PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN MELALUI DIMENSI PROFESIONALISME (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah)
TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: ANNY SRI HARYANI NIM : S4307046
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN MELALUI DIMENSI PROFESIONALISME (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah)
Disusun Oleh: ANNY SRI HARYANI NIM: S 4307046
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal, 18 Mei 2010
ii
PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN MELALUI DIMENSI PROFESIONALISME (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah)
Disusun Oleh: Anny Sri Haryani NIM: S 4307046
iii
PERNYATAAN
Nama
: Anny Sri Haryani
NIM
: S4307046
Program Studi
: Magister Akuntansi
Konsentrasi
: Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan Melalui Dimensi Profesionalisme (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah)” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citiasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Setiap coretan pena pada karya ini merupakan wujud dari KeEsaan dan Hidayah yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya, dan wujud kesetiaan sebagai pengikut nabi Muhamad SAW Setiap dentingan waktu terwujudnya karya ini merupakan ketulusan doa suamiku tercinta yang senantiasa mengiringi langkahku sampai akhir hayatnya dan doa putriku tersayang. Setiap aura semangat yang menyelimuti diriku merupakan jerih payah dan doa yang tulus dari Kakak-kakakku, saudara dan sahabat-sahabat dekatku Terima kasih telah memberi warna kehidupan dari inspirasi yang engkau siratkan padaku Setiap goresan tinta dalam setiap bab di karya ini merupakan hasil bimbingan, kritik, dan saran dari pembimbingku. Dan hasil karya sederhana ini merupakan wujud dari hasil usahaku dan doaku, untuk menemukan suatu makna kehidupan yang hakiki dan persembahan bagi Almamaterku
v
HALAMAN MOTTO
Sesungguhnya
bersama
kesulitan
itu
ada
kemudahan. (Al Qur’an Surat Al-Insyirah: 5) Niscaya Allah akan meninggikan derajad orangorang yang beriman dan berilmu pengetahuan. ( Al Qur’an Surat Al-mujaadalah: 11) Tidak peduli terhadap kritikan, layaknya patung yang dibuat bukan untuk menerima kritik. (Jean Sibelius)
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan Melalui Dimensi Profesionalisme (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah)” ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Tesis ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis melalui Program Beasiswa Unggulan dalam menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. 3. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
vii
4. Dr. Bandi M.Si,Ak., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret. 5. Pimpinan BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah, Bapak Gempur, Bapak Yusron, beserta semua staf yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian. 6. Ibu Prof. Dr. Rahmawati M,Si.,Ak, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran, serta memotivasi penulis dalam penyusunan tesis. 7. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si.,Ak, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu dan segala kemudahan serta kesabaran mengarahkan dalam penyusunan tesis. 8. Bapak Ibu Dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi. 9. Alm. Basuki Budiharjo suamiku tercinta, terima kasih atas segala pengertian, kasih sayang, kata-kata bijak dan doamu yang selalu menyertaiku dalam menggapai asaku. 10. Kakak-kakakku terima kasih atas nasehat, dukungan dan doa yang selalu menyertaiku. 11. Pak Joko R, Pak Sis, Pak Darto, mbak Hastuti dan rekan-rekan SMAN I Mojolaban yang selalu memberikan bantuan dan segala hal yang penulis butuhkan selama kuliah sampai selesainya tesis ini. Sesungguhnya hal itu membuat penulis terus berjuang untuk mencapai hasil yang terbaik. 12. Teman-teman kelas A’ Maksi angkatan 2007, suatu kenikmatan kulalui masa kuliahku dengan kalian. Terima kasih telah banyak memberikan kegembiraan dan keceriaan kepada penulis selama ini. Terima kasih atas persahabatan yang telah kita jalin, tiada
viii
yang lebih indah dari persahabatan kita (khususnya Bayu, jenk Itta, Santi, mbak Ratna, bu Nur, pak Yono, Artha, Sigit, dsb ). 13. Semua pihak yang telah membantu atas terselesainya tesis ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Kiranya Allah SWT yang akan memberikan balasan atas segala kebaikan dan kemurahan hati semuanya. Seperti peribahasa ”tiada gading yang tak retak”, maknanya tesis inipun masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat. Surakarta, Mei 2010 Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAAN .................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
vii
DAFTAR ISI
............................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xiv ABSTRAK... ...................................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ...................................................................................
1
B.
Permasalahan ……………………………………………………… ..............
6
C.
Tujuan Penelitian ..............................................................................................
7
D.
Manfaat Penelitian ............................................................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.
Tinjauan Pustaka .............................................................................................
9
B.
Penelitian Terdahulu..........................................................................................
17
C.
Pengembangan Hipotesis ..................................................................................
20
D.
Kerangka Pemikiran ..........................................................................................
23
x
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ............................................................
25
B. Variabel dan Pengukuran ..................................................................................
25
C. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................................
28
D. Analisis Data ......................................................................................................
28
1. Pengujian Instrumen .......................................................................................
29
2. Uji Asumsi Model ...........................................................................................
30
3. Pengujian Hipotesis .........................................................................................
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .....................................................................................................
36
1. Hasil Pengumpulan Data .................................................................................
36
2. Deskripsi Statistik ...........................................................................................
36
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian.............................................................................
38
C. Analisis Data ........................................................................................................
44
1. Uji Asumsi Model ...........................................................................................
44
2. Uji Hipotesis ....................................................................................................
46
D. Pembahasan .........................................................................................................
51
BAB V PENUTUP A. Simpulan ..............................................................................................................
61
B. Keterbatasan ........................................................................................................
63
C. Saran dan Implikasi Manajerial ...........................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Goodness-of-fit Indices .............................................................................
35
Tabel IV.1 Hasil Pengumpulan Kuesioner ..................................................................
36
Tabel IV.2 Lama bekerja di BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang dan lama bekerja sebagai auditor ...................................................................
37
Tabel IV.3 Latar Belakang Pendidikan Auditor .........................................................
37
Tabel IV.4 Sertifikasi Auditor ……………………………........................................
38
Tabel IV.5 KMO and Bartlett’s Test……………………………………...................
39
Tabel IV.6 Hasil Uji Validitas I ........................................................................... ......
41
Tabel IV.7 Hasil Uji Validitas II ............... ................................................................
42
Tabel IV.8 Hasil Pengujian Reliabilitas ..... ................................................................
43
Tabel IV.9 Hasil Uji Normalitas Data.........................................................................
44
Tabel IV.10 Hasil Uji Outlier Data.............................. .................................................
46
Tabel IV.11 Hasil Goodness-of-fit Model .....................................................................
47
Tabel IV.12 Regression Weights ……………………………………………….. ........
49
Tabel IV.13 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total ............................. .........
50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran .............................................................................
xiii
23
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner Penelitian ............................................................................................
68
2. Frequency Table.......................................................................................... ........
74
3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas .....................................................................
75
4. Hasil Path Analysis ..............................................................................................
87
5. Surat Ijin Penelitian……………………………………………………….. .......
95
6. Surat Keterangan Penelitian………………………………………………. .......
97
xiv
ABSTRAK
PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGANMELALUI MELALUI DIMENSI PROFESIONALISME (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah)
ANNY SRI HARYANI NIM: S4307046
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor terhadap tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui dimensi profesionalisme kerja auditor berdasarkan: a) pengabdian pada profesi, b) kewajiban sosial, c) kemandirian, d) keyakinan terhadap peraturan profesi, dan e) hubungan dengan sesama profesi. Penelitian ini merupakan penelitian kausal dengan metode survei. Target populasi dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah yang bekerja di BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah. Sampel yang diambil adalah 67 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode judgment sampling. Metode analisis yang digunakan adalah path analysis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Program AMOS versi 6 untuk menganalisa hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan. Temuan penelitian ini adalah: 1) pengalaman auditor berpengaruh secara langsung dan positif terhadap dimensi profesionalisme, yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan sesama profesi, 2) dimensi profesionalisme yang memiliki pengaruh secara langsung dan positif terhadap tingkat materialitas adalah pengabdian pada profesi, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan sesama profesi, sedangkan kewajiban sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas, 3) ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui dimensi profesionalisme, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan sesama profesi.
Kata kunci: pengalaman, profesionalisme, materialitas, pengauditan.
xv
ABSTRACT
THE EFFECT OF AUDITORS EXPERIENCE TOWARD THE LEVEL OF MATERIALITY CONSIDERATION IN FINANCIAL STATEMENTS AUDITING THROURGH DIMENSION OF PROFESSIONALISM (Empirical Study on Auditors in BPK-RI Office of Central Java)
ANNY SRI HARYANI NIM: S4307046
This study aims to investigate the effect of auditors' experience assessed indirectly on the level of materiality on financial statements auditing process through auditor’s dimension of work professionalism based on: a) dedication of the profession, b) social obligation, c) independence, d) belief of at profession and e) relation with humanity of friend profession. This study is a causal study by employing survey method. The target population in this study is government auditors working in BPK-RI of Central Java. The number of samples taken is 67 people. The sampling technique used is non-probability sampling with judgment sampling method. The method of analysis used in this study is path analysis. Hypothesis testing was done by using the AMOS version 6 to analyze causal relationship in the proposed structural model. The findings of the study are: 1) auditor’s experience directly and positively influence the dimensions of professionalism, consisting of dedication of profession, social obligations, independence, belief of at profession and relation with humanity of friend profession, 2) dimension of professionalism having direct and positively effect on the level of materiality consists of dedication of profession, independence, belief of at profession, relation with humanity of friend profession, whereas the social obligation does not influence level of materiality, 3) there is an impact of auditors' work experience assessed indirectly on level of materiality in financial statements auditing process through auditor’s dimension of work professionalism, which are dedication, independence, belief of at profession and relation with humanity of friend profession.
Keywords: experience, professionalism, materiality, auditing.
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana kita ketahui bahwa kekayaan negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggung jawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang sehingga
efektivitas
dan
merata pada semua sektor publik
efisiensi
penggunaan
dana
bisa
dipertanggungjawabkan. Hal ini tertuang dalam ketetapan Standar Audit – Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA–SAFP) tahun 1996 oleh BPKP dengan keputusan Kepala BPKP No. Kep-378/K/1996. SA-APFP secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia. Sebagai perwujudan dari pelaksanaan pertanggungjawaban terhadap publik, pemerintah daerah diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan yang melaporkan tentang kondisi keuangan daerah. Untuk melindungi para pengguna laporan keuangan yang tidak tahu banyak tentang kondisi sesungguhnya di pemerintah daerah dari kemungkinan manipulasi dalam laporan keuangan, maka diperlukan jasa profesi pihak ketiga yang independen. Pihak ketiga itu harus profesional, netral atau independen, melindungi kepentingan para pengguna laporan, terpercaya, tidak bisa disuap,
1
dan sangat menjunjung tinggi etika profesi. Pihak ketiga itulah yang disebut “auditor” (Mahmudi, 2007: 29). Peran auditor sebagai pihak independen sangat penting karena sebagai titik sentral dalam proses akuntabilitas sektor publik agar tercapai good governance dan good goverment. Auditor berada di tengah-tengah hubungan segi tiga antara pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat. Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Daerah dilaksanakan oleh auditor pemerintah yang bertugas di BPK atau Badan Pemeriksa Keuangan. Hal ini tertuang dalam UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan Keuangan Negara pasal 1 ayat (2) yang berbunyi ”Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disebut BPK adalah Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945, dan pada Bab II, pasal 2 disebutkan BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Profesionalisme dan kualitas audit sebagai kemungkinan seorang auditor menemukan serta melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi kliennya. Kalau klien atau auditeenya adalah pemerintah, maka kualitas audit pada sektor publik pemerintah adalah kemungkinan seorang auditor menemukan serta melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi sektor publik pemerintah. Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang dilakukan pada sektor swasta. Latar belakang institusional dan hukum yang berbeda yang membedakan audit sektor publik pemerintah dengan audit sektor swasta, dimana audit sektor publik pemerintah
2
mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor swasta (Jones R. 1996; Rubin 1988) Value For Money audit menurut Mardiasmo (2000) merupakan ekspresi pelaksanaan lembaga sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen dasar yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi yaitu pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang termurah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value. Efisiensi yaitu tercapainya output yang maksimum dengan input tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Efektivitas yaitu menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output (target/result). Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas suatu kewajaran semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Audit dapat dikatakan jujur dan wajar, laporan keuangan tidak perlu benar-benar akurat sepanjang tidak mengandung kesalahan material. Sebagaimana dikutip dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan keuangan dan tanggung jawab keuangan negara. Ps (1) ayat 1: “Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.”
