Nutrient Power Memulihkan Kesehatan Mental dengan Terapi Keseimbangan Biokimia
William J. Walsh, PhD
Nutrient Power: Heal Your Biochemistry and Heal Your Brain Copyright©2012, 2014 by William J. Walsh, PhD Published in 2012, 2014 by Skyhorse Publishing Skyhorse Publishing, 307 West 36th Street, 11th Floor, New York, NY 10018 www.skyhorsepublishing.com ISBN: 978-1-62636-128-7 eISBN: 978-1-62873-987-9 Nutrient Power: Memulihkan Kesehatan Mental dengan Terapi Keseimbangan Biokimia Alih Bahasa Indonesia: Lina Marogan Editor: dr. Novi Arifiani, Annisa A. Tarub, Yully Purwono Hak Cipta Terjemahan Indonesia ©2015 Penerbit PT. Jejak Benang Emas Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
[email protected] www.nutrientpower.co.id
ISBN: 978-602-73565-0-4 Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Terima kasih kepada Bapak Tarub, Ibu Mastuti Tarub, Satria Mahardhika Purwono, Sari Novita, Wulan Meiliana Permatasari, Nela Realino, Infographics Design Team, dan pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Buku ini saya persembahkan untuk ibu saya yang penuh kasih sayang, Christina, yang telah lama menginspirasi saya dengan kata-kata, “Jika kamu dapat membantu kesembuhan seorang anak saja, semua kerja kerasmu akan telah terbayar setimpal.”
Peringatan Terapi-terapi nutrien yang dijelaskan di dalam buku ini membutuhkan pengawasan dari ahli medis yang berpengalaman. Kelebihan (overload) atau kekurangan (defisiensi) nutrien dapat secara kuat mempengaruhi cara kerja dan fungsi otak, dan penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak berbahaya. Otak manusia adalah organ yang sangat kompleks; untuk menghasilkan diagnosis ketidakseimbangan nutrien yang akurat diperlukan pengujian darah dan urine serta pengkajian yang mendetail tentang riwayat kesehatan, ciri dan karakteristik, serta gejala-gejala yang dialami individu yang bersangkutan. Para pembaca dilarang mencoba melakukan terapi sendiri hanya dengan berdasarkan informasi dari buku ini. Contoh-contoh kasus dalam buku ini memberikan gambaran pendekatan penanganan terhadap ketidakseimbangan biokimia tertentu dan pengalaman pasien yang benar-benar pernah kami tangani. Nama-nama serta beberapa informasi tertentu lainnya telah diubah untuk menjamin kerahasiaan pasien. Contoh-contoh kasus tersebut dicantumkan sebagai ilustrasi proses klinis, dan bukan sebagai bukti efektivitas terapi. Sebagai penutup, The American Heritage Dictionary of the English Language* mendefinisikan gangguan mental sebagai, “beragam kondisi yang ditandai dengan melemahnya fungsi kognitif, emosional atau perilaku normal seseorang, dan disebabkan oleh faktor sosial, psikologis, biokimiawi, genetik, atau lainnya, seperti infeksi atau trauma fisik pada kepala.” Penggunaan istilah gangguan mental dalam buku ini hanyalah untuk memudahkan penyebutan, tanpa bermaksud menghilangkan rasa hormat terhadap nilai dan esensi orang-orang yang mengalami jenis-jenis tantangan mental seperti yang diungkapkan dalam buku ini. Tujuan utama penerbitan edisi ini adalah untuk memberikan informasi guna membantu proses pemulihan kesehatan, fungsi tubuh dan mental, serta peningkatan kebahagiaan dengan cara yang seaman mungkin. *The American Heritage Dictionary of the English Language, Edisi Keempat, hak cipta ©2000 oleh Houghton Mifflin Company. Diperbarui pada 2009. Diterbitkan oleh Houghton Mifflin Company. Hak cipta dilindungi.
