i
STUDI PENGGUNAAN CABAI (Capsicum frustescens L) DAN KENIKIR (Cosmos caudatus) SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS JANGKRIK (Gryilulus mitratus)
Oleh : HENDRA SASMITHA NIM. 100500162
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
ii
STUDI PENGGUNAAN CABAI (Capsicum frustescens L) DAN KENIKIR (Cosmos caudatus) SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS JANGKRIK (Gryilulus mitratus)
Oleh : HENDRA SASMITHA NIM. 100500162
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
iii
STUDI PENGGUNAAN CABAI (Capsicum frustescens L) DAN KENIKIR (Cosmos caudatus) SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS JANGKRIK (Gryilulus mitratus)
Oleh : HENDRA SASMITHA NIM. 100500162
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
iv
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
Nama NIM Program Studi Jurusan
: Studi Penggunaan Cabai (Capsicum frustescens L) dan Kenikir (Cosmos caudatus) sebagai Pestisida Organik terhadap Mortalitas Jangkrik (Gryilulus mitratus) : Hendra Sasmitha : 100500162 : Manajemen Lingkungan : Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Ir. H Taman Alex MP NIP. 196012121989031008
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Ir. H. Suwarto, MP NIP. 196410101992031003
Taufiq Rinda A.,S.Si.,M.Pd NIP. 197805172009121002
Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003
Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005
Lulus ujian pada tanggal : ...........................
v
ABSTRAK HENDRA SASMITHA. Studi Penggunaan Cabai (Capsicum frustescens L) dan Kenikir (Cosmos caudatus) sebagai Pestisida Organik
terhadap Mortalitas
Jangkrik (Gryilulus mitratus), (di bawah bimbingan H Taman Alex). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat Pestisida Organik dari Cabai dan Kenikir serta menganalisa kelayakan pestisida tersebut untuk mematikan jangkrik sebagai hama pertanian Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan terhitung sejak bulan Mei sampai Juni 2013. Penelitian dilaksanakan di kampus Gedung Kuning, Program Studi Manajemen Lingkungan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. meliputi kegiatan antara lain persiapan penelitian, pembuatan larutan pestisida organik dari cabai dan kenikir, serta perlakuan penyemprotan pada hama jangkrik. Cara pembuatan pestisida nabati organik dianggap cukup mudah sehingga dapat diterapkan dalam lingkup rumah tangga. Pestisida organik cabai dan kenikir dapat membunuh hama jangkrik. Semakin tinggi konsentrasi larutan yang disemprotkan maka hama jangkrik semakin cepat mati. Kata kunci : Pestisida Organik, Cabai, Kenikir, Jangkrik, mortalitas, hama.
vi
RIWAYAT HIDUP Hendra Sasmitha, lahir pada tanggal 25 Mei 1993 di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, merupakan putra keempat dari pasangan suam i istri Bapak Sulistiyo dan Ibu Erbiyanti. Pendidikan Dasarnya dimulai di Sekolah Dasar Negeri 027 Samarinda, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan Menengah Pertamanya di SMP Negeri 038 Samarinda dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan Menengah Atasnya dimulai di SMA Negeri 14 Samarinda pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan Tingginya dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen Lingkungan. Selama menempuh Pendidikan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, ia telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan terhitung sejak tanggal 4 Maret sampai 3 Mei 2013 di di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). . Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul Penggunaan Cabai dan Kenikir sebagai Pestisida Organik terhadap Mortalitas Jangkrik (Gryllidae mirtatus),
vii
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah zat yang pantas dipuji, Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha pemberi rezeki. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam. Atas ijin-Nya pula karya ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan judul Studi Penggunaan Cabai (Capsicum frustescens L) dan Kenikir (Cosmos caudatus) sebagai Pestisida Organik
terhadap Mortalitas
Jangkrik (Gryilulus mitratus). Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama kurang lebih dua bulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ir. H Taman Alex MP., selaku Dosen Pembimbing. 2. Bapak Dr. Ir. H. Suwarto, MP, selaku Dosen penguji I 3. Bapak Taufiaq Rinda A, S.Si, M.Pd selaku Dosen penguji II 4. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP., selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan. 5. Bapak Ir. Hasanudin, MP., selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 6. Bapak Ir. Wartomo, MP., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan Manajemen Pertanian. 8. Mamak dan Bapak serta untuk do’anya dan telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada penulis. 9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa /mahasiswi angkatan 2010, Siska Septiani, Ria, Bennet, Rudi yang telah banyak membantu penulis dalam Karya Ilmiah. 10. Khusus untuk Rohanna Sinem yang telah mendukung dalam penulisan karya ilmiah ini.
