Aktualisasi Nilai Kekeluargaan (Persaudaraan) dan Nilai Kegotongroyongan dalam Permainan Tarik Tambang Pada Warga Masyarakat RT 24 RW 06 Sidikan Umbulharjo Yogyakarta Tahun 2012 Nisalia Duwata Prodi PPKn FKIP Universitas Ahmad Dahlan Jln. Pramuka No. 42 Sidikan UmbulharjoYogyakarta 55161 Email:
[email protected]
ABSTRAK Tarik tambang adalah salah satu permainan tradisional yang seringkali dimainkan oleh masyarakat. Permainan ini mudah, murah dan sangat populer, dan mengandung nilainilai sila ke-3 yakni nilai persatuan. Nilai persatuan dalam sila ke-3 dapat dibagi menjadi nilai kekeluargaan dan nilai kegotongroyongan. Sekalipun permainan ini cukup dikenal masyarakat luas, tetapi kenyataan menunjukkan belum dikembangkan sebagai permainan yang dapat memupuk rasa kegotong royongan dan persatuan. Persoalannya adalah bagaimana aktualisasi kekeluragaan (persaudaraan) dan nilai kegotongroyongan dalam permainan tarik tambang? Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan suatu keadaan atau suatu situasi sosial. Obyek penelitian adalah aktualisasi nilai-nilai kegotongroyongan dalam permainan tarik tambang. Aktualisasi nilai tersebut diamati pada saat permainan tarik tambang dilakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai sejumlah responden yakni warga masyarakat, terutama kaum muda warga masyarakat yang pernah memainkan tarik tambang di lingkup wilayah RT 24 RW 06 Sidikan Pandeyan Umbul Harjo Yogyakarta. Analisis dilakukan dengan cara ber!kir logis menghubungkan fakta satu dengan lainnya sehingga diperoleh gambaran umum mengenai aktualisasi nilai-nilai kegotongroyongan dalam permainan tarik tambang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai kegotong-royongan teraktualisaikan dalam setiap tahapan permainan tarik tambang. Pengembangan nilai kegotongroyongan yang didalamnya mencakup rasa persaudaraan, kebersamaam (kolekti!tas), dan ikatan dalam kelompok yang membangun persatuan, teraktualisasikan dalam berbagai kesepakatan, penerapan strategi pemenangan permainan, solidaritas atau rasa saling menghargai atas prestasi yang diperolehnya. Kata Kunci :Permainan tarik tambang, kegotongroyongan, persatuan, aktulisasi.
PENDAHULUAN Setiap kelompok manusia yang berkumpul atau berinteraksi di suatu wilayah akan menghasilkan suatu kebudayaan yang penuh dengan nilai. Wujud kebudayaan meliputi banyak hal dapat berupa suatu pandangan, aktivitas dan benda, termasuk salah satunya berupa tradisi sebagai bagian dari budaya yang hidup dalam masyarakat, yakni permainan tradisional. Permainan tradisonal merupakan salah satu wujud kebudayaan berupa aktivitas masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, permainan tradisional merujuk “permainan budaya yang sudah dilakukan oleh suatu masyarakat itu untuk satu tempo tertentu”. Ada berbagai macam permainan tradisional yang ada di Indonesia, yang tidak hanya terdapat dikalangan anak-anak, tetapi juga permainan untuk orang dewasa. Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
17
Nisalia Duwata
Bila dicermati, dalam setiap jenis permainan tradisional terkandung pesan moral dan nilai-nilai luhur yang di ajarkan melalui permainan tradisional itu, termasuk diantaranya nilai persatuan. Namun demikian, pentingnya mengembangkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap permainan tradisional, kini tidak lagi senantiasa dapat dipahami dan disadari masyarakat secara luas, bahkan perkembangannya tidak sejalan dengan modernisasi dan kemajuan teknologi. Kini tak sedikit jenis-jenis permainan tradisional dalam masyarakat Indonesia yang tenggelam dan hilang dari muka bumi nusantara. Permainan tarik tambang adalah salah satu permainan tradisional yang memiliki muatan nilai-nilai luhur dan populer di masyarakat Indonesia. Permainan ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Permainan ini melibatkan banyak orang yang memungkinkan mereka harus bekerja sama mencapai tujuannya. Melalui permainan ini penghayatan terhadap fenomena-fenomena dalam permainan akan dapat memperkaya semangat persaudaraan dan jiwa gotong royong yang berguna untuk kehidupan bermasyarakat. Sekalipun permainan ini masih sering terlihat dibeberapa tempat, akan tetapi permainan tradisional ini sekilas nampak baru dijadikan semata sebagai hiburan saja, tidak di kembangkan secara sistematis sebagai