Aksara, Vol. 2, No. 2
July 2017
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Hujan Karya Tere Liye Eka Kurniawan Universitas Sebelas Maret Sumarlam Universitas Sebelas Maret Sahid Teguh Widodo Universitas Sebelas Maret
Abstract This study describes the educational values in the novel Hujan by Tere Liye and its relevance to the study of Indonesia literature at the senior high school level. Hujan depicts various societak vcalues such as care for the environment, concern for others, and personal responsibility. Students are expected to identify with the novel’s characters and gain a better understanding of the value they espouse by reading and interpreting the work. For this reason, Hujan is an appropriate choice for younger readers who are beginning to read Indonesian literature from the perspective of their psychological development, improved emotional state, and also character development that may be enhanced through exposure to literature.
Pendahuluan Karakter menurut Kemendiknas (dalam Wibowo, 2013: 13) adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Pendidikan karakter di mata Ramli (2003: 1) memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian sehingga terwujud perilaku yang baik.
ISSN – 2206-0596 (Online)
66
Aksara, Vol. 2, No. 2
July 2017
Nilai-nilai luhur yang dinyatakan Kemendiknas (2010) sebagai pondasi karakter bangsa yang dimiliki oleh setiap suku di Indonesia ini, jika diringkas diantaranya sebagai berikut: nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai demokratis, nilai rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsan, nilai cinta tanah air, nilai meghargai prestasi, nilai bersahabat atau komunikatif, nilai cinta damai, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli sosial, nilai tanggung jawab. Sastra mengandung makna yang luas dan bernilai. Nilai-nilai yang dikandung di dalamnya menyepakati bahwa sastra juga dapat menjadi sarana pendidikan. Sarana mendidik tentunya melalui pengajaran. Dengan kaitan seperti itu, pengajaran mengenai sastra dapat pula memiliki upaya internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter. Sastra dalam pendidikan anak dapat berperan mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, mengembangkan kepribadian dan mengembangkan pribadi sosial (Wibowo, 2013: 19-20). Satu di antara pengarang yang memberikan perhatian besar terhadap nilai pendidikan karakter di dalam karya sastra adalah Tere Liye. Melalui novel Hujan yang diterbitkan pertama kali oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada bulan Januari tahun 2016 dengan nomor ISBN 978-602-03-2478-4 ini, Tere Liye bermaksud untuk memberikan nilai pendidikan. Novel Hujan karya Tere Liye mengambil latar dunia di tahun 2050-an, latar masa depan dengan segala kemajuan teknologi dan gentingnya isu-isu mengenai lingkungan. Tak mengherankan apabila penggunaan teknologi canggih, seperti mobil terbang, fasilitas umum tanpa petugas, pembayaran autodebet tanpa alat, serta alat menghapus memori/ingatan manusia begitu ditonjolkan. Tema atau topik yang tepat sekali untuk pembaca pada masa kini, yang mana sangat dimanjakan dengan teknologi. Isu-isu lingkungan dalam cerita novel ini adalah dampak dari kelalaian manusia karena terbuai dengan teknologi. Dewasa ini, kita hanya mampu memanfaatkan teknologi, namun tidak melihat dampak buruknya atas penyalahgunaan teknologi baik disengaja maupun tidak sengaja yang bisa saja merugikan kita di masa depan. Secara implisit, Tere Liye melalui cerita itu menyatakan agar kita bisa mewujudkan masa depan lebih baik, yakni dengan memulai mempersiapkan masa sekarang ini melalui pemanfaatan teknologi secara bijak. Berdasarkan alasan di atas, pada penelitian ini akan dianalisis nilai-nilai yang terkandung di dalam novel tersebut. Nilai-nilai yang dapat dianalisis adalah nilai pendidikan karakter. Hal tersebut menjadi bahan yang dianalisis karena nilai pendidikan karakter sarat akan nilai kehidupan yang berkaitan baik dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun dengan sesama manusia. Pradopo (1993: 94) menyatakan bahwa suatu karya sastra yang baik adalah langsung memberikan didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral. Dengan demikian, karya sastra berupa novel Hujan karya Tere Liye ini bisa menjadi salah satu materi ajar yang dapat dimanfaatkan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
