NILAI EKONOMI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA DI PERUMAHAN BUGEL MAS INDAH, KELURAHAN BUGEL, KECAMATAN KARAWACI, KOTA TANGERANG
ANNISIA NIFKIAYU
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Nilai Ekonomi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Annisia Nifkiayu NIM H44090078
ABSTRAK ANNISIA NIFKIAYU. Nilai Ekonomi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA. Air limbah rumah tangga dapat menghasilkan manfaat setelah diolah menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Tujuan penelitian ini adalah mengkaji keragaan dan manfaat pengelolaan air limbah rumah tangga, menganalisis Willingness to Pay (WTP) untuk keberlanjutan IPAL dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta menganalisis kelayakan IPAL. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, Contingent Valuation Method (CVM), regresi berganda, dan analisis biaya manfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat pengolahan air limbah antara lain mengurangi debit air limbah dan beban pencemaran, meningkatkan kerjasama dan pengetahuan warga mengenai pemanfaatan air limbah, membuat lingkungan hijau, serta mengurangi biaya air rumah tangga. Penghematan rata-rata yang dilakukan rumah tangga yaitu sebesar Rp 4 920, sedangkan nilai rata-rata WTP responden yaitu sebesar Rp 3 300. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP antara lain tingkat pendapatan keluarga, lama tinggal, dan persepsi terhadap kinerja IPAL. Berdasarkan perhitungan kriteria NPV, Net B/C, dan IRR, didapatkan bahwa IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah akan semakin layak apabila iuran ditingkatkan menjadi sebesar nilai rata-rata WTP masyarakat. Kata kunci: air limbah, IPAL, Kota Tangerang, nilai ekonomi
ABSTRACT ANNISIA NIFKIAYU. The Economic Value of Wastewater Treatment in Bugel Mas Indah Housing, Bugel, Karawaci Subdistrict, Tangerang City. Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA. Wastewater that had been processed using Sewage Treatment Plant (STP) can obtain several benefits. This research was conducted to recognize the process and benefits of wastewater treatment, to analyze household’s WTP and its influential factors, and to analyze the feasibility study of the STP. The methods used in this research are qualitative and quantitative descriptive analysis, contingent valuation method, linear regression, and benefit-cost analysis. The benefits of wastewater treatment are reducing wastewater flowrate and pollution, increasing cooperation among citizen, developing knowledge about the usage of wastewater, greening the environment, and reducing household’s expenditure on water using. People can save of IDR 4 920 per month for reusing the wastewater whereas their average WTP to keep its sustainability is about IDR 3 300. The influential factors related to WTP are income rate, length of stay, and also perception about the performance of domestic STP. Furthermore, household’s average WTP value is observed to make the STP proper to be operated based on NPV, Net B/C, and IRR criteria. Keywords: economic value, sewage treatment plant, Tangerang city, wastewater
NILAI EKONOMI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA DI PERUMAHAN BUGEL MAS INDAH, KELURAHAN BUGEL, KECAMATAN KARAWACI, KOTA TANGERANG
ANNISIA NIFKIAYU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Nilai Ekonomi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang Nama
: Annisia Nifkiayu
NIM
: H44090078
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing I
Nuva, SP, M.Sc Pembimbing II Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan atas rahmat dan karunia yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai Ekonomi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, yaitu Nuryamin dan Hanidah Iriyani, serta kakak dan adik, yaitu Harfan Hian Ryanu, Tiara Triza Alissa, dan Putri Intan yang senantiasa memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian. 2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan selama skripsi. 3. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. 4. Seluruh staf Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, serta warga Bugel Mas Indah yang telah memberikan informasi dan kesempatan untuk melakukan penelitian. 5. Sahabat-sahabat Sagita, Nce, Hesti, Nissa, Lutfi, Nando, Fato, Romil, Gugat, dan Faris yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat. 6. Teman-teman satu bimbingan Sandra, Dita, Nurul, Nita, Yasmin, dan Galuh yang selalu memberikan bantuan dan semangat. 7. Teman-teman Uty, Isti, Lungit, Sari, Diena, Hilman, Abhe, Dear, serta rekan-rekan ESL 46 atas kebersamaan, semangat, dan motivasinya. 8. Dio Luiyardi atas semangat dan pelajaran hidup yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.
Bogor, November 2013
Annisia Nifkiayu NIM H44090078
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 3 1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai untuk Sumberdaya ................................................................ 7 2.2 Air Limbah Domestik ................................................................................. 7 2.3 Komposisi dan Karakteristik Air Limbah ................................................... 8 2.4 Pengolahan Air Limbah ............................................................................ 10 2.5 Internalisasi Eksternalitas ......................................................................... 11 2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 12 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis ...................................................................................... 14 3.1.1 Konsep Willingness to Pay (WTP) .................................................. 14 3.1.2 Regresi Linear Berganda .................................................................. 15 3.1.3 Studi Kelayakan ............................................................................... 16 3.2 Kerangka Operasional ............................................................................... 17 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 20 4.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 20 4.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 20 4.4 Metode Pengambilan Contoh .................................................................... 21 4.5 Metode Analisis Data ................................................................................ 21 4.5.1 Keragaan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga......................... 22 4.5.2 Manfaat Keberadaan IPAL .............................................................. 22 4.5.3 Willingness to Pay untuk Keberlanjutan IPAL ................................ 23
ii
4.5.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 25 4.5.5 Pengujian Parameter ......................................................................... 26 4.5.6 Kelayakan Ekonomi IPAL................................................................ 28 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................... 30 5.1.1 Gambaran Umum Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik ....... 31 5.2 Karakteristik Responden Masyarakat ........................................................ 32 5.2.1 Sebaran Tempat Tinggal ................................................................... 33 5.2.2 Umur dan Jenis Kelamin .................................................................. 33 5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga ................................................................ 34 5.2.4 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 34 5.2.5 Pekerjaan Kepala Keluarga .............................................................. 35 5.2.6 Pendapatan Keluarga ........................................................................ 35 5.2.7 Lama Tinggal .................................................................................... 35 5.2.8 Status Kepemilikan Tempat Tinggal ................................................ 36 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keragaan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga .................................. 37 6.1.1 Mekanisme Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga....................... 37 6.1.2 Struktur Pengelolaan IPAL............................................................... 39 6.2 Manfaat Keberadaan IPAL ........................................................................ 41 6.2.1 Manfaat Sosial .................................................................................. 41 6.2.2 Manfaat Lingkungan......................................................................... 42 6.2.3 Manfaat Ekonomi ............................................................................. 44 6.3 Willingness to Pay untuk Keberlanjutan IPAL.......................................... 45 6.3.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP .................. 47 6.4 Kelayakan Ekonomi IPAL......................................................................... 50 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan .................................................................................................... 53 7.2 Saran .......................................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 55 LAMPIRAN ........................................................................................................ 57 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 72
iii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Rata-rata volume air limbah dari daerah pemukiman ................................. 2
2
Baku mutu air limbah domestik .................................................................. 3
3
Karakteristik kimia air buangan domestik .................................................. 9
4
Jenis kegiatan dan tujuan pengolahan air limbah ...................................... 10
5
Penelitian terdahulu ................................................................................... 12
6
Matriks metode analisis data ..................................................................... 22
7
Selang nilai statistik Durbin Watson serta keputusannya ......................... 28
8
Komposisi usia penduduk Kelurahan Bugel ............................................. 30
9
Sebaran tempat tinggal responden pengguna air olahan IPAL ................. 33
10
Umur dan jenis kelamin responden pengguna air olahan IPAL ............... 33
11
Jumlah anggota keluarga responden pengguna air olahan IPAL .............. 34
12
Tingkat pendidikan responden pengguna air olahan IPAL ....................... 34
13
Pekerjaan kepala keluarga responden pengguna air olahan IPAL ............ 35
14
Tingkat pendapatan keluarga responden pengguna air olahan IPAL........ 35
15
Lama tinggal responden pengguna air olahan IPAL ................................. 36
16
Status kepemilikan tempat tinggal responden pengguna air olahan IPAL 36
17
Hasil analisis air limbah pada Perumahan Bugel Mas Indah .................... 43
18
Baku mutu air kelas tiga ............................................................................ 43
19
Manfaat ekonomi kegiatan ternak lele ...................................................... 44
20
Penghematan biaya air PDAM .................................................................. 44
21
Distribusi WTP responden untuk keberlanjutan IPAL ............................. 46
22
Hasil analisis regresi ................................................................................. 47
23
Estimasi penerimaan (inflow) tahunan proyek IPAL domestik ................ 50
24
Rincian biaya proyek IPAL domestik ....................................................... 51
25
Nilai kriteria kelayakan IPAL ................................................................... 51
iv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Pengelompokkan bahan yang terkandung pada air limbah ......................... 8
2
Hubungan unsur-unsur sistem pengelolaan air limbah kota ...................... 11
3
Diagram alur berpikir penelitian................................................................ 19
4
Proses pengolahan air limbah .................................................................... 38
5
Diagram proses pengolahan air limbah ..................................................... 39
6
Struktur Pengelolaan IPAL........................................................................ 40
7
Persentase kesediaan membayar responden untuk peningkatan iuran ...... 45
8
Persentase alasan ketidaksediaan responden ............................................. 46
9
Dugaan kurva WTP responden .................................................................. 47
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Kuesioner untuk masyarakat ..................................................................... 58
2
Kuesioner untuk pengurus IPAL ............................................................... 60
3
Dokumentasi penelitian ............................................................................. 62
4
Uji F ........................................................................................................... 64
5
Uji normalitas ............................................................................................ 64
6
Uji multikolinearitas .................................................................................. 64
7
Uji heteroskedastisitas ............................................................................... 65
8
Uji autokorelasi ......................................................................................... 65
9
Perhitungan selisih biaya air rumah tangga ............................................... 66
10
Perhitungan kriteria kelayakan investasi skenario 1 ................................. 67
11
Perhitungan kriteria kelayakan investasi skenario 2 ................................. 68
12
Baku mutu berdasarkan klasifikasi penggunaan air .................................. 69
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya yang sangat vital bagi semua makhluk hidup, terutama manusia. Keberadaan air berperan penting dalam seluruh proses kehidupan, diantaranya untuk melengkapi kebutuhan manusia dalam kegiatan sehari-hari. Kualitas dan kuantitas air adalah salah satu faktor penentu kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. Kuantitas dan kualitas air tersebut harus dipertahankan melalui strategi pengelolaan tertentu agar tetap dapat memenuhi kebutuhan manusia. Ketersediaan sumberdaya air di Indonesia cukup melimpah karena Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Akan tetapi, terdapat dua masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat. Pertama, kerusakan sumberdaya hutan yang menyebabkan fungsi hutan sebagai penyimpan cadangan air menurun sehingga ketersediaan air di musim kemarau cenderung berkurang. Masalah kedua yaitu terjadinya pencemaran sumberdaya air (Sastrawijaya 2009). Pencemaran terjadi karena adanya limbah, yaitu material buangan yang tidak diinginkan karena tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan sering menjadi sumber bencana (Soeharto 2001). Salah satu penyebab pencemaran yaitu adanya air limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga yang menggunakan zat-zat kimia seperti mandi dan mencuci pakaian. Kuantitas air limbah domestik yang dihasilkan bermacam-macam karena skala penggunaan air masyarakat untuk setiap jenis hunian berbeda. Jenis hunian masyarakat dapat dibedakan menjadi apartemen, hotel, motel, rumah tinggal keluarga, dan rumah gandengan. Besar aliran air limbah dari suatu daerah hunian umumnya diukur berdasarkan rata-rata volume air limbah yang dihasilkan per orang dalam sehari. Besar aliran air limbah ini dikalikan dengan jumlah penduduk untuk menghitung total volume air limbah domestik yang dihasilkan dari suatu wilayah pemukiman. Kisaran dan rata-rata tingkat aliran air limbah rumah tangga yang dihasilkan per orang dari berbagai jenis daerah hunian dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1 Rata-rata volume air limbah dari daerah pemukiman Sumber 1. Apartemen: Tingkat tinggi Tingkat rendah 2. Hotel 3. Tempat tinggal keluarga: Rumah pada umumnya Rumah yang lebih baik Rumah mewah Rumah tua Rumah pondok 4. Motel: Dapur Tanpa dapur 5. Rumah gandengan
Unit
Jumlah aliran (galon/unit/hari) Antara Rata-rata
Orang Orang Tamu
35 – 75 50 – 80 30 – 55
50 65 45
Orang Orang Orang Orang Orang
45 – 90 60 – 100 75 – 150 30 – 60 25 – 50
70 80 95 45 40
Unit Unit Orang
90 – 180 75 – 150 30 – 50
100 95 40
Sumber: Metcalf and Eddy, Inc. (1991)
Kebutuhan air bersih di Kota Tangerang terus meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk. Kota Tangerang memiliki laju pertumbuhan rata-rata penduduk sebesar 3.5% per tahun. Sementara itu, pelayanan air bersih yang ada belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Sistem air bersih baru memenuhi kebutuhan sebanyak 34.03% dari total penduduk. Sesuai dengan standar kota metropolitan, kebutuhan air bersih yaitu 185 liter/orang/hari. Apabila standar ini dikalikan dengan angka penduduk Kota Tangerang yang berjumlah 1 354 226 jiwa, maka total kebutuhan air bersih yaitu sebesar 250 531 810 liter/hari sedangkan kapasitas produksi air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tangerang hanya sekitar 55 900 800 liter/hari. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa permintaan air bersih di Kota Tangerang defisit (Ditjen Cipta Karya 2004). Adapun masalah lain yang terjadi di Kota Tangerang adalah tingginya volume air limbah yang mencemari air sungai. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar (84%) beban pencemaran air berasal dari air buangan domestik masyarakat. Potensi debit air limbah domestik seluruh warga Kota Tangerang mencapai 393.97 liter/detik dengan kontribusi terbesar berasal dari kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, yaitu Kecamatan Cipondoh dan Karawaci (Pemerintah Kota Tangerang 2011). Karakteristik air limbah ini perlu diperhatikan dan dikontrol agar tidak melebihi baku mutu air limbah domestik yang terdapat pada Tabel 2.
3
Tabel 2 Baku mutu air limbah domestik Parameter pH BOD TSS Minyak dan Lemak
Satuan mg/l mg/l mg/l
Kadar Maksimum 6–9 100 100 10
Sumber: KepmenLH No. 112/2003
Kota Tangerang pernah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba inovasi manajemen perkotaan award tahun 2012 yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Salah satu program yang dipaparkan dalam lomba tersebut adalah pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik yang dibuat untuk mengolah air limbah (grey water), seperti air bekas mencuci, mandi, dan air limbah rumah tangga lainnya agar memenuhi standar baku mutu air limbah sehingga tidak mencemari lingkungan. Sejauh ini Pemerintah Kota Tangerang melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) telah meresmikan IPAL domestik di berbagai pemukiman warga, diantaranya di Perumahan Bugel Mas Indah (Pemerintah Kota Tangerang 2012). 1.2 Perumusan Masalah Kegiatan rumah tangga menghasilkan buangan dalam bentuk sampah dan air limbah yang disebut juga sebagai buangan domestik. Sampah padat seperti botol plastik dan kertas bekas dapat dijual kembali tanpa mengalami pengolahan sedangkan air limbah umumnya langsung dibuang karena tidak memiliki nilai ekonomi. Padahal, air limbah yang dibuang juga dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem pengolahan terpadu untuk meningkatkan kualitas air limbah rumah tangga. Air limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Dampak bagi masyarakat berupa timbulnya wabah penyakit akibat organisme patogen yang terdapat pada air limbah. Selain itu, penumpukan endapan atau bahan padat pada air limbah juga dapat menyumbat saluran air sehingga berpotensi menimbulkan bencana banjir yang merugikan masyarakat. Dampak lingkungan yaitu terjadinya pencemaran karena pada air limbah terkandung sejumlah unsur kimia berbahaya.
