Alat Peraga Edukasi dan Moving Class dalam Pembelajaran di SD/MI Oleh: Panji Hidayat (Dosen Prodi PGSD Universitas Ahmad Dahlan) Abstract The aims of this Research is to know that the visual education Equipment increasing interest in educating students on The MI Muhammadiyah, Kauman, Ngawen, Klaten. In addition, the purpose of this study was to know the Moving Class to make learning more effective. Type of research is for Evaluative Research to know the interest and effectiveness of learners following a school policy change instructional practices that just do. The general objective evaluative research is to refine and test the implementation of an educational practice. The samples were used as the research were all students grades 4, 5, and 6 in learning science, mathematics, and social studies. Based on the results of this study indicated that students' interest towards learning with Visual education equipment earned a percentage of 91,98 it is considered very good. while the effectiveness of Moving Class earned a percentage of 85,47 it is considered very effective. Key word: Evaluation Research, Props Education, Moving Class PENDAHULUAN Pendidikan
adalah
suatu
aktivitas
sadar
yang
diarahkan
untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 mengenai tujuan pendidikan Indonesia adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa. Di samping itu juga tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik lebih aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, dan akhlak mulia. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang diharapkan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Agar proses pembelajaran dapat berhasil maka diperlukan metode mengajar dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi. Namun pada kenyataannya banyak media pembelajaran yang hanya sebagai alat pajangan di gudang sekolah tanpa dieksplor lebih lanjut oleh para pendidik untuk membantu pelaksanaan pembelajaran secara optimal.
284
Pelaksanaan dan sarana pendukung belajar seperti alat peraga saat ini diakui sangat minum. Di kelas pendidik masih lebih banyak menggunakan teori ketimbang menggunakan alat peraga yang bisa membuat peserta didik tertarik untuk belajar. Hal ini disadari benar oleh Kepala MI Muhammadiyah Kauman Klaten, Hamzah Triwijaya, M.Ag, sehingga menerapkan model pembelajaran Moving Class di sekolahnya. Sebab dengan metode itu banyak fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan termasuk di antaranya adalah alat peraga edukasi yang dapat mendukung pembelajaran lebih efektif. Proses pembelajaran menuntut pendidik mampu menyediakan dan mengelola pembelajaran dengan suatu metode dan teknik penunjang yang memungkinkan peserta didik dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep. Kenyataan di lapangan, terutama di MI Muhammadiyah Kauman Klaten, tuntutan karakteristik pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenisjenis administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam aplikasinya belum menggeliat dan menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain, pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi pendidik-pendidik bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu, fasilitas pembelajaran seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai. Untuk itu perlu langkah kreatif dari pendidik menambah alat peraga edukasi dengan cara menambah anggaran alat peraga atau membuat sendiri sesuai dengan ide kreatif dari seorang pendidik. Namun dengan bertambahnya alat peraga edukasi membutuhkan banyak ruang. Sedangkan dalam aplikasi di pembelajaran di sekolah alat peraga edukasi yang sifatnya portabel membutuhkan waktu untuk dipresentasikan di dalam ruang kelas sehingga banyak pendidik yang merasa enggan untuk membawanya dari gudang sekolah. Sedangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, “Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di 285
SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan” (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh pendidik dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler. Sejak tanggal 10 Juli 2012 setting sekolah dibenahi agar alat peraga dapat dioptimalkan dengan siteplan 3 ruang kelas yang digunakan untuk memajang alat peraga. Kemudian tiga ruang kelas tersebut dibedakan menjadi ruang IPA, Matematika, dan IPS. Untuk penggunaan ruang kelas tersebut digunakan untuk kelas tertentu saja yaitu kelas 4, 5, dan 6, sedangkan untuk kelas 1, 2, dan 3 masih di dalam kelas seperti pembelajaran sebelumnya yaitu pembelajaran secara klasikal. Dengan adanya pembagian ruang itu maka akan terjadi Moving Class yang merubah dari kebiasaan awal meskipun