viii
Penulis menyadari bahwa apa yang telah tersusun ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi lebih baiknya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.
Penulis Sei Keledang, Juli 2013.
ix
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... A. Pestisida ...................................................................................... B. Cabai (Capsicum )........................................................................ C. Kenikir (Cosmos caudatus)......................................................... D. Jangkrik (Gryllidae) ..................................................................... BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... B. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... C. Prosedur Kerja Penelitian ........................................................... D. Pengolahan Data Penelitian ....................................................... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... A. Hasil ............................................................................................ B. Pembahasan ............................................................................... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ...........................................................................................
3 3 7 9 10 13 13 13 14 16 17 17 17 21 18 18
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
19
LAMPIRAN ...................................................................................................
22
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Rancangan Penelitian ……………………………………………….….
14
2. Pengaruh Dosis Pestisida Cabai dan Kenikir terhadap Mortalitas Jangkrik …………………………………………………………………..
17
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Tubuh Utma
1. Grafik Mortalitas Jangkrik Berdasarkan Waktu ……………………... Nomor
Lampiran
Halaman 16 Halaman
2. Cabai yang Digunakan sebagai Bahan Pestisida Organik……...…..
21
3. Kenikir yang Digunakan sebagai Bahan Pestisida Organik ………..
21
4. Jangkrik yang Digunakan sebagai Sampel Hama Penelitian ............
21
5. Air Bersih yang Digunakan sebagai Campuran Dalam Pembuatan Pestisida Organik……………………………………………………..…
21
6. Ember yang Digunakan sebagai Wadah Jangkrik.........................
22
7. Hand Sprayer, Digunakan untuk Menyemprot Jangkrik ………….…
22
8. Belender, Digunkaan untuk Menghaluskan Cabai dan Kenikir .......
22
9. Timbangan Digunakan untuk Menimbang Banyaknya Cabai dan Kenikir ………………………………………………………………….…
22
10 Alat Saring Digunakan untuk Menyaring Larutan Pestisida …........
23
11. Corong Digunakan untuk Memasukkan Larutan Pestisida ke dalam Hand Sprayer ……………………………………………….…
23
12.Proses Pembuatan Pestisida Organik dari Cabai dan Kenikir …….
23
13.Hasil dari Cabai dan Kenikir yang Dihaluskan Siap untuk Didiamkan Selama 7 Hari ………………………………………………
23
14. Proses Penyaringan untuk Memisahkan antara Ampas Cabai dan Kenikir dengan Airnya………………….……………………………….
24
15.Hasil Dari Proses Penyaringan Cabai dan Kenikir yang Siap Digunakan Sebagai Pestisida…………………………………………..
24
16.Pemberian Perlakuan, 2,5 cc, 3,5 cc dan 4,5 cc ……………………..
