Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi .............. (A. Ramadhan, Lindawati dan Nendah Kurniasari)
NILAI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KABUPATEN WAKATOBI Economic Value of Coral Reef Ecosystem in the Wakatobi District *
Andrian Ramadhan, Lindawati dan Nendah Kurniasari
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Gedung Balitbang KP I Lt. 4 Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara, Indonesia Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924 Diterima tanggal: 13 Juni 2016 Diterima setelah perbaikan: 20 Juli 2016 Disetujui terbit: 8 Desember 2016 *
email:
[email protected] ABSTRAK
Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi yang memberi manfaat barang dan jasa kepada manusia. Tidak hanya itu, interaksi yang terjadi antara sesama manusia didalam memanfaatkan ekosistem terumbu karang juga membentuk suatu nilai budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai ekonomi dari barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem terumbu karang termasuk nilai budaya. Penelitian dilakukan di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2015. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 67 orang untuk penangkapan ikan dan 42 responden untuk pembudidaya rumput laut. Metode analisis data menggunakan pendekatan produktivitas atau effect on production. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai ekonomi yang dihasilkan dari barang dan jasa ekosistem terumbu karang di Wakatobi mencapai lebih dari 4 triliun rupiah atau setara dengan 163 juta rupiah per hektar per tahun. Nilai terbesar disumbang oleh nilai ekologi khususnya sebagai pelindung lingkungan pesisir yang mencapai lebih dari 79%. Besarnya nilai ekologi menunjukkan pentingnya peranan ekosistem dimana rusaknya ekosistem berpotensi membebani negara dengan biaya yang sangat besar hanya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan ekosistem pesisir di Wakatobi. Kata Kunci: nilai ekonomi, ekosistem terumbu karang, wilayah pesisir, barang dan jasa, Wakatobi
ABSTRACT Coral reef ecosystem has ecological and economical functions and enables to provide benefits in term of goods and services to human being. Furthermore, it also creates socio-cultural value from interaction among people in order to take the benefit of ecosystem. This study was conducted in Wakatobi in 2015. The purpose of this study is to estimate the economic value of the coral reef ecosystem functions both directly and indirectly. Data collected consist of primary and secondary data. Data were purposively sampled from 67 of fishers and 42 respondents of seaweed farmer. Results showed that the calculated total economic value of coral reefs in Wakatobi is accounted for more than 4 trillion rupiahs, in other word it was 163 million rupiahs per hectare per year. The largest value was come from ecological functions particularly from coastal protection function by which accounted for more than 79%. This result indicates the important of ecosystem where in case of coral will be no longer existed, government should allocate a lot of money just to ensure the coastal environment sustainability in Wakatobi. Keywords: economic value, coral reef, coastal area, goods and services, Wakatobi
Korespodensi Penulis: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Gedung Balitbang KP I Lt. 4 Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara, Indonesia Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924
133
J. Sosek KP Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 133-146
PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara dua ekosistem yaitu ekosistem darat dan laut. Keberadaan wilayah pesisir menunjukkan besarnya potensi sumber daya alam dan pembentukan karakteristik wilayah yang dinamis dan khas. Karakteristik wilayah yang dinamis dan khas akan membawa dampak pembentukan karakteristik sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang ada disekitarnya (Wahyudin, 2004).Selain itu, menurut Kusumastanto (2006) dalam Sulistianto (2010), wilayah pesisir memiliki konsentrasi-konsentrasi keunggulan wilayah yang tidak dimiliki wilayah lain yaitu keunggulan sumber daya alam (seperti mangrove, terumbu karang dan padang lamun), karakteristik kultural yang khas dengan ciri egaliter, inward looking dan dinamis serta adanya keterkaitan hubungan masyarakat dengan sumber daya wilayah pesisir.
sebagai penghasil bahan aktif untuk obat dan kosmetik serta sebagai laboratoium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian (Tuwo, 2011; Supriharyono, 2010; Adrianto et al., 2004). Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 50.000 km2 dan mempunyai keanekaragaman jenis dan produktivitas primer yang tinggi (Ikhsan dan Syahrival, 2014). Akan tetapi, aktivitas manusia dalam memanfaatkan potensi sumber daya terumbu karang dan lingkungan di sekitarnya sering tumpang tindih dan bahkan di antara aktivitas tersebut dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai ekonomi dari sumber daya tersebut.
Wilayah pesisir atau lingkungan pesisir terdiri dari ekosistem alamiah dan buatan. Ekosistem alamiah antara lain terumbu karang, hutan mangrove dan padang lamun, pantai berpasir, eustaria, laguna dan delta. Ekosistem buatan antara lain tambak, sawah pasang surut, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman (Tuwo, 2011; Ismail, 2003). Sedangkan menurut Ruhendra (2015), wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya alam dapat pulih (seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang), maupun sumber daya alam yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas, serta mineral atau bahan tambang lainnya).
Berdasarkan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/ LIPI (2014), hingga tahun 2013 sebesar 30,4% kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan atau kurang baik, sebesar 5,29% dalam kondisi sangat baik, sebesar 27,14% masih dalam kondisi baik dan sebesar 37,18% dalam kondisi cukup. Untuk mengatasi ancaman terhadap kerusakan terumbu karang perlu dilakukan tindakan penilaian ekonomi terhadap berbagai macam fungsi terumbu karang baik sebagai pensuplai barang dan jasa. Hal ini penting untuk dilakukan, karena bilamana fungsi ekosistem rusak maka akan berdampak terhadap keberlanjutan sumber daya lainnya (Wahyudin dan Adrianto, 2012). Penilaian tersebut dapat menjadi dasar penghitungan besarnya kerugian yang terjadi dari waktu ke waktu. Kemampuan menghitung nilai kerugian atas berubahnya kondisi sumber daya kemudian menjadi dasar dalam penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dimana salah satunya adalah polluter pays principle.
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pesisir yang kaya akan keanekaragaman hayati. Ekosistem ini memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan di dalamnya juga bagi kebutuhan manusia. Terumbu karang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi. Fungsi ekologi terumbu karang diantaranya sebagai nutrien bagi biota perairan laut, pelindung fisik (dari gelombang), tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan bagi biota laut. Sedangkan fungsi ekonomi sebagai tempat habitat dari ikan karang, udang karang, algae, teripang dan kerang mutiara; sebagai objek wisata; sebagai penghasil bahan kontruksi bangunan dan pembuatan kapur;
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian ekonomi terhadap barang dan jasa dari ekosistem terumbu karang di Kabupaten Wakatobi. Hal ini penting dilakukan mengingat Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu wilayah yang memiliki keanekagaraman ekosistem terumbu karang tertinggi di dunia dimana terdapat 750 spesies dari total 850 spesies yang ada di dunia atau mencapai 88% (BTN Wakatobi, 2014). Adanya penilaian ekonomi pada wilayah ini diharapkan menjadi data dasar yang dapat dijadikan argumentasi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan di Kabupaten Wakatobi.
134
Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi .............. (A. Ramadhan, Lindawati dan Nendah Kurniasari)
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wakatobi. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu wilayah dalam segitiga karang dunia dan memiliki terumbu karang dengan tingkat biodiversitas tertinggi di dunia. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik responden, nilai produksi, harga produksi dan biaya produksi. Data-data tersebut digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai manfaat ekonomi dari ekosistem terumbu karang. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi dan literatur yang terkait dengan kegiatan penelitian terkait dengan potensi sosial ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan di Kabupaten Wakatobi. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan adalah dengan menggunaan teknik survei. Teknik survei ini dilakukan dengan cara melakukan sampling dan wawancara secara langsung dengan responden untuk mengidentifikasi potensi dan kondisi sosial ekonomi terkait pemanfaatan sumber daya terumbu
karang. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 67 orang. Data yang dikumpulkan terkait dengan hasil produksi, harga produksi dan biaya produksi. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah responden nelayan karang 67 orang dan 42 orang pembudidaya rumput laut. Jumlah responden didasarkan pada pendapat panel ahli dimana minimum responden yang dapat diterima untuk analisis adalah 30 responden yang terverifikasi, meskipun jumlah tersebut bukanlah jumlah ideal secara statistik. Syarat jumlah responden tersebut juga dapat ditemukan pada Kerlingeer dan Lee (2000). Kondisi ini didasarkan pada keterbatasan waktu dan dana pelaksanaan penelitian yang tidak memungkinkan pengambilan sampel dalam jumlah yang lebih besar sebagaimana disyaratkan oleh formula Slovin. Data yang dikumpulkan terkait dengan karakteristik responden, pendapatan responden, hasil produksi, harga dan biaya produksi. Metode Analisis Data Pendekatan yang digunakan dalam melakukan analisis data mengikuti kerangka yang dibangun oleh De Groot et al. (2002). Pendekatan ini pada intinya melihat adanya aliran dari fungsi ekosistem kepada barang dan jasa yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga karakteristik nilai yaitu nilai ekologi, nilai budaya dan nilai ekonomi. Melalui pendekatan ini nilai ekonomi yang umumnya dibagi menjadi nilai manfaat dan nilai bukan manfaat tidak lagi terlihat sebagaimana tersaji pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Kerangka Pendekatan Ekonomi Berbasis Manfaat danEkosistem Jasa Gambar 1. Kerangka Pendekatan ValuasiValuasi Ekonomi Berbasis Manfaat BarangBarang dan Jasa Ekosistem Figure 1. Economic Valuation Approach Based on Benefit of Goods and Services Figure 1. Economic Valuation Based: De onGroot Benefit Goods and Services Sumber : De GrootApproach et al. (2002)/Source et al. of (2002) Sumber : De Groot et al. (2002) Source : De Groot et al. (2002)
135
Pendugaan nilai ekonomi ekosistem terumbu karang dari pemanfaatan ekonomi
J. Sosek KP Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 133-146
� � �� ��� … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
d. Menduga Total Kesediaan Membayar/ Prediction total willing �
