Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN NEGERI (Studi Normatif Terhadap Pasal 146 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dari Perspektif Asas Hukum Audi Et Alteram Partem dan Voluntair) Oleh : H. Neris Abstrak Bahwa ketentuan Pasal 146 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, lebih tepat jika ditempatkan dalam wilayah yurisdiksi contentiosa yang berbasis pada asas hukum Audi Et Alteram Partem. Sedangkan terhadap ketentuan Pasal 146 ayat (1) huruf c ditempatkan dalam wilayah yurisdiksi voluntair yang b erbasis pada asas hukum ex parte . Selanjutnya direkomendasikan perlu dilakukan revisi terhadap ketentuan Pasal 146 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan keterkaitannya dengan Pasal 157 agar dalam pelaksanaannya ke depan dapat lebih memberikan nilai kebenaran, keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum secara komprehensif integral. Abstract The provisions of Article 146 paragraph 1 letter a and b of the law number 40 of 2007 on incorporation, is more appropriate if placed in the region yurisdiksi contentiosa which based on the principle of law audi et alteram partem, whereas the provisions of Article 146 paragraph (1) letter c is placed in yurisdiksi voluntair based on the principle of law ex parte. It is recommended to revise Article 146 of Law number 40 of 2007 on incorporation and its links with a bunch of Article 157 for its implementation in the future to provide more value of truth, fairness, certainty, and a comprehensive and integral law benefit.
1
Hakim Tinggi Kalimantan Barat
150
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Latar Belakang
Perseroan Terbatas.
Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang diselenggarakan
oleh
itu,
melalui
Undang-Undang
swasta,
Nomor 40 tahun 2007 telah diakomodasi berbagai
koperasi, dan segenap komponen masyarakat
ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa
berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar
penambahan
1945 dan Peraturan perundang-undangan yang
penyempurnaan,
berlaku.
ketentuan lama yang dinilai masih relevan.
Salah
pemerintah,
Karena
satu
penyelenggaraan
pilar
penting
pembangunan
dalam
nasional
di
ketentuan
baru,
maupun
perbaikan
mempertahankan
Antara lain mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
bidang ekonomi adalah keberadaan perseroan
Lingkungan
terbatas sebagai badan hukum yang merupakan
pembangunan
persekutuan
dasar
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
dan
yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri,
perjanjian,
modal,
didirikan
atas
melakukan kegiatan usaha,
yang
bertujuan
ekonomi
setempat
mewujudkan
berkelanjutan
dan
masyarakat
guna
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
komunitas
pada
dalam saham.
umumnya. Undang-Undang ini juga mempertegas perseroan
ketentuan mengenai pembubaran, likuidasi, dan
terbatas di Indonesia telah diatur berdasarkan
berakhirnya status badan hukum Perseroan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
dengan memperhatikan ketentuan dalam undang-
Perseroan Terbatas sebagai ganti Undang-Undang
undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Nomor 1 Tahun 1995 yang dinilai sudah tidak
Pembayaran Utang. Pasal 142 (1) Undang-
sesuai
Undang Nomor 40 Tahun
Pada
saat
lagi
kebutuhan
ini
keberadaan
dengan
perkembangan
masyarakat,
dinamika
hukum,
Perseroan Terbatas menyatakan : “Pembubaran
kehidupan
Perseroan” terjadi :
ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang berkembang pesat pada era globalisasi.
Di
samping
itu,
a. berdasarkan keputusan RUPS; b. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir; c. berdasarkan penetapan pengadilan; d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;
meningkatnya
tuntutan masyarakat akan pelayanan birokrasi yang cepat, kepastian hukum, serta tuntutan pengembangan pengelolaan
dunia
usaha
perusahaan
yang
sesuai baik
2007 tentang
prinsip (good
corporate governance) menuntut penyempurnaan 151
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak e. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau f. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2009
melanggar peraturan perundangundangan; (b) Adanya cacat hukum dalam akta pendirian; dan (c) Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan. Untuk alasan pada huruf (a) dan (b) penjelasan Pasal 146 hanya menyatakan cukup jelas. Sedangkan untuk alasan pada huruf (c), menyatakan, bahwa : “Yang dimaksud dengan
Terkait dengan pembubaran perseroan
"alasan
berdasarkan penetapan pengadilan, Pasal 146
Perseroan
tidak
mungkin
untuk
dilanjutkan", antara lain :
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dengan
a. Perseroan tidak melakukan kegiatan usaha (non-aktif) selama 3 (tiga) tahun atau lebih, yang dibuktikan dengan surat pemberitahuan yang disampaikan kepada instansi pajak; b. dalam hal sebagian besar pemegang saham sudah tidak diketahui alamatnya walaupun telah dipanggil melalui iklan dalam Surat Kabar sehingga tidak dapat diadakan RUPS; c. dalam hal perimbangan pemilikan saham dalam Perseroan demikian rupa sehingga RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang sah, misalnya 2 (dua) kubu pemegang saham memiliki masingmasing 50% (lima puluh persen) saham; atau d. kekayaan Perseroan telah berkurang demikian rupa sehingga dengan kekayaan yang ada Perseroan tidak mungkin lagi melanjutkan kegiatan usahanya.
tegas menentukan, bahwa : (1) Pengadilan Negeri dapat membubarkan Perseroan atas : a. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan; b. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta pendirian; c. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan. (2) Dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator. Dengan mencermati ketentuan Pasal 146 di atas, ada 3 (tiga) alasan pokok suatu perseroan dapat dibubarkan melalui “Pengadilan Negeri”, yaitu:
Karena itu, pemaknaan terhadap alasan-
(a) Melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang
alasan tersebut masih perlu dicari referensinya berdasarkan pendapat pakar hukum, peraturan 152
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak perundang-undangan pengadilan.
Selain
dan itu,
putusan-putusan
proses perkara di sidang Pengadilan, Majelis
menimbulkan
Hakim harus mendengarkan para pihak yang
juga
persoalan hukum (legal problem) :
bersengketa untuk membela hak dan kepentingan mereka masing-masing. Dengan kata lain, para
a. Mengapa untuk pembubaran Perseroan melalui Pengadilan Negeri menggunakan format “permohonan” bukan “gugatan” dan pihak perseroan yang hendak dibubarkan tidak diberikan kesempatan untuk didengar keterangannya di sidang pengadilan serta tidak ada upaya upaya hukum banding maupun kasasi terhadap Penetapan Pengadilan Negeri ? b. Asas Hukum apakah yang mendasari ketentuan Pasal 146 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatur Pembubaran Perseroan berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri ? Sebagaimana diketahui, di dalam hukum
pihak haruslah diperlakukan sama, adil dan tidak memihak. Sedangkan,
perkara ke sidang pengadilan tanpa adanya sengketa dengan pihak lain (without disputes or differences with another party). Menurut Yahya Harahap, apa yang dipermasalahkan pemohon berdasarkan asas hukum “non contentious procesrecht” sama sekali tidak bersentuhan dengan persoalan hak dan kepentingan orang
sengketa dan “non-contentieus procesrecht” atau non-sengketa.
“non
“voluntair” ialah: permohonan untuk memutus
“contentious procesrecht” atau hukum acara acara
berdasarkan
contentious procesrecht” berlaku asas hukum
acara dikenal dua jenis proses beracara yaitu
hukum
2009
lain. 3
Terhadap
“contentious procesrecht” lazim digunakan surat
Jika kedua asas tersebut diterapkan pada
gugatan untuk menyelesaikan sengketa para pihak
Pasal 146 ayat (1) huruf a, b dan c Undang-
melalui “putusan hakim”. Sebaliknya terhadap
Undang Nomor 40 Tahun 2007, yang intinya
“non-contentieus procesrecht” lazim digunakan
mengedepankan kata “permohonan” bukan
surat permohonan untuk meminta “penetapan
“gugatan” sepertinya asas hukum “voluntair”
hakim”.
(“non
mengedepan
Berdasarkan “contentious procesrecht”
yang
asas
yang
hukum
Akan tetapi karena pembubaran perseroan
Alteram Partem” (Mendengarkan Kedua Belah 2
sebagai
procesrecht”)
mendasarinya.
tersebut, juga berlaku asas hukum “Audi Et Pihak).
contentious
pastilah akan menimbulkan persoalan hak-hak,
Azas ini mendalilkan bahwa dalam
kepentingan dan nilai keadilan dari pihak 2
Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. II; Jakarta: PT Garuda Metro Politan Press, 1993, Hlm. 72. Lihat pula
Pasal 121 ayat (2), 132 a, HIR dan pasal 145 ayat (2), 157 R.Bg. 3 Ibid.
153
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
perseroan yang hendak dibubarkan, maka
secara proporsional seimbang dengan tetap
seharusnya asas hukum “Audi Et Alteram
menghormati
Partem”
lainnya yang terkait.4
yang
digunakan.
Hal
ini
juga
bersesuaian dengan :
kepentingan-kepentingan
yang
Ternyata memang tidak mudah untuk
a. Ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaaan Mahkamah Agung yang menyatakan : Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. b. Ketentuan Pasal 5, bahwa : (1) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang ; (2) Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. c. Pasal 16 ayat (1) : Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Tampak dari substansi uraian di atas,
mendeskripsikan kepentingan umum, karenanya
begitu beragam dan luasnya makna kepentingan
Demikian pula dengan makna perbuatan
seyogyanya pula tidak memberi batasan yang konkret mutlak dan ketat mengenai kepentingan umum,
sebab
kepentingan
manusia
itu
berkembang dinamis dan tanpa batas absolut. Namun tetap diperlukan suatu rumusan umum sebagai pedoman tentang pengertian kepentingan umum yang dapat digunakan terutama oleh hakim dalam memutuskan sengketa yang berkaitan dengan kepentingan umum, yang secara dinamis tidak tergantung pada waktu dan tempat. Tiaptiap kasus harus dilihat secara kasuistis. Di sinilah, peran hakim berdasarkan kebebasannya sangat menentukan untuk memaknakan secara yuridis, sosiologis dan dinamis tentang apa saja yang termasuk pengertian kepentingan umum. 5
umum. Secara teoretis dapatlah dikatakan bahwa
melanggar
kepentingan umum merupakan hasil (resultante)
Pelanggaran
pemikiran
banyak
mengakibatkan suatu Perseroan dapat dimohon
kepentingan-kepentingan di dalam masyarakat
oleh Kejaksaan ke Pengadilan Negeri untuk
dengan menerapkan kepentingan yang utama
dibubarkan ? Secara konkret, hal ini tampaknya
menjadi kepentingan umum. Secara praktis dan
berkaitan dengan ketentuan Pasal 2 Undang-
konkret akhirnya diserahkan kepada hakim untuk
Undang Nomor 40 Tahun 2007, bahwa :
menimbang
dari
sekian
menimbang-nimbang kepentingan manakah yang lebih utama dari kepentingan yang lain atau
4 5
154
Ibid. Ibid.
peraturan yang
perundang-undangan. bagaimanakah
yang
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak “Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan
2007
serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
dengan
Jabatan Notaris.
ketentuan
undangan,
peraturan
ketertiban
perundang-
umum,
dan/atau
Tentang
Perseroan
2009
terbatas
maupun
Analisis
kesusilaan”.
terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
Asas Hukum Pasal 146 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Seperti telah dikemukakan pada Bab
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
pendahuluan, bahwa terkait dengan pembubaran
menimbulkan dampak (pencemaran) sedemikian
perseroan berdasarkan penetapan pengadilan,
luasnya, juga dapat dijadikan alasan untuk
Pasal 146 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
mengajukan
2007 tentang Perseroan Terbatas dengan tegas
Karena perseroan memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan, maka pelanggaran
permohonan
pembubaran
suatu
menentukan, bahwa :
perseroan ke Pengadilan Negeri. Kemudian,
siapakah
(1) Pengadilan Negeri dapat membubarkan
pihak
Perseroan atas :
berkepentingan dan apa pula yang dimaksud
dengan cacat hukum dalam akta pendirian ? Lazimnya
yang
dimaksud
dengan
permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan; permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta pendirian; permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan. (2) Dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator. Persoalan hukum (legal problem)
pihak
berkepentingan dalam hubungan keperdataan adalah pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki legal standing secara langsung maupun tidak
langsung
terhadap
suatu
perkara,
keberadaan suatu perseroan dan/atau akibat perbuatan melanggar hukum oleh
suatu
perseroan. Bisa perorangan, kelompok, LSM, badan
hukum
privat
maupun
publik.
Sedangkan cacat hukum dalam akta pendirian,
yang mengedepan secara akademis maupun
tentunya terkait dengan persyaratan-persyaratan ataupun larangan-larangan pembuatan
faktual adalah :
akta
pendirian suatu perseroan atau akta otentik berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 155
Mengapa untuk pembubaran Perseroan melalui Pengadilan Negeri menggunakan format “permohonan” bukan “gugatan” dan pihak perseroan yang hendak
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
dibubarkan tidak diberikan kesempatan untuk didengar keterangannya di sidang pengadilan serta tidak ada upaya upaya hukum banding maupun kasasi terhadap Penetapan Pengadilan Negeri ? Asas Hukum apakah yang seharusnya mendasari ketentuan Pasal 146 UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatur Pembubaran Perseroan berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri ? Dengan
mencermati
materi
antara pihak penggugat dan tergugat. Gugatan contentiosa inilah yang disebut sebagai gugatan perdata.6 Jika ditelusuri lebih lanjut, terdapat ciriciri pokok dari gugatan contentiosa, antara lain sebagai berikut : 7 a. Permasalahan hukum yang diajukan ke pengadilan mengandung sengketa (dispute, differences); b. Sengketa terjadi antara dua pihak atau lebih dari dua pihak; c. Bersifat partai (party) dengan komposisi pihak yang satu sebagai penggugat dan pihak lainnya sebagai tergugat; d. Gugatan dapat diajukan secara lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Negeri baik oleh Penggugat sendiri maupun oleh Kuasa Hukumnya; e. Gugatan dialamatkan kepada Pengadilan Negeri sesuai kompetensi Relatifnya, diberi tanggal, bulan dan tahun, serta ditandatangani oleh Penggugat ataupun Kuasanya; f. Gugatan memuat secara lengkap dan jelas identitas (nama, alamat, kedudukan, serta identitas lainnya) dari pihak penggugat dan yang digugat baik orang maupun badan hukum; g. Fundamentum Petendi, ialah dasar gugatan atau dasar tuntutan (grondslag van de lis), baik mengenai dasar hukum, peristiwa/perbuatan hukum, hubungan hukum, dan fakta-fakta hukumnya; h. Petitum gugatan yang berisi pokok tuntutan penggugat dalam bentuk tunggal, alternatif, asesoir (Accesoir/Tambahan), maupun mohon keadilan (ex-aequo et bono).
muatan
maupun penjelasan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, ternyata jawaban
terhadap
ditemukan.
masalah
Karena
itu,
tersebut perlu
tidak
dilakukan
penelusuran terhadap literatur-literatur hukum dan hukum acara peradilan perdata, sebagai berikut : 1. Yurisdiksi Contentiosa Dalam proses acara peradilan perdata di Indonesia, dikenal dua sistem gugatan, yaitu : sistem
dagvaarding
permohonan
(gugatan)
(Gugatan
dan
Voluntair).
sistem Sistem
pemasukan perkara secara dagvaarding diatur dalam
Pasal
1
RV
(Reglement
of
de
Rechtsvordering Staatblaad 1847 – 52 Jo. 1849 – 61 dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai reglement
acara
perdata).
2009
Dalam
perkembangannya, Stelsel dagvaarding disebut
6
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hlm. 46-47. 7 Ibid, Hlm. 48-68. Lihat pula Pedoman Teknis Administrasi Dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus, Buku II Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008, Hlm. 48-49.
juga sebagai yurisdiksi contentiosa (“contentious procesrecht”) ialah kewenangan peradilan untuk memeriksa perkara yang mengandung “sengketa” 156
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Karena adanya dua pihak atau lebih yang
Permohonan atau ”gugatan voluntair”,
bersengketa, maka dalam proses acara sengketa
adalah :”permasalahan perdata yang diajukan
ini, terbangun asas “Audi Et Alteram Partem”
dalam bentuk permohonan yang ditandatangani
(Mendengarkan Kedua Belah Pihak). Azas ini
pemohon atau kuasanya yang ditujukan kepada
mendalilkan bahwa dalam proses perkara perdata
Ketua Pengadilan Negeri”,dengan ciri-ciri pokok
di sidang Pengadilan, Majelis Hakim harus
:
mendengarkan para pihak yang bersengketa untuk
a. Masalah yang diajukan bersifat kepentingan sepihak semata (for the benefit of one party only). b. Benar-benar murni untuk menyelesaikan kepentingan permohonan tentang sesuatu permasalahan perdata yang memerlukan kepastian hukum, misalnya permintaan izin dari pengadilan untuk melakukan tindakan tertentu. c. Dengan demikian, apa yang dipermasalahkan pemohon tidak bersentuhan dengan hak dan kepentingan orang lain. d. Permasalahan yang dimohon kepada Pengadilan Negeri, pada prinsipnya tanpa sengketa dengan pihak lain (without disputes or differences with another party). e. Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan, tetapi bersifat ex-parte. f. Benar-benar murni dan mutlak satu pihak atau bersifat ex-parte. g. Permohonan untuk kepentingan sepihak atau terlibat dalam permasalahan hukum yang diajukan dalam kasus itu, hanya satu pihak. 9
membela hak dan kepentingan mereka masingmasing. Dengan kata lain, para pihak haruslah diperlakukan sama, adil dan tidak memihak. 2. Yurisdiksi Voluntair Istilah “Yurisdiksi Voluntair” terdapat dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) UndangUndang Nomor 14 Tahun 1970 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,
bahwa
:
“Penyelesaian
setiap
perkara yang diajukan kepada badan-badan peradilan mengandung pengertian di dalmnya penyelesaian masalah yang bersangkutan dengan yurisdiksi
voluntair”.
Tetapi
berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, ketentuan Pasal 2 dan penjelasannya tersebut tidak diatur lagi. 8 Namun, secara faktual “permohonan” atau ”gugatan voluntair” (“non contentious procesrecht”) itu
Karena itu, Pengadilan Negeri memiliki
tetap eksis baik di lingkungan peradilan umum
kewenangan
maupun peradilan agama.
masalah perdata yang bersifat sepihak atau ex-
voluntair
parte dalam keadaan :
8
9
Ibid, Hlm. 28.
157
Ibid, Hlm. 29.
untuk
menyelesaikan
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
mengeluarkan Penetapan No. 5 Pen/Sep/1975,
Sangat terbatas atau sangat eksepsional dalam hal tertentu saja. Dengan syarat : hanya boleh terhadap masalah yang disebut dan yang ditentukan sendiri oleh undang-undang, yang menegaskan tentang masalah yang bersangkutan dapat atau boleh diselesaikan secara volintair melalui bentuk permohonan. 10
Mengacu pada karakteristik
yang berisi pertimbangan dan penegasan, bahwa : 1) Pernyataan secara deklarator tentang sahnya RUPS dan susunan pengurus serta tidak mengikatnya perjanjian melalui gugatan voluntair, bertentangan dengan asas prosesual; 2) Secara prosesual, ketetapan voluntair yang dijatuhkan PN dalam kasus ini, harus berdasarkan gugatan contentiosa. 3) Yurisdiksi voluntair, hanya sah apabila hal itu ditentukan dengan undang-undang.11 b. Putusan Peninjauan Kembali (PK)
gugatan
voluntair di atas, maka dalam praktik peradilan perdata terdapat beberapa Penetapan Mahkamah Agung RI yang menyatakan Putusan Voluntair Pengadilan
Negeri
tidak
sesuai
dengan
No/PK/AG/1990, Tanggal 22 Januari
karakteristik yurisdiksi voluntair tersebut, antara
1991. Putusan PK ini dikeluarkan karena
lain :
Pengadilan
telah
Ltd.
pembagian harta warisan yang diajukan
Penetapan ini dikeluarkan karena PN
salah seorang ahli waris dalam bentuk
Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juni 1972
permohonan
telah menjatuhkan Putusan Voluntair
Terhadap penetapan itu, ahli waris lain
dalam perkara permohonan No. 274/1972,
mengajukan
dengan isi putusan :
Agung dan atas permohonan tersebut MA
1) Menyatakan sah RUPS ;
menjatuhkan
2) Menyatakan perjanjian yang dibuat
menegaskan :
Kasus
Forest
Product
Corp
Ltd. Tetapi atas permintaan pihak yang merasa dirugikan terhadap putusan voluntair PN Jakarta tersebut,
Mahkamah
Agung
atau PK
gugatan kepada
putusan,
voluntair. Mahkamah
antara
lain
1) Gugatan voluntair hanya dapat diterima pengadilan apabila untuk itu ada ketentuan undang-undang yang mengaturnya secara khusus; 2) Dalam kasus penetapan ahli waris dan pembagian harta warisan, tidak ada dasar hukumnya untuk diperiksa secara voluntair.12
tidak mengikat Forest Product Corp
RI
11 10
Pandeglang
menjatuhkan penetapan ahli waris dan
a. Penetapan MA No. 5 Pen/Sep/1975 dalam
Pusat
Agama
12
Ibid, Hlm. 30.
158
Ibid, Hlm. 31. Ibid, Hlm. 32.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Mengacu pada karakteristik gugatan
b. Putusan Peninjauan Kembali (PK) No/PK/AG/1990, Tanggal 22 Januari 1991. Putusan PK ini dikeluarkan karena Pengadilan Agama Pandeglang telah menjatuhkan penetapan ahli waris dan pembagian harta warisan yang diajukan salah seorang ahli waris dalam bentuk permohonan atau gugatan voluntair. Terhadap penetapan itu, ahli waris lain mengajukan PK kepada Mahkamah Agung dan atas permohonan tersebut MA menjatuhkan putusan, antara lain menegaskan : 3) Gugatan voluntair hanya dapat diterima pengadilan apabila untuk itu ada ketentuan undang-undang yang mengaturnya secara khusus; 4) Dalam kasus penetapan ahli waris dan pembagian harta warisan, tidak ada dasar hukumnya untuk diperiksa secara voluntair.14
voluntair di atas, maka dalam praktik peradilan
perdata
Penetapan
Mahkamah
terdapat Agung
beberapa RI
yang
menyatakan Putusan Voluntair Pengadilan Negeri tidak sesuai dengan karakteristik yurisdiksi voluntair tersebut, antara lain : a. Penetapan MA No. 5 Pen/Sep/1975 dalam Kasus Forest Product Corp Ltd. Penetapan ini dikeluarkan karena PN Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juni 1972 telah menjatuhkan Putusan Voluntair dalam perkara permohonan No. 274/1972, dengan isi putusan : 1) Menyatakan sah RUPS ; 2) Menyatakan perjanjian yang dibuat tidak mengikat Forest Product Corp Ltd. Tetapi atas permintaan pihak yang merasa
Berdasarkan norma hukum, asas hukum,
dirugikan terhadap putusan voluntair PN
putusan pengadilan, dan pendapat hukum dari
Jakarta Pusat tersebut, Mahkamah Agung
pakar hukum di atas mengenai yurisdiksi
RI
contentiosa
mengeluarkan
Penetapan
No.
5
dan
yurisdiksi
voluntair,
dapat
Pen/Sep/1975, yang berisi pertimbangan
dilakukan analisis untuk menentukan ke arah
dan penegasan, bahwa :
manakah seharusnya asas hukum yang mendasari
ketentuan
13
2009
Pernyataan secara deklarator tentang sahnya RUPS dan susunan pengurus serta tidak mengikatnya perjanjian melalui gugatan voluntair, bertentangan dengan asas prosesual; Secara prosesual, ketetapan voluntair yang dijatuhkan PN dalam kasus ini, harus berdasarkan gugatan contentiosa. Yurisdiksi voluntair, hanya sah apabila hal itu ditentukan dengan undang-undang.13
Pembubaran
Perseroan
Terbatas
melalui Pengadilan Negeri berdasarkan Pasal 146 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas? Untuk menjawab persoalan tersebut, perlu dilakukan analisis terhadap unsur-unsur atau alasan permohonan yang terkandung dalam
14
Ibid, Hlm. 31.
159
Ibid, Hlm. 32.
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak ketentuan Pasal 146 Undang-Undang Nomor 40
1) Atas dasar aturan hukum, kriteria dan
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa :
parameter apa suatu alasan berdasarkan kepentingan umum dapat dinilai sah,
(1) Pengadilan Negeri dapat membubarkan
pasti, benar, dan adil ?. Sampai kini,
Perseroan atas : a. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan
aturan hukum yang mengatur secara tegas,
Perseroan melanggar kepentingan umum
jelas dan konkret tentang kriteria atau
atau Perseroan melakukan perbuatan yang
parameter kepentingan umum justru masih
melanggar
sangat umum sifatnya, sebagaimana telah
peraturan
perundang-
dikemukakan pada Bab I Pendahuluan.
undangan;
Konsekuensinya,
b. permohonan pihak yang berkepentingan
istilah
kepentingan
berdasarkan alasan adanya cacat hukum
umum sangat potensial untuk ditafsirkan
dalam akta pendirian;
secara subyektif ataupun obyektif oleh
c. permohonan pemegang saham, Direksi
pihak-pihak yang merasa berkompeten
atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan
untuk mengajukan permohonan, gugatan
Perseroan
dan/atau
tidak
mungkin
untuk
memeriksa,
mengadili
serta
memutus perkara Pembubaran Perseroan.
dilanjutkan. (2) Dalam penetapan pengadilan ditetapkan
2) Meskipun
juga penunjukan likuidator.
dalam
kasus
pembubaran
perseroan ini, pada awalnya seolah-olah tidak ada sengketa, namun sebagai akibat
Analisis Pasal 146 ayat (1) huruf a UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007
dari
kejaksaan
berdasarkan
permohonan,
gugatan
dan/atau putusan pembubaran perseroan, pada
Pasal 146 ayat (1) huruf a menentukan : “permohonan
adanya gilirannya
akan
memunculkan
sengketa atau upaya perlawanan terhadap
alasan
putusan/penetapan pengadilan. Apalagi,
Perseroan melanggar kepentingan umum atau
bila terdapat pihak ketiga yang merasa hak
Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar
dan kepentingannya dirugikan, sehingga
peraturan perundang-undangan”. Masalah yang
akan ikut intervensi ke dalam perkara
mengedepan :
tersebut.
Terhadap alasan Kepentingan Umum :
3) Peneliti berpandangan, apabila alasanalasan 160
pembubaran
perseroan
yang
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak diajukan oleh pihak kejaksaan ternyata
(b) Mengacu pada ketentuan Amandemen UUD 1945 di atas, maka seharusnya terhadap tindakan hukum Pembubaran Perseroan melalui Penetapan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud Pasal 146 ayat (1) a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, diterapkan asas “Audi Et Alteram Partem” (Mendengarkan Kedua Belah Pihak), ialah pihak yang mengajukan permohonan pembubaran dan pihak termohon pembubaran perseroan. Hal ini juga bersesuaian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang antara lain menyatakan : (1) Pasal 1 : Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. (2) Pasal 5 : Ayat (1) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membedabedakan orang. Ayat (2) Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. (3) Pasal 8 : Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (4) Pasal 9 : Ayat (1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi. Ayat (2) Pejabat yang dengan sengaja melakukan
tidak memiliki fakta hukum yang kuat dan/atau tidak akurat, maka berpotensi untuk
menimbulkan
ketidakadilan,
kerugian materiil ataupun imateriil bagi perseroan yang dibubarkan. Hal ini jelas akan melanggar hak-hak konstitusional perseroan
sebagai
(rechtspersoon),
badan
sebagaimana
hukum di
2009
atur
UUD 1945 : (a) Bahwa badan hukum (rechtspersoon) adalah subyek hukum yang memiliki hak, kewajiban dan kepentingan hukum yang sama (dipersamakan) dengan orang (Natuurlijke Persoon ) sebagai subyek hukum. Karena itu, baik orang maupun badan hukum adalah subyek hukum yang memiliki hak-hak konstitusional berdasarkan konstitusi. Amandemen UUD 1945 antara lain menyatakan: (1) Pasal 28D ayat (1) : “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. (2) Pasal 28 H ayat (2) : “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. (3) Pasal 28 I ayat (2) : Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
161
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana. (3) Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti kerugian, rehabilitasi dan pembebanan ganti kerugian diatur dalam undangundang. (5) Pasal 20 : Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan; c. perbaikan akibat tindak pidana; d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun. Sungguhpun demikian, tidak ada pasal,
Persoalannya
adalah
pelangaran
ayat atau klausul yang menentukan bahwa atas
terhadap peraturan perundang-undangan yang
dasar penerapan sanksi pidana tambahan atau
seperti apa yang bisa dijadikan alasan untuk
tindakan tata tertib, atau atas dasar putusan
dapat
pengadilan pidana baik umum, khusus maupun
membubarkan Perseroan Terbatas.
Apakah sebatas
yang ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun
tindak pidana korupsi dapat dijadikan serta
2007
merta alasan untuk membubarkan perseroan
ataukah
melalui penetapan Pengadilan Negeri. Dengan
termasuk pula peraturan perundang-undangan
kata lain, hal itu bisa ditafsirkan secara luas oleh
lainnya di luar Undang-Undang Nomor 40
Pihak Kejaksaan sebagai Pemohon dan Hakim
Tahun
Pengadilan Negeri yang diberikan kewenangan
Tentang
Perseroan
Terbatas,
2007. Hal ini memang sangat luas
cakupan maupun dimensi penafsirannya. Dalam korporasi
di
konteks bidang
untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan voluntair Kejaksaan tersebut.
pertanggujawaban perlindungan
dan
Sehubungan
dengan
pemasalahan
pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana
tersebut,
telah peneliti kemukakan pada Bab II Sub C,
kepada pihak Termohon ialah Perseroan yang
memang Pasal 119 Undang-Undang Nomor
hendak
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
berkepentingan lainnya yang terkait dapat ditarik
Pengelolaan
untuk didengar keterangan, sehingga asas audi et
Lingkungan
Hidup
telah
menentukan, bahwa : “Selain pidana
peneliti
berpendapat,
dibubarkan
sepatutnyalah
dan/atau
Pihak
alteram partem terpenuhi.
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini, terhadap badan usaha dapat
Akibat Hukum Pembubaran Melalui Penetapan Pengadilan
dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa : 162
Perseroan
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Ketentuan
mengenai
Pembubaran,
dicantumkan kata "dalam likuidasi" di belakang nama Perseroan.18
Likuidasi dan Berakhirnya Status Badan Hukum Perseroan di atur pada Pasal 142 s.d. Pasal 152
Dalam jangka waktu paling lambat 30
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
(tiga
Perseroan Terbatas.
pembubaran
Pasal 142 ayat (1) huruf c, menyatakan pembubaran
Perseroan
terjadi
puluh)
a. wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; dan b. Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi. 15 Apabila ketentuan pada huruf b dilanggar, Direksi,
anggota
Dewan
Surat
Komisaris, dan Perseroan bertanggung jawab secara
tanggung
pengangkatan,
renteng.
16
pemberhentian
Kabar
Mengenai sementara,
Pembubaran Perseroan melalui Penetapan
Tetapi
sejak
Negara
Republik
pengumuman. Sedangkan pemberitahuan kepada
dan
Menteri wajib dilengkapi dengan bukti:
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh pengadilan.
dan Berita
(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal
Perseroan kehilangan status badan hukum sampai
atau
wajib
sebagaimana dimaksud pada huruf d adalah 60
Pengadilan maupun RUPS tidak mengakibatkan
RUPS
likuidator
a. pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; b. nama dan alamat likuidator; c. tata cara pengajuan tagihan; dan d. jangka waktu pengajuan tagihan. Jangka waktu pengajuan tagihan
mutandis berlaku bagi likuidator.17
likuidasi
tanggal
memuat:
jawab, dan pengawasan terhadap Direksi mutatis
selesainya
Perseroan,
sejak
Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a
pemberhentian, wewenang, kewajiban, tanggung
dengan
terhitung
a. kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara mengumumkan pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia; dan b. pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi. Pemberitahuan kepada kreditor dalam
Perseroan melalui Penetapan Pengadilan :
anggota
hari
memberitahukan:
“berdasarkan
penetapan pengadilan”. Terhadap Pembubaran
maka
2009
a. dasar hukum pembubaran Perseroan; dan b. pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar.19
saat
pembubaran pada setiap surat ke luar Perseroan 15
Pasal 142 ayat (2). Pasal 142 ayat (5). 17 Pasal 142 ayat (6). 16
18 19
163
Pasal 143. Pasal 147.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Dalam hal pemberitahuan kepada kreditor
keberatan ditolak oleh likuidator, maka kreditor
dan Menteri belum dilakukan, pembubaran
dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri
Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga. Jika
dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam
likuidator lalai melakukan pemberitahuan, maka
puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan. 21
likuidator
secara
tanggung
renteng
dengan
Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai
Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang
dengan jangka waktu yang ditentukan, dan
diderita pihak ketiga.20
kemudian
ditolak
oleh
likuidator
dapat
Kewajiban likuidator dalam melakukan
mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam
pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari
proses likuidasi meliputi pelaksanaan:
terhitung sejak tanggal penolakan. Terhadap Kreditor yang belum mengajukan tagihannya
a. pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan; b. pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi; c. pembayaran kepada para kreditor; d. pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan e. tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan. Dalam hal likuidator memperkirakan
dapat mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran Perseroan diumumkan. Tagihan yang diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Dan terhadap sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan terdapat
bahwa utang Perseroan lebih besar daripada
tagihan
kekayaan Perseroan, maka likuidator wajib
kreditor,
negeri
memerintahkan likuidator untuk menarik kembali
mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali
sisa kekayaan hasil likuidasi yang telah dibagikan
peraturan perundang-undangan menentukan lain,
kepada pemegang saham. Dan pemegang saham
dan semua kreditor yang diketahui identitas dan
wajib
alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di
mengembalikan
sisa
kekayaan
hasil
likuidasi secara proporsional dengan jumlah yang
luar kepailitan. Tetapi, Kreditor juga dapat
diterima terhadap jumlah tagihan. 22
mengajukan keberatan atas rencana pembagian
Selanjutnya dalam hal likuidator tidak
kekayaan hasil likuidasi dalam jangka waktu
dapat melaksanakan kewajibannya, maka atas
paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak tanggal pengumuman. Apabila pengajuan
21 20
pengadilan
22
Pasal 148.
164
Pasal 149. Pasal 150.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
permohonan pihak yang berkepentingan atau atas
kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau
permohonan kejaksaan, ketua pengadilan negeri
hakim pengawas. Selanjutnya Menteri akan
dapat
mengumumkan berakhirnya status badan hukum
mengangkat
likuidator
baru
dan
memberhentikan likuidator lama. Pemberhentian
Perseroan
dalam
likuidator, dilakukan setelah yang bersangkutan
Indonesia. 24
Berita
Negara
Republik
dipanggil untuk didengar keterangannya. 23 Likuidator bertanggung jawab kepada
Kesimpulan
RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas
Bahwa Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
likuidasi Perseroan yang dilakukan. Sedangkan Kurator pengawas
bertanggung atas
jawab
likuidasi
kepada
hakim
Perseroan
yang
Tentang Perseroan Terbatas, tidak merumuskan secara jelas apakah Pasal 146 yang mengatur Pembubaran
dilakukan. Likuidator juga wajib memberitahukan
Partem” ataukah yurisdiksi voluntair yang
memberikan pelunasan dan pembebasan kepada
berbasis pada asas hukum “ex parte” atau “non
likuidator atau setelah pengadilan menerima
contentious procesrecht”. Sungguhpun demikian
pertanggungjawaban likuidator yang ditunjuknya.
pengaturan
Ketentuan ini juga berlaku bagi kurator yang diterima
Undang-Undang Undang
setelah semua ketentuan dipenuhi. Ketentuan ini
1970
Nomor
35
Tahun
1999
tentang
pengertian di dalamnya penyelesaian masalah yang bersangkutan dengan yurisdiksi voluntair”.
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
23
Tahun
kepada badan-badan peradilan mengandung
pengumuman dilakukan dalam jangka waktu likuidator
14
“Penyelesaian setiap perkara yang diajukan
Penggabungan,
Peleburan, atau Pemisahan. Pemberitahuan dan
pertanggungjawaban
Nomor
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, bahwa :
berlaku juga bagi berakhirnya status badan
tanggal
yurisdiksi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
menghapus nama Perseroan dari daftar Perseroan,
karena
adanya
pernah diatur berdasarkan Pasal 2 ayat (1)
berakhirnya status badan hukum Perseroan dan
Perseroan
tentang
contentiosa dan yurisdiksi voluntair sudah
oleh
hakim pengawas. Kemudian, Menteri mencatat
hukum
Pengadilan
berbasis pada asas hukum “Audi Et Alteram
proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS
telah
melalui
Negeri, menganut yurisdiksi contentiosa yang
kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir
pertanggungjawabannya
Perseroan
atau 24
Pasal 151.
165
Pasal 152.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
diterjemahkan oleh Tristam Moeliono, Jakarta: Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia.
Daftar Pustaka Abdulkadir Muhammad, 2002. Hukum Perusahaan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Peraturan dan Perundang-Undangan Amandemen Undang-Undang Dsaar 1845. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang –Undang Nomor Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Perubahannya UU No. 9 Tahun 2004. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan.
Barda Nawawi Arief, 1994. Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: RajaGrafindo Persada. A.F. Elly Erawaty, 2003. Globalisasi Ekonomi dan Perdagangan Bebas: Suatu Pengantar” dalam Aspek Hukum dari Perdagangan Bebas: Menelaah Kesiapan Hukum Indonesia dalam Melaksanakan Peragangan Bebas, diedit oleh Ida Susanti dan Bayu Seto, Bandung: Citra Aditya. Chatamarrasjid Ais, 2003. Badan Hukum Yayasan Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perilindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hukum Acara Perdata (HIR dan Rbg).
Erman Rajagukguk, 1997. Peranan Hukum dalam Pembangunan pada Era Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar diucapkan pada upacara penerimaan guru besar bidang hukum di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
Esmi Warassih, 2005. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang: PT. Suryandaru Utama. Munir Fuady, 2003. Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: PT Citra Aditya Bakti H.S. Kartadjoemena, 2000. Substansi Perjanjian GATT/WTO dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa: sistem, kelembagaan, prosedur implementasi, dan kepentingan negara berkembang. Jakarta: UI Press. Jan Michiel Otto, 2003. Kepastian Hukum di Negara Berkembang [Reële Rechtszekerheid in ontwikkelingslanden], 166
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Rancang Bangun Hukum Tata Negara Terimbas Politik (Analisis Pembaharuan Hukum Indonesia Dari Sisi Hukum Tata Negara) Oleh : Turiman Fachturahman Nur
Abstrak Para calon-calon yuris dan/atau yuris mulai melakukan dobrakan yang tentunya tetap berada pada koridor hukum yang berlaku. Keberadaan suatu lembaga yang bernama Mahkamah Konstitusi telah memberikan ruang bagi kita untuk melakukan pengawasan hukum terhadap produk-produk hukum yang telah dihasilkan dari suatu ranah politik. Perlu diingat bahwa stigma yang ada sekarang, yaitu kebobrokan hukum Indonesia merupakan cambukan bagi kita semua, seiring berjalannya waktu stigma itu dapat kita rubah sepanjang kita orang-orang hukum dapat menggerakkan suatu sistem hukum nasional ke arah kelompok 3, hal ini sangat mungkin terjadi sepanjang para calon-calon yuris dan/atau yuris selalu berpegang pada suatu makna yang terkandung dalam hukum itu sendiri. Abstract The future jurists and / or jurists began a breakthrough that would remain in the corridors of the law.The
existence of an institution called the supreme high court has provided a space for us to conduct legal surveillance to legal products that have resulted from a political sphere. Keep in mind that the existing stigma that Indonesian law dilapidation was a whip for us all, as time goes along, we could change that stigma as we –the legal people- could mobilize a national legal system toward a group of three. It was most likely to occur during the future jurists and / or jurists always adhere to a meaning that is contained in the law itself.