media aktualisasi nilai. Selama ini terkesan bahwa permainan ini masih sering dijalankan tetapi nilai-nilai yang terkandung didalamnya tak cukup dihayati sehingga tidak menjadi satu kesatuan antara media dan nilai budaya. Masyarakat menjadi semakin kurang peka terhadap nilai-nilai luhur yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Permainan tradisional tarik tambang dapat diangkat sebagai salah satu media yang dapat dikembangkan untuk mengaktulaisasikan nilai persatuan. Salah satu kesulitan dalam memahami nilai persatuan khususnya nilai kekeluargan dan inlai kegotongroyongan adalah karena nilai itu abstrak. Keabstrakannya membuat nilai tersebut sukar difahami, karena manusia cenderung lebih mudah memahami hal-hal yang bersifat kongkrit. Oleh karena itu, nilai persatuan khususnya nilai kekeluargaan dan kegotongroyongan perlu dijabarkan dan diangkat dalam suatu media sehingga nilai-nilai itu menjadi kongkrit. Media yang di maksud adalah media yang memiliki indikasi bisa menggambarkan secara konkrit nilai. Persatuan khususnya nilai kekeluargaan kegotongroyongan hingga menjadi konkrit. Namun pada kenyataannya, permainan tradisional ini belum disadari sepenuhnya bahwa permaianan ini dapat dijadikan media untuk mengembangkan nilai-nilai persatuan khususnya nilai kekeluargan dan kegotong-royongan. Permainan tarik tambang tidak hanya dimainkan oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Permainan tidak mengenal usia ataupun gender. Tidak ada ketentuan di antara wanita atau pria manakah yang lebih berhak memainkan permainan tradisional tarik tambang. Hal ini mengajarkan bahwa tidak ada pengkotak-kotakan strata, status, gender ataupun usia. Semuanya diperlakukan sama, semuanya setara. Akan tetapi nilai kesetaraan pada permainan tradisional tersebut masih diabaikan, padahal permainan tradisional tarik tambang memiliki nilai-nilai untuk pengembangan kesetaraan sosial dan solidaritas.
18
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
Aktualisasi Nilai Kekeluargaan (Persaudaraan) dan Nilai Kegotongroyongan dalam ....
Dari uraian latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:Bagaimana aktualisasi nilai kekeluargan (persaudaraan) dan nilai kegotongroyongan dalam permainan tradisional tarik tambang? KAJIAN PUSTAKA 1.
Nilai Sila Persatuan Indonesia (Sila ke-3 Pancasila)
a.
Arti Pancasila 1) Secara Etimologis Secara etimologis Pancasila terdiri dari kata “Panca” dan “syila”. Kata ini berasal dari bahasa Sansekerta dari India. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kasta Brahmana . “Panca berarti lima, syila berarti “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”. Arti lainnya berasal dari kata “Panca” dan “Syiila” .Kedua kata tersebut berarti 5 aturan tingkah laku yang penting (Kaelan, 2010:21). Kedua kata tersebut kemudian diadopsi dalam bahasa Indonesia. 2) Secara historis Dari berbagai usulan tentang Pancasila, kemudian munculah naskah piagam Jakarta. Piagam Jakarta adalah hasil pertemuan Panitia Sembilan. Rumusan Pancasila yang termuat dalam Piagam Jakarta adalah sebagai berikut : a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya b) Kemanusiaan yang adil dan beradab c) Persatuan Indonesia d) Kerakyatanyangdipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Kaelan, 2010:25) 3) Secara Terminologis Secara terminologis ada tiga macam rumusan Pancasila. Rumusan tersebut terdapat dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat),dalam UndangIndang Dasar Sementara 1950, dan rumusan Pancasila di kalangan masyarakat. “Meskipun demikian yang sah dan benar secara konstitusional adalah rumusan Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan ketetapan NO.XX/MPRS/1966” (Kaelan, 2010:27). Rumusan Pancasila terdapat pada alinea empat UUD 1945 (Kaelan, 2010:26). Fungsi dan Kedudukan Pancasila Sebagai dasar Negara Pancasila memiliki fungsi sebagai dasar sudut pandangan dalam usaha hidup kenegaraan dan dalam lapangan pemikiran keadaan Negara, sebagai dasar pendidikan etika sosial, sebagai asas pemersatu dan kesatuan hidup bersama dan sebagai dasar penyelesaian persoalan-persoalan hidup bersama (Noor Ms. Bakry , 2001:165). Sebagai dasar sudut pandang kenegaran, Pancasila adalah dasar dalam menjalankan pemerintahan untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-
b.