Ucapan Terima Kasih Isaac Newton pernah berkata bahwa kemajuan ilmiah dicapai dengan cara “berdiri di atas bahu para pahlawan besar.” Maksud ungkapan ini adalah menggunakan pemahaman yang telah diperoleh para pemikir besar di bidang yang terkait untuk mencapai kemajuan yang lebih jauh. Tokoh-tokoh kepahlawanan di bidang gizi meliputi Roger Williams, yang telah menetapkan konsep keunikan biokimia; Abram Hoffer, yang merupakan orang pertama yang mendemonstrasikan bahwa terapi nutrien dapat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan mental; dan Carl Pfeiffer, yang telah mengembangkan sistem klasifikasi kimiawi untuk penyakit skizofrenia yang sangat berarti dan bermanfaat. Di masa muda saya, saya telah mendapatkan kehormatan untuk dapat mengenal individu-individu yang sangat membaktikan diri pada bidangnya ini, dan saya terinspirasi oleh pencapaian-pencapaian besar mereka. Pendidikan saya di bidang kesehatan mental dimulai sejak menjadi sukarelawan yang bekerja dengan para mantan narapidana yang telah dibebaskan dari penjara Illinois. Saya terkejut ketika mengetahui bahwa banyak pelaku kriminal sebelumnya diasuh dalam lingkungan keluarga yang baik bersama dengan saudara-saudara kandung mereka yang kemudian menjadi warganegara produktif yang taat hukum. Beberapa ibu berkata bahwa keturunan mereka, yang kemudian terlibat dalam perbuatan kriminal, terlihat jelas berbeda sejak lahir dan menunjukkan perilaku yang sangat buruk saat usia dua tahun. Hal ini kemudian menginspirasi saya untuk melakukan serangkaian percobaan di Argonne National Laboratory. Di laboratorium ini saya mencari kelainan-kelainan dalam struktur biokimia tubuh orang-orang dengan perilaku keras dan bengis. Saya sangat berterimakasih kepada Les Burris, Ed Croke, dan Walter Massey; para penyelia yang mendorong terlaksananya proyek ini dan mengijinkan penggunaan fasilitas laboratorium kelas dunia. Belasan ilmuwan dan insinyur dari Argonne dengan murah hati menyumbangkan waktu dan keahlian mereka secara suka rela pada uji coba-uji coba awal saya. Keberhasilan penelitian kami menuntun pada berdirinya sebuah institusi penelitian kesehatan, Health Research Institute, pada tahun 1982 dan dibukanya fasilitas perawatan nirlaba, Pfeiffer Treatment Center, pada tahun 1989. Jan Olah, Mike Donohue, dan Dr. Bob Thomas memberikan kontribusi yang tidak ternilai harganya pada permulaan ‘petualangan’ klinis tersebut. Saya akan selamanya merasa berterimakasih atas dedikasi yang sangat besar dari para dokter, perawat, dan staf pendukung dalam membantu para pasien dengan gangguan tingkah laku, autisme, atau penyakit mental. Sangat membahagiakan bagi saya dapat bekerjasama dengan rekan-rekan
yang lebih mengutamakan kesejahteraan pasien dibandingkan menghasilkan uang. Penghargaan yang sebesar-besarnya saya berikan atas upaya yang dilakukan dengan suka rela oleh Ed Tazman dan anggota dewan lainnya selama bertahun-tahun ini dan kepada para donatur yang telah memberikan dukungan finansial. Everett “Red” Hodges telah menyumbangkan pendanaan penelitian yang begitu besar selama periode tahun 1980-an. Bruce Jeanes, Judy Nicol, dan John Skelton telah bekerja tanpa mengenal lelah dalam mengembangkan program pelatihan dokter umum kami bersama dengan Marion Redstone dan putrinya yang sangat gigih, Marnie Lo. Ted DeZurik, Ron Elliot, dan Jim Baird menyumbangkan kepiawaian bisnis yang telah menjamin kestabilan finansial pada proyek amal kami ini. Sue Hanegraaf merupakan Pimpinan Proyek Khusus yang tidak tergantikan. Dr. Woody McGinnis telah mengembangkan kolaborasi-kolaborasi penelitian autisme dengan sangat dinamis. Jeff Tarpey dan Aditi Gulabani memberikan kontribusi-kontribusi penting untuk program penelitian kami. Sebagian besar ilmu yang telah saya pelajari tentang otak berasal dari Dr. Robert deVito, seorang psikiater dan kawan yang telah dengan sabar menjadi guru dan penasihat saya selama 12 tahun terakhir. Dukungan finansial untuk buku ini diberikan oleh Hilton Family Foundation yang berpusat di Panama City, Florida. Mereka telah begitu suportif dan sabar kepada saya, karena proyek tulisan yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 10 bulan ini ternyata terulur hingga 24 bulan. Pada suatu pagi di tahun 1986, saat sarapan, istri saya Barbara bertanya, “Mengapa kamu tidak berhenti saja dari pekerjaanmu di Argonne hari ini juga dan mengerjakan apa yang benar-benar ingin kamu kerjakan?” Kerelaannya menerima risiko finansial pada saat itu sembari mengasuh lima orang anak telah memudahkan saya untuk dapat mencurahkan seluruh hidup saya untuk meneliti penyakit mental dan mengembangkan terapi-terapi medis baru. Tanpa dukungan dan dorongan terus-menerus darinya, upaya saya dan buku ini tidak akan pernah dapat terlaksana. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada editor saya, Teri Arranga, yang begitu handal menuangkan pengalaman dan pemikiran saya ke dalam bentuk penulisan yang terbaik untuk menyajikan visi saya dalam membantu masyarakat banyak. Terima kasih untuk Marlon Irizarry dan Tim Rohlwing yang mendesain grafik dan ilustrasinya, dan Fiona Mayne yang dengan ahli menyusun format manuskrip saya ke dalam bentuk buku. Pada akhirnya, saya ingin mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih saya kepada 30.000 pasien yang telah bekerja bersama saya selama 38 tahun terakhir ini. Pemahaman yang sebenar-benarnya terhadap sebuah gangguan mental tidak dapat diperoleh dari uji coba laboratorium atau literatur ilmiah saja. Saya telah
mendapatkan banyak pelajaran dan inspirasi ketika berhadapan langsung dengan pasien yang tak terhitung jumlahnya, dan berjuang bersama melawan penyakit mental dengan penuh keberanian meskipun mengalami tantangan dan kesulitan karena penyakit tersebut. Mereka telah menjadi guru saya yang terbesar dan terbaik.
Daftar Isi Kata Pengantar
i
Bab 1. Keunikan Biokimiawi dan Kesehatan Mental
1
Bab 2. Dasar- Dasar Struktur Kimiawi Otak
9
Bab 3. Peran Nutrien yang Menentukan bagi Kesehatan Mental
17
Bab 4. Epigenetik dan Kesehatan Mental
43
Bab 5. Skizofrenia
59
Bab 6. Depresi
87
Bab 7. Autisme
113
Bab 8. Gangguan-gangguan Perilaku dan ADHD
143
Bab 9. Penyakit Alzheimer
167
Bab 10. Proses Klinis
181
Daftar Pustaka
199
Glosarium
213
Apendiks A. Metilasi
235
Apendiks B. Stres Oksidatif
241
Apendiks C. Metallothionein
243
Apendiks D. Sumber-sumber Pengobatan di Seluruh Dunia
249
Kata Pengantar Buku ini menyajikan sebuah sistem penanganan dan pengobatan yang lebih alami, berbasis ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini, yang dapat membantu jutaan orang yang telah didiagnosis dengan gangguan mental. Pemahaman yang mendasari pendekatan ini adalah bahwa sebagian besar manusia memiliki ketidakseimbangan nutrien yang berasal dari faktor genetik dan lingkungan. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan kerusakan dalam berbagai cara dan bentuk. Hubungan keduanya secara singkat adalah sebagai berikut: Neurotransmiter-neurotransmiter kunci, seperti serotonin, dopamin, dan lain-lain (neurotransmiter adalah pengantar pesan kimiawi yang memudahkan sel-sel otak saling berkomunikasi) diproduksi secara terusmenerus di dalam otak dari bahan baku berupa nutrien, yang kemungkinan berada pada konsentrasi/kepekatan yang tidak tepat. Ketidakseimbangan-ketidakseimbangan kadar nutrien dapat mengubah proses ekspresi gen protein-protein yang mengatur aktivitas neurotransmiter yang berlangsung di sinaps. Defisiensi nutrien-nutrien antioksidan dapat melumpuhkan perlindungan otak terhadap logam-logam berat yang merupakan racun bagi tubuh. Para ilmuwan saraf telah mengidentifikasi nutrien apa saja yang diperlukan dalam pembentukan neurotransmiter, pengaturan kerja gen, dan perlindungan antioksidan; dan tes darah dan urine khusus dapat mengidentifikasi ketidakseimbangan-ketidakseimbangan dalam nutrien-nutrien tersebut. Terapi biokimia yang menggunakan senyawa-senyawa kimia yang bersifat alami bagi tubuh dapat memperbaiki dan menyesuaikan kadar nutrien-nutrien kunci ini di dalam otak sehingga memiliki dampak yang kuat pada kesehatan mental. Bidang psikiatri telah menghasilkan kemajuan-kemajuan hebat selama kurun waktu 50 tahun ini, tetapi membutuhkan haluan yang baru. Penanganan penyakit mental dengan menitikberatkan pada obat-obatan psikiatrik dengan resep dokter, seperti yang dilakukan saat ini, tidak akan dapat bertahan lama. Obat-obatan ini telah membantu berjuta-juta orang yang didiagnosis dengan depresi dan gangguan-gangguan mental lainnya, namun biasanya tidak dapat memulihkan secara keseluruhan dan melibatkan efek samping yang kurang baik. Terapi dengan obat-obatan seharusnya bukanlah sekedar menerapkan obat terhadap penyakit tetapi bagaimana membuat obat tersebut bermanfaat secara kualitatif. Penggunaan obat-obatan saat ini cenderung kepada pelibatan proses “coba dan ralat” (trial and i
