perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENANGANAN MASALAH SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpersona pada Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta Periode April 2011- Mei 2011)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
oleh: Ridwan Sahara D 1209075 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
ridwanRsahara
Imajinasi atas diri sendiri di membentuk konsep
masa lalu akan
diri yang kurang lebih sama di
masa yang akan datang...
Belajar untuk Berpikir secara Benar... ridwanRsahara
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedua orang tuaku: Suhartono, S.Pd dan Retno Irian Tatik “Keikhlasan kalian akan ditebus oleh Yang Maha Hidup untukku”
Old Bradeer : Morgan Wijaya, S.Sos “Menjadi besarlah”
*RidwanRembang Sahara loversss*
commit to user KATA PENGANTAR
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alhamdulillah, penulis sampai pada titik dimana segala rasa syukur selalu dan hanya untuk Allah SWT, semoga kalimat sholawat juga selalu dihaturkan kepada Nabi dan Rasul Muhammad SAW atas kelancaran yang penulis peroleh dan segala kemudahan yang ada hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi dengan judul PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENANGANAN MASALAH SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpersona pada Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta Periode April 2011- Mei 2011) ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya keberhasilan penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1.
Bapak Drs. Haryanto, M.Lib. dan juga Ibu Dra. Sri Urip Haryati, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, serta kemudahan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah membalas dengan kelimpahan berkah dan dipermudah segala urusan.
2.
Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh masa studi. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Prof. Drs. Pawito. Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
4.
Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok, Drs. H. Maskur terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis.
5.
Bapak-Ibu guru BK di SMA Negeri 1 Depok, Bapak Drs. R. Joko Wuryono, Ibu Dra. Eko Rini Purbowati, Ibu Dra. Wahyu Srinurjati, Bapak Eko Yulianto, S.Pd, dan Ibu Nuri Yuharyati, S.Pd. Semoga segala bantuan yang diberikan pada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, amin.
6.
Semua narasumber dari konseli, adik-adik kelas penulis di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta, terimakasih atas waktu dan informasinya yang sangat berharga.
7.
Bapak dan Ibu Dosen semua, terimakasih untuk ilmu yang diberikan selama kuliah, semoga bermanfaat.
8.
Semua staf pengajaran, administrasi dan sebagainya, terimakasih untuk segala bantuan pelayanannya selama ini.
9.
Terimakasih pada GoP, Ayat, Mahendro, Hafi, Inang, Puput, Dina dan juga Ratri. Bantuan kalian tak tergantikan.
10. Penulis haturkan terimakasih untuk Obenk, Adit, Onggo, Ipin, Bagus, Setyo eks Akindo’04. Semoga selalu ada sudut pandang untuk kita. 11. Terimakasih pada Fani
dan Puput untuk ide dan materi-materi
kuliah yang telah membuka cakrawala dan membantu skripsi ini, commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi, terimakasih banyak. 12. Semua teman senasib dan seperjuangan jurusan ilmu komunikasi non-reguler angkatan 2009 kelas A, terimakasih untuk kebersamaan dan kekompakannya selama ini.
Surakarta, Desember 2011 Penulis,
Ridwan Sahara
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ridwan Sahara. D1209075. PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENANGANAN MASALAH SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpersona Pada Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta Periode April 2011- Mei 2011) Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 116 halaman. Masa remaja adalah masa terbentuknya konsep diri. Konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang berada di sekitar remaja tersebut. Konsep diri seorang individu atau seorang siswa akan dipahami sebagai atribut atau tempat merasakan apa yang dikatakan oleh orang lain. Terjadinya permasalahan selama menjalani masa remaja sedikit banyak mempengaruhi terbentuknya konsep diri ini. Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui : Peranan guru bimbingan konseling dalam proses komunikasi antarpersona untuk mengatasi permasalahan siswa pada kegiatan bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan client-centered yang dicetuskan oleh Carl R. Rogers dan dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2011. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bermaksud hanya memaparkan situasi bimbingan konseling yang terjadi di SMA Negeri 1 Depok. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling yaitu guru bimbingan dan konseling dan siswa yang melakukan proses komunikasi antarpersona dalam kegiatan konseling di SMA Negeri 1 Depok pada kurun waktu tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian ini adalah 11 orang siswa dan 5 orang guru BK. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Flow Model Analysis. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa peranan Guru BK di SMA Negeri 1 Depok didasarkan pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik untuk menjadikan konseli “berbuat sesuatu”. Konselor menjadikan diri dan posisinya sebagai alat untuk mengubah. Menciptakan atau membangun suatu iklim konseling yang menunjang pertumbuhan konseli. Konselor mendorong siswa agar memiliki kesanggupan untuk memahami faktorfaktor yang ada dalam hidupnya yang menjadi penyebab permasalahan. Konselor berusaha merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan, membantu para siswa untuk memeriksa sumber permasalahan sendiri, dan mendorong siswa untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. Perubahan pribadi timbul ketika Guru BK bisa membangun hubungan dengan siswa sebagai konselinya, suatu hubungan yang ditandai dengan kehangatan (rapport), penerimaan, dan pengertian empatik yang akurat. to user pendekatan client-centered Keyword : konsep diri, komunikasicommit antarpersona,
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ridwan Sahara. D1209075. THE ROLE OF THE TEACHER GUIDANCE COUNSELING IN HANDLING THE PROBLEM OF HIGH SCHOOL STUDENTS (Qualitative Descriptive Study of Communication Interpersonal Guidance and Counseling in SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta Period April 2011 - May 2011) Thesis, Faculty of Social and Political Sciences Sebelas Maret University Surakarta, 116 pages. Adolescence is a period of self-concept formation. Self-concept was strongly influenced by internal factors and external factors around the teenager. Selfconcept of an individual or a student will be understood as an attribute or a place to feel what the other person. The occurrence of problems during their adolescence more or less affect the formation of this self-concept. The research was conducted with the aim to know: The role of teacher guidance and counseling in the communication process interpersonal to overcome the problems of students in guidance counseling activities SMA N 1 Depok in Yogyakarta. This study uses a client-centered approach coined by Carl R. Rogers and carried out in April to May 2011. This study is a qualitative descriptive research intends only describes the situation that occurred in guidance counseling SMAN 1 Depok. The sampling technique is by using purposive sampling of guidance and counseling teachers and students who make the communication process interpersonal in counseling activities in SMA Negeri 1 Depok at the period 2011/2012 school year. The subject of this study were 11 students and 5 BK teachers. This study uses data collection techniques through interviews and documentation. Data analysis in this study using Flow Model Analysis. The results of this study states that the role of BK teachers in SMA Negeri 1 Depok is based on the ways his presence and demeanor, not on use of techniques to make the counselee "do something". Counselors make himself and his position as a tool for change. Create or build a climate that supports the growth counselee counseling. Counselors encourage students to have the ability to understand the factors that exist in his life that caused the problem. Counselors try to reflect content and feelings, explaining the messages, helping students to examine the source of its own problems, and encourage students to find ways to solve itself. Personal changes arise when BK teachers can build relationships with students as counselees, a relationship characterized by warmth (rapport), acceptance, and accurate empathic understanding. Keyword: self-concept, communication interpersonal, client-centered approach
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ........................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
MOTTO.......................................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................
v
KATA PENGANTAR ..... ..........................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................
ix
ABSTRACT ................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
8
1.
Manfaat Teoritis .......................................................................
8
2.
Manfaat Praktis ........................................................................
9
E. Landasan Teori ................................................................................
9
1.
Pengertian Komunikasi ............................................................
10
2.
Proses komunikasi .................................................................... commit to user
10
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.
Komunikasi Antarpersona ........................................................
14
4.
Faktor Homophily-heterophily-empathy ..................................
22
F. Kerangka Teori Konseling ..............................................................
24
1.
Pengertian konseling ................................................................
24
2.
Pendekatan Client Centered .....................................................
25
a.
Teknik Konseling Non Direktif ........................................
28
b.
Teknik Konseling Direktif ................................................
28
c.
Teknik Konseling Eklektik ...............................................
29
3.
Konseling Sebagai Suatu Proses Komunikasi Antarpersona ...
30
4.
Konseling Sekolah Menengah ..................................................
31
5.
Langkah-langkah dalam Proses Konseling ..............................
32
a. Tahap pembinaan hubungan baik yang merupakan tahap awal dalam konseling ..........................................................
32
b. Tahap pengembangan konseling .........................................
33
c. Tahap penutup atau follow up .............................................
34
Kasus dalam konseling .............................................................
36
a. Aspek pribadi-sosial ............................................................
36
b. Aspek belajar (akademik) ....................................................
38
c. Aspek karir ..........................................................................
39
G. Kerangka Pikir ................................................................................
40
H. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ................................
41
6.
1.
Definisi Konseptual ..................................................................
41
a. Peranan Guru Bimbingan Konseling ................................... commit to user
41
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penanganan Masalah Siswa .................................................
42
Definisi Operasional .................................................................
42
a. Peranan Guru Bimbingan Konseling ...................................
42
b. Penanganan Masalah Siswa .................................................
42
I. Metode Penelitian ............................................................................
43
1. Populasi dan Subjek Penelitian ................................................
44
2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
45
a. Wawancara ..........................................................................
46
b. Dokumentasi ........................................................................
46
c. Observasi .............................................................................
46
3. Validitas data ............................................................................
47
4. Teknik Analisis Data ................................................................
47
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...........................................
49
A. Identitas Sekolah .............................................................................
49
B. Sejarah Sekolah ...............................................................................
50
C. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Depok .................................
53
1. Visi dan Misi Sekolah ..............................................................
53
2. Tujuan Sekolah .........................................................................
53
D. Struktur Organisasi ..........................................................................
54
E. Sarana-Prasarana .............................................................................
55
F. Keadaan Guru dan Tenaga Teknis Kependidikan ...........................
56
G. Fungsi dan Pengelola Sekolah ........................................................
57
2.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Layanan Bimbingan dan Konseling Di SMA Negeri 1 Depok .......
59
1. Landasan bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok .....
59
2. Visi dan misi bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok .
60
3. Bidang pengembangan bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok ........................................................................
61
4. Sistem manajemen bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok ....................................................................................
63
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA ...............................................
68
A. Data Informan .................................................................................
69
B. Deskripsi Kasus / Permasalahan .....................................................
71
C. Peranan Guru BK di SMA Negeri 1 Depok ...................................
78
D. Teknik Konseling di SMA Negeri 1 Depok ...................................
82
E. Pelaksanaan Konseling di SMA Negeri 1 Depok .........................
83
1. Tahap persiapan / awal konseling ............................................
85
2. Tahap konseling .......................................................................
85
3. Tahap ketiga yaitu penutup sebagai tindak lanjut atau follow up....................................................................................
86
F. Proses Komunikasi Antarpersona dalam Kegiatan Konseling di SMA Negeri 1 Depok ......................................................................
90
1. Komunikasi Verbal dalam Konseling ......................................
90
a. Awal Permulaan Konseling .................................................
91
b. Pengembangan Konseling ................................................... commit to user
96
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Terminasi Konseling ...........................................................
100
2. Komunikasi Non Verbal dalam Konseling ..............................
101
a. Perilaku Komunikasi Non Verbal dengan Mempergunakan Badan ...................................................................................
101
b. Perilaku Komunikasi Non Verbal dengan mempergunakan Lingkungan ..........................................................................
102
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
106
A. Kesimpulan .....................................................................................
106
B. Saran ................................................................................................
107
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Zona Jarak Sosial ...................................................................
19
Tabel 1.2
Langkah konseling Robert Carkhuff .....................................
34
Tabel 2.1
Sejarah Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok .....................
52
Tabel 2.2
Sarana-Prasarana SMA Negeri 1 Depok ...............................
55
Tabel 2.3
Tabel Guru dan Tenaga Teknis ..............................................
56
Tabel 3.1
Nama-nama informan dari konselor ......................................
69
Tabel 3.2
Nama-nama informan dari konseli ........................................
70
Tabel 3.3
Permasalahan yang dihadapi informan ..................................
72
Tabel 3.4
Jumlah siswa SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2011/2012
87
Tabel 3.5
Pembagian tugas Guru Bimbingan dan Konseling ...............
95
Tabel 3.6
Program harian bimbingan dan konseling ............................
96
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Kerangka pikir ........................................................................
40
Gambar 1.2 Teknik Analisis Data .............................................................
48
Gambar 2.1 Layanan BK asas 17+...............................................................
67
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu siklus kehidupan yang pasti akan dilalui oleh setiap orang yang menjalani kehidupan di dunia ini. Ketika masa remaja maka pembentukan karakter setiap orang akan terjadi. Karakter yang kemudian menjadi konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh faktor internal setiap orang dan juga sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berada di sekitar remaja tersebut. Konsep diri seorang individu atau seorang siswa akan dipahami sebagai atribut atau tempat merasakan apa yang dikatakan oleh orang lain. Masa remaja berada pada rentang usia antara 12 tahun – 17 tahun. Sebagaimana yang terjadi pada sistem pendidikan di Indonesia, pada rentang usia ini biasanya para remaja sedang berada pada level pendidikan sekolah menengah Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan lingkup studi yang berada di atas level sekolah menengah pertama dimana keberadaannya sebagai institusi yang mewadahi perkembangan remaja dewasa ini menjadi sebuah hal yang perlu mendapatkan perhatian. Keberadaannya sebagai lembaga yang menyelenggarakan kegiatan belajar bagi remaja kerapkali menjadi semakin kompleks dengan berbagai permasalahan yang seringkali muncul. Perbedaan antara sekolah menengah pertama dengan sekolah menengah atas dilihat dari sisi perbedaan usia siswa dan juga perbedaan commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lingkungan membuat siswa seringkali lebih disibukkan dengan urusan pertemanan dan berbagai kegiatan seiring kedewasaannya. Hal ini acapkali menjadi persoalan yang serius apabila siswa tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari para orang tua sebagai pengasuh dan juga guru sebagai pembimbing masa kedewasaan mereka. Berbagai permasalahan keluarga biasanya juga mereka bawa ke bangku sekolah sehingga seringkali membuat para siswa menjadi tidak fokus pada materi mata pelajaran yang mereka terima ketika proses kegiatan belajar berlangsung. Hubungan dengan lawan jenis juga menjadi sebuah permasalahan yang harus mereka hadapi ketika usia mereka telah menginjak usia puber. Berbeda dengan ketika mereka masih pada level sekolah menengah pertama dimana pacaran masih merupakan hal yang tabu untuk dilakukan. Justru ketika kedewasaan belum mereka capai sepenuhnya, keberadaan emosi yang labil dalam masa pencarian jati diri menjadi faktor pengganggu dalam proses penggalian ilmu di sekolah. Perkelahian remaja antar SMA masih marak terjadi baru-baru ini, salah satunya adalah yang melibatkan pelajar SMA Triguna dan SMA 74 Ciputat yang terjadi pada awal Februari 2011. Bahkan tawuran yang terjadi di Padang pada Bulan Januari lalu sempat merenggut korban jiwa dari salah satu pihak yang terlibat tawuran di komples Sekolah Taman Siswa Padang. Hal tersebut di atas merupakan sekelumit dari banyaknya peristiwa yang melibatkan para remaja setingkat sekolah menengah atas. Kondisi emosi yang commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belum stabil dan juga faktor superioritas yang melekat pada diri remaja seringkali menjadi penyebab terjadinya tawuran antar pelajar. Ketika menginjak di sekolah menengah atas, maka pelajaran yang harus diterima oleh para remaja ini juga lebih kompleks apabila dibandingkan dengan jenjang sekolah menengah pertama. Hal ini menjadi sebuah tuntutan untuk bisa belajar lebih keras dibandingkan dengan level pendidikan sebelumnya. Siswa akan menghadapi guru mata pelajaran yang berbeda-beda, tentunya dengan metode pembelajaran yang berbeda-beda pula, di sini siswa dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan metode yang digunakan oleh para guru. Pada taraf pendidikan di sekolah menengah atas ini campur tangan pihak keluarga akan sangat kurang yang disebabkan oleh siswa itu sendiri yang mulai belajar membuat keputusan sendiri. Dalam setiap pola interaksi yang terjadi dalam kehidupan sosial, menuntut setiap pelaku interaksi dapat menempatkan diri sebagai mana mestinya sesuai dengan konteks dan kondisi yang berlaku saat ini. Personal yang terlibat dalam setiap interaksi komunikasi dituntut untuk dapat bersikap terbuka terhadap pesan atau informasi yang disampaikan (Rakhmat, 2000:108). Perubahan pola pikir dan juga perubahan lingkungan membuat para remaja seringkali lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebayanya. Hal ini seiring dengan meningkatnya kegiatan di sekolah baik yang bersifat wajib maupun yang berdasarkan pilihan seperti kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang biasanya diselenggarakan pada sore hari. Peningkatan intensitas interaksi antara sesama teman sebaya membuat para remaja saling mempengaruhi satu sama lain. commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyak permasalahan yang kemudian terjadi dalam lingkup sekolahan ataupun di luar sekolahan yang pada dasarnya ada keterlibatan para remaja tersebut baik karena interaksi mereka dengan sesama remaja ataupun interaksinya dengan guru yang menjadi pembimbing belajarnya. Sekolah sebagai sebuah institusi yang menyelenggarakan kegiatan belajar lebih mengembangkan sisi kognitif pada mata pelajaran sosial maupun eksak yang diajarkan, sedangkan pendidikan dalam arti luas (afektif dan behavioral) kurang mendapatkan porsinya. Ada banyak permasalahan yang terjadi dalam proses pembentukan konsep diri remaja yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan apa yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar saja. Sebaliknya diperlukan suatu bimbingan yang mengiringi kegiatan belajar sebagai arahan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam konteks yang lebih luas bagi para siswa (remaja) yaitu kegiatan bimbingan konseling oleh guru bimbingan konseling. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ssenkumba (2010:5) di empat sekolah menengah (secondary school) yang berbeda di Uganda Utara menyebutkan bahwa : School counseling services, including psychosocial counseling, are crucial for proper adjustment of students that were both directly and indirectly affected by the war. Similarly, both teachers and their students asserted that guidance courses and programs should be carried out to provide students with: opportunities to develop knowledge and appreciation of themselves (personal domain); opportunities to develop relationship skills, ethical standards and a sense of responsibility (social domain); opportunities to acquire skills and attitudes necessary to develop educational goals which are suited to their needs, interests commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
and abilities (educational domain); and finally information that would enable them to make decisions about life and career opportunities (career domain).( http:// www.eurojournals.com) Layanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah di Uganda Utara, termasuk konseling psikososial, sangat penting untuk penyesuaian bagi siswa yang baik secara langsung maupun tidak langsung terpengaruh oleh perang yang terjadi di Uganda. Demikian pula, baik guru dan siswa, mereka menegaskan bahwa bimbingan kursus dan program harus dilakukan untuk membekali
para
siswa
dengan:
kesempatan
untuk
mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan mengapresiasikan diri (domain pribadi); kesempatan untuk mengembangkan keterampilan menjalin hubungan, standar etika yang berlaku dan rasa tanggung jawab (ranah sosial); kesempatan untuk memperoleh keterampilan dan
mengembangkan tujuan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka baik sikap, minat dan juga kemampuan (domain pendidikan), dan akhirnya informasi yang akan memungkinkan mereka untuk membuat keputusan tentang hidup dan peluang karir (domain karir). Kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling melibatkan interaksi antara guru pembimbing/konselor dan siswa/konseli. Pola interaksi yang terdapat dalam kegiatan layanan dan bimbingan konseling lebih bersifat dinamis. Karena kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling dikaitkan secara langsung dengan permasalahan individu (siswa) yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahannya. Sifat remaja dan juga situasi yang berbeda-beda dalam menghadapi permasalahan yang mereka hadapi commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membutuhkan penanganan dan arahan yang berbeda pula. Sehingga arahan secara antarpersona antara guru dengan murid menjadi sebuah cara penanganan permasalahan yang dirasakan lebih sesuai dibandingkan penanganan secara kolektif. Masalah-masalah individu berbeda dari sisi jenis, intensitas dan sangkut pautnya serta masing-masing pribadi bersifat berbeda. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dan tidak boleh disamakan dengan untuk individu lainnya (Prayitno dkk, 1999:114). Diungkapkan Reardon (dalam Liliweri, 1991:13) bahwa komunikasi antar pribadi (antar persona) mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu : (1) Dilaksanakan karena adanya pelbagai faktor pendorong; (2) Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja ; (3) Kerapkali berbalas-balasan; (4) Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit dua orang) antar pribadi; (5) Serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan; (6) Menggunakan pelbagai lambang-lambang yang bermakna. Sebuah penelitian oleh Jonah Nyaga Kindiki (2009:252) yang berjudul “Effectiveness of communication on students discipline in secondary schools in Kenya” pada 2009 lalu dan sempat dimuat dalam http://www.academicjournals.org menyebutkan bahwa : The school administration should initiate dialogue when dealing with students to discuss discipline matters, rules and regulations. Regular meetings and morning assemblies should be used as main channels of communication. Schools should avoid ineffective channels of communication which result in conflict, chaos, misunderstanding and lack of confidence in school administration. Guidance and counselling were seen to be effective ways of communication to overcome barriers commit to user of communication.
