Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Olah Tampang Rumah Nelayan sebagai Salah Satu Daya Tarik Pantai Kota Bengkulu Studi Kasus: Kampung Nelayan Malabero, Sumur Meleleh dan Berkas Adri Aristianto1) Happy Ratna Santosa2) Josef Prijotomo3) 1) Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:
[email protected] 2) Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email :
[email protected] 3) Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email :
[email protected]
Abstrak Propinsi Bengkulu mempunyai 3 (tiga) suku besar yang memiliki peranan penting dalam mewarnai adat dan istiadat daerah Bengkulu, yaitu: Suku Melayu yang berpusat di Kota Bengkulu, Suku Rejang yang berpusat di Kabupaten Rejang Lebong, Suku Serawai yang berpusat di Kabupaten Bengkulu Selatan. Secara ekologis rumah tradisional mencerminkan budaya warganya dan menggambarkan pola kehidupan yang ada di dalamnya. Permukiman nelayan yang ada di pesisir pantai yang kurang sehat dan tidak tertata, dapat dibenahi menjadi daya tarik kota yang unik. Adapun metode yang dipakai adalah Deskriptif Kualitatif, dimana penentuan sample melalui probability sampling secara simple random sampling dan non probability sampling meliputi sampling kuota, sampling purposive serta snowball sampling. Kajian diperlukan karena posisi studi kasus berada di pesisir pantai kota lama Bengkulu yang berdekatan dengan aset wisata Fort Marlborough. Secara analisis, perkampungan tersebut lebih dikenal sebagai “Kampung” tempat terlaksananya nuansa budaya kesenian Tabot, tanpa terbersit bentuk tampang rumah seperti apa dikala masyarakat melintas lahan studi kasus. Hasil penelitian dapat memberikan solusi tampang rumah nelayan yang disajikan kepada masyarakat secara tradisional dengan cara pengolahan komposisi, ornament, kosmologi serta persepsi sebagai satu kesatuan yang dapat dijadikan pedoman penataan lingkungan dan acuan pengembangan pariwisata disisi pantai Kota Bengkulu. Kata Kunci - Olah tampang rumah nelayan dan lingkungannya.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Fisherman House Facade AS One of Affinity Bengkulu’s City Beach Case Study: Malabero’s Fisherman Kampong, Sumur Meleleh and Berkas Adri Aristianto1) Happy Ratna Santosa2) Josef Prijotomo3) 1) Graduate Student of Architectur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:
[email protected] 2) Lecture Departement of Architectur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:
[email protected] 3) Lecture Departement of Architectur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email :
[email protected]
Abstract Bengkulu's province has 3 (three) big tribe that has to play a part essential in colour custom and culture of Bengkulu's region, which is: Malay tribe one that gets center at Bengkulu's City, Rejang's tribe that gets center at Regency Rejang Lebong, serawai's tribe that gets center at South Bengkulu Regency. In ecological house reflects the traditional culture of its citizens and describes the life pattern in it. Residence fisherman which is at beach coast that under the way and not orderly, can be fixed as unique city affinity. The method used is Descriptive qualitative, where the sample determination through the sampling probability in simple random sampling and non-probability quota sampling includes sampling, purposive sampling and snowball sampling.This study is needed because the position of case studies in the old coastal town of Bengkulu adjacent to Fort Marlborough tourism asset. In the analysis, the township is well better-known as the "Village" where the implementation of arts Tabot cultural nuances, without dawned form what looks like a house across the case study. Observational result can give house façade solution which is presented to traditional society by perception of processing, composition, ornaments and cosmology as a whole that can be used as guidelines for structuring the environment and the reference side of coastal tourism development at Bengkulu City Key word - Fixed up fisherman house façade and its environment.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 2
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
I. Pendahuluan Di lingkungan pantai terdapat komunitas nelayan yang bermukim, diantaranya; kampung nelayan Malabero, Sumur Meleleh dan Berkas. ”Kampung” hingga saat ini mewakili istilah atau sebutan bagi ketiga lingkungan diatas. Adapun permasalahan yang ada meliputi; bagaimana mencari tampang yang berorientasi identitas melalui penggalian dan penemuan kembali karakteristik lingkungannya. Tujuan yang akan dicapai yaitu ; menemukan tampang yang dapat dijadikan identitas pada saat ini dan yang akan datang sebagai sebuah daya tarik bagi pantai Kota Bengkulu. Penelitian ini dibatasi dan dilaksanakan pada area studi kasus yaitu kampung nelayan Malabero, Sumur Meleleh dan Berkas. Pendekatan yang dilakukan adalah tinjauan unsur fisik dan penataan. Hal tersebut ”Dapat dijadikan acuan pengintegrasian antara rumah nelayan dimasa lalu hingga masa kini yang dapat memberikan daya tarik tersendiri disisi pantai”. II. Kajian Pustaka dan Teori Propinsi Bengkulu yang terbagi menjadi 8 Kabupaten dan 1 Kota memiliki kesenian yang berbeda. Sebagai contoh kesenian berbeda di Bengkulu seperti gambar 1,a,b,c di bawah ini:
a
b
c
Gambar 1.a,b,c : ”Penari (1916), Orkes Gamelan (1916) dan kelompok tabot (1939) berada di Bengkulu”, (Sumber : Royal Netherlands Institute of Southeast Asian, Holl.Indische School Madioen 1916-1919) Contoh Kerajaan-kerajaan yang terdapat di Bengkulu antara lain : Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sungai Itam, Kerajaan Selebar, Kerajaan Anak Sungai, dan Kerajaan Empat Petulai, semua nama bernuansa perairan. Beberapa profil rumah ;
a
b
c
Gambar 2.a,b,c : ”Rumah dikampung muara santen (1901), Rumah di Bengkulu (1920), dan Rumah di Bengkulu (1939), (Sumber : Royal Netherlands Institute of Southeast Asian, Holl.Indische School Madioen 1916-1919)
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 3
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Secara ekologis rumah tradisional mencerminkan budaya warganya, menggambarkan pola kehidupan yang ada di dalamnya, karena yang berkarakter dinilai positif secara normative. Karakter rumah tradisional tidak terlepas dari proses pembentukannya, dan karakter tersebut selalu berubah terlanda kekuatan baru yang bermunculan. A. Tampang Rumah Nelayan Dimasa Lalu Kekhasan lingkungan binaan hasil cipta karya dan karya nenek moyang salah satunya tercermin dari ragam bangunannya. Dahulu karya arsitektur merupakan produksi setempat yang dirancang dan dibangun dengan keterampilan orang setempat serta memakai bahan setempat.
