UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (KOGNITIF DAN AFEKTIF) SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DI KELAS VIIIA SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Oleh : Dwi Fujiani (Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jambi) Pembimbing : (I) Drs. Maison, M.Si, Phd (II) Tugiyo Aminoto, M.Si, M.Ed ABSTRAK Kata Kunci: sikap ilmiah, hasil belajar, model problem based instruction Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar afektif terutama sikap ilmiah siswa di SMP Negeri 17 Kota Jambi. Hal ini disebabkan karena kurangnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Rendahnya sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa. Siswa kurang bisa memantapkan atau mempertahankan ilmu yang telah diajarkan serta malas berpartisipasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa terbiasa untuk menerima begitu saja apa yang guru sampaikan tanpa adanya usaha untuk mencari tahu sendiri tentang konsep yang diajarkan. Sehingga pembelajaran berlangsung searah dan menjadi kurang bermakna. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan menerapkan model problem based instruction pada materi getaran, gelombang dan bunyi di kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Data yang dianalisis yaitu data kualitatif mengenai sikap ilmiah siswa dan data kuantitatif yang di analisis melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika. Nilai rata-rata sikap ilmiah siswa meningkat dari 2,18 pada siklus I menjadi 2,70 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 3,02 pada siklus III. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah di kelas VIII A sudah berada pada ketegori baik. Rata-rata hasil belajar siswa juga meningkat dari 66,12 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 19 orang (54,29%) pada siklus I menjadi 75,33 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 23 orang (75,33%) pada siklus II dan kemudian meningkat lagi menjadi 82,96 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 29 orang (82,86%) pada siklus III. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based instruction dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif fisika siswa di kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi pada pokok bahasan getaran, gelombang dan bunyi.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
1
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini akhirnya menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, sehingga akhirnya menggeser paradigma pembelajaran dari paradigma lama (behavioristik) ke paradigma baru (konstruktivistik). Perubahan paradigma ini secara tidak langsung ikut mendukung proses pembelajaran fisika di sekolah. Dalam mempelajari ilmu fisika, keterlibatan siswa sangat dibutuhkan agar tercipta suatu pembelajaran fisika yang bermakna melalui aktivitas-aktivitas ilmiah yang dilakukan oleh siswa sehingga perlahan akan membangun sikap-sikap ilmiah dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnama (dalam Santoso,2010) yang menyatakan bahwa, orang yang berkecimpung kedalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap alamiah didalam dirinya. Untuk membangun sikap ilmiah dalam diri siswa tidaklah mudah, begitu juga untuk meningkatkan hasil belajar kognitif. Data nilai ulangan harian untuk materi getaran, gelombang dan bunyi pada semester genap di kelas VIII SMP Negeri 17 Kota Jambi terlihat bahwa ada beberapa kelas yang masih belum bisa mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yakni 70. Nilai ulangan harian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Materi Getaran, Gelombang dan Bunyi Kelas VIII Semester Genap di SMPN 17 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas Nilai VIIIA 63,81 VIIIB 71,29 VIIIC 65,00 VIIID 59,30 VIIIE 59,26 (Sumber : Guru Fisika Kelas VIII SMP N 17 Kota Jambi)
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa kelas VIII A merupakan salah satu kelas yang memiliki nilai ulangan dibawah kriteria ketuntasan minimum. Menurut guru fisika yang mengajar di kelas tersebut, kebanyakan siswa dalam proses pembelajaran hanya mampu mengingat dan memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru ketika pertemuan sedang berlangsung saja. Ketika pertemuan selanjutnya, tidak banyak siswa yang masih ingat atau bisa mengulang kembali materi yang telah diajarkan. Hal ini menunjukkan kurang optimalnya aktivitas berpikir siswa yang menyebabkan siswa kurang memahami materi yang disampaikan. Kurangnya pemahaman ini menurut pengakuan beberapa siswa kelas VIII, disebabkan karena siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa lebih senang mendengar dan menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa ingin terlibat Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
2
dalam penemuan konsep tentang materi yang dipelajari. Rasa ingin tahu dan sikap kritis siswa dalam mempelajari fisika masih kurang. Hal inilah yang menyebabkan siswa lebih memilih bersikap pasif dari pada aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, adanya anggapan bahwa fisika itu sulit dengan sekumpulan rumus dan hapalan yang sukar dipahami membuat keinginan berpartisipasi siswa selama proses pembelajaran semakin berkurang. Pada dasarnya, permasalahan ini disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan belum mampu merangsang aktivitas berpikir siswa sehingga materi yang diajarkan menjadi kurang bermakna dan hanya didengar untuk kemudian dilupakan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model yang dapat diterapkan yaitu model problem based instruction. Model problem based instruction merupakan model pembelajaran yang berlandaskan paham kontrukvistik dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah autentik. Moffit (Rusman, 2011) mengemukakan bahwa, “Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran”.