sebelumnya setiap pembelajaran komputer sudah terjadi Moving Class sejak lama. Formasi tempat duduk yang dapat dimodifikasi tersebut dapat dimodifikasi seperti model auditorium, ceramah, konferensi, pengelompokan terpisah, dan masih banyak model lain. Moving class dirasa membuat peserta didik lebih fress setiap ganti pelajaran. Sebab, peserta didik bisa keluar dan berjalan menuju ruang kelasnya yang baru. Meski demikian, bukan berarti peserta didik seenaknya masuk kelas tanpa batas waktu. “Ada Aturannya. Peserta didik diberi toleransi waktu sekitar 5-10 menit untuk pindah kelas, dan jika lebih dari itu dianggap sebagai pelanggaran,” kata Kepala Sekolah. Untuk itu peneliti mempunyai ide untuk melakukan penelitian tentang kebijakan sekolah yang baru tersebut baik dari segi minat peserta didik terhadap alat peraga edukasi. Sedangkan dari adanya Moving Class tersebut dilihat dari efektivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan suasana kelas yang selalu berganti untuk pembelajaran tertentu untuk materi pelajaran IPA, Matematika, dan IPS. Rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan di MI Muhammadiyah Kauman Klaten adalah sebagai berikut. 286
1. Apakah alat peraga edukasi meningkatkan minat peserta didik? 2. Apakah dengan Moving Class membuat pembelajaran lebih efektif? Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui apakah alat peraga edukasi meningkatkan minat peserta didik? 2. Mengetahui apakah dengan Moving Class membuat pembelajaran lebih efektif. Belajar merupakan suatu tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibin Syah, 2010: 90). Berdasarkan definsi belajar tersebut maka dapat dikatakan bahwa seorang peserta didik yang menempuh proses belajar idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif. Ranah psikologis peserta didik dapat muncul dari dalam peserta didik sendiri, hal ni berarti bahwa peserta didik memang tertarik atau berminat dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan oleh pendidik sehingga tugas pendidik di sini adalah menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dipelajari seperti halnya menggunakan contoh-contoh dan peragaan yang sesuai dengan materi agar peserta didik lebih memahami terhadap materi yang disajikan. Menurut teori kognitif Piaget belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen ataupun peragaanperagaan dengan objek fisik yang ditunjang dengan teman sebaya. Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien (Yudhi Munadhi, 2008: 7). Sedangkan Gagne dan Briggs mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran. Dengan kata lain media adalah komponen dari sumber belajar peserta didik yang dapat menstimulasi peserta didik untuk belajar.
287
Alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk mempercepat pemahaman peserta didik terhadap salah satu pokok bahasan dalam bidang studi tertentu. Alat peraga dalam proses pembelajaran dibedakan menjadi alat peraga dua dimensi, alat peraga tiga dimensi, dan alat peraga yang diproyeksikan. Alat peraga dua dimensi yaitu alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar. Sedangkan alat peraga tiga dimensi yaitu alat peraga yang terdiri dari ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Contohnya globe, papan tulis. Alat peraga yang diproyeksikan merupakan alat peraga yang menggunakan proyektor untuk menampilkan gambar pada layar. Pada dasarnya anak belajar melalui sesuatu yang konkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkatan belajar yang berbeda-beda. Nasution (1995) menyatakan bahwa maksud dan tujuan peragaan adalah memberikan variasi dalam cara pendidik mengajar dan memberikan lebih terwujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran tertentu dalam konsep abstrak akan dapat dipahami dan tahan lama pada siswa bila belajar melalui berbuat dari pengertian, bukan hanya mengingat-ingat fakta. Untuk itu dalam pembelajaran tertentu fungsi alat peraga menurut ET. Russefendi adalah sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran termotivasi, baik murid maupun pendidik, dan utamanya minat siswa akan timbul. Mereka akan senang, terangsang dan tertarik sehingga akan bersikap positif terhadap pelajaran matematika. 2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit sehingga lebih mudah dipahami dan dimengerti serta dapat ditanamkan pada tingkat yang lebih rendah. 3. Hubungan antara konsep abstrak dengan benda-benda di alam sekitar lebih dapat dipahami. 4. Konsep-konsep
abstrak yang
tersajikan
dalam
bentuk
konkrit
yaitu
dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian. Minat merupakan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat dapat ditunjukkan melalui partisipasi 288
