NILAI BUDAYA DALAM TRADISI BAPENTEH PADA MASYARAKAT HIANG, KECAMATAN SITINJAU LAUT, KABUPATEN KERINCI Yolla Ramadani Email:
[email protected] Abstract This article was written to (1) describe the process of bapenteh tradition on Hiang's society, (2) discover the values which implied in bapenteh tradition hence it still be kept by Hiang's society. The data were collected by interview, observation, and documentation study. Hiang's Society still maitain bapenteh traditions because bapenteh tradition has full values. The society believes that bapenteh tradition as symbol of family unity in which not only for both of bride and bridegroom but also for all their family members also interlace in bapenteh. This tradition also has values which contain close value of kinship, sense of help among family. Key words : Nilai budaya, tradisi bapenteh, masyarakat Hiang masyarakat
Pendahuluan Masyarakat
dan
Tradisi berkembang
manusia mengubah dan membentuk
besar
tumbuh dalam
dan kehidupan
masyarakat dan dilaksanakan oleh
kebudayaannya, tetapi pada dasarnya dan
budaya
kebudayaan.1
dipisahkan. Dalam batas-batas tertentu
lahir
nilai
masyarakat yang menjadi inti dari
tradisi
merupakan dua hal yang tidak dapat
manusia
memiliki
masyarakat dari generasi ke generasi
sebagai
selanjutnya.
penerima tradisi dari generasi yang
Setiap
tradisi
yang
dianggap penting dalam hidup manusia
mendahuluinya. Tradisi atau kebiasaan yang turun temurun dari sekelompok
1
Mursal Esten. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa. Hal 21
1
biasanya diperingati dengan berbagai
masyarakarat Hiang hingga saat ini
bentuk upacara yang telah dibiasakan
dengan
dalam kehidupan masyarakat. Upacara
interpretisme simbolik oleh Clifford
itu diadakan sebagai simbol untuk
Geertz. Geertz menfokuskan konsep
mempersiapkan
kebudayaan kepada nilai-nilai budaya
masyarakat
anggota-anggota
teori
menghadapi
yang menjadi pedoman masyarakat
kehidupannya dan memainkan peranan
untuk bertindak dalam mengahadapi
yang sewajarnya di dalam masyarakat.
berbagai
Upacara ini merupakan bagian dari
Sehingga pada akhirnya konsep budaya
tradisi dalam setiap masyarakat yang
lebih merupakan sebagai pedoman
hidup
serta
penilaian terhadap gejala-gejala yang
masyarakat
dipahami oleh si pelaku kebudayaan
dan
dipertahankan
tersebut
menggunakan
berkembang oleh
permasalahan
setempat, dilaksanakan dalam rangka
tersebut.
peralihan satu tingat hidup ke tingkat
penilaian pelaku yang ada dalam
hidup lainnya atau dikenal juga dengan
kebudayaan
istilah upacara masa peralihan (rites de
kebudayaan,
passage).2
individual tetapi publik, ketika sistem
Salah satu tradisi yang masih
makna
Makna
hidupnya.
berisi
penilaian-
tersebut. makna
kemudian
Dalam
tidak
menjadi
bersifat
milik
dipertahankan oleh masyarakat Hiang
kolektif
adalah tradisi bapenteh. Artikel ini
Kebudayaan menjadi suatu pola makna
akan
yang
menganalisis
mengenai
dari
suatu
diteruskan
secara
kelompok.
historis
kebertahanan tradisi bapenteh pada
terwujud
2
Kebudayaan juga menjadi suatu sistem
Koentjaraningrat. 1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 88-89
2
dalam
simbol-simbol.
konsep
yang
terungkap
diwariskan
dalam
digunakan cukup banyak hingga 100
yang
bentuk-bentuk
helai
lebih
kain
panjang
setiap
simbolik yang dengannya manusia
diadakannya bapenteh, sesuai dengan
berkomunikasi,
luas rumah calon mempelai. Kain
melestarikan,
memperkembangkan
dan
pengetahuan
panjang
akan
dilipat
memanjang
mereka tentang kehidupan dan sikap-
dengan lebar kira-kira 10 cm, lalu akan
sikap terhadap kehidupan.
disusun pada dinding rumah. Kain ini disusun dengan rapi sehingga menutupi
Tradisi bapenteh adalah tradisi membuat hiasan pada dinding rumah
seluruh
calon mempelai wanita dalam setiap
perempuan.3
acara
perkawinan.