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini merekomendasikan bahwa administrasi (pengurus) sekolah harus memulai dialog ketika berhadapan dengan siswa untuk membahas masalah disiplin, aturan dan peraturan yang hendak diterapkan bagi siswa. Pertemuan rutin dan majelis pagi harus digunakan sebagai saluran utama untuk melakukan komunikasi. Pihak sekolah harus menghindari saluran komunikasi tidak efektif yang bisa mengakibatkan konflik, kekacauan, kesalahpahaman dan kurangnya kepercayaan pada pengurus sekolah (guru dan karyawan). Bimbingan dan konseling dianggap sebagai suatu cara mewujudkan komunikasi yang efektif untuk mengatasi segala hambatan dalam komunikasi.
Di Indonesia sendiri, penelitian tentang komunikasi antarpersona dalam kegiatan konseling juga pernah dilakukan di SMP N 1 Ayah Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2007/2008 oleh Noviana Retno Palupi yang merupakan mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Dengan lokasi penelitian yang berada di Kebumen dan juga jenjang pendidikan yang merupakan sekolah menengah pertama membuat hasil penelitian yang dilakukan pada periode Juli-September 2007 ini secara umum berkaitan dengan penyesuaian diri di sekolah, hubungan lawan jenis dan kesulitan belajar. Berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan karena dengan sasaran penelitian pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pada jenjang sekolah menengah atas. Sehingga permasalahan yang dihadapi oleh para siswa lebih bervariasi karena perbedaan usia, lingkungan dan juga kaitannya dengan masalah pemilihan jurusan di jenjang sekolah tinggi. Penjurusan yang dilakukan selama studi di sekolah menengah atas tidak selalu sesuai dengan minat commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa dan juga harapan orang tua siswa sehingga siswa perlu mendapat arahan dari guru bimbingan konseling. Semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi guru bimbingan konseling di sekolah menengah atas dan bagaimana cara penyelesaian permasalahan tersebut dari sisi psikologi komunikasi menjadikan penelitian yang dilakukan oleh penulis menjadi menarik untuk dilakukan.
B. Perumusan Masalah Dari paparan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan : Bagaimanakah peranan guru bimbingan konseling dalam komunikasi antarpersona untuk mengatasi permasalahan siswa pada kegiatan bimbingan konseling SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui : Peranan guru bimbingan konseling dalam proses komunikasi antarpersona untuk mengatasi permasalahan siswa pada kegiatan bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan serta masukan yang berguna demi perkembangan lingkup teoritis bidang studi ilmu commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi. Untuk ke depannya, diharapkan dapat memperkaya penelitian serupa di ranah penelitian komunikasi antarpersona sebagai bagian dari lingkup kajian ilmu komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan berharga bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya yang berkecimpung di bidang bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas. Diharapkan juga bisa menjadi acuan dalam perumusan strategi penanganan berbagai masalah siswa yang terjadi di sekolah dan juga kaitannya dalam menyongsong jenjang setelah sekolah menengah atas.
E. Landasan Teori Manusia dalam kehidupannya selalu melibatkan orang lain untuk berinteraksi dan saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Keberadaannya sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi untuk bisa saling melakukan interaksi guna menyampaikan maksud dan tujuannya. Proses komunikasi merupakan hal pokok yang terjadi dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap individu. Komunikasi terjadi sebagai sarana atau alat untuk melakukan interaksi antar individu. Komunikasi tidak hanya terjadi dalam interaksi dengan orang lain tetapi juga terjadi dalam diri seseorang sebagai sarana instrospeksi yang sering disebut sebagai komunikasi intra persona. Komunikasi terjadi sebagai sarana atau alat yang menjembatani commit to user atau menghubungkan sesama individu dalam masyarakat dan lingkungan 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekitarnya sebagai wujud interaksi sosial yang diperlukan sebagai kebutuhan sosial seorang manusia. 1. Pengertian Komunikasi Definisi komunikasi telah banyak dirumuskan oleh para ahli sebagai sarana pembatas makna dalam suatu lingkup kajian ilmu sosial. Latar belakang para ahli yang memberikan makna /merumuskan definisi menjadi sebuah karakter yang membedakan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Kesemuanya itu mengacu pada maksud memberikan makna pada kata komunikasi sehingga menjadi pembeda dengan objek kajian lainnya. Hampir setiap definisi mengandung suatu inti yang merupakan ciri khas dari kebanyakan definisi. Dalam rangka mendefinisikan suatu konsep dengan tepat dapat dimanfaatkan suatu cara yaitu dengan meneliti dan membandingkan masing-masing definisi yang bersangkutan dengan tujuan ilmiah (dalam Liliweri, 1991:4) Penjabaran komunikasi salah satunya di cetuskan oleh Harold Laswell (dalam Effendi, 2000:253), komunikasi dijabarkan melalui “who says what in which channel to whom with what affect” dengan kata lain “siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dan bagaimana pengaruhnya”. 2. Proses komunikasi Proses komunikasi adalah berlangsungnya penyampaian ide, informasi, opini, kepercayaan dan sebagainya oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang berupa bahasa, kial, gambar, commit to user warna dan lain-lain yang merupakan isyarat (Effendy, 1999 : 63-64).
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Johnson dalam Supratiknya mengungkapkan arti komunikasi secara luas adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi mencakup lebih luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan sebentuk komunikasi. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang diartikan sebagai pesan yang dikirim komunikator kepada satu orang atau lebih penerima dengan maksud sadar atau mempengaruhi tingkah laku si komunikan. Dalam setiap bentuk komunikasi, setidaknya dua orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu. Lambang tersebut bersifat verbal berupa kata-kata, atau bersifat non verbal berupa ekspresi atau ungkapan tertentu atau gerak tubuh (Supratiknya, 1995:30).
Komunikasi merupakan proses yang tidak dapat diraba (intangible) dinamis dan selalu berubah. Oleh karena itu banyak orang sepakat bahwa suatu model yang nyata akan membantu untuk menjelaskan proses tersebut (Mulyana, 2001: 5). Terdapat beberapa macam model komunikasi dengan berbagai perspektif (perspektif mekanistis, psikologis dan interaksional). Model komunikasi yang menjadi acuan dalam penelitian ini cenderung pada perspektif psikologis. Perspektif psikologis adalah pengembangan dari perspektif
mekanistis sehingga terdapat istilah yang sama dengan
perspektif mekanistis (sumber, pesan, saluran, penerima dan efek yang to user ditimbulkan) akan tetapicommit dengan pemahaman yang berbeda, Fisher
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyatakan para peneliti yang menggunakan perspektif psikologis lebih memilih untuk menghindari banyak keterbatasan teoritis dari perspektif mekanistis (Fisher, 1986:191). Apabila kita lihat dari perspektif psikologis, komunikasi dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses dan mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi pada diri manusia. Jadi titik beratnya terletak pada diri manusia yaitu “kepala individu” yang dinamakan filter konseptual (seperti sikap, persepsi, keyakinan dan keinginan). Itulah sebabnya komponen bukan lagi sumber, penerima, saluran pesan atau efek melainkan stimulus-respon. perspektif mekanistis memandang proses komunikasi secara linier atau satu arah sedangkan perspektif psikologis secara sirkuler atau mengalir (Arifin, 1998: 33). Jalaludin Rahmat berpendapat terjadinya komunikasi tidak hanya terjadi karena interaksi dan penggunaan informasi bersama, tetapi harus mengandung kesamaan makna. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang dimiliki bersama (shared meaning). Kesamaan makna karena pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfism. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama dan sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme yang total. Selalu tersisa makna perorangan. Makna perorangan terbentuk dalam tiap-tiap diri individu berbeda karena pengalaman hidup dan karakteristik yang berbeda-beda pula (Rakhmat, 2001:279). Dengan kata lain suatu komunikasi akan berjalan lancar apabila terdapat kesamaan antara frame of reference dan frame of experience dari commit to interaksi. user kedua belah pihak yang melakukan Letak respon (feedback) dari
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pihak penerima pesan menjadi sebuah acuan keberhasilan komunikasi yang dilakukan. Respon sebagaimana yang diharapkan pengirim atau kondisi sebaliknya yaitu penerima tidak memberikan respon sebagaimana mestinya dapat menjadi landasan modifikasi suatu pesan yang disampaikan. Situasi komunikasi dimana pengirim tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima telah mendekodifikasikan pesannya merupakan bentuk komunikasi satu arah. Dan apabila pengirim cukup leluasa mendapatkan respon tentang cara penerima menangkap pesan yang telah dikirimnya disebut komunikasi dua arah (Supratiknya, 1995:38). Proses komunikasi dilakukan melalui adaptasi dari dan ke dalam sebuah sistem kehidupan manusia dan lingkungannya. Proses peralihan dan pertukaran informasi itu dilakukan melalui simbolsimbol bahasa verbal maupun non verbal yang kemudian dapat dipahami bersama. Manusia melahirkan pikiran, perasaan dan perbuatan melalui ungkapan kata-kata yang kita sebut verbal. Kalau kata-kata itu diucapkan disebut verbal-vokal kalau dengan tulisan disebut verbal-visual. Simbol non verbal digunakan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan perbuatan yang disampaikan bukan dengan kata-kata melainkan menggunakan gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, pakaian, waktu dan ruang atau jarak fisik dan lain-lain (Liliweri,2001:5). Jalaludin
Rakhmat
berpendapat,
keberlangsungan
proses
komunikasi antarpersona sangat dipengaruhi oleh atraksi interpersona, yang diartikan sebagai faktor-faktor persona stimuli yang menyebabkan seseorang tertarik untuk mengadakan hubungan interpersona. Faktorfaktor tersebut antara lain : kesamaan karakteristik personal, tekanan user sosial, daya tarik fisik, ganjaran, emosional, harga diri yangcommit rendah,toisolasi
13
perpustakaan.uns.ac.id
familiarity,
digilib.uns.ac.id
kedekatan
(proximity)
dan
kemampuan
(competence)
(Rakhmat, 2001:116).
3. Komunikasi Antarpersona Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya sebagai sebuah jalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan orang lain sebagai pengakuan atas keberadaan dan kemampuan yang dimiliki. Komunikasi menjadi instrumen bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup sekaligus mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan. Bentuk yang mendasar dari komunikasi manusia adalah komunikasi antarpersona. Ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi merupakan dasar dari proses interaksi antarpersona. Hal ini dapat memberi makna ketika manusia saling bertukar informasi, pikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan lingkungan di luar diri kita. Berbagai bentuk hubungan antar manusia dilatarbelakangi oleh berbagai alasan, kepentingan, maksud, dan tujuan. Masing-masing hubungan tersebut memerlukan sekaligus memiliki pola serta bentuk komunikasi yang dapat sama maupun berbeda satu dengan lainya. Tujuan utama dalam berkomunikasi adalah menyampaikan suatu informasi. Ketika kita terlibat dalam suatu proses komunikasi antarpersona commit to user banyak diantara kita tidak sadar bahwa sukses komunikasi disebabkan 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena kita berhasil mempertukarkan pengalaman masing-masing. Ketika kita berkomunikasi, maka kita memberitahukan suatu informasi, membujuk, menukarkan ide dan pengalaman, ataupun menekan orang lain. Pada saat seperti itu kita secara bergantian mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita. Tatap muka yang dilakukan berulang-ulang dan bergantian dapat meningkatkan mutu komunikasi antarpersona. Komunikasi antarpersona kalau ditinjau dari penggunaan media, maka ada komunikasi antarpersona dengan media dan tanpa media. Meskipun demikian komunikasi antarpersona dengan tatap muka dipandang lebih sukses daripada bentuk komunikasi antarpersona lainnya. Karena itu, maka Rogers dan Shoemaker (1971) berpendapat bahwa : Orang dapat berkomunikasi untuk mempelajari sesuatu dengan baik apabila menggunakan lebih dari satu indranya, yaitu: (a) tahapan mengetahui atau melihat melalui indra mata adalah 83,0%; (b) tahapan mendengar melalui indera telinga adalah 11,0%; (c) tahapan membau melalui indera hidung adalah 3,5%; (d) tahapan meraba dengan tangan sebesar 1,5%; (e) tahapan merasa dengan indera lidah sebesar 1,0%. Pendapat
Rogers
ini
meyakinkan
kita
bahwa
komunikasi
antarpersona setiap harinya melibatkan tahapan mengetahui atau melihat melalui indera mata adalah sebesar yakni 83,0%. Komunikasi melalui tahap muka tetap jauh lebih unggul daripada bentuk-bentuk lainnya. Komunikasi antarpersona yaitu interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula (Hardjana,2003:85). Sehingga komunikasi antarpersona dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sifat dialogis itu ditunjukan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti, apakah pesan-pesan yang dia kirimkan dapat diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya. Dalam hubungan interaksi manusia harus didahului dengan kontak dan komunikasi. Kita tidak mungkin mengungkapkan perasaan-perasaan dan reaksi lainnya kepada semua orang, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Menurut Everret M. Rogers ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran komunikasi antarpersona, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Arus pesan yang cenderung dua arah. Konteks komunikasi tatap muka. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas (terutama selektivitas exposure) yang tinggi. 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang biasa relatif terlambat. 6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap (Liliweri, 1991:13). commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komunikasi antarpersona dapat dikatakan sukses apabila membawa hasil. Sebagimana telah diuraikan sebelumnya bahwa komunikasi antarpersona
melibatkan
orang
dalam
keadaan
bebas
saling
mempengaruhi, saling barcakap-cakap berbalasan, membuahkan hasil disengaja dan tidak disengaja dan didorong oleh banyak fakta pendorong, maka hasil komunikasi harus nyata merubah cara pandang atau wawasan, perasaan maupun perilaku yang nyata hasil komunikasi ini menentukan sukses tidaknya komunikasi yang telah dilaksanakan. Proses komunikasi antarpersona dapat kita amati dari pesan verbal dan non verbal perilaku kepada para komunikannya. Perilaku non verbal banyak berpengaruh terhadap kegagalan dan keberhasilan suatu proses komunikasi. Dalam kehidupan nyata ternyata komunikasi non verbal lebih banyak dipakai (65%) dari pada komunikasi verbal (35%) (Hardjana, 2003:26). Dalam komunikasi verbal simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasan dan maksud dengan menggunakan kata-kata untuk mempresentasikan berbagai aspek realitas individual (Mulyana, 2001:237-238). Tanpa bahasa manusia tidak mungkin bertukar informasi. Book mengemukakan, agar komunikasi berhasil setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu: untuk mengenal dunia disekitar kita, commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhubungan dengan orang lain dan untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita (Mulyana, 2001:243). Sebagaimana orang berusaha memahami komunikasi verbal, hal yang sama juga akan dilakukan dalam memahami komunikasi non verbal. Gozda et.al (1977) membagi perilaku komunikasi non verbal dalam 3 kategori, yakni: a. Perilaku Komunikasi Non Verbal dengan Mempergunakan Badan hal ini dilakukan dengan ; 1). Kontak mata 2). Kulit 3). Ekspresi muka b. Perilaku Komunikasi Non Verbal dengan Nada Suara 1). Tekanan pada suara 2). Kecepatan dalam ucapan 3). Kekuatan suara 4). Cara mengucapkan kata c. Perilaku Komunikasi Non Verbal dengan Mempergunakan Lingkungan 1). Proximity 2). Pengaturan lingkungan fisik 3). Pakaian 4). Posisi dalam ruang (Corey, 1999:52-57). Pesan-pesan non verbal sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena kita mempersepsi manusia tidak hanya melalui bahasa verbalnya, namun juga melalui komunikasi non verbalnya. Perilaku komunikasi non verbal dengan mempergunakan badan berhubungan dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah. Dimana dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah kita dapat menyampaikan pesan kepada orang lain dan merupakan bentuk komunikasi non verbal yang mendukung komunikasi verbal paling efektif. Begitu juga dengan penggunaan lingkungan oleh individu dalam commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi non verbal berhubungan dengan proximity, pengaturan lingkungan fisik, posisi dalam ruang, pakaian dan artefak. Hall menggambarkan hubungan manusia berdasarkan empat jenis jarak intim, pribadi, sosial dan publik yang biasanya digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Tabel 1.1 Zona Jarak Sosial Jarak Deskripsi Karakteristik Jarak Vokal (1) (2) (3) 0-6 inci Intim Bisikan halus (dekat) 6-18 inci Intim (jauh) Bisikan terdengar 1,5-2,5 kaki Pribadi Suara halus (dekat) 2,5-4 kaki Pribadi Suara dipelankan (jauh) 4-7 kaki Sosial Suara penuh (dekat) 7-12 kaki Sosial (jauh) Suara penuh agak dikeraskan (1) 12-25 kaki
(2) Publik (dekat)
(3) Suara keras bicara pada kelompok
>25 kaki
Publik Suara paling keras (jauh) Sumber Tabel (Tubbs & Moss, 2000:121).