4
Upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah air limbah rumah tangga di Kota Tangerang diwujudkan dengan membangun IPAL domestik, salah satunya di Perumahan Bugel Mas Indah RW 04. IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah telah beroperasi sejak tahun 2011. Pembangunan IPAL domestik merupakan proyek percontohan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan rumah tangga di Kota Tangerang. Tujuan pembangunan IPAL domestik ini antara lain menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, mengurangi pencemaran lingkungan, serta meningkatkan kualitas air limbah rumah tangga. Adaptasi teknologi IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah membutuhkan biaya yang cukup tinggi, yang mencakup biaya investasi dan operasional. Pengalokasian biaya-biaya tersebut sebaiknya mempertimbangkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari adanya IPAL. Sejauh ini, masyarakat dan pihak pembangun IPAL di Perumahan Bugel Mas Indah belum pernah meninjau tingkat kelayakan dari IPAL domestik yang dibangun sehingga perlu dilakukan analisis biaya dan manfaat secara sederhana untuk membantu perumusan kebijakan mengenai pengelolaan IPAL. Keberadaan IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah cukup menarik perhatian karena pengolahan dan pemanfaatan air limbah rumah tangga masih sangat jarang dilakukan. Pengolahan air limbah dapat memberikan manfaat, diantaranya mengurangi pencemaran dan mendorong penghematan sumberdaya air yang selama ini menjadi masalah utama di Kota Tangerang. Penghematan sumberdaya air ini juga mengacu kepada penghematan biaya penggunaan air bersih yang dapat dihitung nilainya. Selain itu, masih banyak manfaat lainnya yang belum dikaji dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan. IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah belum dimanfaatkan secara maksimal karena baru sebagian kecil warga yang dapat menggunakan air olahan IPAL tersebut. Padahal, pemanfaatan air limbah domestik ini cukup menarik minat warga. Walaupun kualitas air yang dihasilkan IPAL tidak sebanding dengan kualitas air yang disediakan oleh PDAM, akan tetapi permintaan untuk turut menggunakan air olahan juga datang dari beberapa warga non pengguna lain. Permintaan ini belum dapat dipenuhi karena persetujuan untuk hal tersebut memerlukan kesepakatan oleh seluruh warga dari satu RT.
5
Keberlanjutan IPAL domestik bergantung pada kesediaan dan partisipasi warga. Pemerintah hanya memberi bantuan sebatas pembangunan, pembinaan, dan pengontrolan, tetapi untuk pengelolaan diserahkan kepada warga Perumahan Bugel Mas Indah. Selama ini, warga yang memanfaatkan IPAL dibebankan iuran pengelolaan IPAL sebesar Rp 1 000 per bulan per kepala keluarga. Besaran iuran ditetapkan berdasarkan kesepakatan warga dan direncanakan akan mengalami peningkatan untuk tahun-tahun selanjutnya. Iuran ini mungkin juga belum mencerminkan kesediaan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam menjaga keberlanjutan IPAL domestik karena adanya perbedaan persepsi setiap masyarakat. Oleh karena itu, perlu diestimasi nilai rata-rata yang bersedia dibayarkan oleh setiap individu untuk keberlanjutan IPAL. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan berikut: 1. Bagaimana keragaan pengelolaan air limbah rumah tangga menggunakan IPAL domestik di lokasi penelitian? 2. Apa saja manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan dari keberadaan IPAL domestik di lokasi penelitian? 3. Berapa nilai rata-rata yang bersedia dibayar oleh masyarakat untuk keberlanjutan IPAL domestik di lokasi penelitian dan apa saja faktorfaktor yang mempengaruhinya? 4. Bagaimana tingkat kelayakan ekonomi proyek IPAL domestik di lokasi penelitian? 1.3 Tujuan Tujuan utama penelitian ini adalah mengkaji pemanfaatan air limbah rumah tangga di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji keragaan pengelolaan air limbah rumah tangga menggunakan IPAL domestik di lokasi penelitian. 2. Mengidentifikasi manfaat keberadaan IPAL domestik dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
6
3. Mengestimasi nilai rata-rata yang bersedia dibayar oleh masyarakat untuk keberlanjutan IPAL domestik di lokasi penelitian dan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhinya. 4. Menganalisis kelayakan ekonomi IPAL domestik di lokasi penelitian. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan air limbah rumah tangga yang diolah menggunakan IPAL domestik. Asumsi yang digunakan adalah air limbah olahan dapat menggantikan air PDAM untuk beberapa kegiatan rumah tangga, diantaranya untuk menyiram tanaman dan mencuci kendaraan. Permasalahan yang dibahas ditinjau dari aspek teknis dan ekonomi. Masalah teknis yang dibahas yaitu sistem pengelolaan limbah yang dimulai dari penampungan, pengolahan, hingga penyaluran kembali air limbah yang telah diolah ke masyarakat. Masalah ekonomi yang dibahas yaitu analisis biaya dan manfaat proyek, nilai ekonomi pemanfaatan air limbah yang dilihat dari biaya air yang dapat dihemat masyarakat serta nilai rata-rata yang bersedia dibayar masyarakat untuk keberlanjutan IPAL domestik. Biaya air yang digunakan dalam perhitungan adalah biaya air bulan Mei dan nilai dari air olahan IPAL yang digunakan dihitung menggunakan harga air yang berlaku untuk masing-masing kelompok rumah tangga.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai untuk Sumberdaya Nilai ekonomi secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut juga keinginan membayar atau Willingness to Pay (WTP) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Nilai atas sumberdaya yang hilang dapat dilihat dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali atau mendekati kondisi aslinya. Jadi, WTP dapat diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas sumberdaya (Fauzi 2006). Nilai WTP untuk sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan dapat diperoleh melalui pendekatan langsung dan tidak langsung. Nilai WTP pada pendekatan tidak langsung menggunakan teknik revealed WTP atau nilai WTP yang diungkap dari harga pasar atas barang-barang yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan sumberdaya. Contoh pendekatan ini adalah travel cost method dan hedonic pricing. Pendekatan langsung menggunakan teknik stated atau expressed WTP, yaitu nilai WTP yang ditentukan langsung oleh individu. Contoh pendekatan ini yaitu Contingent Valuation Method (CVM) yang umum digunakan untuk mengestimasi nilai WTP atas perbaikan lingkungan (Garrod dan Willis 1999). 2.2 Air Limbah Domestik Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama. Air limbah domestik juga didefinisikan sebagai air yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia maupun dari aktivitas dapur, kamar mandi, dan cuci (Kodoatie dan Sjarief 2008). Sumber utama air limbah rumah tangga adalah perumahan, daerah perdagangan, lembaga atau perkantoran serta daerah fasilitas rekreasi.
8
Efek buruk air limbah menurut Sugiharto (1987) ada empat, yaitu gangguan terhadap kesehatan, kehidupan biotik, keindahan, dan mempercepat kerusakan. Gas karbondioksida agresif, lemak, pH tertentu, dan banyaknya zat pencemar di dalam air limbah dapat menghambat perkembangan kehidupan di bawah air dan menyebabkan kerusakan pada benda yang dilaluinya. Selain itu, pembusukan bahan organik menimbulkan bau dan menjadi media pembawa penyakit karena mengandung berbagai bakteri patogen. 2.3 Komposisi dan Karakteristik Air Limbah Air limbah mempunyai komposisi yang bervariasi. Secara garis besar, zatzat yang terdapat pada air limbah dikelompokkan seperti skema berikut (Sugiharto 1987). Air Limbah Air (99.9%)
Bahan Padat (0.1%) Organik Protein Karbohidrat Lemak
Anorganik Butiran Garam Metal
Gambar 1 Pengelompokan bahan yang terkandung pada air limbah Menurut Soeparman dan Suparmin (2001), karakteristik semua jenis air limbah cenderung sama. Karakteristik tersebut diketahui dari berbagai kandungan parameter air limbah. Linsley dan Franzini (1996) mengelompokkan karakteristik ini menjadi karakteristik fisika, biologi dan kimia. a. Karakter fisika Karakteristik fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna, dan padatan. Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih. Pada daerah dingin suhu air limbah berkisar antara 7 – 18 oC sedangkan pada daerah panas suhunya berkisar antara 13 – 24 oC. Warna air limbah digunakan untuk melihat kadar pembusukan oleh bakteri tanpa adanya oksigen (anaerob). Semakin lama air limbah berada pada bak pengumpul maka semakin gelap warnanya. Bahan padat total atau Total Solids (TS) terdiri dari bahan padat terlarut (dissolved solids) dan tersuspensi (suspended solids). Contohnya mineral dan bahan padat lainnya.
9
b. Karakter biologi Karakteristik biologi air limbah mengacu kepada mikroorganisme yang terdapat pada air limbah. Konsentrasi bakteri dalam air limbah dapat mencapai 105–108 organisme/ml (Siregar 2005). Sebagian besar bakteri berperan dalam pembusukan bahan-bahan organik yang dapat dilakukan dalam kondisi tanpa adanya oksigen (anaerob). Selain itu, terdapat pula bakteri-bakteri patogen pada air limbah yang berasal dari tubuh manusia dan dapat menyebabkan penyakit. Bakteri-bakteri tersebut mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat dalam air limbah sehingga jumlahnya harus dikurangi dengan klorinasi air buangan. c. Karakter kimia Karakteristik kimia air limbah meliputi senyawa organik dan anorganik yang tersusun dari unsur-unsur kimia. Parameter yang umum diperhatikan yaitu kebutuhan oksigen biokimia (biochemical oxygen demand), kebutuhan oksigen kimiawi (chemical oxygen demand), dan karbon organik total (total organic carbon). Selain itu, unsur nitrogen dan fosfor juga perlu diperhatikan karena kedua unsur ini diidentifikasi merupakan bahan yang dapat menyebabkan pertumbuhan gulma air. Uji klorida dan alkalinitas digunakan untuk menguji penetralan air limbah atau menentukan dapat tidaknya air limbah olahan dipakai kembali. Karakteristik kimia air limbah domestik dan konsentrasi masing-masing parameter dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik kimia air buangan domestik Parameter Total zat padat (TS) - Zat padat terlarut (DS) - Zat padat tersuspensi (SS) BOD5 TOC COD N total P total ClAlkalinity (CaCO3) Lemak
Kuat 1 200 850 350 400 290 1 000 85 15 100 200 150
Konsentrasi (mg/l) Medium 720 500 220 220 160 500 40 8 50 100 100
Sumber: LPM-ITB dalam Kodoatie dan Sjarief (2008)
2.4 Pengolahan Air Limbah
Lemah 350 250 100 110 80 250 20 4 30 50 50
10
Unit pengolahan air limbah umumnya terdiri atas kombinasi pengolahan fisika, kimia, dan biologi yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut. Prinsip yang penting adalah mengurangi emisi dan mengembalikan bahan-bahan yang berguna ke sumbernya. IPAL yang baik hanya membutuhkan sedikit perawatan dan biaya energi, aman dalam pengoperasian, dan menghasilkan sedikit produk sampingan (Siregar 2005). Tabel 4 menjelaskan beberapa kegiatan yang umum yang dilakukan dalam pengolahan air limbah beserta tujuannya. Tabel 4 Jenis kegiatan dan tujuan pengolahan air limbah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis kegiatan Penyaringan Perajangan Bak penangkap pasir Bak penangkap lemak Tangki ekualisasi Netralisasi Pengendapan/pengapungan Reaktor lumpur aktif/aerasi Karbon aktif
10. 11. 12. 13. 14.
Pengendapan kimiawi Nitrifikasi/denitrifikasi Air stripping Pertukaran ion Saringan pasir
15. 16.
Osmosis/elektrodialisis Desinfeksi
Tujuan pengolahan Untuk menghilangkan zat padat Memotong benda yang ada dalam air limbah Menghilangkan pasir dan koral Memisahkan benda terapung Melunakkan air limbah Menetralkan asam atau basa Menghilangkan benda tercampur Menghilangkan bahan organik Menghilangkan bau dan benda yang tidak dapat diuraikan Untuk mengendapkan fosfat Menghilangkan nitrat secara biologis Menghilangkan amoniak Menghilangkan jenis zat tertentu Menghilangkan partikel padat yang lebih kecil Menghilangkan zat terlarut Membunuh mikroorganisme
Sumber: Sugiharto (1987)
Menurut Linsley dan Franzini (1996), suatu sistem pengelolaan air limbah yang modern umumnya terdiri dari enam unsur, yaitu sumber air limbah, sarana pemrosesan setempat, pengumpul dan pemompaan, penyaluran, pengolahan, serta pembuangan air limbah. Unsur-unsur tersebut membentuk sebuah hubungan fungsional yang menyusun sistem pengelolaan air limbah perkotaan. Namun, tidak semua sistem pengelolaan memiliki keenam unsur secara lengkap. Beberapa sistem tidak menerapkan tahap pemrosesan, penyaluran, dan pemompaan air limbah. Hubungan keenam unsur penyusun sistem pengelolaan air limbah dijelaskan pada Gambar 2.
11
Kodoatie dan Sjarief (2008) membagi sistem pembuangan air limbah domestik menjadi dua, yakni sistem pembuangan air limbah setempat (on site system) dan terpusat (off site system). Fasilitas pengolahan dan pembuangan air limbah pada sistem setempat dilakukan masing-masing dalam satu wilayah sedangkan pada sistem terpusat dilakukan secara kolektif dan terpusat. Tempat pembuangan dapat berupa lahan terbuka atau badan air. Sumber Air Limbah
Pemrosesan Setempat
Pengumpulan Air Limbah
Penyaluran dan Pemompaan
Pengolahan
Pembuangan dan Penggunaan Kembali Sumber: Linsley dan Franzini (1996)
Gambar 2 Hubungan unsur-unsur sistem pengelolaan air limbah kota 2.5 Internalisasi Eksternalitas Menurut teori ekonomi standar, mekanisme pasar dapat menghasilkan alokasi sumberdaya yang efisien dan optimal. Namun, sifat sumberdaya alam sebagai barang publik yang mengarah kepada alokasi yang tidak efisien dapat menimbulkan kegagalan pasar. Selain itu, sumberdaya yang tidak ditransaksikan dalam mekanisme pasar juga dapat menyebabkan ketidaksempurnaan pasar. Salah satu bentuk ketidaksempurnaan pasar yaitu adanya eksternalitas (dampak eksternal) dari adanya konsumsi barang publik. Eksternalitas ini dapat dicegah atau dikurangi dengan pemberian hak kepemilikan (assigning property rights), internalisasi, dan pemberlakuan pajak (Fauzi 2006).
