NASKAH CATATAN HARIAN RADEN HAJI ABDUL HABIB Kajian Filologi dan Analisis Teks Terhadap Naskah
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Dalam Bidang Ilmu Sejarah dan Kebudayaan Islam
Oleh: Abdul Halif NIM. 12420001
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2016
NOTA DINAS Perihal: Skripsi saudara Abdul Halif
Kepada Yth, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang
Assalamu’alaikum.Wr. Wb. Disampaikan dengan hormat. Setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah skripsi yang berjudul : Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib (Sebuah Tinjauan Filologi dan Analisis Teks terhadap Naskah) Yang ditulisoleh : Nama
: Abdul Halif
NIM
: 12420001
Jurusan
: Sejarahdan Kebudayaan Islam
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Humaniora dalam ilmu Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb. Palembang,
Mei 2016
DosenPembimbing I
Drs. Abdul Azim Amin, M.Hum NIP. 195210091987031002 ii
NOTA DINAS Perihal: Skripsi saudara Abdul Halif
KepadaYth, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang
Assalamu’alaikum.Wr. Wb. Disampaikan dengan hormat. Setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah skripsi yang berjudul : Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib (Sebuah Tinjauan Filologi dan Analisis Teks terhadap Naskah) Yang ditulisoleh : Nama
: Abdul Halif
NIM
: 12420001
Jurusan
: Sejarah dan Kebudayaan Islam
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Humaniora dalam ilmu Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb. Palembang,
Mei 2016
DosenPembimbingII
Nyimas Umi Kalsum, S.Ag., M.Hum NIP. 197507152007101003 iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh Saudara Abdul Halif ini, Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Palembang,
Mei 2016
Pembimbing I
Drs. Abdul Azim Amin, M.Hum NIP. 195210091987031002
Palembang,
Mei 2016
Pembimbing II
Nyimas Umi Kalsum, S.Ag., M.Hum NIP. 197507152007101003
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa, dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggidan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapatkarya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Palembang, Mei 2016 Yang menyatakan,
Materai 6000
Abdul Halif
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“SEKALI HIDUP, HIDUPLAH YANG BERARTI SERTA DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT BAGI ORANG LAIN ” (Abdul Halif)
PERSEMBAHAN : Kupersembahkan : Orang tuaku tercinta, agama, bangsaku, almamaterku Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang dan generasi sesudahku.
vi
Skripsi ini khusus Kupersembahkan kepada : kepada Allah Swt karena telah memberikan nikmat berupa ilmu pengetahuan kepada saya Bapak dan Ibuku tercinta , “ AHMAD SOLEH DAN BAHRIAH ” yang senantiasa mendo’akan, Membimbing, dan Selalu Mengingatkan akan Kebaikan-kebaikan. Adikku, yang selalu kubanggakan dan kusayangi: “Bunyamin. Orang yang aku sayangi yg selalu mendukung dan menyemangatiku. Guru-guruKu, Dosen-dosenKu, PemimpinKu, Ustad-ustadzah yang senantiasa membimbing dalam Menggapai Cita-cita Mulia. Teman-teman Seperjuangan, yang takkenal lelah Menyerukan Kebaikan. Teman seperjuangan “Fak. Adab dan Humaniora, Komar, tral, sholihin, edy,kak fetri”. Agama dan Bangsaku. Almamaterku Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. .
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillāhi Robbi al-‘alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam
semesta yang
telah
menciptakan
manusia. Berkat
rahmat, taufik dan
hidayah-Nya serta kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menuangkan fikiran, tenaga dan waktu dalam menyelesaikan Skripsi yang berjudul: “Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib : Kajian Filologi dan Analisis Teks Terhadap Naskah”. Sholawat serta salam
semoga senantiasa
tercurahkan kepada suri teladan, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikut yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun pertolongan Allah SWT, serta bantuan dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Aflatun Muchtar, MA, selaku Rektor UIN Raden Fatah Palembang. 2. Bapak Prof. Dr. H. Suyuti Pulungan M.A, sebagai Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang. 3. Bapak Drs. Abd Azim Amin, M.Hum selaku pembimbing I dan Ibu Nyimas Umi Kalsum, S.Ag,.M.Hum, Selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikirannya guna memberikan
bimbingan secara intensif
kepada penulis. 4. Para dosen yang telah memberikan kemudahan ilmu-ilmu beharga dan selalu memberikan motivasi untuk tetap meningkatkan prestasi dan karyawan Fakultas Adab UIN Raden Fatah Palembang yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan segala administrasi. 5. Bapak Ottoman, S.S., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.
viii
6. Bapak dan Ibuku tercinta: “Ahmad Soleh dan Bahriah” yang mendo’akan
dengan
linangan
air
mata,
Membimbing,
senantiasa dan
Selalu
Mengingatkan akan Kebaikan-kebaikan. 7. Rekan seperjuangan SKI dan BSA terkhusus kak Fetri, Komar, Solihin, Edy, dan tidak dapat disebutkan satu per satu yang berjuang dalam kebersamaan. Semoga bantuan mereka dapat menjadi amal shaleh dan diterima oleh Allah SWT sebagai bekal di akhirat dan mendapatkan keberkahan dan Ridha Allah SWT. Amin YaRobbal-’alamin. Penulis juga mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kesalahan
dan
kekhilafan dalam
penulisan Skripsi ini. Harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penerus bangsa dan agama.
Diharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tulisan ini.
Palembang, 26 Mei 2016
Abdul Halif 12420001
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
NOTA DINAS PEMBIMBING ......................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN .................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................
viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
x
ABSTRAK ........................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................
4
C. Batasan Masalah .................................................................
4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................
5
E.
Tinjauan Pustaka ................................................................
6
F.
Kerangka Teori ..................................................................
10
G.
Metode Penelitian ..............................................................
14
H.
Sistematika Penulisan ........................................................
19
BAB II BIOGRAFI RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Silsilah Raden Haji Abdul Habib ........................................
21
B. Karya-karya Raden Haji Abdul Habib ................................
25
C. Makam Raden Haji Abdul Habib ........................................
28
x
BAB III DESKRIPSI NASKAH CATATAN HARIAN RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Inventarisasi Naskah ............................................................
30
B. Deskripsi Naskah..................................................................
31
1. Judul Naskah ..................................................................
32
2. Tempat Penyimpanan Naskah........................................
33
3. Ukuran Naskah...............................................................
35
4. Jumlah Halaman Naskah................................................
36
5. Aksara dan Bahasa Dalam Naskah ................................
37
6. Kertas Naskah ................................................................
37
7. Pengarang, Penyalin, Tempat dan Tanggal Penulisan Naskah ...........................................................................
38
8. Keadaan Naskah.............................................................
39
9. Pemilik dan Perolehan Naskah ......................................
40
BAB IV SUNTINGAN TEKS CATATAN HARIAN RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Pertanggungjawaban Transliterasi ......................................
45
B. Transliterasi Naskah ............................................................
47
C. Analisis Teks Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib .....................................................
107
D. Gambar Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib .....................................................
116
BAB V PENUTUP A. Simpulan ...............................................................................
156
B. Saran .....................................................................................
158
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
xi
INTISARI Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Program Strata I Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang, Skripsi 2016 Abdul Halif, Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib: Kajian Filologi dan Analisis Teks terhadap Naskah xii+159 halaman Skripsi ini mendiskripsikan Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dengan menggunakan ilmu filologi dalam tinjauan kodikologi mendeskripsikan fisik naskah. Selanjutnya naskah dianalisis teksnya guna mengungkap berbagai informasi yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa semasa perjalanan hidup Raden Haji Abdul Habib yang dimuat di dalam naskah tersebut. Penelitian Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif yang dalam prosesnya menjabarkan naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib dengan mengangkat permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana biografi Raden Haji Abdul Habib, 2. Apa deskripsi umum naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib, 3. Bagaimana suntingan teks Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib serta isinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik naskah serta untuk mengetahui informasi seperti apa yang terkandung dalam teks naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib selain itu untuk melestarikan khazanah budaya yang ada di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Palembang. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yakni menggunakan langkah-langkah penelitian filologi diantaranya adalah: Inventarisasi Naskah, Deskripsi Naskah, yakni memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci keadaan naskah yang diteliti, pertanggungjawaban transliterasi,dengan menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan keputusan menteri agama dan menteri pendidikan dan kebudayaan RI serta penambahan dan penghapusan bacaan yang dianggap menyimpang dan menambahkan tanda \\ dua garis miring untuk pindah halaman (....) untuk menandai kata-kata yang susah dibaca atau mengalami korup/rusak, transliterasi, analisis isi teks naskah, penjelasan yang terkandung dalam teks suatu naskah kemudian ditelaah dan dijelaskan kembali menurut pemahaman dan kemampuan yang penulis miliki. Dari data-data yang telah didapat dalam naskah Catatan Harian karya Raden Haji Abdul Habib diperoleh informasi tentang nama-nama bulan Arab, hari dan tahun Hijriah yang dibuat di dalam bentuk tabel, ilmu falak kemudian tentang tahun Masehi, bulan, hari, dan penjelasan tentang silsilah serta keturunan Raja-raja Palembang yang ditulis dengan rapi, nama-nama ibu dari Sultan-sultan Palembang, saudara-saudara Sultan Mahmud Badaruddin yang seibu sebapak beserta putera-puteranya, perang Sultan Mahmud Badaruddin dengan Belanda, penjelasan tentang saudara-saudara Pangeran Prabu Diradja, penjelasan tentang silsilah Raden Haji Abdul Habib, isteri-isterinya dan anak-anaknya serta saudara-saudaranya.
xii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang telah kita ketahui bahwa ketika agama Islam masuk ke Nusantara dengan aksara Arab yang merupakan gelombang budaya kedua memperkaya khazanah sastra Nusantara. Sebagian masyarakat Nusantara mengeskpresikan pikirannya dalam suatu sistem tulisan, mengadopsi sistem aksara baru (Arab) di samping tetap menggunakan yang lama dengan menyesuaikannya dengan sistem bunyi dan keperluan masing-masing daerah. Adopsi tulisan Arab dengan bunyi bahasa daerah di Nusantara ini disebut Pegon (Jawa dan Sunda), Jawi/ Arab Melayu (Melayu), Hurupa (Bugis-Makasar) dan sebagainya. Setelah kedatangan Islam di Palembang, kesusastraan di kawasan itu mengalami kelahiran kembali dengan menggunakan tulisan Jawi/ Arab Melayu. 1 Keraton Kesultanan Palembang sebagai pusat sastra dan ilmu agama berlainan dengan kebiasaan di Jawa yang menjadikan pesantren sebagai pusatnya. Tercatat di masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin yang mempunyai suatu perpustakaan yang besar dengan koleksi buku tulisan Arab Melayu. Belanda berhasil merampas seluruh koleksi perpustakaan keraton Palembang termasuk 55 naskah berbahasa Arab, Melayu dan Jawa tersebut dikirimkan ke Departemen dalam Negeri di Batavia Perpustakaan Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenchappen pada tanggal
1
Titik Pudjiastuti, “Memandang Palembang dari khazanah naskahnya”, makalah dalam bentuk format pdf. Di akses pada tanggal 29 September 2015, h. 2.
2
13 Juni 1821. Naskah-naskah rampasan Kesultanan Palembang juga tersimpan dalam perpustakaan di Indonesia, Inggris dan Belanda, dalam perpustakaan Universitas Leiden. Kumpulan naskah Sultan Mahmud Badaruddin II berjumlah 65 Manuskrip yang ditempatkan di sana. Perpustakaan Nasional menyimpan kurang lebih 45 naskah dalam berbagai kondisi, 2 sebagian besar naskah Palembang tersimpan dalam koleksi pribadi hampir seluruh naskah merupakan bagian dari harta warisan yang diturunkan dari generasi-generasi sebelumnya. Dari penjelasan di atas, peneliti melakukan penelitian terhadap koleksi naskah Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Ia adalah keturunan Sultan Mahmud Badaruddin II dan orang Palembang dianggap sebagai ahli waris takhta kesultanan. Dalam katalog naskah Palembang koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja didata oleh Achadiati Ikram, dkk tahun 2004 mengatakan bahwasanya Koleksi naskah (jumlahnya tidak diketahui) ketika itu Raden Haji Muhammad Syafei Prabu Diradja bertempat di jalan Veteran Lorong RRI No. 1-A Palembang. 3 Naskah yang terdata dalam katalog Palembang yaitu naskah al-Fawaakihu alJaniyyah ala Mutammimati al-Jurumiyyah karangan Afifuddin Abdullah bin Muhammad Al-Fakihi, naskah kitab doa dan Shalawat, naskah kumpulan doa dan ilmu Kalam, naskah-naskah Fikih V, naskah Rukun Islam, naskah Rukun Sembahyang, naskah Hadisu Al-Arba’in, naskah kumpulan Hadits Nabi, naskah Hikayat Syekh Samman dan doa Tawasul, naskah Sifat Dua Puluh, Cap, Catatan 2
Achadiati Ikrim dkk., Katalog Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h. 9. 3 Ibid., h. 35.
3
Harian 1, Catatan Harian ke 2, naskah catatan Harian Raden Haji Abdul Habib, Naskah Denah tempat Pengasingan Susuhunan Mahmud Badaruddin II di Ternate Maluku Utara, naskah kalender I, naskah kalender II, naskah Silsilah, Surat Tarasul dan Naskah Hidayatu As-Salikina dan Tasawuf. 4 Naskah yang dimiliki Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja diturunkan berturut-turut kepada Raden Abdul Habib, lalu ke Raden Abdul Syarif, lalu ke Raden Abdul Hamid, dan akhirnya ke Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Dari banyaknya naskah yang dimiliki Prabu Diradja peneliti tertarik pada naskah yang isinya menjelaskan Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib. Alasan peneliti memilih naskah catatan harian tersebut karena isi dari pada naskah tersebut menginformasikan tentang silsilah Raja-raja Palembang serta keturunannya sehingga isi naskah itu banyak mengandung sebagian tentang silsilah Raja-raja di Kesultanan Palembang Darussalam dan tidak kalah pentingnya juga sebagian isi dari pada naskah tersebut membahas mengenai tentang penulis naskah itu sendiri yakni Raden Haji Abdul Habib beserta anak dan isterinya selain itu juga ada yang unik atau menarik dari isi naskah ini yakni bukan hanya membahas silsilah Raja-raja Palembang saja tetapi juga membahas informasi tentang tahun, bulan, dan hari dalam Masehi serta informasi tentang hitungan bulan berdasarkan ilmu Falag yang disusun secara rapi, sehingga peneliti sangat tertarik untuk meneliti naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib tersebut dari sekian banyaknya naskah yang ada di Palembang ini.
4
Ibid., h. 35-258.
4
Di dalam penelitian ini penulis menjelaskan naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib dengan menggunakan ilmu filologi dalam tinjauan kodikologi mendeskripsikan fisik naskah. Selanjutnya naskah dianalisis teksnya guna untuk mengungkap di dalam naskah tersebut banyak dimuat berbagai informasi yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa semasa perjalanan hidup Raden Haji Abdul Habib dan keturunan Sultan-sultan Palembang Darussalam. Selain itu juga alasan peneliti tertarik dengan naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib tersebut karena naskah ini belum pernah disentuh secara spesifik baik kajian fisik maupun teks naskah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini: 1. Bagaimana biografi Raden Haji Abdul Habib? 2. Apa deskripsi umum Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib? 3. Bagaimana suntingan Teks Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib serta isinya? C. Batasan Masalah Batasan masalah merupakan batasan penelitian yang akan diteliti, untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, dengan tujuan mendapatkan hasil uraian penelitian secara sistematis. Pembatasan yang dimaksud agar peneliti tidak
5
terjerumus ke dalam banyaknya data yang ingin diteliti. 5 Adapun berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi fokus dan batasan permasalahan pada penelitian ini ialah penelitian hanya dilakukan di kota Palembang, dalam penelitian ini peneliti hanya fokus membahas teks naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib dengan menggunakan tinjauan filologi dan analisis teks terhadap naskah, dengan tujuan untuk menjelaskan aspek-aspek kodikologi terhadap naskah yang meliputi identifikasi naskah, tulisan, fisik naskah dan informasi yang terdapat dalam kandungan naskah. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dalam penelitian naskah yang berisi Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib, peneliti memiliki tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui biografi Raden Haji Abdul Habib. 2. Untuk mengetahui deskripsi umum naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib. 3. Untuk menyunting teks Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib serta mengetahui isinya. Penelitian ini diharapkan memiliki dua kepentingan yaitu untuk pengembangan ilmu dan problem solving maka kegunaan terdiri dari: 1. Secara teoritis, kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
5
h. 126.
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta: Ombak, 2011),
6
a. Hasil penelitian naskah, diharapkan dapat berguna serta dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan filologi dalam menjelaskan naskah yang berisi Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib. b. Diharapkan dapat memberikan wawasan tentang sejarah lokal di Sumatera Selatan khususnya Palembang mengenai isi kandungan naskah yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa perjalanan hidup Raden Haji Abdul Habib. 2. Secara praktis, kegunaan penelitian ini diharapkan dapat: a. Dapat memberikan penjelasan mengenai berbagai informasi naskah tersebut secara rinci, baik fisik maupun isi naskah sebagai data baru bagi penulisan sejarah dan kajian filologi. b. Informasi yang terkandung di dalam naskah tersebut diharapkan dapat menyumbangkan data bagi praktisi, terutama kalangan akademisi dan peneliti serta pemerintah mengenai data naskah Palembang dan mengetahui tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa perjalanan hidup Raden Haji Abdul Habib. E. Tinjauan Pustaka Studi atau kajian terdahulu tentang naskah dan sejarah peninggalan kesultanan Palembang Darussalam dapat dinyatakan masih langka, walaupun telah ada beberapa penelitian yang membahas tentang naskah Palembang dan penulisan sejarah Sultan Mahmud Badaruddin II. Namun, pembahasannya belum tuntas secara keseluruhan.
7
Berikut diinformasikan tentang penelitian naskah di Palembang. Mujib, bukunya berjudul
Edisi
Teks
Naskah
“Sejarah
Raja-raja
Palembang
dan
Silsilah
Keturunannya” tahun 2011 naskah yang diperoleh oleh Mujib bersumber sama dengan peneliti yaitu tempat kediaman Muhammad Syafei Prabu Diradja (Sultan Mahmud Badaruddin III). Dalam penelitian Mujib menjelaskan naskah sebagai objek penelitian naskah tersebut yaitu naskah Raja-raja Palembang dan silsilah keturunannya. Mujib menggunakan metode filologi dan pendekatan historis sesuai dengan teks naskah. Penelitian Mujib dikategorikan naskah historiografi lokal karena isi dari naskah tersebut menjelaskan sejarah lokal. Pokok bahasan penelitian Mujib menjelaskan lokasi kelahiran dan pemakaman Raja-raja Palembang serta silsilah keturunan raja-raja Palembang. 6 Sehingga peneliti melakukan lanjutan penelitian naskah koleksi Muhammad Syafei Prabu Diradja yaitu “Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”. Belum ada penelitian secara khusus terhadap naskah tersebut.
Sehingga
penulis
dapat
melakukan
penelitian,
peneliti
dapat
membandingkan penelitian terhadap naskah Raja-raja Palembang yang dilakukan oleh Mujib karena “Naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib” teks dari naskah menjelaskan lokasi kelahiran dan pemakaman Raja-raja Palembang serta silsilah keturunan Raja-raja Palembang.
6
Mujib, Edisi Teks Naskah: Sejarah Raja-raja Palembang (Depok: Foukoka Pustaka Utama, 2011), h. 29.
8
Kemudian tulisan Retno Purwanti yang diterbitkan oleh jurnal Skriptoria Jurnal Filologi Islam tahun 2012 menulis tentang Naskah Al-Qur’an koleksi Ibrahim bin Abdullah. Dalam tulisan di jurnal Retno Purwanti menggunakan pendekatan Arkeologi dan Kodikologi naskah untuk mengetahui jejak sejarah naskah al-Quran. 7 Pembahasan penelitian tentang naskah Palembang selanjutnya juga ditulis oleh Mal’an Abdullah. Bukunya berjudul tentang Jejak Sejarah Abdus-Samad alPalimbani. Penelitian yang dilakukan dengan condong historis dan menjadikan karya naskah-naskah Abdus-Samad al-Palimbani yaitu manaqib naskah berbahasa Arab sebagai sumber data sejarah dalam penelitian tersebut. Penjelasan mengenai segala aspek kehidupan Abdus-Samad Palimbani, kelahiran, silsilah, pendidikan, karyanya, karirnya dan tempat wafatnya. 8 Penelitian tentang naskah Palembang juga ditulis oleh Nyimas Umi Kalsum dalam jurnal Skriptoria Jurnal Filologi Islam tahun 2012, berjudul Suntingan Teks Naskah-naskah Kuno Palembang studi atas Ratib Saman, Maulid Syarif al-Anam dan Syair Cerita Dul Muluk. Penelitian ini menggunakan ilmu filologi secara keseluruhan menjelaskan inventarisasi naskah, deskripsi naskah dan transliterasi teks. 9 Penelitian ini menjelaskan kebudayaan Palembang yang terdapat pada naskah Ratib Saman, Maulid Syarif al-Anam dan Syair Cerita Dul Muluk.
7
Retno Purwanti, “Naskah Al-Qur’an Koleksi Ibrahim bin Abdullah” dalam Skriptoria Jurnal Filologi Islam (Palembang: Pascasarjana IAIN Raden Fatah, 2012), h. 78. 8 Mal’an Abdullah, Jejak Sejarah Abdus-Samad Al-Palimbani (Palembang: Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah Press, 2012), h. 10. 9 Nyimas Umi Kalsum, “Suntingan Teks Naskah-naskah Kuno Palembang: Studi atas Naskah Ratib Saman, Maulid Syarif al-Anam, dan Syair Cerita Dul Muluk”, dalam Skriptoria Jurnal Filologi Islam (Palembang: Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2012), h. 57.
9
Penulisan tentang naskah Palembang juga pernah ditulis oleh Kemas Ari Rachman Panji menulis tentang Syair Perang Menteng dalam kajian naskah tahun 2010. Naskah yang diperoleh peneliti dari koleksi Muhammad Syafei Prabu Diradja yaitu Syair Perang Menteng. Syair ini menceritakan perang antara pihak Belanda yang dipimpin oleh Mutinghe (disebut secara salah orang Palembang dengan “Menteng”) dengan pihak Kesultanan Palembang pada tahun 1819. 10 Isi syair ini juga menggambarkan perang jihad melawan Belanda. Penelitian yang dilakukan Kemas Ari Rachman Panji merupakan kajian filologi dengan mentrasliterasi naskah, menterjemahkan dan pendigitalisasi naskah tanpa mengubah bentuk asli naskah. Sementara itu, penulisan tentang naskah Palembang juga pernah ditulis oleh Fetri Fajeri di dalam Skripsinya yang berjudul Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara. Naskah yang diperoleh peneliti dari koleksi Muhammad Syafei Prabu Diradja yaitu Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara. Penelitian yang dilakukan oleh Fetri Fajeri ini fokus kajiannya yakni menjelaskan naskah pengasingan Sultan Mahmud Badaruddin II, keluarga serta pengikutnya yang diasingkan oleh Belanda di Ternate Maluku Utara dan ditempatkan pada denah perkampungan yang dibuat oleh Kolonial Belanda. 11
10
Kemas A. Rachman Panji, Dkk., Syair Perang Menteng dalam Kajian Naskah (Palembang: Refah Press, 2010), h. 12. 11 Fetri Fajeri, “Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara”, dalam Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah (Palembang: Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, 2014), h. 7.
10
Penulisan tentang naskah Palembang juga pernah ditulis oleh Ridho di dalam Skripsinya yang berjudul Iluminasi Naskah Al-Qur’an “Koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja”, tetapi Penelitian yang ditulis oleh Ridho ialah mengenai illuminasi naskah di Palembang saja. 12 Berbeda dengan kajian di atas, penelitian ini membahas naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib secara terfokus. Peneliti menjelaskan naskah tersebut dengan kajian filologi dan analisis kandungan teks naskah. F. Kerangka Teori Naskah atau manuskrip merupakan salah satu sumber primer paling otentik yang dapat mendekatkan jarak antara masa lalu dan masa kini. Naskah menjanjikan, tentu bagi mereka yang tahu cara membaca dan menafsirkannya, sebuah jalan pintas istimewa untuk mengetahui khazanah intelektual dan sejarah sosial kehidupan masyarakat masa lalu. 13 Sehingga demikian naskah tersebut menjadi objek penelitian filologi karena naskah merupakan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. 14 Selanjutnya kata “naskah” itu sendiri di dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. 15 Kemudian dalam Bahasa Arab 12
Ridho, Iluminasi Naskah Al-Qur’an “Koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja”, dalam Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah (Palembang: Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, 2015), h. 7. 13 Oman Fathurahman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan kementrian Agama Islam, 2010), h. 3. 14 Siti Baroroh Baried, dkk., Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian dan publikasi Fakultas (BPPF), Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada, 1994), h. 55. 15 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Amani, 1997), h. 267.
