PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DENGAN YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TEACHER CENTERED LEARNING (TCL) OLEH IDA RESTI NURINDAH SARI 802011109
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
LEMBAR PENGESAHAN PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DENGAN YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TEACHER CENTERED LEARNING (TCL) Oleh Ida Resti Nurindah Sari 802011109
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Disetujui pada tanggal 27 Oktober 2015eptemb2015 Oleh: Pembimbing,
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA
Diketahui Oleh,
Disahkan Oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Prof. Dr. SutartoWijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ida Resti Nurindah Sari Nim : 802011109 Program Studi : Psikologi Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul: PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DENGAN YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TEACHER CENTERED LEARNING (TCL) Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media atau mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Salatiga
Pada Tanggal : 8 Oktober 2015 Yang menyatakan,
Ida Resti Nurindah Sari Mengetahui, Pembimbing
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ida Resti Nurindah Sari
Nim
: 802011109
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul: PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DENGAN YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TEACHER CENTERED LEARNING (TCL) Yang dibimbing oleh: Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA
Adalah benar-benar hasil karya saya. Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 8 Oktober 2015 Yang memberi peryataan,
Ida Resti Nurindah Sari
PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DENGAN YANG MENDAPATKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TEACHER CENTERED LEARNING (TCL)
Ida Resti Nurindah Sari Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran Student Centered Learning (SCL) dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL). Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP Alam Ar-Ridho Semarang kelas 1, 2 dan 3 sebanyak 45 orang dan siswa-siswi SMP Negeri 2 Salatiga kelas 1, 2 dan 3 sebanyak 75 orang. Untuk memperoleh data digunakan Tes Kreativitas Verbal dan Tes Kreativitas Figural yang diadopsi dari Munandar. Analisis data kreativitas figural menggunakan teknik uji beda (t-tes) dan diperoleh nilai F sebesar 3,424 dengan signifikasi (Sig.) 0,000 (p<0,05), sedangkan untuk analisis data kreativitas verbal menggunakan teknik uji beda (Npartest) diperoleh nilai F sebesar 1,15 dengan signifikasi (Sig.) 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kreativitas siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran SCL dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran TCL.
Kata kunci : kreativitas, strategi pembelajaran, student centered learning (SCL), teacher centered learning (TCL)
i
Abstract This research aim to explore the difference of students creativity who receive Student Centered Learning (SCL) learning strategy with students who receive Teacher Centered Learning (TCL) learning strategy. The sample selected from SMP Alam ArRidho Semarang at grade 1, 2 and 3 counted 45 students and 75 students of SMP Negeri 2 Salatiga. Verbal Creativity Test and Figure Creativity Test adopted from Munandar were used to collect the data. T-test was used to analyse data of figure creativity and the result is F value equal to 3,424 with significant (Sig.) 0,000 (p<0,05), while Npar-Test was used to analyse data of verbal creativity with significant (Sig.) 0,000 (p<0,05). That result showed there is the difference of creativity between students who received Student Centered Learning (SCL) learning strategy with whose students received Teacher Centered Learning (TCL) learning strategy. Keyword : Creativity, learning strategy, Student Centered Learning (SCL), Teacher Centered Learning (TCL)
ii
1
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi saat ini kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Akan tetapi untuk mencetak SDM yang berkualitas dibutuhkan sebuah pendidikan yang berkualitas pula, dimana pendidikan tersebut dapat memupuk dan mengembangkan potensi kreatif secara optimal. Seperti yang tercantum di dalam GBHN (1993) dengan
penekanan
bahwa
pendidikan
nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian,
mandiri,
maju,
tangguh,
cerdas,
kreatif,
terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani, dimana kreativitas merupakan salah satu aspek atau elemen dari kualitas manusia. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan perilaku yang unik, berguna,dan produktif (Sternberg & Lubart dalam Chermahini.dkk, 2012), sehingga dengan kreativitas seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mampu untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Guilford dalam Munandar, 1990). Ditinjau dari aspek kehidupan manapun kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa apalagi disertai dengan kemajuan teknologi yang meningkat dan ledakan penduduk disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber alami membuat kita dituntut untuk beradaptasi secara kreatif dan kemampuan untuk mencari pemecahan yang imajinatif, sehingga sumbangan kreativitas memegang peranan penting. Akan tetapi kreativitas siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah, hal ini sesuai dengan ungkapan guru besar psikologi Universitas Indonesia dan juga pakar kreativitas yakni Munandar (1999) yang menemukan di dalam penelitiannya bahwa kreativitas
2