12
Salah satu kebijakan untuk mengurangi masalah eksternalitas akibat limbah yaitu dengan internalisasi eksternalitas. Internalisasi merupakan upaya menginternalkan dampak yang ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu unit pengelolaan (Fauzi 2006). Menurut Salim (2010), prinsip internalisasi adalah dengan mengintergrasikan biaya lingkungan dan biaya sosial ke dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber alam. Instrumen yang dapat digunakan meliputi pengaturan (larangan dan sanksi), charges, fees, leasing (pungutan dan biaya sewa), perizinan, mekanisme property right, dan lain-lain. Aplikasi tindakan internalisasi pada kasus pembuangan air limbah yang dihasilkan dari Perumahan Bugel Mas Indah diwujudkan dalam bentuk pungutan yang dibebankan kepada masyarakat untuk pengelolaan IPAL domestik. 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pemanfaatan dan nilai ekonomi air limbah masih jarang ditemukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang ada sebelumnya terletak pada manfaat ekonomi pengolahan air limbah. Selama ini penelitian mengenai nilai ekonomi pengolahan air limbah lebih banyak berfokus pada nilai WTP sedangkan manfaat ekonomi pada penelitian ini dilihat dari nilai rata-rata WTP untuk IPAL dan penghematan biaya air rumah tangga dari adanya pemanfaatan air limbah olahan. Penelitian mengenai pengolahan dan pemanfaatan air limbah yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Penelitian terdahulu No. 1.
Nama Setiyono (2009)
Judul Disain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Re-use Air di Lingkungan Perhotelan
Alat Analisis Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif
Hasil Penelitian Potensi air limbah domestik umumnya 80-90% dari pemakaian air. Kombinasi pengolahan biofilter aerob dan anaerob serta teknologi reuse dapat menghemat 50% pemakaian air bersih. Manfaat lainnya yaitu menghindari masalah pencemaran dan kekurangan air bersih, serta penurunan pajak pemakaian air.
13
2.
Santosa et al. (2012)
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga secara Biologis dengan Media Lumpur Aktif: Suatu Usaha Pemanfaatan Kembali Air Limbah Rumah Tangga untuk Kebutuhan Mandi dan Cuci
Uji kimia terhadap tingkat pH, kesadahan, kejernihan, dan kadar surfaktan
Air limbah rumah tangga dapat digunakan kembali untuk mandi dan mencuci dengan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan menggunakan Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS) 1 000 mg/l air limbah selama enam hari dapat menghasilkan air olahan yang memenuhi standar. Kadar kesadahan yang menjadi syarat layaknya air olahan untuk digunakan kembali terus menurun, namun kadar surfaktan (detergen) belum mencapai nol.
3.
Damayanti (2004)
Produktivitas Lahan Pertanian Perkotaan dengan Sumber Air Irigasi dari Limbah Cair Domestik dan Saluran Induk Tarum Barat Kotamadya Bekasi
Analisis kuantitatif
Produktivitas tanaman yang disiram dengan air irigasi yang tercampur air limbah masih tergolong normal walaupun takaran pemupukan lebih rendah dari takaran anjuran. Hal ini disebabkan adanya penambahan hara dari air irigasi bercampur air limbah yang digunakan.
4.
Birol dan Das (2010)
Estimating the Value of Improved Wastewater Treatment: The Case of River Ganga, India
Choice Experiment Method
Nilai rata-rata WTP responden untuk pengembangan IPAL yaitu sebesar Rs 8.36 atau sekitar Rp 1 400 per bulan (Rs 1 = Rp 166). Jumlah WTP agregat di kawasan tersebut yaitu Rs 3 304 441 per tahun. Apabila kapasitas IPAL ingin ditingkatkan menjadi 100%, maka biaya operasional akan mencapai Rs 10 416 666 per tahun sehingga WTP yang ada tidak cukup untuk meningkatkan teknologi dan kapasitas IPAL. Faktorfaktor yang mempengaruhi WTP antara lain tingkat pendapatan dan pendidikan responden.
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian ini membahas mekanisme dan manfaat pengolahan air limbah rumah tangga, nilai rata-rata Willingness to Pay (WTP) masyarakat untuk keberlanjutan IPAL domestik, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP, serta analisis biaya manfaat secara sederhana untuk mengetahui tingkat kelayakan IPAL. Kerangka pemikiran teoritis berisi konsep-konsep dasar yang dikaitkan untuk menjawab tujuan penelitian. Konsep dasar tersebut meliputi konsep WTP, regresi linear berganda, dan studi kelayakan. 3.1.1
Konsep Willingness to Pay (WTP) Nilai ekonomi sumberdaya yang berkaitan dengan fungsi kepuasan
(utilitas) dapat diukur melalui konsep Willingness to Pay (WTP). Metode Contingent Valuation Method (CVM) umum digunakan untuk mengestimasi nilai WTP atas komoditas yang tidak diperdagangkan di pasar, contohnya perbaikan lingkungan. CVM dilakukan dengan mendapatkan langsung nilai WTP dari responden atas suatu perubahan pada aliran jasa lingkungan. Langkah-langkah untuk mendapatkan nilai WTP dengan metode CVM dibagi menjadi enam (Hanley dan Spash 1993), yaitu: a. Menyusun pasar hipotetis Tahap pertama adalah membangun alasan untuk pembayaran atas manfaat jasa lingkungan. Pembayaran tidak dilakukan secara nyata dan hanya menggunakan instrumen survey yang telah ditetapkan. b. Mendapatkan nilai tawaran Responden ditanya secara individual mengenai nilai WTP untuk mencegah penurunan kualitas atau melaksanakan perbaikan lingkungan. Wawancara dengan tatap muka umumnya digunakan agar nilai tawaran yang diberikan murni dari responden. Ada empat metode untuk mendapatkan nilai tawaran, yaitu metode tawar menawar (bidding game), pertanyaan terbuka (open ended question), payment card, dan close ended referendum.
15
c. Mengkalkulasi nilai rataan WTP Setelah nilai WTP terkumpul, dilakukan perhitungan rataan dan nilai tengah WTP. Nilai tengah dihitung apabila rentang nilai terlalu jauh. d. Menduga kurva Kurva diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel tidak bebas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai variabel bebas. e. Menjumlahkan data Tahap ini merupakan proses menghitung nilai WTP dengan mengalikan rataan nilai tawaran dengan angka total populasi. f. Mengevaluasi penggunaan CVM Tahap terakhir adalah mengukur keberhasilan penerapan CVM. Evaluasi dilakukan dengan melihat nilai R-square (R2) dari model dugaan WTP. 3.1.2
Regresi Linear Berganda Persamaan matematik yang memungkinkan peramalan nilai-nilai suatu
peubah tak bebas (dependen) dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (independen) disebut persamaan regresi. Analisis regresi linear berganda adalah pengembangan dari regresi sederhana yang digunakan untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila dua atau lebih variabel bebas memiliki sejumlah nilai tertentu. Analisis regresi ganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara variabel-variabel bebas dengan satu variabel terikat (Riduwan dan Sunarto 2011). Menurut Juanda (2009), asumsi-asumsi yang digunakan yaitu: 1. Spesifikasi model ditetapkan berdasarkan persamaan umum regresi linear. 2. Peubah Xk sudah ditentukan dan bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas Xk. 3. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol dan ragam error konstan untuk setiap pengamatan i atau E (εi) = 0 dan Var (εi) = σ2. 4. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov (εi, εj) = 0, untuk i ≠ j.
16
5. Komponen sisaan menyebar normal. Persamaan umum model regresi berganda dirumuskan sebagai berikut: Yi = α + β1X1i + β2X2i ….. + βkXki + εi ………………………………..(3.1) Keterangan: Yi
= Variabel terikat
α
= Intersep
β1, β2, βk = Koefisien regresi X1i, X2i
= Variabel bebas
Xki
= Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk.
εi
= Komponen sisa (error term)
3.1.3
Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan suatu studi untuk menilai kelayakan suatu
proyek yang akan atau sedang dikerjakan. Menurut Suratman (2002), terdapat beberapa teknik dalam melakukan analisis penilaian proyek, yaitu: 1. Teknik Net Present Value (NPV) Teknik ini menentukan kelayakan proyek dengan mengurangi antara nilai saat ini (present value) dengan aliran kas bersih operasional proyek selama umur ekonomis. Subagyo (2007) menjelaskan bahwa NPV merupakan analisis keuangan yang memperhatikan perubahan nilai uang karena faktor waktu. Jika NPV yang dihasilkan bernilai positif, maka proyek layak dijalankan dan sebaliknya jika negatif, maka proyek tidak layak dijalankan. 2. Teknik Analisis Profitability Index (PI) Teknik profitability index disebut juga dengan teknik analisis benefit cost ratio (b/c ratio). Teknik ini mengukur layak tidaknya suatu usulan proyek investasi dengan membandingkan antara present value aliran kas proyek dengan present value investasi. Jika PI lebih besar sama dengan 1, maka usulan proyek dinyatakan layak. Sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1, maka usulan proyek dinyatakan tidak layak. 3. Analisis Teknik Internal Rate of Return (IRR) Perhitungan IRR dilakukan dengan mencari discount rate yang dapat menyamakan antara Present Value (PV) aliran kas dengan PV investasi. Untuk
17
menentukan IRR, terlebih dulu dilakukan perhitungan PV yang menghasilkan NPV positif dan negatif. Proyek dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari persentase biaya modal (bunga kredit) atau sesuai dengan persentase keuntungan yang ditetapkan investor. 3.2 Kerangka Operasional Kota Tangerang memiliki kendala dalam upaya penyediaan air bersih bagi masyarakat. Tekanan kebutuhan akan air bersih sangat tinggi sementara produksi air bersih yang ada belum dapat memenuhi permintaan masyarakat sepenuhnya. Selain itu, di sisi lain pencemaran sumber air baku oleh air limbah domestik yang dihasilkan cukup tinggi sehingga teknologi pengolahan air limbah domestik sangat penting untuk dikembangkan. Seiring dengan adanya pengolahan air limbah domestik tersebut, muncul pula potensi pemanfaatan kembali air limbah yang telah diolah untuk membantu penghematan sumberdaya air. Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah air limbah dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran air limbah dapat dilakukan dengan membuat bangunan air limbah (sewage treatment plant) seperti IPAL domestik yang digunakan untuk mengolah atau memproses air limbah menjadi bahan-bahan berguna lainnya, serta agar tidak berbahaya bagi lingkungan. Bangunan air limbah ini dibuat untuk melayani wilayah tertentu sesuai dengan kapasitas bangunan. Pokok utama penelitian ini adalah keragaan dan manfaat pengelolaan air limbah rumah tangga, nilai rata-rata WTP masyarakat untuk keberlanjutan IPAL, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta analisis biaya dan manfaat untuk mengetahui tingkat kelayakan IPAL. Keragaan pengelolaan air limbah ditujukan untuk melihat mekanisme pengolahan air limbah yang ada serta peran pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan IPAL. Manfaat dari keberadaan IPAL domestik dilihat dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Mekanisme serta manfaat sosial dan lingkungan dari pengolahan air limbah dikaji menggunakan analisis deskriptif kualitatif, sedangkan manfaat ekonominya dijelaskan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif mengenai penghematan biaya air masyarakat.
18
Nilai WTP diperoleh dengan menggunakan pendekatan langsung, yaitu dengan bertanya kepada responden mengenai nilai yang bersedia dibayarkan untuk mempertahankan keberadaan IPAL. Penentuan nilai dasar WTP ditetapkan berdasarkan iuran yang telah disepakati oleh masyarakat. Data-data yang diperlukan pada tahap ini diperoleh dari kuesioner yang berisi data responden dan nilai WTP yang bersedia dibayarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Tahap terakhir yaitu melakukan analisis biaya manfaat sederhana untuk mengetahui tingkat kelayakan IPAL. Langkah utama adalah mengidentifikasi biaya dan manfaat yang berkaitan dengan keberadaan proyek IPAL. Biaya tersebut mencakup biaya pembangunan dan operasional sedangkan manfaat yang dimaksud dilihat dari besar iuran pengelolaan IPAL, manfaat ekonomi kegiatan ternak lele, dan penghematan biaya air masyarakat dari adanya pemanfaatan air limbah. Selanjutnya, manfaat dan biaya tersebut dianalisis berdasarkan kriteria investasi yang telah ditentukan, yaitu NPV, Net B/C, dan IRR. Skema pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
19
Pemanfaatan Sumberdaya Air untuk Kegiatan Rumah Tangga di Perumahan Bugel Mas Indah
Tingginya Air Limbah Domestik yang dihasilkan
Pengolahan Air Limbah dengan IPAL Domestik
Pemanfaatan Air Limbah Olahan
Analisis Kelayakan IPAL
Manfaat IPAL Domestik
Manfaat Ekonomi
Analisis Biaya Manfaat
Deskriptif Kualitatif & Kuantitatif
Mekanisme Pengelolaan Air Limbah
Manfaat Sosial dan Lingkungan
Analisis Deskriptif Kualitatif
Kesediaan Membayar Masyarakat
WTP rata-rata
Faktor yang Mempengaruhi
Contingent Valuation Method
Regresi Linear Berganda
Keberlanjutan IPAL Domestik di Perumahan Bugel Mas Indah
Gambar 3 Diagram alur berpikir penelitian
20
VI. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive yang didasarkan pada adanya pengolahan air limbah rumah tangga menggunakan IPAL domestik yang dibangun oleh pemerintah di kawasan tersebut. Selain itu, air limbah yang telah diolah dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sehingga dapat dihitung nilai ekonominya. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni tahun 2013. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer mencakup iuran untuk perawatan IPAL, debit air limbah yang diolah, debit air yang digunakan masyarakat, nilai WTP untuk keberlanjutan IPAL, serta data-data lain yang diperoleh dari wawancara terhadap masyarakat pengguna IPAL. Data sekunder didapatkan dari buku referensi, internet, Kelurahan Bugel, dan BPLH Kota Tangerang. Data tersebut meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah kelurahan, jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT), rincian biaya untuk IPAL, serta peraturan yang berlaku mengenai pengelolaan air limbah rumah tangga. 4.3 Metode Pengumpulan Data Pokok penelitian ini adalah keragaan dan manfaat pengelolaan air limbah rumah tangga, nilai rata-rata WTP untuk keberlanjutan IPAL domestik, faktorfaktor yang mempengaruhi, serta analisis kelayakan IPAL. Deskripsi mengenai keragaan pengelolaan air limbah diperoleh melalui wawancara dengan pengurus agar mendapat informasi yang lebih jelas. Manfaat pengolahan air limbah, nilai WTP untuk keberlanjutan IPAL, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya diperoleh dari kuesioner responden yang berisi data responden, kuantitas air yang digunakan, pengetahuan mengenai IPAL domestik, dan nilai WTP responden.
21
Nilai ekonomi air limbah dilihat dari nilai sejumlah air limbah rumah tangga olahan yang digunakan kembali apabila dihitung dengan menggunakan harga air PDAM. Setelah menghitung nilai ekonomi air limbah, penghematan masyarakat atas penggunaan air dapat diestimasi berdasarkan biaya konsumsi air dengan atau tanpa adanya IPAL domestik. Analisis kelayakan IPAL dilihat dengan membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat ekonomi yang dihasilkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan serta manfaat ekonomi yang dihasilkan diperoleh dari data sekunder serta hasil wawancara terhadap pengurus IPAL dan BPLH Kota Tangerang. 4.4 Metode Pengambilan Contoh Penelitian ini sebagian besar menggunakan data primer yang diperoleh dari informasi masyarakat yang memanfaatkan air olahan IPAL. Lokasi pengambilan data primer yaitu RW 04 ditentukan secara purposive karena RW tersebut merupakan lokasi tempat bangunan IPAL berada sehingga beberapa warganya memanfaatkan IPAL tersebut. Populasi contoh penelitian ini merupakan RT yang membayar iuran dan menggunakan air olahan IPAL. RT yang menjadi populasi contoh adalah RT 03 dan RT 06 dengan total 82 rumah tangga. Pengambilan sampel responden menggunakan teknik purposive sampling. Responden berasal dari rumah tangga yang dipilih dengan kriteria rumah tangga yang membayar iuran dan memanfaatkan air olahan IPAL. Penentuan jumlah responden ditentukan berdasarkan syarat minimum jumlah data yang mendekati sebaran normal menurut Sekaran (2006) yaitu sebanyak 30 responden. Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 40 rumah tangga. 4.5 Metode Analisis Data Data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dideskripsikan dalam bentuk teks naratif sedangkan data kuantitatif diolah dengan menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi untuk melihat keterkaitan antara hasil data olahan dengan tujuan penelitian. Data tersebut kemudian dianalisis, diinterpretasikan, dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Tabel 6 menguraikan metode analisis data.
