Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Tasrif Akib, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sawerigading Makassar
[email protected].
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pandangan masyarakat tentang nilai sosial Nene’Mallomo di Kabupaten Sidenreng Rappang Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Penelitian Sosial Budaya (PSB) yaitu deskriptif, pengumpulan data yang dilakukan menggunakan metode wawancara, metode observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan seluruh rangkaian informasi dan fakta lapangan akan dianalisis secara kualitatif dengan mengggambarkan secara utuh dan jelas serta mendalam yang kemudian akan dinarasikan dan diinterprestasikan oleh penulis berdasarkan penelitian yang dilakukan. Yang terdiri dari 27 informan dimana 11 dari tokoh masyarakat dan 11 dari kalangan mahasiswa ditambah satu dari tokoh sejarawan RI, satu tokoh pengusaha, satu tokoh sosiolog, satu tokoh akademisi dan satu tokoh pemuda asal Sidrap. Hasil penelitian ini menunjukkan dimana informan menggambarkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang eksistensi Nene’Mallomo dan nilai sosial yang dibawa itu masih ada, walaupun kondisi di Sidrap itu hanya sebahagian kecil saja masyarakat yang memiliki kesadaran tentang hal tersebut. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa salah satu faktor semakin benyaknya bentuk-bentuk perilaku yang menyimpang adalah minimnya kesadaran masyarakat yang mampu menyerap nilai sosial yang berlaku di dalamnya, khususnya dalam hal ini nilai sosial Nene’Mallomo. Kata Kunci: Nilai Sosial, Nene’ Mallomo, dan perilaku menyimpang Abstract The purpose of this study is to get a feeling for the general public views on social values Nene'Mallomo and deviant behavior that occurs in Sidenreng Rappang regency. The method used in this study is the Socio-Cultural Research (PSB) is descriptive, the data collected using interview, methods of observation and documentation. Analysis of data using a whole series of information and facts on the ground will be analyzed qualitatively with description intact and clear and deep which will then be narrated and interpreted by the authors based on research conducted. Which consists of 27 informants of which 11 from public figures and 11 of the students plus one of Indonesian researcher history, the business leaders, the leaders sociologists, academics and one of the leaders of origin youth leaders. The results of this study indicate where the informants illustrate that public knowledge about the existence Nene'Mallomo and social values that brought it was still there, even though conditions. It was only a limited number only people who have an awareness of it. So the authors concluded that one of the factors increasingly many forms of deviant
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
1
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
behavior is the lack of public awareness that could absorb the social values prevailing in it, especially in this case the social value itself. Keywords: Social Values, Nene 'Mallomo, and deviant behavior PENDAHULUAN Perubahan di dalam masyarakat memiliki sifat dinamis yang diwujudkan dalam bentuk perubahan dari waktu ke waktu. Jika dilihat dari asal mula perubahan, maka perubahan sosial dapat digolongkan menjadi; perubahan yang dikehendaki (intendedchange) atau perubahan yang direncanakan (planned-change), dan perubahan yang tidak dikehendakki (unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplannedchange). Sebagai makhluk budaya watak orang Bugis dan sifatnya dapat ditelusuri dalam sejumlah lontara mereka. Jikalau dapat ditemukan dalam sumber ini, itu berarti watak dan sifat mereka sebagai suatu bangsa dapat digambarkan sendiri oleh mereka yang meliputi masa yang panjang. Oleh bangsa-bangsa lain, entah karena petualangan, entah karena didorong oleh nafsu serakah, ataupun menurut mereka suatu misi suci negeri bugis. Dengan keahlian dan ketekunan, mereka yang berasal dari luar itu telah menuliskan catatan-catatan perjalanan mereka yang diantaranya adalah bangsa Portugis, Prancis, Inggris, dan Belanda. Presfektif sejarah memberikan informasi kepada kita mengenai peristiwa dimasa lampau termasuk aspek kesejarahan kerajaan-kerajaan yang pernah eksis di nusantara. Dalam lingkup keindonesiaan, sistem kerajaan telah mewarnai rangkaian perjalanan bangsa ini dan nilai-nilai kebudayaan bugis yang sungguh tiada batasnya dan sebuah keniscayaan nilai itu mempunyai tujuan yang hidup dan melingkari manusia sebagai pendukung dalam menyelenggarakan kehidupan di masyarakatnya. Di jazirah Sulawesi di Kabupaten Sidenreng Rappang, Kerajaan-kerajaan bugis merupakan salah satu pelaku sejarah yang memainkan peranan penting dalam memelopori kelahiran Republik Indonesia. Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang merupakan satu diantara sekian banyak kerajaan-kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan yang memiliki eksistensi tersendiri dan merupakan cikal bakal dari lahirnya kabupaten Sidenreng Rappang dan memiliki sederetan nilai-nilai sosial yang dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam bermasyarakat. Nene’Mallomo merupakan salah satu tokoh legenda (cendikiawan) di Sidenreng Rappang di abad ke-16 M, dimana salah satu mottonya yang sangat terkenal dan menjadi motivasi kerja adalah “Resopa Temmangingngi Namalomo Naletei Pammase Dewata” yang merupakan salah satu nilai sosial yang mengandung makna yang sangat konfrehensip yang ketika hal tersebut diketahui, difahami, dan jika diaplikasikan maka sebuah keniscayaan akan menciptakan masyarakat berbudaya dan berperadaban. Tapi sungguh sangat disayangkan ketika kita melihat belakangan ini khususnya masyarakat kabupaten Sidenreng Rappang yang serba modern juga serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi telah memunculkan banyak masalah sosial dalam hal ini perilaku-perilaku menyimpang di masyarakat atau yang biasa disebut juga patologi sosial yang merupakan segenap tingkah