bangsa Indonesia masih tergolong rendah dan ada kecenderungan kreativitas di Indonesia tidak dapat berkembang secara optimal di kalangan subjek didik. Menurut survey dari Indonesian Education Sector Survey Report (dalam Munandar, 1990) anakanak biasanya tidak didorong mengajukan pertanyaan dan menggunakan daya imajinasinya, mengajukan masalah-masalah sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap masalah non rutin atau menunjukkan banyak inisiatif. Hal itu terjadi dikarenakan sistem pendidikan yang digunakan di Indonesia masih berfokus pada pengajar (Teacher-Centered Learning), dimana guru masih memainkan peranan utama dalam proses pendidikan dan siswa berperan pasif dalam proses pembelajaran, padahal guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan (Kushartanti, 2004). Materi serta metode pendidikan yang ditetapkan berdasarkan pada apa yang diinginkan dan dianggap perlu diketahui dan dipelajari oleh peserta didik secara seragam, tanpa memperdulikan keaneka-ragaman kebutuhan, minat, kemampuan serta gaya belajar tiap peserta didik. Para pendidik tersebut tidak menyadari bahwa dengan keadaan lingkungan pembelajaran yang seperti itu dalam pendidikan secara tidak sengaja menekan kreativitas siswa (Sternberg & Williams dalam Sternberg, 2012). Seperti yang terjadi di SMP 2 Salatiga, dalam proses pembelajarannya mereka menggunakan metode ceramah dimana metode tersebut merupakan salah satu metode strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning). Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian kurikulum beliau mengatakan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan masih menggunakan teacher centered learning dikarenakan kondisi sekolah dan keadaan siswa-siswi yang masih perlu tuntunan dari seorang guru, mereka masih belum bisa di lepaskan begitu saja sehingga untuk menerapkan strategi pembelajaran dimana guru hanya sebagai fasilitator masih belum
3
memungkinkan. Selain itu, berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif yaitu hanya sebagai pendengar dan menjalankan tugas sesuai dengan perintah guru, sehingga kedudukan guru sebagai penentu jalannya proses dalam pembelajaran. Jika hal tersebut tetap dibiarkan apa yang menjadi tujuan pendidikan tidak akan tercapai dan siswa akan cenderung merasa bosan, tertekan, jenuh sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengembangkan dan merealisasikan apa yang menjadi minat dan kreativitasnya karena lingkungan belajar yang kurang mendukung. Rogers (dalam Munandar, 1999) mengatakan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat merangsang kreativitas, dimana lingkungan tersebut dibagi menjadi 3 yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah salah satunya (Munandar, 2004). Hal itu juga dibuktikan oleh Susanto dan Hartati (2008) yang hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara nilai-nilai sosial dengan kreativitas, dan terdapat hubungan antara kreativitas dengan lingkungan fisik. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diciptakannya lingkungan sekolah yang dapat merangsang kreativitas para siswanya dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk terlibat aktif dalam proses belajar, yaitu dengan cara mengubah strategi pendidikan tradisional (teacher-centerd learning) ke strategi pembelajaran student centered learning. Student-centered learning menurut Blumberg (dalam Wang. dkk, 2010) adalah sebuah pendekatan dalam pendidikan yang berfokus pada kebutuhan siswa, bukan orang lain yang terlibat dalam proses pendidikan, seperti guru hanya sebagai administrator. Siswa dituntut untuk aktif dan mandiri dalam mencari serta membentuk pengetahuan, dengan kondisi psikologi sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom,
4
sehingga siswa dapat menemukan gaya belajarnya sendiri, dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat. Ada sejumlah studi dalam Hockings (2009) yang menunjukkan bahwa dengan pembelajaran inovatif yaitu yang berpusat pada siswa sangat efektif untuk mendorong pembelajaran yang mendalam dan keterlibatan akademik, dimana pendekatan ini juga memiliki potensi untuk melibatkan mahasiswa dalam belajar dan mengajar yang beragam dalam akademis daripada menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru (Biggs dalam Hockings, 2009). Keterlibatan siswa tersebut dapat didefinisikan sebagai "kemauan siswa, kebutuhan, keinginan dan keharusan untuk berpartisipasi dalam, dan berhasil dalam proses pembelajaran"(al dalam Bandaranaike & Willison, 2011). Seperti yang terjadi di SMP Alam Ar-Ridho Semarang, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dari SMP Alam Ar-Ridho Semarang yaitu Ibu Santi, beliau mengatakan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered learning, dimana dalam proses pembelajarannya siswa dituntut untuk belajar aktif dan guru berperan sebagai fasilitator atau motivator. Berdasarkan pengamatan, anak-anak di sekolah alam belajar tidak hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru saja, mereka juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri sesuai dengan minatnya, dan setiap anak dihargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya. Selain itu siswa tidak
hanya
belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja, selain belajar dari buku, anak-anak juga belajar dari alam sekelilingnya dan membentuk berbagai komunitas belajar. Terdapat sebuah penelitian oleh Kurdi (2009), dimana pada awal mula di terapkannya sistem pembelajaran yang berpusat pada guru atau Teacher-Centered
5
Learning (TCL), siswa menjadi pasif yang hanya mendengarkan ceramah sehingga kreativitasnya terbelakang atau bahkan tidak kreatif. Kemudian sehubungan dengan itu, sistem tersebut harus berubah yaitu dengan diterapkannya sistem pembelajaran Student Centered Learning (SCL). Dalam sistem pembelajaran SCL, mahasiswa dituntut aktif melakukan tugas dan didiskusikan dengan kuliah sebagai fasilitator. Setelah diterapkannya sistem SCL tersebut, terjadi perubahan pada siswa yaitu siswa menjadi aktif dan kreativitas. Namun ada penelitian lain yang dilakukan oleh Aprianti (2013) yang mengungkapkan bahwa teacher centered learning membantu meningkatkan kreativitas siswa dimana pada penelitiannya, peneliti menggunakan media kaca dan guru berperan aktif dalam penelitian tindakan ini dan anak tidak dapat dibiarkan sendiri untuk melukis sehingga guru berperan aktif dalam menuntun siswanya untuk melukis. Hasil dari penelitian tersebut bahwa kreativitas anak berkembang dengan menggunakan media yang dibantu guru secara aktif. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh mahasiswa psikologi UKSW Salatiga yaitu Rhendy Adiprayitno (2014), dimana di dalam penelitiannya ia membandingkan kreativitas siswa sekolah formal yang menggunakan sistem pembelajaran dengan metode ceramah dimana guru berperan utama dan kondisi sekolah yang kaku dengan sekolah non-formal yang menggunakan sistem pembelajaran dengan metode yang membebaskan siswanya dimana siswa sebagai subjek utama dengan kondisi sekolah yang tidak kaku. Hasil dari penelitian tersebut adalah tidak ada perbedaan kreativitas siswa antara sekolah formal dengan sekolah non-formal. Dari gambaran penelitian-penelitian di atas didapatkan bahwa terjadi perbedaanperbedaan dalam metode hingga hasil penelitian yang membahas kreativitas. Hal ini
