Memahami Siklus Hidup Perpustakaan ( Library Life Cycle )
Oleh : Drs. Lalu Budiman. SIP
( Pustakawan UPT. Perpustakaan Universitas Mataram ) Disampaikan Diskusi Ilmiah UPT. Perpustakaan Universitas Mataram Pada Tanggal 22 Pebruari 2016
Halaman Pengesahan
Memahami Siklus Hidup Perpustakaan ( Library Life Cycle )
Oleh : Drs. Lalu Budiman. SIP Nip.
Disampaikan Diskusi Ilmiah UPT. Perpustakaan Universitas Mataram Pada Tanggal 22 Pebruari 2016
Mengetahui / mengesahkan Kepala UPT. Perpustakaan Universitas Mataram
Muslimin S.Sos. MM.
Memahami Siklus Hidup Perpustakaan ( Library Life Cycle ) Oleh : Drs. Lalu Budiman. SIP ( Pustakawan Madya UPT. Perpustakaan UNRAM ) A. Pendahuluan Tidak terasa kita sekarang ini sudah berada di era millennium ke III, dan selama itu pula kita semakin tersadarkan akan pesatnya dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi dan sejalan dengan itu pula informasi semakin hari – semakin membludak karena begitu banyaknya produsen informasi. Dari satu sisi kita bias menganggap bahwa fenomena tersebut merupakan peluang yang sangat potensial untuk diberdayakan sebagai sebuah komoditas yang informatif . namun dari sisi yang berbeda fenomena tersebut merupakan tantangan bagi praktisi informasi, mampukah diberdayakan sebagai sebuah kekuatan. Perpustakaan sebagai agen informasi yang keberadaannya sangat vital dalam urat nadi kehidupan berbangsa. Kita tentu berharap seiring dengan dinamika informasi tersebut akan diikuti oleh perkembangan
perpustakaan kearah yang lebih positif. Secara falsafah
bahwa perkembangan perpustakaan akan berjalan secara alamiah dan selalu menyesuaikan dengan peradaban pada masanya. Namun harapan terkadang bertolak belakang dengan fakta yang ada dilapangan bahwa perpustakaan kebanyakan masih stagnan bahkan mengalami setback ( kemunduran). Dalam kenyataannya, perjalanan perpustakaan tidaklah semulus yang diharapkan. baik dalam hal jumlah, variasi maupun kualitasnya. Ketiga, terbatasnya jumlah petugas perpustakaan (pustakawan). Keempat, kurangnya
promosi penggunaan perpustakaan menyebabkan tidak banyak pengguna yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan. Kurangnya ajakan untuk mengunjungi perpustakaan menjadikan anak asing terhadap perpustakaan. Para pengelola perpustakaan seharusnya dapat menciptakan kiat-kiat atau terobosanerobosan untuk mengembangkan atau meningkatkan keberadaan sarana perpustakaan. Definisi Perpustakaan Secara tradisional arti dari perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah.Walaupun dapat juga diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan namun lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Secara modern perpustakaan diartikan sebagai sarana menyimpan koleksi buku digunakan untuk menyimpan data yang sebagian besar berbentuk digital dan diakses melalui computer ( DIGITAL LIBRARY ). Perpustakaan menurut Wafford ( 1961 : 1 ) adalah perpustakaan sebagai salah satu organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengeloladan memberikan bahan pustaka baik buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun masyarakat umum. Fungsi Perpustakaan Fungsinya pada dasarnya adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan kemampuan membaca dan menggunakan sumber - sumber informasi lain bagi siswa, bagi guru, perpustakaan merupakan tempat untuk
menambah pengetahuannya dalam mempersiapkan bahan mengajar. b. Sebagai tempat membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan tentang pelajaran yang diterimanya di dalam kelas c. Sebagai pusat dalam penelitian sederhana d. Sebagai pusat informasi e. Sebagai tempat mengembangkan bakat, minat dan kegemaran anak f. Sebagai pusat pengembangan apresiasi budaya Perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang mendidik murid dan guru untuk menghargai nilai – nilai budaya g. Sebagai tempat penyegaran yang digunakan untuk menyegarkan pikiran atau memuihkan kejenuhan setelah melakukan aktifitas B. Sekilas Sejarah Perpustakaan Pada perkembangan
abad mendatang diperkirakan akan muncul
spesialisasi dan super spesialisasi dalam bidang ilmu yang sangat kecil meskipun berakar dari berbagai bidang ilmu. Ilmu perpustakaan yang semestinya kini lebih pantas disebut ilmu informasi itu juga merupakan hasil proses interaksi antar disiplin bidang. Oleh karena itu bila dicermati lebih jauh, maka dalam ilmu perpustakaan terdapat bidang matematika (klasifikasi) psikologi (pendidikan pemakai, sirkulasi) manajemen (manajemen perpustakaan) dan juga ilmu komputer, jurnalistik, teknik arsitektur, dan elektronik. Ilmu perpustakaan sebenarnya telah berkembang sejak lama seperti ilmu pengetahuan lainnya, Perpustakaan telah mulai berkembang sebelum Tahun Masehi di Mesir, Persia dan Cina. Misalnya Raja Ashurbanipal yang hidup tahun
