NDALEM SEBAGAI ELEMEN PRIMER PEMBENTUK CITRA KAMPUNG TRADISIONAL DI YOGYAKARTA1
Amos Setiadi2
Dalam proses globalisasi, selain potensi timbulnya krisis identitas dan terciptanya sesuatu yang baru, juga seringkali masih ada aspek lokal yang tetap bertahan. Masalah dalam lingkup budaya tersebut terkait dengan arsitektur karena arsitektur merupakan bagian dari budaya. Segala sesuatu yang dibuat dan dipergunakan oleh manusia dalam lingkungannya merupakan bagian dari budaya (material culture). Dalam suatu lingkungan terbangun terdapat elemen primer yang sangat lambat berubah, relatif tetap serta diyakini sebagai elemen dasar yang menjadi generator pertumbuhan suatu lingkungan terbangun. Dalam suatu lingkungan terbangun, suatu unsur tidak dapat berdiri sendiri sebagai entitas, namun unsur tersebut ada sekaligus memperbaiki tata lingkungan di sekelilingnya, sehingga terjadi pertalian logis (coherent). Gejala ini menempatkan posisi nDalem dalam konteks kampung nDalem, serta konteks kota Yogyakarta sebagai karya arsitektur yang terus “menerima” pengaruh dari luar di satu sisi dan di sisi lain perlu dijaga keasliannya. Kebertautan dengan konteks yang lebih luas yaitu: pembicaraan tentang dimensi kultural sebagai dasar dari identitas arsitektur Indonesia seringkali terfokus pada budaya dan arsitektur tradisional. Namun, pengertian tradisi (dalam arsitektur) seringkali dipahami sebagai “kemurnian” suatu masa puncak di masa lalu, sedangkan segi morphologi dan inhabitasi jarang menjadi perhatian. Oleh sebab itu, melihat keberadaan bangunan nDalem tidak dapat dilepaskan dari konteksnya; kampung tradisional nDalem (mezo) dan kota Yogyakarta (makro).
Kata-kata Kunci: nDalem, kampung tradisional, skemata, makna, ketidaksadaran kolektif I. NDALEM SEBAGAI PEMBENTUK SKEMATA Ruang dalam arsitektur terdiri atas ruang terbangun dan ruang terbuka (built & open space), dapat didefinisikan sebagai perwujudan dari ruang eksistensial manusia.3 Ruang eksistensial dapat dicitrakan secara stabil oleh seseorang dalam lingkungannya, melalui persepsi skemata seseorang. Pada diri seseorang, skemata ruang dapat beragam dan kadang tidak tunggal agar memberi kepuasan pada dirinya dalam berbagai situasi.
1
Makalah singkat untuk diskusi Kompas Gramedia; Penataan Ulang nDalem Tejokusuman, Yogyakarta, 29 Maret 2008 2 Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta 3 Schulz, Christian Norberg, 1971, Existence, Space & Architecture, Praeger Publishers, New YorkWashington, hlm 12
Skemata ditentukan oleh latar belakang budaya sebagai hasil orientasi terhadap lingkungan secara afektif. Skemata dibangun melalui arketipe, kondisi sosial dan budaya.4 Masyarakat kampung tradisional nDalem di Yogyakarta sebagian relatif mudah menyesuaikan terhadap pengaruh dari luar (global) dan sebagian masih memegang tradisi.5 Masyarakat setempat yang sebagian masih bersifat tradisional (melestarikan tradisi) belum dapat lepas dari irama kosmik, sedangkan pendatang ada yang mampu berhubungan dengan ciri masyarakat profan. Bagi masyarakat lokal, kosmos memiliki sejarah yang tidak terikat waktu dan diwariskan turun temurun, dalam bentuk arketipe. NDalem sebagai objek arsitektural di kampung tradisional nDalem merupakan media berkomunikasi, menyampaikan pesan budaya setempat. Oleh sebab itu, penting untuk memberi perhatian terhadap nDalem sebagai simbol sosial budaya. Membaca arti penting keberadaan nDalem tidak dapat dilepaskan dari konteksnya; kampung tradisional nDalem di satu sisi (mezo) dan disisi lain (makro) kampung tradisional nDalem merupakan bagian dari integrative urbanism kota Yogyakarta (gambar 1).
