PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP ASERTIFITAS PUSTAKAWAN STIKES 'AISYIYAH YOGYAKARTA
OLEH: Irkhamiyati, SIP Perpustakaan STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta, Mahasiswa S2 Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Abstrak Kemajuan teknologi informasi turut berdampak terhadap komunikasi pustakawan. Salah satu teknik komunikasi yang sangat tepat bagi pustakawan adalah komunikasi asertif, yaitu kemampuan menerapkan strategi berkomunikasi yang tepat sesuai karakter penggunanya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan jenis penelitian deskripstif. Pengambilan sampel secara acak, sebesar 10,5 % dari 2471 orang, yaitu 260 mahasiswa tentang persepsi mahasiswa terhadap asertifitas pustakawan. Dasar yang digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tersebut sesuai pendapat Caputo, 1984: 731, bahwa da dua unsur yang berperan dalam menentukan asertifitas pustakawan, yaitu asertifitas verbal dan asertifitas non verbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap asertifitas Pustakawan STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta sudah “baik”, dengan nilai 3,02 (skala 1‐4).
Keywords: persepsi, komunikasi asertif, pustakawan 1
Caputo, Janette S, 1984. The Assertive Librarian. Canada: Oryx Press.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi turut berdampak terhadap komunikasi pustakawan.
Perpustakaanyang sebagian besar layanannya sudah menggunakan tekologi maju, maka peran komunikasi pustakawan dengan pemustaka yang dilayani semakin berkurang. Akankah kualitas komunikasi tersebut akan ikut berkurang yang tergantikan oleh kemajuan teknologi?, tentu jawabannya adalah tidak. Kemajuan teknologi seharusnya menjadi sarana untuk semakin meningkatkan kualitas komunikasi dengan pemustakanya. Kemampuan berkomunikasi sebagai poin utama dalam memberikan layanan informasi, karena segala aktifitas di perpustakaan berkaitan erat dengan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi yang baik menjadi andalan utama pustakawan dalam menghadapi berbagai karakter pengguna. Menurut Naibaho, 20112, salah satu teknik komunikasi yang sangat tepat bagi pustakawan adalah komunikasi asertif, yaitu kemampuan menerapkan strategi berkomunikasi yang tepat sesuai karakter penggunanya. Karakter mahasiswa dalam sebuah perguruan tinggi sangat beragam, yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang beragam pula. Mahasiswa sebagai pengguna perpustakaan di sebuah perpustakaan perguruan tinggi, akan merasakan teknik komunikasi pustakawan, apakah sudah berperilaku asertif terhadap mereka atau sebaliknya. Kegiatan perpustakaan yang langsung dirasakan oleh pemakai adalah pelayanan karena pelayanan merupakan ujung tombak perpustakaan (Soeatminah, 1992:129)3. Pada bagian pelayanan inilah berlangsungnya hubungan antara pengguna dengan penyedia jasa. Berkaitan dengan pemanfaatan oleh pemakai, Sulistyo‐Basuki
2 Naibaho, Kalarensi, 2011. Pustakawan Asertif: Idaman Masyarakat: Tinjauan Terhadap Tugas dan Kompetensi Pustakawan dalam Mencapai Kepuasan Pengguna, diakses dari http://staff.blog.ui.ac.id/clara/2011/01/06/pustakawan‐asertif‐idaman‐ masyarakat/), Sabtu 1 Desember 2013, 10.00 WIB. Soeatminah,1992. Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan.Yogyakarta : 3 Kanisius.
(1992:202)4 mengatakan bahwa sikap anggota dan kelompok pemakai terhadap informasi, pengalaman pemakai, dan lain sebagainya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pemakai terhadap pemanfaatan perpustakaan. Hal itulah yang menjadi landasan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap asertifitas pustakawan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah: Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap asertifitas Pustakawan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta? 1.3 Tujuan penelitian: untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap asertifitas pustakawan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan tema penelitian ini berjudul “Pustakawan Asertif (Studi tentang Asertivitas Pustakawan di Perpustakaan UIN Suna Kalijaga Yogyakarta)” oleh Ira Krismayanti. Hasilnya sebagian besar pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sudah berperilaku asertif terhadap pemustaka. Penelitian di atas menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kali ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Objek yang diteliti mempunyai kesamaan, yaitu asertifitas pustakawan, namun lokasi penelitian berbeda. Hal itu menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitian sejenis di Perpustakaan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Penelitian tentang asertifitas pustakawan lainnya belum penulis temukan. 2.2
Landasan Teori
Sulistya‐Basuki.1992. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka 4 Utama.