24
1
BAB I PENDAHULUAN Penggunaan pestisida di Indonesia semakin meningkat dari tahun ketahun. Sebagian besar pestisida ini digunakan dalam sektor pertanian dan perkebunan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang dapat menurunkan hasil panenan. Beberapa jenis pestisida juga digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu dan pembawa penyakit pada manusia dan hewan ternak. Penggunaan pestisida baik di negara-negara telah maju maupun yang sedang berkembang telah terbukti berhasil meningkatkan hasil produksi pertanian dan juga didalam mengendalikan serangga-serangga pembawa penyakit pada manusia. Kebutuhan akan pestisida akan terus meningkat sebelum adanya caracara lain yang lebih baik dan berhasil dalam mengendalikan jasad pengganggu ini (Sastroutomo,1992). Novizan (2002) menambahkan, keberadaan hama dan penyakit tanaman yang sering disebut organisme pengganggu tanaman (OPT) pada areal pertanian merupakan akibat ulah manusia. Perubahan ekosistem hutan menjadi areal pertanian adalah salah satu penyebab utama. Dalam ekosistem hutan, setiap rantai makanan berada dalam keadaan normal. Setiap organisme berada dalam keadaan yang seimbang dengan organisme lain yang menjadi musuh atau pemangsanya, sehingga tidak ditemui organisme dengan populasi terlalu besar yang kemudian menjadi hama. Perubahaan hutan menjadi area pertanian telah merusak keseimbangan tersebut, diantaranya terjadi pemutusan rantai makanan. Contohnya adalah menurunnya populasi unggas yang merupakan pemangsa belalang akibat penebangan pohon dapat menyebabkan peningkatan populasi belalang. Peningkatan ini tentunya diikuti oleh meningkatnya kebutuhan bahan
2
makanan. Tidak ada jalan lain, belalang mencari makan di areal pertanian sehingga menjadi hama tanaman. Menurut Soenandar dan Tjachjono (2012), dalam sistem budidaya konvensional , serangan hama penyakit dikendalikan dengan aplikasi pestisida kimia yang pada akhirnya menimbulkan residu dan kerusakan lingkungan. Sementara itu, dalam
sistem
budidaya organik
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis tidak diperbolehkan. Hama merupakan musuh besar para petani. Pemanfaatan pestisida saat ini diyakini dapat membunuh hama tanaman tersebut sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Namun, kebanyakan petani menggunakan pestisida anorganik yang dapat memberikan dampak negative bagi manusia. Pemanfaatan pestisida organik diyakini dapat membantu mengurangi penggunaan pestisida sintetis yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemanfaatan kenikir dan cabai sebagai pestisida organik dalam penelitian ini adalah bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pestisida organik yang dapat membunuh jangkrik dalam waktu singkat sesuai dengan prosedur yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk membuat Pestisida Organik dari Cabai dan Kenikir serta menganalisa kelayakan pestisida tersebut untuk mematikan jangkrik sebagai hama pertanian. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai cara pembuatan pestisida dari Cabai dan Kenikir serta potensinya untuk membunuh jangkrik.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida Anorganik
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest (hama) yang diberi akhiran -cide (pembasmi). Sasarannya bermacam -macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun.dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai racun.(Anonim, 2013a). Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu (Anonim, 2013b): a.
Insektisida (serangga) Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat.Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh insektisida yang beredar dipasaran adalah basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinzon, dan lain-lain. b.
Fungisida (fungi/jamur) Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan
jamur/cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh: tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
4
c.
Rodentisida (hewan pengerat) Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya: warangan. d.
Herbisida (gulma) Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman
pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dan lainlain. Contoh: ammonium sulfonat dan pentaklorofenol. e.
Bakterisida (bakteri) Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah
satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu. f.
Nematisida (cacing) Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
5
B. Pestisida Organik Menurut Handayana (2006) Pestisida organik adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam, misalnya tumbuhan. Jenis pertisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Pestisida organik merupakan bentuk ramuan alami pembasmi hama yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini kemudian diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin. Pestisida dari bahan organik sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan organik sebagai pestisida Hadisoeganda (2004). Pestisida organik adalah solusi terbaik untuk membasmi hama secara mudah dan murah. Selain itu ramuan ini sangat ramah lingkungan, sehingga tidak merusak ekosistem di sekitarnya. Ramuan pestisida organik dapat dibuat sendiri dengan teknologi yang sangat sederhana. Sangat memungkinkan untuk dikerjakan secara perorangan, kelompok ataupun dalam skala usaha tertentu. Beberapa teknik yang umum digunakan untuk mengolah pestisida organik
6
diantaranya dengan teknik merendam, mengestrak, dan ataupun merebus bagian tertentu dari tanaman yang memiliki efek mengusir hama. Menurut Anonim (2011), yang dimaksud pestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan, hewan dan bahan organik lainnya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida organik tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan. Serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana. Cara kerja pestisida oganik sangat spesifik, meliputi : a. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa b. Menghambat pergantian kulit c. Mengganggu komunikasi serangga d. Menyebabkan serangga menolak makan e. Menghambat reproduksi serangga betina f.
