HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
Oleh :
Disusun oleh: SRI KADARNINGSIH NIM. 11.403.3.1.036
KONSENTRASI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2014
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Sri Kadarningsih ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes, 2) hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes, 3) hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional (correlation design). Populasi penelitian adalah seluruh guru MI di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten yang berjumlah 34 orang. Sebelum angket digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan sumbangan kepada profesionalisme guru sebanyak 30,3%. Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru dengan sumbangan kepada profesionalisme guru sebanyak 31,2%. Berdasarkan hasil analisis data variabel kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap profesionalisme guru dengan hasil uji t yang probabilitas < 0,05. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan ry1= 0,559 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data variabel kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05. Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi ganda R12 sebesar 0,329 dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar 7,609 dengan persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425) X2. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan ry1= 0,574 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten yang ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05. Kata Kunci : Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, profesionalisme guru
ii
RELATIONSHIP BETWEEN PEDAGOGICAL AND PERSONALITY COMPETENCE WITH PROFESSIONALISM OF ELEMENTARY SCHOOL (MI) TEACHER IN DISTRICT KALIKOTES, KLATEN ACADEMIC YEAR 2013/2014 Sri Kadarningsih ABSTRACT The purpose of this study are to determine: 1) The relationship between MI teachers' pedagogical competence with professionalism at district Kalikotes, 2) The relationship between personal competence with the professionalism of MI teachers in district Kalikotes, 3) The relationship between pedagogical competence and personal competence together with the professionalism of MI teachers in district Kalikotes. This research employed a quantitative correlation design was carried out the relationship between pedagogical and personal competence and professionalism of elementary school (MI) teachers in district Kalikotes, Klaten. The subject of this research were Elementary School (MI) teacher at District Kalikotes, Klaten that consisted of 34 teachers. Validity and reliability were previosly test questiornaires were applied. Technique of data analysis used in this research were regression analysis and correlation. From this study, the results of the data shows the correlation coefficient between teachers 'pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.550, which means there is a significant relationship between teachers' pedagogical competence with professionalism in the district of Klaten regency Kalikotes. Based on the analysis of the pedagogical variables affect the professionalism of teachers with the results of the t test probability <0.05. The correlation coefficient between teachers' pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.559, which means there is a significant relationship between personal competence with the professionalism of teachers in the district of Klaten regency Kalikotes. Based on the analysis of the personal competence variables affect the professionalism of teachers. It is shown from the results of the t-test probability <0.05. The results of multiple regression analysis obtained R12 multiple regression coefficient of 0.329 with a significance of the multiple regression F of 7.609 with a linear regression equation Y = 80.615 + 3.043 X1 + (-2.425) X2. The correlation coefficient between teachers' pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.574, which means there is a significant relationship between pedagogical competence and personal competence together with the professionalism of teachers in the district of Klaten regency Kalikotes indicated from the results of the t-test probability <0.05. Keywords: pedagogical competence, personal competence, professionalism of teachers
iii
العالقة بني كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك) وكفاءة الشخصية بإتقان مهين للمدرسني يف املدارس اإلبتدائية Klaten Kalikotesعام دراسي 2014/2013م إعداد: ملخص تودف ىذه الدراسة ملعرفة ( )1العالقة بني كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك) وإتقان مهين العالق بني كفاءة الشخصية إتقان مهين للمدرسني ( )3والعالقة بني كفاءة إدارة للمدرسني ( )2و ة الفصل (فيداجوجيك) وكفاءة الشخصية بإتقان مهين للمدرسني يف املد ارس اإلبتدائية Klaten Kalikotesعام دراسي 2014/2013م. وتستخدم ىذه الدراسة املهنج الكيفي اإلرتباطي .وأجريت الدراسة يف املدارس اإلبتدائية Klaten Kalikotesعام دراسي 2014/2013م .أما جمتمع ىذه الدراسة وعيناهتا ىم مدرسو املدارس اإلبتدائية Klaten Kalikotesوعددىم 34مدرسا .وطريقة مجع املعلومات باستخدام طريقة طريقة اإلستبانة .أما طريقة معرفة صحة املعلومات فاستخدمت طريقة ألفا كروباك( .)Alpha Cronbachوأما حتليل املعلومات فبطريقة ( )Regresiو اإلرتباطي. بوجود العالقة قوية بني ( )1كفاءة إدارة الفصل وقد أظهرت نتائج الدراسة (فيداجوجيك) وإتقان مهين للمدرسني بقيمة ( )2( )30,3%والعالقة بني كفاءة الشخصية إتقان مهين للمدرسني بقيمة ( )3 ( )31,2%والعالقة بني كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك) وكفاءة الشخصية بإتقان مهين للمدرسني يف املد ارس اإلبتدائية Klaten Kalikotesعام دراسي 20132014م.بقيمة ( )32,9%وأما املتبقية بقيمة ( )67,1%فمتأثرة بعوامل أخري. الكلمات الرئيسة :كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك)،كفاءة الشخصية ،اإلتقان املهين.
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penyusunan Tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penyusunan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian Tesis ini bukan asli karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan perudangan yang berlaku.
Surakarta,
Januari 2014
Yang Menyatakan,
Sri Kadarningsih NIM. 11.403.3.1.036
v
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Disusun oleh: SRI KADARNINGSIH NIM. 11.403.3.1.036
Telah dipertahankan di depan Majelis Dewan Penguji Tesis Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta, pada hari ............., tanggal ............ Dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam Surakarta, ................................. Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang
___________________
_______________________.
NIP.
NIP.
Penguji I
Penguji II
_____________________
_____________________
NIP.
NIP. Direktur Pascasarjana IAIN Surakarta
Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan NIP. 195110505 1979 03 1 014
vi
MOTTO
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. An-Nahl: 97)
Artinya : Apabila suatu urusan (Pekerjaan) dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran (H.R. Bukhari).
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penyusun persembahkan kepada : 1. Suami dan buah hatiku yang terkasih 2. Keluargaku yang kusayang 3. Teman-teman seperjuangan 4. Nusa, Bangsa dan Agama
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan nikmat dan hidayahNya
bagi kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penyusun dapat menyusun dan menyajikan tesis ini sampai selesai. Di dalam tesis ini akan dipaparkan kajian seputar hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Paparan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru, hubungan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru dan hubungan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru. Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu dihaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Dr. Imam Sukardi, M.Ag., selaku Rektor IAIN Surakarta. 2. Dr. H. Nashruddin Baidan, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Surakarta. 3. Dr. H. Purwanto, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
ix
4. Dr. Sabar Narimo, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing serta mendorong penyusun sampai terselesainya tesis ini. 5. Tim Penguji yang telah berkenan menguji, mengkritisi serta memberikan saran dan masukan demi sempurnanya penulisan tesis ini.. 6. Seluruh Dosen dan staff Program Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah memberikan dorongan kepada penyusun. 7. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah dengan tulus serta ikhlas membantu penyusunan tesis ini. Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mohonkan saran dan kritik yang membangun dan bersifat konstruktif agar dapat menjadi lebih baik untuk penelitian selanjutnya. Akhirnya semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikan kita dan semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Januari 2014
Penyusun
x
DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………………................
i
Abstrak.............................................................................................................
ii
. Lembar Pernyataan Keaslian ...........................................................................
v
Halaman Pengesahan Tesis …...........……………………………..................
iii
Halaman Motto ..................………………………………..............................
iv
Halaman Persembahan ………………………………….......….....................
viii
Kata Pengantar ……………………………………………………................
Ix
Daftar Isi ……………………………………………………………..............
xi
Daftar Tabel .....................................................................................................
xv
Daftar Gambar .................................................................................................
xvi
Daftar Lampiran ..............................................................................................
xvii
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………........
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………...
7
C. Pembatasan Masalah .......................………………..............
7
D. Perumusan Masalah ..........…………………………………...
7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
8
F. Manfaat Penelitian .......................……………………………
8
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
11
A. Deskripsi Teori..... ...................................................................
11
1. Kompetensi Pedagogik .....................................................
11
xi
a. Pengertian kompetensi pedagogik ...............................
11
b. Indikator Kompetensi Pedagogik ................................
17
2. Kompetensi Kepribadian ..................................................
20
a. Pengertian kompetensi kepribadian ............................
20
b. Indikator Kompetensi kepribadian .............................
22
c. Upaya meningkatkan kompetensi kepribadian ............
24
3. Profesionalisme guru
4.
a. Pengertian Profesionalisme Guru ..............................
25
b. Indikator profesionalisme guru ..................................
30
c. Macam-macam profesionalisme guru .........................
31
d. Hak dan kewajiban guru ..............................................
35
Hubungan
antara
kompetensi
pedagogik
dengan
profesionalisme guru ......................................................... 5.
Hubungan
antara
kompetensi
kepribadian
dengan
profesionalisme guru ......................................................... 6.
38
40
Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secaram
bersama-sama
dengan
profesionalisme guru .........................................................
41
B. Penelitian Terdahulu ...............................................................
43
C. Kerangka Berpikir .................................................................
46
D. Hipotesis Penelitian ............................................................
49
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... A. Metode Penelitian .......................................................... ......
xii
50 50
B. Tempat dan waktu penelitian …................……………….. 1. Tempat penelitian ..............................................................
51
2. Waktu Penelitian ..............................................................
51
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling …..............…………
52
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
53
1. Kompetensi Pedagogik ......................................................
53
2. Kompetensi Kepribadian ...............................................
60
3. Profesionalisme Guru .....................................................
65
E. Teknik Analisa Data ...........................................……………
71
1. Uji Asumsi .......................................................................
71
2. Uji Hipotesis ......................................................................
72
F. Uji Validitas dan reliabilitas instrumen....................................
76
1.
BAB IV.
54
Penyusunan Instrumen
..................................................
76
2. Uji Instrumen Penelitian ..................................................
76
HASIL PENELITIAN ...................................................................
83
A. Deskripsi Data ..........................................................................
83
1. Kompetensi Pedagogik ......................................................
83
2. Kompetensi Kepribadian ...............................................
86
3. Profesionalisme Guru .....................................................
88
B. Uji prasyarat analisis ................................................................
91
1. Uji normalisasi data ..........................................................
91
2. Uji Indenpendensi variabel bebas ....................................
93
3. Linearitas dan keberartian regresi .....................................
94
xiii
C. Uji hipotesis ............................................................................. 1. Hubungan
antara
kompetensi
pedagogik
dengan
profesionalisme guru ...................................................... 2. Hubungan
antara
kompetensi
kepribadian
98
98
dengan
profesionalisme guru ...................................................
104
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru .................................................................
110
D. Pembahasan .............................................................................. 111 1. Hubungan
antara
kompetensi
pedagogik
dengan
profesionalisme guru ...................................................... 2. Hubungan
antara
kompetensi
kepribadian
112
dengan
profesionalisme guru ...................................................
114
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru ................................................................. BAB V.
116
PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………….........................
118
B. Implikasi penelitian ..........................................................
119
C. Saran …………............…………………………………….
119
DAFTAR KEPUSTAKAAN
121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
halaman Alokasi waktu penelitian ............................................... 51
Tabel 3.2
Populasi dan Sampel Penelitian ………….....................
52
Tabel 3.3
Kisi-kisi angket kompetensi pedagogik .........................
56
Tabel 3.4
Hasil uji validitas angket kompetensi pedagogik ........
59
Tabel 3.5
Kisi-kisi angket kompetensi kepribadian .....................
64
Tabel 3.6
Hasil uji validitas angket kompetensi kepribadian ........
67
Tabel 3.7
Kisi-kisi angket profesionalisme guru .........................
71
Tabel 3.8
Hasil uji validitas angket profesionalisme guru .............
74
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi skor angket kompetensi pedagogik (X1) ......................................................................
Tabel 4.2
Kategori kompetensi pedagogik (X1) di Kecamatan Kalikotes ..................................................................
Tabel 4.3
Distribusi
frekuensi
skor
angket
Tabel 4.7
88
Distribusi frekuensi skor angket profesionalisme guru (Y) ......................................................................
Tabel 4.6
86
Kategori kompetensi kepribadian (X2) di Kecamatan Kalikotes ..................................................................
Tabel 4.5
85
kompetensi
kepribadian (X2) ............................................................ Tabel 4.4
84
89
Kategori profesionalisme guru (Y) di Kecamatan Kalikotes ..................................................................
91
Uji normalitas .................................................................
92
xv
Tabel 4.8
Kooefisien korelasi variabel bebas .................................
94
Tabel 4.9
Uji linieritas X1 dan Y .............................................
95
Tabel 4.10
Kooefisien X1 terhadap Y...............................................
96
Tabel 4.11
Uji linieritas X2 dan Y .............................................
96
Tabel 4.12
Kooefisien X2 terhadap Y...............................................
97
Tabel 4.13
Tabel Anova dan koefisien regresi X1 dengan Y............
99
Tabel 4.14
Korelasi X1 dengan Y .............................................
101
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi X1.........................................................................
102
Tabel 4.16
Korelasi Parsial Antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru ...................................................
103
Tabel 4.17
Tabel Anova dan koefisien regresi X2 dengan Y ...........
104
Tabel 4.18
Korelasi X1 dengan Y.....................................................
107
Tabel 4.19
Koefisien Determinasi X1........................................
108
Tabel 4.20
Korelasi Parsial Antara Kompetensi kepribadian (X2) dengan Profesionalisme Guru .........................................
109
Tabel 4.21
Tabel Anova dan koefisien regresi X1, X2 dengan Y.....
110
Tabel 4.22
Koefisien Korelasi X1, X2 dengan Y................................
111
Tabel 4.23
Hasil Analisis Tiap Variabel ...........................................
112
Tabel 4.24
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi.....................
115
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
halaman Kerangka Berpikir………….......................................... 48
Gambar 4.1
Grafik Kompetensi Pedagogik ........................................
84
Gambar 4.2
Grafik Kompetensi Pedagogik .......................................
86
Gambar 4.3
Grafik Kompetensi Kepribadian ....................................
87
Gambar 4.4
Grafik Kompetensi Kepribadian .....................................
88
Gambar 4.5
Grafik Profesionalisme Guru .........................................
90
Gambar 4.6
Grafik Profesionalisme Guru ........................................
91
Gambar 4.7
Grafik Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik Dengan Profesionalisme Guru .......................................
Gambar 4.8
Gambar 4.9
100
Grafik Hubungan Antara Kompetensi Kepribadian Dengan Profesionalisme Guru .......................................
106
Pola Hubungan Antar Variabel ....................................
115
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1
Angket Kompetensi Pedagogik ………….....................
126
1-1
Angket Kompetensi Pedagogik Sebelum Uji Coba.........
127
1-2
Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik .................
130
1-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik .............
146
1-4
Angket Kompetensi Pedagogik Setelah Uji Coba...........
148
2
Angket Kompetensi Kepribadian ..................................
151
2-1
Angket Kompetensi Kepribadian Sebelum Uji Coba......
152
2-2
Uji Validitas Angket Kompetensi Kepribadian ..............
155
2-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Kepribadian ..........
167
2-4
Angket Kompetensi Kepribadian Setelah Uji Coba........
169
3
Angket Profesionalisme Guru ..................................
172
3-1
Angket Profesionalisme Guru Sebelum Uji Coba...........
173
3-2
Uji Validitas Angket Profesionalisme Guru....................
176
3-3
Uji Reliabilitas Angket Profesionalisme Guru ..............
188
3-4
Angket Profesionalisme Guru Setelah Uji Coba............
190
4
Data Penelitian .............................................................
193
4-1
Data Kompetensi Pedagogik .......................................
194
4-2
Data Kompetensi Kepribadian ........................................
198
xviii
4-3
Data Profesionalisme Guru ............................................
202
5
Pengujian Asumsi ..................................................
205
5-1
Uji Normalitas Data.................................................
206
5-2
Uji Independensi Variabel Bebas ...................................
207
5-3
Uji Linieritas dan Keberartian Regresi ..........................
208
6
Uji Hipotesis .................................................................
211
6-1
Uji Hipotesis Antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru ......................................................
6-2
Uji Hipotesis Antara Kompetensi Kepribadian dengan Profesionalisme Guru ......................................................
6-3
212
216
Uji Hipotesis Antara Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Kepribadian secara bersama-sama dengan
7
Profesionalisme Guru ......................................................
218
Daftar Riwayat Hidup................................................
221
xix
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkulitas. Salah satu usaha menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Pendidikan nasional
tersebut
mempunyai
fungsi
yang harus
diperhatikan. Fungsi pendidikan nasional dapat dilihat pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003: 3). Keberhasilan pendidikan akan tercapai oleh suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Untuk itu pemerintah mengusahakan mutu pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan formal. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik.