25
Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak
167
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Pendahuluan
saat ini tetapi dengan konsekuensi Indonesia
Pergeseran Penegakan hukum tata negara
sebagai sebuah negara tidak pernah bisa memutus
Lahirnya
berbagai
kebijakan
mata rantai pelanggaran HAM di masa lalunya,
yang
dimana kebijakannya yang mengorbankan banyak
menimbulkan penolakan keras dari banyak
kaum marginal terus berlanjut, wacana di atas
komunitas lokal di tanah air, tentu menuju ke
adalah sekelumit yang ditengarai oleh Prof.
suatu pertanyaan, dimana letak penghargaan atas
Soetandyo Wignjosoebroto Guru Besar Fakultas
kebhinnekaan dalam agenda pembaharuan hukum
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga dan
di Indonesia? Jawabannya bisa diperoleh dari
Ketua Badan Pengurus HuMa26
keberadaan aturan-aturan baik di tingkat daerah
Ketika
maupun di level nasional yang justru menolak
kebijakan
itu
diformulasikan
kemajemukan bangsa Indonesia. Artinya, ide
kedalam sebuah peraturan perundang-undangan,
pembaharuan hukum masyarakat Indonesia baru
misalnya dalam bentuk produk yang nama
justru menuju ke pemaksaan kaidah sosial
Undang-Undang ada anggapan yang berkembang
masyarakat tertentu kepada masyarakat lain yang
dikalangan pakar ilmu politik, bahwa materi
memiliki nilai dan kebutuhan hukum yang
muatan undang-undang itu sebenarnya
berbeda. Apa yang terjadi disini adalah sebuah
dari sebuah proses politik dalam hal ini kalangan
pengulangan terhadap pola-pola kebijakan lama
DPR
di era regim hukum Orde Baru yang menerima
konstruksi materi muatan rancangan undang-
begitu saja keutamaan kekuasaan politik dan
undang yang sudah disusun berdasarkan asas-asas
mendepak desakan pembaharuan hukum yang
hukum menjadi berantakan strukturnya, karena
dituntut
pasal-pasal ”diprereli satu persatu” dan atau
oleh
komunitas
marginal
seperti
bersama
Pemerintah
dan
proses
kadangkala
formulasi norma dirubah berdasarkan sebuah
masyarakat adat, perempuan dan anak-anak.
kepentingan atau ”pesanan” kekuatan di infra
Dengan berkaca pada situasi ini maka
struktrur politik.
masyarakat baru Indonesia memiliki dua pilihan: untuk
Selaras dengan ini Prof. Dr Komaruddin
menjadi
Hidayat menyatakan: ”sebuah demokrasi akan
pluralisme hukum. Hal ini bertujuan untuk
memperkuat negara, kalau parpolnya sehat,
mencegah resistensi dan korban yang lebih
Parpol sehat kalau diisi oleh para politisi yang
Pertama,
mereview
mengakomodasi
kebijakan
pluralitas
lama
sosial
banyak bagi komunitas. Kedua, tetap bergerak 26
dalam alur perubahan sebagaimana telah dijalani
Prof Dr Soetandyo Wignjosoebroto, FORUM KEADILAN: N0. 09, 25 Juni 2006
168
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak pintar
dan berkualitas.
Tetapi kalau DPR
terhadap peran hukum sebagai alat
untuk
politisinya tidak berkualitas, maka UU yang
mendinamisasikan masyarakat, sehingga fungsi
dijahit ibarat baju, setelah jadi dipakai terasa
cita hukum dalam negara berubah dalam arti
sesak.
dapat
Mungkin anda berpendapat apakah UU
Produk DPR selama ini ibarat baju yang pas
mengakomodasi
semua
dinamika
masyarakat yang kompleks seperti Indonesia.
dipakai”27
Dengan demikian hukum sebagai suatu
Paparan diatas memberikan pemahaman
proses tidak dapat dilihat sebagai suatu perjalanan
yang keliru, bahwa hukum itu sama dengan
penetapan peraturan –peraturan hukum saja.
undang-undang, sedangkan hukum itu tidak dapat
Melainkan, hukum sebagai proses perwujudan
dipungkiri bahwa hukum itu pada dasarnya tidak
tujuan sosial hukum, dengan kata lain yang
begitu saja jatuh dari langit, tetapi dibuat oleh
tengah berlangsung dalam perjalanan penetapan
manusia dan selalu berada dalam lingkup sosial
peraturan itu adalah proses penetrasi dari sektor-
tertentu, itu artinya hukum tidak hadir dan
sektor kehidupan masyarakat.
bergerak diruang hampa dan berhadapan dengan
Berkaitan dengan hal yang demikian itu,
hal-hal yang abstrak, melainkan selalu berada
Bredermeier berpendapat bahwa didalam sistem
pada tatanan sosial tertentu dalam lingkup-
sosial dijumpai bekerja 4 (empat) proses-proses
lingkup manusia yang hidup, pemahaman yang
fungsional
demikian itu menggugah sebagian besar pemikir
perwujudan tujuan (3) mempertahankan pola dan
dan penstudi hukum untuk melihat hukum tidak
(4) integrasi. Keempat proses itu saling kait
dalam sebuah norma an sich. Para penganut
mengkait
perspektif ini berpendirian bahwa hanya dengan
memberikan input. Setiap sub proses memperoleh
cara itulah kita dapat melihat ”wajah hukum”
input dari ketiga lainnya. Sementara sub Proses
secara sempurna.
28
utama,
dan
yaitu:
secara
(1)
timbal
adaptasi
balik
(2)
saling
memperoleh input dari ketiga lainnya. Sementara
Memaknai hukum pada tataran seperti itu
itu output dari salah satu proses itu juga akan
tentunya kita mengharapkan bahwa penyusunan
menjadi input bagi sub proses yang lain.
peraturan perundang-undangan yang bersifat
Semua
demokratis seharusnya adalah mempresentasikan
itu
menunjukkan
bahwa
pemanfaatan hasil studi ilmu-ilmu sosial di dalam studi hukum nampaknya sangat diperlukan.
27
Prof Dr Komarudin Hidayat, Makalah “Memantapkan Kehidupan Demokrasi Dalam Masyarakat Pluralisme, 2009 28 Prof Dr Esmi Warassih, SH.MS Pranata Hukum sebuah telaah Sosiologis, PT Suryadaru Utama, Semarang, 2005
Barang tentu ini tidak dapat
terjadi
bila
paradigma berpikir yang kita ikuti masih tetap 169
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak bertumpu pada aliran analisis –positivitis. Pada
Penegakan
hukum
tegaknya
proses
dilakukannya
dapat dipisahkan dari realitas sosial yang ada.
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata
Sehingga dalam beberapa hal tugas-tugas yang
sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau
menyangkut pelaksanaan keadilan memerlukan
hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan
keahlian-keahlian yang bersifat non hukum, yang
bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau darui
seringkali belum dikuasai benar para petugas
sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat
hukum yang ada pada saat ini, Untuk itu, para
dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula
penstudi hukum perlu menguasai ilmu-ilmu sosial
diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu
agar dapat menambah pemahaman mengenai
melibatkan semua subyek hukum dalam setiap
hubungan hukum dan realitas sosial didalam
hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan
masyarakat modern dan demokratis ini, tentu ada
aturan normatif atau melakukan sesuatu atau
benarnya apa dinyatakan Prof Dr Satjipto
tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan
Raharjo, dalam bukunya ” pemanfaatan ilmu-
diri pada norma aturan hukum yang berlaku,
ilmu sosial bagi pengembangan ilmu hukum, jika
berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan
pendapat ini diaplikasikan dalam analisis Hukum
hukum. Dalam arti sempit, dari segi subyeknya
Tata Negara, seharusnya hukum tata negara tidak
itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai
hanya menggunakan pendekatan normatif saja,
upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk
tetapi pendekatan sosio-politik, ini artinya adanya
menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu,
pergeseran analisis hukum tata negara bagi para
apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
penstudi ilmu hukum tata negara.
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
pemerhati ilmu politik
untuk
adalah
tataran inilah kita menyadari, bahwa hukum tidak
Adalah menarik ketika ada anggapan para
upaya
2009 atau
Pengertian penegakan hukum itu dapat
menyatakan sebuah
pula ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi
pendapat, bahwa sesungguhnya hukum dalam
hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga
bentuk
perundang-undangan,
mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam
khususnya Undang-Undang adalah hasil dari
arti luas, penegakan hukum itu mencakup pada
proses
bagaimana
nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya
menjelaskan pendapat ini dari sisi hukum tata
bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan
negara & bagaimana pula penegakan hukumnya ?
yang hidup dalam masyarakat. Tetapi dalam arti
peraturan politik,
pertanyaannya
sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut
170
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak penegakan peraturan yang formal dan tertulis
formil yang sempit maupun dalam arti materil
saja. Karena itu, penerjemahan perkataan “Law
yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap
enforcement” ke dalam bahasa indonesia dalam
perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum
menggunakan perkataan “Penegakan Hukum”
yang
dalam arti luas dapat pula digunakan istilah
penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan
“Penegakan
kewenangan
Peraturan”
dalam
arti
sempit.
bersangkutan
maupun
oleh
oleh
aparatur
Undang-undang
untuk
Pembedaan antara formalita aturan hukum yang
menjamin berfungsinya norma-norma hukum
tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam
bernegara.
bahasa inggris sendiri dengan dikembangkannya
pembahasan kita tentang penegakan hukum dapat
istilah “the rule of law” atau dalam istilah “ the
kita tentukan sendiri batas-batasnya Apakah kita
rule of law and not of a man” versus istilah “ the
akan membahas keseluruhan aspek dan dimensi
rule by law” yang berarti “the rule of man by
penegakan hukum itu, baik dari segi subyeknya
law” Dalam istilah “ the rule of law” terkandung
maupun
makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan
membahas hal-hal tertentu saja, misalnya hanya
dalam artinya yang formal, melainkan mencakup
menelaah aspek-aspek subyektif saja. Makalah ini
pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di
memang sengaja dibuat untuk memberikan
dalamnya. Karena itu, digunakan istilah “ the rule
gambaran saja mengenai keseluruhan aspek yang
of just law”. Dalam istilah “the rule of law and
terkait dengan tema penegakan hukum itu.
Dari pengertian yang
obyeknya
atau
kita
luas
batasi
itu,
haya
not of man”, dimaksudkan untuk menegaskan
Seperti disebut di muka, secara obyektif,
bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu
norma hukum yang hendak ditegakkan mencakup
negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum,
Pengertian hukum formal dan hukum materiil.
bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah “the
Hukum formal hanya bersangkutan dengan
rule
peraturan perundang-undangan yang tertulis,
by
law”
yang
dimaksudkan
sebagai
pemerintahan oleh orang yang menggunakan
sedangkan
hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.
pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
Dengan uraian diatas jelaslah kiranya
hukum
materiil
mencakup
pula
masyarakat. Dalam bahasa yang tersendiri,
bahwa yang dimaksud dengan penegakan hukum
kadang-kadang
itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan
pengertian penegakan hukum dengan penegakan
untuk menjadikan hukum, baik dalam artian
keadilan.
171
orang
membedakan
antara
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan
berisikan
penegakan
keadilan
2009 itu
sendiri,
pengertian pengertian “law enfocement” dalam
sehingga penegakan hukum dan penegakan
arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam
keadilan merupakan dua sisi dari mata uang yang
arti
sama.
hukum
materil,
diistilahkan
dengan
penegakan keadilan. Dalam bahasa Inggris juga terkadang dibedakan antara konsepsi “court of
Indentifikasi Permasalahan
law” dalam arti pengadilan hukum dan “court of
Berdasarkan paparan diatas pertanyaan ilmiahnya
justice” atau pengadilan keadilan. Bahkan dengan
adalah
semangat yang sama pula, Mahkamah Agung di
analisis
pergeseran
Pembaharuan dari sisi Hukum Tata Negara ?
Amerika serikat disebut dengan istilah “Supreme
Adapun identifikasi permasalahannya adalah berikut
Court of Justice”. Istilah-istilah
bagaimana
ini.
itu
dimaksudkan
untuk
Bangsa Indonesia menghadapi suatu masalah
menegaskan bahwa hukum yang harus ditegakkan
serius yang harus dilalui dalam menjalankan agenda
itu pada intinya bukanlah norma aturan sendiri,
reformasi ini. Sudah terlampau banyak konsep dan
melainkan nilai-nilai keadilan yang terkandung
gagasan para pakar untuk mengatasinya, tetapi
didalamnya.
yang
ternyata belum sepenuhnya membawa hasil optimal
membedakan antara tugas hakim dalam proses
ke arah penyelesaian yang kongkrit. Karena pada
pembuktian dalam perkara pidana dan perdata.
umumnya, mereka melihat berbagai peristiwa dan
Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim
permasalahan bangsa dari sudut pandangnya sendiri-
cukup
Memang
menemukan
ada
bukti
doktrin
formil
sendiri, jarang yang berpikir secara sistemik, melalui
belaka,
pendekatan yang lebih menyeluruh dan komprehensif.
sedangkan dalam perkara pidana barulah hakim
Hal ini membuktikan bahwa penyelesaian krisis yang
diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran
menimpa bangsa Indonesia, diperlukan alternatif
materil yang menyangkut nilai-nilai keadilan
pendekatan
yang
lebih
relevan
yang
mampu
yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana.
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang ada.
Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri
Dengan bertitik tolak dari kerangka pemikiran filsafat
memang seharusnya mencari dan menemukan
hukum yang bercirikan mendasar, rasional, reflektif
kebenaran materil untuk mewujudkan keadilan
dan komprehensif, diharapkan dapat membantu semua
materiil. Kewajiban demikian berlaku, baik dalam
pihak dapat bersikap lebih arif dan tidak terkotak-
bidang pidana maupun perdata. Pengertian kita
kotak
tentang penegakan hukum sudah seharusnya
menemukan akar masalahnya. Tahap selanjutnya
172
keilmuannya
yang
memungkinkan
dapat
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat dalam
Ekses-ekses
mengatasi krisis yang menerpa bangsa Indonesia.
Sudah banyak lontaran gagasan dikemukakan oleh banyak kalangan, mulai dari para pejabat pemerintah,
baru runtuh dari panggung kekuasaan politik pada
tokoh masyarakat, tokoh agama, ilmuwan dan lain-
penghujung Mei 1998. Seperti yang diprediksikan
lain untuk memberikan jalan keluar (solution)
oleh banyak pihak, reformasi ini memerlukan proses
terhadap krisis yang tengah dihadapi masyarakat.
yang cukup panjang dan tidak mungkin mengubah
Bermacam-macam teori dan retorikapun dikemukakan
segala sesuatunya secara cepat sesuai dengan tuntutan
untuk meyakinkan masyarakat. Akan tetapi pada
dan keinginan yang diharapkan rakyat. Bahkan untuk
umumnya, mereka melihat berbagai peristiwa dan
mereformasi berbagai tatanan kehidupan bangsa yang
permasalahan bangsa dari kacamatanya atau sudut
sudah lama tertanam lebih dari tiga dasawarsa
pandangnya sendiri-sendiri, jarang yang berpikir
mudah serta
secara sistemik, melalui pendekatan yang lebih
membutuhkan pengorbanan yang amat besar dari
menyeluruh dan komprehensif. Tidak mengherankan
rakyat dan bangsa Indonesia. Tidak sekedar berupa
kalau banyak pakar politik, pakar hukum, pakar
harta benda, pikiran maupun tenaga, tetapi nyawa-
ekonomi
nyawa anak bangsapun banyak berguguran di bumi
dan
sebagainya
berlomba-lomba
mengemukan pendapatnya sesuai dengan versinya
pertiwi tercinta ini.
masing-masing.
Bangsa Indonesia menghadapi suatu masalah
Banyaknya konsep dan gagasan di atas,
serius yang harus dilalui dalam proses reformasi ini,
ternyata belum sepenuhnya membawa hasil optimal
mulai dari krisis moneter yang berkembang menjadi
ke arah penyelesaian yang kongkrit. Justru masyarakat
krisis ekonomi, meletusnya berbagai kerusuhan,
awam yang hidup serba miskin fasilitas, menjadi
mencuatnya kembali pertentangan etnis dan agama,
semakin bingung harus mengikuti pendapat yang
munculnya kelompok-kelompok kepentingan yang
mana, karena semua pendapat selalu mengaku yang
saling berebut pengaruh dan sebagainya. Langsung
terbaik, meskipun dalam praktik ternyata sulit pula
maupun tidak langsung tentu amat berpengaruh stabilitas
merugikan
dan sedapat mungkin harus dicarikan jalan keluarnya.
reformasi dijalankan bangsa Indonesia, sejak orde
terhadap
yang
tersebut tentunya tidak diharapkan oleh masyarakat
Sudah hampir satu dasa warsa lamanya proses
merupakan pekerjaan yang tidak
reformasi
negara
dan
untuk
ketentraman
diaplikasikan
membuktikan
masyarakat. Masyarakat menjadi resah, trauma dan
bahwa
(non
aplicable).
penyelesaian
Hal
krisis
ini yang
menimpa bangsa Indonesia, diperlukan alternatif
merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupan
pendekatan
sehari-harinya, terutama yang terjadi di kota-kota
yang
lebih
relevan
yang
mampu
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang ada.
besar yang potensial memunculkan aksi kerusuhan
Betapapun memang harus diakui bahwa untuk
massa.
memberikan jalan keluar dari krisis ini tidak mudah, 173
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak karena
begitu
kompleks
permasalahan
2009
krisis yang terjadi dalam masyarakat kita pasca
yang
melatarbelakanginya.
reformasi. Untuk membahas dan mencermati permasalahan tersebut, dalam tulisan ini akan
Bagaimana
Multi
Player
Efek-nya
diuraikan
dalam
kenyataan
tinjauan
ontologis,
epistemologis dan aksiogis ilmu hukum, ruang
Pendidikan Hukum ?
Melihat
tentang
tersebut,
lingkup objek pengkajian filsafat hukum, serta
sudah
urgensi dan relevansinya filsafat hukum dalam
selayaknya kalangan dunia pendidikan tinggi
membantu
harus mencoba mencari alternatif yang tepat
menyelesaikan
krisis
yang
multidimensional ini.
untuk diterapkan mengatasi krisis yang menimpa
Tinjauan ontologis, epistemologis dan
bangsa Indonesia ini. Dalam kaitan inilah, para pakar, kaum akademisi maupun para praktisi
aksiologis
terutama yang berbasis pendidikan tinggi hukum,
kecenderungan dalam ilmu hukum, ternyata ada
sebenarnya dapat ikut berpartisipasi memberikan
dua kecenderungan yang sedang terjadi, yakni :
peran dan sumbangan pemikirannya terhadap
(1) ilmu hukum terbagi-bagi ke dalam berbagai
situasi dan kondisi krisis yang dihadapi bangsa
bidang yang seolah-olah masing-masing berdiri
Indonesia saat ini. Dalam hal ini, para sarjana
sendiri, (2) ilmu hukum menumpang pada bidang
hukum tentunya tidak sekedar melihat persoalan
ilmu lain sehingga seolah-olah bukan merupakan
dari pedekatan hukum dalam arti normatif
suatu ilmu yang berdiri sendiri. Kecenderungan
semata, tetapi dapat ditempuh dengan pendekatan
pertama terlihat dengan terbentuknya ilmu hukum
yang lebih mendasar, rasional, reflektif dan
ke dalam ilmu yang bersifat normatif, ilmu yang
komprehensif melalui pengkajian dan analisis
bersifat empiris dan ilmu yang bersifat filosofis.
filsafati, terutama bertitik tolak dari kerangka
Terkadang para penganut ketiga bidang ilmu
tinjauan filsafat hukum.
hukum itu masing-masing saling menafikan.
Apabila
dilihat
kentalnya sikap yang menganologikan ilmu
adalah bagaimanakah peran dan sumbangan yang diberikan filsafat
hukum
Kecenderungan kedua tampak dengan semakin
Permasalahan yang kemudian muncul dapat
ilmu
hukum dengan sosiologi hukum dan antropologi
hukum dalam era
hukum.
reformasi. Dalam wujud apakah filsafat hukum
Kecenderungan
memberikan kontribusinya. Kemudian apakah
ilmu
hukum
tersebut
mungkin filsafat hukum dijadikan salah satu
sudah tentu mengurangi kemampuan ilmu hukum
terapi untuk membantu memecahkan berbagai
dalam perkembangannya dan dalam menghadapi 174
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak masalah-masalahnya. Adanya ilmu hukum yang
Dalam hal ini ada aliran yang mengatakan bahwa
bersifat integratif merupakan suatu kebutuhan.
segala sesuatu bersifat materi (alls being is
Hal ini karena adanya kelemahan yang dijumpai
material) , sementara pendapat lain menyebutkan
dalam ilmu hukum yang murni secara teoritis
bahwa semua yang ada bersifat sebagai roh atau
semata-mata (normative) maupun ilmu hukum
spirit (alls being is spirit) . Pandangan ini
yang terapan semata-mata (empiris). Integralitas
menentukan bagaimana atau dengan kacamata
ilmu adalah kebalikan dari spesialisasi dalam
apa seseorang (subjek) melihat suatu objek
ilmu. Spesialisasi ilmu dalam perkembangan ilmu
tertentu.
merupakan bukti dari kemajuan karena ilmu
tentang syarat-syarat dan kaidah-kaidah apa yang
menjadi berkembang semakin kaya. Tetapi
harus dipenuhi oleh suatu objek tertentu. Hal ini
spesialisasi ilmu dalam ilmu hukum menjadi
berkaitan dengan cara, metode atau pendekatan
steril dan dangkal. Mungkin ilmu hukum dapat
apa yang akan digunakan untuk melihat objek itu.
berkembang
menangkap
Selanjutnya tinjauan aksiologis adalah melihat
hakekat yang lebih menyeluruh dari kenyataan
bagaimana aksi atau pelaksanaan dari sesuatu.
yang dihadapi.
Dengan kata lain bagaimana pengaruh dan
tetapi
tidak
dapat
Tinjauan
kemanfaatan
Seolah-olah seperti orang buta yang
epistemologis
(utility)
suatu
menyoroti
objek
bagi
menangkap ekor disangka itulah gambaran gajah
kepentingan hidup manusia. Tinjauan aksiologis
atau seperti halnya melihat bagian sisi saja dari
tak dapat dilepaskan dari persoalan nilai (value)
mata uang dan melupakan sisi lainnya. Ilmu
yang dianut dan mendasari suatu objek tertentu.
hukum mempunyai objek kajian hukum. Sebab
a. Tinjauan Ontologis
itu kebenaran hukum yang hendak diungkapkan
Secara umum ada tiga hal yang dapat
oleh ilmuwan hukum berdasarkan pada sifat-sifat
dipelajari dari hukum, yaitu : (1) nilai-nilai
yang melekat pada hakekat hukum. Untuk
hukum, seperti keadilan, ketertiban, kepastian
membicarakan hakekat hukum secara tuntas,
hukum dan lain-lain, (2) kaidah-kaidah hukum
maka
yang
berupa kaidah yang tertulis maupun tidak tertulis,
mendasarinya, yaitu tinjauan ontologis, tinjauan
kaidah yang bersifat abstrak maupun nyata, (3)
epistemologis dan tinjauan aksiologis.
perilaku hukum atau dapat juga disebut kenyataan
perlu
diketahui
tiga
tinjauan
Tinjauan ontologis membicarakan tentang keberadaan
sesuatu
(being)
atau
hukum atau peristiwa hukum. Secara umum
eksistensi
filsafat
(existence) sebagai objek yang hendak dikaji.
hukum mengkaji nilai-nilai hukum,
sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi 175
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
hukum, dan lain-lain serta mengkaji perilaku
benar. Untuk mencari keadilan yang benar itu
hukum. Sedang kaidah hukum dikaji oleh bidang
maka ditentukanlah cara untuk mencarinya yang
yang disebut normwissenschaf atau ilmu tentang
disebut metode. Metode ilmu hukum ditentukan
kaidah.
oleh aspek ontologis dan aksiologis dari hukum. Titik sentral pengkajian dan penelitian
Konsep mengenai metode dan ilmu bersifat
ilmu hukum adalah kaidah-kaidah hukum. Ilmu
universal. Artinya, untuk bidang apa saja atau
hukum tidak dapat dipisahkan dari kaidah hukum.
untuk jenis ilmu manapun adalah sama, tetapi
Tetapi persoalannya adalah dalam posisi dan
pengaruh dari obyek suatu ilmu tentu tak dapat
situasi kaidah hukum yang bagaimana yang
dihindarkan. Sebab itu hakekat hukum dan fungsinya dalam praktek tak dapat dihindari
menjadi perhatian dari ilmu hukum. Sosiologi hukum dan antropologi hukum mempelajari
berpengaruh dalam menentukan metode yang
perilaku hukum sebagai kenyataan hukum. Kedua
digunakan dalam ilmu hukum.
bidang ilmu hukum ini tidak bisa dilepaskan dari
Apabila melihat hakekat hukum, ilmu
adanya kriteria bahwa perilaku atau kenyataan itu
hukum tidak didasarkan pada empirisme atau
sudah bersifat normatif. Jadi harus ada ukuran
rasionalisme saja, karena gejala hukum tidak
bahwa bidang penelitian itu bersifat normatif.
hanya berupa hal yang dapat diserap oleh indra
Dalam filsafat hukum, nilai-nilai yang dikajipun
atau pengalaman manusia berupa perilaku hukum
harus bersifat normatif. Ciri yang umum dari
saja tetapi juga berisi hal-hal yang tak terserap
kaidah hukum ialah adanya legitimasi dan sanksi.
oleh indra manusia, yakni nilai-nilai hukum.
Tanpa terbagi-bagi ke dalam bidang-bidang
Kebenaran yang dapat dicapai oleh ilmu hukum
kajian, ilmu hukum dengan sendirinya sudah
ialah apabila disadari adanya penampakan dari
mengkaji nilai, kaidah dan perilaku. Yang
obyek dan seraya menyadari pula arti dibelakang
berbeda antara satu kajian dengan kajian lain
obyek tersebut. Secara hakekat, ilmu hukum
ialah kadar, intensitas atau derajat di anatara
berusaha untuk menampilkan hukum secara
ketiga hal tersebut.
integral. Oleh karenanya metode ilmu hukum harus bersifat integral pula. Dalam ilmu hukum pada waktu sekarang sering dibedakan antara
b. Tinjauan Epistemologis
metode normatif, metode sosiologis dan metode
Ilmu hukum sebagai ilmu bertujuan untuk
filosofis.
mencari kebenaran atau tepatnya keadilan yang
Metode
penemuan
hukum
(rechtsvinding) bukan metode ilmu hukum karena 176
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak metode
penemuan
hukum
hanya
2009
dapat
tersebut tidak mutlak dipergunakan secara padu.
dipergunakan dalam praktek hukum. Penentuan
Yang menjadi ukuran dalam penggunaan metode
penggunaan metode sosiologis dan metode
ialah situasi, kepentingan, kebutuhan dan biaya.
filosofis tergantung pada kadar atau intensitas
Ilmu hukum akan mempunyai kewibawaan
kaidah yang diteliti, sebab tidak semua kaidah
dan kekuatannya apabila bersifat integral dalam
memerlukan analisa
aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis.
baik
filosofis
maupun
sosiologis. Dalam
Sebab itu yang diperlukan dalam ilmu hukum perkembangannya,
karena
para
ialah sintesis dari metode-metode, sehingga ilmu
ilmuwan hukum tidak puas dengan metode yang
hukum memiliki suatu metode yang mempunyai
ada, maka muncullah metode multi disipliner atau
ciri khas. Ilmu hukum adalah suatu sistem.
disipliner, yang merupakan perwujudan dari
Sebagai
logika
merupakan
hipotiko-deduktif-verifikatif.
Dalam
suatu
sistem,
suatu
ilmu
hukum
kebulatan
dari
harus seluruh
metode ini suatu masalah berusaha dipecahkan
komponen atau subsistem yang satu sama lainnya
atau didekati dari berbagai disiplin baik yang
saling berhubungan.
termasuk deduktif maupun induktif. Istilah hipotiko deduktif menempatkan kaidah hukum
c. Tinjauan Aksiologis
sebagai hal yang mentah yang perlu untuk
Ilmu hukum bersifat dinamis. Ilmu hukum
dimasukkan kedalam proses “verifikasi” untuk dibuktikan kebenarannya. Dengan mengadakan
mempunyai
verifikasi maka suatu hipotesa atau teori seakan-
dibanding dengan bidang-bidang hukum yang
akan dicocokkan dengan fakta-fakta. Menurut
lain. Secara aksiologis, peran dan fungsi dari ilmu
Popper, bukan verifikasi yang menjadi kriterium
hukum antara lain seperti diuraikan dibawah ini:
demarkasi antara yang ilmu dan bukan ilmu tetapi
Pertama,
ialah falsifikasi, yakni kemampuan menyangkal
pembentukan
kesalahan.
perundang-undangan. Hasil-hasil penelitian ilmu
Dengan
demikian
mengganti verifikasi yang
Popper
bersifat
telah
induktif
hukum
dengan falsifikasi yang deduktif.
peran
ilmu
dan
hukum
hukum
menjadi
fungsi
yang
berpengaruh melalui
masukan
untuk
khas
dalam
penyusunan menyusun
rancangan peundang-undangan.
Secara epistemologis, metode hipotiko-
Kedua, ilmu hukum berpengaruh dalam praktek
deduktyif-verifikatif dinggap ideal, tetapi dalam
hukum atau pelaksanaan hukum. dalam rangka
praktek penerapannya menjadi pragmatis. Metode
peradilan, seorang hakim atau lebih sering 177
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak memutuskan
perkara
dengan
mengambil
bersifat
komprehensif.
Hasil
2009 sistematisasi
pendapat ahli hukum yang berwibawa sebagai
menyajikan informasi yang memudahkan. Ilmu
salah satu dasar pertimbangannya. Begitupun
hukum
juga jaksa dan pengacara sering mengambil
pertimbangan.
pendapat
penguat
sejumlah peraturan tidak cukup bermakna. Semua
argumentasinya dalam mengajukan tuntutan dan
itu harus dianalisa. Analisa atas suatu peraturan
pembelaannya.
akan memudahkan pemahaman atas peraturan itu.
Ketiga,
ahli
ilmu
hukum
hukum
sebagai
menyajikan Adanya
pertimbangan-
sejumlah
data
dan
dalam
Dan selanjutnya, ilmu hukum mempunyai
pendidikan hukum. Pendidikan hukum yang
fungsi sebagai pencerah terhadap kebekuan yang
formal yakni di bangku sekolah dan yang
melanda dunia hukum.
informal di tengah masyarakat lewat media massa
diabaikan bukan semata-mata demi hukum tetapi
dan penyuluhan-penyuluhan sangat dipengaruhi
untuk
oleh ilmu hukum. Seorang mahasiswa di didik
terwujudnya keadilan yang diridhloi oleh Tuhan
oleh seorang pengajar yang mempunyai status
Yang Maha Esa. Sebab itu dalam situasi hukum
sebagai ahli
yang legalistis dan beku, maka ilmu hukum
hukum.
berpengaruh
juga
Seorang ahli
hukum
sesuatu
yang
lebih
mempunyai wawasan yang khas dan pernah
berfungsi
sekurang-kurangnya meneliti hukum. Kualitas
mengajukan
pengajar akan menentukan kualitas dari mereka
kemungkinan-kemungkinan baru.
yang diajar.
Ahli
memberikan
Hukum adakalanya mulia
yakni
pencerahan
dengan
pemikiran-pemikiran
dan
hukum
Belanda
Kan,
mendefinisikan
perkembangan dari bidang-bidang yang lainnya.
ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat
Dalam suatu sistem hukum yang berusaha untuk
memaksa,
mengatur segala hal atau segala bidang, maka
kepentingan orang dalam mayarakat. Pendapat
sistem
dan
tersebut mirip dengan definisi dari Rudolf von
interventif. Sebab itulah bidang-bidang yang
Ihering, yang menyatakan bahwa hukum bahwa
diatur itu memerlukan suatu kejelasan atas
hukum adalah keseluruhan norma-norma yang
pengaturan
tersebut.
memaksa yang berlaku dalam suatu negara. Hans
untuk
Kelsen menyatakan hukum terdiri dari norma-
Kelima,
ilmu
itu
bersifat
hukum
progressif
berusaha
yang
sebagai
van
Keempat, ilmu hukum akan berpengaruh atas
seperti
hukum
J.
melindungi
keseluruhan kepentingan-
mengadakan sistematisasi. Bahan-bahan yang
norma bagaimana orang harus
tercerai berai disatukan dalam suatu susunan yang
Pendapat ini di dukung oleh ahli hukum 178
berperilaku.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Indonesia,
Wiryono
Prodjodikoro,
yang
pribadi
yang
merupakan
2009
kalangan
yang
menyatakan hukum adalah rangkaian peraturan
berhubungan erat dengan penegakan hukum (law
mengenai tingkah laku orang-orang sebagai
enforcement officer) ; (6) keputusan penguasa,
anggota suatu masyarakat, sedangkan satu-
yakni
satunya tujuan dari hukum ialah menjamin
pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik
keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib dalam
antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan;
masyarakat
itu. Selanjutnya Notohamidjoyo
(8) sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang
berpendapat bahwa hukum adalah keseluruhan
teratur, yakni perikelakuan yang diulang-ulang
peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang
dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk
biasanya bersifat
memaksa untuk kelakuan
untuk mencapai kedamaian; (9) jalinan nilai-nilai,
manusia dalam masyarakat negara serta antar
yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak
negara, yang berorientasi pada dua asas, yaitu
tentang apa yang dianggap baik dan buruk.
hasil
keadilan dan daya guna, demi tata tertib dan
proses
diskresi
;
(7)
proses
Dalam konstelasi negara modern, hukum
kedamaian dalam masyarakat.
dapat difungsikan sebagai sarana rekayasa sosial
Definisi-definisi tersebut menunjukkan
(law as a tool of social engineering).29 Roscoe
betapa luas sesungguhnya hukum itu. Keluasan
Pound menekan-kan arti pentingnya hukum
bidang hukum itu dilukiskan oleh Purnadi
sebagai sarana rekayasa sosial ini, terutama
Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dengan
melalui mekanisme penyelesaian kasus oleh
menyebutkan sembilan arti hukum. Menurut
badan-badan peradilan yang akan menghasilkan
mereka, hukum dapat diartikan sebagai : (1) ilmu
jurisprudensi. Konteks sosial teori ini adalah
pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun
masyarakat dan badan peradilan di Amerika
secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran;
Serikat.
(2) disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang
Dalam konteks keIndonesiaan,
fungsi
kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi ; (3)
hukum
norma, yakni pedoman atau patokan siakap tindak
Kusumaatmadja
atau perikelakuan yang pantas atau diharapkan;
pendorong pembaharuan masyarakat.30 Sebagai
demikian
itu, diartikan
oleh sebagai
Mochtar sarana
(4) tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat norma-norma hukum yang berlaku
29
Roscoe Pound, 1978, Filsafat Hukum, Jakarta: Bhratara, hal, 7; Lili Rasjidi, 1992, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Bandung: Alumni, hal. 43. 30 Mochtar Kusumaatmadja, 1978, Fungsi Hukum Dalam Masyarakat Yang Sedang Membangun, Jakarta: BPHNBinacipta, hal. 11
pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis; (5) petugas, yakni pribadi-
179
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak sarana
untuk
masyarakat,
mendorong
penekanannya
pembaharuan terletak
2009
sejak peraturan hukum yang harus dijalankan itu dibuat.32
pada
pembentukan peraturan perundang-undangan oleh
Proses
penegakan
hukum,
dalam
lembaga legislatif, yang dimaksudkan untuk
pandangan Soerjono Soekanto,33 dipengaruhi
menggagas konstruksi masyarakat baru yang
oleh lima faktor. Pertama, faktor hukum atau
ingin
peraturan perundang-undangan. Kedua, faktor
diwujudkan di
masa
depan
melalui
pemberlakuan peraturan perundangundangan itu. Penegakan
sebagaimana
yang terlibat dalam peroses pembuatan dan
dirumuskan secara sederhana oleh Satjipto
penerapan hukumnya, yang berkaitan dengan
Rahardjo,
untuk
masalah mentalitas. Ketiga, faktor sarana atau
hukum
fasilitas yang mendukung proses penegakan
Keinginan-keinginan
hukum. Keempat, faktor masyara-kat, yakni
hukum yang dimaksudkan di sini yaitu yang
lingkungan social di mana hukum tersebut
merupakan pikiran-pikiran badan pembentuk
berlaku atau diterapkan; berhubungan dengan
undang-undang
dalam
kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi
Perumusan
dalam perilaku masyarakat. Kelima, faktor
pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam
kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa
peraturan hukum, turut menentukan bagaimana
yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
penegakan
Dengan
pergaulan hidup.
demikian pada gilirannya, proses penegakan
Sementara
merupakan
mewujudkan menjadi
hukum,
aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak
suatu
proses
keinginan-keinginan
kenyataan.31
yang
peraturan-peraturan
hukum
dirumuskan
hukum
itu
itu.
dijalankan.
itu
Satjipto
Rahardjo
34
hukum itu memuncak pada pelaksanaannya oleh
membedakan berbagai unsur yang berpengaruh
para pejabat penegak hukum itu sendiri.
dalam proses penegakan hukum berdasarkan
Dari keadaan ini, dengan nada ekstrim
derajat kedekatannya pada proses, yakni yang
dapat dikatakan bahwa keberhasilan ataupun
agak jauh dan yang agak dekat. Berdasarkan
kegagalan
criteria
para
penegak
hukum
dalam
melaksanakan tugasnya sebetulnya sudah dimulai
kedekatan
tersebut,
maka
Satjipto
Rahardjo membedakan tiga unsur utama yang Ibid, hal. 25. Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Jakarta: BPHN & Binacipta, hal. 15; Soerjono Soekanto, 1983,Faktor-Faktor yang Mem-pengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Rajawali, hal.: 4,5. 34 Satjipto Rahardjo,1983, Masalah Penegakan Hukum,Bandung: Sinar Baru, hal. 23,24 32 33
Satjipto Rahardjo, 1983, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, hal. 24 31
180
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak terlibat
dalam
proses
penegakan
hukum.
2009
Adapun kultur atau budaya hu-kum (legal
Pertama, unsur pembuatan undang-undang cq.
culture)
merupakan gagasan-gagasan,
lembaga legislatif. Kedua, unsur penegakan
sikap, keyakinan-keya-kinan, harapanharapan dan
hukum cq. polisi, jaksa dan hakim. Dan ketiga,
pendapat
unsur lingkungan yang meliputi pribadi warga
perkembangan-nya, Friedman menambahkan pula
negara dan sosial. Pada sisi lain, Jerome
komponen yang keempat,
Frank, 35 juga berbicara tentang berbagai faktor
komponen
yang turut terlibat dalam proses penegakan
Dengan komponen dampak hukum ini yang
hukum. Beberapa faktor ini selain faktor kaidah-
dimaksudkan adalah dampak dari suatu keputusan
kaidah hukumnya, juga meliputi prasangka
hukum yang menjadi objek kajian peneliti. 37
politik, ekonomi, moral serta simpati dan antipati
Berkaitan dengan budaya hukum (legal culture)
pribadi.
ini, menurut Roger Cotterrell, konsep budaya
hukum. 36
tentang
dampak
hukum
sikapDalam
yang disebutnya (legal
impact).
hukum itu menjelaskan keanekaragaman ide
Sementara itu, Lawrence M. Friedman melihat bahwa keberhasilan penegakan hukum
tentang
selalu
semua
masyarakat dan posisinya dalam tatanan sosial.
komponen system hukum. Sistem hukum dalam
Ide-ide ini menjelaskan tentang praktik-praktik
pandangan Friedman terdiri dari tiga komponen,
hukum, sikap warga Negara terhadap hukum dan
yakni
kemauan
menyaratkan
komponen
berfungsinya
struktur
hukum
(legal
hukum
dan
yang
ada
dalam
ketidakmauannya
berbagai
untuk
structure), komponen substansi hokum (legal
mengajukan perkara, dan signifikansi hukum
substance) dan komponen budaya hukum (legal
yang relatif, dalam menjelaskan pemikiran dan
culture).
structure)
perilaku yang lebih luas di luar praktik dan
merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi
bentuk diskursus khusus yang terkait dengan
dari suatu sistem. Substansi hukum (legal
lembaga hukum. Dengan demikian,
substance) aturan-aturan dan norma-norma actual
budaya hukum mungkin mampu menjelaskan
yang
banyak tentang perbedaan-perbedaan cara di
Struktur
hukum
dipergunakan
oleh
(legal
lembaga-lembaga,
variasi
kenyataan, bentuk perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem. 36
Theo Huijbers, 1991, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, hal. 122; Lili Rasjidi, 1991, Filsafat Hukum Apakah Hukum Itu?, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 51 37 Lawrence M. Friedman, 1984, American Law: An invalueable guide to the many faces of the law, and how it affects our daily lives, New York: W.W. Norton & Company, hal 16.