Isi Pesan (4) Paling rahasia Amat rahasia Masalah pribadi Masalah pribadi Informasi biasa Informasi publik untuk didengar orang lain (4) Informasi publik untuk didengar orang lain Berteriak
Bentuk komunikasi tatap muka mempunyai keistimewaan dimana efek dan umpan balik, aksi dan reaksi langsung terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat sekali. Aksi maupun reaksi verbal dan nonverbal, semua terlihat dengan jelas langsung. Oleh karena itu tatap muka yang dilakukan secara terus menerus kemudian dapat mengembangkan mutu commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi antarpersona yang memuaskan dua pihak. Isyarat dalam komunikasi non verbal yang dapat berupa suara tetapi tidak tergolong kata-kata mempengaruhi proses komunikasi. Isyarat lebih mengarah pada pitch atau tinggi rendahnya suara, rate atau cepat lambatnya suara, inflection variasi atau pilihan dalam tinggi rendahnya suara, volume suara, kualitas suara, Pronunciation, pemilihan kata yang tepat, Artikulasi, Pronunciation adalah kombinasi antara pemilihan kata-kata dan artikulasi. Efektivitas
komunikasi
antarpersona
merupakan
pokok
dari
gabungan antar pemahaman terhadap diri serta pada pembentukan dan pemanfaatan hubungan dengan orang lain. Dalam melihat efektivitas komunikasi antarpersona, ada dua dimensi yang dapat dikaji. Pertama, dimensi pragmatis, komunikasi yang efektif diukur dari jumlah tujuan yang dapat dicapai dari kegiatan komunikasi tersebut. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan yang bersifat pragmatis, seperti misalnya penyampaian informasi, mempengaruhi tingkah laku dan sikap. Kedua, dimensi humanis, komunikasi dikatakan efektif bila muncul kepuasan pada masing-masing pihak yang berkomunikasi. Kepuasan ini timbul karena adanya hubungan yang terpelihara dengan baik. Tujuan ini sering dikaitkan dengan isi pesan yang disampaikan dengan kata lain bahwa isi dari informasi yang disampaikan memberikan akomodasi terhadap pencapaian tujuan komunikasi yang diterapkan, sedangkan dari sisi lain, efektifitas komunikasi juga dapat dilihat melalui commit to user kondisi terjaganya hubungan yang terjalin. 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesempatan untuk saling berbagi perasaan adalah hal yang paling membahagiaan dalam komunikasi antarpersona. Mengalami suatu perasaan dan mengungkapkannya kepada orang lain bukan saja merupakan sumber kebahagian melainkan juga merupakan salah satu kebutuhan demi kesehatan psikologis (Supratiknya,1995:9). Jhonson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang diberikan komunikasi antarpersona. Pertama, komunikasi antarpersona membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi hingga dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin meluas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain. Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu pandangan orang lain terhadap diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain pula kita dapat menemukan diri yaitu mengetahui diri kita sebenarnya. Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Tentu saja pembandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain. Keempat, kesehatan mental kita sebagian juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebihlebih orang yang merupakan tokoh panutan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustasi. Bila kita menarik diri dan menghindar dari orang lain maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan emosional atau batin bahkan mungkin juga penderitaan fisik (Supratiknya, 1995:10). commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komunikasi antarpersona terjadi dalam setiap interaksi baik dalam konteks formal maupun informal yang merupakan aktivitas sehari-hari yang tidak pernah luput dari kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Dalam setiap pola interaksi yang terjadi dalam kehidupan sosial, menuntut setiap pelaku interaksi dapat menempatkan diri sebagai mana mestinya sesuai dengan konteks dan kondisi yang berlaku saat ini. Personal yang terlibat dalam setiap interaksi komunikasi dituntut untuk dapat bersikap terbuka terhadap pesan atau informasi yang disampaikan (Rakhmat, 2000:108).
4. Faktor Homophily-heterophily-empathy Apabila kita membicarakan suatu kesuksesan dalam komunikasi antarpersona maka sebagaimana diungkapkan Mc. Crosky, Larson dan Knapp (dalam Effendy, 2003:64) bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dala setiap situasi. Disebutkan kata-kata ketepatan yang paling tinggi karena memang untuk mencapai ketepatan yang menyeluruh (total accuracy) adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Karena kondisi ini akan mensyaratkan pihak-pihak yang melakukan komunikasi haruslah memiliki pengalaman yang benar-benar sama dalam semua hal yang dibicarakan kemudian barulah tercapai pengertian yang sama tentang suatu pesan. Inilah yang mereka sebut ketepatan total, namun sekali lagi hal ini tidak mungkin terjadi dalam kehidupan manusia pada umumnya. Untuk kesamaan dan ketidaksamaan dalam derajat pasangan commit to proses user komunikasi, Everett M. Rogres komunikator dan komunikan dalam
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(dalam Effendy, 2003:64) mengetengahkan istilah homophily dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi antarpersona. Homophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifatnya (attribute), seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial dan sebagainya. Sedangkan heterophily diartikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada dalam sifat-sifat tertentu. Dalam situasi yang bebas memilih, di mana komunikator dapat berinteraksi dengan salah seorang dari sejumlah komunikan yang satu sama lain berbeda, di situ terdapat kecenderungan yang kuat untuk memilih komunikan yang lebih menyamai dia (Effendy, 2003:65). Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa lebih dekat faktor kesamaannya sejumlah orang dalam tingkatan sosial, lebih sering mereka berinteraksi satu sama lain. Kesamaan para pelaku komunikasi dalam hal pengertian, sikap dan bahasa menimbulkan kemungkinan untuk berkomunikasi dan pada gilirannya lebih besar kemungkinan komunikasi menjadi lebih berarti. Kebanyakan orang menyenangi interaksi dengan orang yang benar-benar sama dalam status sosial, pendidikan, kepercayaan dan sebagainya. Maka disini dapat kita analogikan bahwa homophily dan komunikasi efektif saling memperkuat satu sama lain. commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kondisi heterophily akan tercipta apabila antara pelaku komunikasi terdapat perbedaan dalam hal kemampuan teknik, status sosial, sikap dan kepercayaan sehingga pesan yang disampaikan akan terabaikan. Keadaan ini akan menjurus pada keadaan komunikasi yang tidak efektif. Sedangkan empathy menurut Rogers dan Bhownik (dalam Effendy, 2003:69)
didefinisikan
sebagai
kemampuan
seseorang
untuk
memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau
komunikan
atau
kedua-duanya
(dalam
situasi
heterophily)
mempunyai kemampuan untuk melakukan empathy satu sama lain, kemungkinan besar akan terdapat komunikasi yang efektif. Jika seorang komunikator mempunyai empathy yang mendalam dengan
komunikan
yang
heterophilous,
maka
komunikator
dan
komunikan benar-benar berada dalam situasi homophilous dalam pengertian sosio-psikologis.
F. Kerangka Teori Konseling 1. Pengertian konseling Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” (Prayitno, 1999 : 101). commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Konseling atau penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dalam wawancara antara konselor dengan klien secara “face to face”, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya (Walgito, 1980:11). Pengertian konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli. 2. Pendekatan Client Centered Teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Pendekatan Client Centered (berpusat pada klien) dipelopori oleh Carl R. Rogers sebagai reaksi terhadap apa yang disebut keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Pendekatan ini berlandaskan pada suatu filsafat tentang manusia yang menekankan bahwa setiap orang memiliki dorongan bawaan pada aktualisasi
diri.
Selain
itu
Rogers
memandang
manusia
secara
fenomenologis, yakni bahwa menusia menyusun dirinya sendiri menurut persepsi-persepsinya
tentang
kenyataan.
Orang
termotivasi
untuk
mengaktualkan diri dalam kenyataan yang dipersepsinya (Corey, commit to user 2005:109). 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teori Rogrers berlandasakan dalil bahwa klien (konseli) memiliki kesanggupan untuk memahami faktor-faktor yang ada dalam hidupnya yang menjadi penyebab ketidakbahagiaan. Klien (konseli) juga memiliki kesanggupan untuk mengarahkan diri dan melakukan perubahan pribadi yang konstruktif. Perubahan pribadi akan timbul jika konselor yang selaras bisa membangun hubungan dengan konselinya, suatu hubungan yang ditandai dengan kehangatan (rapport), penerimaan, dan pengertian empatik yang akurat. Konseling ini berlandaskan hubungan Aku-Kamu, atau hubungan pribadi-ke-pribadi dalam keamanan dan penerimaan yang mendorong klien untuk menanggalkan pertahanan-pertahanannya yang kaku serta menerima dan mengintegrasikan aspek-aspek dari sistem dirinya yang sebelumnya diingkari atau didistorsi. Penekanan pendekatan ini ada pada sisi konseli (client) sebagai yang ahli dan konselor sebagai sumber refleksi dan motivator, terekam dalam desain pendekatan konseling “tidak langsung” (McLeod, 2008:178). Teori dengan pendekatan client-centered menempatkan tanggung jawab utama terhadap arah konseling pada konseli. Tujuan-tujuan umumnya adalah menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai organismenya sendiri, mengebangkan evaluasi internal, kesediaan untuk menjadi suatu proses, dan dengan cara-cara lain bergerak menju taraf-taraf yang lebih tinggi dari aktualisasi diri. Beberapa asumsi dasar teori ini adalah : commit to user 1. Setiap manusia memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur, 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengarahkan, dan mengendalikan dirinya sendiri apabila ia diberikan kondisi tertentu yang mendukung. 2. Manusia memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang terkait dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan. 3. Manusia juga memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga tidak hanya untuk menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan. Pendekatan client-centered merupakan corak yang dominan dalam konseling pendidikan, karena konselor dengn pendekatan ini secara khas merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menjelasakan pesan-pesan, membantu para konseli, untuk memeriksa sumber-sumbernya sendiri, dan mendorong konseli untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. Sedangkan dari sisi konseli (siswa), mereka bisa menjadi diri sendiri, sebab mereka tahu bahwa mereka tidak akan dievaluasi dan dihakimi. Mereka akan merasa bebas bereksperimen dengan tingkah laku baru. Mereka atau para siswa, juga diharapkan dapat memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri, dan merekalah yang memasang langkah dalam konseling. Teknik-teknik konseling yang berkaitan dengan konseling di institusi pendidikan antara lain terbagi menjadi 3 yaitu: konseling Direktif, konseling Non-Direktif dan konseling Eklektik. commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Teknik Konseling Non Direktif Konseling non direktif merupakan bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada konseli atau client-centered counseling. Clientcentered
counseling
dengan
maksud
menggarisbawahi
individualitas konseli yang setaraf dengan individualitas konselor, sehingga dapat dihindari kesan bahwa konseli menggantungkan diri pada konselor (Winkel, 1991:339). Dalam pendekatan ini konseli menduduki tempat utama dan sentral, dengan bantuan pembimbing/konselor
konseli
didorong
untuk
memecahkan
masalahnya sendiri. b. Teknik Konseling Direktif Konseling direktif disebut juga “konseling klinis” karena dalam proses
pengentasan
masalah
mirip
dengan
“penyembuhan
penyakit”. Pendekatan ini dipelopori oleh E.G Williamson dan J.G Darley yang berasumsi bahwa konseli tidak mampu mengatasi sendiri masalahnya. Karena itu konseli membutuhkan bantuan dari orang lain (Winkel, 2001:347). Dalam teknik ini dalam proses konseling aktivitas banyak terletak pada konselor. Konselor lebih banyak mengambil inisiatif dalam proses konseling, termasuk dalam mencari atau menentukan pemecahan masalahnya. Konseli tinggal menerima apa yang dikemukakan oleh konselor, setelah konselor mempelajari masalah dan sebab-sebab yang menimbulkan masalah tersebut. commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Teknik Konseling Eklektik Istilah konseling eklektik menunjuk pada sistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari berbagai konsepsi serta pendekatan. Konselor yang berpegang pada pola eklektik berpendapat bahwa mengikuti satu orientasi teoritis serta menerapkan satu pendekatan saja terlalu membatasi ruang gerak konselor. Konselor menggunakan variasi dalam sudut pandang, prosedur dan teknik sehingga dapat melayani masing-masing konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai ciri khas masalah yang dihadapi. Penggagas pendekatan ini adalah Frederick Thorne dalam tulisannya berjudul Principles of Personality Counseling (1950). Thorne menganalisis sumbangan-sumbangan pikiran dari berbagai aliran dalam psikologi konseling dan mencoba mengintegrasikan unsur-unsur positif dari masing-masing aliran dalam sistematika baru dan terpadu (Winkel, 1991: 371). Pada saat ini pendekatan eklektik dalam praktek konseling paling sering diterapkan oleh para konselor karena memang penanganan setiap masalah tidak dapat hanya berpatokan pada satu cara saja akan tetapi bila beberapa cara dianggap memungkinkan bisa memecahkan masalah tentu hasilnya akan lebih baik. commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Konseling Sebagai Suatu Proses Komunikasi Antarpersona Konseling mengandung suatu proses komunikasi antarpersona yang
berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan non verbal. Dengan menciptakan
kondisi-kondisi
seperti
empati,
penerimaan
serta
penghargaan, keihlasan serta kejujuran, dan perhatian yang tulen, konselor memungkinkan konseli untuk merefleksi atas diri sendiri serta pengalaman hidupnya, memahami diri sendiri serta situasi hidupnya dan berdasar itu, menemukan penyelesaian atas masalah yang dihadapi. Melalui tanggapantanggapan verbal dan reaksi-reaksi non verbal, konselor mengkomunikasikan kondisi-kondisi itu kepada konseli, sehingga konseli menyadari adanya kondisi-kondisi itu dan karena itu, bersedia pula untuk berkomunikasi dengan konselor. Kondisi-kondisi dapat dikomunikasikan secara verbal, seperti refleksi dan klarifikasi dan secara non verbal, seperti sikap badan dan padangan mata (Winkel, 1991:315-316). Kegiatan
konseling
terlaksana
dalam
interaksi
pribadi
dan
komunikasi antarpersona yang bercorak membantu dan dibantu (helping relationship) yang berlangsung secara formal dan dikelola secara profesional. Ciri-ciri dalam hubungan yang demikian adalah sebagai berikut : 1) Bermakna, baik untuk konselor maupun konseli karena kedua belah pihak melibatkan diri sepenuhnya. 2) Mengandung unsur-unsur kognitif dan afektif karena konselor dan konseli berpikir bersama serta alam perasaan konseli sepenuhnya diakui dan dihayati oleh konselor. 3) Berdasarkan saling kepercayaan dan keterbukaan. Kedua partisipan commit to user saling mengandalkan sebagai pribadi yang berkehendak baik. 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Berlangsung atas dasar saling memberikan persetujuan dalam arti konseli menyetujui terjadinya komunikasi dan konselor menerima untuk memberikan bantuan profesional. 5) Terdapat suatu kebutuhan di pihak konseli yang diharapkan dapat dipenuhi melalui wawancara konseling. Di pihak konselor kebutuhan itu disadari dan diakui termasuk lingkup keahliannya untuk berusaha memenuhinya. 6) Terdapat komunikasi dua arah dalam arti konselor dan konseli saling menyampaikan pesan atau berita baik melalui verbal atau non verbal. Pesan atau berita itu saling ditanggapi. 7) Mengandung strukturalisasi dalam arti komunikasi tidak berlangsung ala kadarnya seperti lazimnya dalam komunikasi sosial non profesional. Dalam hal ini konselor memikul porsi tanggung jawab yang lebih besar supaya komunikasi terarah, paling sedikit reaksireaksi konselor mengikuti ungkapan pikiran dan perasaan konseli. 8) Berdasarkan kerelaan dan usaha untuk bekerja sama agar tercapai suatu tujuan yang disepakati bersama. 9) Mengarah ke suatu perubahan pada diri konseli. Perubahan itu adalah tujuan yang hendak dicapai bersama. Berkat komunikasi antar persona diharapkan konseli akan berubah sikap, pandangan dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan saat sebelum proses konseling dimulai. 10) Terdapat jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman dalam arti konseli dapat yakin atas keihlasan konselor sehingga keterbukaan tercipta (Winkel, 1991 : 301).
4. Konseling Sekolah Menengah Sebagai layanan, konseling dengan berbagai pendekatan, teori dan metodologi pada dasarnya dapat diterapkan di berbagai lingkungan kerja dengan berbagai sasaran dan kondisi yang berbeda. Termasuk lingkungan sekolah menengah. Pada lingkungan sekolah, pihak yang terlibat dalam proses konseling adalah guru BK sebagai konselor dan siswa yang sedang menghadapi masalah sebagai pihak konseli. Konseli di sekolah menengah memiliki karakteristik khusus karena mereka pada tahap remaja yang merupakan commit to user masa pencarian jati diri untuk menyongsong kedewasaanya. Konselor di
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekolah menengah dituntut untuk memehami berbagai gejolak yang secara potensial sering muncul dan cara-cara penanganannya. Kegiatan konseling yang merupakan komunikasi antarpersona antara konselor dan konseli yang dibimbing di sekolah menopang pertumbuhan pribadi serta perkembangan sosial konseli; membantu konseli untuk membentuk identitas diri yang utuh serta menemukan dirinya sebagai seorang pribadi; menolong konseli untuk berpijak pada kenyataan dalam diri sendiri dan dalam lingkungan hidupnya; serta menunjang kesehatan mentalnya sejauh konseli tidak akan merasa kesepian dan diasingkan dari komunikasi antar manusia. 5. Langkah-langkah dalam Proses Konseling a. Tahap pembinaan hubungan baik
yang merupakan tahap
awal dalam konseling. Kontak pertama antara konselor dan konseli sering mempunyai pengaruh
yang
menentukan
bagi
kelangsungan
pertemuan
selanjutnya. Jika konselor benar-benar menginginkan agar pada akhirnya perubahan yang diharapkan pada diri konseli, maka hubungan akrab dan saling mempercayai harus ditumbuhkan dan dibina. Hubungan baik antara konselor dan konseli merupakan inti dan mutu dari proses konseling. Oleh karena itu konselor harus mampu untuk menciptakan hubungan baik dalam konseling. Dalam menciptakan hubungan baik antara konselor dan konseli ada halcommit to user hal yang harus diperhatikan yaitu: 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a). Sambutan terhadap kehadiran konseli b). Penggunaan kontak mata, gerakan-gerakan, isyarat tubuh dan ekspresi wajah c). Penggunaan nada dan suara d). Ajakan agar konseli berpartisipasi aktif dalam proses konseling e). Penjelasan tentang maksud dan tujuan konseling b. Tahap pengembangan konseling Setelah hubungan baik antara konselor dan konseli tercipta, maka memasuki tahap yang berikutnya yaitu tahap pengembangan konseling. Dalam tahap ini pembahasan masalah dan alternatif tindakan pemecahan masalah. Konselor bersama konseli membuat komitmen untuk bertindak berdasarkan pemilihan kemungkinan pemecahan masalah beserta akibatnya. Konselor dan konseli menelaah setiap alternatif tindakan pemecahan masalah dengan mempertimbangkan segi positif dan negatifnya dan juga disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan
konseli.
Dipertimbangkan
juga
akibat
atau
kemungkinan masalah yang timbul bila alternatif tindakan itu dilakukan. Salah satu tujuan konseling ialah terjadinya perubahan tingkah laku dalamcommit bentuktotindakan user yang positif pada diri konseli.
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengambilan
tindakan
itu
didahului
dengan
pengambilan
keputusan. Konselor dan konseli menentukan keputusan mana yang akan diambil sebagai alternatif tindakan pemecahan masalah, sehingga akibat dari segi negatif dapat dihindarkan. c. Tahap penutup atau follow up Pada akhir proses konseling, konselor mengadakan tindak lanjut terhadap hasil konseling. Tindak lanjut yang dilakukan seperti; perumusan kesimpulan hasil yang dicapai, mengevaluasi pelaksanaan konseling tentang hal-hal yang telah dicapai dalam tahap-tahap sebelumnya dengan mempertimbangkan apakah telah tercapai tujuan yang diinginkan, merencanakan suatu tindakan yang perlu dilakukan oleh konseli setelah proses konseling (Wibowo, 1997: 4-8). Robert Carkhuff menggambarkan aktivitas komunikasi yang dilakukan konselor dan konseli dalam proses konseling. Tabel 2.1 Langkah konseling Robert Carkhuff Fase Dalam Proses (1) 1. Keterlibatan
Aktivitas Konseli (2) 1. Melibatkan diri : a. menghadap konselor b. mengungkapkan sesuatu secara verbal dan non verbal c. Mulai mengutarakan masalah pribadi yang dihadapi
2. Eksplorasi
2. Menggali aspek-aspek penting dalam masalah yang dihadapi : to user commit a. Mengambil unsur-unsur 34
Ketrampilan Konselor (3) 1. Berusaha lebih dekat dengan konseli dan mengamati isyarat-isyarat verbal dan non verbal yang ditujukan konseli serta mendengarkan dan menunjukkan penerimaan 2. Membantu konseli menggali aspekaspek penting yang dilihat dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pokok dalam masalah b. Meninjau makna bagi dirinya c. Menghayati perasaanperasaan yang timbul d. Melihat alasan-alasan timbulnya reaksi-reaksi perasaan itu
3. Pemahaman
4. Bertindak
respon konseli : Refleksi dan klarifikasi pikiran, refleksi dan klarifikasi perasaan, permintaan untuk melanjutkan, pertanyaanpertanyaan spesifik 3. Membantu konseli memahami diri berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan menerima tanggung jawab itu.