6
menggambarkan bahwa sampai saat ini belum dapat disimpulkan pengaruh strategi pembelajaran terhadap kreativitas siswa. Berangkat dari hal inilah peneliti ingin meneliti lebih lanjut apakah ada perbedaan kreativitas siswa yang mendapatkan strategi student centered learning dengan yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learrning. TINJAUAN PUSTAKA Kreativitas Munandar (2002) menyatakan bahwa kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasangagasan baru dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Santrock (2011), berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir mengenai sesuatu, dalam cara yang baru dan tidak biasa serta memikirkan solusi-solusi unik terhadap masalah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kreatifitas adalah kemampuan mengimajinasikan, menafsirkan dan mengemukakan gagasan serta usaha yang memiliki daya cipta untuk kombinasi baru dari unsur sebelumnya yang sudah ada sehingga diperoleh peningkatan kualitas siswa dalam pengembangan dirinya. Kreativitas akan diukur dengan menggunakan ciri-ciri kognitif (aptitude) kreativitas dari Munandar (1999), dimana ciri-ciri kognitif (aptitude) tersebut antara lain: a. Kelancaran berpikir (Fluency of Thinking) Adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir yang perlu ditetapkan adalah
7
kuantitas bukan kualitas. Munandar (1998) mengemukakan bahwa kelancaran berpikir adalah kemampuan untuk mencetuskan banyaknya gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. b. Keluwesan berpikir (Flexibility) Adalah kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandanag yang berbeda-beda dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Munandar (1998) mengemukakan bahwa keluwesan berpikir merupakan kemampuan melihat sesuatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau cara yang berbeda-beda, maupun mengubah cara pendekatan atau cara berpikir. c. Elaborasi pikiran (Elaboration) Adalah kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau merinci detil-detil dar suatu objek gagasan atau situasi sehingg menjadi lebih menarik. Munandar (1998) mengemukakan bahwa elaborasi pikiran adalah kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, mampu menambahkan atau merinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. d. Keaslian berpikir (Originality) Adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. Munandar (1998) mengemukakan bahwa keaslian berpikir adalah kemampuan untuk memikirkan ide-ide baru dan unik,
8
memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. e. Kemampuan menilai (evaluation) Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, dan tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Munandar (1999), yaitu : a. Intelegensi Menurut Anderson (dikutip Munandar, 1999) sampai tingkat tertentu (sekitar sampai IQ 120 ada hubungan erat antara intelegensi dengan kreativitas. Produk kreativitas yang tinggi memerlukan tingkat intelegensi yang cukup tinggi pula, tetapi di atas ambang intelegensi itu (IQ lebih dari 120) tidak ada korelasi yang tinggi antara intelegensi dengan kreativitas. b. Kepribadian Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa ada perbedaan profil kepribadian dari tokoh-tokoh yang unggul kreatif dengan profil kepribadian orang rata-rata (Roe, 1952); Mc Kinnon dan Cattel (1968), dikutip Munandar, 1999). c. Motivasi Renzulli (dikutip Munandar, 1999) mengemukakan bahwa individu yang kreatif motivasi internal yang tinggi. Motivasi ini mampu mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami bermacam-
9
macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena ia telah mengikat diri terhadap tugas atas kehendaknya sendiri. d. Minat Menurut Csikszentmihalyi (dikutip Munandar, 1999) kreativitas seseorang akan tumbuh dan berkembang apabiala memiliki minat untuk ranah tertentu pada usia dini. Minat tersebut akan menjadikan mereka terlibat secara mendalam terhadap ranah itu, sehingga mereka mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitasnya. e. Lingkungan Kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perilaku di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau menghambat upaya kreatif. Adapun faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan teman sebaya (Munandar, 1999). Strategi Pembelajaran Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional technology), di antaranya menurut Kozna (dalam Uno, 2008) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Selain itu juga Gerlach dan Ely (dalam Uno, 2008) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Penggunaan strategi
10
dalam
pembelajaran
sangat
diperlukan
karena
untuk
mempermudah
proses
pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit secara optimal. Strategi pembelajaran sangat berguna baik untuk guru maupun siswa, untuk siswa penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar dan bagi guru dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran (Wena, 2012). Di dalam penerapan strategi pembelajaran, guru juga harus memperhatikan tujuan pembelajaran, karakteristk siswa, kendala sumber belajar, dan
karakteristik
bidang studi dimana hal tersebut diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran (Wena, 2012). Terdapat tiga macam strategi pembelajaran menurut Gulo (2002), yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning), strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning), dan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran. Yang akan menjadi fokus pembahasan yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) dan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning), karena kedua strategi pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana memupuk dan mengembangkan kreativitas yang berbeda-beda pada setiap diri siswa. Student-centered learning menurut Brenda Hall (dalam Emenyeonu, 2012) adalah strategi pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa untuk mengetahui gaya belajar mereka sendiri, untuk mengetahui dan memahami motivasi mereka, dan untuk memperoleh kemampuan belajar efektif yang berharga sepanjang hidup mereka. Peran guru hanya sebagai fasilitator di dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar
11
siswa bisa lebih aktif dan mandiri di dalam mencari informasi mengenai apa yang akan dipelajari, dimana landasan pemikiran dari SCL ini adalah teori belajar konstrutivis Piaget dan Vygotsky yaitu memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung (Santrock, 2011). Berbeda dengan SCL, strategi pembelajaran teacher centered learning atau juga dikenal sebagai metode pembelajaran tradisional menurut Ahmad & Aziz (dalam Odundo & Gunga, 2013), merupakan strategi pembelajaran dimana guru menjadi pusat dalam kegiatan kelas termasuk penjelasan dan diskusi dan siswa berperan sebagai pendengar, sehingga siswa memiliki keaktifan yang minim. Adeyemi (dalam Odundo & Gunga, 2013) mencatat bahwa teacher centered learning merupakan metode yang paling umum, namun tidak merangsang inovasi mahasiswa, bahkan mendorong siswa untuk menjejalkan fakta yang mudah dilupakan. Tella, indoshi dan othuon (dalam Odundo & Gunga, 2013) mencatat bahwa strategi teacher centered sering mengakibatkan siswa tidak menikmati pelajaran dan menghilangkan manfaat dari belajar. Perbedaan kreativitas antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran student centered learning (SCL) dan siswa yang menggunakan strategi teacher centered learning (TCL) Strategi pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan atau dipilih untuk memberikan kemudahan atau bantuan kepada siswa dan guru dalam proses pendidikan dan diharapkan bisa membantu siswanya untuk mengembangkan dan memupuk kreatifitas yang dimiliki, seperti memberikan kesempatan kepada mereka untuk berperan aktif di dalam proses pendidikan dan memberi kebebasan psikologis karena kreativitas tidak dapat dipaksakan (Munandar, 1999). Namun pendidikan di
12
Indonesia masih menerapkan strategi pembelajaran teacher centered learning, dimana guru masih berperan aktif dan peran siswa sangatlah minim dalam proses pembelajaran. Dengan keadaan pendidikan yang seperti itu membuat pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih belum optimal dalam membantu siswanya merangsang kreativitasnya dan menyebabkan kreativitas siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Hal tersebut dibuktikan oleh TIMSS dalam penelitiannya tahun 2011 Indonesia berada pada ranking 36 dari 48 negara untuk skor matematika internasional kelas VIII. Menurut hasil analisis TIMSS 2011, skor matematika siswa Indonesia berada di bawah rata-rata skor matematika siswa Internasional. Kurangnya kemampuan penalaran dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan berpikir kreatif siswa, karena kemampuan berpikir kreatif merupakan bagian dari penalaran. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa menjadi aktif dan kreatif seperti strategi pembelajaran student centered learning (SCL). Terdapat penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Brawijaya Malang yaitu Ismi Prihandari (2013) mengenai perbandingan penggunaan strategi pembelajaran SCL dengan TCL yang berjudul “Student Centered Learning (SCL) dalam Pembelajaran Mata Kuliah Semantik Bahasa Jepang”, dimana pada pembelajaran bahasa asing ini menggunakan teacher centered learning dalam mentransfer ilmu namun para mahasiswa merasa jenuh, kurang aktif dan kreatif karena tidak adanya minat terhadap matakuliah tersebut, salah satunya pada mata kuliah content. Hampir semua mahasiswa memilih berkonsentrasi pada matakuliah skill. Kemudian para pengajar mempunyai ide untuk menarik mahasiswa untuk matakuliah content dengan menggunakan SCL, dan hasilnya bahwa SCL dirasakan cukup memuaskan dan paling
13
tepat karena mahasiswa tanpa sadar telah dilatih untuk belajar secara aktif, kreatif dan mandiri. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini diajukan sebuah hipotesis yaitu ada perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang menggunakan strategi pembelajaran SCL dengan strategi pembelajaran TCL. METODE PENELITIAN Populasi Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi “SMP Alam Ar-Ridho Semarang yang berjumlah 60 dan siswa-siswi SMP 2 Salatiga yang berjumlah 734. Menurut Arikunto (2006) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, selanjutnya bila subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada: a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Teknik Sampling Teknik pengambilan data menggunakan teknik proportionate stratified random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2011). Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Alam Ar-Ridho Semarang kelas 1, 2 dan 3 dengan usia 12-15 tahun dengan jumlah total 60 siswa dan
14
sampel yang akan diambil sebesar 45 siswa, sedangkan untuk sampel SMP 2 Salatiga yaitu kelas 1, 2 dan 3 usia 12-15 tahun dengan jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 75 siswa yang diperoleh dari 10% dari jumlah total siswa SMP 2 Salatiga yaitu sebesar 734 siswa. Instruksi Penelitian Dalam penelitian ini instrumen penelitian yaitu alat tes Kreativitas Figural dan alat tes Kreativitas Verbal. Tes Kreativitas Figural (TKF) mengukur kreativitas dalam bentuk performance sedangkan Tes Kreativitas Verbal (TKV) mengukur kreativitas dalam bentuk verbal. 1. Tes Kreativitas Verbal (TKV) Konstruksi tes kreativitas verbal berlandaskan model struktur intelek dari Guilford sebagai kerangka teoritis. Tes ini terdiri dari enam sub-tes dan sekaligus merupakan aspek dari tes kreativitas verbal. Ke-enam subtes tersebut yaitu permulaan kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya, yang semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi kontan verbal, tetapi masingmasing berbeda dalam dimensi produk. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir tes ini seperti tes Guilford yang mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berfikir. Tahun 1986 dilakukan penelitian Standarisasi Tes Kreativitas Verbal oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Bagian Psikologi Pendidikan, yang menghasilkan nilai baku untuk umur 10-18 tahun, dan pengukuran Creativity Quotient (CQ) berdasarkan konversi jumlah nilai baku (Utami Munandar dkk., 1988).