3
Auditor di sektor pemerintah status kepegawaiannya adalah pegawai negeri. Dalam perekrutannya sepenuhnya dipengaruhi oleh campur tangan pemerintah. Sebagaimana kita lihat pada masa jayanya orde baru berkuasa, perekrutan pegawai negeri banyak yang kurang memenuhi persyaratan dalam segala hal. Selain pengaruhnya yang begitu kuat, maka dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor pemerintah sangat dipengaruhi oleh dominannya kekuasaan pemerintah. Kecenderungan ini membuat profesionalitas seorang auditor pemerintah sangat diragukan. Langkah awal untuk melaksanakan audit atau pemeriksaan di sektor pemerintah (publik) harus mengacu pada suatu pijakan hukum yang benar. Selama ini yang kita lihat auditor yang menjalankan tugas bertolak pada Kepres dan Inpres. Di sini tampak jelas bahwa auditor sektor publik diciptakan oleh pihak eksekutif dan bekerja untuk mengawasi pihak eksekutif pula. Dengan demikian, tanggung jawab yang dipikul auditor sektor publik bukan kepada publik atau masyarakat melainkan kepada pihak pemerintah. Untuk menindaklanjuti landasan hukum yang mengatur auditor dengan segala tanggung jawabnya harus didasarkan pada suatu lembaga yang merupakan wakil dari rakyat untuk mengatur segala kepentingan masyarakat. Pengauditan terhadap lembaga publik harus dilakukan oleh auditor yang telah memiliki pengalaman mengaudit dan mengikuti pelatihan yang cukup, serta memiliki latar belakang pendidikan akuntansi (Mahmudi, 2007: 33).
4
Antara pengalaman dengan profesionalisme dapat dikatakan memiliki kaitan yang sangat erat. Pengalaman belum tentu membuat seseorang menjadi profesional tanpa ditunjang keahlian dan kemampuannya yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengkaitkan antara pengalaman dengan profesionalisme auditor dalam praktek di lapangan terkait penilaian secara materialisme sebagai salah satu bidang keahliannya sebagai audit independen. Dalam
perencanaan
audit,
auditor
publik
antara
lain
harus
mempertimbangkan masalah penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit. Auditor publik yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk menjalankan perannya yang dituntut tanggung jawab yang semakin meluas, auditor publik harus mempunyai wawasan yang luas tentang peraturan-peraturan dan undang-undang yang terkait dengan pelaksanaan keuangan pemerintahan berdasarkan sistem administrasi daerah/ akuntansi publik. Independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu, misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien, dia harus memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit. Auditor akan menjadi sepenuhnya tidak independen apabila dia merupakan karyawan perusahaan. Penelitian mengenai profesionalisme auditor sudah pernah dilakukan sebelumnya diantaranya oleh Hall (1968), Kalbers dan Fogarty (1995),
5
Rahmawati (1997), dan Wahyudi dan Mardiyah (2006), serta Yendrawati (2008). Penelitian mengenai pengalaman auditor dilakukan oleh Herliansyah dan
Ilyas (2006). Penelitian-penelitian sebelumnya dengan responden
Akuntan Publik. Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai Auditor Pemerintah di BPK – RI masih minim, maka penulis ingin mendapatkan bukti empiris bagaimana pengaruh profesionalisme Auditor Pemerintah di BPK dikaitkan dengan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Dalam hal ini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian ini menggunakan lima dimensi profesionalisme berdasarkan Hall (1968) yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi.
B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh pengalaman auditor terhadap dimensi profesionalismenya berdasarkan: a) pengabdian pada profesi, b) kewajiban sosial,
c) kemandirian, d) keyakinan terhadap peraturan
profesi, dan e) hubungan dengan sesama profesi
dalam proses
pengauditan laporan keuangan? 2. Apakah terdapat pengaruh dimensi profesionalisme kerja auditor berdasarkan: a) pengabdian pada profesi, b) kewajiban sosial, c)
6
kemandirian, d) keyakinan terhadap peraturan profesi, dan e) hubungan dengan sesama profesi terhadap tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan? 3. Apakah terdapat pengaruh pengalaman auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui dimensi profesionalisme kerja auditor berdasarkan: a) pengabdian pada profesi, b) kewajiban sosial, c) kemandirian, d) keyakinan terhadap peraturan profesi, dan e) hubungan dengan sesama profesi?
C. Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang dan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menguji secara empiris pengaruh pengalaman auditor terhadap dimensi profesionalismenya diukur secara langsung berdasarkan: a) pengabdian pada profesi, b) kewajiban sosial, c) kemandirian, d) keyakinan terhadap peraturan profesi, dan e) hubungan dengan sesama profesi dalam proses pengauditan laporan keuangan.
2.
Menguji secara empiris pengaruh dimensi profesionalisme kerja auditor diukur secara langsung berdasarkan: a) pengabdian pada profesi, b) kewajiban sosial, c) kemandirian, d) keyakinan terhadap peraturan profesi, dan e) hubungan dengan sesama profesi terhadap tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
7
3.
Menguji secara empiris pengaruh pengalaman auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui dimensi profesionalisme kerja auditor berdasarkan: a) pengabdian pada profesi, b) kewajiban sosial, c) kemandirian, d) keyakinan terhadap peraturan profesi, dan e) hubungan dengan sesama profesi.
D. Manfaat Penelitian Kontribusi yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1) penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan kepada auditor pemerintah tentang bagaimana meningkatkan profesionalismenya, 2) penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada auditor pemerintah dalam melakukan audit atas laporan keuangan terutama pengauditan laporan keuangan dilihat dari segi tingkat materialitasnya, dan 3) penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan kepada Lembaga BPK dalam menentukan standar pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah maupun dalam perekrutan auditor. Selain kontribusi praktis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi teoritis, yaitu berupa pemahaman tingkat materialitas yang dipengaruhi oleh pengalaman dan dimensi profesionalisme dan juga bisa sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang mengambil tema sama.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dan teori-teori yang terkait perlu dijelaskan agar menjadi bahan pertimbangan dan penguat hipotesis yang diajukan. Sebagai teori dasar yang melandasi hubungan antara dimensi profesionalisme dan pengalaman auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan akan dijelaskan satu per satu berikut ini. 1. Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. “Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak” (Kalbers dan Fogarty, 1995: 72). Sebagai profesional, akuntan publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI, antara lain: a). prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi, b). peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang
9
ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan, c). inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya, dan d). ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya. Khusus auditor pemerintahan memiliki standar akuntansi tersendiri yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan standar akuntansi yang mengikat peran auditor pemerintah untuk profesional dan bekerja secara maksimal agar transparansi dan akuntabilitas di bidang keuangan negara tercapai (Bastian, 2007: 60). Dengan adanya SAP, perbandingan dan pengukuran antar pelaporan keuangan dapat dilakukan sehingga praktek KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dapat dicegah dalam sistem pengelolaan keuangan negara dan keuangan daerah (Bastian, 2007: 60). Bagi auditor pemerintah ada SPKN yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang dikembangkan oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Standar ini masih menjadi acuan dalam pelaksanaan auditing oleh auditor pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. SPKN ini mengatur mengenai hal-hal yang belum diatur oleh Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), mengingat akuntansi sektor publik (perusahaan swasta) berbeda dengan akuntansi pemerintahan (Nordiawan, 2006: 26).
10
a. Konsep profesionalisme. Menurut Hall (dalam Rahmawati, 1997) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu: 1) pengabdian pada profesi. Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang di harapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi. 2) kewajiban sosial. Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. 3) kemandirian. Kemandirian dimaksudkan sebagai
suatu pandangan
seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
11
4) keyakinan terhadap peraturan profesi. Keyakinan terhadap
peraturan profesi adalah suatu
keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. 5) hubungan dengan sesama profesi. Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. 2. Pengalaman Marinus, Wray (dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Menurut Jeffrey (dalam Herliansyah
dan
Ilyas, 2006),
memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Menurut Butts (dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006), mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan
12
pemeriksa
yang
belum
berpengalaman.
Hal ini dipertegas oleh
Haynes et al (1998) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil. Beberapa
badan
menghubungkan
antara
pengalaman
dan
profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan professional dan pengalaman dalam kinerja auditor (Herliansyah
dan
Ilyas, 2006): “The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”. Lesgold et al (Herliansyah dan Ilyas, 2006), menemukan bahwa orang yang ahli (experts) mampu menemukan hal penting (kritis) dalam kasus khusus dan mengurangi informasi tidak relevan ketika pemula (yang kurang ahli) menggunakannya dalam keputusannya. Dalam studi auditing, ditemukan bahwa auditor ahli menggunakan strategi hanya informasi relevan sebagai dasar judgmentnya, sementara auditor pemula informasi relevan dan tidak relevan bersama-sama digunakan dalam judgmentnya (Biggs et al, 1987; Biggs dan Mock, 1983; Bouwman, 1984 dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006). Dalam hal ini auditor ahli cenderung untuk mengabaikan informasi relevan ketika pemula tidak mampu melihatnya meskipun informasi tidak relevan diakui sebelum keputusan diambilnya (Shanteau, 1993; Lesgold et al, 1988 dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006).
13
3. Materialitas Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin
dapat
mengakibatkan
perubahan
pengaruh
terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut (Sukrisno, 1996: 100 dalam Wahyudi dan Mardiyah, 2006). Sedangkan menurut (Messier Jr, Glover, Prawitt, 2006: 134) menyebutkan materialitas (materiality) adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Pedoman materialitas yang beralasan, yang diyakini oleh sebagian besar anggota profesi akuntan adalah standar yang berkaitan dengan informasi laporan keuangan bagi para pemakai, akuntan harus menentukan berdasarkan pertimbangannya tentang besarnya sesuatu/informasi yang dikatakan material. Messier, Jr., et. al (2006: 124) menyebutkan bahwa standar profesional memberi sedikit panduan khusus mengenai bagaimana menentukan apa yang material bagi pengguna laporan keuangan. Peran konsep materialitas itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bukti. Konsep materialitas
14
menyatakan bahwa tidak semua informasi keuangan diperlukan atau tidak semua informasi seharusnya dikomunikasikan. Dalam laporan akuntansi, hanya informasi yang material yang seharusnya disajikan. Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atau dihilangkan. Materialitas seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan keputusan investor, baik yang hanya berdasarkan tipe informasi tertentu maupun metoda informasi yang disajikan. Beberapa penelitian tentang pertimbangan tingkat materialitas berfokus pada penemuan tentang jumlah konsisten yang ada diantara para profesional dalam membuat pertimbangan tingkat materialitas. Ada juga penelitian yang dilakukan, yang berkaitan dengan materialitas memeriksa pengaruh satu variabel (ukuran suatu item seperti prosentase pendapatan) dalam pertimbangan materialitas. Konsep materialitas dan konsep resiko adalah unsur penting dalam merencanakan audit dan merancang pendekatan yang akan digunakan dalam melaksanakan audit (Arens dan Locbeckee, 2001: 250). Konsep materialitas merupakan faktor yang penting dalam mempertimbangkan jenis laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Sebagai contoh, jika ada salah saji yang tidak material dalam laporan keuangan suatu entitas dan pengaruhnya terhadap periode selanjutnya diperkirakan tidak terlalu berarti, maka dapatlah dikeluarkan suatu laporan wajar tanpa pengecualian. Keadaannya akan berbeda jika jumlah sedemikian besar sehingga dapat menimbulkan pengaruh yang material dalam laporan keuangan secara keseluruhan. Definisi dari material dalam kaitannya
15
dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah saji dalam laporan keuangan dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan yang rasional. Yusuf (2001: 212-215) menerangkan ada empat indikator dalam menentukan
tingkat
materialitas,
yaitu:
(1)
Pertimbangan
awal
materialitas, (2) Materialitas pada tingkat laporan keuangan, (3) Materialitas pada tingkat rekening, (4) Alokasi materialitas laporan keuangan ke rekening, keempat hal diatas menjadi indikator dari variabel pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan instrument diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh J Steinbart (1996). Alasan auditor menentukan pertimbangan awal materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bukti pendukung yang memadai (Arens dan Locbeckee, 2001: 252). Pertimbangan awal materialitas dapat didasarkan atas data laporan keuangan yang dibuat tahunan, sebagai alternatif, pertimbangan tersebut dapat didasarkan atas hasil keuangan yang lalu satu tahun atau lebih yang telah lalu, yang disesuaikan dengan perubahan terkini seperti keadaan ekonomi atau trend industri (Mulyadi, 2002: 161). Mulyadi (2002: 158) menerangkan definisi materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
16
kepercayaan terhadap informasi tersebut. Definisi tentang materialitas tersebut mengharuskan auditor mempertimbangkan baik keadaan yang berkaitan dengan entitas maupun kebutuhan informasi pihak yang meletakan
kepercayaan
atas
laporan
keuangan
auditan.