3. Menyadari bahwa masalah adalah problem dirinya sendiri yang tidak dapat ditimpakan pada orang lain, diri sendiri bertanggung jawab mengatasinya : a. Akibat permasalahan bagi dirinya b. Merumuskan masalah c. Menyadari perasaan sendiri dalam menghadapi masalah ini, disertai alasan berperasaan demikian d. Menetapkan tujuan yang ingin dicapai sehingga masalah dapat diatasi 4. Mengimplementasikan 4. Membantu konseli tujuan yang ingin dicapai menuangkan dalam suatu program kerja kemauan untuk yang konkret mencapai tujuan a. Tujuan dirumuskan dalam bentuk dalam bentuk tindakan rencana langkahyang nyata langkah kerja yang b. Menetapkan jalan / cara konkret yakni yang tepat untuk memberikan saran, mencapai tujuan usulan, dorongan, c. Merencanakan langkahpemberian langkah kerja yang akan informasi dan lainditempuh lain d. Pelaksanaan rencana Sumber : Winkel 1991 : 387 commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Kasus dalam konseling Secara umum permasalahan di tingkatan sekolah menengah atas yang seringkali terjadi dan membutuhkan layanan bimbingan dan konseling dapat dikelompokan dalam 3 aspek kasus : a. Aspek pribadi-sosial Pada dasarnya ada tiga hal besar yang dapat dikelompokkan dalam aspek pribadi-sosial yang sering kali ditemui di lapangan, yaitu : masalah penyesuaian diri, kenakalan remaja dan hubungan dengan lawan jenis. Bagi siswa yang secara cepat dapat menyesuaikan diri, mereka akan terhindar dari permasalahan yang mungkin timbul di sekolah seperti masalah terlambat, membolos, pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib sekolah, tidak dapat konsentrasi terhadap pelajaran, tidak suka terhadap salah satu mata pelajaran, dan tidak suka terhadap salah satu guru. Dari sekian siswa ternyata sudah mampu menyesuaikan diri dengan cepat dan hanya beberapa siswa yang memang punya kendala, sehingga mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Pada umumnya siswa yang mengalami masalah penyesuaian diri, prestasi belajarnya juga mengalami kendala atau terhambat. Karena masalah penyesuaian diri berpengaruh secara langsung dalam proses belajar mengajar. commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masa remaja yang penuh dengan hal-hal baru menjadikan para remaja berada pada suatu lingkungan yang juga baru sehingga pemilihan teman sepergaulan menjadi pengaruh yang sangat signifikan dalam pembentukan konsep diri. Selama masa bergaul tentunya tidak semua teman adalah remaja dengan kebiasaan baik saja, tapi ada terkadang remaja akan memasuki kelompok dengan kebiasaan yang kurang baik. Contoh kebiasaan yang kurang baik tersebut seperti merokok, minum-minuman keras, berkelahi, tawuran dan lain sebagainya. Remaja akan dihadapkan pada sebuah pilihan ketika mengetahui kebiasaan teman sepergaulannya. Ada yang akan meninggalkan teman sepergaulannya dan mencari teman lain yang sekiranya mempunyai kebiasaan baik, tapi juga ada yang sebaliknya. Mau tidak
mau
sedikit banyak
kebiasaan
teman
akan
sangat
mempengaruhi sikap imitasi dalam diri seseorang. Menjadi remaja tentunya sadar bahwa dirinya ada rasa simpati, rasa tertarik untuk selalu bersama-sama dengan lawan jenisnya. Tetapi mereka umumnya masih ada perasaan ragu, apakah dirinya juga membuat lawan jenisnya tertarik atau tidak. Mereka juga ada rasa malu untuk saling mendekat dan saling bergaul pada mulanya. Terdapat pula remaja yang sangat malu dan bimbang pada daya tarik dirinya sendiri bagi lawan jenisnya, sehingga pada masa remaja awal tidak pernah mengalami kencan atau “dating”. Dalam commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masa remaja ini, sangat penting bagi remaja untuk menjalani apa yang disebut kencan ataupun “romance” atau pacaran. Remaja diharapkan dapat memberi penilaian terhadap keadaan dirinya secara apa adanya. Mereka diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan apa-apa yang lebih dan kurang pada diri mereka dan juga dapat menerima apa adanya diri mereka, memelihara dan memanfaatkanya secara benar dan positif. b. Aspek belajar (akademik) Sistem pendidikan yang berlaku di negara kita ini menggiring pemahaman akan ukuran prestasi seorang siswa selalu dikaitkan dengan capaian rangking dalam bidang akademik. Dengan acuan tersebut maka pencapaian rangking menjadi sebuah hasil yang harus diperjuangkan yaitu dengan usaha keras melalui belajar dengan bersungguh-sungguh Kenyataanya sekarang ini, sering ditemui siswa yang secara potensial mempunyai kemampuan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, namun ternyata hasil prestasi belajarnya biasa saja bahkan kadang-kadang lebih rendah bila dibandingkan dengan teman-teman yang lainya. Anak yang prestasi belajarnya menurun berarti mengalami kesulitan belajar yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor penyebab, baik faktor psikologis, faktor fisik anak dan faktor commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lingkungan disekitarnya (guru, lingkungan sekolah, orang tua dan lingkungan keluarga). Oleh karena itu, siswa perlu mendapat pertolongan sehingga akan berhasil dengan baik, dapat mencapai prestasi belajar yang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Untuk dapat menolongnya dibutuhkan kerjasama antara guru, siswa dan juga orang tua sebagai pendidik anak dalam keluarga sehingga tidak hanya menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya terhadap guru di sekolah. c. Aspek karir Masa remaja yang sedang dialami adalah sebuah pijakan awal bagi pencapaian cita-cita remaja nantinya. Biasanya remaja yang hendak terjun ke dunia kerja tanpa harus repot kuliah akan mengambil sekolah menengah kejuruan, tapi yang memilih sekolah menengah atas biasanya menginginkan jenjang sekolah tinggi sebagai pijakan pendidikan selanjutnya. Remaja yang memilih sekolah menengah atas harus mulai menentukan pilihan jurusan, apakah IPA, IPS atau jurusan bahasa. Namun sistem pendidikan yang dianut biasanya memberikan kewenangan bagi pihak sekolah untuk menjuruskan siswanya sesuai dengan capaian akademiknya. Tidak berhenti di situ saja karena pilihan tersebut menjadi acuan dalam pemilihan jurusan di commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekolah tinggi mengingat ada banyak sekali jurusan yang ditawarkan di sekolah tinggi.
G. Kerangka Pikir Permasalahan Siswa
Komunikasi Verbal
Penerimaan, Keaslian, Empati
Peranan Guru BK
Konsep dri
Masalah Terpecahkan
Komunikasi Nonverbal
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Skema diatas menjelaskan mengenai siswa sekolah menengah atas yang dalam proses pembentukan konsep dirinya banyak terhambat berbagai permasalahan yang melibatkan aspek pribadi-sosial, aspek belajar dan juga aspek karirnya. Guru Bimbingan Konseling sebagai pendamping kematangan emosional bagi para siswa menjalankan peranannya guna mengatasi berbagai permasalahan yang muncul. Dengan menggunakan komunikasi antarpersona, guru BK melakukan persuasi kepada siswa untuk menanamkan pemahaman sikap mandiri dalam iklim yang memberikan keleluasaan secukuonya bagi siswa. commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Guru BK memberikan sikap empati, penerimaan, serta kongruen yang dicerminkan dalam komunikasi verbal dan non verbal ketika komunikasi sedang berlangsung antara guru BK dengan murid yang sedang dilanda permasalahan.
Pesan
yang
disampaikan
dari
guru
BK
cenderung
mengasumsikan keberadaan siswa SMA yang memiliki moralitas luhur dalam merasakan apa yang benar dan salah bagi dirinya dalam semua situasi. Dengan menciptakan lingkungan interpersonal yang memfasilitasi aktualisasi diri, pertumbuhan serta sikap jujur pada ide dan konsep diri siswa itu sendiri maka akan sangat membantu mengikis berbagai permasalahan yang ada. H. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif yang peneliti sedang lakukan ini, maka definisi konseptual dan definisi operasional dimaksudkan sebagai suatu batasan konsep yang hendak diteliti agar penelitian ini menjadi lebih terarah. 1. Definisi Konseptual a. Peranan Guru Bimbingan Konseling Peranan atau role adalah cara-cara yang ditentukan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan jabatan (Newcomb dalam Reading, 1986:360). Peranan juga bisa diartikan serangkaian norma dan pengharapan yang melekat pada suatu kedudukan (Banton dalam Reading, 1986:360). Sehingga peranan guru bimbingan konseling commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan suatu cara-cara, norma dan pengharapan guru bimbingan konseling dalam menjalankan kewajiban profesinya. b. Penanganan Masalah Siswa Penanganan masalah siswa diartikan sebagai usaha kontinyu yang dilakukan seorang guru dalam mengidentifikasi permasalahan, memberikan solusi dan follow up terhadap siswa yang menghadapi permasalahan dan bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi siswa. 2. Definisi Operasional a. Peranan Guru Bimbingan Konseling -
Keadaan secara umum kondisi bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok
-
Posisi guru bimbingan konseling dalam struktur organisasi di SMA Negeri 1 Depok
-
Sistem kerja dan pembagian tugas guru bimbingan konseling dalam menjalankan kewajibannya
-
Kesan dan tanggapan siswa terhadap keberadaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok
-
Sejauh mana manfaat bimbingan dan konseling bagi siswa?
-
Apakah layanan bimbingan dan konseling banyak membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan siswa?
b. Penanganan Masalah Siswa -
commit to useryang dihadapi oleh siswa? Bagaimana penanganan masalah
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-
Permasalahan seperti apa yang sering dihadapi oleh siswa?
-
Bagaimana langkah-langkah layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok yang dilakukan dalam penanganan masalah?
-
Teknik konseling apa saja yang sering digunakan dalam penanganan masalah siswa?
-
Faktor-faktor pendukung apa saja yang dapat mempengaruhi wawancara?
-
Hambatan apa saja yang mempengaruhi wawancara saat kegiatan bimbingan konseling berlangsung?
-
Apa tanggapan siswa saat pelaksanaan kegiatan konseling?
-
Apa pula tanggapan siswa terhadap keberadaan layanan bimbingan konseling?
I. Metode Penelitian Pengertian metode penelitian terdiri dari dua kata metode dan penelitian. Metode berasal dari bahasa Greeka, Metha dan Hodos; Metha berarti melalui atau melewati sedangkan Hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode mempunyai arti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Karo-karo, 1979:3). Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan (Hadi, 1980:4). Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian adalah to user tujuan dalam menemukan dan suatu cara yang harus dilalui commit untuk mencapai
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengembangkan suatu ilmu pengetahuan. Secara singkat arti metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam hal ini metode penelitian memberikan arahan atau petunjuk yang harus ditempuh dalam mengadakan penelitian agar dapat tercapai hasil yang bersifat objektif. Metode dan juga rancangan penelitian sangat menentukan validnya hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian dengan maksud hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang terjadi di lapangan. Berbeda dengan metode yang lainnya, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan, tidak menguji hipotesis atau bahkan membuat suatu prediksi terhadap objek yang diteliti. Metode deskriptif kualitatif akan berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif, titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Penelitian deskriptif akan terus-menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak ditentukan sebelum penelitian namun baru akan muncul dalam penelitian. (Rakhmat, 1999:25). 1. Populasi dan Subjek Penelitian Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dalam suatu kerangka penelitian. Populasi adalah seluruh unit-unit yang darinya informan dipilih.
Jumlah populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Depok yang melakukan konselingcommit denganto user Guru Bimbingan Konseling selama
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kurun waktu 1 April 2011 sampai dengan 31 Mei 2011. Populasi penelitian ini adalah sejumlah 196 siswa. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini disebut informan, karena kedalaman data yang sekiranya informan miliki untuk kepentingan penelitian ini. Informan penelitian ini adalah semua guru BK serta siswa yang pernah melakukan proses komunikasi antarpersona dalam kegiatan konseling di SMA Negeri 1 Depok Kabupaten Sleman. Sedangkan teknik penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling untuk mendapatkan informasi akurat dari sumber yang bersangkutan secara langsung. Selanjutnya informan dari penelitian ini akan disebut sebagai informan kunci (key person) (Sutopo, 1992:34). Dalam hal ini informan penelitian adalah siswasiswa dan guru BK di SMA Negeri 1 Depok Sleman yang pernah melakukan proses bimbingan dan konseling. Informan dengan latar belakang sebagai Guru BK berjumlah 5 orang atau seluruh populasi Guru BK SMA Negeri 1 Depok. Sedangkan informan dari siswa berjumlah 11 orang informan yang diharapkan dapat mewakili informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan memerlukan suatu cara atau metode tertentu. Demikian pula dalam commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
skripsi ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara ialah salah satu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation) (Walgito, 1980:54). Sumber informasi (informan) pada penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam proses kegiatan konseling pada layanan bimbingan dan konseling SMA N I Depok yaitu guru BK selaku konselor dan siswa selaku konseli yang datang atas panggilan atau kesadaran sendiri. Dalam penelitian ini metode wawancara merupakan metode primer artinya satu-satunya alat pengumpul data yang sangat efektif (terlampir). b. Dokumentasi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diambil dari arsip dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh dengan metode ini segala informasi penunjang yang berguna bagi penelitian ini. c. Observasi Peneliti melakukan pengamatan secara langsung ketika proses konseling antara Guru BK SMA Negeri 1 Depok dengan murid SMA Negeri 1 Depok tengah berlangsung. Pengamatan dilakukan commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada aspek komunikasi verbal, non verbal maupun kondisi ketika konseling sedang berlangsung.
3. Validitas data Untuk mengembangkan validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi data yaitu suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data dari suatu sumber yang dicek dengan sumber yang lain sebagai pembanding terhadap data tersebut di luar data itu (Sutopo, 1992:79). Dalam hal ini penelitian dengan menggunakan teknik triangulasi dengan sumber yaitu dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan dengan suatu penelitian. Dengan demikian keberadaan data yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain, sehingga dianggap valid oleh karena itu perlu dilakukan reduksi agar data yang dianalisis benar-benar memiliki validitas yang tinggi. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Mills dan Huberman yaitu dengan model interaktif. Analisis interaktif ini terdiri dari komponen utama yaitu reduksi data; penyajian data dan penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai tiga “sumbu” kumparan itu, selama pengumpulan data, selanjutnya commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bergerak bolak-balik diantara kegiatan, reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitiannya. Dengan kata lain analisis data melalui model ini merupakan upaya yang berlanjut, berulang-ulang dan terus menerus (Mills & Huberman, 1992 : 16-20). Dengan metode ini dapat diketahui bagaimana peranan Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Depok dalam kaitannya dengan usahanya mengatasi permasalahan siswa. Gambar 1.2 Teknik Analisis Data B. Data Pengumpulan
Reduksi
Penyajian data
Penarikan Kesimpulan
(Sumber : Mills & Huberman, 1992 : 20)
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Identitas Sekolah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Depok Sleman, merupakan salah satu sekolah negeri yang mempunyai potensi dalam peningkatan sumber daya manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sekolah ini telah menjadi salah satu sekolah unggulan di kecamatan Depok. Lokasinya berada di lingkungan yang strategis, karena di sekitar lokasi penelitian terdapat TK sampai perguruan tinggi yang semuanya sangat mendukung terlaksananya proses belajar mengajar yang kondusif. Hal ini didukung juga oleh keadaan masyarakat sekitar yang mengkondisikan suasana belajar yang berpihak pada kepentingan belajar siswa. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Sekolah Kalurahan Kecamatan Kabupaten Propinsi Kode Pos Kode Area /Nomor Telepon Fax E-mail Website
: : : : : : : : : :
SMA Negeri 1 Depok Sleman Caturtunggal Depok Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 (0274) 485794 (0274) 485794
[email protected] www.smanegeri1depoksleman.sch.id 8. Sekolah dibuka Tahun : 1977 9. Terhitung Mulai Tanggal : 17 Januari 1977 10. Bentuk Sekolah dan Status : Biasa / Konvensional / Negeri 11. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan: Pagi (Sekolah Sendiri) 12. Tempat Pelaksanaan Sistem : Lembaga Pemerintah 13. S.K. Pertama Pendirian : Sekolah Baru a. Nama : SMA Negeri 2 Sleman b. Nomor / Tanggal, Bulan, Tahun : 0478 / O / 1977, Tgl. 25 Oktober commit to user 1977
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. S.K Terakhir Status Sekolah a. Nama b. Nomor / Tanggal, Bulan, Tahun 15. Nomor Statistk Sekolah a. Nama Sekolah Status b. Alamat Sekolah
: : : : : : :
Provinsi
:
Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Jalan Kode Pos Telpon/Fax E-mail/Website
: : : : : : :
Perubahan Nama SMA Negeri 1 Depok 225 / O / 1997, Tgl. 7 Maret 1997 304040214004 SMA NEGERI 1 DEPOK NEGERI BABARSARI, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SLEMAN DEPOK CATURTUNGGAL BABARSARI 55281 (0274) 485794
[email protected].
(Sumber : Arsip TU SMA NEGERI 1 Depok)
B. Sejarah Sekolah Dengan meningkatnya jumlah lulusan SMP di Kodya Yogyakarta, sedangkan daya tampung SMA sangat terbatas maka pemerintah dalam hal ini Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bermaksud membangun satu unit gedung baru SMA negeri di Kodya Yogyakarta dengan nama SMA 7 Yogyakarta. Tetapi karena sulitnya mendapatkan fasilitas tanah di kawasan kota Yogyakarta, kemudian rencana tersebut dialihkan ke luar Kodya Yogyakarta dan didapatkan lokasi yang ideal, yaitu di Babarsari, Desa Caturtunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, sesuai dengan rencana perluasan kota. Berdasarkan SK Mendikbud RI No. 0478/O/1977, sekolah yang di rencanakan commit tersebut ditetapkan dengan nama SMAto2user Sleman, Dengan adanya SK tersebut
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kakanwil Depdikbud Prop DI Yogyakarta menunjuk Kepala SMA 6 Yogyakarta untuk menjadi perintis SMA baru tersebut. Pimpinan SMA 6 Yogyakarta
pada
waktu
itu
dijabat
oleh
Drs
Boedihardjo.