15
2. Tes Kreativitas Figural (TKF) Tes Kreativitas Figural yang merupakan adaptasi dari Circle Test dari Torrance, pertama digunakan di Indonesia pada tahun 1976 (Munandar, 1977) kemudian tahun 1988 dilakukan penelitian standarisasi tes kreativitas Figural (untuk umur 10-18 tahun) oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Bagian Psikologi Pendidikan (Munandar. dkk., 1988). Manfaat dari penelitian ini ialah memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran kemampuan berpikir kreatif. Di samping tes kreativitas dengan konten verbal (tes kreativitas verbal) juga diperlukan tes kreativitas dengan konten figural. TKF memungkinkan penyelesaian dalam waktu singkat (hanya memerlukan 10 menit untuk menyelesaikan tes) dan dapat diberikan dalam kelompok. Material tes sangat sederhana sehingga tidak mahal. Seperti TKV, TKF mengukur aspek kelancaran, kelunturan, originalitas, dan elaborasi, dari kemampuan berfikir kreatif. Selain itu juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan, (bonus originalitas). Skor total kreatifitas figural yang dihasilkan dari aspek-aspek tersebut diatas kemudian dikonversikan menjadi “creativity quotient (CQ)” TKF ini berfungsi untuk mengukur aspek fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Metode Analisis Data Dalam analisis data, data yang digunakan adalah data nilai baku hasil penelitian, yaitu skor kasar data kreativitas yang telah dibakukan (ditentukan norma-normanya) dan kemudian total nilai baku di dikonversikan menjadi creativity quotient (CQ) untuk dapat lebih mudah mengklasifikasikannya. Setelah itu akan dilakukan uji normalitas dengan
16
menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas dengan menggunakan levenes test. Untuk melihat perbedaan kreativitas akan diuji menggunakan uji t-test dengan bantuan SPSS For Windows Versi 16. HASIL PENELITIAN Dalam analisis data, data yang digunakan adalah data nilai baku hasil penelitian, yaitu skor kasar data kreativitas yang telah dibakukan (ditentukan norma-normanya) dan kemudian total nilai baku di dikonversikan menjadi creativity quotient (CQ) untuk dapat lebih mudah mengklasifikasikannya. Descriptive Statistics Tes Kreativitas Figural
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
SMP_Ar_ridho
45
78.00
125.00
95.6444
10.32463
SMP_2_Salatiga
75
79.00
128.00
1.0492E2
12.25380
Valid N (listwise)
45
Pada norma kategori tes kreativitas figural sekolah SMP Ar-ridho diperoleh mean sebesar 95,64, standar deviasi 10,32 dengan nilai minimum 78,00 dan nilai maksimum 125,00. Sedangkan untuk kategori tes kreativitas figural dan tes kreativitas verbal sekolah SMP Negeri 2 Salatiga diperoleh mean sebesar 1,049, standar deviasi dengan nilai 12,25 dengan nilai minimum 79,00 dan nilai maksimum 128,00. Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 7 kategori, yaitu sangat superior, superior, diatas rata-rata, rata-rata, dibawah rata-rata, perbatasan dan rendah. Skor kategori tersebut skor mengacu pada buku standarisasi yang sudah dibuat oleh Munandar. Berikut merupakan kategori skor tes kreativitas figural :
17
Tabel 1 Kategori Pengukuran Tes Kreativitas Figural Pendidikan SMP Ar-ridho Semarang
SMP Negeri 2 Salatiga
Kategori Sangat Superior Superior Diatas ratarata Rata-rata Dibawah rata-rata Perbatasan Rendah Sangat Superior Superior Diatas ratarata Rata-rata Dibawah rata-rata Perbatasan Rendah
Interval
Mean
N
Persentase
>128
0
0%
120-127
1
2%
111-119
3
7%
24
53%
80-90
16
36%
70-79 <69 TOTAL
1 0 45
2% 0% 100%
>128
0
0%
120-127
12
16%
111-119
15
20%
37
49,3%
80-90
10
13,3%
70-79 <69 TOTAL
1 0 75
1,3% 0% 100%
95,64
91-110
104,92
91-110
Dari tabel kategori di atas dapat dilihat kreativitas figural siswa SMP Ar-ridho Semarang memiliki nilai mean sebesar 95,64 yang terletak pada kategori rata-rata dan juga kreativitas figural siswa SMP Negeri 2 Salatiga yang memiliki nilai mean sebesar 104,92 yang juga terletak pada kategori rata-rata. Descriptive Statistics Tes Kreativitas Verbal N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Ar_ridho
45
72
129
94.02
13.487
SMP_2
75
65
110
87.04
8.623
Valid N (listwise)
45
18