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
2
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum dan adat istiadat, seperti perjudian, korupsi, kriminalitas, pelacuran, perdagangan Narkoba, Penipuan via sms dan masih banyak lagi hal-hal yang benar-benar sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial Nene’Mallomo yang terjadi di lapangan baik yang sudah tercatat dalam instansi yang bersangkutan juga yang belum tercatat dalam hal ini terjadi dimana-mana dan hanya menjadi buah bibir semata dan yang paling tidak terpikirkan jauh sebelumnya ternyata dijadikan sebuah kebanggaan tersendiri. TELAAH PUSTAKA 1. Nilai Sosial Nene’Mallomo Nilai-nilai utama menurut Toriolo (Rahim 2011 : 118), yang menentukan manusia adalah berfungsi dan berperannya sifat-sifat kemanusiaan, sehingga orang menjadi manusia, begitu juga nilai-nilai kebudayaan bugis. Keutamaannya dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan sesama makhluk, dengan cita-cita dan dengan Tuhan. Sama halnya nilai-nilai tersebut harus tampil peranannya pada kegiatan-kegiatan, baik dikalangan individu maupun institusi kemasyarakatan. Peranannya yang lestari dalam rangkuman masa yang cukup panjang dalam kehidupan generasi ke generasi. Peranannya yang memberikan sanksi hukuman atas setiap pelanggaran terhadapnya serta peranannya dalam memberikan penghargaan kepada yang mengembangkannya, baik manusia maupun lembaga atau pranata-pranata sosial. Seorang anak di Sidenreng yang melanggar nilai kejujuran harus menerima hukuman mati sebagai imbalannya (Rahim 2011 : 123). Hukuman mati itu dijatuhi oleh si ayah sendiri sebagai hakim di negeri itu. Si ayah inilah yang bernama La Pagala yan diberi gelar Nene’Mallomo (1546-1654) yang lahir di Panrengnge, di sebelah utara Amparita. Beliau memegang nilai yang disebut alempureng nennia deceng-kapang, yang berarti kejujuran dan baik-sangka. Suatu waktu dalam masa jabatannya, panen tidak menjadi selama tiga tahun. Orang pun segera mencari sebabnya terutama sekali di kalangan pembesar dan keluarganya. Akan tetapi orang hampir putus asa tidak menemukannya. Dalam suasana yang penuh kebingungan dan kecemasan itu, tiba-tiba putra Nene’Mallomo sendiri datang bersimpuh di hadapan ayahnya sambil membuka apa yang ditutupinya selama ini. Tiga tahun yang lalu pada waktu musim membajak beberapa mata sisir “salaga”-nya (alat yang dipakai membajak) patah. Lalu dia mengambil sebatang kayu kepunyaan tetangganya tanpa meminta untuk pengganti mata sisirnya yang patah itu. Sampai sekarang hamba belum meminta kerelaan pemiliknya kata si anak mengaku. “Engkaulah rupanya hai anakku yang telah melanggar pemali sehingga Tuhan menurunkan peringatan yang menimpa rakyat dan bumi Sidenreng. Demi kejujuran engkau harus menghadap Dewan Pemangku Adat.” putusan yang dijatuhkan ialah hukuman bunuh atasnya. Ketika rakyat mendengar putusan itu, sama berbondonglah menghadap Nenek’Mallomo sambil menyatakan: sampai hati Tuan menilai nyawa putra Tuanku dengan sebilah kayu. Dengan tegas beliau menjawab: ade’ temmakkeana temmakkeappo yang berarti adat tak mengenal anak, tak mengenal cucu. Soalnya bukan kayu sepotong tetapi yang harus dibayar dengan hukuman mati adalah tindak mencuri. Tindakan itu merupakan pelanggaran terhadap nilai kejujuran yang jika tidak disempurnakan, artinya tidak diselesaikan, akan mematahkan nilai keadilan. Nene’Mallomo yang tetap setia menegakkan dan membela nilai kejujuran telah berhasil, menyebabkan bumi dan rakyat sidenreng menikmati kesejahteraan di bawah naungan lembaga peradilannya yang berwibawa.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
3
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Dalam Lontara La Tona (Tomawa 2008 : 334),yang dimelayukan oleh Andi Bausat dijelaskan mengenai beberapa aturan hidup masyarakat yang dibuat oleh Nene’Mallomo yaitu: a. Pasal menentukan keadilan perkara yang diputuskan oleh Nene’Mallomo mengenai kesalahan besar dan kesalahan kecil. Yang dikatakan kesalahan besar orang menikam dengan menggunakan senjata atau pembunuhan. Juga termasuk kesalahan besar, ketika seorang pergi ke rumah orang lain dan memandang ke atas rumah serta mengatai (mencaci maki) tuan rumah dan juga membawa senjata tajam. Kesalahan akan dianggap semakin besar jika senjata tajam tersebut dicabut, karena akan melukai tuan rumah. b. Pasal menentukan keadilan perkara yang diputuskan oleh Nene’Mallomo , yaitu kalau ada orang yang saling berbantah mulut (caci maki) sesamanya, didenda orang yang mengatai itu dengan uang (dua real uang lama). Kalau ada pula yang mengikut mengatai orang itu , maka didenda juga dengan uang (dua real uang lama). Kalau sudah memukul, maka didenda dengan uang dua kali lipat dari sebelumnya (empat real uang lama). c. Pasal kalau ada orang berkelahi dengan menggunakan senjata tajam dan terdapat orang yang terkena luka tersebut (apabila badan orang itu yang luka dalam artian dari kepala sampai kemaluan), maka untuk laki-laki dibayar tiga puluh(lebih banyak dari yang pertama dan kedua diatas) dan perempuan empat puluh (lebih banyak dari lakilaki). d. Pasal katanya Nene’Mallomo , jika kalau ada orang yang berkelahi dan saling membunuh, maka orang dibunuh dapat dibunuh juga. Tetapi kalau sudah ditangani oleh pemerintah, maka tidak boleh dibunuh, melainkan dihukum saja. Seperti juga barang yang dicuri didapat dan teranglah barang itu. e. Keputusan Nene’Mallomo yang disepakati oleh beberapa daerah, jika ada seorang teman lari (ke daerah lain) dalam artian memiliki masalah di kampung sendiri, maka akan didenda dengan uang (satu tail uang lama dimana nilainya lebih besar dari real) dan kalau belum keluar daerah maka hanya dikenakan