20
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT T&R , Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi berdasarkan banyaknya jumlah residen narkoba yang menjalani rehabilitasi di tempat tersebut yaitu sebesar 320 orang yang terdapat pada empat tahap detoksifikasi, entry, primary, re-entry. Fasilitas yang disediakan juga memadai seperti kamar tempat tinggal, tempat ibadah, sarana olahraga, tempat pelatihan, dan dapur penyelenggaraan makanan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga September 2011. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh adalah pecandu yang sedang mengalami rehabilitasi (yang disebut dengan residen) pada tahap primary di UPT T&R , Lido, Sukabumi, Jawa Barat yang selanjutnya disebut residen. Populasi residen pada penelitian terdapat pada tahap primary yaitu sebanyak 120 orang. Pengambilan contoh dipilih secara purposive. Kriteria contoh adalah laki-laki, tidak cacat mental dan fisik, telah menjalani rehabilitasi pada tahap detoksifiksi dan entry unit, dalam keadaan sehat, dan bersedia dijadikan contoh penelitian. Penentuan contoh menggunakan rumus Solvin untuk menentukan contoh minimum. Berikut ini merupakan rumus perhitungan contoh minimum. n = n/n(d)2 + 1
Keterangan: n : jumlah contoh minimum N : jumlah populasi d : nilai presisi (10 persen)
Berdasarkan rumus Solvin maka jumlah contoh yang dipilih sebanyak 55 residen. Penjelasan lanjut mengenai cara pemilihan subyek dapat dilihat pada Gambar 2.
21
Residen UPT T&R BNN
Entry unit
Detoksifikasi
Primary unit
Re- entry
Discharge program
Residen di Green house (120 residen)
Contoh = 55 residen
Gambar 2 Penarikan contoh penelitian. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Data primer meliputi karakteristik contoh, anthropometri (tinggi badan dan berat badan), konsumsi pangan, dan sistem penyelenggaraan makanan. Data sekunder meliputi data gambaran umum UPT T&R (UPT T&R BNN), Lido, Sukabumi, Jawa Barat, status gizi residen pada awal masuk rehabilitasi. Berikut ini disajikan tabel 4 variabel, jenis, dan cara pengumpulan data. Tabel 2 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data. No 1
Variabel
Data yang Dikumpulkan
Karakteristik
1. Usia
contoh
2. Pendidikan
Jenis Variabel Primer
Cara Pengumpulan Data Kuesioner dan wawancara
3. Jenis narkoba yang pernah digunakan 4. Alasan penggunaan 5. Riwayat penyakit 6. Pengetahuan gizi 2
Penyelenggaraan makanan
1. Ketenagaan,
sarana
fisik dan peralatan.
Primer
Wawancara dan pengamatan langsung
22
Tabel 2 (lanjutan) Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data. No 2
Variabel
Data yang Dikumpulkan
Penyelenggaraan makanan
Jenis Variabel
2. Perencanaan menu
Cara Pengumpulan Data Makanan ditimbang
dan kebutuhan
dengan timbangan
makanan.
digital
3. Ketersediaan pangan 3
Konsumsi
Jenis dan jumlah bahan
Primer
Kuesioner dan
pangan
makanan yang
Wawancara (food
dikonsumsi selama 2
Recall 2x 24 jam
hari 5
Status gizi
1. Berat badan (kg)
Primer
1. Berat badan diukur
2. Tinggi badan (m)
menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 1 kg. 2. Tinggi badan diukur menggunakan microtoise 3. IMT dihitung dengan rumus BB/(TB dalam m)2
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Pengetahuan gizi contoh diukur dengan memberikan 20 buah pertanyaan pilihan berganda yang memiliki satu jawaban yang paling benar (correct-answer multiple choice). Pertanyaan yang diajukan berkaitan zat gizi dan fungsinya. Sistem
penyelenggaraan
makanan
sekolah
diketahui
dengan
menggunakan wawancara dan observasi langsung. Data menu makanan yang disediakan dilihat berdasarkan daftar standar menu. Ketersediaan makanan yang disediakan oleh UPT T&R BNN dilihat melalui penimbangan satu porsi makanan yang akan disajikan (sebelum dikonsumsi) dengan timbangan digital dan juga melalui wawancara dengan tenaga pengolah makanan, sehingga didapat standar porsi yang digunakan untuk menghitung kebutuhan makanan. Penilaian konsumsi pangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, metode yang digunakan yaitu recall 2 x 24 jam, sedangkan secara kualitatif, penilaian melihat kebiasaan
23