Pada norma kategori tes kreativitas verbal sekolah SMP Ar-ridho diperoleh mean sebesar 94,02, standar deviasi 13,487 dengan nilai minimum 72,00 dan nilai maksimum 129,00. Sedangkan untuk kategori tes kreativitas verbal SMP Negeri 2 Salatiga diperoleh mean sebesar 87,04, standar deviasi dengan nilai 8,623 dengan nilai minimum 65,00 dan nilai maksimum 110,00. Berdasarkan data keseluruhan hasil Tes Kreativitas Verbal siswa SMP Ar-ridho Semarang dan SMP Negeri 2 Salatiga, dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 2 Kategori Pengukuran Tes Kreativitas Verbal Pendidikan SMP Arridho Semarang
SMP Negeri 2 Salatiga
Kategori Sangat Superior Superior Diatas ratarata Rata-rata Dibawah rata-rata Perbatasan Rendah Sangat Superior Superior Diatas ratarata Rata-rata Dibawah rata-rata Perbatasan Rendah
Interval
Mean
N
Presentase 2%
>128
1
120-127
1
2%
3
7%
20
44%
80-90
13
29%
70-79 <69 TOTAL
7 0 45
16% 0% 100%
>128
0
0%
120-127
0
0%
0
0%
23
31%
80-90
39
52%
70-79 <69 TOTAL
12 1 75
16% 1% 100%
111-119 91-110
94,02
111-119 91-110
87,04
Dari tabel kategori di atas dapat dilihat kreativitas verbal siswa SMP Ar-ridho Semarang memiliki mean sebesar 94,02 yang terletak pada kategori rata-rata. Begitu
19
juga dengan siswa SMP Negeri 2 Salatiga memiliki mean sebesar 87,04 yang terletak pada kategori dibawah rata-rata. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Tes kreativitas verbal dan figural telah diuji secara eksentif oleh Munandar dan telah dinyatakan valid dan reliabel serta telah distandarisasikan. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Munandar (1999). Hasil analisis statistik menggunakan rumus product moment yang menunjukkan koefisien korelasi antara Cirlce Test dengan figure exclution sebesar 0,23 ; p < 0,01. Validitas dan reliabilitas tes kreativitas figural, namun koefisien korelasi lebih rendah dibanding koefisien korelasi antara circles test dan word relation sebesar 0,45 ; p < 0,01. Dari penelitian Munandar tersebut maka tes kreativitas figural dari Torrance yang telah dimodifikasi oleh Munandar (1999) cukup sahih untuk mengungkap kreativitas anak Indonesia. Selain memiliki reliabilitas yang cukup tinggi, Tes Kreativitas Verbal Munandar cukup valid untuk mengungkap potensi kreativitas seseorang sampai 0,858 yang dihitung dengan mengkorelasikan item dengan faktor, faktor dengan total, dan dikorelasikan dengan Part Whole. Semua item signifikan dengan taraf signifikan 5% juga untuk semua faktor reliabilitas yang dihitung dengan analisis Varian Hyot menunjukkan bahwa masing-masing faktor reliabel. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dalam pengujian ini, apabila angka signifikasi p <0,05 maka distribusi datanya adalah tidak normal. Dan sebaliknya apabila angka signifikasi p >0,05 maka distribusinya adalah normal.
20
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh koefisien kreativitas figural pada SMP Ar-ridho Semarang sebesar 0,689 dan probabilitas 0,730 (p>0,05). Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh angka koefisien kreativitas figural pada siswa SMP Negeri 2 Salatiga sebesar 0,759 dan probabilitas 0,612 (p>0,05). Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh angka koefisien kreativitas verbal pada SMP Ar-ridho Semarang sebesar 0,575 dan probabilitas 0,895 (p>0,05). Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh angka koefisien kreativitas verbal pada SMP Negeri 2 Salatiga sebesar 1,060 dan probabilitas 0,212 (p>0,05). Hal ini berarti variabel kreativitas figural dan verbal tersebut berdistribusi normal atau asumsi normalitas terpenuhi. Uji Homogenitas Dari hasil uji homogenitas menggunakan Levene’s test untuk kreativitas figural diperoleh nilai signifikasi 0,67 (p>0,05). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data yang ada memiliki varians yang sama, sehingga data tersebut dapat dikatakan homogen, sedangkan untuk Tes Kreativitas Verbal diperoleh nilai signifikasi 0,001 (p<0,05). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data yang dimiliki tidak homogen. Uji Beda Dari hasil perhitungan kreativitas figural diperoleh nilai F sebesar 3,424 dengan signifikasi (Sig.) 0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa Hₒ ditolak dan H ˌ
diterima.
21
Tabel A Independent Sample Test Skor Figural Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F VAR00 Equal 001 variances assumed
Sig.
