Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
KONSEP PENYIDIKAN RESTORATIVE JUSTICE Oleh : Sukardi (
[email protected])
Abstrak Penelitian ini berjudul ―konsep Penyidikan restorative justice‖ yaitu penelitian yang mengkaji hakekat restorative justice sebagai suatu konsep pendekatan dalam penyelesaian perkara pidana. tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang konstruksi konsep penyidikan restorative justice dalam penegakan hukum pidana di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian normative, menggunakan bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier, dengan metode analisis menggunakan penalaran deduktif. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa prnisip restorative justice banyak dikaji dalam pemahaman sebagai metode penyelesaian masalah pidana, dengan memposisikan diluar sistem peradilan pidana. Salah satu unsur yang menjadi kunci dalam penerapan prinsip restorative justice adalah proses konferensi atau mediasi antar pihak yang bersengketa. Secara faktual ternyata proses konferensi atau mediasi ini tidak mudah mendudukkan perkaranya, dan menempatkan orang-orang yang dilibatkan dalam proses mediasi. Proses mediasi tidak cukup hanya dengan pengakuan, karena akan menabrak berbagai asas dan norma lain seperti hak asasi manusia. Oleh karena itu, diperlukan proses investigasi ilmiah untuk menentukan status orang-orang yang terlibat dalam suatu perkara, serta mendudukkan perkaranya. Bersarakan pandangan ini, maka prinsip restorative justice idealnya diterapkan dalam sistem peradilan pidana. prinsip restorative justice dikonstruksi mulai pada tahap pra ajudikasi, ajudikasi dan pasca ajudikasi. Kata Kunci : Restorative justice, Penyidikan, Mediasi, sistem peradilan pidana. Abstract This research entitled "Investigation concept of restorative justice" the study examines the essence of restorative justice as an approach to solving criminal cases. The purposes of this research to provide an overview of the construction of the investigation concept of restorative justice in the investigation of criminal law enforcement in Indonesia. The research was done by normative study, primary legal materials, secondary and tertiary, with the method of s deductive reasoning analysi. The results of this research, authors has indicated that the restorative justice principal had been almost studied in the understanding as a criminal problem-solving method, so it has done by the position outside the criminal justice system. One element that is a key in the application of the principles of restorative justice is a conference or mediation process between the parties to the dispute. Factually, it turns out the conference or mediation process is not easy to position the case, and put the people who are involved in the mediation process. The mediation process is not enough has just to recognition, because it will broke a variety of other such as principles and norms of human rights. Therefore, the necessary process of scientific investigation to determine status of those involved in a case, and position the case. Based on this view, the principle of restorative justice should ideally be applied in the criminal justice system. principles of restorative justice began to be constructed in the pre adjudication, adjudication and postadjudication. Keywords: Restorative justice, investigation, mediation, criminal justice system.
1
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak I.
akhirnya akan menjadikan metode mediasi
Pendahuluan Perkembangan hukum pidana saat ini
menunjukkan
2015
adanya
sebagai kunci utama penerapan konsep ini.
kecenderungan
Penggunaan metode mediasi pada dasarnya
pergeseran konsep keadilan dan paradigma
tidak dikenal dalam proses penegakan hukum
Pemidanaan dalam sistem hukum pidana, yaitu
pidana, akan tetapi mediasi sebgai bentuk
dari konsep retributif justice (criminal justice)
penyelesaian sengketa memiliki ruang lingkup
ke konsep Restorative Justice.1 Ahmad Ali
utama berupa wilayah privat/perdata.5 Di
menyebut
sebagai
dalam perkara pidana, pelaku kejahatan atau
konsep modern hukum pidana . Ahmad Ali
pelanggar tidak dapat melakukan tawar-
juga membandingkan antara restorative justice
menawar (bargaining) dengan negara sebagai
dengan Restitutive Justice dalam konsep
penjelma dan penjaga kepentingan umum.6
restorative justice
ini 2
penyelesaian perkara pidana.3
Oleh
karena
itu,
jika
pemahaman
Pembahasan mengenai penerapan prinsip
terhadap prinsip restorative justice dipahami
restorative justice dalam berbagai kajian dan
sebagai metode penyelesaian masalah, maka
pendefinisian oleh berbagai pakar cenderung
konstruksi prinsip restorative justice akan
menerjemahkan konsep ini sebagai suatu
diarahkan pada penyelesaian di luar sistem
metode penyelesaian masalah,4 sehingga pada
peradilan pidana dengan mengacu pada konsep alternative
dispute
resolution
dalam
penyelesaian perkara perdata.
2
Ahmad Ali, 21 Desember 2011, Restorative (RJ) adalah konsep Modern Hukum Pidana, Harian Fajar, Makassar, Hal 4 kolom. 3 Achmad Ali, 2009, Menguak teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence) termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legalprudence), Volume I Pemahaman awal, Edisi Pertama, Cetakan ke-3, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal : 247. 4 Lihat misalnya pembahasan tentang restorative justice oleh Marshall, Tony F. 1999. Retorative Justice an Overview. London : Home Office, Information & Publications Group, hal : 5. James Dignan mengutip Van Ness dan Strong (1997), Lihat James Dignan, 2005, Understanding Victims and Restorative Justice. Open University Pres, hal : 3. Lihat juga John Braithwaite, 2002, Restorative Justice and Responsive Regulation. Ofxord: Oxford University Press, hal : 10; Mariam Liebmann, 2007, Restorative Justice : How it Works, Jessica Kingsley Publishers, London : hal : 25; Howard Zehr, 2002, The Little Book of Restorative Justice, Good Books Intercourse, United State Of America, hal : 37; Luna, E. 2001, Reason and Emotion in Restorative Justice. Paper provided to author, 2001, p. 12; Margarita Zernova, 2007, Restorative Justice, Ideals and Realities,Ashgate Publishing Limited, hal : 7.
Mengkaji penyelesaian
lebih perkara
mendalam
hakekat
melalui
prinsip
restorative justice ini, maka sesungguhnya merupakan konsep yang sudah ada dalam pola penyelesaian perkara pidana adat.7 Pendekatan 5
Syahrizal Abbas, 2009, Mediasi dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat & hukum Nasional, Edisi Pertama, Cetakan ke-1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal : 22. 6 Ibid, hal : 21. 7 Menurut John Braithwaite bahwa : “according to its proponent, restorative justice is not a new invention. Rather, it is a return to traditional pattern of dealing with conflict and crime that had been present in different cultures throughout human history. Lihat John Braithwaite, 2002, opcit, p. 1. Lihat juga Margarita Zernova, 2007, opcit, p. 7 Pada tahun 1980an, John Braithwaite memperkenalkan sistem penghukuman dengan pendekatan restorative justice, karena terinspirasi oleh masyarakat Maori dalam menangani
2
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Restorative justice digunakan juga dalam
dalam disertasinya9 menilai pandangan Zehr
sistem hukum
sudah
tersebut membawa keadilan restoratif dalam
berabad-abad lamanya. Sebutlah misalnya
quasi atau yang tidak murni, karena seolah
dalam sistem hukum pidana adat Papua,
mengesampingkan aspek kesukarelaan sebagai
mekanisme penyelesaian masalah melalui
ciri pendekatan keadilan restoratif dalam
sidang adat lebih mengutamakan musyawarah
penyelesaian perkara pidana.
mufakat,
pidana adat
nilai
keadilan
yang
tercermin
pada
Pandangan
penulis
terhadap
prinsip
pengembalian kerugian korban. Jadi fokus
restorative justice, bahwa prinsip restorative
kesepakatan
justice hanya dapat diterapkan dalam sistem
penyelesaian
perkara
pada
pemulihan korban Sejalan
peradilan pidana dan bukan diluar sistem. yang
Ahmad Ali membedakan dengan tegas antara
bahwa
penerapan prinsip restorative justice sebagai
penggunaan pendekatan Restorative justice
metode penyelesaian perkara pidana dengan
dalam penyelesaian suatu perkara pidana,
penerapan
harus berdasarkan keadilan dan legitimasi
resolution (ADR) sebagai out of court
sebagai pengukuhannya, karenanya harus tetap
settlement
dalam kerangka pemidanaan yang disebut
perkara perdata.
―restorative punishment‖. Pendangan Zehr ini
Fenomena
dibangun
dengan
oleh
pemahaman
Howard
Zehr8
konsep
sebagai
alternative
metode
penegakan
Dispute
penyelesaian
hukum
di
memberikan gambaran bahwa penggunaan
Indonesia khususnya proses penyidikan yang
prinsip restorative justice pada dasarnya harus
dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik
dilakukan dalam sistem peradilan pidana, dan
Indonesia saat ini, telah memberikan gambaran
tidak dapat dicapai jika dilakukan diluar sistem
kontroversi,
peradilan pidana.
protes atau kritik tajam dari berbagai kalangan.
Mendasarkan pada pandangan Aertsen
polemik,
bentuk
perlawanan,
Pendapat berbagai pihak yang tidak setuju
tentang New informalism, Eva Achjani Sulfa
dengan
proses
hukum
ini,
seringkali
didasarkan pada asumsi melukai perasaan hukum masyarakat, melukai keadilan hukum penyimpangan di lingkungan mereka, yang menekankan penyelesaian masalah dengan melibatkan masyarakat dan petinggi masyarakat setempat untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. 8 Howard Zehr, 1990, changing Lenses, A New Focus For Crime and Justice, Herald Press, Scottdale PA, hal : 209 sebagaimana dikutip oleh Eva Achjani Sulfa, Juni 2009, Keadilan Restoratif Di Indonesia (Study tentang Kemungkinan Penerapan Pendekatan Keadilan Restoratif Dalam Praktek Penegakan Hukum Pidana), Disertasi Doktor Ilmu Hukum Fakultas hukum Universitas Indonesia, hal 128.
masyarakat yang sesungguhnya tidak setuju lagi dengan proses hukum yang formal melalui sistem peradilan pidana. Misalnya berbagai kasus aktual yang menarik perhatian publik
9
3
Eva Achjani Sulfa, Juni 2009, ibid, hal 128.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
seperti : Kasus Nenek Minah,10 dan Kasus
kalangan sebagai contoh nyata sistem formil
Basar Suyanto dan Kholil,11 Kasus Deli
pidana
(pelajar SMP) mencuri voucher; dan kasus
memperhatikan kepentingan
nenek Rasmiah yang dituduh mencuri sop
pelaku. Hal ini seringkali menimbulkan reaksi,
buntut dan piring majikannya yang kemudian
kontroversi dan sorotan yang sangat tajam
harus berujung di meja hijau; dan banyak lagi
kepada
kasus-kasus
proses
berbagai sudut pandang dan argumentasi
penyelesaiannya menimbulkan polemik yang
masing-masing. Sebagian pihak menganggap
lain
berkepanjangan.
yang
dalam
12
lebih
aparat
bersifat
penegak
represif korban
hukum
tanpa dan
dengan
bahwa aparat penegak hukum terjebak dalam
Gambaran kasus aktual yang terjadi di
pikiran-pikiran hukum normatif, bahwa hukum
Indonesia tersebut di atas, dinilai oleh banyak
memberi kesan angker dan menakutkan untuk masyarakat. Bahkan dalam perkara-perkara
10
Nenek Minah yang berusia lima puluh lima tahun, Warga Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas yang dituduh mencuri 3 biji buah kakao ditempatnya bekerja di PT. Rumpun Sari Antan 4 di desa Darmakradenan tak jauh dari rumahnya yang kemudian diproses hukum di Pengadilan Negeri Purwokerto, Jawa Tengah dengan putusan pidana penjara selama satu bulan lima belas hari dengan ketentuan pidana tersebut tidak usah dijalani terdakwa. Sebelumnya, nenek Minah ini sudah menjalani masa tahanan rumah selama 3 bulan. Kasus nenek Minah ini, menarik perhatian berbagai pihak, terutama wartawan, LSM dan pengamat hukum. Muncul berbagai sorotan, kritik hingga terbentuk opini pihak tertentu yang menganggap turunnya kredibilitas penegak hukum yaitu polisi dan kejaksaan. Lihat Saladin Ayyubi/Global/fit, Kamis, 19 November 2009, Hakim Menitikkan Air Mata Baca Putusan Nenek Pencuri 3 Biji Buah Coklat, News-Nusantara, Website Internet : http://news.okezone.com/ read/2009/11/20/340/277729/340/hakim-menitikkan-airmata-baca-putusan-nenek- pencuri-3-biji-buah-coklat, diakses tanggal 25 September 2011. 11 Kasus pencurian semangka senilai Rp 30 ribu oleh Basar Suyanto dan Kholil, dituntut penjara dua bulan 10 hari oleh jaksa di Pengadilan Negeri Kediri, Jawa Timur, yang akhirnya divonis 15 hari dengan masa percobaan satu bulan. Lihat IGN sawabi, Rabu, 16 Desember 2009, Pencuri Semangka Divonis 15 Hari Penjara, Website Internet : http://regional.kompas.com/ read/2009/12/16/13074643/pencuri.semangka.divonis.1 5.hari. penjara, diakses tanggal 25 September 2011. 12 Jecky Tengens, Selasa, 19 July 2011, Pendekatan Restorative Justice dalam Sistem Pidana Indonesia, Website Internet : http://hukumonline.com/berita/ baca/ lt4e25360a422c2/pendekatan-restorative-justice-dalamsistem-pidana-indonesia, diakses tanggal 25 September 2011.
tersebut muncul istilah melukai rasa keadilan masyarakat. Meskipun sesungguhnya belum dapat diklarifikasi masyarakat yang mana yang dil ukai rasa keadilannya, atau konsep keadilan yang dijadikan parameter untuk mengukur kinerja aparat penegak hukum tersebut, serta mengukur aspek keadilan masyarakat. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai konsep penyidikan restorative justice dalam penegakan hukum pidana,
dengan
menempatkan
prinsip
restorative justice dalam eksistensinya sebagai suatu konsep penyelesaian masalah yang berorientasi pada restorasi terhadap korban, dalam sistem peradilan pidana khususnya dalam proses penyidikan tindak pidana.
II. Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian normatif, yang mengkaji konsep 4
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak penyidikan
tindak
pidana
dan
prinsip
2015
dalam sistem hukum pidana disebabkan oleh sedikitnya
pidana Indonesia, sehingga dapat dikonstruksi
Perkembangan Hak Asasi Manusia; Perubahan
konsep penyidikan restorative justice yang
pandangan masyarakat atas kejahatan dan
ideal diterapkan dalam penegakan hukum
perubahan pandangan masyarakat terhadap
pidana di Indonesia.
penjahat itu sendiri. Perkembangan perhatian
Sumber data
dan penguatan terhadap perlindungan Hak
Data
yang
yaitu
:
Asasi Manusia, memandang pemidanaan yang
sekunder yang terdiri dari bahan-bahan hukum
memberikan pembenaran terhadap pemberian
primer berupa peraturan perundang-undangan,
sanksi berupa nestapa kepada seseorang
bahan
sebagai
referensi,
tersier
pendapat
berupa
faktor
data
hukum
digunakan
tiga
utama13
restorative justice dari persfektif sistem hukum
berupa ahli
buku-buku
maupun
hasil
akibat
dilakukan,
perbuatan
sepintas
pidana
yang
bertentangan
dengan
penelitian terdahulu, dan bahan hukum tersier
HAM.
Perkembangan
perhatian
terhadap
berupa kamus-kamus bahasa, kamus ilmiah
HAM
mengakibatkan
sejumlah
hukuman
hukum dan black law dictionary.
kemudian ditinjau ulang karena dianggap tidak
Metode analisis
manusiawi seperti hukuman mati. Bahkan
Metode analisis dalam penulisan ini
sejumlah Negara Arab yang menganut Islam
dimulai dengan mengabstraksi bahan-bahan
dan meratifikasi Konvensi anti penyiksaan,
hukum primer, bahan hukum sekunder dan
meninjau ulang hukuman potong tangan.14
bahan
hukum
tersier,
sehingga
dapat
Berbagai
Negara
mengembangkan
dikonstruksi konsep penyidikan dan prinsip
prinsip Restorative justice sebagai konsep
restorative justice, teori-teori hukum pidana,
dengan metode baru dalam menyelesaikan
menganalisis kelemahan-kelemahan prinsip
masalah-masalah pidana. Penerapan prinsip
restorative dari persfektif penegakan hukum
restorative justice di beberapa Negara tersebut
pidana, melakukan sistematisasi, dan terakhir
didesign sebagai metode penyelesaian masalah
dengan
alternative dengan sanksi alternative yang
menggunakan
metode
penalaran
silogisme deduktif. 13
Eva Achjani Zulfa, 2006, Pergeseran Paradigma Pemidanaan di Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke -36 No. 3 Juli – September 2006, hal : 393. 14 Ibid, hal : 394-395. Sudut pandang HAM diperkuat dengan lahirnya DUHAM khususnya Pasal 3 yang mengatur tentang Hak Hidup, yang juga diatur dalam ketentuan Pasal 6 ICCPR (International covenant Civil and Political Rights) dan Pasal 6 Konvensi tentang hak anak, maka sejumlah hukuman seperti hukuman mati kemudian ditinjau ulang karena dianggap tidak manusiawi.
III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Perkembangan Hukum Pidana Perkembangan hukum pidana saat ini menunjukkan
adanya
kecenderungan
mengalami pergeseran paradigma Pemidanaan 5
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak difokuskan pada kepentingan korban, pelaku
(keadilan
dan masyarakat.
(keadilan masyarakat)", dan sebagainya.16
Prinsip Restorative Justice
reparatif),
2015
"community
justice",
Restorative justice menurut badan PBB,
Kata Restorative justice berasal dari
UNODC dalam Handbook of Restoratice
bahasa inggris, terdiri dari dua kata yaitu :
justice, adalah bahwa : “Restorative justice is
―restoration‖
Perbaikan;
an approach to problem solving that, in its
pemulihan; atau pemugaran, dan ―justice‖
various forms, involves the victim, the
artinya : keadilan. ―restorative‖ artinya : (kata
offender,
benda)
agencies and the community.”
yang
obat
artinya
yang
:
menyembuhkan/
menguatkan/menyegarkan; (kata sifat) yang menguatkan,
menyembuhkan,
their
social
networks,
justice
Rumusan definisi restorative justice di
atau
dalam
Handbook on
Restorative Justice
menyegarkan.15 Dengan demikian, pengertian
Programmes yang disusun oleh PBB tersebut
restorative justice menurut bahasa adalah
memberikan
keadilan
partisipatif yang dirancang untuk mencapai
penyembuhan,
atau
keadilan
pemulihan.
Penekanan
pada
proses
hasil yang diinginkan. Dengan demikian,
Pengertian restorative justice tersebut di
―restorative process‖ didefinisikan sebagai
atas dapat diidentifikasi adanya beberapa
proses apapun di mana korban dan pelaku, dan
dimensi pengertian antara lain : bahwa
bila perlu, setiap individu lain atau anggota
pemulihan yang dimaksud adalah pemulihan
masyarakat
yang
hubungan
berpartisipasi
aktif
antara
korban
dan
pelaku;
terkena
kejahatan,
bersama-sama
dalam
pemulihan atau penyembuhan juga dapat
penyelesaian masalah-masalah yang timbul
dimaknai pemulihan kerugian korban atau
dari kejahatan, umumnya dengan bantuan
kerusakan yang ditimbulkan oleh tindakan
fasilitator.17
pelaku; sedangkan dimensi keadilan ditujukan pada keadilan individu yaitu keadilan korban. Ada banyak istilah yang digunakan 16
untuk menggambarkan gerakan restorative
United Nations, 2006, Handbook on Restorative Justice Programmes, Criminal Justice Handbook series, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), Vienna Austria, hal : 6. Dijelaskan bahwa ―Restorative justice is a way of responding to criminal behaviour by balancing the needs of the community, the victims and the offenders 17 Ibid, hal : 7. A Restorative Process is ―any process in which the victim and the offender, and where appropriate, any other individuals or community members affected by a crime, participate together actively in the resolution of matters arising from the crime, generally with the help of a facilitator"
justice antara lain : "communitarian justice" (keadilan komunitarian), "positive justice" (keadilan
positif),
"relational
justice",
(keadilan relasional), "reparative justice", 15
John M Echol dan Harun Shadily, 2000, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, hal : 339 dan 482.
6
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Howard Zehr dalam bukunya ―the little
Definisi Restorative Justice menurut Restorative Justice consortium 2006, yaitu18 :
book of Restorative Justice” memberikan definisi tentang Restorative justice yaitu :20
―Restorative justice works to resolve conflict and repair harm. it encourages those
“a process to involve to the extent
who have caused harm to acknowledge the
possible, these who have a stake in a
impact of what have done and gives them an
specific offence and to collectively
opportunity to make reparation. it offers those
identify and address harms, needs, and
who have suffered harm the opportunity to
obligations, in order to heal and put
have their harm or loss acknowledged and
things as right as possible.”
amends made.‖
Howard Zehr memaknai restorative
Restorative justice menurut Tony F.
justice sebagai proses yang memungkinkan
Marshall adalah : ―a process whereby parties
keterlibatan pihak-pihak yang lebih luas, yakni
with a stake in a specific offence collectively
para pihak yang mempunyai kepentingan atas
resolve how to deal with the aftermath of the
suatu pelanggaran yang spesifik. Kemudian
19
offence and its implications for the future.‖
secara
bersama,
mengarahkan
mengidentifikasi
kerugian,
kebutuhan,
dan dan
kewajiban dalam rangka menyembuhkan dan 18
Lihat Liebmann, Mariam, 2007, opcit: hal : 25. (Keadilan restoratif bekerja untuk menyelesaikan konflik dan memperbaikan kesalahan, mendorong mereka yang telah menyebabkan kerugian untuk mengakui dampak dari apa yang telah dilakukan dan memberikan mereka kesempatan untuk membuat perbaikan, menawarkan mereka yang telah menderita kerugian memiliki kesempatan untuk diganti kerugian mereka atau diakui kerugiannya dan menebus kesalahan yang dibuat). 19 Marshall, Tony F. 1999. Opcit, hal : 5. Bahwa restorative justice adalah sebagai ―proses yang melibatkan semua pihak yang memiliki kepentingan dalam masalah pelanggaran tertentu untuk datang bersama-sama menyelesaikan secara kolektif bagaimana menyikapi dan menyelesaikan akibat dari pelanggaran dan implikasinya untuk masa depan.‖ Lihat juga James Dignan, 2005, opcit, hal : 3. Lihat juga John Braithwaite, 2002, Opcit, hal : 10. Keadilan restoratif (juga kadang-kadang disebut "reparatif keadilan") pada hakekatnya adalah sebuah pendekatan untuk keadilan yang berfokus pada kebutuhan korban, pelaku, serta masyarakat yang terlibat, bukan memuaskan prinsipprinsip hukum abstrak atau menghukum pelaku. Korban mengambil peran aktif dalam proses, sementara pelaku didorong untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka, "untuk memperbaiki hal membahayakan yang mereka lakukan dengan meminta maaf, mengembalikan ke keadaan semula, atau melakukan pelayanan masyarakat".
menempatkan hak para pihak sebagai titik yang mungkin dituju untuk diselesaikan. Kemudian menurut Sharpe21 bahwa keadilan
20
Lihat Howard Zehr, 2002, Opcit, hal : 37. Ada tiga ide utama yang mendukung keadilan restoratif menurut Howard Zehr yaitu : Pertama adalah pemahaman bahwa korban dan masyarakat sekitar memiliki keduanya telah terpengaruh oleh aksi pelaku dan, di samping itu, restorasi diperlukan. Kedua, kewajiban pelaku adalah menebus kesalahan dengan kedua korban dan masyarakat yang terlibat. Ketiga, dan proses yang paling penting dari keadilan restoratif, adalah konsep penyembuhan. Langkah ini memiliki dua bagian: penyembuhan bagi korban, serta memenuhi kebutuhan pribadi pelaku. Kedua belah pihak samasama penting dalam proses penyembuhan untuk menghindari residivisme dan untuk mengembalikan rasa aman bagi korban. 21 Yayasan Pemantau Hak Anak, Children’s Human Rights Foundation, Anak yang Berhadapan dengan Hukum dalam Perspektif Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, Website Internet : www.ypha.or.id/.../Anak-yang-Berhadapan-denganHukum-dalam-Perspektif-Hukum-HAM-
7
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak restoratif
memiliki
karakteristik
2015
―A definition of restorative justice
yang
fundamental dengan beragam nilai yang
includes
disebut dengan pengikutsertaan (partisipasi),
element : first, crime is viewed primarily
demokrasi,
as a conflict between individuals this
tanggung
jawab,
pemulihan,
keamanan, penyembuhan, dan reintegrasi.
the
following
fundamental
results injuries to victims, communities,
John Braitwaith mendefinisikan prinsip
and the offenders themselves; second,
restorative justice sabagai :22
the aim of the criminal justice process
―Restorative justice is a procces
should be to create peace in communities
brings together all stakeholders in
by reconciliation the parties and the
effected by some harm. That has been
repairing the injuries caused by dispute;
done…. These stakeholders meet in a
thirds, the criminal justice process
circle to discuss how they have been
should pacilitate active participation by
affected by the harm and come to some
victims, offenders and their communities
agreement as to what should be done to
in order to find solutions to the conflict.”
right any wrongs suffered… restorative
Marian
Liebmann
secara
sederhana
justice is about healings (restorative)
mengartikan restorative justice sebagai suatu
than hurting.”
sistem
Burt memberikan
Galaway definisi
dan
hukum
yang
―bertujuan
untuk
Joe
Hudson
mengembalikan kesejahteraan korban, pelaku
terhadap
prinsip
dan masyarakat yang rusak oleh kejahatan, dan
Restorative justice sebagai berikut bahwa :23
untuk mencegah pelanggaran atau tindakan kejahatan lebih lanjut.‖24
Internasional3.pdf, diakses pada tanggap 17 Oktober 2013, hal : 5, hal : 8 22 Lihat John Braitwaite, 1990, Crime Shame and Reintegration, Chambridge University Press, Chambridge. Dikutip oleh Eva Achjani Sulfa, Juni 2009, opcit, hal : 50-51. Keadilan restoratif adalah proses menyatukan semua pemangku kepentingan yang yang terlibat dalam permasalahan. Yang telah dilakukan .... pemangku kepentingan ini adalah bertemu dalam lingkaran untuk mendiskusikan bagaimana mereka telah dipengaruhi oleh bahaya dan memutuskan beberapa kesepakatan mengenai apa yang harus dilakukan ke depan setiap kesalahan yang diderita. Bahwa keadilan restoratif adalah tentang penyembuhan (restoratif) daripada menyakiti. 23 Burt Galaway dan Joe Hudson, 1990, Criminal Juatice, Restitution and Reconsiliation, Criminal Justice Press, Mosey, New York, hal : 2. Dikutip juga oleh Eva Achjani Sulfa Achjani Sulfa, Juni 2009, ibid, hal : 51. Bahwa elemen mendasar dari definisi restorative justice adalah : pertama, kejahatan dipandang sebagai konflik antar individu yang mengakibatkan kerugian bagi
korban, pelaku dan masyarakat; kedua, tujuan dari proses peradilan pidana harus menciptakan perdamaian dalam masyarakat melalui rekonsiliasi para pihak dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh sengketa; ketiga, proses peradilan pidana harus memfasilitasi partisipasi aktif para pihak, korban, pelaku dan masyarakat dalam rangka mencari solusi konflik. 24 Lihat Marian Liebmann, 2007, opcit, hal : 25. Liebmann juga memberikan rumusan prinsip dasar restorative justice sebagai berikut: 1. Meprioritaskan dukungan dan penyembuhan korban; 2. Pelaku pelanggaran bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan; 3. Dialog antara korban dengan pelaku untuk mencapai pemahaman; 4. Ada upaya untuk meletakkan secara benar kerugian yang ditimbulkan; 5. Pelaku pelanggar harus sadar tentang bagaimana cara menghindari kejahatan di masa depan; 6. Masyarakat turut membantu dalam mengintegrasikan dua belah pihak, baik korban maupun pelaku. Lihat juga Manshur Zikri, 1 Juni 2011, Restorative Justice Sebagai
8
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Restorative justice dalam pandangan
Menurut
banyak orang as a philosophy, a process, an idea,
a
theory
and
Eva Ahjani Sulfa bahwa
keadilan restoratif adalah konsep pemikiran
intervention.25
an
2015
yang
merespon
pengembangan
sistem
Restorative justice adalah peradilan yang
peradilan pidana dengan menitikberatkan pada
menekankan perbaikan atas kerugian yang
kebutuhan pelibatan korban dan masyarakat
disebabkan atau terkait dengan tindak pidana.
yang dirasa tersisihkan dengan mekanisme
Restorative justice dilakukan melalui proses
yang bekerja pada sistem peradilan pidana
kooperatif yang melibatkan semua pihak
yang ada saat ini. 28
(stakeholders).26
C. Barton menyatakan bahwa kata kunci
Muladi mengungkapkan bahwa di dalam
dari
restorative
justice
adalah
restorative justice, korban diperhitungkan
“empowerment”, bahkan empowerment ini
martabatnya. Pelaku harus bertanggungjawab
adalah jantungnya restoratif (the heart of the
dan
restorative
diintegrasikan
kembali
komunitasnya.
Pelaku
berkedudukan
seimbang
ke
dan dan
dalam korban
ideology),
oleh
karena
itu
restorative justice keberhasilannya ditentukan oleh pemberdayaan ini. 29
saling
membutuhkan, karena itu harus dirukunkan.27
Konsep
Rekonsiliasi
dalam
konsep
konferensi atau mediasi merupakan metode yang menjadi kunci dalam penerapan prinsip Mekanisme Penyelesaian Perkara Yang Mengedepankan Kepentingan Perempuan Sebagai Korban Kekerasan Seksual, Website Internet : http://manshurzikri.wordpress.com/2011/06/01/ restorative-justice-sebagai-mekanisme-penyelesaianperkara-yang-mengedepankan-kepentingan-perempuansebagai-korban-kekerasan-seksual/, diakses tanggal 25 September 2011. 25 Kuat Puji Prayitno, 3 September 2012, Restorative Justice Untuk Peradilan Di Indonesia (Perspektif Yuridis Filosofis Dalam Penegakan Hukum In Concreto), Jurnal Dinamika Hukum Vol. 12 No. 3 September 2012, hal : 409. Kuat Puji Prayitno mengutip pendapat para pakar antara lain John Braithwaite, Umbreit and Cary, Richardson, Umbreit and Coates, Graef, dan Du Pont. Lihat dalam Darrell Fox, 2009, Social Welfare and Restorative Justice, Journal Kriminologija Socijalna Integracija Year 2009 Vol 17 Issue 1 Pagesrecord No. 55-68, Metropolitan University Department of Applied Social Sciences, London, hal : 56. 26 Ibid. “Restorative justice is a theory of justice that emphasizes repairing the harm caused or revealed by criminal beha-viour. It is best accomplished through cooperative processes that include all stakeholders.‖ 27 Anonim, 16 Juni 2012, Pengertian dan tujuan Restorative Justice, website internet : http://luqmanpinturicchio.blogspot.com/2012/06/restorat
restorative justice. Kerelaan dan keikhlasan semua pihak (korban, pelaku dan masyarakat) untuk menyembuhkan masa lalu (peristiwa yang terjadi) mengembalikan keadaan seperti semula, dan melihat ke masa depan yang lebih baik,
merupakan
esensi
dari
metode
pendekatan restorative justice dalam resolusi konflik. Karena itu, metode konferensi atau mediasi ini diadopsi dalam mekanisme sistem ive-justice-bagian-ii.html, diakses tanggal 21 Oktober 2013. 28 Eva Achjani Zulfa, 2010, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Lubuk Agung, Bandung, hal : 65. 29 C. Barton, Empowerment and Retribution in Criminal Justice, Dalam H. Strang, J. Braitwaite (eds), 2011, Restorative Justice: Philosophy to Practice. Journal TEMIDA Mart 2011. Aldershot: Ashgate/Dartmouth, hlm. 55-76.
9
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak penyidikan tindak pidana sebagai salah satu
(legal
opinion),
instrument penyelesaian perkara pidana.
korupsi, yaitu :32
termasuk
2015
permasalahan
Sistem peradilan pidana pada dasarnya Penyidikan Tindak Pidana Dengan sistem
merupakan suatu proses penegakan hukum
menggunakan
dalam
upaya
pidana,33 yaitu mulai dari tahap penyelidikan
pendekatan
penegakan
hukum
dan penyidikan oleh Polisi, tahap penuntutan
terhadap tindak pidana, dan memperhatikan
oleh
makna ―sistem‖ sebagai suatu proses dari
pemeriksaan di depan sidang pengadilan
peradilan pidana, maka sangat tepat definisi
hingga proses pemasyarakatan di Lembaga
yang
Pemasyarakatan. Oleh karena itu, sistem
dikemukakan
Reksodiputro30
oleh
proses
mengendalikan
hukum pidana baik materil maupun formil,
terjadinya kejahatan agar berada dalam batas-
karena peraturan perundang-undangan pidana
batas toleransi. Mengacu kepada pengertian
itu merupakan penegakan hukum pidana ‖in
sistem sebagaimana batasan tentang sistem
abstracto‖ yang akan diwujudkan dalam
yang diutarakan oleh Lawrence M. Friedman
penegakan
dalam bukunya “American Law : What is a
melalui sistem peradilan pidana.34
dapat
satu
Umum,
peradilan pidana sangat terkait dengan aturan
untuk
salah
Penuntut
usaha
masyarakat
bahwa
Mardjono
Jaksa
Legal System‖ sebagaimana dikutip oleh Sudikno
Mertokusumo31
bahwa
hukum
pidana
‖in
concreto‖
Penyidikan merupakan salah satu tahap
sistem
dalam proses penegakan hukum pidana dan
haruslah ditelaah sebagai suatu kesatuan yang
merupakan tahap awal dalam criminal justice
meliputi tindakan re-evaluasi, reposisi, dan
system (sistem peradilan Pidana). Oleh karena
pembaharuan (reformasi) terhadap struktur
itu, Proses penyidikan ini menjadi sentral dan
(structure), substansi (substance) hukum, dan
merupakan
budaya hukum (legal culture). Keterpaduan
penegakan
(―integrated‖) dari sistem hukum tersebut
berbagai peristiwa pidana konkrit yang terjadi.
selayaknya dilakukan secara simultan, integral,
Keberhasilan
dan paralel. Systemic approach ini dapat
pidana
dijadikan bahan untuk memecahkan persoalan
penyidikan, oleh karena hasil penyidikan
hukum (legal issue) atau penyelesaian hukum
tindak
tahap
kunci
aturan-aturan
sangat
pidana
dalam
dalam pidana
terhadap
menegakkan
dipengaruhi
tersebut
oleh
yang
upaya
hukum proses
kemudian
(legal solution) maupun pendapat hukum 32
Ibid, hal : 4-8. Muladi dan Barda Nawawi Arif., 1998, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Edisi Kedua, Cet. Kedua, Alumni, Bandung, hal : 197. 34 Ibid, hal : 197.
30
33
Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum sebuah pengantar, Edisi I Cet. I, Liberty: Yogyakarta, hal : 102, hal : 3. 31 Ibid, hal : 4.
10
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dilimpahkan
ke
Penuntut
umum
untuk
2015
evidence to determine what happened and who is responsible”38
selanjutnya diperiksa dalam sidang pengadilan. Penyidikan35 berasal dari kata dasar
Proses
penyidikan
juga
merupakan
―Sidik‖ yang dalam kamus bahasa Indonesia
proses
artinya : memeriksa, menyelidiki, meneliti,36
peristiwa yang terjadi cukup bukti dan
jadi penyidikan adalah kegiatan memeriksa,
merupakan tindak pidana atau bukan, apakah
menyelidiki,
delik
meneliti.
Kata
―Penyidikan‖
yang
menentukan
tersebut
apakah
memenuhi
suatu
unsur-unsur
dalam bahasa Inggris disebut ―Investigation‖,
ketentuan pidana atau atau tidak,
dalam
dapat dikatakan bahwa putusan akhir atau
bahasa
Prancis
―investigation‖ (pencarian),
vonis hakim juga dipengaruhi oleh proses
dalam bahasa Belanda ―zoektocht‖ artinya
pengumpulan bukti pada tahap penyidikan.
penyelidikan.37 Wayne W. Bennett dan Karen
Oleh karena itu, profesionalitas penyidik
M. Hess mendefinisikan criminal investigation
menjadi penting, sebab kesalahan penerapan
sebagai ―the process of discovering, collecting,
Pasal
preparing,
penegakan hukum selanjutnya, dan ketidak
pengusutan
dan
―recherché‖
sehingga
identifying,
and
presenting
akan
berakibat
fatal
bagi
proses
mampuan untuk menerapkan aturan normatif hukum pidana pada peristiwa hukum konkrit yang terjadi akan berimplikasi pada tumpulnya penegakan hukum dan atau merajalelanya
35
Secara yuridis Pengertian Penyidikan dirumuskan dalam Pasal 1 butir 2 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana35 yaitu bahwa: ―Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undangundang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.‖ Sedangkan Penyidik menurut Pasal 1 butir 1 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yaitu bahwa : ―Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.‖ Kemudian penyidik pembantu menurut Pasal 1 butir 3 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yaitu bahwa : ―Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.‖ 36 Bambang Marhijanto, 1993, Kamus lengkap Bahasa Indonesia masa kini, Terbit Terang, Surabaya, hal : 279. 37 John M. Echols dan Hassan Shadily, 2005, An English Indonesian Dictionary, Cornell University Press, Ithaca and London, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal : 330.
kejahatan, sehingga impian tentang tegaknya supremasi hukum akan jauh dari harapan. Menurut
Hariadi39
bahwa,
dengan
adanya empat institusi penyidik dan empat pejabat yang berwenang mengangkat serta mekanisme sebagaimana kewenangan
38
tata
kerja
dijelaskan yang
yang di
berbeda
bervariasi atas,
dalam
ada tahap
Frank Schmalleger, 2006, Criminal justice Today : An Introductory Text for the 21st Century, ninth Edition, Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey, hal : 200. 39 Hariadi, A, 1998, Beberapa Permasalahan di Bidang Penyidikan, Himpunan Karya Tulis Bidang Hukum Tahun 1998, hal 55-72 : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, hal : 55-56
11
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak penyidikan yaitu kewenangan melaksanakan
yang
tugas penyidikan sesuai dengan lingkup tugas
menggunakan wewenang menurut KUHAP;
masing-masing, sehingga dilihat dari kesatuan
(b). Cara tertutup yaitu penyelidikan yang
sistem
kurang
dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut :
menggambarkan adanya suatu ―badan/lembaga
a. Mendapat kesulitan dengan menggunakan
penyidikan‖ yang mandiri dan terpadu. Oleh
cara terbuka; b. Penyelidikan secara tertutup
karenanya
lebih menitikberatkan kepada segi teknis dan
yang
integral,
situasi
hal
seperti
ini
itu
cenderung
diperlukan
dengan
2015
kerahasian
macetnya penegakan hukum pidana.
penyelidikan yang belum dijangkau dalam
bahwa
tujuan
penyidikan
menunjuk
siapa
kejahatan
dan
yang
adalah
telah
memberi
perumusan
untuk
menyangkut
banyak
menimbulkan konflik dan keruwetan serta Gerson W. Bawengan40 mengemukakan
sejauh
lebih
KUHAP;
c.
Petugas
aspek
yang
melakukan penyelidikan dalam upaya dan
melakukan
usahanya
harus
dapat
menghindarkan
pembuktian-
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
pembuktian mengenai kesalahan yang telah
ketentuan hukum dan peraturan perundang-
dilakukannya.
undangan yang berlaku; dan d. Petugas yang
Untuk
mencapai
maksud
tersebut maka penyidik akan menghimpun
melakukan
keterangan sehubungan dengan peristiwa-
menguasai
peristiwa tertentu, menghimpun keterangan-
antara lain interview, observasi, surveillance
keterangan tersebut biasanya adalah mengenai
dan under cover.
: (a). Fakta tentang terjadinya suatu tindak
penyelidikan teknik-teknik
Setelah
melalui
harus yang
tahap
mampu diperlukan
penyelidikan
pidana; (b). Identitas korban; (c). Tempat yang
tersebut telah menemukan suatu peristiwa
pasti
yang diduga sebagai tindak pidana maka tahap
dimana
dilakukan;
tindak
(d).
Waktu
pidana/kejahatan terjadinya
tindak
penyelidikan tersebut dilanjutkan pada tahap
pidana/kejahatan; (e). Apa yang menjadi motif,
penyidikan.
tujuan serta niat; (e). Identitas pelaku tindak
sederhana, setelah sebuah kasus tindak pidana
pidana/kejahatan.
berhasil diungkap melalui tahap penyelidikan,
Dalam
pelaksanaan
Dengan
bahasa
yang
lebih
penyelidikan
barulah kemudian kasus tersebut masuk pada
tersebut, terdapat 2 (dua) cara yang dapat
tahap penyelesaian kasus melalui serangkaian
dilakukan yaitu : (a). Cara terbuka yaitu
tindakan penyidikan. Dalam tahap penyidikan,
penyelidikan yang dilakukan sepanjang hal itu
terdapat 3 (tiga) pedoman penting bagi
dapat
penyidik kepolisian, yaitu:
menghasilkan
keterangan-keterangan
Pertama, adalah identifikasi perkara.
40
Gerson W. Bawengan, 1986. Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi, Pradnya Paramita, Jakarta, hal : 11.