Satjipto Rahardjo,1983, Masalah Penegakan Hukum,Bandung: Sinar Baru, hal. 23,24 35
181
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak mana lembaga hukum yang nampak sama dapat
di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi
berfungsi pada masyarakat yang berbeda. 38
semangat
demokrasi.
Hukum
responsif
Substansi hukum dalam wujudnya sebagai
menampakkan ciri bahwa hukum ada bukan demi
peraturan perundangundangan, telah diterima
hukum itu sendiri, bukan demi kepentingan
sebagai instrumen resmi yang memeproleh
praktisi hukum, juga bukan untuk membuat
aspirasi untuk dikembangkan, yang diorientasikan
pemerintah senang, melainkan hukum ada demi
secara pragmatis untuk menghadapi masalah-
kepentingan rakyat
masalah sosial yang kontemporer. Hukum dengan
Berkaitan dengan karakter dasar hukum positif
karakter yang demikian itu lebih dikenal dengan
ini, Sunaryati Hartono melihat bahwa Undang-
di dalam
masyarakat.40
Undang Dasar 1945 disusun dengan lebih
konsep hukum law as a tool of social engineering
berpegang pada konsep hukum sebagai sarana
dari Roscoe Pound, atau yang di dalam
rekayasa sosial ini. 41
terminologi Mochtar Kusumaatmadja disebutkan sebagai hukum yang berfungsi seba-gai sarana
Karakter hukum positif dalam wujudnya
masyarakat.39
sebagai peraturan peraturan perundang-undangan,
untuk
membantu
perubahan
Karakter keberpihakan hukum yang responsif ini,
di
sering
yang
konfigurasi politik momentum pembuatannya,
emansipatif
juga berkaitan erat dengan komitmen moral serta
mengindikasikan sifat demokratis dan egaliter,
profesional dari para anggota legislatif itu sendiri.
yakni hukum yang memberikan perhatian pada
Oleh karena semangat hokum (spirit of law) yang
upaya memberikan perlindungan hak-hak asasi
dibangun berkaitan erat dengan visi pembentuk
manusia dan peluang yang lebih besar kepada
undang-undang,
warga masyarakat yang lemah secara sosial,
membangun hukum yang demokratis, tinjauan
ekonomi dan politis untuk dapat mengambil
tentang peran pembentuk undang-undang penting
peran partisipatif dalam semua bidang kehidupan
dilakukan. Dikemukakan oleh Gardiner bahwa
bermasyarakat,
bernegara.
pemben-tuk undang-undang tidak semata-mata
Dikatakan bahwa hukum yang responsif terdapat
berkekewajiban to adapt the law to this changed
disebutkan
emansipatif.
sebagai
Hukum
berbangsa
hukum
yang
dan
samping
ditentukan
maka
oleh
suasana
dalam
atau
konteks
society, melainkan juga memiliki kesempatan 38
Roger Cotterrell, 1984, The Sociology of Law An Introduction, London: Butterworths, hal. 25 39 Roscoe Pound, 1989, Pengantar Filsafat Hukum, Jakarta: Bhratara, hal. 51. Mochtar Kusumaatmadja, 1986, Fungsi dan Perkem-bangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bandung: Binacipta, hal. 11.
40
Max Weber dalam A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosoebroto, 1988, Hukum dan Perkembangan Sosial (Buku I), Jakarta: Sinar Harapan, hal. 483. 41 C.F.G. Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, hal. 53.
182
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak untuk
memberikan
sumbangan
terhadap
2009
menerapkan aturan hukum, ketiga Apakah aturan
pembentukan perubahan masyarakat itu sendiri.
hukum
Pembentuk undang-undang, dengan demikian,
Akhirnya
tidak lagi semata-mata mengikuti perubahan
mereka dengan mempertimbangkan ketiga hal
masyarakat,
terebut.
akan
tetapi
justru
mendahului
tersebut hakim
sungguh akan
dapat
diterapkan.
memberikan
pilihan
perubahan masyarakat itu. Dalam kaitan ini
Dalam konteks ini keadilan menjadi
Roeslan Saleh menegaskan bahwa masyarakat
bagian tedekat dari tiap kasus. Argumen bahwa
yang adil dan makmur serta modern yang
keadilan merupakan bagian dari hukum – dan
merupakan tujuan pembangunan bangsa, justru
bukan menyederhanakan
sesungguhnya merupakan kreasi tidak langsung dari pemben-tuk undang-undang. Kalau
kita
atas hukum
adalah akibat yang tidak dimaksud dari kaum
42
positivis. Kaum positivis telah mengatur bahwa keadilan
aturan hukum tidak perlu berisi moral. Aturan
hukum maka sebenarnya letaknya bukan pada
aturan hukum tersebut semata-mata tingkah dari
seperangkat aturan hukum. Pembiaraan keadilan
pembuat aturan dan hakim yang dikeluarkan
hukum lebih tepat ditujukan pada putusan
dalam bentuk perintah. Pada kontks ini, aturan
pengadilan. Pengujian keadilan hukum tidak
hukum adalah fakta. Bukan nilai. Ini bukan
terletak pada substansi aturan hukum namun lebih
berarti bahwa aturan hukum dapat diabaikan.
pada penilaian putusan pengadilan pada tiap-tiap
Aturan hukum tersebut harus dan merupakan
kasus. Oleh karena itu pemaknaan keadilan
bagian dari perhitungan kasus karena aturan
hukum juga harus berhubungan dengan kasus
hukum merupakan bagian topografi dari kasus.
yang menjadi obyek penerapan aturan hukum
Aturan Hukum merupakan bebas nilai, mereka
tersebut. Upaya untuk menemukan keadilan
tidak memunculkan yang seharusnya. Keharusan
hukum hanya mungkin jika seseorang diberi
itu harus dijatuhkan oleh hakim terhadap aturan
seperangkat aturan untuk menerapkannya pada
hukum dan fakta dari kasus. Semua penulis setuju
serangkaian fakta. Hakim akhirnya membuat tiga
bahwa keadilan merupakan tujuan dari hukum.
pertanyaan terhadap penyelesaian atas kasus yaitu
Cuma pertanyaannya adalah, pada abad 19 kaum
: pertama aturan hukum apa yang diadopsi, kedua
positivis ragu apakah keadilan menjadi perhatian
Penilaian
dari praktisi hukum (lawyer). Namun, Keadilan
/versi
membicarakan
uraian
dari
fakta-fakta
untuk
pada hakekatnya merupakan ketepatan dalam 42
Roeslan Saleh, 1979, Penjabaran Pancasila dan UUD 1945 Dalam Perundang-undangan, Jakarta: Bina Aksara, hal. 12.
183
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak penerapan aturan hukum pada fakta dari sebuah
sejarah hidup kita dalam membentuk pengertian
kasus.
tentang keadilan maka orang lain tersebut tentu
D.
Upaya
Mendekati
Unsur
tidak akan bisa paham mengapa kita menilai
Obyektif
sesuatu itu adil.
Keadilan Memperbincangkan keadilan juga sangat
Tentu saja cara demikian bukanlah hal
bergantung pada sejauh mana pengalaman kita
mudah. Bagimana mungkin orang lain dapat
dalam merasakan keadilan. Antara orang satu
mengetahui pengalaman dan sejarah hidup kita
dengan orang yang lain tentu berbeda pendapat
dalam memberikan definisi tentang hakekat
apabila dimintai pendapat tentang keadilan. Ini
keadilan?. Pertanyaan selanjutnya, dalam bentuk
hal yang logis karena penilaian keadilan juga
media apa kita memberitahukan kepada orang
menyangkut apek perasaan dari orang yang
lain tersebut agar tahu sejarah dan pengalaman
memberi penalaian atas keadilan itu. Sementara
hidup
itu, perasaan seseorang aas sesuatu hal tidaklah
mendokumentasikan sejarah dan pengalaman
sama. Penilaian rasa sesesorang atas sebuah
hidup kita ?. Ataukah kita menggunakan cara
persitiwa dipengaruhi oleh sejarah hidup dan
bercerita kepada orang lain tersebut
pengalaman pribadi dari orang tersebut. Sebuah
beribu pengalaman dan sejarah hidup kita yang
contoh seorang hakim yang mempunyai latar
membentuk pandangan kita tentang keadilan?.
belakang dari kaum berada, fasilitas tercukupi,
Seumpama
tidak pernah bekerja keras dalam memperoleh
bukankah bahasa akan menjadi penghalang dalam
sesuatu hal tentu akan berbeda dengan perasaan
kita memahamkan orang lain atas sejarah dan
keadilan seorang hakim yang dilahirkan dari
pengalaman kita?. Memang sulit untuk menjawab
orang tidak punya, tidak mempunyai fasilitas
hal-hal
yang tercukupi, mendapatkan sesuatu harus
memberitahukan kepada orang lain tentang beribu
dengan kerja keras. Orang lain yang ingin
pengalaman dan sejarah hidup kita dalam
menyelami perasaan keadilan kita maka orang
memandang keadilan. Mungkin karena hal-hal
lain
demikian
lain
tersebut
harus
terlebih
dahulu
kita?.
Apakah
kita
tadi.
hans
menempuh
Sebab,
kelsen
bukan
kita
cara
pernah
tentang
bercerita,
hal
berpendapat
mudah
bahwa
dan sejarah
menurut Hans kelsen, tidak ada kriteria yang
hidup yang kita lalui yang telah membentuk kita
obyektif tentang keadilan karena peneryataan
dalam memahami tentang perasaan keadilan.
benar atau tidak benar merupakan judgement atas
Tanpa pendalaman tentang pengalaman dan
nilai berdasarkan tujuan akhir dan syarat akan
mempelajari ribuan pengalaman
184
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak subyektifitas
dari
kepribadian.
Subyektifitas
Proses hidup kita membentuk perasaan kita dalam
keadilan disebabkan oleh penilaian keadilan
memberikan makna keadilan. Dengan proses
berdasarkan unsur emosi dari pikiran kita,
hidup yang kita jalanin tersebut kita bisa
perasaan kita dan kebijaksanaan kita.
merasakan. Ini berbeda jika kita mempelajari keadilan hanya sebatas pada definisi dan kata
Terlepas dari kesulitan-kesulitan itu, juga
saja.
tidak tepat kalau kita tidak menyinggung aspekaspek pengalaman dan sejarah hidup dari pihak-
Persoalan kemudian timbul, apakah proses
pihak penilai keadilan. Karena cara ini berusaha
hidup antara orang yang satu dengan yang lain
untuk mendekati obyektifitas keadilan. Anthony
bisa
D’amato juga berpendapat bahwa lebih mudah
mempunyai proses hidup sendiri-sendiri dan
menemukan ketidakadilan dari pada mengatakan
berbeda-beda ?. Pengalaman, sejarah hidup antara
apa
amato
orang yang satu dengan yang lainnya tentu
menyampaikan bahwa pengalaman hidup hidup,
berbeda-beda sehingga memaknai keadilan juga
sejarah hidup, pelajaran yang diambil oleh
berbeda. Namun memahami keadilan yang
seseorang terhadap segala perisitiwa dan sesuatu
didefinisikan oleh orang lain memang menuntut
hal disekitarnya merupakan hal yang sangat
kita untuk tahu terlebih dahulu pengalaman hidup
penting dan mempengaruhi tingkat penilaian
dan sejarah hidup orang yang mendefinisikan
seseorang
keadilan. Hal ini untuk menemukan obyektifitas
itu
keadilan.
terhadap
Anthony
keadilan.
D’
Sebegitu
disamakan.
Bukankah
subyektifitas
tiap-tiap
memaknai
orang
pentingnya hal ini, antony mengemukakan bahwa
dari
keadilan.
“ kalau kamu bertanya kepadaku tetang makna
Obyektifitas dalam memaknai keadilan tetap
keadilan, maka hanya ada satu cara , saya akan
menjadi hal yang penting. Obyektifitas ini untuk
menyarankan kepada kamu untuk menghidupkan/
mengurangi kontoversi seputar makna keadilan.
menjalankan video recorder pikiran saya, saya
Pola kerja untuk mencari keadilan hukum
tidak dapat menjelaskan keadilan dengan kata-
di Indonesia juga dapat menggunakan metode
kata karena saya tidak mempelajarinya dengan
sebagaimana
kata-kata-kata. Dari ungkapan ini, bisa dimpulkan
keadilan hukum tidak dapat hanya menggunakan
bahwa mempelajari keadilan tidak dapat dengan
pendekatan legal positivistik secara kaku. Sebab
kata-kata maupun sebuah definisi. Keadilan
pendekatan
hanya bisa dipelajari dari pengalaman yang kita
membeikan makna keadilan prosedural. Lebih
peroleh selama kita berproses dalam hidup.
dari itu, pencarian makna keadilan hukum di 185
diuraikan
legal
di
atas.
positivistik
Pencarian
haya
akan
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak negeri ini harus juga enyelami perasaan hukum
dirasakan. Berbicara keadilan juga berbicara
itu
perasaan hukum.
sendiri.
Sebab
keadilan
hukum
lebih
Ini
berbeda
jikalau
kita
berorientasi pada pemenuhan aspek perasaan
mendeteksi tentang hukum. Kita dapat dengan
obyektif masyrakat memaknai keadilan. Hakim
mudah dan menunjuk “itu hukumya”. Tapi pada
dituntut tidak sebatas pada corong undang-
saat hukum ditegakkan maka isu krusial adalah
undang namun hakim harus juga menjadi corong
adakah
keadilan yang hidup di masyarakat. Ini bukan
tersebut?. Untuk menjawab apa keadilan maka
berarti bahwa kita menghadap-hadapkan keadilan
bukan
prosedural dengan keadilan yang hidup di
merupakan sesuatu yang filsafati. Keadilan tidak
masyrakat. Sebab keadilan Hukum tidak mungkin
cukup didefinisikan tetapi lebih penting dari pada
akan mengandung unsur double standard yang
itu keadilan harus dapat dirasakan. Sebuah
mengkotradiksikan antara unsur yang terkandung
pendefinisian tentang keadilan merupakan hal
dalam
yang
yang tidak penting sebab dengan didefinisikan
terkandung dalam masyarakat. Hukum pada
terebut maka tentu saja bahasa akan membatasi
hakekatnya juga mengandung unsur moral dan
makna dan perasaan dari keadilan itu sendiri.
moral
hukum
positif
merupakan
dengan
hal
yang
unsur
universal.
keadilan hal
Musuh
dalam
gampang
utama
penegakan
karena
serta
hukum
keadilan
kendala
itu
dalam
Universalitas moral akan mendekatkan kita pada
pengembangan sistem hukum otonom adalah
kesamaan merasakan keadilan.
tradisi dan politik. Menurut Mattei, yang
Keadilan hukum menjadi perhatian utama
mengklasifikasikan tiga kelompok sistem hukum
bagi mereka yang berkecimpung di dunia hukum.
nasional:
Keadilan hukum pada hakekatnya seperti sebuah
a. Sistem hukum yang didominasi oleh tradisi yang
kepingan uang logam dimana pada satu sisi ada
bersifat religius atau adat istiadat ataupun
gambar keadilan, pada sisi lain ada gambar
lainnya;
hukum. Penghilangan salah satu gambar saja akan
b. Sistem hukum yang didominasi oleh intervensi
menghilangkan nilai uang itu. Akhirnya uang itu tidak akan bernilai dan tidak dapat digunakan
(campur tangan) politik; c.
sebagai alat pembayaran. Itulah analogi yang
Sistem hukum otonom yang dikuasai dan dijalankan oleh yuris-yuris profesional
dapat penulis berikan untuk menggambarkan
Dengan melihat klasifikasi tersebut, sistem
hukum dan keadilan. Mngukur keadilan menjadi
hukum di Indonesia dapat dikualifikasikan ke
hal yang sulit sebab keadilan itu hanya dapat
dalam kelompok 1 dan 2. Diperlukan usaha dan 186
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
dobrakan untuk lepas dari kungkungan politik
ditemukan pada agama/kepercayaan maupun
dan tradisi, agar sistem hukum kita dapat berjalan
kebiasaan.
ke arah kelompok 3.
Kedua, Dalam perhelatan politik di Indonesia
Kendala yang sangat berat saat para yuris-
sering
kali
dijumpai
hal-hal
yang
sangat
yuris ataupun calon yuris untuk melepaskan diri
mempengaruhi dan/atau menodai sistem hukum
dari mata rantai politik dan tradisi. Sering kali,
nasional. bila kita melihat bahwa politik dan
dijumpai bahwa para yuris justru terlanjur
hukum
ataupun telah masuk ke dalam lingkaran tradisi
bertautan, sehingga diperlukan suatu perpolitikan
ataupun politik. Inilah yang penulis maksudkan
yang sehat agar produk-produk hukum, yang
bahwa rancang bangun Hukum Tata Negara
merupakan bagian dari sistem hukum itu sendiri,
terimbas politik, mengapa terjadi hal yang
nantinya juga akan baik. Pembuat undang-
demikian ?
undang, yang dalam hal ini orang-orang yang
Pertama, suatu tradisi yang ada di Negara
dilahirkan dari ranah politik sering kali hanya
Indonesia
menjadi
selalu
memberikan
suatu
reaksi
merupakan
suatu
dua
mesin
hal
yang
stempel
salaing
persetujuan
terhadap pembaharuan yang hendak dicapai oleh
parlementer pada setiap rancangan undang-
suatu sistem hukum. atau dengan kata lain selalu
undang yang telah dibuat oleh pansus RUU
menghantui akan terciptanya suatu terobosan-
tersebut. sehingga, hal ini sangat mempengaruhi
terobosan baru dalam suatu sistem hukum.
produk undang-undang yang dihasilkan. maka
Seharusnya
di
tidak heran apabila kita selalu menghasilkan
dalamnya harus tercipta suatu kepastian sering
menjumpai keadaan-keadaan yang pro dan kontra
kali terkendala dengan keberadaan suatu tradisi
dari setiap undang-undang yang dihasilkan, kita
dalam
sangat
lihat baru-baru ini sebagian undang-undang yang
sederhana adalah begitu sulitnya Sistem Hukum
dihasilkan selalu terlekat kata “Kontroversial”,
Nasional untuk melakukan unifikasi hukum
sebagai contoh UU ITE, UU Pornografi, UU
terhadap persoalan-persoalan yang
BHP, dan lain-lain.
suatu
suatu
sistem
bangsa.
hukum
yang
Contoh yang
berkaitan
dengan pewarisan, sehingga berdampak pada ketidakpastian dalam Hukum Waris Nasional
Bagaimana dengan Penegakan Hukum Tata
yang sampai sekarang masih bersifat pluralistik.
Negara Indonesia ?
kendala yang berakar dari tradisi ini dapat
Penegakan Hukum Tata Negara Indonesia sebenarnya berbanding lurus dengan beberapa hal 187
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak yang terjadi dalam peristiwa hukum tata negara,
Undang Dasar; (ii) Perubahan kelembagaan
yaitu :
negara dengan adanya lembaga-lembaga baru dan hilangnya beberapa lembaga yang pernah
a. Perubahan UUD 1945 Pembahasan tentang latar belakang perubahan
ada; (iii) Perubahan hubungan antar lembaga
UUD 1945 dan argumentasi perubahannya
negara; dan (iv) Masalah Hak Asasi Manusia.
telah banyak dibahas diberbagai literatur,
Perubahan-perubahan
seperti buku Prof. Dr. Mahfud MD., Prof. Dr.
reform tersebut belum sepenuhnya dijabarkan
Harun Alrasid, dan Tim Nasional Reformasi
dalam
Menuju Masyarakat
maupun praktek ketatanegaraan sehingga
Madani. Perubahan-
peraturan
hasil
constitutional
perundang-undangan
berbagai kerangka teoritis masih sangat
perubahan tersebut diatas meliputi hampir keseluruhan materi UUD 1945. Menurut Prof.
diperlukan untuk mengembangkan dasar-
Dr. Jimly Asshiddiqie, jika naskah asli UUD
dasar konstitusional tersebut.
1945 berisi 71 butir ketentuan, maka setelah b. Keberadaan Mahkamah Konstitusi
empat kali mengalami perubahan, materi muatan UUD 1945 mencakup 199 butir
Pembentukan MK merupakan penegasan
ketentuan. Bahkan hasil perubahan tersebut
prinsip negara hukum dan jaminan terhadap
dapat dikatakan sebagai sebuah konstitusi
hak asasi manusia sebagaimana ditegaskan
baru
resmi
dalam UUD 1945. Pembentukan MK juga
“Undang-Undang Dasar Negara Republik
merupakan perwujudan dari konsep checks
Indonesia Tahun 1945”.
and balances dalam sistem ketatanegaraan.
Perubahan UUD 1945 yang dilakukan dalam
Selain itu, pembentukan MK dimaksudkan
empat
sebagai
sama
sekali
kali
dengan
perubahan
nama
tersebut
telah
sarana
penyelesaian
beberapa
mengakibatkan perubahan yang mendasar
masalah ketatanegaraan yang sebelumnya
dalam
tidak
Hukum
Tata
Negara
Indonesia.
diatur
sehingga
menimbulkan
Perubahan tersebut diantaranya meliputi (i)
ketidakpastian.
Perubahan
dalam
Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UUD 1945,
penegasan
MK adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehidupan
norma-norma bernegara,
dasar
seperti
bahwa Negara Indonesia adalah negara
kehakiman
selain
Mahkamah
Agung.
hukum dan kedaulatan berada di tangan
Kewenangan MK diatur dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang meliputi memutus
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
pengujian undang-undang terhadap Undang188
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Undang
Dasar,
kewenangan
memutus
lembaga
negara,
2009
sengketa
sesuai dengan kewenangan dan kewajiban
memutus
yang dimiliki oleh MK.
pembubaran partai politik, dan menyelesaikan
Keberadaan MK sebagai penafsir dan penjaga
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
konstitusi yang dilaksanakan melalui keempat
Selain itu, Pasal 24C ayat (3) menyatakan
kewenangan dan satu kewajibannya tersebut
bahwa MK wajib memutus pendapat DPR
menempatkan UUD 1945 di satu sisi sebagai
atas
hukum tertinggi yang harus dilaksanakan
dugaan
pelanggaran
hukum
yang
dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil
secara
Presiden. Selanjutnya keberadaan MK diatur
menjadikannya sebagai domain publik dan
berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2003
operasional.
tentang Mahkamah Konstitusi.
Konstitusi
Berdasarkan
kewenangan
dan
di
Persidangan yang
di
bersifat
sisi
lain
Mahkamah
terbuka
dan
dimiliki
menghadirkan berbagai pihak untuk didengar
tersebut, maka MK berfungsi sebagai penjaga
keterangannya dengan sendirinya mendorong
konstitusi (the guardian of the constitution)
masyarakat
untuk terlibat
atau
agar dilaksanakan baik dalam bentuk undang-
tidaknya
mengetahui
perkembangan
undang maupun dalam pelaksanaannya yang
pemikiran
bagaimana
terkait dengan kewenangan dan kewajiban
konstitusi harus ditafsirkan. Bahkan pihak-
MK.
pihak
Sebagai
penjaga
yang
konsisten,
konstitusi,
MK
dalam
suatu
persidangan
setidakketentuan
juga
dapat
sekaligus berperan sebagai penafsir konstitusi
memberikan pemikirannya tentang penafsiran
(the interpreter of the constitution). Fungsi
tersebut meskipun pada akhirnya tergantung
sebagai penjaga dan penafsir konstitusi
pada penilaian dan pendapat para Hakim
tersebut
dilaksanakan
Konstitusi yang akan dituangkan dalam
putusan
MK
melalui dengan
empat
kewajiban
yang
Keberadaan Mahkamah Konstitusi dengan
dimiliki. Dalam putusan-putusan MK selalu
fungsinya sebagai penjaga dan penafsir
mengandung
pertimbangan
konstitusi
argumentasi
hukum
kewenangan
sesuai
putusan-
dan
satu
hukum
dan
tersebut
telah
menggairahkan
suatu
perkembangan teori Hukum Tata Negara. Jika
ketentuan konstitusi harus ditafsirkan dan
pada masa lalu masalah Hukum Tata Negara
harus
bentuk
hanya berpusat pada aktivitas politik di
undang-undang, maupun dalam bentuk lain
lembaga perwakilan dan kepresidenan, serta
dilaksanakan
bagaimana
putusan-putusannya.
baik
dalam
pokok bahasannya hanya masalah lembaga 189
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak negara, hubungan antar lembaga negara dan
Teori-teori
norma
hukum
diperlukan
hak asasi manusia, maka saat ini isu-isu
misalnya untuk membedakan antara norma yang
konstitusi mulai merambah pada berbagai
bersifat abstrak umum dengan norma yang
aspek
bersifat konkret individual yang menentukan
kehidupan
yang
lebih
luas
dan
melibatkan banyak pihak, bahkan tidak saja
bagaimana
mekanisme
pengujiannya.
ahli hukum.
Pembahasan teori-teori norma
hukum
juga
diperlukan untuk menyusun hierarki peraturan F. Pergeseran Analisis terhadap Teori Hukum
perundang-undangan
Tata Negara
sistem hukum nasional dapat dilakukan sesuai
Mengingat merupakan
UUD
konstitusi
1945
tidak
politik,
tetapi
sehingga
pembangunan
dengan kerangka konstitusional.
hanya juga
Teori-teori
selanjutnya
yang
mulai
konstitusi ekonomi dan sosial budaya, maka
mendapat perhatian dan tumbuh berkembang
perdebatan teoritis konstitusional juga banyak
adalah
terjadi di bidang ekonomi dan sosial budaya. Hal
sesungguhnya penafsiran menempati kedudukan
ini misalnya dapat dilihat dari beberapa putusan
yang sentral karena aktivitas hukum “berkutat”
MK terkait dengan bidang ekonomi seperti dalam
dengan norma-norma dalam ketentuan peraturan
pengujian UU Ketenagalistrikan, UU SDA, dan
perundang-undangan
UU Kepailitan. Di bidang sosial budaya misalnya
(imputation) ke dalam suatu peristiwa nyata.
dapat dilihat dari putusan-putusan pengujian UU
Penafsiran menjadi semakin penting pada saat
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan pengujian
suatu norma konstitusi harus dipahami untuk
UU Sisdiknas.
menentukan norma yang lain bertentangan atau
teori
penafsiran.
yang
Dalam
akan
hukum
diterapkan
Perkembangan pelaksanaan kewenangan
tidak dengan norma yang pertama. Kedua norma
Mahkamah Konstitusi tersebut telah mendorong
tersebut harus benar-benar dipahami mulai dari
berkembangnya studi-studi teori Hukum Tata
latar belakang, maksud, hingga penafsiran ke
Negara. Beberapa teori yang saat ini mulai
depan pada saat akan dilaksanakan. Untuk itu saat
berkembang dan dibutuhkan misalnya adalah
ini telah banyak berkembang studi hukum dengan
teori-teori norma hukum, teori-teori penafsiran,
menggunakan alat bantu ilmu penafsiran bahasa
teori-teori
(hermeunetik). Demikian pula teori-teori lain
kelembagaan
negara,
teori-teori
yang juga berkembang cukup pesat.
demokrasi, teori-teori politik ekonomi, dan teoriteori hak asasi manusia. 190
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
konstitusi (the principle of the supremacy of the
G. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum
Constitution) dan prinsip supremasi parlemen
Salah satu teori yang penting di bidang Hukum Tata Negara adalah teori hukum yang
(the
dikemukakan oleh Hans Kelsen. Banyak yang
Parliament). Mahkamah konstitusi ini melakukan
berpendapat bahwa secara teoritis keberadaan
pengujian baik terhadap norma-norma yang
Mahkamah Konstitusi diperkenalkan oleh Hans
bersifat abstrak (abstract review) dan juga
Kelsen.
memungkinkan
Hans
Kelsen
menyatakan
bahwa
principle
of
the
pengujian
supremacy
terhadap
of
the
norma
tentang
kongkrit (concrete review). Pengujian biasanya
legislasi hanya dapat dijamin secara efektif jika
dilakukan secara “a posteriori”, meskipun tidak
pelaksanaan
aturan
konstitusional
menutup kemungkinan dilakukan pengujian “a
terdapat suatu organ selain badan legislatif yang
priori”.
diberikan tugas untuk menguji konstitusionalitas suatu produk hukum. Untuk itu dapat diadakan
Pemikiran Hans Kelsen meliputi tiga
organ khusus seperti pengadilan khusus yang
masalah utama, yaitu tentang teori hukum,
disebut
(constitutional
negara, dan hukum internasional. Ketiga masalah
court). Organ ini khusus yang mengontrol
tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan
tersebut dapat menghapuskan secara keseluruhan
karena saling terkait dan dikembangkan secara
undang-undang
konsisten berdasarkan logika hukum secara
mahkamah konstitusi
yang
tidak
konstitusional
sehingga tidak dapat diberlakukan oleh organ
formal.
Logika
formal
ini
telah
lama
lain.
dikembangkan dan menjadi karakteristik utama Pemikiran Kelsen tersebut mendorong
filsafat Neo-Kantian yang kemudian berkembang
dibentuknya suatu lembaga yang diberi nama
menjadi aliran strukturalisme. Teori umum
“Verfassungsgerichtshoft”
Mahkamah
tentang hukum yang dikembangkan oleh Kelsen
Konstitusi (Constitutional Court) yang berdiri
meliputi dua aspek penting, yaitu aspek statis
sendiri di luar Mahkamah Agung, sehingga model
(nomostatics) yang melihat perbuatan yang diatur
ini sering disebut sebagai “The Kelsenian
oleh hukum, dan aspek dinamis (nomodinamic)
Model”. Hal dirumuskan ketika Kelsen menjadi
yang melihat hukum yang mengatur perbuatan
anggota lembaga pembaharu Konstitusi Austria
tertentu.
atau
(Chancelery) pada 1919 – 1920 dan diterima
Friedmann mengungkapkan dasar-dasar
menjadi Konstitusi Tahun 1920. Model ini
esensial dari pemikiran Kelsen sebagai berikut:
menyangkut hubungan antara prinsip supremasi 191
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak 1.Tujuan
teori
hukum,
seperti
tiap
pengetahuan,
adalah
untuk
mengurangi
kekacauan
dan
kemajemukan
ilmu
berhubungan dengan norma yang non-empiris. Norma
menjadi
hukum
yang
berlaku,
yang
pertimbangan moral. Tesis yang dikembangkan
bukan
oleh kaum empiris disebut dengan the reductive thesis, dan antitesisnya yang dikembangkan oleh
Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif,
mahzab hukum alam disebut dengan normativity
bukan ilmu alam.
5.
struktur
berpendapat bahwa hukum tidak dibatasi oleh
mengenai hukum yang seharusnya.
4.
memiliki
berbeda dengan mahzab hukum alam, Kelsen
2. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan
3.
tersebut
membatasi interpretasi hukum. Di sisi lain,
kesatuan.
mengenai
2009
thesis. Stanley L. Paulson membuat skema
Teori hukum sebagai teori tentang norma-
berikut ini untuk menggambarkan posisi Kelsen
norma, tidak ada hubungannya dengan daya
diantara kedua tesis tersebut terkait dengan
kerja norma-norma hukum.
hubungan hukum dengan fakta dan moral:
Teori hukum adalah formal, suatu teori
Law and Fact normativity Law and thesis Moraity (separability of law and fact) Morality thesis Natural law (inseparability theory of law and morality) Separability Kelsen’s Pure thesis Theory of (separability of Law law and morality)
tentang cara menata, mengubah isi dengan cara yang khusus. Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari hukum positif ialah hubungan apa yang mungkin dengan hukum yang nyata. Pendekatan
tersebut
yang
kemudian
disebut dengan “The Pure Theory of Law” telah mendapatkan tempat tersendiri karena berbeda dengan dua kutub pendekatan lain, yaitu antara
reductive thesis (inseparability of law and fact) -
Empiricopositivist theory of law
mahzab hukum alam dengan positivisme empiris. Beberapa ahli
menyebut
pemikiran Kelsen
Kolom vertikal menunjukkan hubungan
sebagai “jalan tengah” dari dua aliran hukum
antara hukum dengan moralitas sedangkan baris
yang telah ada sebelumnya.
horisontal menunjukkan hubungan antara hukum
Empirisme hukum melihat hukum dapat
dan fakta. Tesis utama hukum alam adalah
direduksi sebagai fakta sosial. Sedangkan Kelsen
morality thesis dan normativity thesis, sedangkan
berpendapat
empirico positivist adalah separability thesis dan
bahwa
interpretasi
hukum 192
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
reductive thesis. Teori Kelsen adalah pada tesis
dasar-dasar hukum sebagai landasan validitas,
separability thesis dan normativity thesis, yang
tidak pada prinsip-prinsip meta-juridis, tetapi
berarti pemisahan antara hukum dan moralitas
melalui suatu hipotesis juridis, yaitu suatu norma
dan juga pemisahan antara hukum dan fakta.
dasar, yang dibangun dengan analisis logis
Sedangkan kolom yang kosong tidak terisi karena
berdasarkan cara berpikir yuristik aktual. The
jika diisi akan menghasilkan sesuatu yang
pure theory of law berbeda dengan analytical
kontradiktif, sebab tidak mungkin memegang
jurisprudence dalam hal the pure theory of law
reductive thesis bersama-sama dengan morality
lebih konsisten menggunakan metodenya terkait
thesis.
dengan masalah konsep-konsep dasar, norma hukum, hak hukum, kewajiban hukum, dan
Teori yang dikembangkan oleh Kelsen sesungguhnya
dihasilkan
dari
hubungan antara negara dan hukum.
analisis
perbandingan sistem hukum positif yang berbedabeda, membentuk konsep dasar yang dapat
Penutup
menggambarkan suatu komunitas hukum secara
Dengan melihat kondisi-kondisi yang demikian
utuh. Masalah utama (subject matter) dalam teori
maka saatnyalah para calon-calon yuris dan/atau
umum adalah norma hukum (legal norm),
yuris mulai melakukan dobrakan yang tentunya
elemen-elemennya, hubungannya, tata hukum
tetap berada pada koridor hukum yang berlaku.
sebagai suatu kesatuan, strukturnya, hubungan
Keberadaan
antara tata hukum tata hukum yang berbeda, dan
dihasilkan dari suatu ranah politik. Perlu diingat
hukum empiris dan keadilan transendental dengan
bahwa
mengeluarkannya dari lingkup kajian hukum.
sosial
yang
spesifik
stigma
kebobrokan
manifestasi dari
yang
hukum
ada
sekarang,
Indonesia
yaitu
merupakan
cambukan bagi kita semua, seiring berjalannya
otoritas super-human, tetapi merupakan suatu teknik
bernama
terhadap produk-produk hukum yang telah
menekankan pada pembedaan yang jelas antara
merupakan
yang
bagi kita untuk melakukan pengawasan hukum
positif yang plural. The pure theory of law
bukan
lembaga
Mahkamah Konstitusi telah memberikan ruang
akhirnya, kesatuan hukum di dalam tata hukum
Hukum
suatu
waktu stigma itu dapat kita rubah sepanjang kita
berdasarkan
orang-orang hukum dapat menggerakkan suatu
pengalaman manusia.
sistem hukum nasional ke arah kelompok 3, hal
The pure theory of law menolak menjadi
ini sangat mungkin terjadi sepanjang para calon-
kajian metafisis tentang hukum. Teori ini mencari
calon yuris dan/atau yuris selalu berpegang pada 193
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak suatu makna yang terkandung dalam hukum itu
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi Hukum Dalam Masyarakat Yang Sedang Membangun, Jakarta: BPHN-Binacipta. 1978
sendiri.
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, 1983.
Daftar Kepustakaan Esmi Warassih, SH.MS Pranata Hukum sebuah telaah Sosiologis, PT Suryadaru Utama, Semarang, 2005
Theo Huijbers, 1991, Yogyakarta: Kanisius, 1991
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1991 Komarudin Hidayat, Makalah “Memantapkan Kehidupan Demokrasi Dalam Masyarakat Pluralisme, 2009 Dalam Soetandyo Wignjosoebroto, FORUM KEADILAN: N0. 09, 25 Juni 2006 Roscoe Pound, Filsafat Hukum, Jakarta: Bharata, 1978. Roger Cotterrell, The Sociology of Law An Introduction, London: Butterworths. 1984 Roeslan Saleh, Penjabaran Pancasila dan UUD 1945 Dalam Perundang-undangan, Jakarta: Bina Aksara, 1979 . Max Weber dalam A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosoebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial (Buku I), Jakarta: Sinar Harapan, 1998. Lili Rasjidi, Dasar-dasar Bandung: Alumni, 1992
Filsafat
2009
Hukum,
Lili Rasjidi, 1991, Filsafat Hukum Apakah Hukum Itu?, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991 Lawrence M. Friedman, , American Law: An invalueable guide to the many faces of the law, and how it affects our daily lives, New York: W.W. Norton & Company, 1984
194
Filsafat
Hukum,
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
SOVRENITY OF STATE VERSUS INTERNATIONAL REZIM (Menuju Satu Sistem Beraroma Libral Dan Kapitalis) Oleh : Firdaus
Abstrak Tulisan ini menggambarkan bagaimana suatu nation-state harus mempertahan eksistensinya dalam era globalisasi yang secara tidak langsung telah menggerogoti kedaulatan mereka untuk mengatur kebijakan nasionalnya. Abstract This paper describes how a nation-state must maintain its existence in the era of globalization, which indirectly undermined their sovereignty to set national policy.
43
Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak
195
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
perkembnagan sejarah kehidupan politik umat
Latar Belakang Globalisasi dapat dilihat dari beberapa
manusia.. Negara bangsa telah mengakhiri era
sisi, , yaitu pada sisi politik dan pada sisi
Monarchi di Eropa dan dalam negara bangsa pula
ekonomi. Sebagian besar penelaan globalisasi
muncul semangat nasionlisme. Dalam era negara
lebih
bangsa
banyak
fenomena
menekankan ekonomi44
perekembangan mendorong
politik
proses
pada
sisi
orang-orang
Eropa
mencapai
kemajuan peradan yang dapat kita lihat sekarang
yang
ini. Konsep negara bangsa pula yang mendorong
kita
lahirnya ruh untuk mendirikan negara sendiri bagi
globalisasi
para pemimpin wilayah-wilayah kolonial yang
internasional
cermati, maka dapat dilihat bahwa
pula
melihat
,tanpa
globalisasi.
atau
Jikalau
akhirnya melahirkan berpulu-puluh negara baru,
mencapai bentunya sekarang ini tidak terlepas
setelah berakhirnya perang dunia ke dua.
dari kemenangan idiologi liberalisme terhadap komunisme yang hancur bersamaan dengan
Memang harus diakui bahwa konsep
runtuhnya kekaisaran komunisme yang di pimpin
negara- bangsa adalah konsep yang dibawa oleh
Uni Sovyet.
para
kolonialis
kewilayah-wilayah
jajahan
mulai menunjukan
mereka .Para kolonialis itulah yang menentukan
bentuknya, seorang penulis futuristik45, membuat
batas-batas teritorial wilayah jajahannya. Batas –
tesis bahwa Nation-State atau negara -bangsa
batas wilayah itu kemudian menjadi batas
telah berakhir. Sebagian orang percaya terhadap
wialayah
tesis tersebut, terutama ketika para pembaca buku
memproklamirkan kemerdekaanya.