2.2.1 Persepsi Pengertian persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Depdikbud, 2002: 863)5. Menurut Chaplin (2002:358)6, yang dimaksud dengan persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu pendapat atau tanggapan terhadap sesuatu hal setelah melalui suatu proses. Penginderaan merupakan dasar bagi adanya pengenalan dan menjadi dasar adanya tanggapan, terutama pengalaman belajar yang sering berupa saran, komentar, dan kritikan. 2.2.2 Pemakai Perpustakaan Perguruan Tinggi Pemakai perpustakaan adalah individu yang dapat berdiri sendiri atau kelompok kecil ataupun besar yang semuanya mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang berbeda‐beda dari masing‐masing pengguna itu (Wortman dalam Prasetya, 2002)7. Menurut Undang‐Undang Perpustakaan No.43 Tahun 2007: 38, pemakai mempunyai istilah yang sama dengan pemustaka, yaitu pengguna perpustakaan, baik perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.
5 Depdikbud, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakara : Balai Pustaka. 6 7
8
Chaplin, J P, 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Prasetya, Herry.2002. “Sikap Mahasiswa Terhadap Layanan Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia Tahun 2002”. Dalam Skripsi. Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta.
Perpustakaan Nasional RI, 2009. Undang Undang Reprublik Indonesia No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Cetakan 2. Jakarta: Peprusnas RI.
Pemakai perpustakaan perguruan tinggi antara lain adalah mahasiswa, dosen, peneliti, karyawan, dan peminat lain. Pemakai dalam penelitian ini dibatasi pada mahasiswa semua program studi yang ada di Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2.2.3
Asertifitas Pustakawan
Undang‐Undang Perpustakaan No.43 Tahun 2007: 39 menyatakan
bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Kompetensi berasal dari kata dasar kompeten, yang menurut Depdikbud, 2002: 58510, kompeten berarti cakap atau mengetahui, berkuasa untuk memutuskan atau menentukan sesuatu. Sedangkan kompetensi adalah kewenangan untuk memutuskan sesuatu. Menurut Kismiyati, 201311 kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan karakteristik pribadi yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan pada suatu pekerjaan. Menurut UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan : pasal 1 (10)12, kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seperti yang tercantum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2009, yang terdapat dalam pasal 22 ayat 1, disebutkan bahwa putakawan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi personal. Salah satu kompetensi personal yang harus dimiliki pustakawan adalah keterampilan berkomunikasi (Sudarsono, 9 ‐‐‐‐‐‐‐, 2007. Undang Undang Reprublik Indonesia No.43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, dalam
ttp://pustakainfo.files.wordpress.com/2008/03/uu_43_2007_perpustakaan.pdf 10 Ibid, Halaman 5. 11 Kismiyati, Titiek, 2013. Standar Kompetensi Pustakawan, dari elib.unikom.ac.id/download.php?id=6301, diakses Rabu, 4 Desember 2013, 17.00 WIB. 12 ‐‐‐‐‐‐‐, 2003. Undang‐Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, dalam http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU%20No.%2013%20Th%202003%20ttg%20Ket enagakerjaan.pdf, diakses Rabu, 4 Desember 2013, 17.10 WIB.
2006: 151)13. Salah satu jenis komunikasi yaitu komunikasi interpersonal, yang merupakan jalinan hubungan interaktif antara dua orang atau lebih, dimana individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain, dan hubungan yang terjadi14 (Nasir, dkk, 2009: 38). Dalam menjalin komunikasi interpersonal, akan membentuk suatu perilaku komunikasi, yang terbagi menjadi tiga bentuk komunikasi, yaitu: komunikasi yang agresif, pasif, dan asertif. Naibaho, 201115 mengatakan bahwa salah satu teknik komunikasi yang sangat efektif bagi pustakawan adalah komunikasi asertif, yaitu kemampuan menerapkan strategi berkomunikasi yang tepat sesuai karakter pengguna. Asertif berasal dari kata to assert, yang artinya menyatakan dengan tegas atau mempertahankan. Asertifitas merupakan kemampuan untuk secara jujur mengungkapkan pendapat, perasaan, sikap, dan hak‐hak tanpa kecemasan yang tidak semestinya, dengan cara yang tidak melanggar hak orang lain (Barnette, Vivian dalam Krismayani, 2012: 43)16. Nasir, dkk, 2009: 5417 mengatakan bahwa komunikasi asertif merupakan komunikasi yang terbuka, yang menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi asertif tidak menaruh perhatian hanya pada hasil akhir, tetapi juga terhadap hubungan perasaan antar manusia. Ciri‐ciri komunikasi asertif antara lain: terbuka dan jujur terhadap pendapat orang lain, mendengarkan pendapat orang lain, menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain, mencari solusi bersama dengan keputusan, menghargai diri sendiri dan orang lain dalam mengatasi konflik, menyatakan perasaan pribadi, jujur, dan hati‐hati, dan mempertahankan hak diri.