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi fokus penelitian (purpose statement) ini adalah meningkatkan hasil belajar (kognitif dan afektif) siswa dengan menggunakan model problem based instruction di Kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
3
II.
KAJIAN TEORI
2.1
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Pribadi (2009) mengemukakan pengertian belajar yaitu, “Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan”. Jadi dengan belajar individu dapat meningkatkan kemampuan atau kompetensi personalnya serta keterampilan yang dibutuhkah oleh hidupnya dan lingkungannya. Selanjutnya Yamin (2011) mengemukakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya, peserta didik dengan sumber belajar, dan peserta didik dengan pembelajar.” Jadi kegiatan pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi yang memiliki tujuan mendidik agar tercapainya kompetensi belajar yang diharapkan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, sedangkan pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku dari serangkaian aktivitas yang memudahkan terjadinya proses belajar. 2.2
Hakikat Pembelajaran Fisika
Secara sederhana Poedjiadi (2005) mengemukakan pengertian fisika yaitu, “Fisika adalah ilmu pengetahuan atau sains tentang energi, transformasi energi, dan kaitannya dengan zat”. Jadi fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam dengan dilatar belakangi oleh fakta atau kejadian-kejadian yang ada di alam dan nantinya dapat dikembangkan menjadi suatu produk baru yang merupakan penerapan dan pengembangan dari konsep, prinsip dan teori fisika. Adapun tujuan pembelajaran fisika yaitu: Tabel 2.1 Tujuan Pembelajaran Fisika No 1
Aspek Produk
Guru (Proses) Menciptakan situasi, iklim, menyediakan kemudahan, agar siswa membangun konsep, prinsip, hukum dan teori.
Proses
Merancang kegiatan yang memungkinkan siswa terlibat dalam proses sains. Menciptakan situasi, merancang proses yang memungkinkan sikap sains siswa berkembang
2 Sikap 3
Siswa (Proses dan Hasil) Membagun konsep, prinsip, hukum dan teori; dan memahaminya, sehingga mampu menerapkannya untuk memecahkan masalahmasalah yang sesuai. Memiliki keterampilan melakukan proses sains. Memiliki sikap sains yang melandasi perilakunya.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
4
(Sumber : Soewandi,dkk, 2005)
Ketiga aspek ini tidak dapat dipandang secara terpisah, sebab ketiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang mendukung proses pembelajaran fisika sehingga dapat menghasilkan siswa yang berkompetensi tinggi. Dalam tujuan tersebut, ditekankan betapa pentingnya kemampuan siswa melakukan proses, baik sebagai hasil maupun sebagai langkah kerja yang harus dialami dalam proses pembelajaran. 2.3
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dimiliki siswa secara keseluruhan dan dapat dijadikan indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan penggal dan puncak dari proses belajar dimana tingkat perkembangan mental siswa menjadi lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan tindak akhir dalam proses pembelajaran yakni saat terselesaikannya bahan pelajaran serta tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Maksudnya perubahan yang terjadi pada siswa tidak hanya sebatas pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan keterampilan motoriknya. Perubahan ini dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. 2.4
Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan perwujudan dari nilai-nilai karakter yang selama ini dikembangkan dalam pembelajaran. Sikap ilmiah terbentuk dari sikap-sikap yang muncul seiring dengan proses-proses ilmiah yang dilakukan siswa. Oleh para ahli, sikap-sikap ini kemudian dikelompokkan dalam beberapa jenis sikap yang cukup bervariasi, meskipun jika ditelaah lebih jauh tidak ada perbedaan yang begitu berarti. Secara singkat pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Pengelompokan Sikap Ilmiah Siswa Gegga (1977)
Harlen (1996)
Curiosity, (sikap ingin tahu) Curiosity, (sikap ingin tahu)
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
AAAS (1993) Honesty (sikap jujur)
5
Inventiveness (sikap penemuan) Critical thinking (sikap berpikir kritis) Persistence (sikap teguh pendirian)
Respect for evidence (sikap Curiosity, (sikap ingin tahu) respek terhadap data) Critical reflection (sikap refleksi Open minded (sikap kritis) berpikiran terbuka) Sketicism (sikap keraguPerseverance (sikap ketekunan) raguan) Creativity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan) Open mindedness (sikap berpikiran terbuka) Cooperation with others (sikap bekerjasama dengan orang lain) Willingness to toletare uncertainly (sika keinginan menerima ketidakpastian) Sensitivity to environment (sikap sensitif terhadap lingkungan) (Sumber: Anwar, 2009)
Selanjutnya dari dimensi sikap ilmiah kemudian dikelompokkan untuk dikembangkan indikator-indikator dari setiap dimensi agar dapat dilakukan pengukuran sikap ilmiah oleh Harlen (dalam Anwar, 2009). Indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Dimensi Indikator Sikap Ilmiah No Dimesi 1 Sikap ingin tahu
2
Sikap respek terhadap data/fakta
3
Sikap berfikir kritis
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4.