makan residen. Alasan penilaian konsumsi pangan dengan metode recall dikarenakan keterbatasan tenaga enumerator saat penelitian sehingga penulis tidak dapat melakukan metode food weighing dan keterbatasan waktu residen yang disebabkan padatnya jadwal kegiatan. Selain itu metode recall lebih murah dan tidak memakan waktu yang banyak (Kusharto & Sadiyyah 2008). Data konsumsi pangan yang diperoleh dengan cara food recall 2 x 24 jamyaitu dengan meminta residen untuk menyebutkan jumlah makanan yang dimakan selama 2 hari dengan ukuran rumah tangga. Makanan yang dimakan termasuk makanan utama, makanan selingan, jenis pangan dan jumlah yang dikonsumsi dalam bentuk matang, kemudian dikonversikan kedalam bentuk bahan pangan mentah dan dihitung kandungan zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Selanjutnya data konsumsi pangan dievaluasi menjadi angka kecukupan menggunakan data tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004. Pengukuran antopometri dilakukan untuk mengetahui status gizi dengan menentukan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang kemudian dibandingkan dengan standar dari WHO 2005. Untuk menentukan nilai IMT diperlukan data berat dan tinggi badan residen. Pengukuran berat badan orang dewasa dilakukan dengan cara residen berdiri di atas timbangan (bathroom scale) dengan ketelitian 1 kg dengan cara melepaskan sepatu dan barang-barang yang ada di dalam saku dengan tetap menggunakan pakaian. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, dan analisis data. Data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif dan statistika menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Sosial Science (SPSS) versi 16 for Windows. Data karakteristik contoh yang meliputi usia, pendidikan, jenis narkoba yang pernah digunakan, alasan penggunaan narkoba, riwayat penyakit, dan pengetahuan gizi diolah secara deskriptif. Penilaian pengetahuan gizi dengan cara memberikan skor terhadap setiap jawaban. Data pengetahuan gizi contoh diberi skor 1 jika jawaban terhadap benar dan 0 jika salah, sehingga total skor jika semua jawaban benar adalah 20. Pengetahuan gizi dinilai dengan menjumlahkan skor yang diperoleh kemudian dikategorikan baik, sedang, dan kurang. Pengetahuan gizi dikategorikan baik apabila skor yang diperoleh lebih
24
dari 80 persen dari total skor, kategori sedang apabila skor yang diperoleh kurang dari 60 persen dari total skor (Khomsan 2000). Proses penyelenggaraan makanan diolah secara deskriptif. Perencanaan kebutuhan bahan makanan dihitung dengan melihat jumlah, macam/jenis makanan, siklus menu, dan standar porsi. Standar porsi didapat dari hasil penimbangan ketersediaan makanan. Untuk mendapatkan berat mentah dilakukan pengkonversian makanan matang menggunakan daftar konversi mentah masak (DMM) (Hardinsyah & Briawan 1994). Berat mentah dari bahan makanan olahan (masak) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Fj = (BMj)/(BOj) BMj = Fj x Boj Keterangan : Fj = Faktor konversi mentah masak makanan j BMj = Berat bahan makanan j dalam bentuk mentah Boj = Berat bahan makanan j dalam bentuk masak (olahan) Kemudian kebutuhan pangan dapat ditentukan dengan rumus: (
)
Ketersediaan pangan didapat dengan menimbang bahan pangan satu porsi makan selama 2 hari dengan timbangan digital. Kemudian dikonversi kedalam bentuk energi dan zat gizi dengan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2004). Perhitungan angka kebutuhan gizi dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB). AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan tinggi badan (Almatsier 2008). Penentuan AMB dilakukan dengan rumus sebagai berikut: (
)
(
)
(
)
Kebutuhan energi untuk AMB diperhitungkan menurut berat badan normal atau ideal (Almatsier 2008). Berat badan normal digunakan untuk residen dengan status gizi baik, sedangkan berat badan ideal digunakan untuk residen dengan status gizi kurang dan lebih. Berikut ini rumus Brocca untuk menentukan berat badan ideal. Berat Badan Ideal (kg) = (TB (cm) – 100) – 10%
25
Penentuan kebutuhan energi berdasarkan aktivitas fisik. Faktor aktivitas fisik yang digunakan yaitu 1.3 (tidak terikat di tempat tidur) (Almatsier 2008). Rumus yang digunakan adalah: Kebutuhan Energi = AMB x faktor aktivitas Data konsumsi yang telah didapatkan berupa jenis dan jumlah makanan dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal) dan protein (g) menggunakan Daftar Komposisi
Bahan
Makanan
(DKBM)
2004.