Konsep
materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
B. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai profesionalisme auditor sudah pernah dilakukan sebelumnya diantaranya oleh Kalbers dan Fogarty (1995) dengan judul Professionalism and its consequences: a study of internal auditor. Penelitian ini menguji pengaruh dimensi profesionalisme yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan sesama profesi pada hasil kerja, yaitu kinerja tugas, kepuasan kerja, komitmen organisasi dan keinginan untuk pindah baik didalam organisasi maupun keluar organisasi. Selain itu ada variabel anteseden yaitu pengalaman internal auditor yang akan mempengaruhi profesionalisme.
Hasil
pengujian
menunjukkan
pengalaman
hanya
berpengaruh signifikan pada satu dimensi profesionalisme, yaitu hubungan dengan sesama profesi. Pengalaman berpengaruh negatif pada keinginan untuk pindah karyawan dan berpengaruh secara positif pada kinerja tugas dan komitmen organisasi continuance. Dimensi profesionalisme yang berpengaruh
17
pada kinerja ada dua, yaitu hubungan dengan sesama profesi dan kemandirian. Pengabdian pada profesi berpengaruh pada komitmen organisasi afeksi, sedangkan kewajiban sosial berpengaruh negatif pada komitmen organisasi continuance. Hubungan dengan sesama profesi berpengaruh positif pada kepuasan kerja dan berpengaruh negatif pada keinginan pindah. Kepuasan kerja dan komitmen organisasi continuance berpengaruh negatif pada pada keinginan untuk pindah dan kinerja tugas berpengaruh positif pada keinginan untuk pindah. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (1997) dengan judul hubungan antara profesionalisme internal auditor dengan kinerja, kepuasan, komitmen dan keinginan untuk pindah. Responden dalam penelitian ini adalah internal auditor BUMN dan BUMD di seluruh Indonesia sebanyak 127 responden. Penelitian ini menggunakan analisis path. Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan yaitu dari lima pandangan profesionalisme mempunyai hubungan dengan dua sampai lima variabel konsekuensi. Variabel anteseden pengalaman dan latar belakang pendidikan hanya berhubungan dengan pandangan profesionalisme hubungan dengan sesama profesi. Variabel pengalaman dan semua pandangan profesionalisme berhubungan dengan kinerja. Penelitian oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) dengan judul pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang sistematik dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Ternyata variabel
18
profesionalisme mempengaruhi kualitas audit yang ada. Penelitian ini juga memberikan kesimpulan bahwa profesionalisme auditor akan berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Persamaan dengan penelitian
sekarang adalah bahwa dimensi profesionalisme yang digunakan sama yaitu sebanyak lima dimensi, kemudian faktor tingkat materialitas juga digunakan dalam penelitian ini. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah bahwa auditor yang diteliti adalah auditor pemerintah pada kantor BPK. Penelitian selanjutnya yang pernah dilakukan oleh Yudhi dan Meifida (2006) meneliti tentang pengaruh pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor judgment. Persamaan dengan penelitian sekarang yang digunakan sebagai faktor pengukur yaitu pengalaman dalam mempengaruhi tindakan auditor. Namun, sebagai perbedaan dalam penelitian sekarang
adalah
pengalaman
digunakan
sebagai
faktor
pengukur
profesionalisme auditor dalam menentukan tingkat materialitas laporan keuangan. Penelitian oleh Yendrawati (2008) dengan judul analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Responden dalam penelitian ini adalah para profesional yang bekerja di Kantor Akuntan Publik baik sebagai karyawan magang, auditor junior, auditor senior, supervisor, manajer maupun partner. Penelitian ini menggunakan metode kendall-tau untuk menguji hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas. Dari hasil pengujian korelasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan hanya satu dimensi profesionalisme auditor yaitu keyakinan
19
terhadap peraturan profesi yang berpengaruh pada pertimbangan tingkat materialitas.
C. Pengembangan Hipotesis Mengacu
kepada
kerangka
konsep
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya, hipotesis pada penelitian ini antara lain: 1. Pengaruh pengalaman auditor terhadap dimensi profesionalismenya Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) telah menguji pengaruh pengabdian pada profesi yang terkait dengan pengalamannya yang didefinisikan sebagai komitmen pribadi, kecakapan dan pengetahuan dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Pekerjaan auditor didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dengan totalitas yang dimiliki auditor ini diharapkan auditor bekerja lebih hati-hati dan bijaksana dalam menentukan tingkat materialitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995) dan Rahmawati (1997), menunjukkan pengalaman
hanya
berpengaruh
signifikan
pada
satu
dimensi
profesionalisme, yaitu hubungan dengan sesama profesi. Berdasarkan hal tersebut, diusulkan hipotesis sebagai berikut H1a: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap pengabdian pada profesi. H1b: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap kewajiban sosial.
20
H1c: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap kemandirian. H1d: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap keyakinan terhadap peraturan profesi. H1e: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap hubungan dengan sesama profesi. 2. Pengaruh
dimensi
profesionalisme
auditor
berdasarkan
tingkat
materialitasnya Penelitian sebelumnya yang dilakukan Wahyudi dan Mardiyah (2006) dan Yendrawati (2008) telah menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas. Penelitian dengan menggunakan dimensi profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall
(1968) menyimpulkan
bahwa dimensi profesionalisme tersebut mempunyai pengaruh terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatifnya adalah H2a: Ada pengaruh pengabdian pada profesi secara langsung terhadap tingkat materialitas. H2b: Ada pengaruh kewajiban sosial secara langsung terhadap tingkat materialitas. H2c: Ada pengaruh kemandirian secara langsung terhadap tingkat materialitas. H2d: Ada pengaruh keyakinan terhadap peraturan profesi secara langsung terhadap tingkat materialitas.
21
H2e: Ada pengaruh hubungan dengan sesama profesi secara langsung terhadap tingkat materialitas. 3. Pengaruh pengalaman dan dimensi profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitasnya Pengauditan terhadap lembaga publik harus dilakukan oleh auditor yang telah memiliki pengalaman mengaudit dan mengikuti pelatihan yang cukup, serta memiliki latar belakang pendidikan akuntansi (Mahmudi, 2007: 33). Antara pengalaman dengan profesionalisme dapat dikatakan memiliki kaitan yang sangat erat. Pengalaman belum tentu membuat seseorang
menjadi
profesional
tanpa
ditunjang
keahlian
dan
kemampuannya yang lain. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Wahyudi dan Mardiyah (2006) dan Yendrawati (2008) telah menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas. Penelitian dengan menggunakan dimensi profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (1968) menyimpulkan bahwa dimensi profesionalisme tersebut mempunyai pengaruh terhadap tingkat materialitas, sehingga pengalaman berdasarkan dimensi profesionalisme auditor yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi dapat mempengaruhi tingkat materialitas secara tidak langsung. H3a: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui pengabdian pada profesi.
22
H3b: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui kewajiban sosial. H3c: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui kemandirian. H3d: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui keyakinan terhadap peraturan profesi. H3e: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui hubungan dengan sesama profesi.
D. Kerangka Pemikiran
Pengalaman
H1a
Profesionalisme Auditor Pengabdian pada profesi
H2a
H1b Kewajiban Sosial
H2e
Kemandirian
H2c
Keyakinan terhadap peraturan profesi
H2d
H1c H1d H1e
H2e
Tingkat Materialitas
H3
Hubungan dengan sesama profesi
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
23
Gambar II.1 menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas dimediasi oleh dimensi profesionalisme, yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi.
24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi adalah objek penelitian dengan batas-batas persoalan yang sudah cukup jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah yang bekerja di BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah dengan jumlah populasi secara keseluruhan untuk tahun 2009/2010 sebanyak 110 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan judgment sampling. Peneliti menentukan besarnya sampel minimal yang diharapkan kembali berjumlah 60 sampel. Untuk dapat memperoleh jumlah sampel sebesar yang diinginkan, kuesioner yang dibagikan 110 eksemplar yaitu sejumlah auditor pemerintah yang bekerja di BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah.
B. Variabel dan Pengukuran 1. Variabel dependen Variabel dependen dari penelitian ini adalah pertimbangan tingkat materialitas. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin
dapat
mengakibatkan
perubahan
pengaruh
terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut (Sukrisno, 1996:100
25
dalam Wahyudi dan Mardiyah, 2006). Di dalam pertimbangan tingkat materialitas ini kami lebih mengedepankan wawasan para auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas itu sendiri. Ada lima hal yang mendasari peneliti dalam membuat pertanyaan ini yaitu: (1). Seberapa penting para auditor memandang tingkat materialitas itu sendiri, (2). Sejauh mana pengetahuan para auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas, (3). Risiko audit yang biasa digunakan dalam mempertimbangkan tingkat materialitas, (4). Termasuk dalam urutan keberapakah penentuan tingkat materialitas di dalam rencana audit, dan (5). Ketepatan auditor dalam menentukan tingkat materialitas. Untuk mengukur variabel ini menggunakan instrumen yang diadopsi dari penelitian Yendrawati (2008). Instrumen ini terdiri dari 18 pertanyaan. Pengukuran variabel dependen menggunakan skala Likert. Rentang nilai yang digunakan adalah dari sangat tidak setuju (1) sampai dengan sangat setuju (5). Pemberian skor untuk jawaban responden tergantung pada sifat pernyataan. Ada dua jenis sifat pernyataan dalam kuisioner yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Keterangan yang tercantum dalam kuisioner berlaku untuk pernyataan positif, yaitu semakin tinggi skor merupakan indikasi sikap positif, sedangkan skor yang rendah sebaliknya. Tetapi dalam pengolahan data, untuk pernyataan negatif pemberian skor dibalik yaitu sangat tidak setuju (5) sampai sangat setuju (1).
26
2. Variabel independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengalaman auditor.
Pengalaman
merupakan
suatu
proses
pembelajaran
dan
pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. (Knoers & Haditono, 1999 dalam Asih, 2006). Variabel pengalaman diukur dengan lamanya auditor bertugas di BPK dan lamanya auditor melakukan tugas eksternal auditing. 3. Variabel intervening Variabel Intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya memediasi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Ghozali, 2005: 210). Variabel intervening dalam penelitian ini adalah dimensi profesionalisme, yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Pengabdian pada profesi diartikan keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu
27
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Untuk mengukur variabel ini menggunakan instrumen yang diadopsi dari penelitian Rahmawati (1997). Pengukuran variabel intervening menggunakan skala Likert. Rentang nilai yang digunakan adalah dari sangat tidak setuju (1) sampai dengan sangat setuju (5). Pemberian skor untuk jawaban responden tergantung pada sifat pernyataan. Ada dua jenis sifat pernyataan dalam kuisioner yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Keterangan yang tercantum dalam kuisioner berlaku untuk pernyataan positif, yaitu semakin tinggi skor merupakan indikasi sikap positif, sedangkan skor yang rendah sebaliknya. Tetapi dalam pengolahan data, untuk pernyataan negatif pemberian skor dibalik yaitu sangat tidak setuju (5) sampai sangat setuju (1).
C. Tehnik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dengan menggunakan kuisioner. Data primer yang dimaksud merupakan persepsi dari
28
responden mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan dimana responden tinggal memilih pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai. Kuisioner dikirim secara langsung kepada masing-masing responden dan mengumpulkannya pada waktu yang telah disepakati.
D. Analisis Data Ada
beberapa
teknik
statistik
yang dapat
digunakan
untuk
menganalisis data. Tujuan dari analisis data adalah mendpatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah (Ghozali, 2005: 3). 1. Pengujian Instrumen Dalam pengujian instrumen penelitian, uji validitas dan uji reliabilitas merupakan poin penting dalam sebuah analisis data. Hal itu dilakukan untuk menguji apakah suatu alat ukur atau instrumen penelitian sudah valid dan reliable (Wahyono, 2004). a. uji validitas. Pengukuran validitas digunakan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuisioner (Ghozali, 2005: 49). Penelitian ini menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) untuk mengetahui validitas instrumen. Tinggi rendahnya validitas suatu angket dengan melihat factor loading dengan bantuan program komputer SPSS 11.5. Factor loading adalah korelasi item-item pertanyaan dengan konstruk
29
yang diukurnya. Menurut Hair et al. (1998: 111), factor loading lebih besar 0,30 dianggap memenuhi level minimal, sangat disarankan besarnya factor loading adalah 0,40, jika factor loading suatu item pertanyaan mencapai 0,50 atau lebih besar maka item tersebut sangat penting
dalam
menginterpretasikan
konstruk
yang
diukurnya.