dalam suatu aktivitas, peserta didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu (Slameto,
2003:
18). Minat peserta didik dapat dibangkitkan
dengan
membangkitkan suatu kebutuhan, menghubungkan dengan pengalaman masa lalu, memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan menggunakan berbagai metode pembelajaran (Sardiman, 1990: 76). Mengembangkan minat terhadap peserta didik pada dasarnya adalah membantu peserta didik melihat hubungan antara materi yang dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuantujuannya, memudahkan kebutuhan-kebutuhannya. Bila peserta didik menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dan melihat bahwa hasil pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada
dirinya,
kemungkinan besar peserta didik akan berminat untuk mempelajarinya. Moving
class
merupakan
adopsi
dari
sistem
pembelajaran
di
perpendidikan tinggi. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara peserta didik berpindah ruangan sesuai mata pelajaran yang ditempuhnya. Ruang kelas dilengkapi dengan peralatan penunjang pembelajaran sesuai karakteristik mata pelajaran tertentu. Dengan demikian, peserta didik akan memperoleh suasana baru. Ini dapat mengurangi tingkat kejenuhan peserta didik sehingga peserta didik dapat lebih bersemangat menerima pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Moving Class merupakan pembelajaran yang bercirikan peserta didik berpindah dari kelas yang satu ke kelas yang lain sesuai dengan jadwal pelajaran pada setiap pergantian jam pelajaran. Di dalam penerapan Moving Class terdapat unsur menejemen kelas yang dilakukan oleh masing-masing pendidik guna memfasilitasi peserta didik terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Sehingga dimungkinkan ada pengaruh positif yang ditimbulkan oleh Moving Class terhadap minat belajar peserta didik Kegiatan pembelajaran Moving Class peserta didik berpindah sesuai pelajaran yang diikutinya. Saat peserta didik memasuki ruang kelas peserta didik 289
akan dapat langsung memfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Peserta didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sesuai dengan jadwal mereka. Sehingga para peserta didik terlatih untuk berpikir dewasa dengan memberikan pilihan-pilihan. Moving Class bertujuan untuk membiasakan peserta didik agar merasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu agar mereka tidak jenuh dan responsif terhadap apa yang dipelajarinya. Pembelajaran ini membuat peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas yang sama setiap harinya. “Moving Class” berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk mendapatkan ilmu. Artinya, jika mereka mau mendapatkan ilmu, maka mereka harus bergerak ke kelas yang tertentu yang disediakan untuk dipilih. Moving Class dapat
disamakan
dengan
pembelajaran
aktif,
dimana
segala
bentuk
pembelajarannya memungkinkan para peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan pendidik. Pembelajaran ini sangat efektif dalam memberikan suasana pembelajaran yang interaktif, menarik dan menyenangkan, sehingga para peserta
didik
mampu
menyerap
ilmu
dan
pengetahuan
baru,
serta
menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri maupun lingkungannya. Manfaat penerapan pembelajaran Moving Class ini, dimaksudkan agar memperoleh waktu belajar yang optimal, memupuk kedisiplinan peserta didik, dan kemandirian pada diri peserta didik, memastikan peserta didik berada pada lingkungan yang aman dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada di lingkungan sekolah (Syaiful Sagala, 2009: 185). Anak SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dalam mencapai tujuan (Ahmad Satria: 2005). Adapun efektivitas dalam hal ini adalah mengacu pada tujuan dari Moving Class. Adapun tujuan dari Moving Class adalah sebagai berikut. 290
1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran; Proses pembelajaran melalui Moving Class akan lebih bermakna karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap peserta didik yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut. Pendidik mata pelajaran dapat mengkondisikan
ruang/laboratoriumnya sesuai
dengan
kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain. 2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran Pendidik mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu pendidik mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain. 3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Pendidik a.
Pendidik akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing pendidik mata pelajaran
b.
Siswa ditekankan oleh setiap pendidik mata pelajaran untuk masuk tepat waktu pada pada saat pelajarannya.