22
Tabel 6 Matriks metode analisis data No. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji keragaan pengelolaan air limbah rumah tangga
Data yang digunakan Data primer dan sekunder mengenai mekanisme dan struktur pengelolaan
Metode Analisis Analisis Deskriptif Kualitatif
2.
Mengidentifikasi manfaat dari keberadaan IPAL
Data primer berupa manfaat IPAL, jumlah air limbah yang digunakan, dan harga air
Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif
3.
Mengestimasi nilai rata-rata WTP dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya
Data primer berupa nilai WTP dan data lainnya yang diperoleh dari kuesioner
Regresi Linear Berganda
4.
Analisis kelayakan IPAL
Data primer berupa biayabiaya, nilai penghematan, dan iuran untuk IPAL
Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis)
4.5.1
Keragaan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui deskripsi pengelolaan air
limbah rumah tangga yang ada di Perumahan Bugel Mas Indah. Keragaan IPAL dalam mengolah air limbah setiap rumah mulai dari menampung hingga menghasilkan air yang dapat dipakai kembali akan dikaji secara jelas. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah analisis deskriptif kualitatif. 4.5.2 Manfaat Keberadaan IPAL Tahap ini bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan IPAL domestik dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat. Manfaat sosial dan lingkungan akan dikaji menggunakan analisis deskriptif kualitatif, sedangkan manfaat ekonominya akan dikaji menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif mengenai penghematan biaya. Penghematan dihitung dengan melihat biaya air dengan dan tanpa menggunakan air limbah olahan. Perhitungan untuk mengukur penghematan biaya air rumah tangga dirumuskan sebagai berikut: ∆C = C0 – C1 …………………………………………………………..(4.1) Keterangan: ∆C = Penghematan biaya atas air yang digunakan (Rp/bulan) C0 = Biaya penggunaan air tanpa menggunakan air olahan IPAL (Rp/bulan) C1 = Biaya penggunaan air apabila menggunakan air olahan IPAL (Rp/bulan)
23
4.5.3
Willingness to Pay untuk Keberlanjutan IPAL Nilai rata-rata WTP masyarakat untuk keberlanjutan IPAL diestimasi
menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). CVM merupakan metode pendekatan langsung yaitu dengan bertanya kepada individu mengenai nilai yang bersedia dibayarkan atas manfaat yang diperoleh dari penggunaan barang atau jasa lingkungan. Tahapan CVM yang digunakan dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap keempat, yaitu: 1. Membuat pasar hipotetik Keberlanjutan IPAL domestik tergantung pada partisipasi dan kesiapan masyarakat dalam mengelola dan mempertahankan keberadaan IPAL. Partisipasi masyarakat dapat berbentuk iuran bulanan untuk pengelolaan IPAL yang dibebankan kepada setiap rumah tangga. Saat ini, masyarakat pengguna IPAL dikenakan iuran sebesar Rp 1 000 per bulan per kepala keluarga. Iuran tersebut mungkin tidak sebanding dengan manfaat yang dihasilkan dari keberadaan IPAL domestik. Kesiapan masyarakat dapat dilihat dari kesediaan membayar apabila beban iuran ditingkatkan guna mempertahankan keberadaan IPAL. Pasar hipotetik: “Keberadaan IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah cukup membantu dalam upaya penghematan sumber air utama (air PDAM) dan pengurangan pencemaran akibat air limbah rumah tangga. Apabila tidak dijaga dengan baik, maka fungsi dan kualitas IPAL tersebut dapat menurun. Selama ini pengoperasian IPAL dihadapkan pada biaya yang cukup tinggi sedangkan masyarakat hanya dibebankan iuran sebesar Rp 1 000/bulan. Iuran tersebut juga rasanya tidak sebanding dengan manfaat penghematan yang dapat dilakukan warga setiap bulan akibat adanya pemanfaatan air limbah olahan. Oleh karena itu, agar IPAL domestik dapat terus beroperasi dengan baik dalam jangka panjang, maka iuran pengelolaan yang dibebankan kepada setiap rumah tangga akan ditingkatkan.” Pertanyaan menyangkut skenario yaitu: “Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk membayar apabila iuran untuk pengelolaan IPAL domestik dinaikkan? Berapa besar biaya yang bersedia Anda bayarkan guna mempertahankan kualitas IPAL?”
24
2. Mendapatkan Nilai WTP Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai WTP responden adalah metode tawar-menawar (bidding game). Metode ini dilakukan dengan menaikkan nilai WTP terus-menerus hingga responden tidak bersedia membayar nilai yang ditawarkan. Besar iuran yang telah disepakati masyarakat pengguna IPAL domestik menjadi acuan untuk menetapkan nilai dasar WTP. 3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP Perkiraan nilai rata-rata WTP dihitung berdasarkan nilai tawaran WTP tiap responden yang didapatkan pada tahap sebelumnya. Perhitungan dugaan nilai rataan WTP (EWTP) dihitung menggunakan rumus berikut: ∑
……………………………………………….(4.2)
Keterangan: EWTP = Nilai rataan WTP (Rp) Wi
= Batas bawah WTP pada kelas ke-i (Rp)
Pfi
= Frekuensi relatif kelas ke-i
n
= Jumlah kelas
i
= Sampel (1,2,3,…,n) 4. Memperkirakan kurva WTP Tahap ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel
bebas dengan variabel terikat. Model dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai yang bersedia dibayarkan masyarakat untuk keberlanjutan IPAL domestik adalah sebagai berikut: Yi = α + β1UMRi + β2JKi + β3JAKi + β4PDDKi + β5PDPTi + β6LTGi + β7STKi + β8DBTi + β9PSPi + εi ……………………………………………………(4.3) Keterangan: Yi
= Nilai WTP responden (Rp/bulan)
α
= Intersep
β1, …, β10 = Koefisien regresi UMR
= Umur (tahun)
JK
= Jenis kelamin (1 = perempuan, 0 = laki-laki)
JAK
= Jumlah anggota keluarga (orang)
PDDK
= Lama pendidikan formal (tahun)
25
PDPT
= Pendapatan keluarga (Rp/bulan)
LTG
= Lama tinggal di lokasi penelitian (tahun)
STK
= Status kepemilikan tempat tinggal (1 = milik sendiri, 0 = lainnya)
DBT
= Banyaknya air olahan IPAL yang digunakan (m3)
PSP
= Persepsi terhadap kinerja IPAL (1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik)
i
= Responden ke-i (1,2,3,…,n)
ε
= Galat
4.5.4
Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Umur responden diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Artinya, semakin bertambah umur responden, maka nilai WTP diduga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena umur cenderung mempengaruhi kematangan pola berpikir seseorang dalam membuat suatu keputusan. 2. Responden laki-laki diduga memiliki nilai WTP yang lebih tinggi daripada responden perempuan. Hal ini disebabkan karena responden laki-laki yang bertindak sebagai kepala keluarga di rumah cenderung lebih mandiri dalam membuat keputusan keuangan dibandingkan dengan perempuan. 3. Jumlah anggota keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap nilai WTP. Artinya, semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka nilai WTP akan semakin turun karena jumlah anggota keluarga mempengaruhi beban tanggungan rumah tangga. 4. Tingkat pendidikan responden diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka nilai WTP akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan cenderung mempengaruhi pengetahuan dan pola berpikir seseorang. 5. Pendapatan keluarga responden per bulan diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, maka nilai WTP akan semakin besar. 6. Lama tinggal diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Artinya, semakin lama responden tinggal di lokasi tersebut, maka nilai WTP akan semakin besar.
26
7. Responden yang tinggal di rumah sendiri diduga akan memberikan nilai WTP yang lebih tinggi daripada responden yang menyewa rumah. 8. Debit air olahan IPAL yang digunakan diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Artinya, semakin banyak air olahan IPAL yang digunakan, maka nilai WTP akan semakin besar. 9. Persepsi terhadap kinerja IPAL diduga berpengaruh negatif terhadap nilai WTP. Artinya, semakin baik persepsi responden terhadap kinerja IPAL, maka nilai WTP akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena IPAL yang baik hanya memerlukan sedikit perawatan dan biaya. 4.5.5
Pengujian Parameter Pengujian parameter pada model dilakukan dengan menggunakan uji
statistik dan uji ekonometrika. Sebelum melakukan uji model, asumsi-asumsi model regresi yang ada harus dipenuhi terlebih dahulu. Menurut Dalil GaussMarkov, jika asumsi-asumsi tersebut terpenuhi maka pendugaan parameter koefisien regresi akan menghasilkan penduga tak bias linear terbaik atau Best Linear Unbias Estimator (BLUE). Artinya, ragam model yang dihasilkan paling kecil diantara semua penduga tak bias linear lainnya (Juanda 2009). a. Uji Statistik Uji statistik dilakukan untuk menguji kebaikan model. Uji ini terdiri dari uji keandalan (R2), uji t, dan uji F dengan melihat nilai signifikansi. 1. Uji Keandalan Uji ini dilakukan untuk mengukur besar keragaman Y yang dapat dijelaskan oleh model regresi berganda. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik model dugaan regresi. 2. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas (Xi) yang signifikan atau berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Yi). Hipotesis yang diuji yaitu: H0 : βi = 0, maka variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1 : βi ≠ 0, maka variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y
27
Jika |thitung| > ttabel, maka tolak H0, artinya variabel bebas Xi secara statistik berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dan jika |thitung| < ttabel, maka secara statistik belum dapat dibuktikan bahwa variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Selain itu juga dapat digunakan perbandingan nilai Pvalue dengan α dengan kriteria Pvalue < α untuk tolak H0 dan sebaliknya. 3. Uji F Uji F digunakan untuk melihat pengaruh semua variabel bebas Xi terhadap Y dan menguji kelayakan model. Hipotesis yang diuji adalah: H0 = β1 = … = βi = 0, maka semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1 = minimal ada satu βi ≠ 0, maka semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y Apabila nilai |Fhitung| > Ftabel, maka tolak H0, artinya semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Yi) dan apabila |Fhitung| < Ftabel, maka terima H0, artinya secara statistik belum dapat dibuktikan bahwa semua variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Yi). Selain itu, dapat pula digunakan perbandingan nilai Pvalue dengan α dengan kriteria Pvalue < α untuk tolak H0 dan sebaliknya. b. Uji Ekonometrika Uji ekonometrika digunakan untuk mengidentifikasi pelanggaran asumsi yang terdapat pada model. Asumsi yang dimaksud adalah data residual menyebar normal, tidak ada hubungan linear sempurna antar variabel bebas, komponen sisaan memiliki nilai harapan sama dengan nol dan ragamnya konstan untuk setiap pengamatan, serta tidak adanya korelasi antar sisaan. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. 1. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk melihat distribusi data residual mendekati sebaran normal atau tidak. Pengujian normalitas data residual dapat dilakukan dengan melihat nilai asymp. Sig (2-tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria tolak H1 jika nila Pvalue > α dan sebaliknya. Hipotesis yang diuji yaitu: Ho: Data residual berdistribusi normal H1: Data residual tidak berdistribusi normal
28
2. Multikolinearitas Multikolinearitas terjadi apabila terdapat korelasi yang tinggi antar peubah bebas Xi. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut mengalami multikolinearitas. 3. Heteroskedastisitas Suatu model dikatakan mengalami heteroskedastisitas jika ragam error yang dihasilkan tidak konstan untuk setiap pengamatan. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat digunakan uji Goldfeld-Quandt, uji Breusch-Pagan, dan uji White. 4. Autokorelasi Autokorelasi terjadi apabila terdapat korelasi yang tinggi antara nilai error term model. Adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson model dengan mengikuti ketentuan pada Tabel 7. Tabel 7 Selang nilai statistik Durbin Watson serta keputusannya Nilai DW
Keputusan Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi
< 1.10 1.10 – 1.54 1.55 – 2.46 2.46 – 2.90 > 2.91 Sumber: Firdaus (2004)
4.5.6
Kelayakan Ekonomi IPAL Kriteria kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Net Present
Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Perumusan ketiga kriteria menurut Gray et al. (1993) yaitu sebagai berikut: a. Net Present Value (NPV) NPV adalah keuntungan bersih yang diperoleh selama umur proyek. Nilai tersebut didapatkan dengan mengurangi nilai manfaat dengan biaya yang dikeluarkan pada satu periode investasi. Apabila NPV positif (≥ 0) maka proyek tersebut layak dan apabila NPV negatif maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. NPV dirumuskan sebagai berikut: ∑
…………………………………………………...(4.4)
29
Keterangan: Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t (Rp) Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp) i
= Tingkat suku bunga (%)
n
= Umur ekonomis proyek (tahun)
t
= Periode waktu investasi (t = 0,1,2,…n) b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara PV (Present Value) positif
dengan PV negatif. Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai net B/C yang dihasilkan lebih besar sama dengan 1. Net B/C dirumuskan sebagai berikut: ∑ ∑
………………………………………………..(4.5)
c. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat pengembalian yang dapat diperoleh dari suatu proyek. Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari suku bunga yang berlaku. IRR dirumuskan sebagai berikut: ………………………………………..(4.6) Keterangan: i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%) i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%) NPV1 = NPV positif (Rp) NPV2 = NPV negatif (Rp)
30
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Perumahan Bugel Mas Indah merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Kelurahan ini berjarak 3 km dari Ibukota Kabupaten, 60 km dari Ibukota Provinsi Banten, dan 30 km dari Ibukota Negara. Letak wilayahnya berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan sebanyak 200-300 mm per bulan dan suhu udara rata-rata berkisar antara 25–27oC. Kelurahan Bugel memiliki luas 84 Ha yang mencakup 13 RW dan 60 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kelurahan Nambo Jaya
Sebelah Timur
: Kelurahan Margasari
Sebelah Selatan
: Kelurahan Margasari
Sebelah Barat
: Kelurahan Priuk
Berdasarkan laporan bulanan Kelurahan Bugel bulan Mei tahun 2013, jumlah penduduk Kelurahan Bugel pada bulan April tahun 2013 yaitu sebanyak 10 830 jiwa yang terdiri dari 5 445 penduduk laki-laki dan 5 385 penduduk perempuan dengan komposisi usia penduduk yang bervariasi. Angka jumlah penduduk ini mengalami peningkatan sebesar 0.9% atau sebanyak tujuh orang dari bulan sebelumnya. Jumlah kepala keluarga sebanyak 2 757 KK yang terdiri dari 2 520 KK laki-laki dan 237 KK perempuan. Komposisi usia penduduk Kelurahan Bugel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Komposisi usia penduduk Kelurahan Bugel Kelompok Usia (Tahun) 0–3 4–6 7 – 12 13 – 15 16 – 18 19 – 23 24 – 35 36 – 45 46 – 59 > 60
Jumlah Penduduk Laki-laki 119 424 407 586 438 523 980 1009 817 149
Sumber: Data Kelurahan Bugel, diolah (2013)
Perempuan 121 415 507 662 451 561 900 766 883 112
31
Wilayah RW 04 sebagai bagian dari Kelurahan Bugel memiliki 205 KK yang tersebar di enam RT. Perpindahan penduduk di wilayah ini cukup tinggi sehingga tidak ada data jumlah penduduk yang pasti. Fasilitas-fasilitas umum yang terdapat di wilayah ini antara lain mushola, posyandu, lapangan olah raga, dan balai warga. Seluruh fasilitas umum tersebut dibangun berderet di atas tanah fasilitas sosial yang ada di RT 06. Selain itu, di wilayah ini juga terdapat IPAL domestik yang berlokasi di sebelah balai warga dan difungsikan untuk mengolah air limbah rumah tangga pada titik pusat pembuangan ke anak Sungai Cisadane. 5.1.1
Gambaran Umum Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Pembangunan domestik IPAL di Perumahan Bugel Mas Indah merupakan
upaya untuk mendukung kegiatan percontohan pengelolaan lingkungan, salah satunya adalah peningkatan pengendalian pencemaran air limbah domestik. IPAL tersebut merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah yang diwakili oleh BPLH Kota Tangerang dengan lembaga non pemerintahan Jepang yang bergerak di bidang lingkungan hidup, yaitu JICA (Japan International Cooperation Agency). Awal pembangunan IPAL domestik didasarkan pada penelitian JICA yang menemukan bahwa pencemaran Sungai Cisadane lebih banyak disebabkan oleh limbah rumah tangga. Perumahan Bugel Mas Indah dipilih sebagai lokasi pembangunan karena lokasi tersebut merupakan lokasi penilaian Adipura dan masyarakatnya cukup antusias dalam kegiatan pengelolaan lingkungan. IPAL domestik dibangun pada tahun 2011 di atas tanah fasilitas sosial seluas 60 m2 di RT 06/04 Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, yang awalnya merupakan lahan untuk menanam sayuran. IPAL tersebut beroperasi dengan sistem penyaringan (filtrasi) air limbah. Sistem pengolahan yang dilakukan terdiri dari: 1.
