Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Oleh Rika Mardiani
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pendapatan, laba usaha dan beban pajak dalam memprediksi laba bersih dimasa mendatang dengan melakukan pengujian terhadap masing-masing variabel. Dalam penelitian ini diketahui variabel manakah yang paling baik dalam memprediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Objek penelitian adalah perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006 sampai 2010. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 16.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan pengujian secara parsial didapatkan hasil bahwa pendapatan, laba usaha dan beban pajak berpengaruh terhadap kemampuan prediksi laba bersih secara parsial. Setelah dilakukan penelitian secara simultan terhadap ketiga variabel tersebut didapatkan hasil bahwa pendapatan, laba usaha dan beban pajak berpengaruh terhadap kemampuan prediksi laba bersih secara simultan dengan tingkat signifikansi sebesar 99,7%. Key word: Pendapatan, Laba usaha, Beban Pajak, Prediksi Laba Bersih Abstract This study aims to provide empirical evidence regarding revenues , operating income and tax burden in predicting future net income by testing for each variable . In this research note which variables best predicting net income in the future . Object of study is the cigarette companies listed in Indonesia Stock Exchange ( BEI ) from 2006 to 2010 . The analysis model used in this study is a model of multiple linear regression analyzes were performed with the aid of a computer program SPSS version 16.0 . These results indicate that after a partial test showed that revenue , operating income and income tax expense effect on the predictive ability of net income partially . After doing research simultaneously to all three of these variables showed that revenue , operating income and income tax expense effect on the predictive ability of net income simultaneously with a significance level of 99.7 % Key word: Revenues , Operating Income , Income Tax Expense , Net Profit Prediction
53
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan oleh investor berguna sebagai alat untuk menilai kelayakan perusahaan dalam mengelola keuangannya dan penilaian kinerja perusahaan tersebut, sementara bagi manajemen laporan keuangan berguna untuk menunjukan performa dan kualitas perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dapat dikatakan laporan keuangan merupakan instrumen penting bagi investor karena dengan membaca informasi keuangan yang ada didalam laporan keuangan tersebut para investor dan pengambil keputusan dapat menilai seberapa besar potensi perusahaan tersebut untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik, mendapatkan kas yang lebih banyak, dan mengkonversi laba yang diperoleh menjadi kas dimasa yang akan datang. Kemampuan ini disebut sebagai earning power atau kemampuan untuk mendapatkan laba perusahaan. Earning power sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan laba dimasa yang akan datang. Laba ini, merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan yang pada nantinya akan diubah dalam bentuk kas dan dibagikan kepada pemilik perusahaan dan investor. Namun laba tersebut merupakan perencanaan masa depan dari tujuan perusahaan dan masa depan sendiri sulit untuk diprediksi dikarenakan ketidakpastiannya. Oleh karena hal tersebut berdasarkan tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan informasi kepada pembacanya sebagai dasar untuk meramalkan, membandingkan dan menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimasa yang akan datang laporan keuangan memberikan informasi yang dapat dijadikan pedoman oleh para investor dalam pengambilan keputusan. Walaupun hanya dengan melihat trend yang terjadi pada perusahaan tersebut dikarenakan sifat dari laporan keuangan yaitu historical atau berupa pengungkapan dimasa lalu namun dengan melihat trend yang terjadi pada perusahaan tersebut dapat dinilai bagaimana kinerja perusahaan tersebut dan prediksi dari earning power yang ada dalam perusahaan dan melakukan prediksi atau peramalan laba perusahaan dimasa yang akan datang. Dan untuk hal tersebut akuntansi sebagai fungsi yang mencatat dan membuat laporan keuangan dalam perusahaan mengklasifikasikan laba bersih kedalam klasifikasi-klasifikasi yang spesifik. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan pengklasifikasian komponen laba dapat membantu prediksi laba bersih perusahaan dimasa yang akan datang. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lipe dan Leli Danora Siregar pada perusahaan manufaktur dan juga industri semen menyatakan bahwa pengklasifikasian komponen laba tidak seluruhnya dapat memberikan informasi mengenai prediksi laba dimasa yang akan datang, oleh karena itu dalam penelitian ini akan mengambil objek penelitian industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk melihat apakah berdasarkan klasifikasi komponen laba yang digunakan dalam industri rokok dapat memberikan informasi dalam usaha utuk memprediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Industri rokok sendiri dipilih untuk dijadikan penelitian dikarenakan dalam peraturan perpajakan industri rokok termasuk kedalam bidang usaha tertentu yang pemungutan PPh pasal 22nya dikenakan tarif berbeda untuk impor barangnya yaitu sebesar 0,15% dipungut dari harga bandrol. Karena penelitian ini juga memasukkan beban pajak kedalam salah satu variabelnya 54
Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). industri rokok dinilai cocok untuk melihat apakah pengenaan tarif PPh 22 tersebut juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi beban pajak perusahaan dan nantinya akan digunakan untuk melihat kemampuan beban pajak dalam memprediksi laba bersih perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENDAPATAN, LABA USAHA dan BEBAN PAJAK TERHADAP KEMAMPUAN PREDIKSI LABA BERSIH (Studi Pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). 1.2 Identifikasi Masalah Indentifikasi masalah dalam penilitian ini adalah adakah pengaruh antara pendapatan, Laba Usaha dan Beban Pajak perusahaan secara parsial dengan prediksi laba bersih perusahaan. Dan bagaimanakah pengaruh klasifikasi komponen laba (pendapatan, laba usaha, beban pajak) terhadap kemampuan prediksi atau peramalan laba bersih dimasa yang akan datang secara simultan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara pendapatan, Laba Usaha dan Beban Pajak perusahaan secara parsial dengan prediksi laba bersih perusahaan. Dan mengetahui pengaruh klasifikasi komponen laba (pendapatan, laba usaha, beban pajak) terhadap kemampuan prediksi atau peramalan laba bersih dimasa yang akan datang secara simultan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur bagi kepentingan manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan keputusan manajemen untuk mengukur prediksi laba bersih perusahaan dimasa yang akan datang berdasarkan pendapatan, laba usaha dan beban pajak perusahaan. Dan sebagai bahan pertimbangan dan pengetahuan dalam pengambilan keputusan dan juga sebagai bahan referensi bagi penelitian lain mengenai judul sejenis dimasa yang akan datang.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Prediksi atau dapat dikatakan peramalan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh para investor dan jug amanajemen perusahaan untuk mengukur dan menilai hasil kerja saat ini untuk prediksi hasil kerja yang akan datang. Meskipun disadari bahwa sering terjadi ketidakakuratan dalam proses peramalan, tetapi mengapa peramalan masih diperlukan? Jawabannya adalah bahwa semua organisasi beroperasi dalam suatu lingkungan yang selalu mengandung unsur ketidakpastian, tetapi keputusan harus tetap diambil yang nantinya akan mempengaruhi masa depan organisasi tersebut. Suatu peramalan secara ilmiah terhadap masa datang akan jauh lebih berarti ketimbang peramalan yang tidak ilmiah. Arsyad Lincoln mendifinisikan peramalan secara ilmiah sebagai berikut : 55
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
“Peramalan adalah sebuah metode yang dapat mengurangi atau memperkecil tingkat kesalahan yang ada.” ( 2011: 1) Jenis-jenis peramalan dapat dikelompokkan dalam peramalan jangka pendek atau peramalan jangka panjang. Menurut Arsyad Lincoln ada dua macam peramalan yaitu sebagai berikut: “ 1. Prediksi jangka pendek Prediksi jangka pendek digunakan untuk merancang strategi-strategi yang mendesak (jangka pendek) dan digunakan oleh manajemen lini pertama untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu dekat. 2. Prediksi jangka panjang Prediksi jangka panjang diperlukan untuk mencapai tujuan umum organisasi jangka panjang, oleh karena itu peramalan jangka panjang ini merupakan titik perhatian utama dari manajemen puncak.” ( 2011:9 ) Peramalan dapat juga dikelompokkan menjadi peramalan mikro dan makro. Misalnya, seorang manajer pabrik mungkin tertarik terhadap perkiraan mengenai jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk beberapa bulan mendatang (peramalan mikro), sementara pemerintah tertarik pada jumlah pekerja yang dipekerjakan di seluruh negara (peramalan makro). Demikian pula dalam halnya prediksi (peramalan) laba bersih suatu perusahaan. Menurut Arsyad Lincoln peramalan dapat juga dikelompokkan berdasarkan sifatnya yaitu sebagai berikut: “ 1. Peramalan bersifat kualitatif Pada teknik peramalan kuantitatif murni seorang peramal tidak membutuhkan manipulasi data yang saa. Hanya judgment dari peramal tersebut yang digunakan. Walaupun sebenarnya peramal tersebut juga merupakan hasil dari pengalaman berdasarkan data historis. 