Gambar 1. Kerangka Pendekatan Valuasi Ekonomi�Berbasis �� ��� … Barang � � ���Manfaat … … … …dan … …Jasa ……………………………………� Ekosistem � Figure 1. Economic Valuation Approach Based Keterangan/Remarks on Benefit of Goods :and Services Pendugaan nilai ekonomi ekosistem terumbu Gambar Gambar1.1.Kerangka KerangkaPendekatan PendekatanValuasi ValuasiEkonomi EkonomiBerbasis BerbasisManfaat ManfaatBarang Barangdan Jasa Jasa Keterangan/Remarks : dan karang dari pemanfaatan ekonomi khususnya U = Utilitas terhadap sumber daya/ Utilities Sumber : De Groot et al. (2002) Ekosistem Ekosistem to resources penangkapan ikan dan budidaya rumput laut on Source : DeBased Groot etonal. (2002) Figure Figure1.1.Economic Economic Valuation Valuation Approach Approach Based Benefit Benefit ofofGoods Goods and andServices Services U = Utilitas terhadap sumber daya/ Utilities to resources a =..Jumlah sumber daya maksimum/ menggunakan metode Effect on Production Sumber Sumber: :De DeGroot Grootetetal. al.(2002) (2002) Maximum amount of resources a = Jumlah sumber daya maksimum/ Maximum amount of (EOP) atau pendekatan produktivitas. Menurut Source Source: :De DeGroot Grootetet al. al.(2002) (2002)karang dari pemanfaatan ekonomi Pendugaan nilai ekonomi terumbu Q = Fungsi permintaan/ Demand Function Adrianto et al. (2007), pendekatanekosistem produktivitas Q = Fungsi permintaan/ Demand Function dalam penilaian ekonomi daya alam khususnya penangkapan ikansumber dan budidaya rumput laut menggunakan metode Effect on Pendugaan Pendugaan nilai nilai ekonomi ekonomi ekosistem ekosistem terumbu karang karang dari dari pemanfaatan pemanfaatan ekonomi ekonomi e. Menduga Konsumen Surplus/ Prediction of dilakukan dengan asumsi bahwa sumber terumbu daya Production (EOP) atau pendekatan produktivitas. Menurut Adrianto et al. (2007), Consumer Surplus alam dipandang sebagai input bagi suatu produk khususnya khususnya penangkapan penangkapan ikan ikan dan dan budidaya budidaya rumput rumput laut menggunakan menggunakan metode metode Effect Effect on on e.laut Menduga Konsumen Surplus/ Prediction of Consumer Surplu final (final produktivitas goods) yang bernilai bagi publikekonomi dan pendekatan dalam penilaian sumber daya alam dilakukan dengan Production Production (EOP) (EOP) atau atau pendekatan pendekatan produktivitas. Menurut Menurut Adrianto et … al. al. (2007), (2007), … … …et… …… ……………………………………… �� � � � �Adrianto � … ..................................................(7) kapasitas dari produksi dari sumberproduktivitas. daya alam asumsi bahwa sumber daya alam dipandang sebagai input bagi suatu produk final (final tersebutproduktivitas dinilai dari seberapa besar kontribusi pendekatan pendekatan produktivitas dalam dalampenilaian penilaian ekonomi ekonomisumber sumber daya ��� daya � �� alam �alam � ..................................................(8) … dilakukan …dilakukan … … … … dengan …dengan ……………………………………… goods) yang bernilai publik dan kapasitas dari produksi dari sumber daya alam tersebut sumber daya alam bagi tersebut kepada produk final. asumsi asumsibahwa bahwasumber sumberdaya dayaalam alamdipandang dipandangsebagai sebagaiinput inputbagi bagisuatu suatuproduk produk final final(final (final Keterangan/Remarks : Langkah-langkah yang diperlukan untuk menduga Keterangan/Remarks : dinilai dari seberapa besar kontribusi sumber daya alam tersebut kepada produk final. CS dari =sumber Konsumen individu/ Consumer goods) goods) yang yang bernilai bernilai bagi bagipublik publik dan dankapasitas kapasitas dari dariproduksi produksi darisumber daya dayasurplus alam alamtersebut tersebut nilai ekonomi ekosistem terumbu karang dengan CS = Konsumen surplus individu/ Consumer surplus individ surplus individuals Langkah-langkah yang diperlukan untuk menduga nilai ekonomi ekosistem terumbu karang menggunakan metode EOP diperlukan langkahdinilai dinilai dari dari seberapa seberapa besar besar kontribusi kontribusi sumber sumber daya daya alam alam tersebut tersebut kepada kepada produk produk final. final. b2 = Harga yang dibayarkan/Price of of paid langkahmenggunakan pendugaan sebagai berikut: yang dibayarkan/Price paid b2 = Harga dengan metode EOP diperlukan langkah-langkah pendugaan sebagai Langkah-langkah Langkah-langkah yang yangdiperlukan diperlukan untuk untuk menduga menduga nilai nilaiekonomi ekonomi ekosistem ekosistem terumbu terumbu karang karang Q = Jumlah sumber daya keseluruhan atau Q = Jumlah sumber daya keseluruhan atau populasi/ Ov berikut: a. Pendugaan Fungsi Permintaan/ of langkah-langkah populasi/ Overall amount of resources dengan dengan menggunakan menggunakan metode metode EOP EOPEstimation diperlukan diperlukan langkah-langkah pendugaan pendugaan sebagai sebagai Demand Function or population population a. Pendugaan Fungsi Permintaan/ Estimation of Demand Function berikut: berikut: NET = Konsumen surplus populasi/ Consumer �� �� �� surplus populasi/ Consumer of population �Fungsi … �� ….................................(1) …… … … … … …ofof …Demand … … … …NET …Function … =…Konsumen . …of�1� � � �� �� Fungsi a.a. Pendugaan Pendugaan Permintaan/ Permintaan/ Estimation Estimation Demand Function population surplus � ……
Keterangan/ Remarks : . …�1� �1� ��� ��� Keterangan/Remarks �� �� �:� ……………………………………………………………………………………. … � � �� � � ………………�� �� �� �� ��
�� ��
Q = =Jumlah daya HASIL DAN PEMBAHASAN Q Jumlahsumber dayayang yangdiminta/ diminta/ The requested amount of resources Keterangan/ Keterangan/ Remarks Remarks : sumber : The requested amount of resources HASIL DAN PEMBAHASAN = Harga/ Price daya QQX ===Jumlah Jumlah sumber sumber dayayang yangdiminta/ diminta/The Therequested requested amount amountofTerumbu ofresources resources X11 Harga/ Price Kondisi Ekositem Karang
X22,X ,..Xn==.Karakteristik =Harga/ Karakteristik sosialekonomi ekonomirumah rumah tangga/ Socio-economic characteristics = Price Pricesosial XX1 X nHarga/ 1 ,X33,...X Kabupaten Wakatobi yang terletak di pusat Terumbu Karang tangga/ Socio-economic characteristics Kondisi Ekositem segitiga karang duniacharacteristics (World Coral Triangle Center) of households Karakteristik sosial sosialekonomi ekonomirumah rumahtangga/ tangga/ Socio-economic Socio-economic characteristics XX2,X 2,X 3,...X 3,...X n n==Karakteristik of households memiliki jenis/ spesies terumbu karang terbanyak Kabupaten Wakatobi yang terletak di pusat segitiga β =of Koefisien variabel penduga/ Coefficient ofhouseholds households β = Koefisien variabel penduga/ Coefficient of estimator variable di dunia yaitu mencapai 750 spesies dari total 850 of estimator variable Triangle Center) memiliki jenis/ spesies terumbu karang terbany ββ ==Koefisien Koefisienvariabel variabelpenduga/ penduga/Coefficient Coefficient ofofestimator estimator variable variable
spesies yang ada di dunia atau mencapai 88%, b. Transformasi Intersep Baru Fungsi Permintaan/ new850 intersep of demand sebagai perbandingan adalah jumlah 750Transformation spesiesbahan dari total spesies yang adajenis di dunia atau men b. Transformasi Intersep Baru Fungsi Permintaan/ spesies terumbu karang di Selat Karibia yang hanya b.b. Transformasi Transformasi Intersep Intersep Baru Baru Fungsi FungsiPermintaan/ Permintaan/ Transformationnew newintersep intersep ofofdemand demand function Transformation new intersep of demandTransformation perbandingan adalah jumlah jenis spesies terumbu karang d mencapai 50 spesies dan Laut Merah mencapai function function function �2Wakatobi � …… …… …50 . …spesies ��� � �� � �� ���� � �� ���� � � � �� ���� …mencapai dan Laut Merah 300 spesies. memiliki 90.000 mencapai ha terumbu 300 spesies. W karang Kaledupa (48 km) yang merupakan �dan ����� ��� ��� ……………terumbu ………… ………. … .… 2�2� �atoldan ��� ������� � ����� � ��� � ��� � ����� � ��� � ��� � ���� �� � �...(2) karang atol Kaledupa (48 km) yang merupakan atol tunggal terpanjang di dunia. Sehingga 5 tidak dunia. Sehingga tidak mengherankan jika Kabupaten Wakat mengherankan jika Kabupaten Wakatobi � � ��� � ���� � �� ����� � � � � �� ����� �� � �� ��� � � … … 3 � 55 menjadi tempat pilihan terbaik untuk menyelam/ diving � � � .......................................................(3) �3� �…�…�…�…�…���� � �� ����� ����� � ������ ��…��…��� terbaik diving (Pemerintah Kabupaten (Pemkab � ��� …� …… …… …� …untuk …… . �4�3�menyelam/ � ��� ����� ��… ��� � � �� � �…… � � ……… � �� � (Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi, � � � � � (4) ��� �…��� �fungsi � ���� ���� � �� ��� … �3� � � �… … … … … …c.… … … …�… Transformasi permintaan ke�…��… fungsi ��… ��… ��…��. ��4 …�........................................(4) …�… … … … …�… …… … … …permintaan …2010). … … … . �4� asal/ Transformation of ��� �� …
� � ��fungsi ��(4) ��to…demand … … …Transformation …function … …(4) … …ke … …of… …permintaan … … … … … . �asal/ 4� Transformation of ��� � �function taan (4)c.kedemand fungsi permintaan asal/ of…origin Transformasi Menurut penelitian COREMAP (2009), tipe ����� �permintaan � � � �� ���� �fungsi �fungsi ��� � ��� � � ��fungsi � �� � ���� � � … … �3� c. Transformasi permintaan (4) ke � �� nd function origin karangTransformation yang cukup banyak c. of permintaan (4)…of… ke fungsi permintaan asal/ of di … … …fungsi …(4) … to …… … … … …function ……… …… … … habitat …… … …terumbu �5� �Transformasi � � � �function demand demand origin
permintaan �� … … … … … … … … …of… …demand … … … … … … … … . �4� ��� � � � �� ��asal/Transformation daerah terumbu karang Wakatobi memberikan c. Transformasi fungsi permintaan (4) ke fungsi permintaan asal/ besar Transformation of peluang yang bagi tumbuhnya berbagai � � total �� .......................................................(5) embayar/d.Prediction willingness to pay jenis organisme sehingga tergolong biodiversitas … … Kesediaan …(4) … to …… …… …function … … … …Prediction ………… … …willingness … … … … �5� � � � � function Menduga Total Membayar/ total to pay demand demand of…origin ���� ��� … … … … … … … … … … … … … … … … … … terumbu karang yang sangat tinggi (karang dan ikan � � ��� … … … �6� d. Menduga Prediction total to payoleh kondisi oseanografi … … …Kesediaan … … … … … … Membayar/ ………………… … … … … …karang). … … …willingness �5� � � �� ��� Total Hal ini didukung � d. Menduga Total Kesediaan Membayar/ … … … … … …� …� …… …… �6� ��…� … ��… ��… ��…�… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … �6� dinamisto juga d.Keterangan/Remarks Menduga Total Kesediaan Membayar/ willingness pay dipengaruhi oleh musim. Data Prediction total willingness to pay Prediction totalyang : � COREMAP (2008) kekayaan jenis ikan yang � � �� ����� ��� … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … �6� U = Utilitas terhadap sumber daya/ Utilities to resources Keterangan/Remarks di kawasan ini mencapai 900 jenis dimana � � �� ����� ��� ….............................................(6) … …: … … … … … … … … … … … … … … …terdapat … … … �6� 396 spesies berasosiasi dengan ekosistem terumbu r daya/ Utilities toJumlah resources a = sumber daya maksimum/ Maximum amount of resources
… … … …d. … …Menduga … …�� … … …to …demand …(4) �5� demand function to…demand function function (4)… function origin Total Kesediaan Prediction … … … … … …Membayar/ … … … of … … … … …of…origin … …total … …willingness … … … �5� to pay �…� �…� �
U =�Utilitas terhadap sumber daya/ Utilities to resources Keterangan/Remarks : Keterangan/Remarks : daya aksimum/ Maximum amount of resources Q ==Fungsi permintaan/ Demand Function a maksimum/ Maximum of resources U = Jumlah Utilitas sumber terhadap sumber daya/ Utilities to amount resources 136 U == Fungsi Utilitas terhadap sumber daya/Function Utilities to resources mand Function Q Demand a = Jumlahpermintaan/ sumber daya maksimum/ Maximum amount of resources a = Jumlah sumber Surplus/ daya maksimum/ Maximum amount of resources e. Menduga Konsumen Prediction of Consumer Surplus Q = Fungsi permintaan/ Demand Function Q = Fungsi permintaan/ Demand Function
Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi .............. (A. Ramadhan, Lindawati dan Nendah Kurniasari)
karang. Beberapa jenis ikan karang yang banyak diekploitasi oleh masyarakat pada saat survei adalah ikan merah (Lutjanus biguttatus), Baronang (Siganus guttatus), Kakap lencam ( Lethrinus sp.), dan Kerapu (Epinephelus sp.). Menurut hasil penelitian Yulius et al. (2015) kondisi terumbu karang di Kabupaten Wakatobi termasuk dalam kategori sedang hingga baik. Kategori ini berdasarkan hasil survei yang menggambarkan tutupan karang hidup dimana terendah adalah 28% dan tertinggi mencapai 60%. Kondisi ini tersebar di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa dan Tomia dengan tutupan karang yang bervariasi antar pulau. Perkembangan Sektor Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wakatobi memiliki sumber daya perikanan yang potensial baik untuk usaha perikanan tangkap maupun budidaya. Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan sebagai leading sector daerah, akan didukung dengan pengembangan infrastruktur perikanan, diantaranya ialah pengembangan Tempat Pendaratan Ikan (TPI), Pelabuhan Perikanan Nusantara, Cold Storage, dan Kampung Nelayan Tempat Pendaratan Ikan direncanakan di Kecamatan Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Pelabuhan Perikanan Nusantara direncanakan di Pulau Binongko. Pemanfaatan sumber daya perikanan menggunakan berbagai armada penangkapan baik dari kapal bermotor maupun perahu tanpa motor. Secara proporsi, perahu tanpa motor masih cukup tinggi yaitu mencapai 45%. Kapal bermotor dengan mesin dalam merupakan yang terbanyak selanjutnya dan diikuti terakhir dengan perahu motor tempel. Perahu tanpa motor banyak digunakan hampir pada seluruh wilayah di Wakatobi. Alat bantu gerak pada perahu tanpa motor menggunakan dayung dan layar.