4. Meningkatkan keterampilan pendidik dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. 5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran. 6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karakteristik perkembangan anak Sekolah Dasar biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya, dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada usia kelas Sekolah Dasar antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri. 291
Perkembangan anak usia Sekolah Dasar tahun dari sisi emosi antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal Sekolah Dasar ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
METODE PENELITIAN Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Evaluatif karena untuk menentukan minat dan efektivitas dari kebijakan Sekolah yang mengubah praktik pembelajaran yang baru saja dilakukan. Secara umum tujuan penelitian evaluatif ini adalah untuk menyempurnakan dan untuk menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Lokasi penelitian di MI Muhammadiyah Kauman Klaten. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan dekat dengan rumah tempat tinggal dengan sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan disiplin keilmuan penulis. Penelitian dimulai dari 2 Januari 2013- 9 Februari 2013 Pada setelah masuk libur semester. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik MI Kauman, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten yang terdiri dari 264 siswa yang terdistribusi dalam 9 kelas. Sedangkan sampel penelitian yang digunakan adalah siswa kelas 4, 5, dan 6 dengan klasifikasi dalam Tabel 1. sebagai berikut. Tabel 1. Klasifikasi Siswa MI Muhammadiyah Kauman Kelas 4 5 6
Laki-Laki 17 14 9 Total Siswa
292
Perempuan 20
Jumlah 37
16 10
30 19 86
Pertimbangan penulis mengambil sampel penelitian tersebut adalah karena peserta didik kelas 4, 5, dan 6 dianggap mampu mengerjakan tugas sekolah seperti pekerjaan rumah karena telah mampu membaca dan menulis. Dari hasil angket ditabulasikan untuk mengetahui minat peserta didik dan keefektifan Moving Class terhadap pembelajaran dalam bentuk persentase dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Persentase diperoleh dengan cara membagi rerata skor dari aspek yang diperoleh dengan rerata skor yang ditetapkan dikali 100%. Adapun kriteria interpretasi skor dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagai Berikut. Tabel 2. Kriteria Interpretasi Skor Persentase 0%-20% 21%-40% 41%-60% 61%-80% 81%-100%
Kategori Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat
HASIL PENELITIAN Angket diberikan setelah pembelajaran sudah selesai di kelas 4, 5, dan 6 dengan materi pelajaran yang berbeda yaitu kelas 4 IPS, Kelas 5 Matematika, dan kelas 6 IPA. Angket ini digunakan untuk mengukur minat peserta didik sehingga diketahui seberapa keberminatan peserta didik dalam penggunaan alat peraga edukasi. Adapun hasil tabulasi data minat peserta didik terhadap alat peraga edukasi ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil Angker Minat Belajar Peserta Didik No 1 2 3 4
Kls 4 IPS 37 Siswa 159 158 167
Indikator Keingintahuan Rasa senang Perhatian peserta didik Tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran Jumlah Rerata Persentase
293
Hasil Evaluasi Kls 5 MTK 30 Siswa 142 143 137
Kls 6 IPA 19 Siswa 92 89 92
171
143
89
655
565 527,33 91,98%
362
Dari hasil tabel minat belajar menggunakan alat peraga edukatif tersebut menunjukkan persentase minat adalah 91,98% yang masuk rentang (81%-100%) dikategorikan sangat berminat. Hal ini menunjukkan bahwa keingintahuan, rasa senang, perhatian, dan tanggapan peserta didik dengan adanya alat peraga selama pembelajaran IPS, MTK, dan IPA semakin baik di kelas 4,5, dan 6.. Dengan hasil tersebut diharapkan menjadi kajian bahwa penggunaan alat peraga dua dimensi, tiga dimensi, maupun alat peraga yang diproyeksikan semakin ditambah. Adapun untuk keefektifan dari adanya moving class pada penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4 Angket Kefektifan Peserta Didik terhadap Moving Class No
Indikator
1 2 3
Kualitas Pembelajaran Efektivitas dan efisiensi waktu Kedisiplinan Keterampilan Pendidik dalam variasi metode Keberanian Motivasi Jumlah Rerata Persentase
4 5 6
Kls 4 IPS 37 Siswa 154 152 162
Hasil Evaluasi Kls 5 Kls 6 MTK IPA 30 Siswa 19 Siswa 111 73 120 82 118 87
151
138
89
168 160 947
142 125 754
90 83 504
735 85,47%
Dari hasil tabel tersebut tentang keefektivan Moving Class dengan pembagian ruang yang disusun atas ruang IPS, MTK, dan IPA yang di dalamnya telah tersedia alat peraga edukatif menunjukkan persentase keefektifan adalah 85,47% yang masuk rentang (81%-100%) dikategorikan sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran, efektivitas dan efisiensi waktu, kedisiplinan pendidik maupun peserta didik, keterampilan pendidik dalam memvariasikan metode, keberanian anak didik dalam bertanya serta munculnya motivasi yang baik dari peserta didik. Dengan hasil tersebut diharapkan menjadi kajian bahwa Moving Class dapat dijadikan sebagai inspirasi bahwa Moving Class tidak hanya untuk pendidikan menengah atau tinggi saja.
294
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1.
Alat peraga edukasi meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini dilihat pada persentase minat peserta didik terhadap alat peraga edukasi sebesar 91,98 % yang dikategorikan minat peserta didik sangat tinggi.
2. Moving Class membuat pembelajaran lebih efektif. Hal ini dilihat dari persentase efektivitas Moving Class sebesar 85,47% yang dikategorikan efektivitas pembelajaran Moving Class sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum. Munadhi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press Roseffendi, dkk. (2000). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Aji Cakra Sagala,
Syaiful. (2009). Kemampuan Kependidikan. Bandung : Alfabeta.
Profesional
Guru
dan Tenaga
Sardiman, (1990). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Satria, Ahmad. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Halim Jaya Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
295