Hiasan
dinding
rumah
Masyarakat
yang
dahulu
pengantin
Kerinci
pada
digunakan berupa kain panjang yang
umumnya
merupakan
disusun dan dijalin dengan rapi. Kain
pendukung tradisi bapenteh.4 Setiap
panjang yang digunakan adalah kain
desa di Kerinci menggunakan tradisi
panjang yang berdasarkan katun dan 3
Hasil wawancara tanggal 11 November 2011 dengan Fahmi (60 tahun) gelar Depati Anggorajo.Tokoh adat Kecamatan Hiang. 4 Kain panjang umumnya dimiliki oleh setiap perempuan Kerinci. Hal ini dikarenakan kain panjang selalu dijadikan penutup kepala (selendang), ataupun dijadikan Terak (pakaian bawahan sejenis rok) yang digunakan oleh perempuan Kerinci pada masa dulu. Dan kain panjang ini pulalah yang mereka rangkai sebagai pelaminan dalam setiap acara perkawinan. Masyarakat Kerinci dulunya sangat dikenal ramah dan suka tolong menolong sehingga setiap anggota masyarakat yang akan melakukan rangkaian upacara mereka akan datang berkunjung dan membantu baik itu kerabat dekat maupun anggota masyarakat. Hasil wawancara tanggal 13 November 2011 dengan Khaidir (60 tahun) tokoh adat Kecamatan Hiang gelar Depati Kademang.
bermotif batik dengan beraneka warna. Panjang kain ini kira-kira dua meter dengan lebar kurang lebih satu meter setiap kainnya. Kain panjang ini akan dipasangkan
pada
dinding
rumah
pengantin perempuan yang berfungsi sebagai
pelaminan
perkawinan.
Kain
dalam panjang
upacara yang
3
bapenteh dalam upacara perkawinan.
Hiang. Masyarakat Hiang juga telah
Namun
berkembangnya
banyak berinteraksi dengan orang di
pengetahuan
luar Hiang, namun mereka masih tetap
semakin
zaman,
tingkat
mempertahankan tradisi bapenteh.
masyarakat sudah berkembang sangat maju, masyarakatpun telah banyak melakukan
perubahan
Masyarakat melakukan
mengikuti
telah
banyak
transformasi
budaya
perkembangan zaman. Perubahan ini
menuju ke arah modern sehingga
diakibatkan
faktor
semua hal dapat diperoleh dengan
eksternal dalam masyarakat. Sebagian
praktis. Berbeda dengan masyarakat
besar
sudah
Hiang yang masih melaksanakan tradisi
berinteraksi dengan daerah lain yang
bapenteh pada acara perkawinan dalam
kehidupan masyarakatnya sudah dapat
rangka
dikatakan modern sehingga masyarakat
daerah mereka. Di dalam tradisi ini
mulai melakukan transformasi budaya
juga
menuju ke arah yang modern. Tradisi
kekerabatan antara masyarakat yang
bapenteh mulai ditinggalkan, tradisi ini
terjalin sangat erat, setiap keluarga
telah
kerabat dekat serta masyarakat sekitar
oleh
masyarakat
digantikan
adanya
Kerinci
oleh
pelaminan-
melestarikan
dapat
kebudayaan
dilihat
pelaminan modern dan serba praktis
membawa
serta mudah dalam pemesanannya.
melakukan tradisi ini. Tanpa adanya
Dalam
perkawinan,
bantuan keluarga besar dan masyarakat
hubungan kekerabatan antar keluarga
sekitar, tradisi bapenteh ini akan sulit
mulai
ini
dilaksanakan
karena
berbanding terbalik dengan masyarakat
menyediakan
kain
setiap
tidak
acara
tampak.