error) dalam jumlah yang cukup besar. Selain itu, terdapat sebuah keterbatasan yang mendasar, yaitu obat-obatan psikiatrik merupakan molekul-molekul asing yang lebih dapat memicu timbulnya ketidaknormalan (abnormalitas) daripada menciptakan suatu kondisi normal. Obat-obatan psikiatrik tidak mungkin akan sepenuhnya efektif tanpa terkecuali atau bebas dari efek samping yang merugikan. Oleh karena itu diperlukan sebuah pendekatan baru. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang mempelajari otak manusia baru-baru ini telah mengidentifikasi struktur biologi molekuler dari beragam gangguan mental, dan penelitian ini memberikan pedoman untuk mengembangkan metode-metode terapi tanpa obat-obatan yang efektif. Obat-obatan psikiatrik telah “melayani” masyarakat dalam kurun waktu 50 tahun ini, tetapi kebutuhan akan terapi dengan obat-obatan akan memudar perlahanlahan seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
ii
BAB 1 KEUNIKAN BIOKIMIAWI DAN KESEHATAN MENTAL Pengantar Sejarah mengajarkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan seringkali terhalang bukan oleh ketidaktahuan, melainkan oleh kepercayaan yang keliru pada suatu fakta yang tersebar luas. Misalnya dalam perkembangan bidang astronomi yang tertunda berabad-abad lamanya karena terdapat asumsi bahwa bumi merupakan pusat alam semesta.1 Teori yang dikemukakan oleh Johann Becher tentang pembakaran yang dikenal sebagai teori phlogiston2 (lihat Glosarium) diterima oleh para ahli kimia selama hampir satu abad hingga Robert Boyle membuktikan bahwa teori tersebut salah.3 Teori yang dikemukakan JJ Thomson tentang atom yang dikenal sebagai teori puding plum4 menghalangi perkembangan pemahaman proses-proses nuklir pada awal tahun 1900-an. Teori puding plum ini menyatakan bahwa muatan positif dan negatif atom tersebar dengan rata di dalam atom dan secara umum atom bersifat netral, sementara berdasarkan serangkaian penelitian yang dilakukan kemudian, struktur atom bukanlah demikian. Bidang psikiatri tidak dapat terbebas dari “penyakit” yang menghalangi kemajuan ini. Teori tabula rasa yang dikemukakan dan diperjuangkan oleh ahli filsafat Inggris John Locke pada abad ke-17,5 tetap bertahan menjadi anutan utama dalam ilmu psikiatri selama 300 tahun meskipun teori tersebut menyesatkan. Locke mengembangkan kembali teori yang awal mulanya diperkenalkan oleh Aristoteles6 tersebut, bahwa setiap bayi yang baru lahir dapat diibaratkan sebagai sehelai kertas kosong yang kemudian “ditulisi” dengan kepribadian, watak, sifat dan ciri kejiwaan lainnya yang dialaminya selama hidup. Prinsip “sehelai kertas kosong” ini dikembangkan lebih lanjut oleh Freud,7 Adler,8 dan tokoh-tokoh lainnya, yang menghubungkan depresi, skizofrenia, dan gangguan-gangguan mental lainnya dengan kejadian-kejadian yang menimbulkan trauma, terutama yang dialami semasa kecil. Keyakinan pada kebenaran teori ini menuntun pada konsep terapi psikodinamik yang sangat terkenal dan mencapai puncak popularitasnya pada abad ke-20. Pada tahun 1960, cara menangani penyakit mental yang paling sering dilakukan adalah bertatap muka dengan psikiater untuk menggali dan 1
Nutrient Power
menyelidiki pengalaman hidup yang negatif maupun positif. Protokol ini menjadi metode utama yang dilakukan dalam bidang psikiatri selama lebih dari 60 tahun dan jutaan pasien telah merasakan manfaat metode tersebut. Namun demikian, pendekatan ini membutuhkan waktu dan biaya yang besar, sedangkan kemajuan yang diperoleh pasien seringkali tidak sepenuhnya (hanya sebagian) atau bahkan tidak ada samasekali. Pada tahun 1970-an, teori tabula rasa secara fundamental terbukti tidak tepat. Terdapat bukti yang jelas bahwa bayi terlahir bukanlah seperti kertas kosong melainkan justru dengan karakteristik-karakteristik biologis tertentu (predisposisi) yang kuat dan mempengaruhi kepribadian dan perilakunya. Pemahaman ini telah menuntun pada sebuah perubahan mendasar dalam bidang kesehatan mental dengan berkembangnya fokus baru yaitu pada struktur biokimiawi otak.