67
Aksara, Vol. 2, No. 2
July 2017
pembelajaran mengenai novel modern atau populer di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Metode Penelitian Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Moleong (2008: 16) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati. Dalam hal ini peneliti mendeskripsi-kan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan hubungan kausal fenomena yang diteliti. Strategi dalam penelitian ini menggunakan strategi pendekatan stilistika dengan mengacu pada penelitian deskriptif, yakni penelitian yang berupa penggambaran dari suatu keadaan tertentu dengan metode content analysis atau analisis isi. Krisspendorff (2004: 18) berpendapat bahwa analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk mebuat inferensi-inferensi (cara data dikaitkan dengan konteksnya) yang dapat ditiru dan data sahih dengan memperhatikan konteksnya. Objek penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter dalam novel Hujan karya Tere Liye. Data yang akan diteliti berupa frasa, kalimat, dan paragraf. Sumber data pada penelitian ini adalah dokumen yang berupa novel Hujan karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Cetakan I, Januari 2016, tebal dokumen ini v + 318 halaman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, simak, dan catat. Validitas data penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi, yakni triangulasi data. Lalu, teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif, yang meliputi tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Nilai Peduli Lingkungan Sikap dan perilaku yang senantiasa menjaga lingkungan alam sekitarnya dan mencegahnya dari kerusakan, serta mengupayakan perbaikan kerusakan alam yang pernah terjadi merupakan nilai peduli lingkungan. Novel Hujan mengandung nilai peduli lingkungan seperti pada kutipan berikut ini. “Secara pribadi, saya tidak sependapat dengan intervensi. Saya tidak paham dengan teknologi, saya hanya politisi. Tapi di keluarga kami, ada seorang ilmuwan yang saya pikir lebih pintar dibanding siapapun. Dia berpendapat tindakan intervensi mungkin baik dalam jangka pendek, tapi buruk untuk jangka panjang. Itu pendapat dari seorang ahli. Saya memercayainya.” (Liye, 2016: 221) Nilai peduli lingkungan tidak hanya dilakukan melalui tindakan nyata, namun pendapat atau dukungan untuk melindungi alam, serta penolakan terhadap pengrusakan alam adalah wujud dari nilai peduli limgkungan itu sendiri. Hal
ISSN – 2206-0596 (Online)
68
Aksara, Vol. 2, No. 2
July 2017
tersebut ditunjukkan oleh sikap Wali Kota yang tidak setuju dengan intervensi lapisan stratosfer demi memanipulasi iklim yang nantinya berdampak buruk pada bumi yang makin panas. Penolakan yang ia lakukan berdasarkan pendapat ilmuwan yakni Esok. Esok juga melakukan penolakan terhadap intervensi tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh Lail. Kepedulian ketiga tokoh ini tidak hanya untuk menjaga lingkungan tetap aman sesuai kodratnya, melainkan juga demi nasib penduduk bumi di masa yang akan datang. Namun apa daya, pendapat mereka dan sebagian orang yang memercayainya kalah dengan mayoritas penduduk bumi yang menginginkan kenikmatan alam sementara tanpa memikirkan jangka panjangnya sehingga mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa. Nilai Peduli Sosial Nilai peduli sosial yang dimaksud bukanlah mencampuri urusan individu lain, namun lebih pada menolong atau membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi individu lain sebagai tujuan kebajikan dan perdamaian. Perilaku yang senantiasa berkeinginan untuk memberi pertolongan dan bantuan pada individu lain dan masyarakat sekitarnya yang membutuhkan. Novel Hujan memuat nilai peduli sosial yang meliputi seperti kutipan di bawah ini. Lail dan Maryam menerima penugasan kedua dari Organisasi Relawan saat liburan antarsemester. Tidak lama, hanya enam hari, mereka dikirim ke salah satu daerah kategori Sektor 2. Tapi meski singkat, itu enam hari yang mengagumkan. Mereka berdua benar-benar menemukan definisi seorang relawan. Siap berkorban demi kepentingan orang lain. Siap mengutaman keselamatan orang banyak. (Liye, 2016: 144) Nilai peduli sosial juga dimiliki oleh tokoh Lail dan Maryam. Mereka benar-benar membuktikan nilai peduli sosial yang tinggi seperti pada kedua kutipan di atas. Tindakan peduli sosial tergambar melalui perannya sebagai relawan seperti yang pengarang deskripsikan pada kutipan (Liye, 2016: 144). Mereka benar-benar menunjukkan arti dari seorang relawan. Tokoh Lail dan Maryam senantiasa berada di baris terdepan dalam sisi kemanusiaan. Hal ini dikarenakan mereka lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibanding kepentingan mereka pribadi. Mereka mengesampingkan kehidupan pribadinya, yakni melupakan nyawa sendiri demi menyelamatkan nyawa orang lain, bahkan tidak hanya satu atau dua orang melainkan dalam kuantitas orang yang lebih banyak. Nilai Tanggungjawab Hak dan kewajiban, pengabdian, pengorbanan, dan norma sosial erat kaitannya dengan arti dan makna sebuah tanggung jawab. Sifatnya yang kodrati, maka dapat diartikan bahwa tanggung jawab itu sudah menjadi bagian hidup manusia yang mana tiap-tiap manusia mempunyai beban dengan tanggung jawab sendiri-sendiri. Oleh karena itu, tanggung jawab merupakan ciri manusia yang beradab. Manusia merasa bertanggung jawab sebab dirinya menyadari dampak baik atau buruk tindakannya itu, serta menyadari bahwa di pihak lain membutuhkan keadilan. Nilai
69
Aksara, Vol. 2, No. 2
July 2017
tanggung jawab yang tergambar dalam novel Hujan yaitu. Seperti kutipan dari novel Hujan berikut ini. Lail melirik jam digital. Maryam benar, tidak akan sempat. Baiklah, dia meletakkan handuk, mengambil seragam relawannya. Mereka relawan bencana, di lokasi bencana tidak mandi sudah makanan sehari-hari. (Liye, 2016: 125) Pada data kutipan (Liye, 2016: 125) Lail harus menanggung akibat dari perbuatannya. Pasalnya, Lail bangun tidur kesiangan saat hari di mana ia akan dilantik menjadi relawan. Untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu, ia memutuskan untuk tidak mandi demi tidak terlambat datang di pelantikan karena apabila ia terlambat datang di pelantikan maka ia tidak akan dilantik menjadi relawan. Nilai tanggung jawab tersebut berkaitan dengan tanggung jawab pribadi dan apabila tanggung jawab tersebut sudah dirampungkan, maka ia bisa melaksanakan tanggung jawab yang berkaitan dengan kegiatan sosial dengan baik. Relevansi Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Hujan Karya Tere Liye dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Pada kurikulum 2013 dalam silabus bahasa Indonesia, pembelajaran mengenai novel di Sekolah Menengah Atas terdapat pada kelas XII semester genap tepatnya di Kompetensi Inti 3 dan 4. Silabus mata pelajaran bahasa Indonesia tersebut menunjukkan bahwa peserta didik sungguh-sungguh diajak mengulas novel dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya. Pada saat itu pula guru berkesempatan untuk menyampaikan materi serta menanamkan nilai pendidikan karakter kepada peserta didik. Kegiatan pengajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan dengan memanfaatkan novel yang mempunyai nilai pendidikan karakter dan tentunya sesuai dengan perkembangan kejiwaan peserta didik. Langkah pertama yang guru lakukan adalah mempersiapkan novel atau cerpen yang akan dimanfaatkan sebagai