PEMBANGUNAN E K O N O M I D A N K E S E M P A T A N KERJA DI D A E R A H R I A U
Oleh : Prof. Dr. H. Harlen, S.E., M.M. PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU, 25 SEPTEMBER 2010
BismiUahirrohmanirrohim, Assalamu'alaikuin Warahmatullahi Wabarakatuh, Yang terhormat; /E Bapak Gubernur Riau beserta ibu JE Bapak Wakil Gubernur Riau beserta Ibu JE Bapak Walikota Pekanbaru beserta Ibu JE Bapak Wakil Walikota beserta Ibu JE Bapak Rektor selaku Ketua Senat dan Pembantu Rektor Universitas Riau JE Para Guru Besar dan Anggota Senat Universitas Riau JE Pimpinan Lembaga/Pusat/Unit di Lingkungan Universitas Riau JE Para Dekan dan Pembantu Dekan di Lingkungan Universitas Riau JE Para Dosen dan Segenap Civitas Akademika Universitas Riau JE Para Undangan, Ilmuan, sahabat dan handaitaulan serta keluarga yang saya muliakan. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pada pagi hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk hadir dalam Rapat Terbuka Senat Universitas Riau dalam rangka pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Ekonomi Sumber Daya Manusia pada Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Shalawat beriring salam senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta Keluarga dan para Sahabat. Dalam suasana yang penuh khidmat ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato Pengukuhan Guru Besar berjudul: "PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI DAERAH RIAU" 3
Hadirin yang saya muliakan I. PENDAHULUAN Tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan rill per kapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pembangunan dan potensi yang ada akan lebih terarah. Selain itu, strategi tersebut menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan kegiatan usaha di daerah yang bersangkutan. Lahimya UU No 22 tahun 1999 (direvisi menjadi UU No 32 tahun 2004) tentang pemerintahan membawa konsekuensi baru bagi perekonomian daerah. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah hams berusaha meningkatkan kemampuan untuk mendorong perekonomian daerahnya untuk berkembang Pemerintah daerah mau tidak mau harus berfikir keras dalam menentukan potensi daerahnya yang dapat menjadi andalan dalam meningkatkan perekonomian. Hal ini disebabkan pengembangan sektor potensial merupakan salah satu cara dalam percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Perkembangan sektor-sektor potensial diharapkan membawa dampak positif bagi perkembangan daerah. Dampak positif yang dimaksud antara lain perluasan kesempatan kerja. Provinsi Riau —dengan kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dan letak geografis yang strategis serta pengalaman dalam pembangunan yang lebih dinamis— telah menempatkan dirinya sebagai salah satu lokomotif pembangunan Indonesia bagian barat. Beberapa dekade terakhri ini, Provinsi Riau telah menjadi pusat perhatian dengan di gelamya berbagai event berslaka internasional dan nasional, baik kegiatan yang ditaja oleh pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi Riau sendiri. Kondisi ini tentu membawa 4
konsekuensi tersendiri bagi Provinsi Riau karena pertumbuhan angkatan kerja akan semakin tinggi dengan adanya migrasi tenaga kerja dari berbagai daerah sehingga tekanan pengangguran akan semakin pesat pula. Kondisi ini tercermin dari migrasi masuk ke Provinsi Riau yang semakin tinggi. Beranjak pada realitas di atas, pemerintah daerah digesa untuk merancang kebijakan pembangunan dan menetapkan target pembangunan. Kebijakan pembangunan itu harus mendukung: 1) peningkatan dan perluasan lapangan usaha yang menyerap kesempatan keja yang lebih besar; 2) memperkecil jumlah pengangguran. II. MASALAH KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN 2.1 Pertumbuhan Penduduk Penduduk Provinsi Riau terus menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. Pada tahun 1980 jumlah penduduk Riau tercatat sebanyak 1.743.340 orang kemudian pada tahun 1990 meningkat menjadi 2.714.280 orang atau meningkat rata-rata per tahun sebesar 5,69% selama kurun waktu 1980-1990. Di awal abad ke-21 yakni tahun 2000 penduduk Riau berjumlah 3.907.763 orang. Menurut Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Riau telah meningkat menjadi 5.543.031 orang atau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 4,18% selama periode 2000-2010.
5
Gambar 1: Perkembangan Penduduk Riau Tahun 1980-2010 6000
V
5000 4000 3000 2000 1000
1980
1990
2000
2010
Tingkat pertumbuhan penduduk Riau relatif tinggi, bahkan termasuk provinsi dengan tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi di Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk Riau, terutama pada periode 2009-2010 yaitu sebesar 3,59%, tergolong tinggi (Bappeda, 2010). Di samping disebabkan oleh meningkatnyajumlah migrasi masuk dan menurunnya angka kematian juga diduga meningkatnya angka kelahiran akibat lemahnya penanganan Keluarga Berencana. Melemahnya pelaksanaan KB ini yang bersumber beberapa hal (Goedadi, 2009:60) sebagai berikut: 1. Adanya euphoria reformasi sehingga semua yang berbau Orde Baru ditinggalkan 2. Adanya UU Otonomi Daerah No 22 tahun 1999, keluarga berencana tidak lagi termasuk lima instansi vertikal dan bukan pula merupakan institusi yang wajib dibentuk 3. Kelembagaan sangat lemah setelah urusan diserahkan ke kabupaten/kota. 4. Pembangunan sosial dasar, termasuk keluarga berencana, kurang mendapat perhatian dan lebih mementingkan pembangunan fisik. 6
Di kalangan para pakar pembangunan terdapat konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap suplai bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa dan sumberdaya manusia (Meier, 1995:h276-281). Pertama pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempersulit pilihan antara meningkatkan konsumsi saat ini dan investasi yang dibutuiikan untuk membuat konsumsi di masa mendatang. Rendahnya sumberdaya per kapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang pada gilirannya membuat investasi dalam "kualitas manusia" semakin sulit. Kedua di banyak negara, penduduknya masih amat tergantung dengan sektor pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan antara sumberdaya alam yang langka dan penduduk. Sebagian karena pertumbuhan penduduk memperlambat perpindahan penduduk dari sektor pertanian yang rendah produktivitasnya ke sektor pertanian dari modem dan pekerjaan modem lainnya. Ketiga pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial 2.2 Struktur Penduduk menurut Jenis Kelamin Stmktur penduduk Riau menumt umur pada tahun 1990 masih termasuk ke dalam stmktur penduduk umur muda. Hal ini ditandai dengan umur median penduduk masih berada di bawah usia 20 tahun yaitu sebesar 19,15 tahun. Umur median (median age) adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian, yang pertama lebih muda dan yang kedua lebih tua dari umur median. Pada stmktur umur muda ini, beban tanggungan (dependency ratio) penduduk yang terbesar juga berada pada kelompok muda (0-14 tahun) yaitu sebesar 33%. Sedangkan secara acak keseluruhan beban tanggungan (dependency ratio) penduduk pada tahun 1990 adalah sebesar 774. Maknanya dari 1000 penduduk usia produktif menanggung 774 orang yang berada pada usia yang tidak produktif. 7
Tabel 1 Dependency Ratio dan Umur Median Penduduk Riau berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1990, Tahun 2000, Supas 2005, Proyeksi 2009 Item Depedency ratio Umur Median (Median Age)
Sensus 1990 774
Sensus 2000 541
Supas 2005 548
Proyeksi (2009) 510
19,15
22,74
23,53
25
Sumber: diolah dari Tabel 2
Perkembangan stmktur penduduk menumt umur ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Distribusi Penduduk Daerah Riau menurut Umur Menurut Sensus Penduduk Tahun 1990, 2000, 2005, dan Proyeksi 2009 Umur 0^ 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Jumlah
Sensus 1990 Sensus 2000 Supas 2005 Proyeksi 2009 456.054 559,470 472,772 589,106 483,540 522,095 530,940 544,706 417,451 488,136 512,934 505,906 340,782 498,663 472,181 445,104 279,361 564,058 451,340 470,904 294,105 527,611 438,593 527,506 249,296 414,317 374,608 549,306 204,735 340,383 362,242 445,604 140,553 257,160 299,459 336,704 123,756 185,547 229,889 255,002 98,681 129,291 173,362 184,502 59,424 91,085 95,129 125,602 57,082 75,980 87,809 81,800 73,968 101,295 118,672 127,400 3,278,788 4,755,061 4,614,930 5,189,152
Sumber: BPS Provinsi Riau,2010
8
Telah terjadi pergeseran struktur umur penduduk Provinsi Riau. Pergeseran ini ditandai dengan semakin meningkatnyajumlah umur median penduduk Riau. Pada tahun 2000 meningkat sebesar 22,74. Kemudian pada tahun 2005 menjadi 23,65 bahkan pada tahun 2009 diperkirakan menjadi 25, maknanya umur median diatas 20 tahun struktur penduduk sudah masuk dalam kelompok umur intermediate. Pada kondisi struktur penduduk menurut umur ini memasuki kelompok umur intermediate. Berarti sebagai sinyal bahwa pertambahan penduduk terbesar terjadi pada usia produktif (15-64 tahun) sehingga beban tanggungan (dependency ratio) akan semakin kecil. Kondisi ini merupakan peluang besar untuk membangun karena ketersediaan SDM yang relatif besar digolongkan usia produktif. Posisi yang paling menguntungkan dilihat dari struktur umur penduduk ini untuk Indonesia diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030 dilihat grafik berikut: Gambar 2: Grafik Bonus Demografi dan Jendela Peluang
