STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN PANGALENGAN BKPH PANGALENGAN, KPH BANDUNG SELATAN PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN
Oleh : LINDA SETIONINGRUM E 14102034
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN PANGALENGAN, BKPH PANGALENGAN KPH BANDUNG SELATAN, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN
LINDA SETIONINGRUM
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Judul Penelitian
: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN PANGALENGAN, BKPH PANGALENGAN, KPH BANDUNG SELATAN, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN
Nama Mahasiswa : Linda Setioningrum NRP
: E 14102034
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP. 131 412 316
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. NIP. 131 430 799
Tanggal Lulus : 28 Agustus 2006
RINGKASAN Linda Setioningrum. E14102034. Strategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam di Kecamatan Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Di bawah bimbingan Dr Ir. Nurheni Wijayanto, MS. Kegiatan persuteraan alam merupakan salah satu peluang bisnis di Indonesia yang belum banyak dilakukan, padahal usaha ini memiliki banyak kelebihan. Kelebihan tersebut antara lain waktu yang singkat dalam budidaya murbei hingga panen kokon, mudah dilakukan, tidak memerlukan tempat yang luas, dapat dilakukan sebagai kegiatan rumah tangga dan keuntungan yang dihasilkan cukup tinggi. Secara umum daerah Pangalengan memiliki kondisi fisik lingkungan yang sangat menunjang usaha persuteraan alam sehingga usaha tersebut sangat cocok dilakukan di daerah Pangalengan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pangalengan, karena daerah tersebut sangat berpotensi untuk pengembangan usaha persuteraan alam. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan suatu strategi pengembangan usaha persuteraan alam. Penelitian dilakukan dengan dua tahapan yakni analisis strategis menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis struktural dengan teknik Interpretative Structural Modelling (ISM). Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil kuisioner dan wawancara mendalam (in-depth interview) bersama pakar yang mengetahui seluk beluk mengenai usaha persuteraan alam. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi literatur. Pengembangan usaha persuteraan alam di Kecamatan Pangalengan ditentukan keberhasilannya oleh unsur internal (kekuatan dan kelemahan) dan unsur eksternal (peluang dan ancaman). Unsur kekuatan yang paling tinggi nilai pengaruhnya adalah kondisi biofisik lingkungan dan total nilai pengaruh unsur kekuatan adalah 3,302. Pada unsur kelemahan, keterbatasan modal dinilai sebagai kelemahan yang sangat berpengaruh dan total nilai pengaruh unsur kelemahan adalah 2,259. Peluang yang memiliki nilai pengaruh tertinggi yang perlu direspon dengan baik adalah permintaan akan benang suteran yang terus meningkat tiap
tahun, dan jumlah total nilai pengaruh unsur peluang sebesar 3,144. Dan pada unsur ancaman yang memiliki nilai pengaruh tertinggi adalah penghasilan yang lebih menjanjikan dari bidang lain selain persuteraan alam. Dan total nilai pengaruh unsur ancaman adalah 2,259. Pada Diagram SWOT, diketahui bahwa posisi strategi pengembangan usaha persuteraan alam di Pangalengan terletak pada kuadran I. Menurut Rangkuti (2000) berarti situasi yang terjadi sangat menguntungkan. Maka strategi yang diterapkan adalah strategi SO dengan memaksimalkan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Menurut Saxena, 1992 dalam Eriyatno 1999 bahwa suatu program dengan teknik ISM dapat dibagi menjadi 9 elemen. Dalam penelitian ini, struktur program yang digunakan adalah sektor masyarakat yang terpengaruhi, tujuan dari program, kebutuhan dari program, kendala utama, lembaga yang terkait dengan program, dan perubahan yang dimungkinkan. Hasil dari analisis struktural menunjukkan bahwa sub-elemen kunci dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruhi adalah petani murbei dan ulat sutera, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III. Sub-elemen kunci dari elemen tujuan program adalah meningkatkan usaha persuteraan alam dan memenuhi permintaan pasar yang besar akan kain sutera, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III dan IV. Sub-elemen kunci dari elemen kebutuhan program adalah permodalan, subelemen ini termasuk dalam sektor IV. Sub-elemen kunci dari elemen kendala utama adalah kurangnya permodalan dan kualitas SDM rendah, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III dan IV. Sub-elemen kunci dari elemen lembaga yang terkait dengan program adalah BKPH pangalengan dan KPH Bandung Selatan, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III.. Sub-elemen kunci dari elemen perubahan yang dimungkinkan adalah peningkatan kualitas SDM, sub-elemen ini termasuk dalam sektor IV. Berdasarkan hasil analisis strategis dan analisis struktural, diperoleh strategi pengembangan usaha persuteraan alam antara lain pemanfaatan kondisi alam untuk memperluas usaha, pemanfaatan sumberdaya manusia, pemberian kredit usaha dan penguatan kelembagaan.