Revolusi Biokimia Penelitian dalam bidang psikiatri dari tahun 1950 hingga 1970 mencakup beberapa pengkajian ilmiah yang menguji dampak pengalaman hidup pada depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, dan penyakit-penyakit mental lainnya. Penelitian tersebut membenarkan bahwa riwayat trauma baik secara mental atau fisik, kemiskinan, dan kondisi kehidupan yang sangat kekurangan meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan-gangguan mental ini. Tetapi penelitian tersebut juga menunjukkan hasil lain yang mengejutkan, yaitu bahwa faktor terbesar yang dapat memicu terjadinya penyakit mental pada seseorang bukanlah pengalaman hidup orang tersebut, melainkan riwayat kondisi penyakit yang sama dalam keluarga. Hasil yang paling menentukan diperoleh melalui penelitian pada anak adopsi dan anak kembar9-11 yang membenarkan adanya karakteristik atau kecenderungan-kecenderungan yang kuat yang tidak dapat dibuktikan oleh teori tabula rasa. Pada pertengahan tahun 1970-an, sebagian besar ilmuwan dan ahli dalam bidang kedokteran telah sepakat bahwa penyebab dominan sebagian besar penyakit mental bersumber dari dua faktor. Yang pertama adalah faktor genetik, dan yang kedua adalah faktor lingkungan, dimana keduanya menyebabkan adanya ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh yang dapat mengubah cara kerja dan fungsi otak. Dalam waktu beberapa tahun sesudahnya, para peneliti di bidang psikiatri mengubah fokus mereka, yang semula menelaah pengalaman hidup pasien menjadi mempelajari neurotransmiter, reseptor, dan komponen biologi molekuler otak pasien. Tak lama setelahnya jelaslah terlihat bahwa struktur kimia otak sangat kompleks dan untuk dapat memahami neurobiologi penyakit mental dengan baik dibutuhkan penelitian selama berpuluh-puluh tahun. Dengan dijumpainya jutaan 2
Bab 1 : Keunikan Biokimiawi dan Kesehatan Mental
pasien penyakit mental yang membutuhkan penanganan segera, profesi psikiatri berpaling pada satu-satunya metode yang diketahui dapat mengubah struktur kimiawi otak, yaitu obat-obatan psikiatrik.12 Awalnya terdapat banyak orang dengan penyakit mental serius yang merasakan manfaat dari obat-obatan ini. Namun sayangnya, perkembangan yang dialami pasien bersifat tidak menyeluruh (parsial) dan timbul efek samping yang serius. Obat-obatan yang paling awal digunakan di antaranya Prolixin, Mellaril, Haldol, dan Thorazine. Obat-obatan ini sering mengakibatkan perasaan mengantuk berlebihan hingga tak sadarkan diri, gangguan berpikir, perubahan kepribadian, kenaikan berat badan, kehilangan libido, dan gejala-gejala buruk lainnya. Dalam kurun waktu 30 tahun ini, terdapat banyak obat-obatan yang lebih baik yang telah dikembangkan, termasuk di dalamnya antidepresan jenis penghambat penyerapan kembali serotonin selektif atau SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) dan antipsikotik atipikal. Meskipun demikian, hingga kini terus terdapat laporan tentang berbagai efek samping serius yang ditimbulkan oleh setiap obat-obatan baru ini, dan kecil harapannya bahwa obat-obatan psikiatrik di masa mendatang akan dapat benarbenar terbebas dari permasalahan ini. Penanganan yang lebih mutakhir pada tahun-tahun mendatang sangatlah mungkin akan menggunakan senyawa-senyawa kimia alami tubuh atau otak yang dapat memulihkan pasien pada kondisi normal dibandingkan senyawasenyawa asing dari obat-obatan yang dapat memicu kondisi tidak normal lainnya. Percepatan dalam pengetahuan ilmiah tentang neurotransmiter, reseptor, dan struktur biologi molekular otak sangat membantu tercapainya tujuan ini. Pada akhirnya dunia akan merasakan manfaat nyata konsep Pfeiffer, yang menyatakan, “Untuk setiap senyawa kimiawi yang berkhasiat bagi pasien, terdapat senyawasenyawa alami yang dapat memberikan manfaat yang sama.”