668 - 631 SM membangun perpustakaan dengan koleksi lebih dari 20.000 tablet /tanah liat . Perpustakaan ini telah disusun secara sitematis dan dipergunakan untuk pendidikan. Pengetahuan perpustakaan berkembang menjadi ilmu perpustakaan pada pertengahan kedua abad ke 19 (Wirawan, 1993). Obyek ilmu perpustakaan semula berawal dari kajian terhadap bahan pustaka secara fisik maupun isinya. Kemudian berkembang menjadi kajian-kajian terhadap pemakai, sistem perpustakaan, dan kebutuhan akan informasi. Sesuai perkembangan teknologi lalu lahirlah otomasi perpustakaan dan pengetahuan lain yang terkait seperti penyajian informasi, Internet, software, dan lainnya. Perkembangan dari tahap ke tahap selanjutnya ternyata ilmu perpustakaan mampu mengadopsi ilmu pengetahuan lain seperti teori "need and demand" maupun ilmu komunikasi serta teknologi informasi. Dengan perkembangan ini, maka perlu adanya pengarahan pengembangan ilmu perpustakaan sesuai dengan tuntutan jaman. Oleh karena itu perlu dilakukan peninjauan kembali akan materi yang diberikan pada pendidikan perpustakaan. Dalam peninjauan ini perlu ada wawasan ke depan dan berani meninggalkan bidang kajian perpustakaan yang konvensional, lalu menggantinya dengan materi yang benar-benar bermanfaat bagi sistem perpustakaan di masa depan terutama dengan teknologi informasinya. Dan apabila kita bersikukuh pada materi yang konvensional, maka akan ketinggalan perkembangan. Sebab masyarakat pemakai ingin mendapatkan informasi yang akurat dan cepat. Kebutuhan ini akan terpenuhi apabila ditunjang dengan sistem perpustakaan yang memadai oleh tenaga yang profesional.
C. Gambaran Perkembangan Perpustakaan masa kini Suatu kenyataan, bahwa dalam abad ke 21 ini terjadi suatu ledakan informasi yang lebih hebat dari abad-abad sebelumnya,sejak sejarah manusia mengenal kebudayaan tulisan. Ditanah air sendiri pernah terjadi perkembangan penerbitan yang cukup menggembirakan, meski tidak sehebat negara-negara maju.Hal ini terjadi terutama dalam melaksanakan Proyek Buku Nasional sebagai salah satu kegiatan dalam Pembangunan Nasional. Sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, salah satu kewajiban Pemerintah adalah untuk mencerdaskan bangsa. Masalah ini menyangkut masalah pendidikan dalam arti luas, baik pendidikan yang dikelola oleh lembagalembaga pendidikan formal, maupun pendidikan yang dikelola oleh lembaga non formal. Yang jelas pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan perbukuan dan informasi. Walaupun masalah ini telah menunjukkan gejala yang menggembirakan, khususnya sejak dasa warsa yang lalu, namun demikian koleksi yang tersedia masih kurang memenuhi kebutuan apalagi sejak kita diterpa oleh krisis yang berkepanjangan. Disamping itu judul-judul yang dikelola menurut suatu sistem tertentu, sehingga masyarakat dapat memperolehnya dengan mudah, , baik yang disediakan untuk lingkungan tertentu ,maupun untuk masyarakat luas seperti umum.Sudah barang tentu didalam pembinaannya pimpinan perpustakaan di daerah dihadapkan dengan berbagai masalah antara lain landasan hukum yang menjadi titik tolak di dalam pengelolaannya. Dengan perkembangannya perpustakaan diharapkan pemerataan pendidikan dan penyebaran informasi sampai ke polosok desa. Perpustakaan diharapkan sebagai pilarpilar kokoh penunjang penyelenggaraan pendidikan dan penyebaran informasi betul-betul mampu melayani masyarakat pengguna dengan baik.Untuk menjadikan pilar yang kokoh dalam pembangunan perpustakaan diarahkan pada penciptaan sarana dan prasarana yang akan menjadikan Perpustakaan sebagai, pelestari bahan pustaka, pengumpul bahan pustaka dan layanan kepada masyarakat di wilayah. berfungsinya sebagai pilar
penyangga pendidikan dan penyebaran informasi kepada masyarakat dimungkinkan apabila ketiga fungsi diatas terwujud, yang ditunjang dengan adanya peraturan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan. Dengan dasar tersebut sudah barang tentu pembangunan selanjutnya diarahkan pada Sumber Daya Manusia yang tersedia, Koleksi, dan sarana dan prasana berupa gedung namun semuanya harus direncanakan secermat mungkin agar sasaran pembangunan tersebut tercapai secara efektif dan efisien.Urgensinya suatu penelitian yang dapat mengungkapkan kondisi, kelemahan dan kekuatan dan temuan penelitian ini kan menjadi bahan penting bagi prospek perencanaan selanjutnya. Perpustakaan sebagai lembaga yang mengelola sumber informasi dan pelestari bahan pustaka hasil budaya bangsa serta melakukan jasa informasi perlu dipersiapkan dan dikelola dengan baik.Agar dapat diwujudkan system perpustakaan yang kompetetif yang bermuara pada kepuasan pengguna Dari sinilah perpustakaan dapat menunjukkan eksistensi dan perannya dalam menghadapi era informasi global. Dengan demikian maka untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan akan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya,beberapa faktor yaitu kesadaran, aturan, organisasi, kemampuan dan ketrampilan dan sarana pelayanan.