Banyak
sekali
manfaat yang diperoleh dari aplikasi komunikasi asertif, yaitu: meningkatkan rasa 13 Sudarsono, Blasius, 2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia, Jakarta: PP IPI dengan Sagung Seto. 14 Nasir, Abdul, dkk, 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 15 Naibaho, Kalarensi, 2011. Ibid.Halam 1. 16 Krismayani, Ika, 2012. Pustakawan Asertif (Studi tentang Asertifitas Pustakawan di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Thesis. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 17 Nasir, dkk, 2009, Ibid.
percaya diri dalam mengekspresikan diri, dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain, dapat mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif, meningkatkan hubungan antar manusia dan mengurangi kesalahpahaman, meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada pekerjaan sesuai dengan kebutuhan, gaya, dan kemampuan, serta mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang
mendapatkan apa yang dicari dalam hidup. Dalam konteks kepustakawanan, penulis tidak banyak menemukan
literatur spesifik untuk asertifitas pustakawan. Literatur yang penulis gunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini menurut pendapat Caputo, 198418, bahwa ada dua unsur yang berperan dalam menentukan asertifitas pustakawan, yaitu asertifitas verbal dan asertifitas non verbal. 1. Asertif Verbal Ada tiga hal penting yang menentukan perilaku asertif verbal. Pertama adalah pada pernyataan saya/ I‐statemen, yaitu ungkapan kalimat yang disampaikan diawali dengan kata “saya” bukan “kamu”, yang mengartikan komunikasi yang menghargai lawan bicara. Unsur kedua yaitu kejujuran atau ketulusan sebagai dasar dari perilaku asertif. Ketiga unsur spontanitas dalam berkomunikasi. a. I‐statemen (pernyataan “saya”) Pernyataan “saya” sangat penting dalam mengekpresikan perasaan, dalam mengawali sebuah kalimat. Pernyataan ini sebagai sifat yang berani mengambil resiko atau tanggung jawab atas apa yang dikatakan. Dalam komunikasi asertif, sebaiknya memilih menggunakan kalimat yang faktual (sesuai dengan keadaan yang sebenarnya), bukan berarti justifikasi dan tidak memberikan penilaian yang berlebih‐ lebihan, serta jangan sampai tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasakan karena takut atau segan. Penggunaan kata “saya” mengupayakan agar kita fokus pada permasalahan yang dialami, bukan sebaliknya menuduh atau menyalahkan orang lain. Perbedaan penggunaan kata “saya” dibanding dengan kata “anda/kamu” dapat dilihat dalam contoh berikut: 18
Caputo, Janette S, 1984. The Assertive Librarian. Canada: Oryx Press.
* Saya tidak suka jika Anda baru akan pinjam buku setelah jam perpustakaan
tutup.
* Kamu selalu pinjam buku setelah jam perpustakaan tutup.
Kedua pernyataan di atas, dengan kata awal “kamu” cenderung menimbulkan permusuhan dan rasa bersalah bagi lawan bicara, sedangkan yang diawali dengan kata “saya” terdengar lebih nyaman sehingga dapat menciptakan suasana bahwa orang bebas mengekspresikan perasaanya, tanpa menyinggung orang lain. b. Honesty and sincerity (kejujuran dan ketulusan) Kejujuran merupakan salah satu unsur komunikasi asertif verbal. Pustakawan harus bersikap jujur agar pemustaka dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan. Jika ada sesuatu yang membuat pustakawan kurang nyaman, maka dia harus berani mengungkapkannya. Pustakwan juga harus mampu membuat pemustaka yang dilayani merasa nyaman ketika berkomunikasi dengannya. Caranya dengan menunjukkan ketulusan dalam menanggapi, tidak meremehkan atau mengintervensi dalam melayani pemustaka saat mereka butuh bantuan atau hanya sekedar bertanya.