Mengurangi nafsu makan
g. Memblokir kemampuan makan serangga h. Mengusir serangga, dan i.
Menghambat perkembangan patogen penyakit. Bahan organik mempunyai sifat yang menguntungkan karena daya racun
rendah tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit, lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil. Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida organik tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik,residu lebih pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
7
C. Manfaat dan Keunggulan Pestisida Organik: Menurut Wiratno (2011) Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida organik, antara lain: a. Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan). b. Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang c. Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dan lain-lain. d. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman seperti tanaman orok-orok, kotoran ayam. e. Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumber daya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri. f.
Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi.
g. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintetis. h. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. C. Cabai (Capsicum frustescens L) Menurut Melpin (2008) tanaman cabai (Capsic um frustescens L) adalah merupakan sayuran yang tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu, dari suku (famili) terong-terongan (solanaceae). Menurut Tindall (1983) tanaman ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
8
Divisio
: Spermatophyta
Subdivision
: Angiospermae
Ordo
: Polemoniales
Family
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Species
: Capsicum frustescens L
Pada buah cabai terkandung bebebrapa vitamin salah satu vitamin dalam buah cabai adalah vitamin C (asam askorbat) Vitamin C berperan sebagai anti oksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain Rachmawati et al (2003). Menurut Astuti (1996), cabai sebagai bahan makanan yang mengandung makronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak, air dan mikro nutrien seperti mineral dan vitamin serta mengandung bahan ikutin seperti warna alami (pigmen), aroma alami, capsaicin. Komposisi kimia cabai sangat bervariasi tergantung pada varietas, kondisi pertumbuhan, umur petik (derajat masak dan cara pengolahannya). Cabai berasa pedas karena mengandung zat capsaicin (senyawa oleoresin) yang terdapat pada daging buah, biji atau dalam plasenta tempat melekatnya biji. Cabai atau cabai merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Namun, selain sebagai sayur dan bumbu cabai dapat digunakan
9
sebagai bahan baku pembuatan pestisida organik (Anonim, 2013a). Sobirin (2009) menambahkan, pestisida dari cabai dapat membunuh hama kepik di tanaman terong dan semut hitam yang berada di pangkal padi serta serangga, Cabai anggota genus Capsicum itu mengandung zat kapsaisin. Zat kapsaisin mengambil atom hidrogen dari jaringan makhluk hidup. Hama yang terkena atau memakan tanaman yang terkena semprotan air cabai. Serangga akan kepedasan hebat sampai mati mengering dengan membran sel rusak kehabisan cairan. karena itulah cabai menjadi pestisida nabati yang ampuh menghalau kutu, tungau, ulat, sampai cacing perusak akar. Bahan golongan fenilpropanoid itu juga merusak sistem metabolisme dan koordinasi serangga. Zat itu terdapat dalam semua jenis cabai, mulai dari cabai merah, keriting, rawit, sampai paprika. D. Kenikir (Cosmos caudatus) Kenikir adalah tumbuhan tropis tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis yang membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang dan duduk daunnya berhadapan, sehingga terbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai. Baunya seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada bongkol yang banyak terdapat di ujung batang dan pada ketiak daun-daun teratas, berwarma oranye berbintik-bintik kuning di tengah-tengahnya, dan bijinya berbentuk paruh. Tersebar di Amerika Tengah yang suhunya panas. Ia menyukai iklim panas yang tak begitu lembab, tanah yang berpasir dan subur, tanah terbuka dan penyinaran matahari yang penuh. Di Indonesia, kenikir banyak ditanam di Jawa dan dataran rendah hingga pegunungan sampai ketinggian 1200 mdpl. Biasanya ditanam di sekitar rumah sebagai tanaman hias (Anonim, 2013c).