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
19
Nisalia Duwata
c.
20
citakan. Sebagai dasar pendidikan etika sosial, pancasila merupakan dasar dalam bergaul yang berisi cara memuliakan manusia. Sebagai asas pemersatu dalam kesatuan hidup Pancasila merupakan pemersatu perbedaan di dalam masyarakat Indonesia untuk mewujudkan nasionalisme. Sebagai dasar penyelesaian dasar penyelesaian persoalan-persoalan hidup bersama pancasila merupakan dasar dari menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di dalam masyarakat. Kedudukan Pancasila dari sudut formal terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dan ketetapan MPRS NO. XX/MPRS/1966 (Noor Ms. Bakry, 2001 :168). Kuduanya masih berlaku sampai sekarang. Dari sudut material hidup Pancasila merupakan inti pokok kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan kebahagiaan sempurna (Noor Ms Bakry, 2001:168) Sistematika Sila-sila Pancasila Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendiri dengan fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis (Kaelan, 2001:58). Sistematika Pancasila itu adalah sebagai berikut: 1) Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis atau majemuk tunggal. Sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur dari Pancasila. Artinya sila Pancasila tidak bisa berdiri sendiri. Pancasila harus dijalankan secara bersama dan memiliki hubungan meskipun setiap unsur memiliki fungsi berbeda. 2) Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramida Susunan ini menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas (kwantitas) dan dalam hal isi sifatnya (kualitas) 3) Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling Mengkuali!kasi Sistematika Pancasila yang ketiga adalah memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkuali!kasi. Rumusannya adalah sebagai berikut: 1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 3) Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
Aktualisasi Nilai Kekeluargaan (Persaudaraan) dan Nilai Kegotongroyongan dalam ....
4) Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 5) Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan (Kaelan, 2010:61) 2.
Aktualisasi Nilai Sila Pancasila
Aktualisasi Pancasila terbagi atas aktualisasi secara objektif dan aktualisasi subjektif (Kaelan, 2009:242). Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Aktualisasi Nilai Sila Secara Subjektif “Aktualisasi Pancasila secara subjektif adalah pelaksanaan dalam pribadi seseorang, setiap warganegara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia dalam mengaktualkan Pancasila” (Kaelan, 2009:242). Dengan demikian aktualisasi Pancasila secara subjektif ini berkaitan dengan konsistensi setiap warganegara dalam merealisasikan Pancasila. “Aktualisasi secara subjektif ini justru lebih penting karena realisasi subjektif merupakan persyaratan bagi aktualisasi Pancasila yang objektif” (Notonegoro, 1975:44). Dapat dikatakan bahwa aktualisasi objektif itu akan berhasil secara optimal bilamana didukung oleh aktualisasi atau pelaksanaan Pancasila secara subjektif (Kaelan, 2009:254). b. Aktualisasi Nilai Sila Secara Objektif Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara,dan terutama realisasinya dalam bentuk peraturan perundang-undangan (Kaelan, 2009:255). Pancasila diaktualkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga setiap tindakan bagian dari pemerintah baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif merupakan perwujudan dari nilai-nilai sila Pancasila. 3.
