perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NILAI EKONOMIS MODAL SOSIAL PADA PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KABUPATEN NGAWI
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan
Oleh :
DIONYSIA WAHYU NURJATI S 42100013
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NILAI EKONOMIS MODAL SOSIAL PADA PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KABUPATEN NGAWI
Disusun Oleh :
DIONYSIA WAHYU NURJATI S 42100013
Telah disetujui oleh Pembimbing
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NILAI EKONOMIS MODAL SOSIAL PADA PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KABUPATEN NGAWI
Disusun Oleh :
DIONYSIA WAHYU NURJATI S 42100013
Telah Disetujui oleh Tim Penguji Pada Tanggal :
28
Januari 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: DIONYSIA WAHYU NURJATI
NIM
: S42100013
Program Studi
: Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi
: Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan
Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain. Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman persembahan Allhamdulillahirabbil ‘alamin Dengan rasa syukur teramat besar kepada Allah SWT atas nikmat-nikmatNya Kupersembahkan karya sederhana ini untuk : Ibuku, seorang wanita mulia yang dengan segenap cinta kasih serta pengorbanannya telah membesarkan aku Bapakku, seorang lelaki perkasa yang tiap tetes keringatnya direlakan untuk kami keluarga besarnya Dik Nika yang selalu kusayangi dan kubangakan Seorang Lelaki yang nanti akan menjadi imamku dalam mengarungi lautan kehidupan yang masih menjadi rahasia-Nya Serta untuk setiap insan manusia yang senantiasa belajar dan mau mengambil pelajaran dari setiap tanda-tandaNya
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Motto: “Maka nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman : 13) “Jangan mengejar kesempurnaan, lakukan saja apa yang terbaik dari dirimu karena kesempurnaan hanya milik Allah” (Dionysia)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT atas segala nikmat-nikmat yang tiada terhitung nilainya serta berkat keridhoanNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tesis ini berjudul “NILAI EKONOMIS MODAL SOSIAL PADA
PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KABUPATEN NGAWI”, disusun
sebagai
salah
satu
syarat
menyelesaikan
pendidikan
Program
Pascassarjana Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada Tesis ini, ucapan terima kasih Penulis sampaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril dan materiil. Secara khusus, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak DR. AM Susilo, M.S, selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta; commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Bapak Prof. Dr. Tulus Haryono, M.Ek, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Ahmad Daerobi, MS, selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih kepada keduanya karena dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktu untuk memberikan segala informasi, arahan dan pencerahan serta bimbingan dalam penulisan Tesis ini;
3.
Bapak-Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada penulis;
4.
Kedua orang tuaku dan seluruh keluarga, terima kasih atas iringan doa dan bantuan moril maupun materil dalam mengikuti perkuliahan dari awal sampai akhir studi;
5.
Mas Gandhi yang selalu memberikan dorongan dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu;
6.
Teman-teman angkatan XIII MESP UNS : Mbak Tina, Mbak Irine, Bu Sri, Mbak Din, Mbak Citra, Pak Jas, Mas Agus, Mas Hangga, Mas Fajar, Mas hengky, Mas Joko dan seluruh teman-teman dari Madiun semoga kebersamaan kita tetap terpatri dalam hati;
7.
Semua pihak yang telah membantu penulisan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik dan pahala yang memberatkan timbangan amal kebaikan di Yaumul Hisab nanti. Penulis menyadari bahwa Penulisan Tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik sebagai commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masukan bagi perbaikan di masa yang akan datang sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat. Atas segala kekurangannya, penulis mohonkan maaf. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ngawi,
Januari 2012 Penulis,
DIONYSIA WAHYU NURJATI
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..
ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.………………..…….
iii
HALAMAN PERUNTUKAN......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO.....................................................……..……………
vii
KATA PENGANTAR………………………………………. ...................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah.……………………………………………………..…. 4 1.3.Tujuan Penelitian………………….………………………………………. 4 1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………..…. .. 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoretis…………………………………………………………… 6 2.1.1. Modal Sosial...................................................................................... 6 2.1.2. Parameter dan Indikator Modal Sosial.............................................. 8 2.1.3. Peran Modal Sosial Dalam Sistem Ekonomi.................................... 12 2.1.4. Modal Sosial Dapat Menciptakan Nilai Ekonomi........................... 13 2.1.5. Implikasi Negatif Modal Sosial...................................................... 15 2.1.6. Pedagang Kaki Lima........................................................................ 17 2.1.7. Karakteristik Lokasi Aktivitas PKL................................................. 20 2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................................
21
2.3 Kerangka Konseptual…………………………………………………..... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN commit to user 3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………………. x
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.2 Pendekatan Penelitian…………………………………………………..
24
3.3 Lingkup Penelitian………………………………………………………
25
3.4 Sumber Data…………………………………………………………….
28
3.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………… 29 3.6 Instrumen Penelitian……………………………………………………... 30 3.7 Teknik Pengukuran Keabsahan Data…………………………………….. 31 3.8 Teknik Analisis Data…………………………………………………….. 31 3.9 Definisi Operasional……………………………………………………… 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian…………………………………….. 35 4.1.1 Aspek Geografis………………………………………………….. 35 4.1.2 Aspek Demografis…………………………………………………. 37 4.1.3 Aspek Sosial Ekonomi…………………………………………….. 39 4.2 Pedagang Kaki Lima……………………………………………………… 43 4.2.1 Keberadaan dan Kondisi PKL……………………………………. 43 4.2.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani PKL………………….. 47 4.3 Profil Informan……………………………………………………………. 50 4.4 Modal Sosial Pedagang Kaki Lima……………………………………….. 51 4.4.1 Kepercayaan……………………………………………………….. 52 4.4.2 Norma……………………………………………………………… 54 4.4.3 Jaringan……………………………………………………………. 58 4.5 Nilai Ekonomis Modal Sosial Pedagang Kaki Lima……………………… 59 4.6 Implikasi Negatif Modal Sosial Pedagang Kaki Lima……………………. 61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan….…………………………………………………………..
65
5.2 Saran…………………….……………………………………………….
66
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 67 LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
TABEL
3.1
Lingkup Penelitian……………………………………
TABEL
4.1
Luas Wilayah,Penduduk Menurut Jenis Kelamin Pembagian Wilayah Administrasi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2009…………… Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2005 – 2009……..................................................................... PDRB Kabupaten Ngawi Pada Tahun Menurut Lapangan Usaha Berdasar Harga Konstan Tahun 2004 – 2008 (Dalam Rupiah)………………………... PDRB Kabupaten Ngawi Pada Tahun Menurut Lapangan Usaha Berdasar Harga Berlaku Tahun 2004 – 2008(Dalam Rupiah)…………………………
TABEL
4.2
TABEL
4.3
TABEL
4.4
commit to user xii
27
38 40
41
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
2.1
Kerangka Pemikiran..................................................
23
GAMBAR
4.1
Komposisi Penggunaan Lahan (%) ........................
36
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL), nilai ekonomis Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) serta implikasi negatif yang timbul dari Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini memfokuskan pada pengamatan dan analisis dari sikap dan perilaku sehari-hari PKL dengan melihat modal sosial dari indikator yang ada serta menganalisis nilai ekonomis modal sosial dan implikasi negatif yang timbul dari modal sosial itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kondisi Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima di sekitar alun-alun Kota Ngawi dapat dikatakan masih terjaga dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari parameter-parameter modal sosial yang ada. Kepercayaan yang masih kuat baik antar sesama Pedagang Kaki Lima, Pedagang Kaki Lima dengan Pembeli dan pedagang kaki lima dengan Pemeritah. Adanya ewuh pakewuh dan kepedulian sosial berupa jimpitan serta jaringan yang berfungsi dengan sangat baik terbukti dengan dibentuknya paguyuban Pedagang Kaki Lima. Nilai ekonomis modal sosial pada Pedagang Kaki Lima di sekitar alunalun Kota Ngawi terdapat mulai dari awal memutuskan untuk berdagang termasuk dalam urusan penentuan lokasi berjualan, dalam upaya pemenuhan modal, dalam menjalankan usaha sebagai Pedagang Kaki Lima dan dalam keputusan untuk meningkatkan usaha. Implikasi Negatif dari modal sosial yang timbul pada Pedagang Kaki Lima di sekitar alun-alun Kota Ngawi yaitu terkucilkannya pedagang yang tidak menjadi anggota paguyuban, kurangnya akses informasi bagi Pedagang yang tidak tergabung dalam paguyuban. Bahkan untuk pemberian bantuan diutamakan kepada PKL yang menjadi anggota paguyuban.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT The research is titled "The Economic Value of Social Capital of the street vendors in Ngawi District” The purpose of this research is to find out how the Social Capital of street vendors is, the economic value of Social Capital of street vendors and the negative implications that arising from the Social Capital of street vendors in the District of Ngawi. This research uses a qualitative descriptive method. This research focuses on the observation and analysis of attitudes and daily behaviors of street vendors dealing with their social capital from the existing indicators and analyzing the economic value of social capital and the negative implications caused by social capital it self. The result is showed that the condition of Social Capital of street vendors around the Ngawi city’s square can be said it is preserve well. It can be seen from the parameters of existing social capital. The belief is still strong, between one and other street vendors, between street vendors and the buyers, also the street vendors with the government. The existence of ‘ewuh pakewuh’ and social charity in the form of ‘jimpitan’ and great relation causes outstanding function as evidenced by the establishment of ‘paguyuban’ (street vendors community). Economic value of social capital of the street vendors around the Ngawi city’s square start from decided to trade, it is including all matters for determining the location of selling, in the effort to fulfill the capital, in running the business as a street vendors and the decision to increase the business. Negative implications of social capital that caused by street vendors around the square is the remoteness of street vendors who are not the members of the ‘paguyuban’, lack of information access for the street vendors who are not members of the ‘paguyuban’. Even the street vendors who are the member of the ‘paguyuban’ are prioritized for the helpful effort
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap
ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam dengan tersedianya peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor informal kendati tanpa dukungan fasilitas sepenuhnya dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia barang dan jasa yang murah untuk mendukung kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, tatkala perekonomian nasional mengalami kemunduran, sektor informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi nasional sehingga roda perekonomian masyarakat tetap bertahan. Sebagian besar pekerja informal, khususnya di perkotaan terserap ke dalam sektor perdagangan, Pilihan yang diambil oleh masyarakat tersebut salah satunya dengan menjadi perdagang jalanan atau pedagang kaki lima (PKL) Perdagangan jalanan telah menjadi sebuah alternatif pekerjaan yang cukup populer, terutama di kalangan kelompok miskin kota. Hal ini terkait dengan cirinya yang fleksibel (mudah keluar – masuk), modal yang dibutuhkan relatif kecil, dan tidak memerlukan prosedur yang berbelit-belit. Barang-barang
kebutuhan
sehari-hari
seperti
sembako
harganya
membumbung tinggi mengakibatkan daya commit to beli user masyarakat menurun, sedangkan angka pengangguran meningkat dan kebutuhan harus terbeli maka membuka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lapangan pekerjaan sendiri dengan menjadi PKL dianggap masyarakat sebagai solusi yang tepat walaupun omzet penjualan tidak tentu dan relatif kecil, namun dapat meringankan beban hidup. Terlepas dari potensi ekonomi kegiatan perdagangan kaki lima, keberadaan pedagang kaki lima (PKL) kerap dianggap ilegal karena menempati ruang publik dan tidak sesuai dengan visi kota yang sebagian besar menekankan aspek kebersihan, keindahan dan kerapihan kota. Mengingat peran PKL yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pedagangnya dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik langsung maupun tidak, untuk membantu penanganan PKL memang sudah dilakukan. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Sebagai salah satu elemen yang terkandung di dalam masyarakat sipil, modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat. Sebagaimana relasi sosial pada umumnya, yang hampir selalu melibatkan modal sosial, pada pelaku perdagangan PKL hal ini juga eksis. Modal sosial mirip bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti ia juga bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena tidak dipakai, malainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur. Pendapat Marfai (2005) dalam artikelnya ”Angkringan, Sebuah Simbol Perlawanan”,
menyatakan
bahwa
angkringan
sebagai
bentuk
kegiatan
perekonomian kecil yang mampu bertahan di tengah sulitnya perekonomian Indonesia
menandakan
berperannya
modal
sosial
dalam
perekonomian
masyarakat. Kenapa disebut modal sosial, karena untuk memulai kegiatan angkringan biasanya dimulai dari informasi kerabat, teman, tetangga atau keluarga yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai makanan, tempat tinggal dan informasi. Dalam taraf ini angkringan telah mampu memberikan simbol bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Selaras dengan itu, Brata (2004) mengatakan bahwa belakangan ini modal sosial merupakan isu menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji. Dalam laporan tahunannya yang berjudul Entering the 21st Century, misalnya, Bank Dunia mengungkapkan bahwa modal sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses pembangunan (World Bank, 2000). Kegiatan pembangunan akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih mudah dicapai dan biayanya akan lebih kecil jika terdapat modal sosial yang besar. Dari uraian diatas telah membuat rasa ingin tahu penulis untuk mempelajari dan mencoba menganalisa modal sosial Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Ngawi kedalam bentuk tesis yang berjudul “Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Ngawi”.