9
Bonus demografi adalah suatu fenomena struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan. Alasannya jumlah penduduk usia produktif (15 - 64 tahun) sangat besar jumlahnya. Maknanya, proporsi penduduk usia muda sudah semakin kecil sedangkan prosisi yang berusia lanjut belum begitu besar. Kondisi perkiraan struktur umur penduduk pada tahun 2030 tersebut dianggap sebagai bonus demografi atau sering juga disebut dengan istilah the window of opportunity (jendela peluang) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. The window of opportunity (jendala peluang) 1. The window of opportunity terjadi pada tahun 2020-2030 karena dependency ratio mencapai titik terendah yaitu 42 per 1(X) 2. Meningkatkan lagi sesudah 2030 karena meningkatnya prosisi penduduk lansia 3. Hanya terjadi 1 x dalam sejarah suatu penduduk Bonus demografi dipandang sebagai landasan pertumbuhan ekonomi menyangkut 3 hal sebagai berikut: 1. Suplai tenaga kerja yang besar meningkatkan pendapatan per kapita apabila mendapatkan kesempatan kerja yang produktif 2. Peranan perempuan: jumlah anak sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu meningkatkan pendapatan 3. Tabungan masyarakat yang besar dan diinvestasikan secara produktif Peluang ini, untuk daerah Riau, diperkirakan juga terjadi pada kurun waktu 2030. Alasannya, perbedaan struktur umur penduduk Riau dengan penduduk Indoensia relatif kecil bahkan diperkirakan terjadi lebih awal mengingat migrasi masuk ke Provinsi Riau semakin meningkat pada usia produktif. Peluang ini perlu dikaji betul oleh Pemda Riau untuk merancang strategi dan kebijakan pembangunan di berbagai sektor untuk perluasan kesempatan kerja yang dapat merespon perkembangan penduduk di usia produktif tersebut. Jika peluang ini gagal 10
dimanfaatkan, maka peluang bisa berubah menjadi ancaman dalam bentuk "ledakan pengangguran". Ledakan pengangguran ini, merupakan salah satu penyakit ekonomi yang menakutkan. Pengalaman menunjukkan banyak pemerintahan di negara maju yang berjatuhan karena tidak mampu mengantisipasi dan mengatasi pengangguran. Untuk kondisi Riau, kondisinya tidak akan sejauh itu, tetapi jika ledakan pengangguran terjadi, ini akan tercatat sebagai dosa para pengambil keputusan dan para intelektual karena ledakan pengangguran akan membawa dampak yang sangat hebat dan sistemik sifatnya terhadap sosial ekonomi masyarakat. 2.3 Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja 2.3.1 Konsep dan Definisi Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam proses produksi atau dalam kegiatan pembangunan. Sebagaimana sarana produksi lainnya, maka tenaga kerja lebih penting dari sarana lainnya karena tenaga kerjalah yang menggerakan sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja bersumber dari penduduk, tetapi tidak semua penduduk merupakan tenaga kerja. Hanya penduduk yang telah mencapai usia tertentu sebagai angkatan atau tenaga kerja yang potensial (Sumitro, 1995:16) Simanjuntak (1985), tenaga kerja mencakup penduduk yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus pekerjaan rumah tangga, karena dianggap bahwa mereka yang sedang mencari kerja, bersekolah atau mengurus pekerjaan rumah tangga sewaktu-waktu dapat ikut bekerja dipasar, sehingga pada prinsipnya antara tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan usia saja. Setiap negara mempunyai batasan-batasan sendiri untuk penduduk usia kerjanya. Untuk Indonesia, seperti yang dikemukakan Simanjuntak usia 10 tahun keatas, tetapi sejalan dengan adanya program wajib belajar 9 tahun, tentunya akan meningkatkan ketentuan penduduk usia kerja yang ditetapkan pemerintah, yakni 14 tahun. 11
Tenaga kerja adalah seseorang yang bekerja untuk memperoleh bayaran atau untuk mendapatkan laba atau orang yang sedang tidak bekerja pada jangka waktu pendek misalnya satu minggu. Di USA pada tahun 1977, yang dimaksud dengan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan sekurang-kurangnya 1 jam dalam seminggu untuk mendapatkan upah atau melakukan pekerjaan 15 jam atau lebih (walaupun tanpa dibayar) dalam mengurus usaha keluarga atau pada sektor pertanian. Yang dapat digolongkan tenaga kerja adalah penduduk yang telah berusia 16 tahun atau lebih sedangkan bagi yang berusia dibawah itu tidak diperhitungkan (Rees Albert, 1979) Subri (2003) tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah bahkan seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan mereka bersedia melakukan pekerjaan produksi tersebut. Simanjuntak (1985) membagi tenaga kerja menjadi 2 bagian yaitu tenaga kerja yang termasuk angkatan kerja dan tenaga kerja yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dikenal dengan istilah labor force terdiri dari golongan yang bekerja dan yang menganggur tetapi berusaha untuk mencari pekerjaan. Golongan yang bukan angkatan kerja terdiri dari yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain yang menerima pendapatan, secara umum dapat dikatakan sebagai golongan yang tidak melakukan pekerjaan untuk mendapatkan upah atau gaji. Reynold et al (1998) memberikan pengertian bahwa yang dimaksud angkatan kerja adalah penduduk yang mampu untuk melakukan pekerjaan dan yang sedang bekerja atau yang sedang diberhentikan dari pekerjaannya untuk sementara waktu dan yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian yang diberikan Reynold et al disini menekankan pada kemauan seseorang untuk melakukan pekerjaan pasar atau pekerjaan yang akan memberikan imbalan berupa upah. 12
Pengertian anglcatan Icerja (labor force) menurut McConne (1999) adalah orang-orang yang bekerja pada pekerjaan pasar atau mereka tidak bekerja pada pekerjaan pasar tetapi aktif mencari pekerjaan untuk memperoleh bayaran berupa upah. Angkatan kerja seperti yang disebut diatas dapat juga dikatakan sebagai angkatan kerja nyata (actual labor force) yaitu mereka yang benar-benar mencari pekerjaan. Elfindri dan Bachtiar (2004) mengartikan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang mempunyai kegiatan utama dalam satu minggu terakhir adalah bekerja (employed) pada pekerjaan pasar atau sedang tidak bekerja (unemployed) tetapi sedang mencari pekerjaan. Yang dapat dikategorikan sebagai bekerja pada pengetian ini adalah mereka bekerja minimum selama satu jam dalam seminggu yang lalu untuk kegiatan pekerjaan pasar. Berdasarkan pada pengertian tentang angkatan kerja yang telah disampaikan tersebut, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja (labor force) adalah penduduk yang bekerja pada pekerjaan pasar dan yang tidak bekerja tetapi dengan sungguh-sungguh mencari pekerjaan. Dengan demikian berarti bahwa yang termasuk dalam angkatan kerja dapat dikatakan sebagai tenaga kerja yang sudah mendapatkan pekerjaan (actual labor force) dan tenaga kerja yang belum mendapatkan pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (potensial labor force) Angkatan kerja (labor force) adalah penjumlahan penduduk usia kerja yang sudah mendapatkan pekerjaan dan penduduk yang sedang mencari pekerjaan. Penjumlahan angka-angka angkatan kerja disebut dengan penawaran tenaga kerja (labor supply). Dan penduduk yang sudah mendapat pekerjaan dipasar tenaga kerja disebut tenaga kerja actual atau dalam istilah ekonomi disebut permintaan tenaga kerja (labor demand). 2.3. 2 Perkembangan Angkatan Kerja Konsep dan definisi mengenai tenaga kerja, angkatan kerja 13
sebagaimana yang telah diuraikan sesungguhnya telah dipakai oleh Biro Pusat Statistik dalam pengumpulan data baik dalam pelaksanaan sensus, supas maupun sakemas. Gambaran tentang tenaga kerja di Riau pada 2005 berjumlah 3.118.207 orang. Kemudian pada tahun 2009 telah meningkat menjadi 3.641.877 orang. Lihat tabel-tabel berikut: Tabel 3 Perkembangan Kependudukan, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja, Pengangguran Provinsi Riau Tahun 2005-2009 No. 1 2 3 4 s;-
lahun IiidiLator 2(109 Jumlah Penduduk 4.614.930 4.953.000 5.071.000 5.189.100 5306.500 Qiwa) Laju Pertumbuhan 2,33 7,33 2,38 2,26 0 Pi-ndiiduk (%) Pfngan^;uran 12.16 10,34 8,56 9,79 Terbuka i%) Jumlah Tenaga 3.118.207 3.312.427 3.380.689 3.564.090 3.641.877 Kerja Jumlah Angkatan 2.166.596 1.975.664 2.115.084 2.239.385 2.260.862 Kerja
^^^^^^^^^^^^^^^
Sumber : Bappeda Provinsi Riau, 2010 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja pada tahun 2005 sebesar 2.166.596 orang dan tahun 2006 menurun menjadi 1.975.664 orang. Setelah itu, meningkat terus setiap tahun dan pada tahun 2009 menjadi 2.260.862 jiwa atau meningkat sebesar 1,09% per tahun selama periode 2005-2009. Di samping itu, juga tergambar tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2005 tercatat sebesar 12,16% kemudian mengalami penurunan menjadi 10,34% pada tahun 2006, turun lagi menjadi 9,79% pada tahun 2007, dan turun lagi 14
menjadi 8,20% pada tahun 2008, dan aldiimya meningkat tipis menjadi 8,56% pada tahun 2009. Jumlah pengangguran ini akan semakin besar apabila memperhitungkan setengah penganggur kentara dengan setengah penganggur tidak kentara. Gambar 3: Grafik Angka Pengangguran Provinsi Riau Angka Pengangguran Provinsi Riau Tahun 20042009
u.oo 14.OU:, 12 DO',,
'.,J2.1b«
IC.OO .
••' •'iC.Iiyi,
g 791.,,
.,.C(;..
"
'
S'-6'V.