2. Peramalan bersifat kuantitatif Teknik ini merupakan cara yang mekanis yang menghasilkan hasilhasil kuantitatif. Beberapa metode kuantitatif membutuhkan manipulasi data yang lebih canggih ketimbang yang lain.” ( 2011:9) Kita memerlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih metode peramalan agar hasilnya dapat digunakan untuk membantu proses pembuatan keputusan oleh para manajer dari suatu organisasi. Oleh karena itu, persyaratan yang esensial adalah bukan terletak pada metode peramalan yang menggunakan proses matematis yang canggih atau suatu metode yang mutakhir. Menurut Arsyad Lincoln metode peramalan adalah sebagai berikut: “Metode peramalan yang dipilih adalah harus menghasilkan suatu ramalan yang akurat, tepat waktu, dan dapat dimengerti oleh manajemen sehingga
56
Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). ramalan tersebut dapat membantu dalam menghasilkan ramalan yang lebih baik.” (2011:11) Selain itu, penggunaan metode peramalan juga harus menghasilkan manfaat yang lebih banyak ketimbang biaya yang dikeluarkan untuk membuat peramalan tersebut. Metode peramalan yang akan digunakan dalam bahasan ini adalah metode peramalan kuantitatif. Menurut Arsyad Lincoln terdapat beberapa metode yang digunakan dalam peramalan kuantitatif yaitu: “1. Berdasarkan penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variabel deret waktu yang merupakan deret waktu atau “Time Series”. Metode ini dibagi atas tiga sebagai berikut: a. Metode Smoothing, yang mencakup metode data lewat (past data), metode rata-rata kumulatif, metode rata-rata bergerak dan metode expotentional smoothing. Metode smoothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu maupun kedua-duanya, dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data yang lalu. b. Metode Box Jenkins, menggunakan dasar deret waktu dengan model matematis, agar kesalahan yang terjadi dapat sekecil mungkin. Metode ini digunakan untuk peramalan dalam perancanaan dan pengendalain produksi, dan persediaan perencanaan anggaran c. Metode Proyeksi Tren, metode ini merupakan dasar garis untuk semua perencanaan matematis, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal yang diteliti untuk masa depan. Metode ini selalu dipergunakan untuk peramalan bagi penyusunan rencana baru, perencanaan produk baru, rencana ekspansi, rencana investasi dan rencana pembangunan suatu negara dan daerah. 2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antar variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya, yang bukan waktu yang disebut metode korelasi atau sebab akibat. Metode Korelasi terdiri dari : a. Metode Regresi dan Korelasi Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih, dengan maksud bahwa dari hubungan tersebut dapat memperkirakan/memprediksi basarnya dampak kuantitatif yang terjadi dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. b. Metode Konomentri Metode ini didasarkan atas peramalan pada sistem persamaan regresi yang sistematis secara simultan. Metode peramalan ini selalu digunakan untuk peramalan penjualan menurut kelas produk, atau peramalan keadaan ekonomi masyarakat, seperti permintaan harga dan penawaran. 57
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
c. Metode Input-Output Metode ini dipergunakan untuk menyusun proyeksi tren ekonomi jangka panjang. Metode ini banyak digunakan untuk peramalan penjualan perusahaan, penjualan sektor industri dan subsektor industri, produksi dari sektor dan subsektor industri.” (2011:11) Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dikatakan bahwa prediksi atau peramalan laba bersih adalah sebuah metode yang dilakukan untuk memperkecil tingkat kesalahan yang ada dalam memprediksi laba bersih dimasa yang akan datang dari suatu perusahaan. Dan prediksi laba bersih dihitung dari hasil pengujian regresi yang akan dilakukan pada bab 4. Dengan mengklasifikasikan komponen laba kedalam komponen-komponen maka akan dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan laba rugi. Dalam hal ini, pendapatan, laba usaha dan beban pajak merupakan beberapa komponen laba rugi dapat digunakan dalam memprediksi laba dimasa yang akan datang. Hal tersebut dapat dilihat dari klasifikasi komponennya yang merupakan bagian dari kegiatan operasi yang selalu dilakukan oleh perusahaan. Seperti yang telah diutarakan oleh Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no.1 yang dikutip oleh Sri Werdaningsih dan Jogiyanto H.M dalam penelitian Leli Danora Siregar (2006) menyatakan bahwa : “Informasi laba berguna untuk membantu investor dan kreditor dalam menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, memprediksi laba masa yang akan datang serta menaksir risiko dan investasi atau pemberian pinjaman pada perusahaan (kredit).” Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi yang terkandung dalam laba terutama dapat digunakan dalam memprediksi laba dimasa yang akan datang oleh pihak lain pengguna laporan keuangan. 3.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel
Konsep
Indikator
Skala
Variabel Independen : Kalsifikasi Komponen Laba (IAI,2004:1.14)
Klasifikasi komponen laba adalah memilahmilah atau mengelompokkan laba yang lebih spesifik prediksi laba merupakan pengamatan terhadap residual yang tersisa setelah aktivitas perusahaan dimasa yang akan datang dengan melihat pola data historis perusahaan
1. Pendapatan (X1) 2. Laba usaha (X2) 3. Beban pajak (X3)
Rasio
Prediksi laba bersih (Y)
Rasio
Variabel dependen: Prediksi (peramalan) laba bersih (Arsyad Lincoln :2001:1)
58
Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sendiri berjumlah 3 yaitu PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk dan PT Bentoel International Investama Tbk. Untuk melakukan penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel Non probability sampling, sampling jenuh. Non probability samplingsendiri menurut Sugiyono (2009:94) adalah adalah teknik yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.Sedangkan sampling jenuh menurut Sugiyono (2009:95) adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30. Oleh karena populasi perusahaan rokok yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya berjumlah tiga maka, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2009:193) data sekunder adalah data yang tidak langsung akan memberikan data kepada peneliti. Seluruh data keuangan sekunder peneliti dapatkan dari Bursa Efek Indonesia. Selain itu, data penelitian juga penulis lakukan dengan melakukan studi kepustakan berkaitan dengan penelitian ini. 4.
HASIL PENELITIAN
Di bawah ini akan diuraikan komponen laba rugi dari perusahaan PT. Gudang Garam, PT. HM Sampoerna dan PT Bentoel Internasional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 sampai dengan 2010. Komponen dari laporan keuangan yang akan disajikan adalah, pendapatan, laba usaha, beban pajak serta laba bersih perusahaan. Tabel 4.7 Komponen Laporan Laba Rugi PT.Gudang Garam, PT.HM Sampoerna dan PT. Bentoel Internasional Tahun 2006-2010 Nama Perusahaan Gudang Garam Gudang Garam Gudang Garam Gudang Garam Gudang Garam HM Sampoerna HM Sampoerna HM Sampoerna HM Sampoerna HM Sampoerna Bentoel Internasional Bentoel Internasional Bentoel Internasional Bentoel Internasional Bentoel Internasional
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Pendapatan 26.339.297 27.389.365 30.251.643 32.973.080 37.691.997 29.545.083 29.787.725 34.680.445 38.972.188 43.381.658 2.996.514 4.586.006 5.940.801 7.255.325 8.904.568
Laba Usaha Beban Pajak 2.190.332 2.528.667 3.165.653 5.206.837 5.857.861 5.175.282 5.577.278 6.225.233 7.297.767 8.711.134 166.503 343.319 410.139 16.296 509.602
593.935 758.892 775.852 1.342.312 1.416.507 1.787.404 1.712.231 1.900.169 2.124.156 2.325.481 34.028 38.167 5.039 105.804 148.827
Sumber :Laporan Laba Rugi PT. Gudang Garam, PT HM Sampoerna dan PT Bentoel Internasional tahun 2006-2010.
59
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
Data tabel 4.7 diatas yang merupakan data yang diambil dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan industri rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia mulai dari yahun 2006-2010. Pendapatan yang tercantum merupakan jumlah pendapatan bersih setelah dikurangi diskon dan retur penjualan, laba usaha merupakan nilai yang tersisa dari hasil pendapatan dikurangi dengan harga pokok penjualan dan beban-beban operasional. Sedangkan beban pajak sendiri merupakan nilai dari pajak yang dibayarkan oleh perusahaan, yaitu penjumlahan dari pajak kini dan pajak tangguhan perusahaan. Kerena penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, maka permasalahan yang sering timbul dari pembahasan yang menggunakan variable bebas lebih dari satu akan sangat sulit ditentukan dengan caraperhitungan manual. Sehingga untuk menyelesaikan perhitungan tersebut digunakan program aplikasikomputeryaitu SPSS 16.0. Maka, hasil perhitungan regresi yang didapatkan dengan bantuan program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Regresi Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
t
Sig.
