugasnya, membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke arah berdiri sendiri dan bertanggung jawab. 2 Aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku. Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan
dan
usaha
dari
generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengetahuannya, pengalamnnya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. 3 Kepribadian Islam al-khuluq (karakter) adalah bentuk jamak dari akhlak. Kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi luar yang mencakup althab’u (tabiat) dan al-sajiyah (bakat). Dalam terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi. Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan, insting, refleks-refleks, kebiasaankebiasaan, kecenderungan-kecenderungan, perasaan, emosi, sentimen, minat, kebajikan dan dosa serta kemauan. 4 Sedangkan yang dimaksud bakat adalah citra batin individu yang 2
Djumberansyah, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994) hlm.
16. 3
Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010) hlm. 27. 4 Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) hlm. 45.
13
menetap. Citra ini terdapat pada konstitusi individu yang diciptakan Allah sejak lahir.Tabiat merupakan kebiasaan individu yang berasal dari hasil integrasi antara karakter individu dengan aktifitas-aktifitas yang diusahakan. 5 Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi “kharassein” yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa
Indonesia,
karakter
dapat
diartikan
sebagai
sifat
kejiwaan/tabiat/watak. 6 Menurut pendapat G.W. Allport yang dikutip oleh Sri Narwanti, karakter merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas dan mengarahkan pada tingkah laku manusia. Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena sesungguhnya karakter adalah kepribadian yang ternilai. 7 Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan 5
Abdul Mujib, op.cit., hlm. 47. Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai DalamMata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011) hlm. 1. 7 Ibid., 6
14
perilaku yang ditampilkan. Sementara itu, Koesoema
menyatakan
bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang dari lingkungan sekitar dan juga bawaan sejak lahir. 8 Prof. Suyanto
dalam bukunya Masnur Muslich menyatakan
bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Imam Ghazali mengatakan bahwa karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. 9 Karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral yang positif, dan bukan konotasi negatif. Dan orang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral yang positif. Dengan demikian pendidikan adalah membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif saja. Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada individual atau pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter merupakan landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan merupakan pula perekat 8
A. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010) hlm. 80. 9 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm. 70.
15
budaya. Sedangkan nilai dari sebuah karakter digali dan dikembangkan melalui budaya masyarakat itu sendiri. Terdapat empat modal strategis yaitu sumber daya manusia, modal cultural, modal kelembagaan, serta sumber daya pengetahuan. Keempat modal tersebut penting bagi penciptaan pola pikir yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai suatu bangsa. 10 Untuk dapat memahami pendidikan karakter harus dipahami terlebih dahulu struktur antropologis yang ada dalam diri manusia yang terdiri dari jasad, ruh, dan akal. Lickona yang pendapatnya dikutip oleh Masnur Muslich juga menekankan tiga aspek komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Istilah lainnya adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. 11 Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik adalah patuhnya seseorang terhadap nilai-nilai sosial tertentu, yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
10
Sri Narwanti, op.cit., hlm. 27. Masnur Muslich, op.cit., hlm. 76.
11
16
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan. Pelaksanaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia pendidikan Islam sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut pendidikan akhlak, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan menjadikan manusia yang utuh atau insan kamil. 2.
Dimensi dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam pendidikan karakter dimensi yang perlu dipahami adalah individu, sosial, dan moral. Individu dalam pendidikan karakter menyiratkan dihargainya nilai-nilai kebebasan dan tanggung jawab. Nilai-nilai kebebasan inilah yang menjadi prasyarat utama sebuah perilaku moral. Yang menjadi subjek bertindak dan subjek moral adalah individu itu sendiri. Dari keputusannya bebas bertindak, seseorang menegaskan kebaradaan dirinya sebagai mahluk bermoral. Dari keputusannya tercermin nilai-nilai yang menjadi bagian dari keyakinan hidupnya. 12 Dimensi sosial mengacu pada corak relasional antara individu dengan individu lain, atau dengan lembaga lain yang menjadi cerminan kebebasan individu dalam mengorganisir dirinya sendiri. Kehidupan sosial dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik dan stabil karena
12
A. Doni Koesoema, op.cit., hlm. 146.
17
ada relasi kekuasaan yang menjamin kebebasan individu yang menjadi anggotanya serta mengekspresikan jalinan relasional antar-individu. 13 Dimensi moral menjadi jiwa yang menghidupi gerak dan dinamika masyarakat sehingga masyarakat tersebut menjadi semakin berbudaya dan bermartabat. Tanpa adanya norma moral, individu akan saling menindas dan liar. Yang kuat akan makin berkuasa, yang lemah akan semakin tersingkirkan. Menurut Lickona, menyebutkan penekanan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. 14 Moral knowing merupakan hal penting untuk diajarkan yang terdiri dari enam hal, yaitu: 15 a. Moral Awareness (kesadaran moral) b. Knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral) c. Perspective taking (pengambilan pandangan) d. Moral reasoning (alasan moral) e. Decision making (pembuatan keputusan) f. Self knowledge (kesadaran diri sendiri).
13
Ibid., Masnur Muslich, op.cit., hlm. 133. 15 Ibid., 14
18
Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good
(mencintai kebenaran), self control (mampu
mengontrol diri), humility (kerendahan hati). 16 Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik, maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu competence (kompetensi), keinginan (will), dan habit (kebiasaan). 17 Ketiga aspek moral tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dan ketiganya saling bersinergi. Seorang anak harus diberikan pengetahuan tentang moral karena tanpa adanya arahan dari orang tua anak tidak akan memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang moral yang dengannya anak mengetahui hal-hal baik dan buruk. Penanaman perasaan moral dan pelaksanaan atau tindakan moral harus ditanamkan sejak dini, karena seorang anak yang sudah terlanjur dan terbiasa melakukan hal-hal buruk atau negatif akan sulit sekali untuk 16
Ibid., hlm. 134. Ibid.,
17
19
penanaman moral kembali, maka sebelum hal ituterjadi alangkah baiknya dilakukan pencegahan sebelum kejadian hal yang tidak diinginkan. Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu: 18 a.
Religius Yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksana ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dengan indikator pencapaian pembelajaran: 1) Beraqidah lurus 2) Beribadah yang benar 3) Berdoa sebelum mulai dan sesudah selesai pembelajaran 4) Mengaitkan materi pembelajaran dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa 5) Melaksanakan shalat dhuha 6) Melaksanakan shalat dhuhur berjamaah 7) Melaksanakan shalat asar berjamaah 8) Hafal Al-Qur’an minimal 1 juz 9) Program tahfid: setoran hapalan 1 juz ayat Al-Qur’an 10) Program penunjang: tilawah dan hapalan sesudah sholat dhuhur berjamaan selama 5 menit 11) Musabaqah hifdhil Qur’an 12) Reward gratis SPP bagi yang hafal di atas 3 juz.
b.
Jujur Yaitu perilaku yang dilaksanakan dalam upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
18
Sri Narwanti, op.cit., hlm. 28
20
tindakan, dan pekerjaan. Dengan indikator pencapaian: 1) Membuat laporan hasil percobaan sesuai dengan data yang diperoleh 2) Tidak pernah menyontek dalam ulangan 3) Tidak pernah berbohong dalam berbicara 4) Mengakui kesalahan 5) Terbuka dalam memberi penilaian kepada peserta didik. c.
Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, sikap, tindakan orang lain yang berbeda. Dengan indikator pembelajaran: 1) Pelayanan yang sama terhadap peserta didik tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. 2) Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus 3) Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin, agama, suku dan tingkat kemampuan. 4) Tidak memaksakan kehendak atau pendapat orang lain. 5) Hormat menghormati 6) Basa basi 7) Sopan santun 8) Hati-hati tidak boleh tinggi bicara atau tinggi hati.
d.
Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan aturan. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Hadir tepat waktu 2) Mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran 3) Mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran 4) Menyelesaikan tugas tepat waktu.
21
e.
Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai
hambatan
belajar
dan
tugas,
serta
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Berupaya dengan gigih untuk menciptakan semangat kompetisi yang sehat. 2) Substansi pembelajaran menantang peserta didik untuk berpikir keras. 3) Menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru. 4) Berupaya mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi. f.
Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Menciptakan situasi belajar yang mendorong munculnya kreativitas peserta didik. 2) Memberi tugas yang menantang munculnya kreativitas peserta didik (tugas projek, karya ilmiah, dll) 3) Menghasilkan suatu karya baru, baik otentik maupun karya baru.
g.
Mandiri Yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dan menyelesaikan tugas-tugas. Dengan indikator pencapaian pembelajaran
sebagai
berikut:
1)
Dalam
ulangan
tidak
mengharapkan bantuan kepada orang lain. 2) Penyelesaian tugas-
22
tugas yang harus dikerjakan secara mandiri. 3) Mempresentasikan hasil pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan. 4) Memotivasi peserta didik untuk mmenumbuhkan rasa percaya diri. h.
Demokratis Yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Pembelajaran yang dialogis dan interaktif 2) Keterlibatan semua peserta didik secara aktif selama pembelajaran 3) Menghargai pendapat setiap peserta didik.
i.
Rasa ingin tahu Yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Penerapan eksplorasi dan elaborasi dalam pembelajaran. 2) Memanfaatkan media pembelajaran (cetak dan elektronik) yang menumbuhkan keingintahuan. 3) Menumbuhkan keinginan untuk melakukan penelitian. 4) Berwawasan yang luas.
j.
Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Bekerjasama dengan teman yang berbeda suku/etnis. 2) Mengaitkan
materi
pembelajaran
dengan
peristiwa
yang
23
menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme. k.
Cinta tanah air Yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Menyanyikan lagu-lagu perjuangan 2) Diskusi tentang kekayaan alam, budaya bangsa, peristiwa alam, dan perilaku menyimpang. 3) Menumbuhkan rasa mencintai produk dalam negeri dalam pembelajaran. 4) Menggunakan media dan alat-alat pembelajaran produk negeri.
l.
Menghargai prestasi Yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan ide, bakat dan
kreasi.
2)
Pujian
kepada peserta didik
yang telah
menyelesaikan tugas dengan baik, mengajukan ide cemerlang, atau menghasilkan suatu karya. 3) Terampil. m. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bargaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Dengan indikator pencapaian
24
pembelajaran sebagai berikut: 1) Pengaturan kelas memudahkan peserta didik berinteraksi. 2) Diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah. 3) Melakukan bimbingan kepada peserta didik yang memerlukan. 4) Mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan santun. 5) Manyajikan hasil tugas secara lisan atau tertulis. n.
Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Tidak saling mengejek dan menjelek-jelekkan orang lain. 2) Saling menjalin kerjasama dan tolong menolong. 3) Menciptakan suasana damai di lingkungan sekolah.
o.
Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajukan bagi dirinya. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Penugasan membaca buku pelajaran dan mencari referrensi. 2) Peserta didik lebih mengutamakan membeli buku dibanding dengan yang lainnya.
p.
Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut:
1) Peduli
25
lingkungan. 2) Kebersihan ruang kelas terjaga. 3) Menyediakan tong sampah organik dan unorganik. 4) Hemat dalam penggunaan bahan praktik. 5) Penanganan limbah bahan kimia dari dari kegiatan praktik. q.
Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Tanggap terhadap teman yang mengalami kesulitan. 2) Tanggap terhadap keadaan lingkungan. 3) Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
r.
Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Selalu melaksanakan tugas sesuai dengan aturan/kesepakatan. 2) Bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan. Ada beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang masih bisa diperinci dan ditambahkan nilai-nilai yang lainnya yaitu: 19
a.
Nilai keutamaan Manusia
19
memiliki
keutamaan
A. Doni Koesoema, op.cit., hlm. 208.
kalau
ia
menghayati
dan
26
melaksanakan tindakan-tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. b.
Nilai keindahan Nilai keindahan dalam tataran yang lebih tinggi menyentuh dimensi interioritas manusia itu sendiri yang menjadi penentu kualitas dirinya sebagai manusia.
c.
Nilai kerja Jika ingin berbuat adil, manusia harus bekerja. Penghargaan atas nilai kerja inilah yang menentukan kualitas diri seorang individu.
d.
Nilai cinta tanah air (patriotisme) Meskipun masyarakat kita menjadi senakin global, rasa cinta tanah air ini tetap diperlukan, sebab tanah air adalah tempat berpijak bagi individu secara kultural dan historis. Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai secara mendalam, tetaplah relevan, mengingat ikatan batin seseorang senantiasa terpaku pada tanah tumpah kelahirannya, dan ibu pertiwi yang membesarkannya.
e.
Nilai demokrasi Nilai demokrasi termasuk di dalamnya, kesediaan untuk berdialog, berunding, bersepakat, dan mengatasi permasalahan dan konflik dengan cara-cara damai, bukan dengan kekerasan melainkan melalui sebuah dialog bagi pembentukan tata masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, nilai-nilai demokrasi
27
semestinya menjadi agenda dasar pendidikan nilai dalam kerangka pendidikan karakter. f.
Nilai kesatuan Dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai kesatuan ini menjadi dasar pendirian negara ini. Apa yang tertulis dalam sila ke-3 pancasila yaitu Persatuan Indonesia, tidak akan dapat dipertahankan jika setiap individu yang menjadi warga negara Indonesia tidak dapat menghormati perbedaan dan pluralitas yang ada dalam masyarakat kita.
g.
Menghidupi nilai moral Nilai-nilai moral yang berguna dalam masyarakat kita tentunya akan semakin efektif jika nilai ideologi bangsa, yaitu nilai moral dalam pancasila menjadi jiwa bagi setiap pendidikan karakter.
h.
Nilai-nilai kemanusiaan Menghayati
nilai-nilai
kemanusiaan
mengandaikan
sikap
keterbukaan terhadap kebudayaan lain, termasuk kultur agama dan
keyakinan yang berbeda. Yang menjadi nilai bukanlah
kepentingan kelompokku sendiri, melainkan kepentingan yang menjadi kepentingan setiap orang, seperti keadilan, persamaan di depan hukum, kebebasan, dan lain sebagainya. Nilai-nilai kemanusiaan ini menjadi sangat relevan diterapkan dalam pendidikan karakter karena masyarakat kita telah menjadi masyarakat global.
28
3. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang kompetitif, tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila. 20 Adapun Tujuan pendidikan karakter adalah: 21 a.
Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).
b.
Mengoreksi perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan.
c.
Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggara dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia anak secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Melalui pendidikan karakter diharapkan anak mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai 20
Sri Narwanti, op.cit., hlm. 16. Ibid.,
21
29
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Adanya pendidikan karakter ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata, di sini ada unsur proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan yang bertujuan untuk menjadikan manusia menjadi lebih utuh. Lebih utuh yang dimaksud adalah semakin makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya sehingga ia menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab. 22 Nilai itu adalah nilai yang membantu orang lebih baik hidup bersama dengan orang lain dan dunianya (learning to live together) untuk menuju kesempurnaan. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti hubungan sesama, diri sendiri, hidup bernegara, alam dunia dan Tuhan yang melibatkan unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. 23 Pendidikan karakter lebih mengutamakan moral individu yang ada, untuk itu dua paradigma pendidikan karakter merupakan satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Penanaman nilai dalam diri anak dan pembaharuan dalam tata nilai kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu merupakan dua wajah pendidikan karakter yang harus dilaksanakan secara bersamaan dan saling keterkaitan. Pada dasarnya, pendidikan sebagai proses alih nilai mempunya tiga sasaran yaitu: 24
22
A. Doni Koesoema, op.cit., hlm. 134. Masnur Muslich, op.cit., hlm. 67. 24 Ibid., hlm. 137. 23
30
a.
Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta kemampuan afektif di pihak lain. Dalam hal ini pendidikan dapat diartikan bahwa pendidikan akan menghasilkan manusia yang berkepribadian, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, serta mempunyai wawasan dan sikap kebangsaan dan serta memupuk jati dirinya.
b.