Berdasarkan pedoman tersebut, peneliti menetapkan nilai factor loading yang signifikan adalah lebih dari 0,50. b. uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005: 45). Teknik yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah Cronbach Alpha. Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 60% (Ghozali, 2005: 46). Item data dikatakan reliabel jika Alpha cronbach lebih besar dari 0,6 (Yarnest,2004). 2. Uji Asumsi Model a. uji normalitas data. Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel metrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et al. dalam Ghozali dan Fuad, 2005: 36). Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar,
30
maka akan mengakibatkan hasil uji statistik yang bias. Normalitas dibagi menjadi dua, yaitu: 1. univariate normality 2. multivariate normality Untuk menguji asumsi normalitas, maka dapat digunakan nilai statistik z untuk skewness dan kurtosisnya. Nilai z skewness dapat dihitung sebagai berikut Zskewness =
skewness 6 N
dimana N merupakan ukuran sampel. Nilai statistik z untuk kurtosisnya dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut Zkurtosis =
kurtosis 24 N
jika nilai z, baik z kurtosis dan/atau z skewness adalah signifikan (kurang dari 0,05 pada tingkat signifikansi 5%), maka dapat dikatakan bahwa distribusi data tidak normal. Sebaliknya, jika nilai z, baik z kurtosis dan/atau z skewness tidak signifikan (lebih dari 0,05 pada tingkat signifikansi 5%), maka dapat dikatakan bahwa distribusi data normal. Disamping itu, Curran et al. (dalam Ghozali dan Fuad, 2005:37-38) membagi distribusi data menjadi tiga bagian: a. Normal, apabila nilai z statistik (Critical Ratio atau C.R.) skewness < 2 dan nilai C.R. kurtosis < 7.
31
b. Moderately non-normal, apabila nilai C.R. skewness berkisar antara 2 sampai 3 dan nilai C.R. kurtosis berkisar antara 7 sampai 21. c. Extremely non-normal, apabila nilai C.R. skewness > 3 dan nilai C.R. kurtosis > 21. Dalam penelitian ini uji normalitas dihitung dengan bantuan program komputer AMOS 6. b. evaluasi outlier. Outliers
adalah
observasi
atau
data
yang
memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasiobservasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et al. dalam Ferdinand, 2002: 97). Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p<0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002: 103). Jika dalam penelitian ini digunakan 7 variabel, semua kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari 2 (7, 0.001) = 24,322 adalah multivariate outlier. Evaluasi outliers ini dilakukan dengan bantuan program komputer AMOS 6. 3. Pengujian Hipotesis Untuk menguji pengaruh antara variabel pengalaman terhadap materialitas dengan melibatkan variabel mediasi dimensi profesionalisme
32
digunakan analisis jalur (path analysis). Path analysis merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, atau penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2005: 160). Path analysis dapat dilakukan dengan bantuan program komputer AMOS 6 (Ferdinand, 2005: 324). Penggunaan program AMOS 6 dimaksudkan untuk menguji apakah model yang diestimasi mempunyai kesesuaian yang baik dan apakah terdapat hubungan kausalitas seperti yang dihipotesiskan. Pengujian yang dilakukan meliputi: a. Analisis kesesuaian model (Goodness-of-fit) Model struktural dikategorikan sebagai “good fit”, bila memenuhi beberapa persyaratan berikut 1). Memiliki degree of freedom (df) positif, dapat dihitung dengan rumus:
df
1
2
p q p q 1 t
dimana: p = jumlah indikator endogen q = jumlah indikator eksogen t = jumlah koefisien yang diestimasi dalam model yang diuji (Hair et al., 1998: 608) 2). Nilai level probabilitas minimum yang disyaratkan adalah 0,1 atau 0,2,
tetapi
untuk
level
probabilitas
sebesar
0,05
masih
diperbolehkan (Hair et al., 1998: 613).
33
3). Mengukur chi-square (2) statistic untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan antara matriks kovarian data sampel dan matriks kovarian populasi yang diestimasi. Nilai chi-square (2) sangat sensitif terhadap besarnya sampel dan hanya sesuai untuk ukuran sample antara 100 – 200. Jika lebih dari 200, maka chi-square (2) statistic ini harus didampingi alat uji lainnya (Hair et al.; Tabachnick dan Fidell dalam Ferdinand, 2002: 55). Model yang diuji akan dipandang baik bila nilai 2-nya rendah dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0.05 atau p > 0.1, sehingga perbedaan matriks aktual dan yang diperkirakan adalah tidak signifikan (Hair et al.; Hulland et al. dalam Ferdinand, 2002: 55). 4). CMIND/DF, adalah statistik chi-square dibagi DFnya, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Nilai yang diterima adalah kurang dari 2 atau bahkan kadang kurang dari 3 (Arbuckle dalam Ferdinand, 2002: 58). 5). Menguji kesesuaian model dengan beberapa indeks tambahan, seperti: Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), Tucker-Lewis Index (TLI), Comparative Fit Index (CFI), dan Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA). Indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model dapat diringkas dalam tabel berikut
34
Tabel III.1 Goodness-of-fit Indices Goodness-of-fit Indices Chi-square (2) Significance Probability (p) CMIN/DF GFI AGFI TLI CFI RMSEA
Cut-off Value Diharapkan kecil 0,05 2,00 0,90 0,90 0,90 0,90 0,08
Sumber: Ferdinand (2002: 61)
b. Analisis koefisien jalur Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model. Kriteria bahwa jalur yang dianalisis signifikan adalah apabila memiliki tingkat signifikansi uji hipotesis yang lebih kecil dari 5%. Analisis ini juga menunjukkan besaran dari efek total, efek langsung serta efek tidak langsung dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Efek langsung adalah koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung. Efek tidak langsung adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel antara (mediasi) dan efek total adalah efek dari berbagai hubungan.
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan hasil pengumpulan data dari kuisioner yang dibagikan kepada 110 orang staf auditor BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang sebagai responden secara keseluruhan terkumpul 70 kuesioner. Setelah dilakukan tabulasi data terdapat 1 kuesioner tidak diisi atau kosong, dan 2 kuesioner tidak diisi secara lengkap atau terdapat bagian yang belum diisi. Dengan demikian kuisioner yang dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya berdasarkan hasil tabulasi terdapat kuesioner dari responden sebanyak 67 sebagai sampel penelitian. Hasil tabulasi data penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Tabel IV.1 Hasil Pengumpulan Kuesioner Keterangan Jumlah kuisioner dibagikan Jumlah kuisioner dikembalikan Jumlah kuisioner kosong (tidak diisi sama sekali) Jumlah kuisioner tidak diisi secara lengkap Jumlah kuisioner layak diuji
110 70 1 2 67
2. Deskripsi Statistik Secara statistik hasil pengumpulan data berdasarkan pengalaman, dimensi profesionalisme dan tingkat materialitas auditor disajikan dan dijelaskan sebagai berikut
36
a. Pengalaman. Pengalaman auditor pemerintah yang diukur berdasarkan lama bekerja di BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang dan lama bekerja sebagai auditor berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui sebagaimana tampak pada tabel berikut Tabel IV.2 Lama bekerja di BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang dan lama bekerja sebagai auditor Lama Bekerja (Tahun) BPK-RI Auditor 2–5 6 4 5 – 10 35 32 > 10 26 31 Jumlah 67 67 Sumber: Data penelitian (2010)
Hasil pengumpulan data tampak pada tabel IV.2 diketahui bahwa sebagian besar responden telah bekerja selama 5 – 10 tahun sebagai staf auditor BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang dan sebagian besar responden telah berpengalaman selama 5 – 10 tahun sebagai auditor. Tabel IV.3 Latar Belakang Pendidikan Auditor Jumlah Pendidikan (f) Akuntansi 37 Keuangan 4 Manajemen 12 Lain-lain 14 Jumlah 67
Persentase (%) 55,2 6,0 17,9 20,9 100
Sumber: Data penelitian (2010)
Pada tabel IV.3 dapat dijelaskan bahwasannya auditor yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi sebanyak 37 (55,2%), dengan latar belakang pendidikan keuangan sebanyak 4 (6%), dengan
37
latar belakang pendidikan manajemen sebanyak 12 (17,9%), dan memiliki latar belakang pendidikan lain sebanyak 14 (20,9%). Tabel IV.4 Sertifikasi Auditor Jenis Sertifikat Eksternal Auditing Sertifikasi Lain 2 atau lebih sertifikasi (eksternal auditing dan internal auditing atau sertifikat lain) Jumlah
Jumlah (f) 30 8 29
Persentase (%) 44,8 11,9 43,3
67
100
Sumber: Data penelitian (2010)
Berdasarkan tabel IV.4 diatas, sebanyak 30 responden (44,8%) pernah mendapatkan sertifikasi eksternal auditing, 8 responden (11,9%) pernah mendaparkan sertifikasi lain dan sebanyak 29 responden (45,3%) responden pernah mendapatkan dua atau lebih sertifikasi yaitu sertifikasi eksternal auditing, internal auditing dan sertifikat lain.
B. Hasil uji instrumen penelitian Setelah dilakukan tabulasi data sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya kemudian dilakukan pengujian kuisioner atau instrumen penelitian dengan maksud untuk mengetahui apakah kuisioner atau instrumen penelitian sudah dapat dianggap layak atau sah sebagai alat pengumpul data. Kuisioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah kuisioner yang memiliki kriteria kategori kuisioner tertutup yaitu pilihan yang sudah ditentukan jawabannya. Sedangkan untuk identitas dan pengalaman responden tidak diperlukan pengujian karena sifat pertanyaannya yang terbuka, sehingga responden dibebaskan dari pilihan
38
jawaban yang mengikat. Sedangkan untuk kuisioner yang terkait dengan profesionalisme dan tingkat materialitas diuji validitas dan reliabilitasnya sebagaimana dijelaskan berikut ini. a. Uji Validitas. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan indikator untuk menjelaskan konstruk yang diukurnya atau yang disebut dengan validitas konvergen, dan ketidakmampuan indikan untuk menjelaskan konstruk yang tidak diukurnya atau yang disebut dengan validitas deskriminan. Kedua jenis validitas ini dapat dijelaskan melalui skor loading yang diperoleh melalui pengujian confirmatory factor analysis yang diperoleh. Namun sebelum menjelaskannya terlebih dahulu dijelaskan hasil pengujian KMO dan Bartlett’s Test yang diperoleh. Pengujian ini merupakan pengujian goodness-of-fit model dari analisis faktor yang digunakan untuk menjamin bahwa hasil reduksian yang diperoleh dapat diyakini kebenarannya. Tabel IV.5 KMO and Bartl ett's Test Kaiser-Mey er-Olkin Measure of Sampling Adequacy . Bart lett 's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.735 2173.034 703 .000
Sumber: Data penelitian (2010)
Tabel IV.5 mengindikasi bahwa model analisis faktor yang digunakan memenuhi kriteria goodness-of-fit yang baik. Hal ini dapat
39
dilihat melalui skor KMO = 0,735 (>0,50) dan signifikansi Bartlett's Test of Sphericity 0,000 (<0,05). Pengujian
berikutnya
adalah
mereduksi
faktor
melalui
confirmatory factor analysis. Untuk mempermudah penganalisisan terhadap hasil-hasil reduksian teknik yang dilakukan adalah melalui rotated factor matrix. Hal ini terjadi karena skor loading yang terbesar saja yang muncul
pada
tabel
faktor
sehingga
dapat
mempermudah
penginterpretasiannya. Hasil rotasian faktor yang disajikan pada tabel IV.6 menunjukkan bahwa terdapat enam indikator pada variabel materialitas yang tidak valid karena tidak terekstrak sempurna pada satu faktor yang sama yaitu indikator M11, M13, M14, M15, M16 dan M17 sehingga tidak mampu
untuk
menjelaskan
konstruk
yang
diukurnya.
Dengan
mempertimbangkan masih terdapat 12 indikator lain untuk mengukur materialitas, maka indikator M11, M13, M14, M15, M16 dan M17 dihilangkan dari model sehingga didapatkan hasil reduksian yang baik.
40
Tabel IV.6 Hasil Uji Validitas I Rotated Component Matrix
1 PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18
2
3
Component 4
5
6
7
.653 .684 .701 .710 .857 .817 .788 .833 .730 .673 .632 .782 .678 .772 .561 .620 .518 .610 .802 .918 .926 .760 .786 .916 .812 .812 .808 .836 .761 .629 -.795
-.540 .826
Sumber: Data penelitian (2010)
41
Tabel IV.7 Hasil Uji Validitas II Rotated Component Matrix
1 PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M12 M18
2
3
Component 4
5
6
7 .670 .520
.695 .643 .754 .759 .865 .819 .775 .839 .730 .635 .663 .825 .660 .768 .744 .593 .711 .846 .792 .905 .910 .745 .779 .903 .794 .801 .809 .826 .654 .809
Sumber: Data penelitian (2010)
Pada tabel IV.7 adalah hasil setelah terjadinya penghilangan indikator M11, M13, M14, M15, M16 dan M17 pada variabel materialitas terlihat bahwa rotated component matrik telah terekstrak sempurna
42
dengan loading factor > 0,50. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel pada penelitian ini
dinyatakan
valid.