Ketika globalisasi
bagi
negara-negara
yang
tersebut menyaksikan keruntuhan Uni sovyet .
Pasca perang dunia kedua,tidak saja
Namun sebagian pembaca menganggap tesis
membawa berkah bagi rakyat wilayah kolonial
tersebut terlalu outopis, mengapa demikian
dimana
karena negara-bangsa adalah bentuk kumunitas
baru,tetapi melahirkan pola hubungan yang bi-
politik yang dibentuk dan dibangun di atas
polar
rerutuhan peperangan seratus tahun di Eropa yang
hubungan bi-polar ini dipicu oleh persaingan
di akhir dengan perjanjian West Pahalia pada abat
idologi
ke 17 telah mencapai bentuk terakhir dari
UniSovyet dan rezim liberal yang di pimpin oleh
44
mereka dalam
dapat
hubungan
komunis
yang
mendirikan international. di
komandoi
negara Pola oleh
USA dan sekutu baratnya. Persaingan kedua
lihat saja tulisan, Ohmea, Gidden, William K
idiologi ini, merabah sektor politik dan ekonomi
Tabb , Mansour Fakih, dan lainya. 45 Lihat Kenichi Ohmae, seorang ahli manajemen berkebangsaan Jepang yang menulis buku Borderless World (1991) dan buku The End of Nation State (1995).
yang merupakan inti persoaalan dari kedua 196
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
ideologi tersebut. Persaingan ini melahirkan blok-
malapetaka bagi negaranya. Dengan program
blok dunia yang dipisah dari segi militer, politik
tersebut Gorbachev ingin memasukan ide-ide
dan ekonomi dan membagi wilayah dunia
liberal barat dalam sistim komunisnya. Secara
kedalam wilayah blok tersebut.
tidak sadar ia malah mengundang masuknya paham dan intervensi barat
Di bidang militer persaing kedua negara
dalam urusan
dan ideologi tersebut melahirkan bentuk keja
kehidupan masyarakatnya. Akibatnya Uni Sovyet
sama militer di berbagai belah dunia. D I Asia
harus bubar dan ini mempunya efek berantai
Selatan AS dan sekutu Asianya mendirikan
dengan hancurnya rezim komunis negara-negara
Cento,
Eropa Timur.
di
Asia
tenggara
AS
mendirikan
SEATO.Kedua fakta pertahan ini akhirnya bubar
Hancurnya rezim komunis international
dalam tahun 70-an46, di Eropa Barat dan Selatan,
berarti kemenangan pada liberalisme. Hal ini
AS dan sekutu Baratnya mebentuk NATO, yang
membawa implikasi yang sangat besar dalam
masih bertahan sampai saat ini dan bahkan negara
polarasi hubungan international dari model bi-
Eropa yang menjadi anggotanya semakin meluas
polar menjadi multi-polar. Selain itu perubahan
setelah runtuhnya USSR (Uni Sovyet) dan
itu menbawa AS dan negara barat menjadi
bubarnya fakta Warswa yang didirikan Uni
kekuatan dominan dalam politik international.
Sovyet beserta negara satelitnya pada dekade 90-
Liberalisme telah mengguguli sosialisme dan
an..
komunisme internasional. Pada phase ini lah dan
dimulainya liberalisasi dalam segala bentuknya
keterbelahan polarasi hubungan international,
baik sistem politik, ekonomi, kebudayaan dan
berakhir dengan runtuhnya Uni Sovyet di tangan
lainnya. Liberalisme mulai merasuk keseluruh
Mikail Gorbachev, seorang pemimpin muda dari
penjuru dunia, melalui proses globalisasi dan di
Uni Sovyet. Malapetaka yang menimpa Uni
dukung dengan kemajuan dalam bidang teknologi
Sovyet dimulai ketika Gorbachev ingin membawa
tranfortasi dan komunikasi. Mekipun globaliasi
perubahan dinegaranya. Program Pretroika dan
dimulai
Galsnot (keterbukaan
liberalisasi
Persaingan
dicanangkannya
kedua
idiologi
dan domokrasi) yang
untuk
perubahan di negaranya,
pada
sektor
telah
perdagangan,
masuk
dalam
namun bidang
bentuk
lainnya,seperti politik, hukum, dan kebudayaan.
malah membawa
Standar nilai barat menjadi acuan untuk melihat
memberikan
apakan suatu bangsa dianggap beradap atau tidak, 46
Uraian yang lengkap tentang kedua fakta pertahan ini dapat dilihat dalam Lie Tek Cheng “ Study Wilayah jilid I dan II –LIPI ;1980
demokratis atau tidak, adil atau tidak adil.
197
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Standar- barat ini kemudian dijadikan ukuran
Negara seperti itu menghadapi tantangan
sebagai suatu persyaratan untuk masuk dalam
besar
berujud
kesenjangan
antara
di
satu
kehidupan dunia international yang didominasi
pihak,wilayah formal wewenang politik yang
negara-negara barat. Negara-negara non barat
mereka nyatakan sebagai milik mereka, dipihak
harus menyesuaikan dengan standar-standar barat
lain kenyataan dan struktur negara dan sistem
baik dalam kehidupan politik,ekonomi, budaya
ekonomi pada aras nasional,regional maupun
maupun hukum. Persoalan mendasar adalah
global. Kesenjangan antara ideal bahwa negara
masih berdaulatkan suatu nation-stsate, dalam
pada prinsipnya mampu menentukan sendiri masa
mengatur kehidupan nasionalnya.
depannya dengan kenyataan bahwa ekonomi dunia,organisasi international, lembaga-lembaga
Pembahasan
regional dan global dan hukum international dalam praktek mampu membentuk dan mengadili Implikasi Globalisi pada bidang Politik ,
pilihan-pilihan yang tersedia bagi negara-negara
Ekonomi dan Hukum
nasional.
Seperti telah dikemukan di atas bahwa
Berbagai
organisasi international yang
fonomena globalisasi dapat dilihat dari perubahan
dibentuk untuk mengelola
fonomena dalam politik international . Sistem
kegiatan
International
lingkungan hidup,perburuhan
yang
semula
bertumpu
pada
transional
berbagai
seperti
bidang
perdagangan, dan berbagai
kapasitas negara-bangsa untuk berfungsi sebagai
masalah kebijakan kolektif. Dalam hal ini ada
aktor yang otonom dan berdaulat penuh, sekarang
beberapa
semakin beralih ke sistem yang memuat berbagai
perkembangan
aktor,negara maupun non negara,yang mampu
trannasional
saling
perubahan dalam struktur pembuatan keputusan
menyusupi
yurisdiksi
masing-masing.
hal
yang
menarik
organisasi telah
.pertama
international
menimbulkan
dan
banyak
Negara nasional yang semula memiliki kapasitas
dalam
untuk menentukan arah perpolitikan domestik
perpolitikan
maupun
terkendala.
bersamaan dengan munculnya pula bentuk-
Banyak negara-bangsa mungkin masih bisa
bentuk baru prose pembuatan keputusan kolektif
mempertahankan kedaulatan nasionalnya, tetapi
yang melibatkan pemerintahan nasional, bisnis
banyak diantaranya yang mengalami kemerosotan
maupun ngo ( misal konprensi maslah lingkungan
otonomi nasional akibat psoses global yang
hidup) . Kedua berbagai itu seperti bank
international,
semakin
berlangsung sejak tahun 1970-an (Held.1991:213) 198
politik
dunia.
Bentuk-bentuk
multinasional
bermunculan
baru dan
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Dunia,IMF,UNDP,UNESCO,dan PBB sendiri,
Defenisi dari Martin Albrow menyebutkan
dibentuk untuk menangani persoalan manajemen
globalisasi menyangkut seluruh proses dimana
dan alokasi aturan main dan sumberdaya; karena
penduduk
itu sangat terpolitiksasi
dan kadang-kadang
masyarakat dunia yang tunggal, masyarakat
kontroversial. Di dalamnya sering terjadi konflik
global. Sedangkan Robert Cox berpendapat
atas pengendalian kebijakan. Beberapa organisasi
karakteristik globalisasi adalah kecenderungan
international dalam banyak hal sering mampu
menyatunya
mengintervensi
wewenang
pembagian
Dalam
ini
kaitan
spektakuler.hal
ini
IMF
politik
national.
merupakan
terjadi
karena
dunia
terinkorporasi
ke
internasionalisasi kerja
internasional
produksi, yang
perpindahan penduduk dari selatan ke utara,
IMF
lingkungan kompetisi baru yang mempercepat proses
negara yang sedang mengalami krisi neraca
negara…membuat
pembanyaran untuk tunduk pada atauran main
globalisasi dunia ( Pontoh, 2003 : 23).
yang ditetapkannya Peranan IMF di Indonesia contoh
nyata
bagaimana
baru,
paling
mempunyai wewenang untuk memaksa negara-
merupakan
dalam
itu
dan
internasionalisasi
negara
sebagai
agen
Gambaran globalisasi yang melihat dari
IMF
fonomena ekonomi melahir dua kubu yang saling
mengatur kebijakan nasional Indonesia di sektor
berhadapan yaitu kubu yang menentang dan yang
ekonomi. Kendala dari organisasi semacam ini
mendukungng
akan semakain banyak seperti WTO,APEC dan
Giddens
semacamnya akan berfungsi secara penuh.
memetakan pengkaji globalisasi kedalam dua
Menuju Satu Sistim Ekonomi
kelompok
proses
dalam
globalisasi.
bukunya
Anthony
Runaway
World,
. Pertama, kaum menolak yang
berpendapat globalisasi hanyalah mitos. Manfaat
Penomena globaliasi di konstruksi Barbara ditandai dengan adanya peningkatan
dan kerugian ekonomi global tidak begitu
makna dan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia
berbeda dengan yang pernah ada pada periode
yang menyebar dengan cepat untuk membentuk
sebelumnya.
suatu dunia yang tunggal, terintegrasi secara
beranggapan globalisasi tidak hanya sangat riil
ekonomi, sosial, budaya, teknologi, bisnis dan
dimana pasar global jauh lebih berkembang
pengaruh lainnya yang menembus batas dan sekat
menembus batas-batas negara.
Parker ,
Kedua,
kaum
penerima
yang
tradisional seperti bangsa-bangsa, kebudayaan
Karakteristik globalisasi digambarkan melalui
nasional, waktu dan ruang, serta bisnis industri
ciri yang melekat pada kegiatan ekonomi yang
meningkat dengan mudah ( Suherman, 2002 : 30).
diistilahkannya dengan 4 I’s, yaitu : Investment, 199
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Industry, Information Technology and Individual
Pada sisi lainnya ketergantungan negara atau
Consumers (Ohmae, 1995 : 2). Secara lebih rinci
industri nasional kepada pasokan dan impor dari
dijelaskan bahwa : Investasi, tidak lagi dibatasi
luar akan semakin besar. Baik ketergantungan
faktor
finalsial,teknologi dan
geografi.
Investasi
akan
bergerak
bahan
baku.
Indutri
kemanapun jika kesempatannya atraktif dan
otomotif Indonesia merupakan contoh yang
menghasilkan
besar
menarik dari model ketergantungan industri
investasi merupakan uang swasta dimana peranan
nasional kepada prinsipalnya,yaitu perusahaan-
negara untuk mengontrolnya semakin kecil.
perusahan
Industri, orientasinya lebih global dibandingkan
demikian ini membuat Indonesia berada dalam
dengan masa sebelumnya. Jika pada masa lalu
posisi yang rawan untuk terjadinya krisis
perusahaan
ekonomi.
keuntungan.
melakukan
Sebagian
persetujuan
dengan
otomotif
Jepang.
Kondisi
yang
pemerintah dimana mereka akan membangun
Kondisi yang demikian menimbulkan
industri dengan membawa sumber daya dan
kesenjangan yaitu kesenjangan antara wewenang
keterampilan
sekarang
formal negara dengan kenyataan sistem produksi
lebih
dan pertukaran yang membantasi kekuasaan atau
strategi
sebagai
perusahaan
pertukaran, multinasional
berorientasi pada keinginan dan keperluan untuk
ruang
mengkreasi pasar dimanapun mereka berada.
Persoalan
Teknologi
fasilitator
menarik. Pertama dua bidang pokok proses
pergerakan investasi yang memungkinkan suatu
globalisasi yaitu international produksi dan
perusahaan beroperasi di banyak belahan dunia
transaksi
tanpa harus membangun keseluruhan sistem dan
diorganisir oleh MNC secara global. Alan
infrastruktur
Rugman
Informasi,
mereka,
merupakan
tetapi
cukup
dengan
lingkup ini
wewenang membuat
finansial,ternyata dalam
bukunya
politik
nasional.
beberapa
dimensi
lebih The
banyak End
of
membangun jaringan sesuai dengan kebutuhan.
Globalization,
Konsumen Individual, kini semakin mengglobal
perdagangan dan investasi global hanya dikuasai
dalam orientasinya. Dengan kemudahan akses
oleh kurang lebih 500 MNC dari total 30.000
pada gaya hidup di seluruh dunia, konsumen
MNC yang ada. 500 MNC ini menguasai 90%
menjadi lebih ingin membeli yang terbaik dan
dari total foreign direct investment dunia dan
termurah tanpa harus melihat apakah barang
lebih dari setengah perdagangan internasional.
tersebut produk negaranya atau bukan.
Kedua, beropersi secara global bagi MNC
yang
menegaskan
bahwa
sebenarnya hanya berarti beroperasi secara
200
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
regional, di „triad markets‟ yaitu : Amerika Utara,
menghendaki negara harus menyingkir dari
Eropa dan Jepang Padahal tujuan untama aktor
kegiatan
tanpa
memburu
Internasioanal. Ketiga, posisi “ positive economic
teknologi
nattionlism” yaitu posisi dimana negara memikul
komunikasi dan tranfortasi telah menggrogoti
tanggung jawab meningkatkan secara optimal
batas antar pasar-pasar national yang semula
kemampuan
terpisah; pada hal batas itu merupakan syarat
kehidupan yang produktif , namun bersamaan
penting untuk mnjamin kebijakan ekonomi
dengan itu negara harus menjamin kegiatan yang
nasional
dilakuknya tidak merugika negara lain.
basis
nsional
keuntungan
ini
.Kedua
yang
adalah
kemajuan
betul-betul
merdeka.
Ketiga
,globalisasi juga mengurangi kebesan pemerintah
ekonomi
baik
rakyatnya
nasional
sehingga
maupun
mencapai
Kebanyakan negara akan mengambil pada
untuk menerapkan kebijakan nasional yang
posisi ketiga ini,termasuk Indonesia. Namun
diinginkannya.
berbagai
sayangnya kelemahan pada national- power yang
kebijakan
ada pada Indonesia meneyababkan posisi untuk
kesejahteraan sosial yang “ keynesian” umumnya
memaksa negara lain untuk memperhatikan
disebabkan
untuk
kepentingan nasional Indonesia menjadi sangat
melakukan intervensi dan mengelola eonomi
lemah. Hal ini ditunjukan dengan sikap Singapura
nasionalnya,yang
sangat
yang selalu menolak memberikan data reil nilai
terkendala oleh sistem moneter dan pembagian
perdagangan dengan Indonesia, yang sangat
kerja yang bersifat global.
merugikan Indonesia.
pemerintah
Misalnya untuk
oleh
kesulitan
menerapkan ketidak pada
mampuan gilirannya
Reaksi Negara.
Hukum
Model yang dibuat oleh Robert Reich
Hukum International.
(1991: 312) yang mungkin dilakukan negara
Hukum International yang berkembang selama ini
dapat berada dalam tiga posisi. Pertama “ zero-
telah
sum nationalisme “ pada posisi ini perintah taruhan
menimbulkan nasional.
ada
kerugian Kedua,
cosmopolitanisme”
kemungkinan pada posisi yaitu
dan
hukum yang baru . Walaupun tidak didukung
dapat
oleh lembaga-lembaga dengan daya paksa efektif,
perekonomian
hukum international mempunyai konsekwensi
“laissez-faire posisi
individu,negara
organisasi non pemerintah pada satu sistim aturan
diharapkan mengutamkan kepentingan nasional ,dengan
menempatkan
yang
yang 201
luas.Sejak
munculnya
negara
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak bangsa,terdapat dua aturan hukum international
pemerintahnya sendiri di pengadilan asing atau
untuk
international
menjamin
kedaulatan
national,yaitu
,sehingga
negara
tidak
dapat
“imunity from jurisdiction” dan “ imunity of
memperlakukan warganya semaunya sendiri.
State agencies” .Yang pertama adalah prinsip
Bibitanya sudah disebarkan diUni Eropa dalam
yang menyatakan bahwa tidak ada negara yang
bentuk Konvensi Perlindungan HAM , yang
bisa dituntut di pengadilan negara lain karena
memberikan kemungkinan warga negara suatu
tindakan yang dilakukan sebagai pemegang
negara onggota untuk mengajukan petisi langsung
kedaulatan.
kedua
ke Komisi HAM Uni Eropa . Ketiga Perubuahn
menyatakan bahwa kalau ada seseorang yang
Hukum International akhir-akhir ini menujukan
melanggar
ia
bahwa gagasan tentang „ a society of sovereign
bertindak sebagai agen negaranya sendiri dan
states‟ sebagai prinsip paling dasar dalam
dibawa kepengadilan negara lain itu,maka ia tidak
organisasi
bisa dinyatakan salah karena tidak bertindak
digantikan oleh gagasan tentang „ cosmopolitant
sebagai individu swasta tetapi sebagai wakil dari
community‟
negaranya. Maksud dari aturan ini adalah untuk
hukum,sekumpulan negara-negara berdaulat itu
melindungi otonomi suatu pemerintahan dalam
menghadapi tantangan dari berbagai aktor baru
semua persoalan politik luar negeri dan mencegah
terutama non negara (Held,1993*214-222).
;
sedangkan
prinsip
hukum dinegara
lain ketika
politik
manusia
>artinya
telah
sebagai
semakin sumber
pengadilan domestik agar tidak menghakimi prilaku negara asing ( dengan pengertian semua
Implikasi terhadap sistim hukum nasional
pengadilan distri semua negara mematuhi aturan
Semakin
itu). Artinya ,pemerintah diberi kebesan yang sangat
besar
untuk
mengejar
konvensi
kepentingan
atau
banyak
negara
sebagai
peserta
konvensi
pula
masuknya
nasionalnya ; yang bisa membatasinya hanya
International,semkain
kearifan berpolitiknya sendiri.Namun akhir-akhir
kekuatan asing dalam sistim hukum Indonesia.
ini kedua prinsip ini banyak digugat terutama
Dalam doktrin hukum sifat nasionlitas hukum
oleh pengadilan domestik negara barat.Walaupun
sangat kental mepengaruhi sistim hukum ,karena
sering kali kedaulatan sering dimenangkan ketika
hukum sangat berkaitan dengan tingkat kesadaran
kasus ini muncul,ketegangan antara hukum
budaya dan nilai-nilai yang tumbuh dan di
international dan kedaulatan national semakin
hanyati dalam masyarakat Indonesia. Pandangan
meningkat. Kedua ada hal menarik mengenai
yang
kemungkinan
dipertahankan. Sistim hukum nasional telah dan
warganegara
menuntut 202
demikian
besar
meratifikasi
sudah
tidak
dapat
lagi
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak merupakan bagain terintergrasi pada sistim
Kesimpulan
hukum International, terutama pada bagian hukum
ekonomi.
Lihat
saja
pada
2009
Arah perkembangan rezim internasional
aturan
yang mendorong terjdinya pola
transnasional
kepabeanan ,investasi, perdagangan, dan lainya
yang semakin jelas menampakan sosoknya, baik
dimana dalam norma hukum yang mengatur
di bidang politik ,maupun ekonomi. Dominasi
sektor-sektor tesebut harus mengikuti ketentuan-
negara-negara barat terhadap percaturan politik
ketentuan hukum international. Dalam hukum
dan ekonomi memunculkan ketidka jelasan dan
investasi, Indonesia dituntut untuk memasukan
ke-tidak
azas anti diskriminasi.Dengan azas ini berarti
international . Kemunculan aktor-aktor baru
hukum investasi di Indonesia tidak boleh lagi
adilan
dalam
pola
hubungan
sebagai kekuatan internasioanal dan diakui
membedakan atau memberikan perlakuan yang
sebagai subyek hukum international, merupakan
berbeda antara investasi asing dengan investasi
tantangan terhadap sistem negara-bangsa . Hal ini
dalam negeri.
tidak berarti dapat menggeser paran negara –
Perubahan yang terbesar dalam sistim
bangsa sebagai aktor utama dalam proses
hukum Indonesia sebagi akibat dari globalisasi adalah
terbentuk
berbagai
peradilan
hubungan internasional .
yang
Walaupun berbagai akror trannasional dan
sebelumnya tidak dikenal dalam sistim hukum
beragam
nasional. Lahirnya Peradilan Niaga , peradilan
untuk mendukung, kegiatan politik international
HAM adalah contoh nyata dari pengaruh
tetap didominasi oleh perilaku negara-bangsa;
globalisasi.
berbagai sistim politik tetapa berwarna nasional.
Melihat dari substansi norma
positifnya, dapat dilihat bahwa norma-norma
rezim
Kedaulatan
positif yang dipakai dalam peradilan tersebut
Internasional
nasional
dikembangkan
harus
tetap
dipertahankan meskin kedaaulatan itu bukan lagi
terutama peradilan HAM merupakan adopsi dari
merupakan bentuk kekuasaan publik yang tidak
berbagai konvesi Internasional tentang HAM.
terbatas . Meski pun rezim International yang
Demikian pula dengan peradilan Niaga perubahan
tumbuh di era globalisasi sekarang menunjukan
norma dan sistim peradilan mengikuti model
adanya tumpang tindih wewenang antara negara-
common law sistim. Perubahan ini lah yang
bangsa
menyebabkan terjadinya kekacau dalam sistim
transnasional
hukum dalam Pengadilan niaga yang selalu
dengan
organisasi-organisasi
itu bukan berarti bahwa negara-
bangsa sudah tidak relevan. Negara-bangsa masih
menimbulkan kontroversial itu.
dibutuhkan untuk kesejahteraan rakyatnya. 203
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Namun, sistim ekonominya menjadi semakin global .Dalam bidang kegiatan produksiyang berlaku adalah mekanisme pembagian kerja internasional. Artinya,logika negara –bangsa harus berkompromi dengan logika kapitalisme yang tidak meneganl batas negara.Dengan kata lain kita memiliki banyak sistim politik,tetapi hanya satu sistim ekonomi yaitu sistim ekonomi dunia kapitalis (Mas‟oed 1996).
Daftar Pustaka Held,Davis (1991) “ Democracy,the nationstate,and Global Sytem” dalam Political Theory Today; Cambridge: Polity Press Reich,Robert B.(1991) “The Works of The Nations” New York; Alfred A.Knopf Mas’ oed, Mohtar (1996)” Nasionalisme dan Tantangan Global Saat ini”
204
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
TINJAUAN TERHADAP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI ERA OTONOMI DAERAH
OLEH Joko Martono Abstrak Penyelenggaraan administrasi kependudukan di Kota Pontianak pada dasarnya menyangkut pendataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan dan pembangunan sektor lainnya di Kota Pontianak. Dalam rangka memberikan landasan bagi penyelenggaraan administrasi kependudukan di Kota Pontianak sesuai dengan kewenangannya Pemerintah Daerah Kota Pontianak membentuk Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. Abstract Basically, implementation of population administration in Pontianak city involves data collection and control in the control of documents and demographic data through population registration, civil registration, population information management and utilization of services and development results to other sectors in Pontianak city. In order to provide the foundation for population administration in Pontianak city in accordance with authority of Pontianak local governments, they form a local regulation No. 1 of 2008 on population administration
47
Dosen Hukum Universitas Panca Bhakti Pontianak
205
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
perkawinan, perceraian, kematian dan mutasi
Latar Belakang
penduduk,
Negara Kesatuan Republik Indonesia
penerbitan
nomor
induk
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
kependudukan sementara, Kartu Keluarga, Kartu
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Tanda Penduduk dan Akta Pencatatan Penduduk
hakikatnya
memberikan
serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan.
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan
Dari pengertian tersebut di atas, maka
berkewajiban
status pribadi dan status hukum atas setiap
dapat
peristiwa kependudukan dan peristiwa penting
administrasi kependudukan meliputi pendaftaran,
yang dialami oleh penduduk Indonesia yang
pencatatan dan pengesahan kejadian-kejadian
berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara
penting yang dialami warga masyarakat yang
Kesatuan Republik Indonesia.
terdiri dari kelahiran, kematian, perkawinan,
Untuk
memberikan
diketahui
perceraian,
perlindungan,
bahwa
perpindahan
bidang
kegiatan
penduduk
beserta
perubahannya.
pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan
Menurut Handbook on Civil Registration
Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Vital Statistics yang dikeluarkan oleh United
Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang
Nations Populations Fund (UNFPA) dan World
berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Health Organization
Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang
negara, terutama negara berkembang dianjurkan
Administrasi Kependudukan.
untuk menyelenggarakan Sistem Registrasi Sipil
(WHO)
bahwa
setiap
Administrasi
dan Data Statistik Vital. Maksud pelaksanaan
Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila
sistem adalah untuk pengesahan peristiwa vital
didukung oleh pelayanan yang profesional dan
yang
peningkatan kesadaran penduduk. Pada dasarnya
pengumpulan data statistik kependudukan yang
baik pendaftaran penduduk maupun pencatatan
handal untuk kepentingan pembangunan. Dalam
sipil merupakan 2 (dua) dimensi kegiatan yang
sistem ini semua penduduk, baik WNI maupun
obyeknya sama yaitu di bidang administrasi
WNA yang mengalami kejadian vital atau
kependudukan. Pendaftaran penduduk adalah
perubahan
kegiatan pendaftaran dan atau pencatatan data
mendaftarkan diri atau mencatatkan peristiwa
penduduk beserta perubahannya, yang meliputi
yang dialami kepada petugas yang ditunjuk
pendaftaran
(Haryanto, 2002: 3).
Pengaturan
dan
tentang
pencatatan
kelahiran, 206
merupakan
status
hak
penduduk
kependudukannya
serta
harus
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Semenjak dekade tahun tujuh puluhan, tepatnya
tahun
1977
Pemerintah
2009
status pribadi dan status hukum atas setiap
Republik
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
Indonesia telah menetapkan kebijakan di bidang
yang dialami oleh Penduduk Indonesia yang berada
Administrasi
di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan
Kependudukan
yaitu
dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 52
Republik Indonesia.
Tahun 1977 tentang Pendaftaran Penduduk yang
Untuk
kemudian
disusul
dengan
memberikan
perlindungan,
menyempurnakan
pengakuan, penentuan status pribadi dan status
kebijakan di bidang Catatan Sipil yaitu dengan
hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan
ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 12
Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Tahun 1983 tentang Penataan dan Peningkatan
Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang
Pembinaan Penyelenggaraan Catatan Sipil.
berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Pada dasarnya baik pendaftaran penduduk
Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang
maupun pencatatan sipil merupakan 2 (dua)
Administrasi Kependudukan. Pengaturan tentang
dimensi kegiatan yang obyeknya sama yaitu di
Administrasi
bidang administrasi kependudukan. Pendaftaran
terlaksana apabila didukung oleh pelayanan yang
penduduk adalah kegiatan pendaftaran dan/atau
profesional dan peningkatan kesadaran penduduk,
pencatatan data penduduk beserta perubahannya,
termasuk Warga Negara Indonesia yang berada di
yang
luar negeri
meliputi
pendaftaran
dan
pencatatan
kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian dan mutasi
penduduk,
penerbitan
nomor
Kependudukan
Peraturan
hanya
dapat
perundang-undangan
induk
mengenai Administrasi Kependudukan yang
kependudukan sementara, Kartu Keluarga, Kartu
ada tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan
Tanda Penduduk dan Akta Pencatatan Penduduk
Administrasi Kependudukan yang tertib dan
serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan
tidak
(Himpunan Peraturan di Bidang Penyelenggaraan
pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi
Pendaftaran Penduduk, Depdagri, 1999: 170).
pegangan bagi semua penyelenggara negara yang
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila
dan
diskriminatif
sehingga
diperlukan
berhubungan dengan kependudukan. Dan hal
Undang-Undang
inilah
yang
menjadi
dasar
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pemerintah
pada
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
hakikatnya
berkewajiban
memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan
kependudukan. 207
membentuk
pertimbangan
Undang-Undang
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Untuk
melaksanakan
Undang-Undang
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
Nomor 23 Tahun 2006, kemudian pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 37
Kemudian dalam rangka merealisasikan
Tahun 2007 tentang Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006
tentang
2009
kewajiban
Administrasi
dan
tanggungjawab
pemerintah
daerah kabupaten/kota seperti tersebut di atas,
kependudukan. Dalam ketentuan Pasal 17 PP
maka
Nomor 37 Tahun 2007 dinyatakan bahwa
pemerintah
daerah
Kota
Pontianak
membentuk Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan
2008 tentang Administrasi Kependudukan.
bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
Baik dalam Undang-Undang Nomor 23
Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh
Tahun 2006, Peraturan Pemerintah Nomor 37
bupati/walikota dengan kewenangan meliputi:
Tahun 2007 maupun dalam Peraturan Daerah
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
Kota
pontianak
Nomor
1
Tahun
2008
dinyatakan bahwa Administrasi Kependudukan
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan;
adalah
rangkaian
kegiatan
penataan
dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk,
d. pembinaan penyelenggaraan Kependudukan;
hasilnya
dan
e. pelaksanaan kegiatan masyarakat di bidang Kependudukan;
Pencatatan
Sipil,
pengelolaan
informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan
sosialisasi Administrasi
untuk
pelayanan
publik
dan
pembangunan sektor lain. Dalam Peraturan Daerah Kota pontianak
pelayanan Administrasi
Nomor 1 Tahun 2008 dinyatakan bahwa setiap penduduk
f. penugasan kepada desa atau nama lain untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
wajib
kependudukan
dan
melaporkan peristiwa
peristiwa
penting
yang
dialaminya kepada petugas registrasi dan pejabat pencatatan sipil dengan memenuhi persyaratan
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan
yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 208
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
1 Tahun 2008). Ketentuan ini menunjukan bahwa
kependudukan yang menetapkan kewajiban bagi
setiap penduduk memiliki kewajiban dalam
setiap
pelaksanaan administrasi kependudukan, yaitu
(pelaksana administrasi kependudukan), namun
kewajiban
dalam kenyataannya di Kota Pontianak masih
untuk
kependudukan
dan
melaporkan peristiwa
peristiwa
penting
yang
penduduk
dan
pemerintah
daerah
banyak warga masyarakat (penduduk) yang tidak
dialaminya.
memiliki
identitas
seperti
Nomor
Induk
Selain meletakan kewajiban bagi setiap
Kependudukan, Kartu Keluarga, Kartu Tanda
penduduk, Peraturan Daerah Kota Pontianak
Penduduk, Akta Pencatatan Penduduk, dan Akta
Nomor 1 Tahun 2008 juga meletakan kewajiban
Kelahiran.
Selain
itu
pengelolaan
data
kependudukan oleh instansi yang berwenang juga
dan tanggung jawan pemerintah daerah, yaitu dan
belum tersusun dan terdata dengan baik. Hal ini
bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
menimbulkan dampak dan mempengaruhi data
administrasi kependudukan yang dilakukan oleh
statistik penduduk yang kurang falid yang pada
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dengan
akhirnya mengakibatkan penyelenggaraan sistem
kewajiban:
administrasi kependudukan di wilayah Kota
Pemerintah
Daerah
berkewajiban
Pontianak tidak berdayaguna dan berhasilguna
a. Mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting; b. Memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting; c. Menerbitkan dokumen kependudukan; d. Mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; e. Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting; dan f. Melaksanakan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil (Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Perda Nomor 1 Tahun 2008).
dalam menunjang pembangunan nasional dan daerah. Hal ini juga menunjukan bahwa warga masyarakat belum memahami pentingnya fungsi Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dalam kaitannya dengan sistem administrasi kependudukan. Pembahasan Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Di Kota Pontianak Di Kaitkan Dengan Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam
kontek
pembangunan
daerah
sebagai bagian dari pembangunan nasional yang Walaupun telah dikeluarkan berbagai peraturan
terkait
dengan
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
administrasi 209
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak kemampuan
masyarakat bagi setiap anggota
masyarakat
agar terwujud derajad
Peristiwa Penting; 4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional, regional, serta lokal; dan 5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
tertib
administrasi kependudukan, melalui kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Pelaksanaan pembangunan di kependudukan
bidang Adapun tujuan dari Penyelenggaraan
memerlukan perangkat hukum
Administrasi Kependudukan adalah untuk:
baik ditingkat pusat maupun daerah. Berkaitan dengan
hal
tersebut
pemerintah
1. memberikan keabsahan identitas dan
telah
mengeluarkan berbagai produk hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mewujudkan 2.
pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum atas peristiwa penting dan peristiwa
3.
kependudukan yang dialami oleh penduduk. Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari Penyelenggaraan administrasi negara.
Dari
Administrasi pemenuhan
sisi
kepentingan
Kependudukan hak-hak
Penduduk,
4.
memberikan
administratif,
2009
seperti
5.
pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif. Administrasi Kependudukan diarahkan untuk: 1. memenuhi hak asasi setiap orang di
bidang Administrasi Kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional; 2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan; 3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa Kependudukan dan
kepastian hukum atas dokumen Penduduk untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk; memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk; menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya; mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan menyediakan data Penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan (hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak yang dikombinasikan dengan ketentuan dalam UU Nomor 23 Tahun 2006).
Dari arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penyelenggaraan
administrasi
kependudukan seperti tersebut di atas, jelaslah 210
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak adanya keinginan yang besar dari pemerintah dan
membentuk Peraturan Daerah Kota Pontianak
juga pemerintah daerah untuk menciptakan tertib
Nomor 1 Tahun 2008 tentang Administrasi
administrasi
Kependudukan.
kependudukan,
memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi setiap
Pencatatan
Sipil
adalah
pencatatan
penduduk/warga negara, serta dalam rangka
peristiwa penting yang dialami oleh seseorang
menghimpun dan menyajikan data kependudukan
dalam register pencatatan sipil pada Dinas
dalam
sistem
Kependudukan dan Catatatan Sipil. Sedangkan
administrasi kependudukan yang terintegrasi
peristiwa penting adalah kejadian yang dialami
dalam
oleh seseorang meliputi:
rangka
menyelenggarakan
menunjang
kegiatan
pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Arah
dan
tujuan
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan
penyelenggaraan
anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
administrasi kependudukan seperti tersebut di
perubahan
atas juga sejalan dengan arah/tujuan dalam
kewarganegaraan.
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam Undang-Undang
Nomor
Tahun
nama
Dari
dan
pencatatan
perubahan
sipil
status
dihasilkan
2004
dokumen Pencatatan Sipil yaitu bukti otentik
dinyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan
hasil pencatatan berupa akta-akta catatan sipil
daerah diarahkan/bertujuan untuk mempercepat
yang meliputi akta kelahiran, akta perkawinan,
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
akta perceraian bagi yang bukan beragama Islam,
peningkatan,
pengakuan dan pengesahan anak, pengangkatan
pelayanan,
32
kelahiran, kematian,
pemberdayaan,
dan
peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
anak/adopsi,
saing daerah dengan memperhatikan prinsip
peristiwa penting lainnya.
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
diselaraskan
dengan
nama,
serta
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya
menganut stelsel aktif bagi Penduduk, di mana
Dalam melaksanakan kewenangan di administrasi
ganti
Perlu juga disadari oleh semua pihak
dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
bidang
kematian,
kependudukan
yang
kewenangan
dalam
pelaksanaan Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya
Peristiwa
Kependudukan
yang
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Demikian juga halnya dengan Pencatatan Sipil
yang berlaku, pemerintah daerah Kota Pontianak
pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi 211
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Penduduk. Pelaksanaan Pencatatan Sipil didasarkan
terbatas atau tinggal sementara, serta perubahan
pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu
status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi
terjadinya Peristiwa Penting yang dialami oleh
tinggal tetap dan Peristiwa Penting, antara lain
dirinya dan/atau keluarganya.
kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan,
Dengan
demikian,
penyelenggaraan
dan
keberhasilan
pendaftaran
penduduk
perceraian,
pengakuan,
dan
termasuk
dan
pengangkatan,
pengesahan
anak,
serta
pencatatan sipil juga sangat tergantung keaktifan
perubahan status kewarganegaraan, ganti nama
dari
dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh
penduduk
yang
melakukan
pendaftaran
pencatatan
sipil.
bersangkutan penduduk
Apabila
untuk
seseorang
maupun
penduduk
merupakan
kejadian
yang
harus
dilaporkan karena membawa implikasi perubahan
tidak
melaporkan berbagai peristiwa kependudukan
data identitas atau surat keterangan kependudukan.
maupun peristiwa penting yang dialaminya, maka
Untuk itu, setiap Peristiwa Kependudukan dan
kegiatan
Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah
pendaftaran
penduduk
maupun
pencatatan sipil tidak akan berhasil sesuai dengan
untuk
yang diharapkan.
pencatatan sesuai dengan ketentuan peraturan
Dalam
penyelenggaraan
kependudukan
juga
pengadministrasian
dan
perundang-undangan.
administrasi
tergantung
dilakukan
Dalam
dari
pemenuhan
hak
Penduduk,
kegiatan/program kerja yang dirancang oleh
terutama di bidang Pencatatan Sipil, masih
pemerintah daerah khususnya instansi terkait.
ditemukan
Adapun kegiatan/program yang sudah dirancang
didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang
oleh
Pontianak
membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama
khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan
sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan
Sipil.
produk
pemerintah
daerah
Sebagaimana penyelenggaraan meliputi
kegiatan
Kota
diketahui
administrasi pendaftaran
penggolongan
kolonial
Penduduk
Belanda.
yang
Penggolongan
Penduduk dan pelayanan diskriminatif yang
bahwa
demikian itu tidak sesuai dengan Pancasila dan
kependudukan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
kependudukan
Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan
(terkait dengan peristiwa kependudukan) dan
pengadministrasian kependudukan mengalami
pencatatan sipil 9terkait dengan peristiwa penting).
kendala yang mendasar sebab sumber Data
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan
Kependudukan
alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal 212
belum
terkoordinasi
dan
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan
merupakan
yang
sistem
verifikasi dan validasi data jati diri seseorang
Administrasi Kependudukan yang utuh dan
guna mendukung pelayanan publik di bidang
optimal.
Administrasi Kependudukan. Sebagai kunci akses
belum
terwujud
dalam
suatu
dalam
Kondisi sosial dan administratif seperti
kunci
akses
pelayanan
dalam
melakukan
kependudukan,
NIK
yang dikemukakan di atas tidak memiliki sistem
dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi
database
menunjang
setiap Penduduk. NIK bersifat unik atau khas,
pelayanan Administrasi Kependudukan. Kondisi
tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar
itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem
sebagai Penduduk Indonesia dan berkait secara
kependudukan
yang
langsung
Administrasi Kependudukan yang sejalan dengan memenuhi
tuntutan
masyarakat
seluruh
Dokumen
Kependudukan.