1
2
Untuk melaksanakan tugas dan meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, karena di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran. Dalam meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh pendidikan akademis yang intensif (Kunandar, 2007: 49). Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutantuntutan pembelajaran demokratis karena tuntutan tersebut merefleksikan suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa; tidak sekedar kemampua guru mengauasi pelajaran semata tetapi juga kemampua lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru yang professional. Tuntutan kehadiran guru
3
yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan, ia hadir sebagai subjek paling diandalkan. Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi. Sebelum UU No. 14 tahun 2005 dan PP N0. 19 tahun 2005 diterbitkan, ada sepuluh kompetensi dasar guru yang telah dikembangkan melalui kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Kesepuluh kompetensi itu kemudian dijabarkan melalui berbagai pengalaman belajar. Adapun sepuluh kemampuan dasar tersebut (1) kemampua menguasai bahan pelajaran yang disajikan; (2) kemampuna mengelola program belajar mengajar; (3) kemampuann mengelola kelas; (4) kemampuan menggunakan media/sumber belajar; (5) kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (7) kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kependidikan dan pengajaran; (8) kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan; (9) kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (10) kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran (Sagala Syaiful, 2009: 31). Namun dalam perjalanannya tidak ada satupun institusi yang melakukan evaluasi, apakah kesepuluh kompetensi guru ini betul-betul dipenuhi oleh guru atau tidak. Kesepuluh kompetensi ini hanya ada sebagai dokumen saja. Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini diserahkan pada guru itu sendiri. Dalam undang-undang Guru dan Dosen
4
No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah No.19/2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Profesional guru tercermin dalam berbagai keahlian yang dibutuhkan pembelajaran baik terkait dengan bidang keilmuan yang diajarkan, kepribadian, metodologi, pembelajaran, maupun psikologi belajar. Kompetensi pedagogik menunjuk pada kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian menunjuk pada kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional menunjuk pada kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial menunjuk kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (UU No 14 tahun 2005) Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
5
meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut. Standar Nasional Pendidikan penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan PP Nomer 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni dan budaya yang diampu. Profesionalisme guru disebabkan oleh banyak faktor. Adapun faktorfaktor yang dapat menyebakan rendahnya profesionalisme guru diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian kompetensi professional dan kompetensi sosial guru. Kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi profesionalisme guru. Hal ini disebabkan karena seorang guru harus mempunyai kemampuan melakukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Kemampuan mengelola pembelajaran digunakan oleh seorang guru untuk mentransfer ilmu kepada murid. Apabila seorang guru tidak memiliki kompetensi pedagogik dapat menyebabkan rendahnya profesionalisme guru dan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Kompetensi kepribadian dapat mempengaruhi profesionalisme guru. Hal ini disebabkan karena seorang guru harus mempunyai kepribadian yang
6
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional dapat mempengaruhi profesionalisme guru. Hal ini disebabkan karena seorang guru harus menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam serta menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu Kompetensi sosial dapat mempengaruhi profesionalisme guru. Hal ini disebabkan karena seorang guru harus mampu untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa apabila guru mempunyai kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian tinggi maka akan tinggi pula professionalisme guru Begitu pula sebaliknya bila kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian guru rendah maka kompetensi professional akan rendah pula. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profeionalismes guru MI di Kecamatan Kalikotes Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun penelitian ini diberi judul “Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Kepribadian Dengan Profesionalisme Guru MI Di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014”.
7
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan sejumlah masalah sebagai berikut: 1. Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru MI di kecamatan Kalikotes masih rendah. 2. Kompetensi kepribadian yang dimiliki guru MI di kecamatan Kalikotes masih rendah. 3. Profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes yang masih rendah. 4. Hubungan antara kompetensi pedagodik dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes kurang bersinergi. 5. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes kurang bersinergi.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada: 1. Hubungan antara kompetensi pedagodik dengan profesionalisme guru. 2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. 3. Hubungan antara kompetensi pedagodik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan sebagai berikut:
8
1. Adakah hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes? 2. Adakah hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes? 3. Adakah hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes. 2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes. 3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes.
F. Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik yang bersifat teoritis, maupun bersifat praktis.
9
1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru, menambah semangat dalam mengajar dan memberikan masukan pada Program Pascasarjana untuk menambah bahan pustaka serta menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis a. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru mengetahui pentingnya kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi keprbadian dan profesionalisme di kelas. b. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa juga terdorong untuk berkreasi dan berkarya lebih baik. c. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumbangan pemikiran dan masukan untuk memberikan solusi terhadap problematika pendidikan yang ada di Madrasah Ibtidaiyah dan dapat dijadikan
10
acuan untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru. d. Bagi Orang tua Penelitian ini diharapkan mampu mendorong orang tua ikut serta memantau guru-guru dalam menjalankan pembelajaran lebih berwawasan yang luas sesuai dengan batas-batas tertentu dan memberikan masukan kepada madrasah untuk meningkatkan usaha dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru memberikan pelayanan pembelajaran secara profesional.
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Pedagogik a. Pengertian Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75). Ruang lingkup kehidupan pendidik sebagai individu tiap guru
terikat dengan
kewajiban untuk
mengembangkan mutu
kinerja melalui kegiatan belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaik dalam meningkatkan potensi siswa. Hal tersebut penting agar kewibawaan diri terpelihara. Juga sebagai anggota komunitas guru wajib membangun kerja sama meningkatkan kompetensi, melakukan pengukuran, meningkatkan kapasitas diri dalam pengelolaan pembelajaran, mengembangkan pengalaman terbaik dalam mengelola pembelajaran, dan mengembangkan kompetensi profesi maupun kompetensi pedagogik. Allah memberikan petunjuk berkaitan dengan proses pembelajaran dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125:
11
12
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 2004: 224) Allah ta’ala menyuruh Rasulullah SAW agar mengajak makhluk kepada Allah dengan hikmah, yakni dengan berbagai larangan dan perintah terdapat di dalam al-Kitab dan as-Sunnah agar waspada terhadap siksa Allah. Kemudian ketika berdialog harus dengan lemah lembut, halus, dan sapaan yang sopan. Dan Allah telah mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya kerena Allah telah memutuskannya. Serta Rasulullah diperintahkan untuk jangan bersedih karena keadaan mereka. Sesungguhnya Rasulullah hanya pemberi peringatan dan penyampai risalah. Dari beberapa keterangan di atas, dapat digaris bawahi bahwa proses pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa pada saat berlangsungnya belajar mengajar yang merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk
13
mewujudkan kualitas pembelajaran yang baik serta tujuan tertentu. Dalam pembelajaran diperlukan adanya metode mengajar yang efektif. Agar menjadi efektif, pengajaran harus lebih jauh dari sekadar menyampaikan isi pelajaran dengan gaya ceramah saja, tetapi juga mengajar secara interaktif yaitu adanya interaksi antara guru dan siswa sangat diperlukan dalam belajar mengajar. Dalam berbagai studi, di antaranya di England dan Wales menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengajaran interaktif merupakan salah satu faktor
yang berhubungan paling kuat dengan hasil belajar siswa
(David Reynolds, Daniel Muijs, 2008: 66-67) Kualitas pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki di atas, dapat dilihat dari sisi proses maupun hasil. Dari sisi proses, pembelajaran dikatakan berhasil atau berkualitas apabila seluruh atau sebagian besar anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan gairah yang tinggi, semangat belajar yang besar serta percaya diri yang memadai. Sedangkan dari
sisi
hasil, pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan positif pada peserta didik. Demikian pula halnya dengan efektif dan bermaknanya sebuah pembelajaran, dapat dikatakan menemukan keberhasilan apabila memberikan keberhasilan pada sisi siswa maupun guru itu sendiri. Sehubungan dengan meningkatkan memiliki
kewajiban untuk
memenuhi
mutu mutu
kinerja
materi
guru
pelajaran,
14
mengelola proses pembelajaran agar meningkatkan minat siswa untuk belajar
baik melalui peningkatan kemampuan individu
dalam kerja sama ke-lompok. Potensi diri siswa dikembangkan melalui kerja sama. Menggunakan teknologi sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa dan
kemampuan
sekolah
menyediakan
sarananya. Mengguna-kan bahasa pengantar bahasa Indonesia mapun bahasa asing dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas setaraf dengan mutu pembelajaran di sekolah-sekolah unggul di dunia. Dunia pendidikan mengenal guru sebagai salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berkompeten dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Baik disadari maupun tidak, posisi dan peranan guru dalam mengajar dan mendidik siswa akan berdampak luas yang menyangkut berbagai aspek kehidupan anak didik. Dengan kata lain, pada setiap diri guru terletak tanggung jawab dalam membawa kemajuan dan keberhasilan siswa dalam belajarnya. Dengan demikian dapat difahami bahwa didalam proses belajar mengajar guru menduduki posisi yang sangat fital dan strategis, artinya memiliki peran penting di dalam usaha mencapai mutu atau tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Guru dapat memahami perannya berdasarkan pendapat Adams & Decey dalam Basic Principles of Student Teaching yang dikutip oleh Uzer Usman yaitu : guru adalah sebagai pengajar, pemimpin
15
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor (Usman Uzer, 1997: 9). Begitu besar peran guru dalam terwujudnya cita-cita bangsa yaitu mencerdasakan bangsa maka sebagai seorang guru haruslah betul-betul memahami peran tersebut. Peran guru sangatlah kompleks oleh karena itu Yang akan dikemukakan adalah peranan guru yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai (1) guru sebagai demonstrator (pengajar), (2) guru sebagai pengelola kelas (organisator), (3) guru sebagai fasilitator dan mediator, (4) guru sebagai evaluator. Guru identik dengan ilmu pengetahuan. Dalam proses belajar mengajar seorang guru berperan sebagai pengajar, Maka hendaknya guru senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswanya. Guru sebagai pengelola kelas artinya guru bertanggung jawab dalam mengolah segala komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisir sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan kelasnya agar senantiasa menyenangkan bagi siswa untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.
16
Guru sebagai fasilitator dan mediator maksudnya guru harus mampu memberikan kemudahan fasilitas dalam proses belajar mengajar, misalnya menciptakan suasana kondusif yang memungkinkan tarlaksananya belajar secara efisien dan efektif. Guru sebagai mediator harus memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, ketrampilan memilih dan menggunakannya serta mengusahakan media itu dengan baik. Berkaitan dengan guru sebagai mediator ini ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu : (1) Mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik; (2) Mengembangkan gaya interaksi pribadi; (3) Menumbuhkan hubungan positif dengan para siswa (Usman Uzer, 1997: 11). Guru sebagai evaluator yaitu untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran atau ketetapan dan keefektifan metode mengajar, maka guru melakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi disini menyangkut aspek intrinsik dan ekstrinsik, artinya penilaian bukan hanya dilihat dari bisa dan tidaknya mengerjakan soal tetapi juga dari aspek kepribadian atau tingkah laku anak. Dari semua uraian di atas dapat dimengerti betapa berat dan luasnya tugas dan peran guru, dimana sekian banyak peran dan tugas yang dipikulnya tersebut harus terpadu dalam penampilan guru yang manunggal dan terintegrasi. Sehingga guru tidak hanya dituntut tampil sebagi manusia yang trampil dan memiliki berbagai ilmu pengetahuan
17
semata. Akan tetapi dia juga harus hadir dihadapan siswa dengan membawa kepribadian dan tingkah laku atau budi pekerti yang luhur. Dengan demikian guru benar-benar bisa tampil sebagai central figur yang bisa di"gugu" dan di"tiru". Maksudnya dia dapat menjadi panutan dan contoh yang ideal bagi siswanya, baik dari aspek intelektual maupun moral spiritual,seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah terhadap seluruh umatnya. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al Qur'an surat Al Ahzab ayat 21:
يِف يِف ُكس َلوةٌ َلح َلسنَلةٌ يِف َلم ْدن َل َلا َلَل ْد َل َلا َل ُك ْد يِف َلر ُكسول ا لَّه أ ْد يِف ااآلر َل َل ر ا لَّه َل ثيِفريا ً يَل ْدر ُكجوا ا لَّهَل َلاْدَل ْدوَل َل َل َل َل
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan hari kiamat) dan dia banyak menyebut Allah ( Depag RI, 2004: 336 ). b. Indikator kompetensi pedagogik Kompetensi
pedagogik
ini
dikelompokkan
menjadi 10
macam, diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
18
untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi
pengembangan
potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan
hasil
penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor 16, 2007: 9). Secara oprasional kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu: (1) Perencanaan, menyangkut penetapan
tujuan
mencapainya.
dan
kompetensi serta
Perencanaan merupakan
memperkirakan fungsi
sentral
cara dari
manajemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran, guru sebagai manajer pembelajaran harus melakukan berbagai pilihan menuju tercapainya tujuan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar untuk membentuk kompetensi dasar, dan mencapai tujuan pembelajaran, (2) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang memberikan kapasitas bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk
19
kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan; (3) Pengendalian atau
ada
juga
yang
menyangkut
evaluasi
dan pengendalian,
bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses manajerial yang terakhir ini perlu dibandingkan tingkat kinerja aktual dengan kinerja
yang
telah
ditetapkan
(kinerja standar). Guru sebagai
manajer pembelajaran harus mengambil langkah-langkah
atau
tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang signifikan atau adanya kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di dalam kelas dengan yang telah direncanakan (Mulyasa, 2012: 77-78). Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut setidaknya ada 4 langkah yang harus dilakukan yakni 1) menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, 2) meningkatkan perencanaan program, 3) memilih dan melaksanakan program, serta 4) menilai perubahan program. Berdasarkan unsur-unsur yang dikemukakan di atas, maka dapat difahami bahwa guru adalah manusia dewasa yang telah memiliki bekal khusus untuk mendidik dan mengajar yang secara sadar mengabdikan diri baik secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya perkembangan dan kemajuan anak didiknya.
20
2. Kompetensi Kepribadian a. Pengertian Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah salah satu jenis kompetensi yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan profesional. Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia. (Mulyasa, 2012: 117) Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan kompetensi guru menjelaskan untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut: (1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam; (2) Menampilkan diri
21
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya; (3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa; (4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara professional; (5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a) memahami kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi guru; dan (c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru (Permendiknas Nomor 16, 2007: 11-12) Guru mempunyai kepribadian yang tidak sama meskipun masing-masing dari mereka sama-sama mempunyai pribadi keguruan, maka perlu dikembangkan secara terus menerus agar guru terampil dalam: (1) Mengenal dan mengakui bakat dan profesi dari setiap individu atau siswa yang diajarnya; (2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sebagai amanat yang bersifat menunjang secara moral terhadap murid untuk terciptanya kepahaman
22
dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru; (3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling tanggung jawab, dan saling percaya antara guru dan siswa (Zakiyah Daradjat, 1995: 263) b. Indikator Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Arti penting penguasaan kompetensi kepribadian guru adalah ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak
ditentukan
oleh
karakteristik
kepribadian
guru
yang
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang untuk menjadi guru yang sukses (Akhmad Sudrajat, 2012: tt). Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu
23
(dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya. Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Kepribadian guru di masyarakat, masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran normanorma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap
24
merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja. c. Upaya Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Kepribadian guru perlu ditingkatkan, tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian, yang isinya dapat disarikan sebagai berikut: (1) Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa penting dan dihargai, (2) Perbanyaklah membaca dan perluas interes Anda, (3) Jadilah ahli pembicara yang baik, (4) Milikilah gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat memperluas perspektif setiap orang tentang Anda, (5) Temui orang-orang baru, terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga wawasan Anda menjadi semakin luas, (6) Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan dan keunikan yang Anda miliki, (7) Milikilah sikap dan pandangan positif, (8) Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor, (9) Bersikap suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan (10) Miliki integritas dan perlakukan setiap orang dengan penuh hormat (Akhmad Sudradjat, 2012: tt). Menurut BP3K (Balai Penelitian Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan) tentang pengembangan kompetensi kepribadian, guru harus memiliki: (1) Pengetahuan tentang tata krama sosial dan agamawi; (2) Pengetahuan tentang kebudayaan dan tradisi; (3) Hakikat demokrasi dan makna demokrasi pancasila; (4) Apresiasi dan ekspresi estetika; (5) Kesadaran kewarganegaraan dan kesadaran sosial yang
25
dalam; (6) Sikap yang tepat tentang ilmu pengetahuan kinerja; (7) Menjunjung tinggi martabat manusia (Madyawati, 2011: 1).
3. Profesionalisme Guru a. Pengertian Profesionalisme Guru Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia, profession berarti pekerjaan. (John M Echols dan Hassan Shadily, 1996: 449). Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu (Kunandar, 2007: 45). Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No 14, 2005: 2) Profesionalisme adalah suatu termoniologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mem-
26
punyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan menjadi professional jika ia memiliki pengetahuan dan ketrampilan bekerja dalam bidangnya. (Sagala, 2009: 3) Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa warga Negara berhak atas pendidikan yang bermutu. Dalam mendukung harapan itu, pemerintah Indonesia menetapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (UU Sisdiknas, 2003: 27). Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU No 14, 2004: 2) Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus men-dapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang yang bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari
27
aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mam-pu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tu-han sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50). Guru senantiasa menjadi sorotan yang strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap tercapainya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula. Pendidikan dalam operasionalnya dilaksanakan oleh orangorang yang betul-betul profesional, amanah dan memiliki kompetensi di bidangnya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw; Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah bersabda;
Artinya : Apabila suatu urusan (Pekerjaan) dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran (H.R. Bukhari).
28
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat
serta mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar (Arikunto, 1993: 239). Dengan demikian maka dapat disimpulkan, pengertian profesionalisme guru ialah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan, maka untuk menunjang profesi tersebut dibutuhkan suatu teori atau penguasaan pengetahuan (kemampuan) mengenai bidang tertentu, dalam hal ini yang dikuasainya yakni kompetensi profesional guru. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesi tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan melatih
mengembangkan
ketrampilan-keterampilan
pada
siswa
(Usman, 2010: 6-7). Guru di masyarakat merupakan figure, teladan yang juga tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan bermasyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
29
bermoral pancasila. Guru mendidik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 3139) Guru mempunyai tugas betapa berat dan komplek yang harus dipikul, dimana ia tidak hanya dituntut mampu mengajar dalam arti memberikan atau mewariskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Akan tetapi ia juga dituntut mampu mendidik dalam arti menanamkan nilai-nilai dan membentuk watak dan budi pekerti anak didik. Guru bukan saja sebagai pembawa ilmu pengetahuan semata melainkan sekaligus sebagai figur atau contoh pribadi yang ideal di depan
siswanya
berkaitan
dengan
sikap,
tingkah
laku
dan
kepribadiannya. Jadi guru adalah cermin tempat anak didik dapat berkaca. Mengingat begitu besar dan mulianya tugas seorang guru, maka Islam mengangkatnya dengan derajat yang tinggi dan menempatkan pada kedudukan yang terhormat, seperti telah dijanjikan Allah dalam Al Qur'an surat Mujadillah : 11.