6.CC'..
z
<
'
2 CO,
?003
2C04
2D0b
2CJ5
200"^
200S
2:'J^)
2C1L
2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Provinsi Riau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah salah satu indikator yang sangat popular untuk mengukur kualitas pembangunan manusia seutuhnya. Indeks ini sering digunakan oleh berbagai pihak karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan parameter lainnya. IPM telah dipopulerkan oleh United Nation Development Program (UNDP) semenjak tahun 1990 yang merupakan salah satu indikator mengukur keberhasilan pembangunan manusia sekaligus memperkaya model-model pembangunan. Pengukurannya memakai tiga komponen pokok yakni: 1. Kualitas hidup materiil yang diwakili oleh indikator tingkat 15
pertumbuhan ekonomi (GDP) per kapita tahunan. 2. Kondisi kesehatan penduduk yang diwakiH oleh indikator usia harapan hidup (life expectancy). 3. Kondisi pendidikan yang pada awalnya hanya diwakili oleh tingkat melek huruf, namun kemudian diperluas ke sejumlah indikator pendidikan lainnya. Pada dasamya HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara sedang berkembang atau negara terkebelakang. Namun HDI juga dipercaya sebagai pengukur efektivitas program dan kebijakan pemerintah terhadap kualitas penduduknya (Basri, 2009:88) Tabel 4 berikut ini menggambarkan indeks IPM Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Filipina maupun Singapura. Di masa mendatang, terancam semakin ketinggalan, karena pertumbuhan IPM atau HDI Indonesia tidak setinggi negara-negara tersebut. Tabel 4 Perkembangan Historis HDI Indonesia dan Sejumlah Negara NEGARA Islandia Amerika Serikat RRC India Singapura Malaysia Thailand Filipina Vietnam Indonesia Kamboja Papua Nugini Timor Leste
1975 0,868 0,870
1980 0,890 0,890
1985 0,899 0,904
1990 0,918 0,919
1995 0,923 0,931
2000 0,947 0,942
2005 0,968 0,951
0,530 0,419 0,729 0,619 0,615 0,655
0359 0,450 0,762 0,662 0,654 0,688
0,634 0321 0,827 0,725 0,712 0,721 0,620 0,626
0,431
0,462
0,481
0,495
-
0,691 0,551 0,865 0,763 0,739 0,739 0,672 0,670 0,540 0,532
0,732 0,578
0,533
0,595 0,487 0,789 0,696 0,679 0,692 0,590 0,585
0,777 0,619 0,922 0,811 0,781 0,771 0,733 0,728 0398 0330
-
--
-
-
-
-0,471 -
-
-
-
-
0,790 0,761 0,758 0,711 0,692 0,547 0,544
-
Sumber: UNDP dalam Basri dan Maris Munandar, Prenada Media Group, 2009
16
0314
Tabel 5 Perbandingan IPM Provinsi dan2007Nasional20082006-2008 2006 Provinsi
DKI Jakarta Sulawesi Utara Riau Yogyakarta Kalimantan Timur Kepulauan Riau Kalimantan Tengah Sumatera Utara Sumatera Barat Bangka Belitung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Jawa Tengah Jawa Barat Dst... Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Papua Indonesia (BPS)
IPM 7633 7437 73,81 73,70 73,26 72,79 73,40 72,46 71,65 71,18 71,28 71,09 71,29 70,25 7032
IPM 76,59 74,68 74,63 74,15 73,77 73,68 73,49 72,78 72,23 71,62 71,57 71,40 71,46 70,92 70,71
IPM 77,03 75,16 75,09 74,88 74,52 74,18 73,88 73,29 72,96 72,19 72,14 72,05 71,99 71,60 71,12
64,83 63,04 62,75 70,10
65,36 63,71 63,41 70,59
66,15 64,12 64,00 71,17
Ranking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 31 32 33
Sumber: Bapeda Porvinsi Riau, 2009
Selanjutnya, Icondisi HDI antar provinsi dibandinglcan dengan HDI nasional dapat dilihat pada Tabel 5. Posisi HDI Provinsi Riau berada pada ranking ke-3 di bawah posisi DKI Jakarta dan Sulawesi Utara di posisi ke-2. Kondisi ini tentu sebuah prestasi, karena Provinsi Riau berada di papan atas jajaran provinsi dengan HDI yang relatif tinggi. Bahkan Human Development Index (HDI) yang sudah dicapai Provinsi Riau jauh lebih tinggi dari HDI secara nasional. Perhatian yang lebih serius perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah Riau apabila memperhatikan Tabel 6 berikut ini:
17
Tabel 6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Riau tahun 2007 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA KUANTAN SINGINGI INDRAGIRIHULU INDRAGIRIHILIR PELALAWAN SIAK KAMPAR ROKAN HULU BENGKALIS ROKAN HILIR PEKANBARU DUMAI PROVINSI RIAU
Sumber: BPS Provinsi Riau, 2009
IPM 2007 72,47 72,96 73,87 71,43 75,15 72,98 71,43 73,36 71,06 76,98 76,31 74,63
Tabel 6 di atas, memberi sinyal bahwa peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM/HDI) ini adalah beberapa kabupaten/ kota yang memiliki IPM relative lebih kecil dari IPM Provinsi Riau seperti Rohul, Rohil, Kampar dan Kuansing. Hal ini perlu mendapat perhatian agar aspek pemerataan dalam pembangunan sumberdaya manusia betul-betul dapat di tunjang. III.PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA 3.1 Arab Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah pada dasarnya mencakup semua kegiatan pembangunan sektoral, regional dan khusus yang berlangsung di daerah, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, berbagai instansi sektoral, pemerintah maupun anggota 18
masyarakat. Menurut Blakey (1989) pembangunan ekonomi daerah adalah berkaitan dengan suatu proses yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi atau lembaga-lembaga baru, pembangunan ekonomi alternative, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar baru, alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dan pengembangan usaha baru. Sementara itu, Arsyad (1999) mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Lebih lanjut, Ahmad (1993) mengemukakan bahwa bagi daerah pembangunan ekonomi seyogyanya peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah secara luas melalui peningkatan konsumsi berbagai barang dan jasa melalui penambahan produksi dan lapangan kerja yang memberikan kenaikan pendapatan masyarakat. Peningkatan produksi dan lapangan kerja itu sendiri hanya dapat dicapai jika ada investasi. Dengan demikian, peningkatan kesejahteraan masyarakat luas akan sangat tergantung dari besamya sumber daya yang dapat diinvestasikan dalam sektor-sektor produktif di daerah, dan apakah arah investasi yang menjadi pilihan dapat mewujudkan peningkatan pendapatan masyarakat. Karena itu, masalah sumber dana investasi dan arah investasi menjadi isu utama dalam pembangunan ekonomi daerah. Dalam persfektif lain, Sukimo (1976) mengemukakan bahwa pengaruh yang paling nyata dalam pembangunan daerah terutama berasal dari pengeluaran pembangunan, karena pengeluaran pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan dapat mmeperbesar jumlah prasarana yang tersedia, seperti jalan raya dan jembatan serta prasarana umum lainnya dan selanjutnya dapat menarik investor lebih banyak. 19
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan sebagaimana yang dikemukan oleh Blakely (1989) bahwa pembangunan daerah merupakan fungsi sumber daya alam, tenaga kerja, investasi entrepreneurship, transportasi, komunikasi, komposisi ekonomi internasional, kapasitas pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah pusat dan bantuan-bantuan pembangunan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukan bahwa tujuan dari pembangunan daerah pada dasamya adalah untuk mewujudkan empat hal berikut, Baswir (1997): 1. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar pembangunan yaitu dari rakyat, oleh dan untuk rakyat. 2. Untuk mengoptimalkan penggunaan potensi sumber daya daerah dan untuk meningkatkan koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan di daerah 3. Untuk meningkatkan dan menyelaraskan pertumbuhan ekonomi antara daerah, termasuk dalam hal ini adalah penyelarasan pertumbuhan antar kota, desa serta antar sektor ekonomi 4. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah yang masih tertinggal seperti kawasan timur Indonesia, daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah perbatasan dan daerah terbelakang lainnya. Optimisme dengan pertumbuhan ekonomi tinggi pada masa yang lalu dalam menatap masa depan yang barangkali dipicu oleh ramalan Jhon Naisbitt dalam bukunya Megatrend meramalkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akan terjadi di kawasan Asia Pasifik, termasuk di dalamnya kawasan Asia Tenggara. Visi Pembangunan Daerah "Tenvujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Bathin, di Asia Tenggara Tahun 2020" . Misi pembangunan jangka menengah Provinsi Riau Tahun 2009 -2013: 20
• Meningkatkan kinerja Pemerintahan Daerah yang profesional dan bermoral melalui keteladanan pemimpin dan aparat. • Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai kelanjutan pengentasan kebodohan. • Memperkuat keseimbangan pembangunan antar-wilayah sebagai kelanjutan pembangunan infrastruktur. • Meningkatkan pembangunan perekonomian berbasis potensi sumberdaya daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui perkuatan koperasi dan UKM sebagai kelanjutan pengentasan kemiskinan. • Meningkatkan penanaman modal untuk mendukung pertumbuhan dan pembangunan perekonomian yang mapan. • Meningkatkan peran masyarakat dan kelembagaan di pedesaan dalam pembangunan. • Mewujudkan budaya melayu menjadi payung kebudayaan daerah dan alat pemersatu berbagai budaya yang ada di Provinsi Riau. • Meningkatkan kualitas Ungkungan dan periindungan lingkungan. • Meningkatkan kemampuan penanganan permasalahan regional dan global secara terpadu dan berkesinambungan. 3.2 Strategi Pembangunan Ekonomi Provinsi Riau Seiring dengan telah bergulimya era otonomi sejak 1 Januari 2001, maka kesempatan daerah untuk berkreasi dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembangunan di daerahnya berdasarkan karakteristik yang mereka miliki, semakin besar. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa sistem perencanaan pembangunan di setiap daerah akan cenderung berbeda. Padahal disisi lain sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, daerah dituntut untuk mengangkat perekonomian daerahnya dibandingkan dengan era sebelum pelaksanaan otonomi daerah seperti pengurangan tingkat 21
kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja, perbaikan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan dan sekaligus untuk mengurangi tingkat kesenjangan ekonomi, baik antar kelompok masyarakat maupun antar wilayah. Strategi yang diterapkan oleh Provinsi Riau dalam mewujudkan pembangunan jangka menengah tahun 2009-2013 yaitu melaksanakan 3 (tiga) pendekatan yaitu (Sumber RPJM Tahun 2(X)92013): 1. Pro Growth; orientasi pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan investasi dunia usaha dan masyarakat. 2. Pro Job; menciptakan investasi yang mapan untuk menjamin kesempatan kerja permanen, peningkatan pendapapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan membuka peluang kerja. 3. Pro Poor; mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dengan pendidikan dan keterampilan yang dilandasi IPTEK dan IMTAQ untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Riau. 3.3 Perkembangan Ekonomi Provinsi Riau Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah, tercermin pada peningkatan produk domestik regional bruto dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk Negara adalah peningkatan GNP. Akan tetapi, tolak ukur ini mulai disangsikan kebenarannya karena dianggap mengandung beberapa kelemahan dan kesalahan. Tanda-tanda kesalahan tersebut menjadi bahan pembicaraan yang ramai dengan meningkatkan jumlah para ahli ekonomi dan pembuat kebijakan untuk menurunkan kedudukan GNP (DNK) sebagai tolok ukur (Todaro dalam Harlen, 1987:8). Akan tetapi, sepanjang tolok ukur lain yang lebih memungkinkan belum dijumpai, maka telaah terhadap GNP (PDRB) sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan tetap dibutuhkan. 3.3.1 Pertumbuhan PDRB dengan Migas Secara nasional migas sangat berperan dalam perekonomian. 22
begitu juga terhadap perelconomian Provinsi Riau Idiususnya Provinsi Riau sebagai daerah penghasil migas. Selama kurun waktu 2004-2008, telah terjadi beberapa peristiwa yang diperlukan akan mempengaruhi perekonomian Provinsi Riau sebagai berikut: 1. Kembali terjadi kenaikan harga minyak,dipasaran dunia yang mulai terasa dari awal tahun 2008. 2. Dalam kurun waktu 2004-2008 juga kembali memaksa pihak pemerintah melakukan kebijakan kompensasi harga BBM 3. Seiring dengan itu terjadi juga percepatan kenaikan harga sawit bermula pada akhir tahun 2007 hingga puncak harga sempat menembus di atas Rp 1.600,00 per kilogram. 4. Terjadinya krisis global pada akhir triwulan tiga tahun 2008 yang diiringi pula oleh mulai anjloknya harga sawit hingga menyentuh titik terendah berkisar Rp 250,00 per kilogram. Berdasarkan kajian terhadap PDRB, laju pertumbuhan ekonomi merupakan persentase peningkatan PDRB dari tahun ke tahun. Untuk daerah Riau selama periode 1975-1982 tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata tiap tahunnya sebesar 5,33%. Guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas lihat Table 7 berikut ini. Gambaran tingkat pertumbuhan Ekonomi Riau setelah memasukkan unsur migas selama kurun waktu 2004-2008 temyata berfluktuasi.
