PENGARUH PEMBERIAN BAHAN ORGANIK BRIKET DAN SERBUK DENGAN FORMULA PUPUK DALAM MEDIA TUMBUH TANAMAN PADA BEBERAPA SIFAT TANAH, PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN SERAPAN HARA TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.)
Oleh Marfita Ike Prajayana A24101057
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN
MARFITA IKE PRAJAYANA, Pengaruh Pemberian Bahan Organik Briket dan Serbuk Dengan Formula Pupuk Dalam Media Tumbuh Tanaman Pada Beberapa Sifat Tanah, Pertumbuhan, Produksi, dan Serapan Hara Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). (dibawah bimbingan SUDARMO dan ATANG SUTANDI) Tanaman tomat merupakan tanaman yang mengandung kadar air tinggi. Kondisi tanah yang mampu menyediakan air tersedia memadai akan menunja ng pertumbuhan dan produksi tomat. Latosol memiliki sifat meretensi air rendah. Briket merupakan bentuk bahan organik yang dikemas dengan penampilan yang lebih menarik dan dapat digunakan sebagai media tumbuh tanaman. Berdasarkan sifat Latosol yang kemampuan meretensi air rendah serta untuk memenuhi kebutuhan media tanam tomat, maka melalui penelitian ini dikaji pengaruh bahan organik serbuk dan briket dengan formula pupuk dalam media tumbuh tanaman pada beberapa sifat tanah, pertumbuhan, produksi, dan serapan hara tanaman tomat. Penelitian dilakasanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan Fakultas Pertanian IPB, Darmaga pada akhir bulan Mei sampai Agustus 2005. Analisis pendahuluan sifat kimia tanah dan analisis pupuk dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah pada bulan Februari sampai Maret 2005. Sedangkan untuk analisis akhir (sifat fisik tanah, kimia tanah, dan analisis tanaman) dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2005 di Laboratorium fisika dan kimia tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial 2 faktor. Sebagai faktor 1 adalah bahan organik (BO) terdiri dari 5 taraf yaitu tanpa BO (B0), BO serbuk 1% (50 g/5 kg tanah) (B1), BO briket 1% (50 g/5 kg tanah) (B2), BO briket 2% (100 g/5 kg tanah) (B3), BO briket 3% (150 g/5 kg tanah) (B4). Faktor 2 adalah pemberian formula pupuk terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa pupuk (P0), pemberian pupuk dengan dosis urea (175 kg/ha); TSP (350 kg/ha); KCl (200 kg/ha) dan dolomit (500 kg/ha) (P1), pemberian pupuk makro ditambah dengan pupuk mikro: urea (175 kg/ha); TSP (350 kg/ha); KCl (200 kg/ha), dolomit (500 kg/ha) dan Cu (10 kg/ha); Zn (10 kg/ha); B (5 kg/ha); Mo (1 kg/ha) (P2). Dengan demikian diperoleh 15 pe rlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 1 musim tanam (10 MST), kombinasi bahan organik serbuk 1% dengan formula pupuk P1 merupakan media tanam terbaik bagi pertumbuha n, produksi, dan serapan hara tomat. Bahan organik serbuk dan briket sangat nyata meningkatkan air tersedia, C/N ratio dan sangat nyata menurunkan ketahanan penetrasi tanah serta tidak nyata menurunkan nisbah evapotranspirasi. Formula pupuk tidak nyata meningkatkan air tersedia dan tidak nyata menurunkan ketahanan penetrasi, nisbah evapotranspirasi dan C/N ratio. Interaksi bahan organik briket dan serbuk dengan formula pupuk berpengaruh nyata terhadap evapotranspirasi total, serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot kering serta tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap air tersedia, C/N ratio tanah, ketahanan penetrasi dan nisbah evapotranspirasi. Tinggi tanaman tertinggi dicapai pada interaksi bahan organik briket 2% dengan formula pupuk P1 yaitu sebesar 110.27 cm. Jumlah daun dan bobot kering tertinggi dicapai pada interaksi bahan organik 1% serbuk dengan formula pupuk P1 dengan nilai masing-masing 134 helai/batang dan 39.60 gram/batang.
SUMMARY
MARFITA IKE PRAJAYANA, The Effect of Added Organic Material and Fertilizer Formula by Briquet and Powder Type to Several Soil Characteristic, Growing, Production, and Nutrition Spare of Tomato Plant (Lycopersicon esculentum Mill.) (supervised by SUDARMO and ATANG SUTANDI) Tomato is plant that to content high water. Soil condition that capable to provide water adequately will support the growth and production of tomato. Latosol has a low tendency in water retention. Briquette is an organic material forms that packages interestingly and can be used as a media for crop to grow. base on its nature, Latosol which has the ability to retention water and also to fulfill tomato’s media plantation, therefore this research is to study the affect of organic material of powder and briquette with fertilizer formula in corps growth media at some soil properties , growth, production, and nutrition absorption of tomato. Research was conducted in green house at Cikabayan Experimental Garden, Faculty of Agriculture IP B, Darmaga by the end of May until August 2005. Preface Analyses of soil chemistry and fertilizer analysis was accomplished in chemistry laboratory and soil fertility from February until March 2005. While for the final analysis (soil physical, soil chemistry and crop analyses) was done in September until October 2005 in laboratory of physics and soil chemistry, Departmental of soil, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural Institute. Experimenta l method used in the research was factorial design for 2 factors. As for the 1st factor is organic material (OM) consisted of 5 level, that is non organic material, organic material of powder 1% (50 g/5kg of soil) (B1), organic material of briquette 1% (50 g/5kg of soil) (B2), organic material of briquette 2% (100 g/5kg of soil) (B3), organic material of briquette 3% (150 g/5kg of soil) (B4). The 2nd Factor is fertilizer formula addition consist of 3 level, that is without fertilizer (P0), gift fertilize with urea dose (175 kg/ha); TSP ( 350 kg/ha); KCL ( 200 kg/ha) and dolomite ( 500 kg/ha) ( P1), macro fertilizer added with micro fertilizer: urea ( 175 kg/ha); TSP ( 350 kg/ha); KCL ( 200 kg/ha), dolomite ( 500 kg/ha) and Cu ( 10 kg/ha); Zn ( 10 kg/ha); B ( 5 kg/ha); Mo ( 1 kg/ha) ( P2). Therefore we obtained 15 treatment repeated for 3 times, so that there are 45 set of attempt. Base on the result of research that conducted during one plantation season, combination of organic material of powder 1% with formula fertilize P1 gift the best media for growth, production, and absorption of tomato nutrition. Organic material of powder and briquette improve the water retention, C/N Ratio and degrade penetrating resilience of soil and also it didn’t degrade ratio of evapotranspiration. Organic substance have an effect to total evapotranspiration. The formula of fertilizer is not improve water availa bility and is not degrade penetrating resilience, ratio of evapotranspiration and C/N ratio. Interaction of organic material of briquette and powder with formula fertilizer is to have an effect on total evapotranspirasi, nutrition absorption of N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, height of crop, the amount of leaf, and the dry weight and also do not show real influence to pore of water availa bility, C/N soil ratio, penetrating resilience and
ratio evapotranspirasi. the highest crop reached at the interaction of organic material of briquette 2% by formula fertilize P1 that is equal to 110.27 cm. the amount of highest dry weight and leaf reached at the interaction of organic material powder 1% by formula fertilize P1 with value of each 134 sheet/stick and 39.60 g/stick.
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN ORGANIK BRIKET DAN SERBUK DENGAN FORMULA PUPUK DALAM MEDIA TUMBUH TANAMAN PADA BEBERAPA SIFAT TANAH, PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN SERAPAN HARA, TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.)
Oleh Marfita Ike Prajayana A24101057
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul Penelitian
: PENGARUH PEMBERIAN BAHAN ORGANIK BRIKET DAN SERBUK DENGAN FORMULA PUPUK DALAM MEDIA
TUMBUH
BEBERAPA PRODUKSI,
SIFAT DAN
TANAMAN TANAH,
SERAPAN
TERHADAP
PERTUMBUHAN, HARA
TANAMAN
TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.). Nama Mahasiswa : MARFITA IKE PRAJAYANA Nomor Pokok
: A24101057
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Sudarmo, MSi
Dr. Ir. Atang Sutandi, MS
NIP. 131 284 622
NIP. 130 937 427
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supia ndi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 11 Maret 1984. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Junaedi, S.Pd dan Ibu Suci Rahayu, S.Pd. Penulis memulai pendidikan formal di TK Aisyiyah II pada tahun 1989. Tahun 1995 penulis lulus dari SD Negeri Mojorembun 02, kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTP N 1 Randublatung. Selanjutnya penulis meneruskan studi di SMU Negeri 1 Randublatung dan lulus pada tahun 2001. Tahun 2001 penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Selama menjalankan pendidikan di IPB penulis berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Geomorfologi Tanah dan Analisis Lanskap pada periode 2003/2004. Pada periode yang sama penulis aktif di HMIT (Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah) salah satu HIMPRO (Himpunan Profesi) di IPB sebagai staf Biro Kajian Ilmiah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillah rabbil alamin , Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Baha n Organik Serbuk dan Briket dengan Formula Pupuk dalam Media Tumbuh Tanaman Pada Beberapa Sifat Tanah, Pertumbuhan, Produksi, dan Serapan Hara Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)” dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Sudarmo, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingannya selama masa persiapan, pelaksanaan penelitian, dan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Atang Sutandi, M.S selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan penelitian. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak terlepas daripada dorongan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada : 1. Ibu, Bapak, Hesti (adik) dan seluruh keluargaku yang tanpa hentinya memberikan do’a, semangat serta dukungan dan kasih sayang kepada penulis. 2. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc selaku dosen penguji 3. Ir. Heru Bagus Pulunggono, M.Agr selaku dosen Pembimbing Akademik.
4. Ibu Tini selaku staf perpustakaan ”Terima kasih atas bantuannya di dalam pencarian berbagai literatur” Pak udin, Mas Ipul, Pak Koyo, Pak Dadi, Ibu Yani selaku staf Laboratorium ”Terima kasih atas bantuannya dalam penyediaan alat dan bahan untuk kebutuhan analisis Laborator ium” Pak Romli ”Terima kasih atas bantuannya selama penelitian di rumah kaca” 5. “Agung” Terima kasih atas dukungan, do’a, semangat, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama ini. 6. ”Pipin” Terima kasih atas informasinya tentang statistik. 7. ”Raihana crew” sebagai keluarga keduaku terima kasih atas perhatian, kebersamaan dan persahabatannya. 8. Teman-teman Tanah 38 (Ricka, Apie, Nita, Yayah, Endang, Patma, Ien, Imasy) serta teman-teman yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu Terima kasih telah memberikan masukan dan saran kepada penulis selama peneletian dan penulisan skripsi. 9.
”Konco-konco Jowo ku (Satria, Rini, Anik, Dwi, Eka, Imam, Aris)” Terima kasih atas semangat, perhatian, dan persahabatannya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan banyak
sekali kekurangan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Februari 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................
1
1.2. Tujuan .............................................................................................
3
1.3. Hipotesis .........................................................................................
3
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sifat-sifat Umum Latosol................................................................
4
2.2. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat Tanah, Evapotranspirasi, dan Pertumbuhan. 2.2.1. Sifat Tanah .........................................................................
5
2.2.2. Evapotranspirasi .................................................................
7
2.2.3 Pertumbuhan Tanaman ........................................................
8
2.3. Media Tumbuh Tanaman ................................................................
9
BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
11
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................
11
3.3. Metode 3.3.1. Percobaan Rumah Kaca .....................................................
12
3.3.2. Pelaksanaan Penelitian .......................................................
13
3.3.3. Analisis Laboratorium ........................................................
18
3.3.4. Rancangan Penelitian dan Analisis Data ............................
20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat-sifat Tanah Latosol .................................................................