a
b
Gambar 3.a,b : ”Rumah di Kampong Muara Santen Bengkulu”,1901, dengan variasi bentuk pola atap (Sumber : Royal Netherlands Institute of Southeast Asian,Holl. Indische School Madioen 1916-1919) B. Tampang Rumah Nelayan Dimasa Kini Hubungan antara satu manusia tidak terlepas dari manusia lainnya. Dari hubungan ini tentunya akan saling mempengaruhi serta membawa suatu perubahan dalam bermasyarakat. Begitu pula dengan arsitektur rumah tradisional nelayan. C. Bentuk Tetap Dengan Makna Baru Penampilan bentuk tetap mengadopsi bentuk lama tetapi diberi makna baru. Hal ini dimungkinkan terjadi dimasyarakat yang baru mengalami masa transisi akibat pengadopsian nilai-nilai kebudayaan asing. Mereka masih enggan “meninggalkan kebudayaan masa lalunya” atau kalaupun terpaksa mereka harus meninggalkan “kebudayaan masa lalu” membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mengadopsi kebudayaan “baru” serta menghindari kejutan budaya (culture shock) maka diberi makna baru. Misalnya makna yang bersifat sakral diubah menjadi profane. Untuk menemukan dunianya sendiri ia mendesakralisasikan dunia nenek moyangnya. Secara tidak langsung rasa itu secara emosional masih tetap hadir dalam dirinya, dan diwujudkan kembali dalam bentuk-bentuk tertentu. D. Bentuk Baru Dengan Makna Tetap Penampilan arsitekturnya menghadirkan bentuk baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang diperbaharui ; jadi tidak lepas sama sekali, interpretasi baru terhadap bentuk lama tetapi diberi makna yang lama untuk menghindari kejutan budaya. Hal ini terjadi pada masyarakat transisi, dimana dalam proses akulturasi dengan kebudayaan asing masih menyadari tidak bisa menghilangkan sama sekali sikap religious sebagai warisan leluhurnya. Sebagian besar eksistensinya diperoleh dari bisikan hati yang masuk kedalam dirinya melalui alam bawah sadar. Spiritual masyarakat tradisional ini tetap hidup dengan caranya sendiri, Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 4
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
bukan dengan tindakan atau sesuatu yang dapat dikerjakan secara efektif, melainkan dalam bentuk suatu nostalgia terhadap nilai-nilai yang berarti bagi dirinya. Adapun teori yang berkaitan meliputi: 1. Teori Persepsi Sebagaimana diketahui, bila dua benda/objek diperbandingkan maka ada dua titik ekstrim yang dapat ditarik sebagai kesimpulan pembandingnya. Pada titik ekstrim yang satu adalah tidak adanya perbedaan diantara keduanya, alias sama. Adapun menurut Prijotomo perihal persepsi, adalah sebagaimana tertera dibawah ini: Pada titik ekstrim yang lain adalah keduanya sama sekali tidak sama, dan tidak jarang dikatakan ; berlawanan, bertolak belakang, kontras/kontradiktif atau bisa juga bertentangan. (Prijotomo. 1987 : 91) Kompleksitas selain sebagai prinsip-prinsip umum persepsi yang tak kasat mata, juga merupakan prinsip penilaian relatif atau pengaruh dari konteks terhadap hal yang diamati. Ini berarti bahwa, tiap prinsip yang dikembangkan dalam teori-teori persepsi belum tentu bisa dijelaskan berdasarkan hukum-hukum alam. Estimasi konservasi lahan yang potensial tidak terlepas dari karakter lokal wilayahnya dan proporsi atau sudut pandang masyarakat yang ada diwilayah yang dilingkupinya. Komponen yang membuat estimasi menjadi relatif diantaranya mencakup ; definisi karakter, rasa lokal, hubungan internal, corak, kiat dan materinya. Adapun pendekatannya melalui diagram konservasi relatif sebagai mana berikut ini ; Diagram Konservasi Relative Character Definition
Locality Sense
Internal Relations
Style & Design
Methods & Material
87 % Max.20% each totals 100% Estimated Total Conservation Potential
Gambar 4 : Diagram Konservasi Relative (Sumber : Cohen, Nahoum.,”Urban Planning Conservation and Preservation”, p.243,273) Legend : 1.Character-clear definition of local character and size
2.Clearly formulated sense of locality of place 3.Internal proportions of spaces and volumes 4.Well defined design of the volumes 5.Building methods and materials employed are of clear and exceptional nature
Suatu kebutuhan diterima bila ditemukan bahwa mereka unik, jelas dan tersusun pada suatu jalur yang tepat, dengan ketentuan yang berkaitan dengan konservasi, kebutuhan akan hal tersebut akan terlihat lebih jelas sebelum memulainya. Merupakan hal yang benar jika pada kota dengan historis tertentu, konservasi menjadi pertimbangan sangat penting dikarenakan bahwa hal ini menjadi satu bahan pertimbangan penataan atau tata kota di lingkup kota dimaksud. Hal ini menjelaskan bahwa bagaimanapun juga ini tidak boleh Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 5