11
semua hasil karya sastra tulisan tangan masa lampau yang berupa naskah diistilahkan dengan “makhthuthath” untuk bentuk jamak dan “makhthuthah” untuk bentuk tunggal atau “nusus” untuk bentuk jamak dan “nas” untuk bentuk tunggal. 16 Sedangkan pengertian naskah menurut beberapa ahli, yaitu: 1. Menurut Poerwadarminta dalam Eny Kusumastuti Damayanti. Naskah adalah karangan tulisan tangan baik yang asli maupun salinannya. 2. Menurut Djamaris dalam Eny Kusumastuti Damayanti. Naskah adalah semua peninggalan tertulis nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. 17 3. Menurut Oman Fathurahman, dkk. Naskah adalah semua peninggalan tertulis yang ditulis dengan tangan oleh manusia masa lalu, baik pada kertas, lontar, kulit kayu, maupun rotan. 18 Naskah juga bisa diartikan semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. Jadi, naskah adalah semua bentuk tulisan tangan maupun salinan sebagai hasil kebudayaan masa lalu dan dapat dipegang atau disentuh yang ditulis baik pada kertas, lontar, kulit kayu, maupun rotan. Berikutnya kata “catatan” dalam Kamus Bahasa Indonesia kata catatan diambil dari kata catat yang berarti menuliskan sesuatu untuk peringatan atau tulisan
16
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode penelitian Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996), h. 27. 17 http://id.wikipedia.ensiklopedia bebas.org/wiki/naskah. di akses pada tgl 17 April 2016 18 Oman Fathurahman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia, h. 4.
12
untuk diingat agar tidak lupa. 19 Kemudian kata “harian” diambil dari kata hari yang berarti waktu dari pagi sampai kepada pagi lagi atau waktu selama jam kerja berlangsung. 20 Sedangkan menurut Jakop Sumardjo dan Saini K.M.21 catatan harian adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan hidupnya yang ditulis secara teratur. Oleh karena itu, catatan harian sering dinilai berkadar sastra karena ditulis secara jujur, spontan, sehingga menghasilkan ungkapan-ungkapan pribadi yang asli dan jernih, yakni salah satu kualitas yang dihargai dalam sastra. Catatan harian bukan sekedar rekaman peristiwa tentang apa yang terjadi pada diri sesorang, tetapi sebuah dokumentasi penting peristiwa yang terjadi di sekeliling, baik dalam skala nasional maupun internasional. Sehingga, yang dimaksud catatan harian Raden Haji Abdul Habib dalam kajian ini adalah merupakan naskah koleksi Prabu Diradja. Naskah ini merupakan data primer yang dimiliki oleh peneliti sebagai acuan untuk mengungkap naskah dengan ilmu filologi dalam kajian kodikologis dan analisis teks. Untuk mempermudah pemahaman terhadap naskah, maka penulis menggunakan kajian kodikologi dalam ilmu filologi yakni dengan membahas mengenai aspek naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib dengan cara menjelaskan kontek atau fisik naskah yang dideskripsikan secara mendetail.
19
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 56. Ibid., h. 120. 21 http://eprints.uny.ac.id/9858/3/Bab2%20-%2005201244014.pdf di akses pada tanggal 17 April 2016. 20
13
Kemudian, kata analisis sebagaimana ditulis dalam kamus Bahasa Indonesia mempunyai berbagai pengertian. Tetapi, pengertian yang dianggap paling sesuai dengan tulisan ini adalah penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya. 22 Selanjutnya kata teks adalah berbagai kandungan isi dalam naskah itulah yang disebut sebagai teks, dan menjadi objek utama kajian filologi. 23 Teks sendiri terdiri dari isi dan bentuk, isi memgandung ide-ide, atau amanat naskah yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Sedangkan, bentuk berisi muatan cerita atau pelajaran yang hendak dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, sejarah dan lain sebagainya. 24 Kemudian juga teks merupakan bagian yang abstrak dari suatu naskah. Teks hanya dapat dibayangkan saja dan dapat diketahui isinya jika sudah dibaca. Isi dari teks adalah berupa ide-ide, informasi, pesan atau amanat yang akan disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. 25 Analisis teks dalam kajian naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk diketahui keadaan yang sebenarnya kandungan naskah dengan penguraian suatu pokok penelaahan bagian isi teks itu sendiri serta pemahaman arti keseluruhan, penjabaran
22
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 10. Oman Fathurahman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia, h. 5. 24 Mujib dan Ahmad Cholid Sodrie, Khazanah Naskah desa Ketangga Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 2004), h. 90-91. 25 Filologi Pdf. http://eprints.uny.ac.id/9465/3/bab%202-08205244081.pdf di akses pada tanggal 30 September 2015. 23
14
sesudah dikaji sebaik-sebaiknya, pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya dari analisis yang dilakukan. Sehingga demikian, yang dimaksud dengan kajian “Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib (Sebuah Tinjauan Filologi dan Analisis Teks terhadap Naskah)” di dalam penelitian ini membahas tentang keadaan naskah dan menganalisis naskah dengan menganalisis kodeks dan analisis teks. Analisis kodeks adalah analisis terhadap fisik naskah itu sendiri sebelum masuk dalam muatan naskahnya yang terdapat dalam kodeks naskah. Penelitian aspek-aspek kodikologi terhadap naskah. Adapun aspek yang dideskripsikan meliputi identifikasi naskah, tulisan, fisik naskah dan informasi yang terdapat dalam kandungan naskah. G. Metode Penelitian 1. Jenis Data Dalam penelitian naskah ini yang terdapat pada Katalog Palembang dengan kode naskah LL/8/MSPD yaitu Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib. Teks naskah yang tertulis menginformasikan peristiwa atau buah pemikiran yang dituangkan dengan tulisan, dengan demikian jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa data-data tertulis. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data primer (primer sources) dan sekunder (secondary sources) yaitu:
15
a. Sumber data primer yaitu naskah yang berisi catatan harian Raden Haji Abdul Habib yang diperoleh dari Prabu Diradja. b. Sumber data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung, seperti: hasil penelitian sebelumnya yang tertuang dalam tulisan jurnal, buku, media elektronik dan koran yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. c. Sumber lisan yaitu dengan cara mewawancarai informan yang dianggap ahli di dalam pernaskahan dalam rangka untuk mendapatkan informasi dari isi naskah tersebut. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain suatu proses pengadaan data primer dan data sekunder untuk keperluan penelitian. Mengingat pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah. Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu: a. Observasi yaitu melihat dan mengamati naskah yang berada pada Prabu Diradja (Sultan Mahmud Badaruddin III) yang bertempat Jalan Sultan Mansyur, 32 ilir, Kecamatan Bukit Lama, No.3275, Palembang. b. Interview yaitu mewawancarai para informan dalam rangka mendapatkan informasi naskah, menelusuri keberadaan naskah dan memperoleh data yang sesuai dengan data penelitian yang dibutuhkan.
16
c. Studi pustaka terhadap buku-buku yang relevan terhadap naskah yang diperlukan, sehingga memudahkan peneliti untuk menjelaskan teks naskah terhadap penelitian yang ada. d. Dokumentasi yaitu pemotretan dengan menggunakan kamera digital, teks ditampilkan seperti aslinya tidak ada satu halpun yang dirubah seperti ejaan atau pembagian kata, pemotretan ini menampilkan foto dengan ukuran naskah yang sudah diperkecil. 4. Analisis Data Pada tahap ini semua data dianalisis, data yang berupa naskah dilakukan dengan memahami makna teks yang berpegang pada metode content analysis, yaitu metode analisa isi dan pengungkapan makna. Pada tahap ini menggunakan metode penelitian filologi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah: 26 a. Inventarisasi Naskah Langkah pertama yang harus ditempuh oleh penyunting, setelah menentukan pilihannya terhadap naskah yang ingin disunting ialah menginventarisasikan sejumlah naskah dengan judul yang sama dimanapun berada, di dalam maupun di luar Negeri. 27 Naskah dapat dicari melalui katalogus perpustakaan-perpustakaan besar yang menyimpan koleksi naskah, museum-museum dan lain-lain. 28 Sedangkan naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib ini penulis temukan melalui 26
Nabilah Lubis. Naskah , Teks dan Metode Penelitian Filologi, h. 77. Ibid., h. 64-65. 28 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan (Palembang: NoerFikri Offset,2013), h. 60. 27
17
penyelusuran terhadap katalog naskah Palembang, naskah tersebut penulis temukan di daerah 32 ilir Palembang di kediaman bapak Prabu Diradja (Sultan Mahmud Badaruddin III) beliau ini merupakan pemilik tunggal naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib yang berada di Palembang. Penulis dapat meminjam naskah asli tersebut dengan beliau untuk mengukur kertas dan mengetahui kondisi naskah tersebut. b. Deskripsi Naskah Setelah melakukan inventarisasi naskah, langkah selanjutnya adalah melakukan
deskripsi
naskah.
Deskripsi
naskah
adalah
memaparkan
atau
menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci keadaan naskah yang diteliti. Setiap naskah yang diperoleh diuraikan dengan cara terinci, teratur dan seterusnya. Informasi yang dicatat itu selain yang telah ada di dalam katalogus, ditambah lagi dengan gambaran tentang keadaan fisik naskah, kertasnya apakah terdapat tanda pabrik pembuat kertas yang disebut “watermark”. Dan catatan lainnya. 29 c. Pertanggungjawaban Transliterasi Untuk melakukan suntingan, penulis menggunakan beberapa tanda sebagai pedoman dalam melakukan suntingan, ini harus dilakukan secara konsisten. Adapun pedoman yang digunakan penulis antara lain:
29
Ibid., h. 62.
18
1. Edisi
teks
disesuaikan
dengan
pedoman
transliterasi
Arab-Latin
berdasarkan keputusan menteri agama dan menteri pendidikan dan kebudayaan RI nomor. 158 tahun dan nomor : 0543 b/u/1987. 2. Perbaikan teks meliputi penggantian, penambahan dan penghapusan bacaan yang dianggap menyimpang. Bagian bacaan yang dihapus diletakkan dalam aparat kritik supaya tidak mengganggu kelangsungan teks. 3. Dalam suntingannya, digunakan beberapa tanda, yaitu: \\ dua garis miring untuk pindah halaman (....) untuk menandai kata-kata yang susah dibaca atau mengalami korup/rusak. 4. Kata ulang yang tertulis dengan angka 2 (dua) dalam teks akan ditransliterasikan sesuai dengan EYD bahasa Indonesia, seperti: tersedu2 menjadi tersedu-sedu, dan lain sebagainya. 30 d. Transliterasi Transliterasi ialah penggantian huruf atau pengalihan huruf demi huruf dari satu abad ke abad lainnya. Misalnya huruf Arab-Melayu ke huruf Latin. Transliterasi ialah perubahan teks satu ejaan ke ejaan lain. Misalnya, naskah-naskah yang tertulis dengan huruf latin dengan memakai ejaan lama diubah ke dalam ejaan yang berlaku sekarang (EYD). Dalam penelitian naskah dan terjemahannya diusahakan agar
30
Ibid,. h. 78.
19
tercermin aspirasi sebuah teks dalam lingkungannya, dan memberikan informasi yang relevan untuk pengetahuan tentang sejarah masa itu. 31 e. Analisis Isi Teks Naskah Analisis isi adalah penjelasan yang terkandung dalam teks suatu naskah kemudian ditelaah dan dijelaskan kembali menurut pemahaman dan kemampuan yang penulis miliki, bahwa naskah tersebut menjelaskan masalah yang seperti apa dan apa maksud dari isi naskah tersebut. Karena Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib berguna untuk dijadikan sebagai ilmu pengetahuan. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian yang berjudul “Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib (Sebuah Tinjauan Filologi dan Analisis Teks terhadap Naskah)” terdiri dari lima Bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II Membahas mengenai Biografi Raden Haji Abdul Habib, karyakaryanya dan wafatnya. Bab III Menjelaskan tentang naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib yang meliputi Inventarisasi Naskah, Deskripsi Naskah: Judul Naskah, Tempat Penyimpanan Naskah, Ukuran Naskah, Jumlah Halaman Naskah, Aksara dan Bahasa
31
Ibid,. h. 79.
20
Dalam Naskah, Kertas Naskah, Pengarang, Penyalin, Tempat dan Tanggal Penulisan Naskah, Kedaan Naskah, Pemilik Naskah Dan Pemerolehan Naskah. Bab IV Menjelaskan tentang Suntingan Teks Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib yang meliputi Pertanggungjawaban Transliterasi, Transliterasi Isi Naskah, dan Analisis Teks Terhadap Naskah. Bab V Bagian akhir dari kajian ini adalah terdiri dari simpulan dan saransaran. Simpulan merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam perumusan masalah. Selain itu, bagian ini merupakan bentuk refleksi teoritis dari hasil penelitian.
21
BAB II BIOGRAFI RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Silsilah Raden Haji Abdul Habib Pada tahun 1264/ 1848 M dari pada hari rabu yang kedua hari, bulan Ramadhan pukul dua diperanakkan Raden Haji Abdul Habib. 1Menurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Raden Haji Abdul Habib ini merupakan anak ketiga, anak pertama Raden Muhammad Aminullah, yang kedua Raden Abdussamad, keempat Raden Abdul Mujib, kelima Raden Hasan, keenam Raden Ayu Zubaidah yang ketujuh Raden Ayu Aisyah dan kedelapan Raden Ayu Nur mereka semua lahir di Ternate, orang tuanya bernama Pangeran Prabu Diradja dengan Nyonya Fatimah binti Haji Abbas bin Haji Abdurrahman. 2 Sedangkan nasab atau silsilah Raden Haji Abdul Habib menurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja yakni Raden Haji Abdul Habib bin Muhammad Paduka Prabu Diradja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin (SMB II) bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Bahauddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ahmad Najamudin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin (SMB I) bin Sultan Muhammad Mansyur bin Susuhunan Abdurrahman. 3 Berikut zuriat Raden Haji Abdul Habib sebagai berikut: 1
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 22. Wawancara Pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 20 Desember 2015. 2
3
Wawancara Pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 20 Desember 2015.
22
Silsilah Raden Haji Abdul Habib SUSUHUNAN ABDURRAHMAN Khalifatul Mukminin Saydul Iman (Kiai Mas Endi Pangeran Ario Kesumo) Istrinya Ratu Agung Binti Kimas Martayuda 1659-1707 M
SULTAN MUHAMMAD MANSYUR Jaya Ing Lgo Istrinya Ratu Nyimas Singo (Putri Jambi) 1706-1758 M
Sultan Anom Alimuddin 1714 M
Sultan Agung Komaruddin 1714-1724 M
SULTAN MAHMUD BADARUDDIN JAYA WIKRAMA (SMB I) Istrinya Raden Nayu Ciblung Binti Pangeran Suryo Wikrama Subakti1724-1758 M
SUSUHUNAN AHMAD NAJAMUDDIN ADI KESUMO Istrinya Ratu Sepuh (Raden Nayu Murati) 1758-1776 M
SULTAN MUHAMMAD BAHAUDDIN Istrinya Ratu Agung 1776-1803 M
SUSUHUNAN RATU MAHMUD BADARUDDIN Raden Hasan Pangeran Ratu (Sunan Tuo) diberi Gelar Sultan Mahmud Badaruddin II Istrinya Masayu Ratu Zubaidah 1803-1852 M
Susuhunan Husin Diauddin (S Mudo) Sultan Ahmad Najamuddin
23
Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu Istrinya Ratu Nakiyah
Pangeran Prabu Diradja Haji Abdullah Istrinya Nyonya Fatimah
Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom (1921)
Raden Haji Abdul Habib Prabu Diradja Istrinya Cik Hajjah Maimunah
Silsilah di atas merupakan silsilah Raden Haji Abdul Habib yang menulis naskah catatan harian. 4 Selanjutnya Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin al-Marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin menikah dengan Raden Ayu Maliha Cik Besak binti Raden Muhammad Said bin Pangeran Putera Dinata Ali di dalam Negeri Palembang. Dan ibu Raden Ayu Maliha Cik Ning Besak itu Sobiha Cik Ayu binti Pangeran Mangkuningrat, pada tahun seribu dua ratus delapan puluh tiga, pada hari Kamis yang keempatbelas hari bulan Dzulhijjah.5 Kemudian anak Raden Haji Abdul Habib dengan Raden Ayu Maliha itu mempunyai 8 anak yang semuanya itu diperanakkan di Palembang yaitu : Raden Muhammad Ali wafat waktu masih kecil, Raden Abdurrahman, Raden Muhammad
4
Team Penyusun, Salayang Pandang Kesultanan Palembang Darussalam: Hambatan, Gangguan dan Rintangan Aset dan Peninggalannya (Palembang: Kesultanan Palembang, 2009), h.64. 5 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 28.
24
Saman, Raden Umar, Raden Utsman, Raden Ayu Alawiyah, Raden Abdullah wafat waktu masih kecil, Raden Ayu Zubaidah wafat waktu masih kecil. 6 Pada tahun seribu tigaratus enam dan pada malam kamis yang kesepuluh hari, bulan Sya’ban menikah lagi Raden Haji Abdul Habib bin al-marhum Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah di dalam Negeri Singapura dengan Cik Hajjah Maimunah binti Haji Abdul Hamid bin Ledin bin Murod Juana. Sehingga pada tahun seribu tigaratus tujuh dan pada malam selasa yang kedua hari bulan Ramadhan pukul tiga di dalam Negeri Singapura, Kampung Masjid Baru diperanakan Raden Muhammad bin Raden Haji Abdul Habib, dan ibu Raden Muhammad itu Cik Hajjah Maimunah adanya. 7 Sehingga pada tahun seribu tiga ratus sebelas dan pada malam Kamis yang ketiga belas hari bulan Jumadil Akhir, pukul setengah sebelas di dalam Negeri Singapura diperanakkan Raden Ahmad Abdurrahim bin Raden Haji Abdul Habib, ibu Raden Ahmad Abdurrahim itu Cik Hajjah Maimunah. 8 Setelah itu Pada tahun seribu tiga ratus empat belas dan pada hari sabtu yang keenam hari, bulan Sya’ban, pukul sebelas di dalam Negeri Singapura diperanakkan Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib. 9 Dapat diketahui bahwa Raden Haji Abdul Habib itu mempunyai dua orang isteri yakni Ayu Maliha Cik Besak dan Cik Hajjah Maimunah, dari isterinya Ayu Maliha Raden Haji Abdul Habib mempunyai delapan orang anak yaitu dua orang
6
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 29. Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 32. 8 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 33. 9 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 36. 7
25
perempuan dan enam orang laki-laki, sedangkan dari isterinya Cik Hajjah Maimunah Raden Haji Abdul Habib mempunyai tiga orang anak yang kesemuanya adalah lakilaki. Pada tahun seribu tiga ratus sembilan dan pada malam Sabtu yang kedua puluh hari bulan Sya’ban keluar dari Palembang Raden Haji Abdul Habib dan Raden Ayu Zakiyah Cik Kecik dan Raden Ayu Hajjah Syarifah Aisya dan Raden Ayu Zainab Mahani dan Raden Mahmud Pergi Haji di Mekkah al-Musyarrafah adanya ikut kapal Mim Safil bayar tambang 25 dollar. 10 B. Karya-karya Raden Haji Abdul Habib Raden Haji Abdul Habib banyak menuliskan peristiwa-peristiwa sejarah perjalanan hidupnya, naskah yang dimiliki Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja merupakan karya-karya karangannya yaitu naskah catatan harian, naskah ini berisi teks catatan harian yang berisi berbagai hal, misalnya catatan yang mengisahkan berbagai peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1860 pada saat itu dan peristiwa demi peristiwa dicatat dengan rapi. Misalnya “pada hari senin, jam 2 Raden Adipati Sibajaya bin pangeran.. pergi ke negeri Psyr-hn dan ibu Raden Adipati Sibajaya itu Raden Ayu Rahimah. Pada teks awal naskah ini “pada tahun duapuluh ratus enam puluh dan pada tahun hari rabu wage yang kedua belas hari Rajab waktu jam pukul dua belas, Maulana Hasan ibn Ibrahim bin Ali Banu Kurais ahli Mekkah datang bersama-sama
10
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 33.
26
dengan Kiai Keling bertuturan ke Negeri Gersik.” Pada teks akhir, “Mendengar anakanda Umar dan anakanda Abdurrahman mendapat anak meskipun… di Negeri Allah Malikulrahman, ya Allah tunjukan ampun di dalamnya ini. Singapura pada hari kamis… Jumadil akhir.” 11 Selanjutnya, karya Raden Haji Abdul Habib naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib naskah ini berisi teks catatan harian berisi berbagai hal, misalnya catatan yang mengisahkan bahwa 1305 pada hari selasa, 7 likur, bulan Sya’ban, pukul setengah lima, diperanakkan Raden Ayu Zubaedah yang dikubur dekat saudaranya yaitu Raden Abdullah. Pada bagian awal naskah ini “Alamat kitab milik Raden Abdul Habib bin Muhammad Paduka Prabu Diradja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Bahaudin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ahmad Najamudin bin Almarhum Sri Paduka Temenggung Mancanegara.” Pada bagian akhir “Bulan januari Wā Allāhu A’lamu telah selesai daripada menulis ini hisab di dalamnya Negeri Singapura kampung Masjid Kiai Tuan Haji Ma’ruf pada tahun seribu tiga ratus tiga belas dari pada tahun Hijrah dan pada rabu yang kelima belas hari bulan Rabiul Awal pukul dua adanya. 12 Menurut Maria Indra Rukmi salah seorang staf pengajar pada Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia mengatakan kegiatan para Raden, yang dimulai dengan kelahiran atau perjalanan ke tempat lain 11
Achadiati dkk., Katalog Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h.
12
Ibid., h. 134.
135.
27
seperti Gersik, dicatat dengan hari dan tanggalnya. Catatan harian milik Raden Haji Abdul Habib, keturunan Sultan Mahmud Badaruddin, ada yang ditulis di Singapura, yang isinya antara lain memuat waktu kelahiran, kematian, dan tempat kubur Raden Ayu Zubaedah. Penanggalan dalam naskah catatan harian Raden Abdul Habib bertahun 1860. 13 Raden Haji Abdul Habib juga membuat Syair untuk Sultan Mahmud Badaruddin sebagai berikut: Sultan Mahmud Badaruddin yang punya Negeri Datanglah musuh tidak tertepi Dengan takdir tuhan yang qohari Pindahlah ia kelain negeri Dari Palembang ke Ternati Diamlah disana berbuat bhakti Jikalau iman kurang mengerti Rusaklah badan serta hati Rusak badan pada itu ketika Karena berperang dengan kapir celaka Tetapi jikalau tidak didaulat belaka Niscaya menang pula Sri Paduka Syair ini dibuat pada tanggal 9 Syawal 1316, oleh Raden H. Abdul Habib Prabu Diradja bin Pangeran Prabu Diradjah Abdullah bin Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin (SMB II). 14 Kemudian karya Raden Haji Abdul Habib berikutnya yaitu naskah Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara naskah bagian A yang di teliti oleh Fetri Fajeri yang isi teksnya berupa denah dari sebuah 13
Maria Indra Rukmi, “Penyalinan Naskah Melayu di Palembang: Upaya Mengungkap Sejarah Penyalinan”, dalam http://www.rajawali.com/id/article. di akses pada 20 November 2015. 14 Kemas A. R. Panji, “Sultan Mahmud Badaruddin II”, Tamaddun: Jurnal Sastra dan Kebudayaan Islam, No 1/volume XIII (Januari-Juni 2013), h. 105.
28
perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II, keluarga dan pengikutnya di Ternate, yang terdiri dari atas banyak rumah pangeran, bupati, sumur, pintu dan jalan serta nama-nama pengikut Sultan Mahmud Badaruddin II. 15 Penjelasan Karya-karya Raden Haji Abdul Habib, memang karyanya merupakan karya yang bersifat sejarah menjelaskan peristiwa-peristiwa semasa perjalanan hidupnya. Saat ini kita bisa melihat naskah di ahli warisnya yaitu Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Perlu diketahui bahwa menurut Raden Muhammad Syafei Prabu Dirdja, Raden Haji Abdul Habib ini bukanlah seorang ulama dan juga bukanlah seorang Sultan tetapi dia hanyalah keturunan Sultan saja pada saat itu dan dia juga hanyalah seorang penulis naskah saja. 16 C. Makam Raden Haji Abdul Habib Menurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Raden Haji Abdul Habib itu dimakamkan dibelakang PM lama Jalan Talang Keranggo. Sedangkan menurut Raden Abdul Rachman adik dari Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Lokasi makam Raden Abdul Habib posisinya terletak diluar komplek makam, memiliki kubah, keadaan makam pada batu nisan tidak terdapat inskripsi tulisan Arab Melayu batu nisan polos tidak ada tulisan sehingga peneliti sulit menentukan tahun berapa
15
Fetri Fajeri, “Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara”, dalam Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, (Palembang: Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, 2014), h. 51. 16 Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.
29
Raden Abdul Habib Wafat dan apakah kebenaran makam ini makam Raden Abdul Habib.
17
Gambar 1 Makam Raden Abdul Habib
Selanjutnya Raden Abdurrachman dan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja mendapatkan cerita dari kakek dan ayahnya 18 menurut mereka di sanalah lokasi makam Raden Abdul Habib. 19 Peneliti kesulitan untuk mencari informasi tentang makam Raden Abdul Habib karena informasi yang dianggap tahu tentang Raden Haji Abdul Habib ialah keluarga Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja itu sendiri dan faktor lain belum pernah ada yang secara spesifik melakukan penelitian tentang biografi Raden Haji Abdul Habib tersebut.
17
Wawancara Pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015. 18 Wawancara pribadi dengan Raden Abdurrahman, Palembang, 10 Januari 2016. 19 Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 29 Desember 2015.