denda empat real uang lama (uang) untuk tiap-tiap orang. f. Pasal pesan Nene’Mallomo , yaitu jikalau engkau menyuruh orang upayakan janganlah dengan marah (susah hati) karena orang yang engkau suruh tentu mati (kesusahan). Kalau engkau beri pengajaran pada orang jangan juga dengan marah engkau lakukan. Karena marah itu bisa memecah negeri dan merusak kebaikan. g. Pasal bicaranya Nene’Mallomo yang mengadakan aturan tentang orang yang bekerja di sawah, yaitu apabila waktu tiga bulan lagi waktu orang bekerja sawah, duduklah engkau sekalian memutuskan perkara sawah yang telah dibicarakan dan janganlah terima orang yang baru datang mengadu perkara sawahnya. Janganlah bicarakan pada tahun itu, melainkan kalau sudah memotong padi, berulah memulai membicarakan perkara sawah. h. Pasal aturan Nene’Mallomo , apabila ada anak dari matowa/tertua(orang tuanya) yang terkena masalah sesama anak maka janganlah lekas membawa kepada hadat (petugas). Engkau matowa/tertua bersama-sama orang tua di dalam kampung membicarakan perkara itu. Kalau ada yang engkau sepakati seperti hukuman atas kesalahan anak matowa/tertua itu. Terangkanlah kebenarannya dan suruh membayar (paota) empat real uang lama yang benar dan suruh membayar satu tail yang bersalah, dimana uang yang dibayar bagi yang bersalah lebih besar dibanding benar. Tetapi
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
4
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
apabila kedua-duanya benar atau keduanya salah, maka masing-masing engkau mintai uang empat real padanya (sama nilainya klo benar) baru uang itu diberikan kepada sekalian matowa/tertua yang ada duduk.itu tanda dia memberi keputusan perkara. i. Pasal putusan tentang perkara orang yang mendapat barang yang dicuri. Maka barang itu kepunyaan orang banyak (jemma lappa) dan didapat di dalam tangan pencuri, apabila pencuri itu dibunuhnya, ditaksir harganya barang curian yang didapatnya dari pencuri dan diberikan seperdua dari harga barang itu kepada orang yang mendapat barang itu dari pencuri. j. Pasal keputusan hukum Nene’Mallomo perihal tentang perkara orang yang menyetubui perempuan yang sedang tidur atau orang yang pegang perempuan (lakilaki terhadap perempuan). Kalau orang itu sama-sama di tengah orang banyak (jemma lappa) dan orang itu masih bujang (belum nikah), maka didenda satu setengah tail(lebih besar dari masalah antara sesama anak matowa/tertua). Tetapi kalau orang itu kedapatan oleh famili (keluarga) dari perempuan yang dipegangnya, orang itu mati diinjak oleh kerbau (mati nalai tedong), artinya orang itu dibunuh dan tidak ada satu perkaranya. Kalau perempuan yang dipegangnya telah bersuami, didenda harga gelarnya (titel), kalau sudah sampai pengadilan. Kalau belum ketahuan pemerintah, orang itu kedapatan oleh famili dari perempuan itu, lelaki itu mati diinjak kerbau. Kalau perbuatan itu sudah tengah, artinya lelaki itu mengagahi perempuan yang tinggi asalnya (derajatnya), tidak boleh tidak, musti dibunuh orang itu. Di mana dia pergi maka disanalah dibunuh. k. Pasal hukum Nene’Mallomo , jika ada orang dibunuh di luar negeri (bisa juga kampung) atau binatang dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Maka pergilah bersama-sama suro ri bateng (tukang ukur) memeriksa baik-baik tempat dan dimana terdapat permulaan terdapat darah orang atau binatang yang mati itu. Kalau asal darah itu tidak didapatkan, periksalah baik-baik tanah tempat mayat itu terbaring, ukurlah mana kampung yang paling dekat dengan mayat itu. Kampung terdekat dengan mayat itu menanggung harga mayat itu. Dan kalau ada pembunuhnya ditemukan maka dialah yang berhak membayar dan mengembalikan uang kampung yang tadi membayar. Dan diharuskan ada dua tiga orang yang dipercaya mendampingi siro ri bajeng. Sekiranya ada dua atau tiga kampung yang sama jaranknya dari mayat tadi, maka semua kampung menanggung harga mayat yang dibunuh. Beberapa aturan yang sudah ditentukan tentang orang tentang orang yang membuat kesalahan besar dan dikenakan hukuman mati (Tomawa 2008 : 252-354), yang mana hasil telaah tentang aturan itu ialah sebagai berikut: a. Orang yang mau merampas hak orang lain yang tidak disepakati oleh pemerintah, misal menjual garam, sirih, tembakau, membuat permainan judi. b. Orang yang tinggal serumah dengan pencuri atau sepakat dengan orang yang tidak baik kelakuannya. c. Orang yang hendak merusak kekuasaan, supaya kelak kemudian hari medatangkan perselisihan kemudian membuat permusuhan. d. Orang yang meracuni sesamanya atau memakai ilmu untuk menyakiti atau mematikan orang lain.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
5
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
e. Orang yang membuka perkara yang sebelumnya sudah diputuskan/divonis oleh hadat (hakim). f. Orang yang minta tolong diluar daerahnya (dalam bukunya di bone dan soppeng) sewaktu ia rasa mau dikalah perkaranya (kasusnya). g. Menyembunyikan orang yang pakai anaknya membunuh sesama orang dengan tidak diketahui perkaranya, parakan yang didapat di tempat kotoran, apa yang ditangkap Sanro (dukun) yang mengeluarkan anak dari perempuan bunting (hamil) yang tidak ada suami. h. Orang yang menunjukan jalan kepada pencuri atau menyuruh orang berjalan ke tempat yang dilarang atau orang itu sendiri ke tempat yang dilarang. i. Orang yang sepakat dengan orang yang salah (jahat) dari luar daerah dan segala barang-barang dan binatang yang dicurinya diberikan padanya. j. Orang yang tidak mau mendengar perintah kepalanya (atasannya). k. Orang yang tidak turut pada perjanjian raja dengan raja, negeri dengan negeri dan kemudian terjadi perselisihan dan peperangan. l. Orang yang dititipi barang dan kemudian barang itu diberikan kepada orang lain tanpa sepengetahuan yang punya. m. Apabila ada anak laki-laki naik ke rumah yang bukan rumahnya lantas berzinah dengan perempuan di rumah itu atau masuk di tempat yang dilarang. n. Orang yang mengambil musuh dari luar daerah dan memasukkannya kedalam daerah, yang kemudian membuat kerusakan dan lain-lain. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mengkaji secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara penomena yang diselidiki dari obyek penelitian. Data tidak mutlak merupakan suatu pernyataan secara verbal dari informan atas pertanyaan yang diajukan seorang peneliti kepadanya, tetapi juga dapat berupa sikap, peragai, dan sejumlah ekspresi yang ditunjukkan. Sutrisno (Ahmadin 2013 : 98) menjelaskan tentang data penelitian dengan cara membuat dua kategori gejala yang dihadapi oleh seorang peneliti, yakni gejala nominal dan gejala kontinum. Gejala nominal adalah suatu yang hanya dapat digolongkan secara terpisah, secara deskrit, secara kategorik. Dengan kata lain gejala nominal yang bervariasi menurut jenis, seperti: jenis kelamin, tempat lahir, kebangsaan, pekerjaaan, dan sebagainya. Sedangkan gejala kontinum adalah gejala bervariasi menurut tingkatannya dan memiliki ciri-ciri yang dapat digunakan untuk menggolong-golongkan subyek pendukung gejala itu. Contohnya, pengguna bahasa, kecerdasan, ketabahan, kesetiaan, dan sebagainya. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Sidenreng Rappang.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
6
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
3. Objek dan Informan Objek penelitian adalah masyarakat di Kabupaten Sidenreng Rappang. Sementara yang menjadi sumber informasi dalam penelitian adalah 26 orang diantaranya sebelas dari kalangan tokoh masyarakat yaitu satu orang perkecamatan, sebelas dari Pelajar Mahasiswa yaitu satu orang perkecamatan Kabupaten Sidrap ditambah satu orang mewakili Kepemudaan Sidrap, satu perwakilan tokoh pengusaha asal Sidrap, satu dari perwakilan tokoh sosiolog asal Sidrap dan satu dari tokoh akademisi asal sidrap. 4. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data 1) Observasi Pengumpulan data dengan cara turun langsung kelapangan untuk mengamati dan mencatat gejala-gejala yang tampak pada obyek yang akan diteliti pada saat peristiwa atau keadaan sedang berlangsung. Selain itu, teknik observasi juga dimaksud untuk melihat dan mengamati fenomena-fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang. 2) Wawancara/Interview Pengumpulan data yang dilakukan dalam bentuk tatap muka antara pengumpul data dengan informan yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan, yang berbentuk percakapan dengan menggunakan permasalahan, yang berbentuk percakapan dengan menggunakan pedoman wawancara merupakan metode paling efektif dengan mengungkap kasus permasalahan pada penelitian. 3) Angket (questionary) Angket merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang di isyaratkan dan bagaimana mengukur variabel yang diminati. Angket juga diartikan sebagai daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung. 4) Dokumentasi Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen tertulis mengenai penduduk maupun lokasi penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah referensi yang berupa buku-buku, foto-foto, hasil penelitian, atau bahan-bahan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 5) Tehnik Analisis Data Untuk jenis penelitian sosial yang sifatnya deskriptif yakni suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif, maka analisis data yang dilakukan seiring dengan kegiatan penelitian. Artinya, analisis data berjalan bersamaan dengan proses pengumpulan data tanpa menunggu saat semua data terkumpul. Dengan kata lain, proses pemaknaan dari sifat unik berlangsung selama penelitian dilakukan. Menurut Miles (Ahmadin 2013 : 109) menggunakan analisis melalui tiga tahapan, yaitu: 1) Reduksi Data, yakni kegiatan merangkum berbagai catatan lapangan yang telah dibuat dan memilahnya sesuai dengan permasalahan penelitian. Selanjutnya, rangkuman catatan tersebut disusun secara sistematis dengan maksud memberi gambaran dengan jelas serta memudahkan proses penelusuran kembali jika diperlukan;
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
7
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
2) Kesimpulan dan verifikasi, yakni dibuat sesuai dengan reduksi data. Verifikasi juga dilakukan selama proses kegiatan penelitian. PEMBAHASAN
Di bawah ini merupakan gambaran hasil proses wawancara yang saya lakukan pada saat penelitian di lapangan yang disertakan data diri, disertai lampiran foto kegiatan dan informasi dari informan yang berhubungan dengan rumusan masalah : 1. Perwakilan Selaku Budayawan Republik Indonesia : Informan ini atas nama DR. H. Anhar Gonggong selaku Budayawan juga sejarawan, Tenaga Profesional Lemhanas Republik Indonesia. Dalam hal ini kehadiran informan hanya menjadi pembanding pengetahuan tentang nilai budaya sulawesi selatan, bukan sebagai informan khusus tentang Nene’Mallomo dan kondisi Sidrap kekinian dikarenakan alasan tertentu. Informan dalam hal ini menyampaikan bahwa “aku tidak berani berbicara soal Nene’Mallomo karena aku tidak berani dan juga karena aku tidak tahu menahu tentang Nene’Mallomo” sehingga apa yang membuat saya tertarik untuk juga memasukkan kontribusi pengetahuan dari Kanda Anhar Gonggong itu karena ada relasi yang searah jika berbicara konteks budaya yang ada di sulawesi selatan dengan karakter kepemimpinan Nene’Mallomo. Informasi yang aku dapatkan itu ada pada saat pembawaan materi di KKSS tanggal, 1 November 2014 di menara bosowa makassar, juga saat keluar bersama santap siang bersama dimana saya selaku peneliti masukkan. DR. H. Anhar Gonggong dalam materinya mengatakan bahwa “menurut Dr. Yudi Latief bahwa kriteria kepemimpinan dalam bugis makassar itu adalah maccai na malempu, warani namagetteng (cendikiawan lagi jujur, berani lagi teguh pendirian) dan oleh kasman daeng tutu kepada Dr. Yudi