Sila ke-3 Pancasila (Persatuan Indonesia)
Sila Persatuan Indonesia mengandung makna pergaulan dalam persatuan demi persatuan dalam kebhinekaan. Sila ini merupakan inti nasionalisme Indonesia yang tidak bisa diabaikan sepanjang zaman. T Jacob (2006:29) dalam Proceeding Simposium dan Sarasehan Pancasila, 2006 mengemukakan, “... lenyapnya nasionalisme akan menimbulkan etnisisma, yang akan memecah kekuatan yang sudah digalang. Bagi Indonesia membiarkan etnisisma dan etnosentrisma hidup dengan tidak terbatasakan menceraiberaikan daerahmenjadi beberapa puluhatau ratus negra mini, karena ciri-ciri bangsa kita multikultual, multi linggual, dan arkipelagik dengan individualisma yang yang kuat, karena pulau harus autarkik. Beribu pulau itusebetulnya akan bersifat komplementer dan hanya mungkin maju dengan hidup bersama di masa depan yang sulit dan tidak pasti”
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
21
Nisalia Duwata
Kebersamaan dalam bermasyarakat dan bernegara menjadi hal penting untuk kemajuan bangsa harus dibangun secara terus menerus. Selanjutnya, Wahyudi B. Setiawan (dalam Proceeding Simposium dan Sarasehan Pancasila, 2006:67) juga mengemukakan “menghadapi era global sat ini dengan kesadaran pentingnya modal kebangsaan adalah sangat penting bila peningkatan penghayatan nialai-nilai luhur Pancasila termasuk di dalamnya Persatuan Indonesia perlu dilakukan secara terus menerus oleh segenap bangsa Indonesia” Dalam kebersamaan terdapat semangat nilai persaudaraan (kekeluargaan) dan kegotongroyongan yang menjadi ciri bangsa Indonesia. a. Nilai gotong royong Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. (Susi S. Mulyawati, Sarkadi, Asih P. Subadio:30 Mei 2012, http://repository.upi.edu/operator/upload/dpu_0809524_ table_of content.pdf). Dari pengertian di atas, gotong royong bersifat kolektif. Artinya gotong royong dilakukan oleh banyak orang dan dilakukan secara bersamasama. Dengan demikian di dalam tolong menolong mengandung makna : 1) Bekerja sama menyelesaikan pekerjaan 2) Bersama-sama menikmati hasil pekerjaan 3) Pekerjaan dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing 4) Asas timbal balik b. Nilai kekeluargaan Secara linguistik kekeluargaan berarti hal ikhwal yang berhubungan dengan keluarga. Kekeluargaan dalam berbagai istilah dapat disejajarkan persaudaraan, kolekti!sme, dan komunalisme. (Trimiyati Joko Susilo, BPPKS Yogyakarta:30 Mei 2012, http://trimiyati.web.ugm.ac.id/word press/?p=6 ). “Kehidupan bermasyarakat kita sebetulnya masih penuh dengan suasana :religius, kerukunan, gotong royong, tolong menolong tanpa pamrih, kekeluargaan, dan solidaritas antar sesama. Walaupun disisi lain ada sebagian warga yang bersifat individualistis (self interest) dan lain-lain”. (Trimiyati Joko Susilo, BBPPKS Yogyakarta:30 Mei 2012, ) Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai gotong royong atau tolong menolong dalam kebersamaan mengandung makna : 1) Persaudaraan, kolekti!sme, dan komunalisme 2) Ada hubungan atau ikatan di dalam sekelompok orang 3) Solidaritas kelompok kekerabatan 4.
Permainan Tradisional Tarik Tambang
a.
Permainan Tradisional di Indonesia Permainan tradisional terdiri dari dua kata, permainan dan tradisional. Permainan berasal dari kata main. Permainan tradisional adalah perbuatan yang dilakukan untuk
22
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
Aktualisasi Nilai Kekeluargaan (Persaudaraan) dan Nilai Kegotongroyongan dalam ....
b.
bersenang-senang yang di turunkan secara turun temurun. Salah satunya adalah permainan tradisional tarik tambang. Permainan Tradisional Tarik Tambang 1) Pengertian Permainan Tarik tambang hanya dapat dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena itu permainan tarik tambang sarat dengan muatan nilai sosial. Tarik tambang adalah pertandingan melibatkan dua regu, dengan 5 atau lebih peserta. (Wikipedia, 16 April 2012). Hampir semua masyarakat Indonesia mengenal permainan tarik tambang. terutama karena tarik tambang sering dimainkan saat perayaan kemerdekaan RI. Akan tetapi sesungguhnya permainan tarik tambang juga seringkali dimainkan saat menyambut hari-hari perayaan lainnya. Misalnya seperti dikemukakan dalam Depdikbud: (1984 :63) “masyarakat Jambi yang memainkan tarik tambang pada saat merayakan Idul Fitri dan Idul Adha”. 2) Pemain tarik tambang Permainan ini dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan (Depdikbud: 1984, 64). Permainan tarik tambang tidak mengenal gender. Akan tetapi kaum perempuan lebih jarang memainkan tarik tambang (Depdikbud:1984,64). Pemainnya adalah anak-anak,remaja dan orang dewasa yang berusia antara 9 tahun-40 tahun (Depdikbud:1984, 64). Anak-anak usia di bawah 9 tahun !siknya belum begitu kuat. Sedangkan orang dewasa di atas 40 tahun !siknya mulai melemah. Sehingga permainan tarik tambang dianggap kurang cocok bagi mereka. 