Pada bulan Januari 1977 atau pada permulaan tahun ajaran 1977, SMA 2 Sleman mulai menerima pendaftaran siswa baru. Jumlah yang diterima pada saat itu hanya berjumlah 81 siswa. Jumlah ini cukup untuk memenuhi 2 kelas sesuai dengan jumlah ruang kelas yang tersedia pada waktu itu, yaitu di ruang selatan gedung induk SMA 6 Yogyakarta yang merupakan bekas gedung PGSLP yang telah direhabilitir BP3 SMA 6 Yogyakarta. Demi kelancaran pengelolaan pendidikan dan pengajaran, tahun ajaran 1977 SMA 2 Sleman masih bergabung dengan SMA 6 Yogyakarta. Ini berarti secara administratif dan edukatif masih di bawah satu pimpinan dengan SMA 6 Yogyakarta, yaitu Drs. Boedihardjo. Sesuai dengan penerapan kurikulum 1975, pada akhir Semester I tahun ajaran 1977 diadakan penjurusan dan terbentuk satu kelas IPS dan satu kelas IPA. Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 1977, yaitu Senin 17 Januari 1977 olah Kepala Sekolah ditetapkan sebagai Hari Jadi SMA 2 Sleman. Pada awal berdirinya SMA 2 Sleman mempunyai 7 orang Guru tetap dan 11 orang guru tidak tetap yang juga merupakan guru pada SMA 6 Yogyakarta, Sedangkan
karyawan
(tenaga)
Tata
Usaha
sebanyak
3
orang.
Berkat kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orangtua/wali murid berhasil dibentuk susunan pengurus BP3 SMA 2 Sleman periods 1977/1978 commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diketuai oleh Masri Al Rasyid. Untuk pertama kalinya BP3 telah menyurnbang sarana berupa meja kursi siswa. Pada bulan Dasember 1977 unit gedung baru SMA 2 Sleman telah selesai dibangun. Pada hari Kamis tgl. 5 Januari 1978 unit gedung baru beserta tanah seluas 6773 m2 dan meubelairnya, diserahkan dari Pimpinan Proyek (Bp. Drs. Sunardjo) kepada Drs. GBPH Poeger selaku Kakanwil Depdikbud Prop. DI Yogyakarta. Dengan demikian secara resmi SMA 2 Sleman telah mulai menempati unit gedung barunya di Babarsari, Yogyakarta.Gedung SMA 2 Sleman terdiri atas 5 unit gedung. 2 unit diantaranya gedung bertingkat (1 unit gedung untuk ruang kelas dan kantor, 1 unit lagi untuk ruang Kelas), 1 unit gedung ruang kelas tidak bertingkat, 1 unit gedung sarba guna, dan 1 unit gedung laboratorium.Berkat kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan BP3, pada bulan Nopember 1980 terjadi perluasan tanah di depan sekolah seluas 1200 m2 , sehingga luas tanah SMA 2 Sleman seluruhnya menjadi 7973 m2.
Tabel 2.1 Sejarah Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok Tanggal
Kepala Sekolah
Asal Sekolah
(1)
(2)
(3)
23 Januari
Drs. Boedihardjo
SMA 2 Sleman
1976
Pindah
Tanggal
Tugas Ke
Keluar
(4)
(5)
SMA Negeri 30 Juli 1981 Wates
Bp.Sudiyono
SMPP 10
PENSIUN 1 November
(sekarang SMA 8 Yogyakarta) 1 November
R.Moerdjito, BA
commit to user
4
Wakil kepala sementara
1991
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1991 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
5 Desember
Drs. CH. Singgih Waluyo
SMA 1 Karangmojo
SMA 1
1 Januari
Gunungkidul
Prambanan
1995
1991 4 Mei 1994
Drs. Ilham
SMA 1 Karangmojo SMU 5 Kota 1 Desember Gunungkidul
7 Maret 1997 9 Agustus
Yogyakarta
1999
Nama SMA 2 Slaman berubah nama menjadi SMU 1 Depok Riswiyanto Mp, S.Pd.
SMU 1 Sedayu Bantul
1999
Pensiun
1 Maret 2011
Dra. Sri Mardiningsih
1 Maret 2011
(PLH Kepala SMA
SMA NEGERI 1
28 April
NEGERI 1 Depok Sleman)
Depok Sleman
2011
Drs.H.Tri Sugiharto
SMA NEGERI 1
SERTIJAB
(Plt Kepsek SMA NEGERI
Kalasan
KEPSEK
1 Depok Sleman)
(Sumber : Arsip TU SMA Negeri 1 Depok) C. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Depok 1. Visi dan Misi Sekolah a. Visi Sekolah “ Berprestasi Tinggi Berkepribadian dan Kreatif” b. Misi Sekolah 1. Melaksanakan kurikulum KTSP yang efektif 2. Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien 3. Melaksanakan pembinaan iman dan taqwa warga sekolah 4. Mengembangkan manajemen kelembagaan berdasarkan MPMBS 5. Membina minat dan kreatifitas siswa 2. Tujuan Sekolah a. Meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik melalui pencapaian nilai ujian akhir dan terkuasainya semua kemampuan dasar serta prestasi di bidang-bidang lain (keagamaan, kesenian, olah raga, Karya Ilmiah Remaja) b. Mengembangkan kedisiplinan dari seluruh komponen sekolah (stakeholders) untuk membentuk kepribadian yang tangguh dan kokoh sebagai dasar dalam setiap aktivitas serta sebagai aset sekolah. c. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran Agama. d. Meningkatkan prestasi dibidang olimpiade sains dan KIR. e. Meningkatkan prestasi siswa dibidang olahraga dan mengembangkan jiwa sportifitas. f. Memberikan bekal ketrampilan siswa untuk hidup mandiri commit to kepada user menimbulkan jiwa kewirausahaan. 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemanfaatan teknologi informatika khususnya komputer, mengakses internet dan pemograman komputer. h. Meningkatkan prestasi siswa dibidang kesenian dan olah raga. i. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan bahasa Inggris secara aktif. (Sumber : Arsip TU SMA Negeri 1 Depok)
D. Struktur Organisasi Organisasi personalia penempatan personel SMA Negeri 1 Depok adalah sebagai berikut : 1. Kepala Sekolah : Drs. H. Maskur 2. Wakil Kepala Sekolah a. Bidang Kurikulum : Dra. Magda Indria Dewi D b. Bidang Kesiswaan : Drs. Tri Nardono c. Bidang Humas : Irsyad Riyadi, S.Pd. d. Bidang Sarana dan Prasarana : Djoko Marsono, S.Pd. e. Koordinator Bimbingan dan Konseling : Drs Joko Wuryono f. Koordinator UKS : Dra. Wahyu Srinurjati 3. Wali Kelas a. Kelas X A : Priyanta Ari, S.Pd. b. Kelas X B : Barbara Elena N, S.Pd. c. Kelas X C : Etty Surastuty, S.Pd. d. Kelas X D : Drs. MM Nunung S, M.Pd. e. Kelas X E : Drs Agus Sartono f. Kelas X F : Dra Sri Mardiningsih g. Kelas XI IPA 1 : Sukma Ridarwati, S.Pd. h. Kelas XI IPA 2 : Drs. Suwanta, M.Si. i. Kelas XI IPA 3 : Dra. Ch. Rini Widayati j. Kelas XI IPS I : Dra. Maria Yanik Rismanti k. Kelas XI IPS 2 : Sri Suryanti, S.Pd. l. Kelas XI IPS 3 : Dra. Hj Laksmi Widihati m. Kelas XII IPA 1 : Dra. Dyah Saraswati, S.Pd. n. Kelas XII IPA 2 : Siti Martiningsih, S.Pd. o. Kelas XII IPA 3 : Dra. Sigit Sri Hartini p. Kelas XII IPA 1 : Widanarti Rumsari, S.Pd. q. Kelas XII IPS 2 : Sigit Eko Susanto, S.Pd. r. Kelas XII IPS 3 : Noor Isnaeni, S.Pd. (Sumber : Arsip TU SMA Negeri 1 Depok) commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Sarana-Prasarana Tabel 2.2 Sarana-prasarana SMA Negeri 1 Depok Jml Luas (m2)
No.
Nama Bangunan/Ruang
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1.
R. Kepala Sekolah
1
24
Cukup Baik
2.
R. Guru
2
126
Kurang memadai / Luas
3.
R. Tata Usaha
1
33
Cukup Baik
4.
R. Kelas Belajar Teori
18
1098
Kekurangan 4 Ruang
5.
R. Laboratorium IPA
3
188
6.
R. Laboratorium Bahasa
1
99
Cukup Memadai
7.
R. Perpustakaan
1
70
Tidak memadai
8.
R.Bimbingan & Konseling
1
45
Memadai
9.
R. Ketrampilan Komputer
1
72
Memadai
10.
R. OSIS
1
30
Tidak memadai
11.
R. Ibadah/Masjid
1
45
Memadai
12.
R. Kantin
2
72
Tidak memadai
13.
R. Koperasi
1
24
Tidak memadai
14.
R. Aula
1
153
Cukup Baik
15.
R. Piket
1
10
Cukup Baik
16.
Tempat Parkir Kendaraan
3
388
Tidak memadai
17.
Kamar Mandi/WC
15
52
Kekurangan
18.
Lapangan Olahraga
2
300
memadai
19.
R. Komite Sekolah
1
48
Kurang memadai
20.
R. Agama Non Islam
2
72
Tidak memadai
21.
R/Gardu Satpam
1
20
Cukup
22.
Pagar Keliling Permanen
1
7973
Cukup Baik
23.
R. Penjaga Sekolah
1
20
Kurang layak
24.
R. Gudang
1
45
Memadai
25.
Lap. Olah Raga Basket
1
140
Kurang
26.
Lap. Olah Raga Volly
1
40
Kurang
27.
Lapangan Upacara
1
125
Cukup
28.
Ruang AVA
commit 0 to user 0
7
Keterangan
Lab. Fisika, Kimia, Biologi (cukup Memadai)
Belum ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
29.
Ruang Pertemuan
0
0
Belum ada
30.
Ruang Diskusi
0
0
Belum ada
31.
Ruang Keterampilan
0
0
Belum ada
32.
Ruang Lab. IPS
1
88
( Mapel Ekonomi dan Sosiologi) Ckup Memadai
(Sumber : Arsip TU SMA Negeri 1 Depok)
F. Keadaan Guru dan Tenaga Teknis Kependidikan Tabel 2.3 Tabel Guru dan tenaga teknis Jumlah No.
Mata Pelajaran (MP)
Kesesuaian dengan Latar- Keterangan belakang pendidikan
Personil Per-MP
Sesuai (match)
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Pendidikan Agama a. Islam
3
V
b. Katholik
1
V
c. Kristen
2
V
d. Budha
1
V
e. Hindu
1
V
2
Kewarganegaraan
2
V
3
Bahasa dan Sastra Ind.
3
V
4
Bahasa Inggris
4
V
5
Bahasa Jawa
3
V
6
Bahasa Perancis
1
V
7
Matematika
4
V
8
Fisika
5
V
9
Biologi
3
V
10
Kimia
3
V
11
Sejarah
2
V
12
Geografi
2
V
13
Sosiologi
commit 2 to user V
8
Tenaga Rangkap
Tidak esuai (5)
Mengajar MP (6)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1)
(2)
(3)
(4)
14
Antropologi
0
-
15
Ekonomi
2
V
16
Akuntansi
1
V
17
Kesenian
1
V
18
TIK
2
V
19
Pendidikan Jasmani
2
V
20
Laboran
-
-
21
Pustakawan/wati
1
V
22
Bimbingan Konseling
5
V
JUMLAH
57
57
(5)
(6)
STATUS KEPEGAWAIAN No.
IJAZAH TERTINGGI Guru/Tenaga Tetap
Guru/Tenaga Tidak Tetap
1
S3/S2
2
0
2
S1
49
7
3
D3
0
2
4
D2/D1/SLTA
7
8
5
SD / SMP
2
1
JUMLAH
60
18
TOTAL
78
(Sumber : Arsip TU SMA Negeri 1 Depok)
G. FUNGSI DAN PENGELOLA SEKOLAH Adapun tugas personalia organisasi sekolah antara lain : 1. Tugas Kepala Sekolah adalah : a. Sebagai edukator b. Sebagai manajer c. Sebagai administrator tunggal (sekolah) d. Sebagai supervisor e. Sebagai pemimpin
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Sebagai inovator g. Sebagai motivator h. Sebagai perencana i. Sebagai koordinator j. Sebagai kontroling k. Sebagai organising 2. Tugas Wakil Kepala Sekolah adalah : a. Meakili kepala sekolah apabila kepala sekolah berhalangan b. Melaksanakan tugas yang diberikan kepala sekolah kepadanya 3. Tugas pengajaran adalah membantu kepala sekolah dalam hal administrasi sekolah agar lancar dalam memberikan laporan kepada orang tua murid . Tugas pengajaran yang lain adalah : a. Menyusun kegiatan kurikuler serta ekstrakurikuler b. Membantu kegiatan supervisi kapada guru-guru penyusun program in service training c. Membantu usaha pengembangan pengajaran d. Mengatur dan menangani pembagian tugas tenaga edukatif 4. Tugas pengarahan atau pembinaan siswa adalah : a. Membina kegiatan siswa b. Membantu guru dan staf lainnya dalam membina pribadi siswa agar tercapai perkembangan dan penyesuaian siswa yang optimal c. Memberi pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS 5. Tugas urusan administrasi adalah : commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Membantu mengurus kegiatan ketatusahaan yang bersifat umum maupun khusus b. Membantu kepala sekolah dalam hal mengurus kegiatan keuangan dan materiil c. Membantu mengurusi inventarisasi sekolah d. Membantu mengurus kegiatan pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana
pendidikan
seperti
buku,
perlengkapan,
perpustakaan, perlengkapan olah raga dan lain-lain. 6. Tugas wali kelas adalah : a. Mengumpulkan data dari setiap siswa dalam kelas b. Melaksanakan interview (wawancara) dan mencatat hal-hal yang penting untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan c. Mengadakan pendekatan kepada para siswa d. Berusaha menciptakan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa tenang, merasa tenteram untuk kegairahan belajar siswa e. Menyusun organisasi kelas f. Menyusun segala sesuatu yang berhubungan dengan buku rapor dan kenaikan kelas. H. LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMA Negeri 1 DEPOK 1. Landasan bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok SMA Negeri 1 Depok sebagai salah satu satuan pendidikan setingkat sekolah menengah lanjutan tidak hanya memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi (aspek kognitif) namun juga memberikan commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fasilitas perkembangan perilaku peserta didik (siswa) secara optimal karena perkembangan perilaku tersebut tidak lepas dari pengaruh lingkungan, fisik, psikis maupun sosial. Dan berkaitan dengan tugas memfasilitasi perkembangan perilaku siswa ini merupakan salah satu ranah tanggung jawab guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok. Program layanan bimbingan konseling yang diimplementasikan di SMA Negeri 1 Depok adalah bimbingan dan konseling komprehensif. Lima premis dasar yang menegaskan program bimbingan dan konseling komprehensif ini adalah : 1. Tujuan bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan. 2. Program bimbingan dan konseling bersifat pengembangan (based on developmental approach). 3. Program bimbingan dan konseling melibatkan kolaborasi antar staf (team-building approach). 4. Program bimbingan dan konseling dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis sejak dari perencanaan, desain, implementasi, evaluasi dan keberlanjutan. 5. Program bimbingan dan konseling ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh. (Sumber : Arsip BK SMA Negeri 1 Depok) 2. Visi dan misi bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok Sehubungan dengan landasan bimbingan dan koseling di atas, maka diperlukan program bimbingan konseling yang mewadahi seluruh kegiatan kegiatan bimbingan konseling yang akan diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional umumnya dan tercapainya visi dan misi SMA Negeri 1 Depok khususnya. Lebih lanjut visi misi SMA Negeri 1 Depok tersebut commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditransformasikan ke dalam visi misi bimbingan konseling SMA Negeri 1 Depok. Visi misi bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok adalah Visi : Visi pelayanan bimbingan dan konseling adalah terwujudnya kehidupan sehari-hari siswa sebagai pelajar dan remaja yang normatif, dinamis dan konstruktif melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam perkembangannya dan pengentasan masalahmasalah agar siswa tumbuh, berdaya, unggul, mandiri dan optimal dalam perkembangan sesuai minat dan potensi keterbakatan serta spektrum kecerdasan yang dimilikinya. Misi : 1. Misi pendidikan, artinya bahwa layanan bimbingan dan konseling berupaya mendukung pengembangan diri siswa melalui pembentukan perilaku efektif, normatif, dan cerdas dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan. 2. Misi pengembangan, artinya bahwa layanan bimbingan dan konseling berupaya mendukung pengembangan potensi dan kompetensi siswa di dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. 3. Misi pengentasan masalah, yaitu bahwa layanan bimbingan dan konseling berupayan memfasilitasi pengentasan masalahmasalah siswa mengacu pada prinsip hidup yang berbahagia, efektif, normatif dan cerdas. (Sumber : Arsip BK SMA Negeri 1 Depok)
3. Bidang pengembangan bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok Bidang pengembangan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok
dibagi
dalam
tiga
bidang
yaitu
bidang
pengembangan
akademik/belajar (academic development), bidang pengembangan karir (career development), dan bidang pengembangan pribadi-sosial (personalsocial development). commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadisosial konseling adalah : - Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. - Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. - Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut. - Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis. - Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain - Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat - Bersikap respek terhadap orang, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. - Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya. - Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia. - Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. - Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah : - Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya. - Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. - Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. - Memiliki ketrampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti ketrampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. - Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugastugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. - Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karir adalah : - Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan. - Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir. - Memiliki sifat positifterhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama. - Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau ketrampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya di masa depan. - Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosio-psikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. - Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosialekonomi. - Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut. - Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuandan minat yang dimilikinya. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut. - Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir. (Sumber : Arsip BK SMA Negeri 1 Depok)
4. Sistem manajemen bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok Sebagaimana di SMA Negeri yang lain, di SMA Negeri 1 Depok ini pun kegiatan belajar mengajar berlangsung pada pagi hari yaitu pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB, kecuali untuk hari commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumat yang berakhir pada pukul 11.45 WIB. Dan untuk berlangsungnya kegiatan bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok ini, telah disediakan ruangan tersendiri agar proses bimbingan konseling lebih leluasa. Ruangan bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok berada tersendiri di lantai dua yang letaknya lumayan strategis karena berada di tengah sekolah dan dekat dengan kelas manapun. Di dalam ruangan bimbingan konseling terdapat ruang kerja kepala BK, guru pembimbing, ruang bimbingan dan konseling, data-data tentang keadaan siswa dan informasi yang dibutuhkan siswa, terdapat program kerja, struktur organisasi bimbingan konseling. Sedangkan di luar ruangan bimbingan konseling terdapat kotak permasalahan, papan bimbingan dan papan informasi. Personil utama pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok adalah konselor (koordinator BK dan guru BK) dan staf administrasi bimbingan dan konseling. Sedangkan personil pendukung pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait dalam pendidikan (kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf administrasi). Masing-masing personil tersebut saling berkoordinasi dalam kaitannya terselenggara layanan bimbingan dan konseling yang terpadu dan kinerja yang efektif. Koordinator bimbingan dan konseling adalah salah satu personil guru bimbingan dan konseling juga yang lebih spesifik bertugas : a. Mengkoordinasi para guru bimbingan dan konseling commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap warga sekolah (peserta didik, guru dan personil sekolah), orang tua peserta didik, dan masyarakat. c. Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program pelayanan dan kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan, dan tahunan) d. Melaksanakan program bimbingan dan konseling. e. Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling. f. Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling. g. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling. h. Memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penelitian bimbingan dan konseling. i. Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhinya tenaga, prasarana dan sarana, alat dan perlengkapan bimbingan dan konseling. j. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah. k. Berpartsipasi aktif dalam kegiatan pengawasan oleh pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling. (Sumber : Arsip BK SMA Negeri 1 Depok) Sedangkan guru bimbingan dan konseling (konselor) di SMA Negeri 1 Depok merupakan pelaksana utama, tenaga inti dan ahli atau tenaga profesional berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling, antara lain bertugas : a. Melakukan studi kelayakan dan needs assesment. b. Merencanakan program bimbingan dan konseling untuk satuan waktu tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program harian/mingguan, bulanan, dan tahunan. c. Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling. d. Menilai proses dan hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling. e. Menganalisis hasil penilaian bimbingan dan konseling. f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling. g. Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling. h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada commit to user koordinator bimbingan dan konseling serta kepala sekolah.