Penangkapan sumber daya ikan pada wilayah Wakatobi mencapai lebih dari 7.000 ton per tahun (BPS Kabupaten Wakatobi, 2014). Secara distribusi wilayah, kegiatan penangkapan ikan relatif merata di seluruh pulau. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih cukup tergantung dengan kegiatan perikanan. Jenis yang banyak tertangkap oleh nelayan adalah jenis ikan pelagis yang mencapai 58% dan jenis ikan dasar yang menyumbang sebesar 39%. Meski penangkapan didominasi oleh jenis-jenis ikan pelagis, penangkapan pada wilayah terumbu karang ternyata lebih banyak dilakukan oleh masyarakat. Jika dilihat dari jenis alat tangkapnya, pancing dasar merupakan alat tangkap paling dominan digunakan masyarakat (53%). Beberapa alat tangkap lain yang menunjukkan operasi penangkapan pada wilayah terumbu karang adalah bubu (5%) dan jaring dasar (3%). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapangan juga masih ditemukan alat tangkap panah baik dengan maupun tanpa kompresor. Penangkapan sumber daya ikan karang berdasarkan catatan statistik menyumbang hampir 40% dari total tangkapan nelayan dengan jumlah mencapai 1.557 ton per tahun. Ikan-ikan karang yang dominan diantaranya adalah kakap putih, kuwe, dan kerapu. Meski secara jumlah tidak terlalu besar, akan tetapi komoditas perikanan karang memiliki nilai yang cukup tinggi seperti kerapu dan lobster. Produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan yaitu dari 5.952,5 ton pada tahun 2010 menjadi 6.645,6 ton pada tahun 2011, selanjutnya pada tahun 2012 sebanyak 7.523,7 ton, dan sedikit menurun pada tahun 2013 yakni menjadi 7.298,2 ton. Demikian pula yang terjadi pada produksi perikanan budidaya (rumput laut) menurun dari 1.400 ton tahun 2011 menjadi 1.063 ton pada tahun 2012, dan penurunan produksi lebih tinggi
Tabel 1. Profil Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Wakatobi. Table 1. Profiles of Capture Fisheries According to Vessel Size in the Wakatobi District. Jenis Armada/Vessel Type Motor Tempel/ Outboard Powered Boats Perahu Tanpa Motor/ Motorless Boats Kapal Motor (< 5 GT)/ Inboard Powered Boats Kapal Motor (> 5 GT)/ Inboard Powered Boats
Tahun/ Year 2010 626 1,159 848 69
2011 448 642 541 80
2012 748 789 903 84
2013 753 1,538 1,095 14
Sumber: BPS Kabupaten Wakatobi, 2014/Source: Central Agency of Statistic Wakatobi District, 2014
137
J. Sosek KP Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 133-146
terjadi pada tahun 2013 yakni hanya mencapai 354 ton. Hasil perikanan laut, termasuk hasil budidaya rumput laut menurut kecamatan di Kabupaten Wakatobi dapat dilihat pada Gambar 2.
Selain pertimbangan biaya persatuan panjang, dalam penghitungan nilai pengganti menimbang pula kemampuan melindungi pantai dari tiap meter panjang bangunan pemecah gelombang yang dibangun. Hasil dari diskusi panel yang dihadiri beberapa pakar dari perguruan tinggi yakni IPB, UNSRAT, UNPATTI dan UNHALU pada 18-19 Desember di Bogor, diketahui bahwa tiap meter pemecah gelombang yang dibangun dapat melindungi pantai sepanjang 3 meter yang ada dibelakangnya. Untuk itu nilai yang setara untuk setiap meter fungsi karang yang hilang memerlukan biaya sepertiga dari biaya pembangunan pemecah gelombang per tiap meternya.
Nilai Ekologi Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang memiliki manfaat ekologi yang secara tidak langsung dirasakan oleh masyarakat pesisir khususnya. Ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai proteksi lingkungan pesisir khususnya dari ancaman erosi akibat gelombang yang besar dan sebagai penyedia sumber daya ikan. Nilai ekologi ekosistem terumbu karang sebagai fungsi di atas akan dijelaskan sebagai berikut:
Panjang pantai yang dilindungi oleh karang pada wilayah Wakatobi berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (PPSEKP) (2015) diperkirakan mencapai 338.371 meter. Atas dasar perkiraan tersebut dapat diketahui nilai karang sebagai pemecah gelombang adalah sebesar Rp. 3.222.747.817.623 pertahun. Luas terumbu karang yang ada di Wakatobi diperkirakan 54.500 ha (Pemkab Wakatobi, 2014). Dengan demikian dapat diketahui nilai per satuan luas untuk fungsi perlindungan pesisir sebesar Rp. 59.132.987/ha/tahun.
a. Proteksi Lingkungan Pesisir Penilaian fungsi terumbu karang sebagai pelindung pantai biasa dianalogkan dengan sasuatu yang mempunyai nilai pasar (Romadhon, 2014). Teknik penilaian tersebut biasa pula disebut dengan teknik biaya pengganti dimana biaya pengganti dimaksud merupakan biaya pembangunan fisik buatan manusia yang ditujukan untuk menggantikan fungsi yang hilang.
Salah satu acuan yang dapat digunakan untuk menghitung standar biaya pembangunan pemecah b. Penyedia Sumber daya Ikan gelombang adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Terumbu karang juga merupakan tempat Berdasarkan Dokumen Daftar Isian Pelaksanaan yang sangat produktif, menurut hasil penelitian Anggaran (DIPA) induk tahun anggaran 2016 Dahuri (2003), melaporkan bahwa potensi lestari Kementerian Pekerjaan Umum diketahui biaya ikan karang konsumsi ditinjau dari Sembilan pembangungan pemecah gelombang sebesar Rp. WPP, tercatat sekitar 1.452.500 ton/tahun. 121.920.600.000 untuk bangunan sepanjang 4.267 Sehingga dengan total area 50.000 km2, maka meter sehingga biaya per meter yang dibutuhkan MSY (Maximum Sustainable Yield) ikan karang adalah Rp. 28.572.908. laut menurut kecamatan di Kabupaten Wakatobi dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 7523,7
8000 7000
5952,5
6645,6
7298,2
6000
Perikanan Tangkap/Capture Fisheries
5000 4000 3000 2000
927,2
1400
1063
1000 0
2010
2011
2012
Perikanan Budidaya/Aquaculture Fisheries 354 2013
GambarPerikanan 2. ProduksiTangkap Perikanandan Tangkap dan Budidaya di Kabupaten Wakatobi Tahun 2014. Gambar 2. Produksi Budidaya di Kabupaten Wakatobi Tahun 2014. Figure 2. Production of Capture Fisheries and Aquaculture Fisheries in Wakatobi District Figure 2. Production of Capture Fisheries and Aquaculture Fisheries in Wakatobi DistrictYear Year 2014. 2014
138
Nilai Ekologi Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang memiliki manfaat ekologi yang secara tidak langsung dirasakan oleh masyarakat pesisir khususnya. Ekosistem terumbu karang dapat berfungsi
Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi .............. (A. Ramadhan, Lindawati dan Nendah Kurniasari)
di Indonesia terdapat sekitar 29,05 ton/km2/ tahun atau setara dengan 290 kg per hektar per tahun. Atas dasar tersebut, nilai eksisting terumbu karang sebagai fungsi penyedia sumber daya ikan dengan asumsi harga rata-rata tertimbang ikan sebesar Rp. 25.310 dapat dihitung yaitu sebesar Rp. 400.024.550.000/tahun atau Rp. 7.339.900/ha/ tahun. Untuk menghitung nilai eksisting terumbu karang sebagai fungsi penyedia sumber daya ikan di Wakatobi diasumsikan memiliki nilai produktivitas yang sama. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data sekunder yang diperoleh. Adapun data ekologi yang dikumpulkan oleh PPSEKP (2015) hanya mencatat rata-rata jumlah individu sebesar 1033 individu per tiap satuan pengamatan yang ditetapkan sebesar 125 m2 atau sebesar 8,2 individu meter persegi. Secara kategori, nilai kelimpahan individu ini termasuk cukup tinggi. Atas dasar tersebut, maka dapat dihitung perkiraan nilai eksisting terumbu karang sebagai fungsi penyedia sumber daya ikan sebesar Rp. 400.024.550.000. Nilai diperoleh dari asumsi rata-rata harga ikan sebesar Rp. 25.310 (PPSEKP, 2015) dan luas ekosistem terumbu karang sebesar 54.500 ha (Pemkab Wakatobi, 2014). Dengan demikian nilai ekonomi persatuan luas diketahui sebesar Rp. 7.339.900 /ha/tahun. Nilai Ekonomi Terumbu Karang Keberadaan ekosistem terumbu karang yang ada di Kabupaten Wakatobi digunakan
untuk kegiatan penangkapan ikan dan budidaya rumput laut. Nilai ekonomi dari masing masing pemanfaatan tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Perikanan Tangkap Pendekatan yang digunakan dalam menghitung nilai ekonomi dari pemanfaatan sumber daya ikan pada ekosistem terumbu karang adalah analisis Effect on Production (EoP), yaitu dengan menilai besaran produktivitas ekosistem terumbu karang akan sumber daya ikan. Faktor penduga yang digunakan adalah harga, umur, pendidikan, dan jumlah keluarga. Pemilihan faktor penduga mengikuti Adrianto et al. (2007) yang mengasumsikan adanya hubungan antara faktorfaktor penduga terhadap ekstraksi sumber daya. Harga misalnya, nelayan baru akan melakukan ekstraksi sumber daya secara masif bila memiliki memiliki nilai pasar. Semain tinggi rata-rata harga yang diterima untuk suatu sumber daya diduga akan semakin meningkatkan motivasi nelayan dalam menjalankan usaha. Begitupula dengan faktor-faktor sosial ekonomi seperti usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan, dan pengalaman usaha. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui rata-rata produksi tahunan nelayan yang beroperasi di sekitar terumbu karang adalah 6.296 kg/tahun. Rata-rata trip pertahun adalah 88 trip sehingga dapat diketahui produksi rata-rata per trip adalah 47,6 kg. Nelayan karang memiliki waktu operasi per trip antara 1 sampai dengan 3 hari per trip.