Artinya, polisi harus mampu memprediksi 12
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
segitiga mata rantai (triangle connection) yang
Negara Republik Indonesia, dalam penerpan
meliputi korban, bukti-bukti dan tersangka
restorative justice dalah melakukan :
atau minimal 2 (dua) mata rantai yang meliputi korban
dan
bukti-bukti
di
TKP
1. Mengkonstruksi
perkara
pidana
yang
guna
terjadi, sehingga jelas duduk perkaranya,
memperkuat sangkaan perkara yang dihadapi.
serta peran masing-masing pihak dalam
Kedua, polisi harus mampu berpikir logis
perkara tersebut.
dalam menghadapi perkara tersebut. Artinya,
2. Menentukan siapa pelaku atau tersangka
analisis perkara yang terjadi harus dapat
dalam
dipertanggungjawabkan secara logis, ilmiah
perbuatan
(sistemis) yang biasanya dikaitkan dengan
hubungannya
modus
kerusakan yang ditimbulkan.
operandi
diketemukan
di
dan
bukti-bukti
TKP.
terseebut,
yang
bagaimana
dilakukan
dengan
serta
kerugian
dan
berpikir
3. Merumuskan secara proporsional kerugian
kronologis. Mengungkap 3 (tiga) mata rantai
dan kerusakan yang ditimbulkan oleh
kejahatan secara serentak memang mustahil,
perbuatan yang dilakukan oleh pelaku atau
karena tersangka biasanya sudah tidak ada di
tersangka dalam peristiwa pidana tersebut.
TKP kecuali tertangkap tangan. Karena itu
4. Merumuskan siapa yang menjadi korban,
polisi harus mampu berpikir secara kronologis,
berapa kerugian yang menjadi haknya,
mengkorelasikan kasus secara runtut, teratur,
serta berapa nilai ganti rugi yang harus
untuk
diberikan untuk mengembalikan kerugian
mengungkap
Ketiga,
yang
perkara
perkaranya
sedetail
mungkin sekaligus kelak sangat bermanfaat
dan kerusakannya.
dalam merumuskan pasal demi pasalnya,
5. Menghitung
kerusakan yang
dan
kerugian
mengemas unsur-unsur yang kuat dan dapat
masyarakat
timbulkan
oleh
dipertanggungjawabkan validitasnya.41
perbuatan pelaku, bagaimana hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku
Penyidikan restorative justice
dengan kerugian dan kerusakan yang
Penerapan prinsip restorative justice
ditimbulkan dalam masyarakat.
dalam konsep penegakan hukum pidana oleh
6. Mengidentifikasi
anggota
masyarakat
Kepolisian Negara Republik Indonesia, pada
yang berkompeten untuk dilibatkan dalam
dasarnya adalah dikonstruksi untuk mengawal
proses mediasi dengan korban dan pelaku.
proses restorative justice antar pihak. Proses
7. Menyiapkan
penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian
forum
mediasi
dan
konferensi antar pihak. 8. Menjadi mediator dalam proses mediasi atau konerensi antara korban, pelaku dan
41
Kunarto dan Anton Tabah, 1996, Polisi : Harapan dan Kenyataan, CV Sahabat, Klaten, hal : 118.
13
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak masyarakat, mengenai
memberikan posisi
menawarkan
criteria
kasusnya,
solusi-solusi
2015
restorative justice pada proses peradilan
dan
pidana
dalam
harus
konkrit
bahwa
meskipun
disepakati semua pihak untuk berdamai dan
penyelesaiannya.
menyelesaikan perkaranya secara damai dalam
9. Menyiapkan segala administrasi yang
suatu kesepakatan bersama, akan tetapi nilai
terkait dengan penyelesaian masalah antar
dan norma perbuatan melawan hukum tetap
pihak.
harus divonis oleh hakim bahwa perbuatan
10.
Menyiapkan langkah-langkah strategis
tersebut adalah perbuatan bersalah, yang
mengenai penyelesaian masalah, hingga
dilarang oleh semua norma yang berlaku,
ke tahap eksekusi.
sehingga diputuskan bersalah. Terkait dengan
Penerapan prinsip restorative justice
sanksi
pidana
yang
kesepakatan
dapat
dalam konsep penegakan hukum pidana oleh
disesuaikan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, pada
apakah penjara selama satu hari, denda, dan
dasarnya harus melalui tahapan-tahapan dalam
hukuman tindakan lain yang sifatnya adil bagi
criminal justice system, sehingga konsep
semua pihak.
penyelesaian perkara dengan menggunakan
dengan
diberikan,
bersama
Suatu proses penyidikan dinilai fair jika
restorative justice ini dapat
memenuhi syarat-syarat :42 pertama, adanya
berjalan secara ilmiah, dan memberikan
konsistensi penerapan standar-standar terhadap
keadilan dan kepastian hukum kepada semua
siapapun dan sepanjang waktu. Artinya,
pihak.
penyidik
pendekatan
Proses mediasi dalam konferensi antara
dalam
menerapkan
prinsip
restorative justice harus mendasarkan pada
korban pelaku dan masyarakat yang dimediasi
prinsip
oleh penyidik Kepolisian Negara republic
diskriminatif, tidak tebang pilih serta tidak
Indonesia, tetap menjadi pilihan para pihak
memihak dalam menangani perkara; kedua,
hingga mencapai kesepakatan, akan tetapi
tidak bisa oleh kepentingan pribadi, artinya
kesepakatan tersebut tetap harus dimintakan
penyidik
dalam
menerapkan
putusan pada hakim Pengadilan negeri untuk
restorative
justice
mampu
memberikan
kepentingan umum (para pihak) di atas
kepastian
hukum
terhadap
―equality
before
the
law‖,
non
prinsip
menempatkan
penyelesaian perkara tersebut. 42
Otto Cornelis Kaligis, 2008, Miscarriage Of Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana : Perlunya Pendekatan Keadilan Restoratif, Pidato Pengukuhan Guru besar, Universitas Negeri Manado, Sulawesi Utara, hal : 14 dikutip dari Konovsky, M.A. and Folger, R, 1991, The Effects of Procedures, Social Accounts, and Benefits Level on Victims’ Layoff Reactions, Journal of Applied Social Psychology, 21, hal : 630-650.
Paling penting dalam proses tersebut adalah konsep ―forgive but not forget‖ (memaafkan
tetapi
tidak
melupakan).
Pendekatan ini dalam penerapan prinsip 14
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak kepentingan
pribadinya,
keikhlasan dan ketulusan;
berkeja
dengan
merupakan
ketiga,
akurasi
(interactional justice).43
keputusan yang didasarkan informasi dan fakta
keadilan
Keadilan
dalam
2015 interaksional
proses
penyidikan
yang dapat dipercaya, artinya penyidik harus
restoratif tidak hanya semata-mata diukur dari
mampu membuktikan (mengumpulkan bukti)
hasil
secara ilmiah, tidak mencampuradukkan antara
prosedural
fakta dan pendapat pribadi; keempat, dapat
akuntabel. Dengan kata lain selain keadilan
dikoreksi,
substansial
dalam
arti
terbuka
untuk
yang
dicapai, harus
yang
tetapi
cukup
harus
proses
yang
beralasan
dan
dipenuhi,
maka
diperdebatkan dan dibanding, artinya bahwa
keadilan prosedural juga sama pentingnya.
hasil kinerja penyidik yang diperoleh dengan
Oleh karena itu, diperlukan kepastian proses
metode ilmiah, terukur dan teruji, transparan
dan kepastian putusan dalam penerapan prinsip
dan akuntabel; kelima, representasi dari semua
restorative justice dalam konsep penegakan
hal yang tercakup di dalamnya; artinya bahwa
hukum pidana.
hasil penyidikan yang dilakukan bersifat
Teori keadilan prosedural (procedural
komprehensif, tidak bersifat parsial, sehingga
justice theory menjelaskan mengapa persepsi-
keputusan yang diambil harus benar-benar
persepsi fairness itu tidak hanya didorong oleh
secara utuh dari semua hal yang terkait;
hasil, outcomes, (sebagai tujuan dari keadilan
keenam, etis, dalam arti terpenuhinya
distributif), tetapi juga dipengaruhi oleh proses
standar-standar etika, artinya bahwa proses
yang fair yang digunakan untuk mencapai
penyidikan dilakukan secara professional, dan
hasil.44 Teori keadilan prosedural menjaga
proporsional sesuai dengan standar ketentuan
agar orang dapat melihat lebih jauh dari
yang berlaku, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
sekedar hasil keputusan jangka pendek. Jadi,
etika dan kemanusiaan.
dapat terjadi keputusan yang tidak disukai
Syarat-syarat ini perlu dilengkapi syarat
masih dapat diterima dengan syarat keputusan
proses yang fair yang dikemukakan Bias dan Moag,
43
Bias, R.J,. & Moag, J.S., 1986, Interactional Justice; Communication Criteria of Fairness, Research on Negotiation in Organizations, 1, hal : 43-45 dalam OC Kaligis, 2008, opcit, hal : 14. Terpenuhinya syaratsyarat tersebut di atas mewujudkan suatu procedural fairness, yakni gagasan bahwa ―if the primary legal procedural safeguards are in place then the procedure must be fair, regardless of whether on actually thinks it is fair.‖ Terjaga dan terjaminnya procedural fairness melahirkan keadilan prosedural (procedural justice) dan memberikan legitimasi pada sistem peradilan pidana. Jill Howieson, 2002, Perception of Procedural Justice and Legitimacy in Local Court Mediation, Murdoch University Electronic Journal of Law, Vol. 9 No. 2, Juni 2002 dalam OC Kaligis, 2008, ibid, hal : 14. 44 OC Kaligis, 2008, Ibid, hal : 14.
yakni: ―respectful, treating those
effected with consideration and dignity; justified, in that explanations of the procedures and outcomes should be adequately reasoned and sincerely communicated.‖ Dua hal ini
15
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak tersebut
didasarkan
pada
proses
yang
untuk
dipersepsikan fair.45
konsep
bukti-bukti
tindak
pidana yang dilakukan. Sebaliknya untuk
Konstruksi prinsip restorative justice dalam
menghilangkan
2015
yang
dibangun
mendapatkan keuntungan dari ganti rugi,
oleh
banyak orang yang bersedia berbohong bahkan
promovendus, mutlak harus mempedomani
dibawah sumpah untuk mengaku sebagai
kedua konsep keadilan tersebut yaitu keadilan
korban
substansi dan keadilan procedural.
kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu
Investigasi dalam pengertian hukum
1.
penyidikan tindak pidana sangat diperlukan dalam proses penerapan prinsip restorative justice dalam kerangka sistem peradilan pidana. Konstruksi prinsip restorative justice dari sudut pandang sistem, seharusnya tetap dirumuskan sebagai suatu pendekatan yang mekanismenya tetap dalam kerangka sistem pidana
sebagai
legitimasi
pengukuhannya. Beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan
untuk
2.
memposisikan
prinsip restorative justice tetap dalam sistem peradilan pidana, yaitu bahwa meskipun Konferensi atau Mediasi merupakan unsur penting dalam prinsip restorative justice dan kata kunci dari restorative justice adalah “empowerment”, sebagai the heart of the restorative perkembangan perkembangan
ideology,
akan
kejahatan ilmu
yang
tetapi mengikuti
pengetahuan
dan
teknologi, sehingga tidak semua pelaku tindak 3.
pidana mau mengakui perbuatannya, bahkan menggunakan
pengetahuan
dan
tindak
pidana.
berbagai
tindak pidana antara lain :
pidana positif adalah proses penyelidikan dan
peradilan
suatu
teknologi
45
Greenberg., J, 1987, ―A Taxonomy of Organization in Procedural Justice‖, Administrative Science Quarterly, 40, hal : 495-523.
16
Pihak korban : a. Tidak jelas siapa korbannya. b. Pihak lain mengaku sebagai korban. c. Korban tidak mau perkaranya di Mediasi. d. Korban terdiri dari banyak pihak/kelompok. e. Korbannya adalah Negara. f. Korban menghendaki hasil kesepakatan adalah pidana pokok g. Korban tidak dapat menentukan kerugiannya. h. Tidak terjadi kesepakatan dalam proses mediasi. Pelaku a. Pelaku yang juga sebagai korban b. Pelaku tidak mengakui perbuatannya c. Pelaku palsu d. Pelaku tidak menghendaki proses mediasi e. Pelaku lebih dari satu orang f. Pelaku merupakan badan hukum atau korporasi g. Pelaku tidak memiliki harta untuk ganti rugi. h. Pelaku melarikan diri. i. Pelaku sepakat, tapi tidak mau melaksanakan hasil kesepakatan. j. Pelaku tidak sepakat dalam proses mediasi. k. Pelaku instansi pemerintah/Negara Masyarakat a. Pihak yang mewakili masyarakat dalam mediasi. b. Masyarakat memihak dalam perkara c Masyarakat enggan mengikuti mediasi.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak d. Tidak memiliki pengetahuan cukup terhadap para pihak e. Tidak mewakili masyarakat secara keseluruhan. f. Tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap perkara yang terjadi
2015
pidana tetap berada dalam sistem peradilan pidana. Bahwa penerapan prinsip restorative justice tetap dalam kerangka sistem peradilan pidana agar hasil kesepakatan dalam proses
IV.
Penutup
mediasi tetap mempunyai legitimasi yuridis
Sebagai Penutup dalam tulisan ini adalah bahwa
ada
kecenderungan
dan
pergeseran
dikonstruksi
perkembangan hukum pidana, masyarakat memilih
penyelesaian
sesungguhnya
korban.
adalah
Proses
Mediasi
diawali
dengan
penyelidikan dan penyidikan ilmiah untuk menentukan pihak-pihak yang akan duduk
manusia. Hakekat keadilan dalam prinsip
dalam forum Mediasi, penyidik bertindak
restorative justice ini adalah merefleksikan
sebagai Mediator, dengan menentukan kriteria
keadilan sebagai bentuk keseimbangan hidup
proporsional
manusia, sehingga prilaku menyimpang dari
korban,
pelaku kejahatan dinilai sebagai prilaku yang keseimbangan.
konsep
keadilan semua pihak terutama keadilan
penghargaan terhadap harkat dan martabat
menghilangkan
mengadopsi
dengan fokus orientasi pada pemenuhan
restorative Justice. Bahwa prinsip keadilan ini,
dengan
Mediasi penal dalam prinsip restorative justice
perkaranya dengan didasarkan pada prinsip
restorasi
dekriminalisasi.
menerapkan prinsip-prinsip restorative justice,
hukum pidana di Indonesia, terutama dalam
lebih
menimbulkan
Bahwa konstruksi konsep penyidikan dengan
paradigma pemidanaan dan konsep penegakan
cenderung
tidak
baik
maupun
menyangkut
tuntutan
tanggungjawab
pelaku,
kemudian hasil kesepakatan tetap dimintakan
Dengan
putusan Pengadilan yang bersifat inkrach.
demikian model penyelesaian perkara yang dilakukan
adalah
upaya
mengembalikan
Daftar Pustaka
keseimbangan tersebut, yang tidak cukup
Achmad Ali, 2009, Menguak teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence) termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legalprudence), Volume I Pemahaman awal, Edisi Pertama, Cetakan ke-3, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Achmad Ali, 21 Desember 2011, Restorative (RJ) adalah konsep Modern Hukum Pidana, Harian Fajar, Makassar.
hanya dengan dengan membebani kewajiban terhadap
pelaku
kejahatan
dengan
kesadarannya mengakui kesalahan, meminta maaf, dan mengembalikan kerusakan dan kerugian korban seperti semula akan tetapi perlu pembuktian ilmiah melalui mekanisme prosedur ilmiah, sehingga penerapan prinsip restorative justice dalam penegakan hukum
17
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Anonim, 16 Juni 2012, Pengertian dan tujuan Restorative Justice, website internet : http://luqmanpinturicchio.blogspot. com/2012/06/ restorative-justicebagian-ii.html, diakses tanggal 21 Oktober 2013. Bambang Marhijanto, 1993, Kamus lengkap Bahasa Indonesia masa kini, Terbit Terang, Surabaya. Bias, R.J,. & Moag, J.S., 1986, Interactional Justice; Communication Criteria of Fairness, Research on Negotiation in Organizations, 1. Burt Galaway dan Joe Hudson, 1990, Criminal Juatice, Restitution and Reconsiliation, Criminal Justice Press, Mosey, New York. Darrell Fox, 2009, ―Social Welfare and Restorative Justice‖, Journal Kriminologija Socijalna Integracija Year 2009 Vol 17 Issue 1 Pagesrecord No. 55-68, Metropolitan University Department of Applied Social Sciences, London. Eva Achjani Zulfa, 2006, Pergeseran Paradigma Pemidanaan di Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke -36 No. 3 Juli – September 2006. ______________, Juni 2009, Keadilan Restoratif Di Indonesia (Study tentang Kemungkinan Penerapan Pendekatan Keadilan Restoratif Dalam Praktek Penegakan Hukum Pidana), Disertasi Doktor Ilmu Hukum Fakultas hukum Universitas Indonesia. ______________, 2010, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Lubuk Agung, Bandung. Frank Schmalleger, 2006, Criminal justice Today : An Introductory Text for the 21st Century, ninth Edition, Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Gerson W. Bawengan, 1986. Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik
2015
Interogasi, Pradnya Paramita, Jakarta. Greenberg., J, 1987, ―A Taxonomy of Organization in Procedural Justice‖, Administrative Science Quarterly, 40. Hariadi, A, 1998, Beberapa Permasalahan di Bidang Penyidikan, Himpunan Karya Tulis Bidang Hukum Tahun 1998, hal 55-72 : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia. Howard Zehr, 1990, changing Lenses, A New Focus For Crime and Justice, Herald Press, Scottdale PA. ___________, 2002, The Little Book of Restorative Justice, Good Books Intercourse, United State Of America. H. Strang, J. Braitwaite (eds), 2011, Restorative Justice: Philosophy to Practice. Journal TEMIDA Mart 2011. Aldershot: Ashgate/Dartmouth. IGN sawabi, Rabu, 16 Desember 2009, Pencuri Semangka Divonis 15 Hari Penjara, Website Internet : http://regional.kompas.com/ read/ 2009/12/16/13074643/pencuri.sem angka.divonis.15.hari. penjara, diakses tanggal 25 September 2011. James Dignan, 2005, Understanding Victims and Restorative Justice. Open University Pres. Jecky Tengens, Selasa, 19 July 2011, Pendekatan Restorative Justice dalam Sistem Pidana Indonesia, Website Internet : http://hukumonline. com/berita/baca/ lt4e25360a422c2/pendekatanrestorative-justice-dalam-sistempidana-indonesia, diakses tanggal 25 September 2011. Jill Howieson, 2002, Perception of Procedural Justice and Legitimacy in Local Court Mediation, Murdoch
18
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak University Electronic Journal of Law, Vol. 9 No. 2, Juni 2002. John Braitwaite, 1990, Crime Shame and Reintegration, Chambridge University Press, Chambridge. ___________________, 2002, Restorative Justice and Responsive Regulation. Ofxord: Oxford University Press. John M Echol dan Harun Shadily, 2000, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, hal : 339 dan 482. ______________________________, 2005, An English Indonesian Dictionary, Cornell University Press, Ithaca and London, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Konovsky, M.A. and Folger, R, 1991, The Effects of Procedures, Social Accounts, and Benefits Level on Victims’ Layoff Reactions, Journal of Applied Social Psychology, 21. Kuat Puji Prayitno, 3 September 2012, Restorative Justice Untuk Peradilan Di Indonesia (Perspektif Yuridis Filosofis Dalam Penegakan Hukum In Concreto), Jurnal Dinamika Hukum Vol. 12 No. 3 September 2012. Kunarto dan Anton Tabah, 1996, Polisi : Harapan dan Kenyataan, CV Sahabat, Klaten. Luna, E. 2001. Reason and Emotion in Restorative Justice. Paper provided to author, 2001. Manshur Zikri, 1 Juni 2011, Restorative Justice Sebagai Mekanisme Penyelesaian Perkara Yang Mengedepankan Kepentingan Perempuan Sebagai Korban Kekerasan Seksual, Website Internet : http://manshurzikri.wordpress.com /2011/06/01/ restorative-justicesebagai-mekanisme-penyelesaianperkara-yang-mengedepankankepentingan-perempuan-sebagaikorban-kekerasan-seksual/, diakses tanggal 25 September 2011.
2015
Margarita Zernova, 2007, Restorative Justice, Ideals and Realities, Ashgate Publishing Limited. Mariam Liebmann, 2007, Restorative Justice : How it Works, Jessica Kingsley Publishers, London. Marshall, Tony F. 1999. Retorative Justice an Overview. London : Home Office, Information & Publications Group. Muladi dan Barda Nawawi Arif., 1998, Teoriteori dan Kebijakan Pidana, Edisi Kedua, Cet. Kedua, Alumni, Bandung. Otto Cornelis Kaligis, 2008, Miscarriage Of Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana : Perlunya Pendekatan Keadilan Restoratif, Pidato Pengukuhan Guru besar, Universitas Negeri Manado, Sulawesi Utara. Saladin Ayyubi/Global/fit, Kamis, 19 November 2009, Hakim Menitikkan Air Mata Baca Putusan Nenek Pencuri 3 Biji Buah Coklat, News-Nusantara, Website Internet : http://news.okezone.com/ read/2009/11/20/340/277729/340/h akim-menitikkan-air-mata-bacaputusan-nenekpencuri-3-bijibuah-coklat, diakses tanggal 25 September 2011. Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum sebuah pengantar, Edisi I Cet. I, Liberty: Yogyakarta. Syahrizal Abbas, 2009, Mediasi dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat & hukum Nasional, Edisi Pertama, Cetakan ke-1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. United Nations, 2006, Handbook on Restorative Justice Programmes, Criminal Justice Handbook series, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), Vienna Austria. Yayasan Pemantau Hak Anak, Children‘s Human Rights Foundation, Anak yang Berhadapan dengan Hukum dalam Perspektif Hukum Hak 19
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Asasi Manusia Internasional, Website Internet : www.ypha.or.id/ Anak-yang-Berhadapan-denganHukum-dalam-Perspektif-HukumHAM-Internasional3.pdf, diakses pada tanggap 17 Oktober 2013. UU No. 1 Tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana (Berita Negara Republik Indonesia II Nomor 9) jo UU No. 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1660) yang telah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan terhadap Keamanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3850),. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209). UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 5076) PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3250).
2015
PP No. 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5145). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5145). Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. Dasar dilakukan Penyidikan Surat Keputusan Kapolri No Pol.: Kep/20/IX/2005 tertanggal 7 September 2005 tentang Rencana Strategis Kepolisian Negara Republik Indonesia 2005-2009 DUHAM (deklarasi Universal Hak Azasi Manusia)
20
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
HUKUM SEBAGAI KESEIMBANGAN PESPEKTIF KEBENARAN WAHYU Oleh : Ahmad Rifai Rahawarin (
[email protected])
Abstrak Hukum ada untuk mewujudkan keseimbangan atas dasar kehendak ilahi yang sesuai dengan kebenaran wahyu karena kebenaran agama yang tertuang dalam sumber ilmu pengetahuan berupa wahyu yang Allah turunkan kepada umat manusia melalui pelantaraan para nabi merupakan pengetahuan yang dikehendaki Allah untuk keseimbangan manusia di muka bumi ini, karena keseimbangan adalah fitrah manusia dan fitrah segala wujud, maka hukum hendak dibuat sesuai dengan kehendak Allah, guna menghadirkan peradaban di negeri ini. Karena yang tidak berjalan di atas garis keseimbangan ini, pasti bakal runtuh cepat atau lambat, Kata Kunci : Hukum, Keseimbangan, Kebenaran, Wahyu Abstract The existence of law is to create balancing in the basis of the divine revelation in accordance into the truth of faith because the truth of the religion has been revelation contained in the source of knowledge in the form of revelation that Allah revealed to mankind through the prophet is the knowledge that Allah wants to balance all of the human in this earth, because the balance is human nature and the nature of all beings, then the law will be made in accordance into the will of Allah, in order to bring civilization in this country. Because of that who does not obey in the walk the lines of the balance, definitely goig to collapse sooner or later. Keywords: Law, Balance, Truth, Revelation
21
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh”(QS. 2:176). Namun
I. Pendahuluan Hukum
pencipta
manusia
selalu
ada
mengingkari kebenaran dari tuhannya, dan
bandingannya. Oleh karena Pencipta maha
merasa bahwa hasil pemikirannya yang lebih
mengetahui masa lalu, sekarang dan akan
baik untuk mengatur kehidupan mereka,
datang, paling mengerti kebutuhan, sifat,
sehingga
tabiat, kecenderungan dan segala aspek pada
penyimpangan terhadap kebenaran tuhannya,
manusia
tidak
sehingga Allah pun memperingatinya dalam
ciptaannya,
ayat selanjutnya bahwa: ―Tetapi jika kamu
Sedangkan manusia dalam membuat hukum
menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang
memiliki kepentingan tertentu dan sebagai
kepadamu
makhluk
ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa
ciptaan-Nya.
memiliki
Allah
kepentingan
ia
adalah
tidak
kebanyakan
SWT
pada
lemah.
Tidak
sah
terjadilah
bukti-bukti
penyimpangan-
kebenaran,
maka
lagi Maha Bijaksana”( QS, 2:209).
mengklaim bahwa syariat Islam ketinggalan zaman dan hukum buatan manusia lebih baik
Bobroknya suatu masyarakat ditandai
karena faktor pembandingnya tidak satu
dengan bobroknya hukum di masyarakat
tingkatan
tersebut.
atau
tidak
dibandingkan.
relevan
Tidak
membandingkan
antara
produk
untuk
Bobroknya
hukum
di
suatu
mungkin
masyarakat ditandai dengan penegakan hukum
hukum
di kalangan bawah dan tidak berdayanya
pencipta dengan produk hukum dari hasil
hukum
ciptaannya.
islam.com, diakses pada tanggal 5 januari
Allah SWT dalam Al-Qur‘an surah AlBaqarah
ayat
147
berfirman
di
kalangan
atas
(www.suara-
2015). Kondisi demikian terjadi dikarenakan
bahwa:
adanya penurunan moral atau dengan kata lain
―Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab
hilangnya karakter para pembuat hukum dan
itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-
penegak hukum yang jujur dan berani dalam
ayat
penegakan hukum yang berlandaskan suatu
bahwa
keyakinan akan kehendak ilahi, Serta substansi
kebenaran tersebut terdapat dalam kitabnya
hukum yang ada dan berlaku saat ini
Al-Qur‘an, bahwa Allah berfirman: ―Yang
kebanyakan tidak berlandaskan oleh kehendak
demikian itu adalah karena Allah telah
ilahi,
menurunkan Al Kitab dengan membawa
merajalelanya kriminalitas dan kehancuran
kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang
lainnya yang disebabkan lemah dan tidak
yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab
berdayanya hukum saat ini. bahwa eksistensi
orang
yang
selanjutnya
ragu‖. Allah
Kemudian
menyampaikan
di
22
sehingga
realitas
menunjukan
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak hukum saat ini tidak dapat memberikan
sudah
keseimbangan dalam masyarakat, sehingga
dipecahkan. Rahasia alam semesta, misalnya,
gagal pula memanusiakan manusia.
telah banyak diungkapkan melalui kemajuan
Banyak
dijumpai
hukum
(undang-
banyak
ilmu
masalah
2015
tersebut,
yang
yang
pada
berhasil
gilirannya
undang) yang bertentangan dengan norma
menghasilkan teknologi-teknologi spektakuler,
agama dan etika. kriminalitas terus menerus
seperti bioteknologi, teknologi di bidang
meningkat dalam berbagai bentuk. Sisi lain,
komputer, komunikasi maupun ruang angkasa.
aparat penegak hukum tidak sungguh-sungguh
Akan tetapi sebanyak dan semaju apapun ilmu
dan maksimal memberantas segala bentuk
yang
kejahatan.
menilai
pertanyaan-pertanyaan yang belum berhasil
hukum yang ada tidak mampu menjadi
dijawab. Maka ketika ilmu tidak lagi mampu
terminal akhir untuk memperoleh keadilan,
menjawab,
pemanfaatan dan kepastian.
menjadi porsi pekerjaan filsafat.
Sehingga
masyarakat
Dengan demikian, dalam rangka menata
dimiliki
Pudjo
manusia,
tetap
saja
pertanyaan-pertanyaan
Sumedi
AS
dan
ada
tersebut
Mustakim,
sistem hukum nasional, maka kebenaran
menjelaskan bahwa Istilah dari filsafat berasal
agama harus mendapat tempat sebagai bahan
bahasa
penyusun dan pembuat peraturan perundang-
perkembangan jaman akhirnya dikenal juga
undangan serta penegakan hukum. Karena
dalam berbagai bahasa, seperti : ‖philosophic‖
agama
sendiri
dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda,
memberikan jawaban atas segala persoalan
dan Perancis; ―philosophy‖ dalam bahasa
asasi
Inggris; ―philosophia‖ dalam bahasa Latin; dan
dengan
yang
karakteristiknya
dipertanyakan
manusia
yang
Yunani:
‖philosophia‖.
terdapat di dalam wahyu yang bersumber dari
―falsafah‖
tuhan (Endang Saifuddin Anshari, 1981:172-
http://akhmadsudrajat.wordpress.com.)
173)
dalam
bahasa
Seiring
Arab.
Plato (428-348 SM) mengatakan bahwa Dari fenomena tersebut, diduga hukum
filsafat adalah pengetahuan yang berminat
yang berlaku sekarang kurang memenuhi
mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
kehendak
Sedangkan Aristoteles (384–322 SM) bahwa
Allah
sehingga
terjadi
ketidakseimbangan.
filsafat
adalah
meliputi
ilmu
kebenaran ilmu-ilmu
(pengetahuan) yang
yang
terkandung
II. Pembahasan Dan Analisa
didalamnya
metafisika,
logika,
Filsafat Dan Filsafat Hukum
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Perkembangan ilmu dan teknologi begitu
Cicero (106 – 43 SM) Filsafat adalah sebagai
pesatnya. Dengan ilmu yang dimiliki manusia,
―ibu dari semua seni ―the mother of all the 23
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak arts― ia juga mendefinisikan filsafat sebagai
4. Koheren dan konsisten. Koheren artinya
ars vitae (seni kehidupan ) Lanjut Al Farabi
sesuai
bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
(logis).
tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
mengandung kontradiksi.
sebenarnya.
kita
kerjakan
?
pengaturan
untuk
mencapai
sesuatu
maksud atau menunaikan sesuatu peranan
(jawabannya Etika )
tertentu.
dimanakah
harapan
kita
?
7. Komprehensif, adalah mencakup secara
(jawabannya Agama )
menyeluruh. Berfikir secara kefilsafatan
dinamakan
(jawabannya
manusia?
berusaha untuk menjelaskan fenomena
Antropologi)
yang
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com.)
alam
semesta
secara
luas.
berfilsafat itu berfikir dengan ciri-ciri tertentu 1997:17).
di
8. Secara bebas sampai batas-batas yang
berarti setiap berfikir adalah berfilsafat, karena
UGM,
ada
keseluruhan sebagai suatu sistem.
Berfilsafat adalah berfikir. Hal ini tidak
Filsafat
dengan
yang saling berhubungan menurut tata
2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan ?
(Fakultas
dimaksud
artinya kebulatan dari sejumlah unsur
(jawabannya metafisika )
yang
tidak
6. Sistematik, berasal dari kata sistem yang
didalamnya tercakup empat persoalan. dapat
yang
artinya
hal serta proses-proses individual.
dan pangkal dari segala pengetahuan yang
4. Apakah
Konsisten
berfikir
dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-
adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok
yang
kaidah-kaidah
konsep di sini adalah hasil generalisasi
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) Filsafat
3. Sampai
dengan
5. Konseptual,
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
1. Apakah
2015
9. Bertanggungjawab,
Ada
yang
pertama
pertangungjawaban
adalah
terhadap
hati
beberapa ciri berpikir secara kefilsafatan, yaitu
nuraninya. Di sini tampak hubungan
1. Radikal, berfikir secara radikal adalah
antara kebebasan berfikir dalam filsafat
berfikir sampai ke akar-akarnya.
dengan etika yang melandasinya.
2. Universal, adalah berfikir tentang hal-hal
Filsafat itu juga bersifat introspektif atau
serta proses-proses yang bersifat umum. 3. Konseptual,
yang
dimaksud
mempergunakan
daya
upaya
introspektif.
dengan
Artinya, filsafat tidak hanya menjangkau
konsep di sini adalah hasil generalisasi
kedalaman dan keluasan dari permasalahan
dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-
yang dihadapi tetapi juga mempertanyakan
hal serta proses-proses individual.
peranan dari dirinya dan dari permasalahan tersebut. Seperti yang di nyatakan oleh 24
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Sugiyanto
Darmadi
Filsafat
filsafat hukum berguna untuk membimbing
mempertanyakan tentang struktur yang ada
kita menganalisis masalah-masalah hukum
dalam
yang
secara rasional dan mempertanyakan jawaban
dihadapinya. Sifat introspektif dari filsafat
itu secara terus menerus. Jawaban tersebut
sesuai dengan sifat manusia yang memiliki
seharusnya tidak sekedar diangkat dari gejala-
hakekat dapat mengambil jarak (distansi) tidak
gejala yang tampak, tetapi sudah sampai
hanya pada hal-hal yang berada di luarnya
kepada nilai-nilai yang ada dibalik gejala-
tetapi juga pada dirinya sendiri. Fungsi filsafat
gejala itu. Analisis nilai inilah yang membantu
adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan
kita untuk menentukan sikap secara bijaksana
tujuan, menentukan arah, dan menuntun pada
dalam menghadapi suatu masalah kongkret.
dirinya
dan
(1998:18)
2015
permasalahan
jalan baru.
Menurut Sugiyanto Darmadi (1998:18)
Sementara itu Poerwantana (1988:8) berpendapat
bahwa
filsafat
bahwa secara kritis, filsafat hukum berusaha
hendaknya
untuk memeriksa gagasan hukum yang sudah
mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk
ada, melihat koherensi, korespodensi dan
menopang dunia baru, mencetak manusia-
fungsinya. Filsafat hukum berusaha untuk
manusia yang tergolong ke dalam berbagai
memeriksa nilai dari pernyataan yang dapat
bangsa, ras dan agama itu mengabdi kepada
dikategorikan sebagai hukum.
cita-cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada
Satjipto
Rahardjo
(1982:321)
artinya sama sekali apabila tidak universal,
mengemukakan pendapatnya bahwa filsafat
baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam
hukum
semangatnya.
pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum.
itu
mempersoalkan
pertanyaan-
Sedangkan berbicara filsafat hukum
Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari
menurut Darji Darmodiharjo dan Shidarta
hukum, tentang dasar-dasar bagi kekuatan
(2006:11) bahwa filsafat hukum merupakan
mengikat dari hukum itu sendiri.
cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau
Soerjono
Soekanto
(1984:44)
etika, yang mempelajari hakikat hukum.
mengatakan bahwa Pada akhirnya seorang ahli
Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah
hukum akan mengartikan hukum, sebagai
ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis,
jalinan nilai-nilai, dan nilai-nilai tersebut akan
jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan
dirumuskannya sebagai konsep-konsep abstrak
objek tersebut dikaji secara mendalam sampai
dalam diri manusia mengenai apa yang
pada inti atau dasarnya, yang disebut dengan
dianggap baik akan dianutnya dan apa yang
hakikat.
dianggap buruk harus dihindari sehingga
Lebih
lanjut
menurut
Darji
Darmodiharjo dan Shidarta (1995:17) bahwa 25
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
filsafat hukum akan memberikan jawaban
yang dilaksanakan berlandaskan substansi
yang tidak terjawab oleh ilmu hukum.
hukum yang dilaksanakan oleh para penegak
Adanya
karakteristik
khusus
dari
hukum
dan
masyarakat.
pemikiran filsafat hukum di atas sekaligus juga
keseimbangan
menunjukkan
kompleks dari integrasi/interaksi substansi
arti
pentingnya.
Dengan
merupakan
Sedangkan
hukum
dengan berbagai sifat dan karakternya tersebut,
dimodifikasi/diatur dalam ketentuan-ketentuan
maka
sebagai
filsafat
hukum
dapat
dijadikan salah satu alternatif untuk ikut
terhadap
berbagai
respon
hukum
terhadap
yang
perubahan
masyarakat.
membantu memberikan jalan keluar atau pemecahan
keyakinan
yang
mengetahui dan memahami filsafat hukum
sebenarnya
dan
interaksi
Kemampuan
hukum
untuk
krisis
mempertahankan keseimbangan oleh penegak
permasalahan yang menimpa bangsa Indonesia
hukum tidak dapat dipisahkan dari faktor
dalam proses reformasi ini. Tentu saja
moral/keyakinan hukum dan substansi hukum
kontribusi yang dapat diberikan oleh filsafat
yang
hukum dalam bentuk konsepsi dan persepsi
keseimbangan. Tujuan dari hukum adalah
terhadap pendekatan yang hendak dipakai
mempertahankan
dalam penyelesaian masalah-masalah yang
mempertahankan keseimbangan harus dengan
terjadi. Pendekatan mana didasarkan pada
terwujudnya
sifat-sifat dan karakter yang melekat pada
pemanfaatan sebagai tujuan antara dari hukum.
filsafat hukum itu sendiri.
Ketiga
berperan
dalam
keseimbangan,
keadilan,
tujuan
pembentukan
antara
kepastian
tersebut
untuk
dan
saling
menstabilisasi bagian hukum ketika bagian Hukum Sebagai Keseimbangan
hukum lain diwujudkan.
Hukum positif secara faktual tidak dapat
Allah menciptakan alam ini di atas dasar
mewujudkan keseimbangan bagi masyarakat,
keseimbangan. Para ahli ilmu pengetahuan
perlu adanya perubahan secara mendasar dan
sepakat tentang hakekat keseimbangan ini.
totalitas atas sistem hukum yang ada. unsur
seandainya jarak antara matahari dan bumi
sistem hukum yang dimaksud adalah substansi
bergeser,
hukum dan keyakinan hukum. Substansi
keseimbangannya,
hukum
bencana kosmic yang luar biasa. Di dalam
larangan
adalah keseluruhan perintah dan yang
diserta
keluar
dari
orbit
niscaya
akan
terjadi
dan
tubuh manusia, hakikat keseimbangan dapat
penghargaan/hadiah sebagai ketentuan yang
dirasakan, jika suatu saat metabolisme dalam
dibuat
ilahi.
tubuh tidak berfungsi secara seimbang, dan
Sedangkan keyakinan hukum adalah ketaatan
penyebaran darah hanya berjalan pada bagian-
berlandaskan
sanksi
dan
kehendak
26
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
bagian tertentu saja, pasti di bagian yang tak
guna mewujudkan keseimbangan, kemudian
kebagian darah itu akan terjadi kemacetan.
Allah turunkan ketentuan-ketentuannya untuk
Akibatnya tidak bisa lagi menikmati tubuh
tetap
secara normal (www.dudung.net, diakses pada
tersebut berupa wahyu sebagai sumber ilmu
tanggal 5 maret 2012).
pengetahuan yang menerangkan apa yang
Karena mengikuti keseimbangan adalah
menjaga
keseimbangan,
ketentuan
boleh dilakukan dan yang tidak boleh guna
fitrah manusia, dan fitrah segala eksistensi
menjaga
kehidupan
titik
tersebut merupakan kehendak Allah kepada
keseimbangan ini, pasti akan terpencilkan dari
umat manusia untuk tetap eksis di alam
alam ini. Allah memutar zaman, atas dasar
semesta, namun Allah maha bijak yang
keseimbangan antara siang dan malam. Dan
memberikan pilihan kepada umat manusia
jika seandainya zaman ini berjalan hanya
untuk
dengan waktu siang saja, atau malam saja,
kebaikan
niscaya - kata Imam Syafi'ie dalam salah satu
konsukwensinya. Oleh sebab itulah hukum
sya'irnya, ―manusia akan bosan‖. Akibatnya
sebagai bentuk regulasi ciptaan manusia hadir
tidak
dari
untuk membatasi pilihan manusia tersebut.
kebosanan itu akan terjadi tekanan psikologis
Namun pembatasan yang akan dibuat oleh
secara total, dimana pada gilirannya akan
manusia haruslah berada pada jalur yang
membuntukan segala
dikehendaki Allah SWT.
ada
ini.
Bila
keluar
perkembangan.
dari
Sebab
kemungkinan untuk
berkembang dan produktif (www.dudung.net,
juga
Allah
memilih atau
ketentuan
sendiri,
apakah
keburukan
Allah
memilih
dengan
segala
Allah SWT menghendaki suatu kebaikan
diakses pada tanggal 5 maret 2012). Begitu
keseimbangan,
kepada umat manusia yang tertuang dalam
mempertahankan
wahyunya,
terkadang
disebutkan
secara
wujud manusia atas dasar keseimbangan antara
abstrak, terkadang samar, terkadang konkrit,
laki dan perempuan. Seandainya di dunia ini
dan terkadang disuruh untuk berfikir sendiri
hanya terdiri dari kaum hawa saja, atau kaum
untuk kebaikannya. Sehingga disinilah hukum
adam saja, pasti tidak ada lagi kontinuitas
hadir untuk memperjelas semua kehendak
kehidupan ini. Satu hal lagi, burung-burung
Allah SWT tersebut.
yang beterbangan di angkasa itu, pasti akan jatuh jika salah satu sayapnya tiba-tiba tidak
Kebenaran Wahyu
berfungsi.
Wahyu
Adanya siang dan malam, laki-laki dan
adalah
pengetahuan
yang
disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perempuan, kebaikan dan kejahatan, dan
perantaraan
para
sebagainya. Kesemuanya itu Allah ciptakan
2011:109).