Hal
4
kain
hubungan
panjang
untuk
sulit
untuk
panjang
yang
banyak
untuk
disusun
menjadi
Tradisi
pelaminan.
bapenteh merupakan
adat istiadat yang masih dipegang oleh
Adat istiadat berarti kebiasaan
seluruh masyarakat di Hiang. Hal ini
yang sudah berlaku di suatu tempat.
dapat dilihat dari adanya anjuran dari
Kebiasaan ini berhubungan dengan
pemerintahan desa beserta adat untuk
tingkah laku masyarakat dan di susun
tetap memakai tradisi bapenteh dalam
oleh tokoh-tokoh masyarakat. Di dalam
upacara perkawinan agar budaya dari
adat istiadat5 terdapat sistem nilai
leluhur
budaya. Sistem nilai budaya adalah
generasi selanjutnya.
tingkat tertinggi dari adat istiadat.
Metode
Sebabnya adalah karena nilai budaya
segala sesuatu yang dinilai berharga penting
oleh
warga
bisa
dilanjutkan
ke
Penelitian ini berangkat dari
terdiri dari konsep-konsep mengenai
dan
tetap
suatu
paradigma
post-positivistik7
dengan
pendekatan
kualitatif.8
Melalui
pendekatan kualitatif ini, peneliti dapat
masyarakat, sehingga dapat berfungsi
memperoleh informasi lebih luas dan
sebagai suatu pedoman orientasi pada
mendalam tentang tradisi bapenteh
kehidupan para warga masyarakat yang
pada masyarakat Kecamatan Hiang.
bersangkutan.6 7
Dalam paradigma ini tidak terdapat pemisahan atau jarak antara pengamat dengan masyarakat yang diteliti. Nasution. 1986. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Hal 4 8 Penelitian kualitatif hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus terjun ke lapangan dan berada di sana dalam waktu yang cukup lama. Ibid, Hal 5
5
Adat istiadat merupakan suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan/ perbuatan manusia dalam kehidupan sosial. I Gede A.B Wiranata. 2002. Antropologi Budaya. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Hal 149. 6 Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 75-76
5
Dalam penelitian ini peneliti berupaya
masyarakat biasa baik itu tetangga
memahami
yang
maupun anggota kerabat keluarga yang
terjadi secara objektif. Penelitian ini
mengadakan tradisi bapenteh, 2 (dua)
dikategorikan
penelitian
dari pedagang kain panjang dan 3 (tiga)
etnografi, karena bermaksud untuk
dari dinas kebudayaan dan pariwisata
memahami tradisi bapenteh secara
Kabupaten
alamiah sesuai dengan apa yang ada di
dilakukan dengan berpedoman pada 12
lapangan, maka interaksi antara peneliti
langkah
dengan
disesuaikan
peristiwa/
ke
gejala
dalam
masyarakat
Kerinci.
penelitian
diteliti
dan
tanpa
penelitian
direkayasa. Hal inilah yang dikatakan
lapangan.
dengan perspektif emik.
Pembahasan
sewajarnya
Penelitian
ini
dilakukan
dan
Tradisi
di
Spradley
dengan
yang
bersifat
Analisis
proses
data
yang
kebutuhan selama
bapenteh
di
yang
Laut,
dilaksanakan oleh masyarakat Hiang
Kabupaten Kerinci pada tahun 2012.
ketika dalam acara perkawinan adalah
Teknik
suatu kebiasaan yang sudah lama
Hiang,
Kecamatan
Sitinjau
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini menggunakan observasi/
dilaksanakan
pengamatan
wawancara
setempat. Tidak diketahui pasti kapan
dokumentasi.
awal munculnya tradisi bapenteh di
Selama penelitian informan terdiri dari
Hiang. Bapenteh merupakan salah satu
tokoh adat sebanyak 6 (enam) orang, 3
tradisi yang dilakukan masyarakat
(tiga) dari keluarga yang melaksanakan
Hiang setelah ditentukan hari baik
tradisi bapenteh, 5 (lima) orang dari
pernikahan.