23
Tabel 7 Pertumbuhan Ekonomi Riau dengan Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2004-2008 Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik dan Air Bangtman Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa Total PDRB
2004 7,00 -149 9,53 10,44 9,10 937 11,85 18,92 9,06 2,93
Sumber. BPS Provinsi Riau
2005 6,77 3,17 5,60 9,20 7,15 10,15 10,46 18,18 7,29 5,41
2006 5,97 2,91 6,78 5,86 8,27 11,29 9,62 15,67 9,94 5,15
2007 4^84 -0,13 8,63 5,62 11,65 8,94 7,28 1333 9,71 3,41
2008 4,71 3,93 7,18 6,86 11,14 9,72 10,45 13,65 9,25 5,65
Pada tabel di atas, terlihat jelas tentang laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dari hanya sebesar 2,93% pada tahun 2004 kemudian meningkat menjadi 5,41% pada tahun 2005 dan kembali melemah menjadi 3,41% selama tahun 2007. Pada tahun 2008 laju pertumbuhannya tinggi lagi menjadi sebesar 5,65%. Perkembangan aktivitas ekonomi Riau selanjutnya akan dianalisis secara lebihrincidan terpisah antara PDRB dengan migas. 3.3.2 Pertumbuhan PDRB tanpa Migas Selama lima tahun terakhir dalam kurun waktu 2004-2008, laju pertumbuhan ekonomi I^ovinsi Riau berjalan stabil meskipun yang paling dominan mempengaruhi roda perekonomian Riau adalah dampak dari anjloknya harga sawit yang sempat menyentuh titik terendah di saat akhir tahun 2008. Hal ini disebabkan perekonomian tanpa migas masyarakat Riau sangat terfokus pada agroindustri. 24
Gambar 4: Grafik Pertumbuhan ekonomi Riau, 2004-2008
2
1 0 2004
2005
2006
Tanpa migas
2007
2008
Dengan
Laju pertumbuhan ekonomi selama satu tahun 2008 masih bertahan di 8% seperti tahun-tahun sebelumnya. Tercatat kondisi pertumbuhan ekonomi 3 tahun terakhir yakni 2006 sebesar 8,66%, tahun 2007 sebesar 8,25% dan tahun 2008 sebesar 8,06%.
25
Tabel 8 Pertumbuhan Ekonomi Riau tanpa Migas atas Dasar Harga Konstan 2000, 2004-2008 (%) Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik d a n A i r Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa Total P D R B
2004
2005
7,00 34,07 10,14 10,44 9,10 9,37 11,85 18,92 9,06 9,01
6,77 27,24 9,08 9,20 7,15 10,15 10.46 18,18 7,29 8,54
Sumber: BPS Provinsi Riau.lOlO
2006 5,97 28,61 9,11 5,86 8,27 11,29 9,62 15,67 9,94 8,66
2007 4,84 24,57 11,41 5,62 11,65 8,94 7,28 13,33 9,71 8,25
2008 4,79 18,31 8,98 6,86 11,14 9,72 10,45 13,65 9,25 8,06
Struktur ekonomi secara sektoral menggambarkan konstribusi atau peran setiap sektor ekonomi terhadap total perekonomian di Riau. Melalui konstribusi ini maka kita dapat mengukur seberapa besar kemampuan daya ungkit (leverage) dari setiap sektor ekonomi dalam menggerakkan roda perekonomian. Tabel 9 Distribusi PDRB Riau Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku, 2004-2008 Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik d a n A i r Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa Total
2004
2005
36,66 0,72 32,68 0,41 4,88 11,47 3,56 3,07 6,54 100
Sumber: BPS Provinsi Riau.2010
26
38,16 0,85 31,86 0,38 4,39 11,54 3,41 3,25 6,17 100
2006 38,28 1,32 30,84 0,36 4,49 11,79 3,39 3,31 6,23 100
2007 37,25 1,72 30,16 0,34 6,02 12,02 3,29 3,35 5,86 100
2008 35,63 2,02 29,29 0,31 7,58 12,95 3,26 3,40 5,55 100
Pada Tabel 9 tampak bahwa struktur ekonomi tanpa migas Riau didominasi oleh 3 sektor yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan yang ketiganya memberikan kontribusi sebesar 77,87%, dimana peran masing-masing adalah sebesar 35,63%, 29,29% dan 12,95%. Dengan memperhatikan peran yang besar dari ketiga sektor tersebut perlu dikaji kembali keterkaitan ketiga sektor tersebut, kebijakan dengan pengembangan industri berdasarkan komoditas unggulan serta kebijakan lain sedangkan sektor lainya, walaupun tingkat pertumbuhannya tinggi namun perannya relatif kecil. Perkembangan konstruksi dalam perekonomian suatu wilayah tergambar dari perkembangan PDRB sektor bangunan. Pada tahun 2008 sektor ini memberikan konstribusi sebesar 7,58% terhadap perekonomian Riau. 3.3.3. PDRB dan Pendapatan Per Kapita Berdasarkan PDRB dan pendapatan per kapita Riau mencerminkan secara tidak langsung seberapa tinggi tingkat kemakmuran yang telah dicapai penduduk Riau. Bila disajikan secara berkala, data tersebut dapat menunjukkan adanya perubahan kemakmuran yang terjadi di daerah tersebut, sehingga dapat mengintrepretasikan apakah perubahannya menunjukkan ke arah yang semakin membaik atau sebaliknya.