3) Sarana Alat yang dipergunakan dalam permainan adalah seutas tali yang panjangnya kira-kira 20 meter. Tali tersebut boleh terbuat dari ijuk, rami, tangsi, plastik, rotan dan lain sebagainya, asal saja di cari yang kuat dan tidak gampang putus(Depdikbud:1984,64). Tali yang paling banyak digunakan adalah tali plastik, karena jenis tali lainnya lebih susah di temukan. 4) Cara memainkan Cara memainkan tarik tambang adalah dengan menarik kedua belah sisi tali. Setiap sisi tali di tarik oleh sekelompok anak yang membentuk kelompok seperti yang di terangkan berikut ini: Dua regu bertanding dari dua sisi berlawanan dan semua peserta memegang erat sebuah tali tambang. Di tengah-tengah terdapat pembatas berupa garis. Masingmasing regu berupaya menarik tali tambang sekuat mungkin agar regu yang berlawanan melewati garis pembatas. Regu yang tertarik melewati garis pembatas dinyatakan kalah (Wikipedia, 16 April 2012)
Selain menggunakan kekuatan !sik, tarik tambang juga harus menggunakan strategi atau taktik. Taktik permainan terletak pada penempatan pemain, kekuatan tarik dan pertahanan tumpuan kaki di tanah. “Pada umumnya pemain dengan Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
23
Nisalia Duwata
kekuatan paling besar ditempatkan di ujung tali, untuk menahan ujung tali saat bertahan atau menghentak pada saat penarikan” (Wikipedia, 16 April 2012). Hal ini seringkali membuat pemain dengan badan yang paling besar bertindak sebagai pemimpin. Meskipun demikian tidak selalu begitu. 5) Nilai yang ada di dalam tarik tambang Masyarakat Jambi sudah lama memainkan permainan ini. Kalangan tua menyebutkan bahwa ketika remaja mereka sudah memainkan tarik tambang. akan tetapi masyarakat sangat menggemari permainan ini. Namun sayangnya mereka tidak dapat menerangkan asal-usulnya, cara-cara masuknya dan tidak ada catatan tertulis. (Depdikbud:1984,63-64). Hal ini mengukuhkan permainan tarik tambang sebagai permainan tradisional. Karena sudah dimainkan sekian lama oleh banyak generasi.. Setelah melakukan permainan, maka akan di dapati regu yang menang. Ketua regu yang bertugas mengambil hadiah. Ada yang berupa piala bergilir, piala tetap, dan lain-lain (Depdikbud,1984:66). Pada perkembangannya, selain piala hadiah bisa berupa barang-barang peralatan rumah tangga misalnya baskom, bak pakaian, keranjang pakaian, ember, piring, rantang dan lain sebagainya. Permainan tarik tambang masih sering dipertandingkan. Salah satu alasannya karena permainan ini tidak memerlukan biaya yang mahal di bandingkan permainan lainnya (Depdikbud,1984: 66). Selain itu permainan tarik tambang tergolong mudah untuk dimainkan. Tidak memerlukan keterampilan khusus dalam memainkannya. Hanya saja harus menyiapkan !sik dan strategi yang tepat. 5.
Nilai Sila ke-3 dalam Permainan Tradisional Tarik Tambang
Permainan tradisional tarik tambang sebagai hasil kebudayaan merupakan bagian dari nilai sila ke-3 Pancasila. “Dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 itu dituliskan prinsip-prinsip dasar acuan proses kebudayaan “(Mudji Sutrisno, 2010:213). Isi alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 adalah rumusan Pancasila, termasuk sila ke-3. Dengan demikian, tarik tambang sebagai bagian dari kebudayaan prosesnya mengacu pada Pancasila khususnya sila Persatuan Indonesia. Sila persatuan Indonesia mengarahkan proses berbudaya menjadi payung bagaimana tanggung jawab perkembangan kebudayaan (Mudji Sutrisno, 2010:213) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5). Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana cara memanfaatkan permainan tradisional tarik tambang dalam mengembangkan nilai sila ke 2. Penelitian ini akan mengambil lokasi
24
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
Aktualisasi Nilai Kekeluargaan (Persaudaraan) dan Nilai Kegotongroyongan dalam ....
di RT 24 RW 06 Sidikan Umbulharjo Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada tanggal 11 Februari sampai pada tanggal 1 Mei 2012. Objek penelitian adalah aktualisasi nilai sila ke-2 dalam permainan tradisional tarik tambang. Subyek penelitian adalah masyarakat RT 24 RW 06 Sidikan Umbulharjo Yogyakarta. Masyarakat yang menjadi nara sumber dalam penelitian adalah ketua RT 24, takmir Mesjid Nur Siddik, warga RT 24, anak-anak TPA dan remaja Mesjid. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Aktualisasi Nilai Kekeluargaan dalam Permainan Tradisional Tarik Tambang di RT 24 RW 06 Sidikan Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta
a.