Tabel 2. Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi dari Variabel Penangkapan Ikan pada Ekosistem Terumbu Karang di Kabupaten Wakatobi. Table 2. Average Value and Deviation Standar From Variable Capture Fisheries of the Coral Reef Ecosystem in Wakatobi District. Variabel/ Variable Q P A Edu KK Inc Exp Trip
Keterangan/ Description Rata-Rata Produksi (Kg/tahun)/Average Production (kg/year) Rata-rata Harga (Rp/Kg)/Average Price (Rp/Kg) Rata-rata Umur (tahun)/Average Age (year) Rata-rata Pendidikan (Tahun)/Average Education (year) Rata-rata Jumlah Keluarga (Jiwa)/Avarege Number of Family (life) Rata-rata tingkat Pendapatan (Rp/tahun)/Average Level of Income (Rp/year) Rata-rata Pengalaman Usaha (tahun)/Average Working Experience (year) Rata-rata trip (kali per tahun)/Avarage Number of Trip (times per year)
Nilai Rata-rata/ Average Value 6,296
Standar Deviasi/ Deviation Standar 5,076
30,950 41 7
23,481 13,46 3.31
5
2.22
82,569,166
72,966,259
20
13.61
132
88
Sumber : Data Primer Diolah (2015)/ Source : Primary Data Processed (2015) Keterangan/Remaks : N = 67
139
J. Sosek KP Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 133-146
Harga rata-rata yang diterima oleh nelayan adalah Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Rp. 30.950. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumber nilai adjusted R-Sq sebesar 0,69. Hal tersebut daya ikan pada ekosistem terumbu karang memiliki menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan nilai jual yang sangat tinggi. Beberapa jenis ikan dalam model yaitu harga, umur, pendidikan, yang memiliki nilai tinggi diantaranya adalah kerapu pendapatan, jumlah keluarga, pengalaman khususnya jenis sunu merah. usaha3 hari dan per jumlah dalam satu tahun memiliki waktu operasi per trip antara 1 sampai dengan trip.trip Harga rata-rata yangmampu menjelaskan keragaman variabel tidak bebas yaitu i per trip antara 1 sampai dengan 3 hari per trip. Harga rata-rata yang Berdasarkan penghitungan secara langsung oleh nelayan 30.950. Kondisi menunjukkan bahwa sumber daya ikan produksi dariHarga kegiatan penangkapan ikan dalam memilikiditerima waktu operasi per tripadalah antaraRp. 1 sampai dengan 3 ini hari per trip. rata-rata yang diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan adalah Rp. 30.950. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumber daya ikan satu tahun sebesar 69%. Dari fungsi-fungsi EoP pada ekosistem terumbu karang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Beberapa jenis ikan diterima adalah oleh nelayan adalah Rp. 30.950. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumber daya ikan Rp. 82.569.166/tahun atau Rp 6.880.764/ tersebut, maka dapat dikatakan bahwa produksi bu karang memiliki nilai tersebut jual sangat tinggi. Beberapa jeniskhususnya ikan yang nilaiyang tinggi diantaranya adalah kerapu sunu merah. bulan.memiliki Nilai cukup tinggi meski pada ekosistem terumbu karang memiliki nilai jualharus yang sangat tinggi. jenis Beberapa jenis ikan dari kegiatan perikanan tangkap berbanding positif diimbangi hidup yang relatif lebih tinggi gi diantaranya adalahdengan kerapubiaya khususnya jenis sunu merah. terhadap tingkat pendapatan, pengalaman yang memiliki nilai tinggi diantaranya adalah kerapu khususnya jenis sunu merah. Berdasarkan penghitungan secara langsung diketahui bahwa rata-rata pendapatan usaha pula. Namun demikian pendekatan yang digunakan dan jumlah trip per tahun. Dengan kata lain, apabila untuk menghitung nilai manfaat secara langsung nghitungan nelayan secara langsung diketahui bahwa rata-rata pendapatan adalah Rp. 82.569.166/tahun atau Rp 6.880.764/bulan. Nilai tersebut cukupmaka tinggi variabel-variabel tersebut meningkat, produksi Berdasarkan penghitungan secara langsung diketahui bahwa rata-rata pendapatan adalah dengan pendekatan surplus konsumen. dapat meningkat pula. Sedangkan variabel harga, 2.569.166/tahun atau Rp diimbangi 6.880.764/bulan. Nilai tersebut yang cukuprelatif tinggilebih denganatau biaya pula. Namun demikian nelayanmeski adalahharus Rp. 82.569.166/tahun Rphidup 6.880.764/bulan. Nilai tinggi tersebut cukup tinggi Surplus konsumen menghtiung total luasan ruang umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga i dengan biaya yang relatif lebih tinggi pula. Namun demikian pendekatan yang digunakan untuk menghitung nilai manfaat secara langsung yanghidup terbentuk didengan bawah kurva berbanding negatif terhadap produksiadalah dari kegiatan meski harus diimbangi biaya permintaan. hidup yang relatif lebih tinggi pula. Namun demikian unakan untuk menghitung nilai manfaat secara langsung adalah perikanan tangkap pada ekosistem terumbu dengan pendekatan surplus konsumen. Surplus konsumen menghtiung total luasan ruang Rata-rata usia responden diketahui nilai 41 manfaat secara langsung adalah pendekatan yang digunakan untuk menghitung tahunterbentuk dan telahdi melakukan usaha penangkapan urplus konsumen. Surplus konsumen menghtiung total luasan karang. ruang Harga awalnya diduga berbanding lurus bawah kurva permintaan. dengan yang pendekatan surplus konsumen. Surplus konsumenternyata menghtiung total luasan berbanding terbalikruang karena disebabkan selama 20 tahun. Informasi ini mengindikasikan ah kurva permintaan. adanya perbedaan jenis komoditas yang terbentuk diusaha bawahpenangkapan kurva bahwaRata-rata banyakdiketahui dilakukan41 tahun dan telah melakukan usia permintaan. responden usaha yang ditangkap di antara nelayan. Harga jenis ikan oleh generasi41 yang beradadan dalam usia melakukan produktif respondenpenangkapan diketahui tahun telah usaha selama 20 tahun. Informasi ini mengindikasikan bahwa usaha penangkapan seperti ikan kerapu Rata-rata usia responden 41 dari tahun tertentu dan telah melakukan usahamemiliki harga dimana memulai usaha secaradiketahui mandiri dimulai yang tinggi akan tetapi secara jumlah terbatas. 20 tahun. Informasi ini mengindikasikan bahwa usaha penangkapan banyak dilakukan oleh generasi yang berada dalam usia produktif dimana memulai usia sekitar 21 20 tahun. HalInformasi ini merupakan potensi penangkapan selama tahun. ini mengindikasikan bahwa usaha penangkapan usaha Begitupula dengan beberapa komoditas lain sumber dayadalam manusia yang mendorong terjadinya h generasi yang berada usia produktif dimana usaha mandiri dimulai dari usia sekitar 21memulai tahun. Hal ini merupakan potensi sumber daya banyak secara dilakukan oleh generasi yang berada dalam usia produktif dimana memulai usaha seperti lobster yang memiliki nilai tinggi akan optimalisasi pemanfaatan sumber daya. i dari usia sekitar 21 tahun. Hal ini merupakan potensi sumber daya tetapi produksi kecil.daya. Sementara jenis-jenis ikan manusiadimulai yang mendorong terjadinya optimalisasi sumber secara mandiri dari usia sekitar 21 tahun. Hal inipemanfaatan merupakan potensi sumber daya Berdasarkan hasil analisis EOP terhadap yang banyak ditangkap seperti kakap lencam dan ong terjadinya optimalisasi pemanfaatan sumber daya. manusiaaktivitas yang mendorong terjadinya optimalisasi sumber daya. Berdasarkan hasil maka analisis EOPpemanfaatan terhadap perikanan tangkap, perikanan tangkap, diperoleh fungsi ikanaktivitas kakak tua memiliki harga yangmaka relatif lebih permintaan sebagai berikut: rendah. hasil analisis EOP fungsi terhadap aktivitassebagai perikanan tangkap, maka diperoleh permintaan berikut:
Berdasarkan hasil analisis EOP terhadap aktivitas perikanan tangkap, maka ntaan sebagai berikut: Berdasarkan fungsi tersebut kemudian diperoleh fungsi permintaan berikut: ��� � 0,964 � 0,809sebagai �� � � 0,261 �� � � 0,058 �� ��� � 0,025 �� �� � 0,867 ��� dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi 0,192 �� �������� 0,155 �� ���� � � � 0,261 �� � � 0,058 ������ � 0,025 � 0,867 ��� sumber dari��� nelayan ekosistem terumbu ��� � 0,964 � 0,809 �� � � 0,261 �� � � 0,058 �� ��� � 0,025 �� ��daya � 0,867 �� ��� � 0,155 �� ���� karang dengan menghitung besarnya nilai � 0,192Information: �� ��� � 0,155 �� ���� Keterangan/ surplus bagi konsumen (CS). Nilai ekonomi yang Q = Produksi (kg/tahun)/ Production (kg/year) ion: dihasilkan dengan menghitung surplus konsumen Keterangan/ Information: LnProduction P = Harga (Rp/kg)/ Price (Rp/Kg) Keterangan/Remaks: ksi (kg/tahun)/ (kg/year) adalah 159.817.245/orang/tahun sehingga Q = Produksi (kg/tahun)/ Production (kg/year) Ln(Rp/Kg) A = Umur responden (tahun)/ Respondent’s ageRp. (year) Q =.Produksi (kg/tahun)/ Production (kg/ a (Rp/kg)/ Price diketahui nilai ekonomi berdasarkan populasi Ln P (tahun)/ =Respondent’s Harga Price (Rp/Kg) Ln Edu Tingkat pendidikan (tahun)/Level of Education (year) year)=(Rp/kg)/ responden age (year) Ln A LnP KK==Umur responden (tahun)/ Respondent’s age (year) Rp. 373.017.285.444/tahun. Jumlah nelayan Jumlah anggota keluarga (orang)/ Number of Family (person) Harga= (Rp/kg)/ Price (Rp/Kg) at pendidikanLn (tahun)/Level of Education (year) Ln EduLn = Tingkat pendidikan (tahun)/Level of Education (year) Ln Inc = Tingkat pendapatan (Rp/tahun)/ Level of Income (Rp/year) pemanfaat ekosistem terumbu karang adalah A = Umur responden h anggota keluarga (orang)/ Number of(tahun)/ Family Respondent’s (person) Ln KK = Jumlah anggota keluarga (orang)/ Number of Family (person) Ln Exp = Pengalaman Usaha (tahun)/ Working Experience (year) 2.334 orang sehingga diketahui nilai ekonomi age (year) at pendapatan (Rp/tahun)/ Level of Income (Rp/year) Ln Inc Ln = Tingkat pendapatan (Rp/tahun)/ Level of Income (Rp/year) Ln Pnn = Jumlah trip dalam satu tahun (kali)/ Number of Trip in a year (times) secara keseluruhan sebesar Rp. 373.017.285.444/ Edu =.Tingkat of alaman Usaha (tahun)/ Workingpendidikan Experience (tahun)/Level (year) Ln Exp = Pengalaman Usaha (tahun)/ Working Experience (year) Education (year) h trip dalam satu tahun (kali)/ Number of Trip in a year (times) tahun. Produktivitas penangkapan ikan karang Ln Pnn = Jumlah trip dalam satu tahun (kali)/ Numberbila of Trip in a year (times) dibandingkan dengan luasan ekosistem Ln KK =.Jumlah anggota keluarga (orang)/ Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai adjusted R-Sq sebesar54.500 0,69. ha Hal adalah Number of Family (person) terumbu karang sebesar