Berkembangnya Neurotransmiter Otak manusia adalah sebuah organ yang luar biasa kompleks.13-14 Orang dewasa pada umumnya memiliki kurang-lebih 100 miliar sel otak, dengan rata-rata 1.000 koneksi sinaptik per sel. Setiap gagasan (pikiran), aksi, dan emosi melibatkan komunikasi antar sel-sel otak yang dipicu oleh senyawa kimia khusus yang disebut neurotransmiter. Saat ini secara umum telah dikenal bahwa sebagian besar gangguan mental berkaitan dengan ketidakseimbangan atau perubahan pada fungsi dan cara kerja dari neurotransmiter. Pada tahun 1970-an, sebagian besar penelitian berfokus pada sejumlah kecil neurotransmiter yang dianggap dominan dalam proses berpikir. Aktivitas serotonin yang rendah dikaitkan dengan depresi klinis, norepinefrin yang sangat 3
Nutrient Power
tinggi dikaitkan dengan kecemasan, dan dopamin yang sangat tinggi dikaitkan dengan skizofrenia. Senyawa-senyawa kimia dalam otak yang diteliti secara mendalam lainnya meliputi asetilkolin, asam aspartat, glutamat, dan asam gammaaminobutirat (GABA). Banyak neurotransmiter lainnya yang telah diidentifikasi dalam periode 50 tahun ini, dan lebih dari 100 neurotransmiter diyakini aktif bekerja di dalam otak manusia. Kita tidak memiliki persediaan senyawa kimia otak untuk seumur hidup sedari lahir, tetapi justru otak mampu memproduksi secara terus-menerus senyawa kimia seperti serotonin, dopamin, dan neurotransmiter-neurotransmiter lainnya selama hidup kita. Para ilmuwan telah memetakan lokasi-lokasi tertentu di otak yang menghasilkan setiap jenis senyawa kimiawi dan menjelaskan bagaimana reaksi kimiawi tersebut saling berkaitan.
Peran Penting Nutrien Sebuah fakta yang kurang dianggap penting adalah bahwa senyawa yang merupakan bahan baku utama dalam proses pembentukan banyak neurotransmiter adalah nutrien. Nutrien merupakan senyawa biokimiawi alami yang kita dapatkan dari makanan, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemulihan sel-sel tubuh, diantaranya asam amino, vitamin, mineral, dan lain-lainnya. Serotonin dihasilkan dari asam amino triptofan, yang merupakan salah satu penyusun protein, dan langkah terakhir dalam reaksi pembentukannya memerlukan vitamin B6 sebagai kofaktor. Dopamin dapat dibentuk dari asam amino fenilalanin dan thyroxin dan dalam proses sintesisnya melibatkan senyawa besi (Fe) dan folat. Norepinefrin disintesis dari dopamin dan senyawa tembaga (Cu) memiliki peran yang menentukan dalam proses pembentukannya. Senyawa zinc (Zn) dan vitamin B6 dibutuhkan dalam pembentukan dan pengaturan kerja GABA (asam gammaaminobutirat). Terdapat sangat banyak contoh lainnya tentang peran menentukan dari nutrien dalam sintesis neurotransmiter. Untuk mencapai kondisi mental yang sehat, aktivitas neurotransmiter pada ujung titik temu saraf (sinaps) harus tepat dan memadai. Faktor yang paling berpengaruh terhadap hal tersebut adalah proses penggunaan kembali (reuptake); dalam proses ini molekul-molekul neurotransmiter “disapu bersih” dari ujung saraf dan ditarik kembali ke sel-sel otak asalnya seperti penyedot debu yang menghisap partikel-partikel debu. Proses ini dilakukan oleh protein pengangkut atau transporter15-16 yang menempel di dalam membran sel. Transporter berfungsi sebagai lintasan bagi neurotransmiter yang akan kembali ke sel asalnya. Populasi (banyak-sedikitnya) transporter pada umumnya lebih berpengaruh secara dominan terhadap aktivitas yang terjadi pada sinaps, dibandingkan dengan 4
Bab 1 : Keunikan Biokimiawi dan Kesehatan Mental