Bekerja sama menyelesaikan pekerjaan, terdapat pada saat: 1) Kerja sama dalam menarik tali atau tambang Inti dari permainan tarik tambang adalah saat menarik tali atau tambang. Menurut Rukmonohadi (43 th) tugas ketua kelompok saat main tarik tambang adalah “Mengatur kekompakan dalam hal menarik tambangnya itu. Khan tarik tambang itu kunci suksesnya kebersamaan. Kalau bersatu tarik sama-sama dengan hitungan pasti menang”, sedangkan tugas anggota kelompok lainnya adalah “Mendengarkan aba-aba ketua kelompok. Semua peserta harus mendengarkan peluit wasit. Biasanya yang narik lebih dulu pasti menang “(22 Maret 2012). 2) Semua orang yang mampu membantu mempersiapkan segala keperluan pelaksanaan permainan tradisional tarik tambang Pada saat persiapan lomba tarik tambang, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Dalam hal ini Netti Susanti (20 th) berpendapat bahwa yang harus melakukan semua persiapan adalah : “Panitia. Makanya milih panitia itu yang benerbener bisa kerja biar bisa melaksanakan tugas yang diberikan ketuanya”(21 Maret 2012). Pendapat ini menyatakan bahwa yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan segala keperluan pelaksanaan permainan tarik tambang adalah panitia. Sehingga dalam memilih panitia hendaknya memilih warga yang terampil dan bertanggung jawab. Menurut Umiyati (46 th)” Semua warga ya boleh ikut bantu. Tapi tetap saja yang harus banyak melakukan tugas persiapan itu panitia”(22 Maret 2012). Bersama-sama menikmati hasil pekerjaan, terdapat pada saat Mendapatkan hasil pertandingan. Setelah melakukan permainan tarik tambang akan dihadapi dua kemungkinan. Menang atau kalah. Ahmad Ali Toyib (28 th) memberikan komentarnya mengenai hal ini,“…Kalau hasilnya menang maka hadiahnya dibagi bersama-sama. Tapi kalau hasilnya kalah ya di tanggung semua. Jangan saling menyalahkan” (23 Maret 2012, 08.30 WIB). Pendapat tersebut menyatakan bahwa kalah atau menang hasil pertandingan harus diterima bersama karena hasil tersebut merupakan hasil yang didapat setelah melakukan kegiatan bersama-sama.
b.
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
25
c.
Pekerjaan dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. Nilai ini terdapat pada saat pembagian tugas untuk mempersiapkan segala keperluan pelaksanaan permainan tradisional tarik tambang. Lomba tarik tambang membutuhkan persiapan-persiapan. Persiapan tersebut dikerjakan oleh panitia dengan cara membagi tugas. Pembagian tugas ini di lakukan oleh ketua panitia yang kemudian menyerahkan kepada setiap sie. Di dalam sie juga ada ketua dan anggota. Ketua sie akan membagi tugas kepada setiap anggota sie-nya. Cara pembagian tugas bisa dilakukan dengan berbagai macam, menurut Netty Susanti 20 tahun pembagian tugas dilakukan dengan “Di kelompokkelompokkan, dibagi tugas masing-masing yang belum dapat tugas”(21 Maret 2012). Menurut Umiyati (46 th)” Pembagiannya ya masing-masing dapat tugas. Tapi tugasnya itu disesuaikan dengan kemampuan setiap orang”(22 Maret 2012).
2.
Aktualisasi Nilai Kegotongroyongan dalam Permainan Tradisional Tarik Tambang di RT 24 RW 06 Sidikan Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta
a.