mendalam
terlibat, dan
studi
6
oleh
masyarakat
Pada
masa
dahulu
tradisi
sanak keluarga yang lainnya untuk
bapenteh dilaksanakan setelah acara
memberitahu
pernikahan
pesta
melakukan
perkawinan. Hal ini dikarenakan pada
Kunjungan
masa dulu acara perkawinan pada
memberitahu juga untuk mengundang
masyarakat Hiang bisa dilaksanakan
dan
sampai dua minggu lamanya. Tapi
dimulainya tradisi bapenteh
menjelang
sekarang
karena
semakin
meningkatnya
aktivitas
bahwa pesta ini,
sekaligus
Tradisi
mereka
akan
pernikahan. selain
mengatakan
untuk
kapan
bapenteh merupakan
masyarakat
tradisi yang masih bertahan dalam
acara
acara perkawinan pada masyarakat
perkawinan biasanya hanya dilakukan
Hiang. Salah satu pranata10 yang sangat
tiga atau empat hari saja. Maka dari itu
mempengaruhi
tradisi
sekarang
pelaksanaan tradisi bapenteh adalah
dilaksanakan sebelum acara pernikahan
aspek ekonomi yang berkaitan dengan
dilaksanakan.
mata pencaharian masyarakat. Aturan
sehingga
pelaksanaan
bapenteh
saat
lamanya
waktu
pengamatan9
adat tentang lama pelaksanaan tradisi
peneliti, tradisi bapenteh dilaksanakan
bapenteh adalah selama dua minggu,
4 atau 3 hari sebelum dilaksanakan
namun pada saat ini lama waktu
acara
pelaksanaan bapenteh telah mengalami
Berdasarkan
pernikahan.
Ketika
telah
ditentukan hari untuk acara pernikahan,
10
Dalam hidup bermasyarakat, manusia tiap hari melakukan berbagai tindakan interaksi yang berpola, baik yang resmi maupun tidak resmi. Sistem pola-pola resmi yang dianut warga suatu masyarakat untuk berinteraksi dalam sosiologi di sebut pranata dan unsur kebudayaan dalam istilah antropologi. Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 132-133
maka keluarga yang akan melakukan acara pernikahan datang mengunjungi 9
Pengamatan dilakukan di tempat terjadinya tradisi bapenteh pada tanggal 23 agustus dan 9 september 2012
7
perubahan yang mana masyarakat lebih
anak mereka sekaligus meminjam kain
banyak melakukan tradisi bapenteh
panjang untuk bapenteh, (2) keluarga
selama 3-4 hari saja. Musyawarah
calon mempelai yang dibantu oleh
hukum adat dalam menentukan lama
kerabat dan tetangga sekitar mereka,
waktu
(3)
tradisi
bapenteh
sudah
dimaksudkan
memaklumi perubahan ini.
acara
bapenteh
Perlengkapan dan benda-benda
ada
yang digunakan dalam pelaksanaan
beberapa kelompok yang berperan penting bapenteh, keluarga
sebagai
pelaksana
diantaranya
tradisi bapenteh diantaranya adalah (a)
tradisi
adalah
bambu,
(1)
yang akan melaksanakan
utama
dalam
bambu
digunakan
untuk
penahan atau tempat menggantungkan kain yang akan dikarang pada dinding
acara perkawinan yang merupakan pelaksana
para
Dalam Tradisi Bapenteh
rumah pengantin perempuan. Dalam tradisi
adalah
1. Perlengkapan yang digunakan
pernikahan nantinya akan diadakan di
pelaksanaan
sini
yang
(4) para tokoh pemuka adat.
di rumah pengantin perempuan. Hal ini pelaksanaan
di
biasa
tetangga dan masyarakat sekitar, dan
Tradisi bapenteh dilaksanakan
dikarenakan
masyarakat
rumah calon pengantin, (b) kain
tradisi
Panjang, kain panjang merupakan kain
bapenteh. Keluarga ini nantinya yang
yang digunakan sebagai perlengkapan
akan datang mengunjungi anggota
dalam pelaksanaan tradisi bapenteh.
kerabat, tokoh adat, aparatur desa
Kain panjang merupakan pilihan dalam
untuk memberitahukan bahwa mereka
tradisi
akan melaksanakan acara pernikahan
bapenteh
masyarakat
8
Hiang
karena yang
dalam menganut
sistem matrilineal, kain panjang lebih
anggota kerabatnya yang lain untuk
menujukkan garis keturunan dalam
memberitahukan
sebuah
oleh
mengundang kerabat tersebut dalam
pihak perempuan, (c) takad dindin,
acara perkawinan anaknya. Kunjungan
merupakan gambar pajangan dinding
tersebut
yang ukurannya kira-kira 150 cm
meminjam kain kepada anggota kerabat
dengan lebar kira-kira 100 cm. Takad
tersebut. Setelah keluarga yang akan
dindin
mengadakan
perkawinan
ini
dipegang
memiliki
motif
yang
juga
sekaligus
sekaligus
acara
untuk
perkawinan
beragam, ada yang bermotif kabah,
mengunjungi dan memberitahu anggota
binatang,
tumbuhan
kerabatnya maka mereka akan memulai
sebagainya.
