s Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya) W. Purwanto
ANALISIS FAKTOR INDIVIDU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT FARMASI DI TOKO OBAT DAN APOTIK
(Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl. Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
Wawan Purwanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana wawanpur(%gmail.com
ABSTRACT
Forms of trafficking in drug sales have grown, there are drug dealers who have become modem business concepts After done differently. This has led tofierce competition among the drug trade. From the survey conducted by Nielsen Indonesia, revealed shrinking number of traditional drug stores and pharmacies in Indonesia is much moresignificant in 2005 compared with 2003. Traditional drugstores and pharmacies thatfall during this time as many as 1036 stores. This study is a look at the causes ofcausality individualfactors andfactors due to the selection of the decision to buy the drug. Research variables with independent variables: individualfactors and variable boundselection decisions where to buydrugs. Based on psychographic analysis it can be concluded that thepurchase of the drug in the drug act konsumn prioritize individual actor apparently proof of the product, followed by the need encouragement from others, afterwards they need role models. In terms oftheirpersonalities often affectsfriends, and work according to the rules it is seen that the efficiency value then they need guarantees and benefits that can be seen. Consumers who buy in pharmacies have values, patient, sociable can affectfriends, rate guarantees, and driven by afriend. They also workby Anturan and assess on the basis ofbenefits. They also assessed the service, based on experience and see the evidence.
Keywords: decision making, pharmaceutical, drugstore, pruchase I. PENDAHULUAN
Jakarta sebagai kota besar yang mempunyai jumlah penduduk besar menjadi tujuan pemasaran obat
yang paling potensial dibanding kota-kota lain. Oleh karenanya kegiatan penjualan obat menunjukkan aktivitas persaingan yang semakin kompetitif dalam industri farmasi. Hal itu teriihat dengan semakin
banyaknya apotek dan toko obat di berbagai tempat di Jakarta. Para penjual obat sebagai pemilik apotek dan toko obat berharap agar konsumen memilih untuk membeli obat sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai yang diingini.
Bentuk perdagangan penjualan
obat telah berkembang, ada pedagang obat yang telah menjadi
modem setalah dilakukan konsep bisnis yang berbeda. Hal ini menimbulkan persaingan yang sengit antara para perdagangan obat. Dari survei yang dilakukan Nielsen Indonesia, terangkap penyusutan jumlah toko
obat dan apotek tradisional di Indonesia jauh lebih signifikan pada 2005 dibandingkan dengan 2003. Toko obat dan apotek tradisional yang gugur selama kuran waktu tersebut sebanyak 1.036 toko. Toko obat trasional yang dikhawatirkan telah memiliki persepsi buruk perihal sumber beredamya
obat palsu, menjadi semakin terdesak dengan kondisi ini. Dari puluhan kasus obat palsu dalam kuran waktu
JE/9/JULI/20r
12
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik (Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya) W. Purwanto
2003 hingga 2006, hampir semua tersangka berstatus sebagai pengedar dan penjual. Pemalsu obat, pada awalnya memasarkan obat palsunya ke sentra-sentra pasar obat atau toko obat. Salah satunya, Pasar Pramuka dan Pasar Rawa Bening. Selain obat palsu, di sana juga banyak toko yang menjual obat keras tanpa hak dan kewenangan. Untuk mengatasi hal ini, setiap obat yang beredar di toko obat, diwajibkan untuk mengantongi sertifikat sebagai bukti obat-obat yang dijual di toko tersebut layak untuk dikonsumsi. Selain mewajibkan
pedagang obat mengantongi sertifikat, para pedagang juga diharaskan memiliki apoteker yang betugas memerikasa resep yang diberikan dokter. Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker diwajibkan memeriksa resep dan memeriksa kesesuaian jumlah/dosis obat yang diberikan kepada pembeli. Tetapi
apakah kondisi meningkatkan dan menjamin kualitas obat di toko obat dipersepsikan baik bagi para konsumennya?. Ini masalahnya yang perlu kita lihat di sisi konsumen. Dalam keputusan pembelian, konsumen haras diberikan keyakinan dengan kepercayaan yang ada pada dirinya atau persepsi yang tumbuh
di lingkungannya yang mendorong keyakinannya untuk mengkonsumsi suatu produk. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memberikan judul penelitian "analisis faktor individu dalam pengambilan keputusan membeli obat farmasi di toko obat dan potik".