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk
dengan
atas
Untuk
penerbitan
NIK,
setiap
pelayanan kependudukan yang profesional yang
Penduduk wajib mencatatkan biodata Penduduk
didukung oleh semangat otonomi daerah.
yang diawali dengan pengisian formulir
Seluruh menjadi
kondisi
dasar
membentuk
tersebut
pertimbangan
atas
biodata Penduduk di kelurahan secara benar.
perlunya
NIK wajib dicantumkan dalam setiap Dokumen
di
Undang-Undang
Kependudukan,
tentang
baik
dalam
pelayanan
Kota
Pendaftaran Penduduk maupun Pencatatan
Pontianak kondisi demikian juga masih ada,
Sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai
sehingga
dokumen yang ditetapkan menurut peraturan
Administrasi
Kependudukan, hal
tersebut
dasar/mendorong
pemerintah
dan
di
juga
menjadi
daerah
perundang-undangan.
Kota
Pontianak dalam membentuk Peraturan Daerah
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya
Nomor 1 Tahun 2008.
menganut
stelsel
aktif
bagi
Penduduk.
Pelaksanaan Pendaftaran Penduduk didasarkan
Peraturan Daerah tentang Administrasi dan
pada asas domisili atau tempat tinggal atas
pembentukan sistem yang mencerminkan adanya
terjadinya Peristiwa Kependudukan yang
reformasi di bidang Administrasi Kependudukan.
dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya.
Salah satu hal penting adalah pengaturan mengenai
Pencatatan Sipil pada dasarnya juga menganut
penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK).
stelsel
NIK adalah identitas Penduduk Indonesia dan
Pencatatan Sipil didasarkan pada asas peristiwa,
Kependudukan
ini
memuat
pengaturan
213
aktif
bagi
Penduduk.
Pelaksanaan
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak yaitu tempat dan waktu terjadinya Peristiwa
Induk Kependudukan, Kartu Keluarga, Kartu
Penting yang dialami oleh dirinya dan/atau
Tanda Penduduk, Akta Pencatatan Penduduk,
keluarganya.
Akta Kelahiran, dan lain sebagainya.
Dalam
rangka
pembangunan
Selain
itu
pengelolaan
data
berkelanjutan serta dalam upaya peningkatan
kependudukan oleh instansi yang berwenang
pelayanan publik, maka perlu memperhatikan
juga belum tersusun dan terdata dengan baik.
adanya faktor kependudukan secara menyeluruh,
Hal
baik pendaftaran, dokumen, pengelolaan dan lain
mempengaruhi data statistik penduduk yang
sebagainya. Data dan dokumen serta informasi
kurang
kependudukan ini dapat dipergunakan untuk
mengakibatkan
perencanaan
program
administrasi kependudukan di wilayah Kota
pemerintah serta pelayanan masyarakat. Tertib
Pontianak tidak berdayaguna dan berhasilguna
administrasi kependudukan mewujudkan hak dan
dalam menunjang pembangunan nasional dan
kewajiban
daerah. Hal ini juga menunjukan bahwa warga
pembangunan
bagi warga
dan
negara
yang
harus
ini
menimbulkan falid
yang
dampak pada
dan
akhirnya
penyelenggaraan
sistem
diberikan sejak mereka lahir. Dokumen otentik
masyarakat
dapat bermanfaat bagi warga masyarakat yang
fungsi Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
mengalami peristiwa penting dan sebagai bukti
Sipil
status seseorang akan kewarganegaraannya dalam
administrasi kependudukan.
hubungan dengan masyarakat secara luas, karena
belum memahami pentingnya
dalam
Masih
kaitannya
adanya
dengan
penduduk
sistem
Kota
setiap peristiwa kependudukan memerlukan bukti
Pontianak yang tidak memiliki dokumen
sah menurut peraturan perundangan.
kependudukan maupun dokumen pencatatan
Pentingnya dokumen kependudukan
sipil sebagai bukti sah atas terjadinya peristiwa
dan pencatatan sipil sebagai suatu bukti yang
kependudukan dan peristiwa penting yang
sahnya bagi setiap penduduk kurang disadari
dialami oleh penduduk di Kota Pontianak,
oleh masyarakat di Kota Pontianak, sehingga
menunjukkan
banyak penduduk di Kota Pontianak yang
administrasi kependudukan belum berjalan
tidak memiliki bukti yang sah terkait dengan
sebagaimana diharapkan.
bahwa
penyelenggaraan
peristiwa kependudukan dan peristiwa penting
Terdapat beberapa kendala yang
yang dialaminya, seperti banyak penduduk
dihadapi dalam penyelenggaraan administrasi
yang tidak memiliki identitas seperti Nomor
kependudukan di Kota Pontianak, antara lain: 214
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak 1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya dokumen kependudukan dan dokumen pencatatan sipil, hal ini berdampak pada rendahnya keinginan masyarakat untuk melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya, dalam rangka untuk mendapatkan bukti yang sah. 2. Terdapat penduduk Kota Pontianak yang tidak memiliki dokumen sama sekali, sehingga menyulitkan instansi terkait untuk memberikan status kependudukan dan pencatatan sipil guna mendapatkan dokumen dasar yang harus dimiliki penduduk. 3. Pengetahuan dan pemahaman sebagian warga masyarakat masih kurang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan di bidang administrasi kependudukan, termasuk pengetahuan dan pemahaman mengenai stetsel aktif dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. 4. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang mengerti/menguasai teknologi informasi dalam melakukan proses pengolahan data kependudukan secara cepat. 5. Prasarana dan sarana penunjang penyelenggaraan administrasi kependudukan yang masih sangat terbatas, sehingga hal ini seringkali menjadi penghambat dalam memberikan pelayanan yang profesional kepada penduduk.
mengurus
daerah,
Undang-Undang disebutkan
dalam Nomor
bahwa
prinsip
penjelasan 32
Tahun
otonomi
mengatur
semua
urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam undangundang
ini.
membuat
Daerah
memiliki
kewenangan
kebijakan daerah untuk memberi
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan
dengan
prinsip
tersebut
dilaksanakan juga prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benarbenar
sejalan
dengan tujuan
dan
maksud
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian
Sehubungan dengan penyelenggaraan otonomi
dan
utama dari tujuan nasional.
umum
Penyelenggaraan otonomi daerah harus
2004 selalu
daerah
berorientasi
pada
menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya
kesejahteraan
dalam
memperhatikan kepentingan serta aspirasi yang
arti
daerah
diberikan
kewenangan 215
masyarakat
peningkatan dan
selalu
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
tumbuh dalam masyarakat. Sejalan dengan
penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan data-
prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus
informasi
selalu
perhatian untuk mewujudkannya. Karena sampai
berorientasi
kesejahteraan
pada
masyarakat
peningkatan dengan
kependudukan,
patut
menjadi
selalu
saat ini, peraturan perundang-undangan yang
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang
mendukungnya masih terpisah-pisah, berjalan
tumbuh dalam masyarakat.
sendiri-sendiri tanpa ada kaitan satu dengan
Dalam penyelenggaraan administrasi
lainnya. Perwujudan suatu sistem memang sangat
kependudukan, peran berbagai instansi terkait
didambakan oleh masyarakat. Bahkan sebagai ciri
sangat menentukan keberhasilan, sehingga perlu
dari penyelenggaraan
administrasi
yang
modern
khususnya bidang pelayanan masyarakat.
adanya peningkatan kapasitas para pelaksana penyelenggaraan
negara
kependudukan.
Kebutuhan yang paling dekat adalah
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan
pencatatan sipil, namun demikian belum ada yang
bekal, pengetahuan dan kemampuan teknis para
secara otomatis dapat mengalir datanya pada
aparat/petugas yang menangani kependudukan
pendafataran
dan
ternyata masing-masing masih mementingkan
pencatatan
sipil
akan
tata
cara
penduduk.
penyelenggaraan administrasi kependudukan dan
kepentingan
pencatatan
sipil.
Sedangkan
memperhatikan
diharapkan
adalah
peningkatan
hasil
teknis bagi petugas kecamatan dan
yang
kemampuan
koordinatif.
sektoralnya
Pada dari
kepentingan
Sebagai
contoh
prakteknya, pada
lebih
bersama
secara
konkrit,
data
kelurahan
pencatatan perkawinan bagi yang beragama
akan tata cara penyelenggaraan administrasi
Islam, berhenti di KUA hanya sebagai laporan
kependudukan dan pencatatan sipil. Hasil lain
data ke Departmen Agama. Sedangkan Kantor
yang diharapkan adalah terwujudnya tertib
Catatan Sipil di wilayah yang sama tidak
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
memiliki akses dan tidak memperoleh data sama
di kecamatan, dan kelurahan sebagai titik awal
sekali dari KUA. Sehingga fungsi Kantor Catatan
menuju tertib administrasi kependudukan dan
Sipil seolah-olah hanya berlaku bagi bukan yang
pencatatan
beragama
sipil
berskala
nasional
secara
berjenjang.
Islam.
Demikian
pula
masalah
perceraian yang diputus baik oleh Pengadilan sistem
Agama (bagi yang beragama Islam) maupun
administrasi yang menyangkut seluruh masalah
Pengadilan Negeri (bagi yang beragama lain).
kependudukan,
Data dari kedua pengadilan tersebut tidak
Gagasan
menyusun yang
meliputi
suatu
pendaftaran 216
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak ditransfer secara otomatis kepada Kantor Catatan
sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi
Sipil. Oleh karenanya adalah wajar kalau data
negara.
dari dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Administrasi
dengan BPS tidak sama.
pemenuhan
Demikian
pula
dalam
Dari
kepentingan
Kependudukan hak-hak
pelayanan
masalah
sisi
publik
Penduduk, memberikan
administratif,
serta
seperti
perlindungan
yang
perkawinan, kematian, dan status anak. Banyak
berkenaan dengan Dokumen Kependudukan,
manfaat yang membawa akibat hukum bagi diri
tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
seseorang.
yang
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:
diterbitkan oleh pejabat Kantor Catatan Sipil,
pertama, memenuhi hak asasi setiap orang di
Sebuah
akta
perkawinan
bidang
memiliki arti yang sangat besar di kemudian hari, manakala
terjadi
sesuatu.
Misalnya
Administrasi
Kependudukan
tanpa
diskriminasi dengan pelayanan publik yang
untuk
kepentingan menentukan ahli waris, menentukan
profesional;
dan
Penduduk akan kewajibannya untuk berperan
memastikan
muhrimnya,
atau
bahwa dapat
mereka memberi
adalah arah
serta
ke
kedua,
dalam
meningkatkan kesadaran
pelaksanaan
Administrasi
pengadilan mana ia mengajukan cerai dan lain-
Kependudukan; ketiga, memenuhi data statistik
lain yang tanpa disadari akta-akta tersebut sangat
secara
penting
kependudukan dan Peristiwa Penting; keempat,
artinya
bagi
kehidupan
seseorang.
nasional
mengenai
Memang tidak dapat disangkal bahwa sistem
mendukung
perumusan
administrasi kependudukan merupakan sistem
perencanaan
pembangunan
yang
mengatur
menyangkut
kebijakan secara
dan
nasional,
administrasi
yang
regional, serta lokal; dan kelima, mendukung
kependudukan
pada
pembangunan
seluruh
masalah
Peristiwa
sistem
Administrasi
Kependudukan.
umumnya. Dalam hal ini terkait tiga jenis pengadministrasian, yaitu pertama pendaftaran
Penyelenggaraan berlujuan
Administrasi
penduduk, kedua pencatatan sipil, dan ketiga
Kependudukan
untuk:
pertama,
pengelolaan informasinya. Ketiga sub sistem
memberikan keabsahan identitas dan kepastian
tersebut masing-masing memiliki pengertian dan
hukum atas dokumen Penduduk untuk setiap
definisi yang mampu memberikan gambaran
Peristiwa kependudukan dan Peristiwa Penting
tentang seluruh kegiatannya.
yang dialami oleh penduduk; kedua, memberikan
Administrasi Kependudukan sebagai
perlindungan status hak sipil Penduduk; ketiga,
suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan
menyediakan data dan informasi kependudukan
217
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk
Daftar Pustaka
dan Pencatatan sipil pada berbagai tingkatan
Amrah Muslimin, 1982, Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni, Bandung.
secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan
Atmosudirdjo, Prajudi, 2001, Administrasi Negara, Indonesia, Jakarta.
kebijakan dan pembangunan pada umumnya; keempat,
mewujudkan
tertib
Administrasi
Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan kelima,
menyediakan
data
Penduduk
2009
Hukum Ghalia
Ateng Syafruddin, 1985, Pasang Surut Otonomi Daerah, Bina Cipta, Bandung.
yang
menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam pembangunan, dan kemasyarakatan.
Hadjon, Philipus M., dkk., 1994, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University, Yogyakarta
Penutup
Marcus
penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,
Penyelenggaraan administrasi kependudukan di
Mertokusumo, Sudikno, 1996, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta.
Kota Pontianak pada dasarnya menyangkut pendataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen
dan
data
kependudukan
pendaftaran
penduduk,
pengelolaan
informasi
melalui
pencatatan kependudukan
M. Arif Nasution, 2000, Demokratisasi dan Problema Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung.
sipil, serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan dan
Prajudi Atmosudirdjo, 1994, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta.
pembangunan sektor lainnya di Kota Pontianak. Dalam
rangka
memberikan
landasan
Lukman, 2007, Hukum Tata Pemerintahan Daerah, Cetakan Pertama, PMIH Untan Press, Pontianak.
bagi
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen I, II, III dan IV.
penyelenggaraan administrasi kependudukan di Kota Pontianak sesuai dengan kewenangannya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
Pemerintah Daerah Kota Pontianak membentuk Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Administrasi Kependudukan.
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
218
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 1 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan.
219
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Terhadap Hak-Hak Pasien Di Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak Oleh : H. Mochammad Salim Abstrak Pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dalam kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien, tenaga medis dan non medis di Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak, dengan harapan dapat membuka pandangan tentang tanggung jawab dan kewajiban semua fihak, termasuk tanggung jawab hukum. Dimana hubungan hukum selalu menimbulkan hak dan kewajiban yang berlaku timbal balik, demikian pula halnya dengan hubungan hukum antara pasien dengan tenaga medis maupun non medis di Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak, yaitu hak bagi profesional medis akan menjadi sebuah kewajiban bagi pasien dan hak pasien akan menjadi kewajiban bagi tenaga medis, yang selama ini tidak banyak difahami baik oleh tenaga medis maupun pasien. Dengan memahami hak dan kewajibannya terkait dengan penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan pengembangan ilmu kedokteran dan hukum kedokteran di Rumah Sakit Kartika Husada. Abstract The implementation of the mandate of the law number 29 of 2004 on the medical practice in relation to legal protection of the patients rights, medical and non medical staff in Kartika Husada hospital Pontianak, hoping to open a view on the responsibilities and obligations of all parties, including the legal responsibility. The law relationship always raises rights and obligations that apply reciprocity, so is the legal relationship between the patients with medical and non medical staff in Kartika Husada hospital Pontianak. The right for medical personnel will be mandatory for patients and patients' rights will be mandatory for medical personnel, who have not understood well by many medical workers and patients. By understanding their rights and obligations associated with the implementation efforts of health services in Kartika Husada hospital Pontianak, it is expected to improve service quality and enhance the development of medical science and law.
48
TNI dan dr THT di Kota Pontianak
220
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
kesehatan memiliki peranan penting karena
Pendahuluan
terkait langsung dengan pemberian pelayanan
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya
ditujukan
untuk
kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.
meningkatkan
Dasar yuridis bagi dokter untuk melakukan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
tindakan medis terhadap pasien adalah ilmu
sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan
pengetahuan, teknologi medik, dan kompetensi
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu
yang dimiliki melalui proses pendidikan formal
unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan
dan pelatihan yang
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun
1945.
Kondisi
manusia haruslah dapat pemberian
haruslah secara terus-menerus,
upaya
ditingkatkan
kualitasnya
diwujudkan dalam
berbagai
ditempuh untuk mencapai
profesi dokter. Pengetahuan yang dimilikinya
kesehatan
sebagai bentuk hak yang paling asasi bagi setiap bentuk
2009
Dokter dengan perangkat keilmuannya
bidang
kesehatan kepada masyarakat Indonesia melalui
memiliki
karakteristik
penyelenggaraan pembangunan bidang kesehatan
kekhususannya
yang berkualitas dan bertanggung jawab serta
perlindungan
terjangkau secara ekonomis oleh seluruh lapisan
keselamatan
masyarakat. Penyelenggaraan praktik kedokteran
dari pembenaran yang diberikan oleh ilmu
yang merupakan inti dari keseluruhan rangkaian
hukum,
kegiatan dan aktifitas dalam penyelenggaraan
tindakan medis terhadap organ tubuh manusia
upaya bidang kesehatan haruslah dilakukan oleh
dalam upaya memelihara dan meningkatkan
setiap profesi dokter yang memiliki kode etik
derajat kesehatan.
itulah yuridis
dan
khusus,
yang
memerlukan
karena
menyangkut
pasien. Kekhasannya ini terlihat
yaitu
Dengan
dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan
khas
diperkenankannya
demikian
melakukan
tindakan
medis
yang secara terus menerus ditingkatkan mutunya
terhadap tubuh manusia yang dilakukan oleh
melalui upaya pendidikan dan pelatihan yang
bukan dokter dapat diklasifikasikan sebagai
berkesinambungan, sertifikasi, registrasi, lisensi,
tindak pidana yang dapat diancam dengan
pembinaan dan pengawasan serta pemantauan
ancaman pidana. Berkurangnya kepercayaan
secara periodik agar penyelenggaraan praktik
masyarakat terhadap profesi dokter, maraknya
kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu
tuntutan hukum yang diajukan oleh masyarakat
pengetahuan, teknologi, hukum dan hak azasi
dewasa
manusia. Dokter sebagai pemberi pelayanan 221
ini
seringkali
diidentikan
dengan
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak kegagalan sebuah upaya penyembuhan yang
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 29
dilakukan oleh dokter.
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, maka
Sebaliknya apabila tindakan medis yang
penyelenggaraan
praktik
kedokteran
mulai
dilakukan oleh dokter dapat berhasil, dianggap
menunjukkan penempatan hak-hak pasien yang
sebagai hal yang semestinya, karena profesi
lebih
dokter dan dengan perangkat ilmu pengetahuan
diterapkannya
dan teknologi yang dimiliki sudah sewajarnya
ini,dimana selama ini apabila ada kesalahan
dapat
tindakan
menyembuhkan
penyakit,
upaya
sehingga
Undang
dokter
selalu
dengan Undang saja
sebelum
Nomor pasien
29 yang
dari
penyakit
selalu dianggap identik dengan
Kelompok medis selalu merasa diatas
kesalahan dalam sebuah tindakan medik. Padahal
angin, perlindungan hukum bagi pasien jauh
sebagai
bisa
tertinggal di belakang.Undang-Undang Nomor 29
untuk
tahun 2004 ini sekaligus untuk dapat melakukan
ada
penilaian terhadap kemampuan profesi dokter
berikhtiar
biasa
secara
menyembuhkan
suatu
dokter
hanya
maksimal penyakit,
tidak
suatu
dibanding
kegagalan
manusia
penyembuhan
baik
disalahkan.
jaminan pasti sembuh, sebab yang pasti dan maha
dalam
memberikan
pelayanan
kepada
penentu adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
masyarakat, Undang-Undang Nomor 29 Tahun
Berbagai upaya (hukum) dalam rangka
2004 tentang Praktik Kedokteran ini juga akan
memberikan perlindungan secara menyeluruh
menjembatani kepentingan kedua fihak yaitu
kepada setiap masyarakat sebagai fihak penerima
antara
pelayanan dan dokter sebagai fihak pemberi
kesehatan. Dalam Undang-Undang Nomor 29
pelayanan kesehatan telah banyak dilakukan,
Tahun 2004 diatur mengenai hak dan kewajiban
akan tetapi kemajuan ilmu pengetahuan dan
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan,
teknologi kedokteran nampaknya berkembang
serta hak dan kewajiban masyarakat (pasien)
lebih cepat dari perkembangan ilmu hukum,
dalam menerima pelayanan kesehatan. Dalam
sehingga menyebabkan
hukum tertinggal atau
kenyataannya apakah semua kewajiban dokter
tidak seimbang dengan kemajuan di bidang ilmu
sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
kedokteran.
dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
pemberi
dan
penerima
pelayanan
Perangkat hukum yang mengatur hak dan
maupun ketentuan dalam kode etik kedokteran,
kewajiban tenaga medis serta yang mengatur hak
dimana pada akhirnya mengakibatkan hak-hak
dan kewajiban pasien, khususnya di Indonesia
masyarakat (pasien) juga tidak terlaksana dengan
sudah nampak ada kemajuan, yaitu dengan
baik. Dalam tesis ini penulis memfokuskan 222
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
penelitian pada Rumah Sakit Kartika Husada
Kartika Husada berarti dapat melakukan praktik
Pontianak.
kedokteran di wilayah hukum Kalimantan Barat.
Rumah
Sakit
yang
Dengan demikian, maka Rumah Sakit Kartika
dimaksudkan di sini adalah Rumah Sakit
Husada sebagai institusi militer, selain melayani
Angkatan
Darat
Kartika
III
Detasemen
upaya kesehatan prajurit TNI dan keluarganya
Pontianak
Kesehatan
juga melayani masyarakat umum. Organisasi dan
Komando Daerah Militer VI/Tanjungpura atau
Tugas Rumah Sakit Militer telah dibakukan,
sering disebut Rumkit Tk.III Pontianak. Rumah
sehingga Rumah Sakit Militer akan sama pada
Sakit ini terletak di Jalan Adi Sucipto Km 6,5
tingkatan yang sama, misalnya untuk wilayah
Pontianak
wilayah
Korem maka rumah sakit yang dibentuk yaitu
Kabupaten Kubu Raya yang selanjutnya dalam
Rumah sakit Tk.III ,ini setara dengan Rumah
tesis ini disingkat Rumah Sakit Kartika Husada.
Sakit Umum Tipe C, sedangkan untuk wilayah
Kesehatan
Tingkat
Husada
Wilayah
dan
sekarang
masuk
Rumah Sakit Kartika Husada adalah rumah
sakit
militer,
sehingga
Kodam dibangun Rumah Sakit Tk.II.ini setara
dalam
dengan Rumah Sakit
operasionalisasinya juga berdasarkan ketentuan
seterusnya.
yang diatur dalam hukum kemiliteran. Dengan
Organisasi dan Tugas, diatur melalui Surat
demikian dokter Rumah Sakit Kartika Husada
Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor
dalam menjalankan profesinya selain tunduk
Skep/69/XII/2004 tanggal 24 Desember 2004
kepada ketentuan hukum militer, juga harus
tentang Organisasi dan Tugas Rumah Sakit.
tunduk pada Undang-Undang Nomor 29 tahun
Ketentuan
Umum tipe B dan internal
mengenai
Selain mengatur Tugas dan wewenang
2004 tentang Praktik Kedokteran dan juga harus
personil
mentaati norma Kode Etik Kedokteran Indonesia
Keputusan Kasad ini juga mengatur peralataan
(KODEKI). Dalam operasionalnya Rumah Sakit
apa yang harus dimiliki rumah sakit serta personil
Kartika Husada selain melayani pasien dinas
yang mengoperasikannya. Tetapi untuk jabatan
yaitu militer beserta keluarganya dan sipil militer
personil yang melayani permasalahan hukum
dan keluarganya, Rumah Sakit ini juga melayani
yang
masyarakat umum, sehingga siapa saja dapat
belumlah ada.
berobat kerumah sakit tersebut tanpa melihat sipil
diberikan
berkaitan
Angkatan
dengan
Darat,
hukum
Surat
kedokteran
Pemberi pelayanan kesehatan, walaupun
atau militer. Atas
Kesehatan
berstatus militer tidak bisa lepas dari ketentuan dasar
kewenangan
yang
telah
hukum yang tercantum dalam Undang-Undang
tersebut maka dokter Rumah Sakit
Nomor 29 tahun 2004. Ketentuan hukum militer 223
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak yang diterapkan di Rumah Sakit militer adalah
hak untuk menentukan nasib sendiri dan hak atas
khusus mengenai pelanggaran Disiplin Militer
informasi. Hak dan kewajiban harus dibedakan
dan Pidana Militer, inipun hanya untuk personil
dengan hukum karena hak dan kewajiban bersifat
yang berstatus militer aktif, dan tidak bagi
individual
karyawan sipil. Institusi Rumah Sakit Kartika
sedangkan hukum bersifat umum (universal) dan
Husada Pontianak , belum mempunyai personil
berlaku untuk semua orang. Dalam hal tertentu,
khusus yang bertugas menangani masalah yang
umumnya hak dan kewajiban yang dimiliki
berkaitan dengan hukum kedokteran. Jabatan
tenaga
yang
berbalikan, artinya hak yang dimiliki
dianggap
tidak
perlu
ini
biasanya
yang
medik
melekat
dan
pada
pasien
individu,
bersifat
saling profesi
dibebankan kepada Kepala Rumah Sakit. Padahal
medik merupakan kewajiban bagi pasien, dan hak
tidak semua Kepala Rumah Sakit menguasai
pasien
Hukum Kedokteran. Hal ini mengakibatkan
dilaksanakan oleh tenaga medik.
penanganan aduan hukum dari pasien kurang
dan kewajiban yang dimiliki oleh tenaga medis
mendapat
dan pasien di RS Kartika Husada yaitu:
tanggapan sebagaimana
mestinya.
Dalam banyak hal menunjukkan sering terjadinya
merupakan
kewajiban
yang
harus
Adapun hak
1. Perlindungan Hak dan Kewajiban Pasien
benturan antara kepentingan militer dengan
Hak pasien bersumber dari hak dasar
pelaksanaan ketentuan sebagaimana diatur dalam
individu dalam bidang kesehatan (individual
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, dan
of human right). Hak pasien di antaranya telah
bahkan sering terjadi penanganan pasien umum
diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
disamakan dengan penanganan pasien anggota
Tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu Pasal 4,
TNI atau dengan kata lain nuansa kemiliteran
Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 53 Ayat (2).
lebih
Berdasarkan ketentuan
dominan
dibandingkan
dengan
pasal-pasal di atas,
melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang
nampak jelas bahwa hak pasien dilindungi
Nomor 29 Tahun 2004 dalam menangani pasien
oleh rumah sakit Kartika Husada. Pengaturan
umum.
mengenai hak-hak Pasien tersebut, antara lain meliputi:
Analisis Pelaksanaan Perlindungan Hak dan Kewajiban Asas perjanjian terapeutik bertumpu pada
a. Hak untuk memperoleh informasi yang jelas perihal penyakitnya (meliputi penyakit yang diderita, tindakan medis yang akan dilakukan, kemungkinan masalah yang timbul akibat tindakan medis dan tindakan yang dilakukan
dua macam hak asasi yang paling mendasar, yaitu 224
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
b.
c.
d.
e.
f.
untuk mengatasinya, alternatif terapi lainnya dan perkiraan biaya yang diperlukan). Oleh karena itu dalam kebijakan Kepala RS Kartika Husada bahwa pasien dapat menfoto copy rekaman medis terbatas 123. Hak menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan oleh profersi medis atas penyakit yang dideritanya. Oleh sebab itu RS Kartika Husada sering memberikan kesempatan pasien untuk melakukan konsultasi sebelum tidakan medis dilaksanakan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh drg Eni pada saat penulis menyerahkan formulir ques sekaligus wawancara di ruang kerjanya 124. Hak untuk memberikan persetujuan dalam bentuk informed consent jika sebelumnya pasien dalam keadaan pingsan (tidak sadarkan diri), atau bagi pasien yang akan menjalani tindakan operasi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh dr Neti pada saat penulis menyerahkan formulir ques sekaligus wawancara di ruang kerjanya 125. Hak untuk dirahasiakan selamanya tentang keadaan kesehatan termasuk data-data medis yang dimilikinya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh sdr Wasirat pada saat penulis menyerahkan formulir ques sekaligus wawancara di ruang kerjanya kamar Rawat Inap 126. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis sebaik-baiknya (berdasarkan Pasal 2 Kode Etik Kedokteran Indonesia yang menyatakan bahwa dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi), maksudnya pelayanan Yankes yang maksimal. Hak untuk menolak perawatan dari profesi medis atas kesadaran sendiri tanpa adanya
2009
intervensi dari fihak lain. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Aya Irjani pada saat penulis mewawancarai di ruang kerjanya 127. g. Hak untuk menolak tindakan medis tertentu yang akan dilakukan oleh tenaga medis terhadap diri pasien. Oleh karena itu kebijakan Kepala RS Kartika Husada Pontianak dengan menerapkan kebebasan pasien 128. Sekalipun pasien tidak memahami hakhaknya sebagaimana tersebut di atas, namun fihak institusi rumah sakit Kartika Husada Pontianak sebagai
penyelenggara
pelayanan
kesehatan
masyarakat berupaya melindungi hak-hak pasien secara maksimal. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh 2 responden dari pasien dinas dan 5 responden dari pasien masyarakat umum, bahwa selama mereka berobat di rumah sakit Kartika Husada Pontianak selama 3 tahun terakhir ini selalu mendapatkan pelayanan yang layak dan wajar. Mengenai kewajiban pasien terhadap institusi
penyelenggara
upaya
pelayanan
kesehatan dalam hal ini rumah sakit Kartika Husada Pontianak, sebagaimana dikatakan oleh Kepala Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak, bahwa selama ini pasien selalu memenuhi kewajibannya terutama biaya administrasi 129.
123
Ques dan Wawancara dengan dr. Jojok.S Kepala RS Kartika Husada Pontianak, April 2008. 124 Ques dan Wawancara dengan drg. Eni di RS Kartika Husada Pontianak, April 2008. 125 Ques dan Wawancara dengan dr. Neti di RS Kartika Husada Pontianak, April 2008. 126 Ques dan Wawancara dengan sdr. Wasirat di Ruang Rawat Inap RS Kartika Husada Pontianak, April 2008.
127
Ques dan Wawancara dengan Ibu Aya Irjani di RS Kartika Husada Pontianak, April 2008. 128 Ques dan Wawancara dengan dr. Jojok.S Kepala RS Kartika Husada Pontianak, April 2008. 129 Wawancana dengan dr. Jojok.S Kepala RS Kartika Husada Pontianak, April 2008.
225
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Perlindungan
Hak
dan
2009
melaksanakan pengobatan bagi pasien. Dengan
kewajiban
demikian terbentuklah apa yang dinamakan
Tenaga Medis Berbicara soal hubungan antara pasien
sebuah perikatan (verbintenis). Dalam perikatan
dengan tenaga medis, selalu menimbulkan hak
hukum antara dokter dengan pasien, maka
dan kewajiban yang berlaku timbal balik,
perikatannya adalah ”inspanning verbintenis”
demikian pula halnya dengan hubungan yang
atau disebut perikatan sebuah ikhtiar atau
terjadi antara pasien dan tenaga medis di RS
pengupayaan. Pengertian dari
Kartika Husada, yaitu hak dokter akan menjadi
ikhtiar dimaksudkan bahwa prestasi yang harus
sebuah kewajiban bagi pasien dan hak pasien
diberikan oleh tenaga medis terhadap pasiennya adalah merupakan upaya semaksimal mungkin,
akan menjadi kewajiban bagi seorang medis. Dengan kata lain
artinya seorang profesi medis tidak menjanjikan
hubungan yang melahirkan
suatu hasil tertentu kepada pasiennya.
aspek hukum antara dua subyek hukum (si sakit dan sang pengobat) yang kemudian melahirkan hak
dan
kewajiban
ini tidak mungkin dimintakan suatu jaminan dari
bersangkutan. Tentu hubungan hukum ini tidak
tenaga medis, agar pasiennya dipastikan dapat
menjanjikan suatu kesembuhan bagi seorang
sembuh seperti seia kala. Perikatan antara tenaga
pasien, karena obyek dari hubungan hukum itu
medis dengan pasien sering dikenal dengan
berwujud
yang
istilah perjanjian atau kontrak atau transaksi
dilakukan secara hati-hati dan cermat oleh sang
”terapeutik”. Transaksi terapeutik terjadi pada
pengobat berdasarkan ilmu pengetahuan dan
saat pasien datang kepada tenaga medis di RS
pengalaman
dalam
Kartika Husada, dalam arti menerima penawaran
menangani penyakit pasiennya. Sikap kehati-
jasa pelayanan kesehatan dan selanjutnya sang
hatian dan kecermatan sang pengobat dalam
tenaga medis menerima pasien dan kemudian
mengupayakan kesembuhan si pasien disebut
mengupayakan kesembuhan atas penyakit si
istilah ”inspanning verbintenis” dan bukan
pasien.
sebagaimana halnya ”resultan verbintenis” yang
Perdata diatur dalam Pasal 1601. Perjanjian
menjanjikan suatu hasil. Oleh karena itu dilihat
tersebut dapat diadakan secara tertulis maupun
dari hubungan hukum, antara tenaga medis dan
lisan, tetapi dalam praktik sehari-hari di RS
pasien terdapat apa yang dikenal dengan istilah
Kartika Husada banyak dilakukan secara lisan,
”saling sepakat” untuk mengikatkan diri dalam
sebab tidak praktis dan tidak efisien jika setiap
seorang
upaya
para
Dan yang jelas adalah bahwa perikatan
pihak
sebuah
bagi
perikatan
maksimal
profesi
dokter
226
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
saat dibuat perjanjian tertulis, tetapi jika dokter
yang nyata-nyata melanggar hukum maka akan
akan melakukan tindakan operasi medis pasti
diselesaikan dengan hukum yang berlaku di
membuat perjanjian dalam bentuk tertulis.
lingkungan Angkatan Darat.
militer diselesaikan melalui peradilan militer dan
Hak-hak profesi Tenaga Medis di RS Kartika Husada yang timbul
oleh
Untuk anggota
untuk anggota dari pegawai negeri sipil di
karena
lingkungan Angkatan Darat dapat diserahkan
adanya transaksi terapiutik yaitu:
pada pengadilan negeri setempat. a. b. c. d. e.
f. g. h.
Bidan kewenangannya telah dilindungi
Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesi yang disandangnya. Hak menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan, profesi dan etika. Hak atas informasi yang lengkap dan jujur dari pasien tentang keluhan yang diderita. Hak atas imbalan jasa dari sebuah upaya pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasiennya. Hak mengakhiri hubungan dengan pasien, jika pasien tidak patuh atau berkembangnya hubungan yang kurang baik antara tenaga medis dengan pasien. Hak atas iktikat baik dari pasien dalam pelaksanaan perjanjian atau transaksi terapeutik. Hak untuk diperlakukan adil dan jujur. Hak atas privacy tenaga medis. Pelanggaran
disiplin
kedokteran
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 363/Men Kes/Per/IX/1980 yang disebutkan
bahwa
bidan
berwenang
untuk
memberikan obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan, sepanjang hak itu tidak melalui suntikan. Dalam perikatannya, tanpa instruksi dari dokter, tenaga keperawatan tidak berwenang untuk bertindak sendiri, kecuali dalam bidang tertentu yang bersifat umum dan merupakan tugas seorang perawat, sebagaimana diatur dalam Permenkes. Dalam melakukan pekerjaannya, tanggung jawab sepenuhnya berada pada bidan
dan
yang bersangkutan meliputi kewenangan tugas
pelanggaran etika kedokteran bagi tenaga medis
antara lain melayani kasus ibu untuk: pengawasan
di RS Kartika
kehamilan,
Husada dapat diancam dengan
pertolongan
persalinan
normal
Pasal 67 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
(termasuk pertolongan persalinan letak sungsang
tentang Prakrik Kedokteran.
multipara),
episiotomi
dan penjahitan
luka
Oleh karena itu Majelis Kode Etik
perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan nifas
Kedokteran Indonesia memberi keputusan dari
dan menyusukan, pemberian uterotonik, dan
pengaduan terkait dengan disiplin profesi dokter.
pemakaian cara kontrasepsi sesuai kebijakan
Sedangkan bagi tenaga medis dan para medis
pemerintah. 227
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Dibawah pengawasan dokter bidan diberi wewenang
khusus
kehamilan,
pertolongan
persalinan dan pertolongan darurat. melakukan kewajibannya
menurut
Dalam
Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Kewenangan Bidan dinyatakan: ”... bahwa bidan harus merujuk pasien yang ada dalam keadaan diluar batas kemampuannya ke unit pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk
memberikan
terdekat
dengan
pertolongan tempat
atau
kejadian,
yang dengan
memperhatikan keselamatan pasien tersebut 148 Tidak adanya batasan yang jelas antara kewenangan tugas di bidang medis dengan bidang keperawatan di rumah sakit Kartika Husada,
dalam
kerancuan
praktiknya
kadang
terjadi
kewenangan, yaitu kewenangan di
bidang medis yang ditangani oleh tenaga perawat seharusnya
merupakan
pendelegasian
kewenangan dokter sebagai tenaga medis. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Yang mempengaruhi pelaksanaan kewajiban tenaga medis dan apotiker selaku pemberi upaya pelayanan kesehatan terhadap pasien selaku penerima upaya pelayanan kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 di RS Kartika Husada Pontianak, sebagaimana diungkapkan pada bagian terdahulu bahwa kadangkala kepentingan untuk melayani masyarakat menjadi prioritas kedua, karena tenaga medis yang seharusnya 148
Ibid.,
228
2009
melayani pasien terpaksa ditunda sesaat karena sang pengobat sedang rapat koordinasi di Kesatuan Sandaran atau tugas lainnya yang tidak dapat diwakilkan (terkait dengan sistem komando), sebagai akibatnya ada sebagian pasien yang merasa dirugikan karena harus menunggu kedatangan sang pengobat dalam waktu relatif lama. Selain itu ada beberapa profesi dokter militer di RS Kartika Husada merasa sebagai unsur komandan yang dalam kesehariannya selalu dilayani oleh driver, ajudan dan tinggal perintah saja kepada bawahannya, kebiasaan itu sering terbawa dalam menghadapi pasien yang seolah-olah si pasien dianggap sebagai bawahannya yang bisa dimarah, diperintah dan bahkan bisa dipukul, padahal profesi dokter sesuai sumpahnya adalah sebagai pelayan upaya kesehatan masyarakat dan bukan sebaliknya minta dilayani. Disinyalir ada beberapa tenaga medis yang masih beranggapan bahwa pasien dinas dianggap sebagai pasien gratis sekalipun mereka setiap bulan membayar Askes melalui potongan gaji selama berdinas aktif dilingkungan Angkatan Darat, sedangkan untuk pasien umum sebagai pasien yang memberikan imbalan sejumlah uang tunia kepada institusi sering lebih diutamakan pelayanannya, hal ini merupakan bentuk diskriminasi dalam upaya pelayanan medis, oleh karena itu suasana yang demikian tentu akan berdampak dan berkesan buruk terhadap institusi. Yang mempengaruhi kewajiban pasien dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, di RS Kartika Husada yaitu bahwa pada umumnya pasien kurang memahami tanggungjawab keilmuan dari seorang profesional dokter, tenaga medis, paramedis, non mediks dan apotiker; padahal tanggung jawab dari tenaga profesional tersebut akan melahirkan kewajiban bagi pasien untuk memenuhinya. Untuk pasien dinas sebagaimana diuraikan di atas sering
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
merasa dirinya di nomor duakan dalam pelayanan kesehatan oleh beberapa oknum profesi medis hal ini akan melahirkan sifat empati dan acuh dari para pasien dinas terhadap institusinya sendiri. Sedangkan bagi pasien umum karena merasa seolah-olah mendapat prioritas pelayanan kesehatan akhirnya timbul semacam sentimen terpemdam antara pasien dinas dan pasien umum yang akan berakibat buruk pada institusi itu sendiri. Kewajiban bagi institusi rumah sakit dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi pasien dinas, pasien umum, tenaga medis, paramedis, maupun non medis merupakan keharusan, oleh karena itu unit pelayanan pengaduan sengketa hukum medis sangat berpengaruh besar dalam penegakan keadilan di rumah sakit tersebut. Selama unit pelayanan pengaduan sengketa medis tidak dipandang sebagi unit kerja yang dapat melindungi baik bagi institusi sebuah rumah sakit, pasien/ konsumen, tenaga medis maupun tenaga non medis, dapat dipastikan bahwa perlindungan hukum bagi semua fihak tidak akan dapat mencapai sasaran optimal dan memenuhi kebutuhan riil dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakatnya.