6.844.354/ha/tahun. Pada Gambar 3 berikut regresi menunjukkan bahwa pendapatan nilai adjusted R-Sq sebesar Hal Ln Inc =menunjukkan Tingkat (Rp/tahun)/ Level of0,69.Rp. tersebut bahwa variabel bebas digunakan dalam model Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilaiyang adjusted R-Sq sebesar 0,69. yaitu Hal harga, Income (Rp/year) dapat dilihat fungsi permintaan Effect On Production bahwa variabel bebas yang pendapatan, digunakan dalam model yaitupengalaman harga, jumlah usaha dan nelayan jumlah trip dalam Ln Exp pendidikan, =.Pengalaman Working tersebutumur, menunjukkan bahwa Usaha variabel(tahun)/ bebas keluarga, yang digunakan model harga, (EOP)dalam aktivitas dariyaitu pada ekosistem
Experience (year) ndapatan, jumlah pengalaman usaha dan jumlah trip dalam tidak terumbu karang. satu keluarga, tahun mampu menjelaskan keragaman variabel bebas yaitu produksi dari umur, pendidikan, pendapatan, jumlah keluarga, pengalaman usaha dan jumlah trip dalam Ln Pnn =.Jumlah trip dalam satu tahun (kali)/ menjelaskankegiatan keragaman variabel tidak bebas yaitu produksi dari 69%. Dari fungsi-fungsi EoP penangkapan ikan dalam satu tahun sebesar Number of Trip in a keragaman year (times) satu tahun mampu menjelaskan variabel tidak bebas yaitu produksi dari
n ikan dalam satu tahun 69%. Daribahwa fungsi-fungsi EoP maka sebesar dapatdalam dikatakan produksi dari Dari kegiatan perikanan kegiatantersebut, penangkapan ikan satu tahun sebesar 69%. fungsi-fungsi EoPtangkap at dikatakan bahwa produksi dari kegiatan perikanan tangkap positifdikatakan terhadap tingkat pendapatan, pengalaman usaha dan tangkap jumlah trip per tersebut,berbanding maka dapat bahwa produksi dari kegiatan perikanan
hadap tingkat pendapatan, pengalaman usaha dan jumlah trip per meningkat, maka produksi dapat tahun. Dengan kata lain, apabila variabel-variabel tersebut berbanding positif terhadap tingkat pendapatan, pengalaman usaha dan jumlah trip per ain, apabila variabel-variabel tersebut meningkat, maka produksi dapat 140 meningkat pula. Sedangkan variabel harga, umur, pendidikan jumlah anggota tahun. Dengan kata lain, apabila variabel-variabel tersebut meningkat,dan maka produksi dapatkeluarga
ngkan variabel harga, umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga meningkat pula. Sedangkan variabel harga, umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga
12
6.844.354/ha/tahun. Pada Gambar 3 berikut dapat dilihat fungsi permintaan Effect On Production (EOP) aktivitas dari nelayan pada.............. ekosistem Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi (A.terumbu Ramadhan,karang. Lindawati dan Nendah Kurniasari)
Harga/ Price (Rp)
Produksi/ Production (Kg)
Gambar 3. Grafik Fungsi Permintaan Penangkapan Ikan pada Ekosistem Terumbu Karang di Gambar 3. Grafik Fungsi Permintaan Penangkapan Ikan pada Ekosistem Terumbu Karang di Kabupaten Wakatobi Wakatobi. Figure 3.Kabupaten Demand Function of Capture Fisheries the Coral Reef Ecosystem in Wakatobi District Figure 3. Demand Function of Capture Fisheries the Coral Reef Ecosystem in Wakatobi District. Sumber: Data primer diolah, 2015/ Sources : Primary Data Processed (2015) Sumber: Data primer diolah, 2015/Sources : Primary Data Processed (2015)
a. Budidaya Rumput Laut Keberadaan ekosistem terumbu karang yang ada di sepanjang pantai perairan
a. Budidaya Rumput Laut
masyarakat. Kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Wakatobi menggunakan sistem long line (floating method). Menurut Kordi (2011), metode long line memiliki beberapa keuntungan 13 antara lain tanaman cukup menerima sinar matahari, lebih tahan terhadap perubahan kualitas air, terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan, pertumbuhannya lebih cepat, cara kerjanya lebih mudah, biayanya lebih murah dan kualitas rumput laut yang dihasilkan baik. Teknik budidaya rumput laut dengan metode ini menggunakan tali sepanjang 50-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25 meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik atau styrofoam. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan styrofoam/ karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml. Bibit rumput laut diikat pada tali yang panjang selanjutnya dibentangkan di perairan.
Kabupaten Wakatobi selain memberikan manfaat langsung berupa ekstraksi sumber daya
Keberadaan ekosistem terumbu karang yang ada di sepanjang pantai perairan Kabupaten Wakatobi selain memberikan manfaat langsung berupa ekstraksi sumber daya perikanan dapat juga dimanfaatkan sebagai aktivitas budidaya rumput laut. Rumput laut seringkali dijadikan alternatif sumber mata pencaharian dengan memanfaatkan perairan dangkal di sekitar ekosistem terumbu karang khususnya pada daerah karang yang mengalami kerusakan (Hehre and Meeuwig, 2016). Dalam kondisi alami, karang dapat hidup berdampingan dengan rumput laut. Pada perairan yang mendapat tambahan nutrisi dari perairan sekitarnya rumput laut akan tumbuh subur pada daerah sekitar terumbu karang bahkan bisa mengambil alih wilayah (Freeman, 2003). Menurut Hehre dan Meeuwig (2016) menunjukkan kegiatan budidaya rumput laut di sekitar ekosistem terumbu karang umum dilakukan tidak hanya di Indonesia tapi juga beberapa negara lain seperti Filipina, Tanzania, Zanzibar dan Malaysia. Bahkan di Indonesia ditemukan hubungan yang positif antara pengembangan budidaya rumput laut dengan ikan-ikan dari jenis Baronang yang banyak ditemukan antara ekosistem terumbu karang dan lamun. Keberadaan aktivitas usaha budidaya rumput laut memberikan kontribusi terhadap perekonomian
Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Wakatobi sebagian besar didominasi jenis Eucheuma spinosum, sedangkan sisanya adalah jenis Eucheuma cottoni. Sebelum bibit rumput laut diikat, terlebih dahulu bibit rumput laut tersebut dibersihkan dari kotoran-kotoran atau organisme penempel. Kondisi rumput laut yang dipilih adalah yang muda, segar, bersih serta bebas dari jenis rumput laut lainnya. Pada saat pemasangan tali utama harus diperhatikan arah arus pada posisi
141
J. Sosek KP Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 133-146
sejajar atau sedikit menyudut untuk menghindari terjadinya belitan tali satu dengan lainnya. Bibit rumput laut sebanyak 50-100 gram diikatkan pada sepanjang tali dengan jarak antar titik lebih kurang 25 cm.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai adjusted R-Sq sebesar 0,69. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga, umur, pendidikan, pendapatan, jumlah keluarga, pengalaman usaha dan jumlah panen dalam satu Jangka waktu pemeliharaan rumput laut tahun mampu menjelaskan keragaman variabel sekitar 35-60 hari sejak ditanam. Pemanenan tidak bebas yaitu produksi rumput laut dalam satu dilakukan dengan cara mengangkat seluruh tahun sebesar 69%. Dari fungsi fungsi EoP tersebut, tanaman, sedangkan pelepasan tanaman dari tali ris maka dapat dikatakan bahwa produksi rumput laut dilakukan di darat. Penanaman kembali dilakukan berbanding positif terhadap tingkat pendapatan dengan memilih bagian ujung tanaman yang masih pengalaman usaha dan jumlah panen dalam satu muda. Untuk proses pengeringan dilakukan dengan tahun. Dengan kata lain, apabila variabel-variabel menjemur di bawah sinar matahari langsung. tersebut meningkat, maka produksi rumput laut Penjemuran dilakukan selama 2-4 hari tergantung dapat meningkat pula. Sedangkan variabel harga kondisi panas matahari. Penjemuran dilakukan di rata-rata rumput laut, umur, pendidikan dan jumlah atas para-para untuk menghindari tercampurnya anggota keluarga pembudidaya berbanding negatif rumput laut dari kotoran seperti pasir, kerikil dan lain terhadap produksi rumput laut. Harga berbanding sebagainya. Setelah kering dan bersih dari segala terbalik tampaknya disebabkan oleh kondisi macam kotoran, maka rumput laut dimasukkan pasar. Beberapa pembudidaya yang panen dalam kematahari. dalam karung plastik dilakukan dan siap di untuk besar diketahui melakukan panen pada panas Penjemuran atas dijual. para-para jumlah untuk menghindari tercampurnya Untuk harga rumput laut kering jenis E. spinosum saat yang relatif sama mendorong uran di atas para-para untuk menghindari tercampurnya rumput laut dari seperti pasir, kerikil dan lain sebagainya. Setelah kering dan sehingga bersih panasdilakukan matahari. Penjemuran dilakukan di per atas para-para untuk menghindari tercampurnya berkisar Rp.kotoran 2.500-Rp. 3.500 kg, sedangkan harga yang diterima menjadi turun. Komoditas seperti kerikil dan lain sebagainya. Setelah dan bersihrumput untuk jenis E. cottoni berkisar antara Rp.sebagainya. 