Masalah yang menjadi pertanyaan adalah: Faktor individu apa yang menentukan pemilihan konsumen dalam memilih tempat pembelian obat? Bagaimana faktor individu mempengarahi dalam
pengambilan keputusan membeli obat farmasi di toko obat dan potik? Bagaimana profil konsumen pada masing-masing pelanggan di tiap ritel obat? Peneliti melakukan penelitian dengan membatasi masalah pada konsumen pembeli obat di kawasan Pasar Obat Jl Pramuka Jakarta Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor individu apa saja, yang menentukan pemilihan konsumen dalam memilih tempat pembelian obat. Untuk mengetetahui, bagaimana faktor individu mempengarahi dalam pengambilan keputusan membeli obat farmasi di toko obat dan potik. Serta untuk mengetahui bagaimana profil konsui pada masing-masing pelanggan di tiap ritel obat.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai acuan penentuan langkah ke depan tentang bagaim cara meningkatkan keberhasilan suatu usaha peritel obat atau untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dibenahi untuk meningkatkan keberhasilan usaha penjualan obat agar konsumen yakin dalam memilih dalam proses pembelian obat dan memberikan bukti empirik tentang pengarah faktor individu terhadap preferensi konsumen dalam melaksanakan keputusan pembelian.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Pembeli obat yang ada di pasar konsumen tingkat ritel umumnya individu yang langsung membeli untuk kebutuhannya sendiri.Individu berasal dari kata latin, individuum yang berarti 'yang tidak terbagr. Kata individu merapakan sebutan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keselurahan yang tidak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan (Ahmadi, 2003: 95). Adapun, arti leksikal
JE/9/JULI/201
73
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik (Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
W. Purwanto
individu adalah orang seorang,pribadi orang (:terpisah dari yang lain) secara fisiologi ia bersifat bebas
sehingga tidak mempunyai hubungan organik dengan sesamanya (Alwi, 2002:329). Berdasarkan konsep tersebut faktor individu dapat diartikan sebagai hal atau keadaan yang melekat pada pribadi orang secara fisiologi. Jadi, faktor individu yang berhubungan dengan perilaku konsumen adalah kekuatan yang melekat pada konsumen yang mempengarahi keputusan membeli. Kekuatan yang melekat pada konsumen secara individu tersebut sebagai faktor-faktor yang ada dalam diri individu atau konsumen. Kekuatan individu
terdiri dari pengalaman belajar dan memori (learning and memory), kepribadian dan konsep diri (personality and self concept), motivasi dan keterlibatan (motivation and involvement), sikap (attitude), dan gaya hidup (life style) (Amirallah, 2002:36).
Pengambilan keputusan merapakan suatu kegiatan individu yang secara langsung teriibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Menurat Kotler (2008:162) ada lima tahap proses keputusan pembelian. Pertama, analisis atau pengenalan kebutuhan, yaitu proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan, di mana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan. Kedua, pencarian informasi, yaitu apabila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan konsumen
kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, yaitu: (Kotler (2008:163) yang terdiri dari sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber pengalaman. Ketiga,evaluasi altematif yakni pemasaran haras mengetahui mengenai evaluasi altematif bagaimana konsumen mengolah informasi sampai pada pemilihan merek. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen.Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut
produk. Untuk obat, atribut produk mungkin mencakup mutu kemasan, mutu obat, bentuk phisik produk, warna, khasiat, harga, dan atribut lain. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurat kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai di mana posisi setiap merek pada setiap atribut. Himpunan keyakinan mengenai merek tertentu dikenal sebagai citra merek. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Keempat, keputusan membeli, artinya dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan yang kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan. Kelima, perilaku paska pembelian, artinya tahap dari proses keputusan pembeli. Konsumen mengambil tindakan
JE/9/JULI/20I
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik
(Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
W. Purwanto
lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dan prestasi yang diterima dari produk.
