Naskah Serat Wulang Sunu: Sebuah Sastra Didaktis Dalam Kajian Filologi
Kamidjan*
Abstrak
Naskah Serat Wulang Sunu, merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berisi ajaran moral. Oleh para peneliti karya itu digolongkan ke dalam sastra didaktis moralistis. didaktis moralistis. Dari segi isi jkarya itu dinilai cukup bagus, karena ajaran yang tertuang di dalamnya bersifat universal. Oleh sebab itu ia beberapa kali disalin. Sebagai bukti di Museum Sanabudaya Yogyakerta terdapat dua naskah, dalam bendel naskah berbeda. Selain itu di Pacitan juga terdapat naskah yang berjudul sama meskipun isinya lebih panjang. Adapun isi yang tertuang di dalamnya antara lain: (1) anak cucu dan kerabatnya diwajibkan berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu. (menjaga silaturahmi antar keluarga di lingkunga kraton Surakarta sifatnya wajib. Hubungan kekeluargaan diibaratkan sebuah pucung, dan hubungan antara singa dan hutan yang saling menjaga, menjunjung tinggi kejujuran, menjauhi perbauatan tercela yang berkaitan dengan ma lima, dan menegndalikan nafsu. Dalam diri manusia dikuasai oleh empat orang raja. Mereka adalah ratu Mutmainah, ratu Supiah, Raja Amarah dan Raja Aluamah. Mereka menggambarkan nafsu manusia. Nafsu bukan untuk dihilangkan melainkan dikendalikan. Ratu Mutmainah bertugas mengendalikan raja-raja tersebut.
Kata Kunci: naskah, serat wulang sunu, dan sastra didaktiss
itu sastra Jawa mengalami zaman
Pendahuluan Sastra Jawa menduduki tempat
keemasan,
diprakarsai
oleh
istimewa di antara sastra nusantara.
Darmawangsa Teguh. Beliau yang
Karena karya sastranya telah muncul
memerintahkan
sejak abad ke 9 M (Zoetmulder,
menjawakunakan
1983:8). Sastra yang muncul pada
Mahabharata dan purana. Sastra Jawa
saat itu digolongkan ke dalam sastra
Kuna yang berisi ajaran agama.
Jawa Kuna. Karya sastra Jawa yang
Keberhasilan tersebut terulang pada
berkembang hingga abad ke 15 dan
zaman Surakarta awal, yang disebut
banyak mendapat pengaruh India.
dengan istilah zaman ranaisanse
Periode tersebut mencapai puncak
sastra Jawa. Kala itu di istana raja
kejayaannya pada zaman Kediri. Pada
dan pujangga menciptakan karya
zaman tersebut raja dan pujangga
sastra.
bekerja sama menghasilkan karya
Karanggayam, di kraton Pajang,
sastra. Raja mengemukakan ide, oleh
menggubah
pujangga dituangkan dalam karya
(Poerbatjaraka, 1957). Hingga zaman
sastra.
Pujangga yang mendapat
modern, kraton merupakan penghasil
kesempatan menggubah karya sastra
karya sastra yang bermutu tinggi.
atas
Karya-karya
perintah
mendapatkan ternilai
sang
raja,
ia
anugrah
yang
tak
Ramayana,
Diawali
oleh
kitab
bersifat
itu
pangeran
Nitti
sebagian
keagamaan,
Sruti,
besar didaktis
mendapat
moralistis dan sejarah. Di zaman
kepercayaan. Kepercayaan itu oleh
modern fungsi istana di bidang olah
Zoetmulder (1983) disebut imamagi
sastra
sastra. Sedangkan C C Berg (1985)
berbagai peristiwa yang terjadi di
menyebut sanmatta. Bila karya itu
istana,
mendapat perhatian disebut prasasti,
jumenengan
dan bila dibaca karya itu oleh raja
kematian, diabadikan dalam genre
disebut
karena
untuk
Santasmrti.
Penghargaan
yang luar bbiasa. Periode Sastra Jawa
terfokus
pada
misalnya
pencatatan
pernikahan,
(penobatan)
dan
babad. Sebagai catatan sejarah, yang sangat penting bagi kehidupan kraton.
Kuna,
Istana sebagai pusat kegiatan
zaman Kediri memegang peranan
olah sastra tampak
penting di bidang kesastraan. Zaman
Surakarta disebut pujangga dalem.
di Kasunanan
68
Selain Yasadipura I, dan II, serta R.
Ingkang
Ng. Ranggawarsita, sebagai pujangga
Susuhunan Pakubuwana Senapati ing
dalem,
Alaga
para
raja
di
Kasunanan
Sinuhun
kangjeng
Abdurrahman
Sayidin
Surakarta dan Pura Mangkunagaran
Panatagama IV. Beliau wafat pada
sebagian
dalam
hari Senin Pahing 23 Besar Alip 1747
penggubahan karya sastra. Mereka
(1 Oktober 1820). Menjabat selama
membangun karya sastra sebelunya
33 tahun. Beliau aktif menggubah
agar dapat dimanfaatkan mengingat
karya sastra. Adapun
bahasa Jawa Kuna sudah tidak
adalah, Serat Wulang Reh, Serat
dikuasai oleh masysrakat dan untuk
Wulang Sunu, Serat Wulang dalem,
menghindari
disebut
Serat Bratasunu, Serat Wulang Putri,
karya bangunan. Selain itu mereka
Serat wulang Tatakrama, Serat Panji
juga mencipta karya-karya baru,
Raras, Serat Panji Sekar, Serat Panji
digolongkan ke dalam karya yasan.
Dhadhap dan serat Panji Blitar.
Salah satu di antara mereka yang
(Darusuprapta, 1992: 25-27).
cukup
besar
aktif
kepunahan,
produktif
adalah
Sri
Seiring dengan perkembangan
Pakubuwana IV. Beliau menggubah
zaman,
Serat Wulang Sunu.
terpinggirkan.
Sri Pakubuwana IV, dikenal
karyanya
huruf
mempertahankan
Jawa
semakin Untuk
nilai-nilai
yang
Ingkang Sinuwun
terkandung dalam naskah-naskah ada
Bagus. Beliau lahir pada hari Kamis
usaha pengalihtulisan naskah-naskah
Wage tanggal 18 Rabingulakhir,
berbahasa Jawa, baik yang berhuruf
bertepatan atau tanggal 2 September
Jawa maupun Arab Pegon. Usaha
1768, diberi nama Bandara Raden
tersebut bertujuan untuk melestarikan
Mas Gusti Sumbadya, putra Sri
isi yang terkandung di dalam naskah,
Pakubuwana III dengan Kanjeng Ratu
sehingga
Kancana.
Tumenggung
masyarakat. Sebab nilai-nilai yang
Wirareja, abdi dalem Bupati Gedong
tersebut masih bisa dimanfaatkan.
Tengen, bernama
Terutama nilai-nilai yang bersifat
dengan nama
Putri
Ki Jagaswara.
bisa
disebarluaskan ke
Beliau dinobatkan menjadi raja pada
adiluhung.
hari Senin Pahing 28 Besar Jimakir
membahas salah satu sastra Jawa
Tulisan
ini
mencoba
1714 (29 September 1788), bergelar
69
karya Sri Paku Buwana IV, berjudul
bermanfaat karya sastra dapat dipakai
Serat Wulang Sunu.
sebagai sarana pendidikan, terutama generasi muda yng sedang mencari
2.