Wahyu
27
nabi
(Amsal
yang
Bakhtiar,
berisikan
ilmu
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak pengetahuan
tersebut
mengatur
2015
tentang
dan sebagainya. Firman-firman Allah SWT
kehidupan seseorang yang terjangkau oleh
tersebut yang ditemukan dalam Al-Qur‘an,
pengalaman, maupun yang mencakup masalah
pada hakikatnya dipandang sebagai stimulus
transedental, seperti latar belakang dan tujuan
yang menyebabkan manusia berpikir (Sukarno
penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya
Aburaera, Dkk, 2009:8).
serta kehidupan di akhirat nanti (Jujun S
Al-Qur'an adalah pegangan hidup dan
Suriasumantri, 2000:54).
mati, dunia dan akhirat. Qur'an merupakan
Wahyu berupa Al-Qur'an sebagai sumber
landasan idiil dan spirituil, landasan hidup di
Ilmu pengetahuan, Misalnya tentang adanya
dunia dan di akhirat. Qur'an, tidak hanya
tingkatan-tingkatan kejadian dari manusia di
memuat perkara akhirat saja, tetapi juga
dalam Qur'an surat Nuh ayat 14 menjelaskan
perkara dunia. Itulah sebabnya bila membaca
“Padahal
telah
Al-Qur'an akan menemui bermacam-macam
menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan
hukum, apakah itu hukum pidana, perdata,
kejadian”, selanjutnya Qur'an surat Al An'am
atau
ayat 97 memuat theorie Astronomi yaitu “Dan
kemasyarakatan. Demikian pula ia memuat
Dialah
bintang-bintang
hukum dengan lengkapnya hukum perkawinan
bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk
dan sopan santun perang (www.badilag.net,
dalam kegelapan di darat dan di laut”.
diakses pada tanggal 5 maret 2012).
Dia
yang
sesungguhnya
menjadikan
Al-Qur'an
tidak
menentang
hukum
antar
manusia
dan
fitrah
manusia. Itulah sebabnya didalam Islam tidak
III. Penutup
diakuinya hukum Calibat atau pembujangan.
Berfilsafat adalah berfikir dengan secara
Manusia dibuat laki-laki dan perempuan
radikal, universal, konseptual, koheren dan
adalah untuk kawin, untuk mengembangkan
konsisten. sistematik, komprehensif, serta
keturunan. Serta Qur'an tidak bertentangan
secara
dengan aqal dan fikiran manusia. Itulah
Sedangkan filsafat hukum merupakan cabang
sebabnya Islam sangat menghargai akal dan
filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika,
fikiran yang sehat. Tuhan sebagai penetap
yang mempelajari hakikat hukum, dimana
fitrah kodrati manusian telah memerintahkan
Hukum sebagai keseimbangan tidak dapat
manusia
potensi
dipisahkan dari faktor moral/keyakinan hukum
berpikirnya sebagaimana firman Allah dengan
dan substansi hukum yang berperan dalam
kata-kata ―afala tatafakarun ‖ (apakah kamu
pembentukan keseimbangan, Keseimbangan
tidak berpikir), ―afala ta‘qilun‖ (apakah kamu
adalah fitrah manusia dan fitrah segala wujud,
tidak berakal), ―tandzur‖ (maka perhatikanlah)
maka hukum hendak dibuat sesuai dengan
untuk
mempergunakan
28
bebas
dan
bertanggungjawab.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak kehendak
Allah
yang
tertuang
dalam
kebenaran wahyu.
Daftar Pustaka Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Darji Darmodiharjo, dan Shidarta, Pokokpokok Filsafat Hukum (Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Cet, VI Mei 2006. Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, cet. VII. Surabaya: Bina Ilmu, 1981. Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Klaten : Intan Pariwara, 1997 Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XIII, Jakarta: Sinar Harapan, 2000. Poerwantana, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung, Rosda Karya, 1988 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung, Alumni, 1982. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1984 Sugiyanto Darmadi, Kedudukan Ilmu Hukum dalam Ilmu dan Filsafat, Bandung, Mandar Maju, 1998. Sukarno Aburaera, Dkk., Filsafat Hukum, Malang: Bayumedia Publishing, 2009. www.badilag.net/.../36.../7453-7-kebenaranislam-yang-mutlak.html www.dudung.net/artikel-islami/rahasiakeseimbangan.html www.suara-islam.com/.../1502-penegakanhukum-dan-keadilan-dala... http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/ 08/pengertian-filsafat/
29
2015
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA Oleh : Sakka Pati (
[email protected]) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jaminan perlindungan hukum terhadap Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di Indonesia, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris dengan metode pengumpulan data primer melalui kuesioner dan wawancara. Pupulasi terdiri dari Pekerja Rumah Tangga dan Majikan pada tiga loksi penelitian yaitu Makassar, Yogyakarta dan Jakarta dengan metode stratified random sampling dalam penentuan sampel. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan tabulasi frekwensi dan metode penalaran induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substansi pengaturan hukum terhadap pelindungan Pekerja Rumah Tangga dalam perundang-undangan tenaga kerja, khususnya Pekerja Rumah Tangga, belum terakomodasi secara tegas dalam peraturan hukum, juga makna perlindungan hukum bagi pekerja yang dilindungi secara konstitusional dalam Pasal 28 UUD 1945 belum dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan, sehingga belum dapat menjamin keadilan dan kepastian hukum bagi pekerja rumah tangga. Hal ini mencerminkan bahwa perlindungan hak-hak dasar, Hak-hak Kodrat dan jaminan social bagi Pekerja Rumah Tangga belum terimplementasi dalam substansi hukum yang ada. Belum terakomodasinya bentuk perlindungan hukum terhadap Pekerja Rumah Tangga tersebut berimplikasi belum terjaminnya keadilan substantif bagi eksistensi Pekerja Rumah Tangga. Kata Kunci : Pekerja Rumah Tangga, Majikan, Perlindungan hukum, Perjanjian, jaminan sosial. Abstract This research study aims to determine guarantees for legal protection against domestic workers in labor legislation in Indonesia, This research uses by empirical research with primary data collection method through questionnaires and interviews. The population consists of Domestic Workers and Employers in three research location are Makassar, Yogyakarta and Jakarta with stratified random sampling method in the determination of the sample. The data obtained has been analyzed qualitatively by using tabulated of the frequency and inductive reasoning method. The results showed that the substance of the legal arrangements for the protection of domestic workers in labor legislation, particularly domestic workers, has not been explicitly accommodated in law, also the meaning of legal protection for workers who are constitutionally protected in Article 28 UUD 1945 has not translated into legislation, so it can not ensure justice and the rule of law for domestic workers. This reflects that the protection of fundamental rights, Rights of Nature and social security for domestic workers has not been implemented in the existing legal substance. Yet the accommodation of the forms of legal protection against domestic workers are not guarantee of substantive justice implications for the existence of Domestic Workers. Keywords: Domestic Workers, landlord, legal protection, agreements, social security.
30
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
upah minimum dan pembayaran, jaminan sosial
termasuk
jaminan
akomodasi dan konsumsi,
melahirkan,
pendidikan dan
pelatihan, mekanisme pengaduan.46 Pekerja rumah tangga menurut konvensi ini berarti setiap orang yang bekerja dan terikat di dalam pekerjaan rumah tangga dalam suatu hubungan kerja,47 sementara seseorang yang melakukan pekerjaan rumah tangga hanya
I. Pendahuluan Eksistensi
Pekerja
Tangga
secara kadang-kadang atau sewaktu-waktu dan
sebagai bagian dari Tenaga Kerja pada
bukan sebagai sarana untuk mencari nafkah,
umumnya dan Pekerja formal khususnya telah
bukan merupakan pekerjaan rumah tangga.
diakui secara internasional melalui proses
Sedangkan istilah pekerjaan rumah tangga
perjuangan
berarti pekerjaan yang dilaksanakan di dalam
yang
Rumah
cukup
panjang,
sejak
Resolusi mengenai aksi normatif kondisi pekerja
rumah
tangga
diusulkan
atau untuk satu atau beberapa rumah tangga.
di
Jaminan dan harapan pekerja rumah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahkan
tangga
resolusi itu diulang pada tahun 1948, tahun
Hukum dengan diadopsinya Konvensi ILO
1965, tahun 2002, barulah pada tahun 2008,
No. 189 pada tanggal 16 Juni 2011 mengenai
usulan resolusi Standar Setting Situasi Kerja
kerja Layak bagi Pekerja Rumah Tangga.
Layak Kerja Pekerja Rumah Tangga diterima
Dalam konvensi ini ditetapkan hak-hak dan
untuk
prinsip-prinsip
dibahas
di
Internasional
Labour
untuk
memperoleh
dasar
bagi
perlindungan
pekerja
dan
Organisation (ILO) yang berakhir dengan
mengharuskan negara mengambil serangkaian
lahirnya Konvensi ILO No. 189 mengenai
langkah dengan tujuan untuk menjadikan kerja
Kerja Layak Pekerja Rumah Tangga. Syarat46
International Labor Organization. 2010.Mengakui Pekerjaan Rumah Tangga Sebgai Pekerjaan, Edisi Khusus Pekerja Rumah Tangga, ILO, Jakarta 47 Menurut Imam Soepomo Pada dasarnya hubungan kerja, yaitu hubungan antara buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah. Pahrozi, 15 Maret 2012, Unsur-unsur Hubungan kerja, Website Internet : http://hukumketenagakerjaanindonesia. blogspot.com/2012/03/unsur-unsur-hubungan-kerja. html, diakses tanggal 17 Januari 2014.
syarat dan kondisi kerja yang layak bagi pekerja
terkandung
dalam
pasal-pasalnya
yaitu; definisi/cakupan, perlindungan hak asasi manusia pekerja rumah tangga, batasan usia minimum pekerja dan penghapusan pekerja anak, kontrak kerja dan muatan kontrak kerja,hak-hak dan situasi kerja, privasi dan hak dokumennya,jam kerja dan libur mingguan, 31
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
layak sebagai sebuah realitas bagi pekerja
pekerja rumah tangga, yaitu tenaga kerja yang
Rumah Tangga
bekerja dengan menerima upah atau imbalan
Dalam Undang-Undang Dasar Negara
dalam bentuk lain. Sedangkan orang yang
Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 27 Ayat
mempekerjakan adalah pemberi kerja yang
(2), mengatur tentang : ―Tiap-tiap warganegara
sehari-hari
berhak atas pekerjaan yang dan penghidupan
majikan.48
juga
dikenal
dengan
istilah
yang layak bagi kemanusiaan‖, dan Pasal 28 D
Human Rights Watch menulis beberapa
Ayat (2) ― Setiap orang berhak untuk bekerja
persfektif dengan istilah 8 Mitos tentang
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
Pekerja Rumah tangga yang masih bertahan
adil dan layak dalam hubungan kerja‖.
dan paling mengkhawatirkan tersebar luas
Ketentuan
tersebut
antara lain :49 1). Pekerja rumah tangga adalah
menunjukkan bahwa pekerja rumah tangga
―pembantu‖ bukan pekerja; 2). Pekerja rumah
sebagai
uintuk
tangga tidak dapat dimonitor; 3). Kemudahan
memperoleh perlindungan dalam melakukan
majikan untuk dapat mempekerjakan seorang
pekerjaan
pekerja rumah tangga, sekalipun mereka tidak
Konstitusional
warga
guna
negara
mencapai
berhak
kesejahteraan
hidupnya.
mampu membayar upah minimum; 4). Pekerja
Di dalam ketentuan Pasal 1 Undang-
rumah tangga tidak memerlukan kontrak
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
tertulis; 5). Pekerjaan rumah tangga bukan
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
pekerjaan
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39), dijelaskan
Pemberian satu hari libur; 7). Ini adalah
beberapa pengertian ketenagakerjaan antara
48
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat; pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain; sedangkan pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang tenaga
kerja
jam
kerja
tetap;
6).
Secara Normatif istilah ketenagakerjaan bisa bermakna tempat kerja, pekerja/buruh, sedangkan pemberi kerja dapat bermakna perorangan, pengusaha, badan hukum atau dalam penulisan ini disebut Majikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah ―Pekerja Rumah Tangga‖ yang merupakan istilah bagi tenaga kerja yang bekerja dalam ruang lingkup rumah tangga. Penggunaan istilah ini mengacu pada istilah yang digunakan dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 tentang Peningkatan Kesejahteraan Pekerja Rumah Tangga. Istilah ini juga merupakan terjemahan dari istilah Pramuwisma, Domestic Workers yang digunakan oleh ILO. Istilah Pekerja Rumah Tangga menurut peneliti lebih manusiawi dari istilah Pembantu atau Babu yang sering digunakan oleh masyarakat awam. Istilah Pembantu atau Babu berkonotasi negatif karena mengandung image budak, atau jenis pekerjaan yang tidak terhormat. 49 Human Rights Watch, 2009, Pekerja di Dalam Bayang-Bayang Pelecehan dan Eksploitasi terhadap Pekerja Rumah Tangga Anak di Indonesia. Printed in the United States of America, New York, hlm. 25 - 48
lain adalah : ―tenaga kerja, adalah setiap orang
mempekerjakan
dengan
dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lainnya. Berdasarkan definisi tersebut istilah pembantu rumah tangga bisa dipakai istilah 32
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
budaya ―ngenger,‖50; 8). Ini bukan masalah
10.744.887 orang Pekerja Rumah Tangga
besar.
berada dalam posisi rentan terhadap eksplotasi, Fenomena
tentang
masih
adanya
kekerasan fisik, psikis dan seksual, yang
kedelapan mitos sebagaimana diuraikan di
dilakukan
atas, menunjukkan bahwa perlindungan hokum
penyalur.53 Oleh karena itu, memposisikan
terhadap Pekerja Rumah Tangga, masih sangat
PRT secara jelas dan tegas sebagai pekerja
jauh dari keadilan, khususnya jika ditinjau dari
dalam hubungan kerja antara Pekerja Rumah
aspek ketenagakerjaan. Keberadaan Pekerja
Tangga dan majikan akan membawa implikasi
Rumah
Tangga
yang jelas pula tentang perlindungan hukum
sebagai
pekerja
yang
masih
Informal,
diposisikan
menempatkan
oleh
majikan
maupun
agen
sebagai Pekerja Rumah Tangga.
bargaining position dari Pekerja Rumah
Sejalan dengan hal tersebut di atas
Tangga di posisi yang lemah dihadapan
beberapa fakta dalam kehidupan sehari-hari
hokum.
tidak terlindunginya pekerja rumah tangga
Data ILO menunjukkan 45 persen
antara lain : hubungan hukum antara pekerja
pekerja rumah tangga tidak memiliki hari libur
rumah tangga dengan pemberi kerja pada
yang cukup, dan sebanyak 50 persen tidak
umumnya tidak didasari suatu perjanjian kerja:
memiliki jam kerja yang normal. Pekerja
Pekerja rumah tangga seringkali dikecualikan
rumah tangga juga belum terorganisir dalam
dari cakupan upah minimum; Upah seringkali
suatu wadah seperti sarekat sehingga sulit
digunakan sebagai alat pengendalian oleh
mendapat akses perlindungan hukum.51 Secara
Majikan;
sosial dan politis berimplikasi pada hubungan
terlambat, bahkan sering tidak terbayarkan;
kerja dan perlindungan hukum bagi Pekerja
Kamar dan tempat tinggal serta makanan
Rumah
Tangga
itu
sendiri.52
Sekitar
Pembayaran
upah
terkadang
biasanya dianggap sebagai suatu pembayaran; Adanya perbedaan yang signifikan antara
50
Wawancara Human Rights Watch dengan Rachmat Sentika, Deputi Kesejahteraan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, 16 Desember 2004.. Ibid, hal : 43―Dalam kebudayaan kami Jawa, kami ini disebut ngenger. Kalau anak-anak bekerja di sebuah rumah, mereka dianggap oleh majikan-majikan mereka sebagai anak sendiri dan disekolahkan sebagai imbalan mereka bekerja di rumah itu. Kadang mereka tidak mendapatkan gaji karena majikan mereka menyediakan makanan dan akomodasi.‖
standar kerja yang berlaku secara umum Kerja Antara Pekerja Rumah Tangga Dan Majikan Berbasis Hak-Hak Buruh Dalam Islam, Conference Procedings, Annual International conference on Islamic Studies (AICIS XII) hal : 2381 53 Ibid, hal : 2381 . Dari jumlah PRT sebanyak 10.744.887 orang tersebut, 90% adalah PRT perempuan, dan Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) yang berumur di bawah 18 tahun sebanyak 202.235 orang (11,79%). Lihat Hasil Rapid Assesment JALA (Jaringan Nasional Advokasi) PRT tahun 2009, dalam Okky Asokawati, ―Pengakuan Dan Perlindungan Hak-Hak PRT Dalam RUU Tentang Perlindungan PRT‖, makalah Disampaikan dalam Diskusi Media ―Kerja Layak Bagi PRT‖ -Komnas Perempuan ,2011
51
http://.tempo.co/read/news/2013/09/02/17/10, 7juta-PRT bekerja tanpa perlindungan, diakses 11 November 2013 52 Triana Sofiani, Rita Rahmawati dan Shinta Dewi Rismawati, Membangun Konsep Ideal Hubungan
33
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dengan pekerja rumah tangga; Seringkali
2015
Lokasi Penelitian
pekerja rumah tangga harus tunduk pada
Lokasi Penelitian di kota Makassar,
ketentuan jam kerja yang bisa mengancam
Jakarta dan Yogyakarta. Alasan pemilihan
kesehatan sindiri, misalnya bersedia untuk
Kota Makassar karena belum memiliki Perda
bekerja dengan jam kerja panjang atau bahkan
tentang Pekerja Rumah Tangga. Sedangkan
tanpa
harus
alasan memilih DKI Jakarta dan Yogyakarta
perintah
karena kedua lokasi penelitian tersebut telah
istirahat
melaksanakan
dan
senantiasa
tugas-tuigas
atas
majikan.54
memiliki
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, menarik untuk
dikaji
mengenai
Peraturan
Daerah
tentang
Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
jaminan
Sumber Data
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Rumah
Data primer diperoleh langsung 100
Tangga, khususnya ditinjau dari sudut pandang
orang responden dari tiga lokasi penelitian
keadilan.55
masing-masing lokasi 40 orang di Makassar, 30 orang di Yogyakarta dan 30 orang di
II. Metode Penelitian
Jakarta. Sedangkan data sekunder berupa
Pendekatan dan Jenis Penelitian
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
Penelitian ini menggunakan dua tipe
dan bahan hukum tersier.
penelitian yaitu penelitian hukum empiris
Prosedur Pengumpulan Data
(sosio legal study) dan penelitian hukum
Teknik
pengumpulan
data
dari
normatif (normative legal study). Pendekatan
responden dilakukan melalui tehnik-tehnik :
dalam
(1)
penelitian
ini
adalah
dominan
Interview
(wawancara).
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
dilakukan
dikembangkan untuk mengungkapkan gejala-
Masyarakat (LSM) pemerhati pekerja rumah
gejala kehidupan masyarakat seperti apa yang
tangga pada tiga lokasi penelitian; dan (2)
terpersepsi oleh masyarakat itu sendiri dan dari
Kuisioner
kondisi mereka sendiri tanpa diintervensi
menyebarkan
56
(naturalistis).
terhadap
Wawancara
(daftar daftar
Lembaga
pertanyaan), pertanyaan
Swadaya
yaitu kepada
responden populasi Pekerja Rumah Tangga sebanyak 50 orang dan Majikan 50 orang pada
54
Hasil observasi atau pengamatan penulis dalam tahun 2013. 55 Hans Kellsen hanya mengakui satu macam keadilan, yaitu keadilan yang lahir dari hukum positif yang ditetapkan oleh manusia berdasarkan norma dasar berlakunya hukum positif B. Kusumohamidjojo, 1999 Ketertiban yang Adil,Problematika Filsafat Hukum. Grasindo, Jakarta, hlm. 129 56 Soetandyo Wignjosoebroto, 2009. Ragamragam penelitian hukum, dalam Sulistyowati Irianto &
tiga lokasi penelitian. Teknik Analisis Data
Shidart (Ed).Metode Penelitian Hukum:Konstelasi dan Refleksi, JHMP-FHUI, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta hlm 140
34
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Analisis kualitatif merupakan metode
Pekerja Rumah tanggal di lokasi penelitian
utama yang digunakan untuk mengolah data
Provinsi Makassar dari 20 orang pekerja
primer yang diperoleh dari lapangan dengan
rumah tangga yang diteliti hanya 2 orang atau
tiga tahapan yaitu : tahapan mengelola data;
sebesar 10 % yang memiliki kualifikasi
tahapan deskripsi; dan tahapan penjelasan, dan
tamatan SMA;
penemuan pola-pola yang menyatu di dalam
sebesar 50 % dengan kualifikasi pendidikan
data. Selanjutnya data yang diperoleh melalui
SD atau SMP; dan sebanyak 8 orang atau
pengedaran
dengan
sebesar 40 % dengan kualifikasi pendidikan
menggunakan tabulasi frekuensi dan metode
tidak lulus SD. Tingkat penghasilan Pekerja
penalaran induktif.
Rumah tanggal dari 20 orang pekerja rumah
III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
tangga yang diteliti hanya 9 orang atau sekitar
Gambaran Umum Pekerja Rumah Tangga
45 % yang memiliki penghasilan antara 1 juta
pada lokasi penelitian
sampai dengan 5 juta Rupiah perbulan; dan
kuesioner
dianalisis
1. Makassar
sebanyak 10 orang atau
sebanyak 11 orang atau sebesar 55 % yang
penelitian yang dilakukan oleh JALA
memiliki penghasilan di bawah 1 juta Rupiah
PRT sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat
perbulan.
pada tahun 2008 terdapat kurang lebih 30.000
2. Yogyakarta
pekerja rumah tangga yang dominan adalah
Koordinator aksi, Sayuti, menjelaskan
perempuan ada di kota Makassar dan belum
bahwa57 berdasarkan data yang dikumpulkan
memiliki
Rumah
organisasinya sejak 2008 bahwa Jumlah
Tangga. Gambaran umum tentang kondisi
pembantu di Yogyakarta berdasarkan sensus
pekerja rumah tangga di Makassar masih
penduduk tercatat 6000 orang. Namun, hanya
menganut sistem kekeluargaan. Majikan lebih
500 orang yang menjadi anggota organisasi.
Perda
tentang
Pekerja
banyak merekrut pekerja rumah tangga dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
sanak keluarga dekat yang dibawa dari
Tingkat pendidikan Pekerja Rumah tanggal di
kampung halaman ke kota-kota. Hubungan
lokasi penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta
hukum antara pekerja rumah tangga dengan
dari 15 orang pekerja rumah tangga yang
majikan tidak didasarkan pada mekanisme
diteliti hanya 1 orang atau sebesar 6,70 % yang
perjanjian sebagaimana dirumuskan dalam
memiliki kualifikasi tamatan SMA; sebanyak
BW, akan tetapi didasarkan pada sistem
11 orang atau sebesar 73,30 % dengan
kekeluargaan.
57
Tempo.com, 15 Februari 2013, Pembantu Rumah Tangga Tuntut Perlindungan Perda, website internet : http://www.tempo.co/read/news/2013/02/15/ 058461584/Pembantu-Rumah-Tangga-TuntutPerlindungan-Perda, diakses tanggal 8 September 2014.
Data empirik dari sampel yang diteliti menggambarkan bahwa, Tingkat pendidikan 35
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
kualifikasi pendidikan SD atau SMP; dan
5 juta Rupiah perbulan. Kemudian tingkat
sebanyak 3 orang atau sebesar 20,00 % dengan
penghasilan Majikan sesuai data Responden
kualifikasi pendidikan tidak lulus SD. Tingkat
yang diteliti adalah bahwa dari 15 orang
penghasilan Pekerja Rumah tanggal di lokasi
Majikan yang diteliti, hanya sebanyak 2 orang
penelitian di Yogyakarta khususnya penelitian
atau
pada Responden, adalah bahwa dari 15 orang
penghasilan antara 1 – 5 juta rupiah perbulan,
pekerja rumah tangga yang diteliti semua
sebanyak 8 orang atau sekitar 53,30 % yang
responden sebanyak 15 orang atau 100 %
memiliki penghasilan antara dan sebanyak 5 –
memiliki penghasilan antara 1 juta sampai
10 juta rupiah perbulan dan sebanyak 5 orang
dengan 5 juta Rupiah perbulan.
atau
3. Jakarta
penghasilan di atas 10 juta Rupiah perbulan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
sekitar
sekitar
13,30
33,40
%
yang
%
memiliki
yang
memiliki
bahwa Perlindungan Hukum58
Tingkat pendidikan Pekerja Rumah tanggal di lokasi penelitian Daerah Khusus Ibukota
Menurut
Fitzgerald,
bahwa
teori
Jakarta dari 15 orang responden pekerja rumah
pelindungan
hukum
tangga yang diteliti, sebanyak 6 orang atau
mengintegrasikan
dan
sebesar 40 % yang memiliki kualifikasi
berbagai
tamatan SD hingga SMP dan sebanyak 9 orang
karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,
atau
sebesar
pendidikan
60
SMA.
%
kepentingan
bertujuan mengoordinasikan
dalam
masyarakat
dengan
kualifikasi
perlindungan terhadap kepentingan tertentu
Sementara,
Kualifikasi
hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi kepentingan
berbagai
responden yang diteliti, sebanyak 12 orang
Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan
atau sebesar 80 % dengan kualifikasi S2 dan
kepentingan
Sebanyak 3 orang atau sebesar 20 % dengan
memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan
kualifikasi pendidikan Sarjana (S1). Tingkat
kepentingan manusia yang perlu diatur dan
penghasilan Pekerja Rumah Tanggal di lokasi
dilindungi.60
manusia,
di
lain
pihak.59
pendidikan untuk Majikan dari 15 orang
sehingga
hukum
penelitian di DKI Jakarta khususnya pada Responden yang diteliti adalah bahwa dari 15
58
Perlindungan hukum subtantif adalah perlindungan hukum yang mengacu pada pelaksanaan hak-hak yang secara subtantif melekat pada hukum. Artinya meskipun tidak diterapkan dalam undangundang namun pelaksanaannya melekat pada orang/aktivitasnya. Muhammad Tahir Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-Unsurnya, UI-Press, Jakarta, hal : 1 . 59 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, hal : 53. 60 Ibid, hal : 69.
orang Pekerja Rumah Tangga yang diteliti, sebanyak 6 orang atau sekitar 40 % yang memiliki penghasilan di bawah 1 juta dan sebanyak 11 orang atau sebesar 60 % yang memiliki penghasilan antara 1 sampai dengan 36
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
No 1 2 3 4
Penilai -an Sangat Setuju Setuju RaguRagu Tidak Setuju Jumlah
Makassar F % 2 10
Responden Jakarta F % -
Yogyakarta F % 2 -
F 4
% 8
2015
Jumlah
6 7
30 40
1 10
20 53,3
1 10
20, 66,7
8 27
16 54
5
25
4
26,7
2
13,3
11
22
20
10 0
15
100
15
100
50
10 0
Sumber : Data Primer Tahun 2014 Tabel 2 Pandangan Majikan tentang jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Sumber : Data Primer Tahun 2014
1. Perlindungan Hak-Hak dasar61
Berdasarkan hasil penelitian pada tiga
Untuk mengetahui gambaran tentang jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja
lokasi
penelitian
menggambarkan
bahwa
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
pandangan Pekerja Rumah Tangga tentang
undangan ketenagakerjaan yang berlaku dapat
jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
No 1 2 3 4
Penilaian Sangat Setuju Setuju RaguRagu Tidak Setuju
Jumlah
Makassar F % -
Responden Jakarta Yogya-karta F % F % -
F -
% -
4 6
20 30
1 12
10
50
2
2 2 5 2
6.6 7 80
Jlh
6 8
40 53,3
11 26
1
6,67
13
13. 3
20
100
15
10 0
15
100
50
undangan ketenagakerjaan yang berlaku pada tiga lokasi penelitian sebanyak 50 responden, menunjukkan bahwa hanya sebanyak 11 orang atau sebesar 22 % yang menyatakan setuju bahwa ada jaminan terlindunginya hak-hak
2 6 1 0 0
dasar Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
yang
berlaku; sementara itu sebanyak 13 orang atau
dilihat dari tabel di bawah ini:
sekitar 26 % yang menyatakan tidak setuju Tabel 1 Pandangan Pekerja Rumah Tangga tentang jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundangundangan ketenagakerjaan yang berlaku.
bahwa
peraturan
perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku sudah menjamin terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga; selanjutnya sebanyak 26 orang atau
61
Setidaknya ada 8 hak dasar pekerja yaitu antara lain :a. berhak untuk memperoleh, meningkatkan dan mengembangkan potensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; b. hak atas jaminan sosial dan keselamatan dan kesehatan kerja; c. Hak atas perlindungan Upah; d. atas pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur; e. untuk membuat Perjanjian Kerja Bersama; f. Hak dasar mogok; g. Hak dasar khusus untuk pekerja perempuan; h. Hak mendapat perlindungan atas tindakan PHK Anonim, Undangundang ketenagakerjaan, 15 Oktober 2013, Wubsite internet https://www.facebook.com/permalink.php?id=62873552 0499620&story_fbid=646336595406179, diakses tanggal 17 Oktober 2014 .
sebesar 52 % yang menyatakan ragu-ragu adanya jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
yang
berlaku. Penilaian
responden
Majikan
menunjukkan bahwa dari 50 orang responden yang diteliti pada tiga lokasi penelitian, 37
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak sebanyak 12 orang atau sebesar 24 % yang
sudut
menyatakan setuju bahwa sudah ada jaminan
sesungguhnya
terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah
jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja
Tangga dalam peraturan perundang-undangan
Rumah Tangga yaitu 13 orang atau sekitar 26
ketenagakerjaan
sedangkan
%, dan yang setuju sebanyak 11 atau sekitar 22
sebanyak 11 orang atau sekitar 22 % yang
% saja. Sudut pandang Pekerja Rumah Tangga
menyatakan tidak setuju bahwa telah ada
terhadap keadilan dan jaminan terhadap hak-
jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja
haknya tentu berbeda dengan sudut pandang
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
Majikan, sesuai dengan peran dan fungsinya
undangan
serta kepentingannya masing-masing.
yang
berlaku,
ketenagakerjaan
yang
berlaku;
pandang
Pekerja
2015
belum
Rumah
dapat
Tangga
memberikan
2. Perlindungan atas hak kodrat62
kemudian sebanyak 27 orang atau sebesar 54 % yang menyatakan ragu-ragu adanya jaminan
Untuk mengetahui gambaran tentang
terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah
jaminan terlindunginya hak-hak Asasi Pekerja
Tangga dalam peraturan perundang-undangan
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
ketenagakerjaan yang berlaku.
undangan ketenagakerjaan yang berlaku dapat
Berdasarkan data dari hasil penelitian
dilihat dari tabel di bawah ini Tabel 3 Pandangan Pekerja Rumah Tangga tentang jaminan terlindunginya hak-hak asasi pekerja rumah tangga dalam aturan hukum yang terkait ketenagakerjaan
pada tiga lokasi penelitian tersebut di atas yang terdiri dari 50 responden dari Pekerja Rumah Tangga dan 50 responden dari Majikan, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 23 orang atau sebesar 23 % yang menyatakan setuju adanya
No
jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja
1
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
2 3
undangan
ketenagakerjaan
yang
berlaku,
4
sedangkan sebanyak 24 orang atau sebesar 24
Penilaian Sangat Setuju Setuju RaguRagu Tidak Setuju Jumlah
Makassar F % -
Responden Jakarta F % -
Yogyakarta F % -
F -
% -
3 8
15 40
3 11
4 9
26,7 60
10 28
20 56
9
45
1
2
13,3
12
24
20
10 0
15
15
100
50
100
20 73,3 6,67
100
Jumlah
% yang menyatakan tidak setuju adanya jaminan terlindunginya hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundang62
Setiap manusia tanpa memandang ras, kepercayaan atau jenis kelamin berhak mengejar kesejahteraan material dan kemajuan spiritual dalam kondisi yang menghargai kebebasan, harkat martabat manusia untuk memperoleh keamanan ekonomi dan kesempatan yang sama. Asri Wijayanti 2012. Sinkronisasi Hukum Perburuhan terhadap Konvensi ILO, analisis kebebasan Berserikat dan Penghapusan Kerja Paksa di Indonesia.Karya Putra Darwati. Bandung
undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Pandangan
Penulis
terhadap
tersebut di atas, adalah bahwa peraturan
data dalam
perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku khususnya dari 38
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
adanya jaminan terlindunginya hak-hak asasi Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
yang
berlaku.
Tabel 4 Pandangan majikan tentang jaminan terlindungnya hak-hak asasi pekerja rumah tanggadalam aturan hukum yang terkait ketenagakerjaan
Penilaian
responden
Majikan
menunjukkan bahwa dari 50 orang responden yang diteliti pada tiga lokasi penelitian, sebanyak 12 orang atau sebesar 24 % yang
No 1 2 3 4
Penilai an Sangat Setuju Setuju RaguRagu Tidak Setuju Jumlah
Makassar
Responden Jakarta
Yogyakart a F % -
F -
% -
F -
% -
6 9
30 45
3 8
20 53,3
3 10
5
25
4
26,7
2
20
100
15
100
15
20 66, 7 13, 3 10 0
menyatakan setuju bahwa sudah ada jaminan
Jumlah F 12 27 11
terlindunginya hak-hak asasi Pekerja Rumah
% 24 54 22
Tangga dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
penelitian
menggambarkan
berlaku,
sedangkan
sebanyak 11 orang atau sekitar 22 % yang 50
menyatakan tidak setuju bahwa telah ada
10 0
jaminan terlindunginya hak-hak asasi Pekerja
Berdasarkan hasil penelitian pada tiga lokasi
yang
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
bahwa
pandangan Pekerja Rumah Tangga tentang
undangan
ketenagakerjaan
yang
berlaku;
jaminan terlindunginya hak-hak asasi Pekerja
kemudian sebanyak 27 orang atau sebesar 54
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
% yang menyatakan ragu-ragu adanya jaminan
undangan ketenagakerjaan yang berlaku pada
terlindunginya hak-hak asasi Pekerja Rumah
tiga lokasi penelitian sebanyak 50 responden,
Tangga dalam peraturan perundang-undangan
menunjukkan bahwa hanya sebanyak 10 orang
ketenagakerjaan yang berlaku.
atau sebesar 20 % yang menyatakan setuju
Berdasarkan data dari hasil penelitian
bahwa ada jaminan terlindunginya hak-hak
pada tiga lokasi penelitian tersebut di atas yang
asasi Pekerja Rumah Tangga dalam peraturan
terdiri dari 50 responden dari Pekerja Rumah
perundang-undangan
yang
Tangga dan 50 responden dari Majikan, dapat
berlaku; sementara itu sebanyak 12 orang atau
disimpulkan bahwa sebanyak 22 orang atau
sekitar 24 % yang menyatakan tidak setuju
sebesar 22 % yang menyatakan setuju adanya
bahwa
perundang-undangan
jaminan terlindunginya hak-hak asasi Pekerja
ketenagakerjaan yang berlaku sudah menjamin
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
terlindunginya hak-hak asasi Pekerja Rumah
undangan
Tangga; selanjutnya sebanyak 27 orang atau
sedangkan sebanyak 23 orang atau sebesar 23
sebesar 54 % yang menyatakan ragu-ragu
% yang menyatakan tidak setuju adanya
peraturan
ketenagakerjaan
39
ketenagakerjaan
yang
berlaku,
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
jaminan terlindunginya hak-hak asasi Pekerja
Untuk mengetahui gambaran tentang
Rumah Tangga dalam peraturan perundang-
jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga
undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
dalam
Pandangan
Penulis
terhadap
tersebut di atas, adalah bahwa
data
aturan
hukum
yang
terkait
ketenagakerjaan saat ini dapat dilihat dari tabel
adanya
di bawah ini. Tabel 5 Pandangan Pekerja Rumah Tangga tentang adanya jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga dalam aturan hukum yang terkait ketenagakerjaan saat ini.
perbedaan pandangan antara Pekerja Rumah Tangga pada lokasi penelitian di Makassar sebanyak 3 orang (15%) yang setuju dan sebanyak 9 orang (45%) yang tidak setuju, dengan dua lokasi penelitian lainnya yaitu
N o
Jakarta sebanyak 3 orang (20%) yang setuju
1
dan 1 orang (6,67%) yang tidak setuju,
2 3
sementara Yogyakarta sebanyak 4 orang
4
Penilaian Sangat Setuju Setuju RaguRagu Tidak Setuju Jumlah
(26,67%) yang setuju dan 2 orang (13,33%)
Makassar F % -
Responden Jakarta F % -
Yogyakarta F % -
F -
% -
4 5
20 35
3 10
20 66.7
6 8
40 53,3
13 23
26 46
11
45
2
13.3
1
6,7
14
28
20
100
15
100
15
100
50
100
Jumlah
yang tidak setuju, adalah disebabkan oleh
Sumber : Data Primer Tahun 2014
karena pada kedua lokasi penelitian yaitu
Tabel 6 Pandangan Majikan tentang adanya jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga dalam aturan hukum yang terkait ketenagakerjaan saat ini.
Jakarta dan Yogyakarta telah diterapkan Peraturan Daerah tentang Pekerja Rumah Tangga, sedangkan di
Lokasi Penelitian
N o
Makassar belum ada Peraturan Daerah terkait dari
1 2
diberlakukannya Peraturan Daerah terhadap
3
Pekerja
4
Pekerja
Rumah
Rumah
Tangga.
tangga
Dampak
ini
cenderung
memberikan jaminan perlindungan hak-hak Pekerja
Rumah
tangga,
Penilaian Sangat Setuju Setuju RaguRagu Tidak Setuju Jumlah
Makassar F % -
Responden Jakarta F % -
Yogyakarta F % -
F -
% -
7 9
35 45
3 8
20 53,3
3 10
20 66,7
13 27
26 54
4
20
4
26,7
2
13,3
10
20
20
100
15
100
15
100
50
100
Jumlah
Sumber : Data Primer Tahun 2014
sehingga
mempengaruhi pandangan responden pada kedua lokasi penelitian tersebut. pendapatan/gaji yang diterima; Lihat Deutsche Stiftung fur internationale Entwicklung-DSE. Discussion Report – Beyond Safety Nets: The Challenge of Social Protection in a Globalizing World. International Labour Organization (ILO) menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk masyarakat itu sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, lanjut usia, ataupun kematian, Lihat juga International Labor Organization. 2002. Social Security and Coverage for All. ILO.
3. Jaminan sosial63 63
Deutsche Stiftung für Internationale Entwicklung (DSE) melalui discussion report mengambil definisi perlindungan sosial yang digunakan oleh PBB dalam ―United Nations General Assembly on Social Protection‖, yaitu sebagai kumpulan kebijakan dan program pemerintah dan swasta yang dibuat dalam rangka menghadapi berbagai hal yang menyebabkan hilangnya ataupun berkurangnya secara substansial
40
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Berdasarkan hasil penelitian pada tiga lokasi
penelitian
menggambarkan
ragu-ragu adanya jaminan sosial bagi pekerja
bahwa
rumah tangga dalam aturan hukum yang
pandangan Pekerja Rumah Tangga tentang
terkait ketenagakerjaan saat ini.
jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga dalam
aturan
hukum
Berdasarkan data dari hasil penelitian
terkait
pada tiga lokasi penelitian tersebut di atas yang
ketenagakerjaan saat ini, pada tiga lokasi
terdiri dari 50 responden dari Pekerja Rumah
penelitian
responden,
Tangga dan 50 responden dari Majikan, dapat
menunjukkan bahwa sebanyak 13 orang atau
disimpulkan bahwa sebanyak 26 orang atau
sebesar 26 % yang menyatakan setuju bahwa
sebesar 26 % yang menyatakan setuju adanya
ada jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga
jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga
dalam
dalam
sebanyak
aturan
ketenagakerjaan
yang
2015
50
hukum saat
ini;
yang
terkait
sementara
aturan
hukum
yang
terkait
itu
ketenagakerjaan saat ini, sedangkan sebanyak
sebanyak 14 orang atau sekitar 28 % yang
24 orang atau sebesar 24 % yang menyatakan
menyatakan tidak setuju adanya jaminan sosial
tidak setuju adanya jaminan terlindunginya
bagi pekerja rumah tangga dalam aturan
hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga dalam
hukum yang terkait ketenagakerjaan saat ini;
peraturan
selanjutnya sebanyak 23 orang atau sebesar 46
ketenagakerjaan yang berlaku.
perundang-undangan
% yang menyatakan ragu-ragu adanya jaminan
Pandangan Penulis bahwa perbedaan
sosial bagi pekerja rumah tangga dalam aturan
pandangan antara Pekerja Rumah Tangga
hukum yang terkait ketenagakerjaan saat ini.
dengan Majikan. Perbedaan pandangan ini
Penilaian
Majikan
dimungkinkan karena perbedaan kepentingan
menunjukkan bahwa dari 50 orang responden
dalam kedua pihak. Akan tetapi, pihak yang
yang diteliti pada tiga lokasi penelitian,
paling merasakan aspek perlindungan sosial
sebanyak 13 orang atau sebesar 26 % yang
dalam hal ini adalah Pekerja Rumah Tangga
menyatakan setuju bahwa sudah ada jaminan
yang menunjukkan bahwa lebih banyak yang
sosial bagi pekerja rumah tangga dalam aturan
menyatakan tidak setuju bahwa dalam aturan
hukum yang terkait ketenagakerjaan saat ini,
hukum yang terkait ketenagakerjaan saat ini
sedangkan sebanyak 10 orang atau sekitar 20
telah ada jaminan sosial bagi Pekerja Rumah
% yang menyatakan tidak setuju bahwa telah
Tangga yaitu hanya sebanyak 13 orang atau
ada jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga
sekitar 26 %, dan yang setuju sedangkan yang
dalam
tidak setuju sebanyak 14 atau sekitar 28 %.
aturan
responden
hukum
yang
terkait
ketenagakerjaan saat ini; kemudian sebanyak 27 orang atau sebesar 54 % yang menyatakan 41
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak IV.