Apabila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas. Apabila memenuhi harapan, konsumen merasa puas. Apabila melebihi harapan, konsumen Faktor-faktor yang Mempengarahi Keputusan Pembelian Proses pengambilan keputusan konsumen tidak bisa terjadi dengan sendirinya, sebaliknya masalah kebudayaan, demografis, sosial, individu (karakteristik pribadi), dan psikologis secara kuat
mempengarahi proses keputusan tersebut. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel lingkungan, individu, dan bauran pemasaran pada pelanggan jamu PT Deltomed Wonogiri menghasilkan pengarah ketiga variabel tersebut sebesar 23,8%. Dalam hal ini variabel yang paling dominan mempengarahi adalah faktor individu (Dalima, 2004:41)..
Dari pemikiran dan kajian di atas maka peneliti membuat hipotesis: faktor individu mempengarahi proses keputusan konsumen dalam memilih tempat membeli obat dan Faktor pengalaman dan pembelajaran konsumen merapakan faktor yang terkuat dalam mempengarahi konsumen memilih tempat membeli obat. III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merapakan penelitian kausalitas yang melihat faktor penyebab faktor individu dan
faktor akibat keputusan pemilihan tempat membeli obat. Variabel penelitian dengan variable bebas: Faktor individu dan variable terikat keputusan pemilihan tempat membeli obat Faktor individu: Individu adalah
manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, tunggal dan khas. Ia sebagai subjek yang merapakan suatu kesatuan psiko-fisik dengan berbagai kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan sesama, dan dengan organisasi baik perasahaan dan lembaga non profit. Bila dilihat dari berbagai sudut pandang, manusia memiliki berbagai karakteristik dan perbedaan tertentu, yang membedakan individu satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut; Individu terdiri dari pengalaman belajar dan memori (learning and memory), kepribadian dan konsep diri (personality and selfconcept), motivasi dan keterlibatan (motivation and involvement), sikap (attitude), dan gaya hidup (life style).
Keputusan konsumen dalam pemilihan tempat obat:_adalah tempat konsumen dalam membeli obat khususnya obat resep, yang sering dilakukannya. Tempat pembelian obat dibedakan pada Di toko obat tradisional, di apotik rakyat, di apotik modem.Toko obat tradisional adalah toko obat yang hanya menjual obat non resep. yang umumnya berlokasi dekat dengan pemukiman penduduk. Apotik rakyat adalah apotik yang dapat menjual obat resep dan non resep dengan pembatasan tidak diperkenankannya meracik obat. Toko obat modem adalah toko obat yang telah mempunyai banyak cabang dan tersebar luas di Indonesia
dan tercantum sebagai apotik yang dapat menjual semua obat bahkan meracik obat campuran.. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen obat-obatan farmasi di apotek dan toko obat di kawasan Jakarta barat khususnya di kecamatan kembangan. Penentuan sampel diambil sebesar 50, merapakan ketentuan pada batas
JE/9/JULI/2011
75
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik (Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
W. Purwanto
minimal penelitian kualitatif (Djarwanto sebesar 30 responden). Instramen Penelitian menggunakan angket skala likert yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik Analisis Data secara umum menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan analisa faktor.