… Artinya : ”Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu dengan beberapa derajat....’ (Depag RI, 2004: 434) Sebagai konsekuensi dari tugas dan tanggung jawab guru yang begitu besar dan berat, tentunya kita menyadari bahwa tugas yang
30
multi dimensional tersebut tidak dapat dibebankan kepada sembarang orang. karena tidak semua orang mampu memikulnya, kecuali orang yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan memiliki kualifikasi profesional, syaratnya memiliki kemampuan dan bekal khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran baik secara pribadi maupun secara profesi. b. Indikator Profesionalisme Guru Karakteristik profesional minimum guru, berdasarkan sintesis temuan-temuan penelitian, telah dikenal karakteristik profesional minimum seorang guru, yaitu: (1) mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (2) menguasai secara mendalam bahan belajar atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya, (3) bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4) mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, dan (5) menjadi partisipan aktif masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya (Mudjia Rahardjo, 2010: 1). Secara substantif, sejumlah karakteristik tersebut sudah terakomodasi dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Beberapa di antaranya adalah: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengem-
31
bangan yang diampu, (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, dan (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki (Mudjia Rahardjo, 2010: 1). Cukup panjang dan berliku jalan untuk menegakkan profesi keguruan.
Selain
keharusan
untuk
menuntaskan
persyaratan
kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi, masih ada tantangan yang lebih berdimensi legal dan moral. Namun demikian, satu atau dua langkah sudah berhasil dilakukan. Kalau dari perspektif kemauan politik sudah pengakuan terhadap profesi guru dan dosen sudah diundangkan, maka dari perspektif guru sendiri juga harus ada usaha untuk senantiasa memantapkan profesinya. Indikator profesionalisme guru tersebut dapat dikelompokkan ke dalam aspek motivasi pengembangan dan inovasi, aspek kegiatan belajar mengajar serta aspek sikap dan perilaku. c. Macam-macam Kompetensi Profesionalisme Guru Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat dilakukan perilaku-
32
perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mulyasa, 2012: 25). Kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalitas guru yang merupakan gambaran hakikat kualitas dari perilaku seseorang. Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar, stimulus akan bergabung dengan memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu (Asmani Ma’mur Jamal, 2009: 37). Kompetensi guru adalah the ability of teacher to responsibility perform has or her duties oppropriately. Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Ade Sanjaya, 2012: tt). Kompetensi guru adalah kecakapan untuk menunjukan daya kinerja yang berkembang melalui proses belajar dan melaksanakan tugas dalam memfasilitasi berkembangnya potensi siswa melalui rekayasa suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa belajar. Kompetensi guru dikembangkan dalam
ruang
lingkup
yang
variatif
meliputi
empat
cakupan wilayah yang utama yaitu pada lingkungan sosial, kelembagaan, kelompok pendidik dan individu, serta pada lingkungan kelas. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis, sebagaimana dikutif oleh Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” dikemukakan bahwa
33
kompetensi guru yang merupakan landasan guru dalam rangka mengabdikan profesinya adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan pribadinya, (2) Menguasai landasan pendidikan, (3) Menguasai bahan pengajaran, (4) Menyusun program pengajaran, (4) Melaksanakan program pengajaran, (5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, (6) Menyelenggarakan program bimbingan, (7) Menyelenggarakan administrasi sekolah, (8) Berinteraksi dengan pejabat dan masyarakat, (9) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran (Usman, 1997: 10-15). Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik, meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial (UU Nomor 14, 2005: 6). Adapun definisi dari masing-masing kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi ha-sil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75). Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing pe-
34
serta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan (Mulyasa, 2012: 135). Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali murid dan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2012: 173). Seluruh kompetensi guru harus terintegrasi pada penampilan dirinya yang terintegrasi dengan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal sekolah yang meliputi ruang lingkup lingkungan eksternal, lingkungan lembaga pendidikan atau pada ruang lingkup sekolah, ruang lingkup dirinya, dan pada ruang lingkup kelas. Daya adaptasi guru pada keempat ruang lingkup di atas sangat bergantung pada seberapa kuat daya belajarnya sehingga meningkatkan daya adaptasinya melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaik dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti dapat mengambil pengertian bahwa guru yang profesional memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang dimiliki oleh orang awam. Dengan pengetahuan dan ketrampilan tersebut guru dapat melaksanakan fungsi-fungsi khususnya yaitu membuat dan melaksanakan keputusankeputusan dalam membelajarkan peserta didik dengan hasil yang paling efektif dan efisien, serta kemampuan memberikan pelayanan
35
sebaik-baiknya disertai dedikasi yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan insani yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada nilai material. Oleh karena itu seorang yang progresif harus mengetahui kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya, jika ternyata masih terdapat kekurangan, maka selalu berusaha mengadakan perbaikan sehingga layak mendapat sebutan sebagai guru yang berkompeten dan diakui eksistensinya di masyarakat sebagai guru yang memiliki profesi guru. Berangkat dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa kompetensi guru yaitu suatu pemilikan pengetahuan, kecakapan dan kemampuan yang dituntut dari seseorang yang berprofesi guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan. d. Hak dan Kewajiban Guru Dalam melaksanaan tugas keprofesionalan, guru berhak untuk (1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; (2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; (3) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas, dan hak atas kekayaan intelektual; (4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; (5) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; (6) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan ke-
36
lulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan; (7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; (11) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya (UU Nomor 14, 2005: 8). Sedangkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan tentang hak-hak pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut : (1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial; (2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; (3) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual, (4) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaraan pelaksanaan tugas (UU Sisdiknas, 2003: 2728). Hak-hak tersebut dalam kenyataannya mungkin masih dalam bentuk harapan dan belum menjadi kenyataan. Untuk menggapai harapan tersebut sudah barang tentu memerlukan satu usaha terus menerus dan pantang menyerah. Untuk itu, para guru harus dapat menunjukkan bahwa hak-hak yang akan diperoleh barulah setara
37
dengan kewajiban yang diberikan dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan demikian, tuntutan terhadap hak harus diikuti dengan semangat untuk melaksanakan kewajiban dengan baik. Secara umum tugas dan dan tanggung jawab pendidik dalam pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan (1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenagkan, kreatif, dinamis dan dialogis; (2) Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya (UU Sisdiknas, 2003: 28). Secara rinci, kewajiban guru dalam melaksanakan keprofesionalannya diuraikan sebagai berikut : (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
(2) meningkatkan dan mengem-
bangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan (5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU Nomor 14, 2005: 10 – 11).
38
4. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru. Faktor penting yang menyebabkan tinggi rendahnya profesionalisme guru adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini dikelompokkan menjadi 10 macam, diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan
peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor 16, 2007: 9). Profesionalisme adalah suatu termoniologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan
39
menjadi profesional jika ia memiliki pengetahuan dan ketrampilan bekerja dalam bidangnya (Sagala, 2009: 3). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa warga Negara berhak atas pendidikan yang bermutu. Dalam mendukung harapan itu, pemerintah Indonesia menetapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (UU Sisdiknas, 2003: 27). Dengan demikian maka dapat disimpulkan, pengertian profesionalisme guru ialah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan, maka untuk menunjang profesi tersebut dibutuhkan suatu teori atau penguasaan pengetahuan (kemampuan) mengenai bidang tertentu, dalam hal ini yang dikuasainya yakni kompetensi profesional guru. Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik mengandung makna komitmen terhadap tugas, ilmu pengetahuan, dan pengabdian sedangkan profesionalisme guru merupakan hasil karya, pelaksanaan kerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru.
40
5. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang profesional adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi
kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga men-jadi guru, dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru (Permendiknas No 16 Tahun 2007). Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membela-
41
jarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, salah satu komponen profesionalisme guru adalah kemampuan untuk memanajemen diri untuk menjadi sosok pribadi yang mampu menjadi suri tauladan bagi siswa dan memiliki akhlak mulia. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru menjadi pribadi yang mantap, stabil, bertanggungjawab dan berakhlak mulia. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
6. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75). Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
42
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993: 239). Untuk menguasai metode yang tepat dan berwawasan luas seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik. Pengertian guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang yang bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50). Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru dalam bertutur kata dan bertingkah laku yang mulia dalam melaksanakan tugasnya, dan profesionalisme guru adalah kemampuan
43
guru dalam melaksanakan tugas dengan professional dan bertanggungjawab sehingga mampu menghantarkan peserta didik hidup mandiri. Untuk menjadi seorang guru yang profesional maka seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian yang baik. Dengan demikian kompetensi pedagogik, kempetensi kepribadian memiliki hubungan signifikan dengan profesionalisme guru.
B. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai hubungan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru telah banyak dilakukan. Berikut ini akan diuraikan penelitian-penelitian yang sudah ada, yang berkaitan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian Maya Shofiana. Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamiiíah Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi profesionalisme guru Fiqih terhadap prestasi belajar siswa adalah 50%. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamiiíah Tegallega Cidolog Sukabumi ditentukan atau dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru sebanyak 50%, dan 50% lagi ditentukan oleh faktor yang lain. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Parminingsih dengan judul “Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dengan kompetensi profesional guru di MIM Jogosetran, Kalikotes,
44
Klaten. Hasil yang diperoleh adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor di MI Muhammadiyah Jogosetran adalah tergolong cukup. Hal ini didasarkan pada nilai angket kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor di MIM Jogosetran diperoleh skor rata-rata sebesar 69,71. dengan Deviasi Standar sebesar 3,66, dan bila disubstitusikan angket kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor di MI Muhammadiyah Jogosetran tergolong cukup (42%). Kompetensi profesional guru di MI Muhammadiyah Jogosetran adalah tergolong cukup. Hal ini dapat dilihat dari skor nilai angket kompetensi profesional guru diperoleh skor rata-rata sebesar 60,57. Deviasi Standarnya diperoleh sebesar 3,60 dan bila disubstitusikan dalam rumus dan dimasukkan ke dalam tabel akan diperoleh 57% kompetensi profesional guru terkategori cukup. Antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dengan kompetensi professional guru terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini terbukti dari analisa statistik bahwa diketahui bahwa rxy atau r0 yang diperoleh adalah = 0,960, sedangkan taraf signifikansi 5 % dan 1 % adalah 0,754 dan 0,874. Sedangkan berdasarkan nilai t
hitung
(taraf 5 %) dan 4,03 (taraf 1 %), maka t
= t xy = 7,68 dan nilai t
hitung
>t
tabel,
tabel
= 2,57
Dengan demikian Hipo-
tesa Nol Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, sehingga diperoleh keputusan uji, bahwa antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dan kompetensi profesional guru terdapat hubungan positif yang signifikan. Penelitian yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik dilakukan oleh Oun Khomsatun yang berjudul “Strategi pengembangan kompetensi peda-
45
gogik guru di SMP Islam Hidayatullah Semarang”. Hasil yang dikemukakan adalah 1) Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru SMP Islam Hidayatullah Semarang dapat dikatakan cukup, secara umum guru SMP Islam Hidayatullah Semarang telah berusaha menerapkan sepuluh indikator kompetensi pedagogik, guru SMP Islam Hidayatullah Semarang telah menyiapkan RPP setiap kali akan mengajar, RPP telah sesuai dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan, menggunakan strategi atau pendekatan yang sesuai, pemanfaatan media mengaktifkan siswa, menguasai materi, penilaian proses dan hasil. 2) Adapun analisis yang digunakan SMP Islam Hidayatullah Semarang untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru di SMP Islam Hidayatullah Semarang menggunakan analisis SWOT yaitu: Strengths, Weakness, Opportunity, Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Dari hasil analisis ini menyatakan bahwa kelemahan yang ada di SMP Islam Hidayatullah Semarang adalah wawasan profesionalitas guru dan fasilitas pendukung proses pendidikan belum memadai sehingga masih dibutuhkan pengembangan baik dari segi profesionalitas dan wawasan guru maupun fasilitas pendukung proses pendidikan. 3) Sedangkan strategi yang dilaksanaan untuk pengembangan profesionalitas guru pada kompetensi pedagogik di SMP Islam Hidayatullah Semarang menggunakan pendidikan
46
dan pelatihan yang berbentuk: MGMP, workshop, seminar, diskusi, pelatihan implementasi kurikulum 2006 dan pelatihan classroom management. Sedangkan yang berbentuk pelatihan dan pelaksanaan tugas yaitu: pelatihan pembuatan silabus dan RPP, pelatihan quantum teaching, dan pelatihan student active learning. Berdasarkan beberapa kajian hasil penelitian yang telah ada, peneliti belum menemukan judul penelitian yang sama dengan yang akan peniliti ajukan yaitu hubungan antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian
dengan profesionalisme guru. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru, hubungan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru, hubungan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian bersama-sama dengan profesionalisme guru. Sebagaimana penelitian sebelumnya, diharapkan penelitian ini memberikan gambaran bagi dunia pendidikan akan pentingnya kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian hubungannya dengan profesionalisme guru, yang selanjutnya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian masalah yang diangkat dalam penelitian ini terdapat hal yang baru. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori, dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: 1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru. Kompetensi adalah kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran dengan memahami karakteristik peserta didik, perencanaan dan
47
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi baik buruknya profesionalisme seorang guru. Kompetensi pedagogik akan membantu meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik yang menguasai peserta didik, metode dan materi pembelajaran dalam menghantarkan peserta didik menjadi seorang yang mandiri. Berdasarkan uraian tersebut diduga kompetensi pedagogik memiliki hubungan yang signifikan dengan profesionalisme guru. 2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Kompetensi kepribadian adalah suatu kemampuan seseorang dalam bersikap, bertingkah laku, bertutur kata berjiwa besar serta tanggungjawab. Kompetensi kepribadian akan tercermin dalam tindakan, tingkah laku sebagai akhlakul karimah seorang guru yang akan menentukan nilai diri guru tersebut. Kompetensi kepribadian merupakan salah satu faktor penting baik buruknya profesionalisme seorang guru. Kompetensi kepribadian akan membentuk mental dan moral seorang guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga profesional yang menjadi panutan peserta didik. Berdasarkan uraian ini diduga kompetensi kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan profesionalisme guru.
48
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Kompetensi pedagogik akan membantu meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik yang menguasai peserta didik, metode dan materi pembelajaran dalam menghantarkan peserta didik menjadi seorang yang mandiri, sedangkan kompetensi kepribadian akan membentuk mental dan moral seorang guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga profesional yang menjadi panutan peserta didik. Profesionalisme guru menuntut seorang guru untuk menguasai tidak hanya satu kompetensi saja melainkan beberapa kompetensi harus dikuasai oleh seorang guru. Diantara kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian. Dari uraian di atas, dimungkinkan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan profesionalisme guru. Dari pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
49
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru. 2. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. 3. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Berhasil dan tidaknya suatu penelitian dalam usaha menguji kebenaran suatu hipotesis sangat tergantung pada ketetapan dalam menentukan metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Sehubungan demgan hal tersebut, maka dalam bab ini diuraikan masalahmasalah yang berhubungan dengan metode yang akan digunakan dalam tesis ini. Penelitian dapat berjalan dengan lancar, baik, benar, dan dapat dipercaya apabila menggunakan cara-cara tertentu. Metode merupakan cara yang digunakan peneliti dapat dilaksanakan dengan cara terencana, sistematis dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. “Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian” (Arikunto, 2006 : 136). “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2007 : 2). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara pelaksanaan penelitian keilmuan dalam rangka mendapatkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.
50
51
Penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan berdasarkan sifat pengumpulan data yaitu pengumpulan data dengan menggunakan instrumen kuesioner yaitu angket, maka penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk mencari hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadan dengan profesionalisme guru. Penelitian ini termasuk kuantitatif korelasional (correlation design).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di MI Kecamatan Kalikotes. Penelitian ini dilaksanakan karena profesionalisme guru masih relatif rendah menimbulkan keinginan untuk mengetahui sejauh mana hubungan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. 2. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian ini adalah bulan Agustus 2013 – Januari 2014. Rincian perkiraan waktu penelitian tersebut seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian No
Kegiatan
1.
Pengajuan Judul
2
Penyusunan
Waktu September 2013
Proposal
dan Oktober 2013
52
penyusunan instrumen penelitian 3
Uji coba instrumen penelitian
Minggu ke-1 Desember 2013
4
Analisis hasil uji coba penelitian
Minggu ke-2 Desember 2013
5
Pengumpulan data penelitian
Minggu ke-3 Desember 2013
6
Analisis data penelitian
Minggu ke-3 Desember 2013
7
Penyusunan tesis
Minggu ke-4 Desember 2013 – Januari 2014
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
dari:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk menarik kesimpulan (Sugiyono, 2007: 80), Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di MI se Kecamatan Kalikotes. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian No
Asal Sekolah
Populasi
1.
MI Muhammadiyah Jogosetran
10
2.
MI Muhammadiyah Tambong
12
3.
MI Muhammadiyah Jimbung
12
Jumlah
34
53
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)” (Sugiyono, 2007:80). Dikarenakan jumlah populasi yang tidak terlalu besar maka penelitian ini mengambil sampel dalam penelitian ini karena idealnya kita harus menyelidiki keseluruhan populasi itu (Nasution, 2006: 86). Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 34 orang. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu pengambilan data dilakukan pada seluruh individu dalam populasi untuk diberi kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru. Data ketiga variabel tersebut dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket. Untuk lebih jelasnya berikut peneliti uraikan mengenai teknik pengumpulan data dari masingmasing variabel tersebut: 1. Kompetensi Pedagogik a.
Alat ukur Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi peda-gogik
menggunakan
angket
(kuesioner)
merupakan
54
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195). b.
Aturan Pemberian skor pada jawaban responden untuk kompetensi pedagogik antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab selalu (SL), skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR), skor 3 (tiga) jika responden menjawab kadang (KD),
skor 2 (dua) jika
responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika responden menjawab tidak pernah (TP). c.