27
Tabel 10 PDRB dan Pendapatan per Kapita Riau tanpa Migas, 2004-2008 (juta Rp) Rincian PDRB PER KAPITA 2004 2005 2006 2007 2008 PENDAPATAN PER KAPITA 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber: BPS Provinsi Riau,2010
Berlaku
Konstan 2000
14,28 17,27 19,19 23,08 28,74
6,38 7,32 7,65 7,77 8,21
13,05 15,78 18,20 21,01 26,27
6,25 6,69 6,99 7,11 7,50
Dari Tabel 10 teriihat bahwa PDRB per kapita tanpa migas atas dasar harga berlaku selama kurun waktu 2004-2(X)8 mengalami peningkatan yang cukup nyata yaitu 14,28 juta rupiah di tahun 2004 menjadi 23,08 juta rupiah di tahun 2007 kemudian meningkat lagi menjadi 28,74 juta rupiah pada tahun 2008. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh perkembangan subsektor pertambangan dan subsektor industry pengolahan. Disamping itu kemajuan perkembangan subsektor perdagangan, jasa dan restoran juga sangat berperan besar. Pada periode yang sama, secara rill melalui PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000, menunjukkan arah yang juga meningkat dari 6,63 juta rupiah ditahun 2004 naik menjadi 7,77 juta rupiah di tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 8,21 juta rupiah di tahun 2008. Ini berarti ada peningkatan daya beli secarariilpenduduk Riau selama periode tersebut. Kemudian masih dari Tabel 10 seiring 28
dengan perkembangan PDRB per kapita maka pendapatan per kapita Riau atas dasar iiarga berlaku selama periode 2004-2008 juga mengalami kenaikan, dari 13,05 juta rupiah di tahun 2004 menjadi 26,27 juta rupiah atau naik 2,01 kali pada tahun 2008. 3.4 Pembangunan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Salah satu aspek untuk melihat kinerja perekonomian adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada sehingga lapangan pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan. Angkatan keqa merupakan jumlah total dari pekerja dan pengangguran. Sedangkan pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang menganggur. Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan konstribusi. Studi yang dilakukan oleh ekonom (Arthur Okun) mengindikasikan hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin rendah tingkat pengangguran. Menurut Bank Indonesia semulasi pada level nasional pertumbuhan sebesar 1 persen menciptakan lapangan pekerjaan atau dengan kata lain mampu mengurangi tingkat pengangguran sebanyak 200.(X)0 penduduk. Mencermati kaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesempatan kerja di Indonesia di awal abad ke-21 ini, gambaran empiris menunjukkan sebuah kondisi yang bertolak belakang dengan kajian Arthur Okun dan simulasi Bank Indonesia. Kondisi ini disebut oleh Hermanto sebagai "paradok" pertumbuhan vs pembangunan di Indonesia. Fakta ini dapat dilihat dari Tabel 11 berikut ini:
29
Tabel 11 Pertumbuhan Ekonomi vs Pertumbuhan Pengangguran di Indonesia
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Pertumbuhan Ekonomi (%) 3,64 4,38 4,72 5,03 5,68 5,48 5,96
Sumber: Hermanto, Bahan Presentasi, hal 1
Pertumbuhan pengangguran (%) 8,10 9,06 9,50 9,86 10,26 10,45 9,80
Tabel 11 menunjukkan selama periode 2001 sampai 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung meningkat terus. Pada tahun 2001 tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,64% dan pada tahun 2007 telah mencapai 5,96% dan pada saat yang bersamaan tingkat pengangguran pun mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 peetumbuhan pengangguran sebesar 8,1%. Pada tahun 2006 telah meningkat menjadi 10,45%. Di tahun 2007 sebesar 9,80% (terhitung sampai dengan bulan Maret). Lebih lanjut Hermanto menjelaskan terjadinya paradox antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pengangguran ini disebabkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia, sektor tertier mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi sehingga memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi secara keselumhan sedangkan sektor tertier ini relatif kecil andilnya dalam penyerapan kesempatan kerja. Struktur tenaga kerja Indonesia dalam kurun waktu 1990-2009 cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan. Data menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada sektor primer masih sangat besar. Setelah mengalami fase penurunan dari tahun 1990-1998, sektor pertanian kembali meningkat perannya dalam struktur ketenagakerjaan di Indonesia dalam waktu 2000-2009. 30
Tabel 12 Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian dan Pertumbuhan Sektor Pertanian
Tahun Manufactur ing 1990 7693 1991 7946 1992 8255 1993 8784 1994 10841 1995 10127 1996 10773 1997 11009 1998 9934 1999 11516 2000 11642 2001 12086 2002 12110 2003 11496 2004 11070 2005 11953 2006 11578 2007 12094 2008 12549 2009 12615
Sumber: ADB, 2010
Growt of Labor of Growt of others industry agriculture agriculture 11.5 42378 3.1 25252 11.7 41206 2,9 26706 8.2 42135 6.3 27585 9.8 40072 1.7 29691 11.2 37858 0.6 32599 10.4 35233 4.4 34107 10.7 37720 3.1 36435 5.2 34790 1.0 38731 -14.0 39415 -1.3 37648 2.0 38378 2.2 38197 5.9 40677 1.9 36997 2.7 39744 3.3 38977 4.3 40634 3.4 38272 3.8 43042 3.8 37540 3.9 40608 2.8 41009 4.7 41310 2.7 39791 4.5 42323 3.4 40329 4.7 42609 3.5 41859 3.7 41332 4.8 47601 3.5 43029 4.1 47701
Sektor manufaktur yang diharapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Sebaliknya trend penumnan pertumbuhan sektor industri telah terjadi di Indonesia sejak tahun 1997. Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor industri hanya sebesar 3,5%. Ketidakmampuan sektor formal dalam hal ini manufaktur menyebabkan pilihan bekerja pada sektor-sektor lainnya termasuk jasa dan sektor-sektor informal sangat besar menyerap tenaga kerja di Indonesia. Adalah perbandingan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja antara Indonesia dan China. Perbedaan yang sangat nyata terjadi 31
antara dua negara ini. Transformasi struktur perekonomian yang beralili dari sektor primer ke sektor sekunder (manufaktur) yang ditandai dengan pertumbuiian yang cepat pada sektor manufaktur, juga diikuti oleh transformasi pada struktur ketenagakerjaan di China. Perubahan sangat cepat terjadi pada tahun 2004. Pertumbuhan sektor industri yang tinggi berhasil menyerap tenaga kerja di sektor informal masuk ke sektor manufaktur. Sektor pertanian juga mengalami penurunan peran dalam penyerapan tenaga kerja di China. Kondisi ini tidak terjadi di Indonesia. Tabel 13 Tenaga Sektor Pertanian dan Manufaktur%GDP di China Tahun Kerja Agriculture Manufacturing 1990 1991 1992 1993 1994 1995 19% 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber. ADB, 2010
389.1 391.0 387.0 376.8 366.3 355.3 348.2 348.4 351.8 357.7 360.4 365.5 368.7 365.5 352.7 339.7 325.6 314.4 306.5 297.1
862 88.4 91.1 93.0 96.2 98.0 97.6 96.1 83.2 81.1 80.4 80.8 83.1 89.6 399.3 418.6 438.4 455.5 46a3 48Z9
32
3.8 8.5 142 140 13.1 10.9 10.0 9.3 7.8 7.6 8.4 8.3 9.1 10.0 10.1 11.3 127 142, 9.6 9.1
Bila coba membandingkan dengan perekonomian India, maka akan terlihat bahwa sektor industri dan sektor jasa juga mengalami pertumbuhan yang cukup besar dibandingkan dengan sektor pertanian. Industrialisasi yang cepat menjadi motor bagi pertumbuhan ekonomi India. Tabel 14 Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan SektoralServices di India Tahun GDP Agriculture Industry 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: ABD, 2010
5.3 1.4 5.4 5.7 6.4 7.3 8.0 4.3 6.7 6.4 4.4 5.8 3.8 8.5 7.5 9.5 9.7 9.2 6.7 7.4
4.0 -2.0 6.7 3.3 4.7 -0.7 9.9 -2.6 6.3 2.7 -0.2 6.3 -7.2 10.0 0.0 5.2 3.7 4.7 1.6 0.2
7.1 0.3 3.3 5.8 9.3 11.6 6.7 3.7 4.1 4.6 6.4 2.7 7.1 7.4 10.3 9.3 12.7 9.5 3.9 9.3
5.2 4.6 5.7 7.2 5.9 10.1 7.6 8.8 8.3 9.5 5.7 7.2 7.5 8.5 9.1 11.1 10.2 10.5 9.8 8.5
Kembali pada pembangunan ekonomi dan kesempatan kerja di daerah Riau. Temuannya tidaklah seekstrim kasus nasional. Pertumbuhan ekonomi vs pengangguran merupakan paradox gambaran unmk Riau selama periode 2000-2009 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi walaupun berflukmasi tetapi tetap berada pada tingkat yang relatif tinggi. Lihat Tabel 15 di bawah ini: 33
Tabel 15 Distribusi Kesempatan Kerja per Sektor Tahun 2006 No.
Lapany;an L's.ilia
Jumlcili (Oranf^)
1 Pertanian 2 Pertambartgan 3 Industri 4 Listrik 5 Bangunan 6 Pedagangan 7 Perhubungan 8 Keuangan 9 Jasa Lainnya
1'iT.sfn
872.228 54.858 53.523 3.026 156.014 224.432 89.877 23.348 206.861
51,79 3,26 3,18 0,18 9,26 1333 5,34 1,39 12,28
1.684.167
j
100,00 1 Berdasarkan tabel 15, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga tenaga (51,79%). Peringkat kedua ditempati oleh sektor perdagangan (13,33%). Peringkat ke-3 ditempati oleh sektor jasa lainnya (12,28%). Peringkat ke-4 ditempati oleh sektor bangunan (9,26%).