2015
Penutup
hak-hak dasar, hak-hak kodrat dan Jaminan
Substansi pengaturan hukum terhadap
sosial Pekerja Rumah Tangga.
pelindungan Pekerja Rumah Tangga dalam perundang-undangan tenaga kerja, khususnya
Daftar Pustaka
Pekerja Rumah Tangga, belum terakomodasi
Ahmadi Miru, 2013. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers Anonim, http://.tempo.co/read/news/2013/09/0 2/17/10,7juta-PRT bekerja tanpa perlindungan, diakses 11 November 2013 Asri Wijayanti 2012. Sinkronisasi Hukum Perburuhan terhadap Konvensi ILO, analisis kebebasan Berserikat dan Penghapusan Kerja Paksa di Indonesia.Karya Putra Darwati. Bandung B. Kusumohamidjojo, 1999 Ketertiban yang Adil,Problematika Filsafat Hukum. Grasindo, Jakarta Deutsche Stiftung fur internationale Entwicklung-DSE. Discussion Report – Beyond Safety Nets: The Challenge of Social Protection in a Globalizing World. Human Rights Watch, 2009, Pekerja di Dalam Bayang-Bayang Pelecehan dan Eksploitasi terhadap Pekerja Rumah Tangga Anak di Indonesia. Printed in the United States of America, New York. International Labor Organization. 2002, Social Security and Coverage for All. ILO. 2002 International Labor Organization. 2010. Mengakui Pekerjaan Rumah Tangga Sebgai Pekerjaan, Edisi Khusus Pekerja Rumah Tangga, ILO, Jakarta Kusnu Goesniadhie S. 2006. Harmonisasi Hukum dalam Perspektif Perundangundangan (Lex Spesialis Suatu Masalah). Surabaya: JP Books. Muhammad Tahir Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-Unsurnya, UI-Press, Jakarta.
secara tegas dalam peraturan hukum, juga makna perlindungan hukum bagi pekerja yang dilindungi secara konstitusional dalam Pasal 28 UUD 1945 belum dijabarkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Dengan
demikian, substansi hukum ketenagakerjaan tersebut pada dasarnya belum dapat menjamin keadilan dan kepastian hukum bagi pekerja rumah tangga. Hal tersebut terjadi karena tanggungjawab Negara belum terimplementasi dalam substansi hukum yang ada; paradigm harmonisasi, dan dalam
substansi
undangan
prinsip-prinsip perjanjian peraturan
ketenagakerjaan
perundang-
belum
secara
implisit menjamin Pekerja Rumah Tangga sebagai bagian dari Tenaga Kerja pada umumnya. Bentuk perlindungan hukum terhadap Pekerja Rumah Tangga belum terakomodasi, sehingga
berimplikasi
belum
terjaminnya
keadilan substantif bagi eksistensi Pekerja Rumah Tangga. Hal ini juga disebabkan oleh Pandangan terhadap profesi Pekerja Rumah Tangga yang diposisikan sebagai pekerja informal sehingga selain tidak terakomodasi sebagai unsur yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, tetapi juga berimplikasi pada tidak terlindunginya 42
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Okky Asokawati, 2011, ―Pengakuan Dan Perlindungan Hak-Hak PRT Dalam RUU Tentang Perlindungan PRT‖, makalah Disampaikan dalam Diskusi Media ―Kerja Layak Bagi PRT‖ Komnas Perempuan. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 tentang Peningkatan Kesejahteraan Pekerja Rumah Tangga. Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung Soetandyo Wignjosoebroto, 2009. Ragamragam penelitian hukum, dalam Sulistyowati Irianto & Shidart (Ed).Metode Penelitian Hukum:Konstelasi dan Refleksi, JHMP-FHUI, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Tempo.com, 15 Februari 2013, Pembantu Rumah Tangga Tuntut Perlindungan Perda, website internet : http://www.tempo.co/read/news/2013/ 02/15/ 058461584/Pembantu-RumahTangga-Tuntut-Perlindungan-Perda, diakses tanggal 8 September 2014. Triana Sofiani, Rita Rahmawati dan Shinta Dewi Rismawati, Membangun Konsep Ideal Hubungan Kerja Antara Pekerja Rumah Tangga Dan Majikan Berbasis Hak-Hak Buruh Dalam Islam, Conference Procedings, Annual International conference on Islamic Studies (AICIS XII). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Burgelijk Wetbook (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) UU No. 23 Tahun 1997 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235). UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Peradilan Hak Asasi Manusia UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
2015
UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Peraturan Menteri tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1993 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989. Konvensi ILO No 87 Tahun 1948 (Keppres No 83 Tahun 1998) : ―Kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949 (UU No 18 Tahun 1956) : ―Penerapan azasazas hak untuk bernegosiasi dan berunding bersama.‖ Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951 (UU No. 80 Tahun 1957) : ―Pengupahan yang sama bagi pekerja laki-laki dan perempuan.‖
43
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
URGENSI PENYELESAIAN SENGKETA NUKLIR INTERNASIONAL DALAM KERANGKA PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN MASA DEPAN PEACE-BUILDING DUNIA INTERNASIONAL : SUATU PERSPEKTIF NON PROLIFERATION NUCLEAR Oleh : Ria Wulandari (
[email protected]) Abstrak Konflik (sengketa) internasional dalam era modern memang sangat rentan terjadi yang disebabkan berbagai macam perbenturan kepentingan (conflict of interest) antar negara. Energi nuklir adalah salah satu tantangan dunia internasional dalam hal ini penggunaan energi nuklir yang bisa mengancam perdamaian dunia internasional terutama bahkan memang untuk keperluan militer. Peranan Dewan Keamanan PBB dalam upaya penyelesaian sengketa internasional pada dasarnya berkaitan dengan tugas dan fungsinya untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Penyelesaian konflik (sengketa) dapat ditempuh dengan cara pertama, penyelesaian secara damai, kedua penyelesaian secara damai dengan tindakan paksa dan yang ketiga, penyelesaian dengan penggunaan kekuatan secara fisik (use of force) dengan pengerahan pasukan militer. Jadi, penyelesaian sengketa internasional perlu dan memang harus ditempuh penyelesaian secara damai, agar kenyamanan kehidupan bermasyarakat terlebih secara internasional tetap terjaga. Kata Kunci : Sengketa, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Peace-Building Abstract Conflict in international modern era are very vulnerable place caused by different kinds of conflicts of interest between countries. Nuclear energy is one of the challenges the international community in this regard the use of nuclear energy that could threaten international peace indeed even primarily for military purposes. The role of the UN Security Council in international dispute resolution efforts are basically related to the duties and functions to maintain international peace and security. Settlement of the conflict can be reached by the first way, a peaceful settlement, the second peaceful settlement of the action and the third force, the settlement with the use of physical force (use of force) with the deployment of military forces. Thus, the settlement of international disputes should and indeed must be the completion of a peaceful, comfortable life in order to advance the international community is maintained. Keywords : Conflict, United Nations, Peace-Building
44
2015
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak sengketa
I. Pendahuluan
internasional
2015
jangan
dibiarkan
Konflik (sengketa) internasional dalam
berlarut-larut atau harus segera diselesaikan.
era modern memang sangat rentan terjadi yang
Salah satu tujuan penyelesaian sengketa adalah
disebabkan
perbenturan
untuk mencegah dan menghindari terjadinya
kepentingan (conflict of interest) antar negara
peperangan antar negara dan penggunaan
maupun
kekerasan. Bila sengketa tidak terselesaikan,
berbagai
aktor
macam
lainnya.
Upaya-upaya
penyelesaian sengketa internasional tentunya
persengketaan
harus dilakukan secara optimal agar sengketa-
dapat
sengketa
terhadap
tersebut
tidak
meluas
dan
berkepanjangan yang cepat atau lambat dapat mengancam
perdamaian
dunia.
yang terjadi
menimbulkan
dikhawatirkan
krisis
perdamaian
dan
dan
ancaman keamanan
internasional.
Untuk
Penyelesaian
sengketa
internasional
menghadapinya tentu saja diperlukan aturan-
jangan ditafsirkan bahwa suatu sengketa harus
aturan penyelesaian sengketa internasional yang
diserahkan
berdasarkan
pengadilan internasional. Selesainya sengketa
prinsip-prinsip
perdamaian
dan
dan
diselesaikan
keamanan internasional sehingga apa pun
internasional
keputusan yang dicapai nanti dapat diterima
organisasi internasional.
secara baik oleh para pihak yang bersengketa
Pada
(berkonflik).
dapat
abad
juga
ke-19,
melalui
melalui
peran
negara
masih
merupakan entitas/aktor utama dalam setiap
Hubungan-hubungan internasional yang
hubungan internasional, khususnya hukum
diadakan antar negara, atau suatu negara
internasional.
dengan
tidak
argumen Oppenheim yang mengatakan bahwa
selamanya terjalin dengan baik. Acap kali
―Hukum antar bangsa dibuat oleh persetujuan
hubungan itu menimbulkan sengketa. Sengketa
bersama diantara negara-negara, dan bukan
dapat bermula dari berbagai sumber potensi
oleh individu perseorangan, sehingga negara
sengketa. Sumber potensi sengketa antar
merupakan subyek hukum internasional yang
negara dapat berupa masalah perbatasan,
utama‖65. Namun seiring berjalannya waktu,
sumber daya alam, kerusakan lingkungan,
maka
perdagangan dan lain-lain64.
dalam masyarakat internasional menjadi bagian
organisasi
internasional
Fakta
keberadaan
ini
diperkuat
Organisasi
oleh
Internasional
Sengketa internasional yang terjadi dapat berdampak
negatif
bagi
masyarakat
65
Peter Malanczuk, Akehurst‘s, 1997, Modern Introduction to International Law, Seventh Revised Edition, Routledge, London, hlm.91. Teks asli berbunyi : ―Since the law of nations is based on the common consent of individual states, and not of individual human beings, states solely and exclusively are subjects on international law.‖
internasional pada umumnya, oleh sebab itu
64
Huala Adolf, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika : Jakarta, hlm.1.
45
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
yang tidak terpisahkan terhadap relasi-relasi
konstitusional yang memberikan kewenangan
internasional.
kepada Organisasi Internasional.
Keberadaan
Internasional
Selain, dengan adanya keberadaan suatu
dewasa ini menjadi fundamental dalam upaya
organisasi internasional untuk mendorong,
lebih memajukan dan mendorong kerjasama
mengembangkan
internasional yang menyeluruh di berbagai
hubungan internasional, maka keberadaan
bidang dan kawasan. Mengapa demikian ?.
organisasi internasional adalah sangat penting
Hal itu di dasari pada kedudukan Organisasi
juga untuk menyelesaikan, mencegah dan
Internasional sebagai subyek hukum internasional
mewujudkan tatanan yang lebih baik dan
atau non state actors. Sebagai subyek hukum
damai
internasional tentunya Organisasi Internasional
internasional.
adalah
Organisasi
pemegang
berdasarkan tataran
hak
hukum
sistem
dan
kewajiban
internasional.
internasional,
dalam
Berkenaan
Dalam
internasional
tentunya
dan
bahkan
mendinamisasi
semangat
kerjasama
dengan
hubungan
komunitas
masyarakat
internasional tentunya terdapat tantangan dan
keberadaan sistem itu sendiri dipengaruhi oleh
permasalahan-permasalahan
pelaku atau pihak di dalamnya yakni termasuk
dihadapi dan diantisipasi serta dipecahkan
Organisasi
Internasional
bersama.
hubungan
internasional,
yang
mempengaruhi
termasuk
peran
Tantangan
yang
yang
dihadapi
harus
dunia
organisasi internasional dalam penyelesaian
internasional adalah bagaimana menemukan
sengketa internasional.
aturan-aturan baru untuk menguasai bidang
Hubungan internasional di masa-masa mendatang
akan
semakin
tenaga nuklir dan thermo-nuklir serta riset
kompleks.
ilmiah
pada
umumnya,
kemudian
untuk
Permasalahan-permasalahan internasional baik
mengatur kegiatan-kegiatan negara di angkasa
secara langsung maupun tidak langsung akan
luar dan dalam kosmos, untuk melindungi dan
berpengaruh terhadap kondisi domestik suatu
mengendalikan lingkungan manusia, untuk
negara maupun dunia internasional pada
mengawasi
umumnya.
mengenai pertumbuhan penduduk dunia dan
pertumbuhan
populasi
dunia
Berkaitan dengan keberadaan / eksistensi
untuk menangani arus lintas batas data
Organisasi Internasional, tentunya Organisasi
komputer, serta mengadakan suatu penemuan
Internasional memiliki fungsi dalam perannya
yuridis baru bagi eksplorasi dan eksploitasi
sebagai sebuah ―institusi / badan internasional‖. Fungsi-fungsi
dari
organisasi-organisasi
internasional adalah fungsi-fungsi legal atau 46
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak nuklir.
Tentunya
2015
sumber-sumber dasar laut diluar batas-batas
energi
masih
terdapat
kelautan nasional.66
organisasi internasional yang juga berperan
Berdasarkan hal tersebut, maka salah
lebih khusus membangun dunia yang damai
satu tantangan dunia internasional adalah
seperti Badan Energi Atom Internasional
mengenai
(IAEA).
energi
penggunaan
nuklir
energi
dalam
nuklir
hal
yang
ini
Kemudian
pasti
juga
terdapat
bisa
permasalahan selain energi nuklir yang bisa
mengancam perdamaian dunia internasional
mengancam perdamaian dan keamanan dunia
terutama bahkan memang untuk keperluan
internasional.
militer, jelas bisa mengancam perdamaian dunia
dan
keberadaan
tatanan
dunia.
suatu
organisasi
internasional
yang
akan
Untuk
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas,
badan
Bagaimanakah
/
itulah
menarik
untuk
dikaji
cara-cara
mengenai penyelesaian
mengupayakan
sengketa internasional pada umumnya dan
penggunaan energi nuklir secara baik menjadi
Bagaimanakah peranan PBB dalam upaya
sangat penting.
peace-building perdamaian dan keamanan
Bagaimanakah eksistensi PBB untuk
dunia internasional ?
membangun dan mengupayakan perdamaian dan
keamanan
internasional
dalam
hal
II. Pembahasan dan Analisa
menjaga serta mengatur penggunaan energi
Sengketa Internasional dan Penyelesaiannya
nuklir secara damai dan penyelesaian sengketa
Istilah ―sengketa-sengketa internasional‖
yang berkenaan dengan nuklir. Untuk itulah,
(international disputes) mencakup bukan saja
maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
sengketa-sengketa
hal tersebut dengan mengambil judul :
melainkan juga kasus-kasus lain yang berada
“Urgensi
Nuklir
dalam lingkup pengaturan internasional, yakni
Internasional Dalam Kerangka Perserikatan
beberapa kategori sengketa tertentu antara
Bangsa-Bangsa Dalam Upaya Mewujudkan
negara di satu pihak dan individu-individu,
Masa
badan-badan
Penyelesaian
Depan
Internasional
Sengketa
Peace-Building (Suatu
Perspektif
Dunia
antara
korporasi
negara-negara,
serta
bukan negara di pihak lain.
Non
Proliferation Nuclear)”.
badan-badan 67
Sengketa-
sengketa internasional yang terjadi tentu harus diselesaikan melalui cara-cara atau metode-
Tinjauan dalam tulisan ini adalah
metode tertentu.
sebuah alternatif dalam hal upaya mewujudkan dunia yang damai dalam hal penggunaan
66
67
T. May Rudy, 2002, Hukum Internasional 1, Refika Aditama : Bandung.
J.G. Starke, 2003, Pengantar Hukum Internasional 2, Cetakan Keempat, Sinar Grafika : Jakarta, hlm. 645.
47
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Pada
umumnya,
2015
metode-metode
Prinsip ini juga sentral dan penting.
penyelesaian sengketa digolongkan dalam dua
Prinsip inilah yang melarang para pihak untuk
kategori68 :
menyelesaikan
1. Cara-cara
penyelesaian
damai,
sengketanya
dengan
yaitu
menggunakan senjata (kekerasan). Prinsip ini
apabila para pihak telah dapat menyepakati
termuat antara lain dalam Pasal 13 Bali
untuk menemukan suatu solusi yang
Concord
bersahabat.
Manila.70
2. Cara-cara penyelesaian secara paksa atau
dipakai
atau
dikenakan
perkembangan
ke-4 Deklarasi
menyatakan : ‖ ..... In case of disputes on matters directly
adalah
melalui kekerasan. Dalam
Preambule
Pasal 13 Bali Concord antara lain
dengan kekerasan, yaitu apabila solusi yang
dan
affecting them, they shall refrain from the abad
ke-20
threat or use of force and shall at all times
khususnya setelah usai Perang Dunia II,
settle such disputes among themselves
penyelesaian sengketa internasional harus
through friendly negotiations‖.
diupayakan secara maksimal dengan cara
3. Prinsip
damai, sebagai bagian dari upaya menjaga
penyelesaian sengketa
perdamaian Untuk
dan
mencapai
keamanan
internasional.
penyelesaian
kebebasan
memilih
cara-cara
Prinsip ini termuat dalam Pasal 33 ayat
sengketa
(1) Piagam PBB dan Section 1 Paragraf 3 dan
internasional, maka harus berdasarkan prinsip-
10 Deklarasi Manila dan Paragraf ke-5 dari
prinsip tertentu.
Friendly Relations Declaration.71
Prinsip-prinsip penyelesaian sengketa
4. Prinsip kebebasan memilih hukum yang
secara damai yaitu :
akan diterapkan terhadap pokok sengketa
1. Prinsip itikad baik (good faith)
Kebebasan
para
pihak
untuk
Prinsip itikad baik dapat dikatakan
menentukan hukum ini termasuk kebebasan
sebagai prinsip fundamental dan paling sentral
untuk memilih kepatutan dan kelayakan (ex
dalam penyelesaian sengketa antar negara.
aequo et bono).72
Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan
5. Prinsip kesepakatan para pihak yang
adanya itikad baik dari para pihak dalam
bersengketa (konsensus)
menyelesaikan sengketanya.69 2. Prinsip larangan penggunaan kekerasan
70
Huala Adolf, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika : Jakarta, hlm.16. 71 Ibid 72 Pasal 38 (2) Statuta Mahkamah Internasional : This provision shall not prejudice the power of the Court to decide a case ex aequo et bono, if the parties agrre hereon.
dalam penyelesaian sengketa
68
Ibid, hlm. 646. Section 1 Paragraph 1 Deklarasi Manila.
69
48
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Prinsip inilah yang menjadi dasar bagi
berdasarkan
prinsip-prinsip
2015 fundamental
integritas wilayah negara-negara.76
pelaksanaan prinsip ke-3 dan ke-4 diatas. Prinsip kebebasan ke-3 dan ke-4 hanya akan
Disamping ketujuh prinsip di atas,
bisa dilakukan atau direalisasikan manakala
Office of the Legal Affairs PBB memuat
ada kesepakatan dari para pihak.73
prinsip-prinsip lain yang bersifat tambahan77,
6. Prinsip penggunaan terlebih dahulu hukum
yaitu :
nasional negara untuk menyelesaikan suatu
1. Prinsip larangan intervensi baik terhadap
sengketa (prinsip exhaustion of local
masalah dalam atau luar negeri para pihak.
remedies)
2. Prinsip persamaan hak dan penentuan
Prinsip ini termuat dalam Section 1
nasib sendiri.
Paragraf 10 Deklarasi Manila74. Kemudian dalam
sengketa
the
Interhandel
3. Prinsip
(1959),
negara.
Mahkamah Internasional menegaskan :
4. Prinsip
‖ Before resort may be had to an
occured
hukum
Berkenaan
terjadinya
sengketa
internasional, maka diperlukan sudut pandang
opportunity to redress it by its own means,
tertentu sebagai acuan bahwa suatu masalah
within the framework of its own domestic
dapat
legal system‖.75
internasional. Dalam Case Concerning East
dikatakan
sebagai
sengketa
internasional
Timor (Portugal vs. Australia), Mahkamah
tentang kedaulatan, kemerdekaan, dan
Internasional (ICJ) menetapkan 4 kriteria
integritas wilayah negara-negara
sengketa yaitu :
Deklarasi
hukum
have
dan
an
7. Prinsip-prinsip
should
kemerdekaan
internasional.
international court, the state where the violation
persamaan kedaulatan negara-
mencantumkan
1. Didasarkan pada kriteria-kriteria objektif.
prinsip ini dalam Section 1 Paragraf 1. Prinsip
Maksudnya adalah dengan melihat fakta-
ini
fakta yang ada.
mensyaratkan
bersengketa melaksanakan dalam
Manila
untuk
negara-negara terus
kewajiban
berhubungan
satu
yang
menaati
dan
2. Tidak didasarkan pada argumentasi salah
internasionalnya sama
satu pihak.
lainnya
3. Penyangkalan mengenai suatu peristiwa atau fakta oleh salah satu pihak tentang adanya sengketa tidak dengan sendirinya
73
Huala Adolf, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika : Jakarta, hlm.17. Lihat juga dalam Pasal 15 Bali Concord atau Pasal 16 Bali Concord. 74 Ibid, hlm.18. 75 Ibid
membuktikan bahwa tidak ada sengketa.
76 77
49
Ibid Ibid
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak 4. Adanya
sikap
yang
saling
2015
Secara pokok tugas Dewan Keamanan
bertentangan/berlawanan dari kedua belah
adalah sebagai berikut :
pihak yang bersengketa.
a). Menyelesaikan perselisihan dengan caracara damai, yaitu dengan cara yang didasarkan atas persetujuan sukarela atau
Peranan PBB Dalam Upaya Peace-Building Perdamaian
Dan
Keamanan
Dunia
Terbentuknya
Perserikatan
Bangsa-
paksaan
b). Mengambil
(PBB)
sebagai
suatu
masyarakat
internasional
di
bidang
PBB sebagai berikut : 1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional selaras dengan asas-asas dan
dari dan bertujuan memelihara perdamaian dan
tujuan PBB.
keamanan internasional, dilengkapi dengan
2. Menyelidiki tiap-tiap persengketaan atau
organ-organ utama yaitu : Majelis Umum,
situasi
Dewan Keamanan, Dewan Perwalian, Dewan
3. Mengusulkan
dan Sekretaris Jenderal dengan tugas dan
menetapkan
terkuat di PBB. Secara prinsip tugasnya adalah
diserahkan
suatu
untuk
sistem
mengatur
adanya
suatu
ancaman
terhadap perdamaian atau tindakan agresi
hal
dan mengusulkan tindakan apa yang harus
mempertahankan perdamaian dan keamanan memang
rencana-rencana
5. Menentukan
internasional. Lalu, apa saja tugas dan fungsi
internasional
yang
persenjataan.
keamanan
Dalam
untuk
sengketa-sengketa
4. Merumuskan
Dewan Keamanan PBB adalah badan
PBB.
menimbulkan
demikian atau syarat penyelesaian.
dalam Piagam PBB.
Keamanan
dapat
metode-metode
menyelesaikan
kewenangan masing-masing sesuai yang diatur
Dewan
yang
pergeseran internasional.
Ekonomi dan Sosial, Mahkamah Internasional
dan
terhadap
Kemudian fungsi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang lahir
perdamaian
tindakan-tindakan
berarti penyerangan.
perdamaian dan keamanan internasional.
menjaga
menjalankan
ancaman perdamaian dan perbuatan yang
organisasi
internasional membawa harapan-harapan baru bagi
dalam
persetujuan.
Internasional
Bangsa
hukum
diambil.
kepada
6. Menyerukan untuk mengadakan sanksi-
Dewan Keamanan, dengan syarat bahwa
sanksi ekonomi dan tindakan lain yang
semua tindakan Dewan Keamanan tersebut
bukan
harus selaras dengan tujuan dan asas-asas
perang
untuk
mencegah
atau
menghentikan agresor.
PBB.
7. Mengadakan aksi militer terhadap agresor. 50
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak 8. Melaksanakan fungsi-fungsi perwakilan
pengaturan persenjataan (Pasal 26 Piagam).
PBB di daerah ―strategis‖. 9. Mengusulkan
kepada
2015
Kelima, prinsip umum mengenai kerjasama di
Majelis
Umum
bidang
pemeliharaan
perdamaian
dan
pengangkatan seorang Sekretaris Jenderal,
keamanan internasional (Pasal 11 ayat 1
dan bersama–sama dengan Majelis Umum,
Piagam).
pengangkatan para Hakim dari Mahkamah
Dalam hal penyelesaian secara damai,
Internasional
terdapat dalam Bab VI Pasal 33 ditegaskan : ―The parties to any dispute, the continuance of
10. Menyampaikan laporan tahunan kepada Majelis Umum.
which is likely to endanger the maintenance of
Usaha-usaha pemeliharaan perdamaian
international peace and security, shall, first of
dan keamanan internasional, PBB dalam hal
all, seek a solution by negotiation, enquiry,
ini membebankan pada Dewan Keamanan
mediation, conciliation, arbitration, judicial
PBB, telah meletakkan 5 prinsip dalam
settlement, resort to regional agencies or
Piagamnya.
arrangements, or other peaceful means of their
Pertama,
menyelesaikan
prinsip
perselisihan
untuk
internasional
own choice‖.
secara damai (Pasal 2 ayat 3 jo. Bab VI dan
Kemudian Pasal 34 Piagam PBB : ―The
Bab VIII Piagam). Bagaimanakah bunyi Pasal
Security Council may investigate any dispute,
2 ayat 3 Piagam PBB adalah sebagai berikut :
or any situation which might lead to
―All Members shall settle their international
international friction or give rise to a dispute,
disputes by peaceful means in such a manner
in order to determine whether the continuance
that international peace and security, and
of the dispute or situation is likely to endanger
justice, are not endangered‖. Kedua, prinsip
the maintenance of international peace and
untuk tidak menggunakan ancaman kekerasan
security‖.
(Pasal 2 ayat 4 Piagam). Adapun bunyi Pasal 2
Selanjutnya Dewan Keamanan dapat
ayat 4 Piagam PBB yakni sebagai berikut : ―All
menilai suatu kondisi yang bersifat ancaman
Members shall refrain in their international
atau bukan bagi perdamaian dan keamanan
relations from the threat or use of force against the
internasional. Dalam Pasal 39 Piagam PBB
territorial integrity or political independence of any
ditegaskan
state, or in any other manner inconsistent with the
menentukan ada tidaknya sesuatu ancaman
Purposes of the United Nations‖. Kemudian yang
terhadap perdamaian, pelanggaran terhadap
ketiga, prinsip mengenai tanggung jawab
perdamaian atau tindakan agresi dan akan
untuk menentukan adanya ancaman (Pasal 39
menganjurkan atau memutuskan tindakan apa
Piagam).
yang harus diambil sesuai dengan Pasal 41 dan
Keempat,
prinsip
mengenai 51
:
Dewan
Keamanan
akan
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Pasal 42, untuk memelihara atau memulihkan
demonstrations,
perdamaian
operations by air, sea, or land forces of
dan
keamanan
internasional.
Dalam pasal ini Dewan Keamanan diberikan
blockade,
2015 and
other
Members of the United Nations‖.
mandat untuk menilai secara objektif terhadap
Dengan
demikian
peranan
Dewan
suatu masalah, apakah termasuk ancaman atau
Keamanan PBB dalam upaya penyelesaian
bukan, ada tidaknya ancaman bagi perdamaian
sengketa internasional pada dasarnya berkaitan
dan keamanan internasional (kursif penulis).
dengan tugas dan fungsinya untuk memelihara
Lalu bagaimanakah bunyi Pasal 41
perdamaian
dan
keamanan
internasional.
Piagam PBB. Pasal tersebut menyatakan :
Adapun langkah-langkah yang diambil berupa
―The Security Council may decide what
: penyelesaian secara damai, penyelesaian
measures not involving the use of armed force
secara damai dengan tindakan paksa dan yang
are to be employed to give effect to its
terakhir dengan penggunaan kekuatan secara
decisions, and it may call upon the Members of
fisik (use of force) dengan pengerahan pasukan
the United Nations to apply such measures.
militer.
These may include complete or partial
internasional
interruption of economic relations and of rail,
ditempuh penyelesaian secara damai, agar
sea, air, postal, telegraphic, radio, and other
kenyamanan kehidupan bermasyarakat terlebih
means of communication, and the severance of
secara internasional
diplomatic relations‖. Berarti disini Dewan
penulis).
Jadi,
penyelesaian
perlu
dan
sengketa
memang
tetap terjaga
harus
(kursif
Keamanan dapat mengambil tindakan paksa III. Penutup
agar keputusannya ditaati.
Dunia dan masyarakat internasional
Namun, dimungkinkan juga Dewan Keamanan
mengambil
mengupayakan
tindakan
keputusan fisik.
terus dinamis, mengubah diri dan membangun
untuk
diri. Salah satu pihak sebagai non state actor
Piagam
adalah Organisasi Internasional. Keberadaan
memberikan mandat untuk itu yakni Pasal 42.
Organisasi Internasional dewasa ini menjadi
Adapun bunyi Pasal 42 Piagam PBB :
fundamental dalam upaya lebih memajukan
―Should the Security Council consider that
dan mendorong kerjasama internasional yang
measures provided for in Article 41 would
menyeluruh di berbagai bidang dan kawasan.
be inadequate or have proved to be
Berkenaan dengan hubungan internasional dan
inadequate, it may take such action by air, sea, or land forces as may be necessary to maintain or restore international peace
komunitas
masyarakat
internasional
terdapat
tantangan
dan
tentunya
permasalahan-
permasalahan yang harus dihadapi dan diantisipasi
and security. Such action may include 52
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
serta dipecahkan bersama. Salah satu tantangan
sekitar 30 negara yang akan memiliki nuklir di
dunia internasional adalah mengenai energi
masa mendatangnya.
nuklir dalam hal ini penggunaan energi nuklir yang
bisa
mengancam
perdamaian
dan
keamanan dunia internasional. Untuk itu keberadaan / eksistensi PBB
Daftar Pustaka Adolf, Huala, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika : Jakarta. Akehurst‘s Malanczuk, Peter, 1997, Modern Introduction to International Law, Seventh Revised Edition, Routledge, London. Arechaga, De Jimenez Eduardo, 1983, United Nations Security Council, Encylopedia of Public International Law. Canada's Nuclear Story, (Harrap Research Publications, London, 1966), Chapter 12. CBS News (April 22, 2006). Iran To Enrich Uranium In Russia Fite, David and Sharon Squassoni, "Brazil's Nuclear History", Arms Control Today (October 2005). Federation of American Scientists (fas.org). Romania Special Weapons Federation of American Scientists (fas.org) (October 2, 1999). Nuclear Weapons Program-(Argentina) Federation of American Scientists (fas.org) (May 29, 2000). Nuclear Weapons Program (South Africa) Federation of American Scientists (fas.org). Ghali, Boutros Boutros, 1992, An Agenda for Peace, United Nations : New York. M. Franck, Thomas and Faiza Patel, 1991, UN Police Action in Lieu of War : The Order Chapters, 85:1 AJIL. Nuclear Threat Initiative (nti.org) (February 2006). Libya Nuclear Overview
sebagai organisasi internasional yang terbesar di dunia
menjadi
sangat
penting
untuk
mewujudkan peace-building dan menjaga serta mengantisipasi
ancaman
perdamaian
dan
keamanan dunia internasional dari penggunaan nuklir yang bukan untuk tujuan damai. Oleh karena itu adanya PBB sebagai organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober
1945
menciptakan
dengan
tujuan
perdamaian
dan
prinsip keamanan
internasional termasuk dalam hal penggunaan energi nuklir secara damai serta menangkal penggunaannya
untuk
keperluan
militer,
haruslah terus didukung dalam optimalisasi fungsi dan tujuannya. Adapun upaya yang telah dan masih harus
dilakukan
yaitu
upaya
membuat
instrumen internasional yang lebih ketat yakni berbagai aturan internasional berupa traktat, konvensi, protokol, dan aturan internasional lainnya di bidang nuklir sebagai instruyen atau dasar hukum bagi setiap kegiatan dan tindakan tenaga nuklir untuk tujuan damai, selain yang sudah ada seperti Non Proliferasi Nuklir dalam hal
pengaturan
meningkatkan demikian
energi
pengawasan,
diperkirakan
nuklir
serta
jika
tidak
kemungkinan
Saudia Arabia Working On Secret Nuclear Program With Pakistan Help - Report AFX News
ada 53
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Piagam PBB PENEMUAN HUKUM (RECHTSVINDING) DAN PENCIPTAAN HUKUM Statuta Mahkamah Internasional (RECHTSSCHEPPING) OLEH HAKIM DALAM RANGKA Deklarasi Manila MEWUJUDKAN KEADILAN SUBSTANTIF PADA PENEGAKAN Bali Concord HUKUM DI ERA TRANSISI DI INDONESIA Oleh : Aktris Nuryanti Abstrak Penemuan hukum dan penciptaan hukum oleh hakim dalam penegakan hukum di era transisi di Indonesia sangat urgen terutama dalam mewujudkan keadilan substantif mengingat bahwa reformasi hukum yang dicita-citakan sejak kemerdekaan baru dicetuskan masih terus berjalan, sementara hakim tidak boleh menolak mengadili perkara yang diajukan kepadanya. Walau terikat oleh peraturan perundang-undangan namun hukum bebas atau non-doktrinal layak diposisikan sebagai tambahan atas aturan perundang-undangan. Oleh sebab itu maka hakim harus dapat mengkontekskan aturan hukum yang ada sesuai dengan rasa keadilan dan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Penegak hukum di Indonesia cenderung berpegang pada paradigma positivistik yang sangat mengutamakan aspek prosedural maka perlu dilakukan perubahan mendasar terhadap paradigma tersebut,dengan mengingat bahwa mewujudkan keadilan merupakan hal mendasar yang selalu dirindukan manusia. Peraturan hukum dan perundang-undangan sebaiknya hanya sebagai pedoman, dalam mewujudkan keadilan. Kata kunci: penemuan hukum, penciptaan hukum, keadilan substantif, penegakan hukum, era transisi. Abstract Legal discovery and the creation of law by judges in the law enforcement in an era of transition in Indonesia is very urgent, especially in the realization of substantive justice that legal reforms since independence aspired still ongoing, while the judge may not refuse to hear a case brought before it. Although formed by rules but the laws of free or non-doctrinal worth positioned in addition to the rule of law. Therefore , the judge must be able to provide legal regulations in accordance with the sense of justice and the values of life in society. Law enforcement in Indonesia tend to stick to the positivist paradigm that prioritizes the necessary procedural aspects fundamental changes to this paradigm, keeping in mind that achieving justice is fundamental that humans always be missed. Laws and regulations should only as a guide for achieving justice. Keywords: legal discovery, creation of law, substantive justice, law enforcement, the era of transition.
54
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
masa yang telah berlangsung sebelumnya. Semangat yang muncul karena adanya suasana dan perilaku yang tidak diinginkan pada masa sebelumnya
ataupun
karena
adanya
ketidakteraturan dalam masyarakat (disorder). Jadi reformasi yang menggaung kembali pada tahun
I. Pendahuluan Reformasi 1998 yang
dimulai dengan
suasana gegap gempita untuk
1998
hanyalah
penamaan
untuk
membedakan dengan orde-sebelumnya yaitu
mengakhiri
orde baru.
kekuasaan orde baru dengan ciri-cirinya yang
Tidak dapat dipungkiri bahwa di bidang
sentralistik dan otoriter telah berusia lebih dari
politik, reformasi berlangsung dengan sangat
satu dasa warsa. Pada bidang kehidupan
mengesankan,
tertentu seperti demokrasi, aksi-aksi dan
reformasi di bidang hukum? Banyak kalangan
perilaku yang di masa orde baru ditekan kuat-
menilai bahwa reformasi di bidang hukum
kuat (repressed) kini dapat diekspresikan
berjalan lambat. Di sini hukum dikonsepkan
dengan
secara sosiologik, sebagai hukum yang dapat
bebas
seperti,
mengeluarkan
pendapat,
akuntabilitas,
transparansi
kemerdekaan
kebebasan
lalu
bagaimana
dengan
pers,
diamati di alam pengalaman. Dari segi
lain-lain.
substansinya hukum terlihat sebagai suatu
Perubahan suasana demokratis dirasakan bagai
kekuatan sosial yang empirik wujudnya,
luapan air bah, dan menempatkan Indonesia
namun terlahir secara sah, dan bekerja untuk
sebagai salah satu Negara demokrasi terbesar
memola
di dunia.
masyarakat. Dari segi strukturnya hukum
dan
Sejujurnya,era reformasi bagi bangsa
terlihat
perilaku-perilaku
sebagai
institusi
aktual
peradilan
yang
indonesia telah bergulir sejak bangsa Indonesia
kerjanya
menyatakan kemerdekaannya. Transisi dari
masukan (materi hukum in abstracto, yaitu
alam kolonial ke alam merdeka menuntut
produk system politik)
adanya
pembaharuan.
keluaran (keputusan in concreto) yang dengan
Demikian pula ketika orde lama ditumbangkan
cara demikian mencoba mempengaruhi dan
oleh orde baru dan selanjutnya orde baru
mengarahkan bentuk serta interaksi sosial yang
digantikan
Istilah
berlangsung di dalam masyarakat. Hukum
reformasi yang digunakan lebih menunjuk
bukan norma yang eksis secara eksklusif di
perubahan
oleh
orde
dan
reformasi.
kepada semangat untuk berubah ke arah tatanan yang lebih baik dibandingkan dengan 55
mentransformasikan
warga
masukan-
menjadi keluaran-
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
dalam suatu system legitimasi yang formal jadi
sebagai perintah atau dengan kata lain , hukum
bersifat non-doktrinal78.
atau aturan sebenarnya adalah satu jenis
Beberapa contoh kasus seperti yang
perintah
yang
harus
dilaksanakan,
yang
menimpa Basyar dan kholil (Kediri – mencuri
disusun oleh sumber yang jelas dan pasti yaitu
semangka karena kehausan), Manisih (Batang
institusi dalam sebuah Negara yang tunduk
– tuduhan mencuri + 5 kg kapuk randu), Klijo
pada sebuah kedaulatan80.
Sumarto (Sleman Yogyakarta - mencuri 1
Untuk mewujudkan keadilan substantif
tandan pisang klutuk). Dan Mbah Minah
dalam penegakan hukum di era transisi di saat
(Purwokerto - mencuri 3 buah kakao dihukum
dimana kondisi hukum biasanya berada dalam
1,5 bulan) serta anak yang diadili karena
suasana dan perilaku yang tidak diinginkan
didakwa
bekas
ataupun karena adanya ketidakteraturan dalam
(Sulawesi), menunjukkan bahwa para penegak
masyarakat (disorder), maka penemuan hukum
hukum di Indonesia dominan menerapkan
(rechtsvinding)
konsep
(rechtscepping) oleh hakim merupakan suatu
mencuri
hukum
sandal
yang
jepit
doctrinal
yang
mengkonsepkan hukum secara positivistik
dan
penciptaan
hukum
harapan besar para pencari keadilan.
sebagai norma ius constitutum atau law as
Berdasarkan paparan di muka maka
what it is (written) in the books. Cara-cara
penulis memberikan rumusan masalah sebagai
pemikiran yang teramat legal positivistik inilah
berikut:
yang sering disebut sebagai kendala utama
(rechtsvinding)
bidang hukum di Indonesia.79
(rechtsschepping)
oleh
penegakan
di
Paradigma positivisme yang mentradisi
Apa
urgensi dan
hukum
penemuan penciptaan hakim era
transisi
hukum hukum dalam serta
di kalangan penegak hukum termasuk hakim,
bagaimana cara hakim menemukan hukum
telah menempatkan hakim hanya sebagai
(rechtsvinding)
corong undang-undang (la bouche de la loi)
(rechtsschepping) tersebut?
dan melahirkan putusan-putusan yang hanya memenuhi
unsur
keadilan
dan
menciptakan
hukum
II. Pembahasan dan Analisa
prosedural
semata,
sekaligus
Urgensi Penemuan Hukum (Rechtsvinding)
keadilan
substantif
dan Penciptaan Hukum (Rechtsschepping)
(substancial justice). Bagi penganut positivis,
Oleh Hakim Dalam Penegakan Hukum Di
seperti John Austin, hukum memang diartikan
Era Transisi
(procedural
justice)
menjauhkan
unsur
78
Soetandyo Wignyosoebroto dalam Butir-butir Pemikiran dalam Hukum, editor: Sri Rahayu Oktoberina dan Niken Safitri, Refika Aditama, 2008, hal 58. 79 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis), Gunung Agung, 2002, hal 18.
80
Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler, Pustaka Alfabet, Jakarta, 2008, hal 182
56
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Hukum merupakan suatu hal yang selalu
transisi. Di situ sangat jelas digambarkan
aktual untuk dibicarakan, hal ini antara lain
dinamika hukum dan bahwa hukum itu tidak
disebabkan karena hukum itu inheren dengan
pernah diam. Kemajuan dalam perkembangan
masyarakat, ia akan selalu ada dimanapun
hukum suatu bangsa, karena sebab-sebab
suatu masyarakat berada untuk melayani dan
tertentu, bisa mengalami kemunduran dan
bekerja dalam masyarakat yang senantiasa
kembali kepada keadaan sebelum mengalami
berubah. Dalam perjalanan sejarah bangsa
kemajuan. Suatu bangsa yang karena keadaan
Indonesia, tercatat bahwa di Indonesia pernah
tertentu ―harus‖ berhukum secara otoriter dan
berlaku orde kolonialisme yang menggunakan
represif, karena digunakan sebagai alat oleh
hukum
penguasa, bisa berubah ke arah hukum yang
untuk
melindungi
kepentingan
kolonial, orde lama di bawah kepemimpinan
otonom.