Nilai persaudaraan, kolekti!sme, dan komunalisme, terdapat pada: 1) Berkumpul untuk membahas rencana pelaksanaan Sebelum melakukan lomba tarik tambang, biasanya akan terlebih dahulu di adakan suatu acara untuk membahas rencana lomba tarik tambang. Acara ini biasanya dikemas dalam rapat panitia peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Umiyati (46 th) “Biasanya tuh ngumpul dulu. Bikin rencana kapan dan seperti apa lomba tarik tambang yang akan dilaksanakan” (22 Maret 2012). Nilai kekeluargaan tersebut teraktualisasi saat warga bersama-sama berkumpul untuk membahas rencana pelaksanaan lomba tarik tambang. 2) Kesepakatan dalam membentuk panitia Dalam setiap kegiatan selalu ada panitia yang bertanggungjawab melangsungkan acara lomba tarik tambang. Panitia merupakan orang-orang yang dipilih oleh warga. Kesepakatan dalam membentuk panitia di perlukan agar lomba tarik tambang bisa dilaksanakan. Cara mencapai kesepakatan ada berbagai macam, menurut Netti Susanti (20 th) “Melalui pemilihan, kalau asal tunjuk belum tentu orang setuju atau menginginkan dia jadi ketua”(21 Maret 2012). Sedangkan menurut Putu Meristika (19 th) “Ngumpulin warga yang aktif, pemudapemudanya” (21 Maret 2012). Didalam masyarakat yang dianggap memiliki banyak energi dan kemampuan adalah pemuda. Pemuda memiliki jiwa muda, kreati!tas, dan kemampuan untuk melakukan banyak hal. Sehingga seringkali para pemuda lebih diutamakan sebagai panitia. 3) Kesepakatan dalam strategi yang akan digunakan untuk memenangkan permainan Strategi ini terkait dengan susunan pemain, cara bertahan, saat menarik, cara menarik, tempo tarikan dan lain sebagainya yang dianggap perlu di bahas untuk memenangkan lomba tarik tambang. Strategi yang akan digunakan harus
26
Aktualisasi Nilai Kekeluargaan (Persaudaraan) dan Nilai Kegotongroyongan dalam ....
b.
c.
dibahas terlebih dahulu, karena akan di gunakan secara bersama-sama. Menurut Netti Susanti (20 th) “Caranya di omongin bareng-bareng”,(21 Maret 2012). Pendapat ini menunjukkan bahwa dalam menentukan strategi yang akan dipakai harus melibatkan semua anggota. Semua anggota dimintai pendapatnya masingmasing. 4) Kesepakatan dalam strategi yang akan digunakan untuk memenangkan permainan Permainan tarik tambang selain menggunakan kekuatan !sik untuk mengalahkan lawannya, juga harus menggunakan strategi yang tepat. Strategi ini terkait dengan susunan pemain, cara bertahan, saat menarik, cara menarik, tempo tarikan dan lain sebagainya yang dianggap perlu di bahas untuk memenangkan lomba tarik tambang. Menurut Netti Susanti (20 th) “Caranya diomongin bareng-bareng”,(21 Maret 2012). Hubungan atau ikatan dalam sekelompok orang 1) Kesepakatan aturan permainan Setiap permainan menggunakan aturan, begitu pula dalam permainan tradisional tarik tambang. Inti dari aturan permainan tarik tambang adalah Dua regu bertanding dari dua sisi berlawanan dan semua peserta memegang erat sebuah tali tambang. Di tengah-tengah terdapat pembatas berupa garis. Masing-masing regu berupaya menarik tali tambang sekuat mungkin agar regu yang berlawanan melewati garis pembatas. Regu yang tertarik melewati garis pembatas dinyatakan kalah (Wikipedia). 2) Bersama-sama memilih ketua kelompok Ada beberapa cara memilih ketua kelompok, antara lain menurut Netti Susanti (20 th) “Diajukan oleh anggota lain” (21 Maret 2012). Ahmad Ali Thoyib (28 th) ikut menambahkan bahwa cara memilih ketua yang paling baik itu adalah dengan, “Dipilih anggotanya”(22 Maret 2012). Pendapat ini memperkuat pendapat sebelumnya bahwa seorang pemimpin haruslah merupakan pilihan bersama. 3) Setiap anggota kelompok mengusulkan strategi yang akan digunakan Menurut Netti Susanti (20 th) “Yang punya inisiatif harusnya ketua. Tapi anggota yang lain bukannya gak bisa”(21 Maret 2012). Nilai tolong menolong terdapat pada setiap anggota kelompok boleh mengusulkan strategi yang akan digunakan. Secara tolong-menolong semua anggota kelompok mengusulkan dan memutuskan startegi yang akan digunakan. Solidaritas kelompok kekerabatan, teraktualisasi pada saat : 1) Kesepakatan dalam menentukan jadwal dan tempat Menurut Putu Meristika (19 th) “Biasanya tuh ada yang mengusulkan terus kalau yang lain setuju langsung tempat itu di jadikan tempat tarik tambangnya. Kalau gak yah nyari tempat lain”(21 Maret 2012). Pendapat lainnya menambahkan dari Rukmonohadi (43 th),”Biasanya itu ketuanya mengusulkan tempatnya
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
27
Nisalia Duwata
dimana gitu dan di cari waktu yang kira-kira semua orang bisa datang contohnya pas sore hari kalau orang-orang dan anak-anak sekolah sudah pulang ke rumah atau pas hari minggu misalnya. Kalau ada yang gak setuju biasanya langsung ngomong di situ juga”(22 Maret 2012).. 2) Kesepakatan dalam membentuk kelompok-kelompok peserta permainan tradisional tarik tambang Tarik tambang adalah permainan yang dimainkan secara berkelompok. Oleh karena itu peserta lomba tarik tambang dibagi di dalam kelompok-kelompok. Ada banyak cara menentukan kelompok, Menurut Rukmonodi (43 th) “Membentuk sendiri. yang penting jumlahnya 5” (22 Maret 2012). Pendapat ini menyatakan tentang cara pembentukan kelompok yang menggunakan cara membiarkan warga membentuk kelompoknya masing-masing. setelah kelompok terbentuk akan dipilih satu orang ketua kelompok. Setelah itu barulah kelompok didaftarkan pada panitia untuk ikut lomba tarik tambang. KESIMPULAN 1.