Responden uji coba. Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru MI Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100 orang.
d. Definisi konseptual Kompetensi pembelajaran terhadap
peserta
peserta
pembelajaran,
pedagogik adalah kemampuan didik
didik,
yang
meliputi
perancangan
evaluasi hasil
belajar,
pemahaman
dan dan
mengelola
pelaksanaan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya e. Definisi operasional Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pem-belajaran
peserta
didik
yang
meliputi
mengelola pemahaman
55
terhadap
peserta
pembelajaran,
didik,
perencanaan
evaluasi hasil
belajar,
dan dan
pelaksanaan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik sebagai kemampuan untuk mengelola pembelajaran dengan indikator yang mengacu kepada Permendiknas nomor 17 tahun 2007, yaitu: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu;
(4)
menyelenggarakan
pembelajaran
yang
mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik dan
santun
dengan
peserta didik; (8) menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. f.
Kisi-kisi kompetensi pedagogik Berdasarkan definisi operasional disusunlah kisi-kisi sebagai berikut :
56
Tabel 3.3. Kisi-kisi angket kompetensi pedagogik No
Indikator
Nomor Butir
Jumlah
1.
Menguasai karakteristik peserta didik
16, 17, 18, 19,
6
dari aspek fisik, moral, piritual, sosial,
20, 21,
kultural, emosional dan intelektual. 2.
3.
Menguasai teori belajar dan prinsip-
7, 8, 22, 23,
prinsip pembelajaran yang mendidik.
30, 32, 41,
Mengembangkan
kurikulum
yang
1, 2, 3, 4, 5, 6,
terkait dengan mata pelajaran yang
9, 10, 11, 13,
7
10
diampu. 4.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5.
7
29, 31, 48
Memanfaatkan dan
14, 15, 24, 27,
teknologi
komunikasi
informasi
25,
1
26, 33, 38,49
4
12, 40, 44,48
4
34,35, 36, 37,
5
untuk kepentingan
pembelajaran. 6.
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik
mengaktualisasikan
untuk
berbagai
potensi
yang dimiliki. 7.
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.
8.
Menyelenggarakan
penilaian
dan
evaluasi proses dan hasil belajar. 9.
Memanfaatkan evaluasi
hasil untuk
penilaian
42, dan
43, 45, 46, 47,
4
kepentingan
pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Jumlah
28, 39
2
50
57
g. Butir angket kompetensi pedagogik Berdasarkan kisi-kisi kompetensi pedagogik dapat dituliskan butir-butir angket kompetensi pedagogik. Adapun butir-butir angket terlampir. h. Uji Coba 1) Uji Validitas Pengertian valid adalah menurut cara yang semestinya, berlaku, sahih. Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum (Dendy, 2008: 1258). Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 121). Untuk menguji validitas instrumen, peneliti menggunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhati-hati sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub variabel/indikator-indikator yang dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan. Di samping dengan validasi logis, peneliti melakukan uji validitas dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi product moment dengan nilai rtabel. Dan untuk
58
menentukan nilai
koefisien korelasi
Product
Moment
menggunakan rumus :
XY
N XY X Y
N X 2 X 2 N Y 2 Y 2
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total (Y) X = Skor item / skor butir Y = Skor total N = Banyaknya subyek penelitian Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan tidaknya instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas. Jika N = 50 dan = 5 % (0,05), yaitu 0,273 Apabila rXY >
rtabel, maka butir item tersebut valid, dan sebaliknya apabila rXY < rtabel, maka butir item tersebut tidak valid, maka butir soal tersebut tidak digunakan. Berdasarkan kompetensi
hasil
pedagogik)
uji
coba
sebagaimana
Angket
(variabel
tercantum
pada
lampiran 1-2, maka butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel (0,273) berarti tidak valid sehingga butir soal yang tidak valid dibuang atau tidak digunakan. Butir soal dengan r hitung lebih dari rtabel (0,273) berarti butir soal valid sehingga butir soal yang dapat digunakan. Adapun butir soal yang tidak digunakan atau dibuang adalah butir soal nomor 8, 12, 25, 28, 32 dan 41.
59
Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik Butir Instrumen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
rhitung
rtabel
Keterangan
0,690 0,448 0,291 0,283 0,294 0,436 0,295 0,006 0,557 0,327 0,788 0,015 0,336 0,587 0,690 0,456 0,527 0,629 0,562 0,707 0,289 0,448 0,289 0,283 0,056 0,436 0,286 0,030 0,557 0,310 0,788 0,058 0,336 0,587 0,690 0,456
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
valid valid valid valid valid valid valid tidak valid valid valid valid tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid tidak valid valid valid tidak valid valid valid valid tidak valid valid valid valid valid
60
37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
0,527 0,629 0,562 0,707 0,015 0,336 0,587 0,690 0,335 0,527 0,629 0,562 0,707 0,629
0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273 0,273
valid valid valid valid tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
2) Uji Reliabilitas Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digu-nakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121). Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut : 2 k b 1 r11 k 1 2 1
r11= rXY= Koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total (Y) k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal 2 b = jumlah varians butir
12
= varians total Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
X
2
2
X
2
N
N
61
Keterangan :
2
= varians butir
X
= jumlah skor perolehan butir
N
= jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
X
2
X 1 = 2
2
N
N
Keterangan :
12
= varians total
X
= Jumlah skor total
N
= jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, akan menginterprestasikan nilai r = rXY sebagai berikut : Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat tinggi. Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat rendah. Hasil uji reliabilitas angket kompetensi pedagogik didapatkan dengan bantuan SPSS for window 18. Hasil reliabilitas
menunjukkan
bahwa
angket
kompetensi
62
pedagogik mempunyai tingkat reliabilitas 0,756, jika diinterpretasikan
maka
reliabilitas
angket
kompetensi
pedagogik termasuk kategori tinggi. 2. Kompetensi kepribadian a. Alat ukur Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi kepri-badian menggunakan angket (kuesioner) merupakan pengumpulan
data
yang
dilakukan
dengan
cara
memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195). b. Aturan Pemberian skor pada jawaban responden untuk kompetensi ke-pribadian antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab selalu (SL), skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR), skor 3 (tiga) jika responden menjawab kadang (KD),
skor 2 (dua) jika
responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika responden menjawab tidak pernah (TP). c. Responden uji coba. Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru SD/MI Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100 orang. d. Definisi konseptual Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi
63
lainnya:
sosial,
pedagogik,
dan
profesional.
Kompetensi
kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia e. Definisi operasional Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sebagai akhlak mulia guru mencakup indikator-indikator (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial,
dan kebudayaan nasional
Indonesia;
(2)
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru. f. Kisi-kisi kompetensi kepribadian Berdasarkan definisi operasional maka disusunlah kisi-kisi kompetensi kepribadian sebagai berikut :
64
Tabel 3.5 Kisi-kisi angket kompetensi kepribadian No
Indikator
Nomor Butir
Jumlah
1.
Bertindak sesuai dengan norma agama,
1, 2, 3, 4, 5,
11
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
6, 7, 8, 9, 10,
Indonesia; 2.
19,
Menampilkan diri sebagai pribadi yang
11, 12, 13,
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
14, 15, 16,
peserta didik dan masyarakat;
17, 24, 38,
13
39, 40, 41, 42 3.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang
21, 22, 23,
mantap,
dan
27, 31, 32
tanggung
18, 20, 25,
jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
28, 29, 30,
stabil,
dewasa,
arif,
6
berwibawa 4.
Menunjukkan
etos
kerja,
guru, dan rasa percaya diri, 5.
7
33,
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru,
26, 34, 35,
5
36,37, Jumlah
42
g. Butir angket kompetensi kepribadian Berdasarkan kisi-kisi kompetensi kepribadian dapat dituliskan butir-butir angket kompetensi kepribadian. Adapun butir-butir angket terlampir. h. Uji Coba Instrumen
kompetensi
kepribadian
diuji
validitas
dan
realibititas dengan tujuan untuk menganalisis instrumen yang disusun
65
valid, yang kemudian dijadikan sebagai dasar penggunaan instrumen sebagai alat pengumpulan data penelitian. 1) Uji Validitas Pengertian valid adalah menurut cara yang semestinya, ber-laku, sahih. Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum (Dendy, 2008: 1258). Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 121). Untuk menguji validitas instrumen, penelitian ini menggunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhati-hati sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub variabel/indikator-indikator yang dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan. Disamping dengan validasi logis, dilakukan uji validitas dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi product moment dengan nilai rtabel. Dan untuk menentukan nilai koefisien korelasi Product Moment menggunakan rumus :
XY
N XY X Y
N X 2 X 2 N Y 2 Y 2
66
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total ( Y ) X = Skor item / skor butir Y = Skor total N = Banyaknya subyek penelitian Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan tidaknya instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas. Jika N = 42 dan = 5 % (0,05), yaitu 0,304. Apabila rXY >
rtabel, maka butir item tersebut valid, dan sebaliknya apabila rXY < rtabel, maka butir item tersebut tidak valid, maka butir soal tersebut tidak digunakan. Berdasarkan hasil uji coba Angket (variabel kompetensi kepribadian) sebagaimana tercantum pada lampiran 2-2, maka butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel (0,304) berarti tidak valid sehingga butir soal yang tidak valid dibuang atau tidak digunakan. Butir soal dengan r hitung lebih dari rtabel (0,304) berarti butir soal valid
sehingga butir soal
yang dapat
digunakan. Adapun butir soal yang tidak digunakan atau dibuang adalah butir soal nomor 7 dan 27. Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
67
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Angket Kompetensi Kepribadian Butir Instrumen rhitung rtabel Keterangan 1. 0,337 0,304 valid 2. 0,337 0,304 valid 3. 0,348 0,304 valid 4. 0,351 0,304 valid 5. 0,316 0,304 valid 6. 0,565 0,304 valid 7. 0,018 0,304 tidak valid 8. 0,302 0,304 valid 9. 0,622 0,304 valid 10. 0,341 0,304 valid 11. 0,739 0,304 valid 12. 0,326 0,304 valid 13. 0,307 0,304 valid 14. 0,403 0,304 valid 15. 0,576 0,304 valid 16. 0,530 0,304 valid 17. 0,346 0,304 valid 18. 0,385 0,304 valid 19. 0,387 0,304 valid 20. 0,517 0,304 valid 21. 0,320 0,304 valid 22. 0,535 0,304 valid 23. 0,382 0,304 valid 24. 0,340 0,304 valid 25. 0,358 0,304 valid 26. 0,565 0,304 valid 27. 0,048 0,304 tidak valid 28. 0,319 0,304 valid 29. 0,622 0,304 valid 30. 0,341 0,304 valid 31. 0,739 0,304 valid 32. 0,317 0,304 valid 33. 0,306 0,304 valid 34. 0,403 0,304 valid 35. 0,576 0,304 valid 36. 0,530 0,304 valid 37. 0,312 0,304 valid 38. 0,519 0,304 valid 39. 0,387 0,304 valid 40. 0,517 0,304 valid 41. 0,330 0,304 valid 42. 0,318 0,304 valid
68
2) Uji Reliabilitas Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121). Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut : 2 k b r11 k 1 1 2 1
r11= rXY= Koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total (Y) k
= Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2 b
= jumlah varians butir
12
= varians total Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
X
2
2
X
2
N
N
Keterangan :
2
= varians butir
X
= jumlah skor perolehan butir
N
= jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
69
X
2
12 =
X
2
N
N
Keterangan :
12
= varians total
X
= Jumlah skor total
N
= jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, langkah selanjutnya menginterprestasikan nilai r = rXY sebagai berikut : Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat tinggi. Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat rendah Hasil uji reliabilitas angket kompetensi kepribadian didapatkan dengan bantuan SPSS for window 18. Hasil reliabilitas
menunjukkan
bahwa
angket
kompetensi
kepribadian mempunyai tingkat reliabilitas 0,725. Berdasarkan interprestasi yang telah dikemukakan, maka instrumen variabel kompetensi kepribadian reliabilitasnya tinggi.
70
3. Profesionalisme Guru a. Alat ukur Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi kepri-badian
menggunakan
angket
(kuesioner)
merupakan
pengumpulan da-ta yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan
atau
per-nyataan
tertulis
kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195). b. Aturan Pemberian
skor
pada
jawaban
responden
untuk
kompetensi kepribadian antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab selalu (SL), skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR), skor 3 (tiga) jika responden menjawab kadang (KD), skor 2 (dua) jika responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika responden menjawab tidak pernah (TP). c. Responden uji coba. Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru SD/MI Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100 orang. d. Definisi konseptual Profesionalisme
guru
adalah
bahwa
guru
harus
mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam
71
arti memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar e. Definisi operasional Profesionalisme guru adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan, maka untuk menunjang profesi tersebut dibutuhkan suatu teori atau penguasaan pengetahuan (kemampuan) mengenai bidang tertentu, meliputi aspek motivasi pengembangan dan inovasi, aspek kegiatan belajar mengajar dan aspek sikap dan perilaku. f. Kisi-kisi profesionalisme guru Berdasarkan definisi operasional dapat dijabarkan dalam indikator-indikator variabel. Adapun kisi-kisi profesionalisme guru sebagai berikut : Tabel 3.4. Kisi-kisi angket profesionalisme guru No 1.
Indikator Motivasi
Pengembangan
dan inovasi
Nomor Butir
Jumlah
1, 2, 3, 4, 5,
5
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 2.
Kegiatan belajar mengajar
13, 14, 15, 16, 17, 18,
17
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 3.
Sikap dan perilaku
29, 30, 31, 32, 33, 34,
13
35 Jumlah
35
72
g. Butir angket profesionalisme guru Berdasarkan kisi-kisi profesionalisme guru dapat dituliskan butirbutir angket profesionalisme guru. Adapun butir-butir angket terlampir. h. Uji Coba Instrumen profesionalisme guru diuji validitas dan realibititas dengan tujuan untuk menganalisis instrumen yang disusun valid, yang kemudian dijadikan sebagai dasar penggunaan instrumen sebagai alat pengumpulan data penelitian. 1) Uji Validitas Pengertian valid adalah
menurut cara yang
semestinya, berlaku, sahih. Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum (Dendy, 2008: 1258). Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 121). Untuk menguji validitas instrumen, penelitian ini menggunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhatihati sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah
73
variabel
menjadi
sub
variabel/indikator-indikator
yang
dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan. Disamping dengan validasi logis, dilakukan uji validitas dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi product moment dengan nilai rtabel. Dan untuk menentukan nilai koefisien korelasi Product Moment menggunakan rumus :
XY
N XY X Y
N X 2 X 2 N Y 2 Y 2
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total ( Y ) X = Skor item / skor butir Y = Skor total N = Banyaknya subyek penelitian Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan tidak-nya
instrumen
penelitian
reliabilitas. Jika N = 35 dan
adalah
validitas
dan
= 5 % (0,05), yaitu 0,344.
Apabila rXY > rtabel, maka butir item tersebut valid, dan sebaliknya apabila rXY < rtabel, maka butir item tersebut tidak valid, maka butir soal tersebut tidak digunakan. Berdasarkan
hasil
uji
coba
Angket
(variabel
profesionalisme guru) sebagaimana tercantum pada lampiran 3-2, maka butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel (0,344) berarti tidak valid sehingga butir soal yang tidak valid
74
dibuang atau tidak digunakan. Butir soal dengan r hitung lebih dari rtabel (0,344) berarti butir soal valid sehingga butir soal yang
dapat
digunakan.
Hasil
uji
validitas
angket
profesionalisme guru adalah didapati semua butir soal dinyatakan valid sehingga tidak ada butir soal yang dibuang. Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Angket Profesionalisme Guru Butir Instrumen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
rhitung
rtabel
Keterangan
0,362 0,349 0,351 0,362 0,345 0,687 0,494 0,359 0,666 0,348 0,353 0,656 0,434 0,353 0,348 0,347 0,379 0,363 0,533 0,570 0,351 0,347 0,376 0,421 0,533
0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
75
26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344
0,519 0,361 0,359 0,649 0,494 0,366 0,666 0,349 0,355 0,402
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
2) Uji Reliabilitas Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan meng-hasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121). Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut : 2 k b 1 r11 k 1 2 1
r11= rXY= Koefisien korelasi
skor butir (X) dengan skor total
(Y) k
12
= Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal 2 b
= jumlah varians butir = varians total
Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
76
X
2
2
X
2
N
N
Keterangan :
2
= varians butir
X
= jumlah skor perolehan butir
N
= jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
X
2
12 =
X
2
N
N
Keterangan :
12
= varians total
X
= Jumlah skor total
N
= jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, langkah selanjutnya menginterprestasikan nilai r = rXY sebagai berikut : Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat tinggi. Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat rendah
77
Hasil uji reliabilitas angket profesionalisme guru didapatkan dengan
bantuan
SPSS
for
window
18. Hasil
reliabilitas
menunjukkan bahwa angket profesionalisme guru mempunyai tingkat reliabilitas 0,665. Berdasarkan interprestasi yang telah dikemukakan, maka instrumen variabel
profesionalisme guru
reliabilitasnya tinggi.