Soekarno yang menggunakan hukum untuk
berhukum lebih didasarkan pada penggunaan
kepentingan ambisi revolusinya, serta orde
kekerasan dan paksaan, bisa berubah dan
baru yang dipimpin oleh Soeharto yang
bukan lagi kekuatan fisik yang diandalkan,
menggunakan hukum untuk mengamankan
melainkan kekuatan dari bekerjanya hukum itu
pembangunan.
telah
sendiri yang sudah menjadi semakin otonom.
disebutkan di muka menggunakan hukum
Di sini orang berbicara mengenai munculnya
sebagai instrumen kekuasaan. Dan saat ini kita
kedaulatan
hukum,
bukan
berada dalam suatu orde yang dinamai orde
Perubahan
tersebut
disebabkan
reformasi.
mencatat
dinamika internal dalam masyarakat yang
warna berikut gejolak hukumnya sendiri.
berhasil merobohkan tekanan sosial yang
Namun di setiap pergantian orde selalu
bergerak dinamis.
diteriakkan keburukan
Ketiga
orde
Masing-masing
kegagalan, orde
yang
orde
kelemahan,
sebelumnya
dan
Keadaan
represif,
dimana
cara
kekuasaan. karena
Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa
yang harus
dalam ketertiban tersimpan bibit-bibit ketidak-
diperbaiki, dan dirubah oleh orde berikutnya.
tertiban,
Setiap orde mengemban agenda perubahan
―ketertiban
yang mengarahkan ke kehidupan berbangsa
sehingga muncul
muncul dari
ungkapan
ketidaktertiban‖
(order out of chaos)82. Bukti-bukti empirik
dan bernegara yang lebih baik.
mengenai hal tersebut, yang bermula dari
Nonet dan Selznick81 membuat paparan
ilmu-ilmu kimia dan fisika, sekarang juga
yang cukup bagus pada waktu menulis tentang
sudah merambah masuk ke ranah ilmu-ilmu
hukum dalam masyarakat yang mengalami 81
82
Philippe Nonet & Philip Selznick, Hukum Responsif, Pilihan Hukum Di Masa Transisi, Huma dan Ford Foundation, Jakarta, 2003.
Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir, Penerbit
Buku Kompas, Jakarta, 2008, hal 133
57
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
sosial dan hukum.83 Apa yang dikemukakan
dapat dirasakan akan tetapi perwujudannya
ini relevan dengan masa transisi yang beberapa
merupakan sesuatu yang senantiasa dirindukan
kali terjadi dalam setiap pergantian orde.
oleh masyarakat. Bahwa manusia membentuk kehidupan bermasyarakat juga sebagai sisi lain
Salah satu agenda reformasi 1998 adalah
dari kehidupan berkeadilan.
melakukan reformasi peradilan khususnya
Keadilan merupakan salah satu tujuan
tentang penegakan hukum dan keadilan dalam
hukum di samping kepastian hukum dan
mengangkat derajat supremasi hukum di
kemanfaatan. Idealnya, hukum mengakomodir
Negara hukum Republik Indonesia. Reformasi
ketiganya. Putusan hakim misalnya, sedapat
peradilan haruslah menjadi inti pembangunan
mungkin merupakan resultante dari ketiganya.
hukum di Indonesia dengan berpegang pada adanya
kemauan
politik
Tetapi, masyarakat umumnya berpendapat
untuk
bahwa aspek keadilanlah yang menjadi tujuan
menyempurnakan penegakan hukum melalui
hukum,
penerapan yang konsisten atas prinsip-prinsip umum
keadilan
yang
layak
sebabnya mengapa keadilan selalu di sorot masyarakat.
prinsip keadilan (menyelenggarakan keadilan
akan saya korbankan hukum itu. Hukum hanya
otoritas peradilan), prinsip persidangan yang
sarana, sedangkan tujuannya adalah keadilan.
jujur (terbuka untuk umum, persamaan di mendapat
Mengapa
bantuan
sarananya
menjamin hak dan kewajiban, putusan yang
yang 85
berkaitan
dengan
hubungan
antar
Mantan Hakim Agung yang religius dan sangat responsif dengan perkembangan hukum dan masyarakat indonesia. 86 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal 156
identifikasi demikian. Keadilan adalah sesuatu yang abstrak, ia tidak dapat dilihat, hanya
Bulletin Komisi Yudisial, Juni 2008, hal 21
maka
menyatakan bahwa ―keadilan adalah kebajikan
does not seem to be a law‖ menunjukkan
Ibid 134
tujuannya,
Aristoteles dalam Nicomachean Ethics
justice deny” atau ―a law which is not just
84
daripada
sementara substansial justice-nya menjauh.
dengan
keadilan. Ungkapan seperti “justice delay,
83
karena
procedural justice-lah yang akan mewujud
berdasarkan hukum kebenaran dan keadilan).84 diidentikkan
dikorbankan
aparat penegak hukum lebih menonjolkan
kepastian hukum (prosedur hukum yang
sering
tujuan
sarana?‖86. Manakala dalam berhukum para
hukum, praduga tak bersalah) dan prinsip
Hukum
pernah
keadilan saya korbankan kepastian hukum,
melarang campur tangan oleh pihak di luar
hak
Siregar85
Bismar
mengatakan bahwa, ―Bila untuk menegakkan
berdasarkan hukum, kebenaran dan keadilan,
hukum,
itu maka masalah
keadilanlah yang harus diutamakan, itulah
(algemene
beginselen van behooklijk rehctpraak) seperti:
hadapan
oleh karena
58
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
manusia‖. Adil dapat berarti menurut hukum,
keadilan atas nama tuhan di dunia. Karenanya,
dan
yang
hakim dalam menjalankan kewajibannya harus
semestinya. Menurutnya, seseorang dikatakan
dijaga agar selalu menggunakan hati nuraninya
tidak adil apabila orang itu mengambil lebih
dalam menyuarakan keadilan. Diakui atau
dari bagian yang semestinya.87
tidak, penegakan hukum di Indonesia, mulai
apa
yang
sebanding,
yaitu
Hingga saat ini, lembaga peradilan yang
dari proses penyidikan hingga vonis, masih
menjadi tumpuan masyarakat dalam mencari
didominasi oleh paradigma positivistik, lebih
keadilan, masih sangat lemah dan belum
mengutamakan masalah kepastian hukumnya
mencerminkan sebagai lembaga sentral yang
dari pada aspek keadilan dan kemanfaatan.
terhormat melainkan sebagai lembaga yang
Undang-undang dijadikan satu-satunya dasar
marjinal
berfikir
yang mudah
kekuasaan,
politik
peradilan
dinilai
menempatkan penyelenggara
dikendalikan
dan masih
diri
uang. belum
sebagai
hukum
Lembaga
pada
dan
kasus-kasus
yang
tanpa
mengakomodasi
efek
bekerjanya
hukum,
akhirnya
timbullah persoalan dalam upaya pencapaian
berintikan
keadilan substansial (substansial justice).
keadilan. Bahkan masih terkesan tebang pilih terhadap
hukum,
kehendak masyarakat luas, apalagi melihat
mampu
wadah
yang
oleh
Van den Bergh menyebutkan dua tipe
ditanganinya.
hukum; yang pertama adalah geleerd recht,
Beberapa kasus korupsi (BLBI, Century gate)
yang
dan illegal loging yang selalu menyita
terlebih dahulu, dan yang kedua adalah
perhatian
mestinya
angeleerd recht yang tidak membutuhkan
didahulukan, ternyata dibiarkan atau sengaja
pembelajaran khusus terlebih dahulu. Geleerd
diperlambat hingga dikhawatirkan akhirnya
recht
terlupakan. Jikapun ada yang sampai ke
positivisme yang melahirkan legisme. Hal ini
pengadilan, putusan yang dihasilkan terkesan
tidak terlepas dari pesatnya perkembangan
diatur sesuai dengan pesanan.88
ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad
Peran
masyarakat
penegak
dan
hukum
membutuhkan
memiliki
pembelajaran
hubungan
erat
khusus
dengan
untuk
XIX. Pada waktu itu hukum dipanggil untuk
mewujudkan keadilan sangat besar, disamping
melegitimasi hal-hal yang dicapai oleh ilmu
bertanggung jawab mewujudkan kepastian
pengetahuan dan teknologi. Respon ilmu
hukum dan kemanfaatan hukum. Secara
hukum adalah membangun suatu tatanan yang
filosofis, profesi hakim mengemban visi dan
penuh dengan kepastian. Kepastian-kepastian
misi suci untuk menegakkan hukum dan
ini menyelamatkan produk ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memberikan konfirmasi.
87 88
Ibid. Ibid 25
Maka era ilmu hukumpun menjadi suatu era 59
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak yang penuh dengan kepastian yang berpuncak
pernah
pada kodifikasi. Kodifikasi ini menampilkan
melainkan penuh dengan gejolak, ia tidak
hukum dalam bentuknya sebagai suatu skema
berjalan
yang tuntas (finite scheme) dan kaku (rigid).
89
bekerja
pada
secara
2015
aras
lurus-lurus
rule-making,
saja,
sebagai
cerminan dari keteraturan, melainkan juga rule breaking90
Reaksi dan bekerjanya para penegak hukum dalam menyikapi kasus-kasus Mbah Minah,
Manisih,
Prita
dan
lain-lain
Cara
Hakim
Menemukan
Hukum
menunjukkan cara-cara berfikir positivistik,
(Rechtsvinding) Dan Menciptakan Hukum
begitu terpaku pada teks, pembacaan teks,
(Rectschepping)
pemaknaan teks yang seperti diketahui bahwa
Penemuan hukum merupakan unsur
sifat penting dari hukum tertulis adalah
penting dalam memecahkan masalah hukum
kekakuannya (Lex dura sed tamen scripta)
dan menerapkan hukum (the power of solving
sehingga ketika mereka berhukum masalah
legal problems), menguasai kaedah hukum
fairness,
saja
reasonableness,
common
sence
belumlah
cukup.
terutama
dalam berhukum dipilah dan disisihkan.
memeriksa dan memutus perkara, penemuan
positivis
sangat
berbeda
hukum
bahwa hukum tidak pernah selesai karena ia berada
dalam
ini
dalam
dianggap
yang
Penemuan hukum oleh hakim, pada
―menjadi‖.
hakekatnya perwujudan pengembanan hukum
Reformasi hukum di Indonesia memang belum
secara ilmiah dan secara praktikal. Penemuan
selesai bahkan mungkin tak akan pernah
hukum sebagai sebuah reaksi terhadap situasi-
selesai, maka di masa transisi, dimana kondisi
situasi problematikal yang dipaparkan orang
hukum dalam suasana dan perilaku yang tidak
ke dalam peristilahan
diinginkan
dengan
ataupun
proses
hakim
hakim
mempunyai wibawa91.
dengan Satjipto Rahardjo yang mengatakan selalu
oleh
oleh
hukum
sebagai sesuatu yang mencirikan akal sehat
Pandangan
dilakukan
Penemuan
karena
adanya
hukum
berkenaan
pertanyaan-pertanyaan
hukum,
ketidakteraturan dalam masyarakat (disorder),
konflik-konflik hukum atau sengketa-sengketa
ditambah lagi dengan hukum bukan suatu
hukum. Penemuan hukum diarahkan pada
skema
yang
penemuan
hukum
pemberian
penciptaan
hukum
pertanyaan tentang hukum dan hal pencarian
(rechtscepping) oleh hakim merupakan suatu
penyelesaian-penyelesaian terhadap sengketa-
(rechtsvinding)
tuntas, dan
jawaban
terhadap
pertanyaan-
yang urgen untuk dilakukan. Satjipto Rahardjo 90
bahkan menilai bahwa hukum memang tidak 89
Ibid 135 Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 5 91
Sutandyo, opcit, hal 30
60
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
sengketa konkrit. Terkait padanya antara lain
tidak ada92 atau kurang jelas‖ melainkan wajib
diajukan
tentang
untuk memeriksa dan mengadilinya. Hal ini
penjelasan/tafsiran dan penerapan-penerapan
sejalan dengan Pasal 27 ayat (1) dan
aturan hukum, dan pertanyaan-pertanyaan
menentukan pula hakim selaku penegak
tentang
hukum
pertanyaan-pertanyaan
makna
dari
fakta-fakta
yang
dan
keadilan
wajib
menggali,
terhadapnya hukum harus diterapkan. Jadi
mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
penemuan hukum selalu berkenaan dengan hal
yang hidup dalam masyarakat. Doktrin hukum
menemukan penyelesaian-penyelesaian dan
yang menyatakan bahwa hakim mengetahui
jawaban-jawaban berdasarkan kaidah-kaidah
hukum (ius curia novit) harus diartikan hakim
hukum.
karena jabatannya menentukan hukum apa
Penemuan hukum termasuk kegiatan
yang berlaku terhadap perkara yang diadilinya.
sehari-hari para yuris, dan dan dapat dilakukan
Sementara itu, bagi penganut system civil law
pada setiap bidang hukum, seperti hukum
sumber hukum utama yang menjadi acuan
pidana, hukum perdata, hukum pemerintahan,
dalam proses analisis fakta tersebut adalah
hukum pajak dan lain-lain. Ia adalah aspek
peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini
penting dalam ilmu hukum dan praktek
yang
hukum.
peraturan perundang-undangan tersebut belum
Dalam
menjalankan
profesinya,
menjadi
keputusan-keputusan
berdasarkan
membantu hakim dalam penyelesaian suatu
hasil analisisnya terhadap fakta-fakta yang
perkara atau masalah hukum. Dalam situasi
diajukan
sebagai
dan
seperti ini, seorang hakim tidak dapat begitu
kaitannya
dengan
hukum-
saja menolak untuk menyelesaikan perkara
hukum positif. Menurut ketentuan Pasal 14
tersebut. Artinya, seorang ahli hukum harus
ayat (1) Undang-undang No. 14 Tahun 1970
mampu berperan dalam menetapkan atau
tentang
Pokok
menentukan apa yang akan merupakan hukum
Kekuasaan Kehakiman, yang telah dirubah
dan apa yang bukan hukum, walaupun
dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun
peraturan perundang-undangan yang ada tidak
1999 dan mengalami perubahan lagi dengan
dapat membantunya. Fakultas Hukum Erasmus
Undang-undang
hukum
kaidah-kaidah
Ketentuan-ketentuan
4
tidak
dapat
Tahun
2004
(Rotterdam Belanda) pernah menyarankan
tidak
boleh
agar hukum, peraturan dan undang-undang,
menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu
hanya berfungsi memberikan panduan yang
perkara yang diajukan dengan dalih hukumnya
terbuka, tidak pasti, deterministik, dan final.
menggariskan
No.
atau
apabila
jelas,
masalah
lengkap
adalah
seorang hakim pada dasarnya harus membuat hukum,
belum
masalah
―Pengadilan
92
61
Ibid 18
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Berfikir hukum seperti ini sangat menarik
hukum bebas atau non-doktrinal diposisikan
karena mengingatkan pada cara berfikir dalam
sebagai tambahan dari aturan perundang-
hukum adat yang cenderung luwes.93
undangan.
Hakim
dapat
mengkontekskan
Pada konteks hukum positif, berfikir
aturan hukum yang ada sesuai dengan rasa
hukum secara luwes juga dapat dilihat pada
keadilan dan nilai-nilai masyarakat, yang
kewenangan hakim untuk menemukan hukum
merupakan inti dari ajaran penemuan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
bebas yang beraliran sosiologis. Hukum bebas
(1) UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang
dalam pengertian rasa keadilan dan nilai-nilai
kekuasaan kehakiman, juga harus ditafsirkan
masyarakat sangat identik dengan hukum
secara sistematis dengan Pasal 28 ayat 1 dan 2
agama dan adat yang ada di dalam masyarakat.
UU Nomor 4 Tahun 2004 yang berbunyi
Namun tidak sebatas itu saja, tafsir rasa
sebagai berikut:
keadilan dan nilai-nilai masyarakat juga dapat
1.
Hakim
wajib
menggali,
mengikuti,
ditafsirkan
di
dalam
dinamika
sosial
memahami nilai-nilai hukum dan rasa
kemasyarakatan. Dimana aspek tuntutan dan
keadilan dalam masyarakat.
tekanan masyarakat mengenai mana yang adil
2. Dalam
menerapkan
berat
ringannya
dan tidak adil menjadi aspek yang tidak dapat
pidana, hakim wajib memperhatikan
diabaikan dalam memutus suatu perkara.
pula sifat yang baik dan jahat dari
Secara operasional, dalam penemuan
terdakwa.
hukum (rechtsvinding) dan penciptaan hukum
Dari pasal di atas jelas dinyatakan bahwa hakim
wajib
menggali,
mengikuti
(rechtsschepping)
dan
dengan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
dengan
yang baik dan jahat dari terdakwa sebelum memutus perkara. Hal ini berarti bahwa selain hukum yang doktrinal diberlakukan pula hukum
yang
menunjukkan
non-doktrinal. bahwa
Indonesia
Hal
Konstruksi
penalaran
hukum
analogi
wetstoepassing),
penghalusan
(rechtsvervijning)
ataupun
dilakukan (analogishe hukum penalaran
faktor-faktor yang sifatnya non-logikal dan
menganut
non-yuridis, terkadang memang diperlukan seperti
hukum bebas tersebut hakim masih terikat oleh perundang-undangan.
dilakukan
argumentum a contrario. Mempertimbangkan
ini
ajaran penemuan hukum bebas, namun dalam
peraturan
hakim
melakukan konstruksi hukum dan
penafsiran.
dalam masyarakat dan memperhatikan hal-hal
oleh
dalam
penghalusan
hukum
(rechtsvervijning), agar hukum tidak menjadi
Sehingga
keras
bagi
kelompok-kelompok
tertentu.
Misalnya mencuri karena kelaparan atau 93
Satjipto Rahardjo, Lapisan-lapisan Dalam Studi Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2009, hal 36.
didesak kebutuhan ekonomi tentu tidak sama 62
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dengan orang yang mencuri karena ketamakan.
menginterpretasi,
Sementara cara atau metode penafsiran dalam
hermeneutika.95
berhukum juga sangat beragam misalnya
utamanya
penafsiran autentik, penafsiran berdasarkan
bagi para hakim pada saat
hakim tidak semata-mata hanya penerapan
atau penafsiran sejarah, perkawinan sistematis,
peraturan-peraturan hukum terhadap peristiwa
penafsiran sosiologis dan lain-lain. hal
juga
menemukan hukum. Penemuan hukum oleh
pertumbuhan hukum dalam undang-undang
lagi
disebut
Disinilah urgensi hermeneutika hukum,
penafsiran gramatikal atau kadang juga disebut
Satu
atau
2015
konkret, tetapi sekaligus penciptaan hukum
penting
dalam
dan
pembentukan
hukumnya.
Bagi
para
hubungannya dengan penemuan hukum adalah
penegak hukum yang lain, seperti jaksa, polisi,
masalah hermeneutika hukum. Gadamer dalam
maupun para advokat/pengacara, hermeneutika
bukunya ―Truth and Method‖ memprediksikan
hukum juga penting artinya terutama pada saa
bahwa hermeneutika sebagai sebuah fenomena
mereka membuat tuntutan atau dakwaan
pemahaman
(untuk jaksa), melakukan penyidikan (untuk
dan
penafsiran
yang
benar
terhadap apa yang dipahami bukan hanya
polisi),
masalah yang cocok bagi metodologi ilmu
membela perkaranya (untuk pengacara). Sebab
kemanusiaan (humaniora). Untuk waktu lama,
tugas hakim, jaksa, polisi, dan pengacara itu
bakal
tiada lain termasuk melakukan interpretasi atas
lahir
hermeneutika
teleologis
dan
dan
mendampingi
dalam
hermeneutika hukum, yang secara teoretis
teks
tidak banyak berkaitan dan merupakan bantuan
yang dijadikan dasar pertimbangannya serta
bagi aktivis praktis seorang hakim dan praktisi
interpretasi atas peristiwa dan fakta hukumnya
hukum lainnya.94
itu sendiri96.
Para
penentang
perundang-undangan
logikal
Sehubungan dengan penemuan hukum
memaparkan bahwa sesungguhnya metode
oleh hakim tersebut, beberapa yurisprudensi
keilmu-alaman
tetap Mahkamah Agung RI dan masih aktual
tidak
positivisme
hukum/peraturan
klien
memadai
untuk
mempelajari tindakan (perilaku) manusia.
untuk dikemukakan sebagai berikut:
Karena itu, ilmu-ilmu sosial mensyaratkan
a.
suatu jenis metode tersendiri yaitu metode mengerti dan memahami (verstehen) dengan
94
Jazim Hamidi, Mengenal Lebih Dekat Hermeneutika Hukum, dalam Butur-butir Pemikiran Dalam Hukum memperingati 70 Tahun Prof.Dr.B.Arief Sidharta,SH, Refika Aditama, Bandung, cet 1 2008, halaman 88.
95 96
63
Putusan MA RI Tanggal 13 April 1960 No. 110 K/SIP/1960 memberi fatwa hukum: ―janda adalah ahli waris dari suaminya yang telah meninggal dunia‖. Penemuan hukum di sini adalah telah menggeser putusan MA terdahulu yang
Ibid, hal 89-90. Ibid. hal 91-92
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
b.
c.
d.
telah menetapkan janda hanya berhak atas warisan. Beberapa yurisprudensi tetap MA RI menggariskan fatwa hukum, jual beli rumah, tidak memutuskan hubungan sewa menyewa yang telah ada. MA RI pernah menerapkan tentang ketentuan uang paksa (dwangsom) yang tidak diatur dalam system HIR dan RBg, namun hakim menerapkan penemuan hukumnya untuk memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang dirugikan. Sedangkan penemuan hukum hakim dalam perkara pidana, sesuai yurisprudensi MA RI tanggal 8 Januari 1996, No. 42 K/Kr/1965, pada umumnya suatu tindakan dapat hilang sifat melawan hukumnya, selain berdasarkan suatu ketentuan perundang-undangan yang berdasarkan asas-asas hukum yang tidak tertulis dan bersifat umum, terpenuhinya 3 faktor, yakni : 1) Kepentingan umum dilayani, 2) Terdakwa sendiri tidak mendapat untung, 3) Negara tidak dirugikan.97 Sedangkan contoh penciptaan hukum
penciptaan hukum dengan melihat kasus sebagai berikut: a. Penggunaan internet dan computer yang dikategorikan sebagai kejahatan ―cyber crime‖ adalah jelas tidaklah dijumpai pada hukum pidana materiel, baik dalam delikdelik dalam KUHP maupun delik-delik di luar KUHP/Tindak Pidana Khusus; b. Pembobolan bank dengan merubah dan menggunakan pasword orang lain, akhirnya dana simpanan/deposito dapat beralih; c. Beberapa delik perbankan yang seolaholah kelihatannya hanya kredit macet namun sesungguhnya kredit itu tercair karena adanya plafon kredit, agunan fiktif atau agunan kuburan, gunung, sungai dan sebagainya98. Hukum adalah sesuatu yang tumbuh, hidup dan berkembang bersama masyarakat sehingga sesungguhnya hukum itu merupakan pantulan dari masyarakatnya. Oleh sebab itu ketika penegak hukum berhukum, selayaknya
(rehtsscepping) antara lain adalah sebagai
sensitifitas terhadap apa yang diidamkan
berikut:
masyarakat terhadap hukum, yang dapat dilihat dan dirasakan dari nilai-nilai dan
a. MA RI dalam tingkat kasasi telah menciptakan hukum dengan memberi fatwa: kwitansi asli tidak selalu berarti bukti pembayaran. Adalah membatalkan putusan Pengadilan Tinggi dan sependapat dengan putusan pengadilan negeri bahwa dengan bukti kwitansi tidaklah cukup membuktikan adanya pembayaran tetapi harus ditunjang dengan adanya bukti-bukti lain termasuk pengakuan para pihak, mempersoalkan kebenaran materiil kwitansi itu apakah benar isi kwitansi itu sebab tidak menutup kemungkinan dapatnya terbit kwitansi rekayasa. b. Dalam era reformasi dan transformasi dewasa ini, banyak sekali bermunculan kasus dimana hakim dapat memberi 97
2015
kebiasaan dari masyarakat dijadikan dasar karena memang tidak mudah untuk memaksa masyarakat berhukum menurut cara yang tidak berakar pada nilai-nilai dan kebiasaan dalam masyarakat itu. Selalu terdapat hubungan tarik menarik antara hukum yang berlaku dan diberlakukan, dengan masyarakatnya. Hukum bukan suatu institute yang steril dan suatu skema yang selesai. Hukum tidak ada dalam
98
Buletin Komisi Yudisial, Vol II Juni 2008, hal 19
64
Ibid.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dunia
abstrak,
melainkan
juga
dalam
2015
hakim tidak boleh menolak mengadili
kenyataan di masyarakat.99
perkara yang diajukan kepadanya.
Satjipto Rahardjo bahkan menggagas
b. Indonesia menganut ajaran penemuan
hukum progresif yang berangkat dari asumsi
hukum bebas, walau masih terikat oleh
dasar bahwa hukum adalah untuk manusia,
peraturan
bukan sebaliknya100. Berangkat dari asumsi
hukum
ini, maka kehadiran hukum bukanlah untuk
diposisikan sebagai tambahan dari aturan
dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang
perundang-undangan.
lebih luas dan besar, itulah sebabnya ketika
c. Hakim
perundang-undangan bebas
harus
atau
dapat
namun
non-doktrinal
mengkontekskan
terjadi permasalahan di dalam hukum, maka
aturan hukum yang ada sesuai dengan rasa
hukumlah yang harus ditinjau dan diperbaiki,
keadilan dan nilai-nilai yang hidup di
bukan
dalam masyarakat.
manusia
yang
dipaksa
untuk
dimasukkan ke dalam skema hukum101. Beliau
Penemuan hukum (rechtsvinding) dan
juga mengatakan bahwa hukum diberi warna
penciptaan
oleh manusia, baik sebagai individu maupun
dilakukan
kelompok. Dalam hal ini hakim dapat memberi
hukum dan penafsiran yang sangat beragam
warna pada hukum melalui penemuan dan
termasuk
penciptaan
hermeneutika.
hukumnya
dalam
rangka
hukum dengan
(retschepping) melakukan
diantaranya
adalah
dapat
konstruksi
penafsiran
mewujudkan keadilan substantif. Daftar Pustaka III. Penutup
Lukito Ratno, 2008, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler, Pustaka Alfabet, Jakarta. Nonet, Philippe dan Philip Selznick, 1978, Law & Society in Transition: Toward Responsive Law, terjemahan: Rafael Edy Bosco, 2003, Hukum Responsif (Pilihan Dimasa Transisi), Hu Ma, Jakarta. Oktoberina, Sri Rahayu dan Niken Savitri (penyunting), 2008, Butir-butir Pemikiran Dalam Hukum (memperingati 70 tahun Prof.Dr.B.Arief Sidharta,SH), Refika Aditama, Bandung. Rahardjo, Satjipto, 2009, Hukum dan Perilaku (Hidup Baik Adalah Dasar Hukum Yang Baik), Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Penemuan hukum (rechtsvinding) dan penciptaan
hukum
(rechtschepping)
oleh
hakim dalam penegakan hukum di era transisi di Indonesia sangat urgen terutama dalam mewujudkan keadilan substantif mengingat bahwa : a. Reformasi hukum yang dicita-citakan sejak kemerdekaan baru dicetuskan masih terus berjalan, belum selesai, sementara 99
Satjipto Rahardjo, op.cit, hal 116-117 Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif Hukum yang Membebaskan, Jurnal Hukum Progresif, Vol 1/No. 1/ April 2005, PDIH UNDIP, hal 5. 101 Ibid. 100
65
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
------------, 2009, Lapisan-Lapisan Dalam Studi Hukum, penyunting: Rachmad KAJIAN YURIDIS CREDIT UNION BERDASARKAN Safa‘at, Bayumedia Publishing, UNDANG-UNDANG PERKOPERASIAN Malang. ------------, 2009, Membangun dan Merombak Oleh : Hukum Indonesia (Sebuah Pendekatan dan Afra Roki Rachmawati Lintas Disiplin), Genta Publishing, (
[email protected]) Yogyakarta. ------------, 2009, Sisi-sisi Lain Dari HukumAbstrak Di Indonesia, editor: Karolus Kopong Penelitian yang berjudul Kajian Yuridis Credit Union Berdasarkan Undang-undang Medan ini dandilatarbelakangi Frans J.Rengka,adanya Penerbit Perkoperasian fenomena perkembangan Credit Union (CU) yang Buku Kompas, Jakarta. cukup pesat di Kalimantan Barat. Credit Union (CU) yang hingga saat ini secara hukum ------------, Biarkan Hukum Mengalir nyatanya dapat meningkatkan kesejahteraan dipayungi 2008, oleh Undang-undang Perkoperasian, (Catatan Kritis Tentang hidup masyarakat. Namun, perlu Pergulatan dikaji lebih mendalam, bagaimana Credit Union (CU) Manusia Dan Hukum), menjalani kegiatan usahanyaPenerbit sambilBuku tetap mempertahankan kesehatannya.Dari hasil Kompas, Jakarta. penelitian diketahui bahwa pengaturan hukum yang digunakan dalam kegiatan usaha Credit ------------, 2010, Penegakan Hukum Union (CU) adalah didasarkan padaProgresif, Undang-undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992, PT Kompas Media Nusantara, khususnya dalam Pasal-pasal yang Jakarta. mengatur tentang koperasi simpan pinjam, Peraturan Salman, Otje, dan Anton F Susanto, 2005, Pemerintah, Peraturan Menteri, AD/ ART dan Pola Kebijakan masing-masing Credit Union Teori Hukum (Mengingat,beberapa kesamaan prinsip Credit Union (CU) (CU). Kesimpulan ini diambil berdasarkan dan Membukaperundang-undangan tersebut walaupun sudah denganMengumpulkan koperasi simpan pinjam. Peraturan Kembali), PTmasih Refika cukup baik, dirasakan kurang Aditama, memadai. Karena masih ada bagian-bagian dari kegiatan Bandung, usaha Credit Union (CU) tidak tercakup dalam undang-undang. Bahkan istilah Credit Union Seno Indrayanto, 2009,secara Humanisme dab (CU)Adji, sendiri belum tertulis eksplisit dalam peraturan perundang-undangan mana pun. Pembaruan Penegakan Hukum, hukum yang lebih khusus lagi bagi lembaga Pada bagian akhir direkomendasikan pengaturan Buku Kompas, Jakarta. Credit Penerbit Union (CU) ini. Sehingga mampu mewadahi perkembangan Credit Union (CU) yang Unger, Roberto M, 2008, Teori Hukum Kritis, pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. terjemahan Dariyatno dan DS Kata kunci: Credit Union, Perkoperasian Widowatie, Nusa Media, Bandung. Yusriyadi, 2006, Paradigma Sosiologis Dan Abstract Implikasinya Terhadap This research entitled ―Legal Study of Credit Union Based on Cooperative Regulation‖ Ilmu Berdasarkan Hukum Dan (KajianPengembangan Yuridis Credit Union Undang-undang Perkoperasian) is conducted due Di ofIndonesia, to rapidPenegakan developmentHukum phenomena Credit Union in West Kalimantan. In fact, Credit Union Pidato Guru the Besar increases socialPengukuhan welfare. We conduct research on how Credit Union can improve their Dalam Sosiologi Hukum padaat once. Credit Union activities regulation in activities and Bidang keep their business healthy Fakultas Hukum Universitas Indonesia is based on Cooperative Law, Number 25 of 1992. These are particularly on articlesDiponegoro. of saving and loan cooperative, Government Regulation, Minister Regulations, Buletin Komisi Yudisial II Juni charters, and pattern of Vol policies in 2008. each Credit Union. Those regulations are pretty good, but still not completely, since there‘s no Credit Union term on all of them and the lack of regulations about Credit Union specific activities. In the end of research, we suggest the recommendations of specific regulations of Credit Union. These future regulations should accommodate Credit Union developments and activities to increase and improve the social welfare more and more. Key Words: Credit Union, Cooperatives
66
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
I. Pendahuluan 67
2015
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Credit Union atau lazim disingkat CU
anggota.107 Credit Union mempunyai aturan
dewasa ini semakin berkembang luas di
berbeda untuk menjadi anggotanya. Yaitu
masyarakat, khususnya Kalimantan Barat. Hal
dengan tidak begitu saja menerima setiap
ini ditandai dengan semakin bertambahnya
orang yang ―punya uang‖ untuk menjadi
CU, baik jumlah lembaganya, anggotanya,
anggota. Anggota harus melalui masa calon
maupun aset dan perputaran uang di dalamnya.
anggota, dan menerima pendidikan dasar
Sejak awal lahirnya CU di Kalimantan Barat,
sebelum menjadi anggota.108
yaitu CU Khatulistiwa Bhakti pada tahun 1985,
102
Selain itu, CU berfokus pada servis atau
hingga saat ini di Kalimantan Barat
pelayanan,
lebih
dari
pada
keuntungan
telah terdapat 48 CU Primer.103 Jumlah
finansial yang diraih. Tingkat suku bunga,
anggota koperasi seluruhnya termasuk anggota
sebagai contoh, lebih menarik di credit union
CU mencapai 1,2 juta orang atau lebih dari
daripada bank. Bunga simpanan yang lebih
seperlima
tinggi, serta bunga yang dikenakan kepada
jumlah
penduduk
Kalimantan
Barat,104 di mana total penduduk Kalimantan Barat adalah 4.395.983 jiwa.
pinjaman,
105
lebih
rendah.109
Dibandingkan
dengan lembaga keuangan lain yang juga
Tahun 1976 sebetulnya telah berdiri CU
melakukan kegiatan usaha simpan pinjam dana
Pancur Kasih dan CU Lantang Tipo. Namun
masyarakat,
dalam
khususnya dalam hal memberikan pinjaman
perjalanannya
CU
tersebut
tidak
berkembang, bahkan menghilang. Dan baru bangkit
lagi
Khatulistiwa
dengan Bhakti,
berdirinya yang
CU
memiliki
kemudahan
kepada anggota.
CU
Selain itu CU menanamkan kebiasaan
merupakan
menabung bagi para anggotanya. Dengan
laboratorium bagi CU-CU selanjutnya.106
demikian,
CU
mengubah
pola
pikir
Secara sederhana, CU mendapatkan dana
anggotanya. Dari budaya masyarakat yang
dari anggotanya, dan menyalurkannya untuk
terbiasa instan—langsung memanfaatkan uang
memenuhi
saat
kebutuhan
anggota.
CU
mendapat
pinjaman—menjadi
memberikan fasilitas lebih hanya kepada
menciptakan modal dahulu dengan menabung
orang-orang
secara rutin. Jika telah tercipta modal atau
yang
sudah
resmi
menjadi
102
http://pipiw.wordpress.com/2008/09/18/credit-uniondi-indonesia-seperti-apa/ 103 Data hingga tahun 2006. Lihat: http://indobersatu.blogspot.com/ 104 http://m.antarakalbar.com/berita/311721/wagub--12juta-anggota-koperasi-di-kalbar 105 Data hingga tahun 2010. Lihat: http://kalbar.bps.go.id/ 106 http://www.kalimantannews.com/berita.php?idb=1170
107
http://infocreditunion.wordpress.com/perbedaanbank-cu/ 108 Ibid. 109 http://infocreditunion.wordpress.com/perbedaanbank-cu/
68
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
tabungan, baru dapat memanfaatkan jasa
untuk menilik keberadaan dan pengaturan CU
pinjam anggota.110
yang sampai saat ini dilekatkan pada aturan
Kemudahan peminjaman oleh anggota
perkoperasian. Oleh karena itu penulis tertarik
ini merupakan daya tertarik tersendiri sebuah
untuk menuangkan ide ini dalam bentuk
CU di mata para anggota. Ketiadaan syarat
penelitian yang berjudul “Kajian Yuridis
yang
Credit Union Berdasarkan Undang-undang
berbelit-belit,
hanya
bermodalkan
Perkoperasian”.
simpanan sukarela yang menjadi bagian saham di
CU,
anggota
langsung
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas,
mendapatkan pinjaman anggota. Waktu yang
menarik untuk dikaji mengenai Undang-
diperlukan
pinjaman
undang Perkoperasian mengatur tentang Credit
anggota hingga cairnya dana sangat singkat,
Union (CU) dan apakah pengaturan Credit
bahkan dalam hitungan menit hingga jam saja
Union (CU) yang dilekatkan pada Undang-
di hari yang sama. Sistem pengembalian
undang
pinjaman juga sangat memudahkan keuangan
memadai?
sejak
sudah
bisa
permohonan
Perkoperasian
sudah
tepat
dan
anggota. Berbagai kemudahan layanan anggota di
II. Metode Penelitian
CU ini turut andil dalam menggerakkan
a. Tipe Penelitian
ekonomi masyarakat, apalagi yang berada di pedalaman. Di mana biasanya bank tidak
Ditinjau dari sudut tujuan penelitian
menjangkau masyarakat hingga pedalaman,
hukumnya maka penelitian ini adalah
sebaliknya CU bahkan dapat berdiri di sebuah
penelitian hukum normatif.111 Penelitian
kampung kecil. Hal ini membuat CU dekat
bersifat deskriptif yang bertujuan untuk
dengan masyarakat.
menggambarkan tentang suatu hal pada saat tertentu,112
Seperti telah disebutkan di awal, prinsip
fenomena
rinci.113
digambarkan
koperasi yang lazimnya telah berkembang di
Sedangkan dari sudut bentuknya penelitian
Indonesia.
ada
ini merupakan penelitian preskriptif yaitu
beberapa hal dalam CU yang sebenarnya tidak
dimaksudkan untuk mendapatkan saran-
pada
praktiknya
sama dengan koperasi seperti yang diatur
111
sangat
juga
dalam CU sangat dekat dan mirip dengan
Namun,
dengan
tersebut
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 14. 112 Bambang Waluyo. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika, Jakarta. Hal 8-9. 113 Catatan bahan pekuliahan Seminar Desain Penelitian, Magister Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, UGM oleh Nurhasan Ismail. 2008. Tidak dipublikasikan.
dalam Undang-undang Perkoperasian. Perlu suatu kajian yuridis yang lebih mendalam
110
http://www.antaranews.com/print/1182836295/menga mbil-manfaat-dari-credit-union
69
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi
Penelitian
masalah-masalah
dilakukan
2015 melalui
penelitian kepustakaan untuk memperoleh
tertentu.114
berbagai dokumen yang relevan. Dalam
b. Pendekatan Masalah
penelitian kepustakaan ini, data yang
Penelitian
ini
diperoleh adalah data sekunder,117 yang
menggunakan
meliputi bahan hukum primer, sekunder dan
pendekatan perundang-undangan (statute
tersier sebagai berikut:
approach). Selain penelitian dalam ruang
1) Bahan Hukum Primer
lingkup hukum adat, penelitian hukum dalam
level
dogmatik
atau
Bahan hukum primer, yaitu bahan
penelitian untuk keperluan praktik hukum
hukum yang bersifat mengikat,118 antara
tidak
pendekatan
lain meliputi:
Pendekatan
a) Undang-Undang
dapat
lepas
perundang-undangan.
hukum
dari
115
perundang-undangan merupakan keharusan
b) Kitab
adalah berbagai aturan hukum yang menjadi sekaligus
tema
sentral
pendekatan hendak
Undang-undang
Hukum
Perdata (KUH Perdata)
suatu
penelitian.116 Dalam
Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
untuk digunakan karena yang akan diteliti
fokus
Dasar
c) Undang-undang Nomor 17 Tahun penelitian
ini
perundang-undangan
membahas
berbagai
2012
digunakan
tentang
Perkoperasian.
Lembaran Negara Republik Indonesia
karena
Tahun
peraturan
2012
Nomor
perundang-undangan terkait Credit Union
Tambahan
(CU). Pendekatan ini hendak menjawab
Republik Indonesia Nomor 5355
rumusan masalah pertama dan kedua
Union
(CU),
serta
dan
Negara
d) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun
sekaligus. Yaitu tentang pengaturan hukum Credit
Lembaran
212,
1995, tentang Pelaksanaan Kegiatan
apakah
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
pengaturan Credit Union (CU) tersebut
Lembaran Negara Republik Indonesia
sudah cukup tepat memadai.
Tahun 1995 Nomor 19
c. Bahan-bahan Hukum 114
Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta. Cetakan 2007. Hal 10. 115 Pieter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Edisi Pertama Cetakan Ketiga. Kencana, Jakarta. Hal 96. 116 Johnny Ibrahim. 2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cetakan Ketiga. Bayumedia Publishing, Malang. Hal 302.
117
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka, mencakup dokumen-dokumen resmi, bukubuku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian. Lihat Soerjono Soekanto. Op. Cit. Hal 12. 118 Burhan Ashshofa. 2007. Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta, Jakarta. Hal 103.
70
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak e) Serta berbagai aturan terkait dengan
diadakan
koperasi dan Credit Union (CU)
analisis
terhadap
2015 dokumen-
dokumen awal yang dipilih. Setelah studi dokumen pada tahap
2) Bahan Hukum Sekunder
awal dilakukan, dan dituangkan dalam
3) Bahan hukum tersier
bentuk rancangan penelitian, selanjutnya adalah Studi Dokumen. Dilakukan setelah
d. Prosedur Pengumpulan Bahan-bahan
pembuatan rancangan penelitian. Studi
Hukum
Dokumen adalah alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis.121
Seperti telah dijelaskan sebelumnya pengumpulan
bahan-bahan
dilakukan
Karena penelitian ini adalah penelitian
melalui penelitian kepustakaan. Penelitian
normatif, maka sumber bahan hukum yang
kepustakaan dilaksanakan di Pontianak,
utama adalah dokumen-dokumen, seperti
dengan lingkup Provinsi Kalimantan Barat.
yang
Bahan-bahan hukum diperoleh melalui alat
dokumen
pengumpulan data berupa studi dokumen.
mengumpulkan
Pertama-tama dilakukan pengamatan untuk
diperlukan untuk menjawab permasalahan
mengamati dan mencatat secara sistematik
yang diajukan dalam rumusan masalah.
gejala-gejala yang diselidiki.119 Tujuannya
e. Pengolahan dan Analisis Bahan-bahan
adalah untuk mengadakan eksplorasi atau
telah
dijelaskan lanjutan
di
atas.
dilakukan
bahan
Studi untuk
hukum
yang
Hukum
penjelajahan dan mendapatkan deskripsi Analisis secara mendalam terhadap
awal yang relatif lengkap mengenai objek
bahan-bahan hukum yang telah diperoleh,
penelitian.120 Dalam
tahap
ini
kemudian dihubungkan dengan teori yang
dilakukan
digunakan, untuk menjawab permasalahan
preliminary research, yaitu pada tahapan
yang diajukan. Seperti telah disebutkan di
sebelum rancangan penelitian ini disusun. Hasil
pengamatan
awal
inilah
atas bahwa penelitian ini bersifat deskriptif,
yang
namun tidak hanya menyajikan informasi
kemudian menjadi dasar pemilihan topik
yang bersifat deskriptif
yang hendak ditulis dalam rancangan
dalamnya juga menganalisis dan mengkaji
penelitian ini. Studi dokumen juga sudah
informasi yang diperoleh dari sumber baru
dimulai pada tahap awal ini, karena rancangan
penelitian
dibuat
belaka, tetapi di
setelah
119
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta. Hal 70. 120 Soerjono Soekanto. Op. Cit. Hal 22.