30
BAB III DESKRIPSI NASKAH CATATAN HARIAN RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Inventarisasi Naskah Langkah pertama yang harus ditempuh oleh penyunting, setelah menentukan pilihannya terhadap naskah yang ingin disunting ialah menginventarisasikan sejumlah naskah dengan judul yang sama di manapun berada, di dalam maupun di luar Negeri. 1 Naskah dapat dicari melalui katalogus perpustakaan-perpustakaan besar yang menyimpan koleksi naskah, museum-museum dan lain-lain. 2 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib terdapat pada Katalog Naskah Palembang, Achadiati Ikram, yang diterbitkan oleh YANASSA, bekerjasama dengan Tokyo University of Foreign Studies (TUFS), Tahun 2004. Di dalam Katalog ini, naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dicatat dengan kode LL/8/MSPD dan LL/08/MSPD dengan judul naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib. 3 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja merupakan naskah tunggal yang dimiliki oleh ahli waris keturunan Sultan Mahmud Badaruddin II, yaitu Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Di kediamannya beliau hanya menyimpan naskah-naskah dari Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II), bukan hanya naskah catatan harian Raden Haji 1
Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode penelitian Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996), h. 64-65. 2 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan (Palembang: NoerFikri Offset,2013), h. 60. 3 Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h. 135.
31
Abdul Habib, melainkan masih banyak lagi koleksi naskah yang dimilikinya seperti naskah Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II di Ternate Maluku Utara, yang diteliti oleh Fetri Fajeri dan naskah Al-Qur’an yang diteliti oleh Ridho. Menurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja semua naskah-naskah yang dimilikinya di dapat dari ayahnya Raden Haji Abdul Hamid. 4 B. Deskripsi Naskah Setelah melakukan inventarisasi naskah, langkah selanjutnya adalah melakukan deskripsi naskah. Deskripsi naskah adalah memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci keadaan naskah yang diteliti. Dalam tahap mendeskripsikan naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib, naskah tersebut dijelaskan menggunakan kodikologi atau Manuscript Description ilmu tentang pernaskahan yang menjaring, mempelajari seluk-beluk semua aspek fisik naskah, antara lain bahan, umur, tempat penulisan dan perkiraan penulisan penulis naskah.5 Kemudian Dain juga mengatakan bahwa Kodikologi ialah ilmu yang mengenai naskah dan ditambahkannya bahwa salah satu di antara berbagai tugas dan “daerah” atau masalah penyusunan katalog. 6
4
Wawancara Pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015. 5 Siti Baroroh Baried, dkk., Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian dan publikasi Fakultas (BPPF), Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada, 1994), h. 56. 6
Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994), h. 37.
32
Ditambah lagi dengan gambaran fisik naskah, kertasnya apakah terdapat tanda pabrik pembuatan kertas yang disebut “ watermark”. 7 Selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib sebagai berikut: 1. Judul Naskah Judul yang terdapat pada naskah diteliti tidak memiliki judul yang dibuat oleh penulis naskah. Telah dilakukan pencarian terhadap teks naskah bahwasanya naskah tersebut tidak memiliki judul dan tidak mempunyai kolofon, tetapi di dalam Katalog Naskah Palembang naskah tersebut diberi judul dengan catatan harian, sebab isi naskah itu menginformasikan berbagai peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1860 M pada saat itu dan peristiwa demi peristiwa dicatat dengan rapi. Misalnya “Pada tahun sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan pada hari senin Pahing jam pukul dua dizahir Raden Adipatih Sibajaya bin Pangeran Pasarean di Negeri Pasirihan dan ibu Raden Adipatih Sibajaya itu Raden Ayu Rohmah. Pada Katalog Naskah Palembang, penyunting utama Achadiati Ikram, yang diterbitkan oleh YANASSA, bekerjasama dengan Tokyo University of Foreign Studies (TUFS), Tahun 2004. 8 Di dalam Katalog ini, naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dicatat dengan kode LL/8/MSPD dan LL/08/MSPD dengan judul naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib. 9
7
Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan, h. 62. Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang, h. 135. 9 Judul naskah yang terdapat pada naskah juga sudah terinventarisasi dalam Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h. 135. 8
33
2. Tempat Penyimpanan Naskah Tempat penyimpanan naskah merupakan hal terpenting terhadap kondisi naskah itu sendiri. Naskah-naskah Nusantara banyak tersimpan di berbagai negara. Kecuali Indonesia, tidak kurang dari 26 negara lainnya yang menyimpan naskahnaskah sastra lama kita, yaitu Malaysia, Singapura, Brunei, Srilanka, Thailand, Mesir, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Negeri Belanda, Inggris, Australia, Irlandia, Swedia, Swiss, Denmark, Norwegia, Polandia, Cekoslowakia, Spanyol, Prancis, Italia, Jerman Barat, Jerman Timur, Belgia dan Rusia. 10 Sedangkan di dalam negeri naskah-naskah Nusantara banyak disimpan di museum, perpustakaan-perpustakaan lembaga kebudayaan dan masih banyak lagi yang tersebar di masyarakat pemiliknya (milik perorangan atau ahli waris dari generasi ke generasi). Pada saat ini naskah-naskah Palembang terdapat di dalam maupun di luar negeri. Kini tersimpan di dalam perpustakaan Indonesia dan Belanda. Pada perpustakaan Universitas Leiden terdapat 65 koleksi naskah Palembang pasca keruntuhan Kesultanan Palembang Darussalam dikalahkan Belanda pada tahun 1825. 11 Adapun dalam perpustakaan Nasional menyimpan kurang lebih 45 naskah Palembang. 12 Sebagian besar naskah di Palembang saat ini tersimpan sebagai koleksi pribadi di masyarakat. Naskah-naskah itu sebagian besar merupakan harta warisan yang diterima secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Pada katalog naskah 10
Hendri Chambert-Loir dan Oman fathurrahman, Khazanah Naskah Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia (Jakarta: Yaysan Obor Indonesia, 1999), h. 195-196. 11 Iskandar, Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad (Jakarta: Libra, 1999), h. 433. 12 Achadiati Ikhram, Jati Diri Yang Terlupakan:Naskah-Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h. 67-69.
34
Palembang yang disusun oleh Achadiati Ikhram, dkk tahun 2004 diketahui naskah koleksi milik pribadi di masyarakat Palembang jumlahnya cukup banyak tercatat 215 naskah. 13Termasuk naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini. Tempat penyimpanan naskah-naskah yang ada pada ahli waris di Palembang tersebut berada di rumah pribadi. Cara menyimpannya yang beragam, mereka merawat naskah dengan bungkus kain, diletakkan pada pelapon, kotak kayu, lemari dan lain-lain sebagainya. 14 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dimiliki oleh ahli waris yaitu Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Beliau ini merupakan zuriat dari Sultan Mahmud Badaruddin II, yang dikenal oleh orang Palembang sebagai Sultan Mahmud Badaruddin III (SMB III) Prabu Diradja. 15 Prabu Diradja bertempat tinggal di Jalan Sultan Mansyur, Rt 059, Rw 03, 32 Ilir Palembang, No 776. Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini banyak menyimpan koleksi naskah peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang berupa silsilah keluarga, stempel (cap) Sultan Mahmud Badaruddin II, naskah Tasawuf, Rukun Islam, AlQur’an, Denah perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II di Ternate Maluku Utara dan naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib, yang menjadi objek 13
Titik Padjiastuti, “Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya”, artikel diakses pada 28Oktober2015 dari http://www.kumpulannaskah-naskahdipalembang.mit.edu90/index.html. 14 Ibid,. 15 Pada hari senin tanggal 29 Dzulhijjah 1423 H atau 3 Maret 2003 pada pukul 10.00 WIB di Masjid Lawang Kidul Palembang dikukuhkan Drs. Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja sebagai Sultan Palembang Darussalam dengan gelar Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Prabu Diradja atau Sultan Mahmud Badaruddin III, pengukuhan yang dihadiri oleh Para Zuriat/ Kerabat dan utusan dari daerah (Bangka, Belitung, Komering, Lahat, Musi Banyuasin dll) untuk lebih jelasnya lihat Buku Salayang Pandang Kesultanan Palembang Darussalam: Hambatan Gangguan dan Rintangan Aset dan Peninggalannya (Palembang: Kesultanan Palembang, 2009), h. 31.
35
penelitian. Naskah tersebut berada di kediaman Prabu Diradja yang disimpan di dalam bungkusan Kain Putih Transparan dan Sorban Merah Putih di dalam lemari. Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib ini diletakkan bersama koleksi naskah-naskah yang dimiliki oleh Prabu Diradja. 16
Gambar 2 ( Lemari Tempat Penyimpanan Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib ) 3. Ukuran Naskah Setiap naskah memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan bagaimana tulisan yang ditorehkan khususnya Sumatera Selatan tertulis diatas bahan, yaitu bilahbilah bambu (disebut gelumpai), batang bambu, kulit kayu, tongkat rotan, tanduk, kertas dan lain sebagainya. 17 Pengukuran dimulai dari lipatan halaman atau panjang halaman baru kemudian lebar halaman. Kalau alas naskah berupa lontar, yang diukur ialan panjang lontar lebih dahulu. 18 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib
16
Observasi sekaligus Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015. 17 Hendri Chambert-Loir dan Oman Fathurrahman, Khazanah Naskah Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia, h. 196. 18 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia, h. 39.
36
Koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja setelah diukur dengan menggunakan alat ukur, naskah ini memiliki ukuran Panjang 24,5 cm dan Lebar 17,5 cm dengan ketebalan 0,6 cm. Sama seperti dalam Katalog Naskah Palembang yang disusun oleh Achadiati Ikhram dkk yang menyebutkan dengan ukuran 17,5 x 24,5 cm, hanya saja dalam katalog tersebut tidak menyebutkan ketebalannya. Setelah dilakukan pengukuran terhadap naskah di dapati ketebalan 0,6 cm, naskah catatan harian ini tanpa sampul. Adapun jarak atau spasi tulisan di dalam Naskah catatan harian ini yaitu bagian kanan berukuran 4,6 cm, bagian kiri 1,5 cm, bagian bawah 4 cm dan bagian atas 3 cm. 4. Jumlah Halaman Naskah Dalam penghitungan halaman lebih banyak dipakai dibandingkan dengan penghitungan menurut lembar. Sebaiknya, juga mencantumkan jumlah halaman yang kosong, kalau ada; baik yang terdapat sebelum, di tengah, dan sesudah teks. Pada waktu orang menjilid, biasanya orang menambahkan juga halaman-halaman kosong sebelum dan sesudah teks (lembar pelindung). Hal ini perlu diketahui, supaya kita tidak terkecoh karena biasanya ada perbedaan antara kertas tambahan pada waktu penjilidan dan kertas naskah. 19 Setelah dilakukan penghitungan terhadap naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib milik Prabu Diradja ini memiliki lembaran 40 dan halaman berjumlah
19
Ibid., h. 39
37
38, terjadi perbedaan dalam jumlah halaman pada Katalog Naskah Palembang. Dalam Katalog Naskah Palembang memiliki jumlah 29 halaman, sedangkan dilakukan penghitungan kembali jumlah lembaran 40 sedangkan halaman yang terdapat pada naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib Prabu Diradja berjumlah 38 halaman, 20 Selisih 11 lembar. 5. Aksara dan Bahasa Dalam Naskah Aksara dalam pernaskahan ini mengunakan Aksara Jawi, dengan mengadopsi tulisan Arab dengan bunyi bahasa Jawi/ Arab Melayu. Sehingga
bahasa yang
digunakan dalam pernaskahan ini yaitu bahasa melayu. 6. Kertas Naskah Kertas (paper) adalah salah satu alas naskah yang paling banyak digunakan untuk menulis manuskrip. Melihat asal usul katanya dalam bahasa inggris (paper) kata ini biasa jadi memiliki akar hubungan dengan (papyrus), yang merupakan bahan tulis asal Mesir kuno. Kertas untuk pertama kalinya ditemukan di China. Bangsa Eropa sendiri, yang belakangan kertas hasil produksinya yang paling banyak di gunakan di Nusantara. 21 Meski dunia Arab dan Eropa belajar membuat kertas dari China, tetapi hasil produksinya tetap tidak persis sama mengingat bahan dasar yang digunakan untuk membuat kertas disatu tempat tidak selalu dapat ditemukan di tempat lain, itulah mengapa kertas China berbeda dengan kertas ropa, seperti halnya 20
Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dilakukan pengukuran dan penghitungan tanggal 22 Desember 2015, pukul 11.45 dirumah Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja yang beralamatkan di Jalan Sultan Mahmud Mansyur No. 776, Kelurahan 32 Ilir Palembang. 21 Oman Fathurahman, Filologi dan Islam Indonesia (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010). h. 50.
38
juga kertas Mesir (papyrus), atau kertas Jepang, atau kertas buatan Nusantara, akan berbeda satu sama lainnya. 22Kertas yang digunakan dalam pembuatan naskah Catatan Harian ini menggunakan kertas Eropa yang sudah berwarna kuning kecoklatan, tanpa cap kertas. Tinta yang dipakai dua warna, hitam dan merah; hitam untuk menulis teks dan merah untuk membuat rubrikasi. 23 7. Pengarang, Penyalin, Tempat dan Tanggal Penulisan Naskah Nama penulis atau nama penyalin, tempat dan tanggal penulisan biasanya dapat dicari pada kolofon naskah. 24Kolofon adalah catatan penulis, umumnya pada akhir naskah, berisi keterangan mengenai tempat, waktu dan penyalinan naskah. 25Pada naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini peneliti tidak menemukan sebuah kolofon yang dapat menginformasikan tentang penulis, tanggal dan tempat dimana naskah catatan harian ini dibuat. Peneliti hanya mendapati teks yang berupa tulisan pada bagian akhir naskah, yang isi dari tulisan bagian akhir teks naskah ini menjadi penutup dan sekaligus sebagai bagian terakhir dari naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini. Berikut isi teks naskah yang terdapat pada bagian akhir naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib ini:
22
Ibid,.h. 51. Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang, h. 135. 24 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia, h. 40. 25 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan, h. 57. 23
39
Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Haji Prabu Diradjah Abdullah bin Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Muhammad Bahauddin bin Suhunan Ahmad Najamuddin
Gambar 3: Lembaran terakhir yang berisi teks pada naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib. 26 8. Keadaan Naskah Keadaan atau kondisi naskah baik buruknya harus diutarakan, tanpa mendominasi satu pihak dan juga tidak memberi komentar kalau keadaan naskah baik ataupun buruk. 27 Kondisi keadaan naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini masih bagus namun beberapa tulisannya saja yang hangus atau terhapus dibeberapa halaman dan belum ada yang sobek atau rusak sama sekali kertasnya. Naskah tersebut sudah berada pada Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ketika ayahnya Raden Abdul Hamid meninggal
26
Observasi sekaligus Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015. 27 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia, h. 41.
40
dunia, semua koleksi naskah-naskah diserahkan kepada anak pertamanya Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. 9. Pemilik Naskah dan Perolehan Naskah Palembang memiliki warisan kebesaran masa lampau yang sebagian telah dilestarikan dalam bentuk naskah dan kini aman tersimpan dalam perpustakaan di Indonesia dan Belanda. Dalam perpustakaan Universitas Leiden terdapat kumpulan naskah Sultan Mahmud Badaruddin berjumlah 65 manuskrip yang ditempatkan disana setelah kekalahan Palembang oleh Belanda. Sebagian besar naskah di Palembang kebanyakan dimiliki oleh perorangan sebagai harta warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. 28 Di antara para pemilik naskah yang mempunyai hubungan dengan mantan keluarga Kesultanan adalah Alm. Johan Hanafiah, Alm. R. M. Akib yang koleksinya kini ditangan cucunya R. Ibrahim, Kemas Andi Syarifudin dan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Para pemilik naskah keagamaan umumnya keturunan Arab, dan kebanyakan bekerja sebagai guru ngaji, adapun nama-nama pemilik naskah tersebut, Idrus Al-Munawar yang memperoleh naskahnya dari Alm Gurunya, Ustadz Ahmad Alwi Bahsin, Idrus Al-Munawar bertempat tinggal di Lorong Al-Munawar, 13 Ulu. Said Alwi Assegaf (17 Manuskrip), Lorong BBC 12 Ulu, Alwi Habib Ba’sin (7 Manuskrip), Haji Ahmad Fauzi (17 Manuskrip), yang berasal dari kakek buyutnya, Kiai Haji Abdullah Azhari, 5 Ulu Laut, Muhammad Jafri yang memiliki (20 28
Titik Padjiastuti, “Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya”, makalah dalam format pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2015, h. 3.
41
Manuskrip) dari Masagus Haji Abdul Azim, 7 Ulu Rt 05 Rw 11, seberang Ulu, Ustadz Ending yang memiliki (3 Naskah Wayang), Lorong Agung, K.H. Muhammad Zen Syukri, Salman Ali, Rizal Pahlevi, Nyimas Laili Yulita dan Baba H. Machmud Abbas, Bchk. 29Koleksi naskah yang terakhir ini disimpan oleh keponakannya yaitu Nyimas Umi Kalsum. Ketika pendataan naskah dalam pembuatan Katalog Naskah Palembang, Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja bertempat tinggal di Jalan Veteran Lorong RRI No. 1-A, Palembang. Saat ini Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja bertempat di Jalan Sultan Mansyur No. 776, Kelurahan 32 Ilir Palembang. Semua koleksi naskah-naskah yang diperolehnya di dapat dari ayahnya Raden Haji Abdul Hamid. Berikut zuriat dari Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja sebagai berikut: Silsilah Sultan Mahmud Badaruddin Prabu Diradja SUSUHUNAN ABDURRAHMAN Khalifatul Mukminin Saydul Iman (Kiai Mas Endi Pangeran Ario Kesumo) Istrinya Ratu Agung Binti Kimas Martayuda 1659-1707 M
SULTAN MUHAMMAD MANSYUR Jaya Ing Lgo Istrinya Ratu Nyimas Singo (Putri Jambi) 1706-1758 M
Sultan Anom Alimuddin 1714 M
29
SULTAN MAHMUD BADARUDDIN JAYA WIKRAMA (SMB I) Istrinya Raden Nayu Ciblung Binti Pangeran Suryo Wikrama Subakti1724-1758 M
Achadiati Ikhram, dkk., Katalog Naskah Palembang, h. 10.
Sultan Agung Komaruddin 1714-1724
42
SUSUHUNAN AHMAD NAJAMUDDIN ADI KESUMO Istrinya Ratu Sepuh (Raden Nayu Murati) 1758-1776 M
SULTAN MUHAMMAD BAHAUDDIN Istrinya Ratu Agung 1776-1803 M
SUSUHUNAN RATU MAHMUD BADARUDDIN Raden Hasan Pangeran Ratu (Sunan Tuo) diberi Gelar Sultan Mahmud Badaruddin II 1803-1852 M
Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu
Pangeran Prabu Diradja Haji Abdullah
Raden Haji Abdul Habib Prabu Diradja(1900)
RADEN HAJI SYARIF Prabu Diradja Wafat 1985 M RADEN HAJI ABDUL HAMID Prabu Diradja Wafat 1987
Susuhunan Husin Diauddin (S Mudo) Sultan Ahmad Najamuddin Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom (1921)
43
Pangeran Bupati Hamzah Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman Pangeran Prabu Kesumo Abdul Hamid Pangeran Prabu Nandito Muhammad Pangeran Prabu Dilaga Mukhlis Pangeran Prabu Manggala Umar Pangeran Prabu Dikara Muhammad Yasin Pangeran Prabu Dwingso Muhammad Zen Pangeran Noto Anggala Alwi Pangeran Suryo Dilaga Toha Pangeran Kesumo Muhammad Syeh Pangeran Kesumo Manggalo Mahdor Pangeran Suto Wijaya Usman Pangeran Suto Wijaya Akil Pangeran Suto Diradjah Abu Bakar Pangeran Kesumo Diradjah Muhammad Syafin Pangeran Kesumo Dimkian Muhammad Hasan Pangeran Putro Dinoto Ali Raden Nayu Fatimah Purbayo Abdul Rohim Raden Nayu Halimah Kerama Noto Raden Nayu Azimah Sayid Asegaf d h i h
SULTAN MAHMUD BADARUDDIN Prabu Diradja (SMB III) Drs. Raden Muhammad Syafei PrabuDiradja
Raden Ayuh Rati Rania
Raden Ayuh Ratnah Mutia
Raden Muhammad Fauwaz Diradja
Silsilah di atas merupakan keturunan Prabu Diradja, Raden Haji Abdul Habib merupakan nenek buyut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. 30Manurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Naskah Catatan Harian ini merupakan hasil tulisan tangan Raden Haji Abdul Habib, karena Raden Haji Abdul Habib ini merupakan penulis naskah, beliau memperoleh naskah semenjak Ayahnya Raden Haji Abdul
30
Team Penyusun, Salayang Pandang Kesultanan Palembang Darussalam: Hambatan, Gangguan dan Rintangan Aset dan Peninggalannya (Palembang: Kesultanan Palembang, 2009), h.64.
44
Hamid meninggal dunia pada tahun 1987 M. 31 Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja mendapat naskah dari Raden Haji Abdul Hamid, dari Raden Haji Syarif, dari Raden Haji Abdul Habib, dari Pangeran Prabu Diradja Haji Abdullah Bin Sultan Mahmud Badaruddin II.
31
Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.
45
BAB IV SUNTINGAN TEKS CATATAN HARIAN RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Pertanggungjawaban Transliterasi Untuk melakukan suntingan, penulis menggunakan beberapa tanda sebagai pedoman dalam melakukan suntingan, ini harus dilakukan secara konsisten. Adapun pedoman yang digunakan penulis antara lain: 1. Edisi teks disesuaikan dengan Pedoman Teransliterasi Arab-Latin sesuai dengan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1997 dan No. 0543 b/U/1987 Tertanggal 12 Januari 1988 sebagai berikut: Huruf Arab
Nama Latin
Huruf
Keterangan
ا
Alif
_
Tidak dilambangkan
ب
Bā’
B
_
ت
Tā’
T
_
ث
Ṡā’
Ṡ
S dengan titik di atasnya
ج
Jim
J
_
ح
Ḥā’
Ḥ
H dengan titik di bawahnya
خ
Khā’
Kh
_
د
Dāl
D
_
ذ
Żāl
Ż
Z dengan titik di atasnya
46
ر
Rā’
R
_
ز
Zā’
Z
_
س
Sin
S
_
ش
Syin
Sy
_
ص
Ṣād
Ṣ
S dengan titik di bawahnya
ض
Ḍād
Ḍ
D dengan titik di bawahnya
ط
Ṭā’
Ṭ
T dengan titik di bawahnya
ظ
Ẓā’
Ẓ
Z dengan titik di bawahnya
ع
‘Ain
‘
Koma terbalik di atasnya
غ
Gain
G
_
ف
Fā’
F
_
ق
Qāf
Q
_
ك
Kāf
K
_
ل
Lām
L
_
م
Mim
M
_
ن
Nūn
N
_
و
Wāwu
W
_
ه
Hā’
H
_
ء
Hamzah
‘
Apostrof
ي
Yā’
Y
_
47
2. Perbaikan teks meliputi penggantian, penambahan dan penghapusan bacaan yang dianggap menyimpang. Bagian bacaan yang dihapus diletakkan dalam aparat kritik supaya tidak mengganggu kelangsungan teks. 3. Dalam suntingannya, digunakan beberapa tanda, yaitu: \\ dua garis miring untuk pindah halaman (....) untuk menandai kata-kata yang susah dibaca atau mengalami korup/rusak. 4. Kata ulang yang tertulis dengan angka 2 (dua) dalam teks akan ditransliterasikan sesuai dengan EYD bahasa Indonesia, seperti: tersedu2 menjadi tersedu-sedu, dan lain sebagainya. 1 B. Transliterasi Naskah Transliterasi ialah penggantian huruf atau pengalihan huruf demi huruf dari satu abad ke abad lainnya. Misalnya huruf Arab-Melayu kehuruf Latin. Transliterasi ialah perubahan teks satu ejaan ke ejaan lain. Misalnya, naskah-naskah yang tertulis dengan huruf latin dengan memakai ejaan lama diubah ke dalam ejaan yang berlaku sekarang (EYD). Dalam penelitian naskah dan terjemahannya diusahakan agar tercermin aspirasi sebuah teks dalam lingkungannya, dan memberikan informasi yang relevan untuk pengetahuan tentang sejarah masa itu. 2
1 2
Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan (Palembang: NoerFikri Offset,2013), h. 78. Ibid,. h. 79.