Moral dalam Sastra
jati diri. Salah satu karya sasstra
Pigeaud (1967:2), menjelaskan
piwulang
bahwa secara umum sastra Jawa
Serat Wulang Sunu,
gubahan Sri Pakubuwana IV.
dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu
Sesuai dengan judulnya, Serat
(1) agama dan kesusilaan, (2) Sejarah
Wulang
dan mitologi (3) susastra dan (4)
piwulang.
bunga
Berdasarkan
ajaran moral dari ayah kepada putra-
agama
dan
putrinya. Karya itu digubah dalam
urutan
bentuk tembang macapat dengan
pertama. Secara hirarkhis pembagian
bahasa yang indah. Selain bahasanya
kelompok
rampai.
pembagian kesusilaan
tersebut,
menduduki
Sunu,
termasuk
Di
dalamnya
sastra memuat
pertama
menunjukkan
indah, isinyapun cukup komunikatif,
pentingnya
karya-karya
dan mudah dipahami. Nilai-nilai
tersebut bagi masysrakat. Ajaran
moral yang tertuang di dalamnya
agama dan etika dibutuhkan oleh
dapat dijadikan sarana pendidikan
umat manusia untuk menjalani hidup
moral. Walaupun digubah di istana
di dunia. Agama digunakan untuk
ternyata isinya bersifat umum, bisa
bekal hidup di alam baka dan dunia
digunakan oleh siapapun dan di
fana. Betapa pentingnya agama dalam
manapun.
betapa
kehidupan manusia. Sementara itu
Moral selalu berkaitan dengan
untuk menopang kehidupan dalam
nilai.
masysrakat diperlukan etika, agar
berkaitan
terjadi harmonisasi kehidupan yang
identik
damai.
merupakan pamikiran yang sistematis
Tetapi
nilai
dengan dengan
tidak
selalu
moral.
Moral
etika.
Etika
Sebagai dokumen sosio budaya
tentang moral. Oleh sebab itu dalam
masyarakat, sastra memiliki fungsi
kajian ini moral disejajarkan dengan
sesuai dengan amanatnya. Seperti
nilai etika. Etika merupakan salah
sifat sastra, dulce et utile. Bahwa
satu ilmu, dan merupakan bagian dari
sastra itu indah dan bermanfaat. Indah
filsafat. Ia bersifat praktis, normatif
berfungsi untuk hiburan. Sedangkan
dan fungsional. Dengan demikian
70
etika berfungsi dalam kehidupan
tingkah
sosial masyarakat sehari-hari.. Etika
menjalani
menjadi azas yang menjiawai norma-
keseimbangan dengan harapan dapat
norma
hamamayu hayuning bawana. Dalam
dalam mmasyarakat dan
laku
manusia
hidup.
dalam
Agar
terjadi
memberikan penilaian dalam tingkah
kehidupan
laku manusia (Salam, 2000:14).
manusia dapat menerapkan norma
Berdasarkan penilain, moral
bermasyarakat
yang berlaku, sebagai tatanan sopan
dibedakan menjadi moral keagamaan
santun
dan
terciptanya
moral
sosial.
Nilai
moral
keagamaan mengacu pada keyakinan
pencipta
memiliki
sehingga
kewajiban
merasa untuk
dan
tata tatanan
krama
demi
sosial
saling
menghormati dan saling menghargai.
setiap umat, terhadap keberadaan sang
umat
Moral
merupakan
sebuah
kata yang mengatur tingkah laku manusia
dalam
menjalani
hidup
mejalankan perintah dan menjauhi
dalam
larangan-Nya. Niali moral sosial,
(1999:118)
menunjukkan bahwa umat manusia
moralitas dimaknai sebagai aturan
juga
sosial.
tingkah laku, yang berkaitan dengan
dalam
nilai benar atau salah. Moral memiliki
masyarakat membutuhkan bantuan
makna baik buruknya tingkah laku
dan pertolongan orang lain.
manusia. Manusia dianggap bermoral
disebut
makhluk
Maksudnya manusia hidup
Nilai umumnya
moral
dalam
disampaikan
masyarakat.
sastra
bila
secara
tuntutan
Poespoprodjo
menjelaskan
tindakannya dan
bahwa
sesuai
dengan
norma
dalam
tersirat, melalui struktur, dalam tema
masyarakat. Dewasa ini pemerintah
cerita atau amanat. Dalam sastra Jawa
sedang
terdapat karya yang demgan sengaja
karakter, melalui berbagai jalur.
menyajikan
etika.
menggalakkak
Seperti
dikemukakan oleh Pigeaud. Hal ini
3.
menunjukkan
Penyalinannya
betapa
pentingnya
karakter dalam kehidupan manusia dalam
menjalani
diaktualisasikan
pendidikan
hidup.
Etika
dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai sarana menata
Serat
Wulang
Sunu
dan
Berdasarkan keterangan di atas, bahwa
salah
Pakubuwana
satu IV,
karya
berjudul
Sri Serat
Wulang Sunu. Sesuai dengan tradisi
71
naskah, dalam pendekatan filologi,
penulisan karya tersebut dilakukan di
naskah sering diturun atau disalin.
kraton tersebut, pada masa penulis
Hal ini juga terjadi pada naskah Serat
memegang tahta kerajaan.
Wulang Sunu. Terbukti di museum
Dalam teori filologi, terdapat
Sanabudaya terdapat 2 versi Serat
beberapa
salinan
naskah dengan
Wulang
dalam
berbagai
tujuan.
Baried
suluk.
menjelaskan
Sunu.
kelompok
Keduanya
piwulang
dan
Bendel berkode No. P. 29, PB B 30 Kempalan
berjudul
Serat-Serat
bahwa
(1994)
penyalinan
naskah memiliki beberapa tujuan. Di antaranya, seseorang ingin memiliki
Piwulang, terdiri atas 11 naskah.
naskah
Serat wulang Sunu terdaftar pada
terhindar
urutan nomor 9. Dalam bendel itu
seseorang meminta agar menyalin
dijelaskan
untuk kepentingan pribadi. Dengan
bahwa
karya
tersebut
gubahan Kasan Bunawi atas perintah Pakubuwana IV
tersebut, dari
menjaga
agar
kepunahan,
atau
adanya
(Behrend, 1990:
Serat
Wulang
Sunu
yang
463). Sedangkan bendel berkode No.
terdapat dalam catatan Darusuprapta
P 162, SK 144 berjudul Serat Warni-
(1992:25)
Warni, terdiri atas 30 naskah. Pada
disimpan di perpustakaan Museum
bendel tersebut Serat Wulang Sunu,
Sonobudoyo, Yogyakarta. Perbedaan
terdaftar pada urutan
nomor 5,
itu tampak pada jumlah pupuh.
(Behrend, 1990: 522). Berdasarkan
Catatan Darusuprapta terdiri atas 5
data tersebut, terdapat 5 varian Serat
pupuh (Dhanghanggula, 16 bait,
Wulang Sunu. Dari ke lima karya itu,
Asmaradana, 20 bait, Sinom 15 bait,
mungkin yang tertua atau original,
Pangkur 20 bait dan Kinanthi 23
yang
bait).
terdapat
dalam
catatan
berbeda
Sementara itu
Darusuprapta. Dalam hal tersebut
Perpustakaan
penulis
pupuh.
belum
mengecek
ke
dengan
museum
yang
koleksi hanya
Dhandhanggula, 12
4
bait,
perpustakaan Kraton, Surakarta, Pura
Asmaradana, 16 pada, Sinom 16 bait
Mangku
dan Pangkur 20 bait.