1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimanakah nilai ekonomis Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi? 3. Apakah implikasi negatif yang timbul dari Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimanakah Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi. 2. Mengetahui bagaimanakah nilai ekonomis Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi. 3. Mengetahui apakah implikasi negatif yang timbul dari Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Ngawi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.4. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan modal sosial terhadap perkembangan Pedagang Kaki Lima (PKL). 2. Bagi Pedagang Kaki Lima (PKL) penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan agar para pekerja di sektor informal dapat meningkatkan pendapatan mereka. 3. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan kerangka dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam di bidang ini. 4. Bagi para pengambil keputusan (decision maker) penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk mengatur para PKL.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Modal sosial Semua kelompok masyarakat (suku bangsa) di Indonesia pada hakekatnya mempunyai potensi-potensi sosial budaya yang kondusif dan dapat menunjang pembangunan (Berutu, 2002: 9). Potensi ini terkadang terlupakan begitu saja oleh kelompok masyarakat sehingga tidak dapat difungsionalisasikan untuk tujuantujuan tertentu. Tetapi banyak juga kelompok masyarakat yang menyadari akan potensipotensi sosial budaya yang dimilikinya, sehingga potensi-potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara arif bagi keperluan kelompok masyarakat itu sendri. Salah satu potensi sosial budaya tersebut adalah modal sosial. Secara sederhana modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan mereka. Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumber daya, modal sosial ini memberi kekuatan atau daya alam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Sebenarnya dalam kehidupan manusia dikenal beberapa jenis modal, yaitu natural capital, human capital, physical capital dan financial capital. Modal sosial akan dapat mendorong keempat modal di atas dapat digunakan lebih optimal lagi. Konsep modal sosial yang dijadikan fokus kajian, pertama kali dikemukakan oleh Coleman (Portes, 2000: 2) yang mendefinisikannya sebagai aspek-aspek dari commit to user struktur hubungan antar individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai baru. Putnam menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial, seperti kepercayaan (trust), normanorma (norms), dan jaringan-jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat Lubis, 2001). Portes (2000) menyebutkan bahwa modal sosial ini sebenarnya memiliki dua arti berbeda, yakni modal sosial dalam arti individual dan modal sosial dalam arti kolektif. Menurutnya seorang individu bisa juga memiliki suatu modal sosial yang berguna bagi aktualisasi dirinya, begitu juga dengan kelompok masyarakat juga memiliki modal sosial yang dapat dipakai dalam mengoptimalkan potensi terbaiknya. Dari pernyataan Portes di atas dapat kita ketahui bahwa popularitas dari konsep modal sosial telah disertai oleh bertambahnya makna dan pengaruhnya secara aktual. Portes mempertimbangkan alternatif pemakaian dan konsep modal sosial sebagai sebuah sifat dari seorang individu, dan juga sifat dari sebuah kelompok. Putnam (1995: 2) mendefinisikan modal sosial sebagai: By analogy with notions of physical capital and human capital-tools and training that enhance individual productivity- social capital refers to features oj'social organization such as networks, norms, and social trust that facilitate coordination and cooperation for mutual benefit. Sama seperti pengertian darl modal fisik dan modal manusia, modal sosial mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya kerjasama dalam komunitas sehingga terjalin kerjasama yang saling menguntungkan (Putnam, 1995: 2). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putnam (1995) di Amerika Serikat menemukan bahwa modal sosial berkorelasi positif dengan kehidupan demokrasi di negara tersebut. Norma-norma dan jaringan sosial yang disepakati bersama telah mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat dan kualitas kinerja lembagalembaga sosial. Hubungan sosial yang telah tercipta tersebut menghasilkan baiknya mutu sekolah, pembangunan ekonomi yang pesat, penurunan tingkat kejahatan dan bahkan berpengaruh terhadap kinerja pemerintahnya sendiri sebagai representasi dari komunitas masyarakat setempat. Dalam penelitian (Brata, 2004) yang meneliti modal sosial pada pedagang di Pasar Angkringan, Pengertian modal sosial yaitu jaringan-jaringan atau hubungan-hubungan sosial informal yang dimiliki oleh pedagang angkringan. Secara ringkas, modal sosial dapat dikatakan memfasilitasi atau memperbanyak “what you knows” dan “who you knows”. Bank Dunia sendiri, dalam laporan tahunannya, mendefinisikan modal sosial sebagai jaringan dan hubungan yang mendorong kepercayaan dan resiprositas dan menentukan kualitas dan kuantitas interaksi-interaksi sosial masyarakat (World Bank, 2000). 2.1.2. Parameter dan Indikator Modal Sosial Modal sosial mirip bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti juga bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (selfreinforcing) oleh Putnam (1993 dalam Suharto, 2007). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal finansial, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain (Coleman, 1988 dalam Suharto, 2007). Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur (Fukuyama, 1995 dalam Suharto, 2007). Merujuk pada (Ridell, 1997 dalam Suharto, 2007), ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringanjaringan (networks). 2.1.2.1. Kepercayaan (trust) Fukuyama (2002) berpendapat bahwa kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu. Ada tiga jenis perilaku dalam komunitas yang mendukung kepercayaan ini, yaitu perilaku normal, jujur dan kooperatif. Perilaku normal yaitu perilaku yang sesuai asas dan norma-norma yang dianut bersama, Jika dalam komunitas terdapat perilaku deviant (menyimpang) dari beberapa anggotannya, maka akan sulit mendapat adanya kejujuran dan sifat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kooperatif. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas. Fukuyama (2002) yang mengkaji modal sosial dan trust dalam masyarakat ekonomi kompleks menyebutkan bahwa kepercayaan bermanfaat bagi penciptaan tatanan ekonomi unggul, karena bisa diandalkan untuk mengurangi biaya. Karena, jika orang-orang bekerja dalam sebuah perusahaan yang saling mempercayai dan bekerja menurut serangkaian norma-norma etis bersama, maka berbisnis hanya memerlukan sedikit biaya. Kepercayaan sosial, termasuk kejujuran, keteladanan kerjasama dan rasa tanggung jawab terhadap orang lain sangat penting untuk menumbuhkan kebajikan kebajikan individual (Fukuyama, 2002). Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk dari modal sosial yang baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembagalembaga sosial yang kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis. Kerusakan modal sosial akan menimbulkan anomie dan perilaku anti sosial. 2.1.2.2. Norma (norm) Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama dimasa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama. Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Soekanto (2002:198) norma-norma masyarakat merupakan patokan untuk bersikap dan berperilaku secara pantas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma-norma informal di satu pihak memaksa suatu perbuatan dan di lain pihak, melarangnya, sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan norma-norma informal tersebut. 2.1.2.3. Jaringan (network) Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Putnam (1995 dalam Suharto, 2007) berargumen bahwa, jaringanjaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu. Konsep jaringan dalam kapital sosial menunjuk pada semua hubungan dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien. (Lawang, 2005) Bersandar pada parameter di atas, beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain (Suharto, 2007): - Perasaan identitas - Perasaan memiliki atau sebaliknya, perasaan alienasi - Sistem kepercayaan dan ideologi commit to user - Nilai-nilai dan tujuan-tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Ketakutan-ketakutan - Sikap-sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat - Persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas (misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan, transportasi, jaminan sosial) - Opini mengenai kinerja pemerintah yang telah dilakukan terdahulu - Keyakinan dalam lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada umumnya - Tingkat kepercayaan - Kepuasaan dalam hidup dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya - Harapan-harapan yang ingin dicapai di masa depan Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah (bottom-up), tidak hierarkis dan berdasar pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, modal sosial bukan merupakan produk dari inisiatif dan kebijakan pemerintah. Namun demikian, modal sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui kebijakan publik. 2.1.3. Peran Modal Sosial Dalam Sistem Ekonomi Dalam laporan World Bank (2006), ada bukti yang nyata bahwa perdagangan pada level makro dipengaruhi oleh modal sosial. Meskipun modal sosia paling umum hadir pada kegiatan ekonomi mikro, namun modal sosial berimplikasi pada dampak dari perdagangan, migrasi, reformasi ekomoni dan intregasi regional. “ There is increasing evidence that trade at the macro level is influenced by social capital- a common property resource whose value depends on the level of interaction between people. While mosh work on social capital is commit to user microeconomic, social capital has implications for the effect of trade and
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
migration, economic reform, regional integration, new technologies which affect how people interact, security, and more” (World Bank, 2006) Selain pada sistem ekonomi modern, modal sosial juga eksis pada ekonomi tradisional. Ekonomi tradisional secara umum mempunyai karakter ‘pasar’ yang ditandai dengan transaksi pasar tradisional. Pasar tradisional harus diartikan secara luas, yang pertama dimana kita bisa mendapatkan barang dan jasa, dan yang kedua dimana kesepakatan bersama menjadikan ekonomi berfungsi. Pasar ini merupakan bagian dari sosial budaya yang sudah mengakar secara kuat. Di Indonesia, budaya sosio-ekonomi yang sudah terbentuk berabadabad dalam sistem ‘ekonomi pasar tradisional’ tidak banyak berubah sampai saat ini (Ramelan, 2002). 2.1.4. Modal Sosial Dapat Menciptakan Nilai Ekonomi Menurut Tonkiss (2000), modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok misalnya untuk mengakses sumbersumber keuangan, mendapat informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan miminimalkan biaya transaksi. Pada kenyataannya jaringan sosial, sebagai bagian dari modal sosial, tidaklah cukup karena belum mampu menciptakan modal fisik dan modal finansial yang juga dibutuhkan. Kriteria ekonomis meliputi produktifitas, efisiensi dan efektifitas. Pembahasan mengenai dimensi ekonomis ini bertititk tolak dari dua asumsi yang saling terkait yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Modal sosial tidak berdiri sendiri. Melainkan tertambat (embedded) dalam struktur sosial (embedded) dalam struktur sosial (Granovetter, 1985, Coleman, 1988, Putnam, 1993 dalam Lawang, 2005:33). Struktur sosial yang dimaksudkan para ahli pada umumnya menunjuk pada hubungan (relation),jaringan (network), kewajiban, harapan (expectation) yang menghasilkan dan dihasilkan oleh kepercayaan (trust) dan sifat yang dapat dipercayai (trustworthiness) yang berkembang di antara orang-orang yang berhubungan tersebut (Coleman, 1988, et al dalam Lawang, 2005:33) 2. Modal sosial tersebut berfungsi sama seperti modal-modal lainnya dalam mencapai suatu tujuan ekonomik (Coleman, Dasgupta, 2000 dalam Lawang,2005:33). Fungsi yang dimaksud disini menunjuk pada fungsi memperlancar (lubricant) dan fungsi mempererat (glue) ikatan-ikatan sosial dalam sistem produksi (Anderson et al dalam Lawang, 2005:33) Dimensi
ekonomis
dalam
sebuah
industri/perusahaan
dengan
menggunakan kata sifat sosial yang menunjuk pada efisiensi dan efektifitas dapat dijelaskan dalam ilustrasi berikut ini, seandainya semua orang dalam suatu industri/perusahaan bekerja sesuai tugas dan tanggungjawab dengan penuh dedikasi,komitmen dan dibayar sepantasnya, maka pengeluaran perusahaan tersebut untuk pemantauan (monitoring) dan evaluasi dapat ditekan dan suasana kerjapun terasa nyaman. Pada akhirnya, keuntungan perusahaan meningkat, dengan kata lain harapan (ekspektasi) pengusaha terpenuhi. Pelaksanaan tugas merupakan proses bagaimana seseorang dalam perusahaan tersebut bekerja memenuhi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fungsinya secara bertanggungjawab. Kata sifat sosial yang ikut memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan (efektif) secara ekonomis (efisien) antara lain: sifat bertanggungjawab, commited dan dedikatif dari pihak pekerja kepada perusahaan, sifat percaya dari perusahaan kepada pekerja untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan, sifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Khusus dalam kelembagaan perdagangan, Fafchamps dan Minten (1999) mengukur modal sosial yang dimiliki seorang pedagang atas empat hal yaitu: ·
Jumlah hubungan dalam sistem perdagangan (the number of relatives in agricultural trade)
·
Jumlah pedagang yang diketahui (the number of traders known)
·
Jumlah orang yang dapat membantu dalam finansial (the number of people who can help financially)
·
Jumlah pedagang pemasok dan penerima yang dikenal secara mendalam (the number of suppliers and clients known personally).
2.1.5. Implikasi Negatif Modal Sosial Meskipun konsep modal sosial diakui eksistensi dan relevansinya dalam dataran teoritis maupun empiris, namun masih banyak ketidaksepakatan menyangkut beberapa hal mendasar sehingga menimbulkan kontroversi yang tidak berujung hingga kini. Sedangkan pada level kelompok, modal sosial merepresentasikan beberapa agregasi sumber daya yang bernilai (ekonomi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
politik, budaya, atau sosial dalam koneksi sosial) bagi interaksi anggota dalam sebuah jaringan. Coleman (Yustika, 2006;192) menyatakan bahwa modal sosial merupakan ‘sumber daya struktur sosial’ (social-structure resource) yang menghasilkan keuntungan (returns) bagi individu dalam sebuah tindakan spesifik. Modal sosial didefinisikan berdasarkan fungsinya dan modal sosial bukanlah entitas tunggal, melainkan bermacam-macam etnisitas yang berbeda dan memiliki dua karakteristik penting: modal sosial berisi aspek dari struktur sosial dan modal sosial memfasilitasi tindakan-tindakan tertentu individu dalam struktur tersebut. Modal sosial diidentifikasi ketika dan jika ia bekerja. Dengan begitu penjelasan penyebab potensi modal sosial dapat ditangkap hanya melalui efeknya atau modal sosial merupakan investasi yang tergantung return terhadap individu tertentu dalam sebuah tindakan. Modal sosial lebih banyak didekati dengan analisis kualitatif, dan untuk analisis kuantitatifnya biasanya dilakukan dengan mengambil indikator-indikator kualitatif. Para ahli menghendaki modal sosial dapat diukur melalui pendekatan kuantitatif. Diluar itu, bahasan konsep modal sosial selama ini didominasi oleh cara pandang yang terlalu positif. Artinya, menempatkan modal sosial sebagai variable yang dapat memberi manfaat bagi kemaslahatan bersama. Padahal, modal sosial bisa saja menimbulkan implikasi negatif. Menurut Bourdieu (Yustika, 2006:190) melihat modal sosial sebagai investasi dari anggota-anggota modal sosial yang berasal dari kelas dominan (sebagai kelompok atau jaringan) yang bertujuan untuk menjaga dan commit user mereproduksi solidaritas kelompok dan to melestarikan posisi kelompok dominan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut. Persoalannya adalah, setiap jaringan itu bersifat tertutup (eksklusif) sehingga tidak dipengaruhi oleh kelompok lain atau terbuka melalui proses interaksi dengan kelompok/jaringan lainnya. Yoran Ben Porath (dalam Yustika, 2006:210) mengembangkan konsep yang kemudian sangat dekat pengertian modal sosial yakni yang dia sebut sebagai “F-connection”. Konsep ini terdiri dari families, friends, dan firms. Bentukbentuk organisasi tersebut dalam sosial organisasi dapat mempengaruhi pertukaran ekonomi. Jika dikembangkan, bisa jadi hubungan keluarga dan pertemanan dapat bermanfaat bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus. Konsep modal sosial dapat memiliki implikasi negatif terhadap pertukaran ekonomi secara keseluruhan. Menutur Portes (dalam Yustika, 2006:211) ada empat konsekuensi negatif dari modal sosial. Pengucilan dari pihak luar, dampak klaim terhadap anggota kelompok, rintangan terhadap kebebasan individu dan penyempitan ruang lingkup dari norma. Keempat konsekuensi negatif tadi ditengarai menjadi penyebab keterbelakangan ekonomi negara berkembang. Modal sosial ternyata dapat menjadi sumber kegagalan bagi sebuah sistem untuk bekerja mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi implikasi negatifnya bahwa modal sosial dapat merusak bila digunakan untuk kepentingan sempit. Yang artinya modal sosial yang dimiliki digunakan secara eksklusif untuk menguntungkan individu tertentu, pada saat bersamaan dipakai untuk mengucilkan kelompok lainnya dengan secara tidak adil, commit to user dalam sudut pandang ekonomi hal ini akan merugikan tercapainya efisiensi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.6. Pedagang Kaki Lima Konsep sektor informal lahir pada tahun 1971 yang dipelopori oleh Keith Hart berdasarkan penelitiannya di Ghana. Kemudian konsep itu diterapkan dalam sebuah laporan oleh tim ILO tahun 1972 dalam usaha mencari pemecahan masalah tenaga kerja di Kenya. Menurut Ahmad 2002:73) sektor informal disebut sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal (kecil-kecilan) yang memperoleh beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, temapt tidak tetap berdiri sendiri, berlaku di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, lingkungan kecil atau keluarga serta tidak mengenal perbankan, pembukuan maupun perkreditan. Keberadaan sektor informal dalam kegiatan perdagangan dan jasa merupakan suatu dikotomi karena disatu sisi sektor informal mampu menyerap tenaga kerja terutama pada golongan masyarakat yang memilki tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah serta modal kecil. Namun disisi lain sektor ini merupakan sektor yang tidak memiliki legalitas atau perlindungan hukum dan merugikan sektor formal karena menyebabkan permasalahan lingkungan kota. Seiring dengan perkembangan
masyarakat, kegiatan sektor informal pun
berkembang dan mengambil berbagai macam bentuk dan bidang pekerjaan yang ada, menurut Alisjahbana (2005:14) salah satu yang dominan dan menonjol aktivitasnya adalah pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sebagai bagian sector informal perkotaan, istilah pedagang kaki lima konon berasal dari jaman commit to user pemerintahan Rafles, Gubernur Jenderal pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari kata ”five feet” yang berarti jalur pejalan kaki di pinggir jalan selebar 5 (lima) kaki. Ruang tersebut digunakan untuk kegiatan berjualan pedagang kecil sehingga disebut dengan pedagang kaki lima (dalam Widjajanti, 2000:28). Kemudian muncul beberapa ahli yang mengemukakan defenisi dari pedagang kaki lima diantaranya menurut McGee (1977:28) menyebutkan PKL sebagai hawkers adalah orang-orang yang menawarkan barang-barang atau jasa untuk dijual di tempat umum, terutama jalan-jalan trotoar. Defenisi tidak termasuk PKL yang berpindah pindah dari satu rumah ke rumah lain menjual barangnya atau menawarkan jasanya. Pembagian tipe komoditas yang dijual PKL, oleh MCGee dan Yeung (1977:81) dibedakan 4 (empat) kelompok yakni : (1) Makanan yang tidak diproses dan semi olahan (unprocessed and semi processed food). Makanan yang tidak diproses, termasuk makanan mentah seperti daging, buahbuahan atau sayuran. Sedangkan makanan yang semi olahan seperti beras. (2) Makanan siap saji (Prepared food), yakni penjual makanan yang sudah dimasak. (3) Barang bukan makanan (nonfood items), kategori ini terdiri dari barangbarang dalam skala yang luas, mulai dari tekstil hingga obat-obatan. (4) Jasa services), yang terdiri dari beragam aktivitas seperti jasa perbaikan sol sepatu dan tukang cukur. Berdasarkan sifat layanannya, MCGee & Yeung (1977 :82-83) membagi ke dalam 3 (tiga) tipe, yaitu : (1) Pedagang keliling (mobile), pedagang yang dengan mudah dapatmembawa barang daganngannya, mulai dari menggunakan sepeda atau keranjang. (2) Pedagang semi menetap (semistatic), pedagang ini commitdimana to user kios dan tempat usahanya akan mempunyai sifat menetap sementara,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berpindah setelah beberapa waktu berjualan di tempat tersebut. (3) Pedagang Menetap (static), sifat layanan pedagang ini memiliki frekuensi menetap yang paling tinggi, dimana lokasi tempat usahanya permanen di suatu tempat seperti di jalan atau ruang-ruang publik. Menurut waworoento (dalam Widjajanti, 2000 :3940), bentuk sarana fisik berdagang yang digunakan oleh pedagang kaki lima adalah : (1) Gerobak/kereta dorong, bentuk ini terdiri dari 2 macam, yaitu gerobak yang beratap dan tidak beratap. (2) Pikulan/keranjang, yaitu digunakan oleh PKL keliling (mobile) ataupun semi menetap. (3) Tenda, bentuk ini terdiri dari beberapa gerobak/kereta dorong yang diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan kursi dan meja, biasanya dilengkapi dengan penutup. (4) Kios, menggunakan papan atau sebagian menggunakan batu bata, sehingga menyerupai bilik semi permanen, yang mana pedagang bersangkutan juga tinggal di tempat tersebut, pedagang ini dikategorikan sebagai pedagang menetap. (5) Gelaran/alas, pedagang bentuk ini menggunakan alas berupa tikar, kain atau lainnya untuk menjajakan dagangannya. (6) Jongko/meja, sarana berdagang yang menggunakan meja jongko dan beratap, sarana ini dikategorikan jenis PKL yang menetap. 2.1.7. Karakteristik Lokasi Aktivitas PKL Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Joedo dalam Widjajanti (2000:35), penentuan lokasi yang diminati sektor informal adalah sebagai berikut : (1) Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang relatif sama, sepanjang hari. (2) Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat kegiatan perekonomian kota dan pusat non ekonomi perkotaan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar. (3) Memiliki kemudahan untuk terjadinya hubungan antara PKL dengan calon pembeli. (4) tidak membutuhkan ktersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum. Gejala aglomerasi yang terjadi pada PKL terkait dengan teori lokasi yang dikemukakan oleh Palander dan Hoover dalam teori mengenai ketergantungan lokasi. Lokasi usaha lebih ditentukan oleh penyebaran permintaan dan ketergantungan lokasi terhadap usaha lain yang sejenis (Djojodipuro, 1992:119-120). Keuntungan yang tinggi akan mengundang masuknya pedagang lain ke dalam lokasi tersebut. Hal ini akan menimbulkan persaingan dalam menguasai pasar seluas mungkin, tanpa membanting harga tetapi dengan mengaturlokasinya terhadap saingannya. Adanya pengelompokan tersebut akan memudahkan pembeli dalam memilih barang terbaik yang diinginkannya 2.2. Penelitian Terdahulu Sebagai bahan referensi dan perbandingan, penulis akan mengemukakan penelitian terdahulu yang topiknya sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun referensi yang ditulis adalah sebagai berikut : Alosius Gunadi Brata (2004) dalam jurnal “Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya” meneliti mengenai “Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada Sektor Informal Perkotaan”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial mampu memberikan manfaat ekonomis bagi pelaku ekonomi informal perkotaan, dengan obyek penelitian pada pedagang angkringan di Yogyakarta. Modal sosial, dalam pengertian jaringan-jaringan atau hubungan-hubungan sosial commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informal, turut menentukan proses menjadi pedagang angkringan, termasuk dalam hal penentukan lokasi berdagang. Dari penelitian ini didapat bahwa modal sosial berperan penting dalam mempererat hubungan mereka dan mampu mengurangi kekhawatiran terhadap resiko yang mereka hadapi saat bekerja. Selain itu adanya efek bola salju yaitu kesempatan bertambahnya jumlah pelanggan dan dari hubungan dengan pelanggan, pedagang ankringan mendapat informasi untuk usahanya. Penelitian Fafchamps dan Minten (1999) memperoleh kesimpulan bahwa akumulasi modal sosial terbukti memberikan peran yang sangat nyata dalam bisnis. Dengan kata lain, return to social capital dalam usaha perdagangan cukup besar. Fafchamps dan Minten menyatakan : “Hence, we conclude that a large part of the effect of bussiness experience on performane seems to come from the accumulation of social capital overtime and less from the development of other types of expertise”. Pengukuran modal sosial memperlihatkan tumbuhnya nilai tambah (margins or value added) secara signifikan di atas kepemilikan sarana, kapital tenaga kerja (labor capital), human capital, dan ketrampilan manajemen. Dua hal penting yang membangun modal sosial adalah jumlah pedagang lain yang dikenal dan jumlah orang yang siap membantu jika menghadapi permasalahan. Selain itu, hubungan bukan keluarga (non-family networks) terbukti lebih berperan dibandingkan hubungan keluarga (family networks).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.3. Kerangka Konseptual Interaksi antar Pedagang Kaki Lima yang menciptakan modal sosial dapat dilihat dari indikator-indikatornya yaitu kepercayaan, norma dan jaringan. Dengan tumbuhnya modal sosial yang baik diharapkan dapat menciptakan kelancaran usaha bagi para PKL. Namun dalam upaya pencapaian kelancaran usaha terkait modal sosial muncul pertanyaan apakah nilai ekonomis modal sosial dan apakah permasalahan baru yang muncul dari modal sosial yang ada. Seingga diharapkan dengan terjawabnya pertanyaan tersebut dapat membantu PKL untuk mencapai kelancaran usahanya.