Dari semua variabel,
variabel
pengalaman (PG) yang terdiri dari 2 item, variabel hubungan dengan sesama profesi (HDS) terdiri dari 4 item, variabel kewajiban sosial (KS) yang terdiri dari 4 item, variabel keyakinan terhadap peraturan profesi (KTP) yang terdari dari 4 item, variabel pengabdian pada profesi (P) yang terdiri dari 4 item, variabel kemandirian (K) yang terdiri dari 2 item, serta variabel materialitas (M) yang terdiri dari 12 item, adalah valid. b. Uji Reliabilitas. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan metode Cronbach alpha. Pengujian dilakukan dengan program SPSS 11.5. Hasil uji reliabilitas disajikan pada tabel IV.8 berikut. Tabel IV.8 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk
Indikator
Cronbach's Alpha
Keterangan
Pengalaman
2
0.8341
Baik
Hubungan Sesama Profesi
4
0.7736
Baik
Kewajiban sosial
4
0.8747
Baik
Keyakinan terhadap
4
0.7960
Baik
Pengabdian pada profesi
4
0.7672
Baik
Kemandirian
2
0.8209
Baik
Materialitas
12
0.9715
Baik
peraturan Profesi
Sumber: Data penelitian (2010)
43
C. Analisis Data 1. Uji Asumsi Model a. Normalitas Normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang digunakan dalam analisis ini diuji dengan menggunakan AMOS 6. Hasilnya adalah seperti yang disajikan dalam Tabel IV.9 berikut
Variable pg hds ktp k ks p m Multivariate
Tabel IV.9 Hasil Uji Normalitas Data min max skew c.r. kurtosis 2.000 4.000 -.544 -1.818 -.243 2.500 5.000 -.286 -.956 .859 2.000 4.250 -.319 -1.065 -1.189 2.000 5.000 -.158 -.528 .336 2.000 5.000 -.340 -1.138 .063 2.000 5.000 -.552 -1.843 1.100 2.000 5.000 -.412 -1.378 1.270 1.371
c.r. -.407 1.436 -1.987 .561 .105 1.839 2.122 .500
Sumber: data penelitian (2010)
Dari Tabel IV.9 terlihat hasil pengujian normalitas data dalam penelitian ini. Evaluasi normalitas diidentifikasi baik secara univariate maupun multivariate. Secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.R skewness, 3 item pernyataan menunjukkan nilai >2. Sedangkan untuk nilai-nilai dalam C.R kurtosis, semua item pertanyaan menunjukkan nilai <7. Dengan demikian secara univariate tidak terdistribusi secara normal. Nilai yang tertera di pojok kanan bawah pada Tabel IV.9 menandakan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal secara multivariate dengan nilai C.R kurtosis 0.500. Analisis terhadap data tidak normal dapat mengakibatkan pembiasan interpretasi karena
44
nilai chi-square hasil analisis cenderung meningkat sehingga nilai probability level akan mengecil. Namun demikian, menurut Hair et al. (1998: 71) ukuran sampel yang besar cenderung untuk mengurangi efek yang merugikan (distorsi hasil analisis) dari non-normalitas data yang akan dianalisis. Disamping itu, teknik Maximum Likelihood Estimates (MLE) yang digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu terpengaruh (robust) terhadap data yang tidak normal (Ghozali dan Fuad, 2005: 35-36) sehingga analisis selanjutnya masih dapat dilakukan. b. Outlier Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak ini dapat dijelaskan dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002: 103). Dalam penelitian ini, terdapat 7 variabel indikator. Oleh karena itu, semua kasus yang mempunyai Mahalanobis Distance lebih besar dari 2 (7; 0,001) = 24,322 adalah multivariate outliers. Berikut hasil uji outlier yang dapat dilihat melalui Mahalonobis Distance pada tabel IV.10 berikut.
45
Tabel IV.10 Hasil Uji Outlier Data Observation number
Jarak Mahalanobis 3 31 8 47 43 . .
18,980 14,826 13,679 13,407 13,262 . .
Jarak Mahalanobis Kritis (7, 0,001) 24,322
Sumber: data penelitian (2010)
Dari Tabel IV.10 terlihat bahwa tidak ada outlier, karena semua observasi memiliki jarak mahalanobis < 24,322.
2. Uji Hipotesis Teknik pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis dan menghasilkan suatu model yang baik. Untuk mengujinya digunakan path analysis (analisis jalur) dengan bantuan program AMOS 6. a.
Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit) Evaluasi nilai goodness-of-fit dari model penelitian yang diajukan dapat dilihat pada Tabel IV.11 berikut
46
Tabel IV.11 Hasil Goodness-of-Fit Model Goodness-of-fit Indices
Cut-off Value
Hasil
Chi-Square (2) Significance Probability (p) CMIN/DF GFI AGFI TLI CFI RMSEA
Diharapkan kecil 0,05 2,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,08
12,464 0,255 1,246 0,950 0,861 0,961 0,982 0,061
Evaluasi Model -------Baik Baik Baik Marginal Marginal Baik Baik
Sumber: data penelitian (2010)
Tujuan analisis Chi-Square (2) adalah mengembangkan dan menguji model yang sesuai dengan data. Dalam pengujian ini nilai 2 yang rendah dan menghasilkan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara matriks kovarian data dan matriks kovarian yang diestimasi. Chi-Square sangat sensitif terhadap ukuran sampel. Nilai 2 pada penelitian ini sebesar 12,464 dengan probabilitas 0,255 menunjukkan bahwa model penelitian yang diajukan dapat diterima. Normed Chi-Square (CMIN/DF) adalah ukuran yang diperoleh dari nilai Chi-Square dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur hubungan goodness-of-fit model dengan jumlah koefisien-koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai CMIN/DF pada model ini adalah 1,246 menunjukkan bahwa model penelitian ini fit. Goodness of Fit Index (GFI) mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model
47
yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai yang mendekati 1 mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik. Nilai GFI pada model ini adalah 0,950 menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah GFI yang disesuaikan dengan rasio antara degree of freedom dari model yang diusulkan dan degree of freedom dari null model. Dengan tingkat penerimaan yang direkomendasikan 0,9, dapat disimpulkan bahwa model memiliki tingkat kesesuaian yang marginal dengan nilai AGFI sebesar 0,861. Tucker Lewis Index (TLI) merupakan alternatif incremental fit index yang membandingkan model yang diuji dengan baseline model. TLI merupakan indeks kesesuaian model yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel. Nilai yang direkomendasikan 0,9, dapat disimpulkan bahwa model menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai TLI sebesar 0,961. Comparative Fit Index (CFI) adalah indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan null model. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Dengan memperhatikan nilai yang direkomendasikan 0,9, maka nilai CFI sebesar 0,982 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang baik.
48
The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) adalah indeks yang digunakan untuk mengkompensasi nilai Chi-Square dalam sampel yang besar. Nilai penerimaan yang direkomendasikan 0,08, maka nilai RMSEA sebesar 0,061 menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik. Berdasarkan keseluruhan pengukuran goodness-of-fit tersebut di atas mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian dapat diterima. b.
Analisis Koefisisen Jalur Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight
model yang dapat dilihat pada Tabel IV.12 berikut Tabel IV.12 Regression Weights Estimate S.E. C.R. P p <--- pg .440 .088 4.995 .000 ks <--- pg .400 .106 3.773 .000 k <--- pg .506 .111 4.574 .000 ktp <--- pg .563 .116 4.858 .000 hds <--- pg .343 .086 3.999 .000 m <--- p .249 .117 2.128 .033 m <--- ks .035 .097 .360 .719 m <--- k .197 .093 2.117 .034 m <--- ktp .210 .089 2.361 .018 m <--- hds .343 .120 2.858 .004 m <--- pg .192 .133 1.445 .148 Sumber: data penelitian (2010)
Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa semua jalur yang dianalisis memiliki hubungan yang signifikan, terlihat dari besarnya tingkat signifikansi (p) uji hipotesis kurang dari 5%, kecuali dua jalur yang tidak memiliki hubungan yang signifikan, yaitu hubungan antara dimensi
49
profesionalisme yaitu kewajiban sosial (KS) dengan materialisme (M) dan pengaruh pengalaman (PG) pada materialisme (M). Analisis ini juga menunjukkan besaran dari pengaruh langsung (direct effect), pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.13 berikut
Tabel IV.13 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total Variabel Independen Dependen Pengabdian pada profesi (P) Kewajiban Sosial (KS) Kemandirian (K) Keyakinan Pengalaman (PG) terhadap peraturan profesi (KTP) Hubungan dengan sesama profesi (HDS) Materialitas Pengabdian pada profesi (P) Kewajiban Sosial (KS) Kemandirian (K) Materialitas Keyakinan terhadap peraturan profesi (KTP) Hubungan dengan sesama profesi (HDS)
Langsung
Pengaruh Tidak Langsung
Total
0,524
0
0,524
0,421 0,491
0 0
0,421 0,491
0,513
0
0,513
0,442 0,187
0 0.449
0,442 0,636
0.204
0
0.204
0.032 0.199
0 0
0.032 0.199
0.225
0
0.225
0.261
0
0.261
Sumber: data penelitian (2010)
50
D. Pembahasan Berikut adalah pembahasan untuk setiap hipotesis dalam penelitian ini: 1. Hipotesis 1 H1a: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap pengabdian pada profesi. Berdasarkan
Tabel
IV.13
menunjukkan
nilai
koefisien
standardized beta pengalaman (PG) terhadap pengabdian pada profesi (P), sebesar 0,524 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1a didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap pengabdian pada profesi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995). H1b: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap kewajiban sosial. Berdasarkan
Tabel
IV.13
menunjukkan
nilai
koefisien
standardized beta pengalaman (PG) terhadap kewajiban sosial (KS), sebesar 0,421 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1b didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap kewajiban sosial. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995).
51
H1c: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap kemandirian. Berdasarkan
Tabel
IV.13
menunjukkan
nilai
koefisien
standardized beta pengalaman (PG) terhadap kemandirian (K), sebesar 0,491 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1c didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh positif secara langsung
terhadap kemandirian. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995). H1d: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap keyakinan terhadap peraturan profesi. Berdasarkan
Tabel
IV.13
menunjukkan
nilai
koefisien
standardized beta pengalaman (PG) terhadap keyakinan terhadap peraturan profesi (KTP), sebesar 0,513 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1d didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap keyakinan terhadap peraturan profesi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995). H1e: Ada pengaruh pengalaman auditor secara langsung terhadap hubungan dengan sesama profesi.
52
Berdasarkan
Tabel
IV.13
menunjukkan
nilai
koefisien
standardized beta pengalaman (PG) terhadap hubungan dengan sesama profesi (HDS) sebesar 0,442 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1e didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap hubungan dengan sesama profesi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995). Dengan demikian hipotesis 1a,b,c,d,e, yang menyatakan bahwa ada pengaruh
pengalaman auditor secara langsung dan positif
terhadap dimensi profesionalismenya didukung dalam penelitian ini. Hal ini terlihat dari uji statistik yang menunjukkan nilai koefisien standardized beta pengalaman (PG) tehadap hubungan dengan semua dimensi profesionalisme menunjukkan angka signifikan p<0,05. Menurut Jeffrey (dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006), seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak
hal
yang
tersimpan
dalam
ingatannya
dan
dapat
mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwaperistiwa. Jadi dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi pengalaman auditor akan semakin tinggi pula tingkat profesionalismenya dalam menjalankan tugasnya mempertimbangkan tingkat materialitas pengauditan laporan keuangan, sehingga sangat penting bagi seorang auditor untuk meningkatkan pengalamannya.
53
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Forgarty (1995) dan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (1997) yang menghasilkan pengalaman hanya berpengaruh signifikan pada satu dimensi profesionalisme, yaitu hubungan dengan sesama profesi. 2. Hipotesis 2 H2a: Ada pengaruh pengabdian pada profesi secara langsung terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui nilai koefisien standardized beta pengabdian pada profesi (P) pada materialitas (M) sebesar 0,204 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2a didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengabdian pada profesi memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006). H2b: Ada pengaruh kewajiban sosial secara langsung terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui nilai koefisien standardized beta kewajiban sosial (KS) pada materialitas (M) sebesar 0,032 tidak signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2b tidak didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa kewajiban sosial memang tidak mempunyai
54
pengaruh secara langsung terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006). H2c: Ada pengaruh kemandirian secara langsung terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui nilai koefisien standardized beta kemandirian (K) pada materialitas (M) sebesar 0,199 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2c didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa kemandirian memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006). H2d: Ada pengaruh keyakinan terhadap peraturan profesi secara langsung terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui nilai koefisien standardized beta keyakinan pada peraturan profesi (KTP) pada materialitas (M) sebesar 0,225 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2d didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa keyakinan pada peraturan profesi memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006).