E. Teknik Analisis Data Analisis data meliputi uji asumsi dan uji hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Asumsi a. Data berdistribusi normal Uji normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah regresi variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempu-nyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menggunakan uji normalitas Liliefors. 1) Jika Lhitung < Ltabel maka Ho diterima berarti distribusi sebenar-nya tidak normal. 2) Jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak berarti distribusi sebenar-nya tidak normal. b. Regresinya linear dan signifikan Uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model persamaan yang kita peroleh cocok atau tidak. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
78
Ftabel = (1- ) (k-2;N,k) Menghitung : Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak berarti persamaannya tidak linier. Jika Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima berarti persamaannya linier (Sudjana, 1996 : 330 : 337). c. Variabel bebas independen Independen variabel bebas diuji menggunakan cara melihat saling korelasi antar variabel. Dua atau lebih variabel bebas mempunyai hubungan apabila mereka mempunyai korelasi minimal 0,80. Jika dua variabel bebas tersebut mempunyai korelasi minimal maka keduanya mempunyai variabel yang sama dalam mempengaruhi variabel terikat sehingga variabel bebas yang mempunyai korelasi lebih rendah dengan variabel terikat dikeluarkan dari model (Purwanto, 2008: 290-291). 2. Uji Hipotesis a. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan professionalisme guru Untuk menganalisis data yang ada, penelitian ini akan menggunakan teknik: 1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan rumus:
79
N XY X Y
X 1Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan :
rXY = Σ XY =
Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan sekor Y = Jumlah seluruh sekor variabel X
ΣX ΣY = N
Jumlah seluruh sekor variabel Y = Number of Cases (Anas, 2003: 193)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggunakan rumus :
tXY =
rXY n 2 1 rXY 2
t xy = Tingkat signifikansi rxy = Angka indek korelasi n
= Jumlah subyek penelitian
3) Memberikan interprestasi terhadap nilai rXY atau r0 dengan cara berkonsultasi pada Tabel Nilai “r” Product Moment. dengan memperhitungkan df-nya lebih dahulu, dengan rumus: Df = N – nr Jika rXY atau r0 pada taraf signifikansi 5% dan 1 % sama besarnya atau lebih besar dengan r
tabel
atau rt, maka
kedua variabel ada korelasi positif, dan jika perolehan
80
thitung > t
tabel,
maka pada taraf signifikansi Hipotesa Nol
Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, berarti bahwa memang ada korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. b. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan professionalisme guru Untuk menganalisa data yang ada, penelitian ini menggunakan teknik: 1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan rumus:
N XY X Y
X 2Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rX2Y
=
Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
Σ XY =
Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan sekor Y = Jumlah seluruh sekor variabel X
Σx ΣY = N
=
Jumlah seluruh sekor variabel Y Number of Cases (Anas, 2003: 193)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggunakan rumus :
t XY =
rXY n 2 1 rXY 2
t xy = Tingkat signifikansi rxy = Angka indek korelasi
81
n
= Jumlah subyek penelitian
3) Memberikan interprestasi terhadap nilai rXY atau r0 dengan cara berkonsultasi pada Tabel Nilai “r” Product Moment. dengan memperhitungkan df-nya lebih dahulu, dengan rumus: Df = N – nr Jika rXY atau r0 pada taraf signifikansi 5% dan 1 % sama besarnya atau lebih besar dengan r
tabel
atau rt, maka
kedua variabel ada korelasi positif, dan jika perolehan thitung > t
tabel,
maka pada taraf signifikansi Hipotesa Nol
Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, berarti bahwa memang ada korelasi positif yang signifikan anatara variabel X dan variabel Y. c. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru Untuk menganalisa data kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan peofesionalisme guru, digunakan teknik: 1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan rumus:
r 2 yx1 r 2 yx2 2ryx1 ryx2 rx1 x2 yx1 x2 1 r 2 x1 x2
82
Keterangan : Ryx1x2 Ryx1x2 Ryx1x2 Ryx1x2 N
=
Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel y = Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan sekor Y = Jumlah seluruh sekor variabel X = Jumlah seluruh sekor variabel Y = Number of Cases (Sugiyono, 2007: 191)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggunakan ru-mus :
F h=
R2 / k 1 R 2 / n k 1
R = Koofesiensi korelasi ganda k = jumlah variabel independen n
= Jumlah subyek penelitian (Sugiyono, 2007: 192)
Dalam hal ini berlaku ketentuan bila Fh lebih besar dari Ft, maka koofesien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil menyebar angket kepada 34 guru MI se kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Variabel dalam penelirian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang pertama adalah kompetensi pedagogik dan variabel bebas yang kedua adalah kompetensi kepribadian. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru. Data yang telah terkumpul secara lengkap, kemudian dikelompokkan sesuai dengan proporsinya masingmasing agar mempermudah dalam penganalisaannya. Setelah semua data dikelompokkan maka dilakukanlah analisa data. Hasil penelitian secara terperinci dari masing-masing variabel tersaji berikut ini: 1. Kompetensi Pedagogik (X1) Data mengenai kompetensi pedagogik diperoleh dengan menyebar angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 178 dan skor terendah adalah 156. Selanjutnya didapatkan mean sebesar 165,62 dan standar deviasi 6,457 (data perhitungan ada di lampiran). Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval
83
84
yaitu (178 – 156) : 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5. Berdasarkan hasil variabel ini dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Angket Kompetensi Pedagogik (X1) No
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5
176 - 180 171 - 175 166 - 170 161 - 165 156 - 160
2 7 7 10 8 34
6 21 21 29 23 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang menjawab kompetensi pedagogik dengan skor terbanyak adalah 161 – 165 sebanyak 10 responden. Dari tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut:
30 25 176 - 180
20
171 - 175
15
166 - 170
10
161 - 165
5 0
Gambar 4.1 Grafik Kompetensi Pedagogik Setelah
data
terkumpul,
langkah
berikutnya
adalah
mengklasifikasikan data untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu
85
jumlah responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini adalah hasil perhitungan klasifikasi responden yang menjawab kompetensi pedagogik. Tabel 4.2 Kategori Kompetensi Pedagogik (X1) di Kecamatan Kalikotes No 1 2 3
Kelas Interval >172,08 159,16 – 172,08 <159,16 Jumlah
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Tinggi Sedang Rendah
8 19 7 34
23 56 21 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa skor kompetensi pedagogik guru MI di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori sedang mencapai yaitu 56% (19 responden). Sedangkan kategori, tinggi 23% (8 responden) dan rendah sebesar 21% (7 responden). Dari tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
86
tinggi 23%
rendah 21%
sedang 56% tinggi rendah
sedang
Gambar 4.2 Grafik Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian (X2) Data
mengenai
kompetensi
kepribadian
diperoleh
dengan
menyebar angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 172 dan skor terendah adalah 150. Selanjutnya didapatkan mean sebesar 159,71 dan standar deviasi 6,436 (data perhitungan ada di lampiran). Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval yaitu (172 – 150) : 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5. Berdasarkan hasil variabel ini dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skor angket kompetensi kepribadian (X2) No
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5
170 – 174 165 – 169 160 – 164 155 – 159 150 – 154
2 7 7 10 8 34
6 21 21 28 24 100
87
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang menjawab kompetensi kepribadian dengan skor terbanyak adalah 155 – 159 sebanyak 10 responden. Dari tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
30 25 170 – 174
20
165 – 169
15
160 – 164
10
155 – 159
5
150 – 154
0 Persentase
Gambar 4.3 Grafik Kompetensi Kepribadian Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan data untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini
88
adalah hasil perhitungan klasifikasi responden yang menjawab kompetensi kepribadian. Tabel 4.4 Kategori kompetensi kepribadian (X2) di Kecamatan Kalikotes No
Kelas Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3
>166,15 153,28 – 166,15 <153,28
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
8 19 7 34
23 56 21 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa skor kompetensi kepribadian guru MI di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori sedang yaitu 56% (19 responden). Sedangkan kategori tinggi mencapai 23% (8 responden), dan kategori rendah sebesar 21% (7 responden). Dari tabel distribusi frekuensi data dapat disajikan dalam grafik berikut ini: tinggi 23%
rendah 21%
sedang 56% tinggi rendah
sedang
Gambar 4.4 Grafik Kompetensi Kepribadian
89
3. Profesionalisme Guru Data mengenai kompetensi profesionalisme guru diperoleh dengan menyebar angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 175 dan skor terendah adalah 150. Selanjutnya didapatkan mean sebesar 164,94 dan standar deviasi 7,071 (data perhitungan ada di lampiran). Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval yaitu (175 – 150) : 5 = 5. Berdasarkan hasil variabel ini dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Angket Profesionalisme Guru (Y) No
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5
170 – 175 165 – 169 160 – 164 155 – 159 150 – 154
9 12 6 4 3 33
26 35 18 12 9 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang menjawab angket profesionalisme guru dengan skor terbanyak adalah 165 – 169 sebanyak 12 responden (35%). Dari tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
90
35 30 25
170 – 175
20
165 – 169 160 – 164
15
155 – 159 150 – 154
10 5 0
Gambar 4.5 Grafik Profesionalisme Guru Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan data untuk mengetahui profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini adalah
hasil
perhitungan
profesionalisme guru.
klasifikasi
responden
yang
menjawab
91
Tabel 4.6 Kategori Profesionalisme Guru (Y) Di Kecamatan Kalikotes No
Kelas Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
>172,01
Tinggi
7
21
2
157,87 – 172,01
Sedang
21
61
3
<157,87
Rendah
6
18
Jumlah
34
100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa skor profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori sedang yaitu 61% (21 responden). Sedangkan kategori tinggi mencapai 21% (7 responden), dan rendah sebesar 18% (6 responden). Dari tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini: rendah 18%
tinggi 21%
sedang 61% tinggi rendah
sedang
Gambar 4.6 Grafik Profesionalisme Guru
92
B. Uji Prasyarat Analisis Penelitian ini menggunakan analisis regresi, sehingga ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum analisis dilaksanakan. Hal tersebut untuk memperkecil terjadinya penyimpangan. Persyaratan itu adalah uji normalitas dan uji linieritas tersebut. Berikut adalah hasil perhitungan masing-masing uji persyaratan tersebut. 1. Uji Normalitas Data Uji normalisasi digunakan untuk mengetahui apakah variabel profesionalisme guru memenuhi kriteria distribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S) dengan bantuan SPSS releas 18 for windows dengan ketentuan jika nilai signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal, tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
Tabel 4.7 Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Profesionalisme Guru
df
.128 .121 .121
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
34
.173
.941
34
.065
34
.200
*
.945
34
.084
.200
*
.937
34
.049
34
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Hasil pengolahan data K-S tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :1) data variabel kompetensi pedagogik memiliki nilai signifikansi
93
0,173, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal, 2) data variabel kompetensi kepribadian memiliki nilai signifikansi 0,200, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal, 3) data variabel kompetensi pedagogik memiliki nilai signifikansi 0,200, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal.
2. Uji Independensi Variabel Bebas Uji independensi variabel bebas dilakukan untuk menguji variabel bebas yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian. Untuk menguji independensi variabel bebas dalam penelitian digunakan program SPSS 18 for windows. Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian tidak saling berhubungan karena koefisien korelasi antar variabel karang dari 0,80. Menurut Purwanto (2008: 290 – 291) dua atau lebih variabel bebas saling berhubungan apabila mereka mempunyai korelasi minimal 0,80. Bila dua atau lebih variabel bebas memiliki korelasi tinggi maka merupakan variabel yang sama dalam mempengaruhi variabel terikat maka harus diambil salah satu variabel yang memiliki korelasi lebih tinggi dan salah satunya dikeluarkan dari model.
94
Tabel 4.8 Kooefisien Korelasi Variabel Bebas Correlations
Kompetensi
Pearson Correlation
Pedagogik
Sig. (2-tailed)
Kompetensi
Kompetensi
Pedagogik
Kepribadian
N Kompetensi
Pearson Correlation
Kepribadian
Sig. (2-tailed) N
Profesionalisme
Pearson Correlation
Guru
Sig. (2-tailed) N
1
Profesionalisme Guru
.998
**
.550
**
.000
.001
34
34
34
**
1
.998
.000
.559
**
.001
34
34
34
**
**
1
.550
.559
.001
.001
34
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nilai koefisien korelasi antara variabel kompetensi pedagogik (X1) dan profesionalisme guru sebesar 0,550. Nilai koefisien korelasi antara kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru sebesar 0,559 yang berarti < 0,80 sehingga dapat dikatakan bahwa dua variabel bebas tidak saling berhubungan.
3. Linearitas dan keberartian regresi Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dan variabel terikat memiliki hubungan linear atau tidak. Hal ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan model regresi dengan kaidah bila Fhitung > Ftabel maka persamaan garis regresi tidak linear, sedangkan bila Fhitung < Ftabel maka persamaan garis regresi menunjukkan linear. Jika
95
hubungan variabel bebas dan terikat telah berpola linear maka dapat dilakukan analisis uji regresi. a. Hubungan kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru Untuk menguji linearitas dan keberartian regresi digunakan program SPSS 18. Tabel 4.9 Uji lineritas X1 dan Y ANOVA Table Sum of
Mean
Squares
df
1072.132
18
Square
Profesionali Between
(Combined)
sme Guru *
Linearity
499.721
1
Deviation from Linearity
572.411
17
33.671
577.750
15
38.517
1649.882
33
Groups
Kompetensi Pedagogik
Within Groups Total
59.563
F
Sig.
1.546
.199
499.721 12.974
.003
.874
.608
Dengan melihat tabel di atas diketahui Fh = 0,874 dengan Ft untuk db 1 pada taraf signifikansi 5% = 4,13 dan 1% = 7,44. Dikarenakan Fh < Ft atau 0,874 < 4,13 dan p (signifikan) > 0,05 atau 0,608 > 0,05 berarti hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru berpola linear. Selanjutnya dilakukan uji keberartian persamaan regresinya. Hasil dari analisis regresi sederhana antara pasangan data kompetensi pedagogik (X1) dengan profesionalisme guru (Y) dapat dilihat pada tabel regresi berikut:
96
Tabel 4.10 Kooefisien X1 terhadap Y a
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 65.135 26.787
Model
1
(Constant)
Kompetensi Pedagogik .603 a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
.162
.550
t 2.432
Sig. .021
3.729
.001
Untuk mengetahui keberartian regresinya dilakukan uji t, adapun kaidah keputusan untuk uji t adalah jika nilai thitung > ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Dengan menggunakan program SPSS 18 diperoleh nilai thitung sebesar 3,729 untuk responden sebanyak 34. Untuk memperoleh nilai ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 digunakan rumus N – K (N= jumlah sampel. K= jumlah variabel sehingga ttabel dari 34 – 2 = 32 adalah 2,040. Karena nilai thitung 3,729 > 2,040, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berarti atau signifikan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru. b. Hubungan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru Untuk menguji linearitas dan keberartian regresi digunakan program SPSS 18. Tabel 4.11 Uji lineritas X2 dan Y
Profesionalis me Guru * Kompetensi Kepribadian
ANOVA Table Sum of Squares Between (Combined) 1079.132 Groups Linearity 515.422 Deviation from Linearity 563.710 Within Groups 570.750
df 17 1 16 16
Total
33
1649.882
Mean Square F 63.478 1.780 515.422 14.449 35.232 .988 35.672
Sig. .128 .002 .510
97
Dengan melihat tabel di atas diketahui Fh = 0,988 dengan Ft untuk db 1 pada taraf signifikansi 5% = 4,13 dan 1% = 7,44. Dikarenakan Fh < Ft atau 0,988 < 4,13 dan p (signifikan) > 0,05 atau 0,510 > 0,05 berarti hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru berpola linear. Selanjutnya dilakukan uji keberartian persamaan regresinya. Hasil dari analisis regresi sederhana antara
pasangan
data
kompetensi
kepribadian
(X2)
dengan
profesionalisme guru (Y) dapat dilihat pada tabel regresi berikut: Tabel 4.12 Kooefisien X2 terhadap Y Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant)
a
Std. Error
66.877
25.739
.614
.161
Kompetensi Kepribadian
Beta
t
.559
Sig.
2.598
.014
3.813
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Untuk mengetahui keberartian regresinya dilakukan uji t, adapun kaidah keputusan untuk uji t adalah jika nilai thitung > ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Dengan menggunakan program SPSS 18 diperoleh nilai thitung sebesar 3,813 untuk responden sebanyak 34. Untuk memperoleh nilai ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 digunakan rumus N – K (N= jumlah sampel. K= jumlah variabel sehingga ttabel dari 34 – 2 = 32 adalah 2,040.
98
Karena nilai thitung 3,813 > 2,040, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berarti atau signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
C. Uji Hipotesis Penelitian ini mengajukan tiga hipotesis yang perlu diuji secara empiris. Semua hipotesis adalah dugaan tentang korelasi antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan profesionalisme guru. Teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel tersebut adalah teknik statistik korelasi product moment dan regresi, baik secara sederhana dan ganda. Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya kontribusi dari variabel X terhadap variabel Y. 1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan kompetensi pedagogik (X1) dan profesionalisme guru (Y). Diartikan bahwa semakin tinggi kompetensi pedagogik maka akan meningkatkan profesionalisme guru. Ho
= Tidak ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dengan profesionalisme guru (Y).
Ha
=
Ada
hubungan
kompetensi
profesionalisme guru (Y).
pedagogik
(X1)
dengan
99
Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi pedagogik X1) dengan profesionalisme guru (Y). Tabel 4.13 Tabel Anova dan koefisien regresi X1 dengan Y b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
499.721
1
499.721
Residual
1150.161
32
35.943
Total
1649.882
33
F
Sig.
13.903
.001
a
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant) Kompetensi Pedagogik
a
Std. Error
65.135
26.787
.603
.162
Beta
t
.550
Sig.