Penggunaan kata “maafkan saya” sebenarnya merupakan ungkapan
kata kurang jujur, sebagai ungkapan menyesal namun kurang sungguh‐sungguh, seperti contoh berikut ini:
Maafkan saya, skripsi tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang. Seharusnya
Anda memfoto kopi halaman yang Anda butuhkan saja. Contoh kalimat di atas dapat dirubah dengan menggunakan pernyataan komunikasi asertif verbal sebagai berikut:
Sesuai dengan aturan, skripsi tidak boleh dipinjam dibawa untuk pulang. Saya
sarankan Anda untuk memfoto kopi halaman yang Anda butuhkan. Pernyataan jujur terkadang tidak bisa diterima oleh semua orang, sehingga ketika kita berkomunikasi secara jujur, maka kita harus mampu menyaring perasaan tersebut, sehingga tidak mengakibatkan kerugian bagi orang lain.
c. Spontanity (spontanitas) Spontanitas merupakan unsur yang paling sulit, sebab ketika pada situasi yang tidak biasa dan kita menanggapinya secara langsung, maka yang terjadi terkadang adalah sikap non asertif, bahkan agresif. Namun sikap spontanitas ini perlu dilatih untuk mewujudkan sikap asertif. Pustakawan harus mampu mengekspresikan perkataan, perintah atau pesan kepada pemustaka secara jelas, tegas, dan langsung. Kejelasan dan ketegasan di sini penuh dengan kelembutan tanpa arogansi, sehingga dalam berkomunikasi terjadi saling keterbukaan dan langsung tanpa perantara. Spontanitas menunjukkan karakter dan kejujuran seseorang. 2. Asertif Non Verbal Mengubah perilaku komunikasi non verbal lebih sulit dari mengubah perilaku komunikasi asertif verbal, sebab komunikasi non verbal sering tidak kita sadari. Praktik asertifitas sangat membutuhkan komunikasi non verbal. Caputo, 1984: 12119 menyebutkan bahwa asertifitas melalui komunikasi non verbal dapat dilihat dari 5 hal sebagai berikut: 1. Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah pustakawan dapat terlihat saat berkomunikasi dengan pemustaka
yang mencakup ekspresi muka, kontak mata, gerakan alis, atau penggabungan dari berbagai isyarat seperti tersenyum, mengernyitkan kening, menggigit bibir, mengunyah, dll. Masing‐masing mempunyai arti tersendiri, yang akan mempengaruhi komunikasi verbal yang disampiakan. Ekspresi wajah yang tenang, murah senyum, kontak mata dengan pemustaka, anggukan kepala, menunjukkan perilaku asertif non verbal.
19
Caputo, Janette S, 1984. Ibid.halaman 9.
2. Gesture/Ekspresi Tangan
Ekspresi ini meliputi gerakan tangan, jabat tangan, dan sentuhan. Menurut
Caputo, 1984: 12520, cara pustakawan tangan kita bergerak dan memberikan isyarat bisa mendukung atau justru menghambat pesan verbal yang disampaikan. Oleh karena itu perlu diperhatikan gerakan tangan atau sentuhan yang membuat orang lain nyaman dan meningkatkan komunikasi yang asertif. 3. Ekspresi Posisi
Ekspresi posisi meliputi postur dan jarak ketika berkomunikasi. Cara kita bergerak
dan memberikan isyarat, juga bisa mendukung atau justru menghambat pesan verbal yang disampaikan. Posisi dan jarak ketika berkomunikasi harus diperhatikan untuk mewujudkan komunikasi yang asertif. 4. Ekspresi Suara
Ekspresi Suara meliputi nada suara, intonasi, kecepatan berbicara, jeda di antara
kata (ritme), volume suara, dan tetap melakukan kontak mata saat jeda dalam berbicara. Ekspresi suara akan mendukung terciptanya komunikasi yang asertif. 5. Ekspresi Penampilan
Ekspresi Penampilan berpengaruh terhadap komunikasi asertif, yang dapat dilihat
dari pilihan baju yang dikenakan, bagaimana mengatur ruang kerja dan furnitur kantor, lingkungan fisik yang terlihat, dan sarana prasaannya.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tentang bahasa tubuh/komunikasi
asertif non verbal (Caputo, 1984: 139)21. Tabel 1 Bahasa Tubuh yang Asertif Tipe Ekspresi 1. Ekspresi Wajah
Sub‐Sub Ekspresi muka
Yang Harus Dilakukan
Berusaha tenang Bermimik datar, cemberut, dahi berkerut, Ekspresi wajah menyenangkan
20 21
Yang Tidak Boleh Dilakukan
Caputo, Janette S, 1984. Ibid.halaman 9. Caputo, Janette S, 1984. Ibid.halaman 9.