7.500dari segala macam kotoran, maka rumput laut dimasukkan ke dalam karung dan siap rumputpasir, laut dari kotoran seperti pasir, kerikil dan kering lain Setelah kering danplastik bersih laut tampaknya masih sangat tergantung Rp. 8.000 per kg. an, maka rumput laut dimasukkan ke dalam karung plastik dan siap dengan harga yang diberlakukan oleh tengkulak. untuk dijual. Untuk harga rumput laut kering jenis E. spinosum berkisar Rp. 2.500-Rp. 3.500 dari segala macam kotoran, maka rumput laut dimasukkan ke dalam karung plastik dan siap Alih-alih harga komoditas mendorong peningkatan Nilai ekonomi sumber daya perikanan rumput lautkg, kering jenis spinosum berkisar Rp. 2.500-Rp. 3.500 per sedangkan untuk jenis E. cottoni berkisar antara Rp. 7.500-Rp. 8.000 per kg. untuk dijual. Untuk hargaE. rumput laut kering jenis E. spinosum berkisar Rp. 2.500-Rp. 3.500 produksi, yang terjadi justru sebaliknya. budidaya rumput laut7.500-Rp. di Kabupaten Wakatobi eniskg, E. sedangkan cottoni berkisar antara Rp. 8.000 per kg. Keterbatasan akses terhadap penjualan membuat per untuk jenis E. cottoni berkisar antara Rp. 7.500-Rp. 8.000 per kg. Nilai ekonomi sumber daya perikanan budidaya dilakukan dengan menggunakan analisis effect on rumput laut di Kabupaten Wakatobi pembudidaya tidak memiliki pilihan untuk menjual production (EoP). Berdasarkan analisa EoPproduction (EoP). Berdasarkan hasil ber daya perikanan budidaya rumput laut analisis di hasil Kabupaten Wakatobi dilakukan dengan menggunakan effectrumput on Nilai ekonomi sumber daya perikanan budidaya laut di Kabupaten Wakatobi hasil produksi. terhadap aktivitas perikanan budidaya rumput laut, gunakan analisis effect on production (EoP). Berdasarkan hasil analisa EoP terhadap aktivitas perikanan maka diperoleh dilakukan dengan menggunakan analisis effect onbudidaya production (EoP).laut, Berdasarkan hasil fungsi maka diperoleh fungsi permintaan budidaya rumput rumput Berdasarkan fungsi tersebut kemudian ktivitas perikanan budidaya rumput laut,sebagai maka diperoleh fungsi sebagai berikut: budidaya laut berikut: analisa permintaan EoPlaut terhadap aktivitas perikanan budidaya rumput laut, maka diperoleh fungsi nilai ekonomi sumber dilakukan estimasi terhadap put laut sebagai berikut: daya rumput laut dengan menghitung besarnya permintaan budidaya rumput laut sebagai berikut: nilai surplus bagi konsumen �� � � 0,96 � 0,809 �� � � 0,261 �� � � 0,058 �� ��� � 0,25 �� �� � 0,867 �� ��� (CS). Nilai total 0,192 ��� � 0,155 �� ��� kesediaan membayar (U) sebesar Rp. 34.658.686 �� � � �� �� �0,809 0,058�� ������� � �� 0,25 � 0,867 �� ��� ��0,261 � � 0,96 � 0,261 ���� � �� � 0,058 �� ��� � 0,25 �� � 0,867 �� ��� per�� pelaku usaha perikanan. Untuk mencari nilai 92 �� ��� � 0,155 ������ 0,192 �� ��� � 0,155 �� ��� ekonomi total berdasarkan fungsi tersebut, maka Keterangan/ Keterangan/ Information Remaks : : digunakan beberapa data diantaranya rata-rata Q = Produksi rumput laut (Kg/tahun)/Seaweed Production (kg/year) Q = Produksi rumput laut (Kg/tahun)/ panen pembudidaya rumput laut dalam satu tahun ion : Keterangan/ Information : rataProduction Ln P = Harga – rata rumput laut (Rp/kg)/Average Price of Seaweed (Rp/kg) Seaweed (kg/year) sebanyak 5.226 kg/tahun. Selain itu digunakan laut Q (Kg/tahun)/Seaweed Production (kg/year) = Produksi rumput laut responden (Kg/tahun)/Seaweed Production (kg/year) Ln A = Umur (tahun)/Respondents Age (year) Ln P = Harga rata – rata rumput laut (Rp/kg)/ ta – rata rumput laut (Rp/kg)/Average Price of Seaweed (Rp/kg) juga nilai b0 dan b1 sebesar 7.916,522 dan -0,873. Ln P Ln =Edu Harga=rata – rata rumput laut (Rp/kg)/Average Price of(year) Seaweed (Rp/kg) Tingkat pendidikan (tahun)/Level Average Price of Seaweed (Rp/kg)of Education sponden (tahun)/Respondents Age (year) Berdasarkan nilai-nilai tersebut, maka didapatkan Ln A Ln =KK Umur =responden (tahun)/Respondents Age (year) of Family (person) Jumlah anggota keluarga (orang)/Number pendidikan (tahun)/Level of Education (year) Ln A = Umur responden (tahun)/Respondents estimasi nilai surplus konsumen (CS) sebesar Ln Edu Ln =Inc Tingkat pendidikan (tahun)/Level of Educationof(year) = Age Tingkat pendapatan (Rp/tahun)/Level Income (Rp/year) nggota keluarga (orang)/Number of Family (orang)/Number (person) (year) Ln KK = Jumlah anggota keluarga of Family (person) Rp. 15.634.919. Nilai ekonomi rumput laut Ln Exp = Pengalaman Usaha (tahun)/ Working Experience (year) pendapatan of Income (Rp/year) Ln Edu = Tingkat pendidikan (tahun)/Level of Ln Inc (Rp/tahun)/Level = Tingkat pendapatan (Rp/tahun)/Level of Income (Rp/year) sebesar Rp. 8.160.682.302 Ln Pnn Working = Jumlah panen dalam satu tahun (kali)/ Number of Harvest in a year (times)per tahun dan man Usaha Experience (year)Working Education (year) Ln Exp(tahun)/ = Pengalaman Usaha (tahun)/ Experience produktivitas (year) Rp.15.397.524/ha/tahun, dengan anenLn dalam tahun (kali)/ Number of Harvest in a year (times) Ln Jumlah anggota keluarga (orang)/ Pnn satu =KK = Jumlah panen dalam satu tahun (kali)/ Number of jumlah HarvestR-Sq in a year Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai adjusted sebesar 0,69. Hal sebanyak 522 populasi (times) pembudidaya Number of Family (person) dan luas lahan budidaya rumput laut esi menunjukkan bahwa nilaimenunjukkan adjusted sebesar Halorang tersebut mengindikasikan bahwaR-Sq variabel bebas yang dalam model Hasil analisis regresi bahwa nilai 0,69. adjusted R-Sq sebesar 0,69. yaitu Hal harga, Ln Inc = Tingkat pendapatan (Rp/tahun)/Level of digunakan sebanyak 530 hektar. Pada Gambar 4 berikut dapat (Rp/year) dalam bahwa umur, variabel bebas Income yang digunakan harga,dalam usaha pendidikan, pendapatan, keluarga, pengalaman dan jumlah panen On Production tersebut mengindikasikan bahwa variabeljumlah bebasmodel yang yaitu digunakan model yaitu harga, Effect dilihat fungsi permintaan Ln Exp = Pengalaman Usaha (tahun)/ Working apatan, jumlah satu keluarga, pengalaman usaha dankeragaman jumlah panen dalam tahun mampu menjelaskan variabel bebas produksi (EOP)tidak aktivitas dariyaitu budidaya rumput laut pada umur, pendidikan, pendapatan, jumlah keluarga, pengalaman usaha dan jumlah panen Experience (year) ekosistem terumbu karang. pu menjelaskan keragaman variabel tidak bebas yaitu produksi rumput laut dalam satu tahundalam sebesar 69%. Dari fungsitidak fungsi EoP yaitu tersebut, maka dapat Ln Pnn = Jumlah panen satu tahun (kali)/ dalam satu tahun mampu menjelaskan keragaman variabel bebas produksi Number of Harvest in a year (times) ahun sebesar 69%.bahwa Daritahun fungsi fungsi EoP maka dapat dikatakan produksi rumput laut positif pendapatan rumput laut dalam satu sebesar 69%.tersebut, Dariberbanding fungsi fungsi EoP terhadap tersebut, tingkat maka dapat
ksi rumput laut berbanding positif terhadap tingkatsatu pendapatan pengalaman usaha dan jumlah panen dalam tahun. Dengantingkat kata lain, apabila variabeldikatakan bahwa produksi rumput laut berbanding positif terhadap pendapatan 142 umlah panen dalam satu tahun. Dengan kataproduksi lain, variabelvariabel tersebut meningkat, maka rumput laut dapat meningkat Sedangkan pengalaman usaha dan jumlah panen dalam satu apabila tahun. Dengan kata lain, apabilapula. variabel-
kat, maka produksi rumput laut dapat meningkat pula. Sedangkan variabel harga rata-rata rumput laut, umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga variabel tersebut meningkat, maka produksi rumput laut dapat meningkat pula. Sedangkan rumput laut, umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga
dan produktivitas Rp.15.397.524/ha/tahun, dengan jumlah populasi pembudidaya sebanyak 522 orang dan luas lahan budidaya rumput laut sebanyak 530 hektar. Pada Gambar 4
Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi .............. (A. Ramadhan, Lindawati dan Nendah Kurniasari)
berikut dapat dilihat fungsi permintaan Effect On Production (EOP) aktivitas dari budidaya rumput laut pada ekosistem terumbu karang.