2009
hukum medik juga belum ada, oleh karena itu pengaduan
terkait
malpraktik
sebelum
dengan 2006
6
kali
ditangani
dugaan secara
kekeluargaan yang kadang tidak memenuhi tuntutan
sebuah
keadilan.
Faktor
yang
mempengaruhi pelaksanaan hak dan kewajiban pasien dan tenaga medis dalam upaya pelayanan kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 di RS Kartika Husada, yaitu rendahnya pemahaman sebagian pasien terhadap tanggung jawab dan kewajiban serta kemampuan keilmuan tenaga medis, padahal tanggung jawab tenaga medis merupakan kewajiban pula bagi pasien atas pelayanan yang diberikan dokter. Daftar Pustaka Achadiat, Chrisdiono, Dinamika Etika & Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman, 2007, PB. Kedokteran EGC, Jakarta. Alexander Seran, 1999, Moral Politik Hukum, Obor, Jakarta.
Penutup Pelaksanaan perlindungan hak dan kewajiban
Ameln, Fred, 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafika Atmajaya, Jakarta.
tenaga medis selaku pemberi upaya pelayanan kesehatan dalam praktiknya di RS Kartika
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, tanpa tahun, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta.
Husada berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 sebagaimana dikatakan oleh Kepala
Darus Badrulzaman, Miriam, 1981, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya, Alumni, Bandung.
Urusan Pelayanan Medik bahwa perlindungan terhadap tenaga medik dirasakan minim, hal ini dapat
dimengerti sebab unit
penanganan
Guwandi, 2003, Dokter, Pasien dan Hukum, BP. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
sengketa hukum medik belum ada, demikian juga personil yang memiliki latar belakang pendidikan 229
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
Guwandi, 2005, Medical Error dan Hukum Medis, BP. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Helm, Ann, Malpraktik Kedokteran Menghindari Masalah Hukum, 2006, PB. Kedokteran EGC, Jakarta. Hermani, Bambang., Kepala Bgian THT Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo/ Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003, Majalah Farmacia, Vol.II, No.10, Jakarta. Isfandyarie, Anny, dan Afandi Fachrizal, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter, Pen. Prestasi Pustaka Publiser, Jakarta. Jenie, Siti Ismijati, 2006, Makalah: Aspek Yuridis di dalam dan disekitar perjanjian penyembuhan (transaksi terapeutik), suatu tinjauan keperdataan. Koeswadji, Hermien Hadiati, 2002, Hukum untuk Perumahsakitan, Citra Aditya Bhakti, Bandung. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Besrta Penjelasannya. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer di Indonesia. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Konsumen Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Penjelasannya.
230
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
DAMPAK LIBERALISASI KETENAGALISTRIKAN NASIONAL Oleh ; Indrati Rini Abstrak Dampak pembatalan UU No.20/ 2002 bagi konsumen listrik, yaitu hak-haknya kurang terlindungi, karena tidak tertulis dalam ketentuan UU No.15/ 1985, maka saaat ini berdasar UU. No. 30/ 2009 Konsumen harus pro-aktif dalam memperjuangkan hak-haknya secara pro-aktif memperjuangkan hak- hakny kepada pelaku usaha, dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota/ Kabupaten, atau ke Pengadilan Negeri. PT. PLN (Persero) sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan ditutunt bersikap profesional, yaitu bertanggung jawab secara terbuka dan transparan kepada publik dalam melaksanakan kuasa usaha mengelola ketenagalistrikan nasional dengan memberikan produk dan pelayanan terbaik bagi masyarakat, tanpa menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak. Abstract The impact of the cancellation of the law No. 2 of 2002 for electricity consumers, which is less protected their rights, because it is not written in the provisions of law No. 15 of 1985, so this time under the law No. 30 of 2009 consumers should be proactive in asserting their rights to business actors, and non-governmental consumer protection agencies, consumer dispute resolution agency of city / county, or district court. PT PLN (Persero) as the power holders of electricity business are required to be professional, that is publicly responsible and transparent to the public in implementing the national electricity authority to manage the business by providing products and best service for the community, without causing harm to both parties.
49
Dosen Magister Ilmu Hukum, Guru Besar Ilmu Hukum, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
231
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
agar pengelolaan sektor usaha ketenagalistrikan
Fakta Hukum
dapat lebih efisien, transparan dan
kompetitif,
UU No.2/ 2002, yang selanjutnya disebut UU
dalam
masyarakat
Kontroversial, dibatalkan
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Tak percaya tetapi fakta membuktikan, oleh
Mahkamah
rangka mewujudkan suatu
Konstitusi tanggal 14 Desember 2004. Seakan
dan UUD
kita tersentak dari lamunan bahwa Indonesia
tenaga listrik diterapkan secara awal pada sisi
berkiprah
keketagalistrikan
pembangkitan, kemudian jika sudah ada kesiapan
nasional, regional,
perangkat keras dan lunaknya akan diterapkan
dalam
liberal, yang
pasar
bernuansa
pada sisi penjualan. Dalam hal ini konsumen
bahkan global, seolah sirna ditelan hukum.
listrik mempunyai the right to chooes, yaitu ada
Bukan main fakta hukum pembatalan itu, kalau
boleh
saya sebut
sebagai
hak menentukan pilihan
fakta
mutu dan pelayanan yang paling baik‟. Intinya,
kucing. Betapa tidak, UU Kontro itu berlaku
tak ada monopoli di sektor ketenagalistrikan.
disahkan oleh Presiden RI tanggal 23
Penerapan
September 2002, dalam ketentuan penutupnya
pada
pada UU tua, sekarang UU No. 30/ 2009 yang
sekilas berikut pelaksanaan
tinggi,
selanjutnya
menengah. Dalam
pada
menunjang
bertugas mengatur dan mengawasi penyediaan
walaupun hanya
tenaga listrik di daerah yang telah menerapkan
ini. UU Kontro yang telah retstrukturisasi
penjualan tsb,
“Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik, yang
kompetisi”. 51
almarhum tersebut, merupakan landasan hukum bagi
di sisi
terlaksananya kompetisi ini, maka dibentuklah
kedua UU tsb, ada baiknya kita
coba membandingkannya,
tegangan
tegangan
sebagai hukum positif (positive law).
Untuk memperoleh gambaran muatan apa yang ada pada
kompetisi
dimulai dari konsumen besar yang tersambung
mencabut UU No. 15/ 1985.50 Kemudian balik berlaku
atas pasokan tenaga
listrik yang ditawarkan „paling bersaing dengan
spektakuler, sebab ada undang-undang balik sejak
1945. Kompetisi usaha penyediaan
Peran
pemerintah
terkurangi
dengan adanya badan tsb, yaitu dalam hal
sektor
penetapan
ketenagalistrikan nasional. Tujuan utamanya,
regulasi
walaupun tidak
bisnis
ketenagalistrikan,
mengurangi kewenangannya
dalam membuat kebijakan. Pendek kata, UU “in 50
Pada saat UU Kontro ini berlaku, yaitu pada saat diundangkan, maka UU No. 15/ 1985 dinyatakan tidak berlaku, berarti tidak berdampak hukum lagi,namun UU No. 5/1985 sekarang diberlakukan kembali.
51
Badan ini mempunyai kekuasan legislasi, yaitu berwenang mengeluarkan peraturan-peraturan, seperti Grid Code, Tariff Code, Procurement Tendering Code termasuk law enforcement., berupa penegakan hukum ketenagalistrikan.
232
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak memoriam”
tsb
bermuatan
seluk-beluk
kompetisi
ketenagalistrikan, yang diberikan
oleh negara, “yang
2009
pelaksanaannya dilakukan
oleh BUMN”. 52
Dalam
hal
ini
yang
kepada BUMN/D, Koperasi, dan Swasta secara
dimaksudkan adalah PT. PLN (Persero) sebagai
terstruktur
pemegang
dimulai dari pemanfaatan sumber
atau
penerima
usaha.
perjanjian
kuasa
energi untuk pembangkit tenaga listrik, rencana
Dengankata lain,
umum ketenagalistrikan, usaha ketenagalistrikan,
(lastgeving), antara pemerintah, yaitu Menteri
hak
usaha dan
Energi dan Sumber Daya
tanah oleh
pemberi kuasa ( lastgever ) dengan PT. PLN
dan
kewajiban
konsumen listrik, pemegang
izin
pelaku
penggunaan usaha,
harga-jual
listrik,
penerimaan
negara, lingkungan
hidup dan
keselamatan
ketenagalistrikan,
pemanfaatan
jaringan listrik
untuk
kepentingan
lain, pembinaaan dan pengawas tenaga dan
ketentuan
pidana
Mineral
sebagai
(Persero) selaku penerima kuasa ( lasthebber ), yang
berobyekkan pada pengelolaan sektor
usaha ketenagalistrikan, agar
orang
dapat tersedia
tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan
pengawasan, badan
listrik, serta
ada
kuasa
merata dengan mutu pelayanan yang baik.
penyidikan
Selanjutnya
di
ketenagalistrikan tidak merugikan negara dan
sektor
ketenagalistrikan.
sepanjang
pengelolaan
usaha
dapat memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang
Sekarang mari kita kaji bersama UU tua
lebih
merata, serta
demi
meningkatkan
“yang disahkan untuk pertama kali pada tanggal
kemampuan
30 Desember 1985”, yang
intinya senada
kesempatan pada koperasi dan badan usaha
Dalam UU yang
lain untuk menyediakan tenaga listrik berdasar
dengan UU No. 30/ 2009. baru ini
telah
ditetapkan
atau
digariskan
pada
izin
negara, maka dapat diberikan
usaha
ketenagalistrikan. Di sini
bahwa tenaga listrik sebagai salah satu hasil
pemerintah yang mengatur
pemanfaatan kekayaan alam
yang menguasai
Syarat-syarat
hajat hidup orang banyak, maka perlu digunakan
pengusahaan,
untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
52
yang merata materiil dan
spirituil
tentang pemanfaatan,
harga-jual listrik. penyediaan, instalasi
dan
UU No.15/ 1985 menggantikan Ordonansi 13 September 1890, Bepalingen Omrent den aanleg en het gebruik van geleiden voor electrische verlichting en het Overbrengen van kracht door middle van electriciteit in Nederlansch Indie, yaitu Ketentuan Mengenai Pemasangan dan Penggunaan Saluran Untuk Penerangan Listrik dan Pemindahan Tenaga Listrik di Indonesia dalam Stb. 1890 No. 190 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Ordonansi 1934 Stb. 1934 No.63.
berdasar
Pancasila dan UUD 1945. Dalam pem- bangunan nasional, tenaga listrik memiliki arti penting, yaitu sebagai pendorong kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, penyediaan tenaga listrik dikuasai
233
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak standarisasi pemerintah.
ketenagalistrikan Demikian
kewajiban masyarakat
diatur
oleh
rakyat,
juga mengenai hak &
hukum
ketenagalistrikan diatur
harus
taat
pada
hukum, termasuk
ketenagalistrikan,
demikianlah
filosofinya. Menurut pengamatan saya, negara
oleh Peraturan Pemerintah. Pemerintah juga
kita menganut
melakukan pembinaan dan pengawasan umum
system). Tradisi sejarah penjajahan membawa
atas
usaha
Indonesia ke dalam civil law system, yang lebih
UU tua ini, negara
mengutamakan hukum tertulis daripada hukum
pekerjaan
dan
pelaksanaan
ketenagalistrikan. Intinya menguasai kesejahteraan
sektor ketenagalistrikan rakyat,
boleh
untuk
jadi
yang hidup
bersifat
utama daripada
Hasil komparisi antara UU tua dan UU kontroversial, yaitu UU tua berisi
27 pasal,
mana dalam UU tua Negara/
hukum
landasan hukum
yang tidak
tertulis,
namun
sekarang
nampaknya telah berbaur
antara
keduanya,
tak
terkecuali
hukum
ketenagalistrikan.
sedangkan UU Kontroversial berisi 71 pasal, di Pemerintah
Aliran yang bernuansa yuridis-formal telah
ketenagalistrikan
menuntun kita dalam melakukan pembuatan
yang didelegasikan pada PT. PLN namun dalam UU
di masyarakat (the living law).
Singkatnya per-UU-an adalah
monopolistik dan tersentralisir.
dominan dalam menguasai
sistem campuran (mixed law
(Persero),
hukum (rechtsvorming) dan penegakan hukum
“in memorian” terbuka
(law enforcement). Hal ini nampak jelas dari
kompetisi secara bertahap, dari
pembangkitan
ketentuan “peraturan per-UU-an adalah peraturan
sampai ke penjualan listrik pada konsumen.
tertulis, yang dibentuk oleh lembaga negara
Problemnya dengan berlakunya “UU No15/ 1985
atau pejabat yang berwenang,
yang sekarang UU 30/ 2009
secara umum”. 53 Pancasila merupakan sumber
dampaknya bagi sejauhmana dan
sejauhmana
konsumen l istrik,
sikap atau tindakan
pelaku usaha, utamanya
dan
dan
mengikat
dari segala sumber hukum negara, sebagai
pemerintah
grund
PT.
ketenagalistrikan tunduk dalam membuat dan
PLN
norm.
Prakteknya,
pejabat
sektor
(Persero) dalam mengelola tenaga listrik untuk
menegakkan hukum, yaitu
kepentingan konsumen listrik ?
UU-an yang disusun berjenjang sesuai dengan tata urutannya (hirarchie), mulai dari UUD
Problematika Konsumen
1945,
Indonesia adalah negara berdasar atas hukum (rechtsstaat), bukan
berdasar atas
berdasar pada per-
UU / Perpu,
Peraturan Pemerintah,
kekuasaan 53
Aliran Positivistis ini, tercermin dari UU No.10/ 2004 tentang Pembentukan Per-UU-an.
belaka (machtsstaat). Berarti pemerintah dan 234
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Peraturan Presiden, dan
Perda (propinsi,
- Bagaimana PPJ yang pembayarannya dikaitkan dengan rekening listrik ? - Sejauhmana tanggung jawab pemerintah, baik pusat maupun daerah di sektor ketenagalistrikan? - Apa yang dapat dilakukan oleh Pengadilan Negeri, Kejaksaan, Kepolisian, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat dalam menangani keluhan atau sengketa konsumen listrik dengan PT. PLN (Persero) ? - Benarkah tanggung jawab Pemerintah lebih besar berdasar UU tua daripada UU kontroversial ?
kabupaten / kota, dan desa/ setingkat). Kekuatan per-UU-an adalah
ketenagalistrikan
mengikat, sepanjang dibuat berdasar
peraturan yang l ebih tinggi dan peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan peraturan yang
dengan
lebih tinggi. Prinsip ini jika
dilanggar, maka dampaknya batal demi hukum (nietig, null and void). pula
“Governmental
Di samping itu, ada policies
are
generally
regarded as legal obligations, which command the loyalty of citizens”. Dampaknya segala perUU-an dan kebijakan
Tiada
pemerintah, rakyat mau
tidak mau harus tunduk, termasuk
UU
2009
salahnya
kita
mengkritisi
laporan
pengaduan konsumen listrik ke PLN sebagaimana
tua
dalam tabel berikut ini:
tentang ketenagalistrikan.
No
Sekarang problem aktual-faktual yang timbul
1 2 3 4 5 6 7 8 9
sebagai dampak berlakunya kembali UU tua, antara lain : - Sejauhmana daya berlaku dari produk (barang dan jasa), kontrak, lembaga dan berbagai aktivitas lain, yang berlandaskan pada „UU in memoriam’? - Adakah perlindungan hukum bagi konsumen dalam mendapatkan listrik yang bermutu dengan harga yang terjangkau ? - Hak-hak konsumen listrik setarakah dengan PT. PLN (Persero) ? - Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan konsumen, jika haknya dilanggar ? - Bagaimana aspek legalitas „KONSUIL‟ , Komite Nasional Keselamatan Untuk Instalasi Listrik ?
Masalah Pasang Baru Baca Meter Kehandalan Pembayaran Tagihan Tambah/Turun daya Pemadapan sepihak Pelayanan call center Jaringan
Jumlah
Jumlah 2 12 11 8 10 7 23 24 6
% 1.9% 11.7% 10.7% 7.8% 9.8% 6.8% 20.4% 23.4% 5.9% 100%
103
Berdasar tabel di atas, nampak bahwa pengaduan jenis pelayanan call center menduduki jumlah terbanyak, sedangkan terkecil adalah pasang baru. Pengaduan tersebut
disampaikan
konsumen, baik secara lisan/ tilpun maupun tulisan/ surat. Dari jenis-jenis
pengaduan tsb,
mencerminkan fakta bahwa
problem atau
masalah konsumen ternyata telah ada yang dapat 235
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak diselesaikan dengan pihak PT. PLN, tetapi ada
1945”,55
pula yang tidak selesai, dan ada pula yang belum
cabang
selesai atau mengambang,
menguasai hajat hidup orang banyak. Dalam hal
bahwa Negara menguasai cabangproduksi
yang penting , yang
konsumen dalam UU tua tidak
ini terlihat perekonomian berdasar demokrasi
tertulis dalam pasal-pasalnya namun dalam UU
ekonomi demi kemakmuran rakyat Indonesia.
Kontro dan UU No. 30/2009 secara
Kondisi penguasaan sektor ketenagalistrikan yang
Hak-hak
diatur secara mendedeta l
eksplisit
berdasar kompetisi bebas yang
kewajiban dan
bernuansa
tanggung jawab konsumen listrik. Dari 3 UU tsb,
liberal, dapat menyengsarakan rakyat, maka
maka UU Kontrol dan UU.
muncul
mengakomodir
30/2009 lebih
permohonan uji
materiil (judicial
review) UU Kontro ke Mahkamah Konstitusi
konsumen listrik daripada UU
Tua.Oleh karena itu, konsumen harus lebih pro-
oleh
aktif memberdayakan diri
antaranya Serikat Pekerja PLN, BHI, Ikatan
mendasarkan
hak-haknya
sendiri,
“dengan
pada
UU
54
Di samping itu,
konsumen listrik dapat juga
memperjuangkan
Perlindungan Konsumen”. hak-haknya Penyelesaian
melalui Sengketa
LPKSM
Sekarang,
Hasilnya
di
sangat
kondisinya
kembali
pada
filosofi semula, bahwa negara menguasai (bukan
Kota/
memiliki) sektor ketenagalitrikan, sebab jika tidak, dikuatirkan tampuk produksi akan jatuh ke tangan
Sikap Pelaku Usaha Pembatalan UU
rekananannya,
investor swasta, terutama asing
(foreign inveestor),
Kontro mengundang
dikuatirkan rakyat sebagai
konsumen berada dalam posisi yang tertindas.
reaksi dari berbagai kalangan, baik dari pelaku
PT. PLN (Persero) berharap dapat bekerjasama
konsumen,
dengan berbagai investor,
bahkan juga pemerintah. UU tsb memang sejak awal
masyarakat “,
menakjubkan, UU Kontro dibatalkan.
Kabupaten.
usaha, PLN dan
elemen
Keluarga Pensiunan PLN.
atau Badan
Konsumen
“sejumlah
maupun
“ditengarai bertentangan dengan UUD
baik
luar
negeri
dalam negeri. Boleh jadi PLN
melakukan langkah yang
mengarah
pada
kompetisi internal, seperti
antara dua anak
perusahaannya di bidang pembangkitan, yaitu
54
UU No 8/ 1989 tentang Perlindungan Konsumen sebagai „the umbrella act‟, ada 9 hak konsumen, di antaranya hak mendapat ganti rugi, sebaliknya ada 5 hak pelaku usaha, di antaranya hak untuk mendapat perlindungan hukum dari konsumen yang beritikad tidak baik.
55
Esesnsi Pasal 33 ayat 2 UUD 1945, yaitu domein publik, termasuk listrik dikelola oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
236
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
PT.Pembangkitan Jawa-Bali dan PT. Indonesia
tegangan rendah”.57 Dengan dibatalkannya UU
Power tetap dilanjutkan,
Kontro, ternyata PLN tetap menjaga kemurnian
mampukah keduanya
memasok seluruh kebutuhan nasional.
kontrak-2 dengan pihak ketiga yang telah
PLN mengungkapkan
ditandatangani & berlaku sampai habis masa
bahwa keputusan pembatalan UU Kontro sama
berlakunya. Di samping itu, PLN melakukan
sekali
ikut
restrukturisasi sesuai asas desentralisasi secara
menyusun, mensosialisasi dan melaksanakannya.
hati-hati sejalan dengan otonomi daerah. Kita
Namun,
lihat, apakah konsumen mempunyai posisi tawar
Jajaran Direksi
di luar harapan, sebab
mereka
PLN tetap bersikap arif menerima
pembatalan tsb, dan berupaya berdampak negatif PLN
sebagai
agar
pada masyarakat. pemegang
kuasa
di hadapan PLN, fakta yang membuktikan.
tidak “Peran
Tindakan Pemerintah
usaha
Di sejumlah
ketenagalistrikan (PKUK) sangat berat
dan
56
berkembang seperti
AS, Inggris, Australia,
dalam
Selandia
Korea,
akan menunggu arahan pemerintah“,
Baru,
dan
upaya mengajak pihak swasta untuk bekerjasama
Singapura,
dengan
telahbdikompetisikan.
PLN
secara
menguntungkan. PLN dituntut
sehat dan
memberikan
dan
para
saling
rekanannya
negara
maju
sektor
persaingan
harus
dan
Filipina
serta
ketenagalistrikan Berbicara
kompetisi /
diingat sifat listrik, yaitu
pelayanan terbaiknya,
bbegitu dibangkitkan langsung digunakan, maka
sesuai dengan standar pelayanan publik dan
jumlahnya harus sesuai.bUU Kontro alamarhum
pelaksanaan dari
menghendaki monopoli vertikal
Public Service Obligation.
Salah satu perwujudan peran tsb, yaitu dengan
sektorbpembangkit,
dibentuknya
penjualan
Untuk
Komite
Nasional
Keselamatan
Instalasi Listrik (National Committee
For Safety of
Electrical
Singkatbkata
Instalation), yang
berunsurkan PT. PLN (Persero),
dan
transmisi, usaha
distribusi,
pengelolaan
pada harga listrik
yangblebih murah dibanding
monopoli.
Listrik, Produsen Peralatan Litrik dan Pemanfaat
sini, timbul
Listrik dan Konsumen. Badan ini tugas utamanya
yang lebih utama, yaitu monopoli
adalah
kompetisi,
“melaksanakan
menerbitkan atas
pemeriksaan
dan
pasar.
dengan kompetisi akan tercapai
efisiensi, bisa terlihat
Kontraktor
dipecah, dari
pertimbangan dilematis
Di
pemerintah mana
memang.
versus
“Indonesia
Sertfikat Laik Operasi Instalasi ,
pemanfaatan
tenaga
listrik
konsumen
57
Direktur KONSUIL bertanggung jawab pada Menteri ESDM c/q Direktur Jendral Listrik Dan Pemanfaatan Energi, SK. Menteri ESDM No.1109 K/ 30/ MEM/ 2005
56
Direktur Utama PT. .PLN (Persero), Jawa Pos, Surabaya, Tanggal 18 Maret 2009.
237
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak memang unik, monopoli dilarang”, perkecualian bagi BUMN produksi
atau
58
dari masyarakat”.59
tetapi ada
yang mengelola
pemasaran
produk
dibedakan dalam dua kategori yaitu:
yang
a. Harga jual tenaga lsistrik untuk konsumen yang disediakan Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalitrikan ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri.
menguasai hajat hidup orang banyak. Idealnya ingin meraih kepastian hukum, namun mengapa ada perkecualian.
b. Harga jual tenaga listrik untuk konsumen yang disediakan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk kepentingan umum, ditetapkan oleh Menteri, Gubernur atau Bupati/ Walikota.
Seharusnya fokus perhatian kita terarah pada kata-kata “menguasai “
dan “cabang
produksi yang penting”. Siapa yang berwenang menentukannya,
Perlu kita cermati bahwa antara PLN dan
legislatif (DPR), Pemerintah
(eksekutif) atau lembaga lain, seperti Mahkamah Konstitusi.
Menteri
ESDM
menengarai
pembatalan UU Kontro dapat
menghambat
dan
tidak
ada
lagi
telah
tenaga
Dalam
listrik.
hal
ini
seharusnya
adakah hak untuk
listrik dijamin hukum. Hal inilah dapat menjadi
Umum
sumber conflict
of
interest,
muncul terjadinya demonstrasi melakukan
jual beli
memilih dan hak untuk menawar dari konsumen
Ketenagalistrikan Daerah. Pemerintah
kontrak/perjanjian
barang dan harga. Namun
top down,
Rencana
Konsumen ada
kedudukan mereka sejajar dalam menentukan
investasi. Saat ini penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan kembali bersifat
Harga jual tenaga listrik
langkah-
yang sering di masyarakat
sebagai dampak dari kenaikan tarif dasar listrik.
langkah memasukkan muatan regulasi melalui
PP revisi tsb ternyata
berbagai kebijakan atas listrik,
masyarakat, di
di antaranya
mendapat kritik
dari
antaranya dari Ketua Serikat
berupa PP No.3 Tahun 2005. Dalam PP revisi
Pekerja PLN, bahwa ”tarif listrik dalam negeri
ini ditentukan bahwa “ harga jual tenaga listrik
menjadi lebih mahal &
untuk konsumen diatur dan ditetapkan dengan
kartel, padahal PP ini bertujuan menarik investor
memperhatikan kepentingan dan kemampuan
listrik”.60
dapat
menciptakan
59
PP No. 3/2005 tentang Perubahan PP No. 10/ 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, posisi tawar konsumen lemah yaitu lebih banyak tunduk dan menerima saja.
58
Monopoli sebagi penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau penggunaan Jasa tertetnu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha, Pasal 1 ayat 1 UU No.5/1999Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
60
Ketua DPP Serikat Pekerja PLN, Jawa Pos, Surabaya, 5 Pebruari 2009
238
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Dengan adanya kenaikan harga BBM,
Kesimpulan
dapat berdampak TDL akan berubah. Faktanya,
tahun 2009 ini Pemerintah bersama PLN berjanji tdak akan
menaikkan tarif
dasar listrik.
dana
atas
obligation.Yangpasti mampu melihat masyarakat sehingga
public
pemerintah
ketentuan UU No.15/ 1985, maka saaat ini berdasar UU. No. 30/ 2009 Konsumen harus
service
pro-aktif
diharapkan
kondisi riil
kmampuan
masyarakat
yang
sosial-ekonomi bersifat
Lembaga
telah
akuntabilitas
antara dan
lain
publik
penuh
penyediaan tenaga listrik, yang dilaksanakan
oleh
didorong
dituntut dapat
dan
PT.
PLN
mengelola
mandiri
dan
ketenagalistrikan
nasional
terbaik bagi masyarakat, tanpa menimbulkan
riil
kerugian bagi kedua belah pihak.
(Persero)
mengendalikan
professional
bertanggung
dengan memberikan produk dan pelayanan
Pemerintah, yang secara riil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral harus bertindak
manajemen ketenagalistrikan yang transparan efisien,
ketenagalistrikan ditutunt
publik dalam melaksanakan kuasa usaha
atas usaha secara
pemegang
jawab secara terbuka dan transparan kepada
yang
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral jawab
usaha
sebagai
bersikap profesional, yaitu
luasnya. Sekarang Pemerintah, dalam hal ini bertanggung
Konsumen
Masyarakat, Badan Penyelesaian
PT. PLN (Persero) kuasa
good
transparansi,
partisipasi
dan
ke Pengadilan Negeri.
2009 tentang Ketenagalistrikan, yaitu dengan governance,
hak-
Sengketa Konsumen Kota/ Kabupaten, atau
mengesahkan UU. No.30/
memasukkan dasar-dasar prinsip-prinsip
pelaku usaha,
Perlindungan
Swadaya
dapat
dihindari, minimal dikurangi. Saat ini ternyata Pemerintah
memperjuangkan
hak- hakny kepada
pada
merugikan
dalam
haknya secara pro-aktif memperjuangkan
dalam mengelola sektor listrik, dampak
hak-haknya kurang
terlindungi, karena tidak tertulis dalam
ataupun Pemerintah dapat memberikan
kompensasi
Dampak pembatalan UU No.20/ 2002 bagi konsumen listrik, yaitu
Penyesuaian tarif listrik dapat dilakukan oleh PLN
2009
arif dalam menguasai ketenagalistrikan,
demi
yaitu
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia,
mampu
meminta
semoga.
memberikan kekuasaan dan
pertanggungjawabannya
pada
pemegang kuasa usaha dan pemegang izin usaha,
239
sehingga
penyediaan
dan
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
pengelolaan tenaga listrik mampu disediakan secara cukup memadai secara nasional.
Konsumen
listrik
hendaknya
baik dalam
mengkonsumsi
Daftar Pustaka
beritikad
Davis G. Epstein and Steve H. Nickles, Consumers Law, West Publishing Co., Minnesota, 1981.
listrik, yaitu
berperilaku lebih mengedepankan kepatuhan sebagai
pembeli-pengguna
mengurangi
hak-haknya yang dilanggar
untuk
diperjuangkan,
baik
tanpa
Husni Syawali dan Neni Sri, Perlindungan Konsumen, Mandar Bandung, 2000.
secara
Indrati Rini, Penerangan Jalan Umum Antara Hak dan Kewajiban, PT.PLN Jawa TimurLPKS, Surabaya, 2008. ------- , Posisi Tawar Konsumen Atas Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, PT. PLN. (Persero) Divre V – Konsuil, Surabaya, 2008.
kekeluargaan dengan pelaku usaha atau pemerintah, maupun secara
hukum, jika
perlu melakukan gugatan class action atau legal standing.
PT. PLN (Persero) hendaknya secara terus menerus berbenah diri
dalam berbisnis,
Joni Emirzon, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan,Gramedia, Pustaka Utama Jakarta, 2001.
yaitu baik dari sisi kualita manajemen dan teknologi listrik maupundari sisi kuantita
Thomas R. Dye, Understanding Public Policy, Prentice Hall Inc., Engelwood Cliffs, N.J., 1978.
listrik, dengan tetap mengejar keuntungan perusahaan tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat-konsumen.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Warta Konsumen, Edisi April, Jakarta, 2009.
Pemerintah, dalam hal ini Menteri ESDM hendaknya
lebih
menggerakkan dan
menggeliatkan
usaha
nasional, yaitu
menarik
Undang-Undang Keempat, 2002.
ketenagalistrikan investor baik
yang
Dasar
1945,
Amandemen
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan.
domestik maupun asing, berdasar asas pemerintahan
Hukum Maju,
baik, tanpa segan
menegakkan hukum ketenagalistrikan secara
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 Tentang Ketenagalistrikan.
benar dan konsisten terlepas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, demi mewujudkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan.
dunia impian negara Indonesia yang adil dan makmur.
Undang-Undang No.or 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan. 240
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Pemerintah Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
241
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA DALAM KONTEKS FORMULASI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TINDAK PIDANA LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN MATI ATAU LUKA BERAT KORBAN BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DAN HUBUNGANNNYA DENGAN PASAL 359 DAN PASAL 360 KUHP JO PASAL 591 DAN PASAL 592 RUU KUHP DITINJAU DARI SISTEM PEMIDANAAN Oleh: JONNES SILITONGA Abstrak Bahwa secara parsialitas (Undang-undang di luar KUHP), Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP secara tidak langsung sudah direformasi oleh Pasal 229, Pasal 310 dan Pasal 311 Jo Pasal 235 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 236, Pasal 240, dan Pasal 241 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Secara langsung sudah diperbaharui berdasarkan Pasal 591 dan Pasal 592 RUU KUHP Draft II 2005. Abstract Partially, (the law outside of penal code), article 359 and article 360 penal code (KUHP) indirectly been reformed by article 229, article 310 article 311 Jo article 235 paragraph (1) and paragraph (2), article 236, article 240, and article 241 law number 22 of 2009 on traffic and road transport directly been updated based on article 591 and article 592 draft bill of penal code (KUHP) in draft II of 2005.
61
Anggota Kepolisian Daerah Kalimantan Barat
242
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Pendahuluan
teknologi,
Lahirnya Undang-Undang Nomor
akuntabilitas
22
Angkutan
Jalan menggantikan Undang Undang lama Nomor hukum
dalam
penyelenggaraan
serta negara.
Jalan
dilaksanakan
secara
bersama-sama oleh semua instansi terkait
14 Tahun 1992, merupakan contoh nyata dari perubahan
daerah,
Maka pembinaan bidang Lalu Lintas dan
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
terjadinya
otonomi
2009
(stakeholders) untuk menciptakan Lalu
tata
Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,
kehidupan berlalu lintas jalan raya di Indonesia.
selamat, tertib, lancar, dan terpadu. 62
Sebab, jalan merupakan prasarana kehidupan mobilitas masyarakat yang vital bagi pencapaian
2. Untuk menekan angka Kecelakaan Lalu
tujuan yang diinginkan, baik di bidang sosial,
Lintas yang dirasakan sangat tinggi, upaya
ekonomi,
dan
ke depan diarahkan pada penanggulangan
pertahanan. Karena itu, Lalu Lintas dan Angkutan
secara komprehensif yang mencakup upaya
Jalan
pembinaan, pencegahan, pengaturan, dan
budaya,
mempunyai
politik, peran
keamanan, strategis
dalam
penegakan hukum. 63
mendukung pembangunan dan integrasi nasional untuk
memajukan
kesejahteraan
umum
3. Pasal 229 UU No. 22 Tahun 2009 telah
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
menentukan penggolongan kecelakaan lalu
Dasar 1945.
lintas, yaitu :
Jika dicermati dasar pemikiran Undang-
(1)
Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, maka terdapat nilai-nilai
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
fundamental yang mendasarinya, antara lain : 1. Bahwa
sebagai
bagian
dari
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau
sistem
transportasi nasional, Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
harus
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat.
dikembangkan
(2)
potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
kesejahteraan,
Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:
ketertiban
Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kecelakaan yang
berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi 62
Penjelasan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 63 Ibid.
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan 243
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang. (3)
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.
(4)
Kecelakaan Lalu Lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
(5)
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan Kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan dan/atau lingkungan.
2009
Ayat (4) : Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). Pasal 311 Ayat (4) : Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
4. Terhadap kecelakan lalu lintas berat pada ayat (4) di atas, dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 310 ayat (3) dan ayat (4), serta Pasal 311 ayat (4) dan ayat (5), yang menentukan : Pasal 310
Ayat (5) : Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp. 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
Ayat (3) : Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana 244
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Pasal 591
Jika dicermati ketentuan Pasal 310 ayat (3) dan ayat (4), serta Pasal 311 ayat (4) dan ayat
(1)
Setiap orang yang karena kealpaannya mengakibatkan orang lain luka sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan jabatan, profesi, atau mata pencaharian selama waktu tertentu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori III.
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
(2)
Setiap orang yang karena kealpaannya mengakibatkan orang lain luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.
Pasal 360
(3)
Setiap orang yang karena kealpaannya mengakibatkan matinya orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling sedikit Kategori III dan paling banyak Kategori IV.
(5) tersebut menunjukkan adanya perubahan (pembaharuan) terhadap ketentuan Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP Jo Pasal 591 dan Pasal 592 RUU KUHP Draft II 2005, yang menyatakan : Pasal 359
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 592
(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. BAB XXIV RUU KUHP DRAFT II 2005 TINDAK PIDANA MENGAKIBATKAN
YANG
MATI ATAU LUKA KARENA KEALPAAN 245
(1)
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 591 dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau profesi, maka pidananya dapat ditambah 1/3 (satu per tiga).
(2)
Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dijatuhi pidana tambahan berupa pengumuman putusan hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf c dan pencabutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) huruf g.
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Terlihat sanksi pidana pada Pasal 359
denda paling banyak Rp. 20.000.000,00
KUHP : “pidana penjara paling lama lima
(dua puluh juta rupiah)”; ayat (5) :
tahun atau pidana kurungan paling lama satu
“pidana penjara paling lama 12 (dua
tahun”, sedangkan Pasal 360 ayat (1) :
belas) tahun atau denda paling banyak
“pidana penjara paling lama lima tahun atau
Rp. 24.000.000,00 (dua puluh empat juta
pidana kurungan paling lama satu tahun”,
rupiah)”.
ayat (2) : “pidana penjara paling lama
Selain itu, ketentuan Pasal 235, Pasal 236,
sembilan bulan atau pidana kurungan paling
Pasal 240, dan Pasal 241 Undang-Undang Nomor
lama enam bulan atau pidana denda paling
22 tahun 2009, juga mewajibkan kepada pelaku
tinggi empat ribu lima ratus rupiah”.
(pihak
Pasal 591 ayat (2) RUU KUHP :
yang
menyebabkankan
kecelakaan
lalu
“pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
bantuan,
santunan,
atau pidana denda paling banyak Kategori
pengobatan, dan kerugian lainnya kepada pihak
IV”. Ayat (3) : “pidana penjara paling
korban. Adanya perubahan pemidanaan tentang
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
“kealpaan” yang menyebabkan mati atau luka
(lima) tahun atau pidana denda paling sedikit
berat kepada orang lain menurut Undang-Undang
Kategori III dan paling banyak Kategori IV”.
Nomor 22 Tahun 2009 serta hubungannya dengan
Sebaliknya Undang-Undang
sanksi Nomor
pidana 22
Pasal
menurut
Tahun
dan
a. Pasal 310 ayat (3) : “pidana penjara
KUHP
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
360
KUHP
serta
perkembangan pembaharuan
berdasarkan
RUU
KUHP
maupun
B. Identifikasi Masalah
(sepuluh juta rupiah)”; ayat (4) : “pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun banyak
Pasal
pemakaman,
perbandingan Hukum Pidana.
denda paling banyak Rp. 10.000.000,00
paling
biaya
memberikan
penulis untuk mengkajinya dari persepktif sistem peminaan serta
denda
untuk
perkembangan RUU KUHP, telah menarik minat
2009
menentukan :
dan/atau
359
lintas)
terjadinya
1. Bagaimana formulasi pertanggungjawaban tindak pidana lalu lintas yang menyebabkan mati atau luka berat korban menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan hubungannnya dengan Pasal 359 dan
Rp.
12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”; b. Pasal 311 ayat (4) : “pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau 246
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Pasal 360 KUHP Jo Pasal 591 RUU KUHP ?
melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana asalkan saja dalam hal itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau suatu kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang lain, sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang 65 menimbulkan kejadian tersebut.
2. Bagaimana formulasi sistem pemidanaan menurut RUU KUHP dan kaitannya dengan perbandingann hukum pidana ? Pembahasan Formulasi pertanggungjawaban tindak pidana lalu lintas yang menyebabkan mati atau luka berat korban Untuk mengetahui apa yang dimaksud
Sedangkan
dengan tindak pidana dan pertanggujngjawaban pidana
maka
dapat
ditampilkan
suatu
memenuhi unsur-unsur: a. Suatu perbuatan manusia; b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UndangUndang; c. Perbuatan itu harus dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan, artinya dipersalahkan karena telah melakukan perbuatan tersebut.66
Kartanegara menyatakan bahwa suatu tindakan dapat disebut sebagai tindak pidana jika telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a. Unsur objektif, yang terdiri dari: 1) suatu tindak tanduk, jadi suatu tindakan; 2) suatu akibat tertentu; 3) keadaan
Dengan terjadinya perbuatan pidana maka
b. Unsur subyektif, yang terdiri dari: 1)
pada
dapat dipertanggungjawabkan; 2) adanya kesalahan. 64 Moeljatno,
Simons,
perbuatan dapat dikatakan sebagai delik jika
pendapat
beberapa para pakar hukum pidana. Satochid
Kemudian menurut
menurut
gilirannya
akan
pertanggungjawaban
pidana
menimbulkan bagi
sipelaku.
Pertanggungjawaban pidana itu ada apabila ada “kesalahan”. Di sinilah berlaku asas asas hukum :
yang
“tidak dipidana tanpa adanya kesalahan (Geen
dimaksud dengan perbuatan pidana adalah:
Straf Zonder Schuld)”.
Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang
Terkait dengan pengertian di atas, maka dalam konteks makalah ini, yang dimaksud 65
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, Hlm. 54. 66 Satochid Kartanegara, Op Cit. Hlm. 74.
64
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana I (Kumpulan Kuliah), Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, tt. Hlm. 84-86.
247
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dengan
tindak
pidana
lalu
lintas
adalah
2009
dari aspek kewajiban dan akibat perbuatan
perbuatan-perbuatan yang diancam dengan sanksi
penyebab kecelakaan lalu lintas.
pidana sebagaimana dimaksud Pasal 273 s.d.
Karena itu, pada tindak pidana lalu lintas
Pasal 315 UU No. 22 Tahun 2009 dan terbagi
yang menyebabkan mati atau lukanya korban,
atas :
umumnya dianggap terjadi karena “kealpaan”,
a. Pelanggaran : Pasal 274, Pasal 275 ayat
maka sanksi pidana yang dikenakan kepada
(1), Pasal 276, Pasal 278, Pasal 279, Pasal
pelakunya bersifat “Strict liability “. Tanggung
280, Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283,
jawab mutlak (strict liability) adalah bentuk
Pasal 284, Pasal 285, Pasal 286, Pasal
khusus dari tort (perbuatan melawan hukum),
287, Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290,
yaitu
Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293, Pasal
perbuatan
294, Pasal 295, Pasal 296, Pasal 297,
didasarkan kepada kesalahan”. tetapi prinsip ini
Pasal 298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal
mewajibkan pelaku langsung bertanggung jawab
301, Pasal 302, Pasal 303, Pasal 304,
atas kerugian yang timbul karena perbuatan
Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal
melawan hukum itu. Karenanya, prinsip strick
308, Pasal 309, dan Pasal 313.
liability ini disebut juga dengan liability without
prinsip
pertanggung
melawan
hukum
jawaban
dalam
yang
“tidak
fault (tanggung jawab tanpa kesalahan).67
b. Kejahatan : Pasal 273, Pasal 275 ayat (2), Pasal 277, Pasal 310, Pasal 311, dan
Menurut Muladi, doktrin pemidanaan
Pasal 312.
berdasarkan konsep strict liability,68 bukan atas
Atas kualifikasi delik di atas, maka tindak
dasar kesalahan subyektif, tetapi atas dasar
pidana lalu lintas yang menyebabkan mati atau
kepentingan masyarakat yang bertujuan untuk
luka berat korban sebagaimana di atur dalam
menjaga
Pasal 229 ayat (4) Jo Pasal 310 ayat (3) dan ayat
sehingga dapat tercipta harmonisasi nilai-nilai
(4) dan Pasal 310 ayat (4) dan ayat (5) Undang-
sosial budaya bangsa Indonesia yang lebih
Undang Nomor 22 Tahun 2009 dikualifikasikan
mengutamakan
sebagai kejahatan. Selain itu formulasi delik
keseimbangan antara kehidupan masyarakat dan
pelanggaran
individu. Ini kebanyakan terdapat pada delik-
maupun
delik
kejahatan
tidak
dirumuskan ke dalam perbuatan “sengaja” dan karena
“kealpaan”,
melainkan
67
keseimbangan
kepentingan
keselarasan,
sosial,
keserasian,
dan
Ibid. Muladi, Makalah, Seminar Kajian dan Sosialisasi UU No. 23 Tahun 1997, Semarang : Fakultas Hukum UNDIP, 1998, Hlm, 17-18. Lihat pula Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994, Hlm., 33.
dirumuskan
68
menurut delik farmal dan delik materiel yang lebih menekankan pertanggungjawaban pidana 248
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak delik yang diatur dalam Undang-Undang yang
kepada ahli waris korban berupa biaya
pada umumnya merupakan delik-delik terhadap
pengobatan dan/atau biaya pemakaman
kesejahteraan
penjualan
dengan tidak menggugurkan tuntutan
makanan dan minuman atau obat-obatan yang
perkara pidana” (Garis Bawah oleh
membahayakan, penggunaan gambar dagang
Penulis);
umum,
misalnya
yang menyesatkan dan pelanggaran lalu lintas. Menurut
ajaran
strict
b. Pasal 235 ayat (2) : “Jika terjadi cedera
liability,
terhadap badan atau kesehatan korban
pertanggungjawaban pidana dapat dibebankan kepada
pelaku
tindak
pidana
akibat
bersangkutan
Kecelakaan
Lalu
Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229
dengan tidak perlu dibuktikan adanya kesalahan
ayat (1) huruf b dan huruf c, pengemudi,
(kesengajaan atau kelalaian) para pelaku. Tetapi
pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan
ditekankan kepada hal, akibat dari perbuatannya
Umum wajib memberikan bantuan kepada
itu telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
korban berupa biaya pengobatan dengan
Cukuplah apabila dibuktikan bahwa pelaku tindak
tidak menggugurkan tuntutan perkara
pidana telah melakukan perbuatan yang dilarang
pidana” (idem);
ketentuan pidana atau tidak melakukan perbuatan
c. Pasal 236, bahwa : (1) Pihak yang
yang diwajibkan oleh ketentuan pidana (offences of strick liability).69
menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Penerapan Pasal 229, Pasal 310 dan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 311 Undang-Undang Nomor 22 Tahun
Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang
2009, juga berkorelasi dengan ketentuan Pasal
besarannya
235 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 236, Pasal
putusan
240, dan Pasal 241, yang menentukan:
mengganti
a. Pasal 235 ayat (1) : “Jika korban
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana
meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu
dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) dapat
Lintas
dalam
dilakukan di luar pengadilan jika terjadi
Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi,
kesepakatan damai di antara para pihak
pemilik, dan/ atau Perusahaan Angkutan
yang terlibat.
Umum
sebagaimana
wajib
dimaksud
“memberikan
bantuan
ditentukan
pengadilan. kerugian
berdasarkan
(2)
Kewajiban
tersebut
pada
d. Pasal 240 menormatifkan : “Korban Kecelakaan
69
Muladi, Beberapa catatan Tentang RUU KUHP, Jakarta, 2004.
249
Lalu
Lintas
berhak
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak mendapatkan:
a.
pertolongan
2009
dan
Pasal 592 RUU KHUP Dafat II 2005, maka
perawatan dari pihak yang bertanggung
formulasinya dapat dikatakan sudah lebih
jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu
maju (progresif) daripada ketentuan Pasal 359
Lintas dan/atau Pemerintah; b. ganti
dan Pasal 360 KUHP. Jo Pasal 591 s.d. Pasal
kerugian dari pihak yang bertanggung
592 RUU KHUP Dafat II 2005.
jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu
Dengan kata lain, dapat pula dikatakan
Lintas; dan c. santunan Kecelakaan Lalu
telah
Lintas dari perusahaan asuransi.
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Lalu
Lintas
dengan tegas menyatakan: “Setiap orang berhak
pertama dan perawatan pada rumah sakit sesuai
dengan
pengakuan,
jaminan,
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Perumusan norma “kepastian
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat bahwa
atas
perlindungan dan kepastian hukum yang
ketentuan
peraturan perundang-undangan”. disimpulkan
keadilan
a. Pasal 28D Amandemen UUD 1945 yang
berhak
memperoleh pengutamaan pertolongan terdekat
nilai
sebagaimana diamanhkan :
g. Pasal 241 menentukan : “Setiap korban Kecelakaan
mencerminkan
hukum
“Pertanggungjawaban
yang
adil”
tersebut
jelas
mengandung makna “Kepastian Hukum
Hukum Tindak Pidana Lalu Lintas” yang
Materiel” (material certainty legality)
mengakibatkan mati atau lukanya orang lain
yang berbasis pada nilai Ketuhanan Yang
Tidak Dapat Dieleminir, Dihapus atau
Maha Esa sebagaimana dimaksud Pasal
Ditiadakan oleh adanya : bantuan uang,
29 (1) UUD‟45. Kemudian Pasal 29 (1)
pembayaran ganti rugi, santunan kecelakaan,
UUD‟45, yang menyatakan : Negara
biaya pemakaman, dan perawatan kepada
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
korban dan keluarga korban, dari pihak yang menyebabkan kecelakaan.
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
Jika sanksi pidana berdasarkan Pasal
tentang
Kekuasaan
Kehakiman,
juga
dengan tegas menormatifkan, bahwa :
229, Pasal 310 dan Pasal 311 Jo Pasal 235 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 236, Pasal 240,
1) Kekuasaan
dan Pasal 241 Undang-Undang Nomor 22
kehakiman
adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk
Tahun 2009, dikorelasikan dengan Pasal 359
menyelenggarakan
dan Pasal 360 KUHP Jo Jo Pasal 591 s.d.
peradilan
guna
menegakkan hukum dan keadilan 250
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak berdasarkan
Pancasila,
demi
Negara
Hukum
terselenggaranya
1. definisi/pengertian/batasan yuridis tentang “tindak pidana”;
Republik Indonesia (Pasal 1).
2. penegasan
2) Peradilan negara menerapkan dan
sifat
berdasarkan Pancasila” [Pasal 3 ayat
3. penegasan asas “mendahulukan keadilan
c. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
daripada kepastian hukum”.70
2004 tentang Pembentukan Peraturan telah
Asas sifat perbuatan melawan hukum
menempatkan Pancasila sebagai sumber Konsekuensinya,
hukum
setiap
formal
negara.
Pancasila
yang
dimaksud
merumuskan
peraturan
hakikatnya
perbuatan
melawan
hanya hukum
secara positif, sedangkan dari sudut pandang
perundang-undangan wajib menjabarkan nilai-nilai
liability
alle materiele wederrechtelijkheid);
Esa” [Pasal 4 ayat (1)].
sumber
(no
materil” (asas AVAW – afwezigheids van
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
segala
hukum”
adanya sifat melawan hukum secara
3) Peradilan dilakukan demi Keadilan
dari
melawan
without unlawfulness) atau asas tidak
(2) ].
yang
“tiada
pidana/pertanggungjawaban pidana tanpa
menegakkan hukum dan keadilan
Perundang-undangan,
asas
doktrin hukum pidana maupun menurut
berfungsi
yuriprudensi serta menurut rasa keadilan,
sebagai landasan ideologis, cita moral,
diakui adanya asas “tiada tindak pidana dan
cita hukum, norma pembentuk, dan norma
pemidanaan tanpa sifat melawan hukum
penguji keabsahan peraturan perundang-
(secara materiel)”.71
undangan yang hendak dibentuk di dalam
Karena itu, Pasal 1 RUU KUHP
negara hukum Indonesia.
konsep telah memperluas asas legalitas formal yang dikandung Pasal 1 ayat (1) KUHP
Amanah UUD 1945 dan UndangUndang di atas, hakikatnya juga telah
dengan
menjiwai perubahan Pasal 1 KUHP ke dalam
rumusan sebagai berikut :
rumusan Pasal 1 Jo Pasal 11 RUU KUHP.
(1) Tiada seorang pun dapat dipidana atau dikenakan tindakan, kecuali perbuatan
Menurut Barda Nawawi Arief, kelemahan pokok dari Pasal 1 KUHP adalah tidak
70
asas
legalitas
material
dengan
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana, Jakarta, 2008, Hlm. 79-81. 71 Ibid.
menegaskan secara eksplisit : 251
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak yang dilakukan telah ditetapkan sebagai tindak pidana dalam peraturan perundangundangan yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan.
(3) Setiap tindak pidana selalu di pandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.
(2) Dalam menetapkan adanya tindak pidana dilarang menggunakan analogi.
Alur pemikiran yang melatarbelakangi perumusan pasal 11 RUU-KUHP konsep di atas,
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mengurangi berlakunya hukum yang hidup dalam masyarakat yang menentukan bahwa seseorang patut dipidana walaupun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang undangan.
hakikatnya merupakan kelanjutan dari asas legalitas
Pasal
1 RUU
materiel
sebagaimana
dirumuskan
dalam pasal 1 RUU-KUHP konsep. Selain itu juga
menentukan
batasan/pengertian
juridis
tentang suatu perbuatan pidana yang tidak hanya dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan
(4) Berlakunya hukum yang hidup dalam masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sepanjang sesuai dengan nilainilai Pancasila dan/atau prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh masyarakat bangsa-bangsa. Ketentuan
2009
diancam dengan pidana (sifat perbuatan melawan hukum formal), tetapi juga harus
bersifat
melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat (sifat perbuatan melawan hukum materiel).
KUHP
Ditegaskan pula pada ayat (3), bahwa
konsep di atas, juga berkaitan dengan
setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat
ketentuan Pasal 11 RUU KUHP konsep yang
melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.
menentukan :
RUU KUHP Konsep berpendirian bahwa sifat
(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.
melawan hukum merupakan unsur mutlak dari
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat.
pidana
tindak
pidana.
Artinya,
walaupun
dalam
perumusan delik tidak dirumuskan secara tegas adanya unsur melawan hukum, namun suatu perbuatan yang telah dirumuskan sebagai tindak dianggap
dalam
undang-undang
bersifat
melawan
harus hukum.
selalu Jadi
perumusan formal dalam undang-undang harus dilihat sebagai faktor atau ukuran obyektif untuk menyatakan suatu perbuatan bersifat melawan 252
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak hukum. Ukuran formal atau obyektif itu pun
b. RUU KUHP Konsep tidak memandang
masih harus diuji secara materiel, apakah ada
kedua asas/syarat itu sebagai syarat yang
alasan pembenar atau tidak dan apakah perbuatan
kaku dan bersifat absolut. Oleh karena itu,
itu betul-betul bertentangan dengan kesadaran
Konsep
hukum masyarakat. 72
dalam hal-hal tertentu untuk menerapkan
Kemudian
terkait
dengan
formulasi
juga
memberi
kemungkinan
asas “strict liability”, asas “vicarious
pertanggungjawaban pidana menurut KUHP dan
liability”,
RUU KUHP, Barda Nawawi Arief :menjelaskan
maaf/pengampunan
bahwa :73
(rechterlijk pardon – judicial pardon).
a. Berbeda dengan KUHP, di dalam RUU KUHP
konsep
ada
bab
dan
asas
“pemberian
oleh
hakim”
Patut dicatat, bahwa ketentuan mengenai
tersendiri
“rechterlijk pardon” tidak ditempatkan
mengenai “pertanggungjawaban pidana”.
dalam perttangungjawaban pidana (PJP),
Asas umum yang fundamental dalam
tetapi di dalam Bab Pemidanaan.
pertanggungjawaban pidana ini ialah asas
c. Di samping asas umum “tiada pidana
“tiada pidana tanpa kesalahan” (asas
tanpa kesalahan” pada Pasal 37, Konsep
culpabilitas). Asas ini (yang merupakan
juga merumuskan ketentuan dalam Pasal
asas kemanusiaan) dirumuskan secara
39 sebgai berikut:
eksplesit di dalam Pasal 37 RUU KUHP
(2) Perbuatan yang dapat dipidana adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, kecuali peraturan perundangundangan menentukan secara tegas bahwa suatu tindak pidana yang dilakukan dengan kealpaan dapat dipidana.
konsep (2005-2007) sebagai pasangan dari asas legalitas (yang merupakan asas kemasyarakatan)
dan
merupakan
perwujudan pula dari ide keseimbangan monodualistik.
Formulasi
Pasal
37
Konsep itu berbunyi: “Tidak seorangpun
(3) Seseorang hanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap akibat tindak pidana tertentu yang oleh Undang-Undang diperberat ancaman pidananya, jika ia sepatutnya mengetahui kemungkinan terjadinya akibat tersebut atau sekurangkurangnya ada kealpaan.
yang melakukan tindak pidana, dipidana tanpa kesalahan”.
72
Barda Nawawi Arief, Perkembangan Asas hukum Pidana Indonesia, Pustaka Magister Semarang, 2008, Hlm. 30-32. 73 Barda Nawawi Arief, Perkembangan Asas Hukum Pidana Indonesia, Penerbit Pustaka Magister Semarang, 2008, Hlm. 41-43.
253
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Pasal 39 Ayat (2) di atas memuat prinsip,
(1) Bagi tindak pidana tertentu UndangUndang dapat menentukan bahwa seseorang dapat dipidana semata-mata karena telah dipenuhinya unsur-unsur tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan adanya kesalahan.
bahwa pertanggungjawaban pidana hanya dapat dikenakan pada orang yang melakukan perbuatan dengan sengaja. Pertanggungjawaban pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan karena kealpaan, hanya bersifat eksepsional sepanjang
(2) Dalam hal ditentukan oleh UndangUndang setiap orang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain.
ditentukan oleh Undang-Undang. Sedangkan Pasal 39 (3) dimaksudkan mengatur masalah “pertanggungjawaban terhadap akibat yang tidak dituju/tidak
dikehendaki/tidak
disengaja” Kesengajaan dan Kealpaan
(“Erfolgshaftung”) yang tetap berorientasi pada asas
kesalahan,
walaupun
2009
dalam
bentuk
Pasal 39
kesalahan ringan (yaitu apabila ada dolus (1) Seseorang hanya dapat dipertanggungjawabkan jika orang tersebut melakukan tindak pidana dengan sengaja atau karena kealpaan.
eventualis atau culpa). ketentuan mengenai pertanggungjawaban lainnya di dalam Konsep, yang tidak terdapat dalam
KUHP,
adalah
ketentuan
mengenai
(2) Perbuatan yang dapat dipidana adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja kecuali peraturan perundang-undangan menentukan secara tegas bahwa suatu tindak pidana yang dilakukan dengan kealpaan dapat dipidana.
“kesesatan” (baik berupa : error facti” maupun “error iuris”). Masalah ini diatur dalam pasal 42 Konsep 2005-2007 yang formulasinya juga diorientasikan pada asas kesalahan. Selengkapnya Rumusan Pasal 37 s.d. Pasal 39 dan Pasal 42
(3) Seseorang hanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap akibat tindak pidana tertentu yang oleh UndangUndang diperberat ancaman pidananya jika ia sepatutnya mengetahui kemungkinan terjadinya akibat tersebut atau sekurang-kurangnya ada kealpaan.
RUU KUHP Konsep, adalah sebagai berikut : Pasal 37 (1) Tidak seorang pun yang melakukan tindak pidana dipidana tanpa kesalahan. (2) Kesalahan terdiri dari kemampuan bertanggung jawab kesengajaan kealpaan dan tidak ada alasan pemaaf.
Lebih
Pasal 38
lanjut
dapat
dikemukaka
perkembangan pembaharuan hukum pidana 254
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Indonesia menurut RUU KUHP pada sub 2 di
Dengan pengertian demikian, maka sistem pemidanaan
bawah ini.
identik
dengan
sistem
penegakan hukum pidana yang terdiri dari Formulasi sistem pemidanaan menurut RUU KUHP dan kaitannya dengan perbandingann hukum pidana
sub
sistem
Hukum
Pidana
Materiel/Substantif, sub-sistem Hukum Pidana Formal dan sub-sistem Hukum
Menurut Barda Nawawi Arief, “sistem
Pelaksanaan Pidana. Ketiga sub sistem itu
pemidanaan” dapat diartikan sebagai “sistem
merupakan
pemberian atau penjatuhan pidana” yang dapat
pemidanaan, karena tidak mungkin hukum
dilihat dari dua sudut pandangan, yaitu : 1. Dari
sudut
74
pidana
satu
kesatuan
sistem
dioperasionalkan/ditegakkan
secara konkret hanya dengan salah satu
fungsional
(bekerjanya/berfungsinya/berprosesnya)
sub-sistem
sistem pemidanaan yang diartikan sebagai
pemidanaan yang demikian itu dapat
:
disebut
a. Keseluruhan
sistem
pemidanaan
2. Dari sudut norma-substantif (hanya dilihat
konkretisasi pidana; sistem
“sistem
sistem
dalam arti luas”.
untuk
fungsionalisasi/operasionalisasi/ b. Keseluruhan
dengan
Pengertian
fungsional” atau “sistem pemidanaan
(paraturan
perundang-undangan)
itu.
dari (peraturan
norma-norma
substantif),
diartikan sebagai :
bagaimana hukum pidana ditegakkan
a. Keseluruhan
sistem
atau dioperasionalkan secara konkret
hukum
sehingga seseorang dijatuhi sanksi
pemidanaan; atau
pidana
b. Keseluruhan hukum
materiel
sistem
pidana
aturan/norma
Barda Nawawi Arief, Sistem Pemidanaan Dalam Konsep RUU KUHP 2004, Bahan Sosialisasi RUU KUHP 2004, diselenggarakan oleh Departemen Hukum dan HAM, tgl. 23-24 Maret 2005, di Hotel Sahid Jakarta. Lihat pula, Barda NawawiArief, RUU KUHP Baru, Sebuah Restrukturisasi/Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia, Penerbit Pustaka Magister Semarang, 2008, Hlm.2-3.
untuk
aturan/norma
materiel
pemberian/penjatuhan 74
pidana
sistem pemidanaan dapat
perundang-undangan) yang mengatur
(hukum) pidana.
hukum
untuk dan
pelaksanaan pidana; Dengan
pengertian
keseluruhan
demikian,
peraturan
maka
perundang-
undangan (“statutory rules”) yang ada di 255
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dalam KUHP maupun UU khusus di luar
c. Perumusan
tujuan
2009 pemidanaan
KUHP, pada hakikatnya merupakan satu
dimaksudkan
kesatuan sistem pemidanaan, yang terdiri
pengendalian
dari “aturan umum” (“general rules”).
memberikan
Aturan umum terdapat di dalam Buku I
rasionalitas dan motivasi pemidanaan yang
KUHP, dan aturan khusus terdapat di
jelas dan terarah.76
dalam Buku II dan III KUHP maupun
undang-undang
sehingga dirumuskan pidana dan aturan pemidanaan dalam undang-undang, yang pada hakikatnya hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan; secara fungsional operasional,
pemidanaan merupakan suatu rangkaian proses dan kebijakan yang konkretasinya sengaja direncanakan melalui tiga tahap:. (1) tahap penetapan/perumusan hukum pidana oleh pembuat undang-undang. (2) tahap penerapan hukum pidana oleh aparat penegak hukum atau pengadilan. (3) tahap pelaksana/eksekusi pidana.
oleh
dasar
1) sistem hukum pidana merupakan satu kesatuan sistem yang bertujuan (“purposive system”) dan pidana hanya merupakan alat/sarana untuk mencapai tujuan; 2) “tujuan pidana” merupakan bagian integral (sub-sistem) dari keseluruhan sistem pemidanaan (sistem hukum pidana) di samping sub-sistem lainnya, yaitu subsistem “tindak pidana”, “pertanggungjawaban pidana (kesalahan)”, dan “pidana”; 3) perumusan tujuan dan pedoman pemidanaan dimaksudkan sebagai fungsi pengendali/kontrol/pengarah dan sekaligus memberikan dasar/landasan filosofis, rasionalitas, motivasi, dan justifikasi pemidanaan; 4) dilihat secara fungsional/operasional, sistem pemidanaan merupakan suatu rangkaian proses melalui tahap “formulasi” (kebijakan legislatif), tahap “aplikasi” (kebijakan judisial/judikatif), dan tahap “eksekusi” (kebijakan administratif/eksekutif); oleh karena itu
merupakan sistem hukum yang bertujuan
pidana
filosofis,
pemikiran bahwa: 77
adalah :
pelaksanaan
sekaligus
54 dan Pasal 55 yang bertolak dari pokok
terkandung dalam perumusan tujuan pemidanaan
b. Dilihat
landasan
dan
Pedoman Pemidanaan”, diformulasi dalam Pasal
Kemudian pokok-pokok pikiran yang
hakekatnya
kontrol”
”fungsi
Dalam RUU KUHP Konsep “Tujuan dan
dalam UU Khusus di luar KUHP.
a. Pada
sebagai
aparat
75
76
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996, Hlm. 152-153. 77 Barda Nawawi Arief, Sistem Pemidanaan Dalam Konsep RUU KUHP 2004, Op. Cit, Hlm. 15-17.
75 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Baksi, 1998, Hlm. 113-114.
256
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat; b. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna; c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; dan d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.79
agar ada keterjalinan dan keterpaduan atara ketiga tahap itu sebagai satu kesatuan sistem pemidanaan, diperlukan perumusan tujuan dan pedoman pemidanaan. Selain itu, dilatarbelakangi oleh berbagai ide-dasar atau prinsip-prinsip sebagai berikut :78 a. ide keseimbangan monodualistik antara kepentingan masyarakat (umum) dan kepentingan individu; b. ide keseimbangan antara “social welfare” dengan “social defence”; c. ide keseimbangan antara pidana yang berorientasi pada pelaku/ “offender” (individualisasi pidana) dan “victim” (korban); d. ide penggunaan “double track system” (antara pidana/punishment dengan tindakan/treatment/measures); e. ide mengefektifkan “non custodial measures (alternatives to imprisonment)”. f. Ide elastisitas/fleksibil itas pemidanaan (“elasticity/flexibility of sentencing”); g. Ide modifikasi/perubahan/penyesuaian pidana (“modification of sanction”; the alteration/annulment/revocation of sanction”; “redetermining of punishment”); h. Ide subsidiaritas di dalam memilih jenis pidana; i. Ide permaafan hakim (“rechterlijk pardon”/”judicial pardon”); j. Ide mendahulukan/mengutamakan
Kemudian dalam Pasal 54 ayat (2) juga
pemidanaan
bahwa
dimaksudkan
untuk
pemidanaan
tidak
menderitakan
dan
Secara teoretik, perumusaan keempat tujuan pemidanaan dalam Pasal 54 ayat (1) RUU KUHP Konsep di atas merefleksikan pandangan perlindungan
masyarakat
(social
defence),
pandangan rehabilitasi dan resosialisasi terpidana
79
Penjelasannya menyatakan : Pemidanaan merupakan suatu proses. Sebelum proses ini berjalan, peranan hakim penting sekali. Ia mengkonkritkan sanksi pidana yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan menjatuhkan pidana terhadap tertuduh dalam kasus tertentu. Ketentuan dalam pasal ini dikemukakan tujuan dari pemidanaan, yaitu sebagai sarana perlindungan masyarakat, rehabilitasi, dan resosialisasi, pemenuhan pandangan hukum adat, serta aspek psikologis untuk menghilangkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan. 80 Penjelasannya menyatakan : Meskipun pidana pada dasarnya merupakan suatu nestapa, namun pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak merendahkan martabat manusia.
rumusannya
terdapat dalam Pasal 54 ayat (1), RUU KUHP Konsep ialah untuk :
78
menyatakan
merendahkan martabat manusia.80
keadilan dari kepastian hukum; Tujuan
2009
Ibid.
257
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak yang dipertegas ayat (2) bahwa pemidanaan tidak dimaksudkan
untuk
menderitakan
2009
(2) Ringannya perbuatan keadaan pribadi pembuat atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan.
dan
merendahkan martabat manusia. Berkenaan dengan Pedoman Pemidanaan, Pasal 55 RUU KUHP Konsep menentukannya sebagai berikut :
Menurut
Pasal 55
Barda
Nawawi
Arief,
81
ketentuan Pasal 55 ayat (2) RUU KUHP Konsep (1) Dalam pemidanaan dipertimbangkan:
wajib
mengandung asas hukum “judicial pardon” atau pemaafan hakim yang bertujuan untuk :
a. kesalahan pembuat tindak pidana;
(a) menghindari pemidanaan.
b. motif dan tujuan melakukan tindak pidana;
kekakuan
/absolutisme
c. sikap batin pembuat tindak pidana;
(b) Menyediakan “klep/katup pengaman”(Veilig heidsklep”);
d. apakah tindak pidana dengan berencana;
(c) Bentuk koreksi judisial terhadap asas legalitas.
dilakukan
e. cara melakukan tindak pidana;
(e) Pengimplementasian / pengintegrasian nilai atau paradigma “hikmah kebijaksanaan” dalam pancasila.
f. sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana;
(f) Pengimplementasian / pengintegrasian “ tujuan pemidanaan” ke dalam syarat pemidanaan (karena dalam memberikan permaafan/pengampunan, hakim harus mempertimbangkan tujuan pemidanaan). Tegasnya, syarat atau justifikasi pemidanaan tidak hanya didasarkan pada adanya “tindak pidana” (asas legalitas)
g. riwayat hidup dan keadaan sosial dan ekonomi pembuat tindak pidana; h. pengaruh pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana; i. pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban; j. pemaafan dari korban keluarganya; dan/atau
dan/atau
k. pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan.
81
Barda Nawawi Arief, Tujuan Dan Pedoman Pemidanaan : Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Beberapa Negara, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009, Hlm. 69-76.
258
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak dan kesalahan (asas culpabilitas) tetapi juga pada tujuan pemidanaan. 82
circumstances
Selain pemaafan terhadap si pelaku,
Intinya,
attendant
upon
the
commission of the offense or thereafter". alasan
pemaafan
ketentuan RUU KUHP Konsep juga memberikan
menjatuhkan
judicial pardon kepada korban dan keluarga
apapun) dapat diberikan berdasarkan : (1)
korban. Akan tetapi, kewenangan hakim tersebut
ringannya tindak pidana yang dilakukan;
juga harus diimbangi dengan asas culpa in causa
(2) karakter pribadi si pembuat; atau; (3)
atau asas actio libera in causa. Artinya, hakim
keadaan-keadaan pada waktu atau setelah
juga tetap dapat menjatuhkan pidana sekalipun
delik dilakukan.
terdapat alasan penghapus/peniadaan pidana. Selanjutnya
apabila
dilihat
83
b.
sangat
ringan;
mempertimbangkan watak pelaku;
dan 11), Bellarus (Psl. 20 jo. Psl. 1), Bulgaria
dan
dipandang
(Psl. 36), Latvia (Psl. 35), Macedonia (Psl. 32),
sarana
Romania (Psl. 52), dan Yugoslavia (Psl. 33).84
(3)
tidak untuk
(2)
jahat
penjatuhan
dari
pidana
bermanfaat
sebagai
mencegah
pelaku
mengulangi lagi tindak pidana ("special
Sedangkan negara-negara yang secara
deterrence”).
di dalam
UU
1419/1984
memasukkan ketentuan ke dalam KUHP
KUHPnya antara lain : 85 a.
KUHP Yunani : Dalam hal-hal tertentu
delik
KUHPnya antara lain : Armenia (Psl. 48 jo. Psl. 2
pardon
tindakan
menjatuhkan pidana, yaitu apabila : (1)
yang memformulasi tujuan pemidanaan di dalam
judicial
atau
pengadilan dapat menahan diri untuk
dari
perbandingan hukum pidana, maka negara-negara
tegas mengatur
pidana
(tidak
yang memungkinkan pengadilan tidak
Pasal 9a KUHP Belanda : "The judge
menjatuhkan sanksi apapun (Pasal. 302 :
may determine in the judgment that no
2 dan Pasal 314 : 2 PC) : (1) apabila
punishment or measure shall be imposed,
korban
where he deems this advisable, by reason
luka-luka
of the lack of gravity of the offense, the
keluarga
character
offender's next of kin); dan (2) apabila
of
the
offender,
or
the
82
Ibid. 83 Ibid. 84 Barda Nawawi Arief, Sistem Pemidanaan Dalam Konsep RUU KUHP 2004, Loc. Cit. 85 Bahan Kuliah Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Hukum Pidana, PMIH UNTAN.
dari
hilangnya
karena dekat
nyawa
kealpaan dari
sipelaku
seharusnya
karena
trauma
Psikologis
dideritanya karena delik itu.
259
adalah
sipelaku tidak
atau (the
dipidana yang
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak c.
KUHP
Portugal,
Article
74
-
Dalam
konteks
2009
teori-teori
tentang
Dispensation of penalty : “When the
pemidanaan, Muladi telah membagi teori-teori
crime is punishable with imprisonment
tujuan pemidanaan menjadi 3 kelompok yakni :
not superior to 6 months, or only with a
86
fine not superior to 120 days, the court
a. Teori absolut (retributif) : memandang
may declare the defendant guilty without
bahwa
applying penalty if : (a) The unlawfulness
dilakukan
minute; (b) The damages have been
kejahatan
not oppose to the dispensation of penalty.
dinyatakan
“bersalah”,
tetapi
itu
sendiri. bahwa
Teori sanksi
ini dalam
kejahatan yang merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan
tidak hanya untuk menghindari
sehingga
penjatuhan pidana penjara pendek
sanksi
bertujuan
untuk
memuaskan tuntutan keadilan.
(sebagai alternatif), tetapi juga ;
(3)
pada
karena orang telah melakukan sesuatu
tidak
:
(2)
berorientasi
hukum pidana dijatuhkan semata-mata
tetap
dijatuhi “pidana”. Ketentuan ini berfungsi (1)
sehingga
mengedepankan
Simpulannya : dalam “dispensa de pena” terdakwa
merupakan
perbuatan dan terletak pada terjadinya
repaired; (c) Reasons of prevention do
pidana),
pemidanaan
pembalasan atas kesalahan yang telah
of the act and the guilt of the agent are
(dispensasi
.
b. Teori teleologis (tujuan) : memandang
sebagai koreksi judisial terhadap
bahwa
asas legalitas ("judicial corrective
pembalasan atas kesalahan pelaku tetapi
to the legality principle”); dan
sarana mencapai tujuan yang bermanfaat kesejahteraan
dibenarkan/diperlukan dilihat dari
maupun
untuk
menuju Sanksi
mencegah agar orang tidak melakukan
masyarakat
rehabilitasi
masyarakat.
sebagai
ditekankan pada tujuannya, yakni untuk
sudut kebutuhan (baik kebutuhan melindungi
bukan
untuk melindungi masyarakat
mencegah pemidanaan yang tidak
untuk
pemidanaan
si
pelanggar). 86
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, PT ALUMNI, Bandung, 1998, hlm. 49-51.
260
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
kejahatan,87 maka bukan bertujuan untuk
perangkat tujuan pemidanaan adalah : (1)
pemuasan absolut atas keadilan.
Pencegahan
c. Teori retributive-teleologis : memandang
umum
dan
khusus;
(2)
Perlindungan masyarakat; (3) Memelihara
bahwa tujuan pemidanaan bersifat plural,
solidaritas
masyarakat
karena menggabungkan antara prinsip-
Pengimbalan/pengimbangan.
dan
(4)
prinsip teleologis (tujuan) dan retributif
Jika teori tujuan pidana tersebut di
sebagai satu kesatuan. Teori ini bercorak
atas, diaplikasikan ke substansi Pasal 229,
ganda, dimana pemidanaan mengandung
Pasal 310 dan Pasal 311 Jo Pasal 235 ayat (1)
karakter
pemidanaan
dan ayat (2), Pasal 236, Pasal 240, dan Pasal
dilihat sebagai suatu kritik moral dalam
241 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
menjawab tindakan yang salah. Sedangkan
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, maka
karakter teleologisnya terletak pada ide
menurut pendapat penulis, dapat dikatakan
bahwa tujuan kritik moral tersebut ialah
sudah mencerminkan
suatu reformasi atau perubahan perilaku
yang bersifat integratif, yaitu: (1) Pencegahan
terpidana di kemudian hari. Pandangan
umum
teori
adanya
masyarakat;
kemungkinan untuk mengadakan artikulasi
masyarakat;
terhadap
Pengimbalan/pengimbangan.
retributif
ini
sejauh
menganjurkan teori
mengintegrasikan
pemidanaan
yang
beberapa
fungsi
sekaligus
retribution
utilitarian
dimana
yang
pencegahan
Memelihara dan
Perlindungan solidaritas (4)
1. Bahwa secara parsialitas (Undang-undang di luar KUHP), Pasal 359 dan Pasal 360
oleh suatu rencana pemidanaan. Karena integratif,
(3)
(2)
D. Penutup
dan
dilihat sebagai sasaran yang harus dicapai bersifat
khusus;
bersifat
sekaligus rehabilitasi yang kesemuanya
tujuannya
dan
tujuan pemidanaan
KUHP
maka
secara tidak langsung sudah
direformasi oleh Pasal 229, Pasal 310 dan
87
Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan yang sebagai sarana pencegahan, baik pencegahan khusus yang ditujukan kepada pelaku maupun pencegahan umum yang ditujukan ke masyarakat. Teori relatif berasas pada 3 (tiga) tujuan utama pemidanaan yaitu preventif, detterence, dan reform atif. Tujuan preventif (prevention) untuk melindungi masyarakat dengan menempatkan pelaku kejahatan terpisah dari masyarakat. Tujuan menakuti (detterence) untuk menimbulkan rasa takut melakukan kejahatan yang bisa dibedakan untuk individual, publik dan jangka panjang.
Pasal 311 Jo Pasal 235 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 236, Pasal 240, dan Pasal 241 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Secara 261
langsung
sudah
diperbaharui
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak berdasarkan Pasal 591 dan Pasal 592
Demikian makalah ini disajikan, untuk
RUU KUHP Draft II 2005.
dapat dimaklumi segala kekurangannya. Saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
2. Meskipun demikian tidak berarti Pasal
kepada Bapak Prof. Dr. Barda Nawawi Arief,
359 dan Pasal 360 KUHP menjadi tidak
S.H., yang telah mengajarkan kepada kami
berlaku lagi. Sebab, sebagai substansi
materi Kuliah Kebijakan Pidana dan Kriminal
induk (Hukum Pidana Matriel) dari
dan Perbandingan Hukum Pidana. Semoga
Sistem Hukum Pidana Indonesia, maka ia
Tuhan
tetap berlaku, terutama di luar ketentuan
KUHP sudah disahkan menjadi undang-
DAFTAR PUSTAKA
undang.
Barda
3. Bahwa pembaharuan hukum pidana Indonesia yang berbasis pada nilai-nilai perkembangan untuk
ilmu
dan
hukum
pidana
mewujudkan
memberikan
Amin.
Terlebih khusus lagi apabila RUU
1945
senantiasa
dan kemajuan hukum pidana Indonesia.
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
UUD
YME
rachamatan-Nya kepada Bapak sekeluarga
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Pancasila,
2009
Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996.
__________, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Baksi, 1998.
Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, memang merupakan keniscayaan
__________,
Sistem Pemidanaan Dalam Konsep RUU KUHP 2004.
__________,
Sistem Pemidanaan Dalam Konsep RUU KUHP 2004, Bahan Sosialisasi RUU KUHP 2004, diselenggarakan oleh Departemen Hukum dan HAM, tgl. 23-24 Maret 2005, di Hotel Sahid Jakarta.
__________,
Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana, Jakarta, 2008.
yang wajib dilakukan oleh bangsa Indonesia
sendiri
(ahli-ahli
Hukum
Pidana Indonesia), untuk menggantikan KUHP (WvS) peninggalaan pemerintah kolonialis Belanda. 4. Oleh karena itu, diharapkan RUU KUHP yang sudah sangat progresif itu hendaknya
dapat
diundangkan
secepatnya. 262
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak __________, Perkembangan Asas hukum Pidana Indonesia, Pustaka Magister Semarang, 2008. Muladi,
Makalah, Seminar Kajian dan Sosialisasi UU No. 23 Tahun 1997, Semarang : Fakultas Hukum UNDIP, 1998, Hlm, 1718. Lihat pula Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994.
__________, Beberapa catatan Tentang RUU KUHP, Jakarta, 2004. Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, PT ALUMNI, Bandung, 1998.Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987. Satochid Kartanegara, Hukum Pidana I (Kumpulan Kuliah), Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, tt. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu
Lintas
dan
Angkutan Jalan Bahan Kuliah Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Hukum Pidana, PMIH UNTAN.