3.424 .067
Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
T
Df
Std. Sig. Error (2Mean Differen tailed) Difference ce
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-4.251
118
.000
-9.27556
2.1820 -13.59663 6
-4.95449
-4.437
105.14 6
.000
-9.27556
2.0906 -13.42091 7
-5.13020
Sedangkan hasil dari perhitungan kreativitas verbal, data yang ada tidak homogen. Oleh karena itu teknik analisa yang dipakai adalah metode non parametrik yaitu Mann-Whitney dimana teknik ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan respon dari 2 populasi data yang saling independen. Dari hasil perhitungan kreativitas verbal diperoleh nilai F 1,15 dengan signifikasi (Sig.) 0,000 (p<0,05). Tabel B Independent Sample Test Skor Verbal Mann-Whitney Test Sekolah Siswa
N
Mean Rank
Sum of Ranks
SMP Ar-Ridho
45
72.44
3260.00
SMP 2 Salatiga
75
53.33
4000.00
Total
120 a
Test Statistics
Siswa Mann-Whitney U
1.150E3
Wilcoxon W
4.000E3
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: sekolah
-2.917 .004
22
Hal ini menunjukkan bahwa Hₒ ditolak dan Hˌ diterima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan antara kreativitas siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning yaitu SMP Ar-ridho Semarang dengan yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning yaitu SMP Negeri 2 Salatiga. Pembahasan Pembahasan ini berfokus pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan kreativitas siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning dengan yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning, dimana peneliti ingin mengkaji aspek kreativitas verbal dan kreativitas figural dari kedua kelompok yang memiliki perbedaan strategi pembelajaran tersebut. Berdasarkan data statistik hasil uji t pada kreativitas verbal ,didapat taraf signifikasinya sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kreativitas verbal siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning yaitu SMP Ar-ridho dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning yaitu SMP Negeri 2 Salatiga. Sedangkan untuk hasil uji t pada kreativitas figural, taraf signifikasinya sebesar 0,000 (p<0,05) yang mana hasil tersebut juga menunjukkan terdapat perbedaan kreativitas figural siswa yang mendapat strategi pembelajaran student centered learning dengan yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning. Siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning yaitu SMP Ar Ridho Semarang, untuk kreativitas verbalnya mereka memberikan sumbangsih dengan nilai mean sebesar 94,02 dan masuk pada kategori pengukuran rata-rata. Sedangkan untuk kreativitas figuralnya, mereka memberikan sumbangsih nilai mean sebesar 95,64 dan juga masuk pada kategori pengukuran rata-rata. Kreativitas verbal
23
siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning lebih unggul dibanding dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning. Namun untuk kreativitas figuralnya siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning lebih rendah dibanding dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning. Seperti yang telah dikatakan oleh Munandar ((1999), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas yaitu intelegensi, kepribadian, motivasi, minat, dan lingkungan, dimana faktor pendorong tersebut berasal dari diri sendiri (internal) dan juga dari lingkungan (eksternal). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan salah satunya yaitu lingkungan sekolah (Munandar, 1999). Lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kreativitas adalah lingkungan sekolah yang dapat merangsang kreativitas siswanya dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal itu dibuktikan oleh Susanto dan Hartati (2008) yang hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara nilai-nilai sosial dengan kreativitas, dan terdapat hubungan antara kreativitas dengan lingkungan fisik. Seperti yang telah diterapkan oleh SMP Ar-ridho, dalam lingkungan sekolahnya mereka menggunakan strategi pembelajaran yang dapat memberikan kebebasan kepada siswanya untuk dapat aktif dan berkembang sesuai dengan minatnya. Dalam proses pembelajaran, mereka berkelompok dengan masing-masing anak berpidato atau mempresentasikan apa yang sudah dilakukan dan dihasilkan sesuai dengan minat mereka, selain itu juga dilatih melakukan riset-riset yang kemudian hasilnya dituliskan untuk dipresentasikan sehingga kemampuan verbal mereka secara tidak langsung sudah terasah, oleh karena itu kreativitas verbal mereka tinggi. Namun disisi lain dalam menjalankan proses
24
pembelajaran terkadang mengalami beberapa hambatan, dimana fasilitator yang ada di SMP Ar ridho Semarang tersebut terkadang belum begitu menguasai terkait dengan pengetahuan yang sedang dibahas. Padahal dalam proses pembelajaran seharusnya seorang fasilitator harus bisa membantu siswanya untuk menguasai materi pembelajaran dengan cara melaksanakan pembelajaran sesuai kemampuan siswa dan sistematis seperti konsep konstrutivisme, dimana konsep tersebut merupakan landasan pemikiran dari SCL (Santrock, 2011). Dengan kondisi seperti itu menjadikan para siswanya agak terhambat di dalam menguasai materi pembelajaran bahkan kreativitas figuralnya, yang mana materi pembelajaran tersebut akan dikonstrusikan sesuai dengan keinginan dan kreativitas mereka, seperti menerapkan dalam kehidupan sehari-hari atau bahkan mereka ingin mengembangkan atau mengasah kreativitas figural yang dimilikinya dari materi yang mereka dapatkan. Sedangkan untuk siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning, mereka memberikan sumbangsih untuk kreativitas verbal dengan nilai mean sebesar 87,04 dan masuk pada kategori pengukuran dibawah rata-rata. Sedangkan untuk kreativitas figuralnya, siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning memiliki mean sebesar 104,92 dan masuk pada kategori pengukuran rata-rata. Siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning unggul dalam kreativitas figuralnya dibanding dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning, namun kreativitas verbalnya lebih rendah dibandingkan dengan dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning. Siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning atau SMP Negeri 2 Salatiga, khususnya mengenai lingkungan sekolahnya
25