Indikator-indikator Antusias mencari jawaban Perhatian pada objek yang diamati Antusias pada proses sain Menanyakan setiap langkah kegiatan Obyektif/jujur Tidak memanipulasi data Tidak purbasangka Mengambil keputusan sesuai fakta Tidak mencampur fakta dengan pendapat Meragukan temuan teman Menanyakan setiap perubahan/hal baru Mengulangi kegiatan yang dilakukan Tidak mengabaikan data meskipun kecil
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
6
4
Sikap penemuan dan kreatifitas
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menggunakan fakta untuk dasar konklusi Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta Menggunakan alat tidak seperti biasanya Menyarankan percobaan baru Menguraikan konkulasi baru hasil pengamatan
5
Sikap berfikiran terbuka & kerjasama
6
Sikap ketekunan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2.
Menghargai pendapat dan temuan orang lain Merubah pendapat jika data kurang Menerima saran dari teman Tidak merasa selalu benar Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif Berpartisipasi aktif dalam kelompok Melanjutkan meneliti sesudah “kebaruannya hilang” Megulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelasnya selesai lebih awal Perhatian terhadap peristiwa sekitar Partisipasi pada kegiatan sosial Menjaga kebersihan lingkungan sekolah (Sumber: Anwar, 2009)
3. 7
2. 5
Sikap peka terhadap lingkungan sekitar
1. 2. 3.
Penilaian Sikap Ilmiah
Dimensi-dimensi ini dapat diukur dengan bentuk penilaian non tes. Teknik penilaian non-tes yang sering digunakan adalah pengamatan (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (kuisioner), dan dokumen (dokumentasi). Dalam penelitian ini teknik yang dipilih untuk mengukur sikap ilmiah siswa adalah observasi dan wawancara. 2.6
Model Problem Based Instruction
Problem based instruction (PBI) atau pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) merupakan suatu pembelajaran yang berfokus pada siswa, artinya dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran terutama dalam berpikir. Dalam model problem based instruction, masalah-masalah yang diselesaikan merupakan masalah-masalah yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yamin (2011) yang menyebutkan bahwa, “Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar aktif kepada siswa dalam kondisi dunia nyata”.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
7
2.6.1 Karakteristik dan Tujuan Model Problem Based Instruction Adapun karakteristik model problem based instruction menurut Nur (2011) adalah sebagai berikut: 1. Pengajuan masalah Masalah yang diajukan haruslah mengacu pada kehidupan nyata dan diusahakan penyelesaian dari masalah tersebut bukan berupa jawaban-jawaban tunggal dan sederhana. 2. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain (interdiciplinary focus) Walaupun pembelajaran ini ditujukan pada satu mata pelajaran tertentu, tetapi dalam pemecahan masalah, siswa diharapkan untuk dapat menyelidikinya tidak hanya menggunakan mata pelajaran yang bersangkutan, tetapi dapat menggunakan pendekatan dari berbagai mata pelajaran lain yang dikuasai siswa (jika memungkinkan). 3. Menyelidiki masalah autentik Model problem based instruction menghendaki siswa untuk menyelidiki permasalahan. 4. Memamerkan hasil kerja Hasil kerja yang dipamerkan merupakan pemecahan masalah yang ditemukan siswa. Siswa lain dapat memberikan tanggapan serta kritik terhadap pemecahan masalah yang disajikan. 5. Kolaborasi Model ini dicirikan dengan adanya kerjasama antarsiswa dalam satu kelompok. 2.6.2
Langkah-langkah Model Problem Based Instruction
Rusman (2011) mengemukakan langkah-langkah model problem based instruction seperti pada tabel 2.7. Tabel 2.7 Langkah-langkah Model Problem Based Instruction No Indikator Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2 Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang belajar berhubungan dengan masalah tersebut. 3 Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan individual/kelompok eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
8
dan pemecahan masalah. 4
5
Mengembangkan dan menyajikan Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti hasil karya laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka proses pemecahan masalah dan proses yang mereka gunakan.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
9
III.