MNH/
Strategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam di Kecamatan Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Oleh : Linda Setioningrum dan Nurheni Wijayanto
PENDAHULUAN. Kegiatan persuteraan alam merupakan salah satu peluang bisnis di Indonesia yang belum banyak dilakukan, padahal usaha ini memiliki banyak kelebihan. Kelebihan tersebut antara lain waktu yang singkat dalam budidaya murbei hingga panen kokon, mudah dilakukan, tidak memerlukan tempat yang luas, dapat dilakukan sebagai kegiatan rumah tangga dan keuntungan yang dihasilkan cukup tinggi. Secara umum daerah Pangalengan memiliki kondisi fisik lingkungan yang sangat menunjang usaha persuteraan alam sehingga usaha tersebut sangat cocok dilakukan di daerah Pangalengan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pangalengan, karena daerah tersebut sangat berpotensi untuk pengembangan usaha persuteraan alam. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan suatu strategi pengembangan usaha persuteraan alam. Penelitian dilakukan dengan dua tahapan yakni analisis strategis menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis struktural dengan teknik Interpretative Structural Modelling (ISM). Perangkat analisis SWOT yang digunakan adalah External Factor Evaluation Matrix (matriks EFE) dan Internal Factor Evaluation Matrix (Matriks IFE), Diagram SWOT dan Matriks SWOT. Metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi sub-elemen. Analisis struktural menghasilkan model interpretasi struktural bagi pengembangan usaha persuteraan alam. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil kuisioner dan wawancara mendalam (in-depth interview) bersama pakar yang mengetahui seluk beluk mengenai usaha persuteraan alam. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi literatur. HASIL DAN KESIMPULAN. Pengembangan usaha persuteraan alam di Kecamatan Pangalengan ditentukan keberhasilannya oleh unsur internal (kekuatan dan kelemahan) dan unsur eksternal (peluang dan ancaman). Unsur kekuatan yang paling tinggi nilai pengaruhnya adalah kondisi biofisik lingkungan dan total nilai pengaruh unsur kekuatan adalah 3,302. Pada unsur kelemahan, keterbatasan modal dinilai sebagai kelemahan yang sangat berpengaruh dan total nilai pengaruh unsur kelemahan adalah 2,259. Peluang yang memiliki nilai pengaruh tertinggi yang perlu direspon dengan baik adalah permintaan akan benang sutera yang terus meningkat tiap tahun, dan jumlah total nilai pengaruh unsur peluang sebesar 3,144. Dan pada unsur ancaman yang memiliki nilai pengaruh tertinggi adalah penghasilan yang lebih menjanjikan dari bidang lain selain persuteraan alam. Dan total nilai pengaruh unsur ancaman adalah 2,259. Pada Diagram SWOT, diketahui bahwa posisi strategi pengembangan usaha persuteraan alam di Pangalengan terletak pada kuadran I. Menurut Rangkuti (2000) berarti situasi yang terjadi sangat menguntungkan. Maka strategi yang diterapkan adalah strategi SO dengan memaksimalkan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Hasil dari analisis struktural menunjukkan bahwa sub-elemen kunci dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruhi adalah petani murbei dan ulat sutera, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III. Sub-elemen kunci dari elemen tujuan program adalah meningkatkan usaha persuteraan alam dan memenuhi permintaan pasar yang besar akan kain sutera, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III dan IV. Sub-elemen kunci dari elemen kebutuhan program adalah permodalan, sub-elemen ini termasuk dalam sektor IV. Sub-elemen kunci dari elemen kendala utama adalah kurangnya permodalan dan kualitas SDM rendah, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III dan IV. Sub-elemen kunci dari elemen lembaga yang terkait dengan program adalah BKPH pangalengan dan KPH Bandung Selatan, sub-elemen ini termasuk dalam sektor III.. Sub-elemen kunci dari elemen perubahan yang dimungkinkan adalah peningkatan kualitas SDM, sub-elemen ini termasuk dalam sektor IV. Berdasarkan hasil analisis strategis dan analisis struktural, diperoleh strategi pengembangan usaha persuteraan alam antara lain memperluas usaha persuteraan alam, memanfaatkan lahan kehutanan di bawah tegakan, dan memanfaatkan ketersediaan sumberdaya manusia. Selain itu mempermudah akses petani untuk mendapatkan pinjaman modal juga merupakan strategi yang perlu dilakukan.