Menjadikan manusia tunduk dan memancarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlak mulia, serta senantiasa menjaga harmoni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya yaitu proses pembinaan imtak.
c.
Dapat mentransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan teknologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan dan sebagainya yaitu proses pembinaan iptek. Pendidikan budi pekerti tidak bisa lepas dari sistem nilai yang
dimiliki oleh masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem nilai tersebut. Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat
31
bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. 25 Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang berkarakter baik. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya. B. Teori Pendidikan Islam 1. Definisi Pendidikan Islam Kata “Islam” dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam. 26 Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha yang dilakukan salah satunya dengan cara mengajarnya, yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, memberi teladan (contoh), memberi pujian dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan dan lain sebagainya. Kesimpulannya, pengajaran adalah sebagian dari usaha pendidikan. Pendidikan adalah usaha mengembangkan seseorang agar terbentuk perkembangan yang maksimal dan positif. 27
25
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Islamiyah, cet.2, (Dar al-Fikr al-Arabi, tt), hlm.113. 26 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 24. 27 Ibid., hlm. 28.
32
Menurut pendapat Naquib Al-Attas yang dikutip oleh Ahmad Tafsir istilah ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Istilah ta’dib merupakan masdar kata kerja addaba yang berarti pendidikan, kemudian diturunkan kata addabun yang berarti mendidik dan menjadikan
orang
mempunyai
adab.
Dari
kata
adab
al-Attas
mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut. Pendidikan menurut Islam adalah usaha agar orang mengenali dan mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini. 28 Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tetap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. 29 Menurut Imam al-Baidlawi di dalam tafsirnya arti asal al-rabb adalah al-tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna. Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al-Bani 28
Ibid., hlm. 30. Muhammad Athiyah al-Abrasyi, loc.cit
29
33
menyimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri atas empat unsur, yaitu: 30 a. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (baligh); b. Mengembangkan seluruh potensi; c. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan; d. Dilaksanakan secara bertahap. Dari
sini
dapat
disimpulkan
bahwa
pendidikan
adalah
pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menuurut ajaran Islam. Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Definisi yang digunakan ini hanyalah menyangkut pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain, yang diselenggarakan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah, menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik. 2. Tujuan Pendidikan Islam Komponen-komponen sifat dasar manusia yang diakui adalah tubuh, ruh, dan akal. Tujuan umum pendidikan Islam dapat dibagi tiga kelompok utama tersebut. Ketiga komponen di atas merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa terpisahkan, karena salah satu aspek darinya hancur atau rusak maka ketiganya ikut rusak. Ini berarti dalam pendidikan Islam mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu: tujuan jasmaniah, tujuan
30
Ibid.,
34
ruhani, dan tujuan mental. 31 a.
Tujuan Pendidikan Jasmani 32 Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan ke arah keterampilaketerampilan fisik yang dianggap perlu bagi teguhnya tubuh yang sehat. Kebiasaaan-kebiasaan yang bisa menumbuh-kembangkan kesehatan pribadi dianjurkan. Kebersihan jasmani dan penampilan yang baik merupakan teladan kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan. Kebersihan jasmani sangat dianjurkan dalam Islam, sebagai contoh Islam menyuruh seseorang untuk bersuci sebelum melakukan ibadah, memakai pakaian bagus ketika hendak beribadah dan lain sebagainya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan biologis adalah perlu bagi eksistensi manusia sebagai suatu pribadi, seperti kebutuhan makan, minum ataupun seksual. Demikian pula perhatian Al-Qur’an terhadap penghargaan atas karunia jisim atau jasad manusia. Sebuah potongan ayat dalam surat Al-Baqarah ayat 247 disebutkan sebagai berikut:
( ٢٤٧ : ) ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻜًﺎﻠ ﻣ ﻃَﺎﻟُﻮﺕ ﻟَﻜُﻢﺚﻌ ﺑ ﻗَﺪ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺇِﻥﻢﻬ ﻧَﺒِﻴﻢﻗَﺎﻝَ ﻟَﻬﻭ Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." ( QS. Al Baqarah : 247 ) Allah
memberikan
pemerintahan
kepada
siapa
yang
dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha 31
Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan AlQur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005) hlm. 138. 32 Ibid, hlm. 139.
35
mengetahui. Sebagian ahli tafsir menafsirkan kalimat basthat fi aljism dengan kekuatan fisik atau ukuran yang besar, atau dengan pengertian keduanya. Kesimpulannya adalah, pendidikan Islam yang memberikan perhatian terhadap tubuh manusia, bertujuan menyajikan fakta-fakta relevan kepada siswa mengenai tubuhnya. Bertujuan membantu siswa mencapai
kemampuan
yang
menjadikannya
lebih
kuat
dan
membantunya menanamkan sikap positif terhadap tubuhnya. b.
Tujuan Pendidikan Rohani 33 Seseorang yang mau mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka wajib menerima seluruh gagasan dan wawasan yang ada dalam Al-Qur’an. Menerapkan moralitas Qur’ani sebagaimana tercermin dalam teladan Rasulullah. Sasaran dalam kategori ini adalah biasanya disebut sasaran yang bersifat spiritual (ruhiyyah). Para ahli pendidikan menyamakan tujuan religius (ahdaf diniyyah) dengan tujuan pendidikan rohani ini. Dalam surat Ali Imran ayat 19 disebutkan bahwa:
( ١٩ : ) ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥﻡﻼ ﺍْﻹِﺳ ﺍﻟﻠﱠﻪﺪﻨ ﻋﻳﻦ ﺍﻟﺪﺇِﻥ "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam". ( QS. Ali Imran : 19 ) Ayat tersebut menegaskan bahwa term Islam adalah sinonim dengan term ad-din. Islam menyantuni seluruh aspek kehidupan 33
Ibid, hlm. 158.
36
manusia Dimensi spiritual yang dimaksudkan adalah sisi jiwa yang memiliki sifat-sifat il’hiyah (ketuhanan) dan memiliki daya untuk menarik dan mendorong dimensi-dimensi lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat tuhan dalam dirinya. Pemilikan sifat-sifat Tuhan bermakna memiliki potensi-potensi luhur batin. Potensi-potensi itu melekat pada dimensi-dimensi psikis manusia dan memerlukan aktualisasi. Dimensi manusia yang bersumber secara langsung dari Tuhan ini adalah dimensi al-ruh. Adopsi terhadap wawasan Qur’ani adalah sebuah keharusan. Dalam ayat 10 surat Al-Baqarah dinyatakan, orang-orang munafik yang tidak percaya tarhadap wawasan dan gagasan Qur’ani adalah orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. Ini artinya, penyusunan wawasan dan gagasan tersebut sebagai tujuan pendidikan mengharuskan adanya pembersihan terhadap sikap-sikap antagonis terhadap wawasan dan gagasan tersebut. Pemurnian individu dari sikap-sikap negatif semacam ini merupakan prioritas. c.
Tujuan Pendidikan Akal 34 Secara bahasa kata “aql” mempunyai aneka makna. Diantaranya bermakna al-hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja (fi’il), “aqala” bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan. Karena itulah orang yang menggunakan akalnya disebut aqil yaitu orang yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya. 34
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam Studi tentang Psikologi dari AlQur’an,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm.115.