D. Permasalahan Universal yang melilit perpustakaan Secara jujur kita akui bahwa selama kiprah kita selaku praktisi perpustakaan dewasa ini kita dapat merasakan seperti apa kendala yang dihadapi perpustakaan. Dan kita kadang berfikir, langkah yang bagaimana yang dapat kita ambil untuk mampu menstimulasikan perkembangan perpustakaan kearah yang lebih baik lagi. Kalau kita jujur mengakui bahwa ada beberapa persoalan mendasar yang selalu dihadapi oleh perpustakaan antara lain :
Keterbatasan anggaran Kualitas SDM yang masih kurang Infrastruktur yang pada umumnya belum memadai Dukungan Teknologi informasi yang masih terbatas Politicall Will untuk pengembangan perpustakaan masih relative rendah Demikian juga dengan berbagai persoalan yang lain yang mendera perpustakaan, akan tetapi penulis hanya mengangkat beberapa hal tersebut diatas saja sebagai bahan renungan kita bersama sekiranya kita dapat memberikan interpretasi dan stimulasi solusi yang sifatnya preventif. E. Seperti Apa perkembangan Perpustakaan dimasa depan. Memperhatikan siklus hidup perpustakaan sekurang – kurangnya dapat digambarkan seperti tampak pada gambar dibawah ini : LIBRARY LIFE CYCLE
X Virtual Library
Digital Library
Electronic library
Traditional library
0
Fase I
Fase II
Fase III
Fase IV
Y
Sumber : ( Diadopsi dari konsep product life cycle, manaj pemasaran ).
Dengan melihat gambar tersebut
diatas kita
mempunyai gambaran berfikir
bahwa sekurang – kurangnya dalam tahapan perkembangan perpustakaan, ada empat fase yang mesti dilalui oleh perpustakaan, dimulai dari fase perpustakan tradisional ( Traditional Library ), selanjutnya meningkat menjadi perpustakaan Elektronik ( Electronic Library ), baru pada fase berikutnya perpustakaan bermetamorfosis menjadi perpustakaan Digital ( Digital library ), dan fase terakhir yang menjadi angan – angan para pustakawan perpustakaan maya ( Virtual library ) atau sering disebut
adalah terwujudnya dengan “ Library
Without Wall”. Perpustakaan tanpa dinding. Sebuah ekspektasi
yang begitu
tinggi dan terkesan masih menjadi angan – angan kita selaku pustakawan. Entah kapan kita dapat mewujudkannya. Terlepas dari beberapa fase tersebut ada baiknya kita memahami lebih jauh tentang masing – masing
kondisi
perpustakaan pada tiap – tiap fase tersebut. Fase Traditional Library : Perpustakaan tradisional adalah sebuah kondisi perpustakaan dimana tata kelola perpustakaan masih menggunakan cara – cara manual baik pencatatan koleksi bahan pustaka, pelayanan informasi serta dokumentasi berbagai informasi yang ada masih berbasis
manual . sehingga dengan hanya mengandalkan
model
penyelenggaran perputakaan seperti itu maka sangat tidak mungkin, untuk mewujudkan akselerasi peningkatan kualitas SDM baik pada level sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi.