Tipe Ekspresi
Sub‐Sub
Kontak mata
Gerakan alis
2. Gesture/Ekspresi Tangan
Gerakan tangan
Jabat tangan
Sentuhan
3. Ekspresi postur
Postur
Jarak
Yang Harus Dilakukan
Yang Tidak Boleh Dilakukan
Sesekali tersenyum, dan menggunakan ekspresi wajah yang selaras dengan pesan yang dikirim/diterima
dan mengunyah sesuatu
Melakukan kontak mata langsung Melihat pada sesuatu (benda, seperti kertas, dsb) pada saat yang bersamaan. Mempertahankan kontak mata pada pesan inti yang dikomunikasikan Menggerakkannya selaras dengan pesan verbal yang disampaikan Gerakan tangan secara alami Jari telunjuk menunjukkan sesuatu yang penting dalam bahan tertulis, misalnya buku Berjabat tangan untuk mengucapkan “hai”, “selamat tinggal”, dll. Berjabat tangan sesaat dan kuat, Mendahulukan berjabat tangan Menepuk bahu atau punggung sebagai tanda simpati Tetap santai dengan posisi yang nyaman Menyilangkan kaki jika diinginkan dengan sopan Menjaga anggota badan yang cukup simetris Menjaga posisi kepala sejajar dengan orang yang diajak bicara Duduk saat berkomunikasi, kecuali jika ada permintaan untuk tidak duduk Berdiri 1.5‐3 meter dari lawan bicara
Memalingkan pandangan atau melihat ke bawah Berkedip berlebihan Menghentikan kontak mata pada saat puncak pesan yang dikomuniksikan Menggerakkannya tidak selaras dengan pesan verbal yang disampaikan Memainkan tangan (menggosok meja, memainkan pen, dsb) Menutup mulut ketika berbicara Menolak untuk berjabat tangan Menunggu orang lain untuk berjabat tangan terlebih dahulu Menyentuh dengan cara yang intim (membelai), menepuk kepala, dll. Menggeser berat badan dari kiri ke kanan, membungkuk Berdiri pada saat memperhatikan pembicaraan
Berdiri atau duduk lebih dekat dari lawan bicara
Tipe Ekspresi
Sub‐Sub
Yang Harus Dilakukan
Yang Tidak Boleh Dilakukan
Bersandar ke belakang dengan perlahan kemudian badan didorong ke depan untuk merespon Bersandar kembali ketika mendengarkan Memvariasikan aksen Berbicara dengan jelas tanpa terburu‐buru Merespon pertanyaan dalam 1‐15 detik Berbicara dengan suara yang mudah didengar
(kurang dari 1.5 m) Berdiri atau duduku lebih dari 3‐6 meter Mendekat terlalu cepat
4. Ekspresi Suara
Aspek non verbal ketika berbicara
Selain kata‐ kata
Menggunakan jeda antar kata dengan singkat sambil melakukan kontak mata
5. Ekspresi penampilan fisik
Penampilan
Pengaturan fisik
Terlihat rapi dan bersih Berbusana dengan tepat dalam lingkungan kerja Duduk menghadap orang lain yang diajak bicara Menghormati area duduk/berdiri lawan bicara
Aksen monoton, datar Berbicara terlalu cepat Mengulang kata‐kata yang sama Lambat dalam merespon Berbisik atau berteriak Berbicara dengan gigi terkatup Banyak menggunakan kata‐kata “ehhh” atau “hemm” Berdehem atau batuk yang tidak perlu Berbusana tidak pantas atau berlebihan dalam lingkungan kerja Duduk tidak menghadap orang yang diajak bicara Tidak menghormati area duduk/berdiri lawan bicara
2.2.4. Persepsi Mahasiswa Terhadap asertifitas Pustakawan
Penelitian ini akan menguraikan persepsi mahasiswa terhadap asertifitas
Pustakawan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Unsur‐unsur pembentuk perilaku asertif pustakawan yang berupa asertifitas verbal dan asertifitas non verbal, dalam penelitian ini digunakan sebagai sub variabel penelitian berdasarkan pendapat Caputo, 198422, sebab teori ini langsung diaplikasikan dalam bidang kepustakawanan. Adapun masing‐masing elemen dari unsur komunikasi baik asertifitas verbal dan asertifitas non verbal akan diuraikan lebih lanjut sebagai indikator‐indikator yang digunakan dalam pertanyaan kuesioner kepada mahasiswa. III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2013, dengan subjek penelitian
mahasiswa dan objek penelitian persepsi mahasiswa terhadap asertifitas Pustakawan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskripstif, yang tidak perlu merumuskan hipotesisnya (Arikunto, 2002:28). Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswa Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel adalah sampel random/sampel acak, sehingga sesuai pendapat Arikunto, 2002:112, kalau populasinya besar, maka sampel bisa diambil antara 10‐15 %., mka sampel diambil 10,5 % dari jumlah seluruh mahasiswa yang ada, yaitu 260 mahasiswa (dengan teknik pembulatan). 3.2 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini bersifat tunggal, yaitu persepsi mahasiswa terhadap asertifitas Pustakawan Perpustakaan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Dasar yang digunakan sesuai dengan pendapat Caputo, 1984: 7323, bahwa asertifitas dapat dilihat 22 23
Caputo, Janette S, 1984. Ibid.halaman 9. Caputo, Janette S, 1984. Ibid.halaman 9.