Konversi
dihitung
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100) Keterangan: Kgij
: Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j
Bj
: Berat makanan j yang dikonsumsi
Gij
: Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan
BDDj : Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan Menurut Hardinsyah & Briawan (1994) penilaian untuk mengetahui tingkat konsumsi zat gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen. Secara umum, tingkat kecukupan dirumuskan sebagai berikut: Tingkat konsumsi at gi i
konsumsi at gi i aktual angka kebutuhan gi i
00
Tingkat konsumsi merupakan persentase intake contoh. Menurut Departemen
Kesehatan
(1996),
tingkat
konsumsi
energi
dan
protein
diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-
9% K
; dan
kelebihan ≥ 20% K
.
Penilaian status gizi residen menggunakan metode antropometri dengan mengukur berat badan dan tinggi badan yang berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Secara sederhana IMT dihitung dengan menggunakan rumus:
MT
berat badan kg 2 (tinggi badan (m))
26
Tabel 3 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT. Klasifikasi Status Gizi Kurus Kurus tingkat berat Kurus tingkat sedang Kurus tingkat ringan Normal Lebih Overweight At Risk Obese Obese kelas I Obese kelas II
IMT <18.50 <16.00 16.00-16.99 17.00-18.49 18.50-22.99 23.00-30.00 ≥ 2 .00 23.00-27.50 ≥ 2 .60 27.60-30.99 ≥40.00
Sumber: WHO (2005) Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji paired simple test dan ujikorelasi Pearson. Uji paired simple test digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan status gizi residen pada awal rehabilitasi dan saat dilakukan penelitian. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menghubungkan konsumsi pangan dengan status gizi. Tabel 4 Jenis dan kategori variabel. No
Variabel
1
Usia
2
Pendidikan
3
Jenis narkoba yang digunakan Alasan penggunaan narkoba
4
5
Riwayat penyakit
6
Pengetahuan gizi
Kategori - Remaja (<20 tahun) - Dewasa muda (20-40 tahun) - Dewasa madya (41-60 tahun) - SD/Sederajat - SMP/Sederajat - SMA/Sederajat - Perguruan Tinggi/Sederajat - Narkotika - Psikotropika - Coba-coba - Pengaruh teman - Penyemangat kerja - Stres dan ada masalah - Nikmat, kebutuhan - HIV/AIDS - Hepatitis C - Asma - Pnemonia - Diabetes - Hipertensi - Asam urat - Alergi - Malaria - Hernia - aik ≥ 0% - Sedang (60-80%) - Kurang (<60%)
Sumber/ Keterangan Harlock (2001)
Sebaran contoh
Martono (2006) Buntje dalam Yurliani (2007)
Sebaran contoh
Khomsan (2000)
27
Tabel 4 (lanjutan) Jenis dan kategori variabel. No
Variabel
Sumber/ Keterangan
Kategori -
Bahan makanan Frekuensi pemberian Jumlah porsi Berat badan dan tinggi badan
7
Kebutuhan pangan dan gizi
8
Ketersediaan pangan
- Jumlah yang dimakan
9
Frekuensi sehari
10
Kebiasaan sarapan
11
Pemilihan menu residen
12
Konsumsi air
13
Konsumsi suplemen
14
Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
-
makan
1-2 kali 3-4 kali > 4 kali Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Nasi dan lauk pauk Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur, buah < 5 gelas 5 - 8 gelas > 8 gelas Ya Tidak Defisit tingkat ringan Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Normal Kelebihan
Wawancara
Penimbangan Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh 80-89% AKG <70% AKG 70-79% AKG 90-119% AKG ≥ 20% K
Definisi Operasional 1. Residen adalah pecandu narkoba yang sedang menjalani terapi dan rehabilitasi di UPT T&RBNN pada tahap primary. 2. Riwayat Penyakit adalah penyakit yang sedang dan pernah diderita oleh residen. 3. Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam penyediaan makanan bagi residen dan pegawai UPT T&R
BNN
terdiri
dari ketenagaan,
sarana fisik dan
peralatan,
perencanaan menu dan ketersediaan pangan. 4. Kebutuhan pangan adalahjumlah bahan pangan yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi residen berdasarkan silkus menu (10 hari + 1) dan standar porsi dalam jangka waktu 3 bulan. 5. Ketersediaan pangan adalah jumlah makanan yang disediakan oleh dapur UPT T&R BNN per porsi makanan yang ditimbang dengan timbangan digital kemudian dikonversikan ke dalam energi dan protein dengan DKBM 2004.
28
6. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi residen UPT T&R BNN pada suatu waktu tertentu dan dinyatakan sebagai tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi adalah persentase energi dan zat gizi dalam menu makanan yang diperoleh oleh residen berdasarkan total konsumsi residen terhadap kebutuhan zat gizi dari makanan UPT T&R BNN. 7. Status Gizi adalah keadaan fisik residen yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh dengan pengukuran antropometri dan ditentukan dengan indeks massa tubuh berdasarkan klasifikasi WHO 2005. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah rasio berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m) residen.