Latief ada delapan kriteria pemimpin yaitu : jujur kepada Tuhan YME dan kepada sesama manusia, takut kepada Tuhan YME dan menghormati rakyatnya, mampu memperjuangkan kebaikan negerinya, mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya, berani dan tegas, mampu mempersatukan rakyatnya dengan pemerintahnya, berwibawa, jujur dalam segala keputusan dan terakhir hal yang paling inti dalam hidup ini yang menjadi utama juga kunci adalah cara berkomunikasi sebagai contoh orang bugis atas nama Jusuf Kalla (selaku Wakil Presiden RI periode 2014-2019) yang telah mendamaikan perang di Aceh karena cara berkomunikasi”. Dari pernyataan diatas jika melihat secara umum ternyata semua karakter kepemimpinan di sulawesi selatan ada pada Nene’Mallomo mulai dari kecendikiawanan, jujur, tegas, berani juga mampu menyatukan antara pemerintah atau kerajaan dengan rakyatnya dan itupun juga karena cara berkomunikasi yang luar biasa oleh seorang Nene’Mallomo yang digelari pula oleh beberapa informan sebagai tokoh diplomatik terbaik pada masanya. Dimana harapan saya selaku peneliti sekiranya DR. H. Anhar Gonggong juga bisa melakukan penelitian tentang Nene’Mallomo nantinya.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
8
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
2. Perwakilan Selaku Tokoh Sosiolog Unhas Asal Sidrap : Informan ini atas nama Prof. Tahir Kasnawi yang lahir Rappang, 13 September 1950 selaku dosen juga sebagai tokoh sosiolog Universitas Hasanuddin. Adapun bagi informan disini memahami Nene’Mallomo bahwasannya “Nene’Mallomo adalah tokoh cendikiawan dalam sejarah kabupaten Sidrap, ia penaseha/staf ahli bagi raja sidenreng diabad 17 beragaman Islam yang orangnya sangat konsisten dalam apapun dimana komitmennya dalam penegakan hukum yang identik dengan keadilan dan dikenal merupakan pencetus dalam penegakan hukum terkenal di Sulawesi Selatan dengan semboyang adek temmakkeana temmakkeappo (hukum tidak pandang anak dan cucu) yang baik dijadikan sebuah contoh bagi pemerintah yang ada. Ia ahli dalam menyampaikan falsafah kehidupan”. Adapun pandangan informan dalam melihat kondisi Sidrap kekinian yang salah satunya dengan melihat kasimpulan beberapa informan dari sebelas kecamatan yaitu “perilaku perkembangan kabupaten Sidrap sampai hari ini memang harus memilah dari kemajuan ekonomi seperti pembangunan suprastruktur dan insfratruktur dan lain-lain yang sudah sangat cukup bagus yang juga ditandai adanya kepemilikan matreri oleh masyarakat yang sudah sangat serba berkecukupan contoh hampir tiap rumah dn kebanyakan memiliki kendaraan roda dua di tiap rumah rata-rata dua sampai tiga kendaraan. Dan inilah merupakan dasar banyaknya perilaku menyimpang di kabupaten Sidrap sampai saat ini, yang dikarenakan terlalu fokusnya dalam kehidupan duniawi atau diprioritaskannya pembangunan ekonomi dunia dan kurang dlam aspek pembangunan SDM(Sunber Daya Manusia) khususnya bagi para generasi muda sehingga dimanjakan dan lupa akan nilai moral yang dimana dulunya Sidrap terkenal sebagai kota pendidikan, kota berbudaya, kota beras, rapi, aman, sopan dan lain-lain. Masyarakat sudah mulai cuek akan berbagai persoalan-persoalan yang sangat penting, tertanamnya akan pentingnya kehidupan yang orientasi hasil dari pada orientasi proses, pendidikan yang kurang efektif dalam pendidikan moral, walaupun rabu, 15 Oktober 2014 Sidrap mendapatkan Awords tetntang kemajuan Ekonomi di Kabupaten Sidrap tapi ini tetap harus sangat berhati-hati dalam proses kedepannya dan adanya letak geografis Sidrap yang memang perlu diperhatikan tepatnya sebagai kota trans beberapa kabupaten di sekitarnya yang mendukung berbagai aktivitas seperti narkoba yang meraja lela keluar dan masuk”. Adapun berupa solusi yang ditawarkan oleh informan untuk mengatasi persoalanpersoalan daerah adalah: “pemerintah pertama harus memiliki komitmen dari tanggungjawab ekonomi dan SDM (Sumber Daya Manusia) dengan tidak menjadikan tolak ukur kemajuan hanya pada pengembangan materil saja,pendidikan juga harus banyak mendapatkan perhatian misalnya dengan banyak mengangkat persoalan nilai-nilai khas Nene’Mallomo, dan kelambagaan-kelembagaan masyarakat harus direvitalisasi“. Bagi informan gambaran Nene’Mallomo bagi masyarakat Sidrap dimana
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
9
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
“Nene’Mallomo tetap merupakan sosok yang diingat, Cuma dalam proses pengaplikasian itu sangat berat karena kondisi Sidrap yang dengan sistem politik pemerintah sekarang ini itu sangat sulit ditembus hingga nilai ini tumpul sendiri dalam penerapannya. Oleh karenanya sistem yang terbangun harus terbuka untuk halhal yang baik apalagi dengan nilai-nilai yang dibawa oleh Nene’Mallomo ”. 3. Untuk Perwakilan Tokoh Pengusaha Asal Sidrap : Informan ini bernama Ir. Ramli Manong S yang lahir di Bulucenrana, 7 Maret 1971 selaku tokoh pengusaha yang merupakan staf ahli bosowa group. Menurut informan: “Nene’Mallomo merupakan pettah pabbicarae (juru bicara) yang mampu membangun komunikasi politik yang sangat luar biasa dan bisa memahami keinginan antara pemerintah dan rakyat pada zamannya sehingga ia bisa sinkronkan antara kedua kepentingan tersebut. Di Sulawesi Selatan cuma ada satu orang yang dikenal dengan kepiawaian dalam berdiplomasi, ia juga dinobatkan sebagai panutan yang bisa menempatkan diri sebagai penyeimbang, ia merupakan guru dengan nilai-nilai yang patut diteladani dan diadopsi generasi sekarang dan ia dalam hal ini tidada lain adalah Nene’Mallomo itu sendiri”. Dengan melihat keterangan beberapa informan sebelumnya dan dengan kacamata subyektifnya mengenai kondisi kekinian di Kabupaten Sidrap berhubungan dengan adanya beberapa perilaku menyimpang yang terjadi seperti Narkoba, penipuan via internet, pelecehan seksual dan korupsi bahwasannya: “sebenarnya penyebab semakin