Fase Electronic Library : Perpustakaan elektronik adalah fase kedua dalam alur metamorposa perpustakaan , dimana tata kelola perpustakaan ini sudah menggunakan alat Bantu yang berbasis komputerisasi, baik untuk kegiatan inventarisasi bahan pustaka, penyajian informasi catalog elektronik ( OPAC ) , pelayanan peminjaman dan pengembalian yang sudah menerapkan sistem automasi dengan aplikasi software dibidang operasional perpustakaan. Kondisi perpustakaan elektronik ini merupakan fase yang lebih maju dari pada perpustakaan manual / tradisional namun tidak meninggalkan
cirri sebelumnya dimana , perpustakaan
masih
mengelola koleksi tercetak ( printed material ). Fase Digital Library : Perkembangan perpustakaan digital adalah langkah maju dari perubahan perpustakaan elektronik, namun di Indonesia
masih jarang kita temukan
perpustakaan yang sudah 100 % digital , rara – rata masih berupa perpustakaan elektonik dan bahkan sebagian besar perpustakaan ini masih berada dalam bentuk tradisonal. Perpustakaan digital ditandai dengan tersedianya berbagai macam informasi dalam bentuk digital, kita tidak menemui koleksi yang berbentuk bahan tercetak, akan tetapi sudah dialih mediakan menjadi koleksi digital. Untuk dapat mewujudkan perpustakan digital kita masih butuh waktu yang lebih lama lagi banyak hal yang mesti kita persiapkan
baik infrastruktur, sdm, dana yang
mencukupi, desain program pengembangan, serta visi berfiir pustakawan yang memang harus mampu bertransformasi sesuai dengan spirit perpustakaan digital.
Fase Virtual Library : Virtual library
( perpustakaan tanpa dinding ) adalah idaman setiap insane
perpustakaan, akan tetapi hal tersebut masih menjadi mimpi dan angan – angan kita, kendatipun masih ada rasa optimisme dalm diri kita , namun banyak hal yang
perpu
dipersiapkan.
Butuh
kerja
keras
dan
konsistensi
dalam
mewujudkannya. Mewujudkan perpustakaan perpustakaan maya adalah sebuah proses transformasi sempurna , manakala ketiga tahapan sebelumnya telah dilalui.
F. Bagaimana Grand Strategi Pengembangan Perpustakaan Pada hakekatnya manajemen stratejik adalah kita berfikir dengan menggunakan kacamata kuda
artinya kita harus senantiasa selalu terfokus
terhadap apa yang menjadi target pokok dari kerja kita. Dalam proses kinerja manajemen stratejik tidak terlepas dengan sebuah model analisis yaitu analisis SWOT : a. Ekternal environment ( Opportunity & threats ) b. Internal environment ( Strengths & Weaknes )
EKSTERNAL ENVIRONMENT
Societal environment
Push ( tekanan )
Task environment
PLANNING FORMULATION STRATEGY Visi
Penyusunan Misi
Penetapan tujuan ( objective )
Strategy
Policy
Planning Implementation
Perencanaan Program
Budgeting
Evaluating
G. Kesimpulan Perpustakaan sebagai insitusi informasi sernantiasa bergerak
dinamis
mengikuti arus globalisasi sehingga tidak akan pernah mengalami ketertinggalan oleh berbagai kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi yang begitu massif.
Hal mendasar yang perlu kita pahami adalah paling tidak
penyelenggara
perpustakaan
memahami
tentang
siklus
hidup
para sebuah
perpustakaan dari yang paling tradsidional sampai pada model yang paling canggih. Ini sangat penting sekali untuk dipahami oleh para leader perpustakaan baik yang berada pada level perpustakaan Daerah, sekolah maupun perguruan tinggi , sehingga mereka dapat membuat formulasi kebijakan tentang arah perubahan dan perkembangan perpustakaan dimasa yang akan datang. Paling tidak perpustakaan adalah sudah berada pada track yang benar ( on the track ) sehingga kita tinggal mempercepat terujudnya perpustakaan yang lebih manju dan berdimensi masa depan.
H. Daftar Bacaan Mischo, William H. (2005). Digital Libraries: Challenges and Influential Work. D-Lib Magazine, vol. 11 7/8. http://www.dlib.org/dlib/jul05/mischo/07mischo.html. Pendit, Putu Laxman. (2009). Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri. Saleh, Abdul R. dkk (2004). Kajian Penerbitan Buku di Indonesia. Jakarta: Kerjasama antara Perpusnas RI dengan LPPM IPB, 2004. Saleh, Abdul R. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Kerjasama antar Perpustakaan Perguruan Tinggi. Makalah, disampaikan pada Acara Seminar Ilmiah dan Pembentukan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Provinsi Jawa Tengah, Semarang, 2 Oktober 2003. Wicaksono, Hendro. “Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan Dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan”, Visipustaka, vol.6, no.2, Desember 2004 Wurman, Richard Saul. Information Anxiety 2, Indiana: Que, 200