37
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehingga hawa nafsunya tidak dapat menguasai dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya terhadap dorongan nafsu dan juga memahami kebenaran agama. 35 Dalam hal tujuan pendidikan akal, para pendidik diikat dengan tanggung jawab pengembangan inteligensia yang bakal mengantarkan siswa kepada pencapaian kebenaran “ultimate”. Pengkajian terhadap ayat ayat Allah dan penemuan tentang susunan ayat-ayat tersebut bakal mengantarkan siswa (manusia) kepada pengenalan terhadap Dzat Maha Pencipta. Pendidikan dapat membantu dengan menyajikan fakta-fakta yang relevan dan memadai tentang apa yang dipelajari, pencapaian tujuan aqliyyah. 36 Di
samping
membantu
siswa
mengetahui
fakta-fakta
dan
meningkatkan kemampuan mental (aqliyyah), pendidikan Islam juga bertujuan mendorong dan mengantarkan mereka kepada cara berfikir logis. Pemahaman mendalam dan tidak sekedar hafalan, harus ditekankan untuk dicapai. Hafal terhadap bagian-bagian Al-Qur’an merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai, karena setiap muslim harus melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam praktek shalat juga ditekankan untuk memahami apa yang dibacanya. Al-Qur’an tidak hanya untuk 35
Ibid, Abdurrahman Shaleh Abdullah,Op.Cit, hlm. 161.
36
38
dihafalkan sebagai pengetahuan hafalan, namun ia diturunkan agar dipahami benar oleh manusia. Dari ketiga tujuan dimensi pendidikan tersebut, fisik, ruh dan akal ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar yang berakar pada fitrah manusia mesti mendapatkan perhatian penuh. Oleh karena itu dalam teori pendidikan benar bahwasannya tidak boleh mengabaikan salah satu dari ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang memang menghasilkan pendidikan ketiga dimensi di atas. d.
Tujuan Pendidikan Sosial 37 Manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Seorang tidak akan mampu hidup dalam suasana isolasi. Kenyataan ini nampak dari ayat yang ditujukan untuk manusia selalu menggunakan bentuk jamak. Panggilan dengan “Ya Ayyuhannas” yang berada pada 20 tempat, “Ya Bani Adam” berada pada 5 tempat dan kalimat “ya ayyuhal insan” hanya berada pada 2 tempat saja Kelompok penting yang paling berpengaruh bagi individu, adalah keluarga. Pendidikan harus bertujuan mengembangkan sikap yang pantas dilakukan anngota keluarga, seperti cinta anak, hormat kepada orang tua, mengakui peran istri ataupun suami dan sebagainya. Kurikulum
pendidikan
Islam
juga
bertujuan
membiasakan
kemampuan sosial tertentu yang berhubungan dengan masalah
37
Ibid, hlm. 165.
39
keluarga. Memasyarakatnya kemampuan sosial yang baik seperti komunikasi dengan sesama, merupakan bagian dari tujuan pendidikan Islam. Hal yang paling penting adalah menerapkan kehidupan sosial yang berbasis Qur’ani. Jika ada individu yang melenceng jauh dari ajaran Qur’ani
kita
wajib
untuk
menjauhinya
dan
haram
uuntuk
memeliharanya. Harmoni antara individu dan sosial tidak memberikan celah bagi kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individu dalam pendidikan. Pendidikan bertujuan mengembangkan wawasan dan gagasan agar sesuai dengan standar masyarakat yang berlaku sekarang.
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A.
Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari 1.
Biografi Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari Nama lengkap beliau adalah Zainuddin bin Ali bin Ahmad AlMalibary. Beliau lahir pada hari Kamis, 12 Sya'ban 872 H. bertepatan 07 Maret 1468 M. Wilayah kausan yang merupakan satu bagian dari kota-kota Malibar. 1 Pada awal abad kesepuluh Syekh Zainuddin dan keluarganya pindah dari kampung halaman di Ma’bar menuju ke milibar (Kerala), yang berada di kota, "Cochin" Kemudian Syekh Zainuddin dan keluarganya pindah lagi ke kota, "Bonanni" yang merupakan pusat pemukim Arab di pantai barat daya India di Laut Arab, kemudian Syekh Zainuddin membangun sebuah masjid di Bonanni sebagai pusat aktifitas untuk menyebarkan dakwah Islam dan mengajarkan bahasa Arab di kalangan masyarakat milibar. 2 Guru pertama beliau adalah pamannya sendiri yakni Syekh Zainuddin Ibrohim. Selain itu juga berguru pada Qodli Abu Bakar Fakhruddin selama tujuh tahun. Lalu beliau pergi menuju Makah
1
Abu Bakar, Sayyid, Kifayatul Atkiya’ Wa Minhajul Ashfiya’, Surabaya: Al Hidayah, t.t, hal 4. 2 Al Alwai, Muhyidin, “Min A’lami Al Da’wah Al Islamiyah Fil Hindi Syekh Zainuddin“, http://www.mohiaddinalwaye.com/ar/articles/miscellaneous-2/588-iu-15 (kamis/23/April/2015/Pukul;13.00)
40
41
Mukarramah dan tinggal selama beberapa tahun.Selama di Makkah belaiau berguru pada beberapa ulama besar berikut ini: a.
Syekh Abdullah bin Ali Al Makudi ( 901 H./1495 M )
b.
Syekh Muhammad As Sakhowy ( 902 H./1496 )
c.
Imam Jalaluddin As Suyuthi ( 911 H. /1505 M.)
d.
Muhammad As Samhudi ( 911 H.)
e.
Sayyid Abu Bakar Al Idrus ( 914 H. / 1508 M.)
f.
Sayyid Abu Bakar Al Hadromy ( 918 H. / 1512 H.)
g.
Qodli Ahmad bin Umar Al Masjid Az Zabidi ( 930 H. / 1523 M.)
h.
Jamaludin bin Umar Al hadromy ( 930 H.)
i.
Syekh Abdullah bin Ahmad ( 947 H.)
j.
Syekh Syamsudin At Thanthowy ( 948 H./1541) Syekh Zainuddin Bin Ali adalah ilmuwan India pada abad
kesembilan atau abad kelima belas Masehi dan memiliki banyak karya berupa buku dalam bahasa Arab tentang ilmu Islam, advokasi, konseling dan Fiqih, sejarah, Nahwu, Shorof, ‘Arudl, dan lain-lain. Syekh Zainuddin telah lama dikenal sebagai ilmuan yang menyebarkan ilmu Islam, sastra Arab dan adab/akhlak di India. Beliau sangat dikenal di kota, "Bonanni" di "milibar" wilayah "Kerala" India. Syekh Zainuddin dan keluarganya dikenal sebagai ahli ilmu, adab dan dakwah. Sehingga keluarganya di malibar disebut "’Ailatul Makhdumin" dan setiap orang memanggil mereka dengan gelar "Makhdum".
42
2.
Karya-karya Syekh Zainuddin Bin Ali Al Malibari Seperti kebanyakan ulama’ lainnya Syaikh Zainuddin Al-Malibari juga di kenal sebagai seorang ulama’ yang sangat tegas, kritis , konsisten dan memiliki pendirian
yang teguh.. Beliau banyak
meninggalkan karangan antara lain: 3 a.
Hidayatul Adzkiya’ Ila Thoriqil Auliya’
b.
Mursyidud Tullab ila Karimil Wahhab
c.
Sirojul Qulub wa Ilajud Dunub
d.
Al Mus’id fi Dzikril Maut Warroqoiq
e.
Syamsul Huda fil Mau’idz Wattadzkir
f.
Tuhfatul Ahibba wa Hirfatil Alba’
g.
Irsyadul Qoshidin fikhtishari Minhajil 'Abidin
h.
Syu'abul Iman
i.
Kifayatul Faro’id
j.
Asshofa Minasysyafaa
k.
Tashilul Kafiyah
l.
Kifayatut Tholib
m.
Hasyiyah Mukhtashor Alfiyah Ibnu Malik
n.
Hasyiyatani ‘Ala Tuhfah
o.
Hasyiyah ‘Alal Irsyad
p.
Qoshoshul Anbiya’
q.
Assiroh Nabawiyah
r.
Tahridlul Ahlil Iman ‘Ala Jihadi Ubdatish Shulban 3
Abu Bakar, Sayyid, loc.cit
43
B.
Kitab Hidayatul Adkiya’ 1.