Nagaran
maupun
Radyapustaka. Kemungkinan besar diperpustakaan
tersebut
Sesuai dengan judulnya, Serat
terdapat
Wulang Sunu, menjabarkan nasihat
naskah Serat wulang Sunu mengingat
orang tua kapada anaknya. Dalam hal
72
ini nasihat itu disampaikan oleh
Wulang Sunu. Dalam katalog tersebut
Sunan
terdapat dua versi.
Pakubuwana
Kasunanan
IV,
Surakarta
raja
Hadiningrat
Sementara itu di Pacitan ada
kepada putra-putrinya. Dari segi
sebuah naskah, milik mbah Ranu
etimologis,
wulang
kata
berarti
(Vivin,
2010).
Berdasarkan
wuruk, pitutur (nasihat), (Prawiro
pengamatan penulis, koleksi tersebut
sunu
berupa bendel, terdiri atas Serat
berarti: anak. Adapun dasanama anak
Wulang Sunu, Serat Wulang Reh, dan
antara lain: anak, siwi, putra, yoga,
Kidung Reksawedha. Naskah Pacitan
atmaja, dll. Dengan demikian wulang
dan koleksi Museum
Atmodjo
sunu
1987:431).
mengandung
Kata
pitutur,
arti
piwulang, atau nasihat kepada anak. Kajian
dalam
menggunakan
tulisan
naskah
ini
Sanabudaya,
terdapat perbedaan. Naskah koleksi perpustakaan museum Sanabudaya diawali (P.1.1.1)
Wulang Sunu
koleksi
sinawung artati..., sedangkan naskah
Museum Sonobudoyo bendel P. 29,
Pacitan diawali (P.1.1.1) Wulang
PB B 30 berjudul Kempalan Serat-
Sunu kang sinawung gendhing, ....
Serat
Selain itu jumlah pupuh juga berbeda.
Piwulang.
Salah
satunya
berjudul Serat Wulang Sunu. Sri
Naskah Sonobudoyo berjumlah 4
Pakubuwana IV seorang raja dan
pupuh, semenrata itu naskah Pacitan
pujangga. Sebagai seorang raja ia
terdiri
sangat peduli terhadap budaya. Ia
dikonfirmasikan dengan keterangan
seorang
Darusuprapta
tokoh
Kepedulian
itu
dan
pendidik.
tampak
dalam
atas
5
pupuh.
(1992:25),
Pacitan tersebut salinan
Bila
naskah gubahan
kiprahnya di bidang olah sastra.
Pakubuwana IV. Sedangkan naskah
Selain
Sonobudoyo yang tergabung dalam
menggubah
fiksi
yang
bersumber dari cerita Panji beliau
Kempalan
menggubah
karya Kasan Bunawi, atas perintah
karya-karya
didaktis,
seperti telah disebut di atas. Karyakarya tersebut oleh Behrend (1990: 522) digolongkan ke dalam
Serat-Serat
Piwulang,
Pakubuwana IV. Karya-karya Sri Paku Buwana
sastra
IV sebagian besar digolongkan ke
didaktis. Salah satu di antaranya Serat
dalam sastra piwulang. Karya sastra yang khusus berisi ajaran moral. Pada
73
awalnya karya-karya itu ditujukan
bendel No. P 162,
kepada putra-putrinya. Tetapi karena
Warni-Warni, terdiri atas
isinya
bersifat
Pada bendel tersebut Serat Wulang
tersebut
Sunu, terdaftar pada urutan nomor 5
cukup
universal,
baik
dan
karya-karya
SK 144 Serat 30 teks.
diangkat agar bisa dimanfaatkan oleh
terdiri atas
masyarakat. Berbagai ajaran terdapat
macapat, yaitu Dhandhanggula 12
di Serat Wulang Sunu. Di antaranya
bait, Asmaradana 16 bait, Sinom, 16
patuh dan berbakti kepada orang tua,
bait dan Pangkur 20 bait.
utamanya ibu. Durhaka kepada orang tua,
tidak
akan
4 pupuh tembang
Pengarang menggubah Serat
mendapatkan
Wulang sunu, dalam bentuk pitutur
pengampunan dari Allah Swt. Jangan
luhur, nasihat orang tua kepada anak
berbuat jahat, bertindak sesuai tata
pasti memiliki tujuan. Beliau ingin
krama dan sopansantun. Di depan
menanamkan
orang tua harus bersikap sabar.
putrinya memiliki tata krama. Ajaran
Ajaran selanjutnya adalah kerukunan
itu dituangkan dalam bentuk tembang
dalam keluarga diutamakan. Jangan
macapat
sampai bertengkar dengan keluarga.
diaplikasikan
Berdasarkan
etika
agar
putra-
agar dapat dipahami.dan dalam
kehidupan
keterangan
sehari-hari. Ternyata karya tersebut
Serat
mendapat apresiasi dari para peneliti
Wulang Sunu merupakan salah satu
sehingga menyebar ke masyarakat
gubahan Sri Paku Buwana IV. Sesuai
secara luas.
Darusuprapta
(1992:
25),
dengan teori filologi, bahwa naskahnaskah nusantara sering diturun dan
4.
disalin, sehingga terdapat satu judul
Sastra Piwulang
yang terdiri atas beberapa naskah
Serat Wulang Sunu Sebuah
Ajaran dalam Serat Wulang
atau varian. Tetapi tulisan ini bukan
Sunu
untuk membandingkan varian-varian
tembang macapat.
dan
mengandung ajaran sesuai dengan
merunut
silsilah
melainkan membahas isi Wulang
Sunu.
naskah, Serat
dituangkan dalam
watak tembang
4 pupuh
Setiap pupuh
yang digunakan.
Pembahasan
Pupuh 1, tembang Dhandhanggula,
didasarkan pada koleksi Museum
memiliki watak luwes, cocok untuk
Sanabudaya
segala
Yogyakarta
dalam
suasana.
Oleh
pengarang
74
dipakai untuk menyampaikan nasihat
hyang
agar putra-putrinya berbakti kepada
1934)
agama
…….(Gonda,
orang tua, terutama ibu. Karena peran seorang ibu dalam mendidik dan mendewasakan
anaknya
Terjemahannya:
menjadi
Ada orang yang senantiasa
tanggung jawabnya. Jerih payah
berbuat kebaikan,
seorang
suci,
ibu
sejak
mengandung
menurut
berwatak
kitab
suci:
hingga anaknya menikah tak pernah
Berbaktilah kepada ibu, karena
putus, bahkan doanya
orang yang demikian sangat
sepanjang
hayat. Ia tidak pernah menegluh, dan
mulia, menurut agama ……
menjalankan dengan ikhlas. Surga di bawah telapak kaki ibu.
Sebuah
pernyataan,
Ibu siap mengemban tugas yang
yang
sangat berat. Ia mendidik, mengasuh
berkaitan dengan eksistensi yang
dan menyayangi. Ibu bagaikan bumi.
menjunjung
Ia
tinggi
harkat
dan
sabar,
bagaikan ibu
pertiwi.
martabat perempuan, khususnya ibu.