Pada
dan
lain
umumnya
takad
persiapan untuk menyusun kain.
dindin berwarna merah, (d) kasur,
Setelah bambu dipasang, kain
kasur akan digunakan sebagai tempat
yang
duduk bersanding kedua pengantin.
tetangga tadi akan di lipat. Satu kain
Kasur biasanya dialasi dengan takad
yang panjangnya sekitar dua meter
dindin atau ada juga yang dialasi oleh
dengan lebar satu meter akan dilipat
kain panjang saja.
memanjang menjadi kira-kira 10 cm.
bambu.
bapenteh
dan
Setelah
menutupi
seluruh
dikarang di dinding sehingga terbentuk
tradisi bapenteh, anggota keluarga melaksanakan
keluarga
dinding, kain mulai disilang-silangkan/
Pada tahap awal pelaksanaan
akan
oleh
Kain yang sudah rapi digantungkan ke
2. Proses pelaksanaan tradisi
yang
dibawa
seperti jalinan yang menyatu. Keluarga
acara
yang datang akan membantu keluarga
perkawinan akan datang mengunjungi
9
untuk
melipat
kain
menggunakan
hingga
kain/
renda
yang
menyusunnya di dinding. Proses ini
tingginyaa sekitar 20cm dengan lebar
akan terus berulang karena keluarga
tidak ditentukan untuk menutupi bagian
yang datang mengantarkan kainnya
bawah susunan kain panjang tadi
tidak selalu sama waktunya.
sehingga ujung-ujung kain juga terlihat
Ketika
keluarga
rapi dan indah.
datang
membawa kain maka proses dari
Kain panjang yang dibawa oleh
pelipatan kain hingga mengarang di
anggota kerabat nantinya akan dicatat
dinding
kembali.
oleh pihak keluarga sebagai tuan rumah
Setelah semua dinding rumah dipasang
berapa jumlah kain yang dibawa.
kain panjang yang terakhir adalah
Ketika akan dipasangkan ke dinding,
memasang takad dindin pada bagian
akan diselipkan nama pemilik kain
atas kain yang telah di susun tadi.
panjang pada bambu tempat kain
Sehingga menutupi seluruh dinding
panjang tersebut dipasang.
rumah. Inilah yang akan dijadikan
seluruh kain tersusun indah di dinding
pelaminan atau hiasan dinding ketika
selanjutnya akan dilanjutkan dengan
akan diadakan acara perkawinan pada
proses akad nikah.
akan
dilakukan
Setelah
masyarakat Hiang.
acara
Setelah
pernikahan
Proses yang terakhir adalah
selesai, akan dilanjutkan dengan proses
merapikan kain panjang yang telah
ninjau penteh. Ninjau penteh adalah
disusun dengan menjahit bagian-bagian
suatu proses memperkenalkan kedua
bawahnya sehingga jalinan kain tidak
pengantin kepada keluarga besar dan
terlepas.
masyarakat lainnya. Anggota kerabat
Kadang
masyarakat
juga
10
akan berkunjung ke rumah pengantin
Setelah semua prosesi selesai
dan nantinya orang tua mempelai akan
dilaksanakan maka kain panjang yang
memperkenalkan pengantin bahwa ini
dipasangkan ke dinding akan dibuka
adalah anggota keluarga kita yang baru.
dan dikembalikan kepada pemiliknya.