22
4.2. Sifat Kimia Bahan Organik .............................................................
22
4.3. Sifat-sifat Media Tumbuh Tanaman 4.3.1. Ketahanan Penetrasi ...........................................................
23
4.3.2. Air tersedia .........................................................................
25
4.3.3. C/N Ratio Tanah ................................................................
27
4.4. Pertumbuhan dan Produksi Tomat .................................................
28
4.5. Evapotranspirasi 4.5.1. Evapotranspirasi Total ........................................................
32
4.5.2. Nisbah Evapotranspirasi .....................................................
34
4.6. Serapan Hara ...................................................................................
36
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .....................................................................................
39
5.2. Saran ................................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
41
LAMPIRAN ...................................................................................
43
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
1.
Jenis Analisis dan Metode ..............................................................
2.
Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Ketahanan Penetrasi....................................... 24
3.
Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Air Tersedia ................................................... 26
4.
Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap C/N Ratio ....................................................... 27
5.
Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tomat................... 29
6.
Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Evapotranspirasi Total....................................
33
Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Nisbah Evapotranspirasi.................................
35
7.
8.
19
Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Serapan Hara Tanaman................................... 37
Lampiran 1.
Hasil Analisis Pendahuluan Tanah Latosol Darmaga .........................
44
2.
Hasil Analisis Kimia Briket ................................................................
44
3.
Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Tanah, Evapotranspirasi, Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Tomat..
45
Hasil Uji Duncan Pengaruh Interaksi Terhadap Sifat Tanah, Evapotranspirasi, Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Tomat..
46
5.
Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Ketahanan Tanah...........
49
6.
Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Air Tersedia ..................
49
7.
Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap C/N Ratio Tanah ........... 49
8.
Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman ............ 49
9.
Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Daun .................. 50
4.
10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Kering Tomat ..... 50 11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Evapotranspirasi Total... 50 12. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Nisbah Evapotranspirasi.. 50 13. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara N .............. 51 14. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara P .............. 51 15. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara K ............. 51 16. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Ca ............ 51 17. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Mg ........... 52 18. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Cu ............ 52 19. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Zn ............. 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Bahan Organik Dalam Bentuk Briket 1%, 2% dan 3 % .......................
14
2. Grafik Tinggi Tanaman 10 MST Pada Masing-masing Perlakuan ......
31
3. Grafik Bobot Kering Pada Masing-masing Perlakuan .........................
31
4. Grafik Evapotranspirasi Total Pada Masing-masing Perlakuan............. 33 5. Grafik Nisbah Evapotranspirasi Pada Masing-masing Perlakuan.......... 35
Lampiran 1. Tanaman Tomat 8 MST Pada Perlakuan Bahan Organik 1% Serbuk, Tanpa Bahan Organik dan Bahan Organik 1% Briket ........................
53
2. Tanaman Tomat 8 MST Pada Perlakuan Bahan Organik Serbuk 1%...
53
3. Tanaman Tomat 8 MST Pada Perlakuan Kombinasi Media Tanam Terbaik ..................................................................................................
54
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan sayuran dataran tinggi
yang dapat dimanfaatkan buahnya. Tomat termasuk salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Sayuran buah ini disukai karena rasanya enak, segar dan sedikit asam. Selain itu, dinilai dari kandungan gizi menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), untuk setiap 100 g buah tomat masak mengandung 21 kalori; 1.0 g protein; 0.3 g lemak; 4.2 g karbohidrat; 5 mg kalsium; 27 mg fosfor; 0.5 mg besi; 1500 SI Vitamin A; .06 mg Vitamin B1; 40 mg Vitamin C dan 94.0 g air. Produksi tomat di Indonesia dapat ditingkatkan dengan ditemukannya teknologi budidaya yang lebih baik. Pertumbuhan maksimal dapat diperoleh apabila media tanam yang digunakan optimum untuk mendukung pertumbuhan akar, terutama kemampuannya untuk memegang serta menyediakan air dan unsur hara bagi tanaman. Tanah yang sesuai untuk tomat adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu porous serta kaya bahan organik. Latosol merupakan salah satu jenis tanah mineral yang telah mengalami tingkat perkembangan lanjut bersolum tebal dengan batas horison yang baur, sifat fisiknya cukup baik bagi tanaman tahunan tetapi tidak baik untuk tanaman musiman seperti tanaman sayur yang memerlukan air dalam jumlah cukup. Tanah ini memiliki lapisan olah yang gembur dan permeabilitas yang berada pada kisaran lambat sampai sedang tetapi memiliki daya retensi air yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh Latosol yang didominasi oleh mineral liat tipe 1:1 (kaolinit) dan kurang baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk meningkatkan daya pegang air maka digunakan bahan organik. Limbah merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara Indonesia. Volume limbah setiap hari meningkat, sedangkan usaha-usaha penanggulangannya belum seimbang. Kotoran sapi merupakan salah satu jenis limbah pertanian, yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik tanah. Bahan organik memiliki kemampuan menahan air yang tinggi dan juga berperan dalam menyediakan sumber energi bagi aktifitas organisme tanah baik makro maupun mikro. Jumlah kotoran sapi cukup besar, tetapi penggunaan dan pemanfaatannya belum optimal. Bertolak dari keadaan tersebut di atas, maka diperlukan adanya usaha pemanfaatan kotoran sapi dimana kotoran sapi tersebut selain berfungsi sebagai bahan organik tanah juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Penampilan kotoran sapi kurang menarik terutama bila akan digunakan untuk tanaman sayur dalam media tanam di pot. Untuk memperbaiki penampilan kotoran sapi sehingga mudah digunakan, maka salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah penggunaan briket. Briket merupakan bentuk bahan organik yang dikemas dengan penampilan yang lebih menarik dan dapat digunakan sebagai media tumbuh tanaman. Selain berfungsi sebagai bahan organik, briket juga dapat diguna kan sebagai media tanam pengganti. Apabila briket dicampurkan kedalam media tumbuh tanaman, kandungan bahan organik yang dimilikinya dapat berperan sebagai penyimpan air.
1.2
Tujuan Mengetahui pengaruh pemberian bahan organik briket dan serbuk yang
tidak diperkaya dan yang diperkaya dengan pupuk terhadap sifat tanah, pertumbuhan, produksi, dan serapan hara tanaman tomat.
1.3
HIPOTESIS 1. Terdapat perbedaan respon akibat pemberian bahan organik briket dan serbuk yang tidak diperkaya dan yang diperkaya dengan pupuk terhadap sifat tanah, pertumbuhan, produksi, dan serapan hara tanaman tomat. 2. Terdapat kombinasi pemberian bahan organik briket dan serbuk dengan formula pupuk yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
II. TINJUAN PUSTAKA
2.1
Sifat–sifat Umum Latosol Sifat Latosol yang paling menonjol dan penting adalah terbentuknya
keadaan granular. Keadaan itu merangsang drainase dalam yang sangat baik. Latosol dapat dig unakan untuk pertanian meskipun dibawah tekanan curah hujan yang dapat menyebabkan suatu tanah tidak dapat diolah (Soepardi, 1979). Adapun sifat-sifat fisik tanah Latosol adalah bertekstur lempung hingga liat, kadar liat berkisar antara 50-90 % dan debu berkisar dari 3-30 %; perbedaan tekstur yang jelas tidak ada; strukturnya granuler, remah hingga gumpal lemah; konsistensinya gembur; drainase dalam yang baik; permeabilitas yang tinggi; stabilitas agregat tinggi dan kepekaan terhadap erosi rendah. Sedangkan sifat-sifat kimia umumnya kurang baik, kandungan unsur haranya rendah, KTK rendah, jumlah basa-basa rendah dan seskuioksida tinggi serta kandungan silika rendah, kandungan Al dan Fe yang dapat dipertukarkan relatif tinggi, derajat kemasaman tanah rendah (Dudal dan Supraptoharjo, 1957). Soepardi (1979) mengatakan bahwa KTK Latosol yang rendah sebagian disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida. Mereka sangat miskin akan basa-basa dapat dipertukarkan. Ini berarti bahwa tingkat kesuburannya sangat rendah. Dengan demikian tanpa tindakan-tindakan tertentu pada tanah ini akan segera mengalami penurunan kesuburannya bila digunakan untuk pertanian. Dengan demikian tanah tersebut memerlukan banyak pupuk bila akan digunakan secara intensif. Satu kerugian dari adanya kadar seskuioksida yang tinggi ialah hubungannya dengan efisiensi pupuk
superfosfat. Oksida dari Fe dan Al menyebabkan pupuk fosfor tidak tersedia bagi tanaman karena diikat kuat olehnya. Beberapa Latosol bereaksi sedang bahkan hingga sangat masam. Latosol dapat memberikan respons yang baik terhadap pengapuran maupun pemupukan walaupun diberikan dalam jumlah sedikit.
2.2.
Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat Tanah, Evapotranspirasi, dan Pertumbuhan Tanaman
2.2.1. Sifat Tanah Bahan organik adalah merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami perubahan bentuk secara terus menerus. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa fakt or yaitu faktor fisika, kimia dan biologi (Kononova, 1974). Terhadap sifat fisik tanah bahan organik berperan dalam pembentukan agregat yang mantap sehingga aerasi, kapasitas menahan air dan permeabilitas tanah dapat ditingkatkan. Bahan organik merupakan agen sementasi yang mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik tanah. Bahan organik memungkinkan partikel-partikel lepas terikat kuat membentuk agregat yang besar dan sarang, memperbaiki struktur tanah lapisan atas yang stabil. Selanjutnya pemberian bahan organik akan meningkatkan jumlah dan stabilitas agregat (Hartatik, Rochayati, dan Adiningsih, 1993). Menurut Soepardi (1983) Penambahan bahan organik akan meningkatkan populasi jasad renik, sehingga kegiatan jasad ini dalam tanah akan meningkat. Mikrobia -mikrobia dalam tanah akan tumbuh dan hasil dekomposisi membantu pengikatanpengikatan partikel- partikel tanah yang baik. Pengaruh pemberian bahan organik ke dalam tanah terhadap sifat-sifat fisik tanah mencakup (1) Memperbaiki dan membantu pembentukan struktur tanah, (2) Meningkatkan porositas tanah, (3)
Meningkatkan
kapasitas
menahan
air,
(4)
Meningkatkan
infiltrasi,
(5)
Menurunkan kepekaan terhadap erosi (Stevenson, 1982, Donahue, Miller, dan Sthicklund, 1977). Salah satu sifat yang penting dari bahan organik tanah ini adalah mempunyai daya serap dan cengkraman air yang cukup besar. Bahan organik berfungsi sebagai spon yang dapat mengisap air sebanyak mungkin sesuai dengan volumenya. Karena sifatnya yang juga porous, bahan organik tersebut mudah meneruskan air (drainase) atau infiltrasi (Ashari, 1995). Menurut Rinsema (1983) di dalam pupuk organik termasuk berbagai macam kotoran binatang (kotoran sapi, babi, ayam, dan lain-lain), hasil buangan dari binatang dan tanaman (kompos dan endapan dari kotoran pembersihan air) serta pupuk hijau. Pupuk organik mengandung berbagai macam zat makanan tanaman yang sebagian terdapat di dalam persenyawaan kimia yang sama seperti pupuk buatan. Pupuk organik sangat penting terutama karena sebagai berikut : 1. Memperbaiki struktur tanah. Pada waktu penguraian bahan organik oleh organisme di dalam tanah dibentuk produk yang mempunyai sifat sebagai perekat, yang lalu mengikat partikel tanah. 2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik mempunyai daya serap yang besar terhadap air tanah. Karena itu pupuk organik sering kali mempunyai pengaruh positif terhadap hasil tanaman, apalagi pada musim panas yang kering. 3. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Berbagai organisme di dalam tanah mempunyai fungsi penting yang beraneka ragam sifatnya. 4. Mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman hanya sebagian yang dapat diserap oleh tanaman.