jumlah neurotransmiter yang berada pada sinaps tersebut. Transporter dihasilkan secara terus-menerus di dalam otak melalui aktivitas ekspresi genetik, yaitu proses sintesis protein menggunakan informasi yang ada di dalam gen. Laju sintesis transporter dapat ditingkatkan ataupun dihambat oleh nutrien-nutrien tertentu. Misalnya, proses metilasi (penambahan sebuah gugus kimia CH atau metil –lihat Apendiks A) pada DNA merupakan mekanisme utama untuk “memadamkan” atau menghentikan aktivitas gen yang mensintesis protein-protein pembawa neurotransmiter. Akibatnya adalah, pada orang-orang yang memiliki kadar metil rendah secara alami sehingga tingkat terjadinya proses metilasi dalam tubuh mereka sangat rendah (undermetilasi), pada umumnya aktivitas serotonin di dalam otak mereka kurang sehingga memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi. Sebaliknya, pada orang-orang yang memiliki kadar metil dan tingkat proses metilasi dalam tubuh yang sangat tinggi (overmetilasi), kemungkinan aktivitas dopamin di dalam otak mereka berlebih serta memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan dan skizofrenia paranoid. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi secara alami dengan menerapkan terapi nutrien yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengatur keseimbangan kadar metil. Bagi pasien-pasien tersebut, terapi nutrien ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar karena dapat menormalkan aktivitas neurotransmiter-neurotransmiter penting yang berlangsung pada sinaps tersebut. Terdapat gangguan keseimbangan genetik dan lingkungan yang begitu besar jumlahnya yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrien di dalam otak. Jika otak dihadapkan dengan kelebihan (overload) atau kekurangan (defisiensi) nutrien yang dibutuhkan dalam sintesis atau aktivitas neurotransmiter dalam tingkat yang berat, maka dapat memicu permasalahan-permasalahan mental. Pemahaman ini telah mendorong pengembangan sebuah pendekatan terapi baru bagi penanganan depresi, kecemasan, dan jenis-jenis gangguan mental lainnya, yang disebut terapi biokimia atau terapi nutrien. Unsur-unsur pokoknya meliputi, (a) diagnosis ketidakseimbangan nutrien dalam tubuh melalui pemeriksaan darah, urin, dan jaringan; dan (b) penggunaan terapi-terapi yang ditujukan untuk menormalkan kadar nutrien dalam otak.
Keunikan Biokimiawi Setiap orang memiliki faktor-faktor biokimiawi bawaan yang mempengaruhi karakteristik-karakteristik seperti kepribadian, perilaku, kesehatan mental, fungsi kekebalan tubuh, dan kecenderungan alergi. Jumlah berbagai macam kombinasi genetik yang mungkin dimiliki seorang anak dari kedua orangtuanya melebihi 40 juta. Seorang manusia bukanlah kombinasi ayah dan ibunya saja melainkan 5
Nutrient Power
merupakan individu yang memiliki sifat dan karakteristik fisik yang berasal dari “undian” genetik yang menyertakan banyak unsur dari para nenek moyang. Kecuali pada kembar identik, setiap manusia memiliki karakteristik biokimia yang unik, dan hal ini menyebabkan keragaman akan kebutuhan gizi. Shakespeare ternyata benar saat menulis, “Daging yang baik untuk dimakan seseorang dapat menjadi racun bagi orang lain.” Sebagai contoh, beberapa orang diantara kita secara genetik cocok menerapkan diet berbasis sayuran tetapi yang lainnya tidak. Beberapa orang dapat mencukupi kebutuhan gizi mereka hanya dengan asupan makanan (diet), sedangkan yang lainnya harus mengkonsumsi suplemen untuk dapat mengatasi penyimpangan atau kelainan genetik. Konsep keunikan atau individualitas biokimiawi yang dikembangkan oleh Roger Williams pada tahun 1940-an merupakan sebuah terobosan besar dalam ilmu kedokteran. Williams, penemu asam pantotenat (salah satu jenis vitamin B), terkenal karena mempelopori penelitian asam folat dan vitamin-vitamin lainnya. Meskipun demikian, kontribusi terbesarnya adalah penemuan bahwa banyak orang terlahir dengan ketidakseimbangan nutrien yang berperan dalam penyakit jantung dan gangguan-gangguan lainnya. Terobosan ini telah menginspirasi banyak peneliti untuk mempelajari struktur