2.432
.021
3.729
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari hasil uji analisis pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung = 13,903 dengan tingkat probilitas 0,01. Oleh karena itu 0,01 < 0,05 maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi profesionalisme guru. Berdasarkan tabel kooefisien regresi pada tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien regresi sebesar 0,550 dan konstanta sebesar 65,135 serta harga thitung dan tingkat signifikan sebesar 0,001 artinya apabila tidak ada variabel kompetensi pedagogik maka profesionalisme guru akan sebesar 65,135. Koefisien regresi sebesar 0,550 menyatakan setiap penambahan
100
satu poin pada variabel kompetensi pedagogik maka diprediksikan akan meningkatkan profesionalisme guru sebesar 0,550. Jadi hal ini menyatakan arah prediksi yang searah atau linear. Kenaikan variabel X1 akan mengakibatkan kenaikan variabel bebas (Y). Dari kedua koefisien diperoleh persamaan regresi Y = 65.135 + 0,550. Persamaan regresi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.7 Grafik Hubungan antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data terdistribusi dengan normal dengan model regresi ini telah memenuhi normalitas. Persamaan regresi Y = 65.135 + 0,550 X1 dapat diinterpretasikan bahwa
101
apabila kompetensi pedagogik (X1) dan profesionalisme guru diukur dengan menggunakan instrumen ini, maka setiap kenaikan skor kompetensi
pedagogik
satu
poin
akan
diikuti
kenaikan
skor
profesionalisme guru 0,550 pada arah yang sama dengan konstanta 65.135. Selanjutnya pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment yang dihitung dengan bantuan SPSS 18. Berikut ini tabel hasil perhitungannya: Tabel 4.14 Korelasi X1 dengan Y Correlations
Kompetensi Pedagogik
Pearson Correlation
Kompetensi
Profesionalisme
Pedagogik
Guru 1
Sig. (2-tailed) N Profesionalisme Guru
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.550
**
.001 34
34
**
1
.550
.001 34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, diperoleh koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan rxy = 0,550 yang berarti terdapat hubungan yang positif di antara keduanya. Hal ini dapat pula dibuktikan dengan melihat uji signifikansinya. Kaidah untuk uji signifikansi adalah jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan 0,05 dengan nilai probabilitas sig. Jika nilai probababilitas lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0,005 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya
102
signifikan. Nilai signifikansi 0,01 < 0,05 berarti hubungan kedua variabel signifikan. Tabel 4.15 Koefisien Determinasi X1 b
Model Summary Model R d i m e n s
1
.550
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.303
.281
5.995
i o n 0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R
sebesar 0,550 dan
Dterminasi (Rsquare) sebesar 0,303 yang merupakan pengkuadratan dari koefisien nilai R. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi pedagogik
memberikan
sumbangan
atau
kontribusi
kepada
profesionalisme guru sebesar 0,303 atau 30,3%. Sedangkan sissanya (100% - 30,3% = 69,7%) dipengaruhi faktor lain di luar penelitian. Rsquare berkisar pada angka 0 sampai 1 dengan catatan semakin kecil angka Rsquare maka semakin lemah hubungan kedu variabel. Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru digunakan analisis korelasi parsial yakni analisis hubungan antara dua variabel dengan mengendalikan variabel lain yang dianggap mempengaruhi (dibuat konstan). Hal ini dimaksudkan agar hubungan kedua variabel tidak dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis ini akan menunjukkan koefisien
103
korelasi untuk mengukur erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan dan berarti atau tidaknya hubungan. Tabel 4.16 Korelasi Parsial Antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru Correlations Control Variables -none-
a
Profesionali sme Guru
Profesionalisme Guru Kompetensi Pedagogik
Correlation
1.000
.550
.559
Significance (2-tailed)
.
.001
.001
df
0
32
32
Correlation
.550
1.000
.998
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
df Kompetensi Kepribadian Kompetensi Profesionalisme Kepribadian Guru
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kompetensi Pedagogik Kepribadian
32
0
32
Correlation
.559
.998
1.000
Significance (2-tailed)
.001
.000
.
32 1.000
32 -.157
0
Significance (2-tailed)
.
.384
df
0
31
-.157
1.000
.384
.
31
0
df Correlation
Correlation Significance (2-tailed) df
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Dari tabel tampak jelas bahwa hubungan kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme
guru
sebelum
kompetensi
kepribadian
dikendalikan memiliki korelasi positif dengan koefisien sebesar 0,550 dengan taraf signifikansi 0,001 < sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya kedua variabel signifikan. Namun ketika variabel X2 dikendalikan ternyata hubungan kedua variabel yakni X1 dengan Y atau hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru mengalami penurunan nilai koefisien secara dratis yakni tinggal -0,157 karena nilainya mendekati nol maka hubungan
104
ini kuat dan taraf signifikansinya 0,384 > 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya kedua variabel signifikan. Dapat pula dikatakan ada pengaruh yang berarti dari variabel kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru jika kompetensi pedagogik dikontrol. 2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan kompetensi kepribadian
(X2) dan profesionalisme guru (Y). Diartikan
bahwa semakin tinggi kompetensi kepribadian maka akan meningkatkan profesionalisme guru. Ho
= Tidak ada hubungan kompetensi kepribadian
(X2)
dengan
(X2)
dengan
profesionalisme guru (Y). Ha
=
Ada
hubungan
kompetensi
kepribadian
profesionalisme guru (Y). Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi kepribadian X2) dengan profesionalisme guru (Y). Tabel 4.17 Tabel Anova dan koefisien regresi X2 dengan Y b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
515.422
1
515.422
Residual
1134.460
32
35.452
Total
1649.882
33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
F 14.539
Sig. .001
a
105
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant)
a
Std. Error
66.877
25.739
.614
.161
Kompetensi Kepribadian
Beta
t
.559
Sig.
2.598
.014
3.813
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari hasil uji analisis pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung = 14.539 dengan tingkat probilitas 0,001. Oleh karena itu 0,001 < 0,05 maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi profesionalisme guru. Berdasarkan tabel kooefisien regresi pada tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien regresi sebesar 3,813 dan konstanta sebesar 66,877 serta harga thitung dan tingkat signifikan sebesar 0,001 artinya apabila tidak ada variabel kompetensi kepribadian (X2) maka profesionalisme guru akan sebesar 66,877. Koefisien regresi sebesar 3,813 menyatakan setiap penambahan satu poin pada variabel kompetensi kepribadian (X2) maka diprediksikan akan meningkatkan profesionalisme guru sebesar 3,813. Jadi hal ini menyatakan arah prediksi yang searah atau linear. Kenaikan variabel X2 akan mengakibatkan kenaikan variabel bebas (Y). Dari kedua koefisien diperoleh persamaan regresi Y = 66,877 + 3,813. Persamaan regresi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
106
Gambar 4.8 Grafik Hubungan antara Kompetensi kepribadian dengan Profesionalisme Guru
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data terdistribusi dengan normal dengan model regresi ini telah memenuhi normalitas. Persamaan regresi Y = 66,877 + 3,813, X2 dapat diinterpretasikan bahwa apabila kompetensi kepribadian (X2) dan profesionalisme guru diukur dengan menggunakan instrumen ini, maka setiap kenaikann skor kompetensi kepribadian
(X2)
satu poin akan diikuti kenaikan skor
profesionalisme guru 3,813 pada arah yang sama dengan konstanta 66,877.
107
Selanjutnya pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment yang dihitung dengan bantuan SPSS 18. Berikut ini tabel hasil perhitungannya: Tabel 4.18 Korelasi X1 dengan Y Correlations
Profesionalisme Guru
Pearson Correlation
Profesionalisme
Kompetensi
Guru
Kepribadian 1
Sig. (2-tailed) N Kompetensi Kepribadian
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.559
**
.001 34
34
**
1
.559
.001 34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, diperoleh koefisien korelasi antara kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru dengan rxy = 0,559 yang berarti terdapat hubungan yang positif di antara keduanya. Hal ini dapat pula dibuktikan dengan melihat uji signifikansinya. Kaidah untuk uji signifikansi adalah jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan 0,05 dengan nilai probabilitas sig. Jika nilai probababilitas lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya signifikan. Nilai 0,001 lebih kecil bila dibandingkan dengan 0,05 berarti hubungan kedua variabel signifikan.
108
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi X1 b
Model Summary Model R d i m e n s
1
.559
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.312
.291
5.954
i o n 0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R sebesar 0,559 dan Dterminasi (Rsquare) sebesar 0,312 yang merupakan pengkuadratan dari koefisien nilai R. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi kepribadian (X2) memberikan sumbangan atau kontribusi kepada profesionalisme guru sebesar 0,312 atau 31,2%. Sedangkan sissanya (100% - 31,2% = 68,8%) dipengaruhi faktor lain di luar penelitian. Rsquare berkisar pada angka 0 sampai pada 1 catatan semakin kecil angka Rsquare maka semakin lemah hubungan kedu variabel. Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan kompetensi kepribadian (X2) terhadap profesionalisme guru digunakan analisis korelasi parsial yakni analisis hubungan antara dua variabel dengan mengendalikan variabel lain yang dianggap mempengaruhi (dibuat konstan). Hal ini dimaksudkan agar hubungan kedua variabel tidak dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis ini akan menunjukkan koefisien korelasi untuk mengukur erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan dan berarti atau tidaknya hubungan.
109
Tabel 4.20 Korelasi Parsial Antara Kompetensi kepribadian (X2) dengan Profesionalisme Guru Correlations Control Variables -none-
a
Profesionali sme Guru
Profesionalisme Correlation Guru Significance (2-tailed)
.559
.550
.
.001
.001
0
32
32
Correlation
.559
1.000
.998
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
df
32
0
32
Correlation
.550
.998
1.000
Significance (2-tailed)
.001
.000
.
df Profesionalisme Correlation Guru Significance (2-tailed)
32 1.000
32 .195
0
.
.278
0
31
Correlation
.195
1.000
Significance (2-tailed)
.278
.
31
0
Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik
1.000
df Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian
df Kompetensi Kepribadian
df a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Dari tabel tampak jelas bahwa hubungan kompetensi kepribadian (X2)
dengan profesionalisme guru sebelum kompetensi pedagogik
dikendalikan memiliki korelasi positif dengan koefisien sebesar 0,559 dengan taraf signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya kedua variabel signifikan. Namun ketika variabel X2 dikendalikan ternyata hubungan kedua variabel yakni X2 dengan Y atau hubungan antara kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru mengalami penurunan nilai koefisien secara dratis yakni tinggal 0,195 karena nilainya mendekati nol maka hubungan ini kuat dan taraf signifikansinya 0,278 > 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya kedua variabel signifikan. Dapat pula
110
dikatakan ada pengaruh yang berarti dari variabel kompetensi kepribadian (X2) terhadap profesionalisme guru jika kompetensi kepribadian (X2) dikontrol.
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru Ho
= Tidak ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dan kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Ha
= Ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dan kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y). Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah
menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi pedagogik X1) dan kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y). Tabel 4.21 Tabel Anova dan koefisien regresi X1, X2 dengan Y b
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 543.257 1106.625
ANOVA df
2 31
1649.882
Mean Square 271.629 35.698
F 7.609
Sig. a .002
33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru a
(Constant)
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 80.615 30.152
t 2.674
Sig. .012
Kompetensi Kepribadian Kompetensi Pedagogik
3.043 -2.425
1.104 -.883
.278 .384
Model
1
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
2.756 2.747
2.770 -2.215
111
Nilai Ftabel untuk db1 = 2 dan db2 = n – k – 1 = 34-2-1=31 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 4,17. Dari hasil uji analisis pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung = 7,609 > 4,17 (ftabel), oleh sebab itu Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Juga berdasarkan nilai signifikansi dengan tingkat probilitas 0,002 < 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Tabel 4.22 Koefisien Korelasi X1, X2 dengan Y b
Model Summary Model
R
d i m e n
1
.574
R Square a
Adjusted R Square
.329
Std. Error of the Estimate
.286
5.975
s i o n 0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R sebesar 0,574 artinya korelasi antara dua variabel bebas yakni kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan variabel terikat profesionalisme guru sebesar 0,574. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, jika mendekati angka 1 maka hubungan kedua variabel semakin erat tetapi jika mendekati 0 maka hubungan keduanya semakin lemah. Karena angka R didapat sebesar 0,574 maka ini berarti hubungan kedua variabel kuat.
112
D. Pembahasan Dalam pembahasan hasil ini dilakukan melalui dua segi, yaitu deskripsi tiap variabel dan hasil analisis korelasi antar variabel. Hasil analisis tiap variabel disajikan dalam bentuk tabel berikut:
No 1.
Tabel 4.23 Hasil Analisis Tiap Variabel Variabel Rentang Skor Kompetensi Pedagogik Minimal = 178 Maksimal = 176
2.
Kompetensi Kepribadian
Minimal = 172 Maksimal = 150
3.
Profesionalisme Guru
Minimal = 175 Maksimal = 150
Klasifikasi Skor Tinggi= 23 % Sedang= 56 % Rendah= 21 % Tinggi= 23 % Sedang= 56 % Rendah= 21 % Tinggi= 21 % Sedang= 61 % Rendah= 18 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dipaparkan, bahwa rentang skor kompetensi pedagogik sebagian besar berada pada klasifikasi skor sedang (56%). Rentang skor kompetensi kepribadian dalam klasifikasi skor sedang (56%). Sedangkan rentang skor profesionalisme guru berada dalam klasifikasi sedang (61%). Makna dari hasil penelitian ini adalah jika kompetensi pedagogik rendah maka profesionalisme guru akan rendah, jika kompetensi kepribadian rendah maka akan rendah pula profesionalisme guru, begitupun sebaliknya. Jika
kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian rendah maka akan berpengaruh dengan profesionalisme guru yang rendah pula. Analisis tiap variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
113
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru memberikan kontribusi atau sumbangan sebesar 30,3% terhadap guru di MI Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan variabel kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru kecil artinya peningkatan profesionalisme guru lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 69,7%. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan
ry1=
0,550 yang berarti terdapat
hubungan positif variabel kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini dikelompokkan menjadi 10 macam, diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai
potensi
yang
dimiliki;
(7)
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
untuk
114
kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor 16, 2007: 9). Kompetensi pedagogik mengandung makna komitmen terhadap tugas, ilmu pengetahuan, dan pengabdian sedangkan profesionalisme guru Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993: 239). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru. Hasil yang demikian, menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru, sehingga guru mempunyai kemampuan untuk mengelola pembelajaran dengan metode, media dan sumber belajar yang tepat. Dengan berbekal kompetensi pedagogik yang baik maka akan baik pula tingkat profesionalisme guru. 2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
hubungan
variabel
kompetensi kepribadian terhadap profesionalisme guru memberikan kontribusi atau sumbangan sebesar 31,2% terhadap guru di MI Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan variabel kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru kecil artinya peningkatan profesionalisme guru lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 68,8%. Koefisien korelasi antara kompetensi
115
kepribadian dengan profesionalisme guru dengan
ry1=
0,559 yang berarti
terdapat hubungan positif variabel kompetensi pedagogik. Salah satu komponen profesionalisme guru adalah kemampuan untuk memanajemen diri untuk menjadi sosok pribadi yang mampu menjadi suri tauladan bagi siswa dan memiliki akhlak mulia. Sedangkan Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Hasil yang demikian, menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru, sehingga guru harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik. Untuk meningkatkan profesionalisme guru, seorang guru harus bekerja dengan dilandasi sikap amanah, tanggungjawab, disiplin dikarenakan seorang guru adalah teladan bagi peserta didik. Meskipun kompetensi kepribadian hanyalah salah satu faktor profesionalisme guru, personality guru sangat penting. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
116
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan positif kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru. Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi ganda R12 sebesar 0,329 dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar 7,609 dengan persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425) X2. Nilai R = sebesar 0,574 artinya korelasi antara dua variabel bebas yakni kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan variabel terikat profesionalisme guru sebesar 0,574. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, jika mendekati angka 1 maka hubungan kedua variabel semakin erat tetapi jika mendekati 0 maka hubungan keduanya semakin lemah. Karena angka R didapat sebesar 0,574 maka ini berarti hubungan kedua variabel kuat. Hasil ini menunjukkan pentingnya variabel kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama untuk meningkatkan profesionalisme guru, karena kedua variabel ini secara bersama-sama dapat menjelaskan variansi profesionalisme guru sebesar 32,9. Dari persamaan regresi ganda dapat diartikan, bahwa semakin tinggi kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian akan meningkatkan profesionalisme
guru.
Hubungan
digambarkan sebagai berikut:
ketiga
variabel
tersebut
dapat
117
ry1= 0,550 ry1= 0,574 ry1= 0,559
Gambar 4.9 Pola hubungan antar variabel
Interpretasi tingkat keeratan hubungan variabel X dan Y digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi dalam Sugiyono (2007: 149) sebagai berikut: Tabel 4.24 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00 Dari
pedoman
Tingkat hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat ini
dapat
ditafsirkan
bahwa
pengaruh
kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru termasuk sedang
(0,550)
sedangkan
kompetensi
kepribadian
terhadap
profesionalisme guru termasuk dalam kategori sedang (0,559). Adapun pengaruh kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru termasuk dalam kategori sedang sebesar 0,574. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
118
perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75). Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993: 239). Untuk menguasai metode yang tepat dan berwawasan luas seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik. Pengertian guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang yang bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan da-
119
pat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50). Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru dalam bertutur kata dan bertingkah laku yang mulia dalam melaksanakan tugasnya, dan profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dengan professional dan bertanggungjawab sehingga mampu menghantarkan peserta didik hidup mandiri. Untuk menjadi seorang guru yang profesional maka seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian yang baik. Dengan demikian kompetensi pedagogik, kempetensi kepribadian memiliki hubungan signifikan dengan profesionalisme guru.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: 1.
Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan
ry1=
0,550 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05. 2.
Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan
ry1=
0,559 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
3.
Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi ganda R12 sebesar 0,329 dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar 7,609 dengan persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425) X2. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan ry1=
0,574 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama
120
121
dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten yang ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05. B. Implikasi Penelitian Penelitian ini dapat diimpikasikan dalam pendidikan yang meliputi: 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal bagi guru selanjutnya dapat membantu pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan di bidang pendidikan. Selanjutnya dapat digunakan untuk peningkatan profesionalisme guru sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. 2. Implikasi Praktis Penelitian ini telah membuktikan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru sehingga semakin meningkat kompetensi kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian maka akan meningkat profesionalisme guru. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Bagi guru Guru diharapkan, setelah mengetahui pentingnya kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dapat meningkatkan profesionalisme guru, hendaknya dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian
dan profesionalisme di kelas. Cara yang dapat dilakukan adalah me-
122
numbuhkan minat dan keinginan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. 2.