2.
28
Aktualisasi nilai kekeluargaan dalam permainan tradisional tarik tambang di RT 24 RW 06 Sidikan Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta a. Bekerja sama menyelesaikan pekerjaan, yang meliputi: 1) Kerja sama dalam menarik tali atau tambang, yakni setiap anggota bersamasama dalam kelompoknya menarik tali tambang pada saat pertandingan dilakukan. 2) Semua orang yang mampu membantu mempersiapkan segala keperluan pelaksanaan permainan tradisional tarik tambang b. Bersama-sama menikmati hasil pekerjaan. Kelompok yang menang akan membagi hadiahnya bersama-sama, sedangkan kelompok yang kalah menerima kekalahan sebagai suatu hasil dari usaha bersama yang belum berhasil c. Pekerjaan dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. Pembagian tugas untuk mempersiapkan segala keperluan pelaksanaan permainan tradisional tarik tambang dilakukan berdasarkan kemampuan masing-masing anggota panitia. Aktualisasi nilai kegotongroyongan dalam permainan tradisional tarik tambang di RT 24 RW 06 Sidikan Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta a. Nilai persaudaraan, kolekti!sme, dan komunalisme teraktualisasi pada saat: 1) semua warga berkumpul untuk membahas rencana pelaksanaan tarik tambang. 2) Kesepakatan bersama dalam pembentukan panitia
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
Aktualisasi Nilai Kekeluargaan (Persaudaraan) dan Nilai Kegotongroyongan dalam ....
3) Kesepakatan atas usulan strategi yang akan digunakan pada pelaksanaan tarik tambang dalam kelompok. b. Hubungan atau ikatan di dalam sekelompok orang Kebersamaan dalam membahas, menetapkan, dan melaksanakan norma/aturan permainan c. Terdapat solidaritas kelompok kekerabatan, teraktualisasi pada saat : 1) Kesepakatan dalam menentukan jadwal dan tempat, disepakati dengan mempertimbangkan kepentingan semua warga. 2) Kesepakatan dalam membentuk kelompok-kelompok peserta permainan tradisional tarik tambang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Tarik_tambang Anonim. http://sinyalbisnis.com/tarik-tambang-energi-tarik-tambang-tanpa-tali/ Depdikbud. (1984). Permainan Rakyat Daerah Jambi. Jakarta: Depdikbud Hurlock., Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Kaelan. (2009). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Kaelan. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rieneka Cipta Moeleong. L J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Monks, P.J., A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono. (2004). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Mulyawati, Susi S., Sarkadi, Asih P. Subadio http://repository.upi.edu/operator/upload/d_ pu_0809524_table_of_content.pdf (30 Mei 2012,) Polma, Margaret. M. (1984). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV. Rajawali Samsuri. (2009). Acta Civicus, Volume 1 Nomor 4, 169-182 Singarimbun, Masri. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagra!ndo Persada Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:CV. Alfabeta Susilo, Trimiyati Joko, BBPPKS Yogyakarta: http://trimiyati.web.ugm.ac.id/ wordpress/?p=6 (30 Mei 2012) Sutrisno, Mudji. ( 2010). Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa, 213-224
Jurnal Citizenship, Vol. 2 No. 1, Juli 2013
29