48
Transliterasi Isi Naskah Dari Arab Melayu Ke Latin Tulisan Sampul Depan Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
۱
۲
٤۰۰
٥۰۰
۳
۸
٦۰۰
٤
۷۰۰
۲۰
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
۱
٦
۳۰۰
۹۰
۸۰۰
۹
۹۰۰
۷۰
۱۰۰
۸۰
۰ ك
ق
ل
م
ن
و
ه
ﻻ
ء
ي
۲۰
۰۰
۳۰
٤۰
٥۰
٦
٥
۳۰
۱
۱۰
اﯾﻘﻎ
ﺑﻜﺮ
ﺟﻠﺶ
دﻣﺖ
دﻣﻨﺚ
وﺳﺦ
زﻋﺬ
ﺣﻔﺾ
طﺼﻂ
۱۱۱۱
۲۲۲
۳۳۳
٤٤٤
٥٥٥
٦٦٦
۷۷۷
۸۸۸
۹۹۹
اﺑﺠﺪ
ھﻮز
ﺣﻄّﻲ
ﻛﻠﻤﻦ
ﺳﻌﻔﺺ
ﻗﺮﺳﺖ
ﺛﺨﺬ
ﺿﻈﻎ
۷۱۰٥ ٤۳۳۱
۱۰۹۸
٥۰٤۰
۹۰۸۰
٤۰۰۳۰۰۲
۷۰۰٦۰
۱۰۰۰۹
۳۰۲۰
۷۰٦۰
۰۰۱۰۰
۰
۰۰۸۰۰
٥۰۰ ۱
اَ
ْب
َج
ْد
هَ
ﱢو
ْز
ُح
طﱢ
۱۰
ي ْ
كَ
َل
ًم
نْ
س َ
۱۰۰
ق َ
ْر
ش َ
تْ
َ ث
ْخ
َع ٌذ
فَ ض َ
ص ْ ْظ
۱۰۰
غ
۲
۳
٤
٥
٦
۷
۸
۹
۲
۳
٤
٥
٦
۷
۸
۹
۲
۳
٤
٥
٦
۷
۸
۹
۰
49
ﯾَﺼْ َﻜ ْﻔﻠَ ْﻌ َﻤ َﺴ ٍﻦ
ْ َا ُطﺒَﺤْ َﺠ ْﺰدَوْ ه
٤٥۰
٤٥ ﺗﺨﺜﻎ ﻗٍﻈﺮض ﺷﺬ ٍ ۱۰۰۰
٤٥۰۰
اﺻﯿﻄﻘﻄﻐﮫ ٥۹۹٥
Alamat kitab milik Raden Abdul Habib bin Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Muhammad Bahauddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Ahmad Najamuddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Alpalimbani Ghafarā’ Allāhu lahum dżunūbahum āmỉn.
50
/1/ Pada tahun delapan ratus enampuluh dan pada hari rabu pagi yang kedua belas hari, bulan Rajab, pagi jam pukul dua belas Maulana Hasan bin Ibrahim bin Ali Bani Quraisy dari Mekkah datang bersama-sama dengan Kiai Keling bertuturan ke Negeri Gersik. Pada tahun delapan ratus enam puluh dua dari pada tahun Hijrah Nabi Saw, dan pada hari rabu kliwon, yang keenam hari bulan Syawal jam pukul empat petang diẓāhirkan Pangeran Pasarean bin Suhunan Diraja di dalam Negeri Gersik, dan ibu Pangeran Pasarean itu Raden Ayu Rusami. Pada tahun sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan pada hari senin pahing, jam pukul dua diẓāhir Raden Adipati Sibajaya bin Pangeran Pasarean di Negeri Pasirihan, dan ibu Raden Adipati Sibajaya itu Raden Ayu Rohmah. Pada tahun seribu sepuluh sembilan dan pada hari Senin pahing, yang kesebelas hari, bulan Jumadil Awal, pukul sembilan diẓāhirkan Raden Haji Muhammad Ṣadiq bin Raden Haji Adipati Sibajaya di dalam Negeri Koyib, dan ibu Raden Muhammad Ṣadiq itu Raden Ayu Ummi adanya. Pada tahun seribu delapan puluh satu dan pada malam Senin pagi yang keempat belas hari, bulan Syawal, pukul dua diẓāhirkan Raden Umar bin Raden Haji Muhammad Ṣadiq di dalam Negeri Rambang, dan ibu Raden Umar itu Nyimas Saimah. /2/ Pada tahun seribu seratus empat puluh lima dan pada pagi Jum’at pukul delapan yang kelima belas hari, bulan Sya’ban, di dalam Negeri Pati Kampung Burungan
51
dilahirkan Raden Murobah bin Raden Umar, dan ibu Raden Murobah itu Raden Ayu Murgamah. Pada tahun seribu sertaus sembilan puluh dua dan pada hari ahad pagi, yang keenam belas Rabiul Awal, jam pukul enam petang di dalam Negeri Juana Kampung Kamboja di zohirkan Raden Lidin bin Raden Murobah, dan ibu Raden Lidin itu Nyimas Samilah. Pada tahun seribu dua ratus tiga puluh lima dan pada hari sabtu pahing yang sehari, bulan Rabiul Awal dengan hisab hari sabtu itu, yang kedua hari, bulan Rabiul Awal, pukul enam pagi di dalam Negeri Juana Kampung Damaan, di lahirkan Raden Haji Abdul Hamid bin Raden Haji Lidin, dan Ibu Raden Haji Abdul Hamid itu Nyimas Rodiah adanya. Pada tahun seribu dua ratus tujuh puluh satu dan pada hari sabtu kliwon yang keempat likur hari bulan Ramadhan Jam pukul delapan di dalam Negeri Singapura diẓāhirkan Raden Ayu Haji Maimunah binti Raden Haji Abdul Hamid, dan ibu Raden Ayu Haji Maimunah itu Incik Haji Fatimah binti Incik Baburo Ailun orang Betawi, dan ibu Incik Haji Fatimah itu Haji Incik Saidah orang Negeri Gersik. Pada tahun 1315 dan pada hari Selasa yang keenam hari bulan Safar pukul empat sore pulang ke Rahmatullah Paduka Tuan Haji Abdul Hamid bin Raden Lidin di dalam Negeri Singapura Kampung Masjid Baru, dan dikuburkan diperkuburan Sayyid Umar Junaidi.
52
Pada tahun seribu tiga ratus tigapuluh empat daripada Hijriah 1334, dan pada hari Rabu, yang ke tujuh belas hari bulan Muharram jam pukul satu setengah di dalam Pulau Takung wafat Raden Ayu Haji Maimunah binti Raden Haji Abdul Hamid maka dikuburkan di tanah wakaf, dan baginya umur di dalam dunia enam puluh dua tahun tiga bulan dua puluh dua hari lima jam setengah Wā Allāhu A’lamu. /3/ Pada tahun seribu tiga ratus sepuluh dua dari pada tahun Hijriah, maka hendaklah digugurkan dengan dua ratus sepuluh, maka yang dua ratus sepuluh itu dibuat enam kali niscaya menjadi seribu dua ratus enam puluh maka tahun hijrah, yaitu seribu tiga ratus sepuluh dua itu digugurkan dengan seribu dua ratus enam puluh niscaya tinggal dari pada tahun Hijriah itu lima puluh dua. Maka lihatlah di dalam beberapa ruang yang bersamaan niscaya lima puluh dua itu jatuh pada hari rabu yang awal tahun yang berselisih yang sehari dari pada bulan Muharram. Adapun pada tahun itu seribu delapan ratus sembilan puluh lima. Maka hendaklah diketahui awal tahun yang sehari bulan Januari maka hendaklah digugurkan dengan dua puluh delapan itu dibuat enam puluh tujuh kali niscaya menjadi seribu delapan ratus tujuh puluh enam. Maka tahun itu yang seribu delapan ratus sembilan puluh lima itu digugurkan seribu delapan ratus tujuh puluh enam niscaya tinggal daripada tahun itu sepuluh sembilan. Maka lihatlah dalam beberapa ruang yang bersamaan dengan sepuluh sembilan itu niscaya adalah yang sepuluh sembilan itu jatuh pada hari selasa yang awal tahun itu yang basithah yang sehari bulan Januari dan berturutlah
53
dalam ruangnya itu sehari bulannya sampai di bulan Desember hari Ahad yaitu seharinya, dan adalah setahun Arab yang basithah itu tiga ratus lima puluh empat hari, dan yang kabisah itu tiga ratus lima puluh lima hari, dan yang ditulis dengan deret hitam itu tanda basithah, dan ditulis dengan deret merah itu tanda kabisah, dan adalah setahun itu yang basithah itu tiga ratus enam puluh lima hari, dan yang kabisah itu tiga ratus enam puluh enam hari, dan yang ditulis dengan deret hitam tanda basithah, dan ditulis dengan deret merah itu tanda kabisah adanya, dan adapun yang beberapa ruang hisab dari pada tahun Arab yang dari nomor satu sampai dua ratus sepuluh itu boleh dipakai selamanya. Adapun yang beberapa ruang hisab dari pada tahun itu yang dari nomor satu sampai dua puluh delapan itu boleh dipakai selamanya.
54
/4/ Muhar am 30
Shafar 29
Rabiul Awal 30
Rabiul akhir 29
Juma dil Awal 30
Juma dil Akhir 29
Rajab 30
Sya’ ban 29
Rama dhan 30
Sya wal 29
Dzul qaidah 30
Dzul Hijjah 29/30
1312
Rabu
Jum’at
Sabtu
Senin
Selasa
Kamis
Jum’at
Ahad
Senin
Rabu
Kamis
Sabtu
1313 1314 1315
Ahad Kamis Selasa
Selasa Sabtu Kamis
Rabu Ahad Jum’at
Jum’at Selasa Ahad
Sabtu Rabu Senin
Senin Jum’at Rabu
Selasa Sabtu Kamis
Kemis Senin Sabtu
Jum’at Selasa Ahad
Ahad Kamis Selasa
Senin Jum’at Rabu
Rabu Ahad Jum’at
1316 1317 1318
Sabtu Kamis Senin
Senin Sabtu Rabu
Selasa Ahad Kamis
Kamis Selasa Sabtu
Jum’at Rabu Ahad
Ahad Jum’at Selasa
Senin Sabtu Rabu
Rabu Senin Jum’at
Kamis Selasa Sabtu
Sabtu Kamis Senin
Ahad Jum’at Selasa
Selasa Ahad Kamis
1319 1320 1321 1322 1323 1324 1325 1326 1327 1328 1329 1330 1331 1332
Jum’at Rabu Ahad Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum’at Rabu Ahad Kamis Selasa Sabtu
Ahad Jum’at Selasa Sabtu Kamis Senin Jum’at Rabu Ahad Jum’at Selasa Sabtu Kamis Senin
Senin Sabtu Rabu Ahad Jum’at Selasa Sabtu Kamis Senin Sabtu Rabu Ahad Jum’at Selasa
Rabu Senin Jum’at Selasa Ahad Kemis Senin Sabtu Rabu Senin Jum’at Selasa Ahad Kamis
Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum’at Selasa Ahad Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum’at
Sabtu Kamis Senin Jum’at Rabu Ahad Kamis Selasa Sabtu Kamis Senin Jum’at Rabu Ahad
Ahad Jum’at Selasa Sabtu Kamis Senin Jum’at Rabu Ahad Jum’at Selasa Sabtu Kamis Senin
Selasa Ahad Kamis Senin Sabtu Rabu Ahad Jum’at Selasa Ahad Kamis Senin Sabtu Rabu
Rabu Senin Jum’at Selasa Ahad Kamis Senin Sabtu Rabu Senin Jum’at Selasa Ahad Kamis
Jum’at Rabu Ahad Kamis Selasa Sabtu Rabu Senin Jum’at Rabu Ahad Kamis Selasa Sabtu
Sabtu Kamis Senin Jum’at Rabu Ahad Kamis Selasa Sabtu Kamis Senin Jum’at Rabu Ahad
Senin Sabtu Rabu Ahad Jum’at Selsa Sabtu Kamis Senin Sabtu Rabu Ahad Jum’at Selasa
55
/5/
Janu ari 31
Febru Maret ari 2831 29
April 30
Mei 31
Juni 30
Juli 31
Agustus 31
Septem ber 30
Okto ber 31
Nove mber 30
Desem ber 31
1895 Selasa
Jum’at
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Ahad
Selasa
Jum’at
Ahad
1896 Rabu
Sabtu
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Selasa
1897 Jum’at
Senin
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Rabu
1898 Sabtu
Selasa
Selasa
Jum’at
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Kamis
1899 Ahad
Rabu
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Jum’at
Ahad
Rabu
Jum’at
1900 Senin
Kamis
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Ahad
Selasa
Jum’at
Ahad
1901 Rabu
Sabtu
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Selasa
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Senin
1902 Kamis
Ahad
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Selasa
1903 Jum’at
Senin
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Rabu
1904 Sabtu
Selasa
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Jum’at
Ahad
Rabu
Jum’at
1905 Senin
Kamis
Kamis
Ahad
Selasa
Jum’at
Ahad
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Sabtu
1906 Selasa
Jum’at
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Ahad
selasa
Jum’at
Ahad
1907 Rabu
Sabtu
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Selasa
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Senin
1908 Kamis
Ahad
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Rabu
1909 Sabtu
Selasa
Selasa
Jum’at
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Kamis
1910 Ahad
Rabu
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Jum’at
Ahad
Rabu
Jum’at
1911 Senin
Kamis
Kamis
Ahad
Selasa
Jum’at
Rabu
Rabu
Sabtu
Senin
Kamis
Sabtu
1912 Selasa
Jum’at
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Selasa
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Senin
1913 Kamis
Ahad
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Rabu
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Selasa
1914 Jum’at
Senin
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Kamis
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Rabu
1915 Sabtu
Selasa
Selasa
Jum’at
Ahad
Rabu
Jum’at
Senin
Kamis
Sabtu
Selasa
Kamis
56
/6/
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Janu ari 31
Febru Maret ari 2831 29
April 30
Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu
Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa
Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu
Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu
Mei 31
Juni 30
Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin
Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis
Juli 31
Agus tus 31
Septe mber 30
Oktob er 31
Nove mber 30
Desem ber 31
Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu
Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Selasa Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa
Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Kamis Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at
Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad
Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at Sabtu Ahad Senin Rabu
Sabtu Ahad Senin Rabu Kamis Jum’at Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Ahad Senin Selasa Kamis Jum’at Sabtu Ahad Selasa Rabu Kamis Jum’at Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at
57
/7/
Bermula inilah beberapa ruang yang dengan dialah di ketahui akan hari yang awal tahun Arab awal hari bulan Muharram maka hendaklah di tilik akan suatu ruang daripada beberapa ruang ini yang bersamaan dengan bilangan tahun yang telah lalu daripada tahun Hijriyah hingga tahun yang di kehendaki awalnya itu dan jikalau adalah tahun itu sudah lebih daripada dua ratus sepuluh maka hendaklah di gugurkan dari padanya itu. Dua ratus sepuluh hingga tinggal kurang daripada dua ratus sepuluh atau dua ratus sepuluh maka di tilik akan suatu ruang daripada beberapa ruang ini yang mana bersamaan. 1 Kamis 2 Senin 3 Sabtu 4 Rabu 5 Ahad 6 Jum’at 7 Selasa 8 Ahad 9 Kamis 10 Senin 11 Sabtu 12 Rabu 13 Ahad 14 Jum’at 15 Selasa 16 Ahad 17 Kamis 18 Senin 19 Sabtu 20 Rabu 21 Ahad 22 Jum’at 23 Selasa 24 Sabtu 25 Kamis 26 Senin 27 Sabtu 28 Rabu 29 Ahad 30 Jum’at
13 Selasa 32 Sabtu 33 Kamis 34 Senin 35 Jum’at 36 Rabu 37 Ahad 38 Jum’at 39 Selasa 40 Sabtu 41 Kamis 42 Senin 43 Jum’at 44 Rabu 45 Ahad 46 Jum’at 47 Selasa 48 Sabtu 49 Kamis 50 Senin 51 Jum’at 52 Rabu 53 Ahad 54 Kamis 55 Selasa 56 Sabtu 57 Kamis 58 Senin 59 Jum’at 60 Rabu
12 Ahad 62 Kamis 63 Selasa 64 Sabtu 65 Rabu 66 Senin 67 Jum’at 68 Rabu 69 Ahad 70 Kamis 71 Selasa 72 Sabtu 73 Rabu 74 Senin 75 Jum’at 76 Rabu 77 Ahad 78 Kamis 79 Selasa 80 Sabtu 81 Rabu 82 Senin 83 Jum’at 84 Selasa 85 Ahad 86 Kamis 87 Selasa 88 Sabtu 89 Rabu 90 Senin
191 Jum’at 192 Selasa 193 Ahad 194 Kamis 195 Senin 196 Sabtu 197 Rabu 198 Senin 199 Jum’at 100 Selasa 101 Ahad 102 Kamis 103 Senin 104 Sabtu 105 Rabu 106 Senin 107 Jum’at 108 Selasa 109 Ahad 110 Kamis 111 Senin 112 sabtu 113 Rabu 114 Ahad 115 Jum’at 116 Selasa 117 Ahad 118 Kamis 119 Senin 120 Sabtu
121 Rabu 122 Ahad 123 Jum’at 124 Selasa 125 Sabtu 126 Kamis 127 Senin 128 Sabtu 129 Rabu 130 Ahad 131 Jum’at 132 Selasa 133 Sabtu 134 Kamis 135 Senin 136 Sabtu 137 Rabu 138 Ahad 139 Jum’at 140 Selasa 141 Sabtu 142 Kamis 143 Senin 144 Jum’at 145 Rabu 146 Ahad 147 Jum’at 148 Selasa 149Sabtu 150 Kamis
151 Senin 152 Jum’at 153 Rabu 154 Ahad 155 Kamis 156 Selasa 157 Sabtu 158 Kamis 159 Senin 160 Jum’at 161 Rabu 162 Ahad 163 Kamis 164 Selasa 165 Sabtu 166 Kamis 167 Senin 168 Jum’at 169 Rabu 170 Ahad 171 Kamis 172 Selasa 173 Sabtu 174 Rabu 175 Senin 176 Jum’at 177 Rabu 178 Ahad 179 Kamis 180 Selasa
181 Sabtu 182 Rabu 183 Senin 184 Jum’at 185 Selasa 186 Ahad 187 Kamis 188 Selasa 189 Sabtu 190 Rabu 191 Senin 192 Jum’at 193 Selasa 194 Ahad 195 Kamis 196 Selasa 197 Sabtu 198 Rabu 199 Senin 200 Jum’at 201 Selasa 202 Ahad 203 Kamis 204 Senin 205 Sabtu 206 Rabu 207 Senin 208 Jum’at 209 Selasa 210 Ahad
58
/8/
Syawal Muharram Shafar Rajab
Sabtu
Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Ahad
Dzul Hijjah Rabiu’l Awal Rabiu’l Akhir Ramadhan Jumadil Awal Jumadil Akhir Dzul qaidah Sya’ban
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Ahad
Senin
Kamis
Jum’at
Sabtu
Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Jum’at
Sabtu
Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Ahad
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Ahad
Senin
Selasa
Muharram
Kamis
Senin
Sabtu
Rabu
Ahad
Jum’at
Selasa
30
Shafar
Sabtu
Rabu
Senin
Jum’at
Selasa
Ahad
Kamis
29
Rabiu’l Awal Rabiu’l Akhir Jumadil Awal Jumadil Akhir Rajab Sya’ban Ramadhan Syawal
Ahad
Kamis
Selasa
Sabtu
Rabu
Senin
Jum’at
30
Selasa
Sabtu
Kamis
Senin
Jum’at
Rabu
Ahad
29
Rabu
Ahad
Jum’at
Selasa
Sabtu
Kamis
Senin
30
Jum’at
Selasa
Ahad
Kamis
Senin
Sabtu
Rabu
29
Sabtu Senin Selasa Kamis
Rabu Jum’at Sabtu Senin
Senin Rabu Kamis Sabtu
Jum’at Ahad Senin Rabu
Selasa Kamis Jum’at Ahad
Ahad Selasa Rabu Jum’at
Kamis Sabtu Ahad Selasa
30 29 30 29
Dzulqaidah Jum’at
Selasa
Ahad
Kamis
Senin
Sabtu
Rabu
30
Dzulhijjah
Kamis
Selasa
Sabtu
Rabu
Senin
Jum’at
29 30
Ahad
59
/9/ Ini kaifiyat mengenal waktu permulaan berbetulan matahari pada tiap-tiap satu dari pada segala buruj, yang dua belas jalan berhampir-hampiran jua. Pada satu tempat yang adalah jauh tempat itu dari pada tanah muraikan seratus tiga puluh sembilan derajat ditiqoh, seperti Negeri Palembang menggugurkan dari pada segala tahun itu, pada waktu mu itu empat-empat hingga tinggal atau kurang dari pada empat, maka yang kau lihat di dalam jadwal ini seraya engkau bilang lalu ke kiri dari pada kiri bulan itu, yang engkau kehendaki mengenai demikian itu tadi didalamnya itu dengan bilangan tahun yang tinggal ia dari pada yang digugurkan itu tadi niscaya engkau kenalah waktu demikian itu tadi di dalam malam atau siang kesekian dari pada bulan itu dan Jamnya pukul sekian dan lebih sekian menit dan yang ditulis dengan deret hitam itu tanda yang pada ketika itu dan yang ditulis dengan deret merah itu, tanda malam pada ketika itu dan nama burujnya itupun tersebut dikiri bulan itu, dan apabila engkau hendak mengenal akan derajatnya dan ditiqohnya dan nyuwaninya yang telah lalu ia pada tiap-tiap sehari semalam yakni empat likur jam atau pada tiap-tiap satu jam atau pada tiap-tiap satu menit, engkau lihatlah di dalam jadwal perlaluan Matahari pada tiap-tiap demikian itu dan jika adalah suatu tempat itu terlebih jauh daripada Negeri Palembang, maka engkau tambahi di dalam tiap satu derajat empat menit dan jika ada ia terlebih kurang jauhnya dari pada Negeri Palembang, engkau kurangi di dalam tiap-tiap satu derajat empat menit maka qiyaskan olehmu maka inilah segala jadwal yang tersebut itu.