Bagi siswa Siswa hendaklah dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa juga terdorong untuk berkreasi dan berkarya lebih baik.
3.
Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah diharapkan mampu memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru.
4.
Bagi Orang tua Orang tua diharapkan ikut serta memantau guru-guru dalam menjalankan pembelajaran lebih berwawasan yang luas sesuai dengan batas-batas tertentu dan memberikan masukan kepada madrasah untuk meningkatkan usaha dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian
dan
profesionalisme
pelayanan pembelajaran secara profesional.
guru
memberikan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, (2006), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana. Ahmad Tafsir, (1994), Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Sinar Baru. Akhmad
Sudrajat, (2012), Kompetensi Kepribadian http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/22/kompetensikepribadian-guru/
Guru,
Anas Sudijono, (2008), Pengantar Statistik Pendidikan, Cetakan XXII, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asmani Ma’mur Jamal, (2009), 7 Kompetensi guru menyenangkan dan profesional, Yogyakarta: Power Books (Ihdina) Daniel Muijs & David Reynolds, (2008), Efective Teaching, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dendy S., (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia. Departemen Agama RI, (2004), Al Qur'an dan terjemahnya, Bandung: CV Diponegoro, Dian Maya Shofiana, (2010), Profesionalisme guru dan hubungannya dengan dengan prestasi belajar Fiqih siswa MTs Al Jamiiah Tegallega Cidolog Sukabumi, Jakarta: UIN Hidayatullah. Kunandar, (2008), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada Madyawati, (2011). Kompetensi professional dan kompetensi kepribadian http://blogmadyawati.wordpress.com/2013/04/11/kompetensiprofesional-dan-kompetensi-kepribadian/ Margono, S (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Cetakan V, Jakarta: Rineka Cipta Mudjia
Rahardjo, (2010), Pengembangan www.mudjiarahardjo.com)
Profesionalisme
Guru
[2],
Mulyasa, (2011), Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Cetakan XI, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Mulyasa, (2012), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Cetakan XI,
Nasution, S., (2006), Metode Research(Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara.
123
124
Parminingsih, (2010), Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dengan Kompetensi Profesional Guru Di MIM Jogosetran, Kalikotes, Klaten, Klaten: Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Klaten Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Purwanto, (2008), Instrumen penelitian Sosial dan Pendidikan pengembangan dan pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Qun Khomsatun, (2010), Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Di Smp Islam Hidayatullah Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Ramayulis, (2005), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia. Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualifikasi dan R & D, Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto, tt, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Fakultas psikologi UGM, Yogyakarta, 1994. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, (2002), Strategei Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Sagala, (2009), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta Usman Uzer, (1997), Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. UU RI No. 20 Tahun 2003, (2003), Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung: Citra Umbara UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Zakiah Daradjat, (1995), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
125
126
127
Lampiran 1.1 ANGKET KOMPETENSI PEDAGOGIK SEBELUM UJI COBA Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban : Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP) Biodata responden : Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
Pernyataan
1.
Saya membuat program triwulan
2.
Saya membuat program semester
3.
Saya membuat program tahunan
4.
Saya membuat RPP
5.
Saya membuat silabus
6.
Saya membuat perangkat pembelajaran sebelum pelajaran dimulai
7.
Saya hadir tepat waktu
8.
Saya mempraktekkan sumber yang ada di lingkungan madrasah
9.
Saya mentaati jadwal yang berlaku di madrasah
Pilihan Jawaban SL
SR
KD JR
TP
128
10.
Saya mempersiapkan bahan yang akan diajarkan sebelum mengajar
11.
Saya menggunakan metode mengajar yang mudah dicermati anak didik
12.
Saya menggunakan bahasa yang mudah dipahami
13.
Saya menyajikan perangkat pembelajaran
14.
Saya menggunakan metode yang menarik anak didik
15.
Saya mengajar menggunkakan strategi mengajar sesuai dengan mata pelajaran saya
16.
Saya mengenal keluarga anak didik
17.
Saya mempelajari kebiasaan anak didik
18.
Saya melakukan identifikasi pengetahuan awal anak didik
19.
Saya
melakukan
testing
untuk
mengetahui
kecerdasan anak 20.
Saya memahami watak anak didik
21.
Saya melakukan identifikasi kesulitan belajar anak didik
22.
Saya melakukan evaluasi hasil belajar anak didik
23.
Saya menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran
24.
Saya melaksanakan pembelajaran menyenangkan anak didik di kelas
25.
Saya
menggunakan
komputer
dalam
pembelajaran, 26.
Saya menyuruh anak didik untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami
27.
Saya memberikan tugas kepada anak didik untuk mengetahui pemahaman anak didik.
129
28.
Saya meminta anak didik untuk memberi kritik terhadap metode pembelajaran
29.
saya memberikan tugas PR untuk anak didik
30.
Saya memberikan tugas untuk mengerjakan soalsoal ulangan harian kepada anak didik
31.
Saya menyampaikan materi semudah mungkin
32.
Saya menyampaikan kegiatan kelompok belajar anak didik agar anak didik kreatif
33.
Saya melakukan bimbingan belajar ekstra untuk anak didik
34.
Saya melakukan penilaian terhadap tugas anak didik
35.
Saya mengolah hasil penilaian untuk mengadakan remidial
36.
Saya mengoreksi hasil ulangan setiap mata pelajaran
37.
Saya melakukan evaluasi setelah pembelajaran
38.
Saya melakukan bimbingan kepada anak didik yang mengalami kesulitan dalam belajar
39.
Saya membuat administrasi hasil belajar anak didik
40.
Saya membantu anak menyampaikan masalah
41.
Saya menggunakan alat peraga yang ada di sekolah untuk pembelajaran
42.
Saya melakukan evaluasi proses belajar anak didik
43.
Saya menggunakan informasi hasil penilaian anak didik
44.
Saya menyampaikan hasil evaluasi kepada anak didik
130
45.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
perbaikan hasil anak didik 46.
Saya melakukan evaluasi untuk pengembangan anak didik
47.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
meningkatkan kualiatas pembelajaran 48.
Saya melakukan perputaran tempat duduk anak didik
49.
Saya melakukan penelitian tindakan kelas
50.
Saya bekerja semaksimal mungkin.
146
Lampiran 1-3 Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded Total
Reliability Statistics
%
Cronbach's Alpha .756
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item Statistics Mean
Std. Deviation
N of Items
N
soal 1
3.60
.899
100
soal 2
3.26
.661
100
soal 3
3.50
.689
100
soal 4
3.56
.729
100
soal 5
3.49
.718
100
soal 6
3.58
.535
100
soal 7
3.23
.723
100
soal 8
3.35
.592
100
soal 9
3.92
.895
100
soal 10
3.54
.658
100
soal 11
3.70
1.030
100
soal 12
3.78
.811
100
soal 13
3.54
.540
100
soal 14
3.40
.696
100
soal 15
3.24
.818
100
soal 16
3.70
.732
100
soal 17
3.46
1.009
100
soal 18
3.52
.611
100
soal 19
3.36
.560
100
soal 20
3.50
.810
100
soal 21
3.27
1.090
100
soal 22
3.26
.661
100
soal 23
3.56
.729
100
soal 24
3.56
.729
100
soal 25
3.50
.577
100
soal 26
3.58
.535
100
50
147
soal 27
3.34
.714
100
soal 28
3.33
.637
100
soal 29
3.92
.895
100
soal 30
3.52
.703
100
soal 31
3.70
1.030
100
soal 32
3.49
1.133
100
soal 33
3.54
.540
100
soal 34
3.40
.696
100
soal 35
3.24
.818
100
soal 36
3.70
.732
100
soal 37
3.46
1.009
100
soal 38
3.52
.611
100
soal 39
3.36
.560
100
soal 40
3.50
.810
100
soal 41
3.78
.811
100
soal 42
3.54
.540
100
soal 43
3.40
.696
100
soal 44
3.24
.818
100
soal 45
3.42
.987
100
soal 46
3.46
1.009
100
soal 47
3.52
.611
100
soal 48
3.36
.560
100
soal 49
3.50
.810
100
soal 50
3.52
.611
100
Summary Item Statistics Maximum Mean
N of
Minimum
Maximum
Range
/ Minimum
Variance
Items
3.494
3.230
3.920
.690
1.214
.027
50
Item Variances
.585
.286
1.283
.996
4.478
.068
50
Inter-Item Covariances
.034
-.727
1.061
1.788
-1.458
.043
50
Inter-Item Correlations
.055
-.786
1.000
1.786
-1.273
.115
50
Item Means
Scale Statistics Mean 174.72
Variance 112.911
Std. Deviation 10.626
N of Items 50
148
Lampiran 1.4 Angket Kompetensi Pedagogik Setelah Uji Coba Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban : Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP) Biodata responden : Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No. 1.
Pernyataan Saya membuat program triwulan
2.
Saya membuat program semester
3.
Saya membuat program tahunan
4.
Saya membuat RPP
5.
Saya membuat silabus
6.
Saya membuat perangkat pembelajaran sebelum pelajaran dimulai
7.
Saya hadir tepat waktu
8.
Saya mentaati jadwal yang berlaku di madrasah
9.
Saya mempersiapkan bahan yang akan diajarkan sebelum mengajar
Pilihan Jawaban SL
SR
KD JR
TP
149
10.
Saya menggunakan metode mengajar yang mudah dicermati anak didik
11.
Saya menyajikan perangkat pembelajaran
12.
Saya menggunakan metode yang menarik anak didik
13.
Saya mengajar menggunakan strategi mengajar sesuai dengan mata pelajaran saya
14.
Saya mengenal keluarga anak didik
15.
Saya mempelajari kebiasaan anak didik
16.
Saya melakukan identifikasi pengetahuan awal anak didik
17.
Saya
melakukan
testing
untuk
mengetahui
kecerdasan anak 18.
Saya memahami watak anak didik
19.
Saya melakukan identifikasi kesulitan belajar anak didik
20.
Saya melakukan evaluasi hasil belajar anak didik
21.
Saya menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran
22.
Saya melaksanakan pembelajaran menyenangkan anak didik di kelas
23.
Saya menyuruh anak didik untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami
24.
Saya memberikan tugas kepada anak didik untuk mengetahui pemahaman anak didik.
25.
saya memberikan tugas PR untuk anak didik
26.
Saya memberikan tugas untuk mengerjakan soalsoal ulangan harian kepada anak didik
27.
Saya menyampaikan materi semudah mungkin
28.
Saya melakukan bimbingan belajar ekstra untuk
150
anak didik 29.
Saya melakukan penilaian terhadap tugas anak didik
30.
Saya mengolah hasil penilaian untuk mengadakan remidial
31.
Saya mengoreksi hasil ulangan setiap mata pelajaran
32.
Saya melakukan evaluasi setelah pembelajaran
33.
Saya melakukan bimbingan kepada anak didik yang mengalami kesulitan dalam belajar
34.
Saya membuat administrasi hasil belajar anak didik
35.
Saya membantu anak menyampaikan masalah
36.
Saya melakukan evaluasi proses belajar anak didik
37.
Saya menggunakan informasi hasil penilaian anak didik
38.
Saya menyampaikan hasil evaluasi kepada anak didik
39.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
perbaikan hasil anak didik 40.
Saya melakukan evaluasi untuk pengembangan anak didik
41.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
meningkatkan kualiatas pembelajaran 42.
Saya melakukan perputaran tempat duduk anak didik
43.
Saya melakukan penelitian tindakan kelas
44.
Saya bekerja semaksimal mungkin.
151
152
Lampiran 2.1 Angket Kompetensi Kepribadian Sebelum Uji Coba Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban : Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP) Biodata responden : Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No. 1.
Pernyataan Saya bertutur kata yang baik
2.
Saya mengajar tepat waktu
3.
Saya berbusana yang rapi
4.
Saya melaksanakan puasa sunnah
5.
Saya melaksanakan sholat dhuha
6.
Saya melibatkan orang tua untuk membantu menyelesaikan masalah
7.
Saya menjaga kerukunan dengan sesama guru
8.
Saya menghargai pendapat yang berbeda sesama guru
9.
Saya menyuruh anak didik memotong kuku
Pilihan Jawaban SL
SR KD
JR
TP
153
10.
Saya menyuruh anak didik untuk memotong rambut jika sudah panjang
11.
Saya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah dengan guru
12.
Saya datang tepat waktu
13.
Saya mengerjakan tugas semaksimal mungkin
14.
Saya berkata jujur kepada anak didik
15.
Saya bertingkah laku yang sopan
16.
Saya mengikuti kegiatan pengajian para guru
17.
Saya mengikuti pertemuan guru yayasan
18.
Saya mengikuti kegiatan KKG bersama guru
19.
Saya berpakaian yang Islami
20.
Saya membagi pengalaman mengajar dengan sesama guru
21.
Saya menerima masukan dari peserta didik
22.
Saya melaksanakan tugas secara ikhlas
23.
Saya berbicara yang berpengaruh positif terhadap anak didik
24.
Saya memulai pelajaran dengan doa
25.
Saya meminta ijin jika meninggalkan kelas saat pembelajaran berlangsung
26.
Saya meminta guru piket untuk mengawasi kelas jika berhalangan hadir
27.
Saya
memanfaatkan
waktu
luang
untuk
mengerjakan administrasi 28.
Saya memberi infak terhadap perkembangan madrasah
29.
Saya menggunakan seragam dinas
30.
Saya membuat suasana yang kondusif di dalam pembelajaran di kelas
154
31.
Saya menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar
32.
Saya menjalin kerjasama dengan masyarakat untuk kemajuan madrasah
33.
Saya menciptakan semangat kekeluargaan
34.
Saya meningkatkan mutu pembelajaran dengan organisai PGRI
35.
Saya mentaati tata tertib madrasah
36.
Saya memakai seragam sesuai dengan ketentuan madrasah
37.
Saya menutup aurat dalam berpakaian
38.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan terhadap anak didik
39.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan terhadap guru
40.
Saya menengok ke rumah anak didik jika ada anak didik yang sedang sakit
41.
Saya menjaga kebersihan lingkungan sekitar
42.
Saya membuang sampah pada tempatnya
167
Lampiran 2-3 Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Kepribadian
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
%
Cronbach's
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded Total
Reliability Statistics
Alpha Based on
procedure. Item Statistics Std. Deviation
Standardized
Alpha
Items .725
a. Listwise deletion based on all variables in the
Mean
Cronbach's
N
soal 1
2.94
.547
100
soal 2
2.90
.689
100
soal 3
3.12
2.226
100
soal 4
2.91
.842
100
soal 5
3.56
.671
100
soal 6
3.58
.535
100
soal 7
3.24
.622
100
soal 8
3.38
.736
100
soal 9
3.92
.895
100
soal 10
3.50
.577
100
soal 11
3.70
1.030
100
soal 12
3.80
.816
100
soal 13
3.52
.643
100
soal 14
3.40
.696
100
soal 15
3.24
.818
100
soal 16
3.70
.732
100
soal 17
3.36
.704
100
soal 18
3.02
.710
100
soal 19
3.36
.560
100
soal 20
3.50
.810
100
soal 21
3.22
1.106
100
soal 22
3.26
.661
100
soal 23
3.54
.673
100
soal 24
3.54
.771
100
soal 25
3.58
.699
100
soal 26
3.58
.535
100
N of Items .741
42
168
soal 27
3.21
.574
100
soal 28
3.47
.745
100
soal 29
3.92
.895
100
soal 30
3.50
.577
100
soal 31
3.70
1.030
100
soal 32
3.53
1.176
100
soal 33
3.57
.607
100
soal 34
3.40
.696
100
soal 35
3.24
.818
100
soal 36
3.70
.732
100
soal 37
3.53
.989
100
soal 38
3.52
.611
100
soal 39
3.36
.560
100
soal 40
3.50
.810
100
soal 41
3.86
.817
100
soal 42
3.49
.643
100
Summary Item Statistics Maximum Mean
N of
Minimum
Maximum
3.449
2.900
3.920
1.020
1.352
.063
42
Item Variances
.677
.286
4.955
4.669
17.298
.523
42
Inter-Item Covariances
.040
-.519
1.061
1.580
-2.043
.029
42
Inter-Item Correlations
.064
-.756
1.000
1.756
-1.322
.079
42
Item Means
Scale Statistics Mean 144.87
Variance 97.407
Std. Deviation 9.870
N of Items 42
Range / Minimum Variance
Items
169
Lampiran 2.4 Angket Kompetensi Kepribadian Setelah Uji Coba Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban : Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP) Biodata responden : Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
Pernyataan
1.
Saya bertutur kata yang baik
2.
Saya mengajar tepat waktu
3.
Saya berbusana yang rapi
4.
Saya melaksanakan puasa sunnah
5.
Saya melaksanakan sholat dhuha
6.
Saya melibatkan orang tua untuk membantu menyelesaikan masalah
7.
Saya menghargai pendapat yang berbeda sesama guru
8.
Saya menyuruh anak didik memotong kuku
9.
Saya menyuruh anak didik untuk memotong
Pilihan Jawaban SL
SR KD
JR
TP
170
rambut jika sudah panjang 10.
Saya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah dengan guru
11.
Saya datang tepat waktu
12.
Saya mengerjakan tugas semaksimal mungkin
13.
Saya berkata jujur kepada anak didik
14.
Saya bertingkah laku yang sopan
15.
Saya mengikuti kegiatan pengajian para guru
16.
Saya mengikuti pertemuan guru dan pengurus
17.
Saya mengikuti kegiatan KKG bersama guru
18.
Saya berpakaian yang Islami
19.
Saya membagi pengalaman mengajar dengan sesama guru
20.
Saya menerima masukan dari peserta didik
21.
Saya melaksanakan tugas secara ikhlas
22.
Saya berbicara yang berpengaruh positif terhadap anak didik
23.
Saya memulai pelajaran dengan doa
24.