menjadi-jadinya perilaku menyimpang diatas itu tidak lain kebebasan tan kontrol yang baik oleh pemerintah mulai dari kebijakan yang strategis sampai yang tidak strategis, pemerintah harus menempatkan diri sebagai pengayom bukan hanya simbol, pemerintah harus peka dengan kebutuhan masyaraka. Misalnya eksistensi narkoba yang merambat dari kota sampai pelosok-pelosok desa dimana terlihat tidak ada upaya yang besar untuk menanggulanginya dalam hal ini dengan mengajak tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat untuk duduk bersama untuk melakukan proses penyadaran dan hal terakhir dengan melibatkan pihak kepolisian di dalamnya sehingga kesannya itu pembiaran.pelecehan seksual juga dalam hal ini sangat tidak bisa dipisahkan dengan narkoba yang merupakan akibat tidak adanya kontrol dalam pemenuhan kebutuhan, korupsi yang butuh pengawalan yang tegas dan kalau perlu serahkan ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang merupakan wadah yang jelas untuk menangani persoalan ini apalagi jika data lengkap, penipuan via sms ato internet umumnya yang merupakan akibat dari pembiaran oleh keluarga makah yang agak miris didengar hal ini malah dijadikan sebuah kebanggaan karena dianggap halal dan aku dan keluarga kemarin smpat dipanggil kejakarta untuk acara syukuran seseorang yang aktivitas pemenuhan kebutuhan ekonominya sebagai penipu via internet. Hahaha... ini sungguh memalukan dan dengan tegas aku melarang keluarga kesana. Ingat itu gulma merupakan tanaman kategoriu pengganggu tapi jika dibiarkan tumbuh maka iapun akan subur”.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
10
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Selaku pengusaha yang lebih banyak bergerak pada persoalan ekonomi, apakah nilai sosial Nene’Mallomo dapat diterapkan pada konsep ekonomi dalam membangun Sidrap ?. informan dalam hal ini mengatakan: “sanghat bisa !!!, selaku juru bicara oleh Nene’Mallomo dalam hal ini terdapat ilmu ekonomi yang identik dengan marketing, diplomasi politik yang handal, handal juga dalam proses transaksi, negoisasi antara kerajaan dengan rakyat dan antara kerajaan dengan kerajaan. Kerajaan dengan pedagang dalam hal ini baik pedagang dalam negeri maupun pedagang luar negeri pada zamannya. Ilmu Nene’Mallomo malah bisa dijadikan sebagai pedoman oleh siapapun, baik sebagai akltivis, mahasiswa, politisi, pengusaha (ekonomi), agama, budaya dan lain-lain. Nene’Mallomo sangat diakui di tingkat sulsel malah menasional seperti kutipan yang pernah disampaikan dalam pidato presiden RI (Republik Indonesia) oleh SBY (Susilo Bambang Yudoyono) yaitu motto Resopa Temmangingngi Namalomo Naletei Pammase Dewata yang merupakan sebuah semangat untuk bekerja yang sangat ideal diterapkan di negara kita, tapi sungguh sangat disayangkan Masyarakat Sidrap sendiri masih ada saja yang tidak mengenal Nene’Mallomo lebih dalam, khususnya ilmu Nene’Mallomo malah disalahgunakan untuk kepentingan hawa nafsu seperti penipuan via sms dimana jika ditelaah dengan seksama ternyata hanya dengan modal bicara ia dapat meraut uang yang banyak tanpa memikirkan kesusahan orang yang masuk dalam perangkapnya”. 4. Perwakilan Tokoh Akademisi Asal Sidrap : Informan ini atas nama Zulkarnain Basir, S. E., M. Si yang lahir di Sidrap 16 Februari 1977 selaku tokoh akademisi dosen STIEM Bongaya makassar. Bagi informan: “Nene’Mallomo adalah tokoh cendikiawan yang transparansi dan panutan dengan dasar kepemimpinan Altruisme (dengan sifat-sifat Nabi), pemberi solusi, cerdik, lempu (jujur), getteng dengan ide-ide yang sangat luar biasa terhadap kerajaan pada zamannya sehingga dijadikan acuan penegakan hukum oleh beberapa kerajaan seperti raja Bone puang maggalatung yang banyak belajar konsep pemerintahan lewat Nene’Mallomo dimana kepercayaan itu jangan sampai disalahgunakan diatas kepentingan kekuasaan sebagaimana contoh peristiwa atau kisah antara Nene’Mallomo yang menghukum mati anaknya karena melanggar aturan bisa disamakan dengan kisah Nabi Ibrahim yang akan meyembelih anaknya atas perintah oleh Tuhan yang merupakan ujian keihklasan seseorang. Hal yang perlu digaris bawahi dari kisah ini adalah bagaomana kondisi psikologi Nene’Mallomo saat meghukum mati anaknya dengan kisah Nabi ibrahim terhadap anaknya ?. informan juga menekankan jangan ada keputusasaan (jangan pernah menyerah terhadap tantangan apapun dan seberat apapun) dimana ini merupakan arsal (dibawah tingkatan hadits), ada juga hal yang unik yang biasa diistilahkan oleh Sahrul Yasin Limpo don’t panik dimana gambaran Nene’Mallomo itu don’t panik dalam menghadapi apapun ”. Bagi informan adapun pandangannya dalam melihat kondisi Sidrap berhubungan dengan perilaku-perilaku menyimpang dari beberapa pendapat informan yang lain bahwasannya:
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
11
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
“perilaku tersebut hampir sama dengan semua daerah dan ini merupakan akibat adanya transformasi informasi tanpa batas dengan tidak menyalahkan secara totalitas kepada pemerintah daerah tapi tetap dengan harapan pemerintah daerah segera melakukan penetrasi seperti pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan elemen masyarakat lainnya, ada memang kultur masyarakat Sidrap yang memang tidak bisa lepas yaitu tidak mau tersaingi atau keangkuhan sosial yang tidak bisa dihindari yang kadang dilakukan berbagai perbandingan-perbandingan yang tidak semestinya dilakukan seperti adanya tetangga yang memiliki sesuatu yang mewah seperti mobil, motor dan lain-lain tanpa memperhatikan kondisi orang yang diperbandingkan sehingga memancing orang tersebut juga untuk segera memiliki juga yang nota bene diluar kemampuannya, adapun kondisi birokrasi yang tidak bisa dihindari khususnya model kepemimpinan yang sudah mulai kurang berwibawa saat ini jika dibandingkan dengan kondisi pemerintahan