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Mempersiapkan diri,menerima, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling. j. Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak-pihak yang terkait dalam pelaksaan program bimbingan dan konseling. (Sumber : Arsip BK SMA Negeri 1 Depok) Bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok berjalan dengan baik karena didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten berjumlah 5 orang guru BK. Mereka adalah : a.
Drs. R. Joko Wuryono sebagai koordinator BK.
b.
Dra. Eko Rini Purbowati.
c.
Dra. Wahyu Srinurjati.
d.
Eko Yuliyanto, S.Pd.
e.
Nuri Yuharyati, S.Pd.
Setiap guru pembimbing kurang lebih mengampu sebanyak 5 kelas dan membimbing kurang lebih 120 siswa, dengan pembagian yang ditentukan oleh koordinator BK. Program layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok menganut asas 17+ yang meliputi : 1. Orientasi 2. Informasi 3. Penempatan/penyaluran 4. Bimbingan pembelajaran 5. Konseling individu 6. Konseling kelompok 7. Bimbingan kelompok 8. Aplikasi instrumentasi 9. Himpunan data 10. Konfrensi kasus 11. Kunjungan rumah atau home visit 12. Alih tangan kasus atau referal commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1 Layanan BK asas 17+
Bidang
Pribadi
Sosial
Belajar
Karier
Keluarga
Agama
Jenis Layanan
Mediasi
Konseling perorangan
Orientasi
Informasi
Penempatan & Penyaluran
Penguasaan Kontentaan
Bimbingan Kelompok
Kegiatan Pendukung
Aplikasi instrumen
Kunjungan rumah
Alih tangan kasus
Konferensi kasus
Himpunan data
Politik
Lapangan
Format Pelayanan
Individu
Kelompok
Klasikal
Bimbingan dan Konseling
(Sumber : Arsip BK SMA Negeri 1 Depok)
commit to user
19
Konseling Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pengambilan data dari penelitian ini diperoleh dari proses penggalian informasi yang dilakukan terhadap para informan dengan cara wawancara mendalam, melihat dokumen-dokumen, arsip dan kepustakaan beserta observasi. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan. Mengingat proses komunikasi antarpersona adalah suatu proses saling mempengaruhi dengan arus yang timbal balik bukan saja salah satu pihak yang memberikan arus balik kepada pihak lainnya tetapi dengan penyesuaian oleh masing-masing pihak terhadap arus balik pertama yang berakibat
pada
penyampaian-penyampaian
lambang,
maka
penulis
menghindari terpusatnya perolehan informasi hanya dari salah satu pihak yang terlibat dalam kegiatan konseling. Melihat arus balik dari satu sisi saja berarti hanya akan terlihat kepentingan dari salah satu pihak. Akibatnya komunikasi berjalan satu arah padahal setiap komunikasi selalu terdapat hubungan yang saling mempengaruhi yang dapat menimbulkan efek tertentu. Oleh karena itu dalam penelitian ini informan dipilih dari kedua belah pihak yang terlibat dalam kegiatan konseling itu sendiri yaitu konselor dan konseli baik yang datang atas kesadaran sendiri maupun panggilan pihak sekolah. Konselor dan konseli bertindak sebagai komunikator 1 dan commit to user komunikator 2 ataupun sebaliknya. Mereka adalah komunikator sekaligus juga 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikan sehingga tidak ada istilah seseorang menjadi komunikator sedangkan yang lainya menjadi komunikan. Perbedaan komunikator 1 dan komunikator 2 hanya terletak pada kesempatan yang dimiliki kedua belah pihak untuk melangsungkan komunikasi pertama kali. Penulis memutuskan untuk memilih konseli dan konselor sebagai informan. Konseli yang ditetapkan sebagai informan adalah mereka yang bersedia mengemukakan gagasan, pikiran dan perasaan berkaitan dengan konseling yang yang dilakukannya. A. Data Informan Tabel 3.1 Nama-nama informan dari konselor No
Nama
Umur
Pembimbing (1) 1
Status
Tanggung Jawab Kelas
Kepegawaiaan
(2)
(3)
(4)
(7)
(6)
Drs. R. Joko
52
Pegawai Negeri
Koordinator
XC, XI IPA 1, XII IPA 3, XII
Guru BK
IPS 2
Guru
XE, XI IPS1, XII IPS 3, XD
Wuryono 2.
Tugas
Dra. Eko Rini
41
Pegawai Negeri
Purbowati
Pembimbing SMA Negeri 1 Depok
3.
Dra.
Wahyu
42
Pegawai Negeri
Srinurjati
Guru
XF, XI IPS 2, XII IPS 3, XI IPA2
Pembimbing SMA Negeri 1 Depok
4.
Eko Yulianto,
37
Pegawai Negeri
S.Pd
Guru
XB, XI IPS3, XII IPS1, XI IPA2
Pembimbing SMA Negeri 1 Depok
5.
Nuri Yuharyati,
36
Pegawai Negeri
Guru
commit to userPembimbing
2
XA, XI IPS 4, XII IPA 1, XD
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
S.Pd
SMA Negeri 1 Depok
Sumber: Arsip BK SMA Negeri 1 Depok
Tabel 3.2 Nama-nama informan dari konseli No
Nama Siswa Kelas
(1) 1.
(2) Dasanta
Umur
(3) Kelas
(4)
Jenis Kelamin (5)
XI 16 tahun
Laki-laki
XI 16 tahun
Perempuan
IPS2 2.
Firda
Kelas IPS4
3.
Ina
Kelas X B
15 tahun
Perempuan
4.
Santi
XI IPS1
15 tahun
Perempuan
5.
Adit
6.
dan Kelas XII 17 tahun
Bimo
IPA1
Tere
Kelas
XI 16 tahun
Laki-laki
Perempuan
IPS1 7.
Bimo
Kelas XII 17 tahun
Laki-laki
IPA1 8.
Adit Ervanto Kelas
XI 16 tahun
Laki-laki
XI 16 tahun
Laki-laki
IPA I 9.
Iyax
Kelas
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IPS III (1) 10.
(2) Ipin
(3) Kelas
(4)
(5)
XI 16 tahun
Laki-laki
XI 17 tahun
Laki-laki
IPA I 11.
Onggo
Kelas IPS II
Sumber: Data diolah B. Deskripsi Kasus / Permasalahan Konseling berlangsung karena adanya suatu kasus pada diri seorang siswa / konseli yang dianggap perlu diselesaikan. Dalam bimbingan dan konseling pemakaian kata ‘kasus’ tidak menjurus kepada pengertian tentang soal-soal / perkara yang berkaitan dengan urusan perdata / kriminal, urusan hukum ataupun polisi atau urusan yang bersangkut paut dengan pihak-pihak yang berwajib. Kata ‘kasus’ yang dipakai dalam bimbingan dan konseling sekedar untuk menunjukan bahwa “ada sesuatu permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan untuk diri yang bersangkutan” (Prayitno, 1999:49). Kasus yang penulis temui selama penelitian di layanan Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Depok selama periode April – Mei 2011 secara umum berkaitan dengan penyesuaian diri di sekolah bagi yang kelas X (kelas I), Sedangkan kasus lain hanya berkisar pada permasalahan nilai yang jelek dan penjurusan. Hal ini berkaitan commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan mulai penjurusan pada kelas XI (kelas II) dan bukan lagi pada kelas XII (kelas III). Berikut permasalahan yang dialami informan: Tabel 3.3 Permasalahan yang dihadapi Informan No
Nama Siswa
Kelas
Umur
Kasus/permasalahan
(1) (2)
(3)
(4)
(5)
1.
Kelas
16 Tahun
Sehari-hari ia tergolong anak yang ceria.Ia
Dasanta
XI IPS2
kadang-kadang berkunjung ke ruang Bimbingan dan Konseling karena memenuhi panggilan guru BK. Biasanya karena guru BK mendapat laporan nilai yang jelek pada suatu mata pelajaran atau ketika mid semester dan pembagian rapor. Ia juga terkadang dipanggil guru BK berkaitan dengan kenakalannya pada tata tertib yang berlaku namun bukan merupakan permasalahan besar, hanya pelanggaran aturan seperti keterlambatan ataupun kerapian. Sedangkan untuk curhat dan konsultasi masalah yang ia rasakan, ia juga datang ke BK untuk membicarakannya. Permasalahan yang ia
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsultasikan adalah ketakutan tidak naik kelas dan permasalahan jurusan. (1) (2)
(3)
(4)
(5)
2.
Kelas
16 Tahun
Firda adalah salah satu siswa bimbingan
Firda
XI IPS4
Ibu Nuri, ia ke BK karena disarankan untuk melakukan konseling berkaitan dengan permasalahan jurusan. Ia berkonsultasi karena hendak penjurusan IPA dan IPS, ada keinginan agar masuk kelas IPA namun karena permasalahan nilai maka ia banyak berkonsultasi dengan guru BK baik di ruangan BK ataupun di luar ruangan.
3.
Ina
Kelas X 15 Tahun B
Ina justru tipikal anak yang sangat mendukung kinerja guru BK agar kaku dan menjalankan fungsinya layaknya polisi sekolah. Dia ingin agar guru BK menegakkan semua aturan secara kaku dan tegas. Permasalahan yang dihadapi Ina berkaitan dengan keterlambatan, dan pemilihan jurusan serta konsultasi ketika
commit to user nilainya jelek. Sedangkan permasalahan
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pribadi jarang dibicarakan dengan guru BK karena ia lebih nyaman membicarakan dengan teman ataupun dengan orang tua. (1) (2)
(3)
4.
XI IPS1 15 Tahun
Santi
(4)
(5) Permasalahan penjurusan menjadi topik utama bimbingan siswa ini karena ia menyadari penjurusan yang dilakukan di SMA akan berpengaruh pada pemilihan jurusan di perguruan tinggi nantinya. Namun tidak terbatas di situ saja, ia sering menceritakan permasalahan pribadinya termasuk permasalahan pacaran. Ketika permasalahan tidak bisa ia hadapi sendiri ia menceritakannya pada temannya, dan bila belum berhasil maka ia datang pada guru BK untuk mencari solusi.
(1) (2)
(3)
(4)
(5)
5.
Kelas
17 Tahun
Permasalahan tawuran adalah salah satu
Adit
XII
penyebab ia kemudian banyak bertemu
IPA1 dan ngobrol dengan guru BK. Ia adalah anak kelas XII yang terlibat tawuran, commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
namun karena bimbingan dari guru BK maka hal tersebut tidak sampai berakibat fatal dan mengganggu kelancaran studinya di SMA. Justru karena terlibat tawuran dan sering melakukan konseling maka ia justru kemudian dekat dengan guru BK sehingga banyak hal yang sering ia konsultasikan termasuk masalah pribadi yang ia alami seperti ketika menjalani hubungan dengan lawan jenis (pacaran) 6.
Tere
Kelas
16 Tahun
XI IPS1
Ia adalah tipikal siswa yang pasif, sehingga untuk melakukan konseling ia termasuk siswa yang jarang membicarakan permasalahannya dengan guru BK. Konseling dengan guru BK hanya sebatas permasalahan penjurusan saja dan pengecekan rutin setiap tahun yang diadakan guru BK. Namun ia tidak asing dengan guru BK karena sering ngobrol di luar ruangan BK tentang keberlangsungan studinya dan permasalahan sosialisasi dengan teman
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebaya. (1) (2)
(3)
(4)
(5)
7.
Kelas
17 tahun
Ia sering datang ke BK karena
Bimo
XII
mendapatkan pantauan dari BK karena
IPA1 pernah terlibat tawuran dan sering membolos pelajaran. Namun karena sudah kelas XII dan mendekati kelulusan maka ia sudah tidak pernah tawuran dan membolos lagi. Ia termasuk tipe siswa aktif dan sering membicarakan masalah pribadinya untuk dikonsultasikan dengan guru BK 8.
Adit Ervanto
Kelas
16 tahun
XI IPA
Adit adalah salah murid yang merupakan tanggungjawab Bp Joko Wuryono karena
I merupakan salah satu murid kelas XI IPA I. Dia adalah murid yang aktif ikut berorganisasi, salah satunya adalah OSIS dan BBHC (organisasi pecinta alam) sehingga termasuk siswa yang dikenali oleh para guru. Meski begitu ada saja kebiasaan yang kurang baik yang commit to user membuat Adit harus berhadapan dengan
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
guru BK, salah satunya adalah kebiasaan merokok. Sadar akan kesalahannya tidak membuat Adit membenci guru BK namun setelah melakukan konseling ia justru memahami seperti apa guru BK itu. (1) (2)
(3)
(4)
(5)
9.
Kelas
16 tahun
Iyax merupakan tipe anak yang hiperaktif,
Iyax
XI IPS
kegiatan belajarnya di sekolahan banyak
III yang diwarnai dengan bercanda dan membuat keributan-keributan kecil yang terkadang menjengkelkan guru mata pelajarannya. Meskipun hiperaktif namun Iyax mampu dekat dengan guru BK sehingga banyak permasalahan yang sering didiskusikan kan dengan guru BK. 10. Ipin
Kelas
16 tahun
XI IPA
Ipin adalah murid kelas XI IPA I yang berdasarkan info dari guru BK adalah
I termasuk murid yang cerdas, namun dia harus mendapatkan poin dari guru BK karena permasalahan kerapian. Keberadaan guru BK sangat disadari commit to user banyak membantu permasalahan yang
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dialami Ipin. Dia seringkali mengkonselingkan permasalahan pribadi seperti hubungan dengan lawan jenis dan juga memanfaatkan waktu luang ketika istirahat untuk sekedar mengobrol dengan guru BK. (1) (2)
(3)
(4)
(5)
11. Onggo
Kelas
17 tahun
Onggo menyadari ketika pernah dijauhi
XI IPS
teman-temannya karena perbedaan usia
II ketika masuk kelas X, namun dengan arahan dari guru BK hal tersebut dapat teratasi dengan baik. Lebih jauh lagi, murid pendiam ini bahkan semakin dekat dengan guru BK karena merasa puas dengan solusi yang ditawarkan guru BK ketika ada permasalahan. Sumber: Data diolah
C. Peranan Guru BK di SMA Negeri 1 Depok Kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling melibatkan interaksi antara guru pembimbing/konselor dan siswa/konseli. Pola interaksi yang terdapat dalam kegiatan layanan dan bimbingan konseling lebih bersifat dinamis. commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehingga peranan guru BK di SMA Negeri 1 Depok dapat diartikan sebagai suatu pengaplikasian cara-cara, norma dan pengharapan guru bimbingan konseling dalam menjalankan kewajiban profesinya. Di sini seorang guru bimbingan konseling dalam kaitannya dengan komunikasi antarpersona menjadikan dirinya sebagai komunikator yang lebih dominan. Dalam artian keberadaan, kapasitas dan kapabilitas yang melekat dalam diri komunikator (guru BK) menjadikannya sebagai pihak yang cenderung lebih banyak berpengaruh dalam proses komunikasi antarpersona dalam kegiatan konseling. Dengan kata lain, Guru BK dominan dalam mengarahkan dan membimbing namun bukan berarti menggurui dan mengeksploitasi murid untuk melakukan, merubah ataupun mengendalikan siswa (konseli). Seorang siswa sebagai konseli yang kemudian memutuskan mendatangi ruangan BK untuk menjelaskan permasalahannya dan melakukan konseling biasanya didorong oleh adanya perasaan tidak berdaya, tidak kuasa, dan tidak berkemampuan untuk membuat putusan-putusan atau untuk mengarahkan hidupnya secara efektif. Guru BK berusaha membimbing siswa agar bisa bersikap normatif, dinamis dan konstruktif melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam perkembangannya dan pengentasan masalah-masalah mereka. Hal ini tidak lain adalah agar siswa tumbuh, berdaya, unggul, mandiri dan optimal dalam perkembangan sesuai minat dan potensi keterbakatan serta spektrum kecerdasan yang dimilikinya. commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sejalan dengan hal di atas, visi misi BK di SMA Negeri 1 Depok yang diwujudkan dalam bentuk komitmen para guru BK juga mengarah pada pencapaian yang sama. Bapak Joko Wuryono : ...Untuk komitmen sendiri, kita berusaha melayani semua siswa dengan tanpa pandang siapa mereka sehingga mereka (siswa) merasa terlayani dengan baik, dan kebutuhan mereka terlayani sehingga bisa bersekolah dengan optimal, bisa mengembangkan bakat mereka sesuai dengan kemampuannya, sehingga pada akhirnya si anak tersebut bisa bertanggungjawab terhadap masa depannya...
Bapak Eko Yulianto menambahkan : ...Apa yang diterapkan di SMA Negeri 1 Depok itu adalah kita ingin melayani siswa, membantu siswa mengatasi permasalahan sehingga siswa bisa mandiri, dengan kemandirian yang ada di sekolah ini, dia sukses belajarnya, simpel sebenarnya. Dia sukses belajar di SMA ini kemudian, setelah lulus dari sini bisa mandiri dan sukses...
Di sisi lain kesan yang selama ini terbangun di kalangan sekolah menengah adalah guru BK yang dianggap sebagai polisi sekolah/polisi siswa. Kesan yang tertanam di benak para siswa ini juga telah dirubah di kalangan siswa SMA Negeri 1 Depok dengan menanamkan pemahaman bahwa guru BK memang harus bersikap tegas dalam artian dalam penegakan aturan yang berlaku namun juga bisa sebagai sahabat, orangtua dan sebagai pihak yang mengerti akan permasalahan siswa. Bapak Eko Yulianto : ...Saya berusaha menghindari itu, berusaha menghindari posisi sebagai eee polisi sekolah dalam arti saya tidak ingin ranah hukum itu masuk ke pendidikan. Tidak cocok. Karena konsep dasar kan tidak sesuai, hukum kok masuk dalam area pendidikan... Tetapi dalam suatu langkah commit to user adalah penegakan tata tertib... pendidikan yang perlu di garis bawahi
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Firda menambahkan : ...Kalo kesannya sama guru BK di SMA ini sangat senang, senangnya karena enak banget, bisa menerima, bisa curhat, pokoknya enak….enak kok, bener di sini enak...
Adit dan Bimo : ...Bisa berkomunikasi dengan muridnya, mengayomi, tapi terkadang agak beda kalo ada Kepala Sekolah gitu Mas, hehehe…apalagi kalo pas njaga ujian hehehe…
Ipin : ...Bisa ngobrol sama muridnya nyantai, beda sama sekolah laen kan biasanya pada takut kalo udah bersangkutan sama BK tapi kalo di sini BK nggak cuman tempetnya anak yang bermasalah tok. Semuanya juga disarankan ke sini kalo ada permasalahan...
Peran seorang konselor dalam hal ini Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Depok untuk mewujudkan cita-cita siswa guna menjadi orang yang bertanggungjawab atas hidupnya berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan konseli “berbuat sesuatu”. Guru BK menjadikan diri dan posisinya (sebagai guru) sebagai alat untuk mengubah. Sehingga peranannya adalah menciptakan atau membangun suatu iklim konseling yang menunjang pertumbuhan konseli. Iklim yang kondusif ini akan membuat konseli (siswa) mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari, dilanggar ataupun didistorsinya dengan melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan perilaku ideal. Siswa akan to lebih user terbuka terhadap kemungkinanmenjadi kurang defensif dancommit menjadi
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemungkinan yang ada dalam dirinya maupun dalam kehidupannya. Hal ini bisa diwujudkan melalui perhatian yang tulus, respek, penerimaan, dan pengertian dari konselor.