Bagian yang penting daripadanya baru tersedia sesudah terurainya bahan organik. Secara kimia, bahan or ganik meningkatkan penyimpanan atau persediaan unsur hara tanaman (Millar et al., 1960). Stevenson (1982) menyatakan bahwa bahan organik dapat mempengaruhi sifat-sifat kimia tanah karena peranannya sebagai : (1) Salah satu sumber unsur hara, (2) Pengikat unsur mikro dan kationkation, (3)
Meningkatkan KTK tanah, (4) Meningkatkan ketersediaan fosfor
tanah sebagai hasil mineralisasi dari mikroorganisme. Bahan organik dapat menekan kelarutan tinggi unsur beracun. Bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan melapuk menjadi C-organik dan N-organik, terutama yang disuplai dari pupuk kandang kotoran sapi (Nursyamsi et al., 1995). Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menggolongkan bahan organik dalam 2 tingkatan. Pertama adalah bahan organik yang relatif stabil dan agak resisten terhadap dekomposisi selanjutnya, sering disebut sebagai humus. Kedua meliputi semua bahan organik secara cepat dapat didekomposisikan yaitu sisa-sisa tanaman yang masih segar. Briket merupakan bentuk bahan organik yang telah dikomposka n. Fungsi briket ini diarahkan untuk merangsang pertumbuhan benih anakan sehingga diperoleh tanaman yang berkualitas baik (Sudrajat et al. 1995)
2.2.2
Evapotranspirasi Kehilangan uap air dari tanah terjadi melalui evaporasi pada permukaan
tanah dan tra nspirasi pada permukaan daun dari air yang sebelumnya diserap oleh tanaman. Keduanya secara bersama-sama disebut sebagai evapotranspirasi (Sosrodarsono dan Takeda, 1980; Schwab, et al., 1981 dalam Soepardi, 1983).
Menurut Kittradge (1948 dalam Haridjaja, et al., 1990) evapotranspirasi adalah konversi air dari fase cair ke fase gas yang diuapkan ke atmosfer yang meliputi penguapan air dari permukaan tanah dan permukaan air bebas (evaporasi), kemudian penguapan air yang berasal dari tanah dihisap oleh tumbuha n, setelah melalui jaringan tumbuhan diuapkan melalui stomata dan kutikula (transpirasi), serta penguapan air yang tertahan oleh permukaan vegetasi (intersepsi) dan serasah sebelum air hujan jatuh mencapai permukaan tanah. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pr oses transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama -sama disebut evapotranspirasi atau pemakaian air (consumptive use)
2.2.3. Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan tanaman dari kecambah sampai dewasa banyak dipengaruhi oleh bahan organik. Sisa-sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah membuat keadaan yang merangsang perkecambahan biji. Setelah bahan organik melapuk unsur hara dan asam-asam yang dilepaskan banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya (Kononova, 1966) Mulder (1966 dalam Kononova, 1966) mengatakan bahwa asam organik dengan berat molekul rendah (formic, acetic, propionic, aspartic) menstimulasi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang kurang baik terjadi apabila komponen tersebut tidak ada. Bottomley (1914 dalam Kononova, 1966) menjelaskan bahwa zat yang merangsang pertumbuhan tanaman tersebut berbentuk auksin. Selanjutnya Hillitzer (1932 dalam Kononova, 1966) menjelaskan bahwa auksin tersebut terbentuk melalui humus yang terlarut dalam air. Menurut Walls (1993) persentase bahan organik sangat berguna pada budidaya dengan media tanah, terutama pada budidaya wadah.
Bahan organik tanah merupakan fraksi tanah yang berasal dari organisme hidup seperti sisa-sisa daun, ranting, akar, sampah dan sebagainya. Bahan organik juga merupakan sumber bahan mineral yang tersedia bagi tanaman setelah mengalami pelapukan sempurna. Mineralisasi merupakan proses pelapukan bahan organik, baik yang dilakukan oleh bakteri maupun kapang serta mikroba lainnya menjadi air dan karbondioksida dengan membebaskan beberapa unsur mineral (Ashari, 1995). Kononova (1966) menyatakan bahwa peranan bahan organik dalam tanah adalah (1) Membantu proses penghancuran dan perubahan bagian-bagian mineral tanah, (2) Sebagai sumber unsur hara tanaman, (3) Pembentuk agregat mantap air, (4) Berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena serapan hara ditingkatkan sebagai akibat kegiatan respirasi yang dirangsang.
2.3.
Media Tumbuh Tanaman Tanah merupakan satu-satunya media tanam karena tanah mengandung
bahan energi berupa bahan organik dan mikroorganisme, mampu menyediakan hara yang diperlukan tanaman, mampu menahan air, memiliki pori yang cukup serta dapat menunjang tubuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Soepardi, 1983). Tanaman tomat dapat tumbuh pada berbagai tanah. Tanah harus berdrainase baik, tidak tergenang atau becek dan sedikit asam (5.0-7.0) (Harjadi dan Sunaryono, 1989). Sedangkan menurut Wiryanta (2002), Tanaman tomat dapat tumbuh pada tanah Andosol, Regosol, Latosol, Ultisol, dan Grumusol. Tanah yang sesuai untuk tomat adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu porous serta kaya bahan organik.
Kondisi tanah yang paling cocok untuk bertanam tomat adalah lempung berpasir yang gembur dan banyak mengandung unsur hara. Jika tanahnya kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman tomat bisa dimanipulasi lewat pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Menurut Sumarni (1996 dalam Duriati, 1997), kebutuhan pupuk untuk tanaman di lapang da n di rumah kaca akan berbeda, karena tanaman di lapang selain memperoleh hara dari pemupukan, juga mendapatkan hara dari dalam tanah. Karena daerah perakarannya menjadi lebih luas. Sedangkan tanaman yang ditanam dalam polibag di dalam rumah kaca, hanya me mperoleh hara dari pemupukan sehingga pupuk yang diberikan lebih banyak dari pemupukan untuk tanaman di lapang. Villareal (1980) menyatakan bahwa tomat dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian tempat dan berbagai jenis tanah.
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakasanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan
Fakultas Pertanian IPB, Darmaga pada akhir bulan Mei sampai Agustus 2005. Analisis pendahuluan sifat kimia tanah dan analisis pupuk dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah pada bulan Februari sampai Maret 2005. Sedangkan untuk analisis akhir (sifat fisik tanah, kimia tanah, dan analisis tanaman) dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2005 di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah dan Air; dan Kesuburan dan Kimia tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian rumah kaca adalah pupuk organik
kotoran sapi dalam bentuk briket dan non briket dengan dosis 1%, 2%, 3% terhadap bobot tanah, pupuk makro (urea, TSP, dan KCl) dan mikro (Cu, Zn, B, Mo) serta tanah Latosol Darmaga sebanyak 5 kg/pot dan benih tomat San Marino. Sedangkan bahan kimia untuk analisis sifat-sifat tanah adalah K2 Cr2 O7, FeSO 4, HCl pekat, NaOH teknis, H3BO3, Se-mixer, Parafin cair, HNO3 , HClO4 H2 SO4, lantan, larutan PC dan PB. Alat yang digunakan saat pengambilan contoh tanah dalam hal ini contoh tanah terganggu adalah kantong plastik/karung, tali untuk pengikat, sekop dan cangkul. Alat yang digunakan dalam persiapan percobaan adalah ayakan tanah dengan diameter 0.5 cm, ember dan karung. Alat yang digunakan saat di rumah kaca adalah pot-pot percobaan sebanyak 45 pot, timbangan, mangkuk kecil,
penggaris dan alat tulis. Se dangkan alat-alat yang digunakan dalam laboratorium adalah peralatan lab untuk sifat-sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan tanaman.
3.3 Metode 3.3.1. Percobaan Rumah Kaca Perlakuan yang diuji terdiri dari 2 faktor. Sebagai faktor kesatu adalah pemberian bahan organik dalam bentuk briket dan serbuk terdiri dari 5 taraf yaitu tanpa bahan organik (Bo), Bahan organik serbuk dengan dosis 1 % (50 g/5 kg bobot tanah) (B1), bahan organik briket dengan dosis 1 % (50 g/5 kg bobot tanah) dengan diameter lua r, dalam dan tinggi (11, 3.5, dan 2 cm) (B2), bahan organik briket dengan dosis 2 % (100 g/5 kg bobot tanah) dengan diameter luar, dalam dan tinggi (11, 3.5, dan 4 cm) (B3), bahan organik briket dengan dosis 3 % (150 g/5 kg bobot tanah) dengan diameter luar, dalam dan tinggi (11, 3.5, dan 6 cm) (B4). Faktor kedua adalah pemberian formula pupuk terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa pupuk (P0), pemberian pupuk dengan dosis urea (175 kg/ha); TSP (350 kg/ha); KCl (200 kg/ha) dan dolomit (500 kg/ha) (P1), pemberian pupuk makro ditambah dengan pupuk mikro: urea (175 kg/ha); TSP (350 kg/ha); KCl (200 kg/ha), dolomit (500 kg/ha) dan Cu (10 kg/ha); Zn (10 kg/ha); B (5 kg/ha); Mo (1 kg/ha) (P2). Dengan demikian, diperoleh 15 macam perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Bobot tanah kering yang digunakan untuk masing-masing polibag adalah 5 kg (sebanyak 45 polibag). Dimana setiap polibag diberikan perlakuan yang berbeda-beda yang pertama adalah perbedaan dari dosis bahan organik dan yang kedua adalah perbedaan dari penambahan pupuk dan setiap polybag hanya ditanami 1 tanaman.
3.3.2
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Alat dan Bahan.
Kegiatan ini meliputi pengambilan sampel
tanah, penumbukan dan pengayakan tanah , penyediaan pupuk kandang (kotoran sapi), pengeringan, penghalusan dan pengayakan kotoran sapi, penyediaan benih tomat varietas San Marino, penyediaan pupuk (Urea, TSP, KCl, dolomit) dan beberapa pupuk mikro (Cu, Zn, B, Mo) sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Pembuatan alat pencetak briket sesuai dengan ukuran briket. Proses Pembuatan Briket. Briket organik adalah campuran bahan organik dengan kombinasi bahan-bahan lain (Urea, TSP, KCl, dolomit, pupuk mikro) yang dikemas dengan penampilan yang lebih menarik. 1. Persiapan ba han baku Mempersiapkan terlebih dahulu bahan baku yang akan digunakan (kotoran sapi setengah matang). 2. Pengayakan bahan baku Bahan baku tersebut dikeringkan, dihaluskan, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 0.5 cm. Hal ini dilakukan untuk membentuk briket yang baik. Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar pada waktu dilakukan perekatan, sehingga akan mengurangi keteguhan briket. 3. Pencampuran bahan-bahan briket Bahan baku yang telah diayak tersebut ditambahkan dengan bahan-bahan adonan briket sesuai dengan kombinasi yang telah ditetapkan. 4. Pencetakan 5. Pengepakan
Pengepakan dalam pembuatan briket dilakukan dengan menggunakan alat konvensional, terbuat dari paralon yang dirancang berdasarkan ukuran briket yaitu diameter luar 11 cm dan dalam 3.5 cm. Pengepakan harus dilakukan dengan daya tekan yang kuat dan sama untuk masing-masing briket. 6. Pengeringan Suhu dan waktu pengeringan tergantung dari kadar air dan macam pengering. Suhu pengeringan yang umum dilakukan adalah sebesar 60 o C sela ma 24 jam.
Gambar 1. Bahan Organik Dalam Bentuk Briket 1%, 2% dan 3 % Persemaian.
Benih tomat sebaiknya tidak langsung ditanam dalam
polibag, melainkan disemai terlebih dahulu dalam media semai. Sebelum disemai benih tomat direndam dulu dengan air hangat suam-suam kuku selama satu malam. Hal ini dilakukan agar biji tomat mudah berkecambah. Persemaian tomat dilakukan pada tray yang terbuat dari plastik. Setiap satu lubang tray diisi satu benih tomat. Media semai yang diguna kan adalah tanah dan pupuk kompos dengan perbandingan 2:1. Dua ember tanah (± 3 liter) dicampur dengan 1 ember kompos (± 1.5 liter) dan ditambahkan TSP sebanyak
150 gram dan furadan sebanyak 75 gram. Bahan-bahan tersebut kemudian dimasukkan kedalam 45 lubang tray. Penyiapan Media Tanam.