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada tiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kunandar (2008). Tahapan tahapan yang dimaksud adalah : 1. Perencanaan (planning) 2. Pelaksanaan tindakan (acting) 3. Observasi (pengamatan) dan evaluasi 4. Analisis dan refleksi (reflecting). 3.2
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 3.3
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi pada semester II tahun ajaran 2013/2014. 3.4
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi. Dengan jumlah siswa 35 orang siswa, yang terdiri dari 18 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki 3.5
Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data 1)
2)
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah: Data kualitatif Data kualitatif diperoleh dari hasil belajar afektif tentang sikap ilmiah siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data kuantitatif Data kualitatif diperoleh dari hasil belajar kognitif siswa yang diukur dengan menggunakan tes objektif pada setiap akhir siklus.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
10
3.5.2 Instrumen Penelitian 3.5.2.1 Tes Menurut Sudjana (2012), tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa baik dalam bentuk lisan, tulisan, atau perbuatan. Sebelum soal tes digunakan, perlu dilakukan uji coba dan analisa untuk memperoleh validitas, tingkat kesukaran tiap soal, daya pembeda, dan reliabilitas yang memenuhi kriteria tertentu. a.
Validitas Tes Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan/kesahihan suatu instrumen. Sigoyono (2008) mengemukakan bahwa, “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid”. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. b.
Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran tes disebut baik jika memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Dengan kata lain suatu butir soal hendaknya tidak telalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda secara tidak langsung akan merangsang kemampuan berpikir siswa. c.
Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. d.
Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya dan bertujuan untuk melihat apakah soal yang akan diberikan tersebut dapat diberikan skor yang sama setiap digunakan. 3.5.2.2 Lembar Observasi Dalam penelitian ini, lembar observasi disusun sesuai dengan dimensi dan indikator-indikator sikap ilmiah yang hendak diukur. Pemilihan indikator ini didasarkan pada jenis sikap yang dapat diamati secara langsung yakni tindakan atau perilaku eksternal yang dapat dilihat oleh pengamat. Lembar observasi ini disusun Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
11
dengan menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu 4 untuk kategori sangat baik, 3 untuk kategori baik, 2 untuk kategori jelek dan 1 untuk kategori sangat jelek. 3.5.2.3 Pedoman Wawancara Dalam penelitian ini, pertanyaan yang digunakan yaitu bentuk terbuka dengan jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin atau semistruktur. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh lebih luas dan mendalam karena informan dapat mengemukakan pendapatnya secara bebas dan terbuka 3.7
Indikator Kerja
Tindakan yang dilaksanakan dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Perhitungan rata-rata tes hasil belajar siswa pada setiap siklus terdapat peningkatan secara signifikan. 2) Terjadi peningkatan pada jumlah atau persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (mendapat nilai 70). Secara klasikal persentase siswa yang berhasil dalam belajar diharapkan sebesar 80%. 3) Persentase dimensi sikap ilmiah siswa telah berada pada kategori baik atau baik
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
12
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Rincian peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diperoleh dari penerapan model problem based instruction dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa No 1 2 3
Variabel yang diamati Nilai rata-rata siswa Standar Deviasi Jumlah siswa yang berhasil
SIKLUS I 66,12 18,204 (54,29%) 19 orang
Jumlah atau persentase SIKLUS II SIKLUS III 75,33 82,96 13,107 11,204 (65,61%) (82,86%) 23 orang 29 orang
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kognitif pada setiap siklusnya. Peningkatan ini terjadi secara bertahap. Pada siklus I, hasil belajar kognitif siswa masih tergolong rendah walaupun telah diterapkan model problem based instruction. Hal ini disebabkan karena siswa masih sulit untuk mengubah kebiasaan belajar yang diterapkan oleh guru sebelumnya. Namun seiring berjalannya waktu, siswa menunjukkan peningkatan baik hasil belajar kognitif maupun hasil belajar afektif. Adapun rincian mengenai peningkatan sikap ilmiah siswa yang diperoleh dari penerapan model problem based instruction dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Rata-rata Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi yang diamati Rata-rata sikap ilmiah siswa