10
Menurut Soenandar dan Tjachjono (2012), Kenikir dikenal sebagai sayur lalapan di Jawa Barat. Daunnya yang beraroma harum dapat meningkatkan selera makan. Selain itu, daun kenikir bermanfaat juga untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman sayuran, terutama untuk mengendalikan serangga pengganggu. Ekstrak daun kenikir dapat berfungsi sebagai reppelan (menolak kehadiran serangga). Fungsi lain kenikir sebagai berikut : 1. Antifidan, yaitu mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot. 2. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa serangga 3. Menghambat reproduksi serangga betina 4. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga dan sebagai racun syaraf. Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliophyta
Ordo
: Fabales
Famili : Asteraceae Genus : Cosmos Spesies : C. caudatus
11
E. Jangkrik (Gryilulus mitratus) Cengkerik atau jangkrik (Gryilulus mitratus ) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies jangkrik, termasuk di dalamnya adalah gangsir Anonim (2013). Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Subordo
: Ensifera
Superfamili
: Grylloidea
Famili
: Gryllidae
Genus
: Gryilulus
Species
: Gryilulus mitratus
Jangkrik dan gangsir adalah serangga dari ordo orthoptera, karena mempunyai ciri pada dua pasang sayap yang lurus. Sayap depan menutup sayap belakang yang tipis dan trasparan. Tipe mulut menggigit dan mengalami metamorfosis tidak sempurna. Beberapa jenis jangkrik antara lain jangkrik ladang (Gryilulus mitratus), jangkrik hutan (Xenogryllus marmorata), jangkrik rumput, jangkrik pohon, jangkrik buah dan gangsir. Karena gigitanya paling merugikan petani adalah gangsir. Karena gigitannya bersifat memotong batang tanaman
12
lebih banyak. Jangkrik menyukai makanan dan buah, pucuk tanaman, daun muda dan makanan apa saja yang ditemukan, kalau menemukan makanan Mula-mula dirasakan dengan palpus, kemudian mengigitnya dengan rahang yang kuat. Jangkrik dan gangsir mencari makan pada malam hari dan pada keadaan yang sunyi sepi, cara merusak tanaman jangkrik/gangsir biasanya dengan menggigit dan memotong tanaman pada daun dan batang yang masih muda Iriani (2001). Hama Jangkrik merupakan hama bagi Tanaman Pinus (Pinus merkusii), tanaman Pinus dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, tanah berpasir, dan tanah berbatu dengan curah hujan tinggi pada ketinggian 200-1700 mdpl. Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 cm. Serangga ini merusak daun dan memakannya sehingga daun tumbuhan tersebut menjadi rusak. Jangkrik juga merusak perakaran tanaman, memotong akar dan kadangkala memakannya. Jangkrik membuat saluran dari bawah pohon sampai seluruh perakaran tumbuhan pinus dan menyebabkan rusaknya tanaman Anonim (2011).
13
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kampus Gedung Kuning, Program Studi Manajemen Lingkungan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan terhitung sejak bulan Mei - Juni
2013. meliputi kegiatan antara lain persiapan penelitian,
pembuatan larutan pestisida organik dari cabai dan kenikir, serta perlakuan penyemprotan pada hama jangkrik. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Hand sprayer (keterangan dapat dilihat pada Halaman 22 Gambar 7), digunakan untuk
menyemprot jangkrik dengan
menggunakan pestisida
organik dari cabai dan kenikir. 2. Blender (keterangan dapat dilihat pada Halaman 22 Gambar 8), digunakan untuk menghaluskan cabai dan kenikir. 3. Ember (keterangan dapat dilihat pada Halaman 22 Gambar 6), digunakan untuk wadah jangkrik. 4. Timbangan (keterangan dapat dilihat pada Halaman 22 Gambar
9),
digunakan untuk menimbang banyaknya cabai dan kenikir. 5. Alat saring (keterangan dapat dilihat pada Halaman 23 Gambar 10), digunakan untuk menyaring larutan pestisida. 6. Corong (keterangan dapat dilihat pada Halaman 23 Gambar 11), digunakan untuk memasukkan larutan pestisida kedalam hand sprayer.