Diperlakukan apapun ia menerima.
Ungkapan
bijak.
Bumi melahirkan flora fauna untuk
Ungkapan yang menjunjung tinggi
kebutuhan umat manusia. Sedangkan
keberadaan seorang perempuan yang
ibu melahirkan putra-putri yang soleh
dibutuhkan oleh anak-anaknya. Ia
dan
harus dihormati. Kita berbakti. Bakti
ketertiban dunia demi ketenteraman
seorang anak kepada ibu terdapat
dan kedamaian.
yang
sangat
dalam sastra Jawa Kuna, Kitab Agastyaparwa.
bijaksana
untuk
menjaga
Dalam Serat Wulang Sunu
Bagi mereka yang
terdapat 4 pitutur luhur (nasihat)
mengagungkan
pokok, yang wajib ditaati oleh putra-
keberadaannya, akan mendapatkan
putri penggubah, mencakup (1) bakti
pahala. . Kutipan berikut: .
seorang anak kepada orang tua
berbakti
dan
Hana pwa wwang maradin
terutama ibu, (2) persaudaran dan
mawak suci mamata, sadakala,
silaturahmi dalam kelurga harus tetap
bhakti mebu kalingan ika:
dijaga, (3) sarik agung, pantangan
mahapawitra ika ling sang
yang harus dijaga dengan ketat adalah
75
ma lima, dan (4) mengekang hawa
maksih jejabang, tiyang ngira
nafsu. Penjabarannya sebagai berikut:
kelangkung
lara
prihatin
rumeksa marang sira// (1)
Berbakti kepada Orang Tua Berbakti
kepada
orang
tua
3)
Nora eca dhahar lawan guling/ ibunira
rumeksa
ing
terdapat dalam beberapa agama di
sira/mangan sekul uyah bahe/
Idonesia. Karena orang tua yang
tan ketang wejah pluntur/basan
menyebabkan kita ada. Beliau pula
nyakot bathok upama/ ben dina
yang menyayangi, mendidik dan
mring patirtan/ wuwung lawan
mengasuh. Jasa orang tua terhadap
bekung/pilis
anaknya tidak bisa dibalas dengan apa
linakonan/labetipun
pun. Oleh sebab itu kita tidak boleh
sira
durhaka. Kisah kasih orang tua, oleh
rumangsa//
duk alit/
singgul rumeksa
mulane den
penggubah disampaikan pada Pupuh i, bait 1-8. Intinya sebagai berikut: 1)
Wulang
sunu
Kutipan di atas, menjelaskan
sinawung
bahwa seorang anak wajib berbakti
artati/kang pinurwa tataning
kepada kedua orang tua. Terutama
ngawula/suwita
kepada ibu. Pada kutipan di atas
tuwane/sami
ing
wong
dipunmituhu/ing
dijelaskan
bagaimana
kondisi
pitutur kang muni tulis/sapa
seorang ibu ketika sang anak masih
nora anut sak ujar ing tutur/ tan
kecil. Apa pun dilakukan demi anak.
wurung kasurang-surang/donya
Minum jamu, makan seadanya. Ke
ngakir
sungai mencuci pakaian, oleh sebab
tan
sande
manggih
bilaheng/ siniksa dening Yang Sukma//
itu berbaktilah. Sang raja memaparkan ajaran itu rupanya mengambil dari ajaran
2)
Lamun sira iya anglampahi/ ing
agama. Berbakti kepada orang tua
pitutur
muni
terutama ibu, juga terdapat dalam
nglayang/pesthi becik tebasane/
ayat suci, Q.S Luqman (31) ayat 14:
bekti ing rama ibu/ pan purwane
yang terjemahannya:
ingkang
sira udani/ karya becik lan ala saking bapa biyung / duk sira
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
76
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.
cucunya bertengkar dan berselisih paham. Bila dalam keluarga tidak akur bagaimana dengan tetangga. Kutipan berikut: 1)
Lawan malih wekas mami, anak putu buyut ingwang, miwah canggah wareng ingong, poma
Selain kutipan di atas, dalam
padha estokena/ing pitutur kang
Islam juga terdapat hadids nabi yang
arja, aja na tukaran padu,
diriwayatkan oleh Bukhori, yang
mungsuhan kelawan kadang.
mdan bapak. Berdasarkan uraian di atas mewajibkan setiap anak berbekti
2)
Dahat
ingsun
tan
nglilani
kepada orang tua, terutama ibu. Kitab
sujalma laku dursila/cungkrah
Agastyaparwa, ayat suci Al Qur’an
lawan sudarane temahan tan
dan hadis nabi membuktikan hal itu.
manggih arja, lan tipis kang
Bahwa
durhaka
sarira/ wong liyan kathah kang
kepada orang tua hidupnya akan
purun, amejanani mring sira
sengsara.
(SWS.II.1-2).
2)
seseorang
Menjaga
tali
yang
Inti dari kutipan di atas adalah
Silaturahmi
bahwa
dalam Seluarga Pupuh II, Asmaradana, sang
sang
raja
mengharapkan
keluarganya mematuhi nasihatnya.
raja memberikan nasihat (anak, cucu,
Beliau
cicit, canggah dan wareng) agar tetap
keluarganya
menjaga silaturahmi antar keluarga.
Sebaiknya
Dalam
silaturahmi. Sebab pertengkaran tidak
sampai
sebuah terjadi
keluarga
jangan
percekcokan.
tidak
rela terjadi saling
membuahkan
bila
dalam
pertengkaran. menjaga
kerukunan,
dan
Memalukan. Bahwa mereka yang
kedamaian.
berselisih dengan keluarga, tidak akan
tidak
menemukan kebahagiaan. Hidupnya
masyarakat semakin menipis, dan
tidak tenang, tidak pernah merasa
mencibir. Pepatah mangan ra mangan
tenteram. Ia tidak rela bila anak
nek ngumpul, merupakan refleksi
Bila sesama keluarga
mau
akur,
kpercayaan
77
keakraban dalam sebuah keluarga.
kirim doa, seribu hari meninggalnya
Pepatah tersebut menyarankan bahwa
seseorang.
menjaga silaturahmi dalam keluarga
perkembangan zaman masakan itu
merupakan salah satu sarana untuk
sudah tidak dtgunakan lagi, sekarang
mempererat tali persaudaraan. Hal itu
kluwak untuk bumbu rawon dan
sampai
brongkos. Kutipan berikut:
sekarang
masih terpiara.
Walaipun di era global. Mereka
3)
Namun
Dipunkumpul
dengan
sira
sami,
urban, mereka meluangkan waktu dan
ingkang gecul tekadira, lah den
tetap
untuk
ngrompol ing bandhola poma
silaturahmi. Karena fasilitas semakin
iku den estokna, yen sira nedya
terpenuhi. Setidaknya masih terdapat
arja, aja na kawong ran pucung,
beberapa peristiwa yang dianggap
anom kumpul tuwa pisah.
menyempatkan
sangat
diri
tepat untuk berkumpul.