55
H2e: Ada pengaruh hubungan dengan sesama profesi secara langsung terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui nilai koefisien standardized beta hubungan dengan sesama profesi (HDS) pada materialitas (M) sebesar 0,261 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2e didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa hubungan dengan sesama profesi memang mempunyai pengaruh positif secara langsung terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006). Dengan demikian hipotesis 2a,b,c,d,e yang menyatakan bahwa ada pengaruh dimensi profesionalisme secara langsung terhadap tingkat materialitas didukung dalam penelitian ini. Hal ini diketahui dari nilai koefisien standardized beta pengabdian pada profesi (P), kemandirian (K), keyakinan terhadap peraturan profesi (KTP), dan hubungan dengan sesama profesi (HDS) menunjukkan angka yang signifikan pada tingkat 1% dan 5%, kecuali kewajiban sosial (KS) yang jauh diatas 5%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) yang menghasilkan kesimpulan bahwa
dimensi
pertimbangan
profesionalisme
tingkat
auditor
materialitas.
berpengaruh
Pengabdian
pada
terhadap profesi,
kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, hubungan dengan
56
sesama profesi berpengaruh positif secara langsung terhadap tingkat materialitas, artinya bahwa semakin tinggi profesionalisme seorang auditor akan semakin tepat dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak (Kalbers dan Fogarty, 1995). 3. Hipotesis 3 H3a: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui pengabdian pada profesi. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui pengaruh pengalaman (PG) pada pengabdian pada profesi (P) signifikan pada p<0,05, pengaruh pengabdian pada profesi (P) pada materialitas (M) signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3a didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas melalui pengabdian pada profesi. H3b: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui kewajiban sosial. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui pengaruh pengalaman (PG) pada kewajiban sosial (KS) signifikan pada p<0,05, pengaruh kewajiban sosial (KS) pada materialitas (M) tidak signifikan pada
57
p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3b tidak didukung dalam studi ini. H3c: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui kemandirian. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui pengaruh pengalaman (PG) pada kemandirian (K) signifikan pada p<0,05, pengaruh kemandirian (K) pada materialitas (M) signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3c didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas melalui kemandirian. H3d: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui keyakinan terhadap peraturan profesi. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui pengaruh pengalaman (PG) pada keyakinan terhadap peraturan profesi (KTP) signifikan pada p<0,05, pengaruh keyakinan terhadap peraturan perofesi (KTP) pada materialitas (M) signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3d didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas melalui keyakinan terhadap peraturan profesi.
58
H3e: Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui hubungan dengan sesama profesi. Berdasarkan Tabel IV.13 diketahui pengaruh pengalaman (PG) pada hubungan dengan sesama profesi (HDS) signifikan pada p<0,05, pengaruh hubungan dengan sesama profesi (HDS) pada materialitas (M) signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3e didukung dalam studi ini. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pengalaman memang mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas melalui hubungan dengan sesama profesi. Dengan demikian hipotesis 3a,b,c,d,e yang menyatakan bahwa ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui dimensi profesionalisme didukung dalam penelitian ini. Hal ini terlihat dari hasil uji statistik bahwa pengaruh pengalaman terhadap pertimbangan tingkat materialitas diukur secara tidak langsung melalui dimensi profesionalisme menghasilkan angka signifikan p<0,05 kecuali dimensi kewajiban sosial. Pengalaman berpengaruh positif secara tidak langsung materialitas melalui
dimensi
terhadap tingkat
profesionalisme, artinya semakin
berpengalaman seorang auditor dengan tingkat profesionalisme yang tinggi akan lebih tepat dalam mempertimbangkan tingkat materialitas.
59
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Mahmudi (2007: 33), bahwa pengauditan terhadap lembaga publik harus dilakukan oleh auditor yang telah berpengalaman, sehingga pengalaman lebih berpengaruh terhadap
tingkat
materialitas.
Hasil
ini
juga
didukung oleh
Abdolmohammadi dan Wright (dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006) yang menunjukkan bahwa
auditor
yang tidak bepengalaman
mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman.
60
BAB V PENUTUP
Bab ini bertujuan menjelaskan simpulan yang selanjutnya diikuti dengan keterbatasan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan hasil analisis data yang telah dilakukan sesuai permasalahan yang dirumuskan sehingga menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait.
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat meterialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui dimensi profesionalisme, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut 1. Pengalaman auditor berpengaruh positif secara langsung terhadap dimensi profesionalisme berdasarkan Hall (1968), yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan sesama profesi.
Hasil penelitian ini lebih
kuat dari pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Forgarty (1995) dan Rahmawati (1997) yang menghasilkan pengalaman hanya berpengaruh signifikan pada satu dimensi profesionalisme yaitu hubungan dengan sesama profesi. Dengan demikian penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi pengalaman tingkat
profesionalismenya
auditor akan semakin tinggi pula dalam
menjalankan
tugasnya
61
mempertimbangkan tingkat materialitas pengauditan laporan keuangan, sehingga sangat penting bagi seorang auditor untuk meningkatkan pengalamannya. Menurut Jeffrey (dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006), seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwaperistiwa. 2. Dimensi profesionalisme yang memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap tingkat materialitas adalah pengabdian pada profesi, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan sesama profesi. Sedangkan kewajiban sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) dan penelitian yang dilakukan oleh Yendrawati (2008) yang menghasilkan kesimpulan bahwa dimensi profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Artinya bahwa semakin tinggi profesionalisme seorang auditor maka akan semakin tepat mempertimbangkan tingkat materialitas dalam pengauditan laporan keuangan. Profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak (Kalbers dan Fogarty, 1995). Sedangkan menurut Messier, Jr., et. al (2006: 375) profesionalisme didefinisikan secara luas, mengacu pada perilaku, tujuan, atau kualitas yang membentuk karakter atau memberi ciri suatu profesi atau orang-orang profesional. Dengan
62
demikian auditor pemerintah yang tingkat profesionalismenya tinggi akan semakin berkualitas dalam menjalankan tugasnya memeriksa laporan keuangan pemerintah. 3. Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan laporan keuangan melalui dimensi profesionalisme. Jadi hasil penelitian ini membuktikan bahwa
semakin
berpengalaman
seorang
auditor
dengan
tingkat
profesionalisme yang tinggi akan lebih tepat dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Mahmudi (2007: 33), bahwa pengauditan terhadap lembaga publik harus dilakukan oleh auditor yang telah berpengalaman, sehingga pengalaman lebih berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hasil ini juga didukung oleh Abdolmohammadi dan Wright (dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak bepengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman.
B. Keterbatasan Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain 1. Kantor Perwakilan BPK-RI terdapat di beberapa propinsi, tetapi penelitian ini hanya difokuskan pada staf auditor BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang sebanyak 67 responden sehingga berdampak pada generalisasi studi yang bersifat terbatas. Hal ini dilakukan mengingat jarak
63
dan keterbatasan penulis untuk menemukan alamat kantor perwakilan BPK-RI
propinsi yang lain serta kemudahan untuk mendapatkan ijin
penelitian di kantor perwakilan Jawa Tengah. 2. Penelitian
ini
hanya
berfokus
pada
pengalaman
dan
dimensi
profesionalisme sebagai variabel yang mempengaruhi tingkat materialitas, masih ada variabel lain yang bisa mempengaruhi tingkat materialitas, seperti ketaatan pada etika profesi, tingkat kecerdasan auditor dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan. Variabel-variabel lain ini bisa digunakan bagi peneliti berikutnya.
C. Saran dan Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Saran untuk studi lanjutan a. Penelitian selanjutnya sebaiknya meningkatkan jumlah responden dan juga memperluas penelitian tidak hanya pada staf auditor BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang tapi juga di daerah lain sehingga generalisasinya lebih luas. b. Penelitian selanjutnya bisa memasukkan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat materialitas yang belum diikutsertakan dalam penelitian ini, seperti pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi.
64
2. Implikasi Manajerial Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi kantor BPK-RI Perwakilan Jawa Tengah di Semarang dalam meningkatkan kerja secara keseluruhan dengan selalu mempertahankan profesionalisme staf auditor sehingga dapat dihasilkan laporan keuangan auditan yang berkualitas. Pengalaman yang didapatkan serta tingkat profesionalisme dari seorang auditor merupakan salah satu unsur yang digunakan untuk menentukan tingkat materialitas dari sebuah penugasan. Meningkatnya profesionalisme dari staf auditor dapat meningkatkan pertimbangan materialitas dengan tingkat yang tinggi sehingga pemeriksaan dapat diperluas dan hasil audit memiliki tingkat keyakinan yang tinggi. Profesionalisme bagi auditor pemula dapat ditingkatkan dengan jalan mengadakan pelatihan – pelatihan. Selain itu perekrutan auditor BPK RI diutamakan bagi mereka yang telah mempunyai pengalaman magang, karena auditor pemerintah bertanggung jawab atas pemeriksaan laporan keuangan pemerintah dengan penggunaan dana yang besar untuk mewujudkan good governance dan good goverment.
65
DAFTAR PUSTAKA
Arens dan Loebbecke,2001. Auditing: Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia, Jakarta: Salemba Empat. Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI, Cetakan Ketigabelas, Jakarta: Rineka Cipta. Asih, D. A. T. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Bastian, I. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit Erlangga. __________, 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen (Edisi 2). Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP. __________, 2005. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen (Edisi 3). Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP. Ghozali, I. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ___________, dan Fuad. 2005. Structural Equation Modeling: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodhar N. 2003. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga. Hall, R. 1968, Professionalization and bureaucratiozation. American Sociological Review 33: 92-104. Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham. R.L & Black. W.C. 1998. Multivariate Data Analysis. Upper Saddle River: Prentice Hall International Inc. Herawati, Arleen dan Kurnia, Yulius Susanto. Profesionalisme. 2008. Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi Dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. The 2nd National Conference UKWMS Surabaya September 2008: 13-20. Herliansyah, Y dan Ilyas, M. 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Revelan Dalam Auditor Judgment. Jurnal
66
Simposioum Nasional Akuntansi (SNA) 9 Padang, 23-26 Agustus 2006: 1-15. Indriantoro, N dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: PT BPFE. Kalbers, P. Lawrence and Timothy J. Fogarty, 1995. Profesionalism and Its Consequences: A study of Internal Auditors. Auditing: A Journal of Practice Vol. 14 no. 1: 64-86. Mahmudi, 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mardiasmo, 2000, Akuntansi Sektor Publik, Andi Yogyakarta. Messier, WF, Glover, SM, Prawitt, DF. 2006. Auditing & Assurance Service A Systematic Approach. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi, 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Nordiawan, D., 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 75 IAPI tahun 2008. Perpu RI No. 24 tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Rahmawati, 1997. Hubungan Antara Profesionalisme Internal Auditor Dengan Kinerja, Kepuasan, Komitmen dan Keinginan Untuk Pindah, Tesis, Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sekaran, U. 1998. Reseach Methods for Business: A Skill Building Approach, 2nd Edition, John Willey and Sons, New York. Sarwono, J. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Yogyakarta: Andi Offset. UU RI, No.1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. ______, No. 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. ______, No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Wahyono, T. 2004. Analisa Data Statistik dengan SPSS, Jakarta: PT. Elek Media Wahyudi, H, dan Mardiyah, A. A. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan.