Biasanya anggota kerabat ini akan
Proses membuka kain panjang ini
membawa sesuatu seperti gula, beras,
biasanya juga dibantu oleh beberapa
kelapa dan lain sebagainya. Barang-
anggota kerabat tetapi biasanya kerabat
barang ini akan digunakan untuk
yang hadir membantu tidak sebanyak
pelaksanaan
kerabat
hajatan
resepsi
perkawinan nantinya.
dilaksanakan
adalah
Suatu budaya cenderung untuk bertahan
rumah keluarga kedua belah pihak,
atau
untuk meminta restu. Pihak keluarga
keluarga
mereka, misalnya saya adalah adik dari
masyarakat
masih
dapat
memenuhi
Berdasarkan
hasil
penelitian,
yang
menjadi
alasan
masyarakat
masih
mempertahankan
tradisi bapenteh adalah (a) adanya
ayah pengantin perempuan, nantinya saya
oleh
kebutuhannya.11
akan memberikan nasehat-nasehat serta silsilah
jika
pendukungnya masih dianggap cocok
pemimpin desa dan lain sebagainya
memanggil
saat
Pada Masyarakat Hiang
dimana kedua pengantin datang ke
kamu
pada
3. Eksistensi Tradisi Bapenteh
Nyembah. Nyembah merupakan proses
memberitahukan
hadir
memasangnya.
Prosesi terakhir setelah resepsi perkawinan
yang
dengan
kesadaran
masyarakat
untuk
melestarikan
kebudayaan,
adanya
panggilan Poak nsu. 11
Suradi, dkk. 2004. Antropologi. Jakarta: Bumi Aksara. Halm 164
11
besar
sanksi adat bagi masyarakat yang
masyarakat Hiang untuk mewariskan
melanggar ketentuan tradisi bapenteh.
budaya bapenteh ini pada anak cucu
Sanksi adat ini berupa teguran, denda,
(generasi muda) juga menjadi salah
dikucilkan dari lingkungan adat Hiang
satu sebab kenapa tradisi bapenteh
bahkan sampai di usir dari kampung.
masih dipertahankan oleh masyarakat
(b)
Hiang. Masyarakat Hiang berkeinginan
Terkandung di dalam Tradisi Bapenteh,
supaya tradisi bapenteh diwariskan
tradisi bapenteh memiliki nilai-nilai
kepada anak cucu, sehingga tradisi
budaya yang terkadung di dalamnya
bapenteh tidak hilang begitu saja
sehingga masyarakat Hiang masih
ditelan
hal
melaksanakannya. Nilai yang pertama
melestarikan
adalah nilai kekerabatan yang sangat
budaya masyarakat Hiang, Lembaga
erat. Nilai-nilai kekeluargaan serta rasa
Kerapatan Adat masyarakat Hiang
tolong menolong sangat jelas terwujud
telah berjalan dengan baik. Dengan
dalam pelaksanaan tradisi bapenteh.
mengeluarkan beberapa peraturan adat
Nilai yang kedua ialah nilai kerja sama
yang mewajibkan masyarakat untuk
yang
tetap melaksanakan tradisi bapenteh
pemasangan kain panjang tersebut ke
jika
acara
dinding rumah. Anggota keluarga dan
perkawinan. Masyarakat dilarang untuk
tetangga yang datang saling bekerja
menyewa pelaminan dari luar. Salah
sama dalam memasang kain panjang ke
satu faktor penting lainnya dalam
dinding rumah pengantin.
keinginan
dari
zaman.
tersebut,
untuk
hendak
sebagian
Menanggapi tetap
melaksanakan
kebertahanan tradisi bapenteh yaitu
12
Memiliki
terwujud
Nilai-Nilai
dalam
yang
proses
keluarga
Selain rasa tolong menolong
kepala
desa
akan
dan bantuan dari kerabat dekat dalam
melaksanakan bapenteh, kain panjang
pelaksanaan tradisi bapenteh juga tidak
juga ada yang dipinjam dari keluarga
ada
petani dan sebaliknya.
perbedaan
dalam
masyarakat.
Siapapun anggota masyarakat yang kan
Hal menarik lainnya dalam
melaksanakan acara perkawinan wajib
tradisi bapenteh juga memperhatikan
menggunakan tradisi bapenteh. Dalam pelaksanaan
bapenteh,
tidak
menempatkan
masyarakat
pada
privasi dari mempelai dimana dalam aturan adat bapenteh tidak mengatur masalah
kedudukan yang berbeda. Meskipun dalam
masyarakat
Hiang
pengantin
terdapat
melaksanakan
bantuan
keluarga
hias
sesuai
bahwa tradisi bapenteh juga memiliki
acara
nilai toleransi pada hak-hak pribadi
perkawinan anaknya maka ia akan meminta
di
Kamar
Berdasarkan hal ini dapat di lihat
yang berbeda, misalnya seorang petani akan
boleh
pengantin.