Media tanam yang paling bagus digunakan
untuk bertanam tomat adalah tanah yang subur dan gembur (banyak mengandung unsur hara) dengan pH tanah ideal untuk tanaman tomat berkisar 6-7. Media yang telah tersedia diayak terlebih dahulu dengan tujuan menyaring kotoran. Penyaringan dilakukan pada awal (persiapan percobaan) dengan menggunakan ayakan tanah yang terbuat dari kawat dan ukuran diameter lubang 5 mm. Semua media yang sudah halus kemudian dimasukkan ke dalam plastik polibag yang berukuran 30 x 50 cm sebanyak 5 kg. Briket diletakkan ke dalam polibag yang sudah diisi dengan media tanam tepat di tengah dan bahan organik serbuk dicampur rata dengan tanah. Penanaman. Setelah tomat berumur 21 hari di dalam media semai, tomat segera dipindahkan ke dalam polibag yang sudah terisi dengan media tanam. Pada waktu penanaman, media tanam bibit yang terdapat pada tray tersebut didorong keatas dengan hati-hati sehingga tanah yang membungkus akar tomat tidak pecah dan akarnya tidak rusak. Bibit tomat yang dipilih untuk ditanam memiliki ukuran seragam, subur. Bibit tomat ditanam hanya sampai sebatas leher akar kemudian ditimbun lagi dengan menggunakan media tanam. Perawatan Tanaman Tomat. Perawatan pada polibag dalam rumah kaca meliputi pemangkasan, pembersihan gulma, pemasangan ajir atau turus, dan pengairan. 1. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan 1 minggu sekali dengan tujuan untuk mencapai perimbangan pertumbuhan vegetatif reproduktif. Pemangkasan tanaman tomat dilakukan terhadap daun tua dan daun yang terserang penyakit. Pemangkasan daun tua/daun yang terkena serangan HPT bertujuan untuk memperlancar sinar matahari yang masuk ke tanaman dan mengurangi resiko menularnya hama dan penyakit. Daun yang dipangkas disimpan dalam plastik dengan tujuan agar berat kering masing-masing tanaman tidak ada yang hilang. 2. Pembersihan gulma Pembersihan gulma dilakukan 2 minggu sekali. Gulma yang tumbuh harus segera dibersihkan karena gulma tersebut akan mengambil unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tomat sehingga akan menghambat dan mengganggu pertumbuhan tanaman tomat. 4. Pemasangan ajir atau turus Fungsi ajir antara lain untuk membantu menegakkan tanaman, mencegah tanaman roboh karena beban buah, membantu penyebaran daun, mengatur pertumbuhan tunas dan ranting, mempermudah penyiangan, mempermudah penyemprotan atau pemupukan. Pemasangan ajir di dalam polibag dilakukan segera setelah tanam. Ajir dibuat dengan menggunakan benang kasur yang ditalikan pada tanaman tomat dengan kawat yang di pasang pada kerangka rumah kaca. 5. Pengairan Pengairan termasuk faktor penting dalam pertumbuhan tanaman tomat. Salah satu tujuan pengairan adalah mengganti air yang hilang akibat diserap tanaman atau penguapan. Selain untuk mengganti kehilangan air, pengairan juga
berguna dalam proses pembentukan bunga dan buah. Pemberian air dilakukan setiap hari dengan cara menambahkan sejumlah air pada pot sampai jumlah air yang menetes pada masing-masing perlakuan hampir sama (mendekati kapasitas lapang), air yang menetes akan dikembalikan lagi ke dalam polibag pada hari berikutnya. Pemanenan. Pembentukan buah terjadi ketika tanaman tomat berumur 8 MST secara tidak serempak. Pemanenan dilakukan ketika tanaman tomat berumur 10 MST. Pengamatan yang dilakukan 1.
Jumlah Air Kapasitas Lapang Penyiraman dilakukan setiap hari sampai dengan kapasitas lapang.
2.
Evapotranspirasi Evapotranspirasi diukur dari penambahan air (air yang ditambahkan +
jumlah air yang menetes pada hari sebelumnya) dikurangi dengan jumlah air yang menetes pada hari berikutnya. 3.
Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur dari mulai pangkal batang sampai dengan titik tumbuh yang tertinggi. Tinggi tanaman diamati 1 kali dalam setiap minggu mulai dari 1 MST sampai 10 MST.
4.
Jumlah Daun Daun yang dihitung adalah daun sejati yang telah membuka sempurna. Jumlah daun dihitung 1 kali dalam setiap minggu mulai dari 1 MST sampai 10 MST.
5.
Jumlah Bunga
Bunga yang diamati adalah bunga yang telah mekar sempurna. Jumlah bunga dihitung sejak bunga pertama mekar, Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui respon dari perbedaan kombinasi dosis pupuk maupun dosis bahan organik dalam bentuk yang berbeda yaitu briket dan non briket yang diberikan pada masing-masing tanaman tomat, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. 3.3.3. Analisis Laboratorium Analisis awal yang dilakukan di Laboratorium terdiri atas penetapanpenetapan sifat kimia tanah dan sifat kimia kotoran sapi. Sifat kimia tanah antara lain pH H2 O, pH KCl, C-org, N-total, P (Bray 1), P (HCl 25 %), Ca, Mg, K, Na, KTK (N NH4OAc pH 7), KB, (Al, H) (N KCl), Fe, Cu, Zn, Mn (0.05 N HCl) dan tekstur. Sedangkan sifat kimia kotoran sapi adalah N-total, P (Bray 1), K, Ca, Mg (N NH4OAc pH 7), C-org. Sifat fisik tanah yang ditetapkan pada analisis akhir adalah kadar air (pF 1, pF 2, pF 2.54, pF 4.2), dan ketahanan tanah terhadap penetrasi. Sifat kimia tanah dan briket yang ditetapkan pada analisis akhir adala h N total, C organik, C/N ratio. Pada analisis akhir dilakukan juga analisis tanaman yaitu N-total, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn (pengabuan basah). Penetapan
ketahanan
penetrasi
dilakukan
setelah
panen
dengan
menggunakan penetrometer pada saat kondisi tanah berada pada kondisi lapang. Penekanan penetrometer secara vertikal dilakukan dengan tekanan yang tetap pada permukaan tanah sampai penembusan mencapai celah kalibrasi. Pada polibag dengan bahan organik briket, pengukuran ketahanan penetrasi dilakukan
tepat pa da briket dengan 2 kali ulangan pada tempat yang berbeda untuk memperoleh nilai rata-rata. Penetapan kadar air (pF 1, pF 2, pF 2.54, dan pF 4.2) dilakukan dengan menggunakan contoh tanah utuh yang diambil dari masing-masing perlakuan. Pada perlakuan bahan organik briket, tanah diambil dibagian bawah briket dengan cara diiris. Sedangkan pada perlakuan tanpa bahan organik dan bahan organik serbuk, tanah langsung diambil pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Tanah untuk penetapan pF 1, pF 2, pF 2.54 diletakkan di atas piringan (plate) dalam ”Pressure Plate Aparatus”, sedangkan tanah untuk penetapan pF 4.2 diletakkan di atas piringan dalam ”Membrane Plate Aparatus”. Beberapa jenis analisis dan metode yang digunakan seperti Tabel 1 dibawah. Tabel 1.
Jenis Analisis dan Metode
Komponen Analisis
Metode
(1) Fisik Tanah
(2)
Bobot Isi
Cara Gravimetrik/Volumetrik
Kadar Air
Cara Gravimetrik
Kurva pF
Pressure Plate dan Membran Plate Apparatus
Kekuatan/Ketahanan
Penetrometer Saku
Tekstur
Pipet
Kimia Tanaman Nitrogen (N)
Kjeldahl
Phospor (P)
Pengabuan Basah
Kalium (K)
Pengabuan Basah
Kalsium (Ca)
Pengabuan Basah
Magnesium (Mg)
Pengabuan Basah
Tembaga (Cu)
Pengabuan Basah
Seng (Zn)
Pengabuan Basah
Tabel 1.
Jenis Analisis dan Metode (lanjutan)
(1)
(2)
Kimia Tanah pH (1:1) H2O
pH meter
pH (1:1) KCl
pH meter
C-org
Walkley dan Black
N-total
Kjelda hl
P
Bray 1
P
HCl 25 %
Ca (me/100g)
N NH4OAc pH 7
Mg (me/100g)
N NH4OAc pH 7
K (me/100g)
N NH4OAc pH 7
Na (me/100g)
N NH4OAc pH 7
KTK (me/100g)
N NH4OAc pH 7
KB (%)
N NH4OAc pH 7
Al (me/100g)
N KCl
H (me/100g)
N KCl
Fe (ppm)
0.05 N HCl
Cu (ppm)
0.05 N HCl
Zn (ppm)
0.05 N HCl
Mn (ppm)
0.05 N HCl
3.3.4. Rancangan penelitian dan Analisis Data Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2 faktor dengan 3 ulangan. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam. Apabila analisis ragam menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjutan dan uji wilayah berganda Duncan (WBD). Model rancangan tersebut adalah sebagai berikut (Mattjik, 2000): Yijk = µ + α i + βj + (αβ )ij + εijk
i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3 k =1, 2, 3 di mana : Yijk
= Nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor bahan organik dan taraf ke-j dari faktor perlakuan formula pupuk.
µ
= Rataan umum
αi
=
Pengaruh dari bahan organik ke i
βj
=
Pengaruh dari perlakuan formula pupuk ke -j
(αβ )ij =
Pengaruh interaksi antara bahan organik ke-i dan taraf perlakuan formula pupuk ke -j
εijk
= Pengaruh galat penelitian pada ulangan ke -k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij ( α i dan βj ).
IV.
4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat-sifat Tanah Latosol Hasil analisis pendahuluan beberapa sifat fisik dan kimia tanah disajikan
pada Tabel Lampiran 1. Sifat fisik Latosol Darmaga yang dianalisis menunjukkan tekstur liat dimana pasir (9.38 %), debu (17.87 %), liat (72.75 %). Berda sarkan kriteria penilaian data analisis awal sifat kimia tanah dapat dikemukakan bahwa tanah Latosol Darmaga termasuk tanah yang bereaksi masam (pH 5.56) dan memiliki kandungan C-organik rendah (1.31 %). Tanah ini memiliki basa-basa dapat dipertukarkan: Ca tergolong sangat rendah (0.91 me/100 g), Mg rendah (0.48 me/100 g), K rendah (0.13 me/100 g), serta Na rendah (0.30 me/100 g). Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah ini tergolong rendah (11.05 me/100 g) dan Kejenuhan Basa tanah ini tergolong sangat rendah (16.47 me/100 g). Nilai pH serta basa-basa yang rendah di dalam tanah erat kaitannya dengan proses pembentukan Latosol. Dalam proses pembentukannya, Latosol mengalami pelapukan yang intensif dan pencucian basa-basa yang cukup hebat (Ardhianto, 2002). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa secara umum dapat dikatakan tanah ini memiliki tingkat kesuburaan yang rendah.
4.2.
Sifat Kimia Bahan Organik (Kotoran Sapi) Hasil analisis pendahuluan sifat kimia pada kotoran sapi disajikan pada
Tabel Lampiran 2. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kotoran sapi yang digunakan memiliki kandungan C-organik yang cukup tinggi yaitu sebesar 41.16 %, N-total termasuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu 0.98 %, dan nilai C/N ratio sebesar 42 % yang tergolong sangat tinggi. Dari data di atas dapat diketahui
bahwa bahan organik ini memiliki tingkat kematangan yang sangat rendah. Basabasa yang dikandung oleh bahan organik ini tergolong rendah yaitu K (0.29 %), Ca (1.28%), Mg (0.31 %).