Gambar 1. nDalem Tejokusuman dalam konteks kampung tradisional nDalem (Sumber: Google Earth, 2008)
II. NDALEM DALAM PERUBAHAN Arsitektur bersifat terbuka dalam berbagai titik pandang. Demikian pula nDalem dan konteksnya; kampung tradisional nDalem, dapat dipahami sebagai arsitektur yang bersifat terbuka dengan masuknya ragam gagasan dan bahkan saling berlawanan, diantaranya keterbukaan terhadap perubahan paradigma dari Rasional-Mekanistik menuju Holistik-Ekologis yang didasari oleh kearifan intuitif. Di satu sisi, perkembangan ruang terbangun yang berlangsung di nDalem dan sekitarnya (kampung tradisional nDalem) mewabah dengan gaya yang cenderung seragam, tidak memberi ruang berimajinasi, serta unsur lokal cenderung terabaikan. Di sisi lain, 4
Ibid, hlm 11 Sebagaimana diungkap dalam penelitian Setiadi, A (2002), Konsepsi Ruang Publik di Kampung Tradisional NDalem di Yogyakarata, Penelitian untuk Seminar Bidang Kajian 5
arsitektur bukanlah produk massal yang diekspor ke seluruh tempat. Arsitektur merupakan karya dan cermin semangat jaman, serta memiliki keunikan, jati diri dan karakter setempat. Penolakan terhadap tradisi yang menyebabkan pemiskinan bahasa visual, disain yang terlampau rasional di kawasan kampung tradisional nDalem sebenarnya tidak perlu terjadi karena pada hahekatnya manusia adalah juga makhluk yang emosional. “High tech” seyogyanya juga diperkaya dengan “high touch”. Nalar dan rasa harus diolah menjadi satu dan bukan dipilih salah satu. Pilihan seharusnya bukan yang bersifat “either-or” tetapi “both-and”.6 Demikian pula, kolaborasi antara “new” and “old”. Sehingga dua kutub ekstrim “modern” dan “tradisional” yang semula bersifat kontradiktif, menjadi pasangan yang bersifat komplementer ini dapat diperpanjang mencakup “rasional dan romantik”, “empirik dan intuitif”, “objektif dan relatif”, “sadar dan bawah sadar”, “universal dan partikular”, “mekanistik dan organik”. Pada pandangan ini, “membangun kembali” nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem sebagai karya arsitektur yang serasi di suatu lingkungan bersejarah dapat dilakukan.7 Pandangan ini juga mendorong terjaganya kelestarian alam, lingkungan binaan dan way of life dalam konteks membentuk kampung tradisional yang bermakna.
Gambar 2. nDalem Tejokusuman
III. MENGUNGKAP NDALEM SEBAGAI IDENTITAS KAMPUNG TRADISIONAL Alternatif pendekatan: ketidaksadaran kolektif Membaca peran nDalem sebagai elemen pembentuk identitas arsitektural salah satunya dengan mengikuti paham strukturalis dalam filsafat, dengan mendudukkan nDalem sebagai karya arsitektur yang membentuk suatu konstruksi dari tanda-tanda. Keterkaitan tanda-tanda dalam struktur itulah yang akan mampu memberi makna yang tepat. NDalem sebagai bagian penting dari kampung tradisional nDalem merupakan objek arsitektur yang senantiasa berubah, baik dalam fungsi bangunan, lahan, struktur kampung, maupun detailnya. Pada bagian tertentu melalui suatu mekanisme kontrol yang ketat dapat relatif tetap dan terhindar dari aneka perubahan (persistent), yang berpeluang menjadi salah satu unsur pembentuk makna dan identitas. 6
Venturi, Robert, 1977, Complexity and Contradiction in Architecture, 2nd edition, The Architectural Press, London 7 Abel, Christ, 1997, Architecture and Identity, Toward a Global Eco-Culture, Architectural Press, Butterworth, Heinemann, hlm 87