60
/10/ 1
2
Bulan
Buruj
Hari
Hari Bulan
Jam
Menit
Bulan
Buruj
Hari
Hari Bulan
Jam
Menit
Janu Ari
Dalwu
Siang
19
11
02
Janu Ari
Dalwu
Asar
19
05
02
Febru ari
Hut
Malam
19
09
32
Febru Ari
Hut
Malam
19
03
32
Maret
Haml
Siang
21
08
02
Haml
Siang
21
02
02
April
Tsaur
Malam
21
06
32
Ma Ret April
Tsaur
Malam
21
12
32
Mei
Jauza’
Fajar
21
05
02
Mei
Jauza’
Siang
21
11
02
Juni
Saro thon
Siang
20
03
32
Juni
Saro thon
Malam
21
09
32
Juli
Asad
Malam
21
02
02
Juli
Asad
Siang
21
08
02
Agus tus Septe mber
Sumbu lah Mizan
Siang
20
12
32
32
11
02
Awal Malam Fajar
06
20
Sum bulah Mizan
21
Malam
Agus tus Septe mber
20
05
02
Okto ber Nove m ber Dese m ber
Aqrob
Siang
20
09
32
Aqrob
Siang
20
03
32
Qous
Malam
20
08
02
Qous
Malam
20
02
02
Jadyu
Siang
20
06
32
Okto Ber Nove mber Desem ber
Jadyu
Siang
20
12
32
61
/11/ Ini menyatakan awal Waktu di dalam satu Buruj
Awal Magrib
Awal Isya
Awal Subuh
Awal Keluar Matahari
Awal ‘Asar
Awal Haml
Pukul Enam Dua Menit Pukul Lima Lima Puluh Sembilan Pukul Lima Lima Puluh Tengah Tujuh Menit Pukul Lima Lima Puluh Tengah Tujuh Pukul Lima Lima Puluh Tengah Pukul Lima Lima Puluh Sembilan Pukul Enam Dua Menit Pukul Enam Lima Menit Pukul Enam Tengah Tujuh Menit Pukul Enam Tengah Delapan Pukul Enam Tengah Tujuh Pukul Enam Lima Menit
Pukul Empat Empat Puluh Tiga Menit Pukul Empat Empat Puluh Empat Menit Pukul Empat Empat Puluh Tengah Sembilan Pukul Empat Empat Puluh Tengah Pukul Empat Empat Puluh Tengah Pukul Empat Empat Puluh Empat Menit Pukul Empat Empat Puluh Pukul Empat Tiga Puluh Pukul Empat Tiga Puluh Setengah Pukul Empat Tiga Puluh Tengah Dua Pukul Empat Tiga Puluh Pukul Empat Tiga Puluh Sembilan
Pukul Lima Lima Puluh Delapan Pukul Enam Satu Menit
Pukul Tiga Empat Menit
Awal Tsaur
Pukul Tujuh Sepuluh Menit Pukul Tujuh Delapan Menit Pukul Tujuh Empat Puluh Tengah Delapan Pukul Tujuh Tengah Empat Menit Pukul Tujuh Tengah Lima Menit Pukul Tujuh Delapan Menit Pukul Tujuh Sepuluh Pukul Tujuh Tiga Belas Pukul Tujuh Tengah Selikur Menit Pukul Tujuh Tengah Dua Likur Menit Pukul Tujuh Tengah Pukul Tujuh Tiga Belas Menit
Awal Jauza’
Awal Sarothon Awal Asad Awal Sumbulah Awal Mizan Awal Aqrob Awal Qous Awal Jadyu Awal Dalwu Awal Hut
Pukul Enam Tengah Empat Menit Pukul Enam Tengah Tiga Menit Pukul Enam Tengah Tiga Menit Pukul Enam Satu Menit Pukul Enam Dua Menit Pukul Lima Lima Puluh Pukul Lima Lima Puluh Tengah Pukul Lima Lima Puluh Tengah Tiga Pukul Lima Lima Puluh Pukul Lima Dua Puluh Lima Menit
Pukul Tiga Dua Puluh Menit Pukul Tiga Dua Puluh Menit Pukul Tiga Dua Puluh Menit Pukul Tiga Dua Puluh Menit Pukul Tiga Dua Puluh Menit Pukul Tiga Empat Menit Pukul Tiga Sembilan Pukul Tiga Empat Likur Menit Pukul Tiga Dua Puluh Lima Menit Pukul Tiga Empat Likur Pukul Tiga Sembilan Menit
62
/12/ Hari Ahad Malam Kamis Satu Sebelas
Hari Hari Hari Hari Hari Jum’at Senin Selasa Rabu Kamis Malam Selasa Malam Malam Malam Malam Jum’at Sabtu Ahad Senin Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh
Delapan
Sembilan
Dua Belas Dua Puluh Dua Lima Puluh Dua Ribu
Delapan Belas Dua Puluh Delapan Dua Ratus Yang keenam
Sembilan Belas Dua Puluh Sembilan Seratus Tiga Yang ketujuh
Empat2
Jaba’
Tiga Belas Dua Puluh Tiga Enam Puluh Yang per tama
Empat Belas Dua Puluh Empat Tujuh Puluh Yang kedua
Sembilan Sepu luh
Sebelas
Dua Belas
Nama Hari
Seper empat Depan رﻓﻊ
Dua Puluh Satu Empat Puluh Seribu
Nama Hari
ﺑﺒﺪ ٤ ۲:۲ ﺑﻄﺤﻲ ۱۸
۹:۲
۸:۳
۱٤
۸:٥
۷: ۷
Empat2
Empat
Empat
Di atas ﻧﺼﺐ
Di bawah ﺧﻔﺾ
Depan ﺿﻤﺔ
Yang Ke empat Di atas ﻓﺘﺤﺔ
ﺑﻮﺑﻲ ۷:۲
۲۱
۱۲
۷:۳
۳٥
۱۸
٦:۳ ھﻮل
۷:٥
۳۰
وطﺪن ٥٤
٦:۲ ﺟﻮھﻲ
ھﺰھﻞ
ززطﻢ ٤۹
Tujuh Belas Dua Puluh Tujuh Seratus
ﺟﺰاى
ھﺤﻢ ٤۰
Enam Belas Dua Puluh Enam Sembilan Puluh Yang keempat
ﺑﺮدي
ﺟﺤﺪى ۲٤
Lima Belas Dua Puluh Lima Delapa n Puluh Yang ketiga
٦:٥
ﺑﮭﻲ ۱۰
٤۸
۷:٦
٥:۲
۱٥
۸
٤۲
٤
٦
۳٦
۳:۲
۹
۳:۳ ﺟﻄﺰى
۱۰ : ۳
۲۷
ووول ۷:٦
۲:۲
ﺟﺠﻂ ٤:۳
۳۰
وزﺑﻢ
Seper empat ﺑﺒﺪ
ﺟﯿﻞ ٥:٥
Seratus Tiga Yang kedela pan
ﺑﺠﻮ ٤:۲
۱۲
ھﮫ ھﻚ
Sepu Luh Dua Puluh Tiga Puluh
Dibawah ﻛﺴﺮة
ﺟﺪﺑﻲ ٥:۳
۲٥
Malam Kamis Hari Ahad
ﺑﺪح
ﺟﮫ ھﻲ
وﺧﺤﻢ ۹:٦
Yang kelima
Hari Sabtu Malam Rabu
۹:۳ ھﻄﮭﻢ
٦:٦
٤٥
۹:٥
63
/13/ Bismillāhi ar-rahmāni ar-rahỉm Adapun peringatan lamanya Raja-raja di dalam Negeri Palembang di atas kerajaan yaitu Ki Gede Ing Suro dua likur tahun lamanya maka adalah pada tahun dari pada Hijrah Nabi Saw sembilan ratus enam puluh enam masa itulah Ki Gede Ing Suro Muda menjadi Raja, maka diganti putranya Kimas Adipatih dua belas tahun lamanya, maka diganti saudaranya Pangeran Madi Ing Sako tiga puluh lima tahun lamanya maka diganti saudaranya Pangeran Madi Alit satu tahun lamanya maka diganti pula oleh adiknya Pangeran Sido Ing Puro tujuh tahun lamanya, maka diganti keponakannya Pangeran Sido Ing Kenayan dua belas tahun lamanya maka diganti oleh misannya Pangeran Ratu Mangkurat yang digelari Muhammadin dari pada wafatnya Pangeran Sido Ing Pasarean ialah yang digelari oleh Raja Majapahit Sultan Jamaluddin setahun lamanya. Maka diganti oleh putranya yang bernama Pangeran Ratu yang digelar Muhammadin dari pada wafatnya Pangeran Sido Ing Rejeq dan adalah Istana perkuburannya di Sakatiga delapan tahun lamanya, maka diganti oleh saudaranya Sultan Suhunan Abdurrahman empat puluh lima tahun lamanya diganti putranya Sultan Muhammad Mansyur dua belas tahun lamanya maka diganti oleh saudaranya Sultan Qomarudin sepuluh tahun lamanya maka diganti oleh keponakannya Sultan Muhammad Mansyur yaitu Sultan Anom Alimuddin maka digantikan oleh saudaranya Sultan Mahmud Badaruddin lima puluh tahun lamanya, maka diganti putranya Sultan Suhunan Ahmad Najamudin lima puluh lima tahun lamanya, maka diganti putranya Sultan Muhammad Bahauddin dua puluh tujuh tahun lamanya maka diganti putranya Sultan
64
Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin sembilan tahun
lamanya di atas kerajaan
Palembang oleh adanya. Adapun Putra Raja-raja yang mereka itu belum digelarnya yaitu dinamakan Raden yakni As-sarif Ad-din karena adalah Raja-raja yang mereka itu amỉr al-mu‘mỉn, 3 yaitu Khalifah Rasulullah 4. maka dari sebab itu di burhan 5 kan kepada anak cucunya dan kemudian dari pada Raden itu maka digelarkan Pangeran Ratu maka digelarkan Sultan Muhammadin bergelar Suhunan maka dari itu ada makna dan artinya dan adalah ceritanya pada suatu zaman masanya itu dan telah masyhur lah dari kekayaan serta adilnya Raja-raja Palembang itu dan adalah setengah dari pada mereka Ulama Allah adapun ini dikosorkan jua adanya. Sahidan telah diriwayatkan bahwasanya adalah Sayyid Syekh Jumadil Akbar itu anak cucu daripada Sayyid Nahsin turun ke tanah jauh maka mati pula anak cucunya dari Raja-raja dan orang-orang besar dan Priyayi adapun Sayyid Syekh Jumadil Akbar yang Madżkur itu memberanakkan Maulana Ishak dengan Maulana Ibrahim dan Maulana Ishak tadi memberanakkan Suhunan Giri baiklah ceritanya Maulana Ibrahim memberanakkan Suhunan Muhammadun Ampel dan inilah anak cucunya pindah ke Palembang adanya dan adapun yang memulai pindah ke Negeri Palembang Ki Gede Ing Suro dengan Ki Gede Ingilir serta ia membawa /14/ rakyat dari Jawa setelah itu maka jadilah Raja Ki Gede Ing Suro di dalam Negeri Palembang, maka wafatlah Ki Gede Ing Suro maka diganti oleh Ki Gedengilir jadi 3
Pemimpin kaum muslimin Khalifah Rasulullah 5 Dijelaskan,diterangkan 4
65
Raja Syahdan Ki Gedengilir itu memberanakkan Ki Gede Ing Suro muda. Maka Ki Gede Ing Suro Muda inilah menjadi Raja mengganti ia pindah baginda Ki Gedengilir menjadi yang madżkur. 6 Syahdan Ki Gede Ing Suro muda inilah berputera, yaitu Ki Gedeng Pembayun dan Ratu Mas Adipati bersuami di Jambi dan Kemas Adipatih dan Pangeran Sido Ing Soko dan Pangeran Madi Alit dan Pangeran Si do Ing puro dan Kiai Mas Kembar tiada beranak dan Nyimas Kembar adanya. Adapun Ki Gede Ing Pembayun itu bersuami Tumanggung Mancanegera. Adapaun Ratu Mas Adipati itu beranak Pangeran Dipati Anom Jambi, dan Sultan Agung Jambi. Adapun Kemas Adipati itu beranak Pangeran Ratu. Kemudian dari pada wafatnya Pangeran Ratu Abit bergelar Pangeran Sido Ing Kenayan, yaitu suami Ratu Sunuhun dan wafatnya pada tahun seribu enam puluh satu daripada Hijriah, dan saudaranya pangeran Ratu Sido Ing Kenayan itu, yaitu Kemas Marta Kusuma. Adapun Pangeran Made Ing Sako itu beristeri anak Panembahan Kisamat, beranak dua, yaitu Ratu Mas Depati Anom dan Ratu Mas Arya. Adapun Ratu Mas Depati Anom itu bersuami Pangeran Adipati Anom Jambi. Adapun Ratu Mas Arya bersuami yang pertama anak Tumanggung Mancanegara, yaitu Raden Jangsari dapat gelar pula akan dia Raden Arya, dan wafat Raden Arya, maka bersuami pula Raden Santri, di gelar Pangeran Puronegoro, yaitu anak Kiai Depati Jambi. Adapun Pangeran Madi Alit itu, maka yaitu beristeri Priyayi dari Negeri Surabaya, yaitu anak dua, yang pertama Nyimas, bersuami Kemas Hazin dan kedua Nyimas Martayuda bersuami Kemas Martayuda bin Ki Panji Tanda. 6
Dijelaskan,diterangkan
66
Adapun Pangeran Sido Ing Puro beristeri Nyai Lakitan binti Kiai Yinayi Sidanjati beranak Ratu Anom, dan Ratu Anom itu bersuami Raden Arya bin Pangeran Sido Ing Pasarean, kemudian bersuami Pangeran Sido Ing Rejek bin Pangeran Sido Ing Pasarean jua adanya. /15/ Bismillāhi ar-rahmāni ar-rahỉm Bermula Raja yang penghabis yang ada ia tetap di dalam kerajaan hingga wafatnya di dalam Negeri Palembang, yaitu Sultan Muhammad Bahauddin bin Sultan Suhunan Ahmad Najamudin bin Sultan Mahmud Badaruddin bin Sultan Muhammad Mansyur bin Suhunan
Abdurrahman bin Pangeran Ratu Mangkurat bin Tumanggung
Mancanegara adanya. Syahdan
bersalah-salahan
mereka
yang
menceritakan,
ialah
Tumanggung
Mancanegara itu, kata setengah mereka itu adalah Tumanggung Mantiq, gelarnya Radi Negeri bara, berpindah ia ke Palembang maka Tumanggung Mantiq itu dijadikan Ki Gede Ing Karang Panjang, dan Tumanggung Mantiq itu beranak Ki Paja Tanda, dan Ki Paja Tanda itu beranak dua, yang pertama Tumanggung Mancanegara, dan yang kedua Kemas Martayuda, dan kata setengah mereka itu adalah Pangeran Arya Kusuma Cirebon, beranak dua, yang pertama Adipati Sumedang dan yang kedua Adipati Panca Tanda, dan Adipati Sumedang itu beranak Tumanggung Mancanegara, dan Adipati Panca Tanda itu berpindah ia ke Palembang, dan Tumanggung Mancanegara pun mengikut mamangnya, dan kata setengah mereka itu adalah Raja Majapahit yang digelari Prabu Brawijaya, yaitu beranak Sultan Demak,
67
dan Raden Panca Negara dan Arya Dilla. Maka Raden Panca Negara itu beranak Tumanggung Mancanegara adanya. Adapun ibu Pangeran Ratu Mangkurat, maka yaitu Nyi Gede Ing Pembayun, dan Nyi Gede Ing Pembayun itu anak Kemas Anom, dan Kemas Anom inilah dijadikan Ki Gede Ing Suro muda yang digelari Adipati Ing Suro, dan Kemas Anom itu anak Ki Gedeng Ilir, dan Ki Gedeng Ilir itu anak Raja-raja dari Negeri Surabaya adanya. Adapun Ibu Suhunan Abdurahman itu maka yaitu Masayu Adi Wigaya gelar Ratu Mas Mangkurat binti Kemas Panji Wirosinga bin Tumanggung Bayu bin Ki Gedeng Mempelam bin Ki Gedeng Sungai. Dan Ki Gedeng Sungai itu anak Raja-raja dari Negeri Tademan, dan Tademan itu di darat Negeri Surabaya Adanya. Adapun ibu Sultan Muhammad Mansyur itu maka yaitu Ratu Agung, dan Ratu Agung itu anak Kemas Martayuda, dan Kemas Martayuda itu anak Kemas Martayuda Tua dan Kemas Martayuda Tua itu anak Ki Panca Tanda dan Ki Panca Tanda itu anak Ki Gede Ing Karang Panjang adanya. /16/ Adapun Ibu Sultan Mahmud Badaruddin itu maka yaitu Nyimas Sungai, orang Negeri Jambi adanya. Adapun ibu Suhunan Ahmad Najamudin itu maka yaitu Raden Ayu Cibalung, dan Raden Ayu Cibalung itu anak Pangeran Surya Wikrama Subekti. dan Pangeran Surya Wikrama Subekti itu anak Suhunan Abdurrahman adanya.
68
Adapun Ibu Sultan Muhammad Bahauddin itu maka yaitu Raden Ayu Muroti yang digelari Ratu Sepuh, dan Raden Ayu Muroti itu anak pangeran Arya Kusuma bin Pangeran Purbaya bin Sultan Muhammad Mansyur adanya. 7 Pada tahun seribu enam puluh dua dari pada hijrah Nabi Saw, wafatlah pangeran Ratu atau Mangkurat yang digelari kemudian dari pada wafatnya Pangeran Si do Ing Pasarean Sultan Jamaludin, maka wafat di Palembang adanya, Wafat, yakni Istana perkeburannya itu di Palembang lama adanya. Pada tahun seribu seratus tiga puluh tiga diperanakkan Sultan Mahmud Badaruddin pada tahun seribu seratus sepuluh sembilan wafatlah Suhunan Abdurrahman, maka di patok di Candi Balang, Pada tahun seribu seratus dua puluh enam wafatlah Sultan Muhammad Mansyur maka dipatok di Kebongede adanya. Pada tahun seribu seratus tiga puluh enam wafatlah Sultan Qomarudin yang digelari Sultan Agung maka di Patok di Palembang lama, dan Sultan Qomarudin itu adik Sultan Muhammad Mansyur yang seibu sebapak adanya. Pada tahun seribu empat puluh satu, dan pada malam selasa yang kelima belas hari bulan Sya’ban, diperanakkan Sultan Muhammad Bahauddin, pada tahun seribu seratus empat puluh delapan wafatlah Sultan Anom Alimuddin maka dipatok di Kebun Gede. Pada tahun seribu seratus empat puluh Sembilan, diperanakkan kemas Haji Ahmad bin Kemas Abdullah bin Kemas Muroddin bin Kemas Sahid bin Suhunan Kudus bin Suhunan Windun, 7
Penjelasan tentang ibu Sultan-sultan Palembang Darussalam.
69
/17/ dan Sultan Anom Alimuddin itu kakak Sultan Mahmud Badaruddin yang seibu sebapak, yaitu anak sultan Muhammad Mansyur. Pada Tahun seribu seratus tujuh puluh satu dan pada malam sabtu yang ke empat hari bulan Muharram, wafatlah Sultan Mahmud Badaruddin maka dipatok di dalam Gubah di Lemabang, dan baginya umur di dalam dunia enam puluh delapan tahun adanya. Pada tahun seribu seratus delapan puluh satu dan pada malam ahad yang sehari bulan Rajab, pukul sembilan diperanakkan Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Mahmud Bahauddin dan ibu Suhunan Mahmud Badaruddin itu Ratu Agung bin Datuk Muqni bin Abdullah Alhadadi. Adapun Suhunan Mahmud Badaruddin itu sembilan bersaudara yang seibu sebapak, yaitu yang pertama Raden Ayu Purba Negara Nakiyah yang kedua Raden Ayu Mangku Negara Hamidah yang ketiga Raden Ayu Wikroma Aisyah, 8 yang kelima Suhunan Husein Diyauddin, yang keenam Raden Ayu Sutawikrama Bariah yang ketujuh Raden Muhammad Hanifah, yang kedelapan Pangeran Bupati Panembahan Hamim, yang kesembilan Pangeran Adipati Abdurrahman, dan adalah tarikh diperanakkan semuanya itu tersebut di bawah ini adanya. 9 Pada tahun seribu seratus tujuh puluh lima dan pada malam senin yang kedelapan hari bulan Safar, pukul tiga, diperanakkan Raden Ayu Purbanegara Nakiyah. Pada tahun seribu seratus tujuh puluh tujuh dan pada malam jum’at, yang ketiga hari, bulan 8
Dalam teks asli Naskahnya yang keempat tidak disebutkan. Setelah yang ketiga langsung yang kelima. 9 Penjelasan tentang saudara-saudara Suhunan Mahmud Badaruddin.
70
Rajab, pukul dua diperanakkan Raden Ayu Mangkunegara Hamidah. Pada tahun seribu seratus delapan puluh, pada malam sabtu, yang kedelapan likur Muharram, pukul sepuluh diperanakkan Raden Ayu Nata Wikrama Hasyiyah. 10 Pada tahun seribu seratus delapan puluh tiga dan pada hari sabtu, yang sehari, bulan Syawal, pukul empat diperanakkan Suhunan Husien Diyauddin. Pada tahun seribu seratus delapan puluh enam dan pada malam jum’at, yang keenam likur Muharram, pukul tujuh diperanakkan Raden Ayu Putawikrama Bariyah. Pada tahun seribu seraus sembilan puluh dan pada hari Sabtu, yang kesembilan Dzulqaidah, pukul dua belas diperanakkan Raden Muhammad Hanifah. Pada tahun seribu seratus sembilan puluh dan pada hari sabtu, yang ketujuh belas hari bulan Syawal, pukul delapan diperanakkan Pangeran Bupati Panembahan Hamim.
10
Nama Raden Ayu Nata Wikrama Hasyiyah inilah yang seharusnya disebutkan pada nomor empat. Di alinea sebelumnya nama ini tidak ada disebutkan
71
Pada tahun seribu seratus sembilan puluh lima dan pada hari Senin, yang kedelapan Rabiul akhir, pukul setengah tujuh diperanakkan Pangeran Adipati Abdurrahman. Wulid syaikhunā al-‘ālim al-fādil al-‘ārif billāh maulana asy-Syaikh Kimas al-Hāj Muhammad ibn Kimas al-Hāj Ahmad ibn Kimas Abdullah ibn Kimas Nūr ad-dỉn ibn Kimas Syahid ibn Suhunan Kudus ibn Suhunan Windun Al-jāwỉ Falimbānỉ lailat aliṡnain aṡ- ṡaniyah asyar min rabi’ al-awwal ṡaman wa sab’in wa wa mi’at wa alf min al-hijrat an-nabawiyyat afḍal aṣ- ṣalātu wa as-salāmu 11 /18/ Pada tahun seribu seratus sembilan puluh dari pada malam senin, yang keenam hari bulan Dzulqaidah, wafatlah Suhunan Ahmad Najamuddin maka adalah kuburannya itu di Lemabang adanya. Pada tahun seribu dua dan pada hari Ahad yang sehari bulan Dzulhijjah, pukul dua wafatlah Raden Muhammad Hanifah bin Sultan Muhammad Bahauddin dan baginya umur di dalam dunia sepuluh tahun dan sepuluh sembilan hari dan dua jam, maka dipatok di Lemabang adanya. Pada tahun seribu dua ratus enam dan pada malam sabtu yang keempat belas hari bulan Rabiul Akhir, pukul empat, diperanakkan Sultan Ahmad Najamuddin bin Suhunan Mahmud Badaruddin. Dan ibu Sultan Ahmad Najamuddin itu Ratu Sepuh Asma binti Pangeran Adipati Banjar Kutama bin Sultan Mahmud Badaruddin.
11
Artinya: telah dilahirkan guru kami yang sangat alim, yang mulia yang sangat arif akan Allah tuanku syekh Kemas Haji Muhammad bin Kemas Haji Ahmad bin Kemas Abdullah bin Kemas Nuruddin bin Kimas Syahid bin Suhunan Kudus bin Suhunan Windun Al-jawi di Palembang pada malam Senin dua belas dari bulan Rabiul awal, tahun seribu seratus tujuh puluh delapan Hijrah Nabi Saw.
72
Adapun Sultan Mahmud Najamuddin itu tiga belas bersaudara yang seibu sebapak semua itu diperanakkan di dalam Negeri Palembang adanya. Pada tahun seribu dua ratus sebelas pada hari kamis yang keempat belas hari bulan Safar, pukul dua belas diperanakkan Sultan Ahmad Najamuddin bin Suhunan Husein Jalaluddin, dan ibu Sultan Ahmad Najamuddin itu Ratu Nakiyah binti Pangeran Surya Wikrama Daud bin Pangeran Surya Dilagara bin Sultan Mahmud Badaruddin. Adapun Sultan Ahmad Najamuddin itu ialah yang digelarkan oleh Olanda Muhammadin dari pada Suhunan Mahmud Badaruddin keluar dari Palembang. Pada tahun seribu dua ratus dua belas dan pada malam Selasa yang keenam likur hari bulan Rabiul akhir, pada tujuh diperanakkan Raden Ayu Arya Kusuma Nakiyah binti Pangeran Bupati Panembahan Hamim, dan Ibu Raden Ayu Kusuma Nakiyah itu Raden Ayu Bupati Panembahan Ummu Hani binti Pangeran Suro Wijaya Syamsudin bin Suhunan Ahmad Najamuddin, dan ibu Pangeran Suro Syamsudin itu Masayu Kedatuan, dan Masayu Kedatuan itu anak Raja-raja dari Negeri Brunei adanya. Pada tahun seribu dua ratus lima belas wafatlah Kemas Haji Ahmad bin Kemas Abdullah maka perkuburannya di Talang Kerangga dan Kemas Abdullah itu perkuburannya di Guwiran. Pada tahun seribu dua ratus empat belas dan pada hari Selasa yang sehari bulan Syawal, pukul lima diperanakkan Pangeran Purbaya Abdurrahim bin Pangeran Adipati Abdurrahman, dan ibu Pangeran Purbaya Abdurrahim itu Raden Ayu Adipati
73
Sarimah binti Raden Mulya Kusuma, dan Raden Mulya Kusuma itu anak Raja-raja dari Negeri Matin, 12 dan ibu Raden Ayu Adipati// /19/ Sarimah itu Daeng Maliyah, dan Daeng Maliyah itu anak Raja-raja dari Negeri Bugis adanya, dan adalah Pangeran Purbaya Abdurrahim itu mendapati zaman Sultan Muhammad Bahauddin keempat tahun dan dua bulan dan selikur hari dan dua jam adanya. Pada tahun seribu dua ratus sepuluh delapan dan pada yang kedua likur hari bulan Dzulhijjah pukul tiga, hari Senin wafatlah Sultan Muhammad Bahauddin, dan baginya umur di dalam dunia tujuh puluh tujuh tahun empat bulan tujuh hari maka dipatok di Lemabang, yakni Istana perkuburannya itu di Lemabang adanya. Wulid syeikhunā al-‘ālim al-fādil al-‘ārif billāh maulana Pangeran Surya Kusuma Muhammad Irsyad ibn Pangeran
Adipati Abdurrahman ibn al-Marhum Sulṭan
Muhammad Bahauddin al-Falimbāni fi yaum ar-rabi’ aṡ- ṡamaniyah, min syahri rabi’ al-awwal, sanatu karghin min sanati al-hijrah an-nabawiyyah afḍal aṣ- ṣalātu wa as-salāmu. 13 Pada tahun seribu dua ratus delapan likur dan pada malam Ahad yang kesepuluh hari bulan Ramadhan, pukul tiga, wafatlah Ratu Agung binti Datuk Mughni bin Abdullah Alhadadi, maka perkuburan Istana di Lemabang.
Tulisan Arabnya ﻣﺎ ﺗﻦ Artinya: telah dilahirkan guru yang sangat alim lagi dimuliakan Allah Tuan kami Pangeran Kusuma Muhammad Irsyad bin Pangeran Adipati Abdurrahman bin al-Marhum Sultan Muhammad Bahauddin pada hari Rabu, tanggal dua, jam 8 bulan Rabiul awal, daripada tahun Hijrah Nabi Muhammad SAW semulia shalawat dan salam. 12
13
74
Pada tahun dua ratus dua puluh dan pada hari Sabtu yang kesebelas hari bulan Jumadil Akhir pukul sebelas diperanakkan Pangeran Putera Dinata Ali bin Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dan ibu Pangeran Putera Dinata Ali itu Nyayu Robi’ah. Pada tahun seribu dua ratus tiga puluh dan pada malam Jum’at yang kedua belas hari, bulan Ramadhan, pukul dua belas di peranakkan Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Muhammad Bahauddin, dan ibu Pangeran Prabu Diraja Abdullah itu Masayu Ratu Zubaidah binti Kemas Haji Muhammad bin Kemas Haji Ahmad bin Kemas Haji Abdullah bin Kemas Nuruddin bin Kemas Syahid bin Suhunan Qudus bin Suhunan Windun, dan ibu Masayu Ratu Zubaidah itu Nyayu Kalsum binti Ki Rangga Jufitrah dan Ki Rangga Jufitrah itu Jawi Pekan, dan adapun Pangeran Prabu Diraja Abdullah itu sembilan bersaudara yang seibu sebapak, yaitu yang pertama Raden Ayu Hajimah, yang kedua Raden Ayu Najimah Kerama Diwangsa, yang ketiga Raden Ayu Azimah, yang kelima Raden Ayu Nadhimah Cik Ning, yang keenam pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman, yang ketujuh Pangeran Prabu Wikrama Tohir, yang kedelapan Raden Ayu Zakiyyah Cik Kecik, yang kesembilan Raden Ayu Aminah. Dan Raden Ayu Aminah itu diperanakkan di dalam Negeri Ternate, umurnya tiada sampai sehari di dalam dunia wafatlah adanya. 14 Adapun saudara-saudara Pangeran Prabu Diraja Abdullah yang seibu sebapak itu yang adalah beristeri dan bersuami// 14
Penjelasan tentang Saudara-saudara Pangeran Prabu Diraja.