Interaksi PKL
indikator
Modal Sosial
Reserch questions
-
Kepercayaan
-
Norma
-
Jaringan
Bagaimanakah
nilai
ekonomis
modal sosial pada PKL dan apakah permasalahan baru yang muncul (implikasi negatif) dari modal sosial tersebut?
Kelancaran usaha PKL
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini memfokuskan pada pengamatan dan analisis dari sikap dan perilaku sehari-hari PKL dengan melihat modal sosial dari indikator yang ada serta menganalisis nilai ekonomis modal sosial dan implikasi negatif yang timbul dari modal sosial itu sendiri. Dari analisis fenomena tersebut akan disajikan suatu gambaran keadaan yang riil di lapangan dengan berbagai dukungan fakta dan informasi yang didapat dari kata-kata dan gambar-gambar. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Moleong (2004:6) mengartikan penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka dan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi lainnya. Dalam penelitian ini penulis berusaha mengumpulkan data selengkaplengkapnya secara menyeluruh dan integral untuk dapat memberikan gambaran secara jelas dari aktivitas PKL sehari-hari terkait dengan modal sosial yang mereka miliki. 3.2. Pendekatan Penelitian Dasgupta dan Serageldin (1999) melihat bahwa dalam pengukuran konsep commituntuk to user modal sosial belum cukup dibakukan diukur dengan menggunakan riset
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kuantitatif. Menurut mereka, mengukur modal sosial dapat menggunakan berbagai pendekatan interdisiplin dengan kombinasi pendekatan yang sama maupun yang berbeda. Oleh karenanya, untuk dapat menjelaskan gejala-gejala sosial berkenaan dengan modal sosial PKL di Kabupaten Ngawi, maka pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini dipandang lebih relevan untuk digunakan dalam mengamati gejalagejala sosial dalam masyarakat. Dalam pendekatan kualitatif ini, peneliti terjun langsung ke lapangan dan mencoba melakukan investigasi guna memperoleh informasi mendalam mengenai modak sosial, nilai ekonomis modal sosial dan imlikasi negatif dari modal sosial serta mengembangkan penafsiran-penafsiran terhadap informan atau data yang ditemukan. Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu melakukan interaksi untuk mendalami subyek yang diteiti, termasuk di dalamnya pengembangan kategori-kategori, pola-pola analisis dan teori-teori sehingga hasilnya bisa dipahami dengan baik (Creswel:1994). 3.3. Lingkup Penelitian Lingkup penelitian dipergunakan untuk memberikan gambaran tentang konteks yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dimana lingkup penelitian memuat tentang aspek-aspek yang akan diteliti dari suatu objek tertentu dalam rangka menjawab masalah penelitian. Berkaitan dengan Modal Sosial pada PKL di Kabupaten Ngawi, dapat dilihat lingkup penelitiannya yaitu kepada commit to proses user interaksi PKL sehari-hari baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interaksi antar sesama PKL, antara PKL dengan Pembeli, serta antara PKL dengan pemerintah daerah yang terkait. Selanjutnya penilaian terhadap nilai ekonomis dari Modal Sosial yang muncul dalam interaksi PKL tersebut dan implikasi negatif yang muncul dari Modal Sosial yang ada. Untuk lebih jelas lingkup penelitian yang akan peneliti teliti dalam penelitian kali ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
commit to user
TABEL 3.1 Lingkup Penelitian No
Fokus Penelitian
Data/informasi yang diperlukan
Sumber
Metode
Rekaman
1
perpustakaan.uns.ac.id Mengetahui Data PKL Interaksi PKL bagaimanakah Indikator modal modal sosial pada Sosial PKL di Kab. Ngawi
-
PKL Pembeli Pemda (Satpol PP dan Dinas Pasar)
-
digilib.uns.ac.id Wawancara Manuskrip wawancara Observasi Studi Memo observasi Dokumentasi Dokumen
2
Menganalisis nilai ekonomis modal sosial yang ada pada PKL di Kab. Ngawi
-
Manfaat yang diperoleh dengan adanya Modal Sosial dalam berdagang Paguyuban yang ada pada PKL
-
PKL Pembeli Pemda (Satpol PP dan Dinas Pasar)
-
Wawancara Observasi Studi Dokumentasi
-
Mengetahui implikasi negatif dari modal sosial pada PKL di Kab. Ngawi
-
Permasalahan baru yang muncul dari adanya modal sosial
-
PKL Pembeli Pemda (Satpol PP dan Dinas Pasar)
-
Wawancara Observasi Studi Dokumentasi
-
3
-
Dari berbagai sumber 2011
commit to user
-
-
Dokumen Manuskrip wawancara Memo observasi
Manuskrip wawancara Memo observasi Dokumen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.4. Sumber Data Penulis menggunakan sumber data primer berupa person, yaitu melalui wawancara informan (key person) yang benar-benar mengetahui dan memahami Modal Sosial pada PKL di Kab. Ngawi. Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling (penarikan
sample secara sengaja) dengan teknik snowball sampling. Pedagang Kaki Lima yang menjadi informan pertama adalah Mbah Jo, yaitu pedagang angkringan yang berjualan di sebelah barat Lapangan Merdeka. Berdasarkan informasi dari Mbah Jo diperoleh informan kedua yaitu Sutrisno pedagang Nasi Pecel di Timur Lapangan Merdeka (Jalan Serong). Informasi ketiga dari Atik, yaitu pedagang minuman dan tempura yang berjualan di Jalan Tengah Alun-Alun kabupaten Ngawi. Dalam penelitian ini selain PKL dibutuhkan juga informasi dari pembeli dan dinas terkait. Informan dari pembeli yaitu Deden dan Aditya, sedangkan dari satuan kerja terkait Pegi Yudho selaku Kepala Seksi Operasional Satpol PP dan Drs. Setianto selaku Kepala Bidang Perdagangan dari Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Ngawi. Pengambilan data dengan menggunakan teknik wawancara ini akan dipakai sampai data yang dikumpulkan dirasa sudah mencukupi. Observasi yaitu pengamatan fenomena-fenomena baik berupa kondisi fisik serta fenomena tingkah laku pihak-pihak yang terkait dengan Modal Sosial pada PKL di Kab. Ngawi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi partisipasi pasif yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat commit to user dalam kegiatan tersebut (lihat : Sugiyono, 2006 : 227), serta sumber data sekunder
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berupa paper, yaitu meliputi tulisan, dokumen, dan arsip yang dapat digunakan untuk mempermudahkan pendeskripsian Modal Sosial pada PKL di Kab. Ngawi. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Berkaitan dengan rangkaian kegiatan penulisan yang dilakukan maka tentunya diperlukan data-data yang relevan dengan fokus penulisan untuk dianalisa dan memperoleh gambaran umum sebagai hasil penulisan. Pengumpulan data merupakan suatu proses mencari data yang diperlukan dalam penulisan. Penulis menggunakan beberapa instrumen dalam pengumpulan data dengan maksud untuk mempermudah serta memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam proses penulisan dan pengumpulan data, yakni : 1. Wawancara Menurut Nazir (2005:234) : ”wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan mengunakan alat bantu yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”. Yang dimaksud dengan wawancara adalah penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang berhubungan dengan penelitian atau yang dijadikan informan. 2. Observasi Menurut Sugiyono (2004:165): “Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan commit to user perhatian terhadap suatu objek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan menggunakan seluruh alat indra”. Dalam teknik pengumpulan data ini, penulis langsung turun kelapangan mengamati dengan cermat dan langsung terhadap kehidupan PKL sehari-hari serta hal lain yang dapat menunjang penelitian. 3. Dokumentasi Untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara, penulis menggunakan teknik dokumentasi. Menurut Arikunto (2006:231), dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. 3.6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Nasution dalam Sugiyono (2006 : 223) menyatakan: Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satusatunya yang dapat mencapainya. Selanjutnya, Sugiyono (2006 : 222) menyatakan bahwa “peneliti kualitatif sebagai human instrument , berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.7. Teknik Pengukuran Keabsahan Data Dalam
pengujian
keabsahan
data,
metode
penelitian
kualitatif
menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Sugiyono (2006 : 270) menyebutkan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability ( obyektivitas). Dalam penelitian kali ini untuk melakukan uji kredibilitas data peneliti menggunakan metode Triangulasi. William Wiersma dalam Sugiyono (2006 : 273) mengatakan “triangulation is a qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures”. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Karena keterbatasan waktu yang tersedia dalam penelitian ini, maka peneliti hanya akan menggunakan metode triangulasi sumber data yaitu dari PKL, Pembeli serta pemerintah daerah melalui dinas terkait. Selanjutnya menggunakan trianggulasi teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. 3.8. Teknik Analisis Data Menurut Ulber (2006:304) bahwa analisis data adalah “proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi”. Sedangkan Nazir (2005:405) mengemukakan “analisa data merupakan commit tobagian user yang amat penting dalam dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penulisan”. Menurut Miles dan Huberman dalam Ulber (2006:311), “kegiatan analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi”. Dalam buku yang sama Ulber menambahkan secara bersamaan berarti reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan secara umum yang disebut analisis. Adapun langkah-langkah yang diambil penulis dalam analisis data adalah sebagai berikut : 1. Reduksi Data Redusi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan informasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tahapan dalam mereduksi data yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penyajian data adalah sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambila tindakan. Melihat data yang disajikan, kita melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. 3. Interpretasi Data Interpretasi data yaitu menganalisa dan mencari arti yang lebih luas dari data yang ada dan menghubungkannya dengan ilmu pengetahuan dan teori yang ada. 4. Menarik Kesimpulan Mencari makna, pola, model, karakteristik, hal-hal penting yang ditemui dan kemudian menarik kesimpulan.
3.9. Definisi Operasional 1. Nilai Ekonomis adalah nilai yang dapat membantu untuk menimbulkan atau menciptakan keuntungan atau manfaat ekonomi. 2. Modal Sosial adalah modal yang mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya kerjasama dalam komunitas sehingga terjalin kerjasama yang saling menguntungkan. 3. Pedagang Kaki Lima adalah orang-orang yang menawarkan barang-barang atau jasa untuk dijual di tempat umum, terutama jalan-jalan trotoar dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan gerobak dan lapak dagangan bersifat semi permanen/non permanen. 4. Implikasi Negatif adalah dampak negatif yang timbul. 5. Kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu. 6. Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di lingkungan kehidupannya. 7. Jaringan adalah semua hubungan dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Aspek Geografis Kabupaten Ngawi secara geografis berada di provinsi Jawa Timur bagian Barat, merupakan daerah penghubung Provinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,9851 km2 atau 129.598,51 Ha. Secara administratif pemerintahan terbagi kedalam : 19 kecamatan, 4 kelurahan, dan 213 desa. Secara astronomis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7021’ – 7031’ Lintang Selatan dan 111007’ – 111040’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah utara
: Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan (Provinsi Jawa
Tengah)
dan
Kabupaten
BoJonegoro
(Provinsi Jawa Timur), 2. Sebelah barat
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Provinsi Jawa Tengah),
3. Sebelah selatan
: Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa timur),
4. Sebelah timur
: Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur).
Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi, yaitu topografi datar, bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi, dengan ketinggian 40 meter hingga 3.031 meter di atas permukaan commit to user air laut. Tercatat 4 kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terletak di dataran tinggi yaitu Kecamatan Sine, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal. Komposisi penggunaan lahan untuk persawahan 57.911,19 Ha, perkebunan 1.551,04 Ha, tegalan 8.165,81 Ha, perkarangan 13.486,55 Ha, hutan Negara 45.428,60 Ha, waduk bendungan dan lain-lain 3.054,32 Ha. Komposisi penggunaan lahan di Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.1 Komposisi Penggunaan Lahan (%) Sumber : Kabupaten Ngawi dalam angka tahun 2010
Luas lahan pertanian mencapai 72 % dari luas wikayah Kabupaten Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi penduduk Ngawi. Dari 5 subsektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor tanaman pangan khususnya komoditi padi penyumbang terbesar terhadap total nilai produksi pertanian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.1.2.
digilib.uns.ac.id
Aspek Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 adalah sebesar 892.051 jiwa. Jumlah penduduk tahun 2010 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk lima tahun sebelumnya pada tahun 2005 hasil sensus sebesar 876.154 jiwa, berarti dalam lima tahun terakhir Kabupaten Ngawi mengalami kenaikan sebanyak 15.897 jiwa. Apabila jumlah penduduk tersebut dibandingkan dengan luas wilayah yang sebesar 1.298,58 km2, kepadatan penduduknya adalah sebesar 688 jiwa per km2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Luas Wilayah,Penduduk Menurut Jenis Kelamin Pembagian Wilayah Administrasi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2009 Kecamatan
Luas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kepadatan
Wilayah
(Jiwa)
(jiwa)
(Jiwa)
Penduduk
(Km2)
(Jiwa/Km2)
Sine
80,22
22.601
25.580
48.181
601
Ngrambe
57,49
21.164
21.412
42.575
741
Jogorogo
65,84
20.176
21.183
41.359
628
Kendal
84,56
24.413
26.419
50.832
601
Geneng
52,52
27.717
28.118
55.835
1.063
Gerih
34,52
18.184
19.289
37.473
1.086
Kwadungan
30,30
14.199
14.483
28.682
947
Pangkur
29,41
13.996
14.631
28.627
973
Karangjati
66,67
23.211
24.825
48.036
721
Bringin
62,62
15.890
16.344
32.234
515
Padas
50,22
16.911
16.949
33.860
674
Kasreman
31,49
12.013
12.006
24.019
763
Ngawi
70,56
41.901
42.432
84.362
1196
Paron
101,14
44.066
45.300
89.366
884
Kedunggalar
129,65
36.901
37.212
74.113
572
Pitu
56,01
14.060
14.180
28.240
504
Widodaren
92,26
35.095
35.788
70.883
768
Mantingan
62,21
19.855
22.023
41.878
673
138,29
15.842
15.654
31.496
228
1.295,98
438.223
453.828
892.051
688
Karanganyar Jumlah
Sumber: Kabupaten Ngawi dalam Angka 2010 Dengan demikian berdasarkan aspek demografis bahwa semakin tahun jumlah
penduduk
Kabupaten commit Ngawito user semakin
bertambah
maka
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengimplikasikan pada keadaan dimana ceteris paribus permintaan akan makanan dan minuman akan semakin meningkat. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Ngawi dengan kepadatan penduduk 1196 jiwa/km2. Sedangkan Kecamatan Karanganyar memiliki kepadatan penduduk terrendah sebanyak 228 jiwa/km2. 4.1.3. Aspek Sosial Ekonomi a. Ketenagakerjaan Konsep dan definisi angkatan kerja yang digunakan mengacu kepada The Labor Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk usia kerja (digunakan 15 tahun ke atas) dan penduduk bukan usia kerja (kurang dari 15 tahun). Selanjutnya penduduk usia kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Khusus untuk angkatan kerja meliputi antara lain: a. Bekerja b. Punya Pekerjaan tapi sementara tidak bekerja c. Mencari Pekerjaan (pengangguran terbuka) Berikut tabel data ketenagakerjaan di Kabupaten Ngawi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Data Jumlah Ketenagakerjaan Tahun 2005 – 2009
Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
1. Angkatan Kerja
453.068
453.788
454.510
455.232
455.957
2. Angkatan Kerja
452.372
426.048
426.725
427.403
428.084
27.696
27.740
27.784
27.829
27.873
4. Penduduk Usia Kerja
617.563
618.544
619.527
620.513
621.500
5. Penduduk Bukan Usia
202.151
202.473
202.796
203.117
203.439
3.049
2.683
1.769
2.582
1.809
14.902
3.816
4.784
9.040
6.122
2.433
1.892
1.153
2.105
960
Tertampung 3. Pencari Kerja
Kerja 6. Lowongan Kerja 7. Pencari Kerja Terdaftar 8. Penempatan Tenaga Kerja Sumber : Ngawi dalam Angka 2010 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah data perkembangan angkatan kerja dari tahun ke tahun sejak 2005 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan, begitu juga dengan jumlah pencari kerja yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Untuk jumlah lowongan kerja mengalami
fluktuatif setiap tahunnya. Dengan jumlah lowongan tertinggi pada tahun 2005 sebanyak 3.049. b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukandengan harga konstan berarti dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perhitungan telah dihilangkan pengaruh – pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang. Perhitungan PDRB Kabupaten Ngawi pada tahun 2004 – 2008 berdasarkan harga konstan 2000 dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 PDRB Kabupaten Ngawi Pada Tahun Menurut Lapangan Usaha Berdasar Harga Konstan Tahun 2004 – 2008 (Juta Rupiah) NO
LAPANGAN
2004
2005
2006
2007
2008
USAHA 1.