Sumber: Depnaker Provinsi Riau, 2010
Tabel 16 Perkembangan Kesempatan Kerja di Provinsi Riau Tahun 2006-2009 Tahun
Jumlah
Pe..una«.han
2006
1.864.184
0
2007
1.907.946
2,35
2008
2.005.863
5.13
2009
2.067.357
3,07
Sumber: BPS Provinsi Riau, 2010
34
Pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Riau pada dasamya berfluktuasi. Pada tahun 2007 pertumbuhannya sebesar 2,35% (1.864.184 pada tahun 2006 dan menjadi 1.907.946 pada tahun 2007). Pada tahun 2008, pertumbuhannya menjadi 5,13% (juinlah kesempatan kerja sebanyak 2.005.863). Pertumbuhan pada tahun 2009 menjadi 3,07% (jumlah kesempatan kerja sebesar 2.007.357). Tabel 17 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran di Provinsi Riau tahun 2004-2009 Tahun Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (%) 2004 9.10 2005 8.54 2006 8.66 2007 8.25 2008 8.06 2009 6.44 Sumber: Depnaker Provinsi Riau, 2010
Tingkat Pengangguran (%) 12,16 10.24 9.79 8,20 8,56
Pada dasamya pertumbuhan ekonomi Riau periode 2004-2(X)9 tergolong tinggi. Namun demikian, berdasarkan Tabel 15, angka pertumbuhan ekonomi Riau pada tahun 2004 sebesar 9.10% kemudian berfluktuasi. Pada tahun 2(X)5 tumn menjadi 8.54% dan tahun 2006 naik lagi menjadi 8.66%. Kemudian kecendemngan tems menumn sampai pada tahun 2008 menjadi 8.06% dan pada tahun 2009 menjadi 6.44%. Memperhatikan pertumbuhan PDRB Riau tanpa migas berdasarkan harga konstan pada Tabel 8, dengan distribusi PDRB per sektor Tabel 9 serta perkembangan kesempatan kerja pada Tabel 16, diperoleh gambaran: 1. Sumbangan sektor pertanian dan industry dalam perekonomian Riau relative cukup besar (dominan) 2. Sektor pertanian dan industri tingkat pertumbuhannya cendemng 35
turun (melambat), sedangkan sektor tersier (perdagangan dan bangunan) cenderung meningkat 3. Sektor pertanian dan sektor tertier (perdagangan, jasa, pertambangan, dan keuangan) merupakan sektor yang menyediakan kesempatan relative besar Kondisi ini mencerminkan terjadinya pergeseran struktur perekonomian Riau dari sektor pertanian (primer) ke sektor tertier. Pergeseran dari sektor primer ke sektor tertier merupakan sebuah lompatan dalam hal ini tentu diluar dari skenario industrialisasi yang sudah dicanangkan pada awal Repelita III (pertengahan pembangunan jangka panjang tahap I). Jika kita lakukan kilas balik pada awal proses industrialisasi dalam pembangunan nasional maupun daerah, pembangunan perekonomian Riau sudah diawali secara mantap dengan membangun sektor pertanian melalui pengembangan komoditas unggulan yaitu sawit dan karet. Kemudian dilanjutkan pembangunan yang mulai menempatkan sektor industry sebagai salah satu tulang punggung dengan mengembangkan agroindustri seperti CPO dan Rubber sheet. Kedua komoditas ini termasuk kedalam komoditas unggulan untuk diekspor. Sehingga sebagian besar produksi kedua komoditas tersebut diperuntukan untuk diekspor. Pengembangan industry yang berorientasi ekspor sejalan dengan pandangan (Stien, 1981 dan Myint 1984) dalam Elpindri (2(X)4) mengatakan bahwa negaranegara yang mengkhususkan pembangunan industry untuk menghasilkan barang-barang yang berorientasi ekspor mempunyai dampak positif pada perluasan kesempatan kerja. Selanjutnya pengembangan sektor industry (skunder) sepertinya mengalami stagnan. Apakah terlena oleh hasil ekspor kedua komoditas tersebut atau ekspor yang sudah kelebihan dosis. Sehingga industry hilir kedua komoditas tersebut kurang berkembang. Banyak dari pengalaman beberapa negara dan hasil studi beberapa ahli menunjukan sektor industry telah menjadi tulang punggung 36
perekonomian negara-negara tersebut. A.G.B Fisher dalam Sadono Sukirno (2007) telah mengemukakan pendapat bahwa berbagai negara dapat dibedakan berdasarkan persentase tenaga kerja yang bekerja disektor primer, sekunder, tertier. Data yang dikumpulkannya itu menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja, sementara sektor industry akan semakin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja. Kuznets dalam Sadono Sukimo (2007) membuat kesimpulan mengenai corak perubahan sumbangan berbagai sektor dalam pembangunan ekonomi di 13 negara yaitu Inggris, Perancis, Jerman, Negeri Belanda, Denmark, Norwegia, Swedia, Italia, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, dan Rusia dimana kesimpulan yang diperoleh: 1. Produksi sektor pertanian mengalami perkembangan yang lebih lambat daripada perkembangan produk nasional 2. Tingkat pertambahan produksi sektor industry lebih cepat daripada tingkat pertambahan produksi nasional 3. Adanya pembahan dalam peranan sektor jasa dalam produksi nasional berarti bahwa tingkat perkembangan sektor jasa adalah sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional. Beranjak dari pemikiran tersebut, sudah selayaknya kecendemngan stagnantnya pertumbuhan sektor industri (sektor skunder) ini menjadi sebuah pembelajaran. Oleh karena itu, perlu di melakukan kajian yang menyelumh dari berbagai aspek yang terkait dengan pengembangan sektor ini PENUTUP Dilihat dari aspek ketenagakerjaan Riau dewasa ini akan memasuki era yang paling menguntungkan dan mempakan peluang emas untuk pembangunan ekonomi yang disebut dengan bonus demografi dan popular disebut dengan the window of opportunity 37
(jendela peluang). Peluang ini jika tidak dimanfaatkan akan berubah menjadi ancaman dalam bentuk ledakan pengangguran. Hal ini merupakan salah satu penyakit ekonomi yang menakutkan karena mempunyai dampak dahsyat dan sistemik terhadap kehidupan social ekonomi masyarakat. Kebijakan yang perlu diambil untuk menghindari ancaman tersebut adalah kembali menempatkan sektor industri sebagai salah satu sektor kunci pembangunan Riau. Kebijakan ini diprioritaskan berdasarkan 2 (dua) hal pertama: sektor industri disamping memberi value add yang besar terhadap PDRB juga handal dalam menyerap kesempatan kerja. Kedua: pengalaman negara-negara yang raenghadapi tekanan angkatan kerja berhasil membangun perekonomiannya. Kebijaksanaan perlu didukung dengan meningkatkan pengembangan investasi sumberdaya manusia .Di Provinsi Riau sudah mulai mendapat perhatian serius semenjak otonomi daerah. Pada masa yang akan datang perlu ditingkatkan komitmen para pengambil keputusan yang berkaitan dengan alokasi anggaran untuk pendidikan dan kebijakan penempatan dan pengembangan karir pagawai terutama sub sektor pemerintah. Kesalahan dalam penempatan dan kurang diperhitungkan aspek pendidikan dan keahlian pegawai akan menyebabkan semakin besar setengah penganguran tidak kentara dan setengah pengaguran kentara. Disamping itu perlu didorong dilingkungan dunia usaha untuk menerapkan sertifikasi (kompetensi profesi) baik dalam persyaratan jabatan maupun sebagai dasar penetapan balas jasa (upah). Apabila hal ini berjalan dengan baik, maka pendidikan kejuruan akan menjadi pilihan utama tenaga kerja yang akan memasuki pasar kerja. Langkah-langkah ini diharapkan struktur ekonomi Riau akan semakin kuat menuju kearah pencapaian Visi Riau 2020.
38
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 1991. Ekonomi Mikro, edisi kedua. BPFE. Yogyakarta. Elfindri dan Bahtiar, Nasri. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. Andalas University Press. Padang. Faisal, Basri. 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Harlen. 1980. Profit Penduduk Riau. Pusat Studi Kependudukan, Universitas Riau, Pekanbaru. Hermanto. 2007. Studi Empiris: Pengangguran di Indonesia. Intercafe LPPM. IPB. Bogor. Hari, Goedadi. 2009. Program Kependudukan dan KB. BKKBN. Pekanbaru . 2006. Perencanaan Tenaga Kerja Daerah Tahun 2006. Depnaker Mc Connel. 1990. Micro Economics: Principles, Problem and Policies. McGraw Hill Publishing Co.,USA Ress Albert, 1979, The Economics of Work and Pay: Second Edition, Harper and Row Publisher Inc, East 53"* Street, New York. Reynold. L.G Master S H and Moser C H, 1998, Labor Economic and Labor Relations. International Editions, Prentice Hall International Inc, New Jersey. Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit FEUI, Jakarta. Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, edisi pertama. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Sonny, Soemarsono. 2009. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta. BPS Provinsi Riau. 2008. Pendapatan Regional Riau menurut Lapangan Usaha 2004-2008. BPS dan Bappeda Provinsi Riau. 2010. Riau 39
Dalam Angka 2009. Pekanbaru. Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Suparmoko. 2000. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. ANDI. Yogyakarta.
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama (Lengkap dan Gelar) NIP Tempat,Tgl Lahir Agama/Jenis Kelamin Pangkat/golongan Jabatan Stniktural Jabatan Akademik
8. Alamat Kantor Notelepon 9. Alamat Rumah Telepon 10. Kduarga a. Istri b. Anak pertama c. Anak kedua
Prof. DrH. Harlen, SE, MM 195412101982111001 Benai, 10Desemberl954 Islam/Laki-laki IV a/ Lektor Kepala Ketua Program Pascasarjana FE UR Gum Besar bidang Ekonomi Sumberdaya Manusia Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Panam 0761-7053300 Jl Damai Ho Komplek Purwodadi Indah, Tampan Pekanbam 0761-7075302 Dra. Okta Kameli, M. Si (Dosen FISIPOL UR) Azzanu Ashari Ohara (Mhs FH UB) Muammar Revenu Ohara (Siswa SMU 4Pku)
IL Pendidikan yai^pernah diikuti: Tahun 1969 SD Negeri 19 Pekanbam Tahun 1972 PGA Negeri Pekanbam Tahun 1974 SMA Setia Dharma Pekanbam Tahun 1981 Fakultas Ekonomi Universitas Riau Tahun 2001 Magister Manajemen Universitas Putra Indonesia, Padang Doktor Ilmu Ekonomi kekhususan Manajemen Tahun 2007 Universitas Brawijaya, Malang 41