Definisi kitab Kuning Kitab Kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab atau berhuruf Arab karya ulama salaf, ulama zaman dulu, yang dicetak dengan kertas kuning. 4 Sebenarnya yang paling tepat disebut dengan kutub al-turats yang isinya berupa hazanah kreatifitas pengembangan peradaban Islam pada zaman dahulu. Dalam hazanah tersebut terdapat hal-hal yang sangat prinsip yang kita tidak dapat mengabaikannya. Selain itu, hazanah tersebut juga terdapat hal-hal yang boleh kita kritisi, kita boleh tidak memakainya dan ada juga yang sudah tidak relevan lagi. Tetapi kalau yang namanya kitab usul fiqh, mushtalah al-hadits, nahwu-sharaf, ilmu tafsir, ilmu tajwid itu semua adalah prinsip, mau atau tidak mau sekarang kita harus menggunakan kita-kitab tersebut.
2.
Cara Memahami Kitab Kuning Pengkaji kitab kuning tidak hanya berhenti pemahaman hukumhukum hasil karya ulama terdahulu, tetapi melacak metodologi penggalian hukumnya. Hal ini sebagaimana tawaran al Ghazali bahwa ilmu yang paling baik adalah penggabungan antara aqli dan naqli, antara menerima hasil pemikiran ulama’ salaf sekaligus mengetahui dalil dan penalarannya. Adapun cara memahami kitab kuning antara lain: 5
4
http://www.alkhoirot.net/2011/07/pengajian-sistem-bandongan-wetonan.html (kamis/23/April/2015/Pukul;11.00) 5
Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, (Surabaya: Hidayah, t.t) hlm. 13
44
a.
Membiasakan untuk bersikap kritis dan teliti terhadap objek kajian. Karena pada dasarnya budaya kritis adalah hal yang lumrah dalam dunia intelektual. Sebagaimana telah kita saksikan potret kehidupan ulama’ salaf yang sarat dengan nuansa konflik dan polemik. Hal itu terjadi, tak lain hanyalah karena ketelitian, kejelian dan kritisisme yang dimiliki oleh para pendahulu kita yang kesemuanya patut untuk kita teladani.
b.
Melakukan analisa yang mendalam, apakah pendapat ulama itu benar-benar murni refleksi atas teks (nash) atau ada faktor lain yang mempengaruhi. Sekedar contoh, kenapa sampai ada qoul qodim dan qoul jadid, kenapa Imam Nawawi berbeda pendapat dengan Imam Syafi’i dalam transaksi jual beli tanpa sighat (bai’al mu’athoh), kenapa Imam Qoffal berani berbeda pendapat dalam memahami sabilillah yang berarti setiap jalan kebaikan (sabil al khair) dapat menerima zakat sedangkan mayoritas ulama tidak memperbolehkan.
c.
Menelusuri sebab terjadinya perbedaan pendapat, sejarah kodifikasi kitab kuning, latar belakang pendidikan pengarang, keadaan sosial dan budaya yang mempengaruhinya. Memahami faktor dan tujuan pengarang mengemukakan pendapatnya.
d.
Pengkaji harus menjaga jarak antara dirinya (selaku subyek) dan materi kajian (selaku obyek). Dengan prinsip ini, peneliti tidak boleh membuat penilaian apapun terhadap materi dan melepaskan
45
dari fanatisme yang berlebihan. Dalam tahap ini peneliti harus berusaha ”menelanjangi” aspek kultural, sosial dan historis dimana suatu hukum dicetuskan. Benar-benar memahami latar belakang suatu hukum yang telah dirumuskan ulama’ salaf. Hal ini dimaksudkan agar terjadi penilaian dan pemahaman yang obyektif. 3.
Metode Pembelajaran Kitab Kuning Ada beberapa metode
yang sering digunakan pesantren
tradisional dalam pembelajaran kitab kuning yaitu: 6 a.
Metode Weton atau Bandongan (halaqah) Metode weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyai sendiri baik dalam menentukan tempat, tempat waktu, maupun lebih-lebih kitabnya.
b.
Metode Sorogan Metode sorongan adalah pengajian yang merupakan permintaan seseorang atau beberapa santri kepada kyainya untuk diajarkan kitab tertentu.
c.
Metode Hafalan Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal
suatu
teks
tertentu
dibawah
bimbingan
dan
pengawasan seorang ustadz atau kyai.
6
http://www.alkhoirot.net/2011/07/pengajian-sistem-bandongan-wetonan.html
46
d.
Metode Diskusi Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran denagn cara santri membahasnya bersama -sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam Kitab Kuning, dalam hal ini kiyai atau ustadz sebagai bertindak sebagai moderator.
4.
Gambaran Umum Kitab Hidayatul Adkiya’ a.
Latar belakang penulisan kitab Penyebab disusunnya bait-bait ini, sebagaimana yang dikisahkan oleh Nazhim (Syekh Zainudin bin Ali), bahwasanya beliau bimbang dalam hal ilmu-ilmu apa yang hendak diperdalamnya, apakah ia harus menyibukkan diri dengan kajian fiqih dan ilmu semacamnya, ataukah dalam kajian tashawuf seperti mengkaji kitab 'Awariful Ma'arif dan semacamnya. 7 Lalu beliau melihat saat tidur di malam Rabu tanggal 24 Sya'ban
tahun
914
H,
seseorang
yang
mengatakan:
"Sesungguhnya tasawuf lebih utama untuk difokuskan, karena sesungguhnya orang yang berenang di dalam air yang mengalir, apabila hendak melintas dari satu tepi ke tepi yang lain di tengahtengah sungai, maka ia akan berenang ke tujuannya dari arah di mana air mengalir dari arah tersebut, yaitu arah paling atas, hingga ia bisa mencapai ke tujuannya. Ia tidak akan berenang di
7
Abu Bakar, Sayyid, loc.cit
47
sisi tengah sungai saja, karena sesungguhnya ia tidak akan mencapai dengan berenang seperti itu ke tujuannya, bahkan ia berakhir ke tepian yang lebih rendah. Maka dapat dipahami dengan demikian bahwa menyibukkan diri (fokus) dalam kajian ilmu tasawuf dapat mengantarkan ke tujuan, sedangkan menyibukkan diri (fokus) hanya pada ilmu Fiqih dan semacamnya tidak akan menghantarkan kepada tujuan". Usai mengalami mimpi ini, beliau mulai menyibukkan diri dalam menuliskan bait-bait nadhom Hidayatul Adzkiya’ 8 b.
Sistematika penulisan kitab Hidayatul Adzkiya’ Kitab Hidayatul Adzkiya’terdiri atas bab-bab yang berisikan tuntunan pendidikan akhlak yang perlu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kitab ini terdiri dari 188 nadhom dengan di awali dengan muqodimah oleh syaikh Zainuddin bin Ali Al Malibary. Kemudian dibuat tema-tema pokok, lalu masing-masing tema diberikan penjelasan. 9 Adapun tema-tema tersebut adalah : 1.
Muqodimah
2.
Taubat
3.
Qona’ah
4.
Zuhud
8
Abu Bakar, Sayyid, loc.cit Abu Bakar, Sayyid, loc.cit
9
48
5.
Belajar ilmu Syar’i
6.
Memelihara kesunahan dan adab
7.
Tawakal
8.
Ikhlas beramal
9.
Mengasingkan diri
10.
Membagi waktu
11.
Adabul isyroq
12.
Adab para qurro’ dan huffadz
13.
Sholat dhuha
14.
Keutamaan ilmu
15.
Keutamaan menuntut ilmu
16.
Memperbaiki niat
17.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mencari ilmu
18.
Alamat ulama’ akhirat
19.
Adab murid dan guru
20.
Adab makan
21.
Adab tidur
22.
Tahajjud
23.
Tadzkiroh
24.
Muhimmah
25.
Muhajahah
26.
Keutamaan ahli ma’rifat
27.
Khotimah
BAB IV KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A.
Konsep pendidikan karakter Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi “kharassein” yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat kejiwaan/tabiat/watak. 1 Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Sementara itu, Koesoema menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang dari lingkungan sekitar dan juga bawaan sejak lahir. 2 Imam Ghazali mengatakan bahwa karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. 3
1
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai DalamMata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011) hlm. 1. 2 A. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010) hlm. 80. 3 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm. 70.