belum bisa membebaskan subjek didiknya untuk berkembang secara bebas. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana anak-anak kurang didorong untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan, mengajukan jawaban-jawaban dari imajinasinya mereka dan dari apa yang telah mereka dapat, sehingga mereka dalam proses pembelajaran hanya duduk dan mendengarkan apa yang sedang disampaikan oleh guru. Secara tidak langsung kemampuan verbal para siswanya kurang terasah secara optimal. Oleh karena itu kreativitas verbal siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning masih tergolong rendah. Namun disisi lain, walaupun masih menggunakan strategi pembelajaran teacher centered learning, para guru tetap membantu siswanya dalam memenuhi standar kurikulum walaupun mereka tidak membiarkan siswanya berjalan sendiri atau membebaskan, karena kebanyakan siswa tidak dapat dipercaya untuk belajar apa yang seharusnya mereka ketahui, sehingga jika guru tidak memberikan arahan sepenuhnya termasuk di dalam mengembangkan kreativitas siswanya, maka mereka tidak mendapatkan jawaban yang benar atau agak terhambat dalam mengembangkan kreativitasnya. Disini, guru berfikir bahwa mereka mengetahui lebih banyak dari siswanya. Oleh karena itu, dengan adanya arahan dari guru sepenuhnya dapat membantu atau mengarahkan kreativitas figural siswanya, walaupun kreativitas verbal mereka rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
26
1. Terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas figural pada siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning yaitu SMP Arridho Semarang dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning yaitu SMP Negeri 2 Salatiga. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas verbal pada siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran student centered learning yaitu SMP Arridho Semarang dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran teacher centered learning yaitu SMP Negeri 2 Salatiga. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis memberi saran sebagai berikut. 1. Sekolah SMP Ar-ridho Semarang Siswa sekolah SMP Ar-ridho Semarang lebih menonjol dalam kreativitas verbalnya
daripada
kreativitas
figuralnya,
jadi
para
pendidik
dapat
meningkatkan kreativitas figural para siswanya. Misalnya dalam melakukan praktek-praktek
kecil
dimana
mereka
menggunakan
inderanya
untuk
menemukan atau mengembangkan sesuatu, proses pendampingan atau pengarahan oleh fasilitator lebih ditingkatkan. 2. Sekolah SMP Negeri 2 Salatiga Siswa sekolah SMP Negeri 2 Salatiga lebih menonjol kreativitas figuralnya daripada kreativitas verbalnya, jadi pada para pendidik dapat meningkatkan kreativitas siswanya dalam hal verbalnya. Misalnya siswa diajarkan untuk berpidato di depan teman-temannya atau diruang publik, sering diajarkan untuk
27
membuat sebuah artikel atau cerita pendek , puisi-puisi atau bahkan siswa diajak untuk berdiskusi secara berkelompok baik diluar ataupun di dalam kelas. 3. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti lainnya yang memiliki keinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan kreativitas pada anak sekolah, maka dapat meneliti faktor-faktor lain seperti intelegensi, motivasi, dan menambah sampel untuk kelompok yang diteliti sehingga jumlahnya seimbang.
28
DAFTAR PUSTAKA Adiprayitno, R. (2014). Perbedaan Tingkat Kreativitas Antara Sekolah Nonformal (Qaryah Thayyibah) Dan Sekolah Formal (SMP 10 Salatiga). Skripsi: Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Aprianti, R. (2013). Meningkatkan kreativitas gambar anak melalui melukis pasir di atas kaca pada kelompok B TK Satu Atap Padang Kurawa Bengkulu Selatan. Skripsi : Universitas Bengkulu. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bandaranaike & Willison. (2011). Engaging Students in Work Integrated Learning: Drives and Outcomes. Proceedings of WACE 17th World Conference on Cooperative & Work-integrated Education. Hal 1-12. Chermahini. dkk. (2012). Development And Validity Of A Dutch Version Of The Remote Associates Task: An Item-Response Theory Approach. Thinking Skills and Creativity : Vol 10 (7) 177-186. Emenyeonu, O.C. (2012). Student-Centered Learning In Oman: Challenges And Pitfalls. International Journal of Learning & Development : Vol 2 (5) 243-254. GBHN. (1993). TAP No. II/MPR/1993. Bandung : Pustaka Setia. Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hartati, P., & Susanto. (2008). Pengaruh Lingkungan Sosial dan Lingkungan Fisik Terhadap Kreativitas. Vol 4 (1) 50-54. Hockings, C. (2009). Reaching The Students That Student-Centred Learning Cannot Reach. British Educational Research Journal : Vol 35 (1) 83-98. Kurdi, F.N. (2009). Penerapan Student Centered Learning dari Teacher Centered Learning Mata Ajar Ilmu Kesehatan pada Program Studi Penjaskes. Forum Kependidikan : Vol 28 (2) 108-113. Kushartanti. Sistem Pendidikan Indonesia Tidak Mendidik Siswa Kreatif (2004, 24 Mei). Kompas. Munandar, S.C.U. (1990). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia. Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Pra Sekolah. Jakarta: Gramedia. Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
29
Munandar, S.C.U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar, S.C.U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and Education, Disertasi Doktor U.I. Jakarta: Universitas Indonesia. Munandar, S.C.U. (1988). Laporan Penelitian Standardisasi Tes Kreativitas Figural. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Munandar, S.C.U. (1998). Kreativitas dan Keberbajatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Odundo Paul. A, Samson O. Gunga. (2013). Effects Of Application Of Instructional Methods On Learner Achievement In Business Studies In Secondary Schools In Kenya. International Journal Education and Research : Vol 1 (5) 1-22. Prihandari, I. (2013). Student Centered Learning (SCL) Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Semantik Bahasa Jepang. Skripsi : Universitas Brawijaya Malang Santrock, J.W. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Sternberg, R.J. (2012). The Assessment of Creativity: An Investment-Based Apprach. Creativity Research Journal : Vol 24 (1) 3-12. Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Uno, H.B. (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wang. dkk. (2010). Creating Student-Centered Learning Experience the Assisttance of High-End Technology in Physical Education: A Case Study. Journal of Intructional Psychology : Vol 37 (4) 352-356. Wena, M. (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.