Unit bak pengumpul berukuran 0.85 x 0.65 x 2.60 m yang berfungsi sebagai bak untuk mengumpulkan air limbah dari titik pembuangan rumah tangga.
2.
Unit bak penyaringan dan sedimentasi berukuran 1.75 x 1.50 x 1.75 m yang berfungsi untuk menyaring dan mengendapkan bahan-bahan organik yang terdapat pada air limbah.
32
3.
Unit bak equalisasi berukuran 1.75 x 1.50 x 1.75 m yang berfungsi untuk menciptakan kualitas dan kuantitas air yang homogen sebelum masuk ke dalam sistem pengolahan.
4.
Tabung sand filter dan carbon filter masing-masing 1 unit yang berfungsi untuk menjernihkan air limbah yang telah diproses.
5.
Unit bak penampungan akhir berukuran 2.75 x 1.00 x 1.00 m untuk menampung air limbah yang sudah diolah sebelum dibuang ke saluran pembuangan atau dimanfaatkan kembali oleh warga.
6.
Instrumen yang terdiri dari penyaring, pompa filter, pompa transfer, dan pipa interkoneksi masing-masing satu set untuk menyalurkan air limbah. Seluruh sistem pengolahan air limbah berpusat pada satu panel kontrol
yang terdapat di balai warga. Pihak yang bertanggungjawab dalam pengoperasian dan perawatan IPAL adalah pengurus utama yaitu ketua. Pengurus tersebut bertugas untuk mengatur panel kontrol apabila sistem pengolahan ingin dijalankan. Sistem pengolahan air limbah dioperasikan sekitar dua hingga tiga kali dalam sehari sesuai dengan kapasitas bak penampungan akhir. Fungsi utama IPAL adalah untuk mengolah air limbah domestik (grey water) agar memenuhi syarat baku mutu air limbah agar tidak mencemari lingkungan. Akan tetapi, seiring dengan adanya pengolahan tersebut, masyarakat juga dapat menggunakan air limbah olahan IPAL untuk ternak lele, mencuci kendaraan, serta menyiram tanaman. Air limbah disalurkan melalui keran-keran yang ada di depan rumah warga. Sejauh ini baru dua RT yang memanfaatkan air olahan IPAL karena biaya instalasinya cukup mahal sehingga butuh kesepakatan dari seluruh warga RT apabila ingin turut menggunakan air olahan IPAL tersebut. 5.2 Karakteristik Responden Masyarakat Responden masyarakat adalah warga di RW 04 Kelurahan Bugel yang memanfaatkan air olahan IPAL dan bersedia untuk membayar sejumlah nilai dalam bentuk iuran untuk mempertahankan keberlanjutan IPAL. Karakteristik responden yang diperhatikan meliputi sebaran tempat tinggal, umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, jenis pekerjaan kepala keluarga, pendapatan keluarga, lama tinggal, dan status tempat tinggal.
33
5.2.1
Sebaran Tempat Tinggal Responden dalam penelitian ini merupakan warga RW 04 yang tersebar di
2 RT, yaitu RT 03 dan RT 06. RT yang dipilih merupakan RT yang sebagian besar penduduknya memanfaatkan air limbah olahan IPAL. Sebanyak 10 orang responden tinggal di RT 3 dan 30 responden tinggal di RT 6 (Tabel 9). Responden dari RT 06 lebih banyak karena lokasinya paling dekat dengan bangunan IPAL. Selain itu, jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga yang memanfaatkan air olahan IPAL di RT 06 lebih banyak dari RT 03. Tabel 9 Sebaran tempat tinggal responden pengguna air olahan IPAL Keterangan RT 03 RT 06 Total
Jumlah Responden (orang) 10 30 40
Persentase (%) 25 75 100
Sumber: Data primer, diolah (2013)
5.2.2
Umur dan Jenis Kelamin Responden terdiri dari 11 penduduk laki-laki (27%) dan 29 penduduk
perempuan (73%). Responden perempuan lebih banyak karena perempuan lebih sering memanfaatkan air olahan dibandingkan dengan laki-laki. Responden paling banyak terdapat pada kelompok umur 35–42 tahun dengan jumlah responden sebanyak 13 orang (32%) sedangkan pada kelompok umur 19–26 dan 51–58 tahun hanya ada masing-masing 4 orang (10%). Kisaran umur responden menunjukkan bahwa air IPAL dapat dimanfaatkan oleh semua kelompok umur. Persentase umur dan jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Umur dan jenis kelamin responden pengguna air olahan IPAL Umur (tahun) 19 – 26 27 – 34 35 – 42 43 – 50 51 – 58 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Sumber: Data primer, diolah (2013)
Jumlah Responden (orang) 4 8 13 11 4 Jumlah Responden (orang) 29 11
Persentase (%) 10 20 32 28 10 Persentase (%) 73 27
34
5.2.3
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga mempengaruhi alokasi pendapatan dan beban
pembiayaan yang harus ditanggung oleh kepala keluarga sehingga memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi nilai WTP. Jumlah anggota keluarga responden bervariasi mulai dari 2 hingga 7 orang. Sebanyak 16 responden (40%) memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang dan hanya 1 responden (2%) yang keluarganya terdiri dari 6 orang. Variasi jumlah anggota keluarga di tiap rumah responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah anggota keluarga responden pengguna air olahan IPAL Jumlah Anggota Keluarga (orang) 2 3 4 5 6 7
Jumlah Responden (orang) 3 8 16 9 1 3
Persentase (%) 7 20 40 23 2 7
Sumber: Data primer, diolah (2013)
5.2.4
Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil observasi, responden paling banyak menyelesaikan
pendidikan hingga tingkat SMA dan sederajat. Tingkat pendidikan cenderung mempengaruhi kematangan pola berpikir seseorang dalam membuat suatu keputusan. Sebanyak 2% responden menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD, 18% hingga tingkat SMP, 55% hingga tingkat SMA, dan hanya 10 responden atau 25% yang melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Tingkat pendidikan responden pengguna air olahan IPAL Tingkat Pendidikan SD SLTP dan Sederajat SLTA dan Sederajat Perguruan Tinggi Sumber: Data primer, diolah (2013)
Jumlah Responden (orang) 1 7 22 10
Persentase (%) 2 18 55 25
35
5.2.5
Pekerjaan Kepala Keluarga Pekerjaan kepala keluarga responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
pegawai dan wiraswasta. Kota Tangerang terkenal sebagai kota industri sehingga penduduknya banyak yang bekerja sebagai pegawai swasta. Sebanyak 23 kepala keluarga (58%) bekerja sebagai pegawai swasta, 6 kepala keluarga (15%) sebagai pegawai negeri, dan sisanya bekerja sebagai wiraswasta (Tabel 13). Tabel 13 Pekerjaan kepala keluarga responden pengguna air olahan IPAL Pekerjaan Wiraswasta Pegawai Negeri Pegawai Swasta
Jumlah Responden (orang) 11 6 23
Persentase (%) 27 15 58
Sumber: Data primer, diolah (2013)
5.2.6
Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan keluarga responden per bulan bervariasi. Pendapatan
tertinggi yaitu Rp 7 000 000 dan pendapatan terendah yaitu Rp 500 000 (Tabel 14). Pendapatan keluarga per bulan cenderung mempengaruhi kesediaan membayar responden untuk keberlanjutan IPAL. Tabel 14 Tingkat pendapatan keluarga responden pengguna air olahan IPAL Tingkat Pendapatan (Rp) 500 000 – 2 000 000 2 000 001 – 3 500 000 3 500 001 – 5 000 000 > 5 000 000
Jumlah Responden (orang) 9 13 13 5
Persentase (%) 23 32 32 13
Sumber: Data primer, diolah (2013)
5.2.7
Lama Tinggal Responden umumnya telah tinggal di Perumahan Bugel Mas Indah dalam
kurun waktu yang cukup lama. Lama tinggal di lokasi penelitian mengindikasikan pengetahuan responden terhadap perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu, semakin lama responden tinggal di lokasi tersebut, maka rasa memiliki dan peduli terhadap lingkungannya cenderung semakin tinggi sehingga dapat mempengaruhi nilai WTP untuk keberlanjutan IPAL. Lama tinggal responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.
36
Tabel 15 Lama tinggal responden pengguna air olahan IPAL Lama Tinggal (tahun) <3 3–9 10 – 16 17 – 23
Jumlah Responden (orang) 4 11 6 19
Persentase (%) 10 28 15 47
Sumber: Data primer, diolah (2013)
5.2.8
Status Kepemilikan Tempat Tinggal Sebanyak 80% atau 32 responden tinggal di rumah milik sendiri dan
sisanya tinggal di rumah milik orang lain. Status tempat tinggal milik orang lain dapat berarti bahwa rumah tersebut adalah rumah sewaan atau rumah milik kerabat dekat. Persentase status kepemilikan tempat tinggal responden ada pada Tabel 16. Tabel 16 Status kepemilikan tempat tinggal responden pengguna air olahan IPAL Status Kepemilikan Tempat Tinggal Milik Sendiri Lainnya Sumber: Data primer, diolah (2013)
Jumlah Responden (orang) 32 8
Persentase (%) 80 20
37
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keragaan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Perumahan Bugel Mas Indah RW 04 merupakan lokasi penilaian Adipura Kota Tangerang yang telah memiliki beberapa prestasi di bidang lingkungan hidup di tingkat kecamatan, kota, dan provinsi. Sistem pengelolaan lingkungan yang mencakup pengelolaan air limbahnya telah berjalan dengan baik. Wilayah ini memiliki IPAL domestik yang dibangun dari hasil kerjasama pemerintah dengan sebuah organisasi lingkungan hidup untuk kegiatan percontohan pengendalian pencemaran air limbah domestik sebagai bagian dari program kampung hijau. Pengolahan air limbah dilakukan dengan sistem penyaringan (filtrasi) dan hasilnya disalurkan ke masyarakat untuk dimanfaatkan kembali. Kini pengelolaan IPAL diserahkan kepada warga dan pengoperasiannya berjalan di bawah binaan BPLH Kota Tangerang yang dilakukan kurang lebih sebulan sekali. 6.1.1
Mekanisme Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah terletak di samping balai
warga RW 04 Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Sejauh ini Kota Tangerang telah memiliki tujuh bangunan IPAL, tetapi IPAL Kelurahan Bugel ini merupakan pilot project atau proyek percontohan bagi wilayah lain di Kota dan Kabupaten Tangerang. IPAL lainnya mulai dibangun pada tahun-tahun berikutnya dengan kapasitas pengolahan yang berbeda dengan IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah. Lokasi pembangunan IPAL merupakan titik pusat pembuangan air limbah rumah tangga dari segala arah di Perumahan Bugel Mas Indah ke anak sungai Cisadane, yaitu Kali Sabi. Oleh karena itu, pengolahan air limbah ditujukan untuk mengurangi beban pencemaran air limbah yang akan disalurkan ke Kali Sabi. Air limbah yang berasal dari rumah-rumah warga masuk melalui pipa yang terdapat pada drainase. Air limbah berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, seperti mandi dan mencuci. Pipa yang terdapat pada drainase telah dipasangi jaring yang terbuat dari benang plastik untuk menyaring sampah padat dari air limbah yang akan masuk ke dalam proses pengolahan. Penyaringan
38
dilakukan menggunakan jaring plastik karena penyaring berbahan kawat stainless dapat rusak dan berkarat jika dialiri air limbah dengan karakteristik tertentu. Air limbah yang telah disaring kemudian dipompa dan ditampung di bak penampungan awal agar aliran air tetap stabil dan pompa lebih awet. Selanjutnya di bak penampungan awal terbentuklah campuran air dan hasil sedimentasi. Air yang mengalami sedimentasi disaring kembali menggunakan ijuk dan batu kerikil atau batu apung kemudian dibiarkan hingga jenuh di bak equalisasi. Bak equalisasi berfungsi untuk menciptakan kondisi air limbah yang homogen secara kualitas dan kuantitas untuk meringankan proses pengolahan. Setelah itu, air diproses menggunakan tabung pasir silika dan karbon aktif (sand filter dan carbon filter) untuk menjernihkan dan mengurangi bau serta partikel padat yang lebih kecil. Air yang telah diolah akan ditampung di bak penampungan akhir dan siap disalurkan kembali melalui keran-keran di depan rumah warga. Pengoperasian semua unit pengolahan terpusat pada panel kontrol yang diatur oleh pengurus. Panel kontrol berfungsi untuk menghidupkan listrik dan pompa sehingga sistem pengolahan dapat berjalan sesuai dengan kapasitas air yang dapat ditampung. Proses dan diagram pengolahan air limbah dijelaskan pada Gambar 4 dan 5.