Saya meminta ijin jika meninggalkan kelas saat pembelajaran berlangsung
25.
Saya meminta guru piket untuk mengawasi kelas jika berhalangan hadir
26.
Saya memberi infak terhadap perkembangan madrasah
27.
Saya menggunakan seragam dinas
28.
Saya membuat suasana yang kondusif di dalam pembelajaran di kelas
29.
Saya menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar
30.
Saya menjalin kerjasama dengan masyarakat
171
untuk kemajuan madrasah 31.
Saya menciptakan semangat kekeluargaan
32.
Saya meningkatkan mutu pembelajaran dengan organisai PGRI
33.
Saya mentaati tata tertib madrasah
34.
Saya memakai seragam sesuai dengan ketentuan madrasah
35.
Saya menutup aurat dalam berpakaian
36.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan terhadap anak didik
37.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan terhadap guru
38.
Saya menengok ke rumah anak didik jika ada anak didik yang sedang sakit
39.
Saya menjaga kebersihan lingkungan sekitar
40.
Saya membuang sampah pada tempatnya
172
173
Lampiran 3-1 Angket Profesionalisme Guru Sebelum Uji Coba Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban : Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP) Biodata responden : Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No. 1.
Pilihan Jawaban
Pernyataan Saya
membaca
buku-buku
SL tentang
bidang
pendidikan. 2.
Saya mengikuti pelatihan tentang pendidikan
3.
Saya
menggunakan
LCD
dalam
proses
pembelajaran 4.
Saya mengikuti studi banding ke madrasah yang lebih maju
5.
Saya mengikuti kegiatan kelompok kerja guru di tingkat kecamatan
6.
Saya membuat administrasi pembelajaran sebelum mengajar
SR KD
JR
TP
174
7.
Saya mengadakan presensi sebelum pelajaran di mulai
8.
Saya menggunakan variasi metode pembelajaran
9.
Saya mengajak anak didik anda belajar tidak di ruang kelas
10.
Saya merubah posisi tempat duduk anak didik agar merata
11.
Saya menjalin hubungan yang akrab dengan anak didik
12.
Saya mengamati anak didik yang aktif dalam pembelajaran
13.
Saya membimbing anak didik yang mengalami kesulitan dalam belajar
14.
Saya mengadakan evaluasi setiap kali selesai pelajaran
15.
Saya mengadakan kunjungan ke rumah anak didik
16.
Saya mengoreksi hasil ulangan harian di kelas
17.
Saya melakukan penilaian kerapian anak didik
18.
Saya memberikan hadiah kepada anak didik yang berprestasi
19.
Saya menegur anak didik jika berkata yang jorok
20.
Saya menyuruh anak didik yang piket datang lebih awal
21.
Saya melerai anak didik jika terjadi perkelahian
22.
Saya memberi dorongan semangat kepada anak didik yang sedang malas belajar
23.
Saya ijin mengajar karena punya kepentingan
24.
Saya
melakukan
kegiatan
sampingan
menambah penghasilan 25.
Saya meminjam uang tabungan anak didik
untuk
175
26.
Saya menggunakan uang SPP anak didik
27.
Saya mengantar anak didik pulang setelah jam pelajaran selesai
28.
Saya menambah jam pelajaran setelah jam pelajaran selesai
29.
Saya melakukan kerja bakti dengan anak didik
30.
Saya melakukan senam kesegaran jasmani dengan anak didik
31.
Saya minta ijin karena ada kepentingan apabila jam pelajaran belum selesai
32.
Saya melakukan kerja sama memecahkan masalah anak didik dengan guru
33.
Saya melakukan kegiatan kemasyarakatan apabila ada warga yang punya hajat
34.
Saya bermusyawarah dengan komite sekolah untuk perbaikan hajat
35.
Saya bertakziah ke masyarakat jika ada orang yang meninggal
188
Lampiran 3-3 Uji Reliabilitas Angket Profesionalisme Guru
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
Cronbach's
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded Total
Reliability Statistics %
Alpha Based on
a. Listwise deletion based on all variables in the
Item Statistics Std. Deviation
Standardized
Alpha
Items .665
procedure.
Mean
Cronbach's
N
soal 1
2.96
.680
100
soal 2
2.89
.898
100
soal 3
2.88
.782
100
soal 4
2.83
.587
100
soal 5
2.80
.816
100
soal 6
3.24
.878
100
soal 7
2.94
.679
100
soal 8
3.36
.595
100
soal 9
3.02
.710
100
soal 10
3.32
.695
100
soal 11
3.36
.659
100
soal 12
3.50
.611
100
soal 13
3.15
.539
100
soal 14
3.08
.761
100
soal 15
2.97
.703
100
soal 16
3.24
.553
100
soal 17
3.09
.473
100
soal 18
3.50
.704
100
soal 19
2.94
.547
100
soal 20
2.98
.586
100
soal 21
2.95
.642
100
soal 22
3.24
.553
100
soal 23
2.99
.628
100
soal 24
3.51
.772
100
soal 25
2.94
.547
100
N of Items .681
35
189
soal 26
2.90
.689
100
soal 27
2.82
.593
100
soal 28
2.98
.853
100
soal 29
3.22
.883
100
soal 30
2.94
.679
100
soal 31
3.32
.584
100
soal 32
3.02
.710
100
soal 33
3.46
.758
100
soal 34
3.47
.688
100
soal 35
3.95
.869
100
Summary Item Statistics
Mean Item Means
Minimum
Maximum
Range
Maximum
N of
/ Minimum Variance
Items
3.136
2.800
3.950
1.150
1.411
.068
35
Item Variances
.479
.224
.806
.582
3.596
.025
35
Inter-Item Covariances
.026
-.446
.755
1.200
-1.694
.018
35
Inter-Item Correlations
.058
-.652
1.000
1.652
-1.533
.078
35
Scale Statistics Mean 109.76
Variance 47.336
Std. Deviation 6.880
N of Items 35
190
Lampiran 3-4 Angket Profesionalisme Guru Setelah Uji Coba Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban : Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP) Biodata responden : Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
Pilihan Jawaban
Pernyataan
1. Saya
membaca
buku-buku
SL tentang
bidang
pendidikan. 2.
Saya mengikuti pelatihan tentang pendidikan
3.
Saya
menggunakan
LCD
dalam
proses
pembelajaran 4.
Saya mengikuti studi banding ke madrasah yang lebih maju
5.
Saya mengikuti kegiatan kelompok kerja guru di tingkat kecamatan
6.
Saya membuat administrasi pembelajaran sebelum mengajar
SR KD
JR
TP
191
7.
Saya mengadakan presensi sebelum pelajaran di mulai
8.
Saya menggunakan variasi metode pembelajaran
9.
Saya mengajak anak didik anda belajar tidak di ruang kelas
10.
Saya merubah posisi tempat duduk anak didik agar merata
11.
Saya menjalin hubungan yang akrab dengan anak didik
12.
Saya mengamati anak didik yang aktif dalam pembelajaran
13.
Saya membimbing anak didik yang mengalami kesulitan dalam belajar
14.
Saya mengadakan evaluasi setiap kali selesai pelajaran
15.
Saya mengadakan kunjungan ke rumah anak didik
16.
Saya mengoreksi hasil ulangan harian di kelas
17.
Saya melakukan penilaian kerapian anak didik
18.
Saya memberikan hadiah kepada anak didik yang berprestasi
19.
Saya menegur anak didik jika berkata yang jorok
20.
Saya menyuruh anak didik yang piket datang lebih awal
21.
Saya melerai anak didik jika terjadi perkelahian
22.
Saya memberi dorongan semangat kepada anak didik yang sedang malas belajar
23.
Saya ijin mengajar karena punya kepentingan
24.
Saya
melakukan
kegiatan
sampingan
menambah penghasilan 25.
Saya meminjam uang tabungan anak didik
untuk
192
26.
Saya menggunakan uang SPP anak didik
27.
Saya mengantar anak didik pulang setelah jam pelajaran selesai
28.
Saya menambah jam pelajaran setelah jam pelajaran selesai
29.
Saya melakukan kerja bakti dengan anak didik
30.
Saya melakukan senam kesegaran jasmani dengan anak didik
31.
Saya minta ijin karena ada kepentingan apabila jam pelajaran belum selesai
32.
Saya melakukan kerja sama memecahkan masalah anak didik dengan guru
33.
Saya melakukan kegiatan kemasyarakatan apabila ada warga yang punya hajat
34.
Saya bermusyawarah dengan komite sekolah untuk perbaikan hajat
35.
Saya bertakziah ke masyarakat jika ada orang yang meninggal
Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian
Profesionalisme Guru
193
205
206
Lampiran 5.1 Uji Normalitas Data Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Profesionalisme Guru
df
.128 .121 .121
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
34
.173
.941
34
.065
34
.200
*
.945
34
.084
.200
*
.937
34
.049
34
207
Lampiran 5-2 Uji Independensi Variabel Bebas
Correlations
Kompetensi Pedagogik
Pearson Correlation
Kompetensi
Kompetensi
Pedagogik
Kepribadian 1
Sig. (2-tailed) N Kompetensi Kepribadian
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Profesionalisme Guru
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Profesionalisme Guru
.998
**
.550
**
.000
.001
34
34
34
**
1
.998
.000
.559
**
.001
34
34
34
**
**
1
.550
.559
.001
.001
34
34
34
208
Lampiran 5-3 Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Case Processing Summary Cases Included N Profesionalisme Guru *
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
34
87.2%
5
12.8%
39
100.0%
34
87.2%
5
12.8%
39
100.0%
Kompetensi Pedagogik Profesionalisme Guru * Kompetensi Kepribadian
Profesionalisme Guru * Kompetensi Pedagogik Report Profesionalisme Guru Kompetensi Pedagogik
Mean
N
Std. Deviation
Minimum
Maximum
156
155.00
1
.
155
155
157
154.33
3
7.506
150
163
159
162.67
3
4.726
159
168
160
165.00
1
.
165
165
161
167.00
4
4.899
161
173
162
163.00
2
2.828
161
165
163
158.50
2
7.778
153
164
164
166.00
1
.
166
166
165
165.00
1
.
165
165
166
175.00
1
.
175
175
167
174.00
1
.
174
174
168
162.25
4
9.142
155
174
169
168.00
1
.
168
168
172
173.00
1
.
173
173
173
166.33
3
2.887
163
168
174
174.00
1
.
174
174
175
170.50
2
3.536
168
173
177
172.00
1
.
172
172
178
170.00
1
.
170
170
Total
164.94
34
7.071
150
175
dimension1
209
ANOVA Table Sum of
Mean
Squares
df
Square
1072.132
18
Profesionali Between
(Combined)
sme Guru *
Linearity
499.721
1
Deviation from Linearity
572.411
17
33.671
577.750
15
38.517
1649.882
33
Groups
Kompetensi Pedagogik
Within Groups Total
59.563
F
Sig.
1.546
.199
499.721 12.974
.003
.874
.608
Measures of Association R Profesionalisme Guru *
R Squared .550
Eta
.303
Eta Squared
.806
.650
Kompetensi Pedagogik
Profesionalisme Guru * Kompetensi Kepribadian Report Profesionalisme Guru Kompetensi Kepribadian
dimension1
Mean
N
Std. Deviation
Minimum
Maximum
150
155.00
1
.
155
155
151
154.33
3
7.506
150
163
153
162.67
3
4.726
159
168
154
165.00
1
.
165
165
155
167.00
4
4.899
161
173
156
161.00
1
.
161
161
157
158.50
2
7.778
153
164
158
165.50
2
.707
165
166
159
165.00
1
.
165
165
161
174.50
2
.707
174
175
162
162.25
4
9.142
155
174
163
168.00
1
.
168
168
166
173.00
1
.
173
173
167
166.33
3
2.887
163
168
168
174.00
1
.
174
174
169
170.50
2
3.536
168
173
171
172.00
1
.
172
172
172
170.00
1
.
170
170
Total
164.94
34
7.071
150
175
210
ANOVA Table Sum of Squares
df
1079.132
17
Linearity
515.422
1
Deviation from Linearity
563.710
16
35.232
570.750
16
35.672
1649.882
33
Profesionalis
Between (Combined)
me Guru *
Groups
Kompetensi Kepribadian
Mean
Within Groups Total
Square 63.478
F 1.780
.128
515.422 14.449
.002
Measures of Association R Profesionalisme Guru * Kompetensi Kepribadian
R Squared .559
.312
Eta .809
Sig.
Eta Squared .654
.988
.510
211
212
Lampiran 6.1 Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru b
Model Summary Model R d i m e n s
1
.550
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.303
.281
5.995
i o n 0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
499.721
1
499.721
Residual
1150.161
32
35.943
Total
1649.882
33
F
Sig.
13.903
.001
a
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru Coefficients
a
Model
Standardized Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) Kompetensi Pedagogik
Std. Error
65.135
26.787
.603
.162
Coefficients Beta
t
.550
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
159.15
172.40
164.94
3.891
34
-11.377
10.842
.000
5.904
34
Std. Predicted Value
-1.489
1.918
.000
1.000
34
Std. Residual
-1.898
1.808
.000
.985
34
Residual
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Sig.
2.432
.021
3.729
.001
213
214
Correlations
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi
Profesionalisme
Pedagogik
Guru
Pearson Correlation
1
.550
Sig. (2-tailed)
.001
N Profesionalisme Guru
**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34
34
**
1
.550
.001
N
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Control Variables
Profesionali Kompetensi Kompetensi sme Guru
-none-
a
Profesionalisme Guru
Kompetensi Pedagogik
Correlation
Pedagogik
Kepribadian
1.000
.550
.559
Significance (2-tailed)
.
.001
.001
df
0
32
32
Correlation
.550
1.000
.998
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
32
0
32
.559
.998
1.000
.001
.000
.
32
32
0
1.000
-.157
df Kompetensi Kepribadian Correlation Significance (2-tailed) df Kompetensi Profesionalisme Guru
Correlation
Kepribadian
Significance (2-tailed)
.
.384
df
0
31
-.157
1.000
.384
.
31
0
Kompetensi Pedagogik
Correlation Significance (2-tailed) df
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
215
Lampiran 6.2 Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Kepribadian dengan Profesionalisme Guru b
Model Summary Model R d i m e n s
1
.559
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.312
.291
5.954
i o n 0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
515.422
1
515.422
Residual
1134.460
32
35.452
Total
1649.882
33
F
Sig.
14.539
.001
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant)
a
Std. Error
66.877
25.739
.614
.161
Kompetensi Kepribadian
Beta
t
.559
Sig.
2.598
.014
3.813
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
158.98
172.49
164.94
3.952
34
-11.350
10.948
.000
5.863
34
Std. Predicted Value
-1.508
1.910
.000
1.000
34
Std. Residual
-1.906
1.839
.000
.985
34
Residual
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
a
216
217
Correlations
Profesionalisme Guru
Profesionalisme
Kompetensi
Guru
Kepribadian
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
**
.001
N Kompetensi Kepribadian
.559
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34
34
**
1
.559
.001
N
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Control Variables
-none-
a
Profesionalisme Correlation Guru
Profesionali
Kompetensi
Kompetensi
sme Guru
Kepribadian
Pedagogik
1.000
.559
.550
Significance (2-tailed)
.
.001
.001
df
0
32
32
Kompetensi
Correlation
.559
1.000
.998
Kepribadian
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
32
0
32
df Kompetensi
Correlation
.550
.998
1.000
Pedagogik
Significance (2-tailed)
.001
.000
.
32
32
0
1.000
.195
Significance (2-tailed)
.
.278
df
0
31
df Kompetensi
Profesionalisme Correlation
Pedagogik
Guru
Kompetensi
Correlation
.195
1.000
Kepribadian
Significance (2-tailed)
.278
.
31
0
df a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
218
Lampiran 6-3 Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Kepribadian secara bersama-sama dengan Profesionalisme Guru b
Model Summary Model R d i m e n s
1
.574
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.329
.286
5.975
i o n 0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
543.257
2
271.629
Residual
1106.625
31
35.698
Total
1649.882
33
Sig.
7.609
.002
a
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant) Kompetensi Kepribadian Kompetensi Pedagogik
a
Std. Error
80.615
30.152
3.043
2.756
-2.425
2.747
Beta
t
Sig.
2.674
.012
2.770
1.104
.278
-2.215
-.883
.384
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
158.73
172.32
164.94
4.057
34
-11.144
11.180
.000
5.791
34
Std. Predicted Value
-1.531
1.819
.000
1.000
34
Std. Residual
-1.865
1.871
.000
.969
34
Residual
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
219
220
a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Total
N Sum Mean Minimum Maximum Std. Deviation a. Limited to first 100 cases.
Case Summaries Kompetensi Kompetensi Profesionalisme Pedagogik Kepribadian Guru 164 158 166 159 153 168 165 159 165 161 155 167 159 153 161 166 161 175 162 158 165 157 151 163 162 156 161 163 157 164 167 161 174 160 154 165 172 166 173 168 162 174 177 171 172 173 167 168 173 167 163 161 155 173 175 169 173 161 155 161 168 162 165 161 155 167 169 163 168 175 169 168 173 167 168 159 153 159 174 168 174 156 150 155 178 172 170 163 157 153 168 162 155 157 151 150 168 162 155 157 151 150 34 34 34 5631 5430 5608 165.62 159.71 164.94 156 150 150 178 172 175 6.457 6.436 7.071
221
Lampiran 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sri Kadarningsih, S.Pd.I
Tempat /Tgl Lahir
: Klaten, 1 Januari 1960
NIM
: 11.403.3.1.036
Alamat
: Tegal Mulyo, RT 01 RW 13 Gergunung, Klaten Utara, Klaten
Riwayat Pendidikan : 1. MIM Tambongwetan Lulus tahun 1972 2. SMPN 3 Klaten, Lulus tahun 1975 3. SMAN 1 Klaten, Lulus tahun 1979 4. SI UNWIDHA Klaten, lulus tahun 2002
222
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204