49
50
Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari dalam kitab Hidayatul Adzkiya’ memberikan beberapa pesan yang antara lain Taubat, Qona’ah, Zuhud, Belajar ilmu Syar’i, Memelihara kesunahan dan adab, Tawakal, Ikhlas beramal, dan Membagi waktu. Taubat adalah meninggalkan segala macam perkara yang tercela menurut pandangan syara’ untuk kembali melakukan segala macam kebaikan menurut pandangan syara’. 4 Perintah taubat ada dalam surat An Nur : 31
( ٣١ : ) ﺍﻟﻨﻮﺭﻮﻥﺤ ﺗُﻔْﻠﻠﱠﻜُﻢ ﻟَﻌﻮﻥﻨﻣﺆﺎ ﺍﻟْﻤﻬﺎ ﺃَﻳﻴﻌﻤ ﺟﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪﺗُﻮﺑﻭ “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” ( QS. An Nur : 31 ) Qonaah
adalah
meninggalkan
kesenangan
nafsu
dan
segala
kemewahan baik pakaian, makanan maupun tempat tinggal. 5 Rosulullah 4F
bersabda : 6 5F
ﻰﻔْﻨ ﻻَ ﻳﺰﺔُ ﻛَﻨﺍﻟﻘَﻨﺎَﻋ “Qonaah
itu
simpanan
yang
tidak
pernah
habis” Dalam hadits yang lain Nabi bersabda : 7 6F
4
Abu Bakar, Sayyid, Kifayatul Atkiya’ Wa Minhajul Ashfiya’, ( Surabaya : Al Hidayah, t.t.,) hlm. 14. 5 Ibid., hlm. 19. 6 Ibid., hlm. 18. 7 Ibid., hlm. 19.
51
ﻊ ﻃَﻤﻦﺫَﻝﱠ ﻣ ﻭﻊ ﻗَﻨﻦ ﻣﺰﻋ “Orang qonaah akan mulia,
dan
orang
thoma’ akan hina” Zuhud adalah bersihnya hati dari keinginan pada harta dunia yang melebihi kebutuhan dan tidak menyandarkan diri pada makhluk. 8 Rosulullah 7F
bersabda :
ﻲﻠْﻘ ﻳ ﻓَﺈِﻧﻪﻪﻨﺍ ﻣﻮﻖٍ ﻓَﺎﻗْﱰِﺑﻄﻨﻠّﺔ ﻣﻗ ﻭ، ﺎﻧﻴﻲ ﺍﻟﺪﺍ ﻓﺪ ﺯُﻫﻲﻄ ﺃُﻋﻞَ ﻗَﺪﺟ ﺍﻟﺮﺃَﻳﺘﻢﺇِﺫَﺍ ﺭ
( ﺔَ ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪﻜْﻤﺍﻟْﺤ
"Jika kalian melihat ada seseorang yang diberi sikap zuhud terhadap dunia dan sedikit berbicara, maka dekatilah sebab ia telah diberi hikmah." (HR. Ibnu Majah) Belajar ilmu syar’i adalah wajib terutama ilmu yang membenarkan ibadah, meluruskan akidah, dan yang membersihkan jiwa. 9Rosulullah 8
F
bersabda :
ﻜَﺔَ ﻟَﺘَﻀَﻊﺋﻼ ﺍﻟْﻤﺇِﻥﻢٍ ﻭﻠﺴﻠَﻰ ﻛُﻞﱢ ﻣﻀَﺔٌ ﻋﻠْﻢِ ﻓَﺮِﻳ ﺍﻟْﻌ ﻃَﻠَﺐ ﻓَﺈِﻥﻦﻴ ﺑِﺎﻟﺼﻟَﻮ ﻭﻠْﻢﺍ ﺍﻟْﻌﻮﺍُﻃْﻠُﺒ
( ﻰﻘﻬﻴ ﺍﻟْﺒﺍﻩﻭ ) ﺭﻄْﻠَﺐﺎ ﻳﻠْﻢِ ﺭِﺿًﺎ ﺑِﻤﺐِ ﺍﻟْﻌﻄَﺎﻟﺎ ﻟﺘَﻬﺤﻨﺍَﺣ
“Carilah ilmu walau sampai di negeri cina ! sesunggunya mencari ilmu itu sangat wajib bagi setiap laki-laki muslim dan sesungguhnya para malaikat merentangkan sayapnya untuk para pencari, karena ridlo terhadap apa yang di carinya.” ( HR. Baihaqi ) Memelihara kesunahan dan adab yang disampaikan oleh orang – orang terbaik yakni para rosul adalah sangat penting karena mengandung 8 9
Ibid., hlm. 20 Ibid., hlm. 23
52
hikmah yang sangat berguna untuk menjernihkan hati jika dilaksanakan dengan benar. 10 Allah berfirman dalam surat Ali Imron : 31
) ﻴﻢﺣ ﺭ ﻏَﻔُﻮﺭﺍﻟﻠﱠﻪ ﻭﻜُﻢ ﺫُﻧُﻮﺑ ﻟَﻜُﻢﺮﻐْﻔ ﻭﻳ ﺍﻟﻠﱠﻪﻜُﻢﺒِﺒﺤﻲ ﻳﻮﻧ ﻓَﺎﺗﱠﺒِﻌ ﺍﻟﻠﱠﻪﻮﻥﺒ ﺗُﺤﺘُﻢ ﻛُﻨﻗُﻞْ ﺇِﻥ
( ٣١ : ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS : Ali Imron : 31 ) Tawakal adalah meninggalkan pengaturan terhadap diri sendiri dan lepas dari daya upaya dan kekuatan diri sendiri. Tidak melihat suatu upaya dan kekuatan melainkan atas pertolongan Allah. 11 Allah berfirman dalam 10F
surat At Thalaq : 3
( ٣ : ) ﺍﻟﻄﻼﻕﻪﺒﺴ ﺣﻮ ﻓَﻬﻠَﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪﻛﱠﻞْ ﻋﺘَﻮ ﻳﻦﻣﻭ “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”( QS. At Thalaq : 3) Ikhlas adalah melakukan ibadah tanpa mengharapkan apapun dan hanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 12 1F
Allah SWT
berfirman dalam surat Al Bayyinah : 5
( ٥ : ) ﺍﻟﺒﻴﻨﺔﻔَﺎﺀﻨ ﺣﻳﻦ ﺍﻟﺪ ﻟَﻪﲔﺼﺨﻠ ﻣﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠﻪﺪﺒﻌﻴﻭﺍ ﺇِﻻﱠ ﻟﺮﺎ ﺃُﻣﻣﻭ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” ( QS. Al Bayyinah : 5 )
10
Ibid., hlm. 25 Ibid., hlm. 30 12 Ibid., hlm. 32 11
53
Membagi waktu artinya memanfaatkan seluruh waktu yang dimiliki untuk beribadah sehingga tidak terbuang sia-sia. 13 Waktu yang digunakan untuk perkara mubah bila disertai niat akan menjadi ibadah. 14 Nabi bersabda: 15
ﻪﻨﻌﺎ ﻻَﻳ ﻣﻛُﻪ ﺗَﺮﺀﺮﻡِ ﺍﻟْﻤﻼﺳﻦِ ﺍﺴ ﺣﻦ ﻣ: ﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠَﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍ ﺻﻝُ ﺍﻮﺳﻗَﺎﻝَ ﺭ
( ﻯﺬﻣ ﺍﻟﺘﱢﺮﺍﻩﻭ) ﺭ
“Rasulullah bersabda : merupakan tanda baiknya islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya” ( HR. Turmiżi ) Berangkat dari dari hal tersebut penulis memberikan analisis bahwa konsep pendidikan karakter Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits dalam rangka pembinaan kepribadian generasi penerus. B.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Kitab Hidayatul Adzkiya’ Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama,budaya dan tujuan pendidikan yaitu: 16 15F
a.