14
7. Kamera dan alat tulis digunakan untuk mendokumentasikan penelitian sesuai keperluan. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Air bersih (keterangan dapat dilihat pada Halaman 21 Gambar 5), digunakan sebanyak 1.5 liter sebagai bahan campuran dalam membuat larutan pestisida organik dari cabai dan kenikir. 2. Cabai digunakan sebanyak 1,5 kg cabai (Capsicum Frustescens L) sebagai bahan pestisida organik (keterangan dapat dilihat pada Halaman 21 Gambar 2). 3. Kenikir digunakan sebanyak 100 gram sebagai bahan pestisida organik (keterangan dapat dilihat pada Halaman 21 Gambar 3). 4. Jangkrik (keterangan dapat dilihat pada Halaman 21 Gambar 4), digunakan sebagai sampel hama dalam penelitian sebanyak 30 jangkrik.
C. Prosedur Kerja
1. Studi Literatur Studi Literatur adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan mempelajari teori-teori atau informasi dari referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. 2. Persiapan Penelitian Kegiatan
meliputi penyiapan peralatan dan
bahan penelitian. Bahan
penelitian yang disiapkan adalah cabai, kenikir, air dan jangkrik. 3. Proses Pembuatan Pestisida Organik dari cabai dan kenikir Pembuatan pestisida yaitu mencampurkan bahan cabai sebanyak 1.5 kg ,kenikir sebanyak 100 gram dan air sebanyak 1.5 liter kemudian memasukkan ke dalam blender kemudian diblender hingga halus (keterangan dapat dilihat pada Halaman 23 Gambar 12).
15
a. Cabai dan kenikir yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam ember yang telah disediakan. Tutup ember tersebut dan proses pendiaman pestisida selama 7 hari. b. Setelah didiamkan selama 7 hari, air cabai dan kenikir disaring dengan menggunakan saringan, untuk memisahkan antara ampas cabai dan kenikir dengan airnya 4. Persiapan Pemberian Perlakuan Pestisida Persiapan perlakuan pestisida yaitu dengan pengujian banyaknya dosis pestisida yang dilakukan pada masing-masing sampel hama: a. 2,5 cc b. 3,5 cc c. 4,5 cc 5. Pemberian perlakuan Jangkrik yang dipilih sebagai sampel penelitian dipisahkan berdasarkan banyaknya penyemprotan yang dilakukan yaitu dengan memasukkan sampel hama jangkrik kedalam 3 ember yang telah disiapkan dengan masing-masing dalam setiap embernya sebanyak 10 jangkrik. Setiap perlakuan dalam penelitian ini (perbedaan berdasarkan konsentrasi banyaknya penyemprotan pada hama). 6. Pengambilan Data Pengambilan data meliputi pengaruh dosis pestisida cabai dan kenikir terhadap daya bunuh jangkrik.
16
Mencatat kedalam rancangan penelitian hasil pengamatan pengaruh dosis pestisida cabai dan kenikir terhadap mortalitas jangkrik Tabel 1. Tabel 1.Rancangan Penelitian Dosis
Waktu (menit) 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
2,5 cc 3,5 cc 4.5 cc 7. Dokumentasi Pemotretan dilakukan sesuai keperluan penelitian dengan mengunakan kamera. D. Pengolahan Data
Pengaruh dosis pestisida cabai dan kenikir terhadap daya bunuh jangkrik yang dihitung selama 15 menit dengan perbedaan perlakuan penyemprotan pestisida dari cabai dan kenikir pada masing-masing sampel hama jangkrik yang berjumah 10 jangkrik yang telah disiapkan didalam ember.