54202.571
82902.485
.654
.527
PNDPT
-.032
.008
-4.213
.001
LBUSH
1.116
.088
12.611
.000
BBPJK
-.906
.260
-3.490
.005
a. Dependent Variable: LBPRED
Model persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y= 54202,571+(-0,032X1) + 1,116X2 + (-0,906)X3 Model persamaan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 54202,571 berarti bahwa jika tidak dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas, maka peramalan (prediksi) laba akan cenderung negatif sebesar 54202,571. 2. Koefisien pendapatan (X1) diperoleh sebesar -0,032 yang berarti bahwa kenaikan pendapatan akan dapat menurunkanperamalan (prediksi) laba sebesar 0,032. 3. Koefisien laba usaha (X2) diperoleh sebesar 1,116 yang berarti bahwa kenaikan laba usaha akan dapat menaikkan peramalan (prediksi) laba sebesar 1,116. 4. Koefisien beban pajak (X3) diperoleh sebesar -0,906 yang berarti bahwa kenaikan beban pajak akan dapat menurunkanperamalan (prediksi) laba sebesar -0,906.
60
Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). a.
Hasil Uji Secara Parsial (t) Untuk menentukan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung digunakan uji t. Dari hasil estimasi regresi diatas diketahui nilai t hitung sebagai berikut: 1) Dari hasil estimasi variabel pendapatan diperoleh t hitung sebesar -4.213. Sedangkan t tabelnya adalah 1.771 berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa thitung > ttabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima. Dari nilai t negatif menunjukkan bahwa beban pajak memiliki hubungan yang berlawanan arah dengan Y. 2) Dari hasil estimasi variabel laba usaha diperoleh t hitung sebesar 12.611. Sedangkan t tabelnya adalah 1.771 berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa thitung > ttabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima. 3) Dari hasil estimasi variabel beban pajak diperoleh t hitung sebesar -3.490. Sedangkan t tabelnya adalah 1.771 berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa thitung > ttabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima. Dari nilai t negatif menunjukkan bahwa beban pajak memiliki hubungan yang berlawanan arah dengan Y. b. Hasil Uji Secara Simultan (F) Pengujian secara simultan dilakukan dengan melihat nilai F beserta signifikansinya. Tabel 4.12Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
6.075E13
3
2.025E13
Residual
2.015E11
11
1.832E10
Total
6.095E13
14
F 1105.459
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), BBPJK, PNDPT, LBUSH b. Dependent Variable: LBPRED
Hasil pengolahan data terlihat bahwa nilai Fhitung adalah 1105,459 dengan probabilitas 0,000. Berdasarkan Ftabeldapat dilihat bahwa hasil Ftabel adalah sebesar 3,59 selain itu dapat dilihat bahwa nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa nilaiFhitung(1105,459)>Ftabel(3,59), dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,000<0,05 maka Haditerima dan Ho ditolak. c. Analisis Determinasi Hasil nilai R-square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya perubahan prediksi laba bersih yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
61
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi b
Model Summary
Adjusted R Model 1
R
R Square .998
a
Square
.997
.996
a. Predictors: (Constant), BBPJK, PNDPT, LBUSH b. Dependent Variable: LBPRED
Hasil perhitungan 0,997. Hal ini berarti 99,7% prediksi laba dapat dijelaskan oleh pendapatan, laba usaha dan beban pajak dan sisanya 0,3% prediksi laba dari perusahaan industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini. Untuk membuktikan secara langsung pengaruh pendapatan, laba usaha dan beban pajak terhadap prediksi laba bersih dapat dibuktikan dengan melihat tabel perbandingan prediksi laba bersih dengan laba sesungguhnya dibawah ini. Tabel 4.14 Perbandingan Prediksi Laba Bersih dan Laba Bersih Realita
Nama Perusahaan Gudang Garam Gudang Garam Gudang Garam Gudang Garam Gudang Garam HM Sampoerna HM Sampoerna HM Sampoerna HM Sampoerna HM Sampoerna Bentoel Internasional Bentoel Internasional Bentoel Internasional Bentoel Internasional Bentoel Internasional Jumlah
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Prediksi Laba Bersih Laba Bersih Realita 1.117.650 1.007.822 1.312.179 1.443.585 1.916.097 1.880.492 3.593.759 3.455.702 4.102.076 4.146.282 3.264.987 3.372.360 3.773.956 3.624.018 4.170.235 3.895.280 5.026.915 5.087.339 6.280.729 6.421.429 113.302 145.509 256.015 242.916 317.247 239.137 (255.640) (147.943) 203.135 218.621 35.192.644 35.032.549