Misalnya, mudik saat Idul Fitri,
4)
Yen
koyoa
pucung
ugi,
hajatan dan lelayu. Kesempatan itu
selawasira ing gesang, dadi
dimanfaatkan. Bahkan ada lagi yang
wong pindangan bahe,
menyempatkan diri untuk berkumpul
watek ing sujana, lawas sira
dengan
tradisi
neng dunyan, jalma kang wus
pada
umup anom kumpul tuwa tan
kaluarga,
pada
nyadran. Nnyekar bersama
bulan Sa’ban atau Ruwah untuk
dudu
pisah.
menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Kutipan di atas menunjukkan
Perselisihan
dalam
keluarga
bahwa bila kita ingin hidup bahagia
diibaratkan buah pucung. Ketika
sebaiknya
masih muda biji pucung (kluwak)
pucung. Penulis berharap kepada
menyatu.
tua
anak cucunya, jangan sampai terjadi
berserakan, menjadi bumbu masak,
percekcokan antar keluarga yang
pindhang. Pindang adalah salah satu
dapat menimbulkan perpecahan. Bagi
masakan orang Jawa, terbuat dari
penulis
buah kluwih, dengan bumbu santan
keluaraga, merupakan perbuatan yang
dan
nistha.
Tetapi
kluwak.
setelah
Masakan
tersebut
merupakan salah satu syarat dalam
jangan
seperti
pertengkaran
Bahkan
orang
buah
dalam
lain
dan
tetangga mencibir. Nasihat tersebut
78
Serat
dituangkan ke dalam karyakarya yang
Wulang Reh, pupuh IX, tembang
oleh par peneliti digolongkan ke
Pucung, berikut:
dalam Sastra Piwulang. Karya-karya
juga
disampaikan
Kamulane
dalam
kaluwak
nom-
itu antara lain: Serat Wulang Putri,
pan
dados
Serat Piwulang Dalem Pakubuwana
nomanipun,
setunggal, pucung arane puniki,
IV, dsb.
bareng tuwa kaluwake pisahpisah.
Pepatah Jawa mengatakan crah agawe bubrah, rukun agawe santosa. Makna
Den
budiya,
kepriye
ing
pepatah
perpecahan
tersebut
akan
bahwa
merusak
tali
becikipun, aja nganti pisah,
persaudaraan dalam keluarga, yang
kumpule kaya enome, enom
merusak hubungan keluarga. Beliau
kumpul tuwa kumpul kang
mengharapkan agar keakraban tetap
prayoga.
terjaga,
hubungan kekeluargaan di
kraton Surakarta Hadiningrat. Rukun Aja
kaya
kaluwak
enome
agawe
kumpul, basa wis atuwa, ting
bahwa
salebar
dhewe-dhewe,
nora
menimbulkan
wurung
bakal
bumbu
ksesejahtraan.
dadi
pindhang.
santosa
memiliki
makna
kebersamaan
akan
kekuatan Hal
ini
dan mengacu
kepada sifat gotong royong dalam masysrakat. Sebuah masalah akan
Wong sadulur nadyan sanak
terasa berat bila ditanggung sendiri.
dipunrukun,
aja
Akan
samubarang
karsane,
pisah
ing padha
rukun dinulu teka prayogi (P ix. 1-4). .
terasa
ringan
bila
ada
seseotrang yang mau memberikan solusi. Di era global di mana seseorang lebih mengutamakan materi, maka
Baik
Serat
Wulang
Sunu
hubungan
kekeluargaan
pun
maupun Serat Wulang Reh, keduanya
terabaikan. Harapan penulis ternyata
karya Sri Pakubuwana IV, beliau
hampa.
Karena
tahta,
saudara
seorang raja yang sangat peduli di
kandung
yang
sebaiknya
dibina
bidang pendidikan. Keepdualian itu
menjadi taruhan. Karena di kraton
79
Surakarta
terjadi
dualisme
menjaga
(momong)
adik-adiknya
pemerintahan. Perebutan kekuasaan
tanpa pilih kasih. Semua saudara
pun tidak bisa dihindari (.....). Kedua
diperlakukan sama.
bersaudara yang seharusnya saling
bersalah sebaiknya ditegur. Sehingga
menjaga martabat keluarga karena
adik-adiknya dapat
tahta, pecah. Karena mereka merasa
hormat dan segan. Mereka saling
memiliki hak naik tahta.
menghormati.
Bila
mereka
menaruh rasa
Perpecahan dan pertengkaran dalam
keluarga
oleh
sang
raja
diibaratkan buah pucung. Semasa
3)
Pekerjaan Yang Sebaiknya
Ditekuni
masih muda bijinya menyatu, terpaut
Pupuh III, Serat Wulang Sunu
erat satu dengan yang lain. Tetapi
menyajikan
setelah tua, biji buah bertebaran,
pekerjaan. Menurut sang raja di dunia
manjadi kluwak. Salah satu jenis
ini ada tiga macam pekerjaan, yang
bumbu dalam makanan tradisional
pantas dilakukan. Pekerjaan tersebut
Jawa.
antaranya
adalah: maca, macul dan ngaji.
yang
Membaca bukan berarti membaca
Salah
pindang,
satu
sejenis
di sayur
berbagai
macam
bumbuny menggunakan kluwak. Di
buku
Jawa Tengah kluwak
digunakan
pekerjaan yang berkaitan dengan
untuk bumbu brongkos, sedangkan di
administrasi. Sebagai abdi negara.
Jawa Timur untuk bumbu rawon.
Kedudukan
Pandangan
koran.
Melainkan
meningkat,
menjadi
juga
priyayi. Karena berhubungan dengn
disampaikan dalam Serat Wulang
sesama umat, kita harus menghargai
Reh, pupuh IX, Pucung, terdiri atas
sesama, jangan sampai membuat sakit
23 bait. Dalam karya itu kerukunan
hati. Bila menekuni pekerjaan macul,
dalam
harus tinggal di desa mengolah sawah
keluarga
itu
atau
dibaratkan
buah
pucung. Sebaiknya semasa muda
unuk
hingga masa tua hidup guyup rukun,
masyarakat.
saling membantu dalam berebagai masalah keluarga. Tetapi ajaran itu dalam
Serat
wulang
Reh
lebih
longgar. Saudara tua, harus bisa
memenuhi
kebutuhan
Umat manusia sebaiknya memilih salah satu. Boleh
juga ketiganya
dilakukan. Apapun pekerjaan yang dipilih
harus
ditekuni,
agar
80
mendapatkan
barokah.
Kutipan
Jangan memihak pada yang salah
berikut:
dengan alasan apapun ( PIII. 5-6)
1)
berikut:
2)
3)
Wonten malih kang winarna, pratingkah ing nambut kardi, kathahe tigang prakara, kang prayoga den antepi maca, macul, lan ngaji puniku karya linuhung sami karya klahiran, iku kalebu utami, pira bara punika kangge sedaya.
Cinatur wiryaning jalma/ ing ngantepi karya ngaji /yen jinunjung drajat ira/ dening Hyang kang maha suci pan sira dadi kakim saya wuwuh ingkang lungguh amengku penaiban/ marentah ing ketib modin dadi saya agung ing rijekinira//
Apan ta salah satunggal, poma antepana kaki, kelamun sira menawa, kang ngantepi karya ngaji, den bisa banting ragi, aneng ngarsaning gurumu, yen oleh marmaning Yang, kasinungan bisa ngaji, apesipun benjang dadi modin desa. Yekti alus pundhakira, nora nganti den pikuli, poma-poma wekasing wang, aja na kaleru tampi, pami wibawa mukti, apan saking ing Hyang Agung, aja ambeg kuwawa, pasraha marang Hyang Widi, den rumangsa kamukten murah ing sukma.
