GEOLOGI DAN PERHITUNGAN POTENSI BAHAN GALIAN GOLONGAN C (SIRTU) DAERAH KALIWADAS DAN SEKITARNYA KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh Dimas Imam Faizal1), Teti Syahrulyati 2) dan Muhammad Agus Karmadi 3) Abstrak Secara administratif daerah pemetaan mencakup daerah Kaliwadas dan sekitarnya kecamatan Bumiayu, Bantarkawung dan Peguyangan Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Dengan luas ± 77𝑘𝑚2 . Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejarah geologi daerah penelitian yang mencakup sejarah perkembangan cekungan Sejarah perkembangan tektonik dan sejarah perkembangan bentangalam serta menganalisis potensi gerakan tanah pada daerah Cibeureum dan sekitarnya. Metoda penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, penelitian lapangan dan analisis studio dengan menggunakan perangkat lunak AUTOCAD, yang keseluruhanya dituangkan dalam sebuah laporan tugas akhir. Secara geomorfologi memberikan kenampakkan bentang alam dalam 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu : Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi dan Satuan Geomorfologi Dataran Alluvial. Sementara pola aliran sungai yang dijumpai dan berkembang adalah pola aliran Dendritik dan rektangular dengan jentera geomorfik muda, dewasa dan tua. Tatanan batuan penyusun sejarah pengendapan daerah kajian dari tua ke muda di bagi menjadi 3 satuan batuan yakni ; Satuan Batuan Batupasir Gampingan Selang-seling Batulempung Sisipan Batugamping Formasi Rambatan, Satuan Batupasir selang-seling Batulempung Sisipan Breksi Formasi Halang, Satuan Endapan Lahar dan Endapan Alluvial. Satuan Batuan Batupasir Gampingan Selang-seling Batulempung Sisipan Batugamping Formasi Rambatan (N13-N15), diendapkan pada lingkungan laut dangkal dan mempunyai hubungan startigrafi yang selaras dengan Satuan Batupasir selang-seling Batulempung Sisipan Breksi Formasi Halang (N15-N19) yang diendapkan pada laut dalam. Satuan Endapan Lahar diendapkan pada lingkungan darat (N23). Pada kala Resen, satuan alluvial sungai menutupi satuan – satuan yang lebih tua yang tersingkap di daerah penelitian. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah struktur kekar, lipatan dan patahan. Struktur kekar yang dijumpai berupa kekar gerus (shear joint), kekartarik (tensional joint) dan kekar tekan (release joint). Struktur perlipatan berupa Antiklin Karanggempol dijumpai di bagian timur laut daerah penelitian denganarah baratlaut – tenggara dengan sumbu melalui Desa Karanggempol serta struktur Sinklin Karanganyar dijumpai di bagian utara daerah penelitian dengan arah baratlaut – tenggara dengan sumbu melalui Desa Karanganyar. Struktur sesar yang dijumpai adalah sesar anjak Pewangunan. Perioda tektonik yang terjadi di daerah penelitian terjadi mulai kala Pliosen Tengah hingga Plistosen, dengan arah gaya utama N 550 E atau timurlaut - baratdaya.Berdasarkan kaitannya Daerah penelitian memiliki potensi golongan C yaitu pasir dan batu (sirtu) yang di nilai cukup berpotensi dalam pemenuhan kebutuhan bangunan yang meliputi daerah sekitar brebes dan sekitarnya. Adapun perhitungan menggunakan metode counturing. Hasil perhitungan dengan metode conturing di dapat volume sebesar 290.059,3 m3. Kata-kata kunci
:
Brebes, Jawa Tengah, Formasi Rambatan, Formasi Halang, Golongan C, Sirtu
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
1
1.
UMUM
Melihat dari sejarah sedimentasi dan akibat dari proses tektonik yang terjadi pada daerah Kaliwadas dan sekitarnya Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes dengan kawasan berupa perbukitan yang berada pada Zona Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Kendeng dirasakan cukup menarik untuk dilakukan penelitian mengenai geologi dan analisis gerakan tanah. Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan roda empat dari Bogor menuju Brebes dengan jarak tempuh ±8 jam. 2. 2.1.