bahan ajar pengajaran sastra. Pada langkah tersebut, guru memberikan tanda pada bagian yang akan diulas dan didiskusikan dengan peserta didik, mulai dari tema, penokohan, alur, point of view, serta amanat yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Waktu ketersediaan pengajaran juga harus diperhitungkan oleh guru. Poin penting lain ialah ketersampaian gagasan pokok kepada peserta didik yang merupakan landasan pengkonstruksian moral peserta didik. Gagasan pokok bisa diumpamakan sebagai niat guru melakukan pembelajaran kepada peserta didik dalam pengkonstruksian moral dan kepribadian anak asuhnya berdasarkan tujuan pengajaran sastra di dalam kurikulum yang sedang berlaku. Simpulan Novel Hujan karya Tere Liye ini tidak hanya dimanfaatkan pada pengajaran sastra mengenai novel akan tetapi bisa dimanfaatkan dalam pengajaran sastra
ISSN – 2206-0596 (Online)
70
Aksara, Vol. 2, No. 2
July 2017
bermaterikan cerpen. Novel Hujan terdiri 32 bagian dan epilog pada bagian tersendiri bisa disampaikan kepada peserta didik per bab. Meskipun novel ini merupakan rangkaian dari masing-masing bab, akan tetapi per bab menyajikan segmentasi kehidupan secara terpisah. Lebih lanjut, responden berpendapat melalui kacamata nilai pendidikan karakter, novel ini mempunyai nilai pendidikan karakter yang kuat untuk disampaikan kepada peserta didik dikarenakan menggambarkan mengenai kehidupan yang sesungguhnya. Peserta didik dengan sangat jelasnya bisa mengetahui dan memahami nilai pendidikan karakter melalui tokoh beserta latar belakang, keseharian, dan perilaku watak tokohnya. Novel Hujan sebagai materi ajar membaca cerpen dan novel berbasis pendidikan karakter dinilai oleh informan adalah sangat relevan. Novel Hujan dinilai mengandung nilai-nilai kehidupan, seperti nilai kekeluargaan, nilai persahabatan, nilai kebersamaan, nilai kedisiplinan, nilai perjuangan, nilai kejujuran, nilai kepemimpinan, nilai kerja keras, serta nilai pengetahuan adat dan budaya. Peserta didik diharapkan mampu mengerti dan memahami atas nilai-nilai pendidikan karakter seperti tersebut. Lebih lanjut, Tere Liye menyajikan bagian-bagian yang bisa ditarik benang merahnya berupa amanat yang sesuai dengan keadaan penikmat karya sastra ciptaan Tere Liye tersebut. Benang merah itu dapat menjadi sarana refleksi peserta didik pada tingkat sekolah menengah atas ialah perjuangan hidup dan meraih impian. Pemakaian bahasa yang sederhana dan komunikatif digunakan dalam novel Hujan. Hal ini dapat dilihat dari cara Tere Liye yang tidak banyak menggunakan ungkapan sukar dan gaya bercerita yang tidak berbelit sehingga sesuai dengan tahap perkembangan berbahasa dan bersastra peserta didik tingkat Sekolah Menengah Atas kelas XI dan XII. Novel Hujan karya Tere Liye ini pun juga memiliki isi cerita yang nyata dan peristiwa erat yang bisa saja terjadi dalam kehidupan peserta didik. Kehidupan menghadapi musibah dan bencana, kehidupan pasca musibah dan bencana, perjuangan tokoh-tokohnya dalam menuntut ilmu, serta jalinan persahabatan dan kekeluargaan. Novel Hujan layak dimanfaatkan isinya dalam pengajaran sastra dipandang dari segi kesesuaian pertumbuhan atau perkembangan kejiwaan, peningkatan rasa, cipta, dan karsa, serta pengkontruksian watak peserta didik. Referensi Kemendiknas. (2010). Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta: Depdiknas. Krisspendorff, K. (2004). Content Analysis an Introduction to its Methodology. California: Sage Publication, Inc. Liye, T. (2016). Hujan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, J. L. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
71
Aksara, Vol. 2, No. 2
July 2017
Pradopo, R. D. (1993). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan. Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ramli, T. (2003). Pendidikan Karakter. Bandung: Angkasa. Wibowo, A. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ISSN – 2206-0596 (Online)
72