keinginan pasangan yang menikah.
derajat kekayaaan dan prestise sosial
biasa
kamar
individu.
atau
Spradley
kerabata dekatnya , maka sebaliknya
mengemukakan
bahwa untuk mengetahui makna suatu
apabila kepala desa atau ketua adat
budaya, maka salah satu pendekatan
akan melaksanakan acara perkawinan
yang dipakai untuk mengungkapnya
akan mengadakan bapenteh juga. Dan
adalah dengan metode wawancara,
kain panjang yang akan dipinjamkan
dengan bahsa sebagian salah satu
nantinya juga tidak melihat prestise
medianya.
yang ada dalam masyarakat. Jika
Kain
panjang
yang
terimplikasi dalam tradisi bapenteh
13
pada masyarakat Hiang merupakan
mereka
sesuatu yang tidak asing lagi dalam
dengan
setiap acara perkawinan, kematian,
menandakan bahwa mereka adalah
kelahiran.
Kain
selalu
orang yang beradat. Dalam proses
digunakan
oleh
Hiang
bapenteh memiliki simbol
panjang masyarakat
(pattern
dalam tradisi bapenteh. Ada dua makna
Kedua,
menciptakan
menjalin
membantu
pengertian
bagi
wujud
dari
acara
perkawinan,
tindakan lain
atau
sebagai
dalam
pedoman
tindakan.
untuk
Tradisi dilakukan
melaksanakan bapenteh tersebut. Bapenteh
sebagai
menginterpretasikan, mendorong, dan
Saat proses bapenteh, anggota kerabat datang
of)
(pattern for) yang digunakan untuk
hubungan silaturahmi antar keluarga.
akan
Hiang
merupakan representasi pola untuk
makna
persatuan dan sifat tolong menolong sesama.
masyarakat
terkandung di dalam tradisi bapenteh
secara
bahwa masyarakat Hiang memiliki rasa
antar
tersendiri
sedangkan makna dan nilai-nilai yang
yaitu: Pertama, memasangkan kain
mempunyai
bapenteh
representasi pola bagi
melaksanakan
panjang dalam proses tradisi bapenteh,
bersama-sama
mereka,
tindakan yang dilakukan ketika hendak
yang terdapat dalam pemasangan kain
ini
oleh
merupakan
satu simbol yang tidak bisa terlepaskan
tradisi
melaksanakan
dilakukan
Kain panjang menjadi salah
dalam
Bagi
bagi mereka. Tradisi bapenteh yang
dalam berbagai upacara tersebut.
panjang
banggakan.
oleh
bapenteh
yang
masyarakat
Hiang
bukanlah sesuatu yang baru. Tradisi
masyarakat
bapenteh merupakan suatu kebiasaan
Hiang adalah sesuatu yang selalu
14
yang telah lama hidup dan menjadi
sumber-sumber
tradisi
informasi,
dimana
masyarakat
ekstrasomatik
dan
(4)
oleh
dan karena
mendefenisikan dunianya, menyatakan
kebudayaan adalah suatu simbol, maka
perasaan dan memberikan penilaian-
proses kebudayaan harus dipahami,
penilaian, serta memaknai tindakan-
diterjemahkan dan diinterpertasikan.12 Tradisi
tindakan yang dilakukannya. Lebih
jauh
mengemukakan adalah
(1)
Clifford
bahwa
sebagai
hakekatnya
Geertz
kedua
kebudayaan suatu
bapenteh bermakna
keluarga
melaksanakan
sistem
pada
menyatukan yang
acara
akan
pernikahan.
keteraturan dari makna dan simbol-
Pernikahan tidak hanya menyatukan
simbol, yang dengan makna dan simbol
kedua individu yang akan menikah saja
tersebut
tapi juga kedua keluarga besar yang
individu-individu
mendefenisikan
dunia
mereka,
akan saling berhubungan. Hal ini
mengekspresikan
perasaan-perasaan
terlihat dari bentuk kain yang di susun
mereka,
dan
membuat
di dinding, dimana kain di jalin
penilaian
mereka; (2) suatu pola makna-makna
menyatu
yang ditransmisikan secara historis
menggambarkan
yang terkandung dalam bentuk-bentuk
keluarga.
tersebut
Simpulan
manusia
berkomunikasi,
memantapkan
dan
pengetahuan
mereka
Secara
mengembangkan dan
satu
sama
lainnya
kesatuan
kedua
umum
dapat
sikap
disimpulkan bahwa tradisi bapenteh
terhadap kehidupan (3) suatu peralatan
dilakukan masyarakat Hiang di saat
simbolik bagi mengontrol perilaku, 12
15
Op. Cit. hlm. 288
akan diadakannya acara perkawinan.