Religius Yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksana ibadah agama lain, dan 13
Ibid., hlm. 41 Ibid., hlm. 42 15 Yahya Al Nawawi, Al Arbai’in Al Nawawiyah, (Surabaya : Al Hidayah, t.t.) hlm. 14
47. 16
Sri Narwanti, op.cit., hlm. 28.
54
hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b.
Jujur Yaitu perilaku yang dilaksanakan dalam upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c.
Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, sikap, tindakan orang lain yang berbeda.
d.
Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan aturan. 17
e.
Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya.
f.
Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g.
Mandiri Yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dan menyelesaikan tugas-tugas.
17
Ibid.,
55
h.
Demokratis Yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i.
Rasa ingin tahu Yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j.
Semangat kebangsaan Cara berfikir,
bertindak
dan
berwawasan
yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k.
Cinta tanah air Yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 18 17F
l.
Menghargai prestasi Yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bargaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
18
Ibid.,
56
n.
Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o.
Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajukan bagi dirinya.
p.
Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q.
Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r.
Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 19 Sedangkan Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Kitab Hidayatul
Adzkiya’ 1.
Nilai taqwa/religius ( nadhom 3 ) 20
19
Ibid., Zainuddin Al Malibary, Hidayatul Ażkiya’, (Tuban : Al_Iqtishod, 1434) hlm. 3
20
57
ﻭﺗﺒﺎﻉ ﺃﻫﻮﻯ ﺭﺃﺱ ﺷﺮ ﺣﺒﺎﺋﻼ
ﺗﻘﻮﻯ ﺍﻹﻟﻪ ﻣﺪﺍﺭ ﻛﻞ ﺳﻌﺎﺩﺓ
Bertaqwa kepada Allah adalah pangkal dari segala kebahagiaan, sedangkan mengikuti hawa nafsu adalah pangkal dari segala tipu daya. 2.
Nilai ikhlas dan jujur ( nadhom 45-47) 21 20F
ﺇﻻ ﺍﻟﺘﻘﺮﺏ ﻣﻦ ﺇﻟـﻬﻚ ﺫﻱ ﺍﻟﻜﻼ
ﺃﺧﻠﺺ ﻭﺫﺍ ﺃﻥ ﻻ ﺗﺮﻳﺪ ﺑﻄﺎﻋﺔ
ﻛﺜﻨﺎﺋﻬﻢ ﺃﻭ ﻧـﺤﻮ ﺫﺍﻙ ﺗﻮﺻﻼ
ﻻ ﺗﻘﺼﺪﻥ ﻣﻌﻪ ﺇﱃ ﻏﺮﺽ ﺍﻟﺪﻧﺎ
ﻭﺍﻧﻈﺮ ﺍﱃ ﻧﻈﺮ ﺍﻟﻌﻠﻴﻢ ﻓﺘﻜﻤﻼ
ﻭﺍﺣﺬﺭ ﺭﻳﺎﺀ ﻣـﺤﻴﻄﺎ ﻟﻌﺒﺎﺩﺓ
Ikhlaslah..! ikhlas itu berarti ibadah yang engkau lakukan tidak disertai suatu keinginan melainkan hanya untuk mendekatkan diri kepada tuhanmu yang maha melindungi. Jangan engkau jadikan amalmu sebagai perantara untuk meraih tujuan duniawi yang rendah. Seperti : ingin mendapat pujian dari manusia dan lain sebagainya. Dan hindarilah riya’ yang meleburkan pahala ibadah. Dan befikirlah bahwa Allah yang Maha Melihat selalu mengawasi (dirimu). Maka engkau akan menjadi sempurna. 3.
Nilai Disiplin ( nadhom 62-64 ) 22 21F
ﻭﺍﺻﺮﻑ ﺍﱃ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻭﻗﺘﻚ ﻛﻠﻪ ﻻ ﺗﱰﻛﻦ ﻭﻗﺘﺎ ﺳﺪﻯ ﻣﺘﺴﺎﻫﻼ
ﻣﺼﺮﻭﻓﺔ ﻓﻰ ﺍﻟـﺨﲑ ﻓﺎﺻﺢ ﺑﻼ ﺍﺋﺘﻼ
21 22
Ibid., hlm. 15 Ibid., hlm. 21
ﻭﺗﺼﲑ ﺃﻭﻗﺎﺕ ﺍﻟـﻤﺒﺎﺡ ﺑﻨﻴﺔ
58
ﻛﻼ ﺑـﻤﺎ ﻫﻮ ﻻﺋﻖ ﻣﺘﺒﺘﻼ
ﻭﻗﺘﻚ ﻭﺍﺻﺮﻓﻦﻭﺯﻉ ﺑﻌﻮﻥ ﺍ
Gunakanlah seluruh waktumu untuk beribadah, jangan engkau biarkan waktumu hilang sia-sia. Waktu-waktu yang digunakan untuk perkara mubah, apabila disertai niat untuk beribadah, akan mempunyai nilai kebaikan. Sadarlah dan jangan ceroboh. Bagilah waktumu dengan mengharap pertolongan dari Allah dan gunakanlah untuk beribadah yang sepatutnya, seraya meninggalkan perkara duniawi. 4.
Nilai rasa ingin tahu ( nadhom 98 ) 23 2F
ﻓﻀﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﺍﻟﺮﻛﻴﻌﺔ ﻧﺎﻓﻼ
ﻭﺗﻌﻠﻢ ﻟﻠﺒﺎﺏ ﻣﻦ ﻋﻠﻢ ﻟﻪ
Mengakaji satu bab ilmu lebih utama dibandingkan melakukan sholat sunah seratus rakaat 105 Ini adalah sebuah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih
mendalam
dan
meluas
dari
sesuatu
yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 5.
Nilai komunikatif dan bersahabat ( Nadhom 56-59 ) 24 23F
ﻭﺟـﻤﺎﻋﺔ ﺃﻭ ﻧـﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻓﻀﻼ
ﻭﻻﺧﺘﻼﻁ ﺑﻨﺎﺳﻨﺎ ﻓﻰ ﺟـﻤﻌﻬﻢ
ﻓﻰ ﻇﻨﻪ ﻋﺼﻴﺎﻧﻪ ﺑـﻤﺤﺎﻓﻼ
ﺻﱪﺍ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺍﻷﺫﻯ ﻻ ﻳﻐﻠﺐ
ﻭﻋﻦ ﺍﻟـﻤﻨﺎﻛﺮ ﻗﺪ ﳖﻰ ﻣﺘﺤﻤﻼ
ﻫﺬﺍ ﻟـﻤﻦ ﺑﺎﻟﻌﺮﻑ ﻳﻘﺪﺭ ﻳﺄﻣﺮﺍ
Berkumpul dengan manusia pada waktu mengerjakan sholat jum’at 23 24
Ibid., hlm. 32 Ibid., hlm. 19
59
atau sholat berjama’ah atau sesamanya adalah sangat utama. Keutamaan bergaul dengan manusia ini diperuntukkan bagi mereka yang mampu melakukan amar ma’ruf, nahi mungkar dan sanggup menangung penderitaan. Sanggup bersabar atas segala sesuatu yang menyakitkan dan mempunyai dugaan yang kuat, bahwa di tempat-tempat perkumpulan tersebut tidak terdapat kemaksiatan. 6.
Nilai Rajin membaca ( nadhom 92 ) 25
ﺃﻭ ﺑﺎﻟـﻤﻌﻴﺸﺔ ﻭﺍﺧﱰﻥ ﺍﻷﻓﻀﻼ
ﺛﻢ ﺍﺷﺘﻐﻞ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﺃﻭ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ
Lalu...sibukkanlah dirimu dengan ilmu atau ibadah, atau bekerja, pilihlah diantaranya yang lebih utama. C.