Departemen Manajemen Hutan
MNH/
Development Strategy of Natural Silk Effort in Subdistrict Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III of West Java and Banten By : Linda Setioningrum and Nurheni Wijayanto INTRODUCTION. Natural silk activity is one of the business opportunities which haven’t conducted by Indonesian
society. Though this effort has many advantages, for example its not need long time in murbei plantation until cocoon harvest, easy to do and doesn’t need wide place. In the other hand, it can be done as a household activity and give a lot of earnings. Generally, Pangalengan has an environmental condition which is support and very compatible with the natural silk effort. Therefore this research is conducted in Subdistrict Pangalengan, because this area has a potency to develop natural silk effort. MATERIALS AND METHODS. This research has an aim to formulate a development strategy of natural silk effort. This research is done with two step namely the strategic analysis use SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) and the structural analysis with technique of Interpretative Structural Modelling ( ISM). External Factor Evaluation Matrix (EFE) and Internal Factor Evaluation Matrix (IFE), Diagram of SWOT and Matrix SWOT used for SWOT analysis. Methodologies and technique of ISM is divided become two shares that is compilation of hierarki and sub-element classification. The result of structural analysis is a structural interpretation model for development of natural silk effort. Primary data of this research is obtained from circumstantial result of quiz interview and in-depth interview with expert who knowing the ins and outs hit the natural silk effort. While secondary data is obtained from literature study. RESULT AND CONCLUSION. Development of natural silk effort in Subdistrict Pangalengan is determined by internal element (strength and weakness) and external element (opportunity and threat). The highest assess of strength element is an environmental condition and the total influential assess of strength element is 3,302. The highest assess of weakness element is capital limitation and the total influential assess of weakness is 2,259. The highest assess of opportunity element is increasing of natural silk request and the total influential assess of opportunity is 3,144. And the threat element owning highest influence value is promising earning from another job. And the total influential assess of threat element is 2,259. At Diagram SWOT, known that the development strategy position of natural silk effort in Pangalengan lays in kuadran I. According to Rangkuti (2000) meaning situation that happened is very beneficial. Hence the strategy applied is strategy SO which maximizedly its strength so that can exploit existing opportunity. Structural analysis result indicate that sub-elemen key from affected society sector element is murbei and silkworm farmer, this sub-element is included in sector III. Sub-element key from programme target element are improved the natural silk effort and fulfill a market request of silk cloth, this sub-element are included in sector III and IV. Sub-element key from programme requirement element is capital, this sub-element is included in sector IV. Sub-element key from fundamental constraint element are the lack of capital and human resources quality, this sub-elemen are included in sector III and IV. Sub-element key from relevant institute element are BKPH pangalengan and KPH Bandung Selatan, both sub-element are included in sector III. Sub-element key from enabled change element is human resources improvement, this subelement is included in sector IV. Pursuant to strategic analysis and the structural analysis result, obtained a development strategy of natural silk effort for example extending the natural silk effort, exploiting forestry farm under plantation, and exploiting availability of human resources. Others to facilitate farmer to get capital loan also represent strategy which require to be conducted.