Nanging poma wekas ing wang/ lamun sira dadi kakim dipunjejeg kukum ira/kelawan dipun wirangi lan malih wekas mami yen sira jeneng ke kukum/ ywa budi sesanakan/ den kenceng kukume ngadil apan sira kinarya wakiling nata. Diceritakan, bahwa insan yang mulia, bila memilih pekerjan di bidang agama, derajadnya diangkat oleh Allah Swt. Lebih-lebih bila menjadi hakim, naib atau modin,
Bila menekuni pekerjaan ngaji, menekuni bidang agama. Setidaknya bisa
menjadi
modin
atau
naib.
Hasilnya lumayan, bisa mencukupi kebutuhan keluarga, dan khalal. Bila pekerjaan
itu
dijalankan
dengan
ikhlas, bisa diangkat menjadi hakim (hakim agama). Sebuah kedudukan yang cukup tinggi di istana. Namun
semakin lancar
rejekinya.
Pesan
beliau, bila menjadi hakim harus menegakkan
keadilan,
jangan
berhubungan dengan orang yeng sedang berperkara. Keadilan harus tetap
ditegakkan.
Karena
hakim
mewakili Tuhan dalam memutuskan perkara. Oleh sebab itu jangan menerima suap.
demikian ada syarat yang harus dilakukan yaitu harus adil dan jujur.
81
4)
Menjunjung
Tinggi
dikaitkan dengan pemilihan pekerjaan yang ditekuni. Dalam karya itu,
Kejujuran Dalam sastra Jawa Kuna, karya
dijabarkan
pada
tiga
macam
rawan
dengan
sastra yang bernafaskan Hindu dan
pekerjaan
Bhudha banyak yang mengangkat
kebohongan. Yaitu pedagang, blantik
kejujuran dan kebenaran. Misalnya
(makelar
dalam
Agastyaparwa,
diceritakan
yang
dan
kemasan).
Beliau
mengatakan bahwa:
bahwa seseorang yang tidak jujur.
Dene ingkang karya dagang/
Sedangkan Slokantara, menjelaskan
apa dene karya blantik/ agung
bahwa seseorang yang menggali 100
gawe
palacidra/marang
buah
sesamining
jalmi
sumur,
lebih
mulia
yang
dagangan
menggali sebuah telaga. Orang yang
kang
menggali 100 telaga masih kalah
tawakaken
dengan seseorang yang memberikan
pajenge kathah/pan iku cegahen
ilmu pengetahuan kepada sesama. Itu
kaki
pun masih kalah dengan mereka yang
samining jalma//
pengaji
seteng
sasuku
tan
brekati
den amrih
gorohi
menyerahkan anak gadis bila sudah Wondene karya kemasan/tan ana jalma binatin/apan namung bedhang ngira/kang binatin trusing ngati liyane iku sami den krenah panjupukipun/langkung wasis ing jalmi yen ta rah darbeking jalma ya kemasan maling datan pababahan//
ada yang melamar. Namun demikian semua itu masih lebih baik mereka yang menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran (Suprayitno, 1983) Dalam ajaran Islam bekerja adalah ibadah. Oleh sebab itu harus ikhlas. Keikhalan dalam menjalankan pekerjaan
Ewata mengkono uga/ yen sira temen ing batin/tan ana ingkang cinacat/kemasan lan dagang blantik/dadi karya utami yen sira temen ing kalbu/nanging ingkang wus kaprah/kemasan lan dagang blantik/agung gawe tetiga cidra ing jalma// (SWS. 18-20).
harus didukun dengan
kejujuran
dan
kebenaran.
menegakkan
Sebagai seorang raja
Pakubuwana IV, memberikan contoh kepada
kerabatnya
agar
selalu
menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran. Nasihat itu dituangkan pada Serat Wulang Sunu, yang
Kutipan di atas menjalaskan ba hwa
bila
seseorang
memilih
82
pekerjaan tersebut, kejujuran harus
melainkan dikendalikan. Sebab tanpa
tetap dijunjung tinggi. Bekerja adalah
nafsu hidup manusia terasa hambar
ibadah. Pekerjaan itu menjadi sarana
dan tidak ada gairah atau nglokro).
untuk meemnuhi kebutuhan keluarga.
Nasihat tersebut berkaitan dengan
Oleh
tingkah laku
sebab
itu
mendapatkan pelaksanaannya dengan
agar
keluarga
barokah,
dalam
harus
keikhlasan.
dilandasi
perbuatan baik dan buruk. Salah satu nasihat
yang
berkaitan
dengan
tetap
perbuatan tercela dan betentangan
mendapatkan rejeki yang khalal,
dengan agama oleh sang raja disebut
sebaiknya dilandasi kejujuran. Jangan
cacat agung. Artinya perbuatan itu
sekali-kali
menjadi larangan agama dan norma,
apapun.
menipu
Agar
sehari-hari. Meliputi
dengan
cara
Sebab di dunia ini yang
dituangkan pada kutipan berikut:
rawan dengan kebohongan, adalah pedagang,
makelar,
Wonten ingkang winarnaha/ cacat agung anglangkungi kathahe wolung prakara/ bedhok nyolong nyidra resmi/nginum sajeng muroni maling nayap begal ngecu nora kena tinrajang/pan iku cegah ing widi sekar sinom salin pangkur kang gumanya//(P. III.21)
kemasan
(pembuat perhiasan emas). Pedagang dan
makelar,
sering
berbohong
tentang harga dagangan. Sedangkan kemasan, sering memalsukan kadar emas.
Dalam hal ini
sang raja
mengibaratkan maling tanpa babahan Kutipan
(pencurian tersamar), dengan tipu daya. Bila ketiga
pekerjaan itu
ditekuni, junjunglah kejujuran. Sebab pekerjaan
itu
rawan
dengan
kebohongan (cidra ing jalma), menipu sesama umat. 6)
Nilai Moral pada Diri Pribadi Pupuh IV Serat Wulang Sunu,
menyajikan nasihat bahwa dalam diri umat manusia dikuasai oleh 4 nafsu, yang diibaratkan raja yang berkuasa. Nafsu tersebut bukan untuk dibrantas
bahwa
dalam
diatas
menjelaskan
masysrakat
ada
perbuatan yang nenjadi larangan agama dan masyarakat. Perbuatan itu di bidang Kamtibmas disebut pekat atau
penyakit
masyarakat. Yang
termasuk golongan itu adalah: bedhog (mencuri binatang piaraan), mencuri, selingkuh, minuman keras, mencuri jemuran, begal, merampok, adalah larangan agung, yang harus dihindari. Dalam masyarakat Jawa kebiasaan itu disebut ma lima. Selain dalam Serat 83
Wulang Sunu ajaran tersebut juga
Dalam falsafah Jawa, keempat
terdapat dalam beberapa karya sastra
raja
Jawa. Misalnya Serat Ma Lima, Mim
manusia.
pitu, Serat Wasita Dyah Utama, Serat
penggambaran nafsu seksual dan
Harda Mudha (Kamidjan: 2012).
berbagai macam keinginan manusia.