75
/20/ yaitu Raden Ayu Najimah Kerama Diwangsa suaminya Pangeran Kerama Diwangsa Muhammad Irsyad bin Pangeran Adipati Abdurrahman, dan Pangeran Kerama Diwangsa itu digelarkan oleh Suhunan Husein Diyauddin, yaitu Pangeran Suryo Kusuma. Kemudian dari pada Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin keluar dari Palembang, yaitu tiada beranak, dan adapun Raden Ayu Azimah itu suaminya itu Sayyid Umar bin Sayyid Muhammad Syaqob, beranak enam orang, tiga laki-laki, tiga perempuan, dan kemudian dari pada wafatnya Raden Ayu Azimah itu meninggali dua anak, yaitu Raden Ayu Syarifah Aisa dan Raden Syarif Abdullah semuanya itu diperanakkan di dalam Negeri Ternate. Adapun Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman itu, isterinya Syarifah Ummi Salamah binti Sayyid Muhsin bin Sihabudin, beranak empat orang, yang pertama Raden Muhammad Arif, kedua Raden Muhammad Nafis, ketiga Raden Ahmad, keempat Raden Ayu Maznah Cikna semuanya itu diperanakkan dalam Negeri Ternate, dan beristeri lagi Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman dengan Nona Paulina, beranak satu selagi di Negeri Banyuwangi, mati kecil. Inilah saudara Pangeran Prabu Diraja Abdullah yang seibu sebapak melainkan dua orang yang tersebut itu yang mengadakan anak cucu, dan adapun Pangeran Prabu Diraja Abdullah itu, maka yaitu adalah anak dan isterinya tersebut di dalam ini surat. Bahwa adalah permulaan kembali Holanda duduk di Palembang kemudian dari pada Inggris dari Palembang pada tahun seribu dua ratus tiga puluh dua pada hari Selasa yang keselikur hari bulan Muharram dan pada tahun 1816 Holanda pada yang kesepuluh hari bulan Desember adanya.
76
Berperang Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin dengan Holanda ya di Ilir Menteng hingga tiga hari berperang, dua kapal perang Holanda dengan kuat nyatu. Maka pada hari Selasa, keluarlah semuanya Holanda dari dalam Negeri Palembang. Adapun permulaan berperang itu pada hari yang kesembilan belas hari, bulan Sya’ban, di dalam tahun seribu dua ratus tiga puluh empat dari pada Hijriah. Pada tahun seribu dua ratus tiga puluh enam, dan pada hari rabu yang keempat hari hingga bulan Syawal, dikeluarkan Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin dengan anaknya Pangeran Ratu Sultan Ahmad Najamuddin dari Negeri Palembang oleh Jendral De Kock Holanda.// /21/ Pada tahun seribu dua ratus empat puluh, dan pada malam selasa yang kedua hari, bulan Rabi’ul Akhir,
dikeluarkan Suhunan Husein Diyauddin dari Negeri
Palembang oleh Resident Holanda itu adanya. Pada tahun seribu dua ratus empat puluh, dan pada hari senin yang keempat hari, bulan Rajab, wafatlah Suhunan Husein Diyauddin di dalam Negeri Betawi, dan baginya umur di dalam dunia lima puluh enam tahun sembilan bulan tiga hari adanya. Pada tahun seribu dua ratus empat puluh, dan pada maghrib malam kamis yang ketiga belas hari, bulan Dzulhijjah, wafatlah Pangeran Adipati Abdurrahman, dan baginya umur di dalam dunia empat puluh lima tahun dan delapan bulan dan empat hari dan tengah dua jam maka dipatok di Lemabang.
77
Pada tahun seribu dua ratus empat puluh satu, dikeluarkan Sultan Ahmad Najamuddin bin Suhunan Husein Diyauddin dari Negeri Palembang oleh Resident Reynest Holanda diambil dari hulu adanya. Pada tahun seribu dua ratus limapuluh, dan pada malam Sabtu yang keenam belas, hari bulan Ramadhan, pukul tiga, diperanakkan Raden Muhammad Mahin bin Pangeran Prabu Dirajah Abdullah di dalam Negeri Ternate, dan ibu Raden Muhammad Mahin itu Nyonya Khodijah binti Daeng Haji Ahmad, dan Daeng Ahmad itu orang Bugis. Negeri Tujuk. Adapun Raden Muhammad Mahin itu lima bersaudara yang seibu sebapak, yaitu yang pertama Raden Ahmad, yang ketiga Raden Ayu Cik, yang keempat Raden Ayu Aminah, yang kelima Raden Muhammad Saiq, semuanya diperanakkan di dalam Negeri Ternate. 15 Pada tahun 1254, dan pada malam Senin yang keenam belas, Jumadil Akhir, diperanakkan Raden Ayu Aminah Cik Nyayu. Pada tahun 1257, dan pada hari Senin yang kedua hari, bulan Ramadhan, diperanakkan Raden Muhammad Saiq. Adapun yang pertama Raden Ahmad itu wafatnya kecil di Ternate, dan yang ketiga Raden Ayu Cik itu, wafatnya kecil di Ternate, dan yang kelima Raden Muhammad Saiq itu wafatnya bujang di Ternate. Adapun Raden Muhammad Mahin beristeri Raden Ayu Masturah binti Pangeran Prabu Dilaga Muhsin, dan Nyimas Hadijah binti Kemas Tambi dan Nyonya.
15
Berarti Raden Muhammad Mahin itu anak yang kedua.
78
Pada tahun seribu dua ratus enampuluh, dan pada hari yang kedua puluh hari, bulan Jumadil Awal, wafatlah Sultan Ahmad Najamuddin bin Suhunan Husein Diyauddin di dalam negeri Menado, dan baginya umur lima puluh sembilan tahun. Pada tahun seribu dua ratus limapuluh tiga, dan pada malam Kamis yang ketiga likur hari bulan Sya’ban, pukul sebelas tuwuffiya 16 Kemas Haji Muhammad bin Kemas Haji Ahmad bin Kemas Abdullah. Adapun Kemas Haji Muhammad itu lima bersaudara yang seibu sebapak, yaitu Kemas Abdullah, dan Nyimas Aisyah, wafatnya di dalam Negeri Mekkah al-Musyarrafah, masih pada gadis, dan Kemas Said wafatnya Perang Palembang, tiada beranak, dan Kemas Tambi Kabarnya wafat bujang adanya. Maka adalah perkuburannya Kemas Haji Muhammad itu di Talang Kerangga adanya.// /22/ Pada tahun seribu dua ratus enampuluh, dan pada malam Jum’at yang kesebelas hari, bulan Dzulkaidah, pukul sepuluh di dalam Negeri Ternate di peranakkan Raden Muhammad Aminullah bin Pangeran Prabu Diraja Abdullah, dan ibu Raden Muhammad Aminullah itu Nyonya Fatimah binti Haji Abbas bin Haji Abdurrahman, dan ibu Nyonya Fatimah itu Nyonya Hasibah Kalsum binti Letnan Tingni Abdul Roqib. Adapun Raden Muhammad Aminullah itu delapan bersaudara yang seibu sebapak. Semuanya itu diperanakkan di Ternate, yaitu yang kedua 17 Raden Abdussomad, yang ketiga Raden Abdul Habib, yang keempat Raden Abdul Mujib, yang kelima Raden 16
Mangkat, wafat. Artinya Raden Muhammad Aminullah itu putra sulung dari pasangan Pangeran Prabu Diraja dengan Nyonya Fatimah binti Haji Abbas bin Haji Abdurrahman. 17
79
Hasan, yang keenam Raden Ayu Zubaidah, yang ketujuh Raden Ayu Aisyah, yang kedelapan Raden Ayu Nur. 18 Pada tahun 1262 dan pada hari Sabtu yang keduapuluh hari, bulan Ramadhan pukul dua diperanakkan Raden Abdussomad. Pada tahun 1264 daripada hari Rabu yang kedua hari, bulan Ramadhan pukul dua diperanakkan Raden Abdul Habib. 19 Pada tahun 1267, dan pada hari Sabtu yang ketujuh belas hari, bulan Safar, pukul satu diperanakkan Raden Abdul Mujib. Pada tahun 1269, dan pada hari Selasa yang kesembilan belas hari, bulan Dzulkaidah, pukul sembilan, diperanakkan Raden Hasan. Pada tahun 1272, dan pada malam Selasa yang kesebelas hari, bulan Rabiul Awal, pukul empat diperanakkan Raden Ayu Zubaidah. Pada tahun 1276, dan pada hari Sabtu yang ketujuh likur hari, bulan Jumadil Akhir, pukul enam sore diperanakkan Raden Ayu Aisyah. Pada tahun 1280, dan pada hari Jum’at yang ketiga likur hari, bulan Jumadil Akhir, pukul sebelas diperanakkan Raden Ayu Nur. Adapun Raden Muhammad Aminullah itu beristeri Raden Ayu Hajibah binti Raden Abu Bakar bin Suhunan Husein Diyauddin. Nikahnya Raden Muhammad Aminullah itu di dalam Negeri Ternate. Maka adalah pada tahun 1281, dan pada malam Jum’at
18 19
Penjelasan tentang saudara-saudara Raden Haji Abdul Habib. Raden Habib inilah yang menulis catatan harian yang sedang di translitersai ini.
80
yang keduapuluh hari, bulan Muharram, pukul dua belas di dalam Negeri Palembang, wafatlah Raden Muhammad Aminullah, meninggali seorang anak perempuan Raden Ayu Ifah. Umurnya lebih empat tahun wafatlah, dan adalah perkuburannya Raden Muhammad Aminullah bersama anaknya itu di Talang Kerangga, perkuburan Kemas Haji Ahmad bin Kemas Haji Muhammad bin Kemas Abdullah. Adapun Raden Abdussomad maka adalah isterinya itu Raden Ayu Abidah Cik Ning binti Pangeran Prabu Digara Yasin bin Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin. Nikah Raden Abdussomad dengan Raden Ayu Abidah itu di Negeri Palembang. Adapun Raden Abdul Habib maka adalah anak isterinya tersebut di dalam ini. Adapun Raden Abdul Mujib isterinya itu Raden Ayu Aminah Cik Ning binti Raden Muhammad Said bin Pangeran Putera Dinata Ali, dan pada tahun 1294, pada subuh Jum’at yang awal tahun, yaitu yang kelima hari, bulan Muharram di dalam Negeri Mekkah al-Musyarrafah wafatlah Raden Haji Abdul Mujib. Maka adalah perkuburannya di Ma’la yang dekat kubur Tuan Syekh Kemas Haji Muhammad Azhari bin Kemas Abdullah bin Kemas Haji Ahmad. Dan Raden Haji Abdul Mujib itu meninggali dua anak laki-laki, yaitu Raden Muhammad Amin dan Raden Muhammad Ali.// /23/ Adapun Raden Hasan isterinya itu Nyonya Fatimah binti Haji Jalaluddin orang Ternate. Adapun Raden Ayu Zubaidah Cik Ning, suaminya Raden Haji Hasan bin Pangeran Penghulu Muhammad Aqib, beranak dua laki-laki, keduanya wafat kecil.
81
Pada tahun 1292 di dalam bulan Rajab wafatlah suami Raden Ayu Zubaidah, maka dikuburkan di Talang Kerangga, perkuburan Kemas Haji Ahmad dan Raden Ayu Nur, wafatnya di Palembang pada tahun 1282. Pada tahun seribu dua ratus enam puluh tujuh dan pada malam Rabu yang sehari bulan Dzulqaidah dikeluarkan Pangeran Kramawijaya Abdul Azim bin Pangeran Nata Diraja dari Negeri Palembang oleh Resident Kolonel De Braw, Holanda. Pada tahun seribu dua ratus enampuluh sembilan dan pada pagi Jum’at yang keempat belas hari, bulan Safar, pukul enam pulang ke rahamatullah Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin di dalam Negeri Ternate, dan baginya umur di dalam dunia delapan puluh tujuh tahun tujuh bulan dan tiga belas hari dan tujuh jam, Wā Allāhu A’lamu. Adalah tengah hari dan tengah malamnya di dalam Negeri Ternate itu terdahulu daripada Negeri Palembang satu jam lima puluh delapan menit. Dan jikalau ditakdirkan wafat Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin di Palembang niscaya adalah waktu wafatnya itu pukul empat pagi Jum’at. Adapun sebelum bergelar Sultan nama Raden Hasan. Pada tahun seribu duaratus enam puluh sembilan dan pada malam Senin yang keenam hari bulan Jumadil Awal pukul sebelas di dalam Negeri Bacang diperanakkan Raden Ayu Kalsum binti Pangeran Prabun Diraja Abdullah. Adapun Raden Ayu Kalsum dua bersaudara yang seibu sebapak, yaitu Raden Ayu Zainab, ibunya Nyonya Hajar binti Nyong Ahmad keduanya itu diperanakkan di Negeri Bacang adanya. Pada tahun 1270
82
dari pada malam Kamis yang akhir tahun, yaitu sembilan likur Djulhijjah diperanakkan Raden Ayu Zainab. Pada tahun seribu duaratus tujuh puluh dan pada hari Kamis dari pada bulan Rabiul Akhir pulang ke rahmatullah Masayu Ratu Zubaidah binti Kemas Haji Muhammad bin Kemas Ahmad di dalam Negeri Ternate maka perkuburannya di dalam Istana perkuburan Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin. /24/ Pada tahun seribu duaratus tujuh puluh tujuh, dan pada malam Ahad yang kedua hari, bulan Rajab, pukul tiga di dalam Negeri Ternate wafatlah Sultan Ahmad Najamuddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin, dan baginya umur di dalam dunia tujuh puluh satu tahun dan dua bulan enam belas hari selikur jam telah habislah nama Sultan Palembang. Pada tahun seribu dua ratus delapan puluh, dan pada yang kedelapan likur hari, bulan Jumadil Awal, dan yang pada kedelapan likur hari bulan Jumadil Akhir, putera-putera dan isteri Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin sampai ke Palembang, pulang dari Negeri Banyuwangi, yaitu isterinya Sri Paduka Masayu Ratu Iliring Mas Iroh binti Haji Abdullah dan puteranya Sri Paduka yaitu Raden Ayu Najimah Cik Besak Diwangsa dan Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman, dan Raden Ayu Zakiyah Cik Kecik, dan Raden Ayu Maryam Cik Ning Ayu, dan Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi adanya. Pada tahun seribu dua ratus delapan puluh, dan pada malam Sabtu yang akhir tahun, yaitu sembilan likur hari, bulan Dzulhijjah, putera-putera dari Sri Paduka Sultan
83
Suhunan Mahmud Badaruddin sampai ke Palembang, pulang dari Ternate, yaitu isteri Sri Paduka Ratu Aliyah binti Pangeran Suta Dikara, dan putera-putera Sri Paduka, yaitu Pangeran Prabu Wijaya Husein, dan Raden Ayu Azimah Cik Ayu, dan Pangeran Prabu Manggala Umar, dan Pangeran Prabu Diraja Abdullah, dan Raden Ayu Sayidah, dan Pangean Surya Kusuma Syeikh dan Pangeran Surya Manggala Muhdir, dan Pangeran Kusuma Diraja Muhammad Sufyan, dan Pangeran Kesuma Dimulya Muhammad Hanan. Adapun putera-putera Sri Paduka yang tinggal di Palembang tiada ikut Sri Paduka ke Ternate, yaitu Raden Ayu Fatimah Nyayu Cik, dan Pangeran Suta Diraja Abu Bakar dan Raden Ayu Hatimah Kramajaya, dan Pangeran Suta Wijaya Utsman, dan Pangeran Suta Krama Aqil, dan Pangeran Putera Ali. 20 Syahdan adalah banyak putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin itu enam puluh dua orang, dan adalah banyaknya isteri Sri Paduka itu jumlah sembilan orang, yaitu yang pertama Embok Pati Rasmi, dan yang kedua Ratu Sepuh Asma, dan yang ketiga Ratu Anom Qoyyimah, dan yang keempat Nyayu Saliha, dan yang kelima Nyimas Jairoh, yang pertama dicerai, dan yang keenam Nyayu Robiah, yang keempat di cerai//
20
Putera-putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin yang tinggal di Palembang tiada ikut ke Ternate, yaitu Raden Ayu Fatimah Nyayu Cik, dan Pangeran Suta Diraja Abu Bakar dan Raden Ayu Hatimah Kramajaya, dan Pangeran Suta Wijaya Utsman, dan Pangeran Suta Krama Aqil, dan Pangeran Putera Ali.
84
/25/ dan yang ketujuh Masayu Ratu Zubaidah, yang kelima dicerai, dan yang kedelapan Masayu Ratu Iliring Mas Iroh, orang Mentok, yang keenam dicerai, dan yang kesembilan Ratu Alawiyah, dan yang kedua dicerai adanya. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Embok Pati Rasmi hanya seorang, yaitu Raden Ayu Hatimah Krama Wijaya, suaminya Pangeran Krama Wijaya Abdul Azim, diperanakkan di Palembang, wafat di Palembang. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Badaruddin dengan istrinya Ratu Sepuh Asma, yaitu tiga belas orang, yang pertama Pangeran Ratu Sultan Ahmad Najamuddin diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Ternate, yang kedua Pangeran Bupati Hamzah, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Ternate, yang ketiga Raden Ayu Aisya Wijaya Halimah diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Ternate, yang keempat Pangeran Prabu Kusuma diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Ternate, yang kelima Raden Ayu Purabaya Fatimah, suaminya Pangeran Purabaya Abdurrahim diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, tiada ikut ke Ternate, yang keenam 21 (..........) diperanakkan di Palembang, wafatnya (......), yang ketujuh (.......) diperanakkan di Palembang, wafatnya (.......), yang kedelapan (.......) diperanakkan di Palembang, wafatnya ......., yang kesembilan ........ diperanakkan di Palembang, wafatnya (........), yang kesepuluh 21
Teks yang menyebutkan nama anak-anak Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin yang keenam sampai kesebelas sudah hangus karena ditulis menggunakan bahan tinta yang tidak sama dengan teks yang lainnya. Untuk pelacakannya dapat dilakukan melalui wawancara dengan keluarga kesultanan yang sampai sekarang masih hidup, atau dengan melacak kembali naskah yang serupa yang menguraikan tentang silsilah semacam ini.
85
(.........) diperanakkan di Palembang, wafatnya (........), yang kesebelas (.........) diperanakkan di Palembang, wafatnya (........), yang keduabelas Pangeran Prabu Wijaya Husein diperanakkan di Palembang wafatnya, di Negeri Timor Kupang, yang ketiga belas Raden Ayu Azimah Cik Ayu diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang kemudian dari pada pulang dari Negeri Ternate adanya, dan adalah yang ketiga belas itu yang mengadakan anak cucunya, yaitu Sultan Ahmad Najamudin, dan Pangeran Bupati Hamzah, dan Pangeran Prabu Kusuma, dan Raden Ayu Purabaya Fatimah, demikian adanya, dan Ratu Sepuh Asma wafat di Negeri Ternate. Adapun putera putri Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Ratu Anom Qoyyimah yaitu delapan orang, pertama Pangeran Prabu Nandita Muhammad, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Ternate, kedua Raden Ayu Krama Nata Halimah, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Ternate, ketiga Pangeran Prabu Dilaga Muhsin, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Ternate, keempat Raden Ayu Qoyyimah Cik Nyayu, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Ternate, kelima Raden Ayu Salimah// /26/ diperanakkan di Lemabang, wafatnya di Ternate kecil, keenam Pangeran Surya Dilaga Toha, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Ternate, ketujuh Raden Ayu Shiha, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate kecil, kedelapan Raden Ayu Nur, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate kecil, dan adalah yang bukan anak cucu yaitu Pangeran Prabu Nandita Muhammad dan Pangeran Prabu Dilaga Muhsin,
86
dan Pangeran Surya Dilaga Toha demikianlah adanya, dan Ratu Anom Qoyyimah wafatnya di Ternate. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Nyayu Shalihah, yaitu dua orang, yang pertama Pangeran Suta Wijaya Utsman diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, yang kedua Pangeran Suta Krama Aqil, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang. Keduanya itu mengadakan anak cucu tiada ikut ke Ternate. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Nyimas Jairah, yaitu dua orang, pertama Pangeran Suta Diraja Abu Bakar diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, kedua Raden Ayu Salimah Krama Diraja, suaminya itu Pangeran Krama Diraja bin Kemas Haji Muhammad diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, keduanya tiada ikut ke Ternate dan keduanya mengadakan anak cucu adanya. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Nyoya Robiah, yaitu satu jua Pangeran Putera Dinata Ali, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, tiada ikut ke Ternate, yaitu mengadakan anak cucu. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Masayu Ratu Zubaidah binti Kemas Haji Muhammad yaitu sembilan orang. Yang pertama Raden Ayu Huzaimah, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Ternate, kecil; yang kedua Raden Ayu Najimah Krama Diwangsa Cik Besak, diperanakkan di
87
Palembang, wafatnya di Palembang, yang ketiga Raden Ayu Azimah, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Ternate, yang keempat Pangeran Prabu Diraja Abdullah Alhajj, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, yang kelima Raden Ayu Nadzimah, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Ternate, yang keenam Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, yang ketujuh Pangeran Prabu Wikrama Tohir, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Ternate, yang kedelapan Raden Ayu Zakiyah Cik Kecik Alhajj, diperanakkan di Palembang, wafatnya di dalam Negeri Mekkah al-Musyarrafah, yang kesembilan Raden Ayu Aminah diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, kecil adanya. Adapun// /27/ yang mengadakan anak cucunya, yaitu Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah, dan Raden Ayu Azimah dan Pangeran Prabu Wikrama. Demikianlah adanya. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Masayu Ratu Iliring Mas Irohitu, yaitu sembilan orang, yang pertama Pangeran Prabu Nata Manggala Umar, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Timor, Kupang, yang kedua Pangeran Prabu Diwangsa Zen, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Ternate, ketiga Raden Ayu Maryam Cik Ning Ayu, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Mentok, selanjutnya Raden Ayu Azizah, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Banyuwangi, kelima Raden Masyhur diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, kecil; keenam Pangeran Idrus, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, ketujuh Raden Ayu Cik, diperanakkan di Ternate, wafatnya di
88
Ternate, kecil; kedelapan Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi, diperanakkan di Ternate pada tahun seribu tigaratus tiga belas daripada tiga hari bulan Jumadil Akhir adalah hayatnya di dalam Negeri Mentok, kesembilan Raden Ayu Alawiyah, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, kecil adanya, dan adalah yang mengadakan anak cucunya yaitu tiga orang, Pangeran Prabu Manggala Umar dan Pangeran Prabu Diwangsa Zen, dan Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi. Adapun Ratu Masayu Ilir, wafatnya di Mentok pada tahun 1286 dan pada 17 Jumadil Akhir malam kamis pukul 8 adalah umurnya di dalam dunia 85 tahun. Pada tahun seribu tigaratus sepuluh lima dan pada hari Senin yang sehari bulan Ramadhan pukul satu setengah di dalam Negeri Mentok wafatlah Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi dan jika ditakdirkan wafatnya Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi itu di dalam Negeri Mekkah al-Musyarrafah niscaya hari Senin itu yang kedua hari Ramadhan karena orang di Mekkah puasa pada hari Ahad. Telah habislah sudah saudara Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi yang seibu sebapak adanya. Adapun isteri Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi itu Nyonya Quraisy Frei binti Kapiten Irsyad bin Kaptenn Muhammad Yasin orang Ternate. Adapun putera Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan isterinya Ratu Alawiyah binti Pangeran Suta Dikara yaitu lima belas orang, yang pertama Raden Qosim, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Pulau Sapari, kecil; kedua Pangeran Prabu Dikara Yasin, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negara Manado, yang ketiga Raden Ayu Shika, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Palembang, kecil; keempat Raden Ayu Salmah, diperanakkan di Palembang,
89
wafatnya di Palembang, kecil; kelima Raden Ayu Sayyidah, diperanakkan di Palembang, wafatnya di Negeri Timor, Kupang; yang keenam Raden Ayu Nur, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, kecil; ketujuh Pangeran Surya Kesuma Syeikh diperanakkan di Ternate, wafatnya di Palembang, kedelapan Raden Ayu Ayu, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, kecil; kesembilan Pangeran Surya Manggala Muhdhar, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Palembang, kesepuluh Pangeran Daeng, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, kesebelas Raden Ayu Zufroh, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate,// /28/ kecil keduabelas Raden Ayu Habibah, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, ketigabelas Raden Ayu Latifah, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Ternate, keempat belas Pangeran Kusuma Diraja Muhammad Sofyan, di peranakkan di Ternate tahun ke tiga menulis ini 1313, dan pada hari Rabu yang ketiga, Jumadil Akhir adalah hayatnya di dalam Negeri Ambon, beranak isteri, yang kelimabelas Pangeran Kusuma Dimikya Muhammad Hanan, diperanakkan di Ternate, wafatnya di Palembang, dan adalah yang mengadakan anak cucunya, yaitu Pangeran Prabu Dikara Yasin, dan Pangeran Surya Kusuma Syeikh dan Pangeran Surya Manggala Muhdhar dan Pangeran Kusuma Diraja Muhammad Sufyan dan Pangeran Kusuma Dimikya Muhamad Hanan adanya. Adapun Ratu Aliyah wafatnya di Negeri Timor, Kupang pada tahun 1300 dan malam Sabtu yang kedelapan hari bulan Syawal pukul sepuluh. Pada tahun 1304 dan pada malam Jum’at yang keempat belas Rabiul Awal diperanakkan Raden Zainuddin bin Pangeran Kusuma Diraja Muhammad Sufyan.