IV. ANALISA PEMBAHASAN
1. Analisa Profil Konsumen Pembeli Obat di Toko Obat
Hasil penelitian survey pada toko obat yang sekarang disebut sebagai apotik rakyat telah dilakukan
di pusat penjualan obat Jl Pramuka. Responden yang diambil oleh peneliti terindikasi bahwa profesi terbanyak adalah wirausaha. Bila melihat dari sisi kepentingan maka, konsumen tersebut memang sangat peka terhadap harga. Mereka akan mencari barang yang murah. Demikian pula pegawai negeri, yang mungkin ingin mencari obat yang sesuai dengan jangkauan pendapatannya. Usia konsumen yang tertinggi adalah antara 41 sampai 50tahun, usia ini adalah usia produktif yang senior. Kemungkinan mereka membeli obat untuk kepentingannya atau untuk dijual kembali. Demikian pula usia antara 21 sampai 30 dengan status
yang teriihat sama. Usia lebih dari 50 tahun, dimungkinkan mereka membeli untuk kepentingannya sendiri. Component Matrix* Raw
Rescaled
Component
Component
1
1
Kepribadian 1
.567
.797
Kepribadian 4
.528
.794
Pembelajaran 1
.635
.869
Pembelajaran 3
.582
.818
Motivasi 1
.393
.594
Motivasi 2
.482
.729
Motivasi 4
.555
.829
Extraction Method:
Principal Compc>nent Analysis.
Tabel di atas yang merapakan pengujian faktor, menunjukkan bahwa satu faktor yang terbentuk dinamakan segagai faktor individu. Fakor individu yang terbentuk tersebut mempunyai keeratan dengan perilaku pembelian obat di toko obat. Berdasarkan hasil di atas, telihat bahwa skor terbesar ditempati oleh pembelajaran 1 yaitu bukti, motivasi 4 yaitu dorongan, pembelajaran 3 yaitu mencontohkan, kepribadianl yaitu mempengarahi teman, kepribadian 4 yaitu bekerja menurat aturan, motivasi 2 yaitu jaminan, terakhir motivasi 1 yaitu manfaat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, pembelian obat di toko obat temyata umum faktor individu konsumen mengutamakan pembuktian dari produk, kemudian disusul oleh
kebutuhan dorongan dari orang lain, kemudian mereka perlu panutan dan dari sisi kepribadian mereka sering mempengaruhi teman, dan bekerja menurat aturan yang dalam hal ini dimungkinkan pada nilai efisiensi, kemudian perlu jaminan dan manfaat yang dapat teriihat.
JE/9/JULI/201I
76
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik (Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
W. Purwanto
2. Analisa Profil Konsumen Pembeli Obat di Apotik
Hasil penelitian survey yang telah dilakukan di berbagai
apotik di wilayah Jakarta Pusat .
Konsumen yang diberikan angket diberikan setelah mereka teriihat membeli obat pada salah satuapotik yang berada di tabel berikut.
Tabel Toko Obat Jl Pramuka Yang Dibelanjai Responden No 1
2 3 4
5 6 7
8
Nama Apotik Apotik Pasar Cikini Apotik Barana Apotik Kimia Farma Pasar Cikini Apotik Melawai Salemba Apotik Restu Jl Pramuka Apotik Sehat jl Dipenogoro Apotik Titi Murni Salemba Apotik Prodia Kramat
Data profil konsumen responden berdasarkan profesi bahwa profesi terbanyak adalah wiraswasta. Bila
melihat dari sisi kepentingan maka, konsumen tersebut memang sangat banyak proporsinya di masyarakat dengan berbagai kemampuan daya beli. Banyak dari mereka mencari barang yang bermutu. Demikian pula pegawai negeri, yang mungkin ingin mencari obat yang sesuai dengan jangkauan pendapatannya dengan membeli produk yang murah atau obat generic di apotik. Berdasarkan usia, konsumen tertinggi adalah orang tua yang berumur lebih dari 50 tahun. Mungkin ini dikarenakan, kesadaran kesehatan banyak tertuju pada usia tersebut. Mereka termasuk sebagai konsumen langsung atau pemakai obat tersebut. Rotated Component Matrix"
1
Raw
Rescaled
Component
Component
2
3
4
1
2
4
3
Kepribadian 1
.474
.222
.076
.041
.740
.347
.118
.064
Kepribadian 2
.597
.110
.138
.043
.820
.151
.189
.059
Kepribadian 3
.865
-.039
.023
.307
.865
-.039
.023
.308
Kepribadian 4
.005
.214
.135
.836
.006
.244
.119
.733
Pembelajaran 1
.288
.419
.561
-.077
.341
.497
.665
-.091
Pembelajaran 2
.549
-.009
.174
-.029
.707
-.012
.224
-.038
Pembelajaran 3
.291
.424
-.022
.774
.299
.435
-.022
.795
Pembelajaran 4
.066
-.062
.608
.515
.077
-.072
.708
.600
Motivasi I
.028
.521
-.009
.007
.036
.676
-.012
.009
Motivasi 2
.608
.030
.137
.432
.727
.036
.163
.517
Motivasi 3
.170
-.051
.612
.006
.229
-.069
.824
.008
motivasi4
.469
.292
.159
.172
.690
.430
.235
.254
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
JE/9/JULI/201I
77
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik (Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
W. Purwanto
Uji faktor menunjukkan bahwa hasil di atas menunjukkan pengelompokan utama tertuju pada faktor utama yaitu Variabel 2 kepribadian 3, kepribadian 2, kepribadian 1, motivasi 2 pembelajaran 2. Motivasi 4.