dari segi verbal dan non verbal. Tiga kunci yang memperlihatkan pernyataan asertifitas verbal yaitu: 1. pernyataan saya/I‐statements, 2. honesty and sincerity (kejujuran dan ketulusan), 3. spontaneity/spontanitas. Adapun asertifitas non verbal yang dapat ditunjukkan dengan lima hal, yaitu: 1. ekspresi wajah dan kontak mata saat berkomunikasi, 2. gesture/ekspresi tangan, 3. ekspresi posisi, 4. ekspresi suara, dan 5. ekspresi penampilan fisik. Sub variable‐sub variabel tersebut kemudian akan dijabarkan menajadi indikator‐indikator, yang nantinya digunakan sebagai pertanyaan dalam kuesioner. 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain : 1. Penelitian pustaka/library research, sutau metode penyusunan yang dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan literatur baik dari buku teks, referensi, jurnal, internet, dan sumber lain yang mendukung. Tujuannya adalah untuk memperoleh dan mendalami informasi‐informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 2. Riset lapangan/field research, yang berupa: a. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data‐data yang diperlukan dalam penelitian dari dokumen instansi terkait, contohnya adalah data jumlah mahasiswa, dokumen tata tertib perpustakaan, dan prosedur peminjaman yang berlaku di perpustakaan.\ b. Kuesioner yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada sejumlah sampel yang sudah ditentukan. Apabil pengisian sudah selesai dikumpulkan kembali kepada peneliti untuk dianalisis lebih lanjut. 3.4. Metode Analisis Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah, selanjutnya dianalisis sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam menjawab permasalahan penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Data‐data diolah menggunakan teknik tabulasi, dengan menyajikan hasil penelitian dalam daftar tabel. Rumusnya sebagai berikut ini. Nilai rerata asertifitas pustakawan = Nilai yang didapat
Jumlah Responden
Hasilnya dalam skala Likert, yang sesuai dengan pendapat Riduan dan
Akdon(2006:16)24 bahwa skala Likert bisa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Nilai jawaban skala Likert yang akan diperoleh yaitu: 4, untuk hasil jawaban sangat baik 3, untuk hasil jawaban baik 2, untuk hasil jawaban tidak baik 1, untuk hasil jawaban sangat tidak baik IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Verbal Pustakawan Stikes
'Aisyiyah Yogyakarta
4.1.1 Persepsi Mahasiswa terhadap I‐Statemen/Pernyataan saya Tabel 1
24
Riduan dan Akdon. 2006. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
A
Dimensi I-Statemen/Pernyataan Saya
Nilai Rerata
1 2
Perkataan yg diucapkan pustakawan dapat terima, tanpa Anda merasa tersakiti Tidak ada pernyataan pustakawan yang memojokkan Anda
3 3.1
Setiap berbicara pustakawan akan memulai dengan kata “Saya” yang menunjukkan sifat yang berani mengambil resiko atau tanggung jawab atas apa yang dikatakan. Jumlah Nilai Rata-Rata
3 3.03
3
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Persepsi Mahasiswa terhadap I‐Statemen/Pernyataan saya Tabel 1 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi I‐ Statemen/Pernyataan Saya, dengan nilai rata‐rata “baik”, yaitu 3,03 (skala 1‐4).
4.1.2 Persepsi Mahasiswa terhadap Honesty dan Sincerity (Kejujuran dan Ketulusan) Tabel 2 Persepsi Mahasiswa terhadap Honesty dan Sincerity (Kejujuran dan Ketulusan) B
Dimensi Honesty dan sincerity (kejujuran dan ketulusan)
Nilai Rerata
1
Pustakawan mampu mengekspresikan pikiran dan keinginanya secara jujur
3.02
Sikap jujur pustakawan dalam menyampaikan pendapat membuat Anda tetap nyaman tanpa merasa tersinggung Anda merasa nyaman berkomunikasi degan pustakawan tanpa ada intervensi Anda merasakan kemudahan berkomunikasi dengan pustakawan
2 3 4
Jumlah Nilai Rata-Rata
3.06 3 3.1 3.05
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Tabel 2 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi Honesty dan sincerity (kejujuran dan ketulusan), “baik”, dengan nilai 3,05 (skala 1‐4). 4.1.3 Persepsi Mahasiswa terhadap Spontanity/Spontanitas Tabel 3
C
Dimensi Spontanity/Spontanitas
Nilai Rerata
1
Pustakawan berbicara secara langsung sesuai dengan fakta/kenyataan Perkataan pustakawan tidak melebih-lebihkankan terhadap sesuatu yang disampaikan secara tegas
3.13
Jumlah Nilai Rata-Rata
3.07
2
3
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Persepsi Mahasiswa terhadap Spontanity/Spontanitas Tabel 3 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi Spontanity/Spontanitas, adalah “baik”, dengan nilai 3,07 (skala 1‐4).