90
Pada tahun seribu dua ratus delapan puluh satu dan pada malam Ahad kedua puluh satu hari bulan Jumadil Akhir pukul empat wafatlah Pangeran Bupati Panembahan Hamim bin al-Marhum Sri Paduka Sultan Muhammad Bahauddin maka perkuburannya di Talang Semut adanya. Pada tahun seribu dua ratus delapan puluh tiga, pada hari Kamis yang keempatbelas hari bulan Dzulhijjah nikah Raden Abdul Habib bin Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin al-Marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin dengan Raden Ayu Muliha Cik Besak binti Raden Muhammad Said bin Pangeran Putera Dinata Ali di dalam Negeri Palembang, dan ibu Raden Ayu Maliha Cik Ning Besak itu Sobiha Cik Ayu binti Pangeran Mangkuningrat. Pada tahun seribu duaratus delapan puluh enam, dan pada hari Sabtu yang kedelapan belas hari, bulan Safar pukul lima sore wafatlah Pangeran Putera Dinata Ali bin alMarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin maka dikuburkan di Talang Kemas Sungai Oku, kemudian maka dipindahkan di Lemabang yang dekat kubur isterinya adanya. Pada tahun seribu duaratus delapan puluh enam dan pada hari Selasa yang kedelapan likur hari, bulan Safar pukul lima sore, diperanakkan Raden Muhammad Ali bin Raden Abdul Habib, dan ibu Raden Muhammad Ali itu Raden Ayu Maliha.// /29/ Cik Besak binti Raden Muhammad Said di dalam Negeri Palembang, Kampung Enambelas Ilir, Sungai Randang, dan pada tahun itu juga yang kesebelas hari, bulan Rabiul Awal, hari Sabtu pukul empat sore, wafatlah Raden Ali bin Raden Abdul
91
Habib. Maka dikuburkan di Talang Kerangga jua. Putera perkuburan Kemas Ahmad bin Kemas Abdullah. Adapun Raden Muhammad Ali bin Raden Abdul Habib itu delapan bersaudara yang seibu sebapak, semuanya itu, diperanakkan di palembang, yaitu: pada tahun seribu dua ratus sembilan puluh satu dan pada malam Selasa yang keduabelas Rabiul awal, pukul setengah lima subuh diperanakkan Raden Abdurrahman. Pada tahun seribu duaratus sembilan puluh lima, dan pada hari Ahad yang keempat belas hari, bulan Safar, pukul 8, diperanakkan Raden Muhammad Saman. Pada tahun 1297 dan pada hari Senin yang ketujuh, Safar, pukul delapan diperanakkan Raden Umar. Pada tahun 1299 dan pada hari Rabu yang kesebelas Rabiul akhir, pukul setengah sepuluh diperanakkan Raden Utsman. Pada tahun 1301 dan pada hari Selasa yang keenam hari, bulan Jumadil akhir, pukul delapan diperanakkan Raden Ayu Alawiyah. Pada tahun 1303 dan pada hari Rabu yang ketiga hari, bulan Dzulhijah, pukul sebelas diperanakkan Raden Abdullah. Pada tahun 1304 dan pada malam Senin yang keselikur hari, bulan Ramadhan, pukul empat wafatlah Raden Abdullah. Maka di kuburkan dekat kubur saudaranya Raden Muhammad Ali. Pada tahun 1305 dan pada hari Selasa yang ketujuhlikur Sya’ban, pukul setengah lima sore, diperanakkan Raden Ayu Zubaidah. Pada tahun 1306 dan pada subuh Ahad yang kedelapan hari, bulan Safar, pukul setengah lima, wafatlah Raden Ayu
92
Zubaidah. Maka dikuburkan yang dekat kubur saudaranya, dekat kubur Raden Abdullah. Pada tahun 1307 dan pada pagi hari Jum’at yang kedua hari, bulan Syawal, pukul enam, wafatlah Raden Ayu Maliha Cik Besak binti Raden Haji Muhammad Said bin Pangeran Putera Dinata Ali. Maka dikuburkan di Talang Kerangga. Perkuburan Kemas Syekh Ahmad bin Kemas Abdullah. Adapun Raden Ayu Maliha ketika wafatnya meninggali lima anak, yaitu Raden Putera Abdurahman dan Raden Muhammad Saman dan Raden Umar dan Raden Utsman dan Raden Ayu Alawiyah adanya.// /30/ Pada tahun 1289 dan pada hari Kamis yang kedua hari, bulan Dzulhijah, wafatlah Raden Ayu Aminah binti Pangeran Prabu Diraja Abdullah maka dikuburkan di Talang Kerangga, perkuburan Kemas (......) 22 dan kemudian dari pada wafatnya Raden Ayu Aminah itu meninggali tiga anak, yaitu Raden Ayu Ummi Salamah, dan Raden Abdul Aziz, dan Raden Ayu Nurul Aini. Adapun suami Raden Ayu Aminah itu Raden Muhammad Nafis bin Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman adanya. Pada tahun 1292 dan pada pagi-pagi Ahad yang kedua hari, bulan Syawal keluar dari Negeri Palembang Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah laki-isteri serta lima orang anaknya dan satu cucu dan cucu anak keponakan bersama-sama Sayid Kholil Qatari al-Kurkuki al-Baghdadi pergi haji ikut kapal Rui.
22
Teks aslinya dicoret-coret, tidak bisa dibaca.
93
Pada tahun 1294 dan pada subuh Jum’at yang awal tahun, yaitu yang kelima hari bulan Muharram di dalam Negeri Mekkah al-Musyarrafah, wafatlah Raden Haji Abdul Mujib bin Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah maka dikuburkan di Mala, dekat kubur Tuan Syaikh Kemas Haji Muhammad Azhari bin Kemas Abdullah bin Kemas Haji Ahmad. Adapun Raden Haji Abdul Mujib itu meninggali dua anak lelaki, yaitu yang pertama Raden Muhammad Amin, dan yang kedua Raden Muhammad Ali. Pada tahun 1290 tepat pada sore Ahad yang kedelapan belas hari, bulan Rabiul awal sampai ke Palembang Paduka Pangeran Haji Abdullah laki isteri anak-anak dan cucucucu pulang dari Mekkah dan Madinah pula. Pada tahun 1298 dan pada pagi-pagi hari Senin yang keenam hari, bulan Ramadhan, pukul enam di panggil oleh Resident Tubiyas Holanda kepada Paduka Pangeran Kusuma Diraja Muhammad Sufyan bin al-marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin serta anak-anak saudaranya ditutup di loteng kota Palembang adanya. Pada tahun 1298 dan pada malam Senin yang kesepuluh hari, bulan Dzulqaidah dikeluarkan oleh Resident Tubiyas Holanda dari Negeri Palembang yaitu Paduka Pangeran Kesuma Diraja Muhammad Sufyan bin al-marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin, dan Raden Muhammad Mahin dan Raden Haji Abdussomad bin Pangeran Prabu Diraja Abdullah dan Raden Muhammad Arif dan Raden Muhammad Nafis bin al-marhum Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman dan Raden Agus Muhammad Irsyad dan Raden Nanang//
94
/31/ Zainal Abidin bin al-marhum Pangeran Prabu Diwangsa Zen dan Raden Abdul Aziz dan Muhammad Munzir, dan Raden Hamzah, dan Raden Muhammad bin almarhum Pangeran Prabu Dikara Yasin dan Raden Syarif Abdullah bin al-marhum Sayyid Umar bin Muhammad Syaqof, dan Raden Muhsin Daeng Jak bin al-marhum Pangeran Surya Manggala Muhdhar dan Raden Muhammad Amin bin al-marhum Pangeran Suta Diraja Abu Bakar dan Raden Abdul Hanan bin al-marhum Pangeran Suta Wijaya Utsman, dan Raden Muhammad Nafis bin Raden Muhammad Aziz dan Raden Muhammad Uzair bin Pangeran Suta Krama Aqil, dan Raden Madum bin Pangeran Purabaya Abdurrahim, dan Raden Abdul Aziz Dain Wang dan Raden Abdurrahman bin al-marhum Raden Muhammad Hanafiah Baimu, dan Raden Mansyur Atiwang bin al-marhum Raden Dain Muhdhar, dan Raden Agus Mansur bin al-marhum Raden Haji Mahmud, dan Raden Muhdhar bin Haji Muhammad Tohir, dan Raden Suhaimi bin Raden Agus Busyroh, dan Raden Hasan bin Raden Atai bin Pangeran Surobaya Abdurrahman. Jumlah empat likur dari pada anak cucu Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin yang lain-lain raden-raden tiada disebutkan namanya disini yang dikeluarkan itu jumlahnya. Pada tahun 1299 dan pada hari Jum’at yang kedelapan belas hari, bulan Muharram Ratu Aliyah serta anak cucunya dan Pangeran Prabu Manggala Umar serta anak cucunya dan yang lain-lainnya keluar dari Palembang menutul ahlinya dengan ongkos Goverment Holanda yang ongkos sendiri adalah yang di Timor, Kupang, dan di Makassar dan di Ambon, dan di Ternate, dan di Manado, dan di Tondano dan di
95
Banda, dan di Saparua, dan di Amhai, kemudian di dalam tahun itu juga di dalam bulan Safar Paduka Pangeran Prabu Wijaya Husein serta ahli-ahlinya keluar dari Palembang menutul dengan ongkos Govement juga adanya. Pada tahun 1302 dan pada hari Rabu yang sehari bulan Safar, pukul tiga, tuwaffỉya Syaikhunā 23 yaitu Paduka Pangeran Surya Kusuma Muhammad Irsyad bin al-marhum Paduka Pangeran Adipati Abdurrahman, maka adalah perkuburannya itu di Talang Patrah Semut, di dalam Jambangan Kuta Batu dan baginya umur di dalam dunia 82 tahun 7 hari 7 jam. Wa tuwaffỉya wālidunā,24 yaitu Paduka Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah bin almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin pada tahun seribu tiga ratus dua dan pada hari Selasa yang ketiga likur hari bulan Ramadhan, pukul dua belas// /32/ dengan hisab adalah hari Selasa itu jatuh pada yang keempat likur hari bulan Ramadhan. Maka adalah perkuburannya di Talang Kerangga yang dekat kubur Kemas Abdul Ahmad dan kubur Pangeran Prabu Krama Abdurrahman. Dan baginya umur di dalam dunia tujuh puluh dua tahun sebelas hari dan dua belas jam. Adalah ketika wafatnya meninggali delapan anak, yaitu Raden Muhammad Mahin dan Raden Haji Abdussomad dan Raden Haji Abdul Habib dan Raden Haji Hasan dan Raden Ayu Kalsum, dan Raden Ayu Zainab Mahani, dan Raden Ayu Hajjah Zubaidah, dan Raden Ayu Hajjah Aisyah. 23
Maksudnya “telah wafat”
24
Maksudnya “dan telah wafat”
96
Pada tahun seribu tigaratus tiga daripada hari Sabtu yang kedelapan likur hari bulan Safar, pukul tiga wafatlah Raden Ayu Najimah Krama Diwangsa Cik Besak binti almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin, maka adalah perkuburannya di Talang Kerangga yang dekat kuburan Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman adanya. Pada tahun seribu tigaratus empat, daripada malam Selasa yang kedelapan belas hari bulan Rajab, pukul satu di dalam Negeri Ternate wafatlah Nyonya Ummi Kalsum binti Letnan Tingni Abdurraqib dan baginya umur di dalam dunia delapan puluh tujuh tahun. Pada tahun seribu tigaratus enam dan pada malam Kamis yang kesepuluh hari, bulan Sya’ban nikah Raden Haji Abdul Habib bin al-marhum Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah di dalam Negeri Singapura dengan Cik Hajjah Maimunah binti Haji Abdul Hamid bin Ledin bin Murod Juana dan Cik Hajjah Maimunah itu Hajjah Fatimah binti Baba Roaylun Betawi. Pada tahun seribu tigaratus tujuh dan pada malam Selasa yang kedua hari bulan Ramadhan pukul tiga di dalam Negeri Singapura, Kampung Masjid Baru diperanakan Raden Muhammad bin Raden Haji Abdul Habib, dan ibu Raden Muhammad itu Cik Hajjah Maimunah adanya. Pada tahun seribu tigaratus delapan dan pada hari Kamis yang kesebelas hari bulan Rajab, nikah Raden Abdurrahman bin Raden Haji Abdul Habib dengan Raden Ayu Rofi’ah Ayu Cik binti Raden Muhammad Mahin dan ibu Raden Ayu Rofiah Ayu Cik
97
itu Raden Ayu Masturoh binti Pangeran Prabu Dilaga Muhsin bin al-marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin. /33/ Pada tahun seribu tiga ratus sembilan dan pada malam Kamis yang ketujuh likur hari bulan Rajab, diperanakkan Raden Muhsin bin Raden Abdurrahman bin Raden Abdul Haji Habib, dan ibu Raden Muhsin itu Raden Ayu Rofiah Ayu Cik. Pada tahun seribu tiga ratus sembilan dan pada hari Selasa yang kesembilan hari bulan Sya’ban, pukul setengah empat wafatlah Raden Haji Muhamad Said bin almarhum Pangeran Putera Dinata Ali, maka dikuburkan dekat anaknya, Raden Ayu Maliha Cik Isa di Talang Kerangga, perkuburan Kemas Haji Ahmad adanya, dan baginya umur di dalam dunia 55 tahun 9 bulan 12 hari satu jam. Pada tahun seribu tiga ratus sembilan dan pada malam Sabtu yang kedua puluh hari bulan Sya’ban keluar dari Palembang Raden Ayu Zakiyah Cik Kecik dan Raden Haji Abdul Habib dan Raden Ayu Hajjah Syarifah Aisya dan Raden Ayu Zainab Mahani dan Raden Mahmud Pergi Haji di Mekkah al-Musyarrafah adanya ikut kapal Mim Safil bayar tambang 25 dollar dan satu tiga benggol di dalam kamar bayar 75 dollar. Pada tahun seribu tiga ratus sepuluh dan pada hari Senin yang ke limabelas hari bulan Muharram, pukul tujuh jam Mekkah di dalam Negeri Mekkah al-Musyarrafah wafatlah Raden Ayu Zakiyah Cik Kecik binti al-marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin, maka perkuburannya di Mala yang Tunggal satu kuburan dengan Raden Haji Abdul Mujib bin al-marhum Pangeran Prabu Diraja Abdullah. Telah habislah saudara Pangeran Haji Diraja Abdullah seibu sebapak adanya.
98
Pada tahun seribu tigaratus sepuluh dan pada sore kamis yang sehari bulan Rabiul Awal tuwaffỉya Syaikhunā Sayyid asy-Syaikh Khalil Afandi, 25 maka perkuburannya di Mala yang di bawah Kubah Sayyidatina Khodijah Raḍiyallāh hu ‘anh, sebelah kiri perigi Mala. Pada tahun seribu tigaratus sepuluh dan pada hari Kamis yang ketiga hari bulan Jumadil Akhir sampai ke Palembang pulang dari Mekkah. Pada tahun seribu tiga ratus sebelas dan pada malam Kamis yang ketiga belas hari bulan Jumadil Akhir, pukul setengah sebelas di dalam Negeri Singapura diperanakkan Raden Ahmad Abdurrahim bin Raden Haji Abdul Habib, dan ibu Raden Ahmad Abdurrahim itu Cik Hajjah Maimunah. Pada tahun seribu tiga ratus dua belas dan pada hari Kamis yang awal tahun yaitu yang kedua hari bulan// /34/ Muharram pukul lima sore di dalam Negeri Palembang diperanakkan Raden Ayu Maliha binti Raden Abdurrahman, dan ibu Raden Ayu Maliha itu Raden Ayu Rofiah adanya. Pada tahun seribu tiga ratus dua belas dan pada malam Jum’at yang kelimabelas hari bulan Safar, pukul empat di dalam Negeri Ambon wafatlah Raden Muhammad Mahin bin al-marhum Paduka Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah. Adapun Raden Muhammad Mahin ketika wafatnya meninggali delapan anak, yaitu Raden Muhammad Ali Atiy dan Raden Ayu Fatimah Cik Ning dan Raden Ayu Maznah, dan
25
Artinya wafatlah Tuan Guru Khalil Afandi.
99
Raden Haji Mahmud, dan Raden Ayu Rofi’ah Ayu Cik, dan Raden Ayu Khodijah dan Raden Ayu Zainab, dan Raden Ayu Romlah. Adapun Raden Ayu Khodijah dan Raden Ayu Zainab dan Raden Ayu Romlah ibunya itu Nyonya Ambon, dan ketiganya itu diperanakkan di Ambon, dan pada ini zaman adalah bersama-sama dengan Raden Haji Abdussomad di Ambon. Pada tahun seribu tigaratus dua belas dan fajar Rabu yang kedelepan hari bulan Syawal adalah ibu kami, Nyonya Hajjah Fatimah dan saudara-saudara kami, yaitu Raden Haji Hasan laki isteri, dan anaknya enam, dan Raden Ayu Haji Zubaidah Cik Uti, dan Raden Ayu Hajjah Aisyah Cik Bungsu, dan anak saudara kami, yaitu Raden Muhammad Amin dan anak kami, yaitu Raden Muhammad Saman, dan Raden Umar jumlah empat belas orang keluar dari Palembang pergi haji. Pada tahun seribu tiga ratus dua belas dan pada malam Kamis yang keenam belas hari bulan Syawal pukul dua belas wafatlah Raden Muhammad Dlaif Kanih Cik Umah bin Raden Haji Hasan di dalam Negeri Singapura. Maka dikuburkan perkuburan Sayyid Juneid. Sampai di Mekkah al-Musarrafah Paduka Zubaidah serta yang tersebut jumlah tiga belas orang kepada 27 Dzulqaidah malam Selasa pukul tiga tahun 1312. Pada tahun seribu tiga ratus tiga belas dan pada yang kedua likur hari bulan Muharam hari Ahad yang awal maghrib di dalam Negeri Mekkah al-Musarrafah wafatlah Raden Haji Muhammad Saman bin Raden Haji Abdul Habib. Maka dikuburkan di Mala, yang tunggal dengan kubur Tuan Syekh Kemas Haji Muhammad Azhari bin
100
Kemas Abdullah bin Kemas Haji Ahmad. Dan baginya umur di dalam dunia tujuh belas tahun dan sebelas bulan, dan tujuh hari dan sembilan tiga perempat.// /35/ Pada tahun seribu tiga ratus sepuluh tiga, dan pada hari Sabtu yang keenam hari bulan Rabiul Akhir, pukul dua sampai Raden Haji Muhammad Amin bin al-marhum Raden Haji Abdul Mujib dan Raden Haji Mubasyir bin Pangeran Bupati Hamzah di Singapura pulang dari Mekkah. Pada tahun seribu tiga ratus sepuluh tiga, dan pada hari Selasa yang keenam hari bulan Sya’ban, pukul tujuh sampai di Ambon Raden Haji Abdul Habib. Maka pada hari Senin yang keenam likur Sya’ban, pukul sembilan keluar dari Ambon ikut kapal Jendral Lodon Raden Abdul Habib berdua Raden Muhammad Qosim bin Raden Haji Abdussomad dan sampai di Palembang pada malam Selasa, tujuh Ramadhan. Maka pada malam Rabu yang keduabelas Syawal keluar dari Palembang, ikut kapal Rui, dan sampai di Singapura hari Kamis, pukul empat. Maka pada lima belas Syawal hari Ahad Raden Muhammad Qosim sakit demam tawar, tidak keluar. Maka pada malam Ahad yang kedua likur Syawal, pukul setengah empat wafatlah Raden Muhamad Qosim bin Haji Abdussomad di dalam Negeri Singapura. Maka dikuburkan di pekuburan Sayyid Umar Junaidi. Pada tahun seribu tigaratus tiga belas, dan pada hari Jum’at yang ketujuh likur hari bulan Syawal, keluar dari Singapura Raden Haji Abdul Habib, dua anaknya Raden Utsman, dan Raden Muhammad Arifin Cik Lung dan Raden Mahmud Cik Agus bin Pangeran Prabu Nata Manggala Alwi pergi haji ikut kapal Safil bayar tambang duapuluh enam dollar Amerika, dan pada hari Ahad, pukul sepuluh yang keselikur
101
Dzulqaidah sampai di Labuhan Negeri Jeddah. Dan pada hari Selasa yang ketiga likur Dzulqaidah pukul lima berangkat dari Labuhan Jeddah pergi di Kiran dan pada 25 Dzulqaidah, hari Kamis sampai di Kiran, pukul lima, dan pada 30 Dzulqaidah hari Selasa, pukul dua belas keluar dari Kiron, dan pada dua hari Dzulhijjah hari Kamis pukul sepuluh sampai ke Jeddah, dan pada tiga hari Dzulhijjah hari Jum’at berangkat dari Jeddah pukul empat, dan pada hari Ahad pagi yang kelima Dzulhijjah sampai di Mekkah al-Musarrafah, dan pada hari Rabu yang kedelapan hari bulan Dzulhijjah, pukul tiga berangkat dari Mekkah al-Musarrafah, dan pada malam Kamis yang kesembilan hari bulan Dzulhijjah pukul satu sampai di Padang Arafah. Maka Wukuf di Arofah hari Jum’at yang kesembilan hari bulan Dzulhijjah, malam yang kesepuluh dari fardlu haji dan umrah Raden Muhammad Qosim bin Raden Haji Abdussomad.// /36/ Pada tahun seribu tiga ratus tiga belas dan pada subuh Jum’at yang kesepuluh hari bulan Dzulhijjah pukul setengah lima di dalam Negeri Palembang, wafatlah Nyayu Sabihah Cik Ayu Zubaihah binti Pangeran Mangkuningrat, maka dikuburkan di Talang Kerangga adanya, perkuburan Pangeran Mangkuningrat. Pada tahun seribu tiga ratus empat belas dan pada hari Selasa yang kedelapan hari bulan Rabbiul Awal, pukul satu pagi di dalam Negeri Mekkah al-Musarrafah menyunatkan Raden Haji Utsman bin Raden Haji Abdul Habib, yang menyunatnya orang Arab, Muhammad Syurur.
102
Pada tahun seribu tiga ratus empat belas dan malam Selasa yang keenam hari, bulan Jumadil Awal, pukul tengah tiga di dalam Negeri Palembang diperanakkan Raden Ayu Sabihah binti Raden Abdurrahman bin Haji Abdul Habib adanya. Pada tahun seribu tiga ratus empat belas dan pada hari Sabtu yang keenam hari, bulan Sya’ban, pukul sebelas di dalam Negeri Singapura diperanakkan Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib. Pada tahun seribu tiga ratus lima belas dan pada hari Selasa yang keenam hari, bulan Safar, pukul empat sore di dalam Negeri Singapura, Kampung Masjid Baru, wafatlah Tuan Haji Abdul Hamid bin Raden Lidin. Pada tahun seribu tiga ratus lima belas, dan pada malam Rabu yang akhir hari bulan Jumadil Akhir yaitu sembilan likur di dalam Negeri palembang, jam pukul tengah sepuluh, wafatlah Raden Ayu Muliha binti Raden Abdurrahman. Pada tahun seribu tiga ratus enam belas, dan pada hari Senin yang sehari, bulan Safar, keluar dari Negeri Mekkah al-Musarrafah Raden Haji Abdul Habib dua beranak Raden Haji Umar dan Raden Haji Hasan delapan beranak dan sampai di Singapura hari Kamis, 10 Rabbiul Awal. Pada tahun seribu tiga ratus enam belas pada hari Kamis yang kesebelas hari, bulan Rajab, pukul tiga sampai Raden Haji Abdul Habib beserta anaknya Raden Haji Umar dari Negeri Banyuwangi tinggal di kampung Panganjuran adanya, rumah Raden Haji Abdussomad.//
103
/37/ Pada tahun seribu tiga ratus enam belas, dan pada hari Jum’at ba’da sholat Jum’at yang ketujuh belas hari, bulan Sya’ban di dalam Negeri Banyuwangi, nikah Raden Haji Umar bin Raden Haji Abdul Habib dengan Raden Ayu Aisyah Cik Yang binti Raden Haji Abdussomad, dan ibu Raden Ayu Aisyah Cik Yang itu Raden Ayu Abidah Cik Ning binti Pangeran Prabu Digara Yasin bin Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin, dan ibu Pangeran Prabu Digara Yasin itu Ratu Aliyah binti Pangeran Suta Digara. Pada tahun seribu tiga ratus sepuluh enam dan pada malam Sabtu yang keenambelas hari bulan Ramadhan keluar dari Negeri Banyuwangi Raden Haji Abdul Habib ikut kapal api Jepara, dan sampai di Singapura pada pagi hari Sabtu yang ketiga likur hari bulan Ramadhan, dan pada riwayat itu suatu asykal karena sehari bulan dengan rukyat tiada didapat akan dia mendahului bagi sehari bulan dengan hisab, maka adalah dengan hisab hari Sabtu itu tadi hari yang keempat likur Ramadhan. Pada tahun seribu tiga ratus enam belas dan malam Jum’at yang ketujuh hari bulan Syawal pukul sebelas sampai ke Palembang Raden Haji Abdul Habib dari Singapura, dan pada malam Selasa yang kesebelas hari pukul dua belas keluar dari Palembang Raden Abdul Habib bedua anaknya Raden Abdurrahman dan sampai di Singapura pada hari Rabu yang kedua belas Syawal pukul empat. Pada tahun seribu tiga ratus sepuluh enam, dan pada hari Rabu yang kesebelas hari bulan Syawal, pukul lima sore keluar dari Singapura Raden Abdurrahman bin Raden Abdul Habib pergi haji bayar tambang kapal pergi pulang kecik seratus ringgit beruang dengan kapal Siem Safil.