Faktor kedua kepribadian 4 dan motivasi 1. Faktor ketiga motivasi 3, pembelajaran 4, pembelajaran 1.Faktor
keempat pembelajaran 3. Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dinyatakan bahwa, profil konsumen yang membeli obat di apotik memiliki nilai-nilai utama yaitu a. kesabaran, mudah bergaul, dapat mempengarahi teman, menilai jaminan, memperhitungkan keadaan yang sama, mendapat dorongan dari teman, bekerja menurat aturan, menilai manfaatnya, menilai pelayanan, menilai pengalaman, menilai bukti, serta selalu melihat contoh.
Bagaimana faktor individu terhadap proses pembelian obaf baik di toko obat maupun di apotik, temyata dipengaruhi oleh faktor individunya. Ini teriihat dari tingkat signifikansi Barlet's test dan KMO
yang tinggi. Faktor individu mana yang paling berperan dalam mempengarahi pembelian obat tsb. Analisa perbandingan antara kedua pengecer obat temyata profil konsumen yang berbelanja di toko obat membutuhkan bukti, pengalaman, contoh, dapat mempengarahi teman,
bekerja menurat aturan,
jaminan dan melihat manfaat. Pada kosumen pembeli di apotik secara dominan yang ada di faktor satu terdiri
dari kesabaran, mudah bergaul, dapat mempengarahi teman, menilai jaminan, memperhitungkan keadaan yang sama, mendapat dorongan dari teman.
V. KESIMPULAN
Analisa profil konsumen pembeli di toko obat pada aspek demografi terbanyak berprofesi sebagai
wirausaha. Bila melihat dari sisi kepentingan, maka konsumen tersebut memang sangat peka terhadap harga. Mereka akan mencari barang yang murah. Demikian pula pegawai negeri, yang mungkin ingin mencari obat
sesuai dengan jangkauan pendapatannya. Usia konsumen yang tertinggi adalah 41 sampai 50 tahun, usia ini adalah usia produktif yang senior. Kemungkinan mereka membeli obat untuk kepentingannya atau untuk
dijual kembali. Konsumen yang membeli di Apotik terbanyak adalah karyawan swasta karena mempunyai daya beli yang lebih tinggi dengan konsumen sebelumnya. Berikutnya berasal dari kalangan pegawai negeri yang memang sudah mempunyai jatah dari asuransi kesehatannya untuk menggunakan obat generik di apotik.