12. RiwayatPekerjaan: Tahun 1981-sekarang Tahun 1984 Tahun 1984-1986 Tahun 1985-1988 Tahun 1987-1990 Tahun 1990-1992 Tahun 1992-1995 Tahun 1995-2003 Tahun 1994-1997 Periode 1998-2003 Tahun 2003-2008 Tahun 2003-2006 Tahun 2006-sekarang
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau Anggota Tim Pelaksana Koran Masuk Desa di Prov. Riau Pimpinan Pemsahaan Sural Kabar Mingguan GENTA Sekjur Studi Pembangunan F^E UR Sekretaris Pusat Studi Kependudukan Univ. Riau Sekretaris Akademi Pariwisata ENGKU PUTERIHAMIDAH Pekanbam Pjs Direktur Akademi Pariwisata ENGKU PUTERI HAMIDAH Pekanbam Direktur Akademi Pariwisata ENGKU PUTERI HAMIDAH Pekanbam Sekretaris Dewan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Komisariat Daerah Riau Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta hidonesia Wilayah Riau (APTISI- RIAU) Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Riau (STIPARRIAU) Koordinator Pengelola Program Magister dan Doktor Pascasarjana FE UR Ketua Program Pascasarjana FE UR
13. Pengalaman Oi^anisasi Tahun 1977-1979 : Ketua Senat Mahasiswa Fakutas Ekonomi Universitas Riau Tahun 1975 -1984 : Ketua Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Benai di Pekanbam Tahun 1984-1989 : Ketua Ikatan Ketua Benai (1KB) di Pekanbam Tahun 1995 -1998 : Ketua Bidang Pengembangan Sumber Daya 42
Tahun
:
Tahun Tahun 1992
:
Tahun 1987
:
Periode 1999 - 2003 Tahun 1999 - 2003
:
Tahun
:
Tahun2006-sekarang :
Manusia Penguras Himpunan Periiotelan dan Restoran Indonesia (DPD PHRI Riau) Koordinator Seminar dan Humas Badan Pengkajian Ekonomi Kemasyarakatan (BPSEUniversitas Rim) Pengums Ikatan Sarjana Ekonomi Indoensia Cabang Pekanbam Ketua Umum Penguras Daerah Himpunan Pembina Sumber Daya Manusia Indonesia Tk I Riau (IPSMI- Daerah Riau) Wakil Ketua Pengurus Koperasi di Daerah Pasir Pangaraian Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah Riau (APTISI Riau) Anggota Dewan Pakar Daerah Riau (komisi: Sumber Daya Manusia) Anggota Dewan Ketenagakerjaan daerah Riau ( komisi: Informasi dan Perencanaan Tenaga Kerja) Ketua Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia- Riau (IPADI- Riau)
14 Kepanitian dan Seminar Tahun 1988 : Ketua Panitia Pelaksanaan Seminar "Prospek Pengembangan Kepariwisataan Riau Daratan" kerjasam Fakultas Ekonomi Universitas Riau dengan Departemen Pariwisata Daerah Tk. I Riau Tahun : Ketua Pelaksana Seminar Pengembangan Sumber Daya Manusia Tahun 1992 Ketua Pelaksana Serasehan Hari Pendidikan dengan Tema "Pengembangan Kepariwisataan 43
Tahun 1996 Tahun 1994
:
Tahun 1998
:
Tahun 1998
:
Tahun 2(XX)
:
Tahun 2(XX) Tahun2(X)6
:
Tahun2007
:
Tahun 2009
:
Menyongsong Pembangunan Janggka Panjang Tahap 11" kerjasama Kanwil Departemen Penerangan dengan Perguruan Tinggi sekotamadya Pekanbaru Ketua Pelaksana Seminar Persiapan Sumber Daya Manusia Menyongsong PELITA VI di Propinsi Riau Ketua Penyelenggara Seminar Kependudukan dan Keluarga Sejahtera Propinsi Riau kerjasama Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Riau Ketua Pelaksana Kongres Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Riau Sekretaris Pelaksana Koordinasi Rapat Kerja dan Rapat Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta (Sumbar-Riau-Jambi) dengan Kopertis Wilayah X di Pekanbam Ketua Pelaksana Rapat Kerja Penguras Wilayah Asosiasi Perguraan Tinggi Swasta Selurah Indonesia diBatam Ketua Pelaksana Rapat Koordinasi Penguras Wilayah Asosiasi Perguraan Tinggi Indonesia dengan Kopertis Selurah Wilayah (I-XIII) di Batam Ketua Pelaksana Seminar "Disaster Management" Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Riau Ketua Pelaksana Seminar "Strategi Pengembangan UKM dalam Memacu Perkembangan Ekonomi Kerakyatan" Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Riau Ketua Pelaksana Seminar " BUMD: Usaha 44
Daerah di tengah Globalisasi dan Otonomi Daerah" Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Riau 15. Pdatihan-Pelatihan Tahun 1984 Tahun 1986 Tahun 1988 Tahun 1992 Tahun 1995 Tahun Tahun 1987 Tahun 1992 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
Pelatihan Demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Riau Pelatihan Ekonomi Sumber Daya Manusia, Depnaker dan Bapennas, Jakarta Penyusunan Kurikulum dan SAP untuk Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta Penulisan Bahan Ajar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Depnaker - Bapenas, Jakarta Penyusunan Konsentrasi Mata Kuliah untuk Pembukaan Jurusan Dmu Ekonomi Sumber Daya Manusia di Perguruan Tinggi, Depnaker Bapenas Anggota Tim Penyusunan Buku REPELITA IV dan V Daerah Tingkat I Riau Penataran Perencanaan Tenaga Kerja (Makro dan Mikro) Departemen tenaga Kerja, Jakarta Penataran Kepemimpinan Perguraan Tinggi Swasta , Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Inventarisir dan Pengembangan Sektor Pariwisata di Propinsi Riau Studi Pengembangan dan Penggalian Potensi Restibusi (PAD) Propinsi Riau kerjasama Fakultas Ekonomi Universitas Riau dengan Dinas Pendapatan Propinsi Riau Analisis UKM Propinsi Riau, kerjasama Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Riau dengan 45
Tahun 2007
16. Makalah dan Buku Tahun 1982 Tahun 1986 Tahun Tahun Tahun Tahun 1999 Tahun 2000
Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Riau : Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kampar, Kerjasama Bapedda Kampar dengan Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Riau Profil Pendudukan Propinsi Riau, Anahsis Hasil Sensus Penduduk Tahun 1980, PeneAit Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan LD Universitas Indonesia, Jakarta Analisis Tmgkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Upah Minimum, Bagian dari Materi Bahan Ajar Ekonomi Sumber Daya Manusia (SDM), Kantor Menteri Tenaga Kerja, Jakarta Masalah Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Propinsi Riau, disampingkan dalam Pelatihan Mahasiswa Muhamadiyah se-Sumatera di Pekanbam Kebijaksanaan Aksi Penanggulangan Pengangguran Akibat Krisis Moneter, disajikan pada Seminar Dewan Ketenagakerjaan Daerah Riau Masalah-Masalah Penelitian Kepariwisataan di Propinsi Riau, disajikan pada diskusi yang dilaksanakan oleh Kanwil departement Tenaga kerja Propinsi Riau di Batam Strategi Pengembangan Pakaian Melayu Riau, disampaikan pada seminar yang dilaksanakan oleh Dharma Wanita Tk I Riau di Pekanbam Masalah Sumber Daya Manusia Menghadapi Era Globalisasi disampaikan pada kuliah 46
Tahun 2009 Tahun 2009 17. Po^liargaan Tahun Tahun Tahun
Perdana Peresmian Pembukaan Akademi Manajemen Informatika Komputer - Dumai Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Budaya Organisasi pada Hotel Berbintang di Daerah Riau Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Strategi Bisnis Pada Hotel Berbintang di Daerah Riau Mahasiswa Teladan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Dari Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Dosen Teladan Universitas Riau dari Universitas Riau Setya Lencana Karya Setia X Tahun dari PresidenRI
47
UCAPAN TERIMA KASIH Sebelum saya mengakhiri pidato pengukuhan ini, saya persembahkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Allah SWT dengan mengucapkan Alhamdulillahirrabbil a'lamin, sampai saat dan detik ini Allah tak pemah berhenti mencurahkan berbagai karunia dan nikmat sehingga setiap butir ilmu yang ditebar oleh para pendidik saya telah mampu untuk menggapai jenjang jabatan akademik tertinggi sebagai Guru Besar pada Fakultas Ekonomi Universitas Riau, saya berharap sangat kepada Allah dengan secuil ilmu yang telah saya peroleh ini akan mampu untuk lebih bisa memunculkan sikap dan perilaku yang selalu dalam ridho Allah serta mampu pula saya tebarkan kepada semua orang. Untuk apa meramu samak Kalau tidak dengan pangkalnya Untuk apa berilmu banyak Kalau tidak dengan amalnya Selanjutnya pada kesempatan yang tiada duanya dalam kehidupan saya ini, saya sampaikan rasa hormat yang setinggitingginya serta rasa terima kasih yang tiada batasnya kepada yang mulia Ayahanda H samsul Salam (Almarhum) dan Ibunda yang sangat saya sayangi Hj. Siti Nur Aisyah, ibunda yang telah memberikan segala-galanya kepada saya mulai dari sejak sejengkal dari tanah bahkan saat saya dilahirkan ke persada bumi ini ibunda dalam kesakitan sangat bahkan mungkin meregang nyawa serta dalam dinginnya malam ibunda yang mendekap ananda. Masih terbayang dalam ingatan betapa susahnya ibunda mengitari kampung dengan kaki telanjang sebagai seorang petani untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anak ibunda. Dengan bahasa yang sangat sederhan ibunda tanamkan kepada ananda agar bertutur kata yang santun - berperilaku yang sopan 48
berbudi pekerti yang mulia - serta mencontohkan kesungguhan yang luar biasa walaupun terkadang hidup selalu diterpa oleh ketiadaan. — ibunda - hari ini sempuma sudah rasanya ketulusan hati bunda menghantar saya berdiri di depan ini menyampaikan pidato pengukuhan sebagai guru besar untuk itu sekali lagi saya sampaikan terima kasih yang tulus buat ibunda yang mulia Hj. Siti Nur Aisyah. Selanjutnya ayahanda yang telah tiada, pada kesempatan ini ananda nukilkan seuntaian doa buat ayahanda yang sangat saya hormati dan saya sangat sayangi, semoga Allah menempatkan ayahanda bersama orang-orang soleh - menerangi ayahanda dari gelapnya kubur - menghapus semua dosa yang mungkin pemah terlakukan. Terima kasih ayahanda dari berbagai kelelahan dan keletihan yang ayahanda alami selama melayarkan bahtera kehidupan. — terkadang ada kata yang teracap membuat ayahanda sedih - terkadang ada perilaku yang menyakitkan hati ayahanda terkadang ada suruhan ayahanda yang tak terlakukan, membuat ayahanda sedih namun ayahanda tak pemah marah dan tak pemah berhenti menasehati ananda. Alhamdulillah - hari ini ananda dikukuhkan sebagai gum besar, terima kasih ayahanda untuk itu semua. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada orang tua saya Bapak Prof. Dr. H. Suwardi, MS dan ibu Dra. Hj. Ruda Ani Dengan rasa sabar yang luar biasa, serta rasa kasih sayang yang teramat sangat yang beliau berikan kepada saya, padahal saya sangat menyadari betapa banyaknya perbuatan salah terlakukan namun beliau tak pemah merasa putus asa untuk selalu memberikan tunjuk ajar serta motivasi yang cukup dari perjuangan beliau sebagai tenaga pengajar yang tak pemah berhenti menyampaikan berbagai disiplin ilmu kepada orang-orang yang selalu menghargai sebuah ilmu. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada yang mulia mamanda Drs. H. Samad Taha, MBA. Banyak sudah telah beliau paparkan kepada saya tentang rona-rona kehidupan beragamnya 49