Departement of Forest Management
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem agroforestry merupakan sistem yang telah biasa dilakukan masyarakat di Indonesia yang saat ini sedang diupayakan pengembangannya. Salah satu contoh dari sistem agroforestry adalah kegiatan persuteraan alam. Kegiatan ini perlu diperhatikan dan diterapkan dalam praktek di lapangan. Karena kegiatan ini memiliki sifat yang padat karya sehingga dapat memperluas lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan taraf hidup, dapat menambah
penghasilan
masyarakat,
dapat
menanggulangi
masalah
kependudukan dan tenaga kerja dan juga dapat berperan serta dalam meningkatkan produksi sandang (garmen). Kegiatan persuteraan alam merupakan salah satu peluang bisnis di Indonesia yang belum banyak dilakukan, padahal usaha ini memiliki banyak kelebihan. Waktu yang singkat dalam budidaya murbei hingga panen kokon adalah salah satu kelebihannya. Kelebihan lainnya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan tempat yang luas, dapat dilakukan sebagai kegiatan rumah tangga dan keuntungan yang dihasilkan cukup tinggi. Kegiatan persuteraan alam sebenarnya telah lama dikenal dan dilakukan oleh manusia. Sebagai bangsa yang tercatat sebagai pelopor budidaya, bangsa Cina sejak sekitar tahun 200 SM sudah memiliki pabrik benang sutera yang besar dan dapat memasarkannya ke berbagai penjuru dunia. Usaha ini terus menyebar ke berbagai negara seperti Jepang, Korea, India, dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kebutuhan akan benang sutera dunia mencapai 700 ton per tahun, sedangkan produksi hanya sebesar 81,2 ton, sehingga Indonesia harus mengimpor benang sutera sekitar 618,8 ton pada tahun 2005. Pemerintah menargetkan produksi benang sutera nasional mencapai 400 ton pada tahun 2010, sehingga impor bisa ditekan hanya sekitar 275 ton (Seno, 2006). Maka peluang untuk berusaha di bidang persuteraan alam di Indonesia cukup besar, karena negara Indonesia memiliki iklim serta daerah yang keadaan biofisiknya
2 cocok untuk budidaya sutera alam, baik untuk penanaman tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat sutera, juga untuk pembudidayaan ulat sutera. Kegiatan persuteraan alam ini dalam pelaksanaannya melibatkan petani, pengusaha serta pemerintah. Petani sebagai produsen awal yang memelihara ulat sutera (Bombyx mori) dan menanam daun murbei (Morus sp.) sebagai pakan bagi ulat. Sedangkan peran pengusaha sebagai penampung hasil produksi petani yang kemudian dilakukan kegiatan pengolahan lebih lanjut. Pemerintah disini berperan sebagai pembina kegiatan persuteraan alam ini. Pemerintah saat ini perlu memperhatikan dan menggalakkan budidaya ulat sutera karena komoditi sutera dianggap penting sedangkan produksi di dalam negeri masih rendah. Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi benang sutera mulai diusahakan, diantaranya adalah dengan pembukaan dan perluasan daerah pemeliharaan baru, perbaikan penanaman murbei, perbaikan pembibitan ulat sutera dan intensifikasi pemeliharaan ulat sutera. Usaha persuteraan alam belum banyak dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Pangalengan karena usaha tersebut begitu dikenal. Maka perlu dilakukan suatu penelitian terhadap strategi yang dapat menentukan upayaupaya pengembangan kegiatan persuteraan alam yang diharapkan dapat menjadi daya tarik para petani sutera untuk lebih menekuni usahanya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup petani sutera serta dapat merangsang masyarakat lainnya untuk melakukan usaha persuteraan alam.
B. Perumusan masalah Besarnya permintaan benang sutera baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri belum diikuti dengan besarnya pertumbuhan produksi sutera alam. Untuk mengimbangi hal tersebut, maka diperlukan kegiatan pengembangan persuteraan alam di Indonesia. Pengembangan persuteraan alam di Indonesia sebenarnya saat ini telah banyak dilakukan, salah satunya adalah di wilayah BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Akan tetapi banyak hal lain yang menjadikan para petani beralih ke usaha lain karena menginginkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini sangat ironis,