Berdasarkan analisa psikografi dapat disimpulkan bahwa pembelian obat di toko obat temyata faktor
individu konsumn mengutamakan pembuktian dari produk, kemudian disusul oleh kebutuhan dorongan dari orang lain, setelahnya mereka perlu panutan. Dari sisi kepribadian mereka sering mempengarahi teman, dan
bekerja menurat aturan hal ini melihat nilai efisiensi yang kemudian mereka perlu jaminan dan manfaat yang dapat teriihat. Konsumen yang membeli di apotik mempunyai nilai-nilai, sabar, mudah bergaul dapat mempengaruhi teman, menilai jaminan, dan didorong oleh teman. Mereka juga bekerja menurat anturan dan
menilai atas dasar manfaat. Mereka juga menilai pelayanan, berdasarkan pengalaman dan melihat bukti
JE/9/JULI/201
78
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik
(Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
\V. Purwanto
SARAN
Bagi penjual obat di toko obat maka perlunya mereka memberikan contoh-contoh bukti nyata keberhasilan khasiat obatnya yang dapat dikomunikasikan melalui media mulut-kemulut atau personal seling pada konsumen. Konsumen pada toko obat membutuhkan waktu yang agak lama dalam mempengarahinya karena
mereka melakukan keputusandengan proses pengalaman dan melihat contoh-contoh yang sudah ada. Oleh karenanya penjual obat tidak perlu memaksa dalam proses negosiasi dan transaksi penjualan. Bagi penjual
obat di apotik, mereka haras menjual dengan perhatian tinggi karena pembeli adalahl orang yang sabar dan selalu memperhatikan apa yang mereka dapat. Pembeli di apotik mudah bergaul, karenanya membeli obat di apotik sebagai gengsinya dalam bersosialisasi di masyarakat. Selain itu mereka juga mendapat jaminan yang tinggi karena mutu yang telah teraji. REFERENSI
Ahmadi, A., 2003., Ilmu Sosial Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.
Alwi H, 2002., Kamus Besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Amirallah, 2002., Perilaku Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Arief, Sri Tua, 1993., Metode Penelitian Ekonomi, UI Press, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi TV, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, S, 1992, Reliabilitas dan Validitas, Liberty, Yogyakarta.
Cooper, Donald R, 1995., Business ResearchMethods, 5th, Ricard D Irwin, Inc, USA. Dalima, 2004., Analisis Pengarah Faktor Lingkungan, Faktor Individu dan Bauran
Pemasaran Terhadap Keputusan Membeli Jamu Produk PT Deltomed Wonogiri Di Wilayah Surakarta, Penelitian, Program Pascasarjana UMS, Surakarta. Djarwanto, PS, 1998., Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta.
Engel, F., Janes, Blaskwel, D., Roger, Miniard, W., Paul, 1995., Perilaku Konsumen, Binarapa Aksara, Jakarta.
Husein Umar, 1999., Metodologi Penelitian : Aplikasi dalam Pemasaran, Gramedia,Jakarta. Ghozali, Imam, 2001., Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP Universitas Diponegoro, Semarang.
Kotler, Philip, 2008., Marketing Management : Analysis, Planing, Implementation, and Control, Prentice Hall Inc.
Kuncoro, Mudrajad, 2003., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Nurmally, Jum C, 1981., Psychometric Theory, McGraw-Hill, Inc, Second Edition, New York. Rastini N. M, 2001., Analisis Faktor-Faktor Yang Di pertimbangkan Konsumen Terhadap Keputusan
Menginap pada Hotel Berbintang Tiga DI Kawasan Kuta Bali, FE Universitas Udayana, Bali. Schiffman L.G & Kanuk L.L, 2000., Consumer Behavior, Seventh Edition, Prentice-Hall,Inc.
JE/9/JULI/2011
79
Analisis Faktor Individu Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Obat Farmasi Di Toko Dan Apotik (Studi Kasus Di Pasar Obat Di Jl.Pramuka Jakarta Dan Sekitarnya)
W. Purwanto
Sekaran, Uma, 1992., Research Methods for Business A Skill Building Approach. Second edition, Jhon Willey & Sons, Inc, New York.
Sutisna, 2002., Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Remaja Rosdakarya, Bandung. Stanton, W.J., 1995., Alih Bahasa Yohanes Lamarto, Fundamental Of Marketing, Erlangga, Jakarta.
Swasta, B., Irawan, 1998., Managemen Pemasaran Modem, Liberty,
JE/9/JUL1/201
Yogyakarta.
80