4.2. Pertanyaan Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Non Verbal Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta 4.2.1. Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Wajah Tabel 4. Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Wajah
A Dimensi Ekspresi Wajah 1 Ekspresi wajah pustakawan menyenangkan 2 Pustakawan selalu tersenyum ketika berkominaksi dengan Anda Pustakawan selalu menggunakan “kontak/tatapan mata” ketika 3 berkomunikasi dengan Anda Pustakawan masih mempertahankan “kontak/tatapan mata” ketika menyampaikan puncak komunikasi dengan Anda dengan senyuman 4 manis Pustakawan mengekspresikan rasa marah dengan mengerutkan wajah 5 dan cemberut Jumlah Nilai Rata-Rata
Nilai Rerata 3 2.99 3
3 2.7 2.90
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Tabel 4 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi Ekspresi Wajah, “belum baik”, namun sudah mendekati nilai baik, yaitu 2,90 (skala 1‐4).
4.2.2. Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Tangan Tebel 5 Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Tangan B 1 2 3
Dimensi Ekspresi Tangan Ketika berkomunikasi dengan Anda, tangan pustakawan rileks/santai Pustakawan menggunakan gerakan tangan saat memberikan penjelasan kepada Anda Pustakawan menggunakan tangan secara baik dan sopan saat memberikan pelayanan kepada Anda Jumlah Nilai Rata-Rata
Nilai Rerata 3 2.96 3 2.99
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Tabel 5 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi Ekspresi
Tangan “belum baik”, namun sudah sangat mendekati nilai baik, yaitu 2,99 (skala 1‐4)
4.2.3. Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Postur Tebel 6 Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Postur C
Dimensi Ekspresi Posisi/Postur
Nilai Rerata
1
3
2
Pustakawan posisinya santai dan nyaman ketika berkomunikasi dengan Anda Pustakawan menjaga anggota badan yang cukup simetris ketika berkomunikasi dengan Anda
3
Pustakawan menjaga posisi kepala sejajar dengan orang yang diajak bicara
3 2.9
Jumlah Nilai Rata-Rata
2.97
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Tabel 6 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi Ekspresi
Postur ”belum baik, yaitu 2,97 (skala 1‐4)
4.2.4. Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Suara Tebel 7 D
Dimensi Ekspresi Suara
Nilai Rerata
1
Pustakawan berkomunikasi dengan aksen yang variasi/tidak monoton
2 3 4
Pustakawan berbicara dengan jelas tidak terburu-buru Pustakawan merespon pertanyaan dalam 1-15 detik Pustakawan berbicara dengan suara yang mudah didengar Pustakawan menggunakan jeda antar kata dengan singkat sambil melakukan kontak mata
3 2.99 3.06
Pustakawan tidak banyak menggunakan kata-kata “ehhh” atau “hemm” Pustakawan sering berdehem atau batuk yang tidak perlu saat berkomunikasi Jumlah Nilai Rata-Rata
3.13
5 6 7
3
3
2.9 3.01
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Suara
Tabel 7 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi Ekspresi
Suara “sudah baik”, dengan nilai 3,01 (skala 1‐4)
4.2.5 Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Penampilan Fisik Tebel 8 Persepsi Mahasiswa terhadap Ekspresi Penampilan Fisik
E
Dimensi Ekspresi Penampilan Fisik
Nilai Rerata
1
Pustakawan terlihat rapi dan bersih
3.16
2
Pustakawan berbusana dengan tepat dalam lingkungan kerja
3.11
3
Pustakawan duduk/berdiri menghadap orang yang diajak bicara
3
4
Pustakawan menghormati area duduk/berdiri lawan bicara
3
Jumlah Nilai Rata-Rata
3.04
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Tabel 8 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap dimensi Ekspresi
Penampilan Fisik “sudah baik”, dengan nilai 3,04 (skala 1‐4). 4.3. Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Verbal dan Non Verbal Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta 4.3.1. Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Verbal Pustakawan Stikes
'Aisyiyah Yogyakarta Tabel 9 Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Verbal Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta No
Dimensi
Nilai Rerata
A
Dimensi I-Statemen/Pernyataan saya
3.03
B
Dimensi Honesty dan sincerity (kejujuran dan ketulusan)
3.05
C
Dimensi Spontanity/Spontanitas Jumlah Nilai Rata-Rata
3.07 3.05
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Tabel 9 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap Asertifitas Verbal
Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta menurut dimensi I‐statemen/pernyataan
saya, honesty dan sincerityk/kejujuran dan ketulusan, dan spontanitys/spontanitas, dengan nilai rata‐rata “baik”, yaitu 3,05 (skala 1‐4).