121
71
Ibid. Hal 21.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dan
menghubungkan
dengan
sumber-
bertanggung jawab, maka kegiatan ilmiah
sumber lainnya.122
ilmu
Ilmu Hukum termasuk ke dalam kelompok
Ilmu-ilmu
2015
hukum
mencakup
menginventarisasi,
kegiatan
menginterpretasi,
Praktikal
mensistematisasi, dan mengevaluasi aturan-
Normologikal. Ilmu Praktikal adalah ilmu
aturan hukum, baik tertulis maupun tidak
yang secara langsung mempelajari cara
tertulis.124
menemukan dan menawarkan alternatif
Peter
Mahmud
dalam
bukunya
penyelesaian terhadap masalah konkret.
Penelitian hukum menyebutkan langkah-
Ilmu hukum berjenis Normologikal karena
langkah
merupakan
berupaya
tersebut antara lain mengidentifikasi fakta
menemukan hubungan antara dua hal atau
hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak
lebih berdasarkan asas imputasi, yakni
relevan untuk menetapkan isu hukum yang
menautkan tanggung jawab atau kewajiban
hendak dipecahkan, pengumpulan bahan-
untuk menetapkan apa yang seharusnya
bahan hukum yang relevan, melakukan
terjadi atau menjadi kewajiban subjek
telaah atas isu hukum yang diajukan
hukum tertentu dengan situasi konkret
berdasarkan
tertentu.123
dikumpulkan, menarik kesimpulan dalam
ilmu
Metode
yang
Penelitiannya
penelitian.
Langkah-langkah
bahan-bahan
yang
telah
menurut
bentuk argumentasi yang menjawab isu
Soetandyo Wignyosoebroto disebut metode
hukum, memberikan preskripsi berdasarkan
doktrinal.
argumentasi yang telah dibangun di dalam
Inti
masalahnya
adalah
kesimpulan.125
menentukan apa yang menjadi hukumnya bagi situasi konkret tertentu. Untuk itu
Proses pengumpulan dan analisis
diperlukan proses penalaran hukum (legal
bahan-bahan
reasoning).
proses
dilakukan dengan metode sirkuler, yaitu
penalaran hukum guna mencapai putusan
berulang-ulang selama penelitian.126 Namun
hukum (proposisi hukum) secara rasional
dilihat dari langkah-langkah penelitian yang
Untuk
mencapai
hukum
dan
non-hukum
disebutkan oleh Peter Mahmud Marzuki tersebut di atas, maka secara umum yang
122
Beberapa langkah dalam metode penelitian ini diambil dari langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh Diah Apriani Atika Sari dalam tesis yang berjudul ―Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Zone Management) Secara Berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo‖, pada Magister Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, UGM, 2008. 123 Bernard Arief Sidharta dalam Sulistyowati Irianto dan Shidarta (Ed). 2011. Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Hal 143.
merupakan bagian tahap analisis adalah 124
Ibid. Hal 145. Peter Mahmud Marzuki. Op.Cit. Hal 171. 126 Catatan bahan pekuliahan Seminar Desain Penelitian, Magister Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, UGM oleh Nurhasan Ismail. 2008. Tidak dipublikasikan. 125
72
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
kegiatan melakukan telaah atas isu hukum
kekeluargaan. Asas kekeluargaan dalam
yang diajukan berdasarkan bahan-bahan
hal ini dilawankan dengan individualistis.
yang
menarik
Artinya anggota koperasi bukan bersifat
kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang
individual, melainkan kebersamaan dalam
menjawab
memberikan
keanggotaanlah yang dijunjung tinggi.
preskripsi berdasarkan argumentasi yang
Prinsip kebersamaan ini juga terdapat
telah dibangun di dalam kesimpulan.
dalam keanggotaan CU. Termasuk dalam
telah
dikumpulkan,
isu
hukum,
salah satu pilar CU, yaitu solidaritas, kebersamaan dan saling membantu antar
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
anggota.
Credit Union (Cu) Dalam Undang-Undang
c. Pasal 4 Fungsi dan peran koperasi.
Perkoperasian
d. Pasal 5 Prinsip Koperasi
Undang-undang yang menjadi dasar hukum kegiatan Credit Union (CU)
e. Pasal 16 Jenis Koperasi
adalah
f. Pasal 17 , 18, 19, 21, 22, 25, 29, 38
Undang-undang Perkoperasian. Karena sampai
Keanggotaan dan Pengurus Koperasi
dengan saat ini belum ada aturan khusus yang
g. Pasal 41, 42, 43, 44 Modal koperasi
mengatur tentang CU secara sui generis.
h. Pasal 60, 61, 62, 63 Peran Pemerintah
Beberapa aspek kegiatan CU mirip dengan koperasi
sehingga
pengaturan
dilekatkan
Credit
dalam Undang-undang Perkoperasian Nomor
Undang-undang
Simpan Pinjam oleh Koperasi. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
adalah badan usaha yang beranggotakan
Nomor 19. Berikut pasal-pasal yang sangat
orang-seorang atau badan hukum Koperasi
erat terkait dengan CU.
kegiatannya
a. Pasal 1 Kegiatan usaha simpan pinjam
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
adalah kegiatan yang dilakukan untuk
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
menghimpun dana dan menyalurkannya
berdasar atas asas kekeluargaan. b. Pasal
2
berlandaskan
menyebutkan
Koperasi
Pancasila
Undang-
dan
Peraturan
1995, tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
a. Pasal 1 Angka 1, pengertian Koperasi
melandaskan
Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun
Perkoperasian
yang terkait dengan CU.
dengan
(Cu)
Pemerintah
25 Tahun 1992. Berikut adalah pembahasan pasal-pasal
Union
melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan
untuk
anggota
koperasi
yang
bersangkutan, calon anggota koperasi yang
undang dasar 1945 serta berdasar atas asas 73
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak bersangkutan, koperasi lain dan atau
kesepakatan
anggotanya.
Koperasi
dengan
pihak
pihak
lain
peminjam
antara yang untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu
yang kegiatannya hanya usaha simpan
tertentu
pinjam.
disertai
dengan
pembayaran
sejumlah imbalan.
(2) Unit Simpan Pinjam adalah unit koperasi
(7) Menteri adalah Menteri yang membidangi
yang bergerak di bidang usaha simpan
koperasi.
pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan.
b. Pasal 2 Kegiatan usaha simpan pinjam hanya dilaksanakan oleh Koperasi Simpan
(3) Simpanan adalah dana yang dipercayakan
Pinjam atau Unit Simpan Pinjam.
oleh anggota, calon anggota, koperasikoperasi lain dan atau anggotanya kepada
(1)
koperasi dalam bentuk tabungan, dan (2)
(4) Simpanan Berjangka adalah simpanan di
c. Pasal 5, 12 Kegiatan usaha koperasi
sekali dan penarikannya hanya dapat
simpan pinjam
dilakukan pada waktu tertentu menurut penyimpan
Unit Simpan Pinjam dapat dibentuk oleh Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.
koperasi yang penyetorannya dilakukan
antara
Koperasi Simpan Pinjam dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.
simpanan koperasi berjangka.
perjanjian
pinjam-meminjam
mewajibkan
(1) Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi
2015
d. Pasal 16, 17 Modal koperasi
dengan
koperasi yang bersangkutan.
e. Pasal 18, 19, 20 Kegiatan usaha koperasi simpan pinjam
(5) Tabungan Koperasi adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya dilakukan
f. Pasal
berangsur-angsur dan penarikannya hanya
21Keanggotaan,
pengurus
serta
pengawas
dapat dilakukan menurut syarat tertentu g. Pasal 24, 25, 27, 28, 38 Pembinaan dan
yang disepakati antara penabung dengan koperasi
yang
bersangkutan
pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan
dengan
Unit Simpan Pinjam oleh Menteri.
menggunakan Buku Tabungan Koperasi.
h. Pasal 37 Sanksi
(6) Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan
persetujuan
atau 74
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Bandingkan
Analisis Terhadap Pengaturan Credit Union (Cu)
Yang
Dilekatkan
Pada
yang beranggotakan orang-seorang atau badan
Untuk mengetahui memadai dan tepat
Koperasi
kegiatannya
dengan berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
perundang-undangan perkoperasian sebagai
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
undang-undang payungnya, perlu analisis yang
kekeluargaan.‖
mendalam dari berbagai aspek sebagai standar
Credit Union terutama ditujukan bagi
analisis. Untuk mempermudah pembahasan, aspek
hukum
melandaskan
atau tidaknya pengaturan CU dalam peraturan
mengambil
pengertian
Koperasi, ―Koperasi adalah badan usaha
Undang-
Undang Perkoperasian
peneliti
dengan
2015
kesejahteraan anggotanya. Hal kedua, CU
unsur-unsur
berorientasi pada kemandirian finansial
pembentuk CU atau dapat dikatakan kerangka
anggotanya. Tujuan utama CU adalah
konsep dari kelembagaan CU itu sendiri.127
bagaimana agar dapat mengelola uang
a. Istilah dan pengertian
secara bijaksana, meningkatkan nilai-nilai
Istilah Credit Union (CU) berasal dari
moral
dan
fisik
manusia,
agar
mau
Bahasa Latin, yaitu ―credere” yang artinya
bertindak menolong dirinya sendiri. Hal
percaya, dan ―union” atau ―unus” yang
ketiga, berbeda dengan lembaga keuangan
berarti kumpulan. Sehingga ―Credit Union‖
lain, anggota CU adalah sekaligus pemilik
memiliki makna kumpulan orang yang
CU. Hal ini meningkatkan kepercayaan satu
saling
sama lain dalam CU.
percaya,
dalam
suatu
ikatan
organisasi dan sepakat untuk menabungkan
Terlihat bahwa CU bukan sekadar modal129
uang mereka sehingga menciptakan modal
kumpulan
bersama untuk dipinjamkan kepada anggota
menitikberatkan pada kumpulan orang130
dengan
dan
saja, mereka mengikatkan modal bersama
Kerangka konsep tentang CU ini diambil dari preliminary research disertasi. Lihat: Afra Roki. 2014. Kajian Baru Tentang Credit Union (CU) Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Indonesia. Proposal disertasi pada program doktor Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 30-39. 128 A. Suman Kurik, Membangun Ekonomi Kerakyatan. Cet. 2. (Yogyakarta: Grha Guru, 2008), 33. Pengertian CU ini tidak semata-mata diartikan sebagai kumpulan kepercayaan saja yang tanpa makna. Pengertian ―kumpulan kepercayaan‖ bersifat aktif. Ada pergerakan orang-orang di dalamnya yang saling percaya dan mengikatkan diri dengan mengumpulkan modal di
antara mereka, untuk menolong sesama di antara mereka. 129 Seperti misalnya pada lembaga perbankan yang cenderung kapitalis dan lebih mementingkan modal. 130 Pengertian koperasi pada Pasal 1 Angka 1, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Tampak bahwa koperasi menekankan pentingnya faktor orang dalam koperasi, sebagai gerakan ekonomi rakyat. Prinsip kekeluargaan dilawankan dengan individualitas. Kedua prinsip ini pun sekali lagi lebih mengutamakan faktor orang, bukan modal.
tujuan
produktif
ataupun
kesejahteraan.128
127
75
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak untuk
menolong
diri
sendiri
itu
itu berasal. Jelas sekali pengaturan ini sama
berlandaskan prinsip saling percaya dan
sekali
tolong-menolong di antara mereka. Artinya,
pengertian CU.
selain faktor orang,
ada pula
faktor
1)
yang membentuk konsep CU sebagai satu-
mewadahi
unsur
istilah
Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu
kesatuan yang utuh. hal
tidak
b. Pilar atau Asas
pemberdayaan, modal, dan prinsip-prinsip
Dalam
2015
ini
pilar penyangga atau asas dalam kegiatan
undang-undang
perkoperasian dipandang belum memadai
CU.
mewadai CU. Karena hanya menekankan
keberlangsungan CU bermula. Anggota CU
aspek perkumpulan orang. Esensi CU yang
yang
bisa berdaya karena adanya modal dari
pemahaman tentang CU dan cara pandang
sesama anggota yang dipergunakan untuk
mengenai kemandirian finansial. Konsep-
menolong diri sendiri, tidak tampak dalam
konsep dasar ini ditanamkan sejak mula
pengertian koperasi.
menjadi
kepentingan
diberikan
anggota
inilah
dasar-dasar
melalui
pendidikan.
yang sama.
hanya disebutkan berdasarkan kesamaan dan
baru
pendidikan
Semua CU mengimplementasikan konsep
Jenis-jenis koperasi dalam Pasal 16
kegiatan
Dari
Dalam
ekonomi
Pasal
Undan-undang
anggotanya. Contoh jenis koperasi justru
Koperasi
disebutkan dalam penjelasan Pasal 16, yaitu
mengembangkan Koperasi, maka Koperasi
Koperasi
melaksanakan
Simpan
Pinjam,
Koperasi
sekilas
5
pula
disebutkan
prinsip
dalam
Koperasi
Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi
melalui pendidikan perkoperasian. Namun
Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Selanjutnya
tak ada penjelasan lebih lanjut apa dan
Pengertian Koperasi Simpan Pinjam dalam
bagaimana pendidikan yang dimaksud.
peraturan pemerintah adalah koperasi yang
Sehingga
kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.
melaksanakan pendidikan tersebut. Dalam
Terlihat pemerintah
ada
pedoman
untuk
dalam
peraturan
peraturan pemerintah malah sama sekali tak
merupakan
peraturan
disinggung
bahwa yang
tak
tentang
pendidikan
bagi
pelaksana pun tidak memuat aturan yang
anggota. Tampak jelas pengaturan oleh
memadai. menjelaskan
Tidak siapa
ada orang
unsur
yang
undang-undang
yang
dapat
memadai untuk mewadahi pilar CU, yaitu pendidikan.
melakukan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi itu, dan dari mana modal kegiatan 76
koperasi
belum
cukup
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak 2)
merupakan
Solidaritas
didefinisikan.
Pilar kedua CU adalah solidaritas.
Peraturan
setia kawan. Dalam kegiatan CU, rasa terutama
penting
Solidaritas
mewujudkan
solider, sifat satu rasa dan senasib, perasaan
diwujudkan
yang
antar
untuk sesama
anggota dalam CU adalah konsep nyata
Solidaritas adalah sifat atau perasaan
solider
hal
2015
kesejahteraan
anggota.
perundang-undangan
koperasi
dalam hal ini sangat tidak memadai untuk
dengan
mewadahi pilar CU.
mengumpulkan modal uang untuk saling
3)
membantu. Uang yang ada bisa digunakan untuk membatu diri sendiri, dan membantu
Kemandirian Kemandirian adalah pilar CU yang
orang lain. Ada unsur solidaritas terhadap
ketiga.
kepentingan
kemampuan diri untuk berdiri di atas kaki
orang
lain
yang
juga
membutuhkan dana.
Kemandirian
merupakan
sendiri. Pilar kemandirian ini relevan
Penerapan lain dari prinsip ini adalah
dengan prinsip menolong diri, selfhelp, atau
solidaritas kesehatan dan solidaritas duka
swadaya. Mencakup pemahaman anggota
cita melalui pengumpulan dana semacam
terhadap permasalahan yang dialaminya
premi, yang wajib dibayar tiap anggota di
sendiri. Tujuan berorganisasi dalam CU
awal tahun buku. Dana solidaritas yang
adalah untuk membantu menolong diri
terkumpul adalah untuk menolong sesama
sendiri.
anggota
permasalahan yang dialami tentulah diri
yang
menderita
sakit
atau
meninggal dunia. Anggota yang menderita mendapatkan
manfaat
Pihak
yang
paling
mengerti
sendiri.
solidaritas,
Dalam undang-undang koperasi Pasal
sebaliknya anggota yang sehat memberikan
41 disebutkan bahwa modal koperasi terdiri
sumbangannya sebagai bentuk setia kawan
dari modal sendiri dan modal pinjaman,
terhadap sesama anggota.
yang berasal dari anggota, koperasi lainnya
Peraturan
perundang-undangan
dan/ atau anggotanya, Bank dan lembaga
perkoperasian sama sekali tak menyinggung
keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan
tentang solidaritas. Secara umum hanya
surat hutang lainnya, sumber lain yang sah.
menyebut
untuk
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa
kepentingan dan kesejahteraan anggota.
sumber lain yang sah berasal dari pinjaman
Solidaritas tak sekadar cukup disebutkan
yang bukan anggota.
koperasi
adalah
dengan istilah umum untuk memajukan
Pasal
42
berikut
penjelasannya
kesejahteraan anggota. Bagaimana cara
menyebutkan pemupukan modal dapat juga
mewujudkan kesejahteraan anggota juga
bersumber dari pemerintah maupun dari 77
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak masyarakat. Peraturan ini diadopsi pula
2015
1) Modal imateriil
oleh peraturan pemerintah tentang Koperasi
a) Modal orang
Simpan Pinjam. Memang pemilik modal
Orang
penyertaan tidak mempunyai hak suara
merupakan modal imateriil yang
dalam Rapat
penting, dan merupakan faktor
Anggota dan penentuan
sebagai
kebijaksanaan Koperasi secara keseluruhan.
penggerak
Namun, pemilik modal penyertaan dapat
tadinya
diikutsertakan
termarjinalkan
pengawasan
dalam usaha
pengelolaan investasi
dan sesuai
CU.
adalah
memang
yang
kalangan
yang
secara
bukan
mereka,
ekonomi,
bersama-sama
membangun ini
tentu
Mereka
akhirnya
perjanjian. Ketentuan
subjek,
sistem
untuk
di
menolong
antara diri
sendiri, keluar dari kemiskinan.132
ketentuan wajib, dilihat dari terminologi ―dapat‖. Artinya boleh iya dan boleh tidak.
b) Modal kepercayaan
Namun, ketentuan ini membuka peluang
Unsur ―credere‖ atau kepercayaan
modal CU masuk dari sumber lain yang
termasuk
bukan dana dari anggota. Hal ini sangat
imateriil. Percaya berarti mengakui
mencederai pilar kemandirian koperasi.
atau yakin bahwa sesuatu memang
Peneliti
undang-undang
benar atau nyata, menganggap atau
koperasi dalam hal ini masih sangat tidak
yakin bahwa sesuatu itu benar-
memadai.
benar ada.133
memandang
modal
anggota akan saling curiga, bahkan
Modal atau kapital, merupakan faktor
cenderung takut modal uang yang
penting dalam CU. Seperti telah dipaparkan
disetornya dipergunakan dengan
di atas, CU bukan sekadar perkumpulan
tidak sebagaimana mestinya oleh
orang, melainkan juga perkumpulan modal
anggota lain selaku pengurus. Pola
yang digunakan untuk saling menolong di
kembali
satu
Jika tak ada kepercayaan, sesama
c. Modal
antara
salah
mereka, kepada
dengan
pikir pengelolaan CU haruslah
meminjamkan
anggotanya.131
berpola
Modal
sebagai
pemilik
(rasa
memiliki yang tinggi).134
berupa materiil dan imateriil yang sama pentingnya dalam membangun CU.
132
Munaldus, dkk, Credit, 171. Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 856. 134 Munaldus, dkk, Hidup Berkelimpahan Bersama Credit Union. (Jakarta PT. Elex Media Komputindo, 2013), 109. 133
131
Munaldus, dkk, Credit Union: Kendaraan Menuju Kemakmuran Praktis Bisnis Sosial Model Indonesia, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012), 171.
78
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Bertanggung jawab kepada diri sendiri
2) Modal materiil Modal materiil berarti bersifat fisik
merupakan hal yang sulit dilakukan.
atau kebendaan. Dalam hal ini modal
Dengan
materiil CU terutama adalah berupa
seseorang
uang. Perhatian utama CU adalah
mentalnya dalam bidang manajemen
membangun kekuatan keuangan yang
keuangan, sehingga masalah-masalah
meliputi tersedianya dana cadangan
yang terkait dengan finansial dapat
yang
diatasi.
memadai,
internal
yang
pelayanan
dan
pengendalian
akan
memastikan
kepada
anggota
memperbaiki
CU, sikap
3) Demokratis140
secara
Salah satu pengertian demokrasi adalah
Swadaya
gagasan atau pandangan hidup yang
mengandung makna kekuatan atau
mengutamakan persamaan hak dan
tenaga diri sendiri.136
kewajiban
berkelanjutan.135
anggota
menjadi
serta
perlakuan
yang
sama.141 Penerapan prinsip ini adalah
d. Prinsip-prinsip Credit Union (CU)137
semua
1) Menolong diri sendiri (self-help)138
anggota
kewajiban
Prinsip menolong diri sendiri terkait
punya
yang
hak
sama
dan dalam
menyampaikan pendapat, usulan dan
dengan pemahaman anggota terhadap
saran dalam rapat anggota.
permasalahan yang dialaminya sendiri.
4) Kesetaraan142
Tujuannya berorganisasi dalam CU
Setara
adalah untuk membantunya menolong
berarti
sama
atau
sejajar
tingkatan, kedudukannya, sebanding,
diri sendiri.
sepadan, seimbang. Dalam hal ini
2) Tanggung jawab pada diri sendiri139
perlakuan terhadap anggota tidaklah dibeda-bedakan.
135
Munaldus, dkk, Hidup, 32. Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1113. 137 Prinsip-prinsip dalam CU secara umum sama antara CU satu dan lainnya. Prinsip yang dipaparkan dalam penelitian ini diambil dari prinsip dalam Credit Union Pancur Kasih (CUPK). Lihat: Thomas, ―Pendidikan Anggota Baru Credit Union Pancur Kasih‖ (makalah, CUPK, 2014), makalah disampaikan dalam pelatihan anggota baru CUPK, Cabang Kota Baru Pontianak, Sabtu 22 Juni 2014. 138 Munaldus, dkk, Credit Union: Kendaraan Menuju Kemakmuran Praktis Bisnis Sosial Model Indonesia, (Jakarta PT. Elex Media Komputindo, 2012), 26. 139 Munaldus, dkk, Credit Union: Kendaraan Menuju Kemakmuran Praktis Bisnis Sosial Model Indonesia, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012), 33.
5) Keadilan143
136
Adil mengandung pengertian sama berat,
tidak
berat
sebelah,
tidak
memihak. Keadilan distributif yang proporsional selanjutnya akan berlaku, 140
Munaldus, dkk, Credit, 31. http://kbbi.web.id/ (diakses tanggal 25 Juni 2014). 142 Munaldus, dkk, Credit Union: Kendaraan Menuju Kemakmuran Praktis Bisnis Sosial Model Indonesia, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012), 32. 143 Munaldus, dkk, Credit, 32 141
79
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak ketika pembagian balas jasa anggota adalah
sesuai
dengan
2015
Berdasarkan uraian pada bab-bab di atas,
partisipasi,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
tanggung jawab, dan keaktifannya
berikut:
sebagai anggota CU.
1. Pengaturan hukum yang digunakan dalam
6) Solidaritas144
kegiatan usaha Credit Union (CU) adalah
Solidaritas adalah sifat atau perasaan
didasarkan
solider, sifat satu rasa dan senasib,
Perkoperasian, khususnya dalam Pasal-
perasaan setia kawan. Dalam kegiatan
pasal yang mengatur tentang koperasi
CU, rasa solider diwujudkan terutama
simpan
dengan mengumpulkan modal uang
Peraturan Menteri, AD/ ART dan Pola
untuk saling membantu.
Kebijakan masing-masing Credit Union
7) Tanggung jawab sosial145
(CU). Kesimpulan ini diambil berdasarkan
Manusia
yang
mandiri
dan
melalui
Peraturan
Pemerintah,
(CU) dengan koperasi simpan pinjam.
diharapkan
2. Pengaturan koperasi simpan pinjam yang
mampu membawa perubahan yang
dalam hal ini mencakup Credit Union (CU)
baik
yang
dalam
CU,
pinjam,
Undang-undang
beberapa kesamaan prinsip Credit Union
bertanggung jawab serta berdaya yang terbentuk
pada
masyarakat
tempatnya
tinggal.
dilekatkan
pada
Undang-undang
Perkoperasian cukup baik, namun belum memadai. Masih banyak aspek kegiatan
Dalam hal ini dapatlah disimpulkan
usaha Credit Union (CU) yang tidak
bahwa aturan koperasi memang mengatur
tercakup atau diatur secara detail dalam
ketentuan umum tentang koperasi, yang sudah
undang-undang.
cukup baik dan memadai. Termasuk mengatur
Union (CU) sendiri belum tertulis secara
koperasi kredit yang hanyalah salah satu jenis
eksplisit
dalam
koperasi. Bila bicara dalam konteks CU sudah
undangan
mana
tentu pengaturan yang seperti ini sangat tidak
dimaklumi karena undang-undang koperasi
memadai. Dalam hal tertentu bahkan kurang
memang bukan mengatur khusus Credit
tepat.
Union (CU).
Bahkan
istilah
Credit
peraturan
perundang-
pun.
ini
Hal
dapat
Secara umum keberadaan Credit Union (CU) sangat bermanfaat bagi masyarakat. Oleh
IV. Penutup
karena itu diperlukan pengaturan hukum yang 144
lebih khusus lagi bagi lembaga Credit Union
Munaldus, dkk, Credit Union: Kendaraan Menuju Kemakmuran Praktis Bisnis Sosial Model Indonesia, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012), 172. 145 Munaldus, Credit, 33.
(CU) 80
ini.
Sehingga
mampu
mewadahi
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Lainnya). PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Johnny Ibrahim. 2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cetakan Ketiga. Bayumedia Publishing, Malang. Maria S. W. Sumardjono. 2001. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian (Sebuah Panduan Dasar). PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Munaldus, dkk. 2012. Credit Union: Kendaraan Menuju Kemakmuran, Praktik Bisnis Sosial Model Indonesia. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Munaldus, dkk. 2013. Hidup Berkelimpahan Bersama Credit Union. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Pieter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Edisi Pertama Cetakan Ketiga. Kencana, Jakarta. Singleton, Royce. 1988. Approaches to Social Research. Oxford University Press, New York. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta. Cetakan 2007. Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research. Andi, Yogyakarta. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara
perkembangan Credit Union (CU) yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rekomendasi akhirnya berujung pada perlu adanya suatu penelitian lanjutan yang bersifat fundamental, khusus mengkaji sisi kelembagaan CU dan pengaturan hukumnya. Hal ini adalah untuk mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan CU. Baik kepada lembaganya maupun kepada masyarakat anggota yang menjadi pengguna jasa sekaligus pemilik Credit Union (CU). Daftar Pustaka A. Suman Kurik. 2008. Membangun Ekonomi Kerakyatan. Cet. 2. Grha Guru, Yogyakarta. Babbie, Earl. 1998. The Practice of Social Research. Wadsworth Publishing Company, USA. Bailey, Kenneth D. 1982. Methods of Social Research. The Free Press, New York. Bambang Waluyo. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika, Jakarta. Bernard Arief Sidharta dalam Sulistyowati Irianto dan Shidarta (Ed). 2011. Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Burhan Ashshofa. 2007. Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta, Jakarta. Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta. Francis X. Wahono, dkk. 2012. Pancur Kasih Empowerment Movement. Intitut Dayakologi, Pontianak. Francis X. Wahono. 2012. Pancur Kasih Credit Union Movement. Institut Dayakologi, Pontianak. Irawan Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial
81
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995, tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 19 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Credit Union (CU) Pola Kebijakan Pengurus Credit Union (CU) Daftar Jurnal, Tesis, Handout, dan lain-lain yang terkait Diah Apriani Atika Sari. 2008. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Zone Management) Secara Berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo. Tesis. Magister Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, UGM, Yogyakarta. Nurhasan Ismail. 2008. Catatan bahan pekuliahan Seminar Desain Penelitian, Magister Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, UGM. Tidak dipublikasikan. Website http://indobersatu.blogspot.com/ http://infocreditunion.wordpress.com/perbedaa n-bank-cu/ http://infocreditunion.wordpress.com/perbedaa n-bank-cu/ http://kalbar.bps.go.id/ http://m.antarakalbar.com/berita/311721/wagu b--12-juta-anggota-koperasi-di-kalbar http://pipiw.wordpress.com/2008/09/18/creditunion-di-indonesia-seperti-apa/ http://www.antaranews.com/print/1182836295 /mengambil-manfaat-dari-credit-union http://www.kalimantannews.com/berita.php?idb=1170 http://www.woccu.org/about/creditunion http://www.woccu.org/newsroom#newsroom_ Overview
82
2015
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
KERJASAMA SOSIAL EKONOMI DALAM KONTEKS PENGELOLAAN PERBATASAN KALIMANTAN BARAT-SARAWAK
Budi Hermawan Bangun (
[email protected]) Abstrak Salah satu bentuk kerjasama dalam pengelolaan perbatasan antara Kalimantan Barat dan Sarawak dilakukan melalui kerjasama sosial ekonomi, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan. Meskipun masyarakat di perbatasan memiliki persamaan secara sosial budaya, namun terjadi perbedaan dalam tingkat kesejahteraan yang disebabkan lalainya negara dalam memenuhi hak ekonomi mereka. Kondisi ini menyebabkan masyarakat perbatasan cenderung tergantung kepada negara tetangga dan memelihara hubungan ekonomi transnasional, meskipun harus melanggar hukum nasional. Berdasrkan hal tersebut, model pembangunan wilayah perbatasan, khususnya di Kalimantan Barat dan Sarawak perlu diformulasikan dengan mempertimbangkan: kebutuhan nyata masyarakat di wilayah perbatasan; dan prinsip keuntungan bersama dalam pengelolaan perbatasan dengan negara tetangga. Kata kunci: pengelolaan perbatasan, kerjasama sosial ekonomi.
Abstract One of state‘s border management cooperation between West Kalimantan and Sarawak is done through socio-economic cooperation, which has the goals to improve the border communities prosperity. Although people in the border have a socio-cultural similarities, there are differences in the level of welfare because infirmity of state presence in fulfilling their economic rights. This condition causes the border communities have tendency to depend on neighboring countries and maintain transnational economic relations, even though they have to breaking the national law. Adressing that matters, the model of development in border region, especially in West Kalimantan and Sarawak, should be formulated by considering: the objectives of the state that one of them is to achieve social justice; the real needs of the communities in the border areas; and the principle of mutual benefit in the border management cooperation is done with neighboring countries. Keywords: border management, socio-economic cooperation.
83
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
keterbelakangan, kemiskinan, mahalnya harga barang dan jasa, keterbatasan prasarana dan sarana
pelayanan
publik
(infrastruktur),
rendahnya kualitas sumber daya manusia, serta penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada level nasional, permasalahan daerah perbatasan adalah berupa: Kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada pembangunan daerah perbatasan serta masih kurangnya personil, anggaran, fasilitas dan
I. Pendahuluan Kalimantan Barat merupakan salah
kesejahteraan; Terjadinya perdagangan lintas
provinsi di Indonesia146 yang mempunyai
batas illegal; Kurangnya akses dan media
perbatasan darat langsung dengan negara lain
komunikasi serta informasi dalam negeri serta
yaitu Sarawak, Malaysia Timur. Adapun
belum optimalnya koordinasi lintas sektoral
wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak
dan lintas wilayah dalam penanganan wilayah
membentang sepanjang sekitar 850 kilometer
perbatasan.
dengan luas sekitar 2,1 juta hektar. Secara
internasional/regional, permasalahan daerah
administratif, kawasan ini meliputi 5 wilayah
perbatasan adalah lemahnya kemampuan loby
kabupaten, 15 kecamatan dan 98 buah desa.
dan kreativitas di tingkat nasional. Berbagai
Dengan
level
peluang yang ada, baik dari kawasan ASEAN
potensi
dan juga pembangunan di tataran nasional
permasalahan yang luar biasa. Pemetaan
ternyata tidak bisa terangkai. Dengan demikian
terhadap
berbagai kesenjangan prasarana dan sarana
rupa,
panjang
pada
perbatasan
sedemikian
garis
Sementara
menyimpan
hubungan
pengelolaan
antara
perbatasan
kerjasama antara
yang terjadi pada daerah perbatasan khususnya
Indonesia dan Malaysia dengan pemenuhan
antara Indonesia dengan Malaysia masih tetap
hak-hak
belum terperhatikan sebagaimana mestinya.
ekonomi
menunjukan
adanya
negara
masyarakat tiga
level
perbatasan dimensi
Perbedaan kondisi sosial ekonomi di
permasalahan, yaitu: di level lokal, level
wilayah perbatasan antar negara seperti itu
nasional dan level internasional/bilateral.
dapat menimbulkan sejumlah efek negatif
Pada level lokal, permasalahan yang dihadapi
adalah
berupa
yang cenderung merugikan wilayah perbatasan
keterisolasian,
di Indonesia. Efek negatif tersebut misalnya adalah ―perambahan‖ yang dilakukan oleh
146
Selain itu terdapat 3 provinsi lain yang berbatasan darat langsung dengan wilayah negara lain yaitu: Kalimantan Timur, Papua dan Nusa Tenggara Timur.
negara tetangga (backwash effect) yang dapat 84
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak terjadi secara disengaja atau tidak disengaja,
kontrol
misalnya adalah ―pemanfaatan‖ sumber daya
perbatasan tersebut. Mekanisme pasar yang
alam oleh pihak-pihak dari negara tetangga
bekerja di wilayah ini pada akhirnya memberi
tanpa adanya kompensasi dan kewajiban-
kesempatan kepada pihak-pihak tertentu dari
kewajiban
negara tetangga untuk memperluas aktivitas
yang
memadai
yang
dapat
negara
atas
2015
mengakibatkan kerusakan sumber daya alam
ekonominya
dan lingkungan maupun gangguan terhadap
perbatasan di Indonesia.
kehidupan
sosial
penduduk
di
wilayah
mencakup
wilayah-wilayah
wilayah-wilayah
Selain ketimpangan sosial ekonomi,
perbatasan Indonesia.
wilayah-wilayah
perbatasan
Indonesia-
Efek negatif lain pemanfaatan sumber
Malaysia juga ditandai dengan karakteristik
daya alam oleh pihak-pihak tertentu dari
sosial budaya masyarakat yang memiliki
negara tetangga adalah adanya peningkatan
ikatan
kegiatan ekonomi di negara tersebut yang pada
masyarakat lain negara tetangga. Dalam batas
gilirannya dapat menimbulkan efek negatif
tertentu karakteristik seperti ini dapat menjadi
yang
kendala bagi pengelolaan dan pembangunan
disebut
polarization
effect,
yaitu
tertarik/ditarik-nya sumber daya alam dan
untuk
kelompok
Menyikapi
berbagai
persoalan
di
pusat-pusat
wilayah-wilayah perbatasan, harus dirumuskan
pertumbuhan baru di wilayah negara tetangga
model pembangunan wilayah perbatasan yang
tersebut
terjadinya
dapat mengubah berbagai efek negatif menjadi
pengosongan kegiatan ekonomi di wilayah-
efek positif bagi daerah-daerah yang berada di
wilayah perbatasan negara
wilayah perbatasan di Indonesia.
yang
membangun
dengan
kawasan di wilayah-wilayah perbatasan.
sumber daya manusia suatu negara ke negara tetangga
kekerabatan
berakibat
yang tertarik
sumber daya alam maupun sumber daya
Berdasarkan tulisan tersebut di atas,
manusianya.
menarik untuk dan menggambarkan sejarah
Ketimpangan sosial ekonomi yang terjadi
di
wilayah-wilayah
kerjasama dan realitas kondisi sosial ekonomi
perbatasan
masyarakat
di
perbatasan
Indonesia dapat menyebabkan munculnya
merekomendasikan
berbagai persoalan yang pada batas tertentu
pengelolaan
dapat
khususnya antara Kalimantan Barat dengan
mengakibatkan
Negara
Kesatuan
gangguan Republik
stabilitas Indonesia.
Sarawak,
model
serta
wilayah
yang
perbatasan
dapat
negara,
mengoptimalkan
Fenomena ini dapat terjadi karena wilayah-
pemenuhan
wilayah di perbatasan kurang tersentuh oleh
perbatasan sekaligus memperkecil kesenjangan
aktivitas
ekonomi
negara
dan
lemahnya 85
hak-hak
kerjasama
ekonomi
masyarakat
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
kesejahteraan masyarakat di garis perbatasan
itu di antara penduduk di kedua wilayah
yang berbeda.
tersebut
bahkan
mempunyai
hubungan
kekeluargaan, baik karena keturunan ataupun karena perkawinan.
II. Metode Penelitian Dilihat dari jenisnya penelitian ini
Secara historis dan yuridis, penetapan
merupakan penelitian kualitatif yang berada
garis perbatasan kedua negara ini telah
dalam ranah kajian
dilakukan oleh kedua penguasa kolonial
mengkaji penelitian
socio legal. Untuk
permasalahan ini
yang
menggunakan
ada
maka
sebelumnya yaitu Kerajaan Belanda dan
pendekatan
Kerajaan
Inggris
dalam
Traktat
London
tanggal 20 Juni 1891.148 Traktat London itu
penelitian hukum non-doktrinal. Data yang dipakai dalam penelitian ini
kemudian
ditindaklanjuti
dengan
The
adalah data sekunder berupa dokumen, buku,
Boundary Agreement yang ditandatangani di
disertasi/tesis, majalah, buletin, arsip, data
London pada tanggal 28 September 1915 dan
statistik dan lainnya.147 Data sekunder tersebut
The Boundary Convention yang ditandatangani
diperoleh melalui studi
di The Hague (Den Haag) tanggal 26 Maret
kepustakaan. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara
1928.
kualitatif
pertanyaan
menghasilkan pembagian wilayah atas Pulau
bagaimana implikasi kerjasama Sosek Malindo
Borneo dengan menarik garis dari timur ke
terhadap
barat sehingga wilayah pulau tersebut terbagi
untuk
menjawab
pemenuhan
hak-hak
ekonomi
masyarakat di perbatasan.
Perjanjian-perjanjian
tersebut
dalam dua wilayah kekuasaan, yaitu di sebelah utara yang merupakan kekuasaan British
III. Pembahasan dan analisa
Protectorates
Konteks Historis Kerjasama dan Realitas
Sarawak dan Sabah yang merupakan bagian
Sosial Ekonomi Masyarakat Perbatasan di
dari Malaysia serta Brunei Darussalam) dan di
Kalbar-Sarawak
sebelah selatan yang merupakan kekuasaan
(sekarang
dikenal
dengan
Perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak
Dutch Borneo (sekarang lebih dikenal dengan
sejatinya memang dipisahkan oleh kedaulatan
Kalimantan yang merupakan bagian dari
politik kedua negara (Indonesia dan Malaysia),
Republik Indonesia).
namun secara sosio-historis penduduk wilayah
Setelah
berakhirnya
konfrontasi
perbatasan ini saling mengadakan hubungan
Indonesia dengan Malaysia, kedua negara
yang berlangsung turun temurun. Oleh karena
sepakat untuk mengikuti perbatasan yang telah 148
Triana Wulandari, et. al., 2009, Satu Ruang Dua Tuan: Sejarah Wilayah Perbatasan Entikong-Malaysia 1845-2009, Gramata Publishing, Depok, hlm. 44.
147
Sanafiah Faisal, 1990, Penelitian Kualitatif; DasarDasar dan Aplikasi, YA3, Malang, hlm. 17.
86
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
ditetapkan oleh pemerintah kolonial, atau yang
shall not exceed six hundred Malaysian
dalam hukum internasional dikenal sebagai
Dollars (M.600) per month.”
prinsip uti possidetis juris. Hal ini tertuang
Dalam
realitanya, dalam
banyak
dalam Memorandum of Understanding (MoU)
penyalahgunaan
yang ditandatangani pada tanggal 11 Agustus
Kesepakatan Lintas Batas 1970 ini yang
1966 di Jakarta yang memberi penegasan garis
ditunjukkan dengan maraknya perdagangan
tapal batas (international boundary) kedua
ilegal. Perdagangan ilegal biasanya dilakukan
negara dengan rumusan sebagai berikut: “The
dengan memanfaatkan masyarakat setempat
Joint Survey Teams are now carriying out of
oleh pihak ketiga dengan cara memberikan
redefinition of international boundary at
sejumlah uang untuk kemudian dibelanjakan
priority area EF in accordance with the Treaty
barang-barang dari Malaysia oleh masyarakat
Series No. 32 (1930) signed between the
setempat. Barang-barang yang dibeli oleh
British and the Dutch on 26th March, 1928.”
masyarakat
tersebut
pelaksanaan
dikumpulkan
dalam
Selanjutnya, tuntutan masyarakat di
jumlah tertentu selanjutnya oleh pihak ketiga
sepanjang perbatasan untuk dapat saling
tersebut dibawa ke daerah lain untuk dijual
berkunjung dan berhubungan difasilitasi oleh
kembali baik di dalam maupun ke luar
pemerintah kedua negara melalui Pemufakatan
Kalimantan
Dasar
biasanya diperdagangkan secara ilegal ini pada
Lintas
Batas
yang biasa disebut
yang
umumnya berupa makanan ringan, biskuit,
1967.
minuman kaleng dan gula pasir. Padahal jika
Pemufakatan tersebut juga mengatur bahwa
mengacu pada Kesepakatan 1970 tersebut
lalu lintas barang ke dalam dan ke luar pada
disebutkan
daerah
melakukan perdagangan hanyalah masyarakat
Crossing”
pada
tanggal
perbatasan
26
on
Barang-barang
Border
dengan”Basic
Arrangement
Barat.