Pertanian
2.
Pertambangan &
879.270,85
905.474,59
941.025,88
985.007,46
1.039.356,65
13.412,05
13.864,37
14.403,57
15.442,31
16.286,80
145.094,37
149.370,19
155.405,22
162.859,61
173.860,51
12.333,54
13.032,72
13.730,36
14.673,00
16.013,48
98.453,62
104.902,34
110.420,20
116.758,32
120.634,70
614.343,99
651.328,99
697.427,05
745.925,20
793.681,83
79.274,28
82.364,00
87.412,59
92.497,17
98.137,08
122.853,39
129.690,39
137.199,62
142.016,95
148.281,52
317.355,84
335.654,41
353.051,03
364.537,86
379.082,87
2.282.391,93
2.385.681,99
2.510.075,52
2.6369.717,89
2.785.335,43
penggalian 3.
Industri Pengolahan
4.
Listrik, Gas & Air bersih
5.
Konstruksi
6.
Perdagangan, Hotel & Restoran
7.
Pengangkutan & Kamunikasi
8.
Keuangan, persewaan & Jasa Perusahaan
9.
Jasa-jasa
PDRB Kabupaten Ngawi
Sumber: Ngawi Dalam Angka 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasar table 4.3 dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Ngawi berdasarkan harga konstan tahun 2004 – 2008 selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Demikian pula setiap lapangan usaha juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar pada PDRB Kabupaten Ngawi. Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Ngawi Pada Tahun Menurut Lapangan Usaha Berdasar Harga Berlaku Tahun 2004 – 2008 (Juta Rupiah) NO
LAPANGAN
2004
2005
2006
2007
2008
1.241.272,14
1.422.944,90
1.629.981,80
1.843.370,50
2.129.128,28
18.070,32
20.444,39
23.924,26
27.821,13
31.159,67
206.840,03
243.982,92
275.496,96
306.568,98
354.275,13
21.476,84
27.322,24
31.946,84
36.199,99
44.111,18
USAHA 1.
Pertanian
2.
Pertambangan & penggalian
3.
Industri Pengolahan
4.
Listrik, Gas & Air bersih
5.
Konstruksi
141.810,82
172.033,04
202.821,88
243130,70
276.908,89
6.
Perdagangan,
880.924,38
1.049.123,88
1.241.254,87
1.412.591,98
1.610.680,64
114.710,78
146.204,02
181.477,29
205.072,67
233.711,75
161.943,61
188.861,99
218.291,53
243.939,08
273.336,32
478.073,09
560.434,44
640.359,59
712.733,97
816.961,22
3.265.122,01
3.831.351,83
4.445.555,03
5.031.428,99
5.770.273,06
Hotel & Restoran 7.
Pengangkutan & Kamunikasi
8.
Keuangan, persewaan & Jasa Perusahaan
9.
Jasa-jasa
PDRB
Kabupaten
Ngawi
Sumber: Ngawi Dalam Angka 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasar table 4.4 dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Ngawi berdasarkan harga berlaku tahun 2004 – 2008 selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi paling besar pada PDRB Kabupaten Ngawi, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Kabupaten Ngawi masih didominasi dari sector pertanian. 4.2. Pedagang Kaki Lima 4.2.1. Keberadaan dan Kondisi PKL Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Ngawi terutama di wilayah ibukota kabupaten tidaklah menjadi pemandangan yang asing bagi masyarakat. Pedagang Kaki Lima yang biasa berjualan di atas trotoar dengan menggunakan perlengkapan ala kadarnya seperti sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Kota Ngawi. Pedagang Kaki Lima di Kota Ngawi banyak berada di jalan-jalan protokol yang ramai, tempat pemberhentian bus, sepanjang jalan utama kota, dan terutama di alun-alun Kabupaten Ngawi yang merupakan salah satu lokasi utama tempat berusaha para Pedagang Kaki Lima. Sebagian besar PKL di Alun-alun Kabupaten Ngawi adalah masyarakat lokal hanya beberapa dari mereka yang merupakan pendatang. PKL lokal cenderung untuk tinggal bersama dengan keluarga besar dengan menantu bahkan cucu. Sedangkan untuk PKL pendatang hidup dengan menyewa kamar atau rumah bersama dengan kerabat, tetangga, atau teman yang melakukan kegiatan sejenis. Hal ini merupakan suatu upaya untuk tetap membina jaringan sosial. Karena bagi PKL jaringan sosial merupakan hal yang penting yang harus dibina. commitmeninggalkan to user Para PKL pendatang lebih banyak keluarganya di kampung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
halaman dengan alasan untuk menekan biaya hidup di perantauan. Mereka akan pulang secara berkala ke desa untuk meberikan nafkah atau melalui jasa pengiriman uang melalui Bank. Dalam hal jam kerja PKL memiliki jam kerja yang tidak menentu dan cenderung melebihi standart jam kerja yang ditetapkan pemerintah untuk pekerjaan formal. Banyak PKL yang menghabiskan lebih dari 8 jam untuk bekerja atau berdagang. Sebagian besar PKL di sekitar Alun-Alun mulai menyiapkan dagangan pada pukul 11.00 dan berjualan hingga pukul 23.00 (12 jam). Waktu disesuaikan dengan ijin yang mereka dapatkan dan kebutuhan dari para pembeli. PKL jenis barang dagangan berupa makanan mulai buka sebelum jam istirahat makan siang sehingga diharapkan pada saat makan siang mereka bisa melayani para pegawai kantor atau pekerja di sekitar alun-alun yang melaksanakan istirahat makan siang. Namun ketika musim hujan, panjangnya waktu berjualan juga mengalami perubahan. Karena sedikitnya pembeli di musim hujan menyebabkan mereka harus rela menutup dagangannya lebih awal. Tentu saja hal ini berpengaruh pada omset penjualan, sehingga mereka menganggap keadaan seperti ini sebagai “duka”-nya PKL. Jenis barang dagangan PKL di sekitar alun-alun bermacam-macam mulai dari makanan, minuman, alas kaki, baju, buku, peralatan rumah tangga dan mainan anak-anak. Namun sebagian besar dari PKL ini merupakan penjual makanan dan minuman. Makanan yang menjadi unggulan adalah nasi pecel. Pedagang nasi pecel dikelompokkan menjadi satu deret berjualan di jalan serong committidak to user timur Alun-alun. Disana dapat ditemui kurang dari 7 pedagang nasi pecel.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain pedagang nasi pecel juga terdapat pedagang makanan jenis lainnya. Diujung timur ruas jalan tersebut terdapat pedagang baju, alas kaki serta pedagang buku. Di ruas jalan tengah alun-alun atau jalan merdeka terdapat PKL dengan berbagai jenis barang dagangan. Tetapi tetap didominasi oleh pedagang makanan dan minuman. Sepanjang ruas jalan serong barat alun-alun merupakan tempat pedagang angkringan dan ruas jalan inilah yang pedagangnya memiliki jam berjualan paling lama hingga pukul 01.00. Mengingat angkringan merupakan lokasi favorit masyarakat untuk bergadang atau gadangan. Jenis barang dagangan PKL di sepanjang Jalan Jaksa Agung Suprapto hampir serupa yaitu putu, intip ketan, martabak dan tahu goreng. Berdasarkan data dari dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar jumlah pedagang kaki lima di sekitar alun-alun sebanyak 70 pedagang. Dari 70 PKL sejumlah 57 PKL merupakan pedagang dengan jenis dagangan berupa makanan/minuman. Sehingga bisa dikatakan bahwa 81% PKL di sekitar alun-alun Ngawi adalah pedagang makanan/ minuman. Para PKL berjualan
menggunakan
gerobak dorong atau
hanya
mengandalkan alas dari terpal untuk menjajakan barang dagangannya. Untuk penjual makanan mereka menggunakan gerobak, beberapa buah kursi dan meja serta tikar sebagai alas para pembeli yang lebih menyukai menikmati makanan dengan lesehan. Peralatan berdagang mereka yang terbilang sederhana dapat dipindahkan sewaktu-waktu dan dibersihkan sehingga ketika mereka selesai berdagang lokasi yang dipergunakan menjadi bersih kembali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PKL di sekitar alun-alun Ngawi mendirikan sebuah paguyuban dengan nama Paguyuban Guyub Rukun. Pendirian paguyuban tersebut dilatar belakangi oleh perasaan senasib yang mereka miliki. Paguyuban tersebut merupakan wadah bagi para PKL untuk saling bertukar informasi, mempermudah koordinasi, miningkatkan rasa kekeluargaan dan menjalin kerukuan antar PKL. Paguyuban tersebut beranggotakan 43 PKL yang tesebar di sekitar alun-alun. Sifat dari paguyuban ini adalah terbuka, sehingga kepada siapapun PKL yang berjualan disekitar alun-alun Ngawi dapat menjadi anggota. Serta tidak ada keharusan bagi PKL di sekitar alun-alun untuk menjadi anggota paguyuban. Kegiatan dari paguyuban terdiri dari kegiatan rutin dan insidental. Kegitan rutin antara lain pertemuan anggota dilanjutkan arisan sebulan sekali dan kerja bhakti membersihkan lingkungan sekitar alun-alun Ngawi tiga bulan sekali. Kegiatan insidental berupa koordinasi dengan satuan kerja terkait (Satpol PP, Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar, serta Dinas Koperasi dan UMKM) menenai kebijakan menyangkut PKL, serta mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi anggota. Pada Tahun 2010 telah berdiri Koperasi Simpan Pinjam Laskar Kaum Mandiri yang merupakan koperasi bagi PKL di sekitar alun-alun Kabupaten Ngawi. Pendirian Koperasi tersebut diprakarsai oleh Paguyuban Guyub Rukun, sehingga anggota paguyuban dapat dipastikan merupakan anggota Koperasi. Namun belum tentu anggota koperasi adalah anggota paguyuban PKL. Pendanaan koperasi bersumber dari dana hibah pemerintah Kabupaten Ngawi TA 2010. commit to user Adapun kegiatan usaha dari koperasi tersebut antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya b. Memberikan pinjaman/modal kepada anggota, calon anggota, UKM, koperasi lain dan atau anggotanya. 4.2.2. Kebijakan Pemerintah dalam Menangani PKL Kebijakan pemerintah Kabupaten Ngawi tentang PKL tertuang dalam Peraturan Bupati Ngawi No 11 Tahun 2007 tentang Lokasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima. Dalam Peraturan Bupati tersebut disebutkan bahwa Pedagang Kaki Lima adalah pedagang yang melakukan usaha perdagangan dan/atau jasa dengan menggunakan sarana atau peralatan yang dapat digerakkan atau dipindahkan sewaktu-waktu yang menempati lahan terbuka maupun tertutup pada fasilitas umum maupun di lokasi yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah. Dalam Peraturan Bupati tersebut diatur kewajiban, hak dan larangan bagi Pedagang Kaki Lima. Adapun kewajiban Pedagang Kaki Lima adalah: a. Menjaga ketertiban, keamanan,kesehatan, kebersihan, keindahan serta menjaga fungsi fasilitas umum sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya b. Mengemas dan memindahkan peralatan dan dagangannya dari lokasi tempat usahanya setelah melakukan kegiatan usahanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Memberikan akses jalan yang menuju bangunan atau tanah yang berbatasan langsung dengan jalan, apabila melakukan usaha di daerah milik jalan. Pedagang Kaki Lima berhak untuk: a. Mendapatkan perlindungan hukum dalam menjalankan usahanya b. Menempati lokasi perdagangan yang ditentukan Setiap Pedagang Kaki Lima dilarang: a. Melakukan kegiatan usaha yang secara nyata dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan tempat usaha yang bersifat permanen atau semi permanen c. Melakukan kegiatan usaha yang dapat menimbulkan permasalahan kebersihan, keindaan, ketertiban, keamanan, dan kenyamanan serta pencemaran lingkungan d. Melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak dan/atau merubah fungsi dan bentuk trotoar, fasilitas umum dan/atau bangunan sekitarnya. Kegiatan usaha Pedagang Kaki Lima pada dasarnya dapat dilakukan di seluruh wilayah kabupaten Ngawi. Wilayah Kabupaten Ngawi disini digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Disekitar area Lapangan Merdeka (Alun-alun) 2. Diluar area Lapangan Merdeka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam peraturan bupati tersebut dijelaskan bahwa Para Pedagang Kaki Lima dapat melakukan kegiatan usahanya di atas trotoar setelah pukul 16.00 WIB dan segera mengemasi atau memindahkan barang dagangannya pada pukul 01.00 WIB, sehingga trotoar dalam keadaan bersih dan dapat difungsikan kembali sebagaimana mestinya. Dari Isi Peraturan Bupati No 11 Tahun 2007 terlihat jelas bahwa pemerintah Kabupaten Ngawi mengakui bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima adalah hak masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dirasa perlu adanya aturan dalam rangka menertibkan keberadaan Pedagang Kaki Lima tersebut. Selain dari segi aturan arah kebijakan pemerintah daerah terhadap PKL adalah pemberdayaan dalam artian pembinaan terhadap PKL yang sudah ada dan bukan pada arah pelestarian dan peningkatan PKL. Pembinaan PKL berada pada leading sector Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar, Dinas Koperasi dan UMKM serta Satuan Pamong Praja. Untuk pembinaan secara berkala dilakukan dalam tiga bulan sekali dengan agenda musyawarah bersama membahas permasalahan atau kesulitan yang mengemuka dan dihadapi oleh para PKL. Bantuan untuk para PKL juga mulai mengalir baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah sendiri. Bantuan dari pusat berasal dari Kementrian Perdagangan berupa Tenda untuk berjualan sebanyak 50 buah yang telah didistribusikan kepada para Pedagang Kaki Lima terutama kepada para pedagang yang berjualan di sekitar area Lapangan Merdeka (Alun-alun). Dengan adanya bantuan tenda diharapkan dapat memberikan kesan rapi dengan commit to user keseragaman tenda yang digunakan serta mengurangi kesan kumuh dari PKL.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bantuan dari pemerintah daerah berupa dana hibah bantuan sosial sebesar Rp. 30.000.000,- dana tersebut dipergunakan sebagai modal awal pembetukan Koperasi Laskar Kaum Mandiri yang merupakan koperasi rintisan dari Pedangang Kaki Lima. Diharapkan dengan sinergi dari berbagai pihak dapat membantu PKL dalam menjalankan usahanya dengan tetap menjaga keindahan, ketertipan, keamanan serta kenyamanan Kabupaten Ngawi tanpa merusak tata kota yang telah ada. Satuan Polisi Pamong Praja selaku penegak peraturan bertugas untuk mengawal dilaksanakannya peraturan termasuk dalam hal ini Peraturan Bupati No. 11 Tahun 2007 tentang Lokasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima. Dalam implemantasi peraturan tersebut, tidak jarang terjadi pelanggaran dari para PKL.Upaya yang dilakukan adalah penertiban dimulai dari pemberian teguran secara lisan, dilanjutkan denga teguran tertulis I, II dan III. Untuk selanjutnya jika masih belum diperhAtikan dan dilaksanakan akan ada tindakan langsung berupa pemanggilan serta pembinaan kepada pedagang yang bersangkutan. 4.3.
Profil Informan Informan pada penelitian ini terbagi menjadi tiga golongan yaitu
informan dari Pedagang Kaki Lima, Informan dari Pembeli serta informan dari dinas terkait dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja. Pemilihan informan dari Pedagang Kaki Lima didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Aktivitas informan sehari-hari benar-benar merupakan pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar alun-alun Kabupaten Ngawi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Menjadi PKL telah ditekuni oleh informan minimal selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, artinya selama 3 (tiga) tahun mereka tidak pindah-pindah membuka jenis usaha lainnya. 3. Usia informan paling rendah 25 tahun, dengan pertimbangan pada usia tersebut mereka sudah cukup pengalaman dalam hidup. 4. Status informan sudah kawin atau pernah kawin. 5. Informan memiliki pengalaman dalam berhubungan dengan berbagai pihak dalam jaringan usahanya. 6. Informan dapat berkomunikasi dengan baik dengan penulis dan adanya kesediaan serta kerelaan untuk memberikan informan atau akan diwawancarai oleh penulis. Profil informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pedagang Kaki Lima No
Nama
Alamat
Jenis
Keterangan
Dagang 1.
Sutrisno
Lingkungan RT
04
Krajan Nasi Pecel RW
01
Ketua Paguyuban
Kelurahan Ketanggi, Ngawi 2.
SukarJo
Jl. Imam BonJol Gg. Angkringan
Anggota
(Mbah Jo)
Mawar, RT 03 RW
Paguyuban
04
,
Kelurahan
Karangtengah, Ngawi 3.
Atik
Jl.
TrunoJoyo
Mayang
Gg. Minuman dan Bukan No.01 Tempura
Ngawi commit to user
Anggota Paguyuban
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pembeli No
Nama
Alamat
Pekerjaan
1.
Deden
Jl. Muh. Ilyas No.23 Ngawi
PNS
2.
Aditya
Perumahan Lawu Indah Gg. II Wiraswasta No. 13 Ngawi
3. Satuan Polisi Pamong Praja Sebagai informan dari Satuan Pamong Praja adalah Pegy Yudho, S.STP, M.Hum selaku Kepala Seksi Operasional. 4. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Sebagai Informan dari Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar adalah Drs. Setianto selaku Kepala Bidang Perdagangan 4.4.
Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima akan dilihat dari indikator-
indikator modal sosial yang ada. Merujuk pada (Ridell, 1997 dalam Suharto, 2007), ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringan-jaringan (networks). Setelah dilakukan penelitian dilapangan dan dari hasil wawancara kepada informan akan dijabarkan bagaimanakah kondisi modal sosial pedagang kaki lima dilihat dari parameter yang ada. 4.4.1. Kepercayaan Seperti dikatakan oleh Fukuyama (2002) kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam modal sosial, dengan kepercayaan orang-orang akan dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bekerjasama secara efektif. Kepercayaan pada Pedagang Kaki lima bisa digolongkan menjadi 2, kepercayaan kepada sesama pedagang serta kepercayaan kepada pembeli. Kepercayaan kepada sesama pedagang dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari Pedagang Kaki Lima. Salah satu kepercayaan yang terlihat adalah pada proses pinjam meminjam. Pinjam meminjam dapat berupa meminjam barang dagangan atau peminjaman uang. Seperti petikan hasil wawancara dengan Mbah Jo yang mengatakan : “Pinjam meminjam itu sudah biasa mbak, kalau saya kehabisan barang dagangan karena klarisan (laris) ya pinjam punya tetangga dulu, nanti saya ganti kalau sudah selo (waktu luang). Kalau pinjam uang ya juga pernah, gak bisa selalu njagakne (mengandalkan) koperasi. Karena kebutuhan gak bisa disemayani (ditunda-tunda)” Pinjam meminjam dapat berupa barang atau uang. Meminjam barang sudah merupakan hal biasa bagi para pedagang, karena barang dagangan yang dipersiapkan oleh pedagang tidak terlalu banyak. Sehingga ketika pembeli ramai kadang kala harus meminjam barang dagangan terlebih dahulu kepada pedagang yang lain. Barang yang dipinjam biasanya berupa bahan baku seperti gula, kopi, atau mie instan yang biasanya selalu ada di pedagang yang lain. Pinjam meminjam uang juga terjadi antar Pedagang Kaki Lima. Para pedagang tidak bisa hanya mengandalkan koperasi karena kebutuhan tidak bisa diprediksi kapan datangnya sedangkan uang tidak selalu tersedia di koperasi, salah satu jalan keluarnya adalah meminjam kepada sesame pedagang. Fukuyama (2002) berpendapat bahwa kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, dan commit to user kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anggota yang lain dari komunitas itu. Ada tiga jenis perilaku dalam komunitas yang mendukung kepercayaan ini, yaitu perilaku normal, jujur dan kooperatif. Karena
kepercayaan
sosial,
termasuk
kejujuran,
sangat
penting
untuk
menumbuhkan kebajikan-kebajikan individual (Fukuyama, 2002). Membangun kepercayaan pembeli juga merupakan modal bagi pedagang kaki lima, kepercayaan dibangun dengan menjaga kualitas barang dagangan serta pernyataan jujur dari para pedagang mengenai kualitas barang dagangannya. Kepercayaan tersebut akan dijaga demi keberlangsungan hubungan antara pedagang dengan pembeli. Sehingga jika kepercayaan dapat dibina maka membuat pedagang memiliki banyak pelanggan tetap, karena jalinan hubungan pembeli dengan pedagang tidak hanya pemenuhan kebutuhan ekonomi semata tetapi lebih kepada jalinan kepercayaan antara pedagang dengan pembeli. Seperti dikatakan Deden “Saya percaya dengan yang dikatakan pedagang, kalau barangnya bagus bilang bagus kalau kurang bagus bilang kurang bagus. Seperti kemaren pas saya mau beli es degan pedagangnya bilang degannya gak terlalu bagus tapi karena sudah percaya dan hubungan sudah dekat dengan pedagang ya saya tetap beli disitu, gak enak mbak kalau beli di tempat lain. Sungkan, sudah kenal dekat soale.”
4.4.2. Norma Menurut Soekanto (2002:198) norma-norma masyarakat merupakan patokan untuk bersikap dan berperilaku secara pantas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma-norma informal di satu pihak memaksa suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbuatan dan di lain pihak, melarangnya, sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan norma-norma informal tersebut.
Demikian pula kondisi yang ditemui pada
kehidupan PKL di sekitar alun-alun Kabupaten Ngawi. Norma-norma tersebut telah mampu mengatur pergaulan hidup. Salah satu norma yang melekat erat pada diri PKL adalah perasaan senasib dan menghargai sesama. Mereka sama-sama menyadari bagaimana kehidupan PKL dan suka duka sebagai PKL sehingga timbul kebersamaan dan toleransi yang cukup tinggi. Salah satu bentuk nyata tindakan dari PKL untuk semakin menumbuhkan perasaan senasib dan menolong sesama adalah adanya jimpitan. Jimpitan merupakan kegiatan untuk mengumpulkan uang secara sukarela bagi setiap anggota paguyuban PKL yang berjualan di lingkungan alun-alun kabupaten Ngawi. Jimpitan sebesar Rp. 500,- dikumpulkan setiap satu bulan sekali. Pengumpulan dilakukan bertepatan dengan pertemuan bulanan paguyuban. Dana jimpitan yang terkumpul akan dimanfaatkan untuk dana sosial apabila sewaktuwaktu diperlukan oleh anggota paguyuban. Seperti diungkapkan Sutrisno: “Jimpitan itu iuran sukarela, tidak banyak hanya Rp. 500,- tetapi berkelanjutan setiap sebulan sekali. Dana tersebut nantinya dipakai kalau ada PKL yang sakit atau kena musibah.” Jimpitan bisa dikatakan merupakan salah satu kearifan lokal yang bertujuan untuk membantu sesama. Dengan adanya jimpitan bisa terlihat adanya kepedulian dan rasa memiliki antar sesama PKL. Secara berkelanjutan tentu saja berpengaruh pada hubungan antar PKL dalam kesehariannya. Karena adanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepedulian antar sesama PKL sehingga kerukunan dan situasi kondusif dapat terjaga. Dalam hal kebersihan, sudah menjadi kesepakatan bersama antara pemerintah daerah dan PKL bahwa pedagang diharuskan untuk menjaga kebersihan tempat dagangannya. Karena merupakan suatu keharusan yang menyangkut keberlangsungan usaha, dalam hal ini ijin yang diberikan oleh pemerintah daerah, maka PKL patuh dalam menjalankan peraturan tersebut. Upaya menjaga kebersihan tidak hanya dilakukan oleh PKL secara individu saja tetapi juga diagendakan secara bersama-sama. Kerja bakti bersama-sama dilakukan sebulan sekali pada minggu ketiga. Kerja bakti tersebut juga diikuti oleh Satpol PP sebagai petugas penegak perda. Tujuan dilaksanakannya kerja bhakti adalah untuk tetap menjaga kebersihan, keindahan dan kerapian lingkungan disekitar alun-alun Kabupaten Ngawi, diharapkan dengan kondisi yang nyaman membuat para pembeli tertarik dan tidak risi untuk membeli di PKL. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan adanya kepedulian lingkungan yang dibina bersama-sama oleh PKL. Satpol PP selaku penegak perda, mau tidak mau akan ada kalanya bersinggungan dengan para PKL. Karena tidak semua PKL dapat menaati perda yang ada. Penertiban PKL juga dilakukan oleh Satpol PP. Pelanggaran yang sering terjadi adalah PKL menjajakan dagangan di lokasi yang tidak seharusnya serta memulai berdagang diluar jam yang sudah ditentukan. Upaya penertiban dimulai dengan teguran scra lisan, apabila tidak dihiraukan oleh PKL maka akan to user berlanjut pada teguran tertulis I,commit teguran tertulis II dan terguran tertulis III.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apabila belum bisa dilaksanakan oleh PKL maka akan ada tindakan tegas dari Satpol PP berupa penyitaan gerobak dagangan. Ketika PKL hendak mengambil gerobak sebelumnya akan diberikan pembinaan oleh Satpol PP. Diharapkan dengan pembinaan tersebut PKL mengerti dan dapat menjalankan perda yang ada. Setelah menandatangani surat pernyataan kesanggupan menaati peraturan yang ada gerobak dapat dibawa kembali. Dalam praktiknya di lapangan, Satpol PP tidak sekaku aturan yang ada. Adanya ewuh pakewuh membuat proses dalam penertiban menjadi lebih lunak. Ewuh pakewuh merupakan istilah dalam bahasa jawa yang bisa diartikan sebagai rasa sungkan, sikap segan kepada orang lain yang bertujuan untuk menjaga hubungan, untuk menjaga perasaan orang yang bersangkutan dan untuk menjaga kedamaian. Ewuh pakewuh tersebut sangat terasa pada waktu Satpol PP memberikan pembinaan kepada PKL. Apabila ada PKL yang melanggar ketentuan atau aturan maka Satpol PP lebih bertindak lunak dalam artian memberikan tenggang waktu yang lebih kepada PKL untuk melaksanakan yang seharusnya. Seperti diungkapkan Pegi Yudho, Kasi Operasional Satpol PP Kabupaten Ngawi: “Sebenarnya dalam aturan sudah tercantum dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan, tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada ewuh pakewuh. Rasa sungkan kepada para PKL karena kita tahu bahwa itu merupakan usaha mereka untuk mencari nafkah. Sehingga dalam pelaksanaannya lebih kepada pembinaan bukan hukuman. Sehingga diharapkan untuk kedepannya para PKL dapat mengikuti peraturan yang ada.” 4.4.3. Jaringan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Putnam (dalam Suharto, 2007) berargumen bahwa, jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaatmanfaat dari partisipasinya itu. Jaringan pada PKL di sekitar alun-alun Kota Ngawi terakumulasi pada terbentuknya paguyuban PKL. Tanpa adanya jaringan yang kuat serta kebersamaan antar PKL maka paguyuban PKL tidak akan terbentuk. Setelah terbentuk Paguyuban Guyub Rukun yang beranggotakan sebagian besar PKL disekitar alun-alun maka jaringan semakin kuat terbentuk. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas maka informasi baik dari pemerintah atau dari pihak-pihak lain dapat tersaring dan dapat diinformasikan kepada anggota secara terorganisir. Penyampaian informasi menggunakan fasilitas-fasilitas yang sudah ada baik melalui pertemuan rutin, dari mulut ke mulut atau dari sms yang disebarkan secara berantai. Sutrisno selaku Ketua Paguyuban mengungkapkan: “Paguyuban ini merupakan suatu media untuk tujuan bersama agar PKL lebih terorganisir, informasi dapat tersaring dan dapat dipertanggung jawabkan. dan utamanya bertujuan untuk menjaga hubungan antar PKL tetap baik, lingkungan tetap aman, menghindari perselisihan sehingga dapat berdagang dengan nyaman.” Dari ketiga parameter modal sosial tersebut dapat dilihat bagaimana kondisi modal sosial pada PKL di sekitar alun-alun Kabupaten Ngawi. Modal Sosial masih terpelihara dengan cukup baik. 4.5.
Nilai Ekonomis Modal Sosial Pedagang Kaki Lima commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Modal Sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau
kelompok
mendapatkan
misalnya
informasi,
untuk
mengakses
menemukan
sumber-sumber
pekerjaan,
merintis
keuangan, usaha,
dan
meminimalkan biaya transportasi (Tonkiss, dalam Syahyuti, 2008 ). Nilai ekonomis modal sosial pada PKL di sekitar alun-alun dimulai dari pengambilan keputusan untuk berdagang. PKL pada umumnya berani untuk memulai usaha setelah mendapatkan informasi dari saudara, teman atau kerabat. Setelah mendapatkan informasi yang cukup menjanjikan bahkan mereka rela untuk melepas pekerjaan lama dan beralih menjadi PKL. Seperti diungkapkan Mbah Jo: “Dulu saya narik becak, trus karena sering ngopi di angkringan di Jl. A. Yani saya jadi tertarik untuk membuka usaha yang sama. Pertama saya tanyatanya bagaimana caranya, resiko untung rugi dan modal. Setelah mendapatkan informasi yang cukup saya berani untuk mencoba menjadi PKL, sekarang saya gak jadi tukang becak lagi selain sudah tua saya kecapekan kalau harus kerja dari pagi hingga malam.” Tidak hanya Mbah Jo, Sutrisno juga menungkapkan jika ide menjadi PKL berasal dari saudaranya yang telah terlebih dahulu menjadi PKL tetapi di kota lain. Melihat saudara yang dapat menjalankan usahanya akhirnya Sutrisno berani mencoba peruntungan sebagai PKL. “Saya mulai jualan nasi pecel sudah lama, idenya dari teman di Sragen yang sudah terlebih dahulu jualan disana. Dengan modal yang tidak terlalu besar dan mudah untuk dijalankan akhirnya saya mencoba untuk menjadi PKL. Pemilihan lokasi inipun saya meminta bantuan dari teman saya itu. Karena dia lebih berpengalaman, dan akhirnya saya berjualan disini katanya kalau jualan disekitar alun-alun pasti laris soalnya rame, di pusat kota.” Modal sosial memberikan manfaat ekonomis bagi pelaku ekonomi dalam pengertian modal sosial sebagai jaringan-jaringan commit to user atau hubungan-hubungan sosial
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informal. Modal sosial turut menentukan proses menjadi PKL dan penentuan lokasi berdagang. Kekerabatan atau kedekatan antar PKL telah membuka jalan untuk jaringan sosial yang ada dan bermanfaat dalam memperoleh bantuan atau pinjaman yang bersifat informal, ketika bantuan formal dari pemerintah sangat terbatas.Modal sosial yang mereka miliki telah menciptakan nilai ekonomi bagi dirinya. Bantuan-bantuan tersebut diantaranya adalah pemenuhan modal awal atau akses terhadap permodalan. Dengan adanya jaringan yang kuat maka pemenuhan permodalan dapat ikut terbantu. Bu Atik yang memulai usaha PKL dari nol mendapatkan bantuan modal dari saudaranya. “Saya bukan asli Ngawi, suami saya yang asli sini. Ketika mau mulai dagang modalnya dari meminjam ke kakak suami saya. Modal itu kami kembalikan dengan cara diangsur. Karena meminjam kepada keluarga sendiri jadi gak pake jaminan juga gak ada bunga. Alhamdulillah sedikit membantu dan usaha bisa jalan sampai sekarang.” Hubungan baik dengan pembeli juga dapat memberikan manfaat ekonomis. Berdasar pada pengamatan yang telah dilakukan, jalinan hubungan antara penjual dengan pembeli tidak hanya pada pemenuhan kebutuhan ekonomi semata, melainkan juga berperan hubungan emosional diantara penjual dengan pembeli. Penjual yang telah memiliki langganan akan bersikap layaknya teman dekat bahkan saudara kepada pembeli langganannya. Ketika keakraban sudah terjalin dengan baik maka pembeli akan dengan mudah mengungkapkan keinginan atau ide-idenya untuk memajukan usaha dagang PKL. Bahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi peluang usaha lain yang lebih menjanjikan juga bisa diperoleh dari obrolan-obrolan ringan dengan pembeli. Bu Atik mengungkapkan bahwa ide untuk menambah jenis barang dagangan berasal dari pembeli langganannya bahkan resep untuk membuat juga diperolehnya secara gratis. “Langganan saya kebanyakan anak muda, anak-anak SMA. Kalau sudah ngumpul rame banget kebetulan anak saya juga seusia dengan mereka jadi sangking akrabnya sudah saya anggap anak sendiri. Harus bisa menyesuaikan diri dengan bahasa dan selera mereka, jadi gaul istilahnya. Hehehehe. Awalnya saya hanya berjualan minuman dan gorengan (angkringan) trus mereka usul gimana kalau jualan tempura juga pasti banyak yang beli. Akhirnya saya memutuskan untuk menjual tempura dan hasilnya memang laris.” Keakraban itulah yang menjadi pintu gerbang dari keterbukaan informasi yang bisa di dapat, memang tidak semua informasi yang didapatkan bernilai ekonomis tetapi keakraban yang terpelihara dengan baik membuat pelanggan semakin betah dan menginformasikan kepada pembeli lain. Berita dari mulut ke mulut merupakan media promosi yang tidak membutuhkan biaya. Keuntungan juga bisa didapat dari promosi gratis ini. 4.6.