4.3.
Sifat-sifat Media Tumbuh Tanaman
4.3.1. Ketahanan Penetrasi Tanah Pengaruh pemberian bahan organik dan formula pupuk dalam bentuk serbuk dan briket terhadap ketahanan penetrasi tanah disajikan pada Tabel 2 dan sidik ragam pada Tabel Lampiran 5. Secara statistik, bahan organik dalam bentuk serbuk 1% nyata menurunkan ketahanan penetrasi tanah dibandingkan tanpa bahan organik dimana nilainya masing-masing 2.19 kg/cm2 (tanpa briket) dan 1.07 kg/cm2 (bahan organik serbuk 1%). Hal ini diperkirakan karena pada perlakuan bahan organik serbuk 1%, bahan organik tercampur rata dengan tanah. Pada kondisi ini, interaksi antar partikel-partikel tanah dengan bahan organik menjadi lebih intensif. Adanya interaksi yang lebih intensif antara partikelpartikel tanah dengan bahan organik mengakibatkan terjadinya penguatan ikatan antar partikel tanah dan agregat sehingga terbentuklah agregat tanah yang mantap (stabil) dan tidak mudah hancur (tercerai berai) oleh faktor perusak. Selain itu, penambahan
bahan
organik
serbuk
1%
dapat
meningkatka n
aktivitas
mikroorganisme tanah sehingga menghasilkan fungi, miselia micoriza dan lendir bakteri yang berfungsi sebagai bahan penyemen agregat tanah. Penyemenan partikel dan agregat tanah oleh bahan organik serbuk 1% akan menurunkan pengaruh air dalam merusak agregat. Pada kondisi ini tanah menjadi lebih gembur, sehingga memiliki ketahanan penetrasi yang rendah.
Pada perlakuan tanpa bahan organik, interaksi antar partikel tanah dengan bahan organik tidak terjadi secara intensif sehingga agregat tanah yang terbentuk menjadi tidak stabil dan mudah hancur oleh adanya faktor perusak. Penambahan air ke dalam polybag secara tidak hati-hati menyebabkan tanah pada perlakuan ini mengalami penyusutan ke bawah dan partikel-partikel tanah berukuran kecil masuk ke dala m ruang pori sehingga ruang pori tanah berkurang lebih banyak. Pada kondisi ini tanah menjadi padat sehingga ketahanan penetrasi menjadi lebih tinggi. Tabel 2. Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Ketahanan penetrasi (kg/cm2) Formula Pupuk
Rataan
Bahan Organik B0 B1 B2 B3 B4 Rataan
P0 2.16 1.07 2.10 2.00 2.23 1.91 a
P1 2.08 1.13 2.33 1.75 1.83 1.83 a
P2 2.33 1.00 1.83 2.17 2.40 1.94 a
2.19 a 1.07 b 2.09 a 1.97 a 2.16 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Bahan organik dalam bentuk briket 1%, 2%, dan 3% tidak nyata menurunkan nilai ketahanan penetrasi tanah dibandingkan tanpa bahan organik dan nyata lebih tinggi nilai ketahanan penetrasinya dibandingkan dengan pemberian bahan organik serbuk 1% (Tabel 2). Hal ini disebabkan karena perlakuan bahan organik dalam bentuk briket 1%, 2%, dan 3%, bahan organik mengumpul menjadi bentuk briket dan tidak tercampur rata dengan tanah. Pada kondisi ini bahan organik briket tidak dapat mengikat partikel-partikel tanah secara intensif sehigga agregat tanah menjadi tidak mantap. Penambahan air secara terus-menerus dan tidak hati-hati mengakibatkan tanah dan bahan organik
briket mengalami pemadatan. Kondisi ini menyebabkan ketahanan penetrasi menjadi lebih tinggi. Formula pupuk tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah (Tabel 2). Hal ini disebabkan karena pemberian formula pupuk tidak berpengaruh terhadap proses terbentuknya agregat, sehingga ruang pori tanah tidak terbentuk. Interaksi antara pemberian bahan organik dalam bentuk serbuk dan briket dengan formula pupuk juga tidak nyata mempengaruhi ketahanan penetrasi tanah. Hal ini disebabkan karena penambahan formula pupuk tidak menyebabkan perubahan pengaruh bahan organik serbuk dan briket terhadap ketahanan penetrasi.
4.3.2 Air Tersedia Pengaruh pemberian bahan organik dan formula pupuk dalam bentuk briket dan serbuk terhadap air tersedia disajikan pada Tabel 3 dan sidik ragamnya pada Tabel Lampiran 6. Pori air tersedia merupakan pori pemegang air yang berada diantara kapasitas lapang (pF 2.54 atau setara dengan hisapan sekitar 0.3 atmosfer) dan titik layu permanen (pF 4.2 atau setara dengan hisapan sekitar 15 atmosfer). Bahan organik serbuk 1% sangat nyata meningkatkan air tersedia dibandingkan tanpa bahan organik dan bahan organik briket 1%, 2% dan 3%. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan bahan organik serbuk 1%, bahan organik tercampur rata dengan tanah sehingga pada waktu pengambilan contoh tanah untuk penetapan kadar air pF 2.54 dan 4.2, bahan organik ikut terambil. Sedangkan pada perlakuan bahan organik briket 1%, 2%, dan 3%, tanah diambil
di bagian bawah briket sehingga bahan organik tidak terambil dan tidak ikut teranalisis. Bahan organik serbuk 1% dapat berinteraksi dan menyelimuti partikel dan agregat tanah yang berukuran kecil sehingga mengisi dan mengkonversi pori tanah yang lebih besar menjadi pori tanah yang lebih kecil. Peningkatan air tersedia oleh bahan organik serbuk 1% juga disebabkan karena adanya pencampuran bahan organik dengan bahan mineral yang lebih intensif, sehingga merangsang agregasi tanah yang lebih baik dan menigkatkan jumlah air yang tersedia. Tabel 3. Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Air Tersedia (%) Formula Pupuk
Bahan Organik B0 B1 B2 B3 B4 Rataan
P0 7.81 10.61 8.48 9.19 9.60 9.14 a
P1 9.09 10.57 8.63 9.71 9.28 9.46 a
Rataan P2 7.89 10.62 8.80 9.56 9.54 9.29 a
8.27 c 10.60 a 8.64 c 9.49 b 9.47 b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Pemberian formula pupuk tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap air tersedia (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena pemberian formula pupuk dapat merangsang adanya dispersi sehingga proses terbentuknya agregat dan ruang pori tanah tidak terjadi. Interaksi pemberian bahan organik dan formula pupuk dalam bentuk serbuk dan briket tidak nyata meningkatkan air tersedia (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena penambahan formula pupuk tidak menyebabkan perubahan pengaruh bahan organik serbuk dan briket terhadap air tersedia.
4.3.3. C/N Ratio Tanah Pengaruh pemberian bahan organik dan formula pupuk dalam bentuk serbuk dan briket terhadap C/N ratio tanah disajikan pada Tabel 4 dan sidik ragam pada Tabel Lampiran 7. Bahan organik dalam bentuk serbuk dan briket sangat nyata meningkatkan C/N ratio tanah dibandingkan tanpa bahan organik. Pemberian bahan organik serbuk 1% nyata meningkatkan C/N ratio tanah dibandingkan tanpa bahan organik (Tabel 4). Pemberian bahan organik dalam bentuk briket 1%, 2%, dan 3% nyata meningkatkan C/N ratio tanah dibandingkan tanpa bahan organik, dan nyata lebih rendah nilai C/N rationya dibandingkan dengan pemberian bahan organik serbuk 1%. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan bahan organik serbuk 1%, bahan organik tercampur rata dengan tanah sehingga pada waktu pengambilan contoh tanah untuk penetapan C-organik dan N-total, bahan organik ikut terambil. Sedangkan pada perlakuan bahan organik briket 1%, 2%, dan 3%, tanah diambil di bagian bawah briket sehingga bahan organik tidak terambil sempurna dan tidak ikut teranalisis. Tabel 4. Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap C/N Ratio Tanah (%) Formula Pupuk
Rataan
Bahan Organik B0 B1 B2 B3 B4 Rataan
P0 12.87 24.18 20.17 18.41 19.85 19.09 a
P1 12.57 21.43 19.29 17.17 19.24 17.94 a
P2 11.52 22.18 18.11 17.57 19.67 17.81 a
12.32 c 22.60 a 19.19 b 17.72 b 19.59 b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Pemberian formula pupuk P1 dan P2 tidak nyata menurunkan C/N ratio tanah dibandingkan tanpa pupuk (P0). Formula pupuk yang diberikan salah
satunya adalah pupuk N. Formula pupuk diberikan ke dalam tanah pada waktu 2 minggu sebelum tanam dengan dosis yang relatif rendah, sehingga pengaruhnya terhadap C/N ratio menjadi tidak nyata. Interaksi pemberian bahan organik dan formula pupuk dalam bentuk serbuk dan briket juga tidak nyata mempengaruhi nilai C/N ratio tanah.
4.4.
Pertumbuhan dan Produksi Tomat Pengaruh pemberian bahan organik dan formula pupuk dalam bentuk
serbuk dan briket terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot kering disajikan pada Tabel 5 dan sidik ragam pada Tabel Lampiran 8, 9, 10. Analisa statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian bahan organik dan formula pupuk briket dan serbuk memberikan pengaruh yang sangat nyata dalam peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot kering (Tabel 5). Pada perlakuan formula pupuk P0, pemberian bahan organik briket de ngan dosis tertinggi (3%) nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot kering dibandingkan dengan tanpa bahan organik. Hal ini disebabkan karena media tanam pada perlakuan tanpa pupuk memiliki kandungan basa-basa (unsur hara) yang rendah. Dengan semakin bertambahnya dosis bahan organik, ketersediaan unsur hara dalam tanah menjadi tercukupi sehingga mendukung pertumbuhan dan produksi tomat. Pada perlakuan formula pupuk P1, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi (3%) tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot kering dibandingkan tanpa bahan organik. Pemberian bahan organik dengan dosis yang rendah (serbuk 1%, briket 1% dan 2%) nyata meningkatkan tinggi tanaman dan bobot kering dibandingkan tanpa bahan organik. Hal ini disebabkan karena
ketersediaan unsur hara dalam tanah pada formula pupuk P1 dengan pemberian bahan organik pada dosis yang rendah dapat mencukupi kebutuhan tanaman tomat sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Sedangkan pemberian bahan organik pada dosis tinggi (3%) menyebabkan unsur hara dalam media tanam menjadi berlebih sehingga menghambat pertumbuhan dan produksi tomat. Tabel 5. Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tomat Pertumbuhan dan Produksi
Bahan Organik P0
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (Helai/batang)
Bobot Kering (gram/batang)
Rataan
Formula Pupuk P2
P1 f
72.47 cd
49.14 c
105.03 ab 98.39 ab
67.00 d 88.07 bc
82.83 a 87.10 a
76.20 cd
110.27 a
75.20 cd
87.22 a
B4
93.37 ab
60.53 de
59.17 de
71.02 b
Rataan
69.01 b
83.95 a
72.76 b
B0
30.67 e
46.00 de
71.33 bcde
49.33 b
B1
78.00 bcde
134.00 a
67.50 bcde
96.38 a
B2
75.00 bcde
97.00 abcd
59.00 bcde
77.00 a
B3
58.67 bcde
97.33 abcd
114.00 ab
90.00 a
B4
106.00 abc
56.67 cde
80.00 bcde
80.89 a
Rataan B0 B1
69.67 a 2.21 e 16.31 bcde
86.20 a 7.34 e 39.60 a
79.14 a 14.07 cde 8.32 e
7.88 c 21.41 ab
B2
16.32 bcde
28.39 abc
B3
10.93 de
34.09 a
B0
29.36
B1 B2
71.17 cd 74.93 cd
B3
abcd
45.60
e
e
13.93
cde
30.05 ab
19.55 ab 25.03 a
cde
B4 25.64 7.45 13.57 15.55 bc b a b Rataan 14.29 23.37 15.99 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Pada perlakuan formula pupuk P2, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi (3%) tidak nyata menurunkan tinggi tanaman dan bobot kering dibandingkan tanpa bahan organik. Hal ini disebabkan karena ketersediaan unsur mikro dalam tanah dan pupuk sudah dapat mencukupi kebutuhan tanaman tomat. Dengan semakin bertambahnya dosis bahan organik yang diberikan, unsur mikro
yang tersedia menjadi berlebih sehingga menghambat pertumbuhan dan produksi tomat. Pengaruh kombinasi perlakuan bahan organik serbuk dan briket dengan formula pupuk terhadap tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan bahan organik briket 2 % dengan formula pupuk P1, kemudian briket serbuk 1% dengan formula pupuk P1. Pengaruh kombinasi bahan organik briket dan serbuk dengan formula pupuk terhadap jumlah daun dan bobot kering tertinggi diperoleh pada perlakuan bahan organik serbuk 1% dengan formula pupuk P1. Kombinasi perlakuan bahan organik 1% dengan formula pupuk P1 dan bahan organik briket 2% dengan formula pupuk P1 merupakan kombinasi perlakuan terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tomat. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan sifat-sifat media tumbuh. Pada perlakuan bahan organik serbuk 1% dan briket 2%, ketahanan penetrasi menjadi rendah dan pori air tersedia menjadi lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Adanya penurunan ketahanan penetrasi dan peningkatan jumlah air tersedia menyebabkan akar tanaman dapat menjangkau tanah lebih banyak, serta dapat menyerap air dan hara lebih tinggi. Pada kondisi ini memungkinkan tanaman mendapatkan kecukupan air dan hara sehingga memiliki kondisi pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan produksi (bobot kering) yang lebih baik juga disebabkan oleh pengaruh kotoran sapi yang berpe ran sebagai bahan yang merangsang agregasi tanah yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan kesarangan tanah. Tanah yang sarang akan mendukung aerasi tanah yang lebih baik dan aktivitas perakaran tanaman. Aktivitas perakaran tanaman yang baik akan memudahkan penyerapan
hara sehingga meningkatkan pertumbuhan (Tinggi dan jumlah daun) dan produksi tanaman (bobot kering).