Mei
masing-masing
wajib
bahwa
dengan
yang
diperbolehkan
disalurkan melalui Pos Pengawas Perbatasan.
perbatasan
nilai
perdagangan
Ketentuan inilah yang menjadi dasar dari
maksimal M $. 600 per bulan per orang.
Kesepakatan Perdagangan Lintas Batas atau
Dalam perspektif hukum internasional.
Agreement on Border Trade between the
Indonesia dan Malaysia merupakan negara
Government of the Republic of Indonesia and
yang
the Government of Malaysia tahun 1970.
penguasa
Dalam Pasal (article) II sub 3 kesepakatan ini
Indonesia (17 Agustus 1945) dan Malaysia (31
diatur bahwa: ―The value of goods carried or
Agustus 1957) sebagai negara berdaulat atau
conveyed for purpose of overland border trade
negara
by any person specified in section 3 of Article I
perjanjian Westphalia tahun 1648) menuntut 87
mewarisi
wilayah
kolonial
modern
(suksesor)
sebelumnya.
(menurut
dari
Lahirnya
konsep
pasca
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak diadakannya garis demarkasi atau perbatasan
Pada
masa
ketika
2015
Indonesia
dan
di antara keduanya. Masalahnya, sebelum
Malaysia masih berada di bawah kekuasaan
Indonesia
negara
kolonial, hampir tidak ada sentuhan politik dan
modern, nyaris tidak ada batas-batas sosio-
ekonomi yang kuat di wilayah perbatasan
kultural antara masyarakat kedua negara.
karena peran pemerintah kolonial hanya
dan
Malaysia
menjadi
Di Kalimantan (Borneo), kehidupan sosio-kultural
masyarakat
mempengaruhi
dan
terikat
mendominasi
dan
suku
pusat
kekuasaan.
bahkan
saling
Jikalaupun ada maka sentuhan tersebut sekedar
dalam
ikatan
seputar penetapan garis demarkasi, terutama antara Belanda dan Inggris.152
kekerabatan yang sangat erat, terutama suku Melayu149
lingkaran
Dayak.150
Hal
ini
Seiring dengan terbentuknya Indonesia
menyebabkan meskipun batas-batas fisik telah
dan
Malaysia
sebagai
ditetapkan, batas-batas sosio-kultural antara
kesamaan
sosio-kultural
Indonesia dan Malaysia tidak pernah jelas.151
masyarakat
di
wilayah
negara
modern,
yang
dimiliki
perbatasan
tidak
berbanding lurus dengan kesamaan di bidang 149
Contohnya adalah Kesultanan Sambas yang memiliki riwayat yang panjang, mulai zaman Kerajaan Sambas Tua pada Masa Hindu (Abad 14) dan zaman Kesultanan Sambas Islam (Abad 17), dengan sejarah yang berkaitan dengan sejumlah kerajaan lain, termasuk yang ada di Malaysia (Johor dan Sarawak) dan Kesultanan Brunei Darussalam. Untuk lengkapnya lihat Pabali Musa, 2003, Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat: Kajian Naskah Asal Raja-Raja dan Silsilah Raja Sambas, STAIN Pontianak Press dan Ford Foundation, Pontianak. Lihat juga Mary Somers Heidhues, 2008, Penambang Emas, Petani dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat, Yayasan Nabil, Jakarta, hlm. 15. 150 ―Dayak‖ adalah sebutan umum untuk penduduk asli Kalimantan (Borneo) yang non-muslim dan nonMelayu. Lihat Mary Somers Heidhues, ibid., hlm. 8. Etimologi sebutan ini masih diperdebatkan, namun ilmuwan Belanda, August Kaderland, yang diyakini mempergunakan sebutan ―Dayak‖ dalam pengertian di atas pada tahun 1895. Dewasa ini ―Dayak‖ diartikan sebagai sebuah suku bangsa yang terdiri dari 6 suku besar (Apokayah/Kenyah/Kayan/Bahau, Ot Danum/Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan) serta 405 sub suku kecil yang menyebar di seluruh Pulau Kalimantan (Borneo). Lihat juga J.U. Lontaan, 1975, Sejarah, Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, Pemda Tingkat I Kalbar. 151 Beberapa orang generasi tua di perbatasan IndonesiaMalaysia mengaku mereka baru mengetahui status kewarganegaraan yang mereka miliki berbeda dengan kerabatnya di wilayah Sarawak, Malaysia ketika Presiden Soekarno melancarkan kampanye ―Ganyang Malaysia‖ 27 Juli 1963 yang dilanjutkan dengan konfrontasi terhadap Malaysia.hingga tahun 1966.
ekonomi.
Yang
justru
terjadi
adalah
kesenjangan ekonomi yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan 152
Setidaknya sampai awal abad XIX, penguasa kolonial di Batavia tidak terlalu menunjukkan minat untuk melakukan eksploitasi terhadap wilayah pedalaman Kalimantan. Reputasi pulau ini sebagai terra incognita dan sebagai wilayah yang liar ditambah dengan pemahaman terhadap orang-orang Dayak pedalaman sebagai ―primitif‖ dan ―liar‖ menyebabkan kontrol Batavia terhadap wilayah ini hanya didasarkan pada sistem penyerahan wajib (verplichte leverantie) oleh para penguasa pribumi berdasarkan kontrak-kontrak yang mereka buat sebelumnya. Lihat Triana Wulandari, dkk., op. cit., hlm. 23-24 dan Mary Somers Heidhues, op. cit., hlm. 31-33. Terbaginya lingkup pengaruh kekuasaan kolonial, terutama di Kalimantan (Borneo) baru dimulai ketika James Brooke membangun kekuasaannya di Sarawak. Untuk melindungi kekuasaannya tersebut, Brooke berusaha mendapatkan perlindungan Inggris dengan menyerahkan Borneo kepada Inggris. Usaha tersebut berhasil dengan pengakuan eksistensi Brooke sebagai “Rajah of Sarawak” dan pemberian gelar kebangsawanan Inggris (Sir) kepada Brooke dan keturunannya (1847). Hal ini yang kemudian menggemparkan pemerintah Belanda, bukan saja di Batavia namun juga di Den Haag hingga akhirnya memicu konflik antara Inggris dan Belanda sampai disepakatinya Traktat London (1891). Gambaran lengkap mengenai hal ini dapat dilihat dalam Bab II buku Triana Wulandari, op. cit., hlm. 17-57.
88
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
antara pemerintah Indonesia dan Malaysia
Minimnya infrastruktur dan layanan hak-hak
dalam memandang wilayah perbatasan negara,
kebutuhan dasar merupakan alasan masyarakat
yang kemudian mempengaruhi kebijakan-
perbatasan
kebijakan yang diputuskan dan pembangunan
pemerintah Indonesia. Padahal dalam lintasan
yang
sejarah,
dilakukan.
Indonesia
mengedepankan
yang
pendekatan
lebih
keamanan
merasa
masyarakat
saja,
ekonomi, sosial dan budaya di perbatasan.
Indonesia-Malaysia.
seluruh
Indonesia
wilayah
bahkan
perbatasan
dikategorikan
perbatasan
oleh
memiliki
kontribusi yang tidak dapat disepelekan begitu
mengakibatkan terabaikannya pembangunan
Hampir
―dianak-tirikan‖
di
terutama
pada
masa
konfrontasi
Di sisi lain, Malaysia yang berhasil
sebagai
mentransformasikan
perbatasannya
sebagai
daerah tertinggal. Sebaliknya Malaysia yang
―beranda depan‖ negara bukan saja berhasil
memandang
sebagai
halaman
mensejahterakan rakyatnya. Infrastruktur dan
melaksanakan
berbagai
layanan kebutuhan dasar yang disiapkan dan
pembangunan yang berhasil meningkatkan
disediakan oleh pemerintah Malaysia bahkan
kesejahteraan
dinikmati oleh sebagian warga Indonesia yang
depan
perbatasan
negaranya
rakyatnya
di
daerah
perbatasan.153
berada di wilayah perbatasan.
Dalam situasi kesamaan sosio-kultural
Lemahnya
kehadiran
negara
di
dan perbedaan tingkat kesejahteraan inilah
kawasan perbatasan dalam artian the art of
masyarakat di sisi perbatasan Indonesia hidup
governing
dan berinteraksi dengan kerabat-kerabatnya di
ketergantungan
sisi perbatasan Malaysia. Hal ini tentu saja
terhadap bukan saja negara tetangga, tetapi
menimbulkan
juga aktor-aktor selain negara.
rasa
ketidakpuasan
mereka
terhadap negara dan pemerintah Indonesia.
menyebabkan
adanya
masyarakat
perbatasan
Berkaitan
dengan
keberadaan
Pada umumnya masyarakat perbatasan merasa
Kesepakatan Perdagangan Lintas Batas tahun
dirinya diabaikan dalam proses pembangunan
1970, merupakan bentuk formalisasi dari
yang
dilaksanakan
oleh
pemerintah.
154
hubungan-hubungan
sosial
ekonomi,
khususnya perdagangan, yang dilakukan oleh 153
masyarakat yang sekarang telah dipisahkan
Robert Siburian, 2004, ―Kondisi Perekonomian Masyarakat Perbatasan: Entikong dan Nunukan‖ dalam Masyarakat Indonesia: Majalah Ilmu-ilmu Sosial Indonesia, Jilid XXX, No. 2, Tahun 2004, LIPI, Jakarta. hlm. 114-115. 154 Akumulasi kekecewaan masyarakat perbatasan tercermin dalam sebuah ungkapan: ―Hanya malaikat yang belum datang ke perbatasan‖. Ungkapan ini asalnya dari masyarakat perbatasan di Entikong. Saat ini ungkapan tersebut menjadi populer hampir di semua wilayah perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Reaksi
oleh garis imajiner yang bernama perbatasan lain yang menunjukan kekecewaan masyarakat misalnya adalah: (ancaman) pindah kewarganegaraan dan dalam kasus yang terbaru adalah adanya satu desa di Kabupaten Sintang yang menolak ikut serta (golput) dalam Pilkada Gubernur Kalimantan Barat pada tanggal 20 September 2012 dengan alasan kecewa terhadap pemerintah (pusat dan daerah).
89
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
negara. Karena itu, kesepakatan tersebut hanya
maksimal perdagangan lintas batas. Tidak
mengatur perdagangan secara tradisional dan
dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia
dalam skala kecil (sebesar RM. 600 per orang
yang hidup di wilayah perbatasan dengan
per bulan).
Malaysia lebih senang menggunakan mata
Nilai maksimal kuota perdagangan
uang Ringgit ketimbang Rupiah. Hal ini
sebesar RM. 600 yang dirasakan tidak
didasarkan pada dua alasan. Yang pertama
memadai lagi pada kondisi sekarang. Secara
bersifat praktis, yaitu: kurs Ringgit didasarkan
umum masyarakat perbatasan menginginkan
pada sistem nilai kurs tetap sehingga kurs
agar nilai maksimal tersebut ditambah lagi
Ringgit terhadap Dolar AS (US $) selalu stabil
hingga RM. 1.500.
pada perbandingan US $ 1 = RM. 3,8.155
Bila dikaji secara mendalam, keinginan
Alasan yang kedua lebih bersifat mendalam.
masyarakat perbatasan untuk meningkatkan
Bagi masyarakat perbatasan, penggunaan mata
nilai kuota maksimal perdagangan lintas batas
uang Ringgit juga dapat diartikan sebagai
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di
simbol bahwa sebagian dari kedirian subyektif
perbatasan masih sangat bergantung terhadap
dan kolektif mereka adalah ―Malaysia‖, dalam
produk-produk atau komoditas dari Malaysia.
arti bahwa adanya kesadaran psikologis bahwa
Keinginan seperti ini tidak didapati pada
mereka lebih mengenal dan lebih dihidupkan
masyarakat
Malaysia.
oleh Ringgit dibanding Rupiah. Dengan
Karena itu dapat diartikan bahwa dengan
demikian Ringgit tidak saja dipandang sebagai
naiknya nilai kuota maksimal perdagangan
alat
lintas batas maka semakin banyak pula
pemenuhan pada fasilitasi (pelayanan) negara
produk-produk atau komoditas yang bisa dibeli
kepada warganegaranya.156
di
Sarawak
perbatasan
dan
di
namun
sebagai
simbol
Implikasi dari berbagai masalah sosial
masyarakat di perbatasan Kalimantan Barat.
ekonomi yang terjadi di wilayah perbatasan
Namun logika ini juga dapat dibalik yaitu,
membuat masyarakat di perbatasan merasa
dengan meningkatnya nilai kuota maksimal
diabaikan hak-hak ekonominya oleh negara.
perdagangan
Hal
batas
pulang
transaksi
oleh
lintas
dibawa
sisi
maka
semakin
banyak pula komoditas yang bisa mereka jual
155
jumlah Ringgit, yang meningkat pula. Hal lain yang menarik dikaji berkaitan penggunaan
mata
uang
membuat
masyarakat
memiliki
Robert Siburian, ―Entikong: Daerah Tanpa Krisis Ekonomi di Perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak‖, dalam Antropologi Indonesia Vol. XXVI, No. 67 Tahun 2002, hlm. 92. 156 Adri, ―Kontestasi Politik Identitas dalam Fenomena Illegal Logging di Perbatasan Indonesia-Malaysia: Studi di Kecamatan Badau dan Lanjak, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat‖, dalam Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari-Juli 2011, hlm. 83.
ke wilayah Sarawak dengan keuntungan, yaitu
dengan
ini
Ringgit
Malaysia (RM) sebagai patokan nilai kuota 90
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
loyalitas yang lemah terhadap negaranya
dilaksanakan secara kaku akan mengakibatkan
sendiri. Hal ini karena adanya pandangan
konflik yang luas dan serta pengabaian hukum. Fenomena
bahwa mereka memiliki hubungan sosial
‖menghindar‖
dan
ekonomi yang lebih rapat dengan masyarakat
‖melawan‖ hukum nasional yang dilakukan
di kawasan perbatasan dibandingkan dengan
oleh masyarakat di perbatasan menampakkan
pusat pemerintahan yang dirasakan jauh
kegagalan
mereka.
masyarakat.
Pandangan
ini
kemudian
bekerjanya Dalam
hukum
dalam
perspektif
sosial,
menimbulkan perasaan lemah dalam hal rasa
keberhasilan pelaksanaan sebuah peraturan
memiliki (feel of belonging) dan penghayatan
hukum sangat ditentukan oleh beberapa faktor.
identitas nasional (internalization of national
Menurut William J. Chambliss dan Robert B.
identity).
Seidman, bekerjanya hukum dalam masyarakat
Masyarakat
perbatasan
melibatkan beberapa unsur atau aspek yang
memiliki kecenderungan untuk memelihara
saling memiliki keterkaitan sebagai suatu
hubungan ekonomi transnasional walaupun
sistem.
mereka harus melanggar hukum nasional.
lembaga
Dalam banyak kejadian hal ini terjadi karena
institutions), lembaga penerap sanksi/penegak
mereka hanya memiliki sedikit pilihan karena
hukum, pemegang peran (role occupant) serta
pemerintah gagal mengintegrasikan kawasan
kekuatan sosietal personal (societal personal
perbatasan ke dalam ekonomi nasional yang
force), budaya hukum serta unsur-unsur
lebih besar.157 Masyarakat perbatasan juga
umpan
memperlihatkan
di
wilayah
kecenderungan
untuk
Beberapa
aspek
pembuat
balik
tersebut
hukum
(feed
back)
(law
yaitu: making
dari
proses
bekerjanya hukum yang sedang berjalan.
159
menghindari, mengelak atau melawan hukum
Chambliss dan Seidman berpendapat
yang mereka lihat sebagai campur tangan atas
bahwa kekuatan sosietal personal yang ada
kepentingan mereka dan cara hidup mereka
dalam masyarakat keberadaannya menekan
yang khas dan unik. Dalam situasi seperti ini,
lembaga pembuat hukum secara langsung dan
meminjam pendapat Martinez
158
, jika hukum
lembaga
yang mengatur interaksi di perbatasan ini
penerap
sanksi/penegak
hukum
secara tidak langsung, sedangkan lembaga penerap
sanksi/penegak
hukum
juga
157
Michiel Baud dan Willem van Schendel, ―Toward a Comparative History of Borderlands‖ dalam Journal of World History, Vol. 8, No. 2, (Fall, 1997), University of Hawai‘i Press, hlm. 229. 158 Oscar J. Martinez, ―The Dynamics of Border Interaction: New Approaches to Border Analysis‖, dalam Clive H. Schofield (ed.), 1994, Global Boundaries, World Boundaries, Vol.1,.Routledge, London, hlm. 12.
mengalami tekanan langsung dari kekuatan sosietal personal. Lembaga pembuat hukum bekerja dengan membuat peraturan yang 159
William J. Chambliss & Robert B. Seidman, 1971, Law, Power and Order, Addison-Wesley Publishing Co., Philipine, hlm. 12,
91
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak ditujukan
untuk
Lembaga
penerap
mengatur
masyarakat.
2015
nilai, gagasan, dan konsep yang berasal dari
hukum
masyarakat.161 Dalam kaitannya dengan proses
bertugas untuk memastikan peraturan tersebut
bekerjanya hukum, Satjipto juga mengatakan
ditegakkan oleh masyarakat dan memberikan
bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan
sanksi atas setiap pelanggaran peraturan
oleh hukum sama sekali tidak otonom, namun
tersebut, sementara masyarakat merupakan
saling kait-berkait dengan proses yang terjadi
tujuan akhir dari bekerjanya hukum.160
di masyarakat.162 Artinya bahwa antara hukum
sanksi/penegak
Dalam fenomena ―penghindaran‖ dan
dan proses yang terjadi di masyarakat terdapat
―penolakan‖ hukum nasional oleh masyarakat
hubungan saling mengontrol satu dengan
di daerah perbatasan menampakkan suatu
lainnya.
gejala bahwa pembuatan peraturan hukum (law making) sebagai bagian dari politik
Menuju
hukum merupakan hasil ―keputusan politik‖
Masyarakat
atau kebijakan publik yang tidak, ataupun
Kemungkinan
setidaknya kurang, didukung oleh basis sosial
Pemenuhan
Hak
Perbatasan:
Menyikapi
berbagai
Ekonomi Beberapa
persoalan
di
kemasyarakatan yang memadai. Peraturan
wilayah-wilayah perbatasan, harus dirumuskan
hukum tersebut, khususnya yang berkaitan
model pembangunan wilayah perbatasan yang
dengan pengelolaan perbatasan, menampakkan
dapat mengubah berbagai efek negatif menjadi
kecenderungan
efek positif bagi daerah-daerah yang berada di
hanya
sebagai
ungkapan
keinginan pembuatnya semata.
wilayah perbatasan di Indonesia, khususnya di
Ditempatkannya
masyarakat
perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak.
perbatasan dalam posisi cenderung sebagai obyek dari kebijakan pengelolaan
Dalam kaitannya dengan pemenuhan
pembangunan dan
perbatasan,
telah
hak-hak ekonomi masyarakat di perbatasan,
terjadi
model
kerjasama
pengelolaan
perbatasan
pemisahan antara hukum dengan masyarakat
negara yang disusun harus memperhatikan
yang menjadi adressat-nya. Hal ini merupakan
beberapa
kondisi yang tidak ideal, karena menurut
pengelolaan perbatasan negara tersebut harus
Satjipto
dapat
dibangun dengan landasan filosofis bernegara,
Masyarakat
yaitu Pancasila, terutama sila kelima ―keadilan
menurutnya merupakan sumber daya yang
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖, dan
memberi hidup (to nature) dan menggerakkan
tujuan bernegara sebagaimana tertuang dalam
dipisahkan
Rahardjo, dari
hukum
masyarakat.
tidak
hukum tersebut, yaitu antara lain dengan nilai160
161
hal.
Pertama
model
kerjasama
Satjipto Rahardjo, 2007, Biarkan Hukum Mengalir, Kompas Gramedia, Jakarta, hlm. 133. 162 Ibid.
Ibid.
92
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
diimplementasikan dengan baik oleh masing-
tahun 1945 (UUD 1945), terutama tujuan
masing negara.
―memajukan
kesejahteraan
keduanya
identik
umum‖,
dengan
yang
Berkaitan dengan hal tersebut, model
pemenuhan
pengelolaan
perbatasan
China-Vietnam
kesejahteraan dan hak-hak dasar, termasuk
mungkin dapat menjadi pelajaran. Kerjasama
hak-hak ekonomi, masyarakat.
antara
kedua
negara
didasarkan
pada
Kedua, model kerjasama pengelolaan
pembangunan perdagangan lintas batas (trade-
perbatasan negara harus didesain agar mampu
based border development) dengan intensitas
mendorong perubahan paradigma pengelolaan
pembangunan zona industri di kedua wilayah
perbatasan dari security approach menuju
negara
prosperity
Pemerintah
dari
aspek keamanan. Selain itu model tersebut
memberikan
dukungan
juga harus didesain sedemikian rupa agar
keuntungan maksimal bagi wilayah perbatasan
responsif
kedua negara karena adanya kesamaan konsep
approach
tanpa
terhadap
meninggalkan
kebutuhan
nyata
masyarakat, khususnya di perbatasan, agar dapat
dihasilkan
mendorong
kebijakan
pemenuhan
masyarakat
di
memperkecil
yang
menarik
kedua
investasi.
negara
bagi
juga
terciptanya
pembangunan kawasan perbatasan. Adopsi terhadap model pengelolaan
ekonomi
perbatasan China-Vietnam menjadi menarik
sekaligus
karena perbatasan Kalimantan Barat dan
kesejahteraan
Sarawak sesungguhnya adalah wilayah yang
perbatasan
dengan negara tetangga. Ketiga,
berhasil
dapat
hak-hak
kesenjangan
yang
sangat potensial, strategis dan mempunyai bagaimanapun
potensi sumberdaya secara ekonomi. Dengan
kerjasama pengelolaan perbatasan merupakan
potensi yang sedemikian rupa pemanfaatan
kegiatan yang bersifat bilateral maka model
melalui
kerjasama
negara
mengedepankan investasi dan pembangunan
harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam
infrastruktur seperti yang dilakukan China-
hukum internasional, terutama yang berkaitan
Vietnam dapat menumbuhkan pusat-pusat
dengan
atau
pertumbuhan baru serta menciptakan aktivitas
perjanjian internasional. Hal ini berkaitan
ekonomi dan pembangunan daerah yang nyata
dengan bagaimana kesepakatan-kesepakatan
di wilayah perbatasan Kalbar-Sarawak.
bilateral
karena
pengelolaan
perbatasan
kesepakatan-kesepakatan
dibuat
dengan
perbatasan
yang
saling
Pada saat Sarawak telah menetapkan
menguntungkan (mutual benefit) dan pada
diri dan bergerak menuju growth industry
akhirnya
center, keberadaan perbatasan Kalimantan
dihormati,
dasar
pengelolaan
dipatuhi
dan
Barat-Sarawak yang mempunyai sumber daya 93
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak secara
potensial
untuk
keunggulan komparatif dibandingkan dengan
mendapat ‖limpahan‖ investasi yang ada di
daerah perbatasan negara tetangga. Akan tetapi
sisi Sarawak, Malaysia. Hal ini kiranya dapat
hingga saat ini belum terdapat kejelasan
terwujud
kesepakatan-kesepakatan
mengenai bagaimana model PKSN; bagaimana
kerjasama pengelolaan perbatasan Kalimantan
strategi pencapaiannya; siapa sektor terdepan
Barat-Sarawak mengakomodasi hal tersebut.
yang bertanggung jawab untuk mewujudkan
bila
dapat
diarahkan
2015
Untuk lebih mendukung terjadinya
hal itu; bagaimana pembagian peran antara
‖limpahan‖ investasi dari sisi Sarawak ke arah
pusat dan daerah dalam mewujudkan PKSN;
sisi
Barat,
serta apakah semangat pembentukan PKSN
dan
juga akan diadaptasi oleh BNPP dan badan-
kapasitas
badan pengelola perbatasan di tingkat daerah
perbatasan
diperlukan
pula
kebijakan
serta
di
Kalimantan
dukungan
regulasi
peningkatan
kelembagaan berkaitan dengan pengelolaan
dalam pengelolaan perbatasan.
perbatasan negara. Dalam hal ini, pemerintah
Pemerintah
juga
perhatian
manajemen
komoditas yang dihasilkan wilayah perbatasan
negara
dengan
Indonesia
lebih
prosperity
wilayah Sarawak dalam bentuk mentah dan
approach. Salah satu yang paling penting
tanpa pengaturan yang jelas. Akibatnya di
adalah
pembuatan
samping harga jual yang relatif rendah,
regulasi dan kebijakan yang dapat menembus
pendapatan negara relatif kecil, yang paling
hambatan-hambatan terjadinya investasi di
penting adalah nilai tambah dan dampak
perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak serta
ekonomi tidak terjadi di wilayah Kalimantan
mengedepankan pembangunan infrastruktur
Barat. Semua nilai tambah dan dampak
yang dapat mendukung masuknya investasi di
pergerakan ekonomi justru terjadi di wilayah
perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak.
negara tetangga. Oleh karena itu perlu ada
dengan
pada
pola
mengarahkan
Hal ini penting mengingat Pasal 1
regulasi
kemudian
barang-barang
meninggalkan pola security approach dan mengarah
dan
ekspor
memberi
Republik Indonesia harus lebih memperbaiki perbatasan
pada
harus
ekspor
di
wilayah
angka 22 Peraturan Pemerintah Nomor 26
termasuk
Tahun 2008 tentang RTRW Nasional telah
keberpihakan
untuk
menetapkan kawasan perbatasan sebagai Pusat
perekonomian
di
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), yang
Indonesia.
berarti bahwa untuk ke depan kawasan
dipasarkan
perdagangan
ke
perbatasan
tradisional
dan
mengembangkan
wilayah
perbatasan
Agar dapat efektif untuk mencapai
tersebut akan menjadi pusat kegiatan yang
tujuan
memiliki keunggulan kompetitif dan sekaligus
ekonomi, pengelolaan perbatasan yang lebih 94
optimalisasi
pemenuhan
hak-hak
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak mengutamakan seharusnya
pendekatan juga
pendekatan
lebih
berbasis
kesejahteraan
Terkait
menggunakan
hal
tersebut,
pengelolaan perbatasan negara membutuhkan
Dengan
pemahaman yang komprehensif yaitu dengan
menggunakan pendekatan berbasis hak, dalam
turut menempatkan penduduk di wilayah
pengelolaan
negara,
perbatasan (borderland communities) sebagai
masyarakat diberikan ruang dan kesempatan
bagian dari subyek pengelolaan perbatasan.
yang
Untuk itu sistem pengelolaan perbatasan harus
wilayah
luas
untuk
berkontribusi
hak.
dengan
2015
perbatasan
turut
dan
berpartisipasi,
menikmati
hasil
melibatkan peran para stake holders, termasuk
pembangunan dalam segala aspek. Selain itu
dalam hal ini masyarakat yang hidup di
melalui pendekatan yang berbasis hak, strategi
wilayah perbatasan itu sendiri, untuk membuat
pembangunan dan pengelolaan perbatasan
kebijakan serta melakukan review terhadap
negara akan terfokus pada penggalian akar
misi yang ingin dicapai dalam pengelolaan
masalah sehingga dapat dirumuskan strategi
perbatasan negara.
pembangunan yang bersifat holistik, jangka
Dalam
hubungan
perjanjian
dengan
panjang dan terintegrasi. Hal penting lainnya
tetangga,
dari digunakannya pendekatan berbasis hak
mengenai kerjasama pengelolaan kawasan
adalah bahwa pengelolaan perbatasan sebagai
perbatasan harus dibuat dan dilaksanakan
bagian dari pembangunan harus sejalan dengan
berdasarkan
tuntutan HAM sebagaimana diatur dalam
(mutual benefit) dalam arti bahwa masing-
hukum nasional dan internasional.163
masing wilayah perbatasan dan terutama
prinsip
atau
negara
kesepakatan
keuntungan
bersama
masyarakat yang tinggal di wilayah itu mendapatkan
IV. Penutup Untuk mewujudkan pemenuhan hak ekonomi
dalam
pengelolaan
keuntungan
dari
perjanjian
tersebut.
perbatasan
prinsip keadilan sosial harus mendorong
Daftar Pustaka
pemahaman cara pandang atau wawasan
Adri, ―Kontestasi Politik Identitas dalam Fenomena Illegal Logging di Perbatasan Indonesia-Malaysia: Studi di Kecamatan Badau dan Lanjak, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat‖, dalam Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari-Juli 2011.
bahwa wilayah perbatasan negara merupakan bagian dari wilayah nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi.
163
Baud, Michiel & Willem van Schendel, ―Toward a Comparative History of Borderlands‖ dalam Journal of World
M. Syafari Firdaus, dkk., (eds.), 2007, Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta, hlm. 1.
95
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
Entikong dan Nunukan‖ dalam Masyarakat Indonesia: Majalah Ilmuilmu Sosial Indonesia, Jilid XXX, No. 2, Tahun 2004, LIPI, Jakarta.
History, Vol. 8, No. 2, (Fall, 1997), University of Hawaii Press. Heidhues, Mary Somers, 2008, Penambang Emas, Petani dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat, Yayasan Nabil, Jakarta.
Wulandari, Triana, et. al., 2009, Satu Ruang Dua Tuan: Sejarah Wilayah Perbatasan Entikong-Malaysia 18452009, Gramata Publishing, Depok.
Chambliss, William J. & Robert B. Seidman, 1971, Law, Power and Order, Addison-Wesley Publishing Co., Philipine. Faisal, Sanafiah, 1990, Penelitian Kualitatif; Dasar-Dasar dan Aplikasi, YA3, Malang. Firdaus, M. Syafari, dkk., (eds.), 2007, Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta. Lontaan, J.U., 1975, Sejarah, Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, Pemda Tingkat I Kalbar. Martinez, Oscar J., ―The Dynamics of Border Interaction: New Approaches to Border Analysis‖, dalam Clive H. Schofield (ed.), 1994, Global Boundaries, World Boundaries, Vol.1, Routledge, London. Musa, Pabali, 2003, Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat: Kajian Naskah Asal Raja-Raja dan Silsilah Raja Sambas, STAIN Pontianak Press dan Ford Foundation, Pontianak. Rahardjo, Satjipto, 2007, Biarkan Hukum Mengalir, Kompas Gramedia, Jakarta. Siburian, Robert, ―Entikong: Daerah Tanpa Krisis Ekonomi di Perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak‖, dalam Antropologi Indonesia Vol. XXVI, No. 67 Tahun 2002. --------------------, 2004, ―Kondisi Perekonomian Masyarakat Perbatasan: 96
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
PEMBAHARUAN SISTEM PERADILAN ANAK MELALUI RESTORATIVE JUSTICE
Oleh : Sri Ismawati dan Herlina (
[email protected]) Abstrak Penyelesaian perkara anak berdasarkan UU No. 3 Tahun 1997 cenderung Berkonflik dengan Hukum (ABH), dan telah diperbaharui dengan UU No. 11 Tahun 2012 yang sudah diberlakukan pada bulan Juli tahun 2014. . Pendekatan ini menjadi penting karena proses peradilan anak yang selama ini dijalankan bersifat retributif dan punitif. Tawaran model restorative justice dalam restorative dialog dan diversi yang paling mungkin diterapkan di Indonesia, harusnya dibangun sebagai suatu mekanisme informal yang bersumber dan mengacu pada kearifan lokal ataupun hukum adat yang ada di seluruh Indonesia. Acuan ke kearifan lokal dan hukum adat di Indonesia, jelas akan lebih sesuai dan dirasakan lebih mungkin diterima, dikarenakan model atau mekanisme yang dilakukan dilandasi oleh nilai-nilai, asas-asas dan norma yang berfilosofi dan berkepribadian Indonesia. Kata Kunci: Keadilan Restoratif, Sistem Peradilan Pidana Anak dan Diversi Abstract The child case settlement based on law Number 3 / 1997 tends to have disadvantage toward child conflicting with the law. This law has been renewed with law number 11 / 2014 which is implemented in Juli 2014, formulating the settlement of child judicial case which has a priority in restorative approach and make it as compulsory for law enforcer in every levels to empower divertion. The affering of restorative justice model in restorative dialogue and divertion which are possibly applied in Indonesia should be built as an informal resourced mechanism and refers to local wisdom and custom law. The reffering of local wisdom and custom law is clearly more suitable and it likely can be accepted because the models or mechanism which have a foundation of values, principles and norms, having Indonesian philosophy and character. Key word : Restorative Justice, Criminal Justice System of the child, Divertion.
97
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
adjudikasi dan pasca adjudikasi. Tahap praadjudikasi meliputi penyidikan dan penyelidikan, tahap adjudikasi, meliputi pemeriksaan dan pembuktian tuntutan pihak jaksa dan tahap pasca adjudikasi, meliputi
eksekusi keputusan pengadilan
yang telah berketetapan seperti pemidanaan
1. Pendahuluan Sistem peradilan pidana anak merupakan
dan pembebasan, pelepasan.
keseluruhan proses penyelesaian perkara anak
Tahap-tahap ini juga berlaku bagi
yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap
penanganan anak-anak yang berhadapan
penyelidikan
dengan hukum. Namun membawa anak ke
sampai
dengan
tahap
pembimbingan setelah menjalani pidana. Sistem
dalam
peradilan pidana anak disini dimaknai sebagai
harusnya merupakan upaya terakhir setelah
suatu sistem yang menunjuk pada bekerjanya
upaya nonformal tidak bisa dilakukan.
peradilan pidana anak, baik dalam menjalankan
Prinsip The Beijing Rules
fungsinya sebagai criminal justice system maupun
terhadap
sebagai criminal justice process, yang berada di
dihindarkan dari pidana penjara. Penjatuhan
bawah peradilan umum. Secara umum Sistem
pidana merupakan upaya terakhir, karena
peradilan pidana (Criminal Justice System )
penjatuhan pidana terhadap pelaku anak
meliputi
berakibat
sistem
masyarakat penegakan kejahatan
peradilan
dalam
dengan tujuan melakukan hukum
untuk
terhadap
memberantas
mesin
sistem
anak
peradilan
pelaku
anak
menentukan
tindak
memasuki
pemasyarakatan (penjara).
pidana
pidana
lembaga Pelaksanaan
pelaku
peradilan pidana anak dalam Standard
kejahatan,
Minimum Rules for the Administration of
melindungi masyarakat dari suatu kejahatan
Juvenile Justice, mensyaratkan
dengan menerapkan prinsip keadilan dan
prinsip peradilan pidana anak, yang akan
melakukan
bermuara pada keadilan restoratif yang salah
rehabilitasi
serta
resosialisasi
pelaku kejahatan. Secara sempit sistem peradilan pidana meliputi kepolisian, lembaga
kejaksaan,
pemasyarakatan,
satunya menggunakan diversi.
unsur-unsur
pengadilan yang
Dengan diberlakukannya
tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
saling
Anak, yang menggantikan UU No. 3 Tahun 1997
melalui beberapa tahapan proses peradilan
mensyaratkan
pidana
Keadilan
tahap
UU No. 11
dan
bekerja sama dalam menegakan keadilan,
yaitu
prinsip-
pra-adjudikasi, 98
tentang
Pengadilan
pengutamaan
Restoratif
dalam
Anak,
pendekatan melakukan
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
keseluruhan proses penyelesaian perkara
tujuan sistem peradilan pidana anak, seperti
Anak yang berhadapan dengan hukum,
ketentuan
mulai tahap penyelidikan sampai dengan
pelaksanaan proses diversi, tata cara dan
tahap pembimbingan setelah menjalani
koordinasi pelaksanaannya.
pidana.
yang
mengatur
tentang
Pedoman pelaksanaan proses diversi,
Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka
tata cara dan koordinasi pelaksanaannya
6 merumuskan bahwa Keadilan Restoratif
mutlak diperlukan sebagai amanat dari
adalah penyelesaian perkara tindak pidana
Pasal 15 UU No. 11 Tahun 2012. Pasal 1
dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga
angka 7 menyebutkan bahwa diversi adalah
pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait
pengalihan penyelesaian perkara anak dari
untuk bersama-sama mencari penyelesaian
proses peradilan pidana ke proses di luar
yang adil dengan menekankan pemulihan
peradilan
kembali
bukan
merupakan salah satu model/cara/media
pembalasan. Dengan demikian Keadilan
yang dapat merepresentasikan keadilan
restoratif dapat dikatakan sebagai suatu
restoratif, sebagaimana terumus di dalam
pendekatan keadilan yang diarahkan pada
Pasal 5 UU No. 11 Tahun 2014.
pada
semula
kebutuhan korban dan
dan
pelaku,
pidana.
Diversi
sendiri
dengan
Berdasarkan uraian latar belakang di
mengutamakan dialog antara korban dan
atas, maka maka penulis tertarik untuk
pelaku sehingga tercapai tujuan pemulihan
membahas bagaimanakah implementasi dari
masalah yang memuaskan kedua belah
pengaturan keadilan restoratif dalam sistem
pihak tanpa adanya pembalasan. Pelaku
peradilan pidana anak di Indonesia dan
didorong untuk mengakui kesalahan dan
Bagaimanakah model diversi yang sesuai
mengambil tanggungjawab atas perbuatan
dengan tujuan keadilan restoratif dalam
yang dilakukannya, dan korban didorong
sistem peradilan pidana anak.
untuk memainkan peran aktif dalam proses penyelesaian masalah.
II. Metodologi Penelitian
Sejalan dengan pemberlakuan UU No.
Penelitian ini utamanya menggunakan
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak,
utamanya
metode pendekatan hukum
dalam
normatif
mengimplementasikan ketentuan Pasal 5 ayat (1),
atau doktrinal.
yuridis
Penelitian ini
disebut juga penelitian perpustakaan atau
ayat (2) dan ayat (3), maka
studi dokumen164.
Penelitian dengan
diperlukan seperangkat ketentuan yang dapat dijadikan pedoman untuk mencapai
164
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek,, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hlm 13.
99
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak pendekatan normatif yuridis, ini digunakan
diidentikkan
untuk
dengan tahapan sesuai dengan pendekatan
mencermati
perundang-undangan
yang mengatur Sistem Peradilan Pidana
untuk
memahami
norma
dilakukan
yang digunakan.
Anak khususnya anak berhadapan dengan hukum,
sebagai
2015
Teknik pengumpulan data dilakukan
konsep-
dengan studi pustaka terhadap bahan hukum
konsep/rumusan keadilan restroratif dalam
primer, bahan hukum skunder166 dan bahan
mengidentifikasi
hukum
dan
mengkaji
hukum
tersier
melalui
inventarisasi,
positif (ius constitutum). Penerapan metode
seleksi, dan sistematisasi, guna menelusuri
pendekatan normatif atau normatif
ini
dokumen dan kepustakaan sesuai masalah
tujuan
penelitian dengan menggunakan teknik
penelitian ini adalah untuk mengkaji secara
yang berlaku di bidang studi kepustakaan
normatif pengaturan dalam Undang-undang
ditambah
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
pendukung. Alat Pengumpul data yang
Peradilan
digunakan adalah kuisioner terbuka dan
tepat
digunakan
Pidana
dikarenakan
Anak.
penggunaan Studi
Demikianpun
dokumen dilakukan
catatan
wawancara
peneliti
terhadap data sekunder, meliputi 3 (tiga)
internet.
bahan
dengan kegiatan
hukum
primer,
bahan
hukum
sekunder dan bahan hukum tertier.
Tahapan
berupa
sebagai
buku,
data
jurnal,
penelitian dimulai inventarisasi hukum
positif sampai dengan penelitian asas-asas hukum167.