Implikasi Negatif Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Modal sosial didefinisikan berdasarkan fungsinya dan modal sosial
bukanlah entitas tunggal, malainkan bermacam-macam entitas yang berbeda dan memiliki dua karakteristik penting: modal sosial berisi struktur sosial dan modal sosial memfasilitasi tindakan-tindakan tertentu individu dalam strktur tersebut. Modal sosial diidentifikasi ketika dan jika ia bekerja. Dengan begitu penjelasan penyebab potensi modal sosial dapat ditangkap hanya melalui efeknya atau modal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosial merupakan investasi yang tergantung return terhadap individu tertentu dalam sebuah tindakan. Diluar itu, bahasan konsep modal sosial selama ini didominasi oleh cara pandang yang terlalu positif. Artinya, menempatkan modal sosial sebagai variabel yang dapat memberi manfaat bagi kemaslahatan bersama. Padahal, modal sosial bisa saja menimbulkan implikasi negatif. Pada PKL di sekitar alun-alun Kabupaten Ngawi juga terdapat implikasi negatif atau permasalahan yang muncul dengan adanya modal sosial. Modal sosial yang terbentuk tercermin dari adanya paguyuban PKL. Paguyuban tersebut merupakan bentuk nyata dari berjalannya modal sosial pada PKL di sekitar alunalun Kota Ngawi. Implikasi negatif tersebut berupa terkucilkannya PKL yang tidak tergabung dalam paguyuban PKL. Terkucilkan disini dalam artian kurangnya informasi yang dapat mereka akses baik informasi terkait modal usaha, berita terkini terkait kegiatan yang menyangkut PKL, pelatihan serta bantuan dari pemerintah. Modal sosial yang kuat pada sesama anggota paguyuban membuat sebuah batasan antara PKL yang menjadi aggota dengan PKL yang tidak tergabung dalam paguyuban, meskipun dalam kehidupan sehari-hari hubungan mereka tetap terjalin dengan baik. Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh PKL yang tidak menjadi anggota paguyuban. Mereka menilai pengurus paguyuban bukan merupakan orang yang kompeten dalam bidangnya. Selain itu mereka tidak ingin terikat dengan aturan-aturan yang dibuat oleh paguyuban. Seperti diungkapkan ibu Atik “Saya tidak berminat menjadi anggota paguyuban, karena menurut saya pengurusnya gak bisa nguruscommit paguyuban. to user Pengurusnya juga dari PKL, pendidikannya juga rendah. Ya saya tidak percaya saja. Apalagi sama-sama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nyari duit, pasti masing-masing berusaha mencari keuntungan. Jadi ya sudah, kerja sendiri-sendiri saja.” Ketika ditanyakan kepada Ketua Paguyuban disampaikan bahwa menjadi anggota paguyuban bukan suatu kewajiban, setiap PKL berhak untuk memilih menjadi anggota atau tidak. “Tidak ada paksaan mau jadi anggota ya monggo (silahkan) gak mau ya gak jadi masalah. Kalau sudah mau jadi anggota paguyuban harus tertib administrasi, kompak dan mematuhi aturan yang sudah dibuat bersama-sama.” Implikasi negatif muncul ketika PKL yang bukan menjadi anggota paguyuban kurang mendapatkan informasi bahkan terkesan menjadi saudara tiri dari PKL yang lain. Hal ini terlihat dari interaksi mereka sehari-hari. Kurang adanya informasi yang bisa diperoleh para PKL yang bukan menjadi anggota paguyuban, bahkan terkesan mereka menjadi pesaing dalam berdagang. Sehingga para PKL yang tidak menjadi anggota paguyuban harus lebih aktif dalam mencari informasi. Demikian diungkapkan oleh Ibu Atik: “Resiko gak jadi anggota paguyuban memang ada. Kadang ketinggalan informasi, seperti ada acara-acara besar di Alun-alun gak dikasih tahu jadi persiapan barang dagangan sedikit. Kemaren juga ada bantuan dari pemerintah tapi saya juga gak dapat.” Bantuan yang dimaksud tersebut merupakan bantuan tenda untuk berjualan dari Kementerian Perdagangan kepada 50 PKL di seluruh kabupaten Ngawi. Dari kelima puluh tenda tersebut sebagian besar dibagikan kepada PKL di daerah Kota sehingga dapat seragam dan memperindah penampilan PKL di Kota Ngawi. Untuk PKL sekitar alun-alun Kota Ngawi dikoordinasikan dengan Paguyuban PKL. Karena koordinasi dengan paguyuban dirasakan lebih mudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengingat sebagian besar PKL di sekitar Alun-Alun Kota Ngawi merupakan anggota paguyuban. Jadi ketika memperoleh bantuan pasti diutamakan mereka yang membutuhkan dan menjadi anggota PKL. Seperti diungkapkan bapak Setianto berikut: “Untuk pendistribusian bantuan tenda kepada PKL di sekitar alun-alun kota kami koordinasikan dengan ketua paguyuban PKL. Dengan tujuan supaya benar-benar menyasar kepada mereka yang membutuhkan. Tetapi kami juga melakukan cros cek di lapangan apakah sesuai dengan kriteria atau tidak. Selain itu kami juga akan selalu memberikan bantuan secara bergilir, sehingga tidak dimonopoli oleh pihak-pihak tertentu.” Apabila koordinasi dilakukan dengan ketua Paguyuban maka sudah barang tentu yang menjadi prioritas utama dari pemberian bantuan adalah kepada mereka yang menjadi anggota paguyuban. PKL yang tidak menjadi anggota paguyuban mungkin hanya mendapatkan kuota yang sangat sedikit. Itupun apabila dinas terkait benar-benar jeli dalam melihat dan menggilir pemberian bantuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima di sekitar alun-alun Kota Ngawi dapat dikatakan masih terjaga dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari parameter-parameter modal sosial yang ada. Kepercayaan yang masih kuat baik antar sesama Pedagang Kaki Lima, Pedagang Kaki Lima dengan Pembeli dan pedagang kaki lima dengan Pemeritah. Adanya ewuh pakewuh dan kepedulian sosial berupa jimpitan serta jaringan yang berfungsi dengan sangat baik terbukti dengan dibentuknya paguyuban Pedagang Kaki Lima. 2. Nilai ekonomis modal sosial pada Pedagang Kaki Lima di sekitar alunalun Kota Ngawi terdapat mulai dari awal memutuskan untuk berdagang termasuk dalam urusan penentuan lokasi berjualan, dalam upaya pemenuhan modal, dalam menjalankan usaha sebagai Pedagang Kaki Lima dan dalam keputusan untuk meningkatkan usaha. 3. Implikasi Negatif dari modal sosial yang timbul pada Pedagang Kaki Lima di sekitar alun-alun Kota Ngawi dapat dilihat dari terkucilkannya pedagang yang tidak menjadi anggota paguyuban, kurangnya akses informasi bagi Pedagang yang tidak tergabung dalam paguyuban. Bahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk pemberian bantuan diutamakan kepada PKL yang menjadi anggota paguyuban. 5.2. Saran 1. Saran kepada PKL khususnya PKL disekitar alun-alun Kota Ngawi, Modal sosial yang telah ada hendaknya terus dijaga dan dilestarikan. Beberapa upaya untuk menjaga modal sosial dengan lebih meningkatkan kepercayaan, memelihara norma-norma yang ada seperti ewuh pakewuh dan jimpitan serta lebih intens dalam menyelenggarakan kerja bhakti dan arisan. Modal sosial bukanlah modal yang akan habis bila dipakai tetapi akan semakin bermanfaat jika selalu dipergunakan. Apabila modal sosial dapat terpelihara dengan baik maka nilai ekonomis yang ditimbulkan oleh modal sosial tersebut juga akan meningkat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan PKL. Khusus kepada PKL yang belum menjadi anggota paguyuban akan lebih baik jika ikut bergabung sebagai anggota paguyuban PKL, agar implikasi negative yang ditimbulkan dari modal sosial dapat dikurangi. 2. Saran kepada pemerintah daerah Kabupaten Ngawi, perlunya agenda rutin pertemuan satuan kerja terkait PKL dengan PKL, agar hubungan antara PKL dengan Pemerintah Daerah dapat terjaga dengan baik. Pemberian bantuan hendaknya benar-benar memperhatikan sasaran sehingga tidak timbul kecemburuan sosial dan diharapkan tidak hanya mengandalkan paguyuban dalam pendistribusian bantuan yang ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Ahmad, Ahmaddin. 2002. Redesain Jakarta 2020. Jakarta: Kota Press. Alisjahbana. 2005. Sisi Gelap Perkembangan Kota: Resistensi Sektor Informal dalam Perspektif Sosiologis. Yogyakarta: Laksbang Pressindo. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Sebagai Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Berutu, Lister (Ed), 2002, Aspek-aspek Kultural Etnis Pakpak; Suatu Eksplorasi tentang Potensi Lokal, Medan: Penerbit Monora. Djojodipuro, Marsudi, 1992, Teori Lokasi, Jakarta: Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Fukuyama, Francis, 2002, Trust; Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran, Yogyakarta: Penerbit Qalam. Lawang, Robert MZ. 2005. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik: Suatu Pengantar, Cet. 2. Depok: FISIP UI Press. McGee, T.G. dan Y.M. Yeung. 1977. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning for The Bazaar Economy. Ottawa: International Development Research Centre. Moleong, Lexy J.2004. Metode Penelitian Kualiatif. Cetakan kesepuluh. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Putnam, R. 1993. The Prosperous Community- Social capital and Public Life. American Prospect (13): 35-42 (Dalam The World Bank 1998. Hal 5-7) Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. Suharto, Edi. 2007. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. Bandung : Alfabet. Tonkiss., F.2000. Trust, Social Capital and economy. Dalam F Tonkiss dan A Parsey (eds). Trust and Civil Society. New York: St. Martin’s. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yustika, Ahmad Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Bayumedia
Jurnal / Hasil Penelitian: Baldacchino, Godfrey. January 2005. The Contribution of Social Capital to Economic Growth: Lessons from Island Juridictions. The Round Table Vol 94, No.1, 31-46 Brata, Alosius Gunadi. 2004. Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada sektor Informal Perkotaan. Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya. Fafchamps, Marcel dan Bart Minten. April 1999. Social Capital and the Firm, Eviden from Agricultural Trade. http//www.appropriateeconomics.org/materials/social_capital_and_the_firm.pdf. Glaeser, Edward L, dkk. June 2000. The Economic Approach to Social Capital. NBER Working Paper No. 7728. JEL No. D0,J0,R0 Gustriadi, Noviar. 2005.Modal Sosial Pedagang Kaki Lima. Studi Kasus Dua Pedagang Kaki Lima di Pasar Tradisional Flamboyan dan Dahlia Kota Pontianak. Tesis tidak diterbitkan. Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Konsentrasi Pembangunan Sosial Uiversitas Indonesia. Lubis, Zulkifli, B, dan Fikarwin Zuska, 2001, Resistensi, Persistensi dan Model Transmisi Modal Sosial dalam Pengelolaan Sumber Daya Milik Bersama, Laporan Penelitian, Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Portes, Alejandro, 2000, The Two Meanings of Social Capital, Sociological Forum, Vol. 15. Santoso, Slamet. 2007. Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Ponorogo. Aspirasi, Vol. XVII No. 1, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Syahyuti. Juli 2008. Peran Modal Sosial (Social Capital) Dalam Perdagangan Hasil Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 26 No. 1. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertaniaan Bogor. Widjajanti, Retno, 2000, Penataan Fisik Pedagang Kaki Lima pada Kawasan Komersial di Pusat Kota, Studi Kasus : Simpang Lima Semarang, Tesis tidak diterbitkan, Magister Teknik Pembangunan Kota Institut Teknologi Bandung World Bank. 2000. World Development Report 1999/2000: Entering the 21st Century. New York: Oxford University Press commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
World Bank. 2006. Social Capital in Economics, Trade and Migration. http//www.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTSOCIAL DEVELOPMENT/EXTTSOCIALCAPITAL
Artikel: BPS
Prov. Kepulauan Riau. Konsep dan definisi http://kepri.bps.go.id/konsep-dan-definisi-angkatankerja/#ixzz17cMiYXSB
angkatan
kerja.
Kabari Bos online. Analisis Permasalahan dan Pemetaan Kebutuhan ModalSosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima. Diambil 2011, 3 September, dari http://siap-bos.blogspot.com/2009/05/analisis-permasalahan-danpemetaan.html Pikiran Rakyat, 22 Februari 2005, Membincangkan Modal Sosial (1) Marfai, Aris. 2005. Angkringan, Sebuah Simbol Perlawanan. URL artikel: http://www.penulislepas.com Ramelan, Rahadi. 2002. Menyikapi Modal Asing: Bagian Pertama dari Dua Tulisan. http//www.leapidea.com/presentation>id=41. 19 September 2011
Dokumen: Peraturan Bupati Ngawi Nomor 11 Tahun 2007 tentang Lokasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima. Badan Pusat Statistik Ngawi, Ngawi Dalam Angka 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA 1. Pedagang Kaki Lima A. Data Informan 1. Siapakah nama anda atau nama panggilan anda sehari-hari? 2. Berapakah umur anda sekarang, apakah anda asli penduduk Ngawi dan dimana anda tinggal? 3. Bagaimanakah latar belakang pendidikan anda? 4. Apakah anda sudah menikah, siapa saja anggota keluarga anda tersebut? 5. Apa jenis usaha kaki lima anda? 6. Sudah berapa lama anda menjadi pedagang kaki lima, sebelum anda usaha seperti sekarang ini, apa saja usaha anda atau anda bekerja sebagai apa sebelumnya? 7. Bagaimana anda melakukan aktivitas usaha ini mulai dari awal anda berangkat dari rumah hingga pulang ke rumah? B. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima 1. Bagaimanakah anda memulai usaha PKL? 2. Darimanakah anda mendapat informasi dan modal usaha untuk menjadi PKL? 3. Pertimbangan apa yang anda pergunakan dalam memilih lokasi berdagang? 4. Apakah ada pihak keluarga yang ikut membantu anda dalam berusaha setiap hari? 5. Apakah anda turut serta menjadi anggota paguyuban PKL , dampak apa yang anda rasakan? 6. Apakah anda pernah meminjam barang/uang kepada PKL yang lain? Bagaimanakah prosedurnya? 7. Apakah anda pernah membantu PKL yang lain? 8. Apakah ada kegiatan arisan atau yang lain untuk memupuk kebersamaan sesama PKL? 9. Bagaimanakah hubungan anda dengan PKL yang tidak menjadi anggota paguyuban? 10. Apakah ada perbedaan hubungan dengan PKL yang tidak menjadi anggota paguyuban? 11. Pernahkah anda mendapat bantuan/kredit modal usaha dari pemerintah? 12. Bagaimanakah hubungan anda dengan pembeli, dan usaha apakah yang anda lakukan agar pembeli bisa menjadi langganan anda? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Bagaimanakah hubungan anda dengan pemerintah (satpol pp dan dinas pasar) apakah pernah terjadi benturan dan bagaimanakah penyelesaiaannya? 14. Bagaimanakah pendistrubusian bila ada bantuan dari pemerintah (tenda)? 15. Upaya apakah yang anda lakukan agar anda tetap diperbolehkan menjadi PKL? 16. Apakah kendala/permasalahan yang timbul ketika anda menjadi PKL? 17. Apakah ada pungutan liar bagi PKL disekitar alun-alun? 2.Pembeli A. Data Informan 1. Siapakah nama anda dan berapa usia anda? 2. Apakah pekerjaan anda? 3. Dimanakah anda tinggal? B. Modal Sosial PKL 1. Apakah anda mengenal dengan baik PKL ? 2. Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PKL? 3. Apakah anda percaya dengan kualitas barang yang diungkapkan oleh PKL? 4. Mengapa anda memilih membeli/berbelanja di PKL? 5. Apakah anda berlangganan membeli kepada PKL tertentu? 6. Bagaimanakah pendapat anda mengenai hubungan PKL dengan sesama PKL? 3.Pemda ( Satpol PP dan Dinas Pasar ) 1. Bagaimanakah arah kebijakan Pemda Ngawi terhadap perkembangan PKL di Kabupaten Ngawi? 2. Pernahkah ada konflik terkait PKL di Kabupaten Ngawi? 3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk tetap menjaga ketertiban dan keamanan terkait PKL? 4. Apakah pernah ada upaya penertiban PKL yang dilakukan oleh Pemda? 5. Bagaimanakah sikap dari PKL terhadap upaya penertiban atau pelaksanaan aturan-aturan terkait dengan PKL? 6. Apakah upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka membatasi perkembangan PKL di Kabupaten Ngawi? 7. Bagaimanakah hubungan PKL dengan pemerintah daerah terutama dengan satker terkait? 8. Apakah ada bantuan/kredit modal yang diberikan kepada PKL? 9. Bagaimanakah teknis pendistribusian bantuan tenda kepada PKL? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN II TRANSKRIP WAWANCARA
2. Pedagang Kaki Lima Nama Informan
Sutrisno
Hari/tanggal
Sabtu, 22 Oktober 2011, Minggu, 23 Oktober 2011, Kamis, 27 Oktober 2011
Waktu
16.00 – 17.30 WIB
Tempat
Lapak Dagangan Sego Pecel di sekitar alun-alun Ngawi
No Pertanyaan Jawaban 1. Siapakah nama anda atau nama Nama saya Sutrisno, teman-teman biasa panggilan anda sehari-hari? manggil (memanggil) Tris atau pak Trisno 2. Berapakah umur anda sekarang, apakah anda asli penduduk Umurnya sudah banyak mbak, hehehehe Ngawi dan dimana anda tinggal? 43 Tahun. Alamat rumah di Krajan , masuknya Kelurahan Ketanggi RT 04 3. Bagaimanakah latar belakang RW 01. pendidikan anda? Pendidikan sampai SMA mbak, dulu gak ada biaya untuk melanjutkan kuliah. Jaman dulu yang kuliah jarang sekali. 4. Apakah anda sudah menikah, Jadi ya cukup SMA trus nikah mbak. siapa saja anggota keluarga anda tersebut? Sudah mbak, saya tinggal bersama istri dan 3 orang anak. Istri saya ibu rumah tangga. Dia asli Ngawi juga, anak pertama sudah lulus SMA, sekarang sedang cari kerja. Anak kedua masih 5. SMA yang terakhir masih SD mbak. Apa jenis usaha kaki lima anda? Rencananya cuma punya 2 anak, eh malah dapat kuncritan.
6.
Yang saya jual utamanya Nasi pecel, ada juga berbagai macam gorengan dan juga ada disini mbak. commitminuman,degan to user Sudah berapa lama anda menjadi Biasanya pembeli kalau sudah makan
perpustakaan.uns.ac.id
7.
8.
9.
digilib.uns.ac.id
pedagang kaki lima, sebelum nasi pecel minumnya es degan. Nyamleng anda usaha seperti sekarang ini, mbak. apa saja usaha anda atau anda bekerja sebagai apa sebelumnya? Saya dulu bekerja jadi buruh pabrik di Jakarta, trus waktu itu ada PHK mbak. Bagaimana anda melakukan Karena termasuk buruh baru saya aktivitas usaha ini mulai dari dipecat. Saya trus pulang kampong dan awal anda berangkat dari rumah jadi PKL ini, sudah ada sepuluh tahunan. hingga pulang ke rumah? Dari rumah berangkat jam 10an, membawa semua barang dagangan tentu saja sama istri dan kadang di bantu anakanak. Tdasar dagangan, nanti pas jam Bagaimanakah anda memulai istirahat pegawe dah siap dagangannya. usaha PKL? Buka biasanya sampe jam 10 malam mbak. Setelah saya di PHK, lalu pulang ke Ngawi luntang-luntung ga karuan trus saya mikir coba usaha apa yang ga susahsusah tapi banyak peminatnya, akhirnya saya nekat buka warung sego pecel ini mbak, lha tak piker klo cuman bikin Darimanakah anda mendapat pecel aja saya sendiri kan juga bias, informasi dan modal usaha untuk apalagi pecel kan sudah jadi makanan menjadi PKL? sejuta umat yg familier dan banyak penggemarnya di daerah sini
Saya mulai jualan nasi pecel sudah lama, idenya dari teman di Sragen yang sudah terlebih dahulu jualan disana. Dengan modal yang tidak terlalu besar dan mudah untuk dijalankan akhirnya saya mencoba 10. untuk menjadi PKL. Pemilihan lokasi inipun saya meminta bantuan dari teman saya itu. Karena dia lebih berpengalaman, 11. dan akhirnya saya berjualan disini Pertimbangan apa yang anda katanya kalau jualan disekitar alun-alun pergunakan dalam memilih pasti laris soalnya rame, di pusat kota. lokasi berdagang? Modalnya saya dapat dari pinjam ke 12. saudara, sedikit-sedikit saya saur dari Apakah ada pihak keluarga yang hasil berdagang ini. ikut membantu anda dalam berusaha setiap hari? Kalo saya milih lokasi yang pasti ya sing rame, strategis dan banyak yang commit to user Apakah anda turut serta menjadi mengunjungi mbak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anggota paguyuban PKL , dampak apa yang anda rasakan? Ya yang pasti istri saya mbak, dan anak pertama saya sambil nyari-nyari kerja ya bantuin bapaknya buka warung
13.