Harga/Price (Rp)
Berdasarkan hasil wawancara nelayan dan pembudidaya di sekitar kawas
karang di Wakatobi diperoleh persamaan yang menunjukkan hubungan jumla Produksi/Production
(Kg) yang bersedia membayar untuk kelestarian terumbu karang dengan f
Gambar 4. Grafik Fungsi Permintaan Aktivitas Budidaya Rumput Laut pada Ekosistem
mempengaruhinya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada persamaan regresi line Gambar 4..Grafik Fungsi Permintaan Aktivitas Budidaya Terumbu Karang di Rumput Wakatobi Laut pada Ekosistem Terumbu Karang di Wakatobi. Figure 4. Demand Function of Aquaculture Activity the Coral Reef Ecosystem in Wakatobi Figure 4. Demand Function of Aquaculture ActivityDistrict Coral Reef Ecosystem in Wakatobi District. Pdpt - 0,079 Q = 15,23401432 -the 0,00000316 WTP - 0,06466379 Pdk - 0,00000007 Sumber : Data primer diolah (2015) / Sources : Primary Data Processed (2015)
Sumber : Data primer diolah (2015)/Sources : Primary Data Processed (2015)
0,19877794 Knw + 0,45882903 Func + 006054605 Qlty - 0,25654817 Agrrd +
Nilai Sosial Budaya
Wlllng – 2,40013983 Cntrb.
Nilai Sosial BudayaNilai ekonomi dari jasa sosial budaya WTP =..Kerelaan untukmembayar yang timbul akibat penduduk adanya interaksi dengan nilai
sumber
daya/
The
willingness
of
Keterangan/ Information : population ekosistemdari terumbu di Wakatobi dihitung the dengan pendekatan keinginan untuk Nilai ekonomi jasa karang sosial budaya untukmembayar value of Q = Persentase penduduk yang mempunyai kerelaan membayar p resources yang timbul membayar. akibat adanya interaksi dengan Pendekatan ini digunakan sebagai nilai kesatuan yang menyatakan nilai rupiah WTP Pdk tertentu/ Percentage of penduduk/ people who the willingnes = Tingkat pendidikan The have level of ekosistem terumbu karang di Wakatobi dihitung yang ingin dibayarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan jasa sosial budaya yang education of the population certain level of WTP dengan pendekatan keinginan untuk membayar. Pdpt =..Nilai pendapatan penduduk/ The value of WTP = Kerelaan penduduk untukmembayar nilai sumber daya/ The w nilai religi, nilainilai estetika, nilai budaya dan lain sejenisnya. Nilai ini juga lazim disebut Pendekatan inimeliputi digunakan sebagai kesatuan residents’ income the population untukmembayar value of resources sebagai salah satu bukan manfaat pada konsep nilai total ekonomi. yang menyatakan nilai rupiah yangnilai ingin dibayarkan = Usia penduduk/ penduduk/ Age Pdk = tingkatUsa pendidikan thepopulation level of education of the populat oleh masyarakat untuk mendapatkan jasa sosial Knw =..Pengetahuan penduduk terhadap terumbu Pdpt = Nilai pendapatan penduduk/ The value of residents' income 16 budaya yang meliputi nilai religi, nilai estetika, nilai karang/ Lack of knowledge on coral reefs Usa = Usia penduduk/ Age population budaya dan lain sejenisnya. Nilai ini juga lazim Func =..Tingkat pengetahuan penduduk terhadap Knw = Pengetahuan penduduk terhadap terumbu karang/ Lack of kn fungsi terumbu karang/ The level of knowledge disebut sebagai salah satu nilai bukan manfaat coral reefs of the population on the function of coral reefs pada konsep nilai total ekonomi. Func = Tingkat pengetahuan penduduk terhadap fungsi terumbu karang/ Qlty = Persepsi penduduk terhadap kondisi terumbu
knowledge of karang/ the population the function of coral reefs Perceptionon population of reef conditions Berdasarkan hasil wawancara nelayan Qlty = Persepsi penduduk terhadap kondisi terumbu karang/ Perception Agrrd =..Persepsi penduduk terhadap peniadaan dan pembudidaya di sekitar kawasan terumbu terumbu karang/ Perception of the population of reef conditions karang di Wakatobi diperoleh persamaan yang against terhadap the annihilation of coral reefs Agrrd = Persepsidipenduduk peniadaan terumbu karang/ Perce Berdasarkan wawancara nelayan dan pembudidaya sekitar kawasan terumbu menunjukkanhasil hubungan jumlah penduduk yang Wllng = Tingkat kesediaan penduduk untuk menjaga population against the annihilation of coral reefs Berdasarkan hasil wawancara nelayan dan pembudidaya hubungan di sekitar kawasan terumbu wawancara nelayan pembudidaya di sekitar kawasan terumbu terumbu karang/ The level of the population’s nelayan dan pembudidaya di sekitar kawasan terumbu bersedia membayar untuk kelestarian terumbu karang didan Wakatobi diperoleh persamaan yang menunjukkan jumlah penduduk Wllng = Tingkat kesediaan penduduk untuk menjaga terumbu karang/ The willingness to keep the reef karang dengan faktor yang mempengaruhinya. di Wakatobi diperoleh persamaan yang menunjukkan hubungan jumlah penduduk roleh persamaan yang menunjukkan hubungan jumlah penduduk maan yangkarang menunjukkan hubungan jumlah penduduk population's willingness to keep the reef yang bersedia membayar untuk kelestarian terumbu karang dengan yang Cntrb =..Tingkat faktor kontribusi untuk mempertahankan Hubungan tersebut dapat dilihat padaCntrb persamaan = Tingkat kontribusi untuk mempertahankan keberadaan terumbu yang bersedia membayar untuk kelestarian terumbu karang dengan faktor yang keberadaan yar untuk mempengaruhinya. kelestarian terumbudengan karangfaktor dengan kelestarian terumbu karang yangfaktor yang persamaan regresi linearterumbu berikut. karang/ The contribution regresi linear Hubungan berikut. tersebut dapat dilihat pada contribution rate the existence of coral rateto to maintain maintain the existence of coral reefs reefs
mempengaruhinya. Hubungan tersebut dapat pada persamaan regresi linear berikut. ngan tersebut dapat pada persamaan regresi lineardilihat berikut. ut dapat dilihat pada dilihat persamaan regresi linear berikut.
Q = 15,23401432 - 0,00000316 WTP - 0,06466379 Pdk - 0,00000007 Pdpt - 0,07915850 Usa + Berdasarkan persamaan regresi linier selanjutnya yang Berdasarkan persamaan linier terbentuk Q =- 15,23401432 - 0,00000316 WTP - 0,06466379 Pdk 0,00000007 Pdpt Agrrd -regresi 0,07915850 Usayang + 00000316 WTP -Pdk 0,06466379 Pdk -Pdpt 0,00000007 Pdpt -Usa 0,07915850 Usa + -Qlty TP - 0,06466379 0,00000007 - 0,07915850 + + 006054605 0,19877794 Knw + 0,45882903 Func - 0,25654817 + 1,58997392 terbentuk selanjutnya dapat diperoleh fungsi 0,19877794 Knw-+ 0,45882903 Func++1,58997392 006054605 Qlty - 0,25654817 Agrrd +berikut. 1,58997392 fungsi permintaan dan kurva sebagai 0,45882903 Func +Qlty 006054605 Qlty 0,25654817 Agrrd 03+ Func + 006054605 - 0,25654817 Agrrd + 1,58997392 Wlllng – 2,40013983 Cntrb.
983 Cntrb.
Wlllng – 2,40013983 Cntrb.
permintaan dan kurva sebagai berikut.
Keterangan/ Information : F(Q) = -3,162877386105 Q + 2,390721992106 Keterangan/Remaks : Q = Persentase penduduk yang mempunyai kerelaan membayar pada tingkat Keterangan/ Information : ation : Q =..Persentase penduduk yang mempunyai WTP tertentu/ Percentage of people who have the willingness tofungsi pay a permintaan yang Q = Persentase penduduk yang mempunyai kerelaan membayar pada tingkat se penduduk yang mempunyai kerelaan membayar tingkat k yang mempunyai kerelaan membayar pada pada tingkatpada kerelaan membayar tingkat WTP Berdasarkan certain level WTP WTP tertentu/ Percentage people the willingness to pay entu/ Percentage of people who haveof the willingness payhave awho have .tertentu/ Percentage people who entage of people who have the willingness toof pay aof to terbentuk selanjutnya dapata diketahui nilai WTP WTP =.the Kerelaan penduduk untukmembayar certain level of to WTP willingness pay a certain levelnilai of sumber daya/ The willingness of vel of WTP rata daya/ sebesar the population untukmembayar ofofresources WTPsumber =WTP Kerelaan penduduk sumber The Rp.530.205,88 willingness of sehingga dengan penduduk untukmembayar nilai sumber daya/untukmembayar The willingness untukmembayar nilai daya/ The willingness of value nilai Pdk = tingkat pendidikan penduduk/ thevalue level of of resources education of the population the untukmembayar ation untukmembayar value of population resources membayar value of resources Pdpt Nilai pendapatan penduduk/ The value of residents' of income Pdk = tingkat pendidikan penduduk/ the level of education the population ndidikan penduduk/ the level of education of the population nduduk/ the level of education of the population 143 Usa Usia penduduk/ Age population = Nilai pendapatan penduduk/ The value of residents' income apatanThe penduduk/ value ofincome residents' income duduk/ value Pdpt ofThe residents' Knw = Pengetahuan penduduk terhadap terumbu karang/ Lack of knowledge on Usa Usia penduduk/ Age population uduk/ Age population opulation coral Lack reefs Knw karang/ = terumbu Pengetahuan terumbu karang/ Lack of knowledge on uan terhadap pendudukterumbu terhadap karang/ Lack of terhadap knowledge on duk of penduduk knowledge on Func = Tingkat pengetahuan penduduk terhadap fungsi terumbu karang/ The level of coral reefs s
dapa
J. Sosek KP Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 133-146
jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi sebanyak 95.157 jiwa dan luas terumbu karang sebesar 675,06 hektar maka dapat diperoleh nilai sosial budaya dari ekosistem terumbu karang di Wakatobi pada tahun 2015 sebesar Rp. 50,452,801,141 atau nilai produktivitasnya mencapai Rp. 74,738,247/ha/ tahun (Gambar 5). Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang di Wakatobi Secara total nilai ekonomi yang dihasilkan dari barang dan jasa ekosistem terumbu karang di Wakatobi mencapai lebih dari 4 triliun rupiah atau setara dengan 163 juta rupiah per hektar per tahun. Nilai ini belum termasuk pariwisata bahari dan nilai kekayaan biodiversitas yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Bila dibandingkan dengan
lokasi lain nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang di Wakatobi jauh lebih tinggi dimana di Karimunjawa menunjukkan nilai total ekonomi sebesar 24.5 juta rupiah per hektar per tahun (Anggraeni, 2008) dan di Kapoposang sebesar Rp 47,6 juta rupiah per hektar per tahun (Haslindah et al., 2012). Namun nilai tersebut lebih rendah dari nilai total ekonomi ekosistem terumbu karang di Bunaken yang mencapai 820 juta per hektar per tahun. Secara lebih detil nilai terbesar disumbang oleh nilai ekologi khususnya sebagai pelindung lingkungan pesisir yang mencapai lebih dari 79 %. Nilai ini disebabkan oleh paparan terumbu karang di Wakatobi menyebar hampir di seluruh pesisir pulau-pulau yang ada di Wakatobi. Berdasar penghitungan PPSEKP (2015) panjang terumbu karang melindungi pantai sepanjang 338.371 meter (Tabel 3).