Selain itu nafsu manusia oleh
tersebut
merupakan
Supiah
sifat
merupakan
Pada hal tidak semua keinginan bisa
sang pujangga juga dituangkan pada
terpenuhi.
Yang
pupuh 4, sebanyak 20 bait. Dalam
kebutuhan
yang
pupuh itu dijabarkan bahwa dalam
Mutmainah sebagai penetral nafsu
diri umat manusia dikuasai oleh 4
lain. Raja amarah mengambarkan
orang raja. Dua orang ratu, mereka
sifat manusia yang memiliki nafsu
adalah
amarah. Sedangkan aluamah adalah
Ratu
Supiah
dan
Ratu
lebih harus
penting dipenuhi.
Mutmainah. Dua orang lainnya, Raja
sifat
Amarah dan Raja Aluamah, (p.IV.1-
digambarkan
2). Kutipan berikut:
kesucian. Pakaian serba putih, taat
1)
Lawan malih kawruhana/ ratu
beragama, berbakti kepada kedua
papat
jroning
orang tua, dan senantiasa berbuat
jisim/sekawan watakanipun/ana
baik. Ia dibantu oleh Patih Sabar,
becik lan ala/ raja estri ingkang
anak buahnya pemberani dan namun
kalih raja jalu kang priya
sopan, ucapannya lemah lembut.
jejuluk ira/ raja luamah nerpati//
Pintu gerbang berjendela 2, yaitu
manganing
serakah.
Sifat
mutmainah
sebagi
lambang
lubang hidung. Iatananya di jantung, 2)
Satunggal
raja
Amarah/
ingkang ngestri jejuluk ing nerpati
Dewi
puniku/kang
(p.IV. 3-7). Kutipan berikut: 3)
Miwah
bekti
Supiyah
panutan/myang mring ibu rama
satunggal
bekti sru wedi ing kahutaman
Dewi
rahayu sang retna langkung
tengeran/retna
Mutmainah ayu punjul/busana
rahab/patih
cuweni
sabaranipun/tumenggung
pethak/sang
karepeke […] widi//
mring
dyah
anteng
ira
dipati
sentana/wonten
warganira malih//
84
4)
Dyannarya sura jatmika/ raden
adalah hidung. Mata, telinga dan
panji jinem wecanang dening
mulud, bisa bohong, namun hidung
ingkang dadya korenipun/ mas
tidak pernah bohong. Apa yang
rongga catur seca/amung gansal
dialami diungkapkan secara jujur.
reh-e kulawarganipun/ nenem mengabe
[..]
itrima/
iku
punakawan kasih//
Ratu Supiah menggambarkan nafsu birahi manusia. Sang raja digambarkan, berpakaian kuning. Ia sangat anggun.
5)
Aneggih
negaranira
mutmainah
Tetapi sifatnya
prabu
benyak keinginan. Oleh sebab itu
kelangkung
pintu keluarlewat mata. Kita tahu
wingit/winasta keraton jantung
bahwa
kelangkung
pelag/
menginginkan sesuatu yang indah.
lamun arsa miyos kusumaning
Oleh sebab itu bia ia melihat sesuatu
ngayu
yang indah, mulut berdecak kagum,
dening
ing
grana
dedalan
ira/wiwara nira sang dewi//
umat
manusia
selalu
dan ingin memiliki. Berkaitan dengan sifat tersebut dihubungkan dengan:
Kutipan
atas
jatuh cinta pada pandangan pertama.
Dewi
Demikian iuga bila menginginkan
Mutmainah. Sifat baik manusia, yang
sesuatu diawali dengan pandangan
selalu menjadi penetral dari perbuatan
pertama (P.IV. 6-7),berikut:
manusia
6)
menggambarkan
yang
di sifat
menyimpang
dari
Karsane retna supiyah/ sru
norma dan agama. Oleh sebab itu
penginan
iadigambarkan sebagai orang yang
lenggah ing keraton pusuh
suci, berpakaian putih bersih. Patih
busana sutra jenar/ lamun miyos
yang
ing netra dedalanipun/ mulane
membatu
bernama
Sabar,
melikane
tumenggung
anteng
jatmika,
jalma
ucapannya
lemah
lembut.
mongsa ningali//
manungsa/yen
kepati
kala
Kerajaannya di jantung. Tempat yang sangat
dalam.
Didukung
pintu
7)
Marang
ing
paesan
gerbang bila ia ingin keluar melalui
[…]/manah
lubang hidung, kita tahu di antara
kepengin/
panca indera kita yang paling jujur
gotanipun/nenggih
ira
iya
wani
dun banget kuping dewi
85
supiyah/pramilane anak putu
Bahkan
buyut ingsun/miwah canggah
(menganiaya).
wareng ing wang den sami
terdapat dalam diri kita. Sifat itu
prayitneng batin//
sebaiknya dipiara
cenderung
cengkiling
Sifat-sifat tersebut
dikendalikan.
dalam
hati.
Jangan
Berdasarkan
Tokoh lain, yang bersemayam
pengamatan, tidak pernah ada orang
dalam diri kita adalah raja Amarah.
yang tidak pernah marah. Namun
Dalam Serat Wulang Sunu, terdapat
demikian sifat ini harus dikendalikan.
pada P.IV. 11-16. Dijelaskan bahwa
Dalam budaya Jawa terdapat
raja Amarah, gagah perkasa, dalam
sifat yang melukiskan seseorang yang
menghadapi musuh. Bala tentaranya
sedang marah, atau candrane wong
sangat kuat. Punggawanya pun gagah
nesu, (Ciri orang yang sedang marah)
berani.
Patihnya bernama Patih
meliputi: jajabang mawinga-winga,
Lanas, raden Ladak, calak lengus,
kumedud padoning lathi, netra andik
perkataannya lancang.
angatairah dan lir sinebit talinganir
Penammpilannya
sangat
(Padmosoekotjo.
S
1952).
ekstrim. Pakaiannya serba merah,
Maksudnya
yang
sedang
punggawanya
marah, dadanya panas, bibir rasanya
adul-adul,
bernama
jail
Angkuh, riya
ingin mengumpat, matanya merah
sumengah, kibir, takabur, brangasan
bagaikan berdarah dan telinganya
dan
panas, bagaikan dijewer. Itulah sifat
kusut.
sebenarnya
methakil,
orang
Uraian
tersebut,
menggambarkan
sifat
amarah dalam diri manusia.
manusia yang berkaitan dengan sifat
Raja amarah bertahta dalam
amarah. Oleh sebab itu sifat-sifat
daging. Ia keluar melalui telinga. Hal
yang terdapat diri manusia yang
tersebut sesuai dengan kondisi diri
sedang marah. Sifat itu antara lain
manusia. Bila mendengar sesuatu
angkuh, jail methakil, sumengah
yang
(sombong dan merasa lebih), takabur,
amarahnya
lanas( mudah marah) dan brangasan,
dikomando. Dada terasa panas, mata
mudah marah. Dalam keadaan marah
merah dan kata-kata kotor keluar
seseorang kadang-kadang tidak bisa
tanpa kontrol.
tidak
berkenan muncul,
dihati, tanpa
mengandalikan ucapan dan sikap.