biokimiawi beragam penyakit dan menyelidiki terapi-terapi biokimiawi yang ditujukan untuk memperbaiki ketidakseimbangan-ketidakseimbangan nutrien. Williams mendirikan The Clayton Foundation Biochemical Institute di Texas yang hingga kini terus menjadi institut terunggul di dunia dalam bidang ilmu gizi. Sekarang jelaslah bahwa kadar nutrien-nutrien kunci yang tidak normal pada tubuh kita dapat memiliki dampak yang negatif pada struktur kimiawi otak dan kesehatan mental. Karena ketidakseimbangan ini, beberapa individu memiliki kecenderungan atau kerentanan untuk mengalami beberapa kondisi penyakit seperti depresi klinis, gangguan perilaku menentang (Oppositional Defiant Disorder –ODD), dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas –GPPH (atau dikenal dengan Attention Deficit/Hyperactivity Disorder –ADHD); sementara individu lainnya tidak terlalu rentan terhadap gangguan-gangguan ini. Struktur biokimia tubuh dapat dipengaruhi oleh pola makan dan kejadian-kejadian dalam hidup yang menimbulkan tekanan atau stres, tetapi faktor yang terbesar seringkali kembali pada unsur genetik, maupun epigenetik. Konsep epigenetika akan dibahas lebih menyeluruh di dalam Bab 4, tetapi singkatnya, lingkungan (contohnya pola makan, polusi dan racun bagi tubuh, gaya hidup) dapat mempengaruhi ekspresi gen seseorang, dan perubahan dalam ekspresi gen ini disebut epigenetika. Epigenetika menjelaskan mengapa salah satu dari kembar identik dapat menunjukkan tandatanda suatu penyakit tertentu sementara yang lainnya tidak. 6
Bab 1 : Keunikan Biokimiawi dan Kesehatan Mental
Jika pada setiap orang dilakukan analisis metabolisme secara menyeluruh, kemungkinan besar akan terungkap adanya kekurangan beberapa nutrien dalam tubuh yang disebabkan oleh faktor genetik. Sebagian kekurangan tersebut kemungkinan tidak terlalu berpengaruh terhadap proses-proses dan cara kerja tubuh manusia, sedangkan yang lainnya dapat mengakibatkan permasalahanpermasalahan mental yang serius. Seandainya orang-orang mengetahui nutrien mana yang sangat kurang pada tubuh mereka, mungkin saja mereka justru akan mendapatkan manfaat yang sangat besar ketika mengkonsumsi nutrien tersebut dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari jumlah asupan harian yang disarankan. Hal tersebut bermanfaat dan membuahkan hasil karena merupakan cara (yang disarankan) dalam penyeimbangan defisiensi genetik. Setelah memperoleh pengalaman klinis bersama ribuan pasien dengan penyakit mental, saya terkejut saat mengetahui bahwa kelebihan nutrien biasanya menyebabkan lebih banyak permasalahan dibandingkan kekurangan nutrien. Hal ini menjelaskan mengapa sebagian besar produk multivitamin/mineral tidak efektif bagi pasien dengan penyakit mental dan justru membawa lebih banyak kerugian dibandingkan manfaat. Para pasien dengan kelebihan senyawa tembaga, metionin, asam folat, dan senyawa besi dalam tubuh mereka kemungkinan besar akan memburuk jika mengkonsumsi suplemen yang mengandung nutrien-nutrien tersebut. Pada sebagian besar kasus, orang-orang dengan penyakit mental tidak dapat membaik dengan menerapkan diet khusus ataupun sembarangan ‘menjejali’ tubuh mereka sendiri dengan suplemen asam amino, vitamin, dan mineral. Tantangannya adalah mengidentifikasi dengan cermat apa saja kelebihan dan kekurangan nutrien secara spesifik yang dimiliki individu, kemudian memberikan penanganan atau terapi yang tepat dan akurat untuk menormalkan kadar senyawasenyawa kimiawi tersebut dalam darah dan otak. Hal inilah yang merupakan esensi dari terapi biokimia.
7
Terima kasih Anda telah membaca sampel dari buku Nutrient Power: Memulihkan Kesehatan Mental dengan Terapi Keseimbangan Biokimia. Jika Anda berminat untuk membeli bukunya, silakan kunjungi website kami di http://www.nutrientpower.co.id
8