SIKLUS I 2,18
Persentase SIKLUS II 2,70
SIKLUS III 3,02
Peningkatan ini disebabkan karena model problem based instruction yang digunakan dapat mengoptimalkan aktivitas berpikir siswa melalui pemecahan masalah. Dengan adanya aktivitas berpikir ini, siswa menjadi lebih terfokus sehingga materi pembelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. Selain itu dimensi-dimensi sikap ilmiah juga dibangun melalui langkah-langkah model problem based instruction.Dengan demikian, jelaslah bahwa model problem based instruction dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif siswa di kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi pada konsep getaran, gelombang dan bunyi.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
13
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model problem based instruction dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa pada konsep getaran, gelombang dan bunyi di kelas VIIIA SMP Negeri 17 Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa pada setiap siklusnya, yaitu pada siklus I nilai rata-rata sikap ilmiah siswa adalah 2,18 dan nilai rata-rata hasil belajar yaitu 66,12 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 19 orang (54,29%). Nilai rata-rata sikap ilmiah siswa pada siklus II meningkat menjadi 2,70 dan nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa yaitu 75,33 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 23 orang (65,61%). Hasil ini kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 3,02 dan nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 82,96 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 29 orang (17,14%). 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh di atas serta untuk lebih meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka penulis menyarankan beberapa hal: 1. Guru fisika dapat menggunakan model problem based instruction untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam dalam upaya mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa terutama pada konsep getaran, gelombang dan bunyi sehingga hasil belajar fisika siswa meningkat. 2. Karena penelitian ini hanya dilakukan pada materi getaran, gelombang dan bunyi saja, maka diharapkan penelitian yang serupa dapat pula dilaksanakan pada materi yang lain. 3. Penelitian ini masih terbatas pada hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif, diharapkan lebih lanjut dilakukan penelitian terhadap hasil belajar pada aspek psikomotor.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
14
DAFTAR RUJUKAN Aly, A., 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Anwar, H., 2009. Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi, 2(5): 100-110. Arikunto, S., 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. __________, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Haliday dan Resnick, 1985. FISIKA Edisi Ketiga Jilid Satu. Bandung: Erlangga Haliday, dkk, 2011. Dasar-dasar Fisika Versi Diperluas Jilid Satu, Tanggerang: BINARUPA AKSARA Publisher Irawan, E.I, dkk, 2008. Pelajaran IPA FISIKA Bilingual Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Bandung: Yrama Widya Kamjaya, 1987. Penuntun Pelajaran Fisika. Bandung: Ganeca Exact Kunandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers Majid, Abdul., 2006. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nur, Mohamad., 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA. Poedjiadi, 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Pribadi, Benny.A., 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat. Purwanto, 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Purwoko dan Fendi, 2009. FISIKA 3 SMA Kelas XII. Penerbit: Yudhistira Riyanto, Yatim., 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
15
Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Santoso, S, 2010. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII IPA SMA N 9 Kota Jambi. Universitas Jambi Sardiman, 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Skripsi, Universitas Jambi, Jambi Satori, D, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA Siska. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Instruction (PBI) dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Fishbowl Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Fisika Kelas VIIIA SMP Negeri 22 Kota Jambi, Universitas Jambi Soewandi, S dkk., 2005. Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Sudjana, 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya _______, 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Trianto, 2012. Model Pembelajaran Terpadu .Jakarta: PT Bumi Aksara. Wahidmurni,dkk, 2012. Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik). Yogyakarta: Nuha Litera Yamin, Martinis., 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Dwi Fujiani : SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
i 16