Untuk melengkapi penelitian normatif yang diterapkan peneliti, maka penelitian ini juga akan menggunakan data pendukung
166
Lihat Peter Mahmud Marzuki; Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hal.141, bahan Hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas; terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim, sedangkan bahan-bahan skunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar komentar atas putusan pengadilan. 167 Inventarisasi hukum dilakukan terhadap bahan hukum primer, sekunder dan tertier, mulai dari Undangundang Dasar 1945, Undang-undang tentang Kesejahteraan Anak, Perlindungan Anak, Kesejahteraan Anak, Pengadilan Anak, sistem Peradilan Pidana Anak beserta peraturan organik yang berkitan dengan pengaturan undang-undang pokok tentang anak. Penelitian terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap ketentuan hukum positif yaitu terhadap asas-asas yang terkandung dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dan Undang-Undang
dari lapangan, yang diarahkan kepada para akademisi. Tujuan dari data pendukung ini untuk mendapat masukan tentang model diversi
yang
mungkin
diterapkan
di
Indonesia ketika menyelesaikan perkara anak. Spesifikasi Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif
dengan
ranah
penelitian Hukum Normatif165 yaitu hukum 165
Paulus Hadisuprapto. Ilmu Hukum Dan Pendekatannya. Makalah diskusi dalam rangka Dies Natalis Fakultas Hukum UNDIP Semarang, 17 Januari 2006. hal. 15
100
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Pengolahan
data
tahapan editing data,
dilakukan melalui
Membahas
memeriksa data pada
implementasi
dan
dari
2015
menganalisis
pengaturan
keadilan
instrument penelitian yang telah terjawab
restoratif dalam sistem peradilan pidana,
sesuai dengan tujuan penelitian; Coding data,
sangat berkaitan dengan penerapan prinsip ini
mengklasifikasi
dalam menyelesaikan perkara anak yang
data
melalui
pemberian
identitas tertentu sehingga mempunyai
arti
berhadapan dengan hukum. Hal ini berarti
saat melakukan analisis; Tabulating, penyajian
dalam
data dengan memasukkan data pada tabel-tabel
penyelesaiannya sangat tergantung dari nilai
tertentu,
tertentu,
dan norma yang dirumuskan dalam ketentuan
guna
yang mengatur tentang peradilan pidana anak,
mengatur
menghitungnya
identitas
dan
dinaratifkan
dipahami secara utuh. Setelah
konteks
dimana
dilakukan
dimaksud
merupakan
data,
pedoman atau dasar hukum melaksanakan
yang
peradilan anak. Dasar hukum untuk peradilan
deduktif,
anak itu disandarkan pada Undang-undang
berlandaskan pada teori, konsep, pendapat-
No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
pendapat untuk membuat suatu simpulan
Pidana
berdasarkan data yang telah disajikan secara
sebagaimana diketahui pada bulan juli baru
naratif deskriptif.
saja
dilanjutkan
dengan
dilakukan
melalui
pengolahan
ketentuan
implementasi,
Analisis
data,
penalaran
Hasil dari wawancara yang merupakan data
pendukung
menggantikan
undang-undang
ini
lama
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak. Secara makro kedua undang-undang ini
mengetahui pendapat atau persepsi akademisi
dimaksudkan sebagai dasar dari ketentuan
terhadap
mungkin
hukum pidana formal dalam menyelesaikan
ketika
perkara anak ke dalam mesin sistem peradilan
membawa perkara anak ke dalam media
pidana anak agar ketika anak masuk dalam
diversi.
mesin ini, anak dijamin dan dilindungi hak-
diterapkan
oleh
diversi penegak
dianalisis
Undang-undang
guna
model
akan
Anak.
yang hukum
haknya. Perlindungan hak-hak anak dalam penyelesaian perkara anak bermasalah hukum
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
ini tentu
Implementasi dari Pengaturan Keadilan
memerlukan keterlibatan
aparat
penegak hukum yang mampu memahami
Restoratif Dalam Sistem Peradilan Pidana
masalah
Anak
anak
secara
paedegogik
dan
psikologis, sebagaimana dirumuskan dalam konsiderans huruf a UU Nomor 3 Tahun 1997 Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
: ―Bahwa anak adalah bagian dari generasi 101
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak muda
memiliki
peranan
strategis
Pengadilan Negeri Boyolali Nomor 127/Pid.Sus/ 2012/PN.Bi, hal ini dikarenakan Penuntut Umum telah menerapkan prinsip restorative justice dengan tidak menuntut terdakwa untuk dijatuhi hukuman pidana penjara.Mengenai relasi implementasi prinsip restorative justice dengan putusan hakim dapat dilihat, meskipun dakwaan Penuntut Umum terbukti, dan terdakwa terbukti bersalah telah melakukan tindak pidana pencabulan terhadap anak di bawah umur sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak hakim menjatuhkan putusan bersalah namun tidak disertai dengan pidana penjara. Penulis berpendapat hal itu sudah benar yakni dalam melakukan pemeriksaan serta putusan yang dijatuhkan dalam persidangan telah sesuai dengan prinsip restorative justice yang meniadakan hukuman pidana penjara.
dan
mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang‖. Pergantian ini cukup menunjukan adanya pergeseran peradilan dari tujuan yang bersifat retributive justice ke arah restorative justice. UU No. 11 Tahun 2012 sebagai UU peradilan anak yang baru secara tegas meninggalkan tujuan keadilan retributif dan mengutamakan keadilan restoratif. Dalam UU sarat dengan pengaturan
pasal-pasal
tentan
restorative
justice dan diversi sebagai model untuk mencapai keadilan restoratif. Melalui
studi
hukum
2015
doktrinal
Jika
dicermati,
putusan
Hakim
ditemukan praktek penerapan keadilan jenis ini
Pengadilan Negeri Boyolali di atas dijatuhkan
di dalam menyelesaiakan perkara anak yang
pada tahun 2012, dimana pada masa ini
berhadapan dengan hukum. Pengadilan Negeri
ketentuan
Boyolali, misalnya telah menerapkan keadilan
mengadili anak adalah UU No. 3 Tahun 1997,
ini dengan memutuskan anak yang berhadapan
yang
dengan hukum tidak dijatuhi pidana penjara,
keadilan restoratif. Putusan Hakim dimaksud
sebagai mana tertulis dalam abstrak hasil
dapat dimaknai sebagai putusan yang sudah
penelitian Anggora Adi Pratomo dan kawan-
memiliki
kawan, sebagai berikut
168
:
yang
diketahui
visi
masih
tidak
digunakan
mengatur
kedepan
untuk
untuk
tentang
tujuan
perlindungan anak.
Prinsip restorative Justice telah diimplementasikan dalam pemeriksaan perkara pencabulan dengan korabn dan terdaka anak di dalam studi kasus putusan
Berbicara
mengenai
putusan-
putusan hakim yang bersifat visioner secara umum dapat dilihat pendapat dari Hakim
168
Anggoro Adi Pratomo, Triyanti Setyo Prabowo, Rico Bayu Bima Angriawan, Hasil Penelitian, Implementasi Prinsip Restorative Justice dan Relasinya Dengan Putusan Dalam Perkara Percabulan Dengan Korban dan terdakwa Anak ( Studi Kasus Dalam Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor 127/Pid.Sus/2012/PN.Bi
agung
Sapardjaja169
169
Komariah Dikatakan
Emong bahwa
Komariah Emong Sapardjaja; www.hukumonline.com, jumat tanggal 27 April 2012,
102
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Mahkamah Agung sudah sejak lama
2015
nafkah kepada istri dan anak-anak. Salah satu pertimbangannya adalah yang dibutuhkan oleh korban adalah nafkah bulanan, sedangkan pelaku berharap tidak dipecat dari pekerjaannya sebagai PNS. ―Dengan demikian kepentingan hukum kedua pihak dapat terakomodasi,‖ demikian Komariah. Komariah juga menyebutkan keadilan restoratif terdapat dalam perkara narkotika. Dijelaskan Komariah, akhirakhir ini para hakim sering dihadapkan pada dakwaan tunggal dalam kasus narkotika. Biasanya jaksa hanya menggunakan Pasal 112 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pasal tersebut intinya memberi ancaman pidana bagi seorang yang kedapatan menguasai narkotika. Padahal fakta dalam BAP maupun di persidangan terungkap bahwa pelaku sebenarnya sedang atau selesai menggunakan narkotika dalam jumlah yang sangat kecil sehingga harusnya didakwa dengan Pasal 127 UU Narkotika. Pasal itu mengatur mengenai penyalahgunaan narkotika dimana hakim dibolehkan menjatuhkan sanksi berupa rehabilitasi medis. Dalam perkara seperti ini MA akhirnya memvonis pelaku dengan hukuman penjara yang ringan dikurangi masa rehabilitasi medis. Demikian terdapat dalam Pasal 566 K/Pid.Sus/2012. Kasus terakhir yang dicontohkan Komariah menerapkan keadilan restoratif adalah perkara Nomor 2399K/Pid.Sus/2010. Dalam kasus ini Mahkamah Agung menyatakan bahwa terdakwa memang terbukti melakukan korupsi sesuai Pasal 2 UU Pemberantasan Korupsi. Namun karena kerugian negara yang timbul dari uang yang dikorupsi terdakwa ‗hanya‘ Rp2,9 juta, maka hakim hanya menghukum terdakwa selama setahun penjara. Padahal
menerapkan keadilan restoratif. Walaupun tidak seutuh teori keadilan restoratif seperti dikemukakan para pakar, dimana seharusnya dilibatkan banyak pihak, yaitu korban, pelaku, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Putusan dimaksud yang menurut hakim agung ini sudah menggunakan keadilan restoratif terlihat pada beberapa perkara seperti di bawah ini, sebagaimana dikutip dari berita hukum online.com: Komariah mengatakan MA sudah beberapa kali mengeluarkan putusan yang menerapkan prinsip keadilan restoratif itu. Dalam putusan perkara pidana No. 1600 K/Pid/2009misalnya MA mempertimbangkan pencabutan pengaduan, walaupun pencabutan tersebut sudah melewati batas waktu yang ditentukan dalam aturan KUHP. Alasannya karena keluarga korban dan keluarga pelaku. ―Terlebih lagi karena mereka masih sekeluarga,‖ tulis Komariah seperti tertuang dalam makalah. Keadilan restoratif, lanjut Komariah, juga pernah digunakan MA untuk mengadili seorang suami yang menelantarkan istri dan anaknya. Sang suami didakwa dengan Pasal 49 huruf a Jo Pasal 9 Ayat (1) UU No 23 Tahun 2004 tentang Pemberantasan Kekerasan dalam Rumah Tangga dengan ancaman hukuman paling lama tiga tahun atau denda Rp15 juta. Namun MA dalam perkara No 307 K/Pid.Sus/2010 itu memilih menjatuhkan hukuman percobaan dengan syarat khusus memberikan dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Hakim Indonesia (Ikahi) di Jakarta, Selasa (26/4)
103
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
anak dan dewasa yang diputus dengan tujuan
ancaman minimal hukuman adalah empat tahun penjara. ―Tindak pidana korupsi tidak boleh disikapi secara permisif berapapun nilai kerugian negara yang timbul karenanya, akan tetap sebaliknya penjatuhan pidana yang mencederai rasa keadilan juga harus dihindarkan,‖ kata Komariah mengutip pertimbangan hakim dalam putusan tersebut.
keadilan restoratif, dapat dilakukan pada semua tahap dalam peradilan pidana. Mulai dari tingkat penyidikan oleh penyidik, tingkat penuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum dan di sidang pengadilan oleh hakim pengadilan. Putusan Pengadilan Negeri Boyolali di atas, merupakan contoh bahwa tujuan keadilan
Apabila dicermati,
restoratif
gaung keadilan
itu diawali
oleh Jaksa Penuntut
restoratif sebenarnya sudah terdengar jauh
Umum dan kemudian direspon oleh hakim
sebelum payung hukumnya ada, dan sudah
dalam
diimplementasikan oleh hakim berdasarkan
Mahkamah Agung, diberikan pada tahapan
kewenangan yang dimiliki mereka, walaupun
Kasasi.
putusannya.
Demikianpun
pada
dengan berbagai kondisi dan keadaannya.
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak,
Bahkan ternyata, implementasi ini bukan
UU No 11 Tahun 2012, memberikan pedoman
hanya ditujukan pada perkara anak saja,
untuk
terlihat perkara diluar anakpun menjadi fokus
pemeriksaan, yaitu sebagaimana diatur dalam
dari kajian serta analisis
Pasal 5 dan Pasal 7 sebagai berikut:
mahkamah agung
literatur
doktrinal atau penelusurun
terhadap
perkara
anak
yang
diselesaikan dengan tujuan restorative justice ataupun menggunakan forum diversi, belum terlihat
data
statistik
yang
menunjukan
penambahan penyelesainnya. Mengingat UU No. 11 Tahun 2012 baru diberlakukan bulan Juli 2014, maka pada saat ini penegak hukum secara
yuridis,
diberikan
kekuatan
disemua
tahap
Pasal 5 : (1) Sistem Peradilan Pidana Anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif. (2) Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penyidikan dan penuntutan pidana Anak yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini; b. persidangan Anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum; dan c. pembinaan, pembimbingan, pengawasan, dan/atau pendampingan selama proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan.
sebagai lembaga penerap hukum. Dari studi
penyelesaian
dan
kepastian untuk menyelesaikan perkara anak dengan restorative justice. Perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri Boyolali dan Mahkamah Agung di atas, memperlihatkan bahwa setiap perkara baik 104
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak (1)
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi.
hasil maksimal dari
2015
implementasi keadilan
restoratif terhadap penyelesaian perkara anak. Pada tataran ini disadari bahwa masih
Pasal 7 : (1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di pengadilan negeri wajib diupayakan Diversi. (2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan: a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
banyak kendala yang dihadapi untuk mencapai keadilan restoratif, apalagi sangat disadari pergeseran paradigma retributif, rehabilitatif ke
restoratif
barulah
bulan
juli
2014
mendapatkan legitimasinya. Kendala atau hambatan ini bukan hanya diletakan pada pundak para aparat penegak hukum, namun juga ikut pada institusi terkait yang menjadi kompenen penting dalam penegakan hukum, kesejahteraan masyarakat, pendidikan dan
Walaupun secara normatif telah diatur
sosial budaya, seperti Kemenkum dan HAM,
akses untuk menggunakan keadilan restoratif
Kemedikbud,
dalam menyelesaikan perkara anak, namun
Kementerian Agama.
akses ini tidak akan secara optimal dapat
Kemenkes,
Menyoroti
kendala
Kemensos
dan
dan
hambatan
membawa pada tujuan dimaksud, apabila tidak
dalam penerapan keadilan restoratif,
didukung oleh ide, pemikiran, sikap dan
Hamzah
tindakan penegak hukum dan masyarakat yang
menjelaskan beberapa hambatan penerapan
sejalan dengan tujuan keadilan restoratif. Hal
keadilan restoratif di Indonesia. Menurut Andi
ini dimaknai bahwa pola pikir, mainstream
Hamzah :
atau paradigma atau bahkan sikap tindakan
pakar
hukum
acara
Andi pidana
hambatan pertama adalah ketiadaan payung hukum yang mengaturnya. ―Karena perkara kriminal diambil alih oleh negara yang diwakili jaksa. Maka walaupun para pihak berdamai, perkara jalan terus kecuali delik aduan.‖ Hambatan lain muncul dari aspek kultural dimana masyarakat cenderung sulit memaafkan. Menurut Andi Hamzah, mengutip mantan gubernur jenderal Inggris di Indonesia Thomas Raffles, bangsa ini cenderung pendendam. ―Lihat saja pernyataan tokoh masyarakat, hukum mati koruptor,
aparat dan masyarakat masih mencerminkan paradigma retributif dan punitif. Hukum yang baik saja sekalipun tidak akan cukup apabila bila tidak memiliki aparat penegak hukum yang baik, yang bekerja dengan nurani hukum sehingga efektifitas dan manfaat hukum bisa dirasakan oleh yang dikenai. Demikianpun ketersediaan sarana dan prasarana kesadaran hukum masyarakat dan budaya masyarakat sangat besar pengaruhnya untuk mencapai 105
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak miskinkan koruptor, koruptor, dll.170
bikin
kebun
1. pada korban dan pelaku; seperti : i.menimbulkan kesadaran bahwa korban dan
Kendala
atau
hambatan
penerapan
korban
Tim Pengkajian Hukum Tentang Penerapan Justice
Dalam
pelaku
mendapat
prioritas
dukungan, baik untuk penyembuhan
keadilan restoratif juga menjadi perhatian dari
Restorative
2015
dan
kesadaran
tanggungjawab
Penyelesaian
atas
untuk penyelesaian
secara musyawarah;
Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Anak-
ii.membantu dialog yang intens antara
Anak. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam
korban
menerapkan Restorative Justice diantaranya
dan
pelaku
agar
terjadi
kesepahaman
adalah :
2. Kepolisian;
a. an identifiable victim; b. voluntary participation by the victim; c. an offender who accepts responsibility for his/her criminal behaviour; and, d. non-coerced participation of the offender171 Kendala penerapan keadilan restoratif
melakukan
penguatan
terhadap organisasi kepolisian khusus penyelesaian perkara anak. Kepolisian adalah institusi terdepan dari lokomotif peradilan
pidana
anak,
sehingga
sensitifitas penggunaan pendekatan ini terletak di pundak kepolisian/penyidik
perlu diatasi dengan menemukan jalan keluar
anak. Meskipun tugas kepolisian disatu
atau solusi agar pelaksanaan restorative
sisi menegakan hukum, namun disisi lain
justice dirasakan oleh semua pihak, terutama
kepolisian menuntut kesadaran akan
korban dan pelaku. Penanggulangan masalah
tanggungjawab
diarahkan tidak hanya pada penguatan dan
terhadap
pemberdayaan korban dan pelaku untuk aktif
hukum
ketentraman,
dan
moral
pengayoman,
pelayanan dan perlindungan asyarakat.
dalam proses mencapai tujuan keadilan
3. Kejaksaan;
restoratif, akan tetapi juga harus diarahkan
melakukan
penguatan
terhadap organisasi kejaksaan khusus
pada semua lini yang dapat mendukung
penyelesaian
pencapaian dan kelancaran dari proses
perkara
anak.
Juga
melakukan pengawasan terhadap setiap
dimaksud, yaitu :
perkara anak yang masuk , memilah dan mempertimbangkan penggunaan
170
Andi Hamzah; www.hukumonline.com, jumat tanggal 27 April 2012, dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Hakim Indonesia (Ikahi) di Jakarta, Selasa (26/4) 171 Kuat Puji Prayitno, Dalam Laporan Tim Pengkajian Hukum Tentang Penerapan Restorative Justice Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak-Anak, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kemkum dan HAM RI, 2013, hal. xxxviii.
keadilan restoratif untuk menyelesaikan perkara anak. Demikian pula perlu pengawasan
terhadap proses atau
jalannya penuntutan terhadap anak. 106
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak 4. Kementerian Hukum dan HAM;
v.Menunjuk
Tim
2015
penyelesaian
dan
i.mengeluarkan kebijakan, edaran atau
rehabilitasi korban yang diselesaikan
standar penanganan penyelesaian
dengan keadilan restoratif dan diversi.
perkara anak dengan tujuan keadilan
6. Kementerian Kesehatan ;
restoratif;
i. mengeluarkan kebijakan, edaran atau
ii.Mengawasi
direalisasikannya
kesepakatan
antara
pihak
standar yang bersifat lintas sektor
yang
utamanya
berperkara dalam forumdiversi;
penanganan
iii.Mengoptimalkan dan mengintensifkan
mendukung
penyelesaian
.
lancarnya
ii.Menyediakan,
mengoptimalkan
penyelesaian perkara anak dalam
mengintensifkan
keadilan restoratif.
terlatih,
5. Kementerian sosial;
kesehatan
prasarana
hasil
dan
untuk
kesepakatan
penyelesaian perkara anak dalam
standar yang bersifat lintas sektor npenanganan
tenaga
sarana
mendukung
i.mengeluarkan kebijakan, edaran atau
untuk
perkara
anak dengan tujuan keadilan restoratif
tenaga terlatih, sarana prasarana untuk
aspek kesehatan untuk
keadilan restoratif.
penyelesaian
7. Masyarakat;
dibangkitkan
rasa
perkara anak dengan tujuan keadilan
kepedulian dan tanggungjawab sosial
restoratif
untuk
ii.mendorong dan mengoptimalkan peran
mendukung
rehabilitasi
resosialisasi,
korban
dan
pelaku
anak yang berhadapan dengan hukum,
kenakalan anak. Dari sisi budaya
sehingga mengerti dan memahami
masyarakat
proses
dikembangkan
dan
komunikasi
yang
diharapkan terbangun antara pihak. iii.Menyediakan,
mengoptimalkan
penyelesaian
dan
perlu
digali
kearifan perkara
anak
dan lokal yang
senafas dengan keadilan restoratif .
mengintensifkan pekerja sosial dan
Berbagai alternatif ide, pemikiran,
tenaga pendamping terlatih, sarana
kebijakan dan program di atas sebagai
prasarana
rekomendasi atas kendala yang dihadapi
untuk
mendukung
lancarnya penyelesaian perkara anak
oleh
dalam keadilan restoratif.
pencapaian keadilan restoratif, tidak bisa
iv.Menyediakan tenaga
intitusi
yang
terkait
dalam
advokasi sosial
dilakukan secara parsial dan sektoral.
agar mampu menyelesaiakan perkara
Penanganan terpadu lintas sektor akan
anak diluar jalur formal /diversi.
memberikan hasil lebih baik, sistematis 107
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2015
dan terukur, dikarenakan setiap institusi
anak atas tindakan yang dilakukannya
memainkan peran dan fungsinya masing-
seperti anak dianggap jahat, sehingga lebih
masing
baik untuk menghindarkannya ke luar
untuk
saling
mengisi,
berkoordinasi, bahu membahu di dalam
sistem peradilan pidana
mengatasi setiap perkara anak
Diversi sebagai suatu bentuk pengalihan
yang
berhadapan dengan hukum. Model Diversi yang Sesuai dengan Tujuan Keadilan Restoratif dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Deliquensi anak sangat dipengaruhi
perlindungan
terhadap
Hal
i.
memformulasikan
ahli
hukum
aturan
agar anak bertanggung jawab atas
ii.
menghindari anak dari dampak sistem peradilan pidana
iii.
cap/label anak sebagai penjahat;
formal
d. mencegah recidive anak; Diversi yang mencerminkan keadilan
hukum dari peradilan pidana ke luar pidana,
dengan
restoratif
memberikan
kesadaran
alternatif lain yang dianggap lebih baik
timbul
kesalahannya
dan
anak diberi
dengan melakukan kebaikan terhadap korban,
kenyataan bahwa proses peradilan pidana
sehingga dalam konteks ini korban juga diberi
terhadap anak pelaku tindak pidana melalui lebih
atas
apabila
kesempatan untuk mengganti kesalahannya itu
Konsep diversi didasarkan pada
pidana
anak
tercapai
atas perbuatannya. Selanjutnya
dilakukan dengan pengalihan (diversi).
peradilan
baru
karenanya anak juga mau bertanggungjawab
untuk anak, yang salah satunya dapat
sistem
menjauhkan anak dari stigma/
untuk
mengeluarkan anak berhadapan dengan
peradilan
diversi
perbuatannya
berkonflik
sistem peradilan pidana anak, maka timbul para
dikarenakan
bahwa diversi bertujuan untuk :
dengan hukum dari pengaruh proses formal
pemikiran
keadilan
Sebagaimana telah disinggung di atas
melakukan
anak
ini
dengan
keadilan restoratif.
pergaulan, pendidikan, teman bermain, dan Untuk
restoratif.
erat
yang mungkin digunakan untuk mencapai
di luar diri anak. Faktor itu diantaranya
sebagainya.
kaitan
merupakan salah satu sarana atau media
oleh beberapa faktor baik di dalam maupun
lain
memiliki
kesempatan untuk ikut menentukan apa yang
banyak
terbaik untuk dirinya. Dengan demikian
menimbulkan bahaya dalam perkembangan
hubungan pelaku anak dan korban, hubungan
dan pertumbuhan masa depan anak daripada
pelaku
kebaikan. Alasan dasarnya yaitu pengadilan
anak
dan
masyarakat kembali utuh.
akan memberikan stigmatisasi terhadap
108
kelurga
serta
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Dalam kaitannya dengan
itu Manual
Pelatihan untuk Polisi merumuskan prinsipprinsip program diversi sebagai rambu-rambu
4.
Pelibatan dalam program ketrampilan
5.
Rencana individual antara polisi, anak, dan keluarga
6.
Rencana yang diputuskan oleh pertemuan tradisional Rencana yang didasarkan pada hasil pertemuan kelompok keluarga
penerapan diversi, yang tersaji dalam bentuk tabel di bawah ini 172 : Program-Program
Diversi
oleh
Kepolisian No 1.
Bentuk Program Non intervensi
2.
Peringatan informal
3.
Peringantan formal
–
Penjelasan Bentuk Program dan Tindakan Kegiatannya Bagi beberapa kaum Non-intervensi merupakan upaya terbaik, oleh karena itu diversi tanpa melalui proses formal merupakan upaya yang optimal, terutama bagi tindak pidana yang tidak serius, dimana keluarga, sekolah atau lembaga pengawasan sosial informal lainnya telah beraksi atau akan beraksi dengan cara yang layak dan membangun. Hal ini akan melibatkan polisi untuk mengatakan kepada si anak bahwa apa yang diperbuatnya adalah salah dan memperingatkannya untuk tidak melakukannya lagi, tidak ada berita acara untuk ini Polisi harus mengantar si anak pulang dan memberinya peringatan di hadapan orang tua / walinya. Polisi dapat mencatat peringatan ini dalam
7.
8.
Laporan Tim Pengkajian Hukum Tentang Penerapan Restorative Justice Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak-Anak, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kemenkum dan HAM RI, 2013, hal. Ixi
Mengganti kesalahan dengan kebaikan restitusi
172
9.
109
Pelayanan masyarakat
/
2015
catatan diversi yang disimpan dikantor polisi; Program diversi ini dapat dilakukan oleh anak yang melakukan tindak pidana atau untuk seluruh anak dalam masyarakat umum Hal ini melibatkan anak, keluarga, dan polisi untuk bersamasama membahas halhal yang harus dilakukan : a. mengganti kesalahan dengan kebaikan bagi korban; b. mengganti kesalahan dengan kebaikan bagi masyarakat; c. memperkuat keluarga dgn sistem dukungan disekeliling dan keluarga; d. mencegah tindak pidana lagi Kasus-kasus anak dapat juga dilimpahkan ke pertemuan masyarakat tradisional Pertemuan kelompok keluarga adalah pertemuan semua pihak yang dirugikan oleh tindak pidana untuk bersama-sama memutuskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahan dan mencegah terjadinya lagi Anak diminta mengganti kesalahan dengan kebaikan. Si anak dapat diminta untuk membayar kembali kerugian yang diderita oleh korban dengan melihat kemampuan si anak untuk membayar kembali Anak dapat diminta untuk melakukan pelayanan masyarakat
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
10.
11.
Pelibatan dalam program keterampilan
Rencana individual antara polisi, anak dan keluarga
atau memenuhi tugasnya selama beberapa jam. Pelayanan masyarakat yang berjalan dengan baik yang dikaitkan dengan tindak pidana mempunyai fungsi pengembangan dan pendidikan. Contohnya, seorang anak mengotori tembok atau tempat umum, anak tersebut diminta membersihkan dengan mengecat kembali. Anak dapat pula diminta untuk membuat poster tentang lingkungan yang bersih dan menempelkan ditempat-tempat umum Program diversi yang lain adalah melibatkan anak pada program keterampilan yang dijalankan oleh pelayanan sosial atau LSM. Program keterampilan hidup dapat dilakukan bagi anak yang melakukan tindak pidana atau untuk seluruh anak dalam masyarakat umum Hal ini melibatkan anak, keluarga, dan polisi untuk bersamasama membahas halhal yang harus dilakukan : a. mengganti kesalahan dengan kebaikan bagi korban; b. mengganti kesalahan dengan kebaikan bagi masyarakat; c. memperkuat keluarga dengan sistem dukungan disekeliling anak dan keluarga; d. mencegah terjadinya tindak pidana lagi
12.
Rencana yang didasarkan pada hasil pertemuan kelompok keluarga
2015
Pertemuan kelompok keluarga adalah pertemuan semua pihak yang dirugikan oleh tindak pidana untuk bersama-sama memutuskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahan dan mencegah terjadinya lagi
Untuk sampai pada tujuan keadilan restoratif dengan menggunakan alternatif diversi, banyak teori menawarkan modelmodel
dialog
yang
memungkinkan
terjalinnya komunikasi dengan baik antara korban, pelaku anak, keluarga korban dan pelaku, dan masyarakat yang ditengahi oleh fasilitator. Dalam Laporan Tim Pengkajian Hukum
Tentang
Penerapan
Restorative
Justice Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang
Dilakukan
dipetakanlah
Oleh
Anak-Anak
jenis - jenis diversi sebagai
berikut173 : 1. Peringatan Diversi dalam bentuk peringatan, ini akan diberikan oleh polisi untuk pelanggaran ringan. Sebagai bagian dari peringatan, si pelaku akan meminta maaf pada korban. Polisi mencatat detil kejadian dan mencatatkan dalam arsip di kantor polisi. Peringatan seperti ini telah sering dipraktekkan. 2. Diversi informal Diversi informal diterapkan terhadap pelanggaran ringan dimana dirasakan kurang pantas jika hanya sekedar memberi peringatan kepada pelaku, dan 173
110
Ibid, hal. Ivi.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
Warner Roberts174 mengusulkan adanya 3
kepada pelaku membutuhkan rencana intervensi yang komprehensif. Pihak korban harus diajak (dapat dilakukan melalui telepon). Untuk memastikanpandangan mereka tentang diversi informal dan apa yang mereka inginkan di dalam rencana tersebut. Diversi informal harus berdampak positif kepada korban, anak dan keluarganya. Yaitu harus dipastikan bahwa anak akan cocok untuk diberi diversi informal. Rencana diversi informal ini anak akan bertanggungjawab, mengakui kebutuhan-kebutuhan korban dan anak, dan kalau mungkin orang tua diminta bertanggungjawab atas kejadian tersebut. 3. Diversi formal Diversi formal dilakukan jika diversi informal tidak dapat dilakukan, tetapi tidak memerlukan intervensi pengadilan. Beberapa korban akan merasa perlu mengatakan pada anak betapa marah dan terlukanya mereka, atau mereka ingin mendengar langsung dari anak. Karena permasalahannya muncul dari dalam keluarga anak maka baiknya ada anggota keluarga lainnya yang hadir untuk mendiskusikan dan menyusun rencana diversi yang baik untuk semua pihak yang terkena dampak dari perbuatan itu. Proses diversi formal dimana korban dan pelaku bertemu muka, secara internasional hal ini disebut sebagai ‖Restorative Justice‖. Sebutan-sebutan lain Restorative Justice, misalnya Musyawarah Kelompok Keluarga (Family Group Conference); Musyawarah Keadilan Restoratif (Restorative Justice Conference); Musyawarah Masyarakat (Community Conferencing).
Dilihat implementatif,
dari
prosesnya,
2015
(tiga) model yang diterapkan di beberapa negara, untuk menjalankan proses restoratif, yaitu
:
Victim
offender
mediation,
conferencing dan circles, dengan beberapa jenis Restoratif Dialoque sebagai berikut : 1. Inderect dialogue model 2
Facilitated victim-offender dialogue model
3. Facilitated victim-offender-supporter model 4. Facilitated all-party dialogue model 5. Guided dialogue model 6. Directed dialogue model Jika Barbara E.Raye dan Ann Warner Roberts menawarkan 3 (tiga) model dialog
dalam diversi, yang terdiri atas 6 (enam) jenis komunikasi restoratif, sebagai bentuk dari mekanisme informal, maka Barda Nawawi Arief
menggambarkan
bahwa
model
mekanisme informal ini dapat juga berbentuk : 1. "informal mediation" 2. "Traditional village or tribal moots" 3. "victim-offender mediation" 4. ‖Reparation negotiation programmes" 5. "Family and community group conferences", 175 174
Barbara E.Raye dan Ann Warner Roberts; Restorative Processes, dalam : Handbook of Restorative Justice, Edited by Gerry Johnstone and Daniel W.Van Ness, Willan Publishing, Portland, Origen, USA, 2007, hlm.212-215. 175 Barda Nawawi Arief, Mediasi Pidana (Penal Mediation) Dalam Penyelesaian Sengketa/Masalah Perbankan Beraspek Pidana di Luar Pengadilan , Dalam Dialog Interaktif Mediasi Perbankan, di Bank Indonesia Semarang, 13 Desember 2006.
secara
Barbara E.Raye dan Ann
111
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
materiel. Dalam model ini, pelaku tindak pidana dapat dikenakan program kerja yang dengan demikian dapat menyimpan uang untuk membayar ganti rugi/kompensasi. Model ke-5 merupakan program untuk membelokkan kasus pidana dari penuntutan atau peradilan pada prosedur masyarakat yang lebih fleksibel dan informal dan sering melibatkan unsur mediasi atau negosiasi. Pejabat lokal dapat mempunyai lembaga/badan tersendiri untuk mediasi itu.
Untuk menjelaskan ke-5 bentuk dari mekanisme
informal
diuraikan
2015
sebagai
berikut: Model Ke-1 yaitu Model Informal Mediation ini dilaksanakan oleh personil peradilan pidana (criminal justice personnel) dalam tugas normalnya : 1.oleh JPU (Jaksa Penuntut Umum) dengan mengundang para pihak untuk melakukan penyelesaian informal dengan tujuan, tidak melanjutkan penuntutan apabila tercapai kesepakatan; 2. dapat dilakukan oleh pekerja sosial atau pejabat pengawas (probation officer), oleh pejabat polisi, atau oleh Hakim. Jenis intervensi informal ini sudah biasa dalam seluruh sistem hukum. Model ke-2 : seluruh masyarakat bertemu untuk memecahkan konflik kejahatan di antara warganya. Model ke-3 melibatkan berbagai pihak yang bertemu dengan dihadiri oleh mediator yang ditunjuk. Banyak variasi dari model ini. Mediatornya dapat berasal dari pejabat formal, mediator independen, atau kombinasi.Mediasi ini dapat diadakan pada setiap tahapan proses, baik pada tahap pembiasan penuntutan, tahap kebijaksanaan polisi, tahap pemidanaan atau setelah pemidanaan.Model ini ada yang diterapkan untuk semua tipe pelaku tindak pidana; ada yang khusus untuk anak; ada yang untuk tipe tindak pidana tertentu (misal pengutilan, perampokan dan tindak kekerasan). Ada yang terutama ditujukan pada pelaku anak, pelaku pemula, namun ada juga untuk delik-delik berat dan bahkan untuk recidivist. Model ke-4 ini semata-mata untuk menaksir/menilai kompensasi atau perbaikan yang harus dibayar oleh pelaku tindak pidana kepada korban, biasanya pada saat pemeriksaan di pengadilan. Program ini tidak berhubungan dengan rekonsiliasi antara para pihak, tetapi hanya berkaitan dengan perencanaan perbaikan
Di Indonesia sendiri banyak ditemukan berbagai peradilan informal, seperti peradilan adat176 yang mengusung nilai kearifan lokal yang sangat potensial dan memberi spirit dalam menyelesaikan berbagai konflik yang timbul
di
masyarakat,
khususnya
penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum
176
Ade Saptomo dalam bukunya Hukum dan Kearifan local , Revitalisasi hukum Adat Nusantara, Grasindo, Jakarta, hal. 37, mengacu pada Uundang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 membatasi bahwa : 1. Peradilan Adat adalah peradilan perdamaian di lingkungan masyarakat hukum adat, yang mempunyai kewenangan memeriksa dan mengadili sengketa perdata adat dan perkara pidana diantara para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan; 2. Pengadilan Adat disusun menurut ketentuan hukum adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan; 3. Pengadilan Adat memeriksa dan mengadili sengketa perdata adat dan perkara pidana diantara para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan; 4Dalam hal salah satu pihak yang bersengketa atau yang berperkara berkeberatan atas putusan yang telah diambil oleh pengadilan adat yang memeriksanya, pihak yang berkeberatan tersebut berhak meminta kepada pengadilan tingkat pertama di lingkungan badan peradilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili ulang sengketa atau perkara yang bersangkutan; 5. Pengadilan Adat tidak berwenang menjatuhkan hukuman pidana penjara atau kurungan; 6. Putusan pengadilan adat mengenai delik pidana yang perkaranya tidak diminta pemeriksaan ulang, menjadi putusan akhir dan berkekuatan hukum tetap;
112
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Sebagaimana halnya dengan model
2015
Kesamaannya terlihat dari cara komunikasi
diversi, model dialog restorative di atas,
yang
dibangun
dan
mekanisme informal dari kearifan lokal atau
terlibat dalam model ini, yaitu Fasilitator
hukum adat yang ada di Indonesia juga
yang dipegang oleh fungsionaris adat di
dapat dijadikan referensi dari alternatif dan
setiap tingkatan, Victim ( korban) dan
variatif model yang bisa dikembangkan
Supporter Victim (keluarganya), Offender (
untuk pelaksanaan diversi. Pengacuan ke
pelaku
hukum adat atau kearifan lokal Indonesia,
(keluarga
jelas akan lebih sesuai dan dirasakan lebih
masyarakat adat).
anak)
dan
pelaku)
pihak-pihak
Supporter serta
yang
Offender
Community
(
mungkin diterima, dikarenakan model atau mekanisme yang dilakukan dilandasi oleh nilai-nilai,
asas-asas
dan
norma
IV. Penutup
yang Pemberlakukan UU No. 11 Tahun
berfilosofi dan berkepribadian Indonesia. Barukupm
Adat,
misalnya
2012 sebagai pengganti dari UU No. 3
yang
Tahun 1997 telah membawa perubahan
dikenal dan dipraktekan pada masyarakat suku
Dayak
menyelesaiakan
Kanayatn perkara
(anak),
secara
untuk
perlindungan
dapat
restroratif
Family and community group conferences
untuk mengupayakan diversi . Pendekatan
kasus pidana dari penuntutan atau peradilan
ini menjadi penting
lebih
fleksibel dan informal dan sering melibatkan unsur pejabat lokal sebagai mediator. Begitupun
apabila
sebagai
suatu
dapat
dikatakan
anak
secara
memiliki
kecenderungan
formal
lebih
mencederai
restoratif adalah perlindungan anak secara luas. sehingga diperlukan ada model
media
penyelesaian
penyelesaian anak dalam masyarakat Dayak Kanayatn
peradilan
ke depan. Untuk itu esensi dari keadilan
Barbara E, raye di atas, kearifan lokal Adat
karena proses
psikologis anak dalam perkembangannya
disandingkan
dengan model dialog yang ditawarkan oleh
Barukupm
dengan mewajibkan kepada
aparat penegak hukum setiap tingkatan
merupakan program untuk membelokkan
yang
berhadapan
anak harus mengutamakan pendekatan
Family and community group conferences.
masyarakat
yang
upaya
2012, proses penyelesaian perkara pidana
mekanisme informal dengan karakteristik
prosedur
anak
dari
dengan hukum. Dalam UU No. 11 Tahun
dikatakan sebagai satu bentuk atau model
pada
fundamental
perkara
anak
yang
memberikan perlindungan terhadap anak
lebih
tersebut.
menggambarkan model Guided dialogue. 113
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Dalam
tataran
implementasi,
mekanisme
informal
yang
2015 dibangun
penyelesaiannya sangat tergantung dari
haruslah mereferensi
nilai dan norma yang dirumuskan dalam
ataupun
ketentuan
tentang
Indonesia. Acuan ke kearifan lokal dan
peradilan pidana anak, dimana ketentuan
hukum adat di Indonesia, jelas akan
dimaksud merupakan pedoman atau dasar
lebih
hukum melaksanakan peradilan anak.
mungkin diterima, dikarenakan model
Dasar hukum untuk peradilan anak itu
atau
disandarkan pada Undang-undang No. 11
dilandasi oleh nilai-nilai, asas-asas dan
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
norma
Pidana Anak. Apabila dicermati, gaung
berkepribadian Indonesia. Satu contoh
keadilan
sudah
yang dapat dijadikan contoh adalah
terdengar jauh sebelum payung hukumnya
kearifan lokal Barukupm Adat sebagai
ada, dan sudah diimplementasikan oleh
suatu media penyelesaian anak dalam
hakim berdasarkan kewenangan yang
masyarakat Dayak Kanayatn . Barukupm
dimiliki
mereka.
Mahkamah
Adat ini lebih menggambarkan model
Agung
telah
keadilan
Guided dialogue . Kesamaannya terlihat
restoratif dalam putusannya bukan hanya
dari cara komunikasi yang dibangun dan
ditujukan pada perkara anak saja, namun
pihak-pihak yang terlibat dalam model
juga diberlakukan untuk perkara dewasa.
ini, yaitu Fasilitator yang dipegang oleh
Demikianpun pada Pengadilan Negeri
fungsionaris adat di setiap tingkatan,
Boyolali, telah menerapkan keadilan ini
Victim ( korban) dan Supporter Victim
dengan
(keluarganya), Offender ( pelaku anak)
yang
mengatur
restoratif
sebenarnya
Bahkan menerapkan
memutuskan
anak
yang
kearifan lokal
hukum adat yang ada di
sesuai
dan
mekanisme
yang
yang
dilakukan
berfilosofi
Offender
lebih
dan
berhadapan dengan hukum tidak dijatuhi
dan
pidana penjara.
pelaku) serta Community ( masyarakat
Penyelesaian perkara anak dapat
Supporter
dirasakan
(keluarga
adat).
dilaksanakan dengan mengacu kepada beberapa model restoratif dialog ataupun diversi.
Daftar Pustaka
Model-model ini merupakan
representasi
dari
bentuk
Amiruddin dan Zaenal Asikin, 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum ,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Agus Riyanto; tt, Keadilan Untuk Anak: Perlindungan terhadap anak yang
mekanisme
informal yang telah ditawarkan oleh banyak pakar. Apapun pilihan model yang akan digunakan di Indonesia, 114
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak berhadapan dengan hukum; Kompilasi Instrumen Internasional. Baldwin, John. dan Keith Bottomley, 1978. Criminal Justice Selected Reading. Martin Roberston, London Bambang Waluyo, 1991. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta E.Raye, Barbara. dan Ann Warner Roberts; 2007. Restorative Processes, dalam : Handbook of Restorative Justice, Edited by Gerry Johnstone and Daniel W.Van Ness, Willan Publishing, Portland, Origen, USA. Inter-Parliamentary Union & UNICEF, 2006. Improving the Protection of Children in Conflict with the Law in South Asia: A regional parliamentary guide on juvenile justice. Kartini Kartono, 1992. Pathologi Sosial, Kenakalan Remaja, Rajawali Pers, Jakarta. Kinloch, Graham C; 2005. ―Sociological Theori; Its Devleelopment and Major Paradigms; (terjemahan Dadang Kahmad; Perkembangan dan Paradigma Utama; Teori sosiologi); CV. Pustaka Setia, Bandung. Lili Rasjidi, I.B. Wiyasa Putra, 1993. Hukum Sebagai Suatu Sistem,: PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit UNDIP, Semarang Nyoman Serikat Putra Jaya, 2006. Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System), UNDIP, Semarang. .............................................., 2003. Pemberian Malu Reintegratif Sebagai Sarana Non Penal Penanggulangan Perilaku Delinkuensi Anak, Undip Press, Semarang. Peter Mahmud Marzuki, 2009. Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Purnianti, Mamik Sri Supatmi, dan Ni Made Martini Tinduk, 2003. Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice System) di Indonesia, UNICEF.
115
2015
Romli
Atmasasmita, 1983. Problem Kenakalan Anak-anak Remaja,Armico, Bandung. .................................., 1995. Sistem Peradilan Pidana; Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionisme, Eresco, Bandung.
Supramono, 2007. Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta. Sharpe, Susan. 1998. Restorative Justice: A vision for Hearing and Change, Alberta, Edmonton Victim Offender Mediation Society, Edmonto. Wagiarti Soetodjo, 2006. Hukum Pidana Anak; Refika Aditama, Bandung.