Setiap warga kampung tradisional nDalem (dimungkinkan juga masyarakat di luar kampung nDalem) memiliki hubungan emosional dalam waktu yang cukup lama dengan beberapa unsur dalam kampung tradisional nDalem itu sendiri. Gambaran tentang kampung tradisional tersebut terpateri ke dalam memorinya dan memunculkan makna tertentu dalam dirinya. Seringkali pemaknaan terhadap citra sebuah lingkungan terbangun (dalam kasus studi ini kampung tradisional nDalem) tidak utuh dan tidak berlanjut, kadangkala hanya berupa potongan-potongan (fragmen) dan bercampur dengan keinginan seseorang.8 Makna tempat bukan hanya karena kejelasan tempat itu sendiri tetapi juga karena keunikannya. NDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem memiliki potensi untuk menjadi simbol yang kuat dari kompleksitas budaya masyarakatnya. Bila citra visual nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem mudah ditangkap, maka dapat memberi ekspresi makna yang kuat. Kejelasan struktur dan identitas kampung tradisional nDalem yang salah satunya diungkap melalui keberadaan nDalem merupakan langkah awal dari penjelmaan simbol-simbol makna kampung tradisional nDalem itu sendiri (mezo) dan struktur kota Yogyakarta (makro). Identitas tidak bisa diciptakan secara seketika (instant). Pencapaiannya melalui hirarki tertentu yang teratur dan berulang. Identitas kampung tradisional nDalem merupakan jejak peradaban yang ditampilkan sepanjang sejarah kampung tradisional nDalem itu sendiri, selaras dengan pernyataan Schulz tentang spirit of the place.9 Maka membentuk citra visual kampung tradisional nDalem dapat dimulai dengan mengindetifikasi identitas kampung tradisional nDalem itu sendiri, yaitu melalui keberadaan nDalem. Identitas dan makna nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem tidak harus tunggal, namun didasarkan pada realitas masa kini dengan tetap mempertahankan kekhasannya sehingga memiliki keunikan. NDalem jika dibaca dalam relasi arsitektur (nDalem sebagai arsitektur) terhadap lingkungan alamnya, bagaikan sebuah puisi yang tujuannya untuk membantu manusia tinggal di suatu tempat melalui pengenalan dan pemahaman atas konteks.10 Dalam melakukan interpretasi citra visual nDalem (dalam konteks kampung nDalem) dapat memanfaatkan pengalaman langsung. Memberi informasi faktual dianggap penting dalam proses interpretasi, demikian juga menggugah emosi. Interpretasi dapat berperan menggugah, menghibur dan mungkin juga mengubah karakter seseorang. Fakta yang tersimpan diberbagai tempat tidak selalu menjadi informasi yang bermakna, sehingga perlu interpretasi yang tepat. Interpretasi atas nDalem dalam konteks kampung nDalem membantu membentuk keterkaitan dengan warisan masa lalu. NDalem sebagai artefak atau objek dapat menceritakan kisahnya sendiri sepanjang waktu, sehingga apabila suatu kampung tradisional nDalem kehilangan bangunan-bangunan dan tempat-tempat bersejarahnya dapat disebut telah kehilangan memorinya (menjadi catatan penting bahwa gejala ini telah menimpa beberapa bangunan nDalem). Memori umumnya meninggalkan jejak (traces) yang berfungsi sebagai tanda (sign) atau sebagai petunjuk memori. Kampung tradisional nDalem sebagai permukiman tua banyak menyimpan memori masa lalu. Sehingga relasi antara arsitektur, bentuk permukiman dan sejarahnya harus selalu menjadi pertimbangan utama dalam “mengintervensi” bangunan nDalem maupun kawasan kampung tradisional nDalem. 8
Lynch, Kevin, 1979, The Image of the City, MIT Press, Cambrirdge, hlm 4 Schulz, Christian Norberg, 1984, Genius Loci, Towards a Fenomenology of Architecture, Rizzoli, New York 10 Ibid 9