Apakah anda pernah meminjam 14. barang/uang kepada PKL yang lain? Bagaimanakah prosedurnya?
15. Apakah anda pernah membantu PKL yang lain?
Paguyuban ini merupakan suatu media untuk tujuan bersama agar PKL lebih terorganisir, informasi dapat tersaring dan dapat dipertanggung jawabkan. dan utamanya bertujuan untuk menjaga hubungan antar PKL tetap baik, lingkungan tetap aman, menghindari perselisihan sehingga dapat berdagang dengan nyaman Tidak ada paksaan mau jadi anggota ya monggo (silahkan) gak mau ya gak jadi masalah. Kalau sudah mau jadi anggota paguyuban harus tertib administrasi, kompak dan mematuhi aturan yang sudah dibuat bersama-sama. Dampak yang saya rasakan ya lebih dekat dengan pedagang lain. Kekeluargaannya erat mbak, gak ketinggalan informasi, bias dapat bantuan modal juga, kan ikut koprasi juga mbak.
Kalau barang sudah biasa mbak, taopi kalau uang jarang pinjam ke sesame PKL kalau gak ke Koperasi yak e saudara saja. Apakah ada kegiatan arisan atau Biasane sesama pedagang pas saya butuh 16. yang lain untuk memupuk mereka juga lagi butuh. Ngepasi. kebersamaan sesama PKL? hehehehe Ya yang namanya sama-sama cari makan, cari nafkah ya harus saling bantu membantu mbak, sebagai contoh Bagaimanakah hubungan anda misalnya es saya habis saya bias nempil dengan PKL yang tidak menjadi es ke warung sebelah 17 anggota paguyuban? Jimpitan itu iuran sukarela, tidak banyak hanya Rp. 500,- tetapi berkelanjutan setiap sebulan sekali. Dana tersebut nantinya dipakai kalau ada PKL yang sakit atau kena musibah. 18. Pernahkah anda mendapat Ada arisan juga, sebuklan sekali pas to user rutin paguyuban mbak bantuan/kredit modal usahacommit dari pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintah?
19. Bagaimanakah hubungan anda dengan pembeli, dan usaha apakah yang anda lakukan agar pembeli bisa menjadi langganan anda?
Perbedaan hubungan yang mencolok sich gak ada ya mbak, biasa-biasa aja. Ratarata tetap baik namanya tiap hari ketemu, sama-sama nyari duit. Tapi memang beda mbak, kalau sesame anggota paguyuban terasa lebih guyub, lebih dekat saja. Apalagi sering curhat, crita-crita waktu pertemuan jadinya lebih merasa senasib. Dapatnya ya dari koperasi itu mbak, itukan modalnya juga dari pemerintah. Jadi kalau kita pinjam ke koperasi ya sama aja bantuan dari pemerintah juga. Kalau yang langsung ke dinas malah belum mbak.
Bagaimanakah hubungan anda dengan pemerintah (satpol pp dan dinas pasar) apakah pernah 20. terjadi benturan dan bagaimanakah penyelesaiaannya? Hubungannya baik mbak, ramah itu kunci utama trus saya juga sering ngapalne nama langganan saya. kalau hapal namanya itu rasanya lain, jadi lebih dekat. Trus saya juga berusaha untuk tidak mengecewakan langganan mbak. 21. Hubungan baik mbak,dengan satpol baik. Bagaimanakah pendistrubusian Meskipun kadang-kadang ada pedagang bila ada bantuan dari pemerintah yang bandel trus ditegur satpol malah jadi 22. (tenda)? rame. Tapi ya gak rame sekali mbak. Selalu bias diselesaikan dengan kekeluargaan. Gak sampek demo-demo kayak di tipi-tipi itu mbak. Buat apa demo, wong nyari duit kok ndadak rame. Kalau kita patuh aturan gak bandelbandel banget satpolnya juga gak akan 23. Upaya apakah yang anda ngetati. Rasane ewuh pakewuh mbak. lakukan agar anda tetap Jadi ya sama-sama menjaga saja. diperbolehkan menjadi PKL? Untuk pendistribusian bantuan tenda kepada PKL di sekitar alun-alun Apakah kendala/permasalahan diutamakan kepada anggota paguyuban yang timbul ketika anda menjadi yang benar-benar membutuhkan dan PKL? sesuai sasaran. Jika anggota paguyuban sudah mendapatkan semua baru dikasih ke PKL lain yang memang membutuhkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apakah ada pungutan liar bagi Yang pasti mengikuti aturan yang sudah PKL disekitar alun-alun? ada mbak. Itu saja kuncinya, kalau kita mematuhi aturan gak ada alasan kita gak boleh dagang. Permasalahannya modal mbak, kalau dapat tambahan modal dari pemerintah lebih bagus lagi. Usaha bias berkembang. Hehehehe Kalau masalah dengan sesame PKL jarang mbak, paling ya masalah sepele saja. Diselesaikan secara kekeluargaan pasti beres. Dulu memang marak adanya pungli, tetapi setelah terbentuk paguyuban pungli jadi berkurang. Karena kami menjadi lebih terorganisir. Kalau ada apa-apa ya getok tular ke sesama PKL. Termasuk masalah keamanan. Kami bertanggung jawab atas keamanan kami sendiri. Tidak bisa mengandalkan petugas (satpol) karena mereka tidak ada yang khusus menjaga PKL. Jadi kami saling menjaga satu sama lain. Pernah mengeluh masalah pungli dan memang di tangani, meskipun kadang-kadang masih ada. Jika ditemukan kami langsung lapor ke pak pegy.
Nama Informan
Sukarjo
Hari/tanggal
Rabu, 19 Oktober 2011, Sabtu, 22 Oktober 2011, Kamis, 27 Oktober 2011
Waktu
18.00 – 20.30 WIB
Tempat
Lapak Dagangan Angkringan di sekitar alun-alun Ngawi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
No Pertanyaan Jawaban 1. Siapakah nama anda atau nama Disini biasa diundang (dipanggil) Mbah panggilan anda sehari-hari? Jo kalau nama lengkapnya Sukarjo 2.
3.
4.
5.
Berapakah umur anda sekarang, Umur saya…. Berapa ya mbak? Ya ada apakah anda asli penduduk kalau 58 tahunan. Tinggal di Gang Ngawi dan dimana anda tinggal? Mawar Jl. Imam Bonjol, RT 03 RW 04 Kelurahan Margomulyo. Bagaimanakah latar belakang pendidikan anda? Cuma SD mbak, itu pun mrotol (putus) gak sampe lulus kok. Penting dah bisa moco nulis (baca tulis) sama etung-etung Apakah anda sudah menikah, (berhitung). siapa saja anggota keluarga anda tersebut? Sudah, istri saya orang Magetan tinggalnya ikut saya disini. Anak saya 2. Yang mbarep sudah nikah sama orang Geneng, yang kedua masih nganggur. Semuanya tinggal sama saya mbak jadi satu, umpeg-umpekan (berdesakdesakan). Anak saya belum bisa buat rumah, kalau ngontrak saya kasihan ya Apa jenis usaha kaki lima anda? biar sumpek (sesak) asal ayem (tenteram) gak papa mbak.
6.
7.
8.
9.
Namanya warung angkringan jualannya ya wedang kopi, wedang teh, es marimas, Sudah berapa lama anda menjadi es Nescafe, es susu. Banyak jenis pedagang kaki lima, sebelum minumannya, tempe goreng sama sego anda usaha seperti sekarang ini, kucing. apa saja usaha anda atau anda bekerja sebagai apa sebelumnya? Sudah lebih dari 5 tahun mbak, Dulunya narik becak mbak, udah gak kuat lagi Bagaimana anda melakukan sekarang jadi pedagang angkringan. aktivitas usaha ini mulai dari awal anda berangkat dari rumah hingga pulang ke rumah? Kalo yang namanya angkringan ya kita biasa buka menjelang malam mbak, siapsiap barang dagangan dari sore jam-jam ashar, lalu berangkat gelar lapak bar maghrib, nek pulangnya ya ga tentu, Bagaimanakah anda memulai kadang kalo laris jam 12-an sudah kukut, usaha PKL? tapi kalo pelanggan masih betah cangkruk-an ya ditunggu sampai commit to user cangkrukan-nya bar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karena awak yang ga mendukung untuk narik becak ae, saya coba cari penghasilan lewat jalan lain, lha kebetulan anak-anak muda sini hobinya cangkrukan dan modalnya juga ga besarbesar amat, terjangkau akhirnya saya modal nekat aja mbak buka angkringan Darimanakah anda mendapat ini, ya syukur ternyata angkringannya informasi dan modal usaha untuk juga lumayan hasilnya, minimal ada menjadi PKL? pelanggan tetap lah dari anak-anak muda sini juga klub motor ada pula yg angkringan sini dijadikan arena mangkal
10.
11. Pertimbangan apa yang anda pergunakan dalam memilih lokasi berdagang? 12. Apakah ada pihak keluarga yang ikut membantu anda dalam berusaha setiap hari?
Dulu saya narik becak, trus karena sering ngopi di angkringan di Jl. A. Yani saya jadi tertarik untuk membuka usaha yang sama. Pertama saya tanya-tanya bagaimana caranya, resiko untung rugi dan modal. Setelah mendapatkan informasi yang cukup saya berani untuk mencoba menjadi PKL, sekarang saya gak jadi tukang becak lagi selain sudah tua saya kecapekan kalau harus kerja dari pagi hingga malam. Modalnya dari nyelengi hasil saya narik becak mbak, sedikit-sedikit terkumpul akhirnya bias buka. Modalnya juga gak banyak kok mbak
Apakah anda turut serta menjadi Lha kalo saya ya mestine yg rame mbak 13. anggota paguyuban PKL , dampak apa yang anda rasakan? Istri saya mbak, selalu menemani dari bukak dasar sampe kukut Apakah anda pernah meminjam barang/uang kepada PKL yang Ikut mbak, lebih guyub, kekeluargaan. lain? Bagaimanakah Trus kalau kumpul bias cerito-crito. prosedurnya? Kalau ada masalah ya dibantu. Trus kalau ada bantuan dari pemerintah ada yang 14. ngurusne mbak, jadi gak perlu repotrepot. Pinjam meminjam itu sudah biasa mbak, commitkalau to usersaya kehabisan barang dagangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15.
karena klarisan (laris) ya pinjam punya Apakah anda pernah membantu tetangga dulu, nanti saya ganti kalau PKL yang lain? sudah selo (waktu luang). Kalau pinjam uang ya juga pernah, gak bisa selalu 16. njagakne (mengandalkan) koperasi. Karena kebutuhan gak bisa disemayani Apakah ada kegiatan arisan atau (ditunda-tunda). Gak ada syaratnya yang lain untuk memupuk mbak, yang penting percaya saja. kebersamaan sesama PKL? Ya sesama wong dodolan, cari makan Apakah ada perbedaan hubungan susah ya lebih baik saling tulung mbak, dengan PKL yang tidak menjadi apalagi rata-rata kan kita juga 17. anggota paguyuban? bertetangga, asalnya orang dekat-dekat sini juga Ada mbak, ada arisan ada jimpitan juga. Trus juga ada kerja bhakti bareng-bareng sebulan sekali. 18. Pernahkah anda mendapat bantuan/kredit modal usaha dari Gak ada bedanya mbak, sama aja. Samapemerintah? sama cari uang, bedanya saya ikut klumpukan mereka tidak. Trus saya jimpitan mereka tidak. Asal mereka baik ya kita juga baik ke mereka. Ya itu kan sudah pilihan mereka, kalau jadi anggota Bagaimanakah hubungan anda paguyuban enak mbak kalau ada apa-apa dengan pembeli, dan usaha banyak yang nyengkuyung. Kan sudah apakah yang anda lakukan agar seperti keluarga. pembeli bisa menjadi langganan anda? Bantuannya ya dapat tenda mbak, buat dagangan. Disragamne biar kelihatan 19. bagus katanya. Memang bagus tapi gak semuanya yang dapat. Kalau kredit usaha belum ada mbak. Dapatnya ya dari koperasi itu. 20.
Angkringan itu tempat nongkrong, ngumpul-ngumpul dan crito-rito mbak. Biasanya yang nongkrong sudah samaBagaimanakah hubungan anda sama kenal, seperti satu perkumpulan dengan pemerintah (satpol pp atau satu tempat kerja. Saya ya ramah 21. dan dinas pasar) apakah pernah mbak, melayani apa yang mereka terjadi benturan dan inginkan trus kuncinya agkringan itu bagaimanakah sabar. Sabar nunggu yang cangkruk. Saya 22. penyelesaiaannya? gak mungkin nyuruh mereka bubar kalau commitmemang to user mereka belum pingin bubar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagaimanakah pendistrubusian Meskipun sampai malam ya tetap bila ada bantuan dari pemerintah ditunggu, kalau mereka betah minumnya (tenda)? nambah, jajanannya bias habis juga 23. mbak. hehehehe Hubungan ya baik, kalau ditegur satpol Upaya apakah yang anda ya manut. Memang melanggar ya sadar lakukan agar anda tetap diri, saya orangnya gak mau repot mbak. diperbolehkan menjadi PKL? Dari pada angel-angel ndang manut ngko lak beres dewe. hahahahaha Apakah kendala/permasalahan yang timbul ketika anda menjadi Saya gak tahu mbak, yang ngurus dari PKL? dinas sama perwakilan paguyuban. Ya pak tris dkk. Saya kan anggota paguyuban ya saya percayakan ke mereka saja. Gak mau repot mbak. Apakah ada pungutan liar bagi PKL disekitar alun-alun? Manut mbak, manut aturan trus jaga kebersihan. Intinya itu saja. Permasalahannya cuaca mbak, sekarang lagi musim hujan jadi gak bias buka sampai malam. Trus untungnya juga gak banyak, karena barang dagangan nyisa banyak. Sekarang, setelah laporan ya sudah tidak ada lagi mbak. Apalagi setelah ada paguyuban. Mereka takut mau narik, lha kita jadi tahu kalau itu gak bener dari paguyuban juga. Trus kita kompak untuk nolak.
Nama Informan
Atik
Hari/tanggal
Kamis, 27 Oktober 2011, Sabtu 29 Oktober 2011
Waktu
15.00 – 17.00 WIB
Tempat
Lapak Dagangan Angkringan di sekitar alun-alun Ngawi
No Pertanyaan Jawaban 1. Siapakah nama anda atau nama Nama panggilan Atik mbak, tapi kalau commit to user panggilan anda sehari-hari? lengkapnya Martatik. Nama Martatik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kalau disini malah gak banyak yang kenal, gak banyak yang tahu. Tahunya ya Atik aja. 2.
Berapakah umur anda sekarang, apakah anda asli penduduk Umur 32 tahun mbak, tinggalnya di Jalan Ngawi dan dimana anda tinggal? trunojoyo gang Mayang No 1
3.
Bagaimanakah latar pendidikan anda?
4.
5.
6.
belakang
Pendidikan terakhir SMK mbak. Pinginnya lanjut kuliah tapi keburu kawin Apakah anda sudah menikah, (menikah)… hehehehe siapa saja anggota keluarga anda tersebut? Sudah, suami saya asli sini mbak. Saya aslinya Bojonegoro ikut suami kesini. Anak satu, perempuan. Sekarang sudah kelas 1 SMA. Tinggalnya masih ngontrak mbak belum punya rumah sendiri. Apa jenis usaha kaki lima anda? Jualan saya ada berbagai macam minuman, panas ada dingin ada, es degan juga ada, sego kucing dan gorengan trus Sudah berapa lama anda menjadi jualan tempura juga. pedagang kaki lima, sebelum anda usaha seperti sekarang ini, Dulu gak kerja, jadi ibu rumah tangga. apa saja usaha anda atau anda Kerjanya ya cuma kerjaan di rumah. bekerja sebagai apa sebelumnya? Sudah sekitar 4 tahun ini mbak.