263
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SAMBAS Oleh: Agustianur Abstrak Bahwa faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan PAD dari sektor pajak di Kabupaten Sambas adalah target yang ditetapkan untuk penerimaan pajak belum sepenuhnya berorientasi pada potensi yang ada, masih sering terjadi kebocoran dalam hal pemungutan (belum maksimal), masih kurannya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya, dan masih banyak potensi pajak daerah yang belum tergali karena belum adanya payung hukum, masih terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga/petugas pemungut pajak daerah. Strategi kebijakan yang diambil/dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam meningkatkan PAD dari sektor pajak, antara lain membuat payung hukum sebagai landasan dalam pemungutan pajak daerah, melakukan perubahan terhadap payung hukum yang ada dan tidak sesuai lagi dengan kenyataan di lapangan, Menambah atau melengkapi sarana dan prasarana serta menambah tenaga/petugas (SDM) pemungut pajak daerah, meningkatkan anggaran yang terkait dengan mengoptimalkan penerimaan pajak daerah, memberikan reward terhadap pemungut pajak yang melebihi target yang telah ditetapkan, memberikan punishment terhadap pengelola atau pemungut pajak yang nakal. melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pajak daerah serta digunakan untuk apa saja pajak daerah tersebut, serta melakukan pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pajak daerah. Abstract The factor in increasing local revenues from the tax sector in Sambas district which is the target set for the tax revenue iss not fully oriented to the tax potential that was exist. It still often consists a leakage in the voting (not maximum), taxpayers still lack of awareness in fulfilling their obligations to pay tax, and still much untapped potential of the area because there was no legal protection and still has limited facilities, infrastructure and manpower / personnel local tax collector. Strategy or policy which is taken or is conducted by Sambas district local governments in increasing local revenues from the tax sector are as following: create law as the legal basis of local tax collections, make changes to the existing legal protection and no longer matches the reality on the ground, add or complementary facilities and infrastructure and adding personnel / officer (HR), local tax collectors, increase the budget associated with optimizing the local tax revenue, give reward to the tax collector that exceeds the set target, give punishment to the mischievious administrator or tax collector, conduct counseling and socialization to the society about the importance of local taxes and are what local taxes used for are, as well as monitoring and enforcement of laws relating to local ta.x 88
Pemerhati Hukum dan PNS di Kabupaten Sambas
264
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
Dalam menghadapi tantangan persaingan
Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara
global baik di dalam maupun luar negeri,
kesatuan yang berbentuk Republik sebagaimana
pemerintah telah mengantisipasinya dengan
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat (1).
menyelenggarakan
Pancasila
termaktub dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
sebagai
paradigma
pembangunan
otonomi
daerah
yang
bahwa
tujuan
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang berprinsip
adalah
untuk
pada pemberian otonomi daerah yang luas, nyata
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan
dan bertanggung jawab kepada daerah secara
makmur merata baik materiil dan spirituil
proporsional
nasional
menggariskan
pembangunan
nasional
yang
diwujudkan
dengan
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan
berdasarkan UUD 1945, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
sumberdaya
berdaulat, bersatu, berkedaulatan rakyat dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara yang
suasana
aman,
menganut sistem pemecahan kekuasaan secara
tentram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan
vertikal suatu negara dikenal dengan istilah
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib
desentralisasi yang membagi kekuasaan negara
dan damai.
terbagi antara pemerintah pusat dan daerah.
perikehidupan
Untuk
bangsa
merealisasikan
yang
mendukung
daerah lebih cenderung pada political aspect, desentralisasi
kelangsungan
cenderung
pada
konteks Sharing of Power dalam prakteknya
dana tersebut dapat diperoleh melalui peran serta secara bersama dalam
lebih
administrative aspect. Namun jika dilihat dari
pemerintahan dan masyarakat itu sendiri. Sumber masyarakat
sistem
pemahaman masing-masing di mana otonomi
besar, sumber dana tersebut memegang peranan guna
Dalam
Desentralisasi dan otonomi daerah mempunyai
tujuan tersebut
negara memerlukan sumber dana yang cukup penting
nasional.
kedua sistem tersebut mempunyai keterkaitan
berbagai
yang
bentuk, satu di antaranya adalah pajak. Sebagai
diwujudkan
kewenangan
negara hukum segala sesuatu tentang pajak telah
yang
dengan cukup
pemberian luas
kepada
pemerintah daerah untuk mengatur, mengurus,
ditetapkan dalam UUD 1945 Pasal 23A yang
mengembangkan
berbunyi “pajak dan pungutan lain yang bersifat
daerah
dan
masyarakatnya
sesuai kepentingan dan potensi daerah di mana
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
kewenangan yang diberikan kepada daerah tanpa
undang-undang“.
campur tangan pemerintah pusat.
265
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Penyelenggaraan
2009
pemerintahan
Dalam kaitannya dengan otonomi daerah,
mensyaratkan adanya pembagian urusan antara
pajak merupakan sumber pendapatan daerah
pemerintah dengan daerah otonom. Sebagai
yang
wujud penyerahan urusan daerah diberikan hak
penggerak
untuk mendapatkan sumber keuangan berupa
peningkatan pembangunan dan kesejahteraan
tersedianya
pemerintah.
masyarakat. Pemerintah telah menetapkan bagi
Kewenangan memungut dan mendayagunakan
hasil pajak antara pusat dan daerah, bagi hasil
pajak dan retribusi daerah, dan hak untuk
tersebut dalam APBD dapat diketahui dari jenis-
mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya
jenis pajak pusat yang pungutannya dibagi dengan
nasional yang berada di daerah. Oleh karena itu
daerah, di antaranya sebagai berikut:
pendanaan
dari
dipandang
mampu
sekaligus
menjadi
sebagai
motor
pendorong
dibutuhkan suatu organisasi perangkat daerah
1. Pajak Pusat, yakni pajak yang kewenangan
yang dapat mengakomodir kewenangan yang
pemungutanya berada pada pemerintah
diberikan
pusat. Yang tergolong jenis pajak ini
tersebut
sesuai
dengan
tuntutan
otonomi.
adalah
Sejalan
dengan
dan
Pertambahan Nilai atas barang dan Jasa
perkembangan penataan kelembagaan pemerintah
(PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
daerah
(PPn.BM), Bea Materai dan cukai
khususnya
keadaan
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Kabupaten
Sambas,
Reorganisasi Dinas Daerah telah beberapa kali
2. Pajak Daerah, yakni pajak yang kewenangan
dilakukan, di mana dengan ditetapkan Peraturan
pemungutanya
Daerah Kabupaten Sambas Nomor 16 Tahun
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota.
2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi
Dalam Pasal 2 UU No. 34 Tahun 2000
dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sambas,
tentang pajak daerah dan retribusi daerah,
Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu
disebutkan:
dari 12 (dua belas) Dinas Daerah yang dibentuk
berada
pada
pemerintah
a. Jenis pajak provinsi terdiri dari:
dan ditata kembali sebagai unsur pelaksana teknis
1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. 2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. 3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor. 4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. b. Jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari
pemerintah Kabupaten Sambas yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi di bidang pendapatan daerah.
266
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak 1. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) 2. BPHTB (Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan) 3. Pajak Hotel 4. Pajak Restoran 5. Pajak Hiburan 6. Pajak Reklame 7. Pajak Penerangan Jalan 8. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C 9. Pajak Parkir Seiring dengan perkembangan dan perubahan
masyarakat
dan
4. Pembinaan terhadap unit Pelaksana Teknis Dinas; dan 5. Melaksanakan diberikan
tugas
oleh
lainnya
Bupati
yang
(Dispenda
Kabupaten Sambas, 2008: 2). Dengan
masih
terdapatnya
berbagai
potensi di daerah dituntut untuk lebih cerdas mensikapi segala kondisi dan persoalan yang
penyelenggaraan
muncul
di
daerah.
Perkembangan
dan
pemerintahan, maka Undang-Undang Nomor 18
kemajuan daerah sangat bergantung kepada
Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan
kemampuan pemerintah daerah dengan seluruh
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 diganti
komponen masyarakat dalam menggali potensi
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
yang dimiliki dan memanfaatkan setiap peluang
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
yang ada. Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak
Dengan kondisi di atas, Dinas Pendapatan
menjadi
kata
kunci
yang
daerah mempunyai peran yang sangat strategis,
dipergunakan
untuk
sebagai ujung tombak untuk menggali sumber-
perkembangan
ekonomi
sumber pendapatan daerah, menghimpun dana
nasional, regional maupun lokal. Penerimaan
guna membiaya kegiatan pemerintah maupun
Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak
pembangunan di daerah. Untuk melaksanakan
dipandang
mampu
tugasnya sebagai salah satu Dinas Daerah
percepatan
(akselerasi)
Kabupaten Sambas, Dinas Pendapatan Daerah
kesejahteraan masyarakat secara lebih luas.
melaksanakan fungsi:
mengukur
selalu
baik
menjadi
tingkat
dalam
skala
pendorong,
pembangunan dan
Sejak dikeluarkanya UU No. 32 Tahun
1. Perumus kebijakan teknis;
2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka
2. Pemberian perijinan dan pelaksanaan
Pemerintah Kabupaten Sambas mempunyai kewenangan
pelayanan umum;
untuk
mengatur,
mengurus,
mengembangkan daerah dan masyarakatnya
3. Pelaksanaan penyuluhan, pelatihan, dan
sesuai dengan kepentingan dan potensi daerahnya
pengkajian;
tanpa campur tangan pemerintah pusat. Salah
267
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak satu
kewenangan
menunjang
demi
daerah
yang
2009
sangat
pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008,
terwujudnya kesejahteraan
sebagian terpenuhi/mencapai target pada setiap
masyarakat adalah keuangan daerah, supaya dapat
tahunnya,
terlaksana
pengelolaan
terealisasi/tidak terpenuhi. Pada tahun 2004
keuangan daerah harus dijalankan sesuai dengan
realisasi mencapai 111,14%, tahun 2005 107,23%,
peraturan yang berlaku. Salah satu sumber
tahun 2006 107,97%, tahun 2007 hanya 98,38%,
keuangan daerah yang potensial untuk mewujudkan
tahun 2008 menjadi 118,93%, dan tahun 2009
masyarakat yang sejahtera adalah hasil pajak.
menjadi 97,35% (Dispenda Kabupaten Sambas,
dengan
baik,
maka
tetapi
ada
juga
yang
tidak
2009: 1).
Pendapat Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen penting sebagai sumber
Dari data di atas tergambar bahwa PAD
pendapatan daerah. Perubahan mendasar yang
Kabupaten Sambas walaupun sebagian besar telah
terjadi dalam tata pemerintahan memberikan
terpenuhi pada setiap tahunnya, namun target yang
kebebasan kepada daerah dalam bentuk otonomi
ditetapkan
daerah
dibandingkan dengan berbagai potensi yang
dan
desentalisasi.
Perubahan
ini
masih
relative
lebih
kecil
jika
memberikan konsekuensi kepada daerah bahwa
dimiliki
oleh pemerintah daerah Kabupaten
pemerintah daerah harus mampu mengatur dan
Sambas, sehingga diperlukan berbagai kebijakan
mengurus sendiri daerahnya termasuk kemampuan
untuk menggali sumber-sumber PAD yang ada di
keuangan daerah. Daerah harus mampu menggali
Kabupaten Sambas.
segala bentuk potensi dalam berbagai sumber
Dari sektor pajak daerah, target yang
sehingga dapat menjadi penopang pendapatan
ditetapkan juga relatif masih kecil (rata-rata lebih-
daerah yang dibutuhkan untuk membiaya kegiatan
kurang
pembangunan
Kabupaten Sambas), apalagi realisasi setiap
dan
pemerintahan
daerah
di
Kabupaten Sambas. Target
penerimaan
10%
dari
target
penerimaan
PAD
tahunnya juga mengalami turun naik (fluktuasi), PAD
Kabupaten
sehingga memerlukan strategi kebijakan yang
Sambas dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
dapat meningkatkan PAD Kabupaten Sambas
semua dapat terealisasi di atas 100%, kecuali pada
terutama dari sektor Pajak dalam rangka membiaya
tahun 2009 dari target penerimaan PAD sebesar
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
Rp. 25.163.959.389,37, terealisasi sebesar Rp.
daerah.
23.007.226.612,47 (91,43%). Dari PAD tersebut,
Disadari
untuk sektor pajak daerah dari target penerimaan
bahwa
dalam
meningkatkan
penerimaan daerah melalui pajak daerah terdapat 268
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
berbagai faktor yang berpengaruh, namun hal
tidak hanya segi kehidupan ekonomi semata-
tersebut harus dijadikan tantangan bagi pemerintah
mata,
daerah
tetap
membangun ekonomi suatu masyarakat tanpa
meningkatkan dan memberdayakan pajak daerah
menyangkut pembangunan segi-segi kehidupan
sebagai salah satu sumber PAD Kabupaten
masyarakat
Sambas. Diperlukan strategi kebijakan yang dapat
masyarakat yang sedang membangun dicirikan
meningkatkan PAD melalui pajak daerah, yang
oleh
pada akhirnya diharapkan pajak daerah dapat
mendefinisikan
pembangunan,
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
ukuran
dipakai
PAD Kabupaten Sambas, dan tentu saja strategi
pembangunan mesti ada perubahan. Peranan
kebijakan tersebut tetap berorientasi pada potensi
hukum
objek pajak yang ada di Kabupaten Sambas,
menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan
sehingga ke depan pajak daerah akan menjadi salah
cara yang teratur.
Kabupaten
Sambas
untuk
karena
suatu
lainnya.
Negara
Apabila
perubahan, yang dalam
tidak
diteliti
bagaimanapun dan
masyarakat
pembangunan
adalah
dapat
semua orang apapun dalam untuk
satu sektor yang memberi kontribusi besar bagi
Ada anggapan yang boleh dikatakan
PAD yang pada akhirnya juga bermanfaat bagi
hampir merupakan keyakinan bahwa perubahan
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan
yang teratur dapat dibantu oleh perundang-
pembangunan daerah di Kabupaten sambas.
undangan
Apa
menjadi
Faktor-faktor
atau
putusan
pengadilan
atau
yang
kombinasi dari kedua-duanya. Perubahan yang
berpengaruh dalam meningkatkan PAD dan
teratur melalui prosedur hukum, baik ia berujud
pembangunan daerah dari sektor pajak di
perundang-undangan atau keputusan badan-badan
Kabupaten Sambas dan Strategi apa yang diambil
peradilan lebih baik daripada perubahan yang
Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam
tidak teratur dengan menggunakan kekerasan
meningkatkan PAD dan pembangunan daerah?
semata-mata. Karena baik perubahan maupun ketertiban kembar
Analisis
(keteraturan) dari
merupakan
masyarakat
yang
tujuan sedang
membangun, hukum menjadi suatu alat yang Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Meningkatkan PAD dari Sektor Pajak di Kabupaten Sambas Pembangunan dalam arti seluas-luasnya
tidak
meliputi segala segi kehidupan masyarakat dan
yang
dapat
diabaikan
dalam
proses
pembangunan. Jelas kiranya bahwa pemakaian hukum
269
demikian
merupakan
suatu
alat
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
pembaharuan masyarakat, mengharuskan setiap
dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur
orang memiliki pengetahuan lebih banyak dan
dengan
luas daripada pengetahuan hukum dalam arti
pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
yang lazim. Seorang ahli hukum di suatu
harus didasarkan pada Undang-Undang, dan
masyarakat yang sedang membangun harus
untuk di daerah didasarkan pada peraturan
mengetahui interaksi antara hukum dengan
daerah.
faktor-faktor
lain
Dengan
demikian,
perkembangan
Sebagaimana diketahui bahwa sumber
masyarakat, terutama faktor-faktor ekonomi dan
pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli
sosial.
daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain
Cara
dalam
Undang-Undang.
pemakaian
hukum
demikian
mengharuskan diadakannya analisis fungsional
pendapatan daerah yang sah. PAD terdiri dari
dari sistem hukum sebagai keseluruhan dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
kaidah-kaidah
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan
lembaga-lembaga
sosial
tertentu.
dan lain-lain PAD yang sah (Pasal 157 UU Dalam
pemerintahan,
rangka Negara
penyelenggaraan Kesatuan
Nomor 32 Tahun 2004).
Republik
Potensi
pajak
daerah
Kabupaten
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
Sambas dalam tiga tahun terakhir cukup besar
daerah
daerah-daerah
jika mampu digali dan dikelola dengan baik.
kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut
Misalnya saja dari pajak hotel dan restoran,
mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan
pajak
mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
pengusahaan
meningkatkan
sebagainya (Hasil wawancara dengan Kabag
provinsi
terdiri
efisiensi
atas
dan
efektivitas
reklame,
pajak
burung
pengelolaan wallet,
dan
dan lain
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
Hukum
kepada masyarakat.
Kasubbag Administrasi Ketahanan Pangan dan
Untuk menyelenggarakan pemerintahan
dan
Perundang-undangan
dan
Penyuluhan Setda Kabupaten Sambas).
tersebut, Daerah berhak mengenakan pungutan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang
Sambas
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengalami peningkatan walaupun tidak terlau
yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu
tinggi peningkatannya. Pada tahun 2007 PAD
perwujudan
bahwa
18.197.425.357,-, tahun 2008 sebesar Rp.
penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak
24.414.234.089,-, dan tahun 2009 sebesar Rp.
kenegaraan,
ditegaskan
270
dalam
tiga tahun terakhir
terus
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
25.499.747.638,- (hasil wawancara dengan
menetapkan tarif Pajak yang seragam terhadap
Kepala Bidang Pajak Dipenda Kabupaten
seluruh jenis Pajak provinsi.
Sambas).
Dalam
mengoptimalkan
penerimaan
Selama ini pungutan Daerah yang
PAD harus ada paying hukum sebagai landasan
berupa Pajak dan Retribusi diatur dengan
dalam pemungutan pajak daerah tersebut. Oleh
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
karena itu Pemerintah daerah Kabupaten sambas
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana
bersama-sama dengan DPRD Kabupaten Sambas
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
telah
Tahun 2000. Sesuai dengan Undang-Undang
Peraturan daerah yang terkait dengan pajak daerah
tersebut,
(Hasil wawancara dengan Kabag Hukum dan
Daerah
diberi
kewenangan untuk
menghasilkan/membentuk
memungut 11 (sebelas) jenis Pajak, yaitu 4 (empat)
Perundang-undangan
jenis Pajak provinsi dan 7 (tujuh) jenis Pajak
Sambas), antara lain:
kabupaten/kota. Selain itu, kabupaten/kota juga jenis Pajak lain sepanjang memenuhi kriteria ditetapkan
dalam
Undang-Undang.
Undang-Undang tersebut juga mengatur tarif pajak maksimum untuk kesebelas jenis Pajak tersebut. Terkait dengan Retribusi, UndangUndang tersebut hanya mengatur prinsip-prinsip dalam menetapkan jenis Retribusi yang dapat dipungut
Daerah.
maupun
Berdasarkan uraian di atas tergambar
untuk
bahwa penarikan pajak dari masyarakat yang
yang
dilakukan oleh Pemerintah daerah Kabupaten
ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Selanjutnya,
Sambas telah memiliki landasan/payung hukum
peraturan pemerintah menetapkan lebih rinci
berupa peraturan daerah. Namun menurut penulis
ketentuan mengenai objek, subjek, dan dasar
peraturan daerah yang telah dibentuk tersebut
pengenaan dari 11 (sebelas) jenis Pajak tersebut
masih
dan menetapkan 27 (dua puluh tujuh) jenis
pemberian kewenangan dari sisi pajak daerah,
Retribusi yang dapat dipungut oleh Daerah serta
karena Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
kabupaten/kota menetapkan
Baik
diberi
jenis
provinsi
Kabupaten
1. Perda Nomor 13 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet (saat ini sedang dibahas oleg Pemda kabupaten Sambas dan DPRD untuk dilakukan perubahan). 2. Perda Nomor 12 Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan Perda Nomor 3 tahun 2006 tentang Pajak Parkir. 3. Perda Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pajak Hotel. 4. Perda nomor 2 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran.
masih diberi kewenangan untuk menetapkan yang
Setda
beberapa
kewenangan
Retribusi
selain
271
kurang
jika
dibandingkan
dengan
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
daerah sesuai dengan amanat dari Undang-Undang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Nomor 28 Tahun 2009.
Undang Nomor 34 Tahun 2000 memberikan 7
Hasil penerimaan Pajak daerah dan
(tujuh) jenis Pajak kabupaten/kota, sehingga
Retribusi diakui belum memadai dan memiliki
masih bias digali secara maksimal berbagai
peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran
potensi yang ada di kabupaten sambas terkait
Pendapatan
dengan pajak daerah, apalagi saat ini telah
khususnya bagi daerah kabupaten dan kota.
dibentuk Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai
tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah
dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal,
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18
dan
Belanja
Daerah
(APBD)
dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat
Tahun 1997, dan memberikan kewenangan yang
diharapkan
lebih besar kepada kabupaten/kota di bidang
pengeluaran
pajak daerah, yaitu dari 7 jenis menjadi 11 jenis,
pemberian peluang untuk mengenakan pungutan
yaitu Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan;
baru yang semula diharapkan dapat meningkatkan
Pajak Reklame; Pajak Penerangan Jalan; Pajak
penerimaan Daerah, dalam kenyataannya tidak
Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak Parkir;
banyak diharapkan dapat menutupi kekurangan
Pajak Air Tanah; Pajak Sarang Burung Walet;
kebutuhan pengeluaran tersebut. Dengan kriteria
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang hampir
Perkotaan; dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
tidak ada jenis pungutan Pajak dan Retribusi baru
dan Bangunan.
yang dapat dipungut oleh Daerah. Oleh karena itu,
Dengan bertambahnya jenis pajak yang diserahkan
kepada
Kabupaten/Kota
menutup Daerah.
seluruh Oleh
kebutuhan karena
itu,
hampir semua pungutan baru yang ditetapkan oleh
seperti
Daerah memberikan dampak yang kurang baik
tersebut di atas, membuka peluang yang lebih
terhadap
iklim
investasi.
Banyak pungutan
besar kepada daerah untuk meningkatkan PAD
Daerah yang mengakibatkan ekonomi biaya
dari sektor pajak daerah ini. Peluang ini harus
tinggi karena tumpang tindih dengan pungutan
dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah daerah
pusat dan merintangi arus barang dan jasa
Kabupaten sambas untuk meningkatkan PAD,
antardaerah.
tetapi harus diingat bahwa sebelum memungut
Untuk daerah provinsi, jenis Pajak yang
pajak daerah harus terlebih dahulu membentuk
ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut telah
paying hukum di tingkat daerah berupa peraturan
memberikan sumbangan yang besar terhadap 272
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak APBD.
Namun,
adanya
Hasil pajak daerah memberi kontribusi
kewenangan provinsi dalam penetapan tarif
bagi PAD Kabupaten Sambas. Dalam tiga
Pajak,
tahun terakhir kontribusi sector pajak daerah
provinsi
penerimaan
karena tidak
tidak
2009
dapat
pajaknya.
menyesuaikan
Dengan
demikian,
dalam PAD Kabupaten Sambas, yaitu pada
ketergantungan provinsi terhadap dana alokasi
Tahun 2007 target penerimaan sebesar Rp.
dari pusat masih tetap tinggi. Keadaan tersebut
2.832.085.860,- dan terealisasi sebesar Rp.
juga mendorong provinsi untuk mengenakan
2.786.276.797,-. Tahun 2008 target penerimaan
pungutan Retribusi baru yang bertentangan
sebesar Rp. 3.150.322.785,- dan terealisasi
dengan kriteria yang ditetapkan dalam Undang-
sebesar Rp. 3.746.828.137,-, tahun 2009 target
Undang.
penerimaan sebesar Rp. 3.692.488.755,- dan
Pada dasarnya kecenderungan Daerah
terealisasi sebesar Rp. 4.044.622.281,-, dan
untuk menciptakan berbagai pungutan yang tidak
untuk tahun 2010 target penerimaan sebesar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang--
Rp. 3.795.839.785,- dan sampai dengan bulai
undangan dan bertentangan dengan kepentingan
Mei
umum dapat diatasi oleh Pemerintah dengan
1.628.408.920
melakukan
Kepala Bidang Pajak Dipenda Kabupaten
pengawasan
terhadap
setiap
Retribusi tersebut. Undang-undang memberikan kepada
terealisasi
(hasil
sebesar
wawancara
Rp.
dengan
Dari uraian di atas tergambar bahwa
untuk
walaupun sebagian besar target penerimaan
membatalkan setiap Peraturan Daerah yang
terealisasi dan bahkan ada yang melampaui
bertentangan
dan
target, namun jika dibandingkan dengan jumlah
kepentingan umum. Peraturan Daerah yang
PAD secara keseluruhan dan ditambah lagi
mengatur Pajak dan Retribusi dalam jangka
dengan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten
waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak
sambas terkait dengan pajak daerah, maka
ditetapkan
kepada
sebenarnya penerimaan hasil pajak daerah
Pemerintah. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
masih belum maksimal digali oleh pemerintah
hari kerja Pemerintah dapat membatalkan
Kabupaten Sambas.
dengan
harus
Pemerintah
sudah
Sambas).
Peraturan Daerah yang mengatur Pajak dan kewenangan
2010
Undang-Undang
disampaikan
Peraturan Daerah yang mengatur Pajak dan
Terdapat beberapa kendala/hambatan
Retribusi.
yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Sambas yang pada akhirnya menjadi faktor 273
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak yang berpengaruh dalam meningkatkan PAD dari
sedangkan potensi yang ada masih terbuka
sektor pajak di Kabupaten Sambas, yaitu:
peluang untuk meningkatkan PAD, terutama pasca diberlakukannya Undang-undang nomor 28
1) Target yang ditetapkan untuk penerimaan pajak belum sepenuhnya berorientasi pada potensi yang ada. 2) Masih sering terjadi kebocoran dalam hal pemungutan (belum maksimal). 3) Masih kurannya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. 4) Masih banyak potensi pajak daerah yang belum tergali karena belum adanya payung hukum. 5) Adanya beberapa payung hukum berupa perda yang sudah tidak sesuai lagi, namun belum dilakukan perubahan. 6) Masih terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga/petugas pemungut pajak daerah (rangkuman hasil wawancara dengan responden) Dari uraian di atas tergambar bahwa
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Strategi yang Diambil Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam Meningkatkan PAD dari Sektor Pajak Sehubungan dengan penyelenggaraan otonomi
daerah,
Undang-Undang disebutkan
dalam Nomor
bahwa
prinsip
penjelasan 32
Tahun
otonomi
umum 2004 daerah
menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
arti
daerah
mengurus
meningkatkan PAD dari sektor pajak daerah di
pemerintahan di luar yang menjadi urusan
Kabupaten Sambas, baik yang disebabkan faktor
pemerintah yang ditetapkan dalam undang-
internal
undang
Berbagai
factor
ini.
mengatur
kewenangan
cukup banyak faktor yang berpengaruh dalam
maupun eksternal.
dan
diberikan
Daerah
semua
memiliki
urusan
kewenangan
tersebut masih terbuka peluang untuk dilakukan
membuat
perbaikan dengan berbagai strategi kebijakan
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan
yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
Sambas agar PAD dari sektor Pajak Daerah
peningkatan kesejahteraan rakyat.
mengalami peningkatan, terutama setelah adanya
kebijakan daerah untuk memberi
Sejalan
dengan
prinsip
tersebut
penambahan jenis pajak yang dapat dipungut oleh
dilaksanakan juga prinsip otonomi yang nyata
Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas.
dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah
adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani
daerah Kabupaten Sambas berorientasi pada
urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan
berbagai
masih
tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya
kecilnya kontribusi sektor pajak daerah dalam
telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
menyumbang PAD bagi Kabupaten Sambas,
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan
faktor
yang
menyebabkan
274
2009
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi
diaktualisasikan dalam program kerja tahunan
bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan
dan
daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan
denganKabid Bidang Pajak Dipenda Kabupaten
otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi
Sambas).
rencana
yang dalam penyelenggaraannya harus benarbenar
sejalan
dengan tujuan
dan
tindaknya
(hasil
wawancara
Program kerja tahunan dan rencana
maksud
tindakan merupakan bagian yang tak terpisahkan
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
dan terdapat instrumen kontrol atas pelaksanaan
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan
program kerja yaitu berupa parameter kuantitatif
kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian
maupun kualitatif yang disebut sebagi pengukuran
utama dari tujuan nasional. Penerapan sesungguhnya
kinerja yang akan dapat digunakan sebagai otonomi
ditujukan untuk
daerah
momentum evaluasi sekaligus sebagai masukan
mendekatkan
balik bagi penyusunan dan penyempurnaan program
proses pengambilan keputusan kepada kelompok masyarakat
yang
paling
bawah,
selanjutnya.
dengan
Pengaturan
kewenangan
perpajakan
memperhatikan ciri khas daerah dan lingkungan
yang
setempat, sehingga kebijakan yang akan diambil
pelaksanaan
dapat diterima guna memenuhi kebutuhan serta
kewenangan yang semakin besar kepada Daerah
rasa keadilan masyarakat.
dalam
Dalam daerah
dari
meningkatkan pajak
Dipenda
saat
ini
otonomi
penyelenggaraan
kurang
mendukung
Daerah.
Pemberian
pemerintahan
dan
pelayanan kepada masyarakat seharusnya
telah
diikuti dengan pemberian kewenangan yang
menyusun program kerja yang menitik beratkan
besar pula dalam perpajakan termasuk retribusi
pada pemungutan pajak daerah melalui Visi, Misi
daerah. Basis pajak kabupaten dan kota yang
dan rencana strategis. Dalam upaya meningkatkan
sangat terbatas dan tidak adanya kewenangan
PAD tersebut, Pemerintah daerah telah menyusun
provinsi
program kerja yang menitik beratkan pada
mengakibatkan
peningkatkan pemungutan pajak daerah melalui
kesulitan
Visi, Misi
serta rencana
Dinas
pengeluarannya. Ketergantungan Daerah yang
Pendapatan
Daerah
Kabupaten
sangat besar terhadap dana perimbangan dari
Sambas. Konsep yang terutang dalam program
pusat dalam banyak hal kurang mencerminkan
kerja
akuntabilitas Daerah. Pemerintah Daerah tidak
serta
sektor
penerimaan
ada
Strategis
(Dipenda)
Rencana
strategis
tersebut 275
dalam
penetapan Daerah
untuk
tarif
pajaknya
selalu
mengalami
memenuhi
kebutuhan
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
terdorong untuk mengalokasikan anggaran secara
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32
efisien dan masyarakat setempat tidak ingin
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
mengontrol anggaran Daerah karena merasa tidak
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
dibebani dengan Pajak dan Retribusi.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat oleh
dan Pemerintahan Daerah, perluasan kewenangan
pemerintah daerah Kabupaten Sambas di
perpajakan dan retribusi tersebut dilakukan
bidang pajak daerah selama ini masih belum
dengan memperluas basis pajak Daerah dan
optimal, hal ini dikarenakan:
memberikan kewenangan kepada Daerah dalam
Kebijakan
1.
yang
dilakukan
2.
Masih terbatasnya pemungut pajak.
3.
Masih sulit untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam membayar pajak daerah
4.
penetapan tarif.
Terbatasnya dana yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak daerah tersebut.
Perluasan basis pajak tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip pajak yang baik sesuai
tenaga/petugas
dengan amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Pajak dan Retribusi tidak menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan/atau menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa
Masih belum tergalinya potensipotensi pajak daerah yang dapat menghasilkan/meningkatkan PAD (Rangkuman hasil wawancara dengan responden).
antardaerah
daerah
menyadari
berbagai
mengoptimalkan
Kabupaten kekurangan
potensi
pajak
kegiatan
ekspor-impor.
Pungutan seperti Retribusi atas izin masuk kota, Retribusi atas pengeluaran/pengiriman barang dari suatu daerah ke daerah lain dan pungutan
Uraian di atas menggambarkan bahwa pemerintah
dan
atas
Sambas
kegiatan
ekspor-impor
tidak
dapat
dalam
dijadikan sebagai objek Pajak atau Retribusi.
daerah
Berdasarkan pertimbangan tersebut perluasan
menjadi PAD. Namun demikian berbagai
basis
upaya sudah dilakukan untuk mengatasi
memperluas basis pajak yang sudah ada,
berbagai kekurangan.
mendaerahkan pajak pusat dan menambah jenis
Untuk
meningkatkan
dengan
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diperluas
besar dalam perpajakan dan retribusi. Berkaitan kewenangan
dilakukan
ada dilakukan untuk Pajak Kendaraan Bermotor
Daerah seharusnya diberi kewenangan yang lebih pemberian
Daerah
Pajak baru. Perluasan basis pajak yang sudah
akuntabilitas
penyelenggaraan otonomi daerah, Pemerintah
dengan
pajak
Pemerintah,
tersebut 276
hingga Pajak
mencakup Hotel
kendaraan
diperluas
hingga
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
mencakup seluruh persewaan di hotel, Pajak
Dari uraian di atas tergambar adanya
Restoran diperluas hingga mencakup pelayanan
langkah-langkah strategis yang dilakukan/diambil
katering. Ada 4 (empat) jenis Pajak baru bagi
oleh pemerintah daerah untuk mengoptimalkan
Daerah, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan
penerimaan
Perdesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan
akhiirnya
Hak
memberikan
atas
Tanah
dan
Bangunan
yang
dari
sector
diharapkan
pajak,
pajak
kontribusi
yang
daerah
yang
besar
pada dapat bagi
sebelumnya merupakan pajak pusat dan Pajak
peningkatan PAD. Berbagai strategi kebijakan
Sarang
Pajak
yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
yang
Sambas
Burung
kabupaten/kota
Walet
serta
Pajak
sebagai Rokok
merupakan Pajak baru bagi provinsi.
pada
pokoknya
terkait
dengan
pembenahan/perbaikan payung hukum terkait dengan pajak daerah.
Strategi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam
Untuk
meningkatkan PAD dari sektor pajak antara lain:
meningkatkan
akuntabilitas
pengenaan pungutan, dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 menyatakan bahwa
1) Membuat payung hukum sebagai landasan dalam pemungutan pajak daerah. 2) Melakukan perubahan terhadap paying hukum yang ada dan tidak sesuai lagi dengan kenyataan di lapangan. 3) Menambah atau melengkapi sarana dan prasarana serta menambah tenaga/petugas (SDM) pemungut pajak daerah. 4) Meningkatkan anggaran yang terkait dengan mengoptimalkan penerimaan pajak daerah. 5) Memberikan reward terhadap pemungut pajak yang melebihi target yang telah ditetapkan. 6) Memberikan punishment terhadap pengelola atau pemungut pajak yang nakal. 7) Melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pajak daerah serta digunakan untuk apa saja pajak daerah tersebut. 8) Melakukan pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pajak daerah
sebagian hasil penerimaan Pajak dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan Pajak tersebut. Pajak Penerangan Jalan sebagian
dialokasikan
untuk
membiayai
penerangan jalan, Pajak Kendaraan Bermotor sebagian dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum, dan Pajak Rokok sebagian dialokasikan untuk membiayai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum. Dalam
sistem
perpajakan
harus
diperhatikan mengenai hak-hak wajib pajak, antara lain hak-hak legal atau hukum, yang meliputi
hak-hak
yang
berkaitan
dengan
keabsahan tertentu (specific validity), pelaksanaan 277
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
dan aplikasi dari hukum pajak. Hak-hak jenis ini
kelangsungan hidup Negara/daerah. Pajak Daerah
umumnya timbul ketika terjadinya interaksi
merupakan iuran wajib berupa uang yang
antara hukum pajak dengan wajib pajak. Hak-hak
dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-
ini dilaksanakan berdasarkan hukum dan fokus
norma hukum, guna menutup biaya produksi
kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dasar dari
barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
hukum dan substansi yang terkandung dalam
kesejahteraan umum. Pajak adalah iuran rakyat
hukum tersebut. Dengan demikian hak-hak ini
kepada kas negara berdasarkan UU dengan tidak
biasanya diterapkan dalam hukum secara umum,
mendapat jasa timbal balik, yang dapat langsung
dan bukan hanya dalam hukum pajak saja.
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
Memperhatikan
hak-hak
wajib
pengeluaran umum. Pajak daerah merupakan
pajak
sangat diperlukan bagi pemerintah daerah dalam
iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi
mengambil berbagai kebijakan terkait dengan
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
pajak daerah. Pemerintah daerah jangan hanya
yang
mengejar penghasilan dari pajak daerah, tetapi
berdasarkan
juga harus dapat memberikan perlindungan bagi
yang
wajib pajak.
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
seimbang,
yang
peraturan
berlaku
dapat
dipaksakan
perundang-undangan
yang
dikenakan
untuk
pembangunan daerah.
Dengan demikian, syarat utama dalam menjalankan sistem perpajakan oleh suatu negara adalah
tersedianya
dasar
hukum
Kesimpulan
yang
melandasinya. Prinsip dasar dalam sistem hukum
Faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan
pajak
untuk
PAD dari sektor pajak di Kabupaten Sambas
secara umum diperoleh
adalah target yang ditetapkan untuk penerimaan
dengan adanya pengenaan sanksi yang bersifat
pajak belum sepenuhnya berorientasi pada
konstitusional dengan satu syarat pengenaan
potensi
pajak tersebut telah diatur melalui mekanisme
kebocoran dalam hal pemungutan (belum
hukum di negara bersangkutan.
maksimal), masih kurannya kesadaran wajib
adalah
bahwa
mengenakan pajak
kekuasaan
yang
ada,
masih
sering
terjadi
telah
pajak dalam memenuhi kewajibannya, dan
menyadari bahwa pajak yang dipungut oleh
masih banyak potensi pajak daerah yang belum
Negara/daerah digunakan untuk menjalankan roda
tergali karena belum adanya payung hukum,
pemerintahan/pemerintah daerah demi menjamin
masih terbatasnya sarana dan prasarana serta
Masyarakat
pada
umumnya
278
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak
2009
tenaga/petugas pemungut pajak daerah. Strategi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sambas, 2008, Selayang Pandang Kabupaten Sambas (Dalam Perspektif Pendapatan Daerah), Sambas.
kebijakan yang diambil/dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam meningkatkan PAD dari sektor pajak, antara lain membuat payung
hukum
sebagai
landasan
dalam
------------------, 2009, Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Sambas Sampai Dengan Bulan Desember 2009, Sambas.
pemungutan pajak daerah, melakukan perubahan terhadap payung hukum yang ada dan tidak sesuai lagi dengan kenyataan di lapangan, Menambah
Gunarto Suhardi, 2002, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Universitas Atmajaya, Cetakan Pertama, Yogyakarta.
atau melengkapi sarana dan prasarana serta menambah tenaga/petugas (SDM) pemungut pajak daerah, meningkatkan anggaran yang terkait dengan
mengoptimalkan
penerimaan
Hartono, Sunaryati, 1988, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bina Cipta, Bandung.
pajak
daerah, memberikan reward terhadap pemungut Mertokusumo, Sudikno, 1996, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta.
pajak yang melebihi target yang telah ditetapkan, memberikan punishment terhadap pengelola atau pemungut
pajak
yang
nakal.
Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum, tanpa tahun, Peranan Hukum Dalam Perekonomian Di Negara Berkembang, Jakarta.
melakukan
penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pajak daerah serta digunakan untuk apa saja pajak daerah tersebut, serta
Nasution, 1988, Metode Penelitian NaturalistikKualitatif, Tarsito, Bandung.
melakukan pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pajak daerah.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai pustaka, Jakarta.
Daftar Pustaka Bratakusumah, Deddy Supriady, dkk, 2002, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, tanpa tahun, Perspektif Teoritis Studi Hukum Dalam Masyarakat, Erlangga, Jakarta. -----------------, dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta.
Brotodiharjo R. Santoso, 1991, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Eresco, Jakarta.
Soleman, B, Taneko, Pokok-Pokok Studi Hukum Dalam Masyarakat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, tanpa tahun, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta. 279
Nestor Jurnal Hukum PMIH Universitas Tanjungpura Pontianak Sumitro, Rochmat, 1988, Pajak dan Pembangunan, PT. Eresco, Bandung. Widi Widodo dan Dedy Djefris, 2008, Tax Payers Rights (Apa yang perlu kita ketahui tentang Hak-Hak Wajib Pajak), Alfabeta, Bandung. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
280
2009