KONDISI GEOLOGI Geomorfologi
Berdasakan letak dan ciri-ciri dari pembagian fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949), maka daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Kendeng.
mencakup 70% dari luas daerah penelitian tersebar mulai di Desa Pangebatan, Desa Cibentang, Desa Banjarsari dan Desa Cinanas. Margamukti, Desa Randusari yang terletak pada bagian Utara, Desa Cibeureum dan Desa Sumurwiru di tengah serta Desa Ciangir di daerah Selatan penelitian. B. Satuan Geomorfologi Dataran Aliran Lahar. Genetika pembentukan satuan geomorfologi dataranaliran lahar dikontrol oleh proses pengendapan material Epiklastik hasil transportasi material gunungapi. Endapan material epiklastik yang terdapat di daerah penelitian berasal dari aktivitas erupsi Gunung Slamet yang terletak di bagian timur laut daerah penelitian dan satuan ini masih merupakan bagian dari kaki gunungapi dari Gunungapi Slamet. Satuan ini tersebar di Desa Pamijen, Desa Pruwatan, Desa Kaliwadas, Desa Kalisumur, dan sebagian kecil wilayah Desa Bumiayu. C. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
Gambar 1. Fisiografi Jawa Barat Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan, lembah dan dataran (Thornbury W.D, 1969) yang meliputi aspek struktur, proses dan tahapan maka geomorfologi daerah penelitian dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan Geomorfologi yaitu: A. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan. Satuan ini berbentuk punggungan punggungan bukit dan lembah yang berarah Baratlaut– Tenggara dan berada pada ketinggian antara 100 – 650 mdpl serta mempperlihatkan relief landai, bergelombang hingga sangat curam, terdapat gawir-gawir yang merupakan bentuk hasil dari struktur lipatan dan patahan dengan kemiringan yaitu 5o - 45o (Van Zuidam,1985), stadia geomorfik satuan ini digolongkan dalam stadia dewasa. Penyebaran satuan ini
Satuan geomorfologi dataran aluvial ini menempati sekitar +5 % dari luas daerah penelitian. Keberadaan dataran aluvial dikarenakan wilayah yang datar yaitu dengan persen kemiringan < 5% sehingga menjadi tempat akumulasi pasokan sedimen yang berukuran lempung, pasir, krikil, krakal hingga bongkah di sekitar sungai. Satuan Geomorfologi ini berada interval kontur ±50100 mdpl. Dataran aluvial ini berada di tengah sampai Timur peta Geomorfo, memanjang dengan arah Baratdaya-Timurlaut yaitu mengikuti Sungai Pemali, Sungai Cikuya dan Sungai Cikeruh. 2.2
Stratigrafi
Stratigrafi regional Jawa Barat bagian timur menurut M. Juri, Dkk (1975) mulai dari yang tertua adalah Formasi Pemali dengan lingkungan pengendapan laut dangkal, Formasi Rambatan di lingkungan laut dangkal, Formasi Halang di lingkungan laut dalam, Formasi Kumbang di lingkungan laut dalam, Formasi Tapak di lingkungan laut dangkal, Formasi Kalibiuk di lingkungan laut dangkal, Formasi Kaliglagah di lingkungan transisi, Formasi Gunung Api Kuarter di lingkungan darat dan aluvial di lingkungan darat.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
2
Tabel 1. Kolom Stratigrafi Regional menurut M. Juri dkk (1975).
batupasir. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan dari satuan ini diperkirakan adalah > 520 meter. Umur satuan batuan ini diperkirakan pada N13 – N15 atau pada kala Miosen Tengah dengan kisaran lingkungan pengendapan pada Neritik Luar yaitu 100-200 m. B. Satuan Batupasir selang-seling Batulempung sisipan Breksi
Stratigrafi Daerah Penelitian terdiri atas 4 (empat) satuan batuan, di mulai dari tua ke muda yaitu sebagai berikut : A. Satuan Batuan Batupasir gampingan selang-seling Batulempung sisipan Batugamping Satuan batuan ini tersingkap dengan baik di Kali Wenay dan Kali Salak, dengan batupasiran gampingan ± 5 - 30 cm,batulempung memiliki ketebalan 2 - 20 cm dan batugamping berbentuk masif dengan dimensi antara 3 – 5 meter . Kondisi singkapan cukup baik , dengan menunjukkan bentuk perlapisan yang jelas dan pada beberapa tempat tidak menunjukkan perlapisan. Secara megaskopis Batupasir gampingan berwarna putih kecoklatan, dengan ukuran butir pasir sedang hingga halus, bentuk butir menyudut tanggung sampai membulat tanggung, terpilah buruk, kemas tertutup, dengan semen karbonat. Batulempung berwarna abu-abu gelap, butiran halus berukuranlempung, bersifat karbonatan, tersusun oleh mineral lempung. Batugamping warna abu-abu terang sampai ke kuningkuningan. Berdasarkan analisis petrografi maka nama batuannya yaitu Packstone (Gilbert, 1954). Arah jurus lapisan batuanya N280°E dengan kemiringan 40º yang didapat dari sisipan
Selaras diatas satuan napal sisipan batupasir diendapkan satuan batupasir selang-seling batulempung sisipan breksi. Satuan batuan ini tersingkap hampir di seluruh daerah penelitian dengan luas 60% dari luas daerah penelitian secara umum, kondisi singkapan segar dengan perlapisan yang mudah diukur. Struktur sedimen yang dijumpai berupa paralel laminasi, convolute dan graded bedding. Satuan Batupasir ini terdiri dari perselingan antara batupasir selang – seling batulempung dengan sisipan breksi. Di bagian bawah di dominasi oleh batu pasir selang-seling lempung dengan dominasi pasir lalu di atasnya terdapat batupasir masif menipis ke atas batuan tersebut di endapkan batu pasir selang seling lempung dengan dominasi batulempung dan semakin ke atas terdapat batu breksi masif. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat dua kali proses pengendapan dengan mekanisme turbidit. Secara megaskopis batupasir pada satuan memiliki ciri berwarna abu-abu terang, dengan ukuran butir pasir sedang, bentuk butir membulat tanggung, pemilahan baik dengan kemas tertutup, karbonatan. Batulempung dengan ciri berwarna abu-abu, bersifat karbonatan dan Breksi berwarna abu-abu kehitaman, masif, dengan masa dasar pasir halus - sedang , ukuran fragmen berkisar antara 2- 40 cm berupa fragmen batuan beku endesit, bentuk butir menyudut tanggung, kemas terbuka, pemilahan buruk, semen karbonat. .Kedudukan satuan batuan ini berarah relatif Baratlaut-Tenggara dengan kemiringan lapisan batuannya yang bervariasi berkisar antara 6o sampai 88o. Berdasarkan analisis petrografi nama sayatan batuan pasir ini adalah Chiefly Volcanic Wecke(Gilbert, 1954). Umur satuan batuan ini diperkirakan pada kala Miosen Akhir yaitu pada N16 – N19. Adapun kisaran lingkungan pengendapan dengan mekanisme turbidit pada
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
3
suatu sistem lingkungan Kipas Laut dalam. Ketebalan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran pada penampang geologi diperoleh ketebalan diatas 2000 meter.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa proses erosi, transportasi dan sedimentasi pada satuan ini masih terus berlangsung hingga saat ini.Dengan demikian umur satuan endapan aluvial ini adalah Recent.
C. Satuan Endapan Lahar Satuan ini tersebar di bagian paling timur daerah penelitian dengan luas sekitar 20% dari luas daerah penelitian, pada peta geologi diwakili warna oranye. Satuan ini dapat diamati di sekitar Desa Kaliwadas, Desa Bumiayu, Desa Laren, Desa Kalisumur dan Desa Pruwatan. Singkapan ini tersingkap pada dinding sungai Pemali dan Kali Kuya.Satuan ini dicirikan oleh bentuk morfologi yang landai, dibeberapa tempat berupa pedataran dan disebagian berbentuk perbukitan landai. Ketebalan satuan batuan ini diperkirakan berkisar antara 3 sampai 20 meter. Endapan Lahar tersingkap dengan baik di sepanjang sungai Pemali daerah Desa Pruwatan.keadaan singkapan relatif lapuk dengan ketebalan 1 – 3 meter. Endapan laharwarna abu- abu kecoklatan, besar butir bervariasi 0.5 cm – 30 cm, bentuk butir membulat tanggung sampai dengan menyudut tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas baik, fragmen terdiri dari material vulkanik serta objek – objek yang terbawa seperti kayu terkersikan. Dikemukakan Vessel dan Davies (1981) serta Bogie & Mackenzie(1998), maka satuan batuan gunungapi yang terdapat di daerah penelitian dapat ditafsirkan sebagai Fasies Endapan Medial Volcanic-clastic D. Satuan Endapan Aluvial Satuan endapan aluvialini menempati penyebaran paling sedikit dari pada satuan yang lainnya tersebar di sungai besar daerah penelitian yaitu Kali Cikeruh dan Sungai Pemali dengan luas penyebaran sekitar 5% dari luas daerah penelitian, pada peta geologi berwarna abu-abu. Memiliki ketebalan dari 0,3 meter hingga sekitar <3 meter.
Tabel 2. Stratigrafi daerah penelitian
2.3 Struktur Geologi Struktur Regional menurut “Pulunggono dan Martojoyo (1949)”, di Pulau Jawa dikenal ada tiga pola struktur dominan, antara lain Pola Meratus, Pola Sunda dan Pola Jawa. Ketiga pola tersebut terbentuk pada waktu yang berbeda dan menghasilkan kondisi tektonik yang berbeda pula.
Satuan ini disusun oleh material aluvial yang bersifat lepas berukuran lempung, pasir hingga bongkah. Satuanini merupakan endapan hasil dari rombakan batuan sebelumnya yang belum terkompaksi.Endapan aluvial sungai ini menutupi satuan batuan yang dibawahnya berupa bidang erosi.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
Gambar 2. Struktur Regional Pulau Jawa
4
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di daerah penelitian dijumpai struktur geologi berupa kekar, perlipatan dan sesar. A. Struktur kekar Kekar yang di dapat pada daerah penelitian yaitu Kekar gerus yang mempunyai arah umum Utara-Selatan dan Timur-Barat, kekar gash/tension dengan arah umum TimurlautBaratdaya dan kekar release dengan arah umum Baratlaut- Tenggara. B. Struktur lipatan I. Antiklin Karanggempol Antiklin ini melewati daerah Bantarpanjang yang terletak dibagian Timurlaut daerah penelitian, arah sumbu hampir BaratlautTenggara dengan panjang sumbu ± 8.7 Km. Dimana kedudukan lapisan pada sayap Timurlaut N270oE/20o dan sayap bagian Baratdaya N150°E/27o Struktur Antiklin Bantarpanjang dapat diklasifikasikan sebagai Antiklin Simetri. II.
Sinklin Karanganyar
Sinklin ini berada di Utara daerah penelitian dengan sumbu melalui desa Karanganyar. Dengan sumbu lipatan berarahbaratlaut tenggara, panjang sumbu diperkirakan kurang lebih 8,5 Km. Kedudukan lapisan batuan sayap timurlaut dengan jurus antara N 1000 E – N 1750E,sedangkan kedudukan lapisan batuan sayap baratdaya dengan jurus antara N 2700 E – N 3500E,Besar kemiringan lapisan yang membentuk antiklin ini adalah 220 – 440 ke arah utara dan 220 – 450 ke arah selatan. Struktur sinklin Karanganyar dapat diklasifikasikan sebagai Sinklin Simetri. C. Struktur Sesar I. Sesar Naik Pewangunan Penamaan sesar ini dikarenakan bukti – bukti sesar dijumpai di Desa Pewangunan. Arah sesar ini memanjang dari baratlaut – tenggara searah dengan pola lipatan yang ada di daerah penelitian. Adapun indikasi adanya sesar naik Pewangunan di daerah penelitian adalah:
b) Kedudukan Tegak, lokasi DMZ-029 Kedudukan batuan N 80° E / 81° di anak Kali Banjarsari. c) Bidang sesar pada batupasir, kedudukan bidang sesar N 162° E / 60° , pitch 75°, Plunge 40°, trend N 162° ELokasi DMZ017 di anak Kali Cibentang. II. Sesar Mendatar Petarangan Sesar ini terdapat pada lokasi pengamatan CHR/DMZ-122 Kali Cihaur dan CBT/DMZ002 Kali Cibentang. Berada di bagian timur daerah penelitian yang memanjang dari selatan ke utara dengan panjang ±8,2 km melalui Desa Petarangan, Desa Cibentang dan Desa Pangebatan serta mematahkan satuan batupasir selang-seling batulempung sisipan breksi dan satuan batugamping pasiran selang-seling batulempung. Indikasi yang ditemukan pada lokasi CHR/DMZ-122Kali Cihaur berupa : a) Bidang off-set N 2070 E / 550 b) Kelurusan Kali Ciasem Sedangkan pada lokasi CBT/DMZ-002 Kali Cibentang indikasi yang ditemukan berupa : c) Bidang sesar dengan kedudukan N 200° E / 25° d) Gores-garis dengan arah pitch 20°, Plunge 25°, N 204° E Berdasarkan data tersebut di atas, dan analisis arah pergerakan sesar pada gores-garis, maka disimpulkan sebagai Sesar Mendatar Menganan Petarangan. III. Sesar Mendatar Banjarsari Sesar ini terdapat disekitar Kali Cidadali pada lokasi pengamatan DDL/DMZ-022. Berada di bagian barat laut daerah penelitian yang memanjang dari selatan ke utara dengan panjang ±6km melalui Desa Banjarsari. Sesar ini memotong satuan batupasir selang-seling batulempung sisipan breksi dan satuan batupasir gampingan selang - seling batulempung. Indikasi yang ditemukan berupa:
a) Lapisan tegak lokasi CBT/DMZ-012 Kedudukan batuan N 25° E / 84° di anak Kali Cibentang.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
1). Zona hancuran dengan arah umum milonitisasi N 250 E, lokasi DDL/DMZ-022 di Kali Cidadali. 2). Bidang off-set batuan pada BJR/DMZ029 di Kali Banjarsari dengan arah bidang N 2110 E. 3). Kelurusan Kali cidadali dan kelurusan Bukit Banjarsari.
5
Berdasarkan data tersebut di atas dan analisis arah pergerakan sesar pada gores-garis, maka disimpulkan sebagai Sesar Mendatar Menganan Banjarsari. IV. Sesar Mendatar Ciwenay Sesar ini terdapat disekitar Kali Ciwenaypada lokasi pengamatan WNY/DMZ-079. Berada di bagian timurlaut daerah penelitian yang memanjang dari selatan ke utara dengan panjang ±3,1 km melalui Desa Ciwenay dan Desa Karanganyar yang memotong satuan batupasir selang-seling batulempung sisipan breksi. Indikasi yang ditemukanberupa : a) Bidang off-set batuan pada WNY/DMZ079. Lokasi daerah Muara dengan arah 0
bidang N 21 E. b) Bidang off-set batuan lokasi WNY/DMZ049 di Kali Wenay dengan arah bidang N 0 207 E. c) Bidang off-set batuan lokasi WNY/DMZ040 di Kali Wenay dengan arah bidang N 0
199 E. d) Pola Kelurusan Kali Wenay. Berdasarkan data tersebut di atas, dan analisis arah pergerakan sesar pada gores-garis, maka dapat disimpulkan sebagai Sesar Mendatar Menganan Ciwenay. Konfigurasi dari pola umum struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian untuk pola kekarnya berarah utara - selatan, timurlaut– baratdaya dan barat-timur. Adapun pola struktur lipatannya berarah tenggara baratlaut sedangkan pola sesar-sesarnya berarah baratlaut -tenggara dan timurlaut baratdaya. Berdasarkan hasil analisa dari pola struktur geologinya, maka arah lipatan dan kedudukan di daerah penelitian mempunyai arah umum N 325º E. Sehingga arah gaya utama dapat diketahui yaitu mempunyai arah dengan perbedaan sudut sekitar 90º terhadap arah umum lipatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa arah gaya utama mempunyai arah umum N 55º E. Adapun urut-urutan kejadian struktur geologi di daerah penelitian dimulai dari terbentuknya kekar-kekar shear dan tensional fracture, kemudian diikuti oleh pembentukan perlipatan berupa Antiklin Karanggempol serta Sinklin
Karanganyar. Fase selanjutnya terbentuk Sesar Naik Pewangunan dan diakhiri dengan terbentuknya sesar-sesar mendatar Petarangan, Banjarsari dan Ciwenay. Perioda tektonik yang terjadi di daerah penelitian terjadi mulai kala Pliosen Tengah hingga Plistosen, dengan arah gaya utama N 550 E atau timurlaut - baratdaya. Hubungan pola struktur yang terdapat di daerah penelitian dengan pola struktur yang terdapat pada Cekungan Jawa Tengah Utara bagian barat mempunyai pola yang sama, yaitu pola struktur yang berarah utara – selatan.Namun pada daerah penelitian pola ini berubah dimana pola yang seharusnya utara – selatan dan barat – timur menjadi Perlipatan dan sesar naik yang berarah tenggara – baratlaut hal ini di perkirakan karna ada perubahan mekanisme lain yang menyebab kantim bulnya gaya yang berarah demikian. Perubahan gaya tersebut berhubungan dengan teori – teori fisika yang membahas tentang gaya resultan, namunitu pun tidak lepas dari sifat elastisitas batuan. Gaya resultan merupakan gaya pengganti dari dua buah gaya atau lebih. Dimana menjelaskan bahwa pada daerah penelitian terjadi ubahan arah gaya dari utama menjadi gaya resultan yang bersumber dari gaya utama. Hal ini tidak merubah pola struktur utama gaya tersebut dimana tetap mengikuti pola jawa.
3. PERHITUNGAN POTENSI BAHAN GALIAN GOLONGAN C SIRTU
3.1.
Pendahuluan
A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan jumlah penduduk di daerah Jawa Tengah khususnya di kota dan Bumiayu Kab. Brebes, maka pembangunan secara fisik seperti pembangunan industri dan perumahan pun meningkat. Akibat meningkatnya permintaan akan pembangunan fisik tersebut maka kebutuhan akan bahan bangunan pun meningkat pula. Salah satu dari bahan bangunan yang permintaannya sangat meningkat adalah pasir batu. yang terdapat di daerah Kecamatan Bumiayu. Untuk mengetahui kuantitas cadangan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
6
pasir batu tersebut perlu dilakukan penaksiran cadangan. Dalam penaksiran cadangan ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menghitung besarnya cadangan pasir batu, salah satunya dengan menggunakan metode contour. B. Karakteristik Bahan Galian Satuan ini disusun material aluvial yang bersifat lepas yang berukuran lempung, pasir halus hingga bongkah. Merupakan endapan hasil transportasi oleh air.
dengan cara mengalikan luas rata-rata antara dua sayatan dengan jarak antar sayatan. B. Perhitungan Volume Persamaan mean area merupakan salah satu persamaan yang digunakan untuk menghitung volume suatu endapan. Persamaan ini digunakan apabila terdapat dua buah penampang dengan luas S1 dan S2 dengan jarak t. Adapun persamaan untuk mengestimasi volume dengan menggunakan persamaan Mean Area adalah sebagai berikut : V : tx ( S1 + S2 ) 2 Keterangan : S1 : luas penampang 1 (m2) S2 : luas penampang 2 (m2) t : jarakantarpenampang (m) V : volume pasirbatu (m3)
Gambar 3. Karakteristik endapan aluvial D. Tujuan Penelitian Tujua dari penelitian adalah menghitung besarnya cadangan pasir batu dengan menggunakan metode contour dengan pedoman Rule of Gradual Changes. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui besarnya cadangan pasir batu daerah tersebut dan member masukan kepada perusahaan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan tahapan selanjutnya. Menambah refrensi penelitian mengenai penaksiran cadangan pasirbatu. 3.2 Dasar Teori A. Metode Contour Metodecontour dilakukan dengan cara membagi endapan mineral menjadi blok-blok mendatar dengan interval tertentu yang dibatasi oleh dua buah penampang yang mewakili elevasi yang telah ditentukan. Kemudian dihitung luas masing-masing sayatan agar dapat menentukan volume
3.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Pembuatan Penampang dengan Metode Contour Pada metode ini pembuatan penampang dilakukan dengan cara membuat garis sayatan yang memotong topografi sesuai dengan elevasinya. Pembuatan garis sayatan dimulai dari batas ketinggian terendah sampai dengan batas elevasi tertinggi yang telah ditentukan, lalu diplotkan pada peta topografi dan kemudian didapatkan gambar penampang dari sayatan tersebut berupa model endapan pasir batu. Kemudian dihitung luas model endapan pasir batu dari tiap penampang dan akhirnya akan didapatkan luas dan volume dengan mengalikan jarak antar sayatan. Jarak antara penampang adalah 0,2 m dan dilakukan perhitungan besarnya luas penampang untuk mengetahui besarnya volume dan tonnage pasir batu dengan menggunakan software Autocad (lihat lampiran peta). B. Penaksiran Cadangan dengan Metode Contour. Penaksiran cadangan pasir batu dengan metode contour berdasarkan Rule of Gradualchange digunakan perhitungan luas setiap penampang yang dibuat memotong
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
7
sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan, perhitungan ini juga tergantung pada ketebalan, panjang, massa jenis pasir batu disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang. Hasil penaksiran cadangan pasir batu dengan menggunakan Metode Contour dengan pedoman Rule of Gradual Change dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2 Hasil Penaksiran Cadangan Contour NO
KONTUR KETEBALAN
LUAS (m2)
1
1.4
23046
2
3
4
5
6
7 TOTAL
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
TEBAL (m)
VOLUME (m3)
0.2
10477.4
0.2
24531.4
0.2
40804.8
0.2
60393.4
0.2
75248.9
0.2
78603.4
81728
163586
244462
359472
393017
393017 290059.3
4. KESIMPULAN DAN DISKUSI Kuningan, JawaBarat sebagai berikut:
dapat
disimpulkan
1. Geomorfologi daerah penelitian secara morfogenesa dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Geomorfologi Dataran Aliran Lahar dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Sungai. Pola aliran sungai yang berkembang di daerah penelitian adalah dendritik dan rectangular yang dikendalikan oleh struktur perlipatan dan patahan. Adapun stadia sungai dan jentera geomorfik berada dalam tahapan muda dan dewasa. 2. Tatanan batuan yang terdapat di daerah penelitian secara litostratigrafi dapat
dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan stratigrafi, yaitu dari yang tertua hingga termuda adalah satuan batuan Batupasir gampingan selang-seling batulempung sisipan Batugamping (Formasi Rambatan) yang diendapkan di lingkungan laut dangkal pada kala Akhir Miosen Awal – Miosen Tengah (N13 – N15). Selaras diatas satuan ini. yaitu pada kala Miosen Akhir (N16-N19) diendapkan satuan batuan Batupasir selangseling Batulempung dan sisipan Breksi pada lingkungan laut dalam dengan mekanisme arus turbit pada facies Kipas Tengah. Pada kala Plistosen (N23) di endapkan satuan Endapan Lahar pada lingkungan pengendapan darat. Satuan batuan gunungapi yang terdapat di daerah penelitian dapat ditafsirkan sebagai Fasies Endapan Medial Volcanic-clastic. Satuan termuda yang terdapat di daerah penelitian berupa satuan Aluvial Sungai berumur Holosen dan tersusun dari material lepas lempung hingga bongkah dan dijumpai menutupi satuan-satuan batuan yang lebih tua secara tidak selaras. 3. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah struktur kekar, lipatan dan patahan. Struktur kekar yang dijumpai berupa kekar gerus (shear joint), kekartarik (tensional joint) dan kekar tekan (release joint). Struktur perlipatan berupa antiklin Karanggempol, serta struktur sinklin Karanganyar. Struktur sesar yang dijumpai adalah sesar anjak Pewangunan dan sesar geser jurus Petarangan dan Banjarsari. Keseluruhan struktur yang ada di daerah penelitian terjadi dalam satu perioda tektonik, yaitu pada kala Pliosen Akhir(N19) dengan arah gaya utama Timurlaut - Baratdaya atau N 550 E. 4. Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu maka dapat disimpulkan dari penelitian penaksiran cadangan pasir batu di Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Hasil perhitungan volume pada perhitungan dengan menggunakan metode contour didapat total cadangan pasir batu sebesar 290.059,3m3. Pada metode contour pembuatan gambarnya dilakukan dengan cara membuat sayatan dengan mengikuti lekukan kontur interval tertentu pada daerah penelitian. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil penaksiran
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
8
cadangan pasir batu adalah tingkat ketelitian, penempatan penampang dan tingkat kesalahan baik dalam segi penempatan posisi maupun jumlah sumuran. PUSTAKA 1)
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of Indonesia, The Hague Martinus Nijhoff, Vol. 1A, Netherlands.
2)
Billings, Marlan P., 1960, Structural Geology, Second Edition, Prentice – Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 514 p.
3)
Kadarisman, D.S, 1997, Pedoman Praktikum Petrografi, Laboratorium Petrografi, Program Studi Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor.
4)
Luthfi, Mustafa, 2010, Prinsip – Prinsip Sedimentologi, Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.
5)
6)
Mark, P, 1957, Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Geological Research and Development Center, Bandung. Martodjojo, Soejono, 1984, Evolusi Cegungan Bogor Jawa Barat, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
7)
Noor, Djauhari, 2010, Geomorfologi, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.
8)
Noor, Djauhari, 2010, Analisa Stratigrafi, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.
9)
Putro, R.D, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia Edisi 1996, revisi SSI 1973, Jakarta, IAGI.
10) Syahrulyati, Teti dan Karmadi, M. A, 1994, Pedoman Praktikum Mikropaleontologi, Laboratorium Mikropaleontologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor. 11) Thornbury, William D., Principles of Geomorphology, Second Edition, John Willey and Sons Inc., New York, London, Sydney, Toronto, 594 p.
Penulis 1)
2)
3)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
Dimas Imam Faizal , ST., Alumni (2014) Program Studi Teknik Geologi, FakultasTeknik Unversitas Pakuan. Ir. Teti Syahrulyati , MSi., Dosen Program Studi Teknik Geologi, FakultasTeknik Unversitas Pakuan. Ir. Muhammad Agus Karmadi, ST., Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
9
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Unpak
10