104
Pada tahun seribu tigaratus sepuluh tujuh dan pada hari Jum’at 23 Muharram sampai di Palembang Raden Haji Umar dari Banyuwangi. Pada tahun itu juga, dan pada malam Selasa yang keempat Safar sampai di Palembang Raden Haji Abdurrahman dari Mekkah al-Musarrafah adanya. Pada tahun itu juga dan pada hari Senin yang keempat belas hari bulan Rabiul Akhir, nikah Raden Ayu Alawiyah binti Raden Abdul Habib dengan Raden Ali bin Almarhum Raden Haji Abdul Mujib di dalam Negeri Palembang adanya. Pada tahun itu juga pada hari Sabtu 19 Rabiul Akhir keluar dari Palembang Raden Haji Umar pulang ke Banyuwangi adanya.// /38/ Pada tahun seribu tiga ratus tiga belas dan pada hari Rabu yang keenam hari bulan Jumadil Akhir, pukul dua di dalam Negeri Palembang diperanakkan Raden Ayu Zahrah binti Raden Haji Abdurrahman, dan ibu Raden Ayu Zahrah itu Raden Ayu Rofi’ah. Pada tahun seribu tiga ratus sepuluh tujuh dan malam Rabu yang keenam hari bulan Jumadil Akhir, pukul dua belas setengah di dalam Negeri Banyuwangi diperanakkan Raden Muhammad Azhari bin Raden Haji Umar, dan ibu Raden Muhammad Azhari itu Raden Ayu Maliyiah adanya. Adapun Raden Muhammad Azhari itu lebih tua daripada Raden Ayu Zahrah tiga belas jam setengah. Maka sebab tersurat hijriah Raden Ayu Zahrah terdahulu ketika itu saya di Singapura dapat khabar dari pada Raden Haji Abdurrahman, dan kemudian dari pada Raden Haji Umar adanya.
105
Mendengar anaknda Umar dan anaknda Abdurrahman, mendapat anak itupun nyata. Di karunia Allah Malikurrohman, ya Allah lanjutkan kiranya umurnya di dalam amin. Singapura pada hari kamis selikur Jumadil Akhir, tahun 1312 Melainkan Masygul di dalam diri sebab ke Mekkah al-Musyarrafah hendak dicari jikalau dilanjutkan Allāh Ta’ala umur hendaklah dilihat cucunda Zahrah binti Azhari.
106
Tulisan Sampul Belakang Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib
Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah bin Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Bahauddin bin Suhunan Ahmad Najamuddin.
107
C. Analisis Teks Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib Naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib ini disimpan di rumah Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja yang bertempat tinggal di Jalan Veteran Lorong RRI No. 1-A, Palembang atau di Jalan Sultan Mansyur No. 776, Kelurahan 32 Ilir Palembang. Naskah ini berisi teks catatan harian berisi berbagai hal, misalnya catatan yang mengisahkan bahwa pada tahun 1305 pada hari selasa, 7 likur, bulan Sya’ban, pukul setengah lima, diperanakkan Raden Ayu Zubaedah yang dikubur dekat saudaranya yaitu Raden Abdullah. 26 Pada bagian awal sampul naskah ini menurut Abd. Azim Amin mengatakan bahwa isi dari pada sampul naskah tersebut yakni bertuliskan tentang penomoran angka dalam abjad Arab yang merupakan suatu kekhususan dan keunikan, Abd. Azim Amin juga mengungkapkan selain bermakna sebagai kaidah penyusunan kata dan bahasa, ia dapat menjadi simbol-simbol yang bersifat seni, budaya, bilangan maupun akhirnya menyangkut simbol-simbol spiritual. Bahkan sejatinya, simbolisme angka dalam abjad Arab merupakan suatu hasil dari olah spiritual sebagai pengetahuan tertinggi yang mensintesiskan kaidah pengenalan geometri dan bentuk, bilangan dan akhirnya menjadi huruf. Sistem ini juga digunakan untuk memberikan nilai pada kata atau kalimat dalam lafaz Alquran, semisalnya lafaz Allah ( )ﷲmemiliki nilai 66, dan
26
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 2.
108
lafaz basmalah ( )ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢmemiliki nilai 786 yang didapat dari penjumlahan susunan dan nilai hurufnya. 27 P26 F
P
Contoh Susunan penomoran abjad Arab yang terdapat pada awal sampul naskah catatan harian.
Kemudian pada awal sampul naskah catatan harian juga terdapat tulisan yaitu Alamat kitab milik Raden Abdul Habib bin Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Muhammad Bahauddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Ahmad Najamuddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Alpalimbani Ghafarā’ Allāhu lahum dżunūbahum āmỉn. 28 Selanjutnya di dalam naskah ini juga dituliskan tentang nama-nama bulan Arab, hari dan tahun Hijriah yang dibuat di dalam bentuk tabel 29 kemudian angka dalam bentuk angka, kemudian tabel bulan dan hari dalam tahun Masehi dan cara 27
Wawancara Pribadi dengan Abd. Azim Amin, Palembang, 01 Juni 2016. Lihat Sampul Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib. 29 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 4-8.
28
109
penghitungan transliterasi dari tahun Masehi ke Hijriah, dan juga berisi tentang tahun, bulan, dan hari dalam Masehi misalnya “Bermula inilah beberapa ruang yang dengan dialah di ketahui akan hari yang awal tahun Arab awal hari bulan Muharram maka hendaklah ditilik akan suatu ruang dari pada beberapa ruang ini yang bersamaan dengan bilangan tahun yang telah lalu dari pada tahun Hijriah hingga tahun yang dikehendaki awalnya itu dan jikalau adalah tahun itu sudah lebih dari pada dua ratus sepuluh maka hendaklah digugurkan dari padanya itu. Dua ratus sepuluh hingga tinggal kurang dari pada dua ratus sepuluh atau dua ratus sepuluh maka ditilik akan suatu ruang daripada beberapa ruang ini yang mana bersamaan.” 30 Serta ada ilmu falak atau ilmu perbintangannya juga. 31 Kemudian dari pada itu naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib ini juga berisikan tentang silsilah serta keturunan Raja-raja Palembang yang ditulis dengan rapi, dalam hal ini silsilah serta keturunannya dibedakan menjadi dua, yang pertama menuliskan tentang silsilah dan keturunan Raja-raja dari Kerajaan Palembang misalnya “Adapun peringatan lamanya raja-raja di dalam Negeri Palembang di atas kerajaan yaitu Ki Gede Ing Suro dua likur tahun lamanya maka adalah pada tahun dari pada Hijrah Nabi Saw sembilan ratus enam puluh enam masa itu lah Ki Gede Ing Suro muda menjadi Raja, maka diganti puteranya Kimas Adipati dua belas tahun lamanya, maka diganti saudaranya Pangeran Madi Ing Sako tiga
30 31
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 7. Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 10-12.
110
puluh lima tahun lamanya,” 32 yang kedua menuliskan tentang silsilah dan keturunan Raja-raja dari Kesultanan Palembang yang wafatnya di Palembang misalnya “Bermula Raja yang penghabis yang ada ia tetap di dalam kerajaan hingga wafatnya di dalam Negeri Palembang, yaitu Sultan Muhammad Bahauddin bin Sultan Suhunan Ahmad Najamudin bin Sultan Mahmud Badaruddin bin Sultan Muhammad Mansyur bin Suhunan Abdurrahman bin Pangeran Ratu Mangkurat bin Tumanggung Mancanegara adanya” 33 masing-masing informasi tentang silsilah serta keturunan Raja-raja Palembang itu tulisannya dimulai dengan kalimat “basmalah”. Naskah ini juga di dalam teksnya berisikan tentang nama-nama ibu dari Sultan-sultan Palembang itu sendiri misalnya “Adapun Ibu Suhunan Abdurahman itu maka yaitu Masayu Adi Wigaya gelar Ratu Mas Mangkurat binti Kemas Panji Wirosinga bin Tumanggung Bayu bin Ki Gedeng Mempelam bin Ki Gedeng Sungai, dan Ki Gedeng Sungai itu anak Raja-raja dari Negeri Tademan, dan Tademan itu di darat Negeri Surabaya Adanya. Adapun ibu Sultan Muhammad Mansyur itu maka yaitu Ratu Agung, dan Ratu Agung itu anak Kemas Martayuda, dan Kemas Martayuda itu anak Kemas Martayuda Tua dan Kemas Martayuda Tua itu anak Ki Panca Tanda dan Ki Panca Tanda itu anak Ki Gede Ing Karang Panjang adanya. Adapun Ibu Sultan Mahmud Badaruddin itu maka yaitu Nyimas Sungai, orang Negeri Jambi adanya.
32 33
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 13-14. Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 15.
111
Adapun ibu Suhunan Ahmad Najamudin itu maka yaitu Raden Ayu Cibalung, dan Raden Ayu Cibalung itu anak Pangeran Surya Wikrama Subekti, dan Pangeran Surya Wikrama Subekti itu anak Suhunan Abdurrahman adanya. Adapun Ibu Sultan Muhammad Bahauddin itu maka yaitu Raden Ayu Muroti yang digelari Ratu Sepuh, dan Raden Ayu Muroti itu anak pangeran Arya Kusuma bin Pangeran Purbaya bin Sultan Muhammad Mansyur adanya. 34 Kemudian di dalam naskah catatan harian ini juga di tuliskan tentang saudarasaudara Suhunan Mahmud Badaruddin yang seibu sebapak misalnya “saudara SMB yang pertama Raden Ayu Purba Negara Nakiyah yang kedua Raden Ayu Mangku Negara Hamidah yang ketiga Raden Ayu Wikroma Aisyah, yang kelima Suhunan Husein Diyauddin, yang keenam Raden Ayu Sutawikrama Bariah yang ketujuh Raden Muhammad Hanifah, yang kedelapan Pangeran Bupati Panembahan Hamim, yang kesembilan Pangeran Adipati Abdurrahman.” 35
Selanjutnya di dalam naskah catatan harian ini dituliskan juga tentang perang Sultan Mahmud Badaruddin dengan Belanda atau Holanda misalnya “Bahwa adalah permulaan kembali Holanda duduk di Palembang kemudian dari pada Inggris dari Palembang pada tahun seribu dua ratus tiga puluh dua pada hari Selasa yang keselikur hari bulan Muharram dan pada tahun 1816 Holanda pada yang kesepuluh hari bulan Desember adanya.
34 35
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 16. Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 17.
112
Berperang Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin dengan Holanda ya di Ilir Menteng hingga tiga hari berperang, dua kapal perang Holanda dengan kuat nyatu. Maka pada hari Selasa, keluarlah semuanya Holanda dari dalam Negeri Palembang. Adapun permulaan berperang itu pada hari yang kesembilan belas hari, bulan Sya’ban, di dalam tahun seribu dua ratus tiga puluh empat dari pada Hijriah. Pada tahun seribu dua ratus tiga puluh enam, dan pada hari Rabu yang keempat hari hingga bulan Syawal, dikeluarkan Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin dengan anaknya Pangeran Ratu Sultan Ahmad Najamuddin dari Negeri Palembang oleh Jendral De Kock Holanda. 36 Selain itu, naskah ini juga menjelaskan tentang saudara-saudara Pangeran Prabu Diraja Abdullah itu sembilan bersaudara yang seibu sebapak, yaitu yang pertama Raden Ayu Hajimah, yang kedua Raden Ayu Najimah Kerama Diwangsa, yang ketiga Raden Ayu Azimah, yang kelima Raden Ayu Nadhimah Cik Ning, yang keenam pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman, yang ketujuh Pangeran Prabu Wikrama Tohir, yang kedelapan Raden Ayu Zakiyyah Cik Kecik, yang kesembilan Raden Ayu Aminah. Dan Raden Ayu Aminah itu diperanakkan di dalam Negeri Ternate, umurnya tiada sampai sehari di dalam dunia wafatlah adanya. 37 Naskah ini juga berisikan tentang silsilah serta keturunan Raden Haji Abdul Habib, isteri serta anak-anaknya yang semuanya ditulis di dalam naskah ini misalnya 36 37
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 20. Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 19.
113
“Adapun Nasab atau Silsilah Raden Haji Abdul Habib yakni Raden Haji Abdul Habib bin Muhammad Paduka Prabu Diradja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin (SMB II) bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Bahaudin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ahmad Najamudin bin Almarhum Sri Paduka Temenggung Mancanegara.” 38Selanjutnya naskah catatan harian ini juga berisikan tentang saudara-saudara Pangeran Prabu Diradja misalnya ” Dan adapun Pangeran Prabu Diraja Abdullah itu sembilan bersaudara yang seibu sebapak, yaitu yang pertama Raden Ayu Hajimah, yang kedua Raden Ayu Najimah Kerama Diwangsa, yang ketiga Raden Ayu Azimah, yang kelima Raden Ayu Nadhimah Cik Ning, yang keenam pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman, yang ketujuh Pangeran Prabu Wikrama Tohir, yang kedelapan Raden Ayu Zakiyyah Cik Kecik, yang kesembilan Raden Ayu Aminah.” 39 Naskah ini juga berisikan tentang “Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin al-Marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin menikah dengan Raden Ayu Maliha Cik Besak binti Raden Muhammad Said bin Pangeran Putera Dinata Ali di dalam Negeri Palembang.” 40 Selain itu naskah catatan harian ini juga berisikan tentang saudara-saudara Raden Haji Abdul Habib, anak-anaknya dan isterinya misalnya “Raden Haji Abdul Habib ini merupakan anak
38
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 22. Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 19. 40 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 28.
39
114
ketiga, anak pertama Raden Muhammad Aminullah, yang kedua Raden Abdussomad, keempat Raden Abdul Mujib, kelima Raden Hasan, keenam Raden Ayu Zubaidah yang ketujuh Raden Ayu Aisyah dan kedelapan Raden Ayu Nur mereka semua lahir di Ternate, orang tuanya bernama Pangeran Prabu Diradja dengan Nyonya Fatimah binti Haji Abbas bin Haji Abdurrahman. 41 Selain itu naskah ini juga di dalamnya berisikan tentang anak-anak Raden Haji Abdul Habib dengan Raden Ayu Maliha bahwa dia mempunyai 8 anak yang semuanya itu diperanakkan di Palembang yaitu : Raden Muhammad Ali wafat waktu masih kecil, Raden Abdurrahman, Raden Muhammad Saman, Raden Umar, Raden Utsman, Raden Ayu Alawiyah, Raden Abdullah wafat waktu masih kecil, Raden Ayu Zubaidah wafat waktu masih kecil. 42 Pada tahun seribu tiga ratus enam dan pada malam Kamis yang kesepuluh hari, bulan Sya’ban menikah lagi Raden Haji Abdul Habib bin Almarhum Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah di dalam Negeri Singapura dengan Cik Hajjah Maimunah binti Haji Abdul Hamid bin Ledin bin Murod Juana. 43 Sehingga dapat diketahui bahwa Raden Haji Abdul Habib itu mempunyai dua orang isteri yakni Ayu Maliha Cik Besak dan Cik Hajjah Maimunah, dari isterinya Ayu Maliha Raden Haji Abdul Habib mempunyai delapan orang anak yaitu dua orang perempuan dan enam orang laki-laki, sedangkan dari isterinya Cik
41
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 22. Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 29. 43 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 32.
42
115
Hajjah Maimunah Raden Haji Abdul Habib mempunyai tiga orang anak yang kesemuanya adalah laki-laki. Sedangkan tulisan yang terdapat pada bagian akhir dari halaman naskah catatan harian ini yaitu berisikan tentang ”Mendengar anaknda Umar dan anaknda Abdurrahman, mendapat anak itupun nyata. Di karunia Allah Malikurrohman, ya Allah lanjutkan kiranya umurnya di dalam amin. Singapura pada hari Kamis selikur Jumadil Akhir, tahun 1312. Melainkan Masygul di dalam diri sebab ke Mekkah alMusyarrafah hendak dicari jikalau dilanjutkan Allah Ta’ala umur hendaklah dilihat cucunda Zahrah binti Azhari. 44 Adapun naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib ini dibagian sampul belakangnya terdapat tulisan dengan kalimat “Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah bin Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Bahauddin bin Suhunan Ahmad Najamuddin.”
44
Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 38.
116
D. Gambar Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
155
BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan disajikan simpulan dan saran yang diperoleh dari uraian dan penjelasan sebelumnya. Simpulan dan saran tersebut diharapkan akan dapat menjadi bahan masukan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. A. Simpulan Naskah catatan harian ini adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan untuk mudah di ingat agar tidak lupa yang tujuannya untuk merekam peristiwa atau kejadian yang ditulis secara harian atau tidak secara harian, kemudian isi dari pada naskah catatan
harian ini yakni menginformasikan tentang silsilah Raja-raja
Palembang serta keturunannya terutama silsilah Kesultanan Palembang Darussalam terkhusus lagi tentang Sultan Mahmud Badaruddin II serta keturunannya dibahas secara keseluruhan sampai ke anak cucunya dan tidak kalah pentingnya juga dibahas tentang Raden Haji Abdul Habib beserta anak dan isterinya selain itu juga ada yang unik atau menarik dari naskah ini yakni bukan hanya menginformasikan silsilah Rajaraja Palembang saja tetapi juga membahas informasi tentang tahun, bulan, dan hari dalam Masehi serta informasi tentang hitungan bulan berdasarkan ilmu Falag yang di susun secara rapi. Selanjutnya naskah catatan harian dalam objek penelitian ini, merupakan karya Raden Haji Abdul Habib, yang memiliki ukuran Panjang 24,5 cm dan Lebar
156
17,5 cm (17,5 x 24,5) dengan ketebalan 0,6 cm, keadaan naskah ini masih bagus namun beberapa tulisannya saja yang hangus atau terhapus dibeberapa halaman dan belum ada yang sobek atau rusak sama sekali kertasnya, naskah tidak memiliki kolofon yang menjelaskan penulis naskah akan tetapi di dalam isi teks naskah terdapat tanda tangan (matrik) penulis naskah dan dibagian akhir dari pada sampul naskah ini juga hanya terdapat tulisan saja yakni tulisannya Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah bin Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Bahauddin bin Suhunan Ahmad Najamuddin. Selanjutnya penulis dari pada naskah ini yakni Raden Haji Abdul Habib, dapat diketahui bahwa nasab Raden Haji Abdul Habib itu yakni Raden Haji Abdul Habib bin Muhammad Paduka Prabu Diradja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin (SMB II) bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Bahauddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Ahmad Najamudin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin (SMB I) bin Sultan Muhammad Mansyur bin Suhunan Abdurrahman dan beliau ini merupakan seorang penulis naskah saja pada saat itu tetapi bukan seorang ulama dan juga bukan Sultan dari pada Kesultanan Palembang Darussalam, diantara naskah hasil tulisan beliau ini yakni naskah catatan harian selain diteliti oleh penulis dan Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara. Kemudian teks naskah ini berisi tentang nama-nama bulan Arab, hari dan tahun Hijriah yang dibuat di dalam bentuk tabel kemudian angka dalam bentuk angka, kemudian tabel bulan dan hari dalam tahun Masehi dan cara penghitungan
157
transliterasi dari tahun Masehi ke Hijriah, juga berisi tentang tahun, bulan, hari, dan silsilah serta keturunan Raja-raja Palembang yang ditulis dengan rapi, nama-nama ibu dari Sultan-sultan Palembang itu sendiri, saudara-saudara Suhunan Mahmud Badaruddin yang seibu sebapak, perang Sultan Mahmud Badaruddin dengan Belanda, dan juga Raden Haji Abdul Habib, isteri-isteri dan anak-anaknya serta saudarasaudaranya, kemudian juga perjalanan Raden Haji Abdul Habib pergi Haji, perjalanan beliau pergi berkunjung ke rumah-rumah keluarganya. Naskah ini kemudian dibahas dengan menggunakan ilmu filologi dalam tinjauan kodikologis dan analisis teks terhadap Naskah, kodikologis yakni mempelajari seluk-beluk semua aspek naskah, antara lain bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulisan naskah sedangkan analisis teks yakni penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya dari berbagai kandungan isi teks dalam naskah tersebut. B. Saran Adapun saran dari penulis adalah: 1. Dengan keterbatasan penulis dalam memahami teks naskah Arab Melayu, maka diharapkan kepada para akademisi, peneliti terkhusus Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang tertarik untuk menelitinya kembali guna kesempurnaan tulisan ini. 2. Banyaknya naskah Palembang yang dimiliki oleh ahli waris perlu kesadaran semua instansi terlibat seperti akademisi, lembaga dinas pariwisata dan
158
pemerintah untuk mengkaji karya leluhur yang bersumber dari naskah guna mengungkapkan identitas sejarah lokal Sumatera Selatan salah satunya sejarah di masa kesultanan yang belum terungkap secara keseluruhan diharapkan pemerintah, peduli dan memberikan dukungan materil dan moril terhadap pembukuan sejarah Kesultanan Palembang Darussalam. 3. Janganlah kita memandang sebuah naskah itu dengan sebelah mata dan kita harus menjaga dan merawatnya kalau kita telah melalaikannya. Tanpa di sadari kita telah memusnahkan karya seseorang. Padahal kita sudah mengetahui kalau naskah itu dilindungi dan harus dijaga karena dalam naskah itu terdapat suatu pengetahuan yang tentunya sangat berguna sekali bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA Achadianti Ikram, dkk. Katalog Naskah Palembang. Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004. ----------. Jati Diri yang Terlupakan: Naskah-Naskah Palembang. Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004. Chambert-Loir Hendri dan Oman Fathurahman. Khazanah Naskah Panduan Koleksi Naskahnaskah Indonesia Sedunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999. Dudung Abdurrahman. Metodologi Penelitaian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak, 2011. Fetri Fajeri. “Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara”, dalam Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah. Palembang: Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, 2014. Iskandar. Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta: Libra, 1999. Kemas A. Rachman Panji. Dkk. Syair Perang Menteng dalam Kajian Naskah. Palembang: Refah Press, 2010. Mal’an Abdullah. Jejak Sejarah Abdus-Samad Al-Palimbani. Palembang: Syariah IAIN Raden Fatah Press, 2012. Muhammad Ali. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani, 1997. Mujib dan Ahmad Cholid Sodrie. Khazanah Naskah desa Ketangga Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 2004. ----------. Edisi Teks Naskah: Sejarah Raja-raja Palembang. Depok: Foukoka Pustaka Utama, 2011. Nabillah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996. Nyimas Umi Kalsum. Filologi dan Terapan. Palembang: NoerFikri Offset, 2013. Oman Fathurahman, dkk. Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan kementrian Agama Islam, 2010. Ridho, Iluminasi Naskah Al-Qur’an “Koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja”, dalam Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah. Palembang: Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, 2015.
Siti Baroroh Baried. Dkk. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan publikasi Fakultas (BPPF), Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada, 1996. Sri Wulan Rujiati Mulyadi. Kodikologi Melayu di Indonesia. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994. Team Penyusun. Selayang Pandang Kesultanan Palembang Darusslam :Hambatan, Gangguan dan Rintangan Aset dan peninggalanya. Palembang: Kesultanan Palembang Darussalam, 2009. Website dan Artikel-artikel lain Filologi Pdf. http://eprints.uny.ac.id/9465/3/bab%202-08205244081.pdf di akses pada tanggal 30 September 2015. Lihat http://id.wikipedia.ensiklopedia bebas.org/wiki/naskah. di akses pada tgl 17 April 2016. Lihat http://eprints.uny.ac.id/9858/3/Bab2%20-%2005201244014.pdf di akses pada tgl 17 April 2016. Kemas A. Rachman. Panji, Sultan Mahmud Badaruddin II, Tamaddun: Jurnal Sastra dan Kebudayaan Islam, No 1/volume XIII (Januari-Juni 2013) Maria Indra Rukmi, “Penyalinan Naskah Melayu di Palembang: Upaya Mengungkap Sejarah Penyalinan”, dalam http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=RkRIL3c%3D= diakses pada 20 November 2015. Nyimas Umi Kalsum. “Suntingan Teks Naskah-naskah Kuno Palembang: studi atas naskah Ratib Saman, Maulid Syaraf al-Anam, dan Syair Cerita dul Muluk” dalam Skriptoria Jurnal Filologi Islam, Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2012. Retno Purwanti. “Naskah Al-Quran Koleksi Ibrahim bin Abdullah” dalam Skriptoria Jurnal Filologi Islam. Palembang: Pascasarjana IAIN Raden Fatah, 2012. Titik pudjiastuti, “Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya”, artikel dalam http://www.kumpulannaskah-naskahdipalembang.mit.edu90/index.html. diakses pada 28 Oktober 2015. Wawancara Wawancara pribadi dengan Raden Abdur Rahman, Palembang, 10 Januari 2016. Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015. Wawancara pribadi dengan Abd. Azim Amin, Palembang, 01 Juni 2016.