pola pikir manusia yang perlu dicermati, maka dari banyak tunjuk ajar yang beliau berikan diantaranya: Bekal ilmu mencelikkan Bekal iman menyelamatkan Kalau duduk disuruh berguru Kalau tegak disuruh bertanya Di singkap tabir akalnya Di bukakan pintu ilmu Di bentangkan alam seluasnya Pucuk dedap sclera dedap Sudah bertangkai setapak jari Duduklah anak membaca kitab Sesudah pandai tegak sendiri Dalam merantau mencari guru Dalam berdagang mencari ilmu Ingat akan tunjuk dengan ajar Ingat akan amanah dengan petuah Pandai mengunut langkah yang lalu Pandai membacajejak yang lampau Pandai mencontoh pada yang sudah Bijak membaca yang belum tiba Banyak orang pandai berkitab Sedikit saya pandai bersyair Banyak orang pandai bercakap Sedikit saja pandai berpikir Apakah tanda batang tebu Batang tebu halus uratnya Apalah tanda orang berillmu Orang berilmu halus sifatnya 50
Semakin banyak tebu dicabut makin terasa tumbuhnya semak semakin banyak ilmu dituntut semakin banyak kurangnya awak inilah petuah-tuah beliau yang saya pegang erat, dan ini pulalah yang menghantarkan saya untuk bisa dikukuhkan sebagai guru besar pada hari ini. Sekali lagi saya sampaikan ucapan terima kasih, serta doa buat mamanda H Samad Taha, MBA yang saat ini terbaring di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Semoga Allah SWT memulihkan beliau dari sakitnya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada yang mulia Ayahanda Mertua Bapak H. Djamaluddin dan Ibunda Mertua Ibu Mawardiana (Almarhumah) yang selalu memberikan motivasi kepada keluarga terutama dalam membina rasa kebersamaan, kekompakan dan ketentraman. Terima kasih ini juga saya sampaikan kepada Saudara-saudaraku, : Adinda Joni Baldi beserta Keluarga, Adinda Wisma Dewi beserta keluarga, Adinda Afriadi beserta keluarga, Adinda Asri beserta keluarga, Adinda Heri Mardani beserta keluarga, Adinda Devianti dan Adinda Minaldi Fajri Teristimewa ucapan terima kasih yang teramat sangat kepada sosok seorang wanita - istri tercinta : Dra. Okta Kameli, M. Si ibunda dari kedua anakku - beliaulah tempat berbagi suka dan duka, beliaulah tempat memaparkan berbagai pahit getimya kehidupan, beliau seorang istri yang tak pemah mengeluh karena ketiadaan, beliau seorang ibu yang sangat arif menyikapi dari berbagai perilaku anaknya. Sempuma sudah rasanya ketulusan beliau dalam mendampingi saya selama puluhan tahun - dan dengan berbagai sumbang pemikiran beliaulah membuat saya dikukuhkan sebagai gum besar pada hari ini. Kepada anakku Azzanu Ohara dan Revnu, keberhasilan ayahanda hari ini adalah berkat doa kalian berdua. Kalian berdua adalah permata hati yang selalu menyinari kalbu ayah dan bunda. 51
Ayahanda berharap semoga ananda berdua akan selalu menghormati dan menyanyangi ayah bunda serta liku-liku perjalananan hidup ananda akan senantiasa bermanfaat bagi diri ananda, bermanfaat bagi orang lain serta berguna bagi bangsa dan negara. Terima kasih ini juga saya sampaikan kepada Saudarasaudaraku, : — Abang H. Asri Syam & keluarga - Ir. Hj. Emi Sumiarsih, M. Sc &Kel — Dinda Syamsuardi beserta keluarga - DR. Ir. H. Trio Adiono & Kel — Dinda Rosdialis beserta keluarga - Dra. Hj.Wiwik Kodriati, MM &Kel — Dinda Ergusnetti beserta keluarga- dr. Suci Lusriany & Kel — Dinda Maryantina & keluarga - Dra. Hj. Dewita S Ningsih, MBA & Kel — Dinda Indra beserta keluarga Yang selalu merajut tali kebersamaan, sehingga dengan kebersamaan itulah menghantarkan saya untuk dikukuhkan sebagai guru besar, begitu juga sahabat-sahabat saya — kawan bergelut di waktu kecil - kawan sepermainan, sdr Darius, M. Nasir Abbay, Sdri Raja Asiah dan kawan-kawan lainnya yang banyak mengukir keindahan dalam hidup, merangkai tali persaudaraan dalam bingkai kebersamaan. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak dan Ibu Guru yang berjasa besar dalam meniti kehidupan ini, para guru di sekolah dasar diantaranya Bapak H. Yohanis, Bapak Joela, Ibu Roslaini, Bapak Amin (Almarhum) beliau-beUaulah yang mengajarkan merangkai kata untuk menjadi seuntaian kalimat, sehingga saya mampu membuka cakrawala berpikir serta bisa menerima berbagai disiplin ilmu pada jenjang yang lebih tinggi (PGAN Pekanbaru, dengan gurunya bapak H. Bakri.,K, Bapak Tahar Arif). (SMA Setia Dharma Pekanbaru dengan gurunya Bapak H. Jusnir dll.) 52
Selanjutnya, tiada kata yang dapat saya ucapkan selain dari ucapan terima kasih yang tiada batas kepada Rektor Universitas Riau yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS beserta PR I, Prof. Dr. Ir. H. Aras Mulyadi, DEA, PR II Dr. Yanuar, M.Sc, PR III Drs. H. Rahmat, MT dan PR IV Dr. Adi Prayitno, M.Sc dan anggota Senat Universitas Riau yang telah memberikan rekomendasi pengusulan Guru Besar saya. Kepada Dekan Fakultas Ekonomi yang juga Ketua Senat Fakultas Ekonomi Universitas Riau Drs. Kennedy, MM.Ak. beserta Pembantu Dekan, Seluruh Anggota Senat Fakultas Ekonomi, Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen, Ketua Laboratorium, rekanrekan dosen Jurusan Manajemen dan Dosen Fakultas Ekonomi pada umumnya beserta seluruh pegawai, yang telah bersusah payah mempersiapkan administrasi usulan Guru Besar sampai pada acara pengukuhan termasuk rekan-rekan Panitia yang terlibat dalam acara pengukuhan pada hari ini. Saya menghaturkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Ibu Prof. Dr. Eka Afnan Troena selaku promotor, Bapak Prof. Dr. H. Armanu Thoyib, SE. M.Sc dan Prof. Dr. Djumilah Zain selaku Co-Promotor Disertasi pada Program Pasca Sarjana di Universitas Brawijaya Malang. Demikian pula kepada Prof. Dr. H.M. Syafei Idrus, SE.,M.Sc, Prof. Dr. Margono Setiawan, SE.,SU, Prof. Dr. Surachman, MSIE. Prof. Dr. Solimun, DEA, Prof. Dr. Agussuman, DEA, Prof. Dr. Maryunani, MS , Prof. Dr. Munawar Ismail, Dr. Ahmad Erani, Dr. Ghozalie Maskie, Prof. Dr. Pudjiharjo, Prof. Dr. Umar Burhan, Dr. Sasongko, Dr. Sudiro, Dr. Khusaini, Dr. Soemarsono dan Dr. Jumahir yang banyak memberikan inspirasi dan dorongan untuk menyelesaikan studi. Demikian pula kepada rekan-rekan seangkatan Prof. Dr. H. Yohanas Gemar, MM, Prof. Dr. H. Amries Rush Tanjung, MM, Prof. Dr. Dra. Sri Indrastuti, MM, Prof. Dr. Hj. Djanimar Djamin, MS, Prof. Dr. Zulkamain, MM, Dr. Teddy Chandra, SE.,MM, Dr. H. Kasman Arifin, SE., MM, Dr. Ir. H. Ahmad Helmi, M.Sc, MM, 53
MP, M.Ag, Dr. Ir. H. Firdaus Ces, Dr. Ir. Dadi Komardi, M.Eng, Dr. Ir. Asmara H. Komara, MM, dan Dr. Ir. Hinsatopa Simatupang,MM dan lain-lainnya. Selanjutnya kepada para dosen-dosen saya baik yang masih aktif, yang sudah puma tugas, maupun yang sudah mendahului kita. Diantara dosen yang banyak membantu dan membentuk kepribadian saya baik selagi mahasiswa hingga menjadi dosen, diantaranya Bapak Drs. H. Said Syahbuddin (Aim), Bapak Roesdi Ilyas, Bapak R. Soebagyo, Ibu Sofinar Abdullah, Bapak Drs. H.B. Nazar Dahlan (Aim), Bapak Drs. Ongku Sati Hasibuan (Aim), Bapak Drs. H. Yusrizal, Ibu Dra. Hj. Nuraini, Ibu Dra. Hj. Deliwami Idroes, Ibu Dra. Djusmanidar, Bapak Hainim Kadir, M.Si dan lain-lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Mereka semua sangat berjasa dalam membimbing dan mengantarkan keberhasilan saya pada hari ini. Bagi yang telah mendahului kita semoga arwahnya diterima disisi Allah SWT dan dilapangkan kubumya, Amin. Bagi yang puma tugas semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan an kemudahan semasa hidupnya. Bagi yang masih aktif saya berdoa semoga diberi kesehatan dan dapat melaksanakan tugasnya sampai masa puma tugas. Ucapan terima kasih juga khusus saya sampaikan kepada Bapak H.M. Rush Zainal, SE.MP Gubemur Riau yang banyak membantu baik moril maupun materil selama mengikuti studi S3. Demikian juga kepada Walikota Pekanbam Bapak Drs. H. Herman Abdullah, MM. Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs. M. Yafis, Drs. Mulyadi Awal, Tengku Azwir, Jonril DS, Jamalus Jamal, Amir Syarifuddin, Ibu Yulisna dan lainnya Yang juga tumt membina dan bekerjasama selama saya mengabdi hingga kembali ke almamater saya, insyaallah tahun depan. Demikian pula kepada Bapak Drs. H. R. Mambang Mit selaku Ketua ISEI Cabang Pekanbam Koordinator Propinsi Riau dan rekanrekan pengums ISEI lainnya yang selama ini selalu bekerjasama untuk memajukan organisasi ini ke depan. 54
Ucapan terima kasih yang teramat sangat kepada kolega-kolega saya yang telah banyak membantu dalam mendukung kegiatankegiatan di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Riau diantaranya Ibu Yusni Maulida, SE, M,Si, Rio Marpaung, SE, MM dan Sri Afrina Yanti, S.Sos Semoga pengukuhan guru besar saya pada hari ini diridhoi dan diberkati oleh Allah SWT dan sebagai tonggak awal untuk berbuat dan mengabdi bagi kepentingan almamater, bangsa dan negara. Wabillahitaufiq Walhidaya, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pekanbaru, 25 September 2010
55