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Hasil pengamatan kemampuan pestisida organik dari cabai dan kenikir dalam membunuh hama Jangkrik dapat dilihat pada Tabel 2. Berikut : Tabel 2. Mortalitas Jangkrik Berdasarkan Waktu dan Dosis Pestisida Cabai dan Kenikir Jumlah jangkrik yang mati Dosis
Waktu ( menit )
1
2
3
2,5 cc 2
3,5 cc 4.5 cc
6
3
4
5
6
7
1
2
2
1
2
1
2
8
9
10
3
1
11
12
13
14
4
Keterangan :1,2,3,6,4 Jumlah Mortalitas Jangkrik
Waktu (Menit) 12 10 8 6
Waktu (Menit)
4 2 0 4.5 cc
3,5 cc
2,5 cc
Dosis Penyemprotan
Gambar 1. Grafik Mortalitas Jangkrik Berdasarkan Waktu Dan Dosis
15
18
B. Pembahasan Pada Tabel 2 terlihat bahwa jangkrik yang disemprot pestisida organik dari cabai dan kenikir mampu membunuh jangkrik dengan perbedaan waktu dan dosis , yaitu pada dosis sebanyak 2,5 cc 10 sampel jangkrik mulai mati pada menit keempat sebanyak 1 jangkrik diikuti dengan 2 jangkrik pada menit kelima, 2 jangkrik pada menit keenam, 1 jangkrik pada menit ketujuh, 3 jangkrik pada menit kesembilan dan 1 jangkrik pada menit kesepuluh. Pada dosis sebanyak 3,5 cc reaksi atau kematian jangrik lebih cepat dengan
10 sampel
hama
jangkrik, reaksi kematian dimulai pada menit kedua sebanyak 2 jangkrik, diikuti menit ketiga sebanyak 3 jangkrik, selanjutnya 2 jangkrik pada menit keempat, 1 jangkrik pada menit kelima dan 2 jangkrik pada menit keenam. Sedangkan pada dosis sebanyak 4,5 cc reaksi kematian jangkrik jauh lebih cepat dibandingkan dengan dosis 2,5 cc dan 3,5 cc yaitu dengan reaksi kematian pada menit pertama sebanyak 6 jangkrik dan jangkrik mati seluruhnya pada menit kedua yaitu sebanyak 4 jangkrik dengan total sampel hama jangkrik sebanyak 10. Pada Gambar 1 tersebut terlihat bahwa waktu mortalitas jangkrik sebanyak 4,5 cc dalam waktu 2 menit 100% jangkrik seluruhnya mati, sedangkan sebanyak 3,5 cc dalam waktu 6 menit 100% jangkrik seluruhnya mati dan sebanyak 2.5 cc dibutuhkan waktu 10 menit untuk 100% jangrik seluruhnya mati. Jangkrik merupakan salah satu macam hama. Hama adalah salah satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman selain iklim, cuaca,dan faktor lainnya, hal ini didukung oleh Sinaga (2009) yang mengemukakan bahwa kehilangan hasil akibat serangan hama penghisap polong dapat mencapai 79%. Selanjutnya dikemukakan bahwa penggunaan insektisida kimia relative mahal dan dapat
19
menyebabkan timbulnya berbagai masalah seperti resistensi hama dan sebagainya. Dari data juga terlihat bahwa semakin banyak dosis atau semakin besar jumlah larutan yang disemprotkan maka semakin cepat jangkrik akan mati. Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan terutama dalam metode penelitian. Penentuan jumlah bahan dan sampel jangkrik masih belum memiliki dasar yang kuat sehingga hasilnya masih belum sempurna.
20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan di depan maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Pestisida organik campuran cabai dan kenikir dapat membunuh hama jangkrik. b. Semakin tinggi dosis yang digunakan semakin mempercepat jangkrik mati.