67
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9 Padang, 23-26 Agustus 2006: 1-26. Yarnest. 2004. Statistik Induktif. Malang: Cipta Prestasi. Yendrawati, R. 2008, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor Dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan, Jurnal Penelitian dan Pengabdian, dppm.uii.ac.id. Vol. 6 Nomor 1 Maret 2008: 1-20. Yusuf, H. 2001. Auditing (Pengauditan). STIE: Yogyakarta
68
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN MELALUI DIMENSI PROFESIONALISME (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Kantor Perwakilan Propinsi Jawa Tengah)
Diajukan oleh: Anny Sri Haryani NIM : S4307046
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 Kepada Yth: 69
Bapak/Ibu/Saudara/I responden di Surakarta Dengan hormat, Saya mahasiswa Magister Akuntansi konsentrasi Sektor Publik di Univesitas Sebelas Maret Surakarta saat ini sedang mengerjakan tugas akhir penyusunan tesis. Saya memohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berkenan mengisi kuisioner penelitian saya di bawah ini. Peneliti menggunakan data penelitian ini hanya sematamata untuk kepentingan akademik sehingga peneliti menjamin sepenuhnya kerahasiaan identitas maupun jawaban yang Bapak/ibu/saudara/I berikan. Suatu konstribusi yang sangat besar terhadap peneliti apabila Bapak/ibu/saudara/I bersedia untuk mengisi kuisioner penelitian ini. Dan apabila kiranya Bapak/ibu/saudara/I menginginkan hasil dari penelitian ini di kemudian hari, saya dengan senang hati berbagi dengan mengirimkan hasil penelitian ini melalui alamat instansi Bapak/ibu/saudara/I. Atau dapat menghubungi saya melalui email:
[email protected] Demikian disampaikan, atas kerjasama dan partisipasi Bapak/ibu/saudara/I diucapkan banyak terima kasih. Surakarta, Januari 2010 Mengetahui Dosen Pembimbing
Peneliti
DR. Rahmawati M.Si. Ak. NIP. 196804011993032001
Anny Sri Haryani
DAFTAR PERTANYAAN
70
Kami mohon Bapak/Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan mengisi jawaban pada tempat yang telah tersedia A. Identitas Responden/Pertanyaan Terkait Pengalaman 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi atau bekerja sebagai auditor? ..………….tahun 2. Berapa lama Bapak/Ibu bertugas di BPK Kantor Perwakilan Jawa Tengah? …….tahun. 3. Kedudukan Bapak/Ibu sekarang: a. Pimpinan b. Staff c. Lain-lain 4. Latar belakang bidang pendidikan Bapak/Ibu: a. Akuntansi b. Keuangan c. Manajemen d. Lain-lain 5. Sertifikasi yang pernah Bapak/Ibu peroleh (boleh lebih dari satu jawaban) a. Sertifikasi Internal Auditing b. Sertifikai Eksternal Auditing c. Sertifikasi Auditor Sistem Informasi d. Lain-lain Dalam pertanyaan kuisioner dibawah ini Bapak/Ibu/Sdr. diminta untuk menunjukkan seberapa jauh Bapak/Ibu/Sdr. setuju atau tidak setuju dengan masing-masing pernyataan di bawah ini. Berilah tanda cek () bagi pilihan Bapak/Ibu/Sdr. Keterangan : STS TS
(1) (2)
: Sangat Tidak Setuju : Tidak Setuju
71
N (3) : Netral S (4) : Setuju SS (5) : Sangat Setuju B. Pertanyaan Terkait Profesionalisme No
Pertanyaan Terkait Profesionalisme STS TS Terkait dengan dimensi Hubungan dengan sesama profesi 1 Saya berlangganan dan membaca secara sistematis jurnal audit dan publikasi profesional lainnya. 2 Saya sering menghadiri dan berpartisipasi dalam setiap pertemuan yang diadakan oleh para auditor. 3 Saya sering meminta atau mengajak untuk saling tukar menukar ide dengan auditor dari organisasi lain. 4 Saya percaya seharusnya auditor mendukung adanya ikatan auditor. Terkait dengan dimensi Kewajiban sosial 5 Eksternal auditing penting bagi kehidupan masyarakat 6 Pentingnya auditing kadang-kadang dikatakan terlalu berlebihan. 7 Sedikit orang yang menyadari bagaimana pentingnya auditing. 8 Jika ada kelemahan dari peran atau independensi auditing akan merugikan masyarakat. Terkait dengan dimensi keyakinan terhadap peraturan profesi 9 Standar profesi perilaku auditor tidak dapat diterapkan dengan sama untuk semua organisasi. 10 Auditor mempunyai cara yang tidak dapat diandalkan untuk menilai kompetensi rekan sesama auditor. 11 Ikatan auditor seharusnya mempunyai kekuatan untuk menilai kompetensi rekan sesama auditor. 12 Seorang auditor seharusnya lebih baik dinilai prestasinya oleh rekan seprofesinya daripada oleh supervisor yang bukan auditor. Terkait dengan dimensi pengabdian pada profesi
N
S
SS
72
13 Saya puas jika saya melihat pengabdian yang dilakukan oleh sesama 14 Ada dorongan untuk melihat auditor yang idealis dengan pekerjaannya. 15 Saya sulit untuk berantusias dengan jenis pekerjaan yang saya lakukan. 16 Saya akan tetap melakukan pekerjaan auditing walaupun gaji saya dipotong untuk keperluan tugas auditing. Terkait dengan dimensi kemandirian 17 Pertimbangan auditor harus diikuti dengan pembuatan keputusan audit yang signifikan tanpa campur tangan dengan departemen lain. 18 Auditor harus diberi kesempatan untuk membuat keputusan tentang apa yang diperiksanya C. Pertanyaan Terkait Materialitas No 1 2
3 4
5 6 7 8
9
10
Pertanyaan Terkait Materialitas STS TS Materialitas adalah suatu konsep yang vital dalam proses pengauditan Materialitas berhubungan dengan karakteristik suatu statement, fakta, item yang diungkapkan atau metode berekspresi yang berpengaruh pada judgment seorang auditor. Saya merasa kesulitan dalam menentukan tingkat materialitas suatu transaksi Dalam menyusun rencana audit saya akan mempertimbangkan resiko yang akan ditemui selama proses audit Saya akan selalu membuat perencanaan audit yang matang. Materialitas menurut saya bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan Materialitas merupakan pendapat subjektif masing-masing auditor Materialitas suatu rekening akuntansi salah saji menjadi faktor pertimbangan utama dalam menentukan kewajaran laporan keuangan. Dalam menentukan suatu transaksi itu material atau tidak saya menggunakan dasar pengalaman dalam proses audit. Dalam menentukan ketepatan tingkat materialitas saya menggunakan dasar
N
S
SS
73
11
12
13
14
15
16
17
18
pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan perkerjaan audit. Dalam menentukan suatu transaksi / saldo itu material saya sering menggunakan dasar sesuai petunjuk manajemen Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak dapat ditentukan oleh profesional tidaknya seorang auditor Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh kemampuan auditor membuat keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak ditentukan oleh sikap yang dimiliki oleh auditor sehubungan dengan imbalan yang diperoleh dalam memeriksa laporan keuangan. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh komitmen auditor terhadap pekerjaannya. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh tingkat kesadaran auditor terhadap pentingnya peranan dan manfaat profesi auditor bagi masyarakat. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh tingkat kepercayaan auditor terhadap peraturan profesi Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh baik tidaknya hubungan auditor terhadap sesama profesi
Lampiran 2
74
Frequency Table PDK
Valid
Akuntansi Keuangan Manajemen Lain-lain Total
Frequency 37 4 12 14 67
Percent 55.2 6.0 17.9 20.9 100.0
Valid Percent 55.2 6.0 17.9 20.9 100.0
Cumulat iv e Percent 55.2 61.2 79.1 100.0
SRTFKSI Frequency Valid
Sert if ikasi Eksternal Auditing Sert if ikasi Lain-lain 2 atau lebih sertif ikasi Total
Percent
Valid Percent
Cumulat iv e Percent
30
44.8
44.8
44.8
8 29 67
11.9 43.3 100.0
11.9 43.3 100.0
56.7 100.0
PG1
Valid
2 - 5 tahun 5 - 10 t ahun > 10 tahun Total
Frequency 6 35 26 67
Percent 9.0 52.2 38.8 100.0
Valid Percent 9.0 52.2 38.8 100.0
Cumulat iv e Percent 9.0 61.2 100.0
PG2
Valid
2 - 5 tahun 5 - 10 t ahun > 10 tahun Total
Frequency 4 32 31 67
Percent 6.0 47.8 46.3 100.0
Valid Percent 6.0 47.8 46.3 100.0
Cumulat iv e Percent 6.0 53.7 100.0
Lampiran 3
75
Factor Analysis KMO and Bartl ett's Test Kaiser-Mey er-Olkin Measure of Sampling Adequacy . Bart lett 's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.735 2173.034 703 .000
Communalities PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18
Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction .581 .713 .611 .609 .612 .653 .833 .750 .766 .749 .691 .658 .572 .673 .694 .750 .516 .706 .689 .691 .800 .890 .902 .834 .842 .886 .790 .847 .756 .801 .622 .626 .773 .266 .210 .269 .491 .801
Extraction Method: Principal Component Analy sis.
76
Total Variance Explained
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Total 13.590 2.890 2.772 1.918 1.711 1.636 1.403 1.206 1.156 1.062 1.054 .817 .750 .660 .610 .537 .471 .438 .412 .379 .344 .324 .264 .243 .216 .193 .181 .159 .139 .106 .098 .067 .061 .043 .039 .034 .010 .007
Initial Eigenvalues % of Variance Cumulativ e % 35.762 35.762 7.605 43.367 7.296 50.663 5.048 55.711 4.503 60.214 4.306 64.520 3.693 68.213 3.173 71.386 3.041 74.427 2.794 77.221 2.774 79.994 2.149 82.143 1.973 84.116 1.737 85.853 1.606 87.459 1.414 88.873 1.240 90.113 1.153 91.266 1.084 92.350 .998 93.348 .904 94.252 .853 95.105 .696 95.801 .638 96.439 .567 97.007 .508 97.514 .477 97.992 .419 98.410 .366 98.776 .280 99.056 .257 99.313 .177 99.490 .159 99.650 .112 99.762 .104 99.865 .091 99.956 .027 99.983 .017 100.000
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulativ e % 13.590 35.762 35.762 2.890 7.605 43.367 2.772 7.296 50.663 1.918 5.048 55.711 1.711 4.503 60.214 1.636 4.306 64.520 1.403 3.693 68.213
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulativ e % 10.046 26.437 26.437 3.275 8.618 35.055 3.118 8.205 43.260 3.076 8.095 51.355 2.797 7.361 58.716 1.989 5.235 63.951 1.619 4.261 68.213
Extraction Method: Principal Component Analy sis.
77
Component Matrixa
PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18
1 .650 .734
2
3
Component 4
5
6
7
.533 .751 .705 .650 .622 .511 .572
-.545 -.580 .589 .649 .502 .824 .863 .880 .894 .889 .869 .856 .891 .820 .838 .539 .650 .576
.518 .859
Extract ion Method: Principal Component Analy sis. a. 7 components extracted.
78
a Rotated Component Matrix
1 PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18
2
3
Component 4
5
6
7
.653 .684 .701 .710 .857 .817 .788 .833 .730 .673 .632 .782 .678 .772 .561 .620 .518 .610 .802 .918 .926 .760 .786 .916 .812 .812 .808 .836 .761 .629 -.795
-.540 .826
Extract ion Method: Principal Component Analy sis. Rotation Met hod: Varimax with Kaiser Norm alizat ion. a. Rotation conv erged in 7 iterations. Component Transformati on Matrix Component 1 2 3 4 5 6 7
1 .829 -.353 .105 .310 -.263 -.074 -.084
2 .245 .836 .186 .297 -.066 .180 .286
3 .318 -.014 -.420 -.610 -.110 .451 .368
4 .298 .097 .523 -.454 .565 .061 -.315
5 .217 .160 -.685 .228 .579 -.166 -.207
6 .124 .287 -.089 -.423 -.298 -.791 -.018
7 .030 -.243 .165 .078 .415 -.318 .796
Extract ion Method: Principal Component Analy sis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
79
Factor Analysis KMO and Bartl ett's Test Kaiser-Mey er-Olkin Measure of Sampling Adequacy . Bart lett 's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.824 1934.201 496 .000
Communalities PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M12 M18
Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction .797 .800 .581 .562 .735 .703 .845 .742 .747 .780 .679 .681 .699 .745 .630 .721 .777 .713 .775 .856 .817 .886 .896 .860 .862 .885 .784 .848 .774 .848 .533 .805
Extraction Method: Principal Component Analy sis.
80
Total Variance Explained
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Initial Eigenvalues Total % of Variance Cumulativ e % 13.513 42.230 42.230 2.765 8.640 50.870 2.396 7.487 58.357 1.807 5.648 64.005 1.549 4.842 68.846 1.284 4.012 72.858 1.052 3.289 76.147 .918 2.870 79.017 .738 2.305 81.322 .649 2.029 83.351 .600 1.876 85.226 .582 1.820 87.047 .527 1.646 88.693 .425 1.328 90.021 .400 1.251 91.271 .369 1.154 92.425 .336 1.051 93.476 .313 .979 94.455 .266 .831 95.286 .250 .781 96.068 .235 .733 96.801 .214 .670 97.471 .171 .534 98.005 .150 .469 98.474 .107 .335 98.809 .097 .304 99.113 .090 .281 99.393 .066 .207 99.601 .053 .165 99.766 .048 .150 99.915 .019 .058 99.973 .009 .027 100.000
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulativ e % 13.513 42.230 42.230 2.765 8.640 50.870 2.396 7.487 58.357 1.807 5.648 64.005 1.549 4.842 68.846 1.284 4.012 72.858 1.052 3.289 76.147
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulativ e % 9.303 29.072 29.072 3.196 9.988 39.059 2.993 9.353 48.413 2.883 9.010 57.422 2.600 8.126 65.549 1.917 5.989 71.538 1.475 4.609 76.147
Extraction Method: Principal Component Analy sis.
81
Component Matrixa
PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M12 M18
1 .649 .736
2
3
Component 4
5
6
7
.530 .795 .587 .635 .631 .515 .576 .616 .628 .514 .591 .645
.533 .639
.822 .863 .879 .894 .890 .869 .854 .891 .822 .838 .647 .859
Extract ion Method: Principal Component Analy sis. a. 7 components extracted.