sebelumnya seperti masa kepemimpinan Petta Ranggong sampai pada kepala desa-kepala desa yang sangat saling menghargai dan menghormati, sedangkan kondisi kekinian itu sudah sangat mulai pudar dimana nilai sipakatau, sipakainge, sipakalebbi sudah dag terlihat lagi. Pada masa kekinian juga yang terlihat dimana aktiitas pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat bukan lagi ke orientasi proses tapi lebih pada orientasi hasil, masyarakat menang sangat berperan tapi pemerintah lebih memiliki andil besar dalam melakukan sebuah perubahan kedepannya. Jika Jepang pernah hancur, hari ini Jepang mampu membangun kembali peradabannya dan hal tersebut tidak lepas dari kebudayaannya yang selalu dipertahankan dan dijaga”. Gambaran informan melihat Sidrap tentang eksistensi Nene’Mallomo di masyarakat bahwasanya: “saya kira masyarakat mesti banyak belajar tentang Nene’Mallomo pada To Lotang karena disanalah nilai-nilai ini masih sangat jelas, pemerintah daerah harus lebih berusaha menanamkan pada siri’ mereka nilai sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi, megadakan perbaikan dari segi pendidikan karena kurikulum kompotensi dengan bukan hanya pada teori semata tapi juga pengaplikasian, dari segi agama dimana para khatib-khatib mulai saat ini harus membuat konsep yang memang sudah terorganisis dan terstruktur dalam penyampaian-penyampaian materi sipakainge, sipakalebbi dan sipakatau kalau perlu diperadakan supaya seragam. Juga diharapkan keterlibatan kalangan masyarakat kecil seperti keluarga khususnya orang tua dalam proses mendidik anak-anaknya, pemerintah perlu melakukan pemberdayaan kepada lembaga-lembaga yang memang khusus membicarakan tentang nilai-nilai di atas”. Adapun solusi yang menjadi masukan oleh informan untuk mengatasi kondisi seperti ini yaitu: “Pemerintah pertama harus memiliki komitmen dari tanggungjawabnya spembangunan ekonomi dan SDM (Sumber Daya Manusia) dengan tidak menjadikan tolak ukur kemajuan dilihat dariu segi materi tapi juga non materi seperti pembangunan moral dan spiritual, pendidikan harus diprbaiki dengan banyak mengangkat nilai-nilai khas Nene’Mallomo , kelembagaan-kelembagaan masyarakat harus direvitalisasi, serta penegakan hukum harus lebih jelas”.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
12
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
5. Untuk Perwakilan Pemuda Asal Sidrap : Informan ini nama Rusli Kaseng S.Pd yang lahir di Pangkajene, 11 November 1985 selaku tokoh pemuda yang juga sekertaris umum KNPI SIDRAP (2014-2017) bahwasanya: “saya melihat bahwasanya eksistensi perilaku menyimpang di Sidrap itu memang ada bahkan di daerah manapun itu ada, kalau dengan melihat pendapat informan sebelas kecamatan dalam hal inipun saya sepakat bahwa perilaku menyimpang ada sehingga dengan ini penting bagi kita untuk berusaha memperbaikinya dan selaku pemuda ini penting bagi kami. Insya Allah.” Adapun gambaran pahaman informan yang berhubungan dengan Nene’Mallomo bahwasanya: “ia adalah seorang tokoh cendikiawan muslim,tokoh spiritual, ekonomi, politik dan budaya dan nilai kearifan yang berlaku melampaui zamannya artinya akan selalu berlaku selama Sidrap masih ada. Yang dimana Nene’Mallomo itu merupakan sebuah gelar yang diberikan dikarenakan kelebihan yang dimiliki seseorang dalam hal ini yang bernama La Pagala bahkan secara pribadi aku berani menyebut Nene’Mallomo adalah seorang ‘wali’ biasa dengan sebutan ‘wali pitu’ dimana ada tujuh sifat atau karakter yang berbeda yang dimiliki tiap orang dan semua itu ada pada Nene’Mallomo . Ada berbagai cara pandang yang aku gunakan dalam proses penilaian saya terhadap Nene’Mallomo yang pertama adalah dari sudut pandang agama lontarayang menyampaikan bagaimana seorang Nene’Mallomo berani menghukum anaknya sendiri dengan dasar hukum yang berlaku sebagaimana Nabi Ibrahim yang juga menjalankan perintah Tuhan untuk menyembelih anaknya sendiri, kedua aspek sosial dimana Nene’Mallomo itu merupakan tokoh pluralis sebagai mana seorang Gusdur yang digelari tokoh pluralis dimana Nene’Mallomo dalam sejarahnya yang berhasil mempertahankan adanya To Wani (To Lotang) yang beberapa kerajaan tempo dulue mengusir kelompok tersebut dikarenakan kepercayaan yang dianutnya dinilai tidak sesuai dengan ajaran dalam Islam sehingga Nene’Mallomo yang diutus kerajaan untuk diskusi tentang mereka dan alhasil eksistensi To Lotang dibiarkan menetap di sebelah selatan Sidenreng, ketiga yaitu aspek pendidikan dimana eksistensi Ki Hajar Dewantoro yang dikenal dengan slogan TUT WURI HANDAYANI dan disini Nene’Mallomo pun lebih dulu ada dengan slogan Riolo Nattangngari, Ritengnga naparaga-raga sibawa Imonri Napangampiri yang berarti kalau di depan dia lambat, kalau di tengah ia saling membantu dan kalau di belakang dia menjaga dan lain-lain. Terkhusus masyarakat kabupaten Sidrap menurut saya pengetahuan tentang Nene’Mallomo itu sudah sangat kurang, jangankan awam bahkan kaum intelektual pun sudah sangat jarang mengetahui apalagi memahamai tentang Nene’Mallomo”.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
13
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