86
Raja, lain yang bersemayam
ajaran-ajaran Sri Pakubuwana IV
dalam diri manusia adalah Raja
kepada
aluamah (P.IV. 19-24).
Beliau
dituangkan dalam bentuk tembang
dalam perut. Bila
macapat, terdiri atas empat pupuh, (1)
bertahta dalam
kerabatnya.
Ajaran
iitu
keluar lewat pintu gerbang, mulut. Ia
Dhandhanggula
sangat kuat. Sang raja tidak memiliki
Asmaradana 16 bait, (3) Sinom 16
banyak punggawa, hanya tiga orang.
bait dan Pangkur 20 bait.
Seorang patih bergelar Kala Dremba (banyak
makan),
(ambisius),
ngangsa-angsa
tumenggung
12
bait,
(2)
Sesuai dengan judulnya Wulang Sunu, tetu saja isinya berupa ajaran
bergelar
atau piwulang. Karena isinya cukup
Kalamurka. Ia sanagt sakti. Ditambah
baik, maka karya itu beberapa kali
seorang punggawa, demang sungkan
disalin sehingga timbul beberapa
doyan. Ciri raja Aluamah, ia banyak
versi atau varian. Dalam hal in penulis
makan, dan tidur. Sebagai lambang
dapat
keserakahan, ia dilukiskan berbusana
naskah, yaitu: dua naskah koleksi
serba hitam. Oleh sebab itu bila
Museum Sanabudaya, Yogyakarta, 1
manusia kekurangan makan (lapar),
naskah bersasal dari Pacitan dan satu
apa
Untuk
naskah, kolejsi pribadi (dalam bentuk
cegah
foto copy).
pun
mengendalikan
dilakukan. sebaiknya
dhahar, guling dan banyak dhikir.
menginventarisasi
Ajaran
yang
empat
tertuang
di
Maksudnya sebagai umat manusia
dalamnya
sebaiknya mengurangi makan dan
kepada orang tua terutama kepada
tidur,dan mempoerbanyak dhikir.
ibu. Sebab ibu yang melahirkan kita. Ia
5.
mngasuh,
di
atas
lain:
berbakti
mendidik
menyayangi kita.
Penutup Uraian
antara
Dalam
dan sebuah
dapat
keluarga jangan terjadi percekcokan
disimpulkan bahawa Naskah Serat
karena salah paham. Silaturahmi
Wulang Sunu yang dianalisis dalam
dalam
tulisan ini koleksi Museum Sana
dijaga. Pertengkaran dalam keluarga
Budaya, Yogyakarta. Karya teersebut
diibaratkan buah pucung. Semasa
merupakan salah satu karya sastra
masih muda mereka bersatu setelah
Jawa Klasik yang mengetengahkan
tua
kekuarga
mereka
sebaiknya
berpencar.
tetap
Selain
87
diibaratkan buah pucung, juga identik
bertahta dalam alat kelamin. Bila
singa dengan hutan. Keduanya harus
keluar melalui mata. Oleh sebab itu,
saling menjaga. Agar tidak dijarah
seseorang bila melihat sesuatu yang
oleh manusia.
indah, lantas ingin memiliki.
Tuhan menyediakan berbagai macam
lapangan
kerja,
Sedangkan dua orang raja, raja
untuk
Amarah dan Aluamah. raja Amarah
memberikan rejeki kepada umatnya.
pakaiannya serba merah, bertahta
Dari berbagai macam itu dirangkum
dalam dada, keluar melalui telinga.
menjadi 3 macam yaitu maca, ngaji
Sang raja sangat kuat. Bala tentaranya
lan macul. Manusia bisa memilih
sangat
salah satu ataupun semuanya. Tetapi
sombong,
bila memilih, harus konsisten tekun
Sedangkan raja aluamah bertahta
dan jujur. Kejujuran dan kebenaran
dalam perut (waduk) bila keluar lewat
harus dijunjung tinggi. Di duania ini
pintu
yang rawan dengan kejujuran adalah
Pakaiannya serba hitam. Sang raja
pedagang, maklar atau blantik dan
senang makan dan tidur. Ia banyak
kemasan (pembuat perhiasan dari
makan dan sangat ambisius.
banyak,
seperti
jail,
gerbang
angkuh,
butarepan
utama
dll.
(mulut),
emas). Menjauhi
perbuatan
tercela,
Daftar Pustaka
terutama ma lima, harus dihindari. Dalam Serat Wulang Sunu bukan
Baried,
Siti
Baroroh,
1994.
hanya ma lima tetapi ma 8. berkaitan
Pengantar
Teori
dengan
Yogyakarta:
FS UGM.
hal
tersebut,
pengarang
menjelaskan bahwa dalam diri kita
Filologi.
Behrend. T.E. 1999. Katalog Induk
bertahta empat orang raja. Dua orang
Naskah-Naskah
ratu, perempuan cantik bergelar ratu
Museum
Mutmainah. Ia bertahta di jantung.
Yogyakarta. Jl. I . Jakarta.
Bila
Jambatan.
keluar
melalui
hidung.
Pakaiannya putih bersih, jujur dan pemaaf.
Kedua ratu
Supiah. Ia
memakai pakaina sutra kuning, suka
Nusantara. Sanabudaya,
Darusuprapta. 1980. Diktat Materi Kuliah
Sastra
Jawa
Kuna.
Yogyakarta. FSK. UGM.
bersolek, dan banyak keinginan. Ia
88
Gonda, J. Dr. 1934. Een Oud Javaansche
Prozageschrift
Agastyaparwa. s’Gravenhage, Martinus, Nijhoff.
Cara
Kerja
Filologi” Bahasa III. Jakarta:
Jawa. Surabaya, Citra Jaya Murti. Robson, SO,1987. “ Pengkajian
Djamaris, Edward, 1987 . “Filologi dan
Prawiraatmadja, S. 1980. Bausastra
Penelitian dan Sastra
Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Kamidjan. 2012. Serat Harda Mudha
Sastra Tradisional Indonesia.” Bahasa dan th.IV.
Sastra.
Jurnal.
No.6. Jakarta:
Gramedia. Suprayitno.
Sumarti.
Slokantara.
Sebuah Jawa
1983. Sastra
dalam
Kesusasteraan Jawa:
Didaktik
Kajian
Struktur, Fungsi, dan
Yogyakarta. Proyak Javanologi.
Makna. Universitas Udayana.
Teeuw, A. 1980. “Filologi Sebagai
Disertasi. Novalia
kuna.
Cabang Ilmu Sastra” Makalah.
Herawati,
Vivin.
2010.
UGM Yogyakarta.
Nilai-Nilai Moral dalam Serat
Zoetmulser, 1983. Kalangwan, sastra
Wulang Sunu. Skripsi. FBS
Jawa Kuna Selayang Pandang,
Unesa Surabaya.
Terjemahan Dick. Hartoko. Jakarta
Padmosoekotjo.
S
Ngengrengan
1952.
Jambatan.
Kasusastran
Djawa. Jl. II. Yogyakarta: Hien Hoo Sing. Poerbatjaraka.
R.
Ng.
Kapustakan Jawi.
1967. Penerbit.
Obor. Djakarta.
Poespoprodjo.W. 1987. Interpretasi. Bandung. CV. remaja Karya. Pigeaud, Th.G. 1967. Literature of Java. I. The Hague, Martinus. Nijhoff.
89