Relevansi pendidikan karakter tersebut dengan pendidikan Islam Pendidikan karakter dalam perspektif Islam sejatinya adalah internalisasi nilai-nilai akhlak ke dalam pribadi pelajar. Internalisasi ini merupakan proses pembangunan jiwa yang berasaskan konsep keimanan. Gagalnya sebuah pendidikan karakter yang terjadi selama ini,
dapat disebabkan karena tidak adanya karakter yang mengajarkan
nilai keimanan dan konsep akhlak. Sehingga, proses pembangunan karakter tersendat bahkan hilang ilmu
berkarakter
mengarahkan
25
target
Ibid., hlm. 30
sama
sekali. Untuk
dan berakhlak,
maka
membentuk
pendidikan
penuntut
Islam
harus
pendidikan kepada pembangunan individu yang
60
memahami tentang kedudukannya, baik kedudukan di hadapan Tuhan, di hadapan masyarakat dan di dalam dirinya sendiri. Pendidikan karakter dalam pandangan Syekh Zainuddin bin Ali AlMalibari dalam kitab Hidayatul Adzkiya’ adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits dalam rangka pembinaan kepribadian generasi penerus. Nilai pendidikan karakter yang ada dalam kitab Hidayatul Adzkiya’ adalah Nilai taqwa, ikhlas dan jujur, Disiplin, rasa ingin tahu, komunikatif dan bersahabat, serta rajin membaca, yang seluruhnya mengacu pada tiga komponen yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting (tindakan moral). Dari pernyataan di atas penulis memberikan analisis bahwa relevansi pendidikan karakter dalam pandangan Syekh Zainuddin bin Ali AlMalibari dalam kitab Hidayatul Adzkiya’ mengacu pada moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting (tindakan moral) dengan pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang mencakup tiga aspek jasmani, rohani dan akal, yang mana tujuan dimensi pendidikan tersebut, fisik, ruh dan akal ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar yang berakar pada fitrah manusia mesti perhatian
penuh.
Oleh
karena
itu
dalam
mendapatkan
teori pendidikan benar
bahwasannya tidak boleh mengabaikan salah satu dari ketiga aspek yaitu kognitif,
afektif
dan
pendidikan ketiga dimensi.
psikomotorik
yang
memang menghasilkan
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A.
Kesimpulan Pada bab ini penulis akan membahas intisari dari pembahasan yang mengacu pada fokus masalah dan tujuan penelitian. Dari pembahasannya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Konsep pendidikan karakter Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits dalam rangka pembinaan kepribadian generasi penerus.
2.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat didalam Kitab Hidayatul Adkiya’ adalah Nilai taqwa/religius, Nilai ikhlas dan jujur, Nilai Disiplin, Nilai rasa ingin tahu, Nilai komunikatif dan bersahabat, Nilai Rajin membaca.
3.
Relevansi Pendidikan karakter dalam pandangan Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari dalam kitab Hidayatul Adzkiya yang mengacu pada
moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting (tindakan moral) dengan pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang mencakup tiga aspek jasmani, rohani dan akal, yang mana tujuan dimensi pendidikan tersebut, fisik, ruh dan akal ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar yang berakar pada fitrah manusia mesti mendapatkan perhatian penuh. Oleh karena 61
62
itu
dalam
teori pendidikan benar bahwasannya tidak boleh
mengabaikan salah satu dari ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang memang menghasilkan pendidikan ketiga dimensi.
B.
Saran Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: Semua komponen kalangan terutama masyarakat sebagai pemeran pendidikan karakter hendaknya mengetahui nilai-nilai karakter yang wajib ditanamkan pada diri anak dan membunuh potensi negatif yang berada pada generasi penerus. Dukungan masyarakat dalam menanamkan nila-nilai pendidikan karakter sangatlah dibutuhkan kesadaran yang nyata pada tiaptiap individu masyarakat.
C. Penutup Alhamdulillah wa Syukrulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi sederhana ini dengan baik, yang masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan penulis. Namun demikian penulis selalu berharap semoga dapat memberikan manfaat dan kontribusi, baik bagi diri penulis, para praktisi dan lembaga pendidikan maupun masyarakat umum lainnya dalam upaya pengembangan keilmuan yang lebih baik.
63
Akhirnya kepada semua pihak kritik yang konstruktif dan saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Shaleh, Landasan Dan Tujuan Pendidikan Menurut AlQuran Serta Implementasinya, Bandung : CV. Diponegoro, 1991. ________________, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Al-Abrasyi, M. Athiyah, Al Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falasifatuha, Beirut : Dar Al-Fikr, 1969. Abu Bakar, Sayyid, Kifayatul Atkiya’ Wa Minhajul Ashfiya’, Surabaya: Al Hidayah, t.t. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama, 2008. Al-Ghulayaini, Mustafa, ‘Idhah al-Nasyi’iin, Pekalongan: Rajamurah, 1953. Al-Malibary, Zainuddin, Hidayatul Ażkiya’, Tuban : Al_Iqtishod, 1434. Al-Nawawi, Yahya, Al Arbai’in Al Nawawiyah, Surabaya : Al Hidayah, t.t.
Arifin, Imron, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang : Kalimasada, 1996. Arifin, Muzayyin, Landasan Pendidikan Islam, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2003. Arikunto, Suharsimi, Produser Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam Studi tentang Psikologi dari Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004. Djumberansyah, Filsafat Pendidikan, Bandung : Bayumedia, 2008. ____________, Filsafat Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, 1994. Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008. Ibnu Rusn, Abidin, Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Ihsan, Hamdani dan A. Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007. Koesoema, A. Doni, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman 64
65
Global, Jakarta: Grasindo, 2010. Mahfudh, Sahal, Pesantren Mencari Makna, Jakarta : Pustaka Ciganjur 1999. _____________, Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LkiS, 1994. Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. AlMa’arif, 1998. Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1998. Mujib, Abdul, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1992. Muslich,
Masnur,
Pendidikan
Karakter
Menjawab
Tantangan
Krisis
Multidimensional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Narwanti, Sri, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran, Yogyakarta: Familia. 2011. Ndraha, Tali Zihadu, Research Teori, Metodologi, Administrasi, Jakarta : Bina Aksara, 1981. Pidarta, Made, Landasan Pendidikan, Bandung : Rineka Cipta, 2008. Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta : LkiS Group, 2011. SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang : RaSAIL Media Group, 2008. Soejono dan Abdurrohman, Metode Penelitan, Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta : Rineka Cipta, 1999. Soyomukti, Nurani, Teori-teori Pendidikan, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010. Sukardjo dan Komarudin, Ukim, Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Sunarchman, Winarni, Pengsantar Penelitian Ilmiah:Dasar, Metode, Teknik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM, 1986.
66
_____________, Metodologi Research II, Yogyakarta : Andi Offset, 1990. Suwarno, Wiji Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jokjakarta : Ar-Ruz Media, 2006. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010. ___________, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Al Alwai, Muhyidin, “Min A’lami Al Da’wah Al Islamiyah Fil Hindi Syekh Zainuddin“,
http://www.mohiaddinalwaye.com/ar/articles/miscellaneous-
2/588-iu-15 (kamis/23/April/2015/Pukul;13.00) http://www.alkhoirot.net/2011/07/pengajian-sistem-bandongan-wetonan.html (kamis/23/April/2015/Pukul;11.00)
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama
: Saefudin
Tempat / Tanggal Lahir
: Kudus, 18 Juni 1979
Alamat
: Cendono Rt 05/ Rw 05 Dawe Kudus
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jenjang Pendidikan
: 1.
TK Pertiwi Golantepus Kudus lulus tahun 1985
2.
SDN 3 Golantepus Kudus lulus tahun 1992
3.
MTs Sultan Agung Golantepus Kudus lulus tahun 1995
4.
MAN 1 Kudus lulus tahun 1998
5.
PP. Lirboyo Kediri Jawa Timur 2007
6.
Universitas
Islam
Nahdlatul
Ulama
(UNISNU) Jepara angkatan 2011 Demikian daftar riwayat pendidikan penulis yang dibuat dengan data yang sebenarnya. Semoga menjadi keterangan yang lebih jelas.
Kudus, September 2015 Mahasiswa
Saefudin NIM 131310001225