Ekspresi kolektif arsitektur pada kampung tradisional nDalem merupakan rangkaian memori dari berbagai bentuk arsitektur masa lalu. Oleh karena itu untuk dapat mengapresiasi maknanya, tidak cukup melihat dari sudut formal fungsional saja tetapi dengan pengamatan bentuk dan penafsiran makna yang dikandungnya.11 Ada bentuk yang tetap persisten dan permanen meski fungsinya berubah-ubah. Maka membuat perencanaan dan perancangan baru pada nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem dapat dilakukan dengan meminjam bentuk lama tetapi tanpa melibatkan makna lama, karena makna telah berubah dengan berjalannya waktu. NDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem merupakan gudang sejarah. Karena itu, sulit membayangkan untuk mempelajari fenomena yang berlangsung di dalamnya tanpa melalui sejarah, sebagaimana pernyataan berikut: “The more we know about cultures, about the structure of society in various of history in different parts of the world, the better we are able to read their built environment.12 Segi sejarah dapat dibaca dengan melihat nDalem dan kampung tradisional nDalem sebagai material artifact, berupa objek buatan manusia yang meninggalkan jejak. Dalam hal ini, nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem dilihat sebagai sintesis dari serangkaian nilai-nilai, nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem dilihat sebagai jalinan massa dan ruang, entitas fisik-spasial yang konkrit. Bangunan-bangunan (nDalem dan bangunan lain disekitarnya) didirikan dengan maksud tertentu, sehingga menjadi artefak yang bermakna. Agar bisa sampai mengungkap makna nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem saat ini, salah satunya dapat dilakukan dengan mengungkap “collective unconsciousness” dari objek arsitektural yang dapat memunculkan citra.13 Meminjam teori Freud, bila seseorang kurang perhatian atau tidak punya perhatian terhadap sesuatu, maka dapat digolongkan sebagai unconscious atau preconscious. Dari pintu masuk ini, dapat dibuat kategori mana ingatan kolektif masyarakat yang tergolong sadar (conscious) dan mana yang tidak sadar (unconscious) atau setidaknya yang prasadar (preconscious) tentang nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem. Ini merupakan salah satu pendekatan yang ditawarkan penulis melalui mengungkap kembali makna nDalem, dalam hubungannya dengan kontribusi keberadaan nDalem dalam perkembangan kampung tradisional nDalem (mezo) dan kota Yogyakarta (makro). Transformasi dan Konservasi NDalem Artefak dan benda-benda alami yang merupakan unsur dari tatanan suatu kawasan kampung tradisional nDalem bersifat fana (temporalis), mengalami perubahan baik secara alami maupun karena ulah manusia. Nilai-nilai sejarah, estetik, ilmiah, dan sosial suatu benda, ataupun suatu tradisi dapat mengalami perubahan menurut kurun waktu dan tempat tertentu, yang sangat dipengaruhi oleh perbagai paradigma yang berkembang dalam masyarakat. Namun secara naluriah, manusia ingin mempertahankan (servare) sesuatu yang dianggapnya bernilai, dan pada puncaknya menjadi pusaka.14 NDalem sebagai artefak dan makna makna nDalem sebagai arketipe mulai dilupakan dalam perkembangan kampung tradisional nDalem itu sendiri. Hal ini memerlukan perhatian, agar Yogyakarta yang kini sedemikian terbuka tidak larut dalam permainan langgam arsitektur global yang cenderung tanpa makna. 11
Boyer, M, Christine, 1994, The City of Collective Memory, The MIT Press, Cambridge Mass, hlm 19 Kostof, Spiro, 1991, The City Shaped, Thames and Hudson, Hongkong, hlm 10 13 Jung, C, Gustav, 1987, Menjadi Diri Sendiri, terjemahan dari judul asli: Aion Researches into the Phenomenology of the Self, Gramedia, Jakarta, hlm 57 14 Ada kelompok pemerhati artefak kota yang menyebutnya “heritage” 12