82
Rotated Component Matrixa
1 PG1 PG2 HDS1 HDS2 HDS3 HDS4 KS1 KS2 KS3 KS4 KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 P1 P2 P3 P4 K1 K2 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M12 M18
2
Component 4
3
5
6
7 .670 .520
.695 .643 .754 .759 .865 .819 .775 .839 .730 .635 .663 .825 .660 .768 .744 .593 .711 .846 .792 .905 .910 .745 .779 .903 .794 .801 .809 .826 .654 .809
Extract ion Method: Principal Component Analy sis. Rotation Met hod: Varimax with Kaiser Normalizat ion. a. Rotation conv erged in 8 iterations. Component Transformati on Matrix Component 1 2 3 4 5 6 7
1 .796 -.248 -.262 -.421 -.241 -.029 -.022
2 .242 .812 .418 -.124 -.286 .006 .102
3 .315 -.256 .292 .741 -.293 -.280 .192
4 .280 .400 -.500 .291 .567 -.280 .163
5 .243 -.216 .606 -.181 .647 .117 .246
6 .211 .069 -.116 .358 .032 .893 -.107
7 .163 .047 .200 .113 .182 -.178 -.924
Extract ion Method: Principal Component Analy sis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
83
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L
Item-total Statistics
PG1 PG2
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
3.4030 3.2985
.3654 .3944
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.7160 .7160
. .
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
67.0
N of Items =
2
.8341
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L
Item-total Statistics
HDS1 HDS2 HDS3 HDS4
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
11.0000 11.0448 11.0448 10.9254
1.9697 1.8313 1.9525 1.8277
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.5388 .5407 .5784 .6552
.7381 .7413 .7186 .6778
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
67.0
N of Items =
4
.7736
84
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L
Item-total Statistics
KS1 KS2 KS3 KS4
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
10.6716 10.8060 10.7761 10.7761
2.6178 2.7951 2.8431 2.7218
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.8053 .6985 .7162 .7065
.8093 .8522 .8455 .8497
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
67.0
N of Items =
4
.8747
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L
Item-total Statistics
KTP1 KTP2 KTP3 KTP4
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
10.1791 10.1343 10.0149 9.8358
3.6038 3.7847 3.6513 3.9575
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.6229 .6278 .5541 .6405
.7374 .7355 .7759 .7337
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
67.0
N of Items =
4
.7960
85
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L
Item-total Statistics
P1 P2 P3 P4
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
10.7313 10.8060 11.0149 10.6119
2.3207 2.2194 2.1967 2.1502
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.5517 .5569 .5467 .6163
.7203 .7174 .7236 .6853
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
67.0
N of Items =
4
.7672
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L
Item-total Statistics
K1 K2
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
3.4030 3.5970
.3957 .4261
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.6967 .6967
. .
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
67.0
N of Items =
2
.8209
86
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L
Item-total Statistics
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M12 M18
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
39.3881 39.3433 39.3582 39.2985 39.2239 39.3731 39.2090 39.2687 39.3284 39.3284 39.5373 39.3582
42.9986 42.3804 41.9607 42.5459 42.5400 42.0556 42.7739 42.4116 42.9209 42.4663 43.1918 42.3546
Corrected ItemTotal Correlation .8177 .9003 .9168 .8549 .8805 .9035 .8574 .8800 .8342 .8586 .6400 .8681
Alpha if Item Deleted .9697 .9677 .9672 .9687 .9681 .9675 .9687 .9681 .9693 .9686 .9752 .9684
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
67.0
N of Items = 12
.9715
87
Lampiran 4 Analysis Summary Date and Time Date: Monday, July 19, 2010 Time: 10:00:24 AM Title path new: Monday, July 19, 2010 10:00 AM Notes for Group (Group number 1) The model is recursive. Sample size = 67 Variable Summary (Group number 1) Your model contains the following variables (Group number 1) Observed, endogenous variables p ks k ktp hds m Observed, exogenous variables pg Unobserved, exogenous variables z1 z2 z3 z4 z5 z6 Variable counts (Group number 1) Number of variables in your model: 13 Number of observed variables: 7 Number of unobserved variables: 6 Number of exogenous variables: 7 Number of endogenous variables: 6 Parameter summary (Group number 1) Weights Covariances Variances Means Intercepts Fixed 6 0 0 0 0 Labeled 0 0 0 0 0 Unlabeled 11 0 7 0 0 Total 17 0 7 0 0 Assessment of normality (Group number 1) Variable min max skew c.r. kurtosis c.r. pg 2.000 4.000 -.544 -1.818 -.243 -.407 hds 2.500 5.000 -.286 -.956 .859 1.436
Total 6 0 18 24
88
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r. ktp 2.000 4.250 -.319 -1.065 -1.189 -1.987 k 2.000 5.000 -.158 -.528 .336 .561 ks 2.000 5.000 -.340 -1.138 .063 .105 p 2.000 5.000 -.552 -1.843 1.100 1.839 m 2.000 5.000 -.412 -1.378 1.270 2.122 Multivariate 1.371 .500 Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1) Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2 3 18.980 .008 .426 31 14.826 .038 .732 8 13.679 .057 .745 47 13.407 .063 .613 43 13.262 .066 .456 21 11.896 .104 .709 53 11.725 .110 .615 7 11.411 .122 .578 49 11.319 .125 .466 35 11.019 .138 .445 23 10.833 .146 .388 62 10.763 .149 .294 45 10.539 .160 .269 64 10.419 .166 .213 57 10.314 .171 .164 60 9.827 .199 .246 44 9.816 .199 .167 18 9.682 .207 .139 41 9.636 .210 .096 42 9.592 .213 .063 39 9.533 .217 .042 52 9.269 .234 .050 30 8.837 .265 .095 1 8.562 .286 .120 48 8.520 .289 .085 25 7.632 .366 .399 4 7.302 .398 .514 27 7.168 .412 .505 50 6.866 .443 .612 12 6.844 .445 .531 55 6.617 .470 .593 13 6.080 .530 .839
89
Observation number Mahalanobis d-squared p1 36 5.993 .541 66 5.985 .542 37 5.913 .550 16 5.823 .561 34 5.640 .582 14 5.363 .616 19 5.086 .649 56 5.027 .657 51 4.997 .660 28 4.954 .666 33 4.901 .672 54 4.796 .685 61 4.598 .709 17 4.475 .724 5 4.305 .744 6 4.270 .748 46 4.241 .752 9 4.239 .752 20 4.235 .752 15 4.204 .756 38 4.130 .765 59 4.095 .769 10 4.057 .773 40 4.056 .773 2 3.688 .815 58 3.401 .846 29 3.184 .867 24 2.467 .930 22 2.434 .932 63 2.382 .936 67 2.354 .938 65 2.238 .945 11 1.900 .965 32 1.875 .966 26 1.524 .981 Notes for Model (Default model) Computation of degrees of freedom (Default model) Number of distinct sample moments: 28 Number of distinct parameters to be estimated: 18 Degrees of freedom (28 - 18): 10
p2 .819 .753 .719 .695 .735 .828 .899 .875 .833 .790 .747 .738 .792 .795 .827 .773 .706 .607 .500 .414 .367 .288 .219 .140 .282 .402 .463 .902 .831 .740 .593 .500 .585 .338 .286
90
Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = 12.464 Degrees of freedom = 10 Probability level = .255 Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model) p <--- pg ks <--- pg k <--- pg ktp <--- pg hds <--- pg m <--- p m <--- ks m <--- k m <--- ktp m <--- hds m <--- pg
Estimate S.E. .440 .088 .400 .106 .506 .111 .563 .116 .343 .086 .249 .117 .035 .097 .197 .093 .210 .089 .343 .120 .192 .133
C.R. 4.995 3.773 4.574 4.858 3.999 2.128 .360 2.117 2.361 2.858 1.445
P *** *** *** *** *** .033 .719 .034 .018 .004 .148
Label
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate p <--- pg .524 ks <--- pg .421 k <--- pg .491 ktp <--- pg .513 hds <--- pg .442 m <--- p .204 m <--- ks .032 m <--- k .199 m <--- ktp .225 m <--- hds .261 m <--- pg .187 Variances: (Group number 1 - Default model) pg z1 z2 z3 z4 z5 z6
Estimate S.E. .319 .056 .164 .029 .237 .041 .259 .045 .283 .049 .155 .027 .148 .026
C.R. 5.745 5.745 5.745 5.745 5.745 5.745 5.745
P Label *** *** *** *** *** *** ***
91
Matrices (Group number 1 - Default model) Implied (for all variables) Covariances (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks p m pg .319 hds .110 .193 ktp .180 .062 .384 k .162 .056 .091 .340 ks .128 .044 .072 .065 .288 p .141 .048 .079 .071 .056 .226 m .208 .125 .176 .156 .091 .132 .334 Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks p m pg 1.000 hds .442 1.000 ktp .513 .227 1.000 k .491 .217 .252 1.000 ks .421 .186 .216 .207 1.000 p .524 .231 .269 .257 .221 1.000 m .636 .491 .492 .463 .295 .482 1.000 Total Effects (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks P hds .343 .000 .000 .000 .000 .000 ktp .563 .000 .000 .000 .000 .000 k .506 .000 .000 .000 .000 .000 ks .400 .000 .000 .000 .000 .000 p .440 .000 .000 .000 .000 .000 m .651 .343 .210 .197 .035 .249 Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks P hds .442 .000 .000 .000 .000 .000 ktp .513 .000 .000 .000 .000 .000 k .491 .000 .000 .000 .000 .000 ks .421 .000 .000 .000 .000 .000 p .524 .000 .000 .000 .000 .000 m .636 .261 .225 .199 .032 .204 Direct Effects (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks P hds .343 .000 .000 .000 .000 .000 ktp .563 .000 .000 .000 .000 .000 k .506 .000 .000 .000 .000 .000 ks .400 .000 .000 .000 .000 .000 p .440 .000 .000 .000 .000 .000
92
pg hds ktp k ks P m .192 .343 .210 .197 .035 .249 Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks P hds .442 .000 .000 .000 .000 .000 ktp .513 .000 .000 .000 .000 .000 k .491 .000 .000 .000 .000 .000 ks .421 .000 .000 .000 .000 .000 p .524 .000 .000 .000 .000 .000 m .187 .261 .225 .199 .032 .204 Indirect Effects (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks P hds .000 .000 .000 .000 .000 .000 ktp .000 .000 .000 .000 .000 .000 k .000 .000 .000 .000 .000 .000 ks .000 .000 .000 .000 .000 .000 p .000 .000 .000 .000 .000 .000 m .459 .000 .000 .000 .000 .000 Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model) pg hds ktp k ks P hds .000 .000 .000 .000 .000 .000 ktp .000 .000 .000 .000 .000 .000 k .000 .000 .000 .000 .000 .000 ks .000 .000 .000 .000 .000 .000 p .000 .000 .000 .000 .000 .000 m .449 .000 .000 .000 .000 .000 Minimization History (Default model) Iteration 0 1 2 3 4 5 6
e e* e e e e e
Negative eigenvalues 1 0 0 0 0 0 0
Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model
Condition #
Smallest eigenvalue -.068
23.781 15.081 13.241 12.943 13.104 12.869
NPAR 18 28 7
CMIN 12.464 .000 155.308
DF 10 0 21
Diameter
F
NTries
Ratio
9999.000 1.076 .305 .069 .015 .001 .000
98.257 24.738 13.606 12.516 12.464 12.464 12.464
0 19 1 1 1 1 1
9999.000 .727 1.033 1.116 1.045 1.004 1.000
P .255
CMIN/DF 1.246
.000
7.396
93
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model Baseline Comparisons
RMR .019 .000 .110
GFI .950 1.000 .496
AGFI .861
PGFI .339
.328
.372
NFI RFI IFI TLI CFI Delta1 rho1 Delta2 rho2 Default model .920 .831 .983 .961 .982 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000 Parsimony-Adjusted Measures Model PRATIO PNFI PCFI Default model .476 .438 .467 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000 NCP Model NCP LO 90 HI 90 Default model 2.464 .000 15.695 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 134.308 98.398 177.706 FMIN Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .189 .037 .000 .238 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 2.353 2.035 1.491 2.693 RMSEA Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .061 .000 .154 .382 Independence model .311 .266 .358 .000 AIC Model AIC BCC BIC CAIC Default model 48.464 53.430 88.149 106.149 Saturated model 56.000 63.724 117.731 145.731 Independence model 169.308 171.239 184.741 191.741 ECVI Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .734 .697 .935 .810 Saturated model .848 .848 .848 .966 Independence model 2.565 2.021 3.223 2.595 Model
94
HOELTER HOELTER .05 Default model 97 Independence model 14 Execution time summary Minimization: .000 Miscellaneous: .031 Bootstrap: .000 Total: .031 Model
HOELTER .01 123 17
PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS MELALUI DIMENSI PROFESIONALISME
z1 1
p
z2 1
ks z3 1 1
z6
k m
pg z4 1
ktp z5 1
hds
95