Dari tabel 4.14 diatas dapat terlihat bahwa perbandingan antara prediksi laba bersih dengan laba bersih realita (sesungguhnya). Seperti dapat terlihat berdasarkan jumlahnya bahwa perbedaan antara jumlah laba bersih realita dan prediksi laba bersih tidak terlalu jauh berbeda hanya sebesar 160.695 (dalam jutaan rupiah), hal ini membuktikan bahwa pendapatan, laba usaha dan beban pajak dapat membantu melakukan prediksi laba bersih. Hal tersebut dikarenakan pendapatan, laba usaha dan beban pajak merupakan komponen laba rugi yang berasal dari aktivitas operasi 62
Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). perusahaan dan sangat menentukan dalam usaha untuk mendapatkan laba bersih perusahaan. Prediksi laba bersih ini didapatkan dengan cara memasukan persamaan dari model regresi yang telah diketahui sebelumnya dengan masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda didapatkan hasil sebagai berikut : Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel pendapatan (x1) didapatkan hasil sebesar -4.213 atau lebih besar jika dibandingkan dengan ttabel yang menunjukkan angka sebesar 1.771. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara pendapatan terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel laba usaha (x2) didapatkan hasil sebesar 12.611 atau lebih besar jika dibandingkan dengan ttabel yang menunjukkan angka sebesar 1.771. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara laba usaha terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel beban pajak (x3) didapatkan hasil sebesar -3.490 atau lebih besar jika dibandingkan dengan ttabel yang menunjukkan angka sebesar 1.771. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara beban pajak terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Hasil pengujian secara simultan yang dilakukan terhadap ketiga variabel yaitu, pendapatan (x1), laba usaha (x2) dan beban pajak (x3)didapatkan hasil sebesar 1105.459 atau lebih besar jika dibandingkan dengan Ftabel yang menunjukkan angka sebesar 3.59. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara pendapatan, laba usaha dan beban pajak terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang secara simultan. Dapat dilihat berdasarkan uji analisis diatas bahwa variabel pendapatan, laba usaha serta beban pajak berpengaruh terhadap prediksi laba bersih. Hal tersebut telah dibuktikan baik diuji secara deskriptif, parsial maupun secara simultan. Berdasarkan uji deskriptif yang dilakukan dengan cara uji trend dan grafiknya dapat dilihat bahwa untuk PT. Gudang Garam dan HM Sampoerna naiknya pendapatan, laba usaha maupun beban pajak berpengaruh terhadap prediksi laba bersih meskipun untuk variabel pendapatan dan laba usaha menunjukkan nilai yang negatif dari hubungan antara variabel pendapatan dan beban pajak dengan variabel prediksi laba bersih sendiri. Hal ini dikarenakan untuk beban pajak semakin besar beban pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan maka, akan menyebabkan berkurangnya atau semakin kecilnya prediksi laba bersih. Sedangkan untuk variabel laba usaha sendiri memiliki hubungan yang positif dengan prediksi laba bersih. Hal tersebut dikarenakan jika laba usaha yang didapat semakin besar maka prediksi laba bersih juga diperkirakan semakin besar karena salah satu komponen yang menentukan naiknya prediksi laba bersih adalah besarnya laba usaha yang dihasilkan oleh perusahaan. Dan pengujian yang dilakukan secara simultan mendapatkan hasil bahwa ketiga komponen penelitian yaitu, pendapatan laba usaha dan juga beban pajak berpengaruh signifikan terhadap prediksi laba bersih. Hasil tersebut sesuai dengan yang diutarakan 63
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
oleh Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no.1 yang dikutip oleh Sri Werdaningsih dan Jogiyanto H.M dalam penelitian Leli Danora Siregar (2006) menyatakan bahwa : “Informasi laba berguna untuk membantu investor dan kreditor dalam menili kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, memprediksi laba masa yang akan datang serta menaksir risiko dan investasi atau pemberian pinjaman pada perusahaan (kredit).” Hal ini pun sejalan dengan pendapat Kieso and Weygandt yaitu: “Walaupun kesuksesan dimasa lalu tidak menjamin kesuksesan dimasa depan, namun prediksi pendapatan masa depan, serta laba dan arus kas dapat dilakukan dengan keyakinan yang memadai jika terdapat korelasi yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan.” (2004:151) Kinerja masa lalu yang dicerminkan oleh pendapatan, laba usaha dan beban pajak dalam laporan keuangan terbukti dapat membantu dalam memprediksi laba bersih dimasa depan. Meskipun banyak terdapat faktor lainnya yang mungkin akan mempengaruhi peramalan laba bersih seperti yang terjadi pada PT. Bentoel Internasional yang pendapatan, laba usaha serta beban pajaknya tidak dapat membantu prediksi laba bersih perusahaan tersebut. 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