Artefak yang telah dinilai usang, dikembalikan lagi kebentuk “aslinya” karena memperoleh kembali penghargaan publik dan sebaliknya. Upaya konservasi telah banyak dilakukan, meski kadang masih belum memberi pengaruh yang besar bagi masyarakat dalam mengapresiasikan makna yang terkandung di dalamnya. Penggalian arketipe kampung tradisional nDalem melalui interpretasi sejarah dan memori kolektif diharapkan akan mampu melestarikan nDalem sebagai pusaka dalam kreasi baru. Akhir kata, tulisan singkat ini ditujukan untuk mendorong penelitian selanjutnya; mengungkap ragam arketipe dengan titik mulai nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem yang dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam membangun kota Yogakarta yang berjati diri (tabel 1). Tabel 1. Penelusuran arketipe – makna – objek dengan titik mulai nDalem dalam konteks kampung tradisional nDalem Lingkup area nDalem: Halaman Belakang
Arketipe
Gana
nDalem: Halaman Dalam
Sri
nDalem: Halaman Luar
Kitri
Ruang menerima dekat
Objek Arsitektural untuk Ruang yang Gandok kerabat memberi makna relasi kekerabatan (kindship) untuk Pawon
Ruang memasak Ruang untuk menerima tamu (perempuan) Ruang yang dikhususkan (disengker) (tengah), untuk keluarga inti (kiwo-tengen) Ruang untuk menerima tamu (lakilaki)
Makna Batin
Ruang yang Griya Ageng memberi makna relasi sosial Ruang sakral, Senthong simbol keberadaan Dewi Sri (tengah)
? Gledekan
Ruang yang memberi makna keterbukaan (relasi sosial) Ruang untuk Ruang yang menerima tamu, memberi makna pertunjukkan keterbukaan (relasi wayang/ringgit sosial) Ruang/pintu masuk Ruang transisi dari batin yang penat/liyu beralih ke batin yang tidak penat, sareh ? ? ? ?
?
?
?
?
?
?
Liyu
Kampung nDalem
Makna Lahir
Keterangan: ? = pencarian lebih lanjut
Pendapa
Peringgitan
Regol
? Jalan menuju nDalem Bangunan magersari ?
Arketipe Artefak Skemata Strukturalis
GLOSARIUM Pola asli Benda Gambaran/citra seseorang terhadap lingkungannya berupa reaksi tipikal terhadap suatu situasi Gerakan intelektual yang berkaitan dengan penyingkapan struktur berbagai pemikiran dan tingkah laku manusia, yang prinsipnya adalah bahwa satu totalitas yang kompleks hanya dapat dipahami sebagai satu perangkat unsur-unsur yang saling berkaitan
PUSTAKA Abel, Christ, 1997, Architecture and Identity, Toward a Global Eco-Culture, Architectural Press, Butterworth, Heinemann Boyer, M, Christine, 1994, The City of Collective Memory, The MIT Press, Cambridge Mass Jung, C, Gustav, 1987, Menjadi Diri Sendiri, terjemahan dari judul asli: Aion Researches into the Phenomenology of the Self, Gramedia, Jakarta Kostof, Spiro, 1991, The City Shaped, Thames and Hudson, Hongkong Lynch, Kevin, 1979, The Image of the City, MIT Press, Cambrirdge Schulz, Christian Norberg, 1971, Existence, Space & Architecture, Praeger Publishers, New York-Washington Schulz, Christian Norberg, 1984, Genius Loci, Towards a Fenomenology of Architecture, Rizzoli, New York Setiadi, Amos., 2006, Persistensi Pola dan Tipe Jalan di Kampung nDalem. Suatu Analisis Tipomorfologi dalam Konteks Pertemuan antara Aspek Modern dan Tradisional pada Kampung-kampung di Yogyakarta, Disertasi Venturi, Robert, 1977, Complexity and Contradiction in Architecture, 2nd edition, The Architectural Press, London BIODATA PENULIS : Amos Setiadi, DR : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Tilpon 0274-487711 Alamat rumah : Jalan Garuda No. 8B (Joglo R. Prodjoitono) Perumahan Nogotirto Blok IV Yogyakarta 55292 Tilp 0274-619960 E-mail :
[email protected] Mengajar matakuliah dalam kelompok Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Kota (PPLK) di Program Studi S-1 dan S-2. Nama Alamat Kantor