Sumber: BPLH Kota Tangerang (2011)
Gambar 4 Proses pengolahan air limbah
39
Sumber: BPLH Kota Tangerang (2011)
Gambar 5 Diagram proses pengolahan air limbah Kinerja IPAL dalam mengolah air limbah selama ini sudah cukup baik karena dalam dua tahun beroperasi belum pernah terjadi kerusakan. Selama ini air yang dihasilkan sudah jernih, namun masih berbau, kecuali jika sumber air limbah berasal dari air hujan atau air rembesan. Akibatnya, warga yang memanfaatkan air olahan untuk mencuci kendaraan akan membilas kembali kendaraan mereka dengan menggunkan air PDAM. Selain itu, masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari IPAL mengeluhkan bahwa aliran air yang keluar hanya sedikit bahkan kadang tidak mengalir. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan pembersihan bak, mengganti alat yang sudah using, dan meningkatkan frekuensi pengoperasian. 6.1.2
Struktur Pengelolaan IPAL Status kepemilikan dan pengelolaan IPAL domestik diserahkan kepada
warga RW 04 sedangkan BPLH Kota Tangerang berperan dalam pengontrolan dan pembinaan yang dilakukan kurang lebih setiap bulan, terutama jika akan
40
diadakan lomba di bidang lingkungan hidup. Pembentukan struktur pengelolaan dilakukan secara informal berdasarkan kesepakatan warga. Struktur pengelolaan IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah dapat digambarkan sebagai berikut: Ketua (Pengurus) Wakil Ketua Bendahara RW Bendahara RT Anggota (warga) Sumber: Data primer (2013)
Gambar 6 Struktur pengelolaan IPAL Setiap warga berperan secara langsung dalam kegiatan pengelolaan lingkungan. Akan tetapi, hal-hal yang berkaitan dengan IPAL domestik dipegang oleh ketua pengurus. Ketua merupakan pengurus utama IPAL yang mendapat pembinaan tentang teknik pengoperasian dan cara mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam pengoperasian secara langsung. Wewenang ketua pengurus meliputi perawatan, pengoperasian, dan perbaikan IPAL. Bendahara RT berperan dalam mengumpulkan iuran bulanan dari warga yang mencakup iuran untuk IPAL, kebersihan, kas RT, tabungan, dan sumbangan kematian. Iuran IPAL yang disepakati yaitu sebesar Rp 1 000 per rumah tangga yang akan diserahkan ke bendahara RW. Sistem keuangan IPAL selanjutnya diatur oleh bendahara RW. Ketua mengajukan langsung ke bendahara RW apabila suatu saat diperlukan dana untuk operasional IPAL, seperti servis dan ganti pompa. Pengelolaan IPAL juga tidak terlepas dari peran warga dan pihak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Selama ini PKK berkoordinasi dengan pengurus IPAL untuk hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal mereka, baik dalam penalangan dana untuk keperluan IPAL maupun dalam pengaturan kegiatan pengelolaan lingkungan. Warga pun bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan mereka, termasuk menjaga lingkungan
41
IPAL dan sekitarnya. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya sistem piket bergilir yang diberlakukan setiap hari dan sistem denda yang dikenakan kepada warga yang tidak bisa menjalankan piket. 6.2 Manfaat Keberadaan IPAL Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna mengantisipasi krisis air di Kota Tangerang akibat bahan baku air yang tercemar. Salah satunya dengan membangun IPAL domestik untuk mengurangi beban pencemaran sumber air baku. Keberadaan IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah cukup memberikan manfaat, tidak hanya dari segi lingkungan tetapi juga dari segi sosial dan ekonomi masyarakat. 6.2.1
Manfaat Sosial Keberadaan IPAL domestik cukup memberikan dampak pada kehidupan
sosial masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap masyarakat, pengurus IPAL, pembina, dan ketua PKK tingkat RW, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi sosial masyarakat semenjak dibangunnya IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan hidup yang diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat. Sebelum dibangunnya IPAL, air limbah langsung dialirkan ke sungai melalui drainase yang ada. Namun, setelah pemerintah memperkenalkan teknologi IPAL domestik, masyarakat mulai memanfaatkan IPAL untuk mengolah air limbah dan hasil pengolahannya dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman dan mencuci kendaraan. Perubahan lain terlihat pada aspek kerjasama warga di Perumahan Bugel Mas Indah RW 04. Semenjak dibangun percontohan IPAL domestik, warga terdorong untuk bekerjasama dan semakin peduli terhadap lingkungan mereka karena banyaknya kunjungan dan lomba pengelolaan lingkungan yang diadakan. Bentuk kepedulian dan kerjasama warga diwujudkan dengan adanya sistem piket bergilir yang diadakan dua kali setahun untuk setiap RT dan empat kali setahun untuk setiap rumah. Berdasarkan kesepakatan warga, sistem denda pun
42
diberlakukan sebagai ganti warga yang tidak bisa menjalankan piket. Denda yang dibebankan yaitu sebesar Rp 20 000 yang akan digunakan untuk membeli peralatan penunjang kegiatan pengelolaan lingkungan, seperti alat kebersihan, pot, dan tanaman. Kondisi yang ada saat ini, baru sebagian masyarakat di Perumahan Bugel Mas Indah RW 04 yang dapat memanfaatkan air olahan IPAL. Kapasitas IPAL baru dapat menjangkau dua dari enam RT yang ada di RW 04 karena adaptasi IPAL dihadapkan pada kendala biaya instalasi dan perawatan yang cukup tinggi. Padahal permintaan untuk dapat memanfaatkan air olahan IPAL juga telah datang dari beberapa warga RT lainnya, namun permintaan ini tidak dapat dipenuhi apabila tidak ada kesepakatan dari seluruh warga di RT yang meminta. Akan tetapi, hal tersebut tidak menghalangi keinginan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam mengelola lingkungan sekaligus merasakan manfaat dari keberadaan IPAL. 6.2.2
Manfaat Lingkungan Keberadaan IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah memberikan
perubahan yang cukup besar terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal masyarakat. Adapun salah satu perubahan yang dirasakan masyarakat yaitu berkurangnya debit air limbah terutama pada saat musim hujan karena air limbah langsung disalurkan ke drainase di sebelah IPAL, kemudian diolah dan dimanfaatkan kembali untuk kegiatan ternak lele, menyiram tanaman, dan mencuci kendaraan. Berkurangnya debit air limbah ini tentunya berdampak pada berkurangnya beban pencemaran akibat air limbah yang dibuang ke badan sungai. Dampak tidak langsung dari adanya pemanfaatan air olahan IPAL yaitu lingkungan pemukiman yang semakin hijau akibat banyaknya tanaman yang dibudidayakan oleh warga. Tanaman yang dibudidayakan antara lain tanaman kayu, tanaman sayur (bayam, kangkung, dan caisim), tanaman bumbu, tanaman hias, serta tanaman toga (jahe dan binahong). Oleh karena itu, dengan adanya pemanfaatan kembali air olahan IPAL, maka kandungan parameter yang terdapat pada air limbah yang telah diolah juga harus tetap diperhatikan. Hasil uji sampel air limbah di Perumahan Bugel Mas Indah dapat dilihat pada Tabel 17.
43
Tabel 17 Hasil analisis air limbah pada Perumahan Bugel Mas Indah Parameter pH BOD TSS Minyak dan Lemak
Satuan mg/l mg/l mg/l
Sampel I
II
III
1V
7.1 20.65 9 <0.5
7 5.89 5 <0.5
7 19.91 15 <0.5
7.2 5.16 5 <0.5
Sumber: BPLH Kota Tangerang, hasil analisis laboratorium IPB (2011)
Parameter air limbah yang diperhatikan dalam baku mutu air limbah domestik sesuai dengan KepmenLH No. 112/2003 pada Tabel 2 adalah pH, BOD, TSS, serta minyak dan lemak. Apabila dilihat dari segi manfaat berkurangnya pencemaran, kandungan parameter air limbah pada Tabel 17 masih memenuhi baku mutu sehingga tidak terlalu berbahaya jika dibuang ke lingkungan. Akan tetapi, karena adanya pemanfaatan air limbah olahan, maka kandungan tersebut perlu dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 (Tabel 18). Melihat jenis pemanfaatannya, maka air olahan IPAL di Perumahan Bugel Mas Indah tergolong ke dalam mutu air kelas tiga, yaitu air untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pengairan tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama. Tabel 18 Baku mutu air kelas tiga Parameter pH BOD Residu Tersuspensi Minyak dan Lemak
Satuan mg/L mg/L µg/L
Nilai Kandungan 6-9 6 400 1000*
Sumber: PP No. 82/2001 * 1µg = 0.001 mg
Berdasarkan hasil uji sampel keempat parameter yang diperhatikan (Tabel 17), air limbah yang berasal dari Perumahan Bugel Mas Indah layak untuk dimanfaatkan kembali untuk kegiatan ternak lele dan menyiram tanaman karena masih memenuhi standar baku mutu untuk air yang digunakan (Tabel 18). Namun, kandungan BOD yang ada masih tergolong tinggi pada sampel I dan III. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu dan titik pengambilan sampel yang berbeda. Selain itu, masih ada parameter-parameter lain yang harus diperhatikan (Lampiran 12). Oleh karena itu, keberadaan IPAL domestik juga dapat menjadi solusi untuk membantu pengolahan air limbah yang ada sehingga lebih layak untuk digunakan.
44
6.2.3
Manfaat Ekonomi Keberadaan IPAL domestik mendorong masyarakat untuk berpartisipasi
dalam usaha mengurangi masalah lingkungan. Sejalan dengan usaha tersebut, masyarakat dapat memanfaatkan air limbah olahan untuk mengurangi debit air limbah yang dihasilkan. Pemanfaatan yang dilakukan antara lain untuk kegiatan ternak lele PKK, menyiram tanaman, dan mencuci kendaraan. Kegiatan pemanfaatan air limbah olahan ini dapat memberikan manfaat ekonomi berupa tambahan pendapatan dari ternak lele dan penghematan biaya air PDAM. Kegiatan ternak lele dilakukan di dalam bak bervolume 0.8 m3 yang airnya diganti setiap dua minggu. Air untuk bak lele diambil dari bak penampungan akhir dengan menggunakan selang. Apabila harga air diasumsikan untuk golongan rumah tangga R2 yaitu Rp 2 300/m3, maka biaya air yang dapat dihemat untuk kegiatan ternak lele yaitu Rp 3 680/bulan. Tenggang waktu ternak lele mulai dari tebar bibit hingga panen menghabiskan waktu sekitar 4 bulan. Panen pertama menghasilkan 9.5 kg lele yang dijual dengan keuntungan sebesar Rp 5 000/kg. Berdasarkan nilai tersebut, maka manfaat ekonomi yang dihasilkan dari ternak lele untuk sekali panen adalah sebesar Rp 62 220 (Tabel 19). Tabel 19 Manfaat ekonomi kegiatan ternak lele Keterangan Penghematan air Pendapatan ternak lele
Nilai Rp 3 680 x 4 bulan Rp 5 000 x 9.5 kg Total
Total (Rp) 14 720 47 500 62 220
Sumber: Data primer, diolah (2013)
Selain ternak lele, air limbah olahan juga digunakan untuk menyiram tanaman dan mencuci kendaraan oleh sebagian masyarakat RW 04. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden menyatakan bahwa pemanfaatan air limbah cukup membantu penghematan biaya air PDAM. Penghematan dilihat dari selisih biaya dengan dan tanpa adanya penggunaan air limbah olahan (Tabel 20). Tabel 20 Penghematan biaya air PDAM Keterangan Tanpa menggunakan air limbah olahan Menggunakan air limbah olahan Selisih Rata-rata penghematan Sumber: Data primer, diolah (2013)
Biaya air PDAM (Rp/bulan) 4 068 119 3 871 300 196 819 4 920
45
Penghematan dilihat dari jumlah air olahan yang digunakan jika dihitung dengan harga air PDAM. Harga air PDAM yang berlaku adalah harga untuk masing-masing kelompok rumah tangga pada saat membayar tagihan air. Total penghematan atas penggunaan air IPAL adalah Rp 196 819/bulan dengan rata-rata penghematan per rumah tangga sebesar Rp 4 920/bulan (Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dapat berhemat rata-rata sebesar 4.84% dari jumlah yang dibayarkan untuk tagihan air PDAM. 6.3 Willingness to Pay untuk Keberlanjutan IPAL Tahap awal metode CVM dilakukan dengan membangun pasar hipotetik yang menjelaskan alasan responden harus membayar iuran. Pembentukan pasar hipotetik dilakukan dengan memberi gambaran mengenai kondisi IPAL domestik saat ini. Keberadaan IPAL cukup memberikan manfaat bagi masyarakat. Fungsi dan kualitas IPAL harus dijaga dengan cara perawatan secara rutin sehingga IPAL dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan. Selama ini iuran yang berlaku yaitu sebesar Rp 1 000/bulan sedangkan untuk perawatan dan operasional IPAL menghabiskan biaya yang cukup tinggi. Apabila perawatan tidak dilakukan secara rutin karena dihadapkan pada kendala biaya, maka IPAL akan sulit beroperasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, keberlanjutan IPAL membutuhkan dukungan dan kesiapan dana dari masyarakat dalam bentuk peningkatan iuran. Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 77% responden menyatakan bersedia apabila iuran untuk IPAL ditingkatkan dan sisanya menyatakan tidak bersedia karena alasan tertentu (Gambar 8). Persentase responden yang bersedia dan tidak bersedia untuk meningkatkan iuran dapat dilihat pada Gambar 7.
23% tidak bersedia 77% bersedia
Sumber: Data primer, diolah (2013)
Gambar 7 Persentase kesediaan membayar responden untuk peningkatan iuran
46
Sebanyak 23% atau 9 responden menyatakan tidak bersedia apabila iuran untuk IPAL dinaikkan. Alasan ketidaksediaan responden adalah karena manfaat IPAL yang dirasakan menurut mereka hanya sedikit dan tidak ada dukungan finansial. Alasan ketidaksediaan responden dapat dilihat pada Gambar 8.
tidak mampu secara finansial (44%)
manfaat sedikit (56%)
Sumber: Data primer, diolah (2013)
Gambar 8 Persentase alasan ketidaksediaan responden Besar nilai yang bersedia dibayarkan tiap responden bervariasi mulai dari Rp 1 000 hingga Rp 20 000. Nilai yang paling banyak dipilih adalah Rp 2 000 dengan persentase sebanyak 37.5% dari total responden sedangkan hanya ada dua responden (5%) yang bersedia membayar di atas Rp 10 000. Selisih nilai yang banyak ditawarkan oleh responden tidak terlalu besar dari iuran awal karena sebagian responden menganggap perlu penyesuaian secara bertahap dalam rencana peningkatan iuran. Data variasi nilai WTP dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Distribusi WTP responden untuk keberlanjutan IPAL No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
WTP responden (Rp/bulan) 1 000 1 500 2 000 3 000 5 000 12 000 20 000 Total
Frekuensi 9 2 15 1 11 1 1 40
Frekuensi relatif 0.225 0.050 0.375 0.025 0.275 0.025 0.025 1.000
Nilai rata-rata WTP (Rp/bulan) 225 75 750 75 1 375 300 500 3 300
Sumber: Data primer, diolah (2013)
Kurva lelang dibentuk berdasarkan nilai tawaran WTP yang bersedia diberikan responden untuk mempertahankan keberlanjutan IPAL. Pada Gambar 9 terlihat bahwa hanya sedikit responden yang memberikan nilai tawaran yang tinggi. Sebagian besar nilai tawaran berada di kisaran Rp 2 000 hingga Rp 5 000.