64
Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel pendapatan (x1) didapatkan hasil sebesar -4.213 atau lebih besar jika dibandingkan dengan ttabel yang menunjukkan angka sebesar 1.771. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara pendapatan terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam menghitung laba bersih oleh karena itu, pendapatan memiliki pengaruh terhadap kemampuan prediksi laba bersih. Karena, laba bersih sendiri dihasilkan dari pengurangan antara beban-beban dengan pendapatan yang diterima. Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel laba usaha (x2) didapatkan hasil sebesar 12.611 atau lebih besar jika dibandingkan dengan ttabel yang menunjukkan angka sebesar 1.771. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara laba usaha terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Hal tersebut mungkin dikarenakan komponen laba usaha adalah komponen yang paling mencerminkan kondisi komponen laba bersih. Sesuai dengan urutannya dalam laporan laba rugi bahwa laba bersih berasal dari laba usaha yang dikurangi dengan beban pajak. Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel beban pajak (x3) didapatkan hasil sebesar -3.490 atau lebih besar jika dibandingkan dengan tabel
Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010).
5.2
yang menunjukkan angka sebesar 1.771. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara beban pajak terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang. Hal ini dikarenakan laba bersih sendiri merupakan hasil dari pengurangan antara laba sebelum pajak dengan beban pajak. Hasil hubungan yang negatif mengindikasikan bahwa semakin tinggi beban pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan maka, prediksi laba bersih perusahaan akan menurun. Hasil pengujian secara simultan yang dilakukan terhadap ketiga variabel yaitu, pendapatan (x1), laba usaha (x2) dan beban pajak (x3)didapatkan hasil sebesar 1105.459 atau lebih besar jika dibandingkan dengan Ftabel yang menunjukkan angka sebesar 3.59. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara pendapatan, laba usaha dan beban pajak terhadap kemampuan prediksi laba bersih dimasa yang akan datang secara simultan. Hal ini menjelaskan bahwa ketiga variabel penelitian memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap prediksi laba namun, tidak jika hanya salah satu komponen secara parsial yang diuji ini dikarenakan untuk memperoleh laba tidak hanya satu komponen yang digunakan dalam pengukurannya, melainkan banyak komponen. Penelitian terhadap 1 komponen akan menimbulkan bias dalam penelitiannya oleh kerena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap beberapa jenis komponen yang ada dalam menghasilkan laba. Saran
Dengan hasil yang didapatkan berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saransaran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan yang semakin tinggi akan menentukan dalam naik turunnya laba bersih oleh karena itu, pendapatan yang diterima oleh perusahaan rokok haruslah lebih besar. 2. Laba Usaha yang semakin tinggi akan menentukan dalam naik turunnya laba bersih oleh karena itu, laba usaha yang diterima oleh perusahaan rokok haruslah lebih besar dibandingkan bebannya yang dikeluarkan perusahaan. 3. Beban Pajak yang semakin tinggi akan menyebabkan turunnya laba bersih oleh karena itu, beban pajak yang diterima oleh perusahaan rokok haruslah lebih kecil. Beban pajak dapat diperkecil dengan cara melakukan tax planning oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk melakukan tax planning. 4. Besarnya kecilnya pendapatan dapat menentukan besar atau kecilnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan namun memang jika hanya pendapatan saja yang menentukan prediksi laba bersih belum terlalu akurat karena hanya satu komponen yang digunakan, sedangkan untuk memprediksi laba sebaiknya lebih banyak komponen yang diikutsertakan. Oleh karena itu,dalam melakukan usaha prediksi laba bersih sebaiknya lebih banyak komponen yang diikut sertakan dalam penelitian selain pendapatan. 5. Besarnya kecilnya laba usaha dapat menentukan besar atau kecilnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan namun memang jika hanya laba usaha saja yang menentukan prediksi laba bersih belum terlalu akurat karena hanya satu komponen yang digunakan, sedangkan untuk memprediksi laba sebaiknya lebih banyak komponen yang diikutsertakan. Oleh karena itu,dalam melakukan usaha 65
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
6.