D. Teknik Konseling di SMA Negeri 1 Depok Untuk menangani kasus, guru pembimbing menggunakan teknik konseling sedangkan jenis teknik konseling ada tiga teknik yaitu: 1. Teknik yang langsung / direktif 2. Teknik yang tidak langsung / non direktif 3. Teknik eklektik Mengenai teknik dalam menangani siswa para guru BK di SMA Negeri 1 Depok sepakat untuk tidak menetukan teknik tertentu melainkan lebih bersifat responsif yang bisa menggunakan teknik direktif, non direktif ataupun juga teknik eklektik. Namun yang sebenarnya lebih diprioritaskan adalah teknik konseling non direktif/teknik yang tidak langsung. Dimana teknik ini mengedepankan client-centered counseling atau pemecahan masalah yang berpusat pada konseli (siswa). Dalam teknik ini konseli menduduki tempat utama dan sentral, dengan bantuan pembimbing/konselor konseli didorong untuk memecahkan masalahnya sendiri. Bapak Eko Yulianto menyebutkan : ...Apa yang diterapkan di SMA 1 Depok itu adalah kita ingin melayani siswa…membantu siswa mengatasi permasalahan sehingga siswa bisa mandiri… commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian Bapak Eko Yulianto juga menambahkan : ...Dari konseli sudah bisa mandiri terhadap permasalahan yang dihadapinya artinya konseli harus bisa mengambil keputusan sendiri dalam permasalahan yang mereka hadapi sendiri, kalau nggak bisa ya kita kasih kailnya jadi mereka menemukan sendiri dengan cara lain dengan berdasarkan apa yang kita sampaikan... Namun secara aplikatif di lapangan, guru BK juga menggunakan teknik direktif dan juga teknik eklektik sebagai gabungan antara dua teknik tersebut. Hal ini kaitannya dengan kondisi psikis tiap anak didik/siswa sebagai konseli yang berbeda-beda. Ibu Nuri Yuharyati menuturkan : ...Sedangkan teknik-teknik yang digunakan biasanya kita dengan cara mengungkap biar dia (konseli) mau terbuka itu yang dengan dipancing dulu dengan eee diberi contoh permasalahan yang pernah dihadapi...
E. Pelaksanaan Konseling di SMA Negeri 1 Depok Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok telah terprogram, sehingga guru pembimbing sering mengadakan wawancara/ konseling terhadap siswa, tanpa memandang apakah siswa tersebut bermasalah atau tidak. Program
bimbingan dan konseling
dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis sejak dari perencanaan, desain, implementasi, evaluasi dan keberlanjutan. Dirumuskan suatu program tahunan, bulanan serta mingguan/harian yang kemudian diterapkan di lapangan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Program
tahunan
yang
beberapa
tahun
terakhir
ini
sering
diselenggarakan oleh guru BK SMA Negeri 1 Depok dengan sasaran siswa commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baru kelas X adalah program pembinaan pribadi di lokasi di luar sekolahan selama 2 hari. Program ini bertujuan untuk mengetahui karakter siswa baru sehingga memudahkan para guru dalam memberikan bimbingan dan sebagai usaha preventif agar siswa baru tidak gampang terpengaruh serta mengurangi pelanggaran aturan. Bapak Joko Wuryono menyebutkan : ...Kita punya konsep setiap tahunnya anak-anak kelas I (kelas X) diberi pembinaan pribadi. Kita bimbing dalam waktu sehari kita tunjukkan hal-hal yang positif lalu kita tunjukkan. “Seandainya kalian melanggar aturan yang ada tentunya akan ada efek-efek negatifnya.” Ini anak-anak kita berikan pembekalan dengan harapan anak-anak kebal terhadap gangguan dari sekitarnya. Ibu Eko Rini Purbowati menambahkan : ...Karena di awal kelas X itu sudah di tanamkan yang namanya pembinaan pribadi, kita mengkondisikan guru BK itu seperti apa to yang sebenernya. Jadi pelan-pelan mereka bisa menganggap kita tu seperti temennya... Sedangkan untuk program bulanan, dan juga program harian telah dirumuskan dengan target yang telah disepakati para guru BK sebelumnya. Biasanya pelaksanaannya pada hari dan jam kosong jika guru mata pelajaran tidak masuk kelas atau tidak ada tugas lain dari sekolah, maka wawancara atau konseling dapat dilaksanakan. Hal ini bertujuan: 1. Mengetahui apakah siswa tersebut punya masalah atau tidak. 2. Sebagai antisipasi timbulnya masalah pada siswa. 3. Untuk menyelesaikan masalah/ kasus bagi siswa yang bermasalah. Adapun untuk melaksanakan konseling di SMA Negeri 1 Depok, untuk commit to user semua kasus baik yang ringan maupun yang berat serta berbagai latar 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belakang kasus siswa yang beda-beda hanya melalui tiga tahap yaitu: pertama tahap persiapan, tahap konseling dan tahap penutup sebagai tindak lanjut (follow up). 1. Tahap persiapan / awal konseling Pada tahap ini guru pembimbing membuat rencana terlebih dahulu seperti menentukan hari, tanggal dan jam pelaksanaan serta pokok permasalahan yang dihadapi oleh siswa (khususnya bagi siswa yang bermasalah). Sedangkan bagi siswa yang tidak bermasalah dalam wawancaranya cukup sebentar, hanya sebagai ceking atau bagi yang bermasalah pelaksanaannya seperti tersebut diatas yaitu direncanakan terlebih dahulu. Namun tidak menutup kemungkinan tanpa suatu rencana atau tanpa melalui wawancara, ada siswa yang bermasalah secara langsung contohnya; ada siswa yang berkelahi waktu jam istirahat, secara langsung guru pembimbing mengadakan penyelesaian terhadap masalah tersebut. Penanganan semacam ini yang sering disebut sebagai penanganan responsif. Bp Eko Yulianto menyampaikan : ...Layanan yang responsif ini kita tidak tentukan sebelumnya dalam arti mau apa dan bagaimana masalahnya, karena apa yang terjadi itu sering ditemui di lapangan...
2. Tahap konseling Dalam pelaksanaan konseling guru BK di SMA Negeri 1 Depok, banyak menggunakan teknik konseling non direktif karena demi mendidik user bertanggung jawab dan belajar kemandirian siswa/konselicommit untuk tobelajar
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuat keputusan sendiri. Teknik ini dipilih sejauh pilihan dan solusi yang digagas oleh konseli sama dengan maksud konselor. Namun dalam prakteknya di lapangan penggunaan teknik eklektik yang merupakan gabungan dari teknik direktif dan non direktif juga sering dipergunakan, yang terpenting adalah masalah yang dihadapi konseli dapat diselesaikan dengan baik. Jika dalam proses konseling ada hal yang dirasa oleh guru BK perlu tindak lanjut maka guru BK berkoordinasi dengan koordinator BK guna menentukan langkah selanjutnya. Bisa dengan cross check pada teman siswa, mengadakan kunjungan rumah, atau sekedar menjalin hubungan dengan orang tua siswa yang bersangkutan. Hal ini untuk mengetahui lebih dalam masalah yang dihadapi oleh siswa. Akan tetapi jika dalam proses konseling tidak ada kenjanggalan, maka guru pembimbing belum perlu bertemu dengan orang tua. Hanya cukup diselesaikan antara siswa dengan guru BK. 3. Tahap ketiga yaitu penutup sebagai tindak lanjut atau follow up Dalam tahap ini merupakan tahap akhir dalam proses konseling yaitu siswa melaksanakan suatu keputusan yang diambil dalam proses konseling, dan
untuk lebih efektif guru
BK selalu memantau
perkembangan siswa setelah konseling, apakah siswa melaksanakan keputusan tersebut secara konsekuen atau belum, dan jika ternyata belum sepenuhnya, maka sebagai guru BK akan mengingatkan. commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dilihat dari tugasnya, guru BK di SMA Negeri 1 Depok cukup berat, namun tetap bisa melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dengan baik dan konsisten. Sesuai dengan data yang ada guru Bimbingan dan Konseling hanya 5 orang, untuk membimbing siswa sejumlah 624 siswa, seperti tabel di bawah ini: Tabel 3.4 Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2011/2012 No
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
XA
14
22
36
2
XB
14
20
34
3
XC
14
22
36
4
XD
13
22
35
5
XE
13
23
36
6
XF
13
23
36
7
XI IPA.1
6
27
33
8
XI IPA.2
7
26
33
9
XI IPS.1
8
23
31
10
XI IPS.2
17
17
34
11
XI IPS.3
17
19
36
12
XI IPS.4
18
17
35
13
XII IPA.1
15
19
34
14
XII IPA.2
12
23
35
15
XII IPA.3
15
20
35
16
XII IPS.1
14
22
36
17
XII IPS.2
13
22
35
18
XII IPS.3
17
17
34
(Sumber: Arsip TU SMA Negeri 1 Depok)
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian masing-masing guru Bimbingan dan Konseling mempunyai tugas membimbing siswa minimal 125 siswa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.5. Pembagian Tugas Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2011/2012 No Nama Guru BK
Tanggungan Kelas
Jumlah Siswa
(1) (2)
(3)
(4)
1
Drs. R. Joko Wuryono
XC, XI IPA 1,
139
XII IPA 3, XII IPS 2
2
Dra. Eko Rini Purbowati
XE, XI IPS1, XII
136
IPS 3, XD
3
Dra. Wahyu Srinurjati
XF, XI IPS 2,
115
XII IPA2, XI IPA2
4
Eko Yulianto, S.Pd
XB, XI IPS3, XII
118
IPS1, XII IPA2
5
Nuri Yuharyati, S.Pd
XA, XI IPS 4,
116
XII IPA 1, XII IPA2
(Sumber: Arsip BK SMA Negeri 1 Depok) Tugas guru pembimbing secara garis besar ada dua tugas yaitu tugas layanan bimbingan di dalam kelas (masuk kelas) setiap minggu satu jam pelajaran atau ketika jam kosong, dan tugas layanan bimbingan di luar kelas yaitu melaksanakan serangkaian program bimbingan dan konseling. Seperti pelaksanaan konseling/wawancara, kunjungan rumah jika diperlukan, commit to user konseling lapangan, konseling melalui telepon atau sms, piket keliling dan
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
piket sore. Selain itu guru BK juga melakukan koordinasi dengan berbagai pihak (guru, kepala sekolah, wakakesiswaan, wali kelas dan orang tua), serta mencatat siswa yang melakukan pelanggaran dalam buku pribadi siswa seta melayani guru/wali kelas yang ingin mengetahui perkembangan siswa nya. Adapun tugas guru pembimbing masuk kelas di SMA Negeri 1 Depok dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.6 Program harian bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Depok Waktu Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
07.00-
Bimbingan
Waktu Fleksibel
Bimbingan
Waktu fleksibel
Waktu
UPACARA
07.45
kelas
kelas
07.45-
Bimbingan
Bimbingan
08.30
kelas
kelas
08.30-
Bimbingan
Perencanaan
Perencanaan
Konseling
Perencanaan
Waktu
09.15
kelas
Individual
Individual
individual
Individual
fleksibel
09.00-
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
Waktu
09.45
Individual
Individual
Individual
Individual
Individual
fleksibel
09.45-
Perencanaan
Konsultasi
Konseling
Perencanaan
Konsultasi
Rapat
10.30
Individual
individual
Individual
10.30-
Waktu fleksibel
Konseling
Waktu fleksibel
Bimbingan
Rapat
Waktu fleksibel
11.15
Waktu Fleksibel
Konseling
fleksibel
Waktu fleksibel
individual
individual
Waktu fleksibel
kelompok
11.15-
Konseling
Konseling
Bimbingan
Bimbingan
Bimbingan
Konseling
12.00
individual
individual
kelompok
teman sebaya
kelompok
individual
12.00-
Konseling
Konseling
Bimbingan
Bimbingan
Konseling
12.45
individual
individual
kelompok
teman sebaya
individual
12.45-
Konseling
Seminar dan
Konsultasi
Konseling
konsultasi
13.30
kelompok
workshop
kelompok
commit(Sumber: to user Arsip BK SMA Negeri 1 Depok)
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Proses Komunikasi Antarpersona dalam Kegiatan Konseling di SMA Negeri 1 Depok Dalam rangka pelayanan bimbingan dalam konseling terjadi interaksi antara konselor dan konseli, interaksi itu bersifat manusiawi. Interaksi manusiawi itu berlandaskan komunikasi antar sesama manusia yang merupakan komunikasi antarpersona yang bercorak membantu dan dibantu. Komunikasi
antarpersona
ini
mengedepankan
sisi
persuasif
atau
mempengaruhi pihak konseli agar melakukan atau merubah suatu hal ke arah yang lebih baik. Bila konselor dan konseli saling bertemu dan berwawancara dalam konseling untuk membicarakan suatu masalah maka berlangsunglah komunikasi antarpersona yang merupakan bentuk tingkah laku seseorang baik yang verbal maupun non verbal. Konselor banyak berfungsi sebagai cermin sehingga konseli dapat memahami permasalahan atas apa yang ditangkapnya dari cermin tersebut. 1. Komunikasi Verbal dalam Konseling Konseling secara verbal merupakan tanggapan-tangagapan verbal yang diberikan oleh konselor yang merupakan perwujudan konkret dari maksud, pikiran dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor untuk membantu konseli (Winkel, 1999:316). Konseling
sebagaimana
lazimnya
bentuk
proses
komunikasi
antarpersona lainya mengalami tahapan-tahapan tertentu. Tahap-tahap dalam konseling antara lain: commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Awal Permulaan Konseling 1). Initiating (Memulai) Tahap ini merupakan usaha-usaha yang sangat awal yang kita lakukan dalam percakapan. Kita menyebut hal ini sebagai komunikasi fatik (phatic communication). Komunikasi fatik dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai “Saya Oke-Kamu Oke”. Komunikasi ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan (Rakhmat, 2001:13). Komunikasi yang dilaksanakan dalam konseling dilakukan secara
hati-hati
dan
konvensional.
Tujuannya
adalah
untuk
mengadakan kontak dan menyatakan minat. Tahap komunikasi ini berkaitan dengan persepsi dan kesan pertama. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan keadaan konseli sebelum diadakannya konseling. Hal ini berhubungan erat dengan motivasi konseli itu sendiri, apakah konseli datang dengan kemauan sendiri ataukah karena panggilan dari guru BK. Apabila motivasi melakukan komunikasi berasal dari kemauan konseli maka proses konseling akan lebih mudah, begitu juga sebaliknya. Ibu Eko Rini Purbowati menyebutkan : commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
...Kalau di sekolah ini alhamdulillah banyak yang sebaliknya malah, mereka datang kemari untuk menceritakan masalahnya, bahkan sampai pada masalah yang sangat pribadi itu mereka juga bercerita pada kita, “Bu kalau saya, mungkin ketemu secara langsung saya malu, boleh nggak Bu saya sharring tapi lewat sms, gimana Bu?”. Jadi sarana konseling tidak secara langsung pun bisa terjadi kapan saja, setiap waktu, Mas...
Apabila konseli datang atas kemauan sendiri biasanya ia dapat dengan mudah memulai hubungannya dengan konselor. Selain itu sedikit banyak ia telah menyadari adanya permasalahan dalam dirinya dan berharap dapat memperbaiki diri. Tetapi bila ia datang bukan atas kemauannya
sendiri
maka
konselor
sangat
berperan
dalam
menciptakan situasi komunikatif yang baik. Motivasi kedatangan konseli biasanya juga berpengaruh pada pendekatan yang dijalankan konselor. Ibu Wahyu Srinurjati mengemukakan pandangannya : Ibu Wahyu Srinurjati : ... Berdua aja kita (guru BK dengan konseli) ngobrol-ngobrol, kan kalo kita nggak boleh langsung nanya gitu biar dia cerita sendiri mengungkapkan permasalahannya bagaimana... Motivasi yang mendasari para konseli untuk melakukan konseling berbeda-beda. Misalnya sekedar berbagi perasaan (motif psikologis), mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapi. commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ibu Eko Rini Purbowati : ... Guru-guru di sini banyak mas yang share sama kita, kadang gini Mas, “Bu Rini kok saya pusing ya?” Padahal itu merupakan masalah psikis terus menjadi fisik gitu lho. Sakitnya fisik itu karena psikis Mas, makanya perlu sharring, cerita sama kita...Kadang dari ngobrol bisa menemukan jalan keluarnya Mas, ada juga yang sekedar ingin didengarkan... Ina dan Dasanta menuturkan motivasi yang berbeda atas kedatangannya ke layanan Bimbingan dan Konseling sekolah. Ina : ...Nggak sih Mas, selama aku masih bisa menyelesaikan permasalahanku sendiri, atau kalau bisa cerita sama temen atau orang tua ya udah Mas. Kalau nggak perlu diomongin ya nggak aku omongin juga Mas... Dasanta : …Pas sosialisasi kenaikan kelas itu Mas, saya itu kan orangnya di sini nakal, kalo Saya nggak naek kelas kan pindah, takutnya klo nggak naek kan nggak berkembang nakal-nakal terus Mas, jadi saya tanya-tanya sama guru BK kiat-kiat biar naek kelas... 2). Rapport (Menciptakan hubungan yang hangat) Bapak Eko Yulianto konseling
yang
menjelaskan bahwa sebelum diadakan
mendalam,
seorang
konselor
harus
mampu
menciptakan rapport atau hubungan yang hangat. Berikut penjelasan Bapak Eko Yulianto : …Jadi sebelum diadakan proses konseling lebih lanjut, kita perlu membangun hubungan yang hangat agar lebih leluasa mengungkapkan permasalahannya apa adanya dengan baik… commit to user Ibu Nuri Yuharyati menambahkan : 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
…“Kamu kalau di rumah ada orang tuamu, kalau di sini ya ibuk bapak guru itu yang jadi orang tuamu”...
Makin baik hubungan antarpersona makin terbuka orang yang mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan (Rakhmat, 2001:120). Keberhasilan konselor pada awal pertemuan suatu konseling mewarnai seluruh proses konseling. Terciptanya keakraban dan terutama rasa saling mempercayai sudah harus terwujud pada tahap awal ini. Sebagaimana diungkapkan Bapak Eko Yulianto : …Intinya adalah terjalin komunikasi itu, yang penting ya itu komunikasi itu terjalin. Kalau misalkan di lapangan sudah terjalin komunikasi, ketika di ruang BK juga terjalin maka mengamati gampang... ...Nah pendekatan yang kita lakukan memang lebih ke arah pendidikan kita berusaha merangkul siswa, mendampingi siswa, suka deket dengan siswa ternyata ada efeknya, jadinya guruguru BK di sini deket dengan siswa. Nah begitu guru-guru BK di sini deket dengan siswa maka Insya Allah siswa tidak canggung lagi untuk mendekati guru BK...