Hiang akan pentingnya melestarikan
Bapenteh berfungsi sebagai pelaminan
budaya dari para leluhur mereka juga
ketika
tersebut.
merupakan salah satu penyebab tradisi
Masyarakat masih melakukan tradisi
bapenteh masih dipertahankan hingga
tersebut karena dinilai penuh makna.
saat ini. Kesadaran ini juga didukung
Tradisi ini diyakini masyarakat sebagai
oleh adanya peraturan adat yang
lambang
kekeluargaan
mewajibkan setiap anggota masyarakat
dimana dalam pelaksanaan tradisi ini
menggunakan tradisi bapenteh ketika
bukan hanya kedua mempelai yang
acara perkawinan.
bersatu tapi juga seluruh anggota
Saran
acara
perkawinan
kesatuan
Berdasarkan
keluarga mereka juga terjalin dalam
kepada
hasil
penelitian
(1)
pemerintah
bapenteh tersebut. Nilai-nilai yang
disarankan
terkandung dalam tradisi bapenteh
Kabupaten Kerinci hendaknya ikut
adalah nilai kekerabatan yang sangat
berperan dalam melestarikan budaya-
erat antar sesama kerabat, nilai gotong
budaya
royong dan kerja sama sesama keluarga
bapenteh melalui peraturan-peraturan
maupun masyarakat sekitarnya.
daerah, (2) masyarakat Hiang perlu
tradisional
seperti
tradisi
juga
untuk terus mensosioalisasikan tradisi
merupakan adat istiadat dari leluhur
bapenteh kepada generasi penerus akan
yang masih dilestarikan oleh seluruh
pentingnya nilai-nilai yang terkandung
masyarakat Hiang sebagai pertanda
dalam tradisi bapenteh sehingga tradisi
bahwa mereka adalah masyarakat yang
ini dapat bertahan pada masyarakat
beradat. Adanya kesadaran masyarakat
Hiang, (3) generasi muda diharapkan
Tradisi
bapenteh
16
terlibat lebih jauh dalam melestarikan budaya
tradisi
bapenteh
--------------------. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jilid 1. Jakarta:
sehingga
Universitas Indonesia Press. mereka dapat lebih mengenal budaya
------------------.
yang dimiliki oleh daerah mereka.
2003.
Pengantar
Antropologi Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta Nasution. 1988. Metode Penelitian
Catatan
:
berdasarkan
artikel tesis
ini
disusun
penulis
Naturalistik
dengan
Kualitatif.
Bandung: Tarsito. Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005.
Pembimbing I Prof. Dr. Nursyirwan
Antropologi Effendi dan Pembimbing II Dr. Siti
Kontemporer.
Jakarta: Kencana.
Fatimah, M.Pd, M.Hum
Spradley.
James.P. Etnografi. oleh
Daftar Rujukan
1997.
Metode
(Diterjemahkan Mizbah
Zulfa
Elizabeth). Yogyakarta: PT Esten,
Mursal.
1999.
Kajian
Transformasi
Tiara Wacana Yogya.
Budaya.
Suradi,
Bandung: Angkasa. Geertz,
Clifford. Kebudayaan.
1992.
Yogyakarta
2004.
Antropologi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Tafsir Wiranata,
:
I
Gede
A.B.
2002.
Antropologi Budaya. Bandung:
Kanisius.
PT. Citra Aditya Bakti.
Keesing. M Roger. 1999. Antropologi Budaya
Suatu
Perspektif
Kontemporer Jilid I. Jakarta: Erlangga. Koentjaraningrat. Pokok
dkk.
1972.
Antropologi
Beberapa Sosial.
Jakarta: Dian Rakyat.
17