7. Bagaimana anda melakukan aktivitas usaha ini mulai dari awal anda berangkat dari rumah Kalo saya mulai gelar dagangan ya dari hingga pulang ke rumah? pagi jam 9-an sudah siap, gerobak ditarik 8. pake motor dibantu suami saya, nanti jualan biasanya sampe sekitar jam 10 Bagaimanakah anda memulai malam usaha PKL? Mulainya ya coba-coba mbak, niat 9. semoga bisa bantu suami untuk mencari nafkah, Alhamdulillah ternyata sedikit banyak juga mampu ngewangi Darimanakah anda mendapat informasi dan modal usaha untuk Saya bukan asli Ngawi, suami saya yang menjadi PKL? asli sini. Ketika mau mulai dagang modalnya dari meminjam ke kakak suami saya. Modal itu kami kembalikan dengan cara diangsur. Karena meminjam kepada commit to user sendiri jadi gak pake jaminan 10. keluarga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga gak ada bunga. Alhamdulillah sedikit membantu dan usaha bisa jalan sampai sekarang. 11. Pertimbangan apa yang anda pergunakan dalam memilih Rame, banyak yang mengunjungi, dan ini lokasi berdagang? mbak kemanannya terjamin..he..he… kan saya bukan orang asli sini juga 12. Apakah ada pihak keluarga yang Suami mbak, tapi yak karena punya ikut membantu anda dalam kerjaan lain, suami cuma bantu pas buka berusaha setiap hari? dan kukutnya saja Apakah anda turut serta menjadi anggota paguyuban PKL , Saya tidak berminat menjadi anggota dampak apa yang anda rasakan? paguyuban, karena menurut saya 13. pengurusnya gak bisa ngurus paguyuban. Pengurusnya juga dari PKL, pendidikannya juga rendah. Ya saya tidak percaya saja. Apalagi sama-sama nyari duit, pasti masing-masing berusaha Apakah anda pernah meminjam mencari keuntungan. Jadi ya sudah, kerja barang/uang kepada PKL yang sendiri-sendiri saja. lain? Bagaimanakah prosedurnya? Meminjam itu wajar mbak, kalau gak punya ya minjam. Kalau dagangannya 14. laris, pas habis trus ada pembeli dari pada mengecewakan ya saya pinjam dulu ke pedagang lain. Nanti gentian mbak. Kalau uang saya berusaha untuk gak pinjam mbak, dicukup-cukupne kalau 15. kepaksa ya pinjam ke saudara kalau gak Apakah anda pernah membantu ada baru pinjam ke pedagang lain, itupun PKL yang lain? pedagang yang sudah kenal dekat mbak. Ya pernah mbak, kami biasa saling nempil barang, missal ada pembeli yang Apakah ada dampak negative minta barang ini dagangan saya pas ga 16. yang anda rasakan karena tidak ada yang ditempilkan di warung sebelah, menjadi anggota paguyuban? nanti saling gentian mbak. Resiko gak jadi anggota paguyuban memang ada. Kadang ketinggalan informasi, seperti ada acara-acara besar Bagaimanakah hubungan anda di Alun-alun gak dikasih tahu jadi dengan PKL yang menjadi persiapan barang dagangan sedikit. commit to user anggota paguyuban? Kemaren juga ada bantuan dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintah tapi saya juga gak dapat. 17. Hubungan tetap baik, ya saling tolong menolong juga. Tetapi kadang juga ketinggalan informasi. Kalau ada berita apa gitu tahunya yang terakhir mbak. Biasanya yang tahu ya yang ikut paguyuban itu. Dikasih tahu bisa juga 18. Pernahkah anda mendapat lewat sms. Kalau ada kerja bhakti saya bantuan/kredit modal usaha dari tetap ikut mbak, gak peduli anggota pemerintah? paguyuban atau tidak kalau kebersihan kan saya juga harus ikut tanggung jawab. Bantuan apa ya mbak? Kemaren ada bantuan tenda tapi saya gak dapat. Gak kebagian yang kebagian itu kebanyakan Bagaimanakah hubungan anda malah yang anggota paguyuban. Gelo, dengan pembeli, dan usaha tapi ya mau gimana. Mau protes katanya apakah yang anda lakukan agar giliran gak cukup kalau dibagi merata. pembeli bisa menjadi langganan anda? Langganan saya kebanyakan anak muda, 19. anak-anak SMA. Kalau sudah ngumpul rame banget kebetulan anak saya juga seusia dengan mereka jadi sangking akrabnya sudah saya anggap anak sendiri. Harus bisa menyesuaikan diri dengan bahasa dan selera mereka, jadi gaul istilahnya. Hehehehe. Awalnya saya hanya berjualan minuman dan gorengan (angkringan) trus mereka usul gimana Bagaimanakah hubungan anda kalau jualan tempura juga pasti banyak dengan pemerintah (satpol pp yang beli. Akhirnya saya memutuskan dan dinas pasar) apakah pernah untuk menjual tempura dan hasilnya terjadi benturan dan memang laris. bagaimanakah penyelesaiaannya? Rata-rata hubungannya baik. Lha pak satpolnya banyak juga yang jadi pelanggan saya. Biasanya kalau pas piket beli sego kucing ya di saya. Tapi pernah 20. juga mbak tenda saya sudah saya berdirikan susah-susah malah dibrukne. Padahal baru saya tinggal ambil air di kran dekat kantor situ (pemda) malah tenda saya tahu-tahu dah rubuh. Ternyata ditertibkan satpol katanya belum commit to user 21. waktunya buka. Memang saya buka agak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siang mbak. Tapi ya trus saya labrak satpolnya, orang cari duit dah susah kok dibikin susah lagi. Trus pak stpolnya bilang kalau buka dasar ya sesuai aturan. Bagaimanakah pendistrubusian Trus diam saja, mungkin karena saya bila ada bantuan dari pemerintah perempuan mbak. Tapi ya saya tetep 22. (tenda)? ngomel, gak perlu sampai di brekne gitu, diberitahu saja dulu to… ya akhirnya saya pergi, memang tahu salah tapi rasane mangkel. Upaya apakah yang anda Bantuan tenda kemaren dari dinas lakukan agar anda tetap langsung diberikan ke paguyuban, jadi diperbolehkan menjadi PKL? yang dapat ya anggota paguyuban saja. Yang seperti saya ini jadi no sekian. Gak 23. dapat katanya besok-besok pasti dapat. Ya ditunggu saja. Mematuhi aturan yang sudah dibuat, Apakah kendala/permasalahan kadang melanggar juga. Tapi kalau sudah yang timbul ketika anda menjadi ditegur ya manut. Usaha cari duit sudah PKL? susah jangan dibuat susah lagi. Trus jaga kebersihan, jangan sampai tempat kita biasa dagang kotor. Kalau kotor nanti pasti ditegur lagi mbak. Masalahnya kalau saya keamanan mbak, saya kan bukan orang asli sini mbak. Dagangnya juga jarang ditemani suami, Apakah ada pungutan liar bagi saya juga bukan anggota paguyuban. PKL disekitar alun-alun? Kadang agak was-was juga. Ada pungli mbak. Ya anak-anak muda itu kalau malam trus minta-minta katanya untuk keamanan. Makanya saya gak mau dagang sampai malam-malam. Seperti saya bilang mbak, ada…. Mereka bilang untuk keamanan. Kalau malammalam baru narik. Ya terpaksa saya beri. Saya takut. Tapi sekarang sudah mulai berkurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pembeli Nama Informan
Deden
Hari/tanggal
Rabu, 19 Oktober 2011
Waktu
15.00 – 17.00 WIB
Tempat
Lapak Dagangan Angkringan di sekitar alun-alun Ngawi
No Pertanyaan Jawaban 1. Siapakah nama anda dan berapa Bisa di panggil Deden Mbak, usia 24 usia anda? tahun. 2. Apakah pekerjaan anda? Saya Pegawai Negeri di Pemda Ngawi. 3. Dimanakah anda tinggal? Saya Asli madiun, karena diterima sebagai PNS di Ngawi saya ngekos di Jl. 4. Muh. Ilyas No. 23 Apakah anda mengenal dengan baik PKL ? Mengenal dengan baik sih tidak, tapi karena sering beli disini ya akhirnya jadi langganan juga mbak, ya sekedar kenal 5. sajalah tapi sudah saling tau
6.
7.
8.
Apakah anda puas dengan Ya kalo saya sih ada rupa ada harga lah pelayanan yang diberikan oleh mbak, mayoritas PKL kan untuk makan PKL? minum ato keperluan lain harganya miring meskipun menunya ya hanya ituitu saja Apakah anda percaya dengan Saya percaya dengan yang dikatakan kualitas barang yang pedagang, kalau barangnya bagus bilang diungkapkan oleh PKL? bagus kalau kurang bagus bilang kurang bagus. Seperti kemaren pas saya mau beli es degan pedagangnya bilang degannya gak terlalu bagus tapi karena sudah percaya dan hubungan sudah dekat dengan pedagang ya saya tetap beli disitu, gak enak mbak kalau beli di tempat lain. Sungkan, sudah kenal dekat soale. Mengapa anda memilih membeli/berbelanja di PKL? Karena harga menyesuaikan kantong commitmbak..hehehe…. to user
perpustakaan.uns.ac.id
9.
digilib.uns.ac.id
Apakah anda berlangganan membeli kepada PKL tertentu? Kalo dibilang berlangganan bisa iya bisa tidak mbak, soalnya ya seringnya mangkal di satu tempat tapi kadang suka coba-coba juga ke PKL yang lain, tapi untuk prioritas ya tetap disini mbak Bagaimanakah pendapat anda soalnya sama bakulnya sdh kenal sih mengenai hubungan PKL dengan sesama PKL? Kalo saya lihat sih baik mbak, yang sering saya lihat ya budaya nempil itu mbak, berarti kan hubungannya terlihat saling bantu membantu
Nama Informan
Aditya
Hari/tanggal
Minggu, 23 Oktober 2011
Waktu
19.00 – 20.30 WIB
Tempat
Lapak Dagangan Angkringan di sekitar alun-alun Ngawi
No Pertanyaan Jawaban 1. Siapakah nama anda dan berapa Nama Aditya Yudha, biasa dipanggil usia anda? Adit umur 29 tahun. 2. Apakah pekerjaan anda?
Wira usaha mbak, punya usaha warnet dan laundry kecil-kecilan di rumah.
Dimanakah anda tinggal?
Rumah dekat mbak, di Perumahan Lawu Indah Gg. II No. 13.
3.
4.
Rata-rata kalo anak muda sini yang Apakah anda mengenal dengan sering cangkrukan ya sudah kenal mbak baik PKL ? sama pemilik warung, soalnya anak muda sini kalo sudah nyangkruk di satu angkringan ya rata-rata ga mau pindah ke angkringan lain, apalagi kalo sudah punya komunitas
5. Standart lah mbak, kalo kita sih anak Apakah anda puas dengan muda ngangkring itu ya wahana untuk pelayanan yang diberikan oleh gathering saja, kumpul bareng komunitas, PKL? ngobrol ngalor-ngidul sambil rokok’an dan minum kopi ato es, jadi pelayanan commit to user dari pemilik angkringan asalkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orangnya ramah dan mau kita tempatin lama-lama ya sudah baik pelayanannya..hehehe…
6.
7.
8.
9.
Apakah anda percaya dengan Ya percaya mbak, lha wong Cuma itu-itu kualitas barang yang saja dagangannya. Kecuali kalo ada yang diungkapkan oleh PKL? jual rica-rica ato sate tusuk itu kadang saya sangsi juga dengan bahannya. Iya karena bawaannya santai mbak, ga Mengapa anda memilih kesusu bisa ngangkring lama-lama, coba membeli/berbelanja di PKL? kalo ngumpul di café ato restoran, habis makan lak keburu diusir sama pemilik café ato restorannya.. Apakah anda berlangganan Saya tergantung komunitas mbak, kalo membeli kepada PKL tertentu? teman-teman suka mangkal disini ya ikutikutan, tapi tak tertutup juga untuk mencoba angkringan yang lain Bagaimanakah pendapat anda mengenai hubungan PKL dengan Sesama PKL di Ngawi saya lihat ya sesama PKL? masih saling bantu membantu lah, persaingan ada tapi tidak terlalu mencolok
4. Pemerintah Daerah Nama Informan
Pegy Yudho
Hari/tanggal
Rabu, 19 Oktober 2011, Jumat, 4 November 2011
Waktu
13.00 – 14.30 WIB
Tempat
Kantor Satpol PP Kabupaten Ngawi
No Pertanyaan 1. Bagaimanakah arah kebijakan Pemda Ngawi terhadap perkembangan PKL di Kabupaten Ngawi?
2.
Jawaban Arah kebijakan lebih kepada pembinaan PKL yang sudah ada dan bukan kepada pelestarian. Kita berharap PKL dapat menjalankan aturan yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Kita sebagai penegak perda melakukan pengawasan pelaksanaannya di lapangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
4.
digilib.uns.ac.id
Pernahkah ada konflik terkait Konflik yang terjadi tergolong konflik PKL di Kabupaten Ngawi? kecil dalam artian konflik antar pedagang dengan permasalahan yang remeh, seperti kesalah fahaman dan perebutan tempat berdagang. Tetapi permasalahan tersebut segera bisa diselesaikan dengan kekeluargaan, dengan satpol sebagai mediatornya. Bagaimanakah upaya yang dilakukan pemerintah daerah Upaya pemerintah yang pertama adalah untuk tetap menjaga ketertiban menetapkan aturan, terkait dengan hak dan keamanan terkait PKL dan kewajiban dari PKL itu sendiri. benarkah masih ada pungli dari Kemudian menetapkan jenis sangsi dan orang yang tidak hukumannya. Memberikan teguran bertanggungjawab? kepada mereka yang melanggar serta pembinaan secara berkala kepada PKL. Upaya meningkatkan rasa kekeluargaan dengan mengadakan acara secara bersama-sama, kadang kami juga diundang sebagai nara sumber pada pertemuan paguyuban. Dan mengadakan kerja bakti membersihkan alun-alun bersama-sama. Jika kekeluargaan dan rasa memiliki kuat maka akan ada upaya untuk saling menjaga satu sama lain. Keamanan akan terbentuk dengan sendirinya. Terkait masalah pungli kami sudah mulai untuk menertibkan, penarik pungli kebanyakan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Untuk pungli dari anggota kami, segera kami tindak dengan tegas. Memang ada tetapi oknum-oknum tersebut sudah mendapatkan sangsi sesuai dengan aturan yang ada. Penarik pungli biasanya Apakah pernah ada upaya menarik para PKL yang lemah, mereka penertiban PKL yang dilakukan yang tidak masuk sebagai anggota oleh Pemda? paguyuban serta terletak jauh dari keramaian. Sebenarnya dalam aturan sudah tercantum dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan, tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada ewuh pakewuh. Rasa sungkan kepada commitpara to user PKL karena kita tahu bahwa itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan usaha mereka untuk mencari nafkah. Sehingga dalam pelaksanaannya Bagaimanakah sikap dari PKL lebih kepada pembinaan bukan terhadap upaya penertiban atau hukuman. Sehingga diharapkan untuk pelaksanaan aturan-aturan terkait kedepannya para PKL dapat mengikuti dengan PKL? peraturan yang ada.
5. Apakah upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka membatasi perkembangan PKL di Kabupaten Ngawi?
Pada umumnya mereka menaati dengan baik dan mengikuti aturan-aturan yang ada. Jikalau ada pedagang yang memberontak itu sudah biasa, tetapi jumlah mereka sedikit dan ketika sudah dilaksanakan pendekatan secara intensif akhirnya mereka dapat mengerti juga. Kami lebih menggunakan cara-cara persuasive
Bagaimanakah hubungan PKL Langkah utama yaitu dengan dengan pemerintah daerah menentukan area yang dapat dijadikan terutama dengan satker terkait? lokasi berdagang bagi PKL. Diharapkan dengan pembatasan lokasi tersebut dapat menekan perkembangan PKL. Sehingga tidak mempengaruhi tata kota yang sudah ada, Jika mulai tumbuh lagi pedagang bukan pada tempat yang semestinya maka akan diadakan penertiban dan pembinaan. Hubungan tentu saja baik, selama aturan diataati maka tidak akan ada permasalahan yang timbul. Kami hanya petugas penegak perda, dan mereka berdagang untuk mencari nafkah. Jika semua bisa menjalankan peran dan tugas serta fungsi masing-masing maka kondisi akan terjaga dengan baik. Memang untuk urusan perut lebih sensitive, kami juga menyadari itu. Oleh sebab itu jika ada permasalahn yang timbul sebisa mungkin kami selesaikan dengan kekeluargaan. Karena jika tidak dapat menyulut emosi dari PKL sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nama Informan
Drs. Setianto
Hari/tanggal
Jumat, 28 Oktober 2011
Waktu
13.00 – 14.30 WIB
Tempat
Kantor Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Ngawi
No Pertanyaan 1. Bagaimanakah arah kebijakan Pemda Ngawi terhadap perkembangan PKL di Kabupaten Ngawi?
Jawaban Kebijakan pemerintah daerah terutama dinas pasar lebih kepada memberikan fasilitas dan pembinaan. Kita tidak berharap adanya penambahan jumlah PKL karena bagaimanapun PKL menempati ruang-ruang public, jika nanti PKL semakin menjamur akan jadi masalah juga untuk tata kota.
2.
3.
4.
5.
Pernahkah ada konflik terkait Permasalahan biasa terjadi terkait PKL di Kabupaten Ngawi? bantuan, karena bantuan tidak bisa diberikan secara merata. Pemberian bantuan secara bergiliran, ada juga pedagang yang belum mendapat giliran protes kepada kami. Namun setelah dijelaskan mereka akhirnya memahami. Apakah upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka Dari dinas pasar berusaha untuk membatasi perkembangan PKL memberika ketrampilan bagi mereka para di Kabupaten Ngawi? PKL. Sehingga diharapkan dengan ketrampilan yang mereka miliki mereka bisa berupaya untuk membuka usaha Bagaimanakah hubungan PKL yang lain yang lebih menghasilkan dengan pemerintah daerah terutama dengan satker terkait? Hubungan dengan PKL baik, kami selaku salah satu dinas yang ikut menangani PKL berusaha untuk memberikan pembinaan kepada para PKL. Pembinaan tersebut dapat berupa pemberian Apakah ada bantuan/kredit pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan modal yang diberikan kepada skill mereka. PKL? Bantuan selama ini dari bantuan social pemerintah daerah yang kemudian commitdijadikan to user sebagai modal pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bagaimanakah teknis pendistribusian bantuan tenda kepada PKL?
koperasi sebesar Rp. 30.000.000,Diharapkan dengan dana yang dikelola oleh PKL sendiri dapat benar-benar mencapai sasaran. Kami bekerjasama dengan dinas koperasi memberikan pembinaan, pelatihan mengenai administrasinya. Untuk perkembangan modal juga kami pantau. Bnatuan yang paling baru yaitu 50 buah tenda dari kementerian perdagangan. Tenda-tenda tersebut kami berikan kepada PKL terutama kepada mereka yang berdagang di tempat-tempat strategis dan memang membutuhkan. Kami harapkan dengan adanya tenda yang seragam dapat meningkatkan niali estetika dari PKL itu sendiri. Untuk pendistribusian di sekitar alun-alun ngawi memang kami serahkan kepada paguyuban. Karena lebih mudah untuk koordinasinya. Untuk pendistribusian bantuan tenda kepada PKL di sekitar alun-alun kota kami koordinasikan dengan ketua paguyuban PKL. Dengan tujuan supaya benar-benar menyasar kepada mereka yang membutuhkan. Tetapi kami juga melakukan cros cek di lapangan apakah sesuai dengan kriteria atau tidak. Selain itu kami juga akan selalu memberikan bantuan secara bergilir, sehingga tidak dimonopoli oleh pihak-pihak tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN III DOKUMENTASI 1. Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) sehari-hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penertiban oleh Satpol PP commit to user
digilib.uns.ac.id