PENUTUP 1. Kesimpulan Dari hasil uraian yang telah dikemukakan berupa hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari lapangan dengan menggambarkan dan menganalisa obyek kajian, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemahaman dari semua informan menggambarkan bahwa eksistensi Nene’Mallomo itu sangat kaya wajah dengan sebuah karakter yang sangat luar biasa dan nilai sosial yang dibawa itu masih ada, walaupun kondisi di Sidrap itu hanya sebahagian kecil saja masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang Nene’Mallomo dan juga masih adanya perbedaan pendapat yang kontroversi akan eksistensi Nene’Mallomo pada penelitian ini. Berbagai bentuk perilaku menyimpang itu ada seperti: penyalahgunaan narkoba, kejahatan showbiz (Cyber Crime), pelecehan seksual (seperti pemerkosaan dan candoleng-doleng), premanisme (berujung kasus pembunuhan, perkelahian antara kelompok masyarakat), pencurian dan lain –lain, tapi yang memang termasuk kategori paling eksis itu adalah persoalan narkoba, baru showbiz dan pelecehan seksual. 2. . Jika ditinjau dengan Petuah Nene’Mallomo yang berbunyi orang Sidrap harus mempunyai sifat Macca (pintar), Malempu (jujur), Maggetteng (konsisten), Warani (berani), Mapato (rajin), Temmapasilengang (adil), serta sifat Deceng Kapang (menghormati orang lain) dimana petuah ini menyampaikan bahwa semua orang Sidrap harus memiliki sifat diatas supaya kita akan selalu berada pada jalur yang benar, sehingga kita tidak akan mudah terjerumus dalam suatu sifat yang tidak manusiawi seperti penipu dan ditipu orang lain, adil dalam hal ini Pemda dan Instansi terkait mampu memiliki sifat sifat diatas agar persoalan-persoalan yang ada dari keterangan beberapa informan bisa terselesaiakn dengan bijak. Dan juga dalam penegakan hukum tidak boleh pandang bulu. 3. Adapun falsafah Nene’Mallomo yang juga tidak kalah pentingnya seperti Massappa (mencari rezki yang halal) sehingga perilaku seperti showbiz, mencuri dan lainnya bisa terhindarkan, Mattaro Sengareng (merendah diri dan ikhlas) supaya dengan sikap tersebut kita bisa terhindar dari perilaku premanisme yang bisa mengakibatkan kehilangan nyawa atau melukai orang lain dan sangat masih banyak lagi aturan-aturan Nene’Mallomo yang sangat berkaitan dengan kondisi Sidrap hari ini yang kita sebut dengan perilaku menyimpang. A. Saran-Saran Pemerintah Daerah kabupaten Sidenreng Rappang dan seluruh elemen masyarakat yang ada itu harus bisa bekerja sama dengan baik khususnya dalam upaya menetralisir perilaku menyimpang yang terjadi. Dalam hal ini Pemda setempat, instansi-instansi
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
14
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
terkait, lembaga-lembaga kemasyarakatan dan kemahasiswaan, serta peran orang tua yang harus lebih optimal kedepannya. Karena semakin waktu berjalan maka akan semakin kuat juga tantangannya apalagi dibarengi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak bisa dibendung lagi (komunikasi tanpa batas) yang sangat besar pengaruhnya dalam merubah tatanan dalam suatu masyarakat dan pengetahuan yang ada sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Ahmadin. 2013. Metode Penelitian Sosial. Makassar : Rayhan Intermedia. Fakih, Mansour. 1996. Analisis gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Celeban Timur UH III/548. Idi, Abdullah. 2013. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Garna, Judistira. 1996. Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung : Program Pasca Sarjana Padjadjaran. Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Nurdiana, 2012. Skripsi. Makassar : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Priyanto, Anang. 2012. Kriminologi. IKAPI).
Yogyakarta : Badan Penerbit Ombak (Anggota
Rahim, Andi Rahman. 2011. Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Yogyakarta : Penerbit Ombak. Ridha, Muhammad.2012. Sosiologi Waktu Senggang. Yogyakarta :Resistbook Gedung Aamal Insani bekerja sama dengan Carabaca Makassar. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sunarto, Kamanto. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Rajawali Pers. Setiadi, Elly. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta : Kencana. Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Celeban Timur UH III/548. Tomawa, Muhammad Idil dkk. 2008. Jelajah Kabupaten Sidrap Potret Masa Lalu dan Kekinian. Sidrap : Pemda Kabupaten Sidrap dan Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Kab,Sidrap.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
15
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Ali,
2013, Sabu Senilai Rp. 9,4 Miliar Sitaan Polres Sidrap Diduga..., http://m.sindo.news.com/read/777357/25/bnn-sidrap-pasar-narkoba-terbesarkedua, 13-08-2014.
Ali,
2014, Bocah 15 Tahun Cabuli Adik Kandung Usai Isap Lem, http://www.ajatapparengnews.com/index.php/utama/8625-usai-menghisap-lemfox-abg-cabuli-adik, 12-08-2014.
Antara,
2013, Tersangka Pembunuhan di Padangloang Bertambah, http://www.antarasulsel.com/print/5736/tersangka/pembunuhan-di-padangloangbertambah, 12-08-2014.
Ansar,
2014, Tiga Penipu Online Asal Sidrap Dibekuk, http://liputan6.com/buser/read/123496/kawanan-penipuan-sms-di-sidrap-dibekuk, 12-08-2014.
Indra,
2014, Polres Sidrap Tangani 4 Kasus Pelecehan Seksual, http://makassar.tribunnews.com/2014/05/20/polres-sidrap-tangani-4-kasuspelecehan-anak-2014, 12-08-2014.
Ilham, 2013, Warga Dea Sidrap Desak Polisi Tangkap Pembunuh Lakude, http://makassar.tribunnews.com/2013/10/21/warga-dea-sidrap-desak-polisitangkap-pembunuh-lakude, 12-08-2014. Ikhwan, 2013, Pembunuhan Satu Keluarga di Desa Tanete Sidrap, http://www.blogpress.com/2013/03/kasus.pembunuhan-satu-keluarga-di-desatanete-sidrap.html?m=1, 12-08-2014.\ Ikhwan, 2013, 62 Gram Narkoba dan 109 Botol Miras dimusnahkan Kejari Sidrap, http://m.beritakotamakassar.com/index.php/sulselbar/16712-62-gram-narkoba109-botol-miras-dimusnahkan.html, 13-08-2014. Ilyas,
2013, Napi Kasus Narkoba Terbanyak di Rutan Sidrap, http://m.beritakotamakassar.com/index.php/sulselbar/23163-napi-narkobadominan-di-rutan-sidrap.html, 13-08-2014.
Mei, 2011, 95% Penipu via Internet dan Kupon Undian dari Sidrap, Sulsel, http://m.detik.com/news/read/2011/07/20/142047/1685221/10/95-penipu-viainternet-kupon-undian-dari-sidrap-sulsel, 14-08-2014. Rahmat, 2013, Mantan Kasat Narkoba Polres Sidrap Terjaring Narkoba, http://www.mediamakassar.com/post/read/1862/mantan-kasat-narkoba-polressidrap-terjaring-narkoba.html/1826, 13-08-2014.
TASRIF AKIB / NILAI SOSIAL NENE’MALLOMO DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
16