Harga/Price (Rp)
Produksi/Production (Kg)
Gambar 5. Kurva Sosial Budaya dengan Pendekatan Dari Ekosistem Terumbu Gambar 5. Kurva Nilai SosialNilai Budaya dengan Pendekatan CVM DariCVM Ekosistem Terumbu Karang di Karang di Wakatobi Wakatobi. Capture 5. Curve of Socio-Cultural Value Using CVM Approach of Coral Reef Ecosystem in Figure 5. Curve of Socio-Cultural Value Using CVM Approach of Coral Reef Ecosystem in Wakatobi. Wakatobi
Berdasarkan fungsi permintaan yang terbentuk selanjutnya dapat diketahui nilai WTP rata sebesar Rp.530.205,88 sehingga dengan jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi
Tabel 3. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang di Wakatobi. sebanyak 95.157 jiwaof dan karang sebesar 675,06 hektar maka dapat Table 3. Total Economic Value Coralluas Reefterumbu Ecosystem in Wakatobi. diperoleh nilai sosial budaya dari ekosistem terumbu karang di Wakatobi pada tahun 2015
No 1 2 3 4 5
Nilai Per Satuan Luas (Rp/
Manfaat Barang dan Jasa/ atau nilai Nilai Total (Rp/ Tahun)/ sebesar Rp. 50,452,801,141 produktivitasnya mencapai 74,738,247/ha/tahun. Ha/Rp. Tahun)/ Value per Unit Goods and Services
Total Value (Rp/ Year)
Size (Rp/ Ha/ Year) Nilai Ekonomi TotalPesisir/ Ekosistem Terumbu Karang di Wakatobi Proteksi Lingkungan 3,222,747,817,623 59,132,987 Coastal Environment Protection Secara total nilai ekonomi yang dihasilkan dari barang dan jasa ekosistem terumbu karang di Penyedia Sumber daya Ikan/ Fish 400,024,550,000 7,339,900 Wakatobi mencapai lebih dari 4 triliun rupiah atau setara dengan 163 juta rupiah per hektar per tahun. Resource Provider Nilai ini belum termasuk pariwisata bahari dan nilai kekayaan biodiversitas yang tidak dibahas dalam Penangkapan Ikan/ Fish catching 373,017,285,444 6,844,354 penelitian ini. Bila dibandingkan dengan lokasi lain nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang di Budidaya Rumput Laut/ Seaweed 8,160,682,302 15,397,524 Wakatobi jauh lebih tinggi dimana di Karimunjawa menunjukkan nilai total ekonomi sebesar 24.5 juta Cultivation rupiah per hektar per tahun (Anggraeni, 2008)50,452,801,141 dan di Kapoposang sebesar Rp 47,6 juta rupiah per Sosial Budaya/ Socio-cultural 74,738,247 hektar perTotal tahun (Haslindah et al., 2012). Namun nilai tersebut lebih rendah dari 163,453,012 nilai total ekonomi Nilai Total/ Value 4,054,403,136,510
ekosistem terumbu karang Primary di Bunaken yang mencapai 820 juta per hektar per tahun. Secara lebih Sumber: Data Primer Diolah, 2015/ Source: Data Processed, 2015 detil nilai terbesar disumbang oleh nilai ekologi khususnya sebagai pelindung lingkungan pesisir yang
144
mencapai lebih dari 79 %. Nilai ini disebabkan oleh paparan terumbu karang di Wakatobi menyebar hampir di seluruh pesisir pulau-pulau yang ada di Wakatobi. Berdasar penghitungan PPSEKP (2015) panjang terumbu karang melindungi pantai sepanjang 338.371 meter.
Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Wakatobi .............. (A. Ramadhan, Lindawati dan Nendah Kurniasari)
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Keberadaan ekosistem terumbu karang di Kabupaten Wakatobi telah memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya baik secara ekologi maupun ekonomi. Secara ekologi, manfaat tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakata adalah sebagai penahan gelombang dan tempat pertumbuhan ikan, sedangkan dari sisi ekonomi, keberadaan ekosistem terumbu karang dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil estimasi, nilai manfaat tidak langsung untuk manfaat terumbu karang sebagai penahan gelombang sebesar Rp. 372.208.100.000/tahun (Rp. 18.742.929/ha/tahun), sedangkan estimasi nilai ekonomi sebagai tempat pertumbuhan ikan sebesar Rp. 400.024.550.999/ tahun (Rp. 7.339.900/ha/tahun). Kemudian estimasi nilai manfaat langsung untuk kegiatan perikanan tangkap sebesar Rp. 373.017.285.444/tahun (Rp. 6.844.354/ha/tahun), sedangkan estimasi nilai ekonomi untuk kegiatan budidaya rumput laut sebesar Rp. 8.160.682.302/tahun Rp.15.397.524/ ha/tahun). Hal tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi kerusakan total pada ekosistem terumbu karang, maka kerugian yang akan diterima oleh masyarakat sebesar nilai ekonomi tersebut. Implikasi Kebijakan Perlu melakukan koordinasi yang intensif antara masyarakat dan pemerintah dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang, untuk lebih mengedepankan pengelolaan sumber daya yang lestari dan berkelanjutan. Pemahaman masyarakat akan fungsi dan manfaat terumbu karang perlu lebih ditingkatkan melalui penyuluhan yang lebih intensif serta melakukan studi lapangan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan kegiatan yang sepenuhnya dibiayai oleh APBN pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Kegiatan ini pula dapat terselesaikan atas dukungan berbagai pihak khususnya PKSPL-IPB yang telah menjadi mitra penelitian semenjak awal kegiatan ini berjalan. Ucapan terimakasih secara khusus ditujukan kepada Dr. Tukul Rameyo Adi,
Prof. Dr. Sonny Koeshendrajana, Dr. Luky Adrianto, Dr. Achmad Fachrudin, Yudhi Wahyudin M.Si, dan Benni Osta Nababan M.Si yang telah banyak memberikan bimbingan selama pelaksanaan kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Adrianto, L., A. Fahruddin dan Y. Wahyudin. 2007. Konsepsi Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Modul disampaikan pada kegiatan Pelatihan Teknik dan Metode Pengumpulan Data valuasi Ekonomi. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir & Lautan, IPB: Bogor. Adrianto, L., Mujio dan Y. Wahyudin. 2004. Valuasi Ekonomi Sumber daya Pesisir dan Laut. Modul Pelatihan Valuasi Ekonomi Sumber daya Pesisir dan Laut. Diselenggarakan oleh MITRA Pesisir Kalimantan Timur, Balikpapan, 20-23 Desember 2004. Anggraeni, R. 2008. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa (Skripsi). Manajemen Bisnis Dan Ekonomi Perikanan Kelautan Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi. 2014. Kabupaten Wakatobi dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi. Coral Reef Rehabilitation and Management Project (COREMAP). 2008. Pemantauan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Lokasi Coremap II Kabupaten Wakatobi. Mart Consultant and Coremap II. Kabupaten Wakatobi Coral Reef Rehabilitation and Management Project (COREMAP). 2009. Laporan Akhir Penelitian Tingkat Kabupaten. Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam). Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi dan CV. Wahana Bahari. Dahuri, R. 2003. Kenakaragaman hayati laut. Aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka utama. Jakarta De Groot, R., M. A. Wilson and R. M. J. Boumans. 2002. A typology for the classification, description and valuation of ecosystem functions, goods and services. Ecological Economics 41 (2002) 393–408. www.elsevier.com/locate/ ecolecon Freeman, M. 2003. Coral Reef Adventure. MacGillivray Freeman Films. http://www.coralfilm.com/ about.html#issues diakses tanggal 16 November 2016 Haslindah, Y. N., Indar dan Hasmin. 2012. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Taman Wisata Perairan Kapoposang Kabupaten
145
J. Sosek KP Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 133-146
Pangkep. Jurnal Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Tahun 2012. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hehre, E. J. and J. J. Meeuwig. 2016. A Global Analysis of the Relationship between Farmed Seaweed Production and Herbivorous Fish Catch. PLoS ONE 11(2): e0148250. doi:10.1371/journal. pone.0148250 Ikhsan dan B. Syahrival. 2014. Willingness to Pay Masyarakat untuk Melindungi Terumbu Karang di Pulau Weh. Jurnal Kebangsaan. Volume 3 Nomor 5. Januari 2014. Ismail, Z. 2003. Dampak Kerusakan Lingkungan Pesisir Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan (Studi Kasus di Tiga Daerah). Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta. Kerlingeer, F. N. and H. B. Lee. 2000. Foundation of Behavioral Research (fourth edition). Holt Reinnar & Winston,Inc. USA. Kordi, M. G. H. 2011. Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di laut dan Tambak. ANDI OFFSET. Yogyakarta. 134 Hal. Kusumastanto, T. 2006. Ekonomi Kelautan (Ocean Economics – Oceanomics). Bogor : Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. LIPI. 2014. 30,4 Persen Terumbu Karang Rusak. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. http:// kependudukan.lipi.go.id/id/berita/liputan-media/146-lipi-30-4-persen-terumbu-karang-rusak. Diakses tanggal 14 Desember 2016 Pemerintah Kabupaten Wakatobi. 2014. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Wakatobi Tahun 2014. Wakatobi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (PPSEKP). 2015. Pemetaan Sumber daya Pesisir Berbasis Kawasan (Laporan Teknis Kegiatan Penelitian). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta
146
Romadhon, A. 2014. Valuasi Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Sapudi, Sumenep, Madura. Agriekonomika Volume 3 Nomor 2. Oktober 2014. Ruhendra, H. 2015. Etika Lingkungan : Perspektif Konservasi Wilayah Pesisir dan Masyarakat Nelayan”. Penerbit UIKA PRESS. Bogor. Sulistianto, E. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Bontang Kita Bontang. Jurnal EPP. Vol. 7 No. 1. 2010 : 2024 hal. Supriharyono. 2010. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta. Gramedia. Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut : Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Penerbit Brilian Internasional. Cetakan ke-1, Januari 2011. Surabaya. Wahyudin, Y. 2004. Karakteristik Sumber daya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi [Disertasi]. Program Studi Ekonomi Sumber daya Kelautan Tropika. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wahyudin, Y. dan L. Adrianto. 2012. Analisis Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan Selat Lombok. Working Paper PKSPL-IPB. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yulius, N. N., T. Arifin, L. S. Hadiwijaya, R. Muhammad dan P. Dini. 2015. Distribusi Spasial Terumbu Karang di Perairan Pulau Wangi-Wangi Wakatobi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 59-69, Juni 2015. Jakarta.