4.3.2. Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Non Verbal Pustakawan Stikes
'Aisyiyah Yogyakarta Tabel 10 Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Non Verbal Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta No
Dimensi
Nilai Rerata
A
Dimensi Ekspresi Wajah
2.9
B
Dimensi Ekspresi Tangan
2.99
C
Dimensi Ekspresi Posisi/Postur
2.97
D
Dimensi Ekspresi Suara
3.01
E
Dimensi Ekspresi Penampilan Fisik
3.04
Jumlah Nilai Rata-Rata
2.98
Sumber : Data Primer Diolah, Desember Tahun 2013
Tabel 10 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap Asertifitas Non Verbal Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta, beradarkan lima dimensi, yaitu: 1) dimensi ekspresi wajah, 2) ekspresi tangan, 3) ekspresi posisi, 4) ekspresi suara, 5) ekspresi fisik. Jumlah nilai rata‐rata terhadap 5 dimensi asertifitas non verbal “belum baik”, namun sudah mendekati baik, dengan nilai 2,98 (skala 1‐4). 4.3.3. Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta Tabel 11 Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta
No I II
Dimensi Asertifitas Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Non Verbal Persepsi Mahasiswa terhadap Asertifitas Verbal Jumlah Nilai Rata-Rata Sumber: Data Primer, Diolah Desember 2013
Nilai Rerata 3.05 2.98 3.02
Tabel 11 di atas menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap asertifitas
Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta, “ sudah baik”, dengan nilai 3,02 (skala 1‐4).
V. SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN 1. Persepsi mahasiswa terhadap asertifitas verbal Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta sudah “baik”, dengan nilai 3,05 (skala 1‐4). 2. Persepsi mahasiswa terhadap asertifitas non verbal Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta belum “belum baik”, dengan nilai 2,98 (skala 1‐4 3. Persepsi mahasiswa terhadap asertifitas Pustakawan Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta sudah “baik”, dengan nilai 3,02 (skala 1‐4). 5.2. SARAN 1. Bagi perpustakaan dan pustakawan perlu meningkatkan komunikasi verbal dan non verbal untuk meningkatkan asertifitas kepada pemustaka yang dilayaninya, terlebih kepada mahasiswa sebagai pemakai terbesarnya. 2. Bagi penelitian selanjutnya agar bisa melakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis, metode, variabel, dan hipotesis lain untuk menghasilkan pengetahuan baru. DAFTAR PUSTAKA ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐, 2005. Profil Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta: Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Pelaksana Harian Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2004. SK Badan Pelaksana Harian (BPH) Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta No.003/PPA/I/BPH‐ STIKES/III/04. Yogyakarta. Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Caputo, Janette S, 1984. The Assertive Librarian. Canada: Oryx Press. Chaplin, J P, 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang‐Undang RI NO.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Yogyakarta: Media Wacana. Depdikbud, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakara: Balai Pustaka.
Kismiyati, Titiek, 2013. Standar Kompetensi Pustakawan, dari elib.unikom.ac.id/download.php?id=6301, diakses Rabu, 4 Desember 2013, 17.00 WIB. Krismayani, Ika, 2012. Pustakawan Asertif (Studi tentang Asertifitas Pustakawan di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Thesis. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Naibaho, Kalarensi, 2011. Pustakawan Asertif: Idaman Masyarakat: Tinjauan Terhadap Tugas dan Kompetensi Pustakawan dalam Mencapai Kepuasan P Pengguna, diakses dari http://staff.blog.ui.ac.id/clara/2011/01/06/pustakawan‐asertif‐idaman‐
masyarakat/), Sabtu 1 Desember 2013, 10.00 WIB. Nasir, Abdul, dkk, 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Perpustakaan Nasional RI, 2009. Undang Undang Reprublik Indonesia No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Cetakan 2. Jakarta: Peprusnas RI. Prasetya, Herry.2002. “Sikap Mahasiswa Terhadap Layanan PerpustakaanFakultas Sastra Universitas Indonesia Tahun 2002”. Dalam Skripsi Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta. Riduan dan Akdon. 2006. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2004. Penjabaran Tugas Struktural dan Teknis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta: Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Soeatminah.1992. Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan.Yogyakarta: Kanisius.
Sudarsono, Blasius, 2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia, Jakarta: PP IPI dengan Sagung Seto. Sulistya‐Basuki.1992. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.