Sikap percaya mendasari konseli untuk mau menceritakan atau sekedar share mengenai permasalahannya. Biasanya siswa akan bercerita tentang permasalahan pribadinya dengan teman sebayanya atau keluarganya. Hal ini karena didasarkan terciptanya kondisi homophily diantara mereka, yaitu keadaan dimana terdapat kesamaan derajat sosial-psikologis pasangan yang saling berinteraksi. Seperti to user sosial dan tingkat pendidikan. usia, jenis kelamin, commit pemahaman
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan antara konseli (siswa) dengan konselor (guru BK) terdapat jarak secara sosial-psikologis atau mereka telah berada pada keadaan heterophily. Sedangkan untuk bisa menyamakan derajat perbedaan tersebut diperlukan empati dari salah satu pihak yag berinteraksi. Faktor
empati
sangat
mempengaruhi
terciptanya
hubungan
antarpersona. Bapak Eko Yulianto membeberkan : …Empati dapat diartikan kemampuan guru Bk untuk...ee memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain atau ikut merasakan apa yang tengah dialami oleh para siswa yang datang kepada kita atau yang...eee menghadapi suatu masalah. Ketika empati tersebut telah dapat dirasakan oleh siswa, maka proses konseling akan efektif... Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Dalam empati kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain; kita ikut secara emosional
dan
intelektual
dalam
pengalaman
orang
lain,
membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan berempati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakan (Rakhmat, 2001:132). Ibu Nuri Yuharyati menyampaikan : …Teknik-teknik yang digunakan biasanya kita dengan cara mengungkap biar dia (konseli) mau terbuka itu yang dengan dipancing dulu dengan diberi contoh permasalahan yang pernah dihadapi. Setiap orang kan punya masalah, jadi dia nanti akan terbuka sendiri... Sapaan juga dapat mempengaruhi hubungan antarpersona. commit to user Penggunaan panggilan “mbak”, “mas”, “nak” atau sapaan lainnya yang 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara kultural maupun etika sosial menunjukan penghargaan dari seorang konselor akan berdampak psikologis pada konselinya. Konseli akan merasa bahwa dirinya dianggap dewasa, dianggap sebagai teman atau dianggap sebagai anak sendiri. Sehingga konseli akan merasa lebih dihargai serta dari sisi cara berkomunikasi sendiri akan menambah kepercayaan diri konseli karena merasa jarak antara dirinya dengan konselor berkurang sehingga konseli tidak merasa canggung lagi walaupun ia menyadari adanya “kekuasaan” yang lebih besar pada konselor sebagai pihak pemberi bantuan. Ibu Nuri Yuharyati menyampaikan : …Saya panggil Nak gitu karena biar terkesan kayak anak saya sendiri. Banyak yang telp pas saya di rumah gitu, alhamdulillah meskipun bukan saya yang bimbing tapi kadang-kadang anakanak menghubungi saya mau cerita sesuatu...
b. Pengembangan Konseling Pada tahap ini konseli mengutarakan masalah atau persoalan yang dihadapi. Konselor mendengarkan sambil menunjukan pemahaman dan pengertian serta memantulkan perasaan dan pikiran yang diungkapkan konseli. Konselor dan konseli bersama-sama menggali latar belakang masalah antara lain: asal-usul permasalahan, unsur-unsur yang pokok dan tidak pokok, pihak-pihak siapa yang terlibat, perasaan dan pikiran konseli mengenai masalah yang dihadapi commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap ini mencakup analisis kasus yang menghasilkan fakta dan data yang harus diindahkan selama tahap berikutnya supaya persoalan dapat dituntaskan secara tuntas. Fase ini memerlukan waktu paling lama. Pengembangan konseling menekankan pada usaha untuk memelihara dan melanjutkan konseling. Beberapa hal yang harus sangat diperhatikan demi tercapainya tujuan konseling ketika fase ini sedang berlangsung adalah keselarasan atau kesejatian, perhatian positif tak bersyarat dan juga penekanan pada pengertian empatik yang akurat. Menurut Bapak Eko Yulianto tahap pengembangan konseling merupakan hal yang sangat penting dari konseling karena pada tahap ini pertukaran hasil pemikiran terjadi diantara konselor dan konseli untuk menemukan suatu hasil pemikiran bersama. Berikut penuturan Bapak Eko Yulianto : …Kita tidak saklek (kaku) seperti dalam teori. Mengkomunikasikan bagaimana yang kira-kira bisa masuk dalam anak ketika konseling sepanjang kita tetap ada kaidah atau tata aturan konseling yang baik. Sebetulnya inti, nanti kita ada yang namanya eksploratif, eksplorasi dari permasalahannya dengan berbagai macam teknik itu kita berusaha yakinkan mereka, kita jaga kerahasiannya dan selesai itu ada hal-hal yang memang secara aplikatif di lapangan itu muncul dari dalam guru BK yang memang dengan kapabilitasnya sudah lulus sarjana BK jadi muncul begitu saja sesuai dengan kondisionalnya apa... 1). Refleksi Pikiran dan Perasaan Refleksi pikiran dan perasaan adalah ungkapan konselor untuk menegaskan kembali apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konseli commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan mengutip atau mengulang perkataan yang disampaikan oleh konseli. Karena pada umumnya seorang konseli akan melihat seorang konselor sebagai seorang yang membuat ia merasa aman untuk mengungkapkan perasaannya sekaligus ia merasa didukung oleh konselor. Ibu Nuri Yuharyati menyampaikan yang berkaitan dengan refleksi pikiran dan perasaan : ...Misalkan kalau ada permasalahan tentang keluarga, nanti ditanya kayak, “Ibuk tiap hari kalau bekerja itu ee..pulang jam berapa?”, “ Ada waktu nggak untuk kamu?” . Lha nanti dia akan terbuka sendiri. Biasanya sedikit demi sedikit dia akan terbuka, kemudian ketika sudah tahu tentang keadaan keluarganya, “Mereka berkerja semua?” misalkan gitu, “Nggak ada waktu,” bahkan ada yang menangis juga ketika mereka terbuka...
Pengungkapan refleksi pikiran dan perasaan oleh konseli sebagaimana kasus yang dialami Onggo, berikut penuturan Onggo : …Ya lumayan membantu, mendisiplinkan siswa jadi siswa jadi teratur. Kalo kita ada masalah, guru Bk pasti berusaha ngebantu...
2). Klarifikasi Pikiran dan Perasaan Klarifikasi pikiran dan perasaan adalah cara seorang konselor untuk mengetahui apakah pendapat yang dipikirkan dan perasaan konseli sama halnya dengan pendapat serta perasaan konselor. Ungkapan perasaan konseli yang tertuang dalam kata-kata atau pun bentuk tingkah laku tertentu diungkapkan kembali oleh konselor. commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut penuturan Bapak Eko Yulianto : ...Kemudian kontrak (antara guru BK dengan konseli) yang ada bahwa Anda di sini mau apa? Saya di sini mau apa? Kemudian nanti kira-kira harapannya nanti apa? Tujuan yang akan dicapai nanti apa? Itu perlu kita rumuskan di awal-awal. Rumuskan secara definitif ataupun nggak tapi maknanya sama... Sebagaimana yang dituturkan oleh Adit ketika konselor mengklarifikasi pikiran dan perasaannya : …Maksudnya situasionalnya kan beda sama kita, kita nggak diwarahi yo ora mulai, wong tuwo sama wong enom kan beda pemikirannya. Mereka berusaha mendamaikan kan pemikiran wong tuwo, kita sebagai anak muda yo tetep bedo kan Mas...
3). Konfrontasi Konselor mengarahkan perhatian konseli atas beberapa hal yang menurut pandangan konselor tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh konseli, biasanya konseli belum menyadari ketidaksesuaiannya itu, maka konselor menyadarkannya dengan maksud agar konseli bersikap jujur atas dirinya sendiri. Hal ini seperti dikemukakan oleh Bapak Eko Yulianto : … Apapun masalahnya jujur, bahkan itu anak-anak yang suka gelut saja itu masih mau untuk tidak berbohong, kalau dia melakukan pemukulan maka dia katakan memukul, kalau nggak ya nggak, itu yang memang kita tanamkan, apapun masalahnya itu jujur... Pak Eko Yulianto selanjutnya juga menambahkan pendapatnya : ...Kita katakan demikian dan kita tidak bisa memberikan justifikasi bahwa, kamu pasti melakukan? Ya tidak bisa, maka kita berusaha untuk mengangkat agar kejujuran itu muncul... commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Terminasi Konseling Tahap terakhir dalam konseling ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memberikan kesimpulan terhadap hasil konseling secara keseluruhan. Berikut penjelasan dari Bapak Eko Yulianto : …Nah kemudian finishingnya ada summarynya, ada konklusinya kemudian di situ ada nanti next follow upnya nanti apa kemudian perlu nggak di tindak lanjuti waktu hari yang lain atau memang intinya nanti sudahkan dari konseli sudah bisa mandiri terhadap permasalahan yang dihadapinya... Ibu Wahyu Srinurjati menambahkan : ...Dengan wawancara panjang lebar gitu baru kita bisa melihat permasalahan dan itu nggak bisa sekali doank kan mas, itu kan sampai si anak merasa lega sampai dia merasa nggak ada permasalahan lagi...
Pada tahap terakhir dalam konseling atau terminasi ini biasanya konseli mengungkapkan kata-kata sebagai tanda akan kesadaran atas perilaku yang salah atau merasa telah terselesaikan permasalahannya. Sebagaimana diungkapkan Firda : ...Terus Bu Nuri ya nyaranin semuanya baik, mau IPA apa IPS ya nggak papa yang penting akunya yang menjalankan...
Sesuai dengan hasil kesimpulan tersebut, setidak-tidaknya ada beberapa kemungkinan kegiatan pokok yang dilakukan oleh guru pembimbing sebagai upaya tindak lanjut yaitu mengikutsertakan atau menempatkan siswa yang bersangkutan dalam jenis layanan tertentu dengan segera. Sebagaimana disebutkan oleh Ibu Eko Rini Purbowati : ...Kalau guru BK merasa permasalahannya berat maka kita perlu commitkasus to user mengadakan konfrensi dengan Kepala Sekolah...
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
...Kalau yang sifatnya permasalahan berat seperti perlu melakukan referal, atau pemindahan, atau mungkin siswa itu harus dipindahkan atau dikembalikan ke orang tua maka itu perlu sepengetahuan dan konsultasi dengan Kepala Sekolah... Hal senada diungkapkan Bapak Eko Yulianto : ...Jadi ada tindak lanjut dari apa yang mungkin ada dari proses masalah sebelumnya, komunikasi kan terjalin kontinyu dari waktu ke waktu...
2. Komunikasi Non Verbal dalam Konseling Dalam kegiatan konseling, perilaku non verbal yang diperlihatkan kedua belah pihak penting sekali untuk diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan konseling. Sering kali ini bisa menjadi petunjuk yang penting dalam kaitannya mengklarifikasi kelogisan suatu pernyataan. Beberapa perilaku non verbal berkaitan dengan pandangan mata, badan serta lingkungan yang berpengaruh terhadap komunikasi antara lain adalah: a.
Perilaku Komunikasi Non Verbal dengan Mempergunakan Badan Menurut Tubbs dan Moss isyarat-isyarat visual dapat melengkapi informasi yang dikirim melalui saluran-saluran lain dan dapat pula berdiri sendiri (Tubbs & Moss, 2000:127). Isyarat-isyarat visual dapat menentukan kelanjutan konseling ataupun menciptakan suatu kesan pada diri seorang konseli maupun konselor. Berikut penuturan Ibu Nuri Yuharyati : …Anak itu kurus dan lemes, jadi terus di tanyain akhirnya bercerita. Ada commit yang tokurang user bisa menyesuaikan dengan
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lingkungannya ada, sampai nggak masuk itu karena apa, setiap ditegur dia tidak masuk, ditegur tidak masuk... ...Bahasa tubuh itu sangat penting. Kalau anak duduknya, begini (nunjukin posisi duduk yang menjauh dari konselor) itu udah nggak mau diajak komunikasi, udah ubek (sibuk sendiri) aja itu juga udah nggak mau karena nggak nyaman...
Kajian peran kontak mata dalam komunikasi disebut okulesika (oculesics). Tubbs & Moss menyatakan bahwa meskipun wajah disebut pembohong non verbal utama, isyarat yang diberikan kontak mata tampaknya menunjukan banyak hal mengenai kepribadian (Tubbs & Moss, 2000: 132). Berikut penuturan bapak Eko Yulianto : …Bagi saya komunikasi non verbal sangat penting mas, bagi orang psikologi, orang yang berkutat di bidang psikologi itu termasuk hal yang utama untuk diobservasi. Dari mungkin tatapan matanya itu kita bisa tahu dia berbohong nggak …. Gerakan tangan aja, jari-jari itu bagi orang-orang yang berkutat di bidang psikologi jelas itu sangat-sangat utama untuk kita perhatikan...
b.
Perilaku Komunikasi Non Verbal dengan mempergunakan Lingkungan 1). Jarak / Proximity Manusia harus memperhatikan dan menjaga jarak (ruang) pribadi dengan manusia lainnya, karena jarak pribadi akan berpengaruh terhadap perilaku. Menurut Edward T. Hall (1966) seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa jarak antara commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individu dengan individu lainnya akan menentukan kualitas dan kuantitas rangsang yang bisa dipertukarkan. Tempat duduk antara konseli dan konselor dalam ruangan individual di layanan Bimbingan & Konseling SMA Negeri 1 Depok berjarak kurang lebih 60 cm. Ibu Nuri Yuharyati mengatakan: …dalam proses konseling jika anak bergeser mendekat dalam posisi duduknya, berarti konseli mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengadakan konseling…
Hall menggambarkan hubungan manusia berdasarkan empat jenis jarak intim, pribadi, sosial dan publik. Setiap zona jarak dibedakan lebih jauh lagi oleh bentuk dekat dan bentuk jauh; dalam hal ini muncul perilaku-perilaku yang berbeda – beda. Pengaturan jarak kursi pada ruang konseling individual layanan Bimbingan & Konseling SMA Negeri 1 Depok termasuk dalam kategori Jarak Pribadi / Personal Space (1,5 – 4 kaki). Pada jarak ini relasi dan aktivitas biasa dilakukan antara teman / kawan karib seperti halnya interaksi sehari-hari dengan kenalan, kolega dan sebagainya. 2). Posisi dalam ruang Menurut Tubbs & Moss, orientasi yaitu sudut badan seseorang
ketika
berinteraksi
dengan
orang
lain
akan
mencerminkan sifat hubungan commit to user diantara keduanya. Misalnya
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejumlah penelitian mengenai pola duduk orang Inggris dan Amerika Utara menunjukan bahwa orientasi sudut sembilan puluh derajat memudahkan percakapan, orientasi berhadapan cenderung mengarah pada perilaku bersaing dan orientasi duduk bersebelahan sering dianggap menunjukan kerjasama (Tubbs&Moss, 2000:124). Pengaturan tata letak meja dan kursi yang biasa digunakan proses konseling di ruangan BK semuanya berhadap-hadapan jadi antara konselor dengan konseli sama-sama bisa mengetahui ekspresi dan segala isyarat nonverbal dapat teramati secara jelas. Ibu Nuri Yuharyati menyatakan : …Saya biasanya duduk berhadapan dengan si anak jika mengadakan proses konseling, karena agar lebih jelas dalam melihat gerak-gerik si anak.
Sementara hal berbeda diungkapkan oleh Ibu Eko Rini Purbowati : ... jadi kita lebih fleksibel dalam menangani permasalahan siswa. Nggak harus duduk di kursi hadap-hadapan dalam melaksanakan konseling... 3). Keadaan ruang konseling Faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi konseling adalah keadaan lingkungan, atau tingkat kegaduhan. Menurut Bapak Eko Yulianto, dengan memilih lokasi yang sesuai konseling dapat meningkatkan proses konseling itu sendiri. commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bapak Eko Yulianto : …Di lapangan kita sering pake misalkan bahkan bisa jadi memang one-to-one communication yang dijalankan satu dengan satu lah… itu tapi justru efektif di lapangan, misalkan gini ketika di lapangan ada satu atau dua orang anak yang ada di bawah pohon kemudian kita datangi misalkan, maka itu bisa masuk sebagi suatu langkah konseling itu sendiri, jadi sangat….sangat santai sekali. Firda sebagai seorang konseli juga menuturkan hal serupa : ...Biasanya juga nggak cuma di dalam ruangan BK aja kok Mas ngobrolnya, tapi kalo ketemu di halaman atau di depan kelas juga kita tetep ngobrol...
Iyax menambahkan : ...Kalo yang diomongin masalah pribadi kalo bisa ya agak rahasia, kadang-kadang kalo mau ceritanya di ruangan Bk kan sering ada anak yang keluar masuk atau pas ada ibu guru yang lain jadinya sering malu kalo mau curhat. Makanya kalo pas lagi sepi atau pas lg di halaman malah sering ceritanya...
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1.
Peranan guru bimbingan dan konseling guna mengatasi permasalahan siswa di SMA Negeri 1 Depok diwujudkan dalam suatu kegiatan bimbingan dan konseling.
2.
Guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok mengoptimalkan komunikasi
antarpersona
karena
dianggap
paling
efektif
untuk
melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan masukan bagi para siswa. Sedangkan dalam proses konseling antara guru bimbingan dan konseling dengan siswa menggunakan komunikasi yang bersifat verbal dan juga nonverbal yang keduanya saling melengkapi. 3.
Peranan guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok didasarkan pada cara-cara keberadaannya
dan sikap-sikapnya, bukan pada
penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan konseli “berbuat sesuatu”. Guru BK menjadikan diri dan posisinya sebagai alat untuk mengubah, menciptakan atau membangun suatu iklim konseling yang
menunjang
pertumbuhan
konseli
yang
diperlukan
untuk
mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari, dilanggar ataupun didistorsinya dengan melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan perilaku ideal commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Kegiatan konseling di SMA Negeri 1
Depok dirangkum dalam 3
tahapan konseling yaitu, permulaan, pengembangan dan penutupan konseling (terminasi). Guru BK
berusaha merefleksikan isi dan
perasaan-perasaan, menjelasakan pesan-pesan, membantu para siswa untuk memeriksa sumber permasalahan sendiri, dan mendorong siswa untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. 5.
Siswa didorong untuk mengarahkan diri dan melakukan perubahan pribadi yang konstruktif. Perubahan pribadi timbul ketika Guru BK bisa membangun hubungan dengan siswa sebagai konselinya, suatu hubungan yang ditandai dengan kehangatan (rapport), penerimaan, dan pengertian empatik yang akurat. Ketiga hal mendasar tersebut di aktualisasikan dalam beberapa langkah yaitu refleksi, klarifikasi dan konfrontasi.
6.
Pada tahap akhir konseling, siswa bisa menjadi diri sendiri, karena tidak merasa dihakimi dan dievaluasi secara berlebihan sehingga siswa dapat memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri, karena merekalah yang memasang langkah dalam konseling.
B. SARAN 1.
Semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi para siswa sekolah menengah atas khususnya yang berkenaan dengan kemajuan teknologi sebaiknya diikuti juga dengan peningkatan skil guru bimbingan konseling. Semakin maraknya jejaring sosial seperti facebook, twitter, blog serta adanya berbagai layanan yang ditawarkan di dunia maya commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seringkali menimbulkan permasalahan baru yang selama ini kurang terdeteksi oleh para guru. Maka akan lebih baik apabila para guru bimbingan konseling khususnya mengembangkan kemampuan dengan mempergunakan fasilitas dunia maya sebagai suatu sarana mendeteksi permasalahan maupun sarana untuk menyelesaikan suatu permasalahan sebagai salah satu langkah konseling. 2.
Selain itu perlu dikembangkan pula suatu sistem pengajaran dengan konsep dasar pada pengajaran yang terpusat pada siswa (student-centered teaching) sebagai langkah ke depan pendidikan humanistik dalam kaitannya untuk mengatasi permalasahan siswa yang semakin beragam. Dengan asumsi dasar pada anugerah Tuhan berupa moralitas universal yang dimiliki oleh setiap orang maka hal ini bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.
commit to user
3