47
25000 20000 WTP
15000 10000
WTP
y = -391.05x + 13619
Linear (WTP)
5000 0 0
-5000
20
40
60
Jumlah Responden
Sumber: Data primer, diolah (2013)
Gambar 9 Dugaan kurva WTP responden 6.3.1
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden untuk
mempertahankan keberlanjutan IPAL dijelaskan dengan sembilan variabel bebas, yaitu umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, pendapatan keluarga, lama tinggal, status kepemilikan tempat tinggal, debit air limbah yang digunakan, dan persepsi terhadap kinerja IPAL dalam mengolah air limbah. Hasil regresi variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Hasil analisis regresi Predictor Constant Ln_Umur Jenis kelamin Ln_Jumlah anggota keluarga Ln_Lama pendidikan formal Ln_Pendapatan Ln_Lama tinggal Status tempat tinggal Ln_Debit air Ln_Persepsi
Coef 0,017 -0,5078 -0,1662 -0,1637 0,4538 0,6047 0,3016 -0,1324 0,1321 -0,4773
SE Coef 1,447 0,4942 0,1236 0,3711 0,5201 0,2204 0,1305 0,1199 0,1084 0,1630
T 0,01 -1,03 -1,35 -0,44 0,87 2,74 2,31 -1,10 1,22 -2,93
P 0,991 0,312 0,189 0,662 0,390 0,010* 0,028** 0,278 0,232 0,006*
S = 0,254915 R-Sq = 50,5% R-Sq(adj) = 35,7% *nyata pada taraf α = 1%
**nyata pada taraf α = 5%
Persamaan regresi yang dihasilkan dari Tabel 22 adalah sebagai berikut. Ln_WTP = 0.017 – 0.508 Ln_UMR – 0.166 JK – 0.164 Ln_JAK + 0.454 Ln_PDDK + 0.605 Ln_PDPT + 0.302 Ln_LTG – 0.132 STK + 0.132 Ln_DBT – 0.477 PSP……………...…………………………………(6.1)
48
Keterangan: WTP = Nilai WTP responden (Rp/bulan) UMR = Umur (tahun) JK
= Jenis kelamin (1 = perempuan, 0 = laki-laki)
JAK
= Jumlah anggota keluarga (orang)
PDDK = Lama pendidikan formal (tahun) PDPT = Pendapatan keluarga (Rp/bulan) LTG
= Lama tinggal di lokasi penelitian (tahun)
STK
= Status kepemilikan tempat tinggal (1 = milik sendiri, 0 = lainnya)
DBT
= Banyaknya air olahan IPAL yang digunakan (m3)
PSP
= Persepsi terhadap kinerja IPAL (1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik) Menurut kriteria ekonomi, beberapa variabel memiliki tanda parameter
estimasi yang sesuai dengan hipotesis. Variabel penjelas yang tandanya tidak sesuai dengan hipotesis adalah umur dan status kepemilikan tempat tinggal. Hasil survei lapang menunjukkan bahwa semakin bertambah umur responden tidak menjamin diberikannya nilai WTP yang lebih tinggi karena responden tersebut semakin banyak pertimbangan dalam mengatur alokasi keuangan. Selain itu, sebagian responden yang mengontrak merupakan penduduk asli sehingga ada kemungkinan nilai WTP yang diberikan lebih tinggi karena adanya pengetahuan dan rasa kepedulian yang lebih daripada responden yang memiliki rumah sendiri. Berdasarkan kriteria ekonometrika, model regresi yang dihasilkan telah memenuhi keempat asumsi, yaitu komponen sisaan menyebar normal, tidak ada multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil uji keempat asumsi dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, 7, dan 8. Berdasarkan kriteria statistika, nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan yaitu sebesar 50.5% (Tabel 22). Artinya, sebanyak 50.5% keragaman variabel tidak bebas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang ada dan sisanya dijelaskan oleh hal lain di luar model. Hasil analisis uji F pada Lampiran 4 (0.005 < α) menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel tidak bebas. Akan tetapi, tidak semua variabel bebas lolos pada uji t. Variabel bebas yang tidak signifikan tetap memiliki pengaruh, namun pengaruhnya sangat kecil terhadap nilai WTP.
49
Variabel-variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap nilai WTP yaitu pendapatan keluarga, lama tinggal, dan persepsi responden terhadap kinerja IPAL dalam mengolah air limbah. Variabel-variabel tersebut signifikan pada taraf nyata berbeda-beda. Pengaruh setiap variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Pendapatan keluarga Variabel pendapatan memiliki nilai p-value sebesar 0.01. Artinya, variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf nyata 1%. Koefisien menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan sebesar 1% akan meningkatkan WTP sebesar 0.605% dengan asumsi variabel lain tetap (cateris paribus). Variabel pendapatan keluarga responden memiliki hubungan positif dengan nilai WTP karena tingginya pendapatan responden dapat mengindikasikan tingginya kemampuan finansial rumah tangga. b. Lama tinggal Variabel lama tinggal memiliki nilai p-value sebesar 0.028. Artinya, variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf nyata 5%. Koefisien variabel menunjukkan bahwa apabila responden lebih lama tinggal selama 1 tahun maka nilai WTP akan meningkat sebesar 0.302% dengan asumsi cateris paribus. Variabel ini memiliki hubungan positif dengan nilai WTP karena semakin lama responden tinggal di lokasi penelitian, maka rasa kepedulian terhadap lingkungannya cenderung semakin tinggi. c. Persepsi terhadap kinerja IPAL Variabel persepsi memiliki nilai p-value sebesar 0.006. Artinya, variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf 1%. Berdasarkan kriteria ekonomi seharusnya semakin baik kinerja IPAL maka semakin tinggi nilai WTP. Akan tetapi, koefisien variabel menunjukkan bahwa semakin baik persepsi masyarakat terhadap kinerja IPAL dalam mengolah air limbah, maka nilai WTP akan turun sebesar 0.477% dengan asumsi cateris paribus. Hal ini disebabkan karena masyarakat di lokasi penelitian cenderung memiliki persepsi bahwa IPAL yang baik tidak memerlukan banyak biaya sehingga masyarakat cenderung memberi nilai WTP yang semakin kecil apabila IPAL tersebut jarang rusak.
50
6.4 Kelayakan Ekonomi IPAL Analisis kelayakan ekonomi IPAL perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat ekonomi yang akan didapatkan. Perhitungan kelayakan dilakukan dengan melihat komponen inflow dan outflow yang didiskontokan dengan menggunakan suku bunga pinjaman sebesar 12%. Komponen inflow dilihat dari manfaat ekonomi yang dihasilkan sedangkan komponen outflow dilihat dari biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode umur IPAL. Periode umur dihitung berdasarkan umur IPAL domestik yang diperoleh dari keterangan BPLH Kota Tangerang, yaitu selama 10 tahun. Komponen inflow mencakup iuran pengelolaan serta manfaat ekonomi yang didapatkan dari penghematan biaya air rumah tangga dan kegiatan ternak lele yang dilakukan selama tiga kali dalam setahun. Ada dua skenario iuran yang digunakan dalam perhitungan komponen inflow. Skenario pertama, iuran pengelolaan IPAL yang dikenakan adalah iuran yang berlaku saat ini, yaitu sebesar Rp 1 000/bulan. Skenario kedua, iuran ditingkatkan menjadi sebesar ratarata WTP responden, yaitu sebesar Rp 3 300/bulan. Rata-rata biaya air yang dapat dihemat rumah tangga yaitu sebesar Rp 4 920/bulan sedangkan manfaat ekonomi dari kegiatan ternak lele per sekali panen yaitu sebesar Rp 62 220. Ketiga komponen tersebut diakumulasikan selama setahun sehingga ringkasan estimasi penerimaan IPAL per tahun dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Estimasi penerimaan (inflow) tahunan proyek IPAL domestik No. 1. 2. 3.
1. 2. 3.
Uraian Skenario 1 (iuran awal) Iuran warga Penghematan biaya air Pendapatan ternak lele Total Skenario 2 (rataan WTP) Iuran warga Penghematan biaya air Pendapatan ternak lele Total
Nilai satuan (Rp)
Jumlah KK
Nilai total (Rp/tahun)
1 000 4 920 62 220
82 82
984 000 4 841 280 186 660 6 011 940
3 300 4 920 62 220
82 82
3 247 200 4 841 280 186 660 8 275 140
Sumber: Data primer, diolah (2013)
Komponen outflow mencakup biaya investasi dan operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali untuk konstruksi
51
(pembangunan)
IPAL pada awal
proyek
sedangkan biaya operasional
dikelompokkan menjadi biaya perawatan dan media. Biaya operasional terdiri dari biaya listrik, ganti pompa, servis, dan instalasi. Biaya media terdiri dari biaya pembelian karbon aktif dan pasir silika sebagai media yang digunakan dalam sistem pengolahan. Frekuensi pengeluaran biaya-biaya ini berbeda-beda. Rincian biaya yang dikeluarkan selama periode umur IPAL dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Rincian biaya proyek IPAL domestik No. 1. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Uraian
Biaya bulanan (Rp)
Biaya Investasi Pembangunan Biaya Operasional Listrik Ganti pompa Servis Instalasi Sand filter Carbon filter
Biaya total (Rp) 25 000 000
78 000
12 500 58 333
936 000 250 000 60 000 50 000 150 000 700 000
Keterangan Awal proyek Setiap bulan Asumsi dua tahun sekali Asumsi dua tahun sekali Asumsi dua tahun sekali Setiap tahun Setiap tahun
Sumber: Data sekunder (2013)
Tiga kriteria kelayakan proyek yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Nilai NPV diperoleh dari total manfaat bersih selama periode umur proyek yang didiskontokan dengan suku bunga pinjaman 12%. Nilai Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang dihasilkan setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1.00 dan IRR menunjukkan kemampuan proyek IPAL domestik dalam mengembalikan seluruh investasi yang dikeluarkan. Hasil perhitungan kriteria kelayakan ekonomi IPAL domestik pada Lampiran 10 dan 11 telah disimpulkan pada Tabel 25. Tabel 25 Nilai kriteria kelayakan IPAL Kriteria Investasi Net Present Value (Rp) Net Benefit Cost Ratio Internal Rate of Return (%)
Skenario 1 987 627 1.01 1
Skenario 2 13 775 212 1.57 17
Sumber: Data primer dan sekunder, diolah (2013)
Skenario 1 pada Tabel 25 menunjukkan bahwa dengan iuran pengelolaan sebesar Rp 1 000/bulan, nilai NPV yang dihasilkan selama periode umur proyek IPAL (10 tahun) yaitu sebesar Rp 987 627, net B/C 1.01, dan IRR 1%. Nilai kriteria kelayakan investasi meningkat pada skenario 2. Jika iuran dinaikkan
52
menjadi Rp 3 300/bulan, maka kriteria kelayakan investasi yang dihasilkan yaitu NPV Rp 13 775 212, net B/C 1.57, dan IRR 17%. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi yang ada saat ini, proyek IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah layak untuk dijalankan menurut kriteria NPV dan Net B/C, namun tidak layak menurut kriteria IRR. Akan tetapi, apabila nilai iuran ditingkatkan menjadi sebesar nilai rata-rata WTP masyarakat, maka IPAL domestik tersebut layak menurut ketiga kriteria sehingga pengoperasian dan pengembangan IPAL diharapkan tidak akan merugikan pemerintah, pengelola, maupun masyarakat.
53
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah menggunakan sistem penyaringan (filtrasi) dengan karbon aktif dan pasir silika (carbon and sand filter) yang bertujuan untuk menjernihkan air limbah, menghilangkan bau, dan partikel-partikel kecil yang terdapat pada air limbah. Semua anggota masyarakat bertanggung jawab dalam menjaga keberlanjutan IPAL. 2. Manfaat pengolahan air limbah menggunakan IPAL domestik antara lain mengurangi pencemaran dan debit air limbah, meningkatkan kerjasama antar warga, meningkatkan pengetahuan terhadap pemanfaatan air limbah, membuat lingkungan lebih hijau, dan mengurangi pengeluaran rumah tangga. Total biaya yang dapat dihemat rumah tangga dalam sebulan yaitu sebesar Rp 196 819 dengan rata-rata penghematan sebesar Rp 4 920. 3. Partisipasi masyarakat dalam menjaga keberlanjutan IPAL domestik sangat diperlukan, salah satunya dalam bentuk peningkatan iuran yang menyatakan kesediaan membayar (WTP) masyarakat. Nilai rata-rata WTP responden yaitu sebesar Rp 3 300 dan faktor-faktor yang signifikan terhadap nilai WTP responden antara lain pendapatan keluarga, lama tinggal, dan persepsi terhadap kinerja IPAL. 4. Proyek IPAL di Perumahan Bugel Mas Indah akan menghasilkan manfaat yang lebih besar dan lebih layak untuk dijalankan menurut kriteria NPV, Net B/C, dan IRR apabila iuran pengelolaan IPAL ditingkatkan menjadi sebesar nilai rata-rata WTP masyarakat, yaitu Rp 3 300. 7.2 Saran 1. Pengurus sebaiknya meningkatkan frekuensi pengoperasian dan perawatan IPAL sehingga dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas dan mengurangi keluhan masyarakat terkait kualitas dan kuantitas air yang dihasilkan. Apabila IPAL dapat dioperasikan dengan baik, maka hal tersebut dapat mendukung keberlanjutan IPAL dalam jangka panjang.
54
2. Pemerintah, pengurus IPAL, masyarakat, dan pihak-pihak yang memegang peranan di lingkungan RW 04 mungkin dapat bekerja sama untuk mengawasi kinerja IPAL dan mengatasi masalah yang muncul dalam pengoperasian IPAL. 3. Penelitian mengenai pengolahan air limbah harus dikembangkan sehingga dapat memperluas pemanfaatan air limbah untuk kegiatan lainnya.
55
DAFTAR PUSTAKA Birol E dan Das S. 2010. Estimating the Value of Improved Wastewater Treatment: The Case of River Ganga, India. Journal of Environmental Management 91: 2163-2171 [Internet]. Diunduh 26 Juni 2013. Tersedia pada http://www.sciencedirect.com/science/journal/03014797. Damayanti D. 2004. Produktivitas Lahan Pertanian Perkotaan dengan Sumber Air Irigasi dari Limbah Cair Domestik dan Saluran Induk Tarum Barat Kotamadya Bekasi [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. 2004. Profil Kota Tangerang. Tangerang. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara. Garrod G dan Willis KG. 1999. Economic Valuation of the Environment. Massachusetts: Edward Elgar Publishing. Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hanley N dan Spash CL. 1993. Cost-Benefit Analysis and the Environment. England: Edward Elgar Publishing Limited. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press. Kementerian Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Kodoatie RJ dan Sjarief R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu: Edisi Kedua. Yogyakarta: ANDI. Linsley RK dan Franzini JB. 1996. Teknik Sumberdaya Air: Edisi Ketiga. Djoko Sasongko, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Metcalf and Eddy, Inc. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, and Reuse. New York: McGraw-Hill. Pemerintah Kota Tangerang. 2011. Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tahun 2011. Tangerang. 2012. Pemkot Masuk Nominasi Inovasi Manajemen Perkotaan Award (IMP) 2012 [Internet]. Diakses 7 Maret 2013. Tersedia pada: http://www.tangerangkota.go.id/mobile/detailberita/5073/670. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
56
Riduwan dan Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Akdon, editor. Bandung: Alfabeta. Salim E. 2010. Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim. Jakarta: Garamedia. Santosa H, Nusanthary DL, dan Colby ER. 2012. Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Secara Biologis dengan Media Lumpur Aktif: Suatu Usaha Pemanfaatan Kembali Air Limbah Rumah Tangga untuk Kebutuhan Mandi dan Cuci. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Vol. 1, No. 11: 454 – 460 [Internet]. Diakses 18 April 2013. Tersedia pada: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jtki. Sastrawijaya AT. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Sekaran U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Setiyono. 2009. Disain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Re-use Air di Lingkungan Perhotelan. Jurnal Air Indonesia Vol. 5 No. 2. Jakarta: BPPT. Siregar SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius. Soeharto I. 2001. Studi Kelayakan Proyek Industri. Yati Sumiharti, editor. Jakarta: Erlangga. Soeparman HM dan Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair: Suatu Pengantar. Jakarta: EGC. Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press. Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
57
LAMPIRAN
58
Lampiran 1. Kuesioner untuk masyarakat DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Jl. Kamper level 5 wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telepon (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 No Responden:
Tanggal Wawancara:
Kuesioner ini merupakan bahan skripsi yang berjudul “Nilai Ekonomi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang”. Saya mohon partisipasi Saudara untuk mengisi kuesioner dengan lengkap dan teliti sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Data Saudara dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan atau disalahgunakan. Atas perhatian dan partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.