120
Tinggi Tanaman
100 80 60 40
B3P 0 B3P 1 B3P 2 B4P 0 B4P 1 B4P 2
B1P 2 B2P 0 B2P 1 B2P 2
B0P 2 B1P 0 B1P 1
0
B0P 0 B0P 1
20
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman 10 MST Pada Masing-masing Perlakuan
40 35
Bobot Kering
30 25 20 15 10
P1
P0
P2
P2 B4
B4
B4
B3
P2
P1
P0 B1 P1 B1 P2 B2 P0 B2 P1 B2 P2 B3 P0 B3 P1
B1
B0
B0
B0
0
P0
5
Gambar 3. Grafik Bobot Kering Tanaman Pada Masing-masing Perlakuan
4.5.
Evapotranspirasi
4.5.1. Evapotranspirasi Total Pengaruh pemberian bahan organik briket dan serbuk terhadap evapotranspirasi total disajikan pada Tabel 6 dan sidik ragamnya pada Tabel Lampiran 11. Analisa statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian bahan organik serbuk dan briket dengan formula pupuk sangat nyata meningkatkan evapotranspirasi total. Pada perlakuan formula pupuk P0, pemberian bahan organik dengan dosis te rtinggi (3%) nyata meningkatkan evapotranspirasi total dibandingkan dengan tanpa bahan organik. Pada perlakuan formula pupuk P1, pemberian bahan organik briket dengan 3% tidak nyata meningkatkan evapotranspirasi total dibandingkan tanpa bahan organik. Pemberian bahan organik dengan dosis yang rendah (serbuk 1%, briket 1% dan 2%) nyata meningkatkan evapotranspirasi total dibandingkan tanpa bahan organik. Pada perlakuan formula pupuk P2, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi (3%) tidak nyata menurunkan evapotransprasi total dibandingkan tanpa bahan organik. Sebelumnya telah diuraikan bahwa pada perlakuan formula pupuk P0 dengan pemberian dosis bahan organik tertinggi dan perlakuan formula pupuk P1 dengan pemberian dosis bahan organik yang lebih rendah memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan pada perlakuan formula pupuk P1 dan P2 dengan pemberian bahan organik tertinggi (3%), pertumbuhan tanaman tomat menjadi kurang bagus. Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun) yang lebih baik mengakibatkan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi lebih banyak sehingga jumlah air yang hilang akibat penggunaan tanaman maupun yang menguap dari permukaan lebih banyak. Sedangkan pada pertumbuhan tanaman
yang kurang baik mengakibatkan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi lebih sedikit sehingga jumlah air yang hilang akibat penggunaan tanaman maupun yang menguap dari permukaan menjadi lebih sedikit. Tabel 6. Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Evapotranspirasi Total Evapotranspirasi
Formula Pupuk
Bahan Organik P0 5.22 e
B0 Evapotranspirasi Total (Liter/polybag/ 1musim)
Rataan
P1 10.14
P2 de
16.21
bcd
10.52
b
B1
16.99
bcd
27.55 a
11.17 de
18.57 a
B2
16.35
bcd
24.82 a b
13.99
de
18.39 a
B3
13.21
de
27.26 a
23.76 abc
21.41 a
23.11
abc
de
cd
16.58 a
B4
14.93 b
Rataan
11.13
15.51
20.18 a
16.13 b
30 25 20 15 10
P1
P0
P2
P2 B4
B4
B4
B3
P1
P2
P0
B3
B3
B2
P1
P2
P0
B2
B2
P1
B1
B1
P0 B1
P2 B0
P1 B0
0
P0
5
B0
EVapotranspirasi total (ltr/pot/1 musim)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Gambar 4. Grafik Evapotranspirasi Total Pada Masing-masing Perlakuan
Evapotranspirasi total tertinggi diperoleh dari interaksi bahan organik serbuk 1% dengan formula pupuk P1 sebesar 27.55 liter/polybag/1 musim tanam. Sedangkan evapotranspirasi total pada urutan kedua diperoleh dari interaksi bahan organik briket 2% dengan formula pupuk P1. Hilangnya air melalui evapotransprasi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu suhu air, kelembaban, tekanan udara, sinar matahari, kecepatan angin dan lain-lain yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Sosrodarsono dan Takeda, 1980). Perbedaan tinggi tanaman dan jumlah daun juga sangat mempengaruhi besar kecilnya evapotranspirasi. Tinggi tanaman pada perlakuan bahan organik serbuk 1% dengan formula pupuk P1 lebih rendah dibandingkan tinggi tanaman pada perlakuan bahan organik briket 2% briket dengan formula pupuk P1 tetapi jumlah daun pada perlakuan bahan organik serbuk 1% dengan formula pupuk P1 lebih banyak dibandingkan tinggi tanaman pada perlakuan bahan organik briket 2% briket dengan formula pupuk P1.
4.5.2. Nisbah Evapotranspirasi Nisbah evapotranspirasi diperoleh dari evapotranspirasi total dibagi dengan bobot kering. Pengaruh pemberian bahan organik briket dan serbuk terhadap nisbah evapotranspirasi disajikan pada Tabel 7 dan sidik ragamnya pada Tabel
Lampiran
12.
Bahan
organik
tidak
nyata
menurunkan
nisbah
evapotranspirasi dibandingkan tanpa bahan organik. Nisbah evapotranspirasi terkecil diperoleh pada perlakuan bahan organik serbuk 1% yaitu sebesar 952.9 artinya untuk menghasilkan 1 kg berat kering diperlukan jumlah air sebanyak 952.9 kg. Menurut Soepardi (1983) efisiensi pemakaian air adalah rendah apabila lebih banyak air diperlukan untuk menghasilkaan 1 kg berat kering.
Tabel 7. Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Nisbah Evapotranspirasi Evapotranspirasi
Formula Pupuk
Bahan Organik
Rataan
B0
P0 2367.6
P1 1529.8
P2 1169.8
1689.1 a
B1 B2
1059.2 1070.6
732.2 895.7
1067.5 1097. 9
952.9 a 1021.4 a
B3
997.2
807.1
858.8
959.4 a
B4
1341.4
1418.3
1264.4
1226.6 a
Rataan
1341.4 a
1076.6 a
1091.7 a
Nisbah Evapotranspirasi
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Formula pupuk tidak nyata dalam menurunkan nisbah evapotranspirasi. Nisbah evapotranspirasi terbesar diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk yaitu 1341.4 hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pemakaian air pada perlakuan formula pupuk P0 adalah rendah. Interaksi pembe rian bahan organik serbuk dan briket
dengan
formula
pupuk
tidak
nyata
dalam
menurunkan
nisbah
evapotranspirasi.
2000
1500
1000
P2 B4
P1
P2
P0
B4
B4
B3
P1
P2
P0
B3
B3
B2
P0
P1 B2
P1
P0
P2
P2
B2
B1
B1
B1
P1
B0
B0
0
P0
500
B0
Nisbah Evapotranspirasi
2500
Gambar 5. Grafik Nisbah Evapotranspirasi Pada Masing-masing Perlakuan
4.6.
Serapan Hara Tanaman Nilai serapan hara merupakan fungsi dari bobot kering tanaman dan kadar
hara dalam tanaman sehingga besar kecilnya sangat ditentukan dari nilai bobot kering dan kadar haranya. Pengaruh pemberian bahan organik briket dan serbuk terhadap serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn disajikan pada Tabel 8 dan sidik ragamnya pada Tabel Lampiran 13 sampai 19. Interaksi bahan organik dan formula pupuk menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn. Pada perlakuan formula pupuk P0, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi (3%) nyata meningkatkan serapan hara N, P, K, Mg, Zn dan tidak nyata meningkatkan serapan Ca dan Cu dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan organik. Pada perlakuan formula pupuk P1, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi (3%) tidak nyata meningkatkan serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, dan Zn dibandingkan tanpa bahan organik. Pada perlakuan formula pupuk P2, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi (3%) tidak nyata menurunkan serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, dan Zn dibandingkan tanpa bahan organik. Pada perlakuan formula pupuk
P0 dengan pemberian dosis bahan organik
tertinggi memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan pada perlakuan formula pupuk P1 dan P2 dengan pemberian dosis bahan organik tertinggi, pertumbuhan tana man tomat menjadi kurang bagus. Pertumbuhan yang lebih baik akan memudahkan tanaman dalam menyerap unsur hara. Sedangkan pada pertumbuhan yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan tanaman tomat dan penyerapan unsur hara pun menjadi sulit.