7.
8.
9.
prediksi laba bersih sebaiknya lebih banyak komponen yang diikut sertakan dalam penelitian selain laba usaha. Besarnya kecilnya beban pajak dapat menentukan besar atau kecilnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan dengan hubungan yang negatif artinya bahwa semakin tinggi beban pajak maka akan semakin kecil laba bersih yang diterima perusahaan namun memang jika hanya beban pajak saja yang menentukan prediksi laba bersih belum terlalu akurat karena hanya satu komponen yang digunakan, sedangkan untuk memprediksi laba sebaiknya lebih banyak komponen yang diikutsertakan. Oleh karena itu, dalam melakukan usaha prediksi laba bersih sebaiknya lebih banyak komponen yang diikut sertakan dalam penelitian selain beban pajak. Pendapatan, laba usaha dan beban pajak memang berpengaruh terhadap kemampuan prediksi laba bersih perusahaan tapi, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi prediksi laba bersih oleh karena itu faktor lain diperlukan dalam peramalan tersebut. Informasi pendapatan, laba usaha dan beban pajak mungkin hanya sebagian dari komponen laba yang dapat digunakan dalam memprediksi laba, oleh karena itu bagi peneliti lain yang ingin meneliti dengan judul serupa diharapkan untuk memperluas lingkup penelitian. Komponen klasifikasi yang lebih banyak dan jangka waktu pengambilan sampel yang lebih lama akan membantu mendapatkan gambaran jelas mengenai penelitian ini. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi, oleh karena itu jika peneliti selanjutnya memungkinkan untuk memakai alat ukur lain akan sangat baik.
Daftar Pustaka Arsyad Lincoln. Peramalan Bisinis. BPFE. Yogyakarta ,2011. Gujarati N Damodar. Basic Econometrics fourth edition. Mc-Grawhill, New York,2004. Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta,2010. Jonathan Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta,2006. Kieso and Weygandt. Akuntansi Intermediate, Jilid I. Bima Aksara. Jakarta,2004. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. Analisis Laporan Keuangan. UMP APP YKPN. Yogyakarta,2005. Mohammad Nazir. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta,2000. Munawir .S. Analisa Laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta : Liberty,2004.
66
Pengaruh Pendapatan, Laba Usaha Dan Beban Pajak Terhadap Kemampuan Prediksi Laba Bersih (Studi Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Skousen K Fred, W Steve Albercht, James D Stice, dan Earl K Stice. Akuntansi Keuangan: Konsep dan Aplikasi, Edisi Kesembilan. Salemba Empat. Jakarta., 2001. Sofyan Syafri Harahap. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung,2011. Wahana Komputer. Mengolah Data Statistik Penelitian dengan SPSS 18. Elex Media Komputindo. Jakarta,2011. Zefferi Setiawan. “Kemampuan Informasi Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba dan Perubahan Arus Kas Di Masa Mendatang Pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsiyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Yogyakarta,2010.
Referensi Website : http://5martconsultingbandung.blogspot.com/2011/01/uji-asumsi-klasik.html http://belalangtue.wordpress.com/2010/08/05/uji-persyaratan-analisis/ http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/uji-asumsi-klasik-regresi-berganda.html http://www.idx.co.id Biodata Penulis : Rika Mardiani., SE. adalah, Dosen Tetap Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Unjani
67
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 53 -67
68