B. Saran a. Dari beberapa hambatan yang ditemukan dalam penelitian ini diharapkan adanya penelitian lebih lanjut agar dapat diketahui kandungan pestisida organik campuran cabai dan kenikir serta keefektifan pestisida organik, konsentrasi dan penggunaan yang tepat, serta dampak penggunaannya bagi tanaman.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011a. Pengertian Pestisida Organik. http://rumahkebunkudyah.blog spot.com/2011/02/pengertian-pestisida-organik.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2013 Anonim. 2011b. INVENTARISASI SERANGGA PADA TANAMAN PINUS (Pinus merkusii).http://vansaka.blogspot.com/2010/03/inventarisasiserangga-pada-tanaman.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2013 Anonim. 2013a. Pestisida. http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida. Diakses pada tanggal 2 Juli 2013 Anonim. 2013b. Macam macam Pestisida Tanaman. http://indoagraris.word press.com/tag/rodentisida. Diakses pada tanggal 2 Juli 2013 Anonim. 2013c. Cabai. http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai. Diakses pada tanggal 24 Februari 2013 Anonim. 2013d. Kenikir. http://id.wikipedia.org/wiki/Kenikir. Diakses pada tanggal 24 Februari 2013 Astuti, 1996. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. Handayana, D. 2006. Mengenal Tanaman Bahan Pestisida Nabati. ISBN: 97915305-0-5. PPL. Cianjur. Hadisoeganda, Widjaja W. 2004. Pestisida Botani. Balai Penelitian Tanaman Sayur. Bandung. Iriani, E, 2001. Pengendalian Hama Jangrik/Gangsir Pada Tanaman Cabai. Agdex 416/33 BPTP. Jawa Tengah. Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agromedia Pustaka. Jakarta Melpin, S. 2008. Budidaya Tanaman Cabai. Agro Inovasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Oka, Y 1993. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Bandung: Angkasa. Rachmawati et al. 2003. Refleksi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
22
Sastroutomo S. 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaanya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sinaga, S. 2009. Penggunaan Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai. Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Sobirin. 2009. Pestisida Alami Bawang Putih dan Cabai. http://clearwaste. blogspot.com/2009/02/pestisida-alami-bawang-putih-dan-cabai.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2013 Soenandar M dan Tjachjono Heru R. 2012. Membuat Pestisida Organik . Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Tindall. 1983. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Agro Inovasi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tjahjadi, N. 1991. Bertanam Cabai. Kanisius. Yogyakarta. Wiratni, 2011a. Potensi Extrak Tanaman Obat sebagai Pestisida Organik. Bul. Littro. Vol. 22 No. 1, 2011, 54 – 64. Bogor. Wiratno, 2011b. Keunggulan Pestisida Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan
21
Gambar 2.Cabai yang Digunakan Sebagai Bahan Pestisida Organik
Gambar 4.Jangkrik yang Digunakan sebagai Sampel Hama Penelitian
Gambar 3.Kenikir yang Digunakan Sebagai Bahan Pestisida Organik
Gambar 5. Air Bersih yang Digunakan Sebagai Campuran dalam Pembuatan Pestisida Organik
22
Gambar 6. Ember yang Digunakan Sebagai Wadah Jangkrik
Gambar 7. Hand Sprayer, Digunakan untuk Menyemprot Jangkrik.
Gambar 8.Blender,Digunakan Gambar 7.Persiapan Media untuk Menghaluskan TanamUntukCaba Cabai dan Kenikir iBesar
Gambar 9.Timbangan Digunakan Gambar untuk Menimbang 8.Penyapihanda Banyaknya Cabai dan nPemasanganAji Kenikir rTanamanCabai Besar
23
Gambar 10.Alat Saring Digunakan untuk Menyaring Larutan Pestisida
Gambar 12.Proses Pembuatan Pestisida Organik dari Cabai dan Kenikir
Gambar 11.Corong Digunakan untuk Memasukkan Larutan Pestisida kedalam Hand Sprayer.
Gambar 13.Hasil dari Cabai dan Kenikir yang Dihaluskan Siap untuk Didiamkan Selama 7 hari
24
Gambar 14.Proses Penyaringan untuk Gambar 15.Hasil dari Proses Memisahkan Antara Penyaringan Cabai dan Ampas Cabai dan Kenikir yang Siap Digunakan sebagai Kenikir dengan Airnya Pestisida
Gambar 16.Pemberian Perlakuan, 4 kali Penyemprotan, Penyemprotan, 8 kali Penyemprotan
6
kali