A. Data Responden 1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Umur
:
4. Jenis kelamin
:L/P
tahun
5. Jumlah anggota keluarga :
orang
6. Lama pendidikan formal :
tahun
7. Pekerjaan: (a) Pegawai
(c) Ibu Rumah Tangga
(b) Wiraswasta
(d) Tidak Bekerja
8. Penghasilan kepala keluarga per bulan : Rp …………… 9. Apakah ada anggota keluarga lain yang bekerja? (a) Ya
(b) Tidak
Jika Ya, penghasilan per bulan: …………… 10. Lama tinggal di Perumahan Bugel Mas Indah: ………. tahun 11. Status tempat tinggal: (a) Milik sendiri
(b) Lainnya, ……………
59
12. Banyaknya air yang digunakan dalam sebulan i. Air PAM untuk kebutuhan sehari-hari: ............... m3. ii. Air olahan IPAL: …………… untuk keperluan ……………
B. Pengetahuan Responden Terhadap Pengolahan Air Limbah 1. Apakah anda tahu mengenai IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah? (a) Ya, seperti apa? (b) Tidak, mengapa? 2. Bagaimana persepsi anda terhadap kegiatan pengolahan air limbah rumah tangga menggunakan IPAL domestik? (a) Kurang (b) Cukup (c) Baik Alasan: …………………………………………………………………….. 3. Apakah terdapat perubahan pada lingkungan sekitar tempat tinggal anda?
C. Informasi tentang Willingness to Pay Masyarakat 1. Berapa besar biaya yang bersedia Anda bayar setiap bulan untuk mengelola IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah? 2. Mengapa Anda mau membayar sebesar Rp ………………… untuk mengelola IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah?
60
Lampiran 2. Kuesioner untuk pengurus IPAL DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Jl. Kamper level 5 wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telepon (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 Tanggal wawancara: Kuesioner ini merupakan bahan skripsi mengenai “Nilai Ekonomi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Perumahan Bugel Mas Indah, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang”. Saya mohon partisipasi Saudara untuk mengisi kuesioner dengan lengkap dan teliti sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Data Saudara dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan atau disalahgunakan. Atas perhatian dan partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.
A. Data Pengurus IPAL 1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Umur
:
tahun
4. Jenis kelamin : L / P 5. Jabatan
:
6. Kewenangan dalam pengelolaan IPAL:
B. Informasi Mengenai Pengolahan Air Limbah 1. Kapan IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah dibangun dan siapa yang membangun? 2. Bagaimana mekanisme pengolahan air limbah di Perumahan Bugel Mas Indah? 3. Berapa kapasitas air yang dapat diolah IPAL? 4. Apa saja manfaat dari air limbah yang telah diolah dengan menggunakan IPAL domestik dan siapa saja yang memanfaatkannya?
61
5. Berapa besar biaya pengelolaan IPAL dan bagaimana mekanisme pendanaannya (mencakup biaya pembangunan dan operasional)? 6. Bagaimana respon masyarakat saat akan dibangun IPAL domestik di Perumahan Bugel Mas Indah? 7. Bagaimana respon masyarakat pengguna dan non pengguna terhadap pengolahan dan pemanfaatan air limbah rumah tangga di Perumahan Bugel Mas Indah saat ini? 8. Bagaimana rencana untuk pengembangan IPAL selanjutnya?
62
Lampiran 3. Dokumentasi penelitian
Bangunan IPAL Domestik
Unit Pengolahan Air Limbah
Bak Ternak Lele
Pipa Penyaring Air Limbah
Keran Penyalur Air
Tanaman Budidaya
63
Papan Himbauan
Lingkungan sekitar IPAL
Hasil Pemilahan Sampah
Dokumentasi Kegiatan Ternak Lele
64
Lampiran 4. Uji F Ho : Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1 : Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y P value (0.005) < α 5% maka tolak Ho artinya semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y (model signifikan). Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 9 30 39
SS 1,99145 1,94945 3,94090
MS 0,22127 0,06498
F 3,41
P 0,005
Lampiran 5. Uji normalitas Ho: Data residual berdistribusi normal H1: Data residual tidak berdistribusi normal Nilai P-Value = 0.07 > α (5%), maka data residual menyebar normal. Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-2,84217E-12 2450 40 0,134 0,070
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-5000
-2500
0
2500 RESI1
5000
7500
10000
Lampiran 6. Uji multikolinearitas Hasil regresi menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena VIF semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF < 10). Regression Analysis: WTP versus Umur; Jenis kelamin; ... The regression equation is WTP = 5870 - 41,7 Umur - 2883 Jenis kelamin - 525 Jumlah anggota keluarga - 17 Lama pendidikan formal + 0,00124 Pendapatan + 199 Lama tinggal - 1156 Status tempat tinggal - 61 Debit air (ember) - 902 Persepsi
65
Predictor Constant Umur Jenis kelamin Jumlah anggota keluarga Lama pendidikan formal Pendapatan Lama tinggal Status tempat tinggal Debit air (ember) Persepsi
Coef 5870 -41,70 -2883 -524,5 -17,1 0,0012408 199,17 -1156 -61,0 -902,4
SE Coef 4308 65,66 1221 417,5 218,5 0,0003432 80,75 1279 298,4 312,4
T 1,36 -0,64 -2,36 -1,26 -0,08 3,62 2,47 -0,90 -0,20 -2,89
P 0,183 0,530 0,025 0,219 0,938 0,001 0,020 0,373 0,839 0,007
VIF 1,827 1,524 1,321 1,369 1,593 1,778 1,341 1,275 1,049
Lampiran 7. Uji heteroskedastisitas Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas pada model, digunakan model double log (transformasi peubah dengan natural log atau Ln= log dengan bilangan dasar e). Diketahui bahwa P-Value (Pr > |t|) untuk semua peubah bebas tidak signifikan, hal ini indikasi bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Sehingga metode pendugaan parameter OLS bisa diterapkan. Regression Analysis: lnreskuad versus Ln_Umur; Jenis kelamin; ... The regression equation is lnreskuad = - 5,51 + 1,18 Ln_Umur + 0,447 Jenis kelamin - 0,10 Ln_Jumlah anggota keluarga + 0,64 Ln_Lama pendidikan formal + 0,158 Ln_Pendapatan + 0,289 Ln_Lama tinggal - 0,417 Status tempat tinggal - 0,100 Ln_Debit air (ember) - 0,537 Ln_Persepsi Predictor Constant Ln_Umur Jenis kelamin Ln_Jumlah anggota keluarga Ln_Lama pendidikan formal Ln_Pendapatan Ln_Lama tinggal Status tempat tinggal Ln_Debit air (ember) Ln_Persepsi
Coef -5,510 1,184 0,4472 -0,101 0,643 0,1580 0,2894 -0,4168 -0,0995 -0,5371
SE Coef 5,571 1,903 0,4759 1,429 2,003 0,8488 0,5027 0,4618 0,4176 0,6275
T -0,99 0,62 0,94 -0,07 0,32 0,19 0,58 -0,90 -0,24 -0,86
P 0,331 0,538 0,355 0,944 0,750 0,854 0,569 0,374 0,813 0,399
Lampiran 8. Uji autokorelasi Nilai Durbin-Watson hasil regresi (1.962) menunjukkan tidak terjadi autokorelasi pada model karena berada pada selang antara 1.55 dan 2.46 (Firdaus, 2004). Regression Analysis: WTP versus Umur; Jenis kelamin; ... Durbin-Watson statistic = 1,96172
66
Lampiran 9. Perhitungan selisih biaya air rumah tangga No. Kel. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
R3 R3 R2 R2 R3 R2 R2 R3 R2 R2 R2 R3 R2 R2 R3 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R3 R2 R2 R3 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R2 R3
Debit air IPAL (m3)
Meter air
Blok I (Rp)
0.27 6.30 0.27 0.90 9.00 0.36 0.45 1.35 1.35 3.60 0.90 1.80 0.36 0.90 0.18 0.45 0.27 0.18 0.18 0.45 0.54 0.54 0.27 0.54 0.45 0.09 0.90 0.84 0.90 0.54 0.27 1.80 0.45 0.54 0.72 0.27 0.09 0.03 0.90 1.08
29 28 49 7 68 21 17 23 39 20 20 39 17 10 23 32 41 7 25 24 12 22 32 20 24 30 29 24 23 30 20 23 27 27 12 27 22 12 11 25
28000 28000 23000 16100 28000 23000 23000 28000 23000 23000 23000 28000 23000 23000 28000 23000 23000 16100 23000 23000 23000 23000 23000 23000 23000 23000 23000 23000 28000 23000 23000 28000 23000 23000 23000 23000 23000 23000 23000 28000
Blok IIA (Rp)
Blok IIB (Rp)
39000 39000 32500
45900 40800 85000
39000 32500 22750 39000 32500 32500 32500 39000 22750
102000 4250
39000 32500 32500
15300 51000 85000
32500 32500 6500 32500 32500 32500 32500 32500 32500 32500 39000 32500 32500 39000 32500 32500 6500 32500 32500 6500 3250 39000
21250 17000
15300 80750
96900
8500 51000 17000 42500 38250 17000 15300 42500 15300 29750 29750 29750 8500
25500
Blok IIC (Rp)
Biaya lain (Rp)
13500 13500 45900 13500 13500 163800 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 5100 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 13500 Total Rata-rata
Dengan IPAL (Rp)
Nilai air IPAL (Rp)
Tanpa IPAL (Rp)
126400 121300 199900 29600 346300 73250 59250 95800 149750 69000 69000 177400 59250 36500 95800 120000 159100 29600 90250 86000 43000 77500 120000 69000 86000 111500 107250 86000 95800 111500 69000 95800 98750 98750 43000 98750 77500 43000 39750 106000 387300 96782.5
1377 32130 1377 2070 52650 1530 1462.5 6885 6035 15300 3825 9780 1170 2925 918 1912.5 1377 414 765 1912.5 1755 2295 1147.5 2295 1912.5 382.5 3825 3570 4590 2295 1147.5 9180 1912.5 2295 2340 1147.5 382.5 97.5 2925 5508 196819 4920.46
127777 153430 201277 31670 398950 74780 60712.5 102685 155785 84300 72825 187180 60420 39425 96718 121913 160477 30014 91015 87912.5 44755 79795 121148 71295 87912.5 111883 111075 89570 100390 113795 70147.5 104980 100663 101045 45340 99897.5 77882.5 43097.5 42675 111508 4068119 101703
67 Lampiran 10. Pehitungan kelayakan ekonomi IPAL skenario 1 No.
A. B.
C.
Keterangan INFLOW 1. Kas RT 2. Penghematan warga 3. Ternak lele Total Inflow Total Inflow (DF 12%) OUTFLOW Biaya investasi 1. Biaya pembangunan Biaya operasional 1. Listrik 2. Ganti pompa 3. Servis 4. Instalasi Biaya media 1. Sand filter 2. Carbon filter Total Outflow Total Outflow (DF 12%) Net benefit DF 12% Present value PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR
1
2
3
4
984000 4841280 186660 6011940 5367803.6
984000 4841280 186660 6011940 4792681.8
984000 4841280 186660 6011940 4279180.1
984000 4841280 186660 6011940 3820697
936000
936000
936000 250000 60000 50000
150000 700000 26786000 23916071 -20774060 0.8928571 -18548268 19535895 19278981 987627.23 1.0133261 1%
150000 700000 1786000 1423788.3 4225940 0.7971939 3368893.5
150000 700000 2146000 1527480.4 3865940 0.7117802 2751699.7
Tahun 5
6
7
8
9
10
984000 4841280 186660 6011940 3411336
984000 4841280 186660 6011940 3045836
984000 4841280 186660 6011940 2719496
984000 4841280 186660 6011940 2428122
984000 4841280 186660 6011940 2167966
984000 4841280 186660 6011940 1935684
936000
936000
936000 250000 60000 50000
936000
936000
936000 250000 60000 50000
936000
150000 700000 1786000 1135035 4225940 0.635518 2685661
150000 700000 1786000 1013424 4225940 0.567427 2397912
150000 700000 2146000 1087230 3865940 0.506631 1958606
150000 700000 1786000 807895.7 4225940 0.452349 1911601
150000 700000 1786000 721335.4 4225940 0.403883 1706786
150000 700000 2146000 773869.1 3865940 0.36061 1394097
150000 700000 1786000 575044.2 4225940 0.321973 1360640
25000000
68 Lampiran 11. Perhitungan kelayakan ekonomi IPAL skenario 2 No.
A. B.
C.
Keterangan INFLOW 1. Kas RT 2. Penghematan warga 3. Ternak lele Total Inflow Total Inflow (DF 12%) OUTFLOW Biaya investasi 1. Biaya pembangunan Biaya operasional 1. Listrik 2. Ganti pompa 3. Servis 4. Instalasi Biaya media 1. Sand filter 2. Carbon filter Total Outflow Total Outflow (DF 12%) Net benefit DF 12% Present value PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR
1
2
3
4
3247200 4841280 186660 8275140 7388517.857
3247200 4841280 186660 8275140 6596891
3247200 4841280 186660 8275140 5890081
3247200 4841280 186660 8275140 5259001
936000
936000
936000 250000 60000 50000
150000 700000 26786000 23916071.43 -18510860 0.892857143 -16527553.57 30302765.56 19278981 13775211.99 1.571803279 17%
150000 700000 1786000 1423788 6489140 0.797194 5173103
150000 700000 2146000 1527480 6129140 0.71178 4362601
Tahun 5
6
7
8
9
10
3247200 4841280 186660 8275140 4695537
3247200 4841280 186660 8275140 4192443
3247200 4841280 186660 8275140 3743253
3247200 4841280 186660 8275140 3342190
3247200 4841280 186660 8275140 2984098
3247200 4841280 186660 8275140 2664374
936000
936000
936000 250000 60000 50000
936000
936000
936000 250000 60000 50000
936000
150000 700000 1786000 1135035 6489140 0.635518 4123966
150000 700000 1786000 1013424 6489140 0.567427 3682112
150000 700000 2146000 1087230 6129140 0.506631 3105213
150000 700000 1786000 807895.7 6489140 0.452349 2935357
150000 700000 1786000 721335.4 6489140 0.403883 2620855
150000 700000 2146000 773869.1 6129140 0.36061 2210229
150000 700000 1786000 575044.2 6489140 0.321973 2089329
25000000
69 Lampiran 12. Baku mutu berdasarkan klasifikasi penggunaan air
70
71
72
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Annisia Nifkiayu, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Juli 1991 sebagai anak kedua dari pasangan Nuryamin dan Hanidah Iriyani. Penulis mengawali pendidikan di TK Assasul Islam dan melanjutkan pendidikan dasar di SDN Pondok Rumput I pada tahun 1997-2003. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Bogor tahun 2003-2006 dan SMA Negeri 2 Bogor tahun 2006-2009. Setelah lulus SMA, penulis diterima sebagai mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan. Penulis pernah tercatat sebagai salah satu staf divisi Internal Development himpunan profesi Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) periode tahun 2011-2012. Selain itu, penulis juga pernah ikut dalam beberapa kepanitiaan, seperti IPB Art Contest (IAC), Bogor Art Festival, dan The 3Rd Greenbase.