Tabel 8. Pengaruh Bahan Organik dan Formula Pupuk dalam Bentuk Serbuk dan Briket Terhadap Serapan Hara Tanaman Serapan Hara
Bahan Organik B0
Serapan Hara N (gram/polybag /tanaman)
Serapan Hara K (gram/polybag /tanaman)
Serapan Hara Ca (gram/polybag /tanaman)
P2 0.278 bcde
def
0.320 ab 0.303 a
B3
0.140 ef
0.579 a
0.502 ab
0.407 a
B4
0.389 bcda
0.118
ef
0.208 def
0.239 bc
0.383
a
b
0.204
a
ef
0.154 c
0.140 0.203 def
0.266
b
0.004 e
0.020 e
0.099 bcde
0.041 c
B1
0.045 de
0.172 abc
0.039 de
0.085 b
B2 B3
ced
0.074 0.055 de
ab
0.186 0.228 a
0.099 0.235 a
0.120 b 0.173 a
B4
0.140 abcd
0.048
de
0.040 de
0.076 b
0.131
a
b
Rataan B0
0.06.4
B1
0.625 bcde
B2
cde
0.036 e 0.522
de
0.228 e ab
1.199 0.984
abcd a
bcde
ab
0.103
bcde
0.598
0.287 c
0.299 e
0.708 b
de
0.667 b
abc
1.060 a 0.635 b
0.496
B3 B4
0.438 1.137 abc
1.593 0.348 de
1.149 0.419 de
Rataan B0
0.552 b
0.871 a
0.592 b
0.018
d
0.105
d
0.228 cd
0.117 b
0.158
cd
0.858
a
0.186
cd
0.401 a
B2
0.153
cd
0.423
bc
0.231
cd
0.269 ab
B3
0.129 cd
0.591 b
0.555 b
0.425 a
B4
0.235
cd
0.115
d
0.099
d
0.149 b
0.139
c
0.419
a
0.259
b
0.006 d
0.037
cd
0.106 cd
0.049 c
B1
0.065
cd
0.248
a
0.068
cd
0.127 ab
B2
0.071 cd
0.141
bc
0.071 cd
0.094 bc
B3
0.063
cd
0.219
ab
0.214
ab
0.166 a
0.130
bc
0.054
cd
0.062
cd
0.082 bc
B1
Rataan B0 B1 B2 B3 B4 Rataan Serapan Hara Zn (milligram/polybag /tanaman)
P1 0.155 def 0.599 0.462 abc
B4
Serapan Hara Cu (milligram/polybag /tanaman)
P0 0.028 f 0.222 0.243 cdef
Rataan B0 Serapan Hara Mg (gram/polybag /tanaman)
Rataan
B1 B2
Rataan B0 Serapan Hara P (gram/polybag /tanaman)
Formula Pupuk
0.067 b 0.008 d 0.098
cd
0.072
cd
0.036
cd
0.054
cd
0.090
cd
0.155 a
0.088
cd
0.114
cd
0.091 bc
0.142
bc
0.227
ab
0.135 ab
0.036
cd
0.068
cd
0.053 c
0.114 a fg
B2
0.568
efg
0.360
fg
Rataan
0.276
a
g
0.085 1.029 defg
B4
0.104 0.132 bc
0.139 0.031 cd
0.054 b
B0 B1 B3
a
1.833
cde
0.779 c
0.414 3.387
ab
2.243 bcd 3.548 0.894
a
defg
1.503 b
ab
0.057 c
0.126 a 1.305 cdefg 0.949 defg
0.601 c 1.789 ab
1.649
cdef
1.493 ab
2.459
abc
2.122 a
1.153
cdefg
1.293 b
2.097 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Serapan hara N, Ca, Mg dan Cu tertinggi diperoleh dari interaksi bahan organik serbuk 1% dengan formula pupuk P1 sedangkan serapan hara P, K dan Zn tertinggi diperoleh dari interaksi bahan organik serbuk 2% dengan formula pupuk P1.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Bahan organik serbuk dan briket sangat nyata meningkatkan air tersedia,
C/N ratio dan sangat nyata menurunkan ketahanan penetrasi tanah serta tidak nyata menurunkan nisbah evapotranspirasi. Formula pupuk tidak nyata meningkatkan air tersedia dan tidak nyata menurunkan ketahanan penetrasi, nisbah evapotranspirasi dan C/N ratio. Interaksi bahan organik briket dan serbuk dengan formula pupuk berpengaruh nyata terhadap evapotranspirasi total, serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot kering serta tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap air tersedia, C/N ratio tanah, ketahanan penetrasi dan nisbah evapotranspirasi. Pada perlakuan formula pupuk P0, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, evapotranspirasi total, serapan hara N, P, K, Mg, Zn dan tidak nyata meningkatkan serapan Ca dan Cu dibandingkan tanpa bahan organik. Pada perlakuan formula pupuk P1, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, evapotranspirasi total, serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, dan Zn dibandingkan tanpa bahan organik. pada perlakuan formula pupuk P2, pemberian bahan organik dengan dosis tertinggi tidak nyata menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, evapotranspirasi total, serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu, dan Zn dibandingkan tanpa bahan organik. Tinggi tanaman tertinggi dicapai pada interaksi bahan organik briket 2% dengan formula pupuk P1 yaitu sebesar 110.27
cm. Jumlah daun dan bobot kering tertinggi dicapai pada interaksi bahan organik 1% serbuk dengan formula pupuk P1 dengan nilai masing-masing 134 helai/batang dan 39.60 gram/batang.
5.2.
Saran Media tanam dengan kombinasi bahan organik serbuk 1% dengan formula
pupuk P1 bagus untuk tanaman tomat. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada lingkungan tumbuh yang lebih mendukung untuk pertumbuhan tanaman tomat.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S. J. 1987. Penelitian Pemupukan P Pada Tanaman Pangan di Lahan Kering Masam. Pross. Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk P. PPT. Bogor. PP: 285-307 Ardhianto, D. 2002. Perbandingan Respon Tanaman Sorghum Terhadap Kombin asi Guano Fosfat Dengan Terak Baja dan Guano Fosfat dengan Kalsit Pada Latosol Dari Gunung Sindur. Skripsi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta Donahue, R. L., W. L. Nelson and J.C. Schickluna. 1977. An Introduction to Soil and Plant Growth. Preentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey Dudal, R and M. Soepraptohardjo. 1960. Soil Classification in Indonesia. Cont. Gen. Agr. Res. Sta. Bogor. Duriat, Ati. S., Hadisoeganda W.W, dkk. 1997. Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang Haridjaja, O., K. Murtilaksono, L.M. Rahman, Sudarmo. 1990. Hidrologi Pertanian. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultaas Pertanian, IPB. Bogor. Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter. Pregamon Press, Lomdon, England. . 1974. Soil Organic Matter. Its Nature, Its Role in Soil Formation and Soil Fertility. Pergamon Press. New York. Mattjik, A. A dan M. Sumertajaya. 2000. Perencanaan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. IPB Press. Bogor Millar, C. E., L. M. Turk and H.D Foth. 1960. The Fundamentals of Soil Scence. 3rd ed. John Willey and Sons. New York. 564 p. Nursyamsi, D. O. Supandi, D. Erfandi, Sholeh, dan I. G. P. Widjaya -Adhi. 1995. Penggunaan Bahan Organik, Pupuk P dan K untuk meningkatkan produktivitas Tanah Podzolik (Typic Kandiudults). Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. PP : 47-52 Rinsema, W. T. 1983. Pupuk dan Pemupukan (Terjemahan) . Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta
Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung Sitorus, S., O. Haridjaja dan K. R. Brata. 1980. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah 2. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor .1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor Soedarmo, H. D. H. Dan P. Djoyoprawiro. 1985. Fisika Tanah Dasar. Bagian Konservasi Tanah dan Air, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reaction. 10 ed. John Wiley and Sons. Inc. New York.
th
Tisdale, S. L., W. L. Nelson and J. P. Beaton. 1985. Soil Fertlity and Fertlizers. 4th ed. MacMillan Publishing Co. Inc., Wesport. Williams, C. N, J. O. UZO, W. T. H. Peregrine, 1993. Produksi Sayuran Di daerah Tropika. Penerjemah Soedharoedjian Ronoprawiro. Fakultas Pertanian. UGM Press. Yogyakarta Wiryanta, B. T. W. 2002. Bertanam Tomat (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis). Agromedia Pustaka. Jakarta. Villareal, R. L. 1980. Tomatoes In The Tropics. Westview Press/Boulder. Colorado.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Pendahuluan Tanah Latosol Darmaga Sifat-sifat tanah
Nilai
pH (1:1) H2O
5.56
pH (1:1) KCl
4.67
C-org (Walkley & Black) %
1.31
N-total (Kjehdal) %
0.14
P (Bray 1) ppm
3.10
P (HCl 25 %) ppm
151.9
Ca (me/100g)
0.91
Mg (me/100g)
0.48
K (me/100g)
0.13
Na (me/100g)
0.30
KTK (me/100g)
11.05
KB (%)
16.47
Al (me/100g)
1.52
H (me/100g)
0.28
Fe (ppm)
3.48
Cu (ppm)
2.48
Zn (ppm)
4.12
Mn (ppm)
39.8
Pasir (%)
9.38
Debu (%)
17.87
Liat (%)
72.75
Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Kimia Briket Sifat Kimia Briket
Nilai
N (%)
0.98
P (%)
0.31
K (%)
0.29
Ca (%)
1.28
Mg (%)
0.31
C-organik (%)
41.16
C/N (%)
42.00
Tabel Lampiran 3.
Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Tanah Serapan Hara, Evapotranspirasi, Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat. Bahan Organik
Parameter
Pupuk
B0
B1
B2
B3
B4
P0
P1
P2
Ketahanan Penetrasi
2.19 a
1.07 b
2.09 a
1.97 a
2.16 a
1.91 a
1.83 a
1.94 a
Air Tersedia
8.27 c
10.60 a
8.64 c
9.49 b
9.47 b
9.14 a
9.46 a
9.29 a
C/N Ratio Tanah
12.32 c
22.60 a
19.19 b
17.72 b
19.59 b
19.09 a
17.94 a
17.81 a
Tinggi Tanaman 10 MST
49.14 c
82.83 a
87.10 a
87.22 a
71.02 b
69.01 b
83.95 a
72.76 b
Jumlah Daun 10 MST
49.33 b
96.38 a
77.00 a
90.00 a
80.89 a
69.67 a
86.20 a
79.14 a
Berat K ering Tanaman
7.88 c
21.41 ab
19.55 ab
25.03 a
15.55 bc
14.29 b
23.37 a
15.99 b
Evapotranspirasi Total
10.52 b
18.57 a
18.39 a
21.41 a
16.58 a
14.98 b
20.18 a
16.13 b
Nisbah Evapotranspirasi
1689.1 a
952.9 a
1021.4 a
959.4 a
1226.6 a
1341.4 a
1076.6 a
1091.7 a
N
0.154 c
0.320 ab
0.303 a
0.407 a
0.239 bc
0.204 b
0.383 a
0.266 b
P
0.041 c
0.085 b
0.120 b
0.173 a
0.076 b
0.06.4 b
0.131 a
0.103 ab
K
0.287 c
0.708 b
0.667 b
1.060 a
0.635 b
0.552 b
0.871 a
0.592 b
Ca
0.117 b
0.401 a
0.269 ab
0.425 a
0.149 b
0.139 c
0.419 a
0.259 b
Mg
0.049 c
0.127 ab
0.094 bc
0.166 a
0.082 bc
0.067 b
0.139 a
0.104 ab
Cu
0.057 c
0.155 a
0.091 bc
0.135 ab
0.053c
0.054 b
0.114 a
0.126 a
Zn
0.601 c
1.789 ab
1.493 ab
2.122 a
1.293 b
0.779 c
1.503 b
2.097 a
Serapan Hara
Angka dalam baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji DMRT bila diikuti oleh huruf yang sama
Tabel Lampiran 4. Hasil Uji Duncan Pengaruh Interaksi Terhadap Sifat Tanah, Evapotranspirasi, Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Tomat. Parameter (1)
P0
P1
P2
(3)
(4)
(5)
2.16 tn
2.08
2.33
BO 1 % Non Briket (B1)
1.07
1.13
1.00
BO 1 % Briket (B2)
2.10
2.33
1.83
BO 2 % Briket (B3)
2.00
1.75
2.17
BO 3 % Briket (B4)
2.23
1.83
2.40
Tanpa BO (B0)
7.81 tn
9.09
7.89
BO 1 % Non Briket (B1)
10.61
10.57
10.62
BO 1 % Briket (B2)
8.48
8.63
8.80
BO 2 % Briket (B3)
9.19
9.71
9.56
BO 3 % Briket (B4)
9.60
9.28
9.54
Tanpa BO (B0)
12.87
12.57
11.52
BO 1 % Non Briket (B1)
24.18
21.43
22.18
BO 1 % Briket (B2)
20.17
19.29
18.11
BO 2 % Briket (B3)
18.41
17.17
17.57
BO 3 % Briket (B4)
19.85
19.24
19.67
f
e
(2) Tanpa BO (B0)
Ketahanan Tanah (kg/cm2 )
Formula Pupuk
Bahan Organik
Air Tersedia (%)
C/N Ratio Tanah (%)
Tanpa BO (B0)
45.60
72.47 c d
BO 1 % Non Briket (B1)
71.17 c d
105.03 ab
67.00
BO 1 % Briket (B2)
74.93 cd
98.39 a b
88.07 bc
BO 2 % Briket (B3)
76.20 c d
110.27 a
75.20 c d
BO 3 % Briket (B4)
93.37 a b
60.53
de
59.17 de
Tanpa BO (B0)
30.67 e
46.00
de
71.33
bcde
Tinggi Tanaman 10 MST (cm)
29.36
d
BO 1 % Non Briket (B1)
78.00 bcde
134.00 a
67.50
bcde
10 MST
BO 1 % Briket (B2)
75.00 bcde
97.00 abcd
59.00
bcde
(helai/batang)
BO 2 % Briket (B3)
58.67 bcde
97.33 abcd
114.00 ab
BO 3 % Briket (B4)
106.00 abc
56.67 cde
80.00
Jumlah Daun
bcde
Angka dalam baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji DMRT bila diikuti oleh huruf yang sama
Tabel Lampiran 4. Hasil Uji Duncan Pengaruh Interaksi Terhadap Sifat Tanah, Evapotranspirasi, Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Tomat (lanjutan). (1)
(2) Tanpa BO (B0)
Bobot Kering (gram/batang)
(3)
(4)
2.21
e
7.34
(5) e
14.07 cde
BO 1 % Non Briket (B1)
16.31
bcde
39.60 a
8.32 e
BO 1 % Briket (B2)
16.32
bcde
28.39 abc
13.93 cde
de
34.09 a
30.05 a b
7.45 e
13.57 cde
BO 2 % Briket (B3) BO 3 % Briket (B4) Tanpa BO (B0)
10.93
25.64 abcd 5.22 e
10.14
de
16.21
bcd
BO 1 % Non Briket (B1)
16.99
bcd
27.55 a
11.17
de
Total
BO 1 % Briket (B2)
16.35
bcd
24.82 a b
13.99
de
(Liter/pot/1 musim)
BO 2 % Briket (B3)
13.21
de
27.26 ae
23.76 abc
BO 3 % Briket (B4)
23.11 abc
11.13
de
15.51 c d
Tanpa BO (B0)
2367.6 tn
1529.8
1169.8
BO 1 % Non Briket (B1)
1059.2
732.2
1067.5
BO 1 % Briket (B2)
1070.6
895.7
1097.9
BO 2 % Briket (B3)
997.2
807.1
858.8
BO 3 % Briket (B4)
1341.4
1418.3
1264.4
Tanpa BO (B0)
0.028 f
Evapotranspirasi
Nisbah Evapotranspirasi
Serapan Hara
N
0.140 ef
BO 1 % Briket (B2)
0.243 cdef
0.462 abc
BO 2 % Briket (B3)
0.140 ef
0.579 a
0.502 a b
0.118 ef
0.208
0.020 e
0.099 bcde
bcda
0.389
Tanpa BO (B0)
0.004 e
BO 1 % Non Briket (B1)
0.045
de
0.172 abc
BO 1 % Briket (B2)
0.074 ced
0.186 a b
BO 2 % Briket (B3)
0.055
de
0.228 a
BO 3 % Briket (B4) Tanpa BO (B0)
0.140 abcd 0.036 e bcde
BO 1 % Non Briket (B1 )
0.625
BO 1 % Briket (B2)
0.522 cde
BO 2 % Briket (B3)
0.438
BO 3 % Briket (B4)
1.137 abc
K (gram/polybag)
0.599 a
bcde
0.278
0.222
BO 3 % Briket (B4)
(gram/polybag)
def
BO 1 % Non Briket (B1)
(gram/polybag)
P
def
0.155
de
0.048
de
0.228 e 1.199 a b 0.984 abcd 1.593 a 0.348
de
def
0.203
def
de
0.039
bcde
0.099
0.235 a de
0.040
bcde
0.598
0.299 e 0.496
de
1.149 abc 0.419
de
Angka dalam baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji DMRT bila diikuti oleh huruf yang sama
Tabel Lampiran 4. Hasil Uji Duncan Pengaruh Interaksi Terhadap Sifat Tanah, Evapotranspirasi, Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Tomat (lanjutan). (1)
(2)
(3)
(4) d
0.228 c d
0.158 c d
0.858 a
0.186 c d
BO 1 % Briket (B2)
0.153 c d
0.423
bc
0.231 c d
BO 2 % Briket (B3)
0.129 c d
0.591
b
0.555
b
BO 3 % Briket (B4)
0.235 cd
0.115
d
0.099
d
Tanpa BO (B0)
0.006
d
0.037 c d
0.106 c d
BO 1 % Non Briket (B1)
0.065 cd
0.248 a
0.068 c d
BO 1 % Briket (B2)
0.071 c d
0.141
bc
0.071 cd
BO 2 % Briket (B3)
0.063 c d
0.219 a b
0.214 ab
BO 3 % Briket (B4)
0.130
bc
0.054 c d
0.062 c d
Tanpa BO (B0)
0.008
d
0.031 c d
0.132
BO 1 % Non Briket (B1)
0.098 cd
0.276 a
0.090 c d
BO 1 % Briket (B2)
0.072 c d
0.088 c d
0.114 c d
BO 2 % Briket (B3)
0.036 c d
0.142
bc
0.227 a b
BO 3 % Briket (B4)
0.054 c d
0.036 c d
0.068 c d
Tanpa BO (B0)
0.085
g
0.414 f g
1.305 cdefg
Tanpa BO (B0)
0.018
BO 1 % Non Briket (B1)
d
(5)
0.105
Ca (gram/polybag)
Mg (gram/polybag)
bc
Cu (milligram/polybag)
BO 1 % Non Briket (B1)
1.029
defg
3.387 a b
0.949
defg
BO 1 % Briket (B2)
0.568 efg
2.243 bcd
1.649 cdef
BO 2 % Briket (B3)
0.360 f g
3.548 a
2.459 abc
BO 3 % Briket (B4)
1.833 cde
0.894 defg
1.153 cdefg
Zn (milligram/polybag)
Angka dalam baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji DMRT bila diikuti oleh huruf yang sama
Ket tn : Tidak Nyata
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Ketahanan Penetrasi Tanah Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
7.985
1.996
17.68
0.0001**
Pupuk
2
0.115
0.057
0.51
0.6057
Bahan Organik*Pupuk
8
1.115
0.145
1.28
0.2901
Galat
30
3.387
0.113
Total
44
12.644
C V = 17.73 %
Ket:
** Berbeda sangat nyata (p<1%)
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Air Tersedia Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Bahan Organik
4
29.382
7.346
23.53
0.0001**
Pupuk
2
0.771
0.386
0.90
0.4137
Bahan Organik*Pupuk
8
3.074
0.384
0.90
0.5249
Galat
30
12.733
0.424
Total
44
45.961
C V = 7.01 %
Nilai P
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap C/N Ratio Tanah Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
589.142
147.286
33.86
0.0001**
Pupuk
2
2.669
1.485
0.34
0.7135
Bahan Organik*Pupuk
8
21.546
2.693
0.60
0.7548
Galat
30
130.486
4.349
Total
44
744.144
C V = 11.16 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman 10 MST Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
9104.867
2276.217
26.16
0.0001**
Pupuk
2
1831.365
915.682
10.53
0.0004**
Bahan Organik*Pupuk
8
8923.728
1115.466
12.82
0.0001**
Galat
29
2522.887
86.996
Total
43
22525.159
C V = 12.39 %
Ket:
** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Daun 10 MST Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
10544.754
2636.189
3.34
0.0228*
Pupuk
2
2051.894
1025.947
1.30
0.2878
Bahan Organik*Pupuk
8
18022.253
2252.782
2.86
0.0180*
Galat
29
22873.833
788.753
Total
43
54477.545
C V = 35.85 %
Ket: * Berbeda nyata (p<5 %)
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Kering Tanaman Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
1546.103
386.525
5.68
0.0016**
puk
2
700.681
350.341
5.15
0.0119*
Bahan Organik*Pupuk
8
2888.896
361.111
5.36
0.0003**
Galat
30
2040.639
68.029
Total
44
7176.546
C V = 46.12 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %) * Berbeda nyata (p<5 %)
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Evapotranspirasi Total Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Bahan Organik
4
559.755
139.339
6.15
0.0010**
Pupuk
2
224.263
112.132
4.93
0.0141*
Bahan Organik*Pupuk
8
1141.979
142.747
6.28
0.0001**
Galat
30
682.161
22.739
Total
44
2608.158
C V = 27.89 %
Nilai P
Ket: * Berbeda nyata (p<5%) ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Nisbah Evapotranspirasi Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
4501293.175
1125323.293
1.39
0.2600
Pupuk
2
1576715.654
788357.827
0.98
0.3884
Bahan Organik*Pupuk
8
12809796.048
1601224.506
1.98
0.0836
Galat
30
242260475.290
807535.843
Total
44
43113880.167
C V = 68.23 %
Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara N Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
0.329
0.081
5.18
0.0027**
puk
2
0.246
0.123
7.88
0.0018**
Bahan Organik*Pupuk
8
0.768
0.096
6.16
0.0001**
Galat
30
0.467
0.016
Total
44
1.804
C V = 43.88 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara P Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
0.109
0.027
9.33
0.0001**
puk
2
0.035
0.017
5.91
0.0069**
Bahan Organik*Pupuk
8
0.098
0.012
4.17
0.0019**
Galat
30
0.088
0.003
Total
44
0.329
C V = 54.59 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara K Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
2.714
0.678
5.89
0.0013**
puk
2
0.904
0.452
3.92
0.0306*
Bahan Organik*Pupuk
8
4.468
0.558
4.85
0.0007**
Galat
30
3.456
0.115
Total
44
11.542
C V = 50.54 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %) * Berbeda nyata (p<5 %)
Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Ca Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
0.709
0.177
7.29
0.0003**
puk
2
0.591
0.296
12.16
0.0001**
Bahan Organik*Pupuk
8
0.966
0.121
4.97
0.0006**
Galat
30
0.729
0.024
Total
44
2.996
C V = 57.27 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Mg
Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Bahan Organik
4
0.071
0.017
6.06
0.0011**
puk
2
0.039
0.019
6.79
0.0037**
Bahan Organik*Pupuk
8
0.109
0.014
4.65
0.0009**
Galat
30
0.087
0.003
Total
44
0.306
C V = 52.04 %
Nilai P
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 18. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Cu Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
0.076
0.019
5.02
0.0032**
puk
2
0.046
0.023
6.04
0.0063**
Bahan Organik*Pupuk
8
0.106
0.013
3.49
0.0058**
Galat
30
0.113
0.004
Total
44
0.340
C V = 62.57 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
Tabel Lampiran 19. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Serapan Hara Zn Sumber
db
JK
KT
Nilai F
Nilai P
Bahan Organik
4
11.817
2.954
5.84
0.0013**
puk
2
13.071
6.535
12.92
0.0001**
Bahan Organik*Pupuk
8
22.206
2.776
5.49
0.0003**
Galat
30
15.170
0.506
Total
44
62.264
C V = 48.71 %
Ket: ** Berbeda sangat nyata (p<1 %)
B1P21 B0P21
B2P21
Gambar Lampiran1. Tanaman Tomat 8 MST Pada Perlakuan Bahan Organik 1% Serbuk, Tanpa Bahan Organik dan Bahan Organik 1% Briket
B1P02
B1P11
B1P22
Gambar Lampiran 2. Tanaman Tomat 8 MST Pada Perlakuan Bahan Organik Serbuk 1%
B1P11
B3P11
Gambar Lampiran 3. Tanaman Tomat 8 MST Pada Perlakuan Kombinasi Media Tanam Terbaik