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
sepenuhnya dilepaskan dari perencanaan suatu kota secara menyeluruh, seperti konservasi yang tidak dapat dipisahkan dari prosedurnya akan suatu prosedur perencanaan. Estimasi konservasi bersifat potensial dan komponen yang ada dibelakangnya mencakup kualitas terlihat dan merupakan proses penilaian dalam dua arah mencakup ; a.Comparison to other, similar sites (perbandingan ke lokasi lainnya, lokasi terkait) dan b.Esthetics and historical value judgement (Pertimbangan menghargai estetika dan historis). Lebih tepatnya, ia dijelaskan sebagai berikut : 1.The clear border of the site (Pembatasan yang jelas dari lokasi) ; 2.The sense of locality (Perasaan akan tempat) ; 3.Internal relations in their variety (Hubungan internal dari keanekaragamannya); 4.Style and design (corak dan desain) ; 5.Materials and the workmanship (Bahan dan pengerjaannya). 2. Teori Komposisi Tampang Arsitektural adalah pola pembuatan. Adapun komposisi suatu bangunan tersusun dari pola kelengkapan pengaturan satu dengan lainnya. Idealnya, tiap-tiap aspek dari satu bangunan yang rencana di dalamnya memisahkan hal fisik yang terkecil rinciannya pada suatu pola yang berhubungan satu sama lain terukur pada penciptaan satu rangkaian tanpa gugatan akan skala dan kompleksitas. Adapun teori komposisi menurut “Don Han Lon” yang membaginya menjadi lima bagian adalah; Composition that have five related formal properties : Number, Geometry, Proportion, Hierarchy and Orientation. Number is the fundamental, Geometry is the shape, Proportion is the ratio, Hierarchy indicates the relative importance of the parts, Orientation operates in two ways in pattern ; Externally and Internally. 3. Teori Ornamen Estetika komposisi dari suatu bangunan tertuang dalam variasi jalur sejarahnya. Seperti di abad ke-19, sesuatu yang modern, menggunakan transparansi untuk mencapai suatu arahan penyajian dari elemen arsitektural, hal tersebut terkait dengan ruang, struktur dan program. Akan tetapi sejarah baru turut berkontribusi untuk membuat kegunaan dari transparansi, melalui sebuah diskusi tentang ekspresi dari bangunannya. Post modernism menggunakan dekorasi dan dekonstruksi menggunakan geometri pendidikannya, seperti sosok mode di ruang transparensinya, akan tetapi corak mode tidak dapat dengan mudah untuk digantikan di dalam sebuah budaya. Adapun pada ornamen yang memiliki peran sebagai dekorasi komunikasi tertera pada kalimat : “For loss, on the other hand, ornamentation was a crime. In his view, ornament was used in traditional societies as a means of differentiation ; modern society needed not to emphasize individuality, but on the contrary, to suppress it”. (Farshid Moussavi and Michael Kubo, 2007 : 6) Dan ornamen sebagai pemberi pengaruh dan sensasi yaitu : Many buildings of the twentieth century continue to effectively relate to culture by creating sensations and affects. Similar to Sigfried Kracauer’s suggestion that ornamental mass movements in a stadium “bestow form to given matter”, these buildings produce affects that seem to grow directly from matter itself. They build expressions out of an internal order that overcome the need to “communicate” through a common language, the terms of which may longer be available. (Farshid Moussavi and Michael Kubo, 2007 : 7)
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 6
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Ornamen massa adalah suatu refleksi estitis dari rasionalitas yang mengarah ke ekonomi keteraturan sistemnya. 4. Teori Kosmologi Naungan atau bangunan dimana ia merupakan tempat manusia tinggal dan mengadakan fungsi yang berbeda-beda serta dilengkapi dengan isi baik sendiri ataupun kelompok di dalam masyarakat. Wadah tersebut memuat, antara alam dan buatan manusia atau elemen buatan. Konsep determinisme lingkungan berlaku pada awal peradaban manusia. Alam sangat mempengaruhi kehidupan manusia, hal ini menumbuhkan orientasi pemikiran manusia kearah hubungan antara Kosmis dan Chtonis. Kosmis yaitu hubungan antara manusia dengan alam semesta, misalnya dengan matahari, bulan, bintang dan sebagainya. Chtonis adalah hubungan manusia dengan bumi, misalnya dengan gunung, laut, pohon, batu dan sebagainya. Perihal penghayatan kosmis dan mistis,Mangunwijaya, mengatakan bahwa; Pada masa ini, orang berfikir dan bercita rasa dalam alam penghayatan kosmis dan mistis atau agama. Tidak estetis yang berarti penilaian sifat yang dianggap kenikmatan. Segi mitos dan dan ke-agamaan menyangkut ke-ada-an manusia atau semesta dari dasar-dasarnya paling akar, paling menentukan dan paling sejati.(Mangunwijaya,YB.1988) Hubungan antara manusia dan lingkungannya ini berkembang dan menjadi dasar kehidupan masyarakat “masa lalu”. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan budaya yang dimiliki, maka mulai timbul kesadaran bahwa tidak semua aktivitas yang dilakukan seharihari dapat dilaksanakan di alam terbuka, oleh sebab itu dibutuhkan sebuah pelindung (shelter). Mulanya memanfaatkan goa yang ada di alam, setelah itu dibuatkan rumah tinggal dalam bentuk yang sangat sederhana. Konsep Penataan Lingkungan 1. Tatanan Berbasis Lokal Pola tata letak permukiman bagi orang Indonesia lebih dari sekedar usaha untuk menyediakan atap untuk berteduh dari hujan dan panas matahari atau berlindung dari hewan buas dan musuh. Pola ini dilakukan secara sadar, yang mencerminkan konsep-konsep jagad raya dan hubungan-hubungan sosial dipermukaan bumi. pola ruang yang ada di Indonesia yang mempunyai keterkaitan dengan alam salah satunya pola permukiman pesisir, serta tatanan permukiman berbasis kelokalan sangat penting dalam mengedepankan identitas kawasan. 2. Tatanan dengan Pendekatan Identitas Kata latin “Identitas” dalam pembahasan ini, sebetulnya mengarah pada : “kesamaan yang absolute atau keserupaan yang eksak”.(Hornby, 1975 : 428). Jadi, perencanaan pembangunan kota yang berwawasan identitas menuntut dilakukannya penggalian dan penemuan kembali secara intensif dan ekstensif tentang kekhasan, kekhususan, keunikan dan karakter spesifik yang menjiwai suatu kota tetentu yang membedakannya secara bermakna dengan kota lain. 3.
Tatanan Rumah dalam Lahan Arti sebuah rumah bagi nelayan di suatu permukiman pantai, memiliki arti yang berbeda dengan masyarakat yang berdomisili di pegunungan dan dilahan pertanian. Demikian Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 7
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
pula dengan budaya masyarakat yang terkandung didalam komunitasnya. Memberikan contoh permasalahan yang terjadi di suatu lingkungan permukiman yang memerlukan tindak lanjut penyelesaian. Pertumbuhan tidak dapat dikesampingkan dan penataan lebih lanjut sangat diperlukan bagi menunjang kelayakan. Demikian pula sesuatu yang tumbuh jangan dibiarkan tumbuh begitu saja, akan tetapi diusahakan mendekati culture atau budaya setempat, yaitu ditempat dimana ia berdiri dan berpijak. Pengertian Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata Sisi Tinjau Wisatawan Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktifitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 Km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. 2. Pengertian Perumahan Nelayan Yang Dapat Dijadikan Objek Sebagaimana yang diungkapkan oleh Silas mengenai hukum sebuah rumah adalah : Pertama ; bila semua keputusan tentang rumah dilakukan bebas oleh pemakai-pemilik, maka hasilnya adalah masyarakat yang sejahtera Kedua ; yang penting dari rumah bukan apanya (what it is) tetapi manfaat bagi kesejahteraan penghuni (what-it-does) Ketiga ; ketidak sempurnaan rumah yang diadakan oleh pemakai-penghuni akan lebih mudah diterima oleh bersangkutan. Kata perumahan bukan kata benda tetapi kata kerja sesuai dengan makna berumah tangga (Silas, Johan.2009) Pengertian Nelayan. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal kelompok orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan diusahakan agar kepentingan seluruh penduduk untuk maju dapat dikolaborasikan dengan mengembangkan kekhasan lokal atas dasar beragam tradisi dan keunikan yang ada, sehingga dapat meningkatkan identitas kawasan dan penghasilan masyarakatnya. Secara Ekopolis berdasar alasan wisata perlu: a. Keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial; b. Dimiliki oleh dan menjamin hak serta kepentingan seluruh penduduk untuk maju; c. Mengembangkan kekhasan lokal atas dasar beragam tradisi dan keunikan yang ada ; d. Menempatkan diri sebagai bagian dari sistem global dalam arti luas ; e. Selalu menyertakan warga sebagai kekuatan dasar dan pemilik upaya pembangunan. (Santosa, Happy Ratna.2009) 3. Kesiapan Terhadap Aset Wisata Sejauh ini Pemerintah Daerah Kota Bengkulu secara bertahap telah melakukan pembangunan infrastruktur, dan pembangunan prasarana tersebut sangat penting untuk mempermudah pelancong disaat membutuhkan ruang peristirahatan sambil menikmati makanan ringan. Demikian pula dengan jalur yang akan ditempuh disaat melakukan perjalanan wisata. Adapun yang telah dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Bengkulu adalah kesiapan akses yaitu melalui jalan baru disisi pantai. Guna menghijaukan kawasan yang saat ini dalam kondisi gersang tanpa tumbuhan, sebanyak 2.000 batang.1.500 batang pohon Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 8
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
berbagai jenis ditanam di kawasan Pantai Berkas Kota Bengkulu, sedangkan 500 batang pohon lainnya diserahkan kepada masyarakat setempat untuk ditanam disekitar tempat tinggalnya. III. Metode Penelitian Tujuan yang diharapkan adalah tercapainya kriteria bagi rumah nelayan dimaksud dengan memperhatikan isu berkelanjutan khususnya kampung nelayan studi yang dijadikan target. Tampang seperti apa yang dijadikan standar kajian dimana ia memiliki kedekatan secara culture lingkungan dari rumah nelayan yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui kepariwisataan. Adapun gambar diagram pendekatan penelitiannya sebagai mana berikut ini ; Dilihat dari Pendekatan Penelitian
Survei Deskriptif
Kualitatif Studi Kasus
Gambar 5. Diagram Pendekatan Penelitian Deskriptif ; merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. Seperti diketahui bahwa metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Variabel Objek Penelitian Di dalam suatu pekerjaan sudah menjadi kebiasaan untuk mengambil manfaat dari semua penyelidikan dan pengalaman, dan pada akhirnya merumuskannya dalam tata tertib mengenai dan untuk apa pekerjaan tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah untuk membandingkan suatu variable (objek penelitian) antara subjek yang berbeda perihal tampang perumahan nelayan disisi pantai dan aktifitas penduduk di lingkungan. Klasifikasi variabel dari hasil kajian pustaka adalah sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung/Terikat (Dependent Variable) Dapat diungkapkan sebagai berikut : Non Fisik Permukiman nelayan Awal
Fisik
Hipotesa Perubahan Fisik Permukiman nelayan masa kini
Fisik Non Fisik
Gambar 6 : Diagram Olah Tampang Rumah Nelayan
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 9
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
2. Variabel Bebas Sebagai variabel yang memberikan pengaruh terhadap beberapa variabel lain, maka ditentukan bahwa variabel bebas dari penelitian ini adalah lokasi dan keadaan fisik dari perumahan nelayan studi kasus kampung nelayan Malabero, Sumur Meleleh dan Berkas Kota Bengkulu. Sebagai pusat permasalahan, maka variabel terikat merupakan poin-poin kunci yang memegang peranan dalam mencapai tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah terciptanya tampang rumah nelayan yang dapat dijadikan daya tarik wisata disisi pantai Kota Bengkulu yang tetap memperhatikan isu keberlanjutannya sebagai sebuah perumahan nelayan. Secara garis besar prinsip penataan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu penataan dan pengembangan rumah nelayan dari sudut teori empiris praktis, dan yang kedua teori fenomenologi pada penciptaan place. Merupakan variabel yang memberikan pengaruh terhadap hal-hal yang terjadi dan berkembang didalamnya. Variabel bebas, adalah faktor yang berdiri sendiri, karena telah tercipta sedemikian. Strategi Penelitian Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses dengan metode yang variatif dengan sifat interpretatif dan naturalistik. Dari hasil data dan informasi yang diperoleh tersebut, peneliti akan menafsirkan informasi. Keunggulan dari strategi ini dalam usaha mencapai tujuan penelitian yaitu tercapainya kriteria tampang rumah nelayan sejalan dengan potensi penghuni, lahan dan kultur atau budaya dilingkungan perumahan setempat. Keunggulan dari strategi ini dalam usaha mencapai tujuan penelitian yaitu tercapainya kriteria tampang rumah nelayan sejalan dengan potensi penghuni, lahan dan kultur atau budaya dilingkungan perumahan setempat. 1. Mendapatkan kriteria, dibutuhkan pengetahuan khusus mengenai kehidupan yang terjadi di suatu kawasan selain data-data fisik. Hal tersebut adalah bagaimana manusia memposisikan kehidupan sehari-harinya bagi diri mereka sendiri/make sense of their lives,experiences, and their structures of the world. Penelitian kualitatif menitik beratkan meaning dengan metodenya, sehingga memudahkan pendekatan terhadap studi (Creswell, 1994) 2. Taktik dalam prosedur penelitian kualitatif, seperti in depth interview, focus group, dan observation/participant observation dapat memberikan informasi secara detail mengenai kehidupan dan norma yang terjadi untuk kemudian diukur dengan instrument tertentu.(Mack dkk, 2005) Adapun kelemahan dari prosedur penelitian kualitatif ini adalah tingkat subjektifitas yang lebih dominan karena peneliti memiliki peran dalam menginterpretasikan data hasil pengumpulan yang dilakukan secara detail. Hal ini dapat diatasi dengan memperkuat pengetahuan peneliti mengenai standar penataan tampang rumah. Analisa dimaksudkan untuk mengkaji data dalam hubungannya dengan keperluan pengujian hipotesa penelitian. Dari hasil analisa harus diinterpretasikan untuk mengetahui kaitan antara data yang satu dengan data yang lain, sehingga dapat membuktikan hipotesa yang telah ditentukan. Adapun analisa untuk penelitian ini adalah mendapatkan kebenaran dan mendapatkan pengetahuan akan rasa ingin tahu tampang rumah nelayan seperti apa yang dapat menjadi identitas kawasan studi kasus ; kampung nelayan Malabero, Sumur Meleleh dan Berkas.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 10
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Secara keseluruhan, teknik pengumpulan, analisis dan interpretasi yang dipilih bersifat kualitatif, sesuai dengan strategi yang dipilih. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara ; analisa dokumentasi visual diiringi dengan wawancara kepada tokoh masyarakat (pemuka masyarakat) dan masyarakat umum setempat. Didalam menentukan populasi dan sampel, lebih lanjut dijabarkan ; populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedang sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun analisa ini mencoba mencari pendekatan terbaik akan tampang rumah nelayan melalui wawancara keingintahuan, peneliti akan mencoba menarik kesimpulan akan culture (budaya) di masyarakat. Adapun lingkup kegiatan pengumpulan data bangunan, dapat dilakukan dengan cara ; analisa dokumentasi visual diiringi dengan wawancara kepada tokoh masyarakat (pemuka masyarakat) setempat dan daftar pertanyaan hendaknya disusun dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan analisa. Proses analisa memainkan peranan penting akan penentuan hasil tampang seperti apa yang dapat menjadi identitas. IV. Kajian Lokasi Penelitian Kampung Nelayan Fungsi kampung; terutama di daerah studi kasus yakni Malabero, tanah lapang ditepi pantai juga dimanfaatkan bagi persiapan pra keberangkatan sekaligus perakitan perahu nelayan sebelum berangkat menuju laut lepas. Sekilas perbincangan dengan narasumber “Z”; dimasa lalu, tepian pantai merupakan tempat yang dekat bagi nelayan, dikarenakan rumah tinggal warga yang tinggal ditepi pantai, kadangkala dialih fungsikan sebagai tempat menganyam jala (jaring) dan memperbaiki sampan (perahu kecil) mereka. Demikian pula tepi pantai lebih sering dimanfaatkan sebagai tempat permainan bagi anak-anak, entah bermain bola atau mencari ikan dikala air surut disiang hari. Akan tetapi dipagi hari; terutama jam-jam subuh; tempat tersebut dijadikan tempat buang air besar bagi warga dewasa, dikarenakan mereka masih belum memiliki WC. Akan tetapi sekarang sudah jarang di sebabkan mereka dapat menggunakan WC umum. A. Dinamika Didalam Masyarakat Tempat bermain anak-anak yang paling bebas adalah di pantai, tetapi pada pagi dan siang hari panas karena tidak ada pepohonan.Interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari warga perkampungan cukup baik dan hampir semua warga saling mengenal sesamanya, dan mereka dapat menjaga hubungan dengan baik. Soal pinjam meminjam bahan atau bumbu dapur bagi ibu rumah tangga di “kampung” merupakan hal yang biasa. Keadaan rumah yang rapat satu sama lainnya memudahkan bagi ibu-ibu rumah tangga untuk bersosialisasi. Secara fisik terkait bangunan tempat tinggal, warga yang tidak mampu membayar ongkos membuat rumah, yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada warga lain untuk bergotong royong, dan yang bersangkutan cukup menyediakan makan dan minum serta rokok bagi mereka yang bergotong royong.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 11
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
B. Budaya di Lingkup Lingkungan Masyarakat Setahun bukanlah waktu yang panjang bagi masyarakat Bengkulu untuk mengikuti festival Tabot yang sudah menjadi tradisi. Tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara Tabot mulai dikenal di Bengkulu. Namun, diduga kuat tradisi yang berangkat dari upacara berkabung para penganut paham Syi'ah ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. Adapun festival tabot seperti terlihat pada gambar 7a,b,c dibawah ini:
a
b
C
Gambar 7a,b,c : Festival Tabot di Bengkulu, (Sumber : dokumentasi lapangan Festival Tabot) Hiasan (ornament) mengacu kepada permainan warna, sebuah bentuk objek yang berorientasi runcing bagian atas dan pada ujungnya terdapat bentukan kubah kecil. Bentukan objek yang berada disisi tengah didampingi empat gerga sebagai pendampingnya.
C. Rumah Tempat Tinggal Pada umumnya, satu rumah di Kampung Malabero, Sumur Meleleh dan Berkas dihuni oleh 1(satu) keluarga batih atau inti. Keluarga batih atau inti ini terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-anak yang belum menikah. Disamping itu, ada juga didalam satu rumah terdiri atas 2(dua) keluarga batih, bahkan terdapat juga keluarga luas yang terdiri atas suami, istri, anakanak, dan adik ipar dari kedua belah pihak. Bahan bangunan yang dipergunakan adalah batu bata, semen, kayu atau papan. Sebagaimana yang disebutkan narasumber “Z” sudah tidak ada lagi yang menggunakan bambu, gedek atau tepas, mungkin tidak tahu pemasangannya dan banyak tersedia bahan bangunan pilihan selain item bambu, gedek dan tepas seperti yang disebutkan diatas. Bahan untuk atap dari seng atau rumbia (dimasa lalu). Atap seng masih bertahan, akan tetapi kondisi seng yang ada sekarang ini lebih tipis dibandingkan masa lalu. Profil rumah di daerah studi kasus meliputi :
a
b
e
f
i
j
C
g
k
d
h
Gambar 8a,b,c,d,e,f,g,h,i,j dan k : Rumah nelayan di daerah studi kasus. (Sumber : dokumentasi lapangan di daerah studi kasus) Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 12
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Tampilan rumah sebagai tempat tinggal secara variatif mengikuti perkembangan sesuai dengan kemampuan finansial penduduk. D. Ciri Khas Rumah Nelayan Secara fisik, rumah tinggal mereka kadangkala dialih fungsikan sebagai tempat menganyam jala (jaring) dan memperbaiki sampan (perahu kecil) mereka. Apabila ditinjau dari kedekatan antar warga yang kuat terjalin diwaktu festival Tabot, kemungkinan kebersamaan tersebut terbawa hingga ketempat kerja nelayan ditepi pantai. V. Analisa Tampang Rumah Nelayan di Lokasi Penelitian Didalam analisa model rumah didaerah studi kasus, barang bukti berupa rumah yang tersisa dapat dijadikan acuan kasar atau tolok ukur sosok bangunan untuk tempat tinggal. Dengan kata lain, hal tersebut dapat disebut “identitas”. Sebagaimana diungkapkan oleh Hornby, 1975:428 ; bahwa identitas mengarah kepada kesamaan yang absolute atau keserupaan yang eksak. A. Sosok Bangunan Darat Sikap masyarakat lebih statis, artinya ; masyarakat di desa atau di daerah pedalaman tidak mudah dipengaruhi, apa lagi di tampilkan perubahan bentuk rumah dari yang telah ada sejak zaman lampau yang dijadikan acuan. Bentuk dan struktur rumah di desa menunjukkan kesederhanaan, namun unsur-unsur seni dan ukir yang bersifat tradisional walaupun sederhana tetap dipertahankan. B. Sosok Bangunan Tepian Secara bentuk dan struktur rumah tempat tinggal penduduk amat ditentukan oleh faktor-faktor adat kebiasaan, lingkungan alam, kondisi tempat ekonomi dan lokasi. Pengaruh dari faktor lingkungan alam dan lokasi dapat kita lihat dari perbedaan berbagai bangunan rumah yang ada. Rumah yang tumbuh dikota, lebih banyak menunjukkan khas ke-kota-an yakni ukuran rendah, banyak kamar, sumur dan WC dalam halaman. Atau pada bagian bangunan rumah ; jendela besar-besar, atap genteng atau seng, rumah pakai kaca, dan kebanyakan rumah batu. C. Analisa Kesamaan dan Perbedaan Secara makro bangunan terlihat berbeda satu dengan lainnya. Akan tetapi secara mikro terdapat beberapa unsur kesamaannya, baik secara struktural, maupun pola ruang. Suatu pola bangunan memiliki kesamaan dengan bangunan lainnya, akan tetapi ditemukan juga suatu pola yang sama tetapi berbalik arah. Demikian pula suatu pola memiliki kesamaan harfiah tetapi dimensinya dipersempit. Adakalanya suatu pola yang dipersempit tersebut dialih fungsikan bukan sebagai tempat tinggal, tetapi dijadikan warung atau kios makanan ringan. Artinya, pemindahan pola ruang mengikuti fungsi. Secara garis besar kesamaan antara rumah tepian pantai terhadap rumah tradisional daratan yaitu, bentuk atap yang mendekati, sama-sama berbentuk rumah panggung, memiliki jumlah tiang disisi depan 4 (empat) buah dan disisi samping 6(enam) buah, pola ruang yang hampir mendekati. Pembedanya dari rumah tradisional daratan yaitu terdapat sedikit ornamentasi, adanya penggabungan dapur yang terpisah oleh garang atau tempat penyimpanan air, serta minimnya tampilan aksesoris pada bangunan, yang terlihat hanya pada tiang teras atau barendo. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 13
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Pada rumah tepian pantai terjadi perubahan posisi ruang, dikarenakan ketidaktahuan masyarakat pada pola denah masa lalu. Sebagaimana keterangan narasumber di lokasi kampung nelayan malabero pernah terjadi kebakaran besar yang menyebabkan sebagian besar bangunan musnah terbakar. Oleh karena itu, rumah nelayan lama sudah jarang, dan yang tersisa saat ini adalah bangunan sisa yang tak ikut musnah terbakar. Adapun perbandingan denah rumah tepian pantai dengan rumah daratan sebagaimana terlihat pada gambar 9 berikut ini :
Denah rumah darat
Denah rumah tepi pantai
Barendo
Teras
Hal R.Tamu Kel.Dekat
R.Tidu
Bilik Gedang
R.Tengah
Bilik
R.Makan
R.Makan Keluarga R.Tidur
Garang Dapur Barendo
Pribadi
Semi Publik
Dapur
Pribadi
Semi Publik
Satu Arah
Gambar 9. Perbandingan denah rumah tepi pantai dan denah rumah darat Kadangkala penciptaan bentuk bangunan baru tetapi tidak terlepas dari makna lama. Hal tersebut tergantung dari pemahaman individu yang tinggal dilingkup permukimannya, kearah mana pola denah rumah tempat tinggal mereka asalkan semua kebutuhan minimalis ruang tercapai. Apabila ditelusuri lebih jauh, pola denah suatu bangunan didaerah studi kasus merupakan gambaran dari denah bangunan yang telah ada sebelumnya. Perihal bentuk polanya tetap merupakan pendekatan dari sebuah bentuk lama dengan makna baru. Masing-masing bangunan secara garis besar mengacu kepada pengetahuan dan persepsi pemilik akan model rumah. Menurut Narasumber ‘U.K’ dikelurahan Malabero entah bagaimana bentuknya yang penting mereka dapat tinggal dengan nyaman didalamnya dan dapat melaksanakan hidup dan kehidupan bersama keluarganya. Jawaban akan pertanyaan perihal persepsi arsitektur secara tidak langsung tidak akan lepas dari ketersambungan antara bangunan yang satu dengan bangunan lain disekitarnya.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 14
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
VI. Kesimpulan dan Saran Tampang Rumah Nelayan Berdasarkan analisa beberapa contoh rumah didaerah studi kasus diatas secara umum setiap rumah memiliki fungsi dan ruang yang hampir sama, walaupun secara posisi didalam bangunan ia berbeda. Secara umum pendekatan penjabaran pengolahan tampang: Dari segi jumlah tampang rumah tradisional sangat jarang. Akan tetapi terdapat juga sebagian ornamentasinya yang dipakai oleh bangunan lain. Oleh karena itu, sosok ke arah semi tradisional mengarah ke tradisional sekilas terbaca secara persepsi. Dari segi geometri, yaitu sesuatu yang memberikan fenomena berkaitan dengan ornamentasi karena tidak semua rumah di daerah studi kasus memiliki ornamentasi fisik yang berkesan eksklusif. Dari segi proporsi, tidak semua rumah memiliki halaman, ada yang memiliki dan ada yang tidak, dimasa lalu, rumah nelayan yang ada disisi pantai memanfaatkan halamannya sebagai tempat menganyam jaring atau jala ; alangkah baiknya jika rumah juga memiliki halaman karena anak-anak di daerah studi kasus berkecenderungan menggunakannya untuk bermain diwaktu luang. Dari segi hirarki, rumah nelayan lama sebagai tempat tinggal menandai kepentingan relatif, lebih kuat kearah prifasi artinya bertemu hanya dengan orang tertentu, dengan jumlah prifasi yang dibatasi tersebut, dinamika sosial masyarakat permukiman pantai berkesan tidak rileks atau terhambat. Apabila pola denah ruang secara garis besar tetap sama maka berbenturan dengan data lapangan permukiman nelayan pantai saat ini. Pola denah ruang rumah nelayan sekarang tetap dipertahankan akan tetapi arahnya mengikuti rumah tradisional walaupun dengan dimensi yang berbeda. Ornamentasi, memiliki peran sebagai penghias ketidaktentuan yang dikomunikasikan melalui pengaruh dan sensasi. Kelokalan sedapat mungkin harus memperlihatkan keberlanjutannya dengan masa lalu sehingga dapat berkelanjutan dengan masa yang akan datang. Hal tersebut harus menjadi perhatian sebagai sebuah prediksi atau perkiraan pembangunan rumah, jadi tidak semena-mena merancang dan membangun. Oleh karena itu, sebaiknya hal diatas dapat dijadikan pertimbangan didalam pengolahan tampang bangunan perumahan nelayan didaerah studi kasus kampung nelayan Malabero, Sumur Meleleh dan Berkas dan lebih lanjut dapat dijadikan identitas. Kedekatan antara bangunan di permukiman nelayan yaitu sama-sama berada diposisi tepian pantai, sama-sama mendekati panggung, sama sama beratap bubungan sembilan, dan sama-sama berdomisili di lingkungan berbudaya Tabot dapat dijadikan target.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 15
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Daftar Pustaka A.Buku Creswell, J.W. (1994). Research Desain: Qualitatif and Quantitative Approaches, Sage Publication Inc.California. Cohen, Nahoum, (1999) Urban Planning Conservation and Preservation”. The MIT Press. Cambridge Mass. Don Han Lon. (1976), “Composition In Architecture”,Publication by Jhon Wiley. Farshid Mousavi and Michael Kubo.(2007), The Function Of Ornament, posted by Robert Blinn 2007. Hornby, (1975), Drama, Metapora & Perception, Associated University Press.Inc. Mangunwijaya,YB.(1988), Sastra dan Religiusitas, Yogyakarta. Kanisius Publisher. Prijotomo, Josef. (1987) Dinamika Arsitektur Indonesia. Penerbit Jurusan Teknik Arsitektur FTSP.ITS Surabaya. B.Jurnal dan Materi Kuliah KTT Habitat Agenda II (Istanbul 6/96). Santosa, Happy Ratna. Catatan Penutup, Modul Kuliah; “Dari Ekopolis ke Pariwisataan” 30 Maret 2009. Mack, N, Woodsong, C, MacQueen, K, Guest, G, Namey, E, (2005) Qualitative Research Methods: A Data Collectors Field Guide, Family Health International. http://www.fhi.org Silas, Johan (2009), Modul Kuliah